skripsi sistem intrumentasi temperatur kabin mobil

55
SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL Oleh : IRSAN IBRAHIM IDHAM DJAYA GANDAH 105 82 11 036 16 105 82 11 047 16 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

Upload: others

Post on 06-May-2022

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

SKRIPSI

SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

Oleh :

IRSAN IBRAHIM

IDHAM DJAYA GANDAH

105 82 11 036 16 105 82 11 047 16

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 2: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

ii

SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

Skripsi

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Teknik Elektro

Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik

Oleh :

IRSAN IBRAHIM

IDHAM DJAYA GANDAH

105821113616 105821114716

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

Page 3: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

iii

Page 4: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

iv

Page 5: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

v

KATA PENGANTAR

Bismillahi rahmani rahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pada para pengikutnya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan yang harus ditempuh

dalam rangka penyelesaian program studi pada Jurusan Elektro Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Makassar. Adapun judul tugas akhir kami adalah:

“SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih

jauh dari kata sempurna, hal ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan baik itu

berupa penulisan maupun perhitungan. Oleh sebab itu penulis menerima dengan

ikhlas segala koreksi serta saran guna penyempurnaan tulisan ini agar nantinya

dapat bermanfaat.

Skripsi ini dapat terwujud berkat adanya bantuan, arahan, dan bimbingan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati,

kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ir. Hamzah Al Imran, S.T., M.T., IPM., sebagai Dekan Fakultas Teknik

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 6: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

vi

3. Ibu Adriani, S.T., M.T., sebagai Ketua Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Teknik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Ir. Abdul Hafid, M.T., selaku Pembimbing I dan Bapak Andi

Faharuddin, S.T., M.T., selaku Pembimbing II, yang telah banyak meluangkan

waktunya dalam membimbing kami.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf pegawai pada Fakultas Teknik atas segala

waktunya yang telah mendidik dan melayani penulis selama mengikuti proses

belajar mengajar di Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, penulis mengucapkan banyak terima

kasih yang sebesar-besarnya atas segala limpahan kasih sayang, doa dan

pengorbanan terutama dalam bentuk materi dalam menyelesaikan kuliah.

7. Saudara-saudaraku serta rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknik terkhusus

angkatan 2016 yang dengan keakraban dan persaudaraan banyak membantu

dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahawa penyususnan skripsi ini masih banyak

kekurangan, untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan

skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca umumnya.

Makassar, 5 Maret 2021

Penulis

Page 7: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

vii

SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

Irsan Ibrahim, Idham Djaya Gandah Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Muhammadiyah Makassar

E-Mail : Irsan [email protected]

Idham Djaya [email protected]

ABSTRAK

Abstrak; Irsan Ibrahim, Idham Djaya Gandah; (2021); Penelitian tahun

pertama ini bertujuan untuk mendesain dan merealisasikan purwarupa sistem

energi listrik untuk air-conditioning (AC) kabin mobil penumpang, yang

memanfaatkan energi listrik dari surya fotovoltaik (PLTS-FV). AC mobil -

pada tahap ini hanya diwakili oleh blower-, akan diasut (di-starting) dari jauh

dengan memanfaatkan tombol alarm (lock-unlock), yang biasanya sudah

menjadi fasilitas standar bagi mobil mobil penumpang saat ini. Bagian lain

penelitian ini adalah sistem pengasutan-jauh motor power window (untuk

pembukaan kaca jendela), sehingga udara panas yang terperangkap di kabin,

mengalir keluar, akibat perbedaan tekanan udara kabin dengan lingkungan

luar. Jadi, kedua komponen tersebut akan dioperasikan dari jauh, ketika

pemilik mobil akan atau sedang mendekati mobil. Hasil dari rangkaian proses

tersebut, ketika pemilik mobil tiba, temperatur kabin sudah berada dalam

kondisi temperatur thermal yang relatif nyaman bagi penumpang. Demikian

pula, sistem pengalihan suplai daya terbukti berhasil mengalihkan suplai daya

dari BC ke BU pada saat konci kontak mobil diputar ke posisi ACC

(menjelang penyalaan mesin mobil). Sebaliknya, ketika kunci kontak diputar

ke posisi OFF (menjelang meninggalkan mobil), seketika itu pula suplai daya

beralih kembali dari BU ke BC. Pengujian telah menunjukkan bahwa secara

keseluruhan, sistem ini telah beroperasi sesuai dengan performansi yang

diharapkan. Akan tetapi, masih ada beberapa hal yang belum sempurna atau

kalau bisa disebut kekurangan dari sistem ini adalah saklar blower harus di-

ON-kan lebih dahulu, sebelum penumpang keluar dari mobil. Begitupun juga,

tombol aktivasi harus ditekan sesaat, juga sebelum meninggalkan mobil.

Keduanya harus dilakukan agar sistem itu bisa berjalan sebagaimana

mestinya.

Kata Kunci: PLTS-FV, baterai-cadangan, baterai-utama, blower, power

win

Page 8: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................. i

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................. v

ABSTRAK ................................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xi

DAFTAR TABLE...................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................. Error! Bookmark not defined.

A. Latar Balakang ............................................. Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ........................................ Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ......................................... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.

E. Batasan Masalah ........................................... Error! Bookmark not defined.

F. Sistematika Penulisan................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II TEORI DASAR ................................................ Error! Bookmark not defined.

A. UMUM ......................................................... Error! Bookmark not defined.

B. SISTEM PLTS-FV ........................................................................................ 6

1. Sistem PLTS-FV Terkoneksi Grid ........................................................... 7

2. Sistem PLTS-FV Berdiri sendiri .............................................................. 8

Page 9: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

ix

C. Sistem Kendali Industri .................................................................................. 9

D. Sistem Alaram Terkendali-Jauh ................................................................... 10

E. Accu ............................................................................................................. 11

1. Macam dan Cara Kerja Accu ................................................................. 13

2. Standar tegangan dan tingkat isi daya pada accu mobil 12 V ................ 17

3. Kapasitas baterai .................................................................................... 18

F. Solar Cell ...................................................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 22

A. Data (Parameter) .......................................................................................... 22

B. Alat dan Bahan ............................................................................................. 22

C. Skema Penelitian .......................................................................................... 23

D. Langkah Penelitian ....................................................................................... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................... 26

A. Kabin dan sistem temperatur kabin .............................................................. 26

1. Desain dan realisasi kabin ...................................................................... 26

2 Keyamanan termal ................................................................................. 28

B. Komponen utama .......................................................................................... 28

C. Perhitungan .................................................................................................. 29

D. Hasil pengujian sistem pengukuran temperatur ........................................... 37

1. Tempeeratur maksimum......................................................................... 37

2. Performansi ............................................................................................ 39

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 40

A. KESIMPULAN ............................................................................................ 40

Page 10: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

x

B. SARAN ........................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 42

LAMPIRAN ............................................................................................................... 43

Page 11: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

xi

DAFTAR GAMBAR

Hal.

2.1 Konfigurasi PLTS-FV Terkoneksi Grid .......................................................... 7

2.2 Konfigurasi PLTS-FV Berdiri .......................................................................... 8

2.3 Beberapa Komponen Dasar Kendali .............................................................. 10

2.4 Sistem Alarm Mobil ....................................................................................... 10

2.5 Sel Accu .......................................................................................................... 14

2.6 Plat Sel Accu ................................................................................................... 15

2.7 Lapisan Serat Gelas. ....................................................................................... 16

2.8 Skema solar cell ............................................................................................. .20

3.1 Skema diagram penelitian ............................................................................... 23

4.1 Desain realisasi kabin ...................................................................................... 26

4.2 Bentuk pintu Mobil ......................................................................................... 29

4.3 Bentuk Tampak belakang mobil ..................................................................... 30

4.4 Tampak Samping Mobil .................................................................................. 31

4.5 Tampak Depan Mobil ..................................................................................... 34

Page 12: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

xii

DAFTAR TABLE

HAL.

2.1 Standar Tenggan Accu mobil 12 V ................................................................ .17

4.1 Hasil pengujian rata-rata perubahan temperature maksimum didalam

Dan di luar kabin ............................................................................................ 37

Page 13: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut Tempo [19 Agustus 2011], jumlah kendaraan bermotor roda

empat atau lebih di dunia sejak 1986 terus bertumbuh. Berdasarkan pada hasil

penelitian Ward Auto 2011, hingga 2010 lalu, jumlah kendaraan bermotor di

seantero dunia telah mencapai 1,015 miliar unit. Peningkatan jumlah kendaraan

bermotor juga terjadi di Indonesia. Data dari Gabungan Industri Kendaraan

Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia

(AISI) menunjukkan jumlah populasi kendaraan bermotor di Indonesia hingga

2010 lalu mencapai 50.824.128 unit [Tempo, 19 Agustus 2011]. Bahkan, jumlah

mobil penumpang di seluruh Indonesia pada 2013 sudah mencapai 10,54 juta,

naik 11 persen dari tahun sebelumnya, 9,524 juta unit [Kompas, 15 April 2014].

Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik yang di rilis tahun 2018 jumlah

kendaraan bermotor di Indonesia mencapai 146.858.759 unit Fakta di atas

menunjukkan bahwa jumlah kendaraan di Indonesia, cenderung makin bertambah

dari waktu ke waktu.

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor secara tidak langsung akan

mempengaruhi peningkatan konsumsi BBM, salah satu alat tambahan pada

kendaraan/mobil yang secara langsung memengaruhi level konsumsi BBM secara

signifikan adalah (kompresor) AC mobil [Farrington dan Rugh, 2000; Srinivasan

dan Phadke, 2006]. Ia bahkan bisa mengonsumsi BBM yang lebih banyak

Page 14: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

2

daripada yang dikonsumsi oleh mesin kendaraan ukuran-sedang, saat

menggerakkannya dengan kecepatan konstan 56 km/jam. AC (beban) dengan

daya 400 W pada mobil berBBM (konvensional) akan mengurangi daya tempuh

mobil tersebut sebesar 0,4 km/L [Farrington dan Rugh, 2000].

Salah satu masalah pendinginan kabin mobil adalah pada saat mobil

terparkir di area terbuka di bawah sinar matahari. Sebelum mobil dapat dimasuki,

biasanya AC mobil harus dinyalakan terlebih dahulu beberapa saat (sekitar tiga

menit) untuk mendinginkan kabin. Oleh karena itu, penumpang biasanya mesti

menunggu di luar mobil. Ketika suhu kabin sudah cukup dingin (kondusif),

barulah para penumpang dapat memasuki mobil.

Indonesia yang merupakan negara tropis mendapatkan sinaran matahari

tahunan yang sangat banyak. Dengan demikian, secara teoritis, energi yang

dibutuhkan oleh AC mobil untuk mendinginkan kabin tentu lebih banyak dari

pada AC mobil di daerah nontropis/dingin. Energi yang dibutuhkan untuk

mendinginkan kabin erat kaitannya dengan temperatur maksimum kabin mobil,

yang biasanya terjadi ketika mobil berada di bawah sinar matahari [IEEE-USA

Energy Policy Committee, 2013].

Saat ini, energi matahari telah banyak digunakan di berbagai bidang

inovasi dan teknologi di seluruh dunia. Secara konvensional, energi matahari

digunakan untuk sistem pembangkit listrik dengan cara konversi langsung dari

intensitas sinar matahari menjadi listrik yang dikenal dengan sistem fotovoltaik.

Di mana fotovoltaik berfungsi untuk menkonversi energi matahari menjadi energi

listrik yang dapat di manfaatkan untuk menyuplai daya yang digunakan pada

Page 15: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

3

perangkat elektronik pada kendaraan seperti AC sehingga mengurangi pemakaian

BBM. Selain dimanfaatkan pada penggunaan AC, energi listrik yang di hasilkan

oleh fotovoltaik juga dapat digunakan untuk menyuplai daya pada sistem

intrumentasi temperatur kabin mobil dimana sistem ini berfungsi untuk

mengontrol suhu pada kabin mobil agar temperatur pada kabin mobil dapat terjaga

walaupun berada di bawah sinar matahari langsung.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa adanya permasalahan yang di alami

oleh pengguna mobil seperti meningkatnya suhu pada kabin mobil ketika berada

di bawah sinar matahari langsung sehingga menyebabkan ketidaknyamanan

pengguna mobil ketika ingin memasuki mobil setelah lama berada dibawah sinar

matahari. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengatasi hal

tersebut dengan judul penelitian SISTEM INSTRUMENTASI TEMPERATUR

KABIN MOBIL.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas dapat dibuat rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Besar dan distribusi temperatur kabin mobil, setelah pemanasan kabin selama

selang waktu tertentu, baik dalam kondisi cerah maupun berawan

2. Besar temperatur kabin setelah sistem Electrik Drive Power Windoiw

((EDpoW) di aktifkan baik pada kondisi langit cerah maupun berawan

C. Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 16: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

4

1. mendapatkan data besar dan distribusi temperatur kabin dan luar kabin mobil,

setelah pemanasan kabin selama selang waktu tertentu.

2. mendapatkan data besar temperatur kabin mobil setelah Sistem Electric Drive

Power Window (EDPoW) diaktifkan..

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Menstabilkan suhu ruangan pada mobil

2. Membuang gas karbon pada dahsbord mobil yang menimbulkan berbagai

penyakit

3. Meminimalisasi polusi dan pecemaran yang di timbulkan akibat pemakaian

bahan bakar fosil.

4. Memberikan pemecahan masalah akibat semakin menipisnya cadangan

bahan bakar fosil dengan menghasilkan energi terbarukan

E. Batasan masalah

Adapun batasan masalah di dilam penelitian ini adalah sebagai berikut

1. waktu pemanasan kabin: 4 jam dan 6 jam

2. material kabin sesuai spesifikasi yang tercantum di Bab 3.

F. Sistematika penulisan

Bab Pertama, Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan

masalah, batasan masalah, serta tujuan dan manfaat dari penelitian yang dilakukan

serta sistematika penulisan dari laporan hasil penilitian.

Bab Kedua, Bab ini menjelaskan tentang teori-teori pendukung yang

berkaitan dengan judul penelitian.

Page 17: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

5

Bab Ketiga, Bab ini menjelaskan tetang waktu dan tempat penelitian, alat

dan bahan yang digunakan, diagram grafik dan gambar rangkaian penelitian, serta

metode penelitian yang berisi langkah-langkah dalam proses melakukan

penelitian.

Bab Keempat, Bab ini menjelaskan tentang hasil dari penelitian, alat dan

perhitungan serta pembahasan terkait judul penelitian.

Bab Kelima, Bab ini merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan

dan saran terkait judul penelitian.

DaftarPustaka, Berisi tentang daftar sumber referensi penulis dalam

memilih teori yang relevan dengan judul penelitian.

Lampiran, Berisi tentang dokumentasi hasil penelitian serta alat dan

bahan yang digunakan dalam penelitian.

Page 18: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

6

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

A. UMUM

Rancangan sistem yang diusulkan terdiri dari rancangan elektronik dan

fisik dengan memanfaatkan modul fotovoltaik, kipas pendingin dan sensor suhu

LM35 serta didukung oleh komponen elektronik dan rangkaian kendali. Desain

prototipe pengatur sirkulasi udara bertenaga sistem fotovoltaik, berfungsi sebagai

simulator ruangan dengan sistem pendingin. Ada empat kipas pendingin yang

terletak di dinding untuk mengalirkan udara ruangan dengan meniupkan udara

panas ke lingkungan luar. Mekanisme pengoperasian kipas pendingin digerakkan

oleh rangkaian kontrol setelah mendeteksi ambang suhu panas di dalam ruangan

kabin

B. Sistem PLTS-FV

Sistem PLTS-FV dapat diklasifikasikan berdasarkan pada aplikasi

teknologi di sisi pelanggan. Ada dua tipe utama sistem PLTS-FV yakni: Sistem

PLTS-FV terkoneksi grid (grid-tied) dan PLTS-FV berdiri-sendiri (stand alone).

1. Sistem PLTS-FV Terkoneksi- Grid

Mayoritas sistem PLTS-FV terpasang di bangunan atau di atas permukaan

tanah, bila lahan bukanlah masalah. Bila ia terpasang di bangunan, maka biasanya

dipasang di atap atau diintegrasikan dengan bangunan. Metode yang disebut

belakangan dikenal dengan istilah sistem Fotovoltaik-Berpadu-Bangunan

(Building Integrated Photovoltaic, “BIPV”). BIPV biasanya menyebabkan panel

Page 19: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

7

fotovoltaik menggantikan komponen bangunan lain, misalnya kaca jendela, atap,

dan lain-lain. Oleh karena itu, ia kemudian berfungsi ganda, sehingga bisa lebih

hemat biaya.

Konfiguarsi sistem tersebut terlihat pada Gambar 4.

G

a

m

b

a

r

.

2.1 Konfigurasi PLTS-FV terkoneksi grid

Bangunan yang mempunyai dua sumber paralel, biasanya satu dari PLTS-

FV dan lainnya dari grid. Suplai daya gabungan, menyuplai semua beban yang

terhubung ke panelutama (ACDB). Rasio dari suplai PLTS-FV dengan grid akan

bervariasi bergantung pada ukuran PLTS-FV. Apabila PLTS-FV menyuplai daya

yang melebihi kebutuhan bangunan, maka daya berlebih akan diekspor ke grid.

Ketika tidak ada cahaya matahari untuk membangkaitkan listrik (malam), maka

grid akan menyuplai kebutuhan daya ke bangunan. Sistem ini merupakan cara

efektif untuk mengurangi kertergantungan kita pada perusahaan listrik,

menambah produksi energi terbarukan dan menyelamatkan lingkungan.

2. Sistem PLTS-FV Berdiri-Sendiri

Page 20: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

8

Sistem ini biasanya digunakan pada daerah di mana tidak ada jaringan

perusahaan listrik. Saat ini, sistem seperti itu biasanya dipasang di daerah

terisolasi dimana jaringan listrik cukup jauh seperti pedesaan atau di kepulauan. Ia

juga biasa dipasang di kota bila mana ada situasi yang sangat pelik atau biaya

sangat mahal untuk penyambungan. Sebagai contoh di Singapura, beberapa lampu

tanda parkir disuplai dengan PLTS-FV BerdiriSendiri (Gambar 5).

Suatu sistem PLTS-FV membutuhkan baterai-isi ulang siklus dalam

seperti: leadacid (asam timbal), nickel cadmium atau lithium-ion, guna

menyimpan energi listrik untuk penggunaan pada kondisi di mana hanya sedikit

atau tidak ada sama sekali luaran dari PLTS-FV, seperti di malam hari. [Seng dan

Tan, 2015]

Gambar 2.2. Konfigurasi PLTS-FV Berdiri-Sendiri

C. Sistem Kendali Industri

Page 21: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

9

Setiap rangkaian kendali terdiri atas komponen-komponen kendali yang

dirangkai sedemikian rupa untuk mencapai performa yang diinginkan. Beberapa

komponen dasar adalah meliputi, MCB, relai, thermal overload relay (relai

thermal), magnetic contactor dan sebagainya.

MCB (Gambar 2.3a), berfungsi, membuka dan menutup rangkaian. Ia

men-trip rangkaian secara otomatis, bila arus melebihi setelan. Setelah trip, ia bisa

di-reset secara manual dan arena itu lebih sering dipakai dibanding DS.

Relai (Gambar 2.3.b), saklar elektromagnetis/elektronis yg membuka-

menutup sepasang kontak ketika koilnya energize . Koil menghasiilkan medan-

magnet (MM) kuat yg menarik kontak bergerak. Biasanya ia digunakan untuk

rangkaian daya rendah dan memiliki tunda-waktu.

Relai thermal (Gambar 2.3.c), relai beban lebih yaitu relai yang sensitif

panas, membuka kontak-kontaknya bila arus motor/beban melebihi nilai setelan.

Relai thermal, secara inheren bertunda waktu karena panas tidak bisa naik

seketika seiring arus. Nilai setelannya bervariasi 6 dan 10 A.

Magnetic Contactor (Gambar2.3.d), adalah relai berdaya besar untuk

membuka dan menutup rangkaian daya. Ia memiliki koil relai dan plunger

magnetik yang membawa pasangan kontak.[Wildi, 2006]

Page 22: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

10

D. Sistem Alarm Terkendali-Jauh

Secara garis besar, suatu sistem alarm mobil terdiri dari: brain

alarm, alarm (serine/speaker atau lampu) dan sensor tegangan (door sensor).

Sistem tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 2.4. Sistem Alaram Mobil

Gambar. 2.3 Beberapa Komponen Dasar Kendali

Page 23: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

11

Kunci-kode (keycode) receiver/transmitter adalah paket alat kendali dari

sistem alarm mobil. Ia komponen sederhana yang menggunakan sinyal

gelombang radio untuk mengirimkan instruksi ke brain atau komputer. Brain

adalah komputer kecil yang bertugas menutup saklar yang mengaktivasi sirine. Ia

mendapatkan daya listrik dari baterai-utama /mobil. Brain terkadang mempunyai

baterai cadangan untuk mengantisipasi putusnya suplai daya dari baterai-utama.

Sensor berfungsi mengukur tegangan di seluruh rangkaian mobil. Ia terdiri dari

voltmeter yang secara konstan mengecek seluruh tengangan rangkaian. Jika

terjadi semacam jatuh tegangan, maka suatu sinyal akan dikirim ke brain untuk

mengaktivasi sirine. [O’Keefe dan Youmans, 2002]

E. Accu

Accumulator atau sering disebut Accu, adalah salah satu komponen

utama dalam kendaraan bermotor, baik mobil atau motor, semua memerlukan

Accu untuk dapat menghidupkan mesin mobil (mencatu arus pada dinamo stater

kendaraan). Accu mampu mengubah tenaga kimia menjadi tenaga listrik. Di

pasaran saat ini sangat beragam jumlah dan jenis Accu yang dapat ditemui. Accu

untuk mobil biasanya mempunyai tegangan sebesar 12 Volt, sedangkan untuk

motor ada tiga jenis tegangan 12 Volt, 9 volt dan ada juga yang bertegangan 6

Volt. Selain itu juga dapat ditemukan pula Accu yang khusus untuk menyalakan

Tape atau radio dengan tegangan juga yang dapat diatur dengan rentang 3, 6, 9,

dan 12 Volt. Tentu saja Accu jenis ini dapat dimuati kembali (Recharge) apabila

muatannya telah berkurang atau habis. Dikenal dua jenis elemen yang

merupakan sumber arus searah (DC) dari proses kimiawi, yaitu elemen primer

Page 24: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

12

dan elemen sekunder . Elemen primer terdiri dari elemen basah dan elemen

kering. Reaksi kimia pada elemen primer yang menyebabkan elektron

mengalir dari elektroda negatif (Katoda) ke elektroda positif (Anoda) tidak

dapat dibalik arahnya. Maka jika muatannya habis, maka elemen primer tidak

dapat dimuati kembali dan memerlukan penggantian bahan pereaksinya (elemen

kering). Sehingga dilihat dari sisi ekonomis elemen primer dapat dikatakan

cukup boros. Contoh elemen primer adalah batu baterai (Dry Cells).

Allesandro Volta, seorang ilmuwan fisika mengetahui, gaya gerak listrik

(GGL) dapat dibangkitkan dua logam yang berbeda dan dipisahkan larutan

elektrolit. Volta mendapatkan pasangan logam tembaga (Cu) dan seng (Zn)

dapat membangkitkan ggl yang lebih besar dibandingkan pasangan logam

lainnya (kelak disebut elemen Volta). Hal ini menjadi prinsip dasar bagi

pembuatan dan penggunaan elemen sekunder. Elemen sekunder harus diberi

muatan terlebih dahulu sebelum digunakan, yaitu dengan cara mengalirkan arus

listrik melaluinya (secara umum dikenal dengan istilah disetrum).

Akan tetapi, tidak seperti elemen primer, elemen sekunder

dapat dimuati kembali berulang kali. Elemen sekunder ini lebih dikenal

dengan Accu. Dalam sebuah Accu berlangsung proses elektrokimia yang

reversibel (bolak-balik) dengan efisiensi yang tinggi. Yang dimaksud dengan

proses elektrokimia reversibel yaitu di dalam Accu saat dipakai berlangsung

proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (Discharging). Sedangkan saat

diisi atau dimuati, terjadi proses tenaga listrik menjadi tenaga kimia

(Charging).

Page 25: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

13

Jenis Accu yang umum digunakan adalah Accumulator timbal.

Secara fisik Accu ini terdiri dari dua kumpulan pelat yang dimasukkan

pada larutan asam sulfat encer (H2SO4). Larutan elektrolit itu ditempatkan pada

wadah atau bejana Accu yang terbuat dari bahan ebonit atau gelas. Kedua belah

pelat terbuat dari timbal (Pb), dan ketika pertama kali dimuati maka akan

terbentuk lapisan timbal dioksida (Pb02) pada pelat positif. Letak pelat positif

dan negatif sangat berdekatan tetapi dibuat untuk tidak saling menyentuh

dengan adanya lapisan pemisah yang berfungsi sebagai isolator (bahan

penyekat).

1. Macam dan Cara Kerja Accu

Accu yang ada di pasaran ada 2 jenis yaitu Accu basah dan Accu

kering. Accu basah media penyimpan arus listrik ini merupakan jenis paling

umum digunakan. Accu jenis ini masih perlu diberi air Accu yang dikenal

dengan sebutan Accu Zuur. Sedangkan Accu kering merupakan jenis Accu

yang tidak memakai cairan, mirip seperti baterai telepon selular. Accu ini tahan

terhadap getaran dan suhu rendah.

Dalam Accu terdapat elemen dan sel untuk penyimpan arus yang

mengandung asam sulfat (H2SO4). Tiap sel berisikan pelat positif dan

pelat negatif. Pada pelat positif terkandung oksid timbal coklat (Pb02),

sedangkan pelat negatif mengandung timbal (Pb). Pelat-pelat ditempatkan pada

batang penghubung. Pemisah atau Separator menjadi isolasi diantara pelat itu,

dibuat agar baterai acid mudah beredar disekeliling pelat. Bila ketiga unsur

Page 26: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

14

kimia ini berinteraksi, muncullah arus listrik.

G

ambar 2.5. Sel Accu

(Sumber: id.m.wikipedia.org/akumulator, diakses terakhir tanggal 17

Oktober 2018)

Accu memiliki 2 kutub/terminal, kutub positif dan kutub negatif.

Biasanya kutub positif (+) lebih besar dari kutub negatif (-), untuk

menghindarkan kelalaian bila Accu hendak dihubungkan dengan kabel-

kabelnya. Pada Accu terdapat batas minimum dan maksimum tinggi permukaan

air Accu untuk masing-masing sel. Bila permukaan air Accu di bawah level

minimum akan merusak fungsi sel Accu. Jika air Accu melebihi level

maksimum, mengakibatkan air Accu menjadi panas dan meluap keluar melalui

tutup sel.

a. Konstruksi Accu

1.) Plat positif dan negatif

Plat positif dan plat negatif merupakan komponen utama suatu Accu.

Kualitas plat sangat menentukan kualitas suatu Accu, plat-plat tersebut terdiri dari

rangka yang terbuat dari paduan timbal antimon yang di isi dengan suatu bahan

Page 27: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

15

aktif. Bahan aktif pada plat positif adalah timbal peroksida yang berwarna coklat,

sedang pada plat negatif adalah spons - timbal yang berwarna abu abu.

Gambar 2.6. Plat Sel Accu

(Sumber: Daryanto, bab 5 Pengetahuan Baterai Mobil, Bumi

Aksara 2006)

2.) Separator dan lapisan serat gelas

Antara plat positif dan plat negatif disisipkan lembaran separator yang

terbuat dari serat Cellulosa yang diperkuat dengan resin. Lembaran lapisan serat

gelas dipakai untuk melindungi bahan aktif dari plat positif, karena timbal

peroksida mempunyai daya kohesi yang lebih rendah dan mudah rontok jika

dibandingkan dengan bahan aktif dari plat negatif. Jadi fungsi lapisan serat gelas

disini adalah untuk memperpanjang umur plat positif agar dapat mengimbangi

plat negatif, selain itu lapisan serat gelas juga berfungsi melindungi separator.

Page 28: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

16

Gambar 2.7. Lapisan Serat Gelas

(Sumber: Daryanto, bab 5 Pengetahuan Baterai Mobil, Bumi

Aksara 2006)

3.) Elektrolit

Cairan elektrolit yang dipakai untuk mengisi Accu adalah larutan encer

asam sulfat yang tidak berwarna dan tidak berbau. Elektrolit ini cukup kuat

untuk merusak pakaian. Untuk cairan pengisi Accu dipakai elektrolit

dengan berat jenis 1.260 pada 20°C.

4.) Penghubung antara sel dan terminal

Accu 12 volt mempunyai 6 sel, sedang Accu 6 volt mempunyai 3 sel. Sel

merupakan unit dasar suatu Accu dengan tegangan sebesar 2 volt. Penghubung

sel (Conector) menghubungkan sel sel secara seri. Penghubung sel ini terbuat

dari paduan timbal antimon. Ada dua cara penghubung sel - sel tersebut. Yang

pertama melalui atas dinding penyekat dan yang kedua melalui (menembus)

dinding penyekat. Terminal terdapat pada kedua sel ujung (pinggir), satu

bertanda positif (+) dan yang lain negatif (-). Melalui kedua terminal ini listrik

dialirkan penghubung antara sel dan terminal.

Page 29: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

17

5.) Sumbat

Sumbat dipasang pada lubang untuk mengisi elektrolit pada tutup Accu,

biasanya terbuat dari plastik. Sumbat pada Accu motor tidak mempunyai lubang

udara. Gas yang terbentuk dalam Accu disalurkan melalui slang plastik/karet.

Uap asam akan tertahan pada ruang kecil pada tutup Accu, kemudian asamnya

dikembalikan kedalam sel.

6 Perekat bak dan tutup

Ada dua cara untuk menutup Accu, yang pertama menggunakan bahan

perekat lem, dan yang kedua dengan bantuan panas (Heat Sealing). Pertama

untuk bak Polystryrene sedang yang kedua untuk bak Polipropylene.

2. Standar tegangan dan tingkat isi daya pada accu mobil 12V

Berikut adalah data pembacaan standar tegangan dan tingkat isi

daya pada accu mobil 12V. Pembacaan dilakukan dalam kondisi mesin

mati dan langsung diukur pada terminal aki

Tabel 2.1 Standar tegangan accu mobil 12V

Voltage State of Charge Specific Gravity

12V

100% 1.265 12.7

75% 1.225 12.4

50% 1.190 12.2

25% 1.155 12.0

Discharged 1.120 11.9

Page 30: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

18

(Sumber : http://www.batterystuff.com diakses terakhir tanggal 18 Oktober 2018)

Keterangan :

Penghitungan yang akurat untuk kondisi accu penuh didapat setelah accu

lebih dari 12 jam diistirahatkan selesai di-charge.

Apabila accu baru selesai di charge akan terbaca 12,9 - 13,6V karena ada

tegangan permukaan pada sel - sel aki (surface charging).

Untuk melihat tegangan riilnya, nyalakan dulu lampu besar selama 5menit

utk menghilangkan surface charging, baru dapat diukur tegangannya.

Apabila Voltmeter dipasang agak jauh dari terminal accu. Maka, tegangan

yang terbaca akan sedikit lebih rendah. karena adanya resistansi kabel.

Apabila tegangan menunjukkan kurang dari sama dengan 10,5V, itu

berarti ada korsleting di dalam sel - sel internal aki (shorted cell), artinya

aki rusak dan tidak bisa di-charge atau dipakai lagi.

Accu yang lebih besar tetap akan menunjukkan ukuran tegangan yang

sama dengan aki kecil alias (tidak berpengaruh), namun accu yang

amperenya dua kali lebih besar tentu menyimpan listrik juga dua kali lebih

besar walaupun saat kondisinya sama - sama 50% full misalnya

3. Kapasitas baterai

Kapasitas baterai menggambarkan sejumlah energi maksimum yang

dapat dikeluarkan dari sebuah baterai dengan kondisi khusus tertentu. Tetapi

kemampuan penyimpanan baterai dapat berbeda dari kapasitas nominalnya,

diantaranya karena kapasitas baterai bergantung.

Page 31: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

19

pada umur dan keadaan baterai, parameter charging dan discharging,

dan temperatur. Satuan dari kapasitas baterai ini sering dinyatakan dalam

Ampere hours, ditentukan sebagai waktu dalam jam yang dibutuhkan baterai

untuk secara kontinu mengalirkan arus atau nilai discharge pada tegangan

nominal baterai (Anda Andycka S. & Brahmana, K., 2014) .

Metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kapasitas

baterai adalah(Ying,S.,dkk,2008).

a. Metode densitas cairan listrik, tetapi metode ini tidak cocok untuk Valve

Regulated Lead Acid Battery (VRLA). Metode ini menggunakan pengukuran

berat jenis cairan pada baterai untuk mengetahui sisa kapasitas suatu baterai.

Metode Open circuit voltage (OCV). Metode ini cocok untuk baterai baru,

tetapi ketika baterai digunakan setelah waktu yang lama, dan kapasitas baterai

turun, perubahan tegangan rangkaian terbuka tidak dapat mencerminkan

keadaan sebenarnya dari kapasitas.

b. Metode discharge, kurva baterai diperoleh dengan eksperimen discharge

dengan keakuratan dapat menggambarkan kinerja baterai. Namun, tes discharge

tidak dapat sering dilakukan karena akan mempengaruhi kehidupan pelayanan

baterai.

c. Metode resistensi internal, kurva resistansi – kapasitas baterai harus diukur

dalam metode ini. Proses pengukuran rumit, sehingga keumuman dari metode

ini adalah lemah

Page 32: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

20

F. Solar Cell

Solar Cell atau panel surya adalah komponen elektronika dengan

mengkonversi tenaga matahari menjadi energi listrik. Photovoltaic (PV) adalah

teknologi yang berfungsi untuk mengubah atau mengkonversi radiasi matahari

menjadi energi listrik. PV biasanya dikemas dalam sebuah unit yang disebut

modul. Dalam sebuah modul surya terdiri dari banyak Solar Cell yang bisa

disusun secara seri maupun paralel. Sedangkan yang dimaksud dengan surya

adalah sebuah elemen semikonduktor yang dapat mengkonversi energi surya

menjadi energi listrik atas dasar efek Potovoltaic. Solar Cell mulai popular akhir- akhir

ini, selain mulai menipisnya cadangan enegi fosil dan isu Global Warming. Energi

yang dihasilkan juga sangat murah karena sumber energi (matahari) bisa didapatkan

secara gratis.

Gambar 2.8. Skema solar cell

(Sumber : http://solarsuryaindonesia.com/tenaga-surya)

Solar Cell pada umumnya memiliki ketebalan 0.3 mm, yang terbuat dari

irisan bahan semikonduktor dengan kutub (+) dan kutub (-). Apabila suatu cahaya

jatuh pada permukaannya maka pada kedua kutubnya timbul perbedaan tegangan

Page 33: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

21

yang tentunya dapat menyalakan lampu, menggerakan motor listrik yang berdaya

DC. Untuk mendapatkan daya yang lebih besar bisa menghubungkan Solar Cell

secara seri atau paralel tergantung sifat penggunaannya. Prinsip dasar pembuatan*

Solar Cell adalah memanfaatkan efek Photovoltaic yakni suatu efek yang dapat

merubah langsung cahaya matahari menjadi energi listrik

Page 34: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu : Oktober 2020 hingga Februari 2020.

Tempat : Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Makassar Jalan Sultan Alauddin No. 259

Makassar

B. Data (Parameter)

Data/parameter yang akan dibutuhkan dalam analisi ini adalah:

1. Data temperatur kabin sebelum pembukaan kaca jendela

2. Data temperatur kabin sebelum penutupan kaca jendela

3. Data temperatur di luar kabin

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Multimeter

b. Solder

c. Terometer digital

2. Bahan

Page 35: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

23

a. Buck Konverter

b. Besi holo

c. Power window 2 buah

d. Fiber 2 mm

e. Baterai

f. Solar controler

g. SD Card

h. Solar cell

i. Battery charger

D. Skema Penelitian

Secara garis besar skema penelitian yang akan dilakukan penelitian

ini pada Gambar 3.1 beriku

Gambar 3.1 skema penelitian

Seperti umumnya pada pembuatan alat yang lain, maka dalam

merealisasikan pembuatan sistem instrumentasi temperatur kabin ini dilakukan

Page 36: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

24

dalam beberapa tahapan. Yang pertama yaitu tahapan perancangan dan

pembuatan sensor pada kabin. Tahapan perancangan ini sangat penting karena

berfungsi sebagai dasar (pondasi) dari proses rancang bangun alat ini.

Perancangan dan pembuatan alat ini diharapkan akan dapat memberikan

kontribusi. Fungsi dari masing–masing blok dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber PLN berfungsi sebagai sumber tenaga pada mobil listrik.

2. Battery charger berfungsi untuk mengisi battery dengan tegangan konstan

hingga mencapai tegangan yang ditentukan.

3. Baterai 36 V berfungsi untuk menyimpan energi listrik dalam bentuk energi

kimia, yang akan digunakan untuk mensuplai (menyediakan) listik ke sistem

starter, sistem pengapian, lampu-lampu dan komponen komponen kelistrikan

lainnya contohnya sitem instrumentasi

4. Buck konverter berfungsi untuk menkonversi tenganggan dari 36 V ke 5 V.

5. Sollar controller berfungsi untuk mengatur fungsi pengisian baterai dan

pembebasan arus dari baterai ke beban.

6. Panel surya berfungsi untuk mengubah atau mengkonversi radiasi matahari

menjadi energi listrik dan sebagai sumber energi bantuan pada mobil.

E. Langkah Penelitian

Langkah-langkah perencanaan pembuatan prototipe mobil listrik ini

terdiri dari beberapa langkah yaitu :

1. Perancangan chasis mobil listrik mini

2. penentuan komponen utama yang di gunakan

3. pengujian alat dan pengambilan data

Page 37: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kabin dan Sistem Temperature Kabin

1. Desain dan Realisasi Kabin

Gambar. 4.1 Desain realisasi kabin

Seperti umumnya pada pembuatan alat yang lain, maka pada pembuatan

prototipe mobil ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Yang pertama yaitu

tahapan perancangan chais mobil . Tahapan perancangan ini sangat penting karena

berfungsi sebagai dudukan dari komponen utama yang akan digunakan nantinya.

penelitian ini adalah medesain dan merealisasikan purwarupa sistem

pembangkit listrik terbarukan berbasiskan PLTS-FV sebagai sumber energi

pelengkap untuk mesin pendingin (AC, air-conditioning) di mobil-mobil

penumpang. PLTS-FV tersebut disebut pelengkap karena ia hanya berperan

Page 38: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

26

memberikan energi ke AC, untuk keperluan pendinginan kabin mobil, usai parkir

di tempat panas. Dengan demikian sistem ini bisa mengurangi pemborosan BBM

pada mobil-mobil tersebut. Demikian juga, sistem penyalaan AC dari jauh -ketika

orang berjalan menuju mobil- sehingga saat penumpang tiba, ia bisa langsung

masuk ke mobil, menjadi tujuan yang lain dari penelitian ini. Hal tersebut di atas,

didasari oleh fakta bahwa mobil-mobil penumpang yang ber-AC dan diparkir di

lapangan takberatap saat musim panas, akan mengalami pemanasan kabin. Hal itu

menyebabkan penumpang mobil biasanya segan untuk langsung masuk ke mobil

akibat hawa panas di dalam kabin. Oleh karena itu, (biasanya) cara yang diambil

oleh pemakai mobil adalah menyalakan mobil dan AC, dan itu berarti bahwa

penumpang harus menunggu beberapa saat di luar mobil, hingga temperatur di

dalam kabin cukup dingin dan kondusif untuk dimasuki. Proses tersebut biasanya

membutuhkan waktu sekitar tiga menit. Hal itu berarti bahwa ada BBM yang

terbakar selama sekitar tiga menit tanpa digunakan sebagai penggerak kendaraan,

sehingga secara total, pemakaian BBM menjadi lebih boros.

Berdasarkan pada fakta tersebut, maka penelitian ini akan memberikan

solusi yang sangat bagus untuk mengurangi pemborosan BBM dengan

memanfaatkan sumber energi terbarukan, berupa energi matahari. Pada saat yang

sama, penelitian juga akan meniadakan waktu tunggu bagi penumpang untuk

masuk ke dalam mobil, karena proses pendinginan kabin sudah dimulai ketika

penumpang berjalan menuju mobil. Dengan demikian, sistem itu akan menambah

kenyamanan penumpang mobil.

2. Keyamanan termal

Page 39: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

27

Kenyamanan adalah keseimbangan dari respon biologis dan psikologis

yang kompleks dari individu terhadpa lingkungan sekitarnya dan terhadap

pengkodisian dan pengalamannya sedangkan ketidak nyamanan adalah ketidak

seimbangan dalam respon komplek untuk lingkungan dan mungkin kerena

ketidaksiembangan baik biologis maupun psikologis, atau keduanya. Sebagai

hasil dari kompleksitas ini, maka kondisi yang diperlukan untuk mencapai

kenyamanan bagi setiap individu tidaklah sama dan konstan. Karena itu

pencapaian kenyamanan memerlukan pengembangan yang lebih komprensif.

Kenyamanan termal di defenisikan oleh ISO 7730 standar sebagai “that

condition of mind which expresses satisfaction with the termal environment” (ISO

1995). Yaitu suatu kondisi pikiran yang mengungkapkan kepuasan akan kondisi

lingkungan termal, guna memenuhi kenyamanan termal ini . American society of

heating refrigeration, and air conditioning engeneers (ASHRAE) telah membuat

standar berdasarkan ISO 7730 drngan menerapakan suhu nyaman yang dijadikan

dasar dalam perhitungan dan perencanaan pengkondisian udara (AC)

B. Komponen utama

1. Motor Listrik

Motor DC brushless mempunyai kecepatan putaran 3000 rpm bertenaga 1

HP. Motor tersebut memiliki tegangan 36 V dan arus 27 A.

2. Baterai

Penelitian ini menggunakan 3 buah baterai yang dirangkai seri dengan

masing-masing kapasitas baterai 12 Ah dan tegangan 12 V. Kapasitas keseluruhan

baterai adalah tegangan 36 V dan kapasitas 12 Ah.

Page 40: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

28

3. Inverter

Inverter pada penelitian kami menggunakan tegangan output 220 V. Memiliki

frekuensi 50 Hz dan daya output sebesar 600 w

4. Charger

Charger atau pengisian ulang mempunyai tegangan 36 V dan arus sebesar

12 A. Charger ini mempunyai berat 4 kg.

5. Solar cell

Solar cell yang digunakan berkapasitas 100W, dengan daya 18,3 V dan

arus 5,46A.

6. Controller motor

Charger controller memiliki tegangan 36V dan arus 1000 W.

C. Perhitungan Kabin Mobil

Kabin mobil terbentuk dari empat bangun ruang yaitu bangun ruang balok

I, balok II, prisma segitiga, dan prisma trapesium. Berikut perhitungan

volume kabin mobil.

1. Volume Bangun Ruang Balok I

Gambar 4.2. Volume Bangun Ruang I

Page 41: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

29

Bangun ruang balok I memiliki panjang 1 m, lebar 0,75 m dan tinggi 1,15

m yang di tampilkan pada gambar 4.2. Volume balok tersebut dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut :

V = P x l x t

Keterangan :

V = Volume balok (m3)

P = Panjang balok (m)

l = lebar balok (m)

Diketahui :

P : 0,75 m

l : 1 m

t : 1,15 m

Jadi :

V = P x l x t

V = 0,75 m x 1 cm x 1,15 m

V = 0,86 m3

2. Volume Bangun Ruang Balok II

Gambar 4.3. Volume Bangun Ruang Balok II

Bangun ruang balok II memiliki panjang 1 m, lebar 0,20 m dan tinggi 1,15

Page 42: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

30

m yang di tampilkan pada gambar 4.3. Volume balok tersebut dapat dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut :

V = P x l x t

Keterangan :

V = Volume balok (m3)

P = Panjang balok (m)

l = lebar balok (m)

Diketahui :

P : 0,20 m

l : 1 m

t : 1,15 m

Jadi :

V = P x l x t

V = 0,20 m x 1 cm x 1,15 m

V = 0,23 m3

3. Volume Bangun Ruang Prisma Segitiga

Gambar 4.4. Bangun Ruang Prima Segitiga

Page 43: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

31

Bangun ruang segitiga yang di tampilkan pada ganbar 4.4 merupakan prisma

segitiga dengan bentuk alas segitiga siku-siku dengan tinggi prisma 1 m. Volume

prisma segitiga dapat dihitung dengan mengalihkan luas alas segitiga dengan

tinggi prisma. Alas prisma segitiga terdir dari :

a = 0,40 m adalah sisi miring segitiga siku-siku.

b = 0,29 m adalah tingggi alas segitiga.

c = tinggi segitiga dapat dihitung dengan rumus phytagoras

c2 = a

2 – b

2

c2 = 0,40

2 – 0,20

2

c

2 = 0,16 – 0,04

c =

c = 0,34 m2

Jadi tinggi segitiga adalah 0,34 m.

Luas alas segitiga dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut

La =

x a x t

Keterangan :

La = Luas alas segitiga (m2)

a = Alas segitiga (m)

t = Tinggi segitiga (m)

Diketahui :

a = 0,20 m

b = 0,34 m

Jadi :

Page 44: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

32

La =

x a x t

La =

x 0,20 x 0,34

La = 0,0034 m2

Volume prisma segitiga dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut :

V = La x t

Keterangan :

V = Volume prisma segitiga (m3)

La = Luas alas segitiga (m2)

t = Timggi prisma (m)

diketahui :

La = 0,0034 m2

T = 1 m

Jadi :

V = La x t

V = 0,0034 m2 x 1 m

V = 0,034 m3

4 Volume Bangun Ruang Prisma Trapesium

Gambar 4.5. Bangun Ruang Trapesium

Page 45: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

33

Bangun ruang yang di tampilkan paada gambar 4.5 merupakan bangun

ruang prisma dengan trapesium di mana tinggi trapesium 1 m. Volume prisma

trapesium dapat di hitung dengan mengalihkan luas als trapesium dengan tinggi

prisma. Alas trapesium terdiri dari :

a = 0,40 m adalah alas I.

b = 1,115 m adalah alas II.

c = 0,72 m adalah tinggi trapesium.

Luas alas segitiga dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

La =

x (a1 + a2 ) x t

Keterangan :

La = Luas alas trapesium(m2)

a1 = Alas I trapesium (m)

a2 = Alas II trapesium (m)

t = Tinggi trapesium (m)

Diketahui :

a = 0,25 m

b = 1,15 m

t = 0,72 m

Jadi :

La =

x (a1 + a2 ) x t

Page 46: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

34

La =

x (0, 25 + 1,15 ) x 0,72

La =

x 0,72

La = 0,504 m2

Volume prisma trapesium dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

V = La X t

Keterangan :

V = volume prisma segitiga (m3)

La = Luas alas trapesium (m2)

T = Tinggi prisma (m)

Diketahui :

La = 0,504 m2

T = 1 m

Jadi :

V = La x t

V = 0,504 m2 x 1 m

V = 0,504 m3

Volume kabin mobil meropakan penjumlahan dari volume bangun ruang

balok 1, balok 2, prisma segitiga dan prisma trapesium. Volume kabin mobil

secara keseluruhan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

V total= V1 + V2 + V3 + V4

Keterangan :

Page 47: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

35

V = Volume bangun ruang balok 1

V = Volume bangun ruang balok 2

V = Volume bangun ruang prisma segi tiga

V = Volume bangun ruang prisma trapesium

Jadi :

V = V1 + V2 + V3 + V4

V = 0,86 m3 + 0,23 m

3 + 0,034 m

3 + 0,054 m

3

Total volume kabin mobil adalah 1,628 m3

D. Hasil Pengujian

Sistem Pengukuran Temperatur

1. Temperatur Maksimum

Tabel 4.1 hasil Pengujian Rata- hrata Perubahan temperatur maksimum

didalam dan diluar kabin hari pertama selama 9 jam

NO Waktu 9 jam (setiap

15 menit)

Nilai suhu

didalam kabin

Nilai suhu diluar

kabin

1 08:00 30.1⁰ C 30.5⁰ C

2 08:15 30.6⁰ C 31.0⁰ C

3 08:30 31.2⁰ C 31.6⁰ C

4 08:45 32.0⁰ C 33.0⁰ C

5 09:00 33.1 ºC 32.2 ºC

6 09:15 36.2ºC 33.7ºC

7 09.30 36.9ºC 33.0ºC

8 09:45 37.1ºC 34.2 ºC

9 10:00 37.9ºC 34.1 ºC

Page 48: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

36

10 10:15 37.9ºC 34.0 ºC

11 10:30 38.9ºC 35.3 ºC

12 10:45 39.0ºC 35.9 ºC

13 11:00 39.3 ºC 36.2 ºC

14 11:15 39.4ºC 36.5 ºC

15 11:30 39.6 ºC 37.6 ºC

16 11:45 39.6ºC 35.1 ºC

17 12:00 39.9ºC 38.4 ºC

18 12:15 40.1ºC 39.1 ºC

19 12:30 40.5 ºC 39.7 ºC

20 12:45 40.8 ºC 39.8 ºC

21 13:00 42.3 ºC 39.8 ºC

22 13:15 43.4 ºC 40.1 ºC

23 13:30 45.0 ºC 41.2 ºC

24 13:45 46.7 ºC 42.1 ºC

25 14:00 45.9 ºC 42.0 ºC

26 14:15 43.0 ºC 39.8 ºC

27 14:30 40.5 ºC 39.7 ºC

28 14:45 40.1 ºC 39.5 ºC

29 15:00 39.5 ºC 37.7 ºC

30 15:15 39.2 ⁰ C 37.2 ⁰ C

31 15:30 38.8 ⁰ C 36.8 ⁰ C

32 15:45 38.5 ⁰ C 36.5 ⁰ C

33 16:00 38.0 ⁰ C 36.0 ⁰ C

34 16:15 37.9 ⁰ C 35.7 ⁰ C

35 16:30 37.5 ⁰ C 35.4 ⁰ C

36 16:45 37.1 ⁰ C 34.6 ⁰ C

Page 49: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

37

37 17:00 36.7 ⁰ C 34.2⁰ C

Dari tabel 4.1 analisis temperature kabin di lakukan selama 4 jam di

mulai pada pukul 08:00 sampai 17:00 dan perubahan teperatur maksimum terjadi

pukul 13:45 yaitu 46.7 ºC di dalam kabin dan 42.1 ºC diluar kabin, Maka dapat

dikatakan bahwa mobil yang terparkir di bawah sinar matahari langsung selama

3 jam memiliki temperature di atas zona nyaman termal kabin.

2. Performansi

Grafik Pengukuran Temperatur Suhu selama 9 jam

Gambar. 4.2 Grafik Pengukuran Temperatur Suhu selama 9 jam

Dari grafik diatas dapat dilihat terperatur maksimum terjadi pada pukul

13:45 dan perfomansi penurunan temperatur pada kabin mobil terjadi pada pukul

0

10

20

30

40

50

Hasil pengujian rata-rata perubahan temperatur maksimum didalam dan diluar

kabin hari kedua selama 9 jam.

Nilai suhu didalam kabin Nilai suhu diluar kabin

Page 50: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

38

14:00 sebesar 2.8 derajat celcius pada bagian dalam dan 4 derajat celcius pada

bagian luar setelah pintu kaca mobil di buka seluas 5 cm.

Page 51: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

39

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Sistem pembangkit energi berbasis PLTS-FV untuk AC mobil telah berhasil

didesain dan sekaligus direalisasikan, Pada prinsipnya, sistem ini terdiri atas

sistem pembangkit energi PLTS-FV.

2. Saat kaca mobil di buka 5 cm didapati suhu mengalami penurunan sebanyak

0.1°C – 0.8°C pada bagian dalam kabin yang berarti setelah kaca mobil di

turunkan selama 15 menit dan mampu bekerja menurunkan temperatur suhu

kabin. Berubah-ubahnya suhu diluar kabin juga akan diikuti oleh temperatur

didalam kabin mobil.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa sistem instumentasi temperature mobil berbasis

PLTS-FV ini buat bukan atau belum layak dianggap sebagai penelitian yang

komplek sehingga pengembangan dan riset terhadap penelitia ini diharapkan akan

terus dilakukan untuk dapat mewujudkan suatu sistem intrumentasi temperatur

kabin mobil bebasis PLTS-FV yang lebih baik, komplek, dan memiliki

kemampuan lebih baik dalam hal tenaga dan kecepatannya dalam menurunkan

temperatur mobil.

Page 52: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

40

DAFTAR PUSTAKA

1Nicho Adina Swara, 2. D. (2019). TERMOELEKTRIK UNTUK PENDINGIN

KABIN MOBIL DENGAN BATERAI TERPISAH BERBASIS

MIKROKONTROLER. Vol.4, No.1, Maret 2019, 23-27, Vol.4.

Abdullah, R. W. (2019). REALISASI MOBIL LISTRIK MINI UNTUK

PERKOTAAN BERPENGGERAK MOTOR DC DENGAN SUMBER ENERGI

BERBANTUAN SOLAR FOTOVOLTAIK. Makaasar: Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Andi Faharuddin, S. M. (2016). PURWARUPA SUMBER ENERGI LISTRIK

UNTUK. Makassar: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR.

BAHARUDDIN. (2016). PROSPEK DESAIN DAN SIMULASI BAGUNAN

GEDUNG HEMAT ENERGI DI DAERAH TROPIS. HASANUDDIN

UNIVERSTY PRESS, 6.

Emir Nasrullah, A. T. (2011). RANCANG BANGUN SISTEM PENYIRAMAN

TANAMAN SECARA OTOMATIS. Rekayasa dan Teknologi Elektro, 182-191.

Jupri#1, A. (2017). Rancang Bangun Alat Ukur Suhu, Kelembaban,. Edukasi dan

Penelitian Informatika (JEPIN), 76-81.

Syafaruddin, S. M. (2014). Sistem Fotovoltaik yang Mendukung Kontrol

Otomatis. IEEE tentang Rekayasa Tenaga dan Energi Terbarukan, 283-288.

Page 53: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

41

LAMPIRAN

Gambar.5.1 Kabin Mobil

Page 54: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

42

Gambar 5.2 pintu mobil

Gambar 5.3 jendela

Page 55: SKRIPSI SISTEM INTRUMENTASI TEMPERATUR KABIN MOBIL

43

Gambar 5.4 Kap depan