skripsitabel 4.11 perhitungan uji kesamaan dua varians data post test..... 73 tabel 4.12 hasil...

165
EFEKTIFITAS METODE MNEMONIK DALAM MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SATU ATAP SLUKE PADA MATA PELAJARAN SEJARAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah Oleh Kartika Asmarani NIM 3101407003 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • EFEKTIFITAS METODE MNEMONIK

    DALAM MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA KELAS IX

    SMP NEGERI 2 SATU ATAP SLUKE

    PADA MATA PELAJARAN SEJARAH

    TAHUN PELAJARAN 2012/2013

    SKRIPSI

    Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah

    Oleh

    Kartika Asmarani

    NIM 3101407003

    JURUSAN SEJARAH

    FAKULTAS ILMU SOSIAL

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2013

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia

    Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

    Hari : Selasa

    Tanggal : 12 Februari 2013

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof. Dr. Wasino, M. Hum. Drs. Ba‟in, M. Hum.

    NIP. 19640805 198901 1 011 NIP. 19730131 199903 1 002

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Sejarah

    Arif Purnomo, S.Pd.,S.S.,M.Pd

    NIP. 19730131 199903 1 002

  • iii

    PENGESAHAN KELULUSAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

    Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada :

    Hari : Rabu

    Tanggal : 20 Februari 2013

    Penguji Utama

    Drs. Abdul Muntholib, M. Hum.

    NIP. 19541012 198901 1 001

    Penguji I Penguji II

    Prof. Dr. Wasino, M. Hum. Drs. Ba‟in, M. Hum.

    NIP. 19640805 198901 1 011 NIP. 19730131 199903 1 002

    Mengetahui

    Dekan

    Drs. Subagyo, M.Pd.

    NIP. 19510808 198003 1 003

  • iv

    PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar karya saya

    sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

    Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

    berdasarkan kode etik ilmiah.

    Semarang, Januari 2013

    Kartika Asmarani

    NIM 3101407003

  • v

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    Motto:

    Jadilah yang terbaik walaupun bukan yang terbaik.

    Persembahan:

    Saya persembahkan karya ini untuk :

    1. Allah SWT atas rahmat dan hidayahNYA

    2. Ayah dan Ibuku yang selalu mendukung

    dan mendoakanku setiap waktu.

    3. Mbah rayi terima kasih atas doanya.

    4. Teman-teman angkatan 2007 terima kasih

    atas kebersamaanya selama ini.

    5. Untuk siswa kelas IX A dan IX B serta guru

    SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke.

    6. Almamater yang kucintai

  • vi

    RAKATA

    Dengan penuh rasa syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan

    rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

    Judul “Efektifitas Metode Mnemonik dalam Meningkatkan Daya Ingat Siswa

    Kelas IX SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke pada Mata Pelajaran Sejarah

    Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus

    dipenuhi guna memperoleh gelar sarjana pada program S1 Fakultas Ilmu Sosial

    Universitas Negeri Semarang.

    Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

    dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati

    penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang

    yang telah memberikan kemudahan administrasi.

    2. Drs. Subagyo, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan

    izin penelitian.

    3. Arif Purnomo, S.Pd.,S.S.,M.Pd, Ketua Jurusan Sejarah yang telah

    memberikan ijin mengikuti ujian skripsi.

    4. Prof. Dr. Wasino, M. Hum, selaku pembimbing I yang telah memberikan

    arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

    5. Drs. Ba‟in, M. Hum, selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan

    dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

    6. Cuk Dwi Santoso, S.Pd, kepala sekolah SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke yang

    telah memberikan izin penelitian.

  • vii

    7. Handhy Setyawan Haryanto, S.Pd, selaku guru IPS SMP Negeri 2 Satu Atap

    Sluke yang telah membantu dalam penelitian ini.

    8. Segenap guru dan karyawan serta siswa kelas IX A dan IX B SMP Negeri 2

    Satu Atap Sluke yang telah membantu dalam penelitian ini.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena

    keterbatasan kemampuan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

    membangun dari siapa saja untuk perbaikan selanjutnya. Semoga segala bantuan

    dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan dari Allah SWT.

    Akhirnya besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    pembaca dan perkembangan pendidikan selanjutnya.

    Semarang, Januari 2013

    Kartika Asmarani

    NIM. 3101407003

  • viii

    SARI

    Asmarani, Kartika. 2013. Efektifitas Metode Mnemonik Dalam Meningkatkan

    Daya Ingat Siswa Kelas IX SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke Pada Mata Pelajaran

    Sejarah Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurusan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial.

    Universitas Negeri Semarang. 149 Halaman.

    Kata kunci : mnemonik, daya ingat

    Mata pelajaran sejarah hanya dianggap sebatas dongeng. Guru sebagai

    pendongeng dan peserta didik menyimak, begitu seterusnya. Kenyataan di atas

    menjadikan mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran yang kurang diminati.

    Metode pengajaran yang monoton menjadikan siswa tidak memiliki intensitas

    perhatian yang optimal. Penyebab inti dari itu semua adalah kesulitan siswa untuk

    menghapalkan sederet peristiwa dan fakta yang harus dihafal, hal inilah yang

    membuat siswa menjadi sulit untuk mendapatkan nilai yang optimal. Daya ingat

    memiliki peran yang penting dalam proses pendidikan, sebab dari daya ingatlah

    prestasi siswa ditentukan. Daya ingat yang rendah akan mengganggu siswa dalam

    belajar, terutama pada mata pelajaran sejarah yang menuntut siswa untuk

    mengingat fakta-fakta historis. Mnemonik sebagai strategi pembelajaran dimana

    metode mnemonik dapat membantu memperkuat daya ingat siswa.

    Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui tingkat daya ingat siswa

    kelompok perlakuan pada mata pelajaran sejarah yang diujikan setelah perlakuan

    (2) mengetahui tingkat daya ingat siswa kelompok kontrol pada mata pelajaran

    sejarah yang diujikan setelah perlakuan (3) menemukan efektifitas metode

    mnemonik dalam meningkatkan kemampuan mengingat mata pelajaran sejarah.

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

    penelitian eksperimen. Sampel yang digunakan adalah kelas IX A sebagai kelas

    eksperimen dan kelas IX B sebagai kelas kontrol. Dengan menggunakan data pre

    test dilakukan uji normalitas, homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata sebelum

    kelas tersebut mendapatkan perlakuan, dilanjutkan dengan pembelajaran diakhiri

    dengan pos test. Pada analisis data tahap awal setelah dilakukan uji kesamaan dua

    rata-rata dua pihak diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa kemampuan awal

    siswa relatif sama.

    Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata pos test kelas eksperimen

    adalah 80,56 dan rata-rata kelas kontrol adalah 71,85. Kedua kelas berdistribusi

    normal dan mempunyai dua varians yang sama. Dengan tingkat kepercayaan =

    95% atau ( ) = 0,05. banyaknya siswa pada kelas eksperimen =24 dan banyaknya

    siswa pada kelas kontrol = 30 diperoleh ttabel= 2,033. Berdasarkan hasil

    perhitungan uji t diperoleh nilai thitung= 3.737 > 2,033. jadi H1 diterima jadi

    terdapat perbedaaan yang signifikan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen

    dan kelas kontrol. Metode mnemonik dikatakan efektif bila nilai hasil belajar ≥

    75. Dengan kata lain siswa yang diberikan metode pembelajaran mnemonik lebih

    baik untuk meningkatkan kemampuan mengingat siswa pada mata pelajaran

    sejarah.

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................... ii

    PENGESAHAN KELULUSAN....................................................... ..... iii

    PERNYATAAN..................................................................................... iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... v

    PRAKATA ............................................................................................ vi

    SARI....................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................... ix

    DAFTAR BAGAN ................................................................................ xiii

    DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1

    1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4

    1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4

    1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

    BAB II LANDASAN TEORI

    2.1 Efektifitas .................................................................................... 6

    2.2 Metode Pembelajaran .................................................................. 7

    2.3 Mnemonik ................................................................................... 9

    2.3.1 Definisi Mnemonik ........................................................... 9

    2.3.2 Tujuan Mnemonik ............................................................. 11

    2.3.3 Tahap Belajar dalam Mnemonik ....................................... 12

    2.3.4 Bentuk-Bentuk Teknik dalam Metode Mnemonik............ 14

    2.4 Daya ingat ................................................................................... 22

    2.4.1 Memori (Daya Ingat) ......................................................... 22

  • x

    2.4.2 Hal-Hal yang Membantu Daya Ingat ................................ 26

    2.4.3 Faktor yang menghambat ingatan ..................................... 29

    2.4.4 Proses Mengingat .............................................................. 31

    2.4.5 Cara Meningkatkan Daya Ingat......................................... 35

    2.4.6 Pengukuran ingatan..................................................... ...... 36

    2.4.7 Lupa.......................................................................... ......... 37

    2.5 Hubungaan Mnemonik dengan Kemampuan Mengingat ............ 40

    2.6 Kerangka Berpikir ....................................................................... 41

    2.7 Hipotesis ...................................................................................... 43

    BAB III METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian ................................................................. 44

    3.1.1 Tahap Pra Lapangan .......................................................... 45

    3.1.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ........................................... 45

    3.1.3 Tahap Pelaksanaan Tes Hasil Belajar ............................... 46

    3.1.4 Tahap Analisis Data .......................................................... 46

    3.1.5 Membuat Simpulan ........................................................... 46

    3.2 Populasi dan Sampel........................................................... ........ 46

    3.3 Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 47

    3.4 Variabel Penelitian ...................................................................... 47

    3.5 Alat Pengumpulan Data .............................................................. 48

    3.5.1 Uji Validitas ...................................................................... 48

    3.5.2 Analisis Reliabilitas........................................................... 51

    3.5.3 Analisis Tingkat Kesukaran .............................................. 51

    3.5.4 Analisis Daya Pembeda ..................................................... 54

    3.6 Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 57

    3.7 Metode Analisis Data .................................................................. 59

    3.7.1 Metode Analisis Tahap Awal ............................................ 59

    3.7.1.1 Uji Homogenitas ................................................... 59

    3.7.2 Metode Analisis Tahap Akhir ........................................... 60

    3.7.2.1 Uji Normalitas....................................................... 60

  • xi

    3.7.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians................................... 61

    3.7.2.3 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata ............................... 62

    3.7.2.4 Uji Peningkatan Hasil Belajar............................... 64

    3.7.2.5 Kategori Efektifitas Daya Ingat Siswa.................. 65

    3.8 Indikator Keberhasilan ................................................................ 65

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 66

    4.1.1 Letak Lokasi Penelitian ..................................................... 66

    4.1.2 Kondisi Sekolah ................................................................ 66

    4.2 Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 67

    4.2.1 Pada Pelaksanaan .............................................................. 67

    4.3 Deskriptif Tahap Awal Hasil Penelitian ...................................... 68

    4.3.1 Hasil Analisis Data ............................................................ 68

    4.3.1.1 Uji Normalitas....................................................... 69

    4.3.1.2 Uji Kesamaan Dua Varians................................... 70

    4.3.1.3 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata ............................... 70

    4.4 Hasil Analisis Tahap Akhir ......................................................... 72

    4.4.1 Uji Normalitas ................................................................... 73

    4.4.2 Uji Kesamaan Dua Varians ............................................... 73

    4.4.3 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata data posttest antara

    kelas eksperimen dan kelas kontrol (uji Hipotesis 1) ........ 74

    4.4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa....................................... 75

    4.4.5 Daya Ingat Kelas Eksperimen ........................................... 76

    4.4.6 Daya Ingat Kelas Kontrol .................................................. 76

    4.4.7 Efektifitas Metode Mnemonik .......................................... 76

    4.3 Pembahasan ................................................................................. 77

  • xii

    BAB V PENUTUP

    5.1 Simpulan ...................................................................................... 81

    5.2 Saran ............................................................................................ 82

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 83

  • xiii

    DAFTAR BAGAN

    Bagan 1 Teori Dual Memory Model.................................................. 34

    Bagan 2 Alur Kerja Memori............................................................... 35

    Bagan 3 Kerangka Berpikir Penggunaan Metode Mnemonik

    Dalam Pembelajaran Sejarah.................................................. 42

  • xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen ........................................................... 45

    Tabel 3.2 Uji Validitas Soal ................................................................... 50

    Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Analisis tingkat kesukaran ....................... 53

    Tabel 3.4 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda ........................... 56

    Tabel 4.5 Gambaran Umum Hasil Pre Test .......................................... 69

    Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Pre Test ................... 69

    Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre Test 70

    Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

    Data Pre Test ........................................................................ 70

    Tabel 4.9 Gambaran Umum Hasil Kognitif Post Test ........................... 72

    Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Data Post Test................. 73

    Tabel 4.11 Perhitungan Uji Kesamaan Dua Varians Data Post Test ..... 73

    Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata

    Data Post Test ..................................................................... 74

    Tabel 4.13 Peningkatan Hasil Belajar Siswa ......................................... 75

    Tabel 4.14 Hasil Belajar Kelas Eksperimen .......................................... 76

    Tabel 4.15 Hasil Belajar Kelas Kontrol ................................................. 76

    Tabel 4.16 Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............ 76

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ........................................................... 85

    Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ............. 86

    Lampiran 3 Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba ................................... 87

    Lampiran 4 Silabus ................................................................................ 88

    Lampiran 5 Soal Uji Coba ..................................................................... 89

    Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Uji Coba ............................................ 94

    Lampiran 7 Validitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran dan Reliabilitas 95

    Lampiran 8 PerhitunganValiditas, Daya Beda,Tingkat Kesukaran

    dan Reliabilitas .................................................................... 100

    Lampiran 9 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen............................... 103

    Lampiran 10 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ................................... 104

    Lampiran 11 RPP Kelas Eksperimen ..................................................... 105

    Lampiran 12 RPP Kelas Kontrol ........................................................... 109

    Lampiran 13 Modul Pengajaran Kelas Eksperimen .............................. 113

    Lampiran 14 Modul Pengajaran Kelas Kontrol.................................. 116

    Lampiran 15 Soal Pre Test/Post Test ..................................................... 121

    Lampiran 16 Kunci Jawaban Pre Test/Post Test ................................... 125

    Lampiran 17 Daftar Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Eksperimen .... 126

    Lampiran 18 Daftar Nilai Pre Test dan Post Test Kelas Kontrol .......... 127

    Lampiran 19 Hasil Analisis Uji Homogenitas Pre Test ......................... 129

    Lampiran 20 Hasil Analisis Uji Normalitas Pre Test Eksperimen ........ 131

    Lampiran 21 Hasil Analisis Uji Normalitas Pre Test Kontrol ............... 132

    Lampiran 22 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Pre Test Kelas

    Eksperimen dan Kelas Kontrol ....................................... 133

    Lampiran 23 Hasil Uji Homogenitas Post Test ..................................... 135

    Lampiran 24 Hasil Uji Normalitas Post Test Eksperimen ..................... 137

    Lampiran 25 Hasil Uji Normalitas Post Test Kontrol............................ 139

    Lampiran 26 Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Post Test Antara

    Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol............................. 141

  • xvi

    Lampiran 27 Persentase Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen

    dan Kelas Kontrol ........................................................... 143

    Lampiran 28 Peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen

    dan Kelas Kontrol ........................................................... 144

    Lampiran 29 Dokumentasi Pada Kelas Eksperimen .............................. 146

    Lampiran 30 Dokomentasi Pada Kelas Kontrol .................................... 148

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Dari hasil observasi dan wawancara pra penelitian di SMP Negeri 2 Satu Atap

    Sluke, terekam bahwa peserta didik mengeluhkan mata pelajaran sejarah yang

    mereka dapat selama ini. Mata pelajaran sejarah hanya dianggap sebatas dongeng.

    Guru sebagai pendongeng dan peserta didik menyimak, begitu seterusnya. Kenyataan

    di atas menjadikan mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran yang kurang

    diminati.

    Ada dua hal yang membuat mata pelajaran sejarah tidak diminati oleh peserta

    didik yaitu pada materi dan metode pengajarannya. Pelajaran sejarah sering disajikan

    hanya dalam rangkaian angka, tahun, pelaku, tempat kejadian dan tidak

    mengherankan bila pelajaran sejarah dianggap membosankan (Widiastono, 2003).

    Problematika di atas, pendidik dituntut untuk lebih kreatif seiring dengan

    dinamika perkembangan sejarah itu sendiri. Hal yang menjadi penyebab eksternal

    serta yang melatarbelakangi rendahnya kualitas nilai mata pelajaran sejarah adalah

    kesulitan siswa untuk menghapalkan sederet peristiwa dan fakta. Kesulitan yang

    dihadapi oleh peserta didik ini hendaknya disadari sejak awal.

    Mata pelajaran sejarah cenderung menelusuri kronologis suatu peristiwa

    dimana tidak melibatkan afeksi siswa. Hal ini mengakibatkan pelajaran sejarah

  • 2

    mendapat penerimaan yang kurang disukai, hanya dianggap sebagai pelajaran

    pelengkap, bahkan yang lebih parah lagi pelajaran sejarah diberikan secara tumpang

    tindih dan diulang-ulang.

    Alasan kedua terletak pada aspek metode pengajarannya. (Bireun, 2002:14)

    masih memandang metode pengajaran konvensional sebagai penyebab pelajaran

    sejarah menjadi objek keluhan siswa. Anhar Gonggong (dalam Bireun, 2002:15)

    menyebutkan bahwa selama ini pelajaran sejarah diajarkan dalam metodologi

    pengajaran yang kurang tepat seperti indoktrinasi dan banyak fakta sejarah tidak

    disampaikan secara baik oleh para guru. Metode pengajaran yang monoton terlihat

    pada penekanan hafalan sebagai satu-satunya cara yang paling dianggap efektif.

    Hafalan yang ada pada pelajaran sejarah tampak rumit, sebab siswa perlu

    menghafalkan nama-nama tokoh, tempat kejadian, serta waktu kejadiannya.

    Metode pengajaran yang menjemukan tersebut menjadikan siswa tidak

    memiliki intensitas perhatian yang optimal. Penyebab inti dari itu semua adalah

    kesulitan siswa untuk menghapalkan sederet peristiwa dan fakta yang harus dihafal,

    hal inilah yang membuat siswa menjadi sulit untuk mendapatkan nilai yang optimal.

    Upaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut salah satunya menggunakan

    metode mnemonik (Buzan, 2002:56).

    Metode mnemonik adalah cara menghapal dengan menggunakan dua prinsip

    utama, yaitu imajinasi dan asosiasi (Buzan, 2003:56). Imajinasi berarti dalam proses

    pengajaran perlu dieksplorasi daya imajinatifnya supaya mampu menghayati betul

  • 3

    pelajaran sejarah bahkan fakta yang perlu diingat, begitu juga dengan asosiasi yang

    menghubungkan fakta yang hendak diingat dengan fakta yang sudah dia kenal

    sebelumnya.

    Hal ini kemudian diperkuat oleh (Higbee, 2003:41) yang menyatakan bahwa

    kemampuan untuk mengingat sesungguhnya tergantung pada metode yang

    digunakan, serta bagaimana latihan yang dilakukan dengan metode tersebut. Metode

    mnemonik memiliki teknik yang bervariasi untuk menyelesaikan problem ingatan

    seperti untuk mengingat barang-barang yang banyak bisa digunakan teknik pancang,

    untuk menghapal pidato bisa dibantu dengan teknik loci. Metode ini telah dirasakan

    manfaatnya dalam rangka mengoptimalkan daya ingat, seperti yang dilakukan oleh

    para orator Yunani untuk menghapalkan teks orasinya dengan cara menggunakan

    teknik loci.

    Metode ini cukup mudah untuk diaplikasikan. Metodenya yang menantang

    akan membuat peserta didik tertarik untuk belajar. Metode mnemonik bekerja

    mengikuti cara kerja otak, sehingga memungkinkan akan mampu maksimal hasil

    yang akan dicapai peserta didik dalam menguasai mata pelajaran sejarah. Sedangkan

    materi kelas IX semester I yang penuh dengan hafalan adalah Liga Bangsa Bangsa,

    dengan kompetensi dasar Perang Dunia ke II.

    Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan

    penelitian dengan judul “EFEKTIFITAS METODE MNEMONIK DALAM

    MENINGKATKAN DAYA INGAT SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SATU

  • 4

    ATAP SLUKE PADA MATA PELAJARAN SEJARAH TAHUN PELAJARAN

    2012/2013”.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

    1) Bagaimana tingkat daya ingat kelompok eksperimen pada mata pelajaran sejarah

    setelah perlakuan?

    2) Bagaimana tingkat daya ingat kelompok kontrol pada mata pelajaran sejarah

    setelah perlakuan?

    3) Bagaimana efektifitas metode mnemonik dalam meningkatkan daya ingat siswa

    pada mata pelajaran sejarah?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Secara operasional, tujuan penelitian ini yaitu:

    1) Mengetahui tingkat daya ingat siswa kelompok eksperimen pada mata pelajaran

    sejarah yang diujikan setelah perlakuan.

    2) Mengetahui tingkat daya ingat siswa kelompok kontrol pada mata pelajaran

    sejarah yang diujikan setelah perlakuan.

    3) Menemukan efektifitas metode mnemonik dalam meningkatkan kemampuan

    mengingat mata pelajaran sejarah.

  • 5

    1.4 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun

    praktis.

    1) Manfaat Teoritis

    Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

    konseptual bagi perkembangan dunia pengajaran sejarah, khususnya mengenai

    eksperimen metode mnemonik pada mata pelajaran sejarah.

    2) Manfaat Praktis

    a) Manfaat Bagi Siswa

    Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar sajarah dan

    memberi intervensi positif terhadap minat siswa untuk mempelajari sejarah.

    b) Manfaat Bagi Guru

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pilihan metode

    pembelajaran yang kreatif. Selain itu juga mengajak guru untuk berpikir kritis dan

    meramu materi khususnya materi pelajaran sejarah yang semula konservatif

    menjadi lebih inovatif.

    c) Manfaat Bagi Sekolah

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan yang baik bagi sekolah

    dalam usaha perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar

    siswa khususnya pada mata pelajaran sejarah

  • 6

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Efektifitas

    Suatu pekerjaan dikatakan efektif ialah kalau pekerjaan itu memberi hasil

    yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan semula, dengan kata lain kalau pekerjaan

    itu sudah mampu merealisasikan tujuan organisasi dalam aspek yang dikerjakan itu

    (Pidarta, 2004 dalam Nailis Sa‟adah). Sedangkan menurut Mulyasa (2007:82),

    efektifitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan,

    ketepatan waktu, dan adanya partisipasi aktif dari anggota.

    Menurut Carpenter dalam Pidarta (2007:271), mengemukakan prinsip umum

    menilai efektifitas sebagai berikut :

    1. Menilai efektifitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat

    memproses input untuk menjadi output.

    2. Sistem yang dibandingkan harus sama, kecuali alat problem.

    3. Mempertimbangkan semua output utama.

    4. Korelasi dihararapkan bersifat kausalitas.

    Jadi efektifitas pekerjaan mendidik terhadap beberapa kelompok siswa yang

    homogen, bergantung pada alat dan cara memprosesnya atau pekerjaan mendidiknya.

    Bila tujuan yang dicapai lebih tepat dengan kelompok lainnya, maka pekerjaan

  • 7

    mendidik yang paling tepat mencapai tujuan adalah yang paling efektif. Maka alat

    dan memproses inilah yang dipilih (Pidarta, 2007:271).

    2.2 Metode Pembelajaran

    Metode mengajar adalah cara-cara untuk menyampaikan materi kepada siswa.

    Metode pembelajaran digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai

    tujuan pembelajaran (Arikunto, 2006:300). Metode merupakan cara yang

    dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 2006:46).

    Setiap tujuan yang dirumuskan menghendaki penggunaan metode yang sesuai. Satu

    tujuan yang akan dicapai tidak selamanya cukup dengan menggunakan satu metode

    saja, melainkan mungkin harus dengan mengkombinasikannya dengan metode lain

    yang sesuai. Apalagi jika tujuannya lebih dari satu, akan sangat mungkin untuk

    dilakukan penggabungan beberapa metode. Strategi mengajar dengan memakai

    beberapa metode yang saling melengkapi akan menghasilkan hasil pengajaran yang

    lebih baik dari pada penggunaan satu metode karena kekurangan metode yang satu

    dapat ditutupi oleh metode yang lain.

    Metode pembelajaran sangat menentukan dan menunjang berhasilnya proses

    belajar mengajar yang diciptakan oleh seorang guru. Oleh karena itu metode

    pembelajaran berperan sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.

    Pemilihan dan penggunaan suatu metode perlu mempertimbangkan berbagai faktor

    yang berpengaruh terhadap kesesuaian dan keefektifan metode tersebut untuk

  • 8

    digunakan dalam proses pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2006:46). Penggunanan

    metode pembelajaran yang tidak tepat dalam menyampaiakan materi pelajaran dapat

    menyebabkan tidak terjadinya interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa

    sehingga kegiatan pembelajaran cenderung terjadi hanya satu arah saja.

    Dalam proses belajar mengajar, metode memegang kedudukan yang sangat

    penting. Djamarah dan Zain (2006:72-74) mengungkapkan kedudukan metode dalam

    kegiatan belajar-mengajar meliputi :

    1) Metode sebagai alat motivasi

    Motivasi menurut Sardiman, A.M dalam Djamarah dan Zain (2006:72) adalah

    motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang sehingga metode

    berfungsi sebagai alat penampung dari luar yang dapat membangkitkan belajar

    seseorang. Akhirnya dapat dipahami bahwa penggunaan metode yang tepat dan

    bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi dalam kegiatan belajar mengajar

    di sekolah.

    2) Metode sebagai strategi pengajaran

    Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan

    efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki

    strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik pengajaran atau biasanya disebut

    metode mengajar.

  • 9

    3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan

    Tujuan adalah cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.

    Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-

    komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Metode

    adalah suatu cara untuk mencapai tujuan. Guru akan mampu mencapai tujuan

    pengajaran apabila memanfaatkan secara tepat dan akurat.

    2.3 Mnemonik

    2.3.1 Definisi Mnemonik

    Mnemonik menurut Wojowasito dan Wasito (1980:2) berasal dari kata

    Mne‟monics yang berarti kepandaian menghapalkan. Inti dari metode ini adalah

    imajinasi dan asosiasi. Sederhananya, metode menurut Stine (2002:23) tidak lebih

    dari kemampuan pikiran untuk mengasosiasikan kata-kata gagasan atau ide dengan

    gambaran. Higbee (2003:4) mendefinisikan mnemonik sebagai metode untuk

    membantu memori.

    Suharnan (2005:15) mendefinisikan, metode mnemonik sebagai strategi yang

    dipelajari untuk mengoptimalkan kinerja ingatan melalui latihan–latihan. Suharnan

    menyadari betul bahwa teknik ini perlu latihan untuk menguasainya. Mnemonik

    berkaitan erat dengan imajinasi dan asosiasi. Pasiaq (2003:42) mengatakan bahwa

    imajinasi dan asosiasi adalah bagian dari kerja otak kanan yang menjadi pusat

    kreativitas, oleh sebab itu belajar dengan metode mnemonik secara tidak langsung

    mengkoordinasikan antara otak kiri dan otak kanan dalam satu aktivitas belajar.

  • 10

    Lebih jauh lagi tentang asosiasi, James (Higbee, 2003:4) menjelaskan peran asosiasi

    dalam ingatan dengan mengatakan “semakin fakta yang berkaitan dengan sesuatu hal

    atau materi dalam fikiran kita, semakin kuat materi tersebut tertanam dalam fikiran

    kita. Setiap fakta yang berkaitan dengan materi tersebut menjadi semacam pancing

    bila materi tenggelam dibawah alam fikiran kita.

    Metode mnemonik cukup efektif membantu seseorang untuk mengingat.

    Kemampuan ini sering dimanfaatkan oleh senator Romawi dan Yunani untuk mencari

    perhatian para politikus dan masyarakat dengan kekuatan belajar dan daya hapalnya.

    Metode ini membuat orang Romawi mampu mengingat berbagai fakta tentang

    kerajaan tanpa kesalahan.

    Meski begitu metode mnemonik tidak menjamin informasi yang masuk akan

    tetap diingat, sebab untuk menyimpan informasi ke dalam memori jangka panjang

    setidaknya butuh banyak pengulangan. Menurut Horby (1987:34) mnemonik adalah

    seni atau sistem yang dapat meningkatkan kemampuan untuk menghapal. Ada

    beberapa teknik dalam metode mnemonik yang dapat dipakai dengan spesifikasinya

    masing-masing, yaitu; teknik akronim, akrostik, peg word, loci, mental imagery,

    metode hubungan, serta metode organisasi.

  • 11

    2.3.2 Tujuan Mnemonik

    Mnemonic memiliki tujuan untuk:

    1. Mempermudah orang dalam mengingat pengetahuan baik itu tempat, orang,

    tanggal, dengan cara menghubungkan dan mengasosiasikannya dengan

    suatu kejadian yang ada hubungannya atau dekat dengan dirinya.

    2. Mempermudah orang dalam mengambil kembali pengetahuan yang sudah

    lama sehingga dapat diungkap kembali, apabila diperlukan.

    3. Mengefektifkan informasi dari short-term memory (memori jangka

    pendek) menjadi long-term memory (memori jangka panjang) dengan

    berbagai cara yang terdapat didalamnya.

    Informasi yang disimpan dalam short-term memory (memori jangka

    pendek) akan mudah hilang dalam ingatan atau terlupakan, dikarenakan dalam

    mengingat hanya menggunakan otak kiri saja yang salah satu fungsinya

    menjalankan memori jangka pendek sebagaimana diungkapkan oleh Roger

    Sperry dalam Mr.SGM (2008:5) yang menyatakan bahwa „kita memiliki sebuah

    otak yang terbagi ke dalam dua bagian fisiologis otak kiri dan kanan, yang

    masing-masing berkaitan dengan fungsi-fungsi mental yang berbeda.‟

    Mengingat dengan melibatkan otak kanan akan menjadikan ingatan

    jangka panjang, cara mengingat dengan menggunakan peralatan mnemonic inilah

    yang merupakan cara mengingat dengan melibatkan otak kanan sehingga

    informasi akan tersimpan lebih lama dan mudah untuk dipanggil kembali karena

  • 12

    tersimpan dalam memori jangka panjang (long term-memory).

    2.3.3 Tahapan Belajar dalam Mnemonik

    Joyce (2009:223) dalam buku Models of Teaching mengungkapkan

    beberapa tahap yang dapat meningkatkan daya ingat dalam mnemonic. Tahapan-

    tahapan tersebut adalah:

    Phase one : Attending to the material

    Use techniques of underlining, listing, reflecting

    Phase two : Developing connections

    Make material familiar and develop connection using

    keyword, subtitutes word and link word system tecniques

    Phase three : Ekspanding sensori image

    Use techniques of redicolus association and exageneration resvise

    image

    Phase four : Practicing recall

    Practice recalling the material intil it is completely learned.

    Tahapan belajar tersebut menggambarkan bahwa tahap belajar pertama

    belajar dengan mnemonik adalah menyediakan materi atau bahan yang akan

    dipelajari. Gunakan tehnik menggarisbawahi atau membuat daftar hafalan. Tahap

    kedua adalah membuat hubungan materi, dalam tahap ini buatlah agar materi

    lebih mudah untuk diingat dan dikembangkan dengan menggunakan teknik

    membuat kata kunci, kata ganti, atau hubungan kata. Tahap berikutnya adalah

    mempertajam daya ingat, dalam hal ini dapat menggunakan teknik yang dapat

    mempertajam daya ingat, misalnya dengan menggunakan kata-kata yang lucu

    dan menggelikan atau melebih-lebihkan. Tahap terakhir adalah latihan mengulang,

    yaitu mengulangi materi sampai benar-benar dipahami.

  • 13

    Windura (2009:89) dalam buku Memory Champion menguatkan tahapan

    belajar di atas dengan merinci proses atau mekanisme mengingat yaitu bahwa :

    “...sebenarnya terjadi beberapa tahap sebelum sebuah informasi dapat

    Anda ingat. Kegagalan Anda dalam mengingat bisa disebabkan oleh

    ketidakberesan pada satu atau beberapa tahap. Ada empat tahap yang

    membuat timbulnya suatu ingatan, yaitu : (a) Registration (Pendaftaran), (b)

    Encoding (Pemahaman), (c) Storage (Penyimpanan), (d) Retrieval (

    Pengeluaran)”

    Sebuah informasi akan bisa diingat jika sudah “didaftarkan” di otak

    terlebih dahulu melalui pancaindra. Setelah didaftarkan, informasi baru tersebut

    dikaitkan dengan database lama yang ada di otak seseorang, proses ini disebut

    sebagai proses encoding. Setelah itu baru proses penyimpanan (storage) dilakukan

    dengan memastikan kerapian susunan dan sistematikanya agar informasi tersebut

    mudah untuk diingat kembali. Tahap berikutnya, ketika ingin mengeluarkan

    informasi yang pernah disimpan (retrieval), keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh

    kuat tidaknya asosiasi dalam database otak untuk “menjangkau” informasi tersebut.

    Tahap encoding dan storage inilah inti dari penggunaan teknik-teknik

    atau peralatan mnemonic yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana jika banyak

    asosiasi dengan informasi lama yang tersimpan dalam database otak, informasi

    yang baru masuk itu akan mudah diingat, bahkan bisa menjadi ingatan yang

    bersifat jangka panjang. Sebaliknya, bila asosiasinya sedikit maka akan kesulitan

    untuk mengingatnya. Itulah yang bisa menyebabkan seseorang lupa saat akan

    mengingatnya kembali.

  • 14

    2.3.4 Bentuk-Bentuk Teknik dalam Metode Mnemonik

    2.3.4.1 Akronim

    Akronim adalah suatu gabungan huruf yang disusun membentuk sebuah kata.

    Teknik ini berguna untuk mengingat kata-kata spesifik, sebagai contoh PSSI

    merupakan akronim dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia. Metode ini dipakai

    untuk menghapal nama-nama yang berurutan (DePorter dan Hernacki, 2002:45)

    seperti untuk menghapalkan nama-nama planet yang terdiri dari Merkurius, Venus,

    Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto dengan cara mengambil

    satu huruf pertama dari setiap planet kemudian membentuknya menjadi kalimat yang

    kreatif seperti Memainkan Violin Bisa Memunculkan Jalinan Suara Unik Namun

    Pasti.

    Pendek kata, akronim adalah metode singkatan, selain contoh di atas, metode

    akronim dapat dipakai untuk menghapal nama tempat seperti menghapal enam danau

    besar di Amerika yang terdiri dari Huron, Ontario, Michigan, Superior dapat

    dilakukan dengan cara menyingkatnya menjadi HOMES. Ada beberapa akronim yang

    telah akrab di telinga kita namun justru membuat nama aslinya terlupakan, seperti

    akronim laser yang berasal dari light amplication by simulated of radiation.

    Berikut ini adalah contoh-contoh dari akronim: PEMDAS, rangkaian

    pemecahan atau pengevaluasian persamaan matematika. Tanda kurung, eksponen

    (pangkat dalam matematika), perkalian, pembagian, penambahan, pengurangan.

  • 15

    IPMAT, tingkatan pembagian sel; interphase, prophase, metaphase, anaphase,

    telephase.

    Meski teknik ini memiliki banyak keuntungan, tapi ada beberapa catatan yang

    perlu diingat diantaranya metode ini cukup baik untuk menghapal informasi yang

    tidak banyak membutuhkan pemahaman yang rumit seperti menghapalkan runtutan

    kejadian suatu peristiwa dan tempatnya.

    2.3.4.2 Akrostik

    Kata lain dari teknik akrostik adalah metode kalimat. Cara teknik ini adalah

    mengambil beberapa hurup pertama dari kata yang akan dihapal kemudian

    dirangkaikan menjadi untaian kata yang menarik seperti Kings Phil Came Over For

    The Genes Special (Kingdom, Phylum, Class, Order, Genus, Species). Seperti halnya

    akronim, teknik akrostik akrostik tidak bermanfaat untuk menghapalkan informasi

    yang rumit.

    2.3.4.3 Teknik Loci

    Teknik ini biasa dipakai oleh orator untuk menghapalkan teks pidatonya,

    teknik loci ini juga bisa disebut sebagai teknik tempat, sebab cara ini

    mengkombinasikan antara memori visul/ asosiasi fakta dengan tempat. Menurut

    Cicero (Turkington, 2005:16) metode ini dikembangkan dari puisi Simeonides of

    Ceos, satu-satunya orang yang selamat ketika gedung tempat pertunjukan runtuh.

    Simonider mampu mengenali seluruh mayat dengan mengingat tempat duduk.

  • 16

    Teknik loci ini menurut Buzan (2002:22) erat kaitannya dengan penggunaan

    cortex bagian kiri dan kanan, dengan kata lain, metode ini menggabungkan kekuatan

    imajinasi dan sensualitas yang merupakan kekuatan fungsi otak kanan dengan

    pengurutan tempat yang akurat sebagai fungsi dari kekuatan otak kiri. Penting untuk

    dicatat. Penting untuk dicatat bahwa tempat yang hendak digunakan untuk teknik loci

    hendaknya sudah familiar terlebih dahulu.

    Urutan yang akan dipakai dalam teknik loci dapat dilihat dari contoh Stine

    (2002:12) sebagai berikut: pilihlah tempat yang selalu diingat sehari-hari seperti

    ruangan tamu yang terdiri dari sofa, pesawat televisi, lampu dan lukisan dinding.

    Setelah itu pilihlah fakta yang akan diingat, selanjutnya pilih elemen-elemen yang

    berkaitan dengan kelima tempat di ruangan tersebut dan kemudian ciptakan gambaran

    visual yang menghubungkan informasi dengan barang-barang dari ruangan tamu

    tersebut. Setelah itu munculkan gambaran-gambaran tersebut beberapa kali sehari

    selama tiga atau empat hari.

    Contohnya, kita baru saja berkenalan dengan seorang wanita yang bernama

    Ashland yang tingginya semampai. Bayangkan, karena badannya yang tinggi,

    kepalanya terbentur kusen tembok. Setelah itu bayangkan lagi dalam televisi terjadi

    kebakaran hutan yang hebat, sehingga pepohonan menjadi abu (Ash). Setelah itu lihat

    pula lukisan pemandangan (lanscape) yang sangat indah.

    Contoh lain adalah untuk mengingat nama George Washington, Thomas

    Jefferson, dan Richard Nixon, dapat dilakukan dengan membayangkan kita berjalan

  • 17

    ke pintu lokasi dan melihat selembar uang dollar di pintu, ketika anda membuka pintu

    Jefferson sedang berbaring di sofa dan Nixon sedang makan tanpa alat pendingin.

    Teknik ini memerlukan patokan arah secara jelas ke lokasi objek-objek untuk

    memudahkan objek-objek tersebut ditemukan kembali.

    Teknik loci menurut Lapp (2003:34) memiliki beberapa aturan main untuk

    mempermudah proses ingatan. Aturan tersebut meliputi :

    1. Jangan mengambil dua benda yang serupa.

    2. Jangan meletakkan benda-benda tersebut secara zigzag.

    3. Keyakinan akan kemampuan diri untuk memvisualisasikan rumah sendiri

    akan membantu mempermudah ingatan dengan metode loci.

    2.3.4.4 Pancang (Peg Word)

    Teknik pancang adalah cara untuk melatih daya ingat dengan cara membuat

    kata-kata pancang dan membayangkannya secara visual. Teknik ini menurut

    Turkington (2005:56) dikembangkan oleh Henry Herkson pada tahun 1600 dengan

    menghubungkan satu digit angka tersebut dengan barang-barang yang menyerupai

    angka tersebut. Seperti angka satu dengan lilin, angka tiga dengan trisula. Prinsip dari

    teknik ini adalah menggantungkan fakta yang akan diingat kepada kata pancang yang

    telah dibuat.

    Menurut Stine (2002:24) teknik pancang berguna bagi orang yang memiliki

    orientasi matematik dan verbal, dan dapt pula digunakan olah siapa saja. Mc. Carthy

    (Stine, 2002) memberi pasangan kata yang akan dipakai sebagai pancang.

  • 18

    Teknik pancang menurut Turkington (2005:57) adalah teknik untuk melatih

    daya ingat dengan cara mempelajari satu daftar kata-kata pancang dengan

    membayangkannya secara visual.

    Ada dua prinsip utama dalam menghapal, yaitu asosiasi dan imajinasi (Buzan,

    2002:15), maksudnya dari asosiasi adalah mengikatkan materi yang akan diingat

    dengan kata pancang, sedangkan imajinasi adalah mengimajinasikan ikatan materi

    yang telah dijalin dengan kata pancang. Berikut ini adalah beberapa kata pancang

    yang sering dipakai: (a) Sun, (b) Shoe, (3) Tree, (4) Door, (5) Hive, (6) Stick, (7)

    Heaven, (8) Gate, (9) Wine, (10) Hen.

    Cara menghapalkannya dapat dilakukan sebagai berikut : Contohnya ada 3

    informasi yang akan dihapal, yaitu kuda, korden, dan pintu. Langkah selanjutnya

    adalah mengasosiasikan 3 informasi tersebut dengan kata pancang yang terdiri dari

    Sun, Shoe, dan Tree, yaitu membayangkan kuda sedang berada dibawah terik

    matahari, sepatu yang terbuat dari kain korden dan terakhir adalah membayangkan

    kalau ada pohon yang berpintu. Setelah menggabungkan, maka bisa dipastikan kita

    akan mampu mengingatnya secara berurutan.

    Kata pancang tidak mutlak dengan sepuluh huruf, bahkan bisa dibuat

    sebanyak mungkin. Inilah yang menurut DePorter dan Hernacki (2002:225) menjadi

    kelebihan dari teknik pancang. Walaupun hebat dalam menghadapi hafal-menghafal,

    metode pancang seperti halnya yang dihadapi oleh teknik akronim dan teknik

    akrostik, ternyata ringkih menghadapi hapalan yang terkait dengan fakta rumit yang

  • 19

    membutuhkan pemahaman dan perenungan. Bisa jadi kelemahan ini perlu ditutupi

    pemahaman yang jelas tentang suatu peristiwa.

    2.3.4.5 Imajery Visual

    Suharman (2005:45) berpendapat bahwa teknik imajery visual adalah teknik

    yang paling efektif dibandingkan dengan metode yang lain. Teknik ini mendorong

    subjek untuk menghadirkan gambaran objek yang akan dihapal ke dalam fikirannya.

    Teknik ini cukup baik dalam menghadapi informasi deskriptif yang saling

    berhubungan. Meski demikian, teknik ini malah bermasalah ketika berhadapan

    dengan informasi yang tidak saling terkait.

    Teknik ini tampaknya perlu perangkat untuk membangkitkan imajinasi, baik

    dengan cerita maupun dengan memakai alat peraga yang dapat mendekatkan pada

    kenyataan.

    2.3.4.6 Teknik Cerita

    Teknik cerita merupakan metode yang menyenangkan untuk menghapalkan

    informasi yang tidak saling berhubungan ataupun yang berhubungan dengan

    informasi dalam jumlah yang banyak. Bahkan menurut DePorter dan Hernacki

    (2002:226) teknik ini cukup baik untuk menghapalkan daftar-daftar istilah atau pola-

    pola geografis.

    Aplikasi dari teknik ini dapat dilihat dari contoh sebagai berikut : pada hari

    Sabtu saya berangkat dengan pesawat dengan bahan bakar yang dapat membawa saya

    sejauh lima ribu mil berangkat dari Italia melewati Yunani, Turki, Iran, Irak,

  • 20

    Pakistan, India dan kepulauan dari Samudera Hindia. Cara menghapal negara-negara

    tersebut dapat dilakukan dengan cara menggabungkan negara-negara dan kemudian

    dibuat cerita menarik, seperti pada hari Sabtu saya sedang duduk di restoran sedang

    makan spagetti (Italia). Tiba-tiba ada seorang wanita lewat dan saya menyapanya “hei

    makanlah disini, restoran ini milik Mbakyu Nani (Yunani), lalu tukang masak yang

    berasal dari negara Turki ini mendengar dan kemudian memanggil dua pelayan

    kembarnya yang bernama Irak dan Iran, keduanya adalah anak dari PakIstan

    (Pakistan), ia pun menyuruh mereka untuk membuat martabak India yang merupakan

    makanan khas dari Samudera Hindia.

    2.3.4.7 Kata kunci

    Teknik kunci digunakan untuk mengingat kata inti dari informasi yang akan

    diingat, misalnya untuk mengingat informasi tentang tugas Dewan Keamanan Liga

    Bangsa-bangsa (Matroji, 2004:34) yang terdiri dari:

    1. Menyelesaikan perselisihan-perselisihan internasional.

    2. Menjaga negara-negara anggota terhadap serangan negara-negara lainnya.

    3. Pengurangan senjata.

    4. Membela dan melindungi Liga Bangsa-Bangsa.

    Dapat cukup menggunakan kata kunci dari masing-masing item diatas, yaitu

    perselisihan, serangan, senjata, pembelaan.

  • 21

    2.3.4.8 Organisasi

    Kesulitan apa yang dapat dirasakan seseorang jika dihadapkan pada 12 nomer

    yang harus dihafal seperti 89021299432, dapat dipastikan akan mengalami kesulitan,

    namun berbeda halnya jika diorganisasi dengan memilahnya kepada beberapa pilihan

    seperti 890 212 989 432. Teknik organisasi mirip dengan sistem katalog yang ada

    diperpustakaan, buku-buku disimpan sesuai dengan kategorinya masing-masing.

    Teknik organisasi ini cukup bermanfaat untuk membantu dalam mengingat

    beberapa informasi yang dapat dikategorikan seperti susunan organisasi dan program

    kerja atau membantu untuk mengingat barang yang akan dibeli dipasar seperti pisang,

    apel, biskuit, roti tawar, ayam, sapi. Pengkategoriannya adalah kategori buah-buahan

    terdiri dari apel dan pisang, kategori daging adalah ayam dan sapi, kategori kue

    terdiri roti dan biskuit, dan yang dapat diurutkan seperti nama-nama kota dan

    provinsinya.

    Teknik organisasi dapat diimplementasikan dalam sejarah, seperti untuk

    mengingat peristiwa dengan tahunnya. Seperti contoh Jepang pada tahun 1932

    menduduki Manchuria dan tahun 1937 menyerang Tiongkok. Italia pada tahun 1935

    menyerbu Libya dan Ethiopia. Jerman pada tahun 1938 menduduki wilayah Austria

    dan Cekoslovakia, bagaimana cara mengingatnya, dengan menggunakan teknik

    organisasi maka tahapan pertama adalah menyusun kejadian sesuai dengan urutan

    tahunnya, yaitu tahun 1932, 1935, 1937 dan tahun 1938, setelah itu baru mengingat

  • 22

    kejadiannya, dengan cara tersebut akan lebih diingat daripada mengingatnya secara

    acak.

    2.4 Daya Ingat

    2.4.1 Memori (Daya Ingat)

    Memori berasal dari bahasa Inggris, memory. Menurut Wojowasito dan

    Wasito (1980:34) memory artinya ingatan, kenang-kenangan. Bruno (Syah, 2001:45)

    mendefinisikan memori sebagai proses mental yang melibatkan penyandian

    (encoding), penyimpanan (storage) dan pemanggilan kembali (retrieval) informasi

    dan pengetahuan yang semuanya terpusat di otak.

    Teori awal mengenai memori menurut Wirawan (tanpa tahun) dikenal sebagai

    association model (model asosiasi). Menurut model ini, memori merupakan hasil

    koneksi mental antara ide dengan konsep. Tokoh yang terkenal mendukung teori ini

    antara lain Ebbinghaus yang melakukan beberapa penelitian, antara lain mengenai

    fungsi lupa serta savings.

    Pembicaraan tentang daya ingat ini berarti membicarakan tentang potensi otak

    dengan segala kelebihannya. Isaac Asimov (Stine, 2002:27) menjelaskan bahwa otak

    memiliki kekuatan yang luar biasa, sebab selain memiliki 200 milyar sel juga memiliki

    100 trilyun koneksi antar dendrit yang dengan itu otak mampu menampung sekitar 100

    milyar bit informasi.

    Pada dasarnya manusia selalu terkagum-kagum dengan kemampuan seseorang

    yang mampu menyebutkan banyak fakta yang telah dihapalkan dalam jangka waktu yang

  • 23

    pendek. Beberapa diantara kita merasa bahwa seseorang telah diberi kelebihan untuk

    mampu mengingat dengan cepat. Higbee (2003:46) secara tegas menjelaskan bahwa

    kebanyakan bukan pada faktor cerdas dan tidak cerdas, namun lebih kepada teknik yang

    digunakan untuk mengingat, dan pada latihannya dengan teknik tersebut.

    Terdapat perbedaan arti antara memori dan daya ingat. Porter dan Hernacki

    (2002:234) memandang bahwa memori hanya menyimpan apa saja yang dianggap

    perlu dan berarti, sedangkan daya ingat adalah kemampuan untuk mengingat kembali

    fakta, informasi dan kejadian yang telah diketahui sebelumnya.

    Bruno (Syah, 2001:16) mendefinisikan memori sebagai proses mental yang

    melibatkan penyandian (encoding) penyimpanan (storage) dan pemanggilan kembali

    (retrieval) informasi dan pengetahuan yang semuanya terpusat di otak. Definisi

    Bruno tampaknya tidak begitu mempersoalkan perbedaan antara daya ingat dan

    memori, sebab memori menurutnya memori sudah mencakup daya ingat. Senada

    dengan itu, pakar psikologi tidak ada perselisihan dalam elemen ingatan yang terdiri

    dari penyandian (encoding) penyimpanan (storage) dan pemanggilan kembali

    (retrieval) itu. Proses sebelum penyandian melibatkan perhatian dan seleksi, dalam

    proses penyimpanan melibatkan ingatan jangka pendek dan jangka panjang,

    sedangkan dalam proses pengingatan kembali melibatkan peluruhan atau lupa, jika

    lupa maka informasi yang diingat itu menjadi luruh dan sulit untuk diingat kembali.

    Suharnan (2005:34) berpendapat bahwa ingatan merujuk pada proses

    penyimpanan dan pemeliharaan sepanjang waktu. Titik tekan dari definisi tersebut

    terletak pada kemampuan seseorang dalam menyimpan informasi dalam memorinya.

  • 24

    Kesulitan dalam mengingat kembali informasi yang telah diingat disebabkan karena

    informasi tersebut tidak disimpan dan dipelihara dengan baik.

    Kemampuan seseorang untuk mempertahankan memori tergantung pada

    teknik dan kemampuannya itu sendiri. Beberapa orang memiliki kemampuan

    photografic memory (Higbee, 2003:9). Photografic memory adalah kemampuan

    untuk menghadirkan memori yang pernah dilihatnya secara akurat dan detail, seperti

    kemampuan untuk mengingat satu lembar untaian puisi hanya dengan sekali melihat

    saja. Higbee melihat hal ini justru terkadang menjadi beban bagi yang memilikinya.

    Namun pendapat ini tidak seluruhnya benar, karena beberapa penghapal Qur‟an yang

    punya kemampuan ini ternyata juga tidak merasakan beban.

    Dilihat dari jangka waktunya, menurut Atkinson (tanpa tahun) memori terbagi

    menjadi dua tingkatan yaitu ingatan jangka pendek (short term memory) dan ingatan

    jangka panjang (long term memory). Memori jangka pendek adalah memori yang

    dapat mengingat fakta hanya untuk beberapa saat saja, dan beberapa jam kemudian,

    kita mengalami kesulitan untuk mengingatnya. Memori jangka pendek memiliki

    kapasitas yang terbatas, namun menurut Solso (1991:56) keterbatasan ini dapat

    diatasi dengan teknik Chunking.

    Memori jangka panjang adalah memori yang memiliki rentang waktu yang

    lebih lama dibandingkan memori jangka pendek, meski demikian, menurut Giuffre

    dan DiGeronimo (1999:72) memori jangka panjang memiliki keterbatasan dalam

    mengingat lokasi dan tanggal, oleh sebab itu kalau kita lupa menyimpan kunci motor

  • 25

    atau lupa jadwal rapat, itu sebenarnya adalah bakat alami dari memori jangka

    panjang.

    Buzan (2002:45) menjelaskan perbedaan antara memori jangka pendek dan

    memori jangka panjang, menurutnya memori jangka pendek adalah informasi yang

    belum terkodifikasi, sebaliknya memori jangka panjang adalah memori yang sudah

    terkodifikasi dan tersimpan secara menyeluruh dalam otak, lebih dari itu memori

    jangka panjang bertindak sebagai hard drive yang menjadi tempat penyimpanan

    pengalaman yang telah lalu di daerah otak yang disebut cerebral cortex (kulit luar

    otak). Cortex merupakan rumah bagi belukar 100 miliar neuron yang tampangnya

    mirip tumbuhan merambat. Komunikasi antar sel terjadi lewat pancaran impuls-

    impuls kimia dan listrik. Setiap kita merasakan sesuatu – pandangan, suara, ide-

    impuls unik dari sebagian sel-sel saraf tersebut langsung aktif. Ada yang lalu kembali

    ke bentuk asalnya karena mereka memperkuat koneksi satu dengan yang lainnya.

    Menurut Retcliff (Russel, 2003:47) ingatan jangka pendek bersifat elektris

    sedangkan ingatan jangka panjang bersifat kimiawi. Meski demikian memori jangka

    pendek dapat ditransfer menjadi memori jangka panjang dengan cara rehersial atau

    pengulangan. Materi yang disimpan dalam memori jangka pendek berlangsung

    kurang dari 30. jumlah serial yang dapat disajikan dalam memori jangka pendek

    berkisar 2-5 item. Menurut Suharnan (2005:17) info yang masuk dalam memori

    jangka pendek berupa kode auditori dan kode semantik visual.

  • 26

    Memori menurut Pasiak (2003:23), juga dapat dikategorikan dalam dua tipe,

    yaitu tipe deklaratif dan tipe prosedural. Memori deklaratif adalah pengetahuan

    tentang sesuatu yang ada, kejadian, fakta seperti ingatan tentang ulang tahun dan

    nama-nama orang, sedangkan ingatan prosedural berkaitan dengan keterampilan

    motorik seperti mengendarai mobil, bermain bulu tangkis. Langkah kongkrit dalam

    melatih daya ingat secara sistematis menurut Gie (1984:37) meliputi 3 hal yaitu (1)

    recall; mengingat informasi di luar kepala, (2) recognition; pengenalan kembali

    informasi yang telah dia alami baik melalui pendengaran maupun melalui

    penglihatan, dan (3) relearning; mempelajari kembali informasi yang telah dia

    masukkan ke dalam memorinya.

    2.4.2 Hal-Hal yang Membantu Daya Ingat

    2.4.2.1 Perhatian dan Pemilihan

    Proses yang mengawali memori adalah perhatian. Perhatian menurut Stern

    (Suryabrata, 1993:33) adalah pemusatan energi psikis terhadap suatu objek. Banyak

    sekali informasi yang berada di sekeliling kita, namun secara alamiah kita memilih

    informasi yang menarik perhatian kita.

    De Porter dan Hernacki (2002:221) memiliki akronim AMBAK untuk

    meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengingat. AMBAK itu sendiri

    merupakan akronim dari Apa Manfaatnya BagiKu, dengan kata lain seseorang dapat

    memusatkan perhatiannya secara maksimal bila yang menjadi objek perhatian itu

    dapat memberi keuntungan.

  • 27

    Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Ros dan Nichole

    (2003:46) yang secara detail mengatakan bahwa penetapan tujuan yang jelas dengan

    kepercayaan yang kuat untuk mencapai itu berperan sangat signifikan untuk

    memperoleh hasil yang signifikan dari belajar. Kegagalan mengingat sesuatu boleh

    jadi diawali dari kegagalan dalam memberi perhatian secara maksimal. Fenomena

    seperti ini dinamakan sebagai absent minded atau pikiran kosong.

    Dalam proses belajar mengajar, materi yang akan menjadi pusat perhatian

    adalah materi yang unik dan yang berbeda dari lingkungan sekitar baik dari segi

    warna maupun bentuk. Begitu juga dengan informasi yang menarik dalam informasi

    unik yang dapat mempengaruhi psikologis manusia, oleh sebab itu dalam

    pembelajaran tampaknya pengajar perlu menyajikan bahan yang menyentuh aspek

    kebutuhan dan dramatis.

    2.4.2.2 Emosi

    Faktor emosi dapat mempengaruhi ingatan manusia, sebab otak akan memberi

    perhatian yang lebih besar pada peristiwa yang emosional ketimbang peristiwa datar.

    Sebagai contoh, bagi sebagian orang yang sudah menikah, kemungkinan besar

    mereka masih ingat peristiwa pernikahan mereka.

    Memori yang disertai muatan emosi yang kuat dinamakan sebagai flash bulb

    atau vivid memory. Suharnan (2005:34) menjelaskan bahwa flash bulb atau vivid

    memory adalah ingatan terhadap peristiwa pertama kali terjadi dengan sangat

    mengejutkan dan membuat emosi seseorang ikut terhanyut dalam peristiwa tersebut.

  • 28

    Pertanyaannya kemudian adalah apa yang membuat ingatan menjadi kuat

    setelah berasosiasi dengan emosi? James McGaugh (Rose, 2003:57) menjelaskan

    bahwa otak memanfaatkan zat kimia yang dilepaskan selama stres dan emosi-emosi

    kuat untuk mengatur kekuatan peyimpanan memori.

    Flash bulb merupakan rekaman yang relatif permanen tentang situasi di mana

    kita mempelajari peristiwa yang penting dan bermuatan emosi, seperti menyaksikan

    peristiwa pembunuhan Presiden Amerika, Ronald Reagan, bisa jadi orang yang

    menyaksikan peristiwa ini masih menyimpan flash bulb memory tentang peristiwa

    tersebut.

    Tentu saja pengkondisian emosi yang positif selama proses belajar mengajar

    tersebut menjadi penting peranannya supaya materi yang telah dijelaskan oleh guru

    benar-benar tercerap secara optimal dalam memori jangka panjang. Pengkondisian

    emosi yang positif dapat dilakukan dengan menghadirkan suasanan yang

    menyenangkan dalam kelas. Hal ini senada dengan konsep pollyanna princples yang

    menjelaskan bahwa satuan informasi yang secara emosi menyenangkan akan diproses

    secara lebih efisien daripada informasi yang mengandung kesedihan.

    2.4.2.3 Asosiasi

    Asosiasi menurut Higbee (2003:46) merupakan kemampuan untuk

    menghubungkan materi yang sedang dipelajari dengan fakta yang ada dalam ingatan,

    oleh sebab itu, gambar peta negara Italia lebih mudah diingat dibandingkan negara

  • 29

    Eropa lainnya, sebab bentuk negara Italia memiliki bentuk yang hampir mirip dengan

    sepatu.

    Lapp (2003:34) mendefinisikan asosiasi sebagai bentuk hubungan berganda

    yang menghubungakan antara segala hal yang diinginkan untuk diingat. William

    James (Higbee, 2003:55) menjelaskan peran asosiasi dalam ingatan dengan

    mengatakan “semakin fakta yang berkaitan dengan sesuatu hal atau materi dalam

    fikiran kita, semakin kuat materi tersebut tertanam dalam ingatan kita. Setiap fakta

    yang berkaitan dengan materi tersebut menjadi semacam pancing bila materi

    tenggelam di alam bawah pikiran kita”.

    2.4.2.4 Kebermaknaan

    Materi yang bisa kita pahami maknanya akan lebih mudah diingat

    dibandingkan materi yang tidak dipahami maknanya, oleh sebab itu tulisan yang

    gramatikalnya tidak benar akan lebih sulit dipahami dibandingkan dengan tulisan

    yang gramatikalnya benar.

    2.4.3 Faktor yang Menghambat Ingatan

    Ada beberapa faktor yang dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam

    menghapal. Menurut Gunawan (2003:32), faktor tersebut meliputi beberapa hal,

    yaitu:

  • 30

    a. Informasi Tersebut Tidak Penting

    Pada prinsipnya otak akan menyimpan informasi penting saja, oleh karena itu,

    informasi yang dianggap kurang penting akan membuat otak menyimpan

    informasi tersebut dalam memori jangka pendek.

    b. Interferensi atau Gangguan

    Interferensi akan mengganggu hapalan. Interferensi terjadi bilamana informasi

    yang tidak diperlukan masuk dan bercampur aduk dengan informasi yang

    dibutuhkan, contohnya pada saat kita menghapalkan puisi dan pada saat yang

    sama kita mendengarkan suara nyanyian dari tetangga yang cukup nyaring,

    secara tidak sadar lantunan lagu itu akan masuk dalam memori dan bercampur

    aduk dengan puisi yang sedang dihapalkan.

    c. Tidak Fokus dan Tidak Konsentrasi

    Konsentrasi merupakan pintu utama belajar. Otak akan mengalami kesulitan

    jika dua aktivitas dilakukan pada saat yang sama. Misalnya pada saat belajar

    diiringi dengan khayalan.

    d. Stress

    Kondisi pikiran yang penuh beban dan tekanan akan mengganggu otak untuk

    bekerja, bayangkan jika pada saat belajar matematika sementara dapur tetangga

    kebakaran, tentu saja pikiran belajar akan beralih kepada pikiran untuk

    memadamkan api.

  • 31

    e. Fisik yang Lelah

    Fisik yang lelah biasanya disebabkan oleh kerja fisik yang berat. Jika fisik

    sudah lelah biasanya seseorang mudah mengantuk dan tidur, sebab oksigen yang

    masuk ke dalam otak berkurang. Belajar dalam jangka waktu yang lama alam

    membuat fisik menjadi mudah lelah. Solusi untuk memperkuat ketahanan fisik

    adalah olahraga, sebab dengan olahraga akan mendorong jantung memompa dan

    otot bergerak.

    Tidur yang cukup juga dapat menjadi solusi ketika fisik sedang dilanda

    keletihan. Kurang tidur akan mengganggu informasi yang telah kita simpan,

    sebab di saat tidur, proses penggalian informasi dalam otak dilakukan.

    f. Pengaruh Zat Kimia

    Kebiasaan mengkonsumsi minuman yang beralkohol, merokok merupakan

    kebiasaan yang dapat merusak otak. Bahkan beberapa zat psikotropika akan

    membunuh beberapa sel otak, lebih jauh dari itu bisa juga menghambat proses

    generatif pertumbuhan otak, akibatnya otak tidak dapat memperbaharui diri lagi

    (generatif).

    g. Gaya Hidup

    Giuffre dan DiGeronimo (1999:32) memandang bahwa gaya hidup yang tidak

    teratur ternyata mempengaruhi ketajaman otak. Asupan makanan, jadwal tidur,

    spiritualitas, olahraga dan cara pandang yang positif dapat mendorong otak untuk

    bekerja lebih optimal.

  • 32

    2.4.4 Proses Mengingat

    Daya ingat bukan kemampuan untuk berdiri sendiri, namun daya ingat adalah

    kemampuan yang terdiri dari beberapa tahap. Melton (Atikinson, tanpa tahun)

    membagi tahapan memori kepada tiga tahap yaitu penyandian (encoding)

    penyimpanan (storage) dan pemanggilan kembali (retrieval).

    2.4.4.1 Penyandian (Encoding)

    Inti dari penyandian adalah penterjemahan informasi yang masuk ke dalam

    gambaran mental dalam bentuk kode-kode. Informasi yang dihapalkan masuk ke

    dalam kotak memori setelah informasi tersebut dikodefikasi. Strategi paling populer

    untuk menghapal adalah pengulangan, seperti kita akan menghapal nomor hp teman

    kita, maka kita akan menyebut nomor tersebut secara berulang-ulang (rehersial)

    dengan suara yang keras.

    Ada juga cara lain supaya informasi itu dapat dihapal, cara tersebut menurut

    Suryabrata (1987:35) disebut dengan mneumochink (teknik mnemonik). Pandangan

    Suryabrata di atas secara tegas menjelaskan bahwa teknik mnemonik berada pada

    tahapan penyandian.

    Penyandian bisa dipakai dalam memori, sebab cara kita dalam mengkodifikasi

    hapalan ternyata akan mempengaruhi apa yang kita ingat dan bagaimana

    pemanggilan informasi tersebut. Contohnya kita akan menghapalkan 3 fakta, bisa jadi

    kita hanya hapal saja namun tidak mengerti artinya. Berbeda bila kita menghapalkan

  • 33

    secara semantik, kita akan hapal sekaligus bisa menjelaskan informasi yang kita hapal

    tersebut.

    Proses penyandian memiliki peranan yang cukup strategis yang dapat

    menentukan ingatan itu akan tersimpan dalam memori jangka pendek atau akan

    tersimpan dalam memori jangka panjang.Proses penyandian yang melibatkan emosi

    akan mendorong informasi yang kita hapal menjadi ingatan jangka panjang,

    sementara kodifikasi untuk informasi yang tidak penting akan disimpan dalam

    memori jangka pendek yang kemudian akan dilupakan dalam waktu yang cepat.

    2.4.4.2 Penyimpanan (Storage)

    Penyimpanan adalah proses meletakan informasi dalam memori kita. Pada

    penyimpanan informasi, perbedaan memori jangka pendek dan jangka panjang

    menjadi jelas, sifat dari memori jangka pendek akan pendek dan singkat, sebagai

    contoh, bila kita akan menelpon, maka kita akan melihat nomor telepon yang akan

    kita tuju kemudian kita berkomat-kamit untuk menghapalkan nomor telepon tersebut

    dan selanjutnya kita tekan nomor yang dituju. Pada saat itu barangkali kita masih

    ingat nomor tersebut, namun beberapa hari kemudian kemungkinan besar, nomor

    telepon tersebut sudah tidak ada lagi di kepala kita. Dalam kasus ini, nomer telepon

    tersebut disimpan dalam memori jangka pendek. Supaya nomor telepon itu masih

    bisa diingat, maka nomor telepon itu harus disimpan dalam memori jangka panjang.

    Sifatnya memori jangka pendek yang pendek dan sementara, maka memori

    jangka pendek berfungsi sebagai stasiun pemberhentian informasi sebelum masuk ke

  • 34

    dalam memori jangka panjang, dengan kata lain informasi yang masuk ke dalam

    memori jangka pendek dan dipertahankan melalui pengulangan-pengulangan,

    pengulangan ini membuat informasi tersebut masuk ke dalam memori jangka

    panjang. Sedangkan informasi yang tidak diulang-ulang akan luruh karena digeser

    oleh memori yang baru dan kemudian dilupakan.

    Teori yang membahas tentang ini dinamakan sebagai teori dual memory

    model. Gambaran singkat dari teori ini dapat dilihat di bawah ini.

    Bagan 1 Teori Dual Memory Model

    Kapasitas memori jangka pendek yang sedikit cukup menguntung kita, bisa

    dibayangkan bagaimana kesulitan kita jika informasi yang penting dan yang tidak

    penting tetap berada dalam memori jangka pendek, akibatnya kemudian seseorang

    akan merasa kebingungan.

    Pen

    gin

    gata

    n

    Memori Jangka

    Pendek

    Input Data Transfer Memori Jangka

    Panjang

    Tergeser

  • 35

    2.4.4.3 Pemanggilan Kembali (Retrieval)

    Pengambilan banyak terkait dengan peyimpanan informasi. Kenyataannya

    informasi yang telah disimpan sebenarnya bisa diambil kembali. Namun yang

    menjadi masalah adalah cara pengambilannya, dengan demikian sebenarnya

    informasi yang masuk ke dalam memori jangka panjang bukan hilang, namun cara

    pengambilannya yang tidak tepat membuat informasi tersebut menjadi sulit untuk

    diingat.

    Analogi yang tepat untuk hal ini dapat dianalogikan dengan penyimpanan

    barang. Bila barang tersebut terkodifikasi dengan baik dan disimpan di tempat yang

    sesuai kodenya, tentu untuk mecarinya tidak perlu melihat semua barang, tapi cukup

    dengan melihat kodenya saja. Kesimpulan dari jalur masuknya informasi menjadi

    memori dapat dilihat sebagai berikut.

    Attention Encoding Storage Retrieval

    Bagan 2 Alur Kerja Memori

    2.4.5 Cara Meningkatkan Daya Ingat

    Para ahli masih memperdebatkan apakah memori merupakan trait (sifat) atau

    skill (kemampuan). Trait bersifat stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill

    adalah hasil dari latihan dan dapat ditingkatkan. Sehubungan dengan itu, menurut

    Wirawan orang yang punya kemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri

    antara lain (a) proses encoding yang majemuk dan bermakna, (b) memiliki banyak

    cue dengan asosiasi tinggi, dan (c) banyak latihan.

  • 36

    Berikut ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan memori yang

    tinggi; Steve Faloon yang dapat mengingat deretan angka yang panjang; John Conrad

    yang dapat mengingat pesanan makanan di restoran dengan sangat baik, Rajan dapat

    meningat angka phi.

    Metode untuk meningkatkan daya ingat yang sistematik adalah metode

    mnemonik. Suharnan (2005:15) mendefinisikan metode mnemonik sebagai strategi

    yang dipelajari untuk mengoptimalkan kinerja ingatan melalui latihan-latihan.

    Suharnan memandang bahwa untuk mempelajari metode ini perlu banyak latihan

    untuk menguasainya. Metode mnemonik sendiri memiliki beberapa teknik seperti

    teknik loci, teknik kata kunci, teknik imajery visual dan teknik organiasasi.

    2.4.6 Pengukuran Ingatan

    Upaya untuk mengukur ingatan dapat dibantu dengan beberapa tes ingatan.

    Menurut Hastjarjo (Suharnan, 2005:24) tes ingatan dapat diklasifikasikan pada dua

    kelompok yaitu tes eksplisit (langsung) dan implisit (tidak langsung). Tes eksplisit

    adalah tes yang mengacu pada sejarah pribadi subjek yang menunjukkan pada

    dimensi ruang dan waktu seperti tempat peristiwa, tanggal dan jam. Tes eksplisit

    terdiri dari tes kognisi dan tes recall. Tes implisit merupakan tes yang mengharuskan

    subjek untuk melakukan aktivitas – aktivitas kognitif dan motorik. Sementara itu

    perintah – perintah tes hanya mengacu pada tugas – tugas yang sedang dihadapi,

    bukan pada peristiwa sebelumnya, dengan kata lain subjek tidak diinstruksikan untuk

  • 37

    menggunakan tahapan – tahapan belajar sebagai acuan. Tes ini misalnya tes

    pengetahuan konseptual, leksikan, perseptual dan pengetahuan prosedural.

    Azwar (2005:37) membagi prosedur skoring ke dalam dua tipe yaitu tipe

    objektif dan tipe esai. Tipe objektif merupakan yang memiliki satu jawaban yang

    terbaik dengan memberikan jawaban (Recall) maupun dengan memilih jawaban

    (recognize), sedangkan tipe esai menghendaki siswa untuk memilih jawabannya

    dengan kata-kata sendiri.

    2.4.7 Lupa

    Mudah lupa terjadi bilamana informasi yang diterima berhasil melalui proses

    normal dan akhirnya tersimpan di dalam memori jangka panjang. Sayangnya sukar

    diambil atau diingat kembali saat dibutuhkan. Mudah lupa masih tergolong normal.

    Meskipun begitu tidak jarang hal ini merupakan tanda – tanda keadaan abnormal.

    Mudah lupa dapat terkait dengan penambahan usia yang sering dihubungkan

    dengan inefisiensi proses memori, seperti proses berpikir menjadi lamban, kurang

    menggunakan strategi memori yang baik, kesulitan memusatkan perhatian dan

    mengabaikan distraktor, membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajari sesuatu

    yang baru, dan lebih banyak dibutuhkan isyarat untuk mengingat kembali informasi

    yang telah tersimpan. Mudah lupa akan semakin berat jika menyerang manula dan

    disebut sebagai age-associated memory impairment (AAMI).

    Pada amnesia, informasi hanya sampai di memori jangka pendek. Dengan

    kata lain, terjadi kegagalan atau kesulitan belajar yang berarti sudah bersifat

  • 38

    patologis. Namun, perhatian terhadap informsi yang masuk, mengingat kembali

    informasi yang sudah lama, fungsi kognisi, bahasa, dan kepribadian masih berjalan

    dengan normal. Hanya proses penerusan informasi dari memori jangka pendek ke

    memori jangka panjang yang gagal sehingga informasi baru tersebut tidak dapat

    diingat kembali.

    Lupa menurut Solso (Suharnan, 2005:40) adalah kegagalan dalam mengingat

    kembali informasi yang telah disimpan dalam gudang ingatan, Giuffre dan

    DiGeronimo (1995:51) berpendapat bahwa pelupaan setidaknya disebabkan oleh dua

    hal, yaitu:

    a) Sistem pencarian kembali yang rapuh dari ingatan jangka panjang sangat

    rentan terhadap gangguan atau keadaan emosi.

    b) Dapat dipengaruhi oleh substansi yang memberi makan otak pada suatu saat.

    Para ahli berbeda pendapat tentang pelupaan. Hal ini terjadi karena pelupaan

    merupakan masalah yang melibatkan banyak variabel.

    Ada tiga teori utama yang membahas lupa, yaitu interfence theory (teori

    halangan), decay theory (teori kerusakan), dan cuedependent forgetting (teori

    ketergantungan pada isyarat).

    a) Interference Theory (teori halangan)

    Teori ini menjelaskan bahwa peristiwa lupa tidak akan terjadi jika ada

    informasi lain yang menghalangi, oleh sebab itu pelupaan terjadi karena informasi

    lain yang baru menghalangi informasi lama yang telah tersimpan. Informasi yang

  • 39

    menghalangi ini dibagi menjadi dua bagian yaitu retroactive inhibition dan proactive

    inhibition.

    Retroactive inhibition terjadi jika ada informasi baru menghalangi informasi

    lama yang telah tersimpan. Sebaliknya proactive inhibition terjadi karena adanya

    informasi lama yang menghalangi pengingatan informasi baru.

    b) Decay Theory (teori Kerusakan)

    Teori ini memandang bahwa peristiwa lupa terjadi karena informasi yang ada

    rusak akibat tidak pernah diulang atau diingat kembali, seperti lupa nama teman SD

    dulu.

    c) Cue-Dependent Forgetting (Teori Ketergantungan pada Isyarat)

    Teori ketergantungan pada isyarat berasal dari pendekatan proses informasi.

    Menurut teori ini, peristiwa lupa terjadi karena terlalu lemahnya isyarat sesuatu yang

    ingin diingat, bukan karena kerusakan informasi atau terhalang oleh informasi lain.

    Pelupaan akibat isyarat yang lemah ini tidak hanya terjadi pada informasi yang lama

    saja, namun berlaku juga pada informasi yang baru. Sebagai contoh kita akan

    mengalami kesulitan dalam mengingat nomor telepon kantor lama kita, sementara

    nomor telepon kantor baru belum diingat betul.

    Beragam cara dilakukan untuk mengatasi lupa, diantaranya dengan cara

    LUPA versi Sidiarto (1998:35) ini adalah Latihan, Ulangan, Perhatian, dan Asosiasi.

    Jadi, supaya informasi yang masuk tahan lama harus dilatih, diulang, diberi perhatian,

    dan kita asosiasikan. Tapi, yang patut diperhatikan juga adalah dalam mencerna

  • 40

    informasi harus bermodalkan KAMU, “Konsentrasi, Atensi, Motivasi, Upaya”

    tambahnya. Dengan menjalankan LUPA sejak usia muda, otak manusia akan lebih

    tahan lama menyimpan informasi karena informasi yang diterimanya tersimpan di

    ingatan jangka panjang.

    Analogi kelupaan cukup menarik dijelaskan oleh Higbee (2003:47). Informasi

    yang masuk ke otak lalu masuk ke memori jangka panjang seperti proses pembuatan

    surat yang terlebih dahulu diketik kemudian diarsipkan dalam brangkas dengan kode

    – kode tertentu untuk mempermudah pencarian kembali. Proses lupa terjadi bukan

    karena datanya tidak ada, namun penyimpanan surat yang salah sehingga harus

    membongkar seluruh isi brangkas dan hal tersebut perlu waktu yang lama.

    2.5 Hubungan Mnemonik dengan Kemampuan Mengingat

    Mnemonik memiliki hubungan yang erat dengan kemampuan mengingat,

    sebab mnemonik pada dasarnya bekerja sesuai dengan cara kerja otak. Penelitian

    yang menggunakan metode mnemonik dalam meningkatkan kemampuan mengingat

    dilakukan oleh Chiang Lee Kwun (tanpa tahun) dari Maktab Perguruan Perlis dalam

    meningkatkan kemahiran mengenal komponen-komponen dalam ayat tunggal

    pengajian Cina. Kajian ini melibatkan 34 orang responden yang terdiri daripada guru

    pelatih kumpulan 3PC/MT (Pengajian Cina/Matematik) dan 3 PC/KH (Pengajian

    Cina/Kemahiran Hidup). Segala data yang diperlukan untuk analisis dan interpretasi

  • 41

    diperoleh melalui ujian pra, ujian pasca, soal observasi dan wawancara berstruktur.

    Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Kwun menunjukkan hasil yang signifikan.

    2.6 Kerangka Berpikir

    Ada dua hal yang membuat mata pelajaran sejarah kurang diminati oleh

    peserta didik yaitu pada materi dan metode pengajarannya. Pelajaran sejarah sering

    disajikan hanya dalam rangkaian angka, tahun, pelaku, tempat kejadian dan tidak

    mengherankan bila pelajaran sejarah dianggap membosankan. Pendidik dituntut

    untuk lebih kreatif seiring dengan dinamika perkembangan sejarah itu sendiri. Hal

    yang menjadi penyebab eksternal serta yang melatarbelakangi rendahnya kualitas

    nilai mata pelajaran sejarah adalah kesulitan siswa untuk menghapalkan sederet

    peristiwa dan fakta. Kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik ini hendaknya

    disadari sejak awal.

    Dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke, metode

    pembelajaran yang digunakan oleh guru masih konvensional yaitu masih

    menggunakan metode ceramah. Selain itu, guru kesulitan dalam menemukan metode

    pembelajaran yang tepat dengan waktu dan sarana yang terbatas. Penyebab inti dari

    itu semua adalah kesulitan siswa untuk menghapalkan sederet peristiwa dan fakta

    yang harus dihafal, hal inilah yang membuat siswa menjadi sulit untuk mendapatkan

    nilai yang optimal.

  • 42

    Dengan demikian sudah saatnya kita melakukan perubahan sistem

    pembelajaran dari cara konvensional menjadi metode pembelajaran. Metode

    mnemonik memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode ceramah. Apabila dalam

    metode ceramah hanya terjadi interaksi satu arah saja, dengan menggunakan metode

    mnemonik para siswa lebih astusias mengikuti pelajaran hal ini dikarenakan dalam

    metode ini siswa mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk berimajinasi, dan

    berasosiasi. Dengan adanya keterlibatan kedua prinsip tersebut maka akan

    memudahkan siswa untuk mengoptimalkan daya ingatnya.

    Kerangka berfikir ini dapat digambarkan dalam bagian berikut ini:

  • 43

    2.7 Hipotesis

    Hipotesis dari penelitian ini adalah metode mnemonik efektif dalam

    meningkatkan kemampuan mengingat siswa pada mata pelajaran sejarah.

  • 44

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian

    eksperimen. Eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian yang memanipulasi suatu

    keadaan terhadap objek atau sampel penelitian dengan tujuan untuk menyelidiki ada

    tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut

    melalui cara memberikan perlakuan-perlakuan tertentu.

    Dalam penelitian eksperimen diperlukan dua kelompok sasaran penelitian.

    Dimana satu kelompok diberikan perlakuan khusus dan satu kelompok lagi

    dikendalikan pada satu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai pembanding.

    Oleh karena itu, kelompok kedua ini dinamakan kelompok kendali atau kelompok

    kontrol.

    Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu dengan memberikan

    pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran mnemonik, kemudian

    mengadakan tes akhir untuk melihat hasil pembelajarannya. Sedangkan perlakuan

    yang diberikan pada kelas kontrol yaitu dengan menggunakan model pembelajaran

    ceramah (ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas) dan setelah pembelajaran

    selesai diberikan tes akhir yang sama dengan tes yang diberikan pada kelas

    eksperimen.

  • 45

    Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pola

    sebagai berikut:

    Tabel 3.1 Rancangan Eksperimen

    Kelas Pre test Perlakuan Post test

    Eksperimen Xe Metode mnemonik Xe Kontrol Xk Metode ceramah Xk

    Penelitian eksperimen menggunakan suatu percobaan yang dirancang secara

    khusus guna memperoleh data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan

    penelitian. Dalam penelitian ini beberapa tahapan penelitian yang dilakukan peneliti

    adalah:

    3.1.1 Tahap pra lapangan

    Tahap ini meliputi susunan rancangan penelitian, memilih lapangan

    penelitian, mengurus surat izin, dan menyiapkan perlengkapan penelitian.

    Perlengkapan penelitian yang diperlukan meliputi rencana pembelajaran yakni silabus

    dan rencana pelaksanaan pembelajaran, modul pengajaran dan soal.

    3.1.2 Tahap pelaksanaan penelitian

    Tahap lapangan ini meliputi uji coba tes yang diberikan pada 24 orang siswa

    yang bukan menjadi kelompok populasi. Kemudian setelah itu hasil uji coba

    dianalisis sehingga diketahui butir-butir soal yang dapat digunakan dalam penelitian.

    Di samping itu juga dilakukan analisis terhadap 2 kelompok, sehingga dapat

    diketahui bahwa 2 kelompok tersebut kemampuan yang sama. Peneliti kemudian

    melaksanakan penelitian sesuai rancangan penelitian. Kelompok eksperimen diberi

  • 46

    perlakuan dengan pembelajaran metode mnemonik sedang kelompok kontrol diberi

    perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran ceramah.

    3.1.3 Tahap pelaksanaan tes hasil belajar

    Setelah semua materi pembelajaran disampaikan kepada siswa dan

    pembelajaran dengan metode mnemonik telah dilaksanakan oleh siswa dan telah

    dievaluasi oleh peneliti, maka langkah selanjutnya adalah pengukuran hasil tes

    belajar melalui post-test.

    3.1.4 Tahap analisis data

    Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis apakah terdapat perbedaan

    hasil belajar antara kelas yang diberi pembelajaran dengan menggunakan metode

    mnemonik dan pembelajaran ceramah.

    3.1.5 Membuat simpulan

    Tahapan ini merupakan tahapan terakhir, yaitu menyimpulkan hasil penelitian

    dan analisis data yang telah dilakukan. Simpulan hasil penelitian merupakan jawaban

    dari rumusan masalah dan tujuan dari penelitian yang telah diilakukan.

    3.2 Populasi dan Sampel

    Populasi adalah suatu obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

    kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:215). Populasi dalam penelitian ini

    adalah kelas IX A dengan jumlah siswa 24 orang, kelas IX B dengan jumlah siswa 30

  • 47

    orang, kelas IX C dengan jumlah siswa 24 orang. Pengambilan sampel dipilih kelas

    IX A sebagai kelas eksperimen dan kelas IX B sebagai kelas kontrol.

    3.3 Tempat dan waktu penelitian

    1. Tempat penelitian

    Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke.

    Desa Bendo, Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang.

    2. Waktu penelitian

    Penelitian di SMP Negeri 2 Satu Atap Sluke dilaksanakan pada semester I

    Tahun Ajaran 2012/2013 sebanyak 2 kali pertemuan.

    3.4 Variabel Penelitian

    Variabel merupakan obyek peneliti atau yang menjadi titik perhatian dalam

    suatu penelitian. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, variabel,

    dapat juga diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua atribut atau lebih

    (Margono, 2005:133). Variabel dapat diartikan sebagai suatu konsep yang memiliki

    nilai ganda, atau dengan perkataan lain suatu faktor yang jika diukur akan

    menghasilkan skor yang bervariasi. Variabel penelitian merupakan gejala yang

    menjadikan obyek penelitian (Rianto, 1996:9).

  • 48

    Dalam penelitian ini terdapat dua jenis v