skripsi pengaruh sanksi perpajakan, modernisasi

122
SKRIPSI PENGARUH SANKSI PERPAJAKAN, MODERNISASI ADMINISTRASI PERPAJAKAN, KETERBUKAAN INFORMASI DAN SOSIALISASI PERPAJAKAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM PELAPORAN SPT TAHUNAN (PPH 21) (STUDI KASUSDI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT) OLEH SAMUEL DAMANIK 160503055 PROGRAM STUDI STRATA I DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ORANG PRIBADI DALAM PELAPORAN SPT TAHUNAN
(PPH 21) (STUDI KASUSDI KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT)
Administrasi Perpajakan, Keterbukaan Informasi Dan Sosialisasi Perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pelaporan Spt Tahunan
(Pph 21) (Studi Kasus Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat)” adalah
benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan,
DI KANTOR PELAYANAN
perpajakan, modernisasi administrasi perpajakan, keterbukaan informasi dan
sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam
pelaporan SPT tahunan di Kota Medan yang terdaftar di KPP Pratama Medan
Barat. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 12.856 wajib pajak yang data
tersebut diperoleh dari KPP Pratama Medan Barat. Metode pengambilan sampel
penelitian ini adalah metode accidental sampling yang di awali dengan
perhitungan Rumus Slovin sehingga diperoleh sampel penelitian sebanyak 100
wajib pajak. Metode pengumpulan data primer yang dipakai adalah dengan
metode survei melalui media kuesioner dengan jumlah pertanyaan sebanyak 21
butir. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil pengolahan data melalui Software IBM SPSS Statistic 25
yang telah dianalisis, diperoleh kesimpulan bahwa Sanksi perpajakan, modernisasi
administrasi perpajakan, keterbukaan informasi dan sosialisasi perpajakan
berpengaruh terhadap Kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan SPT tahunan di
Kota Medan yang terdaftar di KPP Pratama Medan Barat. Dengan diketahuinya
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dalam pelaporan SPT Tahunan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
perhatian untuk pembuatan kebijakan dalam upaya meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam pelaporan SPT Tahunan.
Kata kunci : Sanksi perpajakan, modernisasi administrasi perpajakan,
keterbukaan informasi , sosialisasi Perpajakan , kepatuhan
wajib pajak
ADMINISTRATION, DISCLOSURE OF INFORMATION AND
SOCIALIZATION OF TAXATION ON TAXPAYER
COMPLIANCE OF PRIVATE PERSONS IN
ANNUAL REPORTING (PPH 21)(CASE
STUDY AT PRATAMA MEDAN
OFFICE)
This research aims to find out the effect of variable tax sanctions,
modernization of tax administration, disclosure of information and tax
socialization on taxpayer compliance of private persons in annual SPT reporting
in Medan City registered in KPP Pratama Medan Barat. The population in this
study was 12,856 taxpayers whose data was obtained from KPP Pratama Medan
Barat. This research sampling method is an accidental sampling method that is
beginning with the calculation of the Slovin Formula so that a research sample of
100 taxpayers is obtained. The primary data collection method used is by survey
method through questionnaire media with the number of questions as many as 21
items. The data analysis method used in this study is a multiple regression
analysis method.
Based on the results of data processing through IBM SPSS Statistic 25
Software that has been analyzed, it is obtained the conclusion that tax sanctions,
tax administration modernization, information disclosure and tax socialization
affect taxpayer Compliance in annual SPT reporting in Medan City registered in
KPP Pratama Medan Barat. With the awareness of the factors that affect the
taxpayer compliance of private persons in annual SPT reporting is expected to be
the material of consideration and attention to policymaking in an effort to
improve taxpayer compliance in annual SPT reporting.
Keywords : Tax sanctions, tax administration modernization, information
disclosure, tax socialization, taxpayer compliance
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur pada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan anugrah-Nya
sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Sanksi
Perpajakan, Modernisasi Administrasi Perpajakan, Keterbukaan Informasi
Dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Pelaporan Spt Tahunan (Pph 21) (Studi Kasus Di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat)”
Dalam penulisan Skripsi ini, Penulis memperoleh banyak pembelajaran,
arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui
kesempatan ini, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., CPA. selaku Ketua
Departemen dan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Arifin Lubis, M.M., Ak. selaku Dosen pembimbing, Bapak Drs.
Hotmal Ja’far, MM.,Ak. Selaku dosen penguji dan Bapak Drs. Rustam,
M.Si.,Ak. Selaku dosen pembanding yang telah membimbing dalam
memberikan pemahaman , dorongan, dan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini dari awal hingga Skripsi ini selesai. Terimakasih atas segala
kebaikan Bapak, Semoga Tuhan Menyertai Bapak Selalu.
v
4. Kedua Orang tua Penulis, Bapak Ependy Damanik dan Ibu Berliana Rita
Uli Napitupulu dan Kedua Saudara Penulis, Indra Damanik dan Kevin
Damanik yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil,
semangat, motivasi serta doa kepada Penulis
5. Bapak Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak berbagi ilmu pengetahuan dan keterampilan serta
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Barat yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian serta memberikan data yang dibutuhkan oleh penulis guna
penulisan skripsi ini.
6. Saudari Irene Enda Mia yang selalu memberikan semangat, ketenangan dan
motivasi kepada Penulis. Saudara leonardo manurung yang membantu
penulis serta kepada kelompok pertemana Goats yang saling membantu
dalam proses pengerjaan skripsi ini dari awal hingga akhir.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan didalam Laporan
Skripsi ini, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat
memberikan manfaat dan menambah pengetahuan pembaca.
Medan, Juni 2020
1.3.1 Tujuan Penelitian..................................................................... 7
2.1.2 Theory Acceptance Model (TAM).......................................... 12
2.1.3 Teori Atribusi ......................................................................... 13
2.1.4 Pajak Penghasilan .................................................................. 15
2.1.5.1 Sanksi Perpajakan ...................................................... 20
2.1.5.3 Keterbukaan Informasi .............................................. 23
2.1.5.4 Sosialisasi Perpajakan ................................................ 25
Orang pribadi ......................................................................... 33
2.4.3 Pengaruh keterbukaan informasi terhadap kepatuhan wajib pajak
orang pribadi ........................................................................... 35
orang pribadi .......................................................................... 36
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi ...................... 37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 38
3.3 Definisi Operasional ......................................................................... 38
3.3.1 Variabel Dependent ................................................................ 39
3.3.2 Variabel Independen ............................................................... 39
3.3.2.1 Sanksi Perpajakan ...................................................... 40
3.3.2.3 Keterbukaan Informasi .............................................. 41
3.3.2.4 Sosialisasi Perpajakan ................................................ 42
3.6 Metode Analisis Data ........................................................................ 47
3.6.1 Uji Kuesioner ......................................................................... 48
3.6.1.1 Uji Validitas .............................................................. 48
3.6.1.2 Uji Realibilitas ........................................................... 49
3.6.2.1 Uji Multikolinearitas ................................................. 50
3.6.2.2 Uji Heteroskedastisitas ............................................... 50
3.6.2.3 Uji Normalitas ........................................................... 51
3.6.3.1 Koefisien Determinasi (R²) ........................................ 52
3.6.3.2 Uji Statistik t ............................................................... 53
3.6.3.3 Uji Statistik F .............................................................. 53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Proses Penelitian .................................................. 55
4.2 Data Statistik Responden ................................................................... 56
4.3 Statistik Deskriptif Hasil Kuesioner .................................................. 57
4.4 Analisis Hasil Pengujian Instrumen Penelitian ................................. 59
4.4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................... 59
4.4.1.1 Variabel Kepatuhan Pajak .......................................... 59
4.4.1.2 Variabel Sanksi Perpajakan ........................................ 59
4.4.1.3 Variabel Modernisasi Administrasi Perpajakan ......... 60
4.4.1.4 Variabel Keterbukaan Informasi ................................ 61
4.4.1.5 Variabel Sosialisasi Perpajakan ................................. 62
4.4.2 Uji Asumsi Klasik .................................................................. 62
4.4.2.1 Uji Multikolinearitas ................................................... 62
4.4.2.2 Uji Heteroskedastisitas ............................................... 64
4.4.2.3 Uji Normalitas ............................................................ 65
4.4.4 Hasil Uji Hipotesis .................................................................. 68
4.4.4.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) ......................... 68
4.4.4.2 Hasil Uji Signifikansi Partial (T-Test) ........................ 69
4.4.4.3 Hasil Uji Signifikasi Simultan (F-Test) ...................... 71
4.5 Pembahasan ....................................................................................... 73
Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan .................................... 73
4.5.2 Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan ....... 73
4.5.3 Pengaruh Keterbukaan Informasi Terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan ........................ 74
ix
Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan .................................... 75
4.5.5 Pengaruh Sanksi Perpajakan, Modernisasi Administrasi
Perpajakan, Keterbukaan Informasi Dan Sosialisasi
Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ............................... 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan dan Saran ........................................................................ 78
5.2 Keterbatasan ...................................................................................... 79
5.3 Saran ................................................................................................... 79
Daftar Pustaka ................................................................................................... 81
1.2 Kepatuhan Pajak 2017-2019 ....................................................................... 3
1.3 Research gap kepatuhan pajak ................................................................... 5
2.1 Tarif PPh Pasal 17 ..................................................................................... 16
2.2 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) .................................................... 17
2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 30
4.1 Rincian Pengembalian Kuesioner ............................................................. 55
4.2 Pembagian Berdasarkan Jenis Kelamin .................................................... 56
4.3 Pembagian Berdasarkan Usia Responden ................................................ 56
4.4 Pembagian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................................ 56
4.5 Pembagian Berdasarkan Status Perkawinan .............................................. 56
4.6 Pembagian Berdasarkan Kepemilikan NPWP ........................................... 56
4.7 Statistik Deskriptif Hasil Kuesioner .......................................................... 57
4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Pajak (Y) .................................... 59
4.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kepatuhan Pajak (Y) ................................ 59
4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Sanksi Perpajakan (X1) ............................... 59
4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sanksi Perpajakan (X1) ............................ 60
4.12 Hasil Uji Validitas Variabel Modernisasi Administrasi
Perpajakan (X2) ........................................................................................ 60
Perpajakan (X2) ........................................................................................ 60
4.16 Hasil Uji Validitas Variabel Sosialisasi perpajakan (X4).......................... 62
4.17 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Sosialisasi Perpajakan (X4) ..................... 62
xi
4.20 Hasil Uji Normalitas Data ........................................................................ 66
4.21 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ............................................................ 67
4.22 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) ........................................................ 68
4.23 Hasil Uji Signifikasi partial ..................................................................... 71
4.24 Hasil Uji Signifikansi Simultan ................................................................. 72
xii
III Output Pengujian Data – Statistik Deskriptif ................................... 95
IV Output Pengujian Data – Uji Validitas dan Reliabilitas ................... 96
V Output Pengujian Data – Uji Asumsi Klasik .................................. 101
VI Output Pengujian Data – Analisis Regresi Berganda...................... 103
VII Output Pengujian Data – Uji Hipotesis ........................................... 104
1
untuk kemakmuran rakyat (Wulandari dkk, 2014:94). Pajak memiliki
kontribusi besar bagi peningkatan perekonomian suatu Negara. Pemasukan
yang berasal dari pajak dapat menjadi dorongan bagi suatu negara dalam
melaksanakan kegiatan perekonomian.
Indonesia memberikan kontribusi diatas 80% setiap tahunnya. Pada tahun
2017, Penerimaan negara dari pajak sebesar 80,62 % . Pada tahun 2018
penerimaan pajak sebesar 81,37 % dari total penerimaan dalam negeri dan
pada tahun 2019 sebesar 80,90%. Berikut adalah data pendapatan negara
pada tahun 2017 hingga 2019
Tabel 1.1
No Uraian APBN 2017 APBN 2018 APBN 2019
1 Penerimaan Perpajakan 1.343.529,80 1.518.789.80 1.643.083.90
2 Penerimaan Negara Bukan Pajak 311.216,30 409.320.20 386.333.90
3 Penerima Hibah 11.629,80 15.564.90 1.340.00
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2020
Kontribusi pajak yang besar terhadap negara menjadikan pajak sebagai
prioritas bagi Pemerintah Indonesia. Hal tersebut tentunya mendorong
pemerintah dalam melakukan usaha-usaha dalam rangka meningkatkan
2
ada dengan melakukan reformasi sistem administrasi perpajakan yang dapat
mempermudah wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Reformasi sistem administrasi perpajakan telah dilakukan oleh
pemerintah sejak tahun 1983 dengan melakukan perubahan dalam sistem
perpajakan seperti pembaharuan terhadap peraturan perpajakan, administrasi
perpajakan dan kebijakan perpajakan. Pelaksanaan reformasi perpajakan
dilakukan dalam rangka memberikan kemudahan terhadap wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Pelaksanaan reformasi perpajakan
dilaksanakan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Perubahan sistem perpajakan dari manual menjadi e-system, yakni
menggunakan e-filling dan e-billing menjadikan sistem perpajakan menjadi
lebih efektif dan efisien. Hasil dari perubahan itu menjadikan kepatuhan
terhadap pajak menjadi semakin nyata untuk dicapai.
Reformasi perpajakan sangat perlu dilakukan secara efektif dan efisien
guna mendapatkan hasil yang memuaskan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Namun pelaksanaan reformasi perpajakan juga harus diiringi dengan adanya
sosialisasi perpajakan serta adanya keterbukaan informasi perpajakan
terhadap wajib pajak. Hal itu dapat menjadikan peraturan perpajakan menjadi
semakin dekat kepada wajib pajak serta meningkatkan keperacayaan
masyarakat terhadap pajak. Penerapan sanksi yang tegas dan jelas juga
3
dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Penerapan pembaharuan dalam sistem perpajakan serta pelaksanaan
peraturan yang semakin baik akan meningkatkan kepatuhan perpajakan.
Peningkatan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya akan sangat membawa dampak positif bagi peningkatan
penerimaan perpajakan. Menurut data yang dikemukakan oleh Direktorat
jendral Pajak, realisasi kepatuhan pajak pada tahun 2017 sebesar 62,96%.
Pada tahun 2018 realisasi kepatuhan pajak sebesar 69,30 % dan pada akhir
tahun 2019, tingkat kepatuhan sebesar 73%
Tabel 1.2
Tahun anggaran Kepatuhan Pajak
Kepatuhan Perpajakan juga secara khusus sudah dinilai baik di wilayah
Medan khususnya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Tingkat
kepatuhan pajak pada tahun 2019 sebesar 68% untuk wajib pajak badan dan
90,24% untuk wajib pajak orang pribadi. Ratio kepatuhan pajak secara
keseluruhan pada tahun 2019 sebesar 88%. Tingginya tingkat kepatuhan
pajak akan mempengaruhi penerimaan perpajakan.
Penerimaan perpajakan di wilayah Medan Barat pada tahun 2016
sebesar 97,39%, pada tahun 2017 sebesar 83,44%, pada Tahun 2018 sebesar
104,48% dan pada tahun 2019 sebesar 104,32%.
4
sesuatu hal yang harus dipertahankan. Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Barat , tingkat kepatuhan pajak sudah dapat dikategorikan baik. Hal
tersebut perlu dilakukan kajian guna mengetahui faktor apa saja yang
mempengaruhi kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu
berkaitan dengan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan pelaporan
kewajiban perpajakannya. Menurut Tene et al (2017), sanksi pajak memiliki
pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Namun menurut penelitian yang
dilakukan oleh Lestari (2018) menyatakan bahwa sanksi pajak tidak memilki
pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam penyampaian SPT tahunan.
Penelitian Khasanah dan Novi (2013) menyatakan bahwa modernisasi
administrasi perpajakan memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam melaporkan kewajiban perpajakannya. Peningkatan kualitas
administrasi perpajakan akan mengakibatkan terjadinya peningkatan
kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan kepatuhan perpajakannya. Namun
menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri Rahayu dan Ita Salsalina lingga
(2009) menyatakan bahwa modernisasi administrasi perpajakan tidak
memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melakukan
pelaporan kewajiban perpajakannya.
memiliki pengaruh terhadap kemauan wajib pajak untuk patuh dalam
5
penelitian yang dilakukan oleh Putriana (2017) keterbukaan informasi tidak
memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan
kewajiban perpajakannya.
memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan
kewajiban perpajakannya. Namun menurut penelitian yang dilakukan oleh
Putriana (2017), sosialisasi perpajakan tidak memiliki pegaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan kewajiban perpajakannya
Tabel 1.3
Lestari (2018) Tidak
Dengan adanya hasil penelitian yang berbeda pada penelitian terdahulu
mengenai pengaruh sanksi perpajakan, modernisasi administrasi perpajakan,
keterbukaan informasi dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan pajak
membuat peneliti tertarik untuk meneliti kembali faktor – faktor yang
6
uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Sanksi Perpajakan, Modernisasi Administrasi Perpajakan,
Keterbukaan Informasi Dan Sosialisasi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Pelaporan Spt Tahunan
(Pph 21) (Studi Kasis Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat)”.
berikut :
pajak?
terhadap kepatuhan wajib pajak?
wajib pajak?
wajib pajak?
kepatuhan wajib pajak?
1.3.1 Tujuan Penelitian
adalah untuk mengetahui :
pajak.
terhadap kepatuhan wajib pajak.
kepatuhan wajib pajak.
kepatuhan wajib pajak.
keterbukaan informasi dan sosialisasi perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak
ilmu pengetahuan terkait topik yang sama dengan penelitian ini.
b. Dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam
penyusunan penelitian yang selanjutnya.
mengimplementasikan ilmu pengetahuan penulis tentang
perpajakan dan kepatuhan wajib pajak, serta menerapkan teori-
teori yang diperoleh selama perkuliahan. Selain itu, penelitian
ini juga menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib
pajak.
pentingnya untuk patuh dalam Melaporkan SPT serta dapat
menyadarkan wajib pajak akan sanksi yang diterima apabila
wajib pajak berusaha untuk tidak patuh yang berdampak pada
kerugian wajib pajak itu sendiri.
c. Pihak Masyarakat
d. Pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan Kantor Pelayanan
Pajak (KPP)
perihal variabel-variabel yang perlu diperhatikan dalam upaya
9
terkhususnya di Kota Medan dalam hal membayar pajak.
e. Pihak Pemerintah
kepada pemerintah dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib
pajak Orang Pribadi, terkhususnya di Kota Medan. Selain itu,
juga dapat memberikan umpan balik terhadap pemerintah
mengenai faktor-faktor yang dapat memengaruhi kepatuhan
dalam hal penerapan self assessment system.
10
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan
dari teori sebelumnya yaitu Theory of Reasoned Action (TRA) oleh
Adjen. Theory of Reasoned Action menyatakan bahwa intensi untuk
melakukan suatu perilaku memiliki dua prediktor utama, yaitu attitude
toward the behavior dan subjective norm. Sedangkan pada Theory of
Planned Behavior, ditemukan prediktor lain yang juga mempengaruhi
intensi untuk melakukan suatu perilaku dengan memasukkan konsep
perceived behavioral control. Sehingga terdapat tiga prediktor utama
yang memengaruhi intensi individu untuk melakukan suatu perilaku,
yaitu sikap terhadap suatu perilaku (attitude toward the behavior),
norma subyektif tentang suatu perilaku (subjective norm), dan persepsi
tentang kontrol perilaku (perceived behavioral control) (Ajzen, 2005).
Sikap adalah kepercayaan positif atau negatif untuk
menampilkan suatu perilaku tertentu. Kepercayaan-kepercayaan atau
beliefs ini disebut dengan behavioral beliefs. Seorang individu akan
berniat untuk menampilkan suatu perilaku tertentu ketika ia menilainya
secara positif. Sikap ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan individu
mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku (behavioral
beliefs), ditimbang berdasarkan hasil evaluasi terhadap konsekuensinya
11
pengaruh langsung terhadap intensi berperilaku dan dihubungkan
dengan norma subjektif dan perceived behavioral control.
Norma subjektif juga diasumsikan sebagai suatu fungsi dari
beliefs yang secara spesifik seseorang setuju atau tidak setuju untuk
menampilkan suatu perilaku. Kepercayaan-kepercayaan yang termasuk
dalam norma-norma subjektif disebut juga kepercayaan normatif
(normative beliefs). Norma subjektif (subjective norm) didefinisikan
sebagai persepsi individu tentang tekanan sosial untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu perilaku.
Theory of Planned Behaviour. Dengan adanya kontrol atas perilaku
yang mewajibkan wajib pajak untuk membayar pajak tentu akan
mempengaruhi bagaimana wajib pajak akan berperilaku, semakin
mendukung atau semakin menghambat wajib pajak untuk memenuhi
kewajibannya membayar pajak.
dalam menentukan untuk patuh maupun tidak patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya tentunya dipengaruhi oleh
rasionalitas dalam mempertimbangkan manfaat dari pajak dan juga
pengaruh yang ditimbulkan oleh pihak lain yang dapat mempengaruhi
keputusan untuk patuh dalam pajak.
12
akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari
perilakunya tersebut. Hal tersebut kemudian menjadikan yang
bersangkutan memutuskan bahwa akan melakukan tindakannya ataupun
tidak melakukannya (sikap). Hal ini dapat dikatakan relevan dengan
persepsi penggunaan uang pajak secara transparan dan akuntabilitas.
Persepsi yang baik dari wajib pajak mengenai penggunaan uang pajak
akan membuat wajib pajak memiliki keyakinan mengenai hasil yang
akan dirasakan setelah membayar pajak yakni kontribusi nyata dalam
pembangunan diwilayahnya.
subjektif). Hal tersebut relevan dengan keterbukaan informasi serta
sosialisasi perpajakan. Dengan adanya informasi yang memadai dan
dengan pelayanan yang baik dari petugas pajak, kemudahan yang
didapat dalam menjalankan kewajiban perpajakan secara modern dan
pemahaman yang didapat dari sosialisasi seputar perpajakan, akan
memberikan persepsi yang baik dari wajib pajak. Hal tersebut akan
mempengaruhi dan memotivasi seorang wajib pajak dalam berprilaku
taat pajak.
Technology acceptance model (TAM) merupakan salah satu
model yang dibangun untuk menganalisis dan memahami faktorfaktor
13
Technology acceptance model (TAM) memiliki tujuan untuk
menjelaskan dan memprediksikan penerimaan pemakai terhadap suatu
teknologi. TAM adalah pengembangan TRA dan diyakini mampu
meramalkan penerimaan pemakai terhadap teknologi berdasarkan
dampak dari dua faktor, yaitu perspektif kemanfaatan (perceived
usefulness) dan perspektif kemudahan pemakaian (perceived ease of
use) (Davis, 1989).
administrasi perpajakan yang ditandai adanya pelaporan secara
elektronik dengan menggunakan e-billing dan e-filling. Penggunaan
teknologi dikalangan wajib pajak sangat berhubungan dengan
Technology acceptance model (TAM) yang mana didalamnya terdapat
perspektif kemudahan pemakaian (perceived ease of use) yang dapat
dilihat melalui penggunaan teknologi oleh wajib pajak dalam
melaksanakan pelaporan kewajiban perpajakannya yang akhirnya akan
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya.Selain itu, penerapan e-system dalam sistem administrasi
perpajakan juga ditujukan untuk memberikan kemudahan kepada wajib
pajak dalam melaksanakan pelaporan perpajakan.
2.1.3 Teori Atribusi
14
menentukan penyebab dan motif tentang perilaku seseorang. Teori ini
mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan penyebab perilaku
orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah dari internal
misalnya sifat, karakter, sikap dan lain lain ataupun eksternal misalnya
tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh
terhadap perilaku individu (Luthans, 2005).
Teori atribusi menjelaskan tentang pemahaman akan reaksi
seseorang terhadap peristiwa di sekitar mereka, dengan mengetahui
alasan-alasan mereka atas kejadian yang dialami. Teori atribusi
dijelaskan bahwa terdapat perilaku yang berhubungan dengan sikap dan
karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa hanya melihat
perilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik orang tersebut
serta dapat juga memprediksi perilaku seseorang dalam menghadapi
situasi tertentu.
eksternal (atribut lingkungan seperti aturan dan cuaca) itu bersama-sama
menentukan perilaku manusia. Dia menekankan bahwa merasakan
secara tidak langsung adalah determinan paling penting untuk perilaku.
Penelitian Hastuti dan Retnaningsih (2010) tentang kepatuhan
wajib pajak ditinjau dari faktor internal dan eksternal. Hasilnya
15
wajib pajak.
sejalan dengan teori atribusi yang menjelaskan bahwa perilaku
seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal.
2.1.4 Pajak Penghasilan
dan akan digunakan untuk kepentingan pemerintah dan masyarakat
umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan merasakan manfaat
dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan
umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu
sumber dana pemerintah untuk melakukan pembangunan, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan pajak dapat
dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.
Pajak memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi budgetair yakni
menghimpun sumber dana bagi pemerintah. Fungsi lainnya adalah
regulerend atau mengatur, digunakan sebagai alat pelaksana kebijakan
pemerintah dalam hal sosial dan ekonomi (Mardiasmo, 2011:1).
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Pajak
penghasilan adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan orang
pribadi maupun badan, penghasilan tersebut biasanya diperoleh dari
dalam atau dari luar negeri. Pajak penghasilan yang dibahas pada
penelitian ini adalah PPh 21 yang mana dikenakan terhadap penghasilan
dilakukannya. PPh 21 menurut Peraturan Direktur Jenderal (Perdirjen)
Pajak Nomor PER-32/PJ/2015 adalah pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama
dan dalam bentuk apapun yang sehubungan dengan pekerjaan atau
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek
pajak dalam negeri.
Wajib pajak PPh Pasal 21 adalah orang yang dikenai pajak atas
penghasilannya atau penerima penghasilan yang dipotong PPh21
berdasarkan Perdirjen PER-32/PJ/2015 Pasal 3 wajib pajak PPh 21. Jika
disimpulkan peserta wajib pajak terbagi menjadi 6 kategori, antara lain
pegawai, bukan pegawai, penerima pensiun dan pesangon, anggota
dewan komisaris, mantan pegawai dan peserta kegiatan.
Pengenaan tarif PPh 21 bersifat progresif yang artinya semakin
tinggi penghasilan yang diterima oleh objek pajak, maka tarif pajak
yang diterima akan semakin tinggi. Pengenaan tarif progresif PPh 21
berdasarkan pada tarif pasal 17 undang – undang PPh :
Tabel 2.1
Diatas 50 juta sampai 250 juta 15%
Diatas 250 juta sampai 500 juta 25%
Diatas 500 juta 30%
17
wajib pajak tidak memiliki NPWP. Wajib pajak yang tidak memiliki
NPWP akan dikenakan tambahan tarif sebesar 20 % atau setara dengan
120% dari pajak terutang yang seharusnya.
Untuk penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat
tidak final, maka objek pajak berhak atas pengurang penghasilan neto
sejumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya PTKP per
tahun berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
(PMK) Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak adalah sebagai berikut:
a. Rp54.000.000 untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;
b. Rp4.500.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;
c. Rp54.000.000 tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami;Rp4.500.000 tambahan untuk
setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan
sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.
Tabel 2.2
Status Simbol Tarif PTKP
Kawin K/0 Rp 58.500.000
pajak, tahapan selanjutnya adalah melakukan penyetoran pajak. Pajak
disetor dengan menggunakan SSP. SSP ini merupakan sarana menyetor
pajak ke kas negara. SSP dapat disampaikan melalui pos, bank, atau
kurir paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya (Suandy,
2011:145-146). Setelah SSP disampaikan, hal lain yang harus dilakukan
adalah melaporkan SPT. Menurut Diana dan Setiawati (2010:121), SPT
adalah surat yang digunakan untuk melaporkan pajak sesuai dengan
ketentuan undang-undang perpajakan. SPT ini harus disampaikan ke
Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
2.1.5 Kepatuhan Wajib Pajak
perpajakan (yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak)
yang bercirikan:
2. Mengisi formulir pajak dengan benar
3. Menghitung pajak dengan jumlah yang benar
4. Membayar pajak tepat pada waktunya
19
untuk mematuhi segala peraturan perpajakan dengan tanpa dipaksa
(subekti, 2016). Sedangkan menurut Sufiah (2017) kepatuhan wajib
pajak merupakan sikap wajib pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya, yaitu wajib membayar pajak tepat waktu dan wajib
melaporkan pajak tepat waktu. Menurut Rahayu (2017), Kriteria wajib
pajak yang patuh sebagai berikut :
1). Tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT),
2). Tidak memiliki tunggakan pajak,
3). Tidak pernah dipidana terkait pelanggaran pajak.
Adapun jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak dalam buku Siti
Kurnia Rahayu (2010:138) yaitu:
memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam
undang-undang perpajakan. Misalnya menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT) PPh tersebut sudah benar atau belum. Yang
penting Surat Pemberitahuan (SPT) PPh sudah disampaikan sebelum
tanggal 31 Maret.
2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara
substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material
perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa undang-undang pajak kepatuhan
material juga dapat meliputi kepatuhan formal. Di sini Wajib Pajak
yang bersangkutan, selain memperhatikan kebenaran yang
20
tersebut.
mengelompokkan kepatuhan wajib pajak terdiri atas 3 (tiga) tipe
kepatuhan sebagai berikut :
2. kepatuhan dalam pembayaran (payment compliance),
3. kepatuhan dalam pelaporan (reporting compliance).
Indikator dalam mengukur kepatuhan wajib pajak antara lain
(Yuliadi, 2017):
b. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan teliti dan benar.
c. Membayar pajak yang terutang tersebut tepat pada waktunya.
d. Tidak pernah menerima surat teguran.
2.1.5.1 Sanksi Perpajakan
perundang-undangan perpajakan. Sehingga apabila terjadi
pelanggaran maka wajib pajak dihukum dengan indikasi
kebijakan perpajakan dan undang-undang perpajakan. Sanksi
perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan
21
norma perpajakan (Mardiasmo, 2006:39). Wajib pajak akan
memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa
sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Nugroho,
2006).
pajak menurut Jatmiko (2006) yaitu:
1. Sanksi diperlukan untuk menciptakan kedisipilinan WP
dalam membayar pajak.
melanggar
peraturan yang berlaku.
(Tax Administration) ialah cara-cara atau prosedur pengenaan
dan pemungutan pajak. Mengenai peran administrasi
perpajakan, Pandiangan (2008) mengemukakan bahwa
administrasi perpajakan diupayakan untuk merealisasikan
peraturan perpajakan, dan penerimaan negara sebagaimana
amanat APBN. Sebagai salah satu upaya dalam modernisasi
perpajakan, Direktorat Jendral Pajak menerapkan sistem e-filing
22
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang
berbentuk formulir elektronik dalam media elektronik yang
ditransfer atau disampaikan ke Dirjen Pajak melalui Kantor
Pelayanan Pajak dengan proses yang terintegrasi dan real time.
Penyampaian SPT Tahunan menggunakan sistem e-filing
merupakan upaya yang dilakukan oleh Dirjen Pajak dalam
peningkatan kualitas pelayanan agar memberikan kemudahan
bagi Wajib Pajak dalam melaporkan kewajiban perpajakannya.
Dengan sistem e-filing, Wajib Pajak tidak perlu datang secara
langsung ke Kantor Pelayanan Pajak untuk memenuhi
kewajiban perpajakannya dalam hal penyampaian SPT.
Sedangkan bagi aparat pajak, sistem e-filing ini mampu
memudahkan kinerja mereka dalam melakukan pengelolaan
database karena penyimpanan dokumen-dokumen Wajib Pajak
telah dilakukan dalam bentuk digital. Melalui diterapkannya
sistem e-filing yang memudahkan Wajib Pajak, pemerintah
berharap adanya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi dalam melaporkan kewajiban perpajakannya.
Sistem e-billing merupakan sistem yang menerbitkan
kode billing untuk pembayaran atau penyetoran penerimaan
negara secara elektronik, tanpa perlu membuat Surat Setoran
secara manual. Dengan sistem e-billing Wajib Pajak tidak perlu
23
Wajib Pajak yang menggunakan SSP manual menggunakan
kertas dengan format yang telah tersedia oleh KPP menjadi
terminimalisir karena dengan sistem e-billling Wajib Pajak
hanya menunjukkan kode billing yang sudah dibuat dari sistem
e-billing melalui sse.pajak.go.id. Melalui diterapkannya sistem
e-billing yang memudahkan Wajib Pajak, pemerintah berharap
adanya peningkatan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
dalam melakukan kewajiban pembayaran perpajakannya.
Menurut Rahayu dan Lingga (2009), ada beberapa
indikator pengukuran untuk mengukur modernisasi sistem
administrasi perpajakan yaitu:
2. Perubahan implementasi pelayanan terhadap wajib pajak
3. Fasilitas pelayanan yang memanfaatkan teknologi informasi
4. Kode etik
2.1.5.3 Keterbukaan Informasi
merupakan pemberitahuan informasi aktual yang dilakukan oleh
pengambil kebijakan kepada masyarakat dengan jales, nyata,
dan dilakukan untuk penyampaian atas kepentingan-kepentingan
bersama. Keterbukaan informasi bukan hanya menguntungkan
24
eksekutif dan legislatif, maupun yudikatif. Jika informasi publik
tersedia dengan cukup, maka pimpinan lembaga penyelenggara
pemerintahan dalam arti luas bisa memanfaatkan pengawasan
oleh masyarakat untuk meningkatkan kinerja dan gerak
organisasi hingga ke daerah-daerah. Keterbukaan informasi juga
menggambarkan adanya transparansi dimana transparansi sangat
erat kaitannya dengan kepercayaan. Transparansi juga dapat
menciptakan rasa percaya antara wajib pajak dengan pihak
pengelola pajak. Selain itu penerapan prinsip transparansi
dalam pelayanan publik memiliki implikasi terhadap prinsip
partisipasi (Dwiyanto, 2008). Dimana dengan penerapan prinsip
transparansi dalam pelayanan administrasi perpajakan akan
berimplikasi pada partisipasi masyarakat dalam membayar pajak
dan mendorong kepatuhan wajib pajak.
Indikator yang digunakan dalam mengukur keterbukaan
informasi menurut Krina (2003) sebagai berikut :
1. Penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur, biaya dan
tanggung jawab
media massa.
masyarakat dan khususnya wajib pajak agar mengetahui tentang
segala hal mengenai perpajakan baik peraturan maupun tata cara
perpajakan melalui metode-metode yang tepat (Rimawati,
2013). Dalam penelitiannya, Winerungan (2013)
mengungkapkan Sosialisasi perpajakan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak guna menimbulkan
pemahaman tentang pajak.
dilakukan dengan dua cara (Burhan, 2015) yaitu sosialisasi
langsung dan sosialisasi tidak langsung. Sosialisasi langsung
adalah kegiatan sosialisasi perpajakan dengan berinteraksi
langsung dengan wajib pajak atau calon wajib pajak. Sedangkan
sosialisasi tidak langsung adalah kegiatan sosialisasi perpajakan
kepada masyarakat dengan sedikit atau tidak melakukan
interaksi dengan peserta, bisa dengan media elektronik maupun
media cetak.
pajak sebagai bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
26
menyukseskan sosialisasi perpajakanke seluruh wajib pajak.
Sosialisasi yang diberikan kepada masyarakat dimaksudkan
untuk memberikan pengertian kepada masyarakat akan
pentingnya membayar pajak (Winerungan, 2013).
Indikator sosialisasi oleh Dirjen Pajak tersebut adalah
kegiatan sadar dan peduli pajak serta memodifikasi program
pengembangan pelayanan perpajakan. Indikator sosialisasi
terdiri dari:
1. Penyuluhan
penyampaian informasi
Wati (2018) berkaitan dengan sosialisasi perpajakan ialah
1. Pelaksanaan sosialisasi
2. Media sosialisasi
3. Manfaat sosialisasi.
2.2 Penelitian Terdahulu
lain:
sistem administrasi modern terhadap kepatuhan pajak wajib pajak
27
perpajakan modern tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak. Hal ini disebabkan oleh:
(1) Model KPP Pratama itu sendiri baru dikembangkan pada tahun
2002, sehingga perlu banyak sosialisasi yang lebih banyak
mengenai penerapannya.
(2) Jumlah account representative yang ada di KPP Pratama tidak
sebanding dengan jumlah wajib pajak yang menjadi tanggung
jawabnya menyebabkan tidak maksimalnya kinerja petugas
account representative (AR) dalam memberikan pelayanan prima
kepada wajib pajak. Oleh karena itu dikemudian hari diharapkan
jumlah account representative bisa ditingkatkan.
(3)Penggunaan teknologi internet oleh masyarakat guna
mempermudah transaksi perpajakannya masih rendah. Masih
banyak wajib pajak yang terlambat dalam menyampaikan SPT dan
membayar pajak terhutangnya. Oleh karena itu dikemudian hari
perlu dilakukan sosialisasi mengenai penggunaan teknologi internet
guna mempermudah transaksi perpajakannya.
bertujuan mengetahui pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Modernisasi
Sistem Administrasi Perpajakan, dan Kesadaran Wajib Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
28
menunjukkan bahwa Pengetahuan Perpajakan, Modernisasi Sistem
Administrasi Perpajakan, Kesadaran Wajib Pajak berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
3. Putriani (2017) melakukan penelitian di wilayah KPP Pratama
Surakarta dan Pratama Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh transparansi dalam pajak, persepsi atas
efektifitas sistem perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, norma
ekspektasi terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa transparansi dalam pajak,kualitas
pelayanan fiskus dan norma social tidak memiliki pengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak , sedangkan efektifitas sistem perpajakan dan
norma moral memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak.
4. Tene et al (2017) melakukan penelitian tentang faktor – faktor yang
mempengaruhi wajib pajak untuk patuh dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya. Variable dependen dalam penelitian ini
adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Variabel independen
dalam penelitian ini ada 4 diantaranya pemahaman wajib pajak ,
kesadaran pajak, sanksi perpajakan dan pelayanan fiskus. Populasi
dalam penelitian ini adalah wajib pajak yang terdaftar di di KPP
Pratama Manado. Hasil penelitian ini adalah pemahaman wajib pajak,
29
kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Manado,
sedangkan pelayanan fiskus tidak bepengaruh signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama Manado.
5. Lestari (2018) melaksanakan penelitian tentang pengaruh kesadaran
wajib pajak, sanksi pajak, sosialisasi pajak, dan kualitas pelayanan
pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Populasi
penelitian ini ialah wajib pajak yang terdaftar pada wilayah KPP
Pratama Surakarta. Hasil penelitian ini adalah kesadaran wajib pajak,
sanksi perpajakan dan sosialisasi perpajakan tidak memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP Pratama
Surakarta, sedangkan kualitas pelayanan memiliki pengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak.
sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
dalam pemenuhan kewajiban PPh 21. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana pengaruh sosialisasi perpajakan dan
pemahaman prosedur perpajakan terhadap kepatuhan WPOP baik
secara simultan maupun parsial serta untuk mengetahui pengaruh yang
paling dominan diantara kedua variabel bebas tersebut. Hasil
penelitian membuktikan bahwa secara signifikan variabel sosialisasi
perpajakan dan pemahaman prosedur perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan WPOP baik secara parsial maupun simultan. Hasil
30
berpengaruh dominan terhadap kepatuhan WPOP.
7. Azizah (2019) melakukan penelitian mengenai pengaruh kesadaran
wajib pajak, penerapan e-filing dan transparansi dalam pajak terhadap
kepatuhan wajib pajak di kpp pratama Klaten. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh dan
signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak, penerapan e-filing
berpengaruh dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak,
transparansi dalam pajak berpengaruh dan signifikan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak.
1 Rahayu dan
Pratama Manado.
4. Putriani (2017) Transparansi pajak, Kepatuhan wajib Hasil penelitian ini
31
transparansi dalam
pajak,kualitas pelayanan
sanksi pajak, sosialisasi
pajak dan kualitas
Pratama Surakarta,
sedangkan kualitas
pelayanan memiliki
pengaruh signifikan
sanksi pajak, sosialisasi
pajak dan kualitas
Pratama Surakarta,
sedangkan kualitas
pelayanan memiliki
pengaruh signifikan
pajak.
8. Azizah (2019) Kesadaran wajib pajak, Kepatuhan wajib Hasil penelitian ini
32
2.3 Kerangka konseptual
yang mempengaruhi wajib pajak dalam melaksanakan pelaporan
kewajibannya. Faktor – faktor dalam penelitian ini terdiri dari 4 diantaranya
Sanksi Pajak (X1), Modernisasi Administrasi perpajakan (X2), Keterbukaan
Informasi (X3) dan Sosialisasi Perpajakan (X4). Yang menjadi variabel
dependen dalam penelitian ini ialah Kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan pelaporan spt PPh 21. Hubungan diantara variabel dependen
dan variabel independen dalam penelitian ini akan digambarkan melalui
kerangka berikut
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Orang Pribadi
faktor eksternal. Kedua faktor tersebut secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi seorang individu dalam menentukan
tindakannya.
pemberi pengaruh terhadap wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Pengetahuan seorang akan sanksi yang diterima
membuat seorang wajib pajak mengetahui kerugian dari ketidakpatuhan
terhadap pajak. Hal itu tentunya akan mendorong wajib pajak dalam
menjalankan kewajiban perpajakannya. Semakin baik pemahaman
seorang wajib pajak terhadap sanksi perpajakan akan membuat semakin
patuh seorang wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya
ini sebagai berikut:
pajak orang pribadi dalam pelaporan spt tahunan (PPh 21)
34
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Technology acceptance model (TAM) menjelaskan bahwa
kemudahan pemakaian memiliki pengaruh terhadap niat seseorang
dalam melakukan suatu tindakan. Teori ini juga menjelaskan bahwa
kemudahan pemakaian merupakan kepercayaan seseorang terhadap
suatu teknologi dimana dengan menggunakan suatu teknologi akan
membuat seseorang bebas dari suatu upaya.
Modernisasi administrasi perpajakan khusunya dalam sistem
pelaporan dan pembayaran tentunya memberikan dampak kepada
seorang wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Reformasi perpajakan dengan menciptakan e-system memberikan
kemudahan bagi seorang wajib pajak untuk melaporkan spt dan
melakukan pembayaran kewajiban perpajakannya. Perpindahan tata
cara pelaporan dari yang manual menggunakan kertas menjadi secara
elektronik membawa kemudahan bagi wajib pajak yang akan membuat
wajib pajak tidak merasa terbebani dalam melaksanakan kewajiban
perpajakannya. Tingginya tingkat kemudahan yang diberikan dengan
adanya reformasi perpajakan tentunya akan membuat wajib pajak akan
semakin patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis yang dapat
dikembangkan adalah sebagai berikut:
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pelaporan spt
tahunan (PPh 21)
Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Theory of Planned Behaviour menjelaskan sikap terhadap
perilaku (behavioral belief) berpengaruh terhadap keinginan seseorang
melakukan suatu tindakan dikarenakan dengan mengetahui bagaimana
hasil dari tindakan mereka, muncul niat seseorang untuk melakukan
suatu tindakan. Seseorang individu akan berniat untuk menampilkan
suatu perilaku ketika ia menilainya secara positif.
Keterbukaan informasi memberikan kepercayaan kepada wajib
pajak bahwa pajak merupakan alat pembangunan negara serta pajak
digunakan secara efektif dan efisien. Selain itu seorang wajib pajak juga
dapat menerima berbagai informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan
pajak sehingga seorang wajib pajak merasakan bahwa pajak diterapkan
secara transparansi tanpa ada yang ditutupi. Dengan semakin
meningkatnya kepercayaan akan pajak tentunya akan semakin
meningkatkan keinginan seorang wajib pajak untuk patuh dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.
dikembangkan adalah sebagai berikut:
pajak orang pribadi dalam pelaporan spt tahunan (PPh 21)
36
Pajak Orang Pribadi
hasil dari tindakan mereka, muncul niat seseorang untuk melakukan
suatu tindakan. Seseorang individu akan berniat untuk menampilkan
suatu perilaku ketika ia menilainya secara positif.
Sosialisasi perpajakan memiliki pengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak dimana sosialisasi menggambarkan kepedulian pelayanan
pajak terhadap wajib pajak. Selain itu, sosialisasi yang dilakukan juga
menunjukkan keseriusan pajak dalam meningkatkan pelayanan dan
pengetahuan wajib pajak mengenai sistem dan regulasi dalam pajak.
Semakin baik tingkat intensitas sosialisasi perpajakan akan semakin
meningkatkan pengetahuan perpajakan wajib pajak yang terntunya akan
membuat wajib pajak semakin memiliki keinginan untuk patuh terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakannya.
dikembangkan adalah sebagai berikut:
pajak orang pribadi dalam pelaporan spt tahunan (PPh 21)
37
perpajakanterhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi
Kepatuhan wajib pajak tidak hanya di pengaruhi oleh satu faktor
saja melainkan dapat pengaruhi oleh beberapa faktor. Penegakan sanksi
yang tegas, adanya sistem yang modern, tingginya upaya dalam
meningkatkan kepercayaan dan pengetahuan wajib pajak melalui
keterbukaan informasi dan kegiatan sosialisasi akan semakin
mendorong tingginya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajibannya.
dikembangkan adalah sebagai berikut:
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam pelaporan spt tahunan
(PPh 21)
penelitian kuantitatif dengan bentuk penelitian survey. Menurut Kasiram
(2008 : 149) Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan data
berupa angka sebagai alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin
di ketahui. Menurut Sugiono (2013 :14) penelitian kuantitatif bertujuan untuk
menunjukkan hubungan antar variabel, menguji teori dan mencari
generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan dalam
bentuk studi kasus dengan meneliti dan mendatangi secara langsung objek
penelitian yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, yang
bertujuan untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Barat yang beralamat di Jl. Asrama No.7A, Kota Medan, Sumatera Utara .
Waktu penelitian dimulai pada bulan Januari 2020 sampai dengan selesainya
skripsi ini.
penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak dan variabel independen (bebas)
39
perpajakan, keterbukaan informasi dan sosialisasi perpajakan.
3.3.1 Variabel Dependen
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak. Kepatuhan Wajib pajak
adalah ketika Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya, kewajiban perpajakan meliputi
mendaftarkan diri, menghitung dan membayar pajak terutang,
membayar tunggakan dan menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan
(SPT). Menurut James et al (n.d.) yang dikutip oleh Sebayang (2016),
kepatuhan pajak merupakan kesediaan wajib pajak untuk memenuhi
kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu
diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun
ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi.
3.3.2 Variabel Independen
dipengaruhi variabel lain akan tetapi mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Sanksi Perpajakan, modernisasi
administrasi perpajakan, keterbukaan informasi dan sosialisasi
perpajakan.
40
diperlukan agar peraturan atau undang – undang tidak dilanggar.
Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan
dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan
merupakan alat pencegah agar Wajib Pajak tidak melanggar
norma perpajakan.
tindakan yang diberikan kepada Wajib Pajak ataupun pejabat
yang berhubungan dengan pajak yang melakukan pelanggaran
baik secara sengaja maupun karena alpa. Sanksi perpajakan
merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan akan dipatuhi. Resmi (2008:71)
menyatakan bahwa sanksi perpajakan terjadi karena terdapat
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan
undang-undang perpajakan.
41
sistem e-filling, e-billing, e-payment, taxpayer account, e-
registration dan e-counceling. Dari beberapa sistem yang
timbul dari kegiatan modernisasi administrasi perpajakan,
penelitian ini berfokus pada e-filling dan e-billing dimana
sistem ini merupakan sistem yang menjadi sistem utama yang
digunakan oleh wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya.
merupakan pemberitahuan informasi aktual yang dilakukan oleh
pengambil kebijakan kepada masyarakat dengan jelas, nyata,
dan dilakukan untuk penyampaian atas kepentingan-kepentingan
bersama. Keterbukaan informasi bukan hanya menguntungkan
bagi masyarakat tetapi juga penyelenggara pemerintahan, baik
eksekutif , legislatif, maupun yudikatif. Jika informasi publik
tersedia dengan cukup, maka pimpinan lembaga penyelenggara
pemerintahan dalam arti luas bisa memanfaatkan pengawasan
oleh masyarakat untuk meningkatkan kinerja dan gerak
organisasi hingga ke daerah-daerah. Keterbukaan informasi juga
menggambarkan adanya transparansi dimana transparansi sangat
erat kaitannya dengan kepercayaan. Transparansi juga dapat
42
pengelola pajak. Siahaan (2013) menjelaskan bahwa adanya
transparansi yang dilakukan oleh pemerintah dapat memberikan
gambaran secara akurat bagi masyarakat tentang apa yang
terjadi di dalam pemerintah. Pengelolaan pajak yang transparan
menimbulkan suatu kepercayaan dari masyarakat bahwa pajak
yang dibayarkan telah digunakan sesuai dengan tujuannya yaitu
mensejahterakan masyarakat. Begitu pula sebaliknya jika
pemerintah tidak transparan dalam pengelolaan pajak maka
wajib pajak akan bereaksi dengan enggan untuk membayar
pajak (Siahaan, 2013).
3.3.2.4 Sosialisasi perpajakan
informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
perpajakan kepada masyarakat pada umumnya dan wajib pajak
pada khususnya. Sosialisasi adalah proses untuk membangun
atau menanamkan nilai-nilai kelompok pada diri seseorang.
Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan perpajakan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu sosialisasi langsung dan
sosialisasi tidak langsung (Broom dan Seznic 1961 dalam
Veronica 2015).
Variabel Definisi Operasional Indikator Pertanyaan Pengukuran
Kepatuhan
dapat di akses setiap saat
Sumber: diolah oleh peneliti (2020).
3.4 Populasi dan Sampel Peneitian
Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi di kota
medan yang terdaftar di KPP Pratama Medan Barat Tahun 2019. Berdasarkan
data yang diperoleh dari kantor pelayanan pajak pratama medan Barat,
jumlah wajib pajak yang terdaftar pada tahun pajak 2019 Berjumlah 12.856
wajib pajak. Guna efisiensi waktu dan biaya dalam penelitian, maka peneliti
tidak menjadikan semua wajib pajak orang pribadi sebagai sampel. Oleh
karena itu, dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan metode
accidental sampling. Penetuan sampel ditentukan dengan menggunakan
rumus Slovin sebagai berikut Rao dalam Jatmiko, 2006):
45
Keterangan:
e = Moe (Margin of error max) yaitu tingkat kesalahan maksimum
yang masih dapat ditoleransi (ditentukan 10%)
Berdasarkan data dari KPP Pratama Medan Barat, maka jumlah sampel
pada penelitian ini adalah:
Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 wajib
pajak Orang pribadi. Jumlah sampel ini sudah melebihi jumlah sampel
minimal yang harus diambil berdasarkan syarat yang ditetapkan oleh Hair et
al. (1998).
jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer.
Sumber data primer pada penelitian ini diperoleh langsung dari para wajib
pajak Orang Pribadi di kota Medan khususnya yang terdaftar dalam Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. Data ini berupa kuesioner yang telah
diisi oleh para wajib pajak Orang Pribadi yang menjadi responden terpilih
dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data primer dengan menggunakan
metode kuesioner berisi sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada
responden dan kemudian responden diminta untuk menjawab sesuai dengan
46
Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap dan
pendapat responden mengenai sebuah peristiwa atau fenomena berdasarkan
definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bentuk jawaban skala
Likert antara lain: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak pasti (TP), tidak setuju
(TS) dan sangat tidak setuju (STS). Bentuk jawaban tersebut kemudian
diberikan skor yaitu mulai dari angka 5 (lima) untuk pendapat sangat setuju
(SS) dan angka 1 (satu) untuk sangat tidak setuju (STS). Perinciannya adalah
sebagai berikut:
Angka 2 = Tidak Setuju (TS)
Angka 3 = Tidak Pasti (TP)
Angka 4 = Setuju (S)
Sebelum daftar pertanyaan diajukan kepada seluruh responden
penelitian, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas daftar pertanyaan (uji
kuesioner) terlebih dahulu. Tujuan pengujian daftar pertanyaan adalah untuk
menghasilkan daftar pertanyaan yang reliabel dan valid sehingga dapat secara
tepat digunakan untuk menyimpulkan hipotesis. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel jika mempunyai nilai Cronbach Alpha di atas 0,6 (Sekaran, 1992).
Sementara itu uji validitas kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui kesahihan kuesioner. Kuesioner dikatakan valid akan mempunyai
arti bahwa kuesioner mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Syarat
47
lebih besar dari 0,239 (Ghozali, 2000).
3.6 Metode Analisis Data
Analisis Regresi Linier Berganda, metode ini menggambarkan suatu
hubungan dimana satu atau lebih variabel (variabel independen)
mempengaruhi variabel lainnya (variabel dependen). Metode Analisis ini
dapat dilaksanakan dengan beberapa tahapan uji diantaranya uji kuesioner
yang terdiri dari uji validitas dan realibilitas, uji asumsi klasik yang terdiri
dari uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji normalitas serta uji
hipotesis regresi linear berganda yang terdiri dari uji koefisien determinasi ,
uji statistik t dan uji statistik F. Metode analisis datanya dapat digambarkan
dengan tahapan uji sebagai berikut :
Gambar 3.1 Tahapan Uji
48
mendapatkan hasil tersebut dibutuhkan instrumen yang valid dan
reliabel. Responden yang digunakan untuk uji coba instrumen penelitian
ini diambil dari dalam populasi dan digunakan kembali sebagai sampel
penelitian. Untuk menguji apakah instrumen yang digunakan dalam
penelitian valid dan reliabel dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
3.6.1.1 Uji Validitas
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila pertanyaan
pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan
diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk mengukur validitas
dilakukan dengan menggunakan korelasi bivariate antara
masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk. Uji
validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate
antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk.
Apabila dari tampilan output SPSS menunjukkan bahwa korelasi
antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk
menunjukkan hasil signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa
masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.
49
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan pengukuran one shot atau
pengukuran sekali saja: pengukuran hanya sekali dan hasilnya
dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi
antar jawaban pertanyaan dengan teknik Cronbach’s Alpha.
Cronbach’s Alpha adalah tolak ukur atau patokan yang
digunakan untuk menafsirkan korelasi antara skala yang dibuat
dengan semua skala variabel yang ada. Pengujian dilakukan
pada setiap butir pernyataan pada tiap butir pertanyaan yang
variabel. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
nilai Cronbach’s Alpha > 0,70 (Ghozali, 2013).
3.6.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ini terdiri dari uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas, dan uji normalitas.
tidaknya multikolinearitas dengan menyelidiki besarnya
interkolerasi antar variabel bebasnya. Ada tidaknya
multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya Tolerance Value
dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari VIF adalah 10
dan nilai Tolerance Value adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar
dari 10 dan nilai Tolerance Value kurang dari 0,1 maka terjadi
multikolinearitas.
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan residual antara satu
pengamatan dengan pengamatan yang lain. Apabila variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas sedangkan jika variance dari residual
antara pengamatan satu dengan lainnya berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskesdatisitas. Dalam Penelitian ini, pengujian
heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode
glejser, dimana menurut metode ini suatu pengujian memiliki
hasil heteroskedastisitas apabila nilai T hitung lebih besar dari T
tabel dan nilai Sig lebih kecil dari 0,05. Sedangkan suatu
51
pengujian tidak heteroskedastisitas apabila nila T hitung lebih
kecil dari T tabel dan nilai Sig lebih besar dari 0.05.
3.6.2.3 Uji Normalitas
model regresi, terdapat variabel pengganggu atau residual yang
memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena
untuk melakukan uji t yang mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar atau tidak
dipenuhi maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
sampel yang kecil. Salah satu cara termudah untuk melihat
normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal.
dinyatakan normal apabila nilai p dari One Sample Kolmogorov-
Smirnov Test > 0,05, dan sebaliknya.
3.6.3 Uji Hipotesis dengan Regresi Linier Berganda
Penelitian ini menggambarkan suatu hubungan dimana satu
variabel atau lebih variabel (variabel independen) mempengaruhi
variabel lainnya (variabel dependen). Oleh karena itu, peneliti
menggunakan analisis regresi linier berganda untuk menguji hipotesis
dalam penelitian ini. Dalam analisis regresi linier berganda, selain
52
dependen juga menunjukkan arah pengaruh tersebut. Pengujian tersebut
didasarkan pada persamaan regresi linier berganda sebagai berikut
Y=a+ß1X1+ ß2X2+ ß3X3+ ß4X4+e
Keterangan:
kemudian dianalisis dengan menggunakan IBM SPSS Statistics 22
dengan tingkat signifikan 5% (α=0,05).
3.6.3.1 Koefisien Determinasi (R² )
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013). Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen. Kelemahan mendasar dari penggunaan
53
tambahan satu variabel independen, maka R² pasti meningkat
tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen.
3.6.3.2 Uji Statistik t
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara invidual
dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali,
2013). Cara melakukan uji t adalah dengan membandingkan
nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai
statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t
tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan
bahwa suatu variabel individual mempengaruhi variabel
dependen.
bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
terikat. Suatu Variabel independen dapat dikatakan memiliki
pengaruh simultan terhadap variabel dependen apabila nilai
signifikansi dari pengujian menunjukkan nilai signifikansi ≤
0,05, namun apabila hasil pengujian menunjukkan nilai >
54
secara simultan terhadap variabel dependent (Y).
55
Proses penelitian dimulai dengan melakukan penyebaran kuesioner di
wilayah penelitian yakni Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
Kuesioner di bagikan kepada wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama
Medan Barat. Penyebaran kuesioner diiringi dengan pertanyaan secara
langsung kepada wajib pajak berkaitan dengan apakah wajib pajak tersebut
terdaftar di KPP Pratama Medan Barat. Penyebaran Kuesioner dilaksanakan
langsung oleh peneliti di lapangan dalam kurun waktu selama 3 minggu.
Tabel 4.1
Kuesioner yang telah dikembalikan, kemudian diolah kembali dengan
jumlah sampel penelitian ( menurut rumus slovin) sebesar 100 kuesioner.
Data kuesioner yang diperoleh kemudian di skor dan ditabulasikan kedalam
Microsoft office excel. Data yang sudah di tabulasikan kemudian akan di uji
menggunakan aplikasi IBM SPSS Statistic 25. Pengujian diawali dengan
menginput data kedalam aplikasi untuk di uji sesuai dengan metode analisis
data yang ditentukan sehingga akhirnya diperoleh output penelitian yang
akan dianalisis.
berupa jenis kelamin, usia responden, tingkat pendidikan, status perkawinan
dan kepemilikan NPWP.
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
57
Statistik deskriptif bertujuan untuk untuk memberikan gambaran umum
mengenai objek yang diteliti. Selain itu, hal ini juga menunjukkan deskripsi
data berdasarkan distribusi frekuensi dan presentase dari variabel dependent
yakni Kepatuhan Pajak serta variabel independen yakni sanksi pajak,
modernisasi administrasi perpajakan, keterbukaan informasi dan Sosialisasi
Perpajakan.
Deviation
Keterbukaan
Informasi
Sosialisasi 100 12 20 17,32 1,901
Valid N
Uraian dari Tabel 4.7 adalah sebagai berikut:
1. Dari 100 responden (N), Variabel kepatuhan pajak (Y) memperoleh total
skor jawaban responden paling rendah (minimum) sebesar 12 poin, total
skor jawaban responden paling tinggi (maksimum) sebesar 20 poin dengan
nilai rata-ratanya yaitu 17,45 dan memiliki simpangan baku (standard
deviation) sebesar 1,772
2. Dari 100 responden (N), Variabel Sanksi Perpajakan (X1) memperoleh
total skor jawaban responden paling rendah (minimum) sebesar 11 poin,
58
total skor jawaban responden paling tinggi (maksimum) sebesar 20 poin
dengan nilai rata-ratanya yaitu 17,11 dan memiliki simpangan baku
(standard deviation) sebesar 2,155
sebesar 15 poin, total skor jawaban responden paling tinggi (maksimum)
sebesar 25 poin dengan nilai rata-ratanya yaitu 21,55 dan memiliki
simpangan baku (standard deviation) sebesar 2,280
4. Dari 100 responden (N), Variabel Keterbukaan informasi (X3)
memperoleh total skor jawaban responden paling rendah (minimum)
sebesar 12 poin, total skor jawaban responden paling tinggi (maksimum)
sebesar 20 poin dengan nilai rata-ratanya yaitu 17,08 dan memiliki
simpangan baku (standard deviation) sebesar 2,107
5. Dari 100 responden (N), Variabel Sosialisasi perpajakan(X4) memperoleh
total skor jawaban responden paling rendah (minimum) sebesar 12 poin,
total skor jawaban responden paling tinggi (maksimum) sebesar 20 poin
dengan nilai rata-ratanya yaitu 17,32 dan memiliki simpangan baku
(standard deviation) sebesar 1,901
4.4.1.1 Variabel Kepatuhan Pajak
r hitung r tabel Keterangan
P1 0,678 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
P2 0,679 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
P3 0,821 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
P4 0,727 0,2565 r hitung > r tabel (valid) Sumber: Output SPSS dan diolah oleh peneliti (2020)
Berdasarkan tabel 4.8, semua pernyataan yang disajikan
dalam kuesioner dinyatakan valid.
Tabel 4.9 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha untuk
variabel kepatuhan pajak (Y) adalah 0,703 > 0,600. Maka
dapat dinyatakan bahwa pernyataan untuk variabel kepatuhan
pajak (Y) dalam kuesioner sudah reliabel.
4.4.1.2 Variabel Sanksi Perpajakan
r hitung r tabel Keterangan
S1 0,817 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
S2 0,766 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
S3 0,779 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
S4 0,776 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
Sumber: Output SPSS dan diolah oleh peneliti (2020)
Cronbach's Alpha N of Items
,703 4
disajikan dalam kuesioner dinyatakan valid.
Tabel 4.11
Tabel 4.11 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha untuk
variabel Sanksi Perpajakan (X1) adalah 0,791 > 0,600. Maka
dapat dinyatakan bahwa pernyataan untuk variabel Sanksi
Perpajakan (X1) dalam kuesioner sudah reliabel.
4.4.1.3 Variabel Modernisasi Administrasi Perpajakan
Tabel 4.12
r hitung r tabel Keterangan
M1 0,794 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
M2 0,604 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
M3 0,532 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
M4 0,751 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
M5 0,754 0,2565 r hitung > r tabel (valid) Sumber: Output SPSS dan diolah oleh peneliti (2020)
Berdasarkan tabel 4.12, semua pernyataan yang disajikan
dalam kuesioner dinyatakan valid.
(X2)
variabel Modernisasi Administrasi Perpajakan (X2) adalah
Cronbach's Alpha N of Items
,791 4
,724 5
untuk variabel Modernisasi Administrasi Perpajakan (X2)
dalam kuesioner sudah reliabel.
4.4.1.4 Variabel Keterbukaan Informasi
r hitung r tabel Keterangan
T1 0,655 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
T2 0,862 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
T3 0,813 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
T4 0,609 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
Sumber: Output SPSS dan diolah oleh peneliti (2020)
Berdasarkan tabel 4.14, semua pernyataan yang
disajikan dalam kuesioner dinyatakan valid.
Tabel 4.15
Tabel 4.15 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha untuk
variabel Keterbukaan Informasi (X3) adalah 0,724 > 0,600.
Maka dapat dinyatakan bahwa pernyataan untuk variabel
Keterbukaan Informasi (X3) dalam kuesioner sudah reliabel.
Cronbach's Alpha N of Items
,724 4
r hitung r tabel Keterangan
SO1 0,823 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
SO2 0,733 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
SO3 0,803 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
SO4 0,757 0,2565 r hitung > r tabel (valid)
Sumber: Output SPSS dan diolah oleh peneliti (2020)
Berdasarkan tabel 4.16, semua pernyataan yang disajikan
dalam kuesioner dinyatakan valid.
Tabel 4.17 menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha untuk
variabel Sosialisasi perpajakan(X4) adalah 0,781 > 0,600.
Maka dapat dinyatakan bahwa pernyataan untuk variabel
Sosialisasi perpajakan(X4) dalam kuesioner sudah reliabel.
4.4.2 Uji Asumsi Klasik
terjadi atau tidaknya multikolinieritas antar variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini. Uji
multikolinieritas dapat dilaksanakan dengan jalan
meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar
variabel independen dengan menggunakan Variance Inflation
Cronbach's Alpha N of Items
,781 4
Factor (VIF). Batas dari VIF adalah 10 dan nilai tolerance
value adalah 0.1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai
tolerance value kurang 0.1 maka terjadi multikolinieritas.
Untuk hasil uji multikolinieritas penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut
tabel 4.18 menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas
pada variabel sanksi perpajakan, modernisasi administrasi
perpajakan, keterbukaan informasi serta Sosialisasi
Perpajakan. Hal tersebut didukung dengan hasil pengujian
yang meperlihatkan nilai tolerance dari semua variabel lebih
besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10.
Model Collinearity Statistics
ketidaksamaan varian dari error untuk semua pengamatan
setiap variabel bebas pada model regresi. Uji
heteroskedastisitas diperlukan untuk menilai ketidaksamaan
varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi linear. Uji ini merupakan salah satu dari uji asumsi
klasik yang harus dilakukan pada regresi linear. Apabila
asumsi heteroskedastisitas tidak terpenuhi, maka model regresi
dinyatakan tidak valid sebagai alat peramalan. Untuk Hasil
pengujian Heteroskedastisitas pada penelitian ini dapat dilihat
pada table berikut
Sanksi -.058 ,039 -.309 -1.502 ,136
Modernisasi -.020 ,036 -.110 -.547 .585
Keterbukaan
Informasi
Sosialisasi -.006 ,041 -.029 -.150 .881
a. Dependent Variable: Res_2
menyatakan bahwa setiap variabel independen memiliki nilai
signifikansi > 0,05. Hasil ini menyatakan bahwa masing -
Sumber : Output spss (2020)
perpajakan tidak terjadi gejala heteroskedastisiktas.
4.4.2.3 Uji Normalitas
sebaran data pada sebuah kelompok data atau variabel, apakah
sebaran data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Uji
Normalitas pada penelitan ini dilakukan dengan metode One
Sample Kolmogorov-Smirnov. Metode ini menyatakan
terpenuhi atau tidaknya asumsi normalitas dapat dilihat dari
nilai probabilitas p yang dihasilkan oleh pengujian dengan
ketentuan bahwa apabila nilai probabilitas p ≥ 0,05
menyatakan bahwa asumsi normalitas terpenuhi, begitu juga
sebaliknya, apabila p < 0,05 menyatakan bahwa asumsi
normalitas tidak terpenuhi. Hasil pengujian normalitas yang
telah dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut.
66
normalitas. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian yang
menunjukkan nilai test statsistic sebesar 0,60 dan nilai
asymp.sig.(2-tailed) sebesar 0,200 dimana hasil pengujian ini
sudah melebihi angka minimal uji normalitas yakni 0,05 .
4.4.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Selain mengukur kekuatan pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen , analisis regresi linier berganda juga
menunjukkan arah pengaruh tersebut. Pengujian tersebut didasarkan
pada persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y=a+ß1X1+ ß2X2+ ß3X3+ ß4X4+e
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Positive ,060
Negative -,044
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber :output spss (2020)
Coefficients a
Model Unstandardized
Keterbukaan
Informasi
Sosialisasi .210 .067 .225 3.119 ,002
a. Dependent Variable: Kepatuhan
Sumber : Output spss (2020)
constant (a) dari unstandardized coefficients sebesar 2,218 . angka ini
merupakan angka yang memiliki arti bahwa nilai konstan Kepatuhan
pajak (Y) ialah sebesar 2,218. Didalam hasil penelitian ini juga terdapat
angka koefisien regresi (ß) dari masing masing variabel independent.
Penjelasan dari angka koefisien regresi adalah sebagai berikut:
1. Variabel Sanksi Perpajakan memiliki nilai koefisien regresi positif
yaitu 0,159 dan nilai signifikansi yaitu 0,014 < 0,05 yang artinya
variabel sanksi perpajakan memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan pajak.
koefisien regresi positif yaitu 0,345 dan nilai signifikansi yaitu
0,000 < 0,05 yang artinya Modernisasi Administrasi Perpajakan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak.
68
positif yaitu 0,130 dan nilai signifikansi yaitu 0,010 < 0,05 yang
artinya variabel Keterbukaan Informasi memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap kepatuhan pajak.
4. Variabel Sosialisasi perpajakan memiliki nilai koefisien regresi
positif yaitu 0,210 dan nilai signifikansi yaitu 0,002 < 0,05 yang
artinya variabel kondisi ekonomi perusahaan memiliki pengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak.
4.4.4 Hasil Uji Hipotesis
Tabel 4.22
Model Summary
Square
Keterbukaan Informasi
hasil Adjusted R square pada penelitian ini sebesar 0,868 yang
berarti bahwa besarnya pengaruh sanksi perpajakan,
modernisasi admnistrasi perpajakan, keterbukaan informasi
dan sosialisasi perpajakan yaitu sebesar 86.8%. Sedangkan
sisanya merupakan besarnya pengaruh faktor-faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini.
69
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas/independen secara invidual
dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali,
2013). Suatu Variabel independen dinyatakan memiliki
pengaruh secara partial terhadap variabel dependen apabila
nilai signifikasi dari masing-masing variabel ≤ 0,05. Apabila
nilai signifikansi variabel independen > 0,05 maka dapat
disimpulkan variabel tersebut tidak memiliki pengaruh secara
parsial terhadap variabel dependen. Hasil pengujian pada
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.23
Model Unstandardized
Keterbukaan
a. Dependent Variable: Kepatuhan
Berdasarkan Hasil Pengujian yang terdapat pada tabel
4.23 dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Variabel Sanksi Perpajakan
0,05 artinya H1 diterima dan Ho ditolak. Nilai t positif
70
hubungan yang searah dengan kepatuhan pajak.
H1 : Sanksi Perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan
wajib pajak orang pribadi dalam pelaporan spt
tahunan
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam pelaporan
spt tahunan
Perpajakan yaitu 0,000 < 0,05 artinya H2 diterima dan Ho
ditolak. Nilai t positif menunjukkan bahwa Modernisasi
Administrasi Perpajakan memiliki hubungan yang searah
dengan kepatuhan pajak.
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam
pelaporan spt tahunan
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi dalam pelaporan spt tahunan
3. Variabel Keterbukaan Informasi
0,010 < 0,05 artinya H3 diterima dan Ho ditolak. Nilai t
71
memiliki hubungan yang searah dengan kepatuhan pajak.
H3 : Keterbukaan Informasi berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam
pelaporan spt tahunan
pelaporan spt tahunan
0,002 < 0,05 artinya H4 diterima dan Ho ditolak. Nilai t
positif menunjukkan bahwa Sosialisasi Perpajakan
memiliki hubungan yang searah dengan kepatuhan pajak.
H4 : Sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam
pelaporan spt tahunan
pelaporan spt tahunan.
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel
bebas secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
terikat. Suatu Variabel independen dapat dikatakan memiliki
72
signifikansi dari pengujian menunjukkan nilai signifikansi
≤ 0,05, namun, apabila hasil pengujian menunjukkan nilai
> 0.05, maka variabel independen tidak memiliki pengaruh
secara simultan terhadap variabel dependent (Y). Dalam
penelitian ini, hasil pengujian dapat dilihat pada tabel
berikut.
menunjukkan hasil nilai signifikansi 0,000. Hasil ini berarti
bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hasil ini
menyatakan bahwa variabel independen berupa sanksi
perpajakan, keterbukaan informasi, modernisasi administrasi
perpajakan dan sosialisasi perpajakan berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen yaitu kepatuhan pajak.
ANOVAa
Residual 39,464 95 .415
Informasi
Dalam Pelaporan SPT Tahunan
tabel 4.23 hasil uji statistik t yang menunjukkan nilai signifikansi
variabel Sanksi Perpajakan sebesar 0,014 yang lebih kecil dari batas
nilai signifikansi yaitu 0,05. Sedangkan nilai t yang menunjukkan angka
positif menyatakan bahwa variabel ini berpengaruh positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan.
Pengaruh signifikan yang diperoleh mengindikasikan bahwa
perubahan yang terjadi pada Sanksi perpajakan akan turut
mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan.
Sedangkan, pengaruh positif yang diperoleh mengindikasikan bahwa
apabila terjadi peningkatan pada Sanksi Perpajakan maka terjadi
peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan
4.5.2 Pengaruh Modernisasi Administrasi Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan
Hipotesis Kedua dalam penelitian ini adalah Modernisasi
administrasi perpajakan berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
74
membuktikan bahwa Modernisasi administrasi perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan.
Adanya pengaruh tersebut dibuktikan dari tabel 4.23 hasil uji statistik t
yang menunjukkan nilai signifikansi variabel modernisasi administrasi
Perpajakan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari batas nilai signifikansi
yaitu 0,05. Sedangkan nilai t yang menunjukkan angka positif
menyatakan bahwa variabel ini berpengaruh positif terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan.
Pengaruh signifikan yang diperoleh mengindikasikan bahwa
perubahan yang terjadi pada modernisasi administrasi perpajakan akan
turut mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT
Tahunan. Sedangkan, pengaruh positif yang diperoleh mengindikasikan
bahwa apabila terjadi peningkatan pada Modernisasi perpajakan maka
terjadi peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT
Tahunan.
Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan
Hipotesis Ketiga dalam penelitian ini adalah Keterbukaan
Informasi berpengaruh terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Pelaporan SPT Tahunan. Hasil pengujian dalam penelitian ini
membuktikan bahwa Keterbukaan Informasi berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan. Adanya
75
pengaruh tersebut dibuktikan dari tabel 4.23 hasil uji statistik t yang
menunjukkan nilai signifikansi variabel Keterbukaan Informsai sebesar
0,010 yang lebih kecil dari batas nilai signifikansi yaitu 0,05.
Sedangkan nilai t yang menunjukkan angka positif menyatakan bahwa
variabel ini berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Pelaporan SPT Tahunan.
perubahan yang terjadi pada Keterbukaan Informasi akan turut
mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan.
Sedangkan, pengaruh positif yang diperoleh mengindikasikan bahwa
apabila terjadi peningkatan pada Keterbukaan Informasi maka terjadi
peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan.
4.5.4 Pengaruh Sosialisasi perpajakanTerhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Pelaporan SPT Tahunan
Pelaporan SPT Tahunan. Hasil pengujian dalam penelitian ini
membuktikan bahwa Sosialisasi perpajakan berpengaruh terhadap
kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan. Adanya
pengaruh tersebut dibuktikan dari tabel 4.23 hasil uji statistik t yang
menunjukkan nilai signifikansi variabel Sosialisasi perpajakan sebesar
0,002 yang lebih kecil dari batas nilai signifikansi yaitu 0,05.
Sedangkan nilai t yang menunjukkan angka positif menyatakan bahwa
76
Dalam Pelaporan SPT Tahunan.
perubahan yang terjadi pada Sosialisasi perpajakan akan turut
mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan.
Sedangkan, pengaruh positif yang diperoleh mengindikasikan bahwa
apabila terjadi peningkatan pada Sosialisasi perpajakan maka terjadi
peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pelaporan SPT Tahunan.
4.5.5 Pengaruh Sanksi Perpajakan, Modernisasi Administrasi
Perpajakan, Keterbukaan Informasi Dan Sosialisasi perpajakan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
perpajakan, modernisasi administrasi perpajakan, keterbukaan
informasi dan sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.
Hasil pengujian dalam pene