sop interpretasi hasil lab

14
SOP INTERPRETASI HASIL LAB 1. HASIL UJI LAB DARAH LENGKAP NO DEFINISI FUNGSI NILAI NORMAL PENINGKATAN PENURUNAN 1 Hemoglobin molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,g ama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. LAKI-LAKI : 15.7 (14.0– 17.5) g/dl PEREMPUAN : 13.8 (12.3– 15.3) g/dl Dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin. Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplast ic (obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin, rifampin, dan trimetadion. 2 Hematocrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu Anak : 33-38% Laki-laki Dewasa: 40-50% Perempuan Dewasa : 36- 44% Terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera, diare berat, asidosis diabetikum, emfisema paru, iskemik serebral, eklamsia, efek pembedahan, dan luka bakar. Terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi

Upload: faisal-mahlufi

Post on 15-Jan-2016

294 views

Category:

Documents


43 download

DESCRIPTION

Sop Interpretasi Hasil Lab

TRANSCRIPT

Page 1: Sop Interpretasi Hasil Lab

SOP INTERPRETASI HASIL LAB

1. HASIL UJI LAB DARAH LENGKAP

NO DEFINISI FUNGSI NILAI NORMAL PENINGKATAN PENURUNAN 1 Hemoglobin molekul yang

terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen.

LAKI-LAKI :15.7 (14.0–17.5) g/dlPEREMPUAN : 13.8 (12.3–15.3) g/dl

Dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin.

Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastic (obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin, rifampin, dan trimetadion.

2 Hematocrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu.

Anak : 33-38%

Laki-laki Dewasa: 40-50%

Perempuan Dewasa : 36-44%

Terjadi pada hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera, diare berat, asidosis diabetikum, emfisema paru, iskemik serebral, eklamsia, efek pembedahan, dan luka bakar.

Terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE, athritis reumatoid, dan ulkus peptikum.

3 Eritrosit jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah. Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu manual dan

Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)

Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)

Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)

Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)

Anak usia 4-5 tahun :

polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi, penyakit kardiovaskuler

kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan, hidrasi berlebihan

Page 2: Sop Interpretasi Hasil Lab

elektronik (automatik).

3.70 – 5.70 (x106/μL)

Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)

4 Trombosit komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan berfungsi utama dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai dibawah 100.000/ µL berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan darah.

150.000-400.000 /µL (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3.

(trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.

5 Leukosit menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau mikroliter darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap benda asing, mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung julah leukosit merupakan indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi.

Dewasa : 4000-10.000/ µL

Bayi /anak : 9000-12.000/ µL

Bayi baru lahir : 9000-30.000/ µL

pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis, dll. Dapat juga terjadi miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan ataupun gangguan emosi.

terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan penyakit hemopoetik(anemia aplastik, anemia perisiosa).

6 Laju Endap Darah ( LED)

kecepatan sedimentasi eritrosit dalam

Metode Westergreen Laki-laki : 0 – 15

LED yang meningkat menandakan

LED yang sangat rendah menandakan

Page 3: Sop Interpretasi Hasil Lab

darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).

mm/jam

Perempuan : 0 – 20 mm/jam

Metode WintrobeLaki-laki : 0 – 9 mm/jam

Perempuan 0 – 15 mm/jam

adanya infeksi atau inflamasi, penyakit imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan.

gagal jantung dan poikilositosis.

TAMBAHAN HASIL LAB LEUKOSIT

Jenis Nilai normal Melebihi nilai normal Kurang dari nilai normalBasofil 0,4-1%

40-100/µLinflamasi, leukemia, tahap penyembuhan infeksi atau inflamasi

stress, reaksi hipersensitivitas, kehamilan, hipertiroidisme

Eosinofil 1-3%100-300/µL

Umumnya pada keadaan atopi/ alergi dan infeksi parasit

stress, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.

Neutrofil 55-70%

(2500-7000/µL)

Bayi Baru Lahir 61%

Umur 1 tahun 2%

Segmen 50-65% (2500-6500/µL)

Batang 0-5% (0-500/µL)

Inflamasi, kerusakan jaringan, peyakit Hodgkin, leukemia mielositik, hemolytic disease of newborn, kolesistitis akut, apendisitis, pancreatitis akut, pengaruh obat

Infeksi virus, autoimun/idiopatik, pengaruh obat-obatan

Limfosit 20-40%

1700-3500/µL

BBL 34%

infeksi kronis dan virus kanker, leukemia, gagal ginjal, SLE, pemberian steroid yang berlebihan

Page 4: Sop Interpretasi Hasil Lab

1 th 60%

6 th 42%

12 th 38%CD4 600 - 1500 /mm3 Makin tinggi jumlah sel CD4 berarti

makin baik sistem imun. Apabila jumlahnya merosot dibawah 200, sistem kekebalan tubuh tidak dapat bekerja sempurna. Dengan jumlah CD4 dibawah 200, infeksi sederhana dapat menimbulkan masalah karena tubuh tak dapat melawannya. Virus, bakteri, jamur dan parasite dapat menimbulkan infeksi.

Monosit 2-8%

200-600/µL

Anak 4-9%

Infeksi virus, parasit, anemia hemolitik, SLE< RA

Leukemia limfositik, anemia aplastic

CATATAN TAMBAHAN

Indeks Eritrosit

Mencakup parameter eritrosit, yaitu:

1. Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER) MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL) Normal 80-96 fl

2. Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL) Normal 27-33 pg

3. Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l) Normal 33-36 g/Dl

4. Red Blood Cell Distribution Width (RDW) RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna memperkirakan

terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat, vit

Page 5: Sop Interpretasi Hasil Lab

B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.

RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100 Nilai normal rujukan 11-15%

5. HASIL UJI LAB CRPDefinisi CRP atau C-Reactive Protein adalah protein plasma yang diproduksi oleh hati sebagai reaksi dari adanya infeksi, luka pada jaringan, dan proses inflamasi. Proses inflamasi merupakan proses reaksi tubuh terhadap adanya luka atau infeksi. Proses ini sebenarnya bermanfaat untuk mencegah infeksi namun seringkali proses inflamasi terjadi secara berlanjut dan menyebabkan gangguan pada organ-organ tertentu, contohnya pada jaringan sendi dan tulang yang menyebabkan arthtritis atau pada pembuluh darah yang menyebabkan atherosclerosis. Kadar CRP di dalam tubuh akan meningkat dengan cepat bahkan hingga 1000 kali lipat, sekitar 6 jam setelah proses inflamasi terjadi. Inilah yang menyebabkan kadar CRP banyak digunakan sebagai indikator terjadinya proses inflamasi di dalam tubuh.Fungsi CRP adalah sebagai penanda peradangan dan menentukan perkembangan penyakit atau efektifitas pengobatan.

Metode Pengukuran CRPPengukuran CRP dilakukan dengan pengambilan darah dari pembuluh darah vena, biasanya dilakukan pada bagian siku atau belakang telapak tangan. Darah yang telah diambil kemudian dianalisa kadar CRP-nya dengan menggunakan suatu senyawa antiserum yang dapat digunakan untuk mengukur kadar protein tersebut. Ada 3 jenis metode pengukuran CRP, yaitu

Conventional CRP . Metode pengukuran ini digunakan untuk menganalisa adanya infeksi, kerusakan jaringan, dan gangguan-gangguan akibat proses inflamasi. Metode ini dapat mengukur kadar CRP secara tepat pada kadar 5 mg/l atau lebih. Orang yang sehat biasanya memiliki kadar CRP di bawah 5 mg/l, sedangkan adanya proses inflamasi ditunjukkan dengan kadar CRP sebesar 20-500 mg/l.

High Sensitivity CRP ( hsCRP ). Metode pengukuran ini digunakan untuk menganalisa kondisi-kondisi yang mungkin berhubungan dengan proses inflamasi. Metode ini bersifat lebih sensitif sehingga dapat mengukur kadar CRP secara tepat hingga 1 mg/l.

Cardiac CRP ( cCRP ). Metode pengukuran ini digunakan untuk menganalisis tingkat resiko penyakit jantung. Metode ini memiliki sensitivitas yang menyerupai dengan hsCRP , namun menggunakan metode analisa yang lebih sensitif sehingga hasil yang diperoleh lebih spesifik untuk menentukan resiko penyakit jantung

Page 6: Sop Interpretasi Hasil Lab

Carciac CRP dan Penyakit Jantung Seperti telah dijelaskan sebelumnya, proses inflamasi pada pembuluh darah dapat menyebabkan penyakit atherosclerosis. American Heart Association dan US Centers for Disease Control and Prevention telah menetapkan kelompok risiko sebagai berikut:

Kadar cCRP (mg/l) Tingkat Resiko Penyakit Jantung1.0 Rendah1.0 – 3.0 Sedang/ Rata-rata3.1 – 10.0 Tinggi

Nilai-nilai tersebut hanya merupakan bagian dari proses evaluasi untuk penyakit kardiovaskuler.Tambahan faktor-faktor risiko yang perlu dipertimbangkan adalah peningkatan kadar kolesterol, LDL, trigliserida, dan glukosa. Selain itu, merokok, tekanan darah tinggi (hipertensi), dan diabetes juga meningkatkan tingkat risiko.

Catatan kecil :CRP meningkat dan penanda peradangan lainnya adalah Luka Bakar, Trauma, Infeksi, Peradangan, aktif inflamasi arthritis, dan Kanker tertentu.

6. HASIL UJI LAB ELISA Definisi ELISA adalah singkatan dari “enzym linked immunosorbent assay.” Tes ELISA menggunakan komponen dari sistem kekebalan tubuh dan bahan kimia untuk mendeteksi respon imun dalam tubuh (misalnya, untuk mikroba menular). Uji ELISA melibatkan enzim (suatu protein yang mengkatalisis reaksi biokimia), hal ini juga melibatkan antibodi atau antigen (molekul kekebalan). Tes ELISA secara luas digunakan untuk mendeteksi zat yang memiliki sifat antigenik, terutama protein (sebagai lawan dari molekul kecil dan ion seperti glukosa dan kalium). Zat yang terdeteksi oleh tes ELISA termasuk hormon, antigen bakteri dan antibodi.

Metode ELISA (enzym-linked immunosorbent assay) metode dalam penelitian dengan Berdasarkan : Ikatan spesifik antara antigen (Ag) – antibody(Ab). ELISA dipakai untuk pengujian semua antigen, hapten atau antibody. Paling banyak dipakai di laboratorium klinis, misalnya uji immunoglobulin G dan E, hormone seperti insulin, esterogen dan gonadotrofin.

Beberapa type ELISA, sebagai berikut : 1. Direct ELISA, biasanya digunakan dengan kompetisi dan Inhibisi ELISA. Digunakan untuk

deteksi antigen.2. Indirect ELISA, antigen terikat pada plate. Digunakan untuk deteksi antibody.

3. Sandwich ELISA, antibodi terikat pada Plate. Digunakan untuk deteksi antigen.

Page 7: Sop Interpretasi Hasil Lab

4. Capture ELISA, antihuman antibodi terikat pada Plate. Digunakan untuk deteksi antibody.

Table ELISA

Jenis ELISA

Reference range

Specimen Volume Transport temperature

CPT code

Method Reference

IgM ELISA (for patients 6 months of age or older)

negative 0.0-1.4, equivocal 1.7-1.9, positive > 2.0 (serum); negative 0.0 - 0.3, positive > 0.4 (CSF)

serum, CSF

0.5 ml 2 – 8° C. (preferred); ambient or frozen (acceptable)

86778 Naot Y, Remington J. An enzyme-linked immunosorbent assay for detection of IgM antibodies to Toxoplasma gondii : use for diagnosis of acute acquired toxoplasmosis. J Infect Dis 142:757-766, 1980

IgA ELISA Patient > 6 months of age: negative 0.0 - 1.4, equivocal 1.5 - 2.0, positive > 2.1Infants < 6 months of age: negative 0.0 - 0.9, positive > 1.0

serum 0.5 ml 2 – 8° C. (preferred); ambient or frozen (acceptable)

86777-59

Stepick-Biek P, Thulliez P, Araujo F, Remington JS. IgA antibodies for diagnosis of acute congenital and acquired toxoplasmosis. J Infect Dis 162:270-273, 1990

IgE ELISA (offered as component of Toxo Panels

reported as negative, equivocal or positive

serum 0.5 ml 2 – 8° C. (preferred); ambient or frozen (acceptable)

86777-59

Wong S, Hadju M, Ramirez R, Thulliez P, McLeod R, Remington JS. Role of specific

Page 8: Sop Interpretasi Hasil Lab

only) immunoglobulin E in diagnosis of acute toxoplasma infection and toxoplasmosis. J Clin Microbiol 31:2952-2959, 1993

7. HASIL UJI LAB PCR

Definisi

Atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV.

Jenis Reference range

Specimen Volume Transport temperature

CPT code

Method References

PCR reported as "toxoplasma DNA detected" or "toxoplasma DNA not detected"

Amniotic fluid (collected at > 18 weeks gestation)

Other body fluids

CSF(cerebrospinal fluid)

Minimum volume :

3 mlPreferred Volume:

10 ml

Minimum volume:

3 mlPreferred volume:

10 ml

Minimum volume:0,4 ml

Preferred volume:

1 ml

2 – 8° C on ice or cold packs preferred; frozen acceptable; overnight delivery

2 – 8° C on ice or cold packs; frozen acceptable; overnight delivery

Frozen preferred; 2 – 8° C on ice or cold packs acceptable; overnight delivery

87798 Grover C, Thulliez P, Remington J, Boothroyd J. Rapid prenatal diagnosis of congenital Toxoplasma infection by using polymerase chain reaction and amniotic fluid. J Clin Microbiol 28:2297-2301, 1990.

Parmley S, Goebel F, Remington

Page 9: Sop Interpretasi Hasil Lab

Ocular fluids (vitreous and aqueous)

Whole bloodBone marrow

Urine

Solid tissues (A referral to our consultants is recommended)

Minimum volume:0,1 ml

Preferred volume:0,5 ml

Minimum volume:

1 mlPreferred volume:

5 ml

Minimum volume:

6 mlPreferred volume:

10 ml

Minimum volume:25 mg

Preferred volume:50 mg

Frozen preferred; 2 – 8° C on ice or cold packs acceptable; overnight delivery

EDTA or citrate tube; 20 – 25° C; overnight delivery

2 – 8° C on ice or cold packs preferred; frozen acceptable; overnight delivery

Frozen preferred; 2 – 8° C on ice or cold packs acceptable; overnight delivery

JS. Detection of Toxoplasma gondii in cerebro-spinal fluid from AIDS patients by polymerase chain reaction. J Clin Microbiol 30:3000-3002, 1992

DAFTAR PUSTAKA

Dharma R, Immanuel S, Wirawan R. Penilaian hasil pemeriksaan hematologi rutin. Cermin Dunia Kedokteran. 1983; 30: 28-31.

Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat; 2009. hal. 11-42.Ronald AS, Richard AMcP, alih bahasa : Brahm U. Pendit dan Dewi Wulandari, editor : Huriawati

Hartanto, Tinjauan klinis hasil pemeriksaan laboratorium, edisi 11. Jakarta: EGC; 2004.Sutedjo AY. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta: Amara

Books; 2008. hal. 17-35.

Page 10: Sop Interpretasi Hasil Lab

Theml H, Diem H, Haferlach T. Color atlas of hematology; principal microscopic and clinical diagnosis. 2nd ed. Stuttgart: Thieme; 2004.

Vajpayee N, Graham SS, Bem S. Basic examination of blood and bone marrow. In: Henry’s clinical diagnosis and management by laboratory methods. 21st ed. Editor: McPherson RA, Pincus MR. China: Saunders Elsevier; 2006. hal. 9-20.