status guru honorer terkait pegawai pemerintah dengan

17
1 Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Trisha Dayanara Tri Hayati Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Universitas Indonesia, 16425, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini membahas mengenai status guru honorer berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada tentang kepegawaian. Selain itu, skripsi ini juga membahas mengenai konsep Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan guru honorer. Penelitian ini menggunakan metode yuridis- normatif dan metode kualitatif untuk pengolahan data. Simpulan dari skripsi ini yaitu status guru honorer dalam peraturan perundang-undangan adalah tidak jelas, namun adanya Pergub DKI Jakarta No. 235 Tahun 2015 dapat meredakan tuntutan terhadap permasalahan guru honorer di Jakarta. Hasil penelitian menyarankan bahwa pemerintah diharapkan dapat mengeluarkan peraturan yang mengatur mengenai guru honorer; merevisi UU ASN untuk memperjelas peran dan posisi dari PPPK dalam bagiannya menjadi Aparatur Sipil Negara; serta bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah diharapkan dapat mencontoh Pergub DKI Jakrta No. 235 Tahun 2015 dalam hal penyelesaian permasalahan guru honorer. Kata kunci: Guru Honorer; Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK); Aparatur Sipil Negara. Honorary Teacher's Status Related to Government Employee with Work Agreement in Law No. 5 of 2014 concerning the Civil State Apparatus Abstract This study discusses about honorary teacher’s status by the laws concerning government employee. This study also discusses about Government Employee with Work Agreement in Law No. 5 of 2014 concerning the Civil State Apparatus which is expected to solve honorary teacher’s problem. This study uses the juridical-normative methods and qualitative methods for data processing. The conclusion of this study is that honorary teacher’s status in unclear by the law but Jakarta Governor Regulation No. 235 Year 2015 could solve honorary teacher’s problem in Jakarta. The results of the study suggest that the government is expected to regulate about honorary teacher; revise the Civil State Apparatus Law to clarify the role and position of Government Employee with Work Agreement as Civil State Apparatus; also for the central government and local governments are expected to follow the example of Jakarta Governor Regulation No. 235 Year 2015 in solving honorary teacher’s problem. Keywords: Honorary Teacher; Government Employee with Work Agreement; Civil State Apparatus Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Upload: others

Post on 11-Nov-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

1

Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara

Trisha Dayanara Tri Hayati

Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Universitas Indonesia,

16425, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas mengenai status guru honorer berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada tentang kepegawaian. Selain itu, skripsi ini juga membahas mengenai konsep Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan guru honorer. Penelitian ini menggunakan metode yuridis-normatif dan metode kualitatif untuk pengolahan data. Simpulan dari skripsi ini yaitu status guru honorer dalam peraturan perundang-undangan adalah tidak jelas, namun adanya Pergub DKI Jakarta No. 235 Tahun 2015 dapat meredakan tuntutan terhadap permasalahan guru honorer di Jakarta. Hasil penelitian menyarankan bahwa pemerintah diharapkan dapat mengeluarkan peraturan yang mengatur mengenai guru honorer; merevisi UU ASN untuk memperjelas peran dan posisi dari PPPK dalam bagiannya menjadi Aparatur Sipil Negara; serta bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah diharapkan dapat mencontoh Pergub DKI Jakrta No. 235 Tahun 2015 dalam hal penyelesaian permasalahan guru honorer.

Kata kunci: Guru Honorer; Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK); Aparatur Sipil

Negara. Honorary Teacher's Status Related to Government Employee with Work Agreement in

Law No. 5 of 2014 concerning the Civil State Apparatus

Abstract

This study discusses about honorary teacher’s status by the laws concerning government employee. This study also discusses about Government Employee with Work Agreement in Law No. 5 of 2014 concerning the Civil State Apparatus which is expected to solve honorary teacher’s problem. This study uses the juridical-normative methods and qualitative methods for data processing. The conclusion of this study is that honorary teacher’s status in unclear by the law but Jakarta Governor Regulation No. 235 Year 2015 could solve honorary teacher’s problem in Jakarta. The results of the study suggest that the government is expected to regulate about honorary teacher; revise the Civil State Apparatus Law to clarify the role and position of Government Employee with Work Agreement as Civil State Apparatus; also for the central government and local governments are expected to follow the example of Jakarta Governor Regulation No. 235 Year 2015 in solving honorary teacher’s problem.

Keywords: Honorary Teacher; Government Employee with Work Agreement; Civil State Apparatus

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 2: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

2

PENDAHULUAN

Guru merupakan salah satu sumber

daya manusia untuk mewujudkan tujuan

negara, baik guru yang berstatus Pegawai

Negeri Sipil (PNS) maupun yang berstatus

honorer. Saat ini terdapat dua status guru

di sekolah-sekolah negeri di DKI Jakarta

yaitu guru yang berstatus Pegawai Negeri

Sipil (PNS) dan honorer. Sebenarnya

terdapat pula penyebutan bagi status guru

yang mengajar di sekolah-sekolah yaitu

“guru tidak tetap” namun status yang

paling sering dipermasalahkan adalah

honorer. Adapun peraturan perundang-

undangan yang ada saat ini, terkhusus

mengenai kepegawaian di instansi

pemerintahan, sama sekali tidak

menyebutkan mengenai istilah pegawai

honorer maupun guru honorer.

Peraturan perundang-undangan

tentang guru yang berlaku saat ini tidak

membuat perbedaan terkait status guru

baik PNS ataupun honorer. Hal ini

tercermin dari pengertian guru dalam

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen bahwa

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.1

Pada pasal-pasal selanjutnya maupun

penjelasan pasal dari Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 ini tidak disinggung

sama sekali terkait status guru.

Perbedaan paling mendasar antara

guru berstatus PNS dengan guru yang

berstatus honorer yaitu bagi para guru

berstatus PNS tentu mereka harus tunduk

kepada peraturan-peraturan terkait dengan

PNS dan kode etik PNS. Sedangkan

pegawai honorer tidak diwajibkan untuk

tunduk pada peraturan-peraturan tersebut.

Terdapat dua undang-undang yang

mengatur kepegawaian yaitu Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian dan Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian. Kedua Undang-Undang

tersebut berdasarkan Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara (UU ASN) dinyatakan

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku2

                                                                                                                          1 Indonesia, Undang-Undang Guru dan Dosen, UU Nomor 14 Tahun 2005, LN No. 157 Tahun 2005, TLN No. 4586, Ps. 1 angka 1.

2 Indonesia, Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, UU Nomor 5 Tahun 2014, LN Nomor 6 Tahun 2014, TLN Nomor 5494, Ps. 136.

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 3: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

3

sedangkan peraturan pelaksana dari kedua

Undang-Undang Pokok Kepegawaian

tersebut dinyatakan masih tetap berlaku

sepanjang tidak bertentangan dan belum

diganti berdasarkan UU ASN.3 Selain itu

UU ASN hingga penelitian ini dilakukan

juga belum memiliki peraturan

pelaksanaan yang lengkap, terkhusus untuk

manajemen PPPK baru terdapat rancangan

peraturan pemerintah saja sehingga belum

dapat diterapkan dengan optimal.

Permasalahan yang saat ini terjadi

terkait dengan guru honorer adalah guru-

guru honorer ingin diangkat menjadi PNS.

Pengangkatan tenaga honorer menjadi

CPNS telah diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang

Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi

Calon Pegawai Negeri Sipil. Terhadap

Peraturan Pemerintah ini dilakukan dua

kali perubahan yaitu pada Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 48 Tahun 2005 tentang

Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi

Calon Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2012 tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan

Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang

Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi

Calon Pegawai Negeri Sipil. Guru

merupakan salah satu pihak yang                                                                                                                           3 Ibid., Ps 139.

diprioritaskan dalam rangka pengangkatan

tenaga honorer menjadi CPNS.4 Meskipun

telah diprioritaskan namun tetap saja tidak

semua guru honorer dapat serta merta

langsung menjadi CPNS. Jika ternyata

guru honorer tidak lulus tes untuk menjadi

CPNS, meskipun ia sudah bekerja menjadi

guru dalam jangka waktu yang lama maka

ia akan tetap menjadi guru honorer.

Permasalahan mengenai tenaga

honorer termasuk juga mengenai guru

honorer merupakan permasalahan yang

sudah lama terjadi. Atas dasar

permasalahan tersebut maka pemerintah

merancang Rancangan Undang-Undang

Aparatur Sipil Negara yang pada tahun

2014 sudah disahkan menjadi UU ASN.

Alasan lain yaitu adanya keinginan untuk

melakukan reformasi birokrasi khusunya

dalam manajemen kepegawaian.5 Berbeda

dengan pengaturan mengenai kepegawaian

sebelumnya, pegawai ASN terdiri dari

pegawai tetap yang disebut pegawai negeri

sipil (PNS) dan pegawai pemerintah yang

pengangkatannya berdasarkan kontrak atau

disingkat PPPK.6

                                                                                                                          4 Indonesia, Peraturan Pemerintah Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, PP Nomor 43 Tahun 2007, Ps. 3 ayat (1) huruf a.

5 Miftah Thoha, Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia, ed. 2, cet. 5, (Jakarta: Prenamedia, 2014), hlm. 274.

6 Ibid., hlm. 276.

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 4: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

4

Meskipun dalam UU ASN tidak

terdapat istilah tenaga honorer dan juga

tidak diatur mengenai pengangkatan tenaga

honorer, terdapat pihak yang memaknai

PPPK sebagai “baju baru” honorer.

Persepsi ini berimplikasi pada pegawai

honorer kategori dua (K2) yang tidak

terjaring dalam seleksi pengangkatan

CPNS menuntut agar dapat diangkat

menjadi PPPK tanpa harus mengikuti

tahapan penyaringan untuk menjadi

PPPK.7 Adapun lahirnya UU ASN juga

berimplikasi pada penghapusan tenaga

honorer. Pada kenyataannya masih terdapat

tenaga honorer, dalam hal ini khususnya

guru honorer, yang tetap dipekerjakan.

Guru honorer bekerja dalam ketidakjelasan

status, yaitu dianggap sebagai PPPK atau

tetap sebagai honorer yang seharusnya

telah dihapuskan berdasarkan UU ASN.

Berdasarkan latar belakang masalah

sebagaimana telah dijabarkan di atas,

penelitian ini merumuskan masalah

pertama yaitu bagaimana peraturan

perundang-undangan yang ada mengatur

mengenai status guru honorer? Kedua yaitu

bagaimana UU ASN melalui konsep PPPK

                                                                                                                          7 Ichwan Santosa, “Bureaucracy Makeover: Memahami Peran Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dalam Paradigma ASN”, http://inovasi.lan.go.id/uploads/download/1414146845_6.-Bureaucracy-makeover-Policy-Brief-(19-8-2014)-by-Ichwan-Santosa.pdf, diakses 8 Desember 2016, hlm. 1.

mengatur mengenai status guru honorer?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

mengidentifikasi peraturan perundang-

undangan yang ada mengatur mengenai

status guru honorer serta menganalisis

pengaturan guru honorer melalui konsep

PPPK yang terdapat dalam UU ASN.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode  

yuridis-normatif yang bertujuan untuk

mengidentifikasi norma hukum tertulis

dengan menggunakan studi dokumen atau

bahan pustaka. Tipe penelitian yang

digunakan apabila dilihat dari sudut

bentuknya, yaitu berupa penelitian

eksplanatoris. Peneliti ingin

menggambarkan keadaan mengenai status

guru honorer terkait dengan pegawai

pemerintah dengan perjanjian kerja

(PPPK) dalam UU ASN. Selain itu juga,

penelitian ini termasuk dalam tipe

penelitian preskriptif yaitu peneliti juga

ingin memberikan saran agar permasalahan

mengenai status guru honorer dapat

diselesaikan dengan adanya kebijakan-

kebijakan pemerintah yang berpihak pada

keadilan. Apabila dilihat dari sudut ilmu

yang dipergunakan, penelitian ini termasuk

ke dalam tipe penelitian inter-displiner

yaitu Peneliti menggunakan disiplin ilmu

hukum dan administrasi negara dalam

melihat permasalahan status guru honorer

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 5: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

5

terkait dengan pegawai pemerintah dengan

perjanjian kerja (PPPK) dalam UU ASN

yang berkaitan dengan permasalahan

kepegawaian negara.

Penelitian ini menggunakan bahan

hukum primer berupa beberapa peraturan

perundang-undangan seperti Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Surat

Edaran Menteri, dan Peraturan Gubernur

DKI Jakarta. Undang-Undang yang

Peneliti gunakan yaitu Undang-Undnag

Nomor 49 Tahun 1999 tentang tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian, Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara, dan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan

Pemerintah yang Peneliti gunakan dalam

penelitian ini yaitu Peraturan Pemerintah

Nomor 48 Tahun 2005 tentang

Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi

Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah

Nomor 48 Tahun 2005 tentang

Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi

Calon Pegawai Negeri Sipil. Surat edaran

menteri yang digunakan yaitu Surat Edaran

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Nomor 5 Tahun

2010 tentang Pendataan Tenaga Honorer

yang Bekerja di Lingkungan Instansi

Pemerintah. Terakhir yaitu Peraturan

Gubernur DKI Jakarta yang Peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah

Peraturan Gubernur Nomor 235 Tahun

2015 tentang Honorarium Guru Non

Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga

Kependidikan Non Pegawai Negeri Sipil

Pada Sekolah Negeri.

Bahan hukum sekunder yang

digunakan berupa buku dan artikel ilmiah.

Buku yang Peneliti gunakan dalam

penelitian ini berjudul Manajemen

Kepegawaian Sipil di Indonesia. Artikel

ilmiah yang Peneliti gunakan dalam

penelitian ini berjudul Bureaucracy

Makeover: Memahami Peran

PegawaiPemerintah dengan Perjanjian

Kerja (PPPK) dalam Paradigma ASN dan

Analisa Status, Kedudukan, dan

Pekerjaan Pegawai Tidak Tetap dalam UU

No. 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara.

Alat pengumpulan data pada

penelitian ini berupa studi dokumen serta

ditambah wawancara dengan informan

untuk mengetahui konsep-konsep yang

ingin diteliti oleh Peneliti. Wawancara

dilakukan dengan guru-guru honorer di

SMAN X dan Kepala Bidang Perencanaan

Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur

Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi. Metode

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 6: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

6

analisis data yang dipilih Peneliti dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.

HASIL PENELITIAN

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara

penulis pada tanggal 10 November 2016 di

SMAN X Jakarta Selatan, terdapat

beberapa poin penting terkait dengan

permasalahan yang dialami oleh para guru

honorer. Berikut adalah poin-poin

permasalahan guru honorer yaitu mengenai

perekrutan guru honorer, gaji/penghasilan

guru honorer, jangka waktu berstatus guru

honorer.

Perekrutan guru honorer di SMAN

X dilakukan dengan cara yaitu calon guru

honorer melamar di SMAN X kemudian

dilakukan tes keterampilan dan juga tes

wawancara terhadap guru honorer. Selain

dengan melamar, terdapat pula guru

honorer yang direkrut berdasarkan

rekomendasi dari kepala sekolah. Adapun

pada dasarnya, tenaga honorer termasuk

didalamnya juga guru honorer direkrut

dengan alasan untuk membantuk kinerja

daripada PNS dan juga didasarkan pada

cara perekrutannya yang dapat dilakukan

secara kecil-kecilan. Berbeda dengan PNS

yang dalam perekrutannya diperlukan

pemetaan dan formasi jabatan terlebih

dahulu. Permasalahan yang terjadi yaitu

bahwa setelah berlakunya PP Nomor 48

Tahun 2005 semua Pejabat Pembina

Kepegawaian dan pejabat lain di

lingkungan instansi, dilarang mengangkat

tenaga honorer atau yang sejenis, kecuali

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.8

Pada kenyataannya masih terdapat

pengangkatan tenaga honorer di

lingkungan instansi pemerintahan setelah

tahun 2005. Salah satu contohnya yaitu di

SMAN X yang mengangkat guru honorer

pada tahun 20089 dan tahun 201510.

Perekrutan guru honorer yang

diberlakukan saat ini dinilai menjadi

penyebab tidak terkendalinya jumlah guru

honorer di berbagai daerah termasuk di

Jakarta.

Permasalahan selanjutnya yang

dihadapi oleh para guru honorer yaitu

terkait penghasilan yang diterima oleh para

guru honorer setiap bulannya. Dari empat

orang guru honorer yang Peneliti

wawancarai, semuanya mengharapkan

adanya perbaikan dari gaji yang mereka

terima. Permasalahan mengenai gaji inilah

yang membuat guru honorer menuntut

untuk diangkat menjadi PNS. Para guru

honorer merasa diperlakukan secara

                                                                                                                          8 Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, PP No. 48 Tahun 2005, Ps. 8.

9 Wawancara dengan Ibu I, guru honorer SMAN X Jakarta Selatan, tanggal 10 November 2016

10 Wawancara dengan Bapak T, guru honorer SMAN X Jakarta Selatan, tanggal 10 November 2016

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 7: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

7

diskriminatif dibandingkan dengan para

guru PNS. Sebagai perbandingan yaitu

untuk guru PNS, mereka mendapatkan

beberapa tunjangan seperti tunjangan

sertifikasi dan tunjangan kinerja daerah

(TKD). Sebagai tambahan para guru PNS

DKI Jakarta juga berhak akan gaji ke-13

dan juga gaji ke-14 sedangkan para guru

honorer di SMAN X tidak berhak

mendapatkan tunjangan maupun gaji ke-13

dan ke-14 sebagaimana guru PNS terima.

Adapun terkait dengan permasalahan

penghasilan guru honorer di DKI Jakarta,

telah dikeluarkan Peraturan Gubernur DKI

Jakarta Nomor 235 tentang Honorarium

Guru Non Pegawai Negeri Sipil dan

Tenaga Kependidikan Non Pegawai Negeri

Sipil pada Sekolah Negeri. Honor yang

diterima oleh para guru honorer yang telah

bekerja minimal satu tahun adalah sebesar

Upah Minimum Provinsi (UMP) DKI

Jakarta.11 Peraturan ini mulai diberlakukan

pada tahun 2016. Untuk mendapatkan

honor sesuai UMP maka berdasarkan

Pergub DKI Jakarta No. 235 Tahun 2015,

para guru honorer diharuskan membuat

kontrak kerja individu dengan Kepala Suku

Dinas Pendidikan yang berlaku selama satu

tahun. Terhadap kontrak kerja individu

                                                                                                                          11 Indoneisa, Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Peraturan Gubernur tentang Honorarium Guru Non Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Kependidikan Non Pegawai Negeri Sipil Pada Sekolah Negeri, Pergub Nomor 235 Tahun 2015, Ps. 9 ayat (2).

tersebut, akan dilakukan evaluasi dan dapat

diperpanjang berdasarkan analisis

kebutuhan guru non PNS.12 Para guru

honorer mengapresiasi Pergub DKI Jakarta

Nomor 235 Tahun 2015 karena dianggap

telah sedikit memberi kelegaan terkait

honor para guru honorer.

Keempat guru honorer yang

Peneliti wawancarai direkrut menjadi guru

honorer berdasarkan Surat Keputusan

Kepala Sekolah SMAN X. Di dalam Surat

Keputusan Pengangkatan guru honorer

tersebut tidak disebutkan mengenai jangka

waktu daripada para guru honorer untuk

bekerja menjadi guru honorer. Hal ini

berarti terdapat ketidakjelasan mengenai

jangka waktu bagi para guru honorer untuk

menjadi guru honorer. Terdapat guru

honorer yaitu Ibu S yang sudah berulang

kali mencoba untuk mengikuti seleksi

pengangkatan tenaga honorer untuk

menjadi CPNS namun hasilnya tetap saja

nihil. Pengangkatan guru honorer

sebagaimana diamanatkan pada PP Nomor

56 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua

daripada PP Nomor 48 Tahun 2005 yang

seyogianya dituntaskan hingga tahun

anggaran 2014 juga tidak menyelesaikan

permasalahan guru honorer. Bahkan

sampai terbitnya UU ASN juga masih

terdapat ketidakjelasan status guru honorer

di SMAN X.

                                                                                                                          12 Ibid., Ps. 7-8.

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 8: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

8

PEMBAHASAN

Status Guru Honorer Berdasarkan

Peraturan Perundang-undangan

Pemerintah Indonesia mengatur

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

Kepegawaian untuk pertama kalinya dalam

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1961

tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Kepegawaian. Pada Undang-undang ini

tidak terdapat ketentuan baik mengenai

pegawai tidak tetap maupun pegawai

honorer. Lahirnya Undang-Undang Nomor

8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian mencabut dan menyatakan

tidak berlaku Undang-Undang Nomor 18

Tahun 1961. Adapun dalam Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1974 juga tidak

mengatur ketentuan tentang adanya

pegawai tidak tetap dan juga honorer.

Ketentuan mengenai pegawai tidak tetap

baru muncul pada Undang-Undang Nomor

43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-pokok Kepegawaian.

Sedangkan untuk istilah tenaga honorer

baru muncul dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 48 Tahun 2005 tentang Meskipun

isitilah pegawai tidak tetap baru diatur

dengan ketentuan dalam Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 1999, pada praktiknya

sebelum tahun 1999 sudah ada perekrutan

pegawai tidak tetap maupun tenaga

honorer. Hal ini dapat dilihat dari

terdapatnya guru honorer yang sudah

bekerja sejak tahun 1994 dan hingga

sekarang masih berstatus sebagai guru

honorer.

Pada dasarnya, tenaga honorer

direkrut dengan tujuan untuk membantu

kinerja daripada PNS. Meskipun tenaga

honorer berperan penting dalam

penyelenggaraan pemerintahan,

permasalahan tenaga honorer yang

termasuk juga di dalamnya mengenai guru

honorer sudah berlangsung lama.

Pemerintah menanggapi tuntutan daripada

guru honorer dengan mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun

2005 tentang Pengangkatan Tenaga

Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri

Sipil. Sebagai kelanjutan dari PP Nomor

48 Tahun 2005, Kementerian

Pendayagunaan Aaparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB)

mengeluarkan Surat Edaran Nomor 5

Tahun 2010 tentang Pendataan Tenaga

Honorer yang Bekerja di Lingkungan

Instansi Pemerintah. Berdasarkan SE

Menpan-RB Nomor 5 Tahun 2010

tersebut, disebutkan bahwa pemerintah

telah melakukan pemrosesan tenaga

honorer sejumlah 920.702. Berdasarkan SE

tersebut diadakan pengategorian tenaga

honorer yang didasarkan pada sumber

penghasilan mereka. Untuk Kategori I

yaitu tenaga honorer yang penghasilannya

dibiayai oleh APBN ataupun APBD

sedangkan untuk Kategori II yaitu tenaga

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 9: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

9

honorer yang pengjasilannya dibiayai

bukan dari APBN ataupun APBD.13

Pengangkatan tenaga honorer menjadi

CPNS sebagaimana dicita-citakan oleh PP

Nomor 48 Tahun 2005 beserta

perubahannya, ternyata mengalami kendala

dalam pelaksanaannya. Hal ini dapat

terlihat dari terdapatnya pengaduan

mengenai pemalsuan dokumen

sebagaimana tercantum dalam SE Menpan-

RB Nomor 3 Tahun 2012 tentang Data

Tenaga Honorer Kategori I dan Daftar

Nama Tenaga Honorer Kategori II. Selain

itu prioritas pengangkatan tenaga honorer

menjadi CPNS adalah tenaga honorer

untuk Kategori I sehingga menimbulkan

permasalahan bagi tenaga honorer untuk

Kategori II yang tidak mendapatkan

prioritas untuk diangkat menjadi CPNS.  

Terlihat bahwa bahkan setelah

dikeluarkannya PP Nomor 48 Tahun 2005

tentang Pengangkatan Tenaga Honorer

Menjadi CPNS, masih terdapat

permasalahan terhadap guru honorer

khususnya berkaitan dengan status mereka

dalam Peraturan Perundang-undangan.

Tahun 2014 pemerintah kembali

mengeluarkan kebijakan terkait

permasalahan tenaga honorer maupun guru

honoer melalui Undang-Undang Nomor 5

                                                                                                                            13  Indonesia, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Surat Edaran tentang Pendataan Tenaga Honorer yang Bekerja di Lingkungan Instansi Pemerintah, Nomor 5 SE Tahun 2010, Angka 2  

Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

(UU ASN). Pada kenyataannya, UU ASN

tidak menyebutkan maupun mengatur

sama sekali soal tenaga honorer. UU ASN

justru menimbulkan konsep baru yaitu

Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian

Kerja (PPPK). Penyebutan serta

pengaturan tenaga honorer dinilai penting

terkait status mereka apakah tetap menjadi

honorer, ataukah dihapuskan, ataupun akan

beralih menjadi PPPK. Hadirnya UU ASN

yang seyogianya dicita-citakan menjadi

solusi atas permasalahan mengenai tenaga

honorer justru menimbulkan ketidakjelasan

terhadap para tenaga honorer tak terkecuali

guru honorer.

Kebijakan Pemberlakuan PPPK untuk

Permasalahan Guru Honorer

Berdasarkan wawancara dengan

pihak Kemenpan-RB, munculnya konsep

PPPK dalam UU ASN berfungsi untuk

menduduki jabatan-jabatan tertentu yang

dapat diberikan untuk diduduki oleh PPPK

sebagaimana diatur dalam UU ASN. PPPK

dirancang untuk mengisi jabatan

fungsional dan salah satu yang termasuk di

dalamnya adalah guru. Kontrak PPPK

selalu dapat diperpanjang asalkan PPPK

memenuhi persyaratan jabatan. Apabila

beban kerja PPPK sudah habis dan sudah

ada PNS yang dapat menduduki jabatan

tersebut, maka kontrak PPPK akan putus

dan PPPK akan tersingkir dari jabatannya.

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 10: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

10

Konsep PPPK sebagaimana

dirancangkan dalam UU ASN sebenarnya

baik apabila kembali kepada tujuannya

yaitu untuk membangunkan PNS dari zona

nyaman kepada zona kompetensi. Hal ini

didasarkan pada pandangan masayarakat

saat ini mengenai PNS yaitu PNS sering

bekerja asal-asalan dan kurang produktif.

UU ASN mengedepankan merit system

dalam pola perekrutan pegawai. Sisi positif

dari pengedepanan merit system dalam UU

ASN yaitu sebagai obat terhadap penyakit

birokrasi (patologi birokrasi) di Indonesia.

Hal ini dilakukan dengan langkah

mengedepankan transparansi dan

akuntabitilias dalam rekrutmen pegawai

tidak tetap (dalam hal ini merupakan

PPPK). Selama ini yang terjadi dalam

perekrutan pegawai tidak tetap didasarkan

pada faktor like and dislike dan berbasis

pada spoil system namun sekarang

didasarkan pada faktor kompetensi

berbasis merit.14 Selain itu berbeda dengan

pandangan yang didukung oleh fakta yang

terjadi di lapangan yaitu para tenaga

honorer tidak mendapatkan kesejahteraan

yang layak. Tekait honor yang tidak jelas

bahkan perlindungan kerja pun juga tidak

jelas. Hadirnya UU ASN yang melahirkan

konsep pegawai kontrak PPPK disatu sisi                                                                                                                           14 Wasito Raharjo Jati, Analisa Status, “Kedudukan dan Pekerjaan Pegawai Tidak Tetap dalam UU No. 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara”, Jurnal Borneo Administrator Volume 11 No.1 (2015), hlm. 119.

lebih jelas dalam memberikan

kesejahteraan kepada pegawai kontrak.

Terdapat tiga perbedaan mendasar

antara PPPK dengan tenaga honorer yaitu

terkait pengangkatan, jangka waktu kerja,

dan hak-hak yang diperoleh masing-

masing dari tenaga honorer dan PPPK.

Terkait pengangkatan tenaga honorer, tidak

ada peraturan baku yang menentukan

syarat-syarat untuk dapat direkrut menjadi

tenaga honorer. Dalam konteks ini yaitu di

sekolah, praktik yang terjadi adalah apabila

suatu sekolah membutuhkan guru mata

pelajaran yang tidak ada guru PNS-nya,

maka mereka merekrut guru honorer.

Dalam merekrut seorang guru, tentu

diperlukan keahlian untuk mengajar mata

pelajaran yang dibutuhkan. Hal ini

dibuktikan dengan ijazah dari guru honorer

yang akan melamar menjadi guru honorer.

Setelah itu diadakan tes wawancara guru

honorer dengan pihak sekolah untuk

melihat apakah guru honorer tersebut

mumpuni untuk bekerja menjadi guru

honorer. Untuk PPPK maka

pengangkatannya harus sesuai dengan tata

cara pengangkatan PPPK sebagaimana

diatur dalam UU ASN. Selain itu harus

didahului dengan formasi jabatan untuk

melihat kebutuhan daripada PPPK secara

menyeluruh. Hingga tulisan ini dibuat,

Rancangan Peraturan Pemerintah dari

manajemen PPPK belum disahkan. Bahkan

ada rencana daripada pemerintah untuk

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 11: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

11

melakukan revisi UU ASN. Pemerintah

berpendapat bahwa tenaga honorer yang

ada saat ini sudah seharusnya

diprioritaskan untuk diangkat daripada

mencari yang baru.15 Tahapan daripada

revisi UU ASN sudah masuk ke prolegnas

untuk dibahas pada tahun 2017. Hal ini

tentunya berdampak pada masih belum

dapat optimalnya pengangkatan PPPK.

Berkaitan dengan jangka waktu

kerja daripada honorer, sebagaimana telah

dibahas pada bagian sebelumnya bahwa

tidak ada jangka waktu yang jelas untuk

sampai berapa lama tenaga honorer akan

berstatus sebagai tenaga honorer.

Perbedaan dengan PPPK, pada kontrak

pengangkatan PPPK berdasarkan UU

ASN, disebutkan bahwa PPPK diangkat

dengan masa perjanjian kerja minimal satu

tahun.16

Terkait dengan hak-hak yang

diperoleh, dalam hal ini guru honorer yang

bekerja di SMAN X menyatakan bahwa

dalam menjalankan tugas menjadi guru

honorer, hak yang mereka dapatkan

hanyalah mendapatkan gaji dan tidak

mendapat tunjangan maupun jaminan

perlindungan kerja. Berbeda dengan PPPK

yang mendapatkan hak-hak sebagaimana                                                                                                                           15 Harian Kompas, DPR Ingin Revisi UU ASN Dilanjutkan, Jumat 16 Desember 2016, hlm. 5.

16 Indonesia, Indonesia, Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, UU Nomor 5 Tahun 2014, LN Nomor 6 Tahun 2014, TLN Nomor 5494, Ps. 98 ayat (2).

disebutkan dalam UU ASN yaitu

mendapatkan gaji dan tunjangan, cuti,

perlindungan, serta pengembangan

kompetensi.17

Apabila melihat pada gaji maupun

hak-hak yang akan diperoleh PPPK

sebagaimana diatur dalam UU ASN,

memang harus diakui bahwa konsep PPPK

terlihat lebih tertata rapi jika dibandingkan

dengan honorer. Fenomena guru honorer

yang tidak mendapatkan gaji secara rutin

setiap bulan dan juga penghasilan yang

tidak menentu tentunya membuat para guru

honorer berharap agar ada perbaikan dalam

hal kesejahteraan. Hadirnya UU ASN yang

melahirkan konsep pegawai kontrak PPPK

disatu sisi lebih jelas dalam memberikan

kesejahteraan kepada pegawai kontrak.

Meskipun di satu sisi terlihat bahwa

konsep PPPK menjanjikan kesejahteraan

bagi pegawai kontrak, namun di sisi lain

hadirnya konsep PPPK justru

menimbulkan ketidakjelasan bagi status

tenaga honorer termasuk juga guru

honorer. Ketiadaaan istilah honorer

menandakan pemerintah masih belum

dapat menentukan soal status tenaga

honorer yang sampai saat ini masih nyata

keberadaannya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Kemenpan-RB, dengan

lahirnya UU ASN maka untuk

kepegawaian di lingkungan instansi

                                                                                                                          17 Ibid., Ps. 22

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 12: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

12

pemerintahan yang ada hanyalah ASN.

Adapun sebagaimana diatur dalam UU

ASN maka yang termasuk dalam kategori

ASN hanyalah PNS dan PPPK. Hal yang

menjadi permasalahan adalah soal pegawai

honorer yang masih bekerja di lingkungan

pemerintahan. Persepsi bermunculan

bahwa dengan adanya konsep PPPK maka

nantinya tenaga honorer akan secara

otomatis diangkat menjadi PPPK. Ada juga

persepsi bahwa PPPK sama saja dengan

tenaga honorer.

Pemerintah perlu memikirkan

mengenai transisi tenaga honorer untuk

menjadi PPPK jika memang nantinya

seluruh tenaga honorer akan dihapuskan

dan diganti menjadi PPPK. Tidak berhenti

sampai di situ, pemerintah juga perlu

mempertimbangkan masa kerja tenaga

honorer. Apabila pengangkatan tenaga

honorer menjadi PPPK semata-mata hanya

didasarkan pada seleksi seperti tes, maka

akan sama saja dengan seleksi untuk

diangkat menjadi CPNS.

Dirancangkan bahwa PPPK

tetaplah akan menjadi pegawai kontrak

yang dalam hal ini merupakan pegawai

kontrak di instansi pemerintahan. Hal ini

tentu akan merugikan pemerintah sendiri

nantinya. Apabila ternyata para PPPK bisa

bekerja di sektor swasta dengan gaji yang

lebih besar daripada menjadi PPPK dan di

sektor swasta mereka bisa menjadi

pegawai tetap, maka tidaklah

mengherankan jika nantinya akan banyak

PPPK yang ternyata ahli dibidangnya

justru berpindah ke sektor swasta. Selain

itu, apabila tidak terdapat lagi beban kerja

untuk PPPK dalam hal ini berarti sudah

terdapat PNS yang mengisi beban kerja

untuk PPPK maka PPPK akan tersingkir

dari jabatannya. Terlihat bahwa PPPK

justru berpotensi menimbulkan

pengangguran. Konsep PPPK yang

dirancangkan untuk menggantikan posisi

tenaga honorer termasuk juga guru

honorer, ternyata justru tidak berpihak

pada guru honorer.

Untuk wilayah DKI Jakarta,

berdasarkan Peraturan Gubernur DKI

Jakarta Nomor 235 Tahun 2015 tentang

Honorarium Guru Non Pegawai Negeri

Sipil dan Tenaga Kependidikan Non

Pegawai Sipil Pada Sekolah Negeri

(Pergub DKI Jakarta No. 235 Tahun 2015),

guru honorer diharuskan membuat kontrak

kerja individu. Kontrak Kerja Individu

tersebut terdiri dari sembilan pasal yang

berisikan tentang lingkup kerja; tugas dan

tempat; jangka waktu dan pembayaran;

hari dan waktu kerja; hak dan kewajiban;

pelanggaran dan sanksi; berakhirnya

kontrak kerja; penyelesaian perselisihan;

dan terakhir mengenai ketentuan penutup.

Munculnya keharusan bagi para guru

honorer untuk membuat kontrak kerja

individu tentunya mengingatkan kembali

kepada konsep dari PPPK yang diangkat

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 13: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

13

berdasarkan perjanjian kerja. Berikut

adalah beberapa hal pokok terkait

pembahasan kontrak kerja individu dan

perjanjian kerja PPPK yang akan disajikan

dalam tabel. Tabel 1. Perbandingan Antara Kontrak Kerja Individu Guru Honorer dan Perjanjian Kerja PPPK

No. Kate-gori

Kontrak Kerja

Individu (Pergub No. 235 Tahun

2015)

Perjanjian Kerja PPPK

(UU ASN)

1. Pihak-pihak

Guru honorer dan Pemerintah Daerah melalui Dinas Pendidikan DKI Jakarta

PPPK dan Pejabat Pembina Kepegawaian

(Pasal 100 ayat 1)

2. Jangka Waktu

Satu (1) tahun (berdasarkan kontrak)

Paling singkat satu (1) tahun (Pasal 98 ayat 2)

3. Status Guru honorer PPPK

4. Hak-hak yang dipero-leh

1. upah setiap bulan;

2. meneri-ma asuransi BPJS Keseha-tan dan Ketena-gakerja-an

3. cuti mela-hirkan

1. gaji dan tunjangan;

2. cuti;

3. perlin-dungan;

4. pengem-bangan kompeten-si;

5. Sum-ber pembia-yaan

APBD (Pasal 11)

APBN ataupun APBD

(pasal 101)

upah/ gaji

Sumber: Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 235 Tahun 2015, Kontrak Kerja Individu Guru Honorer, dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat

dilihat perbandingan antara Kontrak Kerja

Individu Guru Honorer sebagaimana

rancangan dalam Pergub DKI Jakarta No.

235 Tahun 2015 dan Perjanjian Kerja

PPPK sebagaimana rancangan dalam UU

ASN. Beberapa hal pokok untuk dibahas

terkait dengan Kontrak Kerja Individu

Guru Honorer dan Perjanjian Kerja PPPK

yaitu mengenai pihak-pihak yang dalam

kontrak kerja individu maupun perjanjian

kerja, jangka waktu kontrak kerja individu

dan perjanjian kerja PPPK, status dari

pihak guru honorer dam PPPK, hak-hak

yang diperoleh guru honorer berdasarkan

kontrak kerja individu dan PPPK, serta

sumber pembiayaan upah/gaji untuk guru

honorer dan PPPK.

Pada Kontrak Kerja Individu

berdasarkan Pergub DKI Jakarta No. 235

Tahun 2015, pihak-pihak dalam kontrak

kerja individu adalah guru honorer dan

Pemerintah Daerah melalui Dinas

Pendidikan DKI Jakarta Untuk jangka

waktu dari kontrak kerja individu

disebutkan dalam pasal 8 ayat (1) Pergub

DKI Jakarta No. 235 Tahun 2015 adalah

satu tahun. Pergub DKI Jakarta No. 235

Tahun 2015 sendiri tidak mengatur rinci

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 14: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

14

mengenai hak-hak daripada guru honorer.

Namun berdasarkan kontrak kerja individu,

disebutkan bahwa hak-hak daripada guru

honorer yaitu menerima upah setiap bulan,

menerima asuransi BPJS Kesehatan dan

Ketenagakerjaan, serta cuti melahirkan

untuk guru honorer perempuan. Hal yang

terakhir yaitu terkait sumber pembiayaan

upah untuk guru honorer. Berdasarkan

Pasal 11 Pergub DKI Jakarta No. 235

Tahun 2015 disebutkan bahwa honor guru

honorer dibebankan kepada APBD DKI

Jakarta.

Pada UU ASN, pihak-pihak dalam

perjanjian kerja PPPK adalah PPPK dan

Pejabat Pembina Kepegawaian. Hal ini

didasarkan pada Pasal 100 ayat (1) UU

ASN. Untuk jangka waktu dari perjanjian

kerja PPPK disebutkan dalam pasal 98 ayat

(2) UU ASN adalah paling singkat satu

tahun dan dapat diperpanjang sesuai

kebutuhan. Hak-hak daripada PPPK

sebagaimana telah dibahas dalam Bab 2

yaitu disebutkan dalam Pasal 22 UU ASN,

PPPK berhak akan gaji dan tunjangan, cuti,

perlindungan, dan pengembangan

kompetensi. Hal yang terakhir yaitu terkait

sumber pembiayaan gaji untuk PPPK.

Sebagaimana terdapat dalam pembahasan

Bab 2, pada pasal 101 disebutkan bahwa

gaji PPPK dibebankan kepada APBN

untuk PPPK yang bekerja di instansi pusat

dan APBD untuk PPPK yang bekerja di

instansi daerah.

Berdasarkan tabel 1, terlihat bahwa

terdapat persamaan antara kontrak kerja

individu sebagaimana diatur dalam Pergub

DKI Jakarta No. 235 Tahun 2015 dengan

konsep perjanjian kerja PPPK sebagaimana

diamanatkan oleh UU ASN. Adapun

persamaan ini menunjukan bahwa ternyata

pengangkatan PPPK bukanlah satu-satunya

solusi dalam mengatasi permasalahan guru

honorer. Hadirnya Pergub DKI Jakarta No.

235 Tahun 2015 telah menolong para guru

honorer untuk memperjelas status mereka

dalam peraturan perundang-undangan

tanpa perlu menunggu kepastian daripada

pemerintah terkait dengan konsep PPPK.

Dari sisi perekrutan, penghasilan,

dan juga jangka waktu, maka terlihat

bahwa kontrak kerja individu sebagaimana

diatur dalam Pergub Nomor 235 Tahun

2015, telah memberikan kejelasan terhadap

ketiga hal pokok yang dipermasalahkan

oleh para guru honorer selama ini. Terkait

hal perekrutan, jelas syarat-syaratnya

sebagaimana diatur dalam Pergub Nomor

235 Tahun 2015, selain itu jelas bahwa

yang menjadi pihak dalam kontrak

bukanlah kepala sekolah melainkan guru

yang bersangkutan dengan Dinas

Pendidikan DKI Jakarta. Adapaun Dinas

Pendidikan DKI Jakarta merupakan

institusi yang berwenang dalam hal

perekrutan guru.18 Selain itu berdasarkan                                                                                                                           18Indonesia, Undang-Undang Pemerintahan Daerah, UU No. 23 Tahun 2014, LN

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 15: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

15

Pergub DKI Jakarta No. 235 Tahun 2015

ini berarti guru honorer juga bukan lagi

disebut sebagai pegawai sekolah namun

merupakan pegawai honorer Dinas

Pendidikan DKI Jakarta. Status mereka

berdasarkan Pergub DKI Jakarta No. 235

Tahun 2015 menjadi lebih jelas

dibandingkan peraturan perundang-

undangan lainnya. Terkait hal

penghasilan/honor, maka terlihat pula

disebutkan dalam kontrak tersebut bahwa

penghasilan guru honorer yang terikat

kontrak kerja individu tersebut adalah

sebesar Rp3.100.000,00 per bulan. Sebagai

tambahan pula, guru honorer yang terikat

kontrak kontrak kerja individu tersebut

diberikan upah ke-13 atau yang biasa di

kalangan pegawai sebutkan yaitu “gaji ke-

13”. Adapun jangka waktu kontrak kerja

individu adalah 12 bulan. Selain itu, hal

yang menarik dari kontrak ini yaitu

disebutkan bahwa Pihak Kedua ataupun

dalam hal ini yaitu guru honorer tidak

diperbolehkan untuk menunutut agar

diangkat menjadi CPNS di lingkungan

Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta.

Terlihat bahwa pemerintah mengeluarkan

peraturan ini dikarenakan ingin

menyelesaikan tuntutan daripada guru

honorer untuk dapat diangkat menjadi

CPNS.

                                                                                                                                                                                 Nomor 244 Tahun 2014, TLN Nomor 5587, Lampiran Bagian I huruf A.

Pada kenyataannya, pengangkatan

semua guru honorer menjadi CPNS

bukanlah satu-satunya jalan keluar untuk

menyelesaikan permasalahan guru honorer.

Apabila semua guru honorer diangkat

menjadi CPNS maka akan terjadi

pembengkakan anggaran yang harus

dikeluarkan untuk membayar gaji maupun

tunjangan bagi para PNS. Oleh karena itu,

dapat dinilai bahwa pemerintah DKI

Jakarta sudah cukup cermat dalam

menganalisa permasalahan serta solusi

yang bijak untuk meredakan tuntutan para

guru honorer. Adapun jika dikemudian hari

para guru honorer tetap menuntut untuk

diangkat menjadi guru PNS, pemerintah

harus mempertimbangkan pula bahwa pada

kenyataannya masih terjadi

ketidakmerataan guru PNS di daerah-

daerah terpencil. Melihat pada kewajiban

ASN yang terdapat dalam Pasal 23 huruf h

UU ASN yaitu pegawai ASN harus

bersedia ditempatkan di seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia,

maka hal ini bisa menjadi bahan

pertimbangan baik bagi guru honorer yang

ingin diangkat menjadi PNS maupun bagi

pemerintah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Status guru honorer berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang

berlaku saat ini adalah tidak jelas. Namun

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 16: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

16

untuk wilayah DKI Jakarta, terdapat

Pergub DKI Jakarta No. 235 Tahun 2015

yang memperjelas status guru honorer di

DKI Jakarta dalam peraturan perundang-

undangan baik dari segi perekrutan,

honorarium, maupun terkait dengan jangka

waktu daripada guru honorer. Selain itu,

konsep PPPK dalam UU ASN yang

seyogianya mengatasi permasalah teanaga

honorer justru tidak berpihak pada guru

honorer. Pemerintah sendiri masih belum

jelas terkait konsep PPPK dan

rancangannya untuk menggantikan posisi

tenaga honorer.

Saran

Pemerintah diharapkan dapat

mengeluarkan pengaturan yang mengatur

mengenai tenaga honorer dan juga

termasuk di dalamnya guru honorer. Revisi

UU ASN jelas dibutuhkan agar dapat

mengakomodasi status guru honorer dan

juga untuk memperjelas peran dan posisi

dari PPPK dalam bagiannya menjadi

Aparatur Sipil Negara. Konsep PPPK yang

ada dalam UU ASN sebaiknya tidak

diterapkan terlebih dahulu sebelum

konsepnya diperjelas baik melalui revisi

UU ASN ataupun pengaturan lainnya.

Selain itu, baik pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah diharapkan dapat

mencontoh dari Pergub DKI Jakarta No.

235 Tahun 2015 ini dalam hal

penyelesaian permasalahan guru honorer.

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017

Page 17: Status Guru Honorer Terkait Pegawai Pemerintah dengan

17

DAFTAR REFERENSI

Harian Kompas. DPR Ingin Revisi UU ASN Dlanjutkan. Jumat 16 Desember 2016. Hlm. 5.

Indonesia. Undang-Undang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, UU Nomor 43 Tahun 1999, LN No. 169 Tahun 1999, TLN No. 3890.

______. Undang-Undang Guru dan Dosen, UU Nomor 14 Tahun 2005, LN No. 157 Tahun 2005, TLN No. 4586.

______. Undang-Undang Aparatur Sipil Negara, UU Nomor 5 Tahun 2014, LN No. 6 Tahun 2014, TLN No. 5494.

______. Undang-Undang Pemerintahan Daerah, UU No. 23 Tahun 2014, LN Nomor 244 Tahun 2014, TLN Nomor 5587.

______. Peraturan Pemerintah Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Pegawai Negeri Sipil. PP Nomor 48 Tahun 2005.

______. Peraturan Pemerintah Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. PP Nomor 43 Tahun 2007.

______. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Surat Edaran tentang Pendataan Tenaga Honorer yang Bekerja di Lingkungan Instansi Pemerintah. Nomor SE 5 Tahun 2010.

______. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Peraturan Gubernur tentang Honorarium Guru Non Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Kependidikan Non Pegawai Negeri Sipil Pada Sekolah Negeri. Pergub Nomor 235 Tahun 2015.

Jati, Wasito Raharjo Jati. (2015) “Analisa Status, Kedudukan dan Pekerjaan Pegawai Tidak Tetap dalam UU No. 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara.” Jurnal Borneo Administrator Volume 11 No.1. Hlm. 100-120.

Santosa, Ichwan. (2014). Bureaucracy Makeover: Memahami Peran Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dalam Paradigma ASN. Diakses 8 Desember 2016 dari http://inovasi.lan.go.id/uploads/do nload/1414146845_6. Bureaucracy makeover-Policy-Brief-(19-8 2014)-by-Ichwan-Santosa.pdf.

Thoha, Miftah. (2014). Manajemen Kepegawaian Sipil di Indonesia. (ed. 2). Jakarta: Prenamedia.

Status Guru ..., Trisha Dayanara, FH UI, 2017