skripsi pengaruh lama sentrifugasi pada sexing …

57
i SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING SPERMATOZOA DENGAN METODE SEDIMENTASI PUTIH TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN DAN RASIO SPERMATOZOA X DAN Y PADA SAPI BALI (Bos sondaicus) Disusun dan diajukan oleh RAHMAT I11116322 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 24-Nov-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

i

SKRIPSI

PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING

SPERMATOZOA DENGAN METODE SEDIMENTASI

PUTIH TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN DAN RASIO

SPERMATOZOA X DAN Y PADA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Disusun dan diajukan oleh

RAHMAT

I11116322

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

ii

SKRIPSI

PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING

SPERMATOZOA DENGAN METODE SEDIMENTASI

PUTIH TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN DAN RASIO

SPERMATOZOA X DAN Y PADA SAPI BALI (Bos sondaicus)

Disusun dan diajukan oleh

RAHMAT

I11116322

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020

Page 3: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

iii

Page 4: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

iv

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Pengaruh Lama Sentrifugasi pada Sexing

Spermatozoa dengan Metode Sedimentasi

Putih Telur Terhadap Kualitas Semen dan Rasio

Spermatozoa X dan Y pada Sapi Bali (Bos sondaicus)

Disusun dan diajukan oleh

RAHMAT

I111 16 322

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian yang dibentuk dalam rangka

Penyelesaian Studi Program Sarjana Program Studi Peternakan

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Pada tanggal 09 Desember 2020

dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Prof. Dr. Ir. H. Abd. Latief Toleng, M.Sc Dr. Agr. Ir. Renny F. Utamy, S.Pt., M.Agr.,IPM

NIP. 19540602 197802 1 001 NIP. 19720120 199803 2 001

Ketua Program Studi,

Dr. Ir. Muh. Ridwan, S.Pt., M.Si., IPU

NIP. 19760616 200003 1 001

Page 5: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

v

ABSTRAK

Rahmat. I111 16 322. Pengaruh Lama Sentrifugasi pada Sexing Spermatozoa

dengan Metode Sedimentasi Putih Telur Terhadap Kualitas Semen dan Rasio

Spermatozoa X dan Y pada Sapi Bali (Bos sondaicus). Dibimbing oleh Abd. Latief

Toleng sebagai pembimbing utama dan Renny Fatmyah Utamy sebagai pembimbing

kedua.

Teknologi sexing adalah proses pemisahan spermatozoa X dan Y untuk memperoleh

kelahiran pedet sesuai dengan yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh lama sentrifugasi pada sexing spermatozoa terhadap kualitas semen dan rasio

spermatozoa X dan Y pada sapi Bali. Penelitian ini menggunakan empat perlakuan yakni

P0 = semen segar + pengencer tanpa perlakuan sentrifugasi (kontrol); P1= 5 menit; P2 =

10 menit; dan P3 = 15 menit dengan lima ulangan (frekuensi penampungan semen).

Parameter yang diamati yaitu kualitas semen segar dan kualitas semen setelah sexing.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh lama sentrifugasi terhadap konsentrasi

spermatozoa diperoleh P0 = 512×106/ml. Spermatozoa pada lapisan atas diperoleh P1 =

510×106/ml; P2 = 480×10

6/ml; dan P3 = 500×10

6/ml, sedangkan spermatozoa lapisan

bawah diperoleh P1 = 371×106/ml; P2 = 497×10

6/ml; dan P3 = 524×10

6/ml. Motilitas

spermatozoa diperoleh P0 = 87,49%, spermatozoa pada lapisan atas P1 = 58,47%; P2 =

57,28%; dan P3 = 58,90%, sedangkan lapisan bawah P1 = 49,38%; P2 = 51,60%; dan P3

= 55,74%. Viabilitas spermatozoa diperoleh P0 = 77,57%. Untuk spermatozoa lapisan

atas P1 = 76,25%; P2 = 75,38% dan P3 = 76,51%, sedangkan spermatozoa lapisan bawah

P1 = 76,08%; P2 = 76,03%; dan P3 = 73,80%. Proporsi spermatozoa X : Y berdasarkan

panjang kepala diperoleh P0 = 47,78% : 47,78%, lapisan atas diperoleh P1 = 71,01 :

24,64% P2 = 74,51% : 22,55% dan P3 = 69,50% : 22,00%, sedangkan spermatozoa

lapisan bawah diperoleh P1 = 49,50% : 48,02%; P2 = 21,78% : 66,83%; dan P3 = 32,02%

: 59,61%. Proporsi spermatozoa X : Y berdasarkan lebar kepala diperoleh P0 = 47,78% :

51,23%, spermatozoa pada lapisan atas diperoleh P1 = 74,40% : 22,22%; P2 = 71,57% :

21,08%; dan P3 = 69,00% : 21,50%, sedangkan lapisan bawah diperoleh P1 = 44,55% :

50,99%; P2 = 25,25% : 66,34%; dan P3 = 35,96% : 55,17%. Dapat disimpulkan bahwa

proporsi spermatozoa X : Y berdasarkan panjang kepala diperoleh angka tertinggi pada

perlakuan P2 pada lapisan atas dan lapisan bawah. Sedangkan proporsi spermatozoa X :

Y berdasarkan lebar kepala diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan P1 pada lapisan atas

dan P2 pada lapisan bawah.

Kata kunci: motilitas, putih telur, sentrifugasi, sexing, spermatozoa.

Page 6: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

vi

ABSTRACT

Rahmat. I111 16 322. The Effect of Spermatozoa Sexing Centrifugation Time with Egg

White Sedimentation Method on Semen Quality and Spermatozoa Ratio X and Y on Bali

Bull (Bos sondaicus). Supervised by Abd. Latief Toleng and Renny Fatmyah

Utamy.

Sexing technology is process to separating X and Y spermatozoa to get the desired calf.

This study aims to determine the effect of sexing spermatozoa centrifugation time on

semen quality and spermatozoa ratio X and Y in Bali bull. This study used four

treatments, P0 = cement + TKT without centrifugation (control); P1 = 5 minutes; P2 = 10

minutes; and P3 = 15 minutes with five replications (frequency of cement shelter). The

parameters observed were fresh semen quality and semen quality after sexing. The results

showed the effect of centrifugation time on spermatozoa concentration was obtained P0 =

512 × 106/ ml. The spermatozoa in upper layer obtained P1 = 510 × 10

6/ ml; P2 = 480 ×

106/ ml; and P3 = 500 × 10

6/ ml, lower layer of spermatozoa obtained P1 = 371 × 10

6/ ml;

P2 = 497 × 1096 ml; and P3 = 524 × 10

6/ ml. The spermatozoa motility obtained P0 =

87.49%, spermatozoa in upper layer P1 = 58.47%; P2 = 57.28%; and P3 = 58.90%, while

the undercoat P1 = 49.38%; P2 = 51.60%; and P3 = 55.74%. The spermatozoa viability

obtained P0 = 77.57%. For the upper layer of spermatozoa P1 = 76.25%; P2 = 75.38%

and P3 = 76.51%, the lower layer of spermatozoa P1 = 76.08%; P2 = 76.03%; and P3 =

73.80%. The proportion of spermatozoa X : Y based on head length obtained P0 =

47.78%: 47.78%, upper layer obtained P1 = 71.01: 24.64% P2 = 74.51%: 22.55% and P3

= 69, 50%: 22.00%, the lower layer of spermatozoa obtained P1 = 49.50%: 48.02%; P2 =

21.78%: 66.83%; and P3 = 32.02%: 59.61%. The proportion of spermatozoa X: Y based

on head width obtained P0 = 47.78%: 51.23%, spermatozoa in upper layer obtained P1 =

74.40%: 22.22%; P2 = 71.57%: 21.08%; and P3 = 69.00%: 21.50%, while the undercoat

obtained P1 = 44.55%: 50.99%; P2 = 25.25%: 66.34%; and P3 = 35.96%: 55.17%. It can

be concluded that the proportion of spermatozoa X : Y based on head length obtained the

highest number in P2 treatment in the upper and lower layers. While the proportion of

spermatozoa X : Y based on head width obtained the highest value in treatment P1 on the

top layer and P2 on the bottom layer.

Keywords: motility, egg white, centrifugation, sexing, spermatozoa.

Page 7: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wata'ala atas

berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas akhir dengan judul “Pengaruh

Lama Sentrifugasi pada Sexing Spermatozoa dengan Metode Sedimentasi Putih

Telur Terhadap Kualitas Semen dan Rasio Spermatozoa X dan Y pada Sapi Bali

(Bos sondaicus)”.

Makalah ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada Mata Kuliah

Seminar (Skripsi) Produksi Ternak di Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman

terutama bagi penulis. Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang ikut

berpartisipasi dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, oleh karena itu

penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga

kepada:

1. Kedua Orang tua tercinta Bapak Andering dan Ibu Mutmainnah yang

dengan sepenuh hati memberikan dukungan moril maupun spiritual serta

ketulusan do’anya sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Serta

kepada kakak dan adik saya Nurfadillah dan Anugrah yang tidak henti

memberi dukungan dalam penyelesaian tugas akhir.

2. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A, selaku Rektor Universitas

Hasanuddin, penulis ucapkan banyak terima kasih atas kesempatan yang

diberikan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan sarjana (S1) pada

program studi Peternakan.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin, beserta jajarannya dan juga kepada dosen-dosen

Page 8: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

viii

pengajar Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang mentransfer

ilmunya yang tak ternilai harganya kepada penulis, serta kepada staf fakultas

yang telah membantu dalam proses pengurusan berkas selama penulis

berkuliah.

4. Prof. Ir. H. Abd. Latief Toleng, M.Sc. selaku pembimbing utama yang

senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam mengarahkan dan

membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini serta Dr.Agr. Ir.

Renny Fatmyah Utamy, S.Pt., M.Agr., IPM selaku pembimbing anggota

yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan tugas akhir

ini.

5. Bapak Prof. Ir. Muhammad Yusuf, S.Pt., Ph.D., IPU dan bapak Dr. Hasbi,

S.Pt., M.Si., selaku penguji yang telah memberikan arahan dan masukan dalam

proses perbaikan tugas akhir ini.

6. Bapak Muhammad Rachman Hakim, S.Pt., M.P., selaku penasehat

akademik penulis yang memberikan nasehat-nasehat selama berkuliah.

7. Bapak Ir. Sahiruddin, S.Pt., M.Si, IPM yang telah membantu penulis dalam

berdiskusi ide penelitian serta pelaksanaan penelitian di Laboratorium

Reproduksi Ternak Unit Prosesing Semen.

8. Kepada Kak Hasrin, S.Pt., M.Si. yang telah membantu dalam penampungan

semen di Samata Integrated Farming System serta seluruh karyawan yang

terlibat.

9. Kepada teman seperjuangan Team Semen Fajar, Andri, Fasira, Nirmala,

dan Hasriani serta sahabat-sahabat saya yang telah membantu dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

Page 9: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

ix

10. Kepada kakak Masturi, S.Pt., M.Si, Milawati, S.P, adik dan teman-teman

Asisten Laboratorium Ternak Potong dan Asisten Reproduksi Ternak.

11. Kepada Keluarga besar BOSS’16, HIMAPROTEK-UH, UKM BOLA

BASKET UNHAS, teman-teman peternakan, beserta semua pihak yang telah

membantu penyelesaian tugas akhir ini.

12. Kepada adik-adik PKL Prosesing Semen (A. Andri Tamiyadi, Reski

Amalia, Andi Tifal Nurgina, dan Zahra Jinan Fadilla) yang membantu

penulis dalam penelitian di laboratorium dan penampungan semen.

Semoga segala bentuk apresiasi yang telah diberikan kepada penulis

mendapat imbalan yang layak dari Allah SWT.

Makassar, Desember 2020

Rahmat

Page 10: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

x

DAFTAR ISI

Halaman

Daftar Isi.................................................................................................... x

Daftar Tabel .............................................................................................. xi

Daftar Gambar ........................................................................................... xii

Daftar Lampiran ........................................................................................ xiii

PENDAHULUAN .................................................................................... 1

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

Sexing Spermatozoa ...................................................................... 5

Pengaruh Waktu Sentrifugasi Sexing Spermatozoa ...................... 7

METODE PENELITIAN .......................................................................... 10

Waktu dan Tempat ........................................................................ 10

Materi Penelitian ........................................................................... 10

Rancangan Penelitian .................................................................... 10

Prosedur Penelitian ........................................................................ 11

Metode Pelaksanaan ...................................................................... 11

Parameter yang Diamati ................................................................ 13

Analisis Data ................................................................................. 16

HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 17

Karakteristik Semen Segar Sapi Percobaan .................................. 17

Konsentrasi Spermatozoa Setelah Sexing...................................... 20

Motilitas Spermatozoa Setelah Sexing .......................................... 22

Viabilitas Spermatozoa Setelah Sexing ......................................... 23

Proporsi X dan Y Spermatozoa Setelah Sexing ............................ 25

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 31

LAMPIRAN .............................................................................................. 35

BIODATA ................................................................................................. 52

Page 11: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

xi

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Kualitas Semen Sapi Bali ...................................................................... 17

2. Konsentrasi Spermatozoa Setelah Sexing. ............................................ 21

3. Motilitas Spermatozoa Setelah Sexing .................................................. 22

4. Viabilitas Spermatozoa Setelah Sexing ................................................. 23

5. Rata-rata proporsi spermatozoa sexing berdasarkan panjang kepala .... 26

6. Rata-rata proporsi spermatozoa sexing berdasarkan lebar kepala ......... 28

Page 12: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Diagram alir proses sexing spermatozoa. .............................................. 11

Page 13: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Konsentrasi Sper-

matozoa X ............................................................................................. 38

2. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Konsentrasi Sper-

matozoa Y ............................................................................................ 40

3. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Motilitas Sperma-

tozoa X ................................................................................................ 42

4. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentriugasi Terhadap Motilitas Sperma-

tozoa Y ................................................................................................. 44

5. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Viabilitas Sperma-

tozoa X ................................................................................................. 46

6. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Viabilitas Sperma-

tozoa Y ................................................................................................. 48

7. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian .................................................... 50

Page 14: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

1

PENDAHULUAN

Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan plasma nutfah sapi lokal Indonesia

yang sudah tersebar hampir seluruh Indonesia dan mempunyai perkembangan

cukup pesat karena mempunyai keunggulan yaitu daya adaptasi yang baik

terhadap lingkungan dan mempunyai fertilitas yang baik yaitu 83% sehingga

dapat digunakan untuk usaha sapi potong (Guntoro, 2002). Sapi Bali mempunyai

keunggulan dibandingkan dengan ternak impor, yaitu keunggulan dalam

memanfaatkan hijauan pakan berserat kasar tinggi, daya adaptasi iklim tropis dan

kualitas karkas baik (Payne dan Hodges, 1997). Oleh karena itu perlu dilakukan

perbaikan kualitas dan pengembangan sapi Bali dengan meningkatkan populasi.

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) memegang

peranan yang cukup strategis dalam meningkatkan populasi ternak. Kemajuan

Iptek juga berpengaruh terhadap kemajuan teknologi di bidang reproduksi

misalnya dalam peningkatan produktivitas ternak. Beberapa teknologi reproduksi

telah diaplikasikan untuk meningkatkan produktivitas ternak, salah satunya adalah

aplikasi teknologi inseminasi buatan (IB). Aplikasi teknologi IB disamping

mampu meningkatkan produktivitas dan mempercepat penyebaran populasi

dengan mutu genetik yang lebih baik, juga diharapkan akan dapat

mengoptimalkan fungsi seekor pejantan (Toelihere, 1993; Garner and Hafez,

2008).

IB dapat ditingkatkan nilainya dengan menghasilkan bibit unggul dengan

jenis kelamin sesuai tujuan pemeliharaan, misalnya untuk penggemukan

dibutuhkan jantan, sedangkan untuk bibit dibutuhkan betina. Susilawati (2014)

menyatakan bahwa teknologi yang dibutuhkan untuk pengaturan jenis kelamin

Page 15: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

2

pedet tersebut dengan teknologi sexing spermatozoa. Teknologi sexing adalah

proses pemisahan spermatozoa X dan Y, merupakan salah satu teknologi untuk

memperoleh kelahiran pedet sesuai dengan yang diinginkan. Pemanfaatan

teknologi sexing merupakan pilihan tepat untuk mendukung peranan IB dalam

rangka meningkatkan efisiensi usaha peternakan.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan angka kelahiran sapi

jantan melalui teknologi reproduksi dengan metode yang memungkinkan untuk

merubah proporsi normal (rasio alamiah) jantan:betina. Pada beberapa hasil

penelitian sebelumnya telah dilaporkan bahwa rata-rata kandungan spermatozoa Y

dan X dalam semen sapi adalah 50,5% dan 49,5 % (Garner et al., 1983). Pada

dasarnya, pengertian pemisahan spermatozoa pada konteks ini adalah upaya untuk

mengubah proporsi perolehan spermatozoa yang berkromosom sejenis (X dan Y)

dengan metode tertentu, sehingga berubah dari proporsi normal (rasio alamiah),

50:50% (Henri, 1992). Quinlivan et al. (1982) melaporkan bahwa pemisahan

spermatozoa dengan menggunakan metode kolom albumin dapat meningkatkan

perolehan spermatozoa Y dari 52% sebelum pemisahan menjadi 74% setelah

pemisahan. Hal ini diikuti oleh penurunan motilitas dari 85% menjadi 74%,

sedangkan konsentrasinya berkurang dari 50 juta sel menjadi 20 juta sel per

mililiter (40%).

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan dan penerapan teknologi

pemisahan spermatozoa secara luas, maka perlu dipikirkan alternatif penggunaan

medium pemisahan spermatozoa yang mudah diperoleh dan terjangkau. Selain itu,

medium tersebut juga harus berfungsi efektif terhadap upaya mengubah rasio

alami spermatozoa X dan Y pada sapi serta dapat mempertahankan kuantitas dan

Page 16: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

3

kualitas spermatozoa selama proses pemisahan. Sexing yang menggunakan bahan

albumin yang berasal dari putih telur merupakan metode yang mudah

diaplikasikan dengan biaya murah. Sexing dengan albumin putih telur didasarkan

pada perbedaan motilitas antara spermatozoa X dan Y dengan membuat medium

yang berbeda konsentrasinya (Sianturi dkk., 2007).

Sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan spermatozoa dengan plasma

sperma, sehingga dapat meningkatkan kualitas sperma dan memisahkan

spermatozoa yang motil dan yang tidak motil serta memisahkan komponen

plasma seminalis yang mempengaruhi kualitas spermatozoa (Hardjopranjoto,

2006). Indiah dan Wahjuningsih (2010) menambahkan bahwa sentrifugasi

merupakan suatu cara menyingkirkan komponen-komponen plasma sperma

(seminal plasma) serta unsur plasma sperma lainnya yang dapat mempengaruhi

kualitas dan daya fertilitas spermatozoa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Fatahillah dkk. (2016) terhadap kualitas spermatozoa hasil sexing dari sapi

Limousin diperoleh hasil bahwa pada perlakuan 5 menit waktu sentrifugasi

memperlihatkan bahwa rata-rata total spermatozoa motil dilapisan atas memiliki

jumlah lebih banyak dibandingkan lapisan bawah, sedangkan pada perlakuan 7

menit rata-rata total spermatozoa motil lapisan bawah lebih tinggi dibandingkan

lapisan atas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama sentrifugasi pada

sexing spermatozoa dengan metode sedimentasi putih telur terhadap kualitas

semen dan rasio spermatozoa X dan Y pada sapi Bali dan tambahan pengetahuan

kepada mahasiswa dan masyarakat tentang pengaruh lama pada sexing

Page 17: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

4

spermatozoa dengan metode sedimentasi putih telur terhadap kualitas semen dan

rasio spermatozoa X dan Y pada sapi Bali.

Page 18: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

5

TINJAUAN PUSTAKA

Sexing Spermatozoa

Seiring dengan kemajuan teknologi dalam bidang reproduksi ternak,

pemanfaatan teknologi sexing merupakan pilihan tepat untuk mendukung peranan

dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha peternakan. Penemuan teknologi

dibidang reproduksi ternak dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah

subsektor peternakan terutama dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak.

Salah satu teknologi tersebut adalah sexing spermatozoa. Teknologi sexing sangat

bermanfaat bagi peternak sapi potong karena melalui teknik sexing mereka dapat

memproduksi lebih banyak anak jantan ataupun betina sesuai keinginannya.

Perencanaan jenis kelamin anak (sexing spermatozoa) dalam peternakan sangat

diminati dan merupakan teknologi yang penting di dalam penyediaan pangan

hewani di masa mendatang. Dengan adanya penemuan teknologi sexing, maka

dalam industri peternakan dunia semakin membutuhkan penerapan teknologi

sexing ini (Susilawati, 2014).

Putih telur sering disebut albumin merupakan bagian dari telur yang

berfungsi sebagai anti bakteri dan buffer untuk mempertahankan sifat fisik dan

kimia telur. Putih telur dari telur ayam dapat digunakan sebagai albumin alternatif

pengganti BSA (bovine serum albumin) dalam proses pemisahan spermatozoa dan

dianggap cukup layak untuk digunakan. Selain mudah terjangkau dan murah,

putih telur juga cukup efektif memisahkan spermatozoa X dan Y (Saili, 1999).

Putih telur dapat dan mudah dibuat densitas (fraksi/gradien/kolom) pada

berbagai konsentrasi yang berbeda, sehingga memenuhi prinsip dari metode ini

serta layak dijadikan bahan alternatif sebagai medium pemisahan spermatozoa X

Page 19: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

6

dan Y. Kandungan protein yang tinggi pada putih telur juga bermanfaat sebagai

sumber energi bagi spermatozoa pada saat proses pemisahan berlangsung. Secara

ekonomis putih telur lebih efisien dan menguntungkan dibanding bahan lainnya

karena harganya murah, terjangkau dan mudah diperoleh (Takdir dkk., 2016).

Sexing dengan sedimentasi putih telur didasarkan pada perbedaan motilitas

antara spermatozoa X dan Y. Prinsip metode ini adalah membuat medium yang

berbeda konsentrasinya, sehingga spermatozoa yang motilitasnya tinggi (Y) akan

mampu menembus konsentrasi medium yang lebih pekat, sedangkan spermatozoa

X akan tetap berada pada medium yang mempunyai konsentrasi rendah (Sianturi

et al., 2004). Sehingga dengan metode ini populasi spermatozoa Y berada

dilapisan bawah (Wahjuningsih dkk., 2019).

Penentuan spermatozoa X dan Y dilakukan melalui uji morfometri dengan

perhitungan panjang × lebar kepala hasilnya dirata-rata, jika ukurannya sama atau

lebih besar dari rata-rata maka mengindikasikan spermatozoa tersebut adalah

spermatozoa X. Dibandingkan dengan spermatozoa X, spermatozoa Y memiliki

kepala yang lebih kecil, lebih ringan dan lebih pendek, sehingga spermatozoa Y

lebih cepat bergerak. Spermatozoa Y memiliki DNA yang lebih sedikit (Ericsson

dan Glass, 1982). Spermatozoa X mengandung kromatin lebih banyak, sehingga

mengakibatkan ukuran kepala spermatozoa X lebih besar (Hafez dan Hafez,

2000). Karena spermatozoa Y bergerak lebih cepat akan diikuti kematian yang

lebih cepat pula dibandingkan sperma X. Sebaliknya spermatozoa X lebih tahan

hidup karena hemat energi (Situmorang dkk., 2013).

Hasil penelitian Susilawati (2002) menunjukkan konsentrasi albumin 10%

dan 30% mampu mengubah proporsi perolehan spermatozoa dari kondisi normal.

Page 20: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

7

Penelitian yang dilakukan oleh Pancahastana (1999) tentang pemisahan

spermatozoa dengan AT diperoleh rata-rata persentase spermatozoa Y pada

lapisan atas adalah 36,80 ± 8,06% dan untuk lapisan bawah yaitu 77,20 ± 4,09%.

Hasil yang sama dilaporkan oleh Mardiyah (2006) mengenai pemisahan sperma

pembawa kromosom X dan Y sapi dengan kolom media pemisah albumin

mendapatkan hasil bahwa spermatozoa X dan Y dapat dipisahkan bedasarkan

motilitas. Dari hasil pengamatan menggunakan konsentrasi albumin 10% pada

fraksi atas dan 30% pada fraksi bawah, mampu mengubah rasio perolehan sperma

normal X : Y 51,50 ; 48,50% menjadi 73,20 : 26,80% pada fraksi atas dan 31,14 ;

68,86% pada fraksi bawah.

Pengaruh Waktu Sentrifugasi Sexing Spermatozoa

Sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan spermatozoa dengan plasma

sperma, sehingga dapat meningkatkan kualitas sperma dan memisahkan

spermatozoa yang motil dan yang tidak motil serta memisahkan komponen

plasma seminalis yang mempengaruhi kualitas spermatozoa. Waktu sentrifugasi

dapat mempengaruhi kualitas spermatozoa yang dihasilkan. Sentrifugasi bertujuan

untuk memungkinkan terjadinya proses pemisahan dengan baik, karena dengan

adanya seminal plasma, pemisahan sperma dengan kolom pemisah yang berbeda

viskositasnya akan sulit, karena dapat terjadi ‘jeblos’ sehingga tidak terpisah

dengan baik (Sianturi dan Kusumaningrum, 2017).

Proses sentrifugasi menyebabkan pergesekan secara mekanik antara sel

spermatozoa dengan medium pemisah yang menyebabkan kerusakan struktur sel

membran dangan gangguan metabolisme dan akan menurunkan kualitas mencapai

20% (Berg et al., 2005). Selain itu terjadi gesekan antara spermatozoa dan

Page 21: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

8

medium pemisah yang mengakibatkan pembentukan reactive oxygen species

(ROS) dan berpengaruh terhadap kualitas spermatozoa. Oleh sebab itu, untuk

spermatozoa yang di sexing dengan gradien albumin putih telur dibutuhkan

pengencer yang dapat melindungi membran spermatozoa agar kualitasnya tetap

baik (Susilawati, 2002).

Sentrifugasi berulang-ulang dengan laju yang semakin tinggi akan

menghasilkan ekstraksel yang terpilah menurut komponennya. Proses sentrifugasi

yang berakibat pada pengurangan konsentrasi plasma semen dan medium

pengencer merupakan salah satu penyebab turunnya motilitas bila dihubungkan

dengan ketersediaan energi spermatozoa (Toelihere, 1985).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fatahillah dkk. (2016) terhadap

kualitas spermatozoa hasil sexing dari sapi Limousin diperoleh hasil bahwa pada

perlakuan 5 menit waktu sentrifugasi memperlihatkan bahwa rata-rata total

spermatozoa motil dilapisan atas memiliki jumlah lebih banyak dibandingkan

lapisan bawah, sedangkan pada perlakuan 7 menit rata-rata total spermatozoa

motil lapisan bawah lebih tinggi dibandingkan lapisan atas. Hasil penelitian

Bintara (2010) menyatakan bahwa peningkatan motilitas terjadi seiring dengan

peningkatan lama waktu sentrifugasi dan tertinggi pada waktu 20 menit

sentrifugasi yaitu mencapai 96,83±1,11%,. Motilitas spermatozoa antara

sentrifugasi selama 15 dan 25 menit tidak berbeda nyata. Peningkatan yang

signifikan pada waktu 15 dan 20 menit sentrifugasi dikarenakan spermatozoa

yang immotile tertinggal di bagian atas tabung dan spermatozoa motil tertinggal di

dasar tabung.

Page 22: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

9

Hasil penelitian Susilowati (2010) menunjukkan adanya penurunan

kualitas spermatozoa setelah dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 1800 rpm

selama 5 menit maupun selama 10 menit. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Fitri (2000) bahwa spermatozoa setelah dilakukan sentrifugasi dengan

kecepatan 1000 G selama 10 menit menunjukkan adanya kerusakan membran

plasma dan tudung akrosom spermatozoa sapi Madura .

Page 23: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

10

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus-September 2020 di Samata

Integrated Farming System Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu,

Kabupaten Gowa dan Laboratorium Reproduksi Ternak Unit Prosesing Semen

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Materi Penelitian

Materi penelitian adalah semen pejantan sapi Bali umur 4-8 tahun dengan

berat 300-400 kg. Pakan sapi berupa rumput lapangan ± 10% dari berat badan dan

makanan penguat (konsentrat) sebanyak 4-5 kg perekor per hari. Alat yang

digunakan antara lain vagina buatan, tabung skala, tabung reaksi, tabung ukur,

gelas ukur, erlenmeyer, minitube, waterbath, drying and sterilization oven, CASA

(Computer assisted sperm analysis), spectrophotometer, centrifuge, mikroskop

Trinokuler, timbangan elektrik, makro dan mikropipet, pinset, pH skala, objek

glass, cover glass, ember, dan alat tulis (pulpen, label). Bahan yang digunakan

yaitu NaCl 0,9%, Trishydroxyl methylamine, asam sitrat, laktosa, streptomycin,

penicillin, telur ayam ras, aquabidest, parafilm, vaseline, pewarna eosin 2%,

aluminium foil, dan alkohol 70%.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4

perlakuan dan 5 kali ulangan (frekuensi penampungan semen). Perlakuan ini

adalah lama sentrifugasi sexing yang terdiri atas:

P0 = Semen Segar + Pengencer tanpa perlakuan sexing (Kontrol)

P1 = Lama sentrifugasi 5 menit,

Page 24: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

11

P2 = Lama sentrifugasi 10 menit, dan

P3 = Lama sentrifugasi 15 menit.

Masing-masing perlakuan sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan 2500 rpm.

Prosedur Penelitian

Gambar 1. Diagram alir proses sexing spermatozoa

Metode Pelaksanaan

Penampungan Semen. Penampungan semen dilakukan pada pagi hari.

Sebelum penampungan yang dilakukan terlebih dahulu memandikan ternak.

Penampungan semen dilakukan dengan menggunakan vagina buatan. Kondisi

Page 25: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

12

suhu dan bagian dalam vagina buatan dapat disesuaikan seperti vagina betina yang

sedang berahi yaitu sekitar 30-38ºC. Mardiyah dkk. (2001) menambahkan bahwa

vagina buatan yang telah diolesi dengan vaselin dibawa dengan menggunakan

tangan kanan dengan sudut kemiringan ± 35º, selanjutnya dibutuhkan petugas lain

yang mendekatkan pejantan kepada sapi betina agar libido pejantan tersebut

terpancing. Lalu, kolektor bersiaga apabila pejantan akan menaiki betina

pemancing Semen yang telah ditampung kemudian dibawa ke Laboratorium

Reproduksi Ternak Unit Prosesing Semen Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin.

Pembuatan Bahan Pengencer Tris-Kuning Telur (TKT). Metode yang

digunakan dimodifikasi berdasarkan petunjuk Mardiyah (2006); menimbang

bahan-bahan Trishydroxyl methylamine 1,422 gr, asam sitrat 0,677 gr, laktosa

1.500 gr kedalam labu erlenmeyer 100 ml, lalu menambahkan aquabidest 80 ml

kemudian dihomogenkan selama 15 menit. Setelah dihomogenkan selanjutnya

dipanaskan sampai mendidih. Kemudian mendinginkan larutan dengan suhu ruang

sampai sekitar 37ºC.

Selanjutnya menyiapkan 20 ml kuning telur yang telah dihilangkan

membran vitelinnya. Kemudian menambahkan kuning telur 20 ml kedalam 80 ml

larutan tris sampai mencapi 100 ml, kemudian dihomogrnkan selama 15-30 menit

hingga larutan menjadi homogen. Selanjutnya menambahkan penicillin dan

streptomycin sebanyak 0,100 gr, kemudian homogenkan selama 15 menit. Larutan

TKT siap digunakan.

Sexing Spermatozoa. Proses pemisahan spermatozoa X dan Y dengan

menggunakan putih telur (Susilawati, 2014). Semen yang telah ditampung

Page 26: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

13

dilakukan pemeriksaan secara makroskopis, selanjutnya semen diencerkan dengan

pengencer TKT dengan perbandingan 1:1 antara semen dan pengencer TKT.

Sementara itu membuat konsentrasi fraksi (atas dan bawah) dengan

mencampurkan putih telur dengan pengencer TKT. Putih telur dengan konsentrasi

10% dan 30% yang dibuat masing-masing dimasukkan kedalam tabung reaksi

yang berbeda. Selanjutnya membuat tiga medium dengan memasukkan masing-

masing 2 ml putih telur 30% dilapisan bawah dan 10% dilapisan atas dalam

tabung reaksi sehingga me mbentuk gradien, setiap medium terisi volume

konsentrasi sebanyak 4 ml. Setelah gradien atas dan bawah tersusun, ditambahkan

1 ml semen yang sudah diencerkan kedalam tabung reaksi berisi gradien putih

telur 30% dan 10% kemudian di inkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.

Spermatozoa pada tiap lapisan diambil sebanyak 2 ml dan dimasukkan kedalam

tabung reaksi yang berbeda. Kemudian, dilakukan sentrifugasi dengan perlakuan

P1 = 5 menit, P2 = 10 menit, P3 = 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Hasil

sentrifugasi (suprenatan) dibuang dan bagian prespitas yang merupakan hasil

sexing yang diperoleh kemudian ditambahkan pengencer TKT sampai skala 2 ml

lalu dilakukan pengamatan untuk mengukur motilitas, konsentrasi, viabilitas dan

proporsi spermatozoa hasil sexing.

Identifikasi spermatozoa X dan Y. Jenis spermatozoa X dan Y diketahui

dengan cara mengukur panjang dan lebar kepala spermatozoa, mengikuti metode

yang dilakukan oleh Bintara (2009), yakni; spermatozoa diamati di bawah

mikroskop dengan perbesaran 40×100, kemudian dilakukan pemotretan. Secara

acak sebanyak 200 sel. spermatozoa hasil pemotretan diukur panjang dan lebar

bagian kepalanya menggunakan micrometer pada perangkat lunak optilabpro.

Page 27: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

14

Ukuran kepala spermatozoa yang lebih besar dari rerata di identifikasi sebagai

spermatozoa X, sedangkan ukuran kepala yang lebih kecil dari rerata

diidentifikasi sebagai spermatozoa Y. Rata-rata dari ukuran kepala spermatozoa

semen sapi segar pada penelitian ini, dijadikan sebagai dasar untuk penentuan

ukuran spermatozoa X dan Y pada semen sapi Bali. Penghitungan proporsi

spermatozoa X : Y pada semen setelah perlakuan sexing ditentukan berdasarkan

dari hasil pengukuran semen segar.

Parameter yang diamati

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kualitas semen segar

dan kualitas spermatozoa sesudah sexing yang meliputi pengamatan secara

makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan kualitas semen segar secara

makroskopis dan mikroskopis terdiri atas:

Volume. Volume semen per ejakulat berbeda menurut bangsa, umur, ukuran

badan, tingkatan makanan, frekuensi penampungan dan berbagai faktor lain.

Selain itu, teknik dan metode penampungan serta persiapan alat penampungan

akan mempengaruhi volume semen yang dihasilkan (Saili, 1999).

Warna. Warna pada semen dapat diamati secara visual setelah penampungan,

semen yang baik adalah yang berwarna krem. Semen yang berwarna gelap sampai

merah muda menandakan adanya darah segar dalam jumlah berbeda dan berada

dan berasal dari saluran kelamin urethra atau penis. Warna kecoklatan

menunjukkan adanya darah yang telah mengalami dekomposisi. Warna coklat

muda atau warna kehijau-hijauan menunjukkan kemungkinan kontaminasi dengan

feses (Feradis, 2010).

Page 28: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

15

Derajat Keasaman (pH). pH normal semen 6,4-7,8 (Garner and Hafez, 2008).

Pada umumnya, sperma sangat aktif dan tahan hidup lama pada pH sekitar 7,0. pH

diukur dengan cara mengambil sedikit semen segar dan diletakkan pada pH

indicator paper, pH sangat menentukan status kehidupan spermatozoa di dalam

semen.

Konsentrasi Spermatozoa. Untuk mengetahui konsentrasi semen dilakukan

dengan menggunakan spectrophotometer dengan cara mengambil semen sebanyak

35 μ yang dicampur dengan NaCl 0,9%, kemudian di homogenkan selama 7 detik

setelah homogen dimasukkan ke dalam photometer SDM 6 dan dilihat jumlah

konsentrasi semennya. Butar (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi

konsentrasi maka konsistensi semen akan semakin pekat.

Evaluasi kualitas spermatozoa secara mikroskopis sesudah sexing terdiri

atas:

Motilitas Spermatozoa. Motilitas adalah gerak maju ke depan dari spermatozoa

secara progresif (Solihati dan Kune, 2009). Penilaian motilitas spermatozoa

diamati dengan membuat preparat atau satu tetes semen diteteskan di atas objek

glass dan ditutup dengan cover glass, kemudian diamati di bawah mikroskop

dengan perbesaran 400×.

Konsentrasi Spermatozoa. Konsentrasi adalah derajat kekentalan yang erat

kaitannya dengan konsentrasi spermatozoa. Menurut Brito et al. (2002) untuk

mengetahui konsentrasi semen dilakukan dengan menggunakan spectrometer

dengan cara mengambil semen sebanyak 35 μ yang dicampur dengan NaCl 0,9%,

kemudian dihomogenkan selama 7 detik setelah homogen dimasukkan ke dalam

spectrophotometer dan dilihat jumlah konsentrasi semennya.

Page 29: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

16

Viabilitas Spermatozoa. Pemeriksaan terhadap viabilitas spermatozoa dilakukan

dengan cara meneteskkan 1 tetes spermatozoa hasil sexing di gelas objek dan

ditambahkan dengan satu tetes pewarnaan eosin lalu diulas, setelah itu lakukan

pemeriksaan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40×10.

Perhitungannya berdasarkan perbandingan antara jumlah sperma hidup yang

ditandai dengan kepala tidak berwarna. Spermatozoa yang mati akan menyerap

zat warna eosin sehingga akan berwarna merah atau merah muda akibat

permeabilitas dinding sel meninggi pada sel spermatozoa yang mati (Septiyani,

2012). Spermatozoa yang diamati maksimal sebanyak 200 sel dengan 5 lapang

pandang dan penentuan persentase spermatozoa yang hidup digunakan rumus

yang diterapkan oleh WHO (1999), yakni:

Proporsi X dan Y. Menurut Haryati (2017)Untuk menentukan ukuran

spermatozoa X maupun spermatozoa Y, dilakukan pengukuran panjang kepala

spermatozoa dengan menggunakan preparat ulas, diukur menggunakan mikroskop

Trinokular dengan pembesaran 40×100. Rata-rata dari ukuran kepala

spermatozoa semen sapi segar pada penelitian ini, dijadikan sebagai dasar untuk

penentuan ukuran spermatozoa X dan Y pada semen sapi Bali, yang selanjutnya

digunakan sebagai standar untuk menghitung proporsi spermatozoa X : Y.

Penghitungan proporsi spermatozoa X : Y pada semen setelah perlakuan sexing

ditentukan berdasarkan dari hasil pengukuran semen segar. Dimana didapatkan

rumus di bawah ini.

Spermatozoa Y ≤ Rata-rata ukuran kepala spermatozoa – SE

Spermatozoa X ≥ Rata-rata ukuran kepala spermatozoa + SE

Page 30: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

17

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kualitas spermatozoa

(motilitas, konsentrasi, dan viabilitas) hasil sexing dianalisis secara statistik

dengan analisis varian (ANAVA) satu arah. Apabila perlakuan berpengaruh

terhadap peubah yang dievaluasi maka akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT). Untuk membedakan proporsi spermatozoa X dan Y masing-

masing perlakuan, dilakukan uji Descriptive Statistic.

Page 31: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Semen Segar Sapi Bali

Semen sapi Bali yang digunakan pada penelitian ini berasal dari satu ekor

pejantan. Evaluasi atau pengujian semen segar dilakukan secara makroskopis dan

mikroskopis. Hasil evaluasi semen segar menjadi indikator penting sebelum

melakukan proses lebih lanjut terhadap semen tersebut. Hasil evaluasi semen

segar baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis pada penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kualitas Semen Sapi Bali

Parameter Nilai

Volume (ml/ejakulat) (±SD) 7,00 ± 1,00

Warna Putih – krem

Derajat keasaman pH (±SD) 6 ± 0,00

Konsistensi Agak kental – kental

Konsentrasi (106/ml) (±SD)

1740 ± 0,551

Motilitas massa Sangat baik (+++)

Motilitas individu (%) (±SD) 87,50 ± 5,22

Viabilitas (%) (±SD) 77,89 ± 3,65

Evaluasi atau pengujian terhadap kualitas semen segar dilakukan segara

setelah penampungan atau sebelum semen diencerkan. Pemeriksaan kualitas

semen dilakukan secara makroskopis yang meliputi volume, warna, konsistensi,

dan pH serta pemeriksaan secara mikroskopis yang meliputi konsentrasi motilitas

massa, motilitas individu dan persentasi hidup-mati (viabilitas). Hasil Tabel 1

menunjukkan karakteristik semen segar sapi Bali yang diperoleh dari lima kali

penampungan. Rata-rata volume ejakulat yang diperoleh yaitu 7,00 ± 1,00

ml/ejakulat. Volume semen segar yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan

Page 32: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

19

kisaran normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Butar (2009) menyatakan bahwa

volume semen sapi jantan berkisar 2-10 ml. Banyaknya ejakulasi mempengaruhi

volume semen, frekuensi penampungan dan ejakulasi yang terlalu sering akan

menurunkan jumlah dan kualitas semen. Ditambahkan oleh Afiati et al. (2013)

bahwa volume semen dapat dipengaruhi oleh bangsa, umur, ukuran badan,

tingkatan makanan, frekuensi penampungan dan faktor lain.

Warna semen sapi yang diperoleh berkisar antara putih sampai krem. Hal ini

menunjukkan bahwa semen tersebut normal. Feradis (2010) menyatakan bahwa

semen sapi normal berwarna putih susu atau krem dan keruh. Hal ini didukung

oleh Partodihardjo (1992) yang menyatakan bahwa warna semen yang dihasilkan

yaitu warna krem keputih-putihan, jika berwarna hijau kekuning-kuningan berarti

mengandung kuman Pseudomonas aeruginosa, semen yang berwarna merah

berarti mengandung darah dan semen yang berwarna coklat berarti semen tersebut

mengandung darah yang telah membusuk. Nabilla dkk. (2018) bahwa ada

perbedaan warna semen sapi Bali secara visual. Kelompok umur produktif

berwarna putih susu sampai krem, namun pada umur lewat produktif putih susu.

Derajat keasaman mempengaruhi daya tahan hidup spermatozoa. pH

semen segar yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 6. Angka ini masih

menunjukkan kisaran normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1985)

bahwa pH semen sapi yang normal bekisar antara 6,2 - 7,5. Ditambahkan oleh

Garmer and Hafez (2000) bahwa pH rata-rata semen sapi berkisar 6,4 - 7,8.

Derajat keasaman dari semen apabila terlalu asam tidak dapat diproses lebih lanjut

dalam pembuatan semen beku (Wahyuningsih et al., 2013).

Page 33: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

20

Konsistensi semen berhubungan dengan konsentrasinya. Konsistensi

semen yang diperoleh yaitu agak kental sampai kental, sedangkan konsentrasi

yang diperoleh dari lima kali penampungan rata-rata yaitu 1740 ± 0,551×106

spermatozoa/ml. Konsistensi dari semen dapat diperiksa dengan cara

menggoyangkan tabung berisi semen secara perlahan. Feradis (2010) menyatakan

bahwa konsistensi semen dikatakan kental apabila semen mempunyai konsentrasi

1000 juta - 2000 juta per ml. Lebih lanjut Dewi dkk. (2012) menyatakan bahwa

ada beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi sperma adalah nutrisi yang

diberikan, dan frekuensi penampungan.

Motilitas massa semen segar yang diperoleh dari penelitian ini adalah

sangat baik (+++) dengan motilitas individu sekitar 87,50 ± 5,22 %. Motilitas

menggambarkan kemampuan spermatozoa bergerak progresif. Semakin banyak

spermatozoa yang bergerak progresif maka semakin baik pula kualitas

spermatozoa tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat pendapat Susilawati et al.

(2010) yang menyatakan bahwa motilitas semen segar sapi potong berkisar antara

70-90. Motilitas massa dan motilitas individu diperoleh dengan pengamatan di

mikroskop yang terhubung dengan CASA dengan perbesaran 200 kali. Kriteria

penilaian massa spermatozoa yang digunakan berdasarkan kriteria pada

Laboratorium Reproduksi Ternak Unit Prosesing Semen Fakultas Peternakan

Universitas Hasanuddin antara lain, sangat baik (+++) jika spermatozoa tersebut

kelihatan seperti kumpulan awan gelap yang bergerak aktif dan sangat cepat

seperti awan gelap ketika akan turun hujan, baik (++) jika spermatozoa tersebut

kelihatan seperti awan gelap tetapi gerakannya tidak terlalu cepat, cukup (+) jika

Page 34: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

21

yang terlihat hanya pergerakan individu saja dan tidak ada kumpulan

spermatozoa, serta buruk ( 0 ) jika spermatozoa tidak bergerak.

Viabilitas yaitu persentasi hidup spermatozoa didasarkan atas perbedaan

daya permeabilitas terhadap cairan pada spermatozoa yang diberi pewarna eosin

dan dibuat preparat ulas untuk membedakan spermatozoa yang hidup dan mati.

Spermatozoa yang berwarna kemerahaan berarti spermatozoa tersebut mati

sedangkan yang tidak menyerap warna berarti hidup. Hal ini sesuai dengan

pendapat Susilawati (2011), yang menyatakatan bahwa spermatozoa yang hidup

membrannya masih baik, sehingga pewarna tidak dapat masuk, sedangkan

spermatozoa yang mati adalah membrannya tidak berfungsi, sehingga pewarna

dapat masuk kedalam membran spermatozoa. Viabilitas semen segar yang

didapatkan pada penelitian ini setelah lima kali pengamatan yaitu 77,89 ± 3,65 %.

Hafez (2000) menyatakan bahwa persentase viabilitas spermatozoa harus lebih

dari 50%, sehingga persentase viabilitas yang diperoleh masih berada dalam

kisaran normal.

Konsentrasi Spermatozoa Setelah Sexing

Konsentrasi spermatozoa merupakan jumlah spermatozoa yang terkandung

dalam satu ml semen. Penilaian konsentrasi spermatozoa sangat penting karena

faktor inilah yang menggambarkan sifat-sifat spermatozoa yang dipakai sebagai

salah satu kriteria penentuan kualitas semen (Luzardin dkk., 2020). Konsentrasi

spermatozoa setelah sexing dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 35: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

22

Tabel 2. Rata-rata Konsentrasi Spermatozoa Setelah Sexing

Konsentrasi

Spermatozoa

(×106/ml)

Perlakuan

P0 P1 P2 P3

Sebelum Sexing 512 ± 27 - - -

Setelah Sexing

Lapisan Atas - 510 ± 159 480 ± 146 500 ± 152

Lapisan Bawah - 371 ± 094 497 ± 148 524 ± 222

Keterangan: P0 = semen segar + pengencer TKT tanpa perlakuan sexing (kontrol)

P1 = Lama sentrifugasi 5 menit;

P2 = Lama sentrifugasi 10 menit; dan

P3 = Lama sentrifugasi 15 menit

Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa waktu sentrifugasi tidak

berpengaruh nyata (P>0.05) antar perlakuan dengan konsentrasi spermatozoa,

baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Konsentrasi spermatozoa lapisan atas P1

lebih tinggi dibandingkan konsentrasi spermatozoa P2 dan P3, namun pada

lapisan bawah P1 lebih rendah dibandingkan konsentrasi spermatozoa P1 dan P2.

Menurut Fatahillah dkk. (2016) hal tersebut dimungkinkan karena pada saat

proses sentrifugasi 5 menit pemisahan antara lapisan atas dan lapisan bawah

kurang berjalan dengan sempurna, sehingga pada lapisan atas masih banyak

tersisa populasi spermatozoa yang seharusnya turun ke lapisan bawah.

Konsentrasi semen sebelum dan sesudah pemisahan mengalami

penurunan, kecuali pada P3 dilapisan bawah. Hal ini disebabkan karena adanya

sperma yang tertinggal di media pemisah dan ada juga yang terbuang pada saat

pembuangan supernatan antara lapisan atas dan lapisan bawah. Menurut Dixon et

al. (1980) jumlah sperma yang masuk ke dalam suatu fraksi semen akan

berkurang sejalan dengan meningkatnya konsentrasi albumin yang dapat

meningkatkan viskositas pengencer dan hanya sperma yang betul-betul motil

dapat menembus media.

Page 36: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

23

Motilitas Spermatozoa Setelah Sexing

Motilitas atau daya gerak spermatozoa menunjukkan seberapa baik

spermatozoa tersebut untuk bergerak secara progresif terutama untuk membuahi

sel telur. Motilitas spermatozoa setelah sexing dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Motilitas Spermatozoa Setelah Sexing

Motilitas

Spermatozoa

Perlakuan (%)

P0 P1 P2 P3

Sebelum Sexing 87,49 ± 5,22a - - -

Setelah Sexing

Lapisan atas - 58,47 ± 13.74b 57,28 ± 11,54

b 58,90 ± 8,90

b

Lapisan bawah - 49,38 ± 9.96b 51,60 ± 11,79

b 55,74 ± 11,38

b

a,bSuperskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada baris (P < 0.05)

Keterangan: P0 = semen segar + pengencer TKT tanpa perlakuan sexing (kontrol)

P1 = Lama sentrifugasi 5 menit;

P2 = Lama sentrifugasi 10 menit; dan

P3 = Lama sentrifugasi 15 menit.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa adanya pengaruh nyata (P<0.05)

antara P0 dengan setiap perlakuan spermatozoa baik pada lapisan atas maupun

lapisan bawah. Rataan persentase motilitas spermatozoa mengalami penurunan

setelah melewati proses sexing dengan perlakuan P1, P2 dan P3. Berdasarkan

Tabel 3, dapat dilihat bahwa persentase motilitas P0 dengan nilai 87,74% lebih

tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 58,47%, P2 57,28%, dan P3 58,90%

pada lapisan atas, sedangkan lapisan bawah didapatkan P1 49,38%, P2 51,60%,

dan P3 55,74%. Rata-rata spermatozoa hasil sexing pada lapisan atas memiliki

angka lebih lebih tinggi dari motilitas spermatozoa pada lapisan bawah.

Rendahnya persentase motilitas spermatozoa pada lapisan bawah disebabkan

karena sebagian besar spermatozoa yang berada dilapisan bawah telah kehilangan

energi saat menembus medium pemisahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Saili

(1999) bahwa perbedaan motilitas spermatozoa pada lapisan atas dan bawah juga

bisa disebabkan karena adanya perbedaan jarak yang ditempuh spermatozoa.

Page 37: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

24

Jarak untuk menembus pada lapisan bawah lebih jauh sehingga motilitas lapisan

bawah lebih sedikit dibanding lapisan atas. Selama menempuh jarak tersebut,

spermatozoa membutuhkan energi yang semakin besar disetiap jarak yang

ditempuh untuk menembus densitas yang paling tinggi, sedangkan tidak cukup

tersedia energi bagi spermatozoa, kebutuhan energi yang tidak mencukupi dapat

menurunkan motilitas. Trilas (2003) menambahkan bahwa kecepatan dan lama

sentrifugasi mempengaruhi membran plasma utuh spermatozoa sapi. Menurunnya

kualitas spermatozoa tersebut dikarenakan spermatozoa telah mengalami

serangkaian perlakuan mulai dari proses penampungan hingga proses pemisahan

yang membutuhkan banyak energi untuk tetap menormalkan kondisi

fisiologisnya.

Viabilitas Spermatozoa Setelah Sexing

Pengamatan viabilitas dimaksudkan untuk menghitung seberapa besar

persentase spermatozoa yang hidup. Spermatozoa yang hidup dan mati dibedakan

reaksinya terhadap warna tertentu, sel spermatozoa yang mati menghisap warna

dan sel spermatozoa yang hidup tidak berwarna (Susilawati, 2011). Viabilitas

spermatozoa setelah sexing dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Viabilitas Spermatozoa Setelah Sexing

Viabilitas

Spermatozoa

Perlakuan (%)

P0 P1 P2 P3

Sebelum Sexing 77,57 ± 9,64 - - -

Setelah Sexing

Lapisan atas - 76,25 ± 3,06 75,38 ± 8,40 76,51 ± 4,97

Lapisan bawah - 76,08 ± 6,28 76,03 ± 6,89 73,80 ± 6,71

Keterangan: P0 = Semen segar + pengencer TKT tanpa perlakuan sexing (kontrol)

P1 = Lama sentrifugasi 5 menit;

P2 = Lama sentrifugasi 10 menit; dan

P3 = Lama sentrifugasi 15 menit.

Page 38: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

25

Berdasarkan Tabel 4. Rata-rata persentase proporsi spermatozoa pada

penelitian ini didapatkan setelah sexing dengan perlakuan P0, P1, P2 dan P3

masing – masing 77,57 %, 76,25%, 75,38% dan 76,51 % pada lapisan atas,

sedangkan pada lapisan bawah masing – masing P1 76,08%, P2 76,03%, dan P3

73,80%. Dilihat bahwa terjadi penurunan persentase viabilitas spermatozoa

lapisan atas dan spermatozoa lapisan bawah setelah perlakuan. Hal ini disebabkan

karena sejumlah spermatozoa tidak dapat bertahan hidup akibat kekurangan energi

selama proses sexing. Selain itu, penurunan viabilitas spermatozoa hasil sexing

dengan sentrifugasi dipengaruhi oleh waktu pelaksanaan, temperatur lingkungan,

dan komponen-komponen yang terdapat pada medium. Pemisahan spermatozoa

dengan metode sentrifugasi mengakibatkan kerusakan struktur membran

spermatozoa. Kerusakan membran spermatozoa akan mengakibatkan

terganggunya proses metabolisme sehingga spermatozoa melemah (Susilawati,

2003).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata

(P>0.05) antara setiap perlakuan dengan viabilitas spermatozoa baik pada lapisan

atas maupun lapisan bawah. Hasil pengamatan rata-rata viabilitas spermatozoa

dengan perlakuan P1, P2 dan P3 pada lapisan atas memiliki presentase lebih

tinggi dibandingkan lapisan bawah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumawati

dkk. (2017) yang menyatakan bahwa persentase viabilitas spermatozoa setelah

sexing pada pengencer tris aminomethan kuning telur lapisan atas lebih tinggi

dibandingkan dengan lapisan bawah. Tingginya viabilitas spermatozoa pada

lapisan atas disebabkan karena spermatozoa X tersebut tidak dapat menembus

Page 39: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

26

lapisan putih telur sehingga energinya tidak terkuras yang dapat mengurangi

tingkat kematian spermatozoa.

Proporsi X dan Y

Rata-Rata Proporsi Spermatozoa Hasil Sexing Berdasarkan Panjang Kepala

Spermatozoa

Data rata-rata proporsi spermatozoa hasil sexing yang menggunakan

pengencer TKT dengan lama sentrifugasi 5, 10 dan 15 menit pada lapisan atas dan

bawah berdasarkan panjang kepala spermatozoa dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Rata-rata proporsi spermatozoa hasil sexing berdasarkan panjang kepala

Jenis

Spermatozoa

Proporsi Spermatozoa (%)

P0 P1 P2 P3 Lapisan atas

Spermatozoa X 47,78 71,01 74,51 69,50 Spermatozoa Y 47,78 24,64 22,55 22,00

Lapisan bawah

Spermatozoa X 47,78 49,50 21,78 32,02

Spermatozoa Y 47,78 48,02 66,83 59,61

Keterangan: P0 = semen segar + pengencer TKT tanpa perlakuan sexing (kontrol);

P1 = Lama sentrifugasi 5 menit;

P2 = Lama sentrifugasi 10 menit; dan

P3 = Lama sentrifugasi 15 menit.

Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata panjang kepala spermatozoa sapi

Bali yang dihasilkan yaitu 9,0744 µm, sedangkan panjang kepala spermatozoa X

≥ 9,1032 µm dan panjang kepala spermatozoa Y ≤ 9,0455 µm. Rata-rata panjang

kepala spermatozoa pada penelitian ini sedikit lebih pendek apabila dibandingkan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryani (2017) yaitu 9,648 µm pada sapi

Bali. Adanya perbedaan kemungkinan disebabkan oleh perbedaan umur ternak

yang digunakan dalam penelitian. Hasil penelitian Ke-hui cui and Matthews

(1993) juga menunjukkan bahwa ukuran spermatozoa X lebih besar dibanding

Page 40: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

27

spermatozoa Y. Dengan adanya perbedaan ini, maka dapat diperkirakan bahwa

berat dan kecepatan geraknya juga akan berbeda.

Rata-rata persentase proporsi spermatozoa pada penelitian ini didapatkan

setelah sexing dengan perlakuan P1, P2 dan P3 berdasarkan Tabel 5. dapat dilihat

bahwa rata-rata persentase P0 didapatkan spermatozoa X adalah 47,78 %, dan

rata-rata spermatozoa Y adalah 47,78 %. Hal ini mendekati rasio normal

spermatozoa X : Y = 50 : 50 %. Setelah mengalami perlakuan sentrifugasi, rasio

persentase sperma X : Y pada lapisan atas mengalami perubahan. Hasil rata-rata

persentase proporsi spermatozoa setelah sexing yang didapatkan mampu

mengubah perbandingan spermatozoa dari kondisi normal (rasio alamiah). Hal ini

didukung dengan hasil penelitian Saili (1999) yang menyatakan bahwa

penggunaan albumin sebagai media pemisah spermatozoa mampu mengubah

proporsi perolehan spermatozoa X : Y dari (50,50 : 49,50) menjadi (71 : 29) pada

lapisan atas dan (26,50 : 73,50) pada lapisan bawah kolom albumin 50%.

Persentase spermatozoa Y pada lapisan bawah lebih tinggi daripada

lapisan atas. Sebaliknya, persentase spermatozoa X pada lapisan atas umumnya

lebih tinggi dibandingkan pada lapisan bawah. Hal tersebut disebabkan karena

spermatozoa Y memiliki ukuran yang lebih kecil dan massa yang lebih ringan

dibandingkan spermatozoa X, sehingga spermatozoa Y lebih memungkinkan

untuk menembus lapisan/faksi medium pemisah di lapisan bawah. Spermatozoa Y

pada lapisan bawah yang didapat dari beberapa penelitian sebelumnya seperti

yang dilakukan Afiati (2004) sebesar 58,82% (sapi PO), Sianturi et al. (2007)

menggunakan sapi FH mendapatkan 87,5%, sedangkan Sumaryadi et al. (2010)

melaporkan untuk sapi Simmental, Ongole dan Limousin masing-masing 92,93%,

Page 41: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

28

50,03%, dan 82,23%. Dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

terlihat cukup baik, meskipun ada perbedaan dan hal ini mungkin saja terjadi

karena dilakukan pada sapi dengan bangsa yang berbeda.

Rata-Rata Proporsi Spermatozoa Hasil Sexing Berdasarkan Lebar Kepala

Spermatozoa

Data rata-rata proporsi spermatozoa hasil sexing yang menggunakan

pengencer TKT dengan lama sentrifugasi 5, 10 dan 15 menit pada lapisan atas dan

bawah berdasarkan lebar kepala spermatozoa dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Rata-rata proporsi spermatozoa hasil sexing berdasarkan lebar kepala

Jenis

Spermatozoa

Proporsi Spermatozoa (%)

P0 P1 P2 P3 Lapisan atas

Spermatozoa X 47,78 74,40 71,57 69,00

Spermatozoa Y 51,23 22,22 21,08 21,50

Lapisan bawah

Spermatozoa X 47,78 44,55 25,25 35,96

Spermatozoa Y 51,23 50,99 66,34 55,17

Keterangan: P0 = semen segar + pengencer TKT tanpa perlakuan sexing (kontrol)

P1 = Lama sentrifugasi 5 menit;

P2 = Lama sentrifugasi 10 menit; dan

P3 = Lama sentrifugasi 15 menit.

Lebar kepala spermatozoa juga dapat menjadi indikator dalam penentuan

jenis spermatozoa. Spermatozoa X umumnya memiliki kepala yang lebih luas dan

lebar dibandingkan spermatozoa Y. Hal tersebut disebabkan karena spermatozoa

X mengandung kromatin lebih banyak, sehingga mengakibatkan ukuran kepala

spermatozoa X lebih besar (Hafez dan Hafez, 2000). Haryati (2003)

menambahkan bahwa 75% spermatozoa dari fraksi atas mempunyai luas yang

lebih besar dari luas rataan populasi spermatozoa.

Untuk membedakan antara ukuran spermatozoa yang diprediksi sebagai

spermatozoa X dan Y, maka nilai dari setiap ukuran dibandingan dengan nilai dari

Page 42: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

29

ukuran kepala spermatozoa kontrol. Nilai yang lebih kecil dari rata-rata ukuran

spermatozoa pada kontrol digolongkan spermatozoa Y, sedangkan yang lebih

besar dari ukuran spermatozoa kontrol digolongkan spermatozoa X (Saili,1999).

Hasil perhitungan rata-rata lebar kepala spermatozoa sapi Bali yang dihasilkan

yaitu 4,7104 µm, sedangkan lebar kepala spermatozoa X ≥ 4,7403µm dan lebar

kepala spermatozoa Y ≤ 4,6805 µm.

Berdasarkan Tabel 6. dilihat bahwa jumlah spermatozoa X pada lapisan

atas lebih banyak dibandingkan dengan lapisan bawah. Hal tersebut disebabkan

karena ukuran spermatozoa X yang lebih besar serta massanya yang lebih berat

dibandingkan spermatozoa Y membuat spermatozoa X sulit untuk menembus

medium pemisah yang konsentrasinya lebih pekat. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Sianturi et al. (2004) bahwa spermatozoa X akan tetap berada

pada medium yang mempunyai konsentrasi rendah, sedangkan spermatozoa Y

yang mempunyai motilitas tinggi akan mampu menembus konsentrasi medium

yang lebih pekat. Semakin tinggi konsentrasi medium putih telur semakin

meningkat pula proporsi spermatozoa Y yang diperoleh pada lapisan bawah.

Sebagaimana diketahui bahwa spermatozoa Y ukurannya lebih kecil dan

motilitasnya lebih tinggi, sehingga lebih mampu bermigrasi hingga ke lapisan

paling bawah yang konsentrasinya lebih tinggi.

Quinlivan et al. (1982) melaporkan bahwa pemisahan sperma dengan

metode kolom albumin, dapat meningkatkan perolehan sperma Y dari 52%

sebelum pemisahan menjadi 74% setelah pemisahan. Hal ini terjadi karena dengan

tingginya konsentrasi albumin yang terdapat pada lapisan bawah menyebabkan

Page 43: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

30

hanya spermatozoa yang mempunyai motilitas tinggi saja yang mampu menembus

konsentrasi tersebut.

Hasil lain menunjukkan bahwa konsentrasi putih telur yang digunakan

pada lapisan atas cukup efektif meningkatkan proporsi spermatozoa X dari rasio

alamiahnya. Jaswandi (1992) melakukan pemisahan pada spermatozoa sapi

dengan menggunakan BSA (Bovine Serum Albumin) 6% (lapisan atas 3 ml) dan

10% (lapisan bawah 3 ml) menghasilkan inseminasi dengan lapisan bawah

memperoleh 62,5% jantan dan 37,5% betina sedangkan pada lapisan atas

diperoleh 22,2% jantan dan 77,8% betina.

Page 44: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

31

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan

dapat disimpulkan bahwa perlakuan lama sentrifugasi tidak berpengaruh pada

konsentrasi dan viabilitas spermatozoa. Sedangkan pada persentase motilitas

adanya pengaruh yang signifikan antara semen segar dengan perlakuan

sentrifugasi. Dari hasil pengamatan proporsi spermatozoa X : Y berdasarkan

panjang kepala diperoleh angka tertinggi pada perlakuan P2 pada lapisan atas dan

lapisan bawah. Sedangkan proporsi spermatozoa X : Y berdasarkan lebar kepala

diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan P1 pada lapisan atas dan P2 pada lapisan

bawah.

Saran

Lama sentrifugasi sexing spermatozoa dapat dilakukan hingga 15 menit

karena kualitas spermatozoa yang dihasilkan masih pada ambang batas normal.

Page 45: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

32

DAFTAR PUSTAKA

Afiati, F. 2004. Proporsi dan karakteristik spermatozoa X dan Y hasil separasi

kolom albumin. Jurnal Media Peternakan 27(1):16-20.

Afiati, F., Herdis dan Said, S. 2013. Pembibitan Ternak dengan Inseminasi Buata.

Penebar Swadaya.

Berg, G., C. Zachow, J. Lottmann, M. Götz, R. Costa, and K. Smalla. 2005.

Impact of plant species and site on rhizosphere-associated fungi

antagonistic to Verticillium dahliae Kleb. Appl. Environ.

Microbiol. 71(8):4203-4213.

Bintara, S. 2010. Pengaruh Pencucian Sperma dengan Lama Waktu Sentrifugasi

yang Berbeda Terhadap Kualitas Sperma Kambing Bligon (Effect of

Sperm Washing with Different Centrifugation Duration on Sperm Quality

of Bligon Buck). Buletin Peternakan, 34(2), 70-74.

Brito, L. F. C., A. E. D. F. Silva, L. H. Rodrigues, F. V. Vieira, L. A. G. Deragon,

and J. P. Kastelic. 2002. Effects of environmental factors, age and

genotype on sperm production and semen quality in Bos indicus and Bos

taurus AI bulls in Brazil. Animal reproduction science. 70(3-4): 181-190.

Butar, E. K. (2009). Efektivitas Frekuensi Exercise Terhadap Peningkatan

Kualitas Semen Sapi Simmental. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas

Sumatra Utara.

Dewi, A. S., Y.S. Ondho, dan E. Kurnianto. 2012. Kualitas semen berdasarkan

umur pada sapi jantan jawa. Animal Agriculture Journal. 1(2):126-133.

Ericsson R.J. and R. H. Glass. 1982. Functional differences between sperm

bearing the X- or Y-chromosome. In: Amann RP, Seidel GE, Jr, editors.

Prospects for sexing mammalian sperm. Boulde (CO): Colorado

University Asscociated Press: 201-211.

Fatahillah, F., T. Susilawati, dan N. Isnaini. 2016. Pengaruh lama sentrifugasi

terhadap kualitas dan proporso spermatozoa XY sapi limousin hasil sexing

dengan gradien densitas percoll menggunakan pengencer CEP-2 10% KT.

Ternak Tropika. Journal of Tropical Animal Production. 17(1):86-97.

Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada Ternak. Alfabeta. Bandung.

Garner, D. L. and E. S. E. Hafez. 2008. Spermatozoa and Seminal Plasma. In

Reproduction in Farm Animal.Edited By Hafez. E.S.E., and B. Hafez 7th

Edition. Blackwell Publishing.USA : 96-108.

Garner, D.L., Gledhill, B.L., Pinkel, D., Lake, S.,Sthepenson, D., Van Dilla,

M.A.,and Johnson, L.A. 1983. Quantification of the X- and Y-

Chromosome-bearing spermatozoa of domestic animals by Flow

Cytometer, Biology of Reproduction, 28, 312-321.

Guntoro, S. 2002. Membudidayakan Sapi Bali. Kanisius. Yogyakarta.

Page 46: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

33

Hafez, E. S. E. 1993. Reproduction In Farm Animal.6 th

Edition. Lea and Fibiger.

Hafez, E. S. E. and B. Hafez. 2000. X and Y Chromosome Bearing Spermatozoa.

Reproduction in Farm Animals. E.S.E. Hafez (ed). 7th edn. Blackwell

Publishing Professional USA: 390-394.

Hardjopranjoto, S. 2006. Perkembangan Bioteknologi Reproduksi pada Ternak.

Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga.

Haryani, R. 2017 . Rasio Gradien Putih Telur Optimal pada Sexing

Spermatozoa dalam Upaya Meningkatkan Proporsi Spermatozoa Y Semen

Sapi Bali. Disertasi. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Henri. 1992. Usaha mengubah rasio sperma X dan Y dengan metode kolom

dengan larutan Bovine Serum Albumin (BSA) dan penilaian angka

kebuntingan serta perbandingan jenis kelamin anak pada kambing. Tesis.

Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Indiah dan S. Wahjunigsih. 2010. Pengaruh kecepatan sentrifugasi terhadap

kualitas semen kambing Peranakan Etawah (PE) post thawing. Jurnal

Kedokteran Hewan. 2 (4): 74 -80.

Jaswandi. 1992. Pengaruh Lapisan Suspensi Bovine Serum Albumin 6 dan 10

Dalam Kolom Untuk Memisahkan Sperma Sapi Pembawa Kromosom X

dan Y Sapi Guna Mengubah Rasio Sex pada Pedet. Tesis. Program Pasca

Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Luzardin., T. Saili, dan A.S. Aku. 2020. Hubungan lama waktu sexing dengan

kualitas spermatozoa sapi Bali (Bos sondaoicus) pada medium sexing Tris-

kuning telur. Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo. 2 (1): 15 – 18.

Mardiyah, E. 2006. Pemisahan sperma pembawa kromosom X dan Y sapi dengan

kolom media pemisah albumin. Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional

Pertanian 2006: 225 – 231.

Mardiyah, E., I. Suriada, I. K. Pustaka, dan R. Hernawati. 2001. Penampungan

dan.evaluasi mutu semen sapi dengan vagina buatan. Balai Penelitian

Ternak. Bogor.

Pancahastana, H. 1999. Upaya Merubah Sex Rasio Spermatozoa Dengan

Melakukan Pemisahan Spermatozoa X dan Y Menggunakan Putih Telur

pada Sapi Bali. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya,

Malang.

Partodihardjo. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. Cetakan Ketiga. Fakultas

Kedokteran Hewan. Institut Pertanian Bogor. Jakarta Pusat : Penerbit

Mutiara Sumber Wijaya.

Payne, W.J.A., and Hodges, J. 1997. Tropical Cattle; Origin, Breeds, and

Breeding Policies. Blackwell Sciences.

Page 47: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

34

Quinlivan, W. L. G., Preciado, K., Long, T. L., & Sullivan, H. (1982). Separation

of human X and Y spermatozoa by albumin gradients and Sephadex

chromatography. Fertility and sterility, 37(1), 104-107.

Saili, T. 1999. Efektivitas Penggunaan Albumin Sebagai Medium Separasi Dalam

Upaya Mengubah Rasio Alamiah Spermatozoa Pembawa Kromosom X

dan Y Pada Sapi. Tesis. Program Pasca Sarjana, IPB, Bogor.

Septiyani, R. 2012. Hubungan Antara Viabilitas, Motilitas dan Keutuhan

Membran Plasma Spermatozoa Semen Beku Sapi Limousin. Skripsi.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sianturi, R. G. dan D. A. Kusumaningrum. 2017. Pengaruh waktu pemisahan

spermatozoa terhadap kualitas sperma kerbau hasil sexing. Prosiding

Seminar Teknologi dan Agribisnis Peternakan. Teknologi dan Agribisnis

Peternakan untuk Mendukung Ketahanan Pangan, Fakultas Peternakan

Universitas Jenderal Soedirman.

Sianturi, R. G., P. Situmorang, E. Triwulaningsih, dan D. A. Kusumaningrum.

2004. Pengaruh isobutil metilixantina (IMX) dan waktu pemisahan

terhadap kualitas dan efektifitas pemisahan spermatozoa dengan metode

kolom albumin putih telur. Jurnal Ilmu Ternak Dan Veteriner. 9: 246–251.

Sianturi, R. G., P. Situmorang, E. Triwulanningsih, dan D. A. Kusumaningrum.

2007. Pengaruh penambahan glutathione dan kolesterol pada pemisahan

spermatozoa X dan Y dengan metode kolom albumin telur. Prosiding

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner, Semarang.

Situmorang, P., Sianturi, R. G., Kusumaningrum, D. A., dan Maidaswar, R. 2013.

Kelahiran anak sapi perah betina hasil inseminasi buatan menggunakan

sexed sperma yang dipisahkan dengan kolom albumin telur. Jurnal Ilmu

Ternak dan Veteriner. 18(3): 185-191.

Solihati, N. dan P. Kune. 2009. Pengaruh Jenis Pengencer terhadap Motilitas dan

Daya.Tahan Hidup Spermatozoa Semen Cair Sapi Simmental. Skripsi.

Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Bandung.

Susilawati, T. 2003. Perubahan Fungsi Membran Spermatozoa Sapi pada Proses

Seleksi Jenis Kelamin Menggunakan Sentrifugasi Gradien Densitas

Percoll. Jurnal Widya Agrika, 11(1) ) : 27-33.

Susilawati, T. 2002. Sexing spermatozoa kambing Peranakan Etawah

menggunakan gradien putih telur. Jurnal Widya Agrika. 10 (2): 97-105.

Susilawati, T. 2011. Spermatology. UB Press. Malang.

Susilawati, T. 2014. Sexing Spermatozoa (Hasil Penelitian Laboratorium dan

Aplikasi pada Sapi dan Kambing). UB Press. Malang.

Susilawati, T., Hermanto, P., Srianto, E., dan Yuliani. 2010. Pemisahan

Spermatozoa X dan Y pada Sapi Brahman Menggunakan Gradien Putih

Telur pada Pengencer Tris dan Tris Kuning Telur. Jurnal Ilmu-Ilmu

Hayati, 14(2): 176-181.

Page 48: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

35

Susilowati, S. 2010. Efek Waktu Sentrifugasi Terhadap Motilitas, Daya Tahan

Hidup, dan Tudung Akrosom Spermatozoa Kambing. Veterinaria Medika.

Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga, 3(1), 61-63.

Takdir, M., S. B. Ismaya, dan M. Syarif. 2016. Proporsi X dan Y, viabilitas dan

motilitas spermatozoa domba sesudah pemisahan dengan albumin putih

telur. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 1333-

1340.

Toelihere, M. R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Bandung: Angkasa.

Trilas, S. (2003). Pengaruh sentrifugasi spermatozoa sapi terhadap integritas

membran, resistensi dan kelayakan kondisi pada proses kapasitas in vitro.

Disertasi, Universitas Airlangga.

Wahjuningsih, S., T. Susilawati, M. N. Ihsan, W. Busono, N. Isnaini, dan A. P. A.

Yekti. 2019. Teknologi Reproduksi Ternak. Universitas Brawijaya Press.

Wahyuningsih, A., Saleh, D.M., dan Sugiyatno. 2013. Pengaruh Umur Pejantan

dan Frekuensi Penampungan TerhadapVolume dan Motilitas Semen Segar

Sapi Simmental di Balai Inseminasi Buatan Lembang. Jurnal Ilmiah

Peternakan 1(3): 947-953.

WHO. 1999. WHO laboratory manual for the examination of human semen and

sperm-cervical mucus interaction. Cambridge university press. England.

Page 49: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

36

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Konsentrasi

Spermatozoa X

Descriptives

Konsentrasi X

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean Minimu

m

Maximu

m Lower Bound Upper Bound

Kontrol 5 .5128 .27254 .12188 .1744 .8512 .20 .93

5 Menit 5 .5108 .15962 .07139 .3126 .7090 .36 .78

10 Menit 5 .4802 .14699 .06573 .2977 .6627 .31 .70

15 Menit 5 .5092 .15229 .06811 .3201 .6983 .35 .71

Total 20 .5032 .17499 .03913 .4214 .5851 .20 .93

ANOVA

Konsentrasi X

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups .004 3 .001 .033 .992

Within Groups .578 16 .036

Total .582 19

Multiple Comparisons

Konsentrasi X

LSD

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol 5 Menit .00200 .12023 .987 -.2529 .2569

10 Menit .03260 .12023 .790 -.2223 .2875

15 Menit .00360 .12023 .976 -.2513 .2585

5 Menit Kontrol -.00200 .12023 .987 -.2569 .2529

10 Menit .03060 .12023 .802 -.2243 .2855

15 Menit .00160 .12023 .990 -.2533 .2565

10 Menit Kontrol -.03260 .12023 .790 -.2875 .2223

Page 50: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

37

5 Menit -.03060 .12023 .802 -.2855 .2243

15 Menit -.02900 .12023 .812 -.2839 .2259

15 Menit Kontrol -.00360 .12023 .976 -.2585 .2513

5 Menit -.00160 .12023 .990 -.2565 .2533

10 Menit .02900 .12023 .812 -.2259 .2839

Lampiran 2. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Konsentrasi

Spermatozoa Y

Descriptives

Konsentrasi Y

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean Minimu

m Maximum Lower Bound Upper Bound

Kontrol 5 .5128 .27254 .12188 .1744 .8512 .20 .93

5 Menit 5 .3712 .09467 .04234 .2536 .4888 .26 .48

10 Menit 5 .4974 .14832 .06633 .3132 .6816 .34 .73

15 Menit 5 .5242 .22209 .09932 .2484 .8000 .29 .82

Total 20 .4764 .19110 .04273 .3870 .5658 .20 .93

ANOVA

Konsentrasi Y

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .076 3 .025 .652 .593

Within Groups .618 16 .039

Total .694 19

Lampiran 3. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Motilitas

Spermatozoa X

Descriptives

Motilitas X

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Control 5 87.4920 5.22184 2.33528 81.0082 93.9758 81.00 95.41

5 menit 5 58.4760 13.74284 6.14598 41.4120 75.5400 43.08 77.21

Page 51: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

38

10 menit 5 57.2860 11.15265 4.98762 43.4382 71.1338 49.10 76.71

15 menit 5 58.9080 8.90139 3.98082 47.8555 69.9605 47.00 70.93

Total 20 65.5405 16.05666 3.59038 58.0258 73.0552 43.08 95.41

ANOVA

Motilitas X

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 3219.512 3 1073.171 10.227 .001

Within Groups 1678.998 16 104.937

Total 4898.509 19

Multiple Comparisons

Motilitas X

LSD

(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kontrol 5 menit 29.01600* 6.47881 .000 15.2815 42.7505

10 menit 30.20600* 6.47881 .000 16.4715 43.9405

15 menit 28.58400* 6.47881 .000 14.8495 42.3185

5 menit Control -29.01600* 6.47881 .000 -42.7505 -15.2815

10 menit 1.19000 6.47881 .857 -12.5445 14.9245

15 menit -.43200 6.47881 .948 -14.1665 13.3025

10 menit Control -30.20600* 6.47881 .000 -43.9405 -16.4715

5 menit -1.19000 6.47881 .857 -14.9245 12.5445

15 menit -1.62200 6.47881 .805 -15.3565 12.1125

15 menit Control -28.58400* 6.47881 .000 -42.3185 -14.8495

5 menit .43200 6.47881 .948 -13.3025 14.1665

10 menit 1.62200 6.47881 .805 -12.1125 15.3565

Page 52: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

39

Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Motilitas

Spermatozoa Y

Descriptives

Motilitas Y

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Control 5 87.4920 5.22184 2.33528 81.0082 93.9758 81.00 95.41

5 menit 5 49.3800 9.96296 4.45557 37.0093 61.7507 37.73 59.75

10 menit 5 51.6080 11.79759 5.27604 36.9594 66.2566 32.52 63.86

15 menit 5 55.7440 11.38177 5.09008 41.6117 69.8763 40.00 68.36

Total 20 61.0560 18.27335 4.08604 52.5038 69.6082 32.52 95.41

ANOVA

Motilitas Y

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4763.366 3 1587.789 16.068 .000

Within Groups 1581.024 16 98.814

Total 6344.389 19

Multiple Comparisons

Motilitas Y

LSD

(I)

perlakuan

(J)

perlakuan

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kontrol 5 menit 38.11200* 6.28694 .000 24.7843 51.4397

10 menit 35.88400* 6.28694 .000 22.5563 49.2117

15 menit 31.74800* 6.28694 .000 18.4203 45.0757

5 menit Kontrol -38.11200* 6.28694 .000 -51.4397 -24.7843

10 menit -2.22800 6.28694 .728 -15.5557 11.0997

15 menit -6.36400 6.28694 .326 -19.6917 6.9637

10 menit Kontrol -35.88400* 6.28694 .000 -49.2117 -22.5563

5 menit 2.22800 6.28694 .728 -11.0997 15.5557

15 menit -4.13600 6.28694 .520 -17.4637 9.1917

15 menit Kontrol -31.74800* 6.28694 .000 -45.0757 -18.4203

Page 53: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

40

5 menit 6.36400 6.28694 .326 -6.9637 19.6917

10 menit 4.13600 6.28694 .520 -9.1917 17.4637

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Viabilitas

Spermatozoa X

Descriptives

Viabilitas X

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Control 5 77.5760 9.64365 4.31277 65.6018 89.5502 65.50 91.10

5 menit 5 76.2520 3.06729 1.37173 72.4435 80.0605 72.19 78.90

10 menit 5 75.3800 8.40094 3.75701 64.9489 85.8111 64.35 83.96

15 menit 5 74.5180 4.97040 2.22283 70.3464 82.6896 72.11 84.54

Total 20 75.9315 6.50114 1.45370 73.3889 79.4741 64.35 91.10

ANOVA

Viabilitas X

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 12.276 3 4.092 .083 .968

Within Groups 790.755 16 49.422

Total 803.032 19

Multiple Comparisons

Viabilitas X

LSD

(I) perlakuan (J) perlakuan Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kontrol 5 menit 1.32400 4.44622 .770 -8.1016 10.7496

10 menit 2.19600 4.44622 .628 -7.2296 11.6216

15 menit 1.05800 4.44622 .815 -8.3676 10.4836

5 menit Control -1.32400 4.44622 .770 -10.7496 8.1016

10 menit .87200 4.44622 .847 -8.5536 10.2976

Page 54: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

41

15 menit -.26600 4.44622 .953 -9.6916 9.1596

10 menit Control -2.19600 4.44622 .628 -11.6216 7.2296

5 menit -.87200 4.44622 .847 -10.2976 8.5536

15 menit -1.13800 4.44622 .801 -10.5636 8.2876

15 menit Control -1.05800 4.44622 .815 -10.4836 8.3676

5 menit .26600 4.44622 .953 -9.1596 9.6916

10 menit 1.13800 4.44622 .801 -8.2876 10.5636

Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Pengaruh Sentrifugasi Terhadap Viabilitas

Spermatozoa Y

Descriptives

viabilitas X

N Mean

Std.

Deviatio

n Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kontrol 5 77.5760 9.64365 4.31277 65.6018 89.5502 65.50 91.10

5 menit 5 76.0880 6.28869 2.81239 68.2796 83.8964 65.19 80.58

10 menit 5 76.0320 6.89251 3.08242 67.4738 84.5902 69.60 86.69

15 menit 5 73.5360 4.88061 2.18267 67.4759 79.5961 67.82 79.43

Total 20 75.8080 6.71832 1.50226 72.6637 78.9523 65.19 91.10

Multiple Comparisons

viabilitas X

LSD

(I) (J) Mean Difference Std. Error Sig. 95% Confidence Interval

ANOVA

viabilitas X

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 42.082 3 14.027 .275 .842

Within Groups 815.498 16 50.969

Total 857.580 19

Page 55: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

42

perlakuan perlakuan (I-J) Lower Bound Upper Bound

kontrol 5 menit 1.48800 4.51525 .746 -8.0839 11.0599

10 menit 1.54400 4.51525 .737 -8.0279 11.1159

15 menit 4.04000 4.51525 .384 -5.5319 13.6119

5 menit kontrol -1.48800 4.51525 .746 -11.0599 8.0839

10 menit .05600 4.51525 .990 -9.5159 9.6279

15 menit 2.55200 4.51525 .580 -7.0199 12.1239

10 menit kontrol -1.54400 4.51525 .737 -11.1159 8.0279

5 menit -.05600 4.51525 .990 -9.6279 9.5159

15 menit 2.49600 4.51525 .588 -7.0759 12.0679

15 menit kontrol -4.04000 4.51525 .384 -13.6119 5.5319

5 menit -2.55200 4.51525 .580 -12.1239 7.0199

10 menit -2.49600 4.51525 .588 -12.0679 7.0759

Lampiran 7. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Ket. Persiapan penampungan semen

Ket. Proses penampungan semen

Page 56: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

43

Ket. Membuat Fraksi atas dan bawah Ket. Proses sexing spermatozoa

Ket. Menghitung konsentrasi

spermatozoa

Ket. Hasil konsentrasi spermatozoa

menggunakan photometer SDM 6

Page 57: SKRIPSI PENGARUH LAMA SENTRIFUGASI PADA SEXING …

44

BIODATA PENELITI

RAHMAT Lahir di Pinrang, 05 januari 1998 sebagai anak

Kedua dari Andering dan Mutmainnah. Tinggal di Desa

Makkawaru, Kecamatan Mattiro Bulu, Kabupaten Pinrang.

Mengenyam pendidikan pada Sekolah Dasar Negeri 76

Pinrang dan lulus pada tahun 2010, penulis kemudian

melanjutkan pendidikan lanjutan pertama di SMPN 1 Mattiro Bulu dan lulus pada

tahun 2013 kemudian penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMAN

11 Unggulan Pinrang, dan lulus pada tahun 2016 dan diterima sebagai Mahasiswa

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin melalui jalur SBMPTN. Selama

masa perkuliahan, Penulis mengikuti beberapa organisasi seperti Unit Kegiatan

Mahasiswa Bola Basket Universitas Hasanuddin Makassar, dan juga Himpunan

Mahasiswa Produksi Ternak.