sosialisasi, fungsi pendidikan merubah masyarakat

20
Bab Tiga Sosialisasi: Fungsi Pendidikan “Merubah Masyarakat” Sebuah fungsi umum pendidikan adalah sosialisasi masyarakat antar-budaya. Tidak penting seberapa kecil ukurannya, seberapa sederhana atau rumit, dan beberapa jenis “pendidikan” ditemukan dalam semua sampel/kasus, meskipun struktur formal seperti pendidikan dapat dan sudah beragam dengan pesat. Contoh sederhananya, dalam masyarakat pra melek huruf, masyarakat pendidikan pra industri berbeda dari aktivitas kehidupan yang lain. Sebagaimana Clark berpendapat bahwa masyarakat pendidikan pra-melek huruf berpusat pada identitas, kesukuan, dan grup sosial lainnya dimana masyarakat yang berumur relatif muda menjadi kajian utama. ‘Sistem-sistem pendidikan akhir-akhir’ ini tidak lebih dari sebagai seorang perempuan yang mengajar anak perempuannya dan atau seorang laki-laki dan anak laki-lakinya berjalan, berbincang, dan bekerja bersama. Pada Zaman Batu, sebagaimana mungkin kita tahu bahwa saat itu tidak ada kelas-kelas pendidikan dasar dalam membuat api dengan menggunakan batu api, dan anak laki-laki belajar untuk melakukan hal yang sama dengan memperhatikan langsung apa yang dilakukan

Upload: darda-muhammad-firdaus-sofyan

Post on 14-Aug-2015

21 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

Bab Tiga

Sosialisasi: Fungsi Pendidikan “Merubah Masyarakat”

Sebuah fungsi umum pendidikan adalah sosialisasi masyarakat antar-budaya. Tidak penting

seberapa kecil ukurannya, seberapa sederhana atau rumit, dan beberapa jenis “pendidikan”

ditemukan dalam semua sampel/kasus, meskipun struktur formal seperti pendidikan dapat dan

sudah beragam dengan pesat.

Contoh sederhananya, dalam masyarakat pra melek huruf, masyarakat pendidikan pra

industri berbeda dari aktivitas kehidupan yang lain. Sebagaimana Clark berpendapat bahwa

masyarakat pendidikan pra-melek huruf berpusat pada identitas, kesukuan, dan grup sosial

lainnya dimana masyarakat yang berumur relatif muda menjadi kajian utama. ‘Sistem-sistem

pendidikan akhir-akhir’ ini tidak lebih dari sebagai seorang perempuan yang mengajar anak

perempuannya dan atau seorang laki-laki dan anak laki-lakinya berjalan, berbincang, dan bekerja

bersama. Pada Zaman Batu, sebagaimana mungkin kita tahu bahwa saat itu tidak ada kelas-kelas

pendidikan dasar dalam membuat api dengan menggunakan batu api, dan anak laki-laki belajar

untuk melakukan hal yang sama dengan memperhatikan langsung apa yang dilakukan oleh orang

dewasa. Dimana ada sedikit keterampilan yang diajarkan, dan bahwa kehidupan masyarakat

dijalani sebelum masa kanak-kanak, pendidikan bercampur dengan aktivitas yang lain.

Sebagaimana kita tahu bahwa sekolah formal di abad ke dua puluh sebagian besar

merupakan sebuah respon terhadap struktur kompleks yang meluas dalam masyarakat-

masyarakat urban industri. Perubahan-perubahan yang pesat dalam struktur sosial, dipengaruhi

oleh Revolusi Industri tetapi permulaannya lebih awal, sudah menjangkau implikasi bagi

organisasi pendidikan. Yang terpenting dalam hal ini bahwa pemisahan aktivitas ekonomi dari

kehidupan keluarga. Dalam hal yang berseberangan terhadap masyarakat terutama masyarakat

agraris, keluarga tidak lagi merupakan unit dasar produksi. Berkenaan dengan sebuah

peningkatan yang mengejutkan dalam pengetahuan teknis dan sebuah tuntutan untuk

menciptakan keterampilan yang lebih beragam dan lebih khusus yang berhubungan dengan

Page 2: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

pekerjaan, dan hal ini berarti bahwa keluarga tidak lagi cukup untuk melakukan apa yang sudah

menjadi fungsi sosialisasi yang lebih rumit. Tidak hanya laki-laki dewasa (dan seringnya adalah

wanita) yang secara fisik dipisahkan dari anak-anak dalam aktivitas pekerjaan mereka (di pabrik

dan di ruang kerja) tetapi orang tua juga menjadi tidak mampu untuk mengajarkan semua

pengetahuan dan keterampilan bahwa anak mereka akan membutuhkannya dalam tuntutan

industri baru.

Lalu, sekolah formal hadir untuk menyelenggarakan sebuah fungsi sosialisasi yang tidak

dapat dilakukan oleh keluarga. Fungsi sosialisasi keluarga bagaimanapun juga sudah hilang. Tapi

tidak bisa dipungkiri keluarga biasanya menjadi hal pertama yang mempengaruhi sosialisasi

terhadap anak-anak, dan sekolah dan keluarga kadang selalu berseberangan dalam hal apa yang

ingin mereka ajarkan.

Ketika sekolah sudah menjadi agen utama sosialisasi dengan harapan untuk menyalurkan

pengetahuan dan keterampilan teknis, pengaruh mereka terhadap peserta didik tidak dibatasi

dalam kajian ini. Perhatian sekolah juga mencakup ‘sosialisasi moral’, dengan menyalurkan

nilai-nilai, norma-norma, dan perilaku sosial yang ‘tepat/cocok’. Sosialisasi moral kadang juga

dapat dilakukan secara disengaja dan jelas/tegas (sebagaimana biasanya terjadi di sekolah dasar

dan menengah) atau secara kebetulan dan tidak disengaja (sebagaimana sering terjadi di

universitas dan fakultas). Dalam hal yang logis , sekolah-sekolah masa kini menyelenggarakan

sebuah fungsi ‘merubah masyarakat’. Jika kita memperkenakan sebuah analogi industri, sekolah

dapat dipandang sebagai sebuah organisasi yang memproses sebuah ‘bahan mentah’ (contohnya

peserta didik) dan menghasilkan sebuah produk tertentu (contohnya orang-orang dengan tingkat

dan jenis pendidikan tertentu). Apa yang terjadi selama ‘proses produksi’ adalah bahwa ‘bahan

mentah’ diolah dengan pernuh pertimbangan. Dengan tingkat keefektifan yang beragam,

keterampilan-keterampilan, nilai-nilai, norma-norma, dan perilaku baru disalurkan.

Dua hal besar yang menarik dalam proses sosialisasi ini menarik perhatian para pendidik

dan ilmuwan sosial. Dalam hal lain, ada sebuah ketertarikan dalam mempelajari ‘metode-metode

produksi’ (teknik-teknik pedagogis, bahan-bahan pelajaran, dan ujian peserta didik, dsb) dengan

sebuah perhatian untuk memaksimalkan efisiensi dalam proses pembelajaran. Hal ini secara luas

menjadi sebuah ketertarikan bagi para peneliti dan para psikolog pendidikan. Dalam hal lain lagi,

sosiolog dan ilmuwan politik tertarik terutama dalam meneliti pengaruh sekolah terhadap moral,

Page 3: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

ideologi, dan sosialisasi politik para peserta didik. Dalam ranah kajian ini, sebuah kesepakatan

besar dalam hal minat berfokus pada pengaruh pendidikan yang lebih tinggi terhadap nilai-nilai

politis, sosial, dan ekonomis peserta didik.

Dua isu yang menyeluruh -- dan topik-topik debat yang berkelanjutan—telah terlihat dari

kerja sosiolog mengenai pengaruh pengalaman kuliah terhadap nilai-nilai yang dimiliki

mahasiswa. Kajian pertama berhubungan dengan sejauh mana pengalaman kuliah merubah nilai-

nilai, sikap, dan perilaku mereka. Lalu kajian yang kedua mengenai apakah pengalaman kuliah

menghasilkan keserbasamaan atau perbedaan dalam nilai-nilai mereka. Kedua isu ini belum

terselesaikan. Temuan dan kesimpulan yang berseberangan banyak terjadi di tengan sebuah

keberagaman kesulitan secara metodologi.

Salah satu yang termasyhur dan kajian yang paling kontroversial dalam ranah ini di

dikemukakan oleh Phillip E. Jacob dipertengahan tahun 1950-an. Setelah mengulas literatur yang

tersedia tentang pengaruh kurikulum dan pengaruh pendidik terhadap nilai-nilai peserta didik,

Jacob menyimpulkan bahwa ‘nilai-nilai dasar sebagian besar berlangsung konstan ketika berada

di tempat kuliah’. Satu-satunya faktor yang nampak membuat perubahan dalam nilai-nilai

peserta didik adalah ‘iklim’ dari seni-seni kecil, pribadi, dan bebas di universitas. Sejak Jacob

menemukan kajian yang menunjukkan perubahan dalam peserta didik, dia menyimpulkan bahwa

perubahan-perubahan seperti ini tidak mutlak benar dan tidak mewakili perubahan dalam

orientasi nilai dasar. Dia menyatakan bahwa perubahan yang terjadi membawa konsistensi yang

lebih besar ke dalam pola-pola nilai peserta didik dan mencocokkan pola-pola seperti ini

kedalam sebuah standar tinggi dengan harapan untuk diyakini dan dilakukan universitas di

Amerika. Tetapi lulusan universitas bukanlah ‘pemegang kejadian’ dalam sebuah pergerakan

luas kedepan terhadap nilai-nilai dalam kebudayaan sepenuhnya. Jika dalam setiap hal bahwa

lulusan universitas yang ‘khas’ adalah sebuah cap budaya bagi warisan sosial sebagaimana hal

itu terjadi bukan untuk menjadi penghasut pola pemikiran baru dan standar-standar perilaku

baru.

Para penyanggah “Hasil Kerja Jacob’ memperingatkan terhadap penerimaan kesimpulan

yang tidak dikritik semacam ini. Contohnya, David Riesman menyatakan bahwa Jacob telah

gagal membedakan antara kajian keberagaman kualitas. Akibatnya, ‘bobot’ yang sama

diterapkan kedalam studi-studi seperti itu yang diselesaikan dengan kurang baik sebagaimana

Page 4: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

terhadap kajian lain yang diselesaikan dengan hasil lebih dari cukup. Allen H. Barton juga

mengkritik Jacob karena gagal menegaskan dengan jelas dan membedakan antara ‘nilai-nilai

dasar’ dan ‘perilaku palsu’ dan karena telah gagal mengevaluasi secara kritis kecukupan

penelitian yang telah ia ulas. Dengan jelas, sejauh mana fakultas mempunyai sebuah pengaruh

terhadap nilai-nilai peserta didik akan bergantung pada faktor-faktor sejauh mana nilai berubah

dijelaskan sebagai sebuah tujuan yang logis dan diinginkan oleh fakultas ataupun segmen-

segmen dalam fakultas. Lebih jauh lagi, kesepakatan besar tentang selektivitas terjadi ketika

peserta didik memutuskan fakultas mana yang akan dituju. Fakultas dan universitas sebuah hal

besar dalam kualitas, daya penerimaan, dan ketertarikan intelektual peserta didik yang mereka

minati. Perbedaan dalam standar penerimaan dan ‘kesan umum’ sekolah pastilah membuat

populasi peserta didik berbeda dalam kesiapan dan kebersediaan mereka dalam meninggalkan

nilai-nilai lama dan mengadopsi nila-nilai baru.

Artikel pertama dalam bab ini secara langsung membahas pengaruh pendidikan yang

lebih tinggi terhadap nilai-nilai peserta didik. Penelitian terhadap mahasiswa di Universitas

Georgia disajikan disini oleh Crotty penting karena menjelaskan sebuah perbandingan dengan

temuan dari kajian terbaru yang dilakukan di Universitas Kalifornia, Berkeley, sehingga

memungkinkan perkembangan dalam periode tertentu serta perbandingan-perbandingan

geografisnya.

Dalam artikel kedua, ilmuwan politik, Grove, Remy, dan Ziegler, fokus terhadap peserta

didik sekolah menengah atas dan mengkaji tentang pengaruh dari sebuah keberagaman faktor-

faktor, termasuk pengalaman sosialisasi politis dalam ketidakpuasan dan ketidaksenangan

peserta didik.

Page 5: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

8. WILLIAM J. CROTTY

Norma-norma konsensual demokratis dan mahasiswa

Nilai-nila politis Amerika adalah produk dari para filsuf abad ke-17 dan 18 dimana

argumen-argumen mereka mempengaruhi Para Pendiri Bangsa dan disajikan untuk

membenarkan Revolusi. Sebuah pernyataan dari nilai-nilai inti semacam ini dapat ditemukan di

dalam Deklarasi Kemerdekaan, Konstitusi, dan pengumuman pemimpin pemerintahan secara

tersurat ataupun tersirat. Mereka melibatkan konsep-konsep seperti persetujuan,

pertanggungjawaban, pemerintahan konstitusi atau terbatas, perwakilan, aturan mayoritas, hak-

hak minoritas, prinsip oposisi politik, kebebasan berfikir, berbicara, pers, dan majelis, persamaan

hak, toleransi agama, persamaan hak di depan hukum, pembelaan hak-hak hukum dan ketetapan

diri pribadi terhadap sebuah jarak yang besar dalam urusan pribadi.

Banyak perwakilan dalam masyarakat dibebani dengan tanggung jawab menanamkan

penerimaan pribadi sistem norma-norma. Agen sosialisasi yang terpenting adalah keluarga dan

sekolah. Studi ini fokus pada satu aspek proses sosialisasi –pengaruh pendidikan yang lebih

tinggi pada penerimaan peserta didik terhadap kepercayaan-kepercayaan politis. Harapan populer

adalah bahwa universitas memainkan peranan penting dalam menyesuaikan ulang ide-ide

pribadi, adalah bahwa, universitas membuat peka mahasiswa terhadap sebuah cakupan

rangsangan-rangsangan intelektual yang lebih luas yang ‘membebaskan’ pandangan politik

mereka. Hal semacam ini dapat dibantah, tetapi dapat dikemukakan bahwa universitas

menawarkan tantangan yang serius terhadap pandangan-pandangan peserta didik yang tak

terjawab sebelumnya yang melekat melalui keluarga dan pengalaman pra-universitas mereka.

Pengaruh bebas pendidikan yang lebih tinggi sebagian berdasarkan kajian yang masyhur

yang dilakukan olen Bennington pada tahun 1935-1939 oleh Theodore Newcomb. Dengan jelas,

Newcomb mengilustrasikan dengan meyakinkan tentang pengaruh kuat dari sebuah fakultas

bebas terhadap mahasiswi dari kalangan konservatif, pendapatan yang lebih tinggi, dan berasal

dari keluarga beraroma Republikan. Studi tindak lanjut terhadap sampel perilaku selama tahun

1960-an menunjukkan bahwa perubahan dalam perilaku berlangsung lama. Bagaimanapun juga,

Page 6: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

banyak komentator telah menegaskan bahwa kajian yang dilakukan Newcomb bersifat selektif

dan hasilnya kurang umum. Studi lain yang menunjukkan hasil yang berseberangan dan

pertanyaaan apakah pengalaman kuliah mempunyai pengaruh terhadap nilai-nilai dasar peserta

didik. Secara umum, penelitian sosialisasi politis dalam pendidikan yang lebih tinggi terpisah-

pisah dan tidak meyakinkan. Apapun pengaruh pengalaman kuliah dalam perilaku peserta didik,

mahasiswa, sebagaimana Phillip Jacob sudah menjelaskannya, adalah ppelopor perubahan etnis

dan budaya. Pemahaman perilaku peserta didik adalah demikian penting dalam kajian di tren

sosial yang lebih besar.

STUDI MASA KINI

Studi masa kini menelaah tentang penerimaan norma-norma demokratis diantara

mahasiswa di sebuah universitas negara bagian Selatan. Penelitiannya merupakan sebuah

perkembangan dari studi yang sama yang dilakukan terhadap populasi yang berbeda oleh

Stouffer, Mack, Selvin, dan Hergstrom. Penelitiannya menggunakan indeks baru libertarian

dengan ukuran yang sudah revisi oleh Hanan Selvin dan Warren Hagstrom dan diterapkan pada

sebuah sampel 894 mahasiswa di Universitas Kalifornia di Berkeley. Ini berhubungan dengan

proses penelitian Stouffer dan terhadap studi yang sama yang diadakan di Universitas Wisconsin

dan Universitas Barat Laut.

Pada bulam Mei tahun 1963, sebuah versi pembaharuan indeks libertarian Selvin-

Hagstrom diberikan ke dalam sampel 904 mahasiswa di Universitas Georgia, sebuah universitas

Negara bagian yang dianggap mempunyai sisi demokratis yang rendah di Amerika. Sebagaimana

kajian yang dilakukan Selvin dan Hagstrom, sampel pilihan bukanlah sebuah sampel probabilitas

acak terhadap mahasiswa Georgia. Dari itu, sampel menggambarkan grup utama dalam populasi

mahasiswa.

Komunitas di fakultas menunjukkan sebuah sub-kultur yang berbeda atau ‘iklim nilai’

dalam masyarakat yang lebih luas. Lebih dari kebanyakan sekolah pribadi, universitas nsegara

bagian seperti Universitas Georgia menggambarkan lingkungan geografis dan budaya mereka.

Mahasiswa mereka kebanyakan berasal dari daerah pribumi, mereka telah matang dalam

pergaulan intelektual dan sosial yang sama. Mereka jarang mengungkapkan dan berani untuk

Page 7: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

menjelajahi ide-ide di luar kebiasaan mereka di lingkungan pendidikan sekolah. Dan mereka

menjangkau universitas dengan berbagi banyak pengalaman budaya yang sama.

Pada saat penelitiannya, Georgia mempunyai mahasiswa dibawah 10.000 terutama dari

penduduk negara bagian tersebut. Universitas, sebagaimana halnya negara bagian dan wilayah

secara keseluruhan, berubah dengan pesat. Jumlah mahasiswanya mengalami peningkatan dan

tekanan yang meningkat terhadap pendidikan yang lebih tinggi oleh pemerintah negara bagian,

sekolah pasca sarjana yang meluas, dan rekrutmen fakultas yang lebih luas mempengaruhi iklim

intelektual sekolah. Masih, atmosfir politis, ketika mencakup spektrum yang besar dari

kepercayaan politis, bersifat cukup konservatif dan universitas, meminjam istilahnya Riesman

dan Jencks, menyisakan tahapan evolusi yang ‘romantis’, dengan para alumnus ‘pecinta

olahraga’, aktivitas sosial yang cukup bagi mahasiswa yang mempunyai minat, dan peluang

besar untuk bidang atletik.

Ini, lalu, adalah pengaturan pada saat kuisioner diberikan.

DUKUNGAN UNTUK NILAI-NILAI LIBERTARIAN

Tabel 1 menunjukkan respon tentang persoalan-persoalan libertarian (penganut

kebebasan) oleh mahasiswa Georgia dan membandingkan jumlah dukungan mereka dengan

respon yang relevan dari kajian Kalifornia Selvin-Hagstrom. Seperti yang diharapakan,

dukungan untuk nilai-nilai libertarian diantara mahasiswa Georgia berada di bawah Kalifornia;

rata-rata perbedaan per item adalah 12 persen. Kita dapat melihat perbedaan dengan lebih jelas

dengan membagi kedua sampel kedalam ‘tinggi’ dan ‘rendah’ respon libertarian.

Perbandingannya menyokong mahasiswa Kalifornia, 80 persen kedalam kategori

‘libertarian tinggi’ sebagaimana mahasiswa Georgia yang mempunyai 52 persen.

Perbedaan dalam pola dan prioritas kepercayaan demokratis menyokong hasil dalam

perbandingan antara tingkatan susunan dua kajian tersebut. Hak-hak pribadi dibagi kedalam dua

Page 8: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

kategori yakni prosedural dan substanstif (Tabel 2), dan dalam kedua kategori tersebut, jumlah

sampel Kalifornia tinggi (61 persen

TABLE I

Dukungan untuk Norma-norma Demokratis Diantara Mahasiswa Georgia dan Kalifornia

Item

Respon Libertarian

Yang didapat (dalam persen) Ranking

Georgia California Georgia California

a. Tidak lah terlalu sulit bagi polisi

dalam usahanya menangkap para

pelaku criminal ketika mereka

mempunyai surat perintah untuk

mencari sebuah rumah.

80% 84% 1 4

b. Polisi dibenarkan dalam menahan

seseorang dengan catatan kriminal

yang panjang sampai mereka

mempunyai bukti untuk

mendakwanya.

77 80 2 5

c. Sirkulasi Koran Rusia dan Cina di

negara ini harus dibatasi bagi para

pelajar.

75 87 3 1

d. Pemerintah negara bagian harus

mempunyai kuasa untuk melewati

hukum dan membuatnya illegal

terhadap grup etnis dan relijius.

71 85 4 3

e. Adalah hal yang masuk akal untuk

mencurigai kesetiaan seorang

advokat yang menunjukkan para

Komunis terdakwa sebelum Komite

Kongres.

65 79 5 6

f. Pemerintah harus mempunyai kuasa

untuk melarang grup manapun yang

63 85 6 2

Page 9: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

tidak setuju dengan bentuk

pemerintahan dalam

menyelenggarakan pertemuan umum.

g. Buku-buku komik kejahatan harus

disaring oleh agen pemerintah

sebelum dipublikasikan.

51 47 7 10

h. Jika bukti baru ditemukan setelah

seseorang dinyatakan bebas dari

sebuah kejahatan, ia harus diproses

ulang

47 39 8 11

i. Komite legislatif tidak harus

menyelidiki kepercayaan politis dari

anggota universitas.

35 61 9 7

j. Adalah salah bagi penyelidik

pemerintah untuk mengambil gambar

orang-orang yang sedang

mendengarkan pidato dipojok-jalanan.

29 56 10 9

k. Pemerintah harus memiliki wewenang

untuk menyembunyikan berkas-berkas

yang berhubungan dengan FBI dari

para terdakwa dalam kasus kejahatan,

ketika membuka berkas-berkas

mungkin menampakkan nama-nama

informan rahasia.

28 24 11 12

l. Mantan anggota Partai Komunis yang

menolak untuk menunjukkan nama-

nama anggota partai yang mereka

ketahui tidak boleh diizinkan untuk

mengajar di sebuah universitas.

27 60 12 8

X Jumlah Item 54% 66% .. ..

N 904 894 .. ..

Page 10: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

dan 69 persen berturut-turut), dengan dukungan yang lebih kuat yang diberikan terhadap hak-hak

yang seseungguhnya. Dalam kajian di Georgia, perbedaannya lebih nyata dan arahnya terbalik.

Selvin dan Hagstrom mendemonstrasikan bahwa timbulnya dukungan tertinggi adalah untuk hal-

hal yang mewujudkan referensi terhadap kebebasan pers, perkumpulan, dan berbicara. Sejak

temuan-temuan ini identik dengan kajian yang sama terhadap mahasiswa di Universitas

Wisconsin dan Baratlaut, mereka berhipotesis bahwa hal ini mungkin menunjukkan sebuah

tingkatan nilai-nilai universal diantara para mahasiswa. Pokok-pokok tertentu seperti itu

menempati urutan ketiga, keenam, dan keempat berturut-turut dalam sampel di Georgia.

Mahasiswa Negara bagian utara menunjukkan apresiasi yang lebih besar untuk prosedural

daripada untuk hak-hak substanstif. Rata-rata dukungan Georgia untuk hak-hak prosedural

kurang lebih sama dengan kajian di Kalifornia, 59 persen terhadap skor 61 persen dalam kategori

libertarian tinggi, dan tepat diatasnya, rata-rata mahasiswa Georgia mendukung hak-hak

substantif. Dalam dua item prosedural, penangkapan ulang terdakwa yang pernah bebas dan

kelayakan membuat berkas-berkas FBI yang tersedia bagi terdakwa, mahasiswa Georgia berada

diatas mahasiswa Kalifornia. Dalam satu-satunya hal lain, penyaringan buku komik, yang

dilakukan, mahasiswa Georgia juga melakukannya.

Mungkin saja penghargaan yang tinggi untuk jaminan-jaminan prosedural tidak terjadi

seperti biasanya didalam sebuah masyarakat dimana pencarian hukum merupakan sebuah profesi

yang berharga dan dimana para pemberi suara diminta untuk memutuskan terhadap pertanyaan-

pertanyaan politis yang menuliskan terminologi legal yang rumit. Perdebatan-perdebatan yang

berkenaan dengan hak-hak legal negara bagian dalam serikat kerangka perhimpunan, implikasi

dan argumen-argumen tanndingan terhadap keputusan-keputusan Pengadilan Tertinggi, dan

ketentuan yang sah dalam regulasi yang berkaitan dengan kuasa para pemegang kepentingan,

digabungkan ke dalam sebuah sensitivitas yang tajam kedalam perbedaan tipis dari kata yang

tertulis dan terujar dan sebuah rasa hormat yang paten untuk tradisi dan otoritas adalah hal yang

konstan di lingkungan politik Baratlaut.

Page 11: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

TABLE 2

Perbandingan Dukungan Mahasiswa Georgia dan California bagi Hak-hak Prosedural dan Substantif

Item Georgia California

Hak-hak prosedural 80% 84%1. Surat perintah polisi 77 802. Pendakwaan 65 793. Hak untuk menangani Komunis 47 394. Penangkapan kembali individu yang sudah bebas 28 245. Berkas-berkas FBI yang tersedia untuk terdakwa 59% 61%

X Jumlah ItemHak-hak Substantif

1. Melarang sirkulasi koran Komunis 75% 87%2. Regulasi berpendapat negara bagian 71 853. Pemerintah melarang perkumpulan umum 63 854. Penyaringan buku komik 51 475. Menyelidiki kepercayaan anggota fakultas 35 616. Melarang mantan Komunis dalam mengajar 27 607. Pemerintah mengambil gambar individu dalam kegiatan pidato 29 56

X Jumlah Item 50% 69%

Dalam kesempatan lain seperti di ruang pengadilan, bahasa hukum merupakan bahasa tradisional

dalam politik Baratlaut.

Tetapi contoh dari respons Georgia tidak sepenuhnya cocok. Mahasiswa Georgia

dianggap kurang berminat untuk memberikan perlindungan –prosedural ataupun sebaliknya—

kepada orang-orang yang jelas tidak ramah terhadap tingkatan sosial yang tidak dapat dibantah.

Jika dekatnya bahaya atau kerasnya ancaman terhadap tingkatan yang tidak dapat dibantah dapat

diterima sebagai kondisi stres ganda yang menciptakan tes yang sulit dalam prisip-prinsip

demokratis, lalu mahasiswa Georgia berjalan dengan kurang baik. Untuk hak-hak Komunis

dalam hal tertentu, bukti-bukti mahasiswa memiliki kurangnya simpati. Hanya 65 persen dari

sampel Georgia, dalam perbandingannya 70 persen dengan mahasiswa Kalifornia, tidak setuju

dengan pernyataan yang menanyakan kesetiaan sebuah nasihat bagi Komunis yang terdakwa;

satu dari empat mahasiswa Georgia akan melarang perpustakaan dalam menghadirkan literatur

‘bawah tanah’; dan hanya 35 persen mahasiswa Georgia, sebagaimana terjadi 65 persen di

Kalifornia, akan berselisih dengan hak badan pembuat undang-undang untuk menginvestigasi

Page 12: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

kepercayaan ideologis anggota sebuah fakultas. Mahasiswa Georgia juga (64 persen) dengan

kuat mendukung pandangan bahwa seorang anggota Partai Komunis yang menyesal yang

menolak untuk menunjukkan identitas mantan anggota lain harus dilarang dalam kegiatan

mengajar. Dengan tegas, mahasiswa Kalifornia (60 persen) tidak setuju dengan pernyataan

tersebut. Dalam poin ini, ada yang lebih baik dari perbedaan rasio 2:1 diantara dua kelompok,

dan dalam wilayah komunisme dan subversi umumnya, dan dua pribadi yang berbeda adalah hal

yang terpisah secara serius .

Penjelasannya mungkin berhubungan dengan budaya Selatan. Lingkungan homogen

Selatan secara sosial dan intelektual telah memelihara level toleransi yang sangat rendah

terhadap perbedaan, bukan sebuah tipikal dalam masyarakat tradisional. Sebuah

ketidakpercayaan akan ketidaklaziman ditambah kurangnya apresiasi yang bersifat teknis yang

secara umum kurang berkembang, lalu hak-hak abstrak individu secara filosofis sudah

bergabung untuk mendorong masyarakat Selatan sebuah ketidaksabaran akan gagasan-gagasan

dan individu-individu (disini Komunis) yang dalam beberapa hal mengancam keberadaan

institusi. Ada sebuah ketidakmauan untuk memperluas kepada orang-orang semacam itu dalam

usaha melindungi sistem. Kecenderungan ini ditunjukkan dalam sampel Georgia, dan sudah

dikomentari oleh yang lain. Stouffer contohnya dalam melaporkan intoleransi tingkat tinggi di

Selatan berhubungan dengan seri survey yang lain bahwa identitas Selatan yang mempunyai

persentase tertinggi masyarakat dengan sindrom ‘kepribadian otoriter’. Kirsch tidak hanya

menemukan kurangnya simpati di Selatan terhadap orang-orang Negro dan Komunis tetapi juga

intoleransi umum yang meluas di kalangan Katolik dan Yahudi. Dia percaya bahwa sebuah

pengetahuan dan prinsip-prinsip demokratis apresiasi, rendah di bagian Selatan, berhubungan

positif dengan sebuah perhatian pada jarak sosial (intoleransi) terhadap orang-orang Negro dan

kelompok-kelompok relijius yang menyimpang.

Menyangkut hak-hak substanstif lain, contoh respon, meskipun bukan intensitas

dukungan, pada persoalannya sama diantara mahasiswa Georgia dan Berkeley. Mahasiswa

Selatan lebih cenderung setuju dengan pemerintah untuk menyembunyikan hak memimpin

perkumpulan umum dari individu-individu yang tidak setuju dengan bentuk pemerintahan kita,

tidak lebih dari sebuah mandat yang kurang jelas untuk membimbing aksi resmi. Secara

keseluruhan, mahasiswa Georgia berminat untuk mengizinkan sebuah ujian yang tidak

Page 13: Sosialisasi, Fungsi Pendidikan MERUBAH MASYARAKAT

menyenangkan dari otoritas pemerintah dalam membatasi hak-hak individu—sebuah posisi

secara teori tidak konsisten dengan perhatian mereka terhadap prinsip politik Jefferson dan

aturan keras mereka, jika selektif, setia terhadap perlindungan individu secara hukum.

LIBERTARIANISME DAN MATA KULIAH AKADEMIS

Adalah hal yang tidak berlebihan untuk mengharapkan bahwa: (1) ada perbedaan-

perbedaan tingkatan dukungan dalam norma-norma demokratis oleh mahasiswa dalam disiplin

yang beragam, dan (2) bahwa perkembangan perilaku peserta didik selama 4 tahun pertama

mereka di fakultas akan dipengaruhi oleh mata kuliah yang mereka paparkan.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa kepribadian merupakan sebuah variabel penting

dalam pemilihan awal mata kuliah. Sebuah seri kajian telah menunjukkan bahwa kemungkinan

untuk memisahkan dan membandingkan karakteristik psikologis yang berbeda yang

berhubungan dengan peserta didik dalam disiplin yang berbeda-beda.