stabilisasi di kamar bersalin nabila

5
STABILISASI DI KAMAR BERSALIN Bayi dengan defisiensi surfaktan mengalami gangguan dalam mencapi kapasitas residu fungsional yang adekuat dan memastikan pengaliran udara di alveolar berterusan. Dahulu, kebanyakan bayi preterm, tali pusatnya dipotong segera setelah lahir agar dapat dipindahkan ke lingkungan yang hangat dengan cepat untuk memudahkan proses resusitasi, sering dengan pemberian oksigen 100% dengan tujuan terlihanya dada bayi terangkat dan kulit berwarna kemerahan. Prosedur mengklem tali pusat dengan cepat dipersoalkan baru-baru ini. Lebih kurang setengah dari volume darah bayi preterm terkandung dalam plasenta, dengan menunda pengkleman tali pusat selam 30-45 detik boleh menyebabkan peningkatan volume darah sebanyak 8-24%, terutama pada persalinan spontan. Berdasrakan meta-analisis pada 7 penelitian mengenai penundaan pengkleman tali pusat menunjukkan dengan cara ini, dengan atau tanpa administrasi oksitosin pada ibu, terjadinya peningkatan kadar hematokrit, berkurangnya keprluan untuk tranfusi dan berkurangnya insiden perdarahan intraventrikular. Saturasi oksigen optimal yang diperlukan ketika resusitasi neonatus preterm masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak bukti sekarang, resusitasi dengan oksigen murni 100% dibandingkan dengan udara ruangan dihubungkan dengan peningkatan kadar mortalitas pada neonatus cukup bulan dan hamper cukup bulan. Pemberian oksigen murni juga beresiko pada kurang bulan, dengan menurunnya aliran darah otak sebanyak 20% yang diteliti pada neonatus usia 2 jam dan gradient oksigen di arteri-alveolar yang jelek pada bayi yang diresusitasi dengan oksigen dibandingkan dengan udara ruangan. Adanya bukti biokimia mengenai toksisitas oksigen yang terus terjadi selama

Upload: cheche-novelia

Post on 21-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Stabilisasi Di Kamar Bersalin Nabila

STABILISASI DI KAMAR BERSALIN

Bayi dengan defisiensi surfaktan mengalami gangguan dalam mencapi kapasitas residu

fungsional yang adekuat dan memastikan pengaliran udara di alveolar berterusan. Dahulu, kebanyakan

bayi preterm, tali pusatnya dipotong segera setelah lahir agar dapat dipindahkan ke lingkungan yang

hangat dengan cepat untuk memudahkan proses resusitasi, sering dengan pemberian oksigen 100%

dengan tujuan terlihanya dada bayi terangkat dan kulit berwarna kemerahan.

Prosedur mengklem tali pusat dengan cepat dipersoalkan baru-baru ini. Lebih kurang setengah

dari volume darah bayi preterm terkandung dalam plasenta, dengan menunda pengkleman tali pusat selam

30-45 detik boleh menyebabkan peningkatan volume darah sebanyak 8-24%, terutama pada persalinan

spontan. Berdasrakan meta-analisis pada 7 penelitian mengenai penundaan pengkleman tali pusat

menunjukkan dengan cara ini, dengan atau tanpa administrasi oksitosin pada ibu, terjadinya peningkatan

kadar hematokrit, berkurangnya keprluan untuk tranfusi dan berkurangnya insiden perdarahan

intraventrikular.

Saturasi oksigen optimal yang diperlukan ketika resusitasi neonatus preterm masih belum

diketahui, tetapi terdapat banyak bukti sekarang, resusitasi dengan oksigen murni 100% dibandingkan

dengan udara ruangan dihubungkan dengan peningkatan kadar mortalitas pada neonatus cukup bulan dan

hamper cukup bulan. Pemberian oksigen murni juga beresiko pada kurang bulan, dengan menurunnya

aliran darah otak sebanyak 20% yang diteliti pada neonatus usia 2 jam dan gradient oksigen di arteri-

alveolar yang jelek pada bayi yang diresusitasi dengan oksigen dibandingkan dengan udara ruangan.

Adanya bukti biokimia mengenai toksisitas oksigen yang terus terjadi selama beberapa hari walaupun

bayi hanya menerima oksigen sebentar. Untuk bayi yang berusia kurang dari 32 minggu, hanya 4

penelitian kecil telah dipublikasikan, dari jumlah tersebut, hanya 3 merupakan uji penelitian acak. Udara

ruangan tidak cukup untuk menstabilkan bayi preterm, namun dengan pemakaian pulse oximetry sebagai

panduan, bayi <32 minggu boleh diresusitasi, dimulai dengan konsentrasi oksigen inspirasi 30%.

Penggunaan oksigen murni 100% yang rutin tidak lagi diperlukan dan pencampur oksigen-udara ruangan

seharusnya tersedia di kamar bersalin untuk membolehkan titrasi oksigen sesuai dengan kondisi bayi.

Data normative untuk saturasi oksigen, yang diukur oleh pulse oximetry, semasa proses transisi setelah

proses kelahiran sekarang sudah tersedia dan petugas medis tidak boleh mengintervensi dengan cepat

semasa fase ini melainkan adanya denyut jantung yang adekuat.Semasa fase transisi, saturasi seharusnya

naik dari 60-80% dalam 5 menit, dan mencapai 85% ke atas setelah 10 menit selepas proses kelahiran.

Pulse oxinetry boleh digunakan untuk mengidentifikasi bayi yang diluar nilai normal dan membantu

dalam pemberian oksigen murni.

Page 2: Stabilisasi Di Kamar Bersalin Nabila

Sekarang sudah jelas bahwa volume tidal yang tidak terkontrol setelah kelahiran, sama ada terlalu

tinggi atau rendah, boleh memberikan efek buruk pada paru yang immature. Pemberian rutin nafas

tekanan positif ( bagging) mungkin tidak sesuai bagi bayi preterm yang boleh nafas spontan. Cara

mengembangkan paru di kamar bersalin telah berubah beberapa tahun ini. Dahulu sering di gunakan

kaedah bagging, sekarang sudah diganti dengan penggunaan alat berbentuk T. Ini memnugkinkan

pemberian terkendali dari latar belakang set tekanan aliran udara positif yang terus menerus( continuous

positive airway pressure/ CPAP) dengan terukurnya tekanan inspirasi puncak (peak inspiratory pressure/

PIP) apabila alat berbentuk T ditutup. Bagging tidak memerlukan supply gas bertekanan tinggi untuk

memastikan aliran udara, tapi tidak boleh memberikan CPAP dan PIP tidak boleh dikontrol oleh apabila

penggunaan melewati batas keamanan yang seringnya di 40cmH2. Flow inflating bags tidak boleh

memberikan CPAP yang akurat dan walaupun dikendali oleh yang berpengalaman tetap menghasilkan

volume gas yang bervariasi semasa inflasi paru. Pemberian dini CPAP terkontrolmerupakan cara utama

yang aman untuk meresusitasi bayi kurang bulan segera setelah lahir dan contoh alatnya adalah

Neopuff®(alat resusitasi neonatus). Dengan adanya CPAP di kamar bersalin, ini menurunkan keperluan

untuk menggunakan ventilasi mekanis dan terapi surfaktan, namun tanpa terapi surfaktan meningkatkan

resiko terjadinya pneumothoraks. Memberikan nafas tunggal yang boleh memastikan inflasi paru

berlanjut sebelum CPAP lebih baik dari memberikan inflasi manual yang berulang dalam menurunkan

angka penggunaan ventilator dan insiden terjadinya trauma paru. Hanya sebagian kecil bayi memerlukan

intubasi di kamar bersalin. Bayi-bayi ini adalah yang menerima surfaktan profilaksis dan yang tidak

menunjukkan respon pada CPAP dan nafas inflasi yang terkontrol via alat benrtk T. Jika intubasi

diperlukan, posisi benar tube endotrakeal boleh diketahui dengan menggunakan alat yang mendeteksi

CO2, kolorimetrik, sebelum pemberian surfaktan dan penggunaan ventilator mekanis.

Semasa proses menstabilkan bayi, semua usaha haruslah dengan langkah mencegah terjadinya

hipotermia untuk meningkatkan angka hidup. Penggunaan plastic polietilen di bawah pemanas radiant

boleh menurunkan insiden hipotermia semasa perawatan di kamar bersalin dan memastikan menigkatnya

angka keberhasilan perawatan.

Rekomendasi

1. Jika dibolehkan, tundalah mengklem tali pusat selama 30-45 detik untuk menigkatkan tranfusi

plasenta-fetal.

2. Oksigen murni untuk meresusitasi haruslah terkontrol denagn pencampur oksigen-udara ruangan.

Gunalah konsentrasi oksigen yang paling rendah yang memungkinkan, dengan syarat adanya

respon denyut jantung yang adekuat. Konsentrasi sebanyak 30% sesuai untuk memulakan

Page 3: Stabilisasi Di Kamar Bersalin Nabila

stabilisai dan sebarang perubahan konsentrasi dilakukan dengan rujukan dari pulse oximetry.

Saturasi normal semasa transisi segera setelah lahir pada bayi preterm adalah 40-60% dan

mencapai 50-80% setelah 5 menit dan seharusnya >85% setelah 10 menit.

3. Pada bayi yang ada nafas spontan resusitasi dengan CPAP sekurang-kurangnya 5-6cmH2O, via

masker atau selang nasal. Jika nafas tidak cukup pertimbangkan pemberian nafas yang bisa

memastikan inflasi paru terus terjadi daripada nafas tekanan positif intermitten.

4. Ventilasi dengan alat berbentuk T lebih direkomendasikan dari self-inflating bags atau flow

inflating bags untuk menghasilkan tekanan positif akhir ekspirasi( positive end-expiratory

pressure/PEEP)

5. Jika ventilasi tekanan positif diperlukan untuk menstabilkan bayi, cegahlah volume tidal yang

berlebihan dengan menggunakan alat resusitasi yang boleh mengukur atau melimitasi PIP dan

pada masa yang sama mempertahankan PEEP semasa ekspirasi.

6. Intubasi hanya digunakan apabila neonatus tidak respon paa ventilasi tekanan positif atau yang

membutuhkan terapi surfaktan.

7. Jika bayi diintubasi, posisi benar untuk tube endotrakeal diketahui dengan deteksi kolorimetric

CO2.

8. Selubung plastic di bawah pemanas radiant di gunakan apabila sedang menstabilisasi bayi di

kamar bersalin terutama pada bayi kurang dari 28 minggu untuk menurunkan resiko hipotermia.