sssstudi penilaian kebutuhan pengembangan tudi … · kapasitas bagi kelompok mata pencaharian...
TRANSCRIPT
SSSSTUDI PENILAIAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN TUDI PENILAIAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN TUDI PENILAIAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN TUDI PENILAIAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN
KAPASITAS BAGI KELOMPOK MATA KAPASITAS BAGI KELOMPOK MATA KAPASITAS BAGI KELOMPOK MATA KAPASITAS BAGI KELOMPOK MATA
PENCAHARIAN BERKELANJUTANPENCAHARIAN BERKELANJUTANPENCAHARIAN BERKELANJUTANPENCAHARIAN BERKELANJUTAN PROGRAM PROGRAM PROGRAM PROGRAM
PENGEMBANGAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGEMBANGAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGEMBANGAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGEMBANGAN SOSIAL DAN EKONOMI SEBANGAUSEBANGAUSEBANGAUSEBANGAU
KALIMANTAN TENGAHKALIMANTAN TENGAHKALIMANTAN TENGAHKALIMANTAN TENGAH
LAPORAN AKHIR
NOVEMBER 2013
MARCEL BEDING Independent Consultant Jl. Lilin No. 6 Atambua Phone + 62 (0389) 21863 Mobile 082 127 596 118 Nusa Tenggara Timur
INDONESIA
DAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISIDAFTAR ISI Daftar isi i Ringkasan studi ii
1. PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Proyek 1 1.2. Latar Belakang 3 1.3. Tujuan Studi 3 1.4. Team Studi 3 1.5. Periode Studi 4
2. METODE EVALUASI
2.1. Pendekatan Studi 5 2.2. Analisis Dokumen dan Laporan 5 2.3. Kunjungan Lapangan 5 2.4. Laporan Studi Teknis Menyeluruh 6
3. PENGUMPULAN DATA
3.1. Data Literature 7 3.2. Pengumpulan Data Melalui Daftar Simak/Checklist 9 3.3. Wawancara/Interview (Project dan Benefiaries) 9 3.4. Observasi Kondisi Lapangan 10 3.5. Diskusi Kelompok Terarah 12
4. KESIMPULAN, SOLUSI DAN REKOMENDASI
4.1. Kesimpulan dari Perencanaan dan Panduan Teknis 13 4.2. Kesimpulan dari Pelaksanaan di Lapangan 14 4.3. Solusi 15 4.4. Rekomendasi Teknis 18 4.5. Rencana Tindak Lanjut 18
5. DAFTAR PUSTAKA 19
6. LAMPIRAN-LAMPIRAN 21
Lampiran 6.1 Kerangka Acuan Kerja/TOR Studi Lampiran 6.2 Proposal Studi Lampiran 6.3 Matrix aktifitas kegiatan studi Lampiran 6.4 Rencana Tindak Lanjut Lampiran 6.5 Tabel-tabel dan foto/gambar kegiatan Lampiran 6.6 Rangkuman hasil kunjungan lapangan
ii
RINGKASAN STUDI
Telah dilakukan studi penilaian kebutuhan pengembangan kapasitas kelompok usaha oleh tenaga ahli
independen/konsultan pengembangan masyarakat dengan tujuan sebagai berikut:
� Terlaksananya studi penilaian kebutuhan pengembangan kapasitas kelompok-kelompok usaha mata pencaharian masyarakat.
� Adanya bantuan teknis, masukan dan rekomendasi-rekomendasi yang berkaitan dengan aspek teknis kepada petugas lapangan, kelompok masyarakat dan manajemen progrom dalam upaya peningkatan kapasitas.
Studi seperti ini juga disebut ‘research based development’, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan dan sikap. Berdasarkan hasil studi ini akan disusun desain model konseptual pelatihan keterampilan usaha terpadu. Metodologi pendekatan yang digunakan dalam studi adalah Analisis terhadap dokumen program berfungsi sebagai panduan dan bahan pembanding antara perencanaan di belakang meja dengan pelaksanaan di lapangan, observasi/pengamatan kondisi kelompok usaha termasuk pencatatan usaha, wawancara dengan penerima manfaat/beneficiaries, kelompok diskusi terarah/Focus Group Discussion untuk menggali permasalahan yang terkait dengan aspek teknis disamping mengamati hal-hal non teknis yang berkaitan dengan perilaku anggota kelompok dalam kegiatan usahanya. Lokasi studi dilakukan pada Kabupaten Katingan, Kota Palangka Raya dan Kabupaten Pulang Pisau. Hasil analisa dari informasi yang terkumpulkan menunjukan :
� Sebagian besar kelompok usaha yang telah terbangun sudah berhenti proses produksi rutinnya karena kendala kurangnya permintaan pasar.
� Potensi perikanan desa pada wilayah layanan sangat menjanjikan, baik budidaya kolam atau keramba/jaring apung. Perlu dilakukan analisis yang lebih rinci untuk mengetahui keseimbangan antara kapasitas produksi dengan kebutuhan pasar (balance of supply and demand) sehingga kelompok-kelompok usaha tersebut mempunyai rencana yang lebih realistis dalam kegiatan produksinya.
� Hampir semua penerima manfaat/beneficiaries merasa senang dan mendapatkan manfaat dari sarana yang telah dibangun sehingga mereka menggunakannya, namun karena pendampingan yang kurang intensif menimbulkan kesan bahwa bantuan yang diterima hanya hibah biasa. Perlahan-lahan telah terjadi pergeseran pola pengelolaan aset, sarana/prasarana kelompok menjadi usaha perseorangan.
Tidak terdapat kesepakatan kerjasama pendampingan antara kelompok usaha dengan WWF secara tertulis yang memuat kriteria dan ketentuan-ketentuan dari kedua belah pihak yang berkaitan pengembangan mata pencaharian yang berkelanjutan.
Berdasarkan hasil observasi lapangan dalam beberapa kasus dimana kegiatan kelompok yang sedang
berjalan ditemukan berbagai hambatan/kendala yang membutuhkan pembenahan secara insentif.
Sistem kerja pengembangan produk yang tidak ada standar menyebabkan kelompok usaha kesulitan
untuk menyesuaikan dengan spesifikasi/kebutuhan konsumen. Terdapat pula kendala transportasi
yang berbiaya tinggi dan berdampak langsung terhadap harga pemasaran yang kurang kompetitif.
Kondisi dimana kurangnya pendampingan teknis di lapangan menjadi penyebab utama kesulitan
kelompok dalam mengembangkan usahanya ketika membutuhkan nasihat yang memadai, bahkan ada
kelompok-kelompok usaha yang sudah menghentikan proses produksinya.
iii
Adanya keinginan yang kuat dari kelompok-kelompok usaha masyarakat untuk mempunyai usaha yang kompetitif, sehingga bisa menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga bisa menjadi momentum yang tepat untuk melakukan perbaikan-perbaikan dilapangan. Hal ini ternyata relevan dengan data wawancara yang dilakukan sebelumnya. Tingkat partisipasi yang rendah khususnya pada masyarakat di daerah urban dan pre urban merupakan masalah yang harus dicarikan pemecahannya pada masa yang akan datang berkaitan dengan paska berakhirnya masa pendampingan. Permasalahan teknis pengembangan kapasitas kelompok misalnya fasilitator pelatihan dapat menggunakan pihak-pihak penyedia jasa pelatihan yang profesional atau minimal seorang fasilitator kepelatihan telah memiliki jam terbang yang memadai Hasil penilaian juga menunjukkan bahwa belum ada kelompok usaha yang melakukan kegiatan-kegiatan secara mandiri. Beberapa kesimpulan berdasarkan analisis informasi yang terhimpun :
1. Terdapat kebutuhan yang sangat tinggi terhadap pengembangan kapasitas kelompok-kelompok usaha tersebut dalam bentuk pelatihan-pelatihan. Oleh karena itu perlu ditambahkan/dipersiapkan manual/panduan yang standar bagi petugas lapangan/relawan yang belum ada dalam daftar dokumen program.
2. Siklus daur ulang pendekatan pembentukan kelompok usaha masyarakat yang partisipatif belum terpola dengan baik, sehingga bisa menyebabkan perbedaan pola ketika dilakukan replikasi kegiatan ke wilayah yang lain.
3. Pengalaman kelompok yang masih kurang dalam hal pembagian tugas anggota kelompok, sebaran ketrampilan individu anggota kelompok yang tidak merata serta keterkaitan struktur organisasi untuk kerjasama internal dan eksternal menyebabkan kurangnya kepercayaan diri untuk mengajarkan pengetahuan dan kemampuannya ke kelompok lain yang sejenis di masyarakat.
4. Kegiatan-kegiatan atau diskusi pembelajaran dari keberhasilan dan kegagalan proyek-proyek lain dibidang pengembangan sosial dan ekonomi yang dilaksanakan oleh WWF maupun organisasi lain masih kurang, untuk hal ini program SED bisa melakukan semacam studi banding di proyek lain yang memiliki pendekatan sama.
5. Sistem monitoring program masih terlalu fokus pada pencatatan aspek kuantitatif aktifitas demi menjawab kebutuhan rencana kerja tahunan.
6. Kendala lainnya berkaitan dengan kemampuan fasilitasi relawan/ petugas lapangan terutama pengetahuan dan ketrampilan yang belum memadai dalam melakukan analisis kebutuhan pelatihan bagi pengembangan kelompok-kelompok usaha masyarakat dilapangan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu pola pelaporan secara periodik perkembangan setiap kelompok usaha dalam aspek produksi dan pemasaran termasuk pelaksanaan berbagai rencana tindak lanjut dari berbagai pelatihan yang telah diikuti. Sebagai solusi utama pengembangan kapasitas kelompok-kelompok usaha ini diperlukan sebuah desain model konseptual pelatihan keterampilan usaha terpadu. Dalam model pelatihan yang akan dikembangkan isi materi ajaran harus diberlakukan secara fleksibel, tidak terpaku pada jadwal (lebih banyak kegiatan prakteknya dari pada teori, bahan belajar disederhanakan) Desain model konseptual pelatihan keterampilan usaha terpadu yang disusun dalam studi ini menerapkan pendekatan sistem pembelajaran dengan memperhatikan delapan komponen. Komponen-komponen tersebut tercakup dalam tiga tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Terdapat 2 opsi/pilihan dalam pembentukan kelompok :
• Kelompok usaha dibentuk dengan pola: anggota kelompok bekerja sama secara gotong royong mulai dari proses produksi sampai dengan pemasaran produk.
iv
• Kelompok usaha dibentuk dengan pola: anggota kelompok melakukan kegiatan produksi secara individu hanya pemasarannya yang dilakukan secara kelompok.
Program selain perlu meningkatkan kemampuan dalam hal teknis kepada kelompok usaha juga petugas lapangan/relawan harus dilatih sehingga memiliki kemampuan untuk mentransfer pengetahuan dan keahlian/ketrampilan dalam memfasilitasi pengembangan kelompok usaha masyarakat dengan siklus daur ulang yang tetap secara kontinyu/berkesinambungan. Beberapa rekomendasi penting dari hasil studi pengkajian ini, adalah: 1. Menghidupkan dan memperkuat kelembagaan lokal yang mengakar pada komunitas sebagai basis kelompok usaha mata pencaharian masyarakat melalui pelatihan manajemen organisasi dan manajemen pembukuan/keuangan sederhana, pelatihan kepemimpinan, pengembangan kapasitas kaum perempuan melalui pelatihan pengelolaan kebun keluarga, pelatihan keterampilan khusus bagi ibu rumah tangga; serta studi banding antar komunitas sebagai media pembelajaran bersama untuk peningkatan produktifitas dan pemasaran hasil usaha; 2. Pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal yang didukung oleh adanya sarana transportasi yang memadai serta membangun jejaring pasar yang jelas pendampingan dan petunjuk teknis pada masyarakat secara kontinu/terus menerus dalam pengembangan program. Kekayaan alam yang melimpah baik pertanian, hasil hutan, dan perikanan pada lokasi studi, namun demikian tiada dukungan dalam hal transportasi dan jaminan kepastian pasar merupakan kendala yang berarti pada peningkatan produktifitas kelompok usaha di masyarakat; 3. Mendorong adanya penyiapan, pembuatan dan mensosialisasikan perangkat kebijakan atau peraturan daerah dalam hal melindungi, mengembangkan dan meningkatkan wilayah kelola masyarakat sebagai asset-asset penghidupan masyarakat agar masyarakat terlibat dalam membangun dan mendukung mekanisme kontrol bersama terhadap pelaksanaan perlindungan dan pemanfaatan asset-asset penghidupan masyarakat bersama multipihak di Kabupaten Katingan, Kota Palangka Raya dan Kabupaten Pulang Pisau, mengingat keunikan dan kekayaan sosial budaya serta potensi alam yang memiliki nilai ekonomi dan ekologi yang tinggi. 4. Desain model konseptual pelatihan usaha terpadu untuk penguatan kapasitas kelompok
usaha/lembaga non pemerintah menjadi penting untuk dilakukan segera. Mengembangkan modul-
modul pelatihan dengan topik : Penguatan kapasitas kelompok usaha/kelembagaan ini dalam hal manajemen
pengelolaan usaha, analisis kelayakan usaha, pengembangan strategi pemasaran produk termasuk promosinya
dan manajemen sumberdaya dukungan usaha dan permodalan. Penggunaan pola yang tetap dalam proses
replikasi pendekatan program ke wilayah layanan lain memberi peluang pembelajaran yang
berkesinambungan bagi seluruh pelaku program guna terus memelihara kualitas program sesuai
standar WWF.
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
1
1 1 1 1 PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN 1.1.1.1.1.1.1.1. Gambaran Umum ProyekGambaran Umum ProyekGambaran Umum ProyekGambaran Umum Proyek
Perubahan sistem pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralisasi memberikan ruang
yang cukup dan terbuka dalam hal inovasi dan peningkatan bagi pemerintah daerah dalam
melakukan pembangunan daerahnya. Dengan desentralisasi memungkinkan untuk
meningkatkan peran pemerintah daerah termasuk dalam hal melaksanakan program
pelayanan sosial - ekonomi masyarakat dan program pelestarian lingkungan.
WWF Indonesia melalui Kantor Program Kalimantan Tengah ikut mengambil peran sebagai
pilar penunjang pemerintah melalui beberapa program seperti SED atau Socio Economic
Development Program, dengan proyek-proyek yang didanai oleh pemerintah Swedia/WWF
Swedia melalui Sida (Swedish International Development Cooperation Agency) dan beberapa
program lainnya di bidang konservasi lingkungan seperti HoB (Heart Of Borneo), Restorasi
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
2
Sekamoza (Sebangau Katingan Mozaik), M-S (Muller-Schwanner), Restorasi Sungai Bulan
dan DA REDD Program. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan program tersebut selain
bermitra dengan BTNS, BKSDA, BPDAS, Kementerian Kehutanan, Struktur Pemerintah
Daerah, SKPD Teknis terkait di tingkat Propinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten/Kota
wilayah layanan, WWF juga bermitra dengan kelompok-kelompok masyarakat di desa-desa
sekitar buffer zone Taman Nasional Sebangau.
Program SED-WWF Indonesia menawarkan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah-
pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Tengah dengan memfasilitasi pelayanan pemerintah
di bidang Penguatan Kelembagaan Masyarakat (Community Institution) dan Pengembangan
Sumber Mata Pencaharian yang Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods) dengan
menggunakan pendekatan pengembangan yang didorong oleh masyarakat (Community
Driven Development/CDD – approach), yang menekankan terhadap partisipasi masyarakat
dan mendukung masyarakat untuk membuat keputusan mereka sendiri dalam
mengembangkan masyarakatnya. Diharapkan dengan keberadaan program SED ini
merupakan masukan yang baik bagi proses desentralisasi di wilayah Provinsi Kalimantan
Tengah terutama di kabupaten/kota yang menjadi wilayah layanan program.
Saat ini Program SED sudah terlaksana melalui kegiatan Penguatan Kelembagaan dan
Pengembangan Sumber Mata Pencaharian Yang Berkelanjutan di sekitar 20 Kelurahan/Desa
di wilayah Kota Palangka Raya, Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Katingan. Melalui
kegiatan ini, SED melakukan kolaborasi dengan mitra-mitra kerja, seperti Forum
Masyarakat, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Pemerintah Daerah, Kelompok-kelompok
Usaha, tokoh masyarakat dan pengambil keputusan lainnya di masyarakat. SED juga
melakukan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat untuk membangun sarana dan
prasarana yang menunjang kegiatan usaha kelompok-kelompok masyarakat, penyuluhan
masyarakat dan juga program-program lain yang berkaitan dengan promosi
konservasi lingkungan.
Pencapaian Program SED dalam hal pengembangan sosial dan ekonomi masyarakat adalah
sudah terbentuknya 18 kelompok usaha yang terdiri dari 4 kelompok budidaya ikan, 1
kelompok usaha budidaya tanaman lidah buaya, 1 kelompok usaha pupuk organik, 1
kelompok usaha anyaman purun, 2 kelompok usaha jamur, 1 kelompok usaha pengolahan
ikan, 1 kelompok usaha anyaman rotan, 1 kawasan ekowisata pada 3 Desa (Keruing,
Jahanjang dan Baun Bango) dengan kelompok-kelompok usaha penunjang disetiap desa
seperti kelompok usaha penyewaan perahu, kelompok usaha katering, kelompok usaha
pemandu wisata, kelompok usaha penginapan, kelompok usaha atraksi seni budaya Dayak.
Kelompok usaha atraksi pengelolaan sumber daya alam lokal dan kelompok usaha porter.
Untuk melaksanakan kegiatan pengembangan ini, program memiliki 1 orang koordinator dan
2 orang petugas lapangan dari berbagai latar belakang studi dan pengalaman kerja dengan
dukungan penuh oleh 1 orang project manager yang membawahi unit administrasi +
kepegawaian dan unit keuangan.
1.2.1.2.1.2.1.2. Latar BelakangLatar BelakangLatar BelakangLatar Belakang
Dalam melaksanakan kegiatannya, program SED juga tidak terlepas dari VISI dan MISI
WWF-Indonesia, prinsip-prinsip pelaksanaan program dan juga standar program yang
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
3
termasuk di dalamnya bahwa seluruh kegiatan harus mempertimbangkan aspek teknis, sosial
masyarakat dan aspek lingkungan.
Dengan pertimbangan besarnya program SED WWF Indonesia-Kalimantan Tengah agar
kualitas/mutunya tetap terjaga serta pencapaian berbagai indikator-indikator program sesuai
dengan strategi pelaksanaan yang telah disetujui pihak investor/donor, maka SED
memerlukan seorang tenaga ahli independen/konsultan pengembangan masyarakat yang
mampu melakukan studi penilaian kebutuhan pengembangan kapasitas bagi kelompok-
kelompok usaha yang telah terbentuk serta mampu memberikan bantuan teknis dalam
bentuk rekomendasi serta training terhadap petugas yang bekerja di lapangan.
1.3.1.3.1.3.1.3. Tujuan Tujuan Tujuan Tujuan StudiStudiStudiStudi Untuk menjamin kualitas dan kuantitas kelompok-kelompok usaha dampingan SED, diperlukan suatu studi penilaian kebutuhan pengembangan kapasitas kelompok usaha oleh seorang konsultan teknik dengan tujuan sebagai berikut:
� Terlaksananya studi penilaian kebutuhan pengembangan kapasitas kelompok-kelompok usaha mata pencaharian masyarakat.
� Adanya bantuan teknis, masukan dan rekomendasi-rekomendasi yang berkaitan dengan aspek teknis kepada petugas lapangan, kelompok masyarakat dan manajemen program dalam upaya peningkatan kapasitas.
1.4.1.4.1.4.1.4. TTTTiiiim m m m StudiStudiStudiStudi Tim Studi Penilaian Kebutuhan Pengembangan Kapasitas Kelompok Usaha Masyarakat terdiri dari seorang konsultan teknik independen yang memiliki pengalaman dalam studi pendekatan partisipasi masyarakat bersama dengan staff proyek SED yang bekerja di wilayah yang menjadi lokasi pelaksanaan proyek. Secara lengkap komposisi tim studi adalah sebagai berikut:
1. Marcel Beding (Konsultan-Ketua tim) 2. Lani Indrayati (Konsultan-anggota) 3. Kristiani Manek Heuk (Konsultan-anggota) 4. Dadang Riansyah (WWF- SLDO)
1.5.1.5.1.5.1.5. Periode Periode Periode Periode studistudistudistudi Kegiatan studi ini dijadwalkan selama 55 hari dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan tanggal 16 November 2013. Detail kegiatan dan waktunya secara mendetail diuraikan pada pada bagian lampiran dari laporan ini.
2222 METMETMETMETODE ODE ODE ODE STUDISTUDISTUDISTUDI 2.1.2.1.2.1.2.1. Pendekatan Pendekatan Pendekatan Pendekatan StudiStudiStudiStudi Studi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan “Penelitian Pengembangan” (Research and Development). Menurut Borg and Gall (1989:782), yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product”. Kadang-kadang studi seperti ini juga disebut ‘research based development’, yang
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
4
muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan dan sikap. Berdasarkan hasil studi ini akan disusun desain model konseptual pelatihan keterampilan usaha terpadu. Dengan desain model yang terpadu ini diharapkan dapat menjawab aspek-aspek teknis yang berkaitan erat dengan pengembangan kualitas kelompok-kelompok usaha terutama kebutuhan peningkatan kapasitas kelompok-kelompok tersebut sebagai penerima manfaat program (beneficiaries). Beberapa data hasil wawancara maupun observasi dilapangan yang bersifat non teknis namun sangat berpengaruh pada aspek teknis kelompok-kelompok usaha yang telah berjalan juga akan disinggung dalam bentuk rekomendasi yang harus ditindaklanjuti. 2.2.2.2.2.2.2.2. Analisis DoAnalisis DoAnalisis DoAnalisis Dokkkkumen dan Laporanumen dan Laporanumen dan Laporanumen dan Laporan Dokumen-dokumen program baik itu dokumen perencanaan, laporan kemajuan pekerjaan, strategi program, evaluasi proyek dan lain-lain merupakan bahan yang penting bagi kegiatan studi ini. Analisis terhadap dokumen program berfungsi sebagai panduan dan bahan pembanding antara perencanaan di belakang meja dengan pelaksanaan di lapangan, meski tidak menutup kemungkinan bahwa pencocokan terhadap dokumen program ternyata perlu dilakukan setelah melihat kondisi dan situasi dilapangan yang tidak sesuai. Poin-poin secara mendetail dari hasil analisis dokumen dan laporan akan disampaikan pada sub bab 4.1. Kesimpulan dari perencanaan dan panduan teknis. 2.3.2.3.2.3.2.3. Kunjungan LapanganKunjungan LapanganKunjungan LapanganKunjungan Lapangan Kunjungan lapangan merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan studi penilaian kebutuhan peningkatan kapasitas kelompok usaha ini. Dalam kunjungan lapangan, metode-metode yang dilakukan bisa dalam bentuk observasi/pengamatan kondisi kelompok usaha termasuk pencatatan usaha, wawancara dengan penerima manfaat/beneficiaries, kelompok diskusi terarah/Focus Group Discussion untuk menggali permasalahan yang terkait dengan aspek teknis disamping mengamati hal-hal non teknis yang berkaitan dengan perilaku anggota kelompok dalam kegiatan usahanya. Dalam studi ini, lokasi yang dipilih menjadi sumber data dan penilaian adalah kelompok yang memiliki masalah teknis dalam melakukan kegiatan usaha yang direncanakan dan kelompok yang berhasil usahanya dengan mempertimbangkan keragaman sosio kultural dan tingkat ekonomi yang ada dalam masyarakat juga keterwakilan secara demografi di sekeliling kawasan Taman Nasional Sebangau. Point-point penting dari hasil kunjungan lapangan ini akan diuraikan secara lengkap pada sub bab 4.2. Kesimpulan dari pelaksanaan di lapangan. 2.4.2.4.2.4.2.4. Laporan Laporan Laporan Laporan StudiStudiStudiStudi Teknis MenyeluruhTeknis MenyeluruhTeknis MenyeluruhTeknis Menyeluruh
Laporan studi teknis secara menyeluruh merupakan kombinasi dari kedua metode studi diatas. Didalam laporan ini semua temuan baik yang bersumber dari analisis dokumen/laporan program maupun temuan dilapangan akan dimunculkan sebagai poin-poin penting yang merupakan prinsip-prinsip dasar (basic guidance) dalam membangun dan mengembangkan kelompok-kelompok usaha di masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Sebangau. Hasil kajian dari studi teknis secara menyeluruh akan dipaparkan secara lengkap dalam bab akhir laporan ini yaitu di sub bagian 4.3 Solusi.
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
5
3333 PENGUMPULAN DATAPENGUMPULAN DATAPENGUMPULAN DATAPENGUMPULAN DATA 3.1.3.1.3.1.3.1. Data LiteraturData LiteraturData LiteraturData Literatur Beberapa data literatur yang diperoleh dari Program SED adalah seperti diuraikan dibawah ini:
1. Logframe project : SED SIDA (2010-2012) 2. AWP 2013 SED Sebangau 3. AWP 2013 HoB dan Sebangau 4. SIDA Framework 2010-2013 5. Laporan Kegiatan : Pelatihan pembuatan pupuk organik (BOKASHI) di Desa
Sebangau Mulya – Oktober 2004 6. Laporan Kegiatan : Pelatihan budidaya dan pengolahan paska panen tanaman lidah
buaya (Aloe Vera) di Kecamatan Sebangau Kuala – Maret 2005. 7. Laporan Kegiatan : Pelatihan dan temu usaha budidaya pedesaan serta prospek
usaha perikanan ikan dan nelayan di Desa Baun Bango – Mei 2005 8. Laporan Kegiatan : Pelatihan pembuatan keramba dan pembudidayaan ikan dalam
keramba di Desa Baun Bango – Mei 2006 9. Laporan Kegiatan : Pelatihan pengolahan paska panen ikan di Palangka Raya-
November 2008 10. Laporan Kegiatan : Pelatihan pembuatan pupuk organik bokashi dan pestisida nabati
di Desa Mekar Tani – November 2008 11. Laporan Kegiatan : Pelatihan anyaman purun di Palangka Raya – November 2008 12. Laporan Kegiatan : Penyusunan paket terintegrasi kawasan ekowisata Baun Bango,
Jahanjang dan Karuing di Kecamatan Kamipang – Agustus 2010
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
6
13. Laporan Kegiatan : Peningkatan kapasitas simpul ekowisata Kecamatan Kamipang di Eco Village, Sei Gohong – September 2011
14. Laporan Kegiatan : Penggunaan dana hibah PT. Ultra Jaya – Jakarta bagi petani Lidah Buaya (Aloe Vera) di Mekar Tani, Sebangau Kuala-Desember 2011
15. Technical Progress Report (TPR) WWF Kalteng Dalam dokumen-dokumen ini terdapat beberapa point yang telah dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan studi penilaian kebutuhan peningkatan kapasitas kelompok usaha masyarakat yang berkaitan dengan aspek Teknis seperti tergambar dalam SIDA SED Framework :
� Tujuan utama dari rangkaian kerangka kerja SED 2010-2013 adalah tercapainya
masyarakat sipil di wilayah kerja secara aktif memberikan kontribusi pada peningkatan penghidupan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan dalam lingkup satu planet
� Salah satu fokus program adalah peningkatan penghidupan mata pencaharian di wilayah kerja ditingkatkan, berbasis pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan melalui strategi perkuatan kapasitas internal mitra organisasi berbasis masyarakat untuk mendukung kegiatan pengembangan peningkatan mata pencaharian yang berkelanjutan dan memperbaiki kondisi eksternal yang mempengaruhi kelangsungan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan mata pencaharian yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada partisipasi masyarakat
� Strategi dan pendekatan proyek dengan jalan kerjasama langsung/tidak langsung dengan masyarakat maupun CBO/NGOs.
� Prioritas penerima manfaat dari proyek yaitu masyarakat di buffer zone Taman Nasional Sebangau
� Terdapat beberapa sasaran antara yang harus dicapai untuk menunjang pencapaian tujuan utama yaitu terbangunnya kapasitas dalam mengidentifikasi dan melaksanakan kegiatan peningkatan mata pencaharian yang berkelanjutan, terlaksananya berbagai kegiatan usaha yang menhasilkan pendapatan secara berkelanjutan, terlaksananya kegiatan-kegiatan usaha yang menghasilkan protein/gizi
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
7
secara berkelanjutan, meningkatnya akses dan jangkauan pasar, meningkatnya akses informasi produk dan adanya persiapan menghadapi perubahan iklim.
� Untuk mencapai sasaran antara tersebut harus dilaksanakan berbagai aktifitas-aktifitas sebagai berikut ; pelatihan-pelatihan, berbagi pengalaman antara kelompok usaha, pertukaran kunjungan studi banding, pengembangan rencana usaha ekonomi hijau, melaksanakan analisa kebutuhan dan kegiatan-kegiatan usaha yang menghasilkan pendapatan dan protein/gizi bagi masyarakat, menjembatani penghasil produk dan pembeli produk, mendorong adanya kemitraan dan model akses permodalan, mengembang sistem pemasaran dan promosi produk melalui media serta melakukan kajian dampak perubahan iklim bersama masyarakat.
Manual, Prosedur, Standar, Panduan dan Modul Pelatihan SED Dokumen-dokumen yang fungsinya sebagai guideline atau panduan dasar teknis bagi petugas lapangan atau relawan pada program SED ini belum tertata dengan rapi sehingga mudah dan efektif dalam penggunaannya. Beberapa panduan bahkan masih bersifat verbal antara SEDC ke SLDO atau CIDO, Bahkan panduan ataupun daftar simak sebagai alat untuk memonitoring rencana tindak lanjut (RTL) dari berbagai pelatihan yang telah dilaksanakan belum sempat dikembangkan. Manual dan/atau panduan yang berkenaan dengan prinsip-prinsip dasar pengembangan sosial dan ekonomi masyarakat ini akan sangat membantu petugas lapangan/relawan dalam mengelola kegiatan bersama masyarakat layanan, sehingga standar pelayanan di setiap lokasi akan terkontrol dengan baik sesuai dengan rencana dan strategi program. Technical Progress Report (TPR) Beberapa poin menarik dari dokumen laporan ini yang memiliki korelasi cukup penting dalam studi ini adalah:
� Tidak terdapatnya informasi yang dilaporkan berkaitan dengan pelatihan teknis untuk petugas lapangan.
� Belum tersedianya manual/panduan untuk petugas lapangan/relawan dalam kegiatan pendampingan kelompok berdasarkan jenis usahanya.
3.2.3.2.3.2.3.2. Pengumpulan Data Pengumpulan Data Pengumpulan Data Pengumpulan Data Melalui Daftar Simak/Melalui Daftar Simak/Melalui Daftar Simak/Melalui Daftar Simak/ChecklistChecklistChecklistChecklist Pengumpulan data melalui daftar simak yang berupa kuisoner pengisiannya dibantu oleh anggota kelompok-kelompok usaha dimaksudkan sebagai data yang melengkapi informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi lapangan. Data ini juga akan digunakan sebagai bahan analisis dalam pengambilan kesimpulan dan rekomendasi di bagian akhir laporan ini. 3.3.3.3.3.3.3.3. Wawancara/Wawancara/Wawancara/Wawancara/Interview (ProInterview (ProInterview (ProInterview (Programgramgramgram dan dan dan dan Penerima manfaat/Penerima manfaat/Penerima manfaat/Penerima manfaat/Beneficiaries)Beneficiaries)Beneficiaries)Beneficiaries) Kegiatan ini merupakan bagian dari kunjungan lapangan (field visit). Wawancara dilakukan terhadap masyarakat penerima manfaat dan juga petugas lapangan/relawan, termasuk manajemen proyek, berkaitan dengan siklus pendekatan proyek, proses pelaksanaan kegiatan lapangan, tingkat partisipasi masyarakat, keuntungan dan masalah yang dihadapi dalam hal pengembangan usaha kelompok dengan fokus pada proses produksi dan pemasaran produk. Beberapa poin hasil wawancara yang perlu menjadi catatan adalah sebagai berikut:
� Sebagian besar kelompok usaha yang telah terbangun sudah berhenti proses produksi rutinnya karena kendala kurangnya permintaan pasar.
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
8
� Potensi perikanan desa pada wilayah layanan sangat menjanjikan, baik budidaya kolam atau keramba/jaring apung. Perlu dilakukan analisis yang lebih rinci untuk mengetahui keseimbangan antara kapasitas produksi dengan kebutuhan pasar (balance of supply and demand) sehingga kelompok-kelompok usaha tersebut mempunyai rencana yang lebih realistis dalam kegiatan produksinya.
� Hampir semua penerima manfaat/beneficiaries merasa senang dan mendapatkan manfaat dari sarana yang telah dibangun sehingga mereka menggunakannya, namun karena pendampingan yang kurang intensif menimbulkan kesan bahwa bantuan yang diterima hanya hibah biasa. Perlahan-lahan telah terjadi pergeseran pola pengelolaan aset, sarana/prasarana kelompok menjadi usaha perseorangan..
� Tidak terdapat kesepakatan kerjasama pendampingan antara kelompok usaha dengan WWF secara tertulis yang memuat kriteria dan ketentuan-ketentuan dari kedua belah pihak yang berkaitan pengembangan mata pencaharian yang berkelanjutan.
3.4.3.4.3.4.3.4. Observasi Kondisi LapanganObservasi Kondisi LapanganObservasi Kondisi LapanganObservasi Kondisi Lapangan Observasi lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi secara visual berkaitan dengan keberadaan kelompok-kelompok usaha termasuk melihat produk-produk yang telah dihasilkan, pencatatan produksi dan pemasaran kelompok, serta kemasan akhir. Sayangnya konsultan tidak mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan konsumen produk yang telah dihasilkan kelompok-kelompok usaha ini. Untuk observasi lapangan ini penulis mencoba membagi beberapa item observasi yaitu: Kondisi lingkungan dan sosial ekonomi penerima manfaat (beneficiaries) Secara umum kebiasaan di masyarakat pada wilayah yang telah di kunjungi mempunyai pola jika seseorang memulai sebuah usaha tertentu biasanya selalu diikuti oleh penduduk lainnya, sehingga persaingan tidak dapat dihindari. Karena persaingan yang tinggi membuat usaha tersebut tidak dapat bertahan lama, mereka pun kembali bangkrut dan harus bersusah payah membangun usaha lain sebagai sumber penghasilan, padahal untuk itu mereka harus menyiapkan modal yang banyak. Kesimpulannya bahwa rendahnya kreatifitas dan kurangnya kemampuan inovasi membuat kompetisi sulit diatasi dengan baik. Dilihat dari kacamata sosial ekonomi masyarakat, penetapan penerima manfaat/beneficiaries sudah memenuhi kriteria yaitu keluarga miskin (GAKIN) seperti yang disyaratkan program dari wilayah seputaran Taman Nasional Sebangau, meski ada beberapa keluarga yang sebenarnya sudah tidak masuk dalam kriteria miskin namun menerima manfaat dari proyek ini. Sebagian besar lokasi proyek adalah masyarakat pedesaan (rural) kecuali lokasi di wilayah Kota Palangka Raya yang tergolong masyarakat perkotaan (urban) dan semi perkotaan (pre urban). Perbedaan kondisi sosial ekonomi masyarakat ini berdasarkan pengalaman memiliki korelasi yang erat dengan tingkat partisipasi masyarakat khususnya dalam hal mobilisasi kontribusi tenaga dan dana. Berikut ini adalah peta sebaran kemiskinan Tahun 2013 di Kalimantan Tengah :
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
9
Kapasitas kelompok usaha Dalam beberapa kasus dimana kegiatan kelompok yang sedang berjalan ditemukan berbagai hambatan/kendala yang membutuhkan pembenahan secara intensif. Sistem kerja pengembangan produk yang tidak ada standar menyebabkan kelompok usaha kesulitan untuk menyesuaikan dengan spesifikasi/kebutuhan konsumen. Terdapat pula kendala transportasi yang berbiaya tinggi dan berdampak langsung terhadap harga pemasaran yang kurang kompetitif. Kondisi dimana kurangnya pendampingan teknis di lapangan menjadi penyebab utama kesulitan kelompok dalam mengembangkan usahanya ketika membutuhkan nasihat yang memadai, bahkan ada kelompok-kelompok usaha yang sudah menghentikan proses produksinya. Hal-hal seperti itu tentunya akan mempengaruhi tercapainya tujuan dari program SED itu sendiri atau pencapaiannya tidak akan maksimal sesuai rencana. Berkenaan dengan pola permodalan dan sistem usaha kelompok yang sangat berhasil terdapat kegiatan usaha penggemukan sapi dengan sistem kredit di Desa Mekar Tani yang bisa dijadikan model yang baik untuk direplikasikan ke wilayah lain pada kondisi karakteristik masyarakat yang sama. Resume Hasil Kunjungan Lapangan Rangkuman hasil dari kunjungan lapangan yang dilakukan bersama petugas lapangan program SED selama 5 hari dapat dilihat pada bagian lampiran dari laporan ini. 3.5.3.5.3.5.3.5. Diskusi Kelompok TerarahDiskusi Kelompok TerarahDiskusi Kelompok TerarahDiskusi Kelompok Terarah Diskusi kelompok terarah atau yang biasa disebut FGD juga dilakukan untuk menggali informasi secara detail dari sekelompok pelaku usaha (jumlahnya tidak lebih dari 10 orang)
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
10
agar diperoleh data yang lebih dalam. FGD ini diterapkan pada kelompok-kelompok usaha yang telah diwawancarai agar diperoleh pendapat atau ide-ide pengembangan usaha dari mereka sendiri sebagai pelaku usaha termasuk model pendampingan yang diharapkan untuk masa yang akan datang. Meski tidak terlalu berhasil namun ada beberapa informasi penting yang bisa dipakai sebagai catatan dalam studi ini yaitu:
� Adanya keinginan yang kuat dari kelompok-kelompok usaha masyarakat untuk mempunyai usaha yang kompetitif, sehingga bisa menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga bisa menjadi momentum yang tepat untuk melakukan perbaikan-perbaikan dilapangan. Hal ini ternyata relevan dengan data wawancara yang dilakukan sebelumnya.
� Tingkat partisipasi yang rendah khususnya pada masyarakat di daerah urban dan pre urban merupakan masalah yang harus dicarikan pemecahannya pada masa yang akan datang berkaitan dengan paska berakhirnya masa pendampingan.
� Permasalahan teknis pengembangan kapasitas kelompok misalnya fasilitator pelatihan dapat menggunakan pihak-pihak penyedia jasa pelatihan yang profesional atau minimal seorang fasilitator kepelatihan telah memiliki jam terbang yang memadai.
4444 KESIMPULANKESIMPULANKESIMPULANKESIMPULAN, SOLUSI, SOLUSI, SOLUSI, SOLUSI DAN REKOMENDASIDAN REKOMENDASIDAN REKOMENDASIDAN REKOMENDASI 4.1.4.1.4.1.4.1. Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan Kesimpulan dari Perencanaan dan Panduan Teknisdari Perencanaan dan Panduan Teknisdari Perencanaan dan Panduan Teknisdari Perencanaan dan Panduan Teknis Dari uraian pada bab 3 diatas berikut beberapa poin kesimpulan yang menurut konsultan penting untuk dimunculkan dalam studi ini yaitu: Strategi dan Pendekatan Proyek Strategi untuk memberdayakan sumber daya local baik Forum Masyarakat maupun CBO/NGOs yang ada dilokasi program merupakan strategi yang cukup baik, diharapkan mampu menjamin keberlanjutan setelah selesainya masa pendampingan program apalagi kegiatan ini paralel dengan penguatan kelembagaan/peningkatan kapasitas lokal pada phase implementasi dan paska implementasi. Hanya diperlukan beberapa perbaikan berkaitan dengan pola pendekatan agar lebih mendorong partisipasi masyarakat secara masif. Adapun usulan-usulan tersebut sesuai data dan fakta-fakta lapangan adalah sebagai berikut : Penerima manfaat/Beneficiaries Prioritas penerima manfaat dari proyek yaitu keluarga miskin (GAKIN) sebagai pelaku usaha produktif akan membantu meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat sehingga
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
11
mengurangi ketergantungan terhadap alam disekitar tempat tinggalnya namun proses transfer pengetahuan dan ketrampilan berusaha yang kompetitif perlu dirancang secara seksama sehingga aplikatif di lapangan. Bila perlu, pola pengembangannya dengan melibatkan pelaku-pelaku usaha perorangan yang telah berhasil di lokasi sebagai nara sumber sehingga aspek partisipasi masyarakat yang masif dapat berkembang dengan sendirinya.
Manual dan Standard/Guideline Dokumen-dokumen yang fungsinya sebagai guideline atau panduan dasar teknis bagi petugas lapangan pada program ini masih terbatas hanya mencukupi untuk kebutuhan yang berskala kecil. Penyusunan manual/modul sebagai standar yang secara resmi diadopsi oleh program sebagai acuan pelaksanaan kegiatan perlu segera dilakukan sehingga terciptanya pola yang sama ketika melakukan replikasi di wilayah lain. Tingkat Pencapaian Kelompok Suatu kondisi yang menarik bahwa di beberapa lokasi pendampingan telah tersedia rencana produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang sangat tinggi terhadap produk kelompok usaha terutama budidaya ikan baik basah maupun kering. Konsumen-konsumen tersebut bahkan ada yang mencari produk sampai ke sentra produksi. Sayangnya keadaan ini kurang bisa berjalan secara maksimal pada proses produksi untuk memenuhi permintaan pasar tersebut. Ada berbagai kemungkinan kenapa hal tersebut masih terjadi diantara penyebab yang mungkin adalah banyaknya kendala yang terjadi pada pola pasokan benih dan penyediaan pakan, pola budidaya berdasarkan analisis tren kebutuhan pasar. 4.2.4.2.4.2.4.2. Kesimpulan dari Pelaksanaan di LapanganKesimpulan dari Pelaksanaan di LapanganKesimpulan dari Pelaksanaan di LapanganKesimpulan dari Pelaksanaan di Lapangan Kesimpulan dari pelaksanaan atau implementasi di lapangan merupakan kesimpulan dari informasi yang didapat dilapangan baik itu yang bersifat observasi, wawancara/interview maupun kelompok diskusi terarah/FGD. Berikut ini data-data yang berhasil dikumpulkan : Tabel : kualifikasi pendidikan anggota kelompok usaha
Desa lokasi studi SD SMP SMA Sarjana Total
Responden Kereng Bangkirai Mekar Tani Tumbang Runen Karuing Jahanjang Baun Bango Mekar Jaya
TOTAL Dengan kualifikasi pendidikan ...% SD, ...% SMP, ...% SMA, ....%Sarjana dan sisanya tidak pernah mengenyam pendidikan akan menjadi tantangan tersendiri bagi penyedia jasa
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
12
pelatihan/pelatih dalam mengemas bentuk pelatihan sehingga memberikan kemudahan bagi peserta untuk memahami materi. Tabel : topik/tema kebutuhan pelatihan bagi anggota kelompok
Topik/Tema pelatihan # Responden % Ket Ketrampilan pemasaran produk Ketrampilan promosi produk Ketrampilan pengemasan produk Ketrampilan produksi usaha Ketrampilan komunikasi ke konsumen Pengetahuan analisis usaha
Dalam melakukan pemilihan topik/tema pelatihan, program dapat menggabungkan beberapa tema yang berhubungan dalam sebuah pelatihan atau melakukan pelatihan berdasarkan topik/tema. Berikut ini beberapa kesimpulan yang didapat dari implementasi dilapangan :
1. Terdapat kebutuhan yang sangat tinggi terhadap pengembangan kapasitas kelompok-kelompok usaha tersebut dalam bentuk pelatihan-pelatihan. Oleh karena itu perlu ditambahkan/dipersiapkan manual/panduan yang standar bagi petugas lapangan/relawan yang belum ada dalam daftar dokumen program dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki masalah atau meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kelompok sasaran.
b. Memastikan bahwa para partisipan baik individu maupun lembaga yang mengikuti pelatihan benar-benar sasaran yang tepat.
c. Memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang menjadi pembelajaran selama pelatihan benar-benar sesuai dengan elemen-elemen yang dituntut dari suatu capaian tertentu.
d. Mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi pelatihan.
e. Memastikan bahwa masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap tertentu bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa diselesaikan melalui pelatihan.
f. Memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana.
2. Siklus daur ulang pendekatan pembentukan kelompok usaha masyarakat yang
partisipatif belum terpola dengan baik, sehingga bisa menyebabkan perbedaan pola ketika dilakukan replikasi kegiatan ke wilayah yang lain.
3. Pengalaman kelompok yang masih kurang dalam hal pembagian tugas anggota kelompok, sebaran ketrampilan individu anggota kelompok yang tidak merata serta keterkaitan struktur organisasi untuk kerjasama internal dan eksternal menyebabkan kurangnya kepercayaan diri untuk mengajarkan pengetahuan dan kemampuannya ke kelompok lain yang sejenis di masyarakat.
4. Kegiatan-kegiatan atau diskusi pembelajaran dari keberhasilan dan kegagalan proyek-proyek lain dibidang pengembangan sosial dan ekonomi yang dilaksanakan oleh WWF maupun organisasi lain masih kurang, untuk hal ini program SED bisa melakukan semacam studi banding di proyek lain yang memiliki pendekatan sama.
5. Sistem monitoring program masih terlalu fokus pada pencatatan aspek kuantitatif
aktifitas demi menjawab kebutuhan rencana kerja tahunan.
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
13
6. Kendala lainnya berkaitan dengan kemampuan fasilitasi relawan/ petugas lapangan
terutama pengetahuan dan ketrampilan yang belum memadai dalam melakukan analisis kebutuhan pelatihan bagi pengembangan kelompok-kelompok usaha masyarakat dilapangan.
7. Diperlukan suatu pola pelaporan secara periodik terhadap perkembangan setiap kelompok usaha dalam aspek produksi dan pemasaran termasuk pelaksanaan berbagai rencana tindak lanjut dari berbagai pelatihan yang telah diikuti.
4.3.4.3.4.3.4.3. Solusi Solusi Solusi Solusi
Untuk menjembatani pengembangan kapasitas kelompok-kelompok usaha ini diperlukan sebuah desain model konseptual pelatihan keterampilan usaha terpadu. Dalam model pelatihan yang akan dikembangkan isi materi ajaran harus diberlakukan secara fleksibel, tidak terpaku pada jadwal (lebih banyak kegiatan prakteknya dari pada teori, bahan belajar disederhanakan) Diharapkan petugas lapangan program SED juga menperoleh kesempatan berlatih secara tidak langsung dalam penerapannya dan dari pengalaman tersebut dapat disusun sebuah standar operasional program/SOP. Desain model konseptual pelatihan keterampilan usaha terpadu yang disusun dalam studi ini menerapkan pendekatan sistem pembelajaran dengan memperhatikan delapan komponen. Secara garis besar kedelapan komponen tersebut tercakup dalam tiga tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan terdiri dari: (1)menentukan tujuan pelatihan, (2)menentukan mata pelajaran dan analisis tujuan pelatihan, (3) menentukan kelompok calon peserta dengan mengidentifikasi kemampuan awal calon peserta pelatihan yang akan menerima pelajaran, dan (4) merumuskan tujuan atau tingkat hasil belajar yang ingin dicapai dengan menentukan kawasan belajar tertentu dari setiap mata pelajaran. Tahap pelaksanaan, terdiri dari; (1)menentukan tes awal (pre-test) dari setiap mata pelajaran dengan mendasarkan pada tingkat hasil belajar yang telah ditentukan, (2)pengembangan materi pelajaran untuk setiap mata pelajaran, dan (3)pengembangan strategi pembelajaran. Sedang pada tahap evaluasi menentukan 1 komponen, yaitu tes akhir (post-test). Tes ini bertujuan untuk mengetahui manfaat dari pelatihan yang telah diikuti peserta. Seperti dalam diagram berikut ini 2 langkah konkrit yang bisa dilakukan dalam tahap perencanaan yakni:
1.1.1.1. Identifikasi kebutuhan pelatihanIdentifikasi kebutuhan pelatihanIdentifikasi kebutuhan pelatihanIdentifikasi kebutuhan pelatihan 2.2.2.2. Analisis kebutuhan pelatihanAnalisis kebutuhan pelatihanAnalisis kebutuhan pelatihanAnalisis kebutuhan pelatihan
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
14
Identifikasi kebutuhan pelatihan diperlukan untuk menyiapkan rencana/program pelatihan. Hasil identifikasi kebutuhan pelatihan diperlukan sebagai dasar untuk merencanakan sebuah program pelatihan (terkait isu/tema, tujuan, sasaran/hasil yang akan dicapai, kelompok sasaran, pendekatan, metode, teknik, serta pelaksanaan dan evaluasi program pelatihan). Seperti diketahui bahwa kebutuhan pelatihan adalah kesenjangan/gap antara pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan/diminta dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dimiliki oleh seseorang atau lembaga serta selisih/gap antara kondisi yang diminta dengan kondisi yang telah dicapai. Dengan analisa ini, maka akan diketahui adanya "gap" dari kebutuhan. Gap inilah yang menjadi dasar ditetapkannya program pelatihan (lihat framework diatas). Artinya, pelatihan yang dilakukan didasarkan pada kebutuhan bukan pada pemenuhan semata adanya pelatihan. Setelah diidentifikasi, secara naratif ditunjukkan kondisi nyata mengenai kelompok/organisasi baik yang terkait dengan tugas terhadap suatu fungsi/posisi/jabatan tertentu, kemampuan dan keterampilan setiap individu, dan sejauh mana pencapaian visi kelompok/organisasi. Untuk menganalisa kebutuhan pelatihan apa yang bisa diterapkan, perlu dipetakan hasil identifikasi tersebut. Selanjutnya hasil identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan dapat dipetakan dalam bentuk matrik tabel analisis kebutuhan pelatihan. Produk akhirnya adalah daftar atau list kebutuhan pelatihan. Adapun bentuk matriknya dapat dilihat pada tabel dalam lampiran laporan ini. Proses pelatihan akan berjalan lebih optimal jika diawali dengan analisa kebutuhan pelatihan yang tepat. Ada tiga jenis analisa kebutuhan pelatihan yang bisa dijadikan sebagai alat untuk menilai kebutuhan pelatihan, (Cascio, 1992; Schuler, 1993) yakni:
• Analisa tingkatan tugas/task-based analysis,
• Analisa tingkatan individu/person/individu-based analysis,
• Analisa tingkatan organisasi/organizational-based analysis. Penjelasannya adalah sebagai berikut: Analisa Analisa Analisa Analisa tingkatan tugas/tingkatan tugas/tingkatan tugas/tingkatan tugas/TaskTaskTaskTask----based Analysis :based Analysis :based Analysis :based Analysis :
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
15
Pertanyaan yang dapat diajukan di tingkat analisis ini antara lain:
• Apa sajakah tugas dan tanggung jawab dari pekerjaan/fungsi tertentu?
• Apakah ada perubahan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan/fungsi sehubungan dengan adanya perubahaan kebijakan di tingkat kelompok/organisasi?
• Ketrampilan dan pengetahuan apa sajakah yang perlu dimiliki agar dapat memenuhi tugas dan tanggungjawab tersebut secara kompeten?
Analisis tingkatan individu/Analisis tingkatan individu/Analisis tingkatan individu/Analisis tingkatan individu/PersonPersonPersonPerson----based Analysis:based Analysis:based Analysis:based Analysis: Pertanyaan yang dapat diajukan di tingkat analisis ini antara lain:
• Ketrampilan dan pengetahuan apa saja yang sudah dimiliki?
• Pelatihan apa saja yang sudah diikuti?
• Cara pelatihan seperti apa yang paling dapat memenuhi kebutuhan individu? Pelatihan di ruang kelas, pelatihan di tempat kerja, atau metode lain?
• Apakah lebih baik menggunakan trainer dari luar atau dari dalam organisasi pendamping?
Analisis tingkatan organisasi/Analisis tingkatan organisasi/Analisis tingkatan organisasi/Analisis tingkatan organisasi/OrganizationalOrganizationalOrganizationalOrganizational----based Analysis:based Analysis:based Analysis:based Analysis: Pertanyaan yang dapat diajukan di tingkat analisis ini antara lain:
• Apakah visi dan strategi kelompok/organisasi ?
• Adakah faktor-faktor kunci yang menghambat pencapaian visi dan strategi kelompok/organisasi ?
• Faktor-faktor apa sajakah yang harus ditingkatkan dalam pencapaian visi kelompok/organisasi ?
Opsi lain yang lebih sederhana pada tahap analisis kebutuhan pelatihan usaha terpadu meliputi; (a) analisis kemampuan yang telah dimiliki kelompok usaha saat ini, (b) analisis masalah dan kebutuhan yang diharapkan dalam pelatihan, dan (c) analisis potensi sumberdaya yang dapat dikembangkan. Dari hasil analisis atau pengkajian tersebut akan dapat menentukan jenis pelatihan yang dibutuhkan dalam mengembangkan kemampuan berusaha. Sedangkan langkah-langkah yang harus dilakukan pada tahap pelaksanaan dan evaluasi akan dipaparkan secara mendetail pada manual/panduan lapangan program SED oleh penulis. Selanjutnya pengembangan kelompok-kelompok usaha tersebut untuk skala program SED dapat dilakukan dengan pola yang tetap sesuai dengan kerangka kerja sebagai berikut:
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
16
Dengan memperhatikan hasil pengamatan terhadap kelompok dan usulan anggota kelompok-kelompok tersebut di lapangan terdapat 2 opsi/pilihan dalam pembentukan kelompok :
• Kelompok usaha dibentuk dengan pola: anggota kelompok bekerja sama secara gotong royong mulai dari proses produksi sampai dengan pemasaran produk.
• Kelompok usaha dibentuk dengan pola: anggota kelompok melakukan kegiatan produksi secara individu hanya pemasarannya yang dilakukan secara kelompok.
Program selain perlu meningkatkan kemampuan dalam hal teknis kepada kelompok usaha juga petugas lapangan/relawan harus dilatih sehingga memiliki kemampuan untuk mentransfer pengetahuan dan keahlian/ketrampilan dalam memfasilitasi pengembangan kelompok usaha masyarakat dengan siklus daur ulang yang tetap secara kontinyu/berkesinambungan. 4.4.4.4.4.4.4.4. Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Rekomendasi Dari penjabaran kedua kesimpulan dan tawaran solusi di atas maka beberapa rekomendasi teknis dibawah ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dari studi kebutuhan peningkatan kapasitas kelompok usaha. Adapun rekomendasi-rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menghidupkan dan memperkuat kelembagaan lokal yang mengakar pada komunitas sebagai basis kelompok usaha mata pencaharian masyarakat melalui pelatihan manajemen organisasi dan manajemen pembukuan/keuangan sederhana, pelatihan kepemimpinan, pengembangan kapasitas kaum perempuan melalui pelatihan pengelolaan kebun keluarga, pelatihan keterampilan khusus bagi ibu rumah tangga; serta studi banding antar komunitas sebagai media pembelajaran bersama untuk peningkatan produktifitas dan pemasaran hasil usaha; 2. Pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal yang didukung oleh adanya sarana transportasi yang memadai serta membangun jejaring pasar yang jelas, pendampingan dan petunjuk teknis pada masyarakat secara kontinyu/terus menerus dalam pengembangan program. Kekayaan alam yang melimpah baik pertanian, hasil hutan, dan perikanan pada lokasi studi, namun demikian tiada dukungan dalam hal transportasi dan jaminan kepastian pasar merupakan kendala yang berarti pada peningkatan produktifitas kelompok usaha di masyarakat; 3. Mendorong adanya penyiapan, pembuatan dan mensosialisasikan perangkat kebijakan atau peraturan daerah dalam hal melindungi, mengembangkan dan meningkatkan wilayah kelola masyarakat sebagai asset-asset penghidupan masyarakat agar masyarakat terlibat dalam membangun dan mendukung mekanisme kontrol bersama terhadap pelaksanaan perlindungan dan pemanfaatan asset-asset penghidupan masyarakat bersama multipihak di Kabupaten Katingan, Kota Palangka Raya dan Kabupaten Pulang Pisau, mengingat keunikan dan kekayaan sosial budaya serta potensi alam yang memiliki nilai ekonomi dan ekologi yang tinggi. 4. Desain model konseptual pelatihan usaha terpadu untuk penguatan kapasitas kelompok usaha/lembaga non pemerintah menjadi penting untuk dilakukan segera. Mengembangkan modul-modul pelatihan dengan topik : Penguatan kapasitas kelompok usaha/kelembagaan ini dalam hal manajemen pengelolaan usaha, analisis kelayakan usaha, pengembangan strategi pemasaran produk termasuk promosinya dan manajemen sumberdaya dukungan usaha dan
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
17
permodalan; Penggunaan pola yang tetap dalam proses replikasi pendekatan program ke wilayah layanan lain memberi peluang pembelajaran yang berkesinambungan bagi seluruh pelaku program guna terus memelihara kualitas program sesuai standar WWF. 4.5.4.5.4.5.4.5. ReReReRencana Tindak Lanjutncana Tindak Lanjutncana Tindak Lanjutncana Tindak Lanjut Rencana tindak lanjut (RTL) sebagai bagian dari keluaran yang diharapkan dalam laporan ini telah disusun bersama dengan manajemen dan unit SED WWF Kalimantan Tengah dalam suatu Workshop yang diselenggarakan pada bulan Januari 2014 di Palangka Raya.
5555 DAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKADAFTAR PUSTAKA 5.1. Logframe project : SED SIDA (2010-2012) + 2013 5.2. AWP 2013 SED Sebangau 5.3. AWP 2013 HoB dan Sebangau 5.4. SIDA Framework 2010-2013 5.5. Laporan Kegiatan : Pelatihan pembuatan pupuk organik (BOKASHI) di Desa
Sebangau Mulya – Oktober 2004 5.6. Laporan Kegiatan : Pelatihan budidaya dan pengolahan paska panen tanaman lidah
buaya (Aloe Vera) di Kecamatan Sebangau Kuala – Maret 2005. 5.7. Laporan Kegiatan : Pelatihan dan temu usaha budidaya pedesaan serta prospek usaha
perikanan ikan dan nelayan di Desa Baun Bango – Mei 2005 5.8. Laporan Kegiatan : Pelatihan pembuatan keramba dan pembudidayaan ikan dalam
keramba di Desa Baun Bango – Mei 2006 5.9. Laporan Kegiatan : Pelatihan pengolahan paska panen ikan di Palangka Raya-
November 2008 5.10. Laporan Kegiatan : Pelatihan pembuatan pupuk organik bokashi dan pestisida nabati
di Desa Mekar Tani – November 2008 5.11. Laporan Kegiatan : Pelatihan anyaman purun di Palangka Raya – November 2008 5.12. Laporan Kegiatan : Penyusunan paket terintegrasi kawasan ekowisata Baun Bango,
Jahanjang dan Karuing di Kecamatan Kamipang – Agustus 2010 5.13. Laporan Kegiatan : Peningkatan kapasitas simpul ekowisata Kecamatan Kamipang di
Eco Village, Sei Gohong – September 2011 5.14. Laporan Kegiatan : Penggunaan dana hibah PT. Ultra Jaya – Jakarta bagi petani Lidah
Buaya (Aloe Vera) di Mekar Tani, Sebangau Kuala-Desember 2011 5.15. Technical Progress Report (TPR) WWF Kalteng 5.16. Community Driven Development Manual Book/..... 5.17. Training Need Assesment/Budi Santoso 5.18. Participatory Rural Appraisal (PRA) Manual Book/ ...
6666
Laporan Akhir: Studi Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
18
LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN----LAMPIRANLAMPIRANLAMPIRANLAMPIRAN 6.1 Kerangka acuan kerja (TOR) Studi 6.2 Proposal studi 6.3 Matrik aktifitas kegiatan studi 6.4 Rencana Tindak Lanjut 6.5 Tabel-tabel dan foto/gambar kegiatan : Tabel tabulasi data studi Tabel contoh matrix analisa tingkatan tugas Tabel contoh matrix analisa tingkatan individu Tabel contoh matrix analisa tingkatan organisasi Foto-foto kegiatan studi 6.6 Rangkuman hasil kunjungan lapangan
1
Lampiran 6.1
Kerangka Acuan
Studi Kebutuhan Peningkatan Kapasitas Kelompok-kelompok Pengembangan Mata
Pencaharian Berkelanjutan di Sekitar Taman Nasional Sebangau
Latar Belakang
Kawasan Sebangau ditunjuk sebagai Taman Nasional pada tahun 2004, karena merupakan
ekosistem hutan rawa gambut yang menjadi habitat flora dan fauna yang perlu dilindungi
(khususnya orangutan) dan kapasitasnya dalam menyerap karbon. Ekosistem penting ini
dikelilingi 38 desa, yang sebagian besar masyarakatnya secara tradisional memanfaatkan
sumber-sumber daya alam di dalam kawasan. Sumber daya alam yang biasa dimanfaatkan
adalah sumber daya perikanan dan berbagai jenis hasil hutan bukan kayu (seperti getah
jelutung, kulit gemor, rotan, sayuran hutan, dan berbagai jenis tumbuhan untuk obat. Untuk
mengurangi tekanan terhadap sumber daya di dalam kawasan, dan agar pemanfaatannya
dilaksanakan secara berkelanjutan, WWF Indonesia Program Kalimantan Tengah sejak tahun
2005 melaksanakan program pengembangan mata pencaharian berkelanjutan di desa-desa
sekitar Taman Nasional Sebangau.
Menjelang sepuluh tahun setelah Taman Nasional ditunjuk, sudah cukup banyak inisiatif
pengembangan mata pencaharian yang didampingi. Secara umum, kelompok-kelompok
pengembangan mata pencaharian berkelanjutan ini masih perlu ditingkatkan kapasitasnya,
agar usaha yang dikembangkan benar-benar memberikan manfaat secara ekonomis,
sedangkan di sisi lain memperkuat modal sosial dan sumber daya yang dikelola terjaga
kelestariannya. Ada berbagai bentuk peningkatan kapasitas yang sudah dilaksanakan, seperti
pelatihan-pelatihan keterampilan dan studi banding untuk meningkatkan dan menjaga kualitas
produk. Namun kini perlu dikaji kembali bentuk kapasitas seperti apa yang masih perlu
ditingkatkan lagi. Untuk itu dilakukan studi untuk mengkaji secara lebih rinci kebutuhan
peningkatan kapasitas di masing-masing kelompok, yang nantinya menjadi bahan untuk
merencanakan program pengembangannya ke depan.
Tujuan Studi
Studi dimaksudkan untuk:
1. Meninjau tingkat perkembangan kelompok-kelompok pengembangan mata
pencaharian berkelanjutan.
2. Mengkaji peluang pengembangan kelompok-kelompok di masa depan.
3. Mengkaji peningkatan kapasitas yang diperlukan untuk mengembangkan masing-
masing kelompok.
2
Hasil yang Diharapkan
Studi diharapkan menghasilkan:
1. Pemahaman atas tingkat perkembangan terkini dari kelompok-kelompok
pengembangan mata pencaharian berkelanjutan.
2. Teridentifikasinya peluang-peluang pengembangan kelompok-kelompok di masa
depan.
3. Rekomendasi keperluan peningkatan kapasitas untuk mengembangkan masing-masing
kelompok.
Kelompok Sasaran
Sasaran studi adalah kelompok-kelompok yang mengembangkan bentuk-bentuk mata
pencaharian yang dianggap sesuai dengan pola pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan di zona penyangga Taman Nasional Sebangau. Selain itu juga dipertimbangkan
potensinya untuk direplikasi di desa-desa lain di sekitarnya.
Daftar kelompok yang menjadi sasaran studi adalah sebagai berikut:
Kegiatan Jumlah Lokasi Keterangan
Budidaya &
Pengembangan
Produk Lida Buaya
1 Desa Mekar Jaya, Kec.
Sebangau Kuala, Kab. Pulang
Pisau
Dibina sejak 2005. Pernah
sampai memproduksi nata de
aloe, dodol dan teh. Sempat
habis tanamannya terlanda
banjir 2010. Kini bangkit lagi,
namun hanya sampai
produksi teh dan suplai
bahan segar ke Palangka
Raya.
Budidaya Perikanan 10 Tumbang Runen, Jahanjang,
Karuing, Parupuk, Telaga,
Dusun Lantungan (Desa
Galinggang Kec. Kamipang),
Tumbang Bulan (Kec.
Mendawai); semuanya di
Kab. Katingan
Mulai 2011, sebagian besar
budidaya di dalam keramba,
dan sebagian kecil di dalam
kolam terpal.
Pengembangan
Produk Olahan Ikan
4 Baun Bango, Tumbang
Runen, Jahanjang, Karuing
(Kec. Kamipang, Kab.
Katingan)
Secara tradisional hanya
membuat ikan kering. Kini
sudah bisa membuat nugget,
bakso, dan abon).
Ekowisata 3 Baun Bango, Jahanjang,
Karuing (Kec. Kamipang, Kab.
Katingan)
Dibina sejak 2007. Terdapat 3
simpul ekowisata tingkat
desa, yang terbagi lagi ke
dalam kelompok-kelompok:
kesenian, penyedia makanan,
jasa transportasi, dayung
sampan.
Budidaya Anggrek 3 Baun Bango, Jahanjang (Kec. Masih dalam skala kecil,
3
Kegiatan Jumlah Lokasi Keterangan
Kamipang, Kab. Katingan),
Kereng Bangkirai (Kec.
Sabangau, Kota Palangka
Raya)
sudah mendapat pelatihan
budidaya dengan kultur
jaringan.
Kerajinan 2 Baun Bango (Kec. Kamipang,
Kab. Katingan), Kereng
Bangkirai (Kec. Sabangau,
Kota Palangka Raya)
Mulai 2008. Kelompok di
Baun Bango membuat
anayaman dari bahan rotan
dan bemban; sedangkan yang
di Kereng Bangkirai khusus
dari purun.
Pertanian Organik 1 Mekar Tani (Kec. Mendawai,
Kab. Katingan)
Dibina mulai 2008. Pernah
mendapat bantuan mesin
pengolah pupuk organik dari
Dinas Pertanian Katingan.
Budidaya jamur 2 Mekar Tani (Kec. Mendawai,
Kab. Katingan)
Program bantuan Balai
Taman Nasional Sebangau
tahun 2010. Diharapkan
pengembangannya untuk
membuat krupuk jamur.
Ternak sapi 1 Mekar Tani (Kec. Mendawai,
Kab. Katingan)
Program bantuan Balai
Taman Nasional Sebangau
tahun 2010. Sedang
dikembangkan untuk
memanfaatkan biogas dari
kotorannya.
Jangka Waktu Studi
Studi dimulai pada bulan September 2013 dan laporan hasil studi diharapkan selesai pada
akhir bulan November 2013.
Pembiayaan
Pendanaan untuk studi ditanggung oleh WWF Indonesia melalui dukungan dari Sida
(ID019001-3520-0014). Biaya untuk pihak ketiga (konsultan) terpisah dari biaya perjalanan ke
lapangan.
Lampiran
Peta Lokasi Kelompok Sasaran
Lampiran 6.2
CAPACITY BUILDING ASSESMENT STUDYCAPACITY BUILDING ASSESMENT STUDYCAPACITY BUILDING ASSESMENT STUDYCAPACITY BUILDING ASSESMENT STUDY
FORFORFORFOR WWF INDONESIAWWF INDONESIAWWF INDONESIAWWF INDONESIA
CENTRAL KALIMANTAN PROGRAMCENTRAL KALIMANTAN PROGRAMCENTRAL KALIMANTAN PROGRAMCENTRAL KALIMANTAN PROGRAM
PROPOSED BY PROPOSED BY PROPOSED BY PROPOSED BY MARCEL BEDINGMARCEL BEDINGMARCEL BEDINGMARCEL BEDING
KUPANGKUPANGKUPANGKUPANG, , , , 24 SEPTEMBER24 SEPTEMBER24 SEPTEMBER24 SEPTEMBER 2020202013131313
1. BACKGROUND
WWF Indonesia, Central Kalimantan office currently is implementing the
Conservation and Sustainable Development Projectin buffer zones areaof Sebangau
National Park area since medio 2005.
The main objective of program/project is to protect ecosystem of Sebangau
National Park
Considering to the WWF vision and mission, this project always maintain the
quality control of program result in a technical aspect also social and environmental
impact in the others aspect. In the technical aspect, improving quality of livelihood
groupswill be main issue to ensure the natural resources can be used by community
for the long period in sustainability ways.
Refer to big scope of projecton ensuring the quality control is doing as properly,
this project is looking the consultant to support their project activity for capacity
building assessment study to gain better implementation trough the current and
future activity.
2. OBJECTIVE
To maintain the quality control of project implementation on proper result, this
project initiated to hire the sort term consultant with the objective assignment are:
� To conducting an assessment study for livelihood groups capacity building
on intervention areas.
� input and recommendation to improving the livelihoods groupscapacity to
meet with project objectives.
3. OUTPUT
The out put of consultant after completed the assignment is a final report of
assessment study activity and recommendation.
4. ACTIVITY
The scopes of activities for this evaluation by consultant are:
� Collecting data of project implementation
� Review the existing manual of implementation
� Observation, interview, measurement, survey sampling etc. during Field
Visit
� Developing final report include recommendation
� Consultation with project management team
5. METHOD AND STRATEGY
The strategy and methodology of evaluation are:
� Agreement on the scope of work between consultant and project
management prior to undertaking the assignment.
� Clear understanding of role in the team members, consultant and project
staff who involves in mission.
� Involving Field Office during community approach process using tools as a
part of capacity building for field staff.
� Observation, interview, measurement, survey sampling for construction
facilities during Field Visit
� Interview, appraisal and questionnaires for marketing, supply chain of
community group products to know the rating of services. The focus group
discussion with women will be an option if during interview with
community, no representative of women impressing their problems.
� Analyzing data (literate and fact finding) as bases of recommendation.
6. PERSONS
Consultant under supporting by project staff who appointed will do the activities,
the composition of teams are:
1. Marcel Beding(Community Development Expert/Team leader)
2. Lani Indrayati (Capacity Building Specialist/Team member)
3. Oktaviana Djulete (Team Assistant)
4. Dadang Riansyah (Sustainable Livelihoods Development Officer – WWF
Indonesia, Central Kalimantan Program).
7. PROJECT DURATION
The activity will be conducted maximum 34 days from 14 October to 16 November
2013.
8. BUDGET PROPOSED
Has been agreed by both parties if the payment for the consultant team a total
amount-----------IDR, WWF will responsible for consultant team transport from
home to Central Kalimantan office and covered team lodging during consultancy
activity.
The project will provide the vehicle for transportation during assessment activity of
the project area. Stationary, office supplies and drafter during the process of
completion a report will arrange by consultant.
CAPACITY BUILDING ASSESMENT STUDY Lampiran 6. 3
MATRIX OF ACTIVITY PLANNING AND TIME FRAME
1 Data collection and discussion Complete data of community
groups, location, implementation
report, methodologies etc.
Office Palangka
Raya
PM, ComDev
Coord, Field
Staff
2 Develop schedule of field visit
and preparation with staff
Sites for visit selected, schedule
of visit agreed
Office Palangka
Raya
ComDev
Coord, Field
Staff
3 Field visit:
- Technical review Situation and condition of
fcommunity groups recorded
Fields ComDev
Coord, Field
Staff
- Community interview and
discussion
Information of process,
satisfactory, problems, benefit,
supply chain, marketing, etc.
Fields ComDev
Coord, Field
Staff
- Focus Group Discussion with
women (if necessary)
Information of womens
involevement, problems on
O&M, expectation etc.
Fields ComDev
Coord, Field
Staff
4 Checklist data and confirmation Datas confirmed Office and fields ComDev
Coord, Field
5 Develop draft report and
recommendation
Draft report completed as
schedule
Office Palangka
Raya
PM and
ComDev
Coord
6 Presentation and consultation of
draft report to project
Draft report approved Office Palangka
Raya
PM and
ComDev
Coord
7 Finalized report and
recommendation
Final report (development
process, revised and printed)
completed
Office Palangka
Raya
PM and
ComDev
Coord
Proposed by: Consultant
ACTIVITYNO.PERSONS
SUPPORTLOCATIONTARGET
NOV-2013
.... Days
Lampiran 6.4
Rencana Tindak Lanjut
Note: Rencana tindak lanjut study ini akan dilaksanakan bulan Januari 2014 di Palangkaraya
Lampiran 6.5
Tabulasi data – Studi pengembangan kapasitas kelompok usaha di kawasan Taman Nasional Sebangau
No Jumlah
responden
Jumlah kelompok Jumlah
Desa
1 51 9 kelompok usaha
14 Sub kelompok ekowisata
7
Data Responden
Nama Desa Nama kelompok
usaha
Jumlah responden Jumlah anggota
kelompok usaha
Persentase
Kerengbangkirai Anyaman purun 4 10
Mekar Tani Pupuk organic
Jamur tiram
4
2
25
10
Karuing Ekowisata
-kuliner
-guide
-ces/getek
4
4
4
40
10
100
Jahanjang Ekowisata
-kuliner
-guide
-homestay
-kano
-guest house
-atraksi budaya
4
2
2
2
1
2
70
8
2
33
2
10
Tumbang Runen Budidaya ikan 4 42
Baun Bango Pengolahan ikan
Ekowisata
-kuliner
-homestay
-atraksi budaya
-cagar budaya
2
1
1
2
1
15
5
1
30
66
Mekarjaya Lidah buaya 5 10
Total 51 487 10.47%
Lampiran 6.5
Tabulasi data – Studi pengembangan kapasitas kelompok usaha di kawasan Taman Nasional Sebangau
Data demografi responden
Data kelompok usaha
Umur Jumlah Jenis
kelamin
Jumlah Jumlah
anggota
keluarga
Jumlah Status
pernikahan
Jumlah Penghasilan keluarga per
bulan
Jumlah Pendi
dikan
Jumlah
20-30
31-40
41-50
51-60
>60
8 (15.7%)
17(33.3%)
16(31.3%)
5(9.8%)
5(9.8%)
L
P
35(68.6%)
16(31.4%)
>5
5-10
24(47%)
27(53%)
Menikah
Tidak
menikah
50(98%)
1(2%)
<Rp. 500.000
Rp.501.000-Rp. 1.500.000
Rp.1.501.000-Rp.2.500.000
Rp.2.501.000-Rp.3.500.000
>Rp.3.501.000
4(7.8%)
17(33.3%)
23(45%)
5(9.8%)
2(3.9%)
SD
SMP
SMU
D1-S1
23(45%)
10(19.6%)
15(29.4%)
3(5.85%)
Anggota % Lama
bergabung
Penghasilan dari kelompok
per bulan
% Kesuksesan
kelompok
% Unit produksi % Unit
pemasaran
%
Aktif
Tidakaktif
83%
17%
Rerata: 3.6 thn <Rp. 500.000
Rp.501.000-Rp. 1.500.000
Rp.1.501.000-Rp.2.500.000
Rp.2.501.000-Rp.3.500.000
>Rp.3.501.000
82%
11.7%
0
0
5.8%
Merugi
Untung Sedikit
Untung Banyak
7%
88%
5%
Ada
Tidakada
92%
8%
Ada
Tidakada
43%
57%
Lampiran 6.5
Tabulasi data – Studi pengembangan kapasitas kelompok usaha di kawasan Taman Nasional Sebangau
Siklus produksi kelompok usaha
Usulan untuk peningkatan kapasitas kelompok usaha
Motivasi dan potensi sumber daya
Periode produksi % Kesulitan produksi % Alat
produksi
% Kesulitan
pengembangan
kelompok
% Mitra dengan
kelompok usaha
lain
%
Harian
Mingguan
Bulanan
Musiman (sesuai pesanan)
11.6%
11.6%
30.2%
46.5%
Bahan baku
Mesin pengolahan
Tenaga ahli
Manajemen waktu
Bencana banjir dan kering
40.5%
4.0%
16.2%
5.4%
33.8%
Sederhana
Modern
72.5%
27.5%
Tenaga ahli
Pemasaran
Tempat usaha
Alat produksi
Bencana alam
Modal
24.3%
22.3%
9.7%
4.8%
15.5%
11.6%
Ada
Tidak ada
22%
78%
Usulan perbaikan kelompok usaha % Pelatihan % Pelatihan yang dibutuhkan % Harapan keluaran pelatihan %
Peningkatan ketrampilan
Sarana dan prasarana produksi-pemasaran
Peningkatan kerjasama dengan mitra lain
Lainnya (quality control)
36.4%
29.5%
27.3%
6.8%
Pernah
Tidak pernah
73%
27%
Pemasaran
Keuangan
Ketrampilan dalam produksi
26.3%
15.8%
57.8%
Variasi produk meningkat
Pemasaran meningkat
Organisasi sehat
Lainnya (uji lab, kemasan,
dll)
42.2%
31.2%
20.3%
6.2%
Motivasi gabung kelompok % Potensi sumber daya Keterangan
Memenuhi kebutuhan keluarga
Mandiri secara ekonomi
Kepercayaan diri
Lainnya (melestarikan kekayaan lokal)
37.2%
28.7%
26.5%
7.4%
Perikanan (budidaya dan olahannya)
Pertanian (sayuran, padi)
Perkebunan (karet, rotan)
Peternakan (sapi, kambing, itik)
Budaya lokal
Lampiran 6.5
Tabulasi data – Studi pengembangan kapasitas kelompok usaha di kawasan Taman Nasional Sebangau
Lampiran 6.5
Foto Kegiatan Study Kebutuhan Pengembangan Kapasitas
Gambar 1 kegiatan diskusi kelompok dengan masyarakat Keruing
Gambar 2. Wawancara dengan responden
Gambar 3 Wawancara dengan responden
Gambar 4. Kunjungan lapangan pada kelompok usaha jamur
Gambar 5. Kebun lidah buaya yang masih dipelihara oleh salah satu anggota
Kelompok usaha di Mekar Jaya
Gambar 6. Kerambah ikan yang menjadi salah satu usaha oleh perorangan
Lampiran 6.6
Rangkuman hasil kunjungan lapangan
Kegiatan studi kebutuhan pengembangan kapasitas kelompok usaha
Kegiatan kunjungan lapangan pada studi ini dilaksanakan sesuai rencana jadwal yang telah disepakati
bersama dengan unit SED WWF Kalimatan Tengah. Berikut ini adalah tabel jadwal kunjungan yang telah
dilaksanakan :
Tanggal/hari lokasi keterangan
28-10-2013/Senin Kereng Bangkirai Menginap di Palangkaraya
29-10-2013/Selasa Mekar Tani Menginap di Mekartani
30-10-2013Rabu Karuing Menginap di Karuing
31-10-2013/Kamis Jahanjang-Tumbang Runen Menginap di Tumbang Runen
01-10-2013/Jumat Baun Bango Menginap di Palangkaraya
02-10-2013/Sabtu Mekar Jaya Menginap di Palangkaraya
Selama kunjungan lapangan konsultan ditemani oleh ditemani Mas Dadang Riansyah/SLDO. Semua
kegiatan berjalan sesuai rencana sehingga proses pengambilan data maupun pengamatan langsung
kondisi kelompok usaha dapat terlaksana. Hasil kegiatan ini dirangkum dalam tabulasi data dan gambar-
gambar visual seperti terdapat pada lampiran lain.