srsiem jaringat.i dokumeniast dan rmorm^dsr (sjdr) hitkum 29 trwln i-1999.pdf · ini wajib...

113
MEMBANGUN MANUSIA KARYA NOMOR :29 TAHTJN : MII TRIWULAN: I \TAtrTA INFORMASI PERATI.'MI{ PERT'NDANG.T'NDAT.IGAN BIDANG IGTENAGN$RJMN srsIEM JARINGAT.I DOKUMENIAST DAN rMoRM^dsr (sJDr) HITKUM PROYEK Pf NYEilMURNAAN PEBATURAN PERI'NDANGUNDANGAN KETENAGAKEN.IAAN BIRO HUKUM DEPARTEMEN fENAGA KERIA Rt JL GATOT SUBROTq KAV. 51 JAKABTA SELATAN 199912000

Upload: others

Post on 20-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MEMBANGUNMANUSIA KARYA

    NOMOR :29TAHTJN : MIITRIWULAN: I

    \TAtrTA INFORMASI PERATI.'MI{ PERT'NDANG.T'NDAT.IGAN

    BIDANG IGTENAGN$RJMN

    srsIEM JARINGAT.I DOKUMENIAST DAN

    rMoRM^dsr (sJDr) HITKUM

    PROYEK Pf NYEilMURNAAN PEBATURANPERI'NDANGUNDANGAN KETENAGAKEN.IAAN

    BIRO HUKUMDEPARTEMEN fENAGA KERIA Rt

    JL GATOT SUBROTq KAV. 51JAKABTA SELATAN

    199912000

  • MEMEANGUNMANUSIA KARYA

    NOMOR '. 29TAHI.]N : VIIITRTWULAN : I

    WARTA INFO RMAS I P ERATU RAN PERUNDAT{G.UNDANGAI{BIDANG KETENAGAKERJAAN

    SISTEM JARINGAN DOKUMENTASI DAI{INFORMASI (SJDI) HUKUM

    PROYEK PENYEMPURNAAI\I PERATURANPERUNDANG.UNDANGAIT KETENAGAKEIT'AAN

    BIRO HUKUMDEPARTEMEN TENAGA KER.IA RL

    JL. GATOT SUBROTO KAV.51JAKARTA SELATAN

    t999t20A0

  • KATA PENGANTAR

    Penerbitan Warta Informasi Peraturan perundang-undanganKetenagakerjaan (WIRATA) merupakan salah satu upaya penyebarluasaninforrnasi hukum di bidang ketenagakerjaan dalam rangka kegiatan ProyekPenyempurfiaan Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan TahunAnggdran 199912000.

    Dengan diterbitkannya Wirata ini, diharapkan dapat dijadikan bahaninformasi bagi pembaca tentang peraturan perundang-undanganketenagakerjaan baik dalam bentuk abstrak maupun pemuatannya secaralengkap.

    Akhirnya kritik dan saran pembaca kami harapkan untukkesempurnaan penerbitan berikutnya.

    Jakarta, Juni 1999

    Pimpinan Proyeknyempurnaan Peraturan

    ndangan Ketenagakerj aan,

    l 5034

  • SAMBUTAN

    Sejalan dengan era Reformasi di segala bidang kehidupan bangsa Indonesiasaat ini, maka Pemerintah bersama-sama DPR telah memutuskan untukmcratifikasi Konvensi ILO yaitu Konvensi ILO Nomor 105 mengenaiPenghapusan Kerja Paksa, Konvensi ILO Nomor lll mengenai LaranganDiskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan dan Konvensi ILO Nomor 138mengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja. Dengan demikianIndonesia telah meratifikasi semua Konvensi ILO mengenai hak-hak dasarpekerja. Langkah ini telah menegaskan komitmen Indonesia dalammenegakkan hak asasi manusia sesuai yang diamanatkan oleh TAP MPRNo. XVII/MPR/l998 tentang Hak Asasi Manusia.

    Dengan diratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 tersebut perlu dicermatimasalah anak y:rng bekerja. Sehubungan dengan itu dalam Wirata t

  • DAFTAR ISI

    1. Kata Pengantar

    2. Kata Sambutan

    3. Daftar Isi

    4. Daftar Katalog Subyek Peraturan Perundang-undangan

    5. Abstrak' Peraturan Perundang-undangan

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1999 tentangPengesahan ILO Convention No. 105 Concerning The Abolition ofForced Labour ( Konvensi ILO Mengenai Penghapusan KerjaPaksa )

    Undang-undang Republik Indonsia Nomor 20 Tahun 1999 tentangPengesahan ILO Convention No. 138 Concerning Minimum AgeFor Admission To Employment (Konvensi ILO Mengenai UsiaMinimum Untuk Diperbolehkan Bekerja) .

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2l Tahun 1999tentang Pengesahan ILO Convention No. I I I ConcerningDiscrimination In Respect Of Employment And Occupation(Konvensi ILO Mengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan DanJabatan)

    Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MEN/1999tentang Upuh Minimum

    Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-23A4EN/1999tentang Penetapan Upah Minimum Regional pada 27 (Dua PuluhTujuh) Propinsi di Indonesia dan Upah Minimum SektorRegional pada 19 (Sembilan Belas) Propinsi di Indonesia.

    Halaman.

    lll

    6. Undang-undang Republik IndonesiaPengesahan ILO Convention No.Of Forced Labour (Konvensi ILO

    Nomor 19 Tahun 1999 tentang105 Concerning The AbolitionMengenai Penghapusan Kerja

    ll

    l3

    lll

    Paksa). T4

  • 7.

    8.

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1999 tentangPengesahan ILO Convention No. 138 Concerning Minimum AgeFor Admission to Employment (Konvensi ILO Mengenai UsiaMinimum Untuk Diperbolehkan Bekerja).

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1999 tentangPengesahan ILO Convention No. 111 Concerning Discrimination InRespect Of Employment And Occupation (Konvensi ILO MengenaiDislcriminasi Dalam Pekerjaan Dan Jabatan)...

    Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01/MENiI999 tentangUpqh Minimum

    10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor KEP-23/1VIEN/1999 tentangPenetapan Upah Minimum Regional Pada 27 (dua puluh tujuh)Propinsi di Indonesia dan Upah Minimum Sektoral Regional Pada19 (sembilan belas) Propinsi di Indonesia.

    11. Instruksi Menteri Dalam Negeri NomorPelaksanaan Penanggulangan Pekerja Anak.

    3 Tahrur 1999 tentang

    28

    55

    72

    9.

    84

    100

    1V

  • Indonesia. Departemen Tenaga Kerja.[Peraturan Perundang-undanganlUndang-undang Republik Indonesia No. 19 Tahun 1999

    tanggal 7 Mei 1999, tentang Pengesahan ILO Convention No. 105 Concerning TheAbolition Of Forced Labour (Konvensi ILO Mengenai Penghapusan Kerja Paksa).Jakarta, 1999.

    LL. SEKNEG, 20 HAL.

    UU.R.ITENAGA KERIA. KERIA PAKSA. PENGHAPUSAN. DEPNAKER.

    Indonesia. Departemen Tenaga Kerja.[Peraturan Perundang-undangan]Undane-undans Republik Indonesia No. 20 Tahun 1999

    tanggal 7 Mei 1999, tentang Pengesahan ILO Convention No. 138 ConcerningMinimum Age For Admission To Employment (Konvensi ILO Mengenai UsiaMinimum Untuk Diperbolehkan Bekerja). Jakarta, 1999.

    LL. SEKNEG, 31 HAL.

    UU.R.ITENAGA KERIA. USIA MINIMUM. DEPNAKER.

    Indonesia. Departemen Tenaga Kerja.[Peraturan Perundang-undangan]Undang-undang Republik lndonesia No. 21 Tahun 1999

    tanggal 7 Mei 1999, tentang Pengesahan ILO Convention No. lll ConcerningDiscrimination In Respect Of Employment And Occupation (Konvensi ILOMengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan Dan Jabatan). Jakarta t999.

    LL. SEKNEG, 22 HAL.

    UU. R.ITENAGA KERIA - DISKRIMINASI JABATAN DEPNAKER.

  • Indonesia. Departemen Tenaga Kerja.[Peraturan Perundang-undangan]Peraturan Menteri No. PER-014{EN/1999

    tanggal 12 Januari 1999, tentang Upah Minimum. Jakarta, lggg.

    LL. DEPNAKE& t7 HAL.

    PERMENTENAGA KERIA - UPAH DEPNAKER.

    Indonesia. Departemen Tenaga Kerja.[Peraturan Perundang-undangan]Peraturan Menteri No. PER-024{EN/1999

    tanggal 11 Maret 1999, tentang Pembagian Uang Service Pada Usaha Hotel,Restoran dan Usaha Pariwisata Lainnya. Jakarta, 1999.

    LL. DEPNAKER, 7 HAL.

    PERMENTENAGA KERIA. UANG SERVICE. DEPNAKER.

    Indonesia. Departemen Tenaga Kerja.[Peraturan Perundang-undangan]Keputusan Menteri No. KEP-084{EN/1999

    tanggal 25 Januari 1999, tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Ketu4 KetuaPengganti dan Anggota P4D Propinsi Timor Timur. Jakarta, 1999.

    LL. DEPNAKER, 5 HAL.

    KEPMENTENAGA KERJA. P4D . TIM.TIM. DEPNAKER.

  • Indonesia. Departemen Tenaga Kerja.[Peraturan Perundang-undangan]Keputusan Menteri No. KEP-1 I/MEN/1999

    tanggal 3 Pebruari 1999, tentang Penetapan Perusahaan Penerima PenghargaanKecelakaan Nihil (Zero Accident Award). Jakarta, 1999.

    LL. DEPNAKE& 5 HAL.

    KEPMENTENAGA KERIA. PERUSAHAAN. PENGHARGAAN. DEPNAKER.

    Indonesia. Departemen Tenaga Kerja.[Peraturan Perundang-wrdangan]Keputusan Menteri No. KEP-12A,IEN/1999

    tanggal 3 Pebruari 1999, tentang Pengawasan Pengaturan Tenaga Kerja yangmengalami PHK melalui program Transmigrasi dan Pemukiman Perambah HutanR.L Jakarta, 1999.

    LL. DEPNAKE& HAL.

    KEPMENSKB MENTRANS, PPHTENAGA KEzuA. TRANSMIGRASI - PHK. DEPNAKER.

    Indonesia. Departemen Tenaga Kerja.[Peraturan Perundang-undangan]Keputusan Menteri No. KEP-I3A{EN/1999

    tanggal 1l Pebruari 1999, tentang Pengolahan Production Training Centre (PTC)Cibitung Surabaya" Medan, Jakarta, 1999.

    LL. DEPNAKER 2 HAL.

    KEPMENTENAGA KERIA - LATIHAN. DEPNAKER.

  • Indonesia. Departemen Tenaga Kerja[Peraturan Perundang-undanganlKeputusan Menteri No. KEP-23/MEN/1999

    tanggal 17 Pebruari 1999, tentang Penetapan Upah Minimum Regional Pada 27(Dua Puluh Tujuh) Propinsi di Indonesia dan Upah Minimum Sektoral RegionalPada 19 (Sembilan Belas) Propinsi di Indonesia. Jakarta, 1999.

    LL. DEPNAKER. 8 HAL.

    KEPMENTENAGA KERIA - UPAH. DEPNAKER.

    Indonesia. Departemen Tenaga Kerja.[Peraturan Perundang-undangan]Keputusan Menteri No. KEP-Z9/}I/.ENI 1999

    tanggal 17 Maret 1999, tentang Penetapan Upah Minimum Sektoral RegionalPropinsi Kalimantan Selatan. Jakarta, 1999.

    LL. DEPNAKER. 3 HAL.

    KEPMENTENAGA KERIA. UPAH - KALSEL. DEPNAKER.

    Indonesia. I)epartemen Tenaga Kerja.fPeraturan Perundang-unddangan]Keputusan Menteri No. KEP-304,{EN/1999

    tanggal 24 Maret 1999, tentang Pedoman Pembinaan Lembaga Pelatihan Ke{aSwasta, Jakarta, 1999.

    LL. DEPNAKER. 3 HAL.

    KEPMENTENAGA KERTA. LATIHAN. DEPNAKER.

  • TENAGA KERJA. KERJA PAKSA - PENGHAPUSAN1999

    UU. NO. 19 TAHUN 1999. LL. SEKNEG 20 HAL.

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGESAHANrLO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OFFORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJAPAKSA).

    ABSTRAK : - Republik lndonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkanPancasila dan UUD 1945 menjunjung tinggr harkat dan martabatmanusia serta menjamin semua warga negara bersamaankedudukannya di dalam hukum, sehingga segala bentuk kerja paksaharus dihapuskan. Selaras dengan keinginan bangsa Indonesia untuksecara terus menerus menegakkan dan memajukan pelaksanaan hak-hak dasar pekerja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, makadipandang perlu mengesahkan ILO Convention No. 105 ConcerningThe Abolition Of Forced Labour (Konvensi ILO MengenaiPemghapusan Kerja Paksa) dengan Undang-undaog.

    - Dasar hukum Undang-undang ini adalah :

    Pasal 5 ayat (1), Pasal ll, Pasal 20 ayat (l), dan Pasal 27 IJUD1945; TAP. MPR.RL No. XMVMPR/1998.

    Dalam Undang-undang ini mengatur tentang:

    a. Pengesahan ILO Convention No. 105 Concerning Abolition OfForced Labour (Konvensi ILO Mengenai Penghapusan KerjaPaksa).

    b.Pokok-pokok Konvensi

    1. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini harusmelarang dan tidak boleh menggunakan setiap bentuk kerjapaksa sebagai alat penekanan politilq alat pengesahan umtuktujuan pembangunan, alat mendisiplinkan pekerja, sebagaihukuman atas keterlibatan dalam pemogokan dan sebagaitindakan diskriminasi.

  • 2- Negara anggota ILo yang mengesahkan Konvensi ini harusmengambil tindakan yang menjamin penghapusan kerja paksadengan segera dan menyeluruh

    3. Negara anggota ILo yang mengesahkan Konvensi harusmelaporkan pelaksanaanmya.

    CATATAN: undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 7 Mei lggg.

    6

  • TENAGA KERJA. USIA MINIMUM1999.

    UU. NO. 20 TAHUN 1999. LL. SEKNEG 3I HAL.

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGESAHANILO CONVENTION NO. 138 CONCERNING MINIMUM AGE FORADMISSION TO EMPLOYMENT (KONVENSI ILO MENGENAI USIAMINIMUM UNTTIK DIPERBOLEHKAN BEKERJA).

    ABSTRAK : - Indonesia adalah Negara Hukum yang berdasarkan Pancasila danUUD 1945 menjunjung tingE harkat dan martabat manusiasehingga anak sebagai generasi penerus bangsa wajib memperolehjaminan perlindungan agar dapat tumbuh dan berkembang secarasehat dan wajal baik jasmani dan rohani maupun sosial danintelektual. Selaras dengan keinginan bangsa Indonesia untuk seca.raterus menerus menegakkan dan memajukan pelaksanaan hak-hakdasar anak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa danbernegara, maka dipandang perlu mengesahkan ILO ConventionNo. 138 Concerning Minimum Age For Admission ToEmployment (Konvensi ILO Mengenai Usia Minimum UntukDiperbolehkan Bekerja) dengan Undang-undang.

    - Dasar Hukum Undang-undang ini adalah:Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20 ayat (I), Pasal 27, Pasal 31dan Pasal 34 UUD 1945; TAP. MPR.RI. No. XVIVMPR/1998.

    - Dalam Undang-undang ini mengatur tentang:

    a. Pengesahan ILO Convention No. 138 Concerning Minimum AgeFor Admission To Employment (Konvensi ILO Mengenai UsiaMinimum Unflrk Diperbolehkan Bekerja).

    b. Pokok-pokok Konvensi

    1. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajibmenetapkan kebijakan nasional untuk menghapuskan praktekmempekerjakan anak dan meningkatkan usia minimum untukdiperbolehkan bekerja.

    2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan kesehatan,keselamatan, atau moral anak harus diupayakan tidak boleh

  • kurang dari l8 (delapan belas) tahun, kecuali untuk pekerjaanringan tidak boleh kurang dari 16 (enam belas) tahur.

    Negara anggota ILO yarlg mengesahkan Konvensiini wajib menetapkan usia minimum untukdiperbolehkan bekerja, aturan mengenai jam kerja,dan menetapkan hukuman atau sanksi gunamenjamin pelaksanaannya.

    Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensiini waJib melaporkan pelaksanaannya.

    c. Mempertegas batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerjayang berlaku di semua sektor yaitu 15 tahun.

    J.

    4.

    CATATAN: Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 7 Mei 1999.

  • TENAGA KERJA. JABATAN - DISKRIMINASI1999.

    UU. NO. 21 TAHUN T999. LL. SEKNEG 22 HAL.

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGESAHAN

    RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATTON (KONVENSI ILOMENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN).

    ABSTRAK : - Republik Indonesia adalah Negara Huk-um yang berdasarkan' Pancasila dan UUD lg45 menjunjung tinggr harkat dan martabatmanusia serta menjamin semua warga negara bersamaankedudukannya didalam hukum, sehingga segala bentuk diskriminasiterhadap pekerjaan berdasarkan ras, warna kulit, jenis kelamin,agam4 pandangan politik, kebangsaan, atau asal usul keturunanharus dihapus. Selmas dengan keinginan tersebut serta menegalftandan memajukan pelaksanaan hak-hak dasar pekerja dalamkehidupan berbangsa dan bernegara, maka dipandang perlumengesahkan ILO Convention No. 111 dengan Undang-undang.

    - Dasar Huk-um Undang-undang ini adalah:Pasal 5 ayat (l), Pasal 11, Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 UUD1945; TAP. MPR.RI. No. XVIVMPR/1998.

    - Dalam Undang-undang ini mengatur tentang:

    a. Pengesatran ILO Convention No. I I I Concerning DiscriminationIn Respect Of Employment And Occupation (Konvensi ILOMengenai Diskriminasi Dalam Pekerjaan dan Jabatan).

    b. Pokok-pokok Konvensi

    1. Negara angota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajibmelarang setiap bentuk dislaiminasi dalam pekerjaan danjabatan termasuk dalam memperoleh pelatihan danketerampilan yang didasarkan atas ras, warna kulit, jeniskelamin, agama, pandangan politik, kebangsaan, atau asal usulketurunan.

    2. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajibmengambil langkah-langkah kerja sama dalam peningkatan

  • pentaatan pelaksanaannya, peraturan perundang-undangan,administrasi, penyesuaian kebijaksanaan, pengawasan,pendidikan dan pelatihan.

    3.Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajibmelaporkan pelaksanaannya. '

    CATATAN : Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 7 Mei 1999.

    t0

  • PERATURAN

    PERATURAN

    MENTERI NO. PER-O1IVIEN/I999 LL. DEPNAI(ER 17 HAL.

    MENTERI TENAGA KERJA TENTANG UPAH MINIMUM.

    ABSTRAK : - Dalam rangka upaya mewujudkan penghasilan yang layak bagtpekerja, perlu ditetapkan upah minimum yang lebih realistis.Sesuai dengan kemampuan perusahaan secara sektoral, oleh karenaitu disamping penetapan upah minimum regional perlu puladitetapkan upah minimum sektoral regional.

    , Untuk mewujudkan maksud tersebut diatas Peraturan Menteri No.PER-03/IyIEN/1997 tentang Upah Minimum Regional sudah tidaksesuai lagi, dan oleh karena itu perlu disempurnakan.

    - Dasar hukum Peraturan ini adalah:

    KUH Per. Buku II Titel 7A Pasal 1601o; UU. No. I Tahun1951; UU. No. 3 Tahun 1951; UU. No. 80 Tahun 1957; UU.No. 3 Tahun 196l {.JU. No. 14 Tahun 1969; UU. No. 5 Tahun1974; UU. No. 7 Tahun 1981; PP. No. 8 Tahun 1981; KEPRES.58 Tahun 1969; KEPRES. No. l22lM Tahun 1998; PERMEN.No. PER-06A4EN/1985; PERMEN. No. PER-02/lvfENl1993;PERMEN. No. PER-06/MEN/1993; PERMEN. No. PER-Os/IvlEN/1998.

    - Dalam Peraturan ini mengatur tentang:

    a. - Upah Minimum, UMR Tk. I, UMR Tk. II, UMSR Tk. I,UMSR Tk. II, Sektoral, pekerja, pengusaha, perusahaan,serikat pekerja, peraturan perusahaarq kesepakatan kerjabersama, perjanjian kerja, Menteri.

    - Upah minimum terdrri dari UMR Tk. I, UMR Tk. II, UMSRTk. I, dan UMSR Tk. II.

    b. Dasar dan wewenang penetapan upah minimum;

    11

  • 0 - UMR Tk. I dan UMR Tk. II ditetapkan denganmempertimbangkan :

    1. Kebutuhan Hidup Minimum (KHM).2. Indek Harga Konsumen (IHK).3. Kemampuffi, perkembangan dan kelangsungan perusahaan.4. Upah pada umumnya yang berlaku di daerah tertentu dan

    antar daerah.5. Kondisi pasar.6. Tingkat perkembangan perekonomian dan pendapatan per-

    kapita.

    - UMSR Tk. I dan UMSR Tk. II ditetapkan berdasarkan c Is/d 6 dengan pertimbangan kemampuan perusahaan secarasektoral, dengan ketenfuan :

    1. UMSR Tk. I harus lebih besar sekurang-kurangnya syo danUMR TK. I.

    2. UMSR Tk. II harus lebih besar sekurang-kurangrya 50dari UMR Tk. IL

    d. Tata cara penetapan upah minimum.e. Pelaksanaan ketetapan upah minimum.f. Tata cara penangguhan.g. Sanksi.

    CATATAN: - Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 12 Januari 1999.- Dengan diberlakukan Permen ini, rekomendasi Gubernur yang

    belum sesuai dengan ketentuan Pasal 5 tetap berlaku untukpenetapan UMSR Tk. I atau UMSR Tk. II Tahun 1999.

    - Peraturan Menteri ini mencabut Permen No. PER-03/MEN/1997dan Keputusan Dirjen Binawas No. KEP-1618W11997.

    t2

  • TENAGA KERJA- UPAH1999.

    KEPUTUSAN MENTERI NO. KEP.23IVIEN/1999 LL. DEPNAKER 12 HAL.

    KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA TENTANG PENETAPAN UPAHMINIMUM REGIONAL PADA 27 (DUA PULUH TUJUH) PROPINSI DANUPAH MINIMUM SEKTORAL REGIONAL PADA 19 (SEMBILAN BELAS)PROPINSI DI INDONESIA.

    ABSTRAK : - Kondisi perekonomian akhir-akhir ini telah menyebabkanmenurunnya daya beli pekerjq oleh karena itu perlu di-jaga agarupah pekerja dapat mengarah kepada pemenuhan kebutuhan pekerjadan keluargarrya serta mendorong peningkatan peran serta pekerjadalam proses produksi. Akibat kondisi ekonomi tersebut banyakperusahaan yang mengalami kelesuan sehingga untuk mewujudkanpenetapan upah yang lebih realistis sesuai dengan dayakemampuan perusahaan secara sektoral maka disamping penetapanUpah Minimum Regional Tk. I dan Regional Tk. II perluditetapkan Upah Minimum Sektoral Regional Tk. I dan UpahMinimum Sektoral Regional Tk. n. Keputusan Menteri No. KEP-l20AdEN/1998 tentang Upah Minimum Regional pada 27 (duapuluh tujuh) propinsi di Indonesia sudah tidak sesuai IaE, makauntuk itu perlu ditetapkan Keputusan Menteri yang baru.

    - Dasar hukum Keputusan ini adalah:KEPRES No. 122/M Tahun 1998; PERMEN No. PER-01A4EN/1999; KEPMEN No. KEP-28iIvIEN/1994.

    - Dalam Keputusan ini mengatur tentang:a. - Penetapan UMR Tk. I dan UMR Tk. II, pada 27 Propinsi di

    Indonesia.- Penetapan UMSR Tk. I dan UMSR

    di Indonesia.b. Besar UMR dan UMSR bulanan setiap

    Tk. II pada Ig Propi t3

    propinsi.

    CATATAN: - Keputusan ini ditetapkan pada tanggal 17 Pebruari 1999 dan mulaiberlaku pada tanggal 1 April 1999.

    - Keputusan ini mencabut Kepmen No. Y\EP-I2O|MEN/1998 tentangUpah Regional pada 27 (dua puluh tujuh) propinsi di Indonesia.

    13

  • Menimbang: a

    Mengingat :

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK TNONESIANOMOR 19 TAHIIN 1999

    TENTANG

    PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED I-ABOUR

    (KON\TENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA)

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila danUndang-Undang dasar 1945 adalah negara hukum yang menjunjung tinggiharkat dan martabat manusia serta menjamin semua warga negarabersamaan kedudukannya di dalam hukum, sehingga segala bentuk kerjapaksa harus dihapuskan;bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat internasionalmenghormati, menghargai, dan menjunjung tinggi prinsip dan tujuanPiagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Deklarasi Universal Hak-hak AsasiManusia Tahun 1948, Deklarasi Philadelphia Tahun 1944, dan KonstitusiOrganisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO),bahwa Konferensi Ketenagakerjaan Internasional keempat puluh tanggal 25Juni 1957 di Jenewa, Swiss, telah menyetujui ILO Convention No. I0Sconcerning the Abolition of Forced Labour(Konvensi ILO mengenai Penghapusan Kerja Paksa);bahwa ketentuan Konvensi tersebut selaras dengan keinginan bangsaIndonesia untuk secara terus menerus menegakkan dan memajukanpelaksanaan hak-hak dasar pekerja dalam kehidupan berbangsa danbernegara,bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, c, dan d,dipandang perlu mengesahkan ILO convention No. 105 concerning theAbolition of Forced Lqbour (Konvensi ILO mengenai Penghapusan KerjaPaksa) dengan Undang-undang.

    d.

    l. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20 ayatUndang Dasar 1945;

    2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatXVIVMPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.

    (l), dan Pasal 27 Undang-

    Republik Indonesia Nomor

    Dengan persetujuanDEWAN PERWAKILAN RAI(YAT REPUBLIK INDONESIA

    l4

  • MEMUTUSKAN:

    Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAIIAN ILO CONVENTIONNO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR(KONVf,NSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA)

    Pasal I

    Mengesahkan ILO Convention No. 105 concerning the Abolition of ForcedLabour (Konvensi ILO mengenai Penghapusan Kerja Paksa) yang salinannaskah aslinya dalam bahasa Inggeris dan terjemahannya dalam bahasaIndonesia sebagaimana terlampir merupakan bagian tidak terpisahkan dari

    , Undang-undang ini.Pasal 2

    Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.Agar setiap orangmengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini denganpenempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

    Disahkan di Jakartapada tanggal 7 Mei 1999

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    Diundangkan di Jakartapada tanggal 7 Mei 1999

    MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

    ttd

    BACEARUDDIN JUSUF HABIBIE

    ttd

    AKBAR TANJUNG

    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN T999 NOMOR 55

    Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT KABINET RI

    Kepala Biro PeraturanPerundang-undangan I

    ttd

    Lambock V. Nahattands

    l5

  • PEJELASANATAS

    UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 19 TAHUN 1999

    TENTANG

    PENGESAHAN ILO CONWNTION NO. IO5CONCERNING THE ABOI,ITION OF FORCED LABOUR

    (KONYENSI ILO MENGENAI PENGIIAPUSAN KERJA PAKSA)

    1. UMUM

    Manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi atau hak dasarsejak dilahirkan, sehingga tidak ada manusia atau pihak lain yang dapat merampas haktersebut. Hak asasi manusia diakui secara universal sebagaimana tercantum dalamPiagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusiayang disetujui PBB Tahun 1948, Deklarasi ILO di Philadelphia Tahun 1944, danKonstitusi ILO. Dengan demikian semua negara di dunia secara moral dituntut untukmenghormati, menegakkan, dan melindungi hak tersebut. Salah satu bentuk hak asasiadalah kebebasan untuk secara sukarela melakukan suatu pekerjaan. Jaminan kebebasantersebut sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan telah diatur dalam UUD 1945 Pasal 27ayat (2) yang menyebutkan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan danpenghidupan yang layak bagi kemanusiaan". Ketentuan tersebut telah diatur dalamKetetapan MPR RI No. XVIIA{PR/1998 tentang Hak Asasi Manusia dan berbagaiperaturan perundang-undangan lainnya.

    Sebagai anggota PBB dan Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau InternationslLabour Organization (LO), Indonesia menghargai, menjunjung tinggi dan berupayamenerapkan keputusan-keputusan kedua lembaga internasional dimaksud.

    Konvensi ILO No. 105 mengenai Penghapusan Kerja Paksa yang disetujui padaKonferensi Ketenagakerjaan Internasional keempat puluh tanggal 25 funi 1957 diJenewa merupakan bagian dari perlindungan hak asasi pekerja. Konvensi ini mewajibkansetiap negara anggota ILO yang telah meratifikasi untuk menghapuskan dan melarangkerja paksa yang digunakan sebagai .

    a. alat penekanan atau pendidikan politik atau sebagai hukuman atas pemahaman ataupengungkapan pandangan politik atau ideologi yang bertentangan dengan sistempolitik, sosial, dan ekonomi yang berlaku;

    b. cara mengerahkan dan menggunakan tenaga kerja untuk tujuan pembangunanekonomi;

    c. alat untuk mendisiplinkan kerja;d. hukuman atas keikutsertaan dalam pemogokan;e. cara rnelakukan diskriminasi atas dasar ras, sosial,, kebangsaan, atau agama.

    l6

  • II. POKOK-POKOK PIKIRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSI

    1. Konvensi ILO No. 29 Tahun 1930 mengenai Kerja Paksa meminta semua negaraanggota ILO melarang semua bentuk kerja paksa atau wajib kerja kecualimelakukan pekerjaan yang berkaitan dengan wajib militer, wajib kerja dalam rangkapengabdian sebagai warga negara, wajib kerja menurut keputusan pengadilan, wajibmelakukan pekerjaan dalam keadaan darurat atau wajib kerja sebagai bentuk kerjagotong royong.

    2. Dalam penerapan Konvensi No. 29 Tahun 1930 tersebut ditemukan berbagai bentukpenyimpangan. Oleh sebab itu dirasakan perlu menyusun dan mengesahkan konvensiyang secara khusus melarang siapapun mempekerjakan seseorang secara paksa dalambentpk mewajibkan tahanan politik untuk bekerja, mengerahkan tenaga kerja dengandalih untuk pembangunan ekonomi, mewajibkan kerja untuk mendisiplinkan pekerja,menghukum pekerja atas keikutsertaannya dalam pemogokan atau melakukandiskriminasi atas dasar ras, sosial, kebangsaan, atau agama.

    III. ALASAN INDONESIA MENGESAHKAN KONVENSI

    1. Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber dan landasan hukum nasional, menjunjung tinggiharkat dan martabat pekerja sebagaimana tercermin dalam Sila Kemanusiaan yangAdil dan Beradab. Azas ini merupakan amanat konstitusional bahwa bangsaIndonesia bertekad untuk mencegah, melarang, dan menghapuskan segala bentukkerja paksa sesuai dengan ketentuan Konvensi ini.

    Dalam rangka pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945,Indonesia telah menetapkan peraturan perundang-undangan yang mengaturpencegahan dan pelarangan segala bentuk kerja paksa yang tidak manusiawi danmerendahkan martabat pekerja.

    Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia melalui Ketetapan NomorXYII/N{PR/1998 menugasi Presiden dan DPR untuk meratifikasi berbagai instrumenPBB yang berkaitan dengan hak asasi manusia. Disamping itu Presiden RepublikIndonesia telah ikut menandatangani Keputusan Pertemuan Tingkat Tinggi mengenaiPembangunan Sosial di Kopenhagen Tahun 1995. Keputusan pertemuan tersebutantara lain mendorong anggota PBB meratifikasi tujuh konvensi ILO yang memuathak-hak dasar pekerja, termasuk Konvensi No. 105 Tahun 1957 mengenaiPenghapusan Keda Paksa.

    4. ILO dalam Sidang Umumnya yang ke-86 di Jenewa bulan Juni 1998 telahmenyepakati Deklarasi ILO mengenai Prinsip dan Hak-hak Dasar di Tempat Kerja.Deklarasi tersebut menyatakan bahwa setiap negara wajib menghormati danmewujudkan prinsip-prinsip ketujuh Konvensi Dasar ILO.

    2.

    J.

    L7

  • 5. Dalam pengamalan Pancasila dan penerapan peraturan perundang-undangan masihdirasakan adanya penyimpangan. Oleh karena itu pengesahan Konvensi inidimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan hukum secara efektif sehingga akanlebih menjarnin perlindungan hak pekerja dari setiap bentuk pemaksaan kerja.

    6. Pengesahan Konvensi ini menunjukkan kesungguhan Indonesia dalam memajukan danmelindungi hak-hak dasar pekerja khususnya hak untuk bebas dari kerja paksa. Halini akan lebih meningkatkan citra positif Indonesia dan memantapkan kepercayaanmasyarakat internasional terhadap Indonesia.

    IV. POKOK-POKOK KONVENSI

    1. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini harus melarang dan tidakboleh menggunakan setiap bentuk kerja paksa sebagai alat penekanan politik, alatpengerahan untuk tujuan pembangunan, alat mendisiplinkan pekerja, sebagai hukumanatas keterlibatan dalam pemogokan dan sebagai tindakan diskriminasi.

    2. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini harus mengambil tindakanyang menjamin penghapusan kerja paksa dengan segera dan menyeluruh.

    3. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi harus melaporkan pelaksanaannya

    PASAL DEMI PASAL

    Pasal IApabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya dalam bahasa Indonesia,maka yang berlaku adalah naskah asli Konvensi dalam bahasa Inggeris.

    Pasal 2Cukup jelas

    TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3834

    18

  • International Labour Conference

    CONVENTION 105

    CONVENTION CONCERNING THE ABOLITIONoF FORCED LABOU&

    ADOPTED BY THE CONFERENCEAT ITS FORTIETH SESSION,

    GENEVAs 25 JUNE 1957

    AUTI{ENTIC TEXT

    19

  • Convention 105

    CONVENTION CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR

    The General Conference of the International Labour Organisation,

    Having been convened at Geneva by the Governing Body of the International LabourOffice, and having met in its Fortieth Session on 5 June 1957, and

    Having considered the question of forced labour, which is the fourth item on the agendaof the session, and

    Having rtoted the provisions of the Forced Labour Convention, 1930, and

    Having noted that the Slavery Protection Convention, 1926, provides that all necessarymeasures shall be taken to prevent compulsory or forced labour from developing intoconditions analogous to slavery and that the Suplementary Convention on the Abolitionof Slavery, the Slave Trade ard Institutions and Practices Similar to Slavery, 1956,provides for the complete abolition of debt bondage and serftlorn, and

    Having noted that the Protection of Wages Convention, 1949, provides that wages smallbe paid regularly and prohibits methods of payment which deprive the worker of agenuine possibility of terminating his employment, and

    Having decide upon the adoption of further proposals with regard to the abolition ofcertain forms of forced or compulsory labour constituting a violation of the rights ofman referred to in the Charter of the United Nations and enunciated by the UniversalDeclaration of Human Rights, and

    Haring determined that these proposals shall take the from of an international Conventiorl

    adopts this twenthy-fifth day of June of the year one thousand nine hundred and fifty-seven the following Convention, which may be cited as the Abolition of Forced LabourConvention, 1957 .

    Article I

    Each Member of the International Labour Organisation which ratifies this ConventioanUndertakes to suppress and not to make use of any form of forced or copmulsory labour-(a) as a means of political coercion or education or as a punishment for holding or

    expressing political views or views ideologically opposed to the established political,social or economic system;

    (b) as a method of mobilising and using labour for purposes of economic development;(c) as a means of labour discipline;(d) as a punishment for having participated in strikes;(e) as a means of racial, social, national or religious discrimination.

    20

  • Article 2

    Each Member of the International Labour Organisation which ratifies this Conventionundertakes to take effective measures to secure the immediate and complete abolition offorced or compulsory labour as specified in Article 1 of this Convention.

    Article 3

    The formal ratifications of this Convention shall be communicated to the Director-General of the International Labour Office for registration.

    Article 4

    1. This Convention shall be binding only upon those Members of the International LabourOrganisation whose ratifications have been registered with the Director-General.

    2. It shall come into force twelve months after the date on which the ratification of twoMembers have been registered with the Director-General.

    3. Thereafter, this Convention shall come into force for any Member twelve months afterthe date on which its ratification has been registered.

    Article 5

    l. A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration often years from the date on which the Convention first comes into force, by an actcommunicated to the Director-General of the International Labour Ofiice forregistration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date onwhich it is registered.

    2. Each Member which has ratified this Convention and which does not, within the yearfollowing the expiration of the period of ten years mentioned in the precedingparagraph, exercise the right of denunciation provided for in this Article, will be boundfor another period of ten years and, thereafter, may denounce this Convention at theexpiration of each period of ten years under the terms provided for in this Article.

    Article 6

    l. The Director-General of the International Labour Offfice shall notify all Members of theInternational Labour Organisation of the registration of all ratifications anddenunciations communicated to him by the Members of the Organisation.

    21

  • 2. When notifying the Members ofratification communicated to him,Members of the Organisation toforce.

    the Organisation ofthe Director-General

    the date upon which

    the registrationshall draw thethe Convention

    of the secondattention of thewill come into

    The Director-General of the InternatioanlSecretary-General of the United Nations forthe Charter of the United Nations fulldenunciation registered by him in accordance

    Article 7

    Labour Office shall communicate to theregistration in accordance with article 102 ofparticulars of all ratifications and acts ofwith the provisions of the preceding Articles.

    Article 8

    At such times as it may consider necessary the Governing Body of the InternationalLabour Office shall present to the General Conference a report on the working of thisConvention and shall examine the desirability of placing on the agenda of the Conferencethe question of its revision in whole or in part.

    Article 9

    l. Should the Conferenoe adopt a new Convention revising this Convention in whole orin part, then, unless the new Convention otherwise provides-

    (a) the ratification by a Member of the new revising Convention shallthe immediate denunciation of this Convention, notwithstandingArticle 5 above, if and when the new revising Convention shallforce;

    (b) as from the date when the new revising Convention comesConvention shall cease to be open to ratification by the Members.

    ipso jure involvethe provisions of

    have come intq

    into force this

    2. This Convention shall in any case remain in force in its actual form and content forthose Members which have ratified it but have not ratified the revising Convention.

    Article l0

    The English and French versions of the text of this Convention &re equallyauthoritative.

    The foregoing is the authentic text of the Convetion duly adopted by the GeneralConference of the International Labour Organisation during its Fortieth Session which washeld at Genewa and declared closed the twenty-seventh day of June 1957.

    22

  • IN FAITH WHEREOF we have appended our signatures this fourth day of July 1957.

    The President of the Conference,

    IIAROLD HOLT.

    The Director-General of the International Labour Office,

    DAVID A. MORSE.

    The text of the Convention as herepresented is a true copy of the textauthenticated by the signatures of thePresident of the International LabourConference and of the Director-Generalof the International Labour Office.

    Certified true and complete copy,

    for the Dirctor-General of the International Labour Office:

    Certified true and complete copy,For the Director-General

    of the Intemational Labour Office:

    DOMINICK DEWINLogal Advisor

    of &e Intemational Labour Office

    23

  • Konferensi Ketenagakerjaan Internasional

    KONI\IENSI 105

    KONT\'ENSI MENGENAI PENGHAPUSANKERIA PAKSA

    DISETUJTII OLEH KONFERENSIPADA SIDANGNYA YANG KEEMPAT PULUH,

    GENEVA 25 JUNI 1957

    TERIEMAHAN NASKAH ASLI

    24

  • Konvensi 105

    KONVENSI MENGENAI PENGIIAPUSAN KERJA PAKSA

    Konferensi Organisasi Ketenagakerjaan Internasional,

    Setelah diundang ke Jenewa oleh Badan Pengurus Kantor Ketenagakerjaan Internasional,dan setelah mengadakan sidangnya yang keempat puluh pada tanggal 5 Juni 1957, dan

    Setelah mempertimbangkan masalah kerja paksa, yang merupakan aoara keempat dalamagenda sidang itu, dan

    Setelah memperhatikan ketentuan-ketentuan Konvensi Keda Paksa, 1930, dan

    Setelah memperhatikan bahwa Konvensi Perbudakan, 1926, menyatakan bahwa semuatindakan yang perlu wajib diambil untuk mencegah wajib kerja atau kerja paksaberkembang menjadi kondisi yang $arna dengan perbudakan dan bahwa KonvensiTambahan tentang Penghapustm Perbudakan, Perdagangan Budak dan LembagaJembagaserta Praktek-praktek Sejenis Perbudakan, 1956, menyatakan penghapusan menyeluruhkerja ijon dan perhambaan, dan

    Setelah memperhatikan bahwa Konvensi Perlindungan Upah, 1949, menyatakan bahwa upahwajib dibayarkan secara teratur dan melarang cara-cara pembayaran yang meniadakankemungkinan bagi pekerja menghentikan hubungan kerjanya, dan

    Setelah memutuskan untuk menerima usulan selanjutnya yang berkaitan dengan penghapusanbentuk-bentuk tertentu kerja paksa atut wajib kerja yang merupakan pelanggaran hak-hak seseorang sebagaimana tercantum dalam Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa danditegaskan dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, dan

    Setelah menetapkan bahwa usulan tersebut harus berbentuk Konvensi Internasional.

    menyetujui, pada tanggal dua puluh lima bulan Juni tahun seribu sembilan ratus lima puluhtujuh, Konvensi ini yang disebut Konvensi Penghapusan Kerja Paksa, 1957 :

    Pasal I

    Setiap anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasional yang meratifikasi Konvensi iniwajib melarang dan tidak memanfaatkan segala bentuk kerja paksa atau wajib kerja :

    (a) sebagai alat penekanan atau pendidikan politik atau sebagai hukuman atas pemahamanatau pengungkapan pandangan politik atau ideologi yang bertentangan dengan sistempolitik, sosial, dan ekonomi yang berlaku;

    '25

  • (b) sebagai cara mengerahkan dan menggunakan tenaga kerja untuk tujuan pembangunanekonomi;

    (c) sebagai alat untuk mendisiplinkan kerja;(d) sebagai hukuman atas keikutsertaan dalam pemogokan;(e) sebagai cara melakukan diskriminasi atas dasar ras, sosial, kebangsaan atau agama.

    Pasal 2

    Setiap anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasional yang meratifikasi Konvensi iniharus mengambil tindakan efektif untuk menjamin penghapusan segera dan menyeluruh ataskerja paksa atau wajib kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Konvensi ini.

    Pasal 3

    Ratifikasi resmi Konvensi ini harus disampaikan kepada Direktur Jenderal KantorKetenagakerjaan Internasional untuk didaftar.

    Pasal 4

    1. Konvensi ini mengikat hanya bagi anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasionalyang ratifikasinya telah didaftar oleh Direlctur Jenderal.

    2. Konvensi ini mulai berlaku dua belas bulan setelah tanggal ratifikasi oleh dua anggotaOrganisasi Ketenagakerjaan Internasional telah didaftar oleh Direktur Jenderal.

    3. Selanjutnya, Konvensi ini akan berlaku bagi setiap Anggota dua belas bulan setelahtanggal ratifikasinya didaftar.

    Pasal 5

    1. Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dapat membatalkannya, setelah melampauiwaktu sepuluh tahun terhitung sejak tanggal Konvensi ini mulai berlaku, denganmenyampaikan keterangan kepada Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasionaluntuk didaftar. Pembatalan itu tidak akan berlaku hingga satu tahun setelah tanggalpendaftarannya.

    2. Setiap Anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dan yang dalam waktu satu tahunsetelah berakhirnya masa sepuluh tahun sebagaimana tersebut dalam ayat tersebut diatas tidak menggunakan hak pembatalan menurut ketentuan dalam pasal ini, akan terikatuntuk sepuluh tahun lagi, dan sesudah itu dapat membatalkan Konvensi ini pada waktuberakhirnya tiap-tiap masa sepuluh tahun sebagaimana diatur dalam pasal ini.

    26

  • Pasal 6

    l. Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional wajib memberitahukan kepadasegenap anggota Organisasi Ketenagakerjaan Internasional tentang pendaftaran semuapengesahan dan pembatalan yang disampaikan kepadanya oleh anggota Organisasi.

    2. Pada saat memberitahukan kepada anggota Organisasi tentang pendaftaran ratifikasikedua yang disampaikan kepadanya, Direktur Jenderal wajib meminta perhatian anggotaOrganisasi mengenai tanggal mulai berlakunya Konvensi ini.

    Pasal 7

    Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaan Internasional wajib menyampaikan kepadaSekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa untuk didaftar, sesuai dengan pasal rc2Piagam Perserikatan Bangsa Bangsa, hal ikwal mengenai semua ratifikasi dan pembatalanyang didaftarkannya menurut ketentuan pasal-pasal tersebut di atas.

    Pasal 8

    Pada waktu yang dianggap perlu, Badan Pengurus Kantor Ketenagakerjaan Internasionalwajib menyampaikan kepada Konferensi laporan mengenai pelaksanaan Konvensi ini danwajib mempertimbangkan perlunya mengagendakan dalam Konvensi, perubahan Konvensi iniseluruhnya atau sebagian.

    Pasal 9

    1. Jika Konferensi menyetujui Konvensi baru yang memperbaiki Konvensi ini secarakeseluruhan atau sebagian, kecuali Konvensi baru menetukan lain, maka:(a) ratifikasi oleh anggota atas Konvensi baru yang memperbaiki, secara hukum berarti

    pembatalan atas Konvensi ini tanpa mengurangi ketentuan dalam Pasal (5) di atas,jika dan bilamana Konvensi baru yang memperbaiki itu mulai berlaku;

    (b) sejak tanggal Konvensi baru yang memperbaiki itu berlaku, Konvensi ini tidak dapatdisahkan lagi oleh anggota.

    2. Konvensi ini akan tetap berlaku dalam bentuk dan isi aslinya bagi Anggota yang telahmeratifikasinya, tetapi belum mengesahkan Konvensi yang memperbaikinya.

    Pasal l0

    Naskah Konvensi ini dalam bahasa Inggeris dan bahasa Perancis sama-sama resmi.

    27

  • Menimbang: a.

    UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 20 TAHUN 1999

    TENTANG

    PENGESAHAN ILO CONWNTION NO. I3S CONCERNINGMINIMUM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT

    (KONVENSI ILO MANGENAI USIA MINIMUM UNTUKDIPERBOLEHKAN KERJA)

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAIIA ESA

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

    bahwa negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila danUndang-Undang Dasar 1945 adalah negara hukum yang menjunjung tinggiharkat dan martabat manusia sehingga anak sebagai generasi penerusbangsa wajib memperoleh jaminan perlindungan agar dapat tumbuh danberkembang secara sehat dan wajar, baik jasmani dan rohani, maupunsosial dan intelektual;

    bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian masyarakat internasionalmenghormati, menghargai, dan menjujung tinggi prinsip dan tujuan PiagamPerserikatan Bangsa Bangsa, serta Deklarasi Universal Hak-hak AsasiManusia Tahun 1948, Deklarasi Philadelphia Tahun 1944, KonstitusiOrganisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO), dan Konvensi Hak-hakAnak Tahun 1989;

    bahwa Konferensi Ketenagakerjaan Internasional yang kelima puluhdelapan tanggal 26 Juni 1973, telah menyetujui ILO Convention No. 138concerning Minimum Age for Admission to Employment (Konvensi ILOmengenai Usia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja);

    bahwa Konvensi tersebut selaras dengan keinginan bangsa Indonesia untuksecara terus menerus menegakkan dan meningkatkan pelaksanaan hak-hakdasar anak dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

    bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut dalam huruf a, b, c, dan ddipandang perlu mengesahkan ILO Convention No. 138 concerningMinimum Age for Admision ta Employment (Konvensi ILO mengenaiUsia Minimum untuk Diperbolehkan Bekerja) dengan Undang-undang;

    b.

    d.

    e.

    28

  • Mengingat : l. Pasal 5 ayat (1), Pasal 11, Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 , Pasal 31 , danPasal 34 Undang-Undang Dasar 1945;

    2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia NomorXVII / MPR I 1998 tentang Hak Asasi Manusia;

    Dengan persetujuan

    DEWAN PERWAKILAN RAI(YAT REPUBLIK INDONESIA

    MEMUTUSKAN

    Menetapkan:UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION, NO. 138 CONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TOEMPLOYMENT ( KONVENSI ILO MENGENAI USIA MINIMUMUNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA ).

    Pasal I

    Mengesahkan ILO Convention No. 138 concerning Minimum Age forAdmission to Employment (Konvensi ILO mengenai Usia Minimum untukDiperbolehkan Bekerja) dengan membuat suatu Pernyataan sesuai denganketentuan Pasal 2 ayat (l) yang naskah aslinya dalam bahasa Inggeris danterjemahanya dalam bahasa Indonesia sebagaimana terlampir merupakan bagiantidak terpisahkan dari Undang-undang ini.

    Pasal 2

    Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiaporang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang inidengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

    Disahkan di Jakartapada tanggal 7 Mei 1999

    PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

    ttd

    BACIIARUDDIN JUSUF HABIBTS

    29

  • Diundangkan di Jakartapada tanggal 7 Mei 1999

    MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARAREPUBLIK INDONESIA

    trd

    AKBAR TANDJUNG

    LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999 NOMOR 56

    Salinan sesuai dengan aslinya

    SEKRETARIAT KABINET RIKepala Biro PeraturanPerundang-undangan I

    ttd

    Lambock V Nahattands

    30

  • PENJELASANATAS

    UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 20 TAHUN 1999

    TENTANG

    PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. I3SCONCERNING MINIMAM AGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT

    ( KONVENSI ILO MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKANBEKtrRJA )

    L UMUM

    Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak asasi atau hak dasar sejakdilahirkarL sehingga tidak ada manusia atau pihak lain yang boleh merampas haktersebut. Hak dasar anak diakui secara universal sebagaimana tercantum dalam PiagamPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Deklarasi PBB Tahun 1948 tentang Hak-hak AsasiManusia, Deklarasi ILO di Philadelphia Tahun 1944, Konstitusi ILO, Deklarasi PBBTahun 1959 tentang Hak-hak Analq Konvensi PBB Tahun 1966 tentang Hak-hakEkonomi, Sosial, dan Budaya, dan Konvensi PBB Tahun 1989 tentang Hak-hak Anak.Dengan demikian semua Negara di dunia secara moral dituntut untuk menghormati,menegakkan, dan melindungi hak tersebut.

    Salah satu bentuk hak dasar anak adalah jaminan untuk tumbuh kembang secara utuhbaik fisik maupun mental. Jaminan perlindungan hak dasar tersebut sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

    Sebagai anggota PBB dan Organisasi Ketenagakerjaan Internasional atau InternationalLabour Organization (tr-O), Indonesia menghargai, menjunjung tinggi , dan berupayamenerapkan keputusan-keputusan lembaga internasional dimaksud.

    Konvensi ILO No. 138 Tahun 1973 mengenai Usia Mnimum untuk DiperbolehkanBekerja yang disetujui pada Konferensi Ketenagakerjaan International kelima puluhdelapan tanggal 26 Juni 1973 di Jenewa merupakan salah satu Konvensi yangmelindungi hak asasi anak. Konvensi ini mewajibkan setiap negara anggota ILO yangtelah meratifikasi, menetapkan batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja.

    Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (l) Konvensi, Indonesia melampirkan Pernyataan(Declaration) yang menetapkan bahwa batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerjayang diberlakukan di wilayah Republik Indonesia adalah 15 (lima belas) tahun.

    3l

  • U. POKOK.POKOK PIKIRAN YANG MENDORONG LAHIRNYA KONVENSI

    l. Konvensi No. 5 Tahun 1919 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Industri,Konvensi No. 7 Tahun l92O mengenai Usia Minimum untuk Sektor Kelautan,Konvensi No. l0 Tahun 1921 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Agraria, danKonvensi No. 33 Tahun 1932 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Non Industri,menetapkan bahwa usia minimum untuk bekerja 14 (empat belas) tahun. SelanjutnyaKonvensi No. 58 Tahun 1936 mengenai Usia Minimum untuk Kelautan, KonvensiNo. 59 Tahun 1937 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Industri, Konvensi No.60 Tahun 1937 mengenai Usia Minimum untuk Sektor Non Industri, dan KonvensiNo. ll2 Tahun 1959 mengenai Usia Minimum untuk Pelaut, mengubah usiaminimum untuk bekerja menjadi 15 (lima belas) tahun.

    2. Dalam penerapan berbagai Konvensi tersebut di atas di banyak negara masihditemukan berbagai bentuk penlmpangan batas usia minimum untuk bekerja. Olehkarena itu ILO merasa perlu menyusun dan mengesahkan konvensi yang secarakhusus mempertegas batas usia minimum untuk diperbolehkan bekerja yang berlakudisemua sektor yaitu 15 ( lima belas ) tahun.

    M.ALASAN INDONESIA MENGESAHKAN KONVtrNSI

    l. Pancasila sebagai falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai sumber dan landasan hukum nasional, menjungjungtinggi harkat dan martabat manusia seperti tercermin dalam sila-sila Pancasilakhususnya Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Untuk itu bangsa Indonesiabertekad melindungi hak dasar anak sesuai dengan Konvensi ini .

    2. Dalam rangka pengamalan Pancasila dan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945,Indonesia telah menetapkan berbagai peraturan perundiurg-undangan yang mengaturperlindungan terhadap anak.

    3. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia melalui Ketetapan NomorXVIIi\{PR/199S tentang Hak Asasi Manusia menugasi Presiden dan DPR untukmeratifikasi berbagai instrumen PBB yang berkaitan dengan hak asasi manusia.Indonesia telah meratifikasi Konvensi PBB tanggal 30 September 1990 mengenaiHak-hak Anak Disamping itu Presiden Republik Indonesia telah ikutmenandatangani Keputusan Pertemuan Tingkat Tinggi mengenai Pembangunan Sosialdi Kopenhagen Tahun 1995. Keputusan Pertemuan tersebut antara lain mendoronganggota PBB meratifikasi tujuh Konvensi ILO yang memuat hak-hak dasar pekerja,termasuk Konvensi No. 138 Tahun 1973 mengenai Usia Minimum untukdiperbolehkan Bekerja.

    4. ILO dalam sidang umumnya yang ke-86 di Jenewa bulan Juni 1998 telahmenyepakati Deklarasi ILO mengenai Prinsip dan Hak-hak Dasar di Tempat Kerja.

    32

  • Deklarasi tersebut menyatakan bahwa setiap negara rrajib menghormati danmewujudkan prinsip-prinnsip ketujuh Konvensi Dasar ILO.

    Dalam pengamalan Pancasila dan penerapan peraturan perundang-undangan masihdirasakan adanya penyimpangan perlindungan hak anak. Oleh karena itu pengesahanKonvensi ini dimaksudkan untuk menghapuskan segala bentuk praktekmempekerjakan anak serta meningkatkan perlindungan dan penegakan hukum secaraefektif sehingga akan lebih menjamin perlindungan anak dari exploitasi ekonomi,pekerjaan yang membahayakan keselamatan dan kesehatan anak, mengganggupendidikan, serta menggangggu perkembangan fisik dan mental anak.

    Pengesahan Konvensi ini menunjukkan kesungguhan Indonesia dalam memajukan danmelindungi hak dasar anak sebagaimana diuraikan pada butir 5. Hal ini akan lebihmeningkatkan citra positif Indonesia dan memantapkan kepercayaan masyarakatinternasional.

    TV. POKOK.POKOK KONVENSI

    l. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib menetapkan kebijakannasional untuk menghapuskan praklek mempekerjakan anak dan meningkatkan usiaminimum untuk diperbolehkan bekerja.

    2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moralanak harus diupayakan tidak boleh kurang dari usia l8 (delapan belas) tahun,kecuali untuk pekerjaan ringan tidak kurang dari 16 (enam belas) tahun.

    3. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib menetapkan usiaminimum untuk diperbolehkan bekerja, aturan mengenai jam kerjq dan menetapkanhukuman atau sanksi guna menjamin pelaksanaannya.

    4. Negara anggota ILO yang mengesahkan Konvensi ini wajib melaporkanpelaksanaannya.

    V. PASAL DEMI PASAL

    Pasal IApabila terjadi perbedaan penafsiran terhadap terjemahannya dalam bahasa Indonesia,maka yang berlaku adalah naskah asli Konvensi dalam bahasa Inggeris.

    Pasal 2Cukup jelas

    TAMBAIIAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3835

    5.

    6.

    33

  • LAMPIRANUNDANC-UNDANG RNPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 20 TAHUN 1999

    TENTANG

    PANGESAIIAN ILO KONWNTION NO. I3S CONCERNING MINIMT]MAGE FOR ADMISSION TO EMPLOYMENT

    (KONVENSI ILO MENGENAI USIA MINIMUMUNTUK DIPERBOLNHKAN BNKERJA)

    PERT\TYATAANMENGENAI USIA MINIMUM UNTUK

    DIPERBOLEIIKAN BEKERJA

    Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Konvensi, Pemerintah Republik Indonesia dengan inimenyatakan bahwa usia minimum untuk diperbolehkan bekerja adalah 15 (lima belas) tahun.

    PRESIDEN Rf,PUBLIK INDONESIA

    ttd

    BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE

    Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT KABINET RI

    Kepala Biro PeraturanPerundang-undangan I

    ttd

    Lambock V. Nahattands

    34

  • ANNEX OF THf, LAWOF THE REPUBLTC OF THE INDONESIA

    NUMBER 20 YEAR 1999ON THE RATIFICATION OF

    THE ILO CONVENTION NO. I38 CONCERNING MINIMUN AGEFOR ADMISSION TO EMPLOYMENT

    DECLARATIONCONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION

    TO EMPLOYMENT

    In accordance with Article 2 Paragraph I of the Convention, the Government of theRepublic of Indonesia hereby declares that the minimum age for admission to employmentis 15 (fifteen) years.

    PRESIDf,NT OF THE REPUBLICOF INDONESIA

    BACHARUDDTN JUSUF HABIBIE

    Salinan sesuai dengan aslinyaSEKRETARIAT KABINET RI

    Kepala Biro PeraturanPerundang-undangan I

    ttd

    Lambock V. Nahattands

    35

  • International Labour Conference

    CONVENTION 138

    CONVENTION CONCERNTNG MINIMUM AGEFOR ADMISSION TO EMPLOYMENT,

    ADOPTED BY THE CONFERENCE AT ITS FIFTY-EIGHTH SESSIONGENEVAs 26 JUNE 1973

    AUTFIENTIC TEXT

    36

  • Convention 138

    CONVENTION CONCERNING MINIMUM AGE FOR ADMISSION TOEMPLOYMENT

    The General Conference of the International Labour Organsation,

    Having been convened at Geneva by the Governing Body of the International LabourOffice, and having met in its Fifty-eighth Session on 6 June 1973, and

    Having decided upon the adoption of certain proposals with regard to minimum age foradmission to ernployment, which is the fourth item on the agenda of the session, and

    Noting the terms of the Minimum Age (Industry) Convention, lglg, the Minimum Age(Sea) Convention, 1920, the Minimum Age (Agriculture) Convention, I92L, theMinimum Age (Trimmers and Stokers) Convention, 1921, the Minimum Age (Non-Industrial Employment) Convention, 1932, the Minimum Age (Sea) Convention(Revised), 1936, the Minimum Age (Industry) Convention (Revised), T937, theMinimum Age (Non-Industrial Employment) Convention (Revised), 1937, the MinimumAge (Fishermen) Convention, 1959, and the Minimum Age (Underground Work)Convention, 1965, and

    Considering that the time has come to establish a general instrument on the subject, whichwould gradually replace the existing ones applicable to limited economic sectors, with aview to achieving the total abolition of child labour, and

    Having determined that this instrument shall take the form of an international Convention,

    adopts this twenty-sixth day of June of the year one thausand nine hundred and seventy-three the following Convention, which may'be cited as the Minimum Age Convention,1973 :

    Article I

    Each Member for which this Convention is in force undertakes to pursue a nationalpolicy designed to ensure the effective abolition of child labour and to raise progressevelythe minimum age for admission to employment or work to a level consistent with thefullest physical and mental development of young persons.

    toitsto

    1.

    Article 2

    Each Member which ratifies this Convention shallits ratification, a minimum a3e for admissionterritory and on means of transport registered in

    specify, in a declaration appendedto employment or work withinits ferritory; subject to Articles 4

    37

  • 3.

    4.

    5.

    8 of this Convention, no one under that age shall be admitted to employment or workin any occupation.

    Each Member which has ratified this Convention may subsequently nofity the Director-General of the lnternational Labour Office, by further declarations, that is specifies aminimum age higher than that previously specified.

    The minimum age specified in pursuance of paragraph I of this Article shall not beless than the age of completion of compulsory schooling and, in any case, shall not beless than 15 years.

    Notwithstanding the provisions of paragraph 3 of this Article, a Member whoseeconqmy and educational ficilities are inssufficiently developed ffi&y, after consultationwith the organisations of employers and workers concerned, where such exist, intialyspeci$ a minimum age 14 years.

    Each Member which has specified a minimum age of 14 years in pursuance of theprovisions of the preceding paragraph shall include in its reports on the aplications ofthis Convention submitted under article 22 of the Constitution of the InternationalLabour Organisation a statement-(a) that its reason for doing so subsists; or(b) that the renounces its right to avail itself of the provisions in question as from a

    stated date.

    Article 3

    The minimum age for admission to any type of employment or work which by itsnature or the circumstances in which it is carried out is likely to jeopardise the health.Safety or morals of young persons shall not be less than 18 years.

    The types of employment or work to which paragraph I of this Article applies shallbe determined by national laws or regulations or by the competent authority, afterconsultation with the organisations of employers and workers concerned, where suchexist.

    3. Notwithstanding the provisions of paragraph 1 of this Article, national laws orregulations or the competent authority may, after consultation with the organisations ofemployers and workers concerned, where such exist, authorise employment or work asfrom the age of 16 years on condition that the healt[ safety and morals of the youngpersons concerned are fully protected and that the young persons have receivedadequate specific instruction or vocational training in the relevant branch of activity.

    l.

    38

  • I

    2.

    J.

    l.

    2.

    J.

    Article 4

    In so far as necessary, the competent authority, after consultation with theorganisations of employers and workers concerned, where such exist, may exclude fromthe application of this Convention limited categories of employment or work in respectof which special and substancial problems of application arise.

    Each Member which ratifies this Convention shall list in its first report on theapplication of the Convention submitted under article 22 of the Constitution of theInternational Labour Organisation any categories which may have been excluded inpursuance of paragraph 1 of this Article, giving reasons for such exclusion, and shallstate in subsequent reports the position of its law and practice in respect of thecategories excluded and the extent to which effect has been given or is proposed tobe given to Convention in respect of such categories..

    Employment or work covered by Article 3 of this Convention shall not be excludedform the application of the Convention in pursuance of this Article.

    Article 5

    A Member whose economic and admimnistrative facilities are insufficiently developedmay, after consultation with the organisations of employers and workers concerned,where such exist, initially limit the scope of application of this Convention.

    Each Member which avails itself of the provisions of paragraph 1 of this Article shallspecify, in a declaration appended to its ratification, the branches of economic activityor types of undertakings to which it will apply the provisions of the Convention.

    The provisions of the Convention shall be applicable as a minimum to the fiJiiowing :mining and quarrying , manufacturing; construction; electricity, gas and water; sanitaryservices; transport, storage and communication; and plantations and other agriculturalundertakings mainly producing for commercial purposes, but excluding family and small-scale holdings producing for local consumption and not regulary employing hiredworkers.

    Any Member which has limited the scope of application of this Convention inpursuance of this Article--(a) shall indicate in its reports under article 22 of the Constitution of the International

    Labour Organisation the general position as regards the employment or work ofyoung persons and children in the branches of activity which are exclude from thescope of application of this Convention and any progress which may have beenmade towards wider application of the provisions of the Convention;

    (b) may at any time formally extend the scope of application by a declarationaddressed to the Director-General of the Internatiohal Labour Office.

    4.

    39

  • IArticle 6

    This Convention does not apply to work done by children and young persons inschools for general; vocational or technical erJucation or in other training institutions, or towork done by persons at least 14 years of age in undertakings, where such work iscarried out in accordance with conditions prescribed by the competent authority, afterconsultation with the organisations of employers and workers concerned, where such exist,and is an integral part of--

    (a) a course of education or training for which a school or training institution is primarilyresponsible;

    (b) a programme of training mainly or entirely in an undertaking, which programme hasbeen,approved by the competent authority; or

    (c) a programme of guidance or orientation designed to facilitate the choice of anoccupation or of a line of training.

    Article 7

    1. National laws regulations may permit the employment or work of persons 13 to 15years of, age on light work r.vhich is-

    (a) not likely to be harmful to their health or development; and(b) not such as to prejudice their attendance at school, their participation in vocational

    orientation or training programrnes approved by the competent authority or theircapacity to benefit from the instruction received.

    National laws or regulations may also permit the employment or work cf persons whoare at least 15 years of age but have not yet completed their compulsory schooling onwork which meets the requirements set forth in sub-paragraphs (a) and (b) ofparagraph 1 of this Article.

    The competent authority shall determine the activities in which employment or workmay be permitted under paragraphs I and 2 of this Article and shall prescribe thenumber of hours during which and the conditions in which such employment or workmay be undertaken.

    Notwithstanding the provisions of paragraphs I and 2 of this Article, a Member whichhas availed itself of the provisions of paragraph 4 of Article 2 may, for as long as itcontinues to do so, subtitute the ages 12 and 14 for the ages 13 and 15 in paragraph1 and the age 14 for the age 15 in pangraph 2 of this Article.

    Article 8

    1. After consultation with the organisations of employers and workers concerned, wheresuch exist, the competent authority may, by permits granted in individual cases, allow

    2

    J.

    4.

    40

  • exceptions to the prohibition of employment or work provided for in Article 2 of thisConvention, for such purposes as participation in artistic petformances.

    2. Permits so granted shall limit the number of hours during which and prescribe theconditions in which employment or work is allowed.

    Article 9

    necessary measures> including the provision of appropriate penalties, shall be takenthe competent authority to ensure the effective enforcement of the provisions ofConvention.

    l. Allbythis

    Nationpl laws or regulations or the competent authorityresponsible for compliance with the provisions gMng effect to

    3. National laws or regulations or the competent authority shallother documents which shall be kept and made availableregisters or documents shall contain the names and agescertified wherever possible, of persons whom he employs orwho are less than l8 years of age.

    shall define the personsthe Convention.

    prescribe the registers orby the employer; suchor dates of birth, dulywho work for him and

    l.

    Article 10

    This Convention revises, on the terms set forth in this Article, the Minimum Age(Industry) Convention, 19T9, the Minimum Age (Sea) Convention, 192A, the MinimumAge (Agriculture) Convention, 192T, the Minimum Age (Trimmers and Stokers)Convention, 1921, the Minimum Age (Non-Industrial Employment) Convention, 1932,the Minimum Age (Sea) Convention (Revised), T936, the Minimum Age (Industry)Convention (Revised), 1937, the Minimum Age (Non-Industrial Employment)Convention (Revised), 1937, the Minimum Age (Fishermen) Convention, 1959, and theMinimum Age (Underground Work) Convention, 1965.

    The corning into force of this Convention shall not close the Minimum Age (Sea)Convention (Revised), 1936, the Minimum Age (Industry) Convention (Revised), 1937,the Minimum Age (Non-Industrial Employment) Convention (Revised), 1937, theMinimum Age (Fishermen) Convention, 1959, or the Minimum Age (UndergroundWork) Convention, 1965, to further ratification.

    The Minimum Age (Industry) Convention, 1919, the Minimum Age (Sea) Convention,192A, the Minimum Age (Agriculture) Convention T921, and the Minimum Age(Trimmers and Stokers) Convention, 1921, shall be closed to further ratification whenall the parties there to have consented to such closing by ratification of thisConvention or by a declaration communicated to the Director-General of theInternational Labour Office.

    2.

    J-

    4t

  • 4. When the obligations of this Convention are accepted-

    (a) by a Member which is party to the Minimum Age (lndustry) Convention (Revised),1937, and a minimum age of not less than 15 years is specified in pursuance oiArticle 2 of this Convention, this shall rg;s'o .jure invalve the immediate denunciationof that Convention,

    (b) in respeot in non-industrial employment defined in the Minimurm Age (Non-IndustrialEmployment) Convention, 1932, by a Member which is a party to that Convention,this shall iytso jure involve the immediate denunciation of that Convention,

    (c) in respect of non-industrial employment as defined in the Minimum Age (Non-Industrial Employment) Convention (Revised), 1937, by a Member which is a partyto that Convention, and a rninimum age not less than 15 years is specified inpursuance of Article 2 of this Convention" this shall ipso jure involve theimmediate denunciation of that Convention,

    (d) in respect of maritime employment, by a Member which is a party to the l\{inimumAge (Sea) Convention (Revised), T936, and a minimum age of not less than 15years is specified in pursuance of Article 2 of this Convention or the Memberspecifies that Article 3 of this Convention applies to maritime employment, this shallipso jure involve the immediate denunciation of that Convention,

    (e) in respect of employment in maritime fishing, by a Member which is a party to theMinimum Age (Fishermen) Convention, 1959, and a minimum age of not less than15 years is specified in pursuance of Article 2 of this Convention or the Mernberspecifies that Article 3 of this Convention applies to employment in maritimefishing, this shall ipso .jure involve the immediate denunciation of that Convention,

    (D bV a Member which is a party to the Minimum Age (Underground Work)Convention, 1965, and a minimum age of not less than the age specified inpursuance of that Convention is specified in pursuance of Article 2 of thisConvention or the Member specifies that such an age applies to employmentunderground in mines in virtue of Article 3 of this Convention, this shall ipso jureinvolve the immediate denunciation of that Convention,

    if and when this Convention shall have come into force.

    5. Acceptance of the obligations of this Convention-

    (a) shall involve the denunciation of the Minimum Age (Industry) Convention, 1919, inaccordance with Article 12 thereof,

    (b) in respect of agriculture shall involve the denunciation of the Minimum Age(Agriculture) Convention, 1921, in accordance with Article 9 thereof,

    (c) in respect of maritime employment shall involve the denunciation of the MinimumAge (Sea) Convention, 1920, in accordance with Article 10 thereof, and of theMinimum Age (Trimmers and Strokers) Convention, 192I, in acsordance withArticle 12 thereof,

    if and when this Convention shall have come into force.

    42

  • ,)

    Article 1l

    The formal ratifications of this Convention shall be communicated to the Director-General of the International Labour Office for registration.

    l.

    Article 12

    This Convention shall be binding only upon those Members of the International LabourOrganisation whose ratifications have been registered with the Director-General.

    It shall come into force twelve months after the date on which the ratification of twoMembers have been registered with the Director-General.

    Thereafter, this Convention shall come into force for any Member twelve months afterthe date on which it ratification has been registered.

    Article 13

    A Member which has ratified this Convention may denounce it after the expiration often years from the date on which the Convention first comes into force, by an actcommunicated to the Director-General of the International Labour Ofiice forregistration. Such denunciation shall not take effect until one year after the date onwhich it is this registered.

    Each Member which has ratified this Convention and which does not, within the yearfollowing the expiration of the period of ten years mentioned in the precedingparagraph exercise the right of denunciation provided for in this Article, will be boundfor another period of ten years and, thereafter, may denuonce this Convention at theexpiration of each period of ten years under the terms provided for in this Article.

    Article 14

    The Director-General of the Intenational Labour Offfice shall notify all Members of theInternational Labour Organisation of the registration of all ratifications anddenunciations communicated to him by the Members of the Organisation.

    When notifying the Members of the Organisation of the registration of secondratification communicated to him, the Director-General shall draw the attention of theMembers of the Organisation to the date upon which the Convention will come intoforce.

    l.

    Article 15

    The Director-General of the International Labour Office shall communicate to theSecretary-General of the United Nations for registration in accordance with Article 102 of

    2.

    1.

    2.

    43

  • the Charter of the United Nations full particulars of all ratifications and acts of thedenunciation registered by him in accordance with the provisions of the preceding Articles.

    Article 16

    At such times as it may consider necessary the Governing Body of the InternationalLabour Offce shall present to the General Conference a report on the working of thisConvention and shall examine the desirability of placing on the agenda of the Conferencethe question of its revision in whole or in part.

    Article 17

    1. Should the Conference adopt a new Convention revising this Convention in whole or inpart, then, unless the new Convention otherwise provides-

    (a) the ratification by a Member of the new revising Convention shall rpso .jure rnvolvethe immediate denunciation of this Convention, notwithstanding the provisions ofArticle 13 above, if and when the new revising Convention shall have come intoforce;

    (b) as from the date when the new revising Convention comes into force thisConvention shall cease to be open to ratification by the Members.

    2. This Convention shall in any case remain in force in its actual form and content forthose Members which have ratified it but have not ratified the revising Convention.

    Article 18

    The English and French versions of the text of this Convention are equallyauthoritative.

    The foregoing is the authentic text of the Convention duly adopted by the GeneralConference of the International Labour Organisation during its fifty-eighth Session whichwas held at Geneva and declared the twenty-seventh day of June 1973.

    IN FAITH WHEREOF we have appended our signatures this twenty-seventh day ofJune 1973.

    44

  • The President of the Conference,

    BINTU'a TSHIABOLA

    The Director-General of the Internaional Labour Office,

    WILFRED JENKS

    The text of the Convention as herepresented is a true copy of the textauthenticated by the signatures of thePresident of the International LabourConference and of the Director-Generalof the International Labour Ofiice,

    Certified true and complete copy,

    for the Director-General af the InternationalLabour Office :

    Certified true and complete copy.For the Director-General

    of the International Labour Office :

    DOMINICK DEWTNLegal Advisor

    of the International Labour OffEce.

    45

  • Konferensi Ketenagakerjaan Internasional

    KONVENSI I38

    KONVENSI MENGENAI USIA MININTUMLINTUK DIPERBOLEHKAN BEKERIA5

    DISETUruI OLEH KONFERENSIPADA SIDANGNYA YANG KELIMA PIILUH DELAPAN,

    GENEVA 26 JUNI 1973

    TERIEMAHAN NASKAH ASLI

    46

  • Konvensi 138

    KONVENSI MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEIIKAN BEKERJA

    Konferensi Organisasi Ketenagakerjaan lnternasional,

    Setelah diundang ke Jenewa oleh Badan Pengurus Kantor KetenagakerjaanInternasional, dan setelah mengadakan sidangnya yang kelima puluh delapan padatanggal 6 Juni 1973, dan

    Setelah memutuskan untuk menerima beberapa usul mengenai usia minimum untukdiperbolehkan bekerja, yang merupakan acara keempat dalam agenda sidangtersebut, dan

    Memperhatikan syarat-syarat Konvensi Usia Minimum ( Industri), 1919, Konvensi UsiaMinimum (Laut), 1920, Konvensi Usia Minimum (Pertanian), 1921, Konvensi UsiaMinimum ( Penghias dan Juru Api ), 192T, Konvensi Usia Minimum ( PekerjaanNon Industri ), 1932, Konvensi ( Revisi ) Usia Minimum ( Laut ), 1936, Konvensi (Revisi ) Usia Minimum ( Industri ), 1937; Konvensi ( Revisi ) Usia Minimum (Pekerjaan Non Industri ), 1937, Konvensi Usia Minimum (Nelayan ), 1959, danKonvensi Usia Minimum ( Kerja Bawah Tanah ), 1965, dan

    Menimbang bahwa telah tiba wattunya untuk menetapkan suatu naskah umummengenai hal itu, yang secara berangsur-angsur akan menggantikan naskah-naskahyang berlaku pada sektor ekonomi yang terbatas, dengan tujuan untuk melakukanpenghapusan kerja anak secara menyeluruh, dan

    Setelah menetapkan bahwa naskah ini harus berbentuk Konvensi internasional,

    menyetujui pada tanggal dua puluh enam bulan Juni tahun seribu sembilan ratus tujuhpuluh tiga Konvensi ini, yang disebut Konvensi Usia Minimum, 1973'.

    Pasal I

    Setiap Anggota yang memberlakukan konvensi ini wajib mernbuat kebijakan nasionalyang dirancang untuk menjamin penghapusan secara efektif pekerja anak dan secarabertahap meningkatkan usia minimum untuk diperbolehkan bekeda sampai pada suatutingkat yang sesuai dengan perkembangan fisik dan mental sepenuhnya dari orang muda.

    Pasal 2

    l. Setiap Anggota yang meratifikasi Konvensi ini wajib menetapkan dalam sebuahdeklarasi yang dilampirkan pada ratifikasinya, usia minimum untuk diperbolehkanbekerja dalam wilayahnya dan pada sarana angkutan yang terdaftar di wilayahnya;

    47

  • sesuai pasal 4 sampai dengan pasal 8 Konvensi ini, tidak seorangpun di bawah usia ituyang diperbolehkan masuk dalam setiap jabatan;

    2. Setiap anggota yang telah meratifikasi Konvensi ini dapat memberitahukan kepadaDirektur Jenderal Kantor KetenagakerJaan Internasional dengan deklarasi selanjutnya,bahwa ia menetapkan usia minimum yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkansebelumnya;

    3. Usia minimum yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan ayat (l) Pasal ini, tidakboleh kurang dari usia tamat wajib belajar, yaitu tidak boleh kurang dari 15 tahun,dalam keadaan apapun,

    Tanpa mengurangi ketentuan ayat (3) Pasal ini, Anggota yang perekonomian danfasilitas pendidikannya tidak cukup berkembang, setelah berkonsultasi dengan organisasipengusaha dan pekerja yang berkepentingan, jika ada sebagai permulaan dapatmenetapkan usia minimum 14 tahun.

    Setiap Anggota yang telah menetapkan usia minimum 14 tahun sesuai denganketentuan ayat itu, wajib mencantumkan dalam laporannya mengenai pelaksanaanKonvensi ini yang diajukan berdasarklan Pasal 22 Konstitusi Organisasi KetenagakerjaanInternasional, pernyataan :

    (a) bahwa alasan untuk melakukan hal itu memang ada; atau(b) bahwa ia melepaskan haknya untuk melaksanakan ketentuan tersebut sejak tanggal

    penetapan.

    Pasal 3

    Usia minimum untuk diperbolehkan bekerja disetiap jenis pekerjaan, yang karena sifatatau keadaan lingkungan tempat pekerjaan itu dilakukan dapat membahayakankesehatan, keselamatan atau moral orang muda, tidak boleh kurang dari 18 tahun.

    Jenis pekerjaan atau kerja yang padanya ketentuan ayat (1) Pasal ini berlaku, harusditetapkan dengan peraturan atau perundang-undangan nasional, atau oleh penguasayang berwenang, setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja yangberkepentingan jika ada.

    tanpa mengabaikan ketentuan ayat (1) Pasal ini, undang-undang atau peraturan nasionalatau penguasa yang berwenang, setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha danpekerja yang berkepentingan, jika ada, dapat memperbolehkan orang muda berusia 16tahun keatas bekerja, dengan syarat bahwa kesehatan, keselamatan, dan moral merekadilindungi sepenuhnya dan mereka telah mendapat ,pendidikan atau pelatihan kejuruankhusus mengenai cabang kegiatan yang bersangkutan.

    4.

    5.

    1.

    J

    J.

    48

  • Pasal 4

    l. Apabila diperlukan, penguasa yang berwenang setelah berkonsultasi dengan organisasipengusaha dan pekerja yang berkepentingan, jika ada, dapat mengecualikan pekerjaanatau kerja tertentu dari pemberlakuan Konvensi jika pelaksanaan Konvensi inimenimbulkan masalah yang sangat berat.

    2. Setiap Anggota yang meratifikasi Konvensi ini wajib membuat daftar dalam laporannyayang pertama mengenai pelaksanaan Konvensi yang diajukan berdasarkan Pasal 22 dartKonstitusi Organisasi Ketenagakerjaan Internasional, setiap jenis pengecualian menurutketentuan ayat (l) Pasal ini, alasan pengecualian, dan dalam laporan berikutnya wajibmenyebutkan kedudukan hukum dan kebiasaan di negaranya mengenai jenispengecqalian tersebut, dan sejauh mana pengaruh dari Konvensi ini telah diberlakukanatau diusulkan untuk diberlakukan terhadap jenis pekerjaan tersebut.

    3. Pekerjaan atau kerja yang tercakup dalam Pasal 3 Konvensi ini tidak bolehdikecualikan dari pelaksanaan Konvensi sesuai dengan ketentuan Pasal ini.

    l.

    Pasal 5

    Anggota yang perekonomian dan fasilitas administratiftya belum cukup berkembang,setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja yang berkepentingan,jika ada, pada awalnya dapat membatasi ruang lingkup berlakunya Konvensi ini.

    Setiap Anggota yang tunduk pada ayat (l) Pasal ini, dalam suatu pernyataan yangdilampirkan pada ratifikasinya, wajib memperinci secara khusus cabang kegiatanekonomi atau jenis usaha yang kepadanya ketentuan konvensi ini berlaku.

    Ketentuan Konvensi ini wajib diberlakukan sebagai minimum terhadap : pertambangandan penggalian, pengolahan; bangunan; listri! gas dan air, perusahaan sanitari;pengangkutan, pergudangan, dan perhubungan; serta perkebunan dan usaha pertanianlainya yang hasil utamanya untuk tujuan perdagangan, tetapi kecuali perusahaankeluarga dan usaha kecil yang menghasilkan barang untuk konsumsi lokal dan tidaksecara teratur mempekerjakan tenaga bayaran.

    Setiap Anggota yang membatasi ruang lingkup berlakunya konvensi ini sesuai denganketentuan dalam pasal ini --(a) wajib menyebutkan dalam laporannya sesuai dengan Pasal 22 Konstitusi Organisasi

    Ketenagakerjaan Internasional, kedudukan umum tentang pekerjaan umum orangmuda dan anak-anak dalam cabang kegiatan yang dikecualikan dari ruang lingkupberlakunya Konvensi ini dan setiap kemajuan yang mungkin di capai ke arahpelaksanaan yang lebih luas dari ketentuan konvensi ini.

    (b) dapat setiap waktu secara formal memperluas ruang lingkup pemberlakuan melaluisebuah deklarasi yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Ketenagakerjaanlnternasional.

    ,)

    49

  • Pasal 6

    Konvensi ini tidak berlaku bagi pekerjaan yang dilakukan oleh anak dan orang mudadi sekolah umum, kejuruan atau teknik atau lembaga latihan lain, atau bagi pekerjaanyang dilakukan oleh orang muda yang sekurang-kurangnya berusia 14 tahun dalamperusahaan, bila pekerjaan itu dilakukan sesuai dengan syarat-syarat yang ditetapkan olehpenguasa yang berwenang setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerjayang berkepentingan, jika ada, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari-

    (a) suatu program pendidikan atau pelatihan yang penanggung jawab utamanya adalahsuatu sekolah atau lembaga pelatihan;

    (b) program latihan yang untuk sebagian besar atau seluruhnya dilaksanakan dalam suatuperusahaan, yang programnya telah disetujui oleh penguasa yang berwenang, atau;

    (c) suatu program bimbingan atau orientasi yang disusun untuk mempeffnudah pemilihanjabatan atau jalur pelatihan.

    Pasal 7

    1. Peraturan atau perundang-undangan nasional dapat memperbolehkan mempekerjakannyaorang berusia 13-15 tahun dalam pekerjaan ringan yang-

    (a) tidak berbahaya bagi kesehatan dan perkembangan mereka;(b) tidak mengganggu kehadiran mereka mengikuti pelajaran sekolah, mengikuti

    orientasi kejuruan atau program latihan yang disetujui oleh penguasa yangberwenang atau kemampuan mereka mendapatkan manfaat dari pelajaran yangditerima.

    Peraturan atau perundang-undangan nasional dapat juga memperbolehkanmempekerjakan orang yang berusia sekurang-kurangnya 15 tahun akan tetapi belummenyelesaikan pendidikan sekolah wajib dalam pekerjaan yang telah memenuhipersyaratan yang ditetapkan dalam sub (a) dan (b) ayat (1) Pasal ini.

    Pengusaha yang berwenang wajib menetapkan kegiatan pada pekerjaan yangdiperbolehkan berdasarkan ayat (l) dan (2) Pasal ini dan wajib menetapkan jumlah jamkerja dan kondisi yang harus dipenuhi dalam melakukan pekerjaan dimaksud.

    Tanpa mengabaikan ketentuan ayat (l) dan (2) Pasal ini, Anggota yang telahmenyatakan tunduk kepada ketentuan ayat (4) Pasal 2, selama rnasih dikehendakidapat menggantikan usia 12 dan 14 tahun untuk usia 13 dan 15 tahun pada ayat (1),dan usia 14 tahun untuk usia 15 tahun pada ayat (2) Pasal ini.

    Pasal 8

    Setelah berkonsultasi dengan organisasi pengusaha. dan pekerja yang berkepentingan,jika ada, penguasa yang berwenang, dengan rzin yang diberikan untuk kasus individual

    2.

    4.

    50

  • boleh mengecualikan larangan bekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Konvensiini untuk maksud tertentu, seperti keikutsertaan dalam pertunjukkan kesenian.

    2. Izin yang diberikan itu harus membatasi jumlah ja* dan kondisi kerja untukdiperbolehkan bekerja

    Pasal 9

    l. Segala tindakan yang perlu, termasuk penentuan hukuman yang memadai, harus diambiloleh penguasa yang berwenang untuk menjarnin pelaksanaan yang efektif dari ketentuanKonvensi ini.

    Peraturan atau perundang-undangan nasional wajib menetapkan orang-orang yangbertanggung jawab terhadap penaatan ketentuan Konvensi ini.

    3. Peraturan atau perundang-undangan nasional, atau penguasa yang berwenang wajibmenetapkan catatan atau dokumen lain yang harus disimpan dan disediakan olehpengusaha, catatan atau dokumen itu harus memuat nama dan usia atau tanggal lahir,yang disahkan bila mungkin, mengenai orang-orang yang dipekerjakannya atau yangbekerja untuknya dan yang berusia dibawah 18 tahun.

    1.

    Pasal 10

    Konvensi ini merevisi menurut ketentuan yang ditetapkan dalam Pasal ini, KonvensiUsia Minimum (Industri), 1919, Konvensi Usia Minimum (Laut), 1920, Konvensi UsiaMinimum (Pertanian), 1921, Konvensi Usia Minimum (Penghias dan Juru Api), 192I,Konvensi Usia Minimum (Pekerjaan Non Industri), 1932, Konvensi (Revisi) UsiaMinimum (Laut), L936, Konvensi (Revisi) Usia Minimum (Indusrti), 1937, Konvensi(Revisi) Usia Minimum (Pekerja Non Industri), 1937, Konvensi Usia MinimumfNelayan), 1959, dan Konvensi Usia Minimum (Pekerjaan Bawah Tanah), 1965.

    Pemberlakuan Konvensi ini tidak menutup kemungkinan untuk meratifikasi Konvensi(Revisi) Usia Minimum ( Laut ), 1936, konvensi ( Revisi ) Usia Minimum ( Industri ),1937, Konvensi(Revisi) Usia Minimum(Pekerjaan Non Industn), 1937, Konvensi UsiaMinimum (Nelayan), lgsg,Konvensi Usia Minimum (Kerja Bawah Tanah), 1965.

    Konvensi Usia Minimum ( Industri ), 1919, Konvensi Usia Minimum ( Laut ), 1920,Konvensi Usia Minimum ( Pertanian ), 192I, dan Konvensi Usia Minimum ( Penghiasdan Juru Api ), 1921, akan tertutup untuk diratifikasi lebih lanjut, jika semua pihakyang telah meratifikasinya setuju untuk menutupnya dengan diratifikasinya Konvensi iniatau dengan suatu deklarasi yang disampaikan kepada Direktur Jenderal kantorKetenagakerjaan Internasional.

    ')

    J.

    51

  • 4. Jika kewajiban-kewajiban Konvensi ini diterima --

    (a) oleh Anggota yang merupakan pihak pada Konvensi ( Revisi ) Usia Minimum(Industri ), 1937, dan telah menetapkan usia minimum tidak kurang dari 15 tahunmenurut ketentuan pasal 2 Konvensi ini, demi hukum, hal tersebut dengansendirinya membatalkan konvensi itu dengan segera,

    (b) dalam hal pekerjaan non industri sebagaimana dimaksud dalam Konvensi UsiaMinimum ( Pekerjaan Non industri ), 1932, oleh Anggota yang merupakan pihakpada Konvensi itu, demi hukum, hal tersebut dengan sendirinya membatalkanKonvensi itu dengan segera,

    (c) dalam hal pekerjaan non industri sebagairnana ditetapkan dalam Konvensi (Revisi)Usia Minimum (Pekerjaan Non-Industri), 1937, oleh Anggota yang merupakanpihak pada Konvensi itu dan telah menetapkan usia minimum tidak kurang dari 15tahun berdasarkan Pasal dua Konvensi ini, demi hukum, hal tersebut dengansendirimya membatalkan Konvensi itu dengan segera,

    (d) dalam hal pekerjaan maritim, oleh Anggota yang merupakan pihak pada Konvensi(Revisi) Usia Minimum (Laut), 1936, dan telah menetapkan usia minimum tidakkurang dari 15 tahun berdasarkan pasal 2 Konvensi ini, atau Anggota itumenetapkan bahwa pasal 3 Konvensi ini berlaku bagi pekerjaan maritim, demihukum, hal tersebut dengan sendirinya membatalkan Konvensi itu dengan segera,

    (e) dalam hal pekerjaan perikanan maritim, oleh Anggota yang merupakan pihak padaKonvensi Usia Minimum (Nelayan), 1959, dan telah menetapkan usia minimumtidak kurang dari 15 tahun berdasarkan Pasal 2 Konvensi ini, atau Anggota itutelah menetapkan bahwa pasal 3 Konvensi ini berlaku bagi pekerjaan perikananmaritim, demi hukum, hal tersebut dengan sendirinya membatalkan Konvensi itudengan segera,

    (0 oleh Anggota yang merupakan pihak pada Konvensi Usia Minimum Kerja (KerjaBawah Tanah), 1965, dan usia minimum tidak kurang dari usia yang ditetapkanberdasarkan konvensi itu juga ditetapkan berdasarkan Pasal 2 Konvensi ini atauAnggota itu menetapkan bahwa usia itu berlaku bagi pekerjaan di bawah tanahdalam pertambangan berdasarkan Pasal 3 Konvensi ini, demi hukum hal tersebutdengan sendirinya membatalkan Konvensi itu dengan segera jika dan bila Konvensiini mulai berlaku.

    5. Penerimaan kewajiban Konvensi ini berarti --

    (a) Harus membatalkan Konvensi Usia Minimum ( Industri ), 1919, sesuai dengan Pasal12 Konvensi itu,

    (b) dalam hal pertanian, harus membatalkan Konvensi Usia Minimum ( Pertanian ),1921, sesuai dengan pasal9 Konvensi itu,

    (c) dalam hal pekerjaan maritim, harus membatalkan Konvensi Usia Minimum ( Laut ),1920, sesuai dengan Pasal 10 Konvensi itu dan Konvensi Usia Minimum ( Penghiasdan Juru Api ), i921, sesuai dengan Pasal 12 Konvensi itu,

    jika dan bila Konvensi ini mulai berlaku

    52

  • Pasal I I

    Ratifikasi resmi Konvensi ini harus disampaikan kepada Direklur Jenderal KantorKetenagakerjaan Internasional untuk didaftar