skripsi sutrisno.docx
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi laju pesat, dan
cenderung tak terkendali. Bahkan hampir-hampir tak mampu dikendalikan oleh
dunia pendidikan. Pendidikan merupakan hal utama dan menjadi salah satu faktor
terpenting dalam menjalani hidup bermasyarakat. Sebab tanpa pendidikan,
manusia tidak akan pernah mengubah strata sosialnya untuk menjadi lebih baik.
ح�وا ف�ي �ف�س �م� ت �ك ل� ل�ذ�ا ق�ي وا إ �ذ�ين� آم�ن ا ال �ي ه� ا أ � ي
ل��ذ�ا ق�ي �م� و�إ �ك ه� ل ح� الل ��ف�س ح�وا ي �م�ج�ال�س ف�اف�س� ال�م� �ك وا م�ن �ذ�ين� آم�ن ه� ال ف�ع� الل �ر� وا ي ز� �ش� وا ف�ان ز� �ش� انون� ��ع�م�ل ا ت ��م ه� ب ات1 و�الل �ج �م� د�ر� �ع�ل �وا ال �وت ذ�ين� أ و�ال
�ير7 ) ب (١١خ�
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera
dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan khususnya kualitas
pembelajaran. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat
dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah adalah
2
mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan
memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang berkelanjutan.
Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik.
Dalam pergaulan terjadi kontak atau komunikasi antara masing-masing pribadi.
Hubungan ini jika meningkat ke taraf hubungan pendidikan, maka menjadi
hubungan antara pribadi pendidik dan anak didik, yang pada akhirnya melahirkan
tanggung jawab pendidikan dan kewibawaan pendidikan (Hasbullah. 1996: 5).
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk dapat mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dalam dirinya, dalam masyarakat, berbangsa dan
bernegara (Departemen Pendidikan Nasional. 2003, 2).
Pendidikan diselenggarakan untuk mengarahkan siswa memiliki
kecakapan hidup di masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengembangan
pendidikan harus bersandar pada empat pilar pendidikan yang dirumuskan oleh
United Nations Educational, Scientific, and Culture (UNESCO). Keempat
pilarpendidikan itu adalah (1) belajar untuk berpengetahuan, (2) belajar untuk
berbuat,(3) belajar untuk hidup bersama, dan (4) belajar untuk jati diri. Jika
mengacu pada pilar-pilar tersebut, maka proses pembelajaran seyogianya tidak
hanya terfokus pada penguasaan materi. Pilar pendidikan belajar untuk
berpengetahuan dan belajar untuk berbuat mengarahkan proses pembelajaran pada
3
pola berpikir dan bertindak, yang merefleksikan pemahaman konsep,
keterampilan proses, dan sikap ilmiah siswa. Pilar pendidikan belajar untuk hidup
bersama dan belajar untuk jati diri mengarahkan proses pembelajaran pada
pengembangan pemahaman konsep siswa (Sukmadinata,2004).
Upaya inovatif telah dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai mutu
pendidikan yang lebih baik, yaitu menyempurnakan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP,
bahkan saat ini pemerintah telah berupaya mensosialisasikan Kurikulun 2013
(K13). Disempurnakannya KBK menjadi KTSP menuntut perubahan paradigma
pendidikan dan pembelajaran. Paradigma proses pembelajaran diharapkan
mengalami perubahan. Proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru
berubah menjadi berpusat pada siswa. Perubahan paradigma pembelajaran
tersebut diharapkan dapat mendorong siswa terlibat aktif dalam membangun
pengetahuan, sikap, dan perilaku. Pemerintah telah berupaya meningkatkan
kualitas proses pembelajaran di kelas melalui Permendiknas RI Nomor 41 Tahun
2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Kegiatan inti pembelajaran meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Proses pembelajaran yang berpusat pada pengalaman siswa dapat memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya.
Dengan demikian, siswa memperoleh pemahaman yang mendalam melalui
pengalaman belajar serta mengembangkan pemahaman konsep siswa dan pada
akhirnya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa (Trianto, 2007).
4
Upaya-upaya yang telah ditempuh tersebut ternyata belum memberikan
hasil yang maksimal. Rendahnya pemahaman konsep siswa Indonesia ditunjukkan
oleh penelitian dan penilaian. Permasalahan pada rendahnya pemahaman konsep
siswa Indonesia tampak pada hasil penilaian dari Trend International
Mathematics Science (TIMSS) tahun 2007, yang mengukur tentang kemampuan
scientific inquiry. Kemampuan scientific inquiry yang diukur mencakup domain
konten (fisika, biologi, kimia, dan kebumian) dan domain kognitif (knowing,
applying, reasoning). Hasil penilaian menyatakan Indonesia berada pada
peringkat 36 dari49 negara di dunia. Nilai rata-rata kemampuan sains siswa
Indonesia pada tiap aspek domain kognitif (knowing, applying, reasoning) masih
rendah. Nilai rata-rata kemampuan kognitif knowing (recognize, define, describe,
illusstrate with example, use tools and procedures) sebesar 40,37 lebih tinggi
dibandingkan dengan aspek kognitif applying (compare, classify, use models,
relate, interpret information, find solution) sebesar 36,96 dan reasoning (analyze,
synthesize, predict, plan, draw conclusion, generalize, evaluate, justify) sebesar
33,01. Pencapaian nilai rata-rata sains siswa Indonesia adalah 34,57 masih
dibawah rata-rata internasional, yaitu sebesar 43,40. Berdasarkan hasil tersebut
ditunjukkan bahwa aspek-aspek pemahaman konsep siswa terukur masih rendah
(Gonzales et al., 2008).
Apabila siswa dibiarkan pada suatu konsep dasar fisika yang salah maka
rendahnya pemahaman konsep dasar fisika siswa akan meluas khususnya pada
sekolah yang belum mampu mengatasi miskonsepsi yang terjadi pada para siswa.
Dengan diadakannya program pemerintah untuk pemerataan mutu pendidikan
5
maka diharapkan sekolah yang khususnya pada daerah pedesaan mampu
mengatsai miskonsepsi yang terjadi pada siswa sehingga tingkat pemahaman
konsep dasar fisika akan semakin membaik.
Di pusat-pusat perkotaan bukan hanya banyak tersedia lebih banyak
sekolah, yang juga lebih mudah dapat dimanfaatkan dari pada di daerah pedesaan.
Hal yang jauh berbeda yang di jumpai di daerah pedesaan. Suatu pertanyaan yang
berulang-ulang dikemukakan orang berkenaan dengan usaha pemberantasan buta
huruf ialah bacaan apakah yang tersedia di daerah pedesaan yang terpecil bagi
seorang yang telah berhasil memperoleh kepandaian membaca. Dalam keadaan
demikian program pendidikan formal dihadapkan kepada tugas yang jauh lebih
berat daripada di daerah perkotaan (Combs, 1984: 27).
Terkadang siswa yang berasal dari daerah diluar perkotaan sering
mengeluh soal pelajaran di SMA dan juga mengeluhkan persaingan dengan siswa
yang berasal dari daerah induk perkotaan membuat kekhawatiran kepada siswa
yang berasal dari daerah pedesaan untuk terus bersaing dengan siswa dari daerah
induk perkotaan. Kekhawatiran tentang kurangnya pemahaman konsep dasar bagi
siswa yang berasal dari smp pedesaan dapat menyebabkan kesulitan proses
pembelajaran pada tingkat lanjutan. Jika silabus mata pelajaran ditingkat smp baik
yang berasal dari smp pedesaan maupun kota adalah sama, maka tentunya
pemahaman konsep dasar fisika seharusnya juga tidak berbedah jauh. Apakah
kekhawatiran tentang perbedaan pemahaman konsep dasar fisika pada smp
pedesaan maupun perkotaan dapat berpengaruh terhadap penerimaan pelajaran
ditingkat sma, maka peneliti tertarik mengambil judul “Komparasi Pemahaman
6
Konsep Dasar Fisika antara Siswa yang Berasal dari SMP Induk Perkotaan dan
SMP Pedesaan pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal
dari SMP induk perkotaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2
Majene?
2. Bagaimana tingkat pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal
dari SMP pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene?
3. Apakah ada perbedaan tingkat pemahaman konsep dasar fisika antara
siswa yang berasal dari smp induk perkotaan dan smp pedesaan pada
siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene?
C. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto
2006, 71). Sedangkan menurut Sugiyono (2010, 96) memberikan pengertian
hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Sama halnya dengan Moh Nazir (2003, 151) mendefinisikan hipotesis
7
adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus
diuji secara empiris.
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah “Terdapat Perbedaan
Pemahaman Konsep Dasar Fisika antara Siswa yang Berasal dari SMP Induk
Perkotaan dan SMP Pedesaan pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene”.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan utama diadakannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep dasar fisika siswa
yang berasal dari SMP pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2
Majene.
2. Untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep dasar fisika siswa
yang berasal dari SMP induk perkotaan pada siswa kelas X IPA SMA
Negeri 2 Majene.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat Komparasi Pemahaman Konsep
Dasar Fisika antara Siswa yang Berasal dari SMP induk perkotaan dan
SMP pedesaan pada Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene.
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian inni adalah:
1. Untuk SMA Negeri 2 Majene
Sebagai masukan dalam upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar dan menunjang tercapainya target kurikulum sesuai
dengan yang diharapkan.
8
2. Untuk para dosen/guru
Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru fisika SMP dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar fisika.
3. Untuk siswa
Akan memberikan motivasi kepada siswaa untuk dapat lebih giat dan aktif
dalam setiap kegiatan pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugasnya dan
mampu mengelola diri dengan baik sehingga akan memungkinkan peningkatan
pada hasil belajarnya.
4. Untuk orang tua
Sebagai bahan pertimbangan bahwa seorang anak juga membutuhkan
perhatian dan motivasi dari orang tua sehingga siswa mampu mengatasi masalah-
masalah yang muncul dalam proses pembelajarannya.
F. Definisi Operasional Variabel
Untuk mendapatkan gambaran dan memudahkan pemahaman serta
memberikan persepsi yang sama antara penulis dan pembaca terhadap judul serta
memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka penulis terlebih dahulu
mengemukakan pengertian yang sesuai dengan variabel dalam judul skripsi ini,
sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya.
1. Pemahaman Konsep Dasar Fisika
pemahaman konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian
seperti mampu memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa
9
yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang
lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang
suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu
mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih
dipahami. Adapun indikator pada penelitian ini adalah menerjamahkan (translasi),
menginterpretasi (interpretation), dan mengekstrapolasi (extrapolation).
2. Siswa yang berasal dari SMP pedesaan dan SMP induk perkotaan
Siswa dari SMP pedesaan adalah seorang individu yang telah lulus dari
SMP yang berada di daerah pedesaan atau SMP yang berada di sekitar induk
perkotaan dan kemudian melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Majene yang
berada di daerah Induk Perkotaan. Sedangkan Siswa yang berasal dari SMP induk
perkotaan adalah seorang individu yang telah lulus dari SMP yang berada di
daerah induk perkotaan atau jamtumg perkotaan yang pada umumnya menjadi
SMP unggulan dan kemudian melanjutkan sekolah di SMA Negeri 2 Majene yang
berada di daerah induk perkotaan.
G. Garis besar isi skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yang pertama adalah latar belakang, bab
dua adalah tinjauan pustaka, bab tiga adalah metodologi penelitian, bab empat
adalah hasil dan pembahasan dan bab lima adalah kesimpulan dan saran. Masing-
masing bab saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, dan merupakan suatu
kesatuan yang utuh. Kelima bab tersebut akan menguraikan hal-hal sebagai
berikut:
10
Bab I merupakan bab pendahuluan yang merupakan pengantar sebelum
lebih jauh mengkaji dan mambahas apa yang menjadi substansi penelitian ini.
Didalam bab I terdiri dari latar belakang yang menguraikan hal-hal yang melatar
belakangi timbulnya permasalahan. Selanjutnya rumusan masalah yang terdiri dari
beberapa pokok masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini, kemudian
hipotesis tindakan yaitu dugaan sementara sebelum penelitian dilakukan,
kemudian tujuan dan manfaat penelitian. Tujuan penelitian yaitu suatu hasil yang
akan dicapai oleh peneliti berdasarkan rumusan masalah yang telah ada di atas.
Sedangkan manfaat penelitian adalah suatu hasil yang diharapkan oleh peneliti
setelah melakukan penelitian kemudian definisi operasional variabel yang berisi
penjelasan mengenai variabel penelitian. Dan yang terakhir dari bab I ini adalah
garis besar isi skripsi.
Bab II merupakan kajian pustaka yang uraiannya meliputi pengertian
pemahaman, pengertian konsep, pemahaman konsep dasar fisika, serta perbedaan
SMP Perkotaan dan SMP Pedesaan. Pada setiap bagian dibahas kajian-kajian teori
yang menjelaskan secara terperinci defenisi operasional yang digunakan yaitu
pemahaman konsep dan pemahaman konsepdasar fisika itu sendiri dan objek yang
akan di teliti yaitu asal sekolah SMP Induk Perkotaan dan SMP Pedesaan.
Bab III merupakan metode penelitian yang memuat jenis penelitian yang
digunakan yaitu penelitian komparatif . Subjek penelitian yaitu semua siswa kelas
X IPA SMA Negeri 2 Majene. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes
tentang pemahaman konsep dasar dan format dokumentasi berupa hasil
wawancara. Prosedur penelitian terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan,
11
dan tahap pelaporan. Teknik pengumpulan data dengan tes pemahaman yang
berkaitan dengan konsep dasar fisika serta wawancara dengan guru matapelajaran.
Teknik analisis data yang digunakan dalam mengelola data yang diperoleh dari
penelitian adalah analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Bab IV memuat hasil penitiian yaitu data-data yang diperoleh pada saat
penelitian yaitu hasil tes pemahaman konsep dasar fisika di kelas X IPA SMA
Negeri 2 Majene serta hasil analisis data statistic deskriptif dan statistic inferensial,
sedangkan pada pembahasan memuat penjelasan-penjelasan dari hasil penelitian
yang diperoleh.
Bab V merupakan penutup, yang berisi kesimpulan-kesimpulan yang
diambil dari hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah yang diangkat.
Terakhir adalah saran-saran yang dinilai bermanfaat bagi semua pihak untuk
perbaikan dan peningkatan pemahaman konsep dasar fisika yang akan datang.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemahaman
Pengertian pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang
dikemukakan oleh Winkel dan Mukhtar (Sudaryono, 2012: 44) mengemukakan
bahwa: “Pemahaman yaitu kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami
sesuatu setelah sesuatu itu diketahui atau diingat; mencakup kemampuan untuk
menangkap makna dari arti dari bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan
menguraikan isi pokok dari suatu bacaan, atau mengubah data yang disajikan
dalam bentuk tertentu ke bentuk yang lain”.
Dalam hal ini, siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa yang
diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, dan dapat
memanfaatkan isinya tanpa keharusan untuk menghubungkan dengan hal-hal yang
lain. Kemampuan ini dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk, yaitu:
menerjemahkan (translation), menginterprestasi (interpretation), dan
mengekstrapolasi (extrapolation).
Sementara Benjamin S. Bloom (Sudijono, 2009: 50) mengatakan bahwa:
“Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat”. Dengan kata lain,
memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-kata sendiri.
13
Menurut Taksonomi Bloom dalam (Daryanto, 2008: 106) mengemukakan,
pemahaman (comprehension) kemampuan ini umumnya mendapat penekanan
dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk memahami atau mengerti apa
yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat
memanfaatkan isinya tanpa keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Bentuk soal yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah
pilihan ganda dan uraian.
Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan
menjadi tiga, yaitu:
a) Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation) arti
dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari konsepsi abstrak
menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang
mempelajarinya.
b) Menginterpretasi (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah
kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu komunikasi.
c) Mengekstrapolasi (extrapolation)
Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi
sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui
14
apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa
keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dengan kata lain, memahami
adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-kata sendiri. Kemampuan pemahaman dapat dijabarkan
menjadi tiga, yaitu: menerjemahkan (translation), menginterpretasi
(interpretation), mengekstrapolasi (extrapolation).
B. Konsep
Pengertian konsep yang dikemukakan oleh S. Hamid Husen dalam buku
(Sapriya, 2009: 43) mengemukakan bahwa: “Konsep adalah pengabstraksian dari
sejumlah benda yang memiliki karakteristik yang sama”. Selanjutnya More dalam
(Sapriya, 2009: 43) mengatakan bahwa “Konsep itu adalah sesuatu yang
tersimpan dalam benak atau pikiran manusia berupa sebuah ide atau sebuah
gagasan”. Konsep dapat dinyatakan dalam sejumlah bentuk konkrit atau abstrak,
luas atau sempit, satu kata frase. Beberapa konsep yang bersifat konkrit misalnya:
manusia, gunung, lautan, daratan, rumah, negara, dan sebagainya.
Menurut Bloom (Vestari, 2009: 16) “Pemahaman konsep adalah
kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu mengungkap suatu
materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan
interpretasi dan mampu mengaplikasikannya”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, pemahaman
konsep adalah kemampuan menangkap pengertian-pengertian seperti mampu
15
memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan, memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci
dengan menggunakan kata-kata sendiri, mampu menyatakan ulang suatu konsep,
mampu mengklasifikasikan suatu objek dan mampu mengungkapkan suatu materi
yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami.
C. Pemahaman Konsep Dasar Fisika
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah
pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri yang
fibaca atau didengarnya, memberikan contoh lain dari yang telah dicontohkan,
atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus yang lain. Dalam taksonomi
Bloom, kesanggupan memahami setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan.
Namun, tidaklah berarti bahwa pengetahuan tidak perlu ditanyakan sebab, untuk
dapat memahami, perlu terlebih dahulu mengetahui atau mengenal (Sudjana 2008,
24).
Berdasarkan taksonomi Bloom, pemahaman merupakan jenjang kognitif
C2 yang dalam bahasa ingris disebut Comprehension, istilah ini kemudian
mengalami perluasan makna menjadi Understanding. Menurut Bloom (1959),
comprehension is understand the meaning, paraphrase a concept. Pemahaman
(comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat penekanan dalam proses
belajar mengajar. Menurut Bloom “ Here we are using the tern “comprehension”
to include those objectives, behaviors, or responses which represent an
understanding of the literal message contained in a communication”. Artinya :
disini menggunakan pengertian pemahaman mencakup tujuan, tingkah laku, atau
16
tanggapan mencerminkan sesuatu pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam
satu komunikasi (http://asyharry.blogspot.com/pemahaman-comprehension-
menurut-bloom, 2014).
Pemahaman konsep dasar fisika adalah kemampuan menangkap
pengertian-pengertian seperti mampu memahami atau mengerti apa yang
diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan, memberikan penjelasan
atau memberi uraian yang lebih rinci dengan menggunakan kata-kata sendiri,
mampu menyatakan ulang suatu konsep, mampu mengklasifikasikan suatu objek
dan mampu mengungkapkan suatu materi fisika yang disajikan kedalam bentuk
yang lebih dipahami.
Materi dasar fisika misalnya materi tentang Besaran dan satuan, gerak,
gelombang dan sebagainya. Pemahaman konsep dasar fisika merupakan suatu
yang dicapai melalui proses belajar fisika yang didapakan di SMP. Baik tidaknya
pemahaman konsep dasar fisika yang dicapai seseorang tergantung pada proses
belajar itu sendiri serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar fisika.
Menurut Benjamin S. Bloom (1966:7) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik.
Berdasarkan penjelasan teoritis tersebut, pemahaman (understending)
merupakan kata kunci dalam pembelajaran. Berdasarkan konsepsi teoritis yang
melandasi kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Konsepsi belajar mengacu pada pandangan konstruktivitik, bahwa
understending construction menjadi lebih penting dibandingkan dengan
memorizing fack (Abdullah & Abbas, 2006).
17
2. Salah satu tujuan pendidikan adalah memfasilitasi peserta didik to active
understending yang dapat diungkapkan secara verbal, numerikal,
kerangka pikir pesitivistik, kerangka pikir kehidupan berkelompok, dan
kerangka kontemplasi spiritual (Gardner, 1999).
3. Pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan
transformasi ilmu pengetahuan (Gardner, 1999).
4. Pemahaman merupakan landasan bagi peserta didik untukmembangun
insight dan wisdom (Longworth, 1999:91).
5. Pemahaman merupakan indikator unjuk kerja yang siap direnungkan,
dikritik, dan digunakan oleh orang lain (Gardner, 1999).
6. Pemahaman merupakan perangkat baku program pendidikan yang
merefleksikan kompetensi (Yulaelawaty, 2002).
7. Pemahaman mincul dari hasil evaluasi dan refleksi diri sendiri
(Wenning, 2006).
Pemahaman sebagai representasi hasil pembelajaran menjadi sangat
penting. Landasan teoretis sebagai alternatif pijakan dalam mengemas
pembelajaran dalam pemahaman (learning for understending) sekaligus dalam
pengembangan kemampuan pemecahan masalah fisika adalah sebagai berikut,
1. Tiga wawasan berfikir dalam pembelajaran fisika yaitu to presen subject
matter is not teaching, to store stuff away in the memory is not learning,
dan to memorize what is stored away is not proof of understending
(Nachtigall, 1998:1).
18
2. Guru fisika dianjurkan untuk mengurangi berceritera dalam
pembelajaran, tetapi nlebih banyak mengajak para peserta didik untuk
bereksperimen dan memecahkan masalah (Williams, 2005).
3. Guru fisika dianjurkan lebih banyak menyediakan context-rich problem
dan mengurangi context-poor problem dalam pembelajaran
(yerushalmi & Magen, 2006).
Landasan teoretis tersebut menekankan pula pentingnya guru melakukan
perubahan paradigma dalam memfasilitasi peserta didik, dari cara pandang:
“mengajar adalah berceritera tentang konsep” menjadi sebuah perspektif ilmiah
teoretis: “mengajar adalah mengubah lingkungan belajar dan menyiapkan
ransangan-ransangan kepada peserta didik untuk melakukan inquiry learning dan
memecahkan masalah” (Wenning, 2006).
D. Sekolah Perkotaan dan Pedesaan
Sekolah yang peneliti maksud adalah SMP induk perkotaan yang berada
di jantung kota dalam hal ini ibu kota kabupaten dan pada umumnya disebut
sebagai sekolah unggulan dan SMP pedesaan yang notabenenya berada pada
daerah sekitar jantung kota maupun daerah pedesaan. Dari aspek klimatologis
nampak pengaruhnya terhadap beberapa sistem operasional kependidikan yang
berhubungan dengan batas-batas usia masuk sekolah bagi anak-anak serta bentuk
bangunan pergedungan sekolah serta fasilitas yang diperlukan. Pengaruh
lingkungan alam juga menyebabkan perbedaan alat pelajaran atau alat-alat
praktikum. Sehingga sistem manajemen dan pembiayaannya pun tidak sama
antara satu macam lingkungan dengan lingkungan lainnya (Arifin. M, 2003: 111).
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penetian ini adalah jenis penelitian
Ex-Postfacto. Penelitian Ex-postfacto merupakan penelitian yang bertujuan
menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau
fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang
menyebabkan perubahan pada variabel bebas yang secara keseluruhan sudah
terjadi. Penelitian ini secara metodis merupakan penelitian eksperimen yang juga
menguji hipotesis tetapi tidak memberikan perlakuan-perlakuan tertentu kepada
variabel (Sangadji, E.M,2010:24).
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Criterion Group Designs
dengan melibatkan pemilihan dua kelompok yang berbeda yaitu siswa yang
berasal dari SMP induk perkotaan dan siswa yang berasal dari SMP pedesaan
kemudian membandingkan mereka pada pemahaman konsep dasar fisika.
Tabel 3.1 : Desain penelitian Criterion Group Designs
Grup Karakteristik Prestasi
I C1 O1
II C2 O2
(Frankell & Wallen,2009;367)
20
Keterangan :
C1 = Kelompok siswa yang berasal dari SMP induk perkotaanC2 = Kelompok siswa yang berasal dari SMP pedesaanO1 = Pemahaman konsep dasar Fisika siswa yang berasal daan
SMP induk perkotaanO2 = Pemahaman konsep dasar Fisika siswa yang berasal dari
SMP pedesaan
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2013:117).
Sedangkan menurut Donald Ary dalam bukunya Introduction to Research
in Education, mengemukakan bahwa pupolasi adalah keseluruhan jumlah yang
lebih besar yang menjadi sasaran generalisasi. Dan juga populasi dirumuskan
sebagai seluruh anggota kelompok (orang); kejadian atau obyek yang telah
dirumuskan secara jelas (Donald Ary, 1982:189).
Dalam buku Pengantar Metodologi Statistik II dikemukakan bahwa
populasi adalah keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri
atau karakteristik yang sama (Anton Dajan, 1986: 110).
Senada dengan hal diatas menurut statistikawan bahwa populasi tidak
hanya mencakup individu atau objek dalam suatu kelompok tertentu malahan
21
mencakup hasil-hasil pengukuran yang diperoleh dari peubah (variabel) tertentu.
Populasi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan aspek tertentu dari ciri,
fenomena, atau konsep yang menjadi pusat perhatian (Arif Tiro, 2000 : 133).
Sedangkan Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya prosedur
penelitian yang mengatakan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian” (Suharsimi Arikunto 2002, 108).
Berdasarkan uraian dari definisi populasi di atas maka penulis mampu
memahami bahwa populasi adalah semua/seluruh objek yang dapat menarik
perhatian untuk dijadikan bahan penelitian baik berupa individu, orang,
kejadian/peristiwa, fenomena, atau objek lainnya. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X IPA SMAN 2 Majene yang berasal dari SMP induk
perkotaan dan SMP pedesaan sebanyak 117 siswa.
Table 3.2 : Populasi Penelitian Siswa Kelas X IPA SMAN 2Majene Kabupaten Majene.
Kelas Jumlah SiswaAsal Sekolah
SMP Induk Perkotaan SMP Pedesaan
X- IPA 1 29 21 8
X- IPA 2 31 18 13
X- IPA 3 28 15 13
X- IPA 4 29 11 18
Jumlah 117 65 52
22
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Apa yang dipelajari dri sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi yang betul-betul
representatif (mewakili) (Sugiyono, 2013:118).
Senada dengan definisi di atas Arif Tiro dalam bukunya “Dasar-dasar
Statistik” mengemukakan bahwa sampel adalah sejumlah anggota yang diambil
dari suatu populasi. Besarnya sampel ditentukan oleh banyaknya data atau
observasi dalam sampel itu. Oleh karena itu, sampel diplih harus mewakili
populasi (Arif Tiro, 2000: 3).
Dari kedua penjelasan definisi di atas maka dengan demikian penulis dapat
memberikan kesimpulan bahwa sampel adalah anggota bagian dari suatu populasi
yang bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai obyek yang diteliti
dengan mengambil sebahagian saja dari populasi tersebut.
Teknik sampling pada penelitian ini yaitu proportional random sampling,
teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi
dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut. Cara ini
memberi landasan generalisasi yang dapat dipertanggungjawabkan dari pada
apabila dilakukan tanpa memperhitungkan besar kecilnya sub populasi dari tiap-
tiap sub populasi. Hal ini dilakukan dengan cara pengambilan objek dari setiap
23
asal sekolah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya jumlah objek
dalam masing-masing asal sekolah. Pengambilan jumlah anggota sampel
dilakukan dengan menggunakan teknik Nomogram Herry King dengan langkat-
langkah sebagai berikut:
1. Menentukan derajat kepercayaan, dalam hal ini peneliti menghengdaki
kepercayaan sampel terhadap populasi sebesar 95% atau dengan tingkat
kesalahan 5%.
2. Menentukan faktor pengali, karna taraf kepercayaan 95% maka faktor
pengalinya 1,195 (lihat diagran Nomogram Herry King, Sudjono, 129).
3. Menentukan presentasi populasi yang di ambila sebagai sampel yaitu
dengan cara, menarik garis lurus ukuran populasi ketaraf kesalahan
sehingga diperoleh sekitar 69% = 0,69.
4. Menghitung jumlah sampel yang diambil dengan persamaan sebagai
berikut:
JS = % P x N x FP
= 0,69 x 117 x 1,195
= 96
Jadi, Jumlah sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini sebanyak 96
siswa (Sugioni, 2010:128-129).
Menhitung jumlah sampel berdasarkan tiap asal sekolah dengan
menggunaan persamaan berikut:
JS tiap sekolah =Jumlah populasi tiap sekolah
jumlah semua populasi x JS
24
a. Untuk SMP Inuk Perkotaan
JS1 =65117
x 96
= 53 siswa
Tabel 3.3 : Sampel SMP Induk perkotaan
Kelas Jumlah Populasi Julah Sampel
X – IPA 1 21 17
X – IPA 2 18 15
X – IPA 3 15 12
X – IPA 4 11 9
Jumlah 65 53
b. Untuk SMP Pedesaan
JS2 = 52117
x96
= 43 Siswa
Tabel 3.4 : Sampel SMP Pedesaan
Kelas Jumlah Populasi Julah Sampel
X – IPA 1 8 6
X – IPA 2 13 11
X – IPA 3 13 11
X – IPA 4 18 15
Jumlah 52 43
25
D. Prosedur penelitian
Dalam pengumpulan data penulis menempuh beberapa tahap secara garis
besar dibagi dalam dua tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
a. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
b. Melengkapi surat-surat izin penelitian
c. Melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing serta pihak sekolah
mengenai rencana teknis penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan dengan langkah-langkah sebagai
berikut.
a. Peneliti mengambil hasil tes pemahaman konsep dari sampel yang telah
ditentukan.
1) Instrumen Tes
2) Dokumentasi
b. Peneliti menganalisis hasil tes yang telah diperoleh
c. Peneliti membandingkan hasil yang telah dianalisis.
3. Tahap pelaporan
E. Instrumen penelitian
Dalam setiap penelitian dikenal istilah metode dan instrumen pengumpul
data. Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
26
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan pengumpulan
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Berdasarkan defenisi tersebut suatu instrumen berfungsi untuk menjaring
data-data hasil penelitian. Instrumen juga diartikan sebagai alat bantu merupakan
saran yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket (questionnaire),
daftar cocok (check list), pedoman wawancara (interview guide atau interview
schedule), lembar/paduan pengamatan (observation sheet atau obeservation
schedule), soal tes (test), inventarori (inventory), dan skala (scale) (Trianto.
2010:263).
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Instrumen tes
Instrumen tes pada penelitian ini digunakan untuk mengukur pemahaman
konsep siswa dengan mengacu pada indikator pemahaman konsep. Instrumen ini
berupa soal pilihan ganda dan essay yang dikembangkan oleh peneliti dengan
mengacu pada rana kognitif dengan melihat indikator pemahaman konsep. Teknik
ini diperuntukkan untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep dasar fisika siswa
X IPA SMAN 2 Majene. Adapun instrumen tes yang peneliti maksud adalah
terlampir.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen tertulis, gambar maupun
eletronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan
27
fokus masalah. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini tidak begitu
sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum
berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi
benda mati. Dokumen dalam penelitian ini berupa bukti-bukti bahwa penelitian ini
telah dilaksanakan seperti foto kegiatan penelitian.
Teknik ini diperuntukkan untuk mengetahui bahwa peneliti telah
melakukan suatu tindakan untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat
pemahaman konsep dasar fisika siswa X IPA SMAN 2 Majene.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisi data yang digunakan adalah analisis data statastik deskriktif
dan inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik
distribusi skor masing-masing variabel penelitian. Statistik deskriptif yang
digunakan adalah table distribusi frekuensi, rentang kelas, panjang kelas, rata-rata,
persentase, dan standar deviasi. dan analisis inferensial digunakan untuk menguji
hipotesis penelitian.
Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
a. Data yang terkumpul dikategorikan dan dipilih menurut jenis datanmya.
b. Melakukan seleksi terhadap data yang dianggap data inti yang berkaitan
langsung dengan permasalahan dan data yang hanya merupakan data
pendukung.
28
c. Menelaah, mengkaji dan mempelajari lebih dalam data tersebut
kemudian melakukan interpretasi data untuk mencari solusi dalam
permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif untuk mendeskripsikan pemahaman konsep dasar fisika
antara siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan dan SMP pedesaan:
a. Menyusun tabel distribusi frekuensi dengan langkah-langkah:
1) Menghitung jumlah kelas interval
K = 1 + (3,3) log n
Keterangan:
K = jumlah kelas
n = banyaknya data
2) Menghitung rentang kelas, yakni data terbesar dikurangi data terkecil
R = Xt-Xr
Keterangan:
Xt = Skor tertinggi
Xr = Skor terendah
3) Menghitung panjang kelas
i = RK
Keterangan :
i = Panjang kelas interval
R= range (jangkauan)
K= banyaknya kelas
29
b. Mean atau rata-rata
Keterangan :
x = rata-rata
fi = frekuensi ke-i
xi = Nilai tengah
c. Menghitung standar deviasi
SD=i√ ( ∑fd 2)
N−(∑fd
N )2
Keterangan:
SD = Standar Deviasi
∑fd2 = Jumlah frekuensi kuadrat deviasi
∑fd = Jumlah frekuensi deviasi
n = Jumlah sampel
i = Panjang interval kelas
d. Menentukan persentase
P = fN
x 100%
Keterangan :
P = Angka persentase
x=∑i=1
k
f i x i
∑i=1
k
f i
30
F = Frekuensi yang dicari persentase
N = Banyaknya responden
e. Mengkategorikan pemahaman konsep dasar fisika siswa
Tabel 3.5 : Kategori Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa
Konversi nilaiPredikat Kategori
Skala 100 Skala 4
86-100 4,00 A Sangat Baik81-85 3,66 A-
76-80 3,33 B+
Baik71-75 3,00 B
66-70 2,66 B-
61-65 2,33 C+
Cukup56-60 2,00 C
51-55 1,66 C-
46-50 1,33 D+Kurang
0-45 1,00 DSumber : Standar yang ditetapkan Depdikbud 2013
2. Analisis data inferensial
Statistik inferensial merupakan teknik statitik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas data dimaksudkan apakah data-data yang digunakan
berdistribusi normal atau tidak. Untuk pengujian tersebut digunakan rumus Chi-
kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut:
❑hitung❑ =∑
i=1
k Oi−Ei
Ei
31
Keterangan:
Oi` = Frekuensi hasil pengamatan
Ei = Frekuensi harapan
b. Uji Homogenitas
Uji ini ditujukan untuk menguji kesamaan beberapa bagian sampel, yakni
seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.
Uji varian ini menggunakan rumus sebagai berikut:
F = VariansTerbesarVarians terkecil
Dengan taraf signifikan 0,05 dan derajat kebebasan pembilang nk-1 serta derajat
kebebasan nk-1, jika diperoleh Fhitung¿ Ftabel berarti varians kedua kelompok sama.
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka diperoleh data
yang nornal dan homogen. Setelah itu dilakukan analisis parametrik dengan
melakukan uji hipotesis sesuai dengan langkah-langkah sebagai berikut.
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan sementara yang
dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan uji dua pihak.
H0 : µ1 = µ2 lawan H1 : µ1 ≠ µ2
keterangan :
H0 : Tidak ada perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara siswa
yang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan siswa yang berasal dari
SMP pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene
H1 : Ada perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara siswa yang
berasal dari SMP Induk Perkotaan dan siswa yang berasal dari
SMP pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene
32
µ1 : Rata-rata pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari
SMP Induk Perkotaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene
µ2 : Rata-rata pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari
SMP Pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene
Terdapat dua rumus t-test yang dapat digunakan untuk pengujian hipotesis
komparatif digunakan uji t-tes dua sampel independen sesuai syarat sebagai
berikut:
1. Bila jumlah anggota sampel n1 ≠n2, dan varian homogen (ϕ 12 = ϕ 2
2 )
maka dapat digunakan rumus t-tes poolled varian. Untuk melihat harga
derajat kebebasannya digunakan dk = n1 + n2 – 2
2. Bila jumlah anggota sampel n1 ≠n2, dan varian tidak homogen
(ϕ 12≠ϕ
22) maka dapat digunakan rumus separated varians. Dengan
harga t sebagai pengganti t tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan
dk = n1 – 1 dan dk = n2 – 1, dibagi dua dan kemudian ditambahkan
dengan harga t yang terkecil.
Adapun rumus-rumus t-test menurut sugiyono adalah sebagai berikut:
1. Separated Varians
t=X1−X2
√ s12
n1
+s
22
n2
2. Pooled Varians
t=X1−X2
√ (n1−1 ) S12+( n2−1 ) S2
2
n1+n2−2 ( 1n1
+ 1n2 )
33
34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Persiapan Pelaksanaan Penelitian
Setelah melakukan seminar proposal hari jum’at tanggal 21 November
2014, peneliti melakukan perbaikan instrumen terkait saran-saran maupun
perbaikan yang disampaikan pada saat seminar proposal. Selanjutnya uji validisasi
instrumen dilaksanakan pada tanggal 10 Desember 2014. Setelah dianggap valid,
kedua pembimbing membuat pernyataan bahwa instrumen yang telah dibuat oleh
peneliti sudah divalidasi untuk dijadikan patokan atau tolak ukur dalam penelitian
ini. Selanjutnya peneliti mengurus persuratan seperti berita acara, surat keterangan
seminar pengesahan draft skripsi serta surat penelitian yang akan dibawa ke
kesbangpol kabupaten Majene dan persuratanpun sudah rampung sampai tanggal
18 Desember setelah itu peneliti kembali ketempat penelitian untuk membawa
surat untuk diajukan kesbangpol dan pada tanggal 12 Januari 2015, persuratan
yang peneliti urus di kantor kesbangpol telah selesai selanjutnya peneliti
membawa surat tembusan dari kantor kesbangpol untuk kantor Dinas Pendidikan
Kab. Majene serta surat tembusan untuk sekolah SMA Negeri 2 Majene.
B. Deskripsi Pengambilan Data Penelitan
Responden dalam penilitan adalah siswa SMA Negeri 2 Majene yang
masih duduk di kelas X IPA yang menjadi sampel penelitian, jumlah siswa kelas
X IPA SMA Negeri 2 Majene sebanyak 117 orang dimana 96 orang siswa
diantaranya menjadi sampel penelitian dan terbagi atas empat kelas yaitu X IPA 1
35
sebanyak 23 orang, X IPA 2 sebanyak 26 orang, X IPA 3 sebanyak 23 orang dan
X IPA 4 sebanyak 23 orang. Pembagian instrumen tes berupa soal pada setiap
responden dilakukan peneliti dengan waktu yang berbeda-beda, untuk kelas X
IPA 1 dilaksanakan pada hari senin tanggal 12 januari 2015 pada pukul 13.00
WITA, untuk kelas X IPA 2 pada hari selasa tanggal 13 januari 2015 pukul 08.30
WITA, untuk kelas X IPA 3 pada hari selasa tanggal 13 januari 2015 pukul 11.00
WITA, dan untuk kelas X IPA 4 pada hari rabu 14 januari 2015 pukul 08.00
WITA.
Sebelum membagikan soal pada responden, terlebih dahulu peneliti
melakukan konsultasi dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk
mengatur jadwal seperti yang dijelaskan sebelumnya. Setelah berada dalam kelas
responden terlebih dahulu peneliti melakukan perkenalan serta menyampaikan
maksud dan tujuan memasuki kelas responden, dan kemudian peneliti
menjelaskan nmekanisme mengerjaan soal serta membagikan soal instrumen
kepada responden. Waktu yang disiapkan untuk mengerjakan soal kurang lebih 30
hingga 45 menit, dan dalam proses ini penelitidan guru tetap melakukan
pendampingan. Setelah semua responden telah mengerjakan soal maka hasil
tersebut dikumpulkan kembali. Untuk memberi gambaran terkait soal yang telah
diberikan maka peneliti memberikan penjelasan dan pembahasan mengenai
jawaban yang benar dari soal yang telah diberikan.
Peserta didik yang terlibat mengerjakan soal sebanyak 96 orang yang
terdiri dari 53 orang berasal dari SMP induk perkotaan dan 43 orang yang berasal
36
dari SMP pedesaan. Hasil pekerjaan mereka selanjutnya diperiksa dan diberi
skoring pada setiap item soal.
C. Hasil Penelitian
1. Analisis Deskriptif
a. Analisis Deskriptif Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal
dari SMP Induk Perkotaan di SMA Negeri 2 Majene
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas X IPA
SMA Negeri 2 Majene dengan jumlah responden sebanyak 53 orang, maka
peneliti dapat mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang diisi
oleh setiap siswa yang menjadi subjek penelitian penelitian. Selanjutnya data-data
tersebut dapat diolah dengan menggunakan statistik deskriptif seperti yang
terlampir pada lampiran 3.a. Hasil yang diperoleh dari statistik deskriptif
diperoleh rentang kelas sebesar 40 yang merupakan selisih antara nilai maksimal
sebesar 95 dan nilai minimal sebesar 55. Jumlah kelas interval yang di peroleh
sebesar 7, dan panjang kelas sebesar 5,71 yang dibulatkan menjadi 6. Selanjutnya
peneliti membuat tabel distribusi frekuensi, dan peneliti mencari mean score
sehingga di peroleh nilai 75,16 dan standar deviasi diperoleh nilai 11,73.
Langkah selanjutnya adalah menentukan kategorisasi dengan mengacu
pada standar dekdikbud tahun 2013. Berdasarkan tabel kategorisasi maka
diperoleh pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk
perkotaan berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 75,16. Nilai
rata-rata ini termasuk dalam predikat B atau setara dengan nilai 3 pada skala
rentang nilai 1-4.
37
b. Analisis Deskriptif Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal
dari SMP Pedesaan di SMA Negeri 2 Majene
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa kelas X IPA
SMA Negeri 2 Majene dengan jumlah responden sebanyak 43 orang, maka
peneliti dapat mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen yang diisi
oleh setiap siswa yang menjadi subjek penelitian penelitian. Selanjutnya data-data
tersebut dapat diolah dengan menggunakan statistik deskriptif seperti yang
terlampir pada lampiran 3.b. Hasil yang diperoleh dari statistik deskriptif
diperoleh rentang kelas sebesar 40 yang merupakan selisih antara nilai maksimal
sebesar 80 dan nilai minimal sebesar 40. Jumlah kelas interval yang di peroleh
sebesar 6, dan panjang kelas sebesar 6,66 yang dibulatkan menjadi 7. Selanjutnya
peneliti membuat tabel distribusi frekuensi, dan peneliti mencari mean score
sehingga di peroleh nilai 57,65 dan standar deviasi diperoleh nilai 7,84.
Langkah selanjutnya adalah menentukan kategorisasi dengan mengacu
pada standar dekdikbud tahun 2013. Berdasarkan tabel kategorisasi maka
diperoleh pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan
berada pada kategori cukup dengan nilai rata-rata sebesar 57,65. Nilai rata-rata ini
termasuk dalam predikat C atau setara dengan nilai 2 pada skala rentang nilai 1-4
38
2. Analisis inferensial (perbandingan pemahaman konsep dasar fisika
antara siswa yang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan SMP
Pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene)
a) Uji Asumsi Dasar
1) Uji Normalitas
(a) Uji normalitas pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP
induk pekotaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene
Setelah melakukan perhitungan Mean sore dan diperoleh hasil perhitungan
standar deviasi seperti pada lampiran 3.a. Selanjutnya data tersebut diolah dengan
langkah-langkah pada lampiran 3.c dengan melakukan uji normalitas dan
diperoleh “X2” hitung sebesar 8,62 sehingga nilai X2hitung < X2
tabel (8,62 < 9,488).
Sesuai dengan ketentuan yang mengatakan bahwa apabila nilai X2hitung lebih kecil
dari pada X2tabel maka data tersebut dapat dikatan terdistribusi secara normal.
(b) Uji normalitas pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP
pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene
Seperti halnya dengan SMP induk perkotaan pada siswa SMP pedesaan
juga dilakukan perhitungan Mean sore dan diperoleh hasil perhitungan standar
deviasi seperti pada lampiran 3.b. Selanjutnya data tersebut diolah dengan
langkah-langkah pada lampiran 3.c dengan melakukan uji normalitas dan
diperoleh “X2” hitung sebesar 5,142 sehingga nilai X2hitung < X2
tabel (5,142 < 7,815).
Sesuai dengan ketentuan yang mengatakan bahwa apabila nilai X2hitung lebih kecil
dari pada X2tabel maka data tersebut dapat dikatan terdistribusi secara normal.
39
2) Uji Homogenitas
Peneliti juga melakukan uji F dengan langkah-langkah seperti pada
lampiran 3.c, dimana “F” hitung diperoleh 2,24, karena Fhitung ˃ Ftabel (2,24 ˃ 1,64)
maka data yang diperoles tersebut berasal dari populasi yang tidak homogen
sesuai dengan pernyataan bahwa apabila Fhitung lebih besar dari pada Ftabel maka data
tersebut berasal dari populasi yang homogen dan begitupun sebaliknya apabila
Fhitung lebih kecil dari pada Ftabel maka data tersebut berasal dari populasi yang
homogen.
b) Uji Hipotesis
Selanjutnya uji statistik untuk mencari harga “t” dan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan atau tidak, maka harga thitung harus
dibandingkan dengan harga ttabel dan dilakukan seperti langkah-labgkah pada
lampiran 3.c. Bila thitung lebih besar dari pada ttabel maka terdapat perbedaan
sehingga instrumen dianggap valid. Dan diperoleh thitung = 8,71 yang diperoleh
lebih besar dari ttabel pada taraf signifikan 5% (8,71 > 1,98) maka H1 diterima dan
Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara
siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan dan siswa yang berasal dari SMP
pedesaan di kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene.
Dari hasil analisis data serta uraian diatas maka disimpulkan bahwa
pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berasal dari SMP pedesaan
meskipun selisih dari kedua kelompok siswa tersebut tidak terlalu jauh. Untuk
40
lebih jelasnya data tersebut dapat pula disajikan dalam bentuk histogram seperti
pada gambar grafik berikut ini:
SMP induk perkotaan
57%
SMP pedesaan43%
Tingkat Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene
SMP induk perkotaan SMP pedesaan
Gambar 4.1: Grafik perbandingan pemahaman konsep dasar fisika siswayang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan Pedesaan padakelas X IPA SMA Negeri 2 Majene
Gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa pemahaman konsep dasar fisika
siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene dimana rata-rata skor pemahanan siswa
yang berasal dari SMP induk perkotaan lebih tinggi dari pada siswa yang berasal
dari SMP pedesaan. Berdasarkan data, dapat ditunjukkan bahwa rata-rata skor
pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan
sebesar 75,16 atau 57% sedangkan untuk siswa SMP pedesaan memiliki rata-rata
tingkat pemahaman konsep dasar fisika sebesar 57,65 atau 43%.
41
D. Pembahasan
1. Pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk
perkotaan pasa siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa yang berasal dari SMP
induk perkotaan yang diambil dari seluruh kelas X IPA, dengan menggunakan
instrumen penelitian berupa tes pemahaman konsep dasar fisika yang telah
peneliti siapkan serta penelitian berlangsung selama 3 hari untuk 4 kelas x ipa di
SMA Negeri 2 Majene. Maka peneliti melakukan pengelolah data yang telah
diperoleh dari hasil tes dengan jumlah soal pilihan ganda sebanyak 10 nomor serta
soal essay sebanyak 5 nomor. Setelah peneliti melakukan pengujian analisis
statistik deskriptif dan diperoleh jumlah kelas interval 6,66, distribusi frekuensi
terbesar berada pada nilai 95 dan distribusi frekuensi terkecil berada pada nilai 55,
dengan rentang nilai sebesar 40, panjang kelas 5,71 dan rata-rata yang diperoleh
adalah 75,16.
Setelah melakukan perhitungan terhadap kategori pemahaman konsep
dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan pada siswa kelas X IPA
SMA Negeri 2 Majene diperoleh data jumlah siswa yang berada pada kategori
“sangat baik” 15 orang dengan persentase (28,3%), siswa yang berada pada
kategori “baik” 27 orang dengan persentase (50,94%), siswa yang berada pada
kategori “cukup” 11 orang dengan persentase (10,76%), dan siswa berada pada
42
kategori “kurang” tidak ada dengan persentase (0%). Berdasarkan data tersebut
dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari
SMP induk perkotaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene termasuk
kategori baik karena persentase yang berada pada kategori baik lebih banyak dari
pada yang berada pada kategori sangat baik, serta rata-rata nilai yang diperoleh
dari semua hasil tes pemahaman konsep dasar fisika berada pada kategori baik
yaitu sebesar 75,16.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, dapat menunjukkan bahwa
pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan
pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene berada pada kategori baik, hal ini
sesuai dengan hasil tes pemahaman konsep yang telah diberikan oleh peneliti
berupa soal pilihan ganda sebanyak 10 nomor serta soal essay benanyak 5 nomor.
Telah diketahui bahwa, pada dasarnya materi pelajaran fisika terkadang
sukar dipahami oleh siswa karena materi fisika membutuhkan pemahaman konsep
dasar untuk bisa memahaminya sebab semua materi yang ada dalam pelajaran
fisika mempunyai keterkaitan, sehingga ketika pemahaman konsep dasar tidak
baik maka pada saat siswa dihadapkan pada pembelajaran fisika yang lebih lanjut
atau soal tes, mereka akan kesulitan dalam mengikuti maupun memjawab soal tes
tersebut.
Melalui pemahaman konsep dasar yang dimiliki dapat mempengaruhi
prestasi siswa saat mengikuti pembelajaran di jenjang yang lebih tinggi dalam hal
ini di jenjang SMA, dan dapat disimpulkan latar belakang sekolah sangat
berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman konsep dasar siswa, dimana
43
apabila asal sekolah siswa memiliki kualitas pembelajaran yang bagus maka siswa
akan memiliki tingkat pemahaman konsep yang dapat membantu dalam mengikuti
pelajara di jenjang yang lebih tinggi dalam hal ini pembelajar fisika di tingkat
SMA. Sehingga dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa yang
berasal dari SMP induk perkotaan tidak terlalu mengalami kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran di SMA Negeri 2 Majene.
2. Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal dari SMP
Pedesaan pasa Siswa Kelas X IPA SMA Negeri 2 MAjene.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa yang berasal dari SMP
pedesaan yang diambil dari seluruh kelas X IPA, dengan menggunakan instrumen
penelitian berupa tes pemahaman konsep dasar fisika yang telah peneliti siapkan
serta penelitian berlangsung selama 3 hari untuk 4 kelas x ipa di SMA Negeri 2
Majene. Maka peneliti melakukan pengelolah data yang telah diperoleh dari hasil
tes dengan jumlah soal pilihan ganda sebanyak 10 nomor serta soal essay
sebanyak 5 nomor. Setelah peneliti melakukan pengujian analisis statistik
deskriptif dan diperoleh jumlah kelas interval 6,39, distribusi frekuensi terbesar
berada pada nilai 80 dan distribusi frekuensi terkecil berada pada nilai 40, dengan
rentang nilai sebesar 40, panjang kelas 6,66 dan rata-rata yang diperoleh adalah
57,65.
Setelah melakukan perhitungan terhadap kategori pemahaman konsep
dasar fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA
Negeri 2 Majene diperoleh data jumlah siswa yang berada pada kategori “baik”
sebanyak 6 orang dengan persentase (13,95%), siswa yang berada pada kategori
44
“cukup” sebanyak 25 orang dengan persentase (58,14%), siswa yang berada pada
kategori “kurang” sebanyak 12 orang dengan persentase (27,91%), dan siswa
berada pada kategori “sangat baik” tidak ada dengan persentase (0%).
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep dasar
fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri
2 Majene termasuk kategori cukup karena persentase yang berada pada kategori
cukup lebih banyak dari pada yang berada pada kategori baik maupun kurang,
serta rata-rata nilai yang diperoleh dari semua hasil tes pemahaman konsep dasar
fisika berada pada kategori cukup yaitu sebesar 57,65.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, dapat menunjukkan bahwa
pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan pada siswa
kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene berada pada kategori sedang, ha ini sesuai
dengan hasil tes pemahaman konsep yang telah diberikan oleh peneliti berupa
soal pilihan ganda sebanyak 10 nomor serta soal essay benanyak 5 nomor. Telah
diketahui bahwa, pada dasarnya materi pelajaran fisika terkadang sukar dipahami
oleh siswa karena materi fisika membutuhkan pemahaman konsep dasar untuk
bisa memahaminya sebab semua materi yang ada dalam pelajaran fisika
mempunyai keterkaitan, sehingga ketika pemahamak konsep dasar tidak baik
maka pada saat siswa dihadapkan pada pembelajaran fisika yang lebih lanjut atau
soal tes, mereka akan kesulitan dalam mengikuti maupun memjawab soal tes
tersebut.
Oleh karena melalui pemahaman konsep dasar yang dimiliki dapat
mempengaruhi prestasi siswa saat mengikuti pembelajaran di jenjang yang lebih
45
tinggi dalam hal ini di jenjang SMA, dan dapat disimpulkan latar belakang
sekolah sangat berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman konsep dasar siswa,
dimana apabila asal sekolah siswa memiliki kualitas pembelajaran yang kurang
bagus maka siswa akan memiliki tingkat pemahaman konsep yang kurang dan hal
itu kurang dapat membantu dalam mengikuti pelajara di jenjang yang lebih tinggi
dalam hal ini pembelajar fisika di tingkat SMA. Sehingga dari hasil penelitian
dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa yang berasal dari SMP pedesaan sedikit
mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran di SMA Negeri 2 Majene.
3. Perbandingan pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal
dari SMP Induk Perkotaan dan SMP Pedesaan pasa Siswa Kelas X
IPA SMA Negeri 2 MAjene.
Rata-rata pemahaman konsep yang diperoleh dari siswa yang berasal dari
SMP induk perkotaan lebih tinggi dari pada siswa yang berasal dari SMP
pedesaan. Adanya perbedaan rata-rata hasil tes pemahaman konsep dasar fisika
siswa, dimana siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan memberikan hasil tes
pemahaman konsep dasar fisika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
berasal dari SMP pedesaan dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Adapun salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pemahaman
konsep dasar siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan yaitu SMP yang
notabennya berada di daerah induk perkotaan akan lebih ditunjang oleh fasilitas
belajar yang lebih banyak, tenaga pendidik yang lebih berkualitas serta minat dan
motifasi belajar siswa yang lebih tinggi karna dipengaruhi oleh persaingat di SMP
induk perkotaan lebih sengit sehingga memicu peningkatan pemahaman konsep
46
dasar siswa khususnya dalam pelajaran fisika. Sedangkan faktor yang
mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep siswa yang berasal dari SMP
pedesaan yaitu SMP yang berada di daerah pinggir perkotaan maupun yang
berada di pedesan rata-rata masih kekurangan fasilitas belajar yang membuat
siswa kesulitan dalam mengembangkan pemahamannya, selain itu tenaga
pendidik yang belum sepenuhnya memiliki kualitas dalam menyampaikan materi
juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
pemahaman konsep dasar peserta didik. Hal lain yang juga dapat menyebabkan
rendahnya pemahaman konsep dasar siswa yang berasal dari SMP pedesaan
adalah kurangnya minat belajar serta persaingan yang terbangun tidak terlalu ketat
sehingga siswa kurang termotifasi dalam mengembangkan pemahaman konsep
dasar mereka terkhusus dalam bidang ilmu fisika.
Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa pemahaman konsep dasar fisika
siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan lebih tinggi dari pada siswa yang
berasal dari SMP pedesaan. Hal tersebut sejalan dengan hasil wawancara yang
peneliti lakukan dengan ibu Martina Paulina, M.Pd, menyatakan bahwa “dalam
proses pembelajaran fisika di kelas, memang nampak bahwa rata-rata siswa yang
berasal dari SMP Induk Perkotaan terlihat lebih dominam dan aktif dalam
mengikuti pelajaran dibandingkan rata-rata siswa yang berasal dari SMP
pedesaan. Meskipun tidak semua siswa yang berasal dari SMP pedesaan tidak
aktif dalam mengikuti pembelajaran namun kebanyakan dari mereka yang hanya
duduk diam di belakang saat pembelajaran berlangsung”. Selain itu dengan
diterapkannya kurikulum 2013 yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk
47
memilih jurusan dengan istilah “peminatan” maka terkadang siswa hanya ikut
memilih jurusan IPA karena hal tertentu tanpa memperhatikan kemampuannya
sampai dimana, sehingga kebanyakan siswa acuh tak acuh dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Ibu Martina Paulina, M.Pd,
yang mengatakan bahwa “terkadang ada siswa yang memilik kelas IPA hanya
sekedar ingin dikatakan sebagai anak IPA”.
Dari data hasil tes pemahaman konsep dasar nampak jelas bahwa
perbedaan kedua kelompok siswa secara rata-rata sangat jelas, hal ini juga
ditunjukkan kengan persentase jawaban soal yang benar dari siswa berdasarkan
tingkatan soal yang disediakan. Dimana pada soal dengan kategori mudah yaitu
soal nomor 1, 2, dan 8 kedua kelompok siswa menunjukkan rata-rata jawaban
benar dengan persentase yang berbeda yaitu untuk SMP induk perkotaan lebih
besar dari pada SMP pedesaan, untuk kategori soal sedang yaitu soal nomor 3, 4,
5, dan 7, kedua kelompok juga menunjukkan perbedaan yaitu siswa SMP induk
perkotaan memperoleh persentase lebih besar dari pada siswa SMP pedesaan. Dan
untuk kategori nilai soal susah dengan nomor soal 6, 9, dan 10, juga menunjukkan
perbedaan yang sangat jauh dimana siswa dari SMP induk perkotaan rata-rata
dapat menjawab dengan benar lebih besar dari pada rata-rata jawaban siswa SMP
pedesaan. Perbedaan persentase jawaban menunjukkan bahwa pemahaman konsep
dasar fisika masih lemah pada siswa yang berasal dari pedesaan. Faktor utamanya
dapat disebabkan oleh rendahnya kualitas siswa yang berasal dari SMP pedesaan
yang secara tidak langsung dikarenakan kualitas tenaga pendidik yang masih
rendah.
48
Perbedaan rata-rata hasil tes pemahaman konsep dasar yang dilakukan oleh
peneliti juga menunjukkan bahwa kualitas siswa yang berada di SMA Negeri 2
Majene khususnya siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene tidak terlalu
mengecewakan namun juga tidak terlalu tinggi. Hal tersebut sesuai dengan hasil
wawancara dengan guru yang dalam yang juga mengajar dalam mata pelajaran
fisika yang mengatakan bahwa “memang kualitas siswa yang berasal dari SMP
pedesaan tidak semuanya rendah, siswa yang berasal dari SMP pedesaan yang
mampu lolos tes seleksi masuk di SMA Negeri 2 Majene hanyalah para siswa
yang jawara di sekolah masing-masing sedangkan siswa yang berada pada
kategori rendah kebawah tidak mampu lolos pada tahap seleksi masuk di SMA
Negeri 2 Majene sedangkan siswa SMP induk perkotaan yang berkualitas dalam
hal ini para siswa jawara dari SMP induk perkotaan tidak semuanya melanjutkan
studi di SMA Negeri 2 Majene melainkan tersebar dibeberapa SMA unggulan
baik di Kota Majene maupun di SMA unggulan diluar Kota Majene bahkan di luar
Provinsi Sulawesi Barat”. Ini menunjukkan bahwa para siswa yang berasal dari
SMP induk perkotaan tidak terlalu jauh mendominasi saat mengikuti pembelajan
dan begitu pula dengan siswa yang berasal dari SMP pedesaan yang tidak terlalu
tertinggal jauh dari siswa dari SMP induk perkotaan.
Uji homogenitas dimaksudkan untuk melihat apakah kedua kelompok
siswa homogen atau tidak. Hasil analisis dari pengujian homogenitas, diperoleh
nilai Fhitung bila dibandingkan dengan Ftabel maka diperoleh nilai Fhitung lebih besar
dari pada nilai Ftabel (Fhitung ˃ Ftabel) dengan taraf kesalahan 5%. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa varians kedua kelompok siswa (siswa dari SMP induk
49
perkotaan dan siswa dari SMP pedesaan) , tidak homogen. Pernyataan tersebut
sesuai dengan pendapat Sugiono yang menyatakan bahwa “ jika harga Fhitung lebih
besar dari pada harga Ftabel, dengan kesalahan taraf kesalahan 0,05 (5%), maka
dapat dinyatakan bahwa varians kedua kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol tidak homogen.”
Berdasarkan analisis statistik inferensial dan pengujian hipotesis melalui
uji-t, diperoleh nilai ttabel lebih kecil dari pada nilai thitung. Dalam hal ini berlaku
ketentuan bila thitung lebih kecil atau sama dengan ttabel maka H0 diterima dan
apabila thitung lebih besar dari ttabel maka H1 diterima. Ternyata dari hasil analisa
data nilai thitung lebih besar dari pada ttabel. Dengan demikian H0 ditolak dan H1
diterima berarti dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep
dasar fisika antara siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan dan SMP
pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene. Dengan demikina, data
hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang berasal dari SMP induk
Perkotaan mendapatkan hasil tes pemahaman konsep dasar fisika yang lebih baik
dibandingkan denganhasil tes pemahaman konsep dasar fisika yang diperoleh
siswa yang berasal dari SMP pedesaan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Kasriana (2013) yang mengatakan bahwa latar belakang sekolah
sangat berpengaruh terhadap pemahaman konsep dasar siswa serta prestasi belajar
di jenjang sekolah yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Nenden Sundari (2008)
mengatakan bahwa faktor penunjang dalam proses pembelajaran di suatu sekolah
sangat berpengaruh terhadap prestasi siswa dibandingkan dengan sekolah yang
minim fasilitas serta tidak ditunjang dengan bimbingan bilajar yang khusus.
50
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan penelitian sebagai berikut :
1. Tingkat pemahaman konsep dasar Fisika siswa kelas X IPA SMA Negeri
2 Majene yang berasal dari SMP induk perkotaan lebih tinggi dari pada
siswa SMP pedesaan.
2. Rata-rata tingkat pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari
SMP induk perkotaan berada pada kategori baik sedangkan siswa yang
berasal dari SMP pedesaan berada pada kategori cukup
3. Terdapat perbedaan pemahaman konsep dasar Fisika antara siswa yang
berasal dari SMP induk perkotaan dan SMP pedesaan pada siswa kelas X
IPA SMA Negeri 2 Majene.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disaran sebagai berikut :
1. Penelitian serupa sebaiknya dilakukan dengan cara penelitian yang
mencakup seluruh siswa di SMA Negeri 2 Majene, tidak hanya terbatas
pada kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene sebagaimana yang dipaparkan
dalam skripsi ini.
52
2. Perlu meningkatkan batasan materi yang diajukan dalam instrumen soal
sehingga lebih menggambarkan tingkat pemahaman konsep dasar fisika
setiap siswa.
3. Perlu dilakukan penelitian serupa yang membandingkan tingkatan
pemahaman konsep dasar fisika siswa berdasarkan level kelas dan
berdasarkan kriteria sekolah yang lain misalnya antara SMP unggulan dan
SMP non unggula dan lain-lain.
4. Kepada peneliti lain yang berkecimpung dalam bidang pendidikan fisika
agar hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya
dan penulis menyarankan agar memperbanyak variabel yang akan
dibandingkan misalnya antara siswa anak PNS dan non PNS, siswa laki-
laki dan siswa perempuan dan lain-lain.
53
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S., & Abbas, M. 2006. The effect of inquiry-based computer simulation with cooperative learning on scientific thinking and conceptual understanding. Malaysian On Line journal of Instructional Technology.
Anton Dajan, Pengantar Metode Statistik II, Cet. II. (Jakarta : LP3S, 1986),h. 110.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bineka Cipta.cc
-------. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Cet. 12 Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
-------. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Combs, philip h. & ahmed, manzoor. 2004. Memerangi kemiskinan di pedesaan melalui pendidikan non-formal. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Donald Ary., et.all., Introduction to Research in Education, diterjemahkanoleh Arif Furqan dengan judul Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 189
Gardner, H. 1999. The dicipline mind: What all students should understand. New York: Simon & Schuster Inc
Gonzales, P., dkk. 2008. Highlights from TIMSS 2007: Mathematics and Science Achievement of U.S. Fourth and Eighth Grade Students in An International Context. Washington DC: Institute of Education Sciences.
Longworth, N. 1999. Making lifelong learning work: learning cities for a learning century. London: Kogan page imited.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian; Jakarta: Ghalia Indonesia
Sadia, I W., Suastra, I. W. & Tika, K. 2004. Pengembangan Model dan Strategi Pembelajaran Fisika di Sekolah Menengah Umum (SMU) untuk Memperbaiki Miskonsepsi Siswa. Laporan Penelitian. (tidak diterbitkan). Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja.
Sangadji, E.M., dan Sopiah. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Cet. 1; Yogyakarta: Penerbit Andi, 2010.
Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
54
-------. 2009. Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2009. statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta
-------. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Edisi Revisi. Cetakan XI; Bandung: Alfabeta.
-------. 2013. Metotologi penelitian manajemen. Yogyakarta: CV. Alfabeta
Sukmadinata, N. S. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Syaodih Sukmadinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdakarya.
Tiro, Muhammad Arif. Dasar-dasar Statistika, edisi ketiga. Cet. 1; Makassar: Andira Publisher, 2008.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik: Konsep Landasan Teoretis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.
-------. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Penegmbangan Profesi dan Tenaga kependidikan. Jakarta: Prenada Media.
Undang-undang Sisdiknas. 2011. Sistem pendidikan nasional; Jakatra: Sinar Grafika.
Wenning, C. J., & Wenning, R. E. 2006. A generic model for inquiry-oriented lab in postsecondary introductory physics. Journal of Physics Teacher Education Online.
Yerushalmi, E., & Magen, E. 2006. Some old problem, new name? Altering students to the nature of the problem-solving process. Phyisic Education.
Yulaelawaty, E. 2002. Karakteristik pembelajaran MIPA berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah. Disajikan pada seminar pembelajaran MIPA di FPMIPA IKIP Negeri Singaraja.
( http://asyharry,blogspot.com/pemahaman-comprehension-menurut bloom,html). diakses pada tanggal 25 oktober 2014
55
Lampiran 1: Instrumen penelitian
a. Intrumen Penelitianb. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian Skripsic. Kategorisasi Instrumen
Lampiran 2: Data Hasil Penelitian
a. Hasil tes pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan
b. Hasil tes pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan
Lampiran 3: Analisis Data
a. Analisis statistik deskriptif siswa yang berasal dari SMP induk perkotaanb. Analisis statistik deskriptif siswa yang berasal dari SMP pedesaanc. Analisis statistik inferensial
Lampiran 4: Surat-Surat Penelitian
a. Permohonan pengesahan judul skripsi dan penetapan dosen pembimbingb. SK pembimbing/pembantu pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi
mahasiswac. SK narasumber seminar dan bimbingan draft skripsi mahasiswad. Surat keterangan seminar proposale. Berita acara seminar proposalf. Pengesahan draft skripsig. Uraian konsultasi draft dan skripsih. Berita acara seminar hasili. SK dewan penguji komprehensif mahasiswaj. Surat izin penelitian
Lampiran 5: Dokumentasi
a. Dokumentasi Penelitianb. Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran-
lampiran
56
a. Intrumen Penelitianb. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian
Skripsic. Kategorisasi Instrumen
Lampiran 1: Instrumen penelitian
57
a. Soal Pemahaman Konsep Dasar Fisika
LEMBAR SOAL FISIKAMATERI GAYA
WAKTU : 30 MENIT
PETUNJUK UMUM
Berdo’alah sebelum memulai mengerjakan soal.
Perhatikan dan ikuti petunjuk pengisian pada lembar jawaban yang
disediakan.
Periksa dan bacalah setiap soal dengan seksama sebelum menjawab
Setiap butir soal berikut dicantumkan 5 kemungkinan jawaban dan masing-
masing diberi kode A, B, C, D, atau E,
Dahulukan mengerjakan soal yang dianggap lebih mudah.
Setelah memilih jawaban yang dianggap benar, tuliskan alasan anda memilih
jawaban tersebut.
Setelah menjawab tuliskan alasan anda nengapa memilih jawaban tersebut.
Periksa seluruh pekerjaan anda sebelum meninggalkan ruang ujian atau
diserahkan kepada pengawas ujian.
Diharapkan untuk tidak menyontek karna ini tidak berkaitan dengan nilai
akhir anda di sekolah, melainkan soal ini merupakan bagian dari penelitian
yang dilakukan oleh peneliti.
58
Selamat Bekerja
A. Berikan tanda silang (X) pada jawaban yang paling benar!
1. Benda ditimbang dengan menggunakan neraca ohauss, diketahui massanya
sebesar 20 kg. Jika benda ditimbang dengan menggunakan dengan
menggunakan neraca pegas, maka massa benda adalah.....
a. Tetap sama dengan massa sebelumnya
b. Berbeda dengan massa sebelumnya
c. Sama dengan 0
d. Lebih besar dari pada 20 kg
e. Lebih kecil dari pada 20 kg
2. Bapak sumantri tidak berhasil menggerakkan peti pada sebuah bidang yang
kasar, maka beliau mengambil tali yang sangat kuat, kemudian diikatkan pada
peti tersebut. Ternyata peti masih tetap diam, sebab:
a. Gaya tarik tali sama dengan gaya gesekan
b. Gaya tarik tali lebih kecil dari gaya gesekan
c. Gaya tarik tali lebih besar dari gaya gesekan
d. Gaya geseknya nol
e. Gaya normalnya nol
3. Ali dan Anto berada di atas gedung setinggi 50 meter, massa Ali 2 kali massa
Anto. Jika keduanya secara bersamaan terjun dari puncak gedung tersebut
maka.....
a. Ali akan lebih duluan menyentuh tanah
b. Anto akan lebih dulu menyentuh tanah
c. Keduanya secara bersamaan menyentuh tanah
d. Ali akan menyentuh tanah 2 kali lebih cepat dari pada Anto
59
e. Anto akan menyentuh tanah 2 kali lebih cepat dari pada Ali
4. Ari menimbang sebuah benda diatas lantai 5 dengan menggunakan
menggunakan neraca sehingga diperoleh hasil pengukuran sebesar 25 kg.
Setelah itu Ari turun ke lantai 1 dengan menggunakan lift, di dalam lift Ari
kembali menimbang benda tersebut selama dalam perjalanan menuju lantai 1.
Maka basil pengukuran yang diperoleh adalah..
a. Lebih besar dari pada 25 kg
b. Lebih kecil dari pada 25 kg
c. Sama dengan nol
d. Tetap sama dengan 25 kg
e. Tidak sama dengan nol
5. Benda yang diam akan terus diam dan benda yang bergerak akan terus
bergerak mempertahankan posisinya adalah benyi dari Hukum I Newton.
Contoh peristiwa yang menggambarkan Hukum I Newton dalam kehidupan
sehari-hari adalah...
a. Buah Kelapa yang jatuh ketanah
b. Mobil yang berhenti ketika dilakukan pengereman
c. Pohon yang bergerak kebelakang ketika sedang mengendarai mobil
d. Badan pengemudi yang terdorong kedepan ketika mobil tiba-tiba direm
e. Peti yang susah bergerak ketika ditarik diatas bidang yang kasar
6. Sebuah buku memiliki massa m diletakkan diatas meja yang memiliki
ketinggian h, ternyaka buku tersebut tetap diam. Hal ini terjadi karena...
a. Gaya gravitasi sama dengan massa buku
b. Gaya normalnya sama dengan berat buku
c. Gaya normalnya nol
d. Gaya resultannya sama dengan nol
e. Gaya grafitasi sama dengan 10 m/s2
60
7. Sebuah balok memiliki massa m berada diatas meja yang tingginya h. Balok
tersebut jatuk ke lantai setelah didorong seorang anak, setelahdilantai balok
tersebut tenyata tetap dian. Hal ini terjadi karena...
a. Balok tidak lagi mengalami gaya
b. Gaya normalnya nol
c. Gaya resultannya nol
d. Gaya gravitasi sama dengan berat buku
e. Gaya gravitasi lebih besar dari berat buku
8. Perhatikan gambar berikut!
Jika kertas ditarik dengan cepat, maka silinder logam akan....
a. Ikut bergerak bersama kertas
b. Bergerak berlawanan dengan arah gerak kertas
c. Bergerak ke kanan
d. Bergerak ke kiri
e. Diam
9. Dos dengan massa m dipindahkan ke lantai 30 dengan menggunakan lift. Jika
didalam lift dos tersebut keadaannya tetap diam, maka peristiwa tersebut
disebabkan karena...
a. Gaya resultannya nol
b. Gaya gravitasi sama dengan massa benda
c. Gaya normalnya sama dengan berat buku
d. Gaya gravitasi lebih kecil dari buku
e. Gaya normalnya sama dengan nol
61
10. Benda yang berada disebuah bidang datar memiliki gaya normal yang sama
dengan gaya berat benda tersebut. Jika benda diletakkan pada bidang miring
maka gaya normal benda tersebut adalah...
a. Sama dengan berat benda
b. Lebih kecil dari berat benda
c. Lebih besar dari berat benda
d. Dapat lebih besar atau lebih kecil dari berat benda
e. Dapat sama atau tidak sama dengan berat benda
62
b. Kunci jawaban
KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. C
4. C
5. D
6. D
7. C
8. E
9. A
10. B
63
c. Tabel 1: Kategorisasi Soal dan Hasil Tes Instrumen Siswa SMP IndukPerkotaan
Kategori Soal
Nomor Soal
Jumlah siswa (orang) dengan
jawaban
Rata-rata siswa (orang) dengan
jawabanPersentasi (%)
Benar Salah Benar Salah Benar Salah
Mudah1 57 8
55 10 84,62 15,382 56 98 52 13
Sedang
3 51 14
51,75 13,25 79,62 20,384 52 135 53 127 51 14
Sulit6 37 28
41,33 23,67 63,59 36,419 43 2210 44 21
64
d. Tabel 2: Kategorisasi Soal dan Hasil Tes Instrumen Pilihan Ganda SiswaSMP Pedesaan
Kategori Soal
Nomor Soal
Jumlah Jawaban Rata-rata Persentasi
Benar Salah Benar
Salah Benar Salah
Mudah1 45 7
46,33 5,67 71,28 8,722 46 68 48 4
Sedang
3 34 18
35 17 53,85 26,154 37 155 34 187 35 17
Sulit6 14 38
10,67 41,33 16,41 63,599 10 4210 8 44
65
a. Tabel hasil tes pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP induk perkotaan.
b. Tabel hasil tes pemahaman konsep dasar fisika siswa yang berasal dari SMP pedesaan.
Lampiran 2: Data Hasil Penelitian
66
a. Tabel 3: Daftar Nama dan Nilai Hasil Tes Pemahaman Konsep Dasar FisikaSiswa yang Berasal dari SMP Induk Perkotaan di SMA Negeri 2Majene
No. Nama Asal Sekolah Kelas Rata-rata1 Alimuddin Smp Neg. 2 Majene X Ipa 1 752 Nurhidaya Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 853 Hadi fauzi dharnadi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 804 Nurfitr Smp Neg. 2 Majene X Ipa 1 82,55 Nurul Anisa Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 856 Milan Sri Adhani. D Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 707 Muh. Fahrul Azali Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 67,58 Ayub Supriadi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 859 Reski Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 77,5
10 Ulfa Karnia Djasman Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 8011 Aco Alif Logawali Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 7012 Sinar Smp Neg. 2 Majene X Ipa 1 77,513 Rosmayani Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 8014 Fitri Anti Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 7515 Cita Aulia Khofifah. R Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 7516 Alfiani. AR Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 77,517 Muhammad Al Farizi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 1 7518 Muh. Adnan Alfaridzi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 8519 Andi Agung Qicari Smp Neg. 2 Majene X Ipa 2 77,520 Chairunnisyah Smp Neg. 1 Majene X Ipa 2 77,521 Nurul Inayah Smp Neg. 1 Majene X Ipa 2 8022 Annisa Indriani. L Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 9023 Muh. Syarif Hidayatullah Smp Neg. 1 Polewali X Ipa 2 8524 Septi Wulansari Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 7525 Herlianto Dwi Adhi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 8026 Erna Sari Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 7027 Hildayanti Smp Neg. 2 Majene X Ipa 2 82,528 Andi CICI Mayasari Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 77,529 Nur Reski Amalia Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 7530 Indayani. R Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 7031 Nurhalimah Smp Neg. 2 Majene X Ipa 2 7532 Abd. Hamid Smp Neg. 3 Majene X Ipa 2 82,533 Renners R Manggasa Smp Neg. 2 Mamasa X Ipa 3 6034 Citra Indah Pratiwi Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 67,535 Adelia Lestari Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 7536 Nur Ainushabitha Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 6537 Armayani Eka Putri Smp Neg. 1 Majene X Ipa 3 57,538 Zaat Samal Smp Neg. 2 Majene X Ipa 3 60
67
39 Rizky Marwani Bagus Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 5540 Indra Muh. Hakim Smp Neg. 2 Majene X Ipa 3 6041 Nurhikma Hasnur Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 82,542 Akmal Firdaus Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 7543 Moch Edy Henrawan Smp Neg. 3 Majene X Ipa 3 87,544 Muhammad Yusran Smp Neg. 2 Mamuju X Ipa 3 6045 Dian Awaluddin Adam Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 67,546 Syaiful Umam Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 8547 Muh. Rezkiawan Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 9548 Purnama sari H Smp Neg. 1 Majene X Ipa 4 62,549 Fitrah Ramadani Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 6050 Faisal Akbar Setyawan Smp Neg. 2 Kota Serang X Ipa 4 92,551 Cici Mandar Iriani Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 87,552 Muh. Ayyub Smp Neg. 3 Majene X Ipa 4 6553 Husnul Khatimah Sanusi Smp Neg. 2 Majene X Ipa 4 65
68
b. Tabel 4: Daftar Nama dan Nilai Hasil Tes Pemahaman Konsep Dasar FisikaSiswa yang Berasal dari SMP Pedesaan di SMA Negeri 2 Majene
No. Nama Asal Sekolah KelasRata-rata
1 Nurul Ahlamia MTsN Tinambung X Ipa 1 452 Munnifah anliya Smp Neg. 4 Tinambung X Ipa 1 57,53 Lulu Marzani. B MTsN Tinambung X Ipa 1 604 Arpina Hadi Smp Neg. 1 Tinambug X Ipa 1 72,55 M. Syahru Ramadhan MTsN Tinambung X Ipa 1 42,56 Risal Smp Neg. 6 Majene X Ipa 1 62,57 Nurhajia Smp Neg. 4 Malunda X Ipa 2 558 Justika MTsN Banggae X Ipa 2 62,59 Nurfatima Smp Neg. 1 Korossa X Ipa 2 55
10 Nasrawati Smp Neg. 5 Majene X Ipa 2 52,511 Widya Astuti MTsN Tinambung X Ipa 2 6012 Akmaliyah MTsN Tinambung X Ipa 2 6013 S. Assyarif Abdillah Smp Neg. 1 Tinambug X Ipa 2 7014 Yosua Yuri Aditya Smp Neg. 20 Makassar X Ipa 2 6015 Asnar Smp Neg. 6 malunda X Ipa 2 4516 Farid Apandi MTs Neg. Tinammbung X Ipa 2 6517 Nanda Marmawati Smp Neg. 2 Muara Badak X Ipa 2 47,518 Sukri Smp Neg. 5 Majene X Ipa 3 6519 Rahmadani Smp Neg. Tatallu X Ipa 3 6020 Anni Izzatul Jannah Smp Neg. 5 Majene X Ipa 3 5521 Nurmaulidya Yusuf Smp Neg. 1 Tatallu X Ipa 3 7022 Aswad Ahmad MTs Neg. Tinammbung X Ipa 3 57,523 Hurul Aini Smp Neg. 4 majene X Ipa 3 62,524 Muhammad Martono Smp Neg. 2 Pulau Sebuku X Ipa 3 5025 Hijriah.S MTs Neg. Tinammbung X Ipa 3 62,526 Indra Wahyuni Smp Neg. 4 Sendana X Ipa 3 5527 Andi Muh Riski MTs DDI Teluk Tamiang X Ipa 3 47,528 A. Prawira Soemawinata Ponpes Nutiiyah Pambusuang X Ipa 3 6529 Muh. Alif Smp Neg. 6 Sendana X Ipa 4 5030 Dandy Wahyudi NR Smp Neg. 4 Malunda X Ipa 4 47,531 Hasna Hatta Smp Neg. 4 Tinambung X Ipa 4 6532 Muh. Rivai M Smp Neg. 2 Tinambumg X Ipa 4 62,533 Rahmawati AR MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 8034 Nursan Smp Neg. 4 Sendana X Ipa 4 5035 Widya Indah Lestari Aco MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 52,536 St. Alwiyah Maulani Desi MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 4537 Aco Fauzan Smp Neg. 1 Tinambug X Ipa 4 52,538 Lisa Anugrah Smp Neg. 1 Tutallu X Ipa 4 62,5
69
39 Nurindah Smp Neg. 1 pamboang X Ipa 4 5040 Munawarah Smp Neg. 5 Majene X Ipa 4 4041 Nur Imansyah Putra MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 7542 Muh. Fajri Kamaruddin MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 8043 Suci Wulandari MTs Neg. Tinammbung X Ipa 4 60
70
a. Analisis statistik deskriptif siswa yang berasal dari SMP induk perkotaanb. Analisis statistik deskriptif siswa yang berasal dari SMP pedesaanc. Analisis statistik inferensial
Lampiran 3: Analisis Data
71
a. Analisis Deskriptif Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal dari
SMP Induk Perkotaan di SMA Negeri 2 Majene
Untuk mendapatkan gambaran tentang rata-rata pemahaman konsep dasar
fisika siswa, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
A. Membuat tabel distribusi frekuensi
1. Banyaknya interval kelas
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 52
= 6,66
= 7
2. Rentang kelas
R = Nilai maksimal – Nilai minimal
= 95 – 55
= 40
3. Panjang kelas (P)
P = RK
= 407
= 5,71
= 6
72
4. Tabel frekuensi
Tabel 5 : Distribusi frekuensi
No. Nilai (X) Frekuensi (f)1 55 – 60 72 61 – 66 43 67 – 72 74 73 – 78 155 79 – 84 9
6 85 – 90 9
7 91 – 96 2
Jumlah 53
B. Menghitung rata-rata
Tabel 6 :Menghitung rata-rata pemahaman konsep dasar fisika SMP induk Perkotaan
No. Nilai (X) Frekuensi (f) Nilai Tengah (Xi) f.Xi
1 55 – 60 7 57,5 402,5
2 61 – 66 4 63,5 254
3 67 – 72 7 69,5 486,5
4 73 – 78 15 75,5 1132,5
5 79 – 84 9 81,5 733,5
6 85 – 90 9 87,5 787,5
7 91 – 96 2 93,5 187
Jumlah 53 528,5 3983,5
Nilai rata-rata (X) =∑ fXi
∑ f i
Nilai rata-rata (X) = 3983,5
53 = 75,16
73
C. Menghitung kategorisasi pemahaman konsep dasar fisika siswa
Tabel 7 : Kategorisasi pemahaman konsep dasar fisika siswa
Konversi nilaiPredikat Kategori Frekuensi
Persentasi (%)Skala 100 Skala 4
86-100 4 A Sangat Baik
5 9,4381-85 3,66 A- 10 18,8776-80 3,33 B+
Baik11 20,75
71-75 3 B 9 16,9866-70 2,66 B- 7 13,2161-65 2,33 C+
Cukup4 7,55
56-60 2 C 6 11,3251-55 1,66 C- 1 1,8946-50 1,33 D+
Kurang0 0
0-45 1 D 0 0Jumlah 53 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 53 jumlah siswa yang
berasal dari SMP Induk Perkotaan terdapat 15 siswa atau 28,3% berada pada
kategori sangat baik, 27 siswa atau 50,94% berada pada kategori baik, 11 siswa
atau 20,76% berada pada kategori cukup dan tidak ada siswa yang berada pada
kategori kurang.
D. Standar deviasi
Tabel 8 : Tabel bantu untuk mencari standar deviasi
No. Nilai (X) Frekuensi (f) d f.d d2 f.d2
1 55 – 60 7 -3 -21 9 63
2 61 – 66 4 -2 -8 4 16
3 67 – 72 7 -1 -7 1 7
4 73 – 78 15 0 0 0 0
5 79 – 84 9 1 9 1 9
6 85 – 90 9 2 18 4 36
7 91 – 96 2 3 6 9 18
Jumlah 53 0 -3 28 149
74
SD = i√ ( ∑fd 2)N
−(∑fdN )
2
= 7√ (149 )53
−(−353 )
2
= 7√2,811−0,003❑
= 7√2,808
= 11,73
E. Varians data (S2)
S2 = (11,73)2
= 137,59
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa standar deviasi dari 53
jumlah siswa yang berasal dari SMP Induk Perkotaan sebesar 11,73 dengan
varians sebesar 137,59.
75
b. Analisis Deskriptif Pemahaman Konsep Dasar Fisika Siswa yang Berasal dari
Pedesaan di SMA Negeri 2 Majene
Untuk mendapatkan gambaran tentang rata-rata prestasi belajar siswa yang
berasal dari SMP Pedesaan, dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
A. Membuat tabel distribusi frekuensi
1. Banyaknya interval kelas
K = 1 + 3,3 log 43
= 6,39
= 6
2. Rentang Kelas (R)
R = Nilai maks – Nilai min
= 80 – 40
= 40
3. Panjang kelas
P = 406
= 6,66
= 7
76
4. Tabel frekuensi
Tabel 9 : Sebaran distribusi frekuensi
No. Nilai (X) Frekuensi (f)
1 40 - 46 5
2 47 - 53 10
3 54 - 60 12
4 61 – 67 10
5 68 – 74 4
6 75 – 81 2
Jumlah 43
B. Menghitung rata-rata
Tabel 10 : Menghitung nilai rata-rata siswa dari SMP Pedesaan
No. Nilai (X) Frekuensi (f) Nilai Tengah (Xi) f.Xi
1 40 - 46 5 43 215
2 47 - 53 10 50 500
3 54 - 60 12 57 684
4 61 – 67 10 64 640
5 68 – 74 4 71 284
6 75 – 81 2 78 156
Jumlah 43 363 2479
Nilai rata-rata (X) =∑ fXi
∑ f i
Nilai rata-rata (X) = 2479
43
Nilai rata-rata (X) = 57,65
77
C. Menghitung kategorisasi pemahaman konsep dasar fisika
Tabel 11 : Kategorisasi Pemahaman Konsep Dasar Fisika siswa
Konversi nilai Predikat
Kategori FrekuensiPersentasi
(%)Skala 100 Skala 486-100 4 A Sangat
Baik0 0
81-85 3,66 A- 0 076-80 3,33 B+
Baik2 4,65
71-75 3 B 1 2,3366-70 2,66 B- 3 6,9761-65 2,33 C+
Cukup10 23,26
56-60 2 C 8 18,651-55 1,66 C- 7 16,2846-50 1,33 D+
Kurang7 16,28
0-45 1 D 5 11,63Jumlah 43 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 43 siswa yang berasal
dari SMP Pedesaan terdapat 6 siswa atau 13,95% berada pada kategori baik, 25
siswa atau 58,14 % berada pada kategori cukup, 12 siswa atau 27,91% berada
pada kategori kurang dan tidak terdapat siswa yang berada pada kategori sangat
baik.
D. Standar deviasi
Tabel 12 : tabel bantu untuk menghitung standar deviasi
No. Nilai (X) Frekuensi (f) d f.d d2 f.d2
1 40 - 46 5 -2 -10 4 20
2 47 - 53 10 -1 -10 1 10
3 54 - 60 12 0 0 0 0
4 61 – 67 10 1 10 1 10
5 68 – 74 4 2 8 4 16
6 75 – 81 2 3 6 9 18
Jumlah 43 3 4 19 74
78
SD = i√ ( ∑fd 2)N
−(∑fdN )
2
= 6√ (74 )43
−( 443 )
2
= 6√1,721−0,008❑
= 6√1,713
= 7,84
E. Varians data
S = (7,84)2
S2 = 61.46
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa standar deviasi dari 43 jumlah siswa yang berasal dari SMP pedesaan sebesar 7,84 dengan varians sebesar 61,46.
79
c. Analisis inferensial (perbandingan pemahaman konsep dasar fisika antara
siswa yang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan SMP Pedesaan pada siswa
kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene)
A. Uji Normalitas
Untuk pengujian normalitas digunakan rumus Chi-kuadrat yang
dirumuskan
hitung❑ =∑
i=1
k Oi−E i
E i
1. Uji normalitas pemahaman konsep dasar fisika antara siswa yang berasal
dari SMP Induk Perkotaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2
Majene
Untuk melakukan uji normalitas maka kita membuat tabel penolong, tabel
penolongnya yaitu:
Tabel 13 : Tabel penolong untuk uji normalitas
Interval Kelas
Batas Kelas
Z batas kelas
Nilai Z tabel
Luas daerah Z di bawah
kurva
Luas Interval
(Li)Ei Oi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 54,5 -1,76 0,4608 0,0392
55-60 0,0664 3,52 7 3,44 60,5 -1,25 0,3944 0,1056
61-66 0,1241 6,58 4 1,01 66,5 -0,74 0,2703 0,2297
67-72 0,1793 9,50 7 0,66 72,5 -0,23 0,0910 0,4090
73-78 0,201310,6
715 1,76
78,5 0,28 0,1103 0,6103 79-84 0,1778 9,42 9 0,02
84,5 0,80 0,2881 0,7881 85-90 0,1168 6,19 9 1,28
80
90,5 1,31 0,4049 0,9049 91-96 0,0607 3,22 2 0,46
96,5 1,82 0,4656 0,9656 Jumlah 8,62
Keterangan /penjelasan perhitungan
Kolom 1 : kelas interval
Kolom 2 : batas kelas
BK = kelas bawah – 0,5
= 55 – 0,5
= 54,5
Kolom 3 = Z batas kelas = batas kelas−X rata
S
Kolom 4 = Nilai Z tabel (menggunakan Tabel Z)
Kolom 5 = Luas daerah Z di bawah kurva (0,5 + Nilai Z tabel)
Kolom 6 = luas interval ( menggunakan Tabel Z )
( Luas 1) Z tabel = Z-1,25 – Z-1,76
= 0,1056 – 0,0392
= 0,0664
Kolom 7 = fekuensi espektasi = n x luas Z tabel
= 53 x 0,0664
= 3,52
Kolom 8 = (Oi) yaitu frekuensi observasi, yaitu banyaknya data yang
termasuk pada suatu kelas interval.
Kolom 9 = X2 hitung=(Oi−Ei)2
Ei= 8,62
81
Derajat kebebasan (dk) = k – 3
= 7 – 3 = 4
Taraf signifikan (α) = 0,05
Jadi X2 tabel = X2 (1- α)(dk) = X2 (1- 0,05)(4) = 9,488
Kriteri pengujian Normalitas :
Oleh karena X2 hitung < X2 tabel yakni 8,62 < 9,488 maka data dinyatakan
berdistribusi normal
2. Uji normalitas pemahaman konsep dasar fisika antara siswa yang berasal
dari SMP Pedesaan pada siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Majene
Untuk melakukan uji normalitas maka kita membuat tabel penolong, tabel
penolongnya yaitu:
Tabel 14 : tabel penolong untuk menguji normalitas
Interval Kelas
Batas Kela
s
Z batas kelas
Nilai Z tabel
Luas daerah Z di bawah
kurva
Luas Interval
(Li)Ei Oi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 39,5 -2,32 0,4898 0,0102
40-46 0,0676 2,91 5 1,51 46,5 -1,42 0,4222 0,0778
47-53 0,2203 9,47 10 0,03 53,5 -0,53 0,2019 0,2981
54-60 0,342514,7
312 0,51
60,5 0,36 0,1406 0,6406
61-67 0,255610,9
910 0,09
67,5 1,26 0,3962 0,8962 68-74 0,088 3,78 4 0,01
74,5 2,15 0,4842 0,9842 75-81 0,0146 0,63 2 3,00
81,5 3,04 0,4988 0,9988 Jumlah 5,142
82
Derajat kebebasan (dk) = k – 3
= 6 – 3
= 3
Taraf signifikan (α) = 0,05
Jadi X2 tabel = X2 (1- α)(dk) = X2 (1- 0,05)(3) = 7,815
Kriteri pengujian Normalitas :
Oleh karena X2 hitung < X2 tabel yakni 5,142< 7,815 maka data
dinyatakan berdistribusi normal.
B. Uji homogenitas
Perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan Uji-F dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
F hitung = Varians BesarVarians Kecil
F hitung = 137,5961,46
= 2,24
F tabel = F(α)(db1/db2)
db1 = 53 – 1 = 52 (dk pembilang)
db2 = 43 – 1 = 42 ( dk penyebut)
jadi F tabel = F(α)(dk1/dk2)
= F(0,05)(52/42)
= 1,64
83
Kriteria pengujian Homogenitas :
Jika F hitung ˃ F tabel, maka varians data dinyatakan homogen. Dimana
berdasarkan perhitungan diperoleh pada dk pembilang = 52 dan dk penyebut = 42
yakni F tabel = F(0,05) (52/42) = 1,64. Oleh karena nilai Fhitug ˃ F tabel yakni
F hitung = 1,096 ˃ Ftabel 1,56 maka sampel berasal dari populasi yang tidak
Homogen.
C. Uji hipotesis
Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan sementara yang
dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan menggunakan uji dua pihak.
1. Rumusan hipotesis
H0 : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
Dimana;
H0 : Tidak ada perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara
siswa yang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan siswa
yang
berasal dari SMP pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene
H1 : Ada perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara siswa
yang berasal dari SMP Induk Perkotaan dan siswa yang
berasal dari SMP pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene
µ1 : Rata-rata pemahaman konsep dasar fisika siswa yang
berasal
dari SMP Induk Perkotaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene
µ2 : Rata-rata pemahaman konsep dasar fisika siswa yang
berasal
dari SMP Pedesaan di kelas X IPA SMAN 2 Majene
2. Uji statistik
84
Uji statistik dapat dilakukan dengan menggunakan rumus uji t dua sampel
sebagai berikut:
t=X1−X2
√ s12
n1
+s
22
n2
3. Taraf signifikan
Taraf signifikan yang digunakan pada analisis ini adalah 5%
4. Menghitung statistic uji
t=X1−X2
√ S12
n1
+S2
2
n2
¿X 1−X2
√ S12
n1
+S2
2
n2
¿ 75,16−57,65
√ 137,5953
+ 61,4643
¿ 17,51
√2,596+1,429
85
¿ 17,51
√4,03
¿ 17,512,01
= 8,71
Nilai tabel
nilai t tabel = t(α)(db)
db = n1 + n2 – 2 = 53 + 43 – 2 = 94
t tabel = t (0,05)(95)
t tabel = 1,98
5. Kriteria pengujian hipotesis
Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
Ho ditolak jika –t hitung < -t tabel atau thitung > ttabel
6. Membandingkan t hitung dengan t tabel
Nilai t hitung ¿ t tabel (8,71>1,98)
7. Kesimpulan
Karena Nilai t hitung ¿ t tabel (8,71>¿ 1,98), maka Ho di tolak, artinya ada
perbedaan pemahaman konsep dasar fisika antara siswa yang berasal dari SMP
86
induk perkotaan dan siswa yang berasal dari SMP pedesaan di kelas X IPA SMA
Negeri 2 Majene.
87
a. Permohonan pengesahan judul skripsi dan penetapan dosen pembimbing
b. SK pembimbing/pembantu pembimbing penelitian dan penyusunan skripsi mahasiswa
c. SK narasumber seminar dan bimbingan draft skripsi mahasiswa
d. Surat keterangan seminar proposale. Berita acara seminar proposalf. Pengesahan draft skripsig. Uraian konsultasi draft dan skripsih. Berita acara seminar hasili. SK dewan penguji komprehensif mahasiswaj. Surat izin penelitian
Lampiran 4: Surat-Surat Penelitian
88
89
90
91
92
93
c. Dokumentasi Kegiatan Penelitian DI SMA Negeri 2 Majene
d. Riwayat Hidup Penelitiii.
Lampiran 5: Dokumentasi
Penelitian
94
a. Dokumentasi Kegiatan Penelitian DI SMA Negeri 2 Majene
Gambar 1 : Tampak depan SMA Negeri 2 Gambar 2: Penyampaian prosedur
Majene pengerjakan soal
Gambar 3: Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Gambar 4: Guru fisika X IPA
Majene SMA Negeri 2 Majene
95
Gambar 5: Suasana kelas X IPA 1 SMA Negeri 2 Majene saat mengerjakan soal
Gambar 6: Suasana kelas X IPA 2 SMA Negeri 2 Majene saat mengerjakan soal
96
Gambar 7: Suasana kelas X IPA 3 SMA Negeri 2 Majene saat mengerjakan soal
Gambar 8: Suasana kelas X IPA 4 SMA Negeri 2 Majene saat mengerjakan soal
97
RIWAYAT HIDUP
Sutrisno, lahir di Desa Kabiraan, Kec.
Ulumanda, Kab. Majene, Provinsi Sulawesi Barat
pada tanggal 15 Maret 1993. Penulis merupakan buah
hati dari pasangan Sayadi Bintaha dan Hj. St. Salsiah.
Penulis adalah anak pertama dari 5 bersaudara. Penulis
pertama kali menginjakkan kakinya di dunia
pendidikan formal pada tahun 1999 di SDN 6
Kabiraan kec.Ulumanda, Kab. Majene dan tamat pada tahun 2005.
Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama
di SMP Negeri 5 Malunda (2005-2008). Setelah lulus pada tingkatan menengah
pertama penulis melanjutkan pendidikan untuk tingkat menengah atas di
SMA.Negeri 2 Majene (2008-2011). Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai
mahasiswa Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Fisika melalui jalur UML.
Semasa kuliah penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan
Fisika (2011-2014) dan sekaligus menjadi pengurus di Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
Pada tahun 2014 penulis di beri amanah menjadi ketua umum di Himpunan
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar. Selain itu penulis juga aktif di Laboratorium Pendidikan
Fisika (2013-2014) menjadi pembimbing praktikum pada mata kuliah Fisika
98
Dasar I dan II. Kegiatan ini dilakukan untuk menambah pengalaman selama masa
kuliah dan akan menjadi penunjang (life skill) di masa yang akan datang. Namun
semua hal itu belum membuat penulis puas sampai bisa membuat kedua orang tua
bangga pernah melahirkan dan membesarkannya.