lensa sorot ’ramuan’ jitu menggiring pasar · terkait dengan itu, strategi kebijakan dan...
TRANSCRIPT
’RAMUAN’ JITU MENGGIRING PASAR
MENGGALI PESONA NTT
SOROT
LENSA
Edisi
58 Tahun VI
2016
www.bi.go.id
Gerai Info 58-Cover.indd AGerai Info 58-Cover.indd A 08/12/2016 17:04:1008/12/2016 17:04:10
DAFTAR ISI
16 PERSPEKTIF
DEMI STABILITAS YANG KUATKeberadaan UU PPKSK bagi Indonesia sangatlah penting. Karena itu, BI turut serta mempersiapkannya secara matang sejak awal penyusunan hingga pembahasan.
OPINI
”Ramuan” Jitu Menggiring Pasar Integrasi dan globalisasi perekonomian berdampak pada
perubahan yang cepat. Terkait dengan itu, strategi kebijakan
dan operasi moneter harus diperkuat.
06 SOROT
03 PEDOMAN
04 EDITORIAL
18 MONETARIA
20 LENSA
22 POTRET
24 AKTIVITAS
26 DINAMIKA
28 EKSPOSE
Solikin M. JuhroKepala Grup
Kebijakan Moneter Departemen Kebijakan Ekonomi
dan Moneter
Hal. 8
Josua PardedeEkonom PermataBank
Hal. 30
uan” enggiring Pasar
AL
Penanggung Jawab: Tirta Segara
Pemimpin Redaksi: Arbonas Hutabarat
Redaksi Pelaksana: Edhie HaryantoWahyu Indra SukmaErnawati JatiningrumSurya NanggalaAny RamadhaningsihYadi YuhardinataT. Rafael Lardhana
Kontributor:Dedy IriantoIrfan HendrayadiShintawati ElizabethAngiola Harry
Alamat Redaksi: Departemen Komunikasi Bank IndonesiaJl. M.H. Thamrin No.2JakartaTelp. Contact Center BICARA: (021) 131
e-mail: [email protected]
website: www.bi.go.id
@bank_indonesia
fl ip.it/7A9uk
bankindonesia
BankIndonesiaChannel
Redaksi menerima kiriman naskah dan mengedit naskah
sebelum dipublikasikan. Naskah dikirim ke [email protected]
Gerai Info 58-Cover.indd BGerai Info 58-Cover.indd B 08/12/2016 17:04:1608/12/2016 17:04:16
ED
ISI
58
TA
HTA
HU
N 66
UN
20
2
16
GE
RA
I IN
FO
GE
RA
I IN
FO
BA
NK
IND
ON
ESI
A
3
PEDOMAN
MENGUATKAN KERANGKA OPERASI MONETER
erekonomian Indonesia yang terbuka tidak terlepas dari
pengaruh perekonomian global. Malah, belakangan ini
perubahan bergerak lebih cepat. Sektor keuangan
berkembang ke arah mekanisme pasar secara cepat,
termasuk aliran modal.
Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral selalu
mengupayakan strategi dan kebijakan moneter sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan yang ada dalam rangka menjaga stabilitas dan
kemajuan perekonomian Indonesia. Melalui kajian yang matang dan mendalam,
BI menilai perlu penguatan transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga
kebijakan atau acuan.
Adapun penguatan yang dilakukan melalui penyesuaian suku bunga
kebijakan dari BI Rate menjadi BI 7 Day Repo Rate. Keduanya merupakan suku
bunga yang menjadi acuan di pasar, bedanya BI Rate tercermin dalam suku
bunga bertenor 12 bulan, sedangkan BI 7 Day Repo Rate tercermin dalam suku
bunga bertenor 7 hari.
Sejatinya, ada tiga tujuan utama dari penguatan ini. Pertama, memperkuat
sinyal kebijakan moneter dengan suku bunga (Reverse) Repo Rate 7 hari sebagai
acuan utama di pasar keuangan. Kedua, memperkuat efektivitas transmisi
kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar
uang dan suku bunga perbankan. Ketiga, mendorong pendalaman pasar
keuangan, khususnya transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di pasar
uang antarbank (PUAB).
Agar penguatan yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, diperlukan
koordinasi dengan pemerintah dan lembaga terkait, serta komunikasi yang baik
dengan masyarakat. Keterlibatan seluruh pihak, termasuk BI di dalamnya,
tentunya untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik. Mari, satukan langkah!
Salam,
Agus D. W. MartowardojoGubernur Bank Indonesia
P
GeraiInfo58,rev.indd 3GeraiInfo58,rev.indd 3 08/12/2016 17:10:4308/12/2016 17:10:43
Seiring dengan berbagai perubahan dan kondisi yang terjadi, BI melakukan upaya penguatan kerangka operasi moneter, namun tidak mengubah stance kebijakan moneter.
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
4
alam rangka penguatan kerangka operasi
moneter, Bank Indonesia memilih suku bunga
kebijakan (acuan) ke depannya, tepatnya
berlaku efektif pada 19 Agustus 2016, adalah
BI 7 Day Repo Rate, dari sebelumnya BI Rate.
Dalam masa transisi sampai dengan sebelum
19 Agustus 2016 saat kebijakan tersebut berlaku, BI akan tetap
menggunakan BI Rate sebagai suku bunga kebijakan.
Pemilihan suku bunga kebijakan yang baru tidak mengubah
stance kebijakan yang ditempuh BI. Stance kebijakan moneter
yang ditempu BI tetap memiliki sasaran utama menjaga dan
mencapai sasaran infl asi.
Langkah penguatan kerangka operasi moneter yang ditempuh
BI memiliki beberapa tujuan. Di antaranya, memperkuat sinyal
kebijakan moneter dengan suku bunga BI 7 Day Repo Rate
sebagai acuan utama di pasar keuangan, serta pendalaman pasar
keuangan.
Tentu saja langkah tersebut memiliki tujuan dan sasaran yang
tepat dalam rangka memajukan industri keuangan di Tanah Air
khususnya, dan umumnya memajukan perekonomian bangsa.
Namun demikian, jangan sampai apa yang menjadi tujuan tidak
bisa direspons dengan baik oleh segenap stakeholders lainnya,
termasuk pemangku kebijakan yang terkait.
Agar tujuan yang diinginkan bisa dicapai, tentu saja harus ada
persepsi dan langkah yang sama. Karena itu, agar semuanya bisa
sebangun dan sejalan harus dilakukan koordinasi dengan lembaga
atau pemangku kebijakan terkait, serta membangun komunikasi
yang baik dengan para pelaku usaha. Hal inilah yang dilakukan BI
selama masa transisi hingga Agustus mendatang. Harapannya,
semua harus bisa berjalan dengan baik dan lancar!
Langkah Penguatan BI
EDITORIAL
Tirta SegaraKepala Departemen Komunikasi
Bank Indonesia D
GeraiInfo58,rev.indd 4GeraiInfo58,rev.indd 4 08/12/2016 17:10:5208/12/2016 17:10:52
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAIAAA
5
Q: Menanyakan suku bunga acuan BI rate
dan BI 7 day repo rate. Lalu bagaimana
dengan tingkat suku bunga perbankan?
A: Disampaikan bahwa untuk saat ini BI
rate 6.5 % dan BI-7 Day RR 5.25 %. BI-7
day RR mulai berlaku per tanggal 19
Agustus 2016. Untuk tingkat suku bunga
perbankan bisa koordinasikan langsung
dengan masing-masing bank atau melalui
OJK di nomor 021 1500655.
Q: Hi, I was wondering if you could
provide me with a historical data
series for the BI 7-Day (Reverse)
Repo rate? I would really appreciate
it. Thanks.
Angela Angela Bouzanis Senior Economist
FOCUSECONOMICS
Economic Forecasts from the
World's Leading Economists Gran
Via 657 | 08010 Barcelona | Spain
+34 93 265 10 40
www.focus-economics.com.
A: Dear Mrs. Angela Bouzanis, Thank
you for your email addressed to
Bank Indonesia. Related to your
e-mail about BI 7-day Repo Rate,
we kindly inform you that BI 7-Day
(Reverse) Repo Rate is a new policy
rate that was introducing by Bank
Indonesia in order to strengthened
monetary operations, eff ective
from 19th August 2016. In addition
to the existing BI Rate, the new
policy rate does not represent a
change of monetary policy stance.
During the transition period, the BI
Rate will still be announced as the
reference rate alongside the BI
7-Day (Reverse) Repo Rate. For the
detail about it, you may fi nd it in
our website, www.bi.go.id on menu
Monetary > BI 7-day (Reverse) Repo
Rate > BI 7-Day Repo Rate Data or
you may click this link http://www.
bi.go.id/en/moneter/bi-7day-RR/
data/Contents/Default.aspx. For
more information, you may please
contact BICARA Contact Center at
+6221 1500 131. Sincerely yours,
BICARA 131 Bank Indonesia CAll &
InteRAction
GeraiInfo58,rev.indd 5GeraiInfo58,rev.indd 5 08/12/2016 17:10:5308/12/2016 17:10:53
esuai dengan amanat
undang-undang (UU), Bank
Indonesia (BI) bertugas
untuk mencapai dan
memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tugas tersebut
ditunaikan melalui serangkaian kebijakan
moneter yang bertujuan untuk mencapai sasaran
infl asi.
Sejak 2005, BI menerapkan Infl ation Targeting
Framework (ITF) sebagai panduan dalam
melakukan kebijakan moneter tersebut. BI Rate
pun ditetapkan sebagai suku bunga kebijakan
(policy rate).
Studi menunjukkan bahwa implementasi ITF
telah mencatat sejumlah keberhasilan, seperti
kebijakan moneter yang semakin tertata dan
tingkat infl asi yang semakin turun. BI Rate juga
berhasil menjadi instrumen untuk mengendalikan
infl asi.
Kendati demikian, seiring dengan dinamika
perekonomian, terjadi perubahan-perubahan
fundamental yang menimbulkan tantangan bagi
transmisi kebijakan moneter pada perekonomian.
Di satu sisi, BI Rate berada pada level yang cukup
tinggi sebagai respons terhadap tekanan infl asi
yang masih tinggi. Di lain sisi, suku bunga Pasar
Uang Antarbank tenor overnight, atau dikenal
dengan PUAB O/N, yang menjadi sasaran
“Ramuan” Jitu Menggiring PasarIntegrasi dan globalisasi perekonomian berdampak pada perubahan
yang cepat. Terkait dengan itu, strategi kebijakan dan operasi moneter
harus diperkuat.
operasional kebijakan moneter (operational
target) menurun signifi kan akibat besarnya aliran
masuk modal asing pascakrisis fi nansial global
2009.
Lantaran suku bunga kebijakan (BI Rate)
terdeviasi dari suku bunga sasaran operasional,
yakni PUAB O/N. Ditambah lagi, pasar keuangan
yang belum dalam juga turut menyebabkan
transmisi suku bunga menjadi kurang optimal.
Karena itu, diperlukan penguatan transmisi suku
bunga.
Pada praktiknya, perlu dilakukan penguatan
kerangka operasi moneter yang juga didukung
oleh upaya pendalaman pasar keuangan.
Tujuannya tentu saja agar kebijakan moneter
lebih efektif ditransmisikan ke suku bunga dan
harga-harga aset di pasar keuangan. Alhasil, ini
diharapkan berdampak pada kinerja sektor riil,
dan berkontribusi positif pada upaya pencapaian
sasaran infl asi.
Langkah penguatan yang ditempuh BI ialah
dengan mengubah suku bunga kebijakan dari BI
Rate menjadi BI 7-Day Repo Rate. Namun, tentu
saja penguatan yang ditempuh ini tidak
mengubah stance kebijakan moneter yang
sedang diterapkan.
BI 7-Day Repo Rate dipilih sebagai suku
bunga kebijakan yang baru karena memiliki
sejumlah keunggulan. Suku bunga kebijakan yang
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
6 S
SOROT
GeraiInfo58,rev.indd 6GeraiInfo58,rev.indd 6 08/12/2016 17:11:0708/12/2016 17:11:07
bertenor satu minggu ini bersifat transaksional,
yakni digunakan pada instrumen operasi moneter
antara BI dengan bank menggunakan underlying
Surat Berharga Negara (SBN). Serta, memiliki
hubungan yang kuat dengan sasaran operasional
kebijakan moneter, yaitu suku bunga PUAB O/N.
Dalam penguatan ini, koridor suku bunga juga
disesuaikan. Suku bunga Lending Facility (LF) dan
Deposit Facility (DF) tetap menjalankan
peranannya masing-masing sebagai batas atas
dan batas bawah koridor. Kendati demikian,
koridor suku bunga tersebut dibuat menjadi lebih
sempit dan berjarak simetris terhadap suku
bunga kebijakan.
Pemilihan Waktu Penguatan yang dilakukan saat ini karena
mempertimbangkan kondisi perekonomian yang
kini dinilai kondusif. BI telah melakukan studi
yang panjang terkait dengan rencana ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, perilaku
infl asi indeks harga konsumen (IHK) dan infl asi
inti terbukti semakin konvergen. Selain itu,
defi sit transaksi berjalan telah menurun dan
berada dalam level yang sehat. Persepsi terhadap
prospek ekonomi domestik juga semakin baik.
Terdapat jeda waktu antara pengumuman
penguatan (15 April 2016) dan implementasi itu
sendiri (19 Agustus 2016). Hal ini dimaksudkan
untuk memberi kesempatan pada berbagai pihak
untuk melakukan penyesuaian yang dibutuhkan,
sebelum suku bunga kebijakan baru berlaku. Jeda
waktu juga dimanfaatkan untuk
mengomunikasikan perubahan ini kepada
masyarakat luas agar dampak kebijakan tersebut
lebih efektif.
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
7
SOROT
Oleh:
Nurkholisoh Ibnu Aman
Departemen Kebijakan Ekonomi
dan Moneter
SEBELUM IMPLEMENTASI
REFORMULASI KERANGKA OPERASIONAL KEBIJAKAN MONETERILUSTRASI KERANGKA OPERASIONAL BARU
LF Rate
LF Rate
Tidak ada Perubahan stance PUAB O/N Rate tetap
PUAB O/N Rate
Repo Rate 1 Minggu New Policy Rate : PUAB O/N Rate
BI Rate
DF Rate DF Rate
PASCA IMPLEMENTASIIMPLEMENTASI
t-n ... ... ... ... ...t t+n
GeraiInfo58,rev.indd 7GeraiInfo58,rev.indd 7 08/12/2016 17:11:0708/12/2016 17:11:07
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
8
SOROT
ank Indonesia (BI) sebagai bank
sentral dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya memiliki
tujuan akhir, yakni menjaga
kestabilan harga (infl asi).
Karena itu, strategi dan langkah yang diterapkan
harus bisa mencapai tujuan tersebut, dimana
efektivitas pencapaiannya sangat dipengaruhi
oleh bekerjanya transmisi kebijakan moneter.
Dalam prakteknya, suku bunga kebijakan
(acuan) yang ditetapkan oleh BI harus bisa
ditransmisikan pada kegiatan di pasar uang dan
selanjutnya kegiatan ekonomi secara luas, dengan
baik dan efektif. Secara konsep, suku bunga
kebijakan tersebut diharapkan menjadi acuan oleh
suku bunga pasar uang, yakni pasar uang antar-
bank (PUAB), khususnya yang bertenor pendek
(misalnya satu hari/overnight).
Mengapa bunga kebijakan diarahkan oleh BI
untuk mempengaruhi suku bunga PUAB bertenor
jangka pendek? Dipilihnya tenor berjangka pendek
karena pada umumnya pasar uang domestik
sangat didominasi (dari segi volume dan frekuensi
transaksi) oleh transaksi jangka pendek, dalam
hal ini overnight. Best practices di berbagai negara
menunjukkan bahwa suku bunga PUAB O/N
merupakan tenor terpendek yang dapat dengan
mudah dipengaruhi oleh suku bunga kebijakan
bank sentral.
Perubahan suku bunga tenor jangka pendek
akan mempengaruhi suku bunga dengan tenor
jangka lebih panjang melalui perubahan
ekspektasi di pasar uang dalam suatu struktur
Kuncinya, Persiapan yang MatangPergantian suku bunga kebijakan menjadi BI 7 Day (Reverse) Repo Rate tentu memiliki tantangan yang tidak ringan. Agar berjalan dengan baik, dibutuhkan persiapan yang matang, serta didukung oleh komunikasi dan koordinasi yang intensif.
suku bunga (term structure). Setelah itu,
perubahan tersebut diharapkan akan berpengaruh
pada suku bunga di pasar dana dan pasar kredit
bagi masyarakat. Selanjutnya, akan berdampak
pada penyaluran kredit, aktivitas di sektor riil dan
infl asi sebagai sasaran utama kebijakan.
Jadi, suku bunga kebijakan itu harus kredibel
dan reliable, supaya bisa jadi acuan untuk suku
bunga di pasar uang. Gampangnya, perkem-
bangan suku bunga kebijakan dan suku bunga
pasar uang jangka pendek itu harus sejalan.
Merujuk pada pengalaman di Indonesia, pada
masa sebelum krisis keuangan global 2008/09,
peran BI Rate sebagai suku bunga kebijakan BI
dalam memengaruhi suku bunga PUAB O/N
berjalan dengan baik. Dalam hal ini, perkem-
bangan suku bunga PUAB O/N pada umumnya
berada di sekitar BI Rate.
Namun, pasca krisis keuangan global
2008/09, sebagai akibat dari kebijakan moneter
sangat ekspansif di beberapa negara maju
(Quantitative Easing/QE), terutama di Amerika
Serikat, aliran modal asing banyak masuk ke
negara berkembang, termasuk Indonesia. Karena
likuiditasnya sangat banyak, maka harga uang di
pasar uang domestik menjadi murah, yang
selanjutnya mendorong perkembangan suku
bunga PUAB O/N semakin rendah (ke bawah).
Sementara itu, BI Rate cenderung stabil karena
tekanan infl asi masih cukup tinggi pada periode
tersebut.
Walaupun BI Rate masih dapat menjangkar
ekspektasi infl asi pada umumnya, terutama di
B
Solikin M. JuhroKepala Grup Kebijakan Moneter Departemen Kebijakan Ekonomi
dan Moneter
GeraiInfo58,rev.indd 8GeraiInfo58,rev.indd 8 08/12/2016 17:11:0808/12/2016 17:11:08
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
9
SOROT
sektor riil (pasar barang), perbedaan perilaku
antara BI Rate dengan suku bunga PUAB O/N
tersebut berdampak pada kurang optimalnya
transmisi kebijakan moneter. Inilah yang menjadi
perhatian BI, yakni bagaimana agar suku bunga
kebijakan terefl eksi kuat pada perkembangan
suku bunga di pasar uang. Oleh karena itu, BI
sejak 3 tahun lalu sudah melakukan kajian yang
mendalam untuk memperkuat transmisi
kebijakan moneter. Idealnya, jika transmisi
kebijakan berjalan efektif, maka respons di pasar
barang dan pasar uang akan sama.
Dengan dukungan kajian yang mendalam,
momentum yang ada, serta persiapan yang
matang maka BI memutuskan untuk
memperkuat kerangka Operasi Moneter (OM)
dengan mengganti suku bunga
kebijakan, dari BI Rate menjadi
BI 7 Day (Reverse) Repo Rate.
Pergantian ini pada dasarnya
tidak mengubah stance kebijakan
moneter karena yang terjadi
adalah (hanya) pemilihan suku
bunga instrumen OM mana yang
menjadi acuan, dari yang
sebelumnya BI Rate (ekuivaken dengan tenor OM
12 bulan) menjadi BI 7 Day (Reverse) Repo Rate
yang bertenor 7 hari. Karena kedua tenor tersebut
berada dalam struktur suku bunga (term
structure) yang sama, dan konsisten dengan
ekspektasi dan pencapaian sasaran infl asi, maka
pemilihan tenor yang terpendek tidak mengubah
stance kebijakan moneter BI.
Yang menjadi tantangan krusial dalam
penerapan langkah ini ialah memperkuat strategi
komunikasi agar terbangun persepsi yang jelas
dan benar di kalangan masyarakat. Jangan sampai
ada persepsi di masyarakat bahwa ada perubahan
stance kebijakan moneter yang ditempuh BI. Hal
ini mengingat BI Rate saat ini setelah RDG Juni
2016 berada pada level 6,50 persen, sementara BI
7 Day (Reverse) Repo Rate 5,25 persen.
Sebagaimana dijelaskan di sebelumnya,
perbedaan tersebut semata-mata terkait dengan
adanya perbedaan antar tenor dalam term
structure instrumen OM.
Untuk itu, sebelum kebijakan penguatan
kerangka operasi moneter tersebut diumumkan
(15 April 2016) dan diterapkan secara efektif (19
Agustus 2016), BI melakukan komunikasi dan
sosialisasi yang intensif kepada pelaku pasar
utama, meliputi analis dan investor pasar uang,
baik dalam dan luar negeri, maupun pemilik dana
(penabung) dan pelaku usaha. Sejauh ini
responsnya positif karena memang disadari
bahwa penguatan operasi moneter ini sangat
perlu dilakukan untuk mempercepat transmisi
kebijakan dan mendorong kegiatan ekonomi pada
umumnya.
Untuk menjaga agar kebijakan antar-otoritas
bisa berjalan selaras, BI juga terus melakukan
komunikasi dan koordinasi dengan pemerintah,
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS). Sosialisasi kepada
pimpinan dan anggota DPR juga dilakukan.
Menyadari bahwa transmisi moneter perlu
didukung oleh pasar keuangan yang berfungsi
dengan baik, BI juga melakukan percepatan
pendalaman pasar keuangan (fi nancial deepening).
Dalam hal ini, BI mendorong bank untuk semakin
aktif bertransaksi di pasar repo. Saat ini, bank
yang ikut serta dalam Global Master Repurchase
Agreement (GMRA) semakin bertambah. GMRA
memberikan landasan untuk bank dalam
bertransaksi di pasar repo.
Kemudian, ada Jakarta Interbank Off ered Rate
(JIBOR) yang sudah digarap agar menjadi
referensi yang kredibel bagi pihak yang ingin
bertransaksi di pasar keuangan. Serta, akses
counterparty semakin terbuka dengan mengurangi
segmentasi dan kapasitas transaksi pasar.
Selain itu, BI pun membentuk departemen
baru yang khusus menangani pendalaman
keuangan (sebelumnya hanya task force). BI
berkomitmen untuk terus mengawal proses
penguatan operasi moneter ini. Harapannya ke
depan, kerangka operasional yang baru bisa
berjalan dengan baik dan meningkatkan
efektivitas transmisi kebijakan moneter serta
pencapaian tujuan akhir yaitu kestabilan harga
(infl asi).
Yang menjadi tantangan krusial dalam penerapan langkah ini ialah
memperkuat strategi komunikasi agar terbangun persepsi yang jelas dan
benar di kalangan masyarakat.
GeraiInfo58,rev.indd 9GeraiInfo58,rev.indd 9 08/12/2016 17:11:0908/12/2016 17:11:09
Menilik Suku Bunga Kebijakan Negara Lain Berbagai bank sentral di sejumlah negara menempuh penguatan kerangka
operasi moneter. Tujuannya relatif sama, yakni memperkuat transmisi
kebijakan moneter.
Policy rate Operational Target Central Bank Policy Rate Tenor Target Tenor
Bank Indonesia BI 7-Day Repo Rate (per 19 Agustus 2016) 7-Day O/N Interbank O/NBank Negara Malaysia Overnight Policy Rate (OPR) O/N Avg O/N Interest Rate O/NBank of Thailand Policy Interest Rate 1-Day O/N Interbank O/NBank Sentral ng Pilipnas Overnight Reverse Repurchase (RRP) Rate O/N O/N Interbank O/NReserve Bank of India Repo Rate 2-day O/N Call Rate O/NBank of Korea BoK Base Rate 7-day O/N Interbank O/NBank of Japan Overnight Call Rate O/N O/N Call Rate O/NBank of England Bank Rate O/N O/N Interbank O/NReserve bank of Australia off icial Cash Rate (OCR) O/N Cash Rate O/NReserve Bank of New Zealand Off icial Cash Rate (OCR) O/N Cash Rate O/NRiksbank Repo Rate 7-Day O/N Interbank O/NThe Federal Reserve Fed Fund Rate O/N Fed Fund Rate O/N
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
10
er 19 Agustus 2016 Bank
Indonesia (BI) akan
melakukan penguatan
kerangka operasi moneter
untuk meningkatkan
efektivitas kebijakan
moneter dan mendukung
upaya pendalaman pasar keuangan. Kebijakan
tersebut ditempuh setelah melalui kajian yang
komprehensif selama beberapa tahun terakhir,
termasuk mempelajari pengalaman implementasi
di sejumlah negara.
Penguatan kerangka operasi moneter pernah
dilakukan sejumlah bank sentral, seperti Malaysia
(2004), Thailand (2006), Korea Selatan (2008),
dan baru-baru ini Filipina serta India. Beberapa
bank sentral menempuh penguatan kerangka
operasi moneter dengan tujuan relatif sama,
yakni memperkuat transmisi kebijakan moneter.
Dalam konteks penguatan tersebut, setiap bank
sentral memiliki strategi yang berbeda dalam
penggunaan suku bunga kebijakan dan sasaran
operasional (lihat tabel), yakni tergantung pada
kondisi fundamental ekonomi dan karakteristik
pasar keuangan domestik.
Ada beberapa karakteristik yang
membedakan strategi penguatan operasi
moneter antarbank sentral. Umumnya, bank
sentral cenderung menggunakan suku bunga
kebijakan dengan kriteria bersifat transaksional.
Dalam karakter itu, suku bunga kebijakan
diterjemahkan langsung pada instrumen pasar.
Sebagian bank sentral menggunakan suku bunga
yang bersifat transaksional dalam jangka waktu
(tenor) pendek.
Dengan mempertimbangkan sifatnya yang
transaksional dan memiliki hubungan yang kuat
dengan sasaran operasional kebijakan moneter,
maka BI menentukan suku bunga kebijakan,
yakni suku bunga instrumen operasi moneter
P
SOROT
GeraiInfo58,rev.indd 10GeraiInfo58,rev.indd 10 08/12/2016 17:11:0908/12/2016 17:11:09
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
11
satu minggu yang nantinya disebut BI 7-Day
Repo Rate. Suku bunga tenor satu minggu
memiliki keterkaitan yang kuat dengan sasaran
operasional suku bunga Pasar Uang Antarbank
dengan tenor Overnight (PUAB O/N) yang
digunakan BI saat ini.
Untuk sasaran operasional kebijakan, pilihan
BI selama ini telah sejalan dengan praktik di
berbagai bank sentral. Hampir seluruh bank
sentral menggunakan suku bunga dalam tenor
O/N sebagai sasaran operasional kebijakan
moneter. Suku bunga PUAB O/N memang
banyak dijadikan acuan oleh pasar, yang
tercermin dari volume transaksi dan jumlah
pelaku yang bertransaksi pada tenor tersebut.
Penguatan kerangka operasi moneter yang
akan ditempuh BI juga bergerak ke arah best
practices dengan membuat koridor suku bunga
standing facilities menjadi simetris. Standing
facilities merupakan penyediaan dana rupiah dari
Bank Indonesia (lending facility) kepada bank dan
penempatan dana Rupiah (deposit facility) oleh
bank di Bank Indonesia dalam rangka
membentuk suku bunga koridor PUAB O/N.
Lending facility (LF) akan berperan sebagai ceiling
(batas atas suku bunga) dan deposit facility (DF)
berperan sebagai fl oor (batas bawah suku
bunga).
Standing facilities tersebut membentuk
koridor dalam rangka menjaga volatilitas suku
bunga sasaran operasional bergerak dalam batas
yang dapat ditoleransi. Dalam implementasi
kerangka kebijakan yang baru, koridor akan
dinormalkan sehingga standing facilities
berjarak simetris dari BI 7-Day Repo Rate.
(pakai grafi k)
Momentum implementasi juga
merupakan faktor krusial dalam implementasi
kerangka operasi moneter yang baru.
Berdasarkan pengalaman negara lain, perubahan
kerangka kebijakan memerlukan waktu minimal
tiga hingga sembilan bulan, dari tahap
pengumuman hingga implementasi. Pada masa
transisi tersebut, pelbagai upaya dilakukan,
termasuk tahapan komunikasi dan koordinasi
dengan berbagai pihak.
Bank of Korea, misalnya, memperkenalkan
suku bunga kebijakan baru dari semula Overnight
Repo Rate menjadi 7-Day Repo Rate pada Januari
2008, untuk kemudian diimplementasikan pada
Maret 2008. Sementara, Bangko Sentral ng
Pilipinas mengumumkan rencana perubahan
kerangka operasi moneter barunya menjadi
Interest Rate Corridor (IRC) pada September 2015,
untuk diimplementasikan pada Juni 2016. Jeda
waktu tersebut memberi ruang yang cukup bagi
pelaku ekonomi dan pemangku kebijakan untuk
melakukan penyesuaian sebelum kerangka baru
diimplementasikan.
Oleh:
Asrianti Mira Anggraeni
Departemen Kebijakan Ekonomi
dan Moneter
SOROT
GeraiInfo58,rev.indd 11GeraiInfo58,rev.indd 11 08/12/2016 17:11:1008/12/2016 17:11:10
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
12
SOROT
Kostaman Thayib, Direktur Utama Bank Mega
Mendukung Suku Bunga RendahKebijakan perubahan suku bunga acuan dari Rate ke BI 7 Day Reverse
Repo Rate disambut baik oleh kalangan bankir bank sentral dan diyakini
mendukung rezim suku bunga rendah. Hal ini dinyatakan oleh Kostaman
Thayib, Direktur Utama Bank Mega.
Menurutnya, suku bunga BI Seven Day Repo Rate saat ini lebih
rendah daripada BI Rate. Dengan demikian, suku bunga simpanan bank
akan mengikuti menjadi lebih rendah. “BI Rate 6,50%, sedangkan BI
Seven Day Repo Rate sekarang 5,25%. Jadi, udah selisih 1,25%. Bagi
bank, ini baik karena suku bunga referensi menurun, semacam BI Rate
menurun. BI Rate menurun ini menunjang cost of fund (CoF) turun,” kata
Kostaman, usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Jakarta,
Jumat, 15 April 2016.
Namun demikian, dia berharap, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga
menurunkan suku bunganya. Pasalnya, LPS Rate masih jadi acuan sebagian
pemilik dana dalam menempatkan dana depositonya di bank. “Seiring dengan
imbauan pemerintah menurunkan bunga kredit, kami ingin (suku bunga) LPS
juga turun. LPS ‘kan merasa saya ini referensi, saya lihat bank dulu, tapi
kenyataan di lapangan nasabah melihat LPS. Ini kayak telur sama ayam, mana
yang duluan,” tambah Kostaman.
Sebenarnya, lanjut Kostaman, suku bunga di Bank Mega sudah turun,
menyusul penurunan BI Rate dalam beberapa bulan terakhir. Mulai April Bank
Mega sudah menurunkan suku bunga untuk kredit baru. Namun, untuk kredit
lama, perseroan rencananya akan menurunkan bunga pada Juni dan Desember
hingga 200 basis points (bps).
Kartiko Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri
Efi siensi Perbankan Menurut Direktur Utama Bank Mandiri, Kartiko Wirjoatmodjo, kebijakan BI
yang akan mengganti suku bunga acuannya menjadi reverse repo tujuh hari
Pada 19 Agustus 2016 nanti, Bank Indonesia (BI) mengubah suku bunga kebijakan atau acuan, yakni dari BI Rate menjadi BI Seven Day Repo Rate. Perubahan ini dilakukan sebagai upaya penyesuaian terhadap kondisi perekonomian global dan dalam rangka memaksimalkan transmisi kebijakan moneter yang digelar BI. Tentu saja, langkah penguatan yang ditempuh ini akan berdampak pada pelaku usaha atau industri. Bagaimana tanggapan para bankir dan stakeholders terkait dengan kebijakan ini?
Apa kata mereka?
GeraiInfo58,rev.indd 12GeraiInfo58,rev.indd 12 08/12/2016 17:11:1108/12/2016 17:11:11
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
13
SOROT
diyakini akan mendorong bank memanfaatkan Pasar Uang Antar Bank
(PUAB) dan fasilitas pinjaman (lending facility) BI. Hal itu dinilainya
akan lebih bermanfaat ketimbang menggunakan sumber dana
mahal mereka, yaitu deposito, untuk memenuhi likuiditas jangka
pendek.
Selain itu, dia mengatakan, dengan memanfaatkan sumber
dana yang lebih murah daripada PUAB dan lending facility bank,
maka bank bisa lebih efi sien. “Selama ini ada perbedaan rate. Rate
di PUAB bisa 4%-5%, tapi deposito 7%. Makanya, pendalaman di
PUAB dan lending facility ini bisa mengarahkan bank yang tadinya
memakai deposito masuk ke lending facility BI sama PUAB,” jelasnya.
Sejauh ini bank-bank masih banyak yang belum memanfaatkan lending
facility serta PUAB karena banyak bank yang belum memiliki instrumen yang
bisa menjadi jaminan (underlying) transaksi serta memiliki perilaku itu karena
trauma tertentu di PUAB. “Dulu, waktu krisis itu banyak bank kena karena bank
lain. Jadi, mereka trauma atas krisis. Jadi, bagaimana caranya trauma krisis 1998
itu hilang,” tambahnya.
Hartadi A. Sarwono, Direktur Utama LPPI
Berharap Sinyal BI Diikuti BankHartadi A. Sarwono yang kini menjabat sebagai Direktur Utama
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menyatakan
bahwa kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menetapkan BI 7 Day
Repo Rate sebagai suku bunga acuan baru merupakan kebijakan
yang tepat. Dia pun berharap agar kebijakan ini dapat direspons
dengan baik oleh perbankan, seperti menurunkan suku bunga
simpanan maupun pinjaman.
Memang, menurutnya, dampak kebijakan tersebut belum
tentu langsung direspons oleh kalangan bankir. “Saya berharap
signal dari BI ini dapat diikuti oleh kalangan perbankan, yaa tapi ini
tergantung pada perbankannya itu sendiri,” ujarnya.
Kebijakan baru BI tersebut bukanlah pemaksaan untuk menurunkan suku
bunga kredit di perbankan. Namun demikian, kata dia, kebijakan baru ini untuk
mendorong perbankan menurunkan suku bunga simpanan maupun pinjaman.
“Dengan tenor yang lebih singkat yakni tujuh hari maka kendali terhadap suku
bunga perbankan itu ada,” tukas Hartadi.
Dengan demikian, perbankan nasional akan lebih cepat mengikuti suku
bunga acuan yang dikeluarkan Bank Sentral. Selain itu, dia menilai, BI dalam
menetapkan suku bunga acuan memiliki faktor-faktor yang harus di
pertimbangkan. Alhasil, diharapkan kebijakan ini memiliki dampak positif bagi
perekonomian nasional.
GeraiInfo58,rev.indd 13GeraiInfo58,rev.indd 13 08/12/2016 17:11:1208/12/2016 17:11:12
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
14
PENGUATAN KERANGKA OPERASI MONETERTRANSMISI SUKU BUNGA
StanceKebijakan Moneter
BI Rate
Suku Bunga Pasar Uang
Operasi Moneter
Suku Bunga Jk. Panjang
Suku Bunga Pasar Dana &
Kredit
Kegiatan Ekonomi Riil
Implementasi Kebijakan Moneter Infl asi
Ekspektasi Infl asi
PUAB O/N
PENGUATAN KERANGKA OPERASI MONETERLATAR BELAKANG
BI RATE SEBAGAI ACUAN BI Rate adalah suku bunga yang mencerminkan stance kebijakan
moneter yang diarahkan untuk merespon ekspektasi infl asi ke depan.
Secara operasional, BI Rate diarahkan untuk sebagai acuan suku bunga pasar uang yang selanjutnya mempengaruhi suku bunga perbankan.
BI Rate cukup efektif dalam mempengaruhi suku bunga perbankan.
TANTANGAN Transmisi kebijakan moneter kurang berjalan efektif.
Pertama, ekses likuiditas sebagai akibat aliran masuk modal asing yang besar pascakrisis keuangan global 2008 mendorong suku bunga PUAB O/N turun di sekitar DF Rate. Sementara, BI Rate berada di sekitar tenor instrumen OM 12 bulan.
Kedua, pasar keuangan yang belum dalam juga menyebabkan transmisi kebijakan moneter tidak terlalu efektif.
PENGUATAN OPERASI MONETERBank Indonesia akan menempuh penguatan kerangka operasi moneter yang didukung upaya pendalaman pasar keuangan guna memperkuat transmisi kebijakan moneter.
BI RATE
TANTANGAN
PENGUATAN
SOROT
GeraiInfo58,rev.indd 14GeraiInfo58,rev.indd 14 08/12/2016 17:11:1408/12/2016 17:11:14
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
15
PENGUATAN KERANGKA OPERASI MONETERPROGRAM PENDALAMAN PASAR KEUANGAN
MEMPERKUAT PERAN SUKU BUNGA JIBOR SEBAGAI REFERENCE RATE
Menyempurnakan pengaturan yang dapat meningkatkan peran suku bunga JIBOR
MEMPERCEPAT KESIAPAN PASAR BERTRANSAKSI REPO
Mendorong GMRA untuk memperluas transaksi Repo
MENGURANGI SEGMENTASI & MENINGKATKAN KAPASITAS TRANSAKSI PASAR
Mendorong perbankan untuk membuka akses counterparty
1
2
3
PENGUATAN KERANGKA OPERASI MONETERSUKU BUNGA KEBIJAKAN BARU
BI 7-DAY REPO RATE
1 minggu
Transaksional(dengan Bank Sentral)
Hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang
Cost of being illiquid lebih rendah, lebih mendorong pendalaman pasar
BI RATE
Ekuivalen 9-12 bulan
Non-Transaksional
Belum tercermin optimal pada suku bunga pasar
uang
Cost of being illiquid terlalu tinggi, kurang
mendorong pendalaman pasar
TERM STRUCTURE DM
SIFAT
TRANSMISI
PENDALAMAN PASAR
SOROT
GeraiInfo58,rev.indd 15GeraiInfo58,rev.indd 15 08/12/2016 17:11:1408/12/2016 17:11:14
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
16
PERSPEKTIF
Demi Stabilitas yang KuatKeberadaan UU PPKSK bagi Indonesia sangatlah penting. Karena
itu, BI turut serta mempersiapkannya secara matang sejak awal
penyusunan hingga pembahasan.
Rosalia SuciKepala Departemen Hukum
Bank Indonesia
AGI Bank Indonesia
(BI), pembahasan
tentang Rancangan
Undang-Undang (RUU)
Pencegahan dan
Penanganan Krisis
Sistem Keuangan (PPKSK) sangat penting.
BI menilai, aturan tersebut sangat
mendesak diterapkan di Indonesia. Agar
persiapan dan penyusunan RUU tersebut
matang, BI pun terlibat sejak awal. Dari
mulai penyusunan akademis dan draf awal
hingga pembahasan di level pemerintah
dan harmonisasinya bersama Kementerian
Keuangan (Kemenkeu), Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), serta Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS).
Mengapa BI menilai RUU itu penting
dan ikut aktif mempersiapkannya sejak
awal? Jawabannya sederhana. BI
menganggap regulasi tersebut sangat
penting bagi Indonesia ke depan. BI juga
memiliki poin-poin penting yang harus
masuk dalam undang-undang (UU)
tersebut. Salah satunya, terkait dengan
penanganan bank bermasalah dengan
konsep bail in.
Saat ini bukan zamannya lagi
penanganan bank bermasalah dengan
mengandalkan uang negara—semaksimal
mungkin menggunakan uang bank itu
sendiri (uang pemilik bank). BI melihat,
dalam sistem perbankan ada yang
namanya bank-bank sistemik dan bank-
bank biasa yang relatif kecil. Nah, dalam
UU PPKSK dibangun suatu sistem, yakni
jaring pengaman sistem keuangan atau
stabilitas sistem keuangan yang
difokuskan pada bank sistemik. Sehingga,
UU tersebut juga mengatur tentang
mekanisme penetapan kategori bank
sistemik yang memerhatikan ukuran (size),
keterhubungan (interconectedness),
substitutability atau tak tergantikan, serta
kompleksitas (complexity) transaksinya.
Berdasarkan mekanisme dan
identifi kasi tersebut, barulah OJK melalui
koordinasi dengan BI menetapkan bank
mana yang tergolong sistemik. Sejatinya,
bank-bank sistemik dalam stabilitas
sistem keuangan (SSK) tidak boleh jatuh
atau gagal. Yang urgen adalah apakah cara
penyelamatannya seperti zaman dulu (bail
out) atau tidak.
Bank-bank yang ditetapkan tergolong
sistemik seharusnya sudah mengikuti best
practice pengelolaan bank yang sehat dan
benar. Bank-bank tersebut harus bisa
membangun dirinya sendiri agar menjadi
bank yang kuat. Oleh karena itu, mereka
wajib memupuk modal lebih tinggi lagi.
Bank-bank tersebut juga harus
mempersiapkan likuiditas yang lebih tinggi,
mempunyai recovery plan, dan memiliki
B
GeraiInfo58,rev.indd 16GeraiInfo58,rev.indd 16 08/12/2016 17:11:1508/12/2016 17:11:15
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
17
PERSPEKTIF
rencana aksi bila terjadi permasalahan.
Dengan begitu, jika ada gejolak di pasar
keuangan, mereka tetap kuat dan
mempunyai rasio kecukupan modal yang
baik. Penetapan bank sistemik sangat
penting dilakukan dalam kondisi normal
atau kondisi sebelum krisis agar
objektivitasnya terjaga, dan kriterianya
sudah ditentukan sejak awal.
Sementara itu, terkait kesulitan
likuiditas, bank nantinya bisa mengajukan
pinjaman kepada BI, yakni melalui
Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP)—
sebagai lender of the last resort, salah
satunya ialah mengatasi kesulitan
likuiditas jangka pendek. Artinya, hanya
bank sehat, bermodal bagus, dan punya
agunan yang berkualitas, yang bisa
mendapatkan pinjaman likuiditas dari BI.
Berdasarkan UU, agunan yang diterima
adalah agunan berupa surat berharga yang
berkualitas tinggi. Kategori agunannya pun
yang cepat dicairkan. Agunan kredit bisa
diterima oleh BI asal kredit tersebut
kategorinya lancar dibayarkan oleh
nasabah.
Sementara itu, terkait dengan fungsi
dan peran BI, UU PPKSK mengatur
beberapa hal berikut. Satu, BI berperan
sebagai salah satu otoritas yang
bertanggung jawab menangani stabilitas
sistem keuangan. Jadi, BI bersama
Kemenkeu, OJK, dan LPS berkoordinasi
untuk menangani berbagai permasalahan
dalam sistem keuangan agar tercapai
stabilitas sistem keuangan.
Gubernur BI duduk sebagai anggota
komite SSK dengan fungsi melakukan
monitoring, assesment, dan analisis
terhadap kondisi. Kalau ada permasalahan,
BI bersama anggota komite SSK lainnya
bisa merekomendasikan status SSK,
apakah masih normal atau mengarah pada
krisis. Namun demikian, keputusan ter-
tinggi ada di tangan presiden. Selanjutnya,
BI menentukan kebijakan apa yang perlu
diambil sesuai dengan kondisi yang ada.
Terkait dengan peran dan fungsi
tersebut, BI harus mempersiapkan diri. Di
antaranya, mempersiapkan organisasi
untuk mendukung fungsinya dalam
Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK)
secara efektif. BI akan terlibat penuh
dalam hal itu agar organisasi maupun
governance-nya terjaga dengan baik.
Dua, karena bertugas memberikan
likuiditas jangka pendek, BI harus
menyiapkan ketentuan tentang pemberian
PLJP tersebut. Tiga, terkait dengan
transaksi, UU PPKSK mengatur bahwa jika
LPS mengalami kekurangan likuiditas
dalam melakukan penyelamatan bank
bermasalah, LPS boleh menjual surat
berharga yang dimiliki kepada BI.
Empat, BI sebenarnya sudah memiliki
protokol manajemen krisis sebelum UU
PPKSK ada. Namun, UU ini memerlukan
penyesuaian karena ada beberapa hal yang
secara tata cara dan istilah berbeda.
Dalam kondisi sekarang, OJK
berkoordinasi dengan BI harus menetapkan
daftar bank sistemik paling lambat tiga
bulan sejak UU PPKSK berlaku. Berarti,
kalau UU tersebut berlaku per 15 April,
maka pada 15 Juli daftar bank sistemik
sudah harus ditetapkan. Sejatinya, semua
bisa berjalan dengan baik dan
mendapatkan hasil yang maksimal,
sebagai upaya membangun industri
keuangan yang sehat dan kuat.
DALAM KONDISI SEKARANG, OJK BERKOORDINASI DENGAN BI HARUS MENETAPKAN DAFTAR BANK SISTEMIK PALING LAMBAT TIGA BULAN SEJAK UU PPKSK BERLAKU.
GeraiInfo58,rev.indd 17GeraiInfo58,rev.indd 17 08/12/2016 17:11:1708/12/2016 17:11:17
OPERASI MONETERSTANDING FACILITIES
Keterangan :* Sebelum 7 Juli 2010, Deposit Facility disebut FASBI* Sebelum 7 Juli 2010, Lending Facility disebut Repo O/N* FASBIS: Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah
Koridor Suku Bunga atau Standing Facilities (SF) adalah kegiatan penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah (deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka Operasi Moneter. Penyediaan Standing Facilities berfungsi untuk membatasi volatilitas suku bunga PUAB O/N. Standing facilities terdiri dari 2 jenis, yaitu:
1. Penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia kepada Bank (lending facility), yaitu fasilitas bagi bank yang mengalami kesulitan likuiditas dengan cara merepokan SBI/SDBI/SBN yang dimilikinya kepada Bank Indonesia; dan
2. Penempatan dana rupiah oleh Bank di Bank Indonesia (deposit facility), yaitu fasilitas bagi bank yang memiliki kelebihan likuiditas dengan cara menempatkan dana yang dimilikinya kepada Bank Indonesia.
Penempatan Dana Penyediaan Dana Instrumen dan Keterangan Deposit Deposit Lending Financing Facility Facility -FASBIS Facility Facility
Dampak Mengurangi Mengurangi Menambah Menambah likuiditas likuiditas likuiditas likuiditas likuiditas
Frekuensi Setiap Setiap Setiap Setiap transaksi hari kerja hari kerja hari kerja hari kerja
Jangka overnight overnight s/d overnight overnight waktu 14 hari kalender
Nominal pengajuan Rp1.000 juta Rp1.000 juta Rp1.000 juta Rp1.000 juta minimal
Nominal Rp100 juta Rp100 juta 1 unit surat 1 unit surat kelipatan berharga berharga
Mekanisme Non Lelang Aqad Wadiah Repo surat * Repo SBIS: akad transaksi berharga: metode qard diikuti rahn non lelang * Repo SBSN: akad bai' ma'al wa'ad ( jual dengan janji membeli kembali)
Setelmen T + 0 T + 0 T + 0 T + 0
Suku bunga Tingkat diskonto Tingkat imbalan Tingkat diskonto Tingkat biaya Repo sebesar BI-Rate FASBIS sebesar BI-Rate SBIS/SBSN dikurangi marjin ditambah marjin tertentu tertentu
Peserta Bank Konvensional Bank Syariah Bank Konvensional Bank Syariah
Surat Berharga - - SBI, SDBI dan SBN SBIS dan SBSN yang Dapat Direpokan
KEBIJAKAN MONETER
EDD
EDD
ISI 5
8
E6
U
N 6
TA
HU
N 2
01
6O
A
I INNFO
GE
RA
I INNFOOOOOO
AAB
AN
K IN
DDO
NE
SIASIA
BA
BA
B
18
MONETARIA
GeraiInfo58,rev.indd 18GeraiInfo58,rev.indd 18 08/12/2016 17:11:1808/12/2016 17:11:18
PENGUATAN KERANGKA OPERASI MONETERTERM STRUCTURE INSTRUMEN OPERASI MONETER
LF RATE
BI RATE
DF RATE
6,75%
4,75%
6,60%6,45%
6,20%
5,80%5,60%
5,50%
7,25%
1 Minggu 2 Minggu 1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan
DF (DEPOSIT FACILITY )
ITF (INFLATION TARGETING FRAMEWORK)
LF (LENDING FACILITY )
PUAB (PASAR UANG ANTAR-BANK)
SUKU BUNGA PUAB
PENEMPATAN DANA RUPIAH OLEH BANK DI BI.
KERANGKA KERJA KEBIJAKAN MONETER YANG SECARA TRANSPARAN DAN KONSISTEN DIARAHKAN UNTUK MENCAPAI SASARAN INFLASI BEBERAPA TAHUN KE DEPAN YANG SECARA EKSPLISIT DITETAPKAN DAN DIUMUMKAN.
PENYEDIAAN DANA RUPIAH DARI BI KEPADA BANK.
KEGIATAN PINJAM MEMINJAM DANA ANTARA SATU BANK DENGAN BANK LAINNYA, DAPAT BERJANGKA WAKTU DARI 1 HARI KERJA (OVERNIGHT ) SAMPAI DENGAN 12 BULAN.
HARGA YANG TERBENTUK DARI KESEPAKATAN PIHAK YANG MEMINJAM DAN MEMINJAMKAN DANA.
Tidak ada perubahan stance, dan tetap konsisten
dengan pengelolaan stabilitas makro
EEED
IS8
I 5
8
ED
6
6TA
HUU
NUU
N 666
20
1
20
16
GE
RA
I IN
FO
GFO
BAA
ND
ON
ESI
AIAB
AN
K IN
D
19
MONETARIA
GeraiInfo58,rev.indd 19GeraiInfo58,rev.indd 19 08/12/2016 17:11:4708/12/2016 17:11:47
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
O
BA
NK
IND
ON
ESIA
20
GGGGGGGGGGGGGE
RGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG
ERR
GE
RG
ER
ER
ER
AE
RE
RA
ER
AEEE
RE
RRRRRRRRRRA
RRA
RRRRRRA
RA
RRAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
I IIII I INIININNNFFOFOFO
LENSA
etika mendengar petikan
dawai sasando yang mampu
mengubah suasana hati
menjadi lebih baik, sebagian
orang mungkin bertanya,
dentingan alat musik apakah itu. Begitu pun
ketika melihat selembar foto danau tiga warna
yang eksotis, sebagian orang mungkin penasaran
dengan lokasi danau tersebut.
Sasando dan danau tiga warna merupakan
magnet bagi wisatawan di seluruh penjuru dunia.
Karena, seni dan keindahan alam ibarat bisa
menjadi umpan ampuh bagi para turis. Namun,
sayang, masih banyak yang belum tahu dari
mana kedua pesona pariwisata itu berasal.
Bahkan, masyarakat Indonesia sendiri masih
banyak yang belum tahu bahwa sasando dan
danau tiga warna adalah pesona alam utama
Nusa Tenggara Timur (NTT), sebuah provinsi yang
terletak di bagian tenggara Indonesia.
Melihat hal itu, Bank Indonesia (BI)
memutuskan untuk turut berpartisipasi
memaksimalkan potensi pariwisata di Tanah Air
sebagai pendongkrak devisa negara. Bagi BI,
beragam kekayaan budaya dan kesenian, kearifan
lokal, serta kekayaan provinsi yang letaknya
Menggali Pesona NTTNTT terkenal memiliki kekayaan alam yang memesona. Kekayaan alam provinsi ini menjadi tumpuan ekonomi masyarakat setempat.
bersebelahan dengan Timor Leste itu harus
dimaksimalkan bagi kemajuan ekonomi.
Danau tiga warna yang terletak di puncak
Gunung Kelimutu, Ende, Pulau Flores, merupakan
salah satu pesona alam yang sudah dikelola
dengan baik. Pengelola kawasan wisata Gunung
Kelimutu sangat tegas dalam menerapkan jam
berkunjung. Karena, menurut kepercayaan
mereka, menjelang matahari terbenam diyakini
terjadi aktivitas mistis yang tidak bagus bagi
manusia. Itu pula penyebab danau tersebut bisa
berubah warna.
Sementara, bagi mereka yang kurang percaya
pada hal-hal berbau mistis, mereka menilai
bahwa memang tak ada gunanya menikmati
pemandangan danau di puncak gunung bila hari
telah gelap. Keunikan-keunikan itu harus dike-
tahui lebih banyak lagi oleh masyarakat seluruh
dunia, bahwa masyarakat Indonesia memiliki
tradisi dalam menjaga kelestarian budaya.
Tim BI pun berkesempatan untuk
mengunjungi Gunung Kelimutu yang legendaris
itu. Tiga danau di Gunung Kelimutu yang berbeda
warna itu masing-masing memiliki nama, yakni
Tiwu Ata Mbupu, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai, dan
Tiwu Ata Polo. Masyarakat setempat percaya
K
GeraiInfo58,rev.indd 20GeraiInfo58,rev.indd 20 08/12/2016 17:12:0708/12/2016 17:12:07
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
21
LENSA
bahwa Danau Tiwu Ata Mbupu dihuni roh
atau jiwa orang tua yang telah meninggal.
Sementara, Danau Tiwu Nuwa Muri Koo Fai
dipercaya sebagai “rumah” bagi jiwa muda
mudi dan Danau Tiwu Ata Polo konon dihuni
arwah orang jahat.
Kembali ke keindahan suara sasando, alat
musik ini ternyata banyak digunakan sebagai
salah satu instrumen lagu kelas dunia. Di
antaranya, pada lagu Eric Clapton, Maroon 5,
hingga Adele. Namun, sasando hanya menjadi
penambah warna musik bagi penggemar para
artis tersebut. Belum banyak yang tahu
bahwa pelengkap komposisi irama itu adalah
alat musik asli NTT.
MELESTARIKAN DAN MENINGKATKAN POTENSIBerbagai upaya pelestarian seni dan budaya
terus dilakukan. Salah satunya, melalui sanggar
kesenian Kota Waingapu yang diasuh Mama Yuli,
yang secara terus-menerus mengenalkan
kesenian asli NTT ke seluruh dunia. Perempuan
bernama lengkap Julie Emu Lindijawa ini
senantiasa berjuang melestarikan kesenian
daerah masyarakat Sumba Timur lewat Sanggar
Tari Ori Angu di tengah penetrasi budaya asing.
Semua instrumen tari dan musik NTT
dikolaborasikannya sehingga menghasilkan karya
indah khas Sumba yang berkelas.
Namun, dalam melestarikan kesenian budaya
Sumba, Mama Yuli mengaku tak bisa berjuang
sendiri. Demi menjaga eksistensi kebudayaan dan
kesenian Sumba Timur, BI pun tergerak untuk
membantu Mama Yuli. BI hadir melalui Program
Revitalisasi Sanggar Kesenian. Dengan adanya
dukungan tersebut, seni budaya Sumba
diharapkan tetap lestari dan lebih dikenal di
nusantara maupun mancanegara.
Di lain sisi, masyarakat NTT memiliki mata
pencaharian di bidang pertanian, perkebunan, dan
peternakan. Masyarakat di Desa Fatu Kanutu,
Kecamatan Amabi Oefeto, Kupang, misalnya.
Sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan
adalah penopang utama kehidupan masyarakat
Desa Fatu Kanutu. Itu berarti, konsistensi
ketersediaan air begitu penting bagi desa yang
dihuni 1.944 jiwa itu.
Namun, sayang, masyarakat Desa Fatu
Kanutu harus menempuh jarak dua kilometer
untuk menggapai sumber air. Masyarakat di sana
pun bahu-membahu menjaga ketersediaan air
bersih untuk air minum dan sanitasi. Melihat
kondisi itu, BI di daerah ini berinisiatif untuk
menyediakan sarana air bersih melalui pipanisasi
sepanjang empat kilometer.
Beranjak ke wilayah barat Provinsi NTT, yakni
Pulau Sumba. Kekayaan budaya Pulau Sumba
bernilai tinggi sehingga menjadi magnet bagi
wisatawan dunia. Di sana terdapat
Kampung Raja Prailiu yang menyimpan
kekayaan budaya yang patut dilestarikan.
Sebagai etalase produk kesenian yang
selama ini mungkin belum tertata rapi, BI
ikut memberi perhatian dalam upaya
pelestariannya.
Potensi apa pun yang dimiliki daerah
memang harus dijaga kelestariannya. Alam,
budaya, dan tradisi jangan sampai tergerus
dan hilang di tengah perkembangan zaman.
Karena, itu adalah potensi Indonesia dan
modal dasar yang sangat penting bagi
negeri ini.
GeraiInfo58,rev.indd 21GeraiInfo58,rev.indd 21 08/12/2016 17:12:0708/12/2016 17:12:07
ED
ISII 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
BB
AN
K IN
DO
NE
SIA
22
POTRET
saha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) merupakan
sektor usaha yang paling
tahan terhadap krisis. UMKM
juga memiliki peran penting
dalam pembangunan dan pengembangan
perekonomian di Indonesia. Keberadaan UMKM
dinilai mampu menyerap tenaga kerja sehingga
dapat mendorong perekonomian nasional dan
membantu program pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan.
Melihat peran UMKM yang begitu besar, Bank
Indonesia (BI) terus berupaya mendorong dan
merangsang pertumbuhan UMKM di Indonesia.
Berbagai kebijakan dan kegiatan pun ditempuh BI
sebagai upaya mengembangkan sektor UMKM di
Tanah Air. Misalnya saja, dengan menerbitkan
berbagai aturan untuk menopang perkembangan
UMKM di Indonesia, seperti meminta bank-bank
nasional untuk dapat menyalurkan kredit UMKM
Keuangan Inklusif Berkembang, UMKM TumbuhUMKM merupakan sektor usaha yang dominan di negeri ini. Sebagai upaya meningkatkan perekonomian nasional, BI terus mendorong perkembangan UMKM dan aksesnya terhadap industri jasa keuangan.
minimal 20% dari total kredit bank secara
bertahap.
Pada 2016 bank-bank diharapkan sudah dapat
menyalurkan kredit UMKM minimal 10% dari total
kredit. Dengan begitu, pelaku UMKM dapat lebih
mudah mendapatkan akses pembiayaan dari bank
sehingga UMKM dapat tumbuh lebih cepat dan
mampu mendorong perekonomian nasional lebih
baik lagi.
Seiring dengan perkembangan saat ini dan
sesuai dengan program yang tengah digalakkan,
BI berkeinginan agar pelaku UMKM bisa menjadi
salah satu penggerak program Gerakan Nasional
Non Tunai (GNNT). Dengan begitu, ke depannya
pelaku UMKM terbiasa menggunakan uang
elektronik (electronic money atau e-money) dalam
bertransaksi. Walau sebagai negara berkembang,
Indonesia harus bisa mencontoh negara maju,
yang masyarakatnya dalam kegiatan transaksi
sehari-hari melakukannya dengan cara nontunai.
U
GeraiInfo58,rev.indd 22GeraiInfo58,rev.indd 22 08/12/2016 17:12:0908/12/2016 17:12:09
ED
ISI
58
TAH
N 6
U
2
01
6G
ER
AINI
FO
FB
AN
K IN
DN
ES
ON
IA
23
POTRET
BI sendiri sebagai bank sentral kerap kali
mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan
pengembangan UMKM. Salah satunya “Klinik
Bisnis UMKM dan Keuangan Inklusif”. Untuk kali
ini, BI menyelenggarakan kegiatan tersebut di
Kota Kediri, Jawa Timur, bertempat di Gedung
Nasional Indonesia (GNI), pada 19 Mei 2016.
Perhelatan yang diselenggarakan oleh Kantor
Perwakilan (KPw) BI Kediri itu bertujuan untuk
mendorong UMKM di Kota Kediri agar makin
tumbuh di tengah optimisme perkembangan
ekonomi Kota Kediri. Selain itu, kegiatan tersebut
dimaksudkan untuk memberikan dan
mendekatkan akses pelaku UMKM terhadap jasa
keuangan melalui pengenalan produk-produk
pembiayaan perbankan, penjaminan kredit, serta
layanan jasa perbankan lainnya.
Menurut Djoko Raharto, Kepala KPw BI Kediri,
sejauh ini pelaku UMKM di Kota Kediri masih
kesulitan untuk mendapatkan fasilitas
pembiayaan dari perbankan. Oleh sebab itu,
adanya dorongan dari BI melalui kegiatan “Klinik
Bisnis UMKM” ini diharapkan UMKM di Kediri bisa
lebih mudah mendapatkan akses pembiayaan
untuk mengembangkan bisnis dan usahanya.
Upaya BI untuk mengembangkan UMKM,
khususnya di Kota Kediri, mendapatkan respons
positif dari Pemerintah Kota (Pemkot) Kediri.
Pemkot setempat memberikan beragam program
pendampingan dan pelatihan bagi para pelaku
UMKM di Kota Kediri agar mereka juga bisa lebih
berkembang. Selain itu, Pemkot Kediri
memberikan akses kredit lunak berupa dana
bergulir dengan bunga sekitar 4% per tahun.
Pemkot Kediri memberikan kredit lunak
bekerja sama dengan dua bank, yaitu Bank
Pembangunan Daerah Jawa Timur (Bank Jatim),
dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kota Kediri.
Diharapkan, dengan berbagai dukungan tersebut,
UMKM di Kota Kediri bisa menjadi lebih
berkembang ke depannya. Tentu saja hal ini pada
akhirnya akan menopang perekonomian Kota
Kediri dan secara tidak langsung bisa menekan
jumlah pengangguran terbuka.
Sementara itu, terkait dengan program GNNT,
KPw BI Kediri juga sudah menggalakkan
penggunaan instrumen pembayaran nontunai.
Seiring dengan langkah tersebut, KPw BI Kediri
mendorong program keuangan yang inklusif,
dengan memberikan edukasi mengenai industri
jasa keuangan dan pengenalan produk-produknya.
Program GNNT yang sudah dicanangkan sejak
14 Agustus 2014 lalu bertujuan untuk mendorong
masyarakat agar terbiasa menggunakan uang
elektronik dalam bertransaksi. Di Kota Kediri
program ini sudah dilaksanakan sejak Desember
2014 dan mendapatkan respons positif dari
masyarakat. Salah satunya terlihat dari
pembayaran gaji karyawan PT Gudang Garam,
yang sebanyak 25.000 karyawan, yang dilakukan
secara nontunai, melalui kerja sama payroll
dengan Bank Negara Indonesia (BNI). Sebelumnya
pembayaran gaji dilakukan secara tunai. Program
nontunai juga sudah dilakukan Hiswana Migas
Kediri yang bekerja sama dengan Bank Mandiri
untuk penyelesaian transaksi antara pangkalan
dan agen.
Ke depan, KPw BI Kediri akan terus
mendorong masyarakat Kediri untuk bertransaksi
secara nontunai melalui kegiatan edukasi dan
sosialisasi lewat praktik-praktik penggunaan
instrumen nontunai secara langsung. Dengan
begitu, masyarakat menjadi lebih terbiasa.
Dengan melakukan transaksi secara nontunai,
penyelesaian transaksi akan lebih aman, cepat,
dan tentu lebih efi sien.
Upaya BI mendorong masyarakat Kediri untuk
bertransaksi secara nontunai dimaksudkan guna
membantu Pemkot Kediri yang ingin menjadikan
Kota Kediri lebih baik lagi ke depannya. Selain itu,
BI berharap pelaku UMKM di Kota Kediri bisa
mengaplikasikan program GNNT sehingga
masyarakat terbiasa melakukan transaksi dengan
menggunakan uang elektronik.
Adanya dorongan dari BI melalui kegiatan “Klinik Bisnis UMKM” ini diharapkan UMKM di Kediri bisa
lebih mudah mendapatkan akses pembiayaan untuk mengembangkan bisnis dan usahanya.
GeraiInfo58,rev.indd 23GeraiInfo58,rev.indd 23 08/12/2016 17:12:1108/12/2016 17:12:11
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
24
AKTIVITAS
agi masyarakat Indonesia,
bawang merah merupakan
salah satu komoditas primer.
Di masyarakat Indonesia,
komoditas primer kerap
disebut “sembako” atau sembilan bahan pokok
dan bawang merah ini merupakan salah satunya,
selain beras, gula, sayuran, minyak goreng, dan
lainnya.
Sembako senantiasa mengalami fl uktuasi
pasokan. Ketika pasokan normal, permintaan
stabil dan harga menjadi wajar. Sebaliknya, ketika
pasokan tersendat, permintaan pun akan
membludak dan harga melonjak.
Turun-naiknya pasokan sembako hingga me-
mengaruhi harga menyebabkan sembako disebut
juga volatile food. Volatilitas (turun-naik) sem-
bako cukup tinggi. Saat pasokan barang menipis,
harga mencuat. Nilai uang menjadi lebih kecil
daripada nilai barang (infl asi). Orang-orang pun
berburu sembako karena pasokan sedang langka.
Kembali ke bawang merah, bawang merah
merupakan salah satu dari lima besar penyebab
infl asi nasional. Karena itu, ketersediaannya
masuk ke dalam Program Sinergi Aksi untuk
Ekonomi Rakyat, sebuah program yang disusun
BAWANG MERAH, DARI HULU KE HILIR Menjaga stabilitas harga dan infl asi merupakan tugas utama BI. Bersama dengan beberapa instansi lainnya, BI ikut serta menyukseskan program Sinergi Aksi untuk Ekonomi Rakyat melalui skema bantek guna menstabilkan harga bawang merah dan cabai.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan tujuan
menstabilkan harga bawang dan cabai.
Nah, sesuai dengan tugas dan fungsinya,
Bank Indonesia (BI) bersama dengan beberapa
instansi lainnya ikut terlibat dalam program
tersebut. BI turut serta menjaga stabilitas harga,
khususnya bawang merah, melalui skema
bantuan teknis (bantek) BI.
Bantuan teknis atau bantek dapat diibaratkan
dengan pancingan. Sedangkan bantuan uang atau
yang masyarakat awam kenal sebagai bantuan
langsung tunai ibarat ikan. Banyak yang sepakat,
lebih baik mengajarkan orang cara memancing
ketimbang memberi mereka ikannya langsung,
karena manfaatnya akan lebih menyeluruh.
Upaya menstabilkan harga bawang merah
bisa dilakukan secara mikro-ekonomi maupun
makro-ekonomi. Secara mikro-ekonomi yaitu
melalui dukungan perbankan di Indonesia yang
siap menggelontorkan uangnya kepada para
petani, yang dikemas dalam bentuk kredit usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Sedangkan secara makro-ekonomi dilakukan
mulai dari sisi hulu hingga hilir lewat skema
bantek BI. Skema ini mengincar dari sisi suplai,
yakni pengadaan benih dan pupuk bagi bawang
B
GeraiInfo58,rev.indd 24GeraiInfo58,rev.indd 24 08/12/2016 17:12:1208/12/2016 17:12:12
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
25
AKTIVITAS
merah. Lalu, dari sisi pemeliharaan tanaman,
dukungan BI melalui bantek yaitu lewat
penyuluhan, pendampingan, dan pelatihan. Bagi
para petani, dukungan makro dari sisi hulu sangat
membantu mereka di sisi hilir.
KUNJUNGAN PRESIDENTerkait dengan keberhasilan skema bantek BI
di Brebes, beberapa waktu lalu Presiden Joko
Widodo melakukan kunjungan kerja ke
Subterminal Agribisnis, Desa Larangan, Brebes,
Jawa Tengah. Presiden didampingi oleh Gubernur
BI, Agus D.W. Martowardojo; Menteri Koordinator
Perekonomian, Darmin Nasution; Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki
Hadimuljono; Sekretaris Kabinet, Pramono Anung;
dan Kepala Kantor Staf Presiden, Teten Masduki.
Kunjungan kerja presiden tersebut merupakan
salah satu dari rangkaian program pemerintah
untuk mengoptimalkan produksi bahan pangan di
Indonesia, khususnya produksi bawang merah
dan cabai di Kabupaten Brebes. Bahkan, Presiden
Joko Widodo memutuskan akan menjadikan
Brebes sebagai “gudang” produksi bawang
merah.
Hasil-hasil pertanian yang berkualitas, salah
satunya bawang merah, dari kelompok tani yang
terbina tentunya akan berdampak pada penda-
patan para petani. Pada gilirannya, hal itu bisa
menjadi penopang kelangsungan pembayaran
kredit usaha pertanian.
Salah satu kelompok tani yang berhasil di
Brebes itu ialah Kelompok Tani Bahagia IV. Ketua
Kelompok Tani Bahagia IV, Salim, mengatakan,
hasil panen kelompoknya, yaitu bawang merah,
merupakan salah satu komoditas berkualitas di
Brebes.
Boleh dikatakan, Kelompok Tani Bahagia IV
adalah bintangnya di Brebes, sebagai sentra
bawang merah. Keberhasilan Kelompok Tani
Bahagia IV binaan BI itu dinilai pihak perbankan
sebagai kelompok tani yang layak mendapat
sertifi kat. Sehingga, bila mereka membutuhkan
kredit modal perbankan di kemudian hari, pihak
bank akan menggelontorkannya tanpa khawatir.
Hal itu berkat sertifi kat yang mereka genggam.
KENDALA PETANI BAWANG“Kendala kami, para petani bawang merah,
ialah ketika sedang melimpah produksi, kami
sangat banyak menuai untung. Tapi, ketika
sedang terkendala, produksi tak sesuai dengan
harapan, efeknya hingga kami tak bisa membayar
cicilan ke bank. Namun, dengan bantek, kendala
produksi kami tak lagi sampai titik nadir. Kami
masih bisa membayar cicilan ke bank, meski saat
itu keuntungan untuk kami nyaris tak ada,”
ungkap Salim, Ketua Kelompok Tani Bahagia IV
Brebes.
Pada umumnya para petani,
dalam hal ini petani bawang,
berharap mereka tidak mengalami
kendala ketika membayar cicilan
ke bank terkait dengan kendala
produksi yang ekstrem. Perlu
diketahui, bawang merah masuk
dalam komoditas yang menjadi
perhatian lantaran dianggap memiliki karakter
unik. Saat panen, stok melimpah. Namun, setelah
panen berakhir mudah rusak dan tak terdistribusi.
Terkait dengan masalah yang dihadapi para
petani, BI melalui bantek yang diselenggarakan
dari hulu hingga hilir berusaha mengatasi
permasalahan utama para petani itu. Berdasarkan
identifi kasi di lapangan, masalah utama
pascapanen (sisi hilir) ialah terjadinya asimetri
informasi harga bawang dari petani ke pedagang.
Alhasil, petani menjualnya ke pengepul dengan
harga yang rendah. Bahkan, terkadang jauh lebih
rendah daripada harga jual pengepul ke calon
pembeli bawang merah.
Nah, BI mencoba mengatasi masalah itu
bersama dengan Pemerintah Daerah Jawa Tengah
melalui program SiHati (Sistem Informasi Harga
dan Produksi Komoditi). SiHati memaparkan
informasi harga bawang merah di pasaran tingkat
konsumen, langsung kepada petani. Dengan
begitu, petani bisa menetapkan harga jual ke
pedagang, langsung dari lokasi panen pedagang.
Ini diharapkan dapat memutus keterlibatan
pengepul bawang merah di rantai perniagaan.
Terkait masalah yang dihadapi para petani, BI melalui bantek yang
diselenggarakan dari hulu hingga hilir berusaha mengatasi permasalahan
utama para petani itu.
GeraiInfo58,rev.indd 25GeraiInfo58,rev.indd 25 08/12/2016 17:12:1408/12/2016 17:12:14
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
26
Menjadi seorang wirausahawan tidaklah mudah. Untuk itu, pengetahuan dan pengalaman dari para pelaku usaha yang telah sukses merintis usaha menjadi hal berharga bagi para mahasiswa.
BI GOES TO CAMPUS:
MENANAMKAN JIWA ENTREPRENEURSHIP SEJAK BELIA
ank Indonesia (BI) Goes to
Campus kembali digelar. Kali
ini menyapa masyarakat di
kawasan Serambi Mekah,
Aceh. Acara yang
diselenggarakan pada Jumat,
18 Maret 2016, ini berlokasi di Universitas Syiah
Kuala (Unsyiah). BI Goes to Campus mengajak
generasi muda Aceh untuk berdiskusi secara
interaktif dengan tema “Tantangan dan Peluang
Dunia Usaha dalam Menghadapi Perekonomian
Dunia”.
Acara yang dimeriahkan dengan pergelaran
tarian tradisional dan pertunjukan stand up
comedy ini didukung penuh oleh seluruh civitas
academica Unsyiah. Acara ini menghadirkan para
narasumber yang berkaitan langsung dengan
bidangnya, yakni Mirza Adityaswara, Deputi
Gubernur Senior BI; Prof. Samsul Rizal, Rektor
Unsyiah; dan Hendy Setiono, pemilik usaha kebab
franchise, Kebab Turki Baba Rafi .
Pada kesempatan itu para mahasiswa diberi
pemahaman tentang peranan penting dunia
B
DINAMIKA
GeraiInfo58,rev.indd 26GeraiInfo58,rev.indd 26 08/12/2016 17:12:1508/12/2016 17:12:15
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
27
usaha serta tugas dan fungsi BI dalam menjaga
kelancaran perputaran roda ekonomi Indonesia.
Para mahasiswa juga diberi pemahaman tentang
pentingnya memiliki jiwa wirausaha atau
entrepreneurship sejak dini agar mereka nantinya
mampu berperan serta dan memberikan
kontribusi bagi perekonomian daerahnya.
Menurut Mirza Adityaswara, perekonomian
Indonesia saat ini lebih baik jika dibandingkan
dengan negara-negara emerging market (negara
berkembang) lainnya. Hal itu tampak dari
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berada di
kisaran 5%—bandingkan dengan negara lain yang
pertumbuhan ekonominya lebih rendah, bahkan
ada yang pertumbuhannya minus.
Sementara itu, narasumber lainnya, Hendy
Setiono, memberikan penjelasan tentang
entrepreneurship. Hendy mengaku, dirinya
melakukan kegiatan
perniagaan sejak usia 16
tahun. Bagi Hendy, menjadi
wirausahawan tidaklah mudah.
Butuh mental yang kuat dan strategi yang tepat.
Melalui berbagai strategi yang diterapkan,
Hendy pun akhirnya sukses membangun usaha.
Saat ini usaha waralaba (franchise)-nya telah
menggurita, outlet-nya tersebar di mana-mana,
bahkan merambah luar negeri. Tentu saja, apa
yang dilakukannya itu turut menyumbang
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Setelah para narasumber menyampaikan
paparannya, para mahasiswa pun memberikan
imbal balik positif. Mereka melontarkan berbagai
pertanyaan terkait dengan paparan para
narasumber. Sebagai penutup acara BI Goes to
Campus, para peserta berkesempatan untuk
mendapatkan doorprize yang disediakan untuk
lima pemenang. Keceriaan pun mewarnai acara BI
Goes to Campus hingga acara selesai menjelang
salat Jumat.
DINAMIKA
GeraiInfo58,rev.indd 27GeraiInfo58,rev.indd 27 08/12/2016 17:12:1908/12/2016 17:12:19
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
28
EKSPOSE
Stabilitas sistem keuangan sangat penting bagi kemajuan perekonomian nasional. Setelah delapan tahun berada di dunia ‘ide’, akhirnya UU PPKSK bisa menjadi nyata.
JALAN PANJANG UU PPKSK
risis terus berulang. Setelah
diempaskan krisis ekonomi
1997/1998, dunia kembali
diterpa krisis global 2008. Krisis
yang terakhir disebut pun masih
menyisakan dampaknya hingga saat ini.
Tentu itu menjadi pelajaran berharga,
termasuk bagi Indonesia. Agar penanganan krisis
tepat dan bisa menjaga
stabilitas sistem keuangan
(SSK) dengan baik dibutuh-
kan panduan dan acuan
berupa undang-undang (UU).
Karena itu, sejak delapan
tahun lalu, disusunlah
Rancangan Undang-Undang
Jaring Pengaman Sistem
Keuangan (RUU JPSK).
RUU JPSK terdiri dari
delapan bab dan 55 pasal.
Adapun ruang lingkup RUU
ini mencakup tiga hal. Pertama, pemantauan dan
pemeliharaan SSK. Kedua, penanganan krisis
sistem keuangan. Ketiga, penanganan
permasalahan bank sistemik, baik dalam kondisi
stabilitas sistem keuangan normal maupun
kondisi krisis sistem keuangan.
RUU JPSK pada perjalanannya sempat
terhenti pembahasannya pada 2014, dan masuk
kembali pembahasan di Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada 2015.
Dan akhirnya, payung hukum SSK bisa terbit dan
disahkan pada 15 April 2016 melalui UU Nomor 9
Tahun 2016 tentang Pencegahan dan Penanganan
Krisis Stabilitas Sistem Keuangan (UU PPKSK).
Sebelum disahkan, DPR RI telah menyetujui RUU
PPKSK yang diajukan pemerintah untuk disahkan
menjadi UU dalam Rapat Paripurna DPR RI Masa
Sidang III Tahun 2015-2016 tanggal 17 Maret 2016.
Tentu saja kelahiran UU ini disambut baik oleh
otoritas terkait yang tergabung dalam Komite
Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yakni
Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), Bank Indonesia (BI), dan Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS). Dengan demikian, lembaga-
lembaga tersebut memiliki acuan dan payung
hukum yang lebih kuat dan jelas, walau aturan
turunannya belum dilansir.
Setidaknya ada delapan
poin penting dalam UU
PPKSK. Pertama,
pembuatan KKSK ditujukan
untuk memperkuat
koordinasi antara
pemerintah, BI, OJK, dan
LPS. Kedua, adanya UU
PPKSK akan memperkuat
fungsi pengawasan dan
pengaturan perbankan,
khususnya bank berdampak
sistemik atau Domestic Systemically Important
Bank (DSIB). Menurut UU PPKSK, yang
disebut bank sistemik adalah (i) bank yang karena
ukuran aset, modal, dan kewajiban, (ii) luas
jaringan atau kompleksitas transaksi atas
jasa perbankan, serta (iii) keterkaitan dengan
sektor keuangan lain dapat mengakibatkan
gagalnya sebagian atau keseluruhan bank lain
atau sektor jasa keuangan, baik
secara operasional maupun fi nansial, jika bank
tersebut mengalami gangguan atau gagal.
Ketiga, adanya penguatan prinsip bail in
dalam menyelesaikan masalah bank berdampak
sistemik. Keempat, penyediaan pinjaman
likuiditas jangka pendek didukung agunan
berkualitas tinggi bagi bank yang butuh likuiditas.
Kelima, OJK dan LPS bisa melakukan
penanganan sedini mungkin jika ada bank
K
GeraiInfo58,rev.indd 28GeraiInfo58,rev.indd 28 08/12/2016 17:12:2508/12/2016 17:12:25
ED
ISI
58
TAH
UN
6
2
01
6G
ER
AI I
NFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
29
EKSPOSE
berdampak sistemik yang mengalami masalah
solvabilitas. Di sini, penanganan permasalahan
solvabilitas bank oleh LPS semakin jelas dan
diperkuat. LPS dimungkinkan menerapkan konsep
Bridge Bank (BB) dan Purchase and Assumption
(P&A) untuk menangani permasalahan
solvabilitas, sehingga penggunaan dana LPS
dapat diminimalkan.
Ketujuh, pemberian kewenangan kepada
Presiden untuk menetapkan kondisi krisis yang
disarankan oleh KSSK dan pembentukan badan
restrukturisasi bank. Terakhir, adanya
perlindungan hukum yang memadai sepanjang
tidak mencederai kewenangan yang diberikan.
Pada intinya, ketentuan dan aturan yang
termaktub dalam UU PPKSK memiliki esensi
bahwa sudah ada sistem dan prosedur yang
mengatur apabila terjadi segala sesuatu yang
mengganggu stabilitas sistem keuangan. Selain
itu, adanya perlindungan hukum yang jelas bagi
para pemangku kebijakan yang terlibat dalam
proses pengambilan keputusan yang terkait.
Perlindungan yang tertera dalam UU tersebut
tentunya bukan berarti para pemangku jabatan
menjadi kebal hukum. Namun demikian, lebih
pada adanya payung hukum bahwa tindakan
yang dilakukan tidak melanggar rambu-rambu
yang termasuk kategori penyalahgunaan
kekuasaan atau kewenangan. Dengan demikian,
tindakan dan segala sesuatunya dapat diper-
tanggungjawabkan dengan jelas dan terbuka.
Namun, masih ada pekerjaan rumah yang
harus dikerjakan. Terutama oleh otoritas terkait
yang tergabung dalam KSSK. Pekerjaan lanjutan
yang harus dikejar ialah peraturan turunannya,
baik berkaitan dengan peraturan internal masing-
masing lembaga maupun berupa peraturan
presiden (PP), serta yang terkait lainnya sesuai
yang diamanatkan dalam UU PPKSK.
Kemudian, yang semestinya dilakukan
otoritas terkait koordinasi antar-lembaga, agar
semuanya bisa berjalan selaras dan sesuai
amanat. Walau sudah ada UU PPKSK, namun
masih ada permasalahan interpretasi yang bisa
tidak sama.
Koordinasi menjadi salah satu hal krusial.
Pasalnya, penanganan krisis umumnya
memerlukan kajian yang komprehensif dan proses
pengambilan keputusan yang cepat.
Jalan yang terbaik, masing-masing lembaga
terkait membuat pedoman teknis atau petunjuk
pelaksanaan dibicarakan bersama sehingga
semuanya mempunyai pemahaman dan
pengertian yang sama sesuai dengan amanat UU.
Serta, melakukan sinkronisasi selama menunggu
masa efektif berlakunya UU PPKSK dan
peraturan turunannya. Hal ini dilakukan sebagai
upaya membangun kesamaan persepsi dan
interpretasi. Dengan demikian, langkah yang
diterapkan seiring dan sejalan untuk menjaga
SSK, dan lebih jauh membangun Indonesia yang
lebih maju.
Konsep Bail in
UU PPKSK menjadi konsep dan
mekanisme baru dalam pencegahan dan
penanganan krisis sistem keuangan di Tanah
Air. Hal tersebut menyangkut penanganan
bank sistemik yang gagal. Merujuk UU baru
ini, mekanisme bail in menjadi pilihan
dalam menangani bank sistemik yang gagal.
Sejatinya, penggunaan konsep bail in ini
sejalan dengan rekomendasi Financial
Stability Board (FSB), dan menjadi praktik
yang lazim diterapkan (common practices) di
negara-negara G-20, di mana Indonesia
menjadi salah satu anggotanya.
Tentu saja, mekanisme bail in ini
berbeda dengan konsep bail out yang
pada era krisis 1998. Dalam konsep bail
out berarti mekanisme penyelamatan bank
gagal lebih banyak menggunakan sumber
daya dari luar bank, yang notabene lebih
banyak bersumber dari anggaran negara.
Sementara itu, dalam konsep bail in
berarti mengatasi permasalahan
solvabilitas bank gagal akan dilakukan
dengan melibatkan sumber daya bank
itu sendiri, tanpa melibatkan anggaran
negara. Sumber daya bank yang dimaksud
adalah penambahan modal oleh
pemegang saham pengendali, konversi
utang tertentu menjadi modal, hasil
pengelolaan aset dan kewajiban
bank, maupun kontribusi industri berupa
iuran ke LPS.
GeraiInfo58,rev.indd 29GeraiInfo58,rev.indd 29 08/12/2016 17:12:2608/12/2016 17:12:26
ED
ISI 5
8
TAH
UN
6
20
16
GE
RA
I INFO
B
AN
K IN
DO
NE
SIA
30
ETALASE
Kebijakan yang dirilis BI terkait dengan pergantian suku bunga acuan menjadi BI 7-Day Repo Rate sudah semestinya dilakukan dan sesuai dengan best practice. Hal ini dilakukan agar suku bunga acuan lebih direspons pasar.
AGAR MUDAH DIRESPONS
Josua PardedeEkonom PermataBank
RISIS global yang terjadi sejak 2008 akibat
subprime mortgage di Amerika Serikat
(AS) dan berlanjut hingga beberapa tahun
kemudian di kawasan Eropa karena utang, yang
diawali di Yunani, berdampak pada perubahan per-
ekonomian global. Salah satu penyebabnya ialah
kebijakan yang ditempuh bank sentral AS (The
Federal Reserve/The Fed) melalui quantitative
easing.
Menurut Josua Pardede, ekonom PermataBank,
stimulus yang ditempuh The Fed dengan mengu-
curkan uang di pasar negara berkembang yang
notabene secara ekonomi masih menjanjikan,
termasuk Indonesia, sangat memengaruhi kondisi
ekonomi dan pasar keuangan. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia dan imbal hasil yang menarik
membuat modal asing masuk (capital infl ow)
secara besar-besaran.
Akibatnya, hampir tak mungkin bagi otoritas
moneter suatu negara untuk mengendalikan
secara pasti perkembangan agregat-agregat
moneter di dalam negeri. Sasaran agregat
moneter yang diinginkan otoritas moneter sering
tidak dapat dicapai karena arus modal internasional
yang keluar maupun masuk dalam jumlah yang
besar dan waktu yang singkat. Tentu saja,
kebijakan The Fed tersebut juga direspons oleh
berbagai bank sentral negara lainnya, seperti
kawasan Eropa dan Jepang.
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas bank
sentral di Tanah Air menempuh berbagai kebijakan
untuk merespons kondisi tersebut. Misalnya,
melalui fl eksibilitas dan reformulasi penerapan
Infl ation Targeting Framework (ITF), kebijakan
makroprudensial, dan pendalaman pasar ke-
uangan. Kebijakan moneter juga digunakan untuk
membantu pertumbuhan ekonomi. Intinya, bauran
kebijakan yang ditempuh BI diupayakan agar
kondisi pasar dalam negeri tak mudah bergejolak
dan ekonomi terus tumbuh positif.
Namun, pada akhirnya, perubahan struktur
perekonomian global dan domestik memengaruhi
suku bunga kebijakan (acuan) yang ditempuh. BI
Rate yang dilansir sebagai suku bunga acuan tidak
mendapatkan respons atau memengaruhi suku
bunga pasar. Ditambah lagi, akibat capital infl ow,
suku bunga pasar uang antarbank (PUAB) turun
makin dalam, sedangkan BI Rate yang diarahkan
untuk menjaga infl asi tidak bisa turun karena
infl asinya masih cukup tinggi. Alhasil, jarak antara
suku bunga kebijakan (BI Rate) dengan suku
bunga PUAB makin melebar—ini juga membuat
suku bunga pasar lebih dekat atau menyerupai
gerakan dari deposit facility.
Karena itu, dengan dilansirnya kebijakan suku
bunga acuan yang baru, yakni BI 7-Day Repo Rate,
kebijakan atau operasi moneter yang ditempuh BI
diharapkan lebih direspons pasar. Sehingga,
dengan suku bunga acuan yang baru, nantinya
diharapkan transmisi kebijakan moneter lebih
efektif lagi. Hal itu juga diharapkan berdampak
pada cost of fund perbankan dengan adanya
penurunan batas atas dan batas bawah deposit
facility dan lending facility.
Ke depan, penyesuaian yang dilakukan pasar
atas respons suku bunga kebijakan bank sentral
tidak lagi lama—tidak seperti saat ini yang bisa
mencapai dua-tiga bulan. Selain itu, nantinya
diharapkan suku bunga kebijakan ini bisa
mencerminkan liquidity dan supply demand di
pasar keuangan.
Sejauh ini ada hal yang masih jadi pekerjaan
rumah bagi perbankan, yakni menyangkut capping
rate deposito, apakah akan mengacu pada tenor
12 bulan yang sebesar 6,5% atau tenor 7-Day yang
5,25%. Semoga langkah dan kebijakan yang
ditempuh bisa memberikan hasil yang maksimal
bagi perekonomian negeri ini.
K
GeraiInfo58,rev.indd 30GeraiInfo58,rev.indd 30 08/12/2016 17:12:2608/12/2016 17:12:26
GERAI INFO DIGITALSEGERA
DOWNLOAD APLIKASINYA
GRATIS!
Gerai Info 58-Cover.indd CGerai Info 58-Cover.indd C 08/12/2016 17:04:2008/12/2016 17:04:20
VISITOR CENTERJl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat 10350
email:
@bank_indonesiafl ipboard:
flip.it/7A9uk
flip.it/7A9uk
fl ickr:
bankindonesiayoutube:
BankIndonesiaChannel
bankindonesia
@bank_indonesia
BankIndonesiaChannel
Gerai Info 58-Cover.indd DGerai Info 58-Cover.indd D 08/12/2016 17:04:2408/12/2016 17:04:24