kabin hipertensi lubay

40
UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II BAB I PENDAHULUAN Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan, di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan pengobatannya jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim rendah seperti di Ungaran, Jawa Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang tinggi. 1

Upload: inggitsiregar

Post on 22-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kabin Hipertensi Lubay

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang

berlanjut untuk suatu target organ, seperti strok untuk otak, penyakit jantung koroner untuk

pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam

kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia.

Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025

dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun

2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan

penduduk saat ini.

Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan

menunjukkan, di daerah pedesaan  masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh

pelayanan  kesehatan. Baik dari segi case-finding  maupun penatalaksanaan pengobatannya

jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian  besar penderita hipertensi tidak mempunyai

keluhan. Prevalensi terbanyak berkisar antara 6 sampai dengan 15% tetapi angka-angka ekstrim

rendah seperti di Ungaran, Jawa  Tengah 1,8%; Lembah Balim Pegunungan Jaya Wijaya,

Irian  Jaya 0,6%; dan Talang Sumatera Barat 17,8%. Nyata di sini, dua angka yang dilaporkan

oleh kelompok yang sama pada 2 daerah pedesaan di Sumatera Barat menunjukkan angka yang

tinggi. 

 Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan

merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati tekanan darah tinggi. Merokok

adalah faktor risiko utama untuk mobilitas dan mortalitas Kardiovaskuler. Di Indonesia

banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya 4% yang merupakan

hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari

sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena

1

Page 2: Kabin Hipertensi Lubay

tidak menghindari dan tidak mengetahui factor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi

esensial. Saat ini penyakit degeneratif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972,

1986, dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskuler yang menyolok

sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu.

Penyakit tersebut timbul karena berbagai factor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi,

disiplidemia, diabetes melitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor resiko di

atas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, displidemia, dan diabetes

mellitus.   

2

Page 3: Kabin Hipertensi Lubay

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1.1 Definisi

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of

High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society

of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan

sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang

memakai obat anti hipertensi.

Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil

dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada

pengukuran yang terpisah. The sixth Report of The joint national Committee on Prevention,

detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan

tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1

dibawah.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.

Klasifikasi Tekanan

Darah

TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 < 80

Pre hipertensi 120 – 139 80 – 89

Stage 1 Hipertensi 140 – 159 90 – 99

Stage 2 Hipertensi > 160 > 100

1.2 Epidemiologi

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat

memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan

penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah

3

Page 4: Kabin Hipertensi Lubay

beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat

diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit

yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir

seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin

setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%

dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada

stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,

peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko

kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata

kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan

kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan

hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya

mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.

Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau

tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat

dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

1.3 Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi

esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.

1) Hipertensi esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut

juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya

seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,

defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang

meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer

biasanya timbul pada usia 30 – 50 tahun.

4

Page 5: Kabin Hipertensi Lubay

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab

spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,

hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain – lain.

1.4 Faktor Risiko Hipertensi

Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas.

Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :

a. Keturunan

Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau

salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk

terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita

hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara

signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun

dan laki – laki dibawah 55 tahun.

b. Usia

Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia

seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding

pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi

terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki – laki

lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi

daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin

bertambahnya usia.

c. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah

fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem rennin angiotensin. Secara umum

tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko

hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh

hormon.

5

Page 6: Kabin Hipertensi Lubay

d. Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.

Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin

yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat

meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan

pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf

yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung

bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah

pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.

e. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan hipertensi.

Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan.

Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat

badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada

masing – masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80

mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan

efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan

tekanan darah secara signifikan.

f. Stress

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat

meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat

mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan

bahwa pajanan terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.

g. Aktifitas Fisik

Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan

aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol

berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 – 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu

menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan

tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.

6

Page 7: Kabin Hipertensi Lubay

h. Asupan

1) Asupan Natrium

Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal

adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam

kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi

saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler

ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran

semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi.

Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan zat – zat organik pada cairan

intraseluler, adalah zat – zat terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan

dalam menentukan konsentrasi air pada kedua sisi membran. Hampir seluruh natrium yang

dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus halus.

Mekanisme pengaturan keseimbangan volume pertama – tama tergantung pada

perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume

cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada

orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah – ubah sesuai dengan sirkulasi

efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.

Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini

natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk

mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 90-

99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh

hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun.

Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin

tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.

Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap

natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau

diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan

garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6

gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta

kejadian hipertensi lebih sering ditemukan.

7

Page 8: Kabin Hipertensi Lubay

Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas.

Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika

asupan garam ditambah.

2) Asupan Kalium

Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah

kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan konsentrasinya di

dalam cairan intraseluler, sehinggacenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan

menurunkan tekanan darah.

Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan

sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium.

Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga

penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume

sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh

keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal.

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan

mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang

mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan

asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding

dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.

3) Asupan Magnesium

Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus

dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint national

Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure

(JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan

darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak

efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek

pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium

direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi.

8

Page 9: Kabin Hipertensi Lubay

4) Kalsium

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi

tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total

asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah

pada laki-laki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi

tidak terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium,

magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium

yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000 mg per hari.

1.5 Patogenesis

Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (control jangka pendek) dan

ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi

melibatkan perubahan – perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap

awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini

disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah

vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer

meningkat.

Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer

meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex autoregulasi

adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh

karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar

pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan

kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.

1.6 Gejala Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi

esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-

beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah

9

Page 10: Kabin Hipertensi Lubay

terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Perjalanan

penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala

selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi

kerusakan organ yang bermakna. Terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit

kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga

berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi

tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark

miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat

menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.

1.7 Penatalaksanaan hipertensi

a. Penatalaksanaan farmakologis

1) Diuretic. Obat golongan ini bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh melalui urin.

Dengan begitu kerja jantung menjadi lebih ringan. Contoh diuretic adalah hidroklortiazid

(HCT) dan furosemide.

2) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE). Obat golongan ini akan melebarkan

pembuluh darah sehingga kerja jantung lebih mudah dan effisien. Contohnya adalah

captopril, dan lisinopril.

3) Antagonis reseptor angiotensin II. Bekerja dengan cara yang sama dengan penghambat

ACE. Contohnya, losartan dan irbesartan.

4) Beta bloker. Bekerja dengan cara mengurangi detak jantung sehingga tekanan darah

menjadi turun. Contohnya propanolol.

5) Antagonis kalsium. Bekerja dengan cara mengurangi daya pompa jantung dengan

menghambat kontraksi jantung. Contohnya nifedipin.

b. Penatalaksanaan non farmakologis

10

Page 11: Kabin Hipertensi Lubay

Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan

farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah

gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet:

Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan

darah menuju normal.

Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral

Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,

kolesterol dalam darah.

Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.

Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi :

Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang

Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita

Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar

diet

Konsumsi garam dapur tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan

garam lain diluar natrium.

1.8 Preventif

Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :

o Memeriksa tekanan darah secara teratur

o Menjaga berat badan dalam rentang normal

o Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat,rendah lemak

dan mengurangi garam.

o Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol

o Berolahraga secara teratur

o Mengurangi stress dan emosi

o Mengurangi makanan berlemak

11

Page 12: Kabin Hipertensi Lubay

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKULTAS KEDOKTERAN

KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : Ny Kasinar / Wanita/ 49 tahun

b. Pekerjaan/pendidikan : IRT

c. Alamat : Perumahan Geri Permai, No.XX3

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga

a. Status Perkawinan : Menikah

b. Jumlah Anak : 4 orang

c. Status Ekonomi Keluarga : Kurang, penghasilan suami Rp. 700.000,00

d. KB : Tidak ada

e. Kondisi Rumah :

- Rumah permanen dalam tahap pembangunan, perkarangan sempit, luas bangunan

70m2

- Listrik ada

- Sumber air : PDAM

- Jamban ada 1 buah berada di dalam rumah

- Sampah dibuang ke tempat pembuangan sampah daerah perumahan

- Jumlah penghuni 3 orang, pasien, 1 orang anak pasien dan suaminya.

- Kesan : higine dan sanitasi kurang12

Page 13: Kabin Hipertensi Lubay

f. Kondisi Lingkungan Keluarga

Pasien tinggal di pinggiran perkotaan yang cukup padat penduduk

3. Aspek Psikologis di keluarga

Pasien tinggal bersama suami. Anak pertama, kedua, dan ketiga telah bekerja dan

merantau keluar kota

Hubungan dengan anggota keluarga yang lain baik

Faktor stress dalam keluarga (-)

4. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga

Riwayat menderita hipertensi sejak + 6 tahun yang lalu

Riwayat hipertensi sewaktu hamil anak keempat hingga sekarang.

Riwayat diabetes mellitus tidak ada.

5. Keluhan Utama: Tengkuk yang terasa berat sejak 2 hari yang lalu

6. Riwayat Penyakit Sekarang

Tengkuk yang terasa berat sejak 2 hari yang lalu. Pasien sering mengalami

keluhan seperti ini jika tekanan darahnya lebih tinggi dari biasanya.

Pasien telah dikenal menderita hipertensi sejak + 6 tahun yang lalu dan berobat

ke puskesmas namun tidak teratur

Jantung berdebar-debar, nyeri dada menjalar seperti ditusuk-tusuk atau diikat

tidak ada.

Sewaktu muda pasien memiliki kebiasaan makan makanan yang berlemak, namun

sekarang tidak lagi.

Pandangan kabur pada kedua mata tidak ada.

Suka marah-marah ada.

Pusing berputar tidak ada, sakit kepala yang hebat tidak ada.

Mual dan muntah tidak ada

BAB dan BAK biasa.

13

Page 14: Kabin Hipertensi Lubay

7. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 170/100 mmHg Suhu : 36,8 0C

Frekuensi Nadi : 79x/menit Frekuensi Nafas : 19x/menit

Berat Badan : 60 kg Tinggi Badan : 149 cm

Mata : Konjungtiva tidak anemis.Skelera tidak ikterik

Kulit : Turgor kulit baik

Thorax/Dada

Paru Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri=kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung

Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi :

Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II14

Page 15: Kabin Hipertensi Lubay

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

8. Laboratorium : tidak dilakukan

9. Pemeriksaan anjuran :

Rontgen thorak PA

10. Diagnosis Kerja

Hipertensi stage II ec essensial

11. Diagnosis Banding : -

12. Manajemen

a. Preventif

- Hindari mengkonsumsi makan yang banyak mengandung garam terutama ikan

asin, makanan berkuah yang banyak garam, dan makanan cemilan yang banyak

menggunakan garam sebagai bumbu perasa.

- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur terutama mentimun dan daun seledri

yang dapat menurunkan tekanan darah pada hipertensi.

- Jangan terlalu banyak pikiran yang mudah memicu meningkatnya tekanan darah

karena pasien sedang membangun rumah dengan dana yang terbatas.

- Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari dan kurangi aktivitas yang berat.

- Olah raga teratur minimal 3x seminggu terutama yang ringan saja.

- Kurangi berat badan hingga mencapai berat badan yang ideal secara bertahap.

- Kontrol tekanan darah teratur minimal 1 kali sebulan ke puskesmas dan minum

obat secara teratur

15

Page 16: Kabin Hipertensi Lubay

b. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien bahwa tekanan darah tinggi/hipertensi tidak dapat

disembuhkan, akan tetapi dapat dikontrol dengan mengurangi makanan yang

banyak mengandung garam, berlemak dan tidak berhenti mengkonsumsi obat-

obat anti hipertensi.

- Meningkatkan konsumsi buah dan sayur.-sayuran seperti timun karena dapat

menurunkan tekanan darah.

c. Kuratif :

Captopril tab 25 mg 3x1

Hidroklorotiazid tab 25 mg 1x1 (pagi hari)

Dianjurkan untuk di rujuk ke Bagian Penyakit Dalam dan Mata RSUP

Dr.M.Djamil Padang untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut.

d. Rehabilitatif :

- Kontrol teratur minimal1 kali/bulan untuk menilai perkembangan atau perjalanan

penyakit

16

Page 17: Kabin Hipertensi Lubay

Dinas Kesehatan Kodya Padang

Puskesmas Lubuk Buaya

Dokter : Ihsan

Tanggal : 23 Mei 2011

R/ Captopril tab 25 mg no. X

∫ 3 dd tab 1

_______________________________________£

R/ Hidroklorotiazid tab 25 mg no. V

∫ 1 dd tab 1 (pagi hari)

_______________________________________£

Pro : Ny Kasinar

Umur : 49 tahun

Alamat : Perumahan Geri Permai, Lubuk Buaya

17

Page 18: Kabin Hipertensi Lubay

BAB III

ANALISIS MASALAH

A. Menetapkan masalah kesehatan dalam keluarga

- Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit Hipertensi

- Pasien tidak teratur minum obat karena pasien beranggapan bahwa obat ini diminum bila

sudah muncul keluhan saja.

- Pasien tidak teratur kontrol tekanan darah ke puskesmas karena pasien tergantung pada

suaminya untuk membawanya ke Puskesmas.

- Pasien tidak mengetahui bahaya yang ditimbulkan bila tekanan darahnya terlalu tinggi.

- Suami pasien sibuk bekerja pada siang hari sehingga pasien tinggal sendiri di rumah

sementara pasien selalu bergantung pada suaminya agar bisa membawa pasien untuk

kontrol penyakitnya ke puskesmas atau rumah sakit

- Pasien tidak beolah raga secara teratur untuk dapat mengendalikan hipertensinya dan

dapat menurunkan berat badannya agar mencapai berat badan yang ideal.

B. Rekomendasi solusi sesuai dengan masalah kesehatan keluarga melalui pendekatan

komprehensif dan holistik

a. Preventif :

- Menjelaskan pada pasien dan keluarganya bahwa penyakit hipertensi tidak dapat

disembuhkan dan hanya dapat dikontrol dengan mengatur gaya hidup dan

minum obat anti hipertensi secara teratur.

- Perbanyak konsumsi sayur sayuran dan buah buahan.

- Hindari stress emosional dengan cara mendekatkan diri kepada Tuhan ( rajin

beribadah ) dan selalu berpikiran positif dalam hidup.

- Kurangi berat badan sampai mencapai berat badan ideal.

- Istirahat yang cukup

18

Page 19: Kabin Hipertensi Lubay

- Bagi keluarga lainnya, terutama bagi anak-anak pasien dianjurkan untuk

memeriksakan tekanan darah secara berkala dan menjelaskan bahwa penyakit

hipertensi juga berkaitan dengan faktor genetik.

b. Promotif :

- Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakitnya tidak dapat disembuhkan, akan

tetapi dapat dikontrol dengan membiasakan dengan pola hidup sehat

- Menjelaskan kepada pasien dan suaminya mengenai faktor risiko terjadinya

hipertensi dan pencegahan agar tidak terjadinya komplikasi seperti gangguan pada

penglihatan, stroke, gagal jantung dan gagal ginjal.

- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pentingnya kontrol secara teratur dan

minum obat secara teratur agar terhindar dari komplikasi hipertensi.

- Mengedukasi pasien dan keluarga akan pentingnya pola hidup sehat seperti

memakan makanan yang rendah garam dan lemak tak jenuh, meningkatkan

konsumsi buah dan sayur. Olahraga secara teratur dan istirahat yang cukup.

e. Kuratif :

- Captopril 3 x 1 tab @ 25 mg

- HCT 1 x 1 tab ( pagi ) @ 25 mg

f. Rehabilitatif :

- Kontrol teratur ke Puskesmas untuk memastikan tekanan darah dalam batas

terkontrol.

- Jika ada tanda – tanda bahaya seperti penurunan kesadaran, lemah sebelah

anggota gerak, penurunan ketajaman penglihatan secara mendadak, muntah darah,

sesak nafas saat istirahat, BAK seperti cucian daging segera kunjungi pusat

pelayanan kesehatan/ Rumah sakit

19

Page 20: Kabin Hipertensi Lubay

Home Visite Tanggal 24 Mei 2011

Riwayat penyakit sekarang :

Keluhan tengkuk terasa terasa berat sudah tidak lagi dirasakan oleh pasien.

Nyeri dada tidak ada, jantung berdebar-debar tidak ada

Pasien mengeluhkan setelah minum obat anti hipertensi yang diberikan puskesmas

badannya menjadi cepat lelah. Setelah itu pasien tidak lagi meminum obat anti

hipertensi yang diberikan

Pasien mengeluhkan sering mudah marah terhadap anaknya akhir-akhir ini.

Pemeriksaan Fisik Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 160/100 mmHg Suhu : 36,5 0C

Frekuensi Nadi : 82x/menit Frekuensi Nafas : 16x/menit

Berat Badan : 60 kg

Mata : Status Oftalmologi

Kulit : Turgor kulit baik

Thorax/Dada

Paru Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri=kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

20

Page 21: Kabin Hipertensi Lubay

Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi :

Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Diagnosis :

Hipertensi Stage II e.c esensial

Anjuran :

Tetap lanjutkan mengkonsumsi obat yang diberikan dan diterangkan kepada

pasien bahwa captopril yang diminumnya tidak menyebabkan badannya jadi cepat

lelah.

Menganjurkan pada pasien untuk menyiapkan obat yang akan diminumnya

sebelum suaminya pergi bekerja dan diletakkan ditempat yang mudah diambil

supaya pasien dapat langsung minum obatnya jika sudah waktunya.

Menganjurkanp pada pasien ini untuk mau dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil untuk

mendapatkan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut untuk penyakitnya.

21

Page 22: Kabin Hipertensi Lubay

Home Visit tanggal 30 Mei 2011

Keluhan :

Sakit kepala dan tengkuk terasa berat sudah tidak lagi dirasakan pasien

Pasien belum mau untuk dirujuk ke RSUP Dr. M. Djamil dengan alasan sibuk

mengurusi rumah tangga.

Obat habis.

Pemeriksaan Fisik Pasien

Status Generalis

Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan Darah : 180/100 mmHg Suhu : 36,7 0C

Frekuensi Nadi : 80x/menit Frekuensi Nafas : 16x/menit

Berat Badan : 60 kg

Mata : Status Oftalmologi

Kulit : Turgor kulit baik

Thorax/Dada

Paru Inspeksi : simetris kiri=kanan saat stasis dan dinamis

Palpasi : fremitus kiri=kanan

Perkusi : sonor

Auskultasi : SN vesikuler, wheezing (-), ronkhi (-)

Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat

22

Page 23: Kabin Hipertensi Lubay

Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi :

Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V

Kanan : LSD

Atas : RIC II

Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)

Abdomen

Inspeksi : perut tidak tampak membuncit

Palpasi : Hati dan lien tidak teraba, Nyeri Tekan ( - )

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

Ektremitas : reflex fisiologis ++/++, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-

Diagnosis :

Hipertensi Stage II e.c esensial

Manajemen Masalah

Menganjurkan pasien agar dapat meminta bantuan anaknya atau menantunya untuk

dapat menemani pasien berobat ke rumah Sakit.

Tetap megingatkan pasien agar teratur minum obat anthipertensi dan kontrol teratur

ke Puskesmas.

23

Page 24: Kabin Hipertensi Lubay

Gambar 1. Pasien dan dokter muda rotasi II

Gambar 2. Tampak perkarangan rumah dari depan

24

Page 25: Kabin Hipertensi Lubay

Gambar 3. Halaman samping rumah

Gambar 4. Parit samping rumah

25

Page 26: Kabin Hipertensi Lubay

Gambar 5. Halaman depan rumah

Gambar 6. Sumber air PDAM

26

Page 27: Kabin Hipertensi Lubay

Gambar 7. Ruang tamu dalam tahap pembangunan

Gambar 8. Kamar dalam tahap pembangunan

27

Page 28: Kabin Hipertensi Lubay

Gambar 9. Ruang tamu yang telah selesai pembangunannya

Gambar 10. Pemeriksaan tekanan darah pasien

28

Page 29: Kabin Hipertensi Lubay

Gambar 11. Dapur rumah

Gambar 12. Jamban sehat dengan sumber air PDAM

29