spesifikasit eknisk ontruksi jembatan.docx

27
SPESIFIKASI TEKNIS KEGIATAN ; PEMBANGUNAN JALAN KABUPATEN PEKERJAAN ; PEMBANGUNAN JALAN KASIH SAMPING SMAN (TAILLING) 0,2 KM LOKASI ; DISTRIK MIMIKA BARU, KABUPATEN MIMIKA-PAPUA TH. ANGGARAN ; 2014 I. UMUM A. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI 1. Ruang Lingkup Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengiriman dan penarikan kembali semua sumber daya, tenaga kerja, bahan, peralatan, perlengkapan dan lain-lain untuk mendukung kegiatan pelaksanaan pekerjaan. 2. Mobilisasi 2.1 Mobilisasi terdiri dari pekerjaan persiapan dan pelaksanaan, termasuk tapi tidak terbatas pada kebutuhan-kebutuhan untuk mobilisasi personil, peralatan, pemasokan dan suplemen lainnya yang diperlukan ke lokasi proyek, untuk pembangunan kantor, gudang dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk bekerjaa di proyek, dan untuk seluruh pekerjaan dan operasi lainnya yang harus dilakukan atau biaya yang diperlukan sebelum mulai berbagai item pekerjaan kontrak di lokasi proyek. 2.2 Mobilisasi adalah pengiriman ke lokasi pekerjaan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan. 2.3 Mobilisasi selesai bila kontraktor dapat melaksanakan dan diterima oleh Konsultan mengenai kebutuhan masing-masing persyaratan yang terkait yang disebutkan dalam kontrak. 3. Demobilisasi 3.1 Demobilisasi mencakup penyiapan pengajuan yang diperlukan sebelum pengakhiran pekerjaan. Demobilisasi adalah penarikan kembali dari lokasi pekerjaan sumberdaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan. 3.2 Demobilisasi akan dianggap selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil, atau lainnya milik SPEK---TEK Hal- 1

Upload: muh-nasir-lewa

Post on 18-Dec-2015

227 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

SPESIFIKASI TEKNIS

KEGIATAN; PEMBANGUNAN JALAN KABUPATENPEKERJAAN; PEMBANGUNAN JALAN KASIH SAMPING SMAN (TAILLING) 0,2 KMLOKASI; DISTRIK MIMIKA BARU, KABUPATEN MIMIKA-PAPUATH. ANGGARAN; 2014

I. UMUM

A. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI1. Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi pekerjaan pengiriman dan penarikan kembali semua sumber daya, tenaga kerja, bahan, peralatan, perlengkapan dan lain-lain untuk mendukung kegiatan pelaksanaan pekerjaan.2. Mobilisasi2.1Mobilisasi terdiri dari pekerjaan persiapan dan pelaksanaan, termasuk tapi tidak terbatas pada kebutuhan-kebutuhan untuk mobilisasi personil, peralatan, pemasokan dan suplemen lainnya yang diperlukan ke lokasi proyek, untuk pembangunan kantor, gudang dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk bekerjaa di proyek, dan untuk seluruh pekerjaan dan operasi lainnya yang harus dilakukan atau biaya yang diperlukan sebelum mulai berbagai item pekerjaan kontrak di lokasi proyek.2.2Mobilisasi adalah pengiriman ke lokasi pekerjaan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.2.3Mobilisasi selesai bila kontraktor dapat melaksanakan dan diterima oleh Konsultan mengenai kebutuhan masing-masing persyaratan yang terkait yang disebutkan dalam kontrak.3. Demobilisasi3.1Demobilisasi mencakup penyiapan pengajuan yang diperlukan sebelum pengakhiran pekerjaan. Demobilisasi adalah penarikan kembali dari lokasi pekerjaan sumberdaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.3.2Demobilisasi akan dianggap selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil, atau lainnya milik kontraktor telah dikeluarkan dari lokasi proyek, dan persyaratan-persyaratan pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak telah dipenuhi.B. SURVEI1. Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi survei penalitian hasil desain konstruksi, survei topografi, survei utilitas, penyelidikan tanah, survei hidrologi dan hidrolika dan lain-lain yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan.2.Survei Penelitian Hasil Desain Konstruksi2.1Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib melakukan penelitian terhadap desain konstruksi yang terdapat dalam kontrak.2.2Bila terdapat hal-hal yang meragukan dalam desain konstruksi, Kontraktor harus berkoordinasi dengan Konsultan Perencana, Konsultan dan PPTK.2.3Perbaikan terhadap desain (review desain) diusulkan oleh Kontraktor oleh PPTK untuk mendapat persetujuan.3.Survei Topografi3.1Kontraktor harus mengadakan pengukuran-pengukuran serta pemasangan patok-patok yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan dan bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan ketepatan pengukuran tersebut sehingga dapat dijadikan benchmark sebagai titik acuan elevasi dan posisi bangunan. Patok-patok serta tanda harus dijaga sedemikian rupa sehingga kedudukannya tetap serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung.3.2Kesalahan-kesalahan terjadi sebagai akibat kelalaian didalam menentukan ukuran selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan dimulai kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap gambar-gambar dan ketentuan yang ada.

4. Survei Utilitas4.1Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan harus melakukan survei utilitas yang berada dilokasi pekerjaan.4.2Kontraktor sebelum mengadakan pekerjaan harus berkoordinasi dengan PPTK/Direksi, untuk mengetahui kondisi utilitas yang ada dilokasi pekerjaan.4.3Hasil survey harus dibuat dokumentasi yang baik sebagai alat kerja.

5. Survei Hidrologi dan HidrolikaKontraktor harus melakukan survei hidrologi dan Hidrolika untuk memastikan bahwa akibat yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan tidak menimbulkan dampak negative seperti banjir, penyumbatan dan lain-lain.

C. RUANG KERJA1. Ruang Kerja 1.1Ruang kerja akan menjadi lahan sementara atau permanen untuk melaksanakan pekerjaan. Konsultan harus menentukan lebar efektif dan batas-batas ruang kerja.1.2Kontraktor harus memperhatikan ruang kerjan sebagaimana ditetapkan oleh Konsultan.1.3Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan ruang kerja tambahan yang diperlukan untuk penyimpanan material, peralatan dan lain lain atas biaya sendiri.2. Perijinan2.1Setiap perijinan yang dibutuhkan untuk memindahkan material dan peralatan menjadi tanggung jawab Kontraktor.2.2Kontraktor akan melakukan survey untuk mengetahui kondisi kondisi dan kesulitan yang mungkin ditemui dalam pengangkutan material, pengangkutan peralatan, dan lain lain.3. Pembersihan Lokasi Kerja3.1Wilayah kerja harus dipelihara secara tertib dan bebas dari hambatan untuk memberikan kondisi terbaik yang mungkin untuk berbagi operasi dan instansi yang diperlukan.3.2 Limbah dan puing puing harus dihilangkan dari lokasi kerja.

D. DIREKSIKEET DAN GUDANG1.Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi pembuatan direksikeet dan gudang yang digunakan untuk tempat pertemuan dan penyimpanan barang sementara di lapangan.2.Persyaratan Teknis2.1Material1)Direksikeet dibuat dengan rangka kayu kelas III, dengan triplek tebal lebih besar/sama dengan 4 mm, atap seng gelombang BJLS 25, lantai plesteran dengan campuran 1 PC : 5 PC, tebal = 10 cm, kaca nako, daun pintu dari triplek, dicat.2)Setelah pekerjaan selesai, lokasi yang digunakan sebagai direksikeet dan gudang harus dibongkar dan dibersihkan.

E. FASILITAS OPERASIONALFasilitas operasional kerja perlu dilengkapi oleh Kontraktor antara lain seperti alat komunikasi, operasional kantor kontraktor, listrik/penerangan, dan lain lain Jika diperlukan

F. PEMBERSIHAN LOKASI PEKERJAAN1. Selama proyek berlangsung, Kontraktor harus menjaga kebersihan dan mengatur lokasi bahan bangunan dan alat kerja serta daerah kerja sehingga kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat karenanya.2. Pembersihan tumbuh-tumbuhan yang ada pada lokasi peruntukan kerja sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Pengawas Lapangan.3. Sesudah proyek selesai dan sebelum melakukan penyerahan pekerjaan kepada pemilik proyek, kontraktor harus membersihkan seluruh daerah kerja dari segala macam peralatan tersebut, sisa-sisa bahan bangunan, bekas bongkaran dan bangunan bangunan sementara, termasuk pengangkutnya tanpa tambahan biaya.

G. KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)1.Ruang LingkupBagian ini mengatur mengenai pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan pekerjaan.1. Pedoman dan Standar1.1 Undang undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja1.2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja.1.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep 245?MEN/1990 tentang Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional.1.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.2. Keselamatan Kerja2.1 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, material dan peralatan teknis serta konstruksi.2.2 Kontraktor wajib menjaga Keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi dengan perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu-rambu, papan promosi keselamatan, dan lain-lain.2.3 Kontraktor wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).2.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan, menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPTK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan.2.5 Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan di lokasi harus disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety belt, safety helmet, masker/kedok las terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras.2.6 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali atas ijin PPTK.2.7 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor segera mungkin memberitahu kepada Konsultan dan mengambil tindakan yang baru untuk keselamatan korban-korban kecelakaan itu.3. Prosedur Operasi Standar (SOP) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)3.1 Kontraktor harus membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).3.2 SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi.3.3 Kontraktor harus menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada Direktur Keselamatan Ditjen Perkeretaapian, Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian, PPTK dan Konsultan.

H. DAMPAK LINGKUNGAN1. Pertimbangan Lingkungan1.1 Kontraktor akan membangun fasilitas, sehingga tidak satupun pekerjaan mempunyai dampak merugikan pada lingkungan, komunitas serta fasilitas kereta api yang berdekatan.1.2 Pertimbangan harus dilakukan sebagai berikut, tetapi tidak terbatas pada :1).Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan untuk meminimalkan emisi polusi udara.2).Pengendalian sulfur dioksida dan polutan udara lainnya.3).Pemisahan air limbah industry dan kota4).Reklamasi air limbah5).Pemulihan dan daur ulang bahan bahan yang sesuai6)Pengendalian kebisingan kendaraan7)pengendalian kebisingan dari industry dan fasilitas komersial8)Batasan getaran9)Pelestarian tanah alam sedapat mungkin10)Pelestarian situs arkeologi2.Perlindungan Lingkungan2.1Kontraktor harus menyadari dan mengikuti praktek-praktek perlindungan lingkungan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh otoritas dan instansi terkait yang relevan.2.2Lanau dan lumpur yang diklarifikasikan sebagai limbah bahan tidak boleh dibuang langsung ke perairan dekat pantai. Bahan ini akan dibuang di TPA yang disetujui.2.3Limbah / sisa material dengan klasifikasi bahan kimia berbahaya atau tidak berbahaya akan dibuang dan/atau disimpan di TPA yang disetujui.2.4Tidak ada pembayaran terpisah akan dibuat untuk perlindungan lingkungan hidup tetapi semua biaya yang daripadanya akan dimasukan dalam harga kontrak dibayarkan item.3.Pengendalian Dampak Lingkungan3.1Kontraktor wajib mengikuti ketentuan yang ada dalam usaha pelaksanaan pengendalian lingkungan.3.2Dampak lingkungan yang perlu diperhatikan antara lain : Banjir Longsor Debu Suara Getaran Dll.

I. JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU1. Ruang LingkupBagian ini mencakup persyaratan untuk jaminan dan pengendalian mutu produk, hasil kerja dan penyiapan sertifikat pemenuhan persyaratan.2. Persyaratan Umum2.1 Material dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi persyaratan yang berlaku dalam hal ukuran, pembuatan, jenis dan kualitas yang ditentukan, kecuali secara spesifik ditentukan bebas dari persyaratan.2.2 Konsultan dan PPTK mempunyai hak untuk menolak material atau cara dan hasil kerja yang tidah sesuai dengan persyaratan, pada setiap saat.2.3 Kontraktor harus membongkar pekerjaan yang tidak diterima atau ditolak oleh Konsultan dan PPTK dan mengerjakan kembali sesuai persyaratan kontrak dan/atau petunjuk dari konsultan tanpa tambahan biaya.2.4 Jika kontraktor menolak atau membongkar atau mengganti, PPTK akan melakukan pembongkaran atas biaya dari kontraktor.2.5 Pekerjaan yang dihasilkan harus sesuai dengan sasaran dan gambar desain yang telah ditetapkan.J. SUBMITTAL1. Ruang LingkupBagian ini mencakup persyaratan dan prosedur pengajuan dokumen yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan berupa jadwal pelaksanaan pekerjaan, ijin pelaksanaan pekerjaan, material, gambar kerja (Shop Drawing), metode pelaksanaan pekerjaan, usulan review desain, perubahan pelaksanaan pekerjaan (variation order) dan gambar pelaksanaan hasil pekerjaan (as built drawing).2. Persyaratan Umum2.1 Pengajuan submittal harus disertai surat penyampaian, yang berisi :1) Nomor dan tanggal penyampaian / revisi penyampaian2) Nama proyek, paket dan bagian pekerjaan3) Nama kontraktor, sub kontraktor dan pemasok / supplier4) Indentifikasi dan spesifikasi produk dan material5) Hal hal yang diperlukan untuk indentifikasi dan konfirmasi yang terkait pengajuan.2.2 Dalam setiap pengajuan submittal, Kontraktor dianggap sudah mempelajari, mengetahui dan memeriksa dokumen kontrak.2.3 Pengajuan yang tidak disetujui akan diberikan catatan dan dikembalikan kepada Kontraktor, Kontraktor harus melakukan perbaikan dan diajukan kembali.3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan.3.1 Kontraktor harus menyampaikan jadwal pelaksanaan Pekerjaan yang berisi antara lain uraian item pekerjaan, urutan dan keterkaitan antar bagian pekerjaan, bobot pekerjaan, bobot rencana mingguan dan bulanan serta mencantumkan grafik kurva-S.3.2 Jadwal pelaksanaan yang telah disetujui akan dijadikan paduan dalam melakukan evaluasi secara periodik.4. Ijin Pelaksanaan Pekerjaan4.1 Kontraktor harus mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan sesui format yang disediakan Konsultan.4.2 Konsultan akan melakukan pengecekan di lapangan sesuai ijin pelaksanaan yang diajukan.4.3 Pada pekerjaan yang bersifat khusus, Kontraktor harus mengajukan metode kerja dan mempresentasikan kepada PPTK dan Konsultan.5. Material5.1 Kontraktor harus menyampaikan contoh material/peralatan atau brosur material yang akan digunakan untuk pekerjaan sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis dan mendapat persetujuan dari PPTK.5.2 Contoh material harus dalam ukuran dan kuantitas yang cukup untuk dilihat secara visual, termasuk data lokasi dan teknis produksi dari pemasok.5.3 PPTK dapat meminta pengujian tambahan dan/atau pemeriksaan laboratorium atas bahan, material dan/atau produk oleh pihak independen, bila diperlukan.5.4 Kontraktor tidak boleh memesan bahan atau memulai pembuatan suatu produk sebelum pengajuan disetujui dan ditanda tangani oleh PPTK dengan rekomendasi Konsultan.6. Gambar Kerja (Shop Drawing)6.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus mengajukan Gambar Kerja (Shop Drawing).6.2 Gambar Kerja (Shop Drawing) harus disetujui oleh Kontraktor, Konsultan dan PPTK.6.3 Pengajuan Gambar Kerja Harus mengacu kepada gambar rancangan (desain) dan spesifikasi teknis yang sudah disetujui oleh Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian.6.4 Dalam melakukan pembuatan gambar kerja, Kontraktor harus melakukan penelitian terhadap gambar rancangan (desain) yang sudah ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara kondisi lapangan dan gambar rancangan (desain) maka kontraktor dapat mengajukan usulan perubahan / review desain.6.5 Kontraktor dalam melakukan penelitian desain (spesifikasi teknis dan gambar rancangan) harus berkoordinasi dengan Konsultan Perencana.6.6 Untuk mendapatkan hasil kerja yang Optimal, Kontraktor diminta selalu berkoordinasi dengan Konsultan dan pihak terkait.6.7 Perhitungan volume untuk semua item pekerjaan mengacu kepada shop drawing yang telah disetujui.6.8 Gambar Kerja dibuat dalam bentuk Hard Copy dan Soft Copy (dalam bentuk CAD dan PDF File).7. Metoda Pelaksanaan PekerjaanKontraktor harus mengajukan metode kerja dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :7.1 Lokasi dan aksesibilitas tempat berlangsungnya pekerjaan.7.2 Gambar kerja dan persyaratan teknis serta alokasi waktu untuk pekerjaan yang bersangkutan.7.3 Jumlah dan kapasitas sumberdaya yang diperlukan untuk pekerjaan yang bersangkutan.7.4 Uraian detail aktifitas pekerjaan dengan mempertimbangkan kepada kondisi yang ada selama pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk gambar skematik, bagan alir bagian pekerjaan lain dengan menggunakan software seperti Microsoft project, Primavera dan lain lain.7.5 Uarian dan perhitungan struktur pengaman sementara yang diperlukan.7.6 Aspek lingkungan dan social disekitar lokasi kerja.7.7 Pengamanan utilitas dan/atau infrastruktur yang ada disekitar, baik dibawah atau diatas lokasi kerja.8. Usulan Perubahan Desain (Review Desain)Perubahan gambar rancangan (desain) dan spesifikasi teknis harus mendapat persetujuan Konsultan dan PPTK untuk perubahan kecil (minor), Jika perubahan yang harus dilakukan besar (major) maka harus mendapat persetujuan Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian.9. Perubahan Pekerjaan (Variation Order)9.1 Jika ada perubahan Pekerjaan Kontraktor harus mengajukan secara tertulis.9.2 Pengajuan dilengkapi dengan gambar awal dan gambar perubahan secara detail.9.3 Jika ada perubahan biaya dan waktu pelaksanaan yang ditimbulkan akibat perubahan tersebut, maka perlu dibahas lebih lanjut dengan PPTK untuk memperoleh persetujuan dengan rekomendasi Konsultan.10. Gambar Hasil Pelaksanaan Pekerjaan (As Built Drawing)10.1 Kontraktor harus menyampaikan gambar as-built pada akhir pelaksanaan konstruksi untuk mendapat persetujuan dari konsultan dan PPTK.10.2 As Built Drawing di sampaikan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah serah terima akhir.10.3 Kontraktor harus menyampaikan gambar as built drawing yang telah disetujui sebanyak :1) 1 (satu) set asli2) 5 (lima) set copy dijilid3) Rekaman soft copy dalam CD atau jenis lainnya dalam bentuk CAD dan PDF file.K. RAPAT PROYEK1. Ruang LingkupBagian ini mencakup persyaratan untuk pertemuan pra-konstruksi, koordinasi rutin pertemuan dan kemajuan dan distribusi menit dan informasi terkait.2. Persyaratan Umum2.1 Konsultan harus mengadakan rapat Pra-Konstruksi, Rapat Berkala, dan Rapat khusus selama pelaksanaan pekerjaan.2.2 Perwakilan kontraktor, subkontraktor dan pemasok harus menghadiri rapat yang diselenggarakan oleh Konsultan dan PPTK.2.3 Konsultan adalah pemimpin rapat dan membuat risalah rapat untuk semua proses yang dijalankan.2.4 Hasil rapat harus didistribusikan kepada seluruh stakeholder.3. Rapat Pra-Konstruksi Dengan AgendaDalam rapat pra-konstruksi dibahas hal-hal sekurang kurangnya :3.1 Organisasi Kerja3.2 Program Kerja3.3 Jadwal Pelaksanaan3.4 Program Mutu3.5 Prosedur pelaksanaan pekerjaan seperti pengajuan submittal, rencana perubahan ruang lingkup, dan lain-lain.3.6 Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3)3.7 Pelaksanaan Program pengendalian Dampak Lingkungan3.8 Rencana pelaksanaan pemeriksaan lapangan bersama.4. Rapat Kemajuan Pekerjaan4.1 Jadwal rutin, dan pertemuan untuk kemajuan pekerjaan.4.2 Agenda rapat :1) Review dan persetujuan risalah rapat sebelumnya.2) Observasi lapangan, kendala selama pekerjaan.3) Masalah yang menghambat kemajuan pekerjaan4) Pninjauan ke pabrik dan jadwal pengiriman.5) Tindakan korektif dan prosedur yang diperlukan untuk mempertahankan target yang ditetapkan.6) Jadwal pekerjaan yang akan dating7) Jadwal shop drawing dan tanggal persetujuan8) Proposal perubahan untuk penyelesaian pekerjaan9) Dan lain lain yang diperlukan.L. PELAPORAN1.Laporan HarianKontraktor harus membuat laporan Harian yang menggambarkan peristiwa peristiwa penting yang berkaitan dengan pekerjaan, jam kerja, jumlah buruh yang diperkerjakan, waktu operasi peralatan, jam lembur, keterlambatan beserta penyebabnya, kondisi mateorologi, bahan atau peralatan, kemajuan yang dibuat dan petunjuk, pemberitahuan dan rekomendasi yang dibuat oleh Konsultan Pengawas. Laporan Harian harus diajukan dan distujui oleh Konsultan Pengawas.2.Laporan MingguanKontraktor harus menyampaikan laporan Mingguan kepada Konsultan pada hari Selasa setiap minggu. Laporan Mingguan ini menggambarkan peristiwa peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, jadwal/target satu minggu ke depan beserta perencanaan sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan ).3. Laporan Bulanan3.1 Kontraktor harus memberikan Laporan Kemajuan Bulanan kepada Konsultan paling lambat tanggal 2 setiap bulannya. Laporan bulanan ini menggambarkan peristiwa-peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, kondisi mateorologi, jadwal/target satu bulan ke depan beserta perencanaan sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan).3.2 Kontraktor harus menyampaikan Laporan Kemajuan Bulanan yang sudah disetujui oleh Konsultan paling lambat tanggal 5 setiap bulannya kepada PPTK.M. SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN1.Persiapan Serah Terima hasil PekerjaanKontraktor harus melakukan persiapan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan, antara lain :1.1 Melakukan pembersihan lapangan.1.2 Melakukan pemeriksaan akhir kondisi hasil pelaksanaan pekerjaan.1.3 Menyiapkan personil untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian.1.4 Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian.1.5 Menyiapkan alat uji yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian.1.6 Menyiapkan dokumen dokumen untuk proses serah terima hasil pekerjaan.2 Ketentuan Pelaksanaan serah Terima Hasil PekerjaanKetentuan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan adalah sebagai berikut :2.1 Menyampaikan surat permohonan kepada PPTK untuk pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan.2.2 Menyerahkan garansi pabrikan2.3 Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan konsultan dan tim PPTK.2.4 Menyampaikan pedoman pemeliharaan (maintenance manual)2.5 Menyerahkan pekerjaan terakhir hanya dapat dilaksanakan apabila seluruh pekerjaan telah dapat berfungsi secara baik dan dapat diterima oleh PPTKN. MASA PEMELIHARAAN1.Ruang LingkupMasa pemeliharaan adalah masa tanggung jawab perbaikan atas cacat atau rusak hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam periode pemeliharaan yang telah ditetapkan.2. Masa Pemeliharaan2.1 Masa pemeliharaan adalah sesuai yang tercantum dalam dokumen kontrak mulai dari tanggal Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan (ST 1)/ PHO.2.2 Sebelum akhir masa pemeliharaan berakhir Kontraktor harus mengajukan surat permohonan pemeriksaan lapangan kepada PPTK (Pejabat Pembuat Komitmen).2.3 Setelah dilakukan evaluasi dan disimpulkan bahwa hasil pekerjaan dalam kondisi baik maka PPTK akan mengeluarkan Sertifikat Serah Terima Kedua (ST 2)/ FHO.3. Ketentuan Pelaksanaan Pemeliharaan3.1 Kontraktor harus melakukan pemeriksaan secara ruin untuk menjaga kondisi hasil pekerjaan tetap baik selama masa pemeliharaan.3.2 Kontraktor harus membuat laporan bulanan hasil pemeriksaan rutin selama masa pemeliharaan.3.3 Setiap pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka perbaikan hasil pekerjaan harus diinformasikan kepada PPTK.3.4 Kontraktor harus memperbaiki hasil pekerjaan yang mengalami cacat atau rusak selama masa pemeliharaan.3.5 Biaya timbul akibat pelaksanaan perbaikan menjadi tanggung jawab kontraktor.O. PEMBERSIHAN LAHAN1. Ruang LingkupPembersihan lahan adalah pekerjaan pembersihan lahan dari semua pohon-pohon, sisa-sisa bangunan, vegetasi, sampah, material-material yang tidak diinginkan termasuk pembuangan tunggul, akar-akaran dan material-material buangan yang dihasilkan dari pengupasan baik di daerah timbunan maupun galian termasuk pengupasan humus, Semua material hasil pembersihan lahan haurs dibuang ke lokasi yang ditunjuk oleh Konsultan.1)Melakukan survey batas wilayah yang akan dikerjakan dan benda yang akan dibersihkan seperti pohon, semak, tanaman dan lain-lain.2)Menjaga benda-benda yang menghalangi konstruksi harus dibersihkan/dibuang.3)Semua benda-benda yang menghalangi konstruksi harus dibersihkan/dibuang.II. PELAKSANAAN

A. TIMBUNAN DENGAN MATERIAL SIRTU 1. Ruang LingkupPekerjaan ini meliputi pekerjaan material sirtu pilihan, angkutan ke lokasi, penghamparan dan pemadatan untuk pembuatan timbunan kembali kelebihan galian sesuai gambar yang telah disetujui.

2. Pedoman dan Standar2.1 ASTM Standar ASTM C 136Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Agregates ASTM C 142Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in Agregates ASTM C 235Method of Test for Scratch Hardness of Coarse Agregate Particles ASTM D 421Standard Particles for Dry Preparation of Soil Samples for Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants ASTM D 422Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils ASTM D 698Test Method for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using Standard Effort ( 12 400 ft-lb/lt3 (600 kN-m/m3)) ASTM D 854Standard Test Methods for Spesific Gravity of Soil Solids by Water Pycnometer ASTM D 1196Standard Test Method fo Nonrepetitive, Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Higway Pavements ASTM D 1556Standard Test Method for Density and unit Weight of Soil in Place by the Sand-Cone Method ASTM D 1883Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of Water (Moisture) of laboratory-Compected Soils ASTM D 2216Standard Test Method for laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock by Mass ASTM D 2937Density of Soil in Place by the Drive Cylinder Method ASTM D 4318Standard Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils ASTM D 4429Standard Test method for CBR (California Bearing Ratio) of Soils in Place. ASTM D 7380Standard Test Method for Soil Compaction Determination at Shallow Depths Using 5-lb (2,3 kg) Dynamic Cone Penetrometer.

3. Jaminan Dan Pengendalian MutuSesuai ketentuan dalam Jaminan dan Pengendalian Mutu dan yang diatur di bagian ini.4.SubmittalSesuai dengan ketentuan dalan Submittal dan yang diminta di bagian ini.5.Persyaratan Teknis5.1Material1).Karakteristik Material Sirtu a.Material tanah pilihan tidak boleh mengandung bahan bahan berbahaya, sampah, kotoran kotoran dan material asing.b.Material yang diklasifikasikan oleh Unifield Classification System sebagai OL, OH, atau Pt tidak boleh digunakan sebagai material pilihan.c.Material pilihan harus memiliki batas cair maksimal 80% dan batas plastis maksimum 50% dengan indeks plastisitas (plasticity index) tidak lebih dari 30% sesuai ASTM D 4318.d.Nilai CBR laboratorium material timbunan (ASTM D 1883) tidak kurang dari 6% pada contoh tanah terendam (soaked) yang dipadatkan hingga 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai ASTM D 698.e.Material tanah pilihan (borrow material) untuk timbunan tidak boleh mengandung Montmorillonite, Konsultan berhak untuk melakukan uji analisis mineral.f.Pengambilan contoh material tanah pilihan (borrow material) dilakukan oleh Konsultan dan unsure-unsur Ditjen Perkeretaapian untuk diuji dilaboratorium dalam rangka persetujuan untuk dapat digunakan sebagai material timbunan.Biaya yang timbul akibat pelaksanaan pengambilan contoh material menjadi tanggung jawab kontraktor.Kontraktor juga menyiapkan tenaga kerja dan alat yang diperlukan dalam rangka melakukan penyelidikan dan pengambilan contoh.Rencana waktu pelaksanaan pengambilan contoh dan pengujian harus diajukan sebelumnya kepada Konsultan.g.Hanya material yang disetujui oleh Konsultan yang dapat digunakan sebagai material timbunan. Jika material yang dikirim ke lokasi pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah disetujui, Konsultan dapat menolak material tersebut dan Kontraktor wajib membuangnya/membersihkan dari lokasi pekerjaan atas biaya sendiri.h.Pengambilan contoh material tanah pilihan (borrow pit) tidak boleh digali sebelum disetujui oleh Konsultan.i.Borrow pit harus dalam kondisi kering pada saat dilakukan pengambilan material. Pada saat pengambilan harus selalu memperhatikan stabilitas tanah untuk mencegah longsor akibat penggalian dan ketentuan mengenai lingkungan serta keselamatan kerja.5.2PeralatanPeralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah :1. Greder2. Truck tangki air,peralatan manual3. Alat Pemadat

5.3Pelaksanaan1)Survei LapanganKontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan.2)Pelaksanaan Penimbunana.Tanah dasar / asli harus mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul beban dan tidak akan menyebabkan timbulnya penurunan yang berlebihan.Sesudah dilakukan pengupasan tanah asli, sebelum dilakukan penghamparan tanah timbunan, Kontraktor harus memastikan tanah dasar timbunan memiliki nilai kepadatan setara dengan CBR 6 % menggunakan uji DCP (Dynamic Cone Penetrometer) ASTM D 6951 atau alat lain yang setara.b.Jika tanah dasar / asli memiliki nilai kepadatan setara dengan CBR kurang dari 6 % menggunakan uji DCP atau alat lain yang setara, maka harus dilaksanakan pekerjaan perbaikan tanah dasar ASTM D 6951.c.Metode perbaikan tanah dasar harus diusulkan dan disetujui oleh Konsultan dan PPTK.d.Setelah dipastikan kondisi tanah dasar baik sesuai kaidah kaidah rekayasa teknik sipil, pekerjaan timbunan dapat dilaksanakan.e.Pemadatan harus dilakukan secara merata diseluruh lebar timbunan untuk mendapatkan hasil pemadatan yang merata.f.Bongkahan tanah yang berukuran lebih dari 20 cm harus dihancurkan terlebih dahulu sebelum pemadatan.g.Pada lokasi timbunan dilereng, permukaan lereng dibuat bertangga dengan tinggi maksimum 30 cm.h.Pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan hamparan masing-masing lapisan tidak boleh lebih dari 30 cm sebelum pemadatan dan setiap lapis dilakukan pengukuran elevasi.i.Uji coba pemadatan (trial embankment) terhadap material timbunan harus dilakukan pada saat awal untuk mengetahui ketebalan lapisan dan jumlah minimum lintasan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang disyaratkan dengan panjang lintasan 50 m. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) test kepadatan (density test) harus dilakukan untuk meyakinkan hasil test ini.j.Uji coba pemadatan (trial embankment) harus dilakukan kembali jika terjadi perubahan terhadap material timbunan dan alat yang digunakan.k.Pemadatan harus dilakukan untuk mendapatkan kepadatan kering (dry density) minimal 95% dari maksimum Kepadatan Kering yang didapat dari hasil pengujian ASTM D 698.l.Material yang disetujui sebagai material timbunan harus memiliki kadar air mendekati kadar air optimum pemdatan. Kontraktor harus menambahkan air kepada material timbunan untuk mendapatkan kadar air material timbunan yang cukup untuk pemadatan. Jika kadar air material timbunan dirasa melebihi kadar air optimum, maka kontraktor harus menunggu hingga kadar air mendekati optimum.m.Material timbunan harus dilindungi untuk menjaga kadar air.

3).Pengujian Hasil Pemadatana.Pengujian terhadap hasil pemadatan per lapis dapat menggunakan metode sesuai ASTM D 1556 Standard Test method for Density and Unit Weight of Soil in Place by the Sand-Cone Method atau ASTM D 7380 Standard Test Method for Soil Compectioan Determination at Shallow Depth Using 5-lb (2,3 kg) Dynamic Cone Penetrometer atau ASTM D 4429 Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of Soils in Place kecuali lapis terakhir.b.Hasil pengujian di atas harus dipadatkan minimum hingga 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai ASMT D 698 atau minimum setara nilai CBR sebesar 6% dari contoh material terendam kecuali lapis terakhir.c.Pengujian hasil pemadatan lapis terakhir dengan ketebalan 30 cm (subgrade) dilakukan sesuai dengan ASTM D 1196 Standard Test Method for Nonrepetitive Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Highway Pevement dengan nilai minimum yang harus dipenuhi sebesar 110 MN/m3 (11 kg/cm3).d.Pengujian hasil pemadatan harus dilakukan setiap 500 m2 untuk setiap lapisan tanah yang dipadatkan.B. BAHU JALAN Pekerjaan ini terdiri dari peningkatan kembali dan pembentukan kembali bahu jalan yang ada,termasuk pembersihan tumbu tumbuhan,memotong ,perapihan, pengurugan dan bahan terpilih serta pemadatan untuk mengembalikan bahu jalan mencapai garis,kemirigan dan dimensi yang benaryang ditunjukkan pada gambar.

Toleransi ukuran. a) Permukaan bahu jalan yang telah dipadatkan tidak boleh berbeda lebih dari 2 cm di atas atau dibawahpermukaan rencana pada setiap titik. b) Kemiringan melintang bahu jalan direncanakan sebesar 5 % dimana perkerasan diberi lapis lindung dan 6% dimana perkerasan tidak diberi lapis lindung serta sesuai dengan gambar standard. c) Kemiringan Melintang bahujalan setelah rehabilitasi tidak boleh berbeda lebih dari 1% terhadap kemiringan melintang rencana .

PELAKSANAAN PEKERJAAN Semua tumbutumbuhan harus dibomgkar dari bahu jalan yang ada, rumput, alang alang semak semak dan tumbuhan lainya harus dipotong ulang seperlunya sebelum pembentukan kembali. Bahu jalan yang harus dibentukan kembali dengan menggunakan tenaga kasar ,traktor atau motorgrader Pekerjaan ini mencakup pembongkaran daerah yang tinggi ,pengurugan daerah daerah rendah dengan bahan lebihan,dan pembentukan kembali bahu jalan tersebut sampai memenuhi kelandaian,garis batas dan ketinggian menurut permintaan direksi teknik beserta penyelesaian akhir rata dengan tepi perkerasan ,peningkatan harus dilaksanakan dengan motorgrader atau trktor yang dipasangi dengan satu pisau grader dan diperlukan paling sedikit dua lintasan perapihan dan pembuangan bahan bahan lebihan. Seluruh pembentukan kembali dan perataan bahu jalan harus diikuti pemadatan dengan mesin gilas roda ban peralatan pemadatan lain yang cocok dan disetujui oleh direksi teknik .Pemadatan harus dilaksanakan sampai memenuhi syarat kepadatan normal untuk mempersiapka tanah dasar dan harus ditambahkan air seperlunya.

C. PEKERJAAN STRUKTUR1. BETON TALING TAILING K.3001) Ruang Lingkup1.1UraianPekerjaan yang disyaratkan dalam bagian ini mencakup seluruh pelaksanaan struktur Beton taling, material Beton taling, pekerja terampil dalam pelaksanaan pengecoran Beton taling untuk pekerjaan yang terkait sebagaimana ditunjukan dalam gambar.Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran Beton taling, pemompaan air, pembuatan lantai kerja, pembesian, pemasangan bekisting, pembesian bagian yang akan di cor Beton taling, pengecoran, pemadatan Beton taling, sampling untuk uji Beton taling, finishing permukaan dan pemeliharaan Beton taling.Mutu Beton taling yang digunakan harus sesuai dengan kontrak kerja sebagaimana ditunjukan dalam gambar atau bagian lain yang berhubungan dengan spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan.1.2. Persyaratan Beton taling dari SNI 03-2847-2002 dan PBI 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan Beton taling yang dilaksanakan dalam kontrak ini, bila terdapat pertentangan dalam Spesifikasi ini, maka yang harus digunakan adalah ketentuan spesifikasi ini.1.3. Penerbitan Deatai PelaksanaanDetail pelaksanaan untuk pekerjaan Beton taling yang tidak disertakan dalam Dokumen Kontrak pada saat lelang akan diterbitkan oleh Konsultan setelah peninjauan rancangan awal telah selesai dilaksanakan sesuai dengan Bagian dari Spesifikasi ini.2) Pedoman Dan Standar1.1 Standar Nasional Indonesia (SNI) :SNI 15-2049-2004Semen PortlandPBI 1971Peraturan Beton taling Bertulang Indonesia NI-2SNI 03-2847-2002Tata Cara Perhitungan Struktur Beton taling Untuk Bangunan Gedung.SNI 03-4142-1996Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam (AASHTO T11 90)Agregat yang lolos Saringan No.200 (0,075mm).SNI 03-2816-1992Metode Pengujian kandungan Organik (AASHTO T12 87)Dalam Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton taling.SNI 03-1974-1990Metode Pengujian Kuat Tekan Beton taling.(AASHTO T22 90)Pd M-16-1996-03Metode Pembuatan dan Perawatan Benda (AASHTO T23 90)Uji Beton taling di Lapangan.SNI 03-1968-1990Metode Pengujian tentang Analisa (AASHTO T27 88)Saringan Agregat Halus dan Kasar.

SNI 2417 2008Metode Pengujian Keausan Agregat (AASHTO T96 87)dengan Mesin Los Angeles.SNI 3407 2008Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk (AASHTO T104 86)Agregat Terhadap Larutan Natrium Sulfat dan magnesium Sulfat.SK SNI M-01-1994-03Metode Pengujian Gumpalan Lempung (AASHTO T112 87) dan Butir-butir Mudah Pecah Dalam Agregat.SNI 2493-2011Metode Pembuatan dan Perawatan Benda (AASHTO T126 90) uji Beton taling di Laboratorium.SNI 2458-2008Metode Pengambilan contoh untuk (AASHTO T141 84) campuran Beton taling segar.

1.2 AASHTO :AASHTO T26 79Quality Of Water to be used in Concrete.

3) Jaminan Dan Pengendalian MutuMutu bahan dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam bagian jaminan Dan Pengendalian Mutu.4) Persyaratan Teknis4.1. Material1) Semena. Semen yang digunakan untuk pekerjaan Beton taling haruslah jenis semen Portland yang memenuhi AASHTO M85-45 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan, bahan tambahan (additive) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.b. Semen yang digunakan hanya satu merk dari jenis semen Portland, terkecuali dipekenankan oleh Konsultan.c. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan Bahan semen harus disimpan untuk mencegah kerusakan, atau intrusi bahan yang mengganggu. Untuk menyimpan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca, kedap udara dan mempunyai lantai kayu. Lantai tempat penyimpanan harus lebih tinggi dari tanah disekitarnya dan ditutup dengan lembar polyethylene (plastic). Tumpukan karung semen harus selalu ditutup dengan lembar plastic. Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh digunakan untuk pembuatan Beton taling.2) AirAir yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan atau pemakaian lainnya harus lah bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti : minyak, garam, asam, basa, gula atau material organik.Air yang diuji harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26, Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Apabila terjadi keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dapat pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus dilakukan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan menggunakan air yang diusulkan dan memakai air suling atau minum.Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90% kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama.4.2. Pengendalian PekerjaanPekerjaan ini harus sesuai dengan SKSNI T-15-1991-03, PUBB NI-3 tahun 1970, NI-8 tahun 1964, PBI NI-2 tahun 1971 terutama mengenai :a) Syarat-syarat bahan untuk semua pekerjaan Beton taling (PBI 1971 NI-2, Bagian II Bab 3 Pasal 3.1 sampai dengan Pasal 3.9) ;b) Syarat-syarat pelaksanaan pekerjaan Beton taling (PBI 1971 NI-2, Bagian II Bab 4-5-6 seluruh pasal) ;c) Syarat-syarat pekerjaan tulangan (PBI 1971 NI-2, Bagian IV Bab 8 seluruh pasal).4.3. Bahan betona) Beton taling Ready Mix dan Site Mix Beton taling Ready Mix yang dipergunakan adalah K-300 .b) Untuk Beton taling Site Mix dengan mutu Beton taling kualitas K-300. Untuk Beton taling Site Mix, bahan Semen yang digunakan harus dari bahan yang bermutu baik dan disetujui oleh Direksi dan Konsultan Pengawas. Persyaratan Bahan :1) Portland Cement yang digunakan adalah Portland Cement setara Tiga Roda, 2) Pasir Beton taling harus terdiri dari pasir dengan butiran yang bersih dan bebas dari bahan organis, lumpur dan sebagainya, sesuai dengan persyaratan yang tercantum didalam PBI 1971.3) Split atau kerikil Beton taling yang digunakan harus bersih dari segala macam kotoran serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan persyaratan yang tercantum didalam PBI 1971 ( ukuran 2/3 dan ).4) Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan bebas dari bahan-bahan organis, minyak garam alkalis, asam yang dapat merusak Beton taling.c) Bekisting1) Semua pekerjaan bekisting menggunakan bahan terbuat dari papan kayu kelas 2 dengan balok-balok penyangga secukupnya.2) Pasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan kaku untuk menahan getaran dan kejutan gaya yang dikirim tanpa berubah bentuk. Kerapihan dan ketelitian pemasangan bekisting harus diperhatikan agar setelah bekisting dibongkar menghasilkan bidang Beton taling yang rata.3) Celah-celah antara cetakan harus rapat agar pada waktu mengecor air tidak menembus keluar. Sebelum pengecoran bagian dalam bekisting harus bersih dari kotoran.4.4. Persiapan Pengecoran Sebelum Pengecoran Beton taling dilakukan, kontraktor wajib melaporkan kepada konsultan pengawas untuk pemeriksaan ( berupa penggunann bahan tulangan dan diminta persetujuannya untuk memulai pengecoran, hal ini berlaku untuk semua pekerjaan Beton taling bertulang. Sekurang-kurangnya 10 ( sepuluh ) hari sebelum pengecoran yang pertama Kontraktor sudah membuka kubus Beton taling minimal 20 buah dan ditest pada laboratorium tes yang sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas lapangan untuk usia 7 ( tujuh ) hari. Kekentalan campuran Beton taling harus diperiksa dengan pengujian slump dengan kerucut terpancung, ukuran bawah m = 20 cm, atas m = 10 cm dan tinggi m = 30 cm. Kerucut diisi dengan adukan Beton taling dalam 3 lapis yang sama tebalnya dengan masing-masing tusuk dengan besi m =50 cm sebanyak 10 kali untuk tiap lapisnya dan dipukul-pukulkan dengan palu karet. Setelah muka bidang atasnya merata maka 30 detik kemudian kerucut ditarik keatas dan penurunan kerucut diukur terhadap tinggi semula.4.5. Pengecoran Pengecoran Beton taling dapat dilakukan setelah :a. Direksi / Pengawas lapangan selesai memeriksa dan menyetujui acuan / bekisting yang dibuatb. Direksi / Pengawas Lapangan selesai memeriksa dan menyetujui pembesian yang akan di cor, dan harus bersih dari kotoranc. Direksi / Pengawas lapangan telah menerima Campuran Beton taling untuk pengecoran. Pemadatan struktur dilakukan dengan menggunakan alat penggetar ( Vibrator ) dengan kondisi baik. Untuk melindungi Beton taling yang dicor dari cahaya Matahari, hujan maupun angin sampai Beton taling tersebut mengeras dengan baik dan untuk pengeringan yang terlalu cepat, maka harus dilakukan perawatan sebagai berikut :1. Semua cetakan yang sudah diisi adukan Beton taling dibasahi sampai cetakan tersebut di bongkar.2. Membasahi permukaan atas adukan Beton taling selama 14 hari terus menerus setelah adukan Beton taling cukup keras.4.6. Pembongkaran Bekisting Pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas. Beton taling yang masih muda tidak diijinkan untuk dibebani segera. Setelah cetakan dibongkar permukaan Beton taling diperiksa, jika terdapat permukaan yang cacat akibat pembungkaran bekisting maupun oleh proses pengecoran maka kontraktor harus segera memperbaikinya. Umumnya diperlukan waktu sekurang-kurangnya 4 ( empat ) hari sebelum cetakan dibuka untuk bagian dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan lainnya sampai 7 ( tujuh ) hari untuk dinding-dinding pemikul serta 21 (dua puluh satu) hari untuk pemikul beban dan plat lantai. Bahan-bahan bekas cetakan yang sudah tidak digunakan lagi harus segera dikumpulkan serta segera dkeluarkan dari lokasi agar tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. Seluruh pekerjaan dan pembuatan dan pembongkaran bekisting harus sesuai dengan PBI 1971.5) Ceklist PekerjaanSebelum pelaksanaan pengecoran dilakukan, terlebih dahulu kontraktor pelaksana membuat form cheklist pekerjaan untuk diajukan ke Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana untuk persetujuan mengenai pekerjaan penulangan. Apabila pada pengecekan penulangan tidak sesuai dengan gambar kerja, maka terlebih dahulu Kontraktor Pelaksana memperbaiki atau membongkar pekerjaan tersebut sampai dengan adanya persetujuan dari Konsultan Perencana dan Konsultan Pengawas serta diketahui oleh Pimpinan Proyek. 6) Pengetesan Mutu Beton talingKontraktor Pelaksana diwajibkan untuk melakukan pengetesan mutu Beton taling di Laboratorium Tes Beton taling yang disediakan oleh Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon dan hasilnya diserahkan kepada pihak Konsultan Pengawas yang telah di Rekomendasikan oleh Team Laboratorium Pengujian Beton taling, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum melaksanakan pengecoran Beton taling Struktur. Mutu Beton taling yang dibawah standart ketentuan Wajib Dibongkar KembaliD. PEKERJAAN AKHIRPekerjaan Akhir, meliputi Pembersihan dan perapihan seluruh pekerjaan yang belum sepurna dan lain lain sebelum diadakan proses serah terima pekerjaan.

SPEK---TEKHal- 16