spesifikasi teknis pengairan 2016_2
TRANSCRIPT
SPESIFIKASI TEKNIS
A. BAHAN-BAHAN
Apabila dibutuhkan pada pekerjaan ini, spesifikasi bahan-bahannya adalah sebagai berikut :
1. Batu Kali / Batu Belah
- Batu harus berasal dari batuan yang baik (granit, andesit, basalt) dan tidak mengandung
retakan.
- Bidang permukaan batu harus bersih dari lumpur atau kotoran-kotoran
- Batu untuk pasangan batu harus lebih besar dari 100 mm dan kurang dari 300 mm.
- Material ini harus diperiksakan kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan
sebelum digunakan.
2. Kerikil / Batu Pecah
- Kerikil atau batu pecah harus bersih dari kandungan tanah atau lumpur.
- Ukuran butir kerikil / batu pecah adalah lebih besar dari 10 mm dan lebih kecil dari
30mm dan komposisinya bervariasi.
- Kerikil / batu pecah harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Butir-
butir kerikil/batu pecah harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur akibat
pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
- Kerikil / batu pecah tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton, seperti
garam.
- Material ini harus diperiksakan kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan
sebelum digunakan.
3. Pasir
- Pasir terdiri dari butiran tajam dan keras, tidak mudah pecah atau hancur oleh
pengaruh cuaca.
- Kandungan lumpur sangat kecil dan tidak tercampur rumput-rumput, daun-daunan,
ranting-ranting dan lain-lain.
- Pasir yang digunakan tidak mengandung garam mineral atau zat-zat organik lainnya.
- Untuk pekerjaan plesteran dan siaran, pasir tidak banyak mengandung butiran kasar
(diayak).
- Material ini harus diperiksakan kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan
sebelum digunakan.
4. Semen Portland
- Semen yang digunakan adalah semen yang masih ada dalam kantong plastik asli dari
pabrik, dalam keadaan utuh dan tidak membatu.
- Semen yang kantongnya terbuka atau pecah tidak dapat diterima.
- Penyimpanan semen harus dalam gudang yang terlindung dari pengaruh cuaca.
- Material ini harus diperiksakan kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan
sebelum digunakan.
5. Besi Beton
- Besi beton yang digunakan adalah besi yang bebas dari karat.
- Besi beton yang digunakan harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan
ukuran yang sesuai dengan gambar atau sesuai petunjuk direksi lapangan / pengawas
lapangan.
- Material ini harus diperiksakan kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan
sebelum digunakan.
6. Kawat Bronjong
- Kawat Bronjong yang digunakan adalah bronjong pabrikasi.
- Kualitas bronjong harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) terbaru atau
standar lain yang lebih tinggi kualitasnya.
- Bronjong kawat adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja berlapis seng yang
pada penggunaannya diisi batu-batu untuk pencegah erosi yang dipasang pada tebing-
tebing, tepi-tepi sungai.
- Sifat tampak bronjong harus kokoh, bentuk anyaman hexagonal dan harus simetri.
Lilitan harus erat, tidak terjadi kerenggangan hubungan antara kawat sisi dan kawat
anyaman dililit minimum 3 kali sehingga kawat mampu menahan beban dari segala
jurusan.
- Material ini harus diperiksakan kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan
sebelum digunakan.
7. Air
- Air untuk pekerjaan adalah air tawar, bebas dari garam, mineral dan lain-lain yang
dapat merusak / menurunkan kualitas pasangan.
- Penyedia jasa wajib mengusahakan sendiri air untuk pekerjaan dengan cara
mendatangkan atau mengambil dari sumber air yang memenuhi syarat untuk dipakai
pada pekerjaan ini.
- Air harus diambil dari sumber yang sudah mendapat persetujuan dari Direksi Teknis.
B. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan sesuai ukuran / dimensi yang tertera dalam
gambar dan/atau sesuai dengan kuantitas yang tertera dalam kontrak dan/atau sesuai
dengan arahan Direksi Teknis.
2. Semua bahan dan mutu pekerjaan harus mempergunakan dan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dari Standar Nasional Indonesia dari edisi / revisi terakhir atau
standar internasional yang secara substansial setara atau lebih tinggi dari standar
nasional yang disyaratkan.
3. Semua bahan dan mutu pekerjaan yang tidak sepenuhnya diperinci di sini atau dicakup
oleh Standar Nasional Indonesia, haruslah bahan dan mutu pekerjaan kelas utama.
4. Biaya untuk pekerjaan persiapan dan pekerjaan lain-lain sudah termasuk dalam biaya
umum.
a. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan adalah semua kegiatan yang perlu dilaksanakan selama berlangsungnya kontrak.
Kerusakan yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan dari penyedia jasa yang merusak / merugikan
masyarakat atau pemerintah harus diperbaiki atau diganti dengan biaya penyedia jasa. Item pekerjaan
yang termasuk dalam pekerjaan persiapan ini secara detail berikut ini :
1. Mobilisasi dan Demobilisasi
Yang dimaksud dengan mobilisasi dan demobilisasi adalah semua kegiatan yang berhubungan
dengan transportasi peralatan yang akan digunakan dalam melaksanakan paket pekerjaan.
2. Papan Tanda Proyek
Penyedia jasa harus membuat, memasang dan memelihara papan tanda pengenal proyek yang
dipasang di lokasi proyek.
3. Pembuatan jalan sementara dan pemeliharaan jalan desa.
Untuk memperlancar kegiatan pelaksanaan konstruksi maka perlu dibuat jalan yang sifatnya
sementara selama pelaksanaan proyek. Penyedia Jasa harus sudah bisa membuat rencana jalan
sementara sesuai dengan kondisi lapangan. Di samping itu, jalan-jalan yang sudah ada baik
berupa jalan desa yang akan dipergunakan oleh penyedia jasa selama pelaksanaan kontrak,
terlebih dahulu harus mendapat izin penggunaan dari aparat / pemilik jalan tersebut.
4. Pekerjaan survey dan pengukuran
Sebelum melakukan pekerjaan pengukuran, maka pihak penyedia jasa diminta untuk mengajukan
permintaan kepada Direksi Teknis untuk pekerjaan pengukuran ini. Penarikan / penentuan titik-
titik elevasi dilakukan dari patok elevasi yang telah disetujui / ditentukan oleh Direksi Lapangan /
Direksi Teknis. Jika tidak ada patok elevasi yang dapat dipakai, digunakan elevasi lokal yang
dipindahkan ke Patok Bantu Elevasi (PBE), dengan persetujuan Direksi Teknis. Semua Alat ukur
topografi yang digunakan harus dikalibrasi dan disetujui oleh Direksi Teknis. Semua pemasangan
Patok Bantu Elevasi (PBE) harus diikatkan pada titik atau diletakkan pada bangunan yang sifatnya
tetal / tidak berubah.
b. Pekerjaan Tanah
1. Lingkup dari pekerjaan tanah meliputi semua pekerjaan yang berkaitan adalah sebagai berikut :
- Pembersihan
- Penggalian
- Penimbunan Tanah
- Pekerjaan lain yang mungkin diarahkan oleh Direksi Teknis.
2. Semua daerah di sekitar jalur pekerjaan ini harus dibersihkan seperti ditentukan Direksi Teknis
dan hasil pembersihan harus dibuang, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Teknis.
3. Semua pekerjaan tanah dari beberapa bagian harus dilaksanakan menurut ukuran ketinggian yang
ditunjukkan dalam gambar, atau menurut ukuran ketinggian yang ditunjukkan dalam gambar,
atau menurut ukuran dan ketinggian lain yang mungkin akan diperintahkan oleh Direksi Teknis.
Ukuran yang berdasarkan atau berhubungan dengan ketinggian tanah, atau jarak terusan harus
ditunjukkan kepada Direksi Teknis lebih dahulu, sebelum memulai pekerjaan tanah pada setiap
tempat. Yang dimaksud dengan "ketinggian tanah" adalah tinggi permukaan tanah sesudah
pembersihan lapangan sebelum pekerjaan tanah dimulai.
4. Jenis-jenis pekerjaan tanah :
A. Penggalian
- Penggalian dimaksud adalah galian tanah untuk pasangan bronjong atau pasangan batu atau
galian untuk saluran dan lain sebagainya. Setelah jalur galian dibersihkan, penyedia jasa
wajib memasang patok-patok sebagai dasar pekerjaan galian sesuai dengan rencana gambar
atau petunjuk dari direksi teknis. Pemasangan patok ini harus mendapat persetujuan dari
Direksi Teknis.
- Pekerjaan galian ini harus memenuhi ketentuan dimensi yang meliputi elevasi dasar galian,
kemiringan rencana, kemiringan talud dan lebar dasar. Pekerjaan galian tanah harus
memenuhi luas galian minimum menurut ketentuan pada gambar bestek yang ditandai pada
patok-patok dengan kedalaman yang sesuai dengan elevasi galian rencana sesuai instruksi
Direksi Teknis.
- Tanah hasil galian jika menurut direksi teknis dipandang tidak memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai bahan timbunan, harus ditempatkan pada lokasi yang ditentukan oleh
Direksi Teknis atau dibuang pada tempat yang sudah disetujui oleh Direksi Teknis.
- Tanah-tanah yang berada pada tebing-tebing serta material-material yang mungkin longsor
ke daerah galian, di sepanjang garis galian, harus dipindahkan oleh penyedia jasa menurut
cara yang disetujui oleh Direksi Teknis dan tebing tersebut harus diperbaiki menurut garis
rencana.
- Penyedia jasa mungkin juga diminta untuk menggali daerah-daerah yang mungkin akan
longsor di luar batas penggalian untuk mencegah kerusakan pekerjaan.
- Pekerjaan galian harus memperhatikan keselamatan pekerja, keselamatan bangunan yang
berdekatan, atau yang membahayakan atau merugikan pihak lain. Apabila hal ini tidak
diperhatikan, maka segala kerugian yang diakibatkan adalah menajadi tanggung jawab
penyedia jasa.
- Tanah hasil galian harus dirapihkan
- Sebelum memulai pekerjaan ini, penyedia jasa wajib mengajukan izin pelaksanaan pekerjaan
terlebih dahulu kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan.
B. Timbunan Tanah
- Timbunan terdiri dari 2 macam. Timbunan dari hasil galian atau galian setempat dan
timbunan dari borrow area. Bila tidak ada instruksi lain dari Direksi Teknis, maka dalam hal
pekerjaan timbunan di dalam satu ruas pekerjaan yang telah ditentukan oleh Direksi Teknis,
penyedia jasa wajib menggunakan terlebih dahulu material timbunan yang berasal dari hasil
galian terdekat. Apabila material timbunan dari hasil galian sudah habis maka prioritas
berikutnya adalah tanah diambil dari borrow area.
- Semua material timbunan, baik dari hasil galian atau borrow area harus memenuhi syarat
kualitas dan bebas dari bahan-bahan organik seperti tonggak-tonggak kayu, semak belukar,
rerumputan, akar-akaran dan sejenisnya, disamping itu juga harus bebas dari bahan-bahan
yang akan membahayakan konstruksi.
- Sebelum memulai pekerjaan ini, penyedia jasa wajib mengajukan izin pelaksanaan pekerjaan
terlebih dahulu kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan.
c. Pekerjaan Pasangan
1. Yang termasuk pekerjaan pasangan meliputi : pasangan batu, pekerjaan siaran, pekerjaan
plesteran, pekerjaan batu kosong, pekerjaan bronjong, pekerjaan beton bertulang (bila ada dalam
Daftar Kuantitas dan/atau ada dalam gambar dan/atau berdasarkan petunjuk Direksi Teknis).
2. Lakukan dan periksa persiapan yang meliputi penyediaan batu, pasir dan air di lokasi kerja,
kelengkapan peralatan dan alat bantu seperti kotak penampung adukan, penampung air, plastik
pelindung hujan, tukang batu, buruh pembantu, tenaga dan sarana pengangkutan adukan.
3. Material yang akan segera digunakan untuk pekerjaan pasangan disiapkan terpisah di tempat
kering.
4. Pengadukan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi konstruksi yang akan dibangun. Pasir dan
Semen disiapkan terpisah di tempat kering (lebih tinggi dari tanah sekitarnya).
4. Lokasi pembuatan adukan perlu diatur sedemikian rupa agar dapat menjamin kelancaran
pekerjaan. Memudahkan pula bagi pengawas untuk mengawasi dan menjamin tercapainya mutu
adukan yang baik dan terlindung.
5. Kotak pengaduk dipasang di tempat datar di lokasi yang memudahkan bagi petugas pengaduk dan
pengangkutan adukan ke lokasi bangunan.
6. Drum air ditempatkan di dekat kotak pengaduk. Kotak takaran disiapkan secukupnya di lokasi
timbunan pasir dan semen.
7. Jenis-jenis dari pekerjaan pasangan adalah seperti dibawah ini, dan dikerjakan apabila tercantum
dalam daftar kuantitas dan/atau sesuai petunjuk gambar dan/atau petunjuk dari direksi teknis.
A. Pasangan Batu 1 : 4
- Pasangan batu menggunakan adukan campuran semen (PC) dan Pasir dengan perbandingan
1PC : 4Pasir
- Pencampuran spesi harus diaduk sampai benar-benar homogen.
- Adukan (spesi) harus digunakan selambat-lambatnya 30 menit setelah dicampur dengan air.
- Adukan (spesi) yang telah mengering tidak boleh digunakan lagi.
- Sebelum dipasang, batu harus dibersihkan dari lumpur atau tanah yang melekat serta
dibasahi dengan air agar ikatan dengan adukan menjadi kuat.
- Pemasangan lapis batu pertama, diawali dengan menghampar adukan setebal 3 - 5 cm,
kemudian menyusun batu di atas hamparan dengan jarak 2-3 cm (tidak bersinggungan),
pukul atau ketok-ketok batu tersebut agar terikat kuat dengan adukan.
- Isi rongga di antara batu-batu dengan adukan sampai penuh / mampat dengan
menggunakan sendok adukan.
- Apabila hujan atau setelah selesai, pasangan ditutup plastik agar pasangan yang masih baru
tersebut tidak rusak karena air hujan.
- Tebal dari landasan adukan harus pada rentang 2 cm sampai 5 cm dan merupakan
kebutuhan minimal untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu yang dipasang terisi
penuh.
- Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah dibatasi
sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
- Jika batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka batu
tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi
dengan adukan yang baru.
- Pelaksanaan pasangan batu tidak boleh seperti timbunan batu yang ditutupi spesi.
- Permukaan pasangan harus rata.
- Sebelum memulai pekerjaan ini, penyedia jasa wajib mengajukan izin pelaksanaan pekerjaan
dahulu kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan.
B. Pekerjaan Plesteran 1 : 3
- Pekerjaan plesteran dilaksanakan pada bagian dari pasangan batu atau pasangan beton
bertulang sesuai dengan gambar dan/atau sesuai dengan Daftar Kuantitas dan/atau
petunjuk dari Direksi Teknis.
- Sebelum melaksanakan pekerjaan plesteran ini, permukaan bangunan yang akan diplester
harus terlebih dahulu dibersihkan dari macam kotoran kemudian disiram dengan air.
- Plesteran dikerjakan dengan campuran Semen (PC) dan Pasir dengan perbandingan 1PC :
3Pasir.
- Plesteran ini dipasang pada bagian atas dari dinding, lantai, ujung-ujung saluran pasangan,
dan untuk 10 cm di bawah tepi atas dan/atau sesuai dengan yang tertera pada gambar,
dan/atau sesuai dengan petunjuk PPTK atau direksi Teknis.
- Sebelum plesteran dipasang, di antara batu-batu harus dikorek sampai kedalaman 1 - 2 cm di
bawah permukaan batu. Kemudian permukaan pasangan dibersihkan dan disiram air agar
terjadi ikatan yang kuat antara pasangan dan plesteran.
- Bentuk permukaan plesteran dibuat rata atau sesuai petunjuk gambar dan/atau direksi
teknis.
- Plesteran yang belum mengeras harus dilindungi dari hujan.
- Sebelum memulai pekerjaan ini, penyedia jasa wajib mengajukan izin pelaksanaan pekerjaan
dahulu kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan.
C. Pekerjaan Siaran 1 : 2
- Pekerjaan siaran dilaksanakan pada bagian dari pasangan batu sesuai dengan gambar
dan/atau sesuai dengan Daftar Kuantitas dan/atau petunjuk dari Direksi Teknis.
- Siaran dikerjakan dengan campuran Semen (PC) dan Pasir dengan perbandingan 1PC : 2Pasir.
- Jenis siaran harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Direksi Teknis.
- Sebelum siaran dipasang, adukan pasangan di antara batu-batu harus dikorek sampai
kedalaman 1-2 cm di bawah permukaan batu untuk jenis siar rata dan siar timbul, dan 2-3cm
untuk jenis siar tenggelam, kemudian pasangan dibersihkan dan disiram air agar terjadi
ikatan yang kuat antara pasangan siaran.
- Siaran yang belum mengeras harus dilindungi dari air hujan atau air.
- Sebelum memulai pekerjaan ini, penyedia jasa wajib mengajukan izin pelaksanaan pekerjaan
dahulu kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan.
D. Pekerjaan Beton Bertulang
- Ukuran, tulangan, bentuk dan penampang dari pekerjaan beton bertulang ini disesuaikan
dengan gambar, daftar kuantitas dan/atau petunjuk dari direksi teknis.
- Mutu beton minimal adalah K175.
- Bekisting yang digunakan dapat dibuka pada saat proses pengerasan telah memenuhi syarat
(minimal 3-5 hari)
- Material halus (agregat halus) yaitu pasir yang digunakan adalah material dengan ukuran
maksimum 5 mm. Pasir harus diambil dari sungai atau tambang pasir. Penambahan bahan
lain seperti pasir dari batu pecah akan diizinkan, apabila menurut pendapat Direksi Teknis,
pasir yang ada tidak memenuhi gradasinya, dan kualitas betonnya tidak akan menurun dari
yang disyaratkan.
- Material kasar (agregat kasar) yang dipergunakan adalah material dengan ukuran lebih besar
dari 10 mm dan lebih kecil 30 mm sampai ukuran maksimum yang dibutuhkan dan
tergantung dari klas betonnya. Agregat kasar untuk beton adalah kerikil atau batu pecah,
kecuali diinstruksikan lain oleh Direksi Teknis dan harus disediakan oleh Penyedia Jasa.
E. Pasangan Bronjong Pabrikasi
- Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh bentuk serta posisi
yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik kecil sebelum pengisian
batu ke dalam kawat bronjong. Sambungan antara keranjang haruslah sekuat anyaman itu
sendiri.
- Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan maksimum dan rongga
seminimal mungkin. Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat harus mempunyai
permukaan yang rata dan bertumpu pada anyaman.
- Setelah pengisian, tepi dari tutup harus dibentangkan dengan batang penarik atau ulir
penaik pada permukaan atasnya dan diikat.
- Bilamana keranjang dipasang satu di atas yang lainnya, sambungan vertikal harus dibuat
berselang-seling.
- Sebelum memulai pekerjaan ini, penyedia jasa wajib mengajukan izin pelaksanaan pekerjaan
dahulu kepada Direksi Teknis dan harus mendapat persetujuan.
d. Pekerjaan Lain-lain
1. Laporan Pelaksanaan dan Kemajuan Pekerjaan
Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan kemajuan pekerjaan kepada Direksi Teknis berupa
Laporan Harian, Laporan Mingguan dan Laporan Bulanan. Laporan ini menggambarkan secara
detail kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan dapat menjelaskan kemajuan pekerjaan untuk
periode mingguan dan bulanan.
* Laporan Harian sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :
- Uraian pekerjaan yang dilaksanakan setiap hari kerja.
- Volume pekerjaan yang dihasilkan
- Jumlah Tenaga Kerja yang digunakan
- Jumlah Peralatan yang digunakan
- Jumlah Bahan yang digunakan
- Keterangan-keterangan lain yang perlu dilaporkan seperti cuaca, kendala-kendala di lapangan
dan lain sebagainya.
* Laporan Mingguan dan Bulanan sekurang-kurangnya harus berisi hal-hal sebagai berikut :
- Prosentase kemajuan pekerjaan berdasarkan kenyataan yang dicapai pada periode mingguan /
bulanan tersebut.
- Prosentase kemajuan pekerjaan yang dicapai sampai pada periode mingguan / bulanan
sebelumnya.
- Prosentase kemajuan pekerjaan yang dicapai sampai pada periode mingguan / bulanan
tersebut.
2. Rapat bersama untuk membicarakan kemajuan pekerjaan (progress meeting).
Rapat tetap antara Direksi Teknis dan Penyedia Jasa diadakan minimal seminggu sekali pada
waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Maksud dari rapat ini membicarakan
kemajuan pekerjaan yang sedang dilakukan, pekerjaan yang diusulkan untuk minggu selanjutnya
dan membahas permasalahan yang timbul agar dapat segera diselesaikan.
3. Dokumentasi
Semua kegiatan di lapangan harus didokumentasikan dengan lengkap dan dibuatkan album foto
serta keterangan yang menjelaskan foto tersebut. Untuk setiap dokumentasi bagian tertentu dari
pekerjaan yang diperintahkan oleh Direksi Teknis, minimal dibuat 3 seri foto yaitu sebelum
pelaksanaan (0%), pada saat pelaksanaan, dan setelah selesai dilaksanakan (100%), dimana pada
setiap tahap pengambilan gambar untuk tiap lokasi, pengambilan harus dari titik dan arah yang
sama sesuai dengan yang sudah ditentukan sebelumnya. Dokumentasi ini harus bisa menjelaskan
dengan baik proses pekerjaan di lapangan. Selain album foto, juga dimasukkan dalam bentuk
softcopy (diisi di flashdisk).
Bilamana mungkin, maka pada latar belakang supaya diusahakan adanya suatu tanda khusus
untuk memudahkan mengenali lokasi tersebut dan memperkirakan dimensi obyek yang akan
difoto.
C. ASPEK-ASPEK YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Aspek Keselamatan Kerja
Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi harus memperhatikan ketentuan kesehatan dan keselamatan
kerja dari personil yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan. Ketentuan-ketentuan yang
berkaitan dengan keselamatan kerja harus diadopsi secara menyeluruh oleh pelaksana pekerjaan
mulai dari tahap pekerjaan persiapan hingga pemeliharaan setelah penyerahan pekerjaan.
2. Aspek Administrasi
Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi harus memiliki prosedur dan tata cara administrasi yang baku
dalam bentuk surat-menyurat, untuk menunjang seluruh kegiatan pekerjaan. Seluruh dokumen
pekerjaan mulai dari pekerjaan persiapan, pelaksanaan, serah terima dan pemeliharaan harus
didokumentasikan secara sistematis sesuai dengan kelompok pekerjaan, urutan waktu, atau
kategori lain yang dianggap penting. Dokumentasi ini diperlukan guna menunjang laporan proyek
(Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan).
3. Aspek Ekonomis
Penyedia Jasa pekerjaan wajib memperhatikan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan. Termasuk
dalam hal ini aspek SDM, peralatan, dan pengadaan bahan. SDM yang digunakan harus secara
efektif dapat memenuhi kebutuhan jadwal dan kualitas pekerjaan. Jumlah dan jenis peralatan-
peralatan pendukung pekerjaan harus diperhitungkan dengan seksama sesuai jadwal pekerjaan
terutama bila peralatan-peralatan tersebut diadakan dengan sewa. Pengadaan bahan/material
harus diupayakan efektif sesuai pekerjaan yang dijadwalkan.
4. Aspek Sosial Budaya
Penyedia Jasa pekerjaan konstruksi berkewajiban memperhatikan kondisi sosial dan budaya
masyarakat di lokasi pekerjaan. Hal-hal yang cukup sensitif seperti gangguan kebisingan pada
waktu ibadah, waktu istirahat, hal-hal yang ditabukan, atau lokasi-lokasi yang dianggap suci oleh
masyarakat setempat sedapat mungkin dihindarkan dari gangguan pekerjaan atau personil yang
terlibat dalam pekerjaan.