status pasien ujian 2003

Upload: sinde-nijucimi-sekai

Post on 15-Mar-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hsdhbsdhfjdfjhfbjgjfjjgv

TRANSCRIPT

PENYAJIAN KASUS

1.1 Identitas PasienNama

: By. MTanggal lahir

: 29 Maret 2015 (3 bulan)Jenis Kelamin

: PerempuanAgama

: Protestan

Alamat

: Jln.Sagatani,kel.Sejangkung, Singkawang SelatanUrutan Anak

: Anak ke-4 dari 4 bersaudaraTanggal masuk RS: 22-06-2015 pukul 18.30 WIB

IdentitasIbuAyah

NamaNy. RTn. O

Umur31 tahun51 tahun

PendidikanSMKS1

PekerjaanIbu Rumah TanggaGuru Honorer

1.2 Anamnesis 1.2.1 Keluhan Utama

Kejang

1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD RS Abdul Aziz (22 Juni 2015 pukul 18.30 WIB) dengan keluhan kejang. Kejang sebanyak > 10 kali. Kejang berlangsung selama 2-5 menit. Kejang terjadi tiba-tiba dengan tangan dan kaki kaku serta mata mendelik ke atas. 1 minggu yang lalu, pasien dirawat di DKT (11 Juni 2015) selama 4 hari dengan keluhan serupa. Namun, 2 hari setelah pulang dari RS, pasien kembali kejang, setiap hari sebanyak 5 kali kejang yang berlangsung selama 2-5 menit terutama pada malam hari, tidak ada demam, sudah minum obat kejang namun tidak ada perbaikan.Batuk sekali-sekali 2 hari, berdahak(+) banyak dan sulit dikeluarkan. BAB cair sebanyak 2x SMRS, lendir (+), darah (-), warna kekuningan, bau amis/busuk (-). Muntah 1x SMRS. Minum ASI kurang. Badan tampak lemah, rewel. Demam disangkal, BAK normal, pilek (-). 1.2.3 Riwayat Penyakit DahuluRiwayat kejang sebelumnya disangkal.

Riwayat demam tinggi dan batuk-batuk lama (lebih dari 3 minggu) disangkal.

Riwayat terjatuh/trauma kepala dan tidur diayun di sangkal.1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat kejang/epilepsi dalam keluarga disangkal.

Riwayat anggota keluarga dengan batuk lama dan ISPA disangkal.

Anggota keluarga yang merokok dalam 1 rumah (-)

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupa.

1.2.5 Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Selama hamil Ibu pasien selalu kontrol hampir setiap bulan ke dokter atau bidan, dilakukan USG sebanyak 3 kali dan dinyatakan normal. Selama hamil tidak pernah diimunisasi. Ibu mengonsumsi vitamin dan obat penambah darah dari bidan. konsumsi obatobat diluar resep dokter/bidan dan jamujamuan selama kehamilan disangkal. Riwayat sakit selama kehamilan disangkal.Bayi lahir cukup bulan, persalinan ditolong bidan di klinik, presentasi kepala dan bayi langsung menangis, warna air ketuban tidak diketahui.. Berat badan saat lahir 2.900 gram dan panjang badan 48 cm. Menurut ibu pada kepala bayi lebih terlihat menonjol, lama persalinan dari pembukaan lengkap hingga melahirkan selama 2 jam.Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sebelumnya

Anak ke-Usia/ tanggal lahir Jenis KelaminUsia kehamilanBerat badan lahirKeadaan bayiPenolong persalinanJenis persalinan

02006-2 bulan-Abortus Dokter Kuretase

12007Aterm2.900 gHidupBidanSpontan

22009Aterm2.900 gHidupBidanSpontan

32011Aterm3.000 gHidupBidanSpontan

42015 Aterm2.900 gHidup Bidan Spontan

1.2.6 Genogram

1.2.7 Riwayat Pemberian Nutrisi

Pemberian Nutrisi:0 - 3 hari ( Susu Formula dan ASI (sedikit)

3 hari sekarang ( ASI + air putih

Higiene dalam pemberian nutrisi: ibu kurang melakukan perawatan payudara selama fase menyusui, air putih yang dikonsumsi adalah air tampungan (air hujan) yang dimasak atau air mineral botol, botol minum (air putih) di cuci dengan sabun bersama dengan peralatan rumah yang lain.1.2.8 Riwayat ImunisasiBCG: ( + )Polio: ( + )Hepatitis B: ( + )DPT 1: ( + )

Bayi sudah mendapat imunisasi dasar sesuai umur.1.2.9 Riwayat Pekerjaan, Sosio-Ekonomi dan LingkunganAyah pasien bekerja sebagai guru honorer dengan penghasilan tiap bulan kurang dari Rp1.000.000,00. Menanggung 4 orang anak dan istri. Ibu bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan berjualan di kantin sekolah. Biaya pengobatan ditanggung BPJS. Terdapat 6 orang dalam 1 rumah. Rumah semi-permanen, tidak bertingkat. Daerah tempat tinggal adalah perumahan guru, di sekitar rumah berupa semak dan rawa, dan jaraknya sekitar 300 m dari perumahan warga lainnya. 1.3 Pemeriksaan Fisik 1.3.1 Keadaan Umum : tampak lemah, rewel1.3.2 Kesadaran : komposmentis (GCS: E4V4M5)1.3.3 Tanda Vital

Nadi

: 124 x/menit, reguler, isi cukupRespirasi

: 27 x/menitSuhu

: 36,9 0CSaturasi

: 99 % (dengan O2 nasal kanul 1 L/menit)1.3.4 Antropometri:

Berat Badan

: 5,3 kgPanjang Badan

: 58 cmLingkar Kepala: 37,5 cmLingkar Dada

: 41,5 cmLingkar lengan atas: 11,5 cmStatus Gizi:

BB/U: > -2 SD Z < 0 SD (normal)PB/U: > -2 SD Z < 0 SD (normal)BB/PB: > 0 SD Z < +1 SD (gizi baik)1.3.5 Status Generalis:

a. Kulit

: sianosis (-), ikterik (-), ruam(-), petekie (-)b. Kepala

: mesocephal, cephal hematom(-), laserasi(-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan, ubun-ubun cembung.c. Mata

: konjungtiva anemis(-/-), sklera ikterik(-/-), pupil bulat, isokor, refleks cahaya(+/+), kornea jernih, injeksi siliar(-/-)d. Telinga : sekret (-), meatus eritem(-),skin tag(-), low set ears (-)e. Hidung

: atresia koana (-), deformitas(-), sekret(-), napas cuping hidung(-)f. Mulut

: sianosis(-), bibir kering(-), labioschizis(-), palatoshizis(-), labiopalatoschizis(-), makroglossia (-), hipersalivasi (-)g. Leher

: Limfadenopati (-), pembersaran kelenjar tiroid (-)h. Jantung

Inspeksi: ictus codis tidak terlihat

Palpasi: ictus cordis teraba di SIC 4 linea midklavikula sinistra

Auskultasi: S1 tunggal, S2 split tak konstan, reguler, gallop (-),

murmur (-)i. Paru

Inspeksi

: bentuk dada simetris dalam

keadaan statis maupun dinamis, retraksi dada (-)

pectus excavatum (-), pectus carinatum (-)Palpasi

: Fremitus taktil sama kiri dan kananPerkusi

: sonor di kedua lapang paru

Auskultasi

:Suara nafas dasar: bronkovesikuler (+/+), ronki(+/+) di kedua lapang paru, wheezing (-/-)j. Abdomen

Inspeksi: Distensi (-), Auskultasi: bising usus (+) 7x/menit, Perkusi: timpani seluruh kuadran abdomen

Palpasi: supel (+), hepar dan lien tidak teraba, massa (-)k. Urogenital

: lubang uretra terpisah dari lubang vagina, sekret (-)l. Anus/Rektum

: anus(+), eritema perianal (-), atresia ani (-), fistula (-), skin tag(-)m. Ekstremitas

: sianosis (-), edema (-), akral hangat, CRT 10 kali, berlangsung selama 2-5 menit, terjadi tiba-tiba dengan tangan dan kaki kaku serta mata mendelik ke atas. 1 minggu yang lalu, pasien dirawat di DKT selama 4 hari dengan keluhan serupa, 2 hari setelah pulang pasien kembali kejang, setiap hari sebanyak 5 kali kejang yang berlangsung selama 2-5 menit terutama pada malam hari, tidak ada demam, sudah minum obat kejang namun tidak ada perbaikan. Berdahak(+) banyak dan sulit dikeluarkan, batuk sekali-sekali 2 hari, BAB cair sebanyak 2x SMRS disertai lendir (+). Muntah 1x SMRS. Minum ASI kurang. Badan tampak lemah, rewel. Tidak ada riwayat kejang sebelumnya dan tidak riwayat keluarga dengan epilepsi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan ubun-ubun yang cembung, ronki pada paru.Meningoencephalitis adalah peradangan yang terjadi pada encephalon dan meningens. Ensefalitis, yang merupakan proses inflamasi pada parenkim otak, dapat menimbulkan disfungsi neuropsikologis difus dan/atau fokal. Meski terutama melibatkan parenkim otak, meningen atau selaput otak juga sering terlibat sehingga dikenal istilah meningoensefalitis. Bakteri, jamur, dan proses autoimun dapat menyebabkan ensefalitis, tetapi pada kebanyakan kasus etiologinya adalah virus. Insiden ensefalitis di Amerika Serikat adalah 1 kasus per 200.000 penduduk dengan virus herpes simpleks (HSV) menjadi penyebab tersering dari ensefalitis. Pendekatan diagnosis etiologis terutama dilakukan untuk dapat membedakan secara klinis ensefalitis biasa yang disebabkan oleh virus yang tergolong ke dalam arbovirus dengan dua macam ensefalitis virus yang dapat diberikan terapi seperti ensefalitis herpes simpleks, yang bersifat sporadik dan letal pada neonatus dan populasi umum, dan ensefalitis varicella-zoster yang insidennya lebih sedikit dan terutama letal pada pasien immunocompromised.1Golongan usiaBakteri yang paling sering menyebabkan meningitisBakteri yang jarang menyebabkan meningitis

NeonatusGroup B streptococcusStaphylococcus aureus

Escherichia coliCoagulase-negative staphylococci

KlebsiellaEnterococcus faecalis

EnterobacterCitrobacter diversus

Salmonella

Listeria monocytogenes

Pseudomonas aeruginosa

Haemophilus influenzae types a, b, c, d, e, f, dan nontypable

>1 bulanStreptococcus pneumoniaH. influenzae type b

Neisseria meningitidesGroup A streptococci

Gram-negatif bacilli

L. monocytogenes

Virus

Adenoviruses

1. Amerika utara

Eastern equine encephalitis

Western equine encephalitis

St. Louis encephalitis

California encephalitis

West Nile encephalitis

Colorado tick fever

2. Di luar amerika utara

Venezuelan equine encephalitis

Japanese encephalitis

Tick-borne encephalitis

Murray Valley encephalitis

3. Enteroviruses

4. Herpesviruses

Herpes simplex viruses

Epstein-Barr virus

Varicella-zoster virus

Human herpesvirus-6

Human herpesvirus-7

HIV

Influenza viruses

Lymphocytic choriomeningitis virus

Measles virus (native atau vaccine)

Mumps virus (native atau vaccine)

Virus rabies

Virus rubella

Virus adalah penyebab utama pada infeksi encephalitis akut. Encephalitis juga dapat merupakan hasil dari jenis lain seperti infeksi dan metabolik, toksik dan gangguan neoplastik. Penyebab yang paling sering menyebabkan encephalitis di U.S adalah golongan arbovirus (St. Louis, LaCrosse, California, West nile encephalitis viruses), enterovirus, dan herpesvirus. HIV adalah penyebab penting encephalitis pada anak dan dewasa dan dapat berupa acute febrile illness.

Temuan pada pemeriksaan fisik bervariasi berdasarkan pada usia dan organisme penyebab infeksi. Penting untuk diingat bahwa anak muda, jarang menunjukan gejala spesifik.

Pada bayi muda temuan yang pasti mengarah ke meningitis jarang spesifik:

a. Hipotermia atau mungkin bayi demam

b. Ubun-ubun membumbung, diastasis (pemisahan) pada sutura jahitan, dan kaku kuduk tapi biasanya temuan ini muncul lambat.

Saat anak tumbuh lebih tua, pemeriksaan fisik menjadi lebih mudah dicari.

a. tanda-tanda meningeal lebih mudah di amati (misalnya, kaku kuduk, tanda kernig positif dan Brudzinski juga positif)

b. tanda fokal neurologis dapat ditemukan sampai dengan 15% dari pasien yang berhubungan dengan prognosis yang buruk

c. Kejang terjadi pada 30% anak dengan meningitis bakteri

d. Kesadaran berkabut (obtundation) dan koma terjadi pada 15-20 % dari pasien dan lebih sering dengan meningitis pneumokokus. Dapat ditemukan tanda peningkatan tekanan intrakranial dan pasien akan mengeluhkan sakit kepala, diplopia, dan muntah. Ubun-ubun menonjol, ptosis, saraf cerebral keenam, anisocoria, bradikardia dengan hipertensi, dan apnea adalah tanda-tanda tekanan intrakranial meningkat dengan herniasi otak. Papilledema jarang terjadi, kecuali ada oklusi sinus vena, empiema subdural, atau abses otak. Pada infeksi ensefalitis akut biasanya didahului oleh prodrome beberapa hari gejala spesifik, seperti batuk, sakit tenggorokan, demam, sakit kepala, dan keluhan perut, yang diikuti dengan gejala khas kelesuan progresif, perubahan perilaku, dan defisit neurologis. Kejang yang umum pada presentasi. Anak-anak dengan ensefalitis juga mungkin memiliki ruam makulopapular dan komplikasi parah, seperti fulminant coma, transverse myelitis, anterior horn cell disease (polio-like illness), atau peripheral neuropathy. Selain itu temuan fisik yang umum ditemukan pada ensefalitis adalah demam, sakit kepala, dan penurunan fungsi neurologis. Penurunan fungsi saraf termasuk berubah status mental, fungsi neurologis fokal, dan aktivitas kejang. Temuan ini dapat membantu mengidentifikasi jenis virus dan prognosis. Misalnya akibat infeksi virus West Nile, tanda-tanda dan gejala yang tidak spesifik dan termasuk demam, malaise, nyeri periokular, limfadenopati, dan mialgia. Selain itu terdapat beberapa temuan fisik yang unik termasuk makulopapular, ruam eritematous; kelemahan otot proksimal, dan flaccid paralysis. Higroma subdural merupakan pengumpulan cairan likuor cerebrospinalis (LCS) oleh kapsul dibawah duramater.2 Sebagian literatur juga menyatakan bahwa higroma subdural adalah hematom subdural kronis/lama yang mungkin disertai oleh penumpukan/ pengumpulan cairan LCS di dalam ruang subdural. Kelainan ini agak jarang ditemukan dan dapat terjadi karena robekan selaput araknoid yang menyebabkan cairan LCS keluar ke ruang subdural. Dengan demikian higroma subdural serupa dengan hematom subdural kronik (HSD kronik) . Hematom subdural kronis ini merupakan salah satu dari lesi fokal primer pada cedera otak yang terjadi akibat trauma kapitis.3Penyebab terjadinya subdural higroma adalah sebagai berikut:a. Trauma kepala dengan terjadinya perobekan arakhnoid dan pemisahan dura-arakhnoid (perpindahan cerebrospinal fluid ke ruang subdural), biasa dikenal dengan trauma subdural hygroma. Terjadi pada 10% kasus trauma kepala

Ditemukan pada 39% pasien dengan fraktur tengkorak

Faktor predisposisi: Atrofi cerebral. Hipotensi intrakranial (misalnya pada drainase lumbar berkepanjangan), hipertensi paru (misalnya pada trauma dada, pneumonia). Cairan serebrospinal biasanya xanthokrom.

Dapat terakumulasi segera setelah trauma atau tertunda.

Kemungkinan besar lokasi robekan arachnoid di fisura Sylvian atau sisterna khiasmatik.

"Kompleks hygroma" - terkait dengan lesi intrakranial lainnys (subdural hematoma, epidural hematoma, perdarahan intraserebral, dll).

b. Infeksi pada meningen atau tulang tengkorak (paling sering - meningitis influenza atau mastoiditis)c. Ruptur Arachnoid pada sisterna basalis yang menyebabkan hidrosepalus.

d. Komplikasi dari pemasangan shunt ventrikulare. Komplikasi dari tindakan marsupialisasi atau reseksi kista arachnoidf. Komplikasi yang jarang dari anestesi spinal.2Patogenesis higroma subdural telah dikenal sejak ditrerbitkannya karya Putnam dan Cushing, Kunkel dan Dandy, dan Munro. Selama kejadian cedera kepala, terutama tumbukan polar (tumbukan ke dahi atau tengkuk), "tumbukan" pada otak, karena momentum yang relatif lebih besar yang mengacu pada tengkorak, menyebabkan laserasi pembuluh darah mengalir ke dalam sinus dural. Darah masuk ke ruang subdural dan terjadi peningkatan tekanan osmotik memperbesar hematoma oleh karena penarikan cairan. Terbentuk membran, dan akhirnya akan terjadi kompresi kronis pada otak, biasanya secara unilateral, yang membahayakan sirkulasi batang otak sehingga menyebabkan kematian jika hematoma tidak dikeluarkan. Isi dari hematoma subdural kronis mungkin tidak cukup berakibat pada kematian, selama periode bertahun-tahun, hematoma tersebut akan jelas terlihat seperti kristal.4 Pada higroma yang simtomatik, khususnya dengan status klinis yang memburuk disertai dengan peningkatan volume hygroma dengan kompresi otak yag menyebabkan herniasi, dilakukan tindakan operasi: drainase burr-hole eksternal. Tetap dilakukan drainase subdural selama 24-48 jam pasca operasi, jika tidak terjadi resorpsi yang memadai dilakukan shunting pada ruang subdural. Kekambuhan setelah tindakan drainase burr-hole sederhana merupakan hal yang sering terjadi, karena kasus yang berulangTindakan kraniotomi dilakukan untuk menemukan lokasi kebocoran CSF (yang mungkin sangat sulit untuk dilakukan). Juga dilakukan peletakan shunt subdural ke peritoneal, untuk mengalirkan cairan yang berlebih menuju ruang peritoneum.Infeksi pneumonia pada anak juga dapat mempengaruhi saluran pencernaan berupa diare, dan juga dapat mempengaruhi organ lain. Lebih dari 50% anak yang menderita pneumonia yang didapat dari masyarakat (community-acquired pneumonia) dengan etiologi legionella, akan mengalami diare. Pneumonia yang disebabkan oleh bakteremia hanya 24% yang menderita diare.5DAFTAR PUSTAKA

1. Tunkel AR et al. 2008. The Management of Encephalitis: Clinical Practice Guidelines by the Infectious Diseases Society of America. Clinical Infectious Diseases 47:30327.2. Zanini MA, Resende LAL, Freitas CCM, Yamashita S. Traumatic Subdural Hygroma Five Cases With Changed Density And spontaneous resolution. Arq Neuropsiquiatr 2007;65(1):68-723. VandenBerg JSP, Sijbrandy SE, Meijer AH, Oostdijk AHJ. Subdural Hygroma: A Rare Complication of Spinal Anesthesia. Anesth Analg 2002;94:162574. Tamburini. G, Caldarelli. M, Massimi. L. 2003. Subdural hygroma: an unwanted result of Sylvian arachnoid cyst marsupialization. PubMed: Institute of Neurosurgery. Mar;19 (3):159-65.5. Nurjannah,dkk. Insidens Diare pada Anak dengan Pneumonia,Retrospektif. Sari Pediatri, Vol. 13, No. 3, Oktober 201163 thn

73 thn

62 thn

66 thn

Hipertensi

5 bln

15 thn

Malaria

18 thn

25 thn

29 thn

60 thn

55 thn

60 thn

60 thn

60 thn

(Ibu)

31 thn

Tipois, sakit kuning

51 thn

(Ayah)

6 thn

BBL:2,9 kg

8 thn

BBL:2,9 kg

4 thn

BBL:3 kg

Pasien

3 bln

BBL:2,9 kg