spo exanthematous drug eruption

4
PUSKESMAS BEJEN EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION SPO No. Dokumen : No. Revisi : Tanggal Terbit : Halaman : Dibuat Oleh Koordinator BP Umum dr. Andrew Nugroho, M.M NIP. 198310172010011027 Disetujui Oleh Ketua Tim Akreditasi Drg. Fuad Fatkhurrohman NIP. 198409202011011013 Disahkan Oleh Kepala Puskesmas Bejen dr. Supriyanto NIP. 196803042008011008 PENGERTIAN Prosedur ini memuat langkah-langkah penegakkan diagnosis exanthematous drug eruption serta penatalaksanaannya. TUJUAN 1. Mengupayakan penanganan exanthematous drug eruption yang cepat dan tepat . 2. Mencegah komplikasi. KEBIJAKAN Keputusan Kepala Puskesmas No 005/2015 tentang Pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pedoman Pengobatan Dasar REFERENSI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer PROSEDUR 1. Pengertian Exanthematous Drug Eruption adalah salah satu bentuk reaksi alergi ringan pada kulit yang terjadi akibat pemberian obat yang sifatnya sistemik. Obat yang dimaksud adalah zat yang dipakai untuk menegakkan diagnosis, profilaksis, dan terapi. Bentuk reaksi alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV (alergi selular tipe lambat) menurut Coomb and Gell. Nama lainnya adalah erupsi makulopapular atau morbiliformis. Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen

Upload: andrew-nugroho

Post on 10-Feb-2016

25 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

SPO 155 Diagnosis Puskesmas

TRANSCRIPT

Page 1: SPO Exanthematous Drug Eruption

PUSKESMAS BEJEN

EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION

SPO No. Dokumen :No. Revisi :Tanggal Terbit :Halaman :

Dibuat OlehKoordinator BP Umum

dr. Andrew Nugroho, M.MNIP. 198310172010011027

Disetujui OlehKetua Tim Akreditasi

Drg. Fuad FatkhurrohmanNIP. 198409202011011013

Disahkan OlehKepala Puskesmas Bejen

dr. SupriyantoNIP. 196803042008011008

PENGERTIAN Prosedur ini memuat langkah-langkah penegakkan diagnosis exanthematous drug eruption serta penatalaksanaannya.

TUJUAN1. Mengupayakan penanganan exanthematous drug eruption yang

cepat dan tepat .2. Mencegah komplikasi.

KEBIJAKAN Keputusan Kepala Puskesmas No 005/2015 tentang Pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO) Pedoman Pengobatan Dasar

REFERENSIPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

PROSEDUR 1. Pengertian

Exanthematous Drug Eruption adalah salah satu bentuk reaksi alergi ringan pada kulit yang terjadi akibat pemberian obat yang sifatnya sistemik. Obat yang dimaksud adalah zat yang dipakai untuk menegakkan diagnosis, profilaksis, dan terapi. Bentuk reaksi alergi merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV (alergi selular tipe lambat) menurut Coomb and Gell. Nama lainnya adalah erupsi makulopapular atau morbiliformis.

2. Anamnesis: 2.1. Keluhan :

Gatal ringan sampai berat yang disertai kemerahan dan bintil pada kulit. Kelainan muncul 10-14 hari setelah mulai pengobatan. Biasanya disebabkan karena penggunaan antibiotik (ampisilin, sulfonamid, dan tetrasiklin) atau analgetik-antipiretik non steroid. Kelainan umumnya timbul pada tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak, kemudian meluas dalam 1-2 hari. Gejala diikuti demam subfebril, malaise, dan nyeri sendi yang muncul 1-2 minggu setelah mulai mengkonsumsi obat, jamu, atau bahan-bahan yang dipakai untuk diagnostik (contoh: bahan kontras radiologi).

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen

Page 2: SPO Exanthematous Drug Eruption

PUSKESMAS BEJEN

EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION

SPO No. Dokumen :No. Revisi :Tanggal Terbit :Halaman :

PROSEDUR 2.2. Faktor risiko2.2.1. Riwayat konsumsi obat (jumlah, jenis, dosis, cara

pemberian, pengaruh pajanan sinar matahari, atau kontak obat pada kulit terbuka).

2.2.2. Riwayat atopi diri dan keluarga.2.2.3. Alergi terhadap alergen lain.2.2.4. Riwayat alergi obat sebelumnya.

3. Pemeriksaan fisik3.1. Erupsi makulopapular atau morbiliformis.3.2. Kelainan dapat simetris.3.3. Tempat predileksi : Tungkai, lipat paha, dan lipat ketiak.

4. Komplikasi : Eritroderma

5. PenatalaksanaanPrinsip tatalaksana adalah menghentikan obat terduga. Pada dasarnya erupsi obat akan menyembuh bila obat penyebabnya dapat diketahui dan segera disingkirkan. Farmakoterapi yang diberikan, yaitu: 5.1. Kortikosteroid sistemik: Prednison tablet 30 mg/hari dibagi

dalam 3 kali pemberian per hari selama 1 minggu.5.2. Antihistamin sistemik:

a. Setirizin 2x10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan; ataub. Loratadin 10 mg/hari selama 7 hari bila diperlukan.

5.3. Topikal : Bedak salisilat 2% dan antipruritus (Menthol 0.5% - 1%). Jangan lakukan uji kulit atau uji provokasi makanan

6. Konseling dan Edukasi6.1. Prinsipnya adalah eliminasi obat penyebab erupsi.6.2. Pasien dan keluarga diberitahu untuk membuat catatan kecil

di dompetnya tentang alergi obat yang dideritanya.6.3. Memberitahukan bahwa kemungkinan pasien bisa sembuh

dengan adanya hiperpigmentasi pada lokasi lesi.

7. Kriteria Rujukan7.1. Lesi luas, hampir di seluruh tubuh, termasuk mukosa dan

dikhawatirkan akan berkembang menjadi Sindroma Steven Johnson.

7.2. Bila diperlukan untuk membuktikan jenis obat yang diduga sebagai penyebab :a. Uji tempel tertutup, bila negatif lanjutan denganb. Uji tusuk, bila negatif lanjutkan dengan

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen

Page 3: SPO Exanthematous Drug Eruption

PUSKESMAS BEJEN

EXANTHEMATOUS DRUG ERUPTION

SPO No. Dokumen :No. Revisi :Tanggal Terbit :Halaman :

PROSEDUR c. Uji provokasi7.3. Bila tidak ada perbaikan setelah mendapatkan pengobatan

standar dan menghindari obat selama 7 hari7.4. Lesi meluas

UNIT TERKAIT Pendaftaran, BP Umum, IGD, Rawat Inap, dan Apotik

Dilarang mengubah dan atau menggandakan dokumen ini tanpa persetujuan Ketua Tim Mutu dan Kepala Puskesmas Bejen