skripsi persepsi mahasiswa tentang pelanggaran …

121
i SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN HAK CIPTA ATAS KARYA TULIS (STUDI KASUS PADA MAHASISWA JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH ANGKATAN 2014 FAKULTAS SYARIAH IAIN METRO) Oleh: NGABDUL KHODIR NPM. 14124589 JURUSAN : HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS : SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1440 H / 2018 M

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

i

SKRIPSI

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN HAK

CIPTA ATAS KARYA TULIS (STUDI KASUS PADA

MAHASISWA JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

ANGKATAN 2014 FAKULTAS SYARIAH IAIN METRO)

Oleh:

NGABDUL KHODIR

NPM. 14124589

JURUSAN : HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS : SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

METRO

1440 H / 2018 M

Page 2: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

ii

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN HAK

CIPTA ATAS KARYA TULIS (STUDI KASUS PADA

MAHASISWA JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

ANGKATAN 2014 FAKULTAS SYARIAH IAIN METRO)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

NGABDUL KHODIR

NPM. 14124589

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

Pembimbing I : Drs. A. Jamil, M.Sy.

Pembimbing II : Wahyu Setiawan, M.Ag.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

METRO

1440 H / 2018 M

Page 3: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

iii

Page 4: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

iv

Page 5: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

v

Page 6: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

vi

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN HAK CIPTA

ATAS KARYA TULIS (STUDI KASUS PADA MAHASISWA JURUSAN

HUKUM EKONOMI SYARIAH ANGKATAN 2014 FAKULTAS SYARIAH

IAIN METRO)

ABSTRAK

Oleh:

NGABDUL KHODIR

Pelanggaran Hak Cipta atas kaya tulis banyak dilakukan oleh mahasiswa

dan menjadi sebuah fenomena yang sulit untuk dihentikan. Persepsi merupakan

sudut pandang atau penilaian yang dilakukan oleh seseorang terhadap suatu hal

atau objek tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa

tentang pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis dan faktor-faktor apa yang

mempengaruhi persepsi mahasiswa tentang pelanggaran Hak Cipta atas karya

tulis. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat deskriptif.

Sumber primer yang menjadi informan yaitu mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi

Syariah angkatan 2014 Fakultas Syariah IAIN Metro dengan teknik purposive

sampling. Sumber sekunder penelitian ini meliputi buku dan jurnal yang

membahas tentang HAKI dan Hak Cipta, buku dan jurnal psikologi yang

membahas tentang persepsi, Undang-Undang Hak Cipta, Fatwa HAKI, artikel dan

sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data

menggunakan metode wawancara semiterstruktur dan dokumentasi. Sedangkan

teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif dengan berfikir induktif.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat beberapa persepsi yang

diungkapkan oleh mahasiswa selaku responden tentang pelanggaran Hak Cipta

atas karya tulis yaitu persepsi yang mengatakan bahwa pelanggaran Hak Cipta

karya tulis yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan hal yang biasa saja, wajar,

normal, dan tidak masalah untuk dilakukan. Dalam mempersepsikan hal tersebut

responden dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari karakteristik pribadi dalam

hal ini yaitu sikap kepribadian yang buruk karena responden cenderung menyukai

dan tidak perduli ataupun mempermasalahkan dengan pelanggaran yang ada.

Sedangkan persepsi lainnya memandang bahwa tindakan pelanggaran Hak Cipta

yang dilakukan mahasiswa merupakan hal yang tidak pantas untuk dilakukan,

tindakan tersebut merupakan suatu hal yang buruk dan akan memberikan dampak

negatif pada pelakunya. Dalam mempersepsikan hal tersebut responden

dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari karakteristik pribadi yaitu berupa sikap

kepribadian yang baik karena responden cenderung tidak menyukai dan tidak

menerima dengan pelanggaran yang ada.

Kata Kunci : Persepsi, Hak Cipta, Karya Tulis

Page 7: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

vii

Page 8: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

viii

MOTTO

اااسالناٱتبخسواااولا شياءهماولاتعثواافياٱأ رضي

يناال دي اا١٨٣مفسي

اArtinya: “Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan

janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat

kerusakan.”(QS. As-Syu’araa’ [26] : 183)1

“Sebagaimana anda memperlakukan orang lain, maka demikianlah mereka akan

memperlakukan anda”

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 Edisi Revisi, (Surabaya :

Karya Agung Surabaya, 2006), h. 256.

Page 9: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

ix

PERSEMBAHAN

Dengan memohon ridha Allah SWT kupersembahkan skripsi ini kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Jamari dan Ibu Julaiyah yang sangat

kuhormati, yang telah mengasuh, mendidik, membimbing, mendoakan

serta memberikan dukungan materil dan moril.

2. Kakakku tercinta, Dr. Hasan Basri, M.Ag, Rofikoh, dan Anik Arista, yang

selalu memberikan dorongan dalam menyelesaikan studiku.

3. Bapak Drs. A. Jamil, M.Sy. dan Bapak Wahyu Setiawan, M.Ag selaku

pembimbing I dan II.

4. Sahabat-sahabatku yang telah membantu, memberikan motivasi dan

inspirasi.

5. Rekan-rekan Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014, terutama

kelas A yang telah bersama bahu membahu berjuang menyelesaikan

pendidikan ini.

6. Almamaterku Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, Fakultas

Syariah, Jurusan Hukum Ekonomi Syariah.

Page 10: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

x

KATA PENGANTAR

Rasa syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas taufik hidayah

dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu bagian dari persyaratan untuk

menyelesaikan pendidikan Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah

IAIN Metro guna memperoleh gelar SH. (Sarjana Hukum).

Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag. selaku Rektor

IAIN Metro, Bapak Husnul Fatarib, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah, Bapak

Sainul, SH, MA. selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, kepada Bapak

Drs. A. Jamil, M.Sy. dan Bapak Wahyu Setiawan, M.Ag. selaku pembimbing

yang telah memberikan bimbingan yang sangat berharga dalam mengarahkan dan

memberikan motivasi. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan

Ibu Dosen/Karyawan IAIN Metro yang telah memberikan ilmu pengetahuan

sarana dan prasarana selama peneliti menempuh pendidikan juga telah

menyediakan waktu dan fasilitas sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian

ini. Tidak kalah pentingnya, rasa sayang dan terima kasih peneliti haturkan

kepada ayah dan ibu yang senantiasa mendo’akan dan memberi dukungan dalam

menyelesaikan pendidikan.

Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan

diterima dengan lapang dada. Akhirnya semoga hasil penelitian yang telah

dilakukan ini kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan

sosial.

Metro, 27 Agustus 2018

Ngabdul Khodir

NPM. 14124589

Page 11: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

NOTA DINAS ................................................................................................. iv

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

HALAMAN ORISINILITAS PENELITIAN .............................................. vii

HALAMAN MOTTO .................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................... 11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 12

1. Tujuan Penelitian ........................................................................... 12

2. Manfaat Penelitian ......................................................................... 12

D. Penelitian Relevan ................................................................................ 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Persepsi Mahasiswa ............................................................................. 16

1. Pengertian Persepsi ........................................................................ 16

2. Proses Terjadinya Persepsi ............................................................. 18

Page 12: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xii

3. Macam-Macam Bentuk Persepsi.................................................... 20

4. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi ................................ 23

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ................................. 24

6. Perbedaan Persepsi ......................................................................... 26

B. Hak Cipta ............................................................................................. 28

1. Pengertian Hak Cipta ..................................................................... 28

2. Subjek Hak Cipta ........................................................................... 28

3. Fungsi, Sifat dan Tujuan Hak Cipta ............................................... 29

4. Hak-Hak yang Tercakup dalam Hak Cipta .................................... 30

5. Ciptaan yang Dilindungi ................................................................ 32

6. Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta ......................................... 35

C. Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya Tulis Menurut Undang-Undang... 36

D. Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya Tulis Menurut Perspektif Hukum

Islam ..................................................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian ..................................................................... 52

1. Jenis Penelitian ............................................................................... 52

2. Sifat Penelitian ............................................................................... 52

B. Sumber Data ......................................................................................... 53

1. Sumber Data Primer ....................................................................... 53

2. Sumber Data Sekunder ................................................................... 54

C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 54

Page 13: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xiii

1. Metode Interview (Wawancara) ..................................................... 54

2. Metode Dokumentasi ..................................................................... 55

D. Teknik Analisis Data ............................................................................ 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deksripsi Wilayah Penelitian ............................................................... 57

B. Persepsi Mahasiswa Tentang Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya

Tulis ..................................................................................................... 67

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa Tentang

Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya Tulis ............................................ 99

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 105

B. Saran ..................................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 14: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xiv

DAFTAR GAMBAR

1. Proses Terjadinya Persepsi ................................................................... 19

2. Struktur Organisasi Fakultas Syariah ................................................... 63

3. Diagram Batang Jumlah Mahasiswa .................................................... 66

Page 15: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Alat Pengumpul Data

2. Out Line

3. Surat Prasurvey

4. Surat Balasan Prasurvey

5. Surat Izin Research

6. Surat Tugas

7. Lembaran Disposisi Tempat Research

8. Balasan Permohonan Data Penelitian

9. Surat Bebas Pustaka

10. Surat Keterangan Pembimbing Skripsi

11. Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi

12. Dokumentasi Wawancara

13. Riwayat Hidup

Page 16: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) telah

menjadi sebuah fenomena di masyarakat Indonesia bahkan cenderung ke

arah yang semakin memprihatinkan. Banyak kalangan masyarakat bahkan

tak terkecuali dari kalangan akademisi yang tidak menghargai atau tidak

perduli dengan adanya suatu karya cipta seseorang. Terlebih lagi di era

yang serba canggih ini dengan dukungan teknologi yang kian memadai

semakin mempermudah seseorang untuk melakukan pelanggaran terhadap

Hak Atas Kekayaan Intelektual tersebut.

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) adalah “konsepsi yang

sederhana dan logis. Sebab pada intinya ia mengatur tentang penghargaan

atas karya orang lain yang berguna bagi masyarakat”.1 Hak Atas Kekayaan

Intelektual (HAKI) merupakan sebuah hasil karya yang berhubungan

dengan penalaran ide dan gagasan seseorang. Hak Atas Kekayaan

Intelektual yang dimaksud disini adalah Hak Cipta. Tidak semua manusia

memiliki hak atas sebuah penciptaan jika manusia tersebut tidak membuat

suatu karya yang dijadikan sebagai objek Hak Cipta, diperlukan ide,

gagasan dan kreativitas yang luar biasa untuk menghasilkan sesuatu karya

yang tentunya luar biasa juga.

1 Nurhidayati, Kesadaran Hukum Kekayaan Intelektual, (Bandar Lampung : Pusaka

Media, 2017), h. 62.

Page 17: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

2

Hak Cipta adalah “hak eksklusif pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan

dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan”.2 Hak Cipta diberikan kepada

pencipta atas karya ciptanya, orang/kelompok/badan hukum yang

menerima hak tersebut dari pemegangnya, atau orang/kelompok/badan

hukum yang menerima Hak Cipta dari orang/kelompok/badan hukum yang

diserahi Hak Cipta oleh pemegangnya.

Hak kepemilikan didapatkan secara otomatis begitu seseorang

menghasilkan sebuah karya cipta. Tidak ada keharusan untuk

mendaftarkannya pada suatu badan pengelola HAKI. Undang-Undang

Hak Cipta melindungi pencipta terlepas ia mendaftarkan ciptaannya atau

tidak.3 Akan tetapi, Hak Cipta yang terdaftar akan sangat berguna untuk

proses penyelesaian jika terjadi pelanggaran terhadap Hak Cipta tersebut.

Hak Cipta bukan melindungi suatu ide atau konsep, tetapi melindungi

bagaimana ide atau konsep itu diekspresikan dan dikerjakan. Tidak

diperlukan pengujian, tetapi karya harus original, dibuat sendiri, bukan

copy dari sumber lain, dan penciptanya harus berkontribusi tenaga dan

keahlian.4

Peraturan perundang-undangan mengenai Hak Cipta telah

mengalami beberapa perubahan diantaranya Undang-Undang Hak Cipta

Nomor 6 Tahun 1982 diganti dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

2 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 1 Ayat (1). 3 Adrian Sutendi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), h. 118. 4 Nurhidayati, Kesadaran Hukum., h. 35.

Page 18: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

3

1987 diganti kembali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997

kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2002 dan yang

terakhir adalah Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

yang hingga saat ini masih diberlakukan. Selain itu dalam hukum Islam

juga diatur melalui Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 1/MUNAS

VII/MUI/5/2005 yang mengharamkan segala bentuk pelanggaran terhadap

Hak Cipta.

Hak Cipta melindungi bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

Karya-karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra pada

dasarnya adalah karya intelektualitas manusia yang dilahirkan sebagai

perwujudan kualitas rasa, karsa dan ciptanya. Karya-karya seperti itu pada

akhirnya selain memiliki arti sebagai karya yang secara fisik hadir di

tengah-tengah manusia juga hadir sebagai sarana pemenuhan kebutuhan

batiniah setiap orang. Dengan semakin banyak, semakin besar, dan

semakin tinggi kualitas karya-karya seseorang pada akhirnya akan

memberikan nilai terhadap harkat dan martabat manusia yang melahirkan

karya tersebut dan kehidupan manusia pada umumnya.5 Kualitas dan

jumlah dalam menciptakan dan menghasilkan suatu karya juga menjadi

penentu atas tingginya status sosial yang akan dimiliki pencipta karya

tersebut. Selain itu juga sebuah karya yang indah dan disukai oleh banyak

orang juga memiliki nilai tersendiri, termasuk kepuasan secara batin si

pencipta, rasa senang dan bangga atas karya yang telah diciptakannya.

5 Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), h. 186-187.

Page 19: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

4

Hak Cipta dalam hukum Islam dipandang sebagai salah satu hak

kekayaan (huquq maaliyah) yang mendapat perlindungan hukum

sebagaimana kekayaan (maal). Islam hanya mengakui dan melindungi

karya cipta yang selaras dengan norma dan nilai-nilai yang ada di

dalamnya.6 Jadi, apabila suatu karya cipta bertentangan dengan nilai-nilai

Islam, maka ia tidak diakui sebagai karya cipta dan tidak ada bentuk

perlindungan apapun untuknya.

Salah satu hasil ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan yaitu

karya tulis yang biasanya diwujudkan dalam berbagai macam bentuk

seperti buku, makalah, skripsi, tesis, disertasi dan lainnya. Menurut

Wahbah Zuhaili dalam Agus Suryana bahwa “Hak Cipta karya tulis (haq

al-ta’lif) merupakan kepemilikan karya bagi seorang penulis yang

terpelihara secara syar’i”.7

Hak Cipta terpelihara sebab kedudukannya sama seperti halnya

dengan hak-hak kebendaan lainnya, sehingga pihak lain tidak

diperbolehkan menggunakan tanpa seizin pemiliknya. Dalam Hak Cipta

terkandung di dalamnya berupa hak ekonomi (haq al-iqtishad) dan hak

moral (haq al-adabi). Mengenai hak ekonomi (haq al-iqtishadi) maka

setiap pembuat karya cipta berhak untuk mendapakan materi dari karya

ciptanya. Sedangkan hak moral (haq al-adabi) menjadi tanggung jawab

setiap pembuat karya, pencipta mempunyai hak untuk disebukan namanya

6 Agus Suryana, “Hak Cipta Perspektif Hukum Islam”, Al Mashlahah Jurnal Hukum dan

Pranata Sosial Islam, Vol 3, No. 05/2015, h. 268. 7 Ibid., h. 251.

Page 20: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

5

ketika ciptaannya dikutip seseorang, menurut Imam Al-Qurthuby hal

tersebut merupakan salah satu keberkahan ilmu.8

Sedangkan dalam peraturan Undang-Undang, hak ekonomi

merupakan “hak eksklusif pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk

mendapat manfaat ekonomi atas ciptaan”.9 Hak tersebut diantaranya

meliputi hak untuk penerbitan ciptaan, penggandaan ciptaan dalam segala

bentuk, penerjemahan ciptaan, pengumuman ciptaan, pertunjukan ciptaan,

pendistribusian ciptaan/salinan, dan lain-lain.10 Hal itu menunjukkan

bahwa dengan menciptakan sesuatu maka pencipta memiliki hak untuk

memperoleh keuntungan atas ciptaannya.

Bagi setiap orang yang melaksanakan hak-hak ekonomi harus

mendapakan izin terlebih dahulu dari pencipta atau pemegang Hak Cipta.11

Setiap orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang Hak Cipta dilarang

melakukan penggandaan atau penggunaan secara komersial suatu

ciptaan,12 apabila seseorang melakukannya maka telah melakukan

pelanggaran terhadap Hak Cipta. Ketidakpahaman terhadap hak ekonomi

pencipta menimbulkan kerugian bagi pencipta jika ciptaannya dengan

mudah digandakan tanpa izin dari pencipta untuk kepentingan komersial.

Adanya Undang-Undang Hak Cipta tersebut membuat para pencipta lebih

optimis terhadap karya ciptanya sendiri.

8 Ibid., h. 251-252. 9 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 8. 10 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 9 Ayat (1). 11 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 9 Ayat (2). 12 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 9 Ayat (3).

Page 21: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

6

Namun di dalam Undang-Undang Hak Cipta terdapat pula

pembatasan Hak Cipta yaitu terkait perbuatan yang tidak dianggap sebagai

pelangggaran Hak Cipta. Pasal 44 ayat 1 tertulis bahwa penggandaan

secara seluruh atau sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai

pelanggaran Hak Cipta jika sumbernya disebutkan atau dicantumkan

secara lengkap untuk keperluan: pendidikan, penelitian, penulisan karya

ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

dengan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta atau

pemegang Hak Cipta.13 Lebih lanjut terkait pembatasan Hak Cipta dalam

pasal 46 ayat 1 bahwa penggandaan untuk kepentingan pribadi atas ciptaan

yang telah dilakukan pengumuman dapat dibuat sebanyak 1 (satu) salinan

tanpa izin pencipta atau pemegang Hak Cipta.14 Namun yang perlu

digarisbawahi apabila penggandaan tersebut mendatangkan keuntungan

karena dikomersialkan maka hal tersebut melanggar Hak Cipta.

Selain Hak Ekonomi dalam Hak Cipta terkandung pula hak moral,

dalam pengaturan Undang-Undang hak moral diartikan sebagai “hak yang

melekat secara abadi pada diri pencipta untuk tetap dicantumkan namanya

sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum”.15 Misalnya

dalam hal ini pada penulisan suatu karya ilmiah dengan mengutip karya

orang lain maka harus dicantumkan nama penulis/pencipta asli. Di dalam

Undang-Undang Hak Cipta dikatakan bahwa penggunaan secara seluruh

atau sebagian yang substansial seperti halnya untuk keperluan penulisan

13 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 44 Ayat (1). 14 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 44 Ayat (1&2). 15 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 5 Ayat (1).

Page 22: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

7

karya ilmiah tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila

sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap.16 Pencantuman

tersebut harus dilakukan secara jelas dan penggunaannya tidak merugikan

kepentingan yang wajar dari penciptanya.

Hak moral dari si pencipta yang dilanggar oleh tindakan

plagiarisme17 dalam hal peniadaan nama pencipta yang tercantum pada

ciptaan tentunya merugikan si pencipta asli. Dengan dilanggarnya hak

tersebut maka si pencipta kehilangan haknya untuk diketahui sebagai

pencipta dari penciptaan yang di plagiat tersebut.

Pelanggaran hak pencipta dalam tindakan plagiarisme terjadi

karena dalam tindakan plagiarisme si plagiator tidak mencantumkan nama

dari si pencipta pada tulisannya tersebut dan membuat seolah-olah tulisan

tersebut hasil murni dari pemikirannya. Dari hal ini dapat disimpulkan

bahwa dalam suatu tindakan plagiarisme telah terjadi suatu pelanggaran

terhadap hak moral dari si pencipta. Pelanggaran terhadap hak moral

tersebut sangat merugikan bagi reputasi dan kehormatan si pencipta dan

integritas dari ciptaan tersebut. Undang-Undang Hak Cipta memakai

ukuran kualitatif, tidak lagi berdasarkan ukuran kuantitatif. Ini berarti, jika

pengutipan dilakukan pada bagian yang paling substansial dan khas yang

menjadi ciri dari ciptaan tanpa izin dari penciptanya, meskipun pengutipan

16 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 44 Ayat (1). 17 Plagiarisme berasal dari kata “plagiat” yang berarti pengambilan karangan orang lain

dan menjadikannya seolah karangan sendiri. Plagiarisme merupakan penjiplakan yang melanggar

Hak Cipta, lihat dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 775.

Page 23: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

8

kurang dari sepuluh persen, maka pelanggaran terhadap Hak Cipta yang

dinamakan plagiat telah terjadi.18

Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan.19 Persepsi dapat dikatakan sebagai proses penilaian

seseorang terhadap suatu hal melalui panca indera yang dimilikinya.

Persepsi merupakan sebuah aktivitas yang integrated maka seluruh apa

yang ada dalam diri individu seperti halnya perasaan, pengalaman,

kemampuan berpikir, dan aspek-aspek yang ada dalam diri individu ikut

berperan dalam mempersepsikan sesuatu. Namun dalam mempersepsikan

suatu hal antara seseorang dengan yang lainnya seringkali memiliki

persepsi yang berbeda. Perbedaan persepsi tersebut dapat disebabkan oleh

faktor-faktor tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi menurut

Sarlito Wirawan yaitu:

1. Perhatian

2. Set

3. Kebutuhan

4. Sistem nilai

5. Ciri kepribadian

6. Gangguan kejiwaan20

Salah satu tugas dari perguruan tinggi seperti halnya IAIN Metro

yang diperuntukkan bagi mahasiswa adalah kewajiban untuk membuat

18 Eddy Damian, “Plagiat dan Pembajakan Sebagai Pelanggaran Hukum Hak Cipta”,

Indonesian Journal of International Law, Vol.3 No.2 Januari 2006, h. 203. 19 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 99. 20 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT. Bulan Bintang,

1996), h. 43-44.

Page 24: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

9

karya tulis/karya ilmiah. Seiring dengan tugasnya dalam proses

pembelajaran, mahasiswa tidak pernah lepas dari tugas membuat makalah

maupun tugas akhir/skripsi. Mahasiswa sebagai kelompok intelektual

seharusnya mampu menjadi teladan bagi generasi muda lainnya yaitu

dengan berperilaku jujur dan bertanggung jawab.

Namun jika melihat fenomena yang ada di lapangan sering

ditemukan perilaku mahasiswa yang kurang baik, yaitu guna memenuhi

tugas dari dosen dengan waktu yang terbatas dan demi nilai yang bagus

mahasiswa sering melakukan pelanggaran terkait Hak Cipta. Realitas ini

pun juga terjadi pada mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

angkatan 2014 Fakultas Syariah IAIN Metro. Lebih lanjut penelitian ini

akan menjadikan mahasiswa tersebut sebagai subjek penelitian, ada

beberapa alasan yang perlu dikemukakan mengapa mahasiswa Jurusan

Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014 yang dijadikan sebagai subjek

penelitian diantaranya karena background mereka sebagai mahasiswa

hukum, mahasiswa tersebut telah mempelajari matakuliah Hak Atas

Kekayaan Intelektual, dan mahasiswa tersebut saat ini rata-rata tengah

mengerjakan tugas akhir yaitu skripsi.

Berdasarkan pra survei yang peneliti lakukan, peneliti menemukan

permasalahan terkait Hak Cipta atas karya tulis yaitu mahasiswa

melakukan plagiarisme atas sumber, yakni dengan tidak mencantumkan

sumber referensi kutipan yang digunakan ke dalam suatu karya tulis,

referensi tersebut berasal dari buku atau jurnal di internet, mengutip atau

Page 25: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

10

menyalin suatu bagian dari dokumen elektronik (internet) tanpa menyebut

sumber kutipan, dan mengutip atau menyalin artikel dari internet dengan

mengcopy-paste kan tulisan secara keseluruhan tanpa adanya perubahan

atau pemaknaan kembali dan tidak disertai sumber rujukan maupun

sumber rujukan asli.21 Dilakukan sengaja maupun tidak sengaja tindakan

tersebut merugikan dan melanggar Hak Cipta dari pencipta asli.

Meskipun pelanggaran terhadap Hak Cipta atas karya tulis nyata

dilakukan, namun setiap mahasiswa memiliki persepsi yang berbeda

terhadap pelanggaran tersebut. Berdasarkan hasil pra survei melalui

wawancara kepada sebagian mahasiswa Hesy Angkatan 2014 terdapat

beberapa persepsi, diantaranya:

1. Y.S., mengatakan bahwa:

Pengertian Hak Cipta adalah Hak Kekayaan Intelektual yang diberikan

kepada seseorang atas ciptaannya baik itu buku dan sebagainya.

Pelanggaran Hak Cipta yaitu mengutip tanpa mencantumkan pencipta,

menggandakan suatu ciptaan untuk disebarluaskan tanpa izin. Kalau

saya melanggar soal perujukan atau dalam pengutipan karena faktor

malas dan tidak terlalu pedulikan tentang Hak Cipta, karena ketentuan

di Undang-Undang juga tidak ada pengaruhnya bagi saya.22

21 Wawancara dengan 5 Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan 2014

(Y.S., N.S., R.L.F., R.Sy., A.N.S.) Senin, 12 Maret 2018 di Kampus IAIN Metro. 22 Wawancara dengan Y.S., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 21 Mei 2018, di Kampus IAIN Metro.

Page 26: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

11

2. R.L.F., mengatakan bahwa:

Hak Cipta yaitu hak atas suatu ciptaan karya seseorang. Pelanggaran

Hak Cipta yaitu menggandakan buku yang sudah tertulis Hak Cipta,

memperjual belikan barang hasil penggandaan, dan plagiat. Kaitannya

dengan penulisan sumber secara tidak benar saya tahu bahwa itu

melanggar Hak Cipta tapi dikarenakan malas mencari dan dari pada

pusing jadi yang terpenting bisa selesai.23

Berdasarkan permasalahan yang ada dan dari persepsi tersebut,

peneliti ingin melakukan penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi yang

berjudul “Persepsi Mahasiswa Tentang Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya

Tulis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

Angkatan 2014 Fakultas Syariah IAIN Metro)”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut, rumusan masalah yang dapat

peneliti kemukakan adalah:

1. Bagaimanakah persepsi mahasiswa tentang pelanggaran Hak Cipta atas

karya tulis?

2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa tentang

pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis tersebut?

23 Wawancara dengan R.L.F., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 21 Mei 2018, di Kampus IAIN Metro.

Page 27: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui persepsi mahasiswa tentang pelanggaran Hak

Cipta atas karya tulis.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

mahasiswa tentang pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis?

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi satu kajian

dan menambah khasanah terkait pelanggaran Hak Cipta atas karya

tulis dalam lingkup keilmuan hukum ekonomi syariah.

b. Secara Praktis

1) Manfaat Bagi Mahasiswa

Untuk memperluas wawasan mahasiswa terkait Hak Cipta

karya tulis sehingga diharapkan nantinya mahasiswa dapat

menghindarkan diri dari tindakan pelanggaran Hak Cipta atas

karya tulis, selain itu penelitian ini dapat dijadikan sebagai

referensi bagi penelitian selanjutnya.

2) Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

Sebagai bahan informasi terkait pelanggaran Hak Cipta

Karya Tulis sehingga Perguruan Tinggi dapat turut

meminimalisir terjadinya tindakan pelanggaran yang dilakukan

oleh mahasiswa.

Page 28: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

13

3) Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

masyarakat mengenai Hak Cipta khususnya karya tulis,

sehingga masyarakat dapat bersikap kritis jika terjadi suatu

pelanggaran terhadap Hak Cipta.

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan sama halnya dengan tinjauan pustaka (prior

research) berisi tentang uraian mengenai hasil penelitian terdahulu tentang

persoalan yang akan dikaji. Terdapat beberapa penelitian yang

berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam pembahasan atau

topik penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kajian pustaka lapangan ini,

penulis memaparkan perkembangan berupa karya ilmiah terkait dengan

pembahasan penulis, diantaranya:

1. Skripsi yang ditulis oleh Wahyuning Utami dengan judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Lagu dan Musik Ditinjau

Dari Konsep Hifdzul Maal”. Penelitian ini menjelaskan mengenai

konsep hifdzul maal, perlindungan yang diberikan terhadap Hak Cipta

atas lagu dan musik berdasarkan konsep hifdzul maal adalah mengarah

kepada maqasid syariah (tujuan ditetapkannya syari’at), yakni untuk

menjaga harta yang diperoleh atas suatu ciptaan agar digunakan

sebagaimana mestinya sesuai dengan ajaran Islam. Hifdzul maal

(menjaga harta) juga dapat berfungsi untuk mencegah beberapa tindak

Page 29: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

14

kejahatan, seperti pencurian dan mengambil serta menggunakan hak

milik orang lain tanpa izin pemegang hak.24

2. Skripsi yang ditulis oleh Eko Purwanto dengan judul “Wakaf Hak

Cipta dalam Perspektif Hukum Islam”. Penelitian ini menjelaskan

tentang konsep terhadap Hak Cipta sebagai harta benda wakaf, dalam

Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pasal (3) bahwa

Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak. Kaitannya dengan hal

tersebut, maka dengan eksistensinya itu, Hak Cipta dapat menjadi harta

benda wakaf.25

3. Skripsi yang ditulis oleh Suci Ristia Rahayu dengan judul

“Pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Menurut

Perspektif Wahbah Az-Zuhaili”. Penelitian ini menjawab pandangan

hukum Islam khususnya dalam pandangan Wahbah Az-Zuhaili terkait

dengan pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Menurut

Wahbah Az-Zuhaili pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual

(HAKI) hukumnya adalah haram, dikatakan haram karena pelanggaran

Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) tersebut dipersamakan dengan

konsep pelanggaran hak milik atau kepemilikan menurut Wahbah Az-

Zuhaili, yang mana pelanggaran tersebut hukumnya haram karena

termasuk ke dalam perbuatan dzalim dan dapat merugikan pihak lain

yaitu pemilik hak. Adapun keharaman tersebut dapat dianalogikan

24 Wahyuning Utami, “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Lagu dan Musik

Ditinjau Dari Konsep Hifdzul Maal”, Skripsi, Jurusan Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Jurai Siwo Metro, 2016. 25 Eko Purwanto, “Wakaf Hak Cipta dalam Perspektif Hukum Islam”, Skripsi, Jurusan

Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Jurai Siwo Metro, 2013.

Page 30: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

15

dengan Qs. An-Nisa ayat 29 tentang larangan memakan harta orang

lain secara batil, serta Qs. Al-Maidah ayat 38 terkait dengan hukuman

potong tangan bagi pencuri, yang dipertegas dengan adanya hadits

yang menjelaskan tentang perkara serupa.26

Penelitian yang peneliti lakukan memiliki objek kajian yang sama

seperti ketiga skripsi diatas yaitu kajian di bidang kekayaan intelektual/

Hak Cipta, namun fokus penelitian yang peneliti lakukan ini berbeda

karena yang diteliti adalah terkait pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis

serta untuk mengetahui bagaimana persepsi mahasiswa tentang

pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis dan faktor apa yang turut

mempengaruhi mahasiswa dalam mempersepsikan tentang pelanggaran

Hak Cipta atas karya tulis. Penelitian ini diuraikan dalam sebuah karya

ilmiah yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Tentang Pelanggaran Hak

Cipta Atas Karya Tulis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Hukum

Ekonomi Syariah Angkatan 2014 Fakultas Syariah IAIN Metro)”.

26 Suci Ristia Rahayu, “Pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Menurut

Perspektif Wahbah Az-Zuhaili”, Skripsi, Jurusan Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Jurai Siwo Metro, 2016.

Page 31: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi Mahasiswa

1. Pengertian Persepsi

Persepsi dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) diartikan

“proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya.”1

Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan. Persepsi memberikan stimulasi inderawi (sensory

stimuli). Sensasi menerima stimuli melalui panca indera dan persepsi

memaknai stimuli dengan bantuan kalbu.2

Beberapa pakar mendefinisikan persepsi, diantaranya:

a. Bimo Walgito

Persepsi adalah “suatu proses yang di dahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.”3

b. Irwanto

Persepsi adalah “proses diterimanya rangsang (objek, kualitas,

hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari

dan dimengerti.”4

1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1997), h. 759. 2 Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 99. 3 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 87-88. 4 Irwanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002), h. 71.

Page 32: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

17

c. Jalaluddin Rahmat

Persepsi adalah “pengalaman tentang objek atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan pesan.

Secara singkat, persepsi adalah memberikan makna pada stimulus

inderawi (sensori stimuly).”5

d. Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab

Persepsi adalah “kemampuan membeda-bedakan,

mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek

rangsang.”6

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa persepsi

adalah suatu pemahaman/tanggapan, cara pandang, tindakan, gambaran

yang diberikan seseorang terhadap suatu hal berdasarkan apa yang

dialami, dilihat dan dirasakan sehingga dapat diperoleh adanya suatu

kesimpulan.

Mahasiswa adalah “peserta didik pada jenjang Pendidikan

Tinggi”.7 Diartikan pula sebagai “Orang yang belajar di Perguruan

Tinggi”.8

Jadi yang dimaksud mahasiswa adalah seseorang yang sedang

menempuh pendidikan di perguruan tinggi dalam proses menimba ilmu

sesuai dengan fokus keilmuan yang di pilihnya.

5 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 50. 6 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (Dalam

Perspekif Islam), (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 89. 7 Undang-undang Republik Indonesia No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi,

Pasal 1 ayat (15). 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar., h. 613.

Page 33: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

18

Setelah menguraikan tentang persepsi dan mahasiswa diatas, maka

dapat dipahami bahwa persepsi mahasiswa adalah suatu

pemahaman/tanggapan, cara pandang, tindakan, gambaran oleh seseorang

yang sedang menempuh pendidikan pada jenjang perguruan tinggi

terhadap suatu hal melalui panca indera yang dimilikinya sehingga dapat

diperoleh suatu kesimpulan atas apa yang dipahami.

2. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi diawali adanya stimulus yang diterima

individu dari luar dirinya. Stimulus tersebut sebelum menjadi persepsi

terlebih dahulu mengalami proses dalam diri individu. Proses tersebut

melibatkan unsur fisiologis dan psikologis orang yang bersangkutan.

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab menjelaskan

terkait proses terjadinya persepsi, yaitu:

Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia

luar yang ditangkap oleh organ tubuh yang bisa digunakan sebagai

alat bantu yang dinamakan alat indra kemudian masuk ke dalam

otak. Di dalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya

terwujud dalam sebuah pemahaman. Pemahaman ini yang kurang

lebih disebut persepsi.9

Bimo Walgito juga menjelaskan proses terjadinya persepsi yang

kurang lebih sama dengan pendapat diatas, menurutnya proses terjadinya

persepsi adalah sebagai berikut:

Objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera

atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik).

Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf

sensorik ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian

9 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu., h. 86.

Page 34: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

19

terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu apa menyadari

apa yang dia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat dari

stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau

pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologi. Dengan

demikian proses terakhir dari proses persepsi ialah individu

menyadari dengan apa yang diterima melalui alat indera atau

reseptor.10

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa proses

terjadinya persepsi melalui tiga tahapan, yaitu proses kealaman (fisik),

proses fisiologis, dan proses psikologis. Sedangkan tahapan terakhir dari

proses persepsi adalah individu menyadari dengan obyek persepsi yang

diterima dari alat indera atau reseptor. Proses ini merupakan proses

terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi yang sebenarnya.

Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu

dalam berbagai macam bentuk. Dalam proses tersebut, stimulus yang

diterima indvidu tidak hanya satu stimulus saja, melainkan berbagai

macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Secara skematis

menurut Bimo Walgito dikemukakan sebagai berikut:

Gambar 1.

Proses Terjadinya Persepsi

10 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi., h. 90.

St St

St

St

Respon

Fi

Sp

Page 35: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

20

St = Stimulus (faktor luar)

Fi = Faktor intern (faktor dalam, termasuk perhatian)

Sp = Struktur pribadi individu11

Gambar di atas, menjelaskan bahwa proses terjadinya persepsi

individu didorong oleh faktor stimulus dari luar (St) dan faktor dari dalam

individu, meliputi perhatian dan struktur kepribadian. Individu menerima

berbagai macam stimulus yang datang dari luar dirinya. Tetapi tidak

semua stimulus diberikan respon melainkan hanya stimulus yang menarik

bagi individu tersebut yang akan diberikan respon. Individu mengadakan

seleksi terhadap stimulus dari luar yang mengenainya dan disinilah

berperannya perhatian. Sebagai akibat dari stimulus yang dipilih dan

diterima oleh individu, maka selanjutnya individu akan menyadari dan

memberi respon sebagai reaksi terhadap stimulus itu.

3. Macam-Macam Bentuk Persepsi

Bentuk persepsi merupakan suatu pandangan yang berdasarkan

penilaian atas suatu obyek yang terjadi kapanpun dan dimanapun apabila

stimulus telah mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif

tersebut mencakup proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut

pengalaman yang bersangkutan. Dalam menerima stimulus kemampuan

manusia sangatlah terbatas sehingga manusia tidak mampu memproses

suatu stimulus yang ditangkapnya, ini berarti bahwa meskipun sering

11 Ibid., h. 91.

Page 36: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

21

disadari stimulus yang akan di persepsi selalu dipilih dengan stimulus

yang relevan dan mempunyai makna lain. Ada dua macam bentuk persepsi

yaitu persepsi yang bersifat positif dan persepsi yang bersikap negatif:

a. Persepsi positif

Persepsi positif ialah persepsi atau pandangan tentang suatu obyek

dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang mempersepsikan

tersebut cenderung menerima obyek yang ditangkapnya karena merasa

sesuai dengan pribadinya.

b. Persepsi negatif

Persepsi negatif ialah persepsi atau pandangan tentang suatu obyek

yang menunjukkan pada keadaan dimana subyek yang

mempersepsikan tersebut cenderung menolak atas obyek yang

ditangkapnya karena tidak sesuai dengan pribadinya.12

Persepsi positif terjadi apabila objek yang dipersepsi sesuai dengan

penghayatan dan dapat diterima secara rasional dan emosional maka

manusia akan mempersepsikan positif atau cenderung menyukai dan

menanggapi sesuai objek yang dipersepsikan. Sedangkan persepsi negatif

terjadi apabila tidak sesuai dengan penghayatan maka persepsinya negatif

atau cenderung menjauhi, menolak, menanggapinya secara berlawanan

terhadap objek persepsi tersebut. Dapat dikatakan bahwa persepsi itu baik

yang positif maupun persepsi yang negatif akan selalu mempengaruhi diri

seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Munculnya persepsi baik itu

12 Melvin Alfagusya Rare dan Surdin, “Identifikasi Obyek Wisata Pantai Tanjung Kayu

Angin di Desa Liku Kecamatan Samaturu Kabupaten Kolaka”, Jurnal Pendidikan Geografi,

Volume 1 Nomor 1 April 2017, h. 4.

Page 37: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

22

yang positif maupun yang negatif semua itu tergantung pada individu

dalam menggambarkan segala pengetahuannya tentang suatu obyek yang

dipersepsi.

Penyebab munculnya persepsi positif seseorang karena adanya

kepuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya,

adanya pengetahuan individu, serta adanya pengalaman individu terhadap

objek yang dipersepsikan. Sedangkan penyebab munculnya persepsi

negatif seseorang dapat muncul karena adanya ketidakpuasan individu

terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya ketidaktahuan

serta tidak adanya pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan

dan sebaliknya.

Selain dari bentuk persepsi positif dan negatif terdapat pula bentuk

persepsi yang lainnya, bentuk persepsi ini merupakan suatu tanggapan

seseorang terhadap suatu hal dalam bentuk penilaian, diantaranya;

a. Persepsi baik

Persepsi baik terjadi ketika seseorang menilai suatu hal mempunyai

nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan yang memberi kepuasan.

Sesuatu dianggap sebagai suatu kebenaran apabila sesuai dengan

norma dan aturan yang ada.

b. Persepsi buruk

Persepsi buruk terjadi ketika seseorang dalam menilai sesuatu hal

yang tidak baik, tidak seperti yang sehausnya, tak sempurna, dibawah

standar, kurang dalam nilai, tak mencukupi, keji, jahat, tak bermoral,

Page 38: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

23

tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima, yang

tercela dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma

masyarakat yang berlaku. Dapat dikatakan bahwa persepsi buruk

adalah suatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik.

4. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Persepsi

Saat melakukan persepsi individu mengorganisasikan dan

menginterprestasikan stimulus yang diterimanya sehingga stimulus

tersebut mempunyai arti bagi individu yang bersangkutan. Dengan

demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan salah satu faktor

yang berperan dalam persepsi. Berkaitan dengan faktor-faktor yang

berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor,

diantaranya:

a. Adanya objek yang dipersepsikan

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat dari luar dan langsung mengenai alat indera

(reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf

penerima (sensoris), yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima

stimulus, disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat

untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan

syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan sebagai alat untuk

mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

Page 39: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

24

c. Adanya Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu

diperlukan pula adanya perhatian yang merupakan langkah pertama

sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa adanya

perhatian maka tidak akan terjadi persepsi.13

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Selain dari pada faktor yang berperan dalam persepsi, terdapat pula

faktor yang mempengaruhi persepsi itu sendiri. Menurut Robins dalam

Maropen Simbolon, faktor yang mempengaruhi tersebut ada 3 (tiga),

diantaranya:

a. Faktor yang berasal dari karakteristik pribadi pemersepsi seperti; sikap,

motif (dorongan dalam bertingkah laku karena adanya kebutuhan yang

ingin dipenuhi), kepentingan (keperluan), pengalaman (Sesuatu yang

pernah dialami dan sejauh mana seseorang mengingat kejadian lampau

untuk mengetahui suatu rangsangan) dan pengharapan (harapan dapat

dikatakan sebagai keinginan terhadap sesuatu dan itu mempengaruhi

terhadap persepsi stimulus). 14 Jadi dalam hal ini apabila seseorang

melihat sesuatu dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa

yang dilihatnya itu tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli akan

tetapi ditentukan dan dipengaruhi oleh karakteristik individual si

pemersepsi yang dalam hal ini yang lebih relevan yang mempengaruhi

13 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi., h. 89-90. 14 Maropen Simbolon, “Persepsi dan Kepribadian”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2,

No. 1, Maret 2008, h. 55.

Page 40: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

25

ialah sikap, motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan

(ekspektasi).

b. Faktor situasional seperti; waktu, keadaan/tempat dan keadaan sosial.15

Dalam hal ini cara individu mempersepsikan sesuatu tidak hanya

tergantung pada rangsangan fisik tetapi juga terpengaruh pada

rangsangan yang berhubungan dengan keadaan lingkungan sekitar

individu yang bersangkutan. Persepsi tersebut dilihat secara kontekstual

yang berarti situasi dimana persepsi tersebut timbul.

c. Faktor dalam target seperti; hal-hal yang masih baru, gerakan, bunyi,

suara, ukuran, latar belakang, keadaan dan kesamaan.16 Faktor dalam

target ini berkaitan dengan stimulus yang memiliki karakteristik yang

sifatnya menonjol maka akan lebih menarik perhatian si pemersepsi.

Target ini berkaitan dengan obyek yang tengah dipersepsikan, karena

akan membentuk cara pandang seseorang.

Sedangkan Menurut Miftah Toha dalam Hasmiati, faktor-faktor

yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal (dari dalam) diantaranya prasangka, keinginan atau

harapan, perhatian, proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan,

nilai dan kebutuhan, minat dan motivasi dari pemersepsi. 17 Faktor-

faktor tersebut terdapat dalam diri masing-masing tiap individu. Apa

yang menjadi perhatian bagi seseorang belum tentu menjadi perhatian

15 Ibid. 16 Ibid. 17 Hasmiati, “Analisis Persepsi Masyarakat Kawasan Adat Amma Toa Kajang Terhadap

Muhammadiyah”, Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, Vol. V No. 1 Mei 2017, h. 147- 148.

Page 41: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

26

bagi orang lain dan sebaliknya. Ada kecenderungan bagi seseorang

untuk melihat apa yang ingin ia lihat dan mendengar apa yang ingin ia

dengar. Perbedaan dalam membentuk persepsi timbul dari faktor yang

ada dari dalam tiap individu yang mempunyai akibat tentang apa yang

diperhatikan dalam menghadapi situasi tertentu.

b. Faktor eksternal (dari luar) diantaranya latar belakang keluarga,

informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar,

intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal yang

baru dan familiar ataupun ketidak asingan dari suatu objek bagi

pemersepsi.18 Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi tersebut

merupakan karakteristik dari lingkungan dan objek-objek yang terlibat

dengannya, elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang

seseorang yang merasakan atau menerimanya. Misalnya dari segi

intensitas, semakin besar intensitas stimulus dari luar semakin besar

pula hal itu dapat dipahami hal tersebut juga berlaku untuk ukuran.

Kemudian keberlawanan, dapat dikatakan bahwa apabila stimuli luar

yang penampilannya berlawanan dengan latar belakangnya atau

sekelilingnya atau yang sama sekali di luar sangkaan orang banyak

akan menarik banyak perhatian.

6. Perbedaan Persepsi

Telah diketahui bahwa dalam kehidupan ini pasti selalu ada

perbedaan persepsi. Banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

18 Ibid.

Page 42: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

27

sosial dan faktor tersebut dapat berubah-ubah, maka seringkali

menyebabkan perbedaan persepsi baik antar individu, individu dengan

kelompok, maupun perbedaan persepsi antar kelompok. Adapun hal-hal

yang menyebabkan perbedaan persepsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perhatian

Biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsangan yang ada di sekitar

kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau

dua objek saja.

b. Set

Kesiapan mental seseorang untuk menghadapi sesuatu rangsangan yang

akan timbul dengan cara tertentu.

c. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri

seseorang, mempengaruhi persepsi orang tersebut. Dengan demikian

kebutuhan-kebutuhan yang berbeda menyebabkan pula perbedaan

persepsi.

d. System nilai

System nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula

terhadap persepsi. Misalnya anak-anak yang berasal dari keluarga

miskin mempersepsikan mata uang logam lebih besar dari ukuran yang

sebenarnya. Namun gejala ini tidak terdapat pada anak-anak yang

berasal dari keluarga kaya.

e. Tipe kepribadian

Tipe kepribadian juga akan mempengaruhi persepsi. Misalnya, Frida

dan Linda bekerja disuatu kantor yang sama dibawah spengawasan satu

orang atasan. Frida bertipe tertutup (introvert) dan pemalu , sedangkan

Linda lebih terbuka (extrovert) dan peraya diri. Sangat mungkin Frida

akan mempersepsi atasanya sebagai tokoh yang menakutkan dan perlu

dijauhi, sementara buat Linda bosnya itu orang biasa saja yang dapat

diajak bergaul seperti orang biasa lainnya.

f. Gangguan kejiwaan

Gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan persepsi yang

disebut halusinasi.19

19 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) h.

103-106.

Page 43: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

28

B. Hak Cipta

1. Pengertian Hak Cipta

Hak Cipta adalah “hak eksklusif pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan

dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan”.20 Hak Cipta merupakan salah

satu jenis Hak Kekayaan Intelektual, namun hak cipta berbeda secara

mencolok dari Hak Kekayaan Intelektual lainnya seperti Hak Paten, yang

memberikan hak monopoli atas penggunaan invensi, karena Hak Cipta

bukan merupakan hak monopoli untuk melakukan sesuatu, melainkan hak

untuk mencegah orang lain yang melakukannya.21

Pada dasarnya, Hak Cipta merupakan hak untuk menyalin suatu

ciptaan. Hak cipta memungkinkan bagi pemegang hak tersebut untuk

membatasi penggandaan tidak sah atas suatu ciptaan.

2. Subjek Hak Cipta

Pada dasarnya seseorang yang membuahkan/menghasilkan karya

tertentu adalah seorang pemilik Hak Cipta. Pencipta adalah seorang atau

beberapa orang secara bersama-sama yang dari inspirasinya lahir suatu

ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecepatan,

20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 1 Ayat (1). 21 Wiji Suwarno, Perpustakaan dan Buku, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), h. 96.

Page 44: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

29

keterampilan, atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk khas dan

bersifat pribadi.22

Orang yang menciptakan sesuatu bentuk ciptaan tertentu, dianggap

dialah yang memiliki Hak Cipta tersebut kecuali ditentukan lain. Dalam

konteks hukum yang dianggap pencipta adalah orang yang namanya

disebutkan dalam ciptaan atau diumumkan sebagai pencipta pada suatu

ciptaan, juga orang yang namanya terdaftar dalam daftar umum ciptaan

dan pengumuman resmi.23

Dalam Undang-Undang Hak Cipta pasal 1 ayat (4) bahwa

pemegang Hak Cipta adalah “pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak

yang menerima hak tersebut secara sah dari pencipta, atau pihak lain yang

menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara

sah”.

3. Fungsi, Sifat, dan Tujuan Hak Cipta

Hak Cipta berfungsi sebagai hak eksklusif bagi pencipta atau

pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya

yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa

mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku (pasal 1 ayat 1). Yang dimaksud hak eksklusif dalam hal ini adalah

bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan hak

22 Muhamad Djumhana Djubaedillah, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, dan

Prakteknya di Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 64. 23 Ibid.

Page 45: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

30

tersebut. Sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan Hak

Cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang Hak Cipta.24

Sifat Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak. Hak Cipta dapat

beralih atau dialihkan, baik seluruhnya maupun sebagian karena

pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, dan sebab-sebab lain yang

dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan. Hak Cipta yang dimiliki

oleh pencipta dapat menjadi milik ahli warisnya atau lainnya setelah

penciptanya meninggal dunia. Beralihnya Hak Cipta tidak dapat dilakukan

secara lisan, tetapi harus dilakukan secara tertulis baik dengan maupun

tanpa akta notaris.

Tujuan berlakunya Undang-Undang Hak Cipta dilihat dari fungsi

dan sifatnya adalah sebagai berikut:

a. Menjamin hak eksklusif seorang pencipta guna mengendalikan

penggunaan karyanya pada periode tertentu.

b. Menjamin hak monopoli seorang penerbit guna menerbitkan dan

menjual suatu karya dalam wilayah tertentu.

c. Menyediakan suatu kompensasi financial (royalty) sebagai imbalan

kepada para pengarang/ pencipta atas karya kreatif mereka.

d. Mendorong kemajuan seni dan ilmu pengetahuan di negeri yang

bersangkutan dalam rangka menunjang perkembang ekonomi, social,

dan kebudayaannya. 25

4. Hak-Hak yang Tercakup dalam Hak Cipta

a. Hak Eksklusif

Hak eksklusif adalah hak yang hanya diperuntukkan bagi

pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak

24 Nurhidayati, Hak Kekayaan Intelektual dan Perlindungan Konsumen, (Bandar

Lampung : Pusaka Media, 2017), h. 12. 25 Burhanuddin S., Hukum Bisnis Syariah, (Yogyakarta : UII Press Yogyakarta, 2011), h.

212.

Page 46: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

31

tersebut tanpa izin pencipta.26 Pemegang Hak Cipta yang bukan

pencipta hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif berupa hak

ekonomi. Beberapa hak eksklusif yang diberikan kepada pemegang

Hak Cipta adalah hak untuk:

1) Membuat salinan atau reproduksi ciptaan dan menjual hasil salinan

tersebut (termasuk pada umumnya salinan elektronik).

2) Mengimpor dan mengekspor ciptaan.

3) Menciptakan karya turunan dan terivatif atas ciptaan (mengadaptasi

ciptaan).

4) Menampilkan atau memamerkan ciptaan didepan umum.

5) Menjual atau mengalihkan hak eksklusif teraebut kepada orang atau

pihak lain. 27

Yang dimaksud dengan “hak eksklusif” dalam hal ini adalah

bahwa hanya pemegang hak ciptalah yang bebas melaksanakan Hak

Cipta tersebut. Sementara orang atau pihak lain dilarang melaksanakan

Hak Cipta tersebut tanpa persetujuan pemegang Hak Cipta.28 Konsep

tersebut juga berlaku di Indonesia. Di Indonesia, hak eksklusif

pemegang Hak Cipta termasuk kegiatan menerjemahkan,

mengadaptasi, mengaransemen, mengalih wujudkan, menjual,

menyewakan, meminjamkan, mengimpor, memamerkan,

mempertunjukkan ke publik, menyiarkan, merekam, dan

mengkomunikasikan ciptaan kepada publik melalui sarana apapun.

b. Hak Ekonomi dan Hak Moral

Hak Cipta di Indonesia mengenal konsep “hak ekonomi” dan

“hak moral”. Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat

26 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Penjelasan Pasal 4. 27 Nurhidayati, Hak Kekayaan., h. 12. 28 Ibid.

Page 47: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

32

ekonomi atas suatu ciptaan yang telah diciptakannya.29 Hak ekonomi

dari seorang pencipta ini kaitannya untuk mengizinkan atau melarang

orang lain untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya. Hak

ekonomi ini meliputi hak penggandaan (reprodution right), hak

penyebarluasan (distribution right), hak adaptasi (adaptation right),

hak pertunjukan (public performane right), hak penyiaran

(broadcasting right), dan hak pinjam masyarakat (public lending

right).30

Hak moral adalah hak-hak yang melindungi kepentingan pribadi

si pencipta. Pemilikan atas hak cipta dapat di pisahkan kepada pihak

lain, tetapi hak moralnya tetap tidak terpisahkan dari penciptanya. Hak

moral merupakan hak yang khusus serta kekal yang dimiliki pencipta

atas hasil ciptaannya, dan hak itu tidak dipisahkan dari penciptanya.31

Secara umum, hak moral mencakup hak agar ciptaan tidak diubah atau

dirusak tanpa persetujuan dan hak untuk diakui sebagai pencipta

ciptaan tersebut.

5. Ciptaan yang Dilindungi

Perlindungan terhadap Hak Cipta dibagi dalam beberapa bidang,

diantaranya bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

29 Nurhidayati, Hak Kekayaan., h. 13. 30 Muhamad Djumhana, Djubaedillah, Hak Milik., h. 67. 31 Ibid., h. 74.

Page 48: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

33

a. Ilmu Pengetahuan (sciense)

Ilmu pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui atau

akan diketahui berkenaan dengan suatu hal.32 Karya ilmiah merupakan

suatu bentuk ilmu pengetahuan yang diterjemahkan dalam bentuk

tulisan sehingga orang lain yang membaca dapat memahaminya.

Sebuah karya ilmiah dapat digolongkan kepada penciptaan dan dapat

menjadi Hak Cipta apabila karya tersebut benar-benar orisinil dan

murni dari hasil pemikiran dan hasil kerja kerasnya sendiri, misalnya

buku, makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan karya-karya tulis lain yang

berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

b. Seni (art)

Seni adalah sesuatu yang elok atau indah, merupakan sebuah

karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa.33

Seni merupakan sebuah ekspresi dari seseorang yang memiliki

kemampuan ataupun bakat sejak lahir yang dituangkan dalam suatu

media dalam berbagai macam bentuk yang memiliki nilai keindahan,

seni merupakan salah satu cara terbaik bagi seseorang untuk

mencurahkan perasaan, gagasan, dan apapun yang ada dalam dirinya.

c. Sastra (literary)

Sastra diartikan sebagai bahasa (kata-kata gaya bahasa). Kata

sastra dalam bahasa Indonesia merujuk kepada “kesusastraan” yang

32 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), h. 1181. 33 Ibid., h. 1087.

Page 49: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

34

berarti sebuah karya kesenian yang diwujudkan dengan bahsa (seperti

halnya gubahan-gubahan prosa dan puisi yang indah-indah.34

Undang-Undang Hak Cipta telah memberikan beberapa kriteria

mengenai hasil ciptaan yang diberikan perlindungan oleh Hak Cipta

sebagai berikut:

Ciptaan yang di lindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,

seni, dan sastra yang mencakup:

1. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua

hasil karya tulis lain;

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan dan ilmu pendidikan dan

ilmu pengetahuan;

4. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

5. Drama, drama musikal; tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran,

kaligrafi, seni pahat, patung, kolase;

7. Karya seni terapan;

8. Karya arsitektur;

9. Peta;

10. Karya seni batik atau seni motif lain;

11. Karya fotografi;

12. Potret;

13. Karya sinematografi;

14. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,

aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi;

15. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi

ekspresi budaya tradisional;

16. Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat di baca

dengan program komputer maupun media lainnya;

17. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut karya

asli;

18. Permainan video dan;

19. Program komputer.

a. Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilindungi sebagai

ciptaan tersendiri dengan tidak mengurangi Hak Cipta atas

ciptaan asli

b. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 an ayat 2,

termasuk perlindungan terhadap ciptaan yang tidak atau belum

34 Ibid., h. 1037.

Page 50: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

35

dilakukan pengumuman tetapi sudah diwujudkan dalam bentuk

nyata yang memungkinkan penggandaan ciptaan tersebut.35

6. Jangka Waktu Perlindungan Hak Cipta

Hak cipta berlaku dalam jangka waktu berbeda-beda dalam

yuridiksi yang berbeda untuk jenis ciptaan yang berbeda. Masa berlaku

tersebut juga dapat bergantung pada apakah ciptaan tersebut diterbitkan

atau tidak diterbitkan.

Di Indonesia, jangka waktu perlindungan hak ekonomi adalah

sepanjang hidup penciptanya ditambah 70 tahun setelah pencipta

meninggal dunia, apabila dimiliki oleh 2 orang atau lebih maka

perlindungan berlaku selama hidup pencipta yang meinggal dunia paling

akhir dan berlangsung selama 70 tahun sesudahnya. Sedangkan

perlindungan dalam jangka 50 tahun sejak diumumkan apabila dimiliki

atau dipegang oleh badan hukum.36

Sedangkan untuk perlindungan Hak Moral dalam UUHC yaitu

tanpa batas waktu untuk tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan

namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk

umum; menggunakan nama aliasnya atau samarannya; mempertahankan

haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi

ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau

reputasinya. Sedangkan perlindungan hak moral dalam hal mengubah

ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; mengubah judul

35 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 40. 36 Undang-undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 58 ayat (2) dan (3).

Page 51: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

36

dan anak judul pada ciptaan yaitu selama berlangsungnya jangka waktu

Hak Cipta.

C. Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya Tulis Menurut Undang-Undang

Pasal 40 Undang-Undang No. 28 tahun 2014 telah menentukan jenis-

jenis ciptaan yang dilindungi, ciptaan tersebut meliputi karya di bidang ilmu

pengetahuan, seni, dan sastra. Karya ilmu pengetahuan atau scientific work

meliputi: buku, program komputer, pamflet, perwajahan atau lay out, karya

tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain, ceramah, kuliah, pidato,

dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu; alat peraga yang dibuat untuk

kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, arsitektur, dan peta.

Karya ilmu pengetahuan memiliki media tertulis, baik yang berupa

buku juga karya tulis ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi, dan makalah

maupun artikel yang dimuat di internet, jurnal, bulletin, majalah atau koran.37

Pada esensinya Hak Cipta adalah perlindungan hukum terhadap hak

eksklusif si pencipta terhadap ciptaannya yang mencakup kepentingan ekonomi

dan kepentingan moralnya, sesuai pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Hak eksklusif tersebut sesungguhnya adalah

mencakup keseluruhan hak dan semua jenis hak yang melekat kepada si

pencipta sebagai konsekuensi hukum dari pengerahan intelektualnya.38

Pelanggaran berarti tindakan yang melanggar Hak Cipta, seperti

halnya penggunaan Hak Cipta yang merupakan hak milik pribadi seorang

37 Yuliana Diah Warsiki Susi Irianti, “Perlindungan Hak Moral Dalam Hukum Hak

Cipta”, Jurnal Hukum dan Masyarakat, Vol. 13 No. 3 Agustus 2014, h. 31. 38 Eddhie Praptono, “Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Cipta Lagu Ditinjau

Dari UU No. 19 Tahun 2002” Jurnal SOSEKHUM, Vol.4 No. 6 Maret 2009, h. 33.

Page 52: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

37

pencipta tanpa izin. Apabila seseorang mencuri barang milik orang lain yang

diperolehnya dengan kerja keras atau menggunakannya tanpa izin termasuk

dalam tindak kejahatan. Pelanggaran terhadap Hak Cipta pada dasarnya

meliputi 2 (dua) macam yaitu pelanggaran terhadap hak ekonomi dan hak

moral dari seorang pencipta/pemegang Hak Cipta.

Secara singkat hak ekonomi adalah terkait mengijinkan atau melarang

orang lain untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya. Pada

hakekatnya hak ekonomi yaitu mencakup semua kepentingan ekonomi si

pencipta yang mungkin saja dialihkan kepada pihak lain. Walaupun terkesan

kedua hak itu diperlakukan berbeda, namun dalam melihat Hak Cipta secara

utuh, maka eksistensi kepentingan moral dan kepentingan ekonomi tetap harus

dilihat dalam satu kesamaan yang tidak dapat dipandang secara terpisah dari

awalnya untuk menentukan “kepatutan” dari sifat kepemilikan tersebut.39

Sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang Hak Cipta,

pencipta atau pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan

haknya dalam hal penerbitan ciptaan; penggandaan ciptaan dalam segala

bentuk; penerjemahan ciptaan; pengadaptasian, pengaransemenan, atau

pentransformasian ciptaan; pendistribusian ciptaan atau salinannya;

pertunjukan ciptaan, pengumuman ciptaan, komunikasi ciptaan, dan

penyewaan ciptaan.40

Sejauh menyangkut hak ekonomi, pencipta memiliki hak untuk

mengeksploitasi karya tulisnya, baik melalui penerbitan dalam buku maupun

39 Ibid, h. 33-34. 40 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 9 Ayat (1).

Page 53: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

38

pemuatannya dalam media publikasi ilmiah maupun majalah popular lainnya,

dengan begitu pencipta dapat memperoleh royalty dari penerbitan bukunya

atau mendapat honorarium atas pemuatan artikelnya di media, selain itu royalty

juga bisa di dapat dengan cara penggandaan. Penerbitan dan penggandaan

seperti itu tentu akan memberikan tambahan income bagi penciptanya.41

Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 pasal 9 ayat (3)

tertulis bahwa setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana

diatas wajib mendapat izin pencipta atau pemegang Hak Cipta, dan setiap

orang yang tanpa izin pencipta atau pemegang Hak Cipta dilarang melakukan

pembajakan dan penggandaan dalam segala bentuk untuk kepentingan

komersial.42 Menurut pasal 1 ayat (12) penggandaan adalah “proses, perbuatan,

atau cara menggandakan satu salinan ciptaan dan/atau fonogram atau lebih

dengan cara dan dalam bentuk apapun, secara permanen atau sementara”.43

contohnya penggandaan /pengcopyan buku. Akan tetapi terdapat suatu

pembatasan Hak Cipta yang terdapat dalam pasal 44 ayat (1) poin a

memberikan pengecualian dimana penggandaan untuk keperluan pendidikan

tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta jika menyebutkan sumbernya.44

Kemudian pasal 46 menyebutkan, “Penggandaan untuk kepentingan pribadi

atas ciptaan yang telah dilakukan pengumuman hanya dapat dibuat sebanyak 1

(satu) salinan dan dapat dilakukan tanpa izin pencipta atau pemegang Hak

41 Yuliana Diah Warsiki Susi Irianti, “Perlindungan Hak., h. 31-32. 42 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 9 Ayat (3). 43 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 1 Ayat (12). 44 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 44 Ayat (1).

Page 54: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

39

Cipta”.45 Undang-Undang Hak Cipta. Ketentuan tersebut berlaku untuk seluruh

jenis karya cipta dibidang ilmu pengetahuan seperti halnya buku dan karya

tulis dalam bentuk lainnya.

Penggandaan/pengcopyan terhadap buku-buku yang kemudian

dikomersialkan membawa kepada pelanggaran terhadap hak ekonomi seorang

pencipta atau pemegang Hak Cipta. Segala bentuk usaha pemakaian hak

ekonomi dengan memanfaatkan hasil karya orang lain yang mendatangkan

keuntungan bagi seseorang tanpa memperoleh izin dari pencipta karya dapat

dikategorikan sebagai tindak pelanggaran Hak Cipta.

Pelanggaran Hak Cipta dari segi hak ekonomi melalui penggandaan

dalam segala bentuk yang bersifat komersial dikenai sanksi pidana berupa

pidana penjara dan/atau pidana denda yaitu maksimal 10 (sepuluh) tahun dan

minimal 1 (satu) tahun penjara, sedangkan pidana dendanya maksimal Rp.

4.000.000.000,- (empat milyar rupiah) dan minimal Rp.100.000.000,- (seratus

juta rupiah).46

Berkaitan dengan hak moral sebagaimana yang terdapat dalam

Undang-Undang diartikan sebagai hak yang melekat secara abadi pada diri

pencipta untuk tetap dicantumkan namanya sehubungan dengan pemakaian

ciptaannya untuk umum.47 Dalam pengaturan Undang-Undang Hak Cipta

terdapat pembatasan Hak Cipta yaitu terkait penggunaan, pengambilan,

penggandaan, pengubahan suatu ciptaan, dan produk terkait secara seluruh atau

45 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 46 Ayat (1). 46 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 113 Ayat (3). 47 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 5 Ayat (1) Huruf (a).

Page 55: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

40

sebagian yang substansial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta jika

sumbernya disebutkan atau dicantumkan secara lengkap untuk keperluan:

1. Pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan

kepentingan yang wajar dari pencipta atau pemegang Hak Cipta;

2. Keamanan serta penyelenggaraan pemerintahan, legislatif, dan peradilan;

3. Ceramah yang hanya untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan; atau

4. Pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran dengan ketentuan

tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.48

Sementara itu, secara eksplisit dalam aturan Undang-Undang Hak

Cipta menyebutkan bentuk-bentuk pelanggaran terhadap hak moral antara lain

sebagai berikut:49

1. Peniadaan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan

2. Penggantian atau pengubahan judul ciptaan

3. Pengubahan isi ciptaan

4. Peniadaan atau perubahan terhadap informasi elektronik tentang manajemen

hak pencipta

5. Pengrusakan, peniadaan, atau membuat tidak berfungsi sarana control

teknologi sebagai pengaman hak pencipta.

Hak moral memberi jaminan perlindungan terhadap pencipta untuk

dicantumkan namanya dalam ciptaan dan dihargai dengan cara tidak mengubah

atau memutilasi yang berpotensi merugikan integritas pencipta. Dalam hal ini,

yang marak terjadi ditengah kaum akademisi yaitu tindakan plagiat atas suatu

karya tulis milik orang lain untuk kebutuhan dalam penulisan karya ilmiah.

48 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 44 ayat (1). 49 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta Pasal 5 & 6.

Page 56: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

41

Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam

memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu

karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan/atau

karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa

menyatakan sumber secara tepat dan memadai.50

Pada dasarnya suatu tindakan dapat dituntut sebagai suatu tindakan

plagiat yang melanggar Hak Cipta, apabila memenuhi 3 (tiga) unsur sebagai

berikut:

1. Tindakan plagiat tersebut dilakukan terhadap karya cipta yang dilindungi

Hak Cipta;

2. Dapat dibuktikan adanya unsur menyalin atau meniru ciptaan tersebut;

3. Dapat dibuktikan bahwa tindakan menyalin atau meniru ciptaan tersebut.51

Macam-macam bentuk plagiat dalam penulisan karya tulis/karya

ilmiah meliputi tetapi tidak terbatas pada:

1. Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data

dan/atau informasi dan suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam

catatan, kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;

2. Mengacu dan/atau mengutip secara acak istilah, kata-kata dan/atau kalimat,

data dan/atau informasi dan suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam

catatan kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;

3. Menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa

menyatakan sumber secara memadai;

4. Merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dan sumber kata-

kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan, atau teori tanpa

menyebutkan sumber secara memadai;

5. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah

dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa menyatakan

sumber secara memadai.52

Penulisan sumber dalam suatu penulisan sangat diperlukan untuk

menghindari terjadinya tindakan ini. Apabila dalam suatu penulisan yang

50 Permendiknas No. 17 Tahun 2010 BAB I Pasal 1 Ayat (1). 51 Huller Gabe Dimpos Sinaga Runtung Sitepu, “Perlindungan Hukum Atas Karya Ilmiah

Dari Tindakan Plagiat Menurut Peraturan Perundang-Undangan Yang Berlaku”, USU Law Journal

, Vol.5 No.3 Oktober 2017, h. 197. 52 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan

dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi Pasal 2 Ayat (1).

Page 57: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

42

dikutip tidak di sertakan sumber aslinya, maka seseorang yang melakukan hal

tersebut dikategorikan sebagai plagiat yang mencuri hasil pemikiran orang lain.

Dalam Undang-Undang Hak Cipta No. 28 Tahun 2014 pasal 44 huruf a bahwa

jika seseorang menulis suatu karya ilmiah tanpa mencantumkan sumber53 dan

menyebabkan kerugian dari sumber yang dikutip, maka akan dikenakan sanksi

menurut Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku.

Menurut Henry Soelistyo dalam Gloria M. S. Laoh, bahwa “Undang-

undang Hak Cipta memiliki misi strategis, terutama dalam upaya

mengembangkan kultur akademi dan nilai-nilai budaya hukum. Sehingga

plagiarisme merupakan tindak pelanggaran hukum, khususnya berdasarkan

Undang-undang Hak Cipta”.54

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (SISDIKNAS) memberikan kewenangan pada institusi pendidikan

tinggi untuk memberikan gelar akademik pada peserta didik yang memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan. Selain itu institusi pendidikan juga diberikan

kewenangan untuk mencabut dan membatalkan gelar yang telah diberikan jika

terbukti ada tindakan plagiat.55

Sanksi terhadap pelaku plagiat sebagaimana terdapat dalam Undang-

Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS) pada Pasal 25 ayat (2) disebutkan bahwa ”lulusan perguruan

53 Yang dimaksud yaitu penulisan catatan kaki pada tulisan. 54 Gloria M. S. Laoh, “Tindakan Plagiarisme dalam Lingkup Pendidikan Ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, Jurnal Lex et Societatis, Vol. IV/ No.

2/Feb/2016/Edisi Khusus, h. 120. 55 Yuliati, “Pelindungan Hukum Bagi Pencipta Berkaitan Plagiarisme Karya Ilmiah Di

Indonesia”, Jurnal Arena Hukum, Vol. 6, April 2012. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta,

2012, hal. 60

Page 58: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

43

tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik,

profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya”. Pada Pasal

25 ayat (2) juga disebutkan secara langsung tindakan yang dilakukan yaitu

menjiplak dan pelakunya adalah lulusan perguruan tinggi yang disebut sebagai

plagiator.

Selain sanksi administrasi, pada Pasal 70 Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) juga diatur sanksi

pidana terhadap pelaku plagiat di perguruan tinggi. Pasal tersebut tertulis

bahwa: “lulusan yang karya ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan gelar

akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)

terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua

(2) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus

juta rupiah).”

Terhadap pihak-pihak yang melakukan plagiat yang merupakan

pelanggaran Hak Cipta maka dapat digugat secara keperdataan ke Pengadilan

Niaga. Sesuai dengan pasal 99 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta, bahwa pencipta sebagai penggugat dapat

menuntut kepada pihak yang melanggar hak cipta untuk:

a. Berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada pengadilan niaga atas

pelanggaran Hak Cipta atau produk terkait. Gugatan ganti rugi dapat berupa

permintaan untuk menyerahkan seluruh atau sebagian penghasilan yang

diperoleh dari hasil pelanggaran Hak Cipta atau produk terkait.

b. Memohon putusan provisi atau putusan sela kepada Pengadilan Niaga

untuk meminta penyitaan ciptaan yang dilakukan pengumuman,

penggandaan, dan/atau alat penggandaan yang digunakan untuk

menghasilkan ciptaan hasil pelanggaran Hak Cipta dan produk hak terkait.

c. Memohon provisi atau putusan sela kepada pengadilan niaga untuk

menghentikan kegiatan pengumuman, pendistribusian, komunikasi,

Page 59: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

44

dan/atau penggandaan ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran Hak

Cipta dan produk hak terkait.56

Untuk penyelesaian sengketa yang terjadi akibat tindakan pelanggaran

hak cipta baik pelanggaran hak ekonomi maupun hak moral diatur pada pasal

95 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan

bahwa:

a. Penyelesaian sengketa hak cipta dapat dilakukan melalui alternatif

penyelesaian sengketa, arbitrase, atau pengadilan.

b. Pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksudkan ayat (1) adalah

pengadilan niaga.

c. Pengadilan lainnya selain Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud ayat (2)

tidak berwenang menangani penyelesaian sengketa hak cipta.

d. Selain pelanggaran hak cipta dan/atau pemegang hak terkait dalam bentuk

pembajakan, sepanjang para pihak yang bersengketa diketahui

keberadaannya dan/atau berada di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia harus menempuh terlebih dahulu penyelesaian sengketa melalui

mediasi sebelum melakukan tuntutan pidana.

Pada pasal ini diatur dimana sebelum adanya tuntutan pidana terlebih

dahulu dilakukan mediasi yang merupakan penyelesaian konflik dengan

melibatkan pihak ketiga yang netral, yang tidak memiliki kewenangan

mengambil keputusan yang membantu pihak-pihak yang bersengketa mencapai

penyelesaian (solusi) yang diterima oleh kedua belah pihak yang bersengketa.

Penyelesaian sengketa Hak Cipta melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa

(APS) berdasarkan Undang-Undang Hak Cipta mempunyai bermacam-macam

bentuk diantaranya konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian

ahli.57

56 Huller Gabe Dimpos Sinaga Runtung Sitepu, “Perlindungan Hukum., h. 194. 57 Jatmiko Winarno, “Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Menurut Undang-Undang No. 19

Tahun 2002 Tentang Hak Cipta”, Jurnal Independent, Vol. 2 No. 2, h. 21-22.

Page 60: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

45

D. Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya Tulis Menurut Perspektif Hukum

Islam

Hak Cipta sebagai bagian dari hak kekayaan intelekual merupakan hak

istimewa yang ditujukan untuk melindungi hak dan kehormatan seorang

pengarang atau penulis suatu karya. Islam menyebut Hak Cipta dengan istilah

Haq Al-Ibtikar yang secara terminologi diartikan “Hak istimewa atas suatu

ciptaan yang pertama kali diciptakan”.58 Menurut pandangan hukum Islam

terkait Hak Cipta khususnya ciptaan berupa karya tulis hak tersebut tetap pada

penulisnya, sebab karya tulis itu merupakan hasil usaha yang halal melalui

kemampuan berfikir dan menulis, sehingga karya tulis itu menjadi hak milik

pribadi. Kerena itu karya tulis dilindungi oleh hukum, sehingga dapat

dikenakan sanksi hukuman bagi siapa saja yang berani melanggar Hak Cipta

seseorang.59

Meskipun dalam khazanah Islam belum muncul istilah yang baku

tentang hak kekayaan intelekual termasuk Hak Cipta, namun pada dasarnya

sudah ada perlindungan yang serius dalam konsep Islam terhadap hak-hak

penulis atau pemuat karya ilmiah. Menurut Bakar bin ‘Abdullah Abu Zaid bin

Muhammad bin ‘Abdullah bin Bakar bin ‘Ustman bin Yahya bin Gaihab bin

Muhammad sebagaimana dikutip oleh Imam Mustofa, hal tersebut dapat dilihat

dari beberapa indikator, antara lain:

1. Adanya amanah ilmiah dalam kajian tertentu dan jaminan kebenaran

kandungannya;

58 Agus Suryana, “Hak Cipta Perspektif Hukum Islam”, Al Mashlahah Jurnal Hukum dan

Pranata Sosial Islam, Vol 3, No. 05/2015, h. 250. 59 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung, 1997), h. 212.

Page 61: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

46

2. Adanya metode dalam pengambilan konten riwayat tertentu dan etika

penyampaiannya dalam sebuah karya ilmiah;

3. Diharamkannya pembohongan dalam penyampaian konten riwayat dalam

ilmiah;

4. Diharamkannya manipulasi data atau riwayat;

5. Adanya kewajiban penyebutan sumber data atau riwayat pada penulisan

karya ilmiah.60

Secara historis, dalam khazanah fiqih Islam tidak disebutkan secara

jelas hukum pelanggaran atas hak kekayaan intelektual, karena hal semacam

ini merupakan bagian dari etika dalam Islam. Maka hak kekayaan yang

berkaitan dengan hak intelekual ada juga yang menyebutnya dengan al-huquq

al-khalaqi. Dengan adanya perlindungan tersebut, meskipun tidak secara tegas

secara hukum disebutkan, namun secara etis ditegaskan bahwa manipulasi atau

pengambilan riwayat tertentu dari seseorang yang tidak jelas sumbernya atau

tidak menyebutkan sumbernya merupakan bagian dari pelanggaran hak

kekayaan intelektual yang dilarang. Karena hal ini sama saja dengan

pembohongan.61

Islam sangat menghargai karya tulis yang bermanfaat bagi agama dan

umat, itu menjadi amal saleh yang pahalanya terus menerus bagi penulisnya,

meskipun ia telah meninggal dunia. Karena Hak Cipta itu merupakan hak milik

pribadi maka agama melarang orang yang tidak berhak (bukan pemilik Hak

Cipta) memfotokopi, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk

kepentingan bisnis. Demikian pula menterjemahkannya ke dalam bahasa lain

dan sebagainya juga dilarang, kecuali dengan izin penulisnya atau penerbit

yang diberi hak untuk menerbitkannya. Perbuatan memfotokopi, mencetak,

60 Imam Mustofa, Kajian Fikih Kontemporer “Jawaban Hukum Islam atas Berbagai

Problem Kontekstual Umat”, Edisi Revisi, (Yogyakarta: Idea Press Yogyakarta, 2017), h. 231. 61 Ibid, h. 231-232.

Page 62: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

47

menterjemahkan, menjiplak dan sebagainya terhadap karya tulis seseorang

tanpa izin penulis sebagai pemilik Hak Cipta atau ahli warisnya yang sah atau

penerbit yang diberi wewenang oleh penulisnya, adalah perbuatan yang tidak

etis dan dilarang oleh Islam. Karena perbuatan semacam itu bisa termasuk

kategori “pencurian”. Pelanggaran terhadap hak orang lain termasuk Hak Cipta

bisa termasuk ke dalam kategori muflis, yakni orang yang bangkrut amalnya

kelak di akhirat.62

Islam menghormati hak milik pribadi, tetapi hak milik pribadi itu

bersifat sosial, karena hak milik pribadi pada hakikatnya adalah hak milik

Allah yang diamanatkan kepada orang yang kebetulan memilikinya.

Karenanya, karya tulis itu pun harus bisa dimanfaatkan oleh umat, tidak boleh

dirusak, dibakar ataupun disembunyikan oleh pemiliknya. Penulis atau penerbit

tidak dilarang oleh agama mencantumkan kata “Dilarang mengutip dan/atau

memperbanyak ciptaan dalam bentuk apa pun bila tidak ada izin tertulis dari

penulis/penerbit” pada karyanya, sebab pernyataan tersebut dilakukan hanya

bertujuan untuk melindungi Hak Ciptanya dari usaha pembajakan, plagiat dan

sebagainya yang menurut peraturan perundang-undangan di Negara Indonesia

juga dilindungi. Jadi, pernyatan tersebut jelas bukan bermaksud untuk

menyembunyikan ilmunya, karena siapapun diperbolehkan untuk

memperbanyak cetakan dan sebagainya namun dengan seizin pencipta atau

penerbit atau telah mengadakan perjanjian dengan pencipta/ahli waris atau

penerbitnya, dan untuk pengutipan atas karya tulis orang lain maka harus

62Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah., h. 212.

Page 63: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

48

disertai sumber yang jelas agar dapat diketahui penulis yang asli dan tetap

menjaga hak moralnya.63

Di dalam hukum Islam terkait tindakan penggandaan buku/karya tulis

untuk komersialisasi maupun pengutipan terhadap karya orang lain tanpa

menuliskan sumber rujuan yang jelas dalam hal ini diartikan sebagai

plagiat/penjiplakan telah diatur lebih tegasnya lagi melalui Fatwa Majelis

Ulama Indonesia No. 1/MUNAS VII/MUI/5/2005 tentang Perlindungan Hak

Kekayaan Intelektual, menyatakan bahwa :

(1) Dalam hukum Islam, HAKI dipandang sebagai salah satu huquq maliyyah

(hak kekayaan) yang mendapat perlindungan hukum (mashun)

sebagaimana mal (kekayaan).

(2) HAKI yang mendapat perlindungan sebagaimana dimaksud angka 1

tersebut adalah HAKI yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.

(3) HAKI dapat dijadikan objek akad (al-ma’qud ‘alaih), baik akad

mu’awadah (pertukaran, komersial), maupun akad tabarru’at (non

komersial), serta dapat di wakafkan dan diwariskan.

(4) Setiap bentuk pelanggaran terhadap HAKI, termasuk namun tidak terbatas

pada menggunakan, mengungkapkan, membuat, memakai, menjual,

mengimpor, mengekspor, mengedarkan, menyerahkan, menyediakan,

mengumumkan, memperbanyak, menjiplak, memalsu, membajak HAKI

milik orang lain secara tanpa hak merupakan kezaliman dan hukumnya

adalah haram.64

HAKI merupakan peraturan prosedural yang dimaksudkan untuk

kemaslahatan. Adapun yang menjadi dasar hukum berlakunya HAKI termasuk

Hak Cipta sebagai salah satu kekayaan intelektual yang menegaskan tentang

pelarangan memakan harta sesama manusia dengan jalan yang batil dan

larangan merugikan hak-hak orang lain, diantaranya adalah:

63 Ibid.. h. 214. 64 Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 1/MUNAS VII/MUI/5/2005 tentang

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Page 64: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

49

ها يأ يينااي يااٱلن اب ابينكم لكم مو

اأ كلوا

اتأ ال لياءامنوا نااٱلبطي

اأ إيلن

ا اإينن نفسكماأ اتقتلوا اول ينكم اعناتراضام يجرة ات اتكون كنااٱللن

يماا يكمارحي اا٢٩بArtinya: Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah

adalah maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa [4] : 29).65

Menurut Jalaluddin Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuti sebagaimana

dikutip oleh Imam Mustofa, bahwa larangan dalam memakan harta milik orang

lain secara batil artinya dilarang memakan hak orang lain dengan jalan yang

tidak benar dan disahkan oleh syara’, misalnya mencuri, gasab dan riba.66

يااولا لكمابينكماب مواأ كلوا

لياتأ ااٱلبطي اإيل يها اب

مياوتدلوا كلواااٱلكنأ لي

ا لي مويناأ افرييقاام يااٱلناسي ثمياب نتماتعلمونااٱلي

اا١٨٨وأ

Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian

yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan

(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,

supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu

Mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2] : 188).67

Memakan yang dimaksud dalam ayat tersebut, menurut Jalaluddin

Mahalli dan Jalaluddin al-Suyuti sebagaimana dikutip oleh Imam Mustofa

bukan hanya berarti makan secara tekstual, namun memakan juga berarti

65 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 Edisi Revisi, (Surabaya :

Karya Agung Surabaya, 2006), h. 107. 66 Imam Mustofa, Kajian Fikih., h. 227. 67 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 36.

Page 65: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

50

mengambil dengan jalan yang tidak dibenarkan seperti halnya mencuri/meng-

gasab.68

اريقا اريقةاوااوٱلسن افااٱلسن يمااكسااٱقطعوا اب يهمااجزاء يدييناأ لام يهاباانك اوااٱللن اٱللن

اا٣٨عزييزاحكييماArtinya : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa

yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Maidah

[6] : 38)69

Adanya ancaman yang jelas kepada pencuri yang mengambil hak

milik orang lain secara tidak sah melalui hukuman berupa potong tangan

menunjukkan betapa Allah sangat memperhatikan dan memberi perlindungan

kepada hak milik seseorang. Jika seseorang akan mengambil hak milik orang

lain maka harus melalui jalan yang sah misalnya lewat jual beli, hibah, waris,

dan cara yang sah lainnya menurut Islam.

Menurut Fathi al-Duraini sebagaimana dikutip oleh Burhanuddin

bahwa “mayoritas ulama dari kalangan Imam Mazhab Maliki, Syafi’i dan

Hambali berpendapat bahwa Hak Cipta atas ciptaan yang orisinal dan manfaat

tergolong harta berharga sebagaimana benda jika boleh dimanfaatkan secara

syara’ (hukum Islam)”.70 Berkenaan dengan hak kepengarangan (haqq al-

ta’lif) sebagai salah satu Hak Cipta, Menurut Wahbah Zuhaili sebagaimana

68 Imam Mustofa, Kajian Fikih., h. 227. 69 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 151. 70 Burhanuddin S., Hukum Bisnis., h. 225.

Page 66: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

51

yang terdapat dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 1/MUNAS

VII/MUI/5/2005:

Berdasarkan hal (bahwa hak kepengarangan adalah hak yang

dilindungi oleh syara’ (hukum Islam) atas dasar qaidah istishlah),

mencetak ulang atau mengcopy buku (tanpa izin sah) dipandang

sebagai pelanggaran atau kejahatan terhadap hak pengarang; dalam

arti bahwa perbuatan tersebut adalah kemaksiatan yang menimbulkan

dosa dalam pandangan syara’ dan merupakan pencurian yang

mengharuskan ganti rugi terhadap hak pengarang atas naskah yang di

cetak secara melanggar dan zalim, serta menimbulkan kerugian moril

yang menimpanya.71

Jadi, didalam Islam telah ditegaskan juga melalui Fatwa bahwa

tindakan pelanggaran Hak Cipta seperti halnya penggandaan tanpa izin

pencipta yang di komersialkan yang dapat merugikan secara hak ekonomi

maupun pengutipan tanpa mencantumkan sumbernya yang merugikan secara

hak moral pencipta diharamkan oleh Islam.

71 Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 1/MUNAS VII/MUI/5/2005 tentang

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI).

Page 67: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan tempat penelitian, maka jenis penelitian ini adalah

field research (penelitian lapangan). Penelitian lapangan adalah “Suatu

penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian, suatu

tempat yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang

terjadi di lokasi tersebut”.1 Lokasi penelitian ini yaitu pada Fakultas

Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro dengan fokus

penelitian terhadap kelompok mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi

Syariah angkatan 2014.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang bertujuan untuk membuat pencandraan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat dari suatu populasi

tertentu.2 Penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini berupaya

untuk mengumpulkan fakta yang ada, penelitian ini terfokus pada usaha

mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, yang

diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Deskriptif yang dimaksud

1 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2011), h. 96. 2 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2013), h. 75.

Page 68: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

58

dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan mendeskripsikan

persepsi mahasiswa tentang pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis.

B. Sumber Data

“Sumber data dalam penelitian adalah subjek dimana data diperoleh”.3

Apabila peneliti menggunakan wawancara maka sering disebut responden.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari :

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber pertama dimana sebuah data

dihasilkan.4 Sumber pertama yang menjadi subjek penelitian adalah

mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014.

Keseluruhan jumlah mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah angkatan

2014 yaitu 156 namun tidak semua status mahasiswa tersebut masih aktif

karena ada beberapa mahasiswa yang drop out dan pindah ke Perguruan

Tinggi lain. Maka pengambilan sampel mahasiswa sebagai sumber dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan

mengambil orang-orang yang terpilih oleh peneliti menurut ciri-ciri

spesifik agar relevan dengan desain penelitian dan dapat mewakili

populasi yang ada.5 Jadi dalam menentukan sampel penelitian ini, peneliti

membuat beberapa kriteria agar tujuan penelitian ini dapat terpenuhi,

3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka

Cipta, 2010), h. 172. 4 Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana Media

Group, 2013), h. 129. 5 S. Nasution, Metode Research, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014), h. 98.

Page 69: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

59

diantaranya yaitu mahasiswa yang masih aktif dalam perkuliahan dan

mahasiswa yang telah mengambil matakuliah HAKI (Hak Atas Kekayaan

Intelektual). Jadi mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria tersebut tidak

dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Dari keseluruhan

mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014 yang masih aktif

yaitu berjumlah 135 dan semua mahasiswa tersebut telah lulus matakuliah

HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah sumber

data primer.6 Dalam hal ini sumber data kedua mencakup dokumen-

dokumen resmi, buku-buku dan hasil dari penelitian yang berwujud

laporan serta buku-buku tentang hal yang terkait dengan pembahasan

penelitian.7 Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku

dan jurnal yang membahas tentang HAKI dan Hak Cipta, buku-buku

psikologi yang membahas tentang persepsi, Undang-Undang Hak Cipta,

Fatwa tentang HAKI, artikel dan sumber-sumber lain yang relevan dengan

penelitian ini.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Interview (Wawancara)

Metode Interview adalah bentuk komunikasi langsung antara

peneliti dan narasumber. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya

6 Burhan Bungin, Metode Penelitian., h. 129. 7 S. Nasution, Metode Research., h. 144-145.

Page 70: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

60

jawab dalam hubungan tatap muka”.8 Bentuk interview yang peneliti

gunakan yaitu interview semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya

lebih bebas bila di bandingkan dengan wawancara terstruktur, wawancara

ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana pihak

yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.9 Jadi, peneliti

menyiapkan pertanyaan terkait persepsi mahasiswa tentang pelanggaran

Hak Cipta atas karya tulis dan peneliti perlu mendengarkan secara teliti

dan mencatat apa yang dikemukakan oleh narasumber.

2. Metode Dokumentasi

Menurut Sugiyono, “dokumentasi merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumentasi berbentuk tulisan, gambar atau karya-

karya monumental dari seseorang”.10 Dapat dipahami bahwa dokumentasi

merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan oleh seorang peneliti

dengan memanfaatkan arsip-arsip tentang peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumentasi dalam penelitian ini adalah diambil dari dokumentasi

yang ada di IAIN Metro seperti sejarah berdirinya IAIN Metro, struktur

organisasi Fakultas Syariah, gambaran seputar Jurusan Hukum Ekonomi

Syariah dan data mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan

2014.

8 W. Gulo, Metode Penelitian, (Jakarta: Gramedia, 2004), h. 119. 9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfa Beta, 2016), h. 233. 10 Ibid., h. 240.

Page 71: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

61

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah “upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, menemukan pola, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan orang lain”.11 Berdasarkan penjelasan

tersebut maka analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis

kualitatif yang cenderung menggunakan sistem berpikir untuk menggunakan

makna-makna dari data yang ada, kemudian untuk menarik kesimpulan secara

general penulis menggunakan cara berpikir induktif.

Kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif yaitu sumber dari tertulis atau ungkapan dan tingkah laku yang di

observasi dari manusia.”12 Sedangkan berpikir induktif adalah “berangkat dari

fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkret, kemudian dari

fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus konkret itu ditarik

generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat umum”.13

Berdasarkan keterangan diatas maka dalam menganalisis data penulis

menggunakan data yang diperoleh dalam bentuk uraian-uraian kemudian data

tersebut dianalisa dengan menggunakan cara berpikir induktif yang berangkat

dari informasi tentang persepsi mahasiswa tentang pelanggaran Hak Cipta atas

karya tulis (studi kasus pada mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

angkatan 2014 Fakultas Syariah IAIN Metro).

11 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian, (Bandung: Alfa Beta, 2014), h. 97. 12 Burhan Ashafa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), h. 16. 13 Sutrisno Hadi, Metode Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1984), h. 42.

Page 72: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Sejarah IAIN Metro

Cikal bakal berdirinya STAIN Jurai Siwo Metro (sekarang IAIN

Metro) tidak terlepas dari sejarah berdirinya IAIN Raden Intan di Bandar

Lampung, merupakan hasil upaya dari para tokoh agama dan tokoh

masyarakat yang tergabung dalam Yayasan Kesejahteraan Islam Lampung

(YKIL) yang berdiri tahun 1961 diketuai oleh RD. Muhammad Sayyid. Dari

hasil musyawarah tersebut diputuskan untuk mendirikan dua Fakultas yaitu

Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syariah yang kedudukannya di Tanjung

Karang berada di bawah santunan yayasan tersebut.14

Pada Tahun 1964 tepatnya Tanggal 13 Oktober 1964 berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 86/1964 merubah status Fakultas

Tarbiyah YKIL dari swasta menjadi negeri, tetapi tidak berdiri sendiri

melainkan cabang Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang. Pada

Tahun 1967 atas permintaan masyarakat Metro kepada YKIL agar dibuka

Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syariah di Metro atas persetujuan Dekan

Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang.

Sebelum pada Tahun 1965 didirikan Fakultas Ushuludin yang

berkedudukan di Tanjung Karang dengan memperhatikan keputusan

Presiden RI Nomor 27 Tahun 1963 karena ketentuan untuk mendirikan

14 Profil SBSN 2018, “Profil IAIN Metro”, h. 1.

Page 73: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

63

sebuah Perguruan Tinggi yang berdiri sendiri (al-jami’ah) harus memiliki

tiga Fakultas sebagai persiapan berdirinya Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Lampung. Selain YKIL pada Tahun 1965 juga didirikan Yayasan

Perguruan Tinggi Islam Lampung yang dipimpin oleh KH. Zakaria Nawawi.

Meskipun Yayasan ini mulai berjalan sejak 27 Agustus 1965, Yayasan ini

berusaha keras menyantuni Fakultas-Fakultas yang ada dan berusaha untuk

merubah status Fakultas tersebut dari swasta menjadi negeri.

Setelah IAIN Raden Intan Lampung Resmi dibuka, maka Fakultas

Tarbiyah yang semula menginduk ke IAIN Raden Fatah Palembang

ditetapkan menjadi Fakultas yang berdiri sendiri, sebagai Fakultas Tarbiyah

IAIN Raden Intan Lampung Metro berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Agama RI No. 188 Tahun 1966.

Tak lama setelah perubahan nama IAIN Raden Intan Tanjung

Karang menjadi Raden Intan Bandar Lampung mengikuti perubahan nama

ibukota Lampung menjadi Bandar Lampung terbitlah Surat Edaran Bimas

Islam No.E.III.OT/OO/AZ/1804/1996 Tanggal 23 Agustus 1996 tentang

Penataan Kelembagaan Fakultas IAIN di luar induk menjadi Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri. Sebagai kelanjutan maka pada tanggal 23-25 April

1997 diadakan rapat kerja para rektor dan dekan Fakultas diluar induk. Pada

kesempatan ini ditetapkan pula perubahan dan pengesahan Fakultas di luar

induk menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri berdasarkan SK

Presiden No. 11 Tahun 1997.15

15 Ibid, h. 2.

Page 74: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

64

Sejalan dengan telah disahkannya STAIN menjadi perguruan tinggi

yang berdiri sendiri maka masing-masing STAIN diminta untuk

memberikan nama yang merupakan ciri khas STAIN di wilayah

kedudukannya. Berdasarkan saran, pandangan, dan arahan Bupati Kepala

Daerah yang intinya bahwa mengingat STAIN itu berkedudukan di

Lampung Tengah, seme ntara Lampung Tengah memiliki tradisi dan budaya

dari “Sembilan Marga Penyimbang” yang sudah dikenal masyarakat secara

luas yaitu “JURAI SIWO” kiranya dapat dipakai sebagai nama STAIN

Metro. Sebagai tindak lanjut dari Keppres 1997 di atas, maka pada tanggal

17 Juni 1997 secara serentak diresmikan 33 STAIN dan ketuanya dijabat

oleh dekan masing-masing sebagai pejabat sementara Ketua. Jadi saat itu

Drs. Zakaria Zakir selaku dekan langsung menjadi pejabat sementara ketua

untuk STAIN Jurai Siwo Metro.16

Penataan demi penataan kelembagaan dalam STAIN Jurai Siwo

Metro semakin hari semakin ditingkatkan sejalan dengan dinamika

kehidupan kampus sejak Tahun 1997 STAIN Metro senantiasa berbenah

diri. Pada Tahun 2014, STAIN Jurai Siwo Metro telah memiliki tiga jurusan

tingkat strata satu yaitu Jurusan Tarbiyah, Jurusan Syari’ah dan Ekonomi

Islam, Jurusan Dakwah serta Program Pascasarjana.

Keseriusan Prof. Dr. Enizar, M.Ag dan tim memperjuangkan cita-

cita lama dan melanjutkan perjuangan Prof. Dr. Syaripudin, dalam rangka

penguatan dan peningkatan mutu kelembagaan dibuktikan dengan terus

16 Ibid.

Page 75: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

65

melakukan advertise dan presentasi, sehingga ajuan alih status mendapatkan

respon di tingkat Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara. Tanggal 5

Desember 2015, akan menjadi catatan sejarah tak terlupakan dengan

(rencana) kehadiran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara yaitu Bapak

Yuddy Chrisnandi dan Deputi Kementrian Pemberdayagunaan Aparatur

Negara untuk meninjau kesiapan alih staus STAIN Jurai Siwo Metro

menjadi IAIN. Momen tersebut oleh Prof. Enizar ditindak lanjuti dengan

berbagai upaya pengkajian, focus group discussion, pembentukan tim

harmonisasi dan pembentukan tim penyusun Standar Operasional Teknis

Kerja (SOTK) yang dibentuk lintas kementrian.

Buah dari perjuangan ini, bersama dengan 4 STAIN lain

(Pekalongan, Ponorogo, Malikussaleh dan Kerinci) secara bersamaan

waktunya menghasilkan Peraturan Presiden dengan Pendirian IAIN (Untuk

IAIN Metro Perpres Nomor 71 Tahun 2016 lembaran negara Republik

Indonesia tahun 2016 Nomor 159).17

Seiring dengan peralihan Status dari STAIN Jurai Siwo Metro

menjadi IAIN Metro, maka terbentuklah beberapa Fakultas dan tambahan

beberapa Jurusan pada tiap Fakultasnya. Saat ini terdapat 4 Fakultas yang

terdiri dari beberapa Jurusan yang ada di IAIN Metro:

a. Fakultas Syariah. Terdiri dari 3 Jurusan yaitu: Hukum Ekonomi Syariah,

Hukum Keluarga dan Hukum Tata Negara Islam.

17 Ibid, h. 8.

Page 76: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

66

b. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Terdiri dari 8 Jurusan yaitu:

Pendidikan Agama Islam, Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyyah,

Pendidikan Bahasa Arab, Tadris Bahasa Inggris, Pendidikan Islam Anak

Usia Dini, Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial, Tadris Matematika, dan

Tadris Biologi.

c. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Terdiri dari 5 Jurusan yaitu:

Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah (S1), Perbankan Syariah (D3),

Manajemen Haji dan umroh, Akuntansi Syariah.

d. Fakultas Ushuludin, Adab dan Dakwah. Terdiri dari 3 Jurusan yaitu:

Komunikasi Penyiaran Islam, Bahasa dan Sastra Arab, Bimbingan

Penyuluhan Islam.

Sejarah kepemimpinan IAIN Metro dari awal berdiri sampai

sekarang diantaranya:

a. Drs. Zakaria Zakir, Tahun 1995 - 1999 sebagai Ketua

b. Prof. Dr. H.M. Bahri Ghazali, M.A. Tahun 1999 - 2003 sebagai Ketua

c. Drs. H. Hadi Rahmat, M.A. Tahun 2003 - 2007 sebagai Ketua

d. Prof. Dr. Syaripudin Basyir, M.Ag, Tahun 2007 - 2011 sebagai Ketua

e. Prof. Dr. Edi Kusnadi, M.Pd periode 2011 - 2015 sebagai Ketua

(mengundurkan diri) kemudian dilanjutkan Pengganti Sementara Ketua:

Muhtar Hadi, S.Ag., M.Si (2013)

f. Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag. Tahun 2015 - 2017 sebagai Ketua, dan pada

Tahun 2017 - 2021 Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag. sebagai Rektor.18

18 Ibid, h. 8-9.

Page 77: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

67

2. Visi, Misi, dan Tujuan IAIN Metro

a. Visi

Dalam rangka mengembang mandat tersebut, IAIN Metro menetapkan

visi: “Menjadi perguruan tinggi Islam yang unggul dalam sinergi soio-

tehno-preneurship berlandaskan nilai-nilai keislaman dan

keindonesiaan”.

b. Misi

1) Membentuk sarjana yang memiliki pengetahuan ke-Islaman, inovatif,

humanis dan mandiri.

2) Mengembangkan nilai-nilai keislaman dalam pelaksanaan pendidikan,

penelitian dan pengabdian masyarakat; dan,

3) Melaksanakan sistem kelola manajemen kelembagaan yang

berkualitas.

c. Tujuan

1) Menyediakan akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk

memperoleh pendidikan tinggi,

2) Menghasilkan sumberdaya manusia yang terdidik, Islami, berkarakter,

mandiri dan kompetitif.

3) Menghasilkan karya-karya ilmiah yang berkualitas dan bermanfaat

bagi masyarakat.

4) Terwujudnya sistem tata kelola yang profesional dan akuntabel.19

3. Struktur Organisasi Fakultas Syariah IAIN Metro

Struktur adalah “yang disusun dengan pola tertentu”. Sedangkan

organisasi adalah “kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan

untuk mencapai tujuan bersama”.20 Jadi, struktur organisasi dapat diartikan

sebagai kerangka yang mewujudkan pola tertentu dari hubungan diantara

bidang-bidang kerja maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan

dan peranan masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.

Layaknya sebuah organisasi, Fakultas Syariah IAIN Metro memiliki

struktur yang dapat dilihat pada (Gambar 2.) dibawah ini:

19 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1997), h.964. 20 Ibid, h.707.

Page 78: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

Gambar 2.

Struktur Organisasi Fakultas Syariah IAIN Metro

DEKAN

Husnul Fatarib, Ph.D

WAKIL DEKAN 3 WAKIL DEKAN 2 WAKIL DEKAN 1

KABAG TU

KAJUR HK/AS KAJUR HESY KAJUR HTNI KASUBBAG. AKADEMIK,

KEMAMAHASISWAAN DAN

ALUMNI

KASUBBAG. ADMINISTRASI

UMUM DAN KEUANGAN

Siti Zulaikha, S.Ag, MH Nety Hermawati, SH, MA, MH

Drs. Tarmizi, M.Ag

Tri Pramasetia, SE

Nurhidayati, MH

Sainul, SH, MA H. Azmi Siradjuddin, Lc.

M.Hum S. Efendi, M.Pd.I Sawitri Adaninggar, SE

Page 79: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

4. Gambaran Umum Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

Angkatan 2014 Fakultas Syariah IAIN Metro

Fakultas Syariah berdiri seiring dengan beralihnya status

STAIN Jurai Siwo Metro menjadi Institut Agama Islam Negeri Metro

berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2016 lembaran

negara Republik Indonesia tahun 2016 Nomor 159.119 Fakultas Syariah

terdiri dari tiga Jurusan yaitu Hukum Ekonomi Syariah, Hukum

Keluarga, dan Hukum Tata Negara Islam.

Fakultas Syariah saat ini dipimpin oleh Bapak Husnul

Fatarib, Ph.D selaku Dekan, sedangkan untuk Jurusan Hukum

Ekonomi Syariah diketuai oleh Bapak Sainul, SH, MA. Jurusan

Hukum Ekonomi Syariah sendiri terbentuk pada tahun 2011 yang pada

saat itu masih berupa program studi dan kemudian berganti menjadi

jurusan seiring dengan alih status menjadi IAIN dan berdirinya

Fakultas Syariah.

Jurusan Hukum Ekonomi Syariah senantiasa berusaha untuk

mencetak lulusan yang memiliki kompetensi ke depannya, hal itu

dapat dilihat dari visi, misi, dan tujuan dari jurusan ini, berikut adalah

visi, misi dan tujuannya:

a. Visi

Unggul dan handal dalam bidang garapan keperdataan dan

ekonomi Islam serta mampu mengintegrasikannya dengan aspek

keislaman, keilmuan, kemanusiaan, dan keIndonesiaan pada tahun

2020.

119 Sejarah Fakultas Syariah IAIN Metro.

Page 80: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxx

b. Misi

1) Mengantarkan mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

memiliki kemampuan aqidah dan kedalaman hukum Islam,

keluhuran akhlak, keluasan ilmu, dan kematangan profesional.

2) Memberikan pelayanan terhadap penggali ilmu pengetahuan

pada umumnya dan khususnya ilmu-ilmu syariah yang

berkaitan dengan keperdataan dan ekonomi Islam.

3) Mengembangkan ilmu pengetahuan melalui pengkajian dan

penelitian ilmiah yang diambil dari sumber-sumber yang akurat

4) Memberikan ketauladanan dalam kehidupan atas dasar nilai-

nilai Islam dan budaya bangsa Indonesia.

c. Tujuan

Sesuai dengan visi dan misi tersebut, maka tujuan dibukanya

jurusan Hukum Ekonomi Syariah adalah menyiapkan peserta didik

menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik

dan/atau professional dalam bidang ilmu syariah khususnya dalam

bidang hukum ekonomi syariah sekaligus dapat mengembangkan

dan menyebarluaskannnya serta mengupayakan penggunaan dan

pelaksanaan dalam masyarakat.120

Adapun kompetensi lulusan Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

adalah tenaga ahli pada Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Dewan

Pengawas Syariah (DPS) pada Lembaga Keuangan Syariah baik

Perbankan Syariah maupun non Perbankan Syariah, seperti: Takaful

(Asuransi syariah), Pasar Modal Syariah, Pegadaian Syariah, Badan

Amil Zakat, Lembaga Amil Zakat, dll.; Hakim Pengadilan Agama

yang menyelesaikan perkara ekonomi/bisnis syariah; sebagai tenaga

ahli penyuluh masyarakat di bidang penerapan syariah di Kementerian

Agama; sebagai Notaris Syariah melalui Magister Kenotariatan;

sebagai konsultan hukum; advokat dalam bidang hukum ekonomi

120 Ibid.

Page 81: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxi

syariah melalui pendidikan khusus advokat dan pelaku ekonomi/bisnis

syariah.121

Penelitian ini memfokuskan kepada mahasiswa Jurusan

Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014. Namun sebelumnya peneliti

akan memperlihatkan data perkembangan jumlah mahasiswa Hukum

Ekonomi Syariah pada dua tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2012

dan 2013 serta pada dua tahun berikutnya yaitu 2015 dan 2016.

Jumlah mahasiswa tersebut dapat dilihat pada diagram batang di

bawah ini:

Gambar 3.

Diagram Batang Jumlah Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah

Dari gambar diagram batang di atas dapat dilihat bahwa

jumlah mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah terdapat peningkatan

yang signifikan dari Tahun 2012 ke Tahun 2013, kemudian mengalami

penurunan jumlah mahasiswa pada Tahun 2014, namun jumlah

121 Ibid

26

6778

50 53

69

115

7891 86

95

182

156141 139

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

200

2012 2013 2014 2015 2016

Laki-Laki

Perempuan

Jumlah Total

Page 82: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxii

mahasiswa tersebut dari Tahun 2014, 2015, dan 2016 cenderung stabil

meskipun mengalami sedikit penurunan.

Disini peneliti hanya melakukan penelitian terhadap

mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014. Jumlah

mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah Angkatan 2014 adalah 156

mahasiswa, terdiri dari 78 mahasiswa laki-laki dan 78 mahasiswa

perempuan. Namun untuk saat ini mahasiswa yang masih aktif yaitu

135 mahasiswa yang terdiri dari 69 mahasiswa laki-laki dan 66

mahasiswa perempuan.

Alasan peneliti memilih mahasiswa jurusan Hukum Ekonomi

Syariah angkatan 2014 dikarenakan pada angkatan tersebut telah

mempelajari matakuliah Hak Atas Kekayaan Intelektual, mahasiswa

angkatan tersebut juga berkaitan dengan penelitian yang tengah dikaji

atas permasalahan yang ada, mahasiswa angkatan tersebut rata-rata

tengah mengerjakan tugas akhir yaitu skripsi, dan mahasiswa masih

banyak yang aktif kuliah.

B. Persepsi Mahasiswa Tentang Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya Tulis

Kemampuan untuk membedakan, mengelompokkan, memfokuskan dan

sebagainya itulah yang disebut sebagai persepsi. Persepsi merupakan sebuah

proses yang diawali oleh proses penginderaan, proses diterimanya stimulus

oleh individu melalui alat indera itu juga disebut sebagai proses sensoris.

Ketika mempersepsikan sesuatu seperti halnya dalam mempersepsikan tentang

pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis, maka tentunya ada faktor yang

Page 83: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxiii

berperan, faktor tersebut diantaranya yaitu adanya objek yang dipersepsikan

dalam hal ini seputar pelanggaran Hak Cipta karya tulis, adanya alat indera,

syaraf, dan pusat susunan syaraf, dan yang terakhir yaitu adanya perhatian dari

individu.122 Tanpa adanya faktor-faktor yang berperan tersebut maka tidak

akan terjadi suatu persepsi termasuk persepsi tentang pelanggaran Hak Cipta

atas karya tulis ini.

Proses terjadinya persepsi seperti dalam mempersepsikan tentang

pelanggaran Hak Cipta yaitu dimulai dengan ditangkapnya stimulus oleh alat

indera individu, selanjutnya stimulus yang telah diterima oleh alat indera

tersebut diteruskan melalui saraf-saraf sensoris, lalu timbul kesadaran oleh

individu tentang stimulus yang diterima oleh alat indera, dan terakhir yaitu

adanya hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu berupa tanggapan dan

perilaku. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi mahasiswa

Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014 tentang pelanggaran Hak Cipta atas

karya tulis termasuk kegiatan dari suatu proses penginderaan, karena semua

perbuatan yang dilakukan itu berawal dari suatu proses sensoris yang telah

diterima, melibatkan dari aspek-aspek kepribadian individu juga. Persepsi

bersifat individual yaitu persepsi dapat dikemukakan karena perasaan,

kemampuan berfikir, dan pengalaman-pengalaman individu tidak sama. Dalam

mempersepsikan suatu stimulus hasil persepsi mungkin akan berbeda antara

individu satu dengan yang lainnya, oleh karena itu persepsi mahasiswa tentang

pelanggaran Hak Cipta karya tulis juga akan berbeda-beda.

122 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 89-

90.

Page 84: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxiv

Mengarah kepada proses terjadinya persepsi di atas, maka untuk

mendapatkan informasi tentang persepsi mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah

angkatan 2014 tentang pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis maka peneliti

menggunakan metode wawancara yang dilakukan kepada sejumlah mahasiswa

yang bersedia dijadikan sebagai subjek penelitian yang berjumlah 13

responden, yaitu terdiri dari 7 responden perempuan diantaranya: R.P., E.H.U.,

N.S., R.Ka., R.L.F., A.R., dan A.N.S. sedangkan responden laki-laki berjumlah

6 orang diantaranya: A.A.V., R.Sy., N.Ar., I.H., N.Ab. dan A.R.A. Responden

tersebut diambil dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu teknik

purposive sampling. Teknik itu digunakan apabila anggota sampel yang dipilih

secara khusus berdasarkan tujuan penelitian dengan melakukan pertimbangan

terhadap responden yang dapat mewakili mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah

angkatan 2014 dari berbagai aspek, sesuai dengan kriteria yang peneliti buat

yaitu mahasiswa tersebut masih aktif dalam perkuliahan dan mahasiswa yang

telah mengambil matakuliah HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

Pemaparan hasil wawancara dengan responden di atas, selanjutnya

akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pemahaman Tentang Hak Cipta

Sebelum kepada persepsi tentang pelanggaran Hak Cipta karya tulis

penting bagi peneliti untuk melihat sejauh mana pemahaman responden

tentang Hak Cipta. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan

R.P. diperoleh suatu persepsi terkait dengan Istilah Hak Cipta. Menurutnya,

“Hak Cipta adalah hak untuk melindungi karya seseorang agar karyanya

Page 85: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxv

tidak ditiru oleh orang lain sehingga karyanya memiliki perlindungan yang

pasti”.123

Mencermati hasil wawancara di atas sesuai dengan pemahamannya

bahwa Hak Cipta terkandung di dalamnya berupa hak terhadap suatu karya,

maka dengan adanya hak tersebut orang lain tidak dapat menirukan karya

yang telah dibuat karena adanya perlindungan yang pasti atas hasil

karyanya.

Persepsi lain terkait dengan pengertian Hak Cipta sebagaimana

yang diungkapkan oleh A.A.V., menurutnya Hak Cipta ialah “Suatu bentuk

hak yang didapatkan seseorang atas keahliannya dalam menciptakan suatu

ciptaan dalam bidang tertentu yang memang belum ada sebelumnya”.124

Mencermati apa yang diungkapkan oleh A.A.V. di atas bahwa yang

dimaksud Hak Cipta adalah Hak yang dimiliki oleh seseorang berdasarkan

keahliannya dalam menciptakan sesuatu pada bidang tertentu dan ciptaan

yang dihasilkan merupakan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya atau

belum pernah dibuat oleh orang lain sehingga timbul suatu Hak Cipta.

Sedangkan R.Ka. dalam mendefinisikan Hak Cipta adalah berikut

ini:

Hak Cipta adalah hak istimewa yang diberikan kepada seseorang

yang berhasil menciptakan sesuatu baik itu berupa buku dan lain-

lain, Hak Cipta itu diberikan kepada seseorang juga tidak

sembarangan maksudnya ada aturan-aturan yang telah diatur oleh

undang-undang dan itupun ada syarat-syarat yang akan

mendapatkan suatu Hak Cipta maksudnya orang tersebut harus

123 Wawancara dengan R.P., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro. 124 Wawancara dengan A.A.V., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 1 Oktober 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 86: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxvi

menciptakan sesuatu yang memang tidak semua orang bisa

menciptakannya.125

Mencermati pendapat R.ka. di atas, dapat dipahami bahwa Hak

Cipta itu adalah hak istimewa yang diberikan kepada seseorang atas hasil

karya yang telah diciptakannya. Pemberian Hak Cipta bagi seseorang itu

tidak secara sembarangan karena dalam pemberian hak tersebut diatur oleh

sejumlah aturan yang terdapat dalam undang-undang, menurutnya bahwa

Hak Cipta itu akan diberikan kepada seseorang namun dengan syarat bahwa

hasil ciptaan tersebut merupakan sesuatu yang tidak semua orang dapat

menciptakannya dalam arti ciptaan tersebut bukanlah sesuatu yang umum.

Persepsi yang dikemukakan oleh R.P., A.A.V., dan R.ka. di atas

sejalan dengan pengertian yang dimuat dalam Undang-Undang Hak Cipta

Pasal 1 Ayat 1 yang pada intinya, Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi

pencipta yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan diwujudkan

dalam bentuk yang nyata. Eksklusif yang dimaksudkan di sini adalah bahwa

hanya pemegang Hak Cipta yang berhak bertindak atas ciptaan yang telah

dibuatnya, namun persyaratan yang dimaksudkan oleh pernyataan R.ka. di

atas lebih tepatnya adalah bahwa karya cipta yang mendapatkan

perlindungan yang terpenting yaitu karya harus original, dibuat sendiri,

bukan copy dari sumber lain, dan penciptanya harus berkontribusi tenaga

dan keahlian.126

125 Wawancara dengan R.ka., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro. 126 Nurhidayati, Kesadaran Hukum Kekayaan Intelektual, (Bandar Lampung : Pusaka

Media, 2017), h. 35.

Page 87: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxvii

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 bahwa jenis-

jenis ciptaan yang mendapatkan perlindungan salah satunya yaitu ciptaan di

bidang ilmu pengetahuan berupa karya tulis. Terdapat beberapa persepsi

yang dikemukakan oleh responden mengenai alasan mengapa karya tulis

mendapatkan perlindungan Hak Cipta. Persepsi pertama datangnya dari

R.P. Menurutnya: “Karya tulis harus dilindungi, itu kan ada keorisinalitasan

dari pencipta atau penulisnya jadi sudah sewajarnya kalau karya tulis itu

salah satu yang dilindungi Hak Cipta”.127

Menurut R.P. Karya tulis mendapatkan perlindungan karena

sehubungan dengan keorisinalitasan karya itu sendiri. Menurut peneliti yang

dimaksudkan orisinalitas di sini bahwa suatu karya memiliki keaslian bukan

sebuah karya hasil pemalsuan dari karya milik orang yang kemudian

dianggap sebagai karya ciptaannya karena suatu karya cipta tidak dapat

dikatakan sebagai karya yang orisinil apabila masih terdapat banyak unsur

yang sama dengan karya yang dibuat oleh orang lain.

Sedangkan R.ka. mempersepsikan sebagai berikut:

Karya tulis dilindungi menurut saya alasannya karena karya tulis

itu kan hasil hasil karangan, hasil pikiran, hasil pengamatan dari

pencipta, nah perlindungannya itu biar orang lain nggak seenaknya

mengaku-ngaku bahwa itu hasil ciptaannya, intinya agar orang lain

itu nggak sewenang-wenang.128

Mencermati pendapat yang dipaparkan oleh R.ka di atas pada

intinya karya tulis mendapatkan perlindungan Hak Cipta karena merupakan

127 Wawancara dengan R.P., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro. 128 Wawancara dengan R.ka, Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 88: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxviii

hasil karang an, hasil buah pikir dan pengamatan dari si pencipta ataupun

penulis, dengan dilindunginya karya tersebut maka orang lain tidak

semaunya dapat mengakui sebagai karyanya. Dengan adanya perlindungan

tersebut maka orang lain akan berfikir panjang ketika akan mengklaim

secara sewenang-wenang.

Persepsi yang berbeda dikemukakan oleh R.Sy. Menurutnya karya

tulis mendapatkan perlindungan Hak Cipta: “Karena karya tulis bisa

menghasilkan materi, karya tulisnya kan kalau diterbitkan atau dijual

pastinya si pencipta atau penulisnya bisa mendapatkan uang dari itu”.129

Mencermati persepsi di atas, dapat dipahami bahwa menurut R.Sy.

karya tulis dilindungi oleh Hak Cipta karena karya tulis mendatangkan suatu

nilai materi bagi orang yang menciptakannya, dari karyanya seorang

pencipta atau penulis dapat mendapatkan keuntungan berupa materi ketika

karya itu ia komersialkan dengan cara apapun misalnya dengan cara

diterbitkan, dijual, maupun dipublikasi.

Pandangan yang berbeda dikemukakan oleh E.H.U. Menurut

E.H.U. sebagai berikut:

Tidak semua orang memiliki kemampuan dalam membuat karya

tulis, itu butuh proses panjang, kenapa saya katakan begitu karena

menurut saya kemampuan orang itu sudah pasti beda, nah orang

yang mampu membuat karya tulis itu pemahamannya,

pengetahuannya, keilmuannya pasti lebih tinggi dari umumnya, itu

semua diperoleh dari proses yang panjang nggak sebentar,

makanya karya tulis itu harus dilindungi.130

129 Wawancara dengan R.Sy, Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018, di Kos R.Sy. 130 Wawancara dengan E.H.U., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 89: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxix

Pendapat yang sama dengan E.H.U., sebagaimana yang diungkapkan

oleh A.A.V., “ya karya tulis dilindungi karena itu suatu bentuk ciptaan atau

karya dari seseorang yang membutuhkan kinerja dari pemikirannya dan itu

sesuatu hal yang keluar dari pemikiran intelektualnya”.131

Mencermati pendapat dari E.H.U. dan A.A.V. di atas, menurutnya

karya tulis harus mendapatkan perlindungan Hak Cipta karena dalam

menciptakan suatu karya seseorang perlu menempuh sebuah proses

sebelumnya yang membutuhkan kerja keras dan kinerja dari pemikirannya,

seorang pencipta harus memiliki pemahaman, pengetahuan, dan keilmuan

yang memadai sehingga dapat menciptakan karya tulis. Dapat dipahami

bahwa perlindungan karya tulis menurut E.H.U. dan A.A.V. di sini adalah

sebagai suatu bentuk apresiasi ataupun penghargaan atas dedikasi yang telah

diberikan oleh seorang pencipta agar terciptanya suatu karya yang

bermanfaat secara umum.

Pandangan yang berbeda dari apa yang diungkapkan oleh R.P.,

R.Sy., R.ka., E.H.U. dan A.A.V. sebagaimana yang dikemukakan oleh

R.L.F. Menurut R.L.F.: “karya tulis harus mendapatkan perlindungan

karena karya tulis itu adalah satu karya dimana dalamnya terdapat gagasan

atau ide dari si pencipta itu sendiri”.132

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat dikemukakan bahwa

menurut R.L.F. karya tulis mendapatkan perlindungan oleh Hak Cipta

131 Wawancara dengan A.A.V., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 1 Oktober 2018 di Kampus IAIN Metro. 132 Wawancara dengan R.L.F., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 90: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxx

karena dimaksudkan untuk melindungi ide ataupun gagasan dari si pencipta.

Dalam analisa peneliti, selama ide atau gagasan belum dituangkan menjadi

suatu konsep misalnya melalui tulisan maka ide/gagasan tersebut memang

masih berada di dalam pikiran. Ide/gagasan tersebut akan tampak setelah

pencipta menuangkan kedalam tulisan karya, dengan begitu maka

ide/gagasan tersebut dapat menjadi bagian dari kekayaan intelektual dan

dilindungi oleh Hak Cipta karena telah diwujudkan dalam bentuk yang

nyata.

Pada dasarnya persepsi yang telah dikemukakan oleh beberapa

responden di atas benar, karena telah mengarah kepada kepentingan

ekonomi dan moral pencipta. Namun perlindungan Hak Cipta terhadap

karya tulis lebih tepatnya yaitu untuk melindungi hak eksklusif dari seorang

pencipta yang terdiri dari hak ekonomi dan hak moral. Perlindungan hak

ekonomi dari seorang pencipta yaitu untuk melindungi ketika adanya

penggunaan secara komersial yang dilakukan oleh orang lain tanpa izin

pencipta, penggunaan secara komersial tersebut ialah pemanfaatan ciptaan

dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi dari berbagai

sumber atau berbayar. Sedangkan perlindungan hak moral bagi pencipta

sebagaimana yang terdapat dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta pasal 5 yaitu untuk tetap dicantumkan namanya pada

salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya, mempertahankan haknya

dalam hal terjadi distorsi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat

merugikan kehormatan diri reputasinya, dan lain-lain.

Page 91: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxxi

2. Bentuk Pelanggaran Hak Cipta Karya Tulis

Berdasarkan hasil wawancara dengan R.P. terkait dengan bentuk

pelanggaran Hak Cipta karya tulis yaitu “mengutip suatu karya orang lain

tanpa menuliskan footnote dan mengcopy buku, itu saja yang saya tahu.133

Pendapat yang senada disampaikan oleh N.S., namun ia

menambahkan bentuk pelanggaran Hak Cipta karya tulis lainnya. N.S.

mengatakan: “Perbuatan seperti mengcopy, ngutip tapi sumbernya nggak

ditulis kalau nggak ya sumbernya ditulis tapi ngawur bukunya, terus

menerbitkan tulisan tanpa izin dari penciptanya”.134

Berdasarkan hasil wawancara dengan R.P. dan N.S. di atas bahwa

R.P. dan N.S. memiliki pandangan yang sama terkait bentuk pelanggaran

Hak Cipta karya tulis yaitu mengcopy buku tanpa seizin pencipta dan

mengutip tulisan milik orang lain tanpa menuliskan footnote atau dengan

bahasa lain sering disebut catatan kaki, N.S. juga menambahkan terkait

penulisan footnote secara tidak benar ataupun secara asal-asalan juga

melanggar Hak Cipta serta pelanggaran apabila menerbitkan karya tanpa

izin pencipta. Penulisan footnote atau catatan kaki tersebut sebagai identitas

dari pencipta atau penulis yang asli yang menjadi sumber rujukan,

sebenarnya ketika seseorang menulis suatu karya kemudian mengutip karya

milik orang lain dan menuliskan catatan kaki pun tidak masalah karena hal

itu juga tidak akan mengurangi bobot dan nilai dari suatu karya tulis karena

133 Wawancara dengan R.P., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro. 134 Wawancara dengan N.S., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018, di Kampus IAIN Metro.

Page 92: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxxii

yang paling penting adalah nilai kejujuran atas karyanya, dengan

pencantuman sumber secara jelas akan menghindarkan diri dari pelanggaran

Hak Cipta. Pelanggaran dengan cara foto copy merupakan suatu bentuk

pelanggaran terhadap karya tulis, namun dalam Undang-Undang Hak Cipta

terdapat pula pembatasan terhadap penggunaan karya termasuk dengan cara

menggandakan / mengcopy dengan syarat disebutkan sumbernya secara

jelas dan dipergunakan untuk kepentingan pendidikan seperti halnya untuk

penulisan karya ilmiah dengan catatan bahwa penggandaan / pengcopyan

tersebut tidak dikomersialisasikan. Sedangkan penerbitan karya milik orang

lain tanpa izin dari penciptanya merupakan tindakan pelanggaran karena

merugikan secara hak ekonomi dari seorang pencipta.

Persepsi yang berbeda dari apa yang dikemukakan oleh R.P. dan

N.S. terkait dengan bentuk pelanggaran Hak Cipta dikemukakan oleh R.Sy.:

“Tindakan yang melanggar secara jelas terhadap karya tulis bisa kita lihat di

sekeliling ya, tindakan copy paste tulisan secara full setelah itu dikasih

nama kita sendiri”.135

Hal senada dengan apa yang diungkapkan oleh R.Sy. yaitu

sebagaimana yang diungkapkan oleh A.A.V. dan N.Ab. Menurut A.A.V.:

“ya salah satu contohnya plagiat skripsi, intinya mencontek karya ilmiah

dari seseorang secara sama persis yang itu bukan dari pemikirannya

sendiri”.136 Pernyataan yang serupa yaitu dari apa yang disampaikan oleh

135 Wawancara dengan R.Sy., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 3 Juli 2018, di Kos R.Sy. 136 Wawancara dengan A.A.V., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 1 Oktober 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 93: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxxiii

N.Ab.: “jiplak makalah mengatasnamakan dia padahal bukan tulisan dia,

jiplak skripsi”.137

Mencermati pendapat dari R.Sy., A.A.V., dan N.Ab. di atas

bahwasanya perbuatan yang masuk ke dalam kategori pelanggaran terhadap

karya tulis yaitu tindakan plagiat dari karya tulis orang lain baik itu

berbentuk makalah, skripsi, atau bentuk karya tulis lainnya, cara yang paling

umum yaitu dengan mengcopy paste tulisan secara utuh tanpa pengubahan

kemudian mengakuinya dengan menuliskan nama pribadi agar orang lain

yang melihatnya sebagai penulis atau pencipta dari karya tulis tersebut.

Perbuatan tersebut merupakan plagiarisme dan orang yang melakukannya

dikatakan sebagai plagiat. Pada dasarnya suatu tindakan dapat dituntut

sebagai suatu tindakan plagiat yang melanggar Hak Cipta apabila salah satu

unsurnya yaitu tindakan plagiat dilakukan terhadap karya cipta yang

dilindungi Hak Cipta, dalam hal ini karya tulis memang salah satu yang

dilindungi oleh Hak Cipta.

Persepsi yang berbeda dari R.P., N.S., dan R.Sy. penulis peroleh

melalui hasil wawancara dengan E.H.U., ia mengatakan:

Menurut saya pribadi perbuatan yang masuk ke pelanggaran Hak

Cipta itu misalnya kita mengambil sepotong-potong atau bagian-

bagian tertentu dari tulisan-tulisan nah setelah itu kita ambil dari

tulisan-tulisan yang lainnya terus digabungin nah setelah itu jadi

kalimat kita sendiri.138

137 Wawancara dengan N.Ab., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 1 Oktober 2018 di Kampus IAIN Metro. 138 Wawancara dengan E.H.U., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 94: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxxiv

Mencermati pendapat yang dikemukakan oleh E.H.U. tersebut,

dapat dipahami bahwa perbuatan yang melanggar Hak Cipta karya tulis

yaitu ketika seseorang mengambil bagian-bagian dari kalimat karya tulis

milik orang lain kemudian menggabungkannya dengan karya tulis milik

orang lain pula lalu mengklaimnya sebagai hasil dari tulisan milik pribadi.

Perbuatan tersebut merupakan salah satu pelanggaran Hak Cipta terhadap

karya tulis karena sehubungan dengan penggunaan yang tidak wajar. Karena

dalam hal ini terjadi modifikasi ciptaan yang dapat kehormatan dan reputasi

seorang pencipta seperti halnya yang terdapat dalam Undang-Undang No.

28 Tahun 2014 Pasal 5 Ayat 1 point (e).

Terdapat beberapa persepsi yang diungkapkan oleh responden

mengenai penyebab atau pun faktor mahasiswa melakukan pelanggaran.

Berikut beberapa hasil wawancara yang peneliti peroleh dari responden,

menurut R.P.: “Kalau gitu sih ya terus terang karena males baca, males

kalau harus beli buku, males ribet cari sumber referensi sampai sedetail-

detailnya gitu, ya pokoknya nggak mau ribet aja”.139 Alasan yang senada

dengan R.P. berkaitan dengan faktor yang menjadi penyebab mahasiswa

melakukan pelanggaran Hak Cipta karya tulis yaitu sebagaimana yang

diungkapkan oleh I.H., A.R., N.Ab. dan N.Ar., hanya saja dengan redaksi

yang berbeda-beda.

139 Wawancara dengan R.P, Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 95: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxxv

I.H. mengungkapkan penyebab pelanggaran itu dilakukan yaitu

“Males ke perpus sih kalok saya asli”.140 A.R. mengatakan: “males

membaca jadi ya yang simple yang instan aja”.141 Sedangkan pernyataan

N.Ab. adalah sebagai berikut: “ya karena males sebagian besarnya”.142

Begitupun dengan N.Ar. mengungkapkan alasan yang sama seperti halnya

R.P., I.H., A.R., dan N.Ab. Pernyataan N.Ar. adalah sebagai berikut:

“hmm.. males mikir, males susah cari referensi”.143

Sedangkan penyebab mahasiswa melakukan pelanggaran Hak Cipta

karya tulis menurut R.Sy. adalah berikut ini:

Apa ya.. karena dukungan teknologi sih, sekarang kan mudah ya

tinggal buka laptop tinggal kita control paste sebentar juga sudah

selesai atau kalau memang adanya file yang bentuknya nggak bisa

di copy ya nggak masalah lah toh kita nggak perlu fikir susah juga

tinggal tulis-tulis aja.144

Lain halnya dengan apa yang dikemukakan oleh R.L.F.: “Karena

tugas seringkali numpuk tuh udah gitu juga waktunya mepet sama

pengumpulan yang dijadwalkan jadi ya mau gimana lagi biar cepat ya

begitu aja lah, yang penting selesai kan ya”.145 Hal senada pun diungkapkan

140 Wawancara dengan I.H., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 24 September 2018 di Kampus IAIN Metro. 141 Wawancara dengan A.R., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Kamis, 27 September 2018 di Kampus IAIN Metro. 142 Wawancara dengan N.Ab., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 1 Oktober 2018 di Kampus IAIN Metro. 143 Wawancara dengan N.Ar., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa 25 September 2018 di Kos N.Ar. 144 Wawancara dengan R.Sy., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018, di Kos R.Sy. 145 Wawancara dengan R.L.F., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 96: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxxvi

oleh A.N.S. seperti berikut: “ya karena kebutuhan karena tugasnya

banyak”.146

Persepsi yang berbeda dari beberapa responden di atas

sebagaimana yang peneliti dapatkan melalui hasil wawancara dengan N.S.

Pemaparan hasil wawancara dengan N.S. adalah sebagai berikut:

Ya kalau dulu sih sering banget itu jujur saja kalau dulu memang

masih bingung ngutip-ngutip gitu caranya gimana jadi ya udah

langsung copas aja semuanya atau kalau dari buku ya ditulis-tulis

aja kan biasanya ditiap lembar udah ada footnotenya tuh malah

kelihatannya banyak referensi yang dibaca, udah gitu dosen jarang

yang komplain bahas itu hasil tulisan kita asli atau bukan, tapi

mulai garap tugas akhir kaya gini sih ya saya mulai serius.147

Persepsi yang senada dari apa yang diungkapkan oleh N.S. yaitu

sebagaimana yang diungkapkan oleh A.R.A. menurutnya yang menjadi

penyebab mahasiswa melakukan pelanggaran Hak Cipta yaitu dalam

pernyataannya berikut ini: “ya kalok saya sih karena bingung nulis sumber

rujukannya yang benar itu kayak gimana, pernah sih waktu itu di ajarin

sama dosen Pak Imam tapi tetep masih bingung”.148

Berdasarkan uraian dari beberapa persepsi diatas terkait penyebab

atau pun faktor mahasiswa melakukan pelanggaran Hak Cipta karya tulis

diantaranya yang paling dominan yaitu karena faktor malas (malas

membaca, malas membeli buku, malas mencari referensi, malas datang ke

perpustakaan, malas berfikir), faktor lain yang menjadi penyebab yaitu

146 Wawancara dengan A.N.S., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Rabu, 26 September 2018 di Kampus IAIN Metro. 147 Wawancara dengan N.S., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro. 148 Wawancara dengan A.R.A., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 24 September 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 97: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxxvii

adanya dukungan teknologi yang memadai, kebutuhan, beban tugas yang

terlampau banyak dengan waktu yang terbatas, kurangnya pengetahuan

tentang cara pengutipan karya tulis dan karena sikap dosen yang kurang

mempersoalkan tentang plagiarisme atas tugas yang ada.

3. Persepsi Mahasiswa Tentang Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya Tulis

Maraknya pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap

Hak Cipta karya tulis dengan cara plagiarisme atas sumber yaitu dengan

tidak mencantumkan sumber referensi kutipan yang digunakan ke dalam

suatu ka rya tulis baik itu berasal dari buku atau jurnal di internet, mengutip

atau menyalin suatu bagian dari dokumen elektronik (internet) tanpa

menyebut sumber kutipan, dan copy paste melalui internet atau pun

dokumen elektronik lalu menganggapnya sebagai hasil karya tulisnya.

Banyak persepsi yang muncul terhadap pelanggaran Hak Cipta karya tulis

tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan E.H.U. ia

mengatakan:

Pelanggaran-pelanggaran yang begitu memang banyak sudah hal

yang biasa menurut saya kalau dilihat lingkungan kampus, itu

sudah menjadi suatu kebiasaan lagian bukan hanya orang awam

saja yang melakukan tindakan seperti itu malah justru orang yang

berpendidikan tinggi juga kayak begitu, kalau ditanya penilaian

saya tentang perbuatan pelanggaran itu ya biasa saja.149

Berdasarkan hasil wawancara yang dikemukakan oleh E.H.U. di

atas bahwa menurutnya tindakan pelanggaran yang dilakukan memang telah

banyak dilakukan di lingkungan kampus dalam arti mahasiswa kebanyakan

149 Wawancara dengan E.H.U., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 98: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxxviii

memang melakukan hal yang demikian, menurutnya perbuatan pelanggaran

itu telah menjadi sebuah kebiasaan yang tak hanya dilakukan oleh orang

awam saja namun orang yang berpendidikan tinggi pun bukan jaminan

bahwa ia tidak melakukan perbuatan pelanggaran tersebut. Menurut

penilaiannya terkait tindakan yang melanggar tersebut adalah tindakan yang

biasa saja dalam arti tidak membawa pengaruh bagi siapa saja.

Persepsi lain datang dari N.Ar. berkenaan dengan penilaiannya

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa adalah berikut ini:

“Untuk saat ini tindakan yang seperti itu biasa saja sih itu sudah umum

soalnya semua orang kan pengennya yang instan”.150

Hal senada sebagaimana yang diungkapkan oleh I.H. berikut ini:

“Menurut saya sih biasa saja, kan yang kayak gitu banyak yang melakukan

bukan cuman satu dua orang tetapi hampir rata-rata kayak begitu”.151

Persepsi lain yang senada dengan apa yang diungkapkan oleh N.Ar.

dan I.H. sebagaimana yang dikemukakan oleh N.S. Menurutnya: “Biasa saja

sih, semua juga begitu, mustahil kalau tidak ada mahasiswa yang melakukan

pelanggaran seperti itu”.152

Dapat dicermati dari hasil wawancara dengan N.Ar., I.H., dan N.S.

di atas bahwa menurutnya pelanggaran terhadap Hak Cipta karya tulis yang

terjadi merupakan hal yang biasa saja karena sudah menjadi sesuatu yang

150 Wawancara dengan N.Ar., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 25 September 2018 di Kos N.Ar. 151 Wawancara dengan I.H., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 24 September 2018 di Kampus IAIN Metro. 152 Wawancara dengan N.S., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 99: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

lxxxix

umum dalam arti banyak mahasiswa yang melakukan dan menurutnya

bahwa tidak ada mahasiswa yang tidak pernah melakukan pelanggaran atas

karya tulis.

Menurut persepsi R.Sy. terkait pelanggaran yang marak terjadi

adalah sebagai berikut:

Ya.. memang sih itu menyalahi aturan yang ada, nulis sembarangan

gak cantumin footnote, copy-copy, jiplak itu kan sudah jelas

melanggar aturan yang ada tapi ya menurut saya itu normal normal

saja lah wajar malahan sekarang kan dukungan teknologi makin

canggih kalau bisa mudah kenapa dipersulit.153

Mencermati apa yang disampaikan oleh R.Sy. di atas, dalam

memandang pelanggaran yang ada seperti halnya dalam penulisan tanpa

mencantumkan footnote, mengcopy, menjiplak suatu karya milik orang lain

memang suatu perbuatan yang melanggar hukum dalam sejumlah aturan

yang ada, namun menurutnya tindakan seperti itu merupakan hal yang

normal dan wajar, perbuatan pelanggaran tersebut menurutnya tidak lepas

dari dukungan teknologi pada era ini yang semakin mempermudah bagi

seseorang untuk mengakses dan melakukan pelanggaran terhadap Hak Cipta

karya tulis, yang terpenting menurutnya meskipun itu suatu bentuk

pelanggaran namun sekiranya dapat mempermudah dan membantu kesulitan

yang kerap dialami oleh mahasiswa.

Sedangkan persepsi lain mengenai pelanggaran terhadap Hak

Cipta karya tulis yang dilakukan oleh mahasiswa datangnya dari A.R.,

menurut A.R. adalah berikut ini:

153 Wawancara dengan R.Sy., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018, di Kos R.Sy.

Page 100: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xc

“Nggak papa sih kalok menurutku nggak masalah , pelanggaran

yang kayak begitu kan masih untuk pengerjaan tugas kayak buat

makalah atau nggak buat garap skripsi aja kecuali kalok

pelanggaran itu misalnya jiplak habis itu dibuat buku terus dijual

dapat keuntungan nah itu baru yang kayak gitu gak boleh”.154

Dari hasil wawancara dengan A.R. di atas bahwa menurutnya

pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan hal yang tidak

masalah untuk dilakukan karena diperuntukkan bagi pengerjaan tugas

perkuliahan, menurutnya pelanggaran itu tidak diperbolehkan apabila

dilakukan untuk tujuan memperoleh keuntungan misalnya dengan

pengambilan karya milik orang lain lalu diperjual belikan. Menurut analisa

peneliti bahwa apa yang diungkapkan oleh A.R. tersebut seolah tidak

menyadari bahwa semua jenis karya tulis dalam bentuk apapun merupakan

sesuatu yang dilindungi oleh Hak Cipta sebagaimana yang tercantum dalam

Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta pada pasal 40.

Dari beberapa persepsi di atas sebagaimana yang diungkapkan oleh

enam responden (E.H.U., N.Ar., I.H., N.S., R.Sy., dan A.R.) dapat dipahami

bahwa menurutnya pelanggaran terhadap Hak Cipta karya tulis yang marak

terjadi merupakan suatu hal yang biasa saja, wajar, normal, dan tidak

masalah untuk dilakukan. Persepsi tersebut seolah dapat menggambarkan

bahwa kesadaran hukum mahasiswa masih lemah, mereka bersikap acuh

terhadap peraturan yang ada, sikap hormat terhadap hukum pun menjadi hal

yang mustahil untuk ditumbuhkan apabila esensi taat hukumnya sudah

terlanjur bergeser menjadi acuh hukum seperti itu.

154 Wawancara dengan A.R., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Kamis, 27 September 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 101: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xci

Merujuk kepada bentuk persepsi, maka persepsi di atas merupakan

bentuk persepsi yang positif. Persepsi positif adalah persepsi atau

pandangan tentang suatu obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana

subyek yang mempersepsikan tersebut cenderung menerima obyek yang

ditangkapnya karena merasa sesuai dengan pribadinya. Artinya dalam

mempersepsikan pelanggaran tersebut responden cenderung menerima dan

menyukai dan menerima dengan adanya tindakan pelanggaran tersebut

karena sesuai dengan pribadinya, Persepsinya terhadap pelanggaran itu

mengarah kepada bentuk persepsi yang baik karena memandang bahwa

tindakan pelanggaran tersebut merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan.

Persepsi yang berbeda dari apa yang disampaikan oleh ke enam

responden di atas yaitu peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan

beberapa responden di bawah ini, salah satunya datang dari R.L.F. Menurut

R.L.F. adalah sebagai berikut:

Nggak pantas sih, kalau namanya pelanggaran ya tetap saja itu

salah mau dibilang apa saja, seharusnya kalau orang yang

berpendidikan pastinya dia sudah tau dan seharusnya nggak

melakukan pelanggaran. Kayak sudah jadi budaya sih perbuatan-

perbuatan itu, lihat saja mulai dari yang semester awal sampai yang

semester atas pasti ya sama saja, tapi kalau penilaian saya sih

kalau yang melakukan pelanggaran itu masih semester-semester

awal yang mungkin belum tahu itu bukan hal yang terlalu buruk

lah tapi ya kalau yang semester atas itu sangat buruk dia

sebenarnya sudah paham.155

Pernyataan R.L.F. di atas senada dengan apa yang disampaikan

oleh A.N.S.: “menurut saya pelanggaran-pelanggaran itu ya relatif sih, itu

155 Wawancara dengan R.L.F., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018, di Kampus IAIN Metro.

Page 102: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xcii

buruk bagi mahasiswa yang sudah tau tentang peraturan Hak Cipta tapi tetap

melakukan pelanggaran, tapi kalau itu mahasiswa belum tau peraturannya

ya dimaklumi”.156

Mencermati apa yang diungkapkan oleh R.L.F. di atas bahwa ia

memandang perbuatan pelanggaran yang dilakukan oleh kebanyakan

mahasiswa adalah suatu tindakan yang tidak pantas, menurutnya suatu

pelanggaran tetaplah dihukumi sebagai suatu pelanggaran yang tidak etis,

menurutnya orang yang berpendidikan tinggi seharusnya tahu dan tidak

melakukan pelanggaran. Perbuatan pelanggaran yang ada di kampus telah

menjadi sebuah budaya yang sulit untuk dihindarkan, menurutnya itu dapat

dibuktikan dengan pelanggaran yang dilakukan baik oleh mahasiswa

semester awal sampai kepada mahasiswa semester atas. Menurut R.L.F. dan

A.N.S. di atas apabila pelanggaran dilakukan oleh seseorang yang belum

tahu bahwa itu merupakan tindakan yang melanggar Hak Cipta maka itu

bukanlah suatu hal yang buruk namun apabila seseorang telah mengetahui

terkait peraturan yang ada maka itu merupakan suatu hal yang sangat buruk.

Sedangkan menurut pandangan R.ka. terkait pelanggaran terhadap

karya tulis adalah berikut ini:

Kalau menurut saya pribadi ya itu merupakan hal yang buruk

termasuk saya juga begitu, itu dikatakan buruk karena kita ini kan

mahasiswa, kalau kata orang kita adalah orang yang berpendidikan,

kita sebenarnya tahu bahwa tindakan itu melanggar hukum

khususnya Hak Cipta tapi kita tetap melakukannya termasuk saya

pun melakukannya gitu, itu memang hal yang buruk yang memang

dari dulu sampai sekarang juga tidak ada perubahan karena tidak

156 Wawancara dengan A.N.S., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Rabu, 26 September 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 103: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xciii

ada tindakan yang tegas juga dari pemerintah hanya sebatas aturan

yang ada di Undang-Undang tapi tidak pernah direalisasikan tidak

pernah ada tindakan tegas kepada kita, kepada orang-orang yang

melakukan hal itu.157

Mencermati apa yang dikemukakan oleh R.ka. di atas bahwasanya

perbuatan-perbuatan pelanggaran atas Hak Cipta karya tulis oleh mahasiswa

merupakan hal yang buruk karena pelakunya adalah mahasiswa yang

dianggap sebagai orang yang berpendidikan dan mempunyai pengetahuan

yang baik, dari itu mahasiswa sudah selayaknya untuk mentaati peraturan

yang ada, mahasiswa seharusnya aktif untuk menggerakkan aturan-aturan

tersebut dan tidak sepantasnya untuk melanggar. Menurut R.ka. perbuatan

pelanggaran Hak Cipta karya tulis yang dari dulu sampai sekarang

dilakukan oleh mahasiswa itu karena tidak adanya tindakan yang tegas oleh

pemerintah jika terjadi suatu pelanggaran, peraturan tersebut hanya ada

dalam Undang-Undang namun tidak ada realisasinya yang mungkin dapat

menimbulkan efek jera bagi siapa saja yang melakukan perbuatan tidak

terpuji dengan melanggar Undang-Undang Hak Cipta.

Persepsi lain datangnya dari N.Ab.: “menurut saya itu buruk

karena dia tidak menyebutkan siapa pencipta yang asli dan ada unsur

penipuan”.158 Hal tersebut juga senada dengan apa yang disampaikan oleh

A.A.V., menurutnya tindakan pelanggaran tersebut juga buruk dan akan

berimbas negatif ke diri individu yang melakukan, berikut pernyataan dari

A.A.V.: “kalau saya pribadi, tindakan pelanggaran itu buruk malahan

157 Wawancara dengan R.ka., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro. 158 Wawancara dengan N.Ab., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 1 Oktober 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 104: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xciv

berimbas negatif ke diri individu tersebut, jadi dia terbiasa memplagiat

karya dan jadi ketergantungan”.159

Mencermati apa yang dikemukakan oleh N.Ab. dan A.A.V. di atas

bahwa mereka menilai tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh

mahasiswa merupakan hal yang buruk karena tidak menuliskan siapa

pencipta karya tulis yang asli sehingga mengakibatkan adanya unsur

penipuan dan dari tindakan tersebut akan berpengaruh terhadap individu

karena akan menjadi terbiasa untuk melakukan sebuah pelanggaran.

Menurut penilaian A.R.A. mengenai pelanggaran yang dilakukan

adalah sebagai berikut: “ya kayak gitu nggak baik sih tapi gimana karena

kadang bingung jadi ya begitu”.160 Dari hasil wawancara dengan A.R.A.

dapat diketahui bahwa penilaiannya terhadap tindakan pelanggaran terhadap

Hak Cipta merupakan hal yang tidak baik namun ia mengungkapkan hal

tersebut dilakukan dikarenakan kebingungan dalam mengerjakan tugas

dengan benar sebagaimana mestinya.

Persepsi berikutnya datang dari R.P., ia mengatakan: “kalau

menurut aku ya itu termasuk perbuatan yang buruk karena ngutip buku

tanpa mencantumkan darimana sumber buku itu berasal jadi harus jelas,

namanya juga pelanggaran ya pasti buruk”.161

159 Wawancara dengan A.A.V., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 1 Oktober 2018 di Kampus IAIN Metro. 160 Wawancara dengan A.R.A., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 24 September 2018 di Kampus IAIN Metro. 161 Wawancara dengan R.P., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 105: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xcv

Mencermati hasil wawancara dengan R.P. di atas bahwa

menurutnya perbuatan pelanggaran terhadap Hak Cipta karya tulis

merupakan perbuatan yang buruk, seharusnya dalam pengutipan terhadap

karya orang lain harus ditulis dengan benar darimana sumber itu berasal

agar tidak melanggar Undang-undang yang ada.

Dari hasil wawancara dengan tujuh informan di atas (R.L.F.,

A.N.S., R.Ka., N.Ab., A.A.V., A.R.A., dan R.P.) dapat dipahami bahwa

persepsi mereka terhadap tindakan pelanggaran Hak Cipta karya tulis yang

dilakukan oleh mahasiswa merupakan suatu hal yang tidak pantas untuk

dilakukan, ke tujuh informan mengatakan bahwa tindakan itu merupakan hal

yang buruk bahkan akan memberikan dampak negatif bagi individu yang

melakukannya.

Merujuk kepada bentuk persepsi maka ke tujuh persepsi yang

diungkapkan oleh responden di atas (R.L.F., A.N.S., R.Ka., N.Ab., A.A.V.,

A.R.A., dan R.P.) merupakan persepsi yang negatif. Persepsi negatif yaitu

persepsi atau pandangan tentang suatu obyek yang menunjukkan pada

keadaan dimana subyek yang mempersepsikan tersebut cenderung menolak

atas obyek yang ditangkapnya karena tidak sesuai dengan pribadinya.

Artinya dalam mempersepsikan pelanggaran tersebut responden cenderung

tidak menyukai dengan pelanggaran tersebut karena tidak sesuai dengan

pribadinya, persepsinya terhadap pelanggaran itu mengarah kepada bentuk

persepsi yang buruk karena memandang bahwa tindakan itu suatu hal yang

Page 106: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xcvi

tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tercela karena bertentangan

dengan norma dan aturan yang ada.

Apabila pelanggaran karya tulis itu benar dilakukan maka

konsekuensi bagi yang melakukannya maka mendapatkan sanksi. Jika

melihat Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta pasal 99

ayat (1) maka pelaku pelanggaran dapat dikenai sanksi berupa ganti rugi

atas gugatan keperdataan yang dilakukan oleh penggungat/ dalam hal ini

pencipta/ pemegang Hak Cipta melalui Pengadilan Niaga. Sedangkan sanksi

terhadap pelaku plagiat sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS)

pada Pasal 25 ayat (2) disebutkan bahwa “lulusan perguruan tinggi yang

karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar akademik, profesi, atau

vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya”.

Selain sanksi administrasi, pada Pasal 70 Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) juga diatur

sanksi pidana terhadap pelaku plagiat di Perguruan Tinggi. Pasal tersebut

tertulis:

Lulusan yang karya ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan

gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 25 ayat (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan

pidana penjara paling lama dua (2) tahun dan/atau pidana denda

paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah).

Terdapat beberapa persepsi dalam menyikapi konsekuensi yang

akan diterima sebagaimana yang disampaikan oleh responden berikut ini,

menurut R.P. “ Ya kalau konsekuensi memang ada kemudian sanksi itu

Page 107: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xcvii

benar-benar diterapkan ya pastinya jera sih ”.162 Persepsi yang berbeda

dikemukakan oleh R.ka. menurutnya: “Tidak perlu menerima sanksi karena

memang perbuatan pelanggaran itu memang sudah dari dulu itu ada kok.163

Persepsi yang berbeda dikemukakan oleh R.Sy. Menurut R.Sy.:

Ya cukup memberatkan lah kalau kami mahasiswa harus menerima

sanksi toh kalaupun sanksi itu benar diterapkan bakalan banyak

yang kena malah hampir semua, tapi menurut saya sih hukum

sekarang lemah jadi konsekuensi itu mungkin juga gak bakal

diterima.164

Berdasarkan dari uraian ketiga persepsi di atas dalam menyikapi

konsekuensi yang akan diterima karena melakukan suatu pelanggaran Hak

Cipta adalah sanksi tersebut akan menimbulkan efek jera sehingga mungin

kedepannya tidak mengulangi pelanggaran itu lagi, persepsi lain

mengatakan bahwa konsekuensi dalam bentuk sanksi itu tidak diperlukan

karena memang perbuatan pelanggaran dari sejak dulu memang telah ada

dan kerap dilakukan. Adapun yang lain yaitu mengatakan bahwa ketika

konsekuensi itu diterapkan maka itu memberatkan bagi mahasiswa

menurutnya dan jika itu benar diterapkan maka hampir semua mahasiswa

akan menerima konsekuensi berupa sanksi karena hampir semua mahasiwa

melakukan pelanggaran tersebut.

Meskipun pelanggaran itu dilakukan dan terdapat beberapa

responden yang mempersepsikan terkait pelanggaran dengan penilaian

162 Wawancara dengan R.P., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro. 163 Wawancara dengan R.ka., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro. 164 Wawancara dengan R.Sy., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018, di Kos R.Sy.

Page 108: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xcviii

bahwa tindakan tersebut merupakan hal yang biasa saja dan tidak masalah

untuk dilakukan namun beberapa responden di bawah ini dapat

mempersepsikan terkait hukum atas pelanggaran Hak Cipta karya tulis

menurut pandangan Islam dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari hasil

wawancara berikut ini, menurut R.P.: “secara Islam itu nggak boleh karena

sama saja dia merampas hak orang lain selain itu ia juga mengakibatkan

kerugian bagi si pencipta, tindakan-tindakan yang seperti itu dilarang

Islam”.165

Dapat dikemukakan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan

R.P. bahwa dalam hukum Islam pelanggaran terhadap Hak Cipta karya tulis

itu tidak diperbolehkan karena tindakan tersebut sama saja dengan

merampas hak orang lain. Sedangkan dalam Islam kita dilarang mengambil

sesuatu yang bukan hak kita, karena di dalamnya tidak akan mengandung

keberkahan. Selain dari pada itu tindakan tersebut juga merugikan bagi

penciptanya, Islam melarang segala tindakan yang merugikan orang lain

karena itu masuk ke dalam perbuatan yang dzalim.

Pendapat lain yaitu peneliti dapatkan melalui hasil wawancara

dengan R.Sy. dan E.H.U., keduanya memiliki pendapat yang sama terkait

hukum pelanggaran Hak Cipta Karya Tulis dalam Islam. Menurut R.Sy.

adalah berikut ini: “Haram... ya kan itu namanya mencuri”.166

165 Wawancara dengan R.P., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro. 166 Wawancara dengan R.Sy., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018 di Kos R.Sy.

Page 109: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

xcix

Pendapat R.Sy. di atas senada dengan yang dikemukakan oleh

E.H.U. hanya saja dengan redaksi yang berbeda. Menurut E.H.U.: “Ya

nggak boleh, itu haram hukumnya, karena itu salah satu tindakan

pencurian”.167

Pendapat yang hampir sama juga disampaikan oleh R.L.F.

Menurutnya sebagai berikut:

Pencurian atas karya orang lain dalam Islam memang nggak boleh,

ini berbicara tentang kepemilikan, ketika pengambilan pengutipan

tanpa disebutkan penciptanya atau pun tindakan pengambilan karya

orang lain dan mengakuinya sebagai karya miliknya berarti itu

tindakan pencurian yang dilarang oleh Islam.168

Mencermati ketiga pendapat yang dikemukakan oleh R.Sy.,

E.H.U., dan R.L.F. di atas bahwa dalam Islam tindakan pelanggaran Hak

Cipta karya tulis hukumnya adalah haram karena tindakan itu sebagai

tindakan pencurian yang dalam hal ini adalah pencurian karya. Mencuri

berarti mengambil sesuatu yang bukan haknya. Dalam pandangan Islam

mencuri merupakan dosa dan tidak sesuai dengan rukun iman, rukun Islam,

dan fungsi agama.

Pendapat yang berbeda yaitu yang dikemukakan oleh R.ka.

Menurutnya adalah sebagai berikut ini:

Islam itu kan mengakui adanya hak kepemilikan seseorang, jadi

dalam Islam perbuatan pelanggaran Hak Cipta itu nggak boleh itu

sama saja menggunakan hak milik orang lain secara batil, boleh

saja menggunakan hak milik orang lain namun dengan seizin

167 Wawancara dengan E.H.U., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018, di Kampus IAIN Metro. 168 Wawancara dengan R.L.F., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018, di Kampus IAIN Metro.

Page 110: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

c

pemiliknya dalam hal ini penciptanya atau dengan cara-cara yang

dibenarkan oleh syariat.169

Memahami pendapat yang telah dipaparkan oleh R.ka. tersebut

dapat dipahami bahwa Islam mengakui adanya kepemilikan oleh seseorang,

karya cipta juga merupakan bagian harta yang harus dilindungi.

Menggunakan harta milik orang lain tanpa seizin yang memiliki tidak

diperkenankan oleh Islam, namun dalam menggunakan hak-hak orang lain

harus melalui jalan yang dibenarkan syariat bukan dengan cara yang bathil.

Pada dasarnya informan dapat mempersepsikan dengan baik terkait

hukum melakukan pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis, pelanggaran

tersebut memang tidak diperbolehkan dan diharamkan oleh Allah SWT.

Sebagaimana firman-Nya berikut ini:

◆ ❑➔⬧ ⬧◆❑ ⧫

⧫ ❑➔◆ ◼ ⧫ ❑➔→⧫

⬧ ◆❑ ◆ ⧫❑☺◼➔⬧

Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian

yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan

(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,

supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu

Mengetahui. (QS. Al-Baqarah [2] : 188).170

169 Wawancara dengan R.ka., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018, di Kampus IAIN Metro. 170 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 Edisi Revisi, (Surabaya

: Karya Agung Surabaya, 2006), h. 36.

Page 111: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

ci

◆ ➔⬧◆ ❑➔⬧⬧ ☺⧫ ⧫

☺ ⧫ ⬧⧫ ◆ ⧫

Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa

yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah

[6] : 38)171

Beberapa responden memberikan beberapa solusi yang dapat

diterapkan agar pelanggaran itu tidak secara terus menerus dilakukan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan R.P., pernyataannya adalah

berikut ini: “Solusi kalau menurut saya ya itu buku-buku diperpustakaan

harus lengkap, jadi ketika ada tugas nyarinya nggak susah, kadang kan

copas copas di internet kayak gitu atau footnotenya nggak ditulis ya karena

bingung yang jadi bahan referensinya nggak ada”.172

Persepsi yang berbeda diungkapkan oleh E.H.U. Menurutnya

solusinya adalah “Mahasiswa harus punya banyak sumber referensi, ia harus

punya banyak buku”.173

Persepsi berbeda dari apa yang diungkapkan E.H.U. yaitu yang

disampaikan oleh R.Sy. Menurut R.Sy.:

171 Ibid., h. 151. 172 Wawancara dengan R.P, Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018, di Kampus IAIN Metro. 173 Wawancara dengan E.H.U., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 112: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

cii

Solusi yang paling tepat lembaga pendidikannya harus lebih marak

untuk mensosialisasikan Hak Cipta karya tulis itu, menurut saya

tempat yang cocok untuk dilakukan sosialisasi ya di lembaga

pendidikan karena dengan hal tersebut nantinya agar tercipta

generasi yang mau berfikir kritis, berfikir jauh, nggak secara instan

dengan menjiplak karya orang.174

Berdasarkan wawancara dengan R.L.F. mengenai solusi dalam

menangani pelanggaran Hak Cipta karya tulis adalah dalam pernyataannya

berikut ini:

Solusi bisa dimulai dari dosennya, maksudnya dosennya itu harus

menekankan lebih tegas lagi ketika membebankan suatu tugas, nah

kalau mahasiswa sudah terbiasa dari awal seperti itu dia akan takut

untuk melakukan pelanggaran dan nantinya pelanggaran itu bukan

menjadi satu hal yang lumrah.175

Pendapat lain datangnya dari N.S., menurutnya: “Solusinya dari

pemerintah juga dari lembaga pendidikannya ya supaya tegas untuk

menangani pelanggaran seperti itu, istilahnya biar ada efeknya”.176

A.AV. juga mengungkapkan solusi yang dapat dilakukan untuk

meminimalisir tindakan pelanggaan terhadap Hak Cipta karya tulis

menurutnya: “dengan cara memberikan pelatihan dalam membuat karya

tulis yang benar dan itu harus dijalankan oleh mahasiswa”.177

Berdasarkan uraian dari ke lima persepsi di atas mengenai solusi

yang tepat agar pelanggaran Hak Cipta karya tulis tidak secara terus

menerus diantaranya penambahan koleksi buku perpustakaan kampus secara

174 Wawancara dengan R.Sy., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018, di Kos R.Sy. 175 Wawancara dengan R.L.F., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018, di Kampus IAIN Metro. 176 Wawancara dengan N.S., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018, di Kampus IAIN Metro. 177 Wawancara dengan A.A.V., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 1 Oktober 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 113: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

ciii

lengkap, mahasiswa mempunyai sumber bacaan buku sendiri, sosialisasi

Hak Cipta karya tulis, dosen bertindak lebih tegas, pemerintah dan lembaga

pendidikan lebih menaruh perhatian dan bersikap tegas dengan pelanggaran

yang ada, dan mahasiswa diberikan pelatihan cara pembuatan karya tulis

yang benar.

Indvidu dalam sebuah kelompok akan mengalami proses sosialisasi

agar ia dapat hidup dan bertingkah laku sesuai nilai dan norma yang berlaku

dimana individu itu berada. Dalam kasus maraknya pelanggaran Hak Cipta

karya tulis yang dilakukan mahasiswa membuktikan bahwa proses

sosialisasi mengenai Undang-Undang Perlindungan Hak Cipta masih belum

dijalankan dengan maksimal. Sosialisasi nampaknya dapat diterapkan

karena dapat membuka mata mahasiswa terhadap keberadaan Hak Cipta

dalam karya tulis. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh R.P.,

menurutnya adalah berikut ini: “Untuk saat ini sosialisasi sangat dibutuhkan

agar semua mahasiswa dapat mengetahui bahwasanya plagiasi itu

merupakan pelanggaran dan merupakan tindakan yang melanggar

hukum”.178

Pendapat yang senada sebagaimana yang dikemukakan oleh E.H.U.

dan A.A.V. hanya saja dengan redaksi yang berbeda. Pernyataan E.H.U.

adalah sebagai berikut: “Perlu sosialisasi karena sekarang banyak yang

nggak tahu Undang-Undang yang terbaru itu Undang-Undang Nomor

berapa tahun berapa terus bagaimana bunyi hukumnya, sanksinya itu

178 Wawancara dengan R.P., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 2 Juli 2018, di Kampus IAIN Metro.

Page 114: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

civ

gimana”.179 Sedangkan A.A.V. menyatakan berikut ini: “Penting sih

sosialisasi karena mungkin nggak semua mahasiswa tahu tentang Undang-

undang Hak Cipta bahwa plagiat itu salah satunya masuk kategori

pelanggaran Hak Cipta maksudnya kalau yang melakukan ya biar

berhenti”.180

Mencermati hasil wawancara dengan R.P. dan E.H.U. bahwa untuk

saat ini sosialisasi diperlukan karena untuk menambah pengetahuan dalam

hal Hak Cipta. Dengan adanya sosialisasi maka pengetahuan akan semakin

bertambah sehingga dapat memahami kandungan yang terdapat dalam suatu

aturan perundang-undangan dan memberikan dampak yang positif sebagai

langkah meminimalisir pelanggaran yang ada, karena jika dilakukan secara

terus menerus maka dapat membunuh kreatifitas dari seorang pencipta dan

bisa saja ia akan merasa enggan untuk menulis dan menciptakan karya

kembali karena merasa dirugikan.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Mahasiswa Tentang

Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya Tulis

Ketika individu mempersepsikan sesuatu, termasuk dalam

mempersepsikan tentang pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis, maka terdapat

beberapa faktor yang memepengaruhi dalam mempersikannya. Menurut

Robins dalam Maropen Simbolon, faktor yang mempengaruhi tersebut ada 3

(tiga), diantaranya:

179 Wawancara dengan E.H.U., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Selasa, 3 Juli 2018, di Kampus IAIN Metro. 180 Wawancara dengan A.A.V., Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Angkatan

2014, Senin, 1 Oktober 2018 di Kampus IAIN Metro.

Page 115: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

cv

1. Faktor yang berasal dari karakteristik pribadi pemersepsi seperti; sikap,

motif, kepentingan, pengalaman dan pengharapan.

2. Faktor situasional seperti; waktu, keadaan/tempat dan keadaan sosial.

3. Faktor dalam target seperti; hal-hal yang masih baru, gerakan, bunyi, suara,

ukuran, latar belakang, keadaan dan kesamaan. 181

Sedangkan menurut Miftah Toha dalam Hasmiati, faktor-faktor yang

mempengaruhi seseorang adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal (dari dalam) diantaranya prasangka, keinginan atau harapan,

perhatian, proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan

kebutuhan, minat dan motivasi dari pemersepsi.

2. Faktor eksternal (dari luar) diantaranya latar belakang keluarga, informasi

yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran,

keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal yang baru dan familiar ataupun

ketidak asingan dari suatu objek bagi pemersepsi.182

Untuk memudahkan peneliti dalam melihat faktor apa yang

mempengaruhi mahasiswa dalam mempersikan tentang pelanggaran Hak Cipta

karya tulis maka peneliti akan memetakan subjek analisis sebagaimana dalam

pembahasan yang sebelumnya.

1. Pemahaman Tentang Hak Cipta

Ketika individu mempersepsikan tentang Hak Cipta, faktor yang

turut mempengaruhi persepsi tersebut berasal dari faktor eksternal (dari

181 Maropen Simbolon, “Persepsi dan Kepribadian”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 2,

No. 1, Maret 2008, h. 55. 182 Hasmiati, “Analisis Persepsi Masyarakat Kawasan Adat Amma Toa Kajang Terhadap

Muhammadiyah”, Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, Vol. V No. 1 Mei 2017, h. 147- 14

148.

Page 116: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

cvi

dalam) responden yaitu berupa informasi yang di peroleh dan pengetahuan

tentang Hak Cipta yang ia dapat melalui proses belajarnya di semester tiga

sehingga responden dapat mempersepsikan dan memiliki pemahaman

yang baik tentang Hak Cipta. Sedangkan dalam mempersepsikan tujuan

perlindungan terhadap karya tulis responden selain dipengaruhi oleh

pengetahuan juga dipengaruhi oleh nilai. Nilai merupakan sesuatu yang

ingin dicapai atau sebagai sesuatu yang diharapkan. yang dimaksud nilai

disini adalah nilai yang lahir dari karya tulis itu sendiri diantaranya nilai

yang lahir dari keorisinalitasan atau keaslian karya, nilai materi, nilai moril

pencipta, nilai penghargaan, dan nilai terhadap kreatifitas pencipta.

Sehingga dengan adanya nilai yang lahir dari karya tulis tersebut maka

penting untuk mendapatkan suatu perlindungan.

2. Bentuk Pelanggaran Hak Cipta Atas Karya Tulis

Faktor yang mempengaruhi responden dalam mempersepsikan

tentang bentuk pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis dan yang melatar

belakangi mahasiswa melakukan pelanggaran terhadap karya tulis selain

dipengaruhi oleh faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor yang

berasal dari karakteristik pribadi yaitu berupa pengalaman. Pengalaman

merupakan sesuatu yang pernah dialami dan dilakukan oleh individu.

Selain dari faktor pengalaman, faktor situasional juga turut mempengaruhi

karena dalam hal ini cara individu mempersepsikan tidak hanya tergantung

pada rangsangan fisik tetapi juga terpengaruh pada rangsangan yang

berhubungan dengan keadaan lingkungan sekitar responden yang

Page 117: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

cvii

bersangkutan yang mana lingkungan tersebut banyak terjadi pelanggaran

Hak Cipta karya tulis.

3. Persepsi Mahasiswa Tentang Pelanggaran Hak Cipta atas Karya Tulis

Hasil wawancara yang peneliti peroleh dari beberapa responden

tentang pelanggaran Hak Cipta karya tulis yang terjadi terdapat dua

persepsi sebagaimana yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya

yaitu ke enam responden (E.H.U., N.Ar., I.H., N.S., R.Sy., dan A.R.)

memandang bahwa tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh mahasiswa

merupakan hal yang biasa saja, wajar, normal, dan tidak masalah untuk

dilakukan. Sedangkan ke tujuh responden lainnya (R.L.F., A.N.S., R.Ka.,

N.Ab., A.A.V., A.R.A., dan R.P.) memandang bahwa tindakan pelanggaran

itu merupakan suatu hal yang tidak pantas untuk dilakukan, ke tujuh

informan tersebut mengatakan bahwa tindakan itu merupakan hal yang

buruk bahkan akan memberikan dampak negatif bagi individu yang

melakukannya. Dalam mempersepsikan tentang pelanggaran Hak Cipta

karya tulis tersebut faktor yang paling dominan dalam mempengaruhi

persepsinya yaitu faktor yang berasal dari karakteristik pribadi responden,

dalam hal ini adalah sikap kepribadian.

Sikap itu yang merujuk seseorang untuk berperilaku terhadap

sesuatu. Karakter dan sikap seseorang mampu mempengaruhi penilaiannya

terhadap suatu hal. Persepsi yang mengatakan bahwa pelanggaran

merupakan hal yang biasa saja, wajar, normal, dan tidak masalah untuk

dilakukan dipengaruhi oleh sikap karakteristik pribadi responden yang

Page 118: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

cviii

buruk. Sedangkan persepsi yang mengatakan bahwa tindakan pelanggaran

merupakan yang tidak pantas untuk dilakukan, merupakan suatu hal yang

buruk dan akan memberikan dampak negatif pada pelakunya dipengaruhi

oleh sikap karakteristik pribadi responden yang baik.

Ketika pelanggaran itu dilakukan maka konsekuensi terhadap

pelaku pelanggaran tersebut akan mendapatkan sanksi, termasuk

pelanggaran terhadap Hak Cipta, namun dalam pernyataan melalui hasil

wawancara dengan beberapa responden terdapat beberapa persepsi, ada

yang mengatakan jika itu diterapkan dan diterima akan menjadi jera dan

ada persepsi yang mengatakan bahwa sanksi itu tidak perlu diterima karena

merasa bahwa pelanggaran sejak dulu memang telah ada dan apabila itu

diterapkan akan memberatkan mahasiswa karena semua pun

melakukannya. Dalam mempersepsikan hal-hal tersebut menurut analisa

peneliti bahwa faktor yang turut mempengaruhi dalam mempersepsikannya

yaitu dipengaruhi oleh sikap karakteristik pribadi responden, karena dalam

hal ini sikap tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya ia menyadari ketika

melakukan pelanggaran maka ia akan mendapati sanksi namun ia

menunjukkan sikap yang tak suka dan tidak dapat menerima apabila sanksi

itu benar diterapkan sehingga ia mempersepsikan bahwa konsekuensi itu

tidak perlu diterima dan memberatkan.

Pengetahuan hukum agama yang dimiliki responden sebenarnya

baik sehingga turut mempengaruhi persepsinya sehubungan dengan

pelanggaran Hak Cipta dari sudut pandang Islam dengan benar hanya saja

Page 119: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

cix

itu tidak sejalan dengan tindakan dan persepsinya terhadap pelanggaran

yang ada. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan agama yang baik tidak

menjamin seseorang untuk berlaku dengan baik dan benar.

Terdapat beberapa solusi yang diberikan oleh beberapa

responden terkait masalah pelanggaran Hak Cipta karya tulis yang mungkin

saja dapat diterapkan sehingga dapat meminimalisir terjadinya pelanggaran

Hak Cipta karya tulis, dalam mempersepsikan solusi tersebut menurut

analisa peneliti yaitu dipengaruhi oleh faktor internal yaitu berupa harapan

dan keinginan yang sebenarnya timbul dari responden itu sendiri.

Page 120: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

cx

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelanggaran Hak Cipta atas karya tulis marak dilakukan oleh

mahasiswa, perbuatan tersebut merupakan suatu kebiasaan dan telah menjadi

budaya tersendiri di lingkungan kampus, terdapat beberapa persepsi yang

diungkapkan oleh sejumlah responden terkait pelanggaran tersebut. Berdasarkan

hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan:

1. Adanya persepsi yang mengatakan bahwa pelanggaran Hak Cipta karya tulis

yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan hal yang biasa saja, wajar,

normal, dan tidak masalah untuk dilakukan. Dalam mempersepsikan hal

tersebut faktor yang mempengaruhi responden yaitu faktor yang berasal dari

karakteristik pribadi dalam hal ini adalah sikap kepribadian yang buruk dari

responden, karena responden cenderung menyukai dan tidak perduli ataupun

mempermasalahkan dengan pelanggaran yang ada.

2. Adanya persepsi yang mengungkapkan bahwa pelanggaran Hak Cipta karya

tulis oleh mahasiswa merupakan hal yang tidak pantas untuk dilakukan,

tindakan tersebut merupakan suatu hal yang buruk dan akan memberikan

dampak negatif pada pelakunya. Dalam mempersepsikan tersebut faktor yang

mempengaruhi yaitu faktor yang berasal dari karakteristik pribadi responden

berupa sikap kepribadian yang baik, karena responden cenderung tidak

menyukai dan tidak menerima dengan pelanggaran yang ada.

Page 121: SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PELANGGARAN …

cxi

B. Saran

Penghormatan terhadap Hak Cipta merupakan sesuatu yang harus

ditanamkan pada setiap individu. Sosialisasi oleh lembaga pendidikan juga

dapat dilakukan sebagai usaha meminimalisir pelanggaran Hak Cipta sekaligus

untuk menyadarkan setiap orang bahwa dalam suatu karya terdapat harapan

dari pencipta untuk dihormati dan dihargai karyanya, dengan menghargai orang

lain sama dengan menghargai diri sendiri. Menanamkan nilai moral dan

kejujuran pada masing-masing diri pribadi sangatlah penting. Pada dasarnya

perbuatan pelanggaran terhadap Hak Cipta tidak memberikan keuntungan bagi

pelakunya namun sebaliknya akan membuat seseorang menjadi kurang percaya

diri dengan kemampuan yang dimiliki dan akan membuat kreatifitasnya

menjadi semakin berkurang.