skripsi pengukuran kinerja sektor publik dengan

86
SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH DI KOTA MAKASSAR WAHID NASRULLAH NASRUN 105730445113 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD PADA

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN

ASET DAERAH DI KOTA MAKASSAR

WAHID NASRULLAH NASRUN

105730445113

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2017

Page 2: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

i

SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD PADA

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN

ASET DAERAH DI KOTA MAKASSAR

WAHID NASRULLAH NASRUN

105730445113

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2017

Page 3: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

ii

Page 4: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah

SWT karena limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul

“Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan Balance

Scorecard Pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Di Kota

Makassar” dapat diselesaikan. Pelaksanaan penelitian skripsi ini sedikit

mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat kerja keras penulis dan adanya

bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan seperti sekarang ini

karena berkat bantuan dari orang-orang yang selama ini telah membantu,

mendukung dan membimbing penulis. Untuk itu penulis tak lupa menyampaikan

banyak terimah kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

beserta seluruh Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

3. Bapak Ismail Badollahi, SE.,M.Si,Ak.CA selaku Ketua Prodi Akuntansi

beserta seluruh Dosen Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak dan Ibu Dosen jurusan akuntansi yang telah membimbing dalam

kelancaran kegiatan perkuliahan sampai akhir penyelesaian studi.

Page 5: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

iv

5. Bapak Dr. Abdul Rahman Rahim., MM dan Bapak Ismail Badollahi SE.

M.Si.,Ak., CA selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah

banyak membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi

kesempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh pegawai Kantor Walikota Makassar khususnya seluruh staff

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar yang telah

memberi izin meneliti sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitiannya.

7. Ibu Imtihana Rusli, SKM dan Bapak Drs. Muh Nasrun, M.Si., kedua orang

tua penulis atas segala kasih sayang, bimbingan, nasehat, doa yang tak

putus-putusnya, dan menjadi motivator utama dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Adikku Azzahra Nasriana dan Lilis Karlina, serta seluruh keluarga dan

kerabat dekat yang juga tak henti-hentinya memberikan doa dan semangat

kepada penulis.

9. Sahabat-sahabatku Nabila, Sidar, Lisa, Azizah, Nana, Ardi, Samsun,

Asrullah, Latif, dan seluruh teman-teman kelas akuntansi 9 angkatan 2013

terima kasih atas dukungan dan obrolan konyolnya yang selalu menghibur

penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

10. Para senior, junior, dan saudara seperjuangan di Himpunan Mahasiswa

Jurusan Akuntansi FEBIS UNISMUH MAKASSAR terima kasih atas

dukungan dan semangatnya kepada penulis.

Page 6: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

v

11. Serta seluruh pihak-pihak tanpa terkecuali yang telah terlibat dalam

penyusunan skripsi ini, terima kasih atas bantuan dan dukungannya kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih

jauh dari unsur kesempurnaan, masih banyak terdapat kekeliruan dan

kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu maupun minimnya

pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun guna

kesempurnaan tugas akhir ini.

Semoga segala bentuk bantuan yang penulis terima dari berbagai

pihak dibalas oleh Allah SWT dan semoga tugas akhir ini dinilai ibadah di sisi-

Nya dan bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya, khususnya pada

lingkungan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar. Akhir kata, semoga segenap aktivitas yang kita

lakukan mendapat bimbingan dan Ridho dari-Nya. Amin.

Makassar, Oktober 2017

Penulis

Page 7: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

vi

ABSTRAK

Wahid Nasrullah Nasrun, 2017. Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Dengan Menggunakan Balance Scorecard Pada Badan Pengelolaan Keuangan

Dan Aset Daerah Di Kota Makassar, Dibimbing oleh Bapak Abdul Rahman

Rahim, dan Bapak Ismail Badollahi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Balanced Scorecard

dalam meningkatkan kinerja sektor publik pada Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah di Kota Makassar. Metode analisis yang digunakan yaitu metode

statistik kuantitatif dan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan data

wawancara dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan balance scorecard dalam

mengukur kinerja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota

Makassar yang diterapkan oleh Pemerintahan Kota Makassar yang ditinjau dari

empat perspektif balance scorecard pada tahun 2016 lebih baik daripada tahun

2015.

Kata Kunci : Pengukuran Kinerja, Balance Scorecard, Perspektif Keuangan,

Perspektif Sektor Publik, Perspektif Proses Internal, Perspektif

Pertumbuhan dan Pembelajaran.

Page 8: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

A. Definisi Kinerja ...................................................................................... 8

B. Pengukuran Kinerja ................................................................................ 9

C. Pengukuran Kinerja dan Peningkatan Kinerja ......................................... 10

D. Pengukuran Kinerja Sektor Publik .......................................................... 11

E. Permasalahan Pengukuran Kinerja Sektor Publik .................................... 13

F. Definisi Sektor Publik ............................................................................ 15

G. Perkembangan Balance Scorecard .......................................................... 18

H. Keuntungan Penggunaan Balance Scorecard .......................................... 20

Page 9: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

viii

I. Balance Scorecard Pada Instansi Pemerintah ..........................................20

J. Penelitian Terdahulu ...............................................................................23

K. Kerangka Pikir .......................................................................................31

L. Hipotesis ................................................................................................31

III.METODE PENELITIAN ...........................................................................33

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................33

B. Populasi dan Sampel ..............................................................................33

C. Jenis dan Sumber Data ...........................................................................34

D. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................35

E. Metode Analisis Data .............................................................................36

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................................38

A. Nama dan Sejarah Singkat Tempat Penelitian .........................................38

B. Visi , Misi dan Tujuan ............................................................................39

C. Struktur Organisasi .................................................................................42

D. Job Description ......................................................................................43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................49

A. Deskriptif Hasil Analisis Data ................................................................49

B. Pembahasan ...........................................................................................59

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................62

A. Simpulan ................................................................................................62

B. Saran ......................................................................................................62

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................64

LAMPIRAN .....................................................................................................66

Page 10: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..........................................................................27

Tabel 5.1 Data Kinerja Perspektif Keuangan ......................................................52

Page 11: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ................................................................................ 31

Gambar 4.1 Struktur Organisasi ........................................................................ 42

Page 12: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Manuskrip Wawancara

Lampiran 2 Laporan Keuangan Pemerintah Kota Makassar

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Page 13: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Alamat : Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar, Telp : (0411) 866 972 Makassar

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Wahid Nasrullah Nasrun

Stambuk ` : 105730445113

Program Studi : Akuntansi

Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis

Dengan Judul : Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan

Balance Scorecard Pada Badan Pengelolaan Keuangan

Dan Aset Daerah Di Kota Makassar

Telah di Seminar Hasilkan Pada Hari Minggu Tanggal 8 Oktober 2017 di

Ruangan 7.1.

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Dr. Abdul Rahman Rahim, MM

NIDN : 09 2508 6302

Pembimbing II

Ismail Badollahi, SE.,M.Si. Ak. CA

NBM : 107 3428

Diketahui :

Dekan Fakultas Ekonomi

Ismail Rasulong, SE., MM

NBM : 903 078

Ketua Prodi Akuntansi

Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA

NBM : 107 3428

Page 14: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada organisasi sektor publik Balanced Scorecard dapat digunakan untuk

memonitor dan mengevaluasi kinerja organisasi pada perspektif proses internal

(misalnya jumlah sampah yang diangkut), kepuasan pelanggan (publik dan

pemimpin politik sebagai pelanggan), keuangan (misalnya tingkat kredit, saldo

dana), dan pada perspektif lainnya. Secara umum terdapat perbedaan-perbedaan

perspektif Balanced Scorecard yang diterapkan pada organisasi bisnis yang

berorientasi laba dan pada organisasi sektor publik yang berorientasi pelayanan

pada publik (Blocher dkk., 2005:50). Meskipun organisasi publik tidakbertujuan

untuk mencari profit, organisasi ini terdiri atas unit-unit yang saling terkait yang

mempunyai misi yang sama, yaitu melayani masyarakat. Untuk itu, organisasi

publik harus dapat menerjemahkan visinya ke dalam strategi, tujuan, ukuran,

serta target yang ingin dicapai. Selanjutnya dikomunikasikan kepada unit-unit

yang ada untuk dapat dilaksanakan sehingga semua unit mempunyai tujuan yang

sama, yaitu pencapaian misi organisasi.

Pada dasarnya Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran

kinerja yang mencoba mengubah misi dan strategi organisasi menjadi tujuan dan

ukuran-ukuran yang lebih berwujud. Ukuran finansial dan nonfinansial yang

dirumuskan dalam perspektif Balanced Scorecard sebenarnya adalah derivasi

(penurunan) dari visi dan strategi organisasi. Dengan demikian, hasil pengukuran

dengan Balanced Scorecard ini mampu menjawab pertanyaan tentang seberapa

Page 15: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

2

besar tingkat pencapaian organisasi atas visi dan strategi yang telah

ditetapkan. Balanced Scorecard sebagai alat akuntansi manajemen telah

berkembang dari suatu sistem pengukuran kinerja menjadi suatu sistem

manajemen strategi. Hal ini berarti organisasi swasta maupun organisasi

pemerintah yang inovatif dapat menggunakan Balanced Scorecard tidak

hanya untuk menjelaskan dan mengkomunikasikan strategi, melainkan juga

untuk mengelola strateginya dalam jangka panjang. Sistem manajemen

strategis adalah proses merumuskan dan mengimplementasikan strategi untuk

mewujudkan visi secara terus menerus secara terstruktur. Strategi adalah pola

tindakan terpilih untuk mencapai tujuan tertentu. Pada mulanya, system

manajemen strategis bercirikan: mengandalkan anggaran tahunan, berjangka

panjang dan berfokus pada kinerja keuangan. Penerapan sistem manajemen

strategis yang demikian di banyak perusahaan swasta mengalami kegagalan.

Namun sistem manajemen strategis tetap diperlukan karena

perusahaan dituntut untuk berkembang secara terencana dan terukur,sehingga

memerlukan peta perjalanan menghadap imasa depan yang tidak pasti,

memerlukan langkah-langkah strategis, dan perlu mengarahkan kemampuan

dan komitmen SDM untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Peran Balanced

Scorecard dalam sistem manajemen strategis adalah: memperluas perspektif

dalam setiap tahap sistem manajemen strategis, membuat fokus manajemen

menjadi seimbang, mengaitkan berbagai sasaran secara koheren, dan

mengukur kinerja secara kuantitatif.

Page 16: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

3

Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang

penting dalam perusahaan.Selain digunakan untuk menilai keberhasilan

perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk

mengevaluasi hasil kerja dari periode yang lalu. Sehubungan dengan hal itu,

pengukuran kinerja sebaiknya dilakukan secara komprehensif, sehingga

pengambilan keputusan berkaitan dengan strategi dapat dilakukan secara

menyeluruh. Dengan demikian strategi tersebut akan dapat mengakomodasi

setiap perspektif yang terlibat dalam menentukan keberhasilan perusahaan.

Balanced Scorecard merupakan hasil eksperimen yang dilakukan oleh

divisi riset kantor akuntan publik KPMG di U.S.A menjadi sangat pesat dan

luass. Penelitian yang dilakukan oleh Kaplan dan Norton dengan judul “The

Strategy Focused Organizatin: How Balanced Scorecard Companies Thrve in

The New Business Environment” membahas bagaimana Balanced Scorecard

berhasil diterapkan di berbagai perusahaan dan organisasi (contoh organisasi

City of Charlotte) di U.S.A. Penelitian mereka berkembang dengan mengajak

beberapa partisipan penelitian dengan menerapkan Balanced Scorecard di

fasilitas percobaan di perusahaan masing-masing.

Dalam laporan yang dirangkum dalam 3 (tiga) tahapan masing-masing

dalam artikel “The Balanced Scorecard Measures That Drive Performance”

Harvard Business Review (Januari – Februari 1992), dalam artikel kedua HBR

“Putting The Balanced Scorecard to Work” yang diterbitkan dalam bulan

September – Oktober 1993, serta dalam artikel “Using the Balanced

Scorecard as a Strategic Management System” Harvard Business Review

Page 17: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

4

(Januari – Februari 1996) menyimpulkan bahwa pentingnya menyelaraskan

berbagai tolak ukur kinerja perusahaan dengan Balanced Scorecard ke dalam

sasaran-sasaran strategis yang komprehensif, koheren, seimbang dan terukur

untuk menghasilkan outstanding financial return dalam jangka panjang.

Balanced Scorecard adalah alat bantu dalam melakukan penilaian

kinerja yang konsepnya berupa keseimbangan antara perspektif keuangan dan

perspektif non-keuangan, sebagai bagian dari strategi organisasi di masa yang

akan datang. Penerapan Balanced Scorecard membantu para manajer untuk

menilai kesuksesan unit bisnis mereka dalam melakukan aktivitas penciptaan

value pada masa kini dengan selalu memperhatikan kepentingan di periode

selanjutnya. (Budiarti, 2009: Wistawan, 2012).

Penilaian kinerja pada perusahaan sangat diperlukan jika perusahaan

ingin tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif. Namun

saat ini penilaian kinerja perusahaan masih didominasi oleh metode-metode

konvensional atau tradisional. Pendekatan ini hanya berfokus pada perspektif

keuangan semata tanpa memperhitungkan perspektif-perspektif non-keuangan

lainnya di dalam perusahaan seperti kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan

dan inovasi (Subagyo, 2010). Penilaian kinerja yang hanya memfokuskan

pada sektor finansial juga kurang mampu membawa perusahaan kearah

perubahan demi masa depan perusahaan yang lebih baik (Kaplan dan Norton,

1992:72).

Entitas bisnis dewasa ini memerlukan sebuah pengukuran kinerja yang

multi-perspektif atau pengukuran komprehensif yang dapat merefleksikan

Page 18: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

5

kebutuhan masing-masing pemangku kepentingan (Beard, 2009). Jika

perusahaan menerapkan pengukuran kinerja komprehensif, hal ini diharapkan

mampu membantu manajemen dalam mengukur sejauh mana tercapainya

strategi yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja yang

komprehensif juga sangat diperlukan dengan tujuan untuk melakukan

pengelolaan kinerja sehingga membantu mengintegrasikan tujuan perusahaan,

individu maupun kelompok kerja.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan mengambil judul “Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Dengan Menggunakan Balance Scorecard Pada Badan Pengelolaan

Keuangan Dan Aset Daerah Di Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka penulis

mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

“bagaimana penerapan balance scorecard dalam mengukur kinerja pegawai

pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan

penelitian yang ingin dicapai yakni, untuk mengetahui penerapan Balanced

Scorecard dalam mengukur kinerja pegawai pada Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah di Kota Makassar.

Page 19: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pembuktian

keefektivan penerapan Balanced Scorecard sebagai metode pengukuran

kinerja yang komprehensif, koheren dan terukur pada suatu perusahaan.

b) Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang akuntansi sektor publik yang berkaitan dengan

pengukuran kinerja dengan analisis Balanced Scorecard.

c) Sebagai sumber referensi bagi peneliti lain yang berkeinginan

melakukan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-

pihak yang membutuhkan, yaitu sebagai berikut :

a) Bagi Penulis

Penulis dapat memperoleh gambaran untuk dapat memahami lebih

lanjut mengenai penerapan Balanced Scorecard sebagai suatu

pengukuran kinerja perusahaan.

b) Bagi Instansi Pemerintahan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan

yang berguna sebagai bahan pertimbangan di masa yang akan datang

mengenai pengukuran kinerja sektor publik menggunakan Balanced

Scorecard.

Page 20: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

7

c) Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi

maupun tambahan informasi dalam perkembangan ilmu akuntansi

khususnya yang berkaitan dengan pengukuran kinerja sektor publik

menggunakan Balanced Scorecard.

Page 21: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kinerja

Menurut Mahmudi (2010) kinerja diartikan sebagai suatu konstruksi

yang bersifat multidimensional dan pengukurannya sangat bergantung pada

kompleksitas, faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhinya antara

lain:

a. Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, skill, kepercayaan diri,

motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.

b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan dan dukungan yang diberikan oleh manager atau team

leader.

c. Faktor tim, meliputi: kualitas dan semangat yang diberikan oleh rekan

dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakkan

dan keeratan anggota tim.

d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang

diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja organisasi.

e. Faktor kontekstual/situasional, meliputi: tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal organisasi.

Menurut Moeheriono (2014:95), kinerja merupakan gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau

kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang

dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat

Page 22: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

9

diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah

mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh

organisasi.Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam

pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi tidak

mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolak ukur keberhasilannya.

Sedangkan menurut Wiratna Sujarweni (2015:107), kinerja

merupakan hasil kerja yang telah dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan

dengan tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

B. Pengukuran Kinerja

Menurut Mardiasmo (2009:122), tujuan dilakukan sistem pengukuran

kinerja adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik.

b. Untuk mengukur kinerja financial dan non financial secara berimbang

sehingga dapat di telusuri perkembangan pencapaian strategi.

c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah

dan bawah serta memotivasi untuk mencapai good congruence.

d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual

dan kemampuan kolektif yang rasional.

Menurut Mahsun, Firma Sulistyowati dan Heribertus Andre

Purwanugraha (2015:141) pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian

kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan

sebelumnya, termasuk informasi atas : efisiensi penggunaan sumber daya

Page 23: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

10

dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik

barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh

pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang

diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Pengukuran

kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan

menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan

strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.

Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan elemen pokok

suatu pengukuran kinerja antara lain :

a. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi

b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja

c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi

d. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas).

C. Pengukuran Kinerja dan Peningkatan Kinerja

Pengukuran kinerja bukanlah tujuan akhir melainkan merupakan alat

agar dihasilkan manajemen yang lebih efisien dan terjadi peningkatan

kinerja.Hasil dari pengukuran kinerja akan memberitahu kita apa yang telah

terjadi, bukan mengapa hal itu terjadi atau apa yang harus dilakukan. Suatu

organisasi harus menggunakan pengukuran kinerja secara efektif agar dapat

mengidentifikasi strategi dan perubahan operasional apa yang dibutuhkan

Page 24: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

11

serta proses yang diperlukan dalam perubahan tersebut. Pengukuran kinerja

menyediakan dasar bagi organisasi untuk menilai :

a. Bagaimana kemajuan atas sasaran yang telah ditetapkan.

b. Membantu dalam mengenali area-area kekuatan dan kelemahan

c. Menentukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kinerja

d. Menunjukkan bagaimana kegiatan mendukung tujuan organisasi

e. Membantu dalam membuat keputusan-keputusan dengan langkah inisiatif.

f. Mengutamakan alokasi sumber daya

g. Meningkatkan produk-produk dan jasa-jasa kepada pelanggan.

D. Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Menurut Mardiasmo (2009:121), pengukuran kinerja sektor publik

dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor

publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah.

Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus

pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan

meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam

pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan

untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran

kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban

publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.

Page 25: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

12

Menurut Mahsun, Firma Sulistyowati dan Heribertus Andre

Purwanugraha (2015:148), pengukuran kinerja sektor publik meliputi aspek-

aspek antara lain :

a. Kelompok masukan (input)adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.

b. Kelompok proses (process) adalah ukuran kegiatan, baik dari segi

kecepatan, ketepatan maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan

tersebut.

c. Kelompok keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung

dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berwujud maupun tidak

berwujud.

d. Kelompok hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah yang mempunyai

efek langsung.

e. Kelompok manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan

akhir dari pelaksanaan kegiatan.

f. Kelompok dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik

positif maupun negatif.

Manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal

organisasi sektor publik yaitu :

a. Memastikan pemahaman pada pelaksana akan ukuran yang digunakan

untuk pencapaian kinerja

b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.

Page 26: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

13

c. Memantau dan mengevaluasi pelakasanaan kinerja dan

membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk

memperbaiki kinerja.

d. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi

pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang

telah disepakati.

e. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya

memperbaiki kinerja organisasi.

f. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.

g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan

j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.

E. Permasalahan Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Menurut Moeheriono (2014:119) salah satu hal yang penting yang

perlu dikembangkan lebih lanjut dalam upaya peningkatan kinerja dan

akuntabilitas sektor publik adalah meningkatkan kemampuan setiap instansi

pemerintah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam

penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa. Masyarakat telah lama

mengecap stereotip pada organisasi sektor publik (pemerintah), mereka hanya

menganggap sebagai sarana pemborosan keuangan saja. Akhirnya, hal itu

mendoromg parlemen dan masyarakat menuntut sektor publik selalu

Page 27: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

14

memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan sumber daya.

Untuk itu, perlu diciptakan mandat agar sektor publik dapat melakukan

pengukuran kinerja sesuai dengan penetapan arah tujuan dan sasaran

pemerintah. Pelaksanaan suatu sistem pengukuran kinerja di instansi

pemerintah akan menciptakan perubahan dalam sumber daya manusia,

struktur organisasi, kultur organisasi, sistem infrmasi, kapabilitas organisasi

dan kapabilitas teknologi, komunikasi dan juga desain pekerjaan.

Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang dibentuk untuk

memberikan pelayanan kepada publik dan mencari sumber pembiayaan untuk

negara. Organisasi sektor publik ini terdiri dari individu yang memiliki

perbedaan latar belakang, persepsi, atribusi, sikap dan kepribadian masing-

masing. Perbedaan-perbedaan individual tersebut juga dapat menentukan

kapasitas pembelajaran masing-masing dari individu, yang akhirnya dapat

mempengaruhi dalam kualitas pelayanan publik. Perbedaan mendasar pada

individual merupakan salah satu hambatan penghalang dalam pelaksanaan

sistem pengukuran kinerja. Misalnya, sikap tidak mau berubah dari karyawan

atau oleh persepsi individu terhadap organisasi dalam memandang sistem

pengukuran kinerja. Sikap tidak mau berubah dari individu dalam organisasi,

penyebabnya adalah bersumber dari empat hal, yaitu : (1) bias kognitif, (2)

ketidakpastian dan kegelisahan, (3) persepsi selektif dan (4) retensi atau

kebiasaan.

Pengukuran atau evaluasi kinerja dapat dipaksakan untuk diterapkan

di sektor publik melalui peraturan atau undang-undang. Praktik ini kadang-

Page 28: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

15

kadang akan menghasilkan indikator kinerja dan informasi kinerja yang tidak

dapat digunakan untuk peningkatan atau perbaikan perencanaan tujuan dan

strategi organisasi. Hambatan-hambatan dalam penggunaan informasi kinerja

selain seperti disebutkan diatas, juga dapat disebabkan oleh beberapa hal

yaitu :

a. Kepraktisan, kinerja bukan dihasilkan dari sekumpulan ide yang koheren

dan nilai-nilai yang dihasilkan tidak sepadan dengan biaya yang sudah

dikeluarkan.

b. Politik informasi, manajemen kinerja tidak berguna secara politik karena

tidak bisa digunakan sebagai alat politik. Akibatnya pejabat yang dipilih

(misalnya Walikota, Gubernur, Anggota Parlemen dan Presiden) tidak

akan pernah peduli dengan informasi dan manajemen kinerja. Akibatnya

manajer karier atau politis juga akan tidak pernah peduli.

c. Manajerial, pemimpin organisasi pemerintahan menghadapi berbagai

tantangan dan pembatasan dalam menggunakan informasi kinerja untuk

memaksimalkan nilai atau hasil organisasi publik. Mereka harus dapat

mengatasi berbagai macam pengaruh dari regulator dan stakeholder

lainnya.

F. Definisi Balanced Scorecard

Menurut Wahyudin (2015), Balanced Scorecard merupakan sebuah

sitem manajemen (bukan sistem pengukuran semata) yang memungkinkan

organisasi menggambarkan dengan jelas visi dan strateginya dan

Page 29: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

16

mengaplikasikan visi dan strategi tersebut dalam tindakan. Balanced

Scorecard memberikan umpan balik seputar proses bisnis internal dan

Outcome eksternal dalam rangka meningkatkan kinerja dan pencapaian

strategis secara berkelanjutan. Konsep Balanced Scorecard mengukur kinerja

organisasi melalui empat perspektif, yakni perspektif : keuangan, pelanggan,

proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.

Balanced Scorecard menerjemahkan misi organisasi dan strategi ke

dalam tujuan-tujuan operasional da mengukur kinerja untuk empat perspektif

berbeda (Kaplan dan Norton, 2000), yaitu :

1. Perspektif Keuangan

Tujuan finansial menjadi fokus dan ukuran di semua perspektif

Balanced Scorecard lainnya. Balanced Scorecard harus menjelaskan

strategi perusahaan, dimulai dengan tujuan finansial jangka panjang,

dan kemudian mengkaitkannya dengan berbagai ukuran tindakan yang

harus diambil berkenaan dengan proses finansial, pelanggan, proses

internal, dan para pekerja serta sistem untuk menghasilkan kinerja

ekonomi jangka panjang yang diinginkan perusahaan (Kaplan dan

Norton, 2000).

2. Perspektif Pelanggan

Segmen pasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen

penghasilan tujuan finansial perusahaan. Perspektif pelanggan

memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai ukuran pelanggan

Page 30: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

17

penting kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi dan profitabilitas

pelanggan dan segmen pasar sasaran (Kaplan dan Norton, 2000).

3. Perspektif Bisnis Internal

Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap

semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun

karyawan untuk menciptakan suatu produk atau jasa yang dapat

memberikan kepuasan tertentu kepada pelanggan dan juga para

pemegang saham (Kaplan dan Norton, 2000).

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Kaplan dan Norton, mengungkapkan betapa pentingnya suatu

organisasi atau perusahaan bisnis untuk terus memperhatikan para

karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan

pengetahuan karyawan karena dengan meningkatkan pengetahuan

karyawan akan meningkatkan kemampuan karyawan untuk

berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif di atas dengan

tujuan perusahaan.

Pada awalnya Balanced Scorecard hanya digunakan oleh organisasi

bisnis untuk mengukur kinerjanya, saat ini Balanced Scorecard juga

digunakan oleh organisasi publik termasuk Pemerintah Daerah. Organisasi

publik adalah organisasi yang bertujuan menyediakan layanan pada publik,

tanpa mengejar keuntungan. Agar dapat digunakan oleh organisasi publik,

Balanced Scorecard perlu dimodifikasi.

Page 31: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

18

G. Perkembangan Balanced Scorecard

Menurut Moeheriono (2014:158), pertama kali Balanced Scorecard

telah diciptakan dan dipopulerkan oleh Robert S. Kaplan, seorang guru besar

(profesor) dari Harvard Business School dan David P. Norton dari kantor

akuntan publik KPMG (Amerika Serikat). Kedua orang tersebut

berkolaborasi dari seorang dosen perguruan tinggi dan seorang praktisi ilmu

keuangan. Pada tahun 1990-an, Nolan Norton Institute bagian riset kantor

akuntan publik KPMG di USA yang dipimpin oleh David P. Norton telah

mensponsori studi penelitian tentang pengukuran kinerja dalam organisasi

masa depan pada 12 perusahaan terkenal di AS yang menjadi objek

penelitiannya.

Konsep Balanced Scorecard ini terus berkembang sejalan dengan

perkembangan dan pengimplementasian dari konsep tersebut. Balanced

Scorecard telah mengalami beberapa kali evolusi perkembangan atau

perubahan yaitu mempunyai fungsi: (1) sebagai perbaikan atas sistem

pengukuran kinerja para eksekutif, (2) sebagai kerangka perencanaan stratejik

dan (3) sebagai basis sistem terpadu pengelolaan kinerja personel.

Permulaannya Balanced Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer

yang didesain untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipat

gandakan kinerja keuangan yang hasilnya sangat luar biasa secara

berkesinambungan, karena perusahaan itu pada dasarnya sebagai institusi

pencipta kekayaan.

Page 32: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

19

Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yaitu: kartu skor (Scorecard)

dan berimbang (Balanced), pada tahap eksperimen pertama kali tersebut,

Balanced Scorecard hanya merupakan kartu skor yang dimanfaatkan untuk

mencatat skor hasil kinerja para eksekutif melalui kartu skor yang hendak

diwujudkan para eksekutif tersebut sangat bermanfaat di masa depan jika

dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya.

Pada awal penerapannya, Balanced Scorecard ditujukan hanya untuk

mengatasi problematika dalam sistem manajemen stratejik di tahap

pengimplementasian dan pemantauan perusahaan saja. Dalam tahap

pelaksanaannya, kegiatan rencana tersebut dipantau melalui penggunaan

pendekatan Balanced Scorecard yang dikomunikasikan kepada para eksekutif

dan karyawan untuk memberikan umpan balik (feedback) tentang kinerja

mereka, sehingga mereka nantinya dapat mengambil keputusan atas pekerjaan

yang menjadi tanggung jawabnya.

Penggunaan Balanced Scorecard pada awalnya merupakan

eksperimen untuk memperbaiki pengukuran kinerja para eksekutif di

perusahaan bermotif laba (profit). Namun, dalam perkembangan selanjutnya,

Balanced Scorecard dapat diterapkan secara efektif sebagai inti sistem

manajemen stratejik pada semua tipe organisasi apa saja, termasuk organisasi

yang bermotif laba, organisasi sektor publik, maupun organisasi nirlaba/sosial

(tanpa untung).

Page 33: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

20

H. Keuntungan Penggunaan Balanced Scorecard

Dalam penggunaan sistem pengukuran kinerja pada model Balanced

Scorecard yang dipakai banyak perusahaan dapat memberikan beberapa

keuntungan, yaitu seperti berikut :

1. Memperjelas dan menerjemahkan visi, strategi organisasi, proses

perancangan manajemen kinerja dengan Balanced Scorecard diawali

dengan penerjemahan strategi organisasi ke dalam sasaran stratejik

organisasi yang lebih operasional dan mudah dipahami.

2. Mengkomunikasikan dan menghubungkan sasaran stratejik dengan

indikator, indikator kinerja dikembangkan untuk mengukur pencapaian

sasaran stratejik organisasi.

3. Merencanakan, menyiapkan target dan menyesuaikan inisiatif stratejik,

tahap awal dari proses manajemen adalah tahapan perencanaan dan

penyiapan target kinerja terhadap setiap inisiatif stratejik.

4. Meningkatkan umpan balik untuk pengambilan keputusan stratejik, sistem

pengukuran kinerja akan lebih bermanfaat apabila dapat dipakai sebagai

umpan balik dan sumber informasi yang berharga guna pengambilan

keputusan stratejik yang lebih baik di masa mendatang.

I. Balanced Scorecard Pada Instansi Pemerintah

Perbedaan penggunaan yang jelas antara Balanced Scorecard pada

perusahaan dan organisasi publik (nonprofit) tergambar pada letak visi dan

misi dalam model tersebut. Sumber visi misi ini mengalir dari perspektif

Page 34: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

21

pelanggan atau stakeholder. Perbedaan dalam strategi yang menekankan pada

efektivitas pencapaian hasil untuk memenuhi visi dan misi organisasi,

sementara untuk perusahaan perspektif keuangan merupakan misi yang

diutamakan.

Untuk suksesnya implementasi Balanced Scorecard sebagai sistem

peningkatan kinerja pada instansi pemerintah tergantung pada beberapa faktor

penting, yaitu sebagai berikut :

1. Komitmen Pimpinan, kepemimpinan yang kuat adalah unsur yang

terpenting dalam menciptakan iklim organisasi yang positif bagi upaya

mendorong peningkatan kinerja pegawai.

2. Partisipasi Karyawan, manfaat Balanced Scorecard membentuk

partisipasi dan komunikasi sehubungan dengan visi, misi, dan strategi

organisasi. Oleh karena itu, partisipasi, khususnya oleh pejabat menengah,

diperlukan dalam proses penyusunan ukuran kinerja dan implementasinya

sebagai sebuah sistem peningkatan kinerja.

3. Hambatan Organisasi, untuk mengatasi ketakutan tak berdasar tentang

anggapan buruk dan efek pengukuran dan peningkatan kinerja, pemakaian

resmi dari Balanced Scorecard harus dijelaskan kepada pejabat dan

seluruh pegawai.

4. Budaya Organisasi, penggunaan Balanced Scorecard dapat

mempengaruhi setiap orang yang ada di suatu organisasi, maka mereka

harus berhadapan dengan budaya organisasi.

Page 35: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

22

5. Kejelasan dan Konsistensi Indikator Kinerja, penetapan indikator kinerja

harus secara jelas didefinisikan, sehingga nantinya dapat dipahami oleh

setiap orang dalam organisasi.

6. Kebutuhan Nyata Untuk Perbaikan, kebutuhan untuk perbaikan harus

ditunjukkan secara nyata agar hasil pengukuran kinerjamemiliki efek

pengaruh yang positif.

7. Cakupan Kegiatan, jika kegiatan Balanced Scorecard terlalu luas dan

melibatkan banyak orang, maka hal ini akan menjadi rumit dan sulit

dikelola. Karena pada situasi seperti ini, mungkin lebih praktis untuk

memulai dengan satu bagian dari organisasi dan kemudian,

memperluasnya ke bagian lain pada saat pimpinan dan pegawai telah

memperoleh pengalaman yang cukup.

8. Ketersediaan Informasi Kinerja, keberhasilan sistem pengukuran kinerja

Balanced Scorecard ini tergantung pada ketersediaan informasi yang

relevan. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pada tahap awal

Balanced Scorecard, informasi yang dibutuhkan untuk menghitung

beberapa indikator kinerja mungkin tidak tersedia.

9. Imbalan dan Penghargaan, sistem pengukuran kinerja yang tidak

diimbangi oleh sebuah sistem insentif atas kinerja yang meningkat, lama

kelamaan dapat menghancurkan sistem pengukuran kinerja itu sendiri.

Hal ini terjadi karena komitmen yang diperoleh pada saat awal

pengukuran tidak terpelihara dengan baik.

Page 36: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

23

J. Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Adapun penelitian-penelitian

terdahulu yang diambil adalah sebagai berikut :

Ika, Aida dan Sadikin dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang

berjudul “Perancangan Manajemen Kinerja Penyelenggaraan Pendidikan dan

Pelatihan dengan Ancangan Management By Objectives dan Perspektif

Balance Scorecard” dengan hasil penelitiannya yaitu : (1) Manajemen kinerja

yang ada saat ini belum mampu meningkatkan kinerja penyelenggaraan

diklat. (2) Persepsi terhadap ancangan MBO dan perspektif Balance

Scorecard adalah bahwa keduanya dapat digunakan diorganisasi sektor

publik dan disetujui untuk digunakan sebagai manajemen kinerja

penyelenggaraan diklat. (3) Rancangan manajemen kinerja penyelenggaraan

diklat ini merupakan integrasi dari ancangan MBO dan perspektif Balance

Scorecard, melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan

penilaian kinerja.

Ni Putu dan I Putu, dalam penelitiannya pada tahun 2013 yang

berjudul “Penilaian Kinerja Pada PT. Adhi Karya Dengan Pendekatan

Balance Scorecard” dengan hasil penelitiannya yaitu : kinerja PT. Adhi

Karya (Persero) Tbk pada tahun 2011 lebih baik dari tahun 2010.

Nor, dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan

Balance Scorecard Pada Pemerintah Daerah” dengan hasil penelitiannya

yaitu : Melalui BSC, organisasi pemerintah atau sektor publik akan mampu

Page 37: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

24

menjelaskan misinya kepada masyarakat dan dapat mengidentifikasi indikator

kepuasan masyarakat secara lebih transparan, objektif, dan terukur serta

mampu mengidentifikasi proses kerja dan kualitas sumber daya manusia yang

dibutuhkannya dalam mencapai misi dan strateginya.

Bone dan Sholihin, dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang

berjudul “Pengaruh Perspektif dan Jenis Ukuran Dalam Balance Scorecard

Terhadap Evaluasi Kinerja” dengan hasil penelitiannya yaitu : Hasil

penelitian menunjukkan bahwa partisipan lebih memperhatikan ukuran

keuangan umum dibanding ukuran nonkeuangan umum dalam mengevaluasi

kinerja.

Firdaus, dalam penelitiannya pada tahun 2014 yang berjudul

“Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balance Scorecard”

dengan hasil penelitiannya yaitu : (1) Perspektif keuangan menunjukkan

kinerja keuangan yang baik karena selama 3 tahun kondisi pendapatan

perusahaan mengalami peningkatan. (2) Perspektif pelanggan dikatakan baik

karena perusahaan dapat mempertahankan customer dan dapat membina

hubungan baik dengan cara tetap menjaga kepercayaan yang diberikan oleh

pelanggan. (3) Perspektif bisnis internal yaitu inovasi yang dilakukan oleh

perusahaan sudah baik hal tersebut terlihat dari tingkat keselamatan selama

mengikuti kegiatan arum jeram dengan tingkat kecelakaan yang dapat

diminimalkan. (4) Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran kepada

karyawan terjadi penurunan tingkat keluar masuk tenaga kerja.

Page 38: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

25

Handayani, dalam penelitiannya pada tahun 2011 yang berjudul

“Pengukuran Kinerja Organisasi Dengan Pendekatan Balance Scorecard Pada

RSUD Kabupaten Kebumen” dengan hasil penelitiannya dapat disimpulkan

bahwa hasil perspektif finansial dinilai baik dengan rasio efektivitas yang

sesuai target.

Limbu dan Sisdyani, dalam penelitiannya pada tahun 2016 yang

berjudul “Evaluasi Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Denpasar Berbasis

Balance Scorecard” dengan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa

penilaian kinerja dari perspektif keuangan adalah ekonomis, efisien dan

efektif.

UU. Hasanah dan AB. Setiawan, dalam penelitiannya pada tahun

2015 yang berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja Sebelum Dan Sesudah

Ditetapkannya Metode Balance Scorecard Sebagai Tolak Ukur Pengukuran

Kinerja” dengan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pengukuran

kinerja setelah diterapkannya metode Balance Scorecard lebih baik

dibandingkan dengan pengukuran kinerja sebelum penerapan Balance

Scorecard.

Frinka, Sudjana dan Dwiatmanto, dalam penelitiannya pada tahun

2016 yang berjudul “Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Pendekatan

Balance Scorecard Pada PDAM Kota Malang” dengan hasil penelitiannya

dapat disimpulkan bahwa besarnya biaya operasional yang dikeluarkan

perusahaan digunakan untuk mendukung peningkatan kinerja pada ketiga

perspektif yang lain.

Page 39: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

26

Narutomo, dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang berjudul

“Penerapan Balance Scorecard Untuk Badan Penelitian Dan Pengembangan

Kementerian Dalam Negeri” dengan hasil penelitiannya dapat disimpulkan

bahwa Balance Scorecard merupakan bagian dari sistem manajemen

strategis, yang perlu dirumuskan oleh setiap organisasi, agar dapat mencapai

visi dan misinya secara efektif.

Sukesti, dalam penelitiannya pada tahun 2010 yang berjudul “Analisis

Penggunan Balance Scorecard Sebagai Alternatif Untuk Mengukur Kinerja

Pada Universitas Muhammadiyah Semarang” dengan hasil penelitiannya

sebagai berikut : (1) Kinerja dari perspektif keuangan menunjukkan

kemampuan likuiditas dan solvabilitas baik, tetapi kemampuan menghasilkan

sisa hasil usaha masih rendah bahkan cenderung menurun disebabkan karena

biaya yang besar yang meningkat setiap tahun yang perlu dievaluasi factor

penyebabnya. (2) Kinerja UNIMUS dari perspektif pelanggan dari retensi dan

akuisisi pelanggan menunjukkan bahwa mampu mempertahankan jumlah

mahasiswanya bahkan meningkatkan jumlahnya setiap tahun pada fakultas-

fakultas tertentu sehingga perlu strategi marketing yang lebih jitu untuk

menambah jumlah mahasiswa pada fakultas lain yang kurang diminati. (3)

Kinerja UNIMUS dari perspektif proses bisnis internal menunjukkan

peningkatan kualitas pelayanan baik oleh karyawan administrasi maupun

karyawan fungsional (dosen) kepada mahasiswa. (4) Kinerja UNIMUS dari

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan secara keseluruhan baik, namun

Page 40: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

27

perlu memfokuskan perhatian pada produktifitas karyawan yang semakin

menurun karena sisa hasil usaha juga semakin kecil.

Tabel Penelitian Terdahulu

NO. Nama Peneliti

dan Tahun

Penelitian

Judul

Penelitian

Hasil

Penelitian

1 Ika, Aida dan

Sadikin, 2012.

Perancangan Manajemen

Kinerja Penyelenggaraan

Pendidikan dan Pelatihan

dengan Ancangan

Management By

Objectives dan Perspektif

Balance Scorecard.

(1) Manajemen kinerja yang

ada saat ini belum mampu

meningkatkan kinerja

penyelenggaraan diklat. (2)

Persepsi terhadap ancangan

MBO dan perspektif

Balance Scorecard adalah

bahwa keduanya dapat

digunakan diorganisasi

sektor publik dan disetujui

untuk digunakan sebagai

manajemen kinerja

penyelenggaraan diklat. (3)

Rancangan manajemen

kinerja penyelenggaraan

diklat ini merupakan

integrasi dari ancangan

MBO dan perspektif

Balance Scorecard, melalui

tahap perencanaan,

pelaksanaan, pengukuran

dan penilaian kinerja.

2 Ni Putu dan I

Putu, 2013.

Penilaian Kinerja Pada

PT. Adhi Karya Dengan

Pendekatan Balance

Scorecard.

Kinerja PT. Adhi Karya

(Persero) Tbk pada tahun

2011 lebih baik dari tahun

2010.

3 Nor, 2012. Penerapan Balance

Scorecard Pada

Pemerintah Daerah.

Melalui Balance Scorecard,

organisasi pemerintah atau

sektor publik akan mampu

menjelaskan misinya kepada

masyarakat dan dapat

mengidentifikasi indikator

kepuasan masyarakat secara

lebih transparan, objektif,

dan terukur serta mampu

mengidentifikasi proses

Page 41: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

28

kerja dan kualitas sumber

daya manusia yang

dibutuhkannya dalam

mencapai misi dan

strateginya.

4 Bone dan

Sholihin, 2012.

Pengaruh Perspektif dan

Jenis Ukuran Dalam

Balance Scorecard

Terhadap Evaluasi

Kinerja.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

partisipan lebih

memperhatikan ukuran

keuangan umum dibanding

ukuran nonkeuangan umum

dalam mengevaluasi kinerja.

5 Firdaus, 2014. Pengukuran Kinerja

Perusahaan

Menggunakan Metode

Balance Scorecard.

(1) Perspektif keuangan

menunjukkan kinerja

keuangan yang baik karena

selama 3 tahun kondisi

pendapatan perusahaan

mengalami peningkatan. (2)

Perspektif pelanggan

dikatakan baik karena

perusahaan dapat

mempertahankan customer

dan dapat membina

hubungan baik dengan cara

tetap menjaga kepercayaan

yang diberikan oleh

pelanggan. (3) Perspektif

bisnis internal yaitu inovasi

yang dilakukan oleh

perusahaan sudah baik hal

tersebut terlihat dari tingkat

keselamatan selama

mengikuti kegiatan arum

jeram dengan tingkat

kecelakaan yang dapat

diminimalkan. (4)

Perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran kepada

karyawan terjadi penurunan

tingkat keluar masuk tenaga

kerja.

6 Handayani,

2011.

Pengukuran Kinerja

Organisasi Dengan

Pendekatan Balance

Scorecard Pada RSUD

Kabupaten Kebumen.

Hasil penelitiannya dapat

disimpulkan bahwa hasil

perspektif finansial dinilai

baik dengan rasio efektivitas

yang sesuai target.

Page 42: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

29

7 Limbu dan

Sisdyani, 2016.

Evaluasi Kinerja Dinas

Pendapatan Daerah Kota

Denpasar Berbasis

Balance Scorecard.

Hasil penelitiannya dapat

disimpulkan bahwa

penilaian kinerja dari

perspektif keuangan adalah

ekonomis, efisien dan

efektif.

8 UU. Hasanah

dan AB.

Setiawan, 2015.

Analisis Pengukuran

Kinerja Sebelum Dan

Sesudah Ditetapkannya

Metode Balance

Scorecard Sebagai Tolak

Ukur Pengukuran

Kinerja.

Hasil penelitiannya dapat

disimpulkan bahwa

pengukuran kinerja setelah

diterapkannya metode

Balance Scorecard lebih

baik dibandingkan dengan

pengukuran kinerja sebelum

penerapan Balance

Scorecard.

9 Frinka, Sudjana

dan

Dwiatmanto,

2016.

Analisis Kinerja

Perusahaan Dengan

Pendekatan Balance

Scorecard Pada PDAM

Kota Malang.

Hasil penelitiannya dapat

disimpulkan bahwa

besarnya biaya operasional

yang dikeluarkan

perusahaan digunakan untuk

mendukung peningkatan

kinerja pada ketiga

perspektif yang lain.

10 Narutomo,

2012.

Penerapan Balance

Scorecard Untuk Badan

Penelitian Dan

Pengembangan

Kementerian Dalam

Negeri.

Hasil penelitiannya dapat

disimpulkan bahwa Balance

Scorecard merupakan

bagian dari sistem

manajemen strategis , yang

perlu dirumuskan oleh

setiap organisasi, agar dapat

mencapai visi dan misinya

secara efektif.

11 Sukesti, 2010. Analisis Penggunan

Balance Scorecard

Sebagai Alternatif Untuk

Mengukur Kinerja Pada

Universitas

Muhammadiyah

Semarang.

(1) Kinerja dari perspektif

keuangan menunjukkan

kemampuan likuiditas dan

solvabilitas baik, tetapi

kemampuan menghasilkan

sisa hasil usaha masih

rendah bahkan cenderung

menurun disebabkan karena

biaya yang besar yang

meningkat setiap tahun yang

perlu dievaluasi factor

penyebabnya. (2) Kinerja

UNIMUS dari perspektif

pelanggan dari retensi dan

Page 43: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

30

akuisisi pelanggan

menunjukkan bahwa

mampu mempertahankan

jumlah mahasiswanya

bahkan meningkatkan

jumlahnya setiap tahun pada

fakultas-fakultas tertentu

sehingga perlu strategi

marketing yang lebih jitu

untuk menambah jumlah

mahasiswa pada fakultas

lain yang kurang diminati.

(3) Kinerja UNIMUS dari

perspektif proses bisnis

internal menunjukkan

peningkatan kualitas

pelayanan baik oleh

karyawan administrasi

maupun karyawan

fungsional (dosen) kepada

mahasiswa. (4) Kinerja

UNIMUS dari perspektif

pembelajaran dan

pertumbuhan secara

keseluruhan baik, namun

perlu memfokuskan

perhatian pada produktifitas

karyawan yang semakin

menurun karena sisa hasil

usaha juga semakin kecil.

Page 44: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

31

K. Kerangka Pikir

L. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, pengukuran kinerja merupakan suatu

proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah

ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas : efisiensi penggunaan

sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa

(seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai

Badan Pengelolaan

Keuangan Dan Aset Daerah

Di Kota Makassar

Kinerja Sektor Publik

Perspektif

Keuangan

Perspektif

Sektor Publik

Perspektif

Bisnis Internal

Perspektif

Pertumbuhan dan

Pembelajaran

Page 45: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

32

seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan

maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Maka dari itu hipotesis yang diajukkan oleh peneliti yaitu :

Diduga Balance Scorecard mempunyai pengaruh signifikan terhadap

peningkatan kinerja pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset

Daerah di Kota Makassar.

Page 46: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

34

berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Ihyaul Ulum dan Ahmad Juanda

2016;84).

Adapun kriteria untuk sampel yang akan dijadikan responden, antara lain :

1. Berstatus sebagai pegawai tetap dan aktif (tidak cuti pada saat penelitian)

pada Kantor Walikota Makassar.

2. Pegawai dengan pertimbangan mereka adalah pihak-pihak yang dapat

memberikan informasi dan mengetahui masalah mengenai Pengukuran

Kinerja Menggunakan Balance Scorecard.

C. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh

peneliti langsung dari sumber pertama (Ihyaul Ulum dan Ahmad Juanda

2016;94). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

berupa data hasil wawancara dan hasil observasi peneliti.

2. Data sekunder. Data sekunder adalah data yang diterbikan atau

digunakan oleh organisasi bukan pengolahnya (Ihyaul Ulum dan Ahmad

Juanda 2016;94). Dalam hal ini data sekunder yang diambil adalah

Laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan

Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,

Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Sejarah umum

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar, Visi misi dan

tujuan oraganisasi, Struktur organisasi dan pembagian tugas.

Page 47: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

35

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Wawancara (Interview)

Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk

mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan

informan atau subjek penelitian. Metode ini dilakukan dengan cara

mewawancarai secara langsung dan mendalam kepada pihak yang terlibat

dan terkait langsung guna mendapatkan penjelasan pada kondisi dan situasi

yang sebenarnya.

2. Observasi (Pengamatan)

Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunkan

pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk

memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah

penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek,

kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi

dilakukan untuk memperoleh ganbaran riil suatu peristiwa atau kejadian

untuk menjawab pertanyaan penelitian.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang

sudah jadi dan sudah diolah oleh orang lain. Peneliti tinggal memanfaatkan

data tersebut. Dokumentasi bisa dilakukan dengan cara mencatat ulang,

memotret, foto copy atau membeli (Ihyaul Ulum dan Ahmad Juanda

Page 48: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

36

2016;96). Data berupa dokumen bisa dipakai untuk menggali informasi

yang terjadi di masa silam.

E. Metode Analisis Data

Dalam analisis data pada penelitian ini menggunakan dua analisis

yaitu analisis kualitatif dan analisis statistik kuantitatif.

1. Analisis kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menggunakan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

pelaku yang dapat diamati. Analisis ini digunakan dalam menilai kinerja

perspektif pelanggan, perspektif proses internal, dan perspektif

pertumbuhan dan pembelajaran.

2. Analisis statistik kuantitatif adalah suatu cara analisis yang mempunyai

tugas mengorganisasi dan menganalisa data angka agar dapat memberikan

gambaran secara teratur ringkas dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa

atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.

Adapun tolak ukur yang digunakan dalam penelitian untuk menilai kinerja

pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Makasar

dalam menilai kinerja perspektif keuangan antara lain :

A. Rasio profitabilitas yang meliputi :

(1) Return on Asset (ROA)

ROA =

(2) Current Ratio (CR)

CR =

Page 49: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

37

(3) Return on Equity (ROE)

ROE =

B. Rasio pertumbuhan yang meliputi :

(1) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Pendapatan

=

(2) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Laba Bersih

=

(3) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Biaya Operasi =

Page 50: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

38

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Nama dan Sejarah Singkat Tempat Penelitian

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar yang disingkat

BPKA merupakan salah satu instansi pemerintah Kota Makassar yang

menempati gedung kantor di Balaikota Makassar. BPKA awalnya merupakan

singkatan dari Bagian Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar.

Namun, pada bulan Februari 2014 BPKA (Bagian Pengelolaan Keuangan dan

Aset Kota Makassar) resmi berubah menjadi BPKA (Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Kota Makassar) atas dasar kesepakatan bersama yang

dilakukan Pemerintah Kota Makassar.

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar yang dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 7 Tahun 2013 Tentang

Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang

Pembentukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar

Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan,

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Kota Makassar (Lembaran Daerah Nomor 3 Tahun 2009) sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2008

Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4844).

Page 51: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

39

B. Visi, Misi, dan Tujuan

1. Visi

Visi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar

Periode 2014-2019 adalah sebagai berikut : “Mewujudkan APBD yang

berkualitas menuju opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2019 ”.

2. Misi

Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan, maka Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar memiliki misi :

a. Menciptakan kesesuaian APBD dengan dokumen perencanaan dan

tepat waktu.

b. Meningkatkan akurasi penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana

(SP2D).

c. Meningkatkan sistem pengelolaan keuangan daerah menuju opini

BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

d. Meningkatkan pengelolaan barang milik daerah yang profesional

dan modern.

e. Meningkatkan sarana, prasarana dan SDM dalam pengelolaan

keuangan yang trasnparan dan akuntabel.

3. Tujuan

Pada dasarnya tujuan pengelolaan keuangan daerah adalah

keinginan untuk mengelola keuangan daerah secara tertib, taat pada

perturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan

bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan

Page 52: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

40

manfaat untuk masyarakat. Ide dasar tersebut tentunya ingin

dilaksanakan melalui tata kelola pemerintahan yang baik yang memiliki 3

pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.

Adapun tujuan untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan

adanya serangkaian Peraturan Daerah, Peraturan Walikota, dan

keputusan Walikota yang bertujuan agar memudahkan dalam

pelaksanaannya dan tidak menimbulkan multitafsir dalam penerapannya.

Peraturan dimaksud memuat berbagai kebijakan terkait dengan

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban

keuangan daerah.

Pengelolaan keuangan secara tertib adalah bahwa pengelolaan

keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang

didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat

dipertanggungjawabkan. Pengelolaan keuangan yang taat pada peraturan

perundang-uandangan adalah pengelolaan keuangan daerah yang

mempedomani peraturan perundang-undangan.

Pengelolaan keuangan yang efektif merupakan pengelolaan

keuangan daerah yang menekankan pada pencapaian hasil program

dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan

keluaran dengan hasil. Pengelolaan keuangan yang efisien merupakan

pengelolaan keuangan daerah yang menekankan pada pencapaian

keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan

masukan terendah utnuk mencapai keluaran tertentu.

Page 53: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

41

Pengelolaan keuangan yang ekonomis merupakan pengelolaan

keuangan daerah dimana pemerolehan masukan dengan kualitas dan

kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah. Pengelolaan

keuangan yang transparan merupakan pengelolaan keuangan daerah yang

menekankan pada prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat

untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya

tentang keuangan daerah.

Pengelolaan keuangan daerah yang bertanggung jawab merupakan

perwujudan kewajiban pengelola untuk mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan

yang dioercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan. Pengelolaan keuangan daerah yang berkeadilan adalah

pengelolaan keuangan yang menunjukaan keseimbangan distribusi

kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak

dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.

Pengelolaan keuangan yang memenuhi kepatutan adalah

pengelolaan keuangan daerah yang menekankan pada tindakan atau

suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

Page 54: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

42

C. Struktur Organisasi

Gambar .1

KEPALA BADAN

SEKRETARIS

SUB BAGIAN

UMUM DAN

KEPEGAWAIAN

BIDANG

AKUNTANSI

BIDANG

ASET

SUB BIDANG

PEMBUKUAN

SUB BIDANG

PELAPORAN

SUB BIDANG MUTASI DAN

INVENTARISASI ASET

SUB BIDANG PENGADAAN

DAN PEMANFAATAN ASET

SUB BIDANG

PERENCANAAN DAN

PENYUSUTAN ANGGARAN

SUB BAGIAN

KEUANGAN

SUB BAGIAN

PERLENGKAPAN

UPT

BIDANG

ANGGARAN

BIDANG

PERBENDAHARAAN

SUB BIDANG

PENGENDALIAN

ANGGARAN

SUB BIDANG

PENGELOLAAN KAS

DAERAH

SUB BIDANG

PERBENDAHARAAN

DAN GAJI

KELOMPOK

JABATAN

FUNGSIONAL

Page 55: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

43

D. Job Description

1. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah

2. Sekretaris

Sekretaris dipimpin oleh Sekretaris terdiri atas 3 (tiga) Sub Bidang

yaitu : (a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, (b) Sub Bagian

Keuangan. (c) Sub Bagian Perlengkapan. Secara umum tugas pokok

Sekretaris mempunyai tugas memberikan pelayanan administrasif bagi

seluruh satuan kerja di lingkungan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset.

Dalam melaksanakan tugas, Sekretaris menyelenggaran fungsi :

a. Pengelolaan ketatausahaan Badan

b. Pelaksanaan urusan kepegawaian Badan

c. Pelaksanaan urusan keuangan Badan

d. Pelaksanaan urusan perlengkapan Badan

e. Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga Badan

f. Pelaksanaan koordinasi perumusan program kerja dan rapat kerja

Badan.

3. Kepala Bidang Anggaran

Kepala Bidang Anggaran mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah

dalam urusan penyusunan anggaran, administrasi anggaran dan

pembiayaan dan investasi yang menjadi kewenangan pemerintah Kota.

Page 56: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

44

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Anggaran menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Anggaran.

b. Penyusunan rencana dan program kerja Bidang Anggaran

c. Pengkoordinasian penyusunan program dan kegiatan pembahasan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

d. Pelaksanaan kebijakan penyusunan anggaran pendapatan belanja

daerah dan perubahan anggaran pendapatan belanja daerah.

e. Penyusunan KUA dan PPAS beserta perubahannya.

f. Pengkoordinasian penyusunan standar harga dan analisis standar

belanja daerah.

g. Melaksanakan pengesahan DPA-SKPD dan DPPA-SKPD

h. Penyusunan perencanaan anggaran kas dan menetapkan SPD

i. Pelaksanaan penyusunan peraturan peundangan daerah dan kebijakan

pengelolaan anggaran.

j. Pelaksanaan penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan

anggaran pendapatan belanja daerah dan pelaksanaan pembiayaan dan

investasi daerah.

k. Pelaksanaan kebijakan dan pedoman pengelolaan pembiayaan dan

investasi.

l. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai

dengan bidang tugasnya.

m. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.

Page 57: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

45

4. Kepala Bidang Perbendaharaan

Kepala Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Badan Pengelolaan Keuangan dan Aser Daerah dalam

pengelolaan perbendaharaan umum daerah, perbendaharaan belanja dan

verifikasi bukti penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Perbendaharaan menyelenggarakan

fungsi :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Perbendaharaan.

b. Perumusan bahan/data dan informasi untuk menyusun program

pembangunan di bidang Perbendaharaan.

c. Pelaksanaan penerbitan SP2D

d. Pelaksanaan pemantauan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh

Bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk.

e. Pengusahaan dan pengaturan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan

APBD.

f. Pelaksanaan penyimpanan uang daerah dan penempatan uang daerah.

g. Pelaksanaan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna

anggaran atas beban rekening kas umum daerah.

h. Pengkoordinasian pelaksanaan kewajiban perpajakan.

i. Penyusunan kebijakan petunjuk dan petunjuk pelaksanaan pengelolan

perbendaharaan umum daerah, belanja dan verifikasi kelengkapan

penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah.

Page 58: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

46

j. Pelaksanaan penyusunan peraturan pelaksanaan dan pengendalian

anggaran pendapatan dan belanja daerah dan perubahan anggaran

pendapatan dan belanja daerah.

k. Pelaksanaan verifikasi dan meneliti kelengkapan administrasi

penerimaan kas dan pengeluaran kas sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

l. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.

5. Kepala Bidang Akuntansi

Kepala Bidang Akuntansi memiliki tugas pokok

menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang pitang

dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya

dalam rangka menyusun laporan dan pertanggungjawaban keuangan

daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintah.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Akuntansi menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Akuntansi.

b. Penyusunan kebijakan dan pedoman teknis operasional

penyelenggaraan akuntansi daerah.

c. Penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi pengelolaan

keuangan daerah.

d. Pelaksanaan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban keuangan

pemerintah daerah sesuai Standar Akuntansi Pemerintah.

e. Pelaksanaan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah.

Page 59: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

47

f. Melaksanakan pengelolaan hutang dan piutang daerah.

g. Penyelenggaraan evaluasi laporan keuangan dan laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah.

h. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.

6. Kepala Bidang Aset

Kepala Bidang Aset memiliki tugas pokok yaitu mengendalikan , dan

mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan Badan yang meliputi mutasi aset

dan invertarisasi serta pemanfaatan dan pemberdayaan aset.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Aset menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Aset.

b. Penyusunan program kerja dan rencana kegiatan Bidang.

c. Perumusan kebijakan, petunjuk teknis serta rencana strategis sesuai

lingkup bidang tugasnya.

d. Perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan Badan yang meliputi mutasi aset dan

inventarisasi serta pemanfaatan dan pemberdayaan aset.

e. Pelaksanaan pengumpulan dan penyusunan bahab kebijakan umum

dan teknis rencana kebutuhan aset daerah, penelitian dan pengkajian

kebutuhan barang daerah sebagai dasar pelaksanaan pengadaan

barang, mengikuti pelaksanaan pelelangan barang dan bangunan,

Page 60: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

48

pelaksanaan administrasi barang daerah, penilaian dan penyusutan

aset daerah, pencatatan barang milik daerah, inventarisasi data aset

daerah, penyimpanan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah

serta pelaksanaan sensus barang milik daerah setiap 5 (lima) tahun

sekali.

f. Pelaksanaan penyusunan pedoman petunjuk teknis pemanfaatan dan

pengendalian kekayaan daerah, evaluasi daftar hasil pengadaan barang

daerah, pemantauan dan pengawasan kepemilikan aset daerah serta

dokumentasi kepemilikan aset berupa kendaraan, tanah, dan

bangunan.

g. Pelaksanaan hubungan kerjasama pelaksanaan tugas dengan SKPD

terkait.

h. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan dalam lingkup

tugasnya.

i. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.

Page 61: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

49

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Hasil Analisis Data

Balanced scorecard merupakan salah satu tools manajemen yang

cukup populer digunakan di dunia. Tidak hanya untuk organisasi profit,

balanced scorecard juga dapat diterapkan pada instansi pemerintah. Pada

prinsipnya, Balanced Scorecard merupakan tools yang digunakan untuk

memetakan strategi dan menterjemahkan strategi menjadi rencana aksi.

Sehingga, dengan balanced scorecard organisasi dapat mendefinitifkan

strategi yang bersifat normatif.

Dan ketika dilakukan proses internal, maka organisasi dapat

memenuhi harapan pelanggannya sebagai output atas tugas pokok dan

fungsi yang dibebankan kepada organisasi tersebut. Tidak jarang beberapa

Kementerian / Lembaga memiliki beberapa pelanggan dengan harapan

yang berbeda-beda. Untuk itu, maka pada perspektif ini perlu dibuat

kelompok pelanggan dengan masing-masing harapan yang harus dipenuhi

dan dituangkan dalam sasaran strategis. Dan dengan terpenuhinya

ekspektasi pelanggan, maka Kementerian / lembaga tersebut dapat

mencapai apa yang menjadi visinya kedepan. Sasaran strategis pada

perspektif stakeholder sebenarnya merupakan penjabaran dari visi yang

ingin dicapai organisasi.

Sehingga, penerapan balanced scorecard secara konsisten pada

pemerintahan kota makassar, dapat dikatakan sebagai alat untuk

Page 62: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

50

meningkatkan kinerja pada instansi pemerintahan khususnya dalam hal

komitmen pimpinan dan partisipasi para pegawai yang ada di Pemerintahan

Kota Makassar.

1. Kinerja Perspektif Keuangan

Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang penyedia sumber

daya dan ketercapaian target keuangan sebagaimana rencana organisasi.

Organisasi sektor publik tidak sekedar mengejar laba, namun organisasi

perlu memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan dan

mengurangi biaya secara berkelanjutan. Menurut Gaspersz (2005: 41-

47) pengukuran-pengukuran Balanced Scorecard yang pada umumnya

digunakan dalam perspektif finansial, meliputi:

1) Rasio profitabilitas yang meliputi :

a) Return on Asset (ROA) Profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang

tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen

asset, yang berarti efisiensi manajemen. Berikut ini rumus untuk

mencari Return on total asset (ROA) (Cahyaningtyas, 2009: 59):

ROA =

=

= 2,29 %

Page 63: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

51

b) Current Ratio (Rasio Lancar)

Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan

memenuhi hutang jangka pendeknya (jatuh tempo kurang dari 1

tahun) dengan menggunakan aktiva lancar. Aktiva lancar

misalnya pembeanjaan rutin. Current ratio merupakan

perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.

Current Ratio dihitung dengan rumus (Cahyaningtyas, 2009:63):

CR =

=

= 7,77

c) Return on Equity (ROE) Profitabilitas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

laba berdasarkan modal saham tertentu. Pada tolak ukur ini yang

diukur adalah modal saham sehingga keberhasiannya dilihat dari

pemegang saham. Berikut ini rumus untuk mencari Return on

total equiy (ROE) (Cahyaningtyas, 2009 : 59)

ROE =

=

= 2,29 %

Page 64: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

52

2) Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur atau melihat bagaimana tingkat pertumbuhan dari

pendapatan, laba bersih maupun tingkat kenaikan dari laba operasi

suatu perusahaan. Rasio pertumbuhan yang meliputi :

a) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Pendapatan

=

=

= 2,12 %

b) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Laba Bersih

=

=

= 75,16 %

c) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Biaya Operasi

=

=

= 8,07 %

KET 2016 2015

Asset Lancar 484.646.191.338,23 438.670.879.411,38

Asset Tetap 26.641.398.721.661,00 5.514.333.382.286,41

Hutang Lancar 62.403.218.850,84 15.778.902.613,94

Modal Saham 27.851.922.569.650,00 6.764.212.670.762,00

Pendapatan 3.546.650.155.445,00 2.952.609.910.737,00

Biaya Operasi 3.136.614.719.158,00 2.902.288.160.833,00

Laba Bersih 638.488.997.409,00 364.526.986.746,00

Tabel 5.1 Data Kinerja Perspektif Keuangan

Page 65: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

53

1) Rasio profitabilitas

a) Return on Asset (ROA)

Jika dilihat dari laba bersih yang diperoleh oleh

Pemerintahan Kota Makassar, kemudian dibagi dengan total asset

yang dimiliki maka dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan

pemerintah kota makassar dalam menghasilkan laba bersih cukup

rendah (2,29%).

b) Current Ratio (Rasio Lancar)

Dengan melihat total aktiva lancar yang dimiliki, maka

kemampuan pemerintah kota makassar dalam memenuhi hutang

jangka pendeknya (jatuh tempo kurang dari 1 tahun) dapat

dikatakan mampu untuk dipenuhi.

c) Return on Equity (ROE)

Sesuai dengan modal saham yang dimiliki oleh

pemerintah kota makassar, kemampuan untuk menghasilkan laba

bersih relatif rendah.

2) Rasio pertumbuhan

a) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Pendapatan

Jumlah pendapatan yang diperoleh Pemerintah Kota

Makassar mengalami peningkatan dari periode sebelumnya.

Namun peningkatan tersebut relatf rendah jika ditinjau dari total

asset yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Makassar.

Page 66: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

54

b) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Laba Bersih

Laba bersih yang diperoleh oleh Pemerintah Kota

Makassar pada periode berjalan sangat jauh lebih meningkat

dibandingkan dengan periode sebelumnya.

c) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Biaya Operasi

Karena pendapatan dan laba bersih pada periode berjalan

meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya, maka

jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah

Kota Makassar juga cukup besar.

2. Kinerja Perspektif Sektor Publik

Organisasi publik harus memiliki orientasi untuk mengutamakan

kesejahteraan dan kepuasan customer dan stakeholdernya, dalam hal ini

masyarakat. Oleh karena itu, balanced scorecard menuntut para

pimpinan untuk dapat menerjemahkan misi organisasi publik mengenai

pelayanan kepada masyarakat secara umum ke dalam suatu pengukuran

spesifik yang mencerminkan faktor-faktor penting bagi masyarakat. Hal

ini sesuai dengan pemaparan yang diberikan oleh Wahyu Fadillah

selaku Staff Accounting di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota

Makassar. Beliau mengatakan bahwa :

Saya sangat puas dengan kebijakan yang ada di Pemerintahan Kota

Makassar, salah satunya yaitu dengan sistem penggajian yang

diterapkan di Pemerintahan tersebut.

Page 67: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

55

Tanggapan tersebut diperkuat oleh argumen yang dikeluarkan oleh

Abd. Rasyid selaku Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset

Kota Makassar. Beliau juga mengatakan bahwa :

Saya selaku Sekretaris BPKA mengaku sangat puas dengan

kebijakan yang sudah diterapkan oleh Walikota Makassar

mengenai masalah kebijakan yang ada baik dalam hal sistem

penggajian yang diterapkan maupun kebijakan-kebijakan lainnya.

Berbagai manfaat juga banyak diperoleh oleh para pegawai yang

ada di Kantor Walikota Makassar khususnya pada Badan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Kota Makassar. Hal itu terbukti dengan pemaparan

yang dikeluarkan oleh Abd. Rasyid:

Selama saya bekerja di BPKA ini, saya merasa memperoleh

banyak manfaat khususnya selama saya diberi amanah sebagai

Sekretaris BPKA. Karena pimpinan yang ada di Pemerintahan

Kota Makassar selalu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan PP yang sudah ditetapkan.

Mengenai masalah manfaat yang diperoleh selama bekerja di

Pemerintahan Kota Makassar juga diungkapkan oleh Wahyu selaku

staff accounting. Beliau mengatakan bahwa :

Bekerja di Pemerintahan Kota Makassar sebenarnya bisa

memberikan banyak manfaat, hanya saja saya pribadi belum

mampu mempelajari dan memahami sistem kebijakan yang

diterapkan oleh pemerintahan daerah khususnya Pemerintahan

Kota Makassar, karena masih kurangnya pelatihan-pelatihan yang

pernah saya ikuti.

Sedangkan dalam wawancara yang lain, Abd. Rasyid selaku

Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota Makassar

mengatakan bahwa :

Page 68: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

56

Selama saya bekerja di Pemerintahan Kota Makassar, sering

diadakan workshop atau pelatihan-pelatihan yang terkait dengan

informasi-informasi baru mengenai kebijakan pemerintahan. Selain

itu, kami selaku pegawai juga sering mendapatkan bimbingan dan

para konsultasi dari para senior yang ahli di bidangnya. Dengan

begitu saya pribadi terbiasa berpikir kritis, sistematis dan rasional.

3. Kinerja Perspektif Proses Internal

Dalam perspektif ini, pemerintahan melakukan pengukuran

terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh pemerintahan baik

pimpinan maupun bawahan untuk menciptakan sesuatu yang dapat

memberikan kepuasan tertentu bagi customer. Dalam hal ini

pemerintahan berfokus pada dua proses bisnis utama yaitu : proses

inovasi dan proses operasi. Hal ini sesuai dengan pemaparan yang

diberikan oleh Wahyu Fadillah selaku Staff Accounting di Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar. Beliau mengatakan

bahwa :

Administrasi pelayanan keuangan dan umum di Pemerintahan Kota

Makassar ini, telah didukung oleh sistem informasi keuangan dan

umum dengan sistem komputer.

Sedangkan dalam hal perekrutan pegawai di Pemerintahan Kota

Makassar ini, dalam wawancara yang dilakukan bersama Abd. Rasyid

selaku Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota

Makassar. Beliau mengatakan bahwa :

Proses recruitment pegawai di Pemerintahan Kota Makassar ini

sangat selektif, karena semua pegawai yang diterima di

Pemerintahan Kota Makassar berkemampuan sesuai dengan

kebutuhan yang ada disini.

Page 69: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

57

Mengenai masalah pegawai yang ada di Pemerintahan Kota

Makassar, Wahyu Fadillah selaku Staff Accounting di Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar. Beliau memaparkan :

Semua pegawai yang ada di Pemerintahan Kota Makassar ini

mempunyai keterampilan yang sangat kompeten pada bidang

pekerjaannya. Sehingga ketika melakukan kesalahan pada

pekerjaannya, tingkat kesalahan yang biasa dilakukannya relatif

rendah.

Dalam hal proses operasi yang ada di Pemerintahan Kota

Makassar, dalam wawancara yang dilakukan bersama Wahyu Fadillah

selaku Staff Accounting di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota

Makassar. Beliau memaparkan bahwa :

Pegawai yang ada disini mayoritas tammatan pendidikannya itu

Strata Satu, hanya sedikit pegawai di Pemerintahan Kota Makassar

yang berpendidikan Strata Dua.

Mengenai masalah sarana dan prasarana yang ada di Pemerintahan

Kota Makassar ini, Abd. Rasyid selaku Sekretaris Badan Pengelolaan

Keuangan Dan Aset Kota Makassar. Beliau mengatakan bahwa :

Kalau masalah fasilitasnya disini, misalnya jumlah komputer yang

disediakan untuk para pegawai di setiap bagian sudah mencukupi

dan sudah disediakan software yang up to date.

Pemerintah daerah khususnya pemerintah Kota Makassar

memandang pengelolaan keuangan daerah sebagai salah satu kewajiban

yang harus dilakukan. Wahyu Fadillah selaku Staff Accounting di

Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar mengatakan

bahwa :

Page 70: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

58

Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah,

Pemerintahan Kota Makassar ini telah menerapkan SAP berbasis

akrual sebagai pedoman dalam kebijakan akuntansi. Dalam hal ini

Pemerintahan Kota Makassar juga selalu menggali informasi

kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pasar.

4. Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Perspektif yang terakhir adalah perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran. Dalam organisasi bisnis, betapa pentingnya suatu

organisasi bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya, memantau

kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pula pengetahuan karyawan

karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan

meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam

pencapaian hasil ketiga perspektif dalam mencapai tujuan perusahaan.

Hal ini sesuai dengan pemaparan yang diberikan oleh Abd. Rasyid

selaku Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota

Makassar. Beliau mengatakan bahwa :

Pemerintahan Kota Makassar melaksanakan sistem kompensasi

yang memadai sehingga mereka tanggap terhadap keinginan dan

kebutuhan pegawai.

Mengenai masalah kesejahteraan pegawai yang ada di

Pemerintahan Kota Makassar ini, Wahyu Fadillah selaku Staff

Accounting di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar.

Beliau mengatakan bahwa :

Kepuasan bekerja di Pemerintahan Kota Makassar belum dirasakan

oleh para pegawai, namun rasa bangga bisa bekerja dan bergabung

di Pemerintahan Kota Makassar menjadi nilai kebanggan tersendiri.

Page 71: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

59

Jika ditinjau dari segi pembelajaran mengenai pengembangan baru

dalam hal pemberian kontribusi bagi keberhasilan Pemerintahan dimasa

depan, maka perlu adanya peningkatan keterampilan bagi para pegawai.

Hal tersebut sesuai dengan pemaparan oleh Abd. Rasyid selaku

Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota Makassar.

Beliau mengatakan bahwa :

Pegawai di Pemerintahan Kota Makassar sering mendapatkan

pelatihan untuk peningkatan keterampilan sekaligus selalu

diberikan motivasi untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatif.

Sehingga pegawai dapat dilibatkan dalam proses pengambilan

keputusan.

Sedangkan dalam hal peningkatan petumbuhan dan pembelajaran

pegawai yang ada di Pemerintahan Kota Makassar dalam

wawancaranya Wahyu Fadillah selaku Staff Accounting di Badan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar. Beliau mengatakan

bahwa :

Tingkat penolakan pegawai terhadap teknologi baru relatif rendah,

sehingga pegawai dapat dengan mudah mengakses semua

informasi. Hal itu membuat Pemerintah Kota Makassar

memberikan penghargaan kepada para pegawai yang berprestasi

dibidangnya.

B. Pembahasan

1) Perspektif keuangan, perspektif yang tetap menjadi perhatian dalam

konsep Balanced Scorecard, karena ukuran keuangan merupakan

ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi dan disebabkan oleh

pengambilan keputusan. Pada perspektif ini menjelaskan apa yang

Page 72: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

60

diharapkan oleh penyedia sumber daya terhadap kinerja keuangan

organisasi sektor publik (Kurnianto, 2003:37). Indikator yang

digunakan untuk mengukur kinerja pada perspektif ini adalah

pemanfaatan anggaran yang disebut sebagai rencana keuangan periodik

yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan agar segala

kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama dan juga dapat

memotifasi pegawai karna ada tujuan/sasaran yang akan dicapai.

Barulah dapat diukur melalui pertumbuhan anggaran dengan

membandingkan anggaran tahun yang sedang sekarang dengan tahun

sebelumnya.

2) Perspektif sektor publik, menurut (Daily, 2010) dalam perspektif ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelanggan dalam hal ini

masyarakat melihat organisasi dalam hal menyediakan jasa layanan

publik apakah sesuai dengan keinginan masyarakat. Untuk mengukur

kepuasan pelanggan adalah dengan melihat kepuasan pelanggan

terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Makassar.

Pelanggan yang terdapat di Pemerintahan Kota Makassar ini antara lain

yaitu penduduk, pebisnis, wisatawan dan Investor. Pelanggan-

pelanggan tersebut harus bisa dipuaskan. Strategi memuaskan terhadap

keempat pelanggan tersebut harus terkonsep dalam rangka perencanaan

pariwisata yang lengkap, yang dibuat oleh Dinas Pariwisata sebagai

regulatornya. Setelah konsepnya jadi, baru didistribusikan kepada

pelaksanaan mulai dari asosiasi terkait, pengembangan bisnis wisata,

Page 73: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

61

hingga event orgaanizernya. Pada perspektif ini indikator yang

digunakan untuk pengukuran kinerja yaitu pelayanan dan pengetahuan

pegawai.

3) Perspektif proses bisnis internal, menurut (Kurnianto, 2003:37) pada

dasarnya perspektif bisnis internal adalah membangun keunggulan

organisasi melalui perbaikan proses bisnis internal organisasi yang

berkelanjutan. Pentingnya suatu organisasi bisnis untuk mengacu pada

proses kerja yang dilakukan dalam organisasi. Apakah organisasi telah

melakukan kerja dengan baik dan terus mempertahankan pegawainya,

serta meningkatkan pengetahuan kepegawainya. Untuk mengukur

kinerja pada perspektif ini digunakan indikator : sarana dan prasarana,

proses, dan kepuasan bekerja.

4) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, menurut (Imelda, 2004:110)

perspektif ini menggambarkan kemampuan organisasi untuk

menciptakan pertumbuhan jangka panjang. Tujuan dalam perspektif ini

adalah menyediakan infrastruktur bagi perspektif finansial, pelanggan,

dan proses bisnis internal, agar tujuan dari perspektif-perspektif tersebut

bisa tercapai.

Page 74: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

62

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka penulis

dapat menarik simpulan bahwa penerapan balance scorecard dalam

mengukur kinerja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota

Makassar yang diterapkan oleh Pemerintahan Kota Makassar yang ditinjau

dari empat perspektif balance scorecard maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja Pemerintahan Kota Makassar pada Badan Pengelolaan Keuangan dan

Aset Kota Makassar pada tahun 2016 lebih baik daripada tahun 2015.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah Kota Makassar

Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap agar pemerintah

Kota Makassar dapat mengadopsi metode balance scorecard. Karena

metode ini konsisten dengan strategi yang dimiliki oleh Pemerintahan

Kota Makassar. Tiga perspektif non-keuangan pada balance scorecard

mempengaruhi secara langsung kinerja perspektif keuangan

pemerintahan. Jadi keempat perspektif yang ada saling mempengaruhi

kinerja satu sama lain. Sehingga dengan menerapkan metode ini

Pemerintahan Kota Makassar dapat meningkatkan kinerjanya.

Page 75: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

64

DAFTAR PUSTAKA

Bestari Dwi Handayani, 2011. Pengukuran Kinerja Organisasi Dengan

Pendekatan Balance Scorecard Pada RSUD Kabupaten Kebumen. Jurnal

Dinamika Manajemen. Vol. 2 No. 1 ISSN : 2086-0668.

Defani Putri Frinka, Nengah Sudjana dan Dwiatmanto, 2016. Analisis Kinerja

Perusahaan Dengan Pendekatan Balance Scorecard Pada PDAM Kota

Malang. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 36 No. 1.

Dzulchis Firdaus, 2014. Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode

Balance Scorecard. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. Vol. 3 No. 8.

Hariman Bone dan Mahfud Sholihin, 2012. Pengaruh Perspektif dan Jenis

Ukuran Dalam Balance Scorecard Terhadap Evaluasi Kinerja. Jurnal

Ekonomi Dan Keuangan. Vol. 16 No. 4. ISSN : 1411-0393.

Ika, Aida dan Sadikin, 2012. Perancangan Manajemen Kinerja Penyelenggaraan

Pendidikan dan Pelatihan dengan Ancangan Management By Objectives

dan Perspektif Balance Scorecard. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol.

9 No. 1.

Mahsun, M., F. Sulistyowati, dan A.P. Heribertus. 2013. Akuntansi Sektor Publik.

BPFE. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Ni Putu dan I Putu, 2013. Penilaian Kinerja Pada PT. Adhi Karya Dengan

Pendekatan Balance Scorecard. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana

ISSN : 2302-8556.

Sujawerni,. W.N. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Pustaka Baru Press.

Yogyakarta.

Sukesti, F. 2010. Analisis Penggunan Balance Scorecard Sebagai Alternatif

Untuk Mengukur Kinerja Pada Universitas Muhammadiyah Semarang.

Jurnal UNIMUS ISSBN : 978.979.704.883.9.

Teguh Narutomo, 2012. Penerapan Balance Scorecard Untuk Badan Penelitian

Dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri. Jurnal Bina Praja. Vol.

4 No. 3.

Page 76: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

65

UU. Hasanah dan AB. Setiawan, 2015. Analisis Pengukuran Kinerja Sebelum

Dan Sesudah Ditetapkannya Metode Balance Scorecard Sebagai Tolak

Ukur Pengukuran Kinerja. Jurnal Akuinida. Vol. 1 No.1. ISSN : 2442-

3033.

Wahyudin Nor, 2012. Penerapan Balance Scorecard Pada Pemerintah Daerah.

Jurnal Akuntansi Dan Bisnis. Vol. 7 No. 2.

Wanda Pramudani Limbu dan Eka Ardhani Sisdyani, 2016. Evaluasi Kinerja

Dinas Pendapatan Daerah Kota Denpasar Berbasis Balance Scorecard.

E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 15 No. 3 ISSN : 2302-

8556.

Page 77: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

L A M P I R A N

Page 78: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

MANUSKRIP

Responden : Abd. Rasyid

Jabatan : Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

Waktu Wawancara : 17 Juni 2017 (13.15-13.36)

Peneliti : Selamat siang pak. Saya dari mahasiswa jurusan akuntansi

fakultas ekonomi dan bisnis Unismuh Makassar pak ingin meneliti

tentang pengukuran kinerja sektor publik dengan menggunakan

Balance Scorecard pada Pemerintahan Kota Makassar.

Responden : Oh, iya silahkan dek.

Peneliti : Yang pertama yang ingin saya tanyakan disini apakah bapak puas

dengan kebijakan yang ada di Pemerintahan Kota Makassar ?

Responden : Saya selaku Sekretaris BPKA mengaku sangat puas dengan

kebijakan yang sudah diterapkan oleh Walikota Makassar

mengenai masalah kebijakan yang ada baik dalam hal sistem

penggajian yang diterapkan maupun kebijakan-kebijakan lainnya.

Peneliti : Oh begitu yah pak. Apakah bapak sendiri sudah merasa banyak

memperoleh manfaat dengan bekerja di Pemerintahan Kota

Makassar ?

Responden : Selama saya bekerja di BPKA ini, saya merasa memperoleh

banyak manfaat khususnya selama saya diberi amanah sebagai

Sekretaris BPKA. Karena pimpinan yang ada di Pemerintahan Kota

Makassar selalu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai

dengan PP yang sudah ditetapkan.

Penelti : Terus kalau melihat kenyataan yang seperti itu, menurut bapak

apakah di Pemerintahan Kota Makassar sering menyelenggarakan

workshop atau pelatihan-pelatihan terkait dengan informasi-

informasi baru mengenai kebijakan pemerintahan ?

Responden : Selama saya bekerja di Pemerintahan Kota Makassar, sering

diadakan workshop atau pelatihan-pelatihan yang terkait dengan

informasi-informasi baru mengenai kebijakan pemerintahan. Selain

Page 79: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

itu, kami selaku pegawai juga sering mendapatkan bimbingan dan

para konsultasi dari para senior yang ahli di bidangnya. Dengan

begitu saya pribadi terbiasa berpikir kritis, sistematis dan rasional.

Peneliti : Kalau strateginya iya pak, maksud saya apakah proses recruitment

pegawai di Pemerintahan Kota Makassar ini sangat selektif ?

Responden : Sudah pasti, proses recruitment pegawai di Pemerintahan Kota

Makassar ini sangat selektif, karena semua pegawai yang diterima

di Pemerintahan Kota Makassar berkemampuan sesuai dengan

kebutuhan yang ada disini.

Peneliti : Maksudnya kebutuhan bagaimana itu pak ?

Responden : Pokoknya sesuai dengan apa yang dibutuhkan pada saat itu,

contoh butuh ki bagian keuangan, yaa pastinya yang memiliki latar

belakang pendidikan bagian keuangan kita cari dan lain-lain.

Peneliti : Oh begitu pak dih’. Ok saya lanjutkan saja yaa pak pertanyaan

berikutnya. Masalah jumlah komputer apakah sudah tersedia untuk

para pegawai di setiap bagian mencukupi dan menyediakan

software yang up to date ?

Responden : Kalau masalah fasilitasnya disini, misalnya jumlah komputer yang

disediakan untuk para pegawai di setiap bagian sudah mencukupi

dan sudah disediakan software yang up to date.

Peneliti : Terus apakah Pemerintahan Kota Makassar telah melaksanakan

sistem kompensasi yang memadai.?

Responden : Pemerintahan Kota Makassar melaksanakan sistem kompensasi

yang memadai sehingga mereka tanggap terhadap keinginan dan

kebutuhan pegawai.

Peneliti : Lantas bagaimana dengan pegawai di Pemerintahan Kota

Makassar, apakah sering mendapatkan pelatihan peningkatan

keterampilan dan dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan ?

Responden : Pegawai di Pemerintahan Kota Makassar sering mendapatkan

pelatihan untuk peningkatan keterampilan sekaligus selalu

diberikan motivasi untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatif.

Page 80: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

Sehingga pegawai dapat dilibatkan dalam proses pengambilan

keputusan.

Peneliti : Berarti banyak ji perkembangannya pak dih’ ?

Responden : Ya begitulah.

Peneliti : Kalau begitu, makasih banyak pak atas waktunya.

Respoden : Iyah dek sama-sama.

Page 81: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

MANUSKRIP

Responden : Wahyu Fadillah

Jabatan : Staff Accounting

Waktu Wawancara : 23 Mei 2017 (16.30-17.00)

Peneliti : Jadi yang pertama yang ingin saya tanyakan pak, apakah bapak

puas dengan kebijakan yang ada di Pemerintahan Kota Makassar ?

Responden : Saya sangat puas dengan kebijakan yang ada di Pemerintahan

Kota Makassar, salah satunya yaitu dengan sistem penggajian yang

diterapkan di Pemerintahan tersebut.

Peneliti : Jadi menurut bapak sendiri apakah bapak merasa sudah banyak

memperoleh manfaat dengan bekerja di Pemerintahan Kota

Makassar ?

Responden : Bekerja di Pemerintahan Kota Makassar sebenarnya bisa

memberikan banyak manfaat, hanya saja saya pribadi belum

mampu mempelajari dan memahami sistem kebijakan yang

diterapkan oleh pemerintahan daerah khususnya Pemerintahan

Kota Makassar, karena masih kurangnya pelatihan-pelatihan yang

pernah saya ikuti.

Peneliti : Kalau masalah administrasi pelayanan keuangan dan umum di

Pemerintahan Kota Makassar, apakah telah didukung oleh sistem

informasi keuangan dan umum berkomputer pak ?

Responden : Administrasi pelayanan keuangan dan umum di Pemerintahan

Kota Makassar ini, telah didukung oleh sistem informasi keuangan

dan umum dengan sistem komputer.

Peneliti : Oh seperti itu yaa pak. Jadi semua pegawai di Pemerintahan Kota

Makassar ini mempunyai keterampilan yang kompeten pada bidang

pekerjaannya masing-masing ?

Responden : Iyalah, semua pegawai yang ada di Pemerintahan Kota Makassar

ini sudah dijamin mempunyai keterampilan yang sangat kompeten

pada bidang pekerjaannya. Sehingga ketika melakukan kesalahan

Page 82: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

pada pekerjaannya, tingkat kesalahan yang biasa dilakukannya

relatif rendah.

Peneliti : Wah dijamin yaa pak, terus apakah sudah hampir semua pegawai

di Pemerintahan Kota Makassar ini berpendidikan minimal S2 ?

Responden : Kalau menurut saya, belum. Karena Pegawai yang ada disini

mayoritas tammatan pendidikannya itu Strata Satu, hanya sedikit

pegawai di Pemerintahan Kota Makassar yang berpendidikan Strata

Dua. Karena disini lebih diutamakan keuletan dan keahlian kinerja

pegawai.

Peneliti : Terus untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah,

apakah Pemerintahan Kota Makassar ini telah menerapkan SAP

berbasis akrual sebagai pedomana dalam kebijakan akuntansi

akrual tersebut ?

Responden : Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah,

Pemerintahan Kota Makassar ini telah menerapkan SAP berbasis

akrual sebagai pedoman dalam kebijakan akuntansi. Dalam hal ini

Pemerintahan Kota Makassar juga selalu menggali informasi

kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pasar.

Penelti : Oh, seperti itu yaa pak. Kalau soal kepuasan, apakah semua

pegawai sudah merasa puas bekerja di Pemerintahan Kota

Makassar ?

Responden : Jadi kepuasan bekerja di Pemerintahan Kota Makassar belum

dirasakan oleh para pegawai, namun rasa bangga bisa bekerja dan

bergabung di Pemerintahan Kota Makassar menjadi nilai

kebanggan tersendiri.

Peneliti : Terus bagaimana dengan tingkat retensi (penolakan) pegawai

terhadap teknologi baru ?

Responden : Tingkat penolakan pegawai terhadap teknologi baru relatif

rendah, sehingga pegawai dapat dengan mudah mengakses semua

informasi. Hal itu membuat Pemerintah Kota Makassar

Page 83: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

memberikan penghargaan kepada para pegawai yang berprestasi

dibidangnya.

Peneliti : Oh, seperti itu yaa pak. Baiklah pak, terima kasih banyak atas

informasi dan waktunya pak.

Responden : Ok dek, sama-sama.

Page 84: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

i

SKRIPSI

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD PADA

BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN

ASET DAERAH DI KOTA MAKASSAR

WAHID NASRULLAH NASRUN

105730445113

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)

pada Program Sarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Makassar

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2017

Page 85: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Wahid Nasrullah Nasrun

Nomor Stambuk : 105730445113

Jurusan : Akuntansi

Pembimbing I : Dr. Abdul Rahman Rahim, MM

Judul Skripsi : Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan

Balance Scorecard Pada Pemerintahan Kota Makassar.

No Hari/Tanggal Uraian Perbaikan Paraf

Mengetahui

Ketua Jurusan Akuntansi

Ismail Badollahi, SE.,M.Si,Ak.CA

NBM: 1073428

Page 86: SKRIPSI PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI

Nama Mahasiswa : Wahid Nasrullah Nasrun

Nomor Stambuk : 105730445113

Jurusan : Akuntansi

Pembimbing II : Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA

Judul Skripsi : Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan

Balance Scorecard Pada Pemerintahan Kota Makassar.

No Hari/Tanggal Uraian Perbaikan Paraf

Mengetahui

Ketua Jurusan Akuntansi

Ismail Badollahi, SE.,M.Si,Ak.CA

NBM: 1073428