sosiologi perdesaan sejarah perubahan sosial dan ... · sosiologi perdesaan sejarah perubahan...
TRANSCRIPT
Sosiologi Perdesaan
Sejarah Perubahan Sosial dan Statifikasi Sosial
Desa Sumber Suko OKU Timur Sumtera Selatan
Kelompok B
Preli Yulianto 412016009
Suhari Dwi Santoso 412016001
Maikel Jeksen 412016014
Jurusan/Semester : Agribisnis A/IV
Dosen Pengasuh : Yulia Peroza, SP. MSi.
FAKULTAS PERTANIAN PRODI AGRIBISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2017/2018
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan field trip yang berjudul
“Sosiologi Perdesaan: Sejarah, Perubahan Sosial, dan Statifikasi Sosial Desa Sumber
Suko”.
Dalam proses pembuatan laporan ini penulis banyak mengalami kendala,
namun itu semua dapat teratasi berkat bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan laporan ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada
pembaca. Kami selaku penyusun laporan ini sangat sadar bahwa masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari teman- teman, dan Pembimbing
yang sangat kami harapkan agar tugas berikutnya dapat lebih baik lagi.
Palembang, 21 Juli 2018
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar .................................................................................................. I
Daftar Isi ............................................................................................................. II
I. Pendahulaun
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Makalah ............................................................................................ 3
D. Metode Pengumpulan Data ........................................................................... 3
II. Kerangka Berfikir
A. Sosiologi Perdesaan ................................................................................. 4
B. Penyebab Perubahan Sosial...................................................................... 6
C. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial .................. 7
D. Damapak Akibat Perubahan Soial ........................................................... 8
E. Stratifikasi Sosial ..................................................................................... 12
1. Pengertian Strategi Sosial.................................................................. 12
2. Kedudukan (Status0 .......................................................................... 12
3. Peranan (Role) ................................................................................... 13
III. Hasil dan Pembahasan
A. Sejarah Desa Sumber Suko ...................................................................... 14
B. Profile Desa Sumber Suko ....................................................................... 18
C. Visi dan Misi Desa Sumber Suko ............................................................ 18
D. Penyebab Perubahan Sosial Desa Sumber Suko ...................................... 18
E. Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Sumber Suko ...... 19
F. Dampak Akibat Perubahan Sosial dan Solusi .......................................... 21
G. Stratifikasi , Kedudukan, dan Peranan Sosial .......................................... 21
IV. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan .............................................................................................. 24
B. Saran ......................................................................................................... 25
Daftar Pustaka .................................................................................................... 26
Lampiran ............................................................................................................ 27
I. Pendahulauan
A. Latar Belakang
William F. Ogburn dalam Moore (2002), berusaha memberikan suatu
pengertian tentang perubahan sosial. Ruang lingkup perubahan sosial meliputi
unsur-unsur kebudayaan baik yang material maupun immaterial. Penekannya
adalah pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial. Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat.
Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi
dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat
sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur
masyarakat lainnya (Soekanto, 1990). Perubahan sosial terjadi karena adanya
perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat
seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan
kebudayaan. Sorokin (1957), berpendapat bahwa segenap usaha untuk
mengemukakan suatu kecenderungan yang tertentu dan tetap dalam perubahan
sosial tidak akan berhasil baik.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam
kebudayaan mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan
kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan (Soekanto,
1990).
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial.
Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan.
Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan
bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan
bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti
menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan
(Davis, 1960). Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor dalam
Soekanto (1990), kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta
kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah
segala perubahan yang mencakup unsur-unsur tersebut. Soemardjan (1982),
mengemukakan bahwa perubahan sosial dan perubahan kebudayaan mempunyai
aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut dengan suatu cara penerimaan
cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi
kebutuhannya.
Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui sebab-sebab
yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam sebab
terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu yang
dianggap sudah tidak lagi memuaskan. Menurut Soekanto (1990), penyebab
perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu
faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat
sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan baru,
pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi.
Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar,
peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana profile desa Sumber Suko?
b. Bagaimana visi dan misi desa Sumber Suko?
c. Bagaimana penyebab perubahan sosial di desa Sumber Suko?
d. Apa saja faktor pendorong dan penghambat perubahan sosial desa Sumber
Suko?
e. Bagaimana dampak akibat perubahan sosial dan solusi?
C. Tujuan Makalah
a. Untuk menganalisis sosiologi perdesaan desa Sumber Suko OKU Timur
dan membandingkan teori yang diperoleh dari bangku kuliah dengan
kenyataan yang terdapat dilapangan,
b. Sebagai bahan informasi pada pratek lapangan selanjutnya dan bahan
pertimbangan pemerintahan dalam menetapkan kebijakan-kebijakan
khususnya Sosiologi Perdesaan (Pertanian) , dan
c. Sebagai bahan refrensi ilmu tentang perubahan sosial dan Statifikasi Sosial
perdesaan.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
a. Studi Pustaka
Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder
dengan cara membaca, menelaah dan mengutip peraturan perundang-
undangan, buku-buku, dan literatur yang berkaitan dengan Sosialogi Perdesaan
(perubahan sosial dan statifikasi sosial) yang akan dibahas.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan pihak yang terlibat langsung dengan
permasalahan yang sedang diteliti, yaitu Bapak Darkup selaku salah satu warga
desa Sumber Suko. Hal ini dilakukan sebagai data pendukung dalam penelitian
mengenai Sejarah, Perubahan, dan Pelapisan Sosial.
c. Lokasi Penelitian
Untuk menunjang penelitian ini, maka penulis melakukan penelitian di
Desa Sumber Suko, BK 8, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan.
II. Kerangka Teoritis
A. Sosiologi Perdesaan dan Perubahan Sosial
Sosiologi pertanian (perdesaan) sebagai suatu bagian dari sosiologi terapan
semakin pesat perkembangannya dewasa ini. Hal ini dipicu dengan makin
bertambahnya pemahaman bahwa sosiologi diperlukan bagi perkembangan dan
aplikasi ilmu yang lain kepada masyarakat luas. Dengan kata lain sosiologi pertanian
merupakan pembuka untuk diterapkannya suatu ilmu kepada masyarakat. Untuk itulah
diperlukan pemahaman mengenai Konseptualisasi sosiologi dan sosiologi Pertanian
(Perdesaan).
Ciri-ciri perubahan sosial sebagai berikut:
a. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannya, hal ini disebabkan
setiap masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau
secara cepat,
b. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti
dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya,
c. Perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan disorganisasi yang
bersifat sementara karena berada di dalam proses penyesuaian diri,
d. Perubahan-perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau
bidang spritual saja, karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan
timbal-balik yang sangat kuat, dan
e. Perubahan sosial yang secara tipologis dapat dikategorikan sebagai proses
sosial, segmentasi, perubahan strutural dan perubahan struktur kelompok.
Berikut merupaka teori-teori perubahan sebagai berikut:
1. Teori Evolusi adalah teori perubahan sosial yang terjadi secara
bertahap / berurutan dalam waktu yang cukup lama,
2. Teori Neoevolusi adalah teori bantahan dari evolusi, karena teori ini
membahas bahwa perubahan sosial terjadi tidak secara bertahap tapi
secara acak,
3. Teori Revolusi adalah teori perubahan sosial yang terjadi didalam
masyarakat secara cepat, perubahan ini bisa menyebabkan suatu
perpecahan / konflik,
4. Teori Sistem adalah teori perubahan sosial yang dibagi menjadi 3
bagian yaitu : makro, membahas dunia secara keseluruhan. meso,
hanya membahas tiap-tiap negara sendiri. mikro, membahas tingkatan
yang lebih rendah dari meso,
5. Teori Modernitas adalah teori perubahan sosial yang membahas
masyarakat moderen, didalam masyarakat moderen akan ada
penemuan-penemuan, lalu penemuan tersebut bisa menyebabkan
proses industrialisasi yang orang-orangnya bersifat kapitalis (orang
yang kuat akan semakin kuat, orang yang lemah akan semakin lemah),
6. Teori Post Modern / Neomodernisasi adalah teori yang membahas
tentang kejenuhan masyarakat moderen, mereka jenuh karena orang-
orangnya memiliki sifat egois / individualisme / kapitalisme.
Ada pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial itu merupakan suatu
respons ataupun jawaban dialami terhadap perubahan-perubahan tiga unsur utama :
1) Faktor alam
2) Faktor teknologi
3) Faktor kebudayaan
Kalau ada perubahan daripada salah satu faktor tadi, ataupun kombinasi dua
diantaranya, atau bersama-sama, maka terjadilah perubahan sosial. Faktor alam apabila
yang dimaksudkan adalah perubahan jasmaniah, kurang sekali menentukan perubahan
sosial. Hubungan korelatif antara perubahan slam dan perubahan sosial atau
masyarakat tidak begitu kelihatan, karena jarang sekali alam mengalami perubahan
yang menentukan, kalaupun ada maka prosesnya itu adalah lambat. Dengan demikian
masyarakat jauh lebih cepat berubahnya daripada perubahan alam. Praktis tak ada
hubungan langsung antara kedua perubahan tersebut. Tetapi kalau faktor alam ini
diartikan juga faktor biologis, hubungan itu bisa di lihat nyata. Misalnya saja
pertambahan penduduk yang demikian pesat, yang mengubah dan memerlukan pola
relasi ataupun sistem komunikasi lain yang baru. Dalam masyarakat modern, faktor
teknologi dapat mengubah sistem komunikasi ataupun relasi sosial. Apalagi teknologi
komunikasi yang demikian pesat majunya sudah pasti sangat menentukan dalam
perubahan sosial itu.
B. Penyebab Perubahan Sosial
a. Dari Dalam Masyarakat
1. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk ini meliputi bukan hanya perpindahan penduduk
dari desa ke kota atau sebaiiknya, tetapi juga bertambah dan berkurangnya
penduduk,
2. Penemuan-penemuan baru (inovasi)
Adanya penemuan teknologi baru, misalnya teknologi plastik. Jika
dulu daun jati, daun pisang dan biting (lidi) dapat diperdagangkan secara
besar-besaran maka sekarang tidak lagi. Suatu proses sosial perubahan yang
terjadi secara besar-besaran dan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama
sering disebut dengan inovasi atau innovation. Penemuan-penemuan baru
sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam
pengertian-pengertian Discovery dan Invention. Discovery adalah
penemuan unsur kebudayaan baru baik berupa alat ataupun gagasan yang
diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu.
Discovery baru menjadi invention kalau masyarakat sudah mengakui dan
menerapkan penemuan baru itu.
3. Pertentangan masyarakat
Pertentangan dapat terjadi antara individu dengan kelompok atau
antara kelompok dengan kelompok.
4. Terjadinya Pemberontakan atau Revolusi
Pemberontakan dari para mahasiswa, menurunkan rezim Suharto
pada jaman orde baru. Munculah perubahan yang sangat besar pada Negara
dimana sistem pemerintahan yang militerisme berubah menjadi demokrasi
pada jaman refiormasi. Sistem komunikasi antara birokrat dan rakyat
menjadi berubah (menunggu apa yang dikatakan pemimpin berubah sebagai
abdi masyarakat).
b. Dari Luar Masyarakat
1. Peperangan
Negara yang menang dalam peperangan pasti akan menanamkan nilai-
nilai sosial dan kebudayaannya.
2. Lingkungan
Terjadinya banjir, gunung meletus, gempa bumi, dll yang
mengakibatkan penduduk di wilayah tersebut harus pindah ke wilayah
lain. Jika wilayah baru keadaan alamnya tidak sama dengan wilayah
asal mereka, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan di
wilayah yang baru guna kelangsungan kehidupannya.
3. Kebudayaan Lain
Masuknya kebudayaan Barat dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia menyebabkan terjadinya perubahan.
C. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial
a. Faktor-faktor Pendorong
1. Intensitas hubungan/kontak dengan kebudayaan lain
2. Tingkat Pendidikan yang maju
3. Sikap terbuka dari masyarakat
4. Sikap ingin berkembang dan maju dari masyarakat
b. Faktor-faktor Penghambat
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar
2. Perkembangan pendidikan yang lambat
3. Sikap yang kuat dari masyarakat terhadap tradisi yang dimiliki
4. Rasa takut dari masyarakat jika terjadi kegoyahan (pro kemapanan)
5. Cenderung menolak terhadap hal-hal baru
D. Dampak Akibat Perubahan Sosial
Arah perubahan meliputi beberapa orientasi, antara lain (1) perubahan dengan
orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial
yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk
atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang berorientasi
pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau. Tidaklah
jarang suatu masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses
modernisasi pada berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi,
pertahanan keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian
masyarakat atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri,
mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai
kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.
Dalam memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang
memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah sebagai
berikut, (1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok, yang mampu
menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau kecilnya produktivitas
kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir adanya sejumlah
penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas, sebab pada hakekatnya
salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu yang menyimpang dari hal-
hal yang rutin. Memang salah satu ciri yang hakiki dari makhluk yang disebut manusia
itu adalah sebagai makhluk yang disebut homo deviant, makhluk yang suka
menyimpang dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan suatu kebiasaan atau sikap
mental yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain (individual,
kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi, baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan
iptek, (4) adanya atau tersedianya fasilitas dan pelayanan pendidikan dan pelatihan
yang memiliki spesifikasi dan kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi
semua fihak yang membutuhkannya.
Modernisasi, menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju
atau menciptakan nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi
universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan nilai-nilai
tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity (modernitas), yang
diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek ruang, waktu, dan
kelompok sosialnya lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values.
Sedangkan yang lazim dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang
berarti barang sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses
pewarisan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi meliputi
sejumlah norma (norms) yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang
(tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya
terbatas, tidak bersifat universal seperti yang berlaku bagi nilai-nilai atau values.
Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia mengenakkan pakaian, ini merupakan
atau termasuk kualifikasi nilai (value). Semua fihak cenderung mengakui dan
menganut nilai atau value ini. Namun, pakaian model apa yang harus dikenakan itu?
Perkara model pakaian yang disukai, yang disenangi, yang biasa dikenakan, itulah yang
menjadi urusan norma-norma yang dari tempat ke tempat, dari waktu ke waktu, dan
dari kelompok ke kelompok akan lebih cenderung beraneka ragam.
Spesifikasi norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi
adalah sebagai berikut, (1) ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh
dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi, (2) ada pula
sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan,
disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam
menghadapi proses modernisasi, (3) ada pula yang betul-betul memiliki konsistensi
dan relevansi dengan nilai-nilai baru. Dalam kaitannya dengan modernisasi masyarakat
dengan nilai-nilai tradisi ini, maka ditampilkan spesifikasi atau kualifikasi masyarakat
modern, yaitu bahwa masyarakat atau orang yang tergolong modern (maju) adalah
mereka yang terbebas dari kepercayaan terhadap tahyul. Konsep modernisasi
digunakan untuk menamakan serangkaian perubahan yang terjadi pada seluruh aspek
kehidupan masyarakat tradisional sebagai suatu upaya mewujudkan masyarakat yang
bersangkutan menjadi suatu masyarakat industrial. Modernisasi menunjukkan suatu
perkembangan dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang berkelanjutan
pada aspek-aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi dan kepercayaan dari
suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu.
Modernisasi suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu
pengertian yang berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan
masyarakat yang sadar dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang
semakin meng-global pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses
menduniakan seseorang atau masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan
pada arus globalisasi tatanan kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya
masyarakat Indonesia) tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan
semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan memanfaatkannya
secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya, dan lingkungan sekitarnya.
Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok yang kondusif untuk
mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah, (1) nilai budaya atau sikap
mental yang senantiasa berorientasi ke masa depan dan dengan cermat mencoba
merencanakan masa depannya, (2) nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa
berhasrat mengeksplorasi dan mengeksploitasi potensi-potensi sumber daya alam, dan
terbuka bagi pengembangan inovasi bidang iptek. Dalam hal ini, memang iptek bisa
dibeli, dipinjam dan diambil alih dari iptek produk asing, namun dalam penerapannya
memerlukan proses adaptasi yang sering lebih rumit daripada mengembangkan iptek
baru, (3) nilai budaya atau sikap mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan
tidak menilai tinggi status sosial, karena status ini seringkali dijadikan suatu predikat
yang bernuansa gengsi pribadi yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya
bisa didasarkan pada konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland
(Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented, (4) nilai budaya atau sikap
mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak lain yang mampu meraih prestasi atas
kerja kerasnya sendiri.
Tanpa harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa harus
bergaya hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak ada salahnya
untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan dibeli. Manakala
persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau sikap mental yang telah
ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat tersebut. Khusus untuk masyarakat di
Indonesia, sejarah masa lampau mengajarkan bahwa sistem ekonomi, politik, dan
kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di Asia seperti India dan Cina, yang diadopsi
dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan
Majapahit, namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang Sriwijaya dan
Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai kebudayaan tadi
sekaligus menjadi orang India atau Cina.
Proses modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat
perkotaan (urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang,
seperti halnya di Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang menjadi
pusat-pusat modernisasi yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk kegiatan
pembangunan, baik aspek fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek mental-
spiritual. Kecenderungan-kecenderungan seperti ini, menjadikan daerah perkotaan
sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi penduduk
pedesaan, terutama bagi generasi mudanya. Obsesi semacam ini menjadi pendorong
kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan memadati setiap
sudut daerah perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena
demografis seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi
kebijakan-kebijakan dalam upaya penataan ruang dan kehidupan masyarakat
perkotaan. Sampai dengan saat sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan
gelagat yang semakin ruwet dan kompleks.
E. Startifikasi Sosial
1. Pengertian Strtifikasi Sosial
Stratifikasi sosial berasal dari istilah Social Stratification yang berarti Sistem
berlapislapis dalam masyarakat; kata Stratification berasal dari stratum (jamaknya :
strata) yang berarti lapisan; stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau
measyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis).
Seorang sosiolog, Pitirin A. Sorokin (1957) mengatakan bahwa sistem berlapis
itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur.
Barang siapa yang memiliki sesuatu yang berharga itu dalam jumlah yang sangat
banyak, suatu keadaan tidak semua orang bisa demikian bahkan hanya sedikit orang
yang bisa, dianggap oleh masyarakat berkedudukan tinggi atau ditempatkan pada
lapisan atas masyarakat; dan mereka yang hanya sedikit sekali atau sama sekali tidak
memiliki sesuatu yang berharga tersebut, dalam pandangan masyarakat mempunyai
kedudukan yang rendah. Atau ditempatkan pada lapisan bawah masyarakat. Perbedaan
kedudukan manusia dalam masyarakatnya secara langsung menunjuk pada perbedaan
pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, tanggung jawab nilai-nilai sosial dan
perbedaan pengaruh di antara anggota-anggota masyarakat.
2. Kedudukan (status)
Kadang-kadang dibedakan antara pengertian-pengertian ‘kedudukan’ (status),
dengan ‘kedudukan sosial’ (social status); kedudukan diartikan sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang-orang
lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan
kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Kedudukan
sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan
dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-
hak serta kewajiban-kewajibannya. Kedudukan sosial tidaklah semata-mata berarti
kumpulan kedudukan-kedudukan seseorang dalam kelompok-kelompok yang berbeda,
akan tetapi kedudukan-kedudukan sosial tersebut mempengaruhi kedudukan orang tadi
dalam kelompok-kelompok sosial yang berbeda.
Seorang ahli filsafat, Aristoteles, pernah mengatakan bahwa dalam tiap-tiap
negara terdapat tiga unsur ukuran kedudukan manusia dalam masyarakat, yaitu mereka
yang kaya sekali, mereka yang melarat, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya.
Sedangkan pada masyarakat yang relatif kompleks dan maju tingkat kehidupannya,
maka semakin kompleks pula sistem lapisan-lapisan dalam masyarakat itu, keadaan ini
mudah untuk dimengerti karena jumlah manusia yang semakin banyak maka
kedudukan (pembagian tugas-kerja), hak-hak, kewajiban, serta tanggung jawab sosial
menjadi semakin kompleks pula.
3. Peranan (Role)
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan, dimana apabila
seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka orang itu telah menjalankan suatu peran. Peranan dan kedudukan
itu saling melengkapi, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan, oleh karena yang satu
tergantung pada yang lain dan demikian sebaliknya. Yang membedakan dari keduanya
adalah menyangkut proses, harus ada kedudukan terlebih dahulu baru kemudian ada
peranan, keadaan ini tidak bisa terbalik.
III. Hasil dan Pembahasan
A. Sejarah Desa Sumber Suko
Desa Sumber Suko berdiri pada tahun 1937, Desa tersebut bernama Desa
Wonotirto terdiri dari 2 (dua) kampung atau Dusun Wonotirto dan Dusun
Margotentrem yang di Pimpin oleh seorang Kepala Desa yang bernama Bapak Saleh.
Pada Tahun 1938 telah terbentuk suatu Desa bernama Desa Sumbersuko yang
terdiri dari 5 (lima) Dusun yaitu :
a. Dusun Sidorejo
b. Dusun Wonosari
c. Dusun Wonorejo
d. Dusun Wonotirto
e. Dusun Margotentrem
Pada tahun 2007 Desa Sumber Suko diadakan pemekaran menjadi dua (dua)desa
yaitu Desa Sumber Suko Jaya dan Desa Sumber Suko. Desa Sumber Suko Desa
Sumbersuko yang di Kepalai oleh Bapak Riyatno dari tahun 2007 sampai tahun 2014.
dari Tahun 2014 Samapai saat ini di pimpin oleh Bapak Sutrisno sampai saat ini.
Pada Prinsipnya tujuan pemekaran dan pembentukan Desa Sumber Suko untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai upaya antara lain yaitu
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta menigkatkan keamanan dan
ketertiban Desa.
Secara spesifik program pembentukan Desa Sumber Suko bertujuan sebagai
berikut:
1. Menigkatkan efektifitas dan efesiensi pelaksanaan Pemerintah dan
Pemerataan Pembangunan serta meningkatkan pelayanan masyarakat,
2. Memperkecil rentang kendali Pemerintah Desa dalam menjalankan tugas
sehingga dapat terlaksana secara efektif dan efesien,
3. Meningkatkan efektifitas penggalian dan pendayagunaan sumber daya
manusia dan sumber daya alam yang terkandung dalam desa untuk
kesejahteraan masyarakat,
4. Meningkatkan kegiatan peyelenggaraan Pemerintah Desa secara
berdayaguna untuk kemajuan pembangunan Desa yang
berkesinambungan.
Untuk itu para tokoh masyarakat, Tokoh agama, Tokoh adat, Tokoh pemuda, dan
masyarakat serta pihak aparatur Pemerintah Desa Sumber Suko dan Sumber Suko Jaya
sebelum terbentuknya Desa yang baru, mengadakan musyawarah pada tanggal 05 Mei
2006 untuk membentuk susunan kepanitiaan yang bertugas mengusulkan pemekaran
desa yakni Panitia Pembentukan Desa Persiapan Sumber Suko (PPDPSS). Adapun asal
usul pemberian nama Desa Sumber Suko adalah sebagai berikut “Kata Sumber Suko
diambil dari bahasa jawa, kata Sumber artinya: Mata Air, dan kata Suko artinya:
Kebahagiaan. Maka Sumber Suko artinya: Mata Air Kebahagiaan”.
Desa Sumber Suko resmi menjadi Desa Persiapan pada tangal 31 Januari 2007
bersamaan dengan dilantiknya Pjs. Kepala Desa Persiapan yaitu Suhari. Pembentukan
Desa Persiapan Sumber Suko untuk menjadi Desa definitif ditetapkan dengan
peraturan daerah nomor : 40 tahun 2007 tentang pembentukan 61 Desa baru wilayah
Kabupaten Oku Timur dan salah satu diantaranya adalah Desa Sumber Suko.
Pada tanggal 24 april 2008 Desa Sumber Suko melaksanakan pemilihan Kepala
Desa untuk yang pertama kalinya sejak Desa Persiapan Sumber Suko menjadi Desa
definitif yang diikuti oleh 2 calo Kepada Desa yaitu Marsono dengan nomor urut 1 dan
Sutrisno dengan nomor urut 2. Proses pemilihan berjalan secara demokratis, dengan
Kepala Desa terpilih adalah Marsono. Selanjutnya Kepala Desa terpilih dilaktik Oleh
Bupati Oku Timur H. Herman Deru, SH,MM. Pada tanggal 19 Mei 2008 dan sekaligus
sebagai Kepala Desa Definitif pertama di Desa Sumber Suko.
B. Profile Desa Sumber Suko
a. Perbatasan Desa Sumber Suko
Desa Sumber Suko Kecamatan Belitang Kabupaten OKU TIMUR desa yang di
pimpin oleh Bapak Sutrisno, desa sumber suko ini terletak di bagian pinggir kecamatan
Belitang yang memiliki penghasilan utama dari pertanian. Potensi penduduk Desa
Sumber Suko sebagai berikut:
1. Jumlah Kepala Keluarga : 468 KK
2. Jumlah Penduduk : 1.878 Jiwa
3. Jumlah Penduduk laki-laki : 978 Orang
4. Jumlah penduduk perempuan : 900 Orang
5. Jumlah penduduk pra sejahtera : 198 Orang
6. Jumlah penduduk miskin : 465 Orang
b. Potensi Wilayah Desa Sumber Suko
1. Luas Wilayah desa Sumber Suko : 472,5 Ha
2. Batas-batas wilayah desa Sumber Suko sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Desa Tambak Boyo
2) Sebelah Selatan : Desa Sidorahayu
3) Sebelah Timur : Desa Sumber Suko Jaya
4) Sebelah Barat : Desa Sukoharjo
3. Jarak desa ke kantor kecamatan : 10 Km
4. Jarak desa ke kantor kabupaten : 46 Km
5. Luas wilayah menurut kegunaan sebagai berikut:
1) Pemukiman umum :183.125 Ha
2) Pertanian sawah : 283,375 Ha
3) Perkantoran : 2 Ha
4) Pertokoan : 1 Ha
5) Jalan desa : 3 Ha
Desa Sumber Suko Kecamatan Belitang Kabupaten OKU TIMUR desa yang di
pimpin oleh Bapak Sutrisno, desa sumber suko ini terletak di bagian pinggir
kecamatan Belitang yang memiliki penghasilan utama dari pertanian. Desa
Sumbersuko yang terdiri dari 2 (dua) Dusun yaitu :
1. Dusun Wonotirto
2. Dusun Margotentrem
C. Visi dan Misi Desa Sumber Suko
a. Visi
Mewujudkan Desa Sumber Suko menjadi desa swasembada melalui bidang
pertanian, agrobisnis dan agroindustri.
b. Misi
1. Menigkatkan kwalitas SDM melalui pendidikan formal maupun
informal sehingga mampu mengelola potensi sumberdaya alam yang
ada di Desa Sumber Suko.
2. Bekerja sama dengan pihak terkait untuk meningkatkan hasil pertanian
dan meningkatkan usaha yang bergerak dibidang pertanian.
3. Meningkatkan dan mengelola pendapatan asli Desa Sumber Suko.
4. Menambah dan memperbaiki sarana prasarana yang sudah ada yang
dibutuhkan serta menjaga sarana prasarana yang sudah ada sebagai
penunjang kelancaran kegiatan di Desa Sumber Suko.
5. Menciptakan Pemerintah Desa yang tertib administrasi secara
procedural, akurat, transparan, akuntabel, terarah, terpadu, dan
dinamis.
6. Menciptakan serta menjaga keamanan, ketertiban, kerukunan,
ketentraman, kedamaian, serta keadilan dalam kehidupan
bermasyarakat menuju masyarakat yang sadar hukum.
7. Menumbuh kembangkan semangat gotong royong dan rasa
kesetiakawanan sosial dalam kehidupan bermasyarakat serta
meningkatkan swasembada dan partisipasi masyarakat dalam
pelaksaan kegiatan pembangunan di segala bidang.
D. Identitas Responden dan Penyebab Perubahan Sosial Desa Sumber Suko
Identitas Responden
Nama : Darkup
Umur : 63 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Asal Suku/desa : Jawa/Sumber Suko
Lama Tinggal : 40 tahun
Status Pernikahan : Sudah nikah
Pendidikan Terahir : MTS
Pekerjaan : Petani
Anggota Keluarga : 7 Orang
Penyebab yang mempengaruhi perubahan sosial desa Sumber Suko sebagai
berikut:
a. Dari Dalam Masyarakat
1. Mobilitas Penduduk
Desa Sumber Suko mobilitas penduduk ini meliputi perpindahan
penduduk dari wilayah lain ke desa Sumber Suko maupun sebaliknya
berupa bertambahnya penduduk desa berupa suku komering, dan sunda
(Jawa). Selain itu juga berkurangnya penduduk desa ke wilayah lain yang
notabennya mayoritas penduduk desa adalah suku jawa.
2. Penemuan-penemuan baru (inovasi)
Penemuan baru oleh salah satu Masyarakat Sumber Suko yaitu Pak
Abdul Khodir yang merintis padi organik, pupuk organik, maupun
peptisida organik sehingga masyarakat setempat (40%) dari pertanian
laisa beralih ke pertanian organik yang memang harganya lebih mahal
dan sehat.
3. Pertentangan masyarakat
Pernah di desa Sumber Suko terjadi pertentangan antara individu
yang dipicu oleh perbedaan pemahaman antar suku pendatang dan
pemukim lama.
b. Dari Luar Masyarakat
1. Bencana Alam
Desa Sumber Suko pernah terjadinya banjir yang disebabkan oleh
sungai yang berada diantara desa yang membelah wilayah desa tersebut
hingga mencapai ± 1 meter yang pernah terjadi sekitar tahun 2000-an
sampai seminggu belum surut hingga menyebabkan perubahan sosial
baik dari segi aktivitas individu dan kelompok maupun dari tatanan sosial
masyarakat desa tersebut.
2. Kebudayaan Lain
Masuknya kebudayaan Barat dalam kehidupan masyarakat di
Desa Sumber Suko menyebabkan terjadinya perubahan sosial.
E. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial Desa
Sumber Suko
a. Faktor-faktor Pendorong
1. Intensitas hubungan/kontak dengan kebudayaan lain
Selain terjadinya kontak antar budaya lokal dari luar desa, juga
masuknya nilai-nilai kebudayaan barat dari internet yang dapat
berdampak positif bagi perkembangan desa Sumber Suko. Seperti,
perilaku disiplin orang barat yang ditiru masyarakat Sumber Suko.
2. Tingkat Pendidikan
Di desa Sumber Suko untuk pendidikan yang lulus maupun
masih menempuh pendidikan untuk SD 20% , SMP 10%, SMA
45%, Perguruan Tinggi 15%, sisanya tidak lulus SD/tidak
menempuh pendidikan.
3. Sikap terbuka dari masyarakat
Masyarakat sudah bersikap ekstrovert itu terbukti saat
rombongan field trip dari Palembang mereka sudah cepat membaur
dan bersikap welcome.
4. Sikap ingin berkembang dan maju dari masyarakat
Sikap yang ulet, tekun dan kopak sudah tercermin pada setiap
lapisan masyarakat hal tersebut dari data observasi kami melihat
dari segi struktur lembaga desa seperti kelompak tani yang sudah
berfikir maju untuk berinovasi, terbukti dengan merintis pertanian
organik.
b. Faktor-faktor Penghambat
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar
Memang tidak sepenuhnya semua masyarakat Sumber Suko
bersikap introvert itu terlihat dari perilaku masyarakat sebagian
kecil cenderung canggung bersosialisasi.
2. Perkembangan pendidikan yang lambat
Memang hampir semua masyarakat desa Sumber Suko mengenyam
pendidikan akan tetapi mengenai fasilitas pendidikan belum
lengkap sepenuhnya.
3. Sikap yang kuat dari masyarakat terhadap tradisi yang dimiliki
Tradisi yang kuat seperti Rodat dan Sholawatan (Cinta Rasul) yang
masih kental membuat masyarakat terfiltering dari budaya yang
tidak cocok dari warga Sumber Suko.
4. Cenderung menolak terhadap hal-hal baru
Memang tidak sepenuhnya masyarakat Sumber Suko menolak hal-
hal baru namun, kadang cenderung terjadinya kontradiksi antara
masyarakat yang ingin maju dan tidak maju mengenai modernisasi
pertanian yang memang menjadi orientasi kedepan.
F. Dampak Akibat Perubahan Sosial dan Solusi
Perubahan sosial bagi yang menerpa masyarakat Sumber Suko berupa
masukknya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara tiba-tiba dan berkontinu
sehingga membawa dampak yang signifikan terhadap pola hidup masyarakat, seperti
hadirnya jaringan internet memungkinkan masyarakat bersibaku dengan dunia luar
yang memungkinkan terjadinya penetrasi kebudayaan dari luar desa maupun global
sehingga memicu pola hidup yang mengalami pergeseran nilai-nilai internal dan hilang
serta pudar identitas internal yang menjadi icon kehidupan secara turun-menurun.
Adapun teknologi tersebut membawa perubahan positif maupu negative sehingga
dibutuhkan filter dan penanaman kuat dari budaya lokal itu sendiri seperti Rodat dan
Sholawatan (Cinta Rasul) sehingga keajekan sosial mampu mensetimbangkan antara
progress dan unsur-unsur yang masuk di dalam masyarakat.
Dengan datangnya masyarakat pendatang memungkinkan bergesernya nilai-nilai
norma setempat namun, itu bisa diatasi denagan penguatan keakraban dan paguyuban
desa tersebut sehingga nilai-nilai tersebut dapat dipertahankan.
G. Stratifikasi, Kedudukan, dan Peranan Sosial
Stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau measyarakat kedalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Masyarakat Sumber Suko rata-rata sudah
mengenyam pendidikan untuk SD 20% , SMP 10%, SMA 45%, Perguruan Tinggi
15%, sisanya tidak lulus SD/tidak menempuh pendidikan. Mengenai pendapatan
rata-rata warga Sumber Suko sangat bertumpu pada sektor pertanian dengan
menerapkan P200, yaitu menanam padi dua kali selama setahun. Dengan
pendapatan yang minim sebelum masa panen bahkan menurut keterangan salah
satu penduduk desa mengatakan sehari rata-rata kurang dari Rp 10.000 untuk
nominal. Akan tetapi, untuk padi kira-kira 3 kuwintal perolehan petani Sumber
Suko untuk masa Panen.
Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam
masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.
Masyarakat desa Sumber Suko selain berpropesi sebagai petani juga ada yang
berkedudukan sebagai Anggota Dewan Pimpinan daerah (DPR), Polisi, Tentara,
PNS, Guru (Honor/PNS).
Lapiasan sosial (statifikasi Sosial) ditinjau dari propesi sebagai berikut:
Anggota DPR, Polisi,
Tentara, PNS, dan Guru
(Honor/PNS)
Petani
Buruh
Gambar 1.1. piramida strtifikasi propesi
Lapiasan sosial (statifikasi Sosial) ditinjau dari perekonomian sebagai berikut:
Gambar 1.2. piramida stratifikasi ekonomi
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan, dimana apabila seseorang
melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
maka orang itu telah menjalankan suatu peran. Masyarakat Sumber Suko memiliki
status dalam struktur sosial seperti, prangkat desa berfungsi dengan baik sehingga desa
Sumber Suko mampu berswasembada pangan dan menjadi desa percontohan dan
Kapotan desa tersebut berdinamis berinovasi mengembangkan desa seperti
terwujudnya kampong organic yang notabenenya sudah mampu memproduksi beras
organik.
Kaya
Menengah
Miskin
IV. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Mempelajari Sosiologi Perdesaan secara tidak langsung berarti kita mempelajari
proses interaksi yang terjadi dalam masyarakat diperdesaan,sehingga kita akan
memahami bagaimana proses dan interaksi dalam masyarakat.
Adapun asal usul pemberian nama Desa Sumber Suko adalah sebagai berikut
“Kata Sumber Suko diambil dari bahasa jawa, kata Sumber artinya: Mata Air, dan kata
Suko artinya: Kebahagiaan. Maka Sumber Suko artinya: Mata Air Kebahagiaan”.
Desa Sumber Suko resmi menjadi Desa Persiapan pada tangal 31 Januari 2007
bersamaan dengan dilantiknya Pjs. Kepala Desa Persiapan yaitu Suhari. Pembentukan
Desa Persiapan Sumber Suko untuk menjadi Desa definitif ditetapkan dengan
peraturan daerah nomor : 40 tahun 2007 tentang pembentukan 61 Desa baru wilayah
Kabupaten Oku Timur dan salah satu diantaranya adalah Desa Sumber Suko.
Pada tanggal 24 april 2008 Desa Sumber Suko melaksanakan pemilihan Kepala
Desa untuk yang pertama kalinya sejak Desa Persiapan Sumber Suko menjadi Desa
definitif yang diikuti oleh 2 calo Kepada Desa yaitu Marsono dengan nomor urut 1 dan
Sutrisno dengan nomor urut 2. Proses pemilihan berjalan secara demokratis, dengan
Kepala Desa terpilih adalah Marsono. Selanjutnya Kepala Desa terpilih dilaktik Oleh
Bupati Oku Timur H. Herman Deru, SH,MM. Pada tanggal 19 Mei 2008 dan sekaligus
sebagai Kepala Desa Definitif pertama di Desa Sumber Suko.
Penyebab Perubahan Sosial Desa Sumber Suko terdiri dari faktor dalam
Masyarakat itu sendiri sebagai berikut: mobilitas penduduk, penemuan-penemuan baru
(inovasi), pertentangan masyarakat. Ada pun faktor dari luar masyarakat adalah
sebagai berikut: Bencana alam, dan kebudayaan lain.
Faktor-faktor Pendorong Perubahan Sosial Desa Sumber Suko yaitu: intensitas
hubungan/kontak dengan kebudayaan lain, tingkat pendidikan, Sikap terbuka dari
masyarakat, dan Sikap ingin berkembang dan maju dari masyarakat.
Faktor-faktor Penghambat desa Sumber Suko adalah sebagai berikut: kurangnya
hubungan dengan masyarakat luar, perkembangan pendidikan yang lambat, sikap yang
kuat dari masyarakat terhadap tradisi yang dimiliki, dan cenderung menolak terhadap
hal-hal baru.
Perubahan sosial bagi yang menerpa masyarakat Sumber Suko berupa
masukknya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara tiba-tiba dan berkontinu.
Dengan datangnya masyarakat pendatang memungkinkan bergesernya nilai-nilai
norma setempat namun, itu bisa diatasi denagan penguatan keakraban dan paguyuban
desa tersebut sehingga nilai-nilai tersebut dapat dipertahankan.
Masyarakat Sumber Suko memiliki status dalam struktur sosial seperti, prangkat
desa berfungsi dengan baik sehingga desa Sumber Suko mampu berswasembada
pangan dan menjadi desa percontohan dan Kapotan desa tersebut berdinamis
berinovasi mengembangkan desa seperti terwujudnya kampong organic yang
notabenenya sudah mampu memproduksi beras organik.
B. Saran
Perubahan sosial dalam masyarakat tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu,
olehnya itu kita sebagai bagian dari kelompok sosial harus berusaha mengendalikan
perubahan itu ke arah yang positif agar budaya yang terbentuk dari perubahan sosial
dapat memberikan manfaat bagi kelangsungan hidup manusia yang makmur dan
damai.
Daftar Pustaka
Agusta, I. (2006, Mei 12). Realisme Sosiologi Pembangunan Desa Membaca
Paradigma dan Teori Sajogjo. Dipetik Juli 20, 2018
Ernawati. (2008). Dipetik Juli 20, 2018, dari Perubahan Sosial.
Kismantoroadji, T. (t.thn.). Sosiologi dan Sosiologi Pertanian. Dipetik Juli 21, 2018,
dari http://blog.upnyk.ac.id
Lestari, F. D. (2017). Perubahan Sosial. Dipetik Juli 21, 2018, dari Power Point PDF.
Moeis, S. (2008). Struktur Sosial: Pelapisan Sosial. Dipetik Juli 21, 2018
Zainuddin, S. (2009). Sosiologi Perdesaan Sebagai Ilmu Pengetahuan. Jurnal
Akademika, I. Dipetik Juli 21, 2018, dari Sosiologi Perdesaan sebagai ilmu
Pengetahuan.
Lampiran
Gambar 1.3. Foto bersama dengan Pak Darkup
Gambar 1.4 Gerbang Masuk Di Kampung Organik (Smber Suko)