sorot · negara indonesia masih cukup rendah. ... wujud bela negara tanpa senjata. n ... analis...

32
1 SOROT EDISI 67 TAHUN VII/2017 GERAI INFO EDISI 67 TAHUN VII/2017

Upload: phungduong

Post on 20-Mar-2019

234 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

SOROT

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

GE

RA

I IN

FO E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

2

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17DAFTAR ISI

Penanggung Jawab: Agusman | Pemimpin Redaksi: Arbonas Hutabarat | Redaksi Pelaksana: Edhie Haryanto,

Wahyu Indra Sukma, Mirza Afifa, Surya Nanggala, Any Ramadhaningsih, Yadi Yuhardinata, Shomita F Insany

Kontributor: Fyman Hadaita, Dendi, Astrid Mardagiono, Ida Julianingsih, Iril Pramadhana Waty, Yusi Rahima

Alamat Redaksi: Departemen Komunikasi Bank IndonesiaJl. M. H. Thamrin No. 2 Jakarta

Telp. Contact Center: (021) 131, e-mail: [email protected], www.bi.go.id

Konsultan: Republika

Bank Indonesia@bank_indonesiabank_indonesiaBank Indonesia Channel

03 | SALAM

04 | EDITORIAL

12 | SOROT14 | SOROTMenelusuri Alur Rupiah

18 | GEMAIMF-WB Annual Meetings 2018, Menjadi Bagian dari Masyarakat dunia

22 | KLIKAwas Uang Palsu

24 | POTRETUpaya Optimal Memenuhi K3E

26 | SOSOKDemi Transaksi dengan Rupiah

Redaksi menerima kiriman naskah melalui e-mail: [email protected]. Redaksi berhak mengubah tulisan

sesuai dengan kepentingan GeraiInfo

8 | SOROT

06 | SOROT

Rupiah Menjangkau Pelosok Negeri

Lebih Dekat dengan Kas Titipan

Menebar Rupiah di Nusantara

3

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

SALAM

Penanggung Jawab: Agusman | Pemimpin Redaksi: Arbonas Hutabarat | Redaksi Pelaksana: Edhie Haryanto,

Wahyu Indra Sukma, Mirza Afifa, Surya Nanggala, Any Ramadhaningsih, Yadi Yuhardinata, Shomita F Insany

Kontributor: Fyman Hadaita, Dendi, Astrid Mardagiono, Ida Julianingsih, Iril Pramadhana Waty, Yusi Rahima

Ketika berbicara tentang Rupiah, perjalanan uang kartal kita ini dimulai setelah selesai proses pencetakan. Namun, upaya untuk menyebar Rupiah ke seluruh Indonesia bukan hal mudah. Ini lantaran kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau

sehingga kerap mengalami kendala ketika harus mengirimkan Rupiah ke wilayah 3T (terdepan, terluar, dan terpencil) dan kawasan perbatasan. Belum lagi kejahatan uang palsu yang merugikan masyarakat.

Inilah yang menjadi pembahasan utama dalam majalah Gerai Info edisi 67 ini.

Dalam edisi kali ini, pembaca diajak mengenal lebih dekat dengan layanan kas Bank Indonesia antara lain program BI Jangkau. Inilah program layanan yang bertujuan menyebar Rupiah hingga menjangkau masyarakat di wilayah kecamatan atau desa. Untuk mewujudkan ini, BI berkoordinasi dengan perbankan, Pegadaian, serta pihak terkait lain.

Tentu saja, bukan hal mudah untuk menyebarkan Rupiah hingga ke pelosok negeri. Cerita menarik kami rangkum dalam artikel tentang upaya menyebar Rupiah di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kondisi geografis NTT yang lebih luas lautan ketimbang daratan menyulitkan upaya menyebarkan Rupiah ke seluruh wilayah NTT. Belum lagi, dari 1.192 pulau di NTT, hanya sekitar 40 pulau saja yang berpenghuni. Upaya untuk pemerataan Rupiah pun lebih efektif bila dilakukan lewat udara dan laut. Namun, jika melalui udara dengan pesawat, maka kapasitasnya terbatas sehingga pengiriman uang dalam jumlah besar tidak memungkinkan. Tantangan-tantangan seperti inilah yang dihadapi ketika BI berupaya untuk menyebar Rupiah hingga ke pelosok negeri.

Upaya untuk menyebar Rupiah juga mendapat kendala dengan isu uang palsu yang membutuhkan penanganan yang serius. Ini terutama karena dampaknya yang dapat mengancam perekonomian nasional. Untuk itulah BI berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan penegak hukum untuk memberantas kejahatan ini.

Namun, upaya memberantas kejahatan uang palsu tidak akan optimal tanpa dukungan masyarakat. Sebagai warga yang peduli pada Rupiah, setidaknya kita memahami ciri-ciri keaslian uang Rupiah lewat metode 3D (dilihat, diraba, diterawang).

Selanjutnya, setelah mengetahui keasliannya, rawatlah Rupiah Anda dengan cara ‘5 Jangan’, yaitu uang kertas jangan dicoret, jangan distapler, jangan diremas, jangan dibasahi, dan jangan dilipat. Dengan turut serta merawat Rupiah, itu artinya kita ikut menjaga simbol kedaulatan dan kehormatan Tanah Air tercinta. n

Merawat Rupiah

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

4

EDITORIAL

Banyak orang yang bicara soal nasionalisme dan semangat untuk menjaga Indonesia. Mereka, misalnya, bicara mengenai bagaimana para pahlawan berjuang meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Akan tetapi, tak banyak yang mengerti bahwa nasionalisme sesungguhnya bisa dan bahkan

harus dimulai dari hal yang kecil. Contoh paling sederhana adalah dengan bagaimana kita memperlakukan Rupiah.

Jika menggunakan Rupiah sebagai acuan, maka terlihat bahwa nasionalisme warga negara Indonesia masih cukup rendah. Buktinya ada di dompet kita masing-masing. Coba saja tengok, maka akan terlihat masih ada uang kertas yang dicoret-coret, sobek, ditambal, kumal, memiliki lipatan berlebihan, atau banyak lubang staples.

Padahal, menjaga agar Rupiah tetap dalam kondisi baik dan layak edar adalah bagian dari nasionalisme. Tindakan yang kecil, memang. Akan tetapi memberikan dampak yang besar lantaran ikut memengaruhi keuangan negara.

Hal ini lantaran, setiap uang yang tidak layak edar (kumal, sobek, rusak dan lain-lain), harus ditarik dan dimusnahkan oleh Bank Indonesia (BI). Dampaknya, beban biaya yang harus dikeluarkan pun semakin tinggi. Termasuk biaya untuk mencetak uang baru sebagai pengganti. Sebagai gambaran, pada 2010 Bank Indonesia diperkirakan telah memusnahkan uang senilai Rp 151 triliun yang sebagian besar merupakan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar.

Sebagai gambaran lain mengenai pentingnya menjaga Rupiah bisa melihat dalam konteks yang lebih besar. Yaitu, bagaimana kebiasaan masyarakat di daerah perbatasan dalam melakukan transaksi jual-beli. Semakin tinggi penggunaan Rupiah, maka bisa dipastikan bahwa kehadiran pemerintah benar-benar dirasakan oleh masyarakat di daerah itu. Ini penting mengingat masyarakat perbatasan merupakan garda terdepan dan terluar untuk menjaga Indonesia.

Untuk itu Bank Indonesia pun terus melakukan berbagai upaya untuk memastikan agar Rupiah senantiasa dalam kondisi layak edar, khususnya di daerah terdepan, terluar, dan terpencil (3T). Hal ini pun memiliki banyak kendala, khususnya kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan yang menyulitkan distribusi dan pembangunan jaringan perbankan.

Memang tak semua masyarakat Indonesia merasakan bagaimana sulitnya menjaga Rupiah di daerah 3T. Akan tetapi, masing-masing dari kita dapat memberikan kontribusi yang sama untuk menjaga nasionalisme terhadap Indonesia. Yaitu dengan melakukan langkah kecil agar uang kertas tetap dalam kondisi baik dan layak edar. Karena dengan menjaga Rupiah merupakan salah satu wujud bela negara tanpa senjata. n

Sayangi RupiahAgusman Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia

Bank Indonesia pun terus melakukan berbagai upaya untuk memastikan agar Rupiah senantiasa dalam kondisi layak edar.

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

5

Q: Mau tanya, untuk mendapatkan uncut banknotes ini apakah masih tersedia? Kalau di Jakarta di Thamrin atau Juanda? Masyarakat hanya dapat memilih 1 (satu) buah URK TE 2016. Hanya bisa beli 1 buah itu maksudnya pilih salah satu nominal saja? Misalnya hanya bisa beli yg Rp 5000 x2 gitu kah? Tidak bisa beli 1 set lengkap ya? Thanks

RB Lukito

A: Terima kasih telah mengirimkan e-mail kepada Bank Indonesia. Sehubungan dengan e-mail Saudara terkait pembelian Uang Rupiah Khusus TE 2016 (uncut banknotes), dapat kami sampaikan bahwa untuk memperoleh uncut banknotes Saudara dapat datang langsung ke: Komplek Perkantoran Bank Indonesia Loket Kas, Lobby Gedung C Jl. M. H. Thamrin No. 2 Jakarta Pusat, 10350. Maksud dari ketentuan “pembelian hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali untuk setiap pemilik KTP” adalah Saudara hanya diperkenankan untuk membeli 1 buah uncut banknotes dengan memilih uncut bank-notes yang berisi 2 atau 4 dan memilih 1 nominal saja mulai dari pecahan Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 20.000, Rp 50.000, dan Rp 100.000. Ketentuan selengkapnya dapat Saudara lihat pada link berikut: http://www.bi.go.id/id/ruang--media/info-terbaru/Pages/Layanan-Kas-Rupiah-Bersambung.aspx. Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Contact Center BICARA di nomor 131. Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Semoga bermanfaat.

INTERAKSI

Uncut Banknotes

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

SPESIMENSPESIMEN

SPESIMENSPESIMEN

6

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17SOROT

Membentang dari Sabang hingga Merauke, Indonesia berbatas-an dengan sejumlah negara. Secara geografis, Indonesia

berbatasan dengan tiga negara di darat, yaitu Malaysia, Republik Demokratik Timor Leste, dan Papua Nugini. Sedangkan, di laut kita berbatasan dengan sejumlah negara yang meliputi India, Thailand, Ma-laysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Papua Nugini, Australia, dan Timor Leste.

Kondisi geografis dengan ribuan pulau yang tersebar di seluruh nusantara meng-hadirkan tantangan tersendiri. Tantang-an tersebut antara lain berimbas pada keterbatasan distribusi uang layak edar

hingga seluruh pelosok negeri. Belum lagi pelayanan perbankan yang belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Sehingga sulit untuk mendapatkan Rupiah yang layak edar.

Hal inilah yang melatarbelakangi Bank Indonesia untuk mengeluarkan strategi berupa perluasan jangkauan jaringan dan penyempurnaan struktur jaringan distribu-si. Jangkauan jaringan dilakukan melalui pengembangan kas keliling, kas titipan di seluruh kabupaten atau kota, dan perluas-an jaringan distribusi hingga kecamatan/desa. Sedangkan penyempurnaan struktur jaringan dilakukan dengan penetapan kan-tor depot kas yang lebih dekat.

Yuliansah Andrias Analis Senior Divisi Perencanaan dan Pengembangan Pengelolaan Uang

Rupiah Menjangkau Pelosok Negeri

7

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

SOROT

Kas Keliling dilakukan dalam rangka melayani kebutuhan uang di masya-rakat melalui pendekatan pusat-pusat keramaian. Melalui Kas Keliling, masyarakat terbantu untuk memperoleh uang layak edar di tempat yang mudah dijangkau. Kas Keliling tidak hanya dilakukan pada pusat-pusat ke-ramaian di kota, namun juga di daerah terpencil yang tidak terdapat layanan perbankan dalam rangka penyediaan uang Rupiah berkualitas baik.

Melalui kerja sama dengan bank umum, Bank Indonesia memberikan layanan Kas Titipan untuk memenuhi kebutuhan perbankan dan masyarakat akan uang layak edar di daerah yang tidak terdapat Kantor Perwakilan Bank Indonesia. Sampai dengan saat ini, jumlah kas titipan yang sudah dibuka sebanyak 93 lokasi yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten/kota di Indo-nesia.

Untuk perluasan jaringan distribusi hingga kecamatan/desa, Bank Indo-nesia memberikan layanan kas melalui program BI Jangkau. Program ini bertujuan untuk menjangkau masyarakat di wilayah kecamatan atau desa melalui optimalisasi jaringan kantor perbankan dan pihak lainnya antara lain lewat pegadaian serta perusahaan jasa pengolahan uang Rupiah (PJPUR).

Selain berupaya mengoptimalkan distribusi uang di seluruh wilayah NKRI, program BI Jangkau juga turut mendorong clean money policy yang bertuju-an untuk memelihara dan mengelola kualitas Rupiah. n

Kondisi geografis berimbas pada keterbatasan distribusi uang layak edar hingga seluruh pelosok negeri.

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

8

SOROT

Jika pernah menginjakkan kaki di wilayah perbatasan, kita akan sulit menemukan uang dalam kondisi layak edar yang tidak lusuh, tidak rusak, dan tidak penuh lipatan. Kondisi ini dapat kita temui antara lain di daerah Badau, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat. Kawasan ini berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Atau di

daerah terluar di wilayah Indonesia seperti Pulau Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pelayanan perbankan di kawasan tersebut masih sangat terbatas. Sehingga untuk mendapatkan uang layak edar jarang ditemukan dengan mudah.

Melihat kondisi ini Bank Indonesia menyadari perlunya penyebaran uang layak edar di

Ridwan Nurjamal Analis Divisi Perencanaan dan Pengembangan Pengelolaan Uang

Menebar Rupiah di Nusantara

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

kawasan yang masuk kategori terdepan, terluar, dan terpencil (3T). Mengingat keterbatasan jaringan kantor Bank Indonesia maka diperlukan strategi distribusi layanan kas BI sampai dengan tingkat kecamatan atau desa yang ada di wilayah 3T tersebut. Melalui kerja sama dengan perbankan dan pihak lain yang memiliki jaringan kantor lebih luas.

Dengan menimbang kondisi geografis Indonesia yang sangat luas terutama daerah 3T, Bank Indonesia meluncurkan program BI Jangkau yang bertujuan untuk meningkatkan perluasan jangkauan distribusi uang dan layanan kas BI hingga mencapai area kecamatan atau desa yang selama ini sulit mendapatkan uang dengan kualitas yang baik.

Hal ini sejalan dengan misi Bank Indonesia untuk memenuhi uang Rupiah di masyarakat dengan nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, dan dalam kondisi layak edar di seluruh wilayah NKRI.

SinergiProgram BI Jangkau saat ini dilakukan

bersinergi dengan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan pihak lain (Pegadaian) melalui optimalisasi jaringan kantor yang dimiliki oleh Himbara dan Pegadaian. Melalui program ini diharapkan dapat mempercepat distribusi uang layak edar dan penyerapan uang tidak layak edar di masyarakat.

Sampai dengan saat ini program BI Jangkau dilakukan di 8 provinsi yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Jawa Timur (Pulau Kangean),

Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua. Dari 8 provinsi tersebut terdapat 3 provinsi yang berbatasan langsung dengan wilayah negara lain, yakni Kalimantan Barat dengan Malaysia, NTT dengan Timor Leste, dan Papua dengan Papua Nugini.

Dalam pelaksanaannya, BI Jangkau merambah mulai dari unit terkecil di wilayah desa atau kecamatan hingga ke kantor cabang di kota/kabupaten. Aktivitasnya dimulai dengan melakukan pengambilan uang di seluruh unit terkecil oleh masing-masing bank sehingga akhirnya terkumpul seluruh uang lusuh dari masyarakat di kawasan tersebut.

Selanjutnya, uang yang tidak layak edar pun disetorkan ke kantor cabang yang kemudian berlanjut dengan melakukan penukaran dengan uang layak edar (ULE) atau hasil cetak sempurna (HCS) Bank Indonesia. Dengan adanya program BI Jangkau diharapkan Rupiah layak edar dapat menjangkau sampai ke pelosok negeri. n

9

SOROT

Program BI Jangkau yang bertujuan untuk meningkatkan perluasan jangkauan distribusi uang dan layanan kas BI hingga mencapai area kecamatan atau desa.

PLBN BadauPLBN Skow Papua PLBN Entikong

10

SOROT

ED

ISI

67

TA

HU

N V

II/2

017

Untuk menebar Rupiah hingga ke pelosok negeri, Bank Indonesia berkomitmen untuk memenuhi

kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar. Komitmen ini diselaraskan pula dengan upaya untuk mempercepat distribusi uang layak edar atau hasil cetak sempurna.

Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia mendapat dukungan dari pihak lain seperti Himpunan Bank Milik Negara (Himbara), Pegadaian, dan pihak lain terutama untuk memberikan layanan penukaran uang.

Ada lebih dari 1.000 titik penukaran di seluruh wilayah Indonesia yang dilayani oleh bank-bank pelat merah. Secara rinci, Bank Mandiri melayani 528 titik dan Bank BRI bergerak di 303 titik. Sedangkan, Bank BNI menyebar di 205 titik serta Bank BTN yang menjangkau 100 titik.

Secara keseluruhan, ada sekitar 1.136

titik yang siap dilayani oleh BI dan bank-bank pemerintah. Kegiatan ini melibatkan seluruh kantor perwakilan dalam negeri BI dan menggunakan sarana operasional dari bank BUMN.

Mekanisme yang dilakukan adalah dengan melakukan penarikan uang tidak layak edar dari bank BUMN ke Kantor Bank Indonesia/Kas Titipan yang dilakukan secara sistematis, reguler, dan berkesinambungan.

Sedangkan, dalam rangkaian penarikan uang tidak layar edar, Bank Indonesia turut berkomitmen untuk mempercepat proses tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan dengan mengoptimalkan jalur distribusi yang dimiliki saat ini.

Dengan komitmen bersama antara BI dan pihak lain diharapkan seluruh masyarakat Indonesia hingga ke wilayah 3T pun dapat menikmati uang Rupiah dalam kondisi sempurna dan layak. n

Menyebar di 1.000 Titik

Kalimantan Barat,

NTT,

Papua,

Sulawesi Utara,

Program BI Jangkau di tahun 2017

Hingga saat ini program BI Jangkau telah dilakukan di delapan provinsi di Indonesia dengan pertimbangan keterwakilan setiap regional, kriteria 3T (terdepan, terluar, terpencil) , jumlah kantor bank di satu wilayah kecamatan, serta jumlah uang lusuh yang beredar.

Maluku Utara,

Pulau Kangean

Kepulauan Riau

Kalimantan Utara

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

10

11

SOROT

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

12

SOROT

Kas Titipan merupakan kegiatan penyediaan uang Rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan kepada salah satu bank umum untuk

memenuhi persediaan kas perbankan di daerah tersebut dan kebutuhan uang masyarakat.

Kegiatan Kas Titipan dilakukan Bank Indonesia dengan dukungan kantor cabang bank yang ditunjuk sebagai pengelola Kas Titipan.

Dalam kegiatan Kas Titipan tersebut, Bank Indonesia berupaya menyediakan uang dalam jumlah tertentu untuk disimpan pada khazanah bank pengelola, melakukan pengiriman/pengambilan uang Kas Titipan, memberikan pengawasan tidak langsung (off site) dan pengawasan langsung (on site) terhadap pengelolaan Kas Titipan, serta memberikan bantuan finansial untuk pengelolaan Kas Titipan.

Untuk melakukan kegiatan Kas Titipan

Lebih Dekat dengan Kas Titipan

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

Rony Ferdiansyah Analis Divisi Pengaturan, Perizinan dan Pemantauan Pengelolaan Uang

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

13

ini, Bank Indonesia melibatkan bank pengelola dan bank peserta dalam kegiatan penyetoran dan penarikan uang di Kas Titipan dan memberikan layanan penukaran uang kepada masyarakat. Selain itu Bank Indonesia juga mendorong dilakukannya Kas Keliling oleh bank pengelola untuk memenuhi kebutuhan uang layak edar di wilayah kerja Kas Titipan.

Dalam pelaksanaannya, BI melibatkan bank-bank pelat merah yaitu Bank Mandiri, BNI dan BRI serta Bank Pembangunan Daerah (BPD). Ini lantaran bank-bank tersebut memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik di lokasi-lokasi Kas Titipan.

Kas Titipan boleh dibilang merupakan miniatur dari Bank Indonesia di bidang Pengelolaan Uang Rupiah (PUR) sehingga kendati berada di lokasi terpencil, layanan yang diberikan bisa setara dengan perbankan di kota-kota besar. Agar layanan kian optimal, saat ini lokasi Kas Titipan satu dan yang lain dibuat dalam radius tiga jam perjalanan.

Hingga bulan Oktober 2017, terdapat 93 lokasi layanan Kas Titipan yang diselenggarakan oleh BI bekerja sama dengan bank-bank tersebut. Angka ini sudah mencapai 91 persen dari target sekitar 107 Kas Titipan hingga akhir tahun 2017.

Saat ini keberadaan Kas Titipan menghadirkan manfaat seperti biaya pengelolaan uang tunai yang makin rendah, penyediaan uang Rupiah layak edar semakin mudah, serta kondisi uang yang makin bagus dan makin cepat diperoleh. Hingga akhirnya kehadiran Kas Titipan yang menjangkau hingga wilayah terpencil mampu meningkatkan aktivitas perekonomian masyarakat dan Rupiah pun benar-benar berdaulat di nusantara. n

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

Saat ini keberadaan Kas Titipan menghadirkan manfaat seperti biaya pengelolaan uang tunai yang makin rendah, penyediaan uang Rupiah layak edar semakin mudah, serta kondisi uang yang makin bagus dan makin cepat diperoleh.

SOROT

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

Menelusuri Alur Rupiah

14

Ketika Rupiah sudah berada dalam genggaman kita, itu artinya lembar demi lembar mata uang Indonesia ini telah melalui perjalanan panjang. Setelah selesai melalui

proses pencetakan, Rupiah pun siap diedarkan. Untuk mengedarkan uang Rupiah, Bank Indonesia menjalin kerja sama dengan bank dan pihak lain terkait kegiatan pengolahan uang Rupiah.

Dalam rangkaian inilah, BI menggandeng perusahaan pihak ketiga yang dikenal dengan istilah Perusahaan Jasa Pengolahan Uang Rupiah (PJPUR). Mereka tidak hanya bertugas untuk mengawal dan mengangkut barang berharga atau uang, tapi juga melakukan pemrosesan dan penyimpanan uang. Selain itu, PJPUR juga yang wajib melakukan pengisian, pengambilan, serta pemantauan kecukupan uang Rupiah pada antara lain Automated Teller Machine (ATM), Cash Deposit Machine (CDM), dan/atau Cash Recycling Machine (CRM).

BI sendiri telah menerbitkan peraturan untuk melakukan pengolahan uang Rupiah oleh PJPUR di Indonesia di antaranya terkait layanan pemrosesan uang Rupiah, prosedur perizinan, perjanjian kerja sama, pengawasan, kewajiban PJPUR, hingga sanksi administrasi.

Sesuai peraturan, BI menetapkan ketentuan untuk perusahaan PJPUR di antaranya harus berbadan hukum dan berbentuk perseroan terbatas, memiliki sarana dan prasarana yang telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh BI. Selain itu, perusahaan juga berkinerja keuangan yang sehat, memiliki pegawai yang berintegrasi dan memiliki reputasi yang baik, serta memiliki izin Badan Usaha Jasa Pengawalan (BUJP) dari Polri.

Rully Andriana Analis Senior Divisi Pengaturan, Perizinan dan Pemantauan Pengelolaan Uang

Sarana, Prasarana (loading/unloading)

BANK

SOROT

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

15

Sarana dan prasaranaBahkan, peraturan BI itu juga menetapkan

seputar standar sarana dan prasarana seperti soal gedung, kendaraan, spesifikasi mesin sortasi uang

termasuk pula mesin hitung uang kertas dan logam.Terkait gedung, PJPUR harus memiliki ruang loading/

unloading yang mencakup CCTV hingga sistem keamanan khusus. Tak ketinggalan persyaratan untuk ruang pemrosesan uang dan ruang

khazanah yang mencakup area terbatas, CCTV hingga alat pemadam api ringan (APAR).

Sedangkan armada kendaraan harus memiliki minimal dua kompartemen untuk uang dan minimal dapat menampung tiga penumpang, memiliki kapasitas yang memadai untuk jasa kawal angkut uang, tersedia alat komunikasi, sistem penguncian kompartemen, jendela berteralis, serta memastikan sirkulasi udara yang baik.

Sementara, mesin sortasi uang memiliki spesifikasi khusus sehingga dapat menghitung, menyortir, dan mendeteksi uang palsu.

Selain masalah sarana dan prasarana, PJPUR juga wajib memenuhi standar kualitas uang yang dapat diedarkan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan BI dan disampaikan kepada perbankan dan PJPUR melalui media cetak atau media lainnya.

Dengan adanya ketentuan PJPUR yang mulai berlaku pada 31 Oktober 2016 ini, diharapkan terjadi penurunan peredaran uang palsu, jaminan pengawasan PJPUR, mampu meningkatkan kualitas uang, serta dapat pula mencegah dan meminimalisasi peredaran uang palsu.

Hingga akhirnya dengan kerja sama yang baik antara BI dan PJPUR itulah, kebutuhan uang Rupiah untuk masyarakat senantiasa dapat terpenuhi dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar, serta aman dari upaya pemalsuan. n

Dengan adanya ketentuan PJPUR diharapkan terjadi penurunan peredaran uang palsu, jaminan pengawasan PJPUR, mampu meningkatkan kualitas uang, serta dapat pula mencegah dan meminimalisasi peredaran uang palsu.

Sarana, Prasarana (loading/unloading)

BANK

Sarana, Prasarana (loading/unloading)

BANK

SOROT

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

16

SOROT

Distribusi Uang Rupiah

Pemrosesan Uang Rupiah

Penyimpanan Uang Rupiah di khazanah; dan/atau

Pengisian, pengambilan, dan/atau pemantauan

KECUKUPAN UANG RUPIAH PADA ANTARA LAIN AUTOMATEDTELLER MACHINE (ATM), CASH DEPOSIT MACHINE (CDM),DAN/ATAU CASH RECYCLING MACHINE (CRM).

JUMLAH PJPUR KEPOLISIAN NASIONAL 101 PERUSAHAANAPJATIN 26 ANGGOTANON-APJATIN 1 ANGGOTA

sumber: APJATIN and Baharkam POLRI

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

SOROT

17

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

18

GEMA

Sejak awal kemerdekaan, Indonesia telah menetapkan kebijakan politik luar negeri untuk berperan serta aktif dalam kerja sama

dan hubungan internasional, baik secara bilateral, regional, maupun multilateral. Saat itu, mendapatkan dukungan luas dari masyarakat internasional terhadap kemerdekaan Indonesia, menjadi tugas berat yang harus dihadapi. Upaya tersebut berbuah manis, karena pada tahun 1947, Mesir menjadi negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia, disusul India.

Pada periode itu pula, Indonesia membawa isu kemerdekaannya ke forum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keikutsertaan Indonesia dalam forum tersebut menjadi salah satu bagian dari sejarah sepak terjang Indonesia di dalam forum internasional. Sejumlah forum internasional yang diikuti Indonesia selanjutnya, seperti Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), Islamic Development Bank (IDB), Association of South East Asian Nations (ASEAN), Intergovernmental Group of 20 (G20), Organisation of Islamic Cooperation (OIC), dan masih banyak lagi.

Partisipasi Indonesia untuk menjadi

bagian dari masyarakat dunia tidak hanya untuk membahas isu politik saja, namun juga isu penting lainnya yakni ekonomi. Dana Moneter Internasional (IMF) merupakan salah satu forum ekonomi internasional yang diikuti Indonesia, sebagai cara diplomasi ekonomi dalam rangka mendorong kestabilan ekonomi bangsa. Kerja sama ekonomi dalam forum internasional memiliki dampak yang sangat penting bagi kemajuan perekonomian suatu negara, tak terkecuali Indonesia. Melalui kerja sama ekonomi, setiap negara ingin menciptakan kondisi yang saling menguntungkan satu sama lain, tidak hanya untuk menguatkan perekonomian namun juga membuka peluang yang lebih besar lagi.

Sejak tergabung menjadi anggota IMF pada tahun 1955, Indonesia berkesempatan mengoptimalkan peran lembaga internasional yang memiliki tujuan dalam mempromosikan pemeliharaan ekonomi global agar selalu sehat itu. Peran tersebut terkait konsultasi ekonomi, capacity building, serta pemberian fasilitas pembiayaan darurat yang dilakukan IMF terhadap anggota-anggotanya. Beberapa keuntungan

IMF-WB Annual Meetings 2018

Menjadi Bagian dari Masyarakat dunia

Iss Savitri Hafidz Satuan Tugas IMF-WB Annual Meetings

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

19

GEMA

lain yang didapatkan Indonesia sebagai anggota IMF yakni akses yang lebih besar terhadap pelaku ekonomi utama di dunia, memberi masukan dalam diskusi global terkait isu utama yang berhubungan dengan kepentingan ekonomi Indonesia, kesempatan untuk promosi stabilitas ekonomi dan keuangan global, dan lainnya.

Secara keseluruhan forum internasional dapat menjadi wadah komunikasi dan strategi Indonesia, yang mampu melintasi batas sebuah negara. Berangkat dari kesepakatan masing-masing anggota untuk bekerja sama, memiliki regulasi yang mengikat, dan untuk mewujudkan tujuan internasional tanpa meleburkan tujuan nasional masing-masing anggota dari organisasi internasional yang bersangkutan. Dengan demikian, forum internasional bisa menjadi instrumen bagi pelaksanaan kebijakan luar negeri negara-negara anggotanya, termasuk Indonesia. n

Forum internasional bisa menjadi instrumen bagi pelaksanaan kebijakan luar negeri negara-negara anggotanya, termasuk Indonesia.

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

20

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17INFOGRAFISi

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap HCS Rupiah TE 2016 menjelang Hari Raya Idul Fitri 1438H, BI bekerja sama dengan HIMBARA melakukan Layanan Penukaran Uang serta Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah dan Cara Merawat Rupiah terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar dan terpencil).

RUPIAH UNTUK NEGERI :SINERGI BI dan BANK BUMN MELAYANI NEGERI

Terdapat > 1000 Titik Penukaran di seluruh Wilayah NKRI dengan rincian :Bank Mandiri : 528 titik BRI : 303 titik BNI : 205 titik BTN : 100 titik Atau seluruhnya berjumlah 1.136 titik

Kegiatan ini melibatkan seluruh KPw DN dan menggunakan sarana operasional dari Bank BUMN.

Mekanisme yang dilakukan adalah dengan penarikan uang dari Bank BUMN ke Kantor Bank Indonesia/Kas Titipan.

Kegiatan ini akan dilakukan secara sistematis, reguler dan berkesinambungan.

or Bank N ke Ka

er

k BUM

guler

i Ban

regu

l dari

dari

s, re

asion

ng

tis,

oper

uan

atis

na o

an u

mat

ara

kan

ma

n sa

arik

em

kan

nar

tem

RUPIAH UNTUK KEDAULATAN NEGERI MENGHADIRKAN RUPIAH HINGGA DAERAH TERDEPAN, TERLUAR, DAN TERPENCIL DI INDONESIARUPIAH UNTUK KEDAULATAN NEGERI MENGHADIRKAN RUPIAH HINGGA DAERAH TERDEPAN, TERLUAR, DAN TERPENCIL DI INDONESIA

3 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Provinsi Kalimantan Barat, yakni : PLBN Entikong di Kabupaten Sanggau, PLBN Aruk di Kabupaten Sambas, PLBN Badau di Kabupaten Kapuas Hulu.3 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni : PLBN Motaain di Kabupaten Belu, PLBN Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara dan PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka yang sedang dalam proses.1 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Provinsi Papua, yakni :PLBN Skouw, yang ada di Lokpri Muara Tami, Kota Jayapura.

RUPIAH DI PERBATASAN

Layanan ATM dan KUPVA di Wilayah Perbatasan

RUPIAH DI PERBATASAN

Layanan ATM dan KUPVA di Wilayah Perbatasan

LAYANAN PENUKARAN UANG | Layanan Penukaran Uang Lusuh dan Uang Pecahan KecilLAYANAN PENUKARAN UANG | Layanan Penukaran Uang Lusuh dan Uang Pecahan Kecil

[ Di Setiap Makna Indonesia ][ Di Setiap Makna Indonesia ]

Rp5

Rp10

Rp20

Rp50

Rp100

21

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

INFOGRAFIS ii

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap HCS Rupiah TE 2016 menjelang Hari Raya Idul Fitri 1438H, BI bekerja sama dengan HIMBARA melakukan Layanan Penukaran Uang serta Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah dan Cara Merawat Rupiah terutama di wilayah 3T (terdepan, terluar dan terpencil).

RUPIAH UNTUK NEGERI :SINERGI BI dan BANK BUMN MELAYANI NEGERI

Terdapat > 1000 Titik Penukaran di seluruh Wilayah NKRI dengan rincian :Bank Mandiri : 528 titik BRI : 303 titik BNI : 205 titik BTN : 100 titik Atau seluruhnya berjumlah 1.136 titik

Kegiatan ini melibatkan seluruh KPw DN dan menggunakan sarana operasional dari Bank BUMN.

Mekanisme yang dilakukan adalah dengan penarikan uang dari Bank BUMN ke Kantor Bank Indonesia/Kas Titipan.

Kegiatan ini akan dilakukan secara sistematis, reguler dan berkesinambungan.

or Bank N ke Ka

er

k BUM

guler

i Ban

regu

l dari

dari

s, re

asion

ng

tis,

oper

uan

atis

na o

an u

mat

ara

kan

ma

n sa

arik

em

kan

nar

tem

RUPIAH UNTUK KEDAULATAN NEGERI MENGHADIRKAN RUPIAH HINGGA DAERAH TERDEPAN, TERLUAR, DAN TERPENCIL DI INDONESIARUPIAH UNTUK KEDAULATAN NEGERI MENGHADIRKAN RUPIAH HINGGA DAERAH TERDEPAN, TERLUAR, DAN TERPENCIL DI INDONESIA

3 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Provinsi Kalimantan Barat, yakni : PLBN Entikong di Kabupaten Sanggau, PLBN Aruk di Kabupaten Sambas, PLBN Badau di Kabupaten Kapuas Hulu.3 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni : PLBN Motaain di Kabupaten Belu, PLBN Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara dan PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka yang sedang dalam proses.1 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Provinsi Papua, yakni :PLBN Skouw, yang ada di Lokpri Muara Tami, Kota Jayapura.

RUPIAH DI PERBATASAN

Layanan ATM dan KUPVA di Wilayah Perbatasan

RUPIAH DI PERBATASAN

Layanan ATM dan KUPVA di Wilayah Perbatasan

LAYANAN PENUKARAN UANG | Layanan Penukaran Uang Lusuh dan Uang Pecahan KecilLAYANAN PENUKARAN UANG | Layanan Penukaran Uang Lusuh dan Uang Pecahan Kecil

[ Di Setiap Makna Indonesia ][ Di Setiap Makna Indonesia ]

Rp5

Rp10

Rp20

Rp50

Rp100

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

22

KLIK

Menjelang Lebaran lalu, Bank Indonesia mengimbau masyarakat agar mewaspadai peredaran uang palsu. Ini

lantaran pada masa menjelang Ramadhan dan Lebaran, transaksi dan aktivitas ekonomi masyarakat meningkat sehingga membuka peluang munculnya uang palsu. Kendati begitu, masyarakat tidak perlu cemas lantaran jumlah uang palsu yang beredar sebenarnya tidak signifikan. Akan tetapi, kita tetap perlu mewaspadai munculnya uang palsu agar terhindar dari kejahatan tersebut.

Menurut UU No 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, Rupiah palsu diartikan sebagai suatu benda yang bahan, ukuran, warna, gambar, atau desainnya menyerupai Rupiah yang dibuat, dibentuk, dicetak, digandakan, diedarkan atau digunakan sebagai alat pembayaran secara melawan hukum.

Hingga triwulan III-2017, pemalsuan uang banyak terjadi pada pecahan Rp 100.000 dan Rp 50.000, dan peredarannya sebagian besar terjadi di provinsi yang memiliki aktivitas ekonomi tinggi.

Koordinasi dan edukasiUpaya untuk mempersempit peredaran

uang palsu dan mengurangi pelaku tindak pidana uang palsu bukan pekerjaan mudah. Langkah-langkah strategis perlu

diterapkan untuk memberantas kejahatan ini. Salah satu langkah yang dilakukan adalah BI berkoordinasi dengan kepolisian, kejaksaan, serta hakim, untuk menyamakan pandangan bahwa tindak pidana pemalsuan uang merupakan kejahatan serius dan terorganisasi sehingga perlu diterapkan sanksi berat bagi pemalsu uang supaya ada efek jera. BI juga menyiapkan ahli uang Rupiah untuk memberikan keterangan di pengadilan dalam kasus-kasus uang palsu. Pemberian keterangan ahli itu sekaligus memenuhi amanat UU Mata Uang yang mengatur kewenangan menentukan keaslian Rupiah ada di BI.

Partisipasi masyarakat juga turut diperlukan untuk memberantas kejahatan uang palsu. Agar masyarakat kian waspada dengan keberadaan uang palsu, BI melakukan kegiatan edukasi dan publikasi mengenai ciri-ciri keaslian uang Rupiah (Cikur). Dengan kegiatan tersebut, diharapkan pemahaman masyarakat mengenai Cikur dapat meningkat sehingga ruang gerak peredaran uang palsu dapat dipersempit. Selain itu, BI juga mengkampanyekan cara memperlakukan Rupiah dengan baik dan benar, yaitu dengan “5 Jangan”: jangan dilipat, jangan dicoret, jangan distapler, jangan diremas dan jangan dibasahi. Jadi, apa yang perlu kita lakukan supaya terhindar uang palsu? Nah, setiap kali

Awas, Uang Palsu

Apriana Damayanti Analis Senior Divisi Penanggulangan Uang Palsu

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

23

KLIK

Jika kita mengenal ciri-ciri keaslian Rupiah, maka ruang gerak peredaran uang palsu dapat diminimalisasi.

Anda mendapatkan uang, jangan lupa untuk memeriksa ciri-ciri keasliannya terlebih dahulu. Cara termudah yaitu dengan memakai panca indera dengan

metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang).

Jika masih ragu, masyarakat bisa meminta klarifikasi ke BI untuk mengecek keaslian uang yang diragukan itu. Di kantor pusat Bank Indonesia, klarifikasi dilakukan oleh BI-CAC (Bank Indonesia – Counterfeit Analysis Center) yang berlokasi di Gedung C lantai 7. Jadi ingat ya, periksa selalu keaslian Rupiahmu dengan 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang). n

24

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

Bank Indonesia terus berupaya memenuhi ketersediaan uang layak edar di pelosok daerah nusantara. Salah satu caranya melalui layanan kas titipan. Untuk melayani masyarakat khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT), Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur telah memiliki delapan kantor Kas Titipan. Jumlah tersebut menjadi yang terbanyak jika dibandingkan dengan kantor perwakilan BI di provinsi lain.

Layanan Kas Titipan terus mengalami perkembangan dan perbaikan sejak 2014 sampai 2017. Hingga saat ini jumlahnya terdapat delapan kas titipan di NTT. Hal ini terbilang wajar karena NTT terkenal dengan provinsi kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau.

Kantor Kas Titipan tersebut tersebar di seluruh kepulauan di NTT, yaitu Timor, Flores, Sumba, Alor dan Lembata. Sementara kantor BI hanya ada di Pulau Timor di Kota Kupang. Dalam menjalankan layanan Kas Titipan, BI NTT memiliki sejumlah kendala, yakni jarak, kondisi geografis, dan faktor cuaca. Kondisi geografis kepulauan di NTT menjadikan medannya cukup berat.

Untuk menempuh pelayaran dari Pulau Timor ke Flores dengan

Upaya Optimal Memenuhi K3E

Naek Tigor SinagaKepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT

POTRET

25

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

POTRET

transportasi kapal feri membutuhkan waktu sekitar 19 jam, bahkan dari Pulau Timor ke Sumba membutuhkan waktu 25 jam.

Dari segi kependudukan, Provinsi NTT memiliki jumlah penduduk 5,1 juta jiwa, angka terbesar kedua di kawasan timur Indonesia setelah Sulawesi Selatan. Dengan kondisi medan tersebut, jangkauan perbankan harus tersebar di ibu kota kabupaten. Padahal, transportasi hanya bisa melalui laut dan udara.

Medan yang sulit tersebut lantaran NTT merupakan provinsi kepulauan sehingga lautan lebih luas daripada daratan. Selain itu, kondisi cuaca untuk bulan-bulan tertentu yakni Januari sampai April terbilang menantang akibat angin yang bertiup kencang dan terjadi gelombang setinggi dua sampai tiga meter. Akibatnya, pelayanan pun terpaksa ditutup. Saat-saat itulah bisa dipastikan uang yang ada sudah lusuh semua.

Meningkatkan pelayananDengan kas titipan tersebut, BI

ingin memenuhi unsur K3E yakni menjaga ketersediaan uang, faktor keamanan, kualitas, dan efisiensi. Dari sisi ketersediaan, Bank Indonesia ingin memastikan uang-uang yang ada di perbankan di daerah-daerah harus tersedia dengan jumlah yang cukup.

Ditilik dari faktor keamanan, ada faktor risiko ketika harus mengirimkan uang. Biasanya, cabang-cabang

perbankan di kepulauan yang membutuhkan uang akan minta pengiriman dari perbankan di Flores. Dengan adanya kas titipan, perbankan tidak perlu lagi mengirim uang dari Flores sehingga relatif lebih aman.

Sedangkan dari sisi kualitas, uang yang beredar di kepulauan perlu disegarkan agar tetap layak edar. Melalui Kas Titipan, BI menyetor uang baru dan menarik uang tidak layak edar untuk dihancurkan. Sementara dari sisi efisiensi, perbankan terutama BRI dan BPD NTT yang memiliki banyak cabang di kepulauan bisa lebih menghemat biaya dalam pengiriman uang.

Dengan adanya Kas Titipan tersebut terjadi peningkatan kualitas pelayanan. Selain itu, kehadiran Kas Titipan tersebut membuat uang layak edar yang didistribusikan semakin banyak sementara uang yang tidak layak edar yang ditarik semakin banyak pula. Alhasil, faktor K3E semakin terpenuhi.

Saat ini BI NTT tengah menggodok permintaan Pemprov NTT agar BI bisa mengelola Kas Titipan di setiap pulau. Tantangan utama yang harus dihadapi masih seputar medan yang berat, cuaca yang terkadang tidak mendukung hingga jarak tempuh yang relatif lama. Meski cukup menantang, upaya pelayanan optimal terhadap masyarakat terus ditingkatkan hingga unsur K3E dapat terpenuhi seutuhnya. n

Dengan adanya kas titipan, perbankan tidak perlu lagi mengirim uang dari Flores sehingga relatif lebih aman.

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17SOSOK

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

26

Program BI Jangkau yang bertujuan meningkatkan perluasan jangkauan distribusi uang dan layanan kas BI hingga mencapai area yang

selama ini sulit mendapatkan uang dengan kualitas baik itu dilakukan bersinergi dengan lembaga lain. Salah satu pihak yang terlibat adalah perbankan nasional seperti Bank Mandiri. Ogi Prastomiyono, Direktur Operasional Bank Mandiri, mengungkapkan perkembangan pelayanan perbankan terutama di wilayah perbatasan, kendala, hingga strateginya agar rupiah menyebar sampai ke tepi terluar Indonesia. Berikut petikannya:

Bank Mandiri adalah salah satu bank

yang terlibat dalam program BI Jangkau. Apa kontribusi yang diberikan dalam program ini?

Ada sejumlah proyek pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di tujuh tempat. Tujuh pos itu meliputi Entikong, Aruk, Nanga Badau (Kalbar), Mota’ain, Motamasin, Wini (NTT), Skouw (Papua). Bank Mandiri menjadi koordinator untuk PLBN Mota’ain di Atambua yang berbatasan dengan Timor Leste. Satu lagi ada di PLBN Aruk di Sambas Kalbar. Di Mota’ain sudah ada money changer dan ATM. Bahkan ATM-nya sudah ATM Merah Putih. Sedangkan di Arup baru ada ATM, money changer masih pada tahap pembangunan. Kita juga menarik uang tidak layak edar (UTLE).

Apa saja kendala membangun fasilitas perbankan di daerah terluar?

Beberapa kendalanya adalah soal listrik,

jaringan komunikasi, dan jarak. Jarak adalah yang paling menjadi hambatan. Penyetoran uang jarak jauh butuh lima jam untuk mencapai perbatasan dari kota terdekat. Tapi sebagai bank BUMN, sudah menjadi kewajiban Bank Mandiri demi kedaulatan NKRI. Demi terciptanya transaksi menggunakan Rupiah.

Kita juga mengharapkan adanya suatu bisnis karena ada transaksi penukaran uang. Kita harusnya dapat manfaat di situ. Saya lihat pemerintah cukup serius dalam menyelenggarakan program ini. Bisa dilihat dari keberadaan bangunan yang permanen dan kalau dilihat dari negara seberang bangunan milik Indonesia lebih bagus.

Sejauh ini bagaimana kemajuan

transaksi di PLBN?Di Mota’ain, Bank Mandiri beroperasi

sejak 19 Mei 2017. Itu adalah satu-satunya money changer di sana. Layanannya terintegrasi dengan gedung imigrasi. Di sana kita juga sediakan dua ATM yang menyediakan uang rupiah. ATM itu juga memungkinkan warga negara tetangga mengambil uang dari akun di bank negaranya. Sejauh ini transaksi yang sudah ada rata-rata 20 nasabah dari setiap jadwal penukaran uang. Tapi itu juga tergantung musim perdagangan. Di sana lebih banyak barang kebutuhan pokok Indonesia masuk ke Timor Leste.

Untuk ATM karena masih baru jadi belum banyak transaksi. Persediaan uang masih cukup. Kita sediakan pasokan uang Rp 300-400 juta di ATM. Bank Mandiri juga punya kantor cabang di Atambua yang jaraknya sekitar satu jam dari wilayah

Demi Transaksi dengan Rupiah

27

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

SOSOK

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

27

Masyarakat di perbatasan makin memahami bahwa transaksi di perbatasan harus menggunakan Rupiah.

perbatasan. Bagaimana strategi yang dilakukan

agar masyarakat perbatasan mau menggunakan rupiah?

Kita bersama BI Jangkau memberikan sosialisasi antara lain melalui penjelasan langsung, leaflet, ketika masyarakat datang ke perbatasan, dan lain-lain. Edukasi cukup penting termasuk kepada para pedagang dan produsen. Mereka makin memahami bahwa transaksi di perbatasan harus menggunakan Rupiah.

Apa target Bank Mandiri terkait

program Rupiah di perbatasan?Secara umum masyarakat Indonesia

masih banyak yang belum dilayani sistem perbankan. Bank Mandiri mencatat ada 17 juta rekening milik masayarakat. Sedangkan secara keseluruhan dari total penduduk 250 juta, pemilik rekening bank baru 60-70 juta. Bank Mandiri berupaya meningkatkan itu.

Harapan mengenai perluasan pelayanan perbankan di wilayah perbatasan negara?

Penambahan ATM otomatis semakin mendekatkan masyarakat kepada sistem perbankan. Sejauh ini beban operasional money changer dan ATM masih ditanggung Bank Mandiri. Harapan ke depan pemerintah memberikan kelonggaran fasilitas dan infrastruktur bagi bank-bank yang mau beroperasi di pelosok seperti di perbatasan karena tidak semua orang mau menyentuh hingga ke tepi terluar Indonesia. n

28

SOROT

ED

ISI

67

TA

HU

N V

II/2

017

SOSOK

Indonesia yang membentang dari Sabang dan Merauke serta ribuan pulaunya menghadirkan tantangan tersendiri dalam hal pemerataan pembangunan, pendidikan,

hingga kesejahteraan. Ini berlaku pula untuk masalah penggunaan Rupiah dalam aktivitas ekonomi masyarakat.

Robert Simbolon, Plt Deputi Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) menuturkan beragam tantangan, kendala, dan optimismenya hingga akhirnya Rupiah pun kelak mampu menjadi kebanggaan nasional dan simbol kehormatan seluruh warga negara Indonesia. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana gambaran aktivitas ekonomi di perbatasan?

Aktivitas perekonomian dalam bentuk perdagangan lintas batas berjalan sesuai proses empiris. Aktivitas ekonomi berlangsung secara tradisional tanpa masyarakat peduli dengan kategorisasi kurs atau mata uang yang dipakai. Itu yang kita amati. Masyarakat cenderung memilih jalan mudah. Ketika lebih mudah menggunakan mata uang negara tetangga, maka itu yang mereka gunakan.

Sebenarnya, apakah penyebab masyarakat perbatasan lebih menyukai mata uang negara tetangga?

Menurut pengamatan kami ada dua penyebab. Pertama adalah mereka merasakan kemudahan ketika berinteraksi dengan masyarakat negara sebelah tanpa harus direpotkan mekanisme pasar uang yang mewajibkan mereka menukar uang dulu. Kedua, mereka sering khawatir dengan nilai kurs. Menurut yang kami dengar, nilai mata uang negara tetangga lebih stabil.

Upaya apa saja yang dilakukan agar masyarakat di perbatasan beralih menggunakan rupiah seutuhnya dalam aktivitas ekonomi?

Dengan kehadiran tujuh pos lintas batas negara (PLBN), kami bersama BI

dan keikutsertaan Himbara berusaha mempercepat kehadiran instrumen moneter di perbatasan. Rupiah dipasok melalui mesin ATM dan money changer. Harapannya dengan menyediakan Rupiah, masyarakat semakin terbantu untuk kelancaran aktivitas ekonomi.

Kedua, kita juga ingin memberi pembelajaran kepada masyarakat perbatasan bahwa penggunaan Rupiah tidak semata-mata untuk kepentingan ekonomi. Tetapi juga untuk kepentingan politik, dalam arti politik nasionalisme. Keberadaan Rupiah sekaligus sebagai simbol kehadiran negara menjangkau hingga titik batas negara.

Seperti apa respons masyarakat dengan adanya money changer dan ATM yang sudah ada di perbatasan?

Ada dua hal yang perlu kita samakan dalam memandang persoalan ini. Di samping proses ekonomi, juga ada proses sosiologis di dalamnya sehingga butuh waktu. Apalagi sudah masuk ke ranah kesadaran. Kesadaran bukan suatu hal yang muncul tiba-tiba. Tetapi yang harus dipastikan adalah adanya penegakan hukum. Kita punya UU No 7/2011 tentang Mata Uang. Penggunaan Rupiah bukan semata-mata soal kesadaran dan kebutuhan untuk mendukung aktivitas perekonomian, tapi itu soal kewajiban. Yang namanya kewajiban selalu dibarengi dengan sanksi.

Sejauh ini bagaimana keberlangsungan kerja sama antara BNPP dan BI, terutama

Penggunaan Rupiah Itu

Wajib

29

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

SOSOK

terkait BI Jangkau?Kita sangat antusias merespons program BI Jangkau. Selaku pengelola PLBN, kita

memfasilitasi percepatan dan kelancaran peredaran rupiah. Kami sebagai pengelola perbatasan mendorong BI untuk melakukan penegakan hukum dalam penggunaan Rupiah. Jangan semata-mata mengandalkan kesadaran masyarakat.

Kami berharap semoga bisa terus bersinergi dengan BI untuk dapat meningkatkan kesadaran masyarakat agar paham akan pentingnya kehadiran Rupiah di perbatasan. Rupiah harus dijadikan sebagai bagian dari kebanggaan nasional. Kondisi demikian akan menjadi awal menciptakan daya saing kita di perbatasan.

Apakah tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh pada kesadaran mereka menggunakan rupiah?

Saya kira sangat berpengaruh. Kesadaran dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan dalam arti luas bukan hanya pendidikan formal. Faktor lainnya adalah soal historis masyarakat dan yang jelas faktor ekonomi itu sendiri. Katakan misalnya di NTT yang berbatasan dengan Timor Leste, masyarakat perbatasan menggunakan Rupiah dan dolar Timor. Kita paham dolar itu relatif lebih stabil dibandingkan Rupiah. Tapi sekali lagi penggunaan Rupiah bukan hanya bicara soal kesadaran namun soal penegakan kedaulatan. Tidak boleh ada identitas negara lain yang menjadi atribut keseharian di wilayah Indonesia.

Adakah program khusus dari BNPP untuk mengampanyekan penggunaan Rupiah di perbatasan?

Kami akan terus bekerja sama dengan BI. Kami di BNPP tidak dalam kapasitas secara teknis melakukan itu. Sebagaimana amanat UU 43/2008 tentang Wilayah Negara dan PP tentang BNPP, tugas kami adalah memfasilitasi, mengoordinasikan, dan mendorong semua pihak sesuai tugas dan fungsinya untuk secara maksimal melakukan kegiatannya di kawasan perbatasan negara, termasuk dalam hal ini hubungan dengan penggunaan Rupiah. n

Keberadaan Rupiah sekaligus sebagai simbol kehadiran negara menjangkau hingga titik batas negara.

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

29

30

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17ENSIKLOPEBI

3D: Salah satu cara untuk mengenali keaslian uang Rupiah dengan dilihat, diraba, diterawang

UANG LAYAK EDAR (ULE): Uang Layak Edar (ULE) adalah uang dalam kondisi tidak lusuh, tidak cacat dan tidak rusak.

UANG TIDAK LAYAK EDAR (UTLE): Uang Rupiah yang tidak memenuhi persyaratan untuk diedarkan berdasarkan standar kualitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu uang lusuh, uang cacat, uang rusak dan uang yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran.

LAYANAN KAS KELILING: Kegiatan layanan penukaran uang rupiah yang dilakukan di luar kantor Bank Indonesia oleh Kantor Pusat dan seluruh Kantor Perwakilan Dalam Negeri Bank Indonesia, baik yang berlokasi di pusat-pusat keramaian seperti pasar, pameran, maupun kerja sama dengan institusi lain.

LAYANAN KAS TITIPAN: Kegiatan layanan penyetoran dan penarikan uang Rupiah dan layanan penukaran uang Rupiah yang dilakukan di luar kantor Bank Indonesia bekerja sama dengan bank umum di beberapa provinsi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang Rupiah layak edar terutama di daerah terpencil.

3TWilayah di dalam negara kesatuan Republik Indonesia yang menjadi fokus penyebaran uang layak edar di wilayah yang berbatasan langsung dengan negara lain (terdepan), wilayah yang terletak di paling luar Indonesia (terluar) dan wilayah pedalaman Indonesia (terpencil).

KHAZANAHRuangan yang dibuat untuk menyimpan uang dan barang-barang berharga yang memiliki karakteristik kuat dan tahan api.

CLEAN MONEY POLICYKebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia untuk mendorong penggunaan uang layak edar dan menarik uang tidak layak edar dari masyarakat

30

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

Upload foto selfie kamu di instagram bersama

majalah dan cantumkan #geraiinfo_bi

PEMENANG foto selfie

Edisi 66

Fikriyah Asbarin Tou

@fikriyahtou

31

E

DIS

I 6

7 T

AH

UN

VII

/20

17

SOSOK

SOROT

ED

ISI

67

TA

HU

N V

II/2

017