standarisasi larutan naoh 0,1 m

Upload: nadya-farah-kamilia

Post on 09-Jan-2016

180 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR II

STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANYA DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN

OLEH KELOMPOK 7Nama : Ade Darma SaputraNIM: F1D113024Prodi: Teknik PertamabanganFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS JAMBI2014STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANYA DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN1. Tujuan Percobaan

1. Menentukan molaritas larutan Naoh dengan larutan standar asam oksalat.2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan.

2. Landasan TeoriAsidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). (Michael, 1995)Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri merupakan penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asm dengan menggunakan baku basa.(Arrhenius, 2009) Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indicator bila pH pada titi ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa , pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara dratis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen. (Pudjaatmaka, 1989)Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas).Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.(Sutresna, 2003)Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric adalah sebagai berikut :1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan iodium. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar, misalnya larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.Cara Mengetahui Titik Ekuivalen.Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalent.2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai titik akhir titrasi.

3. Prosedur Kerja

Alat dan Bahan

Alat:1. Labu ukur 100 mL: 1 buah2. Buret 50 mL: 2 buah3. Erlenmeyer 100 mL: 3 buah4. Erlenmeyer 150 mL: 2 buah5. Pipet Ukur 10 mL: 1 buah6. Klem dan Standar7. Batang Pengaduk: 1 buah8. Gelas Ukur 100 mL : 1 buah9. Gelas Ukur 50 mL: 1 buah10. Kaca Arloji: 1 buah11. Pipet Tetes: 5 buah12. Spatula: 1 buahBahan:1. Asam Oksalat2. Larutan NaOH 3. Asam Cuka Perdagangan4. Indikator PP

4. Skema Kerja

a. Penentuan Molaritas NaOH

1 buret diisi dengan larutan asam oksalatAsam Oksalat 1.26 g dalam labu ukur + 100 mL air suling

10 mL NaOh + 10 mL air suling + 1-2 tetes indicator pp, titrasi dengan asam oksalat hingga warna merah jambu hilang

Catat pada hasil pengamatanTitrasi lakukan hingga 3 kali

b. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan

Catat Pada Hasil PengamatanTitrasi lakukan hingga 3 kaliTitrasi dengan NaOH hingga berubah warnaSetelah selesai cuci buret dengan sisa asam perdagangan!00 mL larutan cuka encerkan di dalam labu ukur 100 mL hingga volume 100 mLAmbil 10 mL larutan encer masukkan dalam Erlenmeyer + 2 tetes indicator pp

5. Data Pengamatan E. Hasil Pengamatan 1. Tabel PengamatanPerlakuanHasil Pengamatan

Standarisasi Larutan NaOHDimasukkan 25 mL asam klorida (HCl) 0,1427 M ke dalam labu ukur kemudian ditambahkan ditambah 2 tetes indikator fenolftalein dan dititrasi dengan larutan NaOH.

Penetapan Asam Cuka PerdaganganDimasukkan larutan asam cuka perdagangan ke dalam labu Erlenmeyer sebanyak 25 ml, kemudian ditambahkan indikator fenolftalein kemudian dititrasi dengan larutan NaOH.Terjadi perubahan warna merah jambu dan memerlukan larutan NaOH sebanyak 18,76 mL.

Terjadi perubahan warna bening menjadi warna merah jambu dan memerlukan larutan NaOH sebanyak 19,98 ml.

2. Perhitungan a. Standarisasi Larutan NaOH Dik : V NaOH = 18,76 ml V HCl =25 ml Molaritas HCl = 0,1427 M Dit : Konsentrasi NaOH = . . . . ? Peny : M1 . V1 = M2 . V2 M1 . 18,76 ml = 0,1427 . 25 ml M1 = 0,1427.25 18,76 M1 = Jadi konsentrasi NaOH adalah 0,19 M

b. Penetapan Kadar Asam Cuka Perdagangan Dik : V CH3COOH = 25 ml V NaOH = 19,98 ml M CH3COOH = 0,189 M Dit : Konsentrasi NaOH = ? Peny : M1 . V1 = M2 . V2 M1. 19,98 ml = 0,189 . 25 ml M2 = 0,189 . 25 19,89 M2 = 0,238 M Jadi, konsentrasi NaOH adalah 0,238 M7. PembahasanTitrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah dikethaui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.Proses titrasi termasuk asidi-alkalimetri membutuhkan larutan baku dalam metodenya. Larutan baku haruslah distandardisasi terlebih dahulu untuk menentukan konsentrasi yang tepat dari calon larutan baku. Ada pula larutan baku primer, yakni larutan yang dibuat dari bahan baku primer. Bahan baku primer merupakan suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume bahan yang terjadiPada percobaan kali ini praktikan melakukan analisa kuantitatif untuk menstandarisasi larutan baku sekunder dengan larutan baku primer. dimana pada percobaan kali ini larutan baku yang digunakan adalah NaOH (natrium hidroksida) dan larutan baku primer HCl (asam klorida).Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam cuka, larutan NaOH ini distandarisasi terlebih dahulu karena NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi, bersifat higroskopis sehingga mudah menarik uap air dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Di mana pada kedua proses ini menyebabkan penimbangan sejumlah tertentu NaOH tidak akan memberikan kepastian massa yang sesungguhnya, karena jumlah air dan CO2 yang diserap oleh NaOH tidak diketahui dengan pasti. Hal ini mengakibatkan kensentrasi NaOH yang dihasilkan juga tidak tepat. Dengan demikian apabila menggunakan NaOH sebagai pereaksi dalam suatu titrasi maka zat tersebut harus distandarisasi sebelumnya.Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini digunakan 25 ml larutan asam klorida, larutan ini digunakan sebagai larutan standar primer karena larutan ini tidak bersifat higroskopis dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penimbangan zat.Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan titrasi menggunakan 5 tetes indikator fenolftalein. Pemilihan indikator felnolftalein karena pada standarisasi ini merupakan titrasi asam kuat (HCl) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik ekivalennya diatas 7 dan berada pada trayek indikator fenolftalein. Pada standarisasi ini NaOH digunakan sebagai titran sementara asam oksalatnya sebagai titrat karena mengingat indikator yang digunakan adalah fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada asam oksalat, akan menunjukkan warna bening. Ketika pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan dari bening menjadi merah muda. Jika asam klorida yang digunakan sebagai titran dan NaOH sebagai titrat maka akan terjadi perubahan warna dari merah muda ke bening. Pada dasarnya, perubahan warna dari bening ke merah muda lebih mudah diamati daripada perubahan warna dari merah muda ke bening. Dan juga penggunaan asam klorida sebagai titran kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahan titrasi yang besar karena terjadi kelebihan penambahan titran hingga melewati titik ekivalen. Kelebihan titran ini disebabkan karena kesulitan mengamati perubahan warna dari merah muda ke bening. Setelah terjadi perubahan warna untuk yang pertama kali, titrasi langsung dihentikan dan NaOH yang berkurang langsung dicatat. NaOH yang berkurang pada percobaan kali ini adalah 18,76 ml, sehingga konsentrasi NaOH dapat diketahui sebesar 0,19 M.Setelah larutan baku NaOH tersebut sudah diketahui konsentrasinya, maka larutan tersebut sudah dapat digunakan untuk menentukan kadar asam cuka perdagangan. Pada percobaan ini, menetapkan asam cuka perdagangan untuk mengetahui apakah kadar yang tertera pada etiket cuka perdagangan sudah sesuai dengan kadar yang sebenarnya. Analisis dilakukan secara alkalimetri yaitu dengan cara menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan baku NaOH.Untuk menganalisis asam cuka dalam cuka perdagangan dapat dilakukan dengan titrasi netralisasi. Titrasi ini merupakan titrasi alkalimetri, proses titrasi dengan larutan standar basa untuk mentitrasi asam bebas. Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu menetapkan kadar asam cuka perdagangan dengan cara mengambil 25 ml asam cuka perdagangan dengan pipet volume, lalu dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Kemudian ditambah dengan 5 tetes indikator PP. Larutan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH diatas, hingga diperoleh perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu. Bila sudah terjadi perubahan warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan catat volume NaOH yang digunakan. NaOH yang digunakan pada penetapan kadar asam cuka perdagangan sebesar 19,98 ml dan mol nya sebesar 0,238 M, sehingga konsentrasi asam cuka perdagangan (CH3COOH) dapat diketahui sebesar 0,189 M.Karena saya melakukan percobaan di atas menggunakan virtual jadi saya tidak terlalu mengetahui persis tentang percobaan ini, dengan mengandalkan referensi-referensi di internet saya mendapat lebih kurang untuk menentukan standarisasi asam cuka dengan menggunakan konsentrasi NaOH terlebih dahulu.8. KesimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:1. Pada proses standarisasi NaOH terbentuk larutan berwarna merah jambu dengan konsentrasi NaOH sebesar 0,19 M.2.Pada proses penetapan kadar asam cuka perdagangan terbentuk larutan berwarna merah jambu dengan konsentrasi asam cuka perdagangan sebesar 0,189 M.

DAFTAR PUSTAKA

1. Indratmoko, Septiana dan Taufan Ratri Harjanto, 2010, Petunjuk Praktikum Kimia Farmasi II, Cilacap : STIKES Al-Irsyad Al-Islaimyyah2. Purba, Michael 1995. Ilmu Kimia untuk SMU Kelas 2 Jilid 2A. Jakarta :Erlangga.3. Sutresna, Nana. 2003. Pintar Kimia Jilid 3 untuk SMU Kelas 3. Jakarta :Ganeca Exact4. Pudjaatmaka, Hadyana.1989. KIMIA UNTUK UNIVERSITAS. ERLANGGA: Jakarta.5. Soma, Wayan. 2004. Panduan Belajar Kimia Kelas XI semester 2 Program Ilmu Pengetahuan Alam. Singaraja.6. Anonim, 2009 http://dxcommunitypha1.wordpress.com/2009/04/06/praktek-kimia-titrasi-asam- basa/, 7. Arrhenius, 2009, http://belajarkimia.com/2009/01/definisi-asam-basa-arrhenius/,

Pertanyaan Pra Praktikum1. Apa yang dimaksud dengan molaritas, titrasi dan larutan standar ?2. Bagaiman cara menghitung molaritas larutan ?3. Apa tujuan dilakukannya titrasi dan penggunaan larutan standar dalam titrasi ?JAWABAN1. Molaritas: Salah satu ukuran konsentrasi larutan. Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutanTitrasi: Merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktanLarutan Standar: Larutan yang diketahui konsentrasinya secara pasti sehingga bisa dipakai untuk menetapkan konsentrasi larutan lainnya.2. M1 . V1 = M2 . V23. Untuk menetapkan molaritas larutan NaOH dan menstandarisasi asam cuka perdagangan dengan larutan NaOH tersebut.