standar operasional prosedur

237
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL INSTALASI REHABILITASI MEDIK RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA

Upload: nora-cesilia-nainggolan

Post on 05-Jan-2016

1.115 views

Category:

Documents


261 download

DESCRIPTION

cfd

TRANSCRIPT

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALINSTALASI REHABILITASI MEDIK

RUMAH SAKIT UMUM SARI MUTIARA

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR PROSEDUR OPERASIONALMEKANISME PROSEDUR KONSULTASI DAN TERAPI

INSTALASI REHABILITASI MEDIKNo. Dokumen

001/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Pelayanan kesehatan terhadap hangguan fisik dan fungsional yang diakibatkanoleh keadaan atau kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitasi untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal.

TUJUAN Meningkatkan kemampuan fungsional seseorang sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas hidup.

PROSEDUR A. Anamnesia pasienB. Pemeriksaan fisik :

Menentukan diagnosa dan gangguan fungsional pada pasienC. Rencana : pasien direncanakan untuk terapi sebanyak 8x terapi

dilanjutkan untuk evaluasi tujuh hari setelah terapi ke delapan.D. Intervensi :

1. Fisioterapi : penggunaan modalitas dan manual terapi2. Ortotik prostetik : penggunaan ortosis (alat bantu) prostesis (alat

ganti) sesuai dengan gangguan fungsional dan indikasi pada pasien.

PERHATIAN

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT 1. Dokter Spesialis Instalasi Rehabilitasi Medik 2. Fisioterapi3. Ortotik Prostetik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURSHORT WAVE DIATERMY (S W D)

No. Dokumen

002/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN SWD merupakan arus frekwensi tinggi (27,12 MHz) dan merupakan gelombang pendek yang memberikan rangsangan terhadap saraf sensorik maupun motorik

TUJUAN 1. Meningkatkan metabolisme sel-sel local2. Meningkatkan vasodilatasi pembuluh darah3. Meningkatkan elastisitas jaringan otot, jaringan ikat, collagen

kulit, tendon, ligament, dan kapsul sendi akibat menurunnya viscositas jaringan

4. Meningkatkan proses reparasi jaringan secara fisiologis5. Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot lewat efek sedatif

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Semua saklar dlm keadaan nol, kabel tdk boleh kontak dgn

lantai; pasien bersilangan satu sama lain. kabel juga tdk boleh tergantung diatas pasien

2. Penyediaan bahan lain spt handuk, bantal

B. Persiapan Pasien : 1. Posisi pasien comfortable / senyaman mungkin2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati3. Bersihkan daerah yang akan diobati dari keringat

C. Pelaksanaan Pengobatan :1. Hidupkan power guna pemanasan alat ± 5 menit2. Letakkan elektrode ke daerah yang akan diobati3. Atur timer ± 15 menit4. Naikkan intensitas panas sesuai toleransi penderita

PERHATIAN Jika selama pengobatan rasa nyeri dan ketegangan otot meninggi, intensitas dosis harus dikurangi atau diturunkan

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURSINAR INFRA MERAH (I R)

No. Dokumen

003/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Adalah pancaran gelombang elektromagnetik dgn panjang gelombang 7.700 – 4 juta amstrong/A.Daya penetrasi sampai kepada lapisan superficial, epidermis dan jaringan sub cutan

TUJUAN 1. Meningkatkan proses metabolisme2. Vasodilatasi pembuluh darah3. Muscle Relaxation (relaksasi otot)4. Mengurangi / menghilangkan rasa sakit5. Mengaktifkan kerja kelenjar keringat

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Periksa alat antara lain meliputi kabelnya, jenis lampu,

besarnya watt2. Untuk pengobatan lokal biasanya menggunakan reflektor

berbentuk parabola yang didalamnya hanya ada 1 bola

B. Persiapan Pasien : 1. Posisi pasien comfortable / senyaman mungkin disesuaikan dgn

daerah yang diobati. Posisinya bisa duduk, telentang atau tengkurap.2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati serta perlu

dilakukan tes sensibilitas terhadap panas dan dingin

C. Pelaksanaan Pengobatan :1. Hidupkan lampu dgn jarak antara 45-60 cm dari daerah yang

akan disinari2. Sinar usahakan tegak lurus dgn daerah yang diobati serta

waktu antara 10-30 menit disesuaikan dgn kondisi penyakitnya

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURULTRA SONIK (U S)

No. Dokumen

004/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Suatu peristiwa bunyi getaran mekanik dgn bentuk gelombang longitudinal yang berjalan melalui medium tertentu dgn frekwensi yang variabel. adapun frekwensi ultrasonik adalah > 20.000 Hz. Untuk ultra sound therapy yang digunakan dibidang fisioterapi menggunakan frekwensi 0,7 MHz – 30 MHz

TUJUAN 1. Meningkatkan sirkulasi darah2. Rileksasi otot3. Meninggikan permeabilitas membran4. Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan5. Pengaruh terhadap saraf perifer6. Mengurangi nyeri

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Periksa parameter mesin US, semua saklar dlm keadaan nol,

kabel tdk boleh kontak dgn lantai; pasien bersilangan satu sama lain. kabel juga tdk boleh tergantung diatas pasien

2. Periksa tranducer dgn menggunakan media air utk mengetahui tranducer bisa dipakai atau tidak

3. Penyediaan bahan lalin seperti gel, handuk / tissueB. Persiapan Pasien :

1. Pasien harus diposisikan comfortable / rileks tanpa adanya rasa sakit

2. Tes sensibilitas panas pada daerah yang akan diobati3. Rambut yang terlalu lebat sebaiknya dicukur4. Pasien diberi penjelasan ttg langkah-langkah terapi yang

diberikan beserta tujuannya5. Tempat dari keluhan harus dilokalisasi setepat mungkin6. Daerah yang akan diterapi harus dibersihkan

C. Pelaksanaan Pengobatan :1. Fisioterapis menyetel parameter US misalnya frekwensi (1 atau

3 MHz)2. Jenis energi yang diberikan (continue atau intermetten)3. Pemberiaan intensitas sebesar 0,6 w/cm 2

4. Pengaturan waktu 5-10 menit atau sesuai dgn luas daerah yang diobati

5. Fisioterapis mengoleskan aqueous gels pada daerah yang diobati

6. Tranducer digerakkan terus menerus selama terapi, gerakan tersebut dapat berupa gerakan membujur (longitudinal), gerak melintang dari jaringan yang diobati maupun gerakan melingkar seperti spiral

7. Tranducer harus tetap bergerak meskipun area yang diobati kecil, gerakan tranducer harus ritmis, pelan dan tekanan terhadap kulit tdk boleh terlalu keras

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURPARAFIN BATH

No. Dokumen

005/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Adalah rendaman anggota tubuh yang akan diobati kedalam parafin (lilin) yang telah meleleh, bisa mengunakan kuas atau sikat

TUJUAN 1. Mengurangi bengkak2. Melancarkan sirkulasi darah3. Mengurangi kekakuan / spasme4. Mengurangi nyeri

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Parafin yang digunakan adalah parafin biasa ditambah parafin oil

kemudian dipanaskan sampai meleleh (cair) kurang lebih 55 0 C2. Penyediaan bahan lalin spt kuas, handuk, kertas minyak utk

pembungkus

B. Persiapan Pasien : 1. Posisi pasien diatur senyaman mungkin disesuaikan dgn

daerah yang akan diobati2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati

C. Pelaksanaan Pengobatan :1. Setelah parafin / lilih meleleh (cair) masukkan / oleskan parafin

pada daerah yang akan diobati2. Kemudian tutup / balut daerah yang akan diobati dgn kertas

minyak dan handuk3. Diamkan selama ± 10-15 menit4. Setelah parafin membeku / dingin sesuai dgn waktu yang

ditentukan parafin dibuka / dilepaskan dari daerah yang diobati

PERHATIAN Sesuaikan derajat panas dan waktu pemakaian dgn toleransi penderita

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURTRANSCUTANEOUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

( T E N S )No. Dokumen

006/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Adalah energi listrik yang berupa arus bolak balik (Alternating Current / AC) dan arus searah (Direct Current / DC), ini dapat digunakan utk merangsang saraf

TUJUAN 1. Mengurangi rasa nyeri2. Merangsang kontraksi otot3. Merangsang kerja saraf motorik dan sensorik4. Meningkatkan sirkulasi darah

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Periksa alat antara lain meliputi : kabel, plat elektrode2. Semua tombol dalam keadaan nol, kabel tdk boleh kontak dgn

lantai; pasien bersilangan satu sama lain. kabel juga tdk boleh tergantung diatas pasien

3. Penyediaan bahan lain spt handuk, bantal

B. Persiapan Pasien : 1. Posisi pasien diatur senyaman mungkin disesuaikan dgn

daerah yang akan diobati2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan diobati3. Bersihkan dari keringat atau debu4. Lakukan tes sensibilitas tajam tumpul

C. Pelaksanaan Pengobatan :1. Tekan / hidupkan tombol power2. Letakkan plat elektrode pada daerah yang akan diobati3. Atur waktu pengobatan ± 10-15 menit4. Atur frekwensi yang diberikan kpd penderita, apakah intermitten

(terputus-putus) atau continous (terus menerus)5. Atur intensitas sesuai toleransi penderita6. Setelah waktu pengobatan selesai, kembalikan tombol dalam

keadaan nol

PERHATIAN Bila dalam pengobatan penderita sangat merasakan nyeri makan, intensitas dikurangi / diturunkan

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURMASSAGE THERAPY

No. Dokumen

007/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan manipulasi tertentu pada jaringan lunak tubuh dimana manipulasi tersebut efektif dengan tangan dan diatur guna mempengaruhi syaraf, otot, sistem respirasi, sirkulasi darah, sirkulasi limfe baik yang bersifat lokal maupun general.

TUJUAN Efek Mekanis :1. Membantu melancarkan sirkulasi darah2. Membantu melancarkan sirkulasi limphe3. Streaching4. Mencerai–beraikan jaringan scar tissue5. Untuk memelihara kekuatan, ukuran dan kemampuan gerak

otot

Efek Fisiologis :1. Meningkatkan metabolisme2. Mencegah venostatis3. Mengurangi oedema4. Sedatif

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Penyediaan bahan seperti handuk, minyak (pelicin), bantal2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak

B. Persiapan Pasien : 1. Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan dimassage3. Bersihkan daerah yang akan dimassage dari keringat 4. Lakukan tes sensibilitas tajam tumpul

C. Pelaksanaan Massage : Adapun teknik massage adalah

1. Gosokan - Strocking yaitu manipulasi gosokan yang ringan dan halus dengan menggunakan seluruh permukaan tengah dengan arah gerakan tidak beraturan - Effleurage yaitu gosokan disertai tekanan dengan arah menuju jantung (distal ke proksimal)

2. Petrissage Adalah pijatan dengan cara memegang group otot lalu

didorong, diangkat dan diremas / ditekan dengan lembut dan hati-hati Petrissage terdiri dari :

- Kneading ; manipulasi dengan tekanan-tekanan gerakan rolling tangan tanpa gesekan dengan kulit kecuali saat berpindah dari satu area ke area lain - Wringing ; Manipulasi dengan memegang group otot / jaringan dengan kedua luka tangan dengan gerakan dorong dan tarik - Picking UP ; Jaringan dipegang , diangkat dan dilepas - Rolling Skin ; Kulit dipegang dan diangkat kemudian didorong

3. Friction Adalah manipulasi dengan gerakan melingkar (sirkulair) atau melintang kecil menggunakan ujung jari, ibu jari, pangkal tangan atau siku 4. Tapotement (cambukan) Terdiri dari :

- Hacking ; tepukan dengan samping ulnar tangang dengan jari terbuka

- Cupping ; tepukan dengan tangan membentuk arcus- Slapping ; tepukan dengan palmar jari-jari tanpa membentuk

arcus- Beating ; tepukan dengan samping ulnar tangan dengan jari

tertutup- Tapping ; tepukan dengan ujung jari-jari- Pounding ; kombinasi antara hacking-beating-dorsal tangan

5. Vibration Adalah manipulasi dengan cara menggetar / mengguncang

MODIFIKASI STROCKING :1. Horizontal strocking Kebanyakan digunakan pada pinggang bawah Caranya : kedua tangan digosokkan silih berganti kesamping atas atau kesamping bawah2. Bilateral tree strocking Untuk memasang saraf yang keluar dari medula spinalis sehingga arah gosokan dari vertebra ke latero distal, biasanya cukup dengan jari-jari atau ibu jari saja3. Mannel’s superfisial strocking Gosokan dengan tekanan ringan dengan arah tidak beraturan4. Tree Count Strocking Hanya untuk otot trapezius :

a. Upper Trapezeus ; arah gosokan dari origo ke insertiob. Midle Trapezeus ; arah dari medial ke lateral (thoracal ke

bahu)c. Lower Trapezeus ; arah dari distal ke latoroproksimal (ke

arah bahu) 5. Singels Menggunakan 1 telapak tangan yang selalu kontak dengan tubuh / kulit pasien dimana tangan yang lain menindih tangan tersebut yang berfungsi memberi tekanan dan dorongan

EFEK EFFLEURAGE1. Mempercepat aliran darah vena dan limphe2. Aliran arteri lebih baik sehingga metabolisme akan baik3. Mengurangi spasme otot dan rasa sakit

Indikasi : - Pada kondisi – kondisi oedema - Gangguan pembuluh darah ringan - Fatique / kelelahan Kontra Indikasi : - Kasus hyperaesthesk - Kulit dengan rambut lebat - Oedema berat dan beru - Scar tissue baru

EFEK PETRISSAGE1. Memperbaiki sirkulasi darah arteri, vena dan limphe2. Otot mendapat nutrisi cukup sehingga siap untuk latihan

sehingga mengurangi perlengketan dan mengurangi kelelahan otot

3. Efek sedatif saraf sehingga mempercepat penyerapan pada usus halus, memberi rangsangan pada empdu dan melancarkan konstipasi

4. Paralysis / lumpuh Mencegah atropi, mencegah kontraktur otot

Kontra Indikasi : - Varises berat - Inflamasi / peradangan akut - Pasca trombosis - Jaringan parut baru

DOSIS MASSAGE1. Lamanya massage : Anggota bawah : 20 menit Punggung : 25 menit Anggota atas : 15 menit General : 1 jam2. Frekwensi pemberiaan massage : efektif setiap hari3. Jenis manipulasi / teknis sesuai dengan tujuan

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURMASSAGE THERAPY

No. Dokumen

008/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Adalah suatu gerakan pasif yang dilakukan dengn tiba-tiba (hentakan) dengan amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga pasien tidak bisa mencegah atau menghentikan gerakan yang terjadi.

TUJUAN 1. Melancarkan sirkulasi darah2. Mengurangi keterbatasan gerak3. Mengurangi spasme otot4. Mengurangi nyeri5. Rileksasi otot

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Penyediaan bahan seperti handuk, minyak (pelicin), bantal2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak

B. Persiapan Pasien : 1. Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin2. Bebaskan pakaian pada daerah yang akan dimassage3. Bersihkan daerah yang akan dimassage dari keringat

C. Pelaksanaan Terapi Manipulasi : Dalam terapi manipulasi kita harus mengetahui aspek syndesmologi : 1. Macam persendian (anatomi dan fisiologi) 2. Bentuk permukaan sendi (cekung dan cembung) Hukum “Konkaf-Konvek) a. Apabila permukaan sendi konvek bergerak pada permukaan sendi konkaf maka gerakan roll selalu berlawanan arah dengan gerakan slide b. Apabila permukan sendi konkaf bergerak pada permukaan sendi konvek maka gerakan roll selalu searah

3. Macam-macam gerakan dasar :a. Osteo kinematika (gerakan yang terjadi antara 2 buah tulang)b. Arthro kinematika (gerakan yang terjadi pada permukaan

sendi/intra artikuler sering disebut ”Joint Play Movement” dimana gerakan ini tidak dapat dilakukan secara voluntary tetapi dapat dilakukan secara pasif) Roll adalah suatu gerakan dimana perubahan jarak titik

kontak suatu permukaan sendi sama besarnya dengan perubahan jarak titik kontak permukaan sendi lawannya

Slide adalah suatu gerakan dimana hanya ada satu titik kontak pada suatu permukaan sendi yang selalu kontak dengan titik yang selalu berubah pada permukaan sendi lawannya

Arah gerakan roll selalu searah dengan gerakan swing, arah gerakan slide ditentukan oleh bentuk permukaan sendi pembentukan

4. Posisi Sendi a. Close Pocked Position (CPP) Adalah suatu posisi dimana kedua permukaan sendi dalam keadaan merapat (kompresi maksimal). Keadaan ini terjadi

pada posisi akhir suatu gerakan yang disebabkan menegangnya kapsul sendi dan ligamen akibat adanya gerakan conjuct rotation

Misalnya : Posisi Abduksi Shoulder maksimal dan rotasi

b. Maximally Loose Pocked Position (MLPP) Adalah suatu posisi dimana kedua permukaan sendi melonggar, kapsul dan ligamen juga dalam keadaan longgar dan rileks.

Pada MLPP biasa dilakukan pemeriksaan dan penanganan terapi manipulasi non spesifik, untuk preelaminasi dan mengurangi rasa sakit

Misalnya : Flexi elbow 70 0

c. Loose Pocked Position (LPP) Adalah suatu posisi diluar CPP maupun MLPP.

Pada LPP dapat dilakukan terapi manipulasi spesifik untuk meningkatkan LGS / ROM

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR EXERCISE THERAPY (TERAPI LATIHAN)

No. Dokumen

009/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Adalah suatu usaha pengobatan dalam fisioterapi yang dalam pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik aktif maupun pasif.Atau dapat pula didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan dari suatu injury atau penyakit tertentu yang telah merubah cara hidupnya yang normal

TUJUAN 1. Memajukan aktifitas penderita dimana dan bilamana perlu2. Memperbaiki otot-otot yang tidak efisien dan memperoleh

kembali jarak gerak sendi yang normal tanpa memperlambat usaha mencapai gerakan yang berfungsi dan efisien

3. Memajukan kemampuan penderita yang telah ada untuk dapat melakukan gerakan-gerakan yang berfungsi serta bertujuan, sehingga dapat beraktifitas normal

PROSEDUR Gerakan yang dipergunakan dalam exercise therapy digolongkan sebagai berikut :

1. Active Movement : a. Voluntary Movement : - Assisted Active Movement - Free Active Movement - Assisted – Resissted Active Movement - Resissted Active Movementb. Involuntary Movement : misalnya reflex

2. Passive Movement : a. Relaxed Passive Movementb. Forced Passive Movementc. Manipulative Passive Movement

Adapun teknik-teknik pengobatan dengan latihan (terapi latihan) antara lain :

1. Joint Mobility (pergerakan sendi)2. Strengthening Exercise (penguatan otot)3. Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) adalah teknik

latihan untuk mempercepat mekanisme neuromuscular dengan memberi rangsangan pada proprioceptor

4. Funtional Re-education adalah latihan fungsional secara khusus seperti latihan duduk, berdiri, berjalan

5. Crawling exercise adalah latihan yang diberikan pada posisi merangkak

6. Neuromuscular coordination (Frencle’s exercise) adalah suatu latihan-latihan untuk tujuan gangguan koordinasi dan keseimbangan

7. Latihan-latihan aktifitas harian

1. Active Movement a). Voluntary movement merupakan suatu gerakan yang diselenggarakan dan dikontrol oleh kerja otot yang disadari, bekerja melawan tenaga dari luar

Klasifikasi :1. Free active exercise adalah suatu gerakan yang terjadi akibat

kontraksi dari otot yang bersangkutan melawan pengaruh gravity pada bagian tubuh

2. Asisted active exercise merupakan gerakan yang terjadi oleh karena adanya kerja daripada otot-otot yang bersangkutan, melawan pengaruh gravity dan dalam melakukan kerja dibantu oleh kekuatan dari luar

3. Assisted Reristed active exercise, kemungkinan otot cukup kuat bekerja dengan melawan resisten pada suatu bagian ROM (Range of Movement) tertentu. Latihan ini disini menentukan pemberiaan tenaga dari luar atau tahanan yang disesuaikan pada setiap bagian ROM tertentu

4. Ressisted active exercise merupakan latihan kekuatan dari suatu tahanan yang diberikan pada otot yang sedang bekerja untuk memperkembang kekuatan otot dan daya tahan otot

b). Involuntary Movement (Reflex) merupakan gerakan yang tidak disadari yang dapat diartikan sebagai jawaban terhadap rangsangan sensoris

2. Passive Movement Merupakan gerakan yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan dari luar sedangkan otot penderita relax / lemas

Klasifikasi :1. Relaxed passive movement merupakan gerakan passive, dimana

gerakan hanya terbatas sampai batas rasa nyeri. Bila penderita merasa nyeri pada batas ROM tertentu, maka gerakan harus dihentikan

2. Forced passive movement merupakan gerakan passive, dimana pada akhir gerakan diberikan penekanan dalam suatu gerakan yang bertujuan untuk menambah/meningkatkan jarak gerak sendi (ROM)

3. Manipulative passive movement adalah suatu gerakan pasif yang dilakukan dengan tiba-tiba (hentakan) dengan amplitudo kecil dan dilakukan dengan kecepatan sedemikian rupa sehinggga pasien tidak bisa mencegah atau menghentikan gerakan yang terjadi

Prosedur :A. Persiapan alat : - Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak - Penyediaan bahan seperti handuk, bantal goneometer (alat ukur luas gerak sendi), midline (alat ukur lingkar otot, panjang tungkai atau lengan)

B. Persiapan Penderita : Atur posisi penderita secomfortable / seenak mungkin

C. Pelaksanaan Terapi Latihan 1. Active Movement a) Free exercise Adapun teknik free exercise adalah :

Starting position : harus dipilih sesuai gerakan yang akan dilakukan sehingga mendapatkan keuntungan yang maksimal dalam pembentukan suatu gerakan

Instruksi /aba-abaAba-aba yang diberikan harus dapat merangsang kemauan penderita untuk melaksanakan latihan dengan semangat dan memuaskan. Tujuan dan pembentukan gerakan harus diterangkan kepada penderita, sehingga penderita mengetahui dengan betul

Kecepatan Kecepatan latihan ini tergantung kepada efek yang

dibutuhkan misal kecepatan yang sedikit bila

dikehendaki efek penenangan (relaxasi). Pada suatu group otot tertentu lamanya latihan yang diberikan tergantung dari kemampuan penderita

Efek-efek exercisea. Relaxasi Otot dikatakan lemas atau relax, apabila otot tadi bebas dari suatu ketegangan dan dalam keadaan istirahat. Gerakan yang berganti-ganti antara kontraksi dan relaxasi dapat membuat relaxasi pada group-group otot tertentub. Joint Mobility ROM yang normal dapat dipertahankan oleh latihan-latihan dalam full ROM. Bila suatu sendi mengalami pembatasan ROM, maka exercise yang dikerjakan secara ritme / teratur dan pada akhir gerakan diberikan penahanan akan dapat menambah ROM sendi tersebutc. Kekuatan dan tonus otot

Kekuatan dan tonus otot yang sedang bekerja ditambah oleh adanya ketegangan didalam otot itu sendiri pada saat memberikan respons. Ketegangan otot akan lebih besar apabila latihan yang diberikan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi

d. Neuromuscular coordination Koordinasi suatu gerakan dapat dikembangkan dengan memberikan latihan yang berulang-ulang. Apabila suatu gerakan telah dapat dikuasai oleh penderita maka dapat ditingkatkan kepada gerakan yang lebih komplekse. Efek terhadap kepercayaan penderita

Dalam pembentukan gerakan yang efisian dan terkoordinir yang mana penderita dapat mengerjakannya sendiri dan mengetahui tentang efek- efeknya akan dapat memberikan kepercayaan, sehingga penderita akan sanggup melaksanakannya dengan baik

f. Efek terhadap sirkulasi darah dan pernafasan Selama memberikan latihan dalam waktu yang lama, akan nampak gejala-gejala pada penderita, seperti adanya suatu kenaikan kecepatan dan dalamnya pernafasan, denyut nadi lebih cepat dan kuat, temperatur tubuh akan naik

b) Assisted exercise Adapun teknik Assisted exercise adalah :

Starting posisi Posisi penderita harus stabil, agar dapat berkonsentrasi terhadap latihan yang diberikan Bentuk dan gerakan Bentuk daripada gerakan harus betul-betul dikuasai penderita agar arah dari gerakan dapat menuju pada sasaran yang diperlukan Fixsasi Diberikan pada bagian proximal sendi dimana origo daripada otot-otot prime moversnya melekat Support Bagian yang akan digerakkan harus disangga untuk mengurangi kerja otot-otot yang lemah dengan menghilangkan pengaruh gravity Mengurangi ketegangan Ketegangan dari otot-otot antagonis harus dikurangi, sampai seminimal mungkin, sehingga gerakan yang terjadi dapat halus dan terkoordinir

Traction Untuk pertama kalinya otot yang bergerak harus diulur, supaya terjadi myotattic reflex (stretch reflex / memberikan penguluran sebelum pasien mengangkat jari / tangannya) sehingga akan memancing atau memudahkan kontraksi otot

Arah gerakan Kekuatan yang dipakai sebagai assisted harus searah dengan gerakan yang kita berikan

Sifat gerakan Sifat gerakan harus halus, kecepatan gerakan tergantung pada otot yang terkena

Pengulangan gerakan Jumlah pengurangan gerakan tergantung pada keadaan otot dan fisik penderita

Kerjasama antara penderita dengan fisioterapis Hal ini penting untuk mendapatkan perkembangan latihan yang berikutnya

Efek-efek Asisted exerciseOtot-otot yang sedang bekerja dalam suatu gerakan dapat terangsang, dan dengan adanya rangsangan tadi otot dapat membuat suatu gerakan yang disadari oleh penderitab. Ingatan penderita dapat dirangsang dengan menyuruh penderita melihat / memperhatikan gerakan yang disadari oleh penderitac. Kepercayaan penderita untuk menggerakkan anggotanya yang lemah dapat dikembalikan dan disamping itu bantuan harus tetap kita berikan d. Jarak gerak sendi yang efektif dapat ditambah

c) Assisted - Ressisted exercise ini merupakan gabungn (kombinasi) daripada assisted dan ressisted exercise pada gerakan tunggal untuk mencapai hasil yang lebih besar

d) Ressisted exercise Adapun teknik Ressisted exercise adalah : Starting Position Tubuh harus stabil agar penderita dapat memperhatikan pattern/pola dari geraknya, sehingga dapat berusaha dengan kekuatan yang maximum.

Pattern Of movemnt Hal ini harus diketahui oleh pendrita dengan jelas dan sebelum

diberikan latihan, harus bekerja secara passsive telebih dahulu atau secara free exercise. Otot harus bekerja full ROM gerakan yang diberikan harus berhubungan dengan gerakan sehari-hari dan juga harus merupakan gerakan yang bertujuan. Stabilisasi

Diberikan pada tulang dimana origodari agonistnya berasal Traction

Pertama kali tarikan harus diberikan kepada otot yang akan bekerja untuk menimbulkan stretch refley (myotatic reflex) Kekuatan Tahanan

Bermacam bentuk tahanan dapat diberikan pada otot yang sedang berkontraksi antara lain :

- Manval (dengan tangan fisioterapis)- Wight (pemberat) dan pulley- Spring/per

Sifat Gerakan Gerakan halus dan terkontrol, ROM harus penuh, tahanan

yang diberikan harus bisa dilawan oleh kekuatan otot dalam ROM yang penuh Repetition (pengulangan gerak)

Jumlah waktu yang dibrikan pada otot untuk bekerja melawan tahanan tergantung pada kondisi seseorang Kerjasama fisioterapis dan pendeita

Semua usaha penderita dan kemauannya untuk berlatih

mempunyai peranan yang penting dalam memperkembangkan kekuatan otot untu merangsang kemauan penderita

Efek dan penggunaan resisted exercisea. Menaikkan kekuatan dan daya tahan ototb. Memperbaiki ketidakseimbangan ototc. Memperkembang koordinasi gerakand. Memperbaiki kondisi umum penderita

2. Passive Movement a). Relaxed passive movement Adapun teknik Relaxed passive movement adalah : Relaxasi

Sebelum memulai latihan, otot-otot penderita harus lemas terlebih dahulu

Fixasi Ini diberikan pada bagian proximal dari tulangnya, terutama bila

kita menginginkan gerakan itu terjadi hanya pada satu sendi Support

Bagian yang akan kita gerakkan harus diberikan support dengan penuh, sehingga penderita tidak merasa takut akan adanya stains. Support ini bisa diberikan dengan tangan fisioterapis atau dengan suspension

Traction Tiap-tiap sendi yang akan kita gerakkan, pada

permulaannya kita berikan tarikan terlebih dahulu Range of Movement (ROM)

Jarak gerak sendi yang kita berikan tergantung dari keadaan sendi. Biasanya terbatas pada rasa nyeri dan spasme otot

Kecepatan dan lama gerakan Gerakan yang diberikan harus teratur, lambat dan

terkontrol. oleh karena gerakan otot-otot harus dalam keadaan relax. durasi atau lamanya gerakan tergantung tujuan pengobatan

Efek dan penggunaan relaxed movementa. Mencegah perlengketan jaringan dan memelihara

kebebasan gerak sendib. Dapat merangsang sendi (tulang otot)c. Memelihara extensibilitas otot dan mencegah pemendekan otot,

sehingga dapat untuk mempertahankan dan menambah ROMd. Memperbaiki dan memperlancar sirkulasi darah/limphe dan proses metabolisme jaringane. Memperoleh efek relaxasi dan pelemasan otot, terutama bila dikerjakan secara lambat dan teratur

b). Forced passive movement Adapun tekniknya hampir sama dengan Relaxed passive movement , tetapi lebih diperhatikan adanya penguluran selama gerakan, fixasi yang sempurna dan pada akhir gerakan diberikan penekanan yang mantap

Efek dan penggunaan forced passive movementa. Melepaskan perlengketan b. Menambah jarak gerak sendi (ROM)c. Mencegah pemendekan struktur disekitar sendid. Mengembalikan letak struktur-struktur disekitar sendi

c). Forced passive movement Ini biasanya dikerjakan ketika penderita dalam keadaan tidak sadar (di anestesi) lokal atau general. Hal ini bertujuan untuk membebaskan gerak sendi dengan menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan sendi tersebut, misal pengaruh pembetulan

struktur persendiaan (pencerai beraian jaringan yang melengket)

Frekuensi latihan ini diberikan 8-10x gerakan atau sesuai toleransi penderita

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

FRENKEL’S EXERCISE

No. Dokumen

010/08/50

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA Tanggal Januari 2010 Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Merupakan latihan untuk mengembalikan fungsi koordinasi dan keseimbangan

TUJUAN 1. Untuk memperbaiki ”koordinasi” lewat indra lain misalnya : visual, pendengaran, kulit

2. Untuk belajar kembali tentang kembali tentang fungsi dan pola fungsional yang hilang

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Siapkan alat-alat seperti handuk , bantal2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak

B. Persiapan Pasien : Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin

C. Pelaksanaan Prinsip-prinsip terapi : 1. Rangsang visual, kulit, pendengaran, untuk propioseptor 2. Tahanan hanya berasal dari gravitasi

3. Pola gerak yang digunakan harus dapat merangsang propioseptor yaitu pola

gerak yang menyebabkan perubahan sudut sendi dan diarahkan dengan jelas dengan perintah fisioterapis.4. Latihan diawali dengan total pola gerak (gerak gabungan dari

abduksi,adduksi, flexi, extensi), kemudian gerak campuran, refleks tegak,

mekanisme stabilitasi baru ADL (Activity Daily of Living)

5. Dalam latihan diperlukan konsentrasi, keseksamaan dan pengulangan gerak

6. Latihan dilakukan dalam 4 posisi : berbaring, duduk, berdiri dan berjalan

7. Latihan bisa menggunakan alat bantu berupa gambar / coretan

Ciri khas pasien gangguan propioseptora. Tidak mampu memposisikan sendi seperti apa yang

dikehendaki fisioterapisb. Gangguan koordinasi : disini otot dalam keadaan normal, yang terganggu reseptor sehingga penyampaian impuls terganggu

Test untuk mengetahui gangguan propioseptor1. Gross koordinasi : pasien memejamkan mata kemudian disuruh

menyamakan anggota tubuh kanan dan kiri2. Fine koordinasi / movement : pasien memejamkan mata,

kemudian disuruh menunjuk sesuatu, memasukkan sesuatu, dll

Adapun teknik yang diberikan adalah : a). Berbaring

Flexi-extensi-knee-hip Abduksi-adduksi-tungkai dengan knee flexi Abduksi-adduksi-tungkai dengan tungkai lurus Flexi-extensi knee bergantian dengan kaki diluar bed

(ongkang-ongkang) Flexi knee arahkan tumit menuju knee tengah-tengah

tungkai bawah ankle, ujung jari yang lain Knee flexi letakkan tumit pada knee lain kemudian gerakkan

menelusuri tungkai bawah menuju ankle dan kembali ke posisi semula

Flexi ekstensi kedua tungkai, dalam waktu yang bersamaan kedua kne dan ankle saling ditempelkan

Flexi satu tungkai, sementara itu tungkai yang lain diluruskan

Flexi extensi satu tungkai saat yang lain abduksi / adduksi

b). Duduk tegak Flexi tungkai, arahkan tumit menuju tempat yang telah

ditentukan oleh fisioterapis, dengan letak yang berbeda, ketinggian dan jarak yang berbeda pula

Pasien mencoba bertahan pada posisi duduk bebas untuk beberapa menit

Pasien mengangkat satu tungkai dan menurunkan kembali kelantai pada tempat yang telah ditandai

Berdiri kembali duduk dengan dua/satu tungkai tumpuan

c). Berdiri Memindahkan kaki kedepan/kebelakang Memindahkan kaki kelateral/medial Memindahkan tumpuan melingkar/rotasi

d). Berjalan Disamping garis lurus diantara kedua kaki Diantara kedua garis lurus sebelah tumpuan Berjalan pada gambar tapak pada lantai kaki lurus / gambar

serong (langkah tegak) Berrjalan pada posisi kaki lurus / gambar serong (langkah

tegak)e) Frekuensi latihan ini diberikan 8-10x gerakan atau sesuai

toleransi penderita

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

WILLIAM FLEXION EXERCISE

No. Dokumen

011/08/50

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

Tanggal Januari 2010 Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Merupakan latihan untuk mengulur / menegangkan otot-otot yang tegang atau memendek. Latihan ini cenderung kearah gerakan flexi trunk (membungkuk). Latihan ini ditemukan oleh Mr. William

TUJUAN 1. Untuk mengurangi nyeri, karena dengan bertambah tegangnya musculo ligamentum akan menekan syaraf sensoris

2. Memperbaiki / mengembangkan kearah sikap tubuh yang normal/correct posture

3. Menguatkan otot-otot yang lemah4. Mengulur / menegangkan otot-otot yang tegang/memendek5. Membuat otot-otot menjadi cukup untuk melakukan aktifitas sehari-

hari/fleksibel dan fit6. Koreksi dan modifikasi aspek kehidupan psikososial penderita

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Siapkan alat-alat seperti handuk , bantal2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak

B. Persiapan Pasien : Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin

C. Pelaksanaan Adapun teknik william flexion exercise adalah : Terdiri dari 6 gerakan : 4 posisi terlentang, 1 posisi exaggerated stator’s position, 1 posisi berdiri membelakangi tembok1. Posisi awal : terlentang pada alas yang padat dengan hip dan knee

flexi, telapak kaki menumpu rata dialas Gerakan : kontraksikan otot perut, sekaligus tekankan punggung bawah pada alas tidur, tahan 5 detik, kemudian relax. Frekuensi 10x gerakan, perhatikan khusus saat relax, jangan sampai membentuk arcus/lengkungan pada punggung

2. Posisi awal : sama seperti latihan pertama Gerakan : kontraksikan otot perut, pada saat bersamaan angkat kepala dan shoulder girdle (bahu) hingga dagu menyentuh thorax bagian atas, tahan 5 detik kemudian relax, frekuensi 10x, untuk peningkatan 25x, perhatikan khusus jangan sampai terjadi gerakan sit up (flexi lumbal)

3. Posisi awal : sama seperti latihan pertama Gerakan : gerakan oleh pasien (aktif) memflexikan 1 tungkai kedada sejauh mungkin, setelah itu tungkai tersebut ditarik oleh tangan kedada, sambil mengangkat kepala dan bahu, tahan 5 detik, relax. Frekuensi 10x, kemudian ulangi tungkai satunya.

Perhatian khusus : jangan sampai melakukan gerakan “Double Straight Leg Rissing” (2 tungkai lurus yang diangkat lurus bersamaan) karena akan menambah lordosis lumbal bertambah kuat sehingga nyeri.

4. Posisi awal : sama seperti latihan pertama Gerakan : sama seperti latihan ketiga tetap 2 tungkai, tetapi dilaksanakan serentak, no 3 dan 4 adalah gerakan aktif pasien, menggerakkan flexi hip sejauh mungkin.5. Posisi awal : posisi exaggerated stator’s position (seperti start pelari)

dimana berat badan disangga tungkai belakang dan lengan, tungkai didepan relax

Gerakan : pada posisi awal berat badan disangga tungkai depan dulu baru setelah itu otot perut, kontraksikan menekan dada ke paha, kaki depan, berat badan dipindah ketagan dan kaki yang lurus, dengan kaki belakang sedikit cenderung ke arah depan, tahan 5 detik relax. Frekuensi 10x dilakukan bergantian.

Perhatian : telapak kaki depan harus rata dengan lantaiPosisi awal : berdiri menempel dan membelakangi tembok,

jarak 2 tumit kurang lebih 10-15 cm, lumbal menempel rata dengan tembok

Gerakan : satu tungkai diayun kedepan, dipertahankan 10 detik, saat tungkai kedepan jangan sampai merubah posisi lumbal (tetap menempel ditembok), frekuensi 10x, kemudian diganti dengan tungkai lainnya

Perhatian : latihan ini berat dan jika terlalu berat bagi pasien, lamanya mempertahankan poisis dapat dikurangi, latihan kontraksi isometrik sehingga perlu dipertanyakan bila pasien sakit jantung, jangan diberi latihan bahaya

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURR. MC. KENZIE EXERCISE

No. Dokumen

012/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Merupakan latihan untuk memperbaiki sikap tubuh yang normal (correct posture) dan mengurangi nyeri. Latihan ini ditemukan oleh R. Mc. Kenzie

TUJUAN 1. Untuk mengurangi nyeri, karena dengan bertambah tegangnya musculo ligamentum akan menekan syaraf sensoris2. Memperbaiki/mengembangkan kearah sikap tubuh yang normal /correct posture3. Menguatkan otot-otot yang lemah4. Mengulur/menegangkan otot-otot yang tegang/memendek5. Koreksi dan modifikasi aspek kehidupan psikososial penderita

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Siapkan alat-alat seperti handuk , bantal2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak

B. Persiapan Pasien : Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin

C. Pelaksanaan Program latihan ini terdiri dari 6 latihan, 4 latihan yang pertama latihan extensi (kebelakang) dan 2 terakhir adalah latihan flexi (kedepan). 1. Latihan I Posisi penderita tidur tengkurap / telungkup, kedua tangan sejajar badan, kepala menoleh kesamping atur pernafasan dan ikuti dengan relaksasi otot punggung. Posisi ini dipertahankan kira-kira 5 menit, sehingga tercapai relaksasi sempurna 2. Latihan II

Posisi pasien tidur tengkurap/telungkup bertumpu kepada kedua siku, pandangan lurus kedepan. Pertahankan posisi ini kira-kira 5 menit sehingga dirasakan dari bagian pinggang kebawah benar-benar relax, latihan ini selalu diikuti latihan I pada setiap sesionnya. 3. Latihan III

Posisi tetap tidur tengkurap/telungkup, kedua tangan pada posisi seperti push up, kemudian tangan menekan lantai sehingga elbows ekstensi badan terangkat sampai pinggang terasa batas rasa sakit pertahankan selama 1-2 detik dan diusahakan pelvis serta kedua tungkai tetap menempel dilantai. Latihan ini efektif untuk terapi saat akut, juga dapat mengurangi ketegangan otot-otot punggung dan mencegah berulangnya sakit pinggang.

Setiap kali latihan ulangi sampai 10x gerakan dilakukan 4-6 kali sehari. Apabila 1 minggu tidak ada perubahan atau justru sakitnya bertambah, perlu didiskusikan dengan dokter. 4. Latihan IV

Berdiri tegak dengan kedua tangan diletakkan pada bagian pinggang kemudian badan digerakkan extensi dengan kedua tangan sebagai tuas/fiksator. diusahakan kedua lutut dalam posisi extensi, selanjutnya posisi kembali tegak tahan 1-2 detik.

5. Latihan V Posisi pasien tidur terlentang dengan flexi sendi paha dan lutut.

Kemudian dengan kedua lengan, kedua tungkai ditarik kearah dada, kepala tidak perlu diangkat kemudian kembali keposisi semula. ulangi 6-8 kali gerakan, lalu lakukan 2-4x sehari. setiap latihan seharusnya diikuti dengan latihan no.3 6. Latihan VI

Posisi pasien duduk dipinggiran kursi, kepala flexi, kedua tangan diletakkan diatas lutut dengan lengan lurus. kemudian secara pelan-pelan pinggang dibuat dalam posisi lordosis yang extrem beberapa saat, kemudian ke posisi awal. Kedua telapak kaki menumpu lantai, pandangan lurus kedepan, gerakkan badan kedepan dan kedua tangan menyentuh lantai, kembali lagi pelan-pelan pada posisi semula.

Sebagai latihan lebih lanjut gerakkan kepala mendekati lantai

dan kedua tangan jauh dibelakang kedua kaki. Untuk lebih efektif apabila kedua tangan dapat memegang pergelangan kaki, ulangi setiap sesion 5-6x dan 3-4x setiap hari. Latihan ini dikerjakan bila latihan V dapat dikerjakan tanpa rasa sakit dan setiap melakukan latihan ini harus diikuti latihan III.

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURTRAKSI

No. Dokumen

013/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Merupakan modalitas konservatif untuk mengurangi nyeri pada low back pain, sciatic dan cervical yang belum terstandarisasi.

TUJUAN 1. Untuk mengurangi nyeri 2. Memperlebar foramen intervertebralis3. Membuka/menambah ruang discus intervertebralis4. Memisahkan/memperlebar ruang sendi intervertebralis 5. Membebaskan membran synovial yang terjepit6. Membebaskan akar syaraf yang bertautan7. Rileksasi otot-otot para vertebral yang spasme8. Menghasilkan peningkatan ketegangan ligamen longitudinal posterior untuk mengurangi kemungkinan HNP

PROSEDUR A. Persiapan Alat : 1. Siapkan alat-alat seperti handuk , bantal2. Periksa parameter mesin traksi, semua saklar dalam keadaan nol, kabel tidak boleh kontak dengan pasien, lantai atau bersilangan satu sama lain 3. Siapkan sling belt dan katrol penarik

B. Persiapan Pasien : 1. Posisi penderita secomfortable / seenak mungkin 2. Bebaskan dari pakaian pada daerah yang akan diobati 3. Bersihkan dari keringat atau debu 4. Ukur berat badan penderitaC. Pelaksanaan I. Pelaksanaan traksi lumbal

Posisi yang diberikan untuk traksi lumbal: dalam posisi tidur terlentang flexi sendi panggung 70 derajat dan diberikan penyangga pada tungkai bawah. Posisi ini dimaksudkan untuk mengubah posisi lordosis lumbal menjadi lurus, efek tarikan yang diperoleh pada vertebra lumbal maksimal. Pemasangan sabuk panggul (sling belt) sehingga diharapkan efek tarikan jatuh pada susunan vertebra lumbal.

Fiksasi thorax dapat dipasangkan pada axilla atau pada lingkar dada yang berfungsi sebagai “counter traction” meja traksi dianjurkan yang dapat terpisah satu sama lain (biasanya diberi roda) untuk menghindarkan pergeseran antara panggul dengan meja traksi yang menimbulkan hambatan tarikan. sudut tarikan 20 derajat sampai 30 derajat dengan axis tubuh.

Beban traksi diberikan mulai dari 26% - 50% dari berat badan total atau disesuaikan dengan toleransi penderita. Dengan pilihan metode traksi intermittent dan lama waktu traksi diberikan antara 10-20 menit. Pada kondisi-kondisi yang masih akut penanggulangan traksi diberikan setiap hari satu kali sampai satu seri (7-10x). apabila dengan pemberiaan traksi ini nyeri pinggang bertambah, pemberiaan beban dapat dikurangi atau traksi ditunda pemberiannya.

II. Pelaksanaan traksi cervical Traksi cervical dapat dilakukan dalam posisi tidur (horizontal),

duduk (vertikal) dan tidur setengah duduk (bersudut). dari ketiga posisi tersebut, posisi tidur setengah duduk adalah posisi terbaik, karena posisi tubuh stabil, relaksasi otot-otot cukup baik “counter traction” yang cukup baik diperoleh dari berat tubuh sendiri. Pemasangan sling harus tepat menyangga dagu dan bagian occipital dan sudut tarikan sekitar 20-30 derajat dengan aksis tubuh karena pada posisi ini lordosis menjadi lurus sehingga diperoleh tarikan maksimal.

Traksi tergantung kepada distribusi rasa nyeri pada daerah cervical dan daerah penyebarannya dibahu atau lengan, apabila gangguan disebelah kiri posisi penderita digeser kearah kiri sehingga diperoleh efek regangan langsung didaerah tersebut, demikian pula sebaliknya.

Metode yang tepat untuk kondisi ini adalah metode intermittent traction karena memberikan efek menghilangkan nyeri dengan beban tarikan minimal (10-20%) berat badan total dinaikkan

secara bertahap menurut toleransi penderita. waktu traksi antara 10-20 menit.

Apabila selama dilakukan traksi penderita mengeluh pusing, atau keluhan rasa nyeri bertambah, dipertimbangkan untuk menunda pemberiaan traksi.

PERHATIAN -

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Instalasi Rehabilitasi Medik

RUMAH SAKIT UMUMSARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURNDT CONCEPT ( METODE BOBATH )

No. Dokumen

014/08/50

Tanggal Januari 2010

Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PENGERTIAN Suatu terapi dengan menggunakan latihan khusus yang ditujukan untuk melatih kembali kemampuan tumbuh kembang motorik yang pernah hilang.

TUJUAN 1. Untuk menstimulasi reflek tonik patologis menjadi fisiologis2. Untuk memudahkan terjadinya gerak spontan sebagai respon

stimulasi gerak.

3. Untuk mengembalikan gerakan dengan cara memberikan tekanan dan tahanan pada anggota tubuh saat reaksi otomatis.

PROSEDURA. Persiapan Alat : 1. Siapkan alat seperti handuk, bantal 2. Tempat atau bed tidak boleh terlalu lunak.

B. Persiapan Penderita : Posisi penderita secomfortable/seenak mungkin

Pelaksaan Metode Bobath : Adapun tekhnik terapi yang duberikan adalah :

1. Reflek Inhibition Patterna. Suatu pola gerak tertentu yang digunakan untuk

mempengaruhi refleks tonus.b. Pola yang digunakan untuk menghentikan pola

patologi dengan mengembalikan reflek tonik patologis menjadi fisiologis.

2. Key Points Of Controla. Bagian tubuh ( umumnya bagian Proksimal ) yang

digunakan untuk mempengaruhi aktifitas reflek patologis (inhibisi ).

b. Sekaligus untuk mengendalikan aktifitas/destribusi tonus otot ( fasilitasi )

3. Inhibition ControlKemampuan untuk mengendalikan suatu akal dengan

cara memberi tekanan dan tahanan pada anggota tubuh saat terjadi reaksi otomatis.

4. Fasilitation Of Spiontanneus Movement. Yaitu memudahkan terjasinya gerak spontan sebagai

respon stimulasi gerak spontan yang dapat berupa :a. Benar – benar gerak spontan yaitu dengan tapping.b. Reaksi keseimbangan yaitu dengan Approximasi (tekanan

dan presure tapping).c. Reaksi arah ( righting reation ).

5. Fasilitation Of Voluntary Movement Yaitu memudahkan terjadinya gerak voluntair dan dalam

hal ini kadang kita perlu pengaturan posisi tertentu untuk memudahkan aktifitas yang akan kita lakukan tersebut.

6. Tapping And Aproximasi a. Tapping : Untuk memberi stimulasi pada kulit untuk

memudahkan terjadinya kontraksi berupa ketukan ujung jari-jari bagian palmar.

b. Aproximasi : Untuk memberokan rangsangan pada proproseptor dopermikaan sendi dengan merubah tekana intra artikularis, sehingga perlu diberikan tekanan pada sendi /kontraksi otot.

7. Placing a. Dalam teori ini kita perlu mengatur anggota tubuh

pada posisi tertentu dan melatih anggota tubuh untuk menempatkan dan mempertahankan pada ROM terentu.

b. Menempatkan anggota tubuh pada posisi tertenru agar mudah melakukan voluntari movement.

8. EripsYaitu dalam memfasilitasi dan menginhibisi gerak, kita

kadang perlu memegang pada ekstremitas yang akan distimulasi tadi.

Tegangan didistral berguna untuk mengarahkan gerakan.

Key Point Of Control1. Kepala dan Shoulder Girdle

a. Flexy Kepala dan SG Fasilitas : extenson spastik Side efek : Pada cerebral palsy akan timbul STNR (Symatrical Tonic Neck Refleks ), yaitu Flexi kepala akan diikuti flexi tungkai.

Pencegahan timbulnya STNR, dilakukan pada posisi berdiri atau tengkurap. untuk membangkitkan STNR, dilakukan pada posisi duduk.b. Ekstensi Kepala dan SG

Fasilitas : Kontrol kepala saat STNR ”Pull To Sitting”/ rotasi

Inhibisi : ekstensor spastik hiperekstensi hip dan knee saat berdiri dan berjalan.

Pencegahan : lakukan pada posisi tegakSide efek : kiposis trunk.

2. Lengan dan Shoulder Girdle ( SG )a. Endo + Protraksi SG

Inhibisi : ekstensor spame pada athetoidSide efek : Meningkatkan Flexor spastik pada leher, trunk dan tungkai pasien athetoid.

b. EXO + Supinasi + Extansi elbow Inhibisi : Flexor spastik lengan

Side efek : Meningkatkan extensor spastik pada sisa tubuh.

c. Supinasi+Extensi elbow+Horizontal Abduksi (lengan exorotasi )Inhibisi : Flexor spastik terutama pectoralis + leher

Fungsi : menimbulkan ” Spontneeous Movement ” membuka jari-jari tangan, terjadi gerakan abduksi + exorotasi + extensi tungkai.Cara : Dapat dilakukan pada posisi duduk selonjor, dapat dikombinasikan dengan menggerakkan badan pasien kedepan, kebelakang dan kesamping.

d. Elevasi + Exorotasi lengan Inhibisi : - Flexor spastik

- Depresi Sholder Girdle - Extensi trunk dan tungkai, semuanya pada pasien diplegi dan Guadriplegi, jika Flexor spastik pada lengan merupakan bagian dari extensor tungkai.Mis : Pada hemiplegi, maka elevasi + extensi lengan + side flexy trunk sisi yang hemi maka akan memfasilitasi Flexy + abduksi tungkai sisi hemi oleh karena terputusnya pola Flexy lengan dan extensi tungkai.

e. Extensi kedua lengan digerakkan diagonal ke belakang.

Inhibisi : Flexor spastik lengan menjadi kendor karena terulur.Fungsi : Memudahkan tangan dan jari-jari membuka.Side efek : Bila dilakukan pada posisi endo + extensi lengan, akan menimbulkan peningkatan tonus adduksi + endorotasi terutamka pada tungkai. Pencegahan : Dilakuka pada posisi exorotasi + extensi lengan,Indikasi : Pada ceberal palsy tipe Diplegi dan guardriplegi ringan

Latihan diatas bisa dikombinasikan untuk latihan jalan

f. Palmar Flexy + abdukasi thumb dengan lengan exorotasi+

extensi / supinasi Efek : Memfasilitasi semua jari tangan membuka.Keterangan :Posisi tangan Ceberal palsy selalu

menggenggamDikoreksi dengan membuat palmar Flexi sehingga memudahkan jari-jari membuka, kemudian thumb diabduksikan dengan memegang phalank proximal thumb.

3. Pelvie dan TungkaiDorsi Flexy jari kaki expert thumbInhibisi : Extensor spastik tungkai menjadi kendor.Fungsi : Dorsi Flexi ankle, exo + abduksi tungkai menjadi mudah.Side efek : Mempersulit extens knee dan hip, khususnya bila dilakukan pada posisi berdiri.

4. TengkurapKepala diangkat lengan lurus keata + extensi trunk. Fasilitas :Extensor hip dan tungkai ( meningkatkan

tonusnya ).Kepala diangkat, lengan horizontal abduksi + siku lurus.

Fasilitas : Extensor dorsal spine(lebih mudah kontraksi), jari- jari jangan terbuka Abdukasi kedua tungkai Side Flexi kepala, kemudian kepala diangkat.

5. TelentangPada bayi (spastik sedang atau ringan) bila leher + SG diretraksikan maka kedua tungkai akan Flexy + abduksi, setelah terjadi reaksi tersebut tekankan tungkai kedadanya dengan tetap pola Felxy + abduksi.

6. Duduka. Flexi, trunk,forward, kedua tungkai abd.

Kebiasaan anak Ceberal Palsy cenderung trunknya bungkuk dan kepal Flexi.Fasilitasi : Memudahkan etensi spine dan kepala terangkat (extensi), bis ditambah aproximasi kepala.Side efek : Hip sangat Flexi karena kontraktur Flexor hip meningkat sehingga sulit untuk berdiri karena lordosis meningkat.Pencegahan : Dilakukan pada posisi ” Lonfg Sitting”.

b. Abduksi dengan kedua tungkai lurus ( selonjor kedua lengan ditahan pada posisi forward dengan SG protraksi.Fungsi : Terjadi kontrol kepada bila spine/badan didorong kearah tegak dan terlentang sehingga kepala berusaha tegak.

c. Sternum ditekan dan Flexi spineInhibisi : Retraksi neck + SG akan menjadi kendor.Fungsi : Kepala dan kedua lengan akan kedepan (Forward) untuk kontrol, kepala dan kedua lengan akan menggapai kearah abduksi.Side efek : Pada pasien dengan lengan rigid (spastik agonis dan antagonis) dapat meningkatkan kapastisitas group abduksi + extensi + pronasi kedua lengan. Latihan diatas berguna untuk menoreksi pola sinergis pada hemiplegi.

- Knee Standing – Standing – WalkingKedua lengan Flexi + pronasi+ endo dengfan pine Flexi Inhibisi : Exteensor spastik dan hiper extensi hip dan kedua knee pada penderita athetoid ( menjadi kendor ). Side efek : Pada pasien spastik akan menyebabkan Flexor spsatik meningkat pada kedua hip dan knee.

Dapat dilakukan pada posisi berdiri dan untuk latihan jalan.

- Merangkak dengan Kneeling dan Lengan Weight Bearing pada posisi lurus dan tangan membuka.

Fungsi : - Membuat SG terangkat dan kedua shoulder ke belakang mencegah protraksi shoulder karena spastik pectoralis).Inhibisi : Flexor spastik dan abduksi kedua lengan karena bangkitnya mekanisme propioseptor.

- Half Kneeling ( Shooing position )Efek : - Pelvic backward rotasi pada sisi homo lateral dengan NWB tungkai ( tungkai yang depan ).

- Stabilizing pelvic dn mencegah adduksi dan Flexi tungkai yang kedepan, juga Flexi pada tungkai weight berbaring. biasanya digunakan untuk persiapan berdiri.

8. Frekuensi latihan ini diberikan 8-10x gerakan atau sesuai toleransi penderita.

PERHATIAN

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

UNIT TERKAIT Bagian Instalasi Rehab Medik ( Fosioterapi )

STANDARD PROSEDUR OPERASIONAL

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA SHOULDER TRAUMATIC ARTHRITIS

No. Dokumen

015/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada shoulder traumatic arthritisTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimalKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Ada riwayat trauma- Nyeri jenis tajam pada bahu dan lengan atas - Nyeri meningkat pada seluruh gerak bahuTes cepat- Abduksi elevasi bahu terjadi gerak ’reverse humerosccapular rhythm- Gerak terbatas dengan springy end feelTes gerak pasif- Gerak abduksi terbatas springy end feel, rotasi eksternal terbatas

springy end feel dan rotasi internal terbatas lebih ringan (capsular pattern)

Tes gerak isometric- Tidak bermkana kecuali bila ada strainTes khusus- Joint play movement: traksi pada ahir ROM nyeri, terbatas firm end

feel- Palpasi: Spasme otot-otot bahu.Pemriksaan lain- Tidak diperlukans

Diagnosis- Nyeri bahu hingga lengan atas akibat traumatic arthrit

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- Aktualitas tinggi: RICE- Lewat 3 hari mobilisasi ringan- Lewat 1 minggu: mobilisasi sendi- Lewat 3 minggi: mobilisasi sendi intensif, modalitas SWD.- Terapi latihan: Codmann pendular exercise, free active mobilzation

exc, shoulder wheel dll.

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus shoulder traumatic

arthritis- Intervensi fisioterapi pada shoulder traumatic arthritis

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma- Osteoporosis

Evaluasi- Nyeri, ROM

Dokumentasi: - Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil

Lampiran Juknis asesmenJuknis RICEJuknis joint mobilizationJuknis mobilisasi sendi aktif

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA ANKLE SPRAIN

No. Dokumen

016/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Ankle sprainTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan

hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali -

2 kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Ada riwayat trauma (kesleo) kearah inversi- Nyeri jenis nyeri tajam pada kaki sisi lateral- Nyeri meningkat pada saat gerak eversiInspeksi:- Oedeme dan haematome lateral ankleTes cepat- Gerak plantar maupun dorsal fleksi nyeri. Gerak inversi nyeri hebat.Tes gerak aktif- Gerak inversi dan gerak eversi- Gerak dorso dan plantar flexiTes gerak pasif- Nyeri gerak pasif inversi dengan springy end feel- Gerak pasif lan positif-negatifTes gerak isometric- Gerak isometrik eversi nyeriTes khusus- Palpasi- Joint play movement.

Indikasi:- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Ankle Sprain- Intervensi fisioterapi pada Ankle Sprain

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma- Lesi saraf perifer

Pemeriksaan lain- ‘X’ ray tidak dijumpai fraktur.

Diagnosis:- Nyeri lateral kaki akibat inversion injury/sprain

Rencana tindakan: - -Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- RICE - Bandaging- US: diberikan pada fase kronik

o Pada ligamenta atau tendon yang terjadi ciderao Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit

- Transverse friction- active stabilization and balance exc.- Walking exc

Evaluasi- Nyeri sekitar ankle

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Juknis asesmen fisioterapiJuknis USJuknis BandageJuknis transverse frictionStrabilization dan balance exc.

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA DORSAL WRIST COMPRESSION SYND

No. Dokumen

017/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Dorsal Wrist Compression Synd

TujuanKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- trauma pada wrist saat menumpu BB - nyeri pada gerakan dorso flexi wrist- unstable

Tes cepat- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tanganTes gerak aktif- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion

pergelangan tanganTes gerak pasif- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion

pergelangan tangan dimana dorsal flexion lebih terbatas dari palmar flexion dengan end feel firm.

Tes gerak isometric- Tidak ditemukan gangguan khasTes khusus- JPM test palmar dan dorsal flexion timbul nyeri, terbatas denngan firm end feelPemeriksaan lain- X ray: penyempitan sela sendi;

DiagnosisRencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- RICE- US:

o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.

- Joint mobilizationo Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPPo Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi

- Free active mobilization exerciseo Pronas-supinasi

Kemungkinan splintingEvaluasiNyeri,ROM

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Dorsal Wrist Compression

Synd- Intervensi fisioterapi pada Dorsal Wrist Compression Synd

Kontra indikasi :

- Fraktur- Dislokasi- osteoporosis

DokumentasiRekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Juknis RICEJuknis US

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA ENTRAPMENT N. RADIALIS ( C5-C8)

No. Dokumen

018/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbitDitetapkan Oleh :

Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Entrapment N. Radialis ( c5-c8)

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Entrapment N. Radialis

(C5-C8)- Intervensi fisioterapi pada Entrapment N. Radialis (C5-C8)

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislokasi- Neoplasma

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Radicular pain bahu sampai jari2 bagian dorsal- ParasthesiaInspeksi:- Dalam batas normalTes cepat- Tibul nyeri atau paresthesia pada Abduksi-elevasi bahu penuhTes gerak aktif- ekstensi cervical- lateral flexi cervicalTes gerak pasif- Tes gerak isometrikTes khusus- adson test- PACVP nyeri segmental

Pemriksaan lainDiagnosis radicular pain dari c5 – c8 dan adanya gangguan gerakan

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- MWD cervical

o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Cervical tractiono Intermittent posisi lordosis beban 20-30% berat badan, periode traksi

dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit - Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie - Cervical collar untuk actualitas tinggi- Proper neck mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi

EvaluasiRadicular pain,ROMDokumentasiRekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakann oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Juknis MWDJuknis cervical tractionJuknis Mc Kenzie exercise

FORMAT SPO

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA COLLUM FEMORIS FRACTURE

No. Dokumen

019/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Fraktur collum femorisTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan

hasil yang optimal.Kebijakan Indikasi:

Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Fraktur collum femorisIntervensi fisioterapi pada Fraktur collum femoris

Kontra indikasi :- osteomielitis-

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendh dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali semingguTeknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- adanya nyeri pada daerah fraktur- adanya kliking- inflamasi- sensasi- Kelemahan ototTes cepat- menurut area terjadinya frakturTes gerak aktif

- gerak fisiologis sendi- alur gerak normal- keseimbangan, koordinasi, beban sirkulasi.

Tes gerak pasif- gerak fisiologis sendi

Tes gerak isometric- Tes khusus

- Palpasi untuk menentukan lokasi- Joint play movement untuk capsuloligamentair- Contract relax stretching untuk patologi tendomuscular dan panjang otot- Joint stabilization test untuk hypermobility/instability

- Provocation test segmental untuk mendeteksi segment patologis- Gapping test untuk joint play movement test facets, sacroiliac joint- Low back manouvre I dan II.- Skin consistency untuk mendeteksi patologi integument- Tes khusus regional untuk kasus tertentu.- Neurologic test untuk pemeriksaan gangguan neurologis- Pengukuran ROM untuk memeriksa lingkup gerak sendi- Manual muscle testing untuk mengukur kekuatan otot umum- Pengukuran performans otot dengan HHD, spygmomanometer, --biofeedback pressure.- Strength duration curve untuk memeriksa innervasi otot.- Surface biofeed back untuk memeriksa innervasi dan performans

Pemeriksaan lain- X ray- MRI

Diagnosis: - adanya gangguan gerak pada hip dan nyeriRencana tindakan: - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- RICE- Infra Red Dengan ORIF,jarak Steady stage- SWD tanpa ORIF,contineus selama10 – 12 menit- Inmobilisasi dengan Gips selama........- Bandage- Mobilisasi- Ambulasi dan transfer

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Juknis RICEJuknis Infra RedJuknis SWDJuknis BandageJknis Ambulasi dan transfer

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION) OUTLET SYNDROME : SCALENUS SYNDROME

No. Dokumen

020/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome

TujuanKebijakan Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic (Compression)

Outlet Syndrome : Scalenus SyndromeProsedur Proses Fisioterapi yang di terapkan pada Thoracic (Compression) Outlet

Syndrome : Scalenus Syndrome

Indikasi : Asesmen Fisioterapi pada Thoracic (Compression) Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome Intervensi Fisioterapi pada Thoracic (Compression) Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome

Kontra indikasi :

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis adanya nyeri pada saat fleksi ibu jari.

Tes cepatTes gerak aktif, abduksi, elevasi, depresi,protrTes gerak pasifTest streach fleksor ibu jari sakit

Tes gerak isometric melawan tahanan kea rah fleksi nyeri

Tes khusus adson testPemeriksaan lain

DiagnosisNyeri gerak pada tendon otot m abd pol longus dan ext poli brevis

akibat tenovaginitis m abd pol longus dan ext poli brevis

Rencana tindakan- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi, dan hasil yang di harapkan.- Persetujuan pasien

Perencanaan intervensi

Intervensi US Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.Parafin bath 5 menitKe arah addukasi di berikan splaint selama 1 minggu-3 mingguMassage ke arah proksimal.

Evaluasi ROM, nyeri

Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal

Lampiran US, parafin, splint, massage.

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA TRAUMATIC ARTHRITIS CARPUS

No. Dokumen

021/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Traumatic Arthritis Carpus TujuanKebijakan Indikasi :

Kontra indikasi :

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis

Tes cepat

Tes gerak aktif

Tes gerak pasif

Tes gerak isometric

Tes khusus

Pemriksaan lain

Diagnosis

Rencana tindakan

Intervensi

Evaluasi

Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA WHIPLASH INJURY

No. Dokumen

022/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Whiplash Injury

Tujuan Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Whiplash Injury Kebijakan Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Whiplash Injury

Prosedur Melaksanakan asuhan Fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Indikasi : Asesmen Fisioterapi dan temuannya pada kasus Whiplash Injury Intervensi Fisioterapi pada Whiplash Injury Kontraindikasi :

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi : Asesmen fisioterapi

.Tes cepat abdukasi elevasi shoulderTes gerak aktif abduksi, elevasiTes gerak pasif abduksi elevasiTes gerak isometrikTes khusus hiperabduction test.Pemeriksaan lain

Diagnosis

Rencana tindakan .

Evaluasi nyeri dan ROMDokumentasi Rekam medik Rumah Sakit

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA DORSAL WRIST COMPRESSION( N. Radialis C6-C7)

No. Dokumen

023/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Dorsal wrist compression( entr. N. Radialis c6-c7)

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal..

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur - Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

- Anamnesis- Nyeri jenis pegal pada dorsal flexi wrist dan semutan jari tangan I dan

II permukaan dorsal- Kadang disertai gerak terbatas kearah dorsal dan end feel firm

Tes cepat- Nyeri dan terbatas pada gerak dorso flexi.Tes gerak aktif- Nyeri dan terbatas pada gerak dorso flexi.Tes gerak pasif- Nyeri dan terbatas gerak dorso flexi dan wrist dengan end feel firm.Tes gerak isometric- Nyeri kearah dorso flexi.Tes khusus- Phalen test- Stretch test lig. Ulnar collateral- Dorsal lebih terbatas dari palmar (JPM)Pemeriksaan lain- EMG positif entrapment pada N.Radialis

Diagnosis- Nyeri pada gerakan dorsal flexi wrist.

- Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap- Intervensi US:

o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.

- Joint mobilizationo Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPPo Stretching lig. Carpi transversumo Passive mobilization exercise o Stretching lig. Carpi transversumo Passive mobilization exercise

IntervensiEvaluasiDokumentasi

Unit terkait

Lampiran

- streching.Evaluasi- Nyeri, paresthesiaDokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Joint mobililizationUSStretching

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA ENTRAPMENT RADIALIS( N. Radialis C6-C7)

No. Dokumen

024/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah terjadinya penekanan pada selubung saraf N.RadialisTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

- Anamnesis:Nyeri jenis pegal pada sepanjang lengan bawah sampai pergelangan tangan dan semutan jari tangan I dan II permukaan palmar dan Dorsal

- Kelemahan pada otot yang dipersarafi oleh N.Radialis- Adanya gangguan sensasi.Inspeksi :

Tes cepat- Nyeri dan terbatas pada gerak dorsal fleksi dan radialis deviasi pergelangan tangan.Tes gerak aktif- Nyeri dan terbatas pada gerak dorsal fleksi dan radialis deviasi

pergelangan tangan. Tes gerak pasif- Nyeri dan terbatas gerak dorsal flexi dan radialis deviasi

pergelangan tangan dengan end feel firm.Tes gerak isometric- tidak khas, kecuali bila atrofi thenar.Tes khusus- tunnel test positif- Stretch test lig. radial collateral- JPM intercarpal Pemeriksaan lain- EMG positif entrapment

Diagnosis- Nyeri dan kesemutan pergelangan tangan akibat entrapment n.

radialis setinggi lengan bawah .

- Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap-

- Intervensi US:o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-2

watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.- Joint mobilization.- Streaching saraf perifer.

Evaluasi- Nyeri sekitar ankle

- Indikasi : Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Entrapment Radialis

- Intervensi fisioterapi pada Entrapment RadialisKontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma

OsteoporosisDokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Joint MobilizationU.SStretching

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOOSSEAL TENDOPATHY DAN TENOSYNOVITIS M. FLEXOR CARPIRADIALIS

No. Dokumen

025/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tenoosseal Tendopathy dan Tenosynovitis M. Flexor Carpiradialis

TujuanKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis nyeri saat

Tes cepat fleksi wrist nyeri

Tes gerak aktif fleksi nyeri

Tes gerak pasif fleksi nyeri

Tes gerak isometric fleksi wrist tambah nyeri pada fleksor elbow.Tes khusus test streach

Pemriksaan lain

Diagnosis

Rencana tindakan - penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi, dan hasil yang di harapkan.- Persetujuan pasien

Perencanaan intervensiIndikasi :Asesmen Fisioterapi pada Tenoosseal Tendopathy dan Tenosynovitis M. Flexor Carpiradialis Intervensi Fisioterapi pada Tenoosseal Tendopathy dan Tenosynovitis M. Flexor Carpiradialis

Kontra indikasi :

Intervensi US intermiten dosis pada akut aktualitas tinggi 0,5-1 watt/cm2 Transfer frictionstrechingEvaluasiROM, nyeri Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskulo skeletal

Lampiran US, streching, transfers friction

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOOSSEAL TENDOPATHY M. FLEX. CARPI ULNARIS

No. Dokumen

026/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada tenoosseal Tendopathy M. Flex. Carpi Ulnaris

TujuanKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis

Tes cepat

Tes gerak aktif

Tes gerak pasif

Tes gerak isometric

Tes khusus

Pemriksaan lain

Diagnosis

Rencana tindakan

Intervensi

Evaluasi

Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOSYNOVITIS M. FLEX. DIGIT. PROFUNDUS

No. Dokumen

027/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tenosynovitis M. Flex. Digit. Profundus

TujuanKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis

Tes cepat

Tes gerak aktif

Tes gerak pasif

Tes gerak isometric

Tes khusus

Pemriksaan lain

Diagnosis

Rencana tindakan

Intervensi

Evaluasi

Dokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURPEMERIKSAAN ANTROPOMETRI

No Dokumen :

028/08/50

Revisi : Halaman :

1/2

PROSEDURTETAP

Tgl Berlaku : Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

1. Pengertian

2. Tujuan

3. Ruang lingkup

4. Bagian Terkait5. Dokumen terkait 6. Standar terkait

:

:

:

:::

Antropometri adalah semua ciri yang menggambarkan dimensi tubuh, seperti tinggi, berat, lingkar tubuh dan komposisi lemak tubuhPengukuran antropometri merupakan indikator yang tepat serta berguna pada klinis untuk menentukan status nutrisi protein-energy tubuhMeliputi persentase berat badan, Indeks Masa Tubuh (IMT), ketebalan lemak (skinfold thickness), estimasi lemak tubuh dan dimensi tubuh.Klinik Gizi, Klinik IP Dalam dan Orthopaedi

7. Rincian Tindakan Fisioterapi :

7.1. Lakukan persiapan pasien

7.2. Lakukan asesmen yaitu pemeriksaan berdasarakan keluhan yang objektif baik dengan wawancara

maupun pemeriksaan fisik terhadap pasien maupun dengan keluarga pasien

7.3. Tegakan diagnosa fisioterapi berdasarkan dari hasil pemeriksaan fisioterapi

7.4. Tentukan rencana pengobatan berdasarkan hasil diagnosa fisioterapi yang telah ditegakan.

7.5. Siapkan peralatan fisioterapi yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan/pengobatan terhadap

pasien

7.6. Lakukan tindakan/pengobatan pengobatan fisioterapi terhadap pasien berdasarkan perencanaan

yang telah ditetapkan

7.7. Rapikan peralatan apabila selesai melakukan tindakan/pengobatan terhadap pasien.

7.8. Lakukan re-evaluasi/re-asesmen terhadap hasil tindakan/pengobatan minimal 1 (satu) kali setelah

serial tindakan fisioterapi yang ditetapkan telah selesai dilakukan.

7.9. Buat rujukan ke profesi medis pengirim atau bila pengobatan tidak berhasil terhadap pasien yang

datang atas permintaan sendiri berikan rujukan ke profesi medis yang berkaitan dengan kondisi

pasien.

7.10. Catat tindakan/pengobatan yang telah dilakukan di status pasien.

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA SC JOINT.SUBLUXATIO

No. Dokumen

029/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada SC Joint. Subluxatio TujuanKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis nyeri pada daerah sternoclavicularisTes cepat abduksi elevasi

Tes gerak aktif protraksi, retraksi, depresi, elevasi

Tes gerak pasif

Tes gerak iscometric

Tes khusus joint play movement test

Pemriksaan lain x-ray, MRI test

DiagnosisNyeri dan gangguan gerak pada sendi sternoclavicularis akibat sublutation

- Rencana tindakan penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana intervensi, dan hasil yang di harapkan.

- Persetujuan pasien

Intervensi : US, US Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.Bandaging.

Evaluasi nyeri dan ROM

Dokumentasi rekam fisioterapi dan rekam medic RS

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal

Lampiran US, bandaging.

STANDARD OPERATION PROSEDUR TINDAKAN DENGAN MODALITAS FISIOTERAPI

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ULTRA VIOLET

No. Dokumen

030/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah upaya pengobatan modalitas sinar superficial dengan menggunakan sinar ultra violet gelombang panjang (UV B) atau gelombang pendek (UV A)

Tujuan Untuk meningkatkan system pertahanan tubuh Untuk mempercepat penyembuhan luka terbuka Untuk penyembuhan penyakit kulit tertentu

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :A. Untuk radiasi general indikasi nomor 1 dan 2

Dosis: sub Erythema; pengulangan 1 x 1 hari, 1 seri : 12 kaliB. Untuk radiasi local

Dosis : Indikasi nomor 1 : E II : pengulangan 3 hari 1 kali Indikasi nomor 2 : E IV : pengulangan 2 minggu 1 kali Indikasi nomor 3 : E II : pengulangan 3 hari 1 kali Indikasi nomor 1 : E III : pengulangan 3 minggu 1 kali

Seri : Melihat keadaan

Teknik Aplikasi :A. Radiasi general

1. Persiapan lampu, 2-5 menit dinyalakan2. Kulit harus bersih dan kering3. Pakaian dibuka, kecuali pakaian dalam4. Dilakukan tes dosis5. Mata ditutup dengan kacamata khusus6. Jarak lampu dan kulit 60-90 cm7. Sinar jatuh tegak lurus pada kulit8. Keringat dihapus

B. Radiasi Lokal1. Sama dengan teknik radiasi general nomor 1,2,4,5,6,7 dan 82. Area kulit yang diobat dilepas pakaiannya3. Anggota/daerah yang diobati ditutup dengan handuk

Indikasi :A. Radikal general

1. Penderita dengan kondisi tubuh rendah, contoh : allergis, asmatis, bronchitis, pernah kejang (post convulsi)

2. Anak-anak yang mengalami kelambatan dalam pertumbuhan dan aktivitas. Contoh : richet, anak premature, retarded, cerebral palsy

B. Radiasi Lokal1. Penyakit kulit karena jamur (misal: panu, kadas, psoriasis)2. Luka lama, decubitus3. Hipopigmentasi (bekas luka terbakar)4. Acne vulgaris (jerawat)

Kontraindikasi :1. Penyakit yang akut (T.B.C, paru, dermatitis, exim)2. Penderita yang sedang mendapat radioterapi3. Penderita allergis terhadap sinar ultra violet4. Sensitiser : adanya kemungkinan penderita menjadi sensitive terhadap

sinar ultra violet setelah pengobatan dengan obat-obat tertentu, misalnya : sulfa, insuline, thyroid extract, kinine, gold therapy

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

PENERAPAN PARAFIN BATH

No. Dokumen

031/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah pengobatan panas superfisial dengan modalitas rendaman hangat parafin.

Tujuan - Preliminary terhadap metoda intervensi lain, misalnya mobilisasi sendi, massage.

- Memperlancar peredaran darah perifer.- Mengurangi rasa sakit.- Menambah kelenturan jaringan perifer, lingkup gerak sendi- Dipilih untuk tangan dan kaki.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :Waktu : 10 – 20 menitPengulangan sub akut 1 x 1 hari, kronik 1 x 2 hariSeri : 5 kali

Teknik Aplikasi :Untuk indikasi no. 1,2 dan 31. Posisi penderita duduk nyaman, anggota yang akan diobati diberikan

posisi yang nyaman.2. Bagian yang akan direndam dibebaskan dari pakaian, kulit dicuci dengan

sabun dilap kering. 3. Tes perasaan kulit terhadap panas – dingin4. Kontrol peralatan : alat telah dihidupkan dan parafin telah cair dengan

suhu 500, 5. Tangan/kaki dicelupkan kedalam parafin cair secara perlahan dan

dipertahankan selama 1 menit, kemudian diangkat sambil menunggu paraffin mernbeku. Ulangi prosedur tersebut 10-12 kali, hingga terbentuk lapisan paraffin setebal kurang lebih 1/2 cm. Tangan / kaki yang terbungkus parafin dibungkus handuk, lalu dipertahankan selama 10 menit.

6. Kontrol suhu rendaman: terlalu panas atau kurang panas.7. Selesai terapi: Parafin dilepas dari tangan/kaki, bila penderita pusing

disuruh tiduran dahuluIndikasi :1. Kondisi sehabis trauma tangan/kaki sub akut atau kronik2. Kondisi peradangan ( mis RA, OA, dll) tangan/kaki sub akut dan kronik3. Kondisi ketegangan otot dan nyeri

Kontraindikasi :1. Anastesia pada kulit2. Kondisi gangguan peredaran darah arteri, tepat lokasi tidak boleh

dikenakan langsung3. Kondisi dengan kecenderungan terjadi perdarahan superfisial4. Kondisi sehabis radioterapi sebelum 3 bulan

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

TINDAKAN INTERMITTEN COMPRESSION THARAPY

No. Dokumen

032/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah upaya pengobatan dengan menggunakan tekanan terputus-putus terhadap anggota gerak atas dan/atau anggota gerak bawah.

Tujuan - untuk meningkatkan venous and lymphatic return- untuk terapi edeme ekstra kapsular- untuk memacu reflex angiospasm

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur 1 Posisi anggota elevasi (100 - 450 ) , pneumatic sleeve (sarung) dipasang pada anggota yang bersangkutan,

2 Pasang pipa plastik pada pneumatic sleeve dan output alat3 Cek kontak arus input dari listrik ruangan ke alat4 Atur tekanan inflation <diastole (mis 80 mmhg) anggota bawah

tekanan >anggota atas5 Durasi inflation 10 " – 120 " deflation 10” – 1206 Periksa hasil intervensi dengan instrumen pengukuran yang sesuai

misalnya tonus, nyeri dll.7 Pengawasan terhadapn nyeri dan pembengkakan.Indikasi:1 Lymph/venous oedeme kaki dan/atau anggota gerak bawah 2 Lymph/venous oedeme tangan dan/atau anggota gerak atas 3 Spasme anggota gerak atas atau anggota gerak bawah akibat gangguan

sirkulasi venosus.Kontra indikasi:1 Kecenderungan perdarahan capilair karena arteriosclerosis2 Karsinoma pada daerah yang diobati.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

MASSAGE & MANIPULATIVE

No. Dokumen

033/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PengertianAdalah upaya pengobatan dengan menggunakan manipulasi tangan atau alat (vibrator)

Tujuan - Meningkatkan arus pengembalian cairan venous dan/atau lymphatic.- Memperoleh penurunan tonus / spasme otot- Peregangan otot-tendon, ligament- Melepaskan perlekatan fibrous- Merangsang kontraksi otot

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis intensitas tergantung jenis teknik massage.Dosis waktu : 10 - 30 menitPengulangan : Subakut dan kondisi berat 1 kali 1 hari

Kronik dan kondisi ringan 1 kali 2 hariSeri : 5 kali

Teknik Aplikasi :Untuk indikasi : no. 1,2,3,4,5,6 dan 71. Posisi penderita :

Tiduran di bed atau duduk di kursi dengan rilek dan badan / anggota yang akan diterapi bebas dari pakaian, disangga dengan bantal sedang bagian yang tidak diterapi ditutup dengan handuk.Posisi fisioterapis : berdiri di samping bed.

2. Bahan pelicin : berupa salep, minyak atau bedak3. Teknik massage :- Effleurage : untuk penenang dan memperlancar aliran darah dan limfe- Friction : menghancurkan perlengketan/pengerasan jaringan lunak, dan

konter iritasi diberikan pada akar-akar urat saraf dan atau pada titik-titik nyeri (akar urat saraf = segmen)

- Petrissage : terdiri dari kneading, wringing dan picking up. Mempunyai pengaruh melemaskan dan mengulur otot/jaringan lunak, melancarkan juga bisa membantu mendorong gerak pencernaan pada usus

- Tapotament, terdiri dari Hacking, Clapping, Beating dan Pounding. Berguna untuk memberikan rangsangan / pacuan pada urat saraf dan otot, pada torak untuk memperlancar pengeluaran sekresi dari sistem pernafasan dalam postural drainage

- Vibrasi dan shaking, mengurangi / melemaskan ketegangan otot dan keluhan nyeri, memperlancar pengeluaran sekresi pernafasan, memperlancar gerak pencernaan dan pembuangan

4. Waktu yang diperlukan sangat tergantung dari luasnya / besarnya bagian yang diterapi, tebalnya jaringan dan tujuannya. Massage dengan gerakan yang cepat akan menimbulkan pacuan, massage yang lambat-lambat akan mempunyai efek penenang

Indikasi :1. Kondisi sehabis trauma / sehabis operasi sub akut dan kronik, pada

sistem musculoskeletal2. Kondisi kekakuan sendi serta pengerasan, ketegangan, perlengketan

dan pemendekan jaringan otot dan jaringan lunak yang lain3. Kondisi keluhan nyeri, penekanan/penyempitan urat saraf dan kondisi

kelumpuhan urat saraf 4. Kondisi kurang lancarnya peredaran darah dan limfe5. Kondisi kurang lancarnya pengeluaran sekresi pada saluran pernafasan6. Kondisi kurang lancarnya proses pencernaan makanan dan pembuangan

Kontraindikasi :1. Kondisi peradangan akut, trauma dan sehabis operasi yang masih baru2. Kulit yang terkuak3. Kondisi cedera sistem muculoskeletal (fracture, rupture) belum direposisi

dan pulih secara baik dan kuat4. Adanya tanda-tanda keganasan (setempat)5. Penderita panas tinggi (subfibris-fibris)6. Penderita kelainan jantung dan adanya haemoptoe, khusus jenis

tapotament daerah torak7. Kondisi varices, tepat pada lokasinya8. Kondisi haematemesis dan melena, khusus daerah perut9. Wanita saat haid dan kehamilan, khusus daerah perut

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

II. MANIPULASI PADA VERTEBRAE

No. Dokumen

034/08/50

No. Revisi Halaman

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah upaya pengobatan dengan menggunakan tangan untuk normalisasi neuro-muskuloskeletal-vegetative mechanism

Tujuan Mobilisasi ototMobilisasi sendi kolumna vertebralisManipulasi sendiStabilisasi sendi

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis: grade I untuk aktualitas tinggi-sedang; grade II untuk aktualitas sedang; grade III-IV untuk aktualitas rendah. Grade V manipulasi. Untuk indikasi nomor 1,2,3,4 dan 51. Waktu : 15 – 20 menit2. Pengulangan : kondisi akut 1 x 1

Kondisi membaik, keluhan berkurang 1 x 2 hari3. Seri : 5 kali

Teknik Aplikasi :(A) Untuk cervical indikasi nomor 1, 21. Posisi penderita tidur tengkurep, kedua tangan dilipat di bawah dahi,

bagian tengkuk dan punggung atas dibuka pakaiannya2. Terapis berdiri disebelah atas penderita3. Penekanan dengan kedua ibu jari dilakukan pada masing-masing

vertebrae dengan teknik vertical – oscillatory pressure, predominan (arah tekanan) ke daerah yang nyeri, diulang 4 kali

4. Kuat lemahnya tekanan disesuaikan dengan toleransi penderitaUntuk cervical indikasi nomor 3, 41. Posisi penderita tidur terlentang, rilek, tanpa bantal di kepala2. Terapis berdiri disebelah atas penderita3. Manipulasi : dengan menarik kepala penderita lurus ke arah cranial,

disusul gerak rotasi kepala ke kanan dan ke kiri, lateral bending diulang sedikitnya 3 kali

4. Tarikan harus kuat tapi cukup comfortable

(B) Untuk Thoracal dan Lumbal indikasi nomor 1, 2, 3 dan 41. Posisi penderita tidur tengkurep, kedua lengan di samping badan, rilek

dan buka pakaian2. Terapis berdiri di samping penderita3. Penekanan dengan telapak tangan dan masing-masing vertebrae

dengan teknik vertical oscillatory pressure dan atau lateral vertebrae pressure, arah tekanan pada daerah nyeri. Penekanan diulang minimal 3 kali

(C) Untuk Lumbal indikasi nomor 3, 41. Posisi penderita tidur miring, rilek2. Manipulasi : dengan membuat rotasi pada lumbal (contra lateral

movement) diulang minimal 3 kali

(D) Untuk sacral / sacroiliaca indikasi nomro 1, 2, 3 dan 41. Posisi penderita tidur tengkurep, buka pakaian2. Terapis berdiri di samping penderita3. Tekanan dengan telapak tangan diarahkan pasa sacroiliaca, dengan

oscillatory 4. Vertical pressure, dengan pengulangan 3 kali

Susunan VertebraeA. CervicalB. ThoracalC. LumbalD. Sacral/SacroiliacaIndikasi :Untuk nomor : A, B, C dan D1. Cartilagenous displacement2. Penekanan ringan urat saraf (radix nervi spinalis)3. Klasifikasi jaringan lunak (ligamentum, tendon, otot)4. Ketegangan sistem musculature vertebrae5. Nyeri kepala, nyeri tengkuk, nyeri punggung dan nyeri pinggang yang tak

jelas penyebabnya

Kontraindikasi :Untuk nomor : A, B, C dan D1. Peradangan akut / kronik vertebrae2. Infeksi spesifik / non spesifik vertebrae3. Fraktur vertebrae4. Gangguan sistem peredaran darah intervertebrale5. Porose tulang vertebrae6. Proses degenerasi discus intervertebrale7. Congenital abdormalities dari vertebrae8. Tanda-tanda keganasan pada vertebrae9. Keteganga musculature yang bersifat akut10.Khusus (A) Cervical : adanya keluhan bertambah hebat sesudah

manipulasi11.Khusus (B) Thoracal : adanya porose / fraktur costae

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

PENERAPAN CONTINOUS PASSIVE MOVEMENT MACHINE (CPM)No. Dokumen

035/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah pengobatan gerak pasif sendi dengan menggunakan mesinTujuan Untuk memelihara dan/atau meningkatkan lingkup gerak sendi Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015Prosedur 1 Cek alat CPM yang akan digunakan meliputi jenis perlengkapan engsel

(sendi CPM), fixator dan cuff2 Pasien diberikan posisi yang nyaman dan stabil, periksa luka sendi dan

bagian yang diobati, lakukan gerak pasif pelahan hingga diperoleh nilai ROM yang telah dicapai.

3 Anggota dan sendi yang akan diobati diletakkan pada alat dengan posisi sendi sesuai dengan sendi alat CPM.

4 Pasien diberitahu pengobatan yang dilakukan dan diminta untuk memberitahu segera bila nyeri berat atau sudah tidak berpengaruh terhadap ROM.

5 Posisikan mesin CPM dengan tepat sesuai dengan treatment yang akan dilakukan, fiksasi tulang (bagian) yang statik dan bagian yang dinamik. Atur ROM sesuai dengan ROM sendi yang telah dicapai.

6 Hidupkan mesin naikkan kecepatan dari kecepatan rendah hingga kecepatan yang diinginkan.

7 Setiap 15 menit diperiksa ROM yang telah dicapai untuk ditingkatkan secara bertahap.

8 Mesin dimatikan setelah waktu pengobatan selesai, misal 60 menit.

Indikasi1 Pasca operasi joint replacement2 Kontraktur sendi pasca immobilisasi atau pasca operasi3 Kontraktur pasca kombustioKontra indikasi1. Fraktur tidak stabil.3. Dislokasi sendi4. Osteopososis5. Ankylosing/arthrodesisKeganasan sendi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

EXERCISE THERAPY(MEKANOTERAPI)

I. PASSIVE EXERCISENo. Dokumen

036/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah upaya pengobatan dengan menggunakan gerak pasif sendiTujuan Pemeliharaan ROM sendi

Mobilisasi sendiPeregangan otot-tendon, kapsule-ligament

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :Untuk indikasi nomor 1 s/d 71. Diberikan pasif sesuai dengan fungsinya, dengan ulangan 5 – 8 kali

gerakan2. Waktu 15 – 40 menit3. Pengulangan 1 x 1 hari ; kronik 1 x 2 hari4. Seri : 10 kali

Teknik Aplikasi :Untuk indikasi nomor 1 s/d 71. Posisi : tiduran atau duduk yang rilek2. Pergerakan pasif sesuai fungsi otot atau kelompok otot, pada bidang

gerak sendinya mencapai range of motion (R.O.M) yang penuh3. Pasif / bantuan pernafasan, dengan shaking dan vibrasi untuk

membantu expirasi penderita terutama yang dalam keadaan lemah atau coma

4. Khusus nomor 7, penguluran pada kelompok otot yang memendek

Indikasi :1. Kondisi coma / post coma2. Kondisi lama bed rest3. Kondisi post operative4. Kondisi post fracture / dislocation

a. Nilai ototnya antara 0 – 2b. Lama tidak berfungsic. Post immobilitation

5. Kondisi kekakuan sendi6. Kondidi kelemahan otot7. Kondisi pemendekan otot

Kontraindikasi :1. Penderita panas tinggi dan adanya proses peradangan akut2. Force passive movement khusus stiff elbow3. Hipertensi dan hiperadduksi pada :

- Post fracture collum femoris dengan Moore Prothese / pen- Post fracture shaft of femur dengan pen

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

II. ASISTED ACTIVE EXERCISES

No. Dokumen

037/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah latihan gerak aktif dengan bantuan kekuatan dari luar (manual atau dengan alat) sebesar yang diperlukan

Tujuan Penguatan otot nilai dibawah 3Mobilisasi sendi aktifMengajarkan gerak tertentu

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :Untuk indikasi nomor 1, 2 dan 3Waktu : tiap satu macam gerak dari suatu sendi diberikan 10 – 3 – gerakan, dengan waktu sesuai dengan toleransi penderita1. Pengulangan 1 x 1 hari2. Seri : 10 kali

Teknik Aplikasi :Untuk indikasi nomor 1, 2 dan 31. Posisi penderita yang enak, rilek dan stabil ; dengan ruang gerak yang

mencukupi2. Anggota yang dilatih diberikan penyangga (support) dan penahan (fixasi)

pada bagian proximalnya3. Diusahakan dicapai perlemasan (relaxasi) pada otot antagonis dari pada

gerakan dimaksud4. Diberikan contoh arah gerakan (patern of movement) pada gerakan

sendi yang penuh5. Diberikan komando yang jelas, gerakan sendi yang penuh dan diulang-

ulang dengan irama yang sesuai6. Perlu dijalin kerjasama antara terapis dan penderita7. Bila penderita lelah perlu diselingi dengan latihan pernafasan

Indikasi :1. Kondisi kelemahan otot dengan nilai 1 dan 22. Kondisi kesulitan pengontrolan gerak3. Kondisi terhambatnya jarak pergerakan sendiKontraindikasi :Untuk II, III dan IV1. Penderita panas tinggi2. Penderita dalam keadaan bed rest total3. Penderita penyakit jantung perlu teknik khusus4. Penderita khusus habis operasi dengan Moore Prothese gerakan sendi

paha (hip joint) adduksi, flexi dan internal rotasi tak boleh berlebihan5. Penderita yang tidak kooperatif

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

III. FREE ACTIVE EXERCISE

No. Dokumen

038/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah gerak sendi aktif tanpa tahanan ataupun bantuan dari luarTujuan Mobilisasi sendi aktif

Mengajarkan gerak fungsionalMemperkuat otot

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis Untuk indikasi nomor 1, 2, 3 dan 41. Waktu : tiap bentuk gerak dari suatu sendi diberikan 10-30 gerakan, 2-3

menit2. Pengulangan : 1 x 1 hari3. Seri : 10 kali

Teknik Aplikasi :Untuk indikasi nomor 1, 2, 3 dan 41. Posisi penderita comfortable, rilek dan stabil, dengan ruangan gerak

yang mencukupi2. Bentuk dan arah gerakan diberikan contoh, ditunjukkan dengan gerakan

yang penuh3. Komando yang jelas, kecepatan dan irama gerakan yang sesuai4. Perlu dijalin kerjasama antar terapis dan penderita5. Bila penderita lelah perlu diselingi dengan latihan pernafasan. Bila

banyak keluar keringat dipersilahkan segera minum6. Bisa dikerjakan dengan bantuan alat-alat atau berupa permainan7. Latihan isometric perlu ditandai dengan palpasi pada otot atas tendonnya

Indikasi :1. Kondisi kelemahan otot dengan nilai 3 ke atas2. Kondisi kesulitan pengontrolan gerak anggota3. Kondisi terhambatnya jarak gerakan sendi4. Kondisi ketegangan otot dan jaringan lunakKontraindikasi :6. Penderita panas tinggi7. Penderita dalam keadaan bed rest total8. Penderita penyakit jantung perlu teknik khusus9. Penderita khusus habis operasi dengan Moore Prothese gerakan sendi

paha (hip joint) adduksi, flexi dan internal rotasi tak boleh berlebihanPenderita yang tidak kooperatif

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

IV. RESISTED ACTIVE EXERCISE

No. Dokumen

039/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah gerak sendi aktif dengan melawan tahanan dari luarTujuan Untuk penguatan otot

Untuk pereganngan otot-tendonUntuk mobilisasi sendi

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :Untuk indikasi nomor 1, 2 dan 31. Waktu : tiap bentuk gerak dari suatu sendi diberikan 10-30 gerakan, 2-3

menit, toleransi penderita2. Pengulangan : 1 x 1 hari3. Seri : 5 kali

Teknik Aplikasi :Untuk indikasi nomor 1, 2 dan 31. Posisi penderita comfortable, rilek dan stabil, dengan ruang gerak

mencukupi2. Penahan/fixasi pada bagian proximal dari sendi yang akan digerakkan.

Contoh arah gerak yang jelas3. Pemberian beban gerak (resistance) yang optimal, khusus pada latihan

Proprioceptive4. Komando, kecepatan, pengulangan irama gerak harus sesuai5. Perlu dijalin kerjasama antar terapis dan penderita6. Bila penderita lelah perlu diselingi dengan latihan pernafasan. Bila

banyak keluar keringat dipersilahkan segera minum7. Diusahakan penderita bisa mengerjakan sendi dengan alat-alat

Indikasi :1. Kondisi kelemahan otot dengan nilai 42. Kondisi kesulitan pengontrolan pergerakan anggota3. Kondisi menyusutnya volume otot (atrophy)Kontraindikasi :1 Penderita panas tinggi2 Penderita dalam keadaan bed rest total3 Penderita penyakit jantung perlu teknik khusus4 Penderita khusus habis operasi dengan Moore Prothese gerakan sendi

paha (hip joint) adduksi, flexi dan internal rotasi tak boleh berlebihanPenderita yang tidak kooperatif

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

WALKING TRAININGA. Analisa berjalan normal

No. Dokumen

040/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah analisis berjalanTujuan Untuk mengetahui penyimpangan berjalanKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Tahap I : Tumit memukulKita misalkan tungkai kanan yang melangkah. Pandangan samping :

1. Kepala dan badan tegak, lengan kanan di belakang garis tengah tubuh dengan siku lurus, lengan kiri ke depan dengan siku sedikit menekuk

2. Panggul sedikit memutar ke depan3. Lutut kanan lurus4. Kaki kiri sedikit terputar keluar, sebesar 15 derajat bidang sagital

Pandangan depan :1. Kepala dan badan tegak, kedua lengan terayun dengan sedikit

mereganggang dari pada tubuh2. Psnggul sedikit miring ke bawah pada sebelah kanannya3. Tungkai sedikit terputar keluar pada sendi pahanya

Tahap II : Posisi tengahanPandangan samping :

1. Kepala dan badan tegak, kedua lengan sedikit merenggang dari pada tubuh

2. Panggul sedikit miring ke bawah pada sebelah kanannya3. Tungkai sedikit terputar pada sendi pahanya

Tahap III : Dorong angkatPandang samping

1. Lengan kanan di depan garis tengah tubuh dengan siku sedikit menekuk, lengan kiri ke belakang dengan siku melurus

2. Panggul terputar ke depan3. Lutut kanan sedikit menekuk 4. Pergelangan kaki plantar flexi5. Jari-jari hiper extensi pada sendi metatarsophalangeal

Pandangan ke belakang :1. Kedua tangan terayun dengan sedikit meregangang pada tubuh, siku

kanan sedikit menekuk dan kiri melurus2. Tungkai sedikit terputa keluar pada sendi pahanya3. Telapan bagian tumit dan tengah tampak dan telapak bagian depan

menempel pada lantaiTahap IV : Pertengahan mengayunPandangan depan

1. Kepala dan badan tegak dan panggul sedikit miring turun2. Tungkai pada garis vertikal gaya berat tubuh3. Tungkai sedikit terputar ke dalam pada sendi pahanya4. Kaki membentuk sudut terhadap tungkai dengan sedikit eversi

Pandangan samping :1. Panggul sedikit berputar ke depan, kedua lengan mendekat pada

garis tengah tubuh2. Lutut dan paha menekuk3. Kaki sedikit terputar keluar terhadap tungkai

Analisis 4 tahap siklus berjalanAnalisis keseimbangan berjalanAnalisis waktu/ritme berjalanAnalisis jarak tiap langkahAnalisis pembebanan berat badan tiap siklusAnalisis gerak persegment

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

B. Latihan Berjalan(gait training)

No. Dokumen

041/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah latihan berjalan tanpa ataupun dengan alat bantu jalanTujuan Memperbaiki pola berjalan

Melatih teknik berjalan untuk mengatasi masalah tertentuMelatih pemakaian pembantu jalan tertentu

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur C. Dosis1. Waktu : Toleransi penderita s/d 30 menit2. Pengulangan : 1 – 2 kali 1 hari3. Seri : 3 – 10 kali

D. Teknik1. Persiapan berjalan2. Berdasarkan titik tumpu :

a. Four point gaitb. Three point gaitc. Two point gaitd. Tripod alternate gaite. Tripot simultaneous gaitf. Swing to gaitg. Seeing through gait

3. Berdasarkan tumpuan berat badan :a. Non weight bearingb. Partial weight bearingc. Full weight bearing

E. Indikasi Umum Latihan Berjalan

Kondisi kesulitan dan kelainan dalam berjalan akibat faktor-faktor antara lain :1. Nyeri atau tidak enak pada saat menumpukkan berat badan atau

melakukan gerakan2. Kelemahan otot3. Limitasi gerak sendi, sering dengan pemendekan otot4. Gangguan koordinasi gerak5. Perubahan-perubahan pada tulang dan jaringan lunak, termasuk

amputasi

F. Kontra Indikasi1. Kondisi panas tinggi2. Kondisi perlu bed rest3. Kondisi gangguan pada kedua tungkai dan vertebrae tidak boleh

menumpu berat badan, sebelum dipakai alat penguat4. Kondisi sehabis trauma / operasi vertebrae, capitis, organ lain pada

tahap akut

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

Uraian Teknik1. Persiapan Berjalan :

Mempersiapkan mental dan fisik penderita sehingga berani dan mampu mengerjakan latihan berjalan. Persiapan ini dikerjakan bertahap, diterapkan teknik-teknik yang sesuai dengan kondisi masing-masing penderita. Berikut ini dituliskan aneka ragam teknik persiapan dan latihan berjalan untuk dipilih dalam pengetrapannya.a. Persiapan Mental :

Dorongan mental dengan memberikan pengertian antara lain dalam pokok-pokok hal sebagai berikut :1) Bahwa sudah saatnya berlatih berjalan2) Perlunya latihan berjalan3) Kerugian-kerugian bila tidak latihan berjalan4) Jaminan pengamanan dirinya dalam latihan

b. Persiapan Fisik :

Usaha penguatan penegak dan penggerak tubuh serta peningkatan daya keseimbangan, berupa latihan-latihan fisik dengan teknik antara lain sebagai berikut :1) Latihan leher dan kepala

Posisi : Penderita tidur terlentang di bedGerakan : a) Neck rotation

Memutar kepala ke kanan dan kiri, 5 – 10 kali b) Neck flexion

Mengangkat kepala seperti akan bangun ke duduk dengan dagu mendekat ke dada. Bila penderita kuat diberikan tahanan tangan pada dahi, 5 – 10 kali.

2) Latihan tungkai :Posisi : Penderita tidur terlentang di bed, dengan guling dibawah

lututGerakan : a. Quadriceps exercise

Menekankan lutut ke bawah sehingga tumit terangkat dari bed, bergantian kanan kiri, 10 – 20 kali.

b. Ankle & toes exercisePergelangan dan jari-jari, dorsal flexi dan extensi, plantar flexi dan flexi, serta eversi dan inversi, rotasi keluar dan kedalam pergelangan.

c. Leg raisingmengangkat satu tungkai setinggi-tingginya mendekati posisi tegak, bergantian kanan kiri, 10 – 20 kali

3) Melengkungkan, memutar dan menggeser badanPosisi : Tidur terlentang, dua tungkai dengan telapak kaki rata

menempel di bedGerakan : a) Back & hip extension (Bridging)

Mengangkat panggul setinggi-tingginya dengan menekankan pada kedua tumit, kepala dan dua lengan bawah, 10 kali

b) Trunk rotationMerebahkan kedua lutut bersamaan dan merapat ke kanan kiri, 10 kali

c) Menggeser tubuhUpaya menggeser tubuh kekanan-kiri, keatas dan kebawah

4) BergulingPosisi : Tidur terlentang dengan satu tungkai ditekuk telapak kai

rata menempel di bedGerakan : a) Rolling right

Tungkai kiri ditekuk, mendorong, serta dengan gerak ayunan kedua lengan ke arah kanan, penderita berguling ke kanan 5 – 10 kali.

b) Rolling leftTungkai kanan ditekuk, mendorong, serta dengan gerak ayunan kedua lengan ke arah kiri, penderita berguling ke kiri, 5 – 10 kali

5) Latihan tungkai 2Posisi : Tidur miring kanan atau kiriGerakan : a) Abduction left hip

Tidur miring ke kanan, mengangkat tungkai kiri lurus setinggi-tingginya, 10 kali b) Abduction right hip

Tidur miring ke kiri, mengangkat tungkai kanan lurus setinggi-tingginya, 10 kali6) Latihan duduk di tepi bed

Posisi : Tidur miring di tepi bedGerakan : a) Kedua tungkai bergeser ke depan sehingga tungkai

bawah terjuntai di tepi bed. Dengan mendorongkan kedua tangannya penderita berusaha bangun duduk. (High sitting)

b) Balancingdalam posisi high sitting menggoyangkan badan ke kanan dan ke kiri, depan dan belakang, dengan tangan menyangga pada bed dan tanpa menyangga.

c) Quarriceps dan ankle exercisesdorsal flexi ankle, mengangkat kaki sampai lutut lurus, kemudian mengangkat tungkai lurus setinggi-tinggiya.

7) Latihan berdiri 1Posisi : Duduk ditepi bed kedua tungkai terjuntai, kedua tangan

menyangga pada bedGerakan : a) Standing

Satu kaki turun ke lantai diikuti kaki yang lain sehingga berdiri bersandar pada tepi bed.

b) BalancingDengan kedua tangan menyangga/tanpa menyangga pada tepi bed, paralel bar atau dll., badan didorong ke samping kanan-kiri, depan-belakang, baik pasif maupun aktif. Selanjutnya siap untuk latihan jalan.

8) Latihan berdiri 2Posisi : Penderita tidur tengkurap di matras, kelanjutan dari

latihan berguling nomor 4Gerakan : a) Crawling

Dengan mendorongkan 2 tangannya sampai badan terangkat, menggeser tangan satu persatu ke belakang dengan menekuk kedua pada dan lutut, sehingga mencapai posisi merangkak. Bergerak merangkak maju-mundur, ke kanan-ke kiri

b) Heel sittingMendorongkan badan ke belakang sehingga pantat menempel di tumit, badan ditegakkan sehingga duduk bersimpuh

c) KneelingMengangkat panggulnya dengan meluruskan sendi dan paha sehingga badan tegak berlutut

d) BalancingPosisi berlutut mendorong badan ke depan-ke belakang, ke kanan dan ke kiri, baik pasif maupun aktif

e) Half kneelingSatu kaki diangkat ke depan sehingga menapak, balancing sama dengan di atas

f) StandingDengan berpegangan pada tangan terapism atau alat-alat penyangga yang lain, penderita diberdirikan. Balancing posisi berdiri sama dengan nomor 7, selanjutnya siap untuk berlatih berjalan.

2. Four Point GaitIndikasi khusus : Ketidakmampuan sedang pada kedua tungkai.Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa paralel bar, 2 kruk, 2 kruk siku, 2 stick.Point 1 : Satu tangan / satu tingkat mauPoint 2 : Diikuti tungkai yang bersebranganPoint 3 : Tangan / tongkat yang lainnya majuPoint 4 : Diikuti tungkai yang bersebrangan

3. Two Point GaitIndikasi khusus : Ketidakmampuan ringan pada kedua tungkai, sebagai peningkatan dari Four point gait

Uraian : Point 1 : Satu tangan / dengan tongkat bergerak maju bersamaan dengan tungkai yang bersebrangan

Point 2 : Satu tangan yang lain / dengan tongkat bergerak maju bersamaan dengan tungkai yang bersebrangan

4. Three Point GaitIndikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan satu tungkai.

Uraian : Penderita dengan 2 alat penyangga pada kedua tangannya, berupa : Paralel bar, kruk ketiak, kruk siku.

Point 1 dan 2 : Dua tangan / dengan tongkat bergerak maju, bersamaan dengan tungkai yang lemah atau sakit.

Point 3 : Tungkai yang kuat maju.

5. Tripod Alternate GaitIndikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan berat pada dua tungkai

Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa : Paralel bar, 2 kruk

Gerakan 1 dan 2 : Dua tangan / beserta tongkat maju satu persatu

Gerakan 3 : Menyeret kedua tungkai maju mendekati garis transversal yang menghubungkan dua tangan/ujung tongkat

6. Tripot Stimulataneous GaitIndikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan berat 2 tungkai, merupakan peningkata dari pada tripod alternate gait.

Uraian : Gerakan 1 : Kedua tangan / dengan tongkat maju bersamaan

Gerakan 2 : Menyeret maju kedua tungkai

7. Swing through GaitIndikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan berat kedua tungkai, sebagai peningkatan dari pada tripod simultaneous gait

Uraian : Gerakan 1 : Kedua tangan / dengan alat penyangga maju

Gerakan 2 : Kedua tungkai diangkat dan diayun maju sampai pada garis yang menghubungkan 2 tangan / ujung tongkat

8. Swing trouhg gaitIndikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan berat kedua tungkai, sebagai

peningkatan dari pada swing to gait.

Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa :

Gerakan 1 : Kedua tangan / beserta tongkat maju

Gerakan 2 : Kedua tungkai diangkat diayun maju melewati garis yang menghubungkan 2 tangan / ujung tongkat

9. Non Weight BearingIndikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan satu tungkai untuk menumpukkan berat badan

Uraian : Penderita dengan alat penyangga pada kedua tangannya berupa : paralel bar, walker, atau 2 kruk.

Gerakan 1 : Dua tangan / dua tongkat serta satu tungkai yang sakit maju serentak, dengan posisi tungkai yang lemah diangkat bergantung ke arah depan

Gerakan 2 : Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada dua tangan / tongkat

Tambahan : Penderita dengan ketidakmampuan kedua tungkai untuk menumpu, missal post fraktur 2 cruris, maka diterapkan teknik berjalan Four Point gait dengan alat penyangga Brace Patella Tendon Bearing (P.T.B)

10. Partial Weight BearingIndikasi khusus: Penderita dengan ketidakmampuan ringan satu tungkai, mampu sebagian berat tubuh. Sebagai peningkatan dari pada Non weight bearing.

Uraian : Penderita dengan alat penyangga kedua tangannya berupa : paralel bar, 2 kruk atau walker

Gerakan 1 : Dua tangan / dan tongkat beserta satu tungkai yang lemah bergerak maju serentak.

Gerakan 2 : Tungkai yang sehat melangkah maju dengan berat tubuh bertumpu pada kedua tangan / tongkat serta sebagian bertumpu pada kaki yang lemah.

11. Full Weight BearingIndikasi khusus : Penderita dengan ketidakmampuan ringan pada satu atau dua tungkai dan bisa menumpu seluruh berat badan tubuh, sebagai peningkatan dari pada partial weight bearing.

Teknik : Berjalan normal, penggunaan alat-alat penyangga dikurangi lambat laun akhirnya dihilangkan.

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

STEAM INHALATION(NEBULIZER)

No. Dokumen

042/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PengertianAdalah terapi dengan menggunakan hisapan uap air yang dihasilkan dari ultra spound nebulizer.

Tujuan Untuk memelihara hygiene saluran pernafasanUntuk mencairkan dahak pada saluran pernafasanUntuk meningkatkan ventilasi pernafasan

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur 1. Dilakukan proses sterilisasi alat tiap hari terhadap semua lalat yang berhubungan dengan tabung aquadest dan cairan obat inhalasinya hingga mouth piece. Dianjurkan menggunakan disposible mouth piece.

2. Cek dan isi aquadest dengan obat yang diperlukan pada tabung inhalator.

3. Pasien diberikan tiduran posisi nyaman atau semi fowler, mouth piece difikasasi atau dipegang hingga pasien dapat menghisap dengan nyaman.

4. Hidupkan mesin, atur waktu 10 menit, naikkan intensitas hingga uap keluar dari mouth piece.

5. Pasien diberitahu cara menghirup uap dengan benar, agar memberitahu hal-hal penting seperti sesak, pusing/vertigo, sakit kepala, mual, dll agar memberitahu.

6. Kontrol frekuensi dan irama pernafasan, denyut nadi dan tanda kesadaran serta peringanatan yang diberikan pasien atau keluarganya.

7. Selesai inhalasi mesin dimatikan dan alat dilepas, kemudian dilakukan latihan pernafasan dan postural drainage.

Indikasi:1 Allergic hypersensitive bronchitis2 Asthma bronchial, Chronic Obstructive Pulmonary Disease, 3 Akumulasi sputum dan/atau kentalKontra indikasi1 Asthma cardiale2 Hypertensi ekstrem.Kelemahan otot pernafasan/batuk

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

BREATHING EXERCISENo. Dokumen

043/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PengertianAdalah latihan pernafasan

Tujuan Meningkatkan mobilisasi dadaMeningkatkan ventilasi paruMeningkatkan kapasitas vital paruMenyelaraskan irama dan frekuensi pernafasanMeningkatkan kekuatan meniup

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :Waktu : 10-15 menit; pengulangan 1 kali 1 hariSeri : 10 kali

Teknik Aplikasi :Untuk indikasi nomor 1, 2, 3, 4 dan 51. Posisi penderita

Tiduran, duduk atau berdiri.Respirasi yang baik ialah dengan inspirasi melalui hidung dan expirasi melalui mulut.

2. Macam-macam bentuk pernafasana. Diafragmatic breathing exerciseb. Lateral basal expansion exercisec. Upper lateral expansion exercised. Posterior basal expansion exercisee. Appical expansion exercise

3. Variasi dalam pelaksanaana. Bersama dengan gerak anggota atas, terutama sendi bahub. Bersama dengan gerakan pada thorak/dadac. Pada kondisi asthma Bronchiale, Bronchiectasis dan Emphisema

ditekankan saat expirasid. Pada Bronchopneumonia ditekankan pada saat inspirasinya

Indikasi :Penyakit / gangguan pada sistem pernafasan, misal bronchitis kronik, bronchopneumonia, bronchiale, emphysema dan lain-lain.1. Kondisi sebelum dan sesudah operasi2. Kondisi sebelum dan sesudah melahirkan3. Sebagai selingan dari pada latihan4. Pertolongan pada penderita pingsan / hampir pingsan5. Penderita gangguan jantung dengan teknik khususKontraindikasi :1. Haemoptoe pada penderita Tuberculosis aktifPenderita wooping cough / Kinghouse

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

POSTURAL DRAINAGE

No. Dokumen

044/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah upaya pengeluaran sekresi paru dengan memberikan posisi dan bantuan tertentu

Tujuan Untuk membersihkan saluran pernafasan Untuk meningkatkan ventilasi dan kapasitas vital paru

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :Waktu : 15-30 menit : pengulangan 1-2 kali 1 hariSeri : 10 kali

Teknik Aplikasi1. Posisi : Tidur – duduk

Daerah yang diduga terdapat timbunan sekresi mucosa diletakkan pada posisi yang lebih tinggi.Perlu diketahui daerah timbunan mucosa dengan membaca / melihat hasil rontgen atau dengan auscultasi.

2. Massage- Jenis percuccion : hacking, clooping, pounding. Kecuali penderita

dengan haemorrhagic secretion hemaptysis- Jenis vibration dan shaking. Kecuali penderita dengan keluhan nyeri

pada daerah torak, misal adanya fracture costae, atau peradangan daerah costae.

3. Deep breathingPernafasan yang dalam dengan teknik pernafasan dada atau perut, ditekankan pada expirasinya, dengan memberikan tekanan dengan dua telapak tangan, vibrasi dan shaking pada saat expirasi.

4. CoughingPenderita disuruh batuk yang kuat sesudah inspirasi yang dalam.Bagi penderita sehabis operasi daerah dada dan perut, perlu memberikan tekanan dengan tangan atau dengan benda berat pada daerah jahitan (luka)

5. Latihan / SenamBila diperlukan diberikan gerakan pasif atau aktif pada badan anggota atas dan bawah, misal pada penderita yang lama tiduran (tidak bergerak)

6. Tidak lupa disediakan tempat (cangkir tertutup) untuk menampung lender / dahak yang keluar

7. Dikerjakan sebelum makan atau 1 jam sesudah makan.

Indikasi :1. Adanya sekresi mucosa pada saluran pernafasan bagian bawah yang

sulit keluar, terutama pada bronchusContoh kondisi : Bronchoiectasis, emphysema, bronchopneumonia, asthma bronchiale, bronchitis

2. Penderita sebelum dan sesudah operasi

Kontraindikasi :Tekanan tinggi intracranialAdanya penyakit jantung, perlu dengan teknik khusus

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

PRA & POST OPERATIVE EXERCISESEBELUM OPERASI

No. Dokumen

045/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah latihan yang diberikan sebelum dan untuk mempersiapkan operasiTujuan Memelihara mobilisasi dada

Memelihara ventilasi paruMemelihara kapasitas vital paruMenyelaraskan irama dan frekuensi pernafasan

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur A. Pelaksanaan Terapi1. Memberikan dorongan mental dan penerangan seperti pada tujuan

nomor 1 dan 2.2. Latihan pernafasan.3. Latihan batuk.4. Latihan kontraksi static otot-otot perut, panggul, dan paha depan.5. Latihan gerak badan (Trunc) dan lengan.

B. Tujuan :1. Memberikan penerangan pengaruh obat bius terhadap penderita.2. Menerangkan perlunya diberi latihan sebelum operasi dan harus

dikerjakan setelah operasi.3. Membantu mengeluarkan sekresi dalam saluran pernafasan.4. Mempertahankan pengembangan paru-paru yang penuh.5. Mempertahankan sirkulasi darah pada extremitas inferior.

C. Indikasi dan Kontra Indikasi1. Indikasi : Untuk semua kondisi operasi.2. Kontra Indikasi : Penderita yang tidak kooperatif.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

PRAE & POST OPERATIVE EXERCISE

SESUDAH OPERASI

No. Dokumen

046/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah latihan yang diberikan sesuah tindakan operasiTujuan 1. Membantu megeluarkan sekresi pada saluran pernafasan akibat

pengaruh narcose.2. Mencegah komplikasi-komplikasi : bronchitis, kolap baru,

bronchiectasis, emboli, thrombo phlebitis.3. Mempercepat kembalinya fungsi saluran pencernaan.4. Meningkatkan mobilisasi dada,ventilasi paru, kapasitas vital paru.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur A. Pelaksanaan Terapi :1. Latihan pernafasan.2. Latihan batuk.3. Postural drainage.4. Kontraksi static otot-otot perut, panggul, dan paha depan.5. Latihan gerak aktif atau pasif tungkai dan lengan, kecuali bila operasi

pada local daerah tersebut.6. Latihan ambulatori.7. Postural correction.

B. Indikasi : Semua kondisi sehabis operasi.Kontra Indikasi : Tidak ada.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

EXERCISE THERAPY FOR HEART CONDITION MEKANOTERAPI KHUSUS PENDERITA DENGAN

GANGGUAN/KELAINAN JANTUNGNo. Dokumen

047/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah terapi latihan tertentu yang diberikan pada kasus sakit jantungTujuan

KebijakanSurat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Pelaksanaan Mekano Terapi dan Dosis

A. Tahap Awal (penderita belum boleh turun / berjalan)1. Untuk meringankan kerja jantung.

a) Latihan pasif semua anggota, masing-masing 5 kali gerakan.b) Latihan pernafasan, hanya saja gerakan pernafasan dengan

paksaan / tekanan perlu dihindarkan. Khusus penderita dengan mitral disease, pernafasan tidak boleh terlalu dalam, masing-masing 5 kali gerakan.

2. Menaikkan ventilasi (penderita telah diperbolehkan duduk).a) Mobilisasi thorax bersamaan dengan latihan pernafasan.b) Koreksi posisi sikap dari pada thorax.

3. Untuk membuat Hypertrophy myocardium.a) Dengan latihan gerak aktif meningkat bertahap, dimulai dari

sendi-sendi kecil-kecil dahulu kemudian pada persendian yang lebih besar.

b) Peningkatan latihan selanjutnya bisa mengikuti metode dr. Hunt, pada tahap berikutnya.

B. Tahap Kemudian : (Penderita diperbolehkan turun berjalan).Latihan berdiri berjalan, naik turun trap, atau dengan objek misal sepeda, treadmill dll. Dosis latihan di sini harus cukup untuk membuat hypertrophy myocardium, tapi sebaliknya tidak membuat capai otot tersebut. Untuk mengetahui ukuran cukup ini bisa dipakai metode Dr. Hunt, ukuran yang dipakai ada 3 macam :1. Menghitung frekwensi pernafasan. Latihan dianggap cukup

apabila telah terjadi kenaikan pernafasan baik frekwensi maupun dalam / panjangnya, dan akan kembali normal sesudah 2 menit istirahat.

2. Menghitung Poles.a) Pada latihan pertama poles maksimal naik 6 kali / denyutan

permenit.b) Sesudah latihan hari ke sepuluh, poles boleh naik 8-14

denyutan permenit.c) Sesudah minggu ke 3 poles boleh naik 12-16 denyutan.d) Setelah penderita diperbolehkan aktif bebas, poles boleh naik

antara 16-20 denyut permenit.Dengan catatan a, b, c dan d tersebut, poles akan kembali

normal / seperti semula, setalah latihan 2 menit.Atau : dengan perhitungan yang disebut – pulse ratio – , sebagai berikut: Ialah suatu angka yang menunjukkan perbandingan dari jumlah poles (permenit) 1 dan 2 menit latihan, dibanding jumlah poles sebelum latihan.Contoh perhitungan :Jumlah poles sebelum latihan (saat tenang) …… 80.Jumlah poles sesudah latihan :- Sesudah menit pertama …………… 100- Sesudah menit kedua ………….. ….. 85

185Maka ratio : (185 : 80) = 2 : 3.Jadi ratio = 2, 3 ialah bahwa jumlah poles tidak akan naik lebih dari 20 denyutan, dan akan mendekati jumlah poles sebelum latihan sesudah istirahat selama 2 menit.

Pengetrapan Pulse Ratio :1. Penderita dengan Valvular Disease tahap permulaan

maximal : 2,22. Penderita dengan Valvular Disease tahap kemudian maximal

: 2,33. Penderita dengan Mascular Disease maximal : 2,1

Indikasi / Jenis Kelainan dan GangguanJenis kelainan dan gangguanA. Kondisi tanpa operasi

Kegagalan fungsi jantung dan kelainan sistem klep, terdiri dari :1. Overstrain kronik dari pada jantung, akibat kelainan pada sistem

klep dan arteriosclerosis perifer, kelainan pada sistem klep termasuk : mitral disease, pulmonary stenosis, tricuspid insufficiency dan aortic disease.

2. Trombosis coroner.3. Kelainan / gangguan pada myocardium sebab-sebab proses

peradangan, rheumatic fever, toxinasi, fatty degeneration.

B. Kondisi perlu operasi1. Tetraloki Fallot.2. Trasposition of The Great Vessela (Transposisi dari pada arteria

pulmonis dan aorta).3. Atrial of Ventricular septal Defect (A.S.D. – V.S.D).4. Patent Ductus Arteriosus.

Pelaksanaan Mekanoterapi pada Kondisi OperasiA. Preoperative routine 4 hari sebelum operasi :

1. Latihan pernafasan.2. Mobilisasi thorak.3. Latihan aktif bebas sesuai dengan metode Dr. Hunt, jenis valvular

Disease tahap kemudian (pulse ratio : 1,3)4. Dorongan mental.

B. Postoperasi routine : pada hari 1 s/d hari ke 5-7.1. Latihan pernafasan.2. Bila diperlukan Postural Drainage dengan gentle-percussion dan

vibration.3. Latihan pasif anggauta / sendi.4. Sesudah hari ke 3-7, boleh mulai didudukkan, boleh mulai latihan

aktif bertahap meningkat.5. Pada hari ke 8 penderita boleh mulai diturunkan duduk di kursi,

dicoba selama 30 menit. Bila penderita kuat (tidak ada yang memberatkan), diteruskan dengan latihan berdiri dan berjalan, dengan mengikuti metode Dr. Hunt.

6. Apabila keadaan baik sesudah 2 minggu diperkenankan pulang. Bila diperlukan mekanoterapi bisa berobat jalan.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

PRA & POST PARTUM EXERCISESENAM IBU NIFAS (POST NATAL EXERCISE)

No. Dokumen

048/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah latihan yang diberikan pada ibu setelah menglahirkanTujuan - Mengembalikan fungsi otot dasar panggung

- Memulihkan fungsi miksi-defaekasi- Melatih kemampuan organg pelvis

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :Periode I : Latihan terpimpin 1 x 1 hari.

Penderita mengerjakan sendiri 3 x 1 hari. Waktu 20 menit.

Periode II : Latihan terpimpin 1 x 1 minggu, penderita mengerjakan sendiri 3 x 1 hari.

Tiap gerakan diulang 8 kali. Waktu : 15 menit.

Teknik Aplikasi :Periode I a. Posisi tidur terlentang

1. Latihan pernafasan.2. Latihan pergerakan kaki ke semua arah.3. Statik kontraksi otot perut, dasar panggul, quadriceps dan gkuteus.4. Latihan otot-otot dada yang berhubungan dengan lactasi.5. Post natal breast-care.

b. Pada hari kedua duduk.c. Pada hari ketiga berdiri.d. Pada hari keempat latihan berjalan.Periode IIa. Peningkatan kekuatan otot perut.b. Peningkatan kekuatan otot dasar panggul.c. Latihan sikap dan aktifitas sehari-hari.

Indikasi :Ibu masa nifas sehat dibagi 2 periode :Periode I : Enam jam sampai dengan 1 minggu setelah kelahiran.Periode II : Minggu ke-2 sampai dengan 40 hari sesudah kelahiran.

Kontra Indikasi :1. Ibu nifas yang anemia.Ibu nifas yang panas.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

TEST & EVALUATION

I. MANUAL MUSCLE TESTNo. Dokumen

049/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah pemeriksaan fisioterapi menetapkan problema kekuatan ototTujuan Untuk mengetahui kuantitas kekuatan otot rangka

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis / Aturan PelaksanaanWaktu : Indikasi nomor 1, 2, 3.

Tiap kelompok otot sedikitnya 3 x kontraksi sehingga testing ini memerlukan waktu 15-60 menit.

1. Indikasi no. 1Pelaksanaan : 1 x sebelum terapi dan sesudah seri terapi.

2. Indikasi no. 2Pelaksanaan : 1 x sebelum operasi, dan sesudah operasi menurut instruksi dokter atau menurut kebutuhan.

3. Indikasi no. 3Pelaksanaan : 1 x sebelum pembuatan alat-alat, dan pengontrolan 3 bulan 1 x.

Tingkat Kekuatan Otot : 6 Golongan.a. Normal (N = 100% = Nilai 5).

Otot mampu berkontraksi menggerakkan sendinya pada R.O.M yang penuh dengan melawan gravitasi ditambah tahanan tangan yang penuh.

b. Baik (Good = G = 75% = Nilai 4).Otot mampu berkontraksi menggerakkan sendinya pada R.O.M yang penuh dengan melawan gravitasi ditambah tangan secukupnya / tidak penuh.

c. Cukup (Fair = F = 50% = Nilai 3).Otot mampu berkontrakso dan menggerakkan sendi serta dapat melawan gravitasi.

d. Kurang (Poor = P = 25% = Nilai 2).Otot mampu berkontraksi dan menggerakkan sendi dengan bantuan.

e. Trade = T = 10% = Nilai 1Otot mampu berkontraksi tetapi tidak mampu menggerakkan sendi.

f. Otot kosong (0% = Zero = Nilai 0).Otot tidak mampu berkontraksi.

Indikasi :1. Kondisi kelemahan otot sesudah dan sebelum mendapatkan seri

fisioterapi.2. Sebelum dilakukan operasi pemindahan tendon (tendon transfer).3. Sebelum dilakukan pembuatan alat-alat penopang, brace splint,

prothese.Kontra Indikasi :1. Kondisi akut.2. Penderita non kooperatif.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

LEFT RIGHTExaminer’s Initial’s

Date

SCAPULA

Abductor-Serratus anterior

SCAPULAAdductor-middle trapezius

Adductors-RhomoidsDepressor

Flexors

SHOULDERSHOULDER

ExtensorAbductors

Horizontal AbductorsHorizontal Adductors

External rotatorsInternal rotators

ELBOWFlexors

ELBOWExtensors

FOREARMSupinators

FOREARMPronators

WRIST

Flexors-radial deviation

WRISTFlexors-ulnar deviation

Extensor radial deviationExtersor ulnar deviation

FINGERS

Flexors-metacarpophalangeal

FINGERS

Extensor-metacarpophalangealFlexor-proximalinterphalangeal

Flexor-distal interphalangealAbductorsAdductors

Opponens-5th fingers

THUMB

OPPONENS

THUMB

Flexor-metacarpophalangealExtensor-metacarpophalangeal

Flexor-interphalangealExtensor-interphalangeal

AbductorsAdductors

MEASUREMENTS

CHESTInspiration

CHESTExpiration

ABDOMEN Umbilicus to Ant. Sup. Spine ABDOMEN

LOWER EXTREMITY

Circumference-mid. CalfLOWER

EXTREMITYCircumference-mid. Thigh

Ant. Sup. Spine to in malleousUmbilicus to internal malleolus

Cannot walk Date Walks with crutches

Date

Stands Date Walks with canes Date

Walks with braces

Date Walks anaided Date

Walks with corset Date Climbs stairs Date

Other Apparatus

Scoliosis and other deformiottes

Pengertian :S = Spasm = TegangSS = Severe Spasm = Sangat Tegang.C = Contracture = MengkerutCC = severe Contracture = Sangat mengkerut

POSISI LOKASI / SENDI KELOMPOK / SENDI MACAM NILAI

II. Tiduran

Tengkurap

1. Leher Extensor Semua nilai

2. Trunk (badan) Extensor Semua nilai

3. Scapula

(belikat)

a. Adduktor & Dawn ward

Rotator

b. Adduktor

c. Elevator

d. Depsesor

Nilai 5, 4 & 3

Nilai 5, 4 & 3

Nilai 2, 1 & 0

Semua nilai

4. Shoulder

(bahu)

a. Extensor

b. Horizontal ABD

c. Lateral Rotator

d. Medial Rotator

Semua nilai kecuali 2

Nilai 5, 4, & 3

Semua nilai

Semua nilai

5. Hip (Panggul) Extensor Semua nilai kecuali 2

6. Knee (Lutut) Flexor Semua nilai kecuali 2

III. Tiduran Miring

1. Shoulder

(bahu)

a. Flexor s/d 90O

b. Extensor

Nilai 2

Nilai 2

2. Panggul (Hip) a. Flexor

b. Extensor

c. Abduktor

d. Adduktor

Nilai 2

Nilai 2

Nilai 5, 4, 3

Nilai 5, 4, 3

3. Knee (Lutut) a. Flexor

b. Extensor

Nilai 2

Nilai 2

4. Pergelangan

kaki

a. Plantar Flexor

b. Inventor

c. Evertor

Nilai 2, 1 & 0

Nilai 5, 4, 3

Nilai 5, 4, 3

IV. Duduk di Bed kedua tungkai berjuntai

1. Trunk (Badan) Rotator Nilai 2

2. Scapula (Belikat)

a. Adduktor & Dawn ward rotator

b. Adduktorc. Adduktord. Elevator

Nilai 2, 1, & 0Nilai 2, 1, & 0Nilai 2, 1, & 0Nilai 5, 4, & 3

3. Shoulder (Bahu)

a. Flexor s/d 90O

b. Abduktor s/d 90O

c. Horizontal Abduktord. Horizontal Adduktor

Nilai 5, 4, & 3Nilai 5, 4, & 3Nilai 2, 1, & 0Nilai 2, 1, & 0

4. Elbow (Siku) a. Flexorb. Pronator & Supinator

Nilai 5, 4, & 3Semua nilai

5. Wrist (pergelangan tangan)

a. Flexorb. Extensorc. Ulnar Diviatord. Radial Diviator

Semua nilaiSemua nilaiSemua nilaiSemua nilai

6. Jari-jari tangan a. Flexorb. Extensorc. Abduktord. Adduktor

Semua nilaiSemua nilaiSemua nilaiSemua nilai

7. Ibu jari tangan a. Flexorb. Extensorc. Abduktord. Adduktor

Semua nilaiSemua nilaiSemua nilaiSemua nilai

8. Hip (panggul) a. Flexorb. Lateral Ratatorc. Medial Ratator

Nilai 5, 4, & 3Nilai 5, 4, & 3Nilai 5, 4, & 3

9. Knee (Lutut) Extensor Nilai 5, 4, & 310.Ankle (perge-

langan tangan)a. Dorsal Flexorb. Invertor

Nilai 5, 4, & 3Nilai 5, 4, & 3

V. BerdiriTrunk (badan) Elevator Plevis Nilai 5, 4, & 3Ankle (perge-langan tangan)

Plantar felxor Nilai 5, 4, & 3

POSISI LOKASI / SENDI KELOM,POK / SENDI MACAM NILAI

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

PEMERIKSAAN DENGAN STRENGTH DURATION CURVENo. Dokumen

050/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

PengertianAdalah pemeriksaan elektris dengan arus frekuensi rendah bentuk rectangular (square) dan triangular (thriangle) untuk menentukan tingkat innervasi motorik otot

Tujuan Untuk menentukan diagnosis/tingkat patologi motorik ototUntuk menentukan jenis arus dan dosis strimulasi listrik pada otot tertentuUntuk menentukan prognosis patologi otot

Kebijakan Indikasi1 Kelumpuhan otot akibat trauma atau penyakit seperti Bell’s Palsy,

Brachial palsy, Peripheral Nerve Lesion, Monoparesis post poliomyelitis dll.

2 Myopathy, Neuropathy, Radiculopathy, dll

Kontra indikasiTidak ada kontra indikasi

Prosedur 1 Daerah yang akan diperiksa dengan SDC harus bebas dari pakaian, diposisikan semifleksi untuk memudahkan terjadinya kontraksi otot.

2 Pilih metoda pemeriksaan dengan motor poin atau origo insersio.3 Elektrode dibasahi dengan air secukupnya hingga lembab.4 Elektrode difiksasi anode pada origo dan katoda pada insersio otot, atau

katode aktif diletakkan pada motor point otot.5 Mesin dihidupkan, mulai dengan rectangular, durasi dari 1000ms dan

intensitas perlahan-lahan dinaikkan hingga terjadi kontraksi otot minimal yang terlihat dan teraba.

6 Diteruskan dengan durasi lebih rendah secara bertahap7 Dilanjutkan dengan arus triangular, durasi 0,01ms dan intensitas

perlahan-lahan dinaikkan hingga terjadi kontraksi otot minimal yang terlihat dan teraba.

8 Diteruskan dengan durasi lebih tinggi secara bertahap9 Catat semua hasil rekam, tentrukan nilai chronaxion, optimal duration,

accomodation quotient.10 Tetapkan diagnosis, jenis arus dan dosis terapi yang direkomendasikan.

Unit terkait

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

RANGE OF JOINT MOTION(JARAK GERAKAN SENDI)

No. Dokumen

051/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah pemeriksaan untuk menetapkan problema lingkup gerak sendiTujuan Untuk mengetahui kuantitatif lingkup gerak sendi

Untuk mengetahui secara kualitatif pembatasan lingkup gerak sendiUntuk mengetahui mobilitas sendi

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur 1. PENGGUNAAN GONIOMETER1) Goniometer hendaknya terbukti cocok untuk pengukuran gerakan

sendi.2) Saat ini banyak goniometer standart terbuat dalam posisi lurus /

posisi anggota extensi, dengan garis 0O terhimpit dengan 180O, serta dilengkapi dengan sepasang garus lurus sebagai dua lengan petunjuk.

3) Bila tanda penunjuk untuk pengukuran pada anggota bisa dipastikan, maka penggunaan goniometer disa dianggap akurat.Tetapi bila petunjuk penonjolan tulang tak bisa ditentukan sebab terbungkus jaringan lunak yang berlebihan atau sebab-sebab lain, maka penggunaan goniometer bisa tidak akurat lagi.

4) Sebab itu penggunaan goniometer hendaknya disesuaikan dengan keadaan anggota yang diukur.

2. PERKIRAAN DERAJAT GERAKAN SENDI

Perkiraan derajat gerakan sendi tidak bisa ditentukan secara pasti, sebab luasnya variasiindividu-individu yang berbeda-beda pertumbuhan fisik dan usianya. Perkiraan berikut adalah sekadar sebagai petunjuk dan bukan sebagai standar.Anggota penderita yang berlawanan / normal barangkali bisa dianggap sebagai standar normal yang terbaik. Dalam keadaan anggota yang berlawanan cedera atau bahkan tidak ada, petunjuk ini diharapkan berguna. Empat sumber diambil sebagai bahan pertimbangan, perkiraan rata-rata yang dituliskan.

Sumber-sumber tersebut adalah sebagai berikut :1) Kolom (1)

The commite on Medical Rating of Physical Impairment, Journal American Association, Feb 15, 1958.

2) Kolom (2)The commite of the California Medical Association and Industrial Accident Commision of the State of California 1960.

3) Kolom (3)A System of Joint Measurementes, Williams A, Clarke, Mayo Clinic, Dec, 1920.

A. INDIKASIAdanya kekakuan sendi atau keterbatasan jarak gerak sendi sebagai akibat dari : 1. Trauma2. Paska operasi3. Paska peradangan pada sendi, otot, tulang, atau kelenjar.

B. METODA PENGUKURAN

1. PRINSIP-PRINSIP1) Metoda pengukuran dan pencatatan yang dituliskan di sini

berdasarkan pada prinsip “Neutral Zero Method” seperti dikemukakan oleh Cave dan Roberts dalam tahun 1936.

2) Dalam metoda ini semua gerakan sendi diukur dari “Zero Starting Position”, (seterusnya disingkat Z.S.P). Derajat gerakan sendi diukur dari posisi tadi dalam arah gerakannya.

3) Sikap lurus anggota pada posisi anatomis diterima sebagai 0O

dan bukan 180O.4) Metoda ini diharapkan akan mengatasi kesimpangsiuran di masa

lalu dimana pengukuran dimulai dari berbagai posisi awal.5) Gerakan daripada anggota yang diukur hendaknya dibandingkan

dengan anggota yang berlawanan. Perbedaan akan terlihat dalam derajat gerakan, atau prosentase kehilangan gerakan bila dibanding dengan anggota yang berlawanan yang sehat.

6) Bila anggota yang berlawanan tidak ada, pergerakan bisa dibandingkan dengan perkiraan gerak pada orang lain yang sepadan dalam umur dan pertumbuhan fisik. Sedang gerakan daripada tulang belakang mungkin dibandingkan dengan orang lain yang sepadan dalam umur dan fisik.

7) Pergerakan perlu dengan penjelasan bahwa pasif atau aktif.8) Keterangan mengenai istilai extensi dan hiperextensi, extensi

digunakan pada gerakan lawan dari flexi, dimulai dari Z.S.P. adalah gerakan natural / normal. Gerakan ini terdapat misal pada sendi pergelangan tangan (wrist) dan sendi bahu (shoulder). Perbatasan gerakan sendi tersebut & akan dijelaskan pada halaman berikutnya.

9) Perbatasan gerakan sendi tersebut & akan dijelaskan pada halaman berikutnya.

10)Bila gerakan sendi menimbulkan nyeri maka usaha pengukuran dikerjakan dengan perlahan dan lembut. Pengukuran akan lebih akurat apabila anggota yang diperiksa diatur dalam posisi seenak mungkin bagi penderita.

11)Adanya ankilosis dianggap kehilangan gerakan secara komplit.12)Penggunaan goneometer boleh memilih sesuai dengan

kebijaksanaan pemakaiannya.13)Pencatatan tentang oergerakan sendi hendaknya setepat-

tepatnya dan ditulis dalam tabel secara jelas.14)Tabel perkiraan gerakan sendi normal perlu dibuat sebagai bahan

pertimbangan, dan tidak mengambil salah satu saja sebagai standar.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada Sub Unit Fisioterapi

TABEL RATA-RATA JARAK GERAK SENDI

SENDISUMBER

RATA-RATA(1) (2) (3) (4)ELBOWFlexionHyperextension

1500

1350

1500

1500

1460

FOREARMPronationSupination

8080

7585

5090

8080

7184

WRISTExtensionFlexionUlnar Dev.Radial Dev.

60703020

65704020

90

3015

70803020

71753319

THUMBAbductionFlexion : - I-P Jt

- N-P- N-C

558060

507550

709050

805014

58815315

FINGERSFlexion :

Distal Jt.

Middle Jt.Proximal Jt.

Extension :DistalMiddle Jt.Proximal Jt.

7010090

7010090

90

45

9010090

00

45

8010090

00

45

SHOULDERForward FlexionHoriozontal FlexionBackward ExtensionAbductionAdduction

150

4015030

170

30170

130

8018045

18013560

18075

15813553

17050

SENDISUMBER

RATA-RATA(1) (2) (3) (4)Rotation Arm at side :Int. Rot.Est. Rot.Rotation Arm in Abd (90O) :Int. Rot.Ext. Rot.Rot. In Extension :Int. Rot.Ext. Rot.Abduction :In 90O of Flexion

4090

4050

6080

3550

9040

2045

45 to 60

8060

4545

4530

6868

4545

3531

(Depending on age)KNEEFlexionHyperextension

120 135 14510

13510

13410

ANKLEFlexion (Plantar Fl.)Extension (Dorsi Fl.)

4020

5015

5015

5020

4618

HIND FOOT (Subtalar)InversionEversion

55

55

FORE FOOTInversionEversion

3020

3520

3515

3318

TOESGreat Toe

I.P. Jt. – Flexion– Extension

Proximal Jt.– Flexion– extension

2nd to 5th Toesflexion- Distal Jt Middle Jt. Proximal Jt.Extension

300

3050

50403040

3570

40

900

4570

60354040

600

3763

55383540

Rotasi

Biasanya pengukuran rotasi sendi bahu bisa dikerjakan dalam 2 posisi.Pertama dengan lengan di samping badan, kedua dengan lengan abduksi 90O. rotasi bisa juga diukur dalam berbagai posisi pada bidang vertical dan horizontal atau persilangan koordinat.

a. Rotasi dengan lengan di samping badan.Rotasi ke dalam dan keluar dicatat dalam derajat dimulai dari posisi netral.Rotasi ke dalam : 0 – (40 – 90).Rotasi ke luar : 0 – (40 – 90).

b. Rotasi dengan lengan abduksi 90O.Rotasi di sini lebih kecil daripada bila lengan di samping badan. Diukur dalam derajat dimuai dari Z.S.P. :Rotasi ke dalam : 0 – 70.Rotasi ke luar : 0 – 90.

c. Suatu metode klinis dengan perkiraan fungsi ialah dengan mengitung jarak dari pada ujung ibu jari ke arah mencapai scapula yang berseberangan atau basis tengkuk, atau menghitung tingginya ruas vertebra yang bisa dicapai oleh ujung ibu jari.

Gerakan glenohumeral

Perlu dibedakan gerakan glenohumeral murni dengan yang diikuti gerakan scapulothoracal. Gerakan lengan ke atas ke bawah pada bahu dari 0 – 180O dikombinir secara halus antara gerakan jurni glenohumeral plus rotasi daripada scapula ke atas dan ke depan pada dinding dada, disebut gerakan scapulothoracal.

a. N.S.P. (Z.S.P.) dengan lengan lurus di samping badan.b. Gerakan glenohumeral murni bisa ditujukan dengan satu tangan memfixasi scapula tangan lain

mengangkat lengan ke atas secara pasif.c. Gerakan kombinasi dengan scapulothoracal. Rotasi daripada scapula ke atas dan ke depan pada

dinding dada memungkinkan lengan mencapai lebih jauh ke atas normalnya ialah 180O.

Gerakan pada Shoulder Girdle.

1. SENDI BAHUa. Flexi dan extensi

Pada saat gerakan flexi depan dan extensi belakang, di situ mulailah timbul gerakan scapula dan clavicula.

b. ElevasiGerakan shoulder girdle ke atas disebut elevasi dan sebaliknya disebut depresi, bisa diukur dalam derajat. Gerakan melingkar pada shoulder girdle memang ada tetapi tidak bisa diukur secara pasti. Hal ini bisa diperkirakan dengan membandingkan kepada individu lain yang mempunyai kesamaan dalam umur dan fisik.

2. SENDI SIKU

Z.S.P : Extensi siku dengan lengan bawah lurusGerakan : Flexi 0 – (135 – 150), (kecuali ada hiperextensi siku).

Extensi (150 – 135) – 0.

3. LENGAN BAWAH

Z.S.P : Lengan bawah posisi vertical dan siku flexi 90O

Gerakan : Pronasi 0- (80 – 90)

4. SENDI PERGELANGAN TANGAN

Z.S.P : Pergelangan extensi lurus segaris dengan lengan bawahGerakan : Flexi : 0O-80O

Extensi : 0O-70O Radial deviasi : 0O-20O

Ulnar deviasi : 0O-30O

Rotasi sirkumdaksi tak dapat diukur secara tepat.

5. SENDI IBU JARI TANGANa. Abduksi dan sirkumdaksi

Z.S.P : ialah posisi anatomis, siku supinasi, ibu jari merapat lurus pada jari telunjuk.

Gerakan : Abduksi dan sirkumdaksi diukur pada saat yang tepat dibentuk oleh tulang metacarpal ibu jari dengan jari telunjuk.Gerakan ini bisa terjadi pada 2 bidang ialah :

- Gerakan abduksi pada bidang yang membentuk sudut dengan bidang telapak tangan sehingga ibu jari menunjuk ke atas.

- Gerakan abduksi sejajar dengan bidang telapak tangan disebut juga abduksi-extensi.Jarak gerakan ini berkisar : 0 – (50 – 70)

b. OposisiZ.S.P : Extensi ibu jariGerakan : Merupakan kombinasi dari 3 gerak dasar ialah abduksi, rotasi dan flexi.Gerakan ini dianggap penuh / normal apabila ujung ibu jari menyentuh ujung jari ke V, atau

ujung ibu jari menyentuh basis metacarpal jari V. gerakan ini bisa diukur dalam centimeter.

c. FlexiZ.S.P : Extensi ibu jari / lurus- Flexi sendi interphalang berkisar (0-80)- Flexi sendi metacarpophalangeal berkisar (0-50)- Flexi sendi carpometacarpal berkisar (0-15)

6. GERAKAN JARI-JARI TANGAN

Z.S.P : Extensi jari-jari sejajar satu dengan yang lain segaris dengan bidang punggung tangan dan pergelangan tangan.

a. Flexi distal interphalang : 0 – (70 – 90)b. Flexi middle interphalang : 0 – 100c. Flexi proximal interphalang : 0 – 90

Gerakan distal dan middle interphalang ini dapat diukur dengan menggunakan penggaris, menghitung jarak ujung kuku dan telapak tangan.

d. Extensi dan hiperextensiGerakan extensi normal terjadi pada sendi metacarpophalangeal sedang tidak normal terhadi pada sendi proximal dan distal interphalang. Extensi sendi proximal / metacarpophalangeal berkisar 0 – 45.

e. Abduksi dan AdduksiZ.S.P. : Extensi jari-jari tangan saling sejajar dan merapat satu dengan lainnya.

Gerakan abduksi dan adduksi pada bidang telapak tangan ialah menjauh dan mendekat pada garis tengah, diukur dengan sentimeter dari ujung jari telunjuk s/d jari V, masing-masing direnggangkan diukur dari ujung ke ujung masing-masing jari.

7. GERAKAN CERVICAL SPINE

Z.S.P. : Berdiri atau duduk dalam posisi anatomia. Flexi dan Extensi

Gerakan ini biasanya dihitung dalam derajat, atau dalam sentimeter yaitu : jarak antara dagu dan dada. Luas gerakan sebagai berikut :Flexi : 0 – (30 – 45)Extensi : 0 – (30 – 45)

b. Flexi lateral : 0 – (40 – 45)Gerakan ini juga dihitung dalam derajat atau juga dalam sentimeter yaitu : Jarak antara daun telinga dan sendi bahu.

c. Rotasi : 0 – (30 – 60)Gerakan ini dihitung dalam derajat dari posisi netral, atau dalam prosentase gerakan sebagai perbandingan antara individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam umur dan pertumbuhan fisik.

8. THORAX DAN LUMBAL

a. FLEXI : 0 – (80 – 90)Sulit untuk mengukur dengan tepat gerakan yang terjadi. Hal ini disebabkan karena : Jaringan lunak yang menyelimuti vertebra, bentuk normal dari kelengkungan vertebra, variasi gerakan yang berbeda pada setiap bagian dan keikutsertaan gerakan sendi panggul.Z.S.P. : Berdiri posisi anatomi

Ada 4 macam cara untuk mengukur :1. Menghitung derajat inclinasi ke depan terhadap sumbu longitudinal badan. Pemeriksa

memfixasi sendi panggul. Hilangnya lordosis juga akan tampak.2. Menghitung jarak level ujung kiri dengan tungkai, yaitu jarak ujung jari dengan patella atau

jarak ujung jari dengan pertengahan tulang kering.3. Menghitung jarak ujung jari dengan lantai.4. Dengan metoda pengukuran memakai pita logam atau plastic / midlin.

Metode pengukuran midlin / pita meteranCara ini mungkin lebih tepat untuk pengukuran flexi pada tulang punggung. Midlin dapat mengikuti kelengkapan tulang vertebra dengan baik. Pada waktu berdiri diukur dari processus spinosus C7 sampai S1. Pada .posisi membungkuk kecengkungan lumbal akan berubah menjadi cembung dan processus spinocus akan merenggang. Hal ini dapat dilihat dengan bertambah panjangnya pita pengukur / midlin.Pada gerakan flexi orang dewasa normal rata-rata bertambah 4 inchi / 10 cm. Bila penderita membungkuk dengan punggung tetap lurus, seperti spondylitis rheumatica, midlin tidak mencatat perubahan. Gerakan thorax dapat dihitung dari processus spinosus C7 sampai Thl2 sampai S1. Biasanya bila flexi bertambah 4 inchi / 10 cm, maka 1 inchi / 2,5 cm terjadi pada thorax dan 3 inchi / 7,5 cm pada lumbal.

b. FLEXI LATERAL : 0 – (20 – 30)

Penggaris / pita pengukur ditahan vertical kuat dan lurus, akan membantu pengukuran. Dengan ini dapat ditentukan :1) Derajat lateral inclinasi dari tubuh, atau2) Dengan menentukan posisi processus Spinosus C7 terhadap pelvis.3) Menentukan level lumbal sebagai basis gerakan ke lateral. Level ini dapat di lumbosacral

atau lebih tinggi dan bisa bervariasi dari kanan ke kiri pada penderita yang sama.4) Dengan sendi lutut sebagai titik ukur, dihitung jarang ujung jari dengan sendi lutut, pada

lateral flexi.5) Posisi berdiri.

Menghitung jarak ujung jari dengan lantai.

c. EXTENSIExtensi dapat diukur dengan penderita berdiri maupun tidur tengkurap pada alas yang keras.1) Pada waktu berdiri, extensi : 0 – 30O

2) Pada tidur tengkurap, extensi dapat diukur melalui processus spinosus C7 : 0 – 20O.3) Posisi berdiri

Selain dalam derajat juga dapat dalam sentimeter yaitu jarak antara processus spinosus C7 dengan spina illiaca posterior superior (SIPS).

d. ROTASI : 0 – (30 – 45)Pada gerakan rotasi, pelvic harus difixasi dengan kedua tangan pemeriksa dan penderita. Diinstruksikan untuk memutar ke kanan dan kiri. Gerakan ini dapat diukur dalam derajat, atau prosentase dari gerakan dibandingkan dengan individu lain yang sepadan dalam umur dan pertumbuhan fisik. Bisa juga dengan menggunakan midlin, yaitu dengan posisi duduk kedua panggul dan lutut flexi 90O kedua tangan menyilang dada di atas bahu. Diukur jarak antara prominensia posterior clavicula kiri ke trochantor mayor kanan untuk gerakan rotasi kanan, atau sebaliknya untuk rotasi kiri.

9. SENDI PANGGUL

Sendi panggul merupakan sendi peluru, disebabkan mangkuk sendinya lebih dalam bentuknya dibandingkan sendi bahu, maka jarak gerak sendi ini lebih kecil. Pengukuran sendi dengan dilakukan posisi tengkurap atau terlentang dibandingkan dengan sendi bahu, pengukurab gerak hanya dilakukan pada satu sisi saja karena apabila gerkan sendi panggul kanan-kiri bersama-sama akan diikuti gerakan rotasi pelvic.

a. FLEXIZ.S.P. : Untuk panggul kanan : terlentang di atas meja datar dan keras, panggul yang

berlawanan (kiri) posisi flexi penuh.Gerakan flexi dihitung dari 0 – (100 – 120). Dengan fixasi pada crista iliaca untuk mengetahui saat kapan dimulai gerakan rotasi pelvic. Keterbatasan gerak flexi dituliskan seperti halnya pada sendi siku dan lutut sebagai berikut :- Flexi panggul dari derajat ke 30 menuju 90 dituliskan (30 – 90).- Di sini panggul mempunyai kecacatan dalam flexi 30 dengan mampu bergerak flexi lebih

jauh ke 90 derajat.

b. EXTENSIZ.S.P. : Tengkurap di atas tempat tidur yang datar dan keras.Gerakan : Gerakan ke atas dari pada panggul diukur dalam derajat dimulai dari Z.S.P.Ada dua cara pengukuran yang biasa digunakan ialah :1) Posisi tengkurap, bantal kecil ditaruh di bawah perut. Gerakan extensi panggul dengan

lutut lurus atau menekuk.2) Posisi tengkurap tungkai yang diukur posisi netral (0O, Z.S.P.) dan lurus pada lutut,

tungkai yang berlawanan flexi panggul di luar bed menapak di lantai. Dari posisi ini dilakukan gerak extensi panggul. Cara pengukuran ini merupakan yang lebih tepat.Jarak gerak sendi ini berkisar 0 – (20 – 30).

c. ROTASIDiukur pada posisi flexi dan extensi.1) Rotasi dalam flexi

Z.S.P. : Tidur terlentang, lutut dan panggul 90O, pada posisi tegak lurus dengan garis transversal yang ditarik melewati SIAS kanan-kiri pelvic.

Inward rotasi (internal rotasi) – 0 – 45O

Diukur dengan memutar tungkai bawah menjauhi line sagitalis, sedangkan paha sebagai axis gerakan rotasi.

Outward rotasi (external rotasi) = 0 – 45O

Diukur dengan memutar tungkai bawah mendekati line sagitalis, sedangkan paha sebagai axis gerakan rotasi.

2) Rotasi dalam extensiZ.S.P. : Tidur tengkurap lutut 90O dengan garis transversal yang ditarik melewati

SIAS kanan-kiri pelvic.Inward rotasi = 0 – (20 – 45O)

Memutar tungkai bawah ke arah luar.Outward rotasi = 0 – (45 – 50)O

Pengukuran dilakukan dengan memutar tungkai bawah ke arah dalam.Rotasi dalam extensi ini dapat juga dikerjakan pada posisi terlentang.

d. ABDUKSI DAN ADDUKSIZ.S.P. : Tidur terlentang tungkai extensi.Abduksi : Gerakan extremitas ke arah luar dimulai dari Z.S.P : 0 – (40 – 55)O.Adduksi : tungkai yang berlawanan dengan yang diukur dievaluasikan beberapa

derajat untuk memberi gerak adduksi.Berkisar : 0 – (20 – 45)O

Abduksi posisi flexi :Dapat diukur pada setiap derajat posisi flexi hip, tapi biasanya pada flexi 90O.

10. SENDI LUTUT

Sendi lutut merupakan sendi peluru / sanguardi, dimana gerakan primernya adalah gerak flexi. Sedangkan geraan kebalikan dari flexi menuju ke Z.S.P. adalah gerak extensi.

Gerakan yang melebihi Z.S.P. adalah gerak yang tidak alamiah yang disebut hiperextensi. Sedangkan gerakan alamiah rotasi tibis terhadap condylus femoralis dalam posisi flexi maupun extensi dapat terjadi dalam derajat yang kecil dan tidak dapat diukur secara akurat.

a. FlexiZ.S.P. : Posisi extensi lutut, penderita tidur terlentang atau tengkurap.Flexi : diukur dari Z.S.P. : 0 – (120 – 145)O

b. Pengukuran keterbatasan gerak sendi lutut sama halnya dengan sendi siku dan panggul.- Flexi lutut dari 30O sampai 90O, dituliskan sebagai (30 – 90)O

- Di sini lutut mempunyai kecacatan dalam flexi 30O dengan mampu bergerak flexi lebih jauh ke 90O.

11. SENDI PERGELANGAN KAKI

Merupakan sendi pelana dengan komponen gerak primernya flexi dan extensi pada sendi tibiotalar. Terdapat pula beberapa derajat gerakan sendi ke arah lateral dengan posisi pergelangan kaki dalam plantar flexi. Gerakan sendi kaki diukur dalam posisi lutut flexi dalam tujuan merelaxasi tendi achiles.Z.S.P. : Tungkai bawah posisi relax menekuk pada lutut, telapak kaki membentuk sudut

90O terhadap cruris.Extensi (Dorsi flexi) dan flexi (plastal flexi) :

Diukur dalam derajat dari Z.S.P. atau diukur dalam prosentase gerakandibandingkan dengan pergelangan kaki yang berlawanan.Extensi berkisar : 0 – (15 – 20)O

Flexi berkisar : 0 – (40 – 50)O

12. GERAKAN KAKI

Gerakan pada kaki merupakan gerakan gabungan yang dapat diuraikan sebagai berikut :1. Bagian depan kaki : Sendi subtalar.2. Bagian belakang kaki : Sendi midtarsal.

Ad.1. Sendi SubtalarDi sini didapatkan gerakan pasifZ.S.P. : Tumit berada pada satu garis lurus dengan garis tengah tibia.

- Inversi : 0 – 50Tumit digenggam kuat-kuat dan digerakkan secara pasif ke arah dalam / medial, gerakan ini diukur dalam derajat atau prosentase gerak.

- Eversi : 0 – 50Dengan teknik sama dilakukan gerakan pasif ke arah luar / lateral.

Ad.2. Sendi MidtarsalZ.S.P. : Axis dari kaki yaitu pada jari II, segaris dengan axis panjang ditarik

sepanjang tulang tibia dari ankle ke lutut.- Gerakan Aktif Inversi : 0 – (30 – 35)O

Gerakan aktif ke arah medial. Gerakan ini terdiri dari pronasi, abduksi dan dorsal flexi.

- Gerakan Pasif InversiGerakan dikerjakan ke arah lateral secara pasif sesuai dengan gerak aktif. Gerak ini gabungan dari pronasi, abduksi dan sedikit dorsal flexi.

- Gerakan Pasif Abduksi dan Adduksi : (0 – 10)O dan (0 – 20)O.Gerakan ini dikerjakan dengan menggunakan tumit dan menggerakkan bagian depan ke arah medial dan lateral, gerakan diusahakan dalam satu bidang datar telapak kaki.

13. GERAKAN IBU JARI KAKI

- Flexi dan ExtensiZ.S.P. : Extensi jari I segaris dengan garis khayal yang ditarik melewati tulang

metatarsal I.- Gerak flexi extensi terdapat pada sendi metatarsophalang, sedang pada sendi

interphalang hanya didapatkan flexi saja.

- Metatarsophalangeal : Flexi 0 – (30 – 45)O

Extensi : 0 – (50 – 70)O

- Interphalangeal : Flexi 0 – (30 – 90)O

- Hallux Valgus.Derajat deformitas jari I yang mengalami salah bentuk, diukur dalam derajat pada sudut yang dibentuk oleh garis abduksi metatarsal I dengan garis adduksi dari phalang proximal dan distal jari I.

14. GERAKAN JARI-JARI KAKI

- Jari II s/d V

Gerakan flexi terdapat pada sendi-sendi distal, tengah dan proximal. Sedang gerak extensi terdapat pada sendi metatarsophalangeal. Gerakan ini diukur dalam derajat.Flexi sendi distal : 0 – (50 – 60)O

Flexi sendi middle : 0 – (35 – 40)O

Flexi sendi m.p : 0 – 40O

- Abduksi dan adduksiZ.S.P. : Jari-jari lurus dengan jari II sebagai axis = 0O

Abduksi : Gerakan menjauhi jari II sebagai axis, sedang adduksi ialah gerakan merapat pada jari II.

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA TEMPOROMANDIBULAR (TMJ) DISC DYSFUNCTION SYNDROME

No. Dokumen

052/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Temporomandibular Disc Dysfunction Syndrome

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendh dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ hingga migrain- Nyeri dan clicking saat mastikasi- Mengunci bila depressi penuh Tes cepat- Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak ”C” atau ”S”Tes gerak pasif- Gerak depresi nyeri dan bunyi ‘klik’ - Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan bunyi ‘klik’ Tes gerak isometric- Kadang nyeriTes khusus- Palpasi teraba otot masseter/temporales/pterigoideus nyeri- Compression test nyeri - Traction test kecaudal keluhan berkurangPemriksaan lain- ‘X’ ray tidak tampak kelainan

DiagnosisNyeri TMJ-migrain akibat TMJ disc dysfunction

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- MWD diatas temporomandibular

o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Caudal traction mandibulaeo Traksi static dan osilasi 5-10 menit

- Roll slide mobilization TMJ.- Anjuran Mastikasi dengan rahang sisi sehat- Koreksi gigi

EvaluasiNyeri, dan penguncian

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Temporomandibular Disc

Dysfunction Syndrome- Intervensi fisioterapi pada Temporomandibular Disc Dysfunction

Syndrome

Kontraindikasi :- Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Tristmus

Acute joint painUnit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA TEMPOROMANDIBULAR (TMJ) INTERNAL DERANGEMENT

No. Dokumen

053/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Temporomandibular Internal Derangement

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Nyeri jenis ngilu/pegal pada TMJ disertai kaku hingga migrain- Nyeri dan terbatas saat buka mulutTes cepat- Gerak elevasi-depresi bunyi dengan pola gerak ”L” Tes gerak pasif- Gerak depresi nyeri dan terbatas unilateral- Gerak lateral deviasi unilateral nyeri dan terbatasTes gerak isometric- Kadang nyeriTes khusus- Palpasi teraba otot masseter/temporales/pterigoideus nyeri- Compression test nyeri - Traction test kecaudal keluhan berkurangPemriksaan lain- ‘X’ ray tidak tampak kelainan

DiagnosisNyeri TMJ-migrain akibat TMJ internal derangement

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- MWD diatas temporomandibular

o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Caudal traction mandibulaeo Traksi static dan osilasi 5-10 menit

- Latihan mobilisasi dan peningkatan ROM depressi- Anjuran Mastikasi dengan rahang sisi sehat

EvaluasiNyeri, sensasi, ROM lumbale

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Lumbar disc bulging/HNP- Intervensi fisioterapi pada Lumbar disc bulging/HNP

Kontra indikasi :- Acute joint pain- Tristmus

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL DISC DYSFUNCTION

No. Dokumen

054/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah asuhan fisioterpi yang diterapkan pada Cervical Disc DysfunctionTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali semingguTeknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga lengan- Paresthesia hingga ke tangan pada area dermatome- Posisi menetap dan gerak fleksi cervical meningkatkan nyeri dan

paresthesia - Ekstensi terasa lebih nyamanTes cepat:- Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga

lengan/tangan- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher

hingga lengan/tanganTes gerak aktif:- Gerak fleksi cervical nyeri dan paresthesia pada leher hingga

lengan/tangan- Gerak lain kadang positifTes gerak pasif:- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi

cervical. - Gerak ekstensi cervical terasa nyaman- Gerak lain kadang positif.Tes gerak isometric- Negatif.Tes khusus- Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia pada leher

hingga lengan/tangan- Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang- Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome

tertentu- PACVP nyeri segmental

Pemeriksaan lain- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu- MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.

Diagnosis- Nyeri radikuler cervical disertai paresthesia lengan disebabkan karena disc bulging/ HNP cervical segment.

Rencana fisioterapi:- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi: - MWD cervical

o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Cervical tractiono Intermittent posisi lordosis beban 20-30% berat badan, periode traksi

dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit - Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie - Cervical collar untuk actualitas tinggi- Proper neck mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi

Evaluasi- Nyeri, sensasi, ROM cervical.

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical disc dysfunction- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction

Kontra indikasi :- Fraktur - Lysthesis- Neoplasma- Osteoporosis- Whiplash injury- Ankylosing spondylitis- TBC tulang

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS.

Lampiran Juknis MWDJuknis cervical tractionJuknis Mc Kenzie exercise

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL HEAD ACHE

No. Dokumen

055/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Cervical Head AcheTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimal..Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Nyeri kepala satu sisi dan disertai kaku cervical- Nyeri meningkat pada posisi menetap kepala atau gerak cervical

tertentu dan berkurang bila disandarkan.- Nyeri meningkat bila stress atau otot leher tegang.Tes cepat- Gerak fleksi-ekstensi cervical nyeri meningkat- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri kepala dan leherTes gerak aktif- Gerak fleksi atau ekstensi cervical nyeri kepala sampai leher- Gerak lateral fleksi dan rotasi kadang menimbulkan nyeri kepala

sampai leherTes gerak pasif- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak cervical.

tertentu- Gerak cervical sebaliknya terasa nyaman Tes gerak isometric- Nyeri tetapi setelah kontraksi isometric terasa nyaman.Tes khusus- Palpasi dijumpai hypertone otot cervical- Palapsi kadang dijumpai muscle taut band dan twisting- Traction test posisi netral keluhan berkurang- PACVP nyeri segmental Pemriksaan lain- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu- MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.

DiagnosisNyeri kepala dan cercical disertai paresthesia lengan disebabkan (arthrosis cervical C1-2 atau C2-3; atau oleh cervical instability; atau oleh myofascial syndrome)

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- MWD cervical

o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Massage otot cervical dengan strocking dan effleurage- Transverse friction pada trigger point- Transverse dan/atau longitudinal muscle stretching- Cervical traction

o Intermittent poaiai lordosis beban 20-30% berat badan, periode traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit

- Contract relax stretching- Proper neck mechanic anjuran posisi leher relax

Evaluasi- Nyeri, sensasi, ROM cervical.

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical head ache- Intervensi fisioterapi pada Cervical head ache

Kontra indikasi :- Fraktur - Lysthesis- Neoplasma- Osteoporosis- Whiplash injury- Ankylosing spondylitis- TBC tulang

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA LOCAL CERVICAL FACET PAIN

No. Dokumen

056/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan padaLocal Cervical Facet PainTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimalKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscpulae dan/atau

lengan- Nyeri leher sering disertai kaku - Nyeri meningkat pada gerak cervical ekstensiTes cepat- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi

nyeri cervical - Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri kadang hingga interscapular

atau lenganTes gerak aktif- Nyeri dan kaku pada gerak aktif cervical terutama ekstensi.Tes gerak pasif- Gerak ekstensi nyeri dan ROM terbatas dengan hard end feel, - Gerak lain normal atau nyeri ringan.Tes gerak isometric- Gerak isometric kadang nyeriTes khusus- Compression test posisi fleksi nyeri menyebar- Joint play movement lateral gapping test terbatas ringan elastic end

feel.- Tes dengan PACVP nyeri segmental.Pemriksaan lain- ‘X’ ray normal atau dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets

Diagnosis- Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan disebabkan karena cervical facet iritation

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- US atau SWD atau MWD atau cervical

o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendaho SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12

menit.- Contract relax stretching ekstensor cervical- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak- Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak

Evaluasi- Nyeri, dan ROM .

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical facet pain- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction

Kontra indikasi :- Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Asesmen cervical spineContract relax stretching

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL INSTABILITY

No. Dokumen

057/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Cervical InstabilityTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimalKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga kepala dan/atau lengan- Paresthesia hingga ke kepala dan/atau tangan - Clicking pada gerak cervical tertentu- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak tertentu cervical Tes cepat- Gerak fleksi atau cervical terjadi clicking sering disertai nyeri dan

paresthesia pada leher hingga lengan/tangan- Geral eskensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher

hingga lengan/tanganTes gerak aktif- Nyeri dan kaku pada satu atau lebih gerak aktif cervical disertau

bunyi klik.- Kadang disertai nyeri yang menyebar ke kepala dan/atau tanganTes gerak pasif- Nyeri dan ROM lebih besar dari normal dengan empty end feel,

sering .satu atau lebih gerak pasif cervical terbatas dengan springy end feel

- Keterbatasan gerak non capsular pattern.Tes gerak isometric- Nyeri pada gerak isometric - Nyeri berkurang pasca gerak isometrikTes khusus- Joint play movement satu atau lebih terjadi ROM lebih besar dari

normal dengan springy end feel.- Tes dengan PACVP nyeri segmental.Pemriksaan lain- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu- MRI dijumpai lysthesis atau kadang tidak khas.

Diagnosis- Nyeri radikuler cercical ke kepala dan/atau lengan disertai paresthesia lengan disebabkan karena cervical instability

Rencana fisioterapi- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- MWD cervical

o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Cervical collar untuk jenis rigid atau semi rigid- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak- Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak

Evaluasi- Nyeri, sensasi, stabilisasi aktif cervical.

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical disc dysfunction- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction

Kontra indikasi :- Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang- Acute disc dysfunction

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada RS

Lampiran MWDActive stabilization exc

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA SPONDYLOSIS DEF / SPONDYLOARTHROSIS CERVICALIS (S.A.C)

No. Dokumen

058/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses asuhan fisioterapi yang diterapkan pada Spondylosis Def / S.A.C

Tujuan Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Spondylosis Def / S.A.CKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015Prosedur Indikasi :

- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondyloarthrosis cervicalis

- Intervensi fisioterapi pada Spondyloarthrosis cervicalis

Kontra indikasi :- Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang- Acute disc dysfunction/Acute radicular pain

Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Morning sickness dan Start pain- Nyeri jenis ngilu/pegal pada cervical hingga interscapulae dan/atau

lengan- Nyeri leher disertai kaku leher- Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak cervical ekstensiTes cepat- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi

nyeri cervical menyebar hingga intersccapular atau lengan- Gerak ekstensi 3 dimensi cervical nyeri dan paresthesia pada leher

hingga interscapular atau lenganTes gerak aktif- Nyeri dan kaku pada gerak aktif cervical terutama ekstensi.Tes gerak pasif- Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasa crepitasi- Keterbatasan gerak dalam capsular pattern.Tes gerak isometric- Gerak isometric kadang nyeri- Nyeri berkurang pasca gerak isometrikTes khusus- Compression test posisi ekstensi nyeri menyebar- Joint play movement lateral gapping test atau 3 dimentional flexion

terbatas firm end feel.- Tes dengan PACVP nyeri segmental.Pemriksaan lain- ‘X’ ray dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets- MRI dijumpai osteofif.

Diagnosis- Nyeri pseudo radikuler cercical menyebar ke interscapular/lengan disebabkan karena cervical spondylo arthrosis (disertai capsular patern).

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- US atau SWD atau MWD atau .... cervical

o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendaho SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12

menit.- Cervical traction posisi fleksi beban 20-33% BB 15-20 menit- Cervical collar soft atau semi rigid untuk actualitas tinggi- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi cervical tegak- Proper neck mechanic pada posisi cervical tegak

Evaluasi- Nyeri, dan ROM .

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Cervical tractionUS / SWD / MWD

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA LUMBAR DISC BULGING/HNP

No. Dokumen

059/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada lumbar disc bulging/HNPTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan

hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendh dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali semingguTeknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:Anamnesis:- Nyeri jenis ngilu/pegal pada Lumbar spine menyebar samapi ke kaki- Paresthesia hingga kekaki pada area dermatome L5-S1- Posisi duduk lama, jongkok; gerak fleksi lumbale meningkatkan nyeri

dan paresthesia Tes cepat:- Gerak fleksi lumbale nyeri dan paresthesia pada tungkai-kakiTes gerak aktif:- Gerak fleksi lumbale nyeri dan paresthesia hingga tungkai belakang-

kaki- Gerak lain kadang positifTes gerak pasif:- Nyeri dan terbatas dengan springy end feel pada gerak fleksi

lumbale. - Gerak ekstensi lumbale terasa nyaman- Gerak lain kadang nyeriTes gerak isometric- Kadang ekstensi ibu jari kaki lemah.Tes khusus- Palpasi teraba otot para vertebrale spasm- Lasegue sign positif, bragard test positif- Compression test posisi fleksi nyeri dan paresthesia hingga kaki- Traction test posisi ekstensi keluhan berkurang- Tes sensasi dijumpai hypoaesthesia/paresthesia area dermatome

tertentuPemeriksaan lain- ‘X’ ray dijumpai flat back - MRI dijumpai disc bulging hingga protrusi.

Diagnosis- Nyeri radikuler cercical disertai paresthesia lengan disebabkan karena disc bulging/ HNP cervical segment

Rencana fisioterapi:- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi: - SWD/MWD lumbale

o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Lumbale tractiono Intermittent poaiai lordosis beban 40-60% berat badan, periode

traksi dan istirahat pendek (misal Hold 5” rest 5”) durasi 10-15 menit - Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie - Lumbar corset untuk actualitas tinggi- Proper body mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi dan lifting

technique

Evaluasi- Nyeri, sensasi, ROM lumbale.

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi:- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Lumbar disc bulging/HNP- Intervensi fisioterapi pada Lumbar disc bulging/HNP

Kontra indikasi :- Fraktur - Lysthesis- Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Lumbar tractionTerapi latihan Mc KenzieProper body mechanic, lifting technique

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA LUMBAR SPONDYLOARTHROSIS

No. Dokumen

060/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada Spondyloarthrosis LumbalisTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan

hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015Prosedur Dosis :

- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi

- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Morning sickness dan Start pain- Nyeri jenis ngilu/pegal pada lumbale kadang hingga kelakang paha- Nyeri lelumbale disertai kaku - Nyeri/paresthesia meningkat pada gerak ekstensi lumbarl Tes cepat- Gerak fleksi terasa tegang tetapi nyeri berkurang, gerak ekstensi

nyeri lumbale Tes gerak aktif- Nyeri dan kaku pada gerak aktif lumbale terutama ekstensi.Tes gerak pasif- Nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel, sering terasa crepitasi- Keterbatasan gerak dalam capsular pattern.Tes gerak isometric- Gerak isometric negative atau kadang nyeriTes khusus- Compression test posisi fleksi nyeri - Gapping test terbatas firm end feel.- Tes dengan PACVP nyeri segmental.Pemriksaan lain- ‘X’ ray dijumpai osteofit tepi corpus dan/atau facets- MRI dijumpai osteofit.

Diagnosis- Nyeri pseudo radikuler lumbale ke hamstrings karenal spondylo arthrosis lumbalis

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- US atau SWD atau MWD atau cervical

o US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendaho SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12

menit.- Lumbar traction posisi fleksi beban 40-60% BB 15-20 menit- Lumbar corset untuk actualitas tinggi- Williams flexion exercise- Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi lumbaletegak- Proper neck mechanic pada posisi flat back

Evaluasi- Nyeri, dan ROM .

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondyloarthrosis

lumbalis- Intervensi fisioterapi pada Spondyloarthrosis lumbalis

Kontra indikasi :- Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Lumbar tractionTerapi latihan Williams flexion exerciseProper body mechanic, lifting technique

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA LUMBAR SPONDYLOLYSTHESIS

No. Dokumen

061/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada lumbar SpondylolysthesisTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan

hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendh dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali semingguTeknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- Nyeri pingang sampai kedua hamstrings- Disertai paresthesia kedua hamstrings- Gerak lumbale sering ‘clicking’Inspekssi:- Lordosis/asimetriTes cepat- Fleksi terjadi clicking dan nyeri- Gerak hip lebih besar dari lumbaleTes gerak aktif- Nyeri pada gerak tertentu (missal fleksi)- Terdengar bunyi klickingTes gerak pasif- Nyeri pada gerak tertentu- ROM lebih besar dari normalTes gerak isometric- Tidak tampak kelainanTes khusus- Palpasi: step on atau step off.- Stabilization test positif kadang diikuti paresthesia

Pemeriksaan lain- ‘X’ ray dijumpai Lysthesis

Diagnosis: - Nyeri pinggang hingga kedua hamstrings akibat spondylolysthesis

lumbalis.

Rencana tindakan: - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- SWD atau MWD

o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Lumbar corset - Latihan stabilisasi aktif diberikan pada posisi lumbale tegak otot para

lumbale, abdominal dan otot-otot pelvic hip complex- Proper neck mechanic pada posisi lordosis

Evaluasi- Nyeri, dan stabilitas.

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi:- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Spondylolysthesis

lumbalis- Intervensi fisioterapi pada Spondylolysthesis lumbalis

Kontra indikasi :- Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Lumbar corsetTerapi latihan stabilization exerciseProper body mechanic, lifting technique

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA SCOLIOSIS IDIOPATIK

No. Dokumen

062/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada ScoliosisTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan

hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendh dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali semingguTeknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- Punggung asimetri punggung (scapula) menonjol satu sisi- Diketahui secara tidak sengaja oleh orang tuanya- Tidak diketahui sebabnyaTes cepat- Fleksi punggung tampak rib humpTes gerak aktif- Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 tetap melengkung

kekiri atau hanya tegak- Gerak lateral fleksi kekiri lebih besarTes gerak pasif- Gerak lateral fleksi kekanan terbatas pada T8 terbatas dengan firm

end feel- Gerak lateral fleksi kekiri pada T8 ROM lebih besar dari normal

dengan end feel elastikTes gerak isometric- Negatif Tes khusus- Fleksi dijumpai ribs hump kanan- Asimetri pelvis (pelvic torsion) terhadap plumb line yang ditempatkan

pada kolumna vertebrali- Pengukuran panjang kaki dijumpai leg discrepancy- LPAVP dijumpai keterbatasan dengan firm end feel- Gapping test T7-8-9 terbatas dengan firm end feelPemeriksaan lain- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu- Pengukuran ‘cobb angle’

Diagnosis: - Gangguan posture tubuh bidang frontal akibat scoliosis idiopathicRencana tindakan: - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi:- MWD thoracal

o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Latihan mobilisasi dengan metode crawl exercise- Latihan stabilisasi dengan bugnet exercise- TLSO atau Boston brace

Evaluasi- Nyeri, Cobb angle

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi:- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cervical disc dysfunction- Intervensi fisioterapi pada Cervical disc dysfunction

Kontra indikasi :- Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS Sari MutiaraLampiran Juknis clawl exercise, bugnet exercise

Juknis mobilsasi segmental thoracal

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC HYPOMOBILITY SYNDROME

No. Dokumen

063/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic Hypomobility Syndrome

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi:

Anamnesis:- Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga

satu sisi dada- Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalam.Inspeksi:- Kifosis thoracalis atau round backTes cepat:- Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dadaTes gerak aktif:- Gerak ekstensi thoracal nyeri hingga dada- Gerak lain kadang nyeriTes gerak pasif:- Gerak ekstensi thoracal nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feel- Gerak lain kadang nyeri dan ROM terbatas dengan firm end feelTes gerak isometric:- Negatif.Tes khusus:- PACVP nyeri punggung hingga ke dada- LPAVP nyeri punggung hingga ke dada- Segmental gapping test thoracal nyeri, terbatas dan firm end feel

Pemriksaan lain:- ‘X’ ray dijumpai flat neck kadang kifosis segment tertentu

Diagnosis:- Nyeri punggung atas hingga dada dengan hypeomobility thoracal

(missal T8-9) disebabkan (missal kifosis atau round back)

Rencana tindakan:- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus thoracic hypomobility

syndrome- Intervensi fisioterapi pada thoracic hypomobility syndrome

Kontra indikasi :- Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang

Intervensi:- US- MWD thoracal

o Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Joint mobilzation teknik PACVP LPAVP- Gapping manipulation 3 dimensi ekstensi- Latihan mobilisasi dengan metode Mc Kenzie - Proper back mechanic anjuran posisi lordosis/ekstensi

Evaluasi:- Nyeri, JPM, dan ROM thoracall.

Dokumentasi:- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran - Juknis asesmen- Juknis MWD- Juknis asesmen- Juknis PACVP dan LPAVP- Juknis gapping manipulation- Juknis Mc. Kenzie exc.

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA MYOFASCIAL PAIN

No. Dokumen

064/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterapi yang diterapkan pada myofascial pain Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan

hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015Prosedur Dosis :

- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendh dosis intensitas tinggi

- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali semingguTeknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- Nyeri jenis pegal menyebar dalam pola segmental/vegetatif- Nyeri meningkat regangan pada otot yang bersangkutan- Nyeri meningkat kontraksi pada otot yang bersangkutan-Tes cepat- Tergantung regio yang terkenaTes gerak aktif- Tergantung regio yang terkenaTes gerak pasif- Tergantung regio yang terkenaTes gerak isometric- Tergantung regio yang terkenaTes khusus- Palpasi: trigger point, pada taut band dan twisting, nyeri menyebar.- Stretch test.Pemeriksaan lain-.-

Diagnosis: Nyeri muscular menyebar ke …… disebabkan oleh myo fascial trigger point.

Rencana tindakan: - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- US:

o Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksio Dosis 2 – 2.5 watt/cm2 waktu 2-3 menit

- Transverse friction Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi- Stretching otot yang bersangkuta

Evaluasi- Nyeri.

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi:- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus myofascial pain- Intervensi fisioterapi pada myofascial pain

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma- Myositis osccsificans

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Juknis assesmenJuknis USJuknis Transverse frictionJuknis stretching

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION) OUTLET SYNDROME : SCALENUS SYNDROME

No. Dokumen

065/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Thoracic (Compression) Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Nyeri jenis ngilu/pegal pada leer-pundak depan hingga lengan- Nyeri meningkat pada posisi lengan kebawah disertai depresi - Nyeri berkurang bila lengan abduksiTes cepat- Tidak spesifik- Abduksi elevasi kadang nyeriTes gerak aktif- NegatifTes gerak pasif- NegatifTes gerak isometric- NegatifTes khusus- Adson’s test positif- Palpasi scalenus nyeri semutan hingga ke Joint play movement

lateral gapping tanganPemriksaan lain- ‘X’ ray normal

Diagnosis- Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh

entrapmen pleksus bracialis akibat scalenus contractur-

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Thoracic (Compression)

Outlet Syndrome : Scalenus Syndrome- Intervensi fisioterapi pada Thoracic (Compression) Outlet Syndrome :

Scalenus Syndrome

Kontra indikasi :- Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Intervensi- MWD pada m.scalenus

o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.- Contract relax stretching m. scalenus anterior/posterior- Postural correction (retraksi leher)- Home program : stretching.

Evaluasi- Nyeri, dan ROMDokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION) OUTLET SYNDROME : HYPER ABDUCTION SYNDROME

No. Dokumen

066/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada thoracic (compression) outlet syndrome

Tujuan Melaksanakan asuhan Fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis : - Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi : Asesmen fisioterapi

Saat gerakan mengangkat lengan kesemutan bila di turunkan hilang.Tes cepat abdukasi elevasi shoulderTes gerak aktif abduksi, elevasiTes gerak pasif abduksi elevasiTes gerak isometrikTes khusus hiperabduction test.Pemeriksaan lain

Diagnosis - Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh entrapmen pleksus bracialis akibat pectoralis minor contractur

Rencana tindakan - Intervensi : MWD pada m pecroralis minor.

o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.- Contract relax stretching m. pectoralis minor- Home program : stretching.

Evaluasi nyeri dan ROMDokumentasi Rekam medik Rumah Sakit Indikasi : Asesmen Fisioterapi dan temuannya pada kasus thoracic (compression) outlet syndromeIntervensi Fisioterapi pada thoracic (compression) outlet syndrome

- Kontraindikasi : Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENDOPATHY M. SUPRASPINATUS

No. Dokumen

067/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tendopathy M. SupraspinatusTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015Prosedur Dosis :

- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi

- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Nyeri jenis pegal pada lengan atas bag lateral- Nyeri meningkat ketika angkat lengan - Tidak jelas sebab-sebabnyaTes cepat- Abduksi elevasi: ’Painful arc’Tes gerak aktif- Gerak abduksi nyeri, gerak lain negatifTes gerak pasif- Tak ada kelainanTes gerak isometric- Abduksi isometric melawan tahanan - Gerak lain +/- Tes khusus- Palpasi posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi.

Pemriksaan lain-

DagnosisNyeri bahu lateral sampai lengan atas leteral disebabkan oleh tendonitis m. supraspinatus

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- US:

o Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksio Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit

- Transverse friction Posisi rotasi internal-ekstensi-adduksi- Stretching m. supraspinatus- Codmann pendular exercise

Evaluasi- Nyeri dan scapula humeral rhythm.

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Tendopathy M.

Supraspinatus- Intervensi fisioterapi pada Tendopathy M. Supraspinatus

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Juknis assesmenJuknis USJuknis Transverse frictionJuknis stretchingJuknis Codmann pendular exercise

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA SHOULDER HAND SYNDROME (SCALENUS SYNDROME)

No. Dokumen

068/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Shoulder Hand Syndrome Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimalKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- Nyeri jenis ngilu/pegal pada punggung atas, interscapular hingga

satu sisi dada- Nyeri meningkat pada ekstensi thoracal atau inspirasi dalamInspeksi: - Nyeri dan kaku sendi bahu dengan nyeri-kaku dan bengkak tangan.Tes cepat:- Abduksi elevasi bahu dijumpai reverse scapulohumeral rhythm- Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatsTes gerak aktif:- Semua gerak glenohumeral nyeri dan ROM aktif trbatas- Gerak aktif Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatasTes gerak pasif:- Gerak rotasi eksternal, gerak abduksi, dan rotasi internal sendi

glenohumeralis terbatas dengan firm end feel- Keterbatasan ROM glenohumeral dalam capsular pattern- Gerak aktif Fleksi-ekstensi tangan dan jari ROM terbatas dengan firm

end feelTes gerak isometric:- Tidak ada perubahan yang khasTes khusus:- Palpasi kulit dijumpai kulit dingin dan lembab.- Joint play movement sendi glenohumeral nyeri, terbatas dan firm end

feel.- Joint play movement sendi radio carpal dan interplalangea nyeri,

terbatas dan firm end feel- Sensoric test: hyperaealgesia bahu/tangan, Pemeriksaan lain- ‘X’ ray bahu tidak jelas ada kelainan tetapi kadang dijumpai

atrophy/osteoporosis tulang glenohumeral

Diagnosis- Nyeri, kaku dan bengkak bahu dan tangan akibat shoulde hand syndrome

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- SWD segmental application thoracal – anterior shoulder: Continous

subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- TENS jenis arus monophase burst dengan segmental application cervical – thoracal, internsitas maksimal dapat ditoleransi, waktu 20-30 menit.

- Joint mobilization glenohumeral joint pada MLPP dan semua pembatasan ROM.

- Joint mobilization wrist and fingers pada MLPP dan semua pembatasan ROM

- Active mobilization exc.dan pumping exc tangan-jari.Evaluasi- Nyeri, sensasi, oedeme dan ROM glenohumeral joint, ROM wrist and fingersDokumentasi

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Shoulder Hand Syndrome- Intervensi fisioterapi pada Shoulder Hand Syndrome

Kontra indikasi :- Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran - Juknis SWD.- Juknis TENS- Juknis Joint mobilization- Juknis active exercise

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA THORACIC (COMPRESSION) OUTLET SYNDROME : HYPER ABDUCTION SYNDROME

No. Dokumen

069/08/50

No. Revisi Halaman

1/2

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada thoracic (compression) outlet syndrome

Tujuan Melaksanakan asuhan Fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

rosedur Dosis : - Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi : Asesmen fisioterapi

Saat gerakan mengangkat lengan kesemutan bila di turunkan hilang.Tes cepat abdukasi elevasi shoulderTes gerak aktif abduksi, elevasiTes gerak pasif abduksi elevasiTes gerak isometrikTes khusus hiperabduction test.Pemeriksaan lain

Diagnosis - Nyeri dan semutan leher-pundak hinga lengan disebabkan oleh entrapmen pleksus bracialis akibat pectoralis minor contractur

Rencana tindakan - Intervensi : MWD pada m pecroralis minor.

o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.- Contract relax stretching m. pectoralis minor- Home program : stretching.

Evaluasi nyeri dan ROMDokumentasi Rekam medik Rumah Sakit

Indikasi : Asesmen Fisioterapi dan temuannya pada kasus thoracic (compression) outlet syndromeIntervensi Fisioterapi pada thoracic (compression) outlet syndrome

- Kontraindikasi : Fraktur - Neoplasma- Osteoporosis- Ankylosing spondylitis- TBC tulang- Acute disc dysfunction/Acut radicular pain

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA ACUTE LOCKING OF CERVICAL SPINE

No. Dokumen

070/08/50

No. Revisi Halaman

1/1

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Acute Locking Of Cervical Spine

TujuanKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015Prosedur Dosis :

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

AnamnesisTes cepatTes gerak aktifTesTes cepatTes gerak aktifTes gerak pasifTes gerak isometrikTes khususPemriksaan lain

DiagnosisRencana tindakanIntervensiEvaluasiDokumentasi

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA ARTHRITIS DISTAL RADIOULNAR JOINT

No. Dokumen

071/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthritis Distal Radioulnar Joint

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal..

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- Nyeri jenis hebat pada masa acute, atau ngilu/pegal pada

pergelangan tangan kadang tangan pada masa kronik- Nyeri setelah riwayat trauma- Gerak pronasi-supinasi nyeri dan terbatasInspeksi:- Posisi sendi radioulnaris MLPP- ADL: tampak kakuTes cepat- Nyeri dan terbatas pada gerak pronas-supinasi lengan bawahTes gerak aktif- Nyeri dan terbatas pada gerak pronas-supinasi lengan bawahTes gerak pasif- Pronasi dan supinasi nyeri dan terbatas dalam capsular patern dengan firm end feel- Nyeri dan terbatas pada gerak pronas-supinasi lengan bawahTes gerak isometric- Tidak ditemukan keluhan khasTes khusus- JPM test timbul nyeri, terbatas denngan firm end feelPemriksaan lain- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;

osteophyte.

Diagnosis: - Capsular pattern radioulanar joint secondary to arthritis distal

radioulnar joint

Rencana tindakan: - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- Pada kondisi acute aktualitas tinggi diberikan RICE- US:o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-2

watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.- Joint mobilizationo Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPPo Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi

- Free active mobilization exerciseo Pronas-supinasi

- Kemungkinan splinting

Indikasi:- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthritis Distal Radioulnar- Intervensi fisioterapi pada Arthritis Distal Radioulnar

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma- Osteoporosis- TBC tulang

Evaluasi- Nyeri, ROM dan fungsi tangan.

Dokumentasi:- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran - Juknis Asesmen fisioterapi- Juknis RICE- Juknis US- JuknisJoint mobilization- Juknis splinting

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS CARPALIA

No. Dokumen

072/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthrosis Carpalia Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, parupurna, efektif dan

efisien dengan hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan dan tangan - Morning sickness dan start pain- Gerak terbatas dan crepitasiInspeksi:- Posisi tangan MLPP- Gerak hand dexterity kaku.Tes cepat- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tanganTes gerak aktif- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion

pergelangan tanganTes gerak pasif- Nyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak palmar-dorsal flexion

pergelangan tangan dimana dorsal flexion lebih terbatas dari palmar flexion dengan end feel firm.

Tes gerak isometric- Tidak ditemukan gangguan khasTes khusus- JPM test palmar dan dorsal flexion timbul nyeri, terbatas denngan firm end feelPemeriksaan lain- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale; osteophyte.

Diagnosis- Capsular pattern wrist joint secondary to arthrosis carpaliaRencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- US:

o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.

- Joint mobilizationo Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPPo Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi

- Free active mobilization exerciseo Pronasi-supinasi

- Kemungkinan splinting

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthrosis carpalia- Intervensi fisioterapi pada Arthrosis carpalia

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma- Osteoporosis

Evaluasi- Nyeri, ROM dan fungsi tangan.

Dokumentasi:- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran - Juknis Asesmen fisioterapi- Juknis US- Joint mobilization- JuknisJoint mobilization- Juknis splinting

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA ARTHROSIS DISTAL RADIOULNAR JOINT

No. Dokumen

073/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Arthrosis Distal Radioulnar Joint

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal..

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali semingguTeknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Nyeri jenis ngilu/pegal pada pergelangan tangan kadang tangan - Morning sickness dan start pain- Gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasiInspeksi:- Posisi sendi radioulnaris MLPP- ADL: tampak kakuTes cepat- Nyeri dan terbatas pada gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasiTes gerak aktif- Nyeri dan terbatas pada gerak pronasi dan supinasi terbatas dan crepitasiTes gerak pasifNyeri dan terbatas dengan crepitasi pada gerak gerak pronasi dan supinasi lenngan bawah dimana pronasi dan supinasi sama terbatas dengan end feel firmTes gerak isometric- Tidak ditemukan gangguan khasTes khusus- JPM test translasi pronasi dan supinasi timbul nyeri, terbatas denngan firm end feelPemriksaan lain- X ray: penyempitan sela sendi; penebalan tulang subchondrale;

osteophyte.

Diagnosis:- Capsular pattern radioulanar joint secondary to arthrosis carpalia

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Arthrosis Distal

Radioulnar- Intervensi fisioterapi pada Arthrosis Distal Radioulnar

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma- Osteoporosis

Intervensi- US:

o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.

- Joint mobilizationo Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPPo Translasi pada pembatasan pronasi dan supinasi

- Free active mobilization exerciseo Pronas-supinasi

- Kemungkinan splinting

Evaluasi- Nyeri, ROM dan fungsi tanganDokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran - Juknis Asesmen fisioterapi- Juknis US- JuknisJoint mobilization- Juknis splinting

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA CARPAL TUNNEL SYNDROME.( Entrapment neuropathy n. medianus – C5-Th1)

No. Dokumen

074/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Carpal Tunnel Syndrome. (Entrapment Neuropathy N. Medianus – C5-Th1)

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Nyeri jenis pegal pada pergelangan tangan dan semutan jari tangan

I, II, dan III permukaan palmar - Keluhan lebih berat pada pagi hari- Kadang disertai gerak terbatasTes cepat- Nyeri dan terbatas pada gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tanganTes gerak aktif- Nyeri dan Madang terbatas gerak palmar-dorsal flexion pergelangan tanganTes gerak pasif- Nyeri dan terbatas palmar-dorsal flexion pergelangan tangan dimana

dorsal flexion lebih terbatas dari palmar flexion dengan end feel firm.Tes gerak isometric- Ttidak khas, kecuali bila atrofi thenar.Tes khusus- Phalens test positif- Stretch test lig. Carpi transversum- JPM intercarpal terbatas firm Pemriksaan lain- EMG positif entrapment

Diagnosis- Nyeri dan semutan telapak tangan akibat entrapment n. Medianus

setinggi carpal tunnel

Rencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Carpal túnnel síndrome - Intervensi fisioterapi pada Carpal túnnel síndrome

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma

- Osteoporosis

Intervensi- US:

o Continous dosis 0,5-1 watt/cm untuk aktualitas tinggi dan 1.5-2 watt/cm untuk aktualitas rendah, waktu 5-7 menit.

- Joint mobilizationo Pada awal intervensi translasi oscilasi dalam MLPPo Stretching lig. Carpi transversumo Passive mobilization exercise

Evaluasi- Nyeri, paresthesia

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Asesmen fisioterapiJoint mobililizationUSStretching

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA CHONDROMALACIA PATELLAE

No. Dokumen

075/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Chondromalacia patellae

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendh dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali semingguTeknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- Nyeri berjalan- Deformitas kearah genu valgusInspeksi:- tidak tampak kelainan local. Perhatikan Q angle/genu valgusTes cepat- gerakan flexi dan ekstensi terjadi painfull arcTes gerak aktif- flexi dan ekstensiTes gerak pasif- flexi dan ekstensiTes gerak isometric- Tes khusus- Palpasi : nyeri tekan pada condylus lateral dan medial - Joint play movement MLPP kompresi diatas patella posisi lutut

ekstensi dan semi fleksi.- Pengukuran Q angle dan genu valgus.- Tes kekuatan m. Vastus medialis.Pemeriksaan lain- ’X’ ray intuk melihat OA sendi patellofemoralis

Diagnosis: - Nyeri pada patella disebabkan oleh chondromalaciaRencana tindakan: - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- US pada tepi patella dengan cara mendorong patella ke lateral dan

medialo US continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah

- MWD/SWDo SWD intermiten selama 10 – 12 menit

- Transverse friction dengan cara mendorong patella ke lateral dan medial

- Strengthening exercise m. Vastus medialis pada posisi lutut gerak akhir ekstensi

Medial arc support (corect shoes)Evaluasi

- Nyeri, JPM dan ROM .

Indikasi:- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Chondromalacia patellae- Intervensi fisioterapi pada Chondromalacia patellae

Kontra indikasi :- Osteoporosis- TB Tulang akut- Fraktur

Infeksi sendi akut

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS.

Lampiran Juknis USSWD

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA CUBITAL TUNNEL SYNDROME( Entr. n. ulnaris C8-Th1)

No. Dokumen

076/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Cubital Tunnel Syndrome ( entr. n. ulnaris c8-th1)

TujuanKebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis- Radicular pain bahu sampai jari ke V- Parasthesi- Kadang kelemahan otot-otot hypothenarInspeksi:- Tidak tampak kelainan- Kadang dijumpai atrophy m. hypothenarTes cepat- Nyeri meningkat pada Abduksi-elevasi bahu penuhTes gerak aktif- Fleksi-ekstensi siku tidak tampak kelainan atau kadang nyeri siku

saat fleksi penuh- Pronasi-supinasi normal

Tes gerak pasif- Fleksi siku penuh terasa paresthesia jari ke IV dan V- Gerak lain normalTes gerak isometric- Dalam baas normalTes khusus- Tinnel test pada cubital tunnel paresthesia hebat.- Adson test kadang positif

Pemriksaan lain- EMG terdapat entrapment n. ulnaris setinggi siku.

Diagnosis` Paresthesia dan atrphy hypothenar akibat entrapment n.ulnaris setinggi sikuRencana tindakan- Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- MWD

o MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.- Mobilisasi n. ulnaris. - Strengthening exc m. hypothenar

Indikasi :- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Cubital Tunnel Syndrome- Intervensi fisioterapi pada Cubital Tunnel Syndrome

Kontra indikasi :- fraktur cervical- post op laminatomi

Evaluasi : - Nyeri, paresthesia -

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran Juknis asesmen fisioterapiJuknis MWDJuknis mobilisasi n. Ulnaris

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA FLAT FOOT

No. Dokumen

077/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Flat foot

Tujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Penggunaan medial arc support dalam waktu 3bulan atau lebih- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2

kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- Tidak ada arcus plantar- inbalanceInspeksi:- Telapak kaki datar, tulang navicularis menonjol ke medial.Tes cepat- Gait análisis tampak kaki menyudut kelateral- Plantar fleksi lebih lemahTes gerak aktif- Dalam batas normalTes gerak pasif- Gerak pronasi kaki ROM lebih besar dari normal, gerak pronasi

terbatas elastic end feel- Gerak lain normalTes gerak isometric- Fleksi jari-jari kaki kekuatan kurang dibanding dengan otot lain.

Tes khusus- Palpasi: arcus longitudinal plantaris rata- Pengukuran adakah genu valgusPemeriksaan lain-.Podografi: dijumpai flet foot.

Diagnosis: - gangguan kesimbangan dan berjalan akibat flat foot

Rencana tindakan: - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi- Strengthening exercice pada fleksor jari kaki - Ballance exc- Walking exc dengan menggunakan ujung kaki- Penggunaan medial arc support

Indikasi:- Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus Flat foot - Intervensi fisioterapi pada Flat foot

Kontra indikasi :- Fraktur- Poliomielitis

Evaluasi- Nyeri sekitar ankle dan lutut

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada di RS .....

Lampiran Juknis strengthening excJuknis walking exc dan balance excMedial arc support

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA FRAKTUR COLLUM FEMORIS NON OPERATIVE

No. Dokumen

078/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah terjadi perpatahan pada collum femoris akibat traumaTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- Riwayat trauma jatuh- Tidak bisa jalan- Nyeri pada sendi hip pada gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan

adduksiInspeksi- Bengkak hip joint- Trochantor mayor sisi fraktur lebih tinggiTes cepat- Rotasi internal kedua hip joint- Crook lying ketinggian lutut berbedaTes gerak aktif- Nyeri pada akhir gerak terutama gerak rotasi internal sendi panggul

atau tidak mampu melakukan. - Fleksi, ekstensi maupun abduksi terbatas atau tidak mampu

melakukan.- Crepitasi pada gerak tertentu.Tes gerak pasif- Nyeri pada akhir gerak fleksi, ekstensi, abduksi dan adduksiTes gerak isometric- Tidak mampu melakukan gerak isometrik atau lemah - Rasa nyeri ketika gerak isometrik pada hip Tes khusus- Palpasi ketinggian trochantor mayor beda tinggiPemriksaan lain- X ray tampak fraktur collum femoris

Diagnosis- Nyeri gerak dan keterbatasan gerak kesemua gerakan pada sendi

HIP .Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Intervensi: - Superficial heating- US: diberikan pada fase kronik

o Dosis 1.5 – 2 watt/cm2 waktu 2-3 menit- Active strengthening exc- Gait training mulai dalam walker, crutch hingga cane

Indikasi : - Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus fraktur collum femoris- Intervensi fisioterapi pada kasus fraktur collum femoris

Kontra indikasi :- Neoplasma- Osteoporosis

Evaluasi : - Nyeri, ROM dan gait analysis

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada rs

Lampiran Asesmen fisioterapiJoint MobilizationU.SGait training

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA MENISCUS LESION

No. Dokumen

079/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah :Cedera pada meniscus lesi lututTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis: - Nyeri dan mengunci pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi- Keluhan nyeri pada saat aktivitas.Inspeksi:- Tidak tampak kelainanTes cepat- Hiper mobility pada knee joint.Tes gerak aktif- Kadang terjadi nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi

tibiofemoralis.- Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeriTes gerak pasif- Nyeri pada saat fleksi maupun ekstensi sendi tibiofemoralis.dengan

end feel elastis- Gerak internal rotasi dan eksternal rotasi terjadi nyeri dengan end

feel elastis- Sering semua gerak negatif bila aktualitas rendahTes gerak isometric- Tidak khas,.Tes khusus- Appley test dan murray test- JPM lutut. Pemeriksaan lain- Atroplasti

Diagnosis- Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi akibat meniscus

lesi.

Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

Indikasi : - Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus meniscus lesi- Intervensi fisioterapi pada meniscus lesi

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma- Osteoporosis- Gonitis TB

Intervensi: - SWD atau MWD

o SWD/MWD Continous thermal untuk aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.

- Manipulasi meniscus.- Latihan Strengthening- Knee Dakker- Latihan Stabilisasi.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran SWD/MWDManipulasi meniscusStrengthening excKnee Dakker

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA KNEE INSTABILITASI

No. Dokumen

080/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah :Ketidakstabilan kneeTujuan Melaksanakan asuhan fisioterapi secara akurat, paripurna, efektif dan efisien

dengan hasil yang optimal.Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan

No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualits tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali - 2 kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis:- Nyeri pada sendi lutut pada gerakan flexi dan extensi- Keluhan nyeri pada saat aktivitas.Inspelsi:- Kadang tampak genu valgus/varus Tes cepat- Hiper mobility pada knee joint.Tes gerak aktif- Terjadi nyeri pada saat hiper extensi knee joint atau fleksi penuh.- Internal rotasi dan external rotasi tidak terjadi nyeriTes gerak pasif- Nyeri pada saat gerakan varus dan valgus, flexi – extensi sendi lutut

dengan end feel soft.Tes gerak isometric- Adanya nyeri pada sendi lututTes khusus- Valgus test: untuk tes lig.collaterale mediale- Varus test: untuk tes lig.collaterale laterale- Anterior shearing test untuk tes lig.cruciatum anterior- Posterior shearing test untuk tes lig.cruciatum posteriorPemeriksaan lain- Atroskopi

Diagnosis- Nyeri sendi lutut pada gerakan akibat lesi lig.collaterale mediale,

(atau lig.collaterale laterale; atau lig.cruciatum anterior atau lig.cruciatum posterior)

Rencana tindakan - Penjelasan tentang patologi, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi dan hasil yang diharapkan- Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan tindkan intervensi

fisioterapi- Perencananaan intervensi secara bertahap

- Intervensi MWD cervicalo Continous subthermal untuk aktualitas tinggi dan thermal untuk

aktualitas rendah, waktu 10-12 menit.- Knee support dengan penguat pada fungsi ligament yang lesi.- Latihan stabilisasi aktif. Pada posisi MLPP.- Latihan Strengthening otot pes anserinus (atau iliotibial, atau

hamstrings, atau quadriceps)

Indikasi : - Asesmen fisioterapi dan temuannya pd kasus knee instability- Intervensi fisioterapi pada knee instability

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma

- OsteoporosisEvaluasi

- Nyeri, stabilisasi aktif knee.

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS.

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada

Lampiran MWDStrengtheningStabilisasi aktifKnee support

RUMAH SAKIT

UMUMSARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENDOVAGINITIS STENOSANS (TRIGGER FINGER)

No. Dokumen

081/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tendovaginitis Stenosans (Trigger Finger)

Tujuan Adalah proses Fisioterapi yang di terapkan pada kasus Tendovaginitis Stenosans (Trigger Finger)

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis : - Waktu intervensi US 5-7 menit, kronis 1x1 hari atau 1x2 hari

(selama12 sampai 18 hari)- Dosis streching 8 detik, di ulang 8-10 kali.- Friction 30 kali

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis - Rasa nyeri pada jari ketiga atau ke empat saat ditekuk mengunci dan

kembali lurus dan berbunyi, - Nyeri pada setinggi caput metacarpalInspeksi:- Tidak khasTes cepat - tes fleksi jari2 dan ekstensikan (jari ketinggalan)Tes gerak aktif: - Pada gerak fleksi jari III/IV nyeri pada akhir ROM dan bila di

ekstensikan bunyi klik dan nyeri- Gerak sendi lain normalTes gerak pasif: - Terdapat nyeri saat fleksi jari yang bersangkutan penuh.- Saat ekstensi jari bunyi klik dan nyeri.Tes gerak isometric - Gerak fleksi jari yang bersangkutan terdapat nyeri- Gerak lain negatifTes khusus - Palpasi pada caput metacarpal III atau IV teraba benjolan nyeri.- Bila dalam palpasi bersamaan digerakkan fleksi penuh dan ekstensi

teraba benjolan yang bergerak.Pemriksaan lain - --

Diagnosis- Nyeri gerak pada jari ke tiga (atau keempat) karena Tendovaginitis

Stenosis flexor digitorum profundus.

Rencana tindakan- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi, dan hasil yang di harapkan.- Persetujuan pasien- Perencanaan intervensi.

Intervensi - US :

o Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.o Parafin bath 5 menit

- Streching pada jari ke tiga (keempat) ke arah ekstensi penuh dengan pergelangan tangan ekstensi

- Transfer Friction jari ke tiga (di selubung tendon) Indikasi :

- Asesmen Fisioterapi dan temuannya pada kasus Tendovaginitis Stenosans (Trigger Finger)

- Intervensi fisioterapi pada Tendovaginitis Stenosans (Trigger Finger)

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma- Lesi saraf perifer- Rheumatoid arthritis

Evaluasi - Nyeri dan ROM

Dokumentasi: Rekam Fisioterapi dan rekam medis RS

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal

Lampiran Asesmen, US, parafin, stretching.

RUMAH SAKIT UMUM

SARI MUTIARA

ASUHAN FISIOTERAPI PADA TENOSYNOVITIS M. ABD. POL. LONGUS DAN EXT. POL. BREVIS (de Quervain syndrome)

No. Dokumen

082/08/50

No. Revisi Halaman

1/3

Prosedur TetapPELAYANAN FISIOTERAPI

Tanggal terbit Ditetapkan Oleh :Direktur RSU Sari Mutiara

Dr. Tahim Solin,MMR

Pengertian Adalah proses fisioterpi yang diterapkan pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus dan ext. Pol. Brevis

Tujuan Proses Fisioterapi yang di terapkan pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus dan ext. Pol. Brevis

Kebijakan Surat Keputusan Direktur Rsu Sari Mutiara Medan No.1635/XII.1/RSU-SM/1/2015

Prosedur Dosis :- Pada aktualitas tinggi dengan dosis intensitas rendah; pada

aktualitas rendah dosis intensitas tinggi- Waktu intervensi 20-30 menit- Pengulangan aktualitas tinggi tiap hari; pada aktualitas rendah 3kali -

2 kali seminggu

Teknik Aplikasi :Asesmen fisioterapi

Anamnesis - Adanya nyeri pada sisi lateral pergelangan tangan saat fleksiadduksi

ibu jari tangan atau ulnar deviasi.Inspeksi:- Bengkak pada sisi lateral pergelangan tanganTes cepat:- Fleksi ekstensi tangan dan jari tangan nyeri sast fleksiTes gerak aktif- Adduksi ibu jari tangan nyeri- Ulnar deviasi nyeriTes gerak pasif- Test streach fleksor ibu jari sakitTes gerak isometric: - Tes gerak isometric melawan tahanan ibu jari tangan kea rah abduksi

nyeri- Gerak ibu jari lain negatifTes khusus: - Finkels stain test nyeri, oposisi reposisi jari- Palpasi teraba oedeme pada sisi lateral pergelangan tangan

Pemreriksaan lain:- --

DiagnosisNyeri gerak pada tendon otot m abd pol longus dan ext poli brevis akibat tenovaginitis m abd pol longus dan ext poli brevis

Rencana tindakan- penjelasan tentang patology, diagnosis, target, tujuan, rencana

intervensi, dan hasil yang di harapkan.- Persetujuan pasien- Perencanaan intervensi bertahap

Intervensi - US Continous 2 watt/cm2 5-7 menit untuk aktualitas rendah.- Parafin bath 5 menit- Massage ke arah proksimal.- Splinting atau elastic bandaging: piosisi ibu jari tangan abduksi dan

pergelangan tangan radial devia

Indikasi : - Asesmen Fisioterapi pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus dan

ext. Pol. Brevis- Intervensi Fisioterapi pada Tenosynovitis M. Abd. Pol. Longus dan

ext. Pol. Brevis

Kontra indikasi :- Fraktur- Dislocation- Neoplasma- Lesi saraf perifer

Evaluasi:- ROM, nyeri

Dokumentasi- Rekam Fisioterapi dan Rekam Medik RS

Unit terkait Dilaksanakan oleh fisioterapis terampil atau ahli pada muskuloskeletal

Lampiran US, Parafin bath, massage.splint,