smi’s insight 2016 triwulan ii 35.000 mw pada tahun 2015-2019” ketenagalistrikan listrik...
TRANSCRIPT
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2016
SMI’s Insight 2016 - Triwulan II
1
“Untuk memenuhi pertumbuhan kebutuhan
listrik sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi nasional dan mencapai target rasio
elektrifikasi, diperlukan tambahan kapasitas
sekitar 35.000 MW pada tahun 2015-2019”
Ketenagalistrikan
Listrik merupakan kebutuhan primer yang harus disediakan oleh negara kepada masyarakatnya dan merupakan
sebuah hal yang mustahil untuk mendorong perekonomian tanpa kehadiran infrastruktur listrik sebagai
penopang kegiatan ekonominya. Apalagi dalam realitanya, tingkat elektrifikasi rasio Indonesia relatif tertinggal
jika dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga
di ASEAN, capaian elektrifikasi rasio Indonesia termasuk yang paling rendah. Sampai dengan akhir tahun 2015,
realisasi elektifikasi rasio Indonesia hanya berada pada level 88,3%. Capaian tersebut jauh tertinggal
dibandingkan dengan negara tetangga lainnya seperti Singapura (100%), Brunei Darussalam (99,7%), Thailand
(99,3%), Malaysia (99%) dan Vietnam (98%) (PT PLN, 2015).
Dalam 5 tahun ke depan, kebutuhan listrik diperkirakan akan tumbuh sebesar rata-rata 8,7% per tahun, dengan
target rasio elektrifikasi sebesar 97,35% pada akhir tahun 2019 (RUPTL 2016-2025). Untuk mengejar
pertumbuhan kebutuhan listrik yang terus meningkat tersebut, Pemerintah telah merencanakan sebuah program
penambahan kapasitas listrik sebesar 35,000MW diluar program 7,000MW program Fast Track 1 dan 2 yang
sudah berjalan. Gambar 1 menunjukkan progress pembangunan pembangkit listrik 35,000MW per Juni 2016.
Sumber: PT PLN (Persero) Juni 2016, diolah
Gambar 1. Realisasi pembangunan pembangkit listrik 35,000 MW telah menunjukkan progress yang baik
meskipun perlu terus dipercepat.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2016
2
Kondisi Ketenagalistrikan di Indonesia
Sumber: PT PLN (Persero) April 2016, diolah
Gambar 3. Sampai dengan posisi April 2016, masih terdapat 5 wilayah yang mengalami defisit listrik. Hanya
terdapat 4 wilayah yang berstatus normal. Oleh karena itu, penyediaan tambahan kapasitas listrik terutama
untuk Kawasan Timur Indonesia menjadi sebuah urgensi yang tidak dapat ditunda-tunda lagi.
Gambar 2. Sampai dengan akhir tahun 2015, total kapasitas terpasang pembangkit di Indonesia adalah sebesar
54.488 MW dimana 70% dari kapasitas terpasang tersebut berasal dari pembangkit PT PLN. Sisanya, 21% berasal
dari pembangkit Independent Power Producer (IPP), Private Production Utility (PPU) sebesar 4%, dan Izin Operasi
Non BBM sebesar 5%. Sedangkan dari sisi energy mix, 50% listrik yang dihasilkan berasal dari batubara.
Sumber: PT PLN (Persero) Juni 2016, diolah
Dengan wilayah yang sangat luas, penyediaan ketenagalistrikan di Indonesia memang menjadi tantangan
tersendiri terutama untuk Kawasan Timur Indonesia, dimana 4 wilayah di Kawasan Timur Indonesia masih
mengalami defisit listrik yakni Kota Palu, Maluku Utara dan Ternate, Maluku, dan Kota Kendari. Hal ini disebabkan
oleh karena kapasitas pembangkit terpasang yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan konsumsi tenaga listrik.
Meskipun demikian, secara nasional kapasitas produksi tenaga listrik masih lebih besar daripada konsumsinya.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2016
3
Urgensi Penambahan Kapasitas 35.000 MW
Sumber: RUPTL 2016-2025, diolah
Gambar 4. Pada periode tahun 2016-2025 kebutuhan listrik diperkirakan akan meningkat dari 217 TWh pada
tahun 2016 menjadi 457 TWh pada tahun 2025, atau tumbuh rata-rata 8,6% per tahun. Pertumbuhan
kebutuhan terbesar berasal dari wilayah Sumatera dan Indonesia Timur sebesar 11,0% dan 10,6% per tahun.
Sumber: RUPTL 2016-2025, diolah
Gambar 5. Untuk kebutuhan pembangunan
pembangkit dalam program 35.000MW, sebagian besar
akan berasal dari pembangunan PLTU (55,6%).
Dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) 2016-2025 yang disusun oleh Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) disebutkan bahwa pada tahun 2025, maka total kebutuhan tenaga listrik adalah
sebesar 457 Terra Watt Hour (Twh), atau mengalami kenaikan rata-rata sebesar 8,6%/tahun. Untuk menjawab
kebutuhan tersebut, Pemerintah menjalankan program pembangunan ketenagalistrikan sebesar 35.000MW.
Program tersebut meliputi pengembangan pembangkit, jaringan transmisi dan gardu induk dan jaringan
distribusi. Pengembangan tersebut untuk memenuhi pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,6% per tahun dan rasio
elektrifikasi 97,35% pada tahun 2019. Program ini merupakan bagian dari rencana pengembangan
ketenagalistrikan 10 tahun ke depan yang diharapkan dapat COD pada tahun 2019.
Sumber: RUPTL 2016-2025, diolah
Gambar 6. Sesuai kebijakan pemerintah untuk
program 35.000 MW, peran swasta akan lebih besar.
IPP akan berkontribusi 25.068 MW atau sekitar 70%.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2016
4
Sumber: Laporan Tahunan DBSA, diolah
Untuk dapat mendanai program tambahan kapasitas tenaga listrik sebesar 80,539MW sampai dengan tahun
2025, menurut estimasi PT PLN dibutuhkan dana sebesar 72,9 Milyar USD (~984 triliun Rupiah). Kebutuhan dana
tersebut belum termasuk dana pembebasan lahan, interest during construction (IDC), dan pajak-pajak lainnya.
Kebutuhan dana terbesar dibutuhkan untuk perkuatan sistem Jawa-Bali dan Sumatera. Sampai dengan tahun
2025, dibutuhkan 291 pembangkit baru, 732 transmisi dan 1.372 gardu induk. Proyek akan menyerap 650 ribu
tenaga kerja langsung dan 3 juta tenaga kerja tidak langsung. (Kementerian ESDM, 2016)
Gambar 7. Total kebutuhan dana untuk penyediaan tenaga listrik pada tahun 2016-2025 adalah sebesar 72,9
Milyar dollar dimana sekitar 39,69% dibutuhkan untuk pendanaan di sistem Jawa-Bali.
Kebutuhan Pendanaan Ketenagalistrikan 2016-2025
Sumber: Kementerian ESDM, 2016
Gambar 8. Sampai dengan tahun 2025, proyek ketenagalistrikan membawa manfaat ekonomi dan sosial dimana
dampak penyerapan tenaga kerja langsung sebesar 650 ribu dan tidak langsung sebanyak 3 juta orang.
Sumber: Kementerian ESDM, 2016
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2016
5
Peluang Investasi di Bidang Ketenagalistrikan 2016-2025
Dengan besarnya kebutuhan dalam bidang ketenagalistrikan yang menurut estimasi sampai dengan tahun
2025 dibutuhkan dana sebesar 72,9 Milyar USD (~984 triliun Rupiah), maka ke depan peran investor swasta
akan semakin besar. Dari kebutuhan total tenaga listrik sebesar 80,539 MW, porsi investor swasta (IPP)
mencapai 45,674 MW atau 56,7% dari total kebutuhan. Sedangkan PLN hanya sebesar 18,222MW atau
22,6% dan yang belum dialokasikan oleh Pemerintah sebesar 16,643 MW atau 20,7%. Sebagaimana terlihat
dalam gambar 9, sebagian besar peluang investasi untuk IPP berada di Pulau Jawa dan Sumatera
masing-masing sebesar 13.697MW dan 8.990MW.
Sumber: RUPTL 2016-2025, Kementerian ESDM
Gambar 9. Peluang investasi swasta (IPP) di sektor ketenagalistrikan terbuka lebar sejalan dengan banyaknya
peluang investasi di Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Di sisi lain, Pemerintah melalui PT PLN akan lebih
banyak berfokus di wilayah Timur Indonesia (Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua).
Sumber: RUPTL 2016-2025, diolah
Gambar 10. Jika dilihat dari sumber jenis pembangkit,
peluang investasi swasta (IPP) banyak terdapat di jenis
pembangkit batubara. Selain itu, sejalan dengan
kebijakan energy mix Pemerintah, peluang swasta juga
terdapat pada sektor Geothermal dan Hydro.
Dari sisi sistem pembangkit, pembangkit batubara
masih menempati porsi terbesar untuk
kebutuhan penyediaan ketenagalistrikan, hal ini
juga dibarengi dengan besarnya peluang IPP
untuk masuk di jenis sistem ini, dimana peluang
porsi IPP dalam sistem pembangkit batubara adalah
sebesar 25.125MW atau 72,2% dari total
kebutuhan pembangkit batubara. Selain itu, sejalan
dengan kebijakan energy mix Pemerintah, IPP juga
memiliki peluang untuk masuk di sektor renewable
energy pada jenis pembangkit panas bumi
(geothermal) dengan peluang 5.060MW atau 82,3%
dari total kebutuhan geothermal.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2016
6
Sumber: Kementerian Keuangan, 2016, diolah
Skema Pembiayaan Ketenagalistrikan
Gambar 11. Skema ini merupakan skema kerjasama PT PLN dengan Independent Power Producer (IPP) yang
didukung oleh dukungan Pemerintah dalam bentuk Surat Jaminan Kelayakan Usaha (SJKU). SJKU diberikan
dalam rangka memastikan kemampuan PT PLN untuk memenuhi kewajiban finansial kepada project company
yang diatur dalam perjanjian jual beli listrik antara PT PLN dan project company yang bersangkutan.
Sumber: Kementerian Keuangan, 2016, diolah
Gambar 12. Skema ini merupakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) sesuai Perpres
nomor 35 tahun 2015 dimana Pemerintah memberikan dukungan penjaminan melalui PT PII dan juga
dukungan fiskal dalam bentuk pemberian viability gap fund (VGF) untuk meningkatkan feasibility proyek.
Untuk dapat mendorong percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan dengan meningkatkan
partisipasi swasta, setidaknya terdapat dua skema pembiayaan, yakni pembiayaan melalui skema IPP dan
skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha sesuai Perpres Nomor 38 Tahun 2015. Dalam skema IPP,
Pemerintah memberikan dukungan dalam bentuk dengan boorgtocht (penanggungan) dan garansi surat
jaminan kelayakan usaha (SJKU). Sedangkan dalam skema KPBU, pemerintah memberikan dukungan berupa
penjaminan yang diberikan oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII).
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2016
Studi Kasus: Proyek KPBU Central Java Power Plant (CJPP) 2 x 1.000 MW
Gambar 13. Proyek Central Java Power Plant (CJPP) 2x1000 MW merupakan proyek yang pertama di Indonesia
untuk sektor ketenagalistrikan yang menggunakan skema KPBU. Dengan tercapainya financial close pada
proyek ini diharapkan semakin banyak proyek ketenagalistrikan yang dapat menggunakan skema serupa.
Sumber: Kementerian Keuangan, PT PII, PT BPI, diolah
Proyek PLTU Jawa Tengah merupakan proyek pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 2 x 1.000 MW
berlokasi di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. PLTU senilai US$ 4 miliar atau lebih dari Rp 40 triliun tersebut akan
dibangun oleh konsorsium PT Bimasena Power Indonesia (BPI) dengan skema Build-Operate-Transfer selama
masa konsesi 25 tahun. Adapun sponsor dari proyek ini adalah J-Power, Adaro Power, dan Itochu Corporation.
PLTU Jawa Tengah merupakan proyek infrastruktur skema KPBU pertama yang berhasil diwujudkan dengan
memperoleh fasilitas penjaminan bersama oleh PT PII dan Pemerintah RI (Kementerian Keuangan) sesuai
Perpres 78/2010.
Meskipun sempat terkendala beberapa masalah seperti keterlambatan dalam penerbitan beberapa perizinan
yang diperlukan, penyelesaian proses AMDAL, serta penuntasan pembebasan lahan untuk proyek pada
akhirnya, Financial close proyek ini dilaksanakan di Istana Negara pada tanggal 9 Juni 2016 yang disaksikan oleh
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite
Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP), Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri
Keuangan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Badan Usaha Milik Negara dan Menteri Agraria
dan Tata Ruang.
PLTU Batang 2x1.000 megawatt (MW) mendapatkan kucuran dana dari Japan Bank for International
Cooperation (JBIC) dan beberapa sindikasi perbankan komersial internasional kepada PT Bhimasena Power
Indonesia (BPI) selaku Badan Usaha. Dengan tercapainya Financial Close ini maka proyek PLTU ini dapat segera
melanjutkan pembangunan untuk mencapat target penyelesaian.
7
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2016
Disclaimer
All information presented were taken from multiple sources and considered as true by the time they were
written to the knowledge of PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) can
not be held responsible from any inacuracy contained in the material.
Any complaint can be submitted to:
Corporate Secretary PT SMI
Tel : +62 21 8082 5288
Fax : +62 21 8082 5258
Email : [email protected]
Public complaints on PT SMI service will be kept strictly confidential and handled by a special committee to
ensure that complaints are addressed appropriately.
Dukungan Pemerintah di Bidang Ketenagalistrikan (Perpres 4 Tahun 2016)
Untuk mendorong percepatan penyediaan tenaga listrik, Pemerintah dalam hal ini Presiden telah mengeluarkan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Ketenagalistrikan dimana di dalamnya terdapat dukungan Pemerintah kepada PT PLN untuk dapat meningkatkan
kemampuan pendanaannya, dukungan tersebut antara lain terdapat dalam pasal:
1. Pasal 6 dalam bentuk:
a. penyertaan modal negara;
b. penerusan pinjaman dari pinjaman Pemerintah yang berasal dari luar negeri dan/atau dalam negeri;
c. pinjaman PT PLN (Persero) dari lembaga keuangan;
d. pemberian fasilitas pembebasan pajak penghasilan dalam hal dilakukan revaluasi aset; dan/atau
e. pendanaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Pasal 7 dalam bentuk:
a. Dalam rangka pelaksanaan pinjaman oleh PT PLN (Persero) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf c, Pemerintah Pusat menyediakan jaminan Pemerintah terhadap kewajiban pembayaran PT PLN
(Persero).
b. Jaminan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat jaminan penuh terhadap pembayaran
kewajiban PT PLN (Persero) kepada pemberi pinjaman.
1. Dukungan Pemerintah
a. Jaminan pemerintah agar PLN dapat memperoleh pendanaan dengan biaya yang lebih efisien.
b. Penguatan neraca PLN melalui penyertaan modal dan profitabilitas melalui restrukturisasi tarif.
c. Dukungan pemerintah pusat dan daerah untuk pengadaan tanah, perizinan, dan energi primer.
2. Kesiapan Internal PT PLN
a. Penguatan SDM dan organisasi PLN untuk mengelola dan melaksanakan program, termasuk percepatan
penetapannya.
b. Penerapan manajemen program yang baik.
c. Pemenuhan milestone program sesuai rencana.
3. Kesiapan Pelaku Usaha
a. Kesiapan pelaku usaha, antara lain kontraktor, IPP, supplier, konsultan, lender, dan masyarakat.
8
Kunci Sukses Program Ketenagalistrikan
Tantangan Program Ketenagalistrikan
Koneksi kesisteman dan keselarasan antara kapasitas dengan demand perlu diutamakan sejak perencanaan
dan perlu dievaluasi terus menerus.
Pengadaan tanah membutuhkan waktu 488-742 hari (UU 2/2012) dan penyelesaian benturan antar regulasi.
Perizinan membutuhkan penyelarasan dan akselerasi oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) || www.ptsmi.co.id SMI Insight 2016
Lampiran: Kebutuhan Tambahan Pembangkit Total Indonesia (MW)
Tahun 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 Jumlah
PLN
PLTU 1.822 251 1.294 1.945 500 150 0 0 0 2.000 7.962
PLTP 0 0 65 105 55 0 55 0 40 80 400
PLTGU 0 1.280 2.650 150 0 0 0 0 0 0 4.080
PLTG 409 1.301 759 150 177 160 20 10 0 30 3.016
PLTD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLTM 0 6 2 63 5 0 0 0 0 0 76
PLTA 0 0 88 284 22 77 187 446 251 277 1.632
PS 0 0 0 1.040 0 0 0 0 0 0 1.040
PLT Lain 13 0 0 0 1 1 0 0 0 0 15
Jumlah 2.244 2.838 4.858 3.737 760 388 262 456 291 2.387 18.221
IPP
PLTU 1.205 773 2.103 15.223 4.001 921 300 300 300 0 25.126
PLTP 85 350 255 485 525 450 285 935 750 940 5.060
PLTGU 0 35 4.200 1.350 0 0 250 0 0 0 5.835
PLTG 350 83 476 20 10 6 0 0 0 0 945
PLTD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLTM 32 72 112 229 76 86 196 26 257 201 1.287
PLTA 45 57 87 73 118 254 230 1.351 980 2.305 5.500
PS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLT Lain 179 279 346 266 308 63 46 129 30 276 1.922
Jumlah 1.896 1.649 7.579 17.646 5.038 1.780 1.307 2.741 2.317 3.722 45.675
Unallocated
PLTU 0 0 0 7 47 710 100 400 200 250 1.714
PLTP 0 0 0 0 0 0 0 0 460 230 690
PLTGU 0 0 0 0 0 0 800 260 4.340 3.600 9.000
PLTG 0 0 0 0 21 88 125 16 10 50 310
PLTD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLTM 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLTA 0 0 0 8 8 0 222 75 350 1.368 2.031
PS 0 0 0 0 0 0 0 450 450 2.000 2.900
PLT Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 0 0 0 15 76 798 1.247 1.201 5.810 7.498 16.645
Total
PLTU 3.027 1.024 3.397 17.175 4.548 1.781 400 700 500 2.250 34.802
PLTP 85 350 320 590 580 450 340 935 1.250 1.250 6.150
PLTGU 0 1.315 6.850 1.500 0 0 1.050 260 4.340 3.600 18.915
PLTG 759 1.384 1.235 170 208 254 145 26 10 80 4.271
PLTD 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
PLTM 32 78 114 292 81 86 196 26 257 201 1.363
PLTA 45 57 175 365 148 331 639 1.872 1.581 3.950 9.163
PS 0 0 0 1.040 0 0 0 450 450 2.000 3.940
PLT Lain 192 279 346 266 309 64 46 129 30 276 1.937
Jumlah 4.139 4.487 12.437 21.398 5.873 2.965 2.816 4.398 8.418 13.607 80.538
9
Sumber: RUPTL 2016-2025