sps

24
Paradigma Pembelajaran Sains: a. Konstruktivisme Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri.sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang lain. Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut: 1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya. 2. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap. 3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 4. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu. Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget.Teori ini biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif.Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132). Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui asimilasi dan akomodasi.Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran.Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan

Upload: siti-mariah

Post on 17-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

PARADIGMA

TRANSCRIPT

  • Paradigma Pembelajaran Sains:

    a. Konstruktivisme

    Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,

    Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya

    modern.Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual

    yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

    diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan

    bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan

    diingat.Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui

    pengalaman nyata.

    Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang

    dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman

    sendiri.sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan

    terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan

    untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang

    lain.

    Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan

    keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan

    atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

    Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:

    1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari

    sendiri pertanyaannya.

    2. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.

    3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 4. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

    Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori

    belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget.Teori ini biasa juga

    disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif.Teori belajar

    tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap

    perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.Setiap tahap perkembangan

    intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi

    ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau

    perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).

    Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989:

    159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui

    asimilasi dan akomodasi.Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam

    pikiran.Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya

    informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133).

    Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan

  • skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada

    sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).

    Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam

    mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme

    ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan

    Taylor,1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998).

    B. Langkah-Langkah Pembelajaran Kontrutivisme

    Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah dalam merancang program, implementasi program dan evaluasi.

    Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus dikuasai siswa.

    Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa. Identifikasi pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan peta konsep.

    Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan awal siswa yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut untuk

    menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi ilmiah, mana

    yang salah dan mana yang miskonsepsi.

    Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsep. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran.Sedangkan

    strategi pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk modul.

    Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsepsi. Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini terdiri

    dari tiga langkah yaitu : (a) orientasi dan penyajian pengalaman belajar,

    (b)menggali ide-ide siswa, (c) restrukturisasi ide-ide.

    Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah

    diterapkan.

    Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten. Berdasarkan hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi dan analisis

    terhadap miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara tuntas maupun

    yang resisten.

    Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis miskonsepsi yang resisten digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi strategi pengubahan

    konsepsi siswa dalam bentuk modul.

    C. Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme

    1) Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenar

    2) Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.

    3) Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan murid

    4) Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide 5) Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid 6) Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru

  • 7) Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.

    8) Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian dan eksperimen.

    D. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme

    Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam

    belajar mengajar adalah:

    o Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri o Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan

    keaktifan murid sendiri untuk menalar

    o Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah

    o Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.

    o Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa o Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan o Mmencari dan menilai pendapat siswa o Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa o Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktiff o Tekanan proses belajar terletak pada siswa belajar; o Mengajar adalah membantu siswa belajar ; o Penekanan dalam proses belajar lebih kepada proses bukan hasil akhir ; o Kuriklum menekankan parisipasi siwa; o Guru adalh fasilisisatoR

    E. Keunggulan dan Kelemahan Model Konstrutivisme

    Keunggulan Model kontruktivisme

    1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan

    bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa

    memberikan penjelasan tentang gagasannya.

    2. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan

    disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan

    mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena,

    sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang

    fenomena yang menantang siswa.

    3. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif,

    mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada

    saat yang tepat.

    4. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh

    kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal

    maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai

    strategi belajar.

  • 5. Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan

    siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

    6. Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan

    menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

    Kelemahan Model Konstruktivisme

    Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat

    dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang

    begitu mendukung

    Dimeni Pembelajaran Tradisional Pembelajaran

    kontruktivisme

    Ruang lingkup

    pembelajara

    Disajikan secara terpisah

    bagian perbagian dengan

    penekanan pada pencapaian

    ketrampilan dasar

    Disajikan secara utuh

    dengan penjelasan tentang

    keterkaitan antar bagian,

    dengan penekana

    Kurikulum Harus diikuti sampai habis Pertanyaan dan konstruksi

    jawaban siswa adalah

    penting

    Kegiatan pembelajran Berdasarkan buku teks

    yang sudah di temukan

    Berdasarkan beragam

    sumber informasi primr dan

    materi-materi yang dapat di

    manipulasi langsung oleh

    siswa

    Keduduka siswa Dilihat sebagai sumber

    kosong tempat

    ditumpahkanya semua

    pengetahuan dari guru

    Siswa dilihat sebagai

    pemikir yang mampu

    menghasilkan teori-teori

    tentang dunia dan

    kehidupan

    Dimensi Pembelajaran tradisional Pembelajaran

    kontruktivisme

    Guru mengajar dan

    menyebarakan iformasi

    keilmuwan kepada siswa

    Guru yang berdsikap

    interaktif dalam

    pembelajaran, menjadi

    fasilisator dan menjadi

    fasilisator

    Penyelesaian masalah

    pembelajaran

    Se;lalu mencari jawaban

    yang benar untk

    memvelidasi proses belajar

    siswa

    Guru mencoba presepsi

    siswa agar dapat melihat

    pola pikir siswa dan apa

    yang di peroleh siswa untuk

    pembelajaran selanjutnya

    Penilaain proses

    pembeljaran

    Merupakan bagian yang

    terpisah dari pembelajaran

    Merupakan bagian integral

    dalam pembelajaran,

  • dan dilakukan hamper

    selalu dalam benuk

    tes/ujian

    dilakukan melalui observasi

    guru terhadap hasil kerja

    melalui pameran karya

    siswa dan portopolio

    Aktivitas belajar siswa Siswa lebihbanyak belajar

    sendiri

    Lebihbanyak belajar dalam

    kelompok

    b. Pembelajaran kontekstual

    Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk

    menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.Dan juga

    mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan

    penerapannya dalam kehidupam mereka sehari-hari.

    c. Learning Cycle

    d. Paikembrot PAILKEM merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,

    Lingkungan,Kreatif, Efektif dan Menarik. Pembelajaran ini menitik beratkan pada hal:

    Pengorganisasian materi pembelajaran

    Menyampaikan atau menggunakan metode belajar

    Mengelola pembelajaran yang dikehendaki oleh ilmuan pembelajaran selama ini\

    Pembelajaran yang Aktif Pembelajaran yang aktif ini bukanlah tujuan dari pembelajaran akan tetapi

    merupakan salh satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengoptimalkan

    proses pmbelajaran. Yaitu dengan cara memposisikan guru sebagai orang yang

    menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar,

    sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus berperan aktif dalam proses

    pembelajaran

    Pembelajaran yang Inovatif Pembelajaran inovaatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong

    aktivitas belajar. Yaitu dalam pembelajaran terjadi hal-hal baru buakn saja oleh

    guru sebagai fasilitator belajar, tetapi oleh siswa sebagai peserta belajar. Guru

    tidak hanya terikaat oleh materi dalam buku, akan tetapi guru dapat memberika

    contoh nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkan temuan-

    temuan terbaru.

    Pembelajaran yang menggunakan Lingkungan Pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah slaha satu strategi

    yang mendorong siswa agar belajar tidak hanya selalu bergantung pada buku atau

    pedoman lainnya. Bahwa belajar dapat terjadi karena bantuan lingkungan yang

    berangkat dari pemikiran kontekstual siswa. Dan dari pembelajaran ini,

    diharapkan siswa dapat menguasai dan belajar dari lingkungan.

    Pembelajaran yang Kreatif Pembelajaran yang Kreatif merupakan strategi pembelajaran yang

  • bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Siswa lebih bebas

    mengembankan ide-ide yang dimiliki.

    Pembelajaran yang Efektif Siswa belajarsejumlah potensi, lalu dikembangkan melalui kompetensi

    yangtela diciptakan agar tercapai tujuan pembelajaran.

    Pembelajaran yang Menarik Muara semua streategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah cara

    pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang belajar.

    Pembelajaran menarik adalah cara mengemas kegiatan belajar mengajar agar

    mudah diterima oleh siswa lewat pemhamannyya.

    E. Mastery Learning

    Belajar tuntas (mastery learning) adalah filosofi pembelajaran yang berdasar pada

    anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan

    belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa siswa dapat mencapai penguasaan

    akan suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas,

    penilaian mengukur dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan pembelajaran

    berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metoda belajar tuntas, siswa tidak berpindah

    ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan kecakapan dalam materi

    sebelumnya.

    Belajar tuntas berdasar pada beberapa premis, diantaranya:

    Semua individu dapat belajar

    Orang belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda

    Dalam kondisi belajar yang memadai, dampak dari perbedaan individu hampir tidak

    ada

    Kesalahan belajar yang tidak dikoreksi menjadi sumber utama kesulitan belajar.

    Kurikulum belajar tuntas biasanya terdiri dari beberapa topik berbeda yang mulai

    dipelajari oleh para siswa secara bersamaan. Siswa yang tidak menyelesaikan suatu topik

    dengan memuaskan diberi pembelajaran tambahan sampai mereka berhasil. Siswa yang

    menguasai topik tersebut lebih cepat akan dilibatkan dalam kegiatan pengayaan sampai

    semua siswa dalam kelas tersebut bisa melanjutkan ke topik lainnya secara bersama-

    sama. Dalam lingkungan belajar tuntas, guru melakukan berbagai teknik pembelajaran,

    dengan pemberian umpan balik yang banyak dan spesifik menggunakan tes diagnostik,

    tes formatif, dan pengoreksian kesalahan selama belajar. Tes yang digunakan di dalam

    metoda ini adalah tes berdasarkan acuan kriteria dan bukan atas acuan norma.

    Menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas dapat disebutkan sebagai berikut :

    1. Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (mastery learning).

    2. Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang baik bagi siswa.

    3. Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam.

    4. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa dan belajar.

  • 5. Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian akhir

    (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran.

    6. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu

    7. dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan efisien. 8. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus bagi

    materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan criteria referenced test bukannya norm referenced test.

    Ciri-ciri belajar/mengajar dengan prinsip Belajar Tuntas

    Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/mengajar dengan

    prinsip belajar tuntas, yaitu :

    1. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dahulu

    2. Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya

    3. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif 4. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil 5. Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria, agar

    guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan

    6. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.

    Variabel-variabel Belajar Tuntas 1. Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang

    cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran

    2. Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif

    dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap

    langkah instruksional.

    3. Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar dan mempertahankan

    kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran.Kualitas

    pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan

    unsure-unsur tugas belajar

    4. Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang

    ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atu pokok bahasan yang

    berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.

    Dua permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan belajar tuntas:

    Pertama, pengelompokan dan pengaturan jadwal bisa memunculkan kesukaran.

    Guru sering merasa lebih mudah meminta siswa untuk belajar dalam kecepatan

    tetap dan menyelesaikan tugas dalam waktu tertentu dibandingkan bila ada variasi

    yang besar dalam kegiatan di suatu kelas.

    Kedua, karena siswa yang lambat memerlukan waktu yang lebih banyak dalam

    standar minimum, siswa yang cepat akan terpaksa menunggu untuk maju ke

    tingkat yang lebih tinggi.

  • Permasalahan-permasalahan tersebut bukannya tidak bisa diatasi karena bisa

    diatur pemberian perhatian yang bersifat perorangan, menetapkan standar yang tinggi

    tapi bisa dicapai, dan menyediakan materi tambahan bagi siswa yang belajar dengan

    cepat.

    F. Thematic Learning

    Belajar tematik adalah suatu kegiatam belajar terpadu yang dirancang berdasarkan

    ide pokok (tema), yang mengaitkan beberapa bidang studi dengan tema yang sama

    sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Pappas

    yang dikutip oleh Anitah (2007) mengatakan bahwa pembelajaran tematik adalah

    pembelajaran yang digunakan guru untuk mendorong keaktifan siswa dalam kegiatan

    yang difokuskan dalam satu topik (tema) yang disenangi siswa. Belajar tematik disajikan

    secara utuh dan menyeluruh bukan dari bagian-bagian yang terpisah.

    Prinsip-prinsip belajar tematik:

    Kegiatan pembelajaran dipusatkan pada satu tema sentral

    Mengkombinasikan struktur, urutan, dan strategi yang diorganisasikan dengan baik

    Mencerminkan pola berpikir, tujuan, dan konsep umum bidang ilmu

    Dalam pembelajaran bahasa, unit tematik merupakan suatu kerangka isi pembelajaran

    bahasa secara keseluruhan.

    Karakteristik pembelajaran tematik

    Berpusat pada siswa

    Memberikan pengalaman langsung kepada siswa dengan objek yang nyata untuk

    menilai dan memanipulasinya

    Pemisahan mata pelajaran tidak begitu ketara

    Menciptakan kegiatan yang disesuaikan dengan minat siswa secara umum

    Menyajikan konsep lintas mata pelajaran

    Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa berdasarkan

    pengalaman sebelumnya

    Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

    Memberikan kesempatan bermain untuk mengungkapkan pengalaman ke dalam

    pengertian

    Perlunya belajar tematik di SD

    Siswa SD kelas awal (1,2, dan 3) masih melihat segala sesuatu secara utuh, sehingga

    pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman

    nyata yang dialaminya.

    Siswa SD kelas awal (1,2, dan 3) ingin mengembangkan semua unsur kecerdasannya

    sehingga konsep multiple inteligent juga harus dilembangkan

    Kenyataan hidup sehari-hari dengan wujud fakta yang utuh dan tematis

    Lebih lebih mudah mengajar satu konsep yang utuh, karena guru SD adalah guru

    kelas.

    Manfaat belajar tematik

    Mengurangi tumpang tindih materi antar mata pelajaran

    Menghadapkan siswa pada suasana yang realistik

    Membantu siswa melihat hubungan antara ide dan konsep

  • Memberi kesempatan kepada siswa untuk membentuk sendiri latar belakang

    informasi dalam membentuk pengetahuan baru

    Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai

    proses dan materi yang tidak terpisah-pisah

    Dengan lintas pelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap apa yang

    dipelajari

    G. Keterampilan Proses

    Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan

    mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk

    mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Pendekatan keterampilan

    proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat

    menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan

    intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat

    langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi

    pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi

    ilmuwan. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan

    maksud karena IPA merupakan alat yang potensial untuk membantu mengembangkan

    kepribadian siswa. Kepribadian yang berkembang merupakan prasyarat untuk melangkah

    ke profesi apapun yang diminati siswa (Popy dkk, 2009:1).

    Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang

    digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar

    yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila

    akan melakukan penelitian (Popy dkk, 2009:2).

    Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan

    secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.

    Dengan demikian Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan yang diterapkan

    dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh

    pengetahuan kemudian mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan memperoleh

    pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau kemampuan

    olah perbuatan (fisik) (Popy dkk, 2009:2).

    Untuk mengajarkan keterampilan proses, siswa benar-benar melakukan

    pengamatan, pengukuran, pemanipulasian variabel dan sebagainya. Ringkasnya, siswa

    bertindak sebagai ilmuwan. Oleh karena itu pendekatan ini lebih banyak melibatkan siswa

    dengan obyek-obyek konkrit, yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan keterampilan proses

    memberi siswa pemahaman yang valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati

    keasyikan sains dan dapat lebih baik memahami fakta-fakta dan konsep-konsep. Siswa

    diberi kesempatan untuk belajar sambil berbuat, menumbuhkan kemampuan berpikir,

    bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting

    kecakapan hidup.

    Pendekatan keterampilan proses menekankan bagaimana siswa belajar, bagaimana

    mengelola perolehannya, sehingga mudah dipahami dan digunakan dalam kehidupan di

    masyarakat. Dalam proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengalaman

    dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan-

    kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi

    kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuannya yang baru diperolehnya. Dengan

    mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan anak akan mampu

    menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan

    mengembangkan sikap ilmiah dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-

  • keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep

    (Trianto: 2010)

    Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan proses antara lain:

    1. Mengamati, keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan

    dengan indera.

    2. Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda,

    kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan

    perlu ditinjau persamaan atau perbedaan antara benda, kenyataan atau konsep sebagai

    dasar penggolongan.

    3. Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa

    benda, kenyataan, peristiwa konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui

    pengamatan, perhitungan, penelitian atau eksperimen.

    4. Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi

    pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola

    tertentu atau hubungan antar data atau informasi. Misalnya berdasarkan pengalaman

    tentang keadaan cuaca sebelumnya, apabila mendung pasti akan terjadi hujan atau

    sebaliknya. Siswa dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan terjadi. Meramal tidak

    sama dengan menebak. Menebak adalah memperkirakan suatu hal tanpa berdasarkan

    data atau informasi yang ada.

    5. Menerapkan, yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep,

    hokum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan,

    diperkuat, dikembangkan atau dihayati.

    6. Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan

    berhasil-tidaknya penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih, Karena selama ini pada

    umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah

    atau objek yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian, sumber data atau

    informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber kepustakaan yang diperlukan.

    Jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah pengumpulan dan pengolahan data atau

    informasi, serta tata cara melakukan penelitian.

    H. Lesson Study Lesson study merupakan upaya terencana dan berkelanjutan untuk melakukan

    kajian terhadap proses belajar mengajar seorang guru, untuk kepentingan perbaikan

    atau peningkatan efektivitas pembelajaran bagi guru itu, yang secara kolegial

    bermanfaat untuk kepentingan perbaikan dan peningkatan efektivitas pembelajaran

    bagi guru-guru yang lain di sekolah atau di lingkungannya.

    Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study Secara singkat, lesson study dapat dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai

    berikut:

    Pertama, adakanlah semacam pertemuan kompok guru yang menyadari

    pentingnya upaya untuk meningkatkan kompetensinya dalam pelaksanaan

    pembelajaran mata pelajaran tertentu. Pertemuan kelompok guru ini menyepakati

    beberapa hal, misalnya: (1) proses pembelajaran dalam pokok bahasan apa, mata

    pelajaran apa, dan kelas berapa, yang akan dikaji melalui lesson study; (2) siapa yang

    akan bertindak sebagai guru penyaji yang akan melaksanakan proses pembelajaran,

    (3) siapa saja guru yang bertindak menjadi pengamat dalam kegiatan lesson study

    tersebut. Untuk ini, guru penyaji harus memiliki kesadaran mau membuka proses

  • pembelajaran untuk diamati para guru yang lain, dengan tujuan utama mengetahui

    efektivitas proses pembelajaran, bukan mencari-cari kesalahannya.

    Kedua, jika rencana tersebut sudah matang, dalam pertemuan tersebut dapat

    dilanjutkan dengan mencoba membuat lesson plan atau Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP) bersama. Kalau tidak dalam pertemuan tersebut, dapat dilakukan

    pertemuan berikutnya. Guru calon penyaji mencoba membuat konsep RPP, dan

    kemudian disampaikan kepada kelompok guru tersebut, untuk memperoleh tanggapan

    dan usulan perbaikan. Kedua tahapan ini disebut sebagai tahapan PLAN.

    Ketiga, jika rencana sudah matang, maka tahapan berikutnya adalah proses

    pelaksanaan pembelajaran. Guru penyaji melaksanakan proses pembelajaran di kelas

    sebagaimana guru ini melaksanakan pembelajaran sebagaimana yang biasa dilakukan.

    Dalam proses pelaksanaan pembelajaran ini, para pengamat mengamati proses

    pembelajaran, mulai dari membuka pelajaran, sampai dengan pelaksanaan

    pembelajaran dengan menggunakan metode dan media atau alat bantu pembelajaran,

    dan akhirnya sampai dengan menutup pembelajaran. Para pengamat melakukan

    pengamatan dan mencatatnya secara cermat. Dalam lesson study, tahapan ini dikenal

    sebagai tahapan DO.

    Ketiga, setelah selesai tahapan ketiga, para guru mengadakan pertemuan

    berikutnya untuk mendiskusikan hasil pengamatan dari guru-guru yang lain. Dalam

    diskusi ini, sudah barang tentu akan disampaikan tentang apa kelebihan yang telah

    dilakukan oleh guru penyaji, di samping kemungkinan kekurangan-kekurangan,

    bahkan kesalahan-kesalahan fatal yang telah dilakukan guru penyaji. Dalam

    pertemuan ini, para guru dapat mengambil kesimpulan tentang praktik-praktik terbaik

    yang telah dilakukan oleh guru penyaji, selain kemungkinan juga kekurangan-

    kekurangannya. Hasil kesimpulan ini sebaiknya disusun secara tertulis, dan

    kemudian disebarluaskan kepada guru-guru yang lain, terutama yang menjadi penyaji

    dan pengamat dalam kegiatan lesson study tersebut. Sudah barang tentu, kesimpulan

    ini akan menjadi produk bersama yang amat bermanfaat untuk meningkatkan

    kompetensi para guru. Tahapan ketiga lesson study ini dikenal dengan tahapan SEE.

    Ketiga tahapan lesson study ini dapat direplikasi ke dalam tahapan berikutnya,

    misalnya jika terhadap saran-saran yang penting untuk memperbaiki proses

    pembelajaran tersebut. Oleh karena itu dalam pertemuan tersebut dapat disepakati

    misalnya memperbaiki RPP, atau dipilih atau disepakati guru penyaji yang lain untuk

    menyajikan pembelajaran, atau juga disepakati akan dilaksanakan di kelas atau

    sekolah yang lain. Jikalau keputusannya demikian, maka lessson study dapat

    dilaksanakan dalam tahapan replikasi berikutnya dengan ketiga tahapan berikutnya,

    dengan tahapan yang mendahului, yakni tahapan REVISI. Dengan demikian, jika

    tahapan lesson study dilakukan dalam tiga tahapan, yakni (1) PLAN, (2) DO, dan (3)

    SEE, maka lesson study juga dapat dilaksanakan dalam enam tahapan, yakni: (1)

    PLAN, (2) DO, (3) SEE, (4) REVISED PLAN, (5) DO, (6) SEE.

    Peningkatan Kompetensi Guru

    Peningkatan kompetensi guru merupakan upaya berkelanjutan, selaras dengan

    kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana profesi

    yang lain, katakanlah profesi kedokteran, para dokter harus telah meningkatkan

    kompetensinya secara terus menerus mengikuti kemajuan dan perkembangan dalam

    ilmu kedokteran. Demikian juga guru. Guru yang tidak pernah mau berusaha

    meningkatkan kompetensinya akan menjadi guru yang beku. Peningkatan kompetensi guru merupakan amanat UU Nomor 14 Tahun 2005

    tentang Guru dan Dosen. Upaya peningkatan guru bukan hanya kegiatan sesaat, tetapi

  • lebih merupakan kegiatan berkelanjutan, yang dilaksanakan sesuai dengan konsep

    continuing professsional development (CPD). Salah satu kegiatan yang sangat tepat

    untuk dapat dimasukkan dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan

    Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tidak lain dan tidak bukan adalah lesson

    study. Mengapa? Karena dengan lesson study, para guru akan melakukan proses

    pembelajaran secara kolegial dan bersama-sama untuk meningkatkan kompetensinya.

    Ada beberapa hal penting lain yang dapat diperoleh melalui kegiatan lesson study.

    Pertama, para guru akan lebih terbuka dengan dunia luar. Ruang kelasnya

    tidak dikunci sendiri untuk tidak boleh menerima guru lain untuk melihat apa saja

    yang dilakukan guru itu setiap hari kerja dalam proses pembelajaran yang

    dilaksanakannya. Guru itu, juga perlu melihat apa yang dilakukan koleganya dalam

    proses pembelajaran.

    Kedua, para guru akan saling belajar dan saling bekerjasama dalam

    meningkatkan kualitas proses pembelajarannya melalui peningkatan pemahaman

    bukan hanya tentang materi, tetapi juga metode, media dan alat bantu pembelajaran,

    tetapi juga teknik penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan

    demikian, fokus kegiatan lesson study adalah kajian pembelajaran sehingga dapat

    menemukan praktik terbaik (best practices), berdasarkan pengalaman-pengalaman

    yang diamati dalam beberapa tahapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

    Ketiga, dengan praktik terbaik tersbut, para guru akan dilatih untuk dapat

    mencoba untuk menghasilkan inovasi baru dalam pembelajaran, melalui usulan

    tentang saran perbaikan yang diberikan oleh koleganya, juga melalui kreativitas-

    kreativitas yang kemudian muncul dalam praktik pembelajaran.

    Keempat, hasil akhir yang diharapkan dapat diperoleh melalui lesson study ini

    adalah proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, yang dengan demikian

    diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa (student achievement).

    i.Miskonsepsi

    Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran

    Model Pembelajaran

    Joyce dan Weil (1992: 1) menyatakan bahwa, model mengajar merupakan

    model belajar, dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan

    atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan

    ide diri sendiri. Selain itu, mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.

    Model pemrosesan informasi (information Procesisng Models) menjelaskan

    bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan

    cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan

    rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal.

    Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan

    memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan

    informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia

  • dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu model ini potensial untuk

    digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping

    yang berdimensi intelektual.

    Adapun model-model pemrosesan menurut Tom Final din terdiri atas:

    a. Model berfikir Induktif.

    Tokohnya adalah Hilda Taba. Tujuan dari model ini adalah untuk

    mengembangkan proses mental induktif dan penalaran akademik atau pembentukan

    teori. Kemampuan-kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.

    b. Model Inkuiri Ilmiah.

    Tokohnya adalah Joseph J. Schwab. Model ini bertujuan mengajarkan sistem

    penelitian dari suatu disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek dalam

    kawasan-kawasan lain (metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya

    meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).

    c. Model Penemuan Konsep

    Tokohnya, Jerome Brunet. Model ini memiliki tujuaan untuk mengembangkan

    penalaran induktif serta perkembangan dan analisis konsep.

    d. Model pertumbuhan Kognitif.

  • Tokohnya, Jean Pieget, Irving sigel, Edmund Sulivan, dan Laawrence

    Kohlberg, tujuannya adalah untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama

    penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan sosial moral.

    e. Model Penata Lanjutan

    Tokohnya, David ausebel. Tujuannya untuk me-ningkatkan efisiensi

    kemampuan pemrosesan informasi guna menyerap dan mengkaitkan bidang-bidang

    pengetahuan.

    f. Model memori

    Tokohnya, harry Lorayne & Jerry Lucas. Model ini bertujuan untuk

    meningkatkan kemampuan mengingat.

    g. model personal

    Model personal (personal family) merupakan rumpun model pembelajaran

    yang menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan

    memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk

    memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya dengan baik, memikul tanggung

    jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini

    memusatkan perhatian keada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan

    kemandirian yang produktif. Sehingga diharapkan manusia menjadi semakin sadar

    diri dan bertanggung jawab atas tujuannya. Adapun tokoh-tokohnya adalah:

    h. Model pengajaran nondirektif.

    Tokohnya, Carl Rogers. Tujuan dari model ini adalah membentuk kemampuan

    untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian,

    dan konsep diri.

    i. Model latihan Kesadaran

    Model latihan Kesadaran Tokohnya adalah fritz Peris dan William schultz

    tujuannya adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan

    kesadaran diri. Banyak me-nekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman

    antarpribadi.

    j. Model Sinektik

    Tokohnya adalah William Gordon model ini bertujuan untuk mengembangkan

    pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.

  • k. Model Sistem-sistem Konseptual Tokohnya adalah, David Hunt tujuannya adalah me-

    ningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi.

    l. Model Pertemuan Kelas Tokohnya adalah William Glasser. Bertujuan untuk

    mengembangkan pemahaman diri sendiri dan kelompok sosial.

    m. Model sosial (social family) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan

    siswa agar memiliki ke-cakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha

    membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam

    realitas sosial. Inti dari sosial model ini adalah konsep sinergi yaitu energi atau tenaga

    (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan

    masyarakat. Dengan menerapkan model sosial, pembelajaran di arahkan pada upaya

    melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima

    fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena

    kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi

    berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan

    mengembangkan serta mengetes hipotesis, oleh karena itu guru, seyogianya

    mengajarkan proses demokratis secara langsung jadi pendidikan harus

    diorganisasikan dengan cara melakukan penelitian bersama (cooperative inquiry)

    terhadap masalah-masalah sosial dan masalah-masalah akademis.

    n. Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral Model of Teaching) dibangun

    atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk

    dapat memecahkan masalah belajaar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah

    yang kecil dan berurutan.

    Strategi Pembelajaran

    Strategi Ekspositori.

    Strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang menitik beratkan pada

    proses penyampaian materi secara verbal dari guru kepada anak didiknya. Tujuan

    strategi yang menerapkan penyampaian materi secara verbal supaya mampu

    menguasai materi pelajaran dari guru sehingga mampu membawa hasil positif yaitu

    prestasi. Strategi ini merupakan salah satu bentuk pendekatan pada proses belajar

    yang berorientasi kepada guru.

  • Strategi Inquiry.

    Didalam strategi ini terdapat beberapa konsep yang harus dilakukan sehingga

    memudahkan proses pembelajaran. Salah satunya adalah strategi pembelajaran iquiry

    SPI merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menitik beratkan pada proses

    pemikiran secara kritis dan analitis untuk menemukan setiap jawaban dari suatu

    pertanyaan.

    Strategi Inquiry Sosial.

    Strategi pembelajaran dari kelompok sosial untuk sekelompok masyarakat.

    Strategi ini bisanya dilakukan pada proses penyuluhan dimana seseorang menjelaskan

    suatu materi dengan cara terjun secara langsung pada masyarakat.

    Metode Pembelajaran

    METODE DISKUSI. Metode diskusi adalah model (metode) pembelajaran yang erat

    hubungannya dengan pemecahan masalah (problem solving).Metode ini sangat bermanfaat

    untuk mendorong siswa berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya dengan bebas,

    melibatkan siswa dalam memecahkan masalah bersama, dan memecahkan masalah

    berdasarkan pertimbangan bersama.Dengan metode ini siswa dapat berlatih berargumen dan

    membuat keputusan.

    METODE DEMONSTRASI. Metode ini adalah metode yang dilakukan dengan membimbing

    siswa memperagakan sesuatu misalnya barang, kejadian, aturan atau urutan dalam melakukan

    suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui media tertentu.Metode ini sangat

    bermanfaat karena menggunakan pendekatan siswa sebagai pusat perhatian, siswa lebih

    melihat pembelajaran secara konkrit, selain itu pembelajaran ini juga melibatkan pengalaman

    dan kesan bagi siswa.

    METODE GABUNGAN. Metode pembelajaran ini merupakan perpaduan dari berbagai

    metode yaitu ceramah dan metode lainnya. Paling tidak ada tiga macam metode pembelajaran

    ini yaitu ceramah plus tanya jawab dan tugas, ceramah plus diskusi dan tugas, ceramah plus

    demonstrasi dan latihan.Metode ini sangat efektif karena melibat lebih dari satu cara. Siswa

    yang memiliki latar belakang berbeda-beda lebih mudah terjangkau dengan pendekatan atau

    metode pembelajaran secara variatif.

  • Teknik Pembelajaran

    Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.

    Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode

    dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.Bungkus dari penerapan

    pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran.

    Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam

    mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah

    pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang

    tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang

    jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu

    digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang

    siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun

    dalam koridor metode yang sama. teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan

    praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.

    3.Strategi Pembelajaran Langsung (direct intruction)

    Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa

    mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah

    model pengajaran langsung (direct intruction). Menurut Arends (2001):A teaching model that is

    aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step

    fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model. Artinya:

  • Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan

    dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan tersebut,

    model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.

    Model pengajaran langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku yang

    berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik.

    Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada

    siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku

    tersebut.

    Arends (1997) menyatakan Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang

    memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek,

    umpan balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan

    perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan

    berorientasi tugas.

    Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati

    secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Oleh karena itu hal

    penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah

    menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model

    pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar

    konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih

    terstruktur.

    Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam

    mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan

    diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan

    pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan

    konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.

    Ciri-ciri pengajaran langsung adalah :

    Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.

    Sintak atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

    Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung belangsung dan

    berhasilnya pengajaran

    Dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur

    secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu

    sering diidentikkan dengan ceramah

  • biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi,

    seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak

    menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ada yang menyebut dengan istilah pengetahuan

    prosedural dan pengetahuan deklaratif, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan

    materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa

    diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan

    kembali materi yang telah diuraikan.

    Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Langsung

    Sebelum diuraikan tahapan (sintaks) model pembelajaran DI ini, terlebih dahulu diuraikan

    beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan model DI ini, yaitu:

    Pertama, rumuskan tujuan yang ingin dicapai. Merumuskan tujuan merupakan langkah

    pertama yang harus dipersiapkan. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk

    perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Dengan demikian,

    melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga

    akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan model ini.

    Kedua, kuasai materi pelajaran dengan baik. Penguasaan materi yang sempurna, akan

    membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan muda mengelola kelas; ia akan bebas

    bergerak; berani menatap siswa; tidak takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu

    jalannya proses pembelajaran.

    Ketiga, kenali medan dan berbagai hal yang dapat memengaruhi proses penyampaian.

    Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang

    dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran.

    Metode-metode yang ada didalamnya

    Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

    kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tersusun secara optimal.Adapun metode-metode dari

    Strategi Pembelajaran Langsung adalah sebagai berikut :

  • 1. Metode Ceramah

    Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metodeini

    senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan

    media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya. Metode ceramah

    merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.

    Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor

    kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam

    proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa,

    mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui

    ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru

    berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk

    mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.

    1. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

    Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan.

    A. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah

    dalam arti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap,

    berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan

    mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak

    terlalu memerlukan persiapan yang rumit.

    B. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran

    yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam

    waktu yang singkat.

    C. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.

    D. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan

    sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.

    E. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya

    kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.

    F. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih

    sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak

  • memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat

    duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.

    Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, di

    antaranya:

    o Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa

    yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab

    apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai

    siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.

    o Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya

    verbalisme.

    o Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap

    sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walau pun secara fisik siswa ada

    di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya

    proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana-mana, atau siswa mengantuk,

    oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.

    o Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah

    mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan

    untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin

    siswa seluruhnya

    Ceramah merupakan metode pembelajaran yang konvensional. Ceramah jika terlalu

    sering digunakan tidak akan efektif. Menurut Suprayekti (2003: 32) metode ceramah perlu

    diperbaiki dalam penerapannya dengan cara :

    a) Membangun daya tarik,

    b) Memaksimalkan pengertian dan ingatan

    c) Melibatkan siswa

    d) Memberikan penguatan.

    Cara untuk membangun minat siswa pada saat guru menerapkan metode ceramah yaitu:

    A) Guru mengemukakan cerita atau visual yang menarik, seperti : anekdot,

    cerita fiksi, kartun, atau media visual yang menarik siswa

    B) Kemukakan suatu masalah

    C) Kemukakan nilai positif dan manfaat

  • D) Berikan pertanyaan yang memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu.

    Metode ceramah dalam penerapannya perlu memaksimalkan pemahaman dan ingatan.

    Adapun cara yang dapat ditempuh untuk memaksimalkan pemahaman dan ingatan, yaitu :

    Memberikan headlines dan kata kunci

    Kemukakan contoh dan analogi

    Gunakan media pembelajaran atau minimal alat bantu visual. Agar

    siswa tidak pasif, maka penerapan metode ceramah perlu melibatkan

    peserta didik.

    Hal tersebut salah satunya dapat ditempuh dengan memberikan tantangan spot.

    Tantangan spot adalah penghentian ceramah secara periodik disertai dengan memberikan

    tantangan kepada siswa untuk memberikan contoh dari konsep yang disajikan. Selain

    penggunaan tantangan spot, pemberian latihan-latihan juga dapat melibatkan siswa dalam

    ceramah. Latihan-latihan yang diberikan diarahkan untuk memperjelas point-point yang telah

    disampaikan dalam cermah.

    Materi yang disampaikan melalu metode ceramah mudah terlupakan. Kondisi tersebut

    perlu diatasi dengan memberikan daya penguat ceramah. Adapun cara untuk memberikan daya

    penguat dalam metode ceramah, yaitu : aplikasi masalah dan review. Aplikasi masalah adalah

    pemberian masalah atau pertanyaan pada siswa untuk diselesaikan dengan memanfaatkan

    informasi yang diberikan pada saat ceramah. Selain itu, penguatan dapat diberikan dengan

    memberikan review. Review dalam hal ini siswa diminta mengulas ceramah yang telah

    disampaikan.

    3. Metode Praktik dan Drill

    Metode praktik dilakukan setelah materi dipelajari atau guru memberikan demonstrasi.

    Metode drill digunakan ketika peserta didik diminta mengulang informasi pada topik-topik

    khusus sampai dapat menguasai topik-topik yang diajarkan. Metode praktik dan drill disebut

    juga metode praktik dan latihan. Metode tersebut diarahkan pada pengulangan (repitisi) untuk

    membantu peserta didik memiliki pemahaman yang lebih baik dan mudah mengingat kembali

    informasi yang sudah disampaikan.

    Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan

    atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang

  • mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpiki, maka hendaknya guru/pengajar

    memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.

    Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis,

    permainan, pembuatan, dan lain-lain.

    Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-

    rumus, dan lain-lain.

    Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul

    peta, dan lain-lain.

    Prinsip dan petunjuk menggunakan metode Drill.

    1. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan

    tertentu.

    2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang

    berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.

    3. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.

    4. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.

    5. Proseslatihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang essensial dan berguna.

    4. Didactic question

    Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi

    langsung yang bersifat two way traffic karena pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan

    siswa.Metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang berpikir siswa dan membimbingnya

    dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan.Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan

    timbal balik secara langsung antara guru dan siswa.

    Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam metode tanya jawab ini antara lain:

    1. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab.

    o Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai

    oleh siswa.

    o Untuk merangsang siswa berfikir.

  • o Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum

    dipahami.

    2. Jenis pertanyaan.

    Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan

    ingatan dan pertanyaan pikiran:

    Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana

    pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan berpangkal

    kepada apa, kapan, di mana, berapa, dan yag sejenisnya.

    Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana

    cara berpikir anak dalam menanggapi suatu persoalan. Biasanya pertanyaan

    ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana.

    3. Tehnik mengajukan pertanyaan.

    Berhasil tidaknya metode tanya jawab, sangat bergantung kepada tehnik

    guru dalam mengajukan pertanyaanya. Metode tanya jawab biasanya dipergunakan

    apabila:

    1) Bermaksud mengulang bahan pelajaran.

    2) Ingin membangkitkan siswa relajar.

    3) Tidak terlalu banyak siswa.

    4) Sebagai selingan metode ceramah.