social entrepreneurship

11
Bila membicarakan sosial entrepreneur tidak bisa dilepaskan dari definisi entrepreneur itu sendiri. Peredo, A.M., and McLean, M. (2006) melihat entrepreneurship sebagai proses pembangunan, evaluasi dan eksploitasi peluang yang menguntungkan untuk menciptakan sesuatu yang bernilai dengan memperhitungkan risiko, kewaspadaan terhadap kesempatan dan kebutuhan untuk inovasi. Dengan prespektif lain , Tapsell, P., Woods, C. (2010) melihat entrepreneurship sebagai aktifitas ekonomi yang dipahami sebagai proses dari kejadian dimasa lalu yang disikapi dengan kondisi kekinian. Lebih detail kegiatan kewirausahaan ini secara sosial terletak dan bergantung pada konteks kesejarahan dimana kegiatan itu terjadi. Lebih detail, Tapsell, P., Woods, C. (2010) mengenalkan 5 karakteristik dari entrepreneurship. Pertama Innovasi selalu terkait dengan kesejarahan dan budaya. Kedua, sejarah kolonisasi mempengaruhi local wisdom dalam memahami konteks kewirausahaan. Ketiga, Kewirausahaan dipahami sebagai bentuk kegiatan dinamis menuju perubahan yang dihasilkan dari inovasi baik itu didalamnya mengkombinasi elemen yang telah ada, mengujicoba dan bereksperiement serta memperbaruhi pola kerja. Keempat: Inovasi muncul sebagai hasil dari kerjasama dan saling dukung dalam menghasilkan kreasi baru. Kelima Inovasi berlangsung secara terus menerus baik dalam kondisi stabil maupun dalam kondisi terdesak. Secara singkat entrepreneurship dipahami sebagai suatu proses multidisipliner yang memiliki dimensi kesejarahan yang menitik beratkan kepada usaha usaha untuk memperbaiki kondisi yang ada guna menuju kehidupan yang lebih baik. Lebih lanjut definisi social entrepreneurship menurut Johnson (2000:1) “social entrepreneurship is emerging as an innovative approach for dealing with complex social needs’’ lebih detail Chell (2007) melihat social entrepreneur adalah proses yang menghubungkan antara nilai nilai sosial dan kepercayaan di komunitas guna mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut Cheel juga melihat bila sosial entrepreneur ini juga harus melibatkan kontek sosial dan ekonomi. Sehingga dari sini bisa dipahami usaha usaha Innovasi dan kreasi yang dilakukan dalam memecahkan masalah sosial yang dihadapi masyarakat inilah yang dikenal sebagai sosial entrepreneurship.

Upload: achmad-room-fitrianto

Post on 23-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Bila membicarakan sosial entrepreneur tidak bisa dilepaskan dari definisi entrepreneur itu sendiri. Peredo, A.M., and McLean, M. (2006) melihat entrepreneurship sebagai proses pembangunan, evaluasi dan eksploitasi peluang yang menguntungkan untuk menciptakan sesuatu yang bernilai dengan memperhitungkan risiko, kewaspadaan terhadap kesempatan dan kebutuhan untuk inovasi. Dengan prespektif lain , Tapsell, P., Woods, C. (2010) melihat entrepreneurship sebagai aktifitas ekonomi yang dipahami sebagai proses dari kejadian dimasa lalu yang disikapi dengan kondisi kekinian. Lebih detail kegiatan kewirausahaan ini secara sosial terletak dan bergantung pada konteks kesejarahan dimana kegiatan itu terjadi. Lebih detail, Tapsell, P., Woods, C. (2010) mengenalkan 5 karakteristik dari entrepreneurship. Pertama Innovasi selalu terkait dengan kesejarahan dan budaya. Kedua, sejarah kolonisasi mempengaruhi local wisdom dalam memahami konteks kewirausahaan. Ketiga, Kewirausahaan dipahami sebagai bentuk kegiatan dinamis menuju perubahan yang dihasilkan dari inovasi baik itu didalamnya mengkombinasi elemen yang telah ada, mengujicoba dan bereksperiement serta memperbaruhi pola kerja. Keempat: Inovasi muncul sebagai hasil dari kerjasama dan saling dukung dalam menghasilkan kreasi baru. Kelima Inovasi berlangsung secara terus menerus baik dalam kondisi stabil maupun dalam kondisi terdesak.

Secara singkat entrepreneurship dipahami sebagai suatu proses multidisipliner yang memiliki dimensi kesejarahan yang menitik beratkan kepada usaha usaha untuk memperbaiki kondisi yang ada guna menuju kehidupan yang lebih baik.

Lebih lanjut definisi social entrepreneurship menurut Johnson (2000:1) social entrepreneurship is emerging as an innovative approach for dealing with complex social needs lebih detail Chell (2007) melihat social entrepreneur adalah proses yang menghubungkan antara nilai nilai sosial dan kepercayaan di komunitas guna mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut Cheel juga melihat bila sosial entrepreneur ini juga harus melibatkan kontek sosial dan ekonomi. Sehingga dari sini bisa dipahami usaha usaha Innovasi dan kreasi yang dilakukan dalam memecahkan masalah sosial yang dihadapi masyarakat inilah yang dikenal sebagai sosial entrepreneurship.

Menurut Peredo, A.M., and McLean, M. (2006), terdapat lima unsur yang dapat mengidentifikasi sosial entrepreneur. Pertama memiliki tujuan untuk menciptakan nilai sosial baik secara terbatas ataupun terbuka dengan metode yang mememiliki kekhasan di masyarakat. Kedua, memiliki kapasitas untuk mengenali dan memanfaatkan peluang untuk menciptakan nilai yang ''luar biasa''. Ketiga, melakukan inovasi, mulai dari penemuan langsung untuk mengadaptasi dengan cara atau teknik baru dalam menciptakan dan / atau mendistribusikan nilai sosial. Keempat, mengkalkulasi segala risiko yang mungkin dihadapai dalam menciptakan dan menyebarkan nilai sosial yang diperjuangkan. Kelima, memiliki sumberdaya dan keuletan yang sangat luar biasa dalam mewujudkan nilai yang diperjuangkan Pendapat diatas disederhanakan oleh Tapsell, P., Woods, C. (2010) yang menggambarkan social entrepreneur sebagai bentuk konstruksi dalam menggapai transformasi sosial melalui kegiatan kegiatan innovatif yang muncul dan melalui kegiatan sosial ekonomi masyarakat dalam konteks kesejarahan dan budaya.

Lebih teknis lagi Richard Seymour (2012) menjabarkan sosial entrepreneurs adalah orang orang atau stakeholder kuncul yang selalu mengusahakan perubahan dimasyarakat ( menciptakan nilai nilai sosial, budaya dan alamiah) melalui kegiatan kegiatan ekonomi dengan mengidentifikasi dan mengsplorasi produk baru, teknik produksi baru dan pasar yang baru.

Merangkum pendapat diatas, terdapat tiga aspek social entrepreneurship ; Aspek misi sosial, aspek innovasi dan kreasi serta aspek keterbukaan pasar dan akuntabilitas. 0. Misi sosialDalam membangun misi sosial guna memberi alternatif nilai dimasyarakat perlu memperhatikan empat hal berikut ini. Pertama harus pandai dan bijak dalam melakukan creative destruction. Yang dimaksud dengan creative destruction adalah upaya untuk merekonstruksi nilai nilai dimasyarakat yang di lihat bisa menjadi menghambat dalam proses pembangunan dan menggantinya dengan nilai nilai baru yang menjadi misi yang diemban. Dalam menrekonstruksi nilai ini para penggerak harus berhati hati jangan sampai menimbulkan gesekan dan gejolak sosial dimasyarakat. Kedua, dalam mengawal misi yang diemban, seorang sosial entrepreneur haruslah memiliki sumberdaya yang tidak terbatas. Sumberdaya yang dimaksud disini adalah mental yang kuat serta dukungan yang memadai dalam mengawal program dan kegiatan yang dirancang. Ketiga, seorang sosial entrepreneur haruslah bisa melihat gejala perubahan kelembagaan guna mengusung dan memperlancar misi yang diemban. Perubahan kelembagaan ini bisa dilihat sebagai bentuk perubahan kepemimpinan masyarakat ataupun perubahan paradigma sosial kemasyarakatan. Keempat, dalam mengusung misi perubahan yang disurarakan, seorang sosial entrepreneur haruslah mampu mengkonfigurasi kebutuhan, keinginan dan permintaan dimasyarakat. Apabila gagal mengidentifikasi kebutuhan, keinginan dan permintaan dimasyarakat maka akan sulit dalam mencapai misi sosial yang diemban

0. Inovasi dan kreativitasDalam memulai usaha, baik itu usaha produktif yang menghasilkan barang barang yang dikonsumsi ataupun usaha usaha yang hanya bisa dinikmati secara tidak langsung seperti layanan pemerintahan ataupun sosial services diperlukan tiga hal. Pertama, produk apa yang akan diproduksi. Artinya program atau barang yang bagaimana yang akan dihasilkan. Misalkan kita memproduksi tempe atau kita gagas program rumah sehat dengan jamban keluarga.Kedua, setelah mengetahui produk apa yang akan di produksi, kita harus tahu teknik atau proses pembuatannya. Misalnya bila kita memilih memproduksi tempe, maka kita harus menggali dari mana bahan baku yang akan diperoleh, bahan baku apa saja yang dibutuhkan, bagaimana cara mengelolanya. Bagaimana kita bisa memproduksi tempe yang beda dengan tempe lainnya, bagaimana kita bisa memberi saran perbaikan teknik pembuatan tempeKetiga, setelah menetapkan produk/program apa yang akan dilakukan dan menentukan tahapan tahapan kegiatan/proses produksi maka tahap selanjutnya adalah kita harus menentukan untuk siapa program atau produk tersebut di buat. Dengan kata lain kita harus menentukan segment pasar kita. Jangan sampai kita salah menentukan target kegiatan. Apabila segmentasi atau target kegiatan yang dilakukan salah sasaran maka akan gagal program tersebut.

0. Orientasi pasar, keterbukaan dan akuntabilitasKeberhasilan suatu program ditentukan oleh lima hal pertama bagaimana performa dari tim pelaksana seperti yang diutarakan diatas tim pelaksana harus penuh sumberdaya dan memiliki mental baka. Kedua, pelaksanaan harus memiliki nilai ukur kegiatan. Kegiatan tidak bisa hanya dilakukan sekedar melakukan kegiatan namun harus memiliki penilaian kinerja. Sejauh mana dampak dari program ini bisa mempengaruhi masyarakat. Ketiga, bagaimana membangun jaringan pendukung untuk pelaksanaan kegiatan. Jaringan ini jangan hanya ditargerkan untuk sekedar mendapatkan sumbangan atau donasi dalam jumlah tertentu namun bagaimana jaringan yang dibangun ini bisa mendukung untuk keberlangsungan program dimasyarakat. Untuk point ketiga ini menjadi menarik, karena selama ini apabila kita mengajukan proposal kegiatan kepada jaringan yang kita target, setelah selesai kegiatan kita lupa untuk memberikan laporan perkembangan dari sumbangan yang diberikan oleh donatur atau jaringan yang mendukung kita. Keempat, program yang dilakukan harusnya memiliki nilai yang kuat dimasyarakat. Untuk bisa memiliki ini maka kita harus bisa menggali kearifan lokal yang bisa mendukung kegiatan ini.Terakhir, dalam melaksanakan kegiatan atau menggagas produk maka orientasi yang menjadi acuan adalah orientasi pasar, bagaimana tanggapan individu per individu, bagaimana tanggapan aparat pemerintahan, bagaimana tanggapan masyarakat pada umumnya. Apabila semua mendukung dan memungkinkan untuk dilakukan maka bisa dihindari kegagalan penerimaan oleh masyrakat.

Advokasi atau pendampingan merupakan inti dari sosial entrepreneurship dimana outcome yang diharapkan adalah adanya perubahan sosial. Advokasi atau pendampingan disini mengandung pengertian membantu proses penguatan kemandirian berdasarkan potensi yang dimiliki untuk mewujudkan perubahan sosialDisadari atau tidak posisi pendamping sangat menentukan. Pada umumnya pendamping adalah orang luar yang memiliki kepedulian untuk melakukan proses pembelajaran masyarakat dalam konteks pemberdayaan, yang datang untuk memfasilitasi (bukan menggurui), yang berada sejajar dengan masyarakat (bukan di atas masyarakat), yang berperan menemani masyarakat dalam melaksanakan setiap tahapan proses pemberdayaan.

Dengan demikian pendampingan dapat diartikan sebagai suatu interaksi yang terus-menerus antara pendamping dengan anggota kelompok/masyarakat hingga terjadi proses perubahan kreatif yang diprakarsai oleh anggota kelompok/masyarakat yang sadar diri. Pendampingan kelompok masyarakat hendaknya dilihat sebagai penyatuan sumber daya yang ada di dalam dan yang datang dari luar kelompok masyarakat.

Sebagaimana dijelaskan diatas bila tujuan dilakukan pendampingan adalah adanya perubahan sosial dimana yang dimaksud dengan perubahan adalah transformasi dari keadaan sekrang menuju keadaan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Untuk mengarah pada perubahan itu perlu memperhatikan empat hal. Pertama dalam mengusung isu perubahan kita harus waspada pada proses politik yang ada atau yang sedang berlangsung. Jangan sampai kegiatan kita dijadikan alat politik satu golongan tertentu. Kedua, kita harus meningkatkan kewaspadaan akan issu yang kita usung, jangan sampai issue atau tema yang kita usung menjadi masalah dan memiliki penolakan di masyarakat. Ketiga, kita harus memiliki dan menawarkan solusi dari isu atau masalah yang diangkat. Keempat, usahakan program yang digagas terikat dengan gerakan perubahan masyarakat yang sedang berlangsung.Keempat syarat tersebut menjadi mutlak dibutuhkan dikarenakan proses politik yang tidak sejalan, kesensitifan issue yang kebanyakan menyangkut tradisi dan nilai budaya akan sangat rentan terhadap isue perubahan yang diusung.

Resistensi atau penolakan pada umumnya, akan datang dari orang atau sekelompok orang yang sudah merasa mapan. Dimana perubahan yang diusung akan dapat mengganggu kestabilan dan status kekuasaan, serta priviledge yang telah dimiliki selama ini.Untuk mengantisipasi resistensi atau penolakan maka program yang dilakukan disarankan untuk integral dengan kelompok masyarakat atau organisasi kemasyarakatan dan jaringan yang telah ada. Semua tahapan tahapan kegiatan yang dilakukan harus dilakukan secara terorganisir, jangan sampai terlihat sangat sporadis dan tidak terstruktur.

Greenberg dan Baron (2003:604) memberikan tujuh langkah dalam menghadapi resistensi perubahan. Pertama, membangun dinamika politik yang cantik yang menjadi tren dimasyarakat. Kedua mengidentifikasi penolakan yang muncul dan melihat faktor faktor apa yang mempengaruhi penolakan tersebut. Ketiga, melakukan edukasi kepada orang orang tertentu yang bisa dijadikan tenaga penggerak perubahan. Keempat mengikut sertakan seluruh elemen masyarakat. Kelima menghargai perilaku kosntruktif yang muncul dimasyarakat. Keenam menkreasi organisasi pembelajaran dan terakhir jangan sampai salah dalam memperhitungkan situasi dimasyarakat

When talking about social entrepreneurs can not be separated from the entrepreneur's own definition. Peredo, AM, and McLean, M. (2006) see entrepreneurship as the process of development, evaluation and exploitation of profitable opportunities to create something that is worth taking into account the risks, opportunities and awareness of the need for innovation. With another perspective, Tapsell, P., Woods, C. (2010) see entrepreneurship as an economic activity that is understood as a process of events in the past are addressed by the present conditions. More details of this entrepreneurial activity is socially situated and dependent on the historical context in which the events occurred. More details, Tapsell, P., Woods, C. (2010) introduced the 5 characteristics of entrepreneurship. First Innovasi always historically and culturally. Second, the history of colonization affect local wisdom in understanding the context of entrepreneurship. Third, Entrepreneurship understood as a form of dynamic activities to the changes resulting from innovations both inside combine existing elements, as well as renewing bereksperiement tested and working pattern. Fourth: Innovation arises as a result of cooperation and mutual support in generating new creations. Fifth Innovation continues over time both in stable condition and in desperate condition.

Briefly entrepreneurship is understood as a multidisciplinary process that has historical dimension which focuses on business efforts to improve the existing conditions in order to lead a better life.

Further definition of social entrepreneurship according to Johnson (2000:1) "social entrepreneurship is emerging as an innovative approach for dealing with complex social needs'' more detail Chell (2007) saw social entrepreneur is a process that links between social values and beliefs in the community in order to achieve a common goal. Further Cheel also see if the social entrepreneur must also involve social and economic context.So from here can be understood Innovasi business ventures and creations are made in solving the social problems faced by the community is what is known as social entrepreneurship.

According to Peredo, AM, and McLean, M. (2006), there are five elements that can identify social entrepreneurs. The first has the objective of creating social value either limited or open to the method mememiliki distinctiveness in society. Secondly, has the capacity to recognize and take advantage of opportunities to create value'' extraordinary''. Third, innovation, ranging from immediate discovery to adapt to the new ways or techniques in creating and / or distributing social value. Fourth, calculate all the possible risks faced in creating and spreading social values championed. Fifth, have the resources and the extraordinary tenacity in realizing values championedThe opinions above simplified by Tapsell, P., Woods, C. (2010) which describes the social entrepreneur as a form of construction in achieving social transformation through innovative activities that arise through the social economy and society in historical and cultural context.

More technically more Richard Seymour (2012) describes social entrepreneurs are those people or stakeholders kuncul who always strive for change in society (creating social values, cultural and natural) through economic activity by identifying and mengsplorasi new products, new production techniques and new markets .

Summarizing the above opinion, there are three aspects of social entrepreneurship; Social mission aspect, aspects of innovation and creativity as well as aspects of market openness and accountability.1. The social missionIn building a social mission to provide the community needs to pay attention to alternative values of the following four. First to be clever and wise in doing creative destruction. What is meant by creative destruction is an attempt to reconstruct society that values can be viewed hamper the development process and replace it with the new values into the mission. In this value menrekonstruksi the driver must be careful not to cause friction and social unrest in the community.Second, in guarding the mission, a social entrepreneur must have unlimited resources. Resource is meant here is mentally strong and adequate support in guarding programs and activities designed. Third, a social entrepreneur should be able to see the symptoms of institutional changes in order to carry and facilitate the mission. Institutional change can be seen as a form of community leadership changes or changes in social paradigm. Fourth, in a mission to change that disurarakan, a social entrepreneur should be able to configure the needs, desires and demands in the community. If that fails to identify the needs, desires and demands in the community it will be difficult to achieve a social mission carried

2. Innovation and creativityIn starting a business, be it a productive enterprise which produces goods that are consumed or business venture that can only be enjoyed indirectly as government services or social services needed three things. First, what products will be produced. That is how the program or items to be produced. Suppose we produce tempeh or our idea of a healthy home program with family latrines.Secondly, after knowing what products will be in production, we have to know the technique or process of manufacture. For example, if we choose to produce tempeh, then we have to dig where the raw materials to be obtained, the raw material of what is needed, how to manage it. How we can produce different tempeh tempeh other, how we can provide suggestions for improvement technique of making tempehThird, after establishing the product / program what to do and set the stage phases of activity / production process is the next step we have to determine to whom the program or the product is made. In other words, we must determine our market segment. Do not get us wrong specify the target activity. If segmentation or target activities carried misdirected then the program will fail.

3. Market orientation, transparency and accountabilityThe success of a program is determined by the first five terms of how the performance of the implementation team as stated above must complete the implementation team have the mental resources and immortal. Second, the implementation should have a value of measuring activities. Activities can not only be done but must simply carry out activities have performance appraisal. The extent to which the impact of the program can affect the community. Third, how to build a network of support for the implementation of activities. This network not only ditargerkan to just get a donation or donate a certain amount, but how this network can be built to support the sustainability of the program in the community. For the third point to be interesting, because during this time when we submitted a proposal to the activities that we are a target tissue, after the completion of the activities we forget to give a progress report on the donations given by donors or tissue that supports us. Fourth, programs that do should have a strong value in the community. To be able to have this then we should be able to explore the local knowledge that can support these activities.Finally, in conducting or initiating the product, the reference orientation is the orientation of the market, how the responses of individuals, government officials how to respond, how to respond to the general public. If all supports and enables to do the inevitable failure of acceptance by society.

Advocacy or mentoring is at the core of social entrepreneurship which is the expected outcome for social change. Advocacy or assistance here implies assist the process of strengthening the independence based on their potential to achieve social changeKnowingly or not the position is crucial companion. In general, the companion is an outsider who has concern for the learning process in the context of community empowerment, which came to facilitate (not patronizing), which are aligned with the public (not on people), whose role is to accompany communities in implementing each stage of the process of empowerment.

Thus mentoring can be interpreted as a continuous interaction between the chaperone with the group / community to a process of creative change initiated by members of the group / community self-conscious. Mentoring community groups should be seen as a unification of existing resources within and outside the group that came from the community.

As explained above when the purpose of mentoring is done for social change which is a change is the transformation of the state sekrang towards a better future. To lead to changes that need to pay attention to four things. First in carrying change issues we should be alert to the political process or ongoing. Do not let the activities we used as a political tool of the particular group. Second, we must raise awareness of the issues that we stretcher, not to issue or theme that we stretcher and have a rejection problem in society. Third, we must have and offer solutions to the issue or issues raised. Fourth, try to program tied to the movement initiated ongoing changes in society.The fourth requirement becomes absolutely necessary because the political process is not consistent, sensitivity issue that most concerns the traditions and cultural values will be highly vulnerable to changes brought isue.

Resistance or rejection in general, will come from the person or group of people who already feel established. Where the changes will be carried destabilize and power status, as well as the privilege has been held for ini.Untuk anticipate resistance or rejection then it is advisable to do a program integral to community groups or social organizations and networks that already exist. All stages of stages of activities undertaken should be done in an organized, not to look very sporadic and unstructured.

Greenberg and Baron (2003:604) gives seven steps in the face of resistance changes. First, build a beautiful political dynamics that became a trend in the community. Both identify emerging rejection and see what factors affect the rejection. Third, to educate certain people who can be a driving force of change. Fourth to involve all elements of society. Fifth appreciate kosntruktif behaviors that arise in the community. Sixth menkreasi learning organization and one of the last not to take into account the situation in the community