skripsi sutrisno.docx

139
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi laju pesat, dan cenderung tak terkendali. Bahkan hampir-hampir tak mampu dikendalikan oleh dunia pendidikan. Pendidikan merupakan hal utama dan menjadi salah satu faktor terpenting dalam menjalani hidup bermasyarakat. Sebab tanpa pendidikan, manusia tidak akan pernah mengubah strata sosialnya untuk menjadi lebih baik. واُ حَ سْ ف اَ س فِ ل ا َ جَ مْ ل ا يِ ف واُ حَ ّ سَ فَ تْ مُ كَ لَ ل يِ ف اَ ذِ $ وا اُ نَ م اَ ( ن يِ ذَ ّ ال اَ هُ ّ يَ 1 ا اَ يَ ( ن يِ ذ َ ّ الُ َ ّ اِ ع َ فْ رَ ي واُ زُ < شْ ن اَ وا فُ زُ < شْ ن اَ ل يِ ف اَ ذِ $ اَ وْ مُ كَ لُ َ ّ اِ حَ سْ فَ تَ ( ون ُ لَ مْ عَ ت ا َ مِ بُ َ ّ اَ وٍ ات َ جَ رَ ذَ مْ لِ عْ ل وا ا ُ ت وُ 1 اَ ( ن يِ ذ َ ّ الَ وْ مُ كْ يِ م واُ نَ م ا( ٌ ز يِ Q بَ ج١١ )

Upload: sutrisno

Post on 09-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Sutrisno.docx

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi laju pesat, dan

cenderung tak terkendali. Bahkan hampir-hampir tak mampu dikendalikan oleh

dunia pendidikan. Pendidikan merupakan hal utama dan menjadi salah satu faktor

terpenting dalam menjalani hidup bermasyarakat. Sebab tanpa pendidikan,

manusia tidak akan pernah mengubah strata sosialnya untuk menjadi lebih baik.

ح�وا ف�ي  �ف�س �م� ت �ك ل� ل�ذ�ا ق�ي وا إ �ذ�ين� آم�ن ا ال �ي ه� ا أ � ي

ل��ذ�ا ق�ي �م� و�إ �ك ه� ل ح� الل ��ف�س ح�وا ي �م�ج�ال�س ف�اف�س� ال�م� �ك وا م�ن �ذ�ين� آم�ن ه� ال ف�ع� الل �ر� وا ي ز� �ش� وا ف�ان ز� �ش� انون� ��ع�م�ل ا ت ��م ه� ب ات1 و�الل �ج �م� د�ر� �ع�ل �وا ال �وت ذ�ين� أ و�ال

�ير7 ) ب (١١خ�

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.

Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera

dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan khususnya kualitas

pembelajaran. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat

dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah adalah

Page 2: Skripsi Sutrisno.docx

2

mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan

memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang berkelanjutan.

Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik.

Dalam pergaulan terjadi kontak atau komunikasi antara masing-masing pribadi.

Hubungan ini jika meningkat ke taraf hubungan pendidikan, maka menjadi

hubungan antara pribadi pendidik dan anak didik, yang pada akhirnya melahirkan

tanggung jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan (Hasbullah. 1996: 5).

Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dalam dirinya, dalam masyarakat, berbangsa dan

bernegara (Departemen Pendidikan Nasional. 2003, 2).

Pendidikan diselenggarakan untuk mengarahkan siswa memiliki

kecakapan hidup di masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengembangan

pendidikan harus bersandar pada empat pilar pendidikan yang dirumuskan oleh

United Nations Educational, Scientific, and Culture (UNESCO). Keempat

pilarpendidikan itu adalah (1) belajar untuk berpengetahuan, (2) belajar untuk

berbuat,(3) belajar untuk hidup bersama, dan (4) belajar untuk jati diri. Jika

mengacu pada pilar-pilar tersebut, maka proses pembelajaran seyogianya tidak

hanya terfokus pada penguasaan materi. Pilar pendidikan belajar untuk

berpengetahuan dan belajar untuk berbuat mengarahkan proses pembelajaran pada

Page 3: Skripsi Sutrisno.docx

3

pola berpikir dan bertindak, yang merefleksikan pemahaman konsep,

keterampilan proses, dan sikap ilmiah siswa. Pilar pendidikan belajar untuk hidup

bersama dan belajar untuk jati diri mengarahkan proses pembelajaran pada

pengembangan pemahaman konsep siswa (Sukmadinata,2004).

Upaya inovatif telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai mutu

pendidikan yang lebih baik, yaitu menyempurnakan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP,

bahkan saat ini pemerintah telah berupaya mensosialisasikan Kurikulun 2013

(K13). Disempurnakannya KBK menjadi KTSP menuntut perubahan paradigma

pendidikan dan pembelajaran. Paradigma proses pembelajaran diharapkan

mengalami perubahan. Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru

berubah menjadi berpusat pada siswa. Perubahan paradigma pembelajaran

tersebut diharapkan dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam membangun

pengetahuan, sikap, dan perilaku. Pemerintah telah berupaya meningkatkan

kualitas proses pembelajaran di kelas melalui Permendiknas RI Nomor 41 Tahun

2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Kegiatan inti pembelajaran meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Proses pembelajaran yang berpusat pada pengalaman siswa dapat memberikan

kesempatan dan fasilitas kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya.

Dengan demikian, siswa memperoleh pemahaman yang mendalam melalui

pengalaman belajar serta mengembangkan pemahaman konsep siswa dan pada

akhirnya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa (Trianto, 2007).

Page 4: Skripsi Sutrisno.docx

4

Upaya-upaya yang telah ditempuh tersebut ternyata belum memberikan

hasil yang maksimal. Rendahnya pemahaman konsep siswa Indonesia ditunjukkan

oleh penelitian dan penilaian. Permasalahan pada rendahnya pemahaman konsep

siswa Indonesia tampak pada hasil penilaian dari Trend International

Mathematics Science (TIMSS) tahun 2007, yang mengukur tentang kemampuan

scientific inquiry. Kemampuan scientific inquiry yang diukur mencakup domain

konten (fisika, biologi, kimia, dan kebumian) dan domain kognitif (knowing,

applying, reasoning). Hasil penilaian menyatakan Indonesia berada pada

peringkat 36 dari49 negara di dunia. Nilai rata-rata kemampuan sains siswa

Indonesia pada tiap aspek domain kognitif (knowing, applying, reasoning) masih

rendah. Nilai rata-rata kemampuan kognitif knowing (recognize, define, describe,

illusstrate with example, use tools and procedures) sebesar 40,37 lebih tinggi

dibandingkan dengan aspek kognitif applying (compare, classify, use models,

relate, interpret information, find solution) sebesar 36,96 dan reasoning (analyze,

synthesize, predict, plan, draw conclusion, generalize, evaluate, justify) sebesar

33,01. Pencapaian nilai rata-rata sains siswa Indonesia adalah 34,57 masih

dibawah rata-rata internasional, yaitu sebesar 43,40. Berdasarkan hasil tersebut

ditunjukkan bahwa aspek-aspek pemahaman konsep siswa terukur masih rendah

(Gonzales et al., 2008).

Apabila siswa dibiarkan pada suatu konsep dasar fisika yang salah maka

rendahnya pemahaman konsep dasar fisika siswa akan meluas khususnya pada

sekolah yang belum mampu mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada para siswa.

Dengan diadakannya program pemerintah untuk pemerataan mutu pendidikan

Page 5: Skripsi Sutrisno.docx

5

maka diharapkan sekolah yang khususnya pada daerah pedesaan mampu

mengatsai miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga tingkat pemahaman

konsep dasar fisika akan semakin membaik.

Di pusat-pusat perkotaan bukan hanya banyak tersedia lebih banyak

sekolah, yang juga lebih mudah dapat dimanfaatkan dari pada di daerah pedesaan.

Hal yang jauh berbeda yang di jumpai di daerah pedesaan. Suatu pertanyaan yang

berulang-ulang dikemukakan orang berkenaan dengan usaha pemberantasan buta

huruf ialah bacaan apakah yang tersedia di daerah pedesaan yang terpecil bagi

seorang yang telah berhasil memperoleh kepandaian membaca. Dalam keadaan

demikian program pendidikan formal dihadapkan kepada tugas yang jauh lebih

berat daripada di daerah perkotaan (Combs, 1984: 27).

Terkadang siswa yang berasal dari daerah diluar perkotaan sering

mengeluh soal pelajaran di SMA dan juga mengeluhkan persaingan dengan siswa

yang berasal dari daerah induk perkotaan membuat kekhawatiran kepada siswa

yang berasal dari daerah pedesaan untuk terus bersaing dengan siswa dari daerah

induk perkotaan. Kekhawatiran tentang kurangnya pemahaman konsep dasar bagi

siswa yang berasal dari smp pedesaan dapat menyebabkan kesulitan proses

pembelajaran pada tingkat lanjutan. Jika silabus mata pelajaran ditingkat smp baik

yang berasal dari smp pedesaan maupun kota adalah sama, maka tentunya

pemahaman konsep dasar fisika seharusnya juga tidak berbedah jauh. Apakah

kekhawatiran tentang perbedaan pemahaman konsep dasar fisika pada smp

pedesaan maupun perkotaan dapat berpengaruh terhadap penerimaan pelajaran

ditingkat sma, maka peneliti tertarik mengambil judul “Komparasi Pemahaman

Page 6: Skripsi Sutrisno.docx

6

Konsep Dasar Fisika antara Siswa yang Berasal dari SMP Induk Perkotaan dan

SMP Pedesaan pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal

dari SMP induk perkotaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2

Majene?

2. Bagaimana tingkat pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal

dari SMP pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene?

3. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman konsep dasar fisika antara

siswa yang berasal dari smp induk perkotaan dan smp pedesaan pada

siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene?

C. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto

2006, 71). Sedangkan menurut Sugiyono (2010, 96) memberikan pengertian

hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan. Sama halnya dengan Moh Nazir (2003, 151) mendefinisikan hipotesis

Page 7: Skripsi Sutrisno.docx

7

adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus

diuji secara empiris.

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah “Terdapat Perbedaan

Pemahaman Konsep Dasar Fisika antara Siswa yang Berasal dari SMP Induk

Perkotaan dan SMP Pedesaan pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene”.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan utama diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep dasar fisika siswa

yang berasal dari SMP pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2

Majene.

2. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep dasar fisika siswa

yang berasal dari SMP induk perkotaan pada siswa kelas X IPA SMA

Negeri 2 Majene.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat Komparasi Pemahaman Konsep

Dasar Fisika antara Siswa yang Berasal dari SMP induk perkotaan dan

SMP pedesaan pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene.

E. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian inni adalah:

1. Untuk SMA Negeri 2 Majene

Sebagai masukan dalam upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar dan menunjang tercapainya target kurikulum sesuai

dengan yang diharapkan.

Page 8: Skripsi Sutrisno.docx

8

2. Untuk para dosen/guru

Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru fisika SMP dalam

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar fisika.

3. Untuk siswa

Akan memberikan motivasi kepada siswaa untuk dapat lebih giat dan aktif

dalam setiap kegiatan pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugasnya dan

mampu mengelola diri dengan baik sehingga akan memungkinkan peningkatan

pada hasil belajarnya.

4. Untuk orang tua

Sebagai bahan pertimbangan bahwa seorang anak juga membutuhkan

perhatian dan motivasi dari orang tua sehingga siswa mampu mengatasi masalah-

masalah yang muncul dalam proses pembelajarannya.

F. Definisi Operasional Variabel

Untuk mendapatkan gambaran dan memudahkan pemahaman serta

memberikan persepsi yang sama antara penulis dan pembaca terhadap judul serta

memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka penulis terlebih dahulu

mengemukakan pengertian yang sesuai dengan variabel dalam judul skripsi ini,

sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya.

1. Pemahaman Konsep Dasar Fisika

pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian

seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa

Page 9: Skripsi Sutrisno.docx

9

yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang

lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang

suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu

mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih

dipahami. Adapun indikator pada penelitian ini adalah menerjamahkan (translasi),

menginterpretasi (interpretation), dan mengekstrapolasi (extrapolation).

2. Siswa yang berasal dari SMP pedesaan dan SMP induk perkotaan

Siswa dari SMP pedesaan adalah seorang individu yang telah lulus dari

SMP yang berada di daerah pedesaan atau SMP yang berada di sekitar induk

perkotaan dan kemudian melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Majene yang

berada di daerah Induk Perkotaan. Sedangkan Siswa yang berasal dari SMP induk

perkotaan adalah seorang individu yang telah lulus dari SMP yang berada di

daerah induk perkotaan atau jamtumg perkotaan yang pada umumnya menjadi

SMP unggulan dan kemudian melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Majene yang

berada di daerah induk perkotaan.

G. Garis besar isi skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yang pertama adalah latar belakang, bab

dua adalah tinjauan pustaka, bab tiga adalah metodologi penelitian, bab empat

adalah hasil dan pembahasan dan bab lima adalah kesimpulan dan saran. Masing-

masing bab saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, dan merupakan suatu

kesatuan yang utuh. Kelima bab tersebut akan menguraikan hal-hal sebagai

berikut:

Page 10: Skripsi Sutrisno.docx

10

Bab I merupakan bab pendahuluan yang merupakan pengantar sebelum

lebih jauh mengkaji dan mambahas apa yang menjadi substansi penelitian ini.

Didalam bab I terdiri dari latar belakang yang menguraikan hal-hal yang melatar

belakangi timbulnya permasalahan. Selanjutnya rumusan masalah yang terdiri dari

beberapa pokok masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini, kemudian

hipotesis tindakan yaitu dugaan sementara sebelum penelitian dilakukan,

kemudian tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan penelitian yaitu suatu hasil yang

akan dicapai oleh peneliti berdasarkan rumusan masalah yang telah ada di atas.

Sedangkan manfaat penelitian adalah suatu hasil yang diharapkan oleh peneliti

setelah melakukan penelitian kemudian definisi operasional variabel yang berisi

penjelasan mengenai variabel penelitian. Dan yang terakhir dari bab I ini adalah

garis besar isi skripsi.

Bab II merupakan kajian pustaka yang uraiannya meliputi pengertian

pemahaman, pengertian konsep, pemahaman konsep dasar fisika, serta perbedaan

SMP Perkotaan dan SMP Pedesaan. Pada setiap bagian dibahas kajian-kajian teori

yang menjelaskan secara terperinci defenisi operasional yang digunakan yaitu

pemahaman konsep dan pemahaman konsepdasar fisika itu sendiri dan objek yang

akan di teliti yaitu asal sekolah SMP Induk Perkotaan dan SMP Pedesaan.

Bab III merupakan metode penelitian yang memuat jenis penelitian yang

digunakan yaitu penelitian komparatif . Subjek penelitian yaitu semua siswa kelas

X IPA SMA Negeri 2 Majene. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes

tentang pemahaman konsep dasar dan format dokumentasi berupa hasil

wawancara. Prosedur penelitian terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan,

Page 11: Skripsi Sutrisno.docx

11

dan tahap pelaporan. Teknik pengumpulan data dengan tes pemahaman yang

berkaitan dengan konsep dasar fisika serta wawancara dengan guru matapelajaran.

Teknik analisis data yang digunakan dalam mengelola data yang diperoleh dari

penelitian adalah analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial.

Bab IV memuat hasil penitiian yaitu data-data yang diperoleh pada saat

penelitian yaitu hasil tes pemahaman konsep dasar fisika di kelas X IPA SMA

Negeri 2 Majene serta hasil analisis data statistic deskriptif dan statistic inferensial,

sedangkan pada pembahasan memuat penjelasan-penjelasan dari hasil penelitian

yang diperoleh.

Bab V merupakan penutup, yang berisi kesimpulan-kesimpulan yang

diambil dari hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah yang diangkat.

Terakhir adalah saran-saran yang dinilai bermanfaat bagi semua pihak untuk

perbaikan dan peningkatan pemahaman konsep dasar fisika yang akan datang.

Page 12: Skripsi Sutrisno.docx

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemahaman

Pengertian pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang

dikemukakan oleh Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan

bahwa: “Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk

menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan

menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan

dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain”.

Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang

diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat

memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal yang

lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu:

menerjemahkan (translation), menginterprestasi (interpretation), dan

mengekstrapolasi (extrapolation).

Sementara Benjamin S. Bloom (Sudijono, 2009: 50) mengatakan bahwa:

“Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat”. Dengan kata lain,

memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai

segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat

memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu

dengan menggunakan kata-kata sendiri.

Page 13: Skripsi Sutrisno.docx

13

Menurut Taksonomi Bloom dalam (Daryanto, 2008: 106) mengemukakan,

pemahaman (comprehension) kemampuan ini umumnya mendapat penekanan

dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa

yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat

memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.

Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah

pilihan ganda dan uraian.

Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan

menjadi tiga, yaitu:

a) Menerjemahkan (translation)

Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti

dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak

menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang

mempelajarinya.

b) Menginterpretasi (interpretation)

Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah

kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi.

c) Mengekstrapolasi (extrapolation)

Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi

sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah

kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu

diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui

Page 14: Skripsi Sutrisno.docx

14

apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa

keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dengan kata lain, memahami

adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang

peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan

penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan

menggunakan kata-kata sendiri. Kemampuan pemahaman dapat dijabarkan

menjadi tiga, yaitu: menerjemahkan (translation), menginterpretasi

(interpretation), mengekstrapolasi (extrapolation).

B. Konsep

Pengertian konsep yang dikemukakan oleh S. Hamid Husen dalam buku

(Sapriya, 2009: 43) mengemukakan bahwa: “Konsep adalah pengabstraksian dari

sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama”. Selanjutnya More dalam

(Sapriya, 2009: 43) mengatakan bahwa “Konsep itu adalah sesuatu yang

tersimpan dalam benak atau pikiran manusia berupa sebuah ide atau sebuah

gagasan”. Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk konkrit atau abstrak,

luas atau sempit, satu kata frase. Beberapa konsep yang bersifat konkrit misalnya:

manusia, gunung, lautan, daratan, rumah, negara, dan sebagainya.

Menurut Bloom (Vestari, 2009: 16) “Pemahaman konsep adalah

kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu

materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan

interpretasi dan mampu mengaplikasikannya”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pemahaman

konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu

Page 15: Skripsi Sutrisno.docx

15

memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang

dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci

dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep,

mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu mengungkapkan suatu materi

yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami.

C. Pemahaman Konsep Dasar Fisika

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah

pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri yang

fibaca atau didengarnya, memberikan contoh lain dari yang telah dicontohkan,

atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus yang lain. Dalam taksonomi

Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan.

Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk

dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal (Sudjana 2008,

24).

Berdasarkan taksonomi Bloom, pemahaman merupakan jenjang kognitif

C2 yang dalam bahasa ingris disebut Comprehension, istilah ini kemudian

mengalami perluasan makna menjadi Understanding. Menurut Bloom (1959),

comprehension is understand the meaning, paraphrase a concept. Pemahaman

(comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses

belajar mengajar. Menurut Bloom “ Here we are using the tern “comprehension”

to include those objectives, behaviors, or responses which represent an

understanding of the literal message contained in a communication”. Artinya :

disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau

Page 16: Skripsi Sutrisno.docx

16

tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam

satu komunikasi (http://asyharry.blogspot.com/pemahaman-comprehension-

menurut-bloom, 2014).

Pemahaman konsep dasar fisika adalah kemampuan menangkap

pengertian-pengertian seperti mampu memahami atau mengerti apa yang

diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan

atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri,

mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek

dan mampu mengungkapkan suatu materi fisika yang disajikan kedalam bentuk

yang lebih dipahami.

Materi dasar fisika misalnya materi tentang Besaran dan satuan, gerak,

gelombang dan sebagainya. Pemahaman konsep dasar fisika merupakan suatu

yang dicapai melalui proses belajar fisika yang didapakan di SMP. Baik tidaknya

pemahaman konsep dasar fisika yang dicapai seseorang tergantung pada proses

belajar itu sendiri serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar fisika.

Menurut Benjamin S. Bloom (1966:7) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut, pemahaman (understending)

merupakan kata kunci dalam pembelajaran. Berdasarkan konsepsi teoritis yang

melandasi kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Konsepsi belajar mengacu pada pandangan konstruktivitik, bahwa

understending construction menjadi lebih penting dibandingkan dengan

memorizing fack (Abdullah & Abbas, 2006).

Page 17: Skripsi Sutrisno.docx

17

2. Salah satu tujuan pendidikan adalah memfasilitasi peserta didik to active

understending yang dapat diungkapkan secara verbal, numerikal,

kerangka pikir pesitivistik, kerangka pikir kehidupan berkelompok, dan

kerangka kontemplasi spiritual (Gardner, 1999).

3. Pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan

transformasi ilmu pengetahuan (Gardner, 1999).

4. Pemahaman merupakan landasan bagi peserta didik untukmembangun

insight dan wisdom (Longworth, 1999:91).

5. Pemahaman merupakan indikator unjuk kerja yang siap direnungkan,

dikritik, dan digunakan oleh orang lain (Gardner, 1999).

6. Pemahaman merupakan perangkat baku program pendidikan yang

merefleksikan kompetensi (Yulaelawaty, 2002).

7. Pemahaman mincul dari hasil evaluasi dan refleksi diri sendiri

(Wenning, 2006).

Pemahaman sebagai representasi hasil pembelajaran menjadi sangat

penting. Landasan teoretis sebagai alternatif pijakan dalam mengemas

pembelajaran dalam pemahaman (learning for understending) sekaligus dalam

pengembangan kemampuan pemecahan masalah fisika adalah sebagai berikut,

1. Tiga wawasan berfikir dalam pembelajaran fisika yaitu to presen subject

matter is not teaching, to store stuff away in the memory is not learning,

dan to memorize what is stored away is not proof of understending

(Nachtigall, 1998:1).

Page 18: Skripsi Sutrisno.docx

18

2. Guru fisika dianjurkan untuk mengurangi berceritera dalam

pembelajaran, tetapi nlebih banyak mengajak para peserta didik untuk

bereksperimen dan memecahkan masalah (Williams, 2005).

3. Guru fisika dianjurkan lebih banyak menyediakan context-rich problem

dan mengurangi context-poor problem dalam pembelajaran

(yerushalmi & Magen, 2006).

Landasan teoretis tersebut menekankan pula pentingnya guru melakukan

perubahan paradigma dalam memfasilitasi peserta didik, dari cara pandang:

“mengajar adalah berceritera tentang konsep” menjadi sebuah perspektif ilmiah

teoretis: “mengajar adalah mengubah lingkungan belajar dan menyiapkan

ransangan-ransangan kepada peserta didik untuk melakukan inquiry learning dan

memecahkan masalah” (Wenning, 2006).

D. Sekolah Perkotaan dan Pedesaan

Sekolah yang peneliti maksud adalah SMP induk perkotaan yang berada

di jantung kota dalam hal ini ibu kota kabupaten dan pada umumnya disebut

sebagai sekolah unggulan dan SMP pedesaan yang notabenenya berada pada

daerah sekitar jantung kota maupun daerah pedesaan. Dari aspek klimatologis

nampak pengaruhnya terhadap beberapa sistem operasional kependidikan yang

berhubungan dengan batas-batas usia masuk sekolah bagi anak-anak serta bentuk

bangunan pergedungan sekolah serta fasilitas yang diperlukan. Pengaruh

lingkungan alam juga menyebabkan perbedaan alat pelajaran atau alat-alat

praktikum. Sehingga sistem manajemen dan pembiayaannya pun tidak sama

antara satu macam lingkungan dengan lingkungan lainnya (Arifin. M, 2003: 111).

Page 19: Skripsi Sutrisno.docx

19

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penetian ini adalah jenis penelitian

Ex-Postfacto. Penelitian Ex-postfacto merupakan penelitian yang bertujuan

menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau

fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang

menyebabkan perubahan pada variabel bebas yang secara keseluruhan sudah

terjadi. Penelitian ini secara metodis merupakan penelitian eksperimen yang juga

menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu kepada

variabel (Sangadji, E.M,2010:24).

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian Criterion Group Designs

dengan melibatkan pemilihan dua kelompok yang berbeda yaitu siswa yang

berasal dari SMP induk perkotaan dan siswa yang berasal dari SMP pedesaan

kemudian membandingkan mereka pada pemahaman konsep dasar fisika.

Tabel 3.1 : Desain penelitian Criterion Group Designs

Grup Karakteristik Prestasi

I C1 O1

II C2 O2

(Frankell & Wallen,2009;367)

Page 20: Skripsi Sutrisno.docx

20

Keterangan :

C1 = Kelompok siswa yang berasal dari SMP induk perkotaanC2 = Kelompok siswa yang berasal dari SMP pedesaanO1 = Pemahaman konsep dasar Fisika siswa yang berasal daan

SMP induk perkotaanO2 = Pemahaman konsep dasar Fisika siswa yang berasal dari

SMP pedesaan

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,

tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar

jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2013:117).

Sedangkan menurut Donald Ary dalam bukunya Introduction to Research

in Education, mengemukakan bahwa pupolasi adalah keseluruhan jumlah yang

lebih besar yang menjadi sasaran generalisasi. Dan juga populasi dirumuskan

sebagai seluruh anggota kelompok (orang); kejadian atau obyek yang telah

dirumuskan secara jelas (Donald Ary, 1982:189).

Dalam buku Pengantar Metodologi Statistik II dikemukakan bahwa

populasi adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri

atau karakteristik yang sama (Anton Dajan, 1986: 110).

Senada dengan hal diatas menurut statistikawan bahwa populasi tidak

hanya mencakup individu atau objek dalam suatu kelompok tertentu malahan

Page 21: Skripsi Sutrisno.docx

21

mencakup hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dari peubah (variabel) tertentu.

Populasi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan aspek tertentu dari ciri,

fenomena, atau konsep yang menjadi pusat perhatian (Arif Tiro, 2000 : 133).

Sedangkan Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya prosedur

penelitian yang mengatakan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian” (Suharsimi Arikunto 2002, 108).

Berdasarkan uraian dari definisi populasi di atas maka penulis mampu

memahami bahwa populasi adalah semua/seluruh objek yang dapat menarik

perhatian untuk dijadikan bahan penelitian baik berupa individu, orang,

kejadian/peristiwa, fenomena, atau objek lainnya. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas X IPA SMAN 2 Majene yang berasal dari SMP induk

perkotaan dan SMP pedesaan sebanyak 117 siswa.

Table 3.2 : Populasi Penelitian Siswa Kelas X IPA SMAN 2Majene Kabupaten Majene.

Kelas Jumlah SiswaAsal Sekolah

SMP Induk Perkotaan SMP Pedesaan

X- IPA 1 29 21 8

X- IPA 2 31 18 13

X- IPA 3 28 15 13

X- IPA 4 29 11 18

Jumlah 117 65 52

Page 22: Skripsi Sutrisno.docx

22

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan

waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.

Apa yang dipelajari dri sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk

populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi yang betul-betul

representatif (mewakili) (Sugiyono, 2013:118).

Senada dengan definisi di atas Arif Tiro dalam bukunya “Dasar-dasar

Statistik” mengemukakan bahwa sampel adalah sejumlah anggota yang diambil

dari suatu populasi. Besarnya sampel ditentukan oleh banyaknya data atau

observasi dalam sampel itu. Oleh karena itu, sampel diplih harus mewakili

populasi (Arif Tiro, 2000: 3).

Dari kedua penjelasan definisi di atas maka dengan demikian penulis dapat

memberikan kesimpulan bahwa sampel adalah anggota bagian dari suatu populasi

yang bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai obyek yang diteliti

dengan mengambil sebahagian saja dari populasi tersebut.

Teknik sampling pada penelitian ini yaitu proportional random sampling,

teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi

dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut. Cara ini

memberi landasan generalisasi yang dapat dipertanggungjawabkan dari pada

apabila dilakukan tanpa memperhitungkan besar kecilnya sub populasi dari tiap-

tiap sub populasi. Hal ini dilakukan dengan cara pengambilan objek dari setiap

Page 23: Skripsi Sutrisno.docx

23

asal sekolah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya jumlah objek

dalam masing-masing asal sekolah. Pengambilan jumlah anggota sampel

dilakukan dengan menggunakan teknik Nomogram Herry King dengan langkat-

langkah sebagai berikut:

1. Menentukan derajat kepercayaan, dalam hal ini peneliti menghengdaki

kepercayaan sampel terhadap populasi sebesar 95% atau dengan tingkat

kesalahan 5%.

2. Menentukan faktor pengali, karna taraf kepercayaan 95% maka faktor

pengalinya 1,195 (lihat diagran Nomogram Herry King, Sudjono, 129).

3. Menentukan presentasi populasi yang di ambila sebagai sampel yaitu

dengan cara, menarik garis lurus ukuran populasi ketaraf kesalahan

sehingga diperoleh sekitar 69% = 0,69.

4. Menghitung jumlah sampel yang diambil dengan persamaan sebagai

berikut:

JS = % P x N x FP

= 0,69 x 117 x 1,195

= 96

Jadi, Jumlah sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini sebanyak 96

siswa (Sugioni, 2010:128-129).

Menhitung jumlah sampel berdasarkan tiap asal sekolah dengan

menggunaan persamaan berikut:

JS tiap sekolah =Jumlah populasi tiap sekolah

jumlah semua populasi x JS

Page 24: Skripsi Sutrisno.docx

24

a. Untuk SMP Inuk Perkotaan

JS1 =65117

x 96

= 53 siswa

Tabel 3.3 : Sampel SMP Induk perkotaan

Kelas Jumlah Populasi Julah Sampel

X – IPA 1 21 17

X – IPA 2 18 15

X – IPA 3 15 12

X – IPA 4 11 9

Jumlah 65 53

b. Untuk SMP Pedesaan

JS2 = 52117

x96

= 43 Siswa

Tabel 3.4 : Sampel SMP Pedesaan

Kelas Jumlah Populasi Julah Sampel

X – IPA 1 8 6

X – IPA 2 13 11

X – IPA 3 13 11

X – IPA 4 18 15

Jumlah 52 43

Page 25: Skripsi Sutrisno.docx

25

D. Prosedur penelitian

Dalam pengumpulan data penulis menempuh beberapa tahap secara garis

besar dibagi dalam dua tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian

b. Melengkapi surat-surat izin penelitian

c. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing serta pihak sekolah

mengenai rencana teknis penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melaksanakan dengan langkah-langkah sebagai

berikut.

a. Peneliti mengambil hasil tes pemahaman konsep dari sampel yang telah

ditentukan.

1) Instrumen Tes

2) Dokumentasi

b. Peneliti menganalisis hasil tes yang telah diperoleh

c. Peneliti membandingkan hasil yang telah dianalisis.

3. Tahap pelaporan

E. Instrumen penelitian

Dalam setiap penelitian dikenal istilah metode dan instrumen pengumpul

data. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

Page 26: Skripsi Sutrisno.docx

26

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan pengumpulan

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Berdasarkan defenisi tersebut suatu instrumen berfungsi untuk menjaring

data-data hasil penelitian. Instrumen juga diartikan sebagai alat bantu merupakan

saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket (questionnaire),

daftar cocok (check list), pedoman wawancara (interview guide atau interview

schedule), lembar/paduan pengamatan (observation sheet atau obeservation

schedule), soal tes (test), inventarori (inventory), dan skala (scale) (Trianto.

2010:263).

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Instrumen tes

Instrumen tes pada penelitian ini digunakan untuk mengukur pemahaman

konsep siswa dengan mengacu pada indikator pemahaman konsep. Instrumen ini

berupa soal pilihan ganda dan essay yang dikembangkan oleh peneliti dengan

mengacu pada rana kognitif dengan melihat indikator pemahaman konsep. Teknik

ini diperuntukkan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep dasar fisika siswa

X IPA SMAN 2 Majene. Adapun instrumen tes yang peneliti maksud adalah

terlampir.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis, gambar maupun

eletronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan

Page 27: Skripsi Sutrisno.docx

27

fokus masalah. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini tidak begitu

sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum

berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi

benda mati. Dokumen dalam penelitian ini berupa bukti-bukti bahwa penelitian ini

telah dilaksanakan seperti foto kegiatan penelitian.

Teknik ini diperuntukkan untuk mengetahui bahwa peneliti telah

melakukan suatu tindakan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat

pemahaman konsep dasar fisika siswa X IPA SMAN 2 Majene.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisi data yang digunakan adalah analisis data statastik deskriktif

dan inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik

distribusi skor masing-masing variabel penelitian. Statistik deskriptif yang

digunakan adalah table distribusi frekuensi, rentang kelas, panjang kelas, rata-rata,

persentase, dan standar deviasi. dan analisis inferensial digunakan untuk menguji

hipotesis penelitian.

Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

a. Data yang terkumpul dikategorikan dan dipilih menurut jenis datanmya.

b. Melakukan seleksi terhadap data yang dianggap data inti yang berkaitan

langsung dengan permasalahan dan data yang hanya merupakan data

pendukung.

Page 28: Skripsi Sutrisno.docx

28

c. Menelaah, mengkaji dan mempelajari lebih dalam data tersebut

kemudian melakukan interpretasi data untuk mencari solusi dalam

permasalahan yang diangkat dalam penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai

berikut:

1. Statistik deskriptif

Statistik deskriptif untuk mendeskripsikan pemahaman konsep dasar fisika

antara siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan dan SMP pedesaan:

a. Menyusun tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah:

1) Menghitung jumlah kelas interval

K = 1 + (3,3) log n

Keterangan:

K = jumlah kelas

n = banyaknya data

2) Menghitung rentang kelas, yakni data terbesar dikurangi data terkecil

R = Xt-Xr

Keterangan:

Xt = Skor tertinggi

Xr = Skor terendah

3) Menghitung panjang kelas

i = RK

Keterangan :

i = Panjang kelas interval

R= range (jangkauan)

K= banyaknya kelas

Page 29: Skripsi Sutrisno.docx

29

b. Mean atau rata-rata

Keterangan :

x = rata-rata

fi = frekuensi ke-i

xi = Nilai tengah

c. Menghitung standar deviasi

SD=i√ ( ∑fd 2)

N−(∑fd

N )2

Keterangan:

SD = Standar Deviasi

∑fd2 = Jumlah frekuensi kuadrat deviasi

∑fd = Jumlah frekuensi deviasi

n = Jumlah sampel

i = Panjang interval kelas

d. Menentukan persentase

P = fN

x 100%

Keterangan :

P = Angka persentase

x=∑i=1

k

f i x i

∑i=1

k

f i

Page 30: Skripsi Sutrisno.docx

30

F = Frekuensi yang dicari persentase

N = Banyaknya responden

e. Mengkategorikan pemahaman konsep dasar fisika siswa

Tabel 3.5 : Kategori Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa

Konversi nilaiPredikat Kategori

Skala 100 Skala 4

86-100 4,00 A Sangat Baik81-85 3,66 A-

76-80 3,33 B+

Baik71-75 3,00 B

66-70 2,66 B-

61-65 2,33 C+

Cukup56-60 2,00 C

51-55 1,66 C-

46-50 1,33 D+Kurang

0-45 1,00 DSumber : Standar yang ditetapkan Depdikbud 2013

2. Analisis data inferensial

Statistik inferensial merupakan teknik statitik yang digunakan untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas data dimaksudkan apakah data-data yang digunakan

berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan rumus Chi-

kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut:

❑hitung❑ =∑

i=1

k Oi−Ei

Ei

Page 31: Skripsi Sutrisno.docx

31

Keterangan:

Oi` = Frekuensi hasil pengamatan

Ei = Frekuensi harapan

b. Uji Homogenitas

Uji ini ditujukan untuk menguji kesamaan beberapa bagian sampel, yakni

seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.

Uji varian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

F = VariansTerbesarVarians terkecil

Dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan pembilang nk-1 serta derajat

kebebasan nk-1, jika diperoleh Fhitung¿ Ftabel berarti varians kedua kelompok sama.

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka diperoleh data

yang nornal dan homogen. Setelah itu dilakukan analisis parametrik dengan

melakukan uji hipotesis sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut.

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan sementara yang

dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan uji dua pihak.

H0 : µ1 = µ2 lawan H1 : µ1 ≠ µ2

keterangan :

H0 : Tidak ada perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara siswa

yang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan siswa yang berasal dari

SMP pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene

H1 : Ada perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara siswa yang

berasal dari SMP Induk Perkotaan dan siswa yang berasal dari

SMP pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene

Page 32: Skripsi Sutrisno.docx

32

µ1 : Rata-rata pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari

SMP Induk Perkotaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene

µ2 : Rata-rata pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari

SMP Pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene

Terdapat dua rumus t-test yang dapat digunakan untuk pengujian hipotesis

komparatif digunakan uji t-tes dua sampel independen sesuai syarat sebagai

berikut:

1. Bila jumlah anggota sampel n1 ≠n2, dan varian homogen (ϕ 12 = ϕ 2

2 )

maka dapat digunakan rumus t-tes poolled varian. Untuk melihat harga

derajat kebebasannya digunakan dk = n1 + n2 – 2

2. Bila jumlah anggota sampel n1 ≠n2, dan varian tidak homogen

(ϕ 12≠ϕ

22) maka dapat digunakan rumus separated varians. Dengan

harga t sebagai pengganti t tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan

dk = n1 – 1 dan dk = n2 – 1, dibagi dua dan kemudian ditambahkan

dengan harga t yang terkecil.

Adapun rumus-rumus t-test menurut sugiyono adalah sebagai berikut:

1. Separated Varians

t=X1−X2

√ s12

n1

+s

22

n2

2. Pooled Varians

t=X1−X2

√ (n1−1 ) S12+( n2−1 ) S2

2

n1+n2−2 ( 1n1

+ 1n2 )

Page 33: Skripsi Sutrisno.docx

33

Page 34: Skripsi Sutrisno.docx

34

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Persiapan Pelaksanaan Penelitian

Setelah melakukan seminar proposal hari jum’at tanggal 21 November

2014, peneliti melakukan perbaikan instrumen terkait saran-saran maupun

perbaikan yang disampaikan pada saat seminar proposal. Selanjutnya uji validisasi

instrumen dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2014. Setelah dianggap valid,

kedua pembimbing membuat pernyataan bahwa instrumen yang telah dibuat oleh

peneliti sudah divalidasi untuk dijadikan patokan atau tolak ukur dalam penelitian

ini. Selanjutnya peneliti mengurus persuratan seperti berita acara, surat keterangan

seminar pengesahan draft skripsi serta surat penelitian yang akan dibawa ke

kesbangpol kabupaten Majene dan persuratanpun sudah rampung sampai tanggal

18 Desember setelah itu peneliti kembali ketempat penelitian untuk membawa

surat untuk diajukan kesbangpol dan pada tanggal 12 Januari 2015, persuratan

yang peneliti urus di kantor kesbangpol telah selesai selanjutnya peneliti

membawa surat tembusan dari kantor kesbangpol untuk kantor Dinas Pendidikan

Kab. Majene serta surat tembusan untuk sekolah SMA Negeri 2 Majene.

B. Deskripsi Pengambilan Data Penelitan

Responden dalam penilitan adalah siswa SMA Negeri 2 Majene yang

masih duduk di kelas X IPA yang menjadi sampel penelitian, jumlah siswa kelas

X IPA SMA Negeri 2 Majene sebanyak 117 orang dimana 96 orang siswa

diantaranya menjadi sampel penelitian dan terbagi atas empat kelas yaitu X IPA 1

Page 35: Skripsi Sutrisno.docx

35

sebanyak 23 orang, X IPA 2 sebanyak 26 orang, X IPA 3 sebanyak 23 orang dan

X IPA 4 sebanyak 23 orang. Pembagian instrumen tes berupa soal pada setiap

responden dilakukan peneliti dengan waktu yang berbeda-beda, untuk kelas X

IPA 1 dilaksanakan pada hari senin tanggal 12 januari 2015 pada pukul 13.00

WITA, untuk kelas X IPA 2 pada hari selasa tanggal 13 januari 2015 pukul 08.30

WITA, untuk kelas X IPA 3 pada hari selasa tanggal 13 januari 2015 pukul 11.00

WITA, dan untuk kelas X IPA 4 pada hari rabu 14 januari 2015 pukul 08.00

WITA.

Sebelum membagikan soal pada responden, terlebih dahulu peneliti

melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk

mengatur jadwal seperti yang dijelaskan sebelumnya. Setelah berada dalam kelas

responden terlebih dahulu peneliti melakukan perkenalan serta menyampaikan

maksud dan tujuan memasuki kelas responden, dan kemudian peneliti

menjelaskan nmekanisme mengerjaan soal serta membagikan soal instrumen

kepada responden. Waktu yang disiapkan untuk mengerjakan soal kurang lebih 30

hingga 45 menit, dan dalam proses ini penelitidan guru tetap melakukan

pendampingan. Setelah semua responden telah mengerjakan soal maka hasil

tersebut dikumpulkan kembali. Untuk memberi gambaran terkait soal yang telah

diberikan maka peneliti memberikan penjelasan dan pembahasan mengenai

jawaban yang benar dari soal yang telah diberikan.

Peserta didik yang terlibat mengerjakan soal sebanyak 96 orang yang

terdiri dari 53 orang berasal dari SMP induk perkotaan dan 43 orang yang berasal

Page 36: Skripsi Sutrisno.docx

36

dari SMP pedesaan. Hasil pekerjaan mereka selanjutnya diperiksa dan diberi

skoring pada setiap item soal.

C. Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif

a. Analisis Deskriptif Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal

dari SMP Induk Perkotaan di SMA Negeri 2 Majene

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas X IPA

SMA Negeri 2 Majene dengan jumlah responden sebanyak 53 orang, maka

peneliti dapat mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang diisi

oleh setiap siswa yang menjadi subjek penelitian penelitian. Selanjutnya data-data

tersebut dapat diolah dengan menggunakan statistik deskriptif seperti yang

terlampir pada lampiran 3.a. Hasil yang diperoleh dari statistik deskriptif

diperoleh rentang kelas sebesar 40 yang merupakan selisih antara nilai maksimal

sebesar 95 dan nilai minimal sebesar 55. Jumlah kelas interval yang di peroleh

sebesar 7, dan panjang kelas sebesar 5,71 yang dibulatkan menjadi 6. Selanjutnya

peneliti membuat tabel distribusi frekuensi, dan peneliti mencari mean score

sehingga di peroleh nilai 75,16 dan standar deviasi diperoleh nilai 11,73.

Langkah selanjutnya adalah menentukan kategorisasi dengan mengacu

pada standar dekdikbud tahun 2013. Berdasarkan tabel kategorisasi maka

diperoleh pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk

perkotaan berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 75,16. Nilai

rata-rata ini termasuk dalam predikat B atau setara dengan nilai 3 pada skala

rentang nilai 1-4.

Page 37: Skripsi Sutrisno.docx

37

b. Analisis Deskriptif Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal

dari SMP Pedesaan di SMA Negeri 2 Majene

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas X IPA

SMA Negeri 2 Majene dengan jumlah responden sebanyak 43 orang, maka

peneliti dapat mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang diisi

oleh setiap siswa yang menjadi subjek penelitian penelitian. Selanjutnya data-data

tersebut dapat diolah dengan menggunakan statistik deskriptif seperti yang

terlampir pada lampiran 3.b. Hasil yang diperoleh dari statistik deskriptif

diperoleh rentang kelas sebesar 40 yang merupakan selisih antara nilai maksimal

sebesar 80 dan nilai minimal sebesar 40. Jumlah kelas interval yang di peroleh

sebesar 6, dan panjang kelas sebesar 6,66 yang dibulatkan menjadi 7. Selanjutnya

peneliti membuat tabel distribusi frekuensi, dan peneliti mencari mean score

sehingga di peroleh nilai 57,65 dan standar deviasi diperoleh nilai 7,84.

Langkah selanjutnya adalah menentukan kategorisasi dengan mengacu

pada standar dekdikbud tahun 2013. Berdasarkan tabel kategorisasi maka

diperoleh pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan

berada pada kategori cukup dengan nilai rata-rata sebesar 57,65. Nilai rata-rata ini

termasuk dalam predikat C atau setara dengan nilai 2 pada skala rentang nilai 1-4

Page 38: Skripsi Sutrisno.docx

38

2. Analisis inferensial (perbandingan pemahaman konsep dasar fisika

antara siswa yang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan SMP

Pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene)

a) Uji Asumsi Dasar

1) Uji Normalitas

(a) Uji normalitas pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP

induk pekotaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene

Setelah melakukan perhitungan Mean sore dan diperoleh hasil perhitungan

standar deviasi seperti pada lampiran 3.a. Selanjutnya data tersebut diolah dengan

langkah-langkah pada lampiran 3.c dengan melakukan uji normalitas dan

diperoleh “X2” hitung sebesar 8,62 sehingga nilai X2hitung < X2

tabel (8,62 < 9,488).

Sesuai dengan ketentuan yang mengatakan bahwa apabila nilai X2hitung lebih kecil

dari pada X2tabel maka data tersebut dapat dikatan terdistribusi secara normal.

(b) Uji normalitas pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP

pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene

Seperti halnya dengan SMP induk perkotaan pada siswa SMP pedesaan

juga dilakukan perhitungan Mean sore dan diperoleh hasil perhitungan standar

deviasi seperti pada lampiran 3.b. Selanjutnya data tersebut diolah dengan

langkah-langkah pada lampiran 3.c dengan melakukan uji normalitas dan

diperoleh “X2” hitung sebesar 5,142 sehingga nilai X2hitung < X2

tabel (5,142 < 7,815).

Sesuai dengan ketentuan yang mengatakan bahwa apabila nilai X2hitung lebih kecil

dari pada X2tabel maka data tersebut dapat dikatan terdistribusi secara normal.

Page 39: Skripsi Sutrisno.docx

39

2) Uji Homogenitas

Peneliti juga melakukan uji F dengan langkah-langkah seperti pada

lampiran 3.c, dimana “F” hitung diperoleh 2,24, karena Fhitung ˃ Ftabel (2,24 ˃ 1,64)

maka data yang diperoles tersebut berasal dari populasi yang tidak homogen

sesuai dengan pernyataan bahwa apabila Fhitung lebih besar dari pada Ftabel maka data

tersebut berasal dari populasi yang homogen dan begitupun sebaliknya apabila

Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel maka data tersebut berasal dari populasi yang

homogen.

b) Uji Hipotesis

Selanjutnya uji statistik untuk mencari harga “t” dan untuk mengetahui

apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak, maka harga thitung harus

dibandingkan dengan harga ttabel dan dilakukan seperti langkah-labgkah pada

lampiran 3.c. Bila thitung lebih besar dari pada ttabel maka terdapat perbedaan

sehingga instrumen dianggap valid. Dan diperoleh thitung = 8,71 yang diperoleh

lebih besar dari ttabel pada taraf signifikan 5% (8,71 > 1,98) maka H1 diterima dan

Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara

siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan dan siswa yang berasal dari SMP

pedesaan di kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene.

Dari hasil analisis data serta uraian diatas maka disimpulkan bahwa

pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berasal dari SMP pedesaan

meskipun selisih dari kedua kelompok siswa tersebut tidak terlalu jauh. Untuk

Page 40: Skripsi Sutrisno.docx

40

lebih jelasnya data tersebut dapat pula disajikan dalam bentuk histogram seperti

pada gambar grafik berikut ini:

SMP induk perkotaan

57%

SMP pedesaan43%

Tingkat Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene

SMP induk perkotaan SMP pedesaan  

Gambar 4.1: Grafik perbandingan pemahaman konsep dasar fisika siswayang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan Pedesaan padakelas X IPA SMA Negeri 2 Majene

Gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa pemahaman konsep dasar fisika

siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene dimana rata-rata skor pemahanan siswa

yang berasal dari SMP induk perkotaan lebih tinggi dari pada siswa yang berasal

dari SMP pedesaan. Berdasarkan data, dapat ditunjukkan bahwa rata-rata skor

pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan

sebesar 75,16 atau 57% sedangkan untuk siswa SMP pedesaan memiliki rata-rata

tingkat pemahaman konsep dasar fisika sebesar 57,65 atau 43%.

Page 41: Skripsi Sutrisno.docx

41

D. Pembahasan

1. Pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk

perkotaan pasa siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa yang berasal dari SMP

induk perkotaan yang diambil dari seluruh kelas X IPA, dengan menggunakan

instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep dasar fisika yang telah

peneliti siapkan serta penelitian berlangsung selama 3 hari untuk 4 kelas x ipa di

SMA Negeri 2 Majene. Maka peneliti melakukan pengelolah data yang telah

diperoleh dari hasil tes dengan jumlah soal pilihan ganda sebanyak 10 nomor serta

soal essay sebanyak 5 nomor. Setelah peneliti melakukan pengujian analisis

statistik deskriptif dan diperoleh jumlah kelas interval 6,66, distribusi frekuensi

terbesar berada pada nilai 95 dan distribusi frekuensi terkecil berada pada nilai 55,

dengan rentang nilai sebesar 40, panjang kelas 5,71 dan rata-rata yang diperoleh

adalah 75,16.

Setelah melakukan perhitungan terhadap kategori pemahaman konsep

dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan pada siswa kelas X IPA

SMA Negeri 2 Majene diperoleh data jumlah siswa yang berada pada kategori

“sangat baik” 15 orang dengan persentase (28,3%), siswa yang berada pada

kategori “baik” 27 orang dengan persentase (50,94%), siswa yang berada pada

kategori “cukup” 11 orang dengan persentase (10,76%), dan siswa berada pada

Page 42: Skripsi Sutrisno.docx

42

kategori “kurang” tidak ada dengan persentase (0%). Berdasarkan data tersebut

dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari

SMP induk perkotaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene termasuk

kategori baik karena persentase yang berada pada kategori baik lebih banyak dari

pada yang berada pada kategori sangat baik, serta rata-rata nilai yang diperoleh

dari semua hasil tes pemahaman konsep dasar fisika berada pada kategori baik

yaitu sebesar 75,16.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, dapat menunjukkan bahwa

pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan

pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene berada pada kategori baik, hal ini

sesuai dengan hasil tes pemahaman konsep yang telah diberikan oleh peneliti

berupa soal pilihan ganda sebanyak 10 nomor serta soal essay benanyak 5 nomor.

Telah diketahui bahwa, pada dasarnya materi pelajaran fisika terkadang

sukar dipahami oleh siswa karena materi fisika membutuhkan pemahaman konsep

dasar untuk bisa memahaminya sebab semua materi yang ada dalam pelajaran

fisika mempunyai keterkaitan, sehingga ketika pemahaman konsep dasar tidak

baik maka pada saat siswa dihadapkan pada pembelajaran fisika yang lebih lanjut

atau soal tes, mereka akan kesulitan dalam mengikuti maupun memjawab soal tes

tersebut.

Melalui pemahaman konsep dasar yang dimiliki dapat mempengaruhi

prestasi siswa saat mengikuti pembelajaran di jenjang yang lebih tinggi dalam hal

ini di jenjang SMA, dan dapat disimpulkan latar belakang sekolah sangat

berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman konsep dasar siswa, dimana

Page 43: Skripsi Sutrisno.docx

43

apabila asal sekolah siswa memiliki kualitas pembelajaran yang bagus maka siswa

akan memiliki tingkat pemahaman konsep yang dapat membantu dalam mengikuti

pelajara di jenjang yang lebih tinggi dalam hal ini pembelajar fisika di tingkat

SMA. Sehingga dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa yang

berasal dari SMP induk perkotaan tidak terlalu mengalami kesulitan dalam

mengikuti pembelajaran di SMA Negeri 2 Majene.

2. Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal dari SMP

Pedesaan pasa Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 MAjene.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa yang berasal dari SMP

pedesaan yang diambil dari seluruh kelas X IPA, dengan menggunakan instrumen

penelitian berupa tes pemahaman konsep dasar fisika yang telah peneliti siapkan

serta penelitian berlangsung selama 3 hari untuk 4 kelas x ipa di SMA Negeri 2

Majene. Maka peneliti melakukan pengelolah data yang telah diperoleh dari hasil

tes dengan jumlah soal pilihan ganda sebanyak 10 nomor serta soal essay

sebanyak 5 nomor. Setelah peneliti melakukan pengujian analisis statistik

deskriptif dan diperoleh jumlah kelas interval 6,39, distribusi frekuensi terbesar

berada pada nilai 80 dan distribusi frekuensi terkecil berada pada nilai 40, dengan

rentang nilai sebesar 40, panjang kelas 6,66 dan rata-rata yang diperoleh adalah

57,65.

Setelah melakukan perhitungan terhadap kategori pemahaman konsep

dasar fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA

Negeri 2 Majene diperoleh data jumlah siswa yang berada pada kategori “baik”

sebanyak 6 orang dengan persentase (13,95%), siswa yang berada pada kategori

Page 44: Skripsi Sutrisno.docx

44

“cukup” sebanyak 25 orang dengan persentase (58,14%), siswa yang berada pada

kategori “kurang” sebanyak 12 orang dengan persentase (27,91%), dan siswa

berada pada kategori “sangat baik” tidak ada dengan persentase (0%).

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep dasar

fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri

2 Majene termasuk kategori cukup karena persentase yang berada pada kategori

cukup lebih banyak dari pada yang berada pada kategori baik maupun kurang,

serta rata-rata nilai yang diperoleh dari semua hasil tes pemahaman konsep dasar

fisika berada pada kategori cukup yaitu sebesar 57,65.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, dapat menunjukkan bahwa

pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan pada siswa

kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene berada pada kategori sedang, ha ini sesuai

dengan hasil tes pemahaman konsep yang telah diberikan oleh peneliti berupa

soal pilihan ganda sebanyak 10 nomor serta soal essay benanyak 5 nomor. Telah

diketahui bahwa, pada dasarnya materi pelajaran fisika terkadang sukar dipahami

oleh siswa karena materi fisika membutuhkan pemahaman konsep dasar untuk

bisa memahaminya sebab semua materi yang ada dalam pelajaran fisika

mempunyai keterkaitan, sehingga ketika pemahamak konsep dasar tidak baik

maka pada saat siswa dihadapkan pada pembelajaran fisika yang lebih lanjut atau

soal tes, mereka akan kesulitan dalam mengikuti maupun memjawab soal tes

tersebut.

Oleh karena melalui pemahaman konsep dasar yang dimiliki dapat

mempengaruhi prestasi siswa saat mengikuti pembelajaran di jenjang yang lebih

Page 45: Skripsi Sutrisno.docx

45

tinggi dalam hal ini di jenjang SMA, dan dapat disimpulkan latar belakang

sekolah sangat berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman konsep dasar siswa,

dimana apabila asal sekolah siswa memiliki kualitas pembelajaran yang kurang

bagus maka siswa akan memiliki tingkat pemahaman konsep yang kurang dan hal

itu kurang dapat membantu dalam mengikuti pelajara di jenjang yang lebih tinggi

dalam hal ini pembelajar fisika di tingkat SMA. Sehingga dari hasil penelitian

dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa yang berasal dari SMP pedesaan sedikit

mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di SMA Negeri 2 Majene.

3. Perbandingan pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal

dari SMP Induk Perkotaan dan SMP Pedesaan pasa Siswa Kelas X

IPA SMA Negeri 2 MAjene.

Rata-rata pemahaman konsep yang diperoleh dari siswa yang berasal dari

SMP induk perkotaan lebih tinggi dari pada siswa yang berasal dari SMP

pedesaan. Adanya perbedaan rata-rata hasil tes pemahaman konsep dasar fisika

siswa, dimana siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan memberikan hasil tes

pemahaman konsep dasar fisika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

berasal dari SMP pedesaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Adapun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman

konsep dasar siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan yaitu SMP yang

notabennya berada di daerah induk perkotaan akan lebih ditunjang oleh fasilitas

belajar yang lebih banyak, tenaga pendidik yang lebih berkualitas serta minat dan

motifasi belajar siswa yang lebih tinggi karna dipengaruhi oleh persaingat di SMP

induk perkotaan lebih sengit sehingga memicu peningkatan pemahaman konsep

Page 46: Skripsi Sutrisno.docx

46

dasar siswa khususnya dalam pelajaran fisika. Sedangkan faktor yang

mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep siswa yang berasal dari SMP

pedesaan yaitu SMP yang berada di daerah pinggir perkotaan maupun yang

berada di pedesan rata-rata masih kekurangan fasilitas belajar yang membuat

siswa kesulitan dalam mengembangkan pemahamannya, selain itu tenaga

pendidik yang belum sepenuhnya memiliki kualitas dalam menyampaikan materi

juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan

pemahaman konsep dasar peserta didik. Hal lain yang juga dapat menyebabkan

rendahnya pemahaman konsep dasar siswa yang berasal dari SMP pedesaan

adalah kurangnya minat belajar serta persaingan yang terbangun tidak terlalu ketat

sehingga siswa kurang termotifasi dalam mengembangkan pemahaman konsep

dasar mereka terkhusus dalam bidang ilmu fisika.

Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa pemahaman konsep dasar fisika

siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan lebih tinggi dari pada siswa yang

berasal dari SMP pedesaan. Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara yang

peneliti lakukan dengan ibu Martina Paulina, M.Pd, menyatakan bahwa “dalam

proses pembelajaran fisika di kelas, memang nampak bahwa rata-rata siswa yang

berasal dari SMP Induk Perkotaan terlihat lebih dominam dan aktif dalam

mengikuti pelajaran dibandingkan rata-rata siswa yang berasal dari SMP

pedesaan. Meskipun tidak semua siswa yang berasal dari SMP pedesaan tidak

aktif dalam mengikuti pembelajaran namun kebanyakan dari mereka yang hanya

duduk diam di belakang saat pembelajaran berlangsung”. Selain itu dengan

diterapkannya kurikulum 2013 yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk

Page 47: Skripsi Sutrisno.docx

47

memilih jurusan dengan istilah “peminatan” maka terkadang siswa hanya ikut

memilih jurusan IPA karena hal tertentu tanpa memperhatikan kemampuannya

sampai dimana, sehingga kebanyakan siswa acuh tak acuh dalam mengikuti

pembelajaran. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Ibu Martina Paulina, M.Pd,

yang mengatakan bahwa “terkadang ada siswa yang memilik kelas IPA hanya

sekedar ingin dikatakan sebagai anak IPA”.

Dari data hasil tes pemahaman konsep dasar nampak jelas bahwa

perbedaan kedua kelompok siswa secara rata-rata sangat jelas, hal ini juga

ditunjukkan kengan persentase jawaban soal yang benar dari siswa berdasarkan

tingkatan soal yang disediakan. Dimana pada soal dengan kategori mudah yaitu

soal nomor 1, 2, dan 8 kedua kelompok siswa menunjukkan rata-rata jawaban

benar dengan persentase yang berbeda yaitu untuk SMP induk perkotaan lebih

besar dari pada SMP pedesaan, untuk kategori soal sedang yaitu soal nomor 3, 4,

5, dan 7, kedua kelompok juga menunjukkan perbedaan yaitu siswa SMP induk

perkotaan memperoleh persentase lebih besar dari pada siswa SMP pedesaan. Dan

untuk kategori nilai soal susah dengan nomor soal 6, 9, dan 10, juga menunjukkan

perbedaan yang sangat jauh dimana siswa dari SMP induk perkotaan rata-rata

dapat menjawab dengan benar lebih besar dari pada rata-rata jawaban siswa SMP

pedesaan. Perbedaan persentase jawaban menunjukkan bahwa pemahaman konsep

dasar fisika masih lemah pada siswa yang berasal dari pedesaan. Faktor utamanya

dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas siswa yang berasal dari SMP pedesaan

yang secara tidak langsung dikarenakan kualitas tenaga pendidik yang masih

rendah.

Page 48: Skripsi Sutrisno.docx

48

Perbedaan rata-rata hasil tes pemahaman konsep dasar yang dilakukan oleh

peneliti juga menunjukkan bahwa kualitas siswa yang berada di SMA Negeri 2

Majene khususnya siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene tidak terlalu

mengecewakan namun juga tidak terlalu tinggi. Hal tersebut sesuai dengan hasil

wawancara dengan guru yang dalam yang juga mengajar dalam mata pelajaran

fisika yang mengatakan bahwa “memang kualitas siswa yang berasal dari SMP

pedesaan tidak semuanya rendah, siswa yang berasal dari SMP pedesaan yang

mampu lolos tes seleksi masuk di SMA Negeri 2 Majene hanyalah para siswa

yang jawara di sekolah masing-masing sedangkan siswa yang berada pada

kategori rendah kebawah tidak mampu lolos pada tahap seleksi masuk di SMA

Negeri 2 Majene sedangkan siswa SMP induk perkotaan yang berkualitas dalam

hal ini para siswa jawara dari SMP induk perkotaan tidak semuanya melanjutkan

studi di SMA Negeri 2 Majene melainkan tersebar dibeberapa SMA unggulan

baik di Kota Majene maupun di SMA unggulan diluar Kota Majene bahkan di luar

Provinsi Sulawesi Barat”. Ini menunjukkan bahwa para siswa yang berasal dari

SMP induk perkotaan tidak terlalu jauh mendominasi saat mengikuti pembelajan

dan begitu pula dengan siswa yang berasal dari SMP pedesaan yang tidak terlalu

tertinggal jauh dari siswa dari SMP induk perkotaan.

Uji homogenitas dimaksudkan untuk melihat apakah kedua kelompok

siswa homogen atau tidak. Hasil analisis dari pengujian homogenitas, diperoleh

nilai Fhitung bila dibandingkan dengan Ftabel maka diperoleh nilai Fhitung lebih besar

dari pada nilai Ftabel (Fhitung ˃ Ftabel) dengan taraf kesalahan 5%. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa varians kedua kelompok siswa (siswa dari SMP induk

Page 49: Skripsi Sutrisno.docx

49

perkotaan dan siswa dari SMP pedesaan) , tidak homogen. Pernyataan tersebut

sesuai dengan pendapat Sugiono yang menyatakan bahwa “ jika harga Fhitung lebih

besar dari pada harga Ftabel, dengan kesalahan taraf kesalahan 0,05 (5%), maka

dapat dinyatakan bahwa varians kedua kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol tidak homogen.”

Berdasarkan analisis statistik inferensial dan pengujian hipotesis melalui

uji-t, diperoleh nilai ttabel lebih kecil dari pada nilai thitung. Dalam hal ini berlaku

ketentuan bila thitung lebih kecil atau sama dengan ttabel maka H0 diterima dan

apabila thitung lebih besar dari ttabel maka H1 diterima. Ternyata dari hasil analisa

data nilai thitung lebih besar dari pada ttabel. Dengan demikian H0 ditolak dan H1

diterima berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep

dasar fisika antara siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan dan SMP

pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene. Dengan demikina, data

hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari SMP induk

Perkotaan mendapatkan hasil tes pemahaman konsep dasar fisika yang lebih baik

dibandingkan denganhasil tes pemahaman konsep dasar fisika yang diperoleh

siswa yang berasal dari SMP pedesaan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian

yang dilakukan Kasriana (2013) yang mengatakan bahwa latar belakang sekolah

sangat berpengaruh terhadap pemahaman konsep dasar siswa serta prestasi belajar

di jenjang sekolah yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Nenden Sundari (2008)

mengatakan bahwa faktor penunjang dalam proses pembelajaran di suatu sekolah

sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa dibandingkan dengan sekolah yang

minim fasilitas serta tidak ditunjang dengan bimbingan bilajar yang khusus.

Page 50: Skripsi Sutrisno.docx

50

Page 51: Skripsi Sutrisno.docx

51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada

bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut :

1. Tingkat pemahaman konsep dasar Fisika siswa kelas X IPA SMA Negeri

2 Majene yang berasal dari SMP induk perkotaan lebih tinggi dari pada

siswa SMP pedesaan.

2. Rata-rata tingkat pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari

SMP induk perkotaan berada pada kategori baik sedangkan siswa yang

berasal dari SMP pedesaan berada pada kategori cukup

3. Terdapat perbedaan pemahaman konsep dasar Fisika antara siswa yang

berasal dari SMP induk perkotaan dan SMP pedesaan pada siswa kelas X

IPA SMA Negeri 2 Majene.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disaran sebagai berikut :

1. Penelitian serupa sebaiknya dilakukan dengan cara penelitian yang

mencakup seluruh siswa di SMA Negeri 2 Majene, tidak hanya terbatas

pada kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene sebagaimana yang dipaparkan

dalam skripsi ini.

Page 52: Skripsi Sutrisno.docx

52

2. Perlu meningkatkan batasan materi yang diajukan dalam instrumen soal

sehingga lebih menggambarkan tingkat pemahaman konsep dasar fisika

setiap siswa.

3. Perlu dilakukan penelitian serupa yang membandingkan tingkatan

pemahaman konsep dasar fisika siswa berdasarkan level kelas dan

berdasarkan kriteria sekolah yang lain misalnya antara SMP unggulan dan

SMP non unggula dan lain-lain.

4. Kepada peneliti lain yang berkecimpung dalam bidang pendidikan fisika

agar hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya

dan penulis menyarankan agar memperbanyak variabel yang akan

dibandingkan misalnya antara siswa anak PNS dan non PNS, siswa laki-

laki dan siswa perempuan dan lain-lain.

Page 53: Skripsi Sutrisno.docx

53

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S., & Abbas, M. 2006. The effect of inquiry-based computer simulation with cooperative learning on scientific thinking and conceptual understanding. Malaysian On Line journal of Instructional Technology.

Anton Dajan, Pengantar Metode Statistik II, Cet. II. (Jakarta : LP3S, 1986),h. 110.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bineka Cipta.cc

-------. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Cet. 12 Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

-------. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Combs, philip h. & ahmed, manzoor. 2004. Memerangi kemiskinan di pedesaan melalui pendidikan non-formal. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Donald Ary., et.all., Introduction to Research in Education, diterjemahkanoleh Arif Furqan dengan judul Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 189

Gardner, H. 1999. The dicipline mind: What all students should understand. New York: Simon & Schuster Inc

Gonzales, P., dkk. 2008. Highlights from TIMSS 2007: Mathematics and Science Achievement of U.S. Fourth and Eighth Grade Students in An International Context. Washington DC: Institute of Education Sciences.

Longworth, N. 1999. Making lifelong learning work: learning cities for a learning century. London: Kogan page imited.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian; Jakarta: Ghalia Indonesia

Sadia, I W., Suastra, I. W. & Tika, K. 2004. Pengembangan Model dan Strategi Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Umum (SMU) untuk Memperbaiki Miskonsepsi Siswa. Laporan Penelitian. (tidak diterbitkan). Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.

Sangadji, E.M., dan Sopiah. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Cet. 1; Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010.

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 54: Skripsi Sutrisno.docx

54

-------. 2009. Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta

-------. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Edisi Revisi. Cetakan XI; Bandung: Alfabeta.

-------. 2013. Metotologi penelitian manajemen. Yogyakarta: CV. Alfabeta

Sukmadinata, N. S. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syaodih Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdakarya.

Tiro, Muhammad Arif. Dasar-dasar Statistika, edisi ketiga. Cet. 1; Makassar: Andira Publisher, 2008.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep Landasan Teoretis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

-------. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Penegmbangan Profesi dan Tenaga kependidikan. Jakarta: Prenada Media.

Undang-undang Sisdiknas. 2011. Sistem pendidikan nasional; Jakatra: Sinar Grafika.

Wenning, C. J., & Wenning, R. E. 2006. A generic model for inquiry-oriented lab in postsecondary introductory physics. Journal of Physics Teacher Education Online.

Yerushalmi, E., & Magen, E. 2006. Some old problem, new name? Altering students to the nature of the problem-solving process. Phyisic Education.

Yulaelawaty, E. 2002. Karakteristik pembelajaran MIPA berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah. Disajikan pada seminar pembelajaran MIPA di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja.

( http://asyharry,blogspot.com/pemahaman-comprehension-menurut bloom,html). diakses pada tanggal 25 oktober 2014

Page 55: Skripsi Sutrisno.docx

55

Lampiran 1: Instrumen penelitian

a. Intrumen Penelitianb. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Skripsic. Kategorisasi Instrumen

Lampiran 2: Data Hasil Penelitian

a. Hasil tes pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan

b. Hasil tes pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan

Lampiran 3: Analisis Data

a. Analisis statistik deskriptif siswa yang berasal dari SMP induk perkotaanb. Analisis statistik deskriptif siswa yang berasal dari SMP pedesaanc. Analisis statistik inferensial

Lampiran 4: Surat-Surat Penelitian

a. Permohonan pengesahan judul skripsi dan penetapan dosen pembimbingb. SK pembimbing/pembantu pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi

mahasiswac. SK narasumber seminar dan bimbingan draft skripsi mahasiswad. Surat keterangan seminar proposale. Berita acara seminar proposalf. Pengesahan draft skripsig. Uraian konsultasi draft dan skripsih. Berita acara seminar hasili. SK dewan penguji komprehensif mahasiswaj. Surat izin penelitian

Lampiran 5: Dokumentasi

a. Dokumentasi Penelitianb. Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran-

lampiran

Page 56: Skripsi Sutrisno.docx

56

a. Intrumen Penelitianb. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian

Skripsic. Kategorisasi Instrumen

Lampiran 1: Instrumen penelitian

Page 57: Skripsi Sutrisno.docx

57

a. Soal Pemahaman Konsep Dasar Fisika

LEMBAR SOAL FISIKAMATERI GAYA

WAKTU : 30 MENIT

PETUNJUK UMUM

Berdo’alah sebelum memulai mengerjakan soal.

Perhatikan dan ikuti petunjuk pengisian pada lembar jawaban yang

disediakan.

Periksa dan bacalah setiap soal dengan seksama sebelum menjawab

Setiap butir soal berikut dicantumkan 5 kemungkinan jawaban dan masing-

masing diberi kode A, B, C, D, atau E,

Dahulukan mengerjakan soal yang dianggap lebih mudah.

Setelah memilih jawaban yang dianggap benar, tuliskan alasan anda memilih

jawaban tersebut.

Setelah menjawab tuliskan alasan anda nengapa memilih jawaban tersebut.

Periksa seluruh pekerjaan anda sebelum meninggalkan ruang ujian atau

diserahkan kepada pengawas ujian.

Diharapkan untuk tidak menyontek karna ini tidak berkaitan dengan nilai

akhir anda di sekolah, melainkan soal ini merupakan bagian dari penelitian

yang dilakukan oleh peneliti.

Page 58: Skripsi Sutrisno.docx

58

Selamat Bekerja

A. Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang paling benar!

1. Benda ditimbang dengan menggunakan neraca ohauss, diketahui massanya

sebesar 20 kg. Jika benda ditimbang dengan menggunakan dengan

menggunakan neraca pegas, maka massa benda adalah.....

a. Tetap sama dengan massa sebelumnya

b. Berbeda dengan massa sebelumnya

c. Sama dengan 0

d. Lebih besar dari pada 20 kg

e. Lebih kecil dari pada 20 kg

2. Bapak sumantri tidak berhasil menggerakkan peti pada sebuah bidang yang

kasar, maka beliau mengambil tali yang sangat kuat, kemudian diikatkan pada

peti tersebut. Ternyata peti masih tetap diam, sebab:

a. Gaya tarik tali sama dengan gaya gesekan

b. Gaya tarik tali lebih kecil dari gaya gesekan

c. Gaya tarik tali lebih besar dari gaya gesekan

d. Gaya geseknya nol

e. Gaya normalnya nol

3. Ali dan Anto berada di atas gedung setinggi 50 meter, massa Ali 2 kali massa

Anto. Jika keduanya secara bersamaan terjun dari puncak gedung tersebut

maka.....

a. Ali akan lebih duluan menyentuh tanah

b. Anto akan lebih dulu menyentuh tanah

c. Keduanya secara bersamaan menyentuh tanah

d. Ali akan menyentuh tanah 2 kali lebih cepat dari pada Anto

Page 59: Skripsi Sutrisno.docx

59

e. Anto akan menyentuh tanah 2 kali lebih cepat dari pada Ali

4. Ari menimbang sebuah benda diatas lantai 5 dengan menggunakan

menggunakan neraca sehingga diperoleh hasil pengukuran sebesar 25 kg.

Setelah itu Ari turun ke lantai 1 dengan menggunakan lift, di dalam lift Ari

kembali menimbang benda tersebut selama dalam perjalanan menuju lantai 1.

Maka basil pengukuran yang diperoleh adalah..

a. Lebih besar dari pada 25 kg

b. Lebih kecil dari pada 25 kg

c. Sama dengan nol

d. Tetap sama dengan 25 kg

e. Tidak sama dengan nol

5. Benda yang diam akan terus diam dan benda yang bergerak akan terus

bergerak mempertahankan posisinya adalah benyi dari Hukum I Newton.

Contoh peristiwa yang menggambarkan Hukum I Newton dalam kehidupan

sehari-hari adalah...

a. Buah Kelapa yang jatuh ketanah

b. Mobil yang berhenti ketika dilakukan pengereman

c. Pohon yang bergerak kebelakang ketika sedang mengendarai mobil

d. Badan pengemudi yang terdorong kedepan ketika mobil tiba-tiba direm

e. Peti yang susah bergerak ketika ditarik diatas bidang yang kasar

6. Sebuah buku memiliki massa m diletakkan diatas meja yang memiliki

ketinggian h, ternyaka buku tersebut tetap diam. Hal ini terjadi karena...

a. Gaya gravitasi sama dengan massa buku

b. Gaya normalnya sama dengan berat buku

c. Gaya normalnya nol

d. Gaya resultannya sama dengan nol

e. Gaya grafitasi sama dengan 10 m/s2

Page 60: Skripsi Sutrisno.docx

60

7. Sebuah balok memiliki massa m berada diatas meja yang tingginya h. Balok

tersebut jatuk ke lantai setelah didorong seorang anak, setelahdilantai balok

tersebut tenyata tetap dian. Hal ini terjadi karena...

a. Balok tidak lagi mengalami gaya

b. Gaya normalnya nol

c. Gaya resultannya nol

d. Gaya gravitasi sama dengan berat buku

e. Gaya gravitasi lebih besar dari berat buku

8. Perhatikan gambar berikut!

Jika kertas ditarik dengan cepat, maka silinder logam akan....

a. Ikut bergerak bersama kertas

b. Bergerak berlawanan dengan arah gerak kertas

c. Bergerak ke kanan

d. Bergerak ke kiri

e. Diam

9. Dos dengan massa m dipindahkan ke lantai 30 dengan menggunakan lift. Jika

didalam lift dos tersebut keadaannya tetap diam, maka peristiwa tersebut

disebabkan karena...

a. Gaya resultannya nol

b. Gaya gravitasi sama dengan massa benda

c. Gaya normalnya sama dengan berat buku

d. Gaya gravitasi lebih kecil dari buku

e. Gaya normalnya sama dengan nol

Page 61: Skripsi Sutrisno.docx

61

10. Benda yang berada disebuah bidang datar memiliki gaya normal yang sama

dengan gaya berat benda tersebut. Jika benda diletakkan pada bidang miring

maka gaya normal benda tersebut adalah...

a. Sama dengan berat benda

b. Lebih kecil dari berat benda

c. Lebih besar dari berat benda

d. Dapat lebih besar atau lebih kecil dari berat benda

e. Dapat sama atau tidak sama dengan berat benda

Page 62: Skripsi Sutrisno.docx

62

b. Kunci jawaban

KUNCI JAWABAN

1. A

2. B

3. C

4. C

5. D

6. D

7. C

8. E

9. A

10. B

Page 63: Skripsi Sutrisno.docx

63

c. Tabel 1: Kategorisasi Soal dan Hasil Tes Instrumen Siswa SMP IndukPerkotaan

Kategori Soal

Nomor Soal

Jumlah siswa (orang) dengan

jawaban

Rata-rata siswa (orang) dengan

jawabanPersentasi (%)

Benar Salah Benar Salah Benar Salah

Mudah1 57 8

55 10 84,62 15,382 56 98 52 13

Sedang

3 51 14

51,75 13,25 79,62 20,384 52 135 53 127 51 14

Sulit6 37 28

41,33 23,67 63,59 36,419 43 2210 44 21

Page 64: Skripsi Sutrisno.docx

64

d. Tabel 2: Kategorisasi Soal dan Hasil Tes Instrumen Pilihan Ganda SiswaSMP Pedesaan

Kategori Soal

Nomor Soal

Jumlah Jawaban Rata-rata Persentasi

Benar Salah Benar

Salah Benar Salah

Mudah1 45 7

46,33 5,67 71,28 8,722 46 68 48 4

Sedang

3 34 18

35 17 53,85 26,154 37 155 34 187 35 17

Sulit6 14 38

10,67 41,33 16,41 63,599 10 4210 8 44

Page 65: Skripsi Sutrisno.docx

65

a. Tabel hasil tes pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan.

b. Tabel hasil tes pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan. 

Lampiran 2: Data Hasil Penelitian

Page 66: Skripsi Sutrisno.docx

66

a. Tabel 3: Daftar Nama dan Nilai Hasil Tes Pemahaman Konsep Dasar FisikaSiswa yang Berasal dari SMP Induk Perkotaan di SMA Negeri 2Majene

No. Nama Asal Sekolah Kelas Rata-rata1 Alimuddin Smp Neg. 2 Majene X Ipa 1 752 Nurhidaya Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 853 Hadi fauzi dharnadi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 804 Nurfitr Smp Neg. 2 Majene X Ipa 1 82,55 Nurul Anisa Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 856 Milan Sri Adhani. D Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 707 Muh. Fahrul Azali Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 67,58 Ayub Supriadi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 859 Reski Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 77,5

10 Ulfa Karnia Djasman Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 8011 Aco Alif Logawali Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 7012 Sinar Smp Neg. 2 Majene X Ipa 1 77,513 Rosmayani Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 8014 Fitri Anti Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 7515 Cita Aulia Khofifah. R Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 7516 Alfiani. AR Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 77,517 Muhammad Al Farizi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 7518 Muh. Adnan Alfaridzi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 8519 Andi Agung Qicari Smp Neg. 2 Majene X Ipa 2 77,520 Chairunnisyah Smp Neg. 1 Majene X Ipa 2 77,521 Nurul Inayah Smp Neg. 1 Majene X Ipa 2 8022 Annisa Indriani. L Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 9023 Muh. Syarif Hidayatullah Smp Neg. 1 Polewali X Ipa 2 8524 Septi Wulansari Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 7525 Herlianto Dwi Adhi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 8026 Erna Sari Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 7027 Hildayanti Smp Neg. 2 Majene X Ipa 2 82,528 Andi CICI Mayasari Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 77,529 Nur Reski Amalia Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 7530 Indayani. R Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 7031 Nurhalimah Smp Neg. 2 Majene X Ipa 2 7532 Abd. Hamid Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 82,533 Renners R Manggasa Smp Neg. 2 Mamasa X Ipa 3 6034 Citra Indah Pratiwi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 67,535 Adelia Lestari Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 7536 Nur Ainushabitha Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 6537 Armayani Eka Putri Smp Neg. 1 Majene X Ipa 3 57,538 Zaat Samal Smp Neg. 2 Majene X Ipa 3 60

Page 67: Skripsi Sutrisno.docx

67

39 Rizky Marwani Bagus Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 5540 Indra Muh. Hakim Smp Neg. 2 Majene X Ipa 3 6041 Nurhikma Hasnur Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 82,542 Akmal Firdaus Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 7543 Moch Edy Henrawan Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 87,544 Muhammad Yusran Smp Neg. 2 Mamuju X Ipa 3 6045 Dian Awaluddin Adam Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 67,546 Syaiful Umam Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 8547 Muh. Rezkiawan Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 9548 Purnama sari H Smp Neg. 1 Majene X Ipa 4 62,549 Fitrah Ramadani Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 6050 Faisal Akbar Setyawan Smp Neg. 2 Kota Serang X Ipa 4 92,551 Cici Mandar Iriani Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 87,552 Muh. Ayyub Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 6553 Husnul Khatimah Sanusi Smp Neg. 2 Majene X Ipa 4 65

Page 68: Skripsi Sutrisno.docx

68

b. Tabel 4: Daftar Nama dan Nilai Hasil Tes Pemahaman Konsep Dasar FisikaSiswa yang Berasal dari SMP Pedesaan di SMA Negeri 2 Majene

No. Nama Asal Sekolah KelasRata-rata

1 Nurul Ahlamia MTsN Tinambung X Ipa 1 452 Munnifah anliya Smp Neg. 4 Tinambung X Ipa 1 57,53 Lulu Marzani. B MTsN Tinambung X Ipa 1 604 Arpina Hadi Smp Neg. 1 Tinambug X Ipa 1 72,55 M. Syahru Ramadhan MTsN Tinambung X Ipa 1 42,56 Risal Smp Neg. 6 Majene X Ipa 1 62,57 Nurhajia Smp Neg. 4 Malunda X Ipa 2 558 Justika MTsN Banggae X Ipa 2 62,59 Nurfatima Smp Neg. 1 Korossa X Ipa 2 55

10 Nasrawati Smp Neg. 5 Majene X Ipa 2 52,511 Widya Astuti MTsN Tinambung X Ipa 2 6012 Akmaliyah MTsN Tinambung X Ipa 2 6013 S. Assyarif Abdillah Smp Neg. 1 Tinambug X Ipa 2 7014 Yosua Yuri Aditya Smp Neg. 20 Makassar X Ipa 2 6015 Asnar Smp Neg. 6 malunda X Ipa 2 4516 Farid Apandi MTs Neg. Tinammbung X Ipa 2 6517 Nanda Marmawati Smp Neg. 2 Muara Badak X Ipa 2 47,518 Sukri Smp Neg. 5 Majene X Ipa 3 6519 Rahmadani Smp Neg. Tatallu X Ipa 3 6020 Anni Izzatul Jannah Smp Neg. 5 Majene X Ipa 3 5521 Nurmaulidya Yusuf Smp Neg. 1 Tatallu X Ipa 3 7022 Aswad Ahmad MTs Neg. Tinammbung X Ipa 3 57,523 Hurul Aini Smp Neg. 4 majene X Ipa 3 62,524 Muhammad Martono Smp Neg. 2 Pulau Sebuku X Ipa 3 5025 Hijriah.S MTs Neg. Tinammbung X Ipa 3 62,526 Indra Wahyuni Smp Neg. 4 Sendana X Ipa 3 5527 Andi Muh Riski MTs DDI Teluk Tamiang X Ipa 3 47,528 A. Prawira Soemawinata Ponpes Nutiiyah Pambusuang X Ipa 3 6529 Muh. Alif Smp Neg. 6 Sendana X Ipa 4 5030 Dandy Wahyudi NR Smp Neg. 4 Malunda X Ipa 4 47,531 Hasna Hatta Smp Neg. 4 Tinambung X Ipa 4 6532 Muh. Rivai M Smp Neg. 2 Tinambumg X Ipa 4 62,533 Rahmawati AR MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 8034 Nursan Smp Neg. 4 Sendana X Ipa 4 5035 Widya Indah Lestari Aco MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 52,536 St. Alwiyah Maulani Desi MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 4537 Aco Fauzan Smp Neg. 1 Tinambug X Ipa 4 52,538 Lisa Anugrah Smp Neg. 1 Tutallu X Ipa 4 62,5

Page 69: Skripsi Sutrisno.docx

69

39 Nurindah Smp Neg. 1 pamboang X Ipa 4 5040 Munawarah Smp Neg. 5 Majene X Ipa 4 4041 Nur Imansyah Putra MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 7542 Muh. Fajri Kamaruddin MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 8043 Suci Wulandari MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 60

Page 70: Skripsi Sutrisno.docx

70

a. Analisis statistik deskriptif siswa yang berasal dari SMP induk perkotaanb. Analisis statistik deskriptif siswa yang berasal dari SMP pedesaanc. Analisis statistik inferensial

Lampiran 3: Analisis Data

Page 71: Skripsi Sutrisno.docx

71

a. Analisis Deskriptif Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal dari

SMP Induk Perkotaan di SMA Negeri 2 Majene

Untuk mendapatkan gambaran tentang rata-rata pemahaman konsep dasar

fisika siswa, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

A. Membuat tabel distribusi frekuensi

1. Banyaknya interval kelas

K = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 52

= 6,66

= 7

2. Rentang kelas

R = Nilai maksimal – Nilai minimal

= 95 – 55

= 40

3. Panjang kelas (P)

P = RK

= 407

= 5,71

= 6

Page 72: Skripsi Sutrisno.docx

72

4. Tabel frekuensi

Tabel 5 : Distribusi frekuensi

No. Nilai (X) Frekuensi (f)1 55 – 60 72 61 – 66 43 67 – 72 74 73 – 78 155 79 – 84 9

6 85 – 90 9

7 91 – 96 2

Jumlah 53

B. Menghitung rata-rata

Tabel 6 :Menghitung rata-rata pemahaman konsep dasar fisika SMP induk Perkotaan

No. Nilai (X) Frekuensi (f) Nilai Tengah (Xi) f.Xi

1 55 – 60 7 57,5 402,5

2 61 – 66 4 63,5 254

3 67 – 72 7 69,5 486,5

4 73 – 78 15 75,5 1132,5

5 79 – 84 9 81,5 733,5

6 85 – 90 9 87,5 787,5

7 91 – 96 2 93,5 187

Jumlah 53 528,5 3983,5

Nilai rata-rata (X) =∑ fXi

∑ f i

Nilai rata-rata (X) = 3983,5

53 = 75,16

Page 73: Skripsi Sutrisno.docx

73

C. Menghitung kategorisasi pemahaman konsep dasar fisika siswa

Tabel 7 : Kategorisasi pemahaman konsep dasar fisika siswa

Konversi nilaiPredikat Kategori Frekuensi

Persentasi (%)Skala 100 Skala 4

86-100 4 A Sangat Baik

5 9,4381-85 3,66 A- 10 18,8776-80 3,33 B+

Baik11 20,75

71-75 3 B 9 16,9866-70 2,66 B- 7 13,2161-65 2,33 C+

Cukup4 7,55

56-60 2 C 6 11,3251-55 1,66 C- 1 1,8946-50 1,33 D+

Kurang0 0

0-45 1 D 0 0Jumlah 53 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 53 jumlah siswa yang

berasal dari SMP Induk Perkotaan terdapat 15 siswa atau 28,3% berada pada

kategori sangat baik, 27 siswa atau 50,94% berada pada kategori baik, 11 siswa

atau 20,76% berada pada kategori cukup dan tidak ada siswa yang berada pada

kategori kurang.

D. Standar deviasi

Tabel 8 : Tabel bantu untuk mencari standar deviasi

No. Nilai (X) Frekuensi (f) d f.d d2 f.d2

1 55 – 60 7 -3 -21 9 63

2 61 – 66 4 -2 -8 4 16

3 67 – 72 7 -1 -7 1 7

4 73 – 78 15 0 0 0 0

5 79 – 84 9 1 9 1 9

6 85 – 90 9 2 18 4 36

7 91 – 96 2 3 6 9 18

Jumlah 53 0 -3 28 149

Page 74: Skripsi Sutrisno.docx

74

SD = i√ ( ∑fd 2)N

−(∑fdN )

2

= 7√ (149 )53

−(−353 )

2

= 7√2,811−0,003❑

= 7√2,808

= 11,73

E. Varians data (S2)

S2 = (11,73)2

= 137,59

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa standar deviasi dari 53

jumlah siswa yang berasal dari SMP Induk Perkotaan sebesar 11,73 dengan

varians sebesar 137,59.

Page 75: Skripsi Sutrisno.docx

75

b. Analisis Deskriptif Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal dari

Pedesaan di SMA Negeri 2 Majene

Untuk mendapatkan gambaran tentang rata-rata prestasi belajar siswa yang

berasal dari SMP Pedesaan, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

A. Membuat tabel distribusi frekuensi

1. Banyaknya interval kelas

K = 1 + 3,3 log 43

= 6,39

= 6

2. Rentang Kelas (R)

R = Nilai maks – Nilai min

= 80 – 40

= 40

3. Panjang kelas

P = 406

= 6,66

= 7

Page 76: Skripsi Sutrisno.docx

76

4. Tabel frekuensi

Tabel 9 : Sebaran distribusi frekuensi

No. Nilai (X) Frekuensi (f)

1 40 - 46 5

2 47 - 53 10

3 54 - 60 12

4 61 – 67 10

5 68 – 74 4

6 75 – 81 2

Jumlah 43

B. Menghitung rata-rata

Tabel 10 : Menghitung nilai rata-rata siswa dari SMP Pedesaan

No. Nilai (X) Frekuensi (f) Nilai Tengah (Xi) f.Xi

1 40 - 46 5 43 215

2 47 - 53 10 50 500

3 54 - 60 12 57 684

4 61 – 67 10 64 640

5 68 – 74 4 71 284

6 75 – 81 2 78 156

Jumlah 43 363 2479

Nilai rata-rata (X) =∑ fXi

∑ f i

Nilai rata-rata (X) = 2479

43

Nilai rata-rata (X) = 57,65

Page 77: Skripsi Sutrisno.docx

77

C. Menghitung kategorisasi pemahaman konsep dasar fisika

Tabel 11 : Kategorisasi Pemahaman Konsep Dasar Fisika siswa

Konversi nilai Predikat

Kategori FrekuensiPersentasi

(%)Skala 100 Skala 486-100 4 A Sangat

Baik0 0

81-85 3,66 A- 0 076-80 3,33 B+

Baik2 4,65

71-75 3 B 1 2,3366-70 2,66 B- 3 6,9761-65 2,33 C+

Cukup10 23,26

56-60 2 C 8 18,651-55 1,66 C- 7 16,2846-50 1,33 D+

Kurang7 16,28

0-45 1 D 5 11,63Jumlah 43 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 43 siswa yang berasal

dari SMP Pedesaan terdapat 6 siswa atau 13,95% berada pada kategori baik, 25

siswa atau 58,14 % berada pada kategori cukup, 12 siswa atau 27,91% berada

pada kategori kurang dan tidak terdapat siswa yang berada pada kategori sangat

baik.

D. Standar deviasi

Tabel 12 : tabel bantu untuk menghitung standar deviasi

No. Nilai (X) Frekuensi (f) d f.d d2 f.d2

1 40 - 46 5 -2 -10 4 20

2 47 - 53 10 -1 -10 1 10

3 54 - 60 12 0 0 0 0

4 61 – 67 10 1 10 1 10

5 68 – 74 4 2 8 4 16

6 75 – 81 2 3 6 9 18

Jumlah 43 3 4 19 74

Page 78: Skripsi Sutrisno.docx

78

SD = i√ ( ∑fd 2)N

−(∑fdN )

2

= 6√ (74 )43

−( 443 )

2

= 6√1,721−0,008❑

= 6√1,713

= 7,84

E. Varians data

S = (7,84)2

S2 = 61.46

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa standar deviasi dari 43 jumlah siswa yang berasal dari SMP pedesaan sebesar 7,84 dengan varians sebesar 61,46.

Page 79: Skripsi Sutrisno.docx

79

c. Analisis inferensial (perbandingan pemahaman konsep dasar fisika antara

siswa yang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan SMP Pedesaan pada siswa

kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene)

A. Uji Normalitas

Untuk pengujian normalitas digunakan rumus Chi-kuadrat yang

dirumuskan

hitung❑ =∑

i=1

k Oi−E i

E i

1. Uji normalitas pemahaman konsep dasar fisika antara siswa yang berasal

dari SMP Induk Perkotaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2

Majene

Untuk melakukan uji normalitas maka kita membuat tabel penolong, tabel

penolongnya yaitu:

Tabel 13 : Tabel penolong untuk uji normalitas

Interval Kelas

Batas Kelas

Z batas kelas

Nilai Z tabel

Luas daerah Z di bawah

kurva

Luas Interval

(Li)Ei Oi

1 2 3 4 5 6 7 8 9  54,5 -1,76 0,4608 0,0392        

55-60         0,0664 3,52 7 3,44  60,5 -1,25 0,3944 0,1056        

61-66         0,1241 6,58 4 1,01  66,5 -0,74 0,2703 0,2297        

67-72         0,1793 9,50 7 0,66  72,5 -0,23 0,0910 0,4090        

73-78         0,201310,6

715 1,76

  78,5 0,28 0,1103 0,6103        79-84         0,1778 9,42 9 0,02

  84,5 0,80 0,2881 0,7881        85-90         0,1168 6,19 9 1,28

Page 80: Skripsi Sutrisno.docx

80

  90,5 1,31 0,4049 0,9049        91-96         0,0607 3,22 2 0,46

  96,5 1,82 0,4656 0,9656        Jumlah 8,62

Keterangan /penjelasan perhitungan

Kolom 1 : kelas interval

Kolom 2 : batas kelas

BK = kelas bawah – 0,5

= 55 – 0,5

= 54,5

Kolom 3 = Z batas kelas = batas kelas−X rata

S

Kolom 4 = Nilai Z tabel (menggunakan Tabel Z)

Kolom 5 = Luas daerah Z di bawah kurva (0,5 + Nilai Z tabel)

Kolom 6 = luas interval ( menggunakan Tabel Z )

( Luas 1) Z tabel = Z-1,25 – Z-1,76

= 0,1056 – 0,0392

= 0,0664

Kolom 7 = fekuensi espektasi = n x luas Z tabel

= 53 x 0,0664

= 3,52

Kolom 8 = (Oi) yaitu frekuensi observasi, yaitu banyaknya data yang

termasuk pada suatu kelas interval.

Kolom 9 = X2 hitung=(Oi−Ei)2

Ei= 8,62

Page 81: Skripsi Sutrisno.docx

81

Derajat kebebasan (dk) = k – 3

= 7 – 3 = 4

Taraf signifikan (α) = 0,05

Jadi X2 tabel = X2 (1- α)(dk) = X2 (1- 0,05)(4) = 9,488

Kriteri pengujian Normalitas :

Oleh karena X2 hitung < X2 tabel yakni 8,62 < 9,488 maka data dinyatakan

berdistribusi normal

2. Uji normalitas pemahaman konsep dasar fisika antara siswa yang berasal

dari SMP Pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene

Untuk melakukan uji normalitas maka kita membuat tabel penolong, tabel

penolongnya yaitu:

Tabel 14 : tabel penolong untuk menguji normalitas

Interval Kelas

Batas Kela

s

Z batas kelas

Nilai Z tabel

Luas daerah Z di bawah

kurva

Luas Interval

(Li)Ei Oi

1 2 3 4 5 6 7 8 9  39,5 -2,32 0,4898 0,0102        

40-46         0,0676 2,91 5 1,51  46,5 -1,42 0,4222 0,0778        

47-53         0,2203 9,47 10 0,03  53,5 -0,53 0,2019 0,2981        

54-60         0,342514,7

312 0,51

  60,5 0,36 0,1406 0,6406        

61-67         0,255610,9

910 0,09

  67,5 1,26 0,3962 0,8962        68-74         0,088 3,78 4 0,01

  74,5 2,15 0,4842 0,9842        75-81         0,0146 0,63 2 3,00

  81,5 3,04 0,4988 0,9988        Jumlah 5,142

Page 82: Skripsi Sutrisno.docx

82

Derajat kebebasan (dk) = k – 3

= 6 – 3

= 3

Taraf signifikan (α) = 0,05

Jadi X2 tabel = X2 (1- α)(dk) = X2 (1- 0,05)(3) = 7,815

Kriteri pengujian Normalitas :

Oleh karena X2 hitung < X2 tabel yakni 5,142< 7,815 maka data

dinyatakan berdistribusi normal.

B. Uji homogenitas

Perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan Uji-F dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

F hitung = Varians BesarVarians Kecil

F hitung = 137,5961,46

= 2,24

F tabel = F(α)(db1/db2)

db1 = 53 – 1 = 52 (dk pembilang)

db2 = 43 – 1 = 42 ( dk penyebut)

jadi F tabel = F(α)(dk1/dk2)

= F(0,05)(52/42)

= 1,64

Page 83: Skripsi Sutrisno.docx

83

Kriteria pengujian Homogenitas :

Jika F hitung ˃ F tabel, maka varians data dinyatakan homogen. Dimana

berdasarkan perhitungan diperoleh pada dk pembilang = 52 dan dk penyebut = 42

yakni F tabel = F(0,05) (52/42) = 1,64. Oleh karena nilai Fhitug ˃ F tabel yakni

F hitung = 1,096 ˃ Ftabel 1,56 maka sampel berasal dari populasi yang tidak

Homogen.

C. Uji hipotesis

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan sementara yang

dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan uji dua pihak.

1. Rumusan hipotesis

H0 : µ1 = µ2

H1 : µ1 ≠ µ2

Dimana;

H0 : Tidak ada perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara

siswa yang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan siswa

yang

berasal dari SMP pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene

H1 : Ada perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara siswa

yang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan siswa yang

berasal dari SMP pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene

µ1 : Rata-rata pemahaman konsep dasar fisika siswa yang

berasal

dari SMP Induk Perkotaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene

µ2 : Rata-rata pemahaman konsep dasar fisika siswa yang

berasal

dari SMP Pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene

2. Uji statistik

Page 84: Skripsi Sutrisno.docx

84

Uji statistik dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji t dua sampel

sebagai berikut:

t=X1−X2

√ s12

n1

+s

22

n2

3. Taraf signifikan

Taraf signifikan yang digunakan pada analisis ini adalah 5%

4. Menghitung statistic uji

t=X1−X2

√ S12

n1

+S2

2

n2

¿X 1−X2

√ S12

n1

+S2

2

n2

¿ 75,16−57,65

√ 137,5953

+ 61,4643

¿ 17,51

√2,596+1,429

Page 85: Skripsi Sutrisno.docx

85

¿ 17,51

√4,03

¿ 17,512,01

= 8,71

Nilai tabel

nilai t tabel = t(α)(db)

db = n1 + n2 – 2 = 53 + 43 – 2 = 94

t tabel = t (0,05)(95)

t tabel = 1,98

5. Kriteria pengujian hipotesis

Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

Ho ditolak jika –t hitung < -t tabel atau thitung > ttabel

6. Membandingkan t hitung dengan t tabel

Nilai t hitung ¿ t tabel (8,71>1,98)

7. Kesimpulan

Karena Nilai t hitung ¿ t tabel (8,71>¿ 1,98), maka Ho di tolak, artinya ada

perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara siswa yang berasal dari SMP

Page 86: Skripsi Sutrisno.docx

86

induk perkotaan dan siswa yang berasal dari SMP pedesaan di kelas X IPA SMA

Negeri 2 Majene.

Page 87: Skripsi Sutrisno.docx

87

a. Permohonan pengesahan judul skripsi dan penetapan dosen pembimbing

b. SK pembimbing/pembantu pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi mahasiswa

c. SK narasumber seminar dan bimbingan draft skripsi mahasiswa

d. Surat keterangan seminar proposale. Berita acara seminar proposalf. Pengesahan draft skripsig. Uraian konsultasi draft dan skripsih. Berita acara seminar hasili. SK dewan penguji komprehensif mahasiswaj. Surat izin penelitian

Lampiran 4: Surat-Surat Penelitian

Page 88: Skripsi Sutrisno.docx

88

Page 89: Skripsi Sutrisno.docx

89

Page 90: Skripsi Sutrisno.docx

90

Page 91: Skripsi Sutrisno.docx

91

Page 92: Skripsi Sutrisno.docx

92

Page 93: Skripsi Sutrisno.docx

93

c. Dokumentasi Kegiatan Penelitian DI SMA Negeri 2 Majene

d. Riwayat Hidup Penelitiii.

Lampiran 5: Dokumentasi

Penelitian

Page 94: Skripsi Sutrisno.docx

94

a. Dokumentasi Kegiatan Penelitian DI SMA Negeri 2 Majene

Gambar 1 : Tampak depan SMA Negeri 2 Gambar 2: Penyampaian prosedur

Majene pengerjakan soal

Gambar 3: Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Gambar 4: Guru fisika X IPA

Majene SMA Negeri 2 Majene

Page 95: Skripsi Sutrisno.docx

95

Gambar 5: Suasana kelas X IPA 1 SMA Negeri 2 Majene saat mengerjakan soal

Gambar 6: Suasana kelas X IPA 2 SMA Negeri 2 Majene saat mengerjakan soal

Page 96: Skripsi Sutrisno.docx

96

Gambar 7: Suasana kelas X IPA 3 SMA Negeri 2 Majene saat mengerjakan soal

Gambar 8: Suasana kelas X IPA 4 SMA Negeri 2 Majene saat mengerjakan soal

Page 97: Skripsi Sutrisno.docx

97

RIWAYAT HIDUP

Sutrisno, lahir di Desa Kabiraan, Kec.

Ulumanda, Kab. Majene, Provinsi Sulawesi Barat

pada tanggal 15 Maret 1993. Penulis merupakan buah

hati dari pasangan Sayadi Bintaha dan Hj. St. Salsiah.

Penulis adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Penulis

pertama kali menginjakkan kakinya di dunia

pendidikan formal pada tahun 1999 di SDN 6

Kabiraan kec.Ulumanda, Kab. Majene dan tamat pada tahun 2005.

Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama

di SMP Negeri 5 Malunda (2005-2008). Setelah lulus pada tingkatan menengah

pertama penulis melanjutkan pendidikan untuk tingkat menengah atas di

SMA.Negeri 2 Majene (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai

mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Jurusan Pendidikan Fisika melalui jalur UML.

Semasa kuliah penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Fisika (2011-2014) dan sekaligus menjadi pengurus di Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.

Pada tahun 2014 penulis di beri amanah menjadi ketua umum di Himpunan

Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN

Alauddin Makassar. Selain itu penulis juga aktif di Laboratorium Pendidikan

Fisika (2013-2014) menjadi pembimbing praktikum pada mata kuliah Fisika

Page 98: Skripsi Sutrisno.docx

98

Dasar I dan II. Kegiatan ini dilakukan untuk menambah pengalaman selama masa

kuliah dan akan menjadi penunjang (life skill) di masa yang akan datang. Namun

semua hal itu belum membuat penulis puas sampai bisa membuat kedua orang tua

bangga pernah melahirkan dan membesarkannya.