step test
DESCRIPTION
aTRANSCRIPT
OLEH :
ABRIYAN ADE SETIAWAN
111.130.096
PLUG 5
LABORATORIUM HIDROGEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2015
LAPORAN UJI PEMOMPAAN
METODE STEP TEST
Laboratorium Hidrogeologi 2015
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Hidrologi (berasal dari Bahasa Yunani:, Hydrologia, "ilmu air") adalah
cabang ilmu Geografi yang mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air di
seluruh Bumi, termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air.
Hidrogeologi adalah merupakan perpaduan antara ilmu geologi dengan
ilmu hidrolika yang kajiannya dititikberatkan pada gerakan air tanah dalam secara
hidrolik. Gabungan dua kata hidro dan geologi menunjukkan secara implisit
pengertian geologi dan air, atau dengan kata lain adalah merupakan suatu studi
tentang interaksi antara kerangka unsur batuan dengan air tanah. Dalam istilah
hidrolika maka istilah gerakan dalam tanah dikenal dengan hidrolika dalam media
porus, karena air tanah mengalir diantara sela-sela butiran tanah yang sekaligus
sebagai media.
Desain Konstruksi Sumur atau yang sering dikenal dengan DKS
merupakan sebuah desain debit sumur yang direncanakan terutama untuk sumur
produksi yang akan dibuat, dengan memperhatikan data-data yang diperoleh pada
daerah yang bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui potensi airtanah
pada suatu daerah. Jika potensi air tanah pada suatu daerah belum diketahui, maka
pemboran dan konstruksi sumur tersebut dilakukan dengan tujuan eksplorasi
sumur uji.
Salah satu tahap akhir dari rangkaian pekerjaan pemboran adalah menguji
kuantitas air yang akan dieksploitasi. Kuantitas air dapat ditentukan berdasarkan
uji pemboran. Adapun sasaran utama pelaksanaan uji pemompaan adalah :
menentukan besaran kapasitas jenis sumur dan efisiensi sumur, dan menentukan
parameter hidrolik sumur. Uji pemompaan menerus adalah uji pompa yang
digunakan untuk menentukan produksi air (water yield) dari masing-masing
sumur dan kelulusan air tanah dan batuan di lapangan. Data hasil uji digunakan
untuk menentukan potensi bocoran melalui fondasi bangunan penahan air dan
pemilihan sistem konstruksi dewatering untuk penggalian.
Nama : Abriyan Ade SetiawanNIM :111.130.096Plug : 5 Page 2
Laboratorium Hidrogeologi 2015
I. 2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari acara uji pemompaan ini adalah untuk mengetahui metode
uji pemompaan baik pengujian akuifer maupun pengujian sumur serta mengetahui
perbedaan pengujian akuifer dan pengujian sumur.
I.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah, yaitu :
1. Metode yang digunakan adalah step test
2. Penelitian ini lebih difokuskan untuk mengetahui kesempurnaan
rekonstruksi sumur, menentukan besaran kapasitas jenis sumur, efisiensi
sumur serta menentukan parameter hidrolik akuifer atau sumur
I.4 Alat dan Bahan
Lembar kerja
Data Uji Pemompaan bertahap step test
Diagram log
Milimeter blok
Kalkulator
Alat Tulis
Penggaris
Nama : Abriyan Ade SetiawanNIM :111.130.096Plug : 5 Page 3
Laboratorium Hidrogeologi 2015
BAB II
DASAR TEORI
II.1 Step Test
Dalam suatu pumping test, air di pompa keluar dari suatu sumur pada
kecepatan yang di ketahui selama waktu tertentu (beberapa jam atau beberapa
hari). Muka air tanah dipantau pada sumur yang dipompa serta pada satu
pengamatan atau lebih yang berjarak dekat dengan sumur tersebut.
Step test pada dasarnya dilaksanakan setelah pelakasanaan konstruksi
sumur dan setelah pembersihan/penyempurnaan sumur atau dengan kata lain
tahap akhir dari rangkaian pekerjaan pemboran airtanah. Step test dilakukan
dengan cara mengukur penurunan muka airtanah di dalam sumur uji dengan debit
pemompaan yang ditambah secara bertahap.
Jacob menyatakan bahwa drawdown pada sumur akibat pemompaan
terdiri atas dua komponen, yang pertama adalah aquifer loss yaitu drawdown
pemompaan disebabkan oleh macam akuifernya (hambatan yang terjadi di dalam
aliran pada akuifernya sendiri = BQ) dan yang kedua adalah well loss, yaitu
drawdown pemompaan yang disebabkan oleh konstruksi sumur (CQ2). Sumur
yang efisien adalah sumur yang memiliki well loss kecil.
Bierschenk (dalam Suharyadi) menyatakan bahwa efisiensi sumur itu
tergantung besarnya pemompaan yang terdiri atas efisiensi pemompaan (Ep) dan
Factor Development (Fd). Besarnya pemompaan yang efisien apabila harga Ep-
nya 50%.
Faktor development dinyatakan dengan :
Fd = C/B
Dimana :
Fd = Faktor Development
C = Harga Koefisien Well Loss
B = Harga Koefisien Aquifer Loss
Nama : Abriyan Ade SetiawanNIM :111.130.096Plug : 5 Page 4
Laboratorium Hidrogeologi 2015
Table II.1 Klasifikasi kondisi sumur berdasarkan harga koefisien well loss
(Walton, 1970)
Table II.2 Klasifikasi sumur berdasarkan factor development (Bierschenk, 1964)
Step test dilakukan dengan cara mengukur penurunan muka air tanah (S)
dan S’, di dalam sumur uji dengan debit pemompaan yang ditambah secara
bertahap.
Step test dilakukan melalui empat metode yaitu :
A. Metode I (Metode Jacob)
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode Jacob yaitu :
1. Membuat grafik hubungan t (waktu pemompaan) terhadap s
(drawdown)
2. Dari grafik tersebut mencari harga Sw (Total penurunan muka
airtanah) dan ∆S (tambahan penurunan muka airtanah). (Grafik
terlampir)
3. Membuat table berdasar nilai Q, ∆S, Sw, dan Sw/Q , ( data tabel
terlampir )
4. Mencari nilai C (koefisien well loss) dan nilai B (koefisien aquifer loss)
dengan membuat kurva Sw/Q vs Q. (Kurva terlampir)
Nama : Abriyan Ade SetiawanNIM :111.130.096Plug : 5 Page 5
Coeficient Well Loss (C) Kondisi Sumur
< 0,5 Baik
0,5 – 1 Mengalami penyumbatan sedikit
1 – 4 Penyumbatan di beberapa tempat
> 4 Sulit dikembalikan seperti semula
Factor Development Klas
< 0,1 Sangat Baik
0,1 – 0,5 Baik
0,5 – 1 Sedang
> 1 Jelek
Laboratorium Hidrogeologi 2015
5. Menghitung harga BQ (hambatan di dalam akuifer) dan CQ2
(drawdown yang disebabkan konstruksi sumur)
6. Menentukan harga Sw (Sw = BQ + CQ2)
7. Menentukan nilai Efisiensi Pemompaan dengan rumus Ep = (BQ/Sw) x
100 %
8. Menentukan nilai factor development dengan rumus Fd = C/B, ( data
tabel terlampir )
B. Metode II
Metode ini dilakukan dengan membandingkan tiap kapasitas jenis
(Q/Sw) pada setiap step pemboran. Apabila harga mendekati kesamaan
dengan perbedaan < 1, maka konstruksi sumur sempurna.
C. Metode 3 (Metode Logans)
1. Membuat kurva Ep vs Q untuk mencari Q optimum. (kurva terlampir)
2. Menentukan Q optimum dengan cara menarik garis dari titik 50 searah
dengan absis hingga memotong garis berat lalu menarik garis tegak
lurus absis untuk membaca nilai Q optimum.
3. Menentukan harga Sw dengan rumus Sw = Q(optimum) x 50
4. Mencari nilai T (keterusan) dengan rumus =
m2/hari
5. Mencari nilai D (tebal) dengan membuat kurva Q vs BQ dan Q vs CQ2.
(kurva terlampir)
6. Menghitung nilai k (permeabilitas) dengan rumus k = T/D
Nama : Abriyan Ade SetiawanNIM :111.130.096Plug : 5 Page 6
Laboratorium Hidrogeologi 2015
BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Metode Jacob (Metode 1)
Perhitungan Desa Tepi Barat GAZA
Step Q (I/detik) ∆s (m) Sw (m)Sw/Q
(m/l/detik)
1 2,15 1,04 1,04 0.48372
2 3,97 1,67 2,71 0,68261
3 5,71 4 5,04 0,88266
∆s ( Sn-S1)
1. ∆s = Sw1 =1,04 m
2. ∆s = Sw2 – Sw1 =2,71 – 1,04 = 1,67 m
3. ∆s = Sw3 – Sw2 = 5,04 – 1,04 = 4 m
Sw/Q
1. Sw/Q = 1,04 /2,15 = 0.4837 m
2. Sw/Q = 2,71/3,97 = 0,68261 m
3. Sw/Q = 5,04/5,71 = 0,88266 m
B = 0,28 m/l/detik (didapatkan dari kurva Q vs. Sw/Q)
C = a/b
= 0,12/1,2 = 0,1
Berdasarkan klasifikasi kondisi sumur menurut harga Coeficient Well
Loss (C) oleh Walton (1970) dari perhitungan diatas, didapatkan nilai C = 0,1 dan
masuk dalam kategori baik
Nama : Abriyan Ade SetiawanNIM :111.130.096Plug : 5 Page 7
Laboratorium Hidrogeologi 2015
Step Q (l/det) B C BQ CQ2 Sw
1 2,15 0,28 0,1 0,602 0,46225 1,06425
2 3,97 0,28 0,1 1,1116 1,57609 2,68769
3 5,71 0,28 0,1 1,5988 3,26041 4,8594
Mencari Nilai Sw
1. Sw1 = BQ + CQ2 = 0,46 + 0,4072= 0,867
2. Sw 2= BQ + CQ2 = 0,6994 x 0,9406= 1,64
3. Sw3 = BQ x CQ2 = 1,0218x 2,007= 3,02
Mencari Nilai EP (Efisiensi Pemompaan)
1. EP1 = BQ/Sw1 x 100% = 0,602 /1,06425 x 100% = 56,56 %
2. EP2 = BQ/Sw2 x 100% = 1,1116 /2,68769 x 100% = 41,358 %
3. EP3 = BQ/Sw3 x 100% = 1,5988/4,8594 x 100% = 49,0367 %
Mencari Nilai FD (Faktor Development)
1. FD = C/B = 0,1/0,28 = 0,357
Berdasarkan klasifikasi sumur menurut Factor Development menurut
Bierschenk, 1964, dari perhitungan diatas, sumur Desa Tepi Barat Gaza
didapatkan nilai FD = 0,357 yang masuk dalam kategori baik
Nama : Abriyan Ade SetiawanNIM :111.130.096Plug : 5 Page 8
Laboratorium Hidrogeologi 2015
Q1/Sw1 (a) Q2/Sw2 (b) Q3/Sw3 (c)
2,0202 1,47710 1,1751
2,0202/1,1751 = 1,7191
(“a”)
1,47710/1,1751 = 1,25699
(‘b’)
1,1751/1,1751 = 1
(“c”)
“a” – “b”
0,46211
“b” – “c”
0,25699
“a” – “c”
0,7191
III.2 Metode II
Berdasarkan tabulasi data diatas, didapatkan hasil sumur di Desa Tepi
Barat Gaza memiliki nilai yang mendekati <1, sehingga konstruksi sumur
didaerah tersebut termasuk dalam kategori Sempurna
III.3 Metode III
Step Q (l/det) B C BQ CQ2 Sw Sw/Q Ep
1 2,15 0,28 0,1 0,602
0,4622
5 1,06425 0,495
56,56%
2 3,97 0,28 0,1 1,1116
1,5760
9 2,68769 0,677
41,35%
3 5,71 0,28 0,1 1,5988
3,2604
1 4,8594
0.8510
3
49,03%
Nilai Q optimum, didapatkan dari kurva Ep vs. Q dengan nilai 2,9
Mencari nilai Sw Grafis = Q optimum x 50
= 2,9 x 50 = 145
Mencari Nilai T ( Kemenerusan Akuifer)
T = (1,22 x Q optimum x 8,64)/Sw
= (1,22 x 2,9 x 8,64)/145
= 0,210816
Mencari Nilai D (Tebal Akuifer)
D = well loss – akuifer loss
= 3,1 – 1,42 = 1,68
Nama : Abriyan Ade SetiawanNIM :111.130.096Plug : 5 Page 9
Laboratorium Hidrogeologi 2015
Permeabilitas (K)
K = T/D
k = T/D = 0,210816/1,42 = 0,12548
BAB IV
PENUTUPIV.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan pada metode step test dapat disimpulkan :
Pada Metode 1 (Metode Jacob) diketahui kondisi sumur adalah baik
berdasarkan klasifikasi kondisi sumur menurut harga Coeficient Well Loss
(C) oleh Walton (1970) dengan nilai 0,1. Pada perhitungan didapatkan nilai
Ep 56,56%, 41,35%, 49,03% dan perhitungan nilai Fd didapatkan niali
0,357, sumur Tepi Barat Gaza termasuk dalam kondisi sumur yang baik.
Pada metode 2 didapatkan hasil dengan nilai yang mendekati kesamaan
dengan perbedaan <1, yaitu nilai 0,46211; 0,25699; 0,7191 sehingga
konstruksi sumur didaerah ini masuk ke dalam kategori konstruksi sempurna.
Pada metode 3, dilakukan pencarian nilai Q optimum dari pengeplotan kurva
Ep vs. Q, Sw Grafis, T (kemenerusan akuifer) , tebal akuifer, dan
permeabilitas. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai Q optimum 2,9, Sw
grafis 145, T= 0,210816 m2/s, tebal akuifer 1,68 m dan permeabilitas
0,12548.
Nama : Abriyan Ade SetiawanNIM :111.130.096Plug : 5 Page 10