sps
DESCRIPTION
PARADIGMATRANSCRIPT
-
Paradigma Pembelajaran Sains:
a. Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan,
Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya
modern.Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual
yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan
diingat.Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata.
Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang
dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman
sendiri.sedangkan teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan
terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan
untuk menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut denga bantuan fasilitasi orang
lain.
Dari keterangan diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan
keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan
atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Adapun tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:
1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari
sendiri pertanyaannya.
2. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 4. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori
belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget.Teori ini biasa juga
disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif.Teori belajar
tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap
perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.Setiap tahap perkembangan
intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi
ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan atau
perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
Selanjutnya, Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989:
159) menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui
asimilasi dan akomodasi.Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam
pikiran.Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya
informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Ruseffendi 1988: 133).
Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental yang meliputi pembentukan
-
skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada
sehingga cocok dengan rangsangan itu (Suparno, 1996: 7).
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa dalam
mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Konstruktivisme
ini oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial (Taylor, 1993; Wilson, Teslow dan
Taylor,1993; Atwel, Bleicher & Cooper, 1998).
B. Langkah-Langkah Pembelajaran Kontrutivisme
Identifikasi tujuan. Tujuan dalam pembelajaran akan memberi arah dalam merancang program, implementasi program dan evaluasi.
Menetapkan Isi Produk Belajar. Pada tahap ini, ditetapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika yang mana yang harus dikuasai siswa.
Identifikasi dan Klarifikasi Pengetahuan Awal Siswa. Identifikasi pengetahuan awal siswa dilakukan melalui tes awal, interview klinis dan peta konsep.
Identifikasi dan Klarifikasi Miskonsepsi Siswa. Pengetahuan awal siswa yang telah diidentifikasi dan diklarifikasi perlu dianalisa lebih lanjut untuk
menetapkan mana diantaranya yang telah sesuai dengan konsepsi ilmiah, mana
yang salah dan mana yang miskonsepsi.
Perencanaan Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsep. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk satuan pelajaran.Sedangkan
strategi pengubahan konsepsi siswa diwujudkan dalam bentuk modul.
Implementasi Program Pembelajaran dan Strategi Pengubahan Konsepsi. Tahapan ini merupakan kegiatan aktual dalam ruang kelas. Tahapan ini terdiri
dari tiga langkah yaitu : (a) orientasi dan penyajian pengalaman belajar,
(b)menggali ide-ide siswa, (c) restrukturisasi ide-ide.
Evaluasi. Setelah berakhirnya kegiatan implementasi program pembelajaran, maka dilakukan evaluasi terhadap efektivitas model belajar yang telah
diterapkan.
Klarifikasi dan analisis miskonsepsi siswa yang resisten. Berdasarkan hasil evaluasi perubahan miskonsepsi maka dilakukaan klarifikasi dan analisis
terhadap miskonsepsi siswa, baik yang dapat diubah secara tuntas maupun
yang resisten.
Revisi strategi pengubahan miskonsepsi. Hasil analisis miskonsepsi yang resisten digunakan sebagai pertimbangan dalam merevisi strategi pengubahan
konsepsi siswa dalam bentuk modul.
C. Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme
1) Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglibatan dalam dunia sebenar
2) Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.
3) Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan murid
4) Mengambil kira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide 5) Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid 6) Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru
-
7) Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.
8) Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian dan eksperimen.
D. Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam
belajar mengajar adalah:
o Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri o Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan
keaktifan murid sendiri untuk menalar
o Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah
o Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.
o Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa o Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan o Mmencari dan menilai pendapat siswa o Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa o Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktiff o Tekanan proses belajar terletak pada siswa belajar; o Mengajar adalah membantu siswa belajar ; o Penekanan dalam proses belajar lebih kepada proses bukan hasil akhir ; o Kuriklum menekankan parisipasi siwa; o Guru adalh fasilisisatoR
E. Keunggulan dan Kelemahan Model Konstrutivisme
Keunggulan Model kontruktivisme
1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
2. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan
disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan
mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena,
sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang
fenomena yang menantang siswa.
3. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif,
mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada
saat yang tepat.
4. pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal
maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai
strategi belajar.
-
5. Pembelajaran Konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan
siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6. Pembelajaran Konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Kelemahan Model Konstruktivisme
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat
dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang
begitu mendukung
Dimeni Pembelajaran Tradisional Pembelajaran
kontruktivisme
Ruang lingkup
pembelajara
Disajikan secara terpisah
bagian perbagian dengan
penekanan pada pencapaian
ketrampilan dasar
Disajikan secara utuh
dengan penjelasan tentang
keterkaitan antar bagian,
dengan penekana
Kurikulum Harus diikuti sampai habis Pertanyaan dan konstruksi
jawaban siswa adalah
penting
Kegiatan pembelajran Berdasarkan buku teks
yang sudah di temukan
Berdasarkan beragam
sumber informasi primr dan
materi-materi yang dapat di
manipulasi langsung oleh
siswa
Keduduka siswa Dilihat sebagai sumber
kosong tempat
ditumpahkanya semua
pengetahuan dari guru
Siswa dilihat sebagai
pemikir yang mampu
menghasilkan teori-teori
tentang dunia dan
kehidupan
Dimensi Pembelajaran tradisional Pembelajaran
kontruktivisme
Guru mengajar dan
menyebarakan iformasi
keilmuwan kepada siswa
Guru yang berdsikap
interaktif dalam
pembelajaran, menjadi
fasilisator dan menjadi
fasilisator
Penyelesaian masalah
pembelajaran
Se;lalu mencari jawaban
yang benar untk
memvelidasi proses belajar
siswa
Guru mencoba presepsi
siswa agar dapat melihat
pola pikir siswa dan apa
yang di peroleh siswa untuk
pembelajaran selanjutnya
Penilaain proses
pembeljaran
Merupakan bagian yang
terpisah dari pembelajaran
Merupakan bagian integral
dalam pembelajaran,
-
dan dilakukan hamper
selalu dalam benuk
tes/ujian
dilakukan melalui observasi
guru terhadap hasil kerja
melalui pameran karya
siswa dan portopolio
Aktivitas belajar siswa Siswa lebihbanyak belajar
sendiri
Lebihbanyak belajar dalam
kelompok
b. Pembelajaran kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa.Dan juga
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupam mereka sehari-hari.
c. Learning Cycle
d. Paikembrot PAILKEM merupakan sinonim dari Pembelajaran Aktif, Inovatif,
Lingkungan,Kreatif, Efektif dan Menarik. Pembelajaran ini menitik beratkan pada hal:
Pengorganisasian materi pembelajaran
Menyampaikan atau menggunakan metode belajar
Mengelola pembelajaran yang dikehendaki oleh ilmuan pembelajaran selama ini\
Pembelajaran yang Aktif Pembelajaran yang aktif ini bukanlah tujuan dari pembelajaran akan tetapi
merupakan salh satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk mengoptimalkan
proses pmbelajaran. Yaitu dengan cara memposisikan guru sebagai orang yang
menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar,
sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus berperan aktif dalam proses
pembelajaran
Pembelajaran yang Inovatif Pembelajaran inovaatif merupakan strategi pembelajaran yang mendorong
aktivitas belajar. Yaitu dalam pembelajaran terjadi hal-hal baru buakn saja oleh
guru sebagai fasilitator belajar, tetapi oleh siswa sebagai peserta belajar. Guru
tidak hanya terikaat oleh materi dalam buku, akan tetapi guru dapat memberika
contoh nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari dan menerapkan temuan-
temuan terbaru.
Pembelajaran yang menggunakan Lingkungan Pembelajaran yang menggunakan lingkungan adalah slaha satu strategi
yang mendorong siswa agar belajar tidak hanya selalu bergantung pada buku atau
pedoman lainnya. Bahwa belajar dapat terjadi karena bantuan lingkungan yang
berangkat dari pemikiran kontekstual siswa. Dan dari pembelajaran ini,
diharapkan siswa dapat menguasai dan belajar dari lingkungan.
Pembelajaran yang Kreatif Pembelajaran yang Kreatif merupakan strategi pembelajaran yang
-
bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Siswa lebih bebas
mengembankan ide-ide yang dimiliki.
Pembelajaran yang Efektif Siswa belajarsejumlah potensi, lalu dikembangkan melalui kompetensi
yangtela diciptakan agar tercapai tujuan pembelajaran.
Pembelajaran yang Menarik Muara semua streategi yang digunakan dalam pembelajaran adalah cara
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang belajar.
Pembelajaran menarik adalah cara mengemas kegiatan belajar mengajar agar
mudah diterima oleh siswa lewat pemhamannyya.
E. Mastery Learning
Belajar tuntas (mastery learning) adalah filosofi pembelajaran yang berdasar pada
anggapan bahwa semua siswa dapat belajar bila diberi waktu yang cukup dan kesempatan
belajar yang memadai. Selain itu, dipercayai bahwa siswa dapat mencapai penguasaan
akan suatu materi bila standar kurikulum dirumuskan dan dinyatakan dengan jelas,
penilaian mengukur dengan tepat kemajuan siswa dalam suatu materi, dan pembelajaran
berlangsung sesuai dengan kurikulum. Dalam metoda belajar tuntas, siswa tidak berpindah
ke tujuan belajar selanjutnya bila ia belum menunjukkan kecakapan dalam materi
sebelumnya.
Belajar tuntas berdasar pada beberapa premis, diantaranya:
Semua individu dapat belajar
Orang belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda
Dalam kondisi belajar yang memadai, dampak dari perbedaan individu hampir tidak
ada
Kesalahan belajar yang tidak dikoreksi menjadi sumber utama kesulitan belajar.
Kurikulum belajar tuntas biasanya terdiri dari beberapa topik berbeda yang mulai
dipelajari oleh para siswa secara bersamaan. Siswa yang tidak menyelesaikan suatu topik
dengan memuaskan diberi pembelajaran tambahan sampai mereka berhasil. Siswa yang
menguasai topik tersebut lebih cepat akan dilibatkan dalam kegiatan pengayaan sampai
semua siswa dalam kelas tersebut bisa melanjutkan ke topik lainnya secara bersama-
sama. Dalam lingkungan belajar tuntas, guru melakukan berbagai teknik pembelajaran,
dengan pemberian umpan balik yang banyak dan spesifik menggunakan tes diagnostik,
tes formatif, dan pengoreksian kesalahan selama belajar. Tes yang digunakan di dalam
metoda ini adalah tes berdasarkan acuan kriteria dan bukan atas acuan norma.
Menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas dapat disebutkan sebagai berikut :
1. Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (mastery learning).
2. Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang baik bagi siswa.
3. Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam.
4. Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa dan belajar.
-
5. Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian akhir
(posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran.
6. Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu
7. dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan efisien. 8. Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus bagi
materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan criteria referenced test bukannya norm referenced test.
Ciri-ciri belajar/mengajar dengan prinsip Belajar Tuntas
Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/mengajar dengan
prinsip belajar tuntas, yaitu :
1. Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dahulu
2. Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya
3. Menggunakan prinsip belajar siswa aktif 4. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil 5. Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria, agar
guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan
6. Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.
Variabel-variabel Belajar Tuntas 1. Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang
cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran
2. Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif
dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap
langkah instruksional.
3. Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar dan mempertahankan
kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran.Kualitas
pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan
unsure-unsur tugas belajar
4. Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang
ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atu pokok bahasan yang
berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.
Dua permasalahan yang sering muncul dalam pelaksanaan belajar tuntas:
Pertama, pengelompokan dan pengaturan jadwal bisa memunculkan kesukaran.
Guru sering merasa lebih mudah meminta siswa untuk belajar dalam kecepatan
tetap dan menyelesaikan tugas dalam waktu tertentu dibandingkan bila ada variasi
yang besar dalam kegiatan di suatu kelas.
Kedua, karena siswa yang lambat memerlukan waktu yang lebih banyak dalam
standar minimum, siswa yang cepat akan terpaksa menunggu untuk maju ke
tingkat yang lebih tinggi.
-
Permasalahan-permasalahan tersebut bukannya tidak bisa diatasi karena bisa
diatur pemberian perhatian yang bersifat perorangan, menetapkan standar yang tinggi
tapi bisa dicapai, dan menyediakan materi tambahan bagi siswa yang belajar dengan
cepat.
F. Thematic Learning
Belajar tematik adalah suatu kegiatam belajar terpadu yang dirancang berdasarkan
ide pokok (tema), yang mengaitkan beberapa bidang studi dengan tema yang sama
sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik. Pappas
yang dikutip oleh Anitah (2007) mengatakan bahwa pembelajaran tematik adalah
pembelajaran yang digunakan guru untuk mendorong keaktifan siswa dalam kegiatan
yang difokuskan dalam satu topik (tema) yang disenangi siswa. Belajar tematik disajikan
secara utuh dan menyeluruh bukan dari bagian-bagian yang terpisah.
Prinsip-prinsip belajar tematik:
Kegiatan pembelajaran dipusatkan pada satu tema sentral
Mengkombinasikan struktur, urutan, dan strategi yang diorganisasikan dengan baik
Mencerminkan pola berpikir, tujuan, dan konsep umum bidang ilmu
Dalam pembelajaran bahasa, unit tematik merupakan suatu kerangka isi pembelajaran
bahasa secara keseluruhan.
Karakteristik pembelajaran tematik
Berpusat pada siswa
Memberikan pengalaman langsung kepada siswa dengan objek yang nyata untuk
menilai dan memanipulasinya
Pemisahan mata pelajaran tidak begitu ketara
Menciptakan kegiatan yang disesuaikan dengan minat siswa secara umum
Menyajikan konsep lintas mata pelajaran
Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa berdasarkan
pengalaman sebelumnya
Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Memberikan kesempatan bermain untuk mengungkapkan pengalaman ke dalam
pengertian
Perlunya belajar tematik di SD
Siswa SD kelas awal (1,2, dan 3) masih melihat segala sesuatu secara utuh, sehingga
pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman
nyata yang dialaminya.
Siswa SD kelas awal (1,2, dan 3) ingin mengembangkan semua unsur kecerdasannya
sehingga konsep multiple inteligent juga harus dilembangkan
Kenyataan hidup sehari-hari dengan wujud fakta yang utuh dan tematis
Lebih lebih mudah mengajar satu konsep yang utuh, karena guru SD adalah guru
kelas.
Manfaat belajar tematik
Mengurangi tumpang tindih materi antar mata pelajaran
Menghadapkan siswa pada suasana yang realistik
Membantu siswa melihat hubungan antara ide dan konsep
-
Memberi kesempatan kepada siswa untuk membentuk sendiri latar belakang
informasi dalam membentuk pengetahuan baru
Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai
proses dan materi yang tidak terpisah-pisah
Dengan lintas pelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap apa yang
dipelajari
G. Keterampilan Proses
Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan
mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk
mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Pendekatan keterampilan
proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan
intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat
langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi
pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi
ilmuwan. Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses dilaksanakan dengan
maksud karena IPA merupakan alat yang potensial untuk membantu mengembangkan
kepribadian siswa. Kepribadian yang berkembang merupakan prasyarat untuk melangkah
ke profesi apapun yang diminati siswa (Popy dkk, 2009:1).
Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang
digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar
yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila
akan melakukan penelitian (Popy dkk, 2009:2).
Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan
secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.
Dengan demikian Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan yang diterapkan
dalam pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan kemudian mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan memperoleh
pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau kemampuan
olah perbuatan (fisik) (Popy dkk, 2009:2).
Untuk mengajarkan keterampilan proses, siswa benar-benar melakukan
pengamatan, pengukuran, pemanipulasian variabel dan sebagainya. Ringkasnya, siswa
bertindak sebagai ilmuwan. Oleh karena itu pendekatan ini lebih banyak melibatkan siswa
dengan obyek-obyek konkrit, yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan keterampilan proses
memberi siswa pemahaman yang valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati
keasyikan sains dan dapat lebih baik memahami fakta-fakta dan konsep-konsep. Siswa
diberi kesempatan untuk belajar sambil berbuat, menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting
kecakapan hidup.
Pendekatan keterampilan proses menekankan bagaimana siswa belajar, bagaimana
mengelola perolehannya, sehingga mudah dipahami dan digunakan dalam kehidupan di
masyarakat. Dalam proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh pengalaman
dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih kemampuan-
kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi
kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuannya yang baru diperolehnya. Dengan
mengembangkan keterampilan-keterampilan memproseskan perolehan anak akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan
mengembangkan sikap ilmiah dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-
-
keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep
(Trianto: 2010)
Langkah-langkah pelaksanaan keterampilan proses antara lain:
1. Mengamati, keterampilan mengumpulkan data atau informasi melalui penerapan
dengan indera.
2. Menggolongkan (mengklasifikasikan), yaitu keterampilan menggolongkan benda,
kenyataan, konsep, nilai atau kepentingan tertentu. Untuk membuat penggolongan
perlu ditinjau persamaan atau perbedaan antara benda, kenyataan atau konsep sebagai
dasar penggolongan.
3. Menafsirkan (menginterpretasikan), yaitu keterampilan menafsirkan sesuatu berupa
benda, kenyataan, peristiwa konsep dan informasi yang telah dikumpulkan melalui
pengamatan, perhitungan, penelitian atau eksperimen.
4. Meramalkan, yaitu mengantisipasi atau menyimpulkan suatu hal yang akan terjadi
pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan atas kecenderungan atau pola
tertentu atau hubungan antar data atau informasi. Misalnya berdasarkan pengalaman
tentang keadaan cuaca sebelumnya, apabila mendung pasti akan terjadi hujan atau
sebaliknya. Siswa dapat meramalkan keadaan cuaca yang akan terjadi. Meramal tidak
sama dengan menebak. Menebak adalah memperkirakan suatu hal tanpa berdasarkan
data atau informasi yang ada.
5. Menerapkan, yaitu menggunakan hasil belajar berupa informasi, kesimpulan, konsep,
hokum, teori dan keterampilan. Melalui penerapan, hasil belajar dapat dimanfaatkan,
diperkuat, dikembangkan atau dihayati.
6. Merencanakan penelitian, yaitu keterampilan yang amat penting karena menentukan
berhasil-tidaknya penelitian. Keterampilan ini perlu dilatih, Karena selama ini pada
umumnya kurang diperhatikan dan kurang terbina. Pada tahap ini ditentukan masalah
atau objek yang akan diteliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian, sumber data atau
informasi, cara analisis, alat dan bahan atau sumber kepustakaan yang diperlukan.
Jumlah orang yang terlibat, langkah-langkah pengumpulan dan pengolahan data atau
informasi, serta tata cara melakukan penelitian.
H. Lesson Study Lesson study merupakan upaya terencana dan berkelanjutan untuk melakukan
kajian terhadap proses belajar mengajar seorang guru, untuk kepentingan perbaikan
atau peningkatan efektivitas pembelajaran bagi guru itu, yang secara kolegial
bermanfaat untuk kepentingan perbaikan dan peningkatan efektivitas pembelajaran
bagi guru-guru yang lain di sekolah atau di lingkungannya.
Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study Secara singkat, lesson study dapat dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
Pertama, adakanlah semacam pertemuan kompok guru yang menyadari
pentingnya upaya untuk meningkatkan kompetensinya dalam pelaksanaan
pembelajaran mata pelajaran tertentu. Pertemuan kelompok guru ini menyepakati
beberapa hal, misalnya: (1) proses pembelajaran dalam pokok bahasan apa, mata
pelajaran apa, dan kelas berapa, yang akan dikaji melalui lesson study; (2) siapa yang
akan bertindak sebagai guru penyaji yang akan melaksanakan proses pembelajaran,
(3) siapa saja guru yang bertindak menjadi pengamat dalam kegiatan lesson study
tersebut. Untuk ini, guru penyaji harus memiliki kesadaran mau membuka proses
-
pembelajaran untuk diamati para guru yang lain, dengan tujuan utama mengetahui
efektivitas proses pembelajaran, bukan mencari-cari kesalahannya.
Kedua, jika rencana tersebut sudah matang, dalam pertemuan tersebut dapat
dilanjutkan dengan mencoba membuat lesson plan atau Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) bersama. Kalau tidak dalam pertemuan tersebut, dapat dilakukan
pertemuan berikutnya. Guru calon penyaji mencoba membuat konsep RPP, dan
kemudian disampaikan kepada kelompok guru tersebut, untuk memperoleh tanggapan
dan usulan perbaikan. Kedua tahapan ini disebut sebagai tahapan PLAN.
Ketiga, jika rencana sudah matang, maka tahapan berikutnya adalah proses
pelaksanaan pembelajaran. Guru penyaji melaksanakan proses pembelajaran di kelas
sebagaimana guru ini melaksanakan pembelajaran sebagaimana yang biasa dilakukan.
Dalam proses pelaksanaan pembelajaran ini, para pengamat mengamati proses
pembelajaran, mulai dari membuka pelajaran, sampai dengan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode dan media atau alat bantu pembelajaran,
dan akhirnya sampai dengan menutup pembelajaran. Para pengamat melakukan
pengamatan dan mencatatnya secara cermat. Dalam lesson study, tahapan ini dikenal
sebagai tahapan DO.
Ketiga, setelah selesai tahapan ketiga, para guru mengadakan pertemuan
berikutnya untuk mendiskusikan hasil pengamatan dari guru-guru yang lain. Dalam
diskusi ini, sudah barang tentu akan disampaikan tentang apa kelebihan yang telah
dilakukan oleh guru penyaji, di samping kemungkinan kekurangan-kekurangan,
bahkan kesalahan-kesalahan fatal yang telah dilakukan guru penyaji. Dalam
pertemuan ini, para guru dapat mengambil kesimpulan tentang praktik-praktik terbaik
yang telah dilakukan oleh guru penyaji, selain kemungkinan juga kekurangan-
kekurangannya. Hasil kesimpulan ini sebaiknya disusun secara tertulis, dan
kemudian disebarluaskan kepada guru-guru yang lain, terutama yang menjadi penyaji
dan pengamat dalam kegiatan lesson study tersebut. Sudah barang tentu, kesimpulan
ini akan menjadi produk bersama yang amat bermanfaat untuk meningkatkan
kompetensi para guru. Tahapan ketiga lesson study ini dikenal dengan tahapan SEE.
Ketiga tahapan lesson study ini dapat direplikasi ke dalam tahapan berikutnya,
misalnya jika terhadap saran-saran yang penting untuk memperbaiki proses
pembelajaran tersebut. Oleh karena itu dalam pertemuan tersebut dapat disepakati
misalnya memperbaiki RPP, atau dipilih atau disepakati guru penyaji yang lain untuk
menyajikan pembelajaran, atau juga disepakati akan dilaksanakan di kelas atau
sekolah yang lain. Jikalau keputusannya demikian, maka lessson study dapat
dilaksanakan dalam tahapan replikasi berikutnya dengan ketiga tahapan berikutnya,
dengan tahapan yang mendahului, yakni tahapan REVISI. Dengan demikian, jika
tahapan lesson study dilakukan dalam tiga tahapan, yakni (1) PLAN, (2) DO, dan (3)
SEE, maka lesson study juga dapat dilaksanakan dalam enam tahapan, yakni: (1)
PLAN, (2) DO, (3) SEE, (4) REVISED PLAN, (5) DO, (6) SEE.
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan kompetensi guru merupakan upaya berkelanjutan, selaras dengan
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana profesi
yang lain, katakanlah profesi kedokteran, para dokter harus telah meningkatkan
kompetensinya secara terus menerus mengikuti kemajuan dan perkembangan dalam
ilmu kedokteran. Demikian juga guru. Guru yang tidak pernah mau berusaha
meningkatkan kompetensinya akan menjadi guru yang beku. Peningkatan kompetensi guru merupakan amanat UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Upaya peningkatan guru bukan hanya kegiatan sesaat, tetapi
-
lebih merupakan kegiatan berkelanjutan, yang dilaksanakan sesuai dengan konsep
continuing professsional development (CPD). Salah satu kegiatan yang sangat tepat
untuk dapat dimasukkan dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tidak lain dan tidak bukan adalah lesson
study. Mengapa? Karena dengan lesson study, para guru akan melakukan proses
pembelajaran secara kolegial dan bersama-sama untuk meningkatkan kompetensinya.
Ada beberapa hal penting lain yang dapat diperoleh melalui kegiatan lesson study.
Pertama, para guru akan lebih terbuka dengan dunia luar. Ruang kelasnya
tidak dikunci sendiri untuk tidak boleh menerima guru lain untuk melihat apa saja
yang dilakukan guru itu setiap hari kerja dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakannya. Guru itu, juga perlu melihat apa yang dilakukan koleganya dalam
proses pembelajaran.
Kedua, para guru akan saling belajar dan saling bekerjasama dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajarannya melalui peningkatan pemahaman
bukan hanya tentang materi, tetapi juga metode, media dan alat bantu pembelajaran,
tetapi juga teknik penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian, fokus kegiatan lesson study adalah kajian pembelajaran sehingga dapat
menemukan praktik terbaik (best practices), berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang diamati dalam beberapa tahapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Ketiga, dengan praktik terbaik tersbut, para guru akan dilatih untuk dapat
mencoba untuk menghasilkan inovasi baru dalam pembelajaran, melalui usulan
tentang saran perbaikan yang diberikan oleh koleganya, juga melalui kreativitas-
kreativitas yang kemudian muncul dalam praktik pembelajaran.
Keempat, hasil akhir yang diharapkan dapat diperoleh melalui lesson study ini
adalah proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, yang dengan demikian
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa (student achievement).
i.Miskonsepsi
Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (1992: 1) menyatakan bahwa, model mengajar merupakan
model belajar, dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan
atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan
ide diri sendiri. Selain itu, mereka juga mengajarkan bagaimana mereka belajar.
Model pemrosesan informasi (information Procesisng Models) menjelaskan
bagaimana cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan
cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep dan
rencana pemecahan masalah serta penggunaan simbol-simbol verbal dan non verbal.
Model ini memberikan kepada pelajar sejumlah konsep, pengetesan hipotesis, dan
memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan
informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia
-
dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu model ini potensial untuk
digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan sosial disamping
yang berdimensi intelektual.
Adapun model-model pemrosesan menurut Tom Final din terdiri atas:
a. Model berfikir Induktif.
Tokohnya adalah Hilda Taba. Tujuan dari model ini adalah untuk
mengembangkan proses mental induktif dan penalaran akademik atau pembentukan
teori. Kemampuan-kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.
b. Model Inkuiri Ilmiah.
Tokohnya adalah Joseph J. Schwab. Model ini bertujuan mengajarkan sistem
penelitian dari suatu disiplin tetapi juga diharapkan untuk mempunyai efek dalam
kawasan-kawasan lain (metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya
meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial).
c. Model Penemuan Konsep
Tokohnya, Jerome Brunet. Model ini memiliki tujuaan untuk mengembangkan
penalaran induktif serta perkembangan dan analisis konsep.
d. Model pertumbuhan Kognitif.
-
Tokohnya, Jean Pieget, Irving sigel, Edmund Sulivan, dan Laawrence
Kohlberg, tujuannya adalah untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama
penalaran logis, tetapi dapat pula diterapkan pada perkembangan sosial moral.
e. Model Penata Lanjutan
Tokohnya, David ausebel. Tujuannya untuk me-ningkatkan efisiensi
kemampuan pemrosesan informasi guna menyerap dan mengkaitkan bidang-bidang
pengetahuan.
f. Model memori
Tokohnya, harry Lorayne & Jerry Lucas. Model ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan mengingat.
g. model personal
Model personal (personal family) merupakan rumpun model pembelajaran
yang menekankan kepada proses pengembangan kepribadian individu siswa dengan
memperhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan sengaja diusahakan untuk
memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya dengan baik, memikul tanggung
jawab, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Model ini
memusatkan perhatian keada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan
kemandirian yang produktif. Sehingga diharapkan manusia menjadi semakin sadar
diri dan bertanggung jawab atas tujuannya. Adapun tokoh-tokohnya adalah:
h. Model pengajaran nondirektif.
Tokohnya, Carl Rogers. Tujuan dari model ini adalah membentuk kemampuan
untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian,
dan konsep diri.
i. Model latihan Kesadaran
Model latihan Kesadaran Tokohnya adalah fritz Peris dan William schultz
tujuannya adalah meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan
kesadaran diri. Banyak me-nekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman
antarpribadi.
j. Model Sinektik
Tokohnya adalah William Gordon model ini bertujuan untuk mengembangkan
pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.
-
k. Model Sistem-sistem Konseptual Tokohnya adalah, David Hunt tujuannya adalah me-
ningkatkan kekompleksan dan keluwesan pribadi.
l. Model Pertemuan Kelas Tokohnya adalah William Glasser. Bertujuan untuk
mengembangkan pemahaman diri sendiri dan kelompok sosial.
m. Model sosial (social family) menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan
siswa agar memiliki ke-cakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha
membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam
realitas sosial. Inti dari sosial model ini adalah konsep sinergi yaitu energi atau tenaga
(kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan
masyarakat. Dengan menerapkan model sosial, pembelajaran di arahkan pada upaya
melibatkan peserta didik dalam menghayati, mengkaji, menerapkan dan menerima
fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena
kerjasama, membimbing para siswa mendefinisikan masalah, mengeksplorasi
berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan
mengembangkan serta mengetes hipotesis, oleh karena itu guru, seyogianya
mengajarkan proses demokratis secara langsung jadi pendidikan harus
diorganisasikan dengan cara melakukan penelitian bersama (cooperative inquiry)
terhadap masalah-masalah sosial dan masalah-masalah akademis.
n. Model sistem perilaku dalam pembelajaran (behavioral Model of Teaching) dibangun
atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing untuk
dapat memecahkan masalah belajaar melalui penguraian perilaku kedalam jumlah
yang kecil dan berurutan.
Strategi Pembelajaran
Strategi Ekspositori.
Strategi ini merupakan strategi pembelajaran yang menitik beratkan pada
proses penyampaian materi secara verbal dari guru kepada anak didiknya. Tujuan
strategi yang menerapkan penyampaian materi secara verbal supaya mampu
menguasai materi pelajaran dari guru sehingga mampu membawa hasil positif yaitu
prestasi. Strategi ini merupakan salah satu bentuk pendekatan pada proses belajar
yang berorientasi kepada guru.
-
Strategi Inquiry.
Didalam strategi ini terdapat beberapa konsep yang harus dilakukan sehingga
memudahkan proses pembelajaran. Salah satunya adalah strategi pembelajaran iquiry
SPI merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menitik beratkan pada proses
pemikiran secara kritis dan analitis untuk menemukan setiap jawaban dari suatu
pertanyaan.
Strategi Inquiry Sosial.
Strategi pembelajaran dari kelompok sosial untuk sekelompok masyarakat.
Strategi ini bisanya dilakukan pada proses penyuluhan dimana seseorang menjelaskan
suatu materi dengan cara terjun secara langsung pada masyarakat.
Metode Pembelajaran
METODE DISKUSI. Metode diskusi adalah model (metode) pembelajaran yang erat
hubungannya dengan pemecahan masalah (problem solving).Metode ini sangat bermanfaat
untuk mendorong siswa berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya dengan bebas,
melibatkan siswa dalam memecahkan masalah bersama, dan memecahkan masalah
berdasarkan pertimbangan bersama.Dengan metode ini siswa dapat berlatih berargumen dan
membuat keputusan.
METODE DEMONSTRASI. Metode ini adalah metode yang dilakukan dengan membimbing
siswa memperagakan sesuatu misalnya barang, kejadian, aturan atau urutan dalam melakukan
suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui media tertentu.Metode ini sangat
bermanfaat karena menggunakan pendekatan siswa sebagai pusat perhatian, siswa lebih
melihat pembelajaran secara konkrit, selain itu pembelajaran ini juga melibatkan pengalaman
dan kesan bagi siswa.
METODE GABUNGAN. Metode pembelajaran ini merupakan perpaduan dari berbagai
metode yaitu ceramah dan metode lainnya. Paling tidak ada tiga macam metode pembelajaran
ini yaitu ceramah plus tanya jawab dan tugas, ceramah plus diskusi dan tugas, ceramah plus
demonstrasi dan latihan.Metode ini sangat efektif karena melibat lebih dari satu cara. Siswa
yang memiliki latar belakang berbeda-beda lebih mudah terjangkau dengan pendekatan atau
metode pembelajaran secara variatif.
-
Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode
dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.Bungkus dari penerapan
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran.
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu
digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang
siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun
dalam koridor metode yang sama. teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan
praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
3.Strategi Pembelajaran Langsung (direct intruction)
Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa
mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah
model pengajaran langsung (direct intruction). Menurut Arends (2001):A teaching model that is
aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step
fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model. Artinya:
-
Sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan
dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan tersebut,
model yang digunakan dinamakan model pengajaran langsung.
Model pengajaran langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku yang
berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik.
Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada
siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku
tersebut.
Arends (1997) menyatakan Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang
memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek,
umpan balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan
perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan
berorientasi tugas.
Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati
secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Oleh karena itu hal
penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah
menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model
pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar
konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih
terstruktur.
Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam
mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan
diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan
pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan
konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.
Ciri-ciri pengajaran langsung adalah :
Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
Sintak atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung belangsung dan
berhasilnya pengajaran
Dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur
secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu
sering diidentikkan dengan ceramah
-
biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi,
seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak
menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ada yang menyebut dengan istilah pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif, tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan
materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa
diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan
kembali materi yang telah diuraikan.
Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Langsung
Sebelum diuraikan tahapan (sintaks) model pembelajaran DI ini, terlebih dahulu diuraikan
beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan model DI ini, yaitu:
Pertama, rumuskan tujuan yang ingin dicapai. Merumuskan tujuan merupakan langkah
pertama yang harus dipersiapkan. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk
perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Dengan demikian,
melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga
akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan model ini.
Kedua, kuasai materi pelajaran dengan baik. Penguasaan materi yang sempurna, akan
membuat kepercayaan diri guru meningkat, sehingga guru akan muda mengelola kelas; ia akan bebas
bergerak; berani menatap siswa; tidak takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu
jalannya proses pembelajaran.
Ketiga, kenali medan dan berbagai hal yang dapat memengaruhi proses penyampaian.
Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang
dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran.
Metode-metode yang ada didalamnya
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tersusun secara optimal.Adapun metode-metode dari
Strategi Pembelajaran Langsung adalah sebagai berikut :
-
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metodeini
senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat dan
media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya. Metode ceramah
merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.
Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor
kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru biasanya belum merasa puas manakala dalam
proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa,
mereka akan belajar manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui
ceramah, sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru
berarti tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
1. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah
Ada beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa ceramah sering digunakan.
A. Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah
dalam arti proses ceramah tidak memerlukan peralatan-peralatan yang lengkap,
berbeda dengan metode yang lain seperti demonstrasi atau peragaan. Sedangkan
mudah, memang ceramah hanya mengandalkan suara guru, dengan demikian tidak
terlalu memerlukan persiapan yang rumit.
B. Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas. Artinya, materi pelajaran
yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam
waktu yang singkat.
C. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi yang perlu ditonjolkan.
D. Artinya, guru dapat mengatur pokok-pokok materi yang mana yang perlu ditekankan
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai.
E. Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh karena sepenuhnya
kelas merupakan tanggung jawab guru yang memberikan ceramah.
F. Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat diatur menjadi lebih
sederhana. Ceramah tidak memerlukan setting kelas yang beragam, atau tidak
-
memerlukan persiapan-persiapan yang rumit. Asal siswa dapat menempati tempat
duduk untuk mendengarkan guru, maka ceramah sudah dapat dilakukan.
Di samping beberapa kelebihan di atas, ceramah juga memiliki beberapa kelemahan, di
antaranya:
o Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa
yang dikuasai guru. Kelemahan ini memang kelemahan yang paling dominan, sebab
apa yang diberikan guru adalah apa yang dikuasainya, sehingga apa yang dikuasai
siswa pun akan tergantung pada apa yang dikuasai guru.
o Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat mengakibatkan terjadinya
verbalisme.
o Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap
sebagai metode yang membosankan. Sering terjadi, walau pun secara fisik siswa ada
di dalam kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya
proses pembelajaran; pikirannya melayang ke mana-mana, atau siswa mengantuk,
oleh karena gaya bertutur guru tidak menarik.
o Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah
mengerti apa yang dijelaskan atau belum. Walaupun ketika siswa diberi kesempatan
untuk bertanya, dan tidak ada seorang pun yang bertanya, semua itu tidak menjamin
siswa seluruhnya
Ceramah merupakan metode pembelajaran yang konvensional. Ceramah jika terlalu
sering digunakan tidak akan efektif. Menurut Suprayekti (2003: 32) metode ceramah perlu
diperbaiki dalam penerapannya dengan cara :
a) Membangun daya tarik,
b) Memaksimalkan pengertian dan ingatan
c) Melibatkan siswa
d) Memberikan penguatan.
Cara untuk membangun minat siswa pada saat guru menerapkan metode ceramah yaitu:
A) Guru mengemukakan cerita atau visual yang menarik, seperti : anekdot,
cerita fiksi, kartun, atau media visual yang menarik siswa
B) Kemukakan suatu masalah
C) Kemukakan nilai positif dan manfaat
-
D) Berikan pertanyaan yang memotivasi siswa untuk memiliki rasa ingin tahu.
Metode ceramah dalam penerapannya perlu memaksimalkan pemahaman dan ingatan.
Adapun cara yang dapat ditempuh untuk memaksimalkan pemahaman dan ingatan, yaitu :
Memberikan headlines dan kata kunci
Kemukakan contoh dan analogi
Gunakan media pembelajaran atau minimal alat bantu visual. Agar
siswa tidak pasif, maka penerapan metode ceramah perlu melibatkan
peserta didik.
Hal tersebut salah satunya dapat ditempuh dengan memberikan tantangan spot.
Tantangan spot adalah penghentian ceramah secara periodik disertai dengan memberikan
tantangan kepada siswa untuk memberikan contoh dari konsep yang disajikan. Selain
penggunaan tantangan spot, pemberian latihan-latihan juga dapat melibatkan siswa dalam
ceramah. Latihan-latihan yang diberikan diarahkan untuk memperjelas point-point yang telah
disampaikan dalam cermah.
Materi yang disampaikan melalu metode ceramah mudah terlupakan. Kondisi tersebut
perlu diatasi dengan memberikan daya penguat ceramah. Adapun cara untuk memberikan daya
penguat dalam metode ceramah, yaitu : aplikasi masalah dan review. Aplikasi masalah adalah
pemberian masalah atau pertanyaan pada siswa untuk diselesaikan dengan memanfaatkan
informasi yang diberikan pada saat ceramah. Selain itu, penguatan dapat diberikan dengan
memberikan review. Review dalam hal ini siswa diminta mengulas ceramah yang telah
disampaikan.
3. Metode Praktik dan Drill
Metode praktik dilakukan setelah materi dipelajari atau guru memberikan demonstrasi.
Metode drill digunakan ketika peserta didik diminta mengulang informasi pada topik-topik
khusus sampai dapat menguasai topik-topik yang diajarkan. Metode praktik dan drill disebut
juga metode praktik dan latihan. Metode tersebut diarahkan pada pengulangan (repitisi) untuk
membantu peserta didik memiliki pemahaman yang lebih baik dan mudah mengingat kembali
informasi yang sudah disampaikan.
Metode latihan pada umumnya digunakan untuk memeperoleh suatu ketangkasan
atau keterampilan dari apa yang telah dipelajari. Mengingat latihan ini kurang
-
mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpiki, maka hendaknya guru/pengajar
memperhatikan tingkat kewajaran dari metode Drill.
Latihan, wajar digunakan untuk hal-hal yang bersifat motorik, seperti menulis,
permainan, pembuatan, dan lain-lain.
Untuk melatih kecakapan mental, misalnya perhitungan penggunaan rumus-
rumus, dan lain-lain.
Untuk melatih hubungan, tanggapan, seperti penggunaan bahasa, grafik, simbul
peta, dan lain-lain.
Prinsip dan petunjuk menggunakan metode Drill.
1. Siswa harus diberi pengertian yang mendalam sebelum diadakan latihan
tertentu.
2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, mula-mula kurang
berhasil, lalu diadakan perbaikan untuk kemudian bisa lebih sempurna.
3. Latihan tidak perlu lama asal sering dilaksanakan.
4. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan siswa.
5. Proseslatihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang essensial dan berguna.
4. Didactic question
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi
langsung yang bersifat two way traffic karena pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan
siswa.Metode tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang berpikir siswa dan membimbingnya
dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan.Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan
timbal balik secara langsung antara guru dan siswa.
Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam metode tanya jawab ini antara lain:
1. Tujuan yang akan dicapai dari metode tanya jawab.
o Untuk mengetahui sampai sejauh mana materi pelajaran yang telah dikuasai
oleh siswa.
o Untuk merangsang siswa berfikir.
-
o Memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan masalah yang belum
dipahami.
2. Jenis pertanyaan.
Pada dasarnya ada dua pertanyaan yang perlu diajukan, yakni pertanyaan
ingatan dan pertanyaan pikiran:
Pertanyaan ingatan, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana
pengetahuan sudah tertanam pada siswa. Biasanya pertanyaan berpangkal
kepada apa, kapan, di mana, berapa, dan yag sejenisnya.
Pertanyaan pikiran, dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana
cara berpikir anak dalam menanggapi suatu persoalan. Biasanya pertanyaan
ini dimulai dengan kata mengapa, bagaimana.
3. Tehnik mengajukan pertanyaan.
Berhasil tidaknya metode tanya jawab, sangat bergantung kepada tehnik
guru dalam mengajukan pertanyaanya. Metode tanya jawab biasanya dipergunakan
apabila:
1) Bermaksud mengulang bahan pelajaran.
2) Ingin membangkitkan siswa relajar.
3) Tidak terlalu banyak siswa.
4) Sebagai selingan metode ceramah.