sol sepatu
DESCRIPTION
sol sepatuTRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberi kontribusi dalam
meningkatkan devisa negara. Karet ada dua jenis yaitu karet yang berasal dari
alam yaitu dari getah pohon karet (dikenal dengan istilah latex dan karet hasil
produksi manusia (sintetis). Saat ini Asia menjadi sumber karet alami. Negara-
negara Asia menghasilkan 93% produksi karet alam, yang terbesar adalah
Thailand, diikuti oleh Indonesia, dan Malaysia.
Karet banyak digunakan dalam industri ban. Pemanfaatan karet alam
diluar industri ban kendaraan masih relative kecil, yakni kurang dari 30 persen.
Selain itu industri karet diluar ban umumnya dalam skala kecil atau menengah.
Karet memiliki sifat tahan lama, ketahanan terhadap cuaca, ketahanan terhadap
bahan kimia tertentu, awet dan ringan. Sifat karet tersebut sangat cocok jika karet
digunakan sebagai bahan pembuatan sol sepatu.
Karet alam adalah jenis karet pertama yang dibuat sepatu. Setelah
penemuan proses vulkanisasi yang membuat karet menjadi tahan terhadap cuaca
dan tidak larut dalam minyak, maka karet mulai digemari sebagai bahan dasar
dalam pembuatan berbagai macam alat untuk keperluan dalam rumah ataupun
pemakaian diluar rumah seperti sol sepatu dan bahkan sepatu yang semuanya
terbuat dari bahan karet. Penggunaan karet di Indonesia sangat besar, dari data
hasil survei potensi industri alas kaki, diperkirakan 50% dari konsumsi sol di
Indonesia adalah sol karet (Profil Industri Kecil, 1986).
Pemanfaatan karet pada industri selain ban masih sangat kurang. Industri
alat keperluan rumah maupun pemakaian diluar rumah kurang memanfaatkan
bahan karet. Oleh karena itu, kami ingin mengetahui mengenai produk olahan
berbahan karet seperti sol sepatu dan cara pembuatannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja produk berbahan dasar karet?
2. Bagaimana karakteristik produk berbahan dasar karet?
3. Apa kelebihan produk berbahan dasar karet dibanding produk dengan
bahan dasar selain karet?
4. Bagaimana cara pembuatan produk berbahan dasar karet?
1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui produk berbahan dasar karet
2. Untuk mengetahui karakteristik produk berbahan dasar karet
3. Untuk mengetahui kelebihan produk berbahan dasar karet dibanding
produk dengan bahan dasar selain karet
4. Untuk mengetahui cara pembuatan produk berbahan dasar karet
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Agar mahasiswa mengetahui produk berbahan dasar karet
2. Agar mahasiswamengetahui karakteristik produk berbahan dasar karet
3. Agar mahasiswamengetahui kelebihan produk berbahan dasar karet
dibanding produk dengan bahan dasar selain karet
4. Agar mahasiswamengetahui cara pembuatan produk berbahan dasar karet
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sol Sepatu
Sol sepatu merupakan permukaan sepatu yang langsung bersentuhan
dengan lantai. Sol sepatu biasanya tercetak terpisah atau mempunyai rancangan
yang dibuat oleh sebuah calender (Marthan, 1998). Sol sepatu merupakan salah
satu faktor penentu kualitas sepatu. Sol sepatu boots dibuat dari kompon keras
(hard sol). Umumnya, sol sepatu boots dibuat dengan warna dasar hitam. Karena
pembuatan sol sepatu boots digunakan bahan yang sifatnya keras seperti karet
RSS dan bahan pengisi dari hitam arang.
2.2 Pengertian Kompon
Menurut Abednego (1979) kompon karet adalah campuran karet mentah
dengan bahan-bahan kimia yang belum divulkanisasi. Karet yang digunakan
untuk kompon terdiri dari dua jenis, yaitu karet alam dan karet sintetis. Karet alam
adalah sumber karet yang berasal dari getah pohon karet (lateks), yang diperoleh
dengan menyadap/melukai kulit kambium pohon karet.
Karet alam memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Viskositas rendah
b. Ketahanan oksidasi tinggi
c. Impurity rendah
Dari pengertian kompon, diketahui bahwa dalam proses pembuatannya
digunakan baha-bahan kimia yang ditambahkan pada bahan baku karet untuk
memperoleh sifat fisik dan kimiawi dari kompon karet yang lebih baik. Bahan
kimia kompon dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu bahan kimia utama dan bahan
kimia pembantu proses (processing aids).
Menurut Abednego (1979) proses pembuatan barang jadi karet secara
umum pada dasarnya terdiri dari proses:
1. Pembuatan kompon (compounding)
2. Pemberian bentuk (molding)
3. Pemasakan (vulkanisasi)
2.3 Pembuatan Sol Sepatu
Pembuatan sol sepatu ada 2 tahap yaitu pembuatan kompon dan
dilanjutkan dengan proses pembuatan sol luar sepatu:
2.3.1. Pembuatan Kompon untuk Sol Sepatu
2.3.2. Pembuatan Sol Sepatu dari Kompon Karet
Proses pembuatan sol sepatu dimulai dengan pembuatan kompon, mixing atau
pencampuran dan pencetakan.
1. Penyusunan Kompon Karet (formulasi)
Pada penyusunan formulasi kompon karet yang paling penting adalah
menentukan jenis atau campuran karet mentah. Kemudian baru ditentukan bahan
pengisi, sistem vulkanisasi, bahan pencepat, dan aktivator. Terakhir adalah
Proses Mastikasi
Pencampuran
Penggulungan dan pemotongan
Pemasukan Belerang
Pemotongan dan penggilingan kompon (menjadi lembaran)
Lembaran kompon
Pemberian bentuk
Proses Vulkanisasi
penentuan processing aids yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi teknis
barang jadi karet yang akan dibuat.
Dalam menyusun formula kompon yang spesifikasinya ditentukan oleh
konsumen, selain harus memperhatikan sifat-sifat vulkanisatnya yang harus
memenuhi persyaratan juga perlu memperhatikan biaya kompon dan tahap–tahap
pengolahan.
Untuk membuat bahan jadi karet yang bahan penyusunnya terdiri dari
karet (elastomer) dan bahan-bahan kimia karet (bahan aditif), pertama yang harus
ditentukan adalah penentuan jenis karet (elastomer) yang tepat dan bahan-bahan
penyusun kompon yang diperlukan untuk memenuhi spesifikasi teknis harus
benar-benar dipahami mengenai:
a. Sifat-sifat karet yang dipilih
b. Vulkanisasi atau sistem curing untuk memperoleh sifat-sifat utama yang
dikehendaki
c. Bahan-bahan lain yang mempunyai peran dalam mempengaruhi spesifikasi
teknis dan ketahanan usang yang dikehendaki
d. Peralatan yang tepat untuk pengolahan kompon
e. Kompon yang mempunyai nilai komersial
f. Cara pengujian dan evaluasi bahan baku juga produk akhir
Pemilihan karet (elastomer)
Dalam merancang kompon tahap yang terpenting dan biasanya tahap
pertama adalah memilih jenis karet (elastomer). Sifat umum yang dimiliki semua
elastomer antara lain elastis, fleksibel, liat, dan kedap terhadap air dan udara.
Selain itu setiap elastomer memiliki sifat-sifat khusus dan unik demikian juga
dengan harganya. Maka pemilihan jenis elastomer untuk mendapatkan spesifikasi
teknis yang tertentu selain mempertimbangkan sifat dasarnya juga perlu
mempertimbangkan harga dan cara pengolahannya.
Pemilihan sistem vulkanisasi
Vulkanisasi adalah kunci dari keseluruhan teknologi karet, walaupun
kadar barang yang terlibat dalam proses vulkanisasi tidak lebih dari 0,5-5% dari
berat keseluruhan campuran, namun proses ini memegang peranan penting dalam
pembentukan sifat kimia dan fisika yang dikehendaki.
Berikut adalah beberapa definisi vulkanisasi menurut beberapa ahli:
Proses vulkanisasi adalah proses pematangan karet mentah dengan
menggunakan panas belerang (S), disamping itu daya guna karet mentah akan
bertambah karena sifat-sifat fisisnya menjadi lebih baik.
Menurut Good Year yang disitasi oleh De Boer (1952) mengatakan bahwa
karet mentah bila dihangatkan dengan menggunakan belerang akan dapat
memperbaiki sifat-sifat fisis karet.
Tujuan dari vulkanisasi adalah untuk mendapatkan karet jadi yang
memiliki sifat fisis yang baik sehingga menjadi barang yang lebih berdaya guna.
Eurich (1978) mengatakan bahwa proses vulkanisasi adalah membuat
bahan (karet mentah) menjadi elastis. Pada umumnya terjadi pembentukan
jaringan molekul secara kimia dan rantai molekul yang bebas. Molekul karet akan
bereaksi dengan zat kimia yang ditambahkan membentuk jaringan yang stabil
sehingga tidak mudah berubah bentuknya.
Abednego (1979) mengatakan bahwa proses vulkanisasi adalah reaksi
pengikatan karena molekul-molekul karet yang semula bebas bereaksi dengan
bahan-bahan pemvulkanisasi membentuk jaringan tiga dimensi yang mantap.
Kompon karet yang semula lembek, lengket, dan plastis. Setelah proses
vulkanisasi kompon karet menjadi elastis.
Barron (1947) mengatakan bahwa penambahan belerang sebagai bahan
pemvulkanisasi mempunyai pengaruh: karet menjadi matang, tensilestrength
bertambah tinggi, sukar larut dalam solvent, dan karet menjadi elastis.
Abednego (1979) mengatakan bahwa proses vulkanisasi dapat dilakukan
dengan cara:
- Pemanasan serta tekanan dalam acuan (moulding)
- Dengan uap terbuka (open steam) dalam autoclaf, barang karet
yangdimasukkan dalam mandret atau digantung dalam bak yang berisi talk
- Dengan kain berlapis, kompon karet atau beltingsecara terus meneruspada
silinder pemisah.
2. Compounding/proses komponding/mixing
Proses komponding biasanya menggunakan alat pencampur (mixer), yang
dapat berupa internal mixer (mesin giling tertutup) dan open mill (mesin giling
terbuka). Alat pencampur yang paling sederhana adalah mesin giling terbuka yang
terdiri dari dua rol keras dan permukaannya licin. Kecepatan dari kedua rol
tersebut berbeda (penggilingan dengan friksi). Lebar celah di antara kedua rol
dapat diatur disesuaikan dengan banyaknya kompon dan keadaan kompon.
Sebelum proses pencampuran, karet mentah terlebih dahulu dilunakkan yang
disebut sebagai proses mastikasi yang bertujuan untuk mengubah karet yang padat
dan keras menjadi lunak (viskositas berkurang) agar proses pencampuran dengan
bahan kimia menghasilkan dispersion yang merata (homogen). Pencampuran
dimulai setelah karet menjadi plastis dan suhu rol hangat. Celah antara dua rol
(nip) sedemikian rupa sampai diperoleh tumpukan material di atas rol yang
disebut bank, kemudian bahan-bahan kimia yang berbentuk serbuk segera
ditambahkan kecuali belerang. Penggulungan dan pemotongan juga dilakukan.
Penambahan bahan pengisi dilakukan sedikit demi sedikit. Langkah terakhir
adalah pemasukan belerang. Setelah semua bahan kimia tercampur, kompon karet
yang dihasilkan dipotong dan dikeluarkan dari mesin giling, kemudian
dimasukkan kembali ke dalam gilingan untuk dibentuk sebagai lembaran dengan
ketebalan sesuai dengan kebutuhan.
3. Pemberian Bentuk/ pencetakan
Soewarti (1979) mengatakan bahwa kompon karet pada umumnya dapat
diberi bentuk dengan beberapa cara:
a. Dibentuk dengan menggunakan acuan pada mesin berupa vulkanisasi
menggunakan panas listrik atau uap bertekanan tinggi (moulding)
b. Dibentuk dengan cara ekstrusi menggunakan mesin extruder (extruding)
c. Dibentuk dengan melapisi kain kompon karet pada mesin kalender
(callendering)
d. Melapisi kain dengan larutan kompon karet dalam pelarut, pada mesin pelapis
(spreading)
2.4. Jenis-jenis Outsole
1. Rubber Sole
Rubber sole atau sole karet digunakan untuk sepatu safety atau sepatu
lapangan, sole berbahan rubber ini tidak ada expirednya (kadaluwarsa). Rubber
sole ini selain kuat dan lentur dapat juga diberi jahitan disamping dilem dan
dipress. Kekurangan jenis sole ini adalah lebih berat dan lebih licin.
2. PU (Polyrethine)
Bahan sole PU (POLYRETHINE) adalah bahan sole yang anti slip dan
ringan terhadap minyak (oil resistant). Kekurangan dari jenis sole ini adalah
tergolong mahal, mempunyai expired date. Apabila kadaluwarsa makan sole
berbahan PU ini akan hancur sendiri seperti seotong roti jika dibiarkan dalam
waktu yang lama.
3. TPR (Thermo Plastic Rubber)
Sole dengan bahan ini merupakan campuran dari bahan plastic dan rubber.
Kekurangan sole jenis TPR adalah kurang elastis. Cocok digunakan untuk
produksi sepatu yang tahan air, karena bahannya menggunakan campuran dari
bahan plastic dan rubber sehingga sole bahan ini tidak licin.
Karet dipilih sebagai pilihan nomor satu untuk sol sepatu / sandal
(Outsole) dibandingkan dengan bahan dari PVC, TPR, atau EVA (Sandal jepit)
karena:
1. Lebih mencengkram dan aman, walapun di tempat yang basah dan licin.
Sol dai bahan lain sangat berbahaya dipergunakan ditempat ini.
2. Tahan panas yang baik (≤ 100 oC). Plastik atau thermoplastik hanya tahan
sampai ± 60°C.
3. Tidak mudah terkikis (awet)
2.5 Standar Mutu Sol Sepatu
Syarat utama yang harus dimiliki oleh sol adalah ketahanan, kelenturan,
kekerasan, daya tarik, kondisi penyimpanan serta bagian atas sol yang melekat
(Marthan, 1998).
Dalam pembuatan sol sepatu kompon merupakan campuran karet mentah
dengan beberapa bahan kimia (ZnO, St acid, chemisil, paraffinic oil, TiO2, SP,
sulfur, MBTS, DPG,DEG, CaCO3) yang terlebih dahulu diramu dengan
mencampurkannya menggunakan open mill atau banburi untuk mendapatkan
kompon karet yang siap divulkanisasi. Kedalam kompon ditambahkan bahan
pengisi dengan tujuan untuk meningkatkan sifat mekanik, memperbaiki
karakteristik pengolahan dan menurunkan biaya.
Kompon sol sepatu adalah kompon standar yang digunakan dalam
pembuatan sol sepatu. Dan untuk selanjutnya dilakukan pengujian sifat-sifat
mekanik vulkanisat karet dari kompon sol sepatu yang sudah jadi. Hasil pengujian
sifat mekanik sol sepatu dapat diketahui dengan menyesuaikan hasil pengujian
terhadap hasil yang baku. Standar mutu sol sepatu secara umum dapat dlihat
dalam tabel 1.
Tabel 1. Standar mutu sol sepatu secara umum
No Jenis uji Satuan Syarat1. Tegangan tarik N/mm2 Min 52. Perpanjangan putus % Min 100%3. Kekerasan Shore A 55-754. Kekuatan sobek N/mm2 Min 2,55. Perpanjangan tetap 100% % Maks 10%6 Bobot jenis gr/cm2 Maks 1,57. Ketahanan kikis Graseli mm3/Kg Maks 2,58. Ketahanan retak lentur 50 Kes - Baik tidak retak9. Pengembangan dalam benzoil - Maks 225% volume
(Sumber : SNI 12-0172-1987)
Sebenarnya formula sol sepatu sangat bervariasi, tergantung pada kualitas
dan karakteristik tertentu yang perlu dipertimbangkan tetapi umunya formula
dasarnya tertera pada table 2 :
Tabel 2. Formula kompon sol sepatu secara umum
Bahan – bahan Kompon
Karet alam 50 sampai 100ZnO 3 sampai 5Asam lemak 0,5 sampai 2,5Antioksidan 0 sampai 1Belerang (sulfur) 2 sampai 4Pigmen/pewarna* 80 sampai 200Resin atau Oli 5 sampai 30Pencepat 0,5 sampai 1,5
Carbon black, tanah liat, pemutih, bubuk, magnesium karbonat, serat alam
dan lain-lain. (sumber: SBP Board Of Consultants and Engineers, 1987).
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Sol sepatu merupakan salah satu produk berbahan dasar karet
2. Karet memiliki sifat tahan lama, ketahanan terhadap cuaca, ketahanan
terhadap bahan kimia tertentu, awet dan ringan yang cocok sebagai bahan
pembuatan sol sepatu
3. Kelebihan sol sepatu karet dibanding sol sepatu dengan bahan selain karet
yaitu sol sepatu karet tidak ada expirednya (kadaluwarsanya), kuat, ringan,
antislip, ringan terhadap minyak (oil resistant) dan lentur dapat juga diberi
jahitan disamping dilem dan dipress
4. Tahapan pembuatan sol sepatu yaitu penyusunan kompon, mixing dan
pencetakan.
3.2 Saran
Sebaiknya pemanfaatan karet sebagai bahan baku industri selain ban lebih
ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abednego, Drs. J. G. 1979. Dasar-Dasar Teknologi Karet. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Karet.
Barron. 1947. The General Of Hyphomicetes From Soil. McGraw. New York, Toronto, London: Hill Book Company, Inc.
De Boer, G. 1952. Komposisi Lateks Segar Pada Perkebunan Karet Alam. Yogyakarta: Kanisius.
Eurich. 1978. Manual For The Rubber Indutri. Germany: farbrenfabriken bayer AG Laverkusen.
Marthan, 1998. Rubber Enginering. Indian Rubber Institute. New Delhi: Mc. Graw Hill Shoe Sole.
Profil Industri Kecil. 1986. Sol Karet. Jakarta: Direktorat Jenderal Industri Kecil.
SBP Board Of Consultants and Engineers, 1987. Handbook of Rubber Technology. New Delhi: SBP The Consultancy People.
Standar Nasional Indonesia. 12-0172-1987.
Soewarti. 1979. Kursus Teknologi Barang Jadi Karet, Paket Praktek. Bogor: Balai Penelitian Teknologi Karet.