skripsi proses pembagian warisan adat lampung …...hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur...

123
SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG PESISIR PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM (Studi Kasus di Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus) Oleh: YENNI OKTAVIA NPM. 1502030092 Jurusan Akhwalus Sakhsiyyah (AS) Fakultas Syari’ah INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1441 H/2020 M

Upload: others

Post on 03-Dec-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

SKRIPSI

PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG PESISIR

PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM (Studi Kasus di Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus)

Oleh:

YENNI OKTAVIA

NPM. 1502030092

Jurusan Akhwalus Sakhsiyyah (AS)

Fakultas Syari’ah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1441 H/2020 M

Page 2: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

ii

PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG PESISIR

PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM (Studi Kasus Di Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Sebagai Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

YENNI OKTAVIA

NPM.1502030092

Pembimbing I : Hj. Siti Zulaikha, S.Ag, MH

Pembimbing II : Sainul, SH, MA

Jurusan: Akhwalus Sakhsiyyah (AS)

Fakultas: Syari‟ah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1441 H/2020

Page 3: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta
Page 4: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

iv

Page 5: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

v

Page 6: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

vi

ABSTRAK

PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG PESISIR

PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM (Studi Kasus Di Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus)

Oleh

YENNI OKTAVIA

Pada adat Lampung pesisir menggunakan sistem kewarisan mayorat laki-

laki yaitu lebih mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan, karena

anak laki-laki adalah penerus keturunan bapaknya yang ditarik dari satu bapak

asal yang disebut “anak punyimbang”, sedangkan anak perempuan disiapkan

untuk menjadi anak orang lain yang akan memperkuat keturunan orang lain.

Menurut hukum adat Lampung pesisir yang termasuk harta waris bukan hanya

harta benda pewaris saja tapi juga nama besar keluarga dan gelar adat yang

disandang oleh pewaris didalam hukum adat.

Jika dalam keluarga tidak

mempunyai anak laki-laki maka menantu laki-laki dari anak tertua akan diangkat

menjadi anak dan dapat menjadi ahli waris dalam keluarga tersebut, yang

dinamakan semanda. Jadi ahli waris ini tidak memiliki hak waris dari

keluarganya, namun memiliki hak waris dari pihak keluarga istrinya. Di sinilah

perbedaan mendasar pembagian waris pesisir dari suku pepadun yang apabila

tidak memiliki anak laki-laki, maka hak waris akan diberikan kepada keponakan

laki-laki dan seterusnya.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan sistem pembagian harta

waris menurut hukum adat masyarakat Lampung Pesisir, 2) mendeskripsikan

sistem kewarisan adat Lampung Pesisir ditinjau dari hukum waris Islam. Jenis

penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Sedangkan sifat

penelitiannya bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data hasil temuan

digambarkan secara deskriptif dan dianalisis dengan langkah-langkah reduksi

data, display data (penyajian data), serta penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembagian ahli waris yang

didasarkan pada hukum adat Lampung pesisir di Kecamatan Talang Padang

Kabupaten Tanggamus masih menerapkan hukum adat yakni menunjuk ahli waris

utama adalah anak lelaki tertua atau anak lelaki di dalam sebuah keluarga tersebut

sedangkan anak perempuan tidak mendapatkan hak waris. Meskipun terdapat

beberapa faktor seperti faktor pendidikan, perantauan/migrasi, ekonomi, agama

serta sosial, yang seharusnya dapat mempengaruhi perkembangan perubahan

dalam masyarakat adat di daerah tersebut, namun masyarakat adat Lampung

Pesisir di Kecamatan Talang Padang dalam pembagian warisan secara internal

kurang terdapat faktor kesadaran dan kebangkitan individu, mereka masih

memegang teguh adatnya.

Page 7: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

vii

Page 8: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

viii

MOTTO

Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan

ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari

harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut

bahagian yang telah ditetapkan. (Q.S. An-Nisaa: 7)1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,

2005), 62

Page 9: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

ix

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya yang

telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kesabaran dalam mengerjakan Skripsi

Penelitian ini. Saya persembahkan Skripsi ini dengan penuh rasa cinta dan kasih

sayang kepada suami dan anak-anak saya yang telah menjadi motivasi dan

inspirasi serta tiada henti memberikan dukungan dengan kesabaran yang luar

biasa serta do‟anya yang senantiasa ditujukan untuk saya.

Terimakasih yang tak terhingga untuk dosen-dosen, terutama Dosen

Pembimbing Akademik saya yang tak pernah lelah dan sabar memberikan

bimbingan dan arahan kepada saya. Terimakasih juga saya persembahkan kepada

para sahabat kerabat khususnya teman-teman mahasiswa Ahwalush Syakhsiyyah

angkatan 2015 yang senantiasa menjadi penyemangat yang selalu menemani

disetiap hari perkuliahan.

Page 10: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik hidayah

dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Jurusan Ahwalus Syakhsiyyah Fakultas Syariah IAIN

Metro guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H).

Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, selaku Rektor IAIN Metro,

2. Bapak H. Husnul Fatarib, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah

3. Ibu Nurhidayati, S.Ag., MH, selaku Ketua Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah

4. Ibu Hj. Siti Zulaikha, S.Ag, MH, selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan yang sangat berharga kepada peneliti.

5. Bapak Sainul, SH, MA, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan yang sangat berharga kepada peneliti.

6. Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan IAIN Metro yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan sarana prasarana selama peneliti menempuh pendidikan.

7. Kepala Pekon dan segenap warga Pekon Negeri Agung Kecamatan Talang

Padang Kabupaten Tanggamus, yang telah memberikan sarana dan prasarana

serta informasi yang dibutuhkan kepada peneliti dalam penyelesaian skripsi

ini.

Page 11: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xi

8. Teman-teman Mahasiswa Fakultas Syari‟ah khususnya jurusan Al Ahwal As

Syakhsiyyah angkatan 2015 IAIN Metro yang senatiasa membantu saya dalam

proses penyelesaian Skripsi ini.

Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan

diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga skripsi ini kiranya dapat

bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum.

Metro, Januari 2020

Peneliti,

Yenni Oktavia

NPM. 1502030092

Page 12: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

NOTA DINAS ................................................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

ORISINALITAS PENELITIAN ................................................................... vii

MOTTO .......................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 9

E. Penelitian Terdahulu ................................................................. 10

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 13

A. Konsep Pembagian Harta Waris Menurut Islam ....................... 13

1. Pengertian Harta Waris ....................................................... 13

2. Dasar Hukum Kewarisan Islam ........................................... 15

3. Syarat dan Rukun Waris dalam Islam ................................. 18

4. Fungsi dan Tujuan Waris dalam Islam ................................ 21

5. Bagian-bagian Ahli Waris dalam Islam .............................. 25

Page 13: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xiii

B. Konsep Hukum Waris Adat ...................................................... 30

1. Pengertian Hukum Waris Adat............................................ 30

2. Sistem Pewarisan dan Keturunan dalam Hukum Waris

Adat ..................................................................................... 31

3. Ahli Waris dalam Hukum Adat ........................................... 35

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 41

A. Jenis dan Sifat Penelitian ........................................................... 41

B. Sumber Data .............................................................................. 43

C. Tekhnik Pengumpulan Data ...................................................... 44

D. Tekhnik Penjamin Keabsahan Data .......................................... 46

E. Tekhnik Analisa Data ................................................................ 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 50

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ......................................... 50

1. Letak Geografis Kecamatan Talang Padang ....................... 50

2. Jumlah Penduduk ................................................................ 51

3. Sejarah Masyarakat Lampung Pesisir ................................. 52

B. Proses Pembagian Harta Waris Menurut Hukum Adat

Masyarakat Lampung Pesisir .................................................... 55

C. Pembagian Waris Hukum Adat Lampung Pesisir Menurut

Hukum Islam ............................................................................. 72

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 80

A. Kesimpulan ............................................................................... 80

B. Saran .......................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 14: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang Berdasarkan Jenis

Kelamin .................................................................................................. 51

4.2. Jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang berdasarkan Agama/

Kepercayaan ........................................................................................... 52

Page 15: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Peta Kecamatan Talang Padang.............................................................. 50

Page 16: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Bimbingan Skripsi

2. Surat izin Pra Survey

3. Surat Tugas Research

4. Surat Izin Research

5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

6. Surat Keterangan Bebas Pustaka

7. Outline

8. Alat Pengumpul Data

9. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi

10. Foto Dokumentasi

11. Riwayat Hidup

Page 17: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xvii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum keluarga yang

memegang peranan sangat penting bahkan menentukan dan mencerminkan

sistem dan bentuk hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Hal ini

disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya dengan ruang

lingkup kehidupan manusia. Tata aturan membagi harta warisan antara para

pewaris, adalah manifestasi dari pengakuan adanya hak milik perorangan baik

terhadap harta bergerak, maupun harta yang tidak bergerak dan suatu

manifestasi pula bahwa harta milik seseorang dan harus dibagi secara adil

antara para pewarisnya setelah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang

peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

akibatnya bagi para ahli warisnya.2 Pewarisan hanya berlangsung karena

kematian. Jadi, harta peninggalan baru terbuka jika si pewaris telah

meninggal dunia, saat ahli waris masih hidup ketika harta warisan terbuka.

Dalam hal ini, ada ketentuan khusus dalam Pasal 2 KUH Perdata, yaitu anak

yang ada dalam kandungan seorang perempuan dianggap sebagai telah

dilahirkan bila kepentingan si anak menghendakinya. Mati sewaktu dilahirkan

2 Effendi Perangin, Hukum Waris, cetakan ke X, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 3.

Page 18: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xviii

maka dianggap tidak pernah ada. 3

Pengertian kewarisan yang sering dijumpai dalam kitab-kitab fiqh

merupakan upaya maksimal para ahli dalam merefleksikan hasil

pemahamannya terhadap ayat-ayat al-Qur‟an dan Sunnah Rasul SAW yang

mengatur tentang Hukum Kewarisan Islam.4 Dalam hal ini, Allah SWT

berfirman dalam Al-Qur‟an surah An Nisa ayat 12 sebagai berikut:

Artinya: dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang

ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika

isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari

harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau

(dan) seduah dibayar hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta

yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu

mempunyai anak, Maka Para isteri memperoleh seperdelapan dari harta

yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan)

sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki

maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan

3 Khoirun Nisa dan Supriyatna, “Sistem Pembagian Warisan Pada Masyarakat

Multikultural: Studi di Desa teluk Panji II Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten labuhan Batu Selatan Sumatera Utara”, dalam Jurnal Al-Ahwal, 2015, Vol. 8 No. 2, 162

4 Muhammad Daud Ali, Asas Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), 129.

Page 19: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xix

anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang

saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masing-masing dari kedua jenis

saudara itu seperenam harta. tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari

seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi

wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak

memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menetapkan yang demikian itu

sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui

lagi Maha Penyantun. (Q.S. An-Nisaa: 12)5

Norma hukum pada Al-Qur‟an di dalam surat An Nisa ayat 12 yang

menentukan bagian ahli waris istri mendapat seperempat (1/4) bagian warisan

jika pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris meninggalkan anak

maka mendapat seperdelapan (1/8) bagian yang diterimanya (ahli waris).6

Apabila dikaitkan dengan istri yang ikut serta bekerja mencari penghasilan

membantu suami dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga sebagai

ketentuan yang bersifat diskriminatif dan tidak adil. Jika dikaji secara

mendalam dan menyeluruh dalam satu sistem keluarga Islam, yaitu hukum

waris yang merupakan bagian dari hukum keluarga dan tidak dapat

dipisahkan dengan hukum perkawinan, maka keadilan justru akan terlihat

karena ketentuan perolehan warisan istri mendapat seperempat (1/4) bagian

warisan jika pewaris tidak meninggalkan anak, dan bila pewaris

meninggalkan anak maka mendapat seperdelapan (1/8) bagian yang

diterimanya tersebut dalam kaitannya dengan hukum perkawinan yang

menentukan kewajiban seorang pria sebagai suami untuk menanggung beban

ekonomi di dalam keluarga. Sedangkan wanita sebagai istri tidak mempunyai

5 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,

2005), 63 6 Muhammad Daud Ali, Asas Hukum Islam., 129

Page 20: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xx

kewajiban yang demikian. 7 Ini dijelaskan di dalam Q.S, An Nisa ayat 11

sebagai berikut:

...

Artinya: …(Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak

mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya

bagimu. ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S. An-Nisaa: 11)8

Pada ayat ini dapat dipahami bahwa dalam pembagian harta waris

perlu diperhatikan, bahwa harta peninggalan tidak akan dibagi-bagi sepanjang

masih diperlukan untuk menghidupi dan mempertahankan berkumpulnya

keluarga yang ditinggalkan, tetapi dalam kenyataannya, seringkali timbulnya

sengketa warisan di antara anggota-anggota keluarga yang ditinggalkan,

apabila para pihak yang diberi hak untuk menguasai harta peninggalan

seringkali menganggap bahwa harta tersebut merupakan hak atau bagian

warisnya.

Hukum kewarisan adat di Indonesia sangat dipengaruhi oleh prinsip

garis keturunan yang berlaku di masyarakat yang bersangkutan.9 Hukum

kewarisan merupakan hukum yang mengatur tentang peralihan harta

kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi

para ahli warisnya. Adapun yang dimaksud dengan harta waris adalah harta

kekayaan dari pewaris yang telah wafat, baik harta itu telah dibagi atau masih

7 Ibid

8 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya., 62

9 Muhammad Bushar, . Pokok-pokok Hukum Adat. (Jakarta: Pradnya Paramita, 2006), 10

Page 21: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxi

dalam keadaan tidak terbagi-bagi. 10 Termasuk di dalam harta waris adalah

harta pusaka, harta perkawinan, dan harta bawaan.11 Di Indonesia di antara

orang- orang Indonesia asli yang tersebar di berbagai daerah, ada beberapa

sifat kekeluargaan yang dapat dimasukkan ke dalam 3 golongan, yaitu; Sifat

kebapakan (Patrilineal); Sifat keibuan (Matrilineal);dan Sifat kebapak-ibuan

(Parental).12

Karena hukum waris adat dipengaruhi sistem kekeluargaan maka

sudah tentu terdapat perbedaan antara masyarakat adat yang satu dengan

masyarakat adat lainnya di Indonesia. 13 Perbedaan ini terutama terhadap siapa

yang menjadi pewaris, siapa yang menjadi ahli waris terhadap harta yang

ditinggalkan.14 Demikian pula pada masyarakat adat suku Lampung yang

dibagi dalam dua golongan adat yang dikenal selama ini, yaitu beradat

Lampung Pepadun dan Lampung Pesisir. Pada dasarnya, bentuk perkawinan

dan sistem kewarisan yang diterapkan adalah sama. Hanya saja pada

masyarakat adat Lampung Pepadun penerapannya masih kental dilakukan,

baik pada masyarakat yang tinggal di perkotaan atau yang tinggal di

pedesaan.15

Masyarakat Lampung Pesisir pada umumnya bermukim di wilayah

pantai propinsi Lampung dimulai dari Kabupaten Lampung Selatan

10 Effendi Perangin, Hukum Waris., 3 11 Ibid 12 R. Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, (Jakarta: Sumur Bandung,

1980), 10. 13 Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, (Bandar Lampung:

Mandar Maju, 1992), 214. 14

Ibid 15 Rizani Puspawijaya, “Masyarakat Adat Lampung”, Makalah dipresentasikan di

Universitas Lampung, 2002, 2.

Page 22: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxii

(Kalianda), Kabupaten Peringsewu (Semaka), dan Kabupaten Lampung

Barat.16 Pada masyarakat adat Lampung Pesisir yang menggunakan bentuk

perkawinan jujur dan memakai sistem kewarisan patrilineal, yaitu sistem

kewarisan di mana anak laki-laki tertua berhak atas seluruh harta peninggalan

dan sebagai penerus keturunan mereka. Begitu kuatnya kedudukan anak laki-

laki dalam keluarga sehingga jika tidak mempunyai anak laki-laki dikatakan

sama dengan tidak mempunyai keturunan atau putus keturunan.17 Hal inilah

yang kadang masih mempengaruhi dalam keluarga suku adat Lampung

Pesisir yang mana keberadaan anak laki-laki yang sangat dianggap penting

keberadaannya untuk meneruskan nama keluarga. Dalam suku adat Lampung

Pesisir berlaku kebiasaan yang mana apabila keluarga tidak memiliki anak

laki-laki maka menantu lelaki tertualah yang dianggap atau dijadikan penerus

nama keluarga tersebut. 18

Permasalahan dalam pembagian harta waris juga dijumpai pada

masyarakat Lampung Pesisir di Kecamatan Talang Padang Kabupaten

Tanggamus. Hasil survey penelitian menemukan bahwa masyarakat adat

Lampung Pesisir di wilayah Kecamatan Talang Padang Kabupaten

Tanggamus menggunakan sistem kewarisan mayorat laki-laki yaitu lebih

mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan, karena anak laki-laki

adalah penerus keturunan bapaknya yang ditarik dari satu bapak asal,

sedangkan anak perempuan disiapkan untuk menjadi anak orang lain yang

16 Hasil wawancara dengan Bpk Drs.H. Indra Zulian Efwan Tokoh adat Lampung Pesisir di

Kecamatan Talang Padang, 26 Januari 2019 17

Hilman Hadikusuma, Hukum Kekerabatan Adat, (Jakarta: Fajar Agung, 1978), 34 18 Hasil wawancara dengan Bpk Drs.H. Indra Zulian Efwan Tokoh adat Lampung Pesisir di

Kecamatan Talang Padang, 26 Januari 2019

Page 23: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxiii

akan memperkuat keturunan orang lain. 19

Apabila keluarga tidak memiliki anak laki-laki maka keluarga tersebut

mengadopsi anak laki-laki dari kerabatnya yang kurang mampu. Hubungan

kekerabatan anak yang telah diangkat tersebut dengan orang tua kandungnya

terputus kecuali hubungan darah. Apabila hanya memiliki anak perempuan

dan tidak ingin keturunannya terputus maka pihak perempuan akan

mengambil anak laki-laki untuk dijadikan suami anak perempuannya.20

Dalam hal ini pihak keluarga perempuan melakukan upacara adat

pengangkatan anak laki-laki tersebut dengan ditandai oleh pemberian gelar

dalam upacara adat. Setelah perkawinan kedudukan suami dan isteri terhadap

penggunaan harta waris adalah sejajar, sedangkan yang berhak menguasai

harta warisan adalah anak laki-laki dari keturunan mereka. Namun apabila

dikemudian hari si isteri meninggal dunia, dan belum memiliki keturunan,

maka putuslah garis keturunan sampai di situ saja, anak laki-laki yang telah

diangkat sebagai anak mentuha ia tidak berhak terhadap harta warisan karena

walaupun sudah diangkat secara adat, akibat meninggalnya si isteri maka

suami dianggap sudah keluar dari kekerabatan keluarga besar isteri. 21

Kajian hukum waris adat Lampung Pesisir tersebut membutuhkan

kajian lebih mendalam khususnya dalam pandangan hukum Islam. Hukum

kewarisan Islam adalah hukum kewarisan yang diatur dalam al- Qur‟an dan

Sunnah Rasul SAW serta dalam kitab-kitab fiqh sebagai hasil ijtihad para

19 Ibid 20 Hasil wawancara dengan Bpk Muharlin Asfa Warga Pekon Negri Agung Kecamatan

Talang Padang Kabupaten Tanggamus, 27 Januari 2019 21 Hasil wawancara dengan Bpk Muharlin Asfa Warga Pekon Negri Agung Kecamatan

Talang Padang Kabupaten Tanggamus, 27 Januari 2019

Page 24: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxiv

fuqaha‟ dalam memahami ketentuan al-Qur‟an dan Sunnah Rasul SAW.22

Dengan demikian Hukum Waris Islam merupakan bagian dari Agama Islam,

karena itu tidaklah salah apabila dikatakan bahwa ketundukan umat Islam

terhadap Hukum Waris Islam merupakan bahagian yang tidak dapat

dipisahkan dari keimanannya.

Permasalahan mengenai hukum waris adat yang berlaku di Lampung

Pesisir perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut khususnya dalam kacamata

ilmu hukum Islam. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk

melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai “ Proses Pembagian Warisan

Adat Lampung Pesisir Perspektif Hukum Waris Islam (Studi Kasus di

Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus).

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah

penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah proses

pembagian harta waris menurut hukum adat masyarakat Lampung Pesisir

ditinjau dari Hukum Islam?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan sistem pembagian harta waris menurut hukum

adat masyarakat Lampung Pesisir.

2. Untuk mendeskripsikan sistem pewarisan adat Lampung Pesisir ditinjau

dari hukum Islam.

22 Effendi Perangin, Hukum Waris., 3

Page 25: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxv

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat dalam bidang teoritis

maupun dalam bidang praktis. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan

sesuai dengan fokus penelitian adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritis

Penelitian ini memberi manfaat teoritis yang berupa sumbangan

bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan

hukum adat dan hukum waris adat.

2. Manfaat Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi:

a. Peneliti

Memberikan pengalaman berfikir ilmiah melalui penyusunan

dan penelitian Skripsi, sehingga dapat menambah pengetahuan,

pengalaman dan menambah wawasan dalam bidang hukum perdata.

b. Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan

bagi pengembangan keilmuan yang diharapkan dapat diambil

manfaatnya oleh pembaca serta referensi penelitian selanjutnya, dan

memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat tentang pembagian

harta waris adat Lampung pesisir ditinjau dari hukum Islam.

c. Akademis

Hasil kajian ini dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan

Page 26: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxvi

atau bahan rujukan dalam mengembangkan karya-karya ilmiah bagi

insan akademis, baik di kalangan IAIN Metro maupun pihak-pihak lain

yang membutuhkan.

E. Penelitian Terdahulu

Dalam upaya menghindari kesamaan fokus penelitian dan untuk

kepentingan dalam penelitian ini, salah satu cara yang dilakukan peneliti

untuk memperoleh data pendukung adalah dengan mengkaji beberapa

penelitian terdahulu yang telah ada dan yang memiliki kedekatan dengan

tema atau fokus penelitian ini. Penelitian terdahulu tersebut di antaranya

adalah sebagai berikut:

1. Rosmelina, “Sistem Pewarisan Pada Masyarakat Lampung Pesisir Yang

Tidak Mempunyai Anak Laki-Laki (Studi Pada Marga Negara Batin di

Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung)”.23

Masyarakat adat Lampung Pesisir mengutamakan kedudukan anak laki-

laki daripada anak perempuan, karena anak laki-laki sebagai penerus

keturunan si bapak yang ditarik dari satu bapak kandung. Sehingga apabila

dalam suatu keluarga tidak memiliki anak laki-laki agar tidak putus

keturunan maka pihak perempuan akan mengambil anak laki-laki dan

dinikahkan dengan anak perempuannya. Dalam hal ini anak perempuan

mengadakan upacara pengangkatan anak laki-laki tersebut dengan ditandai

oleh pemberian gelar dalam upacara adat tersebut. Dalam hal ini

kedudukan suami dan istri adalah sejajar, namun dalam penguasaan harta

23

http: //Rosmelinash.Skripsi-penelitian-ptk-kti-ba-08.html, diakses minggu Januari

2019

Page 27: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxvii

sepenuhnya akan dikuasai anak laki- lakinya kelak. Proses pembagian

harta warisan dalam masyarakat Lampung Pesisir dilakukan dengan cara

mufakat. Hal ini menjadi acuan apabila terjadi persengketaan dalam

pembagian harta waris maka akan diselesaikan dengan mencari jalan

keluarnya dengan cara kekeluargaan atau mufakat. Jika terjadi kesulitan

maka keluarga akan menyerahkan ke peradilan adat yang dipimpin oleh

punyimbang adat untuk menyelesaikan masalah yang pada akhirnya akan

menghasilkan keputusan yang dihormati oleh seluruh warga karena

peranan punyimbang masih berpengaruh besar bagi masyarakat adat

setempat.

2. Annisa Tanjung Sari, “Kedudukan Anak Laki-Laki Tertua Dari Hasil

Perkawinan Leviraat dalam Hukum Waris Adat Masyarakat Adat

Lampung Pepadun (Studi Kasus di Kampung Terbanggi Besar Pemerintah

Kabupaten Lampung Tengah)”.24

Anak laki-laki yang lahir dari

pernikahan leviraat atau perkawinan ketiga, anak yang statusnya bukan

sebagai pewaris mayorat laki- laki tertua maka dapat dituakan dengan cara

diperkenalkan/diakui sebagai anak tertua laki-laki dari istri ratu. Dalam hal

menentukan siapa yang berhak menjadi pewaris mayorat laki-laki sangat

berperan penting. Dikarenakan istri ratu melihat adanya dua faktor

penghambat faktor pertama yaitu faktor pendidikan karena pada dasarnya

pendidikan formal membuka wacana pemikiran yang lebih maju. Faktor

kedua apabila bujang menikahi janda ia akan turun derajatnya. Sehingga

24

http: //AnnisaTanjungSarishi.Skripsi-penelitian-ptk-kti-bag-08.html, diakses Minggu

20 Januari 2019

Page 28: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxviii

anak laki-laki yang dilahirkannya tidak berhak menjadi pewaris. Maka

apabila istri pertama belum juga melahirkana anak laki-laki suami akan

menikah lagi sampai mendapatkan anak laki-laki.

Page 29: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxix

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Pembagian Harta Waris Menurut Islam

1. Pengertian Harta Waris

Hukum Kewarisan Islam atau yang dalam kitab-kitab fikih biasa

disebut faraid adalah hukum kewarisan yang diikuti oleh umat Islam

dalam usaha mereka menyelesaikan pembagian harta peninggalan keluarga

yang meninggal dunia. Di beberapa negara berpenduduk mayoritas

beragama Islam, faraid telah menjadi hukum positif, meskipun di

Indonesia hanya berlaku untuk warga negara yang beragama Islam, tidak

berlaku secara nasional. Namun di beberapa negara, hukum tersebut telah

menjadi hukum nasional seperti yang berlaku di Saudi Arabia.Dalam

literatur fiqh Islam, kewarisan (al-mawarits kata tunggalnya al-mirats)

lazim juga disebut denganfara‟idh, yaitu jamak dari kata faridhah diambil

dari kata fardh yang bermakna “ketentuan atau takdir”. Al-fardh dalam

terminologi syar‟i ialah bagian yang telah ditentukan untuk ahli waris.25

Secara etimologi, menurut Muhammad Ali Ash- Shabuni, waris

(al-mirats), dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif dari kata

waritsa-yaritsu irtsan-miratsan. Maknanya menurut bahasa ialah

berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari suatu

25

Muhammad Ali Ash-Sahabuni, Al-Mawaris Fisy Syari‟atil Islamiyyah „Ala Dhau „Al-

Kitab wa Sunnah. Terj. A. M. Basalamah, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani

Press, 1995), 33.

Page 30: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxx

kaum kepada kaum lain.26

Kata “wants" berasal dari bahasa Arab mirats.

Bentuk jamaknya adalah mawaris, yang berarti harta peninggalan orang

meninggal yang akan dibagikan kepada ahli warisnya.27

Secara terminologi terdapat beberapa perumusan, misalnya

menurut Ali Ash-Shabuni ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang

yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang

ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah atau apa saja yang berupa hak

milik legal secara syar‟i.28

Menurut Wahbah al-Zuhaeli sebagaimana

dikutip oleh Athoilah, waris atau warisan (mirats) sama dengan makna

tirkah yaitu segala sesuatu yang ditinggalkan oleh seseorang sesudah

wafat, baik berupa harta maupun hak-hak yang bersifat materi dan

nonmateri.29

Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur

segala yang berkenaan dengan peralihan hak dan kewajiban atas harta

kekayaan seseorang setelah ia meninggal dunia kepada ahli warisnya.30

Dari batasan tersebut dapat diperoleh ketentuan bahwa menurut hukum

Islam, kewarisan baru terjadi setelah pewaris meninggal dunia. Dengan

demikian, pengoperan harta kekayaan kepada yang termasuk ahli waris

pada waktu pewaris masih hidup tidak dipandang sebagai kewarisan.

26

Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, Terj. Basalamah,

(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), 33 27

Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Kencana, 2000), 4. 28

Dian Khairul Umam, Fiqih Mawaris, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 21. 29

Ibid., 24. 30

Athoilah, Fikih Waris Metode Pembagian Waris Praktis, (Bandung: Yrama Widya,

2013), 2

Page 31: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxxi

2. Dasar Hukum Kewarisan Islam

Dasar dan sumber utama dari Hukum Islam sebagai hukum agama

adalah nash dan teks yang terdapat di dalam Alqur‟an dan sunnah Nabi.

Ayat-ayat Al-qur‟an dan sunnah Nabi yang secara langsung mengatur

kewarisan tersebut antara lain dalam Surat an-Nisa ayat 7:

Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta

peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak

bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik

sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan. (Q.S. An-

Nisaa: 7)31

Ketentuan dalam ayat di atas merupakan landasan utama yang

menunjukkan, bahwa dalam Islam baik laki-laki maupun perempuan sama-

sama mempunyai hak waris, dan sekaligus merupakan pengakuan Islam,

bahwa perempuan merupakan subjek hukum yang mempunyai hak dan

kewajiban. Tidak demikian halnya pada masa jahiliyah, di mana wanita

dipandang sebagai objek bagaikan benda biasa yang dapat diwariskan.32

Sebagai pertanda yang lebih nyata, bahwa Islam mengakui wanita sebagai

subjek hukum, dalam keadaan tertentu mempunyai hak waris, sedikit

ataupun banyak yang telah dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur‟an

Surat An-Nisa Ayat 8 berikut:

31

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,

2005), 62 32 Muhammad Daud Ali, Asas Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), 129.

Page 32: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxxii

Artinya: ”Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat,

anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu

(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik”. (Q.S.

An-Nisaa: 8)33

Selain itu, pembagian harta warisan juga dapat disebut sebagai

bahan (Penghambaan Diri) adalah melaksanakan hukum waris sesuai

syariat Islam adalah bagian dari ibadah kepada Allah swt Sebagai ibadah,

dan tentunya mendapatkan berpahala bila ditaati seperti menaati hukum-

hukum Islam lainya yang disebutkan dalam surat An Nissa‟: 13-14 sebagai

berikut:34

Artinya: (Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan

dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah

memasukkannya kedalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-

sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang

besar. dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan

melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke

dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang

menghinakan. (Q.S. An-Nisaa: 13-14)35

33

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya., 62 34

Muhammad Bushar, Pokok-pokok Hukum Adat, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2006), 10 35

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya., 63

Page 33: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxxiii

Asas Individual menyatakan harta warisan dapat dibagi kepada

masing-masing ahli waris untuk dimiliki secara perorangan. Dalam

pelaksanaanya seluruh harta dinyatakan dalam nilai tertentu, kemudian

dibagi- bagikan kepada ahli waris yang dapat menerimanya menurut kadar

bagian masing-masing. Hal ini seterangkan dalam QS. An-Nisaa‟: 8. 36

Artinya: ”Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat,

anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu

(sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik”. (Q.S.

An-Nisaa: 8)37

Selain itu, dasar waris dalam Islam juga berasaskan pada asas

Keadilan yang berimbang mengandung pengertian bahwa harus ada

keseimbangan antara hak yang diperoleh seseorang dari harta warisan

dengan kewajiban atau beban biaya kehidupan yang harus ditunaikannya

yang diterangkan dalam QS. Al-Baqarah: 233 sebagai berikut:38

36

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2012), 32 37

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya., 62 38

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan di Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2012), 32

Page 34: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxxiv

Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama

dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan

kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan

cara ma'ruf, seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena

anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban

demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan

kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas

keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut

yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah

Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Baqarah: 233)

39

Selain dasar Al Qur‟an, hukum kewarisan Islam juga didasarkan

pada hadis Nabi Muhammad SAW. Hadis Nabi dari Abdullah Ibnu Abbas

yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:

Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a. bahwa Nabi

SAW pernah bersabda: Berikanlah faraidh (bagian yang ditentukan) itu

kepada yang berhak dan selebihnya berikanlah kepada laki-laki dari

keturunan laki-laki yang terdekat” (H.R. Bukhori).40

3. Syarat dan Rukun Waris dalam Islam

Pada dasarnya pesoalan waris-mewarisi selalu identik dengan

perpindahan kepemilikan sebuah benda, hak dan tanggung jawab dari

pewaris kepada ahli warisnya. Dalam hukum waris Islam penerimaan harta

warisan didasarkan pada asas ijbari, yaitu harta warisan berpindah dengan

sendirinya menurut ketetapan Allah SWT tanpa digantungkan pada

39

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya., 29 40

Al-Bukhori, Shohih Bukhoriy, Juz. IV, (Kairo: Daar wa Mathba‟ Asy-Sya‟biy, t.t),

Page 35: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxxv

kehendak pewaris atau ahli waris. Pengertian tersebut akan terpenuhi

apabila syarat dan rukun mewarisi telah terpenuhi dan tidak terhalang

mewarisi. 41

Ada beberapa syarat yang dipenuhi dalam pembagian harta

warisan. Syarat-syarat tersebut selalu mengikuti rukun, akan tetapi ada

sebagian yang berdiri sendiri. Dalam hal ini peneliti menemukan 3 syarat

warisan yang telah disepakati oleh ulama, 3 syarat tersebut adalah: 42

a. Meninggalnya seseorang (pewaris) baik secara hakiki hukumnya

(misalnya dianggap telah meninggal) maupun secara taqdiri.

b. Adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris

meninggal dunia.

c. Seluruh ahli waris diketahui secara pasti baik bagian masing-masing.

Adapun rukun waris yang harus terpenuhi pada saat pembagian

harta warisan. Dalam bukunya Fachtur Rahman, Ilmu Waris, disebutkan

bahwa rukun waris dalam hukum kewarisan Islam diketahui ada 3 macam

yaitu: 43

a. Muwaris yaitu orang yang diwarisi harta peninggalannya atau orang

yang mewariskan hartanya. Syaratnya adalah muwaris harus benar-

benar telah meninggal dunia. Kematian muwaris itu, menurut ulama

dibedakan menjadi 3 macam yaitu:

1) Mati Haqiqy (mati sejati)

41

Muhammad Daud Ali, Asas Hukum Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1990), 129. 42

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Ekonisia,

2005), 24-25. 43

Muhammad Ali As-Sahbuni, Hukum Waris Dalam Syariat Islam, (Bandung: CV

Diponegoro, 1995), 49.

Page 36: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxxvi

Mati haqiqy (mati sejati) adalah matinya muwaris yang

diyakini tanpa membutuhkan keputusan hakim dikarenakan

kematian tersebut disaksikan oleh orang banyak dengan panca

indera dan dapat dibuktikan dengan alat bukti yang jelas dan nyata.

2) Mati Hukmy (mati menurut hakim atau yuridis)

Mati Hukmy (mati menurut hakim atau yuridis) adalah

suatu kematian yang dinyatakan atas dasar keputusan hakim

karena adanya beberapa pertimbangan. Maka dengan putusan

hakim secara yuridis muwaris dinyatakan meninggal meskipun

terdapat kemungkinan muwaris masih hidup. Menurut Malikiyyah

dan Hambaliyah apabila lama meninggalkan tempat itu

berlangsung selama 4 tahun sudah dinyatakan mati. Menurut

pendapat ulama lain, terserah kepada ijtihad hakim dalam

melakukan pertimbangan dari berbagai macam segi

kemungkinannya.

3) Mati Taqdiry (mati menurut dugaan)

Mati Taqdiry (mati menurut dugaan) adalah sebuah

kematian (muwaris) berdasarkan dugaan keras, misalkan dugaan

seorang ibu hamil yang dipukul perutnya atau dipaksa meminum

racun. Ketika bayinya lahir dalam keadaan mati, maka dengan

dugaan keras kematian itu diakibatkan oleh pemukulan terhadap

ibunya.

b. Waris (ahli waris) yaitu orang yang dinyatakan mempunyai hubungan

Page 37: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxxvii

kekerabatan baik hubungan darah (nasab), hubungan sebab semenda

atau hubungan perkawinan, atau karena memerdekakan hamba sahaya.

Syaratnya adalah pada saat meninggalnya muwaris, ahli waris benar-

benar dalam keadaan hidup. Termasuk dalam hal ini adalah bayi yang

masih dalam kandungan (al-haml) terdapat juga syarat lain yang harus

dipenuhi, yaitu antara muwaris dan ahli waris tidak ada halangan

saling mewarisi.

c. Maurus atau al-Miras, yaitu harta peninggalan si mati setelah

dikurangi biaya perawatan jenazah, pelunasan hutang dan pelaksanaan

wasiat.44

4. Fungsi dan Tujuan Waris dalam Islam

Tujuan utama dari Hukum waris yang dibawa oleh Islam

sebagaimana termaktub dalam al-Quran dan Hadis adalah memberikan

suatu kepastian hukum bagi umat Islam untuk menyelesaikan berbagai

masalah waris.45

Dalam bahasa agama, tujuan atau fungsi diistilahkan

sebagai hikmah. Hikmah dan faedah yang terkandung dalam hukum waris

sangat besar mengingat ketentuan-ketentuannya terkandung dalam

beberapa ayat dalam al-Quran. Secara global dapat dirasakan bahwa

hukum waris dapat menguatkan hubungan kekerabatan dan perasaan

alamiah sejak lahir.46

Manusia terlahir ke dunia ini tentunya melalui

sebuah keluarga. Keluargalah yang secara tulus menyayangi anak

44

Ibid., 26. 45

Munadi Usman, “Al-Quran dan Transformasi Sistim Waris Jahiliyah”, Jurnal Sarwah,

Vol. XV, No.1, 2016, 1-10. 46

Ali Ahmad Al Jurjawi, Hikmah di Balik Hukum Islam (Buku kedua), alih Bahasa Erta

Mahyudin Firdaus, (Jakarta; Mustaqiim, 2003), 226.

Page 38: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxxviii

semenjak lahir serta bersedia menemaninya sampai kapanpun untuk

menjadi orang-orang terdekat. Oleh karena itulah, Islam semakin

memupuk semangat kekerabatan dengan hubungan waris.

Allah telah menciptakan mahluknya yang bernama manusia

secara berpasang pasangan. Allah juga mensyariatkan adanya pernikahan

antara laki-laki dan perempuan sebagai upaya legalisasi hubungan antara

keduanya. Allah juga menjadikan hubungan perkawinan sebagai salah satu

sebab seseorang memperoleh hak waris. Di antara hikmahnya adalah

bahwa masing-masing dari suami maupun istri merupakan penolong antara

satu dengan yang lain dalam menjalani dinamika kehidupan, mulai dari

mengatur rumah, mendidik anak dan apa yang diberikan kepada mereka.

Oleh karena itu, tidak pantas bagi mereka untuk tidak mendapat bagian

dari harta warisan.

Hikmah lainnya adalah ketika ada seorang suami yang wafat

meninggalkan istri yang sudah tua dan tidak mungkin untuk menikah lagi

dengan seseorang yang dapat memberinya nafah untuk kehidupan

selanjutnya, maka dia dapat hidup dengan harta waris dari suaminya. Atau

ketika seorang suami meninggalkan istri yang miskin, paling tidak harta

waris dari suaminya bisa menjadi nafkah bagi istri tersebut hingga selesai

masa iddahnya.

Pelaksanaan pembagian warisan Islam adalah bernilai ibadah

kepada Allah SWT. Pembagian warisan ini adalah salah satu perbuatan

Page 39: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xxxix

manusia dalam rangka mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.47

Selain

itu sistem kewarisan Islam adalah hukum kewarisan yang bersumber dari

al-qur‟an dan sunnah, ijmak, dan ijtihad sebagaimana telah diatur dalam

Kompilasi Hukum Islam (KHI), kemudian dasar berlakunya bagi

masyarakat Muslim yakni Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 1991

tentang penyebarluasan dan pelaksanaan KHI. Prinsip Ketauhidan

merupakan kesadaran keimanan dalam diri manusia terhadap hukum-

hukum yang diciptaka oleh Allah SWT. Sehingga dalam melaksanakan

sistem hukum kewarisan Islam dengan prinsip ketauhidan merupakan

bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya melalui pengamalan Al-

qur‟an dan As- Sunnah.

Menurut Muhammad Amin Suma, hukum kewarisan Islam sesuai

dengan namanya yakni faraid dan hukum waris secara umum dan

keseluruhan, memiliki nilai yang sangat filosofis, norma yang sangat

mendasar dan baku serta mengandung hikmah positif yang sangat jelas.

Terutama terkait dengan keadilannya di samping asas-asas kepastian

hukum dan asas manfaat.48

Asas keadilan dalam hukum kewarisan Islam mengandung

pengertian bahwa harus ada keseimbangan antara hak yang diperoleh ahli

waris dengan kewajiban atau beban kehidupan yang harus ditunaikannya.

Karena itu arti keadilan dalam hukum waris Islam bukan diukur dari

47

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 19 48

Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam Dalam Pendekatan Teks

dan Konteks, 109-110. Lihat juga sumber aslinya Rasyid Muhammad Ridha, Tafsir Alquran

al-Ahkam (Tafsir al-Manar), vol. 4 (t.t: t.p., t.t), 406.

Page 40: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xl

kesamaan tingkatan antara ahli waris, tetapi ditentukan berdasarkan besar-

kecilnya beban atau tanggung jawab diembankan kepada mereka, ditinjau

dari keumuman keadaan manusia. Jika dikaitkan dengan definisi keadilan

yang dikemukakan Amir Syarifuddin sebagai "keseimbangan antara hak

dan kewajiban dan keseimbangan antara yang diperoleh dengan keperluan

dan kegunaan", atau perimbangan antara beban dan tanggung jawab di

antara ahli waris yang sederajat, maka kita akan melihat bahwa keadilan

akan nampak pada pelaksanaan pembagian harta warisan menurut Islam.49

Melaksanakan pembagian warisan sesuai hukum Islam

merupakan perbuatan akhlak yang sesuai perintah Allah SWT. dalam Al-

qur‟an, pada hakikatnya adalah mengaplikasikan ajaran agama Islam.

Karena keberagaman seseorang diukur dari akhlaknya. Adapun tujuan

pembagian warisan Islam yang menimbulkan nilai- nilai akhlak yang

tinggi adalah:

a. Melaksanakan atau menunaikan perintah Al-qur‟an.

b. Memberikan kemaslahatan bagi kehidupan keluarga.

c. Menjaga keharmonisan demi keutuhan kehidupan keluarga.

d. Melakukan proses peralihan dan perolehan hak secara benar dan

bertanggung jawab.

e. Menghindari terjadinya konflik dalam rumpun keluarga.

f. Memperkuat persaudaraan dalam keluarga dan masyarakat.

49

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 21

Page 41: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xli

g. Mengangkat harkat dan martabat keluarga di kalangan masyarakat50

5. Bagian-bagian Ahli Waris dalam Islam

Harta waris dibagikan jika memang orang yang telah mati itu

meninggalkan harta yang berguna bagi orang lain. Namun sebelum harta

warisan itu diberikan kepada ahli waris, ada tiga hal yang terdahulu mesti

dikeluarkan, yaitu: 51

a. Segala biaya yang berkaitan dengan proses pemakaman jenazah

b. Wasiat dari orang yang meninggal

c. Hutang piutang sang mayit.

Ketika tiga hal di atas telah terpenuhi barulah pembagian harta

waris diberikan kepada keluarga dan juga para kerabat yang berhak.

Apabila dicermati, hukum waris Islam membagi ahli waris menjadi dua

macam yaitu:

a. Ahli waris Nasabiyah yaitu ahli waris yang hubungan kekeluargaannya

timbul karena ada hubungan darah. Maka sebab nasab menunjukkan

hubungan kekeluargaan antara pewaris dengan ahli waris.

b. Ahli waris sababiyah yaitu hubungan kewarisan yang timbul karena

sebab tertentu.

1) Perkawinan yang sah

2) Memerdekakan hamba sahaya atau karena perjanjian tolong menolong.

Macam-macam ahli waris dapat digolongkan menjadi beberapa

golongan yang ditinjau dari jenis kelaminnya, dan dari segi haknya atas

50

Ibid 51

Ibid., 26.

Page 42: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xlii

harta warisan. Jika ditinjau dari jenis kelaminnya, maka ahli waris terdiri

dari dua golongan yaitu ahli waris laki-laki dan ahli waris perempuan. 52

Sedangkan jika ditinjau dari segi hak atas harta warisan maka ahli waris

terdiri dari 3 golongan yaitu al-dzawilfurudl, „ashabah, dan dzawil

arham.53

Adapun besar kecilnya bagian yang diterima bagi masing-masing

ahli waris dapat dijabarkan sebagai berikut. Pembagian harta waris dalam

Islam telah ditentukan dalam Al-Qur‟an surat an-Nisa‟ secara gamblang

dan dapat disimpulkan bahwa ada 6 tipe persentase pembagian harta waris,

yaitu ada pihak yang mendapatkan setengah (1/2), seperempat (1/4),

seperdelapan (1/8), dua pertiga (2/3), sepertiga (1/3), dan seperenam

(1/6).54

a. Pembagian harta waris bagi orang-orang yang berhak mendapatkan

warisan separuh (1/2)

1) Seorang suami yang ditinggalkan istri dengan syarat ia tidak

memiliki keturunan anak laki-laki maupun perempuan, walaupun

keturunan tersebut tidak berasal dari suaminya kini (anak tiri).

2) Seorang anak kandung perempuan dengan 2 syarat yaitu pewaris

tidak memiliki anak laki-laki, dan anak tersebut merupakan anak

tunggal.

3) Cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki dengan 3 (tiga)

52

Muhammad Ali As Sahbuni, Hukum Waris., 49. 53

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Waris Islam, ed. revisi, (Yogyakarta: UII Press, 2001),

34. 54

Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2008), 24.

Page 43: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xliii

syarat yaitu apabila cucu tersebut tidak memiliki anak laki-laki, dia

merupakan cucu tunggal, dan apabila pewaris tidak lagi

mempunyai anak perempuan.

4) Saudara kandung perempuan dengan syarat: ia hanya seorang diri

(tidak memiliki saudara lain) baik perempuan ataupun laki-laki,

dan pewaris tidak memiliki ayah atau kakek ataupun keturunan

baik laki-laki maupun perempuan.

5) Saudara perempuan se-ayah dengan syarat: apabila ia tidak

mempunyai saudara (hanya seorang diri), pewaris tidak memiliki

saudara kandung naik perempuan maupun laki-laki dan pewaris

tidak memiliki ayah atau kakek dan keturunan.

b. Pembagian harta waris dalam Islam bagi orang-orang yang berhak

mendapatkan warisan seperempat (1/4) yaitu seorang suami yang

ditinggal oleh istrinya dan begitu pula sebaliknya. 55

1) Seorang suami yang ditinggalkan dengan syarat, istri memiliki

anak atau cucu dari keturunan laki-lakinya, tidak peduli apakah

cucu tersebut darah dagingnya atau bukan.

2) Seorang istri yang ditinggalkan dengan syarat, suami tidak

memiliki anak atau cucu, tidak peduli apakah anak tersebut

merupakan anak kandung dari istri tersebut atau bukan.

c. Pembagian harta waris bagi orang-orang yang berhak mendapatkan

waris seperdelapan (1/8) yaitu istri yang ditinggalkan suaminya yang

55

Abdul Ghofur Anshori, Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan., 52.

Page 44: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xliv

mempunyai anak atau cucu, baik anak tersebut berasal dari rahimnya

atau bukan.56

d. Pembagian harta waris dalam Islam bagi orang-orang yang berhak

mendapatkan waris dua pertiga (2/3). 57

1) Dua orang anak kandung perempuan atau lebih, dimana dia tidak

memiliki saudara laki-laki (anak laki-laki dari pewaris).

2) Dua orang cucu perempuan dari keturunan anak laki-laki dengan

syarat pewaris tidak memiliki anak kandung, dan dua cuc

tersebut tidak memiliki saudara laki-laki.

3) Dua saudara kandung perempuan (atau lebih) dengan syarat

pewaris tidak memiliki anak, baik laki-laki maupun perempuan,

pewaris juga tidak memiliki ayah atau kakek, dan dua saudara

perempuan kandung tersebut tidak memiliki saudara laki-laki.

4) Dua saudara perempuan seayah (atau lebih) dengan syarat

pewaris tidak mempunyai anak, ayah atau kakek ahli waris yang

dimaksud tidak memiliki saudara kandung.58

e. Pembagian harta waris dalam Islam bagi orang-orang yang berhak

mendapatkan waris sepertiga (1/3)

1) Seorang ibu dengan syarat pewaris tidak mempunyai anak atau cucu laki-

laki dan keturunan anak laki-laki. Pewaris tidak memiliki dua atau lebih

saudara (kandung atau bukan).

2) Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu, dua orang atau lebih

56

Ibid., 52. 57

Ibid., 53. 58

Ibid., 54.

Page 45: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xlv

dengan syarat pewaris tidak memiliki anak, ayah atau kakek dan jumlah

saudara seibu tersebut dua orang atau lebih.59

Seseorang berhak mendapatkan sejumlah harta warisan

apabila terdapat salah satu sebab yaitu: Kekeluargaan, Perkawinan,

Karena memerdekakan budak, Hubungan Islam orang yang meninggal

dunia apabila tidak mempunyai ahli waris, maka harta peninggalannya

diserahkan ke baitul mal untuk umat Islam dengan jalan pusaka. 60

Sedangkan seebab-sebab seseorang tidak berhak mendapatkan

warisan adalah karena: (1) Hamba. Seorang hamba tindakan mendapat

warisan dari semua keluarganya yang meninggal dunia selama ia masih

berstatus hamba. (2) Pembunuh. Seorang pembunuh tidak memperoleh

warisan dari orang yang dibunuhnya. (3) Murtad. Orang yang murtad tidak

mendapat warisan dari keluarganya yang masih beragama Islami, (4) Orang

non muslim. Orang non muslim tidak berhak menerima warisan dari

keluarganya yang beragama Islam dan begitu pula sebaliknya, orang muslim

tidak berhak menerima harta warisan dari orang non muslim (kafir).

B. Konsep Hukum Waris Adat

1. Pengertian Hukum Waris Adat

Hukum waris adat memuat peraturan-peraturan yang mengatur

proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan

59

Ibid. 60

Ali Parman, Kewarisan Dalam Al-Qur‟an, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995)

11.

Page 46: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xlvi

barang-barang yang tidak berwujud benda (immateriaele gordere) dari

suatu angkatan manusia (generatie) kepada keturunannya.61

Soerojo wignjodipoero dalam bukunya “Pengantar dan Asas-asas

hukum adat memberikan rumusan tentang hukum waris adat sebagai

berikut: “Hukum waris adat meliputi norma-norma hukum yang

menetapkan harta kekayaan baik yang materiil maupun yang immateriil

yang manakah dari seseorang yang dapat diserahkan kepada keturunanya

serta yang sekaligus juga mengatur saat, cara dan proses peralihanya”.62

Hukum waris dalam arti luas yaitu penyelenggaraan,

pemindahtanganan, dan pemeliharaan harta kekayaan kepada generasi

berikutnya.63

Istilah waris di dalam kelengkapan istilah hukum waris adat

diambil alih dari bahasa Arab yang telah menjadi bahasa Indonesia,

dengan pengertian bahwa di dalam hukum waris adat tidak semata-mata

hanya akan menuraikan tentang waris dalam hubungannya denga ahli

waris, tetapi lebih luas dari itu. 64

Hukum waris adat juga dapat dikatakan sebagai hukum adat yang

memuat garis-garis ketentuan tentang sistem dan azas-azas hukum waris,

tentang harta warisan. Pewaris dan ahli waris serta acara bagaimana harta

warisan itu dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari pewaris kepada

61

Soepomo, Bab-bab Tentang Hukum Adat, (Jakarta: Pradnya Paramitha, 1993), 67. 62

Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, cetakan ke XIV,

(Jakarta: Gunung Agung, 1995), 81. 63

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung: Alumni, 1983), 7. 64

Ibid, 211.

Page 47: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xlvii

ahli waris. Hukum waris sesungguhnya adalah hukum penerusan harta

kekayaan dari suatu generasi kepada keturunannya. 65

Menurut Hilman Hadikusuma, digunakannya istilah hukum waris

adat dalam hal ini dimaksudkan untuk membedakan dengan istilah hukum

waris barat, hukum waris Islam, hukum waris Indonesia, hukum waris

nasional, hukum waris Minangkabau, hukum waris Batak, hukum waris

Jawa dan sebagainya. 66

Pengertian mengenai hukum waris adat tersebut di atas

mengantarkan pada suatu pernyataan bahwa hukum waris adat adalah

suatu proses mengenai pengalihan dan penerusan harta kekayaan baik

yang bersifat materil maupun immateril dimana pengalihan dan penerusan

harta kekayaan tersebut dilakukan oleh suatu generasi kepada generasi

berikutnya.

2. Sistem Pewarisan dan Keturunan dalam Hukum Waris Adat

Dalam hukum waris adat berlaku suatu asas bahwa hanyalah hak

dan kewajiban saja yang dalam lapangan hukum harta kekayaan yang

dapat diwariskan termasuk hutang-piutang pewaris, bahwa apabila seorang

meninggal dunia, maka seketika itu juga hak dan kewajibannya beralih

pada ahli warisnya. Di dalam kehidupan bermasyarakat, jika kita berbicara

mengenai seseorang yang meninggal dunia, maka jalan pikiran kita akan

menuju kepada permasalahan pewarisan. Dalam hukum adat mengenal

tiga sistem pewarisan, yaitu:

65

Ibid., 19. 66

Hilman Hadikusuma, Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia, (Bandar Lampung:

Mandar Maju, 1992), 214.

Page 48: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xlviii

a. Sistem pewarisan individual, yakni apabila harta warisan dibagi-bagi

dan dapat dimiliki secara perorangan dengan “hak milik”, berarti setiap

waris berhak memakai, mengolah dan menikmati hasilnya atau juga

mentransaksikannya, terutama setelah pewaris wafat, maka kewarisan

demikian itu disebut “kewarisan individual”. Sistem kewarisan ini yang

banyak berlaku di kalangan masyarakat yang parental.67

Kebaikan dari

sistem ini adalah bahwa dengan pemilikan secara pribadi maka ahli

waris dapat bebas menguasai dan memiliki harta warisan bagaimana

untuk dipergunakan sebagai modal kehidupannya yang lebih lanjut

tanpa dipengaruhi anggota-anggota keluarganya yang lain. Sedangkan

kelemahannya adalah pecahnya harta warisan dan merenggangnya tali

kekerabatan yang dapat berakibat timbulnya hasrat ingin memiliki

kebendaan secara pribadi dan mementingkan diri sendiri.

b. Sistem pewarisan kolektif, yakni, apabila para waris mendapatkan harta

peninggalan yang diterima mereka secara kolektif (bersama) dari

pewaris yang tidak terbagi-bagi secara perorangan, maka kewarisan

demikian itu disebut kewarisan kolektif. Menurut kewarisan kolektif ini

para ahli waris tidak boleh memiliki harta peninggalan secara pribadi,

melainkan diperbolehkan untuk memakai, mengusahakan atau

mengolah dan menikmati hasilnya. Pada umumnya sistem kewarisan

kolektif ini terhadap harta peninggalan leluhur disebut “harta pusaka”,

berupa sebidang tanah dan atau barang pusaka. Kebaikan dari sistem ini

67

Hilman Hadikusuma, Pengatar Ilmu Hukum Adat Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,

1992)

Page 49: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xlix

masih nampak apabila fungsi harta kekayaan diperuntukkan bagi

kelangsungan hidup keluarga besar untuk sekarang dan yang akan

datang masih tetap berperan tolong-menolong di antara sesama di

bawah pimpinan kepala kerabat dengan rasa penuh tanggung jawab

masih tetap terpelihara, dibina dan dikembangkan. Sedangkan

kelemahan sistem ini adalah menumbuhkan cara berpikir yang terlalu

sempit, karena tidak selamanya suatu kerabat mempunyai

kepemimpinan yang dapat diandalkan dan aktifitas kehidupan yang

semakin meluas bagi para anggota kerabat, maka rasa setia kawan, serta

kerabat bertambah luntur.

c. Sistem pewarisan mayorat, yakni apabila harta warisan yang tidak dapat

dibagi-bagi dan hanya dikuasai oleh anak tertua, yang berarti hak pakai,

hak mengolah dan memungut hasilnya dikuasai sepenuhnya oleh anak

tertua dengan hak dan kewajiban mengurus dan memelihara adik-

adiknya yang pria dan wanita sampai mereka dapat berdiri sendiri.68

Sistem kewarisan mayorat ini ada dua yaitu:

1) Mayorat laki-laki yaitu anak laki-laki sulung merupakan anak laki-

laki tertua pada saat pewaris meninggal dunia atau anak laki-laki

sulung merupakan ahli waris tunggal. Di daerah lampung beradat

perpaduan seluruh harta peninggalan dimaksud oleh anak tertua

lelaki yang disebut “anak punyimbang”

2) Mayorat perempuan yaitu anak perempuan tertua pada saat pewaris

68

Ibid.

Page 50: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

l

meninggal dunia merupakan ahli waris tunggal. Di daerah Semendo

Sumatera Selatan seluruh harta peninggalan dikuasai oleh anak

wanita yang disebut “tunggu tubing” (penunggu harta) yang

didampingi “payung jurai”.69

Secara teoritis sistem keturunan itu dapat dibedakan dalam tiga

corak, yaitu:

a. Sistem Patrilinial, yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis

bapak, dimana kedudukan pria lebih menonjol pengaruhya dari

kedudukan wanita di dalam pewarisan (Gayo, Alas, Batak, Nias,

Lampung, Buru, Seram, Nusa Tenggara, Irian).

b. Sistem Matrilinial, yaitu sistem keturunan yang ditarik menurut garis

ibu, dimana kedudukan wanita lebih menonjol pengaruhnya dari

kedudukan pria di dalam pewarisan (Minangkabau, Enggano, Timor).

c. Sistem Parental atau Bilateral, yaitu sistem keturunan yang ditarik

menurut garis orang tua, atau menurut garis dua sisi (bapak-ibu),

dimana kedudukan pria dan wanita tidak dibedakan di dalam

pewarisan (Aceh, Sumatera Timur, Riau, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

dan lain-lain).

3. Ahli Waris dalam Hukum Waris Adat

Ahli waris dalam sistem hukum waris adat adalah sebagai berikut:

a. Anak kandung

Anak kandung yang merupakan keturunan dari pewaris

69

Ibid.

Page 51: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

li

merupakan golongan ahli waris yang terpenting. Hal ini dikarenakan

pada hakekatnya anak merupakan satu-satunya golongan ahli waris

yang utama, sebab- sebab lain-lain anggota keluarga tidak menjadi ahli

waris jika pewaris memiliki keturunan. Soejono Wignjodipoero,

mengemukakan bahwa:

Dalam hukum adat anak-anak dari si peninggal warisan

merupakan golongan ahli waris yang terpenting oleh karena mereka

pada hakekatnya merupakan satu-satunya golongan ahli waris, sebab

lain-lain anggota keluarga, tidak menjadi ahli waris apabila si

peninggal warisan meninggalkan anak-anak.70

Meskipun anak kandung merupakan ahli waris yang utama,

namun di beberapa daerah terdapat perbedaan hukum waris yang

berlaku mengenai anak sebagai ahli waris dari orang tuanya. Hal ini

ditegaskan oleh Hilman Hadikusuma, di beberapa daerah terdapat

hukum waris adat yang berlaku mengenai kedudukan anak sebagai

pewaris dari orang tuanya. Disamping itu terdapat pula perbedaan

antara anak laki-laki dan perempuan dalam pewarisan atau juga anak

sulung, anak tengah, anak bungsu, dan anak pengkalan. Tetapi betapa

pun perbedaannya namun pada umumnya di Indonesia ini menganut

asas kekeluargaan dan kerukunan dalam pewarisan.71

Perbedaan kedudukan anak sebagai ahli waris di beberapa

daerah disebabkan garis kekeluargaan dari masyarakat yang

70

Soejono Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: Gunung

Agung,1995), 228. 71

Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, (Bandung: Alumni, 1983), 77.

Page 52: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lii

bersangkutan, yaitu sifat keibuan (matrilineal), sifat kebapakan

(patrilineal) dan sifat keibu-bapakan (parental).

b. Anak tiri

Anak tiri merupakan anak bawaan ke dalam suatu perkawinan

ke dua kalinya dari wanita atau pria dan kedudukannya sebagai anak

kandung dari pria atau wanita tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari

anak tiri dapat ikut menikmati kesejahteraan rumah tangga bersama

bapak tiri dan ibu kandungnya atau sebaliknya dengan saudara-saudara

tirinya. Hal ini disebabkan dalam Yurisprudensi Landraan Purworejo

tanggal 14 Agustus 1937, disebutkan bahwa: “Anak tiri tidak berhak

atas warisan bapak tirinya, tetapi ia ikut mendapat penghasilan dan

bagian dari harta peninggalan bapak tiri yang diberikan kepada ibu

kandungnya sebagai nafkah janda”.

c. Anak angkat

Dalam masyarakat adat Indonesia terdapat kebiasaan dari

keluarga yang telah lama kawin dan tidak dianugerahi anak,

mengangkat anak saudara dengan harapan nantinya akan dianugerahi

anak. Bagi suami isteri yang beragama Islam yang telah menggunakan

anak orang lain sebagai keluarganya sendiri, tetapi tidak memutuskan

pertalian darah anak angkat terhadap orang tua kandungnya. Di

berbagai daerah di Indonesia dalam lingkungan hukum adat kedudukan

dari anak angkat berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang

lain. Di suatu daerah ada yang mendudukan anak angkat tersebut pada

Page 53: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

liii

posisi yang kuat, artinya anak angkat itu mewarisi dari orang tua

angkatnya.

Dikarenakan tidak mempunyai keturunan anak dan tidak ada

anak lelaki sebagai penerus keturunan dilingkungan masyarakat

partilineal atau tidak ada anak perempuan penerus keturunan

dilingkungan masyarakat matrilineal, maka diangkatlah kemenakan

bertali darah. Di karenakan adat perkawinan setempat seperti berlaku

didaerah Lampung antara wanita Lampung dengan orang luar daerah

di dalam perkawinan memasukan menantu (ngurukken mengiyan),

maka di angkatlah si menantu menjadi anak angkat dari salah satu

kepala keluarga anggota kerabat, sehingga si suami menjadi anak adat

dalam hubungan bertali darah.72

Mengenai kedudukan anak angkat dalam hukum waris dapat

dilihat dari latar belakang atau sebab terjadinya anak angkat tersebut.

Pada umumnya pengangkatan anak dilakukan karena alasan-alasan

sebagai berikut:

1) Tidak mempunyai keturunan

2) Tidak ada penerus keturunan

3) Menurut adat perkawinan setempat

4) Hubungan baik dan tali persaudaraan

5) Rasa kekeluargaan dan perikemanusiaan 73

72

Ibid., 89. 73

Ibid.

Page 54: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

liv

Menurut Hilman Hadikusuma, anak dinyatakan sebagai anak

tidak sah, apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Anak dari kandungan ibu sebelum terjadi pernikahan.

2) Anak dari kandungan ibu setelah bercerai lama dari suaminya

3) Anak dari kandungan ibu tanpa melakukan perkawinan sah

4) Anak dari kandungan ibu karena berbuat zina dengan orang lain

d. Janda atau duda

Janda atau duda dalam kewarisan adat sangat ditentukan oleh

bentuk perkawinan yang mereka pakai. Untuk lebih jelasnya akan

diuraikan lebih lanjut tentang kedudukan janda/duda berdasarkan

bentuk perkawinannya, yaitu:

1) Janda/duda dalam sistem patrilineal

Dalam sistem patrilineal bentuk perkawinan yang lazim

dipakai adalah bentuk perkawinan jujur, maka kekuasaan terhadap

harta kekayaan berada dipihak suami. Berkaitan dengan ini Hilman

Hadisukuma menyatakan bahwa: Janda di daerah Batak, Lampung

dan Bali dalam bentuk perkawinan memakai jujur setelah wafat

suaminya tetap berkedudukan di tempat kerabat suami, ia tetap

berhak menikmati harta kekayaan yang ditinggalkan suami

walaupun ia bukan waris dari suaminya.74

2) Janda/duda dalam sistem matrilineal

25

Ibid.. 94.

Page 55: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lv

Dalam sistem matrilineal, duda tidak mempunyai hak waris

dari kekayaan isterinya yang meninggal dunia, karena ia bukan

merupakan orang yang berasal dari kelompok dari pihak isteri,

melainkan orang lain dibawa masuk ke dalam keluarga isteri.

e. Para ahli waris lainnya

Dalam hukum adat anak-anak dari si peninggal warisan

merupakan golongan ahli waris yang terpenting oleh karena mereka

pada hakekatnya merupakan satu-satunya golongan ahli waris, sebab

lain-lain anggota keluarga, tidak menjadi ahli waris, apabila si

peninggal warisan meninggalkan anak-anak, jadi dengan adanya anak-

anak maka kemungkinan lain-lain anggota keluarga dari si peninggal

warisan untuk menjadi ahli waris menjadi tertutup”.

Ahli waris lainnya baru memperoleh haknya apabila orang yang

meninggal dunia tidak memiliki ahli waris utama. Tentang masalah ini

dilihat pula garis keturunan yang berlaku dalam masyarakat tersebut.

Hal ini dikemukakan oleh Hilman Hadikusuma yang mengemukakan

bahwa: Di lingkungan masyarakat bergaris kebapakan sudah jelas

bahwa jalur waris adalah anak-anak laki-laki ke bawah, jika tidak ada

anak laki-laki maka anak perempuan yang ada yang dapat dijadikan

laki-laki atau dengan mengambil laik-laki lain untuk kemudian

mendapatkan keturunan laki-laki, jika tidak ada saudara-saudara

pewaris yang terdapat atau yang jauh sesuai dengan pemufakatan

kekerabatan. Segala sesuatu yang menyangkut pewarisan ini diatur dan

Page 56: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lvi

diawasi oleh anak laki-laki sebagaimana di daerah lampung oleh anak

lelaki tertua dari keturunan tertua yang disebut penyimbung di

lingkungan masyarakat yang bergaris keibuan dasarnya yang menjadi

ahli waris adalah kaum wanita anak-anak wanita dan keturunan

wanitanya.

Dan jika tidak ada anak perempuan, maka anak-anak laki-laki

dapat juga dijadikan wanita atau mengangkat anak wanita dari sudara-

sudara terdekat. Segala persolan yang menyangkut pewaris di atur dan

diawasi oleh paman, saudara lelaki dari ibunya yang di Minangkabau

disebut mamak kapala waris atau didaerah Semendo disebut payung

jurai Di lingkungan sebagaimana yang bergaris kebapak-ibuan, di

mana sistem pewarisan bukan kolektip melainkan individual

sebagaimana berlaku di lingkungan masyarakat Jawa dan beberapa

daerah lainnya yang menjadi ahli waris adalah tidak saja kaum pria,

tetapi juga kaum wanita yang ada hubungan pertalian darah dan

kekeluargaan dengan pewaris.

Page 57: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lvii

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode penelitian hakekatnya memberikan pedoman tentang cara-

cara seseorang mempelajari, menganalisis dan memahami lingkungan yang

dihadapinya. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan deskriptif kualitatif

yaitu penelitian yang mengedepankan penelitian data dengan berlandaskan

pada pengungkapan apa-apa yang diungkapkan oleh responden dari data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambaran dan bukan angka-angka. Dengan

kata lain metode kualitatif sebagai metode penelitian yang menghasilkan

kata-kata teoritis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. 75

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan suatu keadaan atau

fenomena-fenomena apa adanya. Sedangkan metode deskriptif kualitatif

diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta- fakta yang nampak atau sebagaimana adanya. 76

Berdasarkan definisi di atas yang dimaksud penelitian kualitatif

adalah penelitian untuk membahas gambaran yang lebih jelas mengenai

situasi-situasi sosial atau kejadian sosial dengan menganalisa dan menyajikan

fakta secara sistematik sehingga dapat dengan mudah dipahami dan

disampaikan tanpa melakukan perhitungan statistik.

Metode ini dipilih karena lebih mampu menemukan definisi situasi

dan gejala-gejala sosial dari subyek, prilaku, motif-motif subyektif, perasaan

dan emosi yang diamati, merupakan definisi situasi subyek yang diteliti.

Maka subyek akan dapat diteliti secara langsung. Selain itu metode ini dapat

meningkatkan penajaman peneliti terhadap cara subyek memandang dan

menginternalisasikan kehidupannya, karena itu berhubungan dengan subyek

dan dunianya sendiri bukan dalam dunia yang tidak wajar yang diciptakan

oleh peneliti.

75 Lexy J Moleong , Metodologi Peneltian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2003), 4. 76

Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Jilid 1, (Jakarta: Rajawali Press,

1992), 18.

Page 58: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lviii

Penelitian dengan model kualitatif memiliki enam ciri antara lain : 1)

memperdulikan konteks atau situasi (concern for content), 2) berlatar ilmiah

(natural setting), 3) instrument utama adalah manusia (human instrument), 4)

data bersifat deskriptif (deskriptif data), 5) rancangan penelitian muncul

bersamaan dengan pengamatan, 6) analisis data secara induktif (inductive

analysis). 77

Dalam penelitian kualitatif, peneliti berupaya mendeskripsikan sesuai

dengan fokus penelitian dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan

sebelumnya. Penggunaan pendekatan kualitatif ini adalah untuk memahami

makna peristiwa, situasi sosial, tingkah laku manusia dan latar belakang

alamiah secara holistik kontekstual.

B. Sumber Data

Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar

kajian (analisis atau kesimpulan), data dapat digolongkan menjadi dua

macam, data kualitatif dan data kuantitatif.78

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian.

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh, dalam penelitian

kualitatif jumlah sumber data bukan kriteia utama, tetapi lebih ditekankan

kepada sumber data yang dapat memberikan informasi yang sesuai dengan

tujuan penelitian. Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-

kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

lain- lain.79

Penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data yaitu:

1. Sumber data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti

dari sumber pertamanya yaitu pemangku adat, serta beberapa warga suku

77 Lexy J Moleong , Metodologi Peneltian Kualitatif., 29 78 Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal Dan Laporan Penelitian Lapangan,

Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif: Skripsi, Tesis dan Disertasi. (Malang: UMPress, 2008), 41.

79 Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian., 157.

Page 59: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lix

lampung pesisir sebagai calon muwaris dan ahli waris di Pekon Negeri

Agung Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus

2. Sumber data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti

sebagai penunjang dari sumber pertama. Data ini berupa dokumen-

dokumen , laporan kegiatan, dan data warga.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data

kualitatif. Karena data yang diperoleh tersebut dapat diukur secara tidak

langsung artinya tidak menggunakan angka melainkan menggunakan kata-

kata atau kalimat.80

Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Person (nara sumber), merupakan sumber data yang biasa memberikan

data berupa jawaban lisan melalui wawancara. Dalam hal ini peneliti

mendapatkan data-data atau informasi tentang gambaran umum objek

penelitian, karena para nara sumber tersebut dibutuhkan guna kelancaran

skripsi penelitian ini.

2. Place (tempat /lokasi) merupakan sumber data yang bisa menyajikan

tampilan berupa keadaan, dengan penggunaan metode observasi di

Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus seperti letak geografis,

kondisi dan lain sebagainya.

3. Paper (dokumen/arsip) merupakan sumber data yang menyajikan tanda-

tanda berupa huruf, angka, gambar atau simbol lainnya yang ada di

Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi yang jelas, tepat dan lengkap maka

peneliti menggunakan beberapa metode, antara lain :

80 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 1995), 66.

Page 60: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lx

1. Metode Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan secara cermat dan sistematik.81

Jadi dalam penelitian ini

peneliti melakukan pengamatan secara langsung mengenai kegiatan-

kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang berkaitan dan mengenai

pandangan secara umum tentang proses pembagian warisan adat Lampung

Pesisir. Observasi akan dilakukan dengan pedoman yang ada dan

dilaksanakan untuk mengetahui seluruh permasalahan penelitian secara

mendalam.

2. Metode Interview/Wawancara

Interview (wawancara) adalah salah satu cara pengumpulan

informasi dengan tanya jawab dengan bertatap muka dengan responden.

Metode Interview atau wawancara adalah untuk mendapatkan informasi

secara langsung dengan cara bertanya secara langsung kepada

responden”.82

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara bebas. Pada wawancara bebas, terjadi tanya jawab bebas antara

pewawancara dan responden, tetapi pewawancara menggunakan tujuan

penelitian sebagai pedoman. Peneliti mengadakan wawancara (interview)

secara langsung maupun tidak langsung kepada pemangku adat serta

beberapa warga suku Lampung Pesisir sebagai calon muwaris dan ahli

waris di Pekon Negeri Agung Kecamatan Talang Padang Kabupaten

Tanggamus untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat.

81

S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 106. 8

Ibid, 192.

Page 61: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxi

3. Metode Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah

pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, dan data

yang diteliti tersebut dapat berupa berbagai macam, tidak hanya dokumen

resmi, akan tetapi hal ini juga dengan cara mencari data mengenai hal-hal

berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen hasil rapat agenda dan

sebagainya.83

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi dalam menjamin

keabsahan data. Triangulasi pada hakikatnya merupakan pendekatan

multimetode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan

menganalisis data. Ide dasarnya adalah bahwa fenomena yang diteliti dapat

difahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika

didekati dari berbagai sudut pandang. Karena itu, triangulasi ialah usaha

mengecek kebenaran data atau informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai

sudut pandang yang berbeda-beda dengan cara mengurangi sebanyak

mungkin perbedaan yang terjadi pada saat pengumpulan dan analisis data.

Denzin dalam Moeloeng, membedakan empat macam triangulasi

diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik

dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut,

peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan

sumber. Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek

83

Irawan Soeharto, Metode Penelitian Sosial, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,

1999), 70.

Page 62: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxii

balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

latar yang berbeda dalam penelitian kualitatif, langkah untuk mencapai

kepercayaan itu adalah: 84

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

E. Teknik Analisis Data

Sebelum menganalisa suatu data, maka alangkah baiknya jika

mengetahui terlebih dahulu tentang maksud dari analisa data. Analisa data

adalah proses mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian

dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja

seperti yang disarankan oleh data.85

Dalam penerapan teknik analisa data

kualitatif deskriprif menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:86

1. Reduksi Data

Miles dan Huberman mengatakan bahwa reduksi adalah suatu

proes pemilihan, pemusatan, pemerhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data yang muncul dari

84

Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian., 331 85

Ibid., 103 86 Ibid, 288

Page 63: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxiii

catatan-catatan tertulis dilapangan. Data-data yang terkumpul akan

semakin bertambah, oleh sebab itu laporan tersebut harus dianalisis sejak

dimulainya penelitian kemudian laporan-laporan tersebut perlu direduksi

yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian

yang diteliti, kemudian dicari tentang temannya. Data-data yang telah

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-

waktu diperlukan.

2. Display Data (Penyajian Data)

Penyajian data adalah penyusunan informasi yang kompleks ke

dalam suatu bentuk yang sistematis sehingga menjadi lebih selektif dan

sederhana, serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan (Miles dan Huberman). Sehubungan data yang

diperoleh terdiri dari kata-kata, kalimat atau paragraf-paragraf, maka

uraian (teks) naratif yang panjang dan terpencar-pencar bagian demi

bagian tersusun kurang rapi, maka dari itu informasi yang bersifat

kompleks disusun ke dalam suatu kesatuan bentuk yang lebih sederhana

dan selektif sehingga akan mudah dipahami.

Analisa data dilakukan secara terus menerus guna panarikan suatu

kesimpulan yang dapat menggambarkan keadaan yang terjadi di

Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus. Analisis data yang

terus menerus mempunyai implikasi terhadap pengurangan dan

penambahan data yang dibutuhkan, hal ini memungkinkan peneliti untuk

kembali lagi kelapangan.

3. Kesimpulan

Tahapan yang paling akhir dalam proses analisa data adalah

verifikasi atau kesimpulan hasil yang diperolehnya. Dalam analisa peneliti

berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang

sering muncul dan sebagainya. Jadi dari data yang peneliti dapatkan di

Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamus itu kemudian peneliti

mencoba untuk mengambil kesimpulan, pada mulanya kesimpulan itu

kabur tapi lama-kelamaan semakin jelas karena data yang diperoleh

semakin banyak dan mendukung serta saling melengkapi satu sama lain.

Page 64: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxiv

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

1. Letak Geografis Kecamatan Talang Padang

Letak geografis kecamatan talang padang dapat dilihat pada

gambar di bawah ini:

Gambar 4.1.

Peta Kecamatan Talang Padang

Kecamatan Talang Padang terletak pada ketinggian 250-400 meter

di atas permukaan laut, dengan topografi 90% datar, 9% bergelombang

dan 1 % berbukit. Jenis tanahnya adalah tanah latosol. Luas wilayah

Kecamatan Talang Padang adalah 4944, 25 ha, dengan jarak dari

Kabupaten Tanggamus kurang lebih 25 km dan jarak dari Provinsi

Lampung kurang lebih 68 km. Kecamatan Talang Padang memiliki batas

wilayah sebagai berikut:

Page 65: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxv

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sumberejo dan

Kecamatan Pulau Panggung.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Pugung.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gunung Alip.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pugung.

Luas wilayah administrasi Kecamatan Talang Padang meliputi 20

pekon, 76 dusun, 74 RW (Rukun Warga), 148 Rukun Tetangga (RT), 9

Pekon Swadaya dan 10 Pekon Swakarya.

2. Jumlah Penduduk

a. Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang dikelompokkan

berdasarkan jenis kelamin akan diuraikan sebagai berikut.

Tabel 4.1.

Jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang

Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki-

laki

24.739 49, 77

Peremp

uan

24.965 50, 23

Total 49.704 100, 00 Sumber: Monografi Kecamatan Talang Padang, 2018

Berdasarkan Tabel di atas diketahui bahwa jumlah penduduk

Kecamatan Talang Padang berdasarkan jenis kelamin memiliki sebaran

yang hampir sama, yaitu sebanyak 24.739 orang atau sebesar 49, 77%

penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 24.965 orang atau sebesar 50,

23% penduduk berjenis kelamin perempuan.

Page 66: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxvi

b. Berdasarkan Agama/Kepercayaan

Jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang berdasarkan

agama/kepercayaan dapat dilihat pada Tabel dibawah ini sebagai

berikut.

Tabel 4.2.

Jumlah penduduk Kecamatan Talang Padang

Berdasarkan Agama/Kepercayaan

No. Agama Jumlah (Orang) Persentase(%)

1. Islam 48.744 98, 67

2. Kristen 207 0, 42

3. Khatolik 126 0, 26

4. Hindu 0, 00 0, 00

5. Budha 325 0, 65

Total 49.402 100, 00

Sumber: Monografi Kecamatan Talang Padang, 2013

Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa penduduk Kecamatan

Talang Padang mayoritas (98, 67%) beragama Islam, sedangkan sebesar

0, 42% beragama Kristen, sebesar 0, 26% beragama Khatolik dan

sebesar 0, 65% beragama Budha.

3. Sejarah Masyarakat Lampung Pesisir

Penduduk pribumi Lampung secara historis-kultural terbagi dalam

dua komunitas besar, yaitu Pepadun dan Pesisir (Sai Batin).87

Tipologi

masyarakat Sai Batin dalam menentukan status seseorang lebih cenderung

mencerminkan komunitas yang didasarkan atas ascribed status and

tradition (status yang diwariskan dalam koridor tradisi), dan achieved

status and contract bagi masyarakat adat Pepadun memiliki ciri di mana

87

Syarifudin Basyar, Determinasi Nilai-Nilai Tradisi Terhadap Religiusitas Masyarakat

(Kajian Adat Ninjuk dalam Budaya Lampung), (Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat IAIN Rafden Intan Lampung, 2014), 6.

Page 67: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxvii

status seseorang diukur dari prestasi dan ditentukan oleh kontrak sosial

dalam sidang kerapatan Perwatin. Selain itu, kedua masyarakat adat ini

memiliki sistem kepemerintahan tersendiri. Sistem pemerintahan pada

masyarakat adat Pesisir bersifat aristokratis, sedangkan masyarakat adat

Pepadun lebih kental demokratis.88

Meskipun demikian, secara prinsip kedua marga ini konsisten,

teguh dan taat dalam memegang nilai-nilai adat dan budaya warisan

leluhur mereka. Warisan leluhur ini tidak hanya berorientasi profane

semata, tetapi sakralitas pelaksanaanya diaplikasikan dalam kehidupan dan

menjadi falsafah hidup Ulun Lampung, yaitu Piil Pesenggiri.

Secara Genelogis masyarakat adat Lampung merupakan

masyarakat penganut sistem kekeluargaan patrilinial yang terbagi-bagi

dalam masyarakat seketurunan menurut Poyang asalnya masing-masing

yang disebut buway. Misalnya Buway Nunyai, Buway Unyi, Buway

Subing, Buway Bolan, Buway Menyarakat, Buway Tambapupus, Buway

Nyerupa, Buway Belunguh dan sebagainya. Setiap ke-buway-an itu terdiri

dari berbagai Jurai dari ke-buway-an, yang terbagi-bagi pula dalam

beberapa kerabat yang terikat pada satu kesatuan rumah asal (nuwou

tuhou). Kemudian dari rumah asal itu terbagi lagi dalam beberapa rumah

kerabat (nuwou balak). Ada kalanya buway-buway itu bergabung dalam

satu kesatuan yang disebut Paksi.

88

Edward Syah Pernong dalam Lampung Post, 100 Tokoh Terkemuka Lampung, (Bandar

Lampung: Lampung Post, 2008), 325.

Page 68: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxviii

Pada umumnya, masyarakat adat Pepadun mendiami daratan

wilayah Lampung yang jauh dari pantai laut atau pedalaman, yang

meliputi daerah Abung, Way Kanan, Sungkai, Talang Bawang dan

Gunung Sugih. Sementara itu, secara kekerabatan masyarakat adat

pepadun memiliki empat klan besar yang masing-masing dibagi ke dalam

empat kelompok kerabat (buay). Yaitu:

a. Abung Siwo Migou (Abung Sembilan Marga).

b. Tulang Bawang Megow Pak (Tulang Bawang Marga Empat).

c. Way Kanan Buwai Lima (Lima Keturunan).

d. Pubiyan Telu Suku (Pubiyan Tiga Suku).

Sedangkan masyarakat adat Pesisir memiliki beberapa marga,

yaitu:

a. Marga-marga Sekampung Ilir-Melinting, meliputi wilayah tanah di

Way Sekampung Ilir.

b. Marga-marga Pesisir Melinting Rajabasa, meliputi wilayah tanah di

kaki

gunung Rajabasa dan sekitarnya.

c. Marga-marga Pesisir Teluk, meliputi wilayah tanah di pantai Teluk

Lampung.

e. Marga-marga Pesisir Semangka, meliputi wilayah tanah di pantai

Teluk Semangka.

f. Marga-marga Pesisir Krui-Belalau, meliputi wilayah ekskewedanaan

Krui.

Page 69: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxix

g. Marga-marga di daerah Danau ranau, Muaradua, Komering sampai

Kayu Agung dalam Provinsi Sumatera Selatan.

B. Proses Pembagian Harta Waris Menurut Hukum Adat Masyarakat

Lampung Pesisir

Dalam pembagian proses harta waris pada masyarakat lampung pesisir

pada dasarnya cenderung mengikuti sistem patrilineal yaitu sistem dimana

garis keturunan utama adalah garis bapak yang dapat ditarik lurus sampai

nenek moyang sehingga kedudukan istri dalam suatu keluarga tidak terlalu

diperhatikan dalam pembagian harta waris. Anak-anak yang lahir menjadi

keluarga bapak (Suami), harta yang ada menjadi milik Bapak (Suami) yang

nantinya diperuntukkan bagi anak-anak keturunannya yang laki- laki.89

Pernyataan ini mengindikasikan bahwa dalam pembagian ahli waris

yang didasarkan pada hukum adat lampung pesisir menunjuk ahli waris utama

adalah anak lelaki tertua atau anak lelaki di dalam sebuah keluarga tersebut,

apabila dalam sebuah keluarga tersebut tidak mempunyai anak laki-laki maka

pihak keluarga tersebut dapat mengangkat anak menantu laki-laki nya untuk

menjadi anak angkatnya agar dapat menjadi ahli waris dari pewaris karena

menurut hukum adat Lampung bila sebuah keluarga tersebut tidak mempunyai

ahli waris (anak laki-laki) maka keluarga tersebut dianggap putus keturunan.

Menurut hukum adat Lampung pesisir yang termasuk warisan bukan hanya

harta benda pewaris saja tapi juga nama besar keluarga dan gelar adat yang

89

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019

Page 70: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxx

disandang oleh pewaris di dalam hukum adat. 90

Seorang ahli waris di dalam

hukum adat akan memegang peranan penting di dalam keluarganya karena dia

dianggap pengganti ayah dalam tanggung jawab keluarga besarnya, baik

dalam hal pengurusan harta waris yang ditinggalkan, bertanggung jawab atas

anggota keluarga yang ditinggalkan pewaris, dan juga menjaga nama baik

keluarga.

1. Cara Pewarisan Adat Lampung

Dalam melaksanakan proses pembagian harta waris adat,

masyarakat adat Lampung pesisir biasanya menggunakan beberapa cara

proses pewarisan, diantaranya adalah dengan cara penerusan atau

pengalihan dan dengan cara penunjukkan. 91

Di daerah Lampung

penerusan atau pengalihan hak atas kedudukan dan harta kekayaan,

biasanya berlaku setelah pewaris berumur lanjut di mana anak tertua lelaki

sudah mantap berumah tangga, demikian pula adik-adiknya. Dengan

penerusan dan pengalihan hak dan kewajiban sebagai kepala rumah tangga

menggantikan ayahnya atau dalam istilah lampung Ngradu Tuha, maka

selama ayah masih hidup, ayah tetap kedudukannya sebagai penasehat dan

memberikan laporan dan pertanggungan jawab kekeluargaan. Termasuk

dalam arti penerusan atau pengalihan harta kekayaan tertentu, sebagai

dasar kebendaan untuk melanjutkan hidup kepada anak-anak yang akan

kawin mendirikan rumah tangga baru, misalnya pemberian atau

90

Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22

April 2019 91

Wawancara terhadap Bapak Arman Maulana, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada

25 April 2019

Page 71: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxi

diberikannya rumah dan pekarangan tertentu, bidang-bidang tanah ladang,

kebun atau sawah, untuk anak lelaki atau perempuan yang akan berumah

tangga. 92

Selain penerusan hak dan kewajiban ahli waris, di daerah Lampung

juga dikenal cara penunjukkan atau Pengonjuk jolma tuha oleh orang tua

kepada anak-anaknya atau pewaris kepada ahli waris atas harta tertentu,

maka berpindahnya penguasaan dan pemilikannya baru berlaku dengan

sepenuhnya kepada ahli waris setelah pewaris wafat. Apabila orang tua

masih hidup, maka ia berhak dan berwenang menguasai harta yang

ditunjukkan itu, tetapi di dalam pengurusan atau pemanfaatannya dari

harta itu sudah dapat dinikmati oleh orang atau anak yang ditunjuk. Pada

masyarakat Lampung pesisir, biasanya apabila orang tua memberikan

sebagian hartanya dengan cara penunjukkan, maka seluruh anak-anaknya

dikumpulkan. Misalnya setelah seluruhnya berkumpul, maka si bapak

memberikan pernyataan, misalnya sawah yang luasnya satu hektar dan

terletak di sini adalah hak untuk anaknya si A, kemudian mobil yang biasa

dia pakai untuk anaknya si B. Bila sudah demikian maka jika kelak

bapaknya meninggal dunia, barulah si A dan si B berhak atas harta yang

diberikan. Bagi masyarakat adat Lampung pesisir selain harta yang sudah

diberikan dengan jalan penerusan atau pengalihan dan penunjukkan, maka

sisa harta yang tidak dibagi akan dikuasai oleh anak tertua laki-laki,

misalnya rumah peninggalan orang tua. Maka walaupun orang tua tidak

92

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019

Page 72: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxii

meninggalkan wasiat atau pesan terhadap harta yang tidak dibagi,

kedudukan harta itu secara otomatis akan dikuasai oleh anak tertua laki-

laki. 93

Hal yang menjadi pertimbangan lain dalam pembagian harta waris

adat lampung pesisir adalah mengenai kedudukan dari anak angkat. Anak

angkat adat mempunyai tanggung jawab sepenuhnya kepada orang tua

adat baik dari aspek tanggung jawab sebagai anak pribadi maupun

tanggung jawab atas kedudukan orang tua adat yang meliputi tanggung

jawab atas segala harta warisan dan kerabat dari orang tua adat anak laki-

laki yang telah diambil menjadi suami tersebut kedudukannya menjadi

pengganti anak kandung dan bisa sebagai punyimbang, dalam hal

menggunakan harta warisan kedudukan suami isteri adalah sejajar, tetapi

walaupun hak pakai dari seluruh harta warisan suami isteri sejajar, karena

anak laki-laki yang diangkat sebagai anak mentuha ini telah dianggap

sebagai pengganti anak kandung, tetap saja kedudukannya suami adalah di

tempat si perempuan.

Pembagian warisan pada masyarakat Lampung Pesisir yang

seharusnya dilakukan sesudah pewaris meninggal dunia, berbeda dengan

pembagian harta waris yang biasanya berlaku di sebagian besar

masyarakat Kecamatan Talang Padang yang dilakukan sebelum pewaris

meninggal dunia yaitu dengan cara mengumpulkan anak-anaknya dan

mengumumkan pembagian harta waris, namun hak menguasai harta waris

93

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019

Page 73: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxiii

tetap saja setelah pewaris meninggal dunia.94

Sistem pewarisan sesudah

pewaris meninggal, yaitu pewarisan jatuh kepada anak laki-laki tertua

sebagai ahli waris yang bertanggung jawab terhadap adik-adiknya serta

keluarga menggantikan peran pewaris (ayah) sebagai kepala keluarga.

Pada sistem pewarisan menurut masyarakat adat Lampung Pesisir ahli

waris selaku anak laki-laki tertua dapat membagi-bagikan harta warisan

kepada adik-adiknya berdasarkan kebijakan dari keluarga, sehingga sistem

pewarisan individual tidak dikenal pada Masyarakat Lampung Pesisir.

Namun apabila suatu keluarga tidak memiliki anak laki-laki dan

hanya memiliki anak perempuan, maka menantu laki-laki dari anak tertua

akan diangkat menjadi anak dan dapat menjadi ahli waris dalam keluarga

tersebut. Menantu laki-laki tertua yang menjadi ahli waris dikarenakan

tidak adanya anak laki-laki dinamakan semanda. Jadi ahli waris ini tidak

memiliki hak waris dari keluarganya, namun memiliki hak waris dari

pihak keluarga istrinya. Di sinilah perbedaan mendasar pembagian waris

pesisir dari suku pepadun yang apabila tidak memiliki anak laki-laki, maka

hak waris akan diberikan kepada keponakan laki-laki dan seterusnya.95

Laki-laki semanda atau menantu yang mendapatkan hak waris dari

pihak istri pada dasarnya tidak mendapatkan hak waris dari keluarganya

sendiri. Dalam hak harta waris yang didapatkannya dari keluarga istri juga

bukan berarti ia memiliki kekuasaan penuh dalam mengaturnya karena

94

Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22

April 2019 95

Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22

April 2019

Page 74: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxiv

hakikat dari dialihkannya hak waris tersebut diharapkan akan dapat

diberikan kepada anak laki-laki dari istrinya.

Dari pemaparan data hasil penelitian di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa dalam sistem kekerabatan patrilinial yang dianut oleh

masyarakat Lampung sangat jelas menempatkan kaum laki-laki pada

kedudukan yang lebih tinggi. Ada tiga unsur yang perlu dibicarakan untuk

menelaah hukum kewarisan adat dalam lingkungan adat masyarakat

muslim di Lampung, yaitu pewaris, ahli waris, dan harta warisan.

Dalam pembagian harta waris adat lampung, seseorang dapat

dinyatakan sebagai Pewaris jika seseorang yang telah meninggal dunia dan

meninggalkan sesuatu yang dapat beralih kepada keluarganya yang masih

hidup.96

Karena itu yang tergolong sebagai pewaris adalah orang tua,

yaitu ayah, ibu, dan saudara-saudara. Selain itu, bila terjadi hubungan

perkawinan, yang kemudian salah satu di antara keduanya meninggal dan

meninggalkan harta warisan, yang meninggal itu disebut pewaris.

2. Harta Waris dalam Adat Lampung Pesisir

Harta warisan yang dalam masyarakat adat Lampung Pesisir adalah

harta pusaka turun temurun dari generasi ke generasi yang diwarisi dan

dikuasai oleh anak laki-laki tertua. 97

Bentuk harta yang tidak berwujud

yaitu hak-hak atas gelar- gelar adat, kedudukan adat, hak-hak atas pakaian

perlengkapan adat, hak mengatur dan mewakili anggota kerabat.

96

Wawancara terhadap Bapak Arman Maulana, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada

25 April 2019 97

Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22

April 2019

Page 75: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxv

Sedangkan hak-hak yang berwujud yaitu pakaian perlengkapan adat, tanah

pekarangan, bangunan rumah, tanah pertanian dan perkebunan. Harta

warisan ini hanya boleh dikuasai oleh ahli waris namun tidak boleh untuk

di perjual belikan karena merupakan harta keluarga ahli waris hanya dapat

mengelola dan menikmati serta tetap bertanggung jawab terhadap anggota

keluarga pewaris sampai anggota pewaris tersebut dapat berdiri sendiri

atau sudah menikah.

Hal selanjutnya yang menjadi perhatian dalam pembagian harta

waris adat lampung adalah mengenai jenis harta warisan tersebut. Dalam

waris adat Lampung, harta peninggalan yang diwariskan dibagi menjadi

Harta Pusaka Tinggi, yaitu harta yang telah turun- temurun dalam

beberapa keturunan, atau harta dari nenek moyang dan Harta Pusaka

Rendah, yaitu harta yang dikuasai oleh keluarga karena mata pencaharian

sendiri. Dalam adat Lampung Pesisir wanita sama sekali tidak

mendapatkan bagian warisan, baik untuk Harta Pusaka Tinggi maupun

Harta Pusaka Rendah. Akan tetapi anak perempuan sewaktu menikah

diberikan san-san, yaitu harta yang dianggap juga warisan antara lain

rumah beserta isinya, atau hanya perlengkapan rumah tangga dan

perhiasan emas sesuai dengan kemampuan orang tuanya. 98

Hal yang menjadi pembahasan dalam warisan adat lampung adalah

dalam hal pembagian harta warisan. Harta warisan adalah harta kekayaan

yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal dunia, yang terdiri atas:

98

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019

Page 76: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxvi

(1) harta bawaan, yaitu harta yang dimiliki seseorang sebelum kawin.

Harta bawaan itu akan kembali kepada keluarga si meninggal bila

mendiang tidak memiliki anak; (2) harta perkawinan, yaitu harta yang

diperoleh dari hasil usaha suami-isteri selama perkawinan; (3) harta

pusaka, yaitu harta yang hanya diwariskan kepada orang tertentu dan tidak

dapat dibagi-bagi, melainkan dapat dinikmati bersama oleh ahli waris dan

kerabatnya; dan (4) harta yang menunggu, yaitu harta warisan yang akan

diterima oleh ahli waris, tetapi karena satu-satunya ahli waris yang akan

menerima harta itu tidak diketahui dimana ia berada. 99

3. Subjek Pewarisan Adat Lampung Pesisir

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat adat

lampung pesisir menganut dan menjunjung tinggi garis keturunan pria

(patrilinial), maka pada umumnya yang berkedudukan sebagai pewaris

adalah kaum pria, yaitu ayah atau pihak ayah (saudara-saudara pihak

ayah), sedangkan kaum wanita bukan sebagai pewaris. Jadi ibu atau pihak

ibu, saudara-saudara ibu baik pria dan wanita buka pewaris dilihat dari

jenis harta warisannya, maka pewaris pria itu dapat dibedakan antar

pewaris pusaka tinggi dan pusaka rendah.

Pewaris pusaka tinggi adalah pewaris-pewaris pria (ayah, paman,

dan saudara pria) yang ketika wafatnya meninggalkan hak-hak penguasaan

atas harta pusaka tinggi, yaitu harta peninggalan dari beberapa generasi

keatas, yang juga disebut harta nenek moyang. Pewaris ini dapat

99

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019

Page 77: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxvii

dibedakan antara pewaris mayorat pria dan pewaris kolektif pria.

Sedangkan pewaris pusaka rendah adalah pewaris pria yang ketika

wafatnya meninggalkan penguasaan atas harta bersama yang dapat

dibagibagi oleh para waris.

Hukum waris adat yang berlaku pada adat Lampung Pesisir

menggunakan sistem pewaris tunggal yang dalam bahasa daerah ini

disebut Nuhakon Ragah dalam istilah modern disebut Mayorat laki- laki,

yaitu anak laki-laki tertua yang berhak menguasai atas harta peninggalan

keluarga dengan hak dan berkewajiban mengatur dan mengurus

kepentingan adik-adiknya atas dasar musyawarah dan mufakat para

anggota kelompok waris yang lain. Jadi anak tertua berkedudukan

menggantikan ayahnya. 100

Hal ini dikarenakan, masyarakat adat Lampung

Pesisir merupakan masyarakat adat yang susunan kekerabatannya

kebapakan (patrilinial), yaitu kekerabatannya mengutamakan keturunan

menurut garis laki-laki.

Sehingga anak laki-laki tertua yang menjadi pewaris “jalur lurus”,

kecuali jika tidak memiliki anak laki-laki, anak perempuannya yang

menjadi pewaris dan dinikahakan dengan perkawinan semanda sehingga

suami dan anak perempuannya menjadi pewaris, yang keturunannya

kemudian nantinya diteruskan oleh anak laki-lakinya. 101

Yang dimaksud

pewaris dalam masyarakat adat Lampung Pesisir adalah setiap anak laki-

100

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019 101

Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22

April 2019

Page 78: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxviii

laki tertua (jurai lurus), apabila dalam satu keluarga hanya memiliki anak

perempuan saja, maka anak perempuan itulah yang menjadi pewaris dan

tetap dinikahakan dalam bentuk perkawinan semanda sehingga suami dari

anak perempuannya menjadi pewaris yang keturunannya kemudian

nantinya diteruskan oleh anak laki-lakinya untuk menegakkan wibawa

perempuan.

Kedudukan pewaris dalam masyarakat adat Lampung Pesisir

memiliki kedudukan tertinggi, baik yang melakukan perkawinan jujur

maupun semanda, anak tertua tetap memiliki kedudukan tertinggi. Hal ini

dapat diketahui dari lima responden pasangan suami istri yang telah

melaksanakan sistem pembagian warisan, semua responden menyetujui

bahwa pewaris adalah Bapak selaku kepala keluarga dan memiliki

kedudukan tinggi. Karena ia memiliki kebijakan dan kewibawaan dalam

menentukan siapa yang akan memperoleh harta warisan. Jadi bisa

disimpulkan bahwa masyarakat adat Lampung Pesisir mengakui pewaris

adalah Bapak selaku kepala keluarga dan memiliki kedudukan yang paling

tinggi.

4. Ahli waris dalam Adat Lampung Pesisir

Dikalangan masyarakat adat Lampung Pesisir, anak sulung pria

adalah ahli waris utama yang menguasai seluruh harta peninggalan

ayahnya yang tidak terbagi-bagi. Dengan kewajiban mengganti kedudukan

ayahnya yang sudah tua atau sudah wafat sebagai kepala kelurga serumah

Page 79: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxix

ayahnya, yang bertanggung jawab mengurus dan memelihara adik-adiknya

yang belum dewasa untuk dapat hidup mandiri baik pria maupun wanita.

Ahli waris adalah anak laki-laki tertua, kecuali tidak ada anak laki-

laki dalam kelurganya maka anak perempuan tertua itu menjadi ahli waris

dan memiliki kedudukan tertinggi, tetapi dalam hal penguasaan saja.

Namun dalam hal anak laki-laki tertua meninggal lebih dahulu, maka anak

laki-laki tertua yang masih hidup dapat menjadi ahli waris. 102

Sistem pembagian warisan yang menggunakan sistem mayorat

laki-laki pada masyarakat adat Lampung Pesisir dengan menuakan laki-

laki, bermaksud agar anak laki-laki tertua yang memperoleh hak-waris

tunggal dari orang tuanya khusus untuk harta tua (harta tuha) yaitu harta

yang turun temurun dari kakek dan neneknya keatas. Secara jelas, harta

orang tua atau harta yang dikuasai orang tua ada 2 macam, yaitu: (1) Harta

Tua, yaitu harta dati kakek nenek keatas (harta pusaka tinggi); dan (2)

Harta pencaharian, yaitu harta pencaharian yang diperoleh selama

perkawinan orang tua (harta pusaka rendah).

Pada daerah ini tidak dikenal harta suami atau harta istri yang

terpisah sebab apabila terjadi perkawinan maka sistem perkawinannya

menentukan status harta. Jika sistem perkawinannya jujur, istri membawa

harta bawaan, maka harta bawaan itu akan bercampur dengan harta suami

dan dianggap sebagai harta pencaharian bersama. Demikian juga dalam

102

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019

Page 80: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxx

perkawinan semanda, jika suami membawa harta bawaan maka harta

tersebut juga akan bercampur dengan harta istri ditempatnya semanda. 103

Dalam harta tua yaitu harta yang turun temurun dari kakek

neneknya maka yang mewarisi hanyalah anak laki-laki tertua, sedang

saudara-saudaranya baik itu laki-laki atau perempuan, tidak mempunyai

hak waris dari harta pusaka tinggi, contoh dari yaitu rumah, tanah,

perkebunan, sawah, dan alat-alat pusaka.

Kedudukan anak laki-laki tertua tidak saja sebagai penerus

keturunan orang tuanya, tetapi juga mempunyai kedudukan sebagai

penerus kepunyimbangan orang tuanya, sebagai pemimpin yang

mempunyai hak mutlak atas kekayaan, warisan maupun pusaka dari

kerabat orang tuanya dan sebagai pemimpin yang berhak dan bertanggung

jawab kepada kerabat, keturunan, adik-adiknya baik bertindak atas nama

kepunyimbangan (kedudukan atau pemimpin) adat maupun kekerabatan.

104

Jika kita lihat dari sistem pembagian adat lampung secara sepintas

nampak seakan-akan tidaklah adil sistem pembagian warisan dengan

sistem ini, baik itu dari segi materiil maupun dari segi moril. Namun

sebenarnya dari segi moril anak laki-laki tertua akan sangat rugi dan justru

saudara-saudaranya yang lain yang tidak dapat warisan tersebut yang

beruntung. Hal ini disebabkan, karena anak laki-laki tertua tersebut

103

Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22

April 2019 104

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019

Page 81: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxxi

disamping mendapatkan anugerah haknya, yaitu hak waris harta pusaka

tinggi, ia juga dibebani kewajiban-kewajiban. Kewajiban-kewajiban

tersebutlah yang sesungguhnya sangat berat, kewajiban tersebut adalah

begitu anak laki-laki tersebut menikah maka seluruh tanggung jawab

ayahnya baik keluar ataupun kedalam, beralih kepada si anak laki-laki

tertua tersebut. Misalnya kegiatan keluar adalah gawi adat (pesta adat),

menghadiri undangan perkawinan, kematian, membayar iuran adat (pajak

adat/denda adat) membantu mendirikan rumah, menanam padi, menuai

padi, menanam pohon-pohon di perkebunan, dan lain-lain.

Pada intinya anak laki-laki tertua tersebut akan menjadi wakil dari

rumahnya untuk segala kegiatan yang bersifat keluar baik mengenai

keluarga ataupun biaya. Kebiasaan ini masih berlaku sampai sekarang di

dalam masyarakat adat Lampung Pesisir, karena peran anak tertua laki-laki

dia anggap penting untuk bertanggung jawab pada keluarganya. 105

Sebagai contoh tanggung jawabnya ke dalam adalah anak laki-laki tertua

tersebut bertanggung jawab untuk menghidupi seluruh kebutuhan keluarga

besarnya, bukan hanya keluarga intinya, mengurus orang tuanya yang

masih hidup, mengurus dan membiayai segala keperluan adik-adiknya,

mulai dari membiayai makan, membelikan pakaian, membayar uang

sekolah, sampai adiknya tersebut dewasa, dan pada akhirnya membiayai

perkawinan adika-diknya.

105

Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22

April 2019

Page 82: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxxii

Pada masyarakat Lampung Pesisir dikenal istilah perkawinan jujur

dan perkawinan Semanda. Berdasarkan kedua bentuk perkawinan tersebut

terdapat subjek yaitu pewaris dan ahli waris, objek yaitu harta warisan dan

sistem kewarisan yang meliputi sistem pewarisan kolektif dan sistem

pewarisan mayorat laki-laki. 106

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa proses

pembagian harta waris menurut hukum adat Lampung Pesisir yang dapat

dilihat dari struktur masyarakat adat Lampung Pesisir adalah Patrilinial

yaitu masyarakat yang lebih mengutamakan garis laki-laki dengan bentuk

perkawinan masyarakat patrilinial Alternerend. Karena menganut sistem

kekerabatan patrilinial, maka perkawinannya dilakukan dengan ”jujur”,

sehingga setelah selesai perkawinan isteri harus ikut kepada pihak suami

Subjek kewarisan adalah pewaris dan ahli waris. Pewaris adalah orang

yang memperoleh harta warisan (harta pusaka, dan harta pencaharian)

yang nantinya harta tersebut akan dialihakan kepada ahli warisnya (anak

laki-laki tertua). Sedangkan ahli waris adalah anak laki-laki tertua yang

diberi tanggung jawab oleh orangtuanya untuk menjaga dan memelihara

harta warisan dan dipergunakan sesuai dengan adat yang berlaku pada

masyarakatnya. Objek warisan dalam adat Lampung Pesisir adalah harta

turun temurun dari kakek yaitu, rumah, tanah, perladangan dan seluruh

barang-barang pusaka peninggalan dari kakek dan apabila ayahnya

memiliki harta pencaharian sendiri maka harta tersebut dapat dibagikan

106

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019

Page 83: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxxiii

kepada anak-anaknya bergantung pada keputusan keluarga dengan

menggunakan musyawarah. Sistem pembagian harta waris menurut

masyarakat adat Lampung Pesisir menggunakan sistem pembagian

warisan mayorat laki-laki dengan perkawinan jujur dimana anak laki- laki

tertua yang menerima harta warisan.

Dalam sistem perkawinan diutamakan atas dasar satu kelompok

keturunan (lineage), yaitu keturunan yang saling berkaitan dari nenek

moyang yang sama. Kecuali itu perkawinan didasarkan atas satu garis

keturunan (descent) dengan prinsip patrilinial (garis keturunan ayah).

Prinsip garis keturunan ini memiliki konsekuensi bahwa bagi anak

perempuan yang menikah harus masuk kedalam marga suaminya dan

meninggalkan marga asalnya. Harta warisan dalam kelompok kekerabatan

ini pihak perempuan tidak memiliki hak.

Sistem kekerabatan dalam kehidupan masyarakat adat Lampung

Pesisir pada umumnya menganut prinsip patrilinial dan patrilokal. Dalam

prinsip patrilinial berarti pihak laki-laki yang melamar perempuan dan

kemudian menetap di rumah pihak keluarga atau kerabat laki-laki. Bagi

perempuan (isteri) yang telah menikah secara patrilokal menetap di rumah

keluarga luas suaminya. 107

Apabila sebuah keluarga hanya mempunyai

anak perempuan, maka untuk meneruskan keturunannya dapat di atasi

dengan cara ngakuk ragah (mengambil suami). Disini bisa dilihat, bahwa

anak perempuan tidaklah dianggap sebagai ahli waris. Sebagai catatan

107

Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22

April 2019

Page 84: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxxiv

bahwa suami ini bukan anak pertama dari keluarga asalnya, sebab anak

pertama merupakan penerus keturunan dikeluarganya sendiri. Suami yang

diambil (menantu) itu dalam proses adatnya secara langsung diangkat anak

oleh mertuanya. Bentuk perkawinan semacam ini tidak menggunakan

jujur, akan tetapi hak suami dalam hal waris sejajar dengan isterinya. 108

Sebaliknya, jika dalam perkawinan ini pihak suami tidak diangkat

anak oleh mertuanya, maka kedudukannya dalam keluarga lebih rendah

dari isterinya. Bentuk perkawinan yang terakhir ini pihak laki-laki (suami)

hanya berfungsi untuk meneruskan keturunan belaka (semanda). Bahwa

berdasarkan uraian di atas, pada masyarakat Lampung Pesisir Pagelaran,

sistem pembagian warisan berlaku sistem mayorat laki-laki, sedangkan

sistem pewarisan individual tidak dikenal. Karena harta warisan tidak

dibagikan secara perorangan.

5. Penyelesaian Sengketa Waris dalam Hukum Adat Lampung Pesisir

Pembahasan mengenai harta waris tidak terlepaskan dari

permasalahan yang biasanya terjadi yakni mengenai sengketa Waris dalam

Hukum Adat Lampung Pesisir. Masyarakat Lampung memiliki kehidupan

yang merupakan implementasi tatanan moral yang berlandaskan pada

falsafah hidup Piil Pesanggiri. Piil pesanggiri merupakan sumber

motivasi agar setiap orang Lampung dinamis dalam usaha

memperjuangkan nilai-nilai yang besar, hidup terhormat dan dihargai di

tengah-tengah kehidupan masyarakat.

108

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019

Page 85: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxxv

Menurut Masyarakat adat Lampung Pesisir, piil-pesenggiri

merupakan pandangan hidup yang berfungsi sebagai pedoman bagi

perilaku pribadi dan masyarakat dalam membangun karya-karyanya.

Sebagai konsekuensi untuk memperjuangkan dan mempertahankan

kehormatan dalam kehidupan bermasyarakat, maka sebagai warga

masyarakat berkewajiban untuk menjaga nama dan perilakunya agar

terhindar dari sikap dan perbuatan tercela juga jangan sampai melanggar

Hukum Agama maupun Hukum Negara. 109

Lebih lanjut data hasil temuan juga menemukan sampai saat ini, di

masyarakat Lampung Pesisir sendiri belum ada ditemukan persoalan

sengketa waris yang berakhir ke Pengadilan. Karena ahli waris lain,

khususnya pihak wanita, merasa apabila menuntut haknya berarti mereka

akan mencoreng nama keluarga dengan bersikap tercela, dan hal ini

bertentangan dengan falsafah Piil Pesanggiri. Karena menjaga nama baik

dan harga diri keluarga besar adalah tanggung jawab anggota keluarga bati

(besar) tersebut.

Musyawarah keluarga serumah di lingkungan masyarakat parental,

patrilinial atau matrilineal merupakan kebiasaan yang berfungsi dan

berperanan dalam memelihara dan membina kerukunan hidup

kekeluargaan. Di masa sekarang, sengketa harta warisan tidak saja terjadi

di kalangan masyarakat parental, tetapi juga terjadi di kalangan patrilinial

dan matrilineal, hal mana dikarenakan para anggota masyarakat adat sudah

109

Wawancara terhadap Bapak Muhammad Rusli, Tokoh Adat Lampung Pesisir

Tanggamus pada 22 April 2019

Page 86: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxxvi

lebih banyak dipengaruhi alam fikiran serba kebendaan, sebagai akibat

kemajuan zaman dan timbulnya banyak kebutuhan hidup, seorang

perempuan yang melakukan perkawinan jujur, dan tidak mendapatkan

warisan dari Bapaknya. Sehingga rasa malu, rasa kekeluargaan dan tolong-

menolong sudah semakin surut. 110

Dalam pembagian warisan perlu diperhatikan, bahwa harta

peninggalan tidak akan dibagi-bagi sepanjang masih diperlukan untuk

menghidupi dan mempertahankan berkumpulnya keluarga yang

ditinggalkan. Tetapi dalam kenyataannya, seringkali timbulnya sengketa

warisan di antara anggotaanggota keluarga yang ditinggalkan, apabila para

pihak yang diberi hak untuk menguasai harta peninggalan seringkali

menganggap bahwa harta tersebut merupakan hak atau bagian warisnya.

Oleh karena itu, pada masyarakat Lampung Pesisir apabila terjadi suatu

sengketa, dalam hal penyelesaian masalahnya masyarakat adat selalu

mencari jalan keluar dengan cara kekeluargaan dan musyawarah mufakat

yang menghasilkan suatu keputusan yang dihormati warganya.

C. Pembagian Harta Waris Hukum Adat Lampung Pesisir Menurut

Hukum Islam

Hukum sangat erat hubungannya dengan keadilan. Bahkan ada

pendapat bahwa hukum harus digabungkan dengan keadilan agar benar-

benar berarti sebagai hukum, karena memang tujuan hukum itu adalah

tercapainya rasa keadilan pada masyarakat.111

Sesuai dengan tujuan hukum

110

Wawancara terhadap Bapak Ariansyah, warga Lampung Pesisir Tanggamus pada 22

April 2019 111

M. Agus Santoso, Hukum, Moral, & Keadilan Sebuah Kajian Filsafat Hukum,

Page 87: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxxvii

di atas, baik hukum waris Islam dan hukum waris adat sejatinya menjamin

rasa ketertiban dan keadilan dari masing-masing pihak yang menganutnya.

Di dalam Islam, ketentuan tentang pembagian warisan mendapatkan

perhatian yang besar karena pembagian warisan sering menimbulkan akibat-

akibat yang tidak menguntungkan. Bagian-bagian warisan yang menjadi hak

ahli waris juga telah ditentukan secara rinci dalam Alquran.

Syari‟at Islam telah membuat ketentuan mengenai pewarisan yang

sangat baik, bijaksana, dan adil. Ketentuan tersebut berkaitan dengan

pemindahan harta benda milik seseorang yang ditinggalkan setelah

meninggal dunia kepada ahli warisnya, baik ahli waris perempuan maupun

ahli waris laki-laki. Ketentuan tentang hukum waris tersebut bersumber pada

QS. An-Nisa‟ (4) ayat 11 dan 12. Pada ayat ini Allah memberikan informasi

tentang bagian masing-masing ahli waris ketika pewaris telah meninggal

dunia. Selain ayat yang disebutkan di atas, ayat-ayat Alqur‟an yang berkaitan

tentang hukum waris Islam terdapat pada QS. an-Nisa‟ (4) ayat 7, 8, 33, dan

176. Sedangkan ayat yang berkaitan tentang kedudukan anak angkat dalam

hal kewarisan terdapat pada QS. al-Azhab (33) ayat 4.112

Pembagian harta warisan telah menjadi focus pembahasan dalam

hukum islam dengan ketentuan pembagian yang cukup jelas dan lengkap.

Hukum Islam telah mengatur secara rinci tentang cara-cara menentukan ahli

waris yang berazaskan keadilan, antara kepentingan anggota keluarga dengan

(Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), 91.

112 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), 19-20.

Page 88: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxxviii

kepentingan agama dan masyarakat. 113

Kehadiran hukum kewarisan Islam

dengan sangat tegas menempatkan anak-anak, perempuan, dan laki-laki,

masing- masing memiliki hak untuk menerima bagian sesuai dengan

ketentuan yang telah dibakukan.

Di antara hikmah penetapan bagian waris laki-laki itu sama dengan

bagian waris dua orang perempuan karena selain memerlukan nafkah untuk

dirinya sendiri, laki-laki juga memerlukan nafkah untuk istri, dan

keluarganya. Sedangkan kaum perempuan, dia hanya akan menafkahi dirinya

sendiri, dan jika dia menikah maka nafkah kehidupannya akan dijamin oleh

suaminya. 114

Hukum kewarisan Islam sesuai dengan namanya yakni faraid

dan hukum waris secara umum dan keseluruhan, memiliki nilai yang sangat

filosofis, norma yang sangat mendasar dan baku serta mengandung hikmah

positif yang sangat jelas. Terutama terkait dengan keadilannya di samping

asas-asas kepastian hukum dan asas manfaat.

Asas keadilan dalam hukum kewarisan Islam mengandung pengertian

bahwa harus ada keseimbangan antara hak yang diperoleh ahli waris dengan

kewajiban atau beban kehidupan yang harus ditunaikannya. Karena itu arti

keadilan dalam hukum waris Islam bukan diukur dari kesamaan tingkatan

antara ahli waris, tetapi ditentukan berdasarkan besar-kecilnya beban atau

tanggung jawab diembankan kepada mereka, ditinjau dari keumuman

keadaan manusia. Jika dikaitkan dengan definisi keadilan sebagai

113

Zuhraini, “Perempuan dan Hukum Dalam Masyarakat Hukum Adat Lampung

Sebatin”, Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Volume X, Nomor 2, (November 2017), 7. 114

Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam Dalam Pendekatan Teks dan

Konteks, 109-110. Lihat juga sumber aslinya Rasyid Muhammad Ridha, Tafsir Alquran al-Ahkam

(Tafsir al-Manar), Vol. 4 (t.t: t.p., t.t), 406.

Page 89: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

lxxxix

"keseimbangan antara hak dan kewajiban dan keseimbangan antara yang

diperoleh dengan keperluan dan kegunaan", atau perimbangan antara beban

dan tanggung jawab di antara ahli waris yang sederajat, maka kita akan

melihat bahwa keadilan akan nampak pada pelaksanaan pembagian harta

warisan menurut Islam. 115

Rasio perbandingan 2: 1, tidak hanya berlaku antara anak laki-laki

dan perempuan saja, melainkan juga berlaku antara suami isteri, antara

bapak-ibu serta antara saudara lelaki dan saudara perempuan, yang

kesemuanya itu mempunyai hikmah apabila dikaji dan diteliti secara

mendalam.Dalam kehidupan masyarakat muslim, laki-laki menjadi

penanggung jawab nafkah untuk keluarganya, berbeda dengan perempuan.

Apabila perempuan tersebut belum menikah, maka ia menjadi tanggung

jawab orang tua ataupun walinya. Sedangkan setelah seorang perempuan

menikah, maka ia berpindah akan menjadi tanggung jawab suaminya (laki-

laki).

Di dalam masyarakat muslim, laki-laki menjadi penanggung jawab

nafkah untuk keluarganya. Berbeda dengan perempuan, apabila perempuan

tersebut berstatus gadis, maka ia menjadi tanggung)awab orang tua ataupun

walinya. Sedangkan setelah seorang perempuan menikah, maka ia berpindah

akan menjadi tanggung jawab suaminya (laki-laki). Syariat Islam tidak

mewajibkan perempuan yang telah menikah untuk menafkahkan hartanya

bagi kepentingan dirinya ataupun kebutuhan anak- anaknya, meskipun ia

115

Muhammad Amin Suma, Keadilan Hukum Waris Islam., 122.

Page 90: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xc

tergolong mampu. Sebab yang berkewajiban memberi nafkah berupa tempat

tinggal, makanan dan pakaian keluarga merupakan kewajiban suami.116

Agama Islam datang dengan aturan-aturan yang adil, tidak

membedakan antara ahli waris laki-laki dan perempuan, kecil ataupun besar

semua mendapat bagian. Pembagian harta warisan (pusaka) menurut syariat

Islam (Al-Qur‟an) tunduk kepada yang telah ditetapkan oleh Allah Swt yakni

bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian 2 (dua) orang anak

perempuan atau 2 (dua) berbanding 1 (satu).

Selanjutnya menurut ketentuan Pasal 171 huruf A Kompilasi Hukum

Islam (KHI) menyatakan bahwa hukum kewarisan adalah hukum yang

mengatur tentang pemindahan hak milik harta peninggalan (Tirkah ) pewaris,

menentukan siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya

masing-masing. Kemudian Pasal 176 Bab III KHI menjelaskan tentang besar

bagian untuk seorang anak perempuan adalah setengah ( 1/2 ) bagian; bila 2

(dua) orang atau lebih mereka bersama-sama mendapatkan dua pertiga (2/3)

bagian; dan apabila anak perempuan bersama-bersama dengan anak laki-laki

maka bagiannya adalah 2 (dua) berbanding 1 (satu) dengan anak perempuan.

Pasal 183 KHI menyatakan bahwa para ahli waris dapat bersepakat

melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan, setelah masing-

masing menyadari bagiannya.

Dari uraian tertera di atas, nampak bahwa antara apa yang telah

ditetapkan di dalam ayat Al-Qur‟an dengan yang terdapat dalam KHI

116

Hasani Ahmad Said, “Dekonstruksi Syariah: Menggagas Hukum Waris Perspektif

Jendef", al-„Adalah, Vol. 11, No. 1, (2013), 17-32.

Page 91: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xci

khususnya mengenai besarnya bagian antara anak laki-laki dengan anak

perempuan dalam pembagian harta warisan yang ditinggalkan oleh sipewaris

adalah sama yakni 2 (dua) berbanding 1 (satu). Berhubung oleh karena Al-

Qur‟an dan haidst Nabi hukumnya wajib dan merupakan pegangan /

pedoman bagi seluruh umat Islam dimuka bumi ini, maka ketentuan-

ketentuan pembagian harta warisan ( pusaka ) inipun secara optimis pula

haruslah ditaati dan dipatuhi.

Disamping itu sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman

serta pendapat para ahli dikalangan umat islam, maka hukum waris Islam

dituangkan kedalam suatu ketentuan peraturan yang disebut KHI (Kompilasi

Hukum Islam). Terdapat perubahan-perubahan yang terjadi antara lain

mengenai:

Pasal 209 KHI menyatakan bahwa harta peninggalan anak angkat

dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai dengan Pasal 193 tersebut di atas,

sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberi

wasiat wajiblah sebanyak- banyaknya 1/3 dari harta warisan anak angkat.

Terhadap anak angkat yang menerima wasiat diberi wasiat wajibah

sebanyak-banyaknya 1/3 dari harta wasiat orang tua tuang angkat.

Dari pasal tersebut di atas, bahwa anak angkat yang sebelumnya

menurut Hukum Islam tidak berhak menerima harta warisan orang tua

angkatnya kecuali pemberian-pemberian dan lain-lain, maka sekarang

dengan berlakunya KHI terhadap anak nagkatnya mempunyai hak dan

bagian yang telah ditetapkan yaitu sebesar 1/3 dari harta warisan orang tua

Page 92: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xcii

angkatnya, apabila anak angkat tersebut tidak menerima wasiat Istilah ini

dikenal dengan sebutan wasiat wajibah.

Dalam hukum kewarisan Islam menganut prinsip kewarisan

individual bilateral, bukan kolektif maupun mayorat. Maka dengan demikian

Hukum Islam tidak membatasi pewaris itu dari pihak Bapak ataupun pihak

Ibu saja dan para ahli warispun dengan demikian tidak pula terbatas pada

pihak laki-laki ataupun pihak perempuan saja. Objek warisan dalam Hukum

Islam adalah harta yang berwujud benda, baik benda bergerak, maupun

benda tidak bergerak. Tentang yang menyangkut dengan hak- hak yang

bukan berbentuk benda, oleh karena tidak ada petunjuk yang pasti dari Al-

Qur‟an maupun hadits Nabi, terdapat perbedaan di kalangan ulama berkaitan

dengan hukumnya.

Hal lain yang juga menjadi salah satu pertimbangan dalam

pembagian harta waris dalam islam adalah menyangkut hutang piutang.

Yang menyangkut dengan utang-utang dari yang meninggal, menurut

Hukum Islam dapat diwarisi, dengan arti bukan kewajiban ahli waris untuk

melunasinya dengan hartanya sendiri. Sedangkan yang menjadi objek

warisan dalam Kompilasi Hukum Islam diatur dalam Pasal 171 yakni harta

peninggalan yang merupakan harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang

berupa harta benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya, dan harta

warisan yang merupakan harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama

setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai

Page 93: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xciii

meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajahiz), pembayaran hutang dan

pemberian untuk kerabat.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pembagian harta

waris pada masyarakat adat Lampung Pesisir dikaji menurut Hukum Islam,

dapat dilihat dari sistem kewarisan mayorat laki-laki dalam hukum waris

adatnya, yang menjadi salah satu penyebab anak perempuan bukanlah

dianggap sebagai ahli waris. Sehingga jika ingin mendapat bagian harta

warisan, semua itu tergantung kepada kasih sayang ahli waris, atau dalam hal

ini anak laki-laki tertua. Hal ini tidak sesuai dengan Hukum Islam yang

membagi warisan kepada para ahli waris. Dalam Hukum Islam para ahli

waris adalah mereka yang memiliki hubungan darah dan hubungan

perkawinan, sehingga anak perempuan memiliki kedudukan sebagai ahli

waris, sementara pada Hukum Adat Lampung Pesisir hanya anak laki-laki

tertua saja yang memiliki kedudukan status pewaris.

Seiring dengan perkembangan zaman yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti pernikahan beda suku, faktor pendidikan yang

semakin berkembang, adanya perantauan/migrasi, kemajuan ekonomi, agama

serta sosial masyarakat yang beragam, yang seharusnya dapat mempengaruhi

perkembangan perubahan dalam masyarakat adat Lampung Pesisir di

Kecamatan Talang Padang, namun secara internal kurang terdapat faktor

kesadaran dan kebangkitan individu yang masih memegang teguh adat

istiadatnya khususnya dalam hal pembagian warisan.

Page 94: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xciv

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pembagian warisan pada masyarakat Lampung Pesisir di

Kecamatan Talang Padang menggunakan sistem pewarisan mayorat laki-

laki yaitu lebih mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan,

karena anak laki-laki adalah penerus keturunan bapaknya yang ditarik dari

satu bapak asal yang disebut “anak punyimbang”, sedangkan anak

perempuan disiapkan untuk menjadi anak orang lain yang akan

memperkuat keturunan orang lain. Apabila keluarga tidak memiliki anak

laki-laki maka keluarga tersebut mengadopsi anak laki-laki dari kerabatnya

yang kurang mampu. Hubungan kekerabatan anak yang telah diangkat

tersebut dengan orang tua kandungnya terputus kecuali hubungan darah.

Apabila hanya memiliki anak perempuan dan tidak ingin keturunannya

terputus maka pihak perempuan akan mengambil anak laki-laki untuk

dijadikan suami anak perempuannya. Dalam hal ini pihak keluarga

perempuan melakukan upacara adat pengangkatan anak laki-laki tersebut

dengan ditandai oleh pemberian gelar dalam upacara adat. Setelah

perkawinan kedudukan suami dan isteri terhadap penggunaan harta

Page 95: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xcv

warisan adalah sejajar, sedangkan yang berhak menguasai harta warisan

adalah anak laki-laki dari keturunan mereka.

2. Pembagian warisan adat lampung pesisir di Kecamatan Talang Padang

Kabupaten Tanggamus ini tidak sesuai dengan sistem kewarisan Islam

yang membagi warisan kepada para ahli waris berdasarkan Hukum Islam.

Pada Hukum Islam para ahli waris adalah mereka yang memiliki hubungan

darah dan hubungan perkawinan, sehingga anak perempuan memiliki

kedudukan sebagai ahli waris, sementara pada Hukum Adat Lampung

Pesisir hanya anak laki-laki tertua saja yang memiliki kedudukan untuk

mewaris.

B. Saran

1. Penulis berharap agar masyarakat adat Pesisir Lampung di

Kecamatan Talang Padang Kabupaten Tanggamustetap menjaga

dan melestarikan adat dan budaya yang diwariskan nenek

moyang.

2. Namun khusus masalah waris, penulis menyarankan agar para

orangtua sebaiknya menyelesaikan permasalahan waris dengan

menggunakan hukum Islam di mana hukum Islam telah

mengatur dengan adil dan terperinci mengenai hukum waris

karena dengan mengikuti pembagian secara Islam dapat

menghindari perselisihan antar anggota keluarga akibat sengketa

waris.

Page 96: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xcvi

Page 97: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xcvii

Page 98: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xcviii

Page 99: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

xcix

Page 100: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

c

Page 101: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

ci

Page 102: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cii

Page 103: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

ciii

Page 104: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

civ

Page 105: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cv

Page 106: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cvi

Page 107: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cvii

Page 108: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cviii

Page 109: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cix

Page 110: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cx

Page 111: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxi

Page 112: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxii

Page 113: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxiii

Page 114: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxiv

Page 115: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxv

Page 116: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxvi

Page 117: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxvii

Page 118: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxviii

Page 119: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxix

Page 120: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxx

Page 121: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxxi

Page 122: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxxii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Yenni Oktavia, lahir pada tanggal

13 Oktober 1974 di Gisting, dari pasangan Bapak H. Ahyat

Kamil dan Ibu Yulida. Peneliti merupakan anak pertama

dari lima bersaudara. Peneliti menikah dengan Pansuri pada

tanggal 20 Desember 1995. Peneliti telah dikaruniai putra-

putri 6 orang.

Peneliti menyelesaikan pendidikan formalnya di SD Negeri 1 Talang

Padang, lulus pada tahun 1987, kemudian melanjutkan pada SMP Islam

Assyafi‟iyah 04 Jakarta Timur, lulus pada tahun 1990, kemudian melanjutkan

pada SMA Islam Assyafi‟iyah 02 Jakarta Timur, lulus pada tahun 1993.

Selanjutnya peneliti melanjutkan pendidikan pada Program Studi Akhwalus

Syakhsyiyyah (AS) Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro dimulai pada Semester I Tahun Ajaran

2015/2016, yang kemudian pada Tahun 2017, STAIN Jurai Siwo Metro beralih

status menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung, sehingga

Program Studi Akhwalus Syakhsyiyyah (AS) Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam

berubah menjadi Akhwalus Syakhsyiyyah (AS) Fakultas Syari‟ah.

Page 123: SKRIPSI PROSES PEMBAGIAN WARISAN ADAT LAMPUNG …...Hukum kewarisan adalah hukum-hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta

cxxiii