stabilitas dalam bangunan tingkat tinggi

25
Stabilitas dalam Bangunan Tingkat Tinggi Setelah aspek perancangan arsitektural yang meliputi penentuan luas lantai dasar dan luas lantai berulang (tipikal) diperiksa dan diuji kesesuaiannya dengan kebutuhan fungsioal, maka bangunan tinggi perlu diuji stabilitasnya, terutama terhadap gempa bumi. Nah, stabilitas bangunan terhadap beban gempa dapat diperoleh dari : a. Berat Sendiri Bangunan :

Upload: budi-setiawan

Post on 11-Jul-2016

227 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Stabilitas dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Setelah aspek perancangan arsitektural yang meliputi penentuan luas lantai dasar dan luas lantai berulang (tipikal) diperiksa dan diuji kesesuaiannya dengan kebutuhan fungsioal, maka bangunan tinggi perlu diuji stabilitasnya, terutama terhadap gempa bumi. Nah, stabilitas bangunan terhadap beban gempa dapat diperoleh dari :

a. Berat Sendiri Bangunan :

Page 2: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

 Penahan momen guling (tumbang) gempa diperoleh dari berat sendiri bangunan, yaitu WG= 1,2 DL + 1,6 LLDalam analisis stabilitas bangunan akan dihasilkan momen guling gempa ME = HE. hE = V. 2/3H Dimana :

- V adalah beban geser dasar akibat gempa (SNI Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002).- H adalah tinggi Bangunan

Momen penahan guling diperoleh dari massa bangunan :MG = WG. dDimana :    WG  adalah berat total bangunan     d adalah jarak dari titik berat massa bangunan ke titik guling

Stabilitas bangunan akan tercapai, jika persyaratan berikut terpenuhi : MG/ ME ≥ 1,5Jika persamaan tersebut tidak terpenuhi, maka dapat dilakukan beberapa modifikasi, seperti : membuat podium, basement, dllb. Membuat podium :

Penambahapodium n seperti gambar di bawah ini dapat memperbesar jarak ‘d’, sehingga nilai MG akan bertambah besar dan diharapkan dapat memenuhi persamaan MG/ ME ≥ 1,5Dengan Tiang PancangAdanya pondasi tiang pancang pada dasar bangunan dapat lebih memperkuat bangunan, karena

Page 3: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

bangunan seakan- akan mempunyai akar yang mengikat tanah di sekitar tiang pancang. Membuat bangunan semakin kokoh dan stabil.c. Membuat Basement

Adanya basement pada bangunan tingkat tinggi menyebabkan penambahan nilai MG yang diperoleh dari tekanan tanah pasif (P), sehingga momen penahan guling menjadi :MG = WG . d + P. eDimana :P adalah resultan tekanan pasif tanah pada basemente adalah titik tangkap gaya resultan terhadap muka tanah.

d. Gabungan Podium dan Basement

Page 4: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Penggabungan podium dan basement (dengan atau tiang pancang) pada bangunan tinggi bukan saja akan memperbesar nilai ‘d’, tapi juga nilai MG

Page 5: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Tahap Perencanaan Bangunan Bertingkat

Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang karena menyangkut investasi dana yang jumlahnya tidak sedikit. Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria, yaitu 3S : strength, stiffness, dan serviceability. Analisis struktur gedung bertingkat dapat dilakukan dengan computer berbasis elemen hingga (finite element) dengan sofware yang telah umum digunakan oleh para perencana, misalnya : SAP (Structure Analysis Program) atau ETABS (Extended 3D Analysis Building Systems).  

Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku. Berbagai macam kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dihitung dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Kombinasi pembebanan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1,4DL 1,2DL + 1,6LL 1,2DL + 1LL + 1EX + 0,3EY 1,2DL + 1LL - 1EX + 0,3EY 1,2DL + 1LL + 1EX - 0,3EY 1,2DL + 1LL - 1EX - 0,3EY 1,2DL + 1LL + 0,3EX + 1EY 1,2DL + 1LL - 0,3EX + 1EY 1,2DL + 1LL + 0,3EX - 1EY 1,2DL + 1LL - 0,3EX - 1EY  0,9DL + 1EX + 0,3EY  0,9DL + 1EX - 0,3EY  0,9DL - 1EX + 0,3EY  0,9DL - 1EX - 0,3EY  0,9DL + 0,3EX + 1EY  0,9DL + 0,3EX - 1EY  0,9DL - 0,3EX + 1EY  0,9DL - 0,3EX - 1EY 

Keterangan : DL =  Beban mati (Dead Load)

Page 6: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

LL =  Beban Hidup (Live Load)EX =  Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X)EY =  Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y)

Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan yaitu:

1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment Resisting Frame (OMRF)Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 1 dan 2 yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI 03-2847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.

2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Intermediate Moment Resisting Frame (IMRF)Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 3 dan 4 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan sedang. Pasal- pasal yang digunakan dalam SNI 03-2847-2002 adalah Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan pasal 23.2 sampai dengan 23.10.2

3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment Resisting Frame (SMRF)Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan 6 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise Building.

Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung adalah pengumpulan data proyek yang meliputi :

Data tanah dari hasil sondir dan boring, Data bangunan, Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur, gambar potongan,

dan denah lantai, Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat)

         

A. Peraturan dan Standar Perencanaan1. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-1992) atau

ACI 318- 2005. 2. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F)

atau ASCE 7-10.3. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) .4. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002) .

Page 7: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

B. Bahan Struktur1. BetonUntuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan beton yang disyaratkan, fc’ = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec = 4700√(fc') = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2 dengan angka poison = 0,20.

2. Baja TulanganUntuk baja tulangan dengan  D ≥ 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan D < 12 mm digunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.

3. Baja ProfilMutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan BJ-37.

C. Pra-eliminari Desain:

1.  Perencanaan plat

Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing- masing menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal :

Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8 Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3 Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton Bertulang

Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2), sedangkan perletakkan yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan C.G Salmon jilid 2,

Penulangan plat, Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2. 

2.   Penentuan dimensi balok dan kolom

 Penentuan dimensi balok terdiri dari : Perencanaan lebar efektif balok (SNI 03-2847-2002 pasal 10.10.2),

 Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 pasal.13.3.1(1)  Perhitungan penulangan torsi : SNI 03-2847-2002 pasal.13.6 

3. Struktur kolom, terdiri dari:

Perencanaan kolom portal 

Page 8: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Pengaruh kelangsingan kolom : SNI 03-2847-2002 pasal 12.12.2 Perbesaran momen : SNI 03-2847-2002 pasal 12.13.3 Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 psl.13.3.1(2) 

4. Analisa struktur bawah

Perhitungan poer, Perhitungan pondasi tiang pancang, Perhitungan sloof.

5. Penulangan

Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau ETABS. Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M), momen

torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan tulangan pada balok, kolom dan pondasi.

Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur utama. Kontrol masing-masing perhitungan penulangan. Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur atas

dan strukturbawah).

Penggambaran detail penulangan.

D. Cek Persyaratan1. Plat

Kontrol jarak spasi tulangan : SNI 03-2847-2002 pasal.15.3.2 Kontrol jarak spasi tulangan suhu dan susut. Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1 dan pasal

10.4.3 Kontrol lendutan : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4

2. Balok

Kontrol Mnpasang ≥ Mn untuk tulangan lentur

3. Kolom

Kontrol kemampuan kolom. Kontrol momen yang terjadi Mnpasang ≥ Mn

Page 9: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

4. Poer

Kontrol dimensi poer : SNI 03-2847-2002 pasal13.12.3. 1.(a), pasal.13.12.3. 1.(b), pasal.13.12.3.1.(c)

Kontrol geser pons. Geser 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.1

Geser 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.2

E. Gambar Perencanaan1. Gambar arsitek terdiri dari :

Gambar denah.  Gambar tampak.

2. Gambar struktur terdiri dari :

Potongan memanjang. Potongan melintang. Gambar denah pondasi. Gambar denah sloof. Gambar denah pembalokan. Gambar denah rencana atap.

3. Gambar detail :

Gambar detail panjang penyaluran. Gambar detail penjangkaran tulangan. Gambar detail pondasi dan poer.

F. Jenis Beban 

1. Beban mati (Dead load)Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti Tabel berikut : 

No Konstruksi Berat Satuan

1 Baja 7850 kg/m3

Page 10: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

1 Beton bertulang 2400 kg/m3

2 Beton 2200 kg/m3

3 Dinding pas bata ½ bt 250 kg/m2

4 Dinding pas bata 1 bt 450 kg/m2

5 Curtain wall+rangka 60 kg/m2

6 Cladding + rangka 20 kg/m2

7 Pasangan batu kali 2200 kg/m3

8 Finishing lantai (tegel) 2200 kg/m3

9 Plafon+penggantung 20 kg/m2

10 Mortar 2200 kg/m3

11 Tanah, Pasir 1700 kg/m3

12 Air 1000 kg/m3

13 Kayu 900 kg/m3

14 Baja 7850 kg/m3

15 Aspal 1400 kg/m3

16 Instalasi plumbing 50 kg/m2

Untuk perencanaan beban bangunan di luar negeri, harus diperhitungkan juga beban banjir, beban suhu, beban Salju, dan beban Es. Semuanya ada di ASCE 7-10. 

2. Beban hidup (Live load) Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah sebagai berikut :

Lantai dan rumah tinggal = 200 kg/m2

Sekolah, kantor, toko, hotel, RS, restoran, asrama = 250 kg/m2

Ruang olahraga = 400 kg/m2

Ruang dansa = 500 kg/m2

Balkon dan lantai dalam ruang pertemua = 400 kg/m2 

3. Beban gempa (Earthquake)

Wilayah Indonesia terdiri dari 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah wilayah kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan pada percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun dengan asumsi umur bangunan adalah 50 tahun.  Berikut adalah Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia

Page 11: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia

Analisis terhadap beban gempa digunakan cara statik ekivalen maupun dinamik (response spectrum analysis). Dari hasil analisis kedua cara tersebut diambil kondisi yang memberikan nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan. Struktur bangunan dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku yaitu SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun.  

a. Metode Statik Ekivalen Gaya geser dasar nominal pada struktur akibat gempa dihitung dengan rumus :V = C . I / R .WtDimana :

C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa kondisi tanah dan waktu getar alami.

 R = faktor reduksi gempa representatif.  I = faktor keutamaan (diambil, I = 1 ) Wt = jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi (faktor reduksi diambil = 0,5)

yang bekerja di atas taraf penjepitan lateral.

Analisis statik dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gempa arah X dan 30% gempa arah Y, dan sebaliknya.

b. Metode Dinamik (Response Spectrum)

Page 12: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Massa total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan beban hidup yang dikalikan dengan faktor reduksi 0,5.

Percepatan gempa diambil dari data zone Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan memakai spektrum respons yang nilai ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R.

Detail perencanaan struktur gedung dengan ETABS mulai dari pemodelan struktur, pembebanan, analisis gempa, dan perhitungan strukturnya bisa dibaca disini.

Page 13: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Ebook Aplikasi Perencanaan Struktur Gedung dengan ETABS

Perkembangan ilmu teknik sipil dirasakan begitu cepat karena adanya keinginan dan kebutuhan manusia yang semakin meningkat, seperti banyaknya gedung- gedung tinggi, jembatan, bangunan air, dan sarana prasarana lainnya. Sekarang untuk merencanakan semua itu tidaklah menjadi masalah dan bisa dilakukan dengan cepat karena kecanggihan teknologi untuk mendesain berbagai bangunan sipil.

ETABS (Extended Three dimension Analysis of Building Systems) adalah salah satu progam computer yang digunakan khusus untuk perencanaan gedung dengan konstruksi beton, baja, dan komposit. Software tersebut mempunyai tampilan yang hampir sama dengan SAP karena dikembangkan oleh perusahaan yang sama (Computers and Structures Inc, CSI) yaitu salah satu perusahaan pembuat piranti lunak (software) untuk perencanaan- perencanaan struktur. Software- software dari CSI tersebut sudah digunakan oleh ribuan engineer di lebih dari 160 negara.

Ebook ini membahas dengan detail cara mendesain struktur gedung dengan ETABS yang meliputi :1.  Sistem Struktur2.  Asumsi yang Digunakan3.  Peraturan dan Standar Perencanaan 4.  Material Struktur     4.1. Beton      4.2. Baja Tulangan     4.3. Baja Profil

5.  Detail Elemen Struktur     5.1.  Balok      5.2.  Kolom     5.3.  Plat Lantai     5.4.  Shear Wall     5.5.  Momen Inersia Penampang

6. Pemodelan Struktur

Page 14: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

    6.1.  Penggambaran Elemen Balok    6.2.  Penggambaran Elemen Kolom    6.3.  Penggambaran Elemen Plat    6.4.  Penggambaran Elemen Shear Wall     6.5.  Pemodelan Pondasi    6.6.  Kekakuan Sambungan (joint) Balok- Kolom

7.  Denah Struktur 8.  Pembebanan     8.1.  Kombinasi Pembebanan     8.2.  Perhitungan Beban Mati              8.2.1.  Beban Mati pada Plat Lantai             8.2.2.  Beban Mati pada Plat Atap             8.2.3.  Beban Mati pada Balok             8.2.4.  Beban pada Tangga                        8.2.4.1.  Beban pada Plat Tangga                        8.2.4.2.  Beban pada Bordes     8.3.  Beban Hidup     8.4.  Beban Gempa             8.4.1.  Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen secara Otomatis                        8.4.1.1.  Lantai Tingkat sebagai Diafragma                        8.4.1.2.  Waktu Getar Alami (T)                        8.4.1.3.  Faktor Keutamaan                        8.4.1.4.  Penentuan Jenis Tanah                        8.4.1.5.  Perhitungan Beban Gempa Nominal (V)                         8.4.1.6.  Eksentrisitas Rencana (ed)              8.4.2. Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen secara Manual                         8.4.2.1.  Perhitungan Berat Gedung (Wt)                        8.4.1.9.  Input Beban Gempa Statik Ekuivalen              8.4.3. Analisis Gempa Dinamik Response Spectrum                       8.4.3.1. Respons Spektrum Gempa Rencana              8.4.4.  Analisis Gempa Dinamik Time History

9.  Kontrol dan Analisis     9.1.  Analisis Ragam Respon Spektrum     9.2.  Partisipasi Massa     9.3.  Gaya geser dasar nominal, V (Base Shear)     9.4.   Kinerja Sruktur Gedung              9.4.1. Kinerja Batas Layan              9.4.2. Kinerja Batas Ultimit

10. Perhitungan Struktur dengan ETABS      10.1. Peraturan yang Digunakan      10.2. EfektivitasPenampang      10.3. Analisis      10.4. Penulangan Balok

Page 15: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

               10.4.1.  Desain Tulangan Utama Balok               10.4.2.  Desain Tulangan Geser (sengkang)               10.4.3.  Desain Tulangan Torsi                10.4.4.  Kontrol Pesyaratan Balok pada SRPMK               10.4.5.  Sketsa Detail Penulangan Balok      10.5. Penulangan Kolom               10.5.1.  Desain Tulangan Utama Kolom               10.5.2.  Desain Tulangan Geser Kolom               10.5.3.  Kontrol Pesyaratan Kolom pada SRPMK               10.5.4.  Gambar Detail Penulangan Kolom      10.6. Penulangan Plat Lantai      10.7. Desain Pondasi               10.7.1.  Data Tanah               10.7.2.  Daya Dukung Pondasi Tiang Bor

11. Perhitungan Estimasi Biaya Pekerjaan Struktur

Semua materi tersebut dibahas dalam 123 halaman. Ebook tersebut juga dilengkapi dengan Navigasi Bookmark, sehingga Anda dapat dengan mudah mencari topik atau pembahasan materi yang akan Anda pelajari. Tampilan Ebook tersebut adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Video REVIEW Ebook Aplikasi Perencanaan Struktur dengan ETABS

Screen shoot analisis Gedung yang ditinjau ditunjukkan sebagai berikut :

Gambar 2. Pemodelan Struktur Gedung Perkantoran 8 LantaiPemodelan struktur gedung yang dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan

yang berlaku sesuai SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang

Page 16: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun.

Gambar 3. Pemodelan Diafragma Kaku pada Plat LantaiPada SNI Gempa 1726-2002, pasal 5.3.1 disebutkan bahwa lantai tingkat, atap beton dan sistem lantai dengan ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku (rigid) dalam bidangnya

dan dianggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horisontal. 

Gambar 4. Deformasi Struktur dan Waktu Getar Bangunan untuk Mode 1 Denah, konfigurasi, dan kekakuan struktur harus didesain sedemikian rupa sehingga gedung

tidak terlalu fleksible dan waktu getar struktur tidak melebihi standard yang ditetapkan. Selain itu untuk mencegah adanya puntiran (rotasi) gedung pada Mode 1.

Page 17: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Gambar 5. Input Gempa Statik Ekuivalen (Otomatis) dengan Auto Lateral LoadCara ini dilakukan dengan user coefficient - auto lateral load, dengan memberikan angka faktor respon gempa (C) pada load case gempa arah x dan y, sehingga beban gempa sebesar Fi secara

otomatis sudah bekerja pada pusat massa gedung tiap lantai.

 Gambar 6. Input Beban Gempa Statik Ekuivalen secara Manual pada Tiap lantai

Gaya gempa statik ekuivalen bekerja pada pusat massa bangunan tiap lantai dengan besar 100% arah yang ditinjau dan 30% arah tegak lurusnya. Tinjauan beban gempa dari 2 arah tersebut untuk mengantisipasi datangnya gempa dari arah yang tidak bisa diperkirakan dengan pasti.

Page 18: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

 Gambar 7. Input grafik Respon Spektrum Gempa

Grafik respon spektrum yang diinput berdasarkan zona gempa dan jenis tanah tempat lokasi bangunan berada.

Gambar 8. Input Akselerogram Gempa Dinamik Time HistoryPerhitungan respons dinamik struktur gedung terhadap pengaruh gempa rencana dilakukan

dengan metoda analisis dinamik 3 dimensi berupa analisis respons dinamik linier dan non-linier time histoy (riwayat waktu) dengan suatu akselerogram gempa yang diangkakan sebagai gerakan

tanah masukan.   

Page 19: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Gambar 9. Besarnya Simpangan Gedung yang Terjadi Akibat GempaBesarnya simpangan yang terjadi harus dibatasi berdasarkan persyaratan batas layan dan batas

ultimit untuk mencegah ketidaknyamanan penghuni, keretakan beton, kerusakan struktur dan non struktur.

Gambar 10. Analisis Tegangan pada Plat LantaiNilai tegangan yang bekerja pada plat akibat beban hidup dan mati dapat diketahui dengan Shell

Stress kemudian besarnya momen yang muncul dapat dianalis untuk desain penulangan plat untuk arah memanjang dan melintang.

Page 20: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Gambar 11. Desain Penulangan Arah MemanjangLuas tulangan yang dibutuhkan untuk arah memanjang dan melintang dapat diketahui secara

otomatis, kemudian dikonversi menjadi berapa banyak jumlah tulangan yang akan digunakan ]sesuai ]ukuran diameter tulangan di pasaran.

  Gambar 12. Diagram Interaksi Kolom

Dari diagram interaksi tersebut dapat diketahui hubungan antara momen dengan gaya aksial yang bekerja pada kolom

Page 21: Stabilitas Dalam Bangunan Tingkat Tinggi

Gambar 13. Informasi Luas Tulangan, Momen dan Gaya Geser yang DitinjauInformasi yang muncul setelah run analisis beberapa dapat dikontrol dengan hitungan manual, jika hasil yang muncul sudah benar/ mendekati, maka selanjutnya output tersebut dapat diolah

untuk desain struktur yang meliputi keamanan dimensi, penulangan, dll