skripsitabel 4.11 perhitungan uji kesamaan dua varians data post test..... 73 tabel 4.12 hasil...
TRANSCRIPT
-
EFEKTIFITAS METODE MNEMONIK
DALAM MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA KELAS IX
SMP NEGERI 2 SATU ATAP SLUKE
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah
Oleh
Kartika Asmarani
NIM 3101407003
JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
-
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 12 Februari 2013
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Wasino, M. Hum. Drs. Ba‟in, M. Hum.
NIP. 19640805 198901 1 011 NIP. 19730131 199903 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Sejarah
Arif Purnomo, S.Pd.,S.S.,M.Pd
NIP. 19730131 199903 1 002
-
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 20 Februari 2013
Penguji Utama
Drs. Abdul Muntholib, M. Hum.
NIP. 19541012 198901 1 001
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Wasino, M. Hum. Drs. Ba‟in, M. Hum.
NIP. 19640805 198901 1 011 NIP. 19730131 199903 1 002
Mengetahui
Dekan
Drs. Subagyo, M.Pd.
NIP. 19510808 198003 1 003
-
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Januari 2013
Kartika Asmarani
NIM 3101407003
-
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
Jadilah yang terbaik walaupun bukan yang terbaik.
Persembahan:
Saya persembahkan karya ini untuk :
1. Allah SWT atas rahmat dan hidayahNYA
2. Ayah dan Ibuku yang selalu mendukung
dan mendoakanku setiap waktu.
3. Mbah rayi terima kasih atas doanya.
4. Teman-teman angkatan 2007 terima kasih
atas kebersamaanya selama ini.
5. Untuk siswa kelas IX A dan IX B serta guru
SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke.
6. Almamater yang kucintai
-
vi
RAKATA
Dengan penuh rasa syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
Judul “Efektifitas Metode Mnemonik dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa
Kelas IX SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke pada Mata Pelajaran Sejarah
Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana pada program S1 Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kemudahan administrasi.
2. Drs. Subagyo, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan
izin penelitian.
3. Arif Purnomo, S.Pd.,S.S.,M.Pd, Ketua Jurusan Sejarah yang telah
memberikan ijin mengikuti ujian skripsi.
4. Prof. Dr. Wasino, M. Hum, selaku pembimbing I yang telah memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Drs. Ba‟in, M. Hum, selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Cuk Dwi Santoso, S.Pd, kepala sekolah SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke yang
telah memberikan izin penelitian.
-
vii
7. Handhy Setyawan Haryanto, S.Pd, selaku guru IPS SMP Negeri 2 Satu Atap
Sluke yang telah membantu dalam penelitian ini.
8. Segenap guru dan karyawan serta siswa kelas IX A dan IX B SMP Negeri 2
Satu Atap Sluke yang telah membantu dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kemampuan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari siapa saja untuk perbaikan selanjutnya. Semoga segala bantuan
dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan dari Allah SWT.
Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan perkembangan pendidikan selanjutnya.
Semarang, Januari 2013
Kartika Asmarani
NIM. 3101407003
-
viii
SARI
Asmarani, Kartika. 2013. Efektifitas Metode Mnemonik Dalam Meningkatkan
Daya Ingat Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke Pada Mata Pelajaran
Sejarah Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Semarang. 149 Halaman.
Kata kunci : mnemonik, daya ingat
Mata pelajaran sejarah hanya dianggap sebatas dongeng. Guru sebagai
pendongeng dan peserta didik menyimak, begitu seterusnya. Kenyataan di atas
menjadikan mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran yang kurang diminati.
Metode pengajaran yang monoton menjadikan siswa tidak memiliki intensitas
perhatian yang optimal. Penyebab inti dari itu semua adalah kesulitan siswa untuk
menghapalkan sederet peristiwa dan fakta yang harus dihafal, hal inilah yang
membuat siswa menjadi sulit untuk mendapatkan nilai yang optimal. Daya ingat
memiliki peran yang penting dalam proses pendidikan, sebab dari daya ingatlah
prestasi siswa ditentukan. Daya ingat yang rendah akan mengganggu siswa dalam
belajar, terutama pada mata pelajaran sejarah yang menuntut siswa untuk
mengingat fakta-fakta historis. Mnemonik sebagai strategi pembelajaran dimana
metode mnemonik dapat membantu memperkuat daya ingat siswa.
Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui tingkat daya ingat siswa
kelompok perlakuan pada mata pelajaran sejarah yang diujikan setelah perlakuan
(2) mengetahui tingkat daya ingat siswa kelompok kontrol pada mata pelajaran
sejarah yang diujikan setelah perlakuan (3) menemukan efektifitas metode
mnemonik dalam meningkatkan kemampuan mengingat mata pelajaran sejarah.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian eksperimen. Sampel yang digunakan adalah kelas IX A sebagai kelas
eksperimen dan kelas IX B sebagai kelas kontrol. Dengan menggunakan data pre
test dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata sebelum
kelas tersebut mendapatkan perlakuan, dilanjutkan dengan pembelajaran diakhiri
dengan pos test. Pada analisis data tahap awal setelah dilakukan uji kesamaan dua
rata-rata dua pihak diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa kemampuan awal
siswa relatif sama.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata pos test kelas eksperimen
adalah 80,56 dan rata-rata kelas kontrol adalah 71,85. Kedua kelas berdistribusi
normal dan mempunyai dua varians yang sama. Dengan tingkat kepercayaan =
95% atau ( ) = 0,05. banyaknya siswa pada kelas eksperimen =24 dan banyaknya
siswa pada kelas kontrol = 30 diperoleh ttabel= 2,033. Berdasarkan hasil
perhitungan uji t diperoleh nilai thitung= 3.737 > 2,033. jadi H1 diterima jadi
terdapat perbedaaan yang signifikan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Metode mnemonik dikatakan efektif bila nilai hasil belajar ≥
75. Dengan kata lain siswa yang diberikan metode pembelajaran mnemonik lebih
baik untuk meningkatkan kemampuan mengingat siswa pada mata pelajaran
sejarah.
-
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN....................................................... ..... iii
PERNYATAAN..................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... v
PRAKATA ............................................................................................ vi
SARI....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Efektifitas .................................................................................... 6
2.2 Metode Pembelajaran .................................................................. 7
2.3 Mnemonik ................................................................................... 9
2.3.1 Definisi Mnemonik ........................................................... 9
2.3.2 Tujuan Mnemonik ............................................................. 11
2.3.3 Tahap Belajar dalam Mnemonik ....................................... 12
2.3.4 Bentuk-Bentuk Teknik dalam Metode Mnemonik............ 14
2.4 Daya ingat ................................................................................... 22
2.4.1 Memori (Daya Ingat) ......................................................... 22
-
x
2.4.2 Hal-Hal yang Membantu Daya Ingat ................................ 26
2.4.3 Faktor yang menghambat ingatan ..................................... 29
2.4.4 Proses Mengingat .............................................................. 31
2.4.5 Cara Meningkatkan Daya Ingat......................................... 35
2.4.6 Pengukuran ingatan..................................................... ...... 36
2.4.7 Lupa.......................................................................... ......... 37
2.5 Hubungaan Mnemonik dengan Kemampuan Mengingat ............ 40
2.6 Kerangka Berpikir ....................................................................... 41
2.7 Hipotesis ...................................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................. 44
3.1.1 Tahap Pra Lapangan .......................................................... 45
3.1.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ........................................... 45
3.1.3 Tahap Pelaksanaan Tes Hasil Belajar ............................... 46
3.1.4 Tahap Analisis Data .......................................................... 46
3.1.5 Membuat Simpulan ........................................................... 46
3.2 Populasi dan Sampel........................................................... ........ 46
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 47
3.4 Variabel Penelitian ...................................................................... 47
3.5 Alat Pengumpulan Data .............................................................. 48
3.5.1 Uji Validitas ...................................................................... 48
3.5.2 Analisis Reliabilitas........................................................... 51
3.5.3 Analisis Tingkat Kesukaran .............................................. 51
3.5.4 Analisis Daya Pembeda ..................................................... 54
3.6 Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 57
3.7 Metode Analisis Data .................................................................. 59
3.7.1 Metode Analisis Tahap Awal ............................................ 59
3.7.1.1 Uji Homogenitas ................................................... 59
3.7.2 Metode Analisis Tahap Akhir ........................................... 60
3.7.2.1 Uji Normalitas....................................................... 60
-
xi
3.7.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians................................... 61
3.7.2.3 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata ............................... 62
3.7.2.4 Uji Peningkatan Hasil Belajar............................... 64
3.7.2.5 Kategori Efektifitas Daya Ingat Siswa.................. 65
3.8 Indikator Keberhasilan ................................................................ 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 66
4.1.1 Letak Lokasi Penelitian ..................................................... 66
4.1.2 Kondisi Sekolah ................................................................ 66
4.2 Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 67
4.2.1 Pada Pelaksanaan .............................................................. 67
4.3 Deskriptif Tahap Awal Hasil Penelitian ...................................... 68
4.3.1 Hasil Analisis Data ............................................................ 68
4.3.1.1 Uji Normalitas....................................................... 69
4.3.1.2 Uji Kesamaan Dua Varians................................... 70
4.3.1.3 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata ............................... 70
4.4 Hasil Analisis Tahap Akhir ......................................................... 72
4.4.1 Uji Normalitas ................................................................... 73
4.4.2 Uji Kesamaan Dua Varians ............................................... 73
4.4.3 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata data posttest antara
kelas eksperimen dan kelas kontrol (uji Hipotesis 1) ........ 74
4.4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa....................................... 75
4.4.5 Daya Ingat Kelas Eksperimen ........................................... 76
4.4.6 Daya Ingat Kelas Kontrol .................................................. 76
4.4.7 Efektifitas Metode Mnemonik .......................................... 76
4.3 Pembahasan ................................................................................. 77
-
xii
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ...................................................................................... 81
5.2 Saran ............................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 83
-
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Teori Dual Memory Model.................................................. 34
Bagan 2 Alur Kerja Memori............................................................... 35
Bagan 3 Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Mnemonik
Dalam Pembelajaran Sejarah.................................................. 42
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen ........................................................... 45
Tabel 3.2 Uji Validitas Soal ................................................................... 50
Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Analisis tingkat kesukaran ....................... 53
Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda ........................... 56
Tabel 4.5 Gambaran Umum Hasil Pre Test .......................................... 69
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Pre Test ................... 69
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test 70
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Data Pre Test ........................................................................ 70
Tabel 4.9 Gambaran Umum Hasil Kognitif Post Test ........................... 72
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test................. 73
Tabel 4.11 Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test ..... 73
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Data Post Test ..................................................................... 74
Tabel 4.13 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ......................................... 75
Tabel 4.14 Hasil Belajar Kelas Eksperimen .......................................... 76
Tabel 4.15 Hasil Belajar Kelas Kontrol ................................................. 76
Tabel 4.16 Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............ 76
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ........................................................... 85
Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ............. 86
Lampiran 3 Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ................................... 87
Lampiran 4 Silabus ................................................................................ 88
Lampiran 5 Soal Uji Coba ..................................................................... 89
Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Uji Coba ............................................ 94
Lampiran 7 Validitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran dan Reliabilitas 95
Lampiran 8 PerhitunganValiditas, Daya Beda,Tingkat Kesukaran
dan Reliabilitas .................................................................... 100
Lampiran 9 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen............................... 103
Lampiran 10 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ................................... 104
Lampiran 11 RPP Kelas Eksperimen ..................................................... 105
Lampiran 12 RPP Kelas Kontrol ........................................................... 109
Lampiran 13 Modul Pengajaran Kelas Eksperimen .............................. 113
Lampiran 14 Modul Pengajaran Kelas Kontrol.................................. 116
Lampiran 15 Soal Pre Test/Post Test ..................................................... 121
Lampiran 16 Kunci Jawaban Pre Test/Post Test ................................... 125
Lampiran 17 Daftar Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen .... 126
Lampiran 18 Daftar Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol .......... 127
Lampiran 19 Hasil Analisis Uji Homogenitas Pre Test ......................... 129
Lampiran 20 Hasil Analisis Uji Normalitas Pre Test Eksperimen ........ 131
Lampiran 21 Hasil Analisis Uji Normalitas Pre Test Kontrol ............... 132
Lampiran 22 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pre Test Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol ....................................... 133
Lampiran 23 Hasil Uji Homogenitas Post Test ..................................... 135
Lampiran 24 Hasil Uji Normalitas Post Test Eksperimen ..................... 137
Lampiran 25 Hasil Uji Normalitas Post Test Kontrol............................ 139
Lampiran 26 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Post Test Antara
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................. 141
-
xvi
Lampiran 27 Persentase Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ........................................................... 143
Lampiran 28 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ........................................................... 144
Lampiran 29 Dokumentasi Pada Kelas Eksperimen .............................. 146
Lampiran 30 Dokomentasi Pada Kelas Kontrol .................................... 148
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dari hasil observasi dan wawancara pra penelitian di SMP Negeri 2 Satu Atap
Sluke, terekam bahwa peserta didik mengeluhkan mata pelajaran sejarah yang
mereka dapat selama ini. Mata pelajaran sejarah hanya dianggap sebatas dongeng.
Guru sebagai pendongeng dan peserta didik menyimak, begitu seterusnya. Kenyataan
di atas menjadikan mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran yang kurang
diminati.
Ada dua hal yang membuat mata pelajaran sejarah tidak diminati oleh peserta
didik yaitu pada materi dan metode pengajarannya. Pelajaran sejarah sering disajikan
hanya dalam rangkaian angka, tahun, pelaku, tempat kejadian dan tidak
mengherankan bila pelajaran sejarah dianggap membosankan (Widiastono, 2003).
Problematika di atas, pendidik dituntut untuk lebih kreatif seiring dengan
dinamika perkembangan sejarah itu sendiri. Hal yang menjadi penyebab eksternal
serta yang melatarbelakangi rendahnya kualitas nilai mata pelajaran sejarah adalah
kesulitan siswa untuk menghapalkan sederet peristiwa dan fakta. Kesulitan yang
dihadapi oleh peserta didik ini hendaknya disadari sejak awal.
Mata pelajaran sejarah cenderung menelusuri kronologis suatu peristiwa
dimana tidak melibatkan afeksi siswa. Hal ini mengakibatkan pelajaran sejarah
-
2
mendapat penerimaan yang kurang disukai, hanya dianggap sebagai pelajaran
pelengkap, bahkan yang lebih parah lagi pelajaran sejarah diberikan secara tumpang
tindih dan diulang-ulang.
Alasan kedua terletak pada aspek metode pengajarannya. (Bireun, 2002:14)
masih memandang metode pengajaran konvensional sebagai penyebab pelajaran
sejarah menjadi objek keluhan siswa. Anhar Gonggong (dalam Bireun, 2002:15)
menyebutkan bahwa selama ini pelajaran sejarah diajarkan dalam metodologi
pengajaran yang kurang tepat seperti indoktrinasi dan banyak fakta sejarah tidak
disampaikan secara baik oleh para guru. Metode pengajaran yang monoton terlihat
pada penekanan hafalan sebagai satu-satunya cara yang paling dianggap efektif.
Hafalan yang ada pada pelajaran sejarah tampak rumit, sebab siswa perlu
menghafalkan nama-nama tokoh, tempat kejadian, serta waktu kejadiannya.
Metode pengajaran yang menjemukan tersebut menjadikan siswa tidak
memiliki intensitas perhatian yang optimal. Penyebab inti dari itu semua adalah
kesulitan siswa untuk menghapalkan sederet peristiwa dan fakta yang harus dihafal,
hal inilah yang membuat siswa menjadi sulit untuk mendapatkan nilai yang optimal.
Upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut salah satunya menggunakan
metode mnemonik (Buzan, 2002:56).
Metode mnemonik adalah cara menghapal dengan menggunakan dua prinsip
utama, yaitu imajinasi dan asosiasi (Buzan, 2003:56). Imajinasi berarti dalam proses
pengajaran perlu dieksplorasi daya imajinatifnya supaya mampu menghayati betul
-
3
pelajaran sejarah bahkan fakta yang perlu diingat, begitu juga dengan asosiasi yang
menghubungkan fakta yang hendak diingat dengan fakta yang sudah dia kenal
sebelumnya.
Hal ini kemudian diperkuat oleh (Higbee, 2003:41) yang menyatakan bahwa
kemampuan untuk mengingat sesungguhnya tergantung pada metode yang
digunakan, serta bagaimana latihan yang dilakukan dengan metode tersebut. Metode
mnemonik memiliki teknik yang bervariasi untuk menyelesaikan problem ingatan
seperti untuk mengingat barang-barang yang banyak bisa digunakan teknik pancang,
untuk menghapal pidato bisa dibantu dengan teknik loci. Metode ini telah dirasakan
manfaatnya dalam rangka mengoptimalkan daya ingat, seperti yang dilakukan oleh
para orator Yunani untuk menghapalkan teks orasinya dengan cara menggunakan
teknik loci.
Metode ini cukup mudah untuk diaplikasikan. Metodenya yang menantang
akan membuat peserta didik tertarik untuk belajar. Metode mnemonik bekerja
mengikuti cara kerja otak, sehingga memungkinkan akan mampu maksimal hasil
yang akan dicapai peserta didik dalam menguasai mata pelajaran sejarah. Sedangkan
materi kelas IX semester I yang penuh dengan hafalan adalah Liga Bangsa Bangsa,
dengan kompetensi dasar Perang Dunia ke II.
Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “EFEKTIFITAS METODE MNEMONIK DALAM
MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SATU
-
4
ATAP SLUKE PADA MATA PELAJARAN SEJARAH TAHUN PELAJARAN
2012/2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1) Bagaimana tingkat daya ingat kelompok eksperimen pada mata pelajaran sejarah
setelah perlakuan?
2) Bagaimana tingkat daya ingat kelompok kontrol pada mata pelajaran sejarah
setelah perlakuan?
3) Bagaimana efektifitas metode mnemonik dalam meningkatkan daya ingat siswa
pada mata pelajaran sejarah?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara operasional, tujuan penelitian ini yaitu:
1) Mengetahui tingkat daya ingat siswa kelompok eksperimen pada mata pelajaran
sejarah yang diujikan setelah perlakuan.
2) Mengetahui tingkat daya ingat siswa kelompok kontrol pada mata pelajaran
sejarah yang diujikan setelah perlakuan.
3) Menemukan efektifitas metode mnemonik dalam meningkatkan kemampuan
mengingat mata pelajaran sejarah.
-
5
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis.
1) Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
konseptual bagi perkembangan dunia pengajaran sejarah, khususnya mengenai
eksperimen metode mnemonik pada mata pelajaran sejarah.
2) Manfaat Praktis
a) Manfaat Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar sajarah dan
memberi intervensi positif terhadap minat siswa untuk mempelajari sejarah.
b) Manfaat Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pilihan metode
pembelajaran yang kreatif. Selain itu juga mengajak guru untuk berpikir kritis dan
meramu materi khususnya materi pelajaran sejarah yang semula konservatif
menjadi lebih inovatif.
c) Manfaat Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang baik bagi sekolah
dalam usaha perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran sejarah
-
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Efektifitas
Suatu pekerjaan dikatakan efektif ialah kalau pekerjaan itu memberi hasil
yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan semula, dengan kata lain kalau pekerjaan
itu sudah mampu merealisasikan tujuan organisasi dalam aspek yang dikerjakan itu
(Pidarta, 2004 dalam Nailis Sa‟adah). Sedangkan menurut Mulyasa (2007:82),
efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan,
ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota.
Menurut Carpenter dalam Pidarta (2007:271), mengemukakan prinsip umum
menilai efektifitas sebagai berikut :
1. Menilai efektifitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat
memproses input untuk menjadi output.
2. Sistem yang dibandingkan harus sama, kecuali alat problem.
3. Mempertimbangkan semua output utama.
4. Korelasi dihararapkan bersifat kausalitas.
Jadi efektifitas pekerjaan mendidik terhadap beberapa kelompok siswa yang
homogen, bergantung pada alat dan cara memprosesnya atau pekerjaan mendidiknya.
Bila tujuan yang dicapai lebih tepat dengan kelompok lainnya, maka pekerjaan
-
7
mendidik yang paling tepat mencapai tujuan adalah yang paling efektif. Maka alat
dan memproses inilah yang dipilih (Pidarta, 2007:271).
2.2 Metode Pembelajaran
Metode mengajar adalah cara-cara untuk menyampaikan materi kepada siswa.
Metode pembelajaran digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran (Arikunto, 2006:300). Metode merupakan cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 2006:46).
Setiap tujuan yang dirumuskan menghendaki penggunaan metode yang sesuai. Satu
tujuan yang akan dicapai tidak selamanya cukup dengan menggunakan satu metode
saja, melainkan mungkin harus dengan mengkombinasikannya dengan metode lain
yang sesuai. Apalagi jika tujuannya lebih dari satu, akan sangat mungkin untuk
dilakukan penggabungan beberapa metode. Strategi mengajar dengan memakai
beberapa metode yang saling melengkapi akan menghasilkan hasil pengajaran yang
lebih baik dari pada penggunaan satu metode karena kekurangan metode yang satu
dapat ditutupi oleh metode yang lain.
Metode pembelajaran sangat menentukan dan menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar yang diciptakan oleh seorang guru. Oleh karena itu metode
pembelajaran berperan sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.
Pemilihan dan penggunaan suatu metode perlu mempertimbangkan berbagai faktor
yang berpengaruh terhadap kesesuaian dan keefektifan metode tersebut untuk
-
8
digunakan dalam proses pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2006:46). Penggunanan
metode pembelajaran yang tidak tepat dalam menyampaiakan materi pelajaran dapat
menyebabkan tidak terjadinya interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa
sehingga kegiatan pembelajaran cenderung terjadi hanya satu arah saja.
Dalam proses belajar mengajar, metode memegang kedudukan yang sangat
penting. Djamarah dan Zain (2006:72-74) mengungkapkan kedudukan metode dalam
kegiatan belajar-mengajar meliputi :
1) Metode sebagai alat motivasi
Motivasi menurut Sardiman, A.M dalam Djamarah dan Zain (2006:72) adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang sehingga metode
berfungsi sebagai alat penampung dari luar yang dapat membangkitkan belajar
seseorang. Akhirnya dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan
bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi dalam kegiatan belajar mengajar
di sekolah.
2) Metode sebagai strategi pengajaran
Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan
efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki
strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik pengajaran atau biasanya disebut
metode mengajar.
-
9
3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-
komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode
adalah suatu cara untuk mencapai tujuan. Guru akan mampu mencapai tujuan
pengajaran apabila memanfaatkan secara tepat dan akurat.
2.3 Mnemonik
2.3.1 Definisi Mnemonik
Mnemonik menurut Wojowasito dan Wasito (1980:2) berasal dari kata
Mne‟monics yang berarti kepandaian menghapalkan. Inti dari metode ini adalah
imajinasi dan asosiasi. Sederhananya, metode menurut Stine (2002:23) tidak lebih
dari kemampuan pikiran untuk mengasosiasikan kata-kata gagasan atau ide dengan
gambaran. Higbee (2003:4) mendefinisikan mnemonik sebagai metode untuk
membantu memori.
Suharnan (2005:15) mendefinisikan, metode mnemonik sebagai strategi yang
dipelajari untuk mengoptimalkan kinerja ingatan melalui latihan–latihan. Suharnan
menyadari betul bahwa teknik ini perlu latihan untuk menguasainya. Mnemonik
berkaitan erat dengan imajinasi dan asosiasi. Pasiaq (2003:42) mengatakan bahwa
imajinasi dan asosiasi adalah bagian dari kerja otak kanan yang menjadi pusat
kreativitas, oleh sebab itu belajar dengan metode mnemonik secara tidak langsung
mengkoordinasikan antara otak kiri dan otak kanan dalam satu aktivitas belajar.
-
10
Lebih jauh lagi tentang asosiasi, James (Higbee, 2003:4) menjelaskan peran asosiasi
dalam ingatan dengan mengatakan “semakin fakta yang berkaitan dengan sesuatu hal
atau materi dalam fikiran kita, semakin kuat materi tersebut tertanam dalam fikiran
kita. Setiap fakta yang berkaitan dengan materi tersebut menjadi semacam pancing
bila materi tenggelam dibawah alam fikiran kita.
Metode mnemonik cukup efektif membantu seseorang untuk mengingat.
Kemampuan ini sering dimanfaatkan oleh senator Romawi dan Yunani untuk mencari
perhatian para politikus dan masyarakat dengan kekuatan belajar dan daya hapalnya.
Metode ini membuat orang Romawi mampu mengingat berbagai fakta tentang
kerajaan tanpa kesalahan.
Meski begitu metode mnemonik tidak menjamin informasi yang masuk akan
tetap diingat, sebab untuk menyimpan informasi ke dalam memori jangka panjang
setidaknya butuh banyak pengulangan. Menurut Horby (1987:34) mnemonik adalah
seni atau sistem yang dapat meningkatkan kemampuan untuk menghapal. Ada
beberapa teknik dalam metode mnemonik yang dapat dipakai dengan spesifikasinya
masing-masing, yaitu; teknik akronim, akrostik, peg word, loci, mental imagery,
metode hubungan, serta metode organisasi.
-
11
2.3.2 Tujuan Mnemonik
Mnemonic memiliki tujuan untuk:
1. Mempermudah orang dalam mengingat pengetahuan baik itu tempat, orang,
tanggal, dengan cara menghubungkan dan mengasosiasikannya dengan
suatu kejadian yang ada hubungannya atau dekat dengan dirinya.
2. Mempermudah orang dalam mengambil kembali pengetahuan yang sudah
lama sehingga dapat diungkap kembali, apabila diperlukan.
3. Mengefektifkan informasi dari short-term memory (memori jangka
pendek) menjadi long-term memory (memori jangka panjang) dengan
berbagai cara yang terdapat didalamnya.
Informasi yang disimpan dalam short-term memory (memori jangka
pendek) akan mudah hilang dalam ingatan atau terlupakan, dikarenakan dalam
mengingat hanya menggunakan otak kiri saja yang salah satu fungsinya
menjalankan memori jangka pendek sebagaimana diungkapkan oleh Roger
Sperry dalam Mr.SGM (2008:5) yang menyatakan bahwa „kita memiliki sebuah
otak yang terbagi ke dalam dua bagian fisiologis otak kiri dan kanan, yang
masing-masing berkaitan dengan fungsi-fungsi mental yang berbeda.‟
Mengingat dengan melibatkan otak kanan akan menjadikan ingatan
jangka panjang, cara mengingat dengan menggunakan peralatan mnemonic inilah
yang merupakan cara mengingat dengan melibatkan otak kanan sehingga
informasi akan tersimpan lebih lama dan mudah untuk dipanggil kembali karena
-
12
tersimpan dalam memori jangka panjang (long term-memory).
2.3.3 Tahapan Belajar dalam Mnemonik
Joyce (2009:223) dalam buku Models of Teaching mengungkapkan
beberapa tahap yang dapat meningkatkan daya ingat dalam mnemonic. Tahapan-
tahapan tersebut adalah:
Phase one : Attending to the material
Use techniques of underlining, listing, reflecting
Phase two : Developing connections
Make material familiar and develop connection using
keyword, subtitutes word and link word system tecniques
Phase three : Ekspanding sensori image
Use techniques of redicolus association and exageneration resvise
image
Phase four : Practicing recall
Practice recalling the material intil it is completely learned.
Tahapan belajar tersebut menggambarkan bahwa tahap belajar pertama
belajar dengan mnemonik adalah menyediakan materi atau bahan yang akan
dipelajari. Gunakan tehnik menggarisbawahi atau membuat daftar hafalan. Tahap
kedua adalah membuat hubungan materi, dalam tahap ini buatlah agar materi
lebih mudah untuk diingat dan dikembangkan dengan menggunakan teknik
membuat kata kunci, kata ganti, atau hubungan kata. Tahap berikutnya adalah
mempertajam daya ingat, dalam hal ini dapat menggunakan teknik yang dapat
mempertajam daya ingat, misalnya dengan menggunakan kata-kata yang lucu
dan menggelikan atau melebih-lebihkan. Tahap terakhir adalah latihan mengulang,
yaitu mengulangi materi sampai benar-benar dipahami.
-
13
Windura (2009:89) dalam buku Memory Champion menguatkan tahapan
belajar di atas dengan merinci proses atau mekanisme mengingat yaitu bahwa :
“...sebenarnya terjadi beberapa tahap sebelum sebuah informasi dapat
Anda ingat. Kegagalan Anda dalam mengingat bisa disebabkan oleh
ketidakberesan pada satu atau beberapa tahap. Ada empat tahap yang
membuat timbulnya suatu ingatan, yaitu : (a) Registration (Pendaftaran), (b)
Encoding (Pemahaman), (c) Storage (Penyimpanan), (d) Retrieval (
Pengeluaran)”
Sebuah informasi akan bisa diingat jika sudah “didaftarkan” di otak
terlebih dahulu melalui pancaindra. Setelah didaftarkan, informasi baru tersebut
dikaitkan dengan database lama yang ada di otak seseorang, proses ini disebut
sebagai proses encoding. Setelah itu baru proses penyimpanan (storage) dilakukan
dengan memastikan kerapian susunan dan sistematikanya agar informasi tersebut
mudah untuk diingat kembali. Tahap berikutnya, ketika ingin mengeluarkan
informasi yang pernah disimpan (retrieval), keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh
kuat tidaknya asosiasi dalam database otak untuk “menjangkau” informasi tersebut.
Tahap encoding dan storage inilah inti dari penggunaan teknik-teknik
atau peralatan mnemonic yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana jika banyak
asosiasi dengan informasi lama yang tersimpan dalam database otak, informasi
yang baru masuk itu akan mudah diingat, bahkan bisa menjadi ingatan yang
bersifat jangka panjang. Sebaliknya, bila asosiasinya sedikit maka akan kesulitan
untuk mengingatnya. Itulah yang bisa menyebabkan seseorang lupa saat akan
mengingatnya kembali.
-
14
2.3.4 Bentuk-Bentuk Teknik dalam Metode Mnemonik
2.3.4.1 Akronim
Akronim adalah suatu gabungan huruf yang disusun membentuk sebuah kata.
Teknik ini berguna untuk mengingat kata-kata spesifik, sebagai contoh PSSI
merupakan akronim dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Metode ini dipakai
untuk menghapal nama-nama yang berurutan (DePorter dan Hernacki, 2002:45)
seperti untuk menghapalkan nama-nama planet yang terdiri dari Merkurius, Venus,
Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto dengan cara mengambil
satu huruf pertama dari setiap planet kemudian membentuknya menjadi kalimat yang
kreatif seperti Memainkan Violin Bisa Memunculkan Jalinan Suara Unik Namun
Pasti.
Pendek kata, akronim adalah metode singkatan, selain contoh di atas, metode
akronim dapat dipakai untuk menghapal nama tempat seperti menghapal enam danau
besar di Amerika yang terdiri dari Huron, Ontario, Michigan, Superior dapat
dilakukan dengan cara menyingkatnya menjadi HOMES. Ada beberapa akronim yang
telah akrab di telinga kita namun justru membuat nama aslinya terlupakan, seperti
akronim laser yang berasal dari light amplication by simulated of radiation.
Berikut ini adalah contoh-contoh dari akronim: PEMDAS, rangkaian
pemecahan atau pengevaluasian persamaan matematika. Tanda kurung, eksponen
(pangkat dalam matematika), perkalian, pembagian, penambahan, pengurangan.
-
15
IPMAT, tingkatan pembagian sel; interphase, prophase, metaphase, anaphase,
telephase.
Meski teknik ini memiliki banyak keuntungan, tapi ada beberapa catatan yang
perlu diingat diantaranya metode ini cukup baik untuk menghapal informasi yang
tidak banyak membutuhkan pemahaman yang rumit seperti menghapalkan runtutan
kejadian suatu peristiwa dan tempatnya.
2.3.4.2 Akrostik
Kata lain dari teknik akrostik adalah metode kalimat. Cara teknik ini adalah
mengambil beberapa hurup pertama dari kata yang akan dihapal kemudian
dirangkaikan menjadi untaian kata yang menarik seperti Kings Phil Came Over For
The Genes Special (Kingdom, Phylum, Class, Order, Genus, Species). Seperti halnya
akronim, teknik akrostik akrostik tidak bermanfaat untuk menghapalkan informasi
yang rumit.
2.3.4.3 Teknik Loci
Teknik ini biasa dipakai oleh orator untuk menghapalkan teks pidatonya,
teknik loci ini juga bisa disebut sebagai teknik tempat, sebab cara ini
mengkombinasikan antara memori visul/ asosiasi fakta dengan tempat. Menurut
Cicero (Turkington, 2005:16) metode ini dikembangkan dari puisi Simeonides of
Ceos, satu-satunya orang yang selamat ketika gedung tempat pertunjukan runtuh.
Simonider mampu mengenali seluruh mayat dengan mengingat tempat duduk.
-
16
Teknik loci ini menurut Buzan (2002:22) erat kaitannya dengan penggunaan
cortex bagian kiri dan kanan, dengan kata lain, metode ini menggabungkan kekuatan
imajinasi dan sensualitas yang merupakan kekuatan fungsi otak kanan dengan
pengurutan tempat yang akurat sebagai fungsi dari kekuatan otak kiri. Penting untuk
dicatat. Penting untuk dicatat bahwa tempat yang hendak digunakan untuk teknik loci
hendaknya sudah familiar terlebih dahulu.
Urutan yang akan dipakai dalam teknik loci dapat dilihat dari contoh Stine
(2002:12) sebagai berikut: pilihlah tempat yang selalu diingat sehari-hari seperti
ruangan tamu yang terdiri dari sofa, pesawat televisi, lampu dan lukisan dinding.
Setelah itu pilihlah fakta yang akan diingat, selanjutnya pilih elemen-elemen yang
berkaitan dengan kelima tempat di ruangan tersebut dan kemudian ciptakan gambaran
visual yang menghubungkan informasi dengan barang-barang dari ruangan tamu
tersebut. Setelah itu munculkan gambaran-gambaran tersebut beberapa kali sehari
selama tiga atau empat hari.
Contohnya, kita baru saja berkenalan dengan seorang wanita yang bernama
Ashland yang tingginya semampai. Bayangkan, karena badannya yang tinggi,
kepalanya terbentur kusen tembok. Setelah itu bayangkan lagi dalam televisi terjadi
kebakaran hutan yang hebat, sehingga pepohonan menjadi abu (Ash). Setelah itu lihat
pula lukisan pemandangan (lanscape) yang sangat indah.
Contoh lain adalah untuk mengingat nama George Washington, Thomas
Jefferson, dan Richard Nixon, dapat dilakukan dengan membayangkan kita berjalan
-
17
ke pintu lokasi dan melihat selembar uang dollar di pintu, ketika anda membuka pintu
Jefferson sedang berbaring di sofa dan Nixon sedang makan tanpa alat pendingin.
Teknik ini memerlukan patokan arah secara jelas ke lokasi objek-objek untuk
memudahkan objek-objek tersebut ditemukan kembali.
Teknik loci menurut Lapp (2003:34) memiliki beberapa aturan main untuk
mempermudah proses ingatan. Aturan tersebut meliputi :
1. Jangan mengambil dua benda yang serupa.
2. Jangan meletakkan benda-benda tersebut secara zigzag.
3. Keyakinan akan kemampuan diri untuk memvisualisasikan rumah sendiri
akan membantu mempermudah ingatan dengan metode loci.
2.3.4.4 Pancang (Peg Word)
Teknik pancang adalah cara untuk melatih daya ingat dengan cara membuat
kata-kata pancang dan membayangkannya secara visual. Teknik ini menurut
Turkington (2005:56) dikembangkan oleh Henry Herkson pada tahun 1600 dengan
menghubungkan satu digit angka tersebut dengan barang-barang yang menyerupai
angka tersebut. Seperti angka satu dengan lilin, angka tiga dengan trisula. Prinsip dari
teknik ini adalah menggantungkan fakta yang akan diingat kepada kata pancang yang
telah dibuat.
Menurut Stine (2002:24) teknik pancang berguna bagi orang yang memiliki
orientasi matematik dan verbal, dan dapt pula digunakan olah siapa saja. Mc. Carthy
(Stine, 2002) memberi pasangan kata yang akan dipakai sebagai pancang.
-
18
Teknik pancang menurut Turkington (2005:57) adalah teknik untuk melatih
daya ingat dengan cara mempelajari satu daftar kata-kata pancang dengan
membayangkannya secara visual.
Ada dua prinsip utama dalam menghapal, yaitu asosiasi dan imajinasi (Buzan,
2002:15), maksudnya dari asosiasi adalah mengikatkan materi yang akan diingat
dengan kata pancang, sedangkan imajinasi adalah mengimajinasikan ikatan materi
yang telah dijalin dengan kata pancang. Berikut ini adalah beberapa kata pancang
yang sering dipakai: (a) Sun, (b) Shoe, (3) Tree, (4) Door, (5) Hive, (6) Stick, (7)
Heaven, (8) Gate, (9) Wine, (10) Hen.
Cara menghapalkannya dapat dilakukan sebagai berikut : Contohnya ada 3
informasi yang akan dihapal, yaitu kuda, korden, dan pintu. Langkah selanjutnya
adalah mengasosiasikan 3 informasi tersebut dengan kata pancang yang terdiri dari
Sun, Shoe, dan Tree, yaitu membayangkan kuda sedang berada dibawah terik
matahari, sepatu yang terbuat dari kain korden dan terakhir adalah membayangkan
kalau ada pohon yang berpintu. Setelah menggabungkan, maka bisa dipastikan kita
akan mampu mengingatnya secara berurutan.
Kata pancang tidak mutlak dengan sepuluh huruf, bahkan bisa dibuat
sebanyak mungkin. Inilah yang menurut DePorter dan Hernacki (2002:225) menjadi
kelebihan dari teknik pancang. Walaupun hebat dalam menghadapi hafal-menghafal,
metode pancang seperti halnya yang dihadapi oleh teknik akronim dan teknik
akrostik, ternyata ringkih menghadapi hapalan yang terkait dengan fakta rumit yang
-
19
membutuhkan pemahaman dan perenungan. Bisa jadi kelemahan ini perlu ditutupi
pemahaman yang jelas tentang suatu peristiwa.
2.3.4.5 Imajery Visual
Suharman (2005:45) berpendapat bahwa teknik imajery visual adalah teknik
yang paling efektif dibandingkan dengan metode yang lain. Teknik ini mendorong
subjek untuk menghadirkan gambaran objek yang akan dihapal ke dalam fikirannya.
Teknik ini cukup baik dalam menghadapi informasi deskriptif yang saling
berhubungan. Meski demikian, teknik ini malah bermasalah ketika berhadapan
dengan informasi yang tidak saling terkait.
Teknik ini tampaknya perlu perangkat untuk membangkitkan imajinasi, baik
dengan cerita maupun dengan memakai alat peraga yang dapat mendekatkan pada
kenyataan.
2.3.4.6 Teknik Cerita
Teknik cerita merupakan metode yang menyenangkan untuk menghapalkan
informasi yang tidak saling berhubungan ataupun yang berhubungan dengan
informasi dalam jumlah yang banyak. Bahkan menurut DePorter dan Hernacki
(2002:226) teknik ini cukup baik untuk menghapalkan daftar-daftar istilah atau pola-
pola geografis.
Aplikasi dari teknik ini dapat dilihat dari contoh sebagai berikut : pada hari
Sabtu saya berangkat dengan pesawat dengan bahan bakar yang dapat membawa saya
sejauh lima ribu mil berangkat dari Italia melewati Yunani, Turki, Iran, Irak,
-
20
Pakistan, India dan kepulauan dari Samudera Hindia. Cara menghapal negara-negara
tersebut dapat dilakukan dengan cara menggabungkan negara-negara dan kemudian
dibuat cerita menarik, seperti pada hari Sabtu saya sedang duduk di restoran sedang
makan spagetti (Italia). Tiba-tiba ada seorang wanita lewat dan saya menyapanya “hei
makanlah disini, restoran ini milik Mbakyu Nani (Yunani), lalu tukang masak yang
berasal dari negara Turki ini mendengar dan kemudian memanggil dua pelayan
kembarnya yang bernama Irak dan Iran, keduanya adalah anak dari PakIstan
(Pakistan), ia pun menyuruh mereka untuk membuat martabak India yang merupakan
makanan khas dari Samudera Hindia.
2.3.4.7 Kata kunci
Teknik kunci digunakan untuk mengingat kata inti dari informasi yang akan
diingat, misalnya untuk mengingat informasi tentang tugas Dewan Keamanan Liga
Bangsa-bangsa (Matroji, 2004:34) yang terdiri dari:
1. Menyelesaikan perselisihan-perselisihan internasional.
2. Menjaga negara-negara anggota terhadap serangan negara-negara lainnya.
3. Pengurangan senjata.
4. Membela dan melindungi Liga Bangsa-Bangsa.
Dapat cukup menggunakan kata kunci dari masing-masing item diatas, yaitu
perselisihan, serangan, senjata, pembelaan.
-
21
2.3.4.8 Organisasi
Kesulitan apa yang dapat dirasakan seseorang jika dihadapkan pada 12 nomer
yang harus dihafal seperti 89021299432, dapat dipastikan akan mengalami kesulitan,
namun berbeda halnya jika diorganisasi dengan memilahnya kepada beberapa pilihan
seperti 890 212 989 432. Teknik organisasi mirip dengan sistem katalog yang ada
diperpustakaan, buku-buku disimpan sesuai dengan kategorinya masing-masing.
Teknik organisasi ini cukup bermanfaat untuk membantu dalam mengingat
beberapa informasi yang dapat dikategorikan seperti susunan organisasi dan program
kerja atau membantu untuk mengingat barang yang akan dibeli dipasar seperti pisang,
apel, biskuit, roti tawar, ayam, sapi. Pengkategoriannya adalah kategori buah-buahan
terdiri dari apel dan pisang, kategori daging adalah ayam dan sapi, kategori kue
terdiri roti dan biskuit, dan yang dapat diurutkan seperti nama-nama kota dan
provinsinya.
Teknik organisasi dapat diimplementasikan dalam sejarah, seperti untuk
mengingat peristiwa dengan tahunnya. Seperti contoh Jepang pada tahun 1932
menduduki Manchuria dan tahun 1937 menyerang Tiongkok. Italia pada tahun 1935
menyerbu Libya dan Ethiopia. Jerman pada tahun 1938 menduduki wilayah Austria
dan Cekoslovakia, bagaimana cara mengingatnya, dengan menggunakan teknik
organisasi maka tahapan pertama adalah menyusun kejadian sesuai dengan urutan
tahunnya, yaitu tahun 1932, 1935, 1937 dan tahun 1938, setelah itu baru mengingat
-
22
kejadiannya, dengan cara tersebut akan lebih diingat daripada mengingatnya secara
acak.
2.4 Daya Ingat
2.4.1 Memori (Daya Ingat)
Memori berasal dari bahasa Inggris, memory. Menurut Wojowasito dan
Wasito (1980:34) memory artinya ingatan, kenang-kenangan. Bruno (Syah, 2001:45)
mendefinisikan memori sebagai proses mental yang melibatkan penyandian
(encoding), penyimpanan (storage) dan pemanggilan kembali (retrieval) informasi
dan pengetahuan yang semuanya terpusat di otak.
Teori awal mengenai memori menurut Wirawan (tanpa tahun) dikenal sebagai
association model (model asosiasi). Menurut model ini, memori merupakan hasil
koneksi mental antara ide dengan konsep. Tokoh yang terkenal mendukung teori ini
antara lain Ebbinghaus yang melakukan beberapa penelitian, antara lain mengenai
fungsi lupa serta savings.
Pembicaraan tentang daya ingat ini berarti membicarakan tentang potensi otak
dengan segala kelebihannya. Isaac Asimov (Stine, 2002:27) menjelaskan bahwa otak
memiliki kekuatan yang luar biasa, sebab selain memiliki 200 milyar sel juga memiliki
100 trilyun koneksi antar dendrit yang dengan itu otak mampu menampung sekitar 100
milyar bit informasi.
Pada dasarnya manusia selalu terkagum-kagum dengan kemampuan seseorang
yang mampu menyebutkan banyak fakta yang telah dihapalkan dalam jangka waktu yang
-
23
pendek. Beberapa diantara kita merasa bahwa seseorang telah diberi kelebihan untuk
mampu mengingat dengan cepat. Higbee (2003:46) secara tegas menjelaskan bahwa
kebanyakan bukan pada faktor cerdas dan tidak cerdas, namun lebih kepada teknik yang
digunakan untuk mengingat, dan pada latihannya dengan teknik tersebut.
Terdapat perbedaan arti antara memori dan daya ingat. Porter dan Hernacki
(2002:234) memandang bahwa memori hanya menyimpan apa saja yang dianggap
perlu dan berarti, sedangkan daya ingat adalah kemampuan untuk mengingat kembali
fakta, informasi dan kejadian yang telah diketahui sebelumnya.
Bruno (Syah, 2001:16) mendefinisikan memori sebagai proses mental yang
melibatkan penyandian (encoding) penyimpanan (storage) dan pemanggilan kembali
(retrieval) informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat di otak. Definisi
Bruno tampaknya tidak begitu mempersoalkan perbedaan antara daya ingat dan
memori, sebab memori menurutnya memori sudah mencakup daya ingat. Senada
dengan itu, pakar psikologi tidak ada perselisihan dalam elemen ingatan yang terdiri
dari penyandian (encoding) penyimpanan (storage) dan pemanggilan kembali
(retrieval) itu. Proses sebelum penyandian melibatkan perhatian dan seleksi, dalam
proses penyimpanan melibatkan ingatan jangka pendek dan jangka panjang,
sedangkan dalam proses pengingatan kembali melibatkan peluruhan atau lupa, jika
lupa maka informasi yang diingat itu menjadi luruh dan sulit untuk diingat kembali.
Suharnan (2005:34) berpendapat bahwa ingatan merujuk pada proses
penyimpanan dan pemeliharaan sepanjang waktu. Titik tekan dari definisi tersebut
terletak pada kemampuan seseorang dalam menyimpan informasi dalam memorinya.
-
24
Kesulitan dalam mengingat kembali informasi yang telah diingat disebabkan karena
informasi tersebut tidak disimpan dan dipelihara dengan baik.
Kemampuan seseorang untuk mempertahankan memori tergantung pada
teknik dan kemampuannya itu sendiri. Beberapa orang memiliki kemampuan
photografic memory (Higbee, 2003:9). Photografic memory adalah kemampuan
untuk menghadirkan memori yang pernah dilihatnya secara akurat dan detail, seperti
kemampuan untuk mengingat satu lembar untaian puisi hanya dengan sekali melihat
saja. Higbee melihat hal ini justru terkadang menjadi beban bagi yang memilikinya.
Namun pendapat ini tidak seluruhnya benar, karena beberapa penghapal Qur‟an yang
punya kemampuan ini ternyata juga tidak merasakan beban.
Dilihat dari jangka waktunya, menurut Atkinson (tanpa tahun) memori terbagi
menjadi dua tingkatan yaitu ingatan jangka pendek (short term memory) dan ingatan
jangka panjang (long term memory). Memori jangka pendek adalah memori yang
dapat mengingat fakta hanya untuk beberapa saat saja, dan beberapa jam kemudian,
kita mengalami kesulitan untuk mengingatnya. Memori jangka pendek memiliki
kapasitas yang terbatas, namun menurut Solso (1991:56) keterbatasan ini dapat
diatasi dengan teknik Chunking.
Memori jangka panjang adalah memori yang memiliki rentang waktu yang
lebih lama dibandingkan memori jangka pendek, meski demikian, menurut Giuffre
dan DiGeronimo (1999:72) memori jangka panjang memiliki keterbatasan dalam
mengingat lokasi dan tanggal, oleh sebab itu kalau kita lupa menyimpan kunci motor
-
25
atau lupa jadwal rapat, itu sebenarnya adalah bakat alami dari memori jangka
panjang.
Buzan (2002:45) menjelaskan perbedaan antara memori jangka pendek dan
memori jangka panjang, menurutnya memori jangka pendek adalah informasi yang
belum terkodifikasi, sebaliknya memori jangka panjang adalah memori yang sudah
terkodifikasi dan tersimpan secara menyeluruh dalam otak, lebih dari itu memori
jangka panjang bertindak sebagai hard drive yang menjadi tempat penyimpanan
pengalaman yang telah lalu di daerah otak yang disebut cerebral cortex (kulit luar
otak). Cortex merupakan rumah bagi belukar 100 miliar neuron yang tampangnya
mirip tumbuhan merambat. Komunikasi antar sel terjadi lewat pancaran impuls-
impuls kimia dan listrik. Setiap kita merasakan sesuatu – pandangan, suara, ide-
impuls unik dari sebagian sel-sel saraf tersebut langsung aktif. Ada yang lalu kembali
ke bentuk asalnya karena mereka memperkuat koneksi satu dengan yang lainnya.
Menurut Retcliff (Russel, 2003:47) ingatan jangka pendek bersifat elektris
sedangkan ingatan jangka panjang bersifat kimiawi. Meski demikian memori jangka
pendek dapat ditransfer menjadi memori jangka panjang dengan cara rehersial atau
pengulangan. Materi yang disimpan dalam memori jangka pendek berlangsung
kurang dari 30. jumlah serial yang dapat disajikan dalam memori jangka pendek
berkisar 2-5 item. Menurut Suharnan (2005:17) info yang masuk dalam memori
jangka pendek berupa kode auditori dan kode semantik visual.
-
26
Memori menurut Pasiak (2003:23), juga dapat dikategorikan dalam dua tipe,
yaitu tipe deklaratif dan tipe prosedural. Memori deklaratif adalah pengetahuan
tentang sesuatu yang ada, kejadian, fakta seperti ingatan tentang ulang tahun dan
nama-nama orang, sedangkan ingatan prosedural berkaitan dengan keterampilan
motorik seperti mengendarai mobil, bermain bulu tangkis. Langkah kongkrit dalam
melatih daya ingat secara sistematis menurut Gie (1984:37) meliputi 3 hal yaitu (1)
recall; mengingat informasi di luar kepala, (2) recognition; pengenalan kembali
informasi yang telah dia alami baik melalui pendengaran maupun melalui
penglihatan, dan (3) relearning; mempelajari kembali informasi yang telah dia
masukkan ke dalam memorinya.
2.4.2 Hal-Hal yang Membantu Daya Ingat
2.4.2.1 Perhatian dan Pemilihan
Proses yang mengawali memori adalah perhatian. Perhatian menurut Stern
(Suryabrata, 1993:33) adalah pemusatan energi psikis terhadap suatu objek. Banyak
sekali informasi yang berada di sekeliling kita, namun secara alamiah kita memilih
informasi yang menarik perhatian kita.
De Porter dan Hernacki (2002:221) memiliki akronim AMBAK untuk
meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengingat. AMBAK itu sendiri
merupakan akronim dari Apa Manfaatnya BagiKu, dengan kata lain seseorang dapat
memusatkan perhatiannya secara maksimal bila yang menjadi objek perhatian itu
dapat memberi keuntungan.
-
27
Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Ros dan Nichole
(2003:46) yang secara detail mengatakan bahwa penetapan tujuan yang jelas dengan
kepercayaan yang kuat untuk mencapai itu berperan sangat signifikan untuk
memperoleh hasil yang signifikan dari belajar. Kegagalan mengingat sesuatu boleh
jadi diawali dari kegagalan dalam memberi perhatian secara maksimal. Fenomena
seperti ini dinamakan sebagai absent minded atau pikiran kosong.
Dalam proses belajar mengajar, materi yang akan menjadi pusat perhatian
adalah materi yang unik dan yang berbeda dari lingkungan sekitar baik dari segi
warna maupun bentuk. Begitu juga dengan informasi yang menarik dalam informasi
unik yang dapat mempengaruhi psikologis manusia, oleh sebab itu dalam
pembelajaran tampaknya pengajar perlu menyajikan bahan yang menyentuh aspek
kebutuhan dan dramatis.
2.4.2.2 Emosi
Faktor emosi dapat mempengaruhi ingatan manusia, sebab otak akan memberi
perhatian yang lebih besar pada peristiwa yang emosional ketimbang peristiwa datar.
Sebagai contoh, bagi sebagian orang yang sudah menikah, kemungkinan besar
mereka masih ingat peristiwa pernikahan mereka.
Memori yang disertai muatan emosi yang kuat dinamakan sebagai flash bulb
atau vivid memory. Suharnan (2005:34) menjelaskan bahwa flash bulb atau vivid
memory adalah ingatan terhadap peristiwa pertama kali terjadi dengan sangat
mengejutkan dan membuat emosi seseorang ikut terhanyut dalam peristiwa tersebut.
-
28
Pertanyaannya kemudian adalah apa yang membuat ingatan menjadi kuat
setelah berasosiasi dengan emosi? James McGaugh (Rose, 2003:57) menjelaskan
bahwa otak memanfaatkan zat kimia yang dilepaskan selama stres dan emosi-emosi
kuat untuk mengatur kekuatan peyimpanan memori.
Flash bulb merupakan rekaman yang relatif permanen tentang situasi di mana
kita mempelajari peristiwa yang penting dan bermuatan emosi, seperti menyaksikan
peristiwa pembunuhan Presiden Amerika, Ronald Reagan, bisa jadi orang yang
menyaksikan peristiwa ini masih menyimpan flash bulb memory tentang peristiwa
tersebut.
Tentu saja pengkondisian emosi yang positif selama proses belajar mengajar
tersebut menjadi penting peranannya supaya materi yang telah dijelaskan oleh guru
benar-benar tercerap secara optimal dalam memori jangka panjang. Pengkondisian
emosi yang positif dapat dilakukan dengan menghadirkan suasanan yang
menyenangkan dalam kelas. Hal ini senada dengan konsep pollyanna princples yang
menjelaskan bahwa satuan informasi yang secara emosi menyenangkan akan diproses
secara lebih efisien daripada informasi yang mengandung kesedihan.
2.4.2.3 Asosiasi
Asosiasi menurut Higbee (2003:46) merupakan kemampuan untuk
menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan fakta yang ada dalam ingatan,
oleh sebab itu, gambar peta negara Italia lebih mudah diingat dibandingkan negara
-
29
Eropa lainnya, sebab bentuk negara Italia memiliki bentuk yang hampir mirip dengan
sepatu.
Lapp (2003:34) mendefinisikan asosiasi sebagai bentuk hubungan berganda
yang menghubungakan antara segala hal yang diinginkan untuk diingat. William
James (Higbee, 2003:55) menjelaskan peran asosiasi dalam ingatan dengan
mengatakan “semakin fakta yang berkaitan dengan sesuatu hal atau materi dalam
fikiran kita, semakin kuat materi tersebut tertanam dalam ingatan kita. Setiap fakta
yang berkaitan dengan materi tersebut menjadi semacam pancing bila materi
tenggelam di alam bawah pikiran kita”.
2.4.2.4 Kebermaknaan
Materi yang bisa kita pahami maknanya akan lebih mudah diingat
dibandingkan materi yang tidak dipahami maknanya, oleh sebab itu tulisan yang
gramatikalnya tidak benar akan lebih sulit dipahami dibandingkan dengan tulisan
yang gramatikalnya benar.
2.4.3 Faktor yang Menghambat Ingatan
Ada beberapa faktor yang dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam
menghapal. Menurut Gunawan (2003:32), faktor tersebut meliputi beberapa hal,
yaitu:
-
30
a. Informasi Tersebut Tidak Penting
Pada prinsipnya otak akan menyimpan informasi penting saja, oleh karena itu,
informasi yang dianggap kurang penting akan membuat otak menyimpan
informasi tersebut dalam memori jangka pendek.
b. Interferensi atau Gangguan
Interferensi akan mengganggu hapalan. Interferensi terjadi bilamana informasi
yang tidak diperlukan masuk dan bercampur aduk dengan informasi yang
dibutuhkan, contohnya pada saat kita menghapalkan puisi dan pada saat yang
sama kita mendengarkan suara nyanyian dari tetangga yang cukup nyaring,
secara tidak sadar lantunan lagu itu akan masuk dalam memori dan bercampur
aduk dengan puisi yang sedang dihapalkan.
c. Tidak Fokus dan Tidak Konsentrasi
Konsentrasi merupakan pintu utama belajar. Otak akan mengalami kesulitan
jika dua aktivitas dilakukan pada saat yang sama. Misalnya pada saat belajar
diiringi dengan khayalan.
d. Stress
Kondisi pikiran yang penuh beban dan tekanan akan mengganggu otak untuk
bekerja, bayangkan jika pada saat belajar matematika sementara dapur tetangga
kebakaran, tentu saja pikiran belajar akan beralih kepada pikiran untuk
memadamkan api.
-
31
e. Fisik yang Lelah
Fisik yang lelah biasanya disebabkan oleh kerja fisik yang berat. Jika fisik
sudah lelah biasanya seseorang mudah mengantuk dan tidur, sebab oksigen yang
masuk ke dalam otak berkurang. Belajar dalam jangka waktu yang lama alam
membuat fisik menjadi mudah lelah. Solusi untuk memperkuat ketahanan fisik
adalah olahraga, sebab dengan olahraga akan mendorong jantung memompa dan
otot bergerak.
Tidur yang cukup juga dapat menjadi solusi ketika fisik sedang dilanda
keletihan. Kurang tidur akan mengganggu informasi yang telah kita simpan,
sebab di saat tidur, proses penggalian informasi dalam otak dilakukan.
f. Pengaruh Zat Kimia
Kebiasaan mengkonsumsi minuman yang beralkohol, merokok merupakan
kebiasaan yang dapat merusak otak. Bahkan beberapa zat psikotropika akan
membunuh beberapa sel otak, lebih jauh dari itu bisa juga menghambat proses
generatif pertumbuhan otak, akibatnya otak tidak dapat memperbaharui diri lagi
(generatif).
g. Gaya Hidup
Giuffre dan DiGeronimo (1999:32) memandang bahwa gaya hidup yang tidak
teratur ternyata mempengaruhi ketajaman otak. Asupan makanan, jadwal tidur,
spiritualitas, olahraga dan cara pandang yang positif dapat mendorong otak untuk
bekerja lebih optimal.
-
32
2.4.4 Proses Mengingat
Daya ingat bukan kemampuan untuk berdiri sendiri, namun daya ingat adalah
kemampuan yang terdiri dari beberapa tahap. Melton (Atikinson, tanpa tahun)
membagi tahapan memori kepada tiga tahap yaitu penyandian (encoding)
penyimpanan (storage) dan pemanggilan kembali (retrieval).
2.4.4.1 Penyandian (Encoding)
Inti dari penyandian adalah penterjemahan informasi yang masuk ke dalam
gambaran mental dalam bentuk kode-kode. Informasi yang dihapalkan masuk ke
dalam kotak memori setelah informasi tersebut dikodefikasi. Strategi paling populer
untuk menghapal adalah pengulangan, seperti kita akan menghapal nomor hp teman
kita, maka kita akan menyebut nomor tersebut secara berulang-ulang (rehersial)
dengan suara yang keras.
Ada juga cara lain supaya informasi itu dapat dihapal, cara tersebut menurut
Suryabrata (1987:35) disebut dengan mneumochink (teknik mnemonik). Pandangan
Suryabrata di atas secara tegas menjelaskan bahwa teknik mnemonik berada pada
tahapan penyandian.
Penyandian bisa dipakai dalam memori, sebab cara kita dalam mengkodifikasi
hapalan ternyata akan mempengaruhi apa yang kita ingat dan bagaimana
pemanggilan informasi tersebut. Contohnya kita akan menghapalkan 3 fakta, bisa jadi
kita hanya hapal saja namun tidak mengerti artinya. Berbeda bila kita menghapalkan
-
33
secara semantik, kita akan hapal sekaligus bisa menjelaskan informasi yang kita hapal
tersebut.
Proses penyandian memiliki peranan yang cukup strategis yang dapat
menentukan ingatan itu akan tersimpan dalam memori jangka pendek atau akan
tersimpan dalam memori jangka panjang.Proses penyandian yang melibatkan emosi
akan mendorong informasi yang kita hapal menjadi ingatan jangka panjang,
sementara kodifikasi untuk informasi yang tidak penting akan disimpan dalam
memori jangka pendek yang kemudian akan dilupakan dalam waktu yang cepat.
2.4.4.2 Penyimpanan (Storage)
Penyimpanan adalah proses meletakan informasi dalam memori kita. Pada
penyimpanan informasi, perbedaan memori jangka pendek dan jangka panjang
menjadi jelas, sifat dari memori jangka pendek akan pendek dan singkat, sebagai
contoh, bila kita akan menelpon, maka kita akan melihat nomor telepon yang akan
kita tuju kemudian kita berkomat-kamit untuk menghapalkan nomor telepon tersebut
dan selanjutnya kita tekan nomor yang dituju. Pada saat itu barangkali kita masih
ingat nomor tersebut, namun beberapa hari kemudian kemungkinan besar, nomor
telepon tersebut sudah tidak ada lagi di kepala kita. Dalam kasus ini, nomer telepon
tersebut disimpan dalam memori jangka pendek. Supaya nomor telepon itu masih
bisa diingat, maka nomor telepon itu harus disimpan dalam memori jangka panjang.
Sifatnya memori jangka pendek yang pendek dan sementara, maka memori
jangka pendek berfungsi sebagai stasiun pemberhentian informasi sebelum masuk ke
-
34
dalam memori jangka panjang, dengan kata lain informasi yang masuk ke dalam
memori jangka pendek dan dipertahankan melalui pengulangan-pengulangan,
pengulangan ini membuat informasi tersebut masuk ke dalam memori jangka
panjang. Sedangkan informasi yang tidak diulang-ulang akan luruh karena digeser
oleh memori yang baru dan kemudian dilupakan.
Teori yang membahas tentang ini dinamakan sebagai teori dual memory
model. Gambaran singkat dari teori ini dapat dilihat di bawah ini.
Bagan 1 Teori Dual Memory Model
Kapasitas memori jangka pendek yang sedikit cukup menguntung kita, bisa
dibayangkan bagaimana kesulitan kita jika informasi yang penting dan yang tidak
penting tetap berada dalam memori jangka pendek, akibatnya kemudian seseorang
akan merasa kebingungan.
Pen
gin
gata
n
Memori Jangka
Pendek
Input Data Transfer Memori Jangka
Panjang
Tergeser
-
35
2.4.4.3 Pemanggilan Kembali (Retrieval)
Pengambilan banyak terkait dengan peyimpanan informasi. Kenyataannya
informasi yang telah disimpan sebenarnya bisa diambil kembali. Namun yang
menjadi masalah adalah cara pengambilannya, dengan demikian sebenarnya
informasi yang masuk ke dalam memori jangka panjang bukan hilang, namun cara
pengambilannya yang tidak tepat membuat informasi tersebut menjadi sulit untuk
diingat.
Analogi yang tepat untuk hal ini dapat dianalogikan dengan penyimpanan
barang. Bila barang tersebut terkodifikasi dengan baik dan disimpan di tempat yang
sesuai kodenya, tentu untuk mecarinya tidak perlu melihat semua barang, tapi cukup
dengan melihat kodenya saja. Kesimpulan dari jalur masuknya informasi menjadi
memori dapat dilihat sebagai berikut.
Attention Encoding Storage Retrieval
Bagan 2 Alur Kerja Memori
2.4.5 Cara Meningkatkan Daya Ingat
Para ahli masih memperdebatkan apakah memori merupakan trait (sifat) atau
skill (kemampuan). Trait bersifat stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill
adalah hasil dari latihan dan dapat ditingkatkan. Sehubungan dengan itu, menurut
Wirawan orang yang punya kemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri
antara lain (a) proses encoding yang majemuk dan bermakna, (b) memiliki banyak
cue dengan asosiasi tinggi, dan (c) banyak latihan.
-
36
Berikut ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan memori yang
tinggi; Steve Faloon yang dapat mengingat deretan angka yang panjang; John Conrad
yang dapat mengingat pesanan makanan di restoran dengan sangat baik, Rajan dapat
meningat angka phi.
Metode untuk meningkatkan daya ingat yang sistematik adalah metode
mnemonik. Suharnan (2005:15) mendefinisikan metode mnemonik sebagai strategi
yang dipelajari untuk mengoptimalkan kinerja ingatan melalui latihan-latihan.
Suharnan memandang bahwa untuk mempelajari metode ini perlu banyak latihan
untuk menguasainya. Metode mnemonik sendiri memiliki beberapa teknik seperti
teknik loci, teknik kata kunci, teknik imajery visual dan teknik organiasasi.
2.4.6 Pengukuran Ingatan
Upaya untuk mengukur ingatan dapat dibantu dengan beberapa tes ingatan.
Menurut Hastjarjo (Suharnan, 2005:24) tes ingatan dapat diklasifikasikan pada dua
kelompok yaitu tes eksplisit (langsung) dan implisit (tidak langsung). Tes eksplisit
adalah tes yang mengacu pada sejarah pribadi subjek yang menunjukkan pada
dimensi ruang dan waktu seperti tempat peristiwa, tanggal dan jam. Tes eksplisit
terdiri dari tes kognisi dan tes recall. Tes implisit merupakan tes yang mengharuskan
subjek untuk melakukan aktivitas – aktivitas kognitif dan motorik. Sementara itu
perintah – perintah tes hanya mengacu pada tugas – tugas yang sedang dihadapi,
bukan pada peristiwa sebelumnya, dengan kata lain subjek tidak diinstruksikan untuk
-
37
menggunakan tahapan – tahapan belajar sebagai acuan. Tes ini misalnya tes
pengetahuan konseptual, leksikan, perseptual dan pengetahuan prosedural.
Azwar (2005:37) membagi prosedur skoring ke dalam dua tipe yaitu tipe
objektif dan tipe esai. Tipe objektif merupakan yang memiliki satu jawaban yang
terbaik dengan memberikan jawaban (Recall) maupun dengan memilih jawaban
(recognize), sedangkan tipe esai menghendaki siswa untuk memilih jawabannya
dengan kata-kata sendiri.
2.4.7 Lupa
Mudah lupa terjadi bilamana informasi yang diterima berhasil melalui proses
normal dan akhirnya tersimpan di dalam memori jangka panjang. Sayangnya sukar
diambil atau diingat kembali saat dibutuhkan. Mudah lupa masih tergolong normal.
Meskipun begitu tidak jarang hal ini merupakan tanda – tanda keadaan abnormal.
Mudah lupa dapat terkait dengan penambahan usia yang sering dihubungkan
dengan inefisiensi proses memori, seperti proses berpikir menjadi lamban, kurang
menggunakan strategi memori yang baik, kesulitan memusatkan perhatian dan
mengabaikan distraktor, membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajari sesuatu
yang baru, dan lebih banyak dibutuhkan isyarat untuk mengingat kembali informasi
yang telah tersimpan. Mudah lupa akan semakin berat jika menyerang manula dan
disebut sebagai age-associated memory impairment (AAMI).
Pada amnesia, informasi hanya sampai di memori jangka pendek. Dengan
kata lain, terjadi kegagalan atau kesulitan belajar yang berarti sudah bersifat
-
38
patologis. Namun, perhatian terhadap informsi yang masuk, mengingat kembali
informasi yang sudah lama, fungsi kognisi, bahasa, dan kepribadian masih berjalan
dengan normal. Hanya proses penerusan informasi dari memori jangka pendek ke
memori jangka panjang yang gagal sehingga informasi baru tersebut tidak dapat
diingat kembali.
Lupa menurut Solso (Suharnan, 2005:40) adalah kegagalan dalam mengingat
kembali informasi yang telah disimpan dalam gudang ingatan, Giuffre dan
DiGeronimo (1995:51) berpendapat bahwa pelupaan setidaknya disebabkan oleh dua
hal, yaitu:
a) Sistem pencarian kembali yang rapuh dari ingatan jangka panjang sangat
rentan terhadap gangguan atau keadaan emosi.
b) Dapat dipengaruhi oleh substansi yang memberi makan otak pada suatu saat.
Para ahli berbeda pendapat tentang pelupaan. Hal ini terjadi karena pelupaan
merupakan masalah yang melibatkan banyak variabel.
Ada tiga teori utama yang membahas lupa, yaitu interfence theory (teori
halangan), decay theory (teori kerusakan), dan cuedependent forgetting (teori
ketergantungan pada isyarat).
a) Interference Theory (teori halangan)
Teori ini menjelaskan bahwa peristiwa lupa tidak akan terjadi jika ada
informasi lain yang menghalangi, oleh sebab itu pelupaan terjadi karena informasi
lain yang baru menghalangi informasi lama yang telah tersimpan. Informasi yang
-
39
menghalangi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu retroactive inhibition dan proactive
inhibition.
Retroactive inhibition terjadi jika ada informasi baru menghalangi informasi
lama yang telah tersimpan. Sebaliknya proactive inhibition terjadi karena adanya
informasi lama yang menghalangi pengingatan informasi baru.
b) Decay Theory (teori Kerusakan)
Teori ini memandang bahwa peristiwa lupa terjadi karena informasi yang ada
rusak akibat tidak pernah diulang atau diingat kembali, seperti lupa nama teman SD
dulu.
c) Cue-Dependent Forgetting (Teori Ketergantungan pada Isyarat)
Teori ketergantungan pada isyarat berasal dari pendekatan proses informasi.
Menurut teori ini, peristiwa lupa terjadi karena terlalu lemahnya isyarat sesuatu yang
ingin diingat, bukan karena kerusakan informasi atau terhalang oleh informasi lain.
Pelupaan akibat isyarat yang lemah ini tidak hanya terjadi pada informasi yang lama
saja, namun berlaku juga pada informasi yang baru. Sebagai contoh kita akan
mengalami kesulitan dalam mengingat nomor telepon kantor lama kita, sementara
nomor telepon kantor baru belum diingat betul.
Beragam cara dilakukan untuk mengatasi lupa, diantaranya dengan cara
LUPA versi Sidiarto (1998:35) ini adalah Latihan, Ulangan, Perhatian, dan Asosiasi.
Jadi, supaya informasi yang masuk tahan lama harus dilatih, diulang, diberi perhatian,
dan kita asosiasikan. Tapi, yang patut diperhatikan juga adalah dalam mencerna
-
40
informasi harus bermodalkan KAMU, “Konsentrasi, Atensi, Motivasi, Upaya”
tambahnya. Dengan menjalankan LUPA sejak usia muda, otak manusia akan lebih
tahan lama menyimpan informasi karena informasi yang diterimanya tersimpan di
ingatan jangka panjang.
Analogi kelupaan cukup menarik dijelaskan oleh Higbee (2003:47). Informasi
yang masuk ke otak lalu masuk ke memori jangka panjang seperti proses pembuatan
surat yang terlebih dahulu diketik kemudian diarsipkan dalam brangkas dengan kode
– kode tertentu untuk mempermudah pencarian kembali. Proses lupa terjadi bukan
karena datanya tidak ada, namun penyimpanan surat yang salah sehingga harus
membongkar seluruh isi brangkas dan hal tersebut perlu waktu yang lama.
2.5 Hubungan Mnemonik dengan Kemampuan Mengingat
Mnemonik memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan mengingat,
sebab mnemonik pada dasarnya bekerja sesuai dengan cara kerja otak. Penelitian
yang menggunakan metode mnemonik dalam meningkatkan kemampuan mengingat
dilakukan oleh Chiang Lee Kwun (tanpa tahun) dari Maktab Perguruan Perlis dalam
meningkatkan kemahiran mengenal komponen-komponen dalam ayat tunggal
pengajian Cina. Kajian ini melibatkan 34 orang responden yang terdiri daripada guru
pelatih kumpulan 3PC/MT (Pengajian Cina/Matematik) dan 3 PC/KH (Pengajian
Cina/Kemahiran Hidup). Segala data yang diperlukan untuk analisis dan interpretasi
-
41
diperoleh melalui ujian pra, ujian pasca, soal observasi dan wawancara berstruktur.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Kwun menunjukkan hasil yang signifikan.
2.6 Kerangka Berpikir
Ada dua hal yang membuat mata pelajaran sejarah kurang diminati oleh
peserta didik yaitu pada materi dan metode pengajarannya. Pelajaran sejarah sering
disajikan hanya dalam rangkaian angka, tahun, pelaku, tempat kejadian dan tidak
mengherankan bila pelajaran sejarah dianggap membosankan. Pendidik dituntut
untuk lebih kreatif seiring dengan dinamika perkembangan sejarah itu sendiri. Hal
yang menjadi penyebab eksternal serta yang melatarbelakangi rendahnya kualitas
nilai mata pelajaran sejarah adalah kesulitan siswa untuk menghapalkan sederet
peristiwa dan fakta. Kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik ini hendaknya
disadari sejak awal.
Dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke, metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru masih konvensional yaitu masih
menggunakan metode ceramah. Selain itu, guru kesulitan dalam menemukan metode
pembelajaran yang tepat dengan waktu dan sarana yang terbatas. Penyebab inti dari
itu semua adalah kesulitan siswa untuk menghapalkan sederet peristiwa dan fakta
yang harus dihafal, hal inilah yang membuat siswa menjadi sulit untuk mendapatkan
nilai yang optimal.
-
42
Dengan demikian sudah saatnya kita melakukan perubahan sistem
pembelajaran dari cara konvensional menjadi metode pembelajaran. Metode
mnemonik memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode ceramah. Apabila dalam
metode ceramah hanya terjadi interaksi satu arah saja, dengan menggunakan metode
mnemonik para siswa lebih astusias mengikuti pelajaran hal ini dikarenakan dalam
metode ini siswa mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk berimajinasi, dan
berasosiasi. Dengan adanya keterlibatan kedua prinsip tersebut maka akan
memudahkan siswa untuk mengoptimalkan daya ingatnya.
Kerangka berfikir ini dapat digambarkan dalam bagian berikut ini:
-
43
2.7 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah metode mnemonik efektif dalam
meningkatkan kemampuan mengingat siswa pada mata pelajaran sejarah.
-
44
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
eksperimen. Eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang memanipulasi suatu
keadaan terhadap objek atau sampel penelitian dengan tujuan untuk menyelidiki ada
tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut
melalui cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu.
Dalam penelitian eksperimen diperlukan dua kelompok sasaran penelitian.
Dimana satu kelompok diberikan perlakuan khusus dan satu kelompok lagi
dikendalikan pada satu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding.
Oleh karena itu, kelompok kedua ini dinamakan kelompok kendali atau kelompok
kontrol.
Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu dengan memberikan
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran mnemonik, kemudian
mengadakan tes akhir untuk melihat hasil pembelajarannya. Sedangkan perlakuan
yang diberikan pada kelas kontrol yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
ceramah (ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas) dan setelah pembelajaran
selesai diberikan tes akhir yang sama dengan tes yang diberikan pada kelas
eksperimen.
-
45
Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pola
sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen
Kelas Pre test Perlakuan Post test
Eksperimen Xe Metode mnemonik Xe Kontrol Xk Metode ceramah Xk
Penelitian eksperimen menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara
khusus guna memperoleh data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Dalam penelitian ini beberapa tahapan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah:
3.1.1 Tahap pra lapangan
Tahap ini meliputi susunan rancangan penelitian, memilih lapangan
penelitian, mengurus surat izin, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.
Perlengkapan penelitian yang diperlukan meliputi rencana pembelajaran yakni silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran, modul pengajaran dan soal.
3.1.2 Tahap pelaksanaan penelitian
Tahap lapangan ini meliputi uji coba tes yang diberikan pada 24 orang siswa
yang bukan menjadi kelompok populasi. Kemudian setelah itu hasil uji coba
dianalisis sehingga diketahui butir-butir soal yang dapat digunakan dalam penelitian.
Di samping itu juga dilakukan analisis terhadap 2 kelompok, sehingga dapat
diketahui bahwa 2 kelompok tersebut kemampuan yang sama. Peneliti kemudian
melaksanakan penelitian sesuai rancangan penelitian. Kelompok eksperimen diberi
-
46
perlakuan dengan pembelajaran metode mnemonik sedang kelompok kontrol diberi
perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran ceramah.
3.1.3 Tahap pelaksanaan tes hasil belajar
Setelah semua materi pembelajaran disampaikan kepada siswa dan
pembelajaran dengan metode mnemonik telah dilaksanakan oleh siswa dan telah
dievaluasi oleh peneliti, maka langkah selanjutnya adalah pengukuran hasil tes
belajar melalui post-test.
3.1.4 Tahap analisis data
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan
hasil belajar antara kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode
mnemonik dan pembelajaran ceramah.
3.1.5 Membuat simpulan
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir, yaitu menyimpulkan hasil penelitian
dan analisis data yang telah dilakukan. Simpulan hasil penelitian merupakan jawaban
dari rumusan masalah dan tujuan dari penelitian yang telah diilakukan.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah suatu obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:215). Populasi dalam penelitian ini
adalah kelas IX A dengan jumlah siswa 24 orang, kelas IX B dengan jumlah siswa 30
-
47
orang, kelas IX C dengan jumlah siswa 24 orang. Pengambilan sampel dipilih kelas
IX A sebagai kelas eksperimen dan kelas IX B sebagai kelas kontrol.
3.3 Tempat dan waktu penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke.
Desa Bendo, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang.
2. Waktu penelitian
Penelitian di SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke dilaksanakan pada semester I
Tahun Ajaran 2012/2013 sebanyak 2 kali pertemuan.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel merupakan obyek peneliti atau yang menjadi titik perhatian dalam
suatu penelitian. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, variabel,
dapat juga diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih
(Margono, 2005:133). Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki
nilai ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan
menghasilkan skor yang bervariasi. Variabel penelitian merupakan gejala yang
menjadikan obyek penelitian (Rianto, 1996:9).
-
48
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis v