spt tahunan sampel
DESCRIPTION
CONTOH SPT TAHUNANTRANSCRIPT
-
Tulisan ini telah dimuat pada Indonesia Tax Review Volume VIII/Edisi 10/2015
Melaporkan SPT Tahunan tidak sekedar mengisi formulir dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak. SPT Tahunan harus diisi dengan benar, jelas dan lengkap mengingat ada akibat hukum yang timbul saat kita menyampaikan SPT Tahunan tersebut. Apa saja kiat-kiat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar?
1. Dimulai dari Laporan Keuangan
Nilai historis
Realisasi
Substansi mengungguli bentuk formal
Kita Melaporkan SPT Tahunan PPh Badan dengan Baik danBenar
TIDAK terasa bulan April telah datang, bulan dimana perusahaan harus melaporkan kinerjanya kepada pemerintah melalui institusi pajak, Direktorat Jenderal Pajak. Ya, 31 April 2015 ini adalah batas akhir pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 bagi seluruh Wajib Pajak Badan terdaftar.
Bagaimana melaporkan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar? Baik dalam arti pelaporan dilakukan dengan itikad baik, tanpa niat mencurangi Negara dengan melakukan penghindaran pajak, dan benar dalam arti pelaporan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
SPT Tahunan PPh Badan memperlihatkan profil perusahaan secara utuh. Tidak hanya profil identitas, SPT Tahunan PPh Badan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan, yang meliputi tingkat kemampulabaan dan resume atas asset dan nilai perusahaan. Oleh karena itu SPT Tahunan PPh Badan harus dipersiapkan, dikonsep, dibuat dan dilaporkan dengan benar. Berikut ini kiat-kiat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar:
Laporan keuangan perusahaan yang meliputi Laporan Laba/Rugi dan Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah modal utama dalam pembuatan SPT Tahunan PPh Badan. Tanpa laporan keuangan kita tidak mungkin bisa membuat SPT Tahunan PPh Badan. Laporan keuangan yang dibuat secara komersial menjadi sumber utama pengisian SPT Tahunan PPh Badan, kemudian dilakukan beberapa penyesuaian berdasarkan ketentuan UU Pajak hingga laporan keuangan komersial tersebut menjadi laporan keuangan fiskal yang kita sebut sebagai SPT Tahunan PPh Badan dan dilaporkan dengan menggunakan formulir 1771, baik dalam mata uang rupiah maupun dolar.
Mengingat laporan keuangan adalah sumber utama dalam pembuatan SPT Tahunan PPh Badan, maka laporan keuangan yang baik adalah awal dari SPT Tahunan yang baik. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan laporan keuangan dengan sebaik-baiknya. Prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan yang baik meliputi:
Ketika perusahaan memperoleh aset, maka aset tersebut dicatat sebesar pengeluaran kas yang dilakukan atau setara kas yang dibayarkan, atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut. Ketika perusahaan mempunyai kewajiban (hutang), maka kewajiban tersebut dicatat sebesar kas atau setara kas yang diharapkan akan dibayarkan di masa yang akan datang.
Pendapatan atau belanja yang dicatat merupakan pendapatan atau belanja yang telah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas perusahaan. Dalam hal ini perusahaan bisa menggunakan prinsip matching cost against revenue, yaitu dengan cara menandingkan biaya yang telah dikeluarkan dengan pendapatan yang diterima.
-
Laporan keuangan harus menyajikan informasi yang wajar atas transaksi dan peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka transaksi dan peristiwa-peristiwa tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai substansi dan realitas ekonomi, tidak hanya memenuhi aspek formalitas saja.
Periodisitas
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus disajikan dalam periode-periode tertentu sehingga kinerja perusahaan dapat diukur dan posisi sumber daya yang ada di dalamnya dapat ditentukan/dinilai. Periode yang dipergunakan biasanya tahunan, baik sama dengan tahun takwim (Januari-Desember) maupun tidak berbeda dengan tahun takwim.
Konsistensi
Perlakukan terhadap suatu transaksi atau peristiwa di periode sekarang diharapkan akan mendapat perlakuan yang sama pada periode berikutnya. Oleh karena itu laporan keuangan harus konsisten. Metode yang baru yang berbeda dari metode yang sebelumnya boleh diterapkan selama memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan metode yang lama dan mendapat persetujuan dari institusi pajak.
Pengungkapan secara lengkap
Penyajian secara wajar
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-19/PJ/2014, kaitannya dengan SPT Tahunan PPh Badan, laporan keuangan komersial yang baik minimal memuat informasi-informasi sebagai berikut:
Laporan Laba Rugi
1. Peredaran usaha2. Harga Pokok Penjualan (HPP)3. Biaya usaha lainnya4. Penghasilan dari luar usaha5. Biaya dari luar usaha6. Penghasilan neto dari luar negeri
Biaya-biaya yang dikeluarkan baik yang dicatat sebagai HPP, biaya usaha lainnya, maupun biaya luar usaha minimal dapat terdiri dari:
1. Biaya pembelian bahan/barang dagangan2. Biaya gaji, upah, honorarium, gratifikasi, THR, dsb3. Biaya transportasi4. Biaya penyusutan dan amortisasi5. Biaya sewa6. Biaya bunga pinjaman7. Biaya sehubungan dengan jasa8. Biaya piutang tak tertagih9. Biaya royalti10. Biaya pemasaran/promosi11. Biaya lainnya
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Aktiva Pasiva
Informasi yang disajikan di laporan keuangan harus meliputi seluruh informasi yang dibutuhkan oleh stakeholder, baik manajemen maupun institusi pajak. Oleh karena itu tidak boleh ada informasi yang ditutup-tutupi dalam laporan keuangan perusahaan.
Prinsip yang terakhir, laporan keuangan perusahaan harus menyajikan secara wajar seluruh transaksi dan peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu peristiwa yang sifatnya perkiraan harus disajikan dengan memperhatikan prinsip kewajaran dan kehati-hatian.
-
1. Kas dan setara kas 1. Hutang usaha pihak ketiga
2. Investasi sementara (jika ada)
2. Hutang usaha pihak yang mempunyai hubungan istimewa (jika ada)
3. Piutang usaha pihak ketiga (jika ada) 3. Hutang bunga
4. Piutang usaha pihak yang mempunyai hubungan istimewa (jika ada) 4. Hutang pajak
5. Penyisihan piutang ragu-ragu (jika ada) 5. Hutang dividen
-
6. Persediaan6. Biaya yang masih harus dibayar
7. Beban di bayar dimuka 7. Hutang bank
8. Uang muka pembelian (jika ada)
8. Bagian hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam tahun berjalan
9. Aktiva lancar lainnya9. Uang muka pelanggan (jika ada)
10. Piutang jangka panjang 10. Kewajiban lancar lainnya
11. Tanah dan bangunan11. Hutang bank jangka panjang
12. Aktiva tetap lainnya12. Hutang usaha jangka panjang pihak lain
13. Akumulasi penyusutan (-)13. Kewajiban pajak tangguhan (jika ada)
14. Investasi pada perusahaan asosiasi (jika ada)
14. Kewajiban pajak tangguhan (jika ada)
15. Investasi jangka panjang lainnya
15. Kewajiban tidak lancar lainnya
16. Harta tidak berwujud 16. Modal saham
-
2. Persiapkan Formulir SPT Tahunan PPh Badan yang Sesuai
Formulir SPT Tahunan PPh Badan dan petunjuk pengisiannya terakhir diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-19/PJ/2014, yang berlaku untuk pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 dan seterusnya. Petunjuk pengisian merupakan dokumen yang bersifat satu kesatuan dengan formulir SPT, sehingga Wajib Pajak harus membaca dan memahaminya saat hendak mengisi SPT.
3. Pahami Hubungan Antara Laporan Keuangan dengan Isi SPT Tahunan PPh Badan
Daftar Penyusutan dan Amortisasi Fiskal (Lampiran Khusus 1A/1B)
Lampiran Khusus 1A maupun 1B SPT Tahunan PPh Badan dimaksudkan untuk merinci biaya penyusutan yang dibebankan oleh perusahaan. Berdasarkan formulir ini juga dapat diperoleh selisih penyusutan yang seharusnya boleh dibebankan (penyusutan fiskal) dengan beban penyusutan yang nyata-nyata dibebankan oleh Wajib Pajak (penyusutan komersial).
Kelompok/Jenis Harta Bln/Th Perolehan
HARTA BERWUJUD Jan-14
Kelompok 1 Jan-14
Printer Jan-14
Kelompok 2 Jan-14
Kendaraan Jan-14
Kelompok 3
Mesin Bubut
Kelompok 4
17. Aktiva pajak tangguhan (jika ada)
17. Agio saham (tambahan modal disetor)
18. Aktiva tidak lancar lainnya18. Laba ditahan tahun-tahun sebelumnya
19. Laba ditahan tahun ini
20. Ekuitas lain-lain (jika ada)
SPT Tahunan PPh Badan pada hakikatnya sarana meng-scapture seluruh isi laporan keuangan dan peristiwa-peristiwa lain di perusahaan. Oleh karena itu Wajib Pajak harus paham hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan SPT Tahunan PPh Badan. Mari kita uraikan hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan formulir SPT Tahunan PPh Badan:
Misalnya: PT ABC mencatat beban penyusutan pada laporan Laba Rugi tahun 2014 sebesar Rp40.000.000,-. Angka tersebut harus dirinci pada Lampiran Khusus 1A maupun 1B, yaitu:
-
Mesin Utama
KELOMPOK BANGUNAN
Permanen
Gd. Pabrik
Jumlah Penyusutan Fiskal
Jumlah Penyusutan Komersial
Selisih Penyusutan
Selisih penyusutan sebesar Rp19.000.000,- harus dimasukkan pada saat melakukan koreksi fiskal di formulir 1771-I
Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan (Lampiran Khusus 8A/8B)
Melalui Lampiran Khusus 8A/8B Wajib Pajak diharuskan melakukan penyesuaian format laporan keuangan yang telah dibuat dengan format yang dibutuhkan oleh DJP sebagai alat pengawasan. Formulir ini terdiri dari 8 jenis, Wajib Pajak harus memilih salah satu sesuai dengan bentuk usahanya. Kedelapan jenis formulir tersebut adalah:
No Kode Formulir
1 8A-1
2 8A-2
3 8A-3
4 8A-4
5 8A-5
6 8A-6
7 8A-7
-
8 8A-8
7 jenis usaha di atas dianggap memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga harus menggunakan formulir yang berbeda juga, apabila perusahaan Wajib Pajak tidak termasuk kedalam 7 perusahaan tersebut, dapat menggunakan formulir non-kualifikasi (8A-6).
Contoh:
Transkrip Kutipan Elemen-elemen Laba Rugi
Laporan Laba/Rugi PT ABC, perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
PT ABC
Jl Mahendra Raya No. 1
Jakarta Pusat
LAPORAN LABA RUGI
TAHUN 2014
1 Peredaran Usaha
2 Harga Pokok Produksi
Persediaan awal
Persediaan akhir
Harga Pokok Penjualan
3 Laba Kotor
4
Beban Usaha
Gaji
Beban Iklan
Beban Perlengkapan
Beban penyusutan
-
4Beban listrik dan telepon
Beban asuransi
Beban bunga
Beban transportasi
Jumlah Beban Usaha
5 Laba bersih sebelum pajak
Maka atas Laporan Laba Rugi tersebut dapat dipindahkan ke formulir 8A-1 seperti di bawah ini:
No Uraian
1 Penjualan bersih
2
3
4
5 Jumlah biaya produksi (2+3+4)
6
7
8 Harga pokok produksi (5+6-7)
9 Saldo barang akhir awal
10 Saldo barang akhir jadi
11 Harga pokok penjualan (8+9-10)
12 Laba kotor (1-11)
13 Beban penjualan
14 Beban umum dan administrasi
Bahan baku yang digunakan
Upah buruh langsung
Biaya pabrikasi
Saldo barang dalam proses-awalSaldo barang dalam proses-akhir
-
15 Laba usaha (12-13-14)
16 Penghasilan (beban) lain17 Bagian laba (rugi)
18 Laba (rugi) sebelum PPh (15+16+17)
19 Beban (manfaat) PPh
20 Laba (rugi) dari aktivitas normal (18-19)21 Pos luar biasa
22 Laba/rugi sebelum hak minoritas (20+21)
23 Hak minoritas atas laba (rugi) bersih anak perusahaan
24 Laba bersih (22-23)
Mengingat formulir yang disediakan kadang tidak sesuai dengan format pembukuan yang dilakukan perusahaandan hal ini yang kadang membuat Wajib Pajak kebingunganmaka Wajib Pajak harus pandai-pandai memindahkan laporan keuangannya ke formulir tersebut. Termasuk diantaranya adalah memisahkan beban penjualan dan beban administrasi umum.
Transkrip Kutipan Elemen-elemen Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Contoh: Neraca PT ABC pada akhir tahun tahun 2014 adalah sebagai berikut;
AKTIVA
Laporan Posisi Keuangan juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari lampiran khusus 8A/8B selain laporan laba rugi.
-
15.000.000,-
100.000.000,-
0,-
150.000.000,-
50.000.000,-
475.000.000,-
50.000.000,-
50.000.000,-
5.000.000,-
1. Kas dan setara kas
2. Piutang usaha
3. Cadangan piutang tak tertagih
4. Persediaan
5. Aktiva lancar lainnya
6. Tanah dan bangunan (Neto)
7. Mesin (Neto)
8. Harta tidak berwujud
9. Aktiva tidak lancar lainnya
-
JUMLAH AKTIVA 895.000.000,-
Neraca tersebut dapat kita pindahkan ke lampiran khusus 8A sebagai berikut:
No Uraian
1 Kas dan setara kas
2 Investasi sementara
3 Piutang usaha pihak ketiga
4
5 Piutang lain-lain pihak ketiga
Piutang usaha pihak yang mempunyai hubungan istimewa
-
67 Penyisihan piutang ragu-ragu
8 Persediaan
9 Beban dibayar di muka
10 Uang muka pembelian
11 Aktiva lancar lainnya
12 Piutang jangka panjang
Piutang lain-lain pihak yang mempunyai hubungan istimewa
-
13 Tanah dan bangunan
14 Aktiva tetap lainnya
15
16
17
18 Harta tidak berwujud
19 Aktiva pajak tangguhan
20 Aktiva tidak lancar lainnya
Dikurangi akumulasi penyusutan
Investasi pada perusahaan asosiasi
Investasi jangka panjang lainnya
-
JUMLAH AKTIVA
Perincian Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha Lainnya dan Biaya dari Luar Usaha secara Komersial (Formulir 1771-II)
Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha Lainnya dan Biaya dari Luar usaha harus dirinci di formulir 1771-II. Angka yang diisikan dalam formulir tersebut selanjutnya akan dipindahkan ke formulir 1771-I.
Melanjutkan contoh di atas, dari laporan Laba Rugi PT ABC kita pindahkan ke formulir 1771-II sebagai berikut:
No Perincian
1
2
3 Biaya transportasi
45 Biaya sewa
6 Biaya bunga pinjaman
7 Biaya sehubungan dengan jasa8 Biaya piutang tak tertagih9 Biaya royalti
10 Biaya pemasaran/promosi
11 Biaya lainnya
12 Persediaan awal
13 Persediaan akhir (-/-)
14
Penghitungan Penghasilan Neto Fiskal (Formulir 1771-I)
Sebagaimana telah kita bahas di awal, bahwa SPT Tahunan PPh Badan memperlihatkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur secara fiskal. Oleh karena itu dapat kita sebut juga bahwa SPT Tahunan PPh Badan adalah laporan keuangan fiskal perusahaan. Pengisian lampiran khusus 1A/1B, lampiran khusus 8A/8B dan pengisian formulir 1771-II merupakan suatu rangkaian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengisian formulir 1771-I. Formulir 1771-I inilah yang bisa kita sebut sebagai laporan keuangan fiskal yang sebenarnya. Di formulir ini kita akan menginputkan data-data di laporan keuangan komersial (pada angka 1-4) kemudian melakukan penyesuaian fiskal positif (pada angka 5), penyesuaian fiskal negative (angka 6), dan memasukkan fasilitas penanaman modal berupa pengurangan penghasilan neto (pada angka 7) jika ada.
Pembelian bahan/barang dagangan
Gaji, upah, bonus, gratifikasi, honorarium, THR, dsb
Biaya penyusutan dan amortisasi
Jumlah 1 s.d. 12 dikurangi 13
-
Masih melanjutkan contoh di atas, maka PT ABC harus memindahkan laporan laba rugi nya ke formulir 1771-I sebagai berikut:
No Uraian
1
2
3
4
5
PENYESUAIAN FISKAL POSITIF
Sebelum membahas lebih jauh mengenai formulir tersebut, kita akan terlebih dahulu membahas mengenai penyesuaian fiskal positif dan penyesuaian fiskal negatif. Penyesuaian fiskal positif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (di luar unsur) penghasilan yang dikenai PPh Final dan yang tidak termasuk objek pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang bersifat menambah penghasilan dan/atau mengurangi biaya-biaya komersial tersebut. Dengan demikian penyesuaian fiskal positif akan menambahan besarnya PPh terutang. Sebaliknya, penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (diluar unsur penghasilan yang dikenai PPh Final dan yang tidak termasuk objek pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang bersifat mengurangi penghasilan dan/atau menambah biaya-biaya komersial tersebut pada angka 1. Dengan demikian penyesuaian fiskal negatif akan mengurangi besarnya PPh terutang.
PENGHASILAN NETO KOMERSIAL DALAM NEGERI
a. Peredaran Usaha
b. Harga Pokok Penjualan
c. Biaya usaha lainnya
d. Penghasilan neto dari usaha (1a-1b-1c)
e. Penghasilan dari luar usaha
f. Biaya dari luar usaha
g. Penghasilan neto dari luar usaha (1e-1f)
h. Jumlah (1d + 1g)
PENGHASILAN NETO KOMERSIAL LUAR NEGERI
JUMLAH PENGHASILAN NETO KOMERSIALPENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
-
5a. Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pemegang saham, sekutu, atau anggota
b. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
c. Penggantian atau imbalan pekerjaan atau jasa dalam bentuk natura dan kenikmatan
d. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham/pihak yang mempunyai hubungan istimewa sehubungan dengan pekerjaan
e. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan
f. Pajak Penghasilan
g. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau cv yang modalnya tidak terbagi atas saham
h. Sanksi administrasi
i. Selisih penyusutan komersial di atas penyusutan fiskal
j. Selisih amortisasi komersial di atas amortisasi fiskal
k. Biaya yang ditangguhkan pengakuannya
-
56
PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF
7
8
Setelah mengetahui mengenai laporan keuangan yang baik dan hubungannya dengan SPT Tahunan PPh Badan serta mengetahui jenis formulir yang harus dipergunakan dan ketentuan yang mengaturnya, Wajib Pajak sudah siap mengisi SPT Tahunan PPh Badan.
Mulai mengisi formulir: dari lampiran paling belakang
SPT Tahunan PPh Badan (begitu juga dengan SPT lainnya) diisi dari bagian paling belakang. Sehingga urutan lengkap mengisi SPT Tahunan PPh Badan adalah sebagai berikut:
1. Daftar Penyusutan dan Amortisasi Fiskal (Lampiran Khusus 1A/1B)2. Perhitungan Kompensasi Kerugian Fiskal (Lampiran Khusus 2A/2B)3. Pernyataan Transaksi Dalam Hubungan Istimewa (Lampiran Khusus 3A/3B; 3A-1/3B-1, dan 3A-2/3B-2)4. Daftar Fasilitas Penanaman Modal (Lampiran Khusus 4A/4B)5. Daftar Cabang Utama Perusahaan (Lampiran Khusus 5A)6. Penghitungan PPh Pasal 26 ayat (4) (Lampiran Khusus 6A)7. Kredit Pajak Luar Negeri (Lampiran Khusus 7A)8. Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan (Lampiran Khusus 8A)9. Daftar Piutang Kepada Pemegang Saham dan/atau Perusahaan Afiliasi (Formulir 1771-VI huruf C)10. Daftar Utang dari Pemegang Saham dan/atau Perusahaan Afiliasi (Formulir 1771-VI huruf B)
l. Penyesuaian fiskal positif lainnya
m. Jumlah
a. Selisih penyusutan komersial di bawah penyusutan fiskal
b. Selisih amortisasi komersial di abawah amortisasi fiskal
c. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya
d. Penyesuaian fiskal negatif lainnya
e. Jumlah
FASILITAS PENANAMAN MODAL BERUPA PENGURANGAN PENGHASILAN NETOPENGHASILAN NETO FISKAL (3-4+5m-6e-7b)
SPT Tahunan sudah disusun sedemikian rupa sehingga pengisiannya mudah dan tidak membingungkan. Namun mengingat banyaknya tabel-tabel dan kolom-kolom yang harus diisi, Wajib Pajak kadang masih kebingungan.
-
11. Daftar Penyertaan Modal pada Perusahaan Afiliasi (Formulir 1771-VI huruf A)12. Daftar Susunan Pengurus dan Komisaris (Formulir 1771-V huruf B)13. Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal dan Jumlah Dividen yang Dibagikan (Formulir 1771-VI huruf A)14. Penghasilan yang tidak Termasuk Objek Pajak (Formulir 1771-IV huruf B)15. PPh Final (Formulir 1771-IV huruf A)16. Kredit Pajak Dalam Negeri (Formulir 1771-III)17. Perincian Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha Lainnya dan Biaya dari Luar Usaha secara Komersial (Formulir 1771-II)18. Penghitungan Penghasilan Neto Fiskal (Formulir 1771-I)19. Induk SPT (Formulir 1771)20. Membayar kekurangan PPh di SPT Tahunan
Setelah mengisi induk SPT Tahunan PPh Badan, akan kita ketahui berapa jumlah pajak terutang dan berapa PPh yang kurang (lebih) dibayar. Dalam hal terdapat jumlah PPh kurang bayar, jumlah tersebut harus terlebih dahulu disetorkan ke bank dengan menggunakan SSP.
Contoh:
Melanjutkan contoh sebelumnya, induk SPT Tahunan PPh Badan PT ABC menunjukkan jumlah kurang bayar sebesar:
PPh Terutang 6.250.000,-Kredit Pajak dalam Negeri 2.250.000,-
3.000.000,-
1.000.000,-
Sehingga sebelum melaporkan SPT Tahunan PPh Badan-nya PT ABC harus terlebih dahulu menyetorkan kekurangan pembayaran PPh Pasal 29 sebesar Rp1.000.000,-. Jumlah tersebut dapat disetorkan dengan cara:
Membayar ke bank/kantor pos dengan mengisi dan membawa Surat Setoran Pajak (SSP) secara manual
Melakukan pembayaran pajak secara elektronik
membuat sendiri pada aplikasi billing DJP
aplikasi billing DJP dapat diakses di laman sse.pajak.go.id. Wajib Pajak yang belum memiliki akun dapat langsung melakukan pendaftaran di laman tersebut, sedangkan Wajib Pajak yang sudah memiliki akun cukup melakukan login saja.
Login
Menginput data pembayaran
Setelah menginput data pembayaran, Wajib Pajak akan diminta membuat ID Billing hingga muncul tampilan seperti berikut ini:
Membuat ID Billing
PPh Pasal 25 bulanan yang telah dibayarPPh yang kurang dibayar (PPh Pasal 29)
Dalam hal Wajib Pajak memilih membayar pajak secara manual dengan cara mendatangi bank/kantor pos, maka Wajib Pajak dapat mengisi lembar SSP sejumlah kekurangan pembayaran tersebut dengan mencantumkan Kode Jenis Pajak (KJP) 411126 (PPh Pasal 25 Badan) dengan Kode Jenis Setoran (KJS) 200 (Tahunan).
Pada saat ini pembayaran pajak dapat dilakukan tanpa harus mengantri di bank atau kantor pos. Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran dari kantor melalui internet banking atau bisa juga dilakukan melalui mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Untuk melakukan pembayaran dengan cara ini, Wajib Pajak terlebih dahulu harus memiliki Kode Billing sebagai identitas pembayaran. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-26/PJ/2014 Kode Billing ini dapat diperoleh melalui:
Setelah login Wajib Pajak diminta memasukkan data pembayaran yang akan dilakukan.
-
Melakukan pembayaran melalui internet banking
Melakukan pembayaran melalui ATM
melalui bank/pos persepsi atau pihak lain yang ditunjuk DJP
Wajib Pajak juga dapat meminta kode billing melalui bank/pos persepsi atau pihak lain yang ditunjuk. Saat ini beberapa bank sudah menyediakan fasilitas pembayaran pajak melalui internet banking tanpa harus terlebih dahulu membuat kode billing di website DJP, tetapi sudah langsung dibuat oleh bank pada saat melakukan pembayaran tersebut, misalnya bank BCA
diterbitkan secara jabatan oleh DJP dalam hal terbit ketetapan pajak, STP, SPPT PBB, atau SKP PBB yang mengakibatkan kurang bayar
menandatangani SPT Tahunan PPh Badan
Pasal 3 ayat (1) UU KUP menyebutkan bahwa SPT harus disampaikan dengan benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan ditandatangani. SPT yang tidak ditandatangani berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (7) dianggap tidak disampaikan. Siapa yang menandatangani SPT Tahunan PPh Badan? Berdasarkan ketentuan Pasal 32 UU KUP, dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, Wajib Pajak Badan diwakili oleh pengurus. Pengurus adalah orang yang namanya tercantum dalam susunan pengurus pada akta pendirian dan/atau akta perubahan perusahaan, atau orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan, misalnya orang yang berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, cek, dan sebagainya meskipun orang tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akta pendirian maupun akta perubahannya, termasuk juga komisaris dan pemegang saham mayoritas.
Melampirkan dokumen-dokumen yang disyaratkan
Salah satu syarat penyampaian SPT sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) adalah lengkap. SPT disebut lengkap apabila memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT. Berdasarkan PER-19/PJ/2014, SPT Tahunan PPh Badan, selain formulir induk, formulir lampiran-lampiran (1771-I hingga 1771-VI) dan formulir lampiran khusus (Lampiran Khusus 1A/1B hingga 8A/8B), juga harus dilampiri dengan:
SSP Lembar ketiga PPh Pasal 29
Laporan Keuangan
Laporan keuangan menjadi dokumen wajib yang harus dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh Badan. Apabila laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik, maka laporan auditnya juga harus turut dilampirkan. Apabila perusahaan mempunyai anak perusahaan baik di Indonesia maupun di luar negeri, dan/atau mempunyai cabang usaha di luar negeri baik melalui BUT maupun tidak, maka selain laporan keuangan individualnya, juga harus melampirkan laporan keuangan konsolidasian.
SSP lembar ketiga PPh Pasal 26 ayat (4)
Wajib Pajak Badan berbentuk BUT yang terutang PPh Pasal 26 ayat (4) wajib melampirkan SSP/BPN sebagai bukti penyetoran pajak tersebut.
Surat Kuasa Khusus
Dilampirkan apabila SPT Tahunan PPh Badan tidak ditandatangani oleh pengurus, melainkan oleh kuasa yang diperbolehkan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 229/PMK.03/2014. Pengurus perusahaan dapat menunjuk konsultan pajak atau karyawan perusahaan untuk menandatangani SPT Tahunan PPh Badan apabila berhalangan dengan menggunakan contoh surat kuasa pada lampiran PMK tersebut.
Rincian jumlah penghasilan dan pembayaran PPh Final PP 46/2013 per masa pajak dari masing-masing tempat usaha
Wajib Pajak badan yang menghitung pajaknya berdasarkan PP No 46 tahun 2013 sebesar 1% dari peredaran bruto, wajib melampirkan rincian jumlah penghasilan dan pembayaran PPh tersebut. Rincian tersebut dapat dibuat dengan format sebagaimana dicontohkan dalam PER-19/PJ/2014, misalnya:
Daftar Jumlah Peredaran Bruto dan Pembayaran PPh Final Berdasarkan PP 46/2013
Dari masing-masing tempat usaha
Selanjutnya dengan ID Billing tersebut Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran melalui internet banking atau ATM.
Termasuk sebagai dokumen yang dipersamakan dengan SSP berdasarkan PER-26/PJ/2014 adalah Bukti Penerimaan Negara (BPN) yang diperoleh Wajib Pajak pada saat melakukan pembayaran melalui internet banking/ATM.
Nama : PT ABC
NPWP : 24.254.987.1-501.000
-
Alamat : Jl Angsa No 7 Kalibakung, Balapulang, Tegal
No
1
Dst
Daftar piutang yang tidak dapat ditagih, bagi Wajib Pajak yang melakukan penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagihDaftar debitur yang kreditnya digolongkan kurang lancar, diragukan, dan macet, bagi Wajib Pajak bank yang melaporkan penghasilan berupa bunga kredit non-performing secara cash basis
Daftar nominatif atas pengeluaran biaya promosiKomponen laporan keuangan usaha berbasis syariah yang meliputi laporan sumber dan penggunaan zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya berbasis syariahLampiran-lampiran lainnya berupa bukti pendukung atau untuk menjelaskan penghitungan besarnya penghasilan yang dibuat sendiri oleh Wajib Pajak
Menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan ke KPP
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-29/PJ/2014, Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan cara berikut ini:
No Jenis SPT1 Nihil2 Kurang Bayar3 Lebih Bayar4 Pembetulan
5
X = tidak bisa
V = bisa
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-03/PJ/2015, Wajib Pajak yang memenuhi kriteria:
1. Wajib menyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 dengan menggunakan e-SPT sebagaimana diatur dalam PER-14/PJ/2013;2. Wajib menyampaikan SPT Masa PPN dengan menggunakan e-SPT sebagaimana diatur dalam PER-11/PJ/2013;3. Sudah pernah menyampaikan SPT menggunakan e-SPT; atau4. Terdaftar di KPP Madya, KPP di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus dan KPP di lingkungan Kanwil DJP WP Besar
harus menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dalam bentuk dokumen elektronik (SPT Elektronik). SPT Elektronik adalah SPT yang dibuat dengan menggunakan aplikasi SPT elektronik (baik menggunakan e-SPT yang disediakan DJP maupun yang disediakan pihak lain).
Apabila Wajib Pajak sudah melewati langkah-langkah di atas dengan baik, maka Wajib Pajak sudah siap menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar.
Financial quarterly report tahun pajak yang bersangkutan bagi Kontraktor Production Sharing (Migas)
Lewat batas waktu penyampaian
-
Setelah mengisi dan menandatangani SPT Tahunan PPh Badan, serta melampirkan dokumen-dokumen yang disyaratkan, Wajib Pajak harus menyerahkan SPT Tahunan tersebut dengan tata cara yang telah diatur dalam PER-29/PJ/2014 dan PER-03/PJ/2015. Wajib Pajak akan diberikan tanda terima sebagai bukti penyampaian SPT Tahunan PPh Badan tersebut. Jangan lupa simpan tanda terima tersebut bersama dengan salinan SPT Tahunan-nya dan simpan dokumen-dokumen terkait pembukuan selama 10 tahun ke depan apabila diperlukan dalam proses pembuktian pada saat pemeriksaan. Selamat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan, selalu bangga membayar pajak!
-
Tulisan ini telah dimuat pada Indonesia Tax Review Volume VIII/Edisi 10/2015
Melaporkan SPT Tahunan tidak sekedar mengisi formulir dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak. SPT Tahunan harus diisi dengan benar, jelas dan lengkap mengingat ada akibat hukum yang timbul saat kita menyampaikan SPT Tahunan tersebut. Apa saja kiat-kiat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar?
Nilai historis
Kita Melaporkan SPT Tahunan PPh Badan dengan Baik danBenar
TIDAK terasa bulan April telah datang, bulan dimana perusahaan harus melaporkan kinerjanya kepada pemerintah melalui institusi pajak, Direktorat Jenderal Pajak. Ya, 31 April 2015 ini adalah batas akhir pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 bagi
Bagaimana melaporkan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar? Baik dalam arti pelaporan dilakukan dengan itikad baik, tanpa niat mencurangi Negara dengan melakukan penghindaran pajak, dan benar dalam arti pelaporan dilakukan sesuai dengan
SPT Tahunan PPh Badan memperlihatkan profil perusahaan secara utuh. Tidak hanya profil identitas, SPT Tahunan PPh Badan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan, yang meliputi tingkat kemampulabaan dan resume atas asset dan nilai perusahaan. Oleh karena itu SPT Tahunan PPh Badan harus dipersiapkan, dikonsep, dibuat dan dilaporkan dengan benar. Berikut ini kiat-kiat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar:
Laporan keuangan perusahaan yang meliputi Laporan Laba/Rugi dan Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah modal utama dalam pembuatan SPT Tahunan PPh Badan. Tanpa laporan keuangan kita tidak mungkin bisa membuat SPT Tahunan PPh Badan. Laporan keuangan yang dibuat secara komersial menjadi sumber utama pengisian SPT Tahunan PPh Badan, kemudian dilakukan beberapa penyesuaian berdasarkan ketentuan UU Pajak hingga laporan keuangan komersial tersebut menjadi laporan keuangan fiskal yang kita sebut sebagai SPT Tahunan PPh Badan dan dilaporkan dengan menggunakan formulir 1771, baik dalam mata uang rupiah maupun dolar.
Mengingat laporan keuangan adalah sumber utama dalam pembuatan SPT Tahunan PPh Badan, maka laporan keuangan yang baik adalah awal dari SPT Tahunan yang baik. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan laporan keuangan dengan sebaik-baiknya. Prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan yang baik meliputi:
Ketika perusahaan memperoleh aset, maka aset tersebut dicatat sebesar pengeluaran kas yang dilakukan atau setara kas yang dibayarkan, atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut. Ketika perusahaan mempunyai kewajiban (hutang), maka kewajiban tersebut dicatat sebesar kas atau setara kas yang diharapkan akan dibayarkan di masa yang akan datang.
Pendapatan atau belanja yang dicatat merupakan pendapatan atau belanja yang telah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas perusahaan. Dalam hal ini perusahaan bisa menggunakan prinsip matching cost against yaitu dengan cara menandingkan biaya yang telah dikeluarkan dengan pendapatan yang diterima.
-
Laporan keuangan harus menyajikan informasi yang wajar atas transaksi dan peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka transaksi dan peristiwa-peristiwa tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai substansi dan realitas ekonomi, tidak hanya memenuhi aspek formalitas saja.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus disajikan dalam periode-periode tertentu sehingga kinerja perusahaan dapat diukur dan posisi sumber daya yang ada di dalamnya dapat ditentukan/dinilai. Periode yang dipergunakan biasanya tahunan, baik sama dengan tahun takwim (Januari-Desember) maupun tidak berbeda dengan tahun takwim.
Perlakukan terhadap suatu transaksi atau peristiwa di periode sekarang diharapkan akan mendapat perlakuan yang sama pada periode berikutnya. Oleh karena itu laporan keuangan harus konsisten. Metode yang baru yang berbeda dari metode yang sebelumnya boleh diterapkan selama memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan metode yang lama dan mendapat persetujuan dari institusi pajak.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-19/PJ/2014, kaitannya dengan SPT Tahunan PPh Badan, laporan keuangan komersial yang baik minimal memuat informasi-informasi sebagai berikut:
Biaya-biaya yang dikeluarkan baik yang dicatat sebagai HPP, biaya usaha lainnya, maupun biaya luar usaha minimal dapat terdiri dari:
Informasi yang disajikan di laporan keuangan harus meliputi seluruh informasi yang dibutuhkan oleh stakeholder, baik manajemen maupun institusi pajak. Oleh karena itu tidak boleh ada informasi yang ditutup-tutupi dalam laporan keuangan perusahaan.
Prinsip yang terakhir, laporan keuangan perusahaan harus menyajikan secara wajar seluruh transaksi dan peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu peristiwa yang sifatnya perkiraan harus disajikan dengan memperhatikan prinsip kewajaran dan kehati-hatian.
-
2. Persiapkan Formulir SPT Tahunan PPh Badan yang Sesuai
Formulir SPT Tahunan PPh Badan dan petunjuk pengisiannya terakhir diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-19/PJ/2014, yang berlaku untuk pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 dan seterusnya. Petunjuk pengisian merupakan dokumen yang bersifat satu kesatuan dengan formulir SPT, sehingga Wajib Pajak harus membaca dan memahaminya saat hendak mengisi SPT.
3. Pahami Hubungan Antara Laporan Keuangan dengan Isi SPT Tahunan PPh Badan
Daftar Penyusutan dan Amortisasi Fiskal (Lampiran Khusus 1A/1B)
Lampiran Khusus 1A maupun 1B SPT Tahunan PPh Badan dimaksudkan untuk merinci biaya penyusutan yang dibebankan oleh perusahaan. Berdasarkan formulir ini juga dapat diperoleh selisih penyusutan yang seharusnya boleh dibebankan (penyusutan fiskal) dengan beban penyusutan yang nyata-nyata dibebankan oleh Wajib Pajak (penyusutan komersial).
Harga Perolehan NSBF Awal ThMetode PenyusutanKomersial Fiskal
1.000.000,- 1.000.000,- GL GL
100.000.000,- 100.000.000,- GL GL
120.000.000,- 120.000.000,- GL GL
145.000.000,- 145.000.000,- GL GL
250.000.000,- 250.000.000,- GL GL
SPT Tahunan PPh Badan pada hakikatnya sarana meng-scapture seluruh isi laporan keuangan dan peristiwa-peristiwa lain di perusahaan. Oleh karena itu Wajib Pajak harus paham hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan SPT Tahunan PPh Badan. Mari kita uraikan hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan formulir SPT Tahunan PPh Badan:
pada laporan Laba Rugi tahun 2014 sebesar Rp40.000.000,-. Angka tersebut harus dirinci pada Lampiran Khusus 1A maupun 1B, yaitu:
-
Jumlah Penyusutan Fiskal
Jumlah Penyusutan Komersial
Selisih Penyusutan
Selisih penyusutan sebesar Rp19.000.000,- harus dimasukkan pada saat melakukan koreksi fiskal di formulir 1771-I
Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan (Lampiran Khusus 8A/8B)
Melalui Lampiran Khusus 8A/8B Wajib Pajak diharuskan melakukan penyesuaian format laporan keuangan yang telah dibuat dengan format yang dibutuhkan oleh DJP sebagai alat pengawasan. Formulir ini terdiri dari 8 jenis, Wajib Pajak harus memilih salah satu sesuai dengan bentuk usahanya. Kedelapan jenis formulir tersebut adalah:
Peruntukan
Perusahaan dagang
Bank konvensional
Bank syariah
Perusahaan asuransi
Non-kualifikasi
Dana pensiun
Perusahaan yang bergerak di industri manufaktur
-
Perusahaan pembiayaan
7 jenis usaha di atas dianggap memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga harus menggunakan formulir yang berbeda juga, apabila perusahaan Wajib Pajak tidak termasuk kedalam 7 perusahaan tersebut, dapat menggunakan formulir non-kualifikasi (8A-6).
Laporan Laba/Rugi PT ABC, perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
PT ABC
Jl Mahendra Raya No. 1
Jakarta Pusat
LAPORAN LABA RUGI
TAHUN 2014
1.000.000.000,-
400.000.000,-
250.000.000,-
(50.000.000,-)
(600.000.000,-)
400.000.000,-
250.000.000,-
(375.000.000,-)
50.000.000,-
10.000.000,-
40.000.000,-
10.000.000,-
-
(375.000.000,-)
5.000.000,-
5.000.000,-
5.000.000,-
25.000.000,-
Maka atas Laporan Laba Rugi tersebut dapat dipindahkan ke formulir 8A-1 seperti di bawah ini:
Uraian Nilai (Rupiah)
Penjualan bersih 1.000.000.000,-
150.000.000,-
100.000.000,-
50.000.000,-
300.000.000,-
200.000.000,-
100.000.000,-
400.000.000,-
250.000.000,-
50.000.000,-
Harga pokok penjualan (8+9-10) 600.000.000,-
Laba kotor (1-11) 400.000.000,-
Beban penjualan 300.000.000,-
Beban umum dan administrasi 75.000.000,-
-
Laba usaha (12-13-14) 25.000.000,-
Penghasilan (beban) lain 0,-Bagian laba (rugi) 0,-
Laba (rugi) sebelum PPh (15+16+17) 25.000.000,-
Beban (manfaat) PPh 0,-
Laba (rugi) dari aktivitas normal (18-19) 25.000.000,-Pos luar biasa 0,-
Laba/rugi sebelum hak minoritas (20+21) 0,-
Hak minoritas atas laba (rugi) bersih anak perusahaan 0,-
Laba bersih (22-23) 25.000.000,-
Mengingat formulir yang disediakan kadang tidak sesuai dengan format pembukuan yang dilakukan perusahaandan hal ini yang kadang membuat Wajib Pajak kebingunganmaka Wajib Pajak harus pandai-pandai memindahkan laporan keuangannya ke formulir tersebut. Termasuk diantaranya adalah memisahkan beban penjualan dan beban administrasi umum.
Transkrip Kutipan Elemen-elemen Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Contoh: Neraca PT ABC pada akhir tahun tahun 2014 adalah sebagai berikut;
PASIVA
-
100.000.000,-
0,-
250.000.000,-
15.000.000,-
0,-
500.000.000,-
0,-
10.000.000,-
20.000.000,-
1. Hutang usaha
2. Hutang bunga
3. Hutang bank
4. Uang muka pelanggan
5. Kewajiban lancar lainnya
6. Modal saham
7. Agio saham
8. Laba ditahan tahun sebelumnya
9. Laba ditahan tahun ini
-
0,-
JUMLAH PASIVA 895.000.000,-
Neraca tersebut dapat kita pindahkan ke lampiran khusus 8A sebagai berikut:
Jumlah No Uraian Jumlah
15.000.000,- 1
0,- 2 0,-
100.000.000,- 3 Hutang bunga 0,-
0,- 4 Hutang pajak 0,-
0,- 5 Hutang dividen 0,-
10. Ekuitas lain-lain
Hutang usaha pihak ketiga
100.000.000,-
Hutang usaha pihak yang mempunyai hubungan istimewa
-
0,- 6 0,-
0,- 7 Hutang bank
150.000.000,- 8 0,-
0,- 9 Uang muka pelanggan
0,- 10 0,-
50.000.000,- 11 0,-
0,- 12 0,-
Biaya yang masih harus dibayar
250.000.000,-
Bagian hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam tahun berjalan
15.000.000,-
Kewajiban lancar lainnya
Hutang bank jangka panjang
Hutang usaha jangka panjang pihak lain
-
500.000.000,- 13 0,-
65.000.000,- 14 0,-
40.000.000,- 15 0,-
0,- 16 Modal saham
0,- 17 0,-
50.000.000,- 18
0,- 19 Laba ditahan tahun ini
5.000.000,- 20 Ekuitas lain-lain 0,-
Hutang usaha jangka panjang pihak yang mempunyai hubungan istimewa
Kewajiban pajak tangguhan
Kewajiban tidak lancar lainnya
500.000.000,-
Agio saham (tambahan modal disetor)
Laba ditahan tahun-tahun sebelumnya
10.000.000,-
20.000.000,-
-
895.000.000,-
Perincian Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha Lainnya dan Biaya dari Luar Usaha secara Komersial (Formulir 1771-II)
Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha Lainnya dan Biaya dari Luar usaha harus dirinci di formulir 1771-II. Angka yang diisikan dalam formulir tersebut selanjutnya akan dipindahkan ke formulir 1771-I.
Melanjutkan contoh di atas, dari laporan Laba Rugi PT ABC kita pindahkan ke formulir 1771-II sebagai berikut:
HPP Biaya Usaha Lainnya Jumlah
150.000.000,- 0,- 0,-
100.000.000,- 250.000.000,- 0,-
0,- 5.000.000,- 0,-
0,- 40.000.000,- 0,-0,- 0,- 0,- 0,-
0,- 5.000.000,- 0,-
50.000.000,- 0,- 0,-0,- 0,- 0,- 0,-0,- 0,- 0,- 0,-
0,- 50.000.000,- 0,-
0,- 25.000.000,- 0,-
450.000.000,- 0,- 0,-
150.000.000,- 0,- 0,-
600.000.000,- 375.000.000,- 0,-
Sebagaimana telah kita bahas di awal, bahwa SPT Tahunan PPh Badan memperlihatkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur secara fiskal. Oleh karena itu dapat kita sebut juga bahwa SPT Tahunan PPh Badan adalah laporan keuangan fiskal perusahaan. Pengisian lampiran khusus 1A/1B, lampiran khusus 8A/8B dan pengisian formulir 1771-II merupakan suatu rangkaian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengisian formulir 1771-I. Formulir 1771-I inilah yang bisa kita sebut sebagai laporan keuangan fiskal yang sebenarnya. Di formulir ini kita akan menginputkan data-data di laporan keuangan komersial (pada angka 1-4) kemudian melakukan penyesuaian fiskal positif (pada angka 5), penyesuaian fiskal negative (angka 6), dan memasukkan fasilitas penanaman modal berupa pengurangan penghasilan neto (pada angka 7) jika ada.
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
895.000.000,-
Biaya Dari Luar Usaha
150.000.000,-
350.000.000,-5.000.000,-40.000.000,-
5.000.000,-50.000.000,-
50.000.000,-25.000.000,-450.000.000,-150.000.000,-975.000.000,-
-
Masih melanjutkan contoh di atas, maka PT ABC harus memindahkan laporan laba rugi nya ke formulir 1771-I sebagai berikut:
Rupiah
1a 1.000.000.000,-
1b 600.000.000,-
1c 375.000.000,-
1d 25.000.000,-
1e 0,-
1f 0,-
1g 0,-
1h 25,000,000
2 0,-
3 0,-
4 25.000.000,-
5a 0,-
Sebelum membahas lebih jauh mengenai formulir tersebut, kita akan terlebih dahulu membahas mengenai penyesuaian fiskal positif dan penyesuaian fiskal negatif. Penyesuaian fiskal positif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (di luar unsur) penghasilan yang dikenai PPh Final dan yang tidak termasuk objek pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang bersifat menambah penghasilan dan/atau mengurangi biaya-biaya komersial tersebut. Dengan demikian penyesuaian fiskal positif akan menambahan besarnya PPh terutang. Sebaliknya, penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (diluar unsur penghasilan yang dikenai PPh Final dan yang tidak termasuk objek pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang bersifat mengurangi penghasilan dan/atau menambah biaya-biaya komersial tersebut pada angka 1. Dengan demikian penyesuaian fiskal negatif akan mengurangi besarnya PPh terutang.
-
5b 0,-
5c 0,-
5d 0,-
5e 0,-
5f 0,-
5g 0,-
5h 0,-
5i 0,-
5j 0,-
5k 0,-
5l 0,-
-
5m 0,-
6a 0,-
6b 0,-
6c 0,-
6d 0,-
6e 0,-
7b 0,-
8 25.000.000,-
Setelah mengetahui mengenai laporan keuangan yang baik dan hubungannya dengan SPT Tahunan PPh Badan serta mengetahui jenis formulir yang harus dipergunakan dan ketentuan yang mengaturnya, Wajib Pajak sudah siap mengisi SPT Tahunan PPh Badan.
SPT Tahunan PPh Badan (begitu juga dengan SPT lainnya) diisi dari bagian paling belakang. Sehingga urutan lengkap mengisi SPT Tahunan PPh Badan adalah sebagai berikut:
1. Daftar Penyusutan dan Amortisasi Fiskal (Lampiran Khusus 1A/1B)2. Perhitungan Kompensasi Kerugian Fiskal (Lampiran Khusus 2A/2B)3. Pernyataan Transaksi Dalam Hubungan Istimewa (Lampiran Khusus 3A/3B; 3A-1/3B-1, dan 3A-2/3B-2)4. Daftar Fasilitas Penanaman Modal (Lampiran Khusus 4A/4B)
8. Transkrip Kutipan Elemen-Elemen dari Laporan Keuangan (Lampiran Khusus 8A)9. Daftar Piutang Kepada Pemegang Saham dan/atau Perusahaan Afiliasi (Formulir 1771-VI huruf C)10. Daftar Utang dari Pemegang Saham dan/atau Perusahaan Afiliasi (Formulir 1771-VI huruf B)
SPT Tahunan sudah disusun sedemikian rupa sehingga pengisiannya mudah dan tidak membingungkan. Namun mengingat banyaknya tabel-tabel dan kolom-kolom yang harus diisi, Wajib Pajak kadang masih kebingungan.
-
11. Daftar Penyertaan Modal pada Perusahaan Afiliasi (Formulir 1771-VI huruf A)12. Daftar Susunan Pengurus dan Komisaris (Formulir 1771-V huruf B)13. Daftar Pemegang Saham/Pemilik Modal dan Jumlah Dividen yang Dibagikan (Formulir 1771-VI huruf A)14. Penghasilan yang tidak Termasuk Objek Pajak (Formulir 1771-IV huruf B)
17. Perincian Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha Lainnya dan Biaya dari Luar Usaha secara Komersial (Formulir 1771-II)
Setelah mengisi induk SPT Tahunan PPh Badan, akan kita ketahui berapa jumlah pajak terutang dan berapa PPh yang kurang (lebih) dibayar. Dalam hal terdapat jumlah PPh kurang bayar, jumlah tersebut harus terlebih dahulu disetorkan ke bank dengan menggunakan SSP.
Melanjutkan contoh sebelumnya, induk SPT Tahunan PPh Badan PT ABC menunjukkan jumlah kurang bayar sebesar:
Sehingga sebelum melaporkan SPT Tahunan PPh Badan-nya PT ABC harus terlebih dahulu menyetorkan kekurangan pembayaran PPh Pasal 29 sebesar Rp1.000.000,-. Jumlah tersebut dapat disetorkan dengan cara:
Membayar ke bank/kantor pos dengan mengisi dan membawa Surat Setoran Pajak (SSP) secara manual
aplikasi billing DJP dapat diakses di laman sse.pajak.go.id. Wajib Pajak yang belum memiliki akun dapat langsung melakukan pendaftaran di laman tersebut, sedangkan Wajib Pajak yang sudah memiliki akun cukup melakukan login saja.
Setelah menginput data pembayaran, Wajib Pajak akan diminta membuat ID Billing hingga muncul tampilan seperti berikut ini:
Dalam hal Wajib Pajak memilih membayar pajak secara manual dengan cara mendatangi bank/kantor pos, maka Wajib Pajak dapat mengisi lembar SSP sejumlah kekurangan pembayaran tersebut dengan mencantumkan Kode Jenis Pajak (KJP) 411126 (PPh Pasal 25 Badan) dengan Kode Jenis Setoran (KJS) 200 (Tahunan).
Pada saat ini pembayaran pajak dapat dilakukan tanpa harus mengantri di bank atau kantor pos. Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran dari kantor melalui internet banking atau bisa juga dilakukan melalui mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Untuk melakukan pembayaran dengan cara ini, Wajib Pajak terlebih dahulu harus memiliki Kode Billing sebagai identitas pembayaran. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-26/PJ/2014 Kode Billing ini dapat diperoleh melalui:
Wajib Pajak diminta memasukkan data pembayaran yang akan dilakukan.
-
melalui bank/pos persepsi atau pihak lain yang ditunjuk DJP
Wajib Pajak juga dapat meminta kode billing melalui bank/pos persepsi atau pihak lain yang ditunjuk. Saat ini beberapa bank sudah menyediakan fasilitas pembayaran pajak melalui internet banking tanpa harus terlebih dahulu membuat kode billing di website DJP, tetapi sudah langsung dibuat oleh bank pada saat melakukan pembayaran tersebut, misalnya bank BCA
diterbitkan secara jabatan oleh DJP dalam hal terbit ketetapan pajak, STP, SPPT PBB, atau SKP PBB yang mengakibatkan kurang bayar
Pasal 3 ayat (1) UU KUP menyebutkan bahwa SPT harus disampaikan dengan benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan ditandatangani. SPT yang tidak ditandatangani berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (7) dianggap tidak disampaikan. Siapa yang menandatangani SPT Tahunan PPh Badan? Berdasarkan ketentuan Pasal 32 UU KUP, dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, Wajib Pajak Badan diwakili oleh pengurus. Pengurus adalah orang yang namanya tercantum dalam susunan pengurus pada akta pendirian dan/atau akta perubahan perusahaan, atau orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan, misalnya orang yang berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, cek, dan sebagainya meskipun orang tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akta pendirian maupun akta perubahannya, termasuk juga komisaris dan pemegang saham mayoritas.
Salah satu syarat penyampaian SPT sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) adalah lengkap. SPT disebut lengkap apabila memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT. Berdasarkan PER-19/PJ/2014, SPT Tahunan PPh Badan, selain formulir induk, formulir lampiran-lampiran (1771-I hingga 1771-VI) dan formulir lampiran khusus (Lampiran Khusus 1A/1B hingga 8A/8B), juga harus dilampiri dengan:
Laporan keuangan menjadi dokumen wajib yang harus dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh Badan. Apabila laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik, maka laporan auditnya juga harus turut dilampirkan. Apabila perusahaan mempunyai anak perusahaan baik di Indonesia maupun di luar negeri, dan/atau mempunyai cabang usaha di luar negeri baik melalui BUT maupun tidak, maka selain laporan keuangan individualnya, juga harus melampirkan laporan keuangan konsolidasian.
Wajib Pajak Badan berbentuk BUT yang terutang PPh Pasal 26 ayat (4) wajib melampirkan SSP/BPN sebagai bukti penyetoran pajak tersebut.
Dilampirkan apabila SPT Tahunan PPh Badan tidak ditandatangani oleh pengurus, melainkan oleh kuasa yang diperbolehkan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 229/PMK.03/2014. Pengurus perusahaan dapat menunjuk konsultan pajak atau karyawan perusahaan untuk menandatangani SPT Tahunan PPh Badan apabila berhalangan dengan menggunakan contoh surat kuasa pada lampiran PMK tersebut.
Rincian jumlah penghasilan dan pembayaran PPh Final PP 46/2013 per masa pajak dari masing-masing tempat usaha
Wajib Pajak badan yang menghitung pajaknya berdasarkan PP No 46 tahun 2013 sebesar 1% dari peredaran bruto, wajib melampirkan rincian jumlah penghasilan dan pembayaran PPh tersebut. Rincian tersebut dapat dibuat dengan format sebagaimana dicontohkan dalam PER-19/PJ/2014, misalnya:
Daftar Jumlah Peredaran Bruto dan Pembayaran PPh Final Berdasarkan PP 46/2013
Dari masing-masing tempat usaha
Selanjutnya dengan ID Billing tersebut Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran melalui internet banking atau ATM.
Termasuk sebagai dokumen yang dipersamakan dengan SSP berdasarkan PER-26/PJ/2014 adalah Bukti Penerimaan Negara (BPN) yang diperoleh Wajib Pajak pada saat melakukan pembayaran melalui internet banking/ATM.
-
Alamat : Jl Angsa No 7 Kalibakung, Balapulang, Tegal
Alamat Peredaran Bruto
07.876.109.0-708.000
Januari 100.000.000,-
Februari 200.000.000,-
Daftar piutang yang tidak dapat ditagih, bagi Wajib Pajak yang melakukan penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagihDaftar debitur yang kreditnya digolongkan kurang lancar, diragukan, dan macet, bagi Wajib Pajak bank yang melaporkan penghasilan berupa bunga kredit non-performing secara cash basis
Komponen laporan keuangan usaha berbasis syariah yang meliputi laporan sumber dan penggunaan zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya berbasis syariahLampiran-lampiran lainnya berupa bukti pendukung atau untuk menjelaskan penghitungan besarnya penghasilan yang dibuat sendiri oleh Wajib Pajak
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-29/PJ/2014, Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan cara berikut ini:
SPT Disampaikan Melalui
TPT KPP Mana saja TPT KPP Terdaftar Dikirim POSX V V VX V V VX V V VX V V V
X V V V
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-03/PJ/2015, Wajib Pajak yang memenuhi kriteria:
1. Wajib menyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 dengan menggunakan e-SPT sebagaimana diatur dalam PER-14/PJ/2013;2. Wajib menyampaikan SPT Masa PPN dengan menggunakan e-SPT sebagaimana diatur dalam PER-11/PJ/2013;3. Sudah pernah menyampaikan SPT menggunakan e-SPT; atau4. Terdaftar di KPP Madya, KPP di lingkungan Kanwil DJP Jakarta Khusus dan KPP di lingkungan Kanwil DJP WP Besar
harus menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dalam bentuk dokumen elektronik (SPT Elektronik). SPT Elektronik adalah SPT yang dibuat dengan menggunakan aplikasi SPT elektronik (baik menggunakan e-SPT yang disediakan DJP maupun yang disediakan pihak lain).
Apabila Wajib Pajak sudah melewati langkah-langkah di atas dengan baik, maka Wajib Pajak sudah siap menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar.
NPWP Tempat usaha KPP Lokasi
PPh Final 1% Dibayar
Jl Kesemek No 25 Tangerang
1.000.000,-2.000.000,-
tahun pajak yang bersangkutan bagi Kontraktor Production Sharing (Migas)
Dikirim melalui perusahaan ekspedisi
-
Setelah mengisi dan menandatangani SPT Tahunan PPh Badan, serta melampirkan dokumen-dokumen yang disyaratkan, Wajib Pajak harus menyerahkan SPT Tahunan tersebut dengan tata cara yang telah diatur dalam PER-29/PJ/2014 dan PER-03/PJ/2015. Wajib Pajak akan diberikan tanda terima sebagai bukti penyampaian SPT Tahunan PPh Badan tersebut. Jangan lupa simpan tanda terima tersebut bersama dengan salinan SPT Tahunan-nya dan simpan dokumen-dokumen terkait pembukuan selama 10 tahun ke depan apabila diperlukan dalam proses pembuktian pada saat pemeriksaan. Selamat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan, selalu bangga membayar pajak!
-
Melaporkan SPT Tahunan tidak sekedar mengisi formulir dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak. SPT Tahunan harus diisi dengan benar, jelas dan lengkap mengingat ada akibat hukum yang timbul saat kita menyampaikan SPT Tahunan tersebut. Apa saja kiat-kiat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar?
Nilai historis
Kita Melaporkan SPT Tahunan PPh Badan dengan Baik danBenar
TIDAK terasa bulan April telah datang, bulan dimana perusahaan harus melaporkan kinerjanya kepada pemerintah melalui institusi pajak, Direktorat Jenderal Pajak. Ya, 31 April 2015 ini adalah batas akhir pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 bagi
Bagaimana melaporkan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar? Baik dalam arti pelaporan dilakukan dengan itikad baik, tanpa niat mencurangi Negara dengan melakukan penghindaran pajak, dan benar dalam arti pelaporan dilakukan sesuai dengan
SPT Tahunan PPh Badan memperlihatkan profil perusahaan secara utuh. Tidak hanya profil identitas, SPT Tahunan PPh Badan juga menunjukkan kinerja keuangan perusahaan, yang meliputi tingkat kemampulabaan dan resume atas asset dan nilai perusahaan. Oleh karena itu SPT Tahunan PPh Badan harus dipersiapkan, dikonsep, dibuat dan dilaporkan dengan benar. Berikut ini kiat-kiat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar:
Laporan keuangan perusahaan yang meliputi Laporan Laba/Rugi dan Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah modal utama dalam pembuatan SPT Tahunan PPh Badan. Tanpa laporan keuangan kita tidak mungkin bisa membuat SPT Tahunan PPh Badan. Laporan keuangan yang dibuat secara komersial menjadi sumber utama pengisian SPT Tahunan PPh Badan, kemudian dilakukan beberapa penyesuaian berdasarkan ketentuan UU Pajak hingga laporan keuangan komersial tersebut menjadi laporan keuangan fiskal yang kita sebut sebagai SPT Tahunan PPh Badan dan dilaporkan dengan menggunakan formulir 1771, baik dalam mata uang rupiah maupun dolar.
Mengingat laporan keuangan adalah sumber utama dalam pembuatan SPT Tahunan PPh Badan, maka laporan keuangan yang baik adalah awal dari SPT Tahunan yang baik. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan laporan keuangan dengan
Ketika perusahaan memperoleh aset, maka aset tersebut dicatat sebesar pengeluaran kas yang dilakukan atau setara kas yang dibayarkan, atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut. Ketika perusahaan mempunyai kewajiban (hutang), maka kewajiban tersebut dicatat sebesar kas atau setara kas yang diharapkan akan dibayarkan di masa yang akan datang.
Pendapatan atau belanja yang dicatat merupakan pendapatan atau belanja yang telah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas perusahaan. Dalam hal ini perusahaan bisa menggunakan prinsip matching cost against
-
Laporan keuangan harus menyajikan informasi yang wajar atas transaksi dan peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka transaksi dan peristiwa-peristiwa tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai substansi dan realitas ekonomi, tidak hanya memenuhi aspek formalitas saja.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus disajikan dalam periode-periode tertentu sehingga kinerja perusahaan dapat diukur dan posisi sumber daya yang ada di dalamnya dapat ditentukan/dinilai. Periode yang dipergunakan biasanya tahunan, baik sama dengan tahun takwim (Januari-Desember) maupun tidak berbeda dengan tahun takwim.
Perlakukan terhadap suatu transaksi atau peristiwa di periode sekarang diharapkan akan mendapat perlakuan yang sama pada periode berikutnya. Oleh karena itu laporan keuangan harus konsisten. Metode yang baru yang berbeda dari metode yang sebelumnya boleh diterapkan selama memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan metode yang lama dan mendapat persetujuan dari institusi pajak.
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-19/PJ/2014, kaitannya dengan SPT Tahunan PPh Badan, laporan keuangan komersial yang baik minimal memuat informasi-informasi sebagai berikut:
, baik manajemen maupun institusi pajak. Oleh karena itu tidak boleh ada informasi yang ditutup-tutupi dalam laporan keuangan perusahaan.
Prinsip yang terakhir, laporan keuangan perusahaan harus menyajikan secara wajar seluruh transaksi dan peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu peristiwa yang sifatnya perkiraan harus disajikan dengan memperhatikan prinsip kewajaran dan kehati-hatian.
-
Formulir SPT Tahunan PPh Badan dan petunjuk pengisiannya terakhir diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-19/PJ/2014, yang berlaku untuk pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 dan seterusnya. Petunjuk pengisian merupakan dokumen yang bersifat satu kesatuan dengan formulir SPT, sehingga Wajib Pajak harus membaca dan memahaminya saat hendak mengisi SPT.
Lampiran Khusus 1A maupun 1B SPT Tahunan PPh Badan dimaksudkan untuk merinci biaya penyusutan yang dibebankan oleh perusahaan. Berdasarkan formulir ini juga dapat diperoleh selisih penyusutan yang seharusnya boleh dibebankan (penyusutan fiskal) dengan beban penyusutan yang nyata-nyata dibebankan oleh Wajib Pajak (penyusutan komersial).
Catatan
250.000,-
12.500.000,-
7.500.000,-
7.250.000,-
12.500.000,-
seluruh isi laporan keuangan dan peristiwa-peristiwa lain di perusahaan. Oleh karena itu Wajib Pajak harus paham hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan SPT Tahunan PPh Badan. Mari kita uraikan hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan formulir SPT Tahunan PPh Badan:
pada laporan Laba Rugi tahun 2014 sebesar Rp40.000.000,-. Angka tersebut harus dirinci pada Lampiran Khusus 1A maupun 1B, yaitu:
Penyusutan/Amortisasi Fiskal Tahun ini
-
40.000.000,-
40.000.000,-
0,-
Melalui Lampiran Khusus 8A/8B Wajib Pajak diharuskan melakukan penyesuaian format laporan keuangan yang telah dibuat dengan format yang dibutuhkan oleh DJP sebagai alat pengawasan. Formulir ini terdiri dari 8 jenis, Wajib Pajak harus memilih salah satu sesuai dengan bentuk usahanya. Kedelapan jenis formulir tersebut adalah:
-
7 jenis usaha di atas dianggap memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga harus menggunakan formulir yang berbeda juga, apabila perusahaan Wajib Pajak tidak termasuk kedalam 7 perusahaan tersebut, dapat menggunakan formulir non-kualifikasi (8A-6).
-
Mengingat formulir yang disediakan kadang tidak sesuai dengan format pembukuan yang dilakukan perusahaandan hal ini yang kadang membuat Wajib Pajak kebingunganmaka Wajib Pajak harus pandai-pandai memindahkan laporan keuangannya ke formulir tersebut. Termasuk diantaranya adalah memisahkan beban penjualan dan beban administrasi umum.
-
Harga Pokok Penjualan, Biaya Usaha Lainnya dan Biaya dari Luar usaha harus dirinci di formulir 1771-II. Angka yang diisikan dalam formulir tersebut selanjutnya akan dipindahkan ke formulir 1771-I.
Sebagaimana telah kita bahas di awal, bahwa SPT Tahunan PPh Badan memperlihatkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur secara fiskal. Oleh karena itu dapat kita sebut juga bahwa SPT Tahunan PPh Badan adalah laporan keuangan fiskal perusahaan. Pengisian lampiran khusus 1A/1B, lampiran khusus 8A/8B dan pengisian formulir 1771-II merupakan suatu rangkaian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengisian formulir 1771-I. Formulir 1771-I inilah yang bisa kita sebut sebagai laporan keuangan fiskal yang sebenarnya. Di formulir ini kita akan menginputkan data-data di laporan keuangan komersial (pada angka 1-4) kemudian melakukan penyesuaian fiskal positif (pada angka 5), penyesuaian fiskal negative (angka 6), dan memasukkan fasilitas penanaman modal berupa pengurangan penghasilan neto (pada angka 7) jika ada.
-
Sebelum membahas lebih jauh mengenai formulir tersebut, kita akan terlebih dahulu membahas mengenai penyesuaian fiskal positif dan penyesuaian fiskal negatif. Penyesuaian fiskal positif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (di luar unsur) penghasilan yang dikenai PPh Final dan yang tidak termasuk objek pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang bersifat menambah penghasilan dan/atau mengurangi biaya-biaya komersial tersebut. Dengan demikian penyesuaian fiskal positif akan menambahan besarnya PPh terutang. Sebaliknya, penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto komersial (diluar unsur penghasilan yang dikenai PPh Final dan yang tidak termasuk objek pajak) dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang bersifat mengurangi penghasilan dan/atau menambah biaya-biaya
-
Setelah mengetahui mengenai laporan keuangan yang baik dan hubungannya dengan SPT Tahunan PPh Badan serta mengetahui jenis formulir yang harus dipergunakan dan ketentuan yang mengaturnya, Wajib Pajak sudah siap mengisi SPT Tahunan PPh Badan.
SPT Tahunan PPh Badan (begitu juga dengan SPT lainnya) diisi dari bagian paling belakang. Sehingga urutan lengkap mengisi SPT Tahunan PPh Badan adalah sebagai berikut:
SPT Tahunan sudah disusun sedemikian rupa sehingga pengisiannya mudah dan tidak membingungkan. Namun mengingat banyaknya tabel-tabel dan kolom-kolom yang harus diisi, Wajib Pajak kadang masih kebingungan.
-
Setelah mengisi induk SPT Tahunan PPh Badan, akan kita ketahui berapa jumlah pajak terutang dan berapa PPh yang kurang (lebih) dibayar. Dalam hal terdapat jumlah PPh kurang bayar, jumlah tersebut harus terlebih dahulu disetorkan ke bank dengan menggunakan SSP.
Sehingga sebelum melaporkan SPT Tahunan PPh Badan-nya PT ABC harus terlebih dahulu menyetorkan kekurangan pembayaran PPh Pasal 29 sebesar Rp1.000.000,-. Jumlah tersebut dapat disetorkan dengan cara:
aplikasi billing DJP dapat diakses di laman sse.pajak.go.id. Wajib Pajak yang belum memiliki akun dapat langsung melakukan pendaftaran di laman tersebut, sedangkan Wajib Pajak yang sudah memiliki akun cukup melakukan login saja.
Dalam hal Wajib Pajak memilih membayar pajak secara manual dengan cara mendatangi bank/kantor pos, maka Wajib Pajak dapat mengisi lembar SSP sejumlah kekurangan pembayaran tersebut dengan mencantumkan Kode Jenis Pajak (KJP) 411126 (PPh Pasal 25 Badan) dengan Kode Jenis Setoran (KJS) 200 (Tahunan).
Pada saat ini pembayaran pajak dapat dilakukan tanpa harus mengantri di bank atau kantor pos. Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran dari kantor melalui internet banking atau bisa juga dilakukan melalui mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Untuk melakukan pembayaran dengan cara ini, Wajib Pajak terlebih dahulu harus memiliki Kode Billing sebagai identitas pembayaran. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-26/PJ/2014 Kode Billing ini dapat diperoleh melalui:
-
Wajib Pajak juga dapat meminta kode billing melalui bank/pos persepsi atau pihak lain yang ditunjuk. Saat ini beberapa bank sudah menyediakan fasilitas pembayaran pajak melalui internet banking tanpa harus terlebih dahulu membuat kode billing di website DJP, tetapi sudah langsung dibuat oleh bank pada saat melakukan pembayaran tersebut, misalnya bank BCA
Pasal 3 ayat (1) UU KUP menyebutkan bahwa SPT harus disampaikan dengan benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan ditandatangani. SPT yang tidak ditandatangani berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (7) dianggap tidak disampaikan. Siapa yang menandatangani SPT Tahunan PPh Badan? Berdasarkan ketentuan Pasal 32 UU KUP, dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, Wajib Pajak Badan diwakili oleh pengurus. Pengurus adalah orang yang namanya tercantum dalam susunan pengurus pada akta pendirian dan/atau akta perubahan perusahaan, atau orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan, misalnya orang yang berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, cek, dan sebagainya meskipun orang tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akta pendirian maupun akta perubahannya, termasuk juga komisaris dan pemegang saham mayoritas.
Salah satu syarat penyampaian SPT sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) adalah lengkap. SPT disebut lengkap apabila memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT. Berdasarkan PER-19/PJ/2014, SPT Tahunan PPh Badan, selain formulir induk, formulir lampiran-lampiran (1771-I hingga 1771-VI) dan formulir lampiran khusus (Lampiran Khusus 1A/1B hingga 8A/8B), juga harus dilampiri dengan:
Laporan keuangan menjadi dokumen wajib yang harus dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh Badan. Apabila laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik, maka laporan auditnya juga harus turut dilampirkan. Apabila perusahaan mempunyai anak perusahaan baik di Indonesia maupun di luar negeri, dan/atau mempunyai cabang usaha di luar negeri baik melalui BUT maupun tidak, maka selain laporan keuangan individualnya, juga harus melampirkan laporan keuangan konsolidasian.
Dilampirkan apabila SPT Tahunan PPh Badan tidak ditandatangani oleh pengurus, melainkan oleh kuasa yang diperbolehkan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 229/PMK.03/2014. Pengurus perusahaan dapat menunjuk konsultan pajak atau karyawan perusahaan untuk menandatangani SPT Tahunan PPh Badan apabila berhalangan dengan menggunakan contoh surat kuasa pada lampiran PMK tersebut.
Wajib Pajak badan yang menghitung pajaknya berdasarkan PP No 46 tahun 2013 sebesar 1% dari peredaran bruto, wajib melampirkan rincian jumlah penghasilan dan pembayaran PPh tersebut. Rincian tersebut dapat dibuat dengan format sebagaimana dicontohkan dalam PER-19/PJ/2014, misalnya:
Daftar Jumlah Peredaran Bruto dan Pembayaran PPh Final Berdasarkan PP 46/2013
Dari masing-masing tempat usaha
Termasuk sebagai dokumen yang dipersamakan dengan SSP berdasarkan PER-26/PJ/2014 adalah Bukti Penerimaan Negara (BPN) yang diperoleh Wajib Pajak pada saat melakukan pembayaran melalui internet banking/ATM.
-
Alamat : Jl Angsa No 7 Kalibakung, Balapulang, Tegal
Daftar debitur yang kreditnya digolongkan kurang lancar, diragukan, dan macet, bagi Wajib Pajak bank yang melaporkan penghasilan berupa bunga kredit non-performing secara cash basis
Komponen laporan keuangan usaha berbasis syariah yang meliputi laporan sumber dan penggunaan zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan, bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya berbasis syariahLampiran-lampiran lainnya berupa bukti pendukung atau untuk menjelaskan penghitungan besarnya penghasilan yang dibuat sendiri oleh Wajib Pajak
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-29/PJ/2014, Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan cara berikut ini:
SPT Disampaikan Melalui
e-Filing DJP e-Filing perusahaan ASPX VX VX VX V
X V
harus menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dalam bentuk dokumen elektronik (SPT Elektronik). SPT Elektronik adalah SPT yang dibuat dengan menggunakan aplikasi SPT elektronik (baik menggunakan e-SPT yang disediakan DJP maupun yang disediakan pihak lain).
Apabila Wajib Pajak sudah melewati langkah-langkah di atas dengan baik, maka Wajib Pajak sudah siap menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar.
-
Setelah mengisi dan menandatangani SPT Tahunan PPh Badan, serta melampirkan dokumen-dokumen yang disyaratkan, Wajib Pajak harus menyerahkan SPT Tahunan tersebut dengan tata cara yang telah diatur dalam PER-29/PJ/2014 dan PER-03/PJ/2015. Wajib Pajak akan diberikan tanda terima sebagai bukti penyampaian SPT Tahunan PPh Badan tersebut. Jangan lupa simpan tanda terima tersebut bersama dengan salinan SPT Tahunan-nya dan simpan dokumen-dokumen terkait pembukuan selama 10 tahun ke depan apabila diperlukan dalam proses pembuktian pada saat pemeriksaan. Selamat
-
Melaporkan SPT Tahunan tidak sekedar mengisi formulir dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak. SPT Tahunan harus diisi dengan benar, jelas dan lengkap mengingat ada akibat hukum yang timbul saat kita menyampaikan SPT Tahunan tersebut. Apa saja kiat-kiat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar?
Nilai historis
TIDAK terasa bulan April telah datang, bulan dimana perusahaan harus melaporkan kinerjanya kepada pemerintah melalui institusi pajak, Direktorat Jenderal Pajak. Ya, 31 April 2015 ini adalah batas akhir pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 bagi
Bagaimana melaporkan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar? Baik dalam arti pelaporan dilakukan dengan itikad baik, tanpa niat mencurangi Negara dengan melakukan penghindaran pajak, dan benar dalam arti pelaporan dilakukan sesuai dengan
atas asset dan nilai perusahaan.
Laporan keuangan perusahaan yang meliputi Laporan Laba/Rugi dan Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah modal utama dalam pembuatan SPT Tahunan PPh Badan. Tanpa laporan keuangan kita tidak mungkin bisa membuat SPT Tahunan PPh Badan. Laporan keuangan yang dibuat secara komersial menjadi sumber utama pengisian SPT Tahunan PPh Badan, kemudian dilakukan beberapa penyesuaian berdasarkan ketentuan UU Pajak hingga laporan keuangan komersial tersebut menjadi
Mengingat laporan keuangan adalah sumber utama dalam pembuatan SPT Tahunan PPh Badan, maka laporan keuangan yang baik adalah awal dari SPT Tahunan yang baik. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan laporan keuangan dengan
Ketika perusahaan memperoleh aset, maka aset tersebut dicatat sebesar pengeluaran kas yang dilakukan atau setara kas yang dibayarkan, atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk memperoleh aset tersebut. Ketika perusahaan mempunyai
matching cost against
-
Laporan keuangan harus menyajikan informasi yang wajar atas transaksi dan peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka transaksi dan peristiwa-peristiwa tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai substansi dan realitas ekonomi, tidak hanya memenuhi aspek formalitas saja.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus disajikan dalam periode-periode tertentu sehingga kinerja perusahaan dapat diukur dan posisi sumber daya yang ada di dalamnya dapat ditentukan/dinilai. Periode yang dipergunakan biasanya tahunan, baik sama dengan tahun takwim (Januari-Desember) maupun tidak berbeda dengan tahun takwim.
Perlakukan terhadap suatu transaksi atau peristiwa di periode sekarang diharapkan akan mendapat perlakuan yang sama pada periode berikutnya. Oleh karena itu laporan keuangan harus konsisten. Metode yang baru yang berbeda dari metode yang sebelumnya boleh diterapkan selama memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan metode yang lama dan mendapat persetujuan dari institusi pajak.
, baik manajemen maupun institusi pajak. Oleh karena itu tidak boleh ada informasi yang ditutup-tutupi dalam laporan keuangan perusahaan.
Prinsip yang terakhir, laporan keuangan perusahaan harus menyajikan secara wajar seluruh transaksi dan peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu peristiwa yang sifatnya perkiraan harus disajikan dengan memperhatikan prinsip kewajaran dan kehati-hatian.
-
Formulir SPT Tahunan PPh Badan dan petunjuk pengisiannya terakhir diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-19/PJ/2014, yang berlaku untuk pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 dan seterusnya. Petunjuk pengisian merupakan dokumen yang bersifat satu kesatuan dengan formulir SPT, sehingga Wajib Pajak harus membaca dan memahaminya saat hendak mengisi SPT.
Lampiran Khusus 1A maupun 1B SPT Tahunan PPh Badan dimaksudkan untuk merinci biaya penyusutan yang dibebankan oleh perusahaan. Berdasarkan formulir ini juga dapat diperoleh selisih penyusutan yang seharusnya boleh dibebankan (penyusutan fiskal) dengan beban penyusutan yang nyata-nyata dibebankan oleh Wajib Pajak (penyusutan komersial).
seluruh isi laporan keuangan dan peristiwa-peristiwa lain di perusahaan. Oleh karena itu Wajib Pajak harus paham hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan SPT Tahunan PPh Badan. Mari kita uraikan hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan formulir SPT Tahunan PPh Badan:
-
Melalui Lampiran Khusus 8A/8B Wajib Pajak diharuskan melakukan penyesuaian format laporan keuangan yang telah dibuat dengan format yang dibutuhkan oleh DJP sebagai alat pengawasan. Formulir ini terdiri dari 8 jenis, Wajib Pajak harus memilih salah satu sesuai dengan bentuk usahanya. Kedelapan jenis formulir tersebut adalah:
-
7 jenis usaha di atas dianggap memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga harus menggunakan formulir yang berbeda juga, apabila perusahaan Wajib Pajak tidak termasuk kedalam 7 perusahaan tersebut, dapat menggunakan formulir non-kualifikasi (8A-6).
-
Mengingat formulir yang disediakan kadang tidak sesuai dengan format pembukuan yang dilakukan perusahaandan hal ini yang kadang membuat Wajib Pajak kebingunganmaka Wajib Pajak harus pandai-pandai memindahkan laporan keuangannya ke formulir tersebut. Termasuk diantaranya adalah memisahkan beban penjualan dan beban administrasi umum.
-
Sebagaimana telah kita bahas di awal, bahwa SPT Tahunan PPh Badan memperlihatkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur secara fiskal. Oleh karena itu dapat kita sebut juga bahwa SPT Tahunan PPh Badan adalah laporan keuangan fiskal perusahaan. Pengisian lampiran khusus 1A/1B, lampiran khusus 8A/8B dan pengisian formulir 1771-II merupakan suatu rangkaian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengisian formulir 1771-I. Formulir 1771-I inilah yang bisa kita sebut sebagai laporan keuangan fiskal yang sebenarnya. Di formulir ini kita akan menginputkan data-data di laporan keuangan komersial (pada angka 1-4) kemudian melakukan penyesuaian fiskal positif (pada angka 5), penyesuaian fiskal negative (angka 6), dan memasukkan fasilitas penanaman modal berupa pengurangan penghasilan neto (pada angka 7) jika ada.
-
Setelah mengetahui mengenai laporan keuangan yang baik dan hubungannya dengan SPT Tahunan PPh Badan serta mengetahui jenis formulir yang harus dipergunakan dan ketentuan yang mengaturnya, Wajib Pajak sudah siap mengisi SPT Tahunan PPh Badan.
-
Setelah mengisi induk SPT Tahunan PPh Badan, akan kita ketahui berapa jumlah pajak terutang dan berapa PPh yang kurang (lebih) dibayar. Dalam hal terdapat jumlah PPh kurang bayar, jumlah tersebut harus terlebih dahulu disetorkan ke bank dengan menggunakan SSP.
Dalam hal Wajib Pajak memilih membayar pajak secara manual dengan cara mendatangi bank/kantor pos, maka Wajib Pajak dapat mengisi lembar SSP sejumlah kekurangan pembayaran tersebut dengan mencantumkan Kode Jenis Pajak (KJP) 411126 (PPh Pasal 25 Badan) dengan Kode Jenis Setoran (KJS) 200 (Tahunan).
atau bisa juga dilakukan melalui mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Untuk melakukan pembayaran dengan cara ini, Wajib Pajak terlebih dahulu harus memiliki Kode Billing sebagai identitas pembayaran. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-26/PJ/2014 Kode Billing ini dapat diperoleh melalui:
-
Wajib Pajak juga dapat meminta kode billing melalui bank/pos persepsi atau pihak lain yang ditunjuk. Saat ini beberapa bank sudah menyediakan fasilitas pembayaran pajak melalui internet banking tanpa harus terlebih dahulu membuat kode billing di website DJP, tetapi sudah langsung dibuat oleh bank pada saat melakukan pembayaran tersebut, misalnya bank BCA
Pasal 3 ayat (1) UU KUP menyebutkan bahwa SPT harus disampaikan dengan benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan ditandatangani. SPT yang tidak ditandatangani berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (7) dianggap tidak disampaikan. Siapa yang menandatangani SPT Tahunan PPh Badan? Berdasarkan ketentuan Pasal 32 UU KUP, dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, Wajib Pajak Badan diwakili oleh pengurus. Pengurus adalah orang yang namanya tercantum dalam susunan pengurus pada akta pendirian dan/atau akta perubahan perusahaan, atau orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan, misalnya orang yang berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, cek, dan sebagainya meskipun orang tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akta pendirian maupun akta perubahannya, termasuk juga komisaris dan pemegang saham mayoritas.
Salah satu syarat penyampaian SPT sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) adalah lengkap. SPT disebut lengkap apabila memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT. Berdasarkan PER-19/PJ/2014, SPT Tahunan PPh Badan, selain formulir induk, formulir lampiran-lampiran (1771-I hingga 1771-VI) dan formulir lampiran khusus (Lampiran Khusus 1A/1B hingga 8A/8B), juga harus dilampiri dengan:
Laporan keuangan menjadi dokumen wajib yang harus dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh Badan. Apabila laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik, maka laporan auditnya juga harus turut dilampirkan. Apabila perusahaan mempunyai anak perusahaan baik di Indonesia maupun di luar negeri, dan/atau mempunyai cabang usaha di luar negeri baik melalui BUT maupun tidak, maka selain laporan keuangan individualnya, juga harus melampirkan laporan keuangan konsolidasian.
Dilampirkan apabila SPT Tahunan PPh Badan tidak ditandatangani oleh pengurus, melainkan oleh kuasa yang diperbolehkan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 229/PMK.03/2014. Pengurus perusahaan dapat menunjuk konsultan pajak atau karyawan perusahaan untuk menandatangani SPT Tahunan PPh Badan apabila berhalangan dengan menggunakan contoh surat kuasa pada lampiran PMK tersebut.
Wajib Pajak badan yang menghitung pajaknya berdasarkan PP No 46 tahun 2013 sebesar 1% dari peredaran bruto, wajib melampirkan rincian jumlah penghasilan dan pembayaran PPh tersebut. Rincian tersebut dapat dibuat dengan format sebagaimana dicontohkan dalam PER-19/PJ/2014, misalnya:
-
harus menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dalam bentuk dokumen elektronik (SPT Elektronik). SPT Elektronik adalah SPT yang dibuat dengan menggunakan aplikasi SPT elektronik (baik menggunakan e-SPT yang disediakan DJP maupun yang disediakan pihak lain).
-
Melaporkan SPT Tahunan tidak sekedar mengisi formulir dan menyampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak. SPT Tahunan harus diisi dengan benar, jelas dan lengkap mengingat ada akibat hukum yang timbul saat kita menyampaikan SPT Tahunan tersebut. Apa saja kiat-kiat menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan dengan baik dan benar?
-
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus disajikan dalam periode-periode tertentu sehingga kinerja perusahaan dapat diukur dan posisi sumber daya yang ada di dalamnya dapat ditentukan/dinilai. Periode yang dipergunakan biasanya tahunan, baik sama dengan tahun takwim (Januari-Desember) maupun tidak berbeda dengan tahun takwim.
Perlakukan terhadap suatu transaksi atau peristiwa di periode sekarang diharapkan akan mendapat perlakuan yang sama pada periode berikutnya. Oleh karena itu laporan keuangan harus konsisten. Metode yang baru yang berbeda dari metode yang sebelumnya boleh diterapkan selama memberikan informasi yang lebih baik dibandingkan metode yang lama dan mendapat persetujuan dari institusi pajak.
-
Formulir SPT Tahunan PPh Badan dan petunjuk pengisiannya terakhir diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-19/PJ/2014, yang berlaku untuk pelaporan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2014 dan seterusnya. Petunjuk pengisian merupakan dokumen yang bersifat satu kesatuan dengan formulir SPT, sehingga Wajib Pajak harus membaca dan memahaminya saat hendak mengisi SPT.
Lampiran Khusus 1A maupun 1B SPT Tahunan PPh Badan dimaksudkan untuk merinci biaya penyusutan yang dibebankan oleh perusahaan. Berdasarkan formulir ini juga dapat diperoleh selisih penyusutan yang seharusnya boleh dibebankan (penyusutan fiskal) dengan beban penyusutan yang nyata-nyata dibebankan oleh Wajib Pajak (penyusutan komersial).
seluruh isi laporan keuangan dan peristiwa-peristiwa lain di perusahaan. Oleh karena itu Wajib Pajak harus paham hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan SPT Tahunan PPh Badan. Mari kita uraikan hubungan antara laporan keuangan perusahaan dengan formulir SPT Tahunan PPh Badan:
-
Melalui Lampiran Khusus 8A/8B Wajib Pajak diharuskan melakukan penyesuaian format laporan keuangan yang telah dibuat dengan format yang dibutuhkan oleh DJP sebagai alat pengawasan. Formulir ini terdiri dari 8 jenis, Wajib Pajak harus memilih salah satu sesuai dengan bentuk usahanya. Kedelapan jenis formulir tersebut adalah:
-
Mengingat formulir yang disediakan kadang tidak sesuai dengan format pembukuan yang dilakukan perusahaandan hal ini yang kadang membuat Wajib Pajak kebingunganmaka Wajib Pajak harus pandai-pandai memindahkan laporan keuangannya ke formulir tersebut. Termasuk diantaranya adalah memisahkan beban penjualan dan beban administrasi umum.
-
Sebagaimana telah kita bahas di awal, bahwa SPT Tahunan PPh Badan memperlihatkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur secara fiskal. Oleh karena itu dapat kita sebut juga bahwa SPT Tahunan PPh Badan adalah laporan keuangan fiskal perusahaan. Pengisian lampiran khusus 1A/1B, lampiran khusus 8A/8B dan pengisian formulir 1771-II merupakan suatu rangkaian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengisian formulir 1771-I. Formulir 1771-I inilah yang bisa kita sebut sebagai laporan keuangan fiskal yang sebenarnya. Di formulir ini kita akan menginputkan data-data di laporan keuangan komersial (pada angka 1-4) kemudian melakukan penyesuaian fiskal positif (pada angka 5), penyesuaian fiskal negative (angka 6), dan memasukkan fasilitas penanaman modal berupa pengurangan penghasilan neto (pada angka 7) jika ada.
-
atau bisa juga dilakukan melalui mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Untuk melakukan pembayaran dengan cara ini, Wajib Pajak terlebih dahulu harus memiliki Kode Billing sebagai identitas pembayaran. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-26/PJ/2014 Kode Billing ini dapat diperoleh melalui:
-
Wajib Pajak juga dapat meminta kode billing melalui bank/pos persepsi atau pihak lain yang ditunjuk. Saat ini beberapa bank sudah menyediakan fasilitas pembayaran pajak melalui internet banking tanpa harus terlebih dahulu membuat kode billing di website DJP, tetapi sudah langsung dibuat oleh bank pada saat melakukan pembayaran tersebut, misalnya bank BCA
Pasal 3 ayat (1) UU KUP menyebutkan bahwa SPT harus disampaikan dengan benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang rupiah, dan ditandatangani. SPT yang tidak ditandatangani berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (7) dianggap tidak disampaikan. Siapa yang menandatangani SPT Tahunan PPh Badan? Berdasarkan ketentuan Pasal 32 UU KUP, dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya, Wajib Pajak Badan diwakili oleh pengurus. Pengurus adalah orang yang namanya tercantum dalam susunan pengurus pada akta pendirian dan/atau akta perubahan perusahaan, atau orang yang nyata-nyata mempunyai wewenang ikut menentukan kebijaksanaan dan/atau mengambil keputusan dalam menjalankan perusahaan, misalnya orang yang berwenang menandatangani kontrak dengan pihak ketiga, cek, dan sebagainya meskipun orang tersebut tidak tercantum namanya dalam susunan pengurus yang tertera dalam akta pendirian maupun akta perubahannya, termasuk juga komisaris dan pemegang saham mayoritas.
Salah satu syarat penyampaian SPT sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) adalah lengkap. SPT disebut lengkap apabila memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam SPT. Berdasarkan PER-19/PJ/2014, SPT Tahunan PPh Badan, selain formulir induk, formulir lampiran-lampiran (1771-I hingga 1771-VI) dan formulir lampiran khusus (Lampiran Khusus 1A/1B hingga 8A/8B), juga harus dilampiri dengan:
Laporan keuangan menjadi dokumen wajib yang harus dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh Badan. Apabila laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik, maka laporan auditnya juga harus turut dilampirkan. Apabila perusahaan mempunyai anak perusahaan baik di Indonesia maupun di luar negeri, dan/atau mempunyai cabang usaha di luar negeri baik melalui BUT maupun tidak, maka selain laporan keuangan individualnya, juga harus melampirkan laporan keuangan konsolidasian.
Dilampirkan apabila SPT Tahunan PPh Badan tidak ditandatangani oleh pengurus, melainkan oleh kuasa yang diperbolehkan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 229/PMK.03/2014. Pengurus perusahaan dapat menunjuk konsultan pajak atau karyawan perusahaan untuk menandatangani SPT Tahunan PPh Badan apabila berhalangan dengan menggunakan contoh surat kuasa pada lampiran PMK tersebut.
-
Sebagaimana telah kita bahas di awal, bahwa SPT Tahunan PPh Badan memperlihatkan kinerja keuangan perusahaan yang diukur secara fiskal. Oleh karena itu dapat kita sebut juga bahwa SPT Tahunan PPh Badan adalah laporan keuangan fiskal perusahaan. Pengisian lampiran khusus 1A/1B, lampiran khusus 8A/8B dan pengisian formulir 1771-II merupakan suatu rangkaian yang kemudian akan dilanjutkan dengan pengisian formulir 1771-I. Formulir 1771-I inilah yang bisa kita sebut sebagai laporan keuangan fiskal yang sebenarnya. Di formulir ini kita akan menginputkan data-data di laporan keuangan komersial (pada angka 1-4) kemudian melakukan penyesuaian fiskal positif (pada angka 5), penyesuaian fiskal negative (angka 6), dan memasukkan fasilitas penanaman modal berupa pengurangan penghasilan neto (pada angka 7) jika ada.
-
atau bisa juga dilakukan melalui mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM). Untuk melakukan pembayaran dengan cara ini, Wajib Pajak terlebih dahulu harus memiliki Kode Billing sebagai identitas pembayaran. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-26/PJ/2014 Kode Billing ini dapat diperoleh mel