skripsi pengaruh mutu pelayanan farmasi terhadap …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGARUH MUTU PELAYANAN FARMASI TERHADAP
LOYALITAS PASIEN UMUM RAWAT JALAN
RSUD KOTA MADIUN
OLEH :
TIARA KUSUMANINGTYAS
NIM : 201503094
PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
i
SKRIPSI
PENGARUH MUTU PELAYANAN FARMASI TERHADAP
LOYALITAS PASIEN UMUM RAWAT JALAN
RSUD KOTA MADIUN TAHUN 2019
Diajukan Untuk Memenuhi
salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
OLEH :
TIARA KUSUMANINGTYAS
NIM : 201503094
PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Tiara Kusumaningtyas
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 13 Agustus 1996
Agama : Islam
Alamat : Ds. Singgahan RT/RW 18/03 Kec. Kebonsari
Kab. Madiun
No. Handphone : 0895329603021
Email : [email protected]
Riwayat pendidikan : 1. TK Diponogoro Lulus Tahun 2003
2. SDN Mlilir 02 Lulus Tahun 2009
3. SMPN 02 Kebonsari Lulus Tahun 2012
4. SMK Ma’arif Dolopo Lulus Tahun 2015
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat
dan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Mutu Pelayanan Farmasi Terhadap Loyalitas Pasien
Umum Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 ” ini dapat terselesaikan
dengan lancar dan selesai tepat waktu.
Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran, dan
dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis sampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Bapak Zainal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Dr. Resti Lestanti Selaku Direktur RSUD Kota Madiun serta jajarannya yang
telah memberikan izin dalam penelitian dan penyusunan skripsi.
3. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM., M.Kes selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan
Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Bapak Suhadi Prayitno S.KM.,MM selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi.
5. Ibu RetnoWidiarini, S.KM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi
6. Ibu Eva Rusdianah, S.KM.,M.PH selaku Dewan Penguji skripsi.
7. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam melakukan pengumpulan data
dan penyusunan skripsi.
8. Teman-teman mahasiswa Prodi S1 Kesehatan Masyarakat yang telah
memberikan dukungan dan dorongan dalam mengerjakan skripsi.
Skripsi ini telah penulis susun semaksimal mungkin, namun penulis
menyadari bahwa masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, demi perbaikan
skripsi ini, maka diharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak yang
vii
bersifat membangun. Akhir kata, penulis sampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berperanserta dalam penyusunan skripsi dari awal sampai akhir.
Madiun, 29 Agustus 2019
Penulis
viii
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
2019
ABSTRAK
Tiara Kusumaningtyas
PENGARUH MUTU PELAYANAN FARMASI TERHADAP LOYALITAS
PASIEN UMUM RAWAT JALAN RSUD KOTA MADIUN TAHUN 2019
140 halaman + 20 tabel + 3 gambar + 15 lampiran
Mutu pelayanan farmasi dikatakan bermutu apabila pelayanan yang diterima
sesuai harapan pasien sehingga berpengaruh terhadap loyalitas pasien.
Permasalahan disini yaitu tingkat kepuasan pasien di bagian instalasi farmasi
belum memenuhi standar pelayanan minimal karena < 80%.tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis mutu pelayanan farmasi terhadap loyalitas pasien
umum rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.
Jumlah sampel sebanyak 89 responden dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Uji analisis penelitian menggunakan uji chi
square.
Berdasarkan hasil penelitian mutu pelayanan farmasi yang menyatakan tidak
baik adalah indikator Responsivinesss/daya tanggap (62,9%) sedangkan pasien
yang menyatakan loyal sebesar 70,8%. Hasil penelitian menggunakan uji chi
square didapatkan hasil nilai sig/𝜌 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,019 < 0,05 yang artinya bahwa ada
pengaruh mutu pelayanan farmasi terhadap loyalitas pasien umum rawat jalan
RSUD Kota Madiun Tahun 2019.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh mutu pelayanan farmasi
terhadap loyalitas pasien umum rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019.
Saran dari penelitian ini adalah Sebaiknya pihak rumah sakit bagian farmasi perlu
meningkatkan pelatihan-pelatihan guna untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
kinerja SDM nya sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur) yang telah
ditetapkan rumah sakit.
Kata kunci : Mutu pelayanan farmasi dan loyalitas pasien
ix
Public Health Program
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
ABSTRACT
Tiara Kusumaningtyas
THE EFFECT OF PHARMACEUTICAL SERVICES QUALITY ON LOYALT
OF GENERAL OUTPATIENT AT RSUD MADIUN CITY 2019
140 Pages + 20 tables + 3 images + 15 enclosures
The quality of pharmaceutical services that was said to be successful if the service
received is in line with patient expectations so that it affects patient loyalty. Based
on the results of patient satisfaction surveys in the pharmaceutical installation
section does not meet minimum service standards because <80%. the purpose of
this study was to analyze The Effect Of Pharmaceutical Services Quality On
Loyalt Of General Outpatient At Rsud Madiun City 2019
This type of research is quantitative with a cross sectional approach. With
sample are 89 respondent by using purposive sampling. This analysis data in
research used chi square.
Based on the results of research on pharmaceutical service quality which
states that was not good this an indicator of responsiveness / responsiveness
(62.9%) while patients who claim loyalty are 70.8%.The results of the study using
the chi square test showed the value of sig / ρ value = 0.019 <0.05 which means
that there is an effect of the quality of pharmaceutical services on the loyalty of
general outpatients at RSUD Madiun City 2019.
The conclusion of this study there was an the effect of pharmaceutical
services quality on loyalt of general outpatient at RSUD Madiun City 2019. The
suggestion of this researches is that the pharmacy department should improve
training in order to improve the quality of its services and SDM performance
according to SOP ( Standard Operating Procedures) established by the hospital.
Keyword : quality of pharmaceutical services,loyalty
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ......................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xviii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
1.3 Tujuan Masalah ......................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 8
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 9
1.4.1 Manfaat bagi rumah sakit ............................................................... 9
1.4.2 Manfaat bagi Institusi Pendidikan .................................................. 9
1.4.3 Manfaat bagi Mahasiswa ................................................................ 9
1.5 Keaslian Penelitian .................................................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 13
2.1 Konsep Rumah Sakit ................................................................................. 13
2.1.1 Definisi Rumah Sakit ...................................................................... 13
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ...................................................... 13
2.1.3 Jenis – Jenis Rumah Sakit ............................................................... 14
2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit .................................................................. 15
2.1.5 Standart Pelayanan Minimal Rumah Sakit ..................................... 18
2.2 Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan .......................................................... 19
2.2.1 Definisi Mutu Pelayanan Kesehatan ............................................... 19
2.2.2 Manfaat Mutu Pelayanan Kesehatan ............................................... 21
2.2.3 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan .............................................. 22
2.2.4 Persepsi Mutu Pelayanan Kesehatan ............................................... 30
2.2.5 Unsur – Unsur yang Memengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan .... 33
2.2.6 Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan ............................................. 34
2.2.7 Hubungan Antara Kepuasan, Harapan dan Persepsi Pasien
Terhadap Pelayanan Kesehatan yang Diterima .............................. 37
xi
2.3 Konsep Instalasi Farmasi .......................................................................... 39
2.3.1 Definisi Instalasi Farmasi ................................................................ 39
2.3.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi ................................................ 40
2.3.3 Standart Pelayanan Minimal Farmasi ............................................. 42
2.3.4 Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit ................................ 44
2.4 Konsep Kepuasan Pasien .......................................................................... 47
2.4.1 Pengertian Kepuasan Pasien/Konsumen ......................................... 47
2.4.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan ............................. 49
2.4.3 Pengukuran Kepuasan Pasien/Konsumen ....................................... 51
2.4.4 Aspek – Aspek yang Memengaruhi Kepuasan Pasien .................... 53
2.5 Konsep Loyalitas Pasien ........................................................................... 54
2.5.1 Definisi Loyalitas Pasien ................................................................ 55
2.5.2 Dimensi Loyalitas Pasien ................................................................ 56
2.5.3 Pengukuran Loyalitas Pelanggan/Pasien ........................................ 57
2.5.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pasien .................. 58
2.5.5 Keuntungan Memiliki Pelanggan yang Loyal ................................ 59
2.5.6 Tingkatan Tahap Loyalitas .............................................................. 60
2.6 Kerangka Teori .......................................................................................... 61
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ......................... 61
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................................ 61
3.2 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 62
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 64
4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 64
4.2 Populasi dan Sampel .................................................................................. 64
4.2.1 Populasi Penelitian ........................................................................... 64
4.2.2 Sampel Penelitian ............................................................................ 65
4.3 Teknik Sampling ....................................................................................... 66
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................................ 68
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian .......................... 69
4.5.1 Variabel Penelitian ......................................................................... 69
4.5.2 Definisi Operasional Penelitian ...................................................... 73
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................................. 73
4.6.1 Uji Validitas ..................................................................................... 74
4.6.2 Uji Reliabilitas ................................................................................ 75
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 75
4.7.1 Lokasi Penelitian ............................................................................ 75
4.7.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 75
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................... 75
4.9 Teknik Analisis Data ................................................................................. 76
4.9.1 Pengolahan Data ............................................................................. 76
4.9.2 Analisis Data .................................................................................. 78
4.10 Etika Penelitian ....................................................................................... 79
xii
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 81
5.1 Hasil .......................................................................................................... 81
5.1.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun ........................... 81
5.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Kota Madiun ........................... 82
5.1.3 Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit Umum Kota Madiun ............... 83
5.1.4 Unit Pelayanan Rumah Sakit Umum Kota Madiun ...................... 83
5.1.5 Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Di Instalasi Farmasi
RSUD Kota Madiun ........................................................................ 84
5.1.6 Proses Pendistribusian di Instalasi Farmasi Rawat Jalan ............. 85
5.1.7 Distribusi Frekuensi Responden ..................................................... 86
5.1.7.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia .............................. 86
5.1.7.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin .............. 87
5.1.7.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan ................... 87
5.1.7.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan ..................... 88
5.1.8 Mutu Pelayanan Farmasi ................................................................. 88
5.1.8.1 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi
Berdasarkan Dimensi Reliability/Kehandalan ................... 89
5.1.8.2 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi
Berdasarkan Dimensi Responsiviness/Ketanggapan ......... 89
5.1.8.3 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi
Berdasarkan Dimensi Assurance/Jaminan ......................... 90
5.1.8.4 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi
Berdasarkan Dimensi Emphaty/Empati ............................. 90
5.1.8.5 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi
Berdasarkan Dimensi Tangible/Bukti Langsung ............... 91
5.1.9 Loyalitas Pasien ............................................................................. 92
5.1.10 Hasil Tabulasi Silang .................................................................... 93
5.2 Pembahasan ................................................................................................ 93
5.2.1 Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan RSUD Kota Madiun ......... 93
5.2.2 Loyalitas Pasien ............................................................................. 99
5.2.3 Pengaruh Mutu Pelayanan Farmasi Terhadap Loyalitas
Pasien Umum Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 ....... 100
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 105
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 105
6.2 Saran ....................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 107
LAMPIRAN ................................................................................................... 110
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Nama Tabel Halaman
Tabel 1.1 Data Kunjungan Pasien Rawat Jalan Poliklinik RSUD Kota
Madiun Tahun 2016 – 2018 .................................................... 5
Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Pasien Poliklinik RSUD Kota Madiun
Dengan Cara Bayar .................................................................. 5
Tabel 1.3 Data Survey Kepuasan Masyarakat/pasien RSUD Kota
Madiun Tahun 2018 ................................................................. 6
Tabel 1.4 Keaslian Penelitian ................................................................... 10
Tabel 4.1 Definisi Operasional ................................................................. 70
Tabel 4.2 Uji Validitas ............................................................................. 74
Tabel 4.3 Uji Reliabilitas.......................................................................... 75
Tabel 5.1 Jumlah SDM di Instalasi Farmasi RSUD Kota Madiun
Tahun 2018 ............................................................................... 84
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pasien
Umum Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 ............ 86
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pasien Umum Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun
2019 .......................................................................................... 87
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pasien Umum Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun
2019 .......................................................................................... 87
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pasien
Umum Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 ............ 88
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Pasien
Umum
Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 ........................ 88
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan
Dimensi Reliability/Kehandalan di RSUD Kota Madiun ........ 89
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan
Dimensi Responsiviness/Daya Tanggap ................................. 89
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan
Dimensi Assurance/Jaminan di RSUD Kota Madiun .............. 90
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan
Dimensi Emphaty/Empati ........................................................ 91
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan
Dimensi Tangible/Bukti Langsung di RSUD Kota Madiun .... 91
xiv
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan
Lima Dimensi Mutu Pelayanan di RSUD Kota Madiun .......... 92
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Loyalitas Pasien Umum di Farmasi
Rawat Jalan RSUD Kota Madiun............................................. 92
Tabel 5.14 Tabulasi Silang antara Pengaruh Mutu Pelayanan Farmasi
Terhadap Loyalitas Pasien Umum Rawat Jalan RSUD Kota
Madiun Tahun 2019 ................................................................. 93
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Nama Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori ................................................................... 60
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Pengaruh mutu pelayanan farmasi
terhadap Loyalitas pasien Umum rawat jalan .................... 61
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Pengaruh mutu pelayanan
farmasi Terhadap Loyalitas pasien Umum rawat jalan ....... 68
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Izin Uji Validitas dan reliabilitas
Lampiran 3 Surat Balasan Uji Validitas dan reliabilitas
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Surat Balasan Izin Penelitian
Lampiran 6 Surat Permohonan Calon Responden
Lampiran 7 Surat Persyaratan Persetujuan
Lampiran 8 Lembar Kuesioner
Lampiran 9 Hasil Uji Validitas
Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Responden
Lampiran 12 Tabel Variabel Mutu Pelayanan Farmasi
Lampiran 13 Tabel Variabel Loyalitas Pasien
Lampiran 14 Dokumentasi
Lampiran 15 Lembar Perbaikan Skripsi
xvii
DAFTAR SINGKATAN
BOR : Bed Occupancy Rate
IFRS : Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan
KIE : Komunikasi Obat Edukasi
Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan
PPP : Pencatatan Penggunaan Obat
RI : Republik Indonesia
UU : Undang - Undang
xviii
DAFTAR ISTILAH
Acces to Service : Akses terhadap pelayanan
Accurancy : Ketepatan
Action Loyality : Loyalitas berdasarkan tindakan
Advocad Customer : Advocad Pelanggan
Affective Loyality : Loyalitas berdasarkan pengaruh
Amenities : Kenyamanan
Approachability : Kemudahan Untuk Dihubungi / Ditemui
Aseptic Dispensing : Produksi steril
Assurance : Jaminan
Attachment : Keterikatan
Attitudinal Loyalty : Loyalitas sikap
Behavioral Loyalty : Perilaku yang setia
Brand Loyalty : Loyalitas merek
Client Satisfaction : Menimbulkan rasa puas
Cognitive Loyalty : Kesadaran loyalitas
External Communication : Komunikasi Eksternal
Complience : Kepatuhan pasien
Cost : Biaya
Courtesy : Kesopanan
Dependability : Sifat dapat dipercaya
Derived Satisfaction : Berasal dari Kepuasan
Directly Reported : Dilaporkan langsung
Effectiviness : Efektifitas
Efficiency : Efisien
Emphaty : Empati
Environment : Lingkungan
Floor Stock : Jumlah resep / formulir permintaan obat
High Personal Contact : Kontak Pribadi tingkat tinggi
Ignorance : Sikap kurang peduli
Intangibility : Kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan
Intention to Rebuy : Minat untuk membeli ulang
Interpersonal Relations : Hubungan antar manusia
Knowledge : Pemahaman
Past Experience Pengalaman Masa Lalu
Performance : Konsistensi Kinerja
Personal Need : Kebutuhan Pribadi
Provider : Pemberi layanan kesehatan
Problem Analysis : Analisi masalah
Performance Durability : Daya tahan Kinerja
Referrals : Rujukan
Reliability : Kebenaran / Kehandalan
Repeat Purchase : Pemeriksaan Rumah Sakit secara Teratur
Responsiviness : Ketanggapan
xix
Safety : Keamanan
Security : Keamanan
Service Quality : Kualitas Layanan
Standard of Conduct : Standar yang telah ditetapkan
Standard of Performance : Standar Penampilan
Tangible : Bukti Fisik
Technical Competence : Kompetensi Teknis
Word of Mouth : Dari mulut ke mulut
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan
upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan promotif, pencegahan penyakit
preventif, penyembuhan penyakit kuratif, dan pemulihan kesehatan rehabilitatif,
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas
kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No.72 Tahun 2016, Rumah Sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Lima sumber pemasukan (revenue center) utama di rumah
sakit yaitu instalasi rawat jalan, instalasi gawat darurat, instalasi laboratorium
patologi klinik dan patologi anatomi, instalasi radiologi, dan instalasi farmasi.
Instalasi farmasi merupakan salah satu revenue center utama karena lebih dari
90% pelayanan kesehatan di rumah sakit menggunakan perbekalan farmasi yang
2
meliputi obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis,
alat kedokteran, dan gas medik, serta 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit
berasal dari perbekalan farmasi (Anas Subarnas dll).
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat.
Menurut Peraturan menteri kesehatan RI nomor 72 tahun 2016, Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk
pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian dikatakan baik apabila sesuai
dengan standar pelayanan kefarmasian. Standar pelayanan kefarmasian adalah
tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian.
Kepuasan pasien dalam menilai mutu atau pelayanan yang baik, merupakan
pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini tentu akan
memberikan informasi terhadap suksesnya pemberi pelayanan bermutu dengan
3
nilai dan harapan pasien yang mempunyai wewenang sendiri untuk menetapkan
standar mutu pelayanan yang dikehendaki (Wulandari, 2017).
Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Evi Sa’adah dkk Tahun 2014
dengan judul “Pengaruh Mutu pelayanan Farmasi terhadap Kepuasan dan
Loyalitas Pasien Rawat Jalan dengan Bayar Tunai ”dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelayanan Farmasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan pasien dengna nilai koefisien sebesar 0,881, sedangkan
pelayanan Farmasi tidak berpengaruh terhadap Loyalitas pasien dan kepuasan
berpengaruh pasitif dan signifikan terhadap loyalitas pasien dengan nilai koefisien
sebesar 0,814.
Menurut penelitian Achnes Indah Sulistyaningrum Tahun 2017 dengan
judul “ Pengaruh kualitas pelayanan farmasi terhadap keputusan membeli ulang
obat di unit farmasi rumah sakit tk.iv madiun ’’ dengan hasil kualitas pelayanan di
unit farmasi Rumah Sakit Tk.IV Madiun baik sebesar 40,4% kualitas pelayanan
tidak baik sebesar 67,7%, pasien yang membeli ulang obat di unit farmasi Rumah
Sakit Tk.IV Madiun sebesar 59,6% dan pasien yang tidak membeli ulang obat
sebesar 32,3%. Analisis Chi-Square kualitas pelayanan farmasi terhadap
keputusan membeli ulang obat di Unit Farmasi Rumah Sakit Tk.IV Madiun
memperoleh hasil ρ value = 0,018 dengan nilai α =0,05.
Menurut penelitian Dilla Aqmalia Tahun 2018 dengan judul “ Pengaruh
mutu pelayanan kefarmasian terhadap kepuasan pasien rawat jalan di apotek
rumah sakit sinar husni medan ” dengan hasil bahwa distribusi mutu pelayanan
kefarmasian dari 83 responden berada katagori baik sebanyak 15 orang (18,1%),
4
kategori cukup sebanyak 23 orang (27,7%), dan kategori kurang sebanyak45
orang (54,2%), dan kepuasan pasien rawat jalan kategori baik sebanyak 18 orang
(21,7%), kategori cukup sebanyak 17 orang (20,5%), dan kategori kurang
sebanyak 48 orang (57,8%). Hasil uji anova diperoleh nilai F hitung 3.204 dengan
signifikasi 0,077 > 0,1 maka secara serempak (Uji F) terdapat Pengaruh kepuasan
pasien rawat jalan terhadap mutu pelayanan kefarmasian Apotek Rumah Sakit
Sinar Husni Medan Tahun 2018.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun ditetapkan sebagai Rumah Sakit
milik Pemerintah Kota Madiun melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI No
1076/Menkes/SK/VII/2005 dan Peraturan Daerah Kota Madiun No 05 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah serta telah menjadi Rumah
Sakit Kelas C dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
245/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 02 April, Terhitung 01 Januari 2013, Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Madiun telah menjadi BLUD Penuh sejak
diterbitkannya Keputusan Walikota Madiun Nomor 445-401.302/256/2012
tanggal 17 Desember 2012 tentang Penetapan Status Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD) Penuh pada Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun.
Fasilitas Pelayanan yang ada saat ini adalah Instalasi Rawat Jalan (Klinik
Umum, Klinik Obgyn, Klinik Bedah, Klinik Mata, Klinik Penyakit Dalam, Klinik
Gigi, Klinik Anak, Klinik Kesehatan Jiwa ,Klinik Syaraf, Klinik THT, Klinik
Orthopedi, Klinik Kulit dan Kelamin dan Klinik Paru), Instalasi Rawat Inap
(ruang perawatan dewasa, ruang perawatan anak, ruang perawatan bersalin, ruang
5
perinatologi, ruang perawatan VIP), Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Penunjang
(instalasi Bedah Sentral, Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi Laboratorium,
Instalasi Radiologi, Instalasi Rekam Medis, Instalasi Pemeliharaan Sarana,
Instalasi Pengolahan Air Limbah, Instalasi pemulasaran jenazah dan ICU) serta
Pelayanan Ambulance. Pelayanan di instalasi faramsi RSUD Kota Madiun terdiri
dari dua depo yaitu instalasi depo farmasi rawat jalan dan instalasi depo farmasi
rawat inap.
Berikut data sekunder Jumlah kunjungan pasien rawat jalan RSUD Kota
Madiun dalam 03 Tahun terakhir dimulai pada tahun 2016 – 2018 sebagai berikut
Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Tahun 2016 2018 Tahun Jumlah Kunjungan
2016 101967
2017 116828
2018 139675 Sumber : Data Sekunder RSUD Kota Madiun, 2018
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa tren kunjungan pasien rawat
jalan dari tahun 2016 sampai tahun 2018 selalu mengalami kenaikan dari tahun
sebelumnya, karena RSUD Kota Madiun merupakan Rumah Sakit Daerah yang
menjadi tempat rujukan pertama yang bekerjasama dengan pihak BPJS
Kesehatan.
Sedangkan untuk data jumlah kunjungan pasien poliklinik RSUD Kota
Madiun dengan cara bayar / non BPJS sebagai berikut :
Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Pasien Poliklinik RSUD Kota Madiun dengan Cara
Bayar Tahun 2016 - 2018 Tahun Jumlah Kunjungan
2016 10182
2017 10564
2018 9773 Sumber : Data Sekunder RSUD Kota Madiun, 2018
6
Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa jumlah kunjungan pasien
poliklinik RSUD Kota Madiun dengan cara bayar dari tahun 2016-2018
mengalami penurunan dikarenakan pasien beralih ke BPJS kesehatan.
Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik secara berkelanjutan,
maka perlu dilakukan evaluasi terhadap pelayanan publik. Salah satu upaya yang
harus dilakukan dalam perbaikan pelayanan publik adalah melakukan Survey
Kepuasan Masyarakat. RSUD Kota Madiun telah melaksanakan survey yang
Dilakukan pada Tahun 2018 sebagai berikut :
Tabel 1.3 Data Survey Kepuasan Masyarakat/Pasien RSUD Kota Madiun
Tahun 2018
Unit pelayanan Indeks
harapan
Indeks
kepuasan Gap IKM
Kategori
Mutu
pelayanan
Klinik
rehabilitasi
77.21 80.86 36.4 818.9 B
Instalasi rawat
inap
75.14 80.56 5.42 80.69 B
Instalasi rawat
jalan
82.25 79.43 -2.82 80.23 B
Instalasi
laboratorium
76.09 78.81 2.72 79.29 B
Instalasi farmasi 76.21 76.07 -0.14 76.21 C
Instalasi
radiologi
75.69 75.33 -0.36 75.71 C
Instalasi IGD 74.72 74.98 0.26 74.94 C
Ruang
Perinatologi
75.00 74.73 0.27 74.88 C
Dari Hasil Survey yang dilakukan pihak RSUD Kota Madiun, Indeks
kepuasan masyarakat tertinggi pada Klinik Rehabilitasi dengan IKM 80.86 %,
sedangkan Indeks Kepuasan Terendah salah satunya di Instalasi Farmasi dengan
IKM 76.07 %. Berdasarkan standart pelayanan minimal Rumah sakit, tingkat
7
kepuasan pasien di instalasi RSUD Kota Madiun belum memenuhi standart
Pelayanan minimal karena < 80 %.
Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah kunjungan pasien rawat jalan
dari Tahun 2016 – 2018 mengalami peningkatan setiap tahunnya, tetapi pada
tingkat kepuasan pasien di instalasi farmasi masih belum memenuhi standar
pelayanan minimal yaitu < 80 %, Sehingga akan mempengaruhi Loyalitas Pasien.
Instalasi Farmasi merupakan salah satu revenue center utama lebih dari 90%
pelayanan kesehatan rumah sakit berasal dari perbekalan instalasi farmasi yang
meliputi obat-obatan, bahan kimia, bahan radiologi, bahan alat kesehatan habis,
alat kedokteran, dan gas medik, serta 50% dari seluruh pemasukan rumah sakit
berasal dari perbekalan farmasi. Oleh karena itu instalasi farmasi penting untuk
mengukur mutu pelayanan.
Penilaian mutu pelayanan kefarmasian, salah satunya dilakukan dengan cara
mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian yang
diterima selama ini, Apabila mutu pelayanan farmasi yang diterima melebihi
harapan, maka pasien akan membandingkan jasa yang dialami dengan dengan jasa
yang diharapkan. Jika jasa yang dirasakan tidak sesuai dengan jasa yang
diharapkan, maka pasien tidak puas dan akhirnya tidak akan loyal kepada rumah
sakit.
Loyalitas pasien tidak hanya meningkatkan jumlah kunjungan pasien rawat
jalan saja, tetapi juga meningkatkan komitmen terhadap pasien agar tetap
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang diberikan dan tetap berkunjung kembali
di depo farmasi RSUD Kota Madiun.
8
Berdasarkan latar belakang diatas maka penelti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “ Pengaruh Mutu Pelayanan Farmasi Terhadap
Loyalitas Pasien Umum Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah : “Apakah ada pengaruh mutu pelayanan farmasi terhadap loyalitas
pasien umum rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk menganalisis pengaruh mutu pelayanan farmasi terhadap loyalitas
pasien umum rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi mutu pelayanan farmasi di unit farmasi rawat jalan
RSUD Kota Madiun 2019
2. Mengidentifikasi loyalitas pasien umum rawat jalan RSUD Kota Madiun
Tahun 2019
3. Menganalisis pengaruh mutu pelayanan farmasi terhadap loyalitas pasien
umum rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019
9
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Madiun untuk mengevaluasi kepuasan pasien dan melakukan
tindakan untuk meningkatkan kepuasan pasien dan Loyalitas pasien untuk
membeli ulang obat serta meningkatkan mutu pelayanan secara umum. Sebagai
dasar dan tahap awal melakukan evaluasi secara berkala mengenai Loyalitas
pasien rawat jalan di instalasi farmasi
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun sebagai tambahan wawasan dan referensi dalam mempelajari pelaporan
data rumah sakit untuk penelitian selanjutnya mengenai Kepuasan dan loyalitas
pasien di instalasi farmasi RSUD Kota Madiun.
1.4.3 Manfaat bagi Mahasiswa
Merupakan ilmu yang diperoleh selama dibangku kuliah dan merupakan
pengalaman serta wawasan terhadap pengembangan ilmu Analisis Kebijakan
Kesehatan terutama mutu pelayanan kesehatan
1.5 Keaslian Penelitian
Berikut adalah hasil dari beberapa peneliti terdahulu yang mendukung
penelitian ini yang berkaitan dengan Pengaruh mutu pelayanan farmasi terhadap
Loyalitas Pasien Umum Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019.
10
Tabel 1.4 Keaslian Penelitian
Judul Penelitian Metode Variabel Hasil Perbedaan Persamaan
Pengaruh Mutu pelayanan
Farmasi terhadap Kepuasan
dan Loyalitas Pasien Rawat
Jalan dengan Bayar Tunai
Tahun 2014
(Evi Sa’adah dkk, 2014)
- Kuantitatif
- Pendekatan
Cross
sectional
- Teknik
Sampling :
Purpose
Sampling
Variabel Bebas :
Mutu Pelayanan
Farmasi
Variabel Terikat :
Kepuasan Pasien,
Loyalitas Pasien
Bahwa pelayanan
farmasi
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kepuasan
pasien dengan nilai
koefisien 0,881,
pelayanan farmasi
tidak berpengaruh
terhadap loyalitas
pasien, dan
kepuasan
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap loyalitas
pasien dengan nilai
koefisien 0,814
- Variabel
Terikat :
Kepuasan
Pasien
- Lokasi dan
tahun
Penelitian
- Teknik
Sampling
- Persamaan dari
penelitian ini yaitu
dari segi Variabel
Bebas : Mutu
Pelayanan Farmasi
- Menggunakan
Pendekatan Cross
Sectional
- Dengan teknik
sampling :
purposive
sampling
Pengaruh kualitas pelayanan
farmasi terhadap keputusan
membeli ulang obat di unit
farmasi rumah sakit tk.iv
madiun tahun 2017.
(achnes Indah S)
- Kuantitatif
- Pendekatan
Cross
Sectional
- Teknik
sampling :
accidental
sampling
Variabel Bebas :
Kualitas
Pelayanan
Farmasi
Variabel Terikat :
Keputusan
membeli ulang
kualitas pelayanan
di unit farmasi
Rumah Sakit Tk.IV
Madiun baik
sebesar 40,4%
kualitas pelayanan
tidak baik sebesar
67,7%, pasien yang
- Variabel
Terikat :
Keputusan
membeli
ulang obat
- Lokasi dan
Tahun
penelitian
- Persamaan dari
penelitian ini yaitu
dari segi variabel
bebas : kualitas
pelayanan farmasi
- Menggunakan
pendekatan cross
sectional
11
Judul Penelitian Metode Variabel Hasil Perbedaan Persamaan
obat membeli ulang obat
di unit farmasi
Rumah Sakit Tk.IV
Madiun sebesar
59,6% dan pasien
yang tidak membeli
ulang obat sebesar
32,3%
- Teknik
sampling
Pengaruh mutu pelayanan
kefarmasian terhadap kepuasan
pasien rawat jalan di apotek
rumah sakit sinar husni medan
tahun 2018.
(Dilla Aqmalia, 2018)
- Kuantitatif
- Pendekatan
cross
sectional
Variabel Bebas :
mutu pelayanan
farmasi
Variabel Terikat :
Kepuasan pasien
bahwa distribusi
mutu pelayanan
kefarmasian
dengan kategori
cukup sebanyak
(27,7%), dan
kategori kurang
(54,2%), dan
kepuasan pasien
rawat jalan kategori
baik (21,7%),
kategori cukup
(20,5%), dan
kategori kurang
(57,8%). Maka ada
Pengaruh kepuasan
pasien rawat jalan
- Variabel
terikat :
kepuasan
pasien
- Lokasi dan
tahun
penelitian
- Persamaan dari
penelitian ini yaitu
dari segi variabel
bebas : mutu
pelayanan farmasi
- Menggunakan
pendekatan cross
sectional
12
Judul Penelitian Metode Variabel Hasil Perbedaan Persamaan
terhadap mutu
pelayanan
kefarmasian
Apotek Rumah
Sakit Sinar Husni
Medan Tahun 2018
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Rumah Sakit
2.1.1 Definis Rumah Sakit
Menurut UU No.44 Tahun 2009 Rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan
sosial ekonomi masyarakat, yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 04 tahun 2018 Rumah
Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan, dan gawat darurat.
2.1.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit
Menurut UU No.44 Tahun 2009 Tugas Rumah Sakit yaitu memberikan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Sebuah rumah sakit baik
pemerintah maupun swasta mempunyai kewajiban untuk melayani pasien sesuai
dengan kemampuan rumah sakit sebagaimana ketetapan Departemen Kesehatan
bahwa semua rumah sakit pemerintah diswasta harus mampu dan bersedia
melayani pasien seluruh jenis golongan penyakit sesuai fungsi rumah sakit
bersangkutan.
14
Untuk menjalankan Tugas Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan
kesehatan secara paripurna, maka Rumah Sakit mempunyai Fungsi Sebagai
berikut :
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
3. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
4. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.1.3 Jenis-Jenis Rumah Sakit
Menurut UU No. 44 Tahun 2009, Jenis- Jenis Rumah Sakit dibedakan
berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.
Berdasarkan Jenis pelayanan yaitu :
1. Rumah Sakit Umum, yaitu memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit
2. Rumah Sakit Khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
15
Berdasarkan Jenis Pengelolaannya yaitu :
1. Rumah Sakit Publik, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah
(termasuk pemerintah daerah) dan badan hukum lain yang bersifat nirlaba.
Rumah sakit publik meliputi :
a. Rumah sakit milik departemen kesehatan
b. Rumah sakit milik pemerintah daerah provinsi
c. Rumah sakit milik pemerintah daerah kabupaten atau kota
d. Rumah sakit milik tentara nasional Indonesia
e. Rumah sakit milik Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
2. Rumah sakit milik Departemen diluar Departemen Kesehatan (Termasuk
Badan Usaha milik negara sepeerti Pertamina)
3. Rumah Sakit Privat, yaitu rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseorangan terbatas atau persero.
Rumah sakit privat meliputi :
a. Rumah sakit milik yayasan
b. Rumah sakit milik perusahaan
c. Rumah sakit milik penananam modal (dalam negeri dan luar negeri)
d. Rumah sakit milik badan hukum lain.
2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit
Menurut UU RI No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit. Di Indonesia rumah
sakit di klasifikasikan yaitu :
1. Klasifikasi rumah sakit umum, terdiri atas :
a. Rumah sakit umum kelas A
16
b. Rumah sakit umum kelas B
c. Rumah sakit umum kelas C
d. Rumah sakit umum kelas D
2. Klasifikasi rumah sakit khusus, terdiri atas :
a. Rumah sakit khusus kelas A
b. Rumah sakit khusus kelas B
c. Rumah sakit khusus kelas C
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.56 Tahun
2014 tentang Klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit. Berdasarkan jenis pelayanan
yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan
Rumah Sakit Khusus
1. Rumah sakit umum
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Kelas A paling sedikit
meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan
dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang
nonklinik, pelayanan rawat inap.
b. Rumah Sakit umum Kelas B
Pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Kelas B paling sedikit
meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan
dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang
nonklinik, pelayanan rawat inap.
17
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Kelas C paling sedikit
meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan
keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan
penunjang nonklinik, pelayanan rawat inap.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Pelayanan yang diberikan Rumah Sakit Umum Kelas D paling sedikit
meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan
dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang
nonklinik, pelayanan rawat inap.
e. Rumah Sakit Umum Kelas D Pratama
Didirikan dan diselenggarakan untuk menjamin ketersediaan dan
meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
tingkat kedua.
2. Rumah Sakit Khusus
Rumah Sakit Khusus meliputi Rumah Sakit Ibu dan Anak, Rumah Sakit
Mata, Rumah Sakit Khusus Otak, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Rumah Sakit
Kanker, Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah, Rumah Sakit Jiwa,
Rumah Sakit Khusus Infeksi, Rumah Sakit Paru, Rumah Sakit THT, Rumah
Sakit Bedah, Rumah Sakit Ketergantungan Obat, Rumah Sakit Ginjal.
18
2.1.5 Standart Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43 Tahun
2016, Standart Pelayanan Minimal merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak
diperoleh setiap warga negara secara minimal. Setiap warga negara sesuai dengan
kodratnya berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dengan
memanfaatkan seluruh potensi manusiawi yang dimilikinya. Sebaliknya
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban menjamin agar setiap
warga negara dapat menggunakan haknya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
tanpa hambatan atau halangan dari pihak manapun.
Standar pelayanan minimal rumah sakit diatur dalam Permenkes
No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar pelayanan minimal rumah sakit,
dalam peraturan tersebut menyebutkan jenis-jenis pelayanan, indikator dan
standar pencapaian kinerja pelayanan rumah sakit. jenis-jenis pelayanan rumah
sakit minimal yang wajib disediakan oleh rumah sakit meliputi :
1. Pelayanan gawat darurat
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Pelayanan bedah
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi
6. Pelayanan intensif
7. Pelayanan radiologi
8. Pelayanan laboratorium patologi klinik
19
9. Pelayanan rehabilitasi medik
10. Pelayanan farmasi
11. Pelayanan gizi
12. Pelayanan transfusi darah
13. Pelayanan keluarga miskin
14. Pelayanan rekam medis
15. Pengelolaan limbah
16. Pelayanan administrasi manajemen
17. Pelayanan ambulans
18. Pelayanan pemulasaraan jenazah
19. Pelayanan laundry
20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
21. Pelayanan pencegahan pengendalian infeksi
2.2 Konsep Mutu Pelayanan Kesehatan
2.2.1 Definisi Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan adalah memenuhi dan melebihi kebutuhan serta
harapan pelanggan melalui peningkatan yang berkelanjutan atas seluruh proses.
Pelanggan meliputi pasien, keluarga dan lainnya yang datang untuk mendapatkan
pelayanan dokter dan tenaga medis (Mary R. Zimmerman).
Secara umum mutu pelayanan kesehatan adalah derajat kesempurnaan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standart profesi dan standart pelayanan
dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit atau
20
puskesmas secara wajar, efisien, dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan secara norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan
keterbatasan dan kemampuan pemerintah, serta masyarakat konsumen.
Selain itu Mutu pelayanan kesehatan diartikan berbeda sebagai berikut :
1. Menurut pasien atau masyarakat adalah empati, menghargai, tanggap sesuai
dengan kebutuhan dan ramah.
2. Menurut petugas kesehatan adalah bebas melakukan segala sesuatu secara
profesional sesuai dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, peralatan yang
memenuhi standar.
3. Menurut manajer atau administrator adalah mendorong manajer untuk
mengatur staf dan pasien atau masyarakat yang baik.
4. Menurut yayasan atau pemilik adalah menuntut pemilik agar memiliki tenaga
profesional yang bermutu dan cakap.
Untuk mengatasi adanya perbedaan dimensi tentang masalah pelayanan
kesehatan seharusnya pedoman yang dipakai adalah hakekat dasar dari
diselenggaranya pelayanan kesehatan tersebut. Yang dimaksud hakekat dasar
tersebut adalah memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan
kesehatan yang apabila berhasil dipenuhi akan menimbulkan rasa puas (client
satisfaction) terhadap pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada
tingkat pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien.
Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula mutu pelayanan kesehatan.
21
Sekalipun pengertian mutu yang terkait dengan keputusan ini telah diterima secara
luas, namun penerapannya tidaklah semudah yang diperkirakan.
2.2.2 Manfaat Mutu Pelayanan Kesehatan
Adapun manfaat dari program jaminan mutu adalah sebagai berikut :
1. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
Peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan yang dimaksud disini erat
hubungannya dengan dapat diatasinya masalah kesehatan secara tepat dengan
cara penyelesaian masalah yang benar. karena dengan diselenggarakan
program menjaga mutu dapat diharapkan telah dilakukan secara benar dan
tepat.
2. Dapat lebih meninggatkan efisien pelayanan kesehatan.
Peningkatan efisien yang dimaksud disini erat hubungannya dengan dapat
dicegahnya pelayanan kesehatan yang dibawah standar. Biaya tambahan
karena pelayanan yang berlebihan atau karena harus menangani efek samping
atau komplikasi karena pelayanan kesehatan dibawah standar dapat akan
dapat dicegah.
3. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuai pelayanan
kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan. Apabila
peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan pada gilirannya pasti akan
berperan besar dalam meninggatkan derajat kesehatan masyarakat secara
keseluruhan.
22
4. Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan
timbulnya gugatan hukum pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat
pendidikan masyarakat maka kesadaran hukum masyarakat juga telah
semakin meningkat. Mencegah kemungkinan gugatan hukum terhadap
penyelenggara pelayaan kesehatan antara lain karena ketidakpuasan terhadap
pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya.
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam
memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Definisi pelayanan
kesehatan Notoadmojo adalah sebuah sub sistem pelayanan kesehatan yang
tujuan utamanya adalah pelayanan prenventif (pengetahuan) dan promotif
(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat
Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien
(Elisabeth dan Th. Endang, 2015)
2.2.3 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan
1. Faktor Utama Penentu Kualitas Pelayanan
Menurut Lori Di Prete Brown dikutip dalam Elisabeth dan Endang (2015)
ada 8 Dimensi mutu pelayanan yaitu :
a. Kompetensi Teknis (Technical competence)
Terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan petugas,
manajer dan staf pendukung. Kompetensi teknis berhubungan dengan
bagaimana cara petugas mengikuti standart pelayanan yang telah
23
ditetapkan dalam hal kepatuhan, ketepatan (accurancy), kebenaran
(reliability), dan konsistensi.
b. Akses terhadap pelayanan (Acces to service)
Pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial,
ekonomi, budaya, organisasi atau hambatan bahasa.
c. Efektifitas (Effectiviness)
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas yang menyangkut
norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standart yang ada.
d. Efisiensi (efficiency)
Efisiensi akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan, apabila sumber
daya pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas. Pelayanan yang efisien
pada umumnya akan memberikan perhatian yang optimal kepada pasien
dan masyarakat. Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan
sumber daya yang dimiliki.
e. Kontinuitas (Continuity)
Klien/pasien akan menerima pelayanan yang lengkap yang dibutuhkan
(termasuk rujukan) tanpa mengulangi prosedur diagnose dan terapi yang
tidak perlu.
f. Keamanan (safety)
Mengurangi resiko cidera, infeksi atau bahaya lainyang berkaitan dengan
pelayanan. Keamanan pelayanan melibatkan petugas dan pasien.
24
g. Hubungan antar manusia (Interpersonal Relations)
Interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, manajer dan petugas, dan
antar tim kesehatan dengan masyarakat. Hubungan antar manusia yang
baik menanamkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara menghargai,
menjaga rahasia, menghormati, responsive dan memberikan perhatian.
h. Kenyamanan (amenities)
Pelayanan kesehatan yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas
klinis, tetapi dapat memengaruhi kepuasan pasien dan bersediannya untuk
kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan berikutnya.
Amenities juga berkaitan dengan penampilan fisik dari fasilita kesehatan,
personil dan peralatan medis maupun non medis (Wijoyo, Djoko, 2008
dalam Elisabeth dan Endang, 2015) .
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan
a. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru
Mengingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baru, maka
akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan untuk mengatasi
masalah penyakit-penyakit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat
seperti leser, terapi penggunaan gen dan lain-lain.
b. Nilai masyarakat
Dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan
pelayanan jasa kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju
dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang
25
lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan
demikian juga sebaliknya.
c. Aspek legal dan etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau
pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula
tuntutan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku
pemberi pelayanan kesehatan secara profesional dengan memperhatikan
nilai-nilai hukum dan etika yang ada di masyarakat.
d. Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang, maka pelayanan kesehatan akan lebih
diperhatikan dan mudah dijangkau, begitu juga sebaliknya, keadaan
ekonomi ini yang akan dapat memengaruhi dalam sistem pelayanan
kesehatan.
e. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan semakin
berpengaruh dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-
kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan (Aziz,
Alimul, 2008 dalam buku Elisabeth dan Endang).
Mutu dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Berfokus pada pelanggan
Yang menentukan mutu barang dan jasa adalah pelanggan eksternal.
Pelanggan eksternal berperan dalam menentukan mutu manusia, proses dan
lingkungan yang berhubungan dengan barang dan jasa
26
b. Obsesi terhadap mutu
Penentuan akhir mutu adalah pelanggan internal dan eksternal. Dan mutu
yang ditentukan tersebut, organisasi harus berusaha memenuhi atau
melebihi yang telah ditentukan.
c. Pendekatan ilmiah
Terutama untuk merancang pekerjaan dan proses pembuatan keputusan
dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang dirancang
tersebut.
d. Komitmen jangka panjang
Agar penerapan mutu dapat berhasil, dibutuhkan budaya organisasi yang
baru. Untuk itu perlu adanya komitmen jangka panjang guna mengadakan
perubahan budaya.
e. Kerjasama tim
Kerjasama tim, kemitraan, dan hubungan perlu terus-menerus dijalin dan
dibina baik dengan aparatur antar organisasi maupun dengan pihak luar
(masyarakat).
f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan
Setiap barang dan jasa dihasilkan melalui proses di dalam suatu sistem
atau lingkungan. Sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus-menerus
agar mutu yang dihasilkan lebih meningkat.
g. Pendidikan dan pelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar (fundamental).
Disini berlaku prinsip belajar yang merupakan prosese tiada akhir dan
27
tidak mengenal batas usia (Effendi, Ferry. 2009 dalam buku Elisabeth dan
Endang 2015) .
3. Dimensi yang memengaruhi penilaian kualitas pelayanan
Melalui serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industri jasa,
Parasuraman, Zeithmal, dan Berry (1985) sebagaimana dikutip Tjiptono &
Chandra (2011:196-197) berhasil mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok
kualitas jasa sebagai berikut :
a. Reliabilitas, dua aspek utama yaitu konsistensi kinerja (performance) dan
sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan mampu
menyampaikan jasanya secara benar sejak awal, memenuhi janjinya secara
akurat dan andal, menyimpan data secara tepat, dan mengirimkan tagihan
yang akurat.
b. Responsivitas atau daya tanggap, yaitu kesediaan dan kesiapan para karyawan
yang membantu para pelanggan dan menyampaikan jasa secara cepat.
c. Kompetensi, yaitu penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
d. Akses, meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui (approachability)
dan kemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa mudah dijangkau,
waktu mengantri atau menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi
mudah dihubungi, dan jam operasi nyaman.
e. Kesopanan (courtesy), meliputi sikap santun, respek, atensi, dan keramahan
para karyawan kontak.
28
f. Komunikasi artinya menyampaikan informasi kepada para pelanggan dalam
bahasa yang mudah mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan
keluhan pelanggan.
g. Kredibilitas, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup
nama perusahaan, karakter pribadi karyawan kontak, dan interaksi dengan
pelanggan.
h. Keamanan (security) yaitu bebas dari bahaya, resiko atau keraguan. Termasuk
didalamnya adalah keamanan secara fisik, keamanan finansial, privasi dan
kerahasiaan.
i. Bukti fisik (tangible), meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil,
dan bahan-bahan komunikasi perusahaan.
Dalam riset selanjutnya, Parasuraman, Zeithmal, dan Berry 1985 dalam
Elisabeth dan Endang (2015) menemukan adanya avelapping diantara beberapa
dimensi diatas, oleh sebab itu nereka menyederhanakan sepuluh dimensi tersebut
menjadi lima dimensi pokok. Kompetensi, kesopanan, kredibilitas, dan keamanan
disatukan menjadi jaminan (assurance), sedangkan akses, komunikasi, dan
kemampuan memahami pelanggan diintegrasikan menjadi empati (emphaty).
Terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan
relatifnya :
a. Kehandalan (Reliability)
Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai
yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya, kinerja harus sesuai dengan
harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk
29
semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpati dan dengan akurasi yang
tinggi, memberikan informasi yang akurat, sehingga ketrampilan,
kemampuan dan penampilan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
sesuai dengan apa yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa percaya
pasien terhadap pelayanan yang diberikan.
b. Empati (Emphaty)
Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang
baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pasien. Disamping itu
empati dapat diartikan sebagai harapan pasien yang dinilai berdasarkan
kemampuan petugas dalam memahami dan menempatkan diri pada keadaan
yang dihadapi atau dialami pasien.
Empati diyakini berpengaruh terhadap hasil komunikasi dalam
berbagai tipe dari hubungan-hubungan sosial kita sehari-hari, tanpa empati
komunikasi diantara petugas kesehatan dengan pasien akan mengurangi
kualitas pelayanan kesehatan.
Empati yakni peduli, memberi perhatian pribadi dengan pasien atau
dengan kata lain kemampuan untuk merasakan dengan tepat perasaan orang
lain dan untuk mengkomunikasikan pengertian ini kapada orang tersebut.
Sikap petugas yang sabar dan telaten dalam menghadapi pasien cukup
memberikan harapan yang baik kepada pasien, disamping itu petugas
memiliki rasa hormat, bersahabat, memahami keadaan yang dialami pasien
dengan baik merupakan harapan para pasien.
30
c. Bukti Langsung (Tangibles)
Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan aksistensinya
kepada pihak ekseternal, dimana penampilan dan kemampuan sarana dan
prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti
nyata pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yaitu meliputi fasilitas fisik
(gedung), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), dn
penampilan pegawai serta media komunikasi.
d. Ketanggapan (Responsiviness)
Yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan memberikan pelayanan
yang tepat pada pasien, dengan menyampaikan informasi yang jelas, jangan
membiarkan pasien menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas
menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.
e. Jaminan (assurance)
Yaitu mencakup pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki petugas kesehatan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-
raguan. Asuransi diartikan sebagai salah satu kegiatan menjaga kepastian atau
menjamin keadaan dari apa yang dijamin atau suatu indikasi menimbulkan
rasa kepercayaan.
2.2.4 Persepsi Mutu Pelayanan Kesehatan
Dalam buku Elisabeth dan Endang (2015) , Setiap mereka yang terlibat
dalam layanan kesehatan seperti pasien, masyarakat dan organisasi masyarakat,
profesi layanan kesehatan, dinas kesehatan, dan pemerintah daerah, pasti
mempunyai persepsi yang berbeda tentang unsur penting dalam menentukan mutu
31
layanan kesehatan. Perbedaan ini antara lain disebabkan oleh terdapatnya
perbedaan latar belakang, pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, pengalaman,
lingkungan dan kepentingan.
1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan/masyarakat
Pasien/masyarakat (konsumen) melihat layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan
dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu,
tanggap dan mampu menyembuhkan keluhannya serta mencegah
berkembangnya atau meluas penyakitnya.
Pandangan pasien ini sangat penting karena pasien yang merasa puas
akan mematuhi pengobatan dan mau datang berobat kembali. Pemberi
layanan harus memahami status kesehatan dan kebutuhan layanan kesehatan
masyarakat yang dilayaninya dan mendidik masyarakat tentang layanan
kesehatan dasar dan melibatkan masyarakat dalam menentukan bagaimana
cara yang paling efektif menyelenggarakan layanan kesehatan, sehingga
diperlukan suatu hubungan yang saling percaya antara pemberi layanan
kesehatan atau provider dengan pasien/masyarakat.
2. Bagi pemberi layanan kesehatan
Pemberi layanan kesehatan (provider) mengaitkan layanan kesehatan
yang bermutu dengan ketersediaan peralatan, prosedur kerja atau protokol,
kebebasan profesi dalam melakukan setiap layanan kesehatan sesuai dengan
teknologi kesehatan mutakhir, dan bagaimana keluaran (outcome) atau hasil
layanan kesehatan tersebut.
32
Komitmen dan motivasi pemberi layanan kesehatan bergantung
pada¬kemampuannya dalam melaksanakan tugas dengan cara yang optimal.
Profesi layanan kesehatan membutuhkan dan mengaharapkan adanya
dukungan teknis, administratif, dan layanan pendukung lainnya yang efektif
serta efisien dalam menyelenggarakan layanan kesehatan yang bermutu
tinggi.
3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan
Penyandang dana atau asuransi kesehatan menganggap bahwa layanan
kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang efektif dan
efisien. Pasien diharapkan dapat disembuhkan dalam waktu yang sesingkat
mungkin sehingga biaya pengobatan dapat menjadi efisien. Kemudian upaya
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit akan ditingkatkan agar layanan
kesehatan penyembuhan semakin berkurang.
4. Bagi pemilik sarana pelayanan kesehatan
Pemilik sarana layanan kesehatan berpandangan bahwa layanan
kesehatan yang bermutu merupakan layanan kesehatan yang menghasilkan
pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional dan pemeliharaan,
tetapi dengan tarif yang masih terjangkau oleh pasien/masyarakat, yaitu pada
tingkat biaya yang tidak mendapat keluhan dari pasien dan masyarakat.
5. Bagi administrator pelayanan kesehatan
Administrator walau tidak langsung memberikan layanan kesehatan
pada masyarakat, ikut bertanggung jawab dalam masalah mutu layanan
33
kesehatan. Administrator dapat menyusun prioritas dalam menyediakan apa
yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien serta pemberi layanan kesehatan.
6. Menurut Ikatan Profesi
Keberhasilan penerapan pendekatan jaminan mutu pelayanan
kesehatan akan menimbulkan kepuasan pasien. Dengan demikian, tugas
pelayanan kesehatan selama ini dianggap suatu beban yang berat dan ada
kalanya disertai dengan keluhan atau kritikan pasien dan/masyarakat akan
berubah menjadi suatu kepuasan kerja. Jaminan mutu pelayanan kesehatan
akan menghindari terjadinya malpraktek sehingga dokter dapat terhindar dari
tuntutan pasien.
2.2.5 Unsur – Unsur yang Memengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjuk pada penampilan
(performance) dari pelayanan kesehatan yang dikenal dengan keluaran (output)
yaitu hasil akhir kegiatan dari tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap
pasien, dalam arti perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun
sebaliknya. Sedangkan baik atau tidaknya keluaran tersebut sangat dipengaruhi
oleh proses (process), masukan (input) dan lingkungan (environment). Maka baik
atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur
tersebut, dan untuk menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan ketiga unsur
harus diupayakan sedemikian rupa agar sesuai dengan standart dan atau
kebutuhan.
34
a. Unsur masukan (input)
Adalah tenaga,dana dan sarana fisik, perlengkapan serta peralatan.
Secara umum disebutkan bahwa apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan
kaulitas) tidak sesuai dengan standart yang telah ditetapkan (standar of
personnel and facilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan
kebutuhan, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan (bruce 1990
dalam Elisabeth dan Endang 2015) .
b. Unsur Lingkungan
Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan,
organisasi, manajemen. secara umum disebutkan apabila kebijakan,
organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar dan atau tidak
bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan
kesehatan.
c. Unsur Proses
Yang dimaksud dengan unsur proses adalah tindakan medis,
keperawatan atau non medis. Secara umum disebutkan apabila tindakan
tersebut tidak sesuai dengan standart yang telah ditetapkan (standard of
conduct), maka sulitlah diharapkan mutu pelayanan menjadi baik (Pena 1984
dalam Elisabeth dan Endang 2015).
2.2.6 Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan
Indikator mutu pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa macam. Indikator
adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan suatu proses
tertentu. Indikator mutu pelayanan kesehatan adalah suatu ukuran penatalaksanaan
35
pasien atau keluaran dari layanan kesehatan.indikator dibuat untuk memantau
bagian kritis dari layanan kesehatan.
Program menjaga mutu tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan standar,
karena kegiatan pokok program tersebut adalah menetapkan cara penyelesaian
masalah, menilai hasil dan saran perbaikan yang harus selalu mengacu kepada
standart yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai alat menuju terjaminnya mutu.
Pengertian standar sendiri sangat beragam diantaranya :
a. Standar adalah sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat,
nilai atau mutu.
b. Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang
mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
c. Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna
yang dipergunakan sebagai batar penerimaan minimal, atau disebut pula
sebagai kisaran variasi yang masih dapat diterima (clinical Practice
Guideline, 1990 dalam Elisabeth dan Th. Endang 2015).
1. Indikator Persyaratan Minimal
Menunjuk pada keadaan minimal yang harus dipenuhi untuk menjamin
terselenggarannya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang dibedakan dalam :
a. Standar masukan
Dalam standar masukan yang diperlukan untuk minimal terselenggaranya
pelayanan kesehatan yang bermutu yaitu jenis, jumlah, dan
kualifikasi/spesifikasi tenaga pelaksanan sarana, peralatan, dana (modal).
36
b. Standar lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur
lingkungan yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu yakni garis-garis besar kebijakan program, pola
organisasi serta sistem manajemen yang harus dipatuhi oleh semua
pelaksana.
c. Proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang
harus dilakukan untuk terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu yakni tindakan medis, keperawatan dan non medis (standard of
conduct), karena baik dan tidaknya mutu pelayanan sangat ditentukan oleh
kesesuaian tindakan dengan standar proses.
2. Indikator Penampilan
Indikator penampilan adalah menunjuk pada penampilan pelayanan kesehatan
yang masih dapat diterima. Standar ini menunjuk pada unsur kuaran maka sering
disebut dengan standar keluaran atau standar penampilan (standard of
performance).
Untuk mengukur tercapai tidaknya standar yang telah ditetapkan maka.
digunakan tolak ukur yaitu menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar
yang ditetapkan. Sesuai dengan jenis standar dalam program menjaga mutu, maka
indikator dibedakan menjadi :
37
a. Indikator persyaratan minimal
Menunjuk pada ukuran terpenuhinya atau tidaknya standar masukan,
lingkungan dan proses. Apabila hasil pengukuran berada dibawah
indikator yang telah ditetapkan pasti akan berpengaruh terhadap mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
b. Indikator penampilan minimal
Yaitu menunjuk pada ukuran terpenuhinya atau tidaknya standar
penampilan minimal yang diselenggarakan. Indikator penampilan minimal
sering disebut indikator keluaran. Apabila hasil pengukuran terhadap
standar penampilan berada dibawah indikator keluaran maka berarti
pelayanan kesehatan berada dibawah indikator keluaran maka berarti
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dinilai tidak bermutu.
Berdasarkan uraian diatas, apabila ingin diketahui (diukur) adalah faktor-
faktor yang memengaruhi mutu pelayanan kesehatan (penyebab), maka yang
digunakan adalah indikator persyaratan minimal. Tetapi apabila, ingin diketahui
adalah mutu pelayanan kesehatan (akibat) maka yang digunakan adalah indikator
keluaran (penampilan).
2.2.7 Hubungan antara kepuasan, harapan dan persepsi pasien terhadap
pelayanan kesehatan yang diterima
Menurut Parasuraman 2001 dalam Muninjaya (2014) bahwa konsep kualitas
layanan adalah suatu pengertian yang kompleks tentang mutu, memuaskan atau
tidak memuaskan. Konsep kualitas layanan dikatakan bermutu apabila pelayanan
yang diharapkan lebih kecil daripada pelayanan yang dirasakan (bermutu).
38
Dikatakan konsep kualitas layanan memenuhi harapan, apabila pelayanan yang
diharapkan sama dengan yang dirasakan (memuaskan). Demikian pula dikatakan
persepsi tidak memenuhi harapan, apabila pelayanan yang diharapkan lebih besar
daripada pelayanan yang dirasakan (tidak bermutu). Selain itu pelayanan yang
diharapkan sangat dipengaruhi oleh berbagai persepsi komunikasi dari mulut ke
mulut, kebutuhan pribadi, pengalaman masa lalu dan komunikasi eksternal.
Kepuasan terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui hal-hal sebagai
berikut :
1. Komunikasi dari mukut ke mulut (word of mouth communication)
Informasi yang diperoleh dari paisen atau masyarakat yang
memperoleh pelayanan yang memuaskan ataupun tidak,akan menjadi
informasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk menggunakan atau
memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut.
2. Kebutuhan pribadi (personal need)
Pasien atau masyarakat selalu membutuhkan pelayanan kesehatan
yang tersedia sebagai kebutuhan pribadi yang tersedia pada waktu dan tempat
sesuai dengan kebutuhan. Pasien atau masyarakat mengharapkan adanya
kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang baik dalam
keadaan biasa ataupun gawat darurat.
3. Pengalaman masa lalu (past experience)
Pasien atau masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan
kesehatan yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan yang
39
terdahulu untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memuaskan sesuai
dengan kebutuhannya berdasarkan pengalaman yang lalu.
4. Komunikasi eksternal (company’s external communication)
Sosialisasi yang luas dari sistem pelayanan kesehatan mengenai
fasilitas, sumber daya manusia, serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu
konstitusi pelayanan kesehatan akan memengaruhi pemakaian jasa pelayanan
oleh masyarakat atau pasien.
2.3 Konsep Instalasi Farmasi
2.3.1 Definisi Instalasi Farmasi
Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu
departemen atau unit atau bagian dari suatu rumah sakit dibawah pimpinan
seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi
persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab atas
seluruh pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan paripurna mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan atau
sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita saat tinggal
maupun rawat jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan
penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit (Febriawati, 2013)
Menurut Kepmenkes tahun 2004 Instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) dapat
didefinisikan sebagi suatu departermen atau unit atau bagian di rumah sakit
dibawah pimpinan seorang Apoteker yang memenuhui syarat peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara professional, tempat atau
40
fasilitas penyelenggaraan yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta
pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan kesehatan atau
sediaan farmasi, dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal
dan rawat jalan, pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan
seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit, pelayanan farmasi klinik umum dan
spesialis, mencakup layanan langsung kepada penderita dan pelayanan klinik yang
merupakan program rumah sakit secara keseluruhan.
2.3.2 Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Depkes Republik Indonesia Tahun 2004, Tugas pokok Instalasi
farmasi rumah sakit :
1. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia.
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
3. Melaksanakan KIE (Komunikasi Obat Edukasi) mengenai obat.
4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
5. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melaui analisa, telaah dan
evaluasi pelayanan.
6. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
41
Sedangkan Fungsi Instansi Farmasi Rumah Sakit Sebagai Berikut :
1. Pengelolaan perbekalan farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan
yang berlaku. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi
dan persyaratan kefarmasian. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit
pelayanan di rumah sakit.
2. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat
kesehatan
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien atau keluarga
f. Memberi konseling kepada kepada pasien atau keluarga
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyimpanan nutrisi parenteral
42
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Melakukan pencatatan dalam setiap kegiatan
l. Melaporkan setiap kegiatan
2.3.3 Standart Pelayanan Kefarmasian
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004, Tentang Standart Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek, Standart pelayanan resep di apotik adalah sebagai berikut :
1. Skrining Resep
Apoteker melakukan skrining resep yang meliputi :
a. Persyaratan Administratif
1) Nama,SIP dan alamat dokter.
2) Tanggal penulisan resep.
3) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
4) Nama, Alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
5) Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.
6) Cara pemakaian yang jelas.
7) Informasi lainnya.
b. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,
inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.
c. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian
(dosis, durasi, jumlah obat, dan laijn-lain). Jika ada keraguan terhadap
resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
43
memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
2. Penyiapan Obat
a. Peracikan, Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan
peracikan obat, suatu prosedur tetap harus dibuat dengan memperhatikan
dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.
b. Etiket harus jelas dan dapat dibaca.
c. Kemasan obat yang diserahkan hendaknya dikemas dengan rapi dalam
kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya.
d. Penyerahan obat
Sebelum obat diserahkan kepada pasien, pemeriksaan akhir terhadap
kesesuaian antara obat dengan resep harus dilakukan. Penyerahan obat
dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling
kepada pasien dan tenaga kesehatan.
e. Informasi obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini. Informasi obat
pada pasiensekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktifitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi.
44
f. Konseling
Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi,
pengobatandan perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki
kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya
penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan
kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu, seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya,
apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
g. Monitoring penggunaan obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya.
2.3.4 Sumber Daya Manusia Farmasi Rumah Sakit
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 instalasi
farmasi harus memiliki apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai
dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan
instalasi farmasi rumah sakit. Ketersediaan jumlah tenaga apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian di rumah sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi
dan perizinan rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri.
Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf instalasi farmasi harus ada dan
sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai
kebijakan dan prosedur di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. (Permenkes No.58
Tahun 2014).
45
1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM)
Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM instalasi farmasi
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari:
1) Apoteker
2) Tenaga Teknis Kefarmasian
b. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari:
1) Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian
2) Tenaga Administrasi
3) Pekarya/Pembantu pelaksana
Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam
penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung
jawabnya.
2. Persyaratan Sumber Daya Manusia
Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian. tenaga teknis kefarmasian yang melakukan pelayanan
kefarmasian harus di bawah supervisi apoteker. Apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian harus memenuhi persyaratan administrasi seperti yang telah
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan terkait jabatan fungsional di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(IFRS) diatur menurut kebutuhan organisasi dan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) harus dikepalai oleh
46
seorang apoteker yang merupakan Apoteker penanggung jawab seluruh
pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Kepala instalasi farmasi rumah sakit
diutamakan telah memiliki pengalaman bekerja di instalasifarmasi rumah
sakit minimal 3 (tiga) tahun.
3. Beban Kerja dan Kebutuhan
a. Beban Kerja
Dalam perhitungan beban kerja perlu diperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh pada kegiatan yang dilakukan, yaitu:
1) Kapasitas tempat tidur dan Bed Occupancy Rate (BOR)
2) Jumlah dan jenis kegiatan farmasi yang dilakukan (manajemen, klinik
dan produksi)
3) Jumlah Resep atau formulir permintaan Obat (floor stock) per hari
4) Volume Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai.
b. Perhitungan Beban Kerja
Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada
Pelayanan Kefarmasian di rawat inap yang meliputi pelayanan farmasi
manajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian resep,
penelusuran riwayat penggunaan Obat, rekonsiliasi Obat, pemantauan
terapi Obat, pemberian informasi Obat, konseling, edukasi dan visite,
idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker untuk 30
pasien.
47
Penghitungan kebutuhan Apoteker berdasarkan beban kerja pada
Pelayanan Kefarmasian di rawat jalan yang meliputi pelayanan farmasi
menajerial dan pelayanan farmasi klinik dengan aktivitas pengkajian
Resep, penyerahan Obat, Pencatatan Penggunaan Obat (PPP) dan
konseling, idealnya dibutuhkan tenaga Apoteker dengan rasio 1 Apoteker
untuk 50 pasien.
Selain kebutuhan Apoteker untuk Pelayanan Kefarmasian rawat
inap dan rawat jalan, maka kebutuhan tenaga apoteker juga diperlukan
untuk pelayanan farmasi yang lain seperti di unit logistik medik/distribusi,
unit produksi steril/aseptic dispensing, unit pelayanan informasi obat dan
lain-lain tergantung pada jenis aktivitas dan tingkat cakupan pelayanan
yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi.
2.4 Konsep Kepuasan Pasien
2.4.1 Pengertian Kepuasan Pasien / Konsumen
Menurut Kotler dan Keller (2003), Kepuasan konsumen adalah perasaan
konsumen, baik berupa kesenangan maupun ketidakpuasan yang timbul dari
membandingkan sebuah produk dengan harapan konsumen atas produk tersebut.
Apabila penampilan produk yang diharapkan konsumen tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada, dapat dipastikan konsumen tidak akan merasa puas.
Sebaliknya, apabila produk sesuai atau lebih baik dari yang diharapkan konsumen,
konsumen akan merasa puas.
48
Kepuasan pelanggan adalah suatu keadaan ketika kebutuhan, keinginan, dan
harapan pasien dapat dipenuhi melalui produk/jaa yang dikonsumsi. Oleh karena
itu, kepuasan pasien adalah rasio kualitas yang diraakan oleh pasien dibagi dengan
kebutuhan, keinginan, dan harapan pasien. (Supriyanto dan Ernawaty, 2010)
kepuasan adalah perasaan senang seseorang atau puas bahwa produk atau
jasa yang diterima telah sesuai atau melebihi harapan pelanggan. Kepuasan pasien
adalah karena kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan
yang kita berikan dan kepuasan pasien adalah modal untuk mendapatkan pasien
yang loyal (Nursalam 2013).
Menurut Supranto (2001) kepuasan pasien dapat mempengaruhi minat
untuk kembali ke apotek yang sama dan akan menjadi promosi dari mulut ke
mulut dari calon pasien lainnya yang diharapkan sangat positif bagi sebuah
instalasi farmasi rumah sakit. Kepuasan pelanggan ditentukan oleh persepsi
pelanggan atas performance produk atau jasa dalam memenuhi harapan
pelanggan. Pelanggan merasa puas apabila harapannya terpenuhi. Kepuasan
pasien didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu produk yang
dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan.
Berkaitan dengan kebutuhan pelanggan, pelanggan eksternal pada umumnya
membutuhkan hal-hal berikut (Pohan, 2002) :
1. Kebutuhan terhadap akses layanan, artinya kemudahan memperoleh layanan
kesehatan yang dibutuhkan.
2. Kebutuhan terhadap layanan yang tepat waktu, artinya tingkat ketersediaan
layanan kesehatan saat dibutuhkan.
49
3. Kebutuhan terhadap layanan kesehatan yang efisien dan efektif, artinya biaya
layanan kesehatan terjangkau dan benar jumlahnya, serta layanan semacam
itu mampu mengurangi atau menghilangjkan keluhan/penyakit.
4. Kebutuhan terhadap layanan kesehatan yang tepat dan layak, artinya layanan
kesehatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien atau pelanggan.
5. Kebutuhan terhadap lingkungan yang aman, artinya segala upaya dilakukan
demi keamanan pelanggan dan mengurangi terjadinya bahaya cedera dan
akibat merugikan yang mungkin terjadi dalam organisasi layanan kesehatan.
6. Kebutuhan terhadap penghargaan dan penghormatan pribadi, artinya semua
pelanggan harus diperlakukan sebagai manusia yang penting dan terhormat.
2.4.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan
Menurut Muninjaya (2011), kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Knowledge atau pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang
akan diterimanya. Dalam hal ini, aspek komunikasi memegang peranan
penting karena pelayanan kesehatan adalah high personal contact.
2. Emphaty (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini
akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat
kepatuhan pasien (complience).
3. Biaya (cost) tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral
hazard bagi pasien dan keluarganya. Sikap kurang peduli (ignorance) pasien
dan keluarganya “yang penting sembuh” menyebabkan mereka menerima
50
saja jenis perawatan dan teknologi kedokteran yang ditawarkan oleh tenaga
kesehatan.
4. Penampilan fisik/kerapihan petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan
ruangan (intangibility).
5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance)
ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada
faktor ini.
6. Keandalan dan keterampilan (reliability) petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan.
7. Kecepatan petugas memberikan tanggapan terhadap keluhan pasien
(responsiveness).
Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi
kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor,
antara lain :
1. Kualitas Produk atau Jasa
Pasien akan merasa bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk
atau jasa yang digunakan bekualitas. Presepsi konsumen terhadap kualitas
produk atau jasa yang dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas
produk atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama
iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya.
2. Harga
Harga merupakan aspek, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas
guna mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini
51
mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin
mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang lebih besar.
Sedangkan rumah sakit yang berkualitas sama tetapi berharga murah,
memberi nilai yang lebih tinggi pada pasien.
3. Biaya
Mendapatkan produk dan jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya
tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa
pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut
2.4.3 Pengukuran Kepuasan Pasien/Konsumen
Ada beberapa metode yang bisa dipergunakan setiap perusahaan untuk
mengukur dan memantau kepuasan pelangganya dan pelanggan (Tjiptono dan
Chandra, 2016) yaitu :
1. System keluhan dan saran
Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu menyediakan
kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna
menyampaikan saran, kritik, pendapat dan keluhan mereka.
2. Ghost Shoping
Merupakan salah satu cara untuk memperoleh gambaran kepuasan
pelanggan/pasien dengan memperkerjakan beberapa orang untuk berperan
sebagai pembeli, selanjutnya melaporkan temuan-temuannya mengenai
kekuatan dan kelemahan produk perusahaan pesaing.
52
3. Lost Customer Analysis
Sedapat mungkin perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang
telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat
memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan
perbaikan/penyempurnaan selanjutnya.
4. Survey Kepuasan Pelanggan
Yaitu dengan melakukan survey untuk dapat memperoleh umpan balik
ataupun tanggapan secara langsung dari pelanggan.
Pengukuran kepuasan melalui metode ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Directly reported
Yaitu pengukuran dilakukan menggunakan item-item spesifik yang
menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan.
b. Derived Statisfaction
Pelanggan diminta untuk menilai pelayanan saat ini kepada mereka dan
bagaimana seharusnya pelayanan mereka perlu diubah atau diperbaiki.
c. Problem analysis
Pasien diminta mengungkapkan masalah-masalah yang mereka hadapi
berkaitan dengan produk atau jasa perusahaan dan saran-saran perbaikan.
d. Importance - performance analysis
Menanyakan kepada pelanggan mengenai tingkat kepuasan tiap pelayanan
dan bagaimana perusahaan menyajikan tiap layanan tersebut.
53
2.4.4 Aspek – Aspek yang Memengaruhi Kepuasan Pasien
Pasien rumah sakit dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu pasien rawat
inap dan pasien rawat jalan. Dengan demikian, aspek – aspek yang memengaruhi
kepuasan pasien rawat inap tentunya berbeda dengan pasien rawat jalan.
Aspek – aspek yang mungkin memengaruhi kepuasan pasien rawat jalan rumah
sakit antara lain :
a. Penampilan gedung rumah sakit yang meyakinkan dan menarik.
b. Lingkungan rumah sakit bersih, nyaman dan teratur.
c. Pertanaman rumah sakit indah dan dipelihara dengan baik.
d. Parkiran rumah sakit yang nyaman dan teratur.
e. Petunjuk arah/nama ruangan yang jelas dalam lingkungna rumah sakit.
f. Penampilan perawat, dokter, petugas kesehatan lain yang rapi dan bersih, dan
memiliki sikap suka menolong.
g. Kantor rekam medik buka tepat waktu.
h. Petugas rekam medik melayani dengan sopan, ramah dan tanggap.
i. Pencarian/pengambilan rekam medik cepat dan tepat.
j. Jumlah kursi untuk pasien yang menunggu rekam medik memadai.
k. Poliklinik buka tepat waktu (Imbalo S. Pohan 2006)
54
2.5 Konsep Loyalitas Pasien
2.5.1 Definisi Loyalitas Pasien
Menurut Oliver (1996) definisi loyalitas adalah komitmen pelanggan
bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan
pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang,
meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk
menyebabkan perubahan perilaku (Hurriyati, 2015).
Menurut Kotler (1999), pelanggan yang loyal memiliki beberapa
keuntungan bagi perusahaan, diantaranya pelanggan yang loyal kurang sensitif
terhadap harga, tetap berlangganan atau membeli produk perusahaan untuk
periode yang lama dan menyebarkan informasi yang positif tentang perusahaan
dan produk yang ditawarkan (Masram dan Mu’ah 2014).
Pelanggan yang loyal adalah merupakan tujuan akhir dari setiap perusahaan.
Tetapi banyak perusahaan yang kurang menyadari bahwa loyalitas pelanggan
dapat dibentuk melalui beberapa tahapan mulai dari mencari pelanggan sampai
advocad customer yang banyak memberikan manfaat bagi perusahaan.
Menurut Griffin (1997) definisi loyalitas adalah : “loyalty is defined as non
random purchase expressed over time by some decision making unit”. Terlihat
bahwa loyalitas lebih mengarah kepada perilaku yang ditunjukkan dengan
pembelian secara rutin yang didasarkan pada proses pengambilan keputusan
(Masram dan Mu’ah 2014).
Perilaku pembelian ulang sering kali dihubungkan dengan loyalitas merek
(brand loyalty). Akan tetapi, ada perbedaan di antara keduanya. Bila loyalitas
55
merek mencerminkan komitmen psikologis terhadap merek tertentu, maka
perilaku pembelian ulang semata-mata menyangkut pembelian merek tertentu
yang sama secara berulang kali. Misalnya, karena memang satu-satunya merek
yang tersedia, termurah, dan sebagainya. Pembelian ulang bisa merupakan hasil
dominasi pasar oleh suatu perusahaan yang berhasil membuat produknya menjadi
satu-satunya alternatif yang tersedia. Konsekuensinya pelanggan tidak memiliki
peluang untuk memilih. Selain itu, pembelian ulang bisa pula merupakan hasil
dari upaya promosi terus- menerus dalam rangka memikat dan membujuk
pelanggan untuk membeli kembali merek yang sama. Bila tidak ada dominasi
pasar dan upaya promosi intensif tersebut, maka pelanggan bersangkutan sangat
mungkin beralih merek. Sebaliknya, pelanggan yang setia pada merek tertentu
cenderung “terikat” pada merek tersebut dan akan membeli produk yang sama lagi
sekalipun tersedia banyak alternatif lainnya.
2.5.2 Dimensi Loyalitas Pasien
Pelanggan yang loyal merupakan aset yang tak ternilai harganya bagi
penyelenggara pelayanan, menurut Griffin 1997 dalam Masram dan Mu’ah
(2014) dimensi loyalitas :
1. Melakukan pemeriksaan di rumah sakit secara teratur (repeat purchase).
2. Mengajak orang lain untuk menggunakan layanan rumah sakit (referrals).
3. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik pesaing atau tidak mudah
terpengaruh oleh daya tarik produk sejenis dari pesaing (retention).
56
2.5.3 Pengukuran Loyalitas Pelanggan / Pasien
Menurut griffin (2015) loyalitas pelanggan tampaknya merupakan ukuran
yang lebih dapat diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan penjualan dan
keuangan. Berbeda dari kepuasan, yang merupakan sikap, loyalitas dapat
didefinisikan berdasarkan perilaku membeli. Pelanggan yang loyal adalah orang
yang:
1. Melakukan pembelian berulang secara teratur
Pelanggan yang loyal adalah mereka yang melakukan pembelian barang
ataupun jasa secara teratur bahkan mereka akan tetap membeli meskipun
harganya mengalami kenaikan.
2. Membeli antar lini produk dan jasa
Pelanggan yang loyal bukan hanya membeli satu jenis produk atau jasa saja
dari sebuah perusahaan , melainkan mereka juga membeli produk ataupun
jasa tambahan yang disediakan oleh perusahaan tersebut.
3. Merekomendasikan kepada orang lain
Pelanggan yang loyal selalu ingin merekomendasikan suatu produk atau jasa
yang digunakannya kepada orang lain, baik kepada teman maupun saudara.
Mereka selalu berusaha mempengaruhi orang lain untuk menggunakan
produk atau jasa yang sama dengan selalu menceritakan kelebihan produk
atau jasa yang dia gunakan sampai orang tersebut mencoba menggunakannya.
57
4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing
Para pelanggan yang loyal selalu menolak apabila ditawari produk atau jasa
dari perusahaan lain (pesaing). Mereka sudah memiliki kecintaan tersendiri
terhadap produk atau jasa yang telah digunakan.
2.5.4 Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pasien
Lupiyoadi 2001 dalam Masram dan Mu’ah (2014) mengemukakan bahwa
dalam meningkatkan kepuasan pasien atau loyalitas pasien ada lima factor yang
perlu diperhatikan yaitu:
1. Kualitas Produk
Pasien akan merasa puas jika membeli dan menggunakan produk tersebut dan
kualitasnya baik. Terdapat enam elemen dalam kualitas produk yaitu :
performance, durability, feature, reliability, consistency dan desaign.
2. Harga
Bagi pasien yang sensitif harga yang lebih murah adalah sumber kepuasan
terpenting, karena mereka akan mendapatkan value for money yang tinggi.
Komponen ini sangat penting bagi beberapa perusahaan yang ingin
menciptakan kepuasan pasien.
3. Service Quality
Komponen ini terdiri dari tiga hal yaitu sistem, teknologi dan manusia. Factor
manusia memegang kontribusi terbesar 70% sehingga tidak mengherankan
kepuasan pasien tidak dapat diikuti.
58
4. Emotional Factor
Komponen ini berlaku untuk pasien dengan gaya hidup seperti: mobil,
pakaian, kosmetik dan sebaginya. Rasa bangga, simbol sukses dan rasa
percaya diri, bagian orang penting dan sebagainya adalah contoh-contoh
emotional value yang mendasari kepuasan pasien.
5. Biaya dan Kemudahan Mendapatkan Produk
Pelanggan akan merasa puas jika biaya dan produk yang diperoleh relative
mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk dan pelayanan.
2.5.5 keuntungan memiliki pelanggan loyal
Menurut Griffin Tahun 2002 dalam Hurriyati (2015) mengemukakan
keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki
pelanggan yang loyal, antara lain:
1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik pelanggan
yang baru lebih mahal) .
2. Dapat mengurangi biaya transaksi.
3. Dapat mengurangi biaya turnover konsumen (karena penggantian konsumen
yang lebih sedikit) .
4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar
perusahaan.
5. Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa
pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas.
6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya penggantian, dll).
59
2.5.6 Tingkatan Tahap Loyalitas
Terdapat empat fase model loyalitas, yang menyatakan secara tidak
langsung bahwa aspek perbedaan dari loyalitas tidak timbul secara simultan, tetapi
lebih berurutan sepanjang waktu (Adam, 2015).Tahap-tahap loyalitas tersebut
yaitu:
1. Cognitive loyality, Pada tahap ini informasi suatu merek tersedia untuk
konsumen yang mengidentifikasikan bahwa merek tersebut dapat dipilih.
Loyalitas didasarkan pada keyakinan akan suatu merek. Kesadaran
(cognitive) dapat berdasarkan pada pengetahuan sebelumnya atau pada
informasi pengalaman yang baru dialami.
2. Affective loyality, Pada tahap ini terjadi pengembangan loyalitas kesukaan
atau sikap terhadap merek yang dirasa memuaskan pengguna.
3. Conative loyality, pada tahap selanjutnya ini terdapat komitmen khusus pada
suatu merek untuk melakukan pembelian ulang. Komitmen ini adalah adanya
minat untuk membeli ulang (intentition to rebuy).
4. Action loyality, tahap terakhir adalah loyalitas dalam bentuk tindakan. Pada
tahap ini terdapat suatu minat yang disertai dengan motivasi yang selanjutnya
akan ditransformasikan pada kesiapan untuk bertindak dan ada keinginan
tambahan untuk mengatasi halangan yang mencegah untuk bertindak.
60
2.6 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi dari Parasuraman, Zeithmal, Berry (1985) dalam Elisabeth dan Th. Endang , Jill Griffin 2015
Komunikasi
mulut ke mulut
Kebutuhan
Pribadi
Komunikasi
Eksternal
Pengalaman
masa lalu
Pelayanan yang
Diharapkan
Dimensi Utama Mutu Pelayanan
Kesehatan menurut Parasuraman,
Zeithmal, Berry (1985)
1. Reliabilitas (Reliability
2. Daya Tanggap
(Responsiviness(
3. Jaminan (Assurance)
4. Empati (Emphaty)
5. Bukti Fisik (Tangible)
Indikator Loyalitas Pasien Menurut
Griffin (2015) berdasarkan perilaku
membeli
1. Melakukan pembelian
berulang secara teratur 2. Membeli antar lini produk dan
jasa
3. Merekomendasikan kepada
orang lain
4. Menunjukkan kekebalan
terhadap tarikan dari pesaing
Mutu Pelayanan Kesehatan
Loyalitas Pasien
Pelayanan yang
Diterima
Kepuasan
Standar Pelayanan Kesehatan
Secara Umum :
1. Standar persyaratan minimal
2. Standar penampilan
Faktor – Faktor yang mempengaruhi
Loyalitas pasien Menurut Jill Griffin:
20-24) :
1. Keterikatan (attachment)
2. Pembelian Berulang
3. Tanpa Loyalitas
4. Loyalitas yang lemah
5. Loyalitas Tersembunyi
6. Loyalitas Premium
7.
60
61
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
kerangka konsep atau kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan
apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dua variabel atau lebih. Apabila
penelitian hanya membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang
dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-
masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti
(Sugiyono, 2014). Berdasarkan teori dan pendapat para ahli, maka penelitian ini
dapat disusun menjadi sebuah kerangka konsep sebagai berikut :
kepuasan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Mutu Pelayanan Farmasi
Dimensi mutu pelayanan menuru
Parasuraman Zeithmal, dan Berry
(1985) dalam (Elizabeth dn Th.
Endang 2015) :
1. Reliability/Kehandalan :
pelayanan secara
akurat,segera,memuaskan
2. Responsiveness/Ketanggapan :
ketanggapan petugas dalam
memberikan pelayanan secara
tepat.
3. Assurane/Jaminan :
pengetahuan, kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki
petugas
4. Emphaty/Empati : kemudahan
dalam melakukan komunikasi
5. Tangibles/Bukti langsung :
fasilitas fisik, perlengkapan,
sarana komunikasi
Loyalitas Pasien
Indikator Loyalitas Pasien
menurut Griffin (2015)
1. Melakukan pembelian
berulang secara teratur
2. Membeli antar lini
produk dan jasa
3. Merekomendasikan
kepada orang lain
4. Menunjukkan
kekebalan terhadap
tarikan dari pesaing
62
Keterangan : : variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
: berpengaruh
Berdasarkan gambar 3.1 peneliti mengukur pengaruh mutu pelayanan
farmasi terhadap Loyalitas Pasien Rawat Jalan dengan menggunakan lima dimensi
mutu pelayanan kesehatan menurut Parasuraman, Zeithmal, dan Berry 1985 dalam
Elisabeth dan Endang (2015) yang meliputi Reliability (Kehandalan),
Responsiviness (Ketanggapan), Assurance (Jaminan), Emphaty (Empati),
Tangible (Bukti Fisik). Mutu pelayanan kesehatan salah satu faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasien. Apabila pasien merasa puas maka akan
berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. kepuasan akan mendorong konsumen
untuk mengulang perilaku berkunjung kembali. Untuk mengukur tingkat
Loyalitas Pasien Umum di Rawat Jalan, menggunakan Dimensi Loyalitas Pasien
menurut Griffin (2015) yaitu Melakukan pembelian berulang secara teratur,
Membeli antar lini produk dan jasa, Merekomendasikan kepada orang lain,
Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing. Sedangkan untuk
Kepuasan Pasien disini tidak diteliti.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari sesuatu penelitian yang
kebenaranya dibuktikan dalam penelitian setelah melalui pembuktian dari hasil
penelitian maka hipotesis dapat benar atau juga salah, dapat diterima atau ditolak
(Notoadmojo, 2010). Hipotesis penelitian memberi arah dan petunjuk untuk
63
penelitian. Mereka menunjukkan variabel bebas dan variabel tergantung yang
akan diteliti. Mereka memberi arahan data macam apa yang harus dikumpulkan
dan jenis analisis apa yang harus dikerjakan untuk mengukur hubungan.
Berdasarkan Kerangka Konsep diatas, rumusan hipotesis penelitian yaitu
sebagai berikut :
H1 : Adanya pengaruh antara mutu pelayanan farmasi terhadap Loyalitas Pasien
Umum Rawat Jalan di RSUD Kota Madiun Tahun 2019
64
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan jenis penelitian
kuantitatif, dimana penelitian ini untuk mengidentifikasi antara variabel bebas
(independent) yaitu mutu pelayanan farmasi terhadap variable terikat (dependent)
yaitu loyalitas pasien. Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan
pendekatan desain cross sectional.
Penelitian Cross sectional bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
variable bebas (faktor resiko) dan variabel tergantung (efek) dengan melakukan
pengukuran sesaat. Yang dimaksud satu saat adalah semua subyek penelitian
variabel dependent dan independent dinilai hanya satu kali secara bersamaan
(simultan), namun bukan berarti semua subyek penelitian harus diobservasi pada
hari dan waktu yang sama.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi Penelitian
Yang dimaksud dengan populasi disini adalah seluruh obyek atau subyek
penelitian yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Nursalam, 2016). Populasi dalam
penelitian ini yaitu rata-rata Jumlah Kunjungan Pasien Poliklinik RSUD Kota
Madiun
65
dengan Cara Bayar Tahun 2018 yaitu sebanyak 815 orang dengan rumus sebagai
berikut :
x = n
x
Keterangan :
x : nilai sampel ke-i
x : rata-rata hitung
n : jumlah sampel
4.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat mengambil beberapa sampel
yang diambil dari populasi tersebut (Sugiono, 2015).
Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian, maka peneliti
menggunakan rumus slovin sebagai berikut :
21 Nd
Nn
+=
Keterangan :
=n ukuran sampel
=N ukuran populasi
=d presentasi kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolelir,
10%
Berikut ini adalah perhitungan sampel Jumlah Kunjungan Pasien Poliklinik
RSUD Kota Madiun dengan Cara Bayar Tahun 2018 dengan jumlah populasi
66
sebanyak 815 orang dengan nilai d yang peneliti gunakan yaitu sebesar 10%, jadi
perhitungannya sebagai berikut :
21 Nd
Nn
+=
2)1.0(8151
815
+=n
)01.0(8151
815
+=n
15.81
815
+=n
==15.9
815n = 89 Orang
Dari rumus diatas dengan jumlah populasi sebesar 815 orang maka
didapakan jumlah sampel sebesar 89 orang/sampel.
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995 dalam Nursalam
2008).
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan metode
non-probability sampling, adalah pengambilan sample yang tidak didasarkan atas
kemungkinan yang dapat diperhitungkan, tetapi semata-mata hanya berdasarkan
kepada segi-segi kepraktisan belaka (Notoatmodjo, 2012) dengan teknik
pengambilan samper yaitu purposive sampling adalah teknik penetapan sampel
67
dengan cara sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam
penelitian) sehingga sample tersebut dapat mewakili karateristik populasi yang
telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2016).
Adapun kriteria responden yang dapat diberi kuesioner sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari sesuatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008). Kriteria
inklusi sebagai berikut :
a. Pasien rawat jalan di depo instalasi farmasi RSUD Kota Madiun dengan
cara bayar/ non BPJS
b. Pasien yang bersedia menjadi responden
c. Pasien yang dapat membaca dan menulis
d. Pasien yang dapat berkomunikasi dengan baik
2. Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi dikarenakan berbagai sebab (Nursalam,
2008). Kriteria Ekslusi sebagai berikut :
a. Pasien dengan kondisi sakit keras
b. Pasien yang tidak dapat membaca dan menulis
68
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Adapun kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Kerangka Penelitian
SAMPEL
Jumlah sampel penelitian ini sebesar 89 orang/sampel.
TEKNIK SAMPLING
Teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling
DESAIN PENELITIAN
Analitik dengan pendekatan cross sectional
Hasil Penelitian dan Kesimpulan Penelitian
PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Pengolahan data : Editing, coding, skoring, entry data, tabulating
Analisa Data : uji Chi Square SPSS
PENGUMPULAN DATA
Menggunakan kuesioner Mutu pelayanan farmasi dan Loyalitas
pasien/pelanggan rawat jalan
POPULASI
Rata- rata jumlah kunjungan pasien umum rawat jalan yaitu 815 orang
69
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau auturan yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep penelitian
tertentu (Notoadmojo, 2010).
Variabel penelitian ini mencakup dua variabel, yaitu variabel bebas
(Independen) yang dapat mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat dan variabel terikat (Dependen) yang dipengaruhi atau
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014).
Adapun variabel bebas (Independen) dalam penelitian ini yaitu mutu
pelayanan farmasi sedangkan variabel terikatnya (Dependen) adalah loyalitas
pasien rawat jalan.
4.5.2 Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik (variabel)
yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang diamati
(diukur) itulah merupakan kunci dari definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara
cermat terhadap suatu objek atau fenomena kemudian dapat diulangi lagi orang
lain (Nursalam, 2015).
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini akan diuraikan dalam tabel
sebagai berikut :
70
4.5.3 Definisi Operasional dari Pengaruh Mutu pelayanan Farmasi terhadap Loyalitas Pasien Umum Rawat Jalan di RSUD
Kota Madiun Tahun 2019
Tabel 4.1 Definisi Operasional
variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur
Skala
Data Skor Kategori
Variabel Bebas
(Independent)
Mutu Playanan
Farmasi
Penilaian/persep
si pasien
terhadap tingkat
pelayanan
kesehatan yang
dapat
menimbulkan
rasa puas
terhadap
pelayanan di
instalasi depo
farmasi RSUD
Kota Madiun
Menurut Parasunarman
dalam Elizabeth dan
Th.Endang (2015) terdapat
lima dimensi pokok yang
menentukan mutu
pelayanan yaitu
1. Reliability/Kehandalan :
pelayanan secara
akurat,segera,memuaska
n
2. Responsiveness/Ketangg
apan : ketanggapan
petugas dalam
memberikan pelayanan
secara tepat.
3. Assurane/Jaminan :
pengetahuan,
kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya
yang dimiliki petugas
4. Emphaty/Empati :
Kuesioner
d
e
n
g
a
n
s
k
a
l
a
L
i
k
e
r
t
Nominal Skor pertanyaan
sebagai berikut :
1 : sangat tidak
setuju
2 : tidak setuju
3 : cukup setuju
4 : setuju
5 : sangat setuju
Baik apabila
score T ≥ mean T
Kurang baik
apabila score T <
mean T
(Azwar,2009)
71
variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur
Skala
Data Skor Kategori
kemudahan dalam
melakukan komunikasi
5. Tangibles/Bukti
langsung : fasilitas fisik,
perlengkapan, sarana
komunikasi
Variabel
Terikat
(Dependent)
Loyalitas Pasien
Penilaian/persep
si pasien
terhadap
Tingkat
kesetian/komit
men pasien
terhadap
pelayanan di
instalasi depo
farmasi RSUD
Kota Madiun
Indikator Loyalitas Pasien
menurut Griffin (2015) :
1. Melakukan pembelian
berulang secara teratur :
Melakukan pembelian
obat secara berulang di
depo farmasi
2. Membeli antar lini
produk dan jasa : Pasien
memanfaatkan produk
dan jasa pelayanan
kesehatan tambahan di
depo farmasi
3. Merekomendasikan
kepada orang lain :
Pasien
merekomendasikan
pelayanan depo farmasi
ke pasien lain
Kuesioner
d
e
n
g
a
n
s
k
a
l
a
L
i
k
e
r
Nominal Skor pertanyaan
sebagai berikut :
1 : sangat tidak
setuj
u
2 : tidak setuju
3 : cukup setuju
4 : setuju
5 : sangat setuju
Naik apabila
score T ≥ mean T
Kurang baik
apabila score T <
mean T
(Azwar,2009)
72
variabel Definisi
Operasional Parameter Alat Ukur
Skala
Data Skor Kategori
4. Menunjukkan kekebalan
terhadap tarikan dari
pesaing : Pasien
menolak/tidak
melakukan pembelian
obat diluar depo farmasi
RSUD Kota Madiun
t
73
4.6 Instrumen Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lembar
kuesioner yaitu alat pengumpulan data secara formal kepada responden untuk
menjawab pertanyaan secara tertulis (Nursalam, 2016) yang telah dirancang
sedemikian rupa agar diperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.
Pertanyaan pada kuesioner ini berkaitan dengan mutu pelayanan farmasi
dengan menggunakan lima dimensi mutu pelayanan kesehatan yang meliputi
Bukti Fisik (Tangible), kehandalan (Reability), Daya tanggap (Responsiviness),
jaminan (Assurance), Empati (Emphaty). Dan Loyalitas pasien Umum dengan
menggunakan Indikator Griffin 2015 yaitu Melakukan pembelian obat secara
berulang di depo farmasi, Pasien memanfaatkan produk dan jasa pelayanan
kesehatan tambahan di depo farmasi, Pasien merekomendasikan pelayanan depo
farmasi ke pasien lain, Pasien menolak/tidak melakukan pembelian obat diluar
depo farmasi RSUD Kota Madiun.
4.6.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang merupakan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur. Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun
tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu dilakukan uji
validitas (Notoatmodjo, 2012). Teknik uji validitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Uji Korelasi Product Moment dengan jumlah responden
sebanyak 10 maka nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel r korelasi product
moment person yaitu 0,632 dengan signifikan 5%.
74
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel r hitung r tabel Keterangan
Pernyataan 1 0.690 0.632 Valid
Pernyataan 2 0.886 0.632 Valid
Pernyataan 3 0.919 0.632 Valid
Pernyataan 4 0.690 0.632 Valid
Pernyataan 5 0.743 0.632 Valid
Pernyataan 6 0.919 0.632 Valid
Pernyataan 7 0.928 0.632 Valid
Pernyataan 8 0.690 0.632 Valid
Pernyataan 9 0.886 0.632 Valid
Pernyataan 10 0.919 0.632 Valid
Pernyataan 11 0.690 0.632 Valid
Pernyataan 12 0.743 0.632 Valid
Pernyataan 13 0.919 0.632 Valid
Pernyataan 14 0.928 0.632 Valid
Pernyataan 15 0.919 0.632 Valid
Pernyataan 16 0.928 0.632 Valid
Pernyataan 17 0.690 0.632 Valid
Pernyataan 18 0.886 0.632 Valid
Pernyataan 19 0.886 0.632 Valid
Pernyataan 20 0.919 0.632 Valid
Pernyataan 21 0.690 0.632 Valid
Pernyataan 22 0.743 0.632 Valid
Pernyataan 23 0.919 0.632 Valid
Pernyataan 24 0.928 0.632 Valid Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa hasil uji validitas kuesioner
mutu pelayanan farmasi dan loyalitas pasien adalah valid, karena nilai r hitung > r
tabel = 0,632
4.6.2 Uji Reliabilitas
Relibailitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Metode yang diterapkan
pada penelitian ini adalah metode alpha yang merupakan metode untuk mencari
reabilitas internal yakni menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran.
75
Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas
Jumlah item Nilai cronbach's alpha R tabel keterangan
24 0.762 0,60 Reliabel Sumber : Data Primer, 2019.
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa hasil uji reliabilitas
kuesioner mutu pelayanan farmasi dan loyalitas pasien adalah valid, karena nilai
cronbach's alpha > r tabel = 0,60
4.7 Lokasi dan Waktu penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Madiun yang beralamat di Jl.
Campursari 12B Madiun. Penelitian ini dilaksanakan di unit Farmasi untuk
melakukan pengambilan data primer dengan menggunakan kuesioner Mutu
pelayanan dan Loyalitas pasien rawat jalan.
4.7.2 Waktu Penelitian
Penyusunan proposal dimulai sejak bulan Februari – April 2019.
Selanjutnya akan dilakukan pengumpulan data di Unit Farmasi pada bulan Mei –
Juni 2019
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan data primer
dengan kuesioner yang dibagikan kepada responden atau keluarga pasien rawat
jalan di instalasi farmasi RSUD Kota Madiun 2019. Kuesioner adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
76
dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang mereka ketahui (Arikunto,
2010).
4.9 Teknis Analisis Data
4.9.1 Pengolahan Data
Menurut Sugiyono (2014) setelah kuesioner diisi oleh responden, maka data
diolah melalui tahapan sebagai berikut:
1. Editing
Meneliti kembali apakah isian dalam lembar kuesioner sudah lengkap dan
diisi, editing dilakukan ditempat pengumpulan data, sehingga jika ada
kekurangan data dapat segera dikonfirmasikan pada responden yang
bersangkutan.
2. Coding
Tahap ini merubah data yang dikumpulkan kedalam bentuk yang lebih
ringkas. Memberi kode untuk masing-masing variabel terhadap data yang
diperoleh dari sumber data yang telah diperiksa kelengkapannya.
Mutu Pelayanan Farmasi :
- Kode 1 untuk mutu pelayanan baik apabila skor T ≥ mean T (50)
- Kode 2 untuk mutu pelayanan kurang baik apabila skor T < mean T (50)
Loyalitas Pasien :
- Kode 1 untuk Loyalitas Pasien baik apabila skor T ≥ mean T (50)
- Kode 2 untuk Loyalitas Pasien kurang baik apabila skor T < mean T
(50)
77
Skor T dan Mean T dihitung dengan menggunakan SPSS Versi 16.0
3. Tabulating
Tabulating adalah langkah memasukkan data-data hasil penelitian kedalam
tabel-tabel sesuai kriteria yang sudah ditentukan.
4. Scoring
Scoring yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada pertanyaan yang
berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga mempermudah
perhitungan.
Skoring Untuk Pertanyaan Mutu Pelayanan Farmasi :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Cukup setuju
4 = Setuju
5 = sangat setuju
Skoring Untuk Pertanyaan Loyalitas Pasien :
1 = Sangat tidak setuju
2 = Tidak setuju
3 = Cukup setuju
4 = Setuju
5 = sangat setuju
78
5. Entry data
Entry data adalah proses memasukkan data kedalam kategori tertentu untuk
dilakukan analisis data.
4.9.2 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjalaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variabel.
Misalnya distribusi frekuensi responden berdasarkan : umur, jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini
analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh mutu pelayanan
farmasi terhadap loyalitas pasien umum rawat jalan .
Pengolahan analisis bivariat ini dengan menggunakan bantuan kompetensi.
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square
untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara dua variabel (Budiarto,
2001).
Rumus menghitung Chi Kuadrat sebagai berikut ;
( )2
2
fe
fefoX
−=
Keterangan : 2X = Nilai Chi Square
79
fo = Frekuensi yang diobservasi
fe = Frekuensi yang diharapkan
Untuk mengetahui kebermaknaan dari hasil pengujian tersebut dilihat dari ρ,
ρ tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai α = 5% atau 0,05 dengan
ketentuan :
1. ρ ≤ 0,05 maka Ho ditolak
2. ρ ≥ 0,05 maka Ho diterima
4.10 Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2012) peneliti dalam melakukan penelitian
sebaiknya memperhatikan beberapa prinsip dasar etika penelitian sebagai berikut :
1. Menghormati harkat dan martabat manusia Peneliti perlu mempertimbangkan
hak-hak responden untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti
melakukan penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan
kebebasan kepada subyek untuk memberikan informasi atau tidak
memberikan informasi. Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan
martabat responden, peneliti seyogianya mempersiapkan formulir persetujuan
menjadi responden (inform concent) yang mencangkup :
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
c. Persetujuan responden dapat mengundurkan diri sebagai obyek penelitian
kapan saja
80
d. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan informasi yang
diberikan oleh responden
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian Setiap orang
mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu
dalam memberikan informasi. Peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas dan kerahasiaan responden. Peneliti cukup menggunakan
coding sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan Prinsip keterbukaan dan adil perlu
dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk
itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip
keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan
ini menjamin bahwa semua responden memperoleh perlakukan dan
keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan
sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan Sebuah penelitian
hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada
umumnya, dan bagi responden khusunya.
81
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.3 Hasil
5.3.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun
RSUD Kota Madiun merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintah
Kota Madiun yang berlokasi di Jl. Campursari 12 B Madiun dan menempati areal
seluas 40.785 m2 dengan luas bangunan Rumah Sakit 10.966,7 m2 dan ditetapkan
sebagai Rumah Sakit milik Pemerintah Kota Madiun melalui Keputusan Menteri
Kesehatan RI No 1076/Menkes/SK/VII/2005 tentang Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Madiun milik Pemerintah Kota Madiun Propinsi Jawa Timur dan Peraturan
Daerah Kota Madiun No 05 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah serta telah menjadi Rumah Sakit Kelas C dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 245/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 02
April 2009 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun
menjadi kelas C.
Terhitung 1 Januari 2013, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun telah
menjadi BLUD Penuh sejak diterbitkannya Keputusan Walikota Madiun Nomor
445-401.302/256/2012 tanggal 17 Desember 2012 tentang Penetapan Status
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Penuh pada Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Madiun.
Sebagai unsur pendukung atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah
dibidang pelayanan kesehatan perorangan dituntut untuk memberikan pelayanan
82
prima dan paripurna pada masyarakat dengan terus meningkatkan mutu
pelayanan. Dengan demikian RSUD Kota Madiun berusaha secara maksimal
memanfaatkan peluang pasar sesuai dengan kemampuannya dengan tetap
melaksanakan fungsi sosial agar tetap menjadi rumah sakit pilihan masyarakat
Kota Madiun.
5.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Kota Madiun
1. Visi Rumah Sakit Umum Kota Madiun
Terwujudnya Rumah Sakit Umum Kota Madiun Yang Berkualitas Dan
Menjadi Pilihan Masyarakat Kota Madiun Dan Sekitarnya
2. Misi
Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan. Makna dari Misi tersebut yaitu:
a. Untuk melaksanakan pelayanan yang bermutu dibutuhkan Sumber Daya
Manusia yang profesional dalam bidang medis, keperawatan maupun
administrasi dalam suasana yang aman dan nyaman serta kompetetif. Selain
itu juga dibutuhkan sarana dan prasarana Rumah Sakit yang memenuhi
standar, baik sarana gedung, peralatan kedokteran dan fasilitas/sarana
prasarana penunjang lainnya sesuai kelas Rumah Sakit sehingga pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat memenuhi standar pelayanan
minimal/berkualitas dan keselamatan pasien dapat terpenuhi.
b. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan pelanggan serta
terjangkau melalui pengembangan pelayanan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dan diharapkan dapat
melayani masyarakat dengan profesional.
83
5.1.3 Tujuan dan Sasaran Rumah Sakit Umum Kota Madiun
1. Tujuan
Meningkatkan Pelayanan Sesuai Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
2. Sasaran
Terwujudnya Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
5.1.4 Unit Pelayanan Rumah Sakit Umum Kota Madiun
1. Pelayanan Rawat Jalan Terdiri dari :
a. Klinik Umum
b. Klinik Obgyn
c. Klinik Bedah
d. Klinik Mata
e. Klinik Penyakit Dalam
f. Klinik Gigi
g. Klinik Anak
h. Klinik Kesehatan Jiwa
i. Klinik Syaraf
j. Klinik THT
k. Klinik Orthopedi
l. Klinik Kulit dan Kelamin dan Klinik Paru
2. Instalasi Rawat Inap terdiri dari :
a. Ruang perawatan dewasa
b. Ruang perawatan anak
c. Ruang perawatan bersalin
84
d. Ruang perinatologi
e. Ruang perawatan VIP
3. Instalasi Gawat Darurat
4. Instalasi Penunjang
a Instalasi Bedah Sentral
b Instalasi Farmasi
c Instalasi Gizi
d Instalasi Laboratorium
e Instalasi Radiologi
f Instalasi Rekam Medis
g Instalasi Pemeliharaan Sarana
h Instalasi Pengolahan Air Limbah
i Instalasi pemulasaran jenazah dan ICU
j Pelayanan Ambulance.
5.1.5 Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Di Instalasi Farmasi RSUD
Kota Madiun
Tabel 5.1 Jumlah SDM di Instalasi Farmasi RSUD Kota Madiun 2018
No
Uraian Jumlah
1 Apoteker 3
2 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) 18
3 Tenaga Umum 6
Jumlah 26 Sumber : Data Sekunder RSUD Kota Madiun 2018
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah SDM di
instalasifarmasi RSUD Kota Madiun Tahun 2017 sejumlah 27 orang, yang terdiri
dari 3 orang apoteker, 18 Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) dan 6 tenaga
85
umumyang masing-masing dibagi di 2 depo yaitu inslatasi farmasi rawat jalan (1
apoteker, 4 otang TTK dan 2 otrang tenaga umum) dan instalsi farmasi rawat
inap(1 apoteker, 4 otang TTK dan 2 otrang tenaga umum). Kemudian 1 orang
apoteker sebagai kepala instalasi farmasi rumah sakit, 4 orang TTK sebagai
administrasiyangsekaligus merangkap melakukan pelayanan farmasi klinis di
instalasi farmasi rawat inap, dan 2 orang umum yang bertugas di gudang.
5.1.6 Proses Pendistribusian di Instalasi Farmasi Rawat Jalan
1. Pasien BPJS dan JAMKESMASTA
a Resep masuk
b Pasien ambil nomor antrian
c Skrining resep (nama pasien, poli ketika pasien berobat, alamat, umur,
jumlah obat, aturan pakai).
d Masuk tempat peracikan
e Etiketing (nama pasien, nama obat, jumlah, aturan pakai, tanggal
kedaluarsa, tanggal pelayanan).
f Verifikasi ulang (memverifikasi ulang antar resep dan obat yang
disisapkan).
g Penyerahan resep kepada pasien (sebelum resep di serahkan, di cocokan
ulang, atau skrining ulang).
h Pasien menerima obat.
2. Pasien Umum
a Resep masuk
b Pasien ambil nomor antrian
86
c Skrining resep (nama pasien, poli ketika pasien berobat, alamat, umur,
jumlah obat, aturan pakai).
d Di hargai atau total harga yang dibayar
e Ditawarkan kembali kepada pasien harga yang sudah di jumlah (pasien bisa
membeli penuh atau setengah dari resep)
f Bila pasien sudah menyetujui kemudian dipersilahkan untuk membayar dulu
di kasir
g Masuk tempatperacikan
h Etiketing (nama pasien, nama obat, jumlah, aturan pakai, tanggal
kedaluarsa, tanggal pelayanan).
i Verifikasi ulang (memverifikasi ulang antar resep dan obat yang
disisapkan).
j Penyerahan resep kepada pasien (sebelum resep di serahkan, di cocokan
ulang, atau skrining ulang).
k Pasien menerima obat
5.1.7 Distribusi Frekuensi Responden
5.1.7.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia pasien umum farmasi
rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2018 sebagai berikut :
Tabel 5.2 karakteristik responden berdasarkan usia pasien umum farmasi rawat
jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Usia Jumlah (n) Persentase (%)
1 17-25 Tahun 11 12,4
2 26-35 Tahun 22 24,7
3 36-45 Tahun 34 38,2
4 46-55 Tahun 22 24,7
Total 89 100 Sumber : Data Primer, 2019
87
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 89 responden. Terdapat
responden dengan usia 36-45 Tahun menempati proporsi tertinggi yaitu sebesar
34 (38,2%) responden sedangkan yang berusia 17-25 Tahun menempati proporsi
terendah sebanyak 11 (12,4 %) esponden.
5.1.7.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin pasien umum
farmasi rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2018 sebagai berikut :
Tabel 5.3 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pasien umum
farmasi rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase (%)
1 Laki-Laki 36 40,4
2 Perempuan 53 59,6
Total 89 100 Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 89 responden, terdapat
responden yang berjenis kelamin Laki- Laki sebesar 36 (40,4%) dan responden
yang berjenis kelamin Perempuan sebesar 53 (59,6%) responden.
5.1.7.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pasien umum
farmasi rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2018 sebagai berikut :
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan pasien umum
farmasi rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)
1 Tamat Pendidikan Dasar 35 39,3
2 Tamat Pendidikan Menengah 46 51,7
3 Tamat Pendidikan Tinggi 8 9,0
Total 89 100 Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 89 Responden, paling
banyak terdapat responden dengan latar pendidikan Menengah (SMP dan SMA)
88
sebesar 46 (51,7%) responden sedangkan yang paling sedikit dengan latar
pendidikan Tinggi (Diploma/Sarjana) sebesar 8 (9,0%) responden.
5.1.7.4 Distribusi frekuensi Berdasarkan Pekerjaan
Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan pasien umum farmasi rawat
jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2018 sebagai berikut :
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan pasien umum
farmasi rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%)
1 Tani/Buruh Tani 5 5,6
2 Pelajar/Mahasiswa 3 3,4
3 Wiraswasta 16 18,0
4 PNS 2 2,2
5 IRT 44 49,4
6 Lain-Lain 19 21,3
Total 89 100 Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 89 Responden, bahwa
persentase tertinggi yaitu responden yang bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga
sebanyak 44 (49,4%) responden. Sedangkan persentase terendah yaitu sebagai
pelajar/mahasiswa sebanyak 3 (3,4%) responden.
5.1.8 Mutu Pelayanan Farmasi
Distribusi frekuensi mutu pelayanan farmasi pasien umum rawat jalan
RSUD Kota Madiun Tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi mutu pelayanan farmasi pasien umum rawat jalan
RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Mutu pelayanan farmasi Jumlah (n) Presentase (%)
1 Baik 41 46,1
2 Tidak Baik 48 53,9
Total 89 100 Sumber : Data Primer, 2019
89
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa pasien yang menilai mutu
pelayanan farmasi Baik sebesar 41 (46,1%) responden sedangkan pasien yang
menilai mutu pelayanan Farmasi Tidak Baik sebesar 48 (53,9%) responden.
5.1.8.1 Distribusi frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan Dimensi
Reliability/Kehandalan
Distribusi frekuensi responden mutu pelayanan farmasi berdasarkan
dimensi reliability/kehandalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi mutu pelayanan farmasi berdasarkan dimensi
reliability/kehandalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Reliability/Kehandalan Jumlah (n) Presentase (%)
1 Baik 52 58,4
2 Tidak Baik 37 41,6
Total 89 100 Sumber : Data Primer,2019
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 89 responden. Pasien
yang menyatakan mutu pelayanan farmasi dengan dimensi reliability/kehandalan
baik sebesar 52 (58,4%) responden sedangkan pasien yang menyatakan mutu
pelayanan farmasi dengan dimensi reliabilit/kehandalan tidak baik sebesar 37
(41,6%) responden.
5.1.8.2 Distribusi frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan Dimensi
Responsiviness/Ketanggapan
Distribusi frekuensi mutu pelayanan farmasi berdasarkan dimensi
Responsiviness/Daya Tanggap RSUD Kota Madiun Tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi mutu pelayanan farmasi berdasarkan dimensi
responsiviness/daya tanggap RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Responsiviness/Ketanggapan Jumlah (n) Presentase (%)
1 Baik 33 37,1
2 Tidak Baik 56 62,9
Total 89 100 Sumber : Data Primer,2019
90
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 89 responden. Pasien
yang menyatakan mutu pelayanan farmasi dengan dimensi responsiviness/daya
tanggap baik sebesar 33 (37,1%) responden sedangkan pasien yang menyatakan
mutu pelayanan farmasi dengan dimensi responsiviness/daya tanggap tidak baik
sebesar 56 (62,9%) responden.
5.1.8.3 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan Dimensi
Assurance/Jaminan
Distribusi frekuensi mutu pelayanan farmasi berdasarkan dimensi
Assurance/Jaminan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 5.9 Distribusi frekuensi mutu pelayanan farmasi berdasarkan dimensi
assurance/jaminan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Assurance/Jaminan Jumlah (n) Presentase (%)
1 Baik 73 82,0
2 Tidak Baik 16 18,0
Total 89 100 Sumber : Data Primer,2019
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 89 responden. Pasien
yang menyatakan mutu pelayanan farmasi dengan dimensi Assurance/Jaminan
tanggap baik sebesar 73 (82,0%) responden sedangkan pasien yang menyatakan
mutu pelayanan farmasi dengan dimensi Assurance/Jaminan tidak baik sebesar 16
(18,0%) responden.
5.1.8.4 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan Dimensi
Emphaty/Empati
Distribusi frekuensi pelayanan farmasi berdasarkan dimensi
emphaty/empati RSUD Kota Madiun Tahun 2019 sebagai berikut :
91
Tabel 5.10 Distribusi frekuensi mutu pelayanan farmasi berdasarkan dimensi
Emphaty/Empati RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Emphaty/Empati Jumlah (n) Presentase (%)
1 Baik 56 62,9
2 Tidak Baik 33 37,1
Total 89 100
Sumber : Data Primer,2019
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 89 responden. Pasien
yang menyatakan mutu pelayanan farmasi dengan dimensi Emphaty/Empati baik
sebesar 56 (62,9%) responden sedangkan pasien yang menyatakan mutu
pelayanan farmasi dengan dimensi Emphaty/Empati tidak baik sebesar 33 (37,1%)
responden.
5.1.8.5 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan Dimensi
Tangible/Bukti Langsung
Distribusi frekuensi mutu pelayanan farmasi berdasarkan dimensi
Tangible/Bukti Langsung RSUD Kota Madiun Tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 5.11 Distribusi frekuensi mutu pelayanan farmasi berdasarkan dimensi
Tangible/Bukti Langsung RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Tangible/Bukti Langsung Jumlah (n) Presentase (%)
1 Baik 46 51,7
2 Tidak Baik 43 48,3
Total 89 100 Sumber : Data Primer,2019
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 89 responden. Pasien
yang menyatakan mutu pelayanan farmasi dengan dimensi Tangible/Bukti
Langsung baik sebesar 46 (52,7%) responden sedangkan pasien yang menyatakan
mutu pelayanan farmasi dengan dimensi Tangible/Bukti Langsung tidak baik
sebesar 43 (48,3%) responden.
92
Berikut merupakan tabel distribusi frekuensi Mutu pelayanan farmasi
berdasarkan lima dimensi di unit farmasi Rawat Jalan RSUD Kota Madiun 2019 :
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Mutu Pelayanan Farmasi berdasarkan Lima
Dimensi RSUD Kota Madiun RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Dimensi Jumlah (n) Persentase (%)
1 Reliability/Kehandalan
Baik
Tidak Baik
52
37
58,4
41,6
2 Responsiviness/Ketanggapan
Baik
Tidak Baik
33
56
37,1
62,9
3 Assurance/Jaminan
Baik
Tidak Baik
73
16
82,0
18,0
4 Emphaty/Empati
Baik
Tidak Baik
56
33
62,9
37,1
5 Tangible/Bukti Langsung
Baik
Tidak Baik
46
43
51,7
48,3 Sumber : Data Primer, 2019
Berdasarkan Tabel 5.12 dapat diketahui bahwa dari lima dimensi mutu
pelayanan farmasi, terdapat dimensi dengan kategori tidak baik yaitu
responsiviness / ketanggapan sebesar 56 (62,9%) responden.
5.1.9 Loyalitas Pasien
Distribusi frekuensi loyalitas pasien umum bagian farmasi rawat jalan RSUD
Kota Madiun Tahun 2019 sebagai berikut :
Tabel 5.13 Distribusi frekuensi loyalitas pasien umum bagian farmasi rawat Jalan
RSUD Kota Madiun Tahun 2019 No Loyalitas pasien Jumlah (n) Presentase (%)
1 Loyal 63 70.8
2 Tidak Loyal 26 29.2
Total 89 100 Sumber : Data Primer, 2019
93
Berdasarkan Tabel 5.13 dapat diketahui bahwa dari 89 responden
terdapat 63 (70,8%) Responden yang menyatakan Loyal sedangkan responden
yang menyatakan Tidak Loyal Sebesar 26 (29,2%) responden.
5.1.10 Hasil Tabulasi Silang
Tabel 5.14 Tabulasi Silang antara Pengaruh Mutu Pelayanan Farmasi Terhadap
Loyalitas Pasien Umum Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun
2019
Mutu Pelayanan Farmasi
Loyalitas Pasien Total 𝜌 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒
Loyal Tidak Loyal
f % f % f %
0,019 Baik 24 27.0 17 19.1 41 46.1
Tidak Baik 39 43.8 9 10.1 48 53.9
Total 63 70.8 26 29.2 89 100 Sumber : Data Primer,2019
Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa dari hasil analisis bivariat
dengan menggunakan uji chi square menunjukkan hasil nilai sig/𝜌 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 = 0,019
< 0,05 maka dapat disimpulkan ada pengaruh mutu pelayanan farmasi terhadap
loyalitas pasien umum rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Mutu Pelayanan Farmasi Rawat Jalan RSUD Kota Madiun
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 89 responden, pasien
yang menilai mutu pelayanan farmasi rawat jalan RSUD Kota Madiun Baik
sebanyak 41 (46,1%) sedangkan pasien yang menilai mutu pelayanan farmasi
rawat jalan RSUD Kota Madiun Tidak Baik sebanyak 48 (53,9%) responden.
Banyak pasien yang menilai mutu pelayanan farmasi rawat jalan RSUD
Kota Madiun berdasarkan item dimensi mutu pelayanan menyatakan baik tetapi
ada juga yang menyatakan tidak baik. Hal ini didukung dengan adanya hasil
94
perhitungan distribusi frekuensi dari beberapa item dimensi mutu pelayanan.
Terdapat satu item dimensi mutu pelayanan yang menyatakan tidak baik yaitu
dimensi responsiviness/ketanggapan. Berikut penjelasan dari masing-masing item
dimensi mutu pelayanan farmasi rawat jalan dari hasil analisis distribusi frekuensi
sebagai berikut :
1. Dimensi reliability/kehandalan
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan
mutu pelayanan farmasi rawat jalan dengan dimensi reliabilty/kehandalan baik
sebanyak 52 (58,4%) responden sedangkan yang menyatakan mutu pelayanan
farmasi rawat jalan dengan dimensi reliability/kehandalan tidak baik sebanyak 37
(41,6%).
Reliability/kehadalan Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya, kinerja harus
sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang
sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap simpati dan dengan akurasi
yang tinggi, memberikan informasi yang akurat, sehingga ketrampilan,
kemampuan dan penampilan dalam menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
sesuai dengan apa yang ditetapkan sehingga menimbulkan rasa percaya pasien
terhadap pelayanan yang diberikan. (Parasuraman dkk 1985 dalam Elisabeth dan
Endang (2015).
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa mutu pelayanan farmasi
rawat jalan RSUD Kota Madiun berdasarkan dimensi reliability/kehandalan sudah
baik. Hal ini dapat dilihat dari keterampilan petugas farmasi dalam memberikan
95
pelayanan, kemudahan prosedur dalam memberikan obat, dan memberikan
pelayanan dengan tepat waktu.
Dengan demikian petugas farmasi rawat jalan harus mempertahankan dan
lebih meningkatkan mutu pelayanan farmasi rawat jalan dalam memberikan
penjelasan mengenai prosedur dan informasi obat secara lengkap serta
memberikan pelayanan yang cepat sehingga pasien tidak menunggu lama dan
merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
2. Responsiviness/daya tanggap
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan
mutu pelayanan farmasi rawat jalan berdasarkan dimensi responsiviness/daya
tanggap baik sebesar 33 (37,1%) responden sedangkan yang menyatakan mutu
pelayanan farmasi rawat jalan berdasarkan dimensi responsiviness/daya tanggap
tidak baik sebesar 56 (62,9%) responden.
Responsiviness/daya tanggap Yaitu suatu kemampuan untuk membantu dan
memberikan pelayanan yang tepat pada pasien, dengan menyampaikan informasi
yang jelas, jangan membiarkan pasien menunggu tanpa adanya suatu alasan yang
jelas menyebabkan persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. (Parasuraman
dkk 1985 dalam Elisabeth dan Endang (2015).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa mutu pelayanan farmasi rawat jalan
dengan dimensi responsiviness/daya tanggap menyatakan Tidak baik. Menurut
peneliti, petugas farmasi kurang tanggap keluhan-keluhan pasien pada saat
membeli obat dan lamanya pelayanan membuat pasien menunggu lama.
96
Untuk itu, petugas farmasi rawat jalan lebih meningkatkan rasa kepedulian
dan mau mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan pasien pada saat
membeli obat agar pasien merasa nyaman dalam menyampaikan keluhan-keluhan
tersebut.
3. Assurance/jaminan
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan
mutu pelayanan farmasi rawat jalan berdasarkan dimensi assurance/jaminan baik
sebesar 73 (82,0%) sedangkan responden yang menyatakan mutu pelayanan
farmasi rawat jalan tidak baik sebesar 16 (18,0%).
Assurance/jaminan Yaitu mencakup pengetahuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki petugas kesehatan, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-
raguan. Asuransi diartikan sebagai salah satu kegiatan menjaga kepastian atau
menjamin keadaan dari apa yang dijamin atau suatu indikasi menimbulkan rasa
kepercayaan. (Parasuraman dkk 1985 dalam Elisabeth dan Endang (2015).
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa mutu pelayanan farmasi
rawat jalanberdasarkan dimensi assurance/jaminan sudah baik. Hal ini dapat
diketahui dari kesesuaian resep obat yang diberikan petugas farmasi rawat jalan
dengan resep yang diterima pasien sehingga pasien yakin dan percaya akan
kebenaran obat yang diterimanya, salah satu alasan pasien tetap menggunakan
fasilitas pelayanan farmasi rawat jalan RSUD Kota Madiun yaitu sikap ramah dan
sopan petugas farmasi dalam memeberikan pelayanan kepada pasien.
Walaupun mutu pelayanan farmasi rawat jalan berdasarkan dimensi
assurance/jaminan sudah baik, sebaiknya petugas farmasi lebih teliti sebelum obat
97
diserahkan kepada pasien sehingga tidak ada lagi kesalahan pemberian obat.
Terkadan obat diserahkan begitu saja tanpa memberikan informasi mengenai
kegunaan obat, maka seharusnya petugas farmasi juga menjelaskan kegunaan obat
ketika obat tersebut diserahkan kepada pasien.
4. Emphaty/empati
Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan
mutu pelayanan farmasi rawat jalan dengan dimensi emphaty/empati baik sebesar
56 (62,9%) sedangkan yang menyatakan mutu pelayanan farmasi rawat jalan
dengan dimensi emphaty/empati tidak baik sebesar 33 (37,1%).
Emphaty/empati Meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan
komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para pasien.
Disamping itu empati dapat diartikan sebagai harapan pasien yang dinilai
berdasarkan kemampuan petugas dalam memahami dan menempatkan diri pada
keadaan yang dihadapi atau dialami pasien.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa mutu pelayanan farmasi
rawat jalan dengan dimensi emphaty sudah baik. Hal ini didukung dari segi
perhatian dan sikap baik yang diberikan petugas farmasi kepada pasien tanpa
membedakan status, komunikasi petugas farmasi dengan pasien berjalan dengan
baik dan lancar sehingga pasien mudah memahami apa yang dikatakan petugas
farmasi.
Walaupun mutu pelayanan farmasi rawat jalan berdasarkan dimensi
emphaty/empati sudah baik, tetapi perlu ditingkatkan dan dipertahankan sehingga
kebutuhan dan harapan pasien terpenuhi dan pasien merasa puas akan pelayanan
98
yang diterimanya. Sebaiknya petugas farmasi tidak memandang status sosial dan
memberikan perhatian yang sama kepada seluruh pasien.
5. Tangible/bukti langsung
Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan
mutu pelayanan farmasi rawat jalan dengan dimensi tangible/bukti langsung bai
sebesar 46 (51,7%) sedangkan yang menyatakan mutu pelayanan farmasi rawat
jalan dengan dimensi tangible/bukti langsung tidak baik sebesar 43 (48,3%)
responden.
Tangible/bukti langsung yaitu Kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan aksistensinya kepada pihak ekseternal, dimana penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan
sekitarnya adalah bukti nyata pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yaitu
meliputi fasilitas fisik (gedung), perlengkapan dan peralatan yang digunakan
(teknologi), dan penampilan pegawai serta media komunikasi. (Parasuraman dkk
1985 dalam Elisabeth dan Endang (2015).
Berdasarkan hasil penelitian bahwa mutu pelayanan farmasi rawat jalan
dengan dimensi tangible/bukti langsung sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari
fasilitas tempat duduk yang memadai dan nyaman, tersedianya sarana (berupa
speaker) untuk memanggil pasien agar pasien dapat mendengar dengan jelas,
semua obat yang terdapat dalam resep selalu tersedia akan tetapi ada juga obat
yang tidak tersedia dalam resep sehingga pasien harus membeli obat diluar depo
farmasi.
99
Walaupun mutu pelayanan farmasi rawat jalan sudah baik, sebaiknya lebih
meningkatkan mutu pelayanan terutama pada fasilitas seperti menambah fasilitas
berupa TV/AC agar pasien lebih nyaman dan tidak bosan menunggu lama antrian
tersebut.
5.2.2 Loyalitas Pasien
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti terkait loyalitas
pasien umum rawat jalan di bagian farmasi rawat jalan RSUD Kota Madiun
dengan menggunakan indikator loyalitas pasien yaitu melakukan pembelian
berulang secara teratur, membeli anta lini produk dan jasa, merekomendasikan
kepada orang lain, menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing, dapat
diketahui bahwa dari 89 responden mayoritas responden memiliki tingkat
loyalitas tinggi sebesar 63 (70,8%) responden sedangkan yang menyatakan
dirinya tidak loyal sebesar 26 (29,2%) responden.
Menurut Oliver 1996 dan Hurriyati 2015 definisi loyalitas adalah
komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau
melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang
akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai
potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Loyalitas pasien tidak hanya berupa pembelian yang berulang.
Sesungguhnya, meskipun pasien melakukan pembelian berkali-kali dari
perusahaan hal ini pelayanan farmasi rawat jalan, pasien belum tentu loyal
terhadap suatu layanan rumah sakit tersebut.
100
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa loyalitas pasien umum
RSUD Kota Madiun sebagian besar menyatakan loyal, hal ini dapat diketahui
bahwa pasien percaya akan pelayanan yang diberikan sehingga pasien akan tetap
setia dan berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang obat di farmasi
rawat jalan RSUD Kota Madiun, adanya rekomendasi dari petugas farmasi
maupun rekomendasi dari keluarga yang sudah pernah memanfaatkan pelayanan
RSUD Kota Madiun dan menjadikan pasien tersebut loyal.
Walaupun loyalitas pasien umum sebagian besar pasien menyatakan loyal,
sebaiknya pihak rumah sakit khususnya bagian farmasi rawat jalan menjadikan
pasien tersebut tetap memanfaatkan pelayanan farmasi rawat jalan, meningkatkan
mutu pelayanan farmasi akan meningkatkan tingkat kepuasan pasien yang akan
berpengaruh pada loyalitas pasien tinggi.
5.2.3 Pengaruh Mutu Pelayanan Farmasi Terhadap Loyalitas Pasien
Umum Rawat Jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pasien yang menyatakan
mutu pelayanan farmasi baik dengan loyalitas baik sebesar 24 (27,0%) responden.
Sedangkan pasien yang menyatakan mutu pelayanan farmasi baik dengan loyalitas
tidak baik sebesar 17 (19,1%) responden. Untuk pasien yang menyatakan mutu
pelayanan farmasi tidak baik dengan loyalitas tidak baik sebesar 39 (43,8%)
responden sedangkan pasien yang menyatakan mutu pelayanan farmasi tidak baik
dengan loyalitas baik sebesar 9 (10,1%) responden.
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh
pvalue 0,019 < 0,05 maka Ho ditolak H1 diterima yang berarti ada pengaruh mutu
101
pelayanan farmasi terhadap loyalitas pasien umum rawat jalan RSUD Kota
Madiun.
Hal ini sesuai dengan penelitian Atika FAttah dengan judul Hubungan
kualitas pelayanan kesehatan terhadap loyalitas pasien rawat inap Rumah sakit ibu
dan anak sitti khadijah I makassar tahun 2016 yang menyatakan bahwa ada
hubungan kualitas pelayanan kesehatan terhadap loyalitas pasien dengan nilai p <
0,05 .
Berdasarkan Hasil Tabulasi Silang bahwa pasien yang menyatakan mutu
pelayanan farmasi tidak baik dan menyatakan loyal sebanyak 39 responden
dengan persentase 43,8%. Berdasarkan distribusi frekuensi responden yang
berjenis kelamin perempuan menempati proporsi tertinggi yaitu sebesar 59,6%,
38,2% dengan usia 36-45, 51,7% dengan riwayat pendidikan terakhir menengah
SLTA/SMA, 49,4% pekerjaan sebagai IRT. Menurut Notoadmojo dalam Mariana
(2013) tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
harapan dan persepsi pasien terhadap pelayanan kesehatan. semakin tinggi tingkat
pendidikan semakin besar pula keinginan dan harapannya, maka tingkat
pendidikan yang tinggi akan menginginkan mutu pelayanan berkualitas.
Menurut parasuraman 2001 dalam Muninjaya 2014 menyatakan bahwa
konsep kualitas layanan adalah suatu pengertian yang kompleks tentang mutu,
memuaskan atau tidak memuaskan. Konsep kualitas dikatakan bermutu apabila
pelayanan yang diharapkan lebih kecil daripada pelayanan yang dirasakan. Mutu
pelayanan kesehatan menunjuk pada tingkat pelayanan kesehatan dalam
menimbulkan rasa puas.
102
Kepuasan pasien tergantung pada kualitas pelayanan yang diberikan.
Pengguna jasa pelayanan rumah sakit dalam hal ini pasien menuntut pelayanan
yang berkualitas tidak hanya menyangkut kesembuhan dari penyakit secara fisik
atau meningkatkan derajat kesehatannya, tetapi juga menyangkut kepuasan
terhadap sikap, selalu tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan
lingkungan fisik yang dapat memberikan kenyamanan (Siswati, 2015).
Adanya ketidakpuasan pasien dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu
gagal berkomunikasi, krisis waktu, kualitas produk atau jasa, kualitas atau mutu
pelayanan, harga, dan biaya. Banyak faktor penyebab ketidakpuasan pasien dalam
pelayanan kesehatan, salah satunya yaitu mutu pelayanan kesehatan. Mutu
pelayanan yang baik saat ini menjadi penting untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan kepuasan pasien. Sehingga pelanggan yang puas akan berbagi
kepuasan dengan produsen atau penyedia jasa. Bahkan pelanggan yang puas akan
berbagi rasa dan pengalaman dengan pelanggan lain
Menurut Tjiptono 2005 , mengatakan bahwa pelayanan berkaitan erat
dengan loyalitas pelanggan dan secara umum dapat diwujudkan dengan tiga cara
pokok yaitu :
a. Memperlakukan pelanggan yang tidak puas sedemikian rupa sehingga dapat
dapat mempertahankan loyalitas mereka.
b. Perusahaan memberikan jaminan yang luas dan tidak terbatas pada ganti rugi
yang dijanjikan saja.
c. Perusahaan memenuhi atau melebihi harapan pelanggan yang mengeluh
dengan cara menangani keluhan mereka secara daya tanggap.
103
Loyalitas pasien disebabkan oleh adanya pengaruh kepuasan dan
ketidakpuasan pasien disamping adanya persepsi tentang mutu pelayanan farmasi
rawat jalan RSUD Kota Madiun. Loyalitas pasien juga mempengaruhi pola
pembelian ulang dan merekomendasikan kepada orang lain sebagai pelanggan
baru. Pasien yang loyal adalah pasien yang bersedia melakukan pembelian ulang
pada apotek yang sama (Sutarto, 2005).
Untuk mempertahankan loyalitas pasien, perlu diperhatikan unsur-unsur
seperti kesepakatan, ketergantungan, kepribadian, harga, kualitas, ketersediaan,
keamanan dan kecepatan. Unsur-unsur tersebut mengandung sifat emosional dan
akan meningkatkan kepuasan konsumen. Meningkatnya kepuasan memungkinkan
pula meningkatkan loyalitas konsumen (Barner, 2001).
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa mutu pelayanan farmasi yang tidak
baik dipicu dari ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan farmasi RSUD Kota
Madiun. Hal ini dikarenakan lamanya pelayanan yang diberikan petugas farmasi
sehingga pasien sering menunggu lama/mengantri ketika mengambil obat, petugas
farmasi kurang tanggap mengenai keluhan-keluhan pasien pada saat membeli
obat. Disamping mutu pelayanan farmasi yang tidak baik tetapi banyak pasien
yang menyatakan loyal hal ini pasien tidak melihat dari mutu pelayanannya.
Menurut peneliti pasien yang menyatakan loyal memberi alasan bahwa harga obat
tidak terlalu mahal sehingga pasien terus membeli obat ulang di depo farmasi
rawat jalan RSUD kota Madiun, alasan pasien memanfaatkan pelayanan farmasi
RSUD Kota Madiun karena lokasi tempat yang dekat dan mudah dijangkau,
104
petugas farmasi bersikap ramah kepada pasien sehingga terjalin hubungan yang
baik antara petugas farmasi dan pasien.
Dengan demikian sebaiknya pihak bagian farmasi perlu meningkatkan
pelatihan-pelatihan guna untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kinerja SDM
nya sesuai standart SOP (Standart Operasional Prosedur) yang telah ditetrapkan
pihak rumah sakit. Dan juga lebih ditingkatkan mutu pelayanan terutama pada
dimensi responsivinees/ketanggapan yaitu dengan lebih meningkatkan rasa
kepedulian dan mau mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan pasien
pada saat membeli obat agar pasien merasa nyaman dalam menyampaikan
keluhan-keluhan tersebut.
105
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh mutu pelayanan farmasi
terhadap loyalitas pasien umum rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Responden yang menyatakan mutu pelayanan farmasi rawat jalan RSUD Kota
Madiun baik sebesar 46,1% sedangkan pasien yang menyatakan mutu
pelayanan farmasi rawat jalan RSUD Kota Madiun tidak baik sebesar 53,9%.
2. Responden yang menyatakan loyal sebesar 70,8% sedangkan pasien yang
menyatakan tidak loyal sebesar 29,2%.
3. Ada pengaruh mutu pelayanan farmasi terhadap loyalitas pasien umu rawat
jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh mutu pelayanan farmasi
terhadap loyalitas pasien umum rawat jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019,
maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi RSUD Kota Madiun
Sebaiknya pihak rumah sakit bagian farmasi perlu meningkatkan pelatihan-
pelatihan guna untuk meningkatkan mutu pelayanan dan kinerja SDM nya
sesuai standart SOP (Standart Operasional Prosedur) yang telah ditetrapkan
pihak rumah sakit. Dan juga lebih ditingkatkan mutu pelayanan terutama pada
106
dimensi responsivinees/ketanggapan yaitu dengan lebih meningkatkan rasa
kepedulian dan mau mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan pasien
pada saat membeli obat agar pasien merasa nyaman dalam menyampaikan
keluhan-keluhan tersebut.
2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat menambah buku pustaka atau
referensi tentang pengaruh mutu pelayanan farmasi terhadap loyalitas pasien
umum rawat jalan RSUD Kota Madiun untuk menambah sumber dalam
penelitian yang dilakukan mahasiswa.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan pengkajian lebih dalam
mengenai variabel mutu pelayanan farmasi dan variabel loyalitas pasien serta
mengikutsertakan variabel-variabel lain yang berhubungan dengan variabel
tersebut dimasa yang akan datang.
107
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Muhammad. 2015. Manajemen Pemasaran Jasa. Alfabeta: Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Budiarto, E., (Ed). 2001. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC.
Budiastuti. 2002. Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta:
Trans Info Media.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standart Pelayanan
Farmasi Di Rumah Sakit (Dikutip dalam
https://www.google.co.id/m?&q=kepmenkes+no+1197+tentang+standar+
pelayanan+farmasi diakses pada tanggal 15 Maret 2019)
Elisabeth S dan Th. Endang Purwoastuti. 2015. Mutu Pelayanan Kesehatan &
Kebidanan. Jakarta: PUSTAKABARUPRESS
Febriawati, Henni. 2013. Manajemen Logistik Farmasi Rumah Sakit.Yogyakarta :
Gosyen Publishing
Hurriyati, Ratih. 2015. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung:
Alfabeta.
Kepmenkes RI Nomor129/Menkes/SK/2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit. Jakarta (Dikutip dalam
https://www.slideshare.net/flsmed/kepmenkesno129tahun2008standarpelaya
nanminimalrs diakses pada 15 Maret 2019
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/Sk/Ix/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek (Dikutip dalam
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/files/kepmenkes/Kepmenkes%201027-
MENKES-SK\IX-2004-Kefarmasian%20di%20Apotek.pdf diakses pada
tanggal 15 Maret 2019)
Masram dan Mu’ah . 2014. LOYALITAS PELANGGAN :Tinjauan Aspek
Kualitas Pelayanan dan Biaya Peralihan. Sidoarjo : Zifatama Publisher
108
Muninjaya. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Kedokteran
EGC.
.2014. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta
Notoatmodjo Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan
pedoman skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
(Edisi 4). Jakarta: Salemba Medika.
Pohan, I. S. (Ed). 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar-Dasar
Pengertian dan Penerapan. Jakarta: EGC.
Permenkes RI Nomor 58 Tahun 2014. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah
Sakit (Dikutip dalam http://cheps.or.id/wp-
content/uploads/2016/08/Permenkes-58-2014-Standar-Yanfar-di-RS.pdf
diakses pada tanggal 15 Maret 2019)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Jakarta (Dikutip dalam
http://jdih.pom.go.id/produk/peraturan%20menteri/5.%20Permenkes%2073
%20Tahun%202016.pdf diakses pada tanggal 15 Maret 2019)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Permenkes RI Nomor 04
Tentang Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien (Dikutip dalam
https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk42018.pdf diakses
pada tanggal 20 Maret 2019)
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Permenkes RI Nomor 43
Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (Dikutip dalam
https://djsn.go.id/storage/app/uploads/public/58d/486/f01/58d486f010a3f06
7108647.pdf diakses pada tanggal 20 Maret 2019)
Sugiyono. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
109
Supranto, J, M.A, Prof. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk
Meningkatkan Pangsa Pasar. Jakarta : Rineka Cipta
Supriyanto, S., & Ernawaty. 2010. Pemasaran Industri Jasa Kesehatan.
Yogyakarta: ANDI.
Tjiptono dan Chandra. 2016. Service Quality dan Satisfaction. Yogyakarta: CV
ANDI OFFSET
Undang – Undang Republik Indonesia. 2009. Undang - Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tentang Rumah Sakit (Dikutip dalam
http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/UU%20No.%2044
%20Th%202009%20ttg%20Rumah%20Sakit.PDF diakses pada tanggal 13
Maret 2019)
LAMPIRAN
110
LAMPRAN 1
Kartu Bimbingan
111
Lampiran 2
Surat izin uji validitas dan reliabilitas
112
Lampiran 3
Surat balasan uji validitas dan reliabilitas
113
Lampiran 4
Surat izin penelitian
114
Lampiran 5
Surat balasan izin penelitian
115
Lampiran 6
SURAT PERMOHONAN CALON RESPONDEN
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
Ditempat,
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir skripsi untuk memenuhi
persyaratan dalam memperoleh gelar Srata-1 (S-1) pada Program Studi Kesehatan
Mayarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, maka peneliti melakukan
penelitian dengan Judul “Pengaruh Mutu Pelayanan Farmasi Terhadap Loyalitas
Pasien Rawat Jalan di RSUD Kota Madiun“. Saya mengharapkan kesediaan
Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan cara mengisi
kuesioner ini secara lengkap sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.Mengingat
kualitas penelitian ini sangat bergantung pada jawaban yang Bapak/Ibu berikan
maka dari itu dimohon menjawab kuesioner ini sesuai dengan yang dialami dan
rasakan.Sesuai dengan kode etik penelitian, semua data yang masuk akan dijamin
kerahasiaannya.Perlu diketahui bahwa kuisioner ini semata-mata untuk
kepentingan akademik maka tidak akan mempengaruhi jabatan
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam bekerja.Saya yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Tiara Kusumaningtyas
NIM : 201503094
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini merupakan bantuan yang
tidak ternilai harganya.Atas segala bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu dalam
pengisian kuesioner ini saya ucapkan banyak terimakasih.
Madiun, Agustus 2019
Hormat Saya,
Tiara Kusuma
116
Lampiran 7
LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama :.................................
Alamat:.................................
Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta hak dan kewajiban
sebagai responden dalam penelitian. Dengan ini menyatakan dengan sungguh-
sungguh bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul
“Pengaruh Mutu Pelayanan Farmasi Terhadap Loyalitas Pasien Umum Rawat
Jalan RSUD Kota Madiun ”.(Pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya dan
penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari pihak lain).
Madiun, Agustus 2019
Responden
(...........................)
117
Lampiran 8
LEMBAR KUESIONER
PENGARUH MUTU PELAYANAN FARMASI TERHADAP LOYALITAS
PASIEN RAWAT JALAN
IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden : ......................................................
Jenis Kelamin : ......................................................
Umur : ........................................................
Pendidika : ........................................................
Pekerjaan :
Status Kepesertaan : ......................................................
PETUNJUK PENGISIAN
1. Jawablah pertanyaan sesuai petunjuk
2. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai dengan
pendapat responden
3. Berikan tanda Ceklist (√) pada kolom jawaban penilaian yang Bapak/ ibu
anggap benar
Keterangan :
a. STS : Sangat Tidak Setuju
b. TS : Tidak Setuju
c. CS : Cukup Setuju
d. S : Setuju
e. SS : Sangat Setuju
118
KUESIONER DIMENSI MUTU PELAYANAN FARMASI
NO PERTANYAAN PENILAIAN
STS TS CS S SS
RELIABILITY / KEHANDALAN
1 Keterampilan Petugas farmasi dalam
memberikan pelayanan depo farmasi
2 Prosedur untuk mendapatkan obat di farmasi
tidak membingungkan dan mudah dipahami
3 Petugas farmasi sudah memberikan
pelayanan tepat waktu
RESPONSIVINESS / DAYA TANGGAP STS TS CS S SS
1 petugas farmasi dalam memberikan Obat
dengan tepat waktu
2 Petugas farmasi memberi tanggapan yang
baik dan cepat terhadap keluhan pasien
3 Tahap kedisiplin petugas farmasi sudah
memuaskan
4 Petugas farmasi cakap dalam melakukan
pelayanan di instalasi farmasi
ASSURANCE / JAMINAN STS TS CS S SS
1 Petugas farmasi dapat dipercaya
2 Apakah Petugas farmasi bersifat ramah dan
sopan kepada pasien saat memberikan obat
3 Obat yang diberikan Petugas farmasi sesuai
dengan isi resep obat
4 Pasien yakin dengan kebenaran obat yang
diterimanya
EMPHATY / EMPATI STS TS CS S SS
1 Petugas farmasi memberikan perhatian yang
119
baik kepada pasien tanpa membedakan
pasien
2 Petugas farmasi mengambil peran tentang
masalah pasien terkait pengobatan
3 Komunikasi petugas farmasi dan pasien
berjalan dengan baik dan lancar
TANGIBLE / BUKTI FISIK STS TS CS S SS
1 Instalasi farmasi memiliki fasilitas tempat
duduk yang mencukupi
2 Fasilitas seperti AC maupun kipas angin
maupun TV ada diruang tunggu membuat
nyaman
3 sudah Tersediannya sarana (berupa speaker
untuk memanggil pasien)
4 Petugas farmasi berpenampilan rapi dan
menarik
5 Semua obat yang terdapat dalam resep selalu
tersedia di instalasi farmasi rumah sakit
KUESIONER LOYALITAS PASIEN
NO PERTANYAAN PENILAIAN
STS TS CS S SS
1 Saya akan melakukan pembelian ulang obat
apabila pelayanan di depo farmasi baik
2 Saya akan tetap memanfaatkan pelayanan
kesehatan di depo farmasi apabila pelayanan
kurang memuaskan
3 Bila ada teman atau keluarga saya yang
sakit maka saya akan merekomendasikan
/menyarankan supaya berobat ke RSUD
120
Kota Madiun dan menggunakan pelayanan
Depo Apotek karena pelayanannya yang
baik
4 Saya akan tetap menggunakan pelayanan
depo farmasi RSUD Kota Madiun apabila
tarif harga obat yang mahal
5 Apabila stok obat habis, maka saya akan
membeli obat diluar depo apotek RSUD
Kota Madiun
121
Lampiran 9
Hasil uji validitas dan reliabilitas
122
123
Lampiran 10
Hasil Uji Reliabilitas
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Al
ph
a N of Items
.762 25
124
Lampiran 11
Output SPSS
KARAKTERISTIK RESPONDEN
a. Output SPSS karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 17-25 11 12.4 12.4 12.4
26-35 22 24.7 24.7 37.1
36-45 34 38.2 38.2 75.3
46-55 22 24.7 24.7 100.0
Total 89 100.0 100.0
b. Output SPSS karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 36 40.4 40.4 40.4
Perempuan 53 59.6 59.6 100.0
Total 89 100.0 100.0
c. Output SPSS karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Dasar 35 39.3 39.3 39.3
Menengah 46 51.7 51.7 91.0
Tinggi 8 9.0 9.0 100.0
Total 89 100.0 100.0
125
d. Output SPSS karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
DISTRIBUSI FREKUENSI MUTU PELAYANAN FARMASI
a. Ouput SPSS karakteristik Mutu Pelayanan Farmasi Pasien Umum Rawat Jalan
RSUD Kota Madiun Tahun 2019
MutuPelayanan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 41 46.1 46.1 46.1
Tidak Baik 48 53.9 53.9 100.0
Total 89 100.0 100.0
b. Ouput SPSS karakteristik Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan Dimensi
Reliability/Kehandalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019
RELIABILITY
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BAIK 52 58.4 58.4 58.4
TIDAK BAIK 37 41.6 41.6 100.0
Total 89 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tani/Buruh Tani 5 5.6 5.6 5.6
Pelajar/Mahasiswa 3 3.4 3.4 9.0
Wiraswasta 16 18.0 18.0 27.0
Pensiunan 2 2.2 2.2 29.2
Irt 44 49.4 49.4 78.7
Lain-Lain 19 21.3 21.3 100.0
Total 89 100.0 100.0
126
c. Ouput SPSS karakteristik Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan Dimensi
Responsiviness/Daya Tanggap RSUD Kota Madiun Tahun 2019
RESPONSIVINESS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BAIK 33 37.1 37.1 37.1
TIDAK BAIK 56 62.9 62.9 100.0
Total 89 100.0 100.0
d. Ouput SPSS karakteristik responden Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan
Dimensi Assurance/Jaminan RSUD Kota Madiun Tahun 2019
ASSURANCE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BAIK 73 82.0 82.0 82.0
TIDAK BAIK 16 18.0 18.0 100.0
Total 89 100.0 100.0
e. Ouput SPSS karakteristik responden Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan
Dimensi Emphaty/Empati RSUD Kota Madiun Tahun 2019
EMPHATY
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BAIK 56 62.9 62.9 62.9
TIDAK BAIK 33 37.1 37.1 100.0
Total 89 100.0 100.0
f. Ouput SPSS karakteristik responden Mutu Pelayanan Farmasi Berdasarkan
Dimensi Tangible/Bukti Langsung RSUD Kota Madiun Tahun 2019
TANGIBLE
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid BAIK 46 51.7 51.7 51.7
TIDAK BAIK 43 48.3 48.3 100.0
Total 89 100.0 100.0
127
DISTRIBUSI FREKUENSI LOYALITAS PASIEN
Output SPSS Distribusi Frekuensi Loyalitas Pasien Umum Bagian Farmasi Rawat
Jalan RSUD Kota Madiun Tahun 2019 LoyalitasPasien
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Baik 63 70.8 70.8 70.8
Tidak Baik 26 29.2 29.2 100.0
Total 89 100.0 100.0
OUTPUT SPSS TABULASI SILANG PENGARUH MUTU PELAYANAN
FARMASI TERHADAP LOYALITAS PASIEN UMUM RAWAT
JALAN RSUD KOTA MADIUN 2019 Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
MutuPelayanan * LoyalitasPasien
89 100.0% 0 .0% 89 100.0%
MutuPelayanan * LoyalitasPasien Crosstabulation
LoyalitasPasien
Total Baik Tidak Baik
MutuPelayanan Baik Count 24 17 41
% of Total 27.0% 19.1% 46.1%
Tidak Baik Count 39 9 48
% of Total 43.8% 10.1% 53.9%
Total Count 63 26 89
% of Total 70.8% 29.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.517a 1 .019
Continuity Correctionb 4.473 1 .034
Likelihood Ratio 5.557 1 .018
Fisher's Exact Test .022 .017
Linear-by-Linear Association 5.455 1 .020
N of Valid Casesb 89
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.98.
128
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.517a 1 .019
Continuity Correctionb 4.473 1 .034
Likelihood Ratio 5.557 1 .018
Fisher's Exact Test .022 .017
Linear-by-Linear Association 5.455 1 .020
N of Valid Casesb 89
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.98.
b. Computed only for a 2x2 table
Jeniskelamin * MutuPelayanan Crosstabulation
MutuPelayanan
Total Baik Tidak Baik
Jenis kelamin Laki-Laki Count 12 24 36
% of Total 13.5% 27.0% 40.4%
Perempuan Count 29 24 53
% of Total 32.6% 27.0% 59.6%
Total Count 41 48 89
% of Total 46.1% 53.9% 100.0%
Usia * MutuPelayanan Crosstabulation
MutuPelayanan
Total Baik Tidak Baik
Usia 17-25 Count 5 6 11
% of Total 5.6% 6.7% 12.4%
26-35 Count 12 10 22
% of Total 13.5% 11.2% 24.7%
36-45 Count 16 18 34
% of Total 18.0% 20.2% 38.2%
46-55 Count 8 14 22
% of Total 9.0% 15.7% 24.7%
Total Count 41 48 89
% of Total 46.1% 53.9% 100.0%
129
Pendidikan * MutuPelayanan Crosstabulation
MutuPelayanan
Total Baik Tidak Baik
Pendidikan Dasar Count 14 21 35
% of Total 15.7% 23.6% 39.3%
Menengah Count 25 21 46
% of Total 28.1% 23.6% 51.7%
Tinggi Count 2 6 8
% of Total 2.2% 6.7% 9.0%
Total Count 41 48 89
% of Total 46.1% 53.9% 100.0%
Pekerjaan * MutuPelayanan Crosstabulation
MutuPelayanan
Total Baik Tidak Baik
Pekerjaan Tani/Buruh Tani Count 2 3 5
% of Total 2.2% 3.4% 5.6%
Pelajar/Mahasiswa Count 0 3 3
% of Total .0% 3.4% 3.4%
Wiraswasta Count 8 8 16
% of Total 9.0% 9.0% 18.0%
Pensiunan Count 0 2 2
% of Total .0% 2.2% 2.2%
Irt Count 25 19 44
% of Total 28.1% 21.3% 49.4%
Lain-Lain Count 6 13 19
% of Total 6.7% 14.6% 21.3%
Total Count 41 48 89
% of Total 46.1% 53.9% 100.0%
Jeniskelamin * LoyalitasPasien Crosstabulation
LoyalitasPasien
Total Baik Tidak Baik
Jeniskelamin Laki-Laki Count 24 12 36
% of Total 27.0% 13.5% 40.4%
Perempuan Count 39 14 53
% of Total 43.8% 15.7% 59.6%
Total Count 63 26 89
% of Total 70.8% 29.2% 100.0%
130
Usia * LoyalitasPasien Crosstabulation
LoyalitasPasien
Total Loyal Tidak Loyal
Usia 17-25 Count 9 2 11
% of Total 10.1% 2.2% 12.4%
26-35 Count 14 8 22
% of Total 15.7% 9.0% 24.7%
36-45 Count 24 10 34
% of Total 27.0% 11.2% 38.2%
46-55 Count 16 6 22
% of Total 18.0% 6.7% 24.7%
Total Count 63 26 89
% of Total 70.8% 29.2% 100.0%
Pendidikan * LoyalitasPasien Crosstabulation
LoyalitasPasien
Total Baik Tidak Baik
Pendidikan Dasar Count 27 8 35
% of Total 30.3% 9.0% 39.3%
Menengah Count 31 15 46
% of Total 34.8% 16.9% 51.7%
Tinggi Count 5 3 8
% of Total 5.6% 3.4% 9.0%
Total Count 63 26 89
% of Total 70.8% 29.2% 100.0%
131
Pekerjaan * LoyalitasPasien Crosstabulation
LoyalitasPasien
Total Baik Tidak Baik
Pekerjaan Tani/Buruh Tani Count 4 1 5
% of Total 4.5% 1.1% 5.6%
Pelajar/Mahasiswa Count 3 0 3
% of Total 3.4% .0% 3.4%
Wiraswasta Count 10 6 16
% of Total 11.2% 6.7% 18.0%
Pensiunan Count 0 2 2
% of Total .0% 2.2% 2.2%
Irt Count 31 13 44
% of Total 34.8% 14.6% 49.4%
Lain-Lain Count 15 4 19
% of Total 16.9% 4.5% 21.3%
Total Count 63 26 89
% of Total 70.8% 29.2% 100.0%
132
VARIABEL MUTU PELAYANAN FARMASI
NO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 ∑X ẋ
x -
ẋ (x-ẋ)² SD
SKOR
T MEAN T KODE KATEGORI
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
2 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 5 79 73 6 36 4 67 50 1 BAIK
3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 74 73 1 1 4 54 50 1 BAIK
5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 71 73 -2 4 4 46 50 2 KURANG
6 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 2 4 4 3 64 73 3 9 4 28 50 2 KURANG
7 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 69 73 -4 16 4 41 50 2 KURANG
8 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 74 73 1 1 4 54 50 1 BAIK
9 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
10 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 77 73 4 16 4 62 50 1 BAIK
11 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 72 73 -1 1 4 49 50 2 KURANG
12 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 73 73 0 0 4 52 50 1 BAIK
13 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 71 73 -2 4 4 46 50 2 KURANG
14 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
15 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 73 73 0 0 4 52 50 1 BAIK
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
17 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 5 79 73 6 36 4 67 50 1 BAIK
18 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 74 73 1 1 4 54 50 1 BAIK
20 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 69 73 -4 16 4 41 50 2 KURANG
21 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 3 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
22 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 2 4 4 69 73 -4 16 4 41 50 2 KURANG
23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 72 73 -1 1 4 49 50 2 KURANG
24 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 3 2 4 4 68 73 -5 25 4 39 50 2 KURANG
133
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 72 73 -1 1 4 49 50 2 KURANG
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
27 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 73 73 0 0 4 38 50 2 KURANG
28 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 44 50 2 KURANG
29 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 3 5 5 4 79 73 6 36 4 67 50 1 BAIK
30 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 3 4 3 69 73 -4 16 4 41 50 2 KURANG
31 5 4 5 3 3 5 4 3 4 5 5 1 5 4 5 4 4 5 4 78 73 5 25 4 65 50 1 BAIK
32 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
33 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
35 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 74 73 1 1 4 54 50 1 BAIK
36 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 5 79 73 6 36 4 67 50 1 BAIK
37 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 73 73 0 0 4 39 50 2 KURANG
38 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 44 50 2 KURANG
39 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
40 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
41 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 77 73 4 16 4 62 50 1 BAIK
42 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 71 73 -2 4 4 46 50 2 KURANG
43 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 2 4 4 3 64 73 -9 81 4 28 50 2 KURANG
44 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 69 73 -4 16 4 41 50 2 KURANG
45 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 74 73 1 1 4 54 50 1 BAIK
46 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 70 73 -3 9 4 52 50 1 BAIK
47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 1 3 4 3 69 73 -4 16 4 59 50 1 BAIK
48 5 4 5 3 3 5 4 3 4 5 5 1 5 4 5 4 4 5 4 78 73 5 25 4 65 50 1 BAIK
49 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
50 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 5 79 73 6 36 4 67 50 1 BAIK
51 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
134
52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 74 73 1 1 4 54 50 1 BAIK
53 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 71 73 -2 4 4 46 50 2 KURANG
54 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 2 4 4 3 64 73 -9 81 4 28 50 2 KURANG
55 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 69 73 -4 16 4 41 50 2 KURANG
56 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 74 73 1 1 4 54 50 1 BAIK
57 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
58 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 5 79 73 6 36 4 67 50 1 BAIK
59 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 74 73 1 1 4 54 50 1 BAIK
61 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 71 73 -2 4 4 46 50 2 KURANG
62 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 2 4 4 3 64 73 -9 81 4 28 50 2 KURANG
63 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 69 73 -4 16 4 41 50 2 KURANG
64 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 74 73 1 1 4 54 50 1 BAIK
65 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 70 73 -3 9 4 43 50 2 KURANG
66 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 77 73 4 16 4 61 50 1 BAIK
67 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 72 73 -1 1 4 49 50 2 KURANG
68 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 71 73 -1 1 4 46 50 2 KURANG
69 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 71 73 -1 1 4 46 50 2 KURANG
70 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
71 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 72 73 -1 1 4 49 50 2 KURANG
72 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 71 73 -1 1 4 46 50 2 KURANG
73 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 71 73 -1 1 4 46 50 2 KURANG
74 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
75 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 71 73 -2 4 4 46 50 2 KURANG
76 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 69 73 -4 16 4 41 50 2 KURANG
77 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 5 79 73 6 36 4 67 50 2 KURANG
78 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
135
79 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 74 73 1 1 4 54 50 1 BAIK
80 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 71 73 -2 4 4 46 50 2 KURANG
81 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 4 2 3 4 2 4 4 3 64 73 -9 81 4 28 50 2 KURANG
82 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 69 73 -4 16 4 41 50 2 KURANG
83 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 72 73 -1 1 4 49 50 2 KURANG
84 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
85 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 5 5 5 79 73 6 36 4 67 50 1 BAIK
86 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 76 73 3 9 4 59 50 1 BAIK
87 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 3 4 69 73 -4 16 4 41 50 2 KURANG
88 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 5 3 4 4 4 70 73 -3 9 4 44 50 2 KURANG
89 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 5 77 73 4 16 4 62 50 1 BAIK
6462
72.61
136
NO P1 P2 P3 P4 P5 ∑X ẋ x -ẋ
(x-
ẋ)² SD
SKOR
T
MEAN
T KODE KATEGORI
1 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
2 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 67 50 1 BAIK
3 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
4 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
5 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
6 3 2 3 2 2 12 17 -5 25 2 27 50 2 KURANG
7 4 2 4 3 4 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
8 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
9 4 3 4 2 4 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
10 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
11 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
12 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
13 3 2 3 2 2 12 17 -5 25 2 27 50 2 KURANG
14 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 67 50 1 BAIK
15 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
16 4 3 4 4 1 16 17 -1 1 2 49 50 2 KURANG
17 4 2 4 2 4 16 17 -1 1 2 49 50 2 KURANG
18 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 67 50 1 BAIK
19 4 2 4 3 4 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
20 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 55 50 1 BAIK
21 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 61 50 1 BAIK
22 4 3 4 2 3 16 17 -1 1 2 67 50 1 BAIK
23 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
24 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
137
25 4 2 3 3 4 16 17 -1 1 2 49 50 2 KURANG
26 4 4 4 4 1 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
27 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 61 50 1 BAIK
28 4 3 4 2 3 16 17 -1 1 2 67 50 1 BAIK
29 4 3 4 3 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
30 4 3 4 4 1 16 17 -1 1 2 49 50 2 KURANG
31 4 4 4 4 4 20 17 3 9 2 72 50 1 BAIK
32 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
33 4 3 4 2 4 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
34 4 2 4 3 4 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
35 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
36 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 67 50 1 BAIK
37 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 55 50 1 BAIK
38 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 61 50 1 BAIK
39 4 3 4 2 3 16 17 -1 1 2 67 50 1 BAIK
40 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
41 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
42 4 4 4 4 2 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
43 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
44 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 61 50 1 BAIK
45 3 2 3 2 2 12 17 -5 25 2 27 50 2 KURANG
46 3 4 4 4 3 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
47 3 3 3 3 3 15 17 -2 4 2 44 50 2 KURANG
48 4 2 4 2 4 16 17 -1 1 2 49 50 2 KURANG
49 4 4 3 3 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
50 3 3 3 3 3 15 17 -2 4 2 44 50 2 KURANG
51 4 2 4 2 4 16 17 -1 1 2 49 50 2 KURANG
138
52 3 2 3 3 3 14 17 -3 9 2 38 50 2 KURANG
53 4 4 4 4 2 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
54 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
55 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 67 50 1 BAIK
56 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 55 50 1 BAIK
57 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 61 50 1 BAIK
58 4 3 4 2 3 16 17 -1 1 2 67 50 1 BAIK
59 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
60 3 2 3 2 2 12 17 -5 25 2 27 50 2 KURANG
61 3 3 3 3 3 15 17 -2 4 2 44 50 2 KURANG
62 4 4 4 4 4 20 17 3 9 2 73 50 1 BAIK
63 3 2 3 3 3 14 17 -3 9 2 38 50 2 KURANG
64 3 2 3 3 3 14 17 -3 9 2 38 50 2 KURANG
65 3 2 3 3 3 14 17 -3 9 2 38 50 2 KURANG
66 3 2 4 4 3 16 17 -1 1 2 49 50 2 KURANG
67 4 4 4 4 4 20 17 3 9 2 72 50 1 BAIK
68 4 2 3 3 3 15 17 -2 4 2 44 50 2 KURANG
69 4 2 4 2 2 14 17 -3 9 2 38 50 2 KURANG
70 4 2 3 3 4 16 17 -1 1 2 49 50 2 KURANG
71 4 4 4 4 1 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
72 4 4 4 4 4 20 17 3 9 2 72 50 1 BAIK
73 4 4 4 4 2 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
74 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 61 50 1 BAIK
75 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 67 50 1 BAIK
76 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
77 4 2 4 2 4 16 17 -1 1 2 49 50 2 KURANG
78 4 2 4 4 2 16 17 -1 1 2 49 50 2 KURANG
139
79 3 2 3 2 2 12 17 -5 25 2 27 50 2 KURANG
80 4 2 4 4 4 18 17 1 1 2 55 50 1 BAIK
81 4 3 5 3 4 19 17 2 4 2 61 50 1 BAIK
82 4 3 4 2 3 16 17 -1 1 2 67 50 1 BAIK
83 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
84 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
85 3 3 3 3 3 15 17 -2 4 2 44 50 2 KURANG
86 3 2 3 3 3 14 17 -3 9 2 38 50 2 KURANG
87 4 3 5 3 4 19 17 2 2 2 67 50 1 BAIK
88 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
89 3 3 4 4 3 17 17 0 0 2 55 50 1 BAIK
1499
16.8427
140
Lampiran 14
Dokumentasi
140
141