staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr. edy... · web viewsalah satu...

36
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILINGUAL PADA RINTISAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BERTARAF INTERNASIONAL Edy Supriyadi ([email protected]) (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT. UNY) Abstract As an effort to improve the quality of human resources who are able to compete in international level, Department of National Education has been developing piloting of international standard schools or rintisan sekolah bertaraf internasional at vocational high school (SMK RSBI). RSBI’s have been implementing teaching & learning process for some subjects by using English or Billingual Education. The biggest problem still faced by RSBI’s is teachers who have no sufficient knowledge and skills in English. Universities that have study program of teacher training or college of education basically have responsibility to overcome the problem by providing qualified teachers for RSBI’s. In relation to that, universities should conduct some programs as follows: developing competency standards of teachers for RSBI relevant to their subject matters; developing curriculum relevant to the competency standards of teachers; selecting qualified lecturers who have sufficient knowledge and skills both in subject matter and English; developing teaching resources (text books, job sheet, lab sheet, teaching modules, etc) especially written in two languages (English and bahasa Indonesia); developing facilities to support teaching & learning activities in billingual; conducting bilingual teaching & learning activities, using methods relevant to student and subject matter characteristics; and assessing student achievement and evaluating teaching program. 1

Upload: dinhkhanh

Post on 28-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BILINGUAL

PADA RINTISAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BERTARAF INTERNASIONAL

Edy Supriyadi ([email protected])

(Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FT. UNY)

Abstract

As an effort to improve the quality of human resources who are able to compete in international level, Department of National Education has been developing piloting of international standard schools or rintisan sekolah bertaraf internasional at vocational high school (SMK RSBI). RSBI’s have been implementing teaching & learning process for some subjects by using English or Billingual Education. The biggest problem still faced by RSBI’s is teachers who have no sufficient knowledge and skills in English.

Universities that have study program of teacher training or college of education basically have responsibility to overcome the problem by providing qualified teachers for RSBI’s. In relation to that, universities should conduct some programs as follows: developing competency standards of teachers for RSBI relevant to their subject matters; developing curriculum relevant to the competency standards of teachers; selecting qualified lecturers who have sufficient knowledge and skills both in subject matter and English; developing teaching resources (text books, job sheet, lab sheet, teaching modules, etc) especially written in two languages (English and bahasa Indonesia); developing facilities to support teaching & learning activities in billingual; conducting bilingual teaching & learning activities, using methods relevant to student and subject matter characteristics; and assessing student achievement and evaluating teaching program.

Kata Kunci: Pembelajaran Bilingual, SMK RSBI

Tata Latar

Kenggulan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki daya saing tinggi pada tingkat

internasional akan menjadi daya tawar tersendiri dalam era globalisai ini. Pendidikan diyakini

merupakan faktor paling dominan dalam pengembangan kualitas SDM. Berkaitan dengan hal

tersebut, pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki

peran yang sangat penting dalam memenuhi SDM yang mampu berkompetisi di tingkat

internasional.

1

Page 2: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Hampir semua negara selalu memprioritaskan programnya pada sektor pendidikan. Pemerintah

Indonesia, meskipun tidak segencar negara-negara maju, juga berusaha keras untuk membenahi

sistem pendidikannya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan

pada semua jenjang. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui

program pengembangan rintisan sekolah menengah kejuruan bertaraf internasional (SMK RSBI).

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 ayat (3)

menyatakan bahwa “pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-

kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk dikembangkan menjadi

satuan pendidikan bertaraf internasional”. Sebagai realisasi dari amanah undang-undang

tersebut, Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah dalam waktu kurang lebih tiga tahun terakhir ini mengembangkan RSBI, baik untuk

jenjang SD, SMP, dan SMU/SMK.

Penetapan beberapa sekolah sebagai RSBI didasarkan atas berbagai pertimbangan dan alasan,

yaitu: dalam upaya penjaminan mutu penyelenggaraan SBI beserta hasil pendidikan nantinya

yang setara dengan mutu sekolah dari negara-negara maju atau diantara negara anggota

Organization for Economic Co-operation and Development (OECD); didasarkan pada

pemenuhan persyaratan/kriteria sebagai rintisan SBI dari hasil evaluasi kepada seluruh sekolah

yang telah ditetapkan dan menjalankan kebijakan sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN);

keterbatasan kemampuan pemerintah pusat dan daerah dalam beberapa hal, khususnya mengenai

pembiayaan rintisan SBI (Depdiknas, 2007).

Proses pembelajaran dan penilaian pada SMK RSBI harus bercirikan internasional, yang antara

lain menerapkan pembelajaran dalam bahasa Inggris (bilingual). Pengembangan beberapa

sekolah yang sudah ada (existing schools) melalui SMK RSBI mengalami berbagai kendala. Hal

ini mengingat SMK RSBI yang saat ini ada tidak dirancang sejak awal secara khusus untuk

sekolah bertaraf internasional. Penyempurnaan perlu dilakukan dalam semua komponen

pendidikan, termasuk dalam pembelajaran bilingual, meliputi tenaga pengajar, kurikulum, sarana

prasarana, pembelajaran, manajemen, dan komponen terkait lainnya. Menurut hasil evaluasi

Depdiknas (2009), sebagian besar tenaga pengajar RSBI belum memiliki kompetensi yang

memadai, terutama kemampuan berbahasa asing (Inggris).

2

Page 3: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Pembahasan

Konsep Sekolah Bertaraf Internasional

Sesuai dengan Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional pada

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Depdiknas, 2007), Sekolah/Madrasah Bertaraf

Internasional (SBI) merupakan Sekolah/Madrasah yang sudah memenuhi seluruh Standar

Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu

negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development dan/atau negara

maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan, sehingga memiliki

daya saing di forum internasional.

Dengan konsepsi ini, SBI adalah sekolah yang sudah memenuhi dan melaksanakan standar

nasional pendidikan yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan,

standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,

standar pembiayaan, dan standar penilaian. Selanjutnya aspek-aspek SNP tersebut diperkaya,

diperkuat, dikembangkan, diperdalam, diperluas melalui adaptasi atau adopsi standar

pendidikan dari salah satu anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai

keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan serta diyakini telah memiliki reputasi mutu yang

diakui secara internasional, serta lulusannya memiliki kemampuan daya saing internasional. SBI

harus mampu memberikan jaminan bahwa baik dalam penyelenggaraan maupun hasil-hasil

pendidikannya lebih tinggi standarnya daripada SNP. Penjaminan ini dapat ditunjukkan kepada

masyarakat nasional maupun internasional melalui berbagai strategi yang dapat

dipertanggungjawabkan.

Sesuai dengan konsepsi SBI di atas, dalam upaya mempermudah sekolah dalam memahami dan

menjabarkan secara operasional dalam penyelenggraan pendidikan yang mampu menjamin

mutunya bertaraf internasional, maka dirumuskan bahwa SBI pada dasarnya merupakan

pelaksanaan dan pemenuhan delapan unsur SNP sebagai indikator kinerja kunci minimal dan

ditambah (dalam pengertian ditambah atau diperkaya/ dikembangkan/diperluas/diperdalam)

dengan x yang isinya merupakan penambahan atau pengayaan/pemdalaman/

penguatan/perluasan dari delapan unsur pendidikan tersebut serta sistem lain sebagai indikator

kinerja kunci tambahan yang berstandar internasional dari salah satu anggota OECD dan/atau

negara maju lainnya.

3

Page 4: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Dalam kerangka pencapaian standar mutu internasional, tiap sekolah yang telah menjadi SBI

mandiri harus memenuhi indikator kinerja kunci minimal (IKKM) (delapan unsur SNP) dan

indikator kinerja kunci tambahan (IKKT) (terdiri berbagai unsur x). Sedangkan selama sebagai

rintisan SBI (RSBI) diharapkan dapat berupaya memenuhi SNP dan mulai merintis untuk

mencapai IKKT sesuai dengan kemampuan dan kondisi sekolah. Pencapaian pemenuhan IKKT

sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah, guru, komite sekolah, pemerintah daerah,

dan pemangku kepentingan yang lain.

Untuk dapat memenuhi karakteristik dari konsepsi SBI tersebut, yaitu sekolah telah

melaksanakan dan memenuhi delapan unsur SNP sebagai pencapaian indikator kinerja kunci

minimal ditambah dengan (x) sebagai indikator kinerja kunci tambahan, maka sekolah dapat

melakukan minimal dengan dua cara, yaitu: adaptasi, dan adopsi.

Sekolah yang akan melakukan adaptasi ataupun adopsi untuk memenuhi IKKT, perlu mencari

mitra internasional, misalnya sekolah-sekolah dari negara-negara anggota OECD yaitu:

Australia, Austria, Belgium, Canada, Czech Republic, Denmark, Finland, France, Germany,

Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Japan, Korea, Luxembourg, Mexico, Netherlands, New

Zealand, Norway, Poland, Portugal, Slovak Republic, Spain, Sweden, Switzerland, Turkey,

United Kingdom, United States dan negara maju lainnya seperti Chile, Estonia, Israel, Russia,

Slovenia, Singapore dan Hongkong. Ataupun dapat juga bermitra dengan pusat-pusat pelatihan,

industri, lembaga-lembaga tes/sertifikasi internasional seperti misalnya Cambridge, IB,

TOEFL/TOEIC, ISO, pusat-pusat studi dan organisasi-organisasi multilateral seperti UNESCO,

UNICEF, SEAMEO, dan sebagainya.

Esensi lainnya dari konsep tentang SBI adalah adanya daya saing pada forum internasional

terhadap komponen-komponen pendidikan seperti output/outcomes pendidikan, proses

penyelenggaraan dan pembelajaran, serta input SBI harus memiliki daya saing yang kuat/tinggi.

Masing-masing komponen tersebut harus memiliki keunggulan yang diakui secara internasional,

yaitu berkualitas internasional dan telah teruji dalam berbagai aspek sesuai dengan

karakteristiknya masing-masing.

4

Page 5: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Konsep Pembelajaran Bilingual

Proses pembelajaran, penilaian, dan penyelenggaraan SBI harus bercirikan internasional, yaitu:

(1) pro-perubahan yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan

daya kreasi, inovasi, nalar dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan

baru, a joy of discovery; (2) menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan

menyenangkan; student centered; reflective learning; active learning; enjoyble dan joyful

learning; cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual learning,

yang kesemuanya itu telah memiliki standar internasional; (3) menerapkan proses pembelajaran

berbasis TIK pada semua mata pelajaran; (4) proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris

(bilingual) khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan TIK; (5) proses penilaian dengan

menggunakan model-model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau

negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.

Pembelajaran dalam bahasa Inggris atau pembelajaran bilingual merupakan salah satu aspek

esensial yang harus dikembangkan dan diterapkan di SMK RSBI.

Pembelajaran bilingual adalah suatu pembelajaran pada mata pelajaran-mata pelajaran yang

dilakukan menggunakan dua bahasa yang berbeda (WWW.id.wikipedia.org/billingual, 2009). Di

Amerika Serikat, pembelajaran bilingual umumnya menggunakan bahasa Inggris, dan satu

bahasa minoritas, yaitu bahasa Perancis, Cina, atau bahasa minoritas lainnya. Senada dengan

pendapat tersebut, Depdiknas (2007) memberikan batasan pembelajaran bilingual sebagai

pembelajaran yang materi pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaiannya menggunakan

bahasa Inggris.

Terdapat beberapa jenis pembelajaran bilingual, yaitu: transisional (transitional), dua bahasa

(dual language), dan pengembangan (developmental). Pada jenis transisional, pembelajaran

menggunakan bahasa asli dari siswa. Hal ini terutama untuk menjamin agar siswa tidak

ketinggalan dalam menguasai materi-materi pelajaran Matematika, IPA, dan IPS pada saat siswa

sedang belajar bahasa Inggris. Tujuan pola bilingual ini untuk membantu siswa menyiapkan diri

memasuki pembelajaran yang sepenuhnya menggunakan bahasa Inggris.

Pembelajaran bilingual jenis dual language dirancang untuk membantu siswa penutur asli atau

bukan penutur asli bahasa Inggris menguasai dua bahasa, yang pada umumnya bahasa Inggris

5

Page 6: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

dan bahasa Perancis atau Cina. Jenis pembelajaran bilingual ini jarang diterapkan di Amerika

Serikat.

Pembelajaran bilingual jenis pengembangan merupakan pembelajaran dalam bahasa asli siswa

(non-english) yang dilaksanakan pada jam tambahan tersendiri. Pembelajaran utamanya

menggunakan bahasa Inggris. Pembelajaran ini diperuntukkan bagi siswa yang bahasa aslinya

bukan bahasa Inggris.

Pembelajaran bilingual di Indonesia, terutama yang akhir-akhir ini dikembangkan di pendidikan

menengah (SMP, SMU/SMK) diterapkan untuk pembelajaran beberapa mata pelajaran, antara

lain: Matematika, IPA, dan IPS. Pembelajaran bilingual ini tetap menggunakan kurikulum

nasional yang berlaku. Dengan demikian, pengembangan silabus, pengembangan sistem

penilaian, dan perangkat pembelajaran lainnya juga mengacu pada kurikulum tersebut. Namun

demikian, sekolah dapat menambah, memperluas, dan memperdalam kurikulum yang berlaku

sesuai dengan perkembangan kurikulum internasional dalam bidang mata pelajaran tersebut

dengan tetap memperhatikan nilai-nilai dan budaya Indonesia.

Pembelajaran bilingual bertujuan untuk: menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang

tinggi dalam Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu

tersebut; menghasilkan lulusan yang memiliki kemahiran berbahasa Inggris yang tinggi;

meningkatkan penguasaan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris sesuai

dengan perkembangan internasional; meningkatkan kemampuan daya saing secara internasional

tentang Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu dasar bagi perkembangan

teknologi (manufaktur, komunikasi, transportasi, konstruksi, bio dan energi); meningkatkan

kemahiran berbahasa Inggris siswa; menempatkan Indonesia dalam posisi perkembangan

internasional terdepan di bidang Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, informasi, dan teknologi.

Model pembelajaran bilingual yang baik adalah model yang memfasilitasi pencapaian

kompetensi yang tinggi dalam bidang studi dan dalam bahasa Inggris (subject matter and

language). Keduanya diberi perhatian secara proporsional. Focus on language sangat penting

untuk menghindarkan siswa dari fosilisasi, yaitu pemerolehan bahasa yang tidak sesuai dengan

kaidah bahasa Inggris sebagaimana digunakan oleh penutur asli bahasa Inggris. Berikut adalah

contoh model penyelenggaraan pembelajaran (Dit PSMP, 2008).

6

Page 7: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Terpisah (parallel): perkembangan bahasa siswa difasilitasi melalui kegiatan penunjang di luar

pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam Bahasa Inggris yang diikuti siswa

di sekolah. Siswa menerima pelajaran tambahan berupa English for Mathematics and Science

yang dilakukan oleh guru bahasa Inggris dan/atau guru MIPA. Materi pelajaran tambahan ini

didasarkan pada kebutuhan dan urutan penyajian tema-tema pelajaran yang ada pada

pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris. Idealnya sebelum siswa mempelajari pokok bahasan

tertentu, siswa sudah diperkenalkan dengan bahasa (kosa kata, tata bahasa, ekspresi, dsb.) yang

akan dipergunakan dalam mempelajari pokok bahasan tersebut. Model ini cocok bagi sekolah

yang guru MIPA-nya memiliki pengetahuan kebahasaan yang terbatas dan team-teaching antara

guru bahasa Inggris dan guru MIPA tidak dapat berjalan dengan baik. Dalam model ini

pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris berlangsung dengan tahapan-tahapan pembelajaran

seperti pada pembelajaran MIPA pada umumnya. Model ini agak mahal dan memerlukan waktu

cukup banyak tetapi efektif dalam pencapaian tujuan (peningkatan kemahiran berbahasa Inggris).

Terpadu (integrated): perkembangan bahasa siswa difasilitasi secara terpadu dalam

pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris. Artinya, siswa

menerima materi English for Mathematics and Science bersamaan ketika mereka menerima

pelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris. Model ini cocok/sesuai

untuk guru MIPA dengan pengetahuan kebahasaan tinggi. Secara umum, pembelajaran terbagi

menjadi tiga tahap utama, yaitu tahap persiapan (preparation), tahap pembelajaran (the lesson),

dan tahap penguatan/pengayaan (reinforcement/ enrichment).

Pengembangan Pembelajaran Bilingual di SMK

Beberapa hal perlu disiapkan sebelum menerapkan program pembelajaran dalam bahasa Inggris

di SMK RSBI agar tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

Sekolah yang akan melaksanakan program ini harus memiliki guru yang mampu dan sanggup

menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pengajar dalam pembelajaran bilingual. Khususnya

menggunakan bahasa Inggris. Oleh karena itu perlu dilakukan seleksi terhadap guru-guru yang

ada di sekolah tersebut untuk mengetahui tingkat kesiapan mereka dalam pembelajaran bilingual.

Guru bahasa Inggris perlu dilibatkan dalam pembinaan program pembelajaran bilingaul agar

dapat mendukung dan membantu memecahkan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru mata

7

Page 8: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

pelajaran dalam menjalankan program. Sekolah dapat melakukan seleksi terhadap guru bahasa

Inggris di sekolah tersebut.

Siswa yang dapat mengikuti program ini adalah siswa-siswa yang memiliki kemampuan yang

tinggi, yaitu siswa-siswa yang berpotensi. Siswa-siswa tersebut dapat diindikasikan antara lain

dengan kriteria sebagai berikut: memiliki kemampuan berbahasa Inggris yang memadai, dan

memiliki pemahaman materi mata pelajaran dalam bahasa Inggris di atas rata-rata. Untuk itu

perlu dilakukan seleksi untuk mengetahui siswa yang memiliki potensi yang tinggi untuk

mengikuti program ini.

Sekolah memberitahu semua siswa dan orangtua/wali murid mengenai pelaksanaan

pembelajaran dalam bahasa Inggris dengan surat edaran kepada semua orangtua/wali siswa.

Dalam surat edaran ini sebaiknya disebutkan bahwa karena berbagai keterbatasan, untuk

sementara pada awal dilaksanakan program, sekolah baru akan menyelenggarakan pembelajaran

dalam bahasa Inggris bagi siswa yang sudah dianggap siap mengikuti program.

Sekolah minta pernyataan tertulis dari orangtua/wali murid yang menyatakan mengijinkan

anaknya untuk mengikuti pembelajaran dalam bahasa Inggris untuk mata pelajaran-mata

pelajaran tertentu apabila yang bersangkutan lolos seleksi.

Perlu dipersiapkan dan difikirkan tentang program-program tambahan yang menunjang atmosfer

yang mendukung dan mendorong siswa untuk dapat secara terus-menerus mempraktekkan

bahasa Inggris selama mereka berada di lingkungan sekolah. Termasuk jika siswa mengalami

kesulitan dalam pencapaian target yang sudah ditetapkan.

Agar implementasi pembelajaran dalam bahasa Inggris berjalan dengan baik, sekolah perlu

memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Suasana ruang kelas dan laboratorium hendaknya

dibuat kondusif bagi pembelajaran sehingga dapat mendorong dan mendukung siswa untuk

belajar dengan menyenangkan, kreatif, aktif, dan efektif. Kalau memungkinkan, ruang kelas

dan/atau laboratorium yang ada dirancang tersendiri sehingga tidak menimbulkan kesan kaku

bagi mobilitas siswa dan guru. Susunan meja kursi yang ada di dalamnya tidak selalu harus

mengikuti aturan baku yang selama ini ada, yaitu susunan yang menempatkan guru sebagai

pusat. Selain itu penempatan papan tempat menempelkan karya-karya siswa di ruangan tersebut

juga sangat dianjurkan. Pada prinsipnya, sebaiknya suasana kelas diupayakan dalam kondisi

yang benar-benar menyenangkan bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran.

8

Page 9: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Selain itu, hal penting lainnya yang sebaiknya ada di kelas yang digunakan untuk

mengimplementasikan program ini diantaranya adalah: Tersedianya perpustakaan mini yang

menyediakan segala buku-buku teks/referensi dalam bahasa Inggris dan perangkat pembelajaran

pendukung lainnya; Tersedianya perangkat multimedia yang digunakan untuk mendukung

implementasi program, misalnya laptop, LCD, screen, TV, VCD player, tape recorder, dsb;

Akses internet yang mudah akan sangat mendukung keterlaksanaan program ini dengan baik,

mengingat mudahnya pencarian sumber-sumber belajar. Dengan demikian diharapkan tersedia

sumber-sumber belajar yang dapat mengikuti perkembangan matematika dan IPA secara global.

Termasuk diantaranya adalah mudahnya akses internet bagi guru dan siswa baik di perpustakaan

maupun di beberapa tempat tertentu di sekolah tersebut; Perpustakaan pusat di sekolah yang

menyediakan berbagai buku-buku pendukung, cerita, majalah berbahasa Inggris yang sesuai

untuk tingkatan siswa SMK.

Hal yang memberikan peranan penting lainnya adalah ketersediaan laboratorium bahasa dan

laboratorium komputer yang memadai sesuai dengan kebutuhan sekolah termasuk dengan

laboran yang berkompeten dalam bidangnya (laboran laboratorium IPA, laboran laboratorium

bahasa, dan laboran laboratorium komputer). Selain itu, di sekolah juga dituntut menyediakan

sarana dan prasarana untuk terciptanya lingkungan sosial dan akademis yang mendukung

terlaksananya program di sekolah tersebut.

Kepala sekolah yang tangguh sangat menentukan keberhasilan implementasi program. Artinya

kepala sekolah yang mengetahui dengan benar bagaimana konsep manajemen berbasis sekolah

(MBS) dapat diterapkan di sekolah. Kepala sekolah harus memahami visi dan misi sekolah,

sehingga arah dan target pengembangan sekolah juga jelas. Termasuk di dalamnya adalah

bagaimana pemenuhan 8 (delapan) komponen standar sesuai dengan PP 19/2005 dapat dicapai.

Peran Perguruan Tinggi

Lembaga penghasil calon tenaga guru, termasuk untuk guru pengajar program pembelajaran

bilingual RSBI adalah perguruan tinggi, terutama beberapa perguruan tinggi (PT) yang secara

khusus menyelenggarakan program kependidikan. Agar lulusan PT memiliki kompetensi sesuai

yang dibutuhkan oleh sekolah, maka PT harus melakukan pengkajian dan mengembangkan

9

Page 10: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

program kependidikan untuk RSBI. Beberapa hal yang perlu dilakukan setidaknya adalah

sebagai berikut:

Pertama, melalui penelitian yang komprehensif, PT perlu mengkaji dan mengembangkan profil

atau standar kompetensi guru pembelajaran bilingual RSBI sesuai bidang studinya. Setiap

program studi atau jurusan di lingkungan universitas perlu mengembangkan standar kompetensi

secara rinci yang harus dimiliki oleh calon guru RSBI, terutama untuk jenjang SMK.

Pengembangan dilakukan dengan tetap mempertimbangkan PP 19 tahun 2005 yang berkaitan

dengan kompetensi guru. Pengkajian referensi juga perlu dilakukan, terutama untuk sekolah

bertaraf internasional yang ada di dalam maupun di luar negeri.

Ke dua, PT perlu melakukan pengembangan kurikulum yang secara khusus untuk

mengakomodasikan program calon guru pembelajaran bilingual RSBI. Setiap program studi atau

jurusan mengembangkan kurikulum RSBI sesuai jenjang pendidikan yang akan

diselenggarakannya. Kurikulum untuk program RSBI bisa dikembangkan secara tersendiri jika

akan dibuka program RSBI secara khusus, atau terintegrasi dengan kurikulum reguler.

Pengembangan kurikulum tersebut juga perlu disinkronisasi dengan rancangan Program

Pendidikan Guru (PPG) yang dalam waktu dekat ini akan diimplementasikan.

Ke tiga, PT perlu menyiapkan tenaga pengajar (dosen), dan tenaga pendukung yang memiliki

kualifikasi dan kompetensi memadai untuk program pembelajaran bilingual. Identifikasi

terhadap para dosen yang berkualitas perlu dilakukan, termasuk pembinaan dan pemantapan

kompetensi mereka. Para dosen yang berpendidikan S3, terutama lulusan dari luar negeri yang

memiliki relevansi bidang studi dan komitmen tinggi perlu diberikan tugas sampiran sebagai tim

pengajar inti untuk program calon guru RSBI. Seyogyanya, para tenaga pengajar juga memiliki

kemampuan berbahasa asing, terutama bahasa Inggris aktif, baik dalam berbicara (speaking),

menulis (writing), membaca (reading), dan mendengarkan (listening).

Ke empat, buku-buku referensi dan bahan kuliah perlu dikembangkan sesuai dengan materi

kurikulum. Buku-buku referensi yang disusun dalam bahasa Inggris perlu lebih banyak

dikembangkan. Diktat, job sheet, lab sheet, dan bentuk bahan, kuliah lainnya perlu

10

Page 11: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

dikembangkan dengan isi dan format sesuai yang digunakan di sekolah-sekolah bertaraf

internasional. Sumber belajar hendaknya dikembangkan kearah e-Learning.

Ke lima, sarana dan prasarana perlu dikaji kembali, apakah sudah sesuai dan dapat mendukung

pembelajaran bilingual untuk program calon guru RSBI. Sarana dan prasarana memang tidak

harus mewah dan mahal, tetapi harus sesuai dan dapat mendukung proses perkuliahan.

Perpustakaan dan fasilitas e-learning merupakan komponen paling esensial yang harus

dikembangkan.

Ke enam, proses perkuliahan harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga tercipta

pembelajaran yang menyenangkan, aktif, kreatif, inovatif, dan efektif. RSBI pada jenjang SMK

dan SMA pada saat ini menyelenggarakan pembelajaran bilingual pada beberapa mata pelajaran,

terutama Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran menggunakan pengantar

bahasa Inggris setidaknya telah berjalan selama tiga tahun terakhir ini, khususnya untuk mata

pelajaran Matematika dan IPA. Bahkan, saat ini sedang dikembangkan pembelajaran bilingual

untuk mata pelajaran lainnya, yaitu: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK). Untuk mengantisipasi hal tersebut, proses perkuliahan di PT untuk

program calon guru RSBI hendaknya juga menerapkan perkuliahan bilingual. Di samping itu,

penilaian hasil belajar siswa dan evaluasi terhadap program perkuliahan harus dilakukan secara

sistematis.

Simpulan

Penyelenggaraan pembelajaran bilingual untuk beberapa mata pelajaran SMK RSBI yang telah

berjalan selama ini masih mengalami berbagai kendala hampir di setiap aspek pendidikan.

Kompetensi guru untuk pembelajaran bilingual yang masih relatif rendah merupakan kendala

utama dalam penyelenggaraan pembelajaran. Perguruan tinggi (PT) sebagai penghasil tenaga

calon guru, termasuk untuk guru pembelajaran bilingual RSBI memiliki kewajiban untuk

mengatasi masalah tersebut dengan cara menghasilkan tenaga calon guru RSBI yang memiliki

kompetensi sesuai yang dibutuhkan.

Beberapa hal yang perlu dilakukan PT untuk dapat menghasilkan calon guru RSBI antara lain:

perlu mengkaji dan mengembangkan profil atau standar kompetensi guru RSBI sesuai bidang

11

Page 12: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

studinya; melakukan pengembangan kurikulum untuk mengakomodasikan program calon guru

RSBI; perlu menyiapkan tenaga pengajar (dosen), dan tenaga pendukung yang memiliki

kualifikasi dan kompetensi memadai; mengembangkan buku-buku referensi dan bahan kuliah

sesuai isi kurikulum; melengkapi sarana dan prasarana; mengembangkan proses perkuliahan

yang menyenangkan, aktif, kreatif, inovatif, dan efektif, serta menggunakan pengantar bahasa

Inggris (bilingual) untuk beberapa mata kuliah esensial.

Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. “Panduan Pelaksanaan Sekolah Bertaraf Internasional”. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. “Kurikulum Berbasis Kompetensi: Ketentuan Umum Pendidikan Prasekolah, Dasar, dan Menengah Umum”. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. ”Pedoman Penjaminan Mutu Sekolah/Madrasah

Bertaraf Internasional pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”. Jakarta: Depdiknas.

Peraturan Pemerintan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Peter Duigman. 2006. The Struggle for Billingual Education. Standford University

Telco12.com. Standar Kompetensi Guru. (www.geocities/pengembangan_sekolah, diunduh 25 September 2009)

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wikipedia. Billingual Education. (WWW.id.wikipedia.org/billingual, diunduh 20 November 2009)

12

Page 13: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Sebagai upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu berkompetisi di tingkat internasional, Departemen Nasional telah mengembangkan sekolah menengah kejuruan rintisan bertaraf internasional (SMK RSBI). Proses pembelajaran dan penilaian pada SMK RSBI harus bercirikan internasional, yang antara lain menerapkan pembelajaran dalam bahasa Inggris (bilingual). Kompetensi guru SMK RSBI dalam berbahasa Inggris yang masih relatif rendah merupakan kendala utama dalam penyelenggaraan pembelajaran bilingual. Perguruan tinggi (PT) sebagai penghasil tenaga calon guru, termasuk untuk guru RSBI memiliki kewajiban untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara menghasilkan tenaga calon guru SMK RSBI yang memiliki kompetensi sesuai yang dibutuhkan. Terkait dengan hal tersebut beberapa hal yang perlu dilakukan PT antara lain: perlu mengkaji dan mengembangkan profil atau standar kompetensi guru RSBI sesuai bidang studinya; melakukan pengembangan kurikulum untuk mengakomodasikan program calon guru RSBI; perlu menyiapkan tenaga pengajar (dosen), dan tenaga pendukung yang memiliki kualifikasi dan kompetensi memadai; mengembangkan buku-buku referensi dan bahan kuliah sesuai isi kurikulum; melengkapi sarana dan prasarana; mengembangkan proses perkuliahan yang menyenangkan, aktif, kreatif, inovatif, dan efektif, serta perkuliahan menggunakan pengantar bahasa Inggris (bilingual) untuk beberapa mata kuliah esensial.

13

Page 14: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Why BilingualEducation? ERIC Digest.ERIC Development Teamwww.eric.ed.gov

The combination of first language subject matter teaching and literacy development thatcharacterizes good bilingual programs indirectly but powerfully aids students as theystrive for a third factor essential to their success: English proficiency. Of course, we alsowant to teach in English directly, via high quality English-as-a-Second Language (ESL)classes, and through sheltered subject matter teaching, where intermediate-levelEnglish language acquirers learn subject matter taught in English.The best bilingual education programs include all of these characteristics: ESLinstruction, sheltered subject matter teaching, and instruction in the first language.Non-English-speaking children initially receive core instruction in the primary languagealong with ESL instruction. As children grow more proficient in English, they learnsubjects using more contextualized language (e.g., math and science) in shelteredclasses taught in English, and eventually in mainstream classes. In this way, thesheltered classes function as a bridge between instruction in the first language and inthe mainstream. In advanced levels, the only subjects done in the first language arethose demanding the most abstract use of language (social studies and language arts).Once full mainstreaming is complete, advanced first language development is availableas an option. Gradual exit plans, such as these, avoid problems associated with exitingchildren too early (before the English they encounter is comprehensible) and provideinstruction in the first language where it is most needed. These plans also allow childrento have the advantages of advanced first language development.

Bilingual education has done well, but it can do much better. The biggest problem, inthis author's view, is the absence of books--in both the first and second languages--inthe lives of students in these programs.

14

Page 15: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

http://gurukreatif.wordpress.com/2008/07/16/tren-pendidikan-internasional-sekolah-sekolah-yang-berwawasan-internasional-oleh-ian-hill/

Trend Pendidikan Internasional: Oleh Ian Hill

internasional tidak selalu merupakan dominasi sekolah-sekolah internasional. Sejumlah besar sekolah negeri menawarkan program yang sejenis dengan apa yang ditawarkan oleh institusi sekolah internasional. Sebagai konsekwensinya, upaya untuk merumuskan apa yang disebut pendidikan inetrnasional akan terjawab jika kita membedakan usaha untuk merumuskan apa sebenarnya arti sekolah internasional, atau bagaimana seharusnya sekolah internasional itu, dan sebagai gantinya mamusatkan pemikiran kita kepada sekolah-sekolah yang berwawasan internasional. Dr. Hill mendeskripsikan sejumlah besar tipe sekolah berwawasan internasional yang menawarkan program tersebut, terutama sekolah-sekolah negeri atau sekolah-sekolah yang dibiayai oleh pemerintah. Ia menyuguhkan contoh praktis apa yang menjadi dasar dan aspek-aspek utamasebuah sekolah yang berwawasan internasional, terutama pemahaman inter-kultural dan bagaimana hal tersebut dapat diajarkan di sekolah manapun baik nasional maupun internasional.

Sekolah-sekolah internasional bukanlah satu-satunya jenis sekolah yang menyuguhkan pendidikan internasional. Sekolah-sekolah nasional, baik negeri maupun swasta, juga dapat menjadi partner setara. Hal ini mulai nampak pada dekade ‘90-andan melalui beberapa penulis, seperti misalnya Peels (1998 halaman 12), telah mengarah kepada hal tersebut. Walker (1995 halaman 14) berkata: “Sekarang ini sejumlah besar sekolah negeri nasional…menggalakkan perkembangan jalur pendidikan internasional”. Menarik untuk disimak bahwasanya 1080 sekolah-sekolah International Baccalaureate Organization (IBO) di bulan Mei 2000, 43% diantaranya adalah sekolah negeri. 57% dari sisanya, sepertiga adalah sekolah swasta nasional. Dengan demikian berarti hanya sepertiga dari seluruh sekolah yang menyelenggarakan program IBO merupakan sekolah-sekolah internasional independen milik swasta. Diskusi menawarkan deskripsi sekolah-sekolah internasional, sekolah-sekolah nasional dan pendidikan internasional; yang dikatakan bahwasanya konsep sekolah-sekolah “international-minded” (berwawasan internasional) lebih cocok dengan peningkatan pendidikan internasional dan upaya untuk mengilustrasikan hal ini melalui sebuah contoh pengajaran yang berupaya membangun pemahaman inter-kultural.

Ciri-Ciri Sekolah Nasional

Sebuah sekolah nasional biasanya mengajarkan kurikulum yang ditetapkan oleh kementrian pendidikan dari negeri yang bersangkutan dan memiliki baik siswa maupun staff dari dalam negeri. Sebagian besar adalah sekolah negeri yang dibiayai oleh pemerintah (tanpa uang sekolah), dan sejumlah besar sekolah swasta (yang menerapkan uang sekolah). Kebanyakan sekolah ini berlokasi di dalam negeri, sebagian di luar negeri yang didirikan untuk warga Negara negeri yang bersangkutan, seprti misalnya sejumlah sekolah Amerika, Inggris dan Perancis.

15

Page 16: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Dalam beberapa kasus, sekolah nasional akan mengajarkan program pendidikan nasionalnya, program negeri lain atau sebuah program internasional. Beberapa sekolah swasta, seperti sekolah nasional di Afrika Selatan, mengajarkan CCE “A” level sebagai tambahan pembelajaran matrikulasi nasional. Sebagian besar negeri-negeri di Afrika yang berbahasa Perancis memiliki sejumlah kecil sekolah swasta-nasional yang mengajarkan baccalaureat Perancis bersamaan dengan baccaulaureate lokal dimana sekolah itu berada. City Technology College, Kinghust, Birmingham, adalah sebuah sekolah negeri yang manawarkan Program IB Diploma dan tidak menyelenggarakan “A” level (namun menyuguhkan program nasional Inggris lainnya yang berorientasi pada pendidikan vokasional/keterampilan).

Sebuah contoh lain, banyak dari sekolah-sekolah di Amerika Utara yang ada di luar Amerika, menawarkan Program IB sebagai tambahan dari diploma SMA dan ujian Advanced Placement; beberapa diantaranya diberi nama “The American International School of…” yang menandakan bahwasanya mereka mempertahankan etos ke-Amerika-annya namun juga menawarkan dimensi internasional. Sekarang ini, banyak sekolah sekolah Amerika yang berkedudukan di luar negeri yang hanya memiliki sejumlah kecil siswa yang berasal dari Amerika dan sisanya datang dari budaya yang berbeda-beda, namun staffnya sebagian besar adalah warga negara Amerika. Di satu sisi, mereka ini memiliki kualifikasi sebagai sekolah-sekolah internasional, namun mereka mempromosikan budaya dan system pendidikan Amerika dan dengan demikian merupakan sekolah nasional ditinjau dari asal-usul dan etosnya.

Sekolah Internasional – apa artinya?

Sebuah sekolah internasional biasanya melayani siswa yang berasal dari sejumlah besar budaya yang berbeda. Mereka sering berpindah berpindah dari satu negera ke negera lainnya, karena biasanya mereka adalah pegawai salah satu organisasi PBB atau perusahaan swasta multinasional. Staffnya juga terdiri dari orang-orang berbagai bangsa tanpa memiliki satu budaya yang dominan. Sekolah-sekolah sejenis ini biasanya menawarkan satu atau lebih program internasional (namun biasanya bukanlah program dari negeri dimana sekolah ini berada) atau merupakan kombinasi dari keduanya. Sekolah-sekolah ini adalah sekolah swasta yang menerapkan sistem uang sekolah dan tersebar di seluruh dunia. Mereka juga melayani orang tua (kebanyakan orang asing dan juga lokal) yang menginginkan putera-puterinya menerima pendidikan yang berbeda dari program lokal (walaupun ada juga sejumlah kecil sekolah yang tetap menawarkan program lokal, seperti misalnya International School of Geneva yang juga mengajarkan maturite Swiss). Orang tua siswa lokal terkadang juga tertarik oleh percampuran budaya yang terjadi di sekolah yang bersangkutan.

United World Colleges adalah contoh yang tepat untuk sekolah-sekolah internasional, seperti halnya sekolah-sekolah yang didirikan oleh PBB, misalnya: International School of Geneva, the UN International School (New York) dan Bienna International School. Ada juga sekolah-sekolah Uni Eropa (EU) yang untuk pertama kalinya menawarkan European Baccalaureate pada tahun 1959, yang sebagian besar merupakan representasi pembauran berbagai budaya negara-negara anggota Uni Eropa. Program-program sekolah ini menyatukan berbagai aspek kurikulum nasional sehingga setiap siswanya ter-ekspos dengan paling sedikit dua bahasa nasional dan budaya secara mendalam.

16

Page 17: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Sebuah sekolah internasional murni dapat dikatakan sebagai sebuah sekolah yang tidak melakukan penekanan pada budaya dan sistem pendidikan dari sebuah negara tertentu.

Sekolah Negeri Internasional – jenis ini benar-benar ada

Sebuah institusi hybrid adalah sekolah nasional dengan bagian internasional khusus. Jenis sekolah semacam ini dapat ditemukan di Belanda, Negara-negara Scandinavia seperti (Swedia, Denmark, Norwegia , Finlandia dan Iceland) dan dari Eropah Timur; ada sekitar 75 institusi dengan kurang lebih 45 berada di Negara -negaea Scandinavia. Dari sekolah-sekolah negeri ini yang mengajarkan bahasa nasional, ada bagian khusus yang mengajarkan bahasa Inggris dan menawarkan program eksklusif IB-biasanya untuk tingkat diploma namun secara berkala juga menawarkan Middle Years Programme (MYP). Semuanya, termasuk staff pengajar, disediakan oleh Negara. Di Belanda, seksi internasional sebagian besar dipadati oleh siswa-siswi asing dengan beberapa siswa Belanda yang pernah tinggal di luar negeri. Orang tua membayar uang sekolah yang jumlahnya tidak banyak ditambah dengan uang ujian IB. Di negeri-negeri Scandinavia dan Eropah Timur, seksi internasional ini biasanya melayani siswa-siswi dari dalam negeri tanpa perlu membayar uang sekolah namun tetap membayar ujian IB. Dalam setiap kasus, staff sekolah didominasi oleh orang-orang lokal, dengan sejumlah kecil native speakers bahasa Inggris dari luar negeri.

Perancis juga memiliki 8 lycees (sekolah) negeri yang menawarkan program internasional dengan seksi ingternasional bilingual yang mengajarkan bahasa Inggris dan sebuah bahasa lain. Bergantung pada ukuran sekolah, dapat terjadi bahwa sekolah yang bersangkutan memiliki satu atau lebih seksi internasional, masing-masing dengan bahasa keduanya sendiri contohnya: Bahasa Inggris, Spanyol, Portugis, Jerman, Itali, Jepang, Swedia. Sarana dan fasilitas serta materi disediakan oleh pemerintah Perancis, termasuk guru-guru yang mengajar dalam bahasa Perancis. Program IB Diploma ditawarkan oleh salah satu lycess ini, atau program yang dipakai adalah baccalaureat francais a option internationale (yang dipersiapkan oleh kementrian pendidikan) yang diuji untuk pertama kalinya pada tahun 1984 (terinspirasi oleh IB Diploma). Program ini identik dengan baccalaureate nasional dengan perkecualian bahasa asing yang digantikan dengan kelas sastra pada tingkatan siswa native speakers yang dilaksanakan enam kali seminggu dan 3 kali seminggu untuk sejarah/geografi dalam bahasa lain. Guru-guru pelajaran yang menggunakan bahasa asing (kecuali Inggris) disediakan oleh pemerintah dari negeri yang bahasanya diajarkan., melalui persetujuan bi-lateral dengan kementerian pendidikan Perancis. Native Speakers bahasa Inggris direkrut oleh seksi yang bersangkutan dan dibiayai oleh pembayaran yang ditarik dari orang tua. Seksi-seksi internasional mayoritas terdiri dari siswa asing dengan sejumlah siswa Perancis.

Pengecualian dapat terjadi, namun typolog sekolah ini dapat dipahami jika kita tidak secara otomatis mengasosiasikan pendidikan internasional hanya diberilkan oleh sekolah-sekolah internasional dan sekolah nasional hanya memeberikan pendidikan nasional.

Apa yang dimaksud dengan pendidikan internasional?

Banyak pendidik internasional telah berusaha merumuskan ‘pendidikan internasional’ selama bertahun-tahun. Deskripsi di bawah ini berisi pendekatan-pendekatan yang dimengerti oleh

17

Page 18: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

sebagian orang tentang apa itu pendidikan internasional dan menjadi topik utama dalam artikel ini.

Definisi UNESCO tentang pendidikan internasional menekankan kepada pendidikan bagi perdamaian, hak azasi dan demokrasi (UNESCO 1974). Definisi ini dipertegas dengan adanya deklarasi pada konferensi internasional dalam hal pendidikan (ICE), Geneva, 1994 dan disokong oleh konferensi umum UNESCO di Paris tahun berikutnya. ICE dikelola oleh Biro Pendidikan Internasional (UNESCO) dan mengajak serta Menteri Pendidikan dari seluruh Negara. TUjuan dari pendidikan internasional ini diperkenalkan dengan deklarasi ini (UNESCO, 1996, p. 90 untuk mengembangkan :

Nilai yang universal bagi adanya budaya perdamaian, Kemampuan untuk menghargai kebebasan dan tanggung jawab warganegara yang ada

didalamnya, Pemahaman antar budaya yang mendorong pemersatuan ide dan solusi untuk

memperkuat perdamaian, Kemampuan untuk memecahkan konflik tanpa kekerasan, Kemampuan untuk membuat pilihan-pilihan, Menghargai warisan budaya dan pemeliharaan lingkungan, Rasa solidaritas dan keadilan pada tingkat nasional dan internasional

Sangat jelas bahwa deklarasi ini dapat diterima oleh para Menteri Pendidikan, yang tentunya merupakan program pendidikan nasional. Harapan UNESCO selalu adalah sistim pendidikan nasional akan memasukkan juga prinsip-prinsip diatas pendidikan internasional yang telah disebutkan diatas.

Bagaimana prinsip-prinsip ini diterjemahkan dalam tindakan ditingkat sekolah? Pendidikan Internasional memiliki kekhawatiran akan keseluruhan pengalaman formal (pembelajaran yang terencana) maupun pengalaman sekolah informal yang didapat.

Hal ini yaitu :

Isi mata pelajaran yang menyediakan sudut pandang internasional (termasuk isu global dan bahasa asing), pendidikan kewarganegaraan (lewat pelayanan masyarakat, contohnya): isu global termasuk kesadaran akan lingkungan, penyebab konflik, sangsi dari tidak bertoleransi bahaya gerombolan orang banyak dan membuat etika dalam bidang sains, teknologi dan ekonomi:

Mengenali bahwa dunia meningkatan pendekatan pedagogi yang bertergantungan yang dapat mengembangkan sikap keterbukaan kearah semua budaya, training dalam memecahkan konflik tanpa kekerasan pada semua budaya, dan ketrampilan menganalisa secara kritis untuk membuat pilihan-pilihan

Aktivitas yang dapat membawa siswa untuk berhubungan dengan orang dari budaya lain dan bagi yang mungkin kurang beruntung, untuk mengembangkan solidaritas pada tingkat lokal maupun internasional dan

18

Page 19: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Mengetahui bahwa perdamaian dunia hanya akan datang bila banyak budaya belajar hidup selaras dalam saling memahami dan menghormati yang didasari oleh gkaian nilai kemanusiaan yang universal.

Tujuan utama dari organisasi “Internasional Baccalaurate ” (IBO) adalah menyediakan program pendidikan internasional, kearah mana kriteria diatas dapat dikembangkan , hal ini semua ada diseluruh proram IB namun bukanlah objek diskusi kali ini. Cukuplah dikatakan bahwa George Walker, Direktur Umum IBO yang baru-baru ini diangkat, telah memecahkan pertanyaan rumit mengenai nilai universal dalam sebuah tulisan yang tidak diterbitkan (Walker 1999) dan dalam Jurnal Sekolah Internsional (April 2000). Walaupun mata pelajaran resmi tentang pemecahan konflik tanpa kekerasan hanya sedikit (Atlantic College, Wales telah mengembangkan Sekolah IB diploma berdasarkan silabus yang disebut ‘Pembelajaran tentang perdamaian dan konflik beberapa tahun lalu), prinsip dasar akan timbul ketika siswa menghormati pandangan-pandangan dari pihak lain, sebagai hasilnya mereka memodifikasi pandanagan mereka sendiri, dan berusaha keras untuk mendapatkan konsensus atau berkompromi dimana tidak ada yang menah atau kalah. Penyataan misi IBO menyebutkan komponen-komponen yang ada dalam pendidikan internasional, seperti yang sudah dijabarkan UNESCO, hanya dalam bentuk yang berbeda.

Untuk kepentingan artikel ini, diasumsikan bahwa The Primary years Programme (PYP), The Middle years Programme (MYP) dan The Diploma Programme (DP) dari IBO mewakili program pendidikan internasional sejajar dengan definisi diatas, seperti ketidak sempurnaan program-program diatas mungkin dalam memahami tujuan-tujuan yang dimaksud

Program IBO bukan satu-satunya program menuju gerbang pendidikan internasional walaupun hal itu menjadi prinsip utama dan filosofi mereka.

Secara jelas program nasional, patut dihargai, dapat memasukkan komponen-komponen yang ada dalam pendidikan internasional. Memang beberapa pemerintahan telah berusaha untuk memasukkan dimensi internasional kedalam sistem sekolah negara bagian mereka seperti yang dinyatakan dalam diskusi sekolah negeri bertaraf internasional. Program nasional bagaimanapun dapat ditundukkan oleh paksaan politik Negara tersebut. Dan tekananpun muncul, sebagai contoh, pengajaran sejarah harus sejajar dengan pemahaman pemerintah, dimana sebuah bahasa dibebankan atau ditekankan pada alasan politik atau dimana kesusasteraan tidak dapat diajarkan karena bertentangan dengan ideologi dari sebuah pemerintahan. Di beberapa negara pendekatan pedagogi menekankan pada hafalan dengan sedikit atau bahkan tidak sama sekali diberikan dorongan untuk bertanya dan berdiskusi tentang sudut pandang yang berbeda. Nyata benar, bahwa siswa dapat dihukum bila mereka tidak menjawab test yang diberikan sesuai dengan jawaban yang diharapkan.

Sulit untuk membayangkan bagaimana ketrampilan berpikir kritis- yang penting kaitannya dengan keterbukaan pandangan dari pendidikan internasional- dapat diciptakan dalam keadaan dan situasi seperti tersebut di atas.

Sekolah internasional versus Pendidikan internasional

19

Page 20: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Hayden dan Thompson telah menulis sebuah artikel yang sangat membantu dalam menyimpulkan literatur yang memiliki kekhawatiran tentang pemahaman akan sekolah internasional dan pendidikan internasional. Mereka menyimpulkan bahwa hubungan keduanya diatas membingungkan (Hayden & Thompson, 1995 p342). Keadaannya akan menjadi semakin jelas jika kita menerima bahwasanya tidaklah perlu ada hubungan antara pendidikan internasional dan sekolah internasional, dan juga berhenti untuk membuat seolah-olah hubungan tersebut ada.

Biarkanlah itu berlaku sebagaimana mestinya. Kita sudah terlalu lama, mencoba untuk membuat satu definisi dari pendidikan internasional melalui sekolah internasional, dan ternyata hal tersebut tidak membuahkan solusi. Kita, berasumsi bahwa sekolah internasional menawarkan pendidikan internasional. Kebanyakan sekolah internasional ya, tapi tidak semua. Hubungan tersebut sangat lemah.

Adalah lebih produktif dan realistis untuk melihat pendidikan internasional dan sekolah internasional sebagai konsep yang tidak berhubungan dan memperlakukan keduanya secara terpisah. Haydern (2000 p 53) mengatakan bahwa di kemudian hari, lebih baik kita mendedikasikan energi kita ‘ tidak untuk mengembangkan network (hubungan kerja) antara sekolah internasional, tetapi lebih kepada mengembangkan hubungan kerja antara sekolah-sekolah…….yang bertujuan untuk mempromosikan pendidikan internasional.

Robert Belle-Isle (1986 p30) mengatakan: ‘Sebuah sekolah tidak dapat mengklaim sebagai sebuah institusi internasional hanya karena 70% atau 80% dari kliennya berasal dari berbagai warganegara, ras dan budaya. Jika sekolah dapat menerima kehadiran berbagai warganegara diatas sebagai standar yang memadai untuk label tersebut, dan kebanyakan sekolah melakukannya, maka sekolah itu dapat dianggap sekolah internasional.

Ketidaksetujuan Robert Belle-Isle didasarkan pada ekspektasinya (yang sangat beralasan) bahwa pembentukan institusi yang disebut ‘ sekolah internasional’ akan mengacu secara kuat pada prinsip-prinsip dari pendidikan internasional. Merupakan satu realita dimana penggunaan kata ‘internasioanl’ didalam nama sekolah adalah untuk satu atau beberapa alasan di bawah ini, khususnya alasan yang pertama:

1. merefleksikan populasi sekolah dengan kearagaman bangsa dan Negara;2. mengindikasikan bahwa institusi tersebut beroperasi di luar negeri dikhususkan untuk

bangsa-bangsa dari Negara asal yang programnya diajarkan di sekolah itu.3. karena sekolah tersebut berbagi prinsip-prinsip secara ideologi dan pedagogi dari

pendidikan internasional dan hal tersebut diperlihatkan;4. karena istilah ‘internasional’ sangat menarik perhatian dan memberikan pemasaran yang

lebih baik dalam menjaring siswa.

Matthew (1988 p83-84) membedakan antara sekolah yang ‘berlandaskan ideologi’ dengan sekolah yang ‘berlandaskan pemasaran’. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kriteria diatas. Sebuah sekolah dapat memiliki karakteristik keduanya. The United World Colleges jelas adalah sebuah grup dari sekolah-sekolah yang ‘berlandaskan ideologi’, tidak menggunakan istilah

20

Page 21: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

‘internasional’ didalam nama mereka tetapi mereka memberikan pendidikan internasional dan memiliki latar budaya yang beragam, baik dilihat dari siswa maupun gurunya.

Segera setelah kita melepaskan hubungan antara pendidikan internasional dengan sekolah internasional, maka definisi dari sekolah internasional tidak akan menjadi masalah besar, dan sebenarnya tidak terlalu berarti (lihat Murphy, E, April 2000).

Hayden dan Thompson membuat pernyataan berikut (1995 p338): ‘Apakah kita memilih atau tidak memilih untuk mendefinisikan sekolah-sekolah tertentu sebagai sekolah-sekolah internasional, mungkin menjadi kurang penting bila dibandingkan dengan pendidikan itu sendiri yang dialami siswa di sekolah-sekolah tersebut.

21

Page 22: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

http://indosdm.com/sekolah-berstandar-internasional-vs-sekolah-jepang

Sekolah berstandar Internasional Vs Sekolah Jepang

Selama seminggu saya harus mendampingi rombongan kepsek dari Jateng berkunjung ke sekolah-sekolah di Jepang sebaga translator. Kedatangan kepsek yang sebagian besar adalah kepsek Rintisan SMA/SMP bertaraf internasional bertujuan untuk menjajagi kerjasama dengan sekolah-sekolah di Jepang dalam bentuk sister school.

Saya pribadi berpendapat bahwa sister school bukan milik RSBI atau SBI semata, tetapi sekolah dengan embel-embel nama apapun bebas untuk melakukannya. Saya mendapat kesan bahwa Kepsek yang datang  memang agak terbebani dengan keharusan untuk membentuk sister school tersebut sebagai salah satu syarat RSBI.

Salah satu konsep RSBI yaitu mengacu kepada standar negara-negara OECD, termasuk Jepang dianggap oleh sebagian pemikir Jepang sebagai konsep yang tidak jelas. Apalagi dengan keinginan untuk mendapatkan akreditasi dari badan khusus di Jepang tentang  status keinternasioanalan RSBI tersebut mendapat tanggapan yang sangat kritis karena tidak ada Badan Akreditasi Sekolah di Jepang atau lembaga akreditasi-akrediatasian di level pendidikan dasar dan menengah, sebagaimana yg dikehendaki oleh pengelola RSBI. Pun tidak ada kurikulum universitas semacam Cambridge yang bisa diadopsi dan dibeli hak patennya lalu lulusan RSBI diakui setara dengan lulusan-lulusan sekolah yang menerapkan sistem Cambridge.

Jepang sama sekali tidak mengenal istilah sekolah internasional maupun nasional. Menurut pandangan pakar pendidikan di sini, pendidikan bukanlah barang elit yang harus diberikan hanya kepada sebagian anak yang pandai saja. Tetapi pendidikan adalah sebuah hak yang harus diterima oleh semua anak dengan kualitas yang sama. Memang mereka mengakui bahwa anak yang pandai peru difasilitasi secara lebih baik, tapi bukan dengan mendirikan sekolah berstandar internasional mengikuti standar negara lain.

Seorang prof Jepang menceritakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini sama dengan kondisi Jepang di tahun 60an-70an, saat itu APK SD dan SMP di Jepang telah mencapai 95-97%, sementara APK SMA masih 50%. Yang dilakukan pemerintah Jepang bukanlah mendirikan sekolah unggul tetapi membangun sekolah-sekolah dengan fasilitas yang sama yang

22

Page 23: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

bisa mendidik anak-anak tanpa ada perbedaan. Yang karenanya dapat disaksikan fasilitas sekolah Jepang hampir sama dengan kualitas yang memadai proses pembelajaran.

Professor tersebut kemudian menanyakan mengapa Indonesia tidak mencoba untuk mempersiapkan pendidikan untuk semua warganya dengan kualitas yang sama seperti halnya Jepang ? Seandainya dana negara sedikit, dana itu harus dinikmati bersama oleh rakyat. Barangkali itu akan lebih baik bagi rakyat Indonesia, daripada membuat sekolah internasional.

Saya pribadi yang meneliti RSBI ini dari aspek latar belakang hukum dan penerapannya di lapang, sungguh sepakat dengan ide beliau. Dana yang disalurkan pemerintah untuk proyek ini sungguh besar semoga tidak menjadi sia-sia karena ketidakmatangan konsep yang kita punyai. Saya merasa agak sedih bahwa pada kenyataannya konsep RSBI hanya menjadi pembicaraan yang hanya dipahami oleh pembuat kebijakannya dan kepala sekolah di level pelaksana tidak memahami latar belakang pemikiran dan apa makna kata pendidikan berstandar bagi warga negara selain yang tertera di lembaran UU. Sedih sekali bahwa kepala sekolah ternyata belum diberi otonomi luas selain hanya menjadi pengikut kebijakan pusat.

Kunjungan ke sekolah-sekolah Jepang yang dilakukan oleh para kepsek mudah-mudahan menyadarkan kita bahwa sebuah sekolah yang menghasilkan lulusan yang baik di Jepang, ruang kelasnya masih berpapantuliskan papan tulis kayu,dengan alat tulis kapur, dan tidak dilengkapi dengan OHP. Bahwa setiap siswa belum mengakses internet secara bebas di sekolah, dan setiap siswa tidak dapat membawa laptop sendiri-sendiri ke sekolah dan bebas mengakses internet. Di seantero Jepang belum ada sekolah semacam ini, sebagaimana yang menjadi kriteria RSBI.

Tetapi tidak berarti bahwa pendidikan anak-anak Jepang tidak menginternasional, dan teknologi serta kecanggihan IT tidak mereka pahami dengan baik. Dengan bangganya kita memamerkan bahwa RSBI di Indonesia sudah memiliki ruang lab canggih, lab bahasa, pelajaran berbahasa pengantar berbahasa Inggris, sementara guru-guru di Jepang dan pemikir di Jepang mengernyitkan dahi, seperti apa gerangan pendidikan ala internasional itu ? Sebab fasilitas sekolah di Jepang diadakan karena memang itu dibutuhkan, dan mereka beranggapan bahwa fasilitas internet yang bebas akses tidak dibutuhkan di sekolah, maka tidak diadakan.

Saya menangkap kesan guru-guru di Jepang dan pemikir pendidikannya yang mendengarkan uraian RSBI agak sulit memahami kelogisannya.

Para pemegang kebijakan di Indonesia barangkali dapat berpikir ulang tentang konsep RSBI ini.Saya yakin bukan pendidikan mercu suar dan bukan pendidikan untuk orang berkantong tebal yang kita usung lewat program RSBI (semoga keyakinan saya benar)

Perenungan mendalam dan rasa keberpihakan kepada anak-anak yang dididik harus kita lakukan. Bahwa pendidikan itu adalah untuk anak-anak, agar mereka menjadi manusia dewasa dan berakhlak di lingkungannya, bukan pendidikan agar negara diakui oleh negara lain sebagai negara maju, atau agar diakui sebagai anggota OECD. Juga bukan barang jualan yang harus dijual mahal kepada rakyat. Pendidikan adalah hak rakyat yang harus dipenuhi pemerintah yang didukung sepenuhnya oleh masyarakat.

23

Page 24: staff.uny.ac.idstaff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr. Edy... · Web viewSalah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dilakukan melalui program pengembangan rintisan

Tulisan asli artikel ini dan artikel  menarik lainnya pada tulisan ini, dapat pula diakses melalui link ini : RSBI vs sekolah   Jepang

Kontributor:

Murni Ramli. Lulusan Institut Pertanian Bogor ini pernah berprofesi sebagai tenaga pendidik di dua sekolah berasrama (boarding school) di Bogor. Dalam kesibukannya saat ini sebagai Kandidat Doctor (PhD) di bidang Manajemen Sekolah di Graduate School of Education and Human Development, Nagoya University, Japan, Beliau sangat aktif menulis tentang informasi dan pandangannya seputar manajemen & dunia pendidikan serta berbagai informasi menarik tentang negeri, budaya dan pandangan orang-orang Jepang. Pemilik blog “Berguru” ini juga sangat menyenangi dunia Penelitian dan Pengembangan serta mempelajari berbagai bahasa sehingga bisa menguasainya dengan cukup baik, di antaranya: Bahasa Inggris, Jepang, Arab, Jawa, Bugis dan sedikit Bahasa Sunda

http://www.data.org.uk/generaldocs/journals/Journal12.2.pdf

24