sni

12
KRIPIK PISANG Kripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan. Tujuan pengolahan pisang menjadi kripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan/memperpanjang kemanfaatan buah pisang. Syarat mutu kripik pisang dapat mengacu SNI 01-4315-1996, Kripik Pisang. Prosedur Opersional Pengolahan Kripik Pisang terdiri dari beberapa kegiatan meliputi penyiapan bahan baku Kripik pisang, penyiapan peralatan Kripik pisang dan kemasan Kripik pisang, pengupasan Kripik pisang dan pengirisan Kripik pisang, pencucian Kripik pisang dan perendaman Kripik pisang, penggorengan Kripik pisang, penirisan minyak Kripik pisang, pemberian bumbu Kripik pisang, pengemasan Kripik pisang dan pelabelan Kripik pisang, serta penyimpanan Kripik pisang. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat keripik pisang adalah sebagai berikut: 1. Pisang Bahan baku dalam pembuatan kripik pisang adalah pisang mentah. Pisang yang dipilih adalah pisang yang sudah tua dan masih mentah sehingga mudah diiris-iris/dirajang tipis- tipis dan dibentuk sesuai dengan selera konsumen. Syarat Mutu Pisang Kepok Kuning Segar dapat mengacu pada SNI 01 – 4481 – 1998. 1. Air Bersih Air dalam pembuatan kripik pisang digunakan untuk mencuci pisang. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum dan air bersih sesuai standar Permenkes RI No. 416/MENKES/PERK/IX/90. Air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan tidak mengandung zat yang membahayakan. 2. Minyak goreng Minyak goreng yang digunakan adalah minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang bermutu baik (jernih dan tidak tengik), sesuai SNI 01 – 3741 – 2002. Penggunaan minyak goreng dengan kualitas rendah akan menghasilkan kripik yang tidak tahan lama(cepat tengik). 3. Larutan Natrium Bisulfit (Na2SO3) Larutan Natrium Bisulfit 0,3% - 0,5% digunakan untuk merendam pisang agar tidak terjadi perubahan warna menjadi coklat. Di perdesaan larutan ini dapat diganti dengan potongan-potongan daun sirih. Dalam pembuatan kripik pisang dapat ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP). Tujuan penambahan bahan tambahan pangan ini adalah untuk memperbaiki tekstur, rasa, dan penampakan. Penggunaan bahan-bahan tersebut baik jenis maupun jumlahnya harus memenuhi persyaratan yang direkomendasikan. Persyaratan bahan tambahan pangan mengacu pada SNI 01-0222-1995, Bahan yang ditambahkan dalam pembuatan kripik pisang adalah :

Upload: syifa-khairunnisa

Post on 04-Aug-2015

1.507 views

Category:

Documents


34 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sni

KRIPIK PISANG

Kripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan. Tujuan pengolahan pisang menjadi kripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan/memperpanjang kemanfaatan buah pisang. Syarat mutu kripik pisang dapat mengacu SNI 01-4315-1996, Kripik Pisang. Prosedur Opersional Pengolahan Kripik Pisang terdiri dari beberapa kegiatan meliputi penyiapan bahan baku Kripik pisang, penyiapan peralatan Kripik pisang dan kemasan Kripik pisang, pengupasan Kripik pisang dan pengirisan Kripik pisang, pencucian Kripik pisang dan perendaman Kripik pisang, penggorengan Kripik pisang, penirisan minyak Kripik pisang, pemberian bumbu Kripik pisang, pengemasan Kripik pisang dan pelabelan Kripik pisang, serta penyimpanan Kripik pisang. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat keripik pisang adalah sebagai berikut:

1. PisangBahan baku dalam pembuatan kripik pisang adalah pisang mentah. Pisang yang dipilih adalah pisang yang sudah tua dan masih mentah sehingga mudah diiris-iris/dirajang tipis- tipis dan dibentuk sesuai dengan selera konsumen. Syarat Mutu Pisang Kepok Kuning Segar dapat mengacu pada SNI 01 – 4481 – 1998.

1. Air BersihAir dalam pembuatan kripik pisang digunakan untuk mencuci pisang. Air yang digunakan harus memenuhi persyaratan air minum dan air bersih sesuai standarPermenkes RI No. 416/MENKES/PERK/IX/90. Air tersebut tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau dan tidak mengandung zat yang membahayakan.

2. Minyak gorengMinyak goreng yang digunakan adalah minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang bermutu baik (jernih dan tidak tengik), sesuai SNI 01 – 3741 – 2002. Penggunaan minyak goreng dengan kualitas rendah akan menghasilkan kripik yang tidak tahan lama(cepat tengik).

3. Larutan Natrium Bisulfit (Na2SO3)Larutan Natrium Bisulfit 0,3% - 0,5% digunakan untuk merendam pisang agar tidak terjadi perubahan warna menjadi coklat. Di perdesaan larutan ini dapat diganti dengan potongan-potongan daun sirih.

Dalam pembuatan kripik pisang dapat ditambahkan bahan tambahan pangan (BTP). Tujuan penambahan bahan tambahan pangan ini adalah untuk memperbaiki tekstur, rasa, dan penampakan. Penggunaan bahan-bahan tersebut baik jenis maupun jumlahnya harus memenuhi persyaratan yang direkomendasikan. Persyaratan bahan tambahan pangan mengacu pada SNI 01-0222-1995, Bahan yang ditambahkan dalam pembuatan kripik pisang adalah :

1. Gula pasirFungsi gula dalam pembuatan kripik pisang adalah untuk memberikan rasa manis. Gula pasir dibuat sirup terlebih dahulu dengan perbandingan 1 kg gula pasir dilarutkan dalam 5 gelas air. Gula yang digunakan harus bermutu baik, yaitu kering, tidak bau apek atau masam, tidak nampak adanya ampas atau bahan asing dan berwarna putih. Standar gula kristal putih (SNI 01-3140-2001).

2. Garam dapurFungsi garam dapur adalah untuk memberi rasa asin. Garam yang digunakan adalah garam beryodium (SNI 01 – 3556 – 2000). SNI daging kambing     : SNI 01-3948  -1995

SNI daging ayam                 : SNI 4230:2009SNI daging sapi                   : SNI 3932:2008http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=syarat+SNI+agroindustri&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CEkQFjAH&url=http%3A%2F%2Fkemenperin.go.id%2Fdownload%2F343&ei=4gJ8UP5gxeOsB9nxgNAC&usg=AFQjCNFGISXHEMBdp95aydtJzsjt5napTQ

Page 2: Sni

STANDAR SUSU SEGAR SNI nomor 01-3141- 1998

Standar ini merupakan Revisi SNI 01-3141-1992 mengenai standar susu segar. Revisi diutamakan pada persyaratan mutu dengan alasan sebagai berikut :

1. Menunjang Surat Keputusan Bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian dan Menteri Pertanian No. 236/Kpb/VII/1982, No. 341/M/SK/7/1982, No. 521/Kpts/Um/1982.

2. Menunjang Keputusan Menteri Pertanian No. 751/Kpts/Um/10/1982.3. Melindungi konsumen4. Mendukung perkembangan agribisnis dan agroindustri5. Menunjang ekspor non-migas

Standar ini disusun sebagai hasil pembahasan rapat-rapat teknis, prakonsensus dan terakhir dirumuskan dalam rapat konsensus nasional.

Sebagai acuan diambil dari standar dan peraturan Codex Alimentarius Commission.

SUSU SEGAR

Ruang Lingkup

Standar ini meliputi definisi, syarat mutu, cara uji, syarat penandaan, dan cara pengemasan susu segar.

Definisi

Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun.

Susu segar adalah susu murni yang disebutkan diatas dan tidak mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya.

Kita mengetahui nilai Total Solid, Berat Jenis dan Titik Beku adalah untuk menetukan kualitas susu tersebut, karena ketiga hal tersebut merupakan sebagian dari indikator standar susu segar.

Syarat Mutu Susu Segar berdasarkan SNI 01-3141-1998

No Parameter Syarat1

Standar Susu

Berat Jenis (BJ) pada suhu 27 oC Minimal 1,0280Kadar Kering Minimal 3.0 %Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) atau Solid non Fat (SNF)

Minimal 8.0 %

Kadar Protein Minimal 2.7 %Cemaran logam berbahaya  :

a. Timbal (Pb) Maksimum 0.3 ppmb. Seng (Zn) Maksimum 0.5 ppmc. Merkuri (Hg) Maksimum 0.5 ppmd. Arsen (As) Maksimum 0.5 ppm

2 Standar Susu Organoleptik : warna, bau, rasa dan kekentalan Tidak ada perubahanKotoran dan benda asing NegatifCemaran mikroba  :

a. Total Kuman Maksimum 1.000.000 CFU/mlb. Salmonella Negatifc. Eschericia coli (pathogen) Negatifd. Coliform 20 CFU/ml

Page 3: Sni

e. Streptococcus group B Negatiff. Streptococcus aureus 100 CFU/mlJumlah sel radang Maksimum 40.000/mlUji katalase Maksimum 3 ccUji reduktase 2 – 5 jamResidu antibiotik, pestisida dan insektisida sesuai dengan peraturan yang

berlakuUji Alkohol (70 %) NegatifDerajat Asam 6 – 7 oSHUji pemalsuan NegatifTitik Beku 0,520 s/d 0,560 oCUji Peroksidase Positif

Berdasarkan SK Dirjen Peternakan Nomor 17 tahun 1983, salah satu syarat kualitas susu segar adalah jumlah mikroba maksimum 3 juta/ml. Ketentuan ini lebih ringan daripada yang tercantum dalam SNI susu segar.

Cara Pengambilan Contoh

Cara pengambilan contoh sesuai dengan Peraturan Departemen Pertanian yang berlaku mengenai Petunjuk Teknis Pengawasan Peredaran dan Pengujian Kualitas Susu Produksi Dalam Negeri dan Susu yang Beredar.

Cara Uji

Cara uji susu sesuai dengan Peraturan Departemen Pertanian yang berlaku mengenai Petunjuk Teknis Pengawasan Peredaran dan Pengujian Kualitas Susu Produksi Dalam Negeri dan Susu yang Beredar.

Syarat Penandaan

Sesuai dengan peraturan Departemen Kesehatan Republik Indonesia yang berlaku tentang label dan periklanan makanan.

Cara Pengemasan

Susu segar dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, aman selama penyimpanan dan pengangkutan, tidak dipengaruhi dan mempengaruhi isi.

Berdasarkan usulan dari Departemen Pertanian.

standar ini disetujui oleh Dewan Standardisasi Nasional menjadi Standar Nasional Indonesia dengan nomor :

SNI 01-3141-1998

(http://ekabees.wordpress.com/2011/01/05/standar-susu-segar-sni/)(diakses pada tanggal 4 Oktober 2012)

Hasil Pertanian Kakao

Hasil pertanian yang berupa coklat yang selama ini kita kenal sebenarnya bernama tanaman kakao. Untuk lebih jelasnya mari kita lihat klasifikasi botani tanaman kakao sebagai berikut:Divisi: SperrnatophytaSub divisi: AngiosperrnaeKelas: DicotyledonaeKeluarga: SterculiaceaeGenus: TheobromaSpesies: Theobrorna cacao L.

Asosiasi Pengusaha dan Industri Kakao dan Coklat Indonesia menyambut baik dengan adanya pemberlakuan secara wajib SNI 2323-2008 Biji kakao. Hal senada juga dilontarkan oleh pihak pemerintah yang disampaikan

Page 4: Sni

oleh perwakilan dari Ditjen Perkebunan, Puslitkoka, Bea Cukai, dan Badan Karantina Pertanian serta bersepakat perlunya  reward and punishment dalam penerapan regulasi ini.

Pemberlakuan wajib SNI ini juga harus diterapkan pada biji kakao produk impor. Penerapan SNI Wajib Kakao sebagai mana yang terdapat dalam rancangan permentan diharapkan jangan sampai mematikan potensi petani / produsen kakao untuk itu perlu dilakukan kajian sosial ekonomi terkait rencana pemberlakuan wajib SNI 2323-2008.

Biji kakao asal Indonesia yang telah melewati tahap pengolahan atau fermentasi sudah tentu memperoleh biji kakao yang memenuhi syarat mutu dalam SNI 2323-2008. Tahapan pengolahan dan ferementasi akan memunculkan aroma yang khas / berbeda dari masing-masing jenis biji kakao, berbeda hal nya bilamana biji kakao tidak melalui proses fermentasi maka akan dihasilkan aroma serta rasa yang pahit dan sepet. Spesifikasi aroma dan cita rasa kakao yang sanagt dipengaruhi oleh jenis kakao, lokasi tanam dan perlakuan selama budidaya.

Gerekan pencanangan ini bertujuan menyadarkan petani bahwa pentingnya fermentasi dan pengeringan yang sempurna dilakukan  jika ingin kakao lebih dihargai di pasar, karena dari  fermentasi akan menghasilkan cita rasa, aroma, warna dan bentuk yang lebih baik dan ini lebih diterima di pasar dunia. Secara umum kakao nasional masih memiliki permasalahan mendasar yaitu kualitas rendah akibat tidak difermentasi dan pengeringan yang tidak sempurna menyebabkan tumbuhnya jamur. Kondisi ini berdampak pada ekspor kakao Indonesia yang sering terkena “automatic detention” yaitu produk yang masuk tidak memenuhi persyaratan negera importir sehingga dimusnahkan atau dikembalikan ke Negara importir. Produk kakao yang diekspor sebagian besar tidak difermentasi sehingga melemahkan posisi tawar dimata konsumen dunia. Gerakan Nasional ini ditujukan untuk menyadarkan petani bahwa pentingnya fermentasi dan pengeringan yang sempurna dilakukan  jika ingin kakao lebih dihargai di pasar, karena dari fermentasi akan menghasilkan cita rasa, aroma, warna dan bentuk yang lebih baik dan ini lebih diterima di pasar dunia.

Pembinaan didalam pengembangan mutu hasil pertanian kakao dan kemitraan yang masih perlu untuk ditindaklanjuti adalah terkait dengan aspek lain seperti banyaknya kotoran atau benda asing yang terikutkan pada saat pengiriman hasil pertanian biji kakao merupakan masalah kritis, serta beberapa hal substansi yaitu :

a.      Tindakan pabean jika produk tidak sesuai dengan persyaratan dalam SNI 2323-2008 Biji kakao. Untuk produk impor apabila tidak sesuai maka harus diekspor kembali atau dimusnahkan sedangkan untuk produk dalam negeri apabila tidak sesuai maka tidak boleh diedarkan.

b.      Label yang diatur dalam draf Permentan ini yang penting mudah dilihat, dibaca dan tidak mudah hilang. Ketentuan label berlaku di tingkat pengumpul atau packaging house karena tiap gapoktan akan dibangun packaging house sehingga produk yang dijual dapat tertelusur.

c.      Perlu disempurnakan pasal mengenai pengawasan. Untuk teknis pelaksanaan dalam hal penerimaan dan penolakan produk, pengawasan, dan pelaporan.

d.      Terkait dengan LS Prodak Puslitkoka dapat dijadikan sebagai LS Pro yang ditunjuk Menteri Pertanian akan tetapi dalam jangka waktu 2 tahun setelah ditunjuk maka Puslitkoka harus sudah diakreditasi.

e.      Sedangkan untuk Laboratorium uji saat ini baru tersedia 15 (lima belas belas) laboratorium uji yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Hasil pertanian kakao dapat ditingkatkan salah satunya dengan peningkatan kualitas pertanian. Tanaman Kakao merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta faktor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi hasil pertanian dan kualitas hasil pertanian akan rendah.

Hasil pertanian kakao akan meningkat jika petani kakao melakukan:

1. Persiapan Lahan

Page 5: Sni

- Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya- Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan- Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao ( 1 : 3 )

2. Pembibitan- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari- Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan- Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon

3. Penanamana. Pengajiran- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama

b. Lubang Tanam- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)

4. Pemeliharaan Tanamana. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohonb.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali.

Page 6: Sni

http://petanitangguh.blogspot.com/2010/01/hasil-pertanian.html

DETAIL LEMBAGA SERTIFIKASINo. LPK : LSPr-010-IDNNama : Agro Based Industry Product Certification (ABIPro)Alamat : Jl. Ir. H. Juanda No. 11 BogorKota : KAB. BOGORPropinsi : JAWA BARATTelepon : (0251) 324068Fax : (0251) 323339Periode Akreditasi : 27-09-2012 - 26-09-2016  Ruang Lingkup

Daftar SNINo SNI1 SNI 2801:2010 - Pupuk urea2 SNI 3749:2009 - Kakao massa3 SNI 3751:2009 - Tepung terigu sebagai bahan makanan

4SNI 01-3544-1994 - Sirop

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : RSNI3 3544:2012 - Sirup )

5SNI 01-3547-1994 - Kembang gula

( SNI ini direvisi oleh : SNI 3547.2:2008 - Kembang gula - Bagian 2: Lunak )

6SNI 01-3551-2000 - Mi instan

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : RSNI4 3551:2012 - Mi instan )7 SNI 01-3552-1994 - Jelly agar

8SNI 01-3556-2000 - Garam konsumsi beryodium

( SNI ini direvisi oleh : SNI 3556:2010 - Garam konsumsi beryodium )9 SNI 01-3719-1995 - Minuman sari buah10 SNI 01-3726-1995 - Tepung hunkwe11 SNI 01-3742-1995 - Bihun instan12 SNI 3752:2009 - Susu coklat bubuk13 SNI 4444:2009 - Krimer nabati bubuk

14SNI 01-3818-1995 - Bakso daging

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : PNPS )

15SNI 01-3820-1995 - Sosis daging

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : PNPS )

16SNI 01-3836-2000 - Teh kering dalam kemasan

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : RSNI3 3836:2012 - Teh kering dalam kemasan )

17 SNI 01-3840-1995 - Roti

18SNI 01-3950-1998 - Susu UHT (ultra high temperature)

( SNI ini direvisi oleh : PNPS )19 SNI 01-4031-1996 - Keripik kentang20 SNI 01-4270-1996 - Susu sereal21 SNI 01-4301-1996 - Kacang garing22 SNI 01-4309-1996 - Kue lapis23 SNI 01-4324-1996 - Teh hijau celup24 SNI 2713.3:2009 - Kerupuk ikan - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan25 SNI 16-4776-1998 - Alat suntik steril sekali pakai untuk insulin dengan atau tanpa jarum

26SNI 3747:2009 - Kakao bubuk

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : RSNI3 3747:2012 - Kakao bubuk )27 SNI 01-4867.3-1998 - Sari buah apel28 SNI 01-3541-2002 - Margarin

Page 7: Sni

( SNI ini direvisi oleh : PNPS )

29SNI 01-3741-2002 - Minyak goreng

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : RSNI3 3741:2012 - Minyak goreng )30 SNI 01-3546-2004 - Saus tomat31 SNI 02-3769-2005 - Pupuk SP-3632 SNI 02-0086-2005 - Pupuk tripel superfosfat33 SNI 02-2805-2005 - Pupuk kalium klorida34 SNI 02-3776-2005 - Pupuk fosfat alam untuk pertanian

35SNI 01-3553-2006 - Air minum dalam kemasan

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : RSNI4 3553:2011 - Simulasi Air Minum dalam Kemasan (AMDK) )

36SNI 01-3751-2006 - Tepung terigu sebagai bahan makanan

( SNI ini direvisi oleh : SNI 3751:2009 - Tepung terigu sebagai bahan makanan )

37SNI 01-3140.2-2006 - Gula kristal - Bagian 2: Rafinasi

( SNI ini direvisi oleh : SNI 3140.2-2011 - Gula kristal - Bagian 2: Rafinasi )

38SNI 01-2712.3-2006 - Ikan tuna dalam kaleng - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : RSNI3 2712:2012 - Ikan dalam kemasan kaleng hasil sterilisasi )

39SNI 01-3775-2006 - Kornet daging sapi (corned beef)

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : PNPS )40 SNI 7552:2009 - Minuman susu fermentasi berperisa

41SNI 2803:2010 - Pupuk NPK Padat

( Rencana revisi SNI oleh program/rancangan standar : 2803:2012 - Pupuk NPK padat )

42SNI 3140.3:2010 - Gula kristal - Bagian 3: Putih

( SNI ini direvisi oleh : PNPS )43 SNI 3748:2009 - Lemak kakao44 SNI 01-0219-1987 - Kodeks makanan Indonesia45 SNI 2981:2009 - Yogurt

46SNI 01-2886-1992 - Makanan ringan ekstrudat

( SNI ini direvisi oleh : SNI 01-2886-2000 - Makanan ringan ekstrudat )47 SNI 01-2886-2000 - Makanan ringan ekstrudat

48SNI 01-2973-1992 - Biskuit

( SNI ini direvisi oleh : SNI 2973:2011 - Biskuit )49 SNI 01-2974-1996 - Mi kering

50SNI 01-2975-1992 - Bihun

( SNI ini direvisi oleh : SNI 01-2975-2006 - Bihun )

51SNI 01-2970-1999 - Susu bubuk

( SNI ini direvisi oleh : SNI 01-2970-2006 - Susu bubuk )

52SNI 01-2971-1998 - Susu kental manis

( SNI ini direvisi oleh : SNI 2971:2011 - Susu kental manis )

53SNI 01-2976-1992 - Saos cabe

( SNI ini direvisi oleh : SNI 01-2976-2006 - Saus cabe )54 SNI 01-2983-1992 - Kopi instan

55SNI 01-2986-1992 - Dodol

( SNI ini direvisi oleh : PNPS )

56SNI 01-3143-1992 - Minuman teh dalam kemasan

( SNI ini direvisi oleh : SNI 3143:2011 - Minuman teh dalam kemasan )

http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sk_main/surat_keputusan/sksni/1/1006

DETAIL SURAT KEPUTUSANNomor SK : 242/KEP/BSN/12/2011

Page 8: Sni

Tanggal Penetapan : 22-12-2011Tentang : Penetapan 4 Revisi Standar Nasional Indonesia Keterangan :

Daftar SNI Menurut SK

No Nomor SNI Judul Sk PenetapanSk

AbolisiSk

RevisiSk Amd/Corr

PenetapanSk Amd/Corr

Abolisi

1. SNI 3143:2011Minuman teh dalam kemasan

242/KEP/BSN/12/2011

2. SNI 2973:2011 Biskuit 242/KEP/BSN/12/20113. SNI 2973:2011 Biskuit 242/KEP/BSN/12/2011

4. SNI 2971:2011Susu kental manis

242/KEP/BSN/12/2011

5. SNI 2902:2011Minyak kelapa mentah

242/KEP/BSN/12/2011

Tabel 1. Syarat Mutu Manisan Kering Buah-Buahan (SNI.0718-83)

No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan1. Keadaan (Kenampakan,bau,rasa dan jamur) normal, tidak berjamur2. Kadar air (b/b) maksimum 25%3. Jumlah gula (dihitung sebagai sukrosa) (b/b) minimum 40%4. Pemanis buatan tidak ada5. Zat warna yang diizinkan untuk makanan6. Benda asing daun,tangkai,pasir dll) tidak ada7. Bahan pengawet sulfit (dihitung sebagai

sulfit SO2)mg/kg maksimum 50

8. Cemaran logam :

-    Tembaga (Cu)

-    Timbal (Pb)

-    Seng (Zn)

-    Timah (Sn)

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

maksimum 50

maksimum 2,5

maksimum 40

maksimum 1509. Arsen mg/kg maksimum 110. Pemeriksaan mikrobiologi :

-    Bakteri gol bentuk koli

-    Bakteri Escherrichia koli

APM/ml

sesuai dengan peryaratan yang berlaku

tidak ada

Proses Pembuatan Leather Mangga terdiri dari beberapa proses, yaitu :

1. Pengupasan

Mangga dikupas untuk menghilangkan kulit dan hati buah dari daging buahnya.

2. Pengukusan

Daging buah yang sudah bersih dari kulit dikukus selama 15 menit untuk menghilangkan dari mikroorganisme.

Page 9: Sni

3. Penghancuran

Daging buah yang sudah dikukus dihancurkan menggunakan blender untuk mendapatkan bubur buah. Pada tahap ini seluruh bahan pembantu ditambahkan ke bahan baku agar tercampur rata. Bahan yang ditambahkan adalah gula, tepung jeli, asam sitrat dan garam, kemudian dituangkan ke dalam satu wadah.

4. Pembentukan

Bubur buah dibentuk dalam loyang yang telah dialasi plastik agar tidak lengket. Ketebalan agar menjadi leather yang kering adalah sekitar 2-3 mm.

5. Pengeringan

Pengeringan leather mangga menggunakan cabinet dryer dilakukan lebih dari sekali. Pengeringan pertama dengan suhu 50o-60oC selama 8-10 jam. Pengeringan yang kedua pada suhu yang sama selama 10-12 jam, biasanya dilakukan setelah penaburan gula.

6. Pemotongan

Bubur buah yang sudah kering dipotong kecil-kecil kemudian ditaburi gula pasir dan siap dikemas.

http://teknologiagroindustri.lecture.ub.ac.id/2011/12/olahan-makanan-kering-leather-mangga/