skrisi

4
Nama : Muhammad Husni Fansury Nasution NIM : 120610005 1. Analisa pH dan Kadar Oksigen Terlarut Pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe. 2. Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Muara Dua Lhokseumawe Berdasarkan Persyaratan Kandungan Zat Kimia. 3. Hubungan Dislipidemia dengan Hipertiroid di RSUD Cut Meutia Aceh Utara 4. Hubungan Jumlah Fibrinogen dengan Hipertiroid di RSUD Cut Meutia Aceh Utara 5. Hubungan Masa Kerja dengan Kandungan Karboksihemoglobin (COHb) dalam Darah Pekerja Parkir di Jalan Medan-Banda Aceh Kota Lhokseumawe. 6. Hubungan Riwayat Atopi Orang Tua Dengan Kejadian Rhinosinusitis Pada Pasien Di Poli THT RSUD Cut Meutia. 7. Hubungan Antara Lama Paparan Inhalasi Gas Polutan Kendaraan dengan Kejadian Salesma Pada Tukang Parkir. 8. Hubungan Riwayat Skrining Pendengaran Pada Neonatus Dengan Kejadian Tuli Sensorik Di RSUD Cut Meutia. 9. Hubungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Dengan Kejadian Kehamilan Mola Hidatidosa Di RSUD Cut Meutia 10. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tenaga Kesehatan Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir dengan Kasus Tetanus Neonatorum

Upload: husni-fansury-nasutione

Post on 07-Nov-2015

225 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

s

TRANSCRIPT

Nama: Muhammad Husni Fansury NasutionNIM : 1206100051. Analisa pH dan Kadar Oksigen Terlarut Pada Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe.2. Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Muara Dua Lhokseumawe Berdasarkan Persyaratan Kandungan Zat Kimia.3. Hubungan Dislipidemia dengan Hipertiroid di RSUD Cut Meutia Aceh Utara4. Hubungan Jumlah Fibrinogen dengan Hipertiroid di RSUD Cut Meutia Aceh Utara5. Hubungan Masa Kerja dengan Kandungan Karboksihemoglobin (COHb) dalam Darah Pekerja Parkir di Jalan Medan-Banda Aceh Kota Lhokseumawe.6. Hubungan Riwayat Atopi Orang Tua Dengan Kejadian Rhinosinusitis Pada Pasien Di Poli THT RSUD Cut Meutia. 7. Hubungan Antara Lama Paparan Inhalasi Gas Polutan Kendaraan dengan Kejadian Salesma Pada Tukang Parkir.8. Hubungan Riwayat Skrining Pendengaran Pada Neonatus Dengan Kejadian Tuli Sensorik Di RSUD Cut Meutia.9. Hubungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Dengan Kejadian Kehamilan Mola Hidatidosa Di RSUD Cut Meutia10. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tenaga Kesehatan Tentang Perawatan Bayi Baru Lahir dengan Kasus Tetanus Neonatorum

A. Hasil1.Alat, Bahan dan Cara Kerjaa.AlatAlat yang digunakan dalam praktikun ini meliputi spuit 3 cc,tourniquetplakon, pipet ukur, yellow tip, Erlenmeyer, tabung reaksi dan rak tabung reaksi, spatula, mikropipet, kuvet, dan spektrofotometer.b.BahanBahan-bahan yang digunakan adalah sampel darah, EDTA, ammonium, sodium dithionit.c.Cara kerja1)Darah probandus diambil sebanyak 1cc dengan menggunakan spuit. Kemudian dimasukkan ke dalam plakon yang sudah diberi EDTA.2)Larutan amonium0,1% diambil sebanyak 20 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.3)Sampel whole blood diambil sebanyak 10dengan menggunakan yellow tip, kemudian whole blooddimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan amonia.4)Kemudian campuran dibagi menjadi dua tabung, masing-masing sebanyak 5 ml, tabung satu ditambah sodium dithionit dan tabung kedua tidak ditambah sodium dithionit.5)Kedua larutan masing-masing diukur absorbansinya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm dan nilai foktor 6,08.6)Kemudian hasilnya dibaca.Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan spektofotometer dan metode hindberger-lang diperoleh kadar Co pada praktikan yang diambil darahnya sebesarsebesar 2,03%.

B. PembahasanCO diserap melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin secara reversible, membentuk karboksi-hemoglobin (COHb). Selebihnya mengikat diri dengan mioglobin dan beberapa protein heme ekstravaskular lain, seperti cytochrome c oxidase dan cytochrome P-450. Afinitas CO terhadap protein heme bervariasi 30 sampai 500 kali afinitas oksigen, tergantung pada protein heme tersebut. Untuk hemoglobin, afinitas CO 208-245 kali afinitasoksigen sehingga CO merupakan gas yang berbahaya untuk tubuh karena dapat menghambat penyerapan oksigen pada jaringan. Konsentrasi CO dalam udara lingkungan yang dianggap aman pada inhalasi selama 8 jam setiap hari dan 5 hari setiap minggu untuk jumlah tahun yang tidak terbatas.(Wardhana,2001)Faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi toksisitas CO yaitu aktivitas fisik dan penyakit yang menyebabkan gangguan oksigenasi jaringan seperti arteriosklerosis pembuluh dara otak dan jantung, emfisema paru, asma bronchial, TBC paru dan penyakit metabolik serta obat-obatan yang menyebabkan depresi susunan saraf pusat, Contohnya alkohol, barbiturat dan morfin.(Wardhana,2001)Hasil pemeriksaan pada saat praktikum menunjukkan kadar Co dalam darah sebesar 2,03%, jumlah tersebut masih dalam batas aman dan belum menimbulkan suatu gejala,CO bukan merupakan racun yang kumulatif. Ikatan Hb dengan CO bersifat reversible dan setelah Hb dilepaskan oleh CO, sel darah merah tidak mengalami kerusakan. Absorbsi atau ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO dalam udara lingkungan (ambient air), kadar COHb sebelum pemaparan (kadar COHb inisial), lamanya pemaparan, dan ventilasi paru. Bila orang yang telah mengabsorbsi CO dipindahkan ke udara bersih dan berada dalam keadaan istirahat, maka kadar COHb semula akan berkurang 50% dalam waktu 4,5 jam. Dalam waktu 6-8 jam darahnya tidak mengandung COHb lagi. Purwokerto merupakan kota kecil yang masih banyak ruang hijau sehingga oksigen yang dibutuhkan untuk mengeksresi Co masih bisa dipenuhi sehingga kadar Co pada darah praktikan yang hidup di Purwokerto masih dalam batas aman.