splanning6 perencanaan detail.doc

19
6-1 Bab PERENCANAAN DETAIL 6.1 Perencanaan Tata Air (Lay Out Jaringan) Perencanaan lay-out jaringan tata air D.I Kaliamok dibuat berdasarkan peta situasi detail skala 1 : 5.000 dengan memperhatikan kondisi tata air di lapangan (existing). Perencanaan jaringan tata air tersebut meliputi : a. Perhitungan Luas Petak Luas petak yang akan dibuat, terlebih dahulu diketahui di dalam menyusun peta petak. Luas petak keseluruhan dalam daerah irigasi tergantung dari areal yang ada, serta tersedianya air untuk tanaman padi atau palawija. Pada peta situasi dapat untuk menghitung luas areal. Untuk membagi atau mengatur pembagian peta petak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu saluran-saluran, tanggul, batas- batas jalan, batas kampung, perkebunan, dan sebagainya. b. Cara pembuatan Peta Petak Untuk merencanakan luas petak tersier, tergantung pada keadaan topografinya. Biasanya luas petak tersier berkisar antara 50 – 100 Ha. Peta situasi detail dengan skala 1 : 5.000. Pada peta tersebut ada batas, batas areal yang dapat diairi sesuai dengan elevasi tanah yang dapat diairi, serta tersedianya air yang ada. Hal tersebut diambil untuk mempermudah exploitasi maximum sebesar 1,5 Km. Dalam pembuatan peta petak agar diperhatikan adalah : Dibuat pada tempat terendah, sehingga pembuangan dapat berjalan lancar. Saluran pembuang dapat dibuat secara sejajar atau tegak lurus dengan garis tinggi yang terletak di lembah. Saluran pembuang hendaknya dibuat berdekatan dengan sungai alami. c. Penentuan Letak Bangunan Agar dapat mengairi petak sawah dengan baik, maka letak bangunan bagi/sadap harus diletakkan pada tempat yang lebih tinggi pada petak System Planning Detail Design DI. Kaliamok Seluas 1.600 Ha Kab.Malinau 6

Upload: andri-kwin

Post on 18-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bab

Perencanaan Detail

Bab

PERENCANAAN DETAIL

6.1 Perencanaan Tata Air (Lay Out Jaringan)

Perencanaan lay-out jaringan tata air D.I Kaliamok dibuat berdasarkan peta situasi detail skala 1 : 5.000 dengan memperhatikan kondisi tata air di lapangan (existing). Perencanaan jaringan tata air tersebut meliputi :

a. Perhitungan Luas Petak

Luas petak yang akan dibuat, terlebih dahulu diketahui di dalam menyusun peta petak. Luas petak keseluruhan dalam daerah irigasi tergantung dari areal yang ada, serta tersedianya air untuk tanaman padi atau palawija. Pada peta situasi dapat untuk menghitung luas areal. Untuk membagi atau mengatur pembagian peta petak, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu saluran-saluran, tanggul, batas-batas jalan, batas kampung, perkebunan, dan sebagainya.

b. Cara pembuatan Peta Petak

Untuk merencanakan luas petak tersier, tergantung pada keadaan topografinya. Biasanya luas petak tersier berkisar antara 50 100 Ha. Peta situasi detail dengan skala 1 : 5.000. Pada peta tersebut ada batas, batas areal yang dapat diairi sesuai dengan elevasi tanah yang dapat diairi, serta tersedianya air yang ada. Hal tersebut diambil untuk mempermudah exploitasi maximum sebesar 1,5 Km. Dalam pembuatan peta petak agar diperhatikan adalah :

Dibuat pada tempat terendah, sehingga pembuangan dapat berjalan lancar.

Saluran pembuang dapat dibuat secara sejajar atau tegak lurus dengan garis tinggi yang terletak di lembah.

Saluran pembuang hendaknya dibuat berdekatan dengan sungai alami.

c. Penentuan Letak Bangunan

Agar dapat mengairi petak sawah dengan baik, maka letak bangunan bagi/sadap harus diletakkan pada tempat yang lebih tinggi pada petak tersier tersebut. Bangunan ukur harus diletakkan pada aliran yang sudah tenang, yaitu antara 20 40 m dari pintu pengambilan. Selain bangunan untuk sadap, untuk penentuan bangunan lainnya seperti gorong-gorong, talang, bangunan terjun. Got miring dan lain sebagainya harus direncanakan sebaik mungkin dengan pertimbangan kondisi medannya. Pembuatan jembatan pada proyek irigasi pada umumnya berfungsi sebagai jembatan penyeberangan orang saja, kecuali melintasi jalan raya.

d. Nomenklatur

Nomenklatur adalah nama penunjuk (indeks) yang jelas dan singkat dari suatu obyek, dalam hal ini berupa petak, saluran, bangunan bagi dan sebagainya. Pemberian nomenklatur ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan dan pemeliharaan dari suatu jaringan irigasi.

Syarat-syarat dalam pemberian Nomenklatur adalah :

Singkat dan jelas, jika mungkin terdiri dari satu huruf.

Huruf ini harus menyatakan nama petak, saluran atau bangunan.

Letak obyek saluran dan arahnya.

Jenis saluran pembawa dan pembuang.

Jenis bangunan bagi, talang, gorong-gorong, dll.

e. Lay out

Tiap petak harus ada batas yang jelas, yaitu dengan memberi warna yang berlainan.

a) Warna merah untuk sungai dan saluran pembuang.

b) Warna coklat untuk jalan

c) Warna biru untuk saluran pembawa

d) Warna hijau untuk perkampungan

e) Warna kuning untuk daerah tinggi (tidak bisa diairi)

Letak petak, sedapat mungkin dapat di belakang pintu pengambilan, hingga mudah mendapatkan air.

Setiap petak tersier harus menerima air dari satu bangunan sadap, yang terletak di saluran induk atau sekunder.

Luas petak tergantung dengan luas medan dengan mengingat persyaratan di atas.

f. Penentuan Trase Saluran Induk dan Sekunder

Yang dimaksud dengan trase saluran induk, sekunder dan tersier adalah saluran yang berfungsi sebagai saluran pembawa.

Dalam merencanakan suatu saluran, hendaknya memperhatikan beberapa hal yaitu :

Saluran induk umumnya terletak pada garis tinggi, sedangkan saluran sekunder berupa saluran garis punggung.

Penentuan trase untuk saluran garis tinggi, kehilangan tekanannya + 0,30 m tiap 1.000 m.

Untuk saluran yang merupakan saluran punggung agar diusahakan untuk dapat mengikuti medan lapangan dengan memperhatikan batas kecepatan yang diijinkan.

Agar tidak terjadi genangan akibat air kelebihan dari sawah, maka harus dibuat saluran pembuang.

g. Saluran Pembuang dan Pembawa Irigasi

Penamaan petak lahan dibagi menjadi beberapa petak tersier dan diberi nama Unit tersier

Nama saluran sesuai dengan tingkatannya.

SP untuk saluran primer.

SK untuk saluran sekunder di Unit Sekunder A, dan seterusnya.

ST 1 Ka. untuk saluran tersier kanan 1. Arah aliran dari sungai ke saluran, intake/pintu dianggap sebagai hulu saluran.

Saluran yang direncanakan terdiri dari saluran primer dan sekunder, sedangkan saluran tersier diberikan dimensi typical dan lay-outnya saja.

Daerah Milik Saluran (DMS) adalah daerah bebas yang termasuk dalam penguasaan dan kepentingan saluran. DMS mempunyai batasan antara kedua sisi luar tanggul saluran.

DMS untuk saluran primer ( 30 meter.

DMS untuk saluran sekunder = 15 sampai 20 meter.

Penampang saluran direncanakan seekonomis mungkin, yaitu dengan menjadikan hasil galian sebagai bahan timbunan dan memanfaatkan sungai atau alur-alur alam yang sudah ada.

6.1.1 Sistem Irigasi

Sistem tata air utama (main system)jaringan Daerah irigasi Kaliamok berdasarkan kondisi topografi yang ada direncanakan terdiri dari beberapa sub sistem jaringan irigasi yang semauanya disuplly air berasal intake (bangunan pengambilan) berupa embung-embung kecil yang diharapkan dapat menampung air guna meningkatkan luas areal layanan. Masing-masing sub sistim dilengkapi oleh jaringan yang terdiri dari bangunan utama berupa embung, bangunan sadap yang berfungsi mendistribusikan air ke petak-petak tersier, dan bangunan lain sebagai bangunan persilangan (goronbg-gorong pambuang dan gorong-gorong jalan) dan saluran utama / primer yang berfungsi menghantakan aliran air ke masing-masing petak tersier.

Sub Sistim tata air jarigan irigasi di Daerah Irigasi Kalimok berdasarkan kondisi luas areal layanan yang dapat diairi terdiri dari 3 (tiga)sub sistim yaitu :

Sub sistim Jaringan Irigasi Kaliamok yang merupakan sub system yang berasal dari bangunan Embung Kaliamok.

Sub sistim Jaringan Irigasi Semelandung yang merupakan sub system yang berasal dari bangunan Embung Semelandung.

Sub sistim Jaringan Irigasi Bengaris yang merupakan sub system yang berasal dari bangunan Embung Bengaris Kanan.

Secara lebih jelasnya pembagian petak tersier, luas layanan, saluran dan bangunan yang ada pada Sistem Tata Air Daerah Irigasi Kalimok dapat dilihat pada Tabel 6.1.

6.1.2 Areal Irigasi

Areal irigasi D.I Kaliamok berada di Desa kaliamok Kecamatan Malinau Utara Kabupaten Malinau. Lokasi dapat ditempuh dengan jalan darat dengan kondisi baik dari Malinau Kota ke arah utara menuju Desa Kaliamok dengan jarak ( 5 km. Lokasi Daerah Irigasi membentang di sebelah selatan dibatasi oleh jalan raya yang menghubungkan Kota Malianau - Mansalong dan sebelah utara beruapa perbukitan hutan, timur dan barat Desa Malinau Seberang dan sebelah timur Sungai Bengaris.

Berdasarkan hasil pengukuran topografi dengan batas poligon pengukuran seluas 1.900 ha (luas bruto).

6.1.3 Sumber Air

Daerah Irigasi Kaliamok direncanakan memperoleh supply air dari embung di hulu S. Kaliamok (Embung Kaliamok) yang mempunyai luas DAS 0,493 Km2 S. Semelandung (Embung Semelandung) yang mempunyai luas DAS 0,337 Km2 dari site embung dan S. Bengaris yang mempunyai luas DAS 1,619 Km2 . Debit andalan rata-rata bulanan Embung Kaliamok 0.029 m3/dt, Embung Semelandung 0,011 m3/dt, Bengaris 0,054 m3/dt berdasarkan simulasi embung hanya mencukupi kebutuhan air irigasi total seluas 519,76 Ha (simulasi embung) dengan pola tanam padi-padi-palawija dari luasan yang dapat diairi seluas 928,24 Ha.

Tabel 6-1 Rencana Lay-Out Sistem Tata Air Daerah Irigasi Kaliamok

Jaringan IrigasiPetak TersierSaluran PembawaSaluran PembuangBanguanan (Buah)

NamaLuas Layanan (Ha)Ruas Panjang (m)RuasPanjang (m)SadapTalangGorong2 PembuangGorong2 Jalan

KaliamokKL1KiKL1Ki2

KL1KaMS1 Tg

KL2KiKL3Ki

39.1519.07

54.1757.93

126.2593.14BKL0-BKL1

BKL1-BKL1Ki1BKL1-BMS1

BKL1-BKL2

BKL2-BKL3849.36127.75

1681.971807.96

530.97

SPPKL1

SPPKL2

SPSKL1

SPSKL21743.925

1202.447

885.365

167.9814121

SemelandungSMKr1SMKa1KiSMKa2Ki

79.04

48.44

43.06BSM0-BSMKi1BSM0-BSMKa1BSMKa1-BSMKa2312.39799.62

443.38SPSSM1

SPSSM21573.842

479.923

3

---

Bengaris BG1Kr

BG2Kr

BG2Kn

BG3Tg72.47

68.00101.93119.58BBG0-BBG1

BBG1-BBG2

BBG2-BBG3

582.111605.911149.03SPSBG1

SPSBG2

SPSBG3659.372

770.423

165.507

3--1

Gambar 6.1 Lay out Jaringan

Gambar 6.2 Skema Jaringan dan Bangunan Jaringan Irigasi Kaliamok

Gambar 6.3 Skema Jaringan dan Bangunan Jaringan Irigasi Semelandung

Gambar 6.4 Skema Jaringan dan Bangunan Jaringan Irigasi Bengaris

6.2 Perencanaan Embung

Embung merupakan bangunan yang berfungsi menampung air hujan untuk persediaan suatu daerah di musim kering.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan ini antara lain :

Besar aliran masuk (inflow) yang mengisi embung,

Besarnya tampungan embung (kondisi topografi),

Besarnya debit banjir rancangan untuk menghitung kapasitas serta dimensi bangunan pelimpah (spillway), serta tinggi embung,

Potensi sumber daya air guna mendukung budidaya pertanian.

6.2.1 Sistem Pengelak

Sistem pengelak berfungsi untuk mengalihkan aliran sungai agar tidak mengganggu selama pelaksanaan konstruksi. Sistem pengelak yang direncanakan terdiri dari saluran terbuka, saluran tertutup dan tanggul pengelak (coffer dam). Dimensi terowongan pengelak direncanakan berupa saluran tertutup segiempat yang mampu mengalirkan debit rencana Q2tahun .Saluran pengelak ini nantinya dimanfaatkan untuk saluran pengambilan.

6.2.2 Tampungan Embung

a. Tampungan Efektif Embung

Perhitungan tampungan efektif yang dubutuhkan pada embung secara hidrologis dipengaruhi oleh besarnya debit aliran sungai yang ada dan kebutuhan yang akan dipenuhi.

Perhitungan tampungan efektif dalam perencanaan ini didasarkan pada debit aliran Sungai Kaliamok, Sungai Semelandung dan Sungai Bengaris, sedangkan kebutuhan air direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada Daerah Irigasi Kaliamok secara optimal. Dengan demikian kapasitas tampung embung yang dibutuhkan harus dapat memenuhi kebutuhan irigasi dan juga harus mempertimbangkan kehilangan air oleh penguapan di kolam dan resapan di dasar dan dinding kolam, serta menyediakan ruangan sedimen. Jadi kapasitas tampung yang dibutuhkan (Vn) untuk sebuah embung :

Vn = Vu + Ve + Vi + VsDimana :

Vn = kapasitas tampung total yang diperlukan (m3)

Vu = Volume hidup untuk melayani kebutuhan (m3)

Ve = Jumlah penguapan dari kolam (m3)

Vi = Jumlah resapan (m3)

Vs = Ruangan yang disediakan untuk sediment (m3)

b. Tampungan Sedimen

Ruang sedimen perlu disediakan di kolam embung mengingat daya tampungnya kecil, walaupun daerah tadah hujan disarankan agar ditanami rumput untuk mengendalikan erosi. Secara praktis ruang setinggi 1,00 m di atas dasar kolam telah cukup menampung sediment (Vs). Ruang ini masih dapat dimanfaatkan selama belum terisi 0,05 Vu.

c. Jumlah Penguapan (Ve)

Jumlah penguapan musim kemarau perlu diperhitungkan dalam penentuan kapasitas atau tingi embung. Penguapan di permukaan kolam embung dapat dihitung secara sederhana :

Ve = 10 . Akt . (EkjDimana :

Ve = Jumlah penguapan dari kolam embung

Akt = Luas permukaan kolam embung pada setengah tinggi tampungan efektif

Ekj = Penguapan bulanan, didapat dengan mengalikan besaran penguapan dengan koefisien embung 0,7.

d. Jumlah Resapan

Besarnya resapan tergantung dari sifat lulus air material dasar dan dinding kolam. Sifat ini tergantung pada jenis butiran tanah atau struktur batu pembentuk dasar dinding kolam . Secara praktis menentukan besarnya resapan air kolam embung :

Vi = K. VuDimana :

Vi = Jumlah resapan Tahunan (m3)

Vu = Jumlah air untuk berbagai kebutuhan (m3)

K = Faktor yang nilainya tergantung dari sifat lulus air material dasar

K = 10 %, bila dasar kolam praktis rapat air (K