skripsi satrial
TRANSCRIPT
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Penelitian : Penerapan Model Kooperatif dalam Meningkatkan Partisipasi Siswa Pada Pembelajaran Kewarganegaraan
NAMA : SATRIALNPM : 0610013311007
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Pebriyenni, M.Si Drs. Nurharmi, M.Si
Mengetahui:Ketua Jurusan P-IPS/PPKn
Dra. Pebriyenni, M.Si
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 12
C. Batasan Masalah............................................................................. 13
D. Tujuan Penelitian............................................................................ 13
E. Manfaat Penelitian.......................................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran............................................................... 16
1. Pengertian Belajar..................................................................... 16
2. Pembelajaran............................................................................. 18
B. Model Pembelajaran Kooperatif..................................................... 18
1. Pengertian model pembelajaran kooperatif.............................. 18
2. Prinsip dasar dan karakteristik model kooperatif..................... 20
3. Tipe-tipe model kooperatif dan teknik aplikasinya.................. 22
C. Metode Diskusi............................................................................... 31
1. Pengertian metode diskusi........................................................ 31
2. Langkah penerapan metode diskusi.......................................... 32
3. Kelebihan dan kekurangan metode diskusi.............................. 37
ii
D. Partisipasi Siswa............................................................................. 39
1. Pengertian Partisipasi................................................................ 39
2. Jenis-Jenis Partisipasi............................................................... 40
3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Partisipasi......................... 41
4. Prasyarat Terjadinya Partisipasi............................................... 42
5. Indikator Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran..................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.......................... 46
1. Jenis Penelitian...................................................................... 46
2. Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 46
B. Variabel dan Indikator Variabel.................................................. 46
1. Variabel ..........................................................................46
2. Indikator Variabel.................................................................. 47
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 48
1. Populasi .....................................................48
2. Sampel .....................................................48
D. Jenis dan Sumber Data................................................................. 48
1. Jenis Data .............................48
2. Sumber Data .............................48
E. Instrument Penelitian................................................................... 49
F. Tekhnik Analisa Data.................................................................. 0
DAFTAR KEPUSTAKAAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembangunan bangsa
secara keseluruhan, dimana pendidikan berperan dalam mengembangkan aspek-
aspek kehidupan terutama dalam masa reformasi yang serba transparan seperti
sekarang ini. Pendidikan pada dasarnya berperan dalam mencerdaskan kehidupan
bagsa yang sasarannya adalah upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia, baik
sosial, spiritual dan intelektual serta kemampuan yang professional. Di dalam
pembukaan UUD 1945 alenia ke IV, merupakan cita-cita dari bangsa Indonesia
yang salah satunya berbunyi mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk
mewujudkan cita-cita tersebut, kemudian diatur lebih lanjut dalam pasal 31 ayat
(1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Dan di dalam UU RI no 20 tahun 2003 Bab III pasal 3, ditetapkan fungsi
dan tujuan pendidikan nasional yang lebih rinci sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Untuk menjalankan fungsi dan mencapai tujuan pendidikan tersebut kita
mengenal adanya pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan
formal dan nonformal diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005. Tentang Standar nasional pendidikan. Pada
Pasal 1. Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1
1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
tinggi.
2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal
yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Berdasarkan kutipan di atas untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, pemerintah
mewajibkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di dalam kurikulum
persekolah dimulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan perguruan
tinggi. Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di sekolah,
materi keilmuan dari mata pelajaran kewarganegaraan mencakup dimensi
pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan nilai (values).
Secara kusus ide pokok Mata Pelajaran Kewarganegaraan yakni ingin
membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki keimanan
dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip kewarganegaraan. Pada
gilirannya, warga negara yang baik tersebut diharapkan dapat membantu
terwujudnya masyarakat yang demokratis dan berdasrkan konstitusional.
Berbagai negara di dunia memiliki kriteria masing-masing tentang warga
negara yang baik, yang sangat berhubungan dengan pandangan hidup bangsa yang
bersangkutan yang tercermin dalam konstitusinya. Bagi bangsa Indonesia warga
negara yang baik tersebut tentu saja adalah warga negara yang dapat menjalankan
perannya dalam hubungannya sesama warga negara dan hubungannya dengan
2
negara yang sesuai dengan konstitusi negara (Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945).
Sehubungan dengan itu, mata pelajaran kewarganegaraan mencakup
dimensi:
1. Pengetahuan Kewarganegaraan (civics knowledge) yang mencakup bidang
politik, hukum dan moral. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan
kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan proses
demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, indentitas nasional,
pemerintah berdasarkan hukum (rule of low) dan peradilan yang bebas dan
tidak memihak, konstitusi, sejarah nasional, hak dan kewajiban warga negara,
hak asasi manusia, hak sipil, dan hak politik.
2. Keterampilan Kewarganegaraan (civics skills) meliputi keterampilan
partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, misalnya: berperan
serta aktif mewujudkan masyarakat madani (civil society), keterampilan
mempengaruhi dan monitoring jalannya pemerintahan, dan proses
pengambilan keputusan politik, keterampilan memecahkan masalah-masalah
sosial, keterampilan mengadakan koalisi, kerja sama, dan mengelola konflik.
3. Nilai-Nilai Kewarganwgaraan (civics values) mencakup antara lain percaya
diri, komitmen, penguasaan atas nilai religius, norma dan nilai-nilai luhur,
nilai keadilan, demokratis, toleransi, kebebasan individual, kebebasan
berbicara, kebebasab pers, kebebasab berserikat dan berkumpul, dan
perlindungan terhadap minoritas.
3
Mata pelajaran kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner,
artinya materi keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari beberapa disiplin ilmu
antara lain ilmu Politik, Ilmu Tata Negara, Hukum, dan Filsafat. Adapun bidang
kajian dari dimensi Politik yakni manusia sebagai zoonpolitikon, dan proses
terbentuknya masyarakat politik. Bidang kajian dari ilmu tata negara yakni proses
terbentuknya negara, unsur negara, tujuan negara dan bentuk-bentuk negara.
Dimensi kajian dari Hukum yakni negara hukum, konstitusi, sumber hukum dan
subjek dan objek hukum. Bidang kajian dari filsafat yaitu pancasila sebagai
falsafah bangsa.
Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memegang
peranan penting dalam membentuk warga negara yang baik sesuai dengan
falsafah bangsa dan konstitusi negara Republik Indonesia. Pendidikan di
Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah
negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang
pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan atau nasionalisme yaitu
pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah
satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama,
ras, etnik, atau golongannya.
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
4
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda,
Keutuhan Negara KesatuanRepublik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan
negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Keterbukaan dan jaminan keadilan.
2. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,
Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan
internasional.
3. Hak Asasi Manusia Meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan
kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional
HAM,Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan Warga Negara, Meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri
sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan
mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri ,
Persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar negara dengan konstitusi.
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
5
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem
pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara,
Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila
sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri
Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan
organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari Mata Pelajaran Kewarganegaraan
setelah diadakan proses pembelajaran, siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Berfikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu-isu
kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas
dalam kegitan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama bangsa-
bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.(Bambang Suteng: 2006).
6
Namun, realita yang terjadi di dalam masyarakat kita betapa banyak orang-
orang yang latar belakang pendidikannya tinggi melakukan hal-hal berupa
pelanggaran norma-norma, etika, dan moral sebangai manusia bernegara yang
baik seperti korupsi, penyalah gunaan wewenang, dan itu hanya dilandasi oleh
kepentingan individu semata. Padahal sewaktu dibangku pendidikan semua
peserta didik dibekali dengan suatu ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah
dan etika kehidupan, baik kehidupan bernegara maupun kehidupan sosial bahkan
kehidupan individu. Dan itu hanya diperoleh dari suatu ilmu, ilmu itu adalah ilmu
kewarganegaraan. Yang mempunyai empat tujuan seperti uraian di atas, yang
secara umum bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik.
Dalam diri manusia ada beberapa aspek yang berperan yaitu aspek sosial,
aspek kognitif dan aspek motorik. Hal ini dapat dipahami bahwa manusia itu
berhubungan dengan orang lain (sosial), berfikir (kognitif), menilai (afektif) dan
berbuat (motorik) maka aspek-aspek tersebut perlu dikembangkan dalam diri anak
didik sebagai manusia yang tumbuh dan berkembang.
Untuk mencapai itu semua maka diadakankanlah suatu proses
pembelajaran yang melibatkan dua subjek yakni pendidik (guru) dan peserta didik
(siswa). Proses pembelajaran merupakan inti dari kegitan pendidikan di sekolah,
agar pendidikan dan pengajaran berjalan dengan benar dan menarik maka
diperlukan suatu model pembelajaran. Model pembelajaran banyak sekali
jenisnya, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: Tujuan yang
berbeda dari setiap mata pelajaran, sesuai dengan jenis, fungsi, sifat, maupun isi
7
dari mata pelajaran itu sendiri. Adapun beberapa model pembelajaran yang dapat
dipergunakan dalam pembelajaran kewarganegaraan:
8
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama
dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah (1) membantu
siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan
memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, (2) membantu siswa
mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi yang lain,
(3) memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan
suatu prinsip, (4) membantu siswa mengenali adanya suatu masalah dan
memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari
bacaan atau ceramah, (5) menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam
kelompoknya, dan (6) mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih
baik.
2. Model Pembelajaran Telaah Yurisprudensi (Jurisprudential Inquiry)
Model pembelajaran ini membantu siswa untuk untuk belajar berpikir
secara sistematis tentang isu-isu kontemporer yang sedang terjadi di dalam
masyarakat. Dengan memberikan mereka cara-cara menganalisis dan
mendiskusikan isu-isu social, model pembelajaran ini membantu siswa untuk
berpartisipasi dalam mendefinisi ulang nilai-nilai sosial.
9
3. Model Pembelajaran Bermain Peran
Model pembelajaran ini bertujuan untuk membantu siswa menemukan
makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan
kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep
peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku
dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan
contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa
untuk: menggali perasaannya, memperoleh inspirasi dan pemahaman yang
berpegaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya terhadap pemecahan
masalah.
4. Model Pembelajaran Simulasi Sosial
Model ini menganggap siswa (pelajar) sebagai suatu sistem yang dapat
mengendalikan umpan balik sendiri (self regulated feedback). Sistem tersebut
mempunyai fungsi yang sama baik manusia maupun mesin, fungsi tersebut:
menghasilkan gerakan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan,
mendeteksi kesalahan dan memanfaatkan kesalahan untuk diarahkan kembali
kejalur yang benar.
Simulator memiliki beberapa kelebihan, diantaranya ialah:
a. Siswa dapat mempelajari sesuatu yang dalam situasi nyata tidak dapat
dilakukan karena kerumitannya atau karena faktor lain seperti risiko
kecelakaan, bahaya, dan lain-lain.
b. Memungkinkan siswa belajar dari umpan balik yang datang dari dirinya
sendiri.
10
Dalam meningkatkan partisipasi siswa untuk berbicara atau mengeluarkan
pendapat (ide) dan merespon atau menanggapi permasalahan maka pendidik
(guru) menggunakan suatu model pembelajaran yang lebih cenderung membuat
siswa berperan aktif, maka dari empat model pembelajaran tersebut yang lebih
membuat siswa berperan aktif yakni: Model Pembelajaran Kooperatif dengan tipe
STAD (Student Teams Achivement Divisions), dimana kedua subjek berperan
aktif dan siswa tidak dijadikan objek oleh guru. Dengan menerapkan Model
Pembelajaran Kooperatif dengan tipe STAD (Student Teams Achivement
Divisions) dalam proses pembelajaran diharapkan siswa berperan aktif dan guru
sebagai pasilitator. Adapun output dari Model Pembelajaran Kooperatif dengan
tipe STAD (Student Teams Achivement Divisions) yakni kerja sama, kemampuan
mengeluarkan pendapat, kemampuan menanggapi pendapat, dan kemampuan
menghargai pendapat orang lain. STAD adalah salah satu metode pembelajaran
Tim Siswa yang paling sederhana dan paling banyak diterapkan.
Holubec dalam Nurhadi mengemukakan model kooperatif merupakan
pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Adapun karakteristik model
pembelajaran kooperatif adalah:
1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai
kompetensi dasar yang akan dicapai.
2. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan berbeda-
beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah
11
3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing
individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan metode diskusi dan
komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar
berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan
menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan
dan peranan diri sendiri maupun teman lain. (http://yusti-arini.blogspot.com).
Diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan
pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi
dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau
pendapat yang disepakati bersama. (Yahya Nursidik: 2008). Metode diskusi
menghasilkan keterlibatan murid karena meminta mereka menafsirkan pelajaran.
Dengan demikian para murid tidak akan memperoleh pengetahuan tanpa
mengambilnya untuk dirinya sendiri. Diskusi membantu agar pelajaran
dikembangkan terus-menerus atau disusun berangsur-angsur dan merangsang
semangat bertanya dan minat perorangan.
Dari kutipan di atas diharapkan siswa mampu untuk berpartisipasi dalam
hal mengemukakan pendapatnya , kreatif berbicara, menyanggah dan mengkritik.
Wazir Ws., et al. dalam Saca Firmansyah (2008) Menyatakan Partisipasi bisa
diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial
dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia
menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses
dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggungjawab bersama.
12
Istilah partisipasi seringkali digunakan untuk memberi kesan mengambil
bagian dalam sebuah aktivitas. Mengambil bagian dalam sebuah aktivitas dapat
mengandung pengertian ikut serta, tetapi dapat juga berarti ikut serta dalam
menentukan jalannya suatu aktivitas, dalam artian ikut menentukan perencanaan
dan pelaksanaan aktivitas tersebut
Jadi berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
meneliti tentang “Penerapan Model Kooperatif Dalam Meningkatkan
Partisipasi Siswa Pada Pembelajaran Kewarganegaraan”
B. Batasan Masalah
Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan, mengembangkan model yang sesuai dengan konten materi
untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pengembangan model
pembelajaran tidak terlepas dari tahap-tahap pembelajaran itu sendiri. Adapun
tahap-tahap dari pembelajaran:
1. Analisis
2. Rancangan
3. Implementasi
4. Evaluasi
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini penulis hanya membatasi pada
“Tahapan pembelajaran yakni pada tahap Implementasi”.
13
C. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang dan batasan masalah di atas maka rumusan
masalah dari penulisan ini adalah, sebagai berikut:
1. Apakah dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengeluarkan ide-ide, siswa mampu untuk berkomunikasi
dalam pembelajaran?
2. Apakah dengan di berikan tugas, membuat siswa
mampu menguasai materi dengan baik?
3. Berapa persentase siswa yang mampu
mengemukakan pendapat ?
4. Berapa persentase siswa yang mampu
merespon/menanggapi ?
5. Bagaimana tingkat partisipasi siswa pada saat penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) secara umum?.
6. Kendala yang dialami oleh guru saat penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) ?.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua yakni:
1. Tujuan secara umum.
a. Untuk menentukan langkah-langkah dari penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions).
14
b. Untuk mendapatkan gambaran penerapan model STAD dalam
pembelajaran kewarganegaraan.
c. Untuk menemukan kelemahan / titik lemah dari model pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions).
d. Untuk mengetahui apakah penerapan model STAD dapat
meningkatkan partisipasi belajar siswa.
2. Tujuan secara khusus.
a. Mengidentifikasi tingkat partisipasi siswa pada saat penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions)
b. Mengidentivikasi tingkat kemampuan siswa merespon.
c. Mengidentivikasi tingkat kemampuan siswa mengeluarkan ide
d. Untuk menanamkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang
telah dibagikan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak dan instansi terkait
seperti:
1. Sumbangan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi pembaca
khususnya mahasiswa P-IPS/ PKn.
2. Bahan masukan bagi guru-guru.
3. Bagi penulis unutk tambahan ilmu pengetahuan dan untuk memperoleh
gelar sarjana pendidikan (strata satu) pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.
15
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi dosen FKIP-PKn Universitas Bung
Hatta.
1. Manfaat secara praktis
a. Bagi Siswa
1) Siswa dapat saling bertukar pikiran antara sesama anggota kelompok
sehingga setiap siswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang lebih
banyak.
2) Siswa dapat belajar untuk mau mendengarkan dan saling menghargai
pendapat orang lain serta belajar bersosialisasi dengan cara memahami
perbedaan-perbedaan yang tumbuh dalam kelompok.
b. Bagi Pihak Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan masukkan untuk mengadakan variasi
model pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Manfaat secara teoritis
a. Pembaca
Menambah pengetahuan pembaca terhadap model pembelajaran efektif
terutama model STAD.
b. Penelitian Berikutnya
Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti lain untuk
mengadakan penelitian serupa di masa yang akan datang.
c. Peneliti yang bersangkutan
16
Menambah ilmu pengetahuan yang telah dimiliki peneliti dan merupakan
wahana menerapkan ilmu pengetahuan yang telah didapat di bangku
kuliah.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Dengan belajar manusia mampu mengembangkan potensi-potensi
yang dibawanya sejak lahir sehingga nantinya mampu menyesuaikan diri demi
pemenuhan kebutuhan. Winkel (1989:53) menyimpulkan bahwa belajar
adalah ”Suatu aktifitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat
relatif konstan dan berbekas”.
Pengertian belajar menurut Bigge dalam Darsono (2000:3) adalah
suatu perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak
diwariskan secara genetis. Dalam hal ini perubahan yang dimaksud terjadi
pada pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya
secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi-situasi tertentu.
Sedang menurut Hilgard dan Bower dalam Purwanto (1990:84)
mengatakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
individu terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman
yang berulang-ulang. Perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas
dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan sesaat
seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya).
16
Selanjutnya pengertian belajar menurut Hambalik (2003:27) yaitu:
Belajar adalah suatu cara untuk memotivasi dan mempertegas kelakuan
melalui pengalaman dan merupakan proses perubahan tingkah laku individu
melalui interaksi dengan lingkungannya sehingga akan terjadi serangkaian
pengalaman-pengalaman belajar.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa yang
disebut belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang
disebabkan adanya pengalaman untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan sikap dari seseorang yang melakukan kegiatan belajar.
2. Pembelajaran
Dimyati dan Mudjiono (2006: 297) mengatakan bahwa pembelajaran
adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional, untuk
membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Dimana desain intruksional yang dimaksud adalah program
pengajaran yang dibuat oleh guru secara konvensional, desain intruksional
tersebut dikenal sebagai persiapan mengajar guru.
Menurut Degeng (2003:14) pembelajaran adalah upaya untuk
membelajarkan siswa.Dimana dalam pembelajaran terdapat kegiatan pemilih,
menetapkan dan mengembangkan metode atau strategi yang optimal untuk
mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Pembelajaran sendiri terdiri dari empat langkah berikut (Dimyati dan
Mudjiono, 2006:14):
a. Langkah satu: menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.
19
b. Langkah dua: memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik
tersebut.
c. Langkah tiga: mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk
mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.
d. Langkah empat: menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan
keberhasilan dan melakukan revisi.
Dari hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan
suatu proses penyampaian berbagai konsep informasi dan aktifitas kepada siswa
oleh guru dengan menggunakan metode atau strategi yang sesuai supaya siswa
dapat belajar dengan mudah, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Zaini model pembelajaran adalah pedoman berupa program
atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.
Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik
pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing)
atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman
(understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau
20
inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject
centered ke learner centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa.
Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai
tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah).
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama
dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
Holubec dalam Nurhadi mengemukakan belajar kooperatif merupakan
pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh.
Sementara itu, Bruner dalam Siberman menjelaskan bahwa belajar secara
bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar untuk merespons
manusia lain dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan
adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur
tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model pembelajaran
21
kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur
penghargaan pada model pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran
dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama
pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran
kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat
menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya
keterampilan sosial.
2. Prinsip Dasar dan Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Johnson & Johnson, prinsip dasar dalam model pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
22
Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar
sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing
individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan
komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling
belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi
kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling
menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain. Terdapat 6
(enam) langkah model pembelajaran kooperatif:
a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
b. Menyajikan informasi.
c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
d. Membimbing kelompok belajar.
e. Evaluasi dan pemberian umpan balik.
f. Memberikan penghargaan.
Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah (1) membantu
siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, (2) membantu
siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi
yang lain, (3) memberikan kesempatan pada siswa untuk memformulasikan
23
penerapan suatu prinsip, (4) membantu siswa mengenali adanya suatu
masalah dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang
diperoleh dari bacaan atau ceramah, (5) menggunakan bahan-bahan dari
anggota lain dalam kelompoknya, dan (6) mengembangkan motivasi untuk
belajar yang lebih baik.
Tabel 1. Menjelaskan Tentang Fase Pembelajaran Kooperatif:
Fase Kegiatan Tindakan Guru1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswaGuru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar
2 Menyampaikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau jalan lewat bacaan
3 Mengorganisasikan siswa Guru menjelaskan pada siswa bagaimana membentuk kelompok-kelompok belajar dan membantu kelompok melakukan transisi secara efisien
4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya
6 Pemberian penghargaan Guru mencari cara-cara menghargai baik hasil belajar individu maupun kelompok
Sumber: (Ibrahim, 2000:10)
3. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif Dan Teknik Aplikasinya
Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh
beberapa ahli antara lain Slavin adalah sebagai berikut:
a. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali
dikembangkan oleh Aronson dkk. Langkah-langkah mengaplikasikan tipe
Jigsaw dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
24
1) Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap
kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-
beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah serta jika
mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi
tetap mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok ini disebut
kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan
dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe
Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian
materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi
pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang
disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi
gergaji).
2) Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi pembelajaran
yang dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari dari 5
bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5
kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang
terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke
kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh dalam
25
diskusi di kelompok ahli dan setiap siswa menyampaikan apa yang
telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru
memfasilitasi diskusi kelompok baik yang dilakukan oleh kelompok
ahli maupun kelompok asal.
3) Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,
selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau
dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil
diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan
persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
4) Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual
5) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
6) Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian
materi pembelajaran.
7) Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk belajar
materi baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang
runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
b. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer
Kagen (1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa
dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman
siswa terhadap materi pembelajaran.
26
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
3) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
nama.
4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam
kelompok.
5) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu nomor
(nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah satu siswa
yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari kelompok.
6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.
7) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
8) Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari
skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions)
STAD adalah salah satu model pembelajaran koperatif yang
dimulai dari pengarahan, membuat kelompok heterogen (4-5 orang),
diskusikan bahan belajar, LKS, modul secara kolaboratif, kemudian
27
dipresentasi oleh kelompok sehingga terjadi diskusi kelas. Dan kemudian
dilakukan kuis individual dengan memberikan skor perkembangan tiap
siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan
reward.
Model STAD merupakan salah satu model dari pembelajaran
kooperatif yang paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh Robert
Slavin dan kawan-kawan di John Hopkins University. Model ini sangat
popular karena mudah diaplikasikan dalam kelas. Ide dasar Model STAD
adalah bagaimana memotivasi siswa dalam kelompoknya agar mereka
dapat saling mendorong dan membantu satu sama lain dalam menguasai
materi yang disajikan, serta menumbuhkan suatu kesadaran bahwa belajar
itu penting, bermakna dan menyenangkan.
Seperti dalam kebanyakan model pembelajaran kooperatif, Model
STAD bekerja berdasarkan prinsip siswa bekerja bersama-sama untuk
belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-temannya dalam
tim dan juga dirinya sendiri (Handayanto, 2003:115). Handayanto
(2003:74) juga menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif model STAD
menekankan berbagai cirri pembelajaran langsung dan merupakan model
pembelajaran yang mudah diterapkan dalam pembelajaran”. Handayanto
(2003:62) mengemukakan model pembelajaran langsung terdiri dari 5
tahap yaitu:
1) Orientasi, guru menetapkan materi pelajaran, menelaah singkat materi
sebelumnya dan menetapkan tujuan pembelajaran dan menetapkan
prosedur pembelajaran.
28
2) Presentasi, guru menjelaskan atau mendemonstrasikan konsep atau
ketrampilan baru.
3) Latihan tersruktur, guru membimbing kelompok siswa melalui berlatih
contoh dalam langkah tertentu, siswa menanggapi pertanyaan.
4) Latihan terbimbing, siswa berlatih semi independent.
5) Latihan bebas, siswa berlatih secara mandiri dirumah atau dikelas.
Model ini dipandang sebagai model yang paling sederhana dan
paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para siswa
didalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-
masing terdiri dari empat atau lima anngota kelompok. Setiap kelompok
mempunyai anggota yang heterogen baik jenis kelamin, ras, etnik maupun
kemampuannya (tinggi, sedang, rendah). (Nurhadi,2004: 65).
Adapun menurut Slavin (1995) ada lima komponen utama dalam
model STAD (Student Teams-Achievement Divisions), yaitu:
1) Penyajian kelas (Class Presentation). Guru menyajikan materi didepan
kelas secara klasikal yang difokuskan pada konsep-konsep materi yang
akan dibahas saja. Selanjutnya siswa disuruh belajar dalam kelompok
kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
2) Pembentukan kelompok belajar (Teams). Siswa disusun dalam
kelompok yang anggotannya heterogen (baik kemampuan
akademiknya maupun jenis kelaminnya). Caranya dengan
merangkingkan siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai yang diperoleh
oleh siswa sebelum pembelajaran kooperatif model STAD. Adapun
29
fungsi pengelompokan ini adalah untuk mendorong adanya kerjasama
kelompok dalam mempelajari materi dan menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru.
3) Pemberian tes atau kuis (Quizzes). Setelah belajar kelompok selesai,
diadakan tes atau kuis dengan tujuan utnuk mengetahui atau mengukur
kemampuan belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam
hal ini siswa siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk kerjasama
dengan temannya. Tujuan tes ini adalah utuk memotivasi siswa agar
berusaha dan bertanggung jawab secara individual. Siswa dituntut
untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya.
Selain bertanggung jawab secara individual, siswa juga harus
menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan
memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan
kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu sampai dua kali penyajian
kelas dan pembelajaran dalam kelompok.
4) Pemberian skor peningkatan individu (Individual Improvement
Scores). Hal ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu
sasaran yang dapat dicapai bila mereka bekerja keras dan
memperlihatkan hasil yang baik dibandingkan dengan hasil yang
sebelumnya. Pengelola skor hasil kerjasama siswa dilakukan dengan
urutan berikut: Skor awal, skor tes, skor peningkatan dan skor
kelompok.
30
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin
dkk. Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada
siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual
sehingga akan diperoleh skor awal.
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan
rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan kesetaraan jender.
4) Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok
untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
biasanya digunakan untuk penguatan pemahaman materi.
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
6) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya (terkini).
d. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin.
Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
31
pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan pembelajarannya
lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI
ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang
sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke
kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota
kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai
berikut:
1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5
siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang,
dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok terdiri dari ras, budaya,
suku yang berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender
4) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok.
Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa
jawaban teman satu kelompok.
5) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan,
dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah
dipelajari.
32
6) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
7) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya (terkini).
Tabel 2. Penghitungan Skor Perubahan Peningkatan Individual
Skor perkembangan Nilai/poin kemajuanLebih dari 10 poin di bawah skor awal 510-1 poin di bawah skor awal 10Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30
Sumber: Slavin (2010)
Tabel 3. Contoh penghitungan skor kemajuan siswa:
Siswa Skor pre-test Skor post-test
Poin kemajuan
A 90 100 30B 90 82 10C 90 79 5
Sumber: Slavin (2010)
Berpijak dari latar belakang dan teori diatas peneliti ingin melihat
implementasi dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Teams Achievement Divisions), yang dikembangkan oleh Slavin dkk.
Yang lebih dirumuskan atau ditekankan pada metode Diskusi.
C. Pengertian Metode Diskusi dan Langkah-langkah Penerapan Diskusi
1. Pengeretian Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu
keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para
peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu
keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. (Yahya Nursidik: 2008 ).
33
Selanjutnya definisi diskusi juga di kemukakan oleh Heriyanto Chanra:
2004 Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran
pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis permunculan
ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang
yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh
pemecahan permasalahannya dan untuk mencari kebenaran.
Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa diskusi merupakan suatu metode untuk pemecahan
masalah dengan cara mengusulkan beberapa solusi dengan menarik suatu
kesimpulan yang merupakan kesepakatan bersama. Yang lebih mengacu pada
pendapat Yahya Nursidik:(2008).”Metode diskusi adalah suatu cara mengajar
yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan
atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk
mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati
bersama.”
2. Langkah-langkah Penerapan Metode Diskusi
a. Yahya Nursidik: (2008), menyebutkan langkah-langkah umum
pelaksanaan diskusi sebagai berikut ini:
Kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1) Adapun kegiatan guru dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai
berikut:
Guru menetapkan suatu pokok atau problem yang akan
didiskusikan atau guru meminta kepada siswa untuk
mengemukakan suatu pokok atau problem yang akan didiskusikan.
34
2) Guru menjelaskan tujuan diskusi.
3) Guru memberikan ceramah dengan diselingi tanya jawab
mengenai materi pelajaran yang didiskusikan.
4) Guru mengatur giliran pembicara agar tidak semua siswa serentak
berbicara mengeluarkan pendapat.
5) Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh
kelas dapat mendengarkan apa yang sedang dikemukakan.
6) Mengatur giliran berbicara agar jangan siswa yang berani dan
berambisi menonjolkan diri saja yang menggunakan kesempatan
untuk mengeluarkan pendapatnya.
7) Mengatur agar sifat dan isi pembicaraan tidak menyimpang dari
pokok/problem.
8) Mencatat hal-hal yang menurut pendapat guru harus segera
dikoreksi yang memungkinkan siswa tidak menyadari pendapat
yang salah.
9) Selalu berusaha agar diskusi berlangsung antara siswa dengan
siswa.
10) Bukan lagi menjadi pembicara utama melainkan menjadi pengatur
pembicaraan.
Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:
1) Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau
mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas.
35
2) Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku
sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat
mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan.
3) Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang
diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku
atau sekelompok.
4) Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya
terhadap pendapat yang baru dikemukakan.
5) Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat
yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain.
6) Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau
berbeda pendapat.
7) Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling
dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan.
8) Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik
dan tepat.
9) Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.
10) Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi
melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah
dianalisa dari segala sudut pandang.
b. Budiardjo, dkk, 1994:20--23 membuat langkah penggunaan metode
diskusi melalui tahap-tahap berikut ini.
36
1) Tahap Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran
b) Merumuskan permasalahan dengan jelas dan ringkas.
c) Mempertimbangkan karakteristik anak dengan benar.
d) Menyiapkan kerangka diskusi yang meliputi: (1) menentukan
dan merumuskan aspek-aspek masalah,(2) menentukan alokasi
waktu,(3) menuliskan garis besar bahan diskusi,(3) menentukan
format susunan tempat,(4) menetukan aturan main jalannya
diskusi.
e) Menyiapkan fasilitas diskusi, meliputi: (1) menggandakan
bahan diskusi,(2) menentukan dan mendisain tempat,(3)
mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
2) Tahap pelaksanaan
a) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b) Menyampaikan pokok-pokok yang akan didiskusikan.
c) Menjelaskan prosedur diskusi.
d) Mengatur kelompok-kelompok diskusi
e) Melaksanakan diskusi.
3) Tahap penutup
a) Memberi kesempatan kelompok untuk melaporkan hasil.
b) Memberi kesempatan kelompok untuk menanggapi.
c) Memberikan umpan balik.
d) Menyimpulkan hasil diskusi.
37
Peranan Guru Sebagai Pemimpin Diskusi:
Untuk mempertahankan kelangsungan, kelancaran dan efektivitas
diskusi, guru sebagai pemimpin diskusi memegang peranan menentukan.
Mainuddin, Hadisusanto dan Moedjiono, 1980:8--9, menyebutkan sejumlah
peranan yang harus dimainkan guru sebagai pemimpin diskusi, adalah berikut
ini.
a. Initiating, yakni menyarankan gagasan baru, atau cara baru dalam melihat
masalah yang sedang didiskusikan.
b. Seeking information, yakni meminta fakta yang relavan atau informasi
yang otoritarif tentang topik diskusi.
c. Giving information, yakni fakta yang relavan atau menghubungkan pokok
diskusi dengan pengalaman pribadi peserta.
d. Giving opinion, yakni memberi pendapat tentang pokok yang sedang
dipertimbangkan kelompok, bisa dalam bentuk menantang konsesus atau
sikap "nrimo" kelompok.
e. Clarifying, yakni merumuskan kembali pernyataan sesorang; memperjelas
pernyataan sesorang anggota.
f. Elaborating, yakni mengembangkan pernyataan seseorang atau memberi
contoh atau penerapan.
g. Controlling, yakni menyakinkan bahwa giliran bicara merata;
menyakinkan bahwa anggota yang perlu bicara, memperoleh giliran
bicara.
38
h. Encouraging, yakni bersikap resetif dan responsitif terhadap pernyataan
serta buah pikiran anggota.
i. Setting Standards, yakni memberi atau meminta kelompok menetapkan,
kriteria untuk menilai urunan anggota.
j. Harmonizing, yakni menurunkan kadar ketegangan yang terjadi dalam
diskusi.
k. Relieving tension, yakni melakukan penyembuhan setelah terjadinya
tegangan.
l. Coordinating, yakni menyimpulkan gagasan pokok yang timbul dalam
diskusi, membantu kelompok mengembangkan gagasan.
m. Orientating, yakni menyampaikan posisi yang telah dicapai kelompok
dalam diskusi dan mengarahkan perjalanan diskusi selanjutnya.
n. Testing, yakni menilai pendapat dan meluruskan pendapat kearah yang
seharusnya dicapai.
o. Consensus Testing, menialai tingkat kesepakatan yang telah dicapai dan
menghindarkan perbedaan pandangan.
p. Summarizing, yakni merangkum kesepakatan yang telah dicapai
Dari dua langkah diatas maka langkah yang diterapakn adalah langkah
Yahya Nursidik:(2008). Yang sesuai dengan pendapatnya tentang Definisi
metode Diskusi itu sendiri.
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
Yahya Nursidik (2008). Adapun kelebihan metode diskusi sebagai
berikut:
39
a) Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau pendapat.
b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan-
penjelasan dari berbagai sumber data.
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati pembaharuan suatu
problem bersama-sama.
d) Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru.
e) Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri,
menyetujui atau menentang pendapat teman-temannya.
f) Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat,
kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil.
g) Mengembangkan rasa solidaritas/toleransi terhadap pendapat yang
bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali.
h) Membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara.
i) Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan
berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis
dan logis.
j) Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh
pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu problem
akan bertambah luas.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut:
a) Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang
bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
b) Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
40
c) Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
d) Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga waktu
akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan pendapat.
e) Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang berani
dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan
menggunakan kesempatan untuk berbicara.
f) Memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antarkelompok atau
menganggap kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu daripada
kelompok lain atau menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih
rendah, remeh atau lebih bodoh.
D. Partisipasi Siswa
1. Pengertian Partisipasi
Saca Firmansyah (2008) Menyatakan Partisipasi bisa diartikan sebagai
keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial dalam situasi
tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa berpartisipasi bila ia
menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui berbagai proses
dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan
tanggungjawab bersama.
Sementara itu, Menurut Keit Davis dalam Sastroputro (1989:35)
menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang
dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan
kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab terhadap
usaha yang bersangkutan.
41
George Terry dalam Winardi menyatakan bahwa partisipasi adalah
turut sertanya seseorang baik secara mental maupun emosional untuk
memberikan sumbangan-sumbangan pada proses pembuatan keputusan,
terutama mengenai persoalan dimana keterlibatan pribadi orang yang
bersangkutan melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan hal tersebut
(Winardi, 2002:149). Partisipasi siswa dalam pembelajaran sering juga
diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004:156).
Jadi partisipasi yang peneliti maksud adalah partisipasi siswa yang
merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan
pembelajaran yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan
emosional siswa sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi
dan bertanggung jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya
prestasi belajar yang memuaskan.
2. Jenis-jenis Partisipasi
Untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang partisipasi, disini akan
dipaparkan mengenai jenis-jenis partisipasi menurut Keit Davis dalam
Sastroputro (1989:56). Jenis-jenis partisipasi tersebut adalah:
a. Partisipasi berupa pikiran (psychological participation) merupakan jenis
keikutsertaan secara aktif dengan mengerahkan pikiran dalam suatu
rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
42
b. Partisipasi yang berupa tenaga (physical Participation) adalah partisipasi
dari individu atau kelompok dengan tenaga yang dimilikinya, melibatkan
diri dalam suatu aktifitas dengan maksud tertentu.
c. Partisipasi yang berupa tenaga dan pikiran (physical and psychological
participation). Partisipasi ini sifatnya lebih luas lagi disamping terjadi
karena orang atau kelompok tidak bisa terjun langsung dari kegiatan
tersebut.
d. Partisipasi yang berupa keahlian (participation with skill) merupakan
bentuk partisipasi dari orang atau kelompok yang mempunyai keahlian
khusus, yang biasanya juga berlatar belakang pendidikan baik formal
maupun non formal yang menunjang keahliannya.
e. Partisipasi yang berupa barang (material participation), partisipasi dari
orang atau kelompok dengan memberikan barang yang dimilikinya untuk
membantu pelaksanaan kegiatan tersebut.
f. Partisipasi yang berupa uang (money participation), partisipasi ini hanya
memberikan sumbangan uang kepada kegiatan.
3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Partisipasi
Menurut Sudjana dalam Hayati (2001:16) partisipasi siswa di dalam
pembelajaran merupakan salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional.
Disamping itu, partisipasi merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang
ditentukan oleh lima faktor, antara lain:
a. Pengetahuan/kognitif, barupa Pengetahuan tentang tema, fakta, aturan, dan
ketrampilan membuat translation.
43
b. Kondisi situasional, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial,
psikososial dan faktor-faktor sosial.
c. Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan menetap dan lingkungan.
d. Kebutuhan, meliputi kebutuhan Approach (mendekatkan diri), Avoid
(menghindari), kebutuhan individual.
e. Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan bereaksi, interaksi sosial,
minat dan perhatian.
4. Prasyarat Terjadinya Partisipasi
Berdasarkan pendapat Keit Davis dan Newstrom dalam Hayati
(2001:18) bahwa ada beberapa prasayarat terjadinya partisipasi , yaitu antara
lain:
a. Waktu yang cukup untuk berpartisipasi Maksudnya adalah harus ada
waktu yang cukup untuk berpartisipasi sebelum diperlukan tindakan,
sehingga partisipaisi hampir tidak tepat apabila dalamsituasi darurat.
b. Keuntungannya lebih besar dari kerugian. Artinya kemungkinan mendapat
keuntungan seyogyanya lebih besar daripada kerugian yang diperoleh.
c. Relevan dengan kepentingan siswa. Artinya bidang garapan partisipasi
haruslah relevan dan menarik bagi siswa.
d. Kemampuan siswa. Artinya siswa hendaknya mempunyai pengetahuan
seperti kecerdasan dan pengetahuan untuk berpartisipasi.
e. Kemampuan berkomunikasi timbal balik. Maksudnya para siswa haruslah
mampu berkomunikasi timbal balik untuk berbicara dengan bahasa yang
benar dengan orang lain.
44
f. Tidak timbul perasaan terancam bagi kedua belah pihak Artinya masing-
masing pihak seharusnya tidak merasa bahwa posisinya terancam oleh
partisipasi.
g. Masih dalam bidang keleluasan. Maksudnya partisipasi untuk meneruskan
arah tindakan dalam pembelajaran yang hanya boleh berlangsung dalam
bidang keleluasaan belajar dengan batasan-batasan tertentu untuk menjaga
kesatuan bagi keseluruhan.
Pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal
perlu keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam pembelajaran.
Keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat penting dan menentukan
keberhasilan pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar, siswa dituntut secara aktif untuk ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran. Karena dengan demikian siswalah yang
akan membuat suatu pembelajaran dikatakan sukses, efektif dan efesien.
Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan terlihat pada baik dan buruknya
prestasi yang diperoleh.
Sudjana dalam Mulyasa (2004:156) mengemukakan syarat kelas yang
efektif adalah adanya keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari
siswa. Keterlibatan siswa merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar di
kelas. Untuk terjadinya keterlibatan itu siswa harus memahami dan memiliki
tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar atau pembelajaran.
Keterlibatan itupun harus memiliki arti penting sebagai bagian dari dirinya
dan perlu diarahkan secara baik oleh sumber belajar.
45
Untuk mendorong partisipasi siswa dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon siswa secara
positif, menggunakan pengalaman berstruktur, dan menggunakan metode yang
bevariasi yang lebih melibatkan siswa.
Siswa sebagai subjek sekaligus objek dalam pembelajaran. Sebagai
subjek siswa adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar.
Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkaan dapat mencapai
perubahan perilaku pada diri subjek belajar. Untuk itu, dari pihak siswa
diperlukan partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Partisipasi aktif subjek belajar dalam proses pembelajaran antara lain
dipengaruhi faktor kemampuan yang dimiliki hubungannya dengan materi
yang akan dipelajari.
5. Indikator Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran
Sebagaimana dikemukakan oleh Knowles dalam Mulyasa (2004:156)
adalah sebagai berikut:
a. Adanya keterlibatan emosional dan mental siswa,
b. Adanya kesediaan siswa untuk memberikan kontribusi dalam mencapai
tujuan,
c. Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang sangat menguntungkan.
Dari berbagai pendapat para ahli diatas tentang pengertian partisipasi,
jenis-jenis partisipasi dan prasyrat terjadinya partisipasi, maka yang menjadi
indikator dalam penelitian ini yaitu siswa telah memberikan sumbangan
46
berupa pendapat, saran, tenaga, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran
serta siswa yang mempunyai kemampuan bekomunikasi timbal balik.
Maka ciri-ciri dalam kegiatan pembelajaran partisipatif adalah:
a. Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui
terhadap semua bahan ajar.
b. Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam
melakukan kegiatan pembelajaran.
c. Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi
dalam pembelajaran.
d. Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.
e. Pendidik bersama peserta didik saling belajar.
f. Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang
kondusif.
g. Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.
h. Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat
berprestasi.
i. Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan
permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya.
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian Eksprimen, yang mana
penelitian ini bertujuan mengumpulkan data yang berkaitan dengan status atau
kondisi objek yang diteliti pada saat dilakukan penelitian ini. Kemudian data
tersebut akan ditampilkan apa adanya dan diinterpresentasikan sesuai dengan
tujuan dari penelitian ini.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan melihat bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions), yang identik dengan
metode pembelajaran diskusi terhadap Partisipasi siswa.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA),
sedangkan penelitian ini dilakukan setelah proposal ini disetujui oleh dosen
pembimbing dan dosen penguji di waktu seminar.
B. Variabel dan Indikator Variabel
1. Variabel
Penelitian ini menggunakan dua (2) variabel, yaitu variabel
Independen dan variabel Dependen. Adapun variabel independennya yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions) dan variabel dependennya yaitu Partisipasi Siswa.
46
2. Indikator Variabel
Adapun indikator dari variabel independen:
a. Siswa
1) Komunikasi
2) Komitmen
3) Tanggung jawab
4) Mampu mengeluarkan ide-ide
b. Guru
1) Peran
2) Analisis
3) Rancangan (RPP)
4) Pengembangan
5) Implementasi (pasilitator)
6) Evaluasi
Adapun indikator dari variabel dependen:
Berapa banyak kelompok yang bisa:
a. Bertanya
b. Merespon
c. Menyimpulkan pembelajaran
d. Mengerjakan tugas
49
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas XI SMA
Semen Padang.
2. Sampel
Sebagai sampel dari keseluruhan yang ada, yaitu kelas XI IPS2 di
SMA Semen Padang tahun ajaran 2009/2010.
D. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data:
a. Primer, data yang langsung diperoleh dari kepala sekolah, guru dan
siswa, berupa informasi yang diberikan dalam menjawab pertayaan
yang akan dimuat dalam angket penelitian.
b. Sekunder, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang
diperlukan untuk kepentingan penelitian. Seperti: nilai siswa, absensi
siswa, silabus dan RPP.
2. Sumber Data
Sumber data adalah sesuatu yang didalamnya data dapat diperoleh.
Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam pengumpulan
data, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun
pertanyaan lisan (Arikunto, 2006: 129). Yang dijadikan sumber data dalam
penelitian ini adalah siswa, guru kewarganegaraan, tata usaha (TU) dan kepala
sekolah.
50
E. Instrument Penelitian
Yang di maksud istrumen adalah sarana untuk memperoleh data, maka
istrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
5. Panduan Wawancara
Bertujuan untuk mendapatkan masukan dari siswa mengenai
pembelajaran kooperatif yang telah dilakukan dengan menggunakan lembar
pedoman wawancara.
6. Panduan Observasi
Digunakan untuk mengetahui data tentang aktifitas yang menunjukkan
adanya data yang mempengaruhi aktifitas kooperatif siswa dan guru.
7. Daftar angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya.
Dalam mengumpulkan data alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket dan lembar observasi, dengan langkah-langkah:
1. Tentukan indikator dan sub indikator yang dijadikan pedoman dalam
penentuan butir-butir instrument.
2. Membuat kisi-kisi observasi dan kisi-kisi angket.
3. Melakukan uji coba angket.
Pengumpulan atau penyusunan data unutk angket ini dilakukan dengan
menggunakan skala likert, dengan lima kategori yaitu: Selalu (SL), Sering (SR),
Kadang-kadang (KK), Tidak Pernah (TP), Sangat Tidak Pernah (STP). Dan
51
pengumpulan data observasi untuk melihat partisipasi siswa dipergunakan analisis
persentase dengan kategori Ada atau Tidak, setiap munculnya deskriptor Ada
mendapat skor 2 dan tidak muncalnya deskriptor mendapat skor 0.
F. Tekhnik Analisa Data
Setelah semua data terkumpul dengan lengkap, maka data-data tersebut
dipriksa serta di teliti kebenarannya dan disajikan melalui teknik deskriptif
kualitatif dengan proses sebaagi berikut:
1. Mengumpulakan data-data yang sudah diproleh dari hasil penelitian.
2. Mencek keabsahan data yang sudah di tentukan.
3. Mengklafikasi data yang diperlukan sesuai dengan pertanyaan penelitian.
4. Mendeskripsikan data-data sudah diklafikasikan yang sesuai indikator.
5. Memaparkan dalam bab hasil dan pembahasan.
6. Membahas dan menganalisis termasuk menginterpretasi dari data-data
yang telah diolah.
Tabel 4. Teknik pengumpulan data
No Data Sumber Instrumen1 Data hasil observasi pada saat proses
pembelajaran berlangsung.Siswa dan guru
Observassi
2 Tingkat pemahaman dan tanggapan siswa tentang model kooperatif tipe STAD .
Siswa Wawancara
3 Hasil angket untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses pembelajaran STAD
Siswa Angket
4 Untuk mengetahui hasil belajar siswa Siswa TesSumber: (data diolah)
52
DAFTAR PUSTAKA
Slavin, E. Robert (2010) Cooperatife Learning. Bandung: Nusa Media
Arikunto, Suharsimi. (1997) Manajemen Penelitian.Jakarta: Bumi Angkasa
Departemen Pendidikan Nasianal (2003) Kurikulum 2004. SMA, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penelian: Mata Pelajaran PKN. Jakarta.
Nursidik, Yahya .(2008). Metode Diskusi Pembelajaran: www. Yahya Nursidik.com
Firmansyah, Saca . (2008). Partisipasi Masyarakat: www. Saca Firmansyah.com
Sastropoetro, Santoso. (1989). Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Alumni. Bandung.
Winardi, (2002). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman. Jakarta: PT. Grafindo Persada.
Mulyasa, E. (2003). Kurikilulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hayati, Nor. (2001). Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurangnya Partisipasi Mahasiswa Malaysia dalam Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler di Universitas Negeri Semarang. UNNES: Skripsi.
Sudjana, Nana. (2003). Teknik Analisis Regresi dan Korelasi (bagi para peneliti). Bandung:Tarsito.
Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
53
INSTRUMENT PENELITIAN
1. Pedoman Observasi
2. Panduan Wawancara
3. Daftar Angket
4. RPP
5. Daftar Kuis
6. Lembaran Kerja Siswa
7. Test
a. Pre-test
b. Post-test
54
1. Pedoman Observasi
Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase, adapun
setiap munculnya deskriptor (penilaian “ada”) mendapat skor 2, sedangkan untuk
penilaian “tidak” (tidak munculnya deskriptor) mendapat skor 0, skor yang
terdapat dari masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah
skor, kemudian dihitung nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut:
Persentase Nilai Rata-rata =
Hasil observasi aktivitas siswa menurut pengamatan peneliti, dapat terlihat
dari siswa menikmati dan lebih berantusias mengikuti pembelajaran, hasil
observasi terhadap siswa tetap dianalisis menggunakan analisis persentase dan
kriteria keberhasilan tindakan. Lembar observasi terhadap aktivitas siswa dalam
pembelajaran dapat dilihat dalam lampiran.
Lembar Observasi terhadap Guru dengan Model STAD
No Tahap Indikator Obsserver
Ada Tidak1 Awal 1) Melakukan aktifitas rutin di awal tatap muka
2) Menjelaskan tujuan pembelajaran3) Melakukan apersepsi untuk menyegarkan ingatan
siswa4) Memberikan motivasi kepada siswa5) Melakukan pre-test6) Mengembangkan pengetahuan awal
2 Inti 1) Menjelaskan metode pembelajaran tipe STAD2) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok3) Membagikan tugas belajar kepada masing masing
kelompok4) Mengawasi jalannya proses belajar masing-masing
kelompok 5) Memberikan penilaian dan penghargaan terhadap
kelompok yang mempunyai skor tinggi3 Akhir 1) Memberikan post test
2) Melakukan refleksi dan menyimpulkan materi3) Melakukan aktifitas rutin pada akhir tatap muka
(Sumber: Data Diolah)
55
Kriteria penilaian dalam %
80-100 (sangat baik) 60-79 (baik)
40-59 (cukup) 10-39 (kurang) 0-19 (sangat kurang)
Lembar Observasi terhadap Partisipasi Siswa dengan Model STAD
No Tahap Indikator ObserverAda Tidak
1 Awal 1) Menjawab aktifitas rutin diawal tatap muka2) Memperhatikan tujuan pembelajaran yang
disampaikan guru3) Menyimak apersepsi dari guru4) Memperhatikan motivasi yang disampaikan guru5) Mengerjakan pre-test6) Memperhatikan pengembangan pengetahuan
awal2 Inti 1) Memperhatikan penjelasan metode pembelajaran
tipe STAD oleh guru2) Membentuk beberapa kelompok3) Mengerjakan tugas belajar kepada masing-
masing kelompok4) Melakukan aktifitas kerjasama kelompok5) Adakah kelompok yang bertanya ?6) Adakah kelompok yang merespon ?7) Kesiapan kelompok dalam menyimpulkan
pembelajaran8) Mengumpulkan tugas yang telah diselesaikan
bersama3 Akhir 1) Mengerjakan post test
2) Mendengarkan refleksi dan penyimpulan materi3) Menjawab aktifitas rutin pada akhir tatap muka
(Sumber: Data Diolah)
Kriteria penilaian dalam %
80-100 (sangat baik) 60-79 (baik)
40-59 (cukup) 20-39 (kurang) 0-19 (sangat kurang)
56
2. Panduan Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui kriteria kerjasama, respon, dan
pemahaman siswa terhadap penerapan model koperatif tipe STAD. Adapun
wawancara dilakukan pada akhir proses kegiatan pembelajaran, dan sifat
wawancaranya yaitu bebas dan terbuka. Untuk kriteria kerjasama, hasil
wawancara kepada beberapa kelompok siswa kelas XI SMA semen padang,
dengan pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana menurut pendapat kelompok anda tentang model pembelajaran
kooperatif tipe STAD?
b. Apakah anda senang mengikuti kegiatan pembelajaran mata pelajaran
kewarganegaraan yang dilakukan dengan pendekatan kooperatif?
c. Metode pembelajaran yang seperti apa yang selama ini digunakan oleh
guru mata pelajaran kewarganegaraan?
d. Apakah anda termotivasi untuk mengikuti pembelajaran tersebut?
e. Apakah merasa senang belajar secara kelompok ?
f. Apakah metode pembelajaran model kooperatif tipe STAD sudah sesuai
untuk mata pelajaran kewarganegaraan? Mengapa?
g. Bila dibandingkan dengan penggunaan metode lain. Apakah anda lebih
mengerti materi Budaya Politik dengan model kooperatif tipe STAD ?
3. Angket Penelitian
Responden: Kelompok Siswa kelas XI di SMA Semen Padang
Assalamua’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pertama penulis mendo’akan siswa/siswi dalam keadaan sehat
wal’afiat dan dapat menyelelesaikan tugas sehari-hari dengan baik.
57
Selanjutnya penulis mohon bantuan siswa/siswi untuk mengisi angket ini.
Adapun tujuan dari angket ini adalah unutk mendapat gambaran tentang
“penerapan model kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan partisipasi
siswa pada pembelajaran kewarganegaraan kelas XI semester 2 SMA semen
padang” harapan penulis agar siswa/siswi dapat mengisi angket sesuai dengan
apa yang siswa/siswi dapatkan dalam proses pembelajaran. Angket ini penulis
susun hanya semata-mata untuk mengumpulkan data atau informasi dalam
bentuk penelitian guna menyelesaikan skripsi.
Akhirnya atas bantuan siswa/siswi penulis ucapkan terimakasih.
Petunjuk pengisian:
a. Untuk menjawab pertanyaan berilah tanda cheklist (√ )
b. Alternatif jawaban
Keterangan:
S (sering ) : Isi pernyataan setuju dengan penilaian Bapak/Ibu
RG ( kadang-kadang ) : Isi pernyataan ragu-ragu dengan penilaian Bapak/Ibu
TS ( jarang ) : Isi pernyataan tidak setuju dengan penilaian
Bapak/Ibu
STS ( tidak pernah ) : Isi pernyataan sangat tidak setuju dengan penilaian
Bapak/Ibu
58
Lembaran Angket terhadap pencapaian hasil model kooperatif tipe STAD
No Pernyataan S RG TS STS1 1) Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik
hasil tes yang dibuat guru maupun tes baku.2) Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa
merasa lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya.
3) Strategi kooperatif memberikan perkembangkan yang berkesan pada hubungan interpersonal diantara anggota kelompok yang berbeda etnis.
4) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
5) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
6) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.7) Memungkinkan terbentuk dan
berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
8) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
9) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dapat dipraktekkan.
10) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama kelompok.
11) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.
12) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
13) Metode pembelajaran kooperatif membantu siswa menguasai isi materi pelajaran yang sedang dibahas.
14) Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama.
15) Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya, dikarenakan sistem berkelompok.
16) Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.
17) Siswa yang lambat berpikir dapat dibantu
59
untuk menambah ilmu pengetahuan melalui anggota yang lain.
18) Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama.
19) Model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan ketrampilan komunikasi siswa
20) Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu mecahkan masalah dan menaraik kesimpulan dari permasalahan tersebut
60