skripsi: perlindungan transaksi e-commerce melalui sistem pembayaran internet berbasis secure...

82
1 SKRIPSI PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS SECURE ELECTRONIC TRANSACTION (SET) EVELYN ANGELITA P. MANURUNG NIM: 0316051010 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2008

Upload: angelita-manurung

Post on 26-Dec-2015

210 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

E-Commerce

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

1

SKRIPSI

PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS

SECURE ELECTRONIC TRANSACTION (SET)

EVELYN ANGELITA P. MANURUNGNIM: 0316051010

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR2008

Page 2: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI....................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Permasalahan............................................................................. 1

a. Latar Belakang Masalah...................................................... 1

b. Rumusan Masalah ............................................................... 6

c. Ruang Lingkup Masalah ..................................................... 7

1.2 Telaah Pustaka........................................................................... 7

1.3 Asumsi....................................................................................... 16

1.4 Tujuan Penulisan ....................................................................... 16

a. Tujuan Umum...................................................................... 16

b. Tujuan Khusus..................................................................... 17

1.5 Metode Penulisan ...................................................................... 17

a. Pendekatan Masalah ............................................................ 17

b. Sumber Bahan Hukum ........................................................ 18

c. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum .................................. 18

d. Teknik Pengolahan dan Analisis Sumber Hukum............... 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSAKSI E-COMMERCE & SET

Page 3: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

3

a. Pengertian Transaksi E-Commerce dan SET ............................. 20

b. Perkembangan dan Manfaat E-Commerce di Indonesia ............ 22

c. Dasar Hukum Transaksi E-Commerce dan SET........................ 28

d. Para Pihak Dalam Transaksi E-Commerce ................................ 34

e. Jenis-Jenis Transaksi E-Commerce............................................ 38

BAB III SISTEM PEMBAYARAN INTERNET DENGAN SISTEM SET

(Secure Electronic Transaction) DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

a. Penggunaan Internet dan Kriptografi ......................................... 42

b. Mekanisme Sistem Pembayaran Internet dengan Sistem SET .. 49

c. Penggunaan Digital Signature dan Keamanannya dalam SET.. 55

BAB IV TRANSAKSI E-COMMERCE DENGAN SISTEM SET BERKAITAN

DENGAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

a. Otorisasi Sertifikat (Certification Authority) dalam Sistem SET 69

b. Validitas dan Perlindungan Hukum Transaksi E-Commerce

Dengan Sistem SET .................................................................... 75

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan ................................................................................ 89

Page 4: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

4

b. Saran........................................................................................... 90

DAFTAR BACAAN

HALAMAN PANITIA PENGUJI

Page 5: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

5

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Permasalahan

a. Latar Balakang Masalah

Perkembangan industri multi aspek dewasa ini semakin pesat seiring dengan perubahan-

perubahan yang membawa sebuah kemajuan terhadap industri global. Proses tersebut tentu saja

mencakup banyak pihak yang terlibat dalam industri multi aspek. Sebuah industri atau lapangan

pekerjaan tidak dapat berjalan jika tidak ada para pihak yang menjalankan usaha tersebut

diantaranya ada pelaku usaha sebagai penyelenggara usaha dan konsumen sebagai pengguna

barang dan jasa. Pelaku usaha ialah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang

berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau

yang melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun

bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha berbagai bidang ekonomi

(pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen).

Sedangkan konsumen ialah setiap orang pemakai barang dan / atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan (pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen). Tentu saja antara pelaku usaha dengan konsumen menjadi pihak yang

saling membutuhkan satu sama lain agar industri tersebut dapat berjalan dengan baik.

Dalam bidang industri perdagangan saat ini salah satu produk inovasi teknologi

telekomunikasi yang banyak dimanfaatkan para pelaku industri adalah internet (interconnection

networking) yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Aplikasi internet saat ini telah

Page 6: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

6

memasuki berbagai segmen aktifitas manusia terutama sektor ekonomi dan bisnis. Internet

dimanfaatkan sebagai media aktifitas bisnis karena kontribusinya terhadap efisiensi. Aktifitas

perdagangan melalui media internet populer disebut dengan electronic commerce. E-Commerce

sendiri merupakan salah satu bentuk transaksi perdagangan yang paling banyak dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi informasi. Melalui transaksi perdagangan ini, konsep pasar tradisional

(dimana penjual dan pembeli bertemu secara fisik) berubah menjadi konsep telemarketing

(perdagangan jarak jauh dengan menggunakan internet)1. Atau dapat diartikan sebagai segala

bentuk transaksi perdagangan atau perniagaan barang atau jasa dengan menggunakan media

elektronik. Dari pengertian tersebut bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari

kegiatan bisnis. Jadi tidak heran adagium yang berkembang saat ini menyebutkan "e-commerce is

a part of e-business”. Di Indonesia sendiri, trend e-commerce ini sudah dikenal sejak tahun 1996

dengan munculnya situs www.sanur.com sebagai toko buku online pertama dan diikuti jenis

bisnis serupa yaitu www.amazone.com2. Perkembangan toko buku Sanur melalui situs

www.sanur.com yang pada awalnya merupakan proyek percontohan sebagai toko buku pertama

di Indonesia yang menjual buku pada internet, saat ini justru telah memiliki 2.500 transaksi per

bulan, menawarkan 30.000 buku dan mempunyai 11.000 customer3. Meski belum terlalu

popular, pada tahun 1996 tersebut mulai bermunculan berbagai situs yang melakukan e-

commerce. Sepanjang tahun 1997-1998 eksistensi e-commerce di Indonesia sedikit menurun

karena krisis ekonomi namun di tahun 1999 hingga saat ini kembali menjadi trend yang menarik

perhatian meski tetap terbatas pada minoritas masyarakat Indonesia yang mengenal teknologi. Di

1 Dikdik M.Arif Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi. Refika Aditama,Bandung, 2005, h. 144.

2 Ibid.3 Triton P.B., Mengenal E-Commerce Dan Bisnis Di Dunia Cyber, Cetakan I, Argo Publisher, Yogyakarta, 2006, h. 59.

Page 7: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

7

era milenium ketiga diprediksi bahwa teknologi akan memegang peranan yang signifikan dalam

kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ini akan

mengimplikasikan berbagai perubahan dalam kinerja manusia. Di era global saat ini bertransaksi

e-commerce melalui internet memang menawarkan kemudahan. Namun memanfaatkan internet

sebagai media aktifitas bisnis memerlukan perencanaan agar berbagai implikasi yang muncul

dapat dikenali dan diatasi. Teknologi internet mempunyai pengaruh yang besar terhadap

perekonomian dunia. Internet membawa perekonomian dunia memasuki segmen baru yang lebih

popular dengan istilah digital economics atau prekonomian digital.

Internet telah berkembang sedemikian pesat terutama pengaruhnya terhadap dunia bisnis.

Seiring dengan hal itu, Mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton telah mencanangkan

pembuatan jalan raya informasi (information highway) dalam masa pemerintahannya guna

mendeklarasikan globalisasi komunikasi dan kebebasan informasi4.

E-commerce pada dasarnya merupakan suatu transaksi perdagangan antara penjual dan

pembeli dengan menggunakan media internet. Jadi proses pemesanan produk, pembayaran

transaksi hingga pengiriman produk dikomunikasikan melalui internet. Penggunaan internet

sebagai media perdagangan terus meningkat dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan karena

berbagai manfaat yang didapat oleh perusahaan ataupun konsumen dengan melakukan transaksi

melalui internet. Di Indonesia, transaksi e-commerce menunjukkan perubahan positif yang akan

terus meningkat dengan pesat. Nilai transaksinya mencapai 100 juta dollar US pada tahun 2000

dan naik menjadi 200 juta dollar US pada tahun 20015. Tetapi nilai tersebut sangat kecil bila

dibandingkan dengan nilai transaksi di dunia. Nilai transaksi e-commerce di Indonesia yang

4 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, PT RajaGravindo Persada, Jakarta, 2005, h. 30.5 Riyeke Ustadiyanto, Framework E-Commerce, Penerbit Andi , Yogyakarta, 2001, h.12.

Page 8: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

8

sangat kecil dibandingkan dengan nilai transaksi di dunia bukan terletak pada rendahnya faktor

permintaan akan tetapi karena ketidakpastian infrastruktur pendukungnya. Infrastruktur ini antara

lain Payment Gateway, Lembaga Otoritas Sertifikasi (Certification Authority) dan aturan hukum

yang mengatur masalah transaksi e-commerce. Besarnya nilai transaksi e-commerce di dunia

masih dibayangi kurang amannya transaksi online. Internet telah menimbulkan masalah terutama

yang menyangkut perlindungan hukum bagi pelaku e-commerce diantaranya perlindungan

tentang kerahasiaan, keutuhan pesan, identitas para pihak dan hukum yang mengatur transaksi

tersebut. Permasalahan tersebut kemudian diminimalisir melalui teknik kriptografi. Teknik

kriptografi banyak membantu dalam hal keamanan, keutuhan pesan, dan juga masalah identitas

dari para pihak. Meskipun secara teknis masalah-masalah yang berhubungan dengan transaksi-

transaksi secara online dapat diselesaikan tetapi secara yuridis hal ini tetap menimbulkan

berbagai permasalahan. Sistem hukum Indonesia secara khusus belum mengatur masalah hukum

yang timbul dalam transaksi e-commerce ini.

Adapun lembaga-lembaga internasional berusaha mengatasi hal ini dengan memberi

panduan bagi para pihak (individu atau negara) dalam mengatasi masalah hukum dari transaksi e-

commerce. Panduan tersebut dapat berupa guidelines atau model law. Ada juga lembaga

internasional yang mengeluarkan OECD6 (Organization for Economic Co-operation and

Development), ICC7 (International Chamber of Commerce), ISETO8 (International Secure

Electronic Transaction Organization), dan UNCITRAL (United Nation Commission on

International Trade) Model Law on E-Commerce sebagai aturan yang mengatur dan melindungi

6 <http://www.oecd.org>7 <http://www.iccwbo.org>8 <http://www.iseto.ch>

Page 9: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

9

secara hukum tiap transaksi e-commerce. Dimana pada saat ini UNCITRAL paling banyak

dipakai sebagai acuan bagi pihak-pihak yang melakukan pembayaran e-commerce.

Infrastruktur pendukung dari e-commerce salah satunya adalah suatu sistem pembayaran

berbasis internet (internet payment system) yang dalam hal ini yang dibahas adalah SET (Secure

Electronic Transaction). SET adalah suatu metode sistem pembayaran yang dipelopori oleh

Mastercard dan Visa Internasional yang memberikan jaminan keamanan bagi pihak-pihak yang

terlibat dalam transaksi e-commerce. Sistem pembayaran ini menggunakan teknik kriptografi

dalam penerapannya, sehingga dapat menjamin keamanan transaksi ini. Tetapi perlu diketahui

bahwa sistem SET memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Ketiadaan

infrastruktur (baik teknis maupun hukum) khususnya dalam sistem pembayaran (internet

payment system) untuk melindungi setiap transaksi e-commerce merupakan penghambat bagi

perkembangan e-commerce di Indonesia. Tulisan mengenai sistem pembayaran internet terutama

dalam perlindungan hukum bertransaksi di internet diharapkan dapat menambah referensi dalam

perkembangan electronic commerce di Indonesia..

b. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka masalah yang perlu dibahas dalam tulisan ini

adalah:

1. Bagaimanakah mekanisme sistem pembayaran internet berbasis SET dalam transaksi e-

commerce?

2. Bagaimanakah validitas dan perlindungan hukum transaksi e-commerce yang

menggunakan sistem SET?

Page 10: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

10

c. Ruang Lingkup Masalah

Dalam tulisan ini ditentukan apa yang menjadi batasan materi yang akan diuraikan. Hal

ini perlu dilakukan agar materi atai isi dari tulisan ini tidak menyimpang dari pokok-pokok

permasalahan sehingga pembahasannya dapat terarah dan diuraikan secara sistematis.

Lingkup bahasannya yaitu mengenai mekanisme metode SET dalam transaksi e-

commerce dan validitas perlindungan terhadap transaksi e-commerce yang menggunakan metode

SET. Dalam tulisan ini juga dibahas bagaimana aturan hukum Indonesia maupun internasional

dalam memberikan perlindungan hukum bagi pelaku e-commerce.

I.2 Telaah Pustaka

Dalam bidang hukum hingga saat ini Indonesia belum memiliki perangkat hukum yang

mengakomodasi perkembangan e-commerce walaupun saat ini masih berupa Rancangan

Undang-Undang Cyber yang belum disahkan oleh pemerintah. Mengingat belum adanya

regulasi khusus yang mengatur perjanjian dalam e-commerce, maka perjanjian-perjanjian di

internet tersebut akan mengacu pada hukum perjanjian yang berlaku. Karena hukum di

Indonesia belum secara spesifik mengatur transaksi perdagangan elektronik maka aturan hukum

Internasional yang mengatur transaksi e-commerce digunakan sebagai acuan / model law yaitu

UNCITRAL. UNCITRAL sebagai suatu lembaga internasional yang dibentuk PBB membuat

suatu aturan hukum / model law yaitu UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce dimana

UNCITRAL Model Law diakui oleh negara-negara yang masih belum memiliki aturan hukum

sendiri untuk mengatur dan melindungi transaksi e-commerce. Contohnya: dalam pasal 1

Page 11: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

11

UNCITRAL Model Law menyatakan ruang lingkup dari e-commerce, pada pasal 5 UNCITRAL

Model Law menjelaskan tentang pengakuan yuridis suatu data elektronik bahwa data elektronik

dikatakan memiliki akibat hukum, keabsahan ataupun kekuatan hukum.

Transaksi jual beli e-commerce juga merupakan suatu perjanjian jual beli sama dengan

jual beli konvensional yang biasa dilakukan masyarakat. Hanya saja terletak perbedaan pada

media yang digunakan. Pada transaksi e-commerce, yang dipergunakan adalah media elektronik

yaitu internet. Sehingga kesepakatan ataupun perjanjian yang tercipta adalah melalui online.

Perjanjian jual beli online tersebut juga terdiri dari penawaran dan penerimaan. Sebab suatu

kesepakatan selalu diawali dengan adanya penawaran oleh salah satu pihak dan penerimaan oleh

pihak yang lain. Sifat konsensuil dari jual beli tersebut dapat dilihat pada pasal 1458 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, yang menyatakan: “Jual beli sudah dianggap terjadi antara

kedua belah pihak, segera setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun

barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”.

Dalam proses bertransaksi sangat dibutuhkan perlindungan hukum terutama bagi

konsumen. Adanya legalitas transaksi akan menjamin keamanan bagi para pihak yang

melakukan transaksi di dunia maya tersebut. Sama seperti perjanjian konvensional yang

dilakukan banyak orang, perjanjian dalam transaksi e-commerce pun mengacu pada pasal 1320

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya,

Dalam transaksi melalui e-commerce, kesepakatan dalam perjanjian tersebut tidak

diberikan secara langsung melainkan melalui media elektronik dalam hal ini internet.

Page 12: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

12

Pihak yang memberikan penawaran adalah pihak penjual yang dalam hal ini menawarkan

produknya melalui website. Jika memang pembeli tertarik untuk membeli suatu barang

maka ia hanya perlu meng-klik barang yang sesuai dengan keinginannya. Dan penjual

(merchant) akan mengirim e-mail untuk mengkonfirmasi pesanan tersebut kepada

konsumen. Proses terciptanya penawaran dan penerimaan tersebut menimbulkan keragu-

raguan kapan terciptanya suatu kesepakatan. Negara-negara masyarakat ekonomi Eropa

telah memberikan garis-garis petunjuk kepada negara anggotanya, dengan

memberlakukan sistem “3 klik”:

Cara kerja sistem ini adalah: Pertama, setelah calon pembeli melihat di layar komputer

adanya penawaran dari calon penjual (klik pertama), maka si calon pembeli memberikan

penerimaan terhadap penawaran tersebut (klik kedua). Dan masih diisyaratkan adanya

peneguhan dan persetujuan dari calon penjual kepada pembeli perihal diterimanya

penerimaan dari calon pembeli (klik ketiga). Sistem 3 klik ini jauh lebih aman daripada

sistem 2 klik yang berlaku sebelumnya9. Dalam hukum Indonesia belum ada ketentuan

semacam ini, tidak ada kewajiban dari penjual untuk melakukan konfirmasi kepada

pembeli, sehingga banyak penjual yang tidak melakukan konfirmasi. Hal ini sangat

merugikan pembeli karena pembeli tidak mengetahui apakah pesanannya telah diterima

atau belum. Jika terjadi wanprestasi akan sulit menghitung kapan terjadinya wanprestasi

karena penjual dapat dengan mudah mendalilkan bahwa bahwa ia tidak menerima

pesanan tersebut. Karena itu konfirmasi sangat penting dilakukan oleh penjual

(merchant).

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

9 Setiawan, “Electronic Commerce: Tinjauan dari Segi Hukum Kontrak”, Makalah pada Seminar Legal Aspects of E-Commece, Jakarta, Agustus 2000, h. 4.

Page 13: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

13

Pada asasnya semua orang adalah cakap untuk membuat perikatan, kecuali juka ia oleh

undang-undang dinyatakan tidak cakap. Dalam transaksi e-commerce sangat sulit

menentukan seseorang yang melakukan transaksi telah dewasa atau tidak berada di dalam

pengampuan, karena proses penawaran dan penerimaan tidak secara langsung dilakukan

tetapi hanya melalui media internet yang rawan penipuan.

3. Suatu hal tertentu

Hal tertentu menurut undang-undang adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian yang

bersangkutan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan

jenisnya, undang-undang tidak mengharuskan barang tersebut sudah ada atau belum di

tangan debitur pada saat perjanjian dibuat. Ada barang tertentu yang tidak dapat diperjual

belikan dalam transaksi e-commerce misalnya hewan atau jual beli tanah yang

mensyaratkan harus dituangkan dalam akta yaitu akta PPAT. Untuk saat ini proses

pembuatan akta tersebut tidak dimungkinkan dibuat secara online sehingga harus

dilakukan secara langsung.

4. Suatu sebab yang halal

Sebab yang halal adalah isi dari perjanjian dan bukan sebab para pihak mengadakan

perjanjian. Isi perjanjian tersebut haruslah sesuai dengan undang-undang dan tidak

berlawanan dengan kesusilaan dan ketertiban umum.

Berkembangnya kegiatan transaksi e-commerce di masyarakat menyebabkan banyak

konsumen ragu untuk melakukan transaksi tersebut. Oleh karenanya produsen mencari cara agar

konsumen dapat bertransaksi melalui internet dengan memberikan sistem pengamanan dalam

melakukan proses pembayaran di internet. Saat ini ada 2 (dua) metode yang kebanyakan dipakai

Page 14: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

14

pedagang online yaitu Metode SSL (Secure Sockets Layer) dan Metode SET (Secure Electronic

Transaction). Dalam tulisan ini yang diuraiakan penulis yaitu Metode SET. Dalam perjanjian

elektronis, sistem pembayaran yang berbasiskan Secure Electronic Transaction (SET) dengan

menggunakan tanda tangan digital (digital signature) pada dasarnya adalah suatu perikatan

berdasarkan hukum di Indonesia. Perintah pembayaran dengan menggunakan tanda tangan

digital adalah perikatan yang bersumber dari perjanjian. Dari perjanjian tersebut timbul suatu

hubungan hukum antara para pihak yang dinamakan perikatan (verbintenis). Di dalam Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata, perjanjian diatur dalam pasal 1313 yaitu, suatu perjanjian

adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

lain atau lebih. Perjanjian yang diatur dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ini

mempunyai sifat terbuka. Perjanjian yang dibuat antar para pihak ini pada dasarnya tidak harus

dibuat dalam bentuk tertentu (tertulis). Perjanjian itu dapat diadakan dalam bentuk lisan dan

apabila diterakan dalam suatu tulisan, itu sering kali mempunyai sifat alat pembuktian semata-

mata10. Meskipun demikian terdapat beberapa perjanjian diisyaratkan dalam bentuk tertulis,

bahkan diharuskan adanya akta notaris. Apabila diartikan dalam syarat tertulis secara harfiah

maka perjanjian dalam bentuk digital signature adalah tidak mungkin. Persyaratan adanya akta

dalam bentuk tertentu sifatnya memaksa dan apabila tidak diindahkan, perbuatannya lantas

batal11. Sedangkan dalam perbuatan hukum lainnya secara umum bentuk tulisan hanya

mempunyai arti sebagai alat bukti, yang hanya diartikan apabila perjanjiannya dibantah. Digital

signature dapat digunakan sebagai bahan pembuktian, karena pada umumnya bahan pembuktian

adalah bebas. Sebuah digital signature seperti halnya tanda tangan diatas kertas, sebenarnya

adalah suatu mekanisme untuk melakukan otentifikasi. Tetapi keduanya memiliki perbedaan

10 H.F.A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid 2, PT RajaGravindo Persada, Jakarta, 1995 h. 128.11 Ibid, h. 129.

Page 15: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

15

yang penting terutama dalam hal pembuatan dan bagaimana cara melakukan verifikasi tanda

tangan diatas kertas dan digital signature memiliki metode otentifikasi yang berbeda.

Saat ini secara teknis permasalahan yang muncul dalam sistem pembayaran internet

tersebut dapat dipecahkan dengan menggunakan teknik kriptografi. SET sebagai salah satu

bentuk sistem pembayaran internet menggunakan teknik ini bertujuan menjamin keamanan

transaksi pembayaran. Meskipun secara teknis sistem pembayaran tersebut adalah aman tetapi

secara hukum hal ini masih menimbulkan permasalahan bagaimana perlindungan hukumnya.

Untuk melakukan transaksi menggunakan sistem SET, pembeli dan pedagang harus

terlebih dahulu sertifikat dari pihak Otoritas Sertifikat (Certification Authority), kemudian

pembeli dapat mengetikkan Personal Account Number (PAN) serta informasi jati dirinya, pihak

pedagang / merchant pun harus memberikan informasi jati dirinya kepada pihak Otoritas

Sertifikat. SET menggunakan digital certificate untuk melakukan verifikasi terhadap identitas

seseorang / badan hukum yang akan melakukan pembayaran dan juga pihak-pihak lain yang

terlibat di dalamnya. Setelah dilakukan verifikasi terhadap masing-masing pihak barulah dapat

ditentukan apakah masing-masing pihak berwenang / cakap melakukan transaksi atau tidak.

Kemudian pembeli / konsumen dapat berbelanja melalui katalog yang ada di website pedagang.

Jika sudah memilih barang yang hendak dibeli, pembeli membuat suatu Order Instruction (OI)

dan Payment Instruction (PI). Pembeli kemudian menyerahkan OI dan PI tersebut ke pedagang.

PI tidak dapat dibaca oleh pedagang karena di-encrypt dengan menggunakan kunci publik milik

gerbang pembayaran (payment gateway). Setelah pedagang memproses OI, maka pedagang

melakukan otorisasi PI melalui payment gateway. Jika otorisasi disetujui, maka pihak payment

Page 16: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

16

gateway menginstruksikan pedagang untuk menyerahkan barang dagangan kepada pembeli. SET

memiliki keunggulan dibandingkan sistem pembayaran internet lainnya. SET termasuk sistem

pembayaran yang aman, karena memiliki keunggulan dalam authenticity, integrity,

confidentially, dan non-repudiation. Keunggulan yang dimiliki oleh SET dapat menjadi

kelemahan bagi sistem ini dibandingkan sistem pembayaran internet lain terutama dalam

masalah non-repudiation. Fungsi non-repudiation terutama diperuntukkan untuk memberikan

kepastian bagi para pihak dalam bertransaksi di internet untuk tidak dapat membantah bahwa ia

tidak melakukan perbuatan tersebut. Fungsi ini sekilas memiliki keunggulan, yaitu memberikan

kepastian bagi pedagang / penjual untuk mendapatkan pembayaran atas barang yang dijualnya.

Kelemahan atau permasalahan hukumnya adalah lemahnya perlindungan hukum bagi konsumen.

Lemahnya posisi konsumen adalah pada saat kartu kredit hilang atau telah dipalsukan orang lain.

Apabila kartu itu telah dipergunakan oleh orang lain maka pemilik kartu kredit yang asli tidak

dapat membantah bahwa ia tidak mempergunakan kartu kredit tersebut. Sedangkan di dalam

transaksi mail order atau telephone order posisi konsumen lebih kuat. Card holder dapat

membantah telah melakukan suatu transaksi untuk melakukan pembayaran. Si penjual

(merchant) memiliki kewajiban untuk membuktikan bahwa memang card holder telah

melakukan transaksi. Jadi dalam transaksi mail order atau telephone order, cardholder mendapat

perlindungan hukum yang lebih dibandingkan dengan transaksi yang menggunakan SET (Secure

Electronic Transaction).

I.3 Asumsi

Dari permasalahan yang diajukan oleh penulis maka dapat disimpulkan asumsi sementara

ialah:

Page 17: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

17

1. Mekanisme sistem pembayaran internet yang menggunakan metode SET diawali dengan

pihak pembeli harus terlebih dahulu memiliki kartu kredit dan telah mendapatkan

sertifikat dari pihak otoritas sertifikat agar dapat melakukan transaksi. Kemudian pihak

pembeli dapat berbelanja dengan terlebih dahulu membuat order instruction dan payment

instruction yang diserahkan kepada merchant, dimana merchant akan memproses order

instruction tersebut. Dan merchant akan melakukan otorisasi payment instruction melalui

gerbang pembayaran (payment gateway). Jika otorisasi disetujui maka payment gateway

akan menginstruksikan pedagang untuk menyerahkan barang dagangan kepada pembeli.

Pedagang kemudian dapat memperoleh pembayarannya dengan melakukan proses

capture (permintaan) melalui payment gateway.

2. Perlindungan hukum transaksi e-commerce yang menggunakan sistem SET memiliki

kekuatan hukum yang mengikat dengan mengacu pada kaidah-kaidah hukum yang

berlaku dimana kesepakatan sebagai suatu hal yang menjadi dasar adanya perikatan

dalam perjanjian, artinya apa yang telah disepakati oleh para pihak dalam perdagangan

transaksi e-commerce menjadi hukum dan mengikat bagi para pihak serta peraturan

internasional yang mengatur tentang transaksi e-commerce seperti UNCITRAL Model

Law on Electronic Commerce.

I.4 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

1. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara tertulis.

2. Untuk melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi, khususnya pada bidang penelitian

yang dilakukan oleh mahasiswa.

Page 18: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

18

3. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum.

4. Untuk mengembangkan diri pribadi mahasiswa ke dalam kehidupan masyarakat.

5. Untuk pembulat studi mahasiswa di bidang ilmu hukum.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui mekanisme penerapan metode SET dalam sistem pembayaran di internet

dalam transaksi e-commerce.

2. Untuk mengetahui validitas dan perlindungan hukum terhadap transaksi e-commerce

terutama pada sistem pembayarannya yang menggunakan metode SET.

I.5 Metode Penulisan

a. Pendekatan Masalah

Berdasarkan disiplin ilmu hukum, maka pendekatan terhadap permasalahan pada skripsi

ini baik untuk kepentingan analisisnya maupun pembahasannya adalah melalui pendekatan

yuridis normatif yaitu mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah,

filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan

umum dan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengikat serta undang-undang, bahasa

hukum yang digunakan, tetapi tidak mengkaji aspek terapan atau implementasinya12.

b. Sumber Bahan Hukum

Dalam penulisan ini bahan hukum sebagai sumber data yang digunakan adalah sebagai

berikut:

12 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, h. 101.

Page 19: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

19

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan yang mempunyai kekuatan mengikat secara umum

atau mempunyai kekuatan mengikat bagi pihak berkepentingan (kontrak, konvensi,

dokumen hukum, dan putusan hakim)13. Dalam penelitian ini bahan hukum primer yang

diteliti berupa peraturan perundang-undangan diantaranya UU No.8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen, KUHPerdata, konvensi internasional UNCITRAL serta

peraturan perundangan terkait lainnya.

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan mengenai bahan

hukum primer (buku ilmu hukum, jurnal hukum, laporan hukum, media cetak dan

elektronik)14. Bahan hukum sekunder yang digunakan penulis disini adalah buku yang

membahas mengenai Hukum Telematika, Hukum Perlindungan Konsumen, dan lainnya.

c. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan teknik studi pustaka atau studi dokumen

yang meliputi sumber primer; yaitu perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan,

sumber sekunder yaitu buku-buku litreratur ilmu hukum serta tulisan-tulisan hukum lainnya yang

relevan dengan permasalahan. Studi pustaka dilakukan melalui tahap-tahap identifikasi pustaka

sumber data, identifikai bahan hukum yang diperlukan dan inventarisasi bahan hukum yang

diperlukan tersebut15.

d. Teknik Pengolahan dan Analisis Sumber Hukum

13 Ibid, h. 82.14 Ibid.15 Ibid, h. 192.

Page 20: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

20

Bahan-bahan hukum yang diperoleh baik bahan hukum primer maupun bahan hukum

sekunder diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif sesuai dengan permasalahan yang

dibahas.

Page 21: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

21

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSAKSI E-COMMERCE

a. Pengertian Transaksi E-Commerce dan SET

Istilah electronic commerce dapat dikatakan masih terdengar asing di sebagian besar

masyarakat Indonesia. Pada umumnya transaksi e-commerce diterapkan oleh golongan

masyarakat menengah ke atas. Sampai dengan saat ini, masih belum ada suatu pendefinisian

yang baku tentang keberadaan istilah electronic commerce (e-commerce). Keberadaan suatu

definisi terhadap suatu istilah adalah sangat diperlukan agar dapat secara jelas memberikan suatu

batasan ataupun lingkup pengertian yang tepat mengenai hal yang dibahas.

Dewasa ini terdapat beberapa pembedaan mengenai definisi e-commerce yang dapat

dijadikan suatu acuan antara lain sebagai berikut:

1. E-commerce didefinisikan sebagai perdagangan elektronik dimana betuk transaksi

perdagangan baik membeli maupun menjual dilakukan melalui elektronik pada jaringan

internet16.

2. E-commerce merupakan salah satu bentuk transaksi perdagangan dimana konsep pasar

tradisional (dimana penjual dan pembeli bertemu secara fisik) berubah menjadi konsep

telemarketing (perdagangan jarak jauh dengan menggunakan internet)17.

16 Triton P.B., Cetakan I, Mengenal E-Commerce dan Bisnis di Dunia Cyber, ARGO Publisher, Yogyakarta, 2006, h. 16.17 Dikdik M. Arif Mansur dan Elisatris Gultom, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi. Refika Aditama, Bandung, 2005, h. 144.

Page 22: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

22

3. Electronic commerce may be defined as the entire set pf process that support

commercial activities on a networkvand involve information anlysis18.

4. Electronic Commerce can be defined as commercial activities conducted through an

exchange of information generated, stored, or communicated by electronical, optical or

analogues means, including EDI, E-mail, and so forth (The Draft UNCITRAL Model

Law for E-Commerce).

SET merupakan salah satu metode atau sistem pengamanan dalam bertransaksi melalui

internet. SET adalah sebuah skim dalam sistem pembayaran internet yang dikembangkan

pertama kali oleh perusahaan penerbit kartu kredit Visa dan MasterCard. Skim ini dibuat untuk

memenuhi kebutuhan akan adanya transaksi pembayaran dengan menggunakan kartu kredit di

internet yang aman. SET memberikan cara bagi para pemegang kartu dan pedagang untuk

mengidentifikasi satu sama lain sebelum melakukan transaksi sehingga pembayaran dapat

terjamin kebenarannya. SET juga merupakan alat elektronik yang berfungsi untuk memverifikasi

pedagang di layar, dan juga berfungsi bagi pedagang untuk memeriksa tanda tangan konsumen

pada bagian belakang kartu kredit. SET menggunakan kunci pengaman berupa sandi yang berisi

kode-kode yang tidak dapat terbaca dalam sebuah kriptografi untuk melindungi konsumen.

b. Perkembangan dan Manfaat E-Commerce di Indonesia

Kondisi ekonomi global di berbagai belahan dunia turut menentukan perkembangan e-

commerce. Sebagai contoh perkembangan awal e-commerce di negara-negara seperti Amerika

Serikat, Jepang dan Eropa dapat dilihat perbedaan dan persamaannya. Dibandingkan negara-

negara sedang berkembang, maka Amerika merupakan negara yang berada pada kondisi

18 Adam, Nabil R., Octay Dogramacy, Aryya Gangopadhyay, Yelena Yesha, Electronic Commerce: Technical, Business, and Legal Issues, New Jersey: Prentice-Hall, Inc,:1

Page 23: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

23

perekonomian yang terbaik dan sering dijadikan acuan oleh negara-negara sedang berkembang

untuk meningkatkan taraf perekonomiannya.

Amerika mendefinisikan konsep perekonomiannya dengan the new economy19 yang

dimotori oleh pesatnya perkembangan di bidang informasi, teknologi, terutama internet bisnis,

dan sektor keuangan. Di Amerika tidak ada perusahaan yang mengalami kenaikan nilai saham

sebesar perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce walaupun perusahaan

tersebut go public seperti: E-bay, Intershop, dan Yahoo20.

Kemajuan e-commerce di Amerika dalam kasus yang berbeda juga dialami negara-negara

maju di Eropa seperti Jerman. Keberhasilan perusahaan e-commerce di Jerman merupakan

inspirasi dan motifasi bagi perusahaan e-commerce lainnya. Misalnya keberhasilan perusahaan e-

commerce alando.de yang baru beberapa bulan berdiri kemudian laku terjual dengan nilai sekitar

45 Juta DM kepada e-bay.com dan mencapai volume transaksi senilai lebih dari 2,5 Miliar DM

untuk tahun 1999. Hal itu menjadi suatu perubahan besar di bidang e-commerce.

Di wilayah Asia, barometer perkembangan e-commerce dapat dilihat dari perkembangan

e-commerce di Jepang yang sudah semakin pesat. Sejak lima tahun yang lalu, 14 Juta lebih

pengguna komputer di Jepang sudah terhubung dengan tiga ribu lebih Internet Service Provider

(ISP) yang menyediakan jasa akses di seluruh area di Jepang untuk terhubung oleh Internet.

Penerapan e-commerce di Jepang tentunya dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi keperluan

pengembangan e-commerce di Indonesia.

19 Triton P. B.,op.cit, h. 53.

20 Ibid.

Page 24: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

24

Implementasi penerapan e-commerce di Jepang merupakan intervensi dari pemerintah

sebagai pembentuk regulasi e-commerce. Intervensi yang dilakukan oleh pemerintah Jepang

antara lain adalah secara aktif membuat program untuk memasyarakatkan e-commerce, misalnya

dengan membentuk Electronic Commerce Promotion Center of Japan (ECOM)21. Alasan dari

keterlibatan pemerintah Jepang dalam dunia e-commerce anatara lain:

1. E-commerce merupakan sarana distribusi global yang kompetitif, murah, terbuka, dan

mudah diakses.

2. Dalam hal persaingan global, e-commerce di Jepang merupakan kanal distribusi

utama, sehingga siapa yang menguasai area ini maka akan menguasai persaingan

global.

3. Munculnya e-commerce bias menciptakan lapangan kerja baru.

4. Internet menyediakan semua informasi yang akan berpengaruh terhadap

pengembangan SDM.

Berdasarkan alasan diatas dikemukakan bahwa selain disebabkan oleh keterlibatan dari para

pelaku bisnis untuk menyediakan sarana transaksi lewat e-commerce, perkembangan e-

commerce di Jepang cukup sukses karena adanya intervensi aktif pemerintah.

Dengan manfaat yang diperoleh atas penggunaan internet, sejumlah entrepreneur baru

mulai membuat net companies setelah terinspirasi dengan kesuksesan yang diraih oleh para

digital entrepreneur di negara-negara maju. Kemudian pada awal tahun 2000, peluang internet

sebagai media bisnis baru secara meluas menjadi sebuah inspirasi dan kesadaran para pelaku

bisnis.

21 Ibid, h. 55.

Page 25: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

25

Sistem perdagangan dengan memanfaatkan sarana internet yang selanjutnya disebut e-

commerce telah mengubah wajah dunia bisnis di Indonesia. Selain disebabkan oleh adanya

perkembangan teknologi informasi, e-commerce lahir atas tuntutan masyarakat terhadap

pelayanan yang serba cepat, mudah dan praktis. Di Indonesia fenomena e-commerce ini sudah

dikenal sejak tahun 1996 dengan munculnya situs www.sanur.com sebagai toko buku on-line

pertama22. Dimana situs tersebut juga mengilhami bisnis serupa yaitu www.amazone.com. Toko

buku Sanur merupakan suatu uji coba saat itu yang menjual buku melalui internet. Saat itu toko

buku Sanur telah memiliki 2.500 transaksi per bulan, menawarkan 30.000 judul buku, 85%

berbahasa Indonesia, sisanya berbahasa Inggris dan mempunyai 11.000 pelanggan23.

Menurut suatu penelitian yang dilakukan oleh Forrester Research, di Indonesia volume

pendapatan yang diperoleh dari transaksi e-commerce kurang memadai jika dibandingkan

dengan total transaksi dunia. Transaksi e-commerce Indonesia hanya mancapai USD 100 Milyar

atau hanya 0,026% sekalipun jumlah ini diprediksikan akan meningkat secara drastis24.

Rendahnya daya serap e-commerce di Indonesia sebenarnya bukan disebabkan oleh

kurangnya peluang, tetapi lebih kepada ketiadaan faktor-faktor pendukung seperti: penguasaan

teknologi yang masih kurang, infrastruktur yang belum memadai (link ke internet masih lambat),

mahalnya akses ke internet, keamanan, undang-undang / regulasi, dan sumber daya

manusianya25.

Manfaat E-Commerce.

22 Elisatris Gultom dan Dikdik M. Arief Mansur, Cyber Law: Aspek Hukum Teknologi Informasi, Cetakan I, Refika Aditama, Bandung, 2005, h. 147.23 Ibid, h. 148.24 Ibid.25 Ahmad Ramli, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce”, Jurnal Hukum Bisnis Volume 18, Maret 2002, h. 15.

Page 26: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

26

Berdasarkan uraian di atas banyak keuntungan yang ditawarkan e-commerce yang tidak

dapat diperoleh melalui cara-cara transaksi konvensional. Pada dasarnya, keuntungan

penggunaan e-commerce dapat dibagi kedalam dua bagian, yakni keuntungan bagi pedagang

(merchant) dan keuntungan bagi pembeli.

Menurut Joseph Luhukay (Presiden Diector Capital Market Society) sebagaimana dikutip

dalam majalah Infokomputer edisi Oktober 1999, keuntungan bagi pedagang (merchant) adalah:

1. Dapat digunakan sebagai lahan untuk menciptakan pendapatan (revenue generation)

yang sulit atau tidak dapat diperoleh melalui cara konvensional, seperti memasarkan

langsung produk atau jasa; menjual onformasi, iklan (baner), membuka cybermall, dan

sebagainya;

2. Menurunkan biaya operasional. Berhubung langsung dengan pelanggan melalui internet

dapat menghemat kertas dan biaya telepon, tidak perlu menyiapkan tempat ruang pamer

(outlet), staf operasional yang banyak, gudang yang besar, dan sebagainya;

3. Memperpendek product cycle dan management supplier. Perusahaan dapat memesan

bahan baku atau produk ke supplier langsung ketika ada pemesanan sehingga perputaran

barang lebih cepat dan tidak perlu gudang besar untuk menyimpan produk-produk

tersebut;

4. Melebarkan jangkauan. Pelanggan dapat menghubungi perusahaan / merchant dari

manapun di seluruh dunia;

5. Waktu operasi tidak terbatas. Bisnis melalui internet dapat dilakukan selama 24 jam per

hari, 7 hari per minggu;

Page 27: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

27

6. Pelayanan ke pelanggan lebih baik. Melalui internet pelanggan bias menyampaikan

kebutuhan maupun keluhan secara langsung sehingga perusahaan dapat meningkatkan

pelayanannya.

E-commerce tidak hanya memberikan keuntungan bagi penjual / merchant tetapi pembeli pun

merasakan manfaat yang didapat dari e-commerce diantaranya:

1. Home shopping. Pembeli dapat melakukan transaksi dari rumah sehingga dapat

menghemat waktu, menghindari kemacetan, dan menjangkau toko-toko yang jauh dari

lokasi;

2. Mudah melakukan. Tidak perlu pelatihan khusus untuk bisa belanja atau melakukan

transaksi melalui internet;

3. Pembeli memiliki pilihan yang sangat luas dan dapat membandingkan produk maupun

jasa yang ingin dibelinya;

4. Tidak dibatasi waktu. Pembeli dapat melakukan transaksi kapan saja selama 24 jam per

hari, 7 hari per minggu;

5. Pembeli dapat mencari produk yang tidak tersedia atau sulit diperoleh di pasar-pasar

tradisional.

c. Dasar Hukum Transaksi E-Commerce dan SET

Sistem pembayaran internet dalam transaksi e-commerce dengan menggunakan digital

signature dalam metode SET pada dasarnya adalah suatu perikatan berdasarkan hukum di

Indonesia. Perintah pembayaran dengan menggunakan digital signature adalah perikatan yang

bersumber dari suatu perjanjian. Pengertian dari perjanjian adalah suatu peristiwa dimana

Page 28: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

28

seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang atau lebih itu saling berjanji untuk

melaksanakan suatu hal26. Dari peristiwa (perjanjian) tersebut timbul suatu hubungan hukum

antara kedua orang tersebut yang dinamakan perikatan (verbintenis). Di dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUHPer) perjanjian diatur dalam pasal 1313, yaitu suatu perjanjian

adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang lain atau lebih.

Perjanjian yang diatur dalam buku ke-3 KUHPer ini memiliki sifat terbuka. Maksud dari

sifat terbuka ini adalah para pihak bebas untuk melakukan perjanjian diantara mereka, meskipun

perjanjian itu tidak diatur dalam KUHPer. Perjanjian yang dibuat antara para pihak ini pada

dasarnya tidak harus dibuat dalam bentuk tertentu (tertulis). Perjanjian-perjanjian yang ada

lazimnya berbentuk bebas. Perjanjian itu dapat diadakan dalam bentuk lisan dan apabila

diterakan dalam suatu tulisan, hal itu sering kali mempunyai sifat alat pembuktian semata-mata27.

Meskipun demikian terdapat beberapa perjanjian diisyaratkan adanya bentuk tertulis, bahkan

diharuskan akta notaris.

Syarat tertulis dari suatu perjanjian berdasarkan pendapat diatas adalah sangat relatif dan

hanya mempunyai sifat pembuktian semata. Perkembangan yurisprudensi di Indonesia pada saat

ini juga telah menunjukkan perkembangan yang baik, yaitu dengan diterimanya hasil print out

sebagai alat bukti dalam putusan Mahkamah Agung RI No.9K/199928. Bukti berupa print out

dapat diterima sebagai alat bukti tulisan. Berdasarkan fakta tersebut sesungguhnya bukanlah

suatu masalah apabila suatu perjanjian itu dituangkan dalam bentuk tulisan (konvensional)

26 Subekti, Hukum Perjanjian, Cetakan Ke-12, Intermassa, Jakarta, 1990, h. 1.27 H.F.A.Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid 2, PT RajaGravindo Persada, Jakarta, 1995, h. 128.28 Widjanarto, “Dampak Implementasi Undang-Undang Kepailitan Terhadap Sektor Perbankan”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 8, 1999, h. 79.

Page 29: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

29

maupun dalam bentuk bit-bit data (tertulis dalam komputer / dalam penggunaan tanda tangan

digital).

Kemudian peraturan perundang-undangan lain yang memberikan pengakuan terhadap

dokumen elektronik seperti Undang-Undang No.7 Tahun 1971 tentang Ketentuan Pokok

Kearsipan yang menyatakan bahwa suatu informasi elektronik tetap diakui, karena definisi

kearsipan tidak pernah menyatakan arsip harus dalam bentuk tertulis dalam media kertas saja

tapi dimungkinkan juga untuk disimpan dalam media lainnya. Dalam undang-undang tersebut

yang dimaksud dengan arsip ialah:

a. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga negara dan

badan-badan pemerintahan dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan

tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintah.

b. Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh badan-badan swasta dan / atau

perorangan, dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun

berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.

Sebagaimana juga dinyatakan dalam pertimbangan butir (f) bahwa Undang-Undang No.8

Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan secara jelas mempertimbangkan bahwa kemajuan

teknologi telah memungkinkan catatan dan dokumen yang dibuat di atas kertas dialihkan ke

dalam media elektronik atau dibuat secara langsung dalam media elektronik. Seperti dalam pasal

1 ayat 2 menyatakan: “Dokumen perusahaan adalah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan

atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatannya baik tertulis di atas kertas atau

sarana lain maupun terekam dalam bentuk corak apapun yang dapat dilihat, dibaca, atau didengar”.

Page 30: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

30

Dalam Bab III pasal 12 Undang-Undang Dokumen Perusahaan juga diatur mengenai

pengalihan wujudan bentuk media penyimpanan informasi berikut legalisasinya, yaitu dengan

memperkenankan dokumen perusahaan tersebut dapat dialihkan ke dalam media microfilm atau

media lainnya.

Dari Undang-Undang Pokok Kearsipan dan Dokumen Perusahaan di atas tersirat bahwa

adanya pengakuan mengenai keberadaan suatu informasi yang tersimpan secara elektronik (arsip

elektronik). Dalam penjelasan pasal 3 Undang-Undang Dokumen Perusahaan menyatakan bahwa

dokumen perusahaan yang sejak semula dibuat atau diterima dalam sarana bukan kertas,

misalnya rekening, jurnal transaksi harian, nota kredit, dan nota debet yang diproses secara

komputerisasi dan hasilnya disimpan dalam bentuk disket, hard disk atau sarana lainnya, dapat

langsung dialihkan ke dalam microfilm atau media lainnya tanpa perlu dibuatkan hasil

cetaknya29.

Dalam Rancangan Undang-Undang Cyber memuat hal yang baru mengenai data

elektronik, yaitu dengan mengakui data elektronik yang terdapat pada ruang maya. Hal ini

tercantum dalam Bab I mengenai Ketentuan Umum Pasal 1 angka 4 yaitu: “Dokumen elektronik

adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan

dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,

ditampilkan, dan / atau didengar melalui komputer atau sistem elektronik, termasuk tetapi tidak

terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,

kode akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang

yang mampu memahaminya”.

29 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, PT RajaGravindo Persada, Jakarta, 2005 h. 236.

Page 31: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

31

Walaupun hanya dibutuhkan untuk masalah pembuktian, terdapat syarat bahwa untuk

perjanjian tertentu (hibah / pembentukan PT) haruslah dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan

atau akta notaris. Persyaratan adanya akta dalam bentuk tertentu adalah sifatnya memaksa dan

apabila tidak diindahkan, perbuatannya lantas batal30. Sedangkan dalam perbuatan hukum

lainnya secara umum bentuk tulisan hanya mempunyai arti sebagai alat bukti yang hanya

memperoleh arti apabila perjanjiannya dibantah.

File komputer (text, bitmap, sound) yang di-encrypt dengan menggunakan digital

signature seperti disebutkan di atas dapat dipakai sebagai media dalam membentuk suatu

perjanjian. File computer dari digital signature dapat digunakan sebagai bahan pembuktian,

karena pada umumnya bahan pembuktian adalah bebas. Para pihak juga berwenang untuk

mengadakan perjanjian apa saja yang akan berlaku sebagai bukti antara mereka (perjanjian bukti

/ perjanjian penetapan / bewijsovreenkomst) seperti yang terdapat dalam Arres HR 3 Mei 1831.

Maksud dari perjanjian penetapan adalah perjanjian-perjanjian yang telah ditetapkan, apa saja

hal-hal yang menurut hukum bagi para pihak tanpa ada maksud untuk menciptakan hak-hak dan /

atau kewajiban-kewajiban yang baru32.

Aspek hukum perjanjian dalam transaksi e-commerce dapat diterapkan atau diadopsi

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan mengacu pada kaidah-kaidah hukum

perdagangan dimana kesepakatan sebagai sebagai suatu hal yang menjadi dasar adanya perikatan

dalam perjanjian perdagangan. Apa yang telah disepakati oleh para pihak dalam perdagangan

dengan model transaksi e-commerce menjadi hukum dan mengikat bagi para pihak walaupun

belum secara konkrit diatur oleh undang-undang.

30 Vollmar, op.cit, h. 129.31 Ibid, h. 475.32 Ibid, h. 135.

Page 32: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

32

Kekuatan hukum dalam transaksi e-commerce memang belum diatur secara spesifik oleh

hukum positif Indonesia, tetapi untuk mengakui / melegalkan transaksi elektronik bagi pelaku e-

commerce adalah hal yang sangat penting. UNCITRAL Model Law on E-Commerce

memberikan pengakuan terhadap data elektronik yang dihasilkan dalam transaksi elektronik

dimana beberapa prinsip utamanya sebagai berikut:

c. Segala informasi elektronik dalam bentuk data elektronik dapat dikatakan

memiliki akbat hukum, keabsahan ataupun kekuatan hukum.

d. Dalam hukum mengharuskan adanya suatu informasi dalam bentuk tertulis maka

suatu data elektronik dapat memenuhi syarat untuk itu. Hal ini disebutkan dalam

pasal 6 UNCITRAL Model Law.

e. Dalam hal tanda tangan, maka suatu tanda tangan elektronik merupakan tanda

tangan yang sah. Transaksi elektronik dapat dilakukan dengan tanda tangan

digital atau tanda tangan elektronik. Tanda tangan digital adalah pendekatan yang

dilakukan oleh teknologi encryption terhadap kebutuhan akan adanya suatu tanda

tangan atau adanya penghubung antara suatu dokumen / data / messages dengan

orang yang membuat atau menyetujui dokumen tersebut. Sedangkan tanda tangan

elektronik adalah suatu teknik penandatanganan yang menggunakan biometric

ataupun berbagai cara lainnya, artinya tidak selalu harus menggunakan public key

cryptography (Naskah Akademik RUU Tentang Tanda Tangan Elektronik dan

Transaksi Elektronik).

d. Para Pihak dalam Transaksi E-Commerce

Page 33: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

33

Dalam transaksi e-commerce terutama yang melakukan pembayaran dengan

menggunakan metode SET ada beberapa pihak yang terlibat di dalamnya, baik yang terlibat

secara langsung maupun tidak langsung, tergantung kompleksitas transaksi yang dilakukan.

Artinya apakah semua proses transaksi dilakukan secara online atau hanya beberapa tahap saja

yang dilakukan secara online. Dalam tahap / proses transaksi tersebut pihak-pihak yang terlibat

ialah33:

1. Penjual / merchant, yaitu perusahaan / produsen yang menawarkan produknya melalui

internet. Untuk menjadi merchant, maka seseorang harus medaftarkan diri sebagai

merchant account pada sebuah bank, tentunya ini dimaksudkan agar merchant dapat

menerima pembayaran dari customer dalam bentuk credit card.

2. Pembeli / card holder, yaitu orang-orang yang ingin memperoleh produk (barang atau

jasa) melalui pembelian secara online. Konsumen yang akan berbelanja di internet dapat

berstatus perorangan atau perusahaan. Apabila konsumen merupakan perorangan, maka

yang perlu diperhatikan dalam transaksi e-commerce adalah bagaimana sistem

pembayaran yang dipergunakan, apakah pembayaran dilakukan dengan mempergunakan

kartu kredit atau dimungkinkan pembayaran dilakukan secara manual / cash. Hal ini

penting untuk diketahui, mengingat tidak semua konsumen yang akan berbelanja di

internet adalah pemegang kartu kredit / card holder. Pemegang kartu kredit adalah

seseorang yang namanya tercetak pada kartu kredit yang dikeluarkan oleh penerbit

berdasarkan perjanjian yang telah dibuat.

3. Acquirer, yaitu pihak perantara penagihan (antara penjual dan penerbit) dan perantara

pembayaran (antara pemegang kartu dan penerbit). Perantara penagihan adalah pihak

33 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, PT RajaGravindo Persada, Jakarta, 2005 h. 599.

Page 34: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

34

yang meneruskan tagihan kepada penerbit berdasarkan tagihan berdasarkan tagihan

yang masuk kepadanya yang diberikan oleh penjual barang / jasa. Pihak perantara

penagihan inilah yang melakukan pembayaran kepada penjual. Pihak perantara

pembayaran (antara pemegang kartu dan penerbit) adalah bank dimana pembayaran

kredit dilakukan oleh pemilik kartu kredit / card holder, selanjutnya bank yang

menerima pembayaran ini akan mengirimkan uang pembayaran tersebut kepada

penerbit kartu kredit (issuer).

4. Issuer, yaitu perusahaan credit card yang menerbitkan kartu. Di Indonesia ada bebeapa

lembaga yang diijinkan untuk menerbitkan kartu kredit, yaitu

a. Bank dan lembaga keuangan bukan bank. Tidak setiap bank dapat menerbitkan

credit card, hanya bank yang telah memperoleh ijin dari Card Internasional,

dapat menerbitkan kartu kredit seperti Master Card dan Visa Card;

b. Perusahaan non bank dalam hal ini seperti PT. Dinner Jaya Indonesia

Internasional yang membuat perjanjian dengan perusahaan yang ada di luar

negeri;

c. Perusahaan yang membuka cabang dari perusahaan induk yang ada di luar

negeri, yaitu American Express.

5. Payment Gateway, yaitu sarana yang dioperasikan oleh Acquirer atau pihak ketiga yang

ditunjuk untuk memproses pesan-pesan pembayaran penjual, termasuk instruksi

pembayaran penjual

6. Otorisasi Sertifikat / Certification Authority, yaitu pihak ketiga yang netral yang

memegang hak untuk mengeluarkan sertifikasi kepada merchant, kepada issuer dan

dalam beberapa hal diberikan pula kepada card holder. Otorisasi Sertifikat (OS) dapat

Page 35: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

35

merupakan suatu lembaga pemerintah atau lembaga swasta. Di Italia, dengan alasan

kebijakan publik, menempatkan pemerintahannya sebagai pemilik kewenangan untuk

menyelenggarakan pusat OS. Sedangkan di Jerman jasa sertifikasi terbuka untuk

dikelola oleh sektor swasta untuk menciptakan iklim kompetisi yang bermanfaat bagi

peningkatan kualitas pelayanan jasa tersebut. Dibandingkan dengan pihak yang terlibat

lainnya, OS adalah pihak yang menanggung resiko paling besar sehingga ia juga paling

banyak memiliki kepentingan di dalamnya. OS juga merupakan pihak yang menjamin

keabsahan pemegang sertifikat sehingga apabila memberikan sertifikasi pencuri yang

bertindak sebagai pemilik asli, ia adalah pihak yang paling bertanggung jawab. Dalam

konteks ini sepatutnya pihak OS cukup memiliki cadangan keuangan sebagai cadangan

dana terhadap kemungkinan adanya klaim dari pihak ketiga akibat kesalahan dalam

penyelenggaraan jasanya.

Transaksi e-commerce tidak sepenuhnya dilakukan secara online, ada yang hanya proses

transaksinya saja yang online, sementara pembayaran tetap dilakukan secara manual / cash,

maka pihak acquirer, issuer, dan OS tidak terlibat di dalamnya. Selain pihak-pihak tersebut di

atas, pihak lain yang keterlibatannya tidak secara langsung dalam transaksi e-commerce yaitu

jasa pengiriman (ekspedisi).

e. Jenis – Jenis Transaksi E-Commerce

Secara umum perdagangan atau transaksi e-commerce dapat digolongkan menjadi 2 (dua)

bagian besar yaitu34:

34 Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, PT. RajaGravindo Persada Jakarta, 2004 h. 227.

Page 36: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

36

1. Business to Business, atau yang sering disebut sebagai b to b adalah transaksi antar

perusahaan (baik pembeli maupun penjual adalah perusahaan. Biasanya diantara mereka

telah saling mengetahui satu sama lain dan sudah terjalin hubungan yang cukup lama.

Pertukaran informasi hanya berlangsung diantara mereka dan pertukaran informasi itu

didasarkan pada kebutuhan dan kepercayaan. Transaksi b to b merupakan sistem

komunikasi bisnis online antar pelaku bisnis. Perkembangan b to b lebih pesat jika

dibandingkan dengan perkembangan jenis transaksi e-commerce yang lainnya.

Dilihat dari karakteristiknya, tarnsaksi e-commerce b to b mempunyai karakteristik

sebagai berikut:

a. Trading partners yang sudah saling mengetahui dan antara mereka sudah terjalin

hubungan yang berlangsung cukup lama. Pertukaran informasi hanya berlangsung

di antara mereka dan karena sudah sangat mengenal, maka pertukaran informasi

tersebut dilakukan atas dasar kebutuhan dan kepercayaan;

b. Pertukaran data dilakukan secara berulang-ulang dan berskala dengan format data

yang telah disepakati. Jadi, service yang digunakan antara kedua sistem tersebut

sama dan menggunakan standar yang sama;

c. Salah satu pelaku tidak harus menunggu partner mereka lainnya untuk mengirim

data;

d. Model yang umum digunakan adalah pear to pear, dimana processing intelegence

dapat didistribusikan di kedua pelaku bisnis.

2. Business to Customer, atau yang dikenal dengan b to c adalah transaksi antara perusahaan

dengan konsumen / individu. Contohnya pada salah satu situs e-commerce terbesar yaitu

Page 37: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

37

amazone.com. Pada jenis ini, transaksi disebarkan secara umum, dan konsumen yang

berinisiatif melakukan transaksi. Produsen harus siap menerima respon dari konsumen

tersebut. Biasanya sistem yang digunakan adalah sistem web karena sistem ini yang

sudah umum dipakai di kalangan masyarakat. B to C juga merupakan transaksi jual-beli

melalui internet antara penjual produk dengan konsumen. B to C dalam e-commerce

relatif banyak ditemui dibandingkan dengan B to B. Jenis transaksi B to C hampir semua

orang dapat melakukan transaksi baik dengan nilai transaksi kecil mupun besar dan tidak

dibutuhkan persyaratan yang rumit. Konsumen dapat memasuki internet dan melakukan

pencarian terhadap apa saja yang akan dibeli, menemukan web site, dan melakukan

transaksi. Dalam transaksi ini, konsumen memiliki posisi tawar yang lebih baik

dibandingkan dengan perdagangan konvensional karena konsumen memperoleh

informasi yang beragam dan mendetail. Kondisi tersebut memberi banyak manfaat bagi

konsumen karena kebutuhan akan barang dan jasa yang diinginkan dapat terpenuhi.

Selain itu juga terbuka kesempatan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang dan

jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan finansial konsumen dalam waktu yang

relatif efisien.

Transaksi e-commerce B to C juga memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Terbuka untuk umum, dimana informasi disebarkan secara umum pula;

b. Service yang dilakukan juga bersifat umum sehingga mekanismenya dapat

digunakan oleh banyak orang. Contohnya, karena sistem web sudah umum di

kalangan masyarakat, maka sistem yang digunakan adalah sistem web pula;

Page 38: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

38

c. Service yang diberikan berdasarkan permintaan dimana konsumen berinisiatif

sedangkan produsen harus siap memberikan respon terhadap inisiatif konsumen;

d. Sering dilakukan pendekatan client-server, yang mana konsumen di pihak klien

menggunakan sistem yang minimal (berbasis web) dan pihak penyedia barang

atau jasa (business procedure) berada pada pihak server.

Selain kedua jenis e-commerce di atas, juga terdapat beberapa jenis transaksi e-commerce

lainnya yang telah dikenal diantaranya35:

- Customer to Customer (C to C) adalah transaksi dimana individu saling menjual barang

pada satu sama lain. Contohnya, perusahaan e-commerce e-bay.com yang berpusat di

Jerman.

- Customer to Business (C to B) adalah transaksi yang memungkinkan individu menjual

barang pada perusahaan. Contohnya, perusahaan e-commerce pricelin.com.

- Customer to Government adalah transaksi dimana individu dapat melakukan transaksi

dengan pihak pemerintah, seperti membayar pajak.

Pihak – pihak di atas adalah pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam

proses terbentuknya transaksi e-commerce yang meliputi transaksi B to B, B to C, C to C, C to B,

dan Customer to Government yang semuanya itu terlibat dalam bisnis e-commerce secara online.

35 Ibid, h. 228.

Page 39: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

39

BAB III

SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS SET (Secure Electronic

Transaction) DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

a. Penggunaan Internet dan Kriptografi

Perkembangan internet saat ini memang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari betapa

besar animo orang yang memanfaatkan internet sebagai bagian dari pekerjaan mereka, besarnya

nilai bisnis yang ada, dan berbagai macam barang dan jasa yang ditawarkan melalui internet itu

sendiri. Internet telah mengubah cara orang melakukan komunikasi (e-mail, chat, internet

phone), belajar (distance learning with video conferencing), berbelanja (cyberstore / e-

commerce). Internet juga menciptakan berbagai macam bidang usaha yang baru dan sebelumnya

belum pernah ada.

Pertumbuhan e-commerce membutuhkan infrastruktur untuk menunjang pemanfaatannya.

Salah satu infrastruktur yang sangat penting adalah layanan pembayaran secara on-line yang

aman. Adanya jaminan kepastian dalam pembayaran dan juga kemanan dalam sistem

pembayaran inilah salah satu penyebab mengapa terdapat kurangnya minat seseorang melakukan

transaksi via internet.

Para pebisnis melihat e-commerce adalah sebagai suatu kemungkinan bisnis dengan

banyak keunggulan yang dimilikinya. Berbagai keunggulan tersebut diantaranya:

1. Jangkauan / cakupan yang luas dan basis konsumen yang besar pula. Para pengecer yang

menggunakan web akan menikmati keuntungan dari jumlah konsumen yang terus

Page 40: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

40

bertambah banyak. Berbagai hambatan geografis yang ada selama ini menjadi hilang dan

tidak ada batasan mengenai jangka waktu kegaiatan. Jam beroperasi hanya dibatasi oleh

hardware dan software yang digunakan.

2. Pendapatan yang terus bertambah. Web membuka berbagai kemungkinan dalam

melakukan penjualan dan distribusi. Merchants mendapatkan berbagai keuntungan dari

besarnya pasar yang ada baik dilihat secara geografis maupun dilihat dari sisi jumlah

konsumen.

3. Penghematan biaya. Penggunaan e-commerce akan dapat secara drastis mengurangi biaya

inventaris / persediaan yang harus disediakan oleh mechants dalam suatu waktu. Terdapat

berbagai perusahaan yang tidak mempunyai persediaan (inventory) tetapi mereka dapat

menawarkan berbagai macam produk kepada pelanggannya. Mereka hanya

menghubungkan antara berbagai macam permintaan yang ada ke dalam sistem yang

digunakan oleh produsen.

4. Hubungan yang lebih baik dengan konsumen. Perdagangan secara online mempunyai

kemampuan untuk berinteraksi dengan konsumen secara lebih dekat dan cepat. Konsep

ini dikenal sebagai one to one marketing, dimana merchants dapat secara langsung

berinteraksi dengan konsumen.

Perkembangan internet dan e-commerce yang sangat pesat dan disertai dengan berbagai

kemungkinan bisnis yang ada, ternyata mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan ini

terutama menyangkut masalah keamanan dan perlindungan hukum bagi para pihak yang terlibat.

Sebagai jaringan publik yang terbuka (open network), internet sangat rentan terhadap berbagai

macam kejahatan, contohnya adanya kemungkinan dicurinya nomor kartu kredit atau

dipergunakan oleh orang lain. Hal ini menyebabkan adanya kalangan yang masih takut untuk

Page 41: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

41

membayar suatu produk via internet dengan alasan kemanan. Selain itu juga adanya masalah

kontrak jual beli yang dilakukan bukan diatas kertas.

Kelemahan diatas dapat diatasi dengan menggunakan suatu teknologi sistem penyandian

informasi atau yang disebut dengan Kriptografi dengan sistem transmisi data elektronik dalam e-

commerce yang dilindungi dengan melakukan proses enkripsi (encrypt) dengan menggunakan

suatu algoritma sehingga menjadi chipper / locked data yang hanya dibaca dengan melakukan

proses reversal yaitu proses decrypt. Penggunaan teknik kriptografi ini juga menimbulkan suatu

produk perundang-undangan yang mengaturnya dimana tercantum dalam Digital Signature Act

atau Electronic Signature Act contohnya: Digital Signature Act 1997 di Malaysia, The Electronic

Act 1998 di Singapura, Uniform Electronic Transactions Act (UETA) 1999 yang dibentuk negara

Amerika Serikat, dan lainnya.

Kriptografi pada dasarnya ialah suatu penerapan teknologi penyandian informasi untuk

memberikan keamanan bagi para konsumen / card holder sebagai pemilik nomor kartu kredit

dari berbagai kejahatan e-commerce. Dari uraian diatas muncul beberapa definisi yang

menguraikan:

1. Kriptografi adalah seni dan ilmu yang mempelajari bagaimana membuat suatu pesan

yang dikirim oleh pengirim (originator) dapat disampaikan kepada penerima (receiver)

dengan aman36.

2. Kriptografi juga diartikan sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari

teknik-teknik aplikasi yang keberadaannya tergantung pada keberadaan suatu masalah

yang sukar atau sulit37. 36 Bruce Schneir, Applied Crypthography, 2nd ed., (New York: John Willey and Sons Inc.,1996) h.1.

Page 42: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

42

3. Kriptografi juga dimaksudkan sebagai bidang pengetahuan yang menggunakan

persamaan matematis untuk melakukan proses enkripsi maupun deskripsi data38. Teknik

ini digunakan untuk mengonversi atau mengubah data ke dalam bentuk kode-kode

tertentu, dengan tujuan informasi yang disimpan maupun ditransmisikan melalui jaringan

yang tidak aman, tidak dapat dibaca oleh siapa pun kecuali oleh orang-orang yang

berhak. Metode yang dipergunakan untuk menyamarkan atau menyembunyikan teks

biasa disebut enkripsi. Enkripsi ini digunakan untuk meyakinkan bahwa informasi

tertentu tersembunyi dan tidak dapat dimengerti oleh siapa pun. Proses kebalikan dari

enkrpsi adalah deskripsi, yaitu mengubah teks terenkripsi menjadi teks biasa.

Di dalam kriptografi dikenal berbagai macam istilah diantaranya Crypthanalysis yaitu

ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana mengetahui mekanisme kriptografi; Cryptology

(yang berasal dari bahasa Yunani, krypto dan logos) yang berarti hidden world yaitu suatu

bidang yang mengkombinasikan Crypthography dan Crypthanalysis39. Penggunaan istilah aman

dalam kriptografi adalah relatif, sehingga kriteria aman yang dipergunakan disini adalah40:

1. Confidentiality (kerahasiaan); suatu pesan tidak boleh dapat dibaca atau diketahui oleh

orang yang tidak berkepentingan.

2. Authenticity (otentisitas); penerima pesan harus mengetahui atau mempunyai kepastian

siapa pengirim pesan dan benar bahwa pesan itu dikirim oleh pengirim. Istilah itu juga

berkaitan dengan suatu proses verifikasi terhadap identitas seseorang.

37 RSA Laboratories, Frequently Asked Question about Today’s Crypthography 4.0 (RSA Data Security Inc.,1998),p.2.38 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, PT. RajaGravindo Persada, Jakarta, 2005, h. 264.39 Bruce Schneir, op.cit, h. 2.40 Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, PT. RajaGravindo Persada, Jakarta, 2003, h. 223.

Page 43: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

43

3. Integrity (integritas / keutuhan); penerima harus merasa yakin bahwa pesan yang

diterimanya tidak pernah diubah sejak pesan itu dikirim hingga diterima, seorang hacker

tidak dapat mengubah atau menukar isi pesan yang asli dengan yang palsu.

4. Non Repudiation (tidak dapat disangkal); pengirim pesan tidak dapat menyangkal bahwa

ia tidak pernah mengirim pesan tersebut.

Penerapan kriptografi dalam internet khususnya e-commerce telah banyak membantu

dalam menyelesaikan masalah keamanan dan juga masalah hukum. Kriptografi sangat

memungkinkan terciptanya suatu sistem komputer yang terpercaya (trustworthy computer

system).

Pesan (messages) asli dalam kriptografi biasanya disebut plaintext. Plaintext dapat terdiri

dari text file, bitmap, digitized voice, digital video image dan lain sebagainya. Encryption adalah

proses tranformasi suatu pesan / data menjadi suatu bentuk yang hampir mustahil untuk dibaca

tanpa adanya suatu pengetahuan yang sesuai mengenai algoritma (key) pesan yang sudah

ditransformasikan tersebut disebut dengan chipertext. Proses pengembalian (recovery) dari

ciphertext ke pesan yang semula disebut dengan proses dekripsi (decrypt). Kriptografi modern

pada saat ini menggunakan “kunci” (key). Kunci ini menggantikan fungsi algoritma dalam proses

encryption. Penggunaan kunci ini mempunyai berbagai kelebihan antara lain mudah

didistribusikan secara meluas, sehingga banyak digunakan pada saat ini.

SET menggunakan suatu kriptografi khusus yang dinamakan asymmetric cryptography

untuk menjamin keamanan suatu transaksi. Asymmetric cryptography ini juga disebut dengan

nama Public-key Cryptography. Enkripsi ini menggunakan dua kunci (yaitu kode), satu kunci

digunakan untuk meng-enkripsi data, dan kunci lainnya untuk men-dekripsi data tersebut. Kedua

Page 44: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

44

kunci tersebut terhubung secara matematis dengan rumus tertentu, sehingga data yang telah di-

enkripsi oleh suatu kunci hanya bisa di-dekripsi dengan menggunakan kunci pasangannya.

Setiap user mempunyai dua kunci, yaitu public key dan private key. User dapat

menyebarkan public key secara bebas. Karena adanya hubungan yang khusus antara kedua kunci,

user dan siapa pun yang menerima public key tersebut mendapat jaminan bahwa data yang telah

dienkripsi dengan suatu public key dan dikirimkan ke user hanya bisa didekripsi oleh private key.

Keamanan ini terjamin selama user dapat menjaga kerahasiaan private key. Pasangan key ini

harus dibuat secara khusus oleh user. Algoritma yang biasanya digunakan untuk pembuatan key

adalah algoritma RSA (dinamakan berdasarkan inisial pembuatnya, yaitu: Rivest, Shamir, dan

Adleman).

Artinya, suatu pihak pengelola e-commerce yang menggunakan SET, harus membuat

pasangan key khusus untuk webnya. Public key akan disebarkan, dan hal ini biasanya dilakukan

melalui penyebaran web browser. Public key disertakan secara gratis untuk setiap web browser,

dan telah tersedia jika browser tersebut diinstall. Private key, pasangan untuk pasangan public

key tersebut disimpan oleh perusahaan pengelola e-commerce.

Jika pembeli menggunakan browser untuk mengirim form transaksi, pembeli tersebut

akan menggunakan public key yang telah tersedia di web browsernya. Orang lain yang tidak

mempunyai private key pasangannya, tidak akan bisa men-dekripsi data form yang dikirim

dengan public key tersebut. Setelah data sampai ke pengelola e-commerce, data tersebut akan di-

dekripsi dengan menggunakan private key. Artinya, hanya perusahaan pengelola e-commerce

yang bisa mendapatkan data itu dalam bentuk yang sebenarnya, dan data identitas serta nomor

kartu kredit customer tidak akan jatuh ke tangan yang tidak berhak.

Page 45: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

45

b. Mekanisme Sistem Pembayaran Internet Dengan Sistem SET

Saat ini ada dua perusahaan kartu kredit terbesar, Visa dan MasterCard, bekerja sama

membuat suatu standar pembayaran yang aman, yang diberi nama Secure Electronic Transaction

(SET). Sebagian besar penyedia jasa pelayanan pembayaran di Internet telah setuju untuk

mengikuti standar SET. Menurut spesifikasi SET, ada beberapa kebutuhan bisnis yang saat ini

perlu ditangani:

1. Keamanan pengiriman informasi pemesanan dan pembayaran.

2. Integritas data dalam setiap transaksi.

3. Otentikasi bahwa seorang konsumen adalah seorang pemegang kartu (cardholder) yang

valid pada suatu perusahaan penyelenggara pembayaran tertentu (misalnya: Visa atau

MasterCard).

4. Otentikasi bahwa seorang pedagang memang benar-benar bisa menerima jenis

pembayaran tersebut.

5. Menyediakan suatu sistem pembayaran yang tidak terikat kepada suatu protokol

perangkat keras atau perangkat lunak tertentu, dengan kata lain dapat bekerja dengan

berbagai macam perangkat lunak dan berbagai penyedia jasa.

Sehubungan dengan penggunaan SET banyak developer dunia yang sudah menyatakan

dukungannya terhadap SET bagi produk-produk penunjang sistem perdagangan internet mereka,

seperti Microsoft, IBM, Netscape, SAIC, GTE, Open Market, CyberCash, Terisa Systems dan

VeriSign. Bahkan saat ini perusahaan penyelenggara charge card terbesar seperti American

Express, akhirnya menyatakan mendukung sistem SET.

Page 46: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

46

Internet mengalami perkembangan yang sangat cepat baik dilihat dari segi jumlah

pengguna maupun nilai bisnis di dalamnya. Tentu saja para pelaku bisnis sengaja memanfaatkan

fenomena ini sebagai strategi marketing yang baru juga media penjualan yang baru. Berbagai

macam barang dan jasa ditawarkan mulai dari barang seperti software sampai dengan jasa seperti

layanan perbankan online. Berbagai jasa dan barang tersebut membutuhkan adanya teknologi

pembayaran yang bisa melakukan transfer pembayaran secara digital terhadap barang dan jasa

yang dibeli.

Mekanisme pembayaran di internet yang ada pada saat ini dapat dikatagorikan sebagai

berikut:

1. Sistem Debit; Sistem ini mengharuskan konsumen terlebih dahulu mempunyai rekening

di suatu bank. Apabila ia akan melakukan pembayaran maka pembayaran itu akan

diambil dari rekening tersebut dengan cara di debit. Contoh dari sistem ini adalah: Bank

Internet Payment System.

2. Sistem Kredit; Sistem ini mengalihkan kewajiban pembayaran kepada pihak ke-3 baru

kemudian kredit ini akan ditagih kepada orang yang bersangkutan. Pedagang akan

melakukan proses capture yaitu meminta pembayaran dari pihak ke-3 yang menjadi

perantara. Sistem ini terdiri dari SSL (Secure Sockets Layer) dan SET. Sistem yang

menggunakan SSL juga banyak dipergunakan oleh internet merchant pada saat ini.

Internet merchant akan menggunakan SSL dalam meng-encrypt proses capture dari

nomor kartu kredit yang digunakan.

3. Tunai / electronic cash / digital cash; Sistem ini merupakan salah satu perkembangan

yang paling akhir dalam internet payment. Sistem ini dalam penggunaannya mirip dengan

Page 47: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

47

pemakaian uang tunai dalam kegiatan sehari-hari. Kemiripan terlihat pada saat konsumen

akan membayar uang kertas atau koin kepada penjual dalam proses pembayaran sehari-

hari. Dalam sistem ini uang tunai akan digantikan oleh digital token atau suatu nilai

digital (digital value) kepada penjual. Beberapa sistem bahkan memungkinkan penjual

untuk langsung membelanjakan ‘uang’ yang didapatnya untuk membayar suatu barang

atau jasa. Sedangkan sistem yang lain mengharuskan ‘uang’ tersebut untuk disetorkan

terlebih dahulu ke dalam suatu rekening baru setelah itu bank akan menerbitkan token

yang baru yang dapat dipakai untuk berbelanja. Contoh dari sistem ini yaitu: VisaCash,

eCash, Cyber Coin.

Secara singkat alur transaksi pada metode SET dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk melakukan transaksi SET, pembeli dan pedagang harus terlebih dahulu

mendapatkan sertifikat dari otoritas sertifikat / certification authority. Pembeli dalam

langkah ini harus mengetikkan personal account number (PAN) dan informasi jati

dirinya. Pedagang dalam langkah ini harus juga memberikan informasi jati dirinya

kepada pihak otoritas sertifikat.

2. Pembeli kemudian dapat berbelanja. Jika sudah memilih produk yang hendak dibeli,

pembeli membuat Order Instruction (OI) dan Payment Instruction (PI). Pembeli

kemudian menyerahkan order instruction (OI) dan payment instruction (PI) kepada

pedagang. PI tidak dapat dibaca oleh pedagang karena di-encrypt dengan menggunakan

kunci publik milik gerbang pembayaran (payment gateway).

3. Setelah pedagang memproses OI, maka pedagang melakukan otorisasi PI melalui

gerbang pembayaran. Sering kali acquirer bertindak sebagai gerbang pembayaran.

Page 48: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

48

4. Gerbang pembayaran melakukan otorisasi kartu kredit dengan issuer melalui jaringan

privat kartu kredit.

5. Jika otorisasi disetujui, maka gerbang pembayaran menginstruksikan pedagang untuk

menyerahkan produk dagangan kepada pembeli.

6. Pembeli menerima produk yang dibelinya.

7. Pedagang kemudian dapat memperoleh pembayarannya dengan melakukan proses

permintaan (capture) melalui gerbang pembayaran pula. Langkah ini sering di-batch,

sehingga akan ada tenggang waktu antara permintaan pembayaran (payment capture)

dengan proses otorisasi.

8. Setiap melakukan komunikasi, para pihak yang terlibat dalam transaksi dapat melakukan

otentifikasi terhadap digital certificate milik pihak yang lain dengan mengakses situs

otorisasi sertifikatnya.

Kelebihan utama menggunakan sistem SET, yaitu tagihan pembelian dibebankan melalui kartu

kredit, tetapi nomor kartu belum dimasukkan pada saat pembelian. Selain itu, pembeli /

pelanggan dan penjual harus sudah terdaftar dan memiliki sertifikat, sehingga akan mudah

diidentifikasi. Sebelum sistem berfungsi, pemilik kartu kredit (pembeli) harus membayar biaya

administrasi terlebih dahulu. Sama seperti pada kartu kredit, pemilik kartu kredit (pembeli) harus

menandatangani perjanjian yang telah disepakati untuk dapat memakai sistem SET ini.

Kemudian, pembeli akan mendapatkan software dari bank dan harus terpasang di hardware

komputer yang dipakai. Di komputer tersedia sebuah program, yaitu Microsoft Wallet, khusus

untuk pemakai jasa elektronik yang dapat mengelola beberapa kartu kredit yang berbeda. Oleh

karena itu pemilik kartu kredit (pembeli) tidak perlu memasukkan nomor kartu kredit setiap

pemesanan, cukup hanya dengan mengklik software programnya, selain data-data barang

Page 49: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

49

pesanan, pembeli juga harus memasukkan data sertifikatnya dan sebuah digital signature.

Dengan prinsip key-lock system, sebuah pengenkripsian asimetris (asymmetric encryption) akan

menjamin bahwa identifikasi memang valid dan tidak bertumpuk, serta data-data tidak dapat di

sabotase salama proses transfer atau data-data tidak mengandung kesalahan. Pemilik kartu kredit

(pembeli) juga dapat melakukan konfirmasi melalui bank. Tetapi penjual tidak akan dapat

mengetahui nomor kartu kredit pembeli. Sebagai proteksi tambahan, konsumen juga harus

memasukkan nomor kode. Sertifikat dan kode ini menjadi sebuah komponen ganda (dual

component), sama seperti sistem pembayaran tanpa uang tunai yang biasa, sebuah kartu cek atau

kartu PIN. Semua ini dilakukan untuk masalah keamanan. Penjual juga harus memiliki sertifikat

SET dan memakai software khusus. Saat ini, sistem SET masih terus diperluas, karena bisnis

online dangan sistem SET belum begitu berkembang dan konsumen tidak dapat memesan apa-

apa dengan wallet-nya. Melihat perkembangan transaksi e-commerce yang mengglobal saat ini

sistem SET sudah sepatutnya menjadi standar internasional. Apabila terjadi kesalahan dalam

pembayaran melalui kartu kredit, pemilik kartu kredit harus tetap terlindungi dengan baik. Bagi

yang sudah memesan suatu barang dengan kartu kredit, apakah melalui internet atau dengan cara

lain, biasanya dapat membatalkan pemesanan melalui telepon ke penyelenggara kartu kredit

(acquirer) atau ke bank yang mengeluarkannya. Tetapi konsumen harus bisa menjamin dan juga

harus memberikan pernyataan di bawah sumpah bahwa konsumen tersebut tidak melakukan

pembelian tersebut. Konsumen yang bersangkutan memang dapat saja mengklaimnya, tetapi

prosesnya bisa memakan waktu berminggu-minggu, sampai uang tersebut kembali ke rekening.

Pengaduan lewat telepon yang ditujukan pada pihak bank atau penyelenggara kartu kredit

bukanlah satu-satunya cara untuk mengklaim, karena kadang-kadang bank masih menganggap

hal tersebut sebagai kesalahan dan harus melakukan pemeriksaan ulang berkali-kali. Tetapi bagi

Page 50: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

50

yang benar-benar sudah melakukan pembelian dengan pihak penjual dengan cara ini, konsumen

dapat menuntut uangnya kembali. Namun, hanya jika pembayaran tidak mencakup semua barang

yang hendak dibeli. Pada kasus ini, perusahaan kartu kredit akan memberikan apa yang disebut

sebagai hak pengembalian uang, sehingga penjual akan bersedia membayar kembali uang

tersebut.

c. Penggunaan Digital Signature dan Keamanannya Dalam SET

Pada umumnya orang berpendapat bahwa suatu akta sudah sepatutnya dibubuhi tanda

tangan. Tanda tangan ini menyebabkan orang yang menandatanganinya mengetahui isi dari akta

yang ditandatanganinya. Sehingga orang tersebut pun terikat dengan isi dari akta tersebut41.

Tanda tangan yang dibubuhkan dalam suatu kontrak tidak harus dilakukan ”secara langsung”

layaknya seseorang membubuhkan tanda tangan. Keterangan atau kontrak yang sudah dibubuhi

tanda tangan tersebut dianggap berasal dari orang yang namanya tercantum di bawah tanda

tangannya dan orang tersebut lantas terikat oleh keterangan atau kontrak tersebut. Tanda tangan

dalam model hukum secara eksplisit sama nilai legalnya dengan tanda tangan konvensional yang

dalam maksud-maksud tertentu para pihak bisa menyetujui jika mereka menghendaki.

Dalam GUIDEC (General Usance for International Digitally Ensured Commerce),

Digital signature dapat diartikan sebagai: “a transformation of message using an asymmetric

cryptosystem such that a person having the ensured message and the ensurer’s public key can

accurately determine:

a. Wether the transformation was created using the privat key that corresponds to

the signer’s public key 41 H.F.A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid 2, PT. RajaGravindo Persada, Jakarta, 1995, h. 478.

Page 51: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

51

b. Wether the signed message has been altered since the transformation was made.

Sebuah digital signature seperti halnya sebuah tanda tangan di atas kertas, sesungguhnya

merupakan suatu mekanisme untuk melakukan otentifikasi. Tetapi keduanya memiliki perbedaan

yang penting terutama dalam hal pembuatan dan bagaimana cara melakukan verifikasi tanda

tangan di atas kertas dan digital signature mempunyai metode otentifikasi yang berbeda.

Penggunaan digital signature dalam SET sangat menunjang keamanan dalam proses

transaksi. Keamanan yang dimaksud dalam SET meliputi:

Ad.1 Authenticity

Dengan memberikan digital signature pada data elektronik yang dikirimkan maka akan

dapat ditunjukkan darimana data elektronik tersebut sesungguhnya berasal. Terjaminnya

integritas pesan tersebut bisa terjadi karena keberadaan dari digital certificate. Digital Certificate

diperoleh atas dasar aplikasi kepada Otoritas Sertifikat (OS) oleh user. Digital Certificate berisi

informasi mengenai konsumen antara lain: identitas, kewenangan, kedudukan hukum, status dari

user. Digital certificate ini memiliki berbagai tingkatan, tingkatan dari digital certificate ini

menentukan berapa besar kewenangan yang dimiliki oleh konsumen. Contoh dari kewenangan

ini adalah apabila suatu perusahan hendak melakukan perbuatan hukum, maka pihak yang

berwenang mewakili perusahaan tersebut adalah direksi . Jadi apabila suatu perusahaan hendak

melakukan suatu perbuatan hukum maka digital certificate yang dipergunakan adalah digital

certificate yang dipunyai oleh direksi perusahaan tersebut. Dengan keberadaan dari digital

certificate ini maka pihak ketiga yang berhubungan dengan pemegang digital certificate tersebut

dapat merasa yakin bahwa suatu pesan / massages adalah benar berasal dari user tersebut.

Page 52: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

52

Ad.2 Integrity

Integritas / integrity berhubungan dengan masalah keutuhan dari suatu data yang

dikirimkan. Seorang penerima pesan / data dapat merasa yakin apakah pesan yang diterimanya

sama dengan pesan yang dikirimkan. Ia dapat merasa yakin bahwa data tersebut pernah

dimodifikasi atau diubah selama proses pengiriman atau penyimpanan.

Penggunaan digital signature yang diaplikasikan pada pesan / data elektronik yang

dikirimkan dapat menjamin bahwa pesan / data elektronik tersebut tidak mengalami suatu

perubahan atau modifikasi oleh pihak yang tidak berwenang. Jaminan authenticity ini dapat

dilihat dari adanya hash function dalam sistem digital signature, dimana penerima data

(recipient) dapat melakukan pembandingan hash value. Apabila hash value-nya sama dan sesuai,

maka data tersebut benar-benar otentik, tidak pernah terjadi suatu tindakan yang sifatnya

merubah (modify) dari data tersebut pada saat proses pengiriman, sehingga terjamin authenticity-

nya. Sebaliknya apabila hash value-nya berbeda, maka patut dicurigai dan langsung dapat

disimpulkan bahwa recipient menerima data yang telah dimodifikasi.

Ad.3 Non-Repudiation

Non repudiation / tidak dapat disangkalnya keberadaan suatu pesan berhubungan dengan

orang yang mengirimkan pesan tersebut. Pengirim pesan tidak dapat menyangkal bahwa ia telah

mengirimkan suatu pesan apabila ia sudah mengirimkan suatu pesan. Ia juga tidak dapat

menyangkal isi dari suatu pesan bebeda dengan apa yang ia kirimkan apabila ia telah mengirim

pesan tersebut. Non repudiation adalah hal yang sangat penting bagi e-commerce apabila suatu

Page 53: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

53

transaksi dilakukan melalui suatu jaringan internet, kontrak elektronik, ataupun transaksi

pembayaran.

Non repudiation ini timbul dari keberadaan digital signature yang menggunakan enkripsi

asimetris (asymmetric encryption). Enkripsi asimetris ini melibatkan keberadaan dari kunci

privat dan kunci publik. Suatu pesan yang telah dienkripsi dengan menggunakan kunci privat

maka ia hanya dapat dibuka / dekripsi dengan menggunakan kunci publik dari pengirim. Jadi

apabila terdapat suatu pesan yang telah dienkripsi oleh pengirim dengan menggunakan kunci

privatnya maka ia tidak dapat menyangkal keberadaan pesan tersebut karena terbukti bahwa

pesan tersebut dapat didekripsi dengan kunci publik pengirim. Keutuhan dari pesan tersebut

dapat dilihat dari keberadaan fungsi hash dari pesan tersebut, dengan catatan bahwa data yang

telah di-sign akan dimasukkan kedalam digital envelope.

Ad.4 Confidentiality

Pesan dalam bentuk data elektronik yang dikirimkan tersebut bersifat rahasia /

confidential, sehingga tidak semua orang dapat mengetahui isi data elektronik yang telah di-sign

dan dimasukkan dalam digital envelope. Keberadaan digital envelope yang termasuk bagian

yang integral dari digital signature menyebabkan suatu pesan yang telah dienkripsi hanya dapat

dibuka oleh orang yang berhak. Tingkat kerahasiaan dari suatu pesan yang telah dienkripsi ini,

tergantung dari panjang kunci yang dipakai untuk melakukan enkripsi. Pada saat ini standar

panjang kunci yang digunakan adalah sebesar 1024 bit.

Pengamanan data dalam e-commerce dengan metode kriptografi melalui skema digital

signature tersebut secara teknis sudah dapat diterima dan diterapkan, namun dari sudut pandang

Page 54: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

54

ilmu hukum ternyata masih kurang mendapatkan perhatian. Kurangnya perhatian akan aturan

hukum karena khususnya di Indonesia, penggunaan komputer sebagai alat komunikasi melalui

jaringan internet baru dikenal sejak tahun 1994. Dengan demikian pengamanan jaringan internet

dengan metode digital signature di Indonesia tentu masih merupakan hal yang baru bagi

kalangan pengguna komputer.

Pasal 8 UNCITRAL Model Law on E-Commerce mengatur masalah keberadaan tanda

tangan di dalam suatu kontrak. Pasal ini mengatur bahwa apabila terdapat suatu peraturan yang

mensyaratkan perlu adanya suatu tanda tangan maka ketentuan tersebut dapat dipenuhi oleh data

messages apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Adanya suatu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi si penandatangan.

Terdapat juga indikasi bahwa orang tersebut telah membaca dan menyetujui isi dari

perjanjian yang dibuatnya.

2. Metode tersebut dapat digunakan dalam perjanjian.

Tanda tangan bukan merupakan bagian yang penting dalam suatu transaksi / kontrak, tetapi

keberadaannya dilihat / diperhatikan karena bentuknya (form). Penandatanganan suatu dokumen

secara umum mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Bukti (evidence): suatu tanda tangan akan akan mengotentifikasikan penandatangan

dengan dokumen yang ditandatanganinya. Pada saat penandatangan membubuhkan tanda

tangan pada suatu dokumen, maka tulisan / isi dokumen akan mempunyai hubungan

(attribute) dengan penandatangan42.

42 <http://www.google.com> (Keyword: Kegunaan Tandatangan). Lon. L. Fuller, Consideration and Forms, 1941, h. 799-800; Jeremy Bentham, The Works of Jeremy Bentham, Bowring Ed, 1962, h. 508-585.

Page 55: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

55

2. Ceremony: Penandatanganan suatu dokumen akan berakibat penandatangan akan tahu

bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan hukum, sehingga akan mengurangi

kemungkinan adanya inconsiderate engagement43.

3. Persetujuan (approval): Dalam penggunaannya dalam berbagai konteks baik oleh hukum

atau kebiasaan, tanda tangan melambangkan adanya persetujuan atau otorisasi terhadap

suatu tulisan, atau penandatangan telah secara sadar mengetahui bahwa tanda tangan

tersebut mempunyai konsekuensi hukum (pasal 7 (1) UNCITRAL Model Law).

4. Efficiency and Logistics: Tanda tangan dalam suatu dokumen tertulis sering kali

menimbulkan kejelasan dan keabsahan dari suatu transaksi dan juga akan mengurangi

kebutuhan untuk mengecek keabsahan suatu dokumen kepada orang yang

bersangkutan44.

SET menggunakan kombinasi antara messages digest yang berasal dari fungsi hash dan

encryption yang menggunakan kunci privat untuk menandatangani data message. Fungsi hash

yang digunakan dalam SET akan menghasilkan 160-bit message digest. Message digest ini

kemudian akan di-encrypt dengan menggunakan algoritma khusus yang mempunyai panjang

1024 bit. Hasil dari enkripsi inilah yang kemudian disebut sebagai digital signature. Seluruh

data message yang dikirimkan oleh para pihak dalam SET adalah menggunakan digital

signature. Data message ini mempunyai sifat yang hampir sama dengan kontrak diatas kertas.

Pesan ini selalu dapat diakses, dapat diperiksa orisinalitasnya, dapat mengidentifikasikan

penandatangannya. Pesan ini juga dapat menunjukkan kecakapan bertindak dari penandatangan,

yaitu dengan adanya digital certificate sebagai lampiran. Berdasarkan hal tersebut pasal 5

43 <http://www.google.com> (Keyword: Kegunaan Tandatangan). John Austin, Lectures on Jurisprudence, 4th ed, 1873, h. 939-944; Rudolf von Jhering, Geist Des Rosmichen Rechts, 8th ed, 1883, h. 494-498.44 <http://www.google.com> (Keyword: Kegunaan Tandatangan). Fuller, op.cit. h. 801-882.

Page 56: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

56

UNCITRAL Model Law on E-Commerce, data message mempunyai kekuatan hukum dan dapat

dijalankan secara hukum (enforceability). Hal ini dikarenakan pesan-pesan ini mempunyai sifat-

sifat yang dipunyai oleh kontrak-kontrak konvensional yang biasa dikenal. Sehingga berdasarkan

pasal ini data message mempunyai kekuatan yuridis.

Model Law on E-Commerce menyatakan beberapa persyaratan agar suatu pesan dapat

masuk ke dalam kriteria “writing”. Kriteria-kriteria ini diambil dari norma-norma hukum yang

ada di dalam sistem-sistem hukum yang ada di dunia. Norma tersebut ada yang berasal dari

perundang-undangan, kebiasaan dan yang berasal dari yurisprudensi. Kriteria yang dipakai

diantaranya:

1. Adanya bukti yang cukup yang dapat membuktikan adanya kata sepakat dari para pihak;

2. Memberitahukan kepada para pihak bahwa perbuatan yang dilakukannya ini mempunyai

akibat hukum;

3. Mempertahankan keberadaan dokumen tersebut untuk suatu jangka waktu tertentu;

4. Memungkinkan dilakukannya otentifikasi terhadap dokumen tersebut dengan

menggunakan tanda tangan yang ada;

5. Memudahkan verifikasi yang dilakukan oleh pemerintah atau untuk kepentingan

pengadilan;

6. Untuk memudahkan para pihak untuk menutup perjanjian dan menyediakan bukti telah

adanya kesepakatan itu;

7. Untuk memastikan data / informasi yang ada belum pernah diubah / dirusak sejak ia

pertama kali dibuat (faktor integrity dari data tersebut);

Page 57: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

57

8. Bahwa digital signature yang terdapat dalam pesan / data message ini adalah dibuat

dalam suatu jangka waktu yang terdapat dalam sertifikat. Jadi selama sertifikat itu masih

valid / sah. Digital signature itu dibuat dengan menggunakan kunci privat, yaitu

pasangan kunci dari kunci publik yang terdapat dalam sertifikat tersebut. Jangka waktu

dari berlakunya sertifikat itu dapat dilihat di Certificate Paractice Statement (CPS) milik

issuer dari sertifikat tersebut. Sedangkan untuk mengetahui apakah sertifikat itu masih

valid atau tidak dapat dilihat di Certificate Revocation List (CRL). Keberadaan CPS dan

CRL adalah sangat penting dalam proses penandatanganan suatu dokumen karena ia akan

menentukan apakah dokumen tersebut valid atau tidak;

9. Untuk memudahkan pendokumentasian data dalam bentuk tertentu;

10. Bahwa digital signature tersebut adalah milik dari orang yang dianggap telah

menandatangani. Berdasarkan hal ini maka sangat penting menjaga keberadaan kunci

privat agar jangan sampai dipergunakan oleh orang lain yang tidak berhak. Apabila kunci

privat itu hilang atau dicuri orang, maka sertifikat pasangannya harus segera di-revoke.

Pemilik kunci yang asli mempunyai kewajiban untuk segera melaporkan peristiwa ini,

karena ia dapat dimintai pertanggungjawaban atas penggunaan kunci yang tidak pada

tempatnya;

11. Bahwa digital signature yang diterakan oleh pemiliknya, diterakan dengan kesadaran

yang penuh dari penandatangan. Penandatangan tersebut harus bebas dari unsur tekanan,

paksaan atau kehilafan;

12. Untuk menunjang dilakukannya kontrol dan audit untuk kepentingan akuntansi, pajak

dan ketentuan perundangan yang berlaku.

Page 58: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

58

Data message di dalam SET mendekati atau hampir menyamai keunggulan dari kontrak

di atas kertas. Data message ini menyediakan dukungan terhadap keunggulan dan keutuhan yang

dimiliki oleh kontrak di atas kertas. Pasal 6 Model Law on E-Commerce menekankan pada

keuntungan dari sifat tertulis untuk maksud dan tujuan tertentu saja dan bukan secara umum.

Pasal ini menekankan pada adanya alat bukti untuk kepentingan pajak dan peraturan

perundangan yang berlaku lainnya. Pasal ini juga menekankan bahwa data message tersebut

harus dapat dibaca dan digunakan untuk berbagai tujuan.

Pernyataan yang disebutkan di atas (writing) tidak mempunyai kekuatan hukum apabila

terdapat bukti secata teknis bahwa proses yang digunakan untuk memverifikasi digital signature

secara teknis tidak aman. Para pihak yang hendak melakukan transaksi dengan menggunakan

SET harus mempunyai software yang sudah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh SET

Root Certification Authority. Contoh dari program ini adalah V-Wallet yang dibuat oleh

Verifone. V-Wallet ini digunakan untuk menyimpan kartu kredit virtual dan purchase respone.

Program ini telah memenuhi persyaratan dari SET. Apabila kemudian card holder menggunakan

software selain yang telah dinyatakan dalam persyaratan maka digital signature yang

dihasilkannya dapat dikatakan tidak sah.

Data message yang digunakan dalam SET ditandatangani dengan menggunakan fungsi

hash dengan menghasilkan message digest yang kemudian dienkripsi dengan menggunakan

kunci privat pengirim. Message digest yang digunakan di dalam PI dan OI akan memberikan

bukti bagi keutuhan dari data message. Message digest ini juga menunjukkan bahwa PI atau OI

tersebut sifatnya sudah final atau binding. Apabila PI dan OI tersebut diubah sejak pertama kali

dibuat maka para pihak dapat dengan mudah mengetahuinya. Para pihak dapat mengetahuinya

Page 59: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

59

dengan cara membandingkan antara message digest yang sudah di-encrypt dengan kunci privat

pengirim dengan message digest yang didapat dari menjalankan fungsi hash terhadap data

message. Hasil dari keduanya harus sama, apabila berbeda maka pasti data message tersebut

sudah pernah diubah atau dirusak.

Penggunaan kunci privat yang digunakan untuk meng-encrypt message digest adalah

bukti dari identitas penandatangan. Apabila penerima data message dapat membuka tanda tangan

tersebut dengan kunci publik milik penandatangan maka terdapat bukti bahwa benar ia telah

menggunakan kunci privatnya untuk menandatangani dokumen tersebut. Suatu pesan yang sudah

di-encrypt dengan menggunakan kunci privat hanya dapat dibuka dengan menggunakan kunci

publik pasangannya. Identitas dari pemilik kunci privat dan kunci publik adalah dapat dilihat dari

digital certificate yang sudah divalidasi oleh otoritas sertifikat (certification authority). Metode

tanda tangan yang digunakan dalam SET adalah digital signature.

SET menggunakan sistem keamanan yang berjenjang untuk memvalidasi hubungan

antara lembaga keuangan dan para pihak yang terlibat. Sistem keamanan ini merupakan

kombinasi dari public key encryption, digital signature, digital certificate dan juga certification

authority. Pemilik kartu kredit yang hendak melakukan transaksi pembayaran dengan

menggunakan SET, pertama kali harus mempunyai kartu kredit dari lembaga keuangan yang

mendukung SET. Setelah itu ia juga harus mempunyai digital / virtual wallet (suatu software

yang akan diinstalasikan ke dalam komputer pengguna. ’Dompet’ tersebut akan berisi nama

pelanggan, nomor kartu kredit, dan jangka waktu berlakunya kartu tersebut. Dompet tersebut

juga akan dipergunakan untuk menyimpan digital receipt yang didapat pengguna tersebut dalam

setiap pembelian yang ia lakukan. Namun kegunaan utama dari ‘dompet’ tersebut juga

Page 60: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

60

digunakan untuk melakukan komunikasi dengan software SET milik peagang dan men-

download digital certificate milik pedagang tersebut. Dari V-wallet ini juga dapat diketahui

hubungan antara pedagang lembaga keuangannya (bank).

Langkah kedua yang harus dilakukan adalah mengajukan aplikasi untuk mendapatkan

sertifikat digital dari OS. Sertifikat digital pada asasnya bisa didapatkan dari setiap OS yang ada

di dunia termasuk Verisign yang berkedudukan di Amerika Serikat. Setelah dilakukan

pengecekan terhadap identitas pengguna dan juga ia telah memenuhi semua persyaratan dalam

berlangganan maka OS akan memerikan sertifikat digital dan juga sepasang kunci kepadanya.

Sekarang ia telah siap untuk melakukan transaksi jual beli dalam skim SET. Software milik

pedagang ini akan melakukan validasi terhadap sertifikat digital milik pemilik kartu dan juga

hubungan antara pemilik kartu dengan lembaga keuangannya. Maksud dari hubungan ini adalah

apakah pembeli memang memiliki kartu kredit yang valid yang dikeluarkan oleh lembaga

keuangan tersebut.

Seorang pengguna kartu kredit apabila akan berbelanja, maka ia pertama kali akan

memilih barang-barangnya pada website pedagang. Pedagang kemudian akan mengirimkan

perintah pembayaran dan sertifikat digital miliknya. Pada saat pemegang kartu kredit memilih

cara pembayaran, maka sertifikat digital miliknya akan secara otomatis dikirimkan kepada

pedagang. Software SET yang dimiliki oleh kedua belah pihak akan secara simultan melakuan

verifikasi terhadap sertifikat digital dan tanda tangan digital yang terdapat perintah pembayaran.

Page 61: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

61

BAB IV

TRANSAKSI E-COMMERCE DENGAN MEKANISME SET BERKAITAN

DENGAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

a. Otorisasi Sertifikat Dalam Sistem SET

Pertumbuhan dan pemanfaatan internet sebagai media bertransaksi telah berkembang

cepat, baik di negara-negara maju maupun berkembang seperti Indonesia. Melalui internet

masyarakat dapat melakukan transaksi tanpa harus terikat dengan batas geografis maupun batas

waktu. Kemudahan tersebut mendorong masyarakat untuk memanfaatkan modalitas transaksi

informasi melalui internet bagi keperluan melaksanakan transaksi bisnis dan pelayanan publik

yang dikenal sebagai e-commerce dan e-government.

Di dalam pelaksanaan transaksi melalui internet sangat diperlukan sebuah digital

certificate yang dapat menjamin keamanan dalam bertransaksi sehingga dapat menimbulkan rasa

aman bagi pihak-pihak yang melaksanakan transaksi. Dalam hal ini keberadaan Otorisasi

Sertifikat (OS) penting untuk membangun kepercayaan melalui pelaksanaan otentifikasi terhadap

identitas para pihak yang terlibat dalam transaksi secara online dan memberikan bukti tentang

pengiriman berbagai pesan melalui internet dan melakukan verifikasi terhadap integritas

informasi yang dipertukarkan. Mengingat perkembangan internet yang demikian pesat, maka

keberadaan OS dan mekanisme kerjanya perlu diatur dalam suatu pedoman untuk menjamin

kepastian hukum dan menjaga fungsi kepercayaan dari institusi yang dimaksud.

Page 62: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

62

Salah satu upaya yang dilakukan untuk memberikan kepastian bisnis bagi dunia usaha

untuk mengembangkan bisnis OS maka diterbitkan Pedoman Penyelenggaraan OS di Indonesia

(Kutipan: Dep. Komunikasi dan Informasi). Pedoman tersebut menjelaskan pengorganisasian

pengelolaan OS, pengawasan penyelenggaraan OS, pengamanan penggunaan OS pada transaksi

elektronik, pengamanan infrastruktur untuk pengelolaan OS dan peran pemerintah untuk

memberikan kepastian hukum dan melindungi kepentingan masyarakat dari resiko perbuatan OS

yang tidak bertanggung jawab. Pedoman tersebut merupakan kebijakan pemerintah untuk

mewajibkan semua pengguna layanan transaksi elektronik untuk menggunakan tanda tangan

digital (digital signature).

Otorisasi Sertifikat (OS) adalah sebuah lembaga yang bertugas untuk mensertifikasi jati

diri pelanggan / subyek agar pelanggan tersebut dapat dikenali di dunia digital45. Dengan cara

memberikan otentifikasi dan verifikasi identitas, kemudian menerbitkan sertifikat untuk setiap

pelanggannya. Sehingga dalam transaksi yang dilakukan oleh pelanggan dengan pihak lain, OS

berperan sebagai pihak ketiga yang terpercaya, dan memiliki kewajiban agar pelanggan yang

telah menggunakan jasanya dapat dipercaya juga oleh pihak lawan dalam transaksi tersebut,

sehingga transaksi dapat berjalan dengan baik.

Untuk dapat dipercaya suatu OS harus memenuhi beberapa standar yang sudah

ditetapkan secara internasional oleh masyarakat internet dan berlaku secara umum, seperti dalam

ketentuan yang terdapat pada UNCITRAL Model Law on Electronic Signature 200146

diantaranya adalah bahwa OS harus:

45 Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, PT. RajaGravindo Persada, Jakarta, 2003, h. 375.46 Ibid.

Page 63: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

63

1. Menjalankan usahanya berdasarkan dengan ketentuan yang ada pada Certificate Practice

Statement (CPS) dan Certificate Policy (CP);

2. Melakukan dengan segala cara pengamanan untuk menjamin keakuratan dan keutuhan

dari semua material yang mendukung keberadaan suatu sertifikat;

3. Menyediakan kemudahan dalam pengaksesan sehingga pihak lain dapat melakukan

pemeriksaan terhadap sertifikat, baik itu mengenai identitas dari penyedia jasa, pelanggan

pemegang sertifikat dan keberlakuan sertifikat digital tersebut;

4. Menjalankan sistem, prosedur dan sumber daya manusia yang trust-worthy dalam

usahanya sebagai penyedia jasa.

Standar yang telah ditetapkan ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh OS,

baik itu OS yang akan mulai beroperasi maupun OS yang telah berjalan. Sehingga dengan

demikian semua OS yang ada terikat pada ketentuan yang merupakan hasil dari konsensus

masyarakat internet dan tentunya merupakan jaminan bahwa OS tersebut layak dipercaya

sebagai pihak ketiga dalam transaksi. Dalam usahanya OS bertanggung jawab terhadap

pelanggannya dan pihak ketiga yang terkait dalam Infrastrukur Kunci Publik (IKP) tersebut, dan

dengan perannya sebagai penyedia jasa dalam suatu IKP, telah mendudukkan OS sama seperti

produsen dalam produksi barang. Sehingga hak dan kewajiban yang ditanggung oleh OS sama

dengan hak dan kewajiban yang ditanggung oleh produsen. Tanggung jawab OS terhadap

konsumennya sangat berpengaruh terhadap tingkat trust-worthy dari OS itu sendiri. Karena

apabila suatu OS menjalankan usahanya secara bertanggung jawab, dalam hal ini berarti

berdasarkan prinsip kehati-hatian dan berdasarkan standar secara maksimal, maka hasil atau

output yang keluar dari proses usahanya tersebut juga akan bagus sesuai dengan proses yang

dijalankannya. Oleh sebab itu OS sebagai produsen harus selalu waspada dalam menjalankan

Page 64: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

64

usahanya sehingga tidak mengabaikan kepentingan konsumen. Kepentingan konsumen dalam

masalah sertifikat kunci publik ini sangat membutuhkan perhatian mengingat IKP adalah suatu

infrastruktur yang didirikan dengan berbasiskan jaringan internet.

Penggunaan SET sebagai cara pembayaran yang aman di internet melibatkan berbagai

pihak yang satu sama lainnya secara geografis berjauhan. Letak atau lokasi para pihak yang

berjauhan ini menimbulkan masalah identifikasi para pihak. Secara hukum hal ini berhubungan

dengan masalah kecakapan bertindak dari masing-masing pihak dalam melakukan suatu

perbuatan hukum. Meskipun secara umum setiap orang yang sudah dewasa adalah cakap untuk

bertindak namun untuk perbuatan-perbuatan hukum tertentu diperlukan adanya kualifikasi

tertentu agar seseorang dapat disebut cakap. Sebagai contoh: seorang penerima digital signature

(A) setelah melakukan verifikasi terhadap digital signature dan public key yang dikirim oleh

pengirim (B) dapat merasa yakin bahwa pesan itu memang berasal dari (B). Mereka dapat

merasa yakin akan otentifikasi pesan / kontrak tetapi mereka (A dan B) tidak tahu apakah

keduanya adalah cakap dalam membuat kontrak pembayaran tersebut.

OS berkedudukan sebagai pihak ketiga yang dipercaya untuk memberikan kepastian /

pengesahan terhadap identitas dari seseorang / pelanggan. Selain itu OS juga mengesahkan

pasangan kunci publik dan kunci privat milik orang tersebut. Proses sertifikasi untuk

mendapatkan pengesahan dari OS dapat dibagi menjadi 3 tahap :

1. Pelanggan membuat sendiri pasangan kunci privat dan kunci publiknya dengan

menggunakan software yang ada di dalam komputernya

2. Menunjukan bukti-bukti identitas dirinya sesuai dengan yang disyaratkan OS

Page 65: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

65

3. Membuktikan bahwa dia mempunyai kunci privat yang dapat dipasangkan dengan kunci

publik tanpa harus memperlihatkan kunci privatnya.

Tahapan-tahapan tersebut tidak mutlak harus seperti di atas, akan tetapi tergantung pada

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh OS itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan

tingkatan dari sertifikat yang diterbitkannya dan tingkatan ini berkaitan juga dengan besarnya

kewenangan yang diperoleh pelanggan berdasarkan sertifikat yang didapatkannya. Semakin

besar kewenangannya yang diperoleh dari suatu digital certificate yang diterbitkan oleh OS.

Semakin tinggi pula tingkatan sertifikat yang diperoleh serta semakin ketat pula persyaratan yang

ditetapkan oleh OS. Sebagai contoh; untuk mendapatkan suatu sertifikat yang mempunyai level

kewenangan yang cukup tinggi, terkadang OS bahkan memerlukan kehadiran secara fisik si

pelanggan sehingga OS dapat memperoleh kepastian pihak yang akan memperoleh sertifikat

tersebut.

Setelah persyaratan-persyaratan tersebut diuji keabsahannya maka OS menerbitkan

sertifikat pengesahan (dapat berbentuk hard-copy maupun soft-copy). Sebelum diumumkan

secara luas si pelanggan terlebih dahulu mempunyai hak untuk melihat apakah informasi-

informasi yang ada pada sertifikat tersebut telah sesuai atau belum. Apabila informasi-informasi

tersebut telah sesuai maka pelanggan dapat mengumumkan sertifikat tersebut secara luas atau

tindakan tersebut dapat diwakilkan kepada OS atau suatu badan lain yang berwenang untuk itu

(suatu lembaga notariat). Selain untuk memenuhi sifat integrity dan authenticity dari sertifikat

tersebut, OS akan membubuhkan digital signature miliknya pada sertifikat tersebut.

Salah satu fungsi OS adalah menerbitkan digital certificate. Digital certificate berfungsi

layaknya tanda pengenal / KTP yang kita kenal. Kecakapan bertindak seseorang adalah

Page 66: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

66

ditentukan dari digital certificate ini. Digital certificate beranekaragam tergantung dari

peruntukannya dan juga tingkat kecakapan yang dimiliki seseorang. Informasi-informasi yang

terdapat di dalam sertifikat tersebut diantaranya dapat berupa : identitas OS yang

menerbitkannya, pemegang / pemilik dari sertifikat tersebut, batas waktu keberlakuan sertifikat

tersebut, kunci publik dari pemilik sertifikat. Setelah sertifikat tersebut diumumkan maka pihak-

pihak lain dapat melakukan transaksi, transfer pesan dan berbagai kegiatan dengan media

internet secara aman dengan pihak pemilik sertifikat. Fungsi-fungsi OS yang telah disebut di atas

dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Membentuk hierarki bagi penandatanganan digital

2. Mengumumkan peraturan-peraturan mengenai penerbitan sertifikat

3. Menerima dan memeriksa pendaftaran yang diajukan

Selain itu pihak-pihak yang terlibat dalam e-commerce tidak hanya dilihat pada statusnya sebagai

pihak, melainkan juga dengan melihat kedudukannya dalam perikatan, yaitu sebagai berikut:

Penjual (merchant), Pembeli (buyer), Otorisasi Sertifikat (OS), Account Issuer / penerbit

rekening (contoh: kartu kredit), Jaringan pembayaran (contohnya: Visa dan Mastercard dalam

scheme SET), Internet Service Provider (ISP).

b. Validitas dan Perlindungan Hukum Dalam E-Commerce

Perkembangan e-commerce dengan segala kecanggihan, kemudahan dan keunggulannya

tidak serta merta bebas dari masalah. Berbagai permasalahan hukum banyak ditemui dalam e-

commerce, termasuk hubungan hukum antar para pelaku atau pihak yang terlibat di dalamnya.

Hukum harus dapat menegaskan secara pasti hubungan-hubungan hukum dari para pihak yang

Page 67: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

67

melakukan transaksi e-commerce itu. Namun dalam konteks hukum Indonesia, ketegasan

hubungan hukum itu belumlah diatur.

Pada umumnya suatu transaksi perdagangan selayaknya dapat menjamin:

1. Kerahasiaan; Data transaksi harus dapat disampaikan secara rahasia, sehingga tidak dapat

dibaca oleh pihak-pihak yang tidak diinginkan.

2. Keutuhan; Data setiap transaksi tidak boleh berubah saat disampaikan melalui suatu

saluran komunikasi.

3. Keabsahan atau keotentikan meliputi:

Keabsahan pihak-pihak yang melakukan transaksi: Bahwa si konsumen

adalah seorang pelanggan yang sah pada suatu perusahaan penyelengara

sistem pembayaran tertentu (misalnya kartu kredit Visa dan MasterCard,

atau kartu debit seperti Kualiva dan StarCard misalnya) dan keabsahan

keberadaan pedagang itu sendiri.

Keabsahan data transaksi: Data transaksi itu oleh penerima diyakini dibuat

oleh pihak yang mengaku membuatnya (biasanya si pembuat data tersebut

membubuhkan tanda tangannya). Hal ini termasuk pula jaminan bahwa

tanda tangan dalam dokumen tersebut tidak bisa dipalsukan atau diubah.

4. Dapat dijadikan bukti / tak dapat disangkal; Catatan mengenai transaksi yang telah

dilakukan dapat dijadikan barang bukti di suatu saat jika ada perselisihan.

SET mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan sistem pembayaran internet yang

lainnya. SET termasuk sistem pembayaran yang aman, SET juga memiliki keunggulan dalam hal

Page 68: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

68

authenticity, integrity, confidentially, dan non- repudiation. Keunggulan-keunggulan yang

dimiliki oleh SET juga dapat menjadi kekurangan bagi sistem ini dibandingkan sistem

pembayaran internet yang lain (terutama dengan sistem pembayaran Mail Order / Telephone

Order), dimana kelemahan tersebut dalam masalah non-repudiation.

Fungsi non-repudiation terutama diperuntukkan untuk memberikan kepastian bagi para

pihak yang terlibat dalam bertransaksi di internet untuk tidak dapat membantah bahwa ia tidak

melakukan perbuatan / transaksi tersebut. Apabila seorang card holder melakukan pembayaran

dengan menggunakan SET maka ia tidak dapat membantah bahwa ia tidak melakukan transaksi

tersebut. Fungsi ini sekilas memang mempunyai keunggulan, yaitu memberikan kepastian bagi

pedagang untuk mendapatkan pembayaran atas barang yang dijualnya. Kelemahan atau

permasalahan hukumnya adalah lemahnya perlindungan hukum bagi konsumen. Lemahnya

posisi konsumen adalah pada saat kartu kreditnya hilang atau telah dipalsukan oleh orang lain.

Apabila kemudian kartu tersebut dipergunakan oleh orang lain maka pemilik kartu kredit yang

asli tidak dapat membantah bahwa ia tidak mempergunakan kartu kredit tersebut. Card holder

harus membayar setiap transaksi yang terjadi meskipun ia tidak melakukan transaksi tersebut. Di

dalam transaksi mail order / phone order, posisi konsumen. Card holder dapat membantah telah

melakukan suatu transaksi atau menggunakan kartu kreditnya untuk melakukan pembayaran.

Card holder tidak harus membayar atas transaksi yang tidak pernah ia lakukan. Penjual

mempunyai kewajiban untuk membuktikan bahwa memang card holder telah melakukan

transaksi di toko cyber-nya.

Begitu juga mengenai penggunaan klausul baku. Sebagaimana diketahui, dalam

kebanyakan transaksi di cyberspace, konsumen tidak memiliki pilihan lain selain tinggal meng-

Page 69: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

69

klik icon yang menandakan persetujuannya atas apa yang dikemukakan merchant di websitenya,

tanpa adanya posisi yang cukup fair bagi konsumen untuk menentukan isi klausul. Hal lainnya

adalah masalah keamanan dan kerahasiaan data si konsumen. Ini juga berkaitan dengan privacy

dari konsumen.

Tentunya kita dapat melihat rendahnya perlindungan terhadap kepentingan konsumen.

Ketidakjelasan hubungan hukum antar pelaku e-commerce, dimana salah satunya bertindak

sebagai konsumen akan berujung pada kondisi tidak terlindunginya konsumen. Sudah sepatutnya

apabila konsumen, terutama konsumen akhir sebagai sasaran terbesar dalam transaksi e-

commerce, mendapat perlindungan dari berbagai perilaku usaha merchant yang merugikan.

Di Indonesia perlindungan hak-hak konsumen dalam e-commerce masih rentan. Undang-

Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 yang berlaku memang telah mengatur

tentang hak dan kewajiban bagi produsen dan konsumen, namun kurang tepat untuk diterapkan

dalam e-commerce. Karakteristik yang berbeda dalam sistem perdagangan melalui internet tidak

cukup ter-cover dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut. Untuk itu perlu dibuat

peraturan hukum mengenai cyber law termasuk di dalamnya e-commerce agar hak-hak

konsumen sebagai pengguna internet khususnya dalam melakukan transaksi e-commerce dapat

terjamin.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam resolusinya No.39/248 Tahun 1985

memberikan rumusan tentang hak-hak konsumen yang harus dilindungi oleh produsen /

pengusaha. Rumusan hak-hak konsumen ini didasarkan atas hasil penelitian yang cukup lama

terhadap 25 negara anggota PBB. Adapun hak-hak konsumen yang dimaksud adalah:

Page 70: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

70

1. Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap kesehatan dan keamanan;

2. Promosi dan perlindungan dari kepentingan sosial, ekonomi konsumen;

3. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen;

4. Pendidikan konsumen;

5. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif;

6. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau organisasi lainnya yang relevan

dan memberikan kesempatan kepada organisasi tersebut untuk menyuarakan pendapatnya

dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka.

Begitu pula UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dalam pasal 4 telah

mengatur hak-hak konsumen yang meliputi:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan;

2. Hak untuk memilih barang dan/ atau jasa serta mendapatkan barang dan/ atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang

dan/ atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/ atau jasa yang

digunakannya;

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut;

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

Page 71: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

71

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/ atau penggantian, apabila barang

dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

mestinya;

Berdasarkan hak-hak konsumen sebagaimana disebutkan dalam UU No. 8 Tahun 1999

tersirat terbatas pada aktifitas perdagangan yang sifatnya konvensional. Selain itu perlindungan

hanya difokuskan pada sisi konsumen dan produk (barang dan jasa) yang diperdagangkan.

Sedangkan perlindungan dari sisi produsen / pelaku usaha, seperti informasi tentang identitas dan

alamat / tempat bisnis pelaku usaha / produsen serta jaminan kerahasiaan data-data milik

konsumen diabaikan. Padahal hal-hal tersebut sangat penting diatur untuk keamanan konsumen

dalam bertransaksi. Sama halnya dengan Ketentuan Umum Pasal 1 angka 6 UU No.8 Tahun

1999, pengertian promosi tidak disebutkan secara jelas media apa yang dipakai dalam melakukan

promosi ini apakah termasuk didalamnya media internet atau tidak. Pasal 1 angka 6 UU No.8

Tahun 1999 menyebutkan: “Promosi adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi

suatu barang dan/ atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/ atau jasa

yang akan dan sedang diperdagangkan”. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi pertimbangan

untuk membuat ketentuan-ketentuan baru yang dapat mengatur dan melindungi aktifitas

perdagangan internet.

Pada umumnya ada beberapa hal yang diinginkan oleh konsumen pada saat hendak

membeli suatu produk, diantaranya:

1. Diperolehnya informasi yang jelas mengenai produk yang akan dibeli;

2. Keyakinan bahwa produk yang dibeli tidak berbahaya baik bagi kesehatan maupun

keamanan jiwanya;

Page 72: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

72

3. Produk yang dibeli cocok sesuai dengan keinginannya, baik dari segi kualitas, ukuran,

harga dan sebagainya;

4. Konsumen mengetahui cara penggunaannya;

5. Jaminan bahwa produk yang dibelinya dapat berguna dan berfungsi dengan baik;

6. Jaminan bahwa apabila barang yang dibeli tidak sesuai atau tidak dapat digunakan maka

konsumen memperoleh penggantian baik berupa produk maupun uang.

Fakta yang muncul adalah seringnya konsumen tidak memperoleh apa yang diharapkannya

secara maksimal akibatnya konsumen dirugikan. Untuk itu sangat dibutuhkan ketentuan yang

dibuat baik sifatnya nasional maupun internasional yang dapat dipakai sebagai pedoman guna

memberikan perlindungan bagi kepentingan konsumen. Undang-Undang Perlindungan

Konsumen tidak secara khusus mengatur aktifitas dan perlindungan perdagangan internet / e-

commerce, tetapi saat ini telah banyak aturan perundang-undangan yang mengatur transaksi e-

commerce di Indonesia maupun internasional yang dipakai sebagai acuan dalam bertransaksi di

internet. Beberapa ketentuan atau aturan internasional yang menjadi pedoman pengaturan

perlindungan hukum terhadap konsumen dalam bertransaksi e-commerce diantaranya:

1. Uniform Electronic Transactions Act (UETA)

Dibentuk Amerika Serikat pada tahun 1999. UETA ini merupakan peraturan federal dan

menjadi dasar dalam pengaturan mengenai transaksi yang dilakukan secara elektronik di

negara-negara bagian. Menurut ketentuan mengenai keberlakuan peraturan ini negara-

negara bagian dapat mengadopsi UETA ataupun membentuk peraturan sendiri dengan

syarat ketentuan dalam peraturan tersebut harus sesuai dengan UETA. Sedangkan bagi

negara bagian yang telah memiliki peraturan mengenai tanda tangan digital, maka UETA

sebagai penunjang dan pelengkap dari peraturan tersebut.

Page 73: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

73

2. Electronic Signature in Global and Nation Commerce Act (E-Sign)

Dibentuk Amerika Serikat pada tahun 2000. E-Sign dibentuk untuk mengatur mengenai

tanda tangan dan data elektronik. E-Sign dibuat dengan tujuan pengaturan yang hampir

sama dengan UETA, hanya saja ketentuan yang terdapat dalam E-Sign memiliki ruang

lingkup yang lebih luas dan lebih jelas dibandingkan dengan UETA. UETA memberikan

dasar legalitas bagi transaksi yang dilakukan melalui media elektronik, bahwa transaksi

tesebut dapat dipertanggungjawabkan. Dalam E-Sign kepentingan konsumen dalam hal

transaksi secara elektronik diuraikan, misalnya data elektronik yang seperti apakah yang

dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, dan bagaimana agar dalam suatu transaksi

kepentingan konsumen tetap terjamin secara hukum dan tidak melanggar peraturan yang

berlaku.

3. UNCITRAL Model Law on Electronic Signature

Dibuat pada tahun 2001 dengan tujuan sebagai acuan atas kejelasan terhadap data

elektronik. Dalam Bab II UNCITRAL ini berisi penjelasan pasal per pasal, dalam hal

mengenai perlindungan konsumen, dinyatakan bahwa Model Law dibuat tanpa perhatian

khusus terhadap masalah perlindungan konsumen, tetapi dengan tidak mengesampingkan

permasalahan ini, dan mengingat bahwa Model Law ini sangat menguntungkan bagi

konsumen, maka peraturan perlindungan konsumen yang telah diberlakukan dalam suatu

negara juga dapat diterapkan terhadap Model Law ini. Pembuat legislasi dari masing-

masing negara bagian juga dapat membentuk peraturan tersendiri yang mengatur

mengenai perlindungan konsumen yang khusus dalam lingkup yang diatur oleh Model

Law.

Page 74: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

74

4. Data Protection Act

Dibentuk oleh pemerintah Inggris pada tahun 1998. Data Protection Act berisikan

penjelasan mengenai prinsip-prinsip perlindungan data elektronik47 diantaranya:

a. Data pribadi harus diperoleh secara jujur dan sah;

b. Data pribadi harus dimiliki hanya untuk satu tujuan, lebih spesifik dan sah, tidak

boleh diproses dengan cara yang tidak sesuai dengan tujuan tersebut;

c. Data pribadi harus layak, relevan, dan tidak terlalu luas dalam hubungannya

dengan tujuan pengolahannya;

d. Data pribadi harus akurat dan jika perlu selalu up-to-date;

e. Data pribadi harus diproses sesuai dengan tujuannya dan tidak boleh dikuasai

lebih lama dari waktu yang diperlukan untuk kepentingan tujuan tersebut;

f. Data pribadi harus diproses sesuai dengan hak-hak dari subyek data sebagaimana

yang diatur dalam undang-undang ini;

g. Tindakan-tindakan pengamanan yang memadai harus diambil untuk menghadapi

kegiatan pemprosesan data pribadi yang tidak sah serta atas kerugian yang tidak

terduga atau kerusakan dari data pribadi;

h. Data pribadi tidak boleh dikirim ke negara atau wilayah lain di luar wilayah

Ekonomi Eropa kecuali jika negara atau wilayah tersebut menjamin dengan suatu

tingkat perlindungan terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan subyek data

sehubungan dengan pemprosesan data pribadi.

Aturan-aturan internasional diatas menjadi acuan bagi Indonesia untuk membentuk

aturan hukum yang mengatur keberadaan transaksi e-commerce walaupun sesungguhnya 47 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, PT. RajaGravindo Persada, Jakarta, 2005, h. 187.

Page 75: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

75

Indonesia sampai dengan saat ini belum satu pun memiliki undang-undang tentang perlindungan

data menyangkut transaksi di internet, tetapi aspek perlindungan terhadap data pribadi tercermin

pada peraturan perundang-undangan di Indonesia seperti:

Undang-Undang No.8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan;

Dalam pasal 1 huruf b UUDP dinyatakan “Dokumen perusahaan adalah data, catatan dan

atau keterangan yang dibuat dan atau diterima oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan

kegiatannya baik tertulis di atas kertas atau sarana lain maupun terekam dalam bentuk

corak apapun yang dapat dilihat, dibaca atau didengar. Dalam pasal 2 juga dinyatakan

bahwa dokumen perusahaan terdiri dari dokumen keuangan dan dokumen lainnya.

Pengertian dokumen lainnya dalam pasal 3 terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi

keterangan yang mempunyai nilai guna perusahaan meskipun tidak terkait langsung

dengan dokumen keuangan.Dari pengertian lainnya dapat diartikan bahwa termasuk juga

dalam dokumen data pelanggan, data karyawan yang tergolong dalam data / informasi

pribadi.

Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia;

Dalam undang-undang ini terdapa ketentuan mengenai kebebasan untuk berkomunikasi

dan mendapatkan informasi secara pribadi sekaligus pula jaminan terhadap privasinya.

Dalam pasal 14 angka 2 dinyatakan bahwa salah satu hak mengembangkan diri adalah

hak untuk mencari, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan

menggunakan segala jenis sarana yang tersedia. Hal ini berarti adanya keseimbangan

antara hak untuk memperoleh informasi dengan hak atas privasi, yaitu untuk menyimpan

informasi terutama yang berhubungan dengan informasi pribadi seseorang.

Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;

Page 76: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

76

Undang-Undang Telekomunikasi mengatur beberapa hal yang berkenaan dengan

kerahasiaan informasi. Antara lain dalam pasal 22 dinyatakan bahwa setiap orang

dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah atau manipulasi: (a) akses ke jaringan

telekomunikasi; (b) akses ke jasa telekomunikasi; (c) akses ke jaringan telekomunikasi

khusus. Selanjutnya dalam pasal 40 dinyatakan bahwa setiap orang dilarang melakukan

penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam

bentuk apapun. UU Telekomunikasi juga mengatur kewajiban penyelenggara jasa

telekomunikasi untuk merahasiakan informasi yang dikirim dan atau diterima oleh

pelanggan jasa telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi dan atau jasa

telekomunikasi yang diselenggarakannya (pasal 42 angka 1).

Salah satu tujuan penting adanya undang-undang mengenai perlindungan terhadap data

elektronik menyangkut transaksi di internet adalah untuk menjamin bahwa setiap individu

mempunyai kemampuan untuk mengawasi dan mengakses informasi pribadi mereka yang

dikumpulkan oleh pihak lain. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa setiap individu

mengetahui informasi mengenai mereka yang ada pada pihak lain.

Perlindungan hukum bagi para pihak pada intinya sama, yaitu adanya peran pemerintah

untuk melindungi kepentingan produsen dan konsumen dalam aktifitas perdagangan. Peranan

pemerintah yang dimaksud disini mencakup aspek nasional dan internasional. Roy Suryo,

seorang pakar teknologi informasi, dalam sebuah penelitiannya mengemukakan bahwa untuk

mengantisipasi kejahatan cyber diperlukan perangkat hukum semacam badan pengawasan

penggunaan internet atau undang-undang elektronik yang dapat memberi sanksi hukum terhadap

pelanggaran dan kejahatan di bidang tersebut48. Tuntutan adanya kepastian hukum dalam

48 Heru Soepraptomo, “Kejahatan Komputer dan Siber Serta Antisipasi Pengaturan dan Pencegahannya di Indonesia”, Makalah Pada Seminar Nasional tentang Cyberlaw, Medan, 30 Januari 2001.

Page 77: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

77

melakukan transaksi harus jelas dari segia aspek hukum nasional melalui pembentukan peraturan

di bidang perlindungan konsumen, maupun aspek hukum internasional melalui perjanjian

internasional. Seperti halnya di Amerika Serikat suatu kebijakan “A Framework For Global

Electronic Commerce”49 menyatakan bahwa terhadap ketentuan atau hal-hal yang membutuhkan

peranan pemerintah, haruslah ditujukan untuk mendorong dan menegakkan ketentuan-ketentuan

yang berlaku, seperti Undang-Undang Perlindungan Konsumen di Indonesia, atau bentuk model

law dalam UNCITRAL yang dapat digunakan untuk memahami permasalahan perlindungan

hukum dalam transaksi e-commerce.

49 <http://www.white_house.gov> William J.Clinton, A Framework For Global Electronic Commerce, Washington D.C.

Page 78: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

78

BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari uraian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya maka dapat dikemukakan

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Metode SET dibuat guna memenuhi kebutuhan akan transaksi pembayaran yang aman

melalui internet dengan menggunakan kartu kredit. SET menggunakan sistem enkripsi

(public key encryption) dalam meng-encrypt sebuah data. SET menerapkan suatu

teknologi sistem penyandian yang disebut Kriptografi yang mana sistem teknologi ini

mengubah data konsumen / pelanggan yang berupa kode-kode sandi (chipertext) dalam

komputer menjadi sebuah data (plaintext) yang hanya dapat terbaca oleh pihak yang

berwenang dan transaksi dapat dilaksanakan.

2. Validitas suatu transaksi e-commerce dalam metode SET tetap memiliki kekuatan hukum

walaupun kekuatan hukumnya belum memadai. Meskipun demikian KUHPer tidak

mengharuskan suatu kontrak dibuat dalam suatu bentuk tertentu. Jadi apabila kontrak

dibuat dalam bentuk data messages dan ditandatangani menggunakan digital signature

sesuai persyaratan dalam metode SET maka berdasarkan KUHPer kontrak tersebut tetap

memiliki kekuatan hukum, dengan demikian transaksi e-commerce mendapatkan

pengakuan dan perlindungan hukum sebagaimana perikatan berdasarkan hukum.

Page 79: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

79

b. Saran

1. Dengan adanya peraturan perundangan yang mengatur kegiatan transaksi e-commerce

diharapkan peraturan perundangan tidak cepat berubah karena adanya perkembangan

teknologi namun tetap dapat mengakomodir perkembangan teknologi untuk memberikan

kepastian hukum bagi pihak-pihak yang memanfaatkan e-commerce.

2. Aturan hukum yang mengatur mengenai transaksi e-commerce diharapkan tidak hanya

mengatur penggunaan suatu teknologi tertentu saja tetapi juga mengakomodir penerapan

teknologi lain yang dapat mendukung pengamanan transaksi e-commerce.

Page 80: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

80

DAFTAR BACAAN

I. Buku-Buku

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Arsyad Sanusi, M., E-Commerce: Hukum Dan Solusinya, Mizan Grafika Sarana, Bandung, 2001.

………………., Hukum dan Teknologi Informasi, Mizan Grafika Sarana, Jakarta, 2005.

Bruce Schneir, Applied Cryptography, John Wiley and Sons Inc, New York, 1996.

Dikdik M. Arif Mansur – Elisatris Gultom, Cyberlaw: Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika Aditama, Bandung, 2005.

Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.

…………………, Pengantar Hukum Telematika, PT. RajaGravindo Persada, Jakarta, 2005.

Husni Syawali - Neni Sri Imaniyati, Hukum Perlindungan Konsumen, CV. Mandar Maju, Bandung, 2000.

Iman Sjahputra Tunggal - Pandapotan Simorangkir - G. Windrarto, Problematika Hukum Internet Indonesia, Prenhalindo, Jakarta, 2002.

Judhariksawan, Pengantar Hukum Telekomunikasi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005.

Mieke Komar Kantaatmaja, Cyberlaw: Suatu Pengantar, Elips, Jakarta, 2002.

Muis, A., Indonesia Di Era Dunia Maya, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001.

Nabil R. Adam – Oktay Dogramcy – Arrya Gangopadhyay – Yelena Yesha, Electronic Commerce: Technical, Businness and Legal System, Prentice Hall, New Jersey, 1999.

Nasution, A.Z., Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, Daya Widya, Jakarta, 1999.

Riyeke Ustadiyanto, Framework E-Commerce, Penerbit Andi, Yogyakarta, 2001.

Page 81: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

81

Robintan Sulaiman, Cyber Crime: Perspektif E-Commerce Crime, Karawaci: Pusat Studi Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Jakarta, 2001.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet II, PT.Grasindo, Jakarta, 2004.

Subekti, R., Hukum Perjanjian, Cetakan Ke-12, Intermassa, Jakarta, 1990.

Suheimi, Kejahatan Komputer, Andi Offset, Yogyakarta, 1991.

Triton P.B., Mengenal E-Commerce Dan Bisnis Di Dunia Cyber, Argo Publisher, Yogyakarta, 2006.

Vollmar, H.F.A., Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid 2, PT RajaGravindo Persada, Jakarta, 1995.

II. Majalah

Ahmad Ramli, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi E-Commerce”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 18, Maret 2002.

Widjanarto, “Dampak Implementasi Undang-Undang Kepailitan Terhadap Sektor Perbankan”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 8, 1999.

III. Makalah

Bagir Manan, “Perspektif Perlindungan Hukum Konsumen Di Indonesia”, Makalah Seminar Perlindungan Konsumen Dalam Era Pasar Bebas, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 1 Maret 1997.

Heru Soepraptomo, “Kejahatan Komputer dan Siber Serta Antisipasi Pengaturan dan Pencegahannya di Indonesia”, Makalah Pada Seminar Nasional tentang Cyberlaw, Medan, 30 Januari 2001.

Setiawan, ”Electronic Commerce: Tinjauan dari Segi Hukum Kontrak”, Makalah Seminar Legal Aspects of E-Commece, Jakarta, Agustus 2000.

Page 82: SKRIPSI: PERLINDUNGAN TRANSAKSI E-COMMERCE MELALUI SISTEM PEMBAYARAN INTERNET BERBASIS  SECURE ELECTRONIC TRANSACTION

82

IV. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang No. 7 Tahun 1971 Tentang Ketentuan Pokok Kearsipan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang No. 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik