skripsi transparansi pengelolaan beras untuk …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
TRANSPARANSI PENGELOLAAN BERAS UNTUK KELUARGA
MISKIN (RASKIN) DI DESA PACELLEKANG KECAMATAN
PATTALLASSANG KABUPATEN GOWA
JUMARIAH
Nomor Stambuk : 10564 00689 10
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
i
TRANSPARANSI PENGELOLAAN BERAS UNTUK KELUARGA
MISKIN (RASKIN) DI DESA PACELLEKANG KECAMATAN
PATTALLASSANG KABUPATEN GOWA
SkripsiSebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Dajukan Oleh
JUMARIAH
Nomor Stambuk : 10564 00689 10
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Jumariah
Nomor stambuk : 10564 00689 10
Program studi : Ilmu Pemerintahan
Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa
bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabilah di kemudian
hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik
sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.
Makassar, Juli 2014
Yang Menyatakan,
Jumariah
v
ABSTRAK
JUMARIAH. Transparansi Pengelolaan Beras Untuk Keluarga Miskin(RASKIN) di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa(Dibimbing Oleh Andi Rosdianti Razak dan Nuryanti Mustari).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pemerintah DesaPacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa dalam meningkatkanTransparansi Pengelolaan Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN), serta untukmengetahui faktor pendukung dan penghambatnya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif denganmenggunakan data primer dan sekunder. Data dianalisis secara deskriptifkualitatif yaitu semua data yang dikumpulkan selanjutnya dinarasikan sesuaidengan hasil observasi dan wawancara. Tipe penelitian yang digunakan adalahfenomenologi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) penyediaan informasi yangjelas oleh pemerintah tentang (a) prosedur-prosedur, (b) biaya-biaya dan (c)tanggung jawab belum transparan. (2) Kemudahan masyarakat mengaksesinformasi tentang pengelolaan Raskin belum optimal. (3) Menyusun mekanismepengaduan keluhan masyarakat belum dilakukan secara optimal. Dalam upayameningkatkan Transparansi Pengelolaan Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin)tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung yaitu adanya koordinasi antarinstansi pemerintah, sedangkan faktor penghambat yaitu data yang tidak akurat,kurangnya sarana, kurangnya pengawasan, dan penyampaian laporan pelaksanaanbantuan Raskin belum terbuka kepada masyarakat.
Kata Kunci: Transparansi, pengelolaan Raskin
vi
KATA PENGANTAR
AssalamuAlaikumWarahmatullahiWabarakatuh.
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul”Transparansi Pengelolaan Beras Untuk Keluarga Miskin
(RASKIN) di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang KabupatenGowa”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas IlmuSosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapaan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Dra. Andi Rosdianti Razak, M.Si selaku Pembimbing 1 dan Ibu
Dr.Nuryanti Mustari, S. IP, M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa
meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Dr.H.Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
3. Bapak A.Luhur Prianto S.IP,M.Si selaku ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua orang tuaku,ayahanda Abd.kadir dan ibunda Hasnah dan kedua
saudaraku Dahlan dan Nurul Hikmah yang senantiasa memberikan semangat
dan bantuan, baik moril maupun materil.
5. Bapak dan Ibu Dosen FISIPOL Universitas Muhammadiyah Makassar yang
telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh
pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Seluruh Staf/Pegawai FISIPOL Universitas Muhammadiyah Makassar
terima kasih atas segala bantuannya selama ini.
7. Teman-teman seperjuanganku di jurusan Ilmu Pemerintahan FISIPOL
Universitas Muhammadiyah Makassar “Angkatan 010 ”, terima kasih atas
bantuan dan motivasinya selama ini.
8. Semua teman-teman KKP angkatan VII Kecamatan Pattallassang, khususnya
Desa Je’nemadinging, dan Desa Pacellekang terima kasih atas dukungannya
selama ini.
9. Kepada rekan, Sahabat, saudara dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih atas setiap
bantuan dan doa yang diberikan.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekeliruan dankesalahan oleh
karena itu saran dan kritiknya sangat diharapkan untuk penyempurnaan skripsi ini.
Semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan pengorbanan yang telah
viii
diberikan yang memungkinkan terselesaikannya skripsi ini, bernilai ibadah dan
memperoleh imbalan yang berlipat ganda disisi Allah SWT, Amin.
WassalamuAlaikumWarahmatullahiWabarakatuh.
Makassar, 20 Juni 2014
JUMARIAH
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ iPERSETUJUAN ....................................................Error! Bookmark not defined.PENERIMAAN TIM ...........................................Error! Bookmark not defined.iPERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................................................. iiABSTRAK .............................................................................................................. vKATA PENGANTAR ........................................................................................... viDAFTAR ISI.......................................................................................................... ixDAFTAR TABEL.................................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... 1B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 8C. Tujuan Penelitian………………………………………............................... 9D. Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 9
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep, dan Teori .................................................................... 10B. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 32C. Deskripsi Fokus .......................................................................................... 33D. Deskripsi fokus penelitian …………………………………………………34
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 36B. Jenis dan Tipe Penelitian ............................................................................. 36C. Sumber Data ................................................................................................ 36D. Informan Penelitian ..................................................................................... 37E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 37F. Teknik Analisis Data ................................................................................... 38G. Pengabsahan Data........................................................................................ 39
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Desa Pacellekang ........................................................... 41B. Transparansi Pengelolaan Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin)
di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa ............... 50C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang ditemui dalam Transparansi
Pengelolaan Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Desa PacellekangKecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa................................................. 62
x
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................. 76B. Saran ............................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 78
xi
DAFTAR TABEL
1. Data Penduduk Desa Pacellekang............................................................. 42
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan Desa Pacellekang ... 43
3. Mata Pencaharian Penduduk Desa Pacellekang ....................................... 43
4. Nama-nama Pejabat Administrasi Pemerintah Desa Pacellekang ........... 45
5. Nama-nama Kepala Dusun ....................................................................... 45
6. Nama-nama Badan Permusyawaratan Desa Pacellekang ......................... 45
7. Jumlah Bantuan Raskin di Desa Pacellekang ........................................... 49
8. Komposisi Tingkat Kemiskinan Desa Pacellekang .................................. 49
9. Informan Penelitian……………………………………………………... 49
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak awal kemerdekaan Bangsa Indonesia, pemerintah telah mempunyai
perhatian yang sangat besar terhadap terciptanya masyarakat adil dan makmur
sebagaimana diamalkan dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945.Hal
ini tercermin dari berbagai program pembangunan yang dilaksanakan selama ini,
senantiasa diarahkan dan ditujukan untuk memberikan perhatian besar terhadap
upaya penanggulangan kemiskinan, karena pada dasarnya pembangunan yang
dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Meskipun
demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus menerus menjadi perhatian
pemerintah, terutama penanggulangan kemiskinan masyarakat pedesaan yang
merupakan mayoritas penduduk Indonesia.Walaupun demikian, kemiskinan
merupakan salah satu permasalahan bangsa yang belum terselesaikan hingga saat
ini.Berbagai kebijakan pemerintah telah diimplementasikan, namun hanya
terkesan trial and error.
Pemerintah daerah seharusnya perlu menyiapkan kebijakan yang jelas
tentang cara mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk
informasi yang dapat diakses masyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat
rahasia, bagaimana cara mendapatkan informasi, lama waktu mendapatkan
informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada
masyarakat. Instrumen dasar dari transparansi adalah peraturan yang menjamin
2
hak untuk mendapatkan informasi, sedangkan instrumen pendukung adalah
fasilitas database dan sarana informasi dan komunikasi dan petunjuk
penyebarluasan produk-produk dan informasi yang ada di penyelenggara
pemerintah, maupun prosedur pengaduan.
Adanya Perda Transparansi adalah sebagai produk hukum yang
memberikan jaminan untuk mengatur tentang hak memperoleh akses dan
penyebar luasan informasi kepada publik. Apalagi transparansi memang telah
menjadi semacam suatu etika pergaulan internasional yang mesti ada untuk
menjamin terselenggaranya sistem pemerintahan yang akuntabel dan transparan
merupakan salah satu kunci perwujudan good governance. Di dalam sistem
dimaksud tercakup beberapa prasyarat yang harus dipenuhi tatkala transparansi
dan akuntabilitas menjadi barometer. Di antara prasyarat itu adalah jaminan
bahwa segala peristiwa penting kegiatan pemerintah (kegiatan badan publik)
terekam dengan baik dengan ukuran-ukuran yang jelas dan dapat diikhtisarkan
melalui proses informasi dimana kita bisa melihat segala yang terjadi dan terdapat
di dalamnya.
Adanya transparansi pemerintahan yang ditunjang dengan payung
hukumnya yang jelas maka akan menambah wawasan dan pengetahuan
masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan. Meningkatnya kepercayaan
masyarakat terhadap pemerintahan, maka akan menjamin meningkatnya jumlah
masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan daerahnya dan akan dapat
meminimalisir berkurangnya pelanggaran/penyimpangan dalam pengelolaan
pemerintahan. Sul-Sel telah mempunyai Perda Nomor 4 Tahun 2005 tentang
Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Sulsel. Masalahnya,
3
sekarang ada tidak political will dari pemerintah untuk segera efektif
mengimplementasikan Perda Transparansi tersebut. Meski telah dibuat, tapi
sekarang dapat kita lihat implementasinya masih jauh panggang dari api.
Transparansi masih belum menjadi semangat, paradigma dan etika dalam
pengelolaan pemerintahan.
Perda Nomor 4 Tahun 2005 tentang Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintahan Provinsi Sul-Sel terbit pada 30 Juni 2005 tersebut memuat sembilan
bab dan 32 pasal. Peraturan tersebut memuat kewajiban badan publik untuk
mengumumkan informasi secara aktif mengenai proses perencanaan
pembangunan daerah termasuk APBD, mulai perencanaan, pembahasan, hingga
penetapan, rencana tata ruang hingga penetapan, pelaksanaan kegiatan
pembangunan, nama, struktur, tugas, dan fungsi badan publik terkait, prosedur
dan tata cara untuk mendapatkan informasi publik pada badan publik; jadwal
kegiatan badan publik.
Hadirnya Perda Nomor 4 Tahun 2005 tentang Transparansi, hanya
sekedar pelengkap dan penghibur agar dapat meredam suara-suara nyaring yang
mendorong transparansi pemerintahan. Terlebih lagi, jangan-jangan hadirnya
Perda tersebut, hanya sebagai bentuk justifikasi saja, bahwa pemerintahaan di Sul-
Sel seakan-akan telah berniat baik untuk, dan telah transparan. Sederhananya,
Pemprov memandang bahwa transparansi telah terlaksana ketika perdanya telah
ada. Padahal, seperti yang kita ketahui, pola pikir yang terbangun di jajaran
pengambilan kebijakan (Pemprov dan Legislatif), terbiasa membuat Perda, tapi
gagal dalam implementasi. Kemudian, menanggapi bahwa eksekutif Pemerintah
Provinsi seakan salah persepsi tentang implementasi Perda Transparansi, saya
4
malah menduga bahwa eksekutif tidak mengerti dan memahami tentang Perda itu.
Lebih lanjutnya, saya malah khawatir, jangan-jangan pihak eksekutif tidak paham
tentang tata kelola pemerintahan yang baik seperti yang termaktub dalam
semangat dan prinsip-prinsip good governance. Sehingga setiap pernyataannya
yang muncul cenderung tidak menunjukkan sebagai seorang pemimpin yang
memahami dan mengerti tentang hal itu, serta mungkin tidak memiliki Pihak
Parlemen, dalam hal ini sebagai pihak yang ikut membahas Perda tersebut, harus
berani fight, jangan seperti macan tak bertaring yang beraninya hanya mengaum
di kejauhan, tapi mandul dan tak berani mengambil aksi yang lebih tegas terhadap
implementasi Perda ini.
Program Raskin merupakan bagian penting dari program
penanggulangan kemiskinan, yang bersinergi dengan program pembangunan
lainnya, seperti program perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, pendidikan dan
peningkatan produktivitas masyarakat. Sinergi antar berbagai program ini penting
dalam meningkatkan efektivitas masing-masing program dalam pencapaian
tujuan. Efektifitas Program Raskin dapat ditingkatkan melalui koordinasi antar
instansi terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah. Koordinasi dilaksanakan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, dengan mengedepankan
peran penting partisipasi masyarakat.
Pembagian Raskin di Desa Pacellekang masih banyak yang tidak
mendapatkan beras karena datanya yang tak jelas dan tergantung siapa yang dekat
akan mendapat Raskin hal ini menunjukkan kurangnya pelayanan pemerintah
dalam distribusi Raskin. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Kebijakan Perberasan menginstruksikan Menteri dan Kepala Lembaga Pemerintah
5
Non Departemen tertentu, serta Gubernur dan Bupati/Walikota seluruh Indonesia
untuk melakukan upaya peningkatan pendapatan petani, ketahanan pangan,
pengembangan ekonomi perdesaan dan stabilitas ekonomi nasional. Penyaluran
beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan bertujuan
untuk mengurangi beban pengeluaran rumah tangga miskin (RTM). Di samping
itu program ini dimaksudkan untuk meningkatkan akses masyarakat miskin dalam
pemenuhan kebutuhan pangan pokoknya sebagai salah satu hak dasar
masyarakat.Hal ini merupakan salah satu program penting dalam peningkatan
ketahanan pangan nasional.Secara khusus kepada Perum Badan urusan logistik
(Bulog) diinstruksikan untuk menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi
kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan, yang penyediaannya
mengutamakan pengadaan beras dari gabah petani dalam negeri.
Menteri koordinasi kesejahteraan rakyat (MenkoKesra) Agung Laksono
mengungkapkan, realisasi penyaluran program beras untuk keluarga miskin
(Raskin) secara nasional telah mencapai 97,75 persen pada tahun 2009. "Ini
mengindikasikan tingginya komitmen pemerintah daerah, bahwa program Raskin
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam rangka penanggulangan kemiskinan", kata MenkoKesra, Agung
Laksono, di Jakarta, Selasa 29-12-2009.Menurutnya, Berdasarkan UU Nomor
7/1996 tentang Pangan, pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
pemenuhannya menjadi hak setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan
nasional.
6
Di kemukakan, pemenuhan pangan sangat erat kaitannya dengan
ketersediaan pangan. Semakin mencukupinya tingkat ketersediaan pangan, maka
akan semakin besar kemungkinan dapat dipenuhinya kebutuhan akan pangan.
Faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan, merupakan kemampuan
daya beli masyarakat, sehingga bisa saja terjadi di daerah yang surplus beras
terdapat warga masyarakat yang mengalami kekurangan pangan.
Program Raskin masih tetap dilaksanakan pemerintah untuk membantu
daya beli masyarakat miskin melalui penyediaan beras bersubsidi yang kita kenal
dengan nama beras untuk keluarga miskin atau Raskin. Program Raskin untuk
tahun 2010 telah ditetapkan sebanyak 156 kg per rumah tangga sasaran (RTS)
atau setara dengan 13 kg per RTS per bulan selama 12 bulan. Sasaran penerima
manfaat Raskin juga turun menjadi 17,5 juta RTS sesuai dengan hasil pendataan
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2008. Berkurangnya jumlah penduduk sangat
miskin, miskin, dan hampir miskin dari 19,1 juta pada tahun 2005, merupakan
dampak positif dari berbagai program penanggulangan kemiskinan yang
dilaksanakan pemerintah. Lebih lanjut Agung mengatakan, secara bertahap
program yang bersifat subsidi selayaknya akan mulai dialihkan untuk
memperbesar alokasi yang bersifat pemberdayaan. Walaupun ada penurunan
pangan dan penerima manfaat Raskin, namun harga tebus Raskin masih tetap Rp
1.600/Kg di titik distribusi Agung Laksono juga mengingatkan pendekatan awal
saat menetapkan harga Raskin pada tahun 1998, yaitu sebesar 50 persen dari harga
beras yang berlaku di pasaran umum.
Upaya pemerintah yang dilakukan selama ini tampaknya belum begitu
memuaskan banyak pihak. Seperti halnya ketidakadilan pembagian Raskin
7
masyarakat Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa dan
tidak adanya sanksi pemerintah bila terjadi penyelewengan beras pihak tertentu.
Sehingga mendorong semakin gencarnya tuntutan masyarakat akan terwujudnya
pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab serta adanya transparansi
penyelenggaraan pemerintahan, terutama dalam pengungkapan terhadap praktek-
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Tuntunan ini adalah sesuatu hak
yang sangat wajar sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam mengontrol
penyelenggaraan pemerintahan, berbagai upaya sedang dilakukan oleh pemerintah
guna mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bertanggung jawab dan
meningkatkan kualitas kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Aparatur pemerintah harus mampu bekerja secara optimal dalam
menyikapi perubahan tatanan yang ada untuk mengupayakan kualitas pelayanan
yang prima, pemberdayaan, peningkatan produktivitas dan kapasitas
masyarakat.Aparatur pemerintah sebagai abdi Negara dan Abdi Masyarakat
memberikan konsekuensi untuk melaksanakan pelayanan secara profesional
kepada masyarakat, sebab telah terjadi pergeseran paradigma dimana aparatur
pemerintah sebagai agen pembangunan yang akan lebih berperan sebagai
fasilitator dan motivator dalam proses pembangunan. Peranan aparatur pemerintah
dalam kondisi seperti ini akan lebih banyak berfokus kepada layanan publik. Hal
ini sesuai dengan paradigma baru dalam pelayanan yang merupakan suatu konsep
yang mengantar seseorang untuk menciptakan realitasnya sehingga
memungkinkan untuk melakukan perbaikan kebiasaan dari aparatur yang dilayani
masyarakat menjadi aparatur yang melayani masyarakat, serta bahwa aparatur
8
pemerintah harus lebih menampakkan abdi masyarakat dibanding dengan abdi
Negara sebagai fungsi utamanya.
Harapan peningkatan kualitas aparat pemerintah seiring dengan angin
reformasi yang digulirkan mahasiswa dan masyarakat yang menghendaki
pemerintahan yang bersih dan berwibawa, penegakan supremasi hukum serta
bebas dari unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) dalam jalannya roda
pemerintahannya sehari-hari, sehingga terwujud good governance yaitu cara
mengatur pemerintahan yang memungkinkan layanan publiknya efisien, sistem
pengadilannya bisa diandalkan dan administrasinya bertanggung jawab kepada
publik.
Berdasarkan latar belakang pemikiran tersebut maka peneliti merasa
tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap hal tersebut, dengan judul
"Transparansi Pengelolaan Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Desa
Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa."
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka secara khusus ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu:
1. Bagaimana transparansi pengelolaan beras untuk keluarga miskin (Raskin) di
Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa?
2. Bagaimana Faktor Pendukung dan Penghambat dalam transparansi
pengelolaan beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Pacellekang
Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.
9
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui transparansi pengelolaan beras untuk keluarga miskin
(Raskin) di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam transparansi
pengelolaan beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Pacellekang
Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.
D. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan kajian/masukan bagi instansi yang bersangkutan dalam
kaitannya dengan pengelolaan beras untuk keluarga miskin.
2. Sebagai bahan pustaka atau literatur, bagi pihak-pihak yang mengadakan
penelitian lanjut untuk masalah yang sama.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Konsep, dan Teori
1. Pengertian Transparansi
Kecenderungan praktik pemerintahan pada akhir milenium kedua
menunjukkan kuatnya semangat untuk menjalankan pemerintahan yang baik
(good governance).Kecenderungan ini karena semakin derasnya dorongan nilai
universal yang menyangkut demokrasi, transparansi, dan penghormatan terhadap
hak asasi manusia termasuk hak memperoleh informasi yang benar.Praktik
pemerintahan yang baik mensyaratkan bahwa pengelolaan dan keputusan
manajemen publik harus di lakukan secara terbuka dengan ruang partisipasi
sebesar-besarnya bagi masyarakat yang terkena dampaknya. Konsekuensi dari
transparansi pemerintahan adalah terjaminnya akses masyarakat dalam
berpartisipasi, utamanya dalam proses pengambilan keputusan.
Transparansi adalah suatu proses keterbukaan dari para pengelola
manajemen, utamanya manajemen publik, untuk membangun akses dalam proses
pengelolaannya sehingga arus informasi keluar dan masuk secara berimbang. Jadi,
dalam proses transparansi informasi tidak hanya diberikan oleh pengelola
manajemen publik tetapi masyarakat memiliki hak untuk memperoleh informasi
yang menyangkut kepentingan publik. Kesadaran ini akan mengubah cara
pandang manajemen publik pada masa mendatang. Masyarakat tidak lagi pasif
menunggu informasi dari pemerintah atau dinas-dinas penerangan pemerintah,
11
tetapi mereka berhak mengetahui segala sesuatu yang menyangkut keputusan dan
kepentingan publik. Hal yang utama dalam asas transparansi adalah keputusan
yang mengikat publik harus dapat diterima oleh nalar publik dan tidak ada alasan
yang sumir dan tertutup untuk didebatkan.
Harahap (2003:5) mendefinisikan transparansi adalah memberikan
informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui atas
pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta
hasil-hasil yang dicapai.
Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan.
Sedangkan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap
aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan
informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran,
dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik.
Prinsip ini memiliki 2 aspek, yaitu (1) komunikasi publik oleh
pemerintah, dan (2) hak masyarakat terhadap akses informasi. Keduanya akan
sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani dengan baik kinerjanya.
Manajemen kinerja yang baik adalah titik awal dari transparansi.
12
Komunikasi publik menuntut usaha afirmatif dari pemerintah untuk
membuka dan mendiseminasi informasi maupun aktivitasnya yang relevan.
Transparansi harus seimbang, juga, dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga
maupun informasi-informasi yang mempengaruhi hak privasi individu. Karena
pemerintahan menghasilkan data dalam jumlah besar, maka dibutuhkan petugas
informasi professional, bukan untuk membuat dalih atas keputusan pemerintah,
tetapi untuk menyebarluaskan keputusan-keputusan yang penting kepada
masyarakat serta menjelaskan alasan dari setiap kebijakan tersebut.
Peran media juga sangat penting bagi transparansi pemerintah, baik
sebagai sebuah kesempatan untuk berkomunikasi pada publik maupun
menjelaskan berbagai informasi yang relevan, juga sebagai “watchdog” atas
berbagai aksi pemerintah dan perilaku menyimpang dari para aparat birokrasi.
Jelas, media tidak akan dapat melakukan tugas ini tanpa adanya kebebasan pers,
bebas dari intervensi pemerintah maupun pengaruh kepentingan bisnis.
Keterbukaan membawa konsekuensi adanya kontrol yang berlebih-
lebihan dari masyarakat dan bahkan oleh media massa. Karena itu, kewajiban
akan keterbukaan harus diimbangi dengan nilai pembatasan, yang mencakup
kriteria yang jelas dari para aparat publik tentang jenis informasi apa saja yang
mereka berikan dan pada siapa informasi tersebut diberikan.
Secara ringkas dapat disebutkan bahwa, prinsip transparansi paling tidak
dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti:
a. Mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua
proses-proses pelayanan publik
13
b. Mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai
kebijakan dan pelayanan publik, maupun proses-proses di dalam sektor publik.
Transparansi adalah merupakan salah satu karakteristik dari good
governance. Karena itu asas transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan daerah
menjadi satu hal yang sangat penting sekaligus menjadi momok bagi oknum-
oknum yang dapat terhambat aktivitasnya karena asas ini. Karena dalam
transparansi terkandung juga di dalamnya secara tersirat bagaimana pemerintah
daerah harus melaporkan rencana, pengelolaan dan juga laporan akhir yang
berupa laporan keuangan anggaran-anggaran yang dibutuhkan dan juga digunakan
oleh pemerintah daerah secara transparan sehingga masyarakat luas dapat ikut
mengetahuinya.
Adanya pelaksanaan transparansi maka hal ini akan membantu
menghambat jalannya praktek korupsi yang semakin marak belakangan ini. Dan
jika hal ini dilakukan lebih baik lagi bukan hal yang tidak mungkin jika kita dapat
menghilangkan praktek-praktek korupsi sehingga pemerintahan daerah dapat
berjalan lebih baik lagi.
Krina (2003: 19) menyebutkan bahwa menurut Transparancy
International, undang-undang Freedom of Information (FOI) bukan hanya
mengatur tentang hak publik untuk mengakses informasi tetapi juga menekankan
pada obligasi pemerintah untuk memfasilitasi akses tersebut.
Transparansi menurut Mardiasmo (2002: 6) yaitu keterbukaan
pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat
diketahui dan diawasi oleh DPRD dan masyarakat.
14
Mardiasmo (2002: 6) menyebutkan bahwa transparansi pengelolaan
keuangan daerah pada akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara
pemerintah daerah dengan masyarakatnya sehingga tercipta pemerintahan daerah
yang bersih, efektif, efisien, akuntabel, dan responsive terhadap aspirasi dan
kepentingan masyarakat.
Sehingga transparansi itu sendiri dapat disimpulkan memiliki artian
sebagai penjamin kebebasan dan hak masyarakat untuk mengakses informasi yang
bebas didapat, siap tersedia dan akurat yang berhubungan dengan pengelolaan
rumah tangga di pemerintah daerah mereka sehingga akan menyebabkan
terciptanya pemerintahan daerah yang baik dan memikirkan kepentingan
masyarakat.
2. Indikator Transparansi
Transparansi merujuk pada ketersediaan informasi pada masyarakat dan
kejelasan tentang peraturan, undang-undang dan keputusan pemerintah yang
indikatornya menurut Asian Development Bank (dalam Krina , 2003: 19) adalah:
1) Akses pada informasi yang akurat dan tepat waktu (accurate & timely) tentang
kebijakan ekonomi dan pemerintahan yang sangat penting bagi pengambilan
keputusan ekonomi oleh para pelaku swasta. Data tersebut harus bebas didapat
dan siap tersedia (freely & readily available),
2) Aturan dan prosedur yang ”simple, straightforward and easy to apply “ untuk
mengurangi perbedaan dalam interprestasi.
Sedangkan menurut Krina (2003: 17) indikator-indikator dari
transparansi adalah sebagai berikut :
15
1) Penyediaan informasi yang jelas tentang (a) prosedur-prosedur, (b) biaya-biaya
dan (c) tanggung jawab dalam pengelolaan Raskin.
2) Kemudahan masyarakat mengakses informasi tentang pengelolaan Raskin.
3) Menyusun suatu mekanisme pengaduan keluhan masyarakat.
Adanya indikator-indikator diatas dapat kita lihat bahwa transparansi
merupakan suatu alat yang sangat penting untuk menjembatani kebutuhan
masyarakat tentang keingintahuan masyarakat terhadap jalannya pemerintahan di
daerah mereka sendiri.
3. Alat Ukur Transparansi
Krina (2003: 16-17) menyebutkan beberapa alat-alat ukur transparansi,
yaitu:
1) Publikasi kebijakan publik melalui alat-alat komunikasi: annual reports, brosur,
leaflet, pusat informasi, telepon bebas pulsa, liputan media, iklan layanan
masyarakat, website, papan pengumuman, koran lokal.
2) Informasi yang disajikan : acuan pelayanan, perawatan data, laporan kegiatan
publik, prosedur keluhan.
3) Penanganan keluhan : berita-berita kota di media massa dan lokal, notice of
respon, limit waktu respon, opinion pools & survey tentang isu-isu kebijakan
publik, komentar & catatan untuk draft kebijakan & peraturan, service users
surveys.
4) Lintas Forum Pelaku Institusi dan organisasi daerah: Bawasda, kantor Humas,
dinas Kominfo, dan.
5) Pertemuan masyarakat
16
6) Mimbar rakyat.
Melalui penjelasan diatas dapat disimpulkan bagaimana seharusnya
pemerintah daerah memuaskan rasa keingintahuan dari masyarakat tentang
jalannya pemerintahan daerah mereka dengan cara mentranparansikan laporan-
laporan kegiatan yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah dan juga
bagaimana pemerintah daerah dapat mengetahui aspirasi masyarakat dengan
menyediakan alat-alat bagi masyarakat sehingga masyarakat dapat ikut
mengontrol berjalannya pemerintah daerah di daerahnya sendiri.
4. Pengertian pengelolaan
Kata “pengelolaan” dapat di samakan dengan manajemen, berarti pula
pengaturan atau pengurusan (suharsimi Arikunto, 1993:31). Banyak orang yang
mengartikan manajemen sebagai pengaturan , pengelolaan, dan
pengadministrasian , dan memang itulah pengertian yang populer saat ini.
pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk melakukan serangkaian kerja dalam
mencapai tujuan tertentu.
Dikatakan manajemen adalah suatu proses perencanaan dan
pengambilan keputusan, pengorganisasian, memimpin dan pengendalian
organisasi manusia, keuangan, fisik dan informasi sumber daya untuk mencapai
tujuan organisasi secara efisiensi dan efektif. Nanang Fattah, (2004: 1)
berpendapat bahwa dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang
ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan, yaitu perencanaan
17
(planning),pengorganisasian (organizing), pemimpin (leading), dan pengawasan
(controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencanakan,
mengorganising, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Pengertian manajemen telah banyak dibahas para ahli yang antara satu
dengan yang lain saling melengkapi. Stoner yang dikutip oleh Handoko
menyatakan bahwa manajemen merupakan proses
perencanaan,pengorganisasian,pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para
anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainya untuk mencapai
organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menekankan bahwa manajemen dititik
beratkan pada proses dan system. Oleh karena itu, apabila dalam system dan
proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penganggaran, dan sistem
pengawasan tidak baik, proses manajemen secara keseluruhan tidak lancer
sehingga proses pencapaian tujuan akan terganggu atau mengalami kegagalan
(Qalyubi, 2007: 271).
Berdasarkan definisi manajemen diatas secara garis besar tahap-tahap
dalam melakukan manajemen meliputi melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan merupakan proses
dasar dari suatu kegiatan pengelolaan dan merupakan syarat mutlak dalam suatu
kegiatan pemgelolaan. Kemudian pengorganisasian berkaitan dengan pelaksanaan
perencanaan yang telah ditetapkan. Sementara itu pengarahan diperlukan agar
menghasilkan sesuatu yang diharapkan dan pengawasan yang dekat. Dengan
evaluasi, dapat menjadi proses monitoring aktivitas untuk menentukan apakah
18
individu atau kelompok memperoleh dan mempergunakan sumber-sumbernya
secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
Prinsip pengelolaan Raskin adalah suatu nilai-nilai dasar yang selalu
menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun
tindakan yang akan di ambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan Raskin. Nilai-
nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan Raskin.
Prinsip-prinsip pengelolaan Raskin adalah:
1) Keberpihakan kepada rumah tangga miskin, yang maknanya mendorong
rumah tangga miskin untuk ikut berperang aktif dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan seluruh kegiatan Raskin baik di
desa dan kecamatan, termasuk menerima manfaat atau menikmati hasilnya.
2) Transparansi, yang maknanya membuka akses informasi kepada lintas pelaku
Raskin terutama masyarakat penerima Raskin yang harus tahu, memahami
dan mengerti adanya kegiatan Raskin serta memiliki kebebasan dalam
melakukan pengendalian secara mandiri
3) Partisipasi. Yang maknanya mendorong masyarakat berperan secara aktif
dalam setiap tahapan Raskin, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian.
4) Akuntabilitas, yang maknanya meningkatkan bahwa setiap pengelolaan
kegiatan Raskin harus dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat
setempat maupun kepada semua pihak yang berkompeten sesuai dengan
peraturan dan ketentuan yang berlaku atau yang telah disepakati.
19
5. kemiskinan
a. Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global. Artinya
kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak
orang di dunia ini. Meskipun dalam tingkatan yang berbeda, tidak ada satupun
negara di jagat raya ini yang kebal dari kemiskinan. Kemiskinan memiliki banyak
definisi, Suharto (2009: 15) menyatakan bahwa kemiskinan berhubungan dengan
kekurangan materi, rendahnya penghasilan, dan adanya kebutuhan sosial.
Kemiskinan pada hakikatnya menunjuk pada situasi kesengsaraan dan
ketidakberdayaan yang dialami seseorang, baik akibat ketidakmampuannya
memenuhi kebutuhan hidup, maupun akibat ketidakmampuan negara atau
masyarakat memberikan perlindungan sosial kepada warganya.
Mas'oed (2003: 136) menyatakan bahwa kemiskinan adalah persoalan
ketidakmampuan memperoleh tingkat penghasilan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pokok pangan, sandang dan beberapa kebutuhan pokok lain.
Kemiskinan dibedakan dalam dua jenis, yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan
buatan (artificial).
Menurut Daldjoeni dan Suyitno (2004: 15) kemiskinan di pedesaan dapat
saja di telaah dengan latar belakang lingkungan, yakni dalam arti sumber daya
biotis dan fisis. Kemiskinan di pedesaan dicari sumbernya pada macam-macam
hal, menurut kepekaan pihak peneliti. Ahli ekonomi melihat pada pengangguran,
ahli pertanian pada sempitnya tanah garapan, ahli antropologi pada mentalitas
bertahan, ahli geografi pada kepincangan dalam interaksi manusia dengan alam,
20
ahli ekonomi manusia pada belum dimanfaatkannya secara optimal persediaan
sumber daya yang terdiri atas materi, energi, ruang, waktu dan keragaman.
b. Pengaturan Program Beras untuk Keluarga Miskin
Menurut Sumarjo dan Saharuddin (2003: 29) program adalah cara yang
disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang disahkan
untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu
seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktifitas sebagai program yaitu:
1) Program cenderung membutuhkan staff, misalnya untuk melaksanakan
ataupun sebagai pelaku program.
2) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang bisa juga
diidentifikasikan melalui anggaran.
3) Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang bisa juga
diidentifikasikan melalui anggaran.
Program adalah cara tersendiri dan khusus yang dirancang demi
pencapaian suatu tujuan tertentu. Dan adanya suatu program, maka segala
rancangan akan lebih teratur dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Program adalah
unsur pertama yang harus ada bagi berlangsungnya aktivitas yang teratur, karena
dalam program telah dirangkum berbagai aspek seperti:
1) Tujuan yang mau dicapai
2) Berbagai kebijakan yang diambil dalam upaya pencapaian tujuan tersebut.
3) Prinsip-prinsip dan metode-metode yang harus dijadikan acuan dengan
prosedur yang harus dilewati.
4) Pemikiran atau rancangan tentang anggaran yang diperlukan
21
5) Adanya strategi yang harus diterapkan dalam pelaksanaan aktivitas
Program Raskin merupakan bagian integral dari program
penanggulangan kemiskinan, yang bersinergi dengan program pembangunan dan
lainnya seperti, program perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, pendidikan, dan
peningkatan produktifitas masyarakat. Sinergi antar berbagai program ini penting
dalam meningkatkan efektivitas masing-masing program dalam pencapaian tujuan
bersama.
Kepada kelompok masyarakat yang dianggap menyandang masalah
dalam pemenuhan kesejahteraannya tersebut. Dalam implementasinya
pembangunan tidaklah tanpa hambatan. Dengan cakupan atau luas lingkup yang
begitu kompleks, semakin banyak persoalan yang harus diselesaikan pula, salah
satunya adalah masalah kemiskinan. Persoalan kemiskinan merupakan tantangan
dunia, tidak hanya di Indonesia, tetapi permasalahan ini menjadi masalah terbesar
pembangunan di abad 21.
Seperti yang dikemukakan dalam Millennium Development Goals, yang
disepakati PBB menjadi salah satu target bersama 186 negara guna mengurangi
jumlah penduduk miskin dunia pada periode 2000-2015. Di Indonesia sendiri
upaya penanggulangan kemiskinan itu tercantum dalam tujuan negara
(Pembukaan UUD 1945) dan secara lebih spesifik dimuat dalam Undang-undang
Nomor 11 tahun 2009 pasal 19,20,21 tentang Penanggulangan Kemiskinan yang
isinya: Penanggulangan kemiskinan merupakan kebijakan, program dan kegiatan
yang dilakukan terhadap orang, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat yang
tidak mempunyai atau mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak dapat
22
memenuhi kebutuhan yang layak bagi kemanusiaan. Penanggulangan kemiskinan
ditunjukkan untuk:
1) Meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kemampuan dasar kemampuan
berusaha masyarakat miskin.
2) Memperkuat peran masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan.
3) Kebijakan publik yang menjamin penghargaan, perlindungan, dan pemenuhan
hak-hak dasar.
4) Mewujudkan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik, dan sosial yang
memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan seluas-
luasnya dalam pemenuhan hak-hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara
berkelanjutan.
5) Memberikan rasa aman bagi kelompok masyarakat miskin dan rentan.
6) Penanggulangan kemiskinan dilaksanakan dalam bentuk:
a) Penyuluhan dam bimbingan sosial;
b) Pelayanan sosial;
c) Penyediaan akses kesempatan kerja dan berusaha;
d) Penyediaan akses pelayanan kesehatan dasar;
e) Penyediaan akses pelayanan pendidikan dasar;
f) Penyediaan akses pelayanan perumahan dan pemukiman; dan/atau
g) Penyediaan akses pelatihan, modal usaha, dan pemasaran hasil usaha.
Pendistribusian beras dari gudang BULOG ke TD di desa/kelurahan atau
tempat lain yang telah disepakati antara pemerintah kabupaten/kota dengan
Divre/Subdivre/Kansilog Perum BULOG sebagai berikut:
23
1) Bupati/walikota menerbitkan Surat Perintah Alokasi (SPA) kepada
Kadivre/Kasubdivre/Kansilog Perum BULOG berdasarkan pagu Raskin dan
rincian di masing-masing kecamatan dan desa/kelurahan.
2) Pada waktu beras akan didistribusikan ke TD, Kadivre/Kasubdivre/Ka
Kansilog Perum BULOG berdasarkan SPA menerbitkan SPPB/DO beras
untuk masing-masing kecamatan/desa/ kelurahan kepada Satker Raskin.
Apabila terdapat desa/kelurahan yang menunggak pembayaran HPB pada
periode sebelumnya, maka penerbitan SPPB/DO untuk desa/kelurahan
tersebut ditangguhkan sampai ada pelunasan
3) Berdasarkan SPPB/DO, Satker Raskin mengambil beras di gudang Perum
BULOG, mengangkut dan menyerahkan beras Raskin kepada Pelaksana
Distribusi Raskin di TD.
4) Kualitas beras yang diserahkan harus sesuai dengan kualitas standar beras
Raskin. Apabila terdapat beras yang tidak sesuai standar, maka Pelaksana
Distribusi Raskin langsung mengembalikan beras kepada Satker Raskin
untuk ditukar/diganti dengan beras yang standar.
c. Tujuan Program Beras Untuk Keluarga Miskin
Terkait dengan kebijakan pengurangan beban pengeluaran masyarakat
miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar, salah satu program beras untuk
keluarga miskin (Raskin) yaitu pendistribusian beras bersubsidi.
Tujuan program Raskin adalah mengurangi beban pengeluaran keluarga
miskin melalui pemberian bantuan sebagian pangan dalam bentuk beras. Sebagian
daerah dengan jumlah penduduk miskin yang masih tergolong tinggi.
24
Hal yang melatarbelakangi kebijakan program Raskin gratis:
1) Masih banyaknya jumlah penduduk miskin yang membutuhkan bantuan
pangan, mengingat memiliki daya beli rendah, dan sebagian besar
pengeluarannya dibelanjakan untuk konsumsi pangan/beras.
2) Program Raskin dilaksanakan untuk mengurangi beban pengeluaran rumah
tangga miskin (RTM) dan diharapkan berdampak secara langsung terhadap
peningkatan ketahanan pangan perbaiki gizi/kesehatan, pendidikan dan
produktivitas kerja.
3) Dalam upaya peningkatan kesejahteraan untuk khusus dalam pemenuhan
kebutuhan pangan masyarakat miskin.
Tujuan program (Raskin) adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pemberian beras bersubsidi (Raskin) secara murah untuk memenuhi
sebagian kebutuhan pangan. Sasaran program (Raskin) adalah terpenuhinya
sebagian kebutuhan kalori dan gizi dalam bentuk Rumah Tangga Miskin (RTM)
melalui pendistribusian beras.
Penjelasan diatas tersebut disimpulkan bahwa latar belakang kebijakan
program Raskin di Kabupaten Gowa karena jumlah rumah tangga miskin (RTM)
Kabupaten Gowa dengan kategori sangat miskin dan miskin masih cukup tinggi
sehingga membutuhkan bantuan dalam mengurangi beban hidupnya. Adapun
tujuan dari kebijakan tersebut adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin khususnya yang ada di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Gowa.
25
Penyaluran Raskin (Beras untuk Keluarga Miskin) sudah dimulai sejak
1998.Krisis moneter tahun 1998 merupakan awal pelaksanaan Raskin yang
bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah
tangga miskin. Pada awalnya disebut program Operasi Pasar Khusus (OPK),
kemudian diubah menjadi Raskin mulai tahun 2002, Raskin diperluas fungsinya
tidak lagi menjadi program darurat (social safety net) melainkan sebagai bagian
dari program perlindungan sosial masyarakat Melalui sebuah kajian ilmiah,
penamaan Raskin menjadi nama program yang diharapkan akan menjadi lebih
tepat sasaran dan mencapai tujuan Raskin.
Penentuan kriteria penerima manfaat Raskin seringkali menjadi persoalan
yang rumit Dinamika data kemiskinan memerlukan adanya kebijakan lokal
melalui musyawarah Desa/Kelurahan. Musyawarah ini menjadi kekuatan utama
program untuk memberikan keadilan bagi sesama rumah tangga miskin. Sampai
dengan tahun 2006, data penerima manfaat Raskin masih menggunakan data dari
BKKBN yaitu data keluarga prasejahtera alasan ekonomi dan keluarga sejahtera
alasan ekonomi. Belum seluruh kartu keluarga (KK).Miskin dapat dijangkau oleh
Raskin. Hal inilah yang menjadikan Raskin sering dianggap tidak tepat sasaran,
karena rumah tangga sasaran berbagi dengan kartu keluarga Miskin lain yang
belum terdaftar sebagai sasaran.
Realisasi Raskin selama 2006-2009 berkisar antara 1,6 juta ton - 3,2 juta
ton. Aturan pemerintah dengan harga tebus Rp.1.000/kg sampai dengan 2007 dan
Rp.l.600/kg sejak tahun 2008, Raskin bukan hanya telah membantu rumah tangga
miskin dalam memperkuat ketahanan pangannya, namun juga sekaligus menjaga
26
stabilitas harga. Raskin telah mengurangi permintaan beras ke pasar oleh sekitar
18,5 juta pada tahun 2009. Selain itu, perubahan harga tebus dari Rp.1.000/kg
menjadi Rp.l.600/kg juga dengan mempertimbangkan anggaran dan semakin
banyaknya rumah tangga sasaran yang dapat dijangkau. Harga ini juga masih
lebih rendah dari harga pasar yang saat itu rata-rata sekitar Rp.5.000 -5.500/kg.
Dampak Raskin terhadap stabilisasi harga terlihat pada saat Raskin hanya
diberikan kurang dari 12 bulan (seperti pada tahun 2006 =11 bulan dan tahun
2007 =10 bulan). Harga beras akhir tahun 2006 dan awal 2007 serta akhir tahun
2007 dan awal 2008 meningkat tajam. Pada saat itulah, pemerintah melakukan
Operasi Pasar Murni (OPM) dan Operasi Pasar Khusus dari Cadangan Beras
Pemerintah (OPK - CBP).Beberapa kendala dalam pelaksanaan RASKIN selama
ini terutama dalam pencapaian ketepatan indikator maupun ketersediaan anggaran.
Sampai dengan saat ini, jumlah beras yang akan disalurkan baru ditetapkan
setelah anggarannya tersedia. Selain itu ketetapan atas jumlah beras Raskin yang
disediakan juga tidak selalu dilakukan pada awal tahun, dan sering dilakukan
perubahan di pertengahan tahun karena berbagai faktor. Hal ini akan menyulitkan
dalam perencanaan penyiapan beras perencanaan pendanaan dan perhitungan
biaya-biayanya.
Data Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang dinamis menjadi suatu kendala
tersendiri di lapangan. Masih ada Rumah Tangga Miskin (RTM) di luar rumah
tangga miskin yang belum dapat menerima Raskin karena tidak tercatat sebagai
RTS di Badan Pusat Statistik (BPS). Kebijakan lokal dan "keikhlasan" sesama
rumah tangga miskin dalam berbagi, tidak jarang dipersalahkan sebagai tidak
27
tepatnya sasaran. Ketepatan harga terkendala dengan hambatan geografis. Jauhnya
lokasi RTS dari titik distribusi (TD) mengakibatkan RTS harus membayar lebih
untuk mendekatkan beras ke rumahnya. Harga tebus Raskin oleh RTS tidak lagi
seharga Rp. 1.000/kg atau 1.600/kg karena RTS harus membayar biaya-biaya lain
untuk operasional dan angkutan dari titik distribusi (TD) ke rumah mereka. Peran
Pemerintah Kabupaten/Kota untuk membantu RTS mencapai tepat harga perlu
terus didorong. Saat ini sudah banyak Pemerintah Kabupaten/Kota yang
menyediakan dana anggaran pendapatan belanja daerah (APBD-nya) untuk
Raskin.
Apresiasi bagi Pemerintah Kabupaten/Kota patut diberikan karena
perhatian terhadap penyediaan dan pengalokasian anggaran pendapatan belanja
daerah (APBD) serta pengawalan terhadap pelaksanaan Raskin. Kepedulian
terhadap program Raskin berarti kepedulian terhadap RTS yang muncul dari hati
nurani untuk mengentaskan kemiskinan. Kesadaran bahwa Raskin merupakan
tugas bersama Pemerintah Pusat dan Daerah untuk membantu mengurangi beban
pengeluaran 18,5 juta RTS pada tahun 2009, perlu terus ditumbuhkan.
Peningkatan ketepatan sasaran juga terus ditingkatkan melalui
pendampingan pola distribusi melalui kelompok masyarakat pada tahun 2009.
Distribusi Raskin dilakukan oleh kelompok masyarakat yang umumnya berbasis
keagamaan maupun oleh kelompok masyarakat miskin penerima manfaat Raskin.
Penerima manfaat Raskin adalah rumah tangga miskin (RTM) di
Desa/Kelurahan yang berhak menerima beras Raskin, sebagai hasil seleksi
mematuhi proses musyawarah desa/kelurahan yang terdaftar dalam daftar
28
penerima manfaat (DPM) yang ditetapkan oleh Kepala Desa /Kelurahan dan
diserahkan oleh Camat.
Adapun 14 Kriteria Miskin Menurut Standar BPS yaitu :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.
2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air
hujan.
7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak
tanah.
8. Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam dalam satu kali seminggu.
9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun
10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik
12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/ tidak tamat SD/
tamat SD.
29
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor,
atau barang modal lainnya.
6. Pelayanan publik
Pelayanan yang diberikan kelurahan tergolong dalam jenis pelayanan
publik. Pelayanan menurut kamus besar Indonesia adalah:
a) perihal atau cara melayani
b) servis, jasa
c) kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang dan jasa
Moenir (2000: 26) berpendapat bahwa pelayanan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha memenuhi
kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Kata pelayanan itu sendiri
merupakan terjemahan dari istilah asing, yaitu servis.Pengertian servis adalah
pekerjaan yang harus dilakukan seorang pelayan pada tuannya.
Kencana (2006: 8) mendefinisikan publik adalah sejumlah manusia yang
memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar
dan baik berdasarkan nilai- nilai norma yang merasa memiliki. Oleh karena itu
pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan
meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang pelayanan yaitu:
30
a) Lukman (2000: 6) bahwa, pelayanan adalah setiap kegiatan yang
menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan
kepuasan, meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.
b) Sampara (2000:6) berpendapat, pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan
kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang
lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan
c) Thoha (1989:78) berpendapat bahwa pelayan masyarakat merupakan satu
usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang maupun suatu
instansi tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan pada masyarakat
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Negara didirikan oleh publik (masyarakat), tentu saja dengan tujuan agar
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang merupakan bagian utama dari
tujuan Nasional. Pada hakikatnya negara dalam hal ini pemerintah (birokrat)
haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Kebutuhan dalam hal ini
bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang
sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnya kebutuhan beras yang murah
untuk masyarakat untuk mengurangi beban pengeluaran.
Sinambela (2006: 6) berpendapat bahwa terdapat lima indikator
pelayanan publik yaitu: Reliability yang ditandai pemberian pelayanan yang tepat
dan benar; Tangibles yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber
daya manusia dan sumber daya lainnya; Responsiveness, yang ditandai dengan
keinginan melayani konsumen dengan cepat; Assurance, yang ditandai dengan
tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan, dan
31
empati, yang ditandai tingkat kemampuan untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan konsumen.
Berbicara tentang pelayanan pemerintah kepada masyarakat akan selalu
menuju pada usaha pemuasan pelayanan atau pemberian pelayanan prima. Untuk
itulah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara melalui keputusannya Nomor 63
Tahun 2003 menjelaskan prinsip-prinsip pelayanan sebagai berikut:
1) Kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur/tata cara pelayanan tidak berbelit-
belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.
2) Kejelasan:
a) Persyaratan teknis dan administrative pelayanan publik.
b) Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa
dalam pelaksanaan pelayanan publik.
c) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3) Kepastian waktu yaitu pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
4) Akurasi yaitu produk pelayanan diterima dengan benar, tepat, dan sah.
5) Keamanan yaitu proses dan produk pelayanan memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
6) Tanggung Jawab: pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang
ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7) Kelengkapan sarana dan prasarana.
32
8) Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung
lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi
dan informatika.
9) Kemudahan akses yaitu tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang
memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan
teknologi komunikasi dan informatika.
10) Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan yang berarti pemberi pelayanan hams
bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan
dengan ikhlas.
B. Kerangka Pemikiran
Kebutuhan pangan untuk masyarakat sangat penting karena merupakan
pokok utama dalam kebutuhan sehari-hari.Peranan pemerintah seharusnya
memberikan yang terbaik pada masyarakat terutama dalam pelayanan.
transparansi pemerintah dalam memberikan beras untuk keluarga miskin terdiri
dari beberapa indikator yaitu : (1) penyediaan informasi yang jelas, (2)
kemudahan masyarakat mengakses informasi, (3) menyusun suatu mekanisme
pengaduan masyarakat. Serta dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
pendukung antara lain: koordinasi antar instansi pemerintah, serta faktor
penghambat antara lain: (1) data yang kurang akurat, (2) kurangnya sarana, (3)
kurangnya pengawasan, (4) penyampaian laporan belum terbuka kepada
masyarakat.
33
Untuk lebih jelasnya dibawa ini terdapat gambaran kerangka yang
menjadi landasan pemikiran yaitu:
BAGAN KERANGKA PIKIR
C. Deskripsi Fokus
Transparansi dalam pengelolaan Raskin terdiri dari beberapa indikator
transparansi yaitu: : (1) penyediaan informasi yang jelas. (2) kemudahan
masyarakat mengakses informasi. (3) menyusun suatu mekanisme pengaduan
masyarakat. Serta dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pendukung antara
lain: koordinasi antar instansi pemerintah, serta faktor penghambat antara lain: (1)
data yang kurang akurat, (2) kurangnya sarana, (3) kurangnya pengawasan, (4)
Transparansi dalam Pengelolaan
Raskin
Kepuasan Masyarakat
INDIKATOR
TRANSPARANSI
1. Penyediaan
informasi
2. Kemudahan
mengakses
informasi
3. Menyusun suatu
mekanisme
pengaduan
Faktor penghambat
1. Data yang kurang
akurat
2. Kurangnya sarana
3. Kurangnya
pengawasan
4. Penyampaian
laporan belum
terbuka kepada
masyarakat
Faktor pendukung
Koordinasi antar
instansi pemerintah
34
penyampaian laporan belum terbuka kepada masyarakat. Untuk mencapai
kepuasan masyarakat.
D. Deskripsi fokus penelitian
1. Penyediaan informasi yang jelas tentang (a) prosedur-prosedur, (b) biaya-
biaya dan (c) tanggung jawab dalam pengelolaan Raskin, dimana tujuan
utama dalam program Raskin adalah memberikan bantuan, mengingat atau
membuka akses informasi bantuan Raskin kepada keluarga miskin.
2. Kemudahan masyarakat mengakses informasi (a) secara langsung yaitu
informasi yang didapatkan dengan langsung berhadapan dengan pihak terkait
mengenai informasi yang dibutuhkan. maupun (b) tidak langsung adalah
informasi yang didapatkan melalui media perantara seperti penggunaan IT,
papan informasi, dan lain-lain.
3. Menyusun mekanisme pengaduan keluhan masyarakat yaitu dengan adanya
kotak saran dalam meningkatkan pengeloloan Raskin agar tidak terjadi
penyalahgunaan.
4. Adanya koordinasi antara instansi pemerintah Desa dengan Badan Pusat
Statistik (BPS), Kepala Desa, Kepala Dusun,Ketua RT/RW dan masyarakat
dalam rangka meningkatkan transparansi dalam pengelolaan Raskin.
5. Data yang kurang akurat sangat sering terjadi, hal tersebut terjadi pada
penyaluran bantuan Raskin dimana masyarakat yang mampu tetapi terdata
untuk mendapatkan bantuan tersebut sedangkan masih banyak masyarakat
yang tidak mampu tetapi tidak terdata dari pusat.
35
6. Kurangnya Sarana merupakan faktor penghambat dalam meningkatkan
transparansi dalam pengelolaan Raskin di Desa Pacellekang Kecamatan
Pattallassang Kabupaten Gowa.
7. Kurangnya pengawasan karena pengawasan adalah salah satu dari fungsi
manajemen yang dilaksanakan untuk memastikan dan menjamin bahwa
tujuan dan tugas-tugas organisasi yang akan dan yang telah terlaksana dengan
baik sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
8. penyampaian laporan pelaksanaan bantuan Raskin yang memenuhi prinsip
tepat waktu dan sesuai dengan UU yang telah dikeluarkan oleh pemerintah
pusat .
9. Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah kemampuan institusi
dalam pelayanan akan kebutuhan masyarakat melayani masyarakat dengan
cepat etika dan moral dalam memberi pelayanan kepada masyarakat agar puas
terhadap pelayanan.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2014. Lokasi
penelitian di kantor Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa
yang didasarkan bahwa kantor Desa Pacellekang merupakan salah satu lembaga
yang melakukan pelayanan transparansi dalam pengelolaan Raskin di Desa
Pacellekang.
B. Jenis dan Tipe Penelitian
1. Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif kualitatif yaitu
pengumpulan data langsung di lapangan dengan menggunakan instrumen
pengambilan data berupa pengamatan dan wawancara.
2. Tipe penelitian yang digunakan adalah fenomenologi yang berfokus pada
pengalaman hidup manusia yang memberikan gambaran tentang transparansi
pengelolaan beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Pacellekang
Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.
C. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari data primer
dan sekunder.
37
1. Data primer yaitu data yang sumbernya diperoleh langsung dari informan
dengan menggunakan teknik wawancara dan pengamatan secara langsung di
lokasi penelitian
2. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari dokumen-dokumen
dan laporan-laporan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
D. Informan Penelitian
Informan
1. Kepala Desa Pacellekang : 1 Orang
2. Staf Desa Pacellekang : 2 Orang
3. Kepala Dusun : 4 Orang
4. Warga Penerima Raskin : 4 Orang
Jumlah : 11 Orang
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan suatu teknik pengumpulan data
secara langsung dengan informan yang mengacu pada pedoman wawancara yang
telah disiapkan.
2. Observasi
Observasi merupakan penelitian dengan cara mengamati secara langsung
hal-hal yang berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap transparansi
pengelolaan beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Pacellekang
Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.
38
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis
transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lainnya yang telah
diumpulkan untuk memudahkan pemahaman dalam penyusunan laporan
penelitian. Secara umum analisis data penelitian ini dilakukan dua tahap yaitu,
analisis data pada saat pengumpulan data di lapangan dan setelah pengumpulan
data selesai.Miles dan Hubermen (dalam Sarwono,2006:105) analisis data selama
pengumpulan data berlangsung dapat memberikan kesempatan kepada peneliti
lapangan untuk memikirkan tentang data yang ada dan menyusun strategi untuk
pengumpulan data. Hal tersebut dapat menjadi ukuran kepada peneliti, data apa
yang telah ada dan data apa yang belum diperoleh sehubungan dengan
permasalahan yang ada. Lagi pula analisis data terus menerus memungkinkan
adanya hasil laporan sementara yang merupakan suatu bagian dari sebagian besar
data yang diperlukan.
Langkah yang dilakukan dalam menganalisis data penelitian ini pertama
adalah membaca, mempelajari, dan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber (observasi, wawancara, perekaman, dan catatan lapangan, serta
dokumen). Setelah membaca, mempelajari, dan menelaah seluruh data,
selanjutnya dilakukan reduksi data. Pada langkah reduksi ini yang dilakukan
adalah mengadakan pemilihan data yang relevan dan bermakna,
menyederhanakan, membuat ringkasan dan mentransformasikan data "kasar" yang
muncul dari catatan-catatan di lapangan. Dengan demikian, kegiatan reduksi ini
dimaksudkan untuk menajamkan data dengan cara membuang unsur-unsur yang
39
tidak perlu. Mengingat selama kegiatan pengumpulan data dilakukan, maka data
yang terkumpul atau hasil reduksi data masih terpotong-potong dalam unit-unit
menurut pencatat, maka data tersebut selanjutnya diorganisasikan dan
diklasifikasikan sesuai dengan urutan masalah dalam penelitian.
G. Pengabsahan Data
Pengecekan atau pemeriksaan dari isi data dilakukan dengan tujuan
memperoleh penafsiran data yang sah. Keabsahan data ini dilakukan dengan cara:
Triangulasi yaitu mengadakan pengecekan pada teman sejawat. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Moleong (2007:175) bahwa untuk pemeriksaan
keabsahan data dapat digunakan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan
pengamatan, triangulasi, pengecekan teman sejawat, kecukupan referensial, kajian
kasus negative, dan pengecekan anggapan.
Triangulasi dalam penelitian berarti berbicara tentang keterandalan data
yang diperoleh selama penelitian, baik cara memperolehnya atau hasil
perolehannya. Menurut Moleong (2007:325) “Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan, pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data. Teknik
data triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui
sumber lainnya.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek pada sumber lain
keabsahan data yang telah diperoleh sebelumnya.
2. Triangulasi Metode
40
Triangulasi metode bermakna data yang diperoleh dari satu sumber dengan
menggunakan metode atau teknik tertentu diuji kekuatan atau
ketidakakuratannya.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu berkenaan dengan waktu pengumpulan data.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Keadaan Geografis Dan Topografi
Desa Pacellekang merupakan salah satu dari 8 Desa di wilayah
Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa yang terletak kurang lebih 5 Km
kearah utara dari Kecamatan Pattallassang , kurang lebih 25 Km dari ibu kota
kabupaten dan kurang lebih 25 Km dari ibu kota provinsi. Desa Pacellekang
mempunyai luas wilayah seluas ± 1.647 Ha.Desa Pacellekang mempunyai batas-
batas sebagai berikut :
1. Di sebelah Selatan : Desa pattallassang dan Desa sunggumanai.
2. Di sebelah Barat : Desa Je’nemadinging
3. Di sebelah Utara : Desa Moncongloe Bulu kec. Moncongloe kabupaten
Maros
4. Di sebelah Timur : Desa panaikang
Dengan batas-batas wilayah diatas Desa Pacellekang dibagi atas 4 dusun.
Adapun pembagian dusun di Desa Pacellekang, sebagai berikut:
1. Dusun Pa’bundukang.
2. Dusun Pattiro.
3. Dusun Tambung Batu.
4. Dusun Moncongloe.
42
Berdasakan pembagian dusun-dusun tersebut, Desa Pacellekang dengan
luas wilayah 1.647 Ha memiliki jumlah penduduk sebesar 3.085 jiwa. Iklim Desa
Pacellekang memiliki iklim dengan tipe B2 dengan rata-rata curah hujan 2563
mm/tahun dan hujan 149 hari/tahun. Jumlah bulan basah: 4 bulan, bulan kering: 4
bulan, dan bulan lembab: 4 bulan. Suhu udara pada siang hari 28oC – 28
oC,
sedangkan pada malam hari antara 18oC – 24
oC.
A. Gambaran Umum Desa Pacellekang
2. Jumlah Penduduk / Mata Pencaharian Desa Pacellekang
a. Jumlah Penduduk Desa Pacellekang
Berdasarkan data administrasi Pemerintah Desa Pacellekang, jumlah
penduduk yang tercatat secara administrasi yaitu 3.085 jiwa. Dengan perincian
penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1.327 jiwa, sedangkan berjenis
kelamin perempuan 1.758 jiwa.
Tabel 1 Data Penduduk Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang
No. Nama Dusun Jumlah KK L P Jumlah
1 Pa’bundukang 255 413 607 1.020
2 Pattiro 253 421 578 999
3 Tambung Batu 42 97 102 199
4 Moncongloe 173 396 471 867
Total 723 1.327 1.758 3.085
Sumber: Data Monografi Desa Pacellekang, Juni 2014
b. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam memajukan tingkat
kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya, dengan
tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak tingkat kemampuan
43
masyarakat, begitupun sebaliknya. Tingkat kemampuan akan mendorong
timbulnya keterampilan kewirausahaan dan pada gilirannya akan mendorong
munculnya lapangan kerja baru. Dengan demikian akan membantu program
pemerintah untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran.
Pendidikan biasanya akan dapat mempertajam sistematika fikir atau pola fikir
individu, selain itu akan mempermudah menerima informasi yang lebih maju. Di
bawah ini tabel yang menunjukkan tingkat rata-rata pendidikan warga Desa
Pacellekang:
Tabel 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan Desa Pacellekang
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak Tamat Sekolah 769 Orang
2 SD 752 Orang
3 SMP 622 Orang
4 SLTA 427 Orang
5 Diploma/Sarjana 185 Orang
Jumlah 2.755 Orang
Sumber: Data Monografi Desa Pacellekang, Juni 2014
c. Mata Pencaharian
Secara umum mata pencaharian masyarakat Desa Pacellekang dapat
teridentifikasi hanya kedalam beberapa jenis mata pencaharian, seperti Pengusaha,
PNS, Petani, Pedagang, Karyawan Swasta, Tukang dan Buruh.
Tabel 3 Mata Pencaharian penduduk Desa Pacellekang
No. Jenis pekerjaan Jumlah (Orang)
1. TNI POLRI 21
2. Buruh Tani 23
3. PNS 23
4. Peternak 13
5. Pensiunan 12
6. Pedagang 49
7. Petani 465
8. Pertukangan Kayu/batu 54
44
9. Perangkat Desa 9
10. Pengrajin 8
11. Industri kecil 6
12. Buruh industry 2
13. Lain-lain 23
Jumlah 671
Sumber: Data Monografi Desa Pacellekang, Juni 2014
3. Keadaan Sosial Ekonomi/Budaya
Mayoritas penduduk Desa Pacellekang adalah suku Makassar. Hal ini
seiring dengan kentalnya tradisi dan budaya Makassar yang dapat dilihat dari
aktifitas kehidupan masyarakat Desa Pacellekang. Adat istiadat yang berlaku
dalam masyarakat menjadi pola kehidupan diberbagai bidang dalam hal ini
menjadi suatu aturan tersirat dan dihormati oleh masyarakat.
Jika berbicara agama mayoritas, maka agama islam adalah agama yang
mayoritas yang dianut oleh masyarakat Desa Pacellekang. Berdasarkan sejarah
budaya sebelum masuknya agama islam ke Desa Pacellekang, masyarakat sudah
menganut suatu aturan kepercayaan dan adat istiadat yang sangat dijunjung tinggi
sampai sekarang. Maka tak heran jika di Desa Pacellekang kita masih menjunjung
kegiatan atau peringatan hari besar islam yang syarat dengan simbol-simbol
tradisi/adat setempat, seperti contoh kegiatan peringatan Maulid Nabi besar
Muhammad SAW yang identik dengan telur berwarna, songkolo, ayam dan
bunga-bunga dari kertas. Adapun tradisi budaya masyarakat masih masih
dilaksanakan dan sebagian ditetapkan sebagai kegiatan rutin. Seperti acara
songkolobala dengan tujuan untuk menolak bala, dengka ase lolo sebagai kegiatan
tanda syukur atas hasil panen padi, appassili bagi ibu hamil yang memasuki usia
kandungan ketujuh bulan dan lain-lain.
45
4. Struktur Pemerintahan Desa Pacellekang
Rukun tetangga dan rukun warga sebagai satuan organisasi dalam suatu
wilayah dari Pemerintahan Desa Pacellekang memiliki fungsi yang sangat berarti
terhadap kepentingan pelayanan masyarakat, terutama berkaitan hubungannya
dengan pemerintahan pada level diatasnya. Struktur kepemimpinan Desa
Pacellekang tidak bisa lepas dari struktur administrasi pemerintahan pada level
diatasnya berdasarkan Perda Kabupaten Gowa No. 54 Tahun 2008 tanggal 22
Desember 2008. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 4 sampai tabel 6.
Tabel 4 Nama-nama Pejabat Administrasi Pemerintah Desa Pacellekang
No. Nama Jabatan
1 Syahril Lawa Kepala Desa
2 Syamsul Bahri S.sos Sekretaris Desa
3 Hasanuddin Tobo Kaur Pemerintahan
4 Irnawati Kaur Pembangunan
5 Hasniah Kaur Umum
Sumber: Kantor Desa Pacellekang, juni 2014.
Tabel 5 Nama-Nama Kepala Dusun
No Nama Jabatan
1 M.Yahya Dg Nangka Kadus Pa’bundukang
2 H.Mansyur Dg Ramma Kadus Pattiro
3 Zainuddin Samaila Kadus Tambung Batu
4 Syamsuddin Kadus Moncongloe
Sumber: Kantor Desa Pacellekang, Juni 2014.
Tabel 6 Nama-nama Badan Permusyawaratan Desa Pacellekang
No Nama Jabatan
1 H. Musa Gassing S.pd Ketua
2 Syawaluddin Bate A.ma Sekretaris
3 M.Yahyha Dg Nangka Anggota
4 Syahruddin .SH Anggota
5 Hasan Anggota
6 Nurhayati Anggota
Sumber: Kantor Desa Pacellekang, Juni 2014.
46
Untuk lebih memperjelas tabel struktur pemerintahan Desa Pacellekang
di atas, maka akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Kepala Desa
Kepala Desa sebagai alat pemerintahan Desa dan pelaksana dalam
pemerintahan Desa. Untuk itu Kepala Desa bertugas menyelenggarakan urusan
rumah tangganya sendiri, menjalankan urusan pemerintahan dan pembangunan
masyarakat, meningkatkan semangat gotong royong sebagai sendi utama dalam
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di Desa.
Kepala Desa dalam melaksanakan tugas pemerintahan berfungsi sebagai
penyelenggara kegiatan urusan rumah tangga, mengarahkan masyarakat untuk
ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan di Desanya melaksanakan tugas
pemerintahan dan pemerintahan Desa, memelihara ketentraman dan ketertiban
masyarakat Desa serta melaksanakan kegiatan pemerintahan umum lainnya.
b. Badan Perwakilan Desa
Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai badan legislatif di Desa
berkedudukan sebagai wadah penyalur aspirasi rakyat serta mengawasi kegiatan
pemerintahan Desa. Dibentuknya badan ini merupakan perwujudan demokrasi
dimana Badan Perwakilan Desa ini mempunyai fungsi sebagai pengawas atau
mengontrol pelaksanaan kegiatan-kegiatan Desa.
c. Sekretaris Desa
Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pelayanan atau staf di
bidang ketatausahaan Kepala Desa dan memimpin sekretaris Desa. Sesuai dengan
47
kedudukannya maka sekretaris Desa mempunyai tugas untuk menyelenggarakan
pelaksanaan dan pembinaan dibidang ketatausahaan Kepala Desa.
Sekretaris Desa mempunyai fungsi untuk melaksanakan urusan surat-
menyurat, kearsipan dan bertugas melaksanakan tugas Kepala Desa apabila kepala
Desa berhalangan melaksanakan tugasnya.
d. Kepala Urusan
Kepala urusan berkedudukan sebagai unsur pembantu sekretaris Desa
dalam hal memberikan pelayanan ketatausahaan Kepala Desa sesuai bidang tugas
masing-masing.
Tugas pokok kepala urusan adalah melaksanakan kegiatan ketatausahaan
serta berfungsi sebagai pelaksana dalam hal pengumpulan dan mengelola data
atau informasi yang menyangkut bidang tugas masing-masing.
e. Kepala Dusun
Kepala Dusun berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas Kepala Desa
dalam wilayah kerja masing-masing. Sehubungan dengan hal tersebut kepala
Dusun mempunyai tugas pokok sebagai pelaksana kegiatan pemerintahan Desa
dalam kepemimpinan Kepala Desa dalam wilayah kerjanya.
Sehubungan dengan hal ini maka Kepala Dusun berfungsi untuk
melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan di wilayah kerjanya,
melaksanakan keputusan Desa serta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di
wilayah kerjanya.
48
5. Jumlah Bantuan Raskin di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Gowa
Desa Pacellekang Kecamatan Pattallasang Kabupaten Gowa merupakan
daerah yang menerima bantuan beras untuk keluarga miskin (Raskin) sejak tahun
2010-2013, terus mengalami penurunan. Penurunan ini diakibatkan karena
kurangnya stok beras dari Perum Bulog, namun jika dilihat kenyataan di lapangan,
masyarakat Desa Pacellekang Kecamatan Pattallasang Kabupaten Gowa masih
banyak yang membutuhkan Raskin tersebut.
Data real pendistribusian Raskin di Desa Pacellekang Kecamatan
Pattallassang belum terealisasi dengan baik. Dimana dari tahun 2010 jumlah
Kepala Keluarga (KK) penerima Raskin sebanyak 240 KK, selanjutnya pada
tahun 2011 jumlah Kepala Keluaraga (KK) penerima Raskin menurun dari 240
KK menjadi 230 KK, selanjutnya pada tahun 2012 jumlah KK penerima Raskin
menurun lagi dari 240 KK menjadi 164 KK, dan pada tahun 2013 jumlah KK
penerima Raskin tambah menurun dari 240 KK menjadi 156 KK. Penerima
Raskin diberikan sesuai data yang dikirimkan pihak BPS dan setiap tahun
penerimanya berkurang, petugas pendistribusian Raskin juga tidak bisa
menambah total penerima Raskin, mereka bekerja berdasarkan data yang telah
diberikan oleh pihak BPS pusat. Padahal menurut data real yang kita miliki total
masyarakat miskin di Desa Pacellekang ada 300 lebih KK. Untuk itu pihak BPS
bisa lebih mendata agar pembagian Raskin ini bisa lebih merata. Perbedaan data
dari pihak Desa dan pihak BPS dinilai dikarenakan data pihak BPS tidak valid.
49
Berdasarkan penjelasan tersebut, untuk melihat bagaimana
perkembangan bantuan Raskin di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallasang
Kabupaten Gowa maka dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7 Jumlah Bantuan Raskin di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Gowa.Tahun 2010 s/d 2013.
No Tahun Jumlah Masyarakat Penerima
Raskin(KK)
Jumlah
Raskin(kg)
Harga (Rp)
1600/kg
1 2010 240 3.600 5.760.000
2 2011 230 3.450 5.520.000
3 2012 164 2.460 3.936.000
4 2013 156 2.340 3.744.000
Sumber: Kantor Desa Pacellekang, Desember 2013.
Tabel 8 Komposisi Tingkat Kemiskinan Desa Pacellekang.
No Lokasi Jumlah
KK
Kaya Sedang Miskin Sangat
Miskin
Ket
1 Desa Pacellekang 709 75 150 169 240 3.085
Jumlah 709 75 150 169 240 3.085
Sumber: Kantor Desa Pacellekang, Desember 2013.
6. Informan Penelitian
Adapun informan penelitian di cantumkan dalam tabel berikut:
Tabel 9 Informan Penelitian
No Nama Keterangan
1 Syahril Lawa Kepala Desa
2 Syamsul Bahri Sekretaris Desa
3 Hasniah Kaur Umum
4 M.Yahya Dg Nangka Kepala Dusun Pa’bundukang
5 H.Mansyur Dg Ramma Kepala Dusun Pattiro
6 Syamsuddin Kepala Dusun Moncongloe
7 Zainuddin Samaila Kepala Dusun Tambungbatu
8 Dg Bate Masyarakat/penerima Raskin
9 Dg Baji Masyarakat/penerima Raskin
10 Dg pa’ja Masyarakat /penerima Raskin
11 Dg Nompo Masyarakat/penerima Raskin
Sumber: Olahan Data Primer, juni 2014.
50
B. Transparansi Pengelolaan Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) di
Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa
Indikator-indikator transparansi adalah sebagai berikut : (1) penyediaan
informasi yang jelas tentang (a) prosedur-prosedur, (b) biaya-biaya dan tanggung
jawab dalam pengelolaan Raskin, (2) kemudahan masyarakat mengakses
informasi, (3) menyusun suatu mekanisme pengaduan keluhan masyarakat. Serta
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor pendukung antara lain: koordinasi
antar instansi pemerintah, serta faktor penghambat antara lain: (1) data yang
kurang akurat, (2) kurangnya sarana, (3) kurangnya pengawasan, (4) penyampaian
laporan belum terbuka kepada masyarakat.
Adapun masing-masing distribusi jawaban informan pada tiap indikator
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penyediaan Informasi yang Jelas oleh Pemerintah tentang Prosedur-
Prosedur, Biaya-Biaya dan Tanggung Jawab Dalam Pengelolaan Raskin.
a. Prosedur-prosedur dalam pengelolaan Raskin.
Penyediaan informasi adalah sebuah wujud layanan dari salah salah satu
bentuk transparansi dengan indikator; informasi prosedur-prosedur yang jelas dan
biaya-biaya. Tujuan utama dalam program Raskin adalah memberikan bantuan,
mengingat atau membuka akses informasi bantuan Raskin kepada keluarga miskin
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat terutama masyarakat dari
golongan yang tidak mampu. Dalam pembagian Raskin ini dibutuhkan adanya
informasi dari pemerintah terkait, agar program yang dijalankan bisa berjalan
sebagaimana mestinya. Menurut hasil wawancara penulis dengan masyarakat
51
tentang penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur-prosedur pengelolaan
Raskin menyatakan bahwa:
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“Apa yang di lakukan pemerintah Desa Pacellekang dalam hal transpar
ansi pengelolaan Raskin dengan indikator penyediaan informasi yang
jelas oleh pemerintah tentang prosedur-prosedur dalam pengelolaan
Raskin belum memuaskan, karena tidak dilakukan dengan terbuka atau
transparan untuk semua kalangan. Tidak ada penyediaan informasi yang
jelas tentang prosedur-prosedur pengelolaan Raskin itu dilakukan
perperiodik dan sifatnya terbuka termasuk jika prosedur-prosedur itu
sewaktu-waktu berubah atau terganti.” ( wawancara D.N tanggal 22 Juni
2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat lainnya mengatakan bahwa:
“ Prosedur-prosedur dalam pengelolaan Raskin belum dilakukan secara
terbuka kepada masyarakat karena tidak jelasnya biasa informasi yang
disampaikan kepada semua kalangan masyarakat.” ( wawancara D.B
tanggal 22 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
pemerintah Desa Pacellekang dalam hal penyediaan informasi tentang prosedur-
prosedur yang jelas belum dilakukan dengan baik karena tidak dilakukan secara
terbuka untuk semua kalangan khususnya mengenai penyediaan informasi yang
jelas tentang prosedur-prosedur dalam pengelolaan Raskin.
Hasil wawancara penulis dengan Kaur Umum mengatakan bahwa:
“Pelaksanaan pengelolaan Raskin di Desa Pacellekang di butuhkan
prosedur pengelolaan yang di lihat dari persyaratan administrasi.
persyaratan administrasi yang kami berikan kepada masyarakat penerima
Raskin adalah RTS yang berhak mendapatkan Raskin adalah RTS yang
terdaftar dalam PPLS-08 BPS sebagai RTS di Desa atau dengan
memperlihatkan surat keterangan miskin dari pemerintah
setempat”.(wawancara H.S tanggal 20 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan kepala Dusun Pa’bundukang
mengatakan bahwa:
52
“ Kami memberikan keringanan kepada masyarakat yang kurang mampu
untuk mendapatkan Raskin dengan membawa Kartu Keluarga ( KK)
sebagai persyaratan kalau tidak mempunyai surat keterangan miskin”.
( wawancara M.Y tanggal 20 Juni 2014).
Hasil wawancara di atas dilihat dari aparat Desa sebagai petugas
pelayanan harus memberikan keringanan kepada Rumah Tangga Miskin (RTM)
sebagai penerima Raskin dan memberikan kemudahan bagi penerima layanan
dengan baik demi mendapatkan haknya. hal ini di pengaruhi oleh tingkat
transparansi dan sistem administrasi yang di terapkan oleh aparat Desa sesuai
dengan prosedur pelayanan dan Standar Operasional Pelayanan (SOP) dalam
melaksanakan tugasnya untuk melayani Rumah Tangga Miskin mendapatkan
Raskin.
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“ terkadang data RTS dari BPS tidak valid dan tertutup, sehingga ada
warga miskin tidak dapat Raskin dan yang mampu malah mendapatkan
Raskin sehingga menimbulkan kecemburuan sosial dalam masyarakat .”
( wawancara D.B tanggal 22 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat lain mengatakan bahwa:
“ sebagai masyarakat yang kurang mampu tentunya kami merasa iri
kalau keadaan kehidupan kami sama saja baru ada yang mendapatkan
Raskin da nada yang tidak mendapatkan Raskin.” ( wawancara D.N
tanggal 22 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa penyediaan informasi yang
jelas oleh pemerintah tentang prosedur-prosedur dalam pengelolaan Raskin yang
dilakukan pemerintah Desa Pacellekang belum dilakukan dengan baik sesuai
dengan prinsip transparansi. Hal ini tidak selaras dengan teori transparansi yang
dipaparkan oleh hamid Muhammad ( 2007: 31) yakni bagaimana menciptakan
kepercayaan timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat melalui
53
penyediaan dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang
akurat dan memadai.
Pada dasarnya kesadaran masyarakat untuk menjalin kerjasama antara
partisipasi masyarakat dalam program Raskin dengan masyarakat dapat
memberikan manfaat yang besar bagi berlangsungnya proses pendistribusian
Raskin di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.
b. Biaya-biaya dalam pengelolaan Raskin.
Untuk mengetahui biaya-biaya apa saja yang perlu diperhatikan
pemerintah dalam mewujudkan transparansi pengelolaan Raskin berikut ini
petikan wawancara penulis dengan masyarakat:
“ Biaya-biaya yang perlu diperhatikan pemerintah Desa Pacellekang
dalam mewujudkan transparansi pengelolaan Raskin adalah harga tebus
Raskin yaitu Rp 1.600/kg lebih rendah dibandingkan dengan harga beras
normal di pasar yaitu Rp 5.500 – 6.000/kg, tetapi kualitas Raskin
memang tidak sebagus beras normal karena biasa berwarna kuning dan
berbau.” ( wawancara D.P 20 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat lain mengatakan bahwa:
“ Meskipun kualitas beras Raskin tidak sebagus beras normal kami
masyarakat kurang mampu tetap membelinya untuk dimakan karena
harganya juga lebih murah dari pada beras normal.” ( wawancara D.B 20
Juni 2014).
Berdasarkan wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya harga tebus Raskin yaitu 1.600/kg lebih rendah dibandingkan harga beras
normal yaitu Rp 5.500 – 6000/kg dapat membantu beban pengeluaran RTS
meskipun kualitas Raskin tidak sebagus beras normal.
54
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Dusun Tambungbatu
“Dengan adanya bantuan Raskin dapat membantu beban keluarga miskin
untuk membeli beras dengan harga lebih rendah dari pada beras normal
meskipun harus membayar biaya-biaya lain untuk jasa angkutan dari TD
ke rumah mereka sebesar Rp 5.000 per RTS.”(wawancara Z.S tanggal 20
Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Pacellekang
“Alhamdulillah dengan adanya Raskin sangat disyukuri oleh warga kami
khususnya di salah satu dusun yang ada didesa kami karena banyak
warga pendatang yang tidak memiliki mata pencaharian tetap sehingga
Raskin sangat membantu mereka karena harganya murah dibanding
harga beras di pasar.”(wawancara S.L tanggal 20 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Dusun Moncongloe
“ Masyarakat kami sangat bersyukur dengan adanya Raskin karena
banyak diantara mereka yang tidak mempunyai lahan untuk menanam
padi jadi harus membeli beras untuk di makan baru keuangannya juga
terbatas.” ( wawancara S.Y tanggal 20 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
rela membayar biaya untuk jasa angkutan dari TD ke rumah mereka, karena di
Desa Pacellekang ada dua dusun yang lokasinya agak jauh dari kantor Desa
sehingga pendistribusian Raskin dilakukan di Dusun masing-masing.
Hasil wawancara lainnya dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“ salah satu tolak ukur pemerintahan yang baik atau yang biasa di sebut
Good Governance adalah Transparansi. Maka jika sebuah instansi yang
tidak mengedepankan transparansi dalam segala aspek merupakan
instansi yang bisa menimbulkan ketidakpercayaan dari masyarakat.”
(Wawancara D.N tanggal 20 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dengan indikator penyediaan
informasi biaya-biaya yang yang jelas yang dilakukan pemerintah Desa
Pacellekang belum dilakukan dengan baik sesuai dengan prinsip transparansi. Hal
ini tidak selaras dengan teori transparansi yang dipaparkan oleh Krina ( 2003: 17)
55
yakni bagaimana seharusnya pemerintah daerah memuaskan rasa keingintahuan
dari masyarakat tentang jalannya pemerintahan daerah mereka dengan cara
mentransparansikan laporan-laporan kegiatan yang telah dilakukan oleh
pemerintah daerah dan juga bagaimana pemerintah daerah dapat mengetahui
aspirasi masyarakat dengan menyediakan alat-alat bagi masyarakat sehingga
masyarakat dapat ikut mengontrol berjalannya pemerintah daerah di daerahnya
sendiri.
c.Tanggung jawab dalam pengelolaan Raskin.
Tanggung jawab pengelolaan program Beras Untuk Keluarga Miskin
(Raskin) merupakan tanggung jawab bersama, semua pihak harus turut serta
memperbaiki kekurangan kelemahan program Raskin.
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Pacellekang
“ Yang harus memperbaikinya ya semua, mulai dari pemerintah pusat,
daerah, aparat, dan terutama masyarakat juga harus ikut saling
mengawasi. Nggak bisa hanya Bulog, karena bukan hanya tanggung
jawab Bulog semata.” (wawancara S.L tanggal 22 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Sekretaris Desa Pacellekang
“ Semua pihak yang terkait dalam pengelolaan Raskin harus bertanggung
jawab terhadap apa-apa yang terjadi dalam hal pengelolaan
Raskin,makanya harus ada kerjasama antara semua pihak.” ( wawancara
S.B tanggal 22 Juni 2014).
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa yang ber
tanggung jawab dalam pengelolaan Raskin bukan hanya BULOG saja tetapi
merupakan tanggung jawab bersama.
Hasil wawancara dengan Kepala Dusun Pa’bundukang mengatakan
bahwa:
56
“Bulog bertanggung jawab sampai Titik Distribusi. Kemudian ketika
dibagikan kepada masyarakat, itu sudah tanggung jawab kepala desa,
aparat desa, dan tanggung jawab masyarakat juga. Jadi bukan hanya
tanggung jawab Bulog, Kemenkokesra, Kemsos, tapi semua, termasuk
masyarakat.” (wawancara M.Y tanggal 22 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan kaur umum
“ sebagai pengelola Raskin kita harus bertanggung jawab terhadap semua
proses-proses dalam pengelolaan Raskin dengan cara kerja sama antara
pemerintah sebagai pihak yang memberikan bantuan Raskin dan
masyarakat sebagai penerima Raskin.” ( wawancara H.S tanggal 22 Juni
2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat
“ sebagai masyarakat biasa kami hanya tahu bahwa penanggung jawab
dalam sebuah program-program pemerintah hanya dilakukan oleh
pemerintah saja bukan masyarakat juga.” (wawancara D.B tanggal 22 Juni
2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat lain mengatakan bahwa:
“ tugas kami sebagai masyarakat hanya menerima bantuan Raskin dari
pemerintah dan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaanya adalah
orang-orang yang terlibat dalam pengelolaan Raskin.” ( wawancara D.N
tanggal 22 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas disimpulkan bahwa BULOG hanya
bertanggung jawab sampai di Titik Distribusi saja dan selanjutnya menjadi
tanggung jawab kita semua baik itu Kepala Desa, aparat Desa atau masyarakat.
2. Kemudahan Masyarakat Mengakses Informasi Tentang Pengelolaan
Raskin.
Akses informasi merupakan kemudahan para pemangku kepentingan
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Hak untuk memperoleh informasi
merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling mendasar, setiap orang
berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi. Hak ini mencakup kebebasan
57
untuk menganut pendapat tanpa ada tekanan dan untuk mencari,menerima dan
memberikan informasi dan gagasan melalui media apapun tanpa memperdulikan
batas Negara.
Kemudahan masyarakat dalam mengakses informasi adalah kemudahan
mendapatkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
a. Informasi secara langsung
Informasi secara langsung yaitu informasi yang didapatkan dengan
langsung berhadapan dengan pihak terkait mengenai informasi yang dibutuhkan.
Menurut hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Pacellekang
mengatakan bahwa:
“ Sebagai pemerintah kita adalah pelayan bagi masyarakat, jadi harus
memberikan kesempatan kepada masyarakat apabila mau bertanya
langsung apabila ada hal-hal yang mau ditanyakan.” ( wawancara S.L
tanggal 19 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Sekretaris Desa Pacellekang
“ Pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang bisa mewujudkan good
governance karena pemerintah adalah pelayan bagi masyarakatnya, jadi
dimanapun kita berada kita harus mengutamakan kepentingan
masyarakat.” ( wawancara S.B tanggal 19 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Dusun Pattiro
“ Sebagai aparat pemerintah masyarakat bisa langsung menemui kami
untuk memperoleh informasi tentang pengelolaan Raskin baik itu di kantor
maupun dirumah.” ( wawancara M.R tanggal 19 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas pemerintah yang baik adalah
pemerintah yang mampu mewujudkan good governance yaitu sebagai pelayan
bagi masyarakatnya.
58
Hasil wawancara lain dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“ Kami biasa pergi ke kantor Desa untuk menemui langsung Kepala Desa
atau staf dan menanyakan informasi tentang pengelolaan Raskin yang
biasa dilaksanakan di Desa Pacellekang.” ( wawancara D.B tanggal 19
Juni 2014).
Hasil wawancara dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“ Kalau ndak bisa ke kantor Desa kami biasa datang ke rumah Kepala
Desa supaya bisa langsung bicara masalah pengelolaan Raskin,bukan
melalui perantara.” ( wawancara D.N tanggal 19 Juni 2014).
Hasil wawancara dengan masyarakat lainnya mengatakan bahwa:
“ Memang lebih akurat informasi yang didapatkan kalau kita berhadapan
langsung dengan pihak yang terkait dalam pengelolaan Raskin, jadi
informasi yang didapatkan lebih jelas juga.” ( wawancara D.B tanggal 19
Juni 2014).
Berdasarkan wawancara diatas informasi yang didapatkan akan lebih jelas
dan akurat apabila menemui langsung pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan
Raskin.
b. Informasi tidak langsung.
Informasi tidak langsung adalah informasi yang didapatkan melalui media
perantara seperti penggunaan IT, papan informasi, dan lain-lain.
Menurut hasil wawancara penulis dengan Kaur Umum yang menyatakan
bahwa:
“ Ada beberapa akses informasi yang bisa masyarakat temui di Desa
Pacellekang ini diantaranya papan informasi, menemui langsung staf Desa.
Tapi yang paling sering kita pakai adalah papan informasi.” (wawancara
H.S tanggal 19 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa salah satu akses informasi
yang ada di kantor Desa Pacellekang yaitu papan informasi yang ada di dalam
kantor Desa. Papan informasi merupakan tempat di pasang semua informasi untuk
59
masyarakat. Tapi sebagian masyarakat beranggapan bahwa informasi yang di
tempel pada papan informasi belum efektif penyampaiannya kepada masyarakat,
karena masih banyak informasi yang tidak dipasang. Kalau ada informasi
terkadang sebagian warga tidak tahu informasi tersebut. Seperti yang
dikemukakan oleh masyarakat mengatakan bahwa:
“ banyak informasi yang disampaikan ke masyarakat tidak tersampaikan
dengan baik. Informasi tersebut hanya di pasang di papan informasi.
Wargakan jarang ke kantor Desa. Jadi informasi biasanya hanya di dapat
dari mulut ke mulut atau melalui media komunikasi lewat telepon. Itu pun
tidak jelas. Alangkah bagusnya, informasi itu disampaikan langsung oleh
staf Desa.” (wawancara D.B tanggal 19 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“ sebagai masyarakat awam kami belum mengerti menggunakan media
komunikasi apalagi kalau isinya berupa pesan singkat saja karena masih
ada juga masyarakat yang tidak tau membaca.” ( wawancara D.N tanggal
19 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa masyarakat membutuhkan
informasi yang jelas dan akurat mengenai pengelolaan Raskin di Desa
Pacellekang.
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Pacellekang mengatakan
bahwa:
“dalam pemerintahan ada informasi yang dapat di ketahui oleh masyarakat
dan ada pula yang bersifat rahasia sesuai UU. Masalah pengelolaan Raskin
tidak semua kita menginformasikannya ke masyarakat tapi kami tidak
pernah menutup akses informasi ketika ada masyarakat yang ingin tahu
tentang proses pengelolaan Raskin di Desa Pacellekang.”(wawancara S.L
tanggal 20 Juni 2014).
Beberapa informasi yang tidak diketahui masyarakat dalam memilah mana
informasi yang seharusnya informasi rahasia dan tidak bisa dipublikasikan, dan
mana informasi yang bisa di publikasikan. Tetapi itu bukan merupakan alasan
60
masyarakat untuk mengetahui lebih jauh. Seperti yang diungkapkan salah satu
masyarakat dalam hasil wawancaranya yang mengatakan bahwa:
“ serahasia apapun itu masyarakat juga harus tahu mana informasi yang
bisa diketahui dan mana yang tidak. Maka dari itu perlunya akses
informasi yang lebih luas agar mengetahui semuanya.” (wawancara D.P
tanggal 20 Juni 2014).
Wawancara lainnya dengan salah seorang masyarakat mengatakan
bahwa:
“ salah satu cara menyampaikan informasi yang lebih yaitu bersosialisasi
dengan masyarakat, jangan berpatokan sama papan informasi. Menurut
saya hal tersebut kurang efektif dan lambat informasinya.” (wawancara
D.N tanggal 20 Juni 2014).
Wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya akses
informasi yang diterima warga baik secara langsung maupun tidak langsung lewat
media pengumuman. Masalah informasi mengenai transparansi dalam
pengelolaan Raskin juga masih kurang, tetapi informasinya tidak tertutup bagi
masyarakat yang ingin tahu tentang transparansi dalam pengelolaan Raskin.
3. Menyusun Mekanisme Pengaduan Keluhan Masyarakat tentang
pengelolaan Raskin.
Cara untuk menyusun suatu mekanisme pengaduan yaitu adanya kotak
saran untuk membantu sistem pengelolaan Raskin yang dapat digunakan oleh
masyarakat dalam menyampaikan pengaduan kalau ada keluhan tentang
pengelolaan Raskin di Desa Pacellekang.
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Pacellekang mengatakan
bahwa:
61
“ Kotak saran merupakan sarana yang ada di kantor Desa Pacellekang
yang dapat digunakan oleh masyarakat untuk memasukkan kritik dan
sarannya kepada pemerintah Desa dengan cara tidak langsung.”
(wawancara S.L tanggal 22 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan sekretaris Desa Pacellekang
“ Meskipun sudah ada kotak saran yang disediakan dikantor Desa tapi
perhatian masyarakat untuk menyampaikan masukan kritik dan sarannya
masih kurang kepada pemerintah dalam rangka pembangunan di Desa
Pacellekang.”(wawancara S.B tanggal 22 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis Kepala Dusun Pa’bundukang
“ Masyarakat yang jarang ke kantor Desa belum mengetahui tentang
adanya kotak saran yang disediakan di Desa dan biasa juga ndak mau
berpartisipasi dengan cara menyampaikan kritik dan sarannya kepada
pemerintah.” ( wawancara M.Y tanggal 22 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya kotak saran yang disediakan di Kantor Desa dapat memudahkan
masyarakat dalam menyalurkan aspirasinya dengan cara memberikan kritik dan
saran terhadap kegiatan-kegiatan yang ada di Desa secara tidak langsung, tetapi
masyarakat jarang ada yang memasukkan saran dan kritiknya meskipun sudah ada
kotak saran yang disediakan di kantor Desa Pacellekang.
Hasil wawancara lainnya dengan Kaur Umum mengatakan bahwa:
“ saya rasa pemerintah Desa Pacellekang telah melakukan langkah-
langkah pertanggung jawaban dengan cara-cara yang terbuka salah
satunya adalah layanan pengaduan bagi yang melakukan penyimpangan
baik itu melalui kotak saran atau disampaikan langsung kepada aparat
Desa atau adanya nomor telepon aparat terkait yang bisa dihubungi 24
jam .” (wawancara H.S tanggal 19 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“ Masalah layanan pengaduan kita sebagai masyarakat biasa hanya bisa
pasrah menerima perlakuan para pegawai di Kantor Desa Pacellekang
karena kita tidak bisa berbuat apa-apa, jadi kalau misalnya ada kesalahan
62
yang dilakukan oleh pihak pegawai di Kantor Desa kita hanya bisa
memprotes dan apakah itu ditindaklanjuti oleh mereka, itu terserah
mereka. Karena sejauh ini belum pernah ada pegawai ataupun
masyarakat yang menerima sanksi yang berat atas pelanggaran yang
mereka lakukan.” ( wawancara D.P tanggal 22 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat
“ Masyarakat hanya bisa diam melihat kesalahan yang dilakukan oleh
pegawai karena biarpun masyarakat protes terkadang tidak ditindak
lanjuti juga.” ( wawancara D.B tanggal 22 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat
disimpulkan bahwa layanan pengaduan di Desa Pacellekang Kecamatan
Pattallassang Kabupaten Gowa belum dilakukan sesuai dengan aturan yang ada ,
walaupun hal ini ditandai dengan adanya layanan telepon seluler untuk pengaduan
yang langsung terhubung dengan biro terkait dan adanya kotak saran dan kritik
yang disediakan.
C. Faktor Pendukung dan Penghambat yang ditemui dalam Transparansi
Pengelolaan Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Desa Pacellekang
Kecamatan Pattallassang Kab. Gowa
Upaya transparansi dalam pengelolaan beras untuk keluarga miskin
(Raskin) di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa,
tentunya ada faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik itu faktor pendukung
maupun faktor penghambat. Faktor-faktor ini harus dihadapi oleh Pemerintah
Desa Pacellekang, selaku pihak yang berperan dalam Transparansi Pengelolaan
Beras Untuk Keluarga Miskin (Raskin) di Desa Pacellekang Kecamatan
Pattallassang Kabupaten Gowa.
63
Adapun faktor yang mendukung dan meghambat dalam transparansi
pengelolaan beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa Pacellekang, antara
lain sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung Transparansi pengelolaan Beras Untuk Keluarga
Miskin (Raskin) di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallassang
Kabupaten Gowa.
a.Koordinasi antara instansi pemerintah.
Adanya koordinasi antara instansi pemerintah Desa dengan Badan Pusat
Statistik (BPS), Kepala Desa, Kepala Dusun, para ketua RT/RW dan masyarkat
dalam rangka meningkatkan transparansi dalam pengelolaan Raskin di Desa
Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa agar berjalan dengan baik.
Pendataan BPS (Badan Pusat Statistik) kabupaten gowa merupakan tugas
yang harus dilakukan untuk menentukan Daftar Penerima Manfaat (DPM)
bantuan raskin.sebelum itu pihak BPS kabupaten gowa terlebih dahulu melakukan
koordinasi dengan pemerintah desa agar memperoleh data yang akurat untuk
menentukan Daftar Penerima Manfaat (DPM) Yang tak lain adalah Rumah
Tangga Miskin (RTM) yang ada di Desa Pacellekang.
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Pacellekang mengatakan
bahwa:
“proses penentuan data Daftar Penerima Manfaat (DPM) melalui
musyawarah desa di aula kantor desa dengan di ikuti oleh pemerintah
desa, kepala dusun, ketua RT/RW, dengan tujuan menentukan data
penerima manfaat raskin di Desa Pacellekang. Menurut saya proses
pendataan yang di lakukan BPS (Badan Pusat Statistik ) Kabupaten
Gowa melakukan koordinasi setiap setahun sekali kepada pemerintah
setempat sehingga pelayanan dan penyaluran Raskin terhadap RTM
(Rumah Tangga Miskin) menjadi tepat sasaran.” (wawancara S.L tanggal
19 Juni 2014).
64
Hasil wawancara penulis dengan Kaur Pembangunan
“ Data yang kami kirim ke BPS kabupaten Gowa terkadang datanya tidak
sama kalau turun lagi di Desa dalam hal penentuan Rumah Tangga Miskin
( RTM ).” ( wawancara H.S tanggal 19 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“ Adanya data yang berbeda dari BPS kabupaten Gowa dan di Desa
mengakibatkan adanya kecemburuan sosial pada masyarakat karena ada
masyarakat yang mampu mendapatkan Raskin sedangkan masyarakat yang
tidak mampu tidak mendapatkan Raskin.” ( wawancara D.N tanggal 19
Juni 2014).
Hasil wawancara dengan informan diperoleh keterangan bahwa
penentuan data Rumah Tangga Miskin (RTM) sudah dilaksanakan dengan baik
karena untuk menentukan data pemerintah Desa perlu melakukan dengan pihak
Badan Pusat Statistik, kepala dusun, ketua RT/RW. Jika tidak ada koordinasi
dalam penentuan data penerima Raskin maka yang terjadi adalah masuknya
kepala rumah tangga yang bukan kategori rumah tangga miskin justru mendapat
Raskin karena hal ini disebabkan hasil penentuan data yang di peroleh dari
pemerintah Desa dan BPS dinilai berbeda. Jadi solusi yang paling baik adalah
mengadakan koordinasi antara pihak BPS dengan pemerintah Desa untuk
menentukan data Rumah Tangga Miskin sebagai penerima Raskin tepat dan
akurat.
Hasil wawancara penulis dengan sekretaris Desa Pacellekang
mengatakan bahwa:
“ setiap Desa ataupun pemerintah pasti mempunyai struktur organisasi.
Di Desa Pacellekang sendiri ada struktur organisasinya, dan dibagi dalam
beberapa seksi. Sebagian besar seksi-seksi tersebut mempunyai tugas
yang berhubungan dengan masyarakat. Program kemasyarakatan
65
dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya.”
(wawancara S.B tanggal 22 Juni 2014).
Hasil wawancara lainnya dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“ menurut saya organisasi yang ada di Desa Pacellekang belum begitu
baik, hanya orang-orang tertentu saja yang sering muncul di masyarakat.
Padahalkan ada tugas tersendirinya setiap program ke masyarakat.”
(wawancara D.B tanggal 22 Juni 2014).
Sementara itu, hasil wawancara penulis dengan Kepala Dusun
Tambungbatu mengatakan bahwa:
“ terkadang struktur organisasi yang ada hanya sebatas formalitas semata,
hanya beberapa yang menjalankan program tersebut yang lainnya acu tak
acu saja.” (wawancara Z.S tanggal 20 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa struktur
organisasi tersebut dibentuk membagi tugas sesuai dengan apa tujuan utamanya,
khususnya dalam seksi kemasyarakatan. Dimana tujuannya dapat menciptakan
suatu kerjasama yang baik antara pemerintah baik dari Pemerintah Pusat,
Provinsi, Kabupaten, Kecamatan maupun Desa bersama masyarakatnya untuk
memiliki rasa tanggung jawab dan kesadaran yang tinggi dalam rangka
menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan yang bersifat terpadu serta
memberikan motivasi untuk menunjang keberhasilan transparansi dalam
pengelolaan Raskin di Desa Pacellekang.
2. Faktor Penghambat dalam Transparansi Pengelolaan Raskin di Desa
Pacellekang Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa.
Faktor penghambat merupakan suatu keadaan dimana terdapatnya
kendala-kendala dalam pelaksanaan Transparansi Pengelolaan Raskin. Adapun
faktor penghambat yang sering dijumpai, antara lain sebagai berikut:
66
a. Data yang Kurang Akurat
Kendala ini sangat sering di jumpai bukan hanya pada pemberian Raskin
saja, akan tetapi pada program-program pemerintah lainnya yang ditujukan
kepada masyarakat yang tidak berkecukupan atau tidak mampu.
Terkadang data yang ada tidak sesuai dengan data dari pusat. Namun
demikian kami berpendapat, bahwa langka yang diambil dapat dimaklumi karena
banyaknya masyarakat yang membutuhkan bantuan tersebut, sehingga aparat
setempat mengambil kebijakan demi terpenuhinya kebutuhan masyarakat,
terutama masyarakat miskin yang golongan ekonominya dari kalangan menengah
ke bawah.
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Pacellekang mengatakan
bahwa:
“ terkadang data yang ada dari pusat mengenai daftar Rumah Tangga
Miskin (RTM) tidak sesuai dengan data yang ada di Kantor Desa
Pacellekang sehingga dapat menimbulkan ketidak percayaan masyarakat
kepada aparatur pemerintah.” (wawancara S.L tanggal 20 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Kaur Pembangunan
“ Kami sudah berusaha untuk mendata semua masyarakat yang kurang
mampu untuk mendapatkan Raskin akan tetapi kenyataannya masih
banyak masyarakat yang belum terdata di BPS kabupaten Gowa.” (
wawancara H.S tanggal 20 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Dusun Pa’bundukang
“ Untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang kurang
mampu yang tidak terdata dari BPS kabupaten Gowa maka kami tetap
memberikan Raskin supaya mereka tidak kecewa.” ( wawancara M.Y
tanggal 20 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa hasil dari
pendataan Rumah Tangga Miskin (RTM) yang dilakukan di Desa terkadang tidak
67
sesuai dengan data yang datang dari pusat, sehingga dapat menimbulkan adanya
ketidakpercayaan dari masyarakat.
Hal ini dibenarkan dari hasil wawancara dengan salah seorang
masyarakat yang mengatakan bahwa:
“ di Desa kami terkadang dalam pembagian Raskin ada yang semestinya
berhak mendapatkan Raskin tetapi tidak dapat dan yang semestinya tidak
berhak mendapatkan Raskin, justru mendapatkan Raskin, hal ini
disebabkan adanya perbedaan data dari pusat dan data yang ada di kantor
Desa Pacellekang.” (wawancara D.N tanggal 22 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“ Dengan adanya Raskin sangat membantu bagi keluarga yang kurang
mampu tetapi sayang tidak semua masyarakat yang kurang mampu
terdata dari BPS kabupaten Gowa.” ( wawancara D.B tanggal 22 Juni
2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat lainnya mengatakan bahwa:
“ Alhamdulillah dengan adanya kebijakan dari Pemerintah Desa untuk
memberikan Raskin kepada masyarakat yang kurang mampu yang tidak
terdata di BPS kami tetap bersyukur walaupun jumlahnya tidak sama
dengan masyarakat yang terdata.” ( wawancara D.N tanggal 22 Juni
2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
kecewa dengan data yang kurang akurat yang mengakibatkan adanya perbedaan
data dari pusat dan data yang ada di kantor Desa Pacellekang mengenai daftar
Rumah Tangga Miskin (RTM) sehingga mengakibatkan adanya kecemburuan
pada masyarakat, karena biasanya dalam penyaluran Raskin ada masyarakat yang
mampu tetapi terdata untuk mendapatkan bantuan Raskin sedangkan masih
banyak masyarakat yang tidak mampu tetapi terdata dari pusat.
68
b. Kurangnya Sarana
Kurangnya Sarana merupakan faktor penghambat dalam meningkatkan
transparansi dalam pengelolaan Raskin di Desa Pacellekang Kecamatan
Pattallassang Kabupaten Gowa. Sarana yang dimaksudkan disini adalah fasilitas
kendaraan roda empat untuk dipakai ketika mereka menjalankan tugas, yaitu
menyalurkan Raskin dari Titik Distribusi (TD) kepada Rumah Tangga Sasaran
(RTS). Fasilitas yang memadai akan membuat aparatur merasa puas serta senang
dalam menjalankan tugas pekerjaannya karena dapat memudahkan aparat dalam
proses pengelolaan Raskin.
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Pacellekang mengatakan
bahwa:
“Adanya kendaraan roda empat yang disediakan di Kantor Desa sangat
menunjang untuk kami melakukan penyaluran Raskin dari Kantor Desa
ke Dusun-dusun. Dilihat dari masih banyaknya rumah warga yang jauh
dari kantor Desa, khususnya dua dusun yang ada di Desa Pacellekang.,
sehingga kendaraan roda empat ini sangat membantu.” (wawancara S.L
tanggal 20 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Sekretaris Desa Pacellekang
“ Sebagai aparat pemerintah kami sangat menginginkan kelancaran dalam
hal pendistribusian Raskin tapi mau diapa biasa kita sudah menghubungi
mobil untuk menyalurkan Raskin ke Dusun yang jauh dari kantor Desa
tetapi kadang terlambat datang.” ( wawancara S.B tanggal 20 Juni 2014 ).
Dari hasil wawancara di atas, menunjukkan memang keberadaan
kendaraan roda empat tersebut sangat membantu aparat dalam proses
pendistribusian Raskin.
Hasil wawancara penulis dengan kepala Dusun Tambungbatu mengatakan
bahwa:
69
“ masyarakat di Dusun kami terkadang terlambat menerima bantuan
Raskin, hal ini diakibatkan karena tidak adanya jasa angkutan tetap berupa
kendaraan roda empat yang langsung mendistribusikan Raskin ketika
bantuan Raskin sudah ada di Kantor Desa.” (wawancara Z.S tanggal 20
Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Dusun Pattiro
“ Andaikan ada mobil dinas yang disediakan oleh pemerintah Desa pasti
penyaluran Raskin ke tiap-tiap Dusun dapat berjalan dengan lancar karena
tidak perlu lagi mecari mobil untuk menyalurkan Raskin tersebut ke tiap-
tiap Dusun.” ( wawancara M.R tanggal 20 Juni 2014).
Hal ini diperkuat dengan wawancara dengan masyarakat
“ meskipun kita sudah mengetahui bahwa ada bantuan Raskin di Kantor
Desa kami hanya menunggu informasi dari bapak Kepala Dusun kapan
Raskin itu akan di salurkan ke Dusun kami, karena terkadang lambat
penyalurannya disebabkan tidak adanya jasa angkutan tetap yang
menyalurkan Raskin itu ke tiap-tiap Dusun.” (Wawancara D.B tanggal 21
Juni 2014).
Hasil wawancara lainnya dengan masyarakat
“ Sebenarnya kami bisa langsung datang ke Kantor Desa untuk mengambil
Raskin tapi kami masih mengikuti prosedur yaitu dibagikan oleh masing-
masing Dusun kita sendiri.” ( wawancara D.N tanggal 21 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa jasa pengangkutan bantuan
Raskin berupa kendaraan roda empat sangat dibutuhkan untuk memperlancar
penyaluran Raskin dari Titik Distribusi ( TD) ke RTS yaitu dari kantor Desa ke
Dusun-dusun dapat didistribusikan secara cepat dan tidak terlambat
pendistribusiannya.
c. kurangnya pengawasan oleh pemerintah
Pengawasan dilakukan oleh pemerintah, tokoh masyarakat dan
masyarakat yang menerima bantuan Raskin agar tidak ada penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.
70
Pengawasan adalah salah satu dari fungsi manajemen yang dilaksanakan
untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan dan tugas-tugas organisasi yang
akan dan yang telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selain itu fungsi pengawasan diarahkan pada upaya untuk
meminimalkan terjadinya tingkat kesalahan dan pelanggaran dalam pelaksanaan
Transparansi pengelolaan beras untuk keluarga miskin (Raskin) yang
berhubungan dangan terjadinya penyelewengan dalam pengelolaan Raskin,
penyimpangan baik pemborosan, pelanggaran, hambatan dan kegagalan,
diupayakan sedini mungkin dapat ditekan oleh pemerintah.
Hasil wawancara penulis dengan sekretaris Desa Pacellekang,
mengatakan bahwa:
“Pengawasan yang dilakukan terhadap pengelolaan Raskin di Desa
Pacellekang belum berjalan dengan baik, karena hanya ditujukan pada
kepala dusun dan aparat desa pengelolaan Raskin juga ditujukan terhadap
masyarakat penerima Raskin, tidak ada lembaga khusus yang ditunjuk
untuk melakukan pengawasan.”(wawancara S.B tanggal 22 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas disimpulkan bahwa proses
pengawasan yang dilakukan terhadap pengelolaan Raskin belum berjalan dengan
baik karena tidak adanya lembaga khusus yang melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan Raskin.
Hasil wawancara penulis kepada Kepala Desa Pacellekang selaku
pemimpin yang mengawasi Transparansi dalam pengelolaan Raskin, mengatakan:
“Saya mempunyai cara tersendiri dalam mengawasi para aparat Desa dan
Kepala Dusun. Saya melakukan pengawasan langsung dan pengawasan
tidak langsung kepada aparat Desa dan Kepala Dusun yaitu dengan
melihat data hasil penyaluran Raskin setiap Dusun.” (wawancara dengan
S.L tanggal 19 Juni 2014)
71
Disini terlihat bahwa pengawasan tidak dapat dilaksanakan apabila tanpa
adanya perencanaan dan sebaliknya perencanaan tidak akan berhasil dengan baik
sesuai dengan tujuan tanpa pengawasan terhadap pelaksanaan rencana yang telah
ditentukan. Kepala Desa yang bertugas sebagai pengawas sudah sangat baik
dalam mengawasi aparat Desa dan Kepala Dusun dengan mempunyai cara
tersendiri dalam mengawasi Transparansi Pengelolaan Raskin.
Kepala Desa Pacellekang, menambahkan bahwa:
“Pengawasan ini saya lakukan sesering mungkin, dan kadangkala bersifat
mendadak agar saya dapat melihat apakah kerja atau hasil pelaksanaan
yang dilakukan oleh aparat Desa dan Kepala Dusun sudah sesuai dengan
rencana, tujuan dan instruksi yang telah diberikan sebelumnya.”
(wawancara S.L tanggal 19 Juni 2014)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan pengawasan ini
memang merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja atau
hasil pelaksanaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana,
intruksi yang telah ditentukan sebelumnya sehingga apabila didapat perbedaan-
perbedaan, maka tindakan-tindakan perbaikan bisa segera dilakukan. Pengawasan
bukan hanya dapat dilaksanakan setelah program terlaksana tapi juga dapat
dilaksanakan ketika program itu sedang berlangsung. Dengan demikian kegiatan
pengawasan yang telah dilaksanakan tersebut memperoleh hasil yang baik dan
benar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Pelaksanaan
pengawasan bantuan beras untuk keluarga miskin (Raskin) dapat dikatakan bahwa
suatu kegiatan oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses bantuan beras untuk
keluarga miskin (Raskin) agar sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak
dalam kegiatan penerimaan dan dapat membuahkan hasil.
72
Namun masyarakat terkadang belum menyadari dan memperhatikan hal
tersebut sehingga pengawasan bantuan beras untuk keluarga miskin (Raskin) perlu
ditingkatkan, terutama di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallasang Kabupaten
Gowa. Di dalam pembagian Raskin ini perlu ditingkatkan agar berjalan secara
efektif dan efisien.
Hasil wawancara Penulis dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“Pengawasan sering dilakukan agar di dalam pelaksanaanya dapat
berjalan dengan baik terutama bagi penerima bantuan tersebut.
Masyarakat menginginkan pengawasan, bukan hanya dari pihak
pemerintah setempat akan tetapi kerjasama dari pemerintah pusat,
utamanya dari Perum Bulog itu sendiri” (wawancara D.B tanggal 21 Juni
2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat
“ Tanpa adanya pengawasan dari semua pihak maka sebuah program
tidak dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
secara bersama-sama.” ( wawancara D.N tanggal 21 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa bentuk pengawasan
pemerintah dalam mewujudkan transparansi yaitu pemerintah perlu melakukan
pemeriksaan data, baik itu data nama-nama penerima, jumlah beras yang
diberikan, standar harga beras, ataupun kualitas beras dengan melakukan
kerjasama bersama pemerintah setempat.
Dalam pelaksanaan bantuan beras untuk keluarga miskin (Raskin), data
penerima bantuan sangatlah dibutuhkan. Dengan adanya data yang akurat, maka
penerima bantuan beras untuk keluarga miskin (Raskin) dapat terealisasi dengan
baik. Namun terkadang data yang ada tidak sesuai dengan yang ada di lapangan.
73
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat lainnya mengatakan bahwa:
“ pembagian Raskin di Desa Pacellekang kadang ada RTS yang harusnya
mendapatkan Raskin tidak mendapat, dan sebaliknya yang mampu justru
mendapatkan Raskin, dan bahkan ada RTS yang doble mendapatkan
Raskin.” (Wawancara D.N tanggal 22 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa masih
kurangnya pengawasan oleh pemerintah setempat dalam proses penyaluran
Raskin, sehingga ada warga yang mampu yang tidak terdaftar dalam RTS
mendapatkan Raskin dan RTS yang terdaftar tidak mendapat Raskin. Bahkan ada
RTS yang bisa membeli doble Raskin.
Uraian tersebut dapat diinterpretasikan bahwa pelaksanaan wewenang
oleh pemerintah setempat dalam pelaksanaan pengawasan bantuan beras untuk
keluarga miskin (Raskin) di Desa Pacellekang Kecamatan Pattallasang Kabupaten
Gowa harus sering dilakukan, mengingat masyarakat menginginkan agar di dalam
pembagian Raskin berjalan tanpa adanya suatu masalah. Untuk itu pemerintah
setempat dalam hal ini Kepala Desa agar memberikan pelayanan yang
memuaskan bagi masyarakat, selain peran dari Kepala Desa, peran penyalur juga
sangat penting, dalam hal pengawasan agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan
baik.
d. Penyampaian Laporan Pelaksanaan Bantuan Raskin belum terbuka
kepada masyarakat.
Adanya penyampaian laporan pelaksanaan bantuan Raskin yang
memenuhi prinsip tepat waktu dan dapat diandalkan dan telah disahkan sesuai
dengan UU ini adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah Desa agar
masyarakat lebih mengetahui sejauh mana pelaporan yang dilakukan oleh
74
pemerintah Desa apakah sesuai dengan UU yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah pusat .
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Dusun moncongloe mengatakan
bahwa:
“ Kami sudah melakukan beberapa upaya dalam mewujudkan
transparansi,tapi kami juga butuh kerja sama dari semua pihak yang terkait
agar kedepannya dapat lebih sempurna lagi dan dapat mewujudkan
prinsip-prinsip Good Government di Desa Pacellekang, tetapi tidak semua
laporan pengelolaan Raskin kami sampaikan kepada masyarakat.”
(wawancara S tanggal 19 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Kaur Umum mengatakan bahwa:
“ Upaya yang kami lakukan sebagai aparat pemerintah yang bertugas
dalam pengelolaan Raskin adalah berusaha melayani masyarakat yang
berhak mendapatkan Raskin dalam rangka mewujudkan Good
Government.” ( wawancara H.S tanggal 19 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan Sekretaris Desa Pacellekang
“ Untuk mewujudkan prinsip-prinsip Good Government maka semua
pihak yang terkait harus saling kerjasama dalam mewujudkan transparansi
dalam pengelolaan Raskin.” ( wawancara S.B tanggal 19 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
penyampaian laporan pengelolaan Raskin di Desa Pacellekang belum di
sampaikan secara terbuka kepada masyarakat.
Hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa Pacellekang mengatakan
bahwa:
“ itu memang sudah tugas dari setiap instansi dalam mewujudkan good
government memang harus melakukan beberapa terobosan dalam
meningkatkan kepercayaan terhadap masyarakat agar masyarakat juga
dapat mengetahui apa saja yang dilakukan oleh pengelola Raskin
khususnya di Desa Pacellekang.” (wawancara S.L tanggal 19 Juni 2014).
75
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat mengatakan bahwa:
“ Belum semua informasi tentang pengelolaan Raskin disampaikan secara
terbuka kepada masyarakat sehingga kadang-kadang masyarakat merasa
curiga kepada pegawai yang bertugas dalam pengelolaan Raskin.”
( wawancara D.B tanggal 19 Juni 2014).
Hasil wawancara penulis dengan masyarakat lainnya mengatakan bahwa:
“ Sangat susah untuk mewujudukan prinsip-prinsip Good Government
dalam rangka pelaksanaan pengelolaan Raskin karena penyampaian
informasi belum semuanya disampaikan secara terbuka.” ( wawancara
D.N tanggal 19 Juni 2014).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, bahwa upaya yang dilakukan oleh
pengelola Raskin di Desa Pacellekang belum berjalan dengan baik sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005, Menteri Dalam Negeri Nomor 13
Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Hal ini tidak selaras
dengan menurut saprianto (2005:15) menyatakan bahwa “ melalui transparansi
akan memberikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggun jawaban pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya yang di percayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang-undangan.”
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab terdahulu, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Transparansi pengelolaan beras untuk keluarga miskin (Raskin) di Desa
Pacellekang Kecamatan Pattallasang Kabupaten Gowa menunjukkan
pelaksanaannya belum secara optimal seluruhnya dilakukan secara terbuka
karena proses pengelolaannya belum sepenuhnya disampaikan kepada
masyarakat secara terbuka dan masih banyak kendala yang dihadapi dalam
mewujudkan transparansi dalam pengelolaan Raskin dilihat dari indikator (a)
penyediaan informasi yang jelas oleh pemerintah tentang prosedur-prosedur,
biaya-biaya dan tanggung jawab belum transparan. (b) Kemudahan
masyarakat mengakses informasi tentang pengelolaan Raskin belum optimal.
(c) Menyusun mekanisme pengaduan keluhan masyarakat belum dilakukan
secara optimal.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap transparansi pengelolaan beras untuk
keluarga miskin (Raskin) terdapat beberapa faktor penghambat dan faktor
pendukung. Faktor penghambat terdiri dari kurangnya sarana, data yang
kurang akurat, kurangnya pengawasan dan penyampaian laporan pelaksanaan
program Raskin belum terbuka kepada masyarakat . Faktor pendukung
pelaksanaan bantuan beras untuk keluarga miskin (Raskin) yaitu adanya
77
koordinasi antar instansi setempat yaitu dengan Badan Pusat Statistik (BPS),
Kepala Dusun, Ketua RT/RW, dan masyarakat.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis menyampaikan saran-
saran sebagai berikut:
1. Agar transparansi dapat terus menerus ditingkatkan dan disempurnakan maka
perlu diperoleh informasi untuk mendapatkan umpan balik dari para pembaca,
penerima transparansi serta dilakukan evaluasi perbaikannya.
2. Perlunya koordinasi pihak pemerintah tingkat Desa/Kelurahan tingkat
Kecamatan dan tingkat Kabupaten untuk memperlancar pendistribusian beras
miskin kepada masyarakat sehingga pelaksanaan selanjutnya berjalan lancar.
3. Perlunya pihak pemerintah Desa/Kelurahan untuk memberikan data yang
akurat bahwa masyarakat yang menerima bantuan beras miskin (Raskin)
adalah memang masyarakat yang berdomisili di daerah setempat dan kurang
mampu, sehingga pendataan yang dilakukan selanjutnya bisa lebih akurat.
78
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Kesembilan. Jakarta: Rineka Cipta.
Daldjoeni dan Suyitno. 2004. Pedesaan, Lingkungan, dan Pembangunan.
Bandung: PT. Alumni.
Fattah, Nanang. 2004. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Harahap. 2003. Teori Akuntansi, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hart, Paul T and John Uhr (ed). 1993. How Power Changes Hands Transition and
Succession in Goverment. Palgrave Macmillan. London.
Kencana. 2006. Sistem Pengendalian Inter Pemerintah. Bandung: Fokusmedia.
Krina, Loina L. 2003. Indikator Dan Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas
Transparansi dan Partisipasi. Jakarta : BAPENAS.
Lukman. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta: STIA LAN Press.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Mas'oed, Mohtar. 2003. Politik Birokrasi dan Pembangunan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Moenir. 2000. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Pedoman Umum Raskin. Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Republik Indonesia. 2011.
Qalyubi, Syihabuddin. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi (IPI), Fakultas
Adab UIN Sunan Kalijaga.
Sakapurma, Eko dkk. 2012. Membuka Informasi Menuju Good Governance.
Jakarta: UI-Press.
Sampara. 2000. Manajemen pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi
Aksara
Santosa, Pandji, 2009. Administrasi Publik. Teori dan Aplikasi Good Governance.
Bandung: Reflika Aditama.
.
79
Sarjono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sinambela. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Stone, R.J. 1991. Human Resource Manajemen. Sydney: John Wiley & Sons.
Suharto, Edi. 2009. Kemiskinan dan perlindungan Sosial di Indonesia. Bandung:
Alfabeta.
Sumarjo dan Saharuddin. 2003. Metode-Metode Partisipatif. Bandung: Alfabeta.
Thoha. 1995. Birokrasi Indonesia dalam Era Globalisasi. Bogor: Pusdiklat
Pegawai.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2005. Tentang Transparansi.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
http://poskotanews.com/2014/06/30/pengelolaan-raskin-tanggung-jawab-bersama/