skripsi oleh : nova kasmita 09c10404001repository.utu.ac.id/702/1/bab i_v.pdf · 4.1.2. struktur...
TRANSCRIPT
PENGARUH JAM KERJA PENGALAMAN KERJA
DAN PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN
KARYAWANPT.SOCFINDOSEUMANYAM
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
Oleh :
NOVA KASMITA 09C10404001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH-ACEH BARAT
2014
ABSTRAK NOVA KASMITA : Pengaruh Jam Kerja Pengalaman Kerja dan Pendidikan
terhadap Pendapatan Karyawan PT. Socfindo Seumanyam Kabupaten Nagan
Raya. Dibawah Bimbingan DR. IR. T ERWANSYAH M. Si dan DISWANDI
NURBA S. TP., M.Si.
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang tangguh dalam menghadapi
perkembangan ekonomi dunia. Di tengah-tengah perkembangan dan
pembangunan berbagai komoditas, muncul satu komoditas yang hingga kini
hanya dikelola oleh perkebunan besar yaitu kelapa sawit. Dimana sumberdaya
manusia (SDM) merupakan aset perusahaan pekebunan. Pendidikan dianggap
sebagai sarana untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, karena
pendidikan dianggap mampu untuk menghasilkan tenaga kerja yang bermutu
tinggi. Keberhasilan karyawan juga dipengaruhi oleh pengalaman kerja. Salah
satu cara yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan dalam meningkatkan
kinerja karyawan adalah memaksimalkan proses pengaturan dan pencatatan jam
kerja sebagai salah satu acuan dalam keberhasilan dan kemajuan
perusahaan.Penelitian ini bertujuan : (1) untuk mengetahui pengaruh jam kerja
pengalaman kerja dan pendidikan terhadap pendapatan karyawan PT. Socfindo,
(2)Sejauh manakah jam kerja pengalaman kerja dan pendidikan dapat
mempengaruhiterhadap peningkatan pendapatan karyawan PT. Socfindo
Seumanyam. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan secara langsung
di perkebunan PT. Socfindo Seumanyam. Pengumpulan data dengan
menggunakan daftar kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jam kerja
dan pengalaman kerja berpengaruh secara nyata, sedangkan pendidikan tidak
berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan karyawan PT. Socfindo
Seumanyam. Pengaruh jam kerja, pengalaman kerja, dan pendidikan terhadap
pendapatan karyawan PT. Socfindo Seumanyam dapat diketahui dari nilai Regresi
Linear Berganda untuk variabel jam kerja X1(0,246) pengalaman kerja X2 (0,193)
dan pendidikan X3 (0,067).Disarankan kepada perusahaan perkebunan PT.
Socfindo Seumanyam hendaknya lebih memperhatikan tingkat pendapatan
karyawan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Kata kunci : Jam Kerja, Pendapatan.
LEMBARAN PENGESAHAN
Judul Skripsi : PENGARUH JAM KERJA PENGALAMAN KERJA DAN
PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN KARYAWAN
PT. SOCFINDO SEUMANYAM KABUPATEN NAGAN
RAYA
Nama Mahasiswa :NOVA KASMITA
NIM :09C10404001
Program Studi : AGRIBISNIS
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
DR. IR. T ERWANSYAH, M. Si DISWANDI NURBA, S. TP., M. Si NIDN: 01-0709-6903 NIDN: 01-2804-8202
Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
DISWANDI NURBA, S. TP., M. Si YOGA NUGROHO, SP. MM NIDN: 01-2804-8202
Tanggal Kelulusan : 04 Januari 2014
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis telah dapat
menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Pengaruh Jam Kerja Pengalaman
Kerja dan Pendidikan terhadap Pendapatan Karyawan PT. Socfindo
Seumanyam Kabupaten Nagan Raya” yang merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana pada Fakultas
Pertanian Universitas Teuku Umar.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal
mungkin dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki.
Namun penulis menyadari bahwa hasil penulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyajiannya untuk itu, penulis
sangat mengharapkan masukan dan saran yang membangun bagi
kesempurnaan skripsi ini.
Terima kasih penulis ucapkan yang teristimewa kepada kedua orang
tua Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah sangat berjasa dalam
menyelesaikan penulisan ini, dimana dorongan semangat, tenaga serta
do’anyalah penulis berhasil menyelesaikan penulisan ini. Selanjutnya terima
kasih kepada semua pihak yang telah membimbing, membantu, dan
memotivasi serta iringan do’a yang ikhlas dan penuh kasih bagi penulis
dalam menyusun skripsi ini, terutama pada :
1. Bapak Dr.Ir. T. Erwansyah M.Si selaku dosen Pembimbing Pertama dan
Bapak Diswandi Nurba S.TP., M.Si selaku dosen Pembimbing Kedua
juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
yang telah bersedia dengan sabar dan rela meluangkan waktunya untuk
membantu penulis dari awal hingga akhir dalam penyelesaian skripsi ini.
2. Bapak Yoga Nugroho, SP, MM sebagai Ketua Program Studi Agribisnis
dan Staf pengajar Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar.
3. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar yang telah
membantu penulis selama proses perkuliahan.
4. Kepada perkebunan PT. Socfindo Seumanyam yang telah memberikan
data dan informasi dalam penelitian ini.
5. Kepada teman-teman seperjuangan Angkatan 2009 Program Studi
Agribisnis (SEP. A) dan yang sedang meraih pendidikan di Universitas
Teuku Umar.
Dan semua pihak yang telah banyak membantu, tetapi tidak
tersebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas segala amal yang ikhlas,
semoga mendapat balasan pahala dari Allah SWT, Amin yarabbal’alamin.
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis dan bagi semua yang membacanya, Amin.
Alue Peunyareng, 04 Januari 2014
Nova Kasmita
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah. ..................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
1.4. Kegunaan Penelitian .................................................................. 5
1.5. Hipotesis Penelitian .................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
2.1. Perkebunan ................................................................................. 6
2.1.1. Perencanaan Perkebunan ................................................. 7
2.2. Jam Kerja .................................................................................... 9
2.2.1. Shift Kerja (pembagian waktu kerja) .............................. 11
2.2.2. Kesempatan Kerja ............................................................ 13
2.3. Pengalaman Kerja ...................................................................... 14
2.3.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengalaman Kerja 14
2.3.2. Cara Memperoleh Pengalaman Kerja ............................. 15
2.3.3. Manfaat Pengalaman Kerja ............................................. 17
2.4. Pendidikan .................................................................................. 17
2.4.1. Manfaat Pendidikan ......................................................... 20
2.5. Pengertian Karyawan ................................................................ 20
2.5.1. Pengertian Kinerja Karyawan ......................................... 22
2.5.2. Faktor-faktor Kinerja Karyawan .................................... 23
2.5.3. Standar Kinerja Karyawan .............................................. 24
2.5.4. Kepuasan Kerja ................................................................ 27
2.5.5. Teori Kepuasan Kerja ...................................................... 28
2.5.6. Faktor-faktor Kepuasan Kerja ........................................ 30
2.6. Lingkungan Kerja ...................................................................... 34
2.6.1. Faktor-faktor Lingkungan Kerja ..................................... 35
2.7. Pengertian Upah ......................................................................... 37
2.7.1. Tingkatan Upah dan Gaji Karyawan ............................. 40
2.7.2. Prosedur Pembayaran UpahYang Baik .......................... 42
2.7.3. Pengertian dan Tujuan Sistem Penggajian ...................... 43
2.8. Pendapatan ................................................................................. 44
2.8.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan .......... 45
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 47
3.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian .......................... 47
3.2. Sumber Data ............................................................................... 47
3.3. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 47
3.4. Penentuan Sampel ...................................................................... 48
3.5. Model Analisis ............................................................................. 49
3.5.1. Regresi Linear Berganda .................................................. 49
3.5.2. Uji F ................................................................................... 50
3.5.3. Uji t .................................................................................... 50
3.6. Definisi Operasional Variabel .................................................... 51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 52
4.1. Sejarah Perusahaan .................................................................... 52
4.1.1. Pembukaan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit ................ 54
4.1.2. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ..................... 55
4.1.3. Fasilitas Kebun ................................................................. 59
4.1.4. Masyarakat di Sekitar Perkebunan ................................. 59
4.2. Regresi Linear Berganda ............................................................ 61
4.3. Koefisien Determinasi ..................................................................... 63
4.4. Pembuktian Hipotesis ..................................................................... 63
4.4.1. Uji F ....................................................................................... 63
4.4.2. Uji t ........................................................................................ 63
4.5. Implikasi .......................................................................................... 64
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 66
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 66
5.2. Saran ................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 68
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jumlah Populasi dan Sampel Karyawan PT. Socfindo Seumanyam
Berdasarkan Bidang Pekerjaan ............................................................... 49
2 Wilayah Perkebunan Provinsi Aceh ........................................................ 53
3 Analisis Regresi Linear Berganda ............................................................ 61
4 Analisis Koefisien Determinasi (R2) ......................................................... 63
5 Perhitungan Nilai t hitung ........................................................................ 64
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Struktur Organisasi Perkebunan PT. Socfindo Seumanyam .................... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Kuesioner Penelitian ................................................................................... 71
2 Premi Panen ................................................................................................ 75
3 Premi Transport ......................................................................................... 77
4 Premi Pemeliharaan ................................................................................... 78
5 Premi Administrasi ..................................................................................... 80
6 Premi Processing ......................................................................................... 81
7 Data Premi Karyawan Keseluruhan .......................................................... 82
8 Hasil SPSS ................................................................................................... 86
1. PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor ekonomi yang tangguh dalam menghadapi
perkembangan ekonomi dunia. Beberapa jenis komoditas perkebunan yang
memberikan kontribusi besar bagi devisa negara seperti karet, kopi, kelapa dan
kakao merupakan perkebunan rakyat. Di tengah-tengah perkembangan dan
pembangunan berbagai komoditas tersebut, muncul satu komoditas yang hingga
akhir 1970 an hanya di kelola oleh perkebunan besar yaitu kelapa sawit. Pada saat
itu pasar dunia menunjukkan tren permintaan minyak kelapa sawit yang
meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi pemanfaatan minyak kelapa sawit
untuk kesejahteraan manusia. Inilah pemicu berbagai pihak, baik pemerintah dan
swasta mengembangkan perkebunan kelapa sawit dalam skala besar dan
direncanakan dengan baik (Badrun, 2006).
Perkebunan kelapa sawit pertama di Indonesia dirintis oleh K.schadt.
Pengusaha Jerman di Tanah Itam Ulu, Sumatera Utara pada tahun 1911, juga pada
tahun yang sama oleh M.andrien hallet, pengusaha Belgia membuka kebun kelapa
sawit di Sungai Liput, Aceh Timur dan Pulau Raja, Sumatera Utara. Pada tahun
1915 luas kebun kelapa sawit 2.715 ha, pada tahun 1939 tercatat 66 perusahaan
perkebunan yang ditangani pengusaha Belanda dengan luas ± 100.000 ha dan
Indonesia menjadi produsen dan eksportir minyak sawit terbesar di dunia. Pada
waktu itu minyak sawit banyak dimanfaatkan sebagai minyak pelumas (PTPN IV
PERSERO, 2007).
PT. Socfindo merupakan perusahaan perkebunan yang berada
dibawah pengawasan pemerintah Republik Indonesia. PT. Socfindo
berkantor pusat di JL. KL Yos Sudarso No. 106 Medan. Wilayah
perkebunannya berada di dua provinsi, yaitu Sumatra Utara dan Aceh.
Wilayah perkebunan yang berada di provinsi Aceh, tepatnya di
Perkebunan PT. Socfindo Seumanyam Kec. Darul Makmur, Kab. Nagan
Raya. Perusahaan ini mempunyai produktivitas yang tinggi dalam mengelola
hasil-hasil perkebunan, hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat produktivitas
kerja yang tinggi pula dari para karyawannya.
Perusahaan adalah semua jenis kegiatan yang berbentuk usaha
dengan atau tanpa badan hukum, yang menggunakan atau mempekerjakan
buruh/pekerja untuk menghasilkan barang atau jasa dengan tujuan
memperoleh keuntungan. Skala usaha perusahaan dapat dikelompokkan
sebagai usaha besar, menengah dan kecil (Nasution, 2005).
Sumber daya manusia (SDM) merupakan satu-satunya aset
perusahaan yang bernafas atau hidup disamping aset-aset lain yang tidak
bernafas atau bersifat kebendaan seperti modal, bangunan gedung, mesin,
peralatan kantor, persediaan barang dan sebagainya. Keunikan aset SDM ini
mensyaratkan pengelolaan yang berbeda dengan aset lain, sebab aset ini
memiliki pikiran, perasaan dan prilaku sehingga jika di kelola dengan baik
mampu memberi sumbangan bagi kemajuan perusahaan secara aktif
(Istijanto, 2005).
Karyawan yang sudah berpengalaman dalam bekerja akan
membentuk keahlian di bidangnya sehingga dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan akan cepat tercapai. Keberhasilan karyawan juga dipengaruhi
oleh pengalaman kerja, semakin lama pengalaman kerja akan semakin
mudah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dan semakin kurang
pengalaman kerja akan mempengaruhi kemampuan dalam menyelesaikan
pekerjaan.
Pendidikan dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan sumber
daya manusia yang berkualitas. Karena, pendidikan dianggap mampu untuk
menghasilkan tenaga kerja yang bermutu tinggi, mempunyai pola pikir dan
cara bertindak yang modern. Sumber daya manusia seperti inilah yang
diharapkan mampu menggerakkan roda pembangunan ke depan. Salah satu
upaya dalam mewujudkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan
pembangunan ini dikenal dengan kebijakan link and match. Kebijakan ini
bertujuan untuk mengoptimalkan dan mengefisienkan sumber daya manusia
dengan sistem pendidikan. Semakin selaras struktur tenaga kerja yang
disediakan oleh sistem pendidikan dengan struktur lapangan kerja maka
semakin efisien sistem pendidikan yang ada. Karena dalam pengalokasian
sumber daya manusia akan diserap oleh lapangan kerja (Rahmawati, 2004).
Dalam dunia kerja masa kini, perusahaan harus melakukan
berbagai cara untuk mengatur dan meningkatkan kinerja karyawan
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan harapan perusahaan. Salah satu
cara yang dilakukan adalah memaksimalkan proses pengaturan dan
pencatatan jam kerja karyawan sehingga karyawan tersebut bisa
menjadikan jam kerja sebagai salah satu acuan dalam keberhasilan dan
kemajuan perusahaan.
Dengan memperhatikan karyawan yang bekerja diperkebunan kelapa
sawit. Salah satu hal yang dilakukan oleh perkebunan PT. Socfindo Seumanyam,
Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya adalah untuk meningkatkan
produktivitas perusahaan perkebunan kelapa sawit, serta memperhatikan tingkat
pendapatan karyawan dengan baik.
Dengan demikian berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis perlu
melakukan penelitian secara ilmiah untuk mengetahui “Pengaruh Jam Kerja
Pengalaman Kerja dan Pendidikan Terhadap Pendapatan Karyawan PT.
Socfindo Seumanyam Kabupaten Nagan Raya”.
1.2 Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan
beberapa masalah yang dapat diteliti, yaitu sebagai berikut:
1. Apakah jam kerja pengalaman kerja dan pendidikan berpengaruh nyata
terhadap peningkatan pendapatan karyawan PT. Socfindo Seumanyam?
2. Sejauh manakah jam kerja pengalaman kerja dan pendidikan dapat
mempengaruhi peningkatan pendapatan karyawan PT. Socfindo Seumanyam?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh nyata jam kerja pengalaman kerja dan pendidikan
terhadap peningkatan pendapatan karyawan PT. Socfindo Seumanyam.
2. Untuk mengetahui sejauh manakah jam kerja pengalaman kerja dan
pendidikan dapat mempengaruhi terhadap peningkatan pendapatan karyawan
PT. Socfindo Seumanyam.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi instansi, untuk bahan pertimbangan bagi para
pengambil keputusan dan kebijakan dalam peningkatan pendapatan/upah
karyawan khususnya di lingkungan perkebunan.
2. Bagi karyawan, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk
meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan kemampuan kerja dan
prestasi kerja guna meningkatkan pendapatan demi kesejahteraan hidup
melalui upah yang diterima.
3. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi,
wawasan, dan pengalaman secara langsung dalam menghadapi permasalahan
yang ada dalam dunia kerja serta dapat digunakan untuk latihan menerapkan
antara teori yang didapat dari bangku kuliah dengan dunia kerja atau
kenyataan.
1.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis didalam penelitian ini
dapat dinyatakan bahwa “Diduga jam kerja pengalaman kerja dan pendidikan
berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan karyawan PT. Socfindo
Seumanyam Kabupaten Nagan Raya”.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkebunan
Undang-undang Republik Indonesia No.18 tahun 2004 tentang
Perkebunan, dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada
tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah
dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
2. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan/atau tanaman tahunan yang
karena jenis dan tujuan pengelolaannya ditetapkan sebagai tanaman
perkebunan.
3. Usaha perkebunan adalah usaha yang menghasilkan barang dan/atau jasa
perkebunan.
4. Pelaku usaha perkebunan adalah pekebun dan perusahaan perkebunan yang
mengelola usaha perkebunan.
5. Pekebun adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan usaha
perkebunan dengan skala usaha tidak mencapai skala tertentu.
6. Perusahaan perkebunan adalah pelaku usaha perkebunan warga negara
Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan
berkedudukan di Indonesia yang mengelola usaha perkebunan dengan skala
tertentu.
7. Skala tertentu adalah skala usaha perkebunan yang didasarkan pada luasan
lahan usaha, jenis tanaman, teknologi, tenaga kerja, modal, dan/atau kapasitas
pabrik yang diwajibkan memiliki izin usaha.
8. Industri pengolahan hasil perkebunan adalah kegiatan penanganan dan
pemrosesan yang dilakukan terhadap hasil tanaman perkebunan yang
ditujukan untuk mencapai nilai tambah yang lebih tinggi.
9. perkebunan adalah semua barang dan jasa yang berasal dari perkebunan yang
terdiri dari produk utama, produk turunan, produk sampingan, produk ikutan,
dan produk lainnya.
10. Agribisnis perkebunan adalah suatu pendekatan usaha yang bersifat
kesisteman mulai dari subsistem produksi, subsistem pengolahan, subsistem
pemasaran, dan subsistem jasa penunjang.
11. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.
12. Provinsi adalah pemerintah provinsi.
13. Kabupaten/kota adalah pemerintah kabupaten/kota.
14. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
perkebunan.
2.1.1 Perencanaan Perkebunan
Undang-undang Republik Indonesia No.18 tahun 2004 Pasal 6
tentang Perencanaan Perkebunan adalah :
1. perencanaan perkebunan dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman, dan
alat pengendali pencapaian tujuan penyelenggaraan perkebunan.
2. Perencanaan perkebunan terdiri dari perencanaan nasional, perencanaan
provinsi, dan perencanaan kabupaten/kota.
3. Perencanaan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan
oleh Pemerintah, provinsi,dan kabupaten/kota dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat.
Pasal 7
(1) Perencanaan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dilakukan berdasarkan:
a. Rencana pembangunan nasional;
b. Rencana tata ruang wilayah;
c. Kesesuaian tanah dan iklim serta ketersediaan tanah untuk usaha perkebunan;
d. Kinerja pembangunan perkebunan;
e. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
f. Sosial budaya;
g. Lingkungan hidup;
h. Kepentingan masyarakat;
i. Pasar; dan
j. Aspirasi daerah dengan tetap menjunjung tinggi keutuhan bangsa dan negara.
(2) Perencanaan Perkebunan mencakup :
a. Wilayah;
b. Tanaman Perkebunan;
c. Sumber Daya Manusia;
d. Kelembagaan;
e. Keterkaitan dan Keterpaduan hulu-hilir;
f. Sarana dan Prasarana; dan
g. Pembiayaan.
Pasal 8
Perencanaan perkebunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan
Pasal 7 harus terukur, dapat dilaksanakan, realistis, dan bermanfaat serta
dilakukan secara partisipatif, terpadu, terbuka, dan akuntabel.
2.2 Jam Kerja
Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat
dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari. Jam Kerja bagi para pekerja
di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.
Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajibkan setiap pengusaha untuk
melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur
dalam 2 sistem, yaitu:
(1) 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja
dalam 1 minggu; atau
(2) 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja
dalam 1 minggu.
Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam
kerja yaitu 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu. Apabila melebihi
dari ketentuan waktu kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap
masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja/buruh berhak atas
upah lembur.
Pasal 85 ayat 1, UU No.13/2003 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu :
(1) Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.
(2) Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk bekerja pada
hari-hari libur resmi apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus
dilaksanakan atau dijalankansecara terus menerus atau pada keadaan
lain berdasarkan kesepakatan antarapekerja/buruh dengan pengusaha.
(3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan
pekerjaan pada hari libur resmi wajib membayar upah kerja lembur.
(4) Ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan diatur dengan Keputusan
Menteri.
Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 jam sehari
untuk 6 hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau 8 jam sehari untuk 8
hari kerja dan 40 jam dalam seminggu atau waktu kerja pada hari istirahat
mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah (Pasal
1 ayat 1 Peraturan Menteri no.102/MEN/VI/2004).Waktu kerja lembur
hanya dapat dilakukan paling banyak 3 jam/hari dan 14 jam dalam 1
minggu diluar istirahat mingguan atau hari libur resmi.
Ketentuan kerja lembur (Pasal 6 Peraturan Menteri
no.102/MEN/VI/2004):
1. Untuk melakukan kerja lembur harus ada perintah tertulis dari pengusaha dan
persetujuan tertulis dari pekerja/buruh yang bersangkutan.
2. Perintah tertulis dan persetujuan tertulis dibuat dalam bentuk daftar
pekerja/buruh yang bersedia bekerja lembur yang ditandatangani oleh
pekerja/buruh yang bersangkutandan pengusaha.
Perusahaan yang mempekerjakan pekerja/buruh selama waktu
kerja lembur berkewajiban (Pasal 7 Peraturan Menteri
no.102/MEN/VI/2004) :
1. membayar upah kerja lembur.
2. memberi kesempatan untuk istirahat secukupnya.
3. memberikan makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila
kerja lembur dilakukan selama 3 (tiga) jam atau lebih.
Dengan demikian, waktu yang tersedia akan terdiri dari waktu
kerja (jumlah barang) dan waktu luang. Jumlah waktu kerja dalam sehari
adalah 16 jam dikurangi dengan waktu luang. Keputusan individu untuk
menambah atau mengurangi waktu luang dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu tingkat upah, pendapatan tidak didapat dari aktivitas bekerja, dan
faktor lainnya seperti selera atau karakteristik (Ehrenberg dan Smith, 2000).
2.2.1 Shift Kerja (pembagian waktu kerja)
Sedangkan menurut Bohle dan Tilley (2002), kerja dengan sistem
shift ternyata memberikan dampak terhadap karyawan yang dapat
mempengaruhi:
1. Kualitas Hidup
Shift kerja memiliki dampak terhadap kualitas kehidupan dari individu
atau karyawan yang bekerja dengan sistem shift. Hal ini tersebut
berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan makan, kebiasaan tidur
(circardian rhytms), stress, dan juga hubungan interpersonal dalam
kehidupan sosial individu.
2. Kinerja
Dampak shift kerja pada karyawan terlihat dari kinerja mereka
selama melakukan pekerjaan. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana
tingkat absensi karyawan.
3. Kelelahan
Pada umumnya karyawan yang bekerja dengan sistem shift lebih sering
mengeluh mengenai kelelahan dalam bekerja. Hal tersebut merupakan
pemicu utama yang dapat menyebabkan karyawan stress dalam bekerja.
Menurut Mulyadi (2001), pembagian amplop dan upah dapat
dilakukan dengan membagikan cek gaji dan upah kepada karyawan. Untuk
mendistribusikan gaji dan upah, pertama dilakukan penyusunan daftar gaji.
Daftar gaji dan daftar upah yang berfungsi sebagai jurnal gaji dan upah
disusun dengan tiga metode yang terdiri dari:
a. Metode tangan (pen and ink)
Langkah-langkah untuk menyusun daftar gaji dan upah dapat
dipisahkan menjadi dua bagian yaitu :
1. Langkah persiapan. Bagian gaji dan upah menerima catatan waktu hadir dan
waktu kerja. Kemudian catatan waktu hadir digunakan sebagai dasar untuk
menyusun daftar gaji dan upah.
2. Langkah penyusunan. Bagian gaji dan upah mencatat nama karyawan
dan jam kerja (biasa dan lembur) dalam daftar gaji. Sumber datanya
adalah catatan waktu hadir. Kemudian mencatat tarif gaji atau upah
dari daftar tarif dan mengalikannya dengan lama kerja.
a. Posting langsung (direct posting) dengan mesin atau payroll board
Proses perhitungan daftar gaji dan upah dengan mengunakan mesin
penghitung khusus. Penyusunan daftar gaji dengan cara tangan (pen and ink)
berakibat adanya penulisan hal yang sama berulang-ulang.
Misalnya nama karyawan, nomor kartu hadir. Untuk menghindari cara
yang berulang-ulang ini maka dapat digunakan dengan metode mesin atau payroll
board.
b. Metode tanpa buku pembantu (ledgerless)
Dengan cara ini data gaji dan upah langsung dapat dicatat kedalam
cek gaji dan laporan gaji karyawan. Sedangkan formulir-formulir lain
diletakkan di bawah cek gaji, diberi karbon, sehingga data dalam cek gaji
akan tembus ke formulir lainnya. Agar tembusan yang dibuat itu sesuai
dengan yang diinginkan maka bentuk formulir-formulirnya dibuat
sedemikian rupa sehingga sekali menulis dapat diperoleh beberapa formulir
(Baridwan, 2001).
2.2.2 Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja selalu berhubungan dengan sasaran
pembangunan nasional, khususnya pembangunan ekonomi. Kesempatan
kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan yang mencerminkan
jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau ikut secara aktif
dalam kegiatan perekonomian.
Menurut Sukirno (2000), ”kesempatan kerja sebagai suatu keadaan
dimana semua pekerja yang ingin bekerja pada suatu tingkat upah tertentu
akan dengan mudah mendapat pekerjaan”. Menurut Disnakertrans
kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk
bekerja pada suatu perusahaan atau suatu instansi.
Kesempatan kerja secara umum diartikan sebagai suatu keadaan
yang mencerminkan jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap
atau ikut secara aktif dalam kegiatan perekonomian.
Sehingga kesempatan kerja mengambarkan ketersediaan pekerjaan
untuk diisi oleh pencari kerja. Untuk lebih memudahkan dalam memahami
tentang kesempatan kerja terlebih dahulu dibedakan antara tenaga kerja,
angkatan kerja, bekerja, setengah menganggur, mengganggur dan bukan
angkatan kerja (Susetyo, 2008).
2.3 Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja adalah senioritas atau “length of service” atau
masa kerja merupakan lamanya seorang pegawai menyumbangkan
tenaganya di perusahaan.
Winardi (2004) mendefenisikan senioritas adalah masa kerja
seorang pekerja bilamana diterapkan pada hubungan kerja maka senioritas
adalah masa kerja seorang pekerja pada perusahaan tertentu.
Pendapat tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pengalaman kerja adalah waktu yang digunakan oleh seseorang untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan frekuensi
dan jenis tugasnya.
2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja.
Mengingat pentingnya pengalaman kerja dalam suatu perusahaan,
maka dipikirkan juga tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
pengalaman kerja. Menurut Djauzak (2004), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pengalaman kerja seseorang adalah waktu, frekuensi, jenis,
tugas, penerapan, dan hasil. Dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Waktu
Semakin lama seseorang melaksanakan tugas akan memperoleh
pengalaman kerja yang lebih banyak.
b. Frekuensi
Semakin sering melaksanakan tugas sejenis umumnya orang tersebut
akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik.
c. Jenis tugas
Semakin banyak jenis tugas yang dilaksanakanoleh seseorang maka
umunya orang tersebut akan memperoleh pengalaman kerja yang lebih
banyak.
c. Penerapan
Semakin banyak penerapan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap seseorang
dalam melaksanakan tugas tentunya akan dapat meningkatkan pengalaman
kerja orang tersebut.
e. Hasil
Seseorang yang memiliki pengalaman kerja lebih banyak akan dapat
memperoleh hasil pelaksanaan tugas yang lebih baik.
2.3.2 Cara Memperoleh Pengalaman Kerja
Dalam suatu proses berkerja, pengalaman kerja cukup penting
artinya dalam proses kegiatan, Karena suatu usaha akan cenderung memilih
pelamar yang berpengalaman dipandang lebih mampu dalam melaksanakan
tugas yang nanti akan diberikan (Swastha dan Sukotjo, 2000).
Syukur (2001) menyatakan bahwa cara yang dapat dilaksanakan
untuk memperoleh pengalaman kerja adalah melalui pendidikan,
pelaksanaan tugas, media informasi, penataran, pergaulan, dan
pengamatan.Penjelasan dari cara memperoleh pengalaman kerja adalah
sebagai berikut:
a. Pendidikan
Berdaasarkan pendidikan yang dilaksanakan oleh seseorang, maka orang
tersebut dapat memperoleh pengalaman kerja yang lebih banyak dari
sebelumnya.
b. Pelaksanaan Tugas
Melalui pelaksanaan tugas sesui dengan kemampuannya, maka seseorang
semakin banyak memperoleh pengalaman kerja.
c. Media Informasi
Pemanfaatan berbagai media inormasi, akan mendukung seseorang untuk
memperoleh pengalaman kerja yang lebih baik.
d. Penataran
Melalui kegiatan penataran dan sejenisnya, maka seseorang akan
memperoleh pengalaman kerja untuk diterapkan sesuai dengan
kemampuannya.
e. Pergaulan
Melalui pergaulan dalam kehidupan sehari-hari, maka seseorang akan
memperoleh pengalaman kerja untuk diterapkan sesuai dengan
kemapuannya.
f. Pengamatan
Selama seseorang mengadakan pengamatan terhadap suatu kegiatan
tertentu, maka orang tersebut akan dapat memperoleh pengalaman kerja
yang lebih baik sesuai dengan taraf kemapuannya.
2.3.3 Manfaat Pengalaman Kerja
Menurut Sukriah (2009), Manfaat pengalaman kerja adalah untuk
kepercayaan, kewibawaan, pelaksanaan pekerjaan dan memperoleh
penghasilan. Berdasarkan manfaat masa kerja tersebut maka seseorang
yang telah memiliki masa kerja lebih lama apabila dibandingkan dengan
orang lain maka memberikan manfaatseperti:
a. Mendapat kepercayaan yang semakin baik dari orang lain dalam
melaksanakan tugasnya
b. Kewibawaan akan semakin meningkat sehingga dapat mempengaruhi
orang lain untuk bekerja sesuai dengan keinginannya.
c. Pelaksanaan pekerjaan akan berjalan lancar karena orang tersebut telah
memiliki sejumlah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
d. Dengan adanya pengalaman kerja yang semakin baik, maka orang akan
memperoleh penghasilan yang lebih baik.
2.4 Pendidikan
Pendidikan adalah meningkatkan pengetahuan dan kepribadian
anak didik. Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi juga
bermanfaat karena baik dengan sengaja maupun tidak sengaja
menyebarluaskan pengetahuannya sewaktu mereka bergaul dalam
masyarakat. Orang yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi juga
lebih mudah memahami sikap orang lain sehingga lebih menciptakan
kerukunan di dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan ada yang
bersifat formal dan tidak formal. Pendidikan formal dilakukan melalui
proses yang teratur, sistematis dan dilakukan oleh lembaga yang khusus
didirikan untuk itu.
Pendidikan tidak formal diperoleh lewat pengalaman dan belajar
sendiri. Semestinya tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi memberi
peluang bagi si anak didik untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih
tinggi (Rahmawati, 2004).
Menurut Djumransjah (2004) pendidikan adalah:
a. proses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk sikap dan
perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya; dan
b. proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu lingkungan yang
terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia dapat mencapai kecakapan
sosial dan mengembangkan pribadinya.
Untuk pembangunan pendidikan dalam Program Pembangunan
Nasional (PROPENAS), GBHN 1999-2004 menetapkan arah kebijakan
pembangunan pendidikan sebagai berikut :
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju
terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peningkatan
anggaran pendidikan secara berarti.
2. Meningkatkan kemampuan akademik dan professional serta
meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga
tenaga pendidik mampu berfungsi secara optimal terutama dalam
peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti agar dapat
mengembalikan wibawa lembaga dan tenaga kependidikan.
3. Melakukan pembaharuan system pendidikan termasuk pembaharuan
kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman
peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan local
sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan
secara professional.
4. Memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah
sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan, serta
meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat yang didukung oleh
sarana dan prasarana memadai.
5. Melakukan pembaharuan dan pemantapan system pendidikan nasional
berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen.
6. Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik
oleh masyarakat maupun pemerintah untuk memantapkan system
pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
7. Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara
terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan
reaktif oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dapat
berkembang secara optimal disertai dengan hak dukungan dan
lindungan sesuai dengan potensinya.
8. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi, termasuk teknologi bangsa sendiri dalam
dunia usaha, terutama usaha kecil, menengah, dan koperasi guna
meningkatkan daya saing produk yang berbasis sumber daya lokal.
2.4.1 Manfaat Pendidikan
Manfaat pendidikan adalah adanya peningkatan tingkat
pendapatan apabila mengikuti pendidikan yang lebih tinggi jenjangnya dan
anak didik secara sadar atau tidak sadar akan menebarkan pengetahuannya
kepada masyarakat sekitarnya. Dalam kerangka evaluasi proyek, maka
manfaat pendidikan adalah (Mulyawati, 2008) :
1. Bertambahnya kelak pendapatan anak didik karena adanya
peningkatan dalam jenjang pendidikan tersebut. Peningkatan
pendapatan ini terkait dengan peningkatan produktivitas baik dalam
bentuk usaha sendiri ataupun apabila bekerja mampu menduduki
jenjang jabatan yang lebih tinggi.
2. Akan menyebarluaskan pengetahuan yang dimilikinya kepada
masyarakat sekitarnya baik dengan sengaja maupun tidak sengaja
sehingga masyarakat pun akan bertambah pengetahuannya.
3. Masyarakat yang lebih berpendidikan akan bersikap lebih toleran dalam
pergaulan, tidak mudah terprovokasi dan memiliki saling pengertian
atas sikap orang lain sehingga menciptakan kehidupan bermasyarakat
yang lebih harmonis dan sikap seperti ini menunjang proses
pembangunan.
2.5 Pengertian Karyawan
Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya
(fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang
sesuai dengan perjanjian (Hasibuan, 2008).
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia karyawan
merupakan orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan,
dsb) dengan mendapatkan gaji (upah). Perusahaan tanpa karyawan ibarat
manusia tanpa darah. hal itu menggambarkan betapa pentingnya karyawan
dalam sebuah perusahaan walaupun banyak pemilik perusahaan yang tidak
menyadari tentang hal itu. Tidak sedikit pemilik sebuah perusahaan yang
memperlakukan karyawannya dengan tidak manusiawi sehingga berakibat
fatal terhadap kelangsungan perusahaan itu sendiri dalam jangka panjang.
pengertian karyawan adalah seseorang yang ditugaskan sebagai
pekerja dari sebuah perusahaan untuk melakukan operasional perusahaan
dan dia bekerja untuk digaji. berhubungan dengan karyawan pasti takkan
lepas dari kinerja karyawan maka dan setiap perusahaan akan selalu
melakukan penilaian kinerja karyawan (Istijanto, 2005).
Menurut Hasibuan (2008) tenaga kerja atau karyawan adalah
seseorang pekerja tetap yang bekerja di bawah perintah orang lain dan
mendapat kompensasi serta jaminan. Karyawan merupakan kekayaan
utama suatu perusahaan, karena tanpa keikutsertaan mereka, aktivitas
perusahaan tidak akan terjadi. Karyawan berperan aktif dalam menetapkan
rencana, sistem, proses, dan tujuan yang ingin dicapai.
Produktivitas mengandung pengertian filosofis-kualitatif dan
kuantitatif teknis operasional. Secara filosofis dan kualitatif, produktivitas
mengandung pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu kehidupan. Untuk definisi kerja secara kuantitatif,
produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran)
dengan keseluruhan sumberdaya· (masukan) yang dipergunakan per satuan
waktu (Simanjuntak, 1998).
Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah, seperti yang
dikutip oleh Sedarmayanti (2001) , enam faktor utama yang menentukan
produktivitas tenaga kerja adalah (1). Sikap kerja; (2). Tingkat
keterampilan; (3). Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan organisasi;
(4). Manajemen produktivitas; (5). Efisiensi tenaga kerja dan
(6).Kewiraswastaan.
Disamping hal tersebut, terdapat pula berbagai faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja, di antaranya adalah: 1.Sikap mental,
berupa : Motivasi kerja, Disiplin kerja dan Etika kerja; 2). Pendidikan; 3).
Keterampilan; 4). Manajemen; 5). Tingkat penghasilan; 6). Gizi dan
kesehatan; 7). Jaminan sosial; 8). lingkungan dan iklim kerja 9). Sarana
produksi; 10). Teknologi dan 11). Kesempatan berprestasi.
2.5.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Landasan yang sesungguhnya dalam suatu organisasi adalah
kinerja. Jika tidak ada kinerja maka seluruh bagian organisasi, maka tujuan
tidak dapat tercapai. Kinerja perlu dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi
pemimpin atau manajer. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
dikutip dan diterjemahkan oleh Hadari (2006) mengatakan bahwa “Kinerja
adalah (a) sesuatu yang dicapai, (b) prestasi yang diperlihatkan, (c)
kemampuan kerja”.
Definisi lain mengenai kinerja menurut Hadari (2006) adalah
“Kinerja dikatakan tinggi apabila suatu target kerja dapat diselesaikan pada
waktu yang tepat atau tidak melampui batas waktu yang disediakan”.
Kinerja menjadi rendah jika diselesaikan melampui batas waktu yang
disediakan atau sama sekali tidak terselesaikan.
Menurut Henry dikutip dan diterjemahkan oleh Dina (2008)
“Kinerja karyawan adalah tingkat dimana para karyawan mencapai
persyaratan-persyaratan pekerjaan”. Menurut Hasibuan (2008) menjelaskan
bahwa “Kinerja merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu”.
Sedangkan menurut Prawirosentono (2008) “Kinerja atau dalam
bahasa inggris adalah performance”, yaitu: Hasil kerja yang dapat dicapai
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya
mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar
hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
karyawan adalah kemampuan mencapai persyaratanpersyaratan pekerjaan,
dimana suatu target kerja dapat diselesaikan pada waktu yang tepat atau
tidak melampui batas waktu yang disediakan sehingga tujuannya akan
sesuai dengan moral maupun etika perusahaan. Dengan demikian kinerja
karyawan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan tersebut.
2.5.2 Faktor-faktor Kinerja Karyawan
Menurut Hasibuan (2008) mengungkapkan bahwa “Kinerja
merupakan gabungan tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat
seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas
dan peran serta tingkat motivasi pekerja”. Apabila kinerja tiap individu atau
karyawan baik, maka diharapkan kinerja perusahaan akan baik pula.
Menurut Soemadji (2001), terdapat berbagai faktor kinerja
karyawan, antara lain:
1) Jumlah dan komposisi dari kompensasi yang diberikan
2) Penempatan kerja yang tepat
3) Pelatihan dan promosi
4) Rasa aman di masa depan (dengan adanya pesangon dan sebagainya)
5) Hubungan dengan rekan kerja
6) Hubungan dengan pemimpin
Dari beberapa faktor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada
banyak faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan. Dintaranya faktor
internal antara lain: kemampuan intelektualitas, disiplin kerja, kepuasan
kerja dan motivasi karyawan. Faktor eksternal meliputi: gaya
kepemimpinan, lingkungan kerja, kompensasi dan sistem manajemen yang
terdapat di perusahaan tersebut. Faktor-faktor tersebut hendaknya perlu
diperhatikan oleh pimpinan sehingga kinerja karyawan dapat optimal.
2.5.3 Standar Kinerja Karyawan
Menurut Timpe (1999), menyatakan bahwa standar kerja
merupakan Standar kerja dianggap memuaskan bila pernyataannya
menunjukkan beberapa bidang pokok tanggung jawab karyawan, memuat
bagaimana suatu kegiatan kerja akan dilakukan, dan mengarahkan
perhatian kepada mekanisme kuantitif bagaimana hasil-hasil kinerja diukur.
Menurut Wirawan (2009) “Standar kinerja adalah target, sasaran,
tujuan upaya kerja karyawan dalam kurun waktu tertentu. Dalam
melaksanakan pekerjaannya, karyawan harus mengarahkan semua tenaga,
pikiran, ketrampilan, pengetahuan, dan waktu kerjanya untuk mencapai apa
yang ditentukan oleh standar kinerja”.
Menurut Schular & Jackson (1999) “Ada tiga jenis dasar kriteria
kinerja”, yaitu:
a) Kriteria berdasarkan sifat (memusatkan diri pada karakteristik pribadi
seorang karyawan).
b) Kriteria berdasarkan perilaku (kriteria yang penting bagi pekerjaan yang
membutuhkan hubungan antar personal).
c) Kriteria berdasarkan hasil (kriteria yang fokus pada apa yang telah
dicapai atau dihasilkan).
Menurut Notoatmodjo (2003) “Untuk mencapai tujuan kinerja
karyawan maka dapat dinilai dari tiga hal, meliputi: penilaian harus
mempunyai hubungan dengan pekerjaan, adanya standar pelaksanaan
kerja, praktis (mudah dipahami atau dimengerti karyawan atau penilai)”.
Menurut Prawirosentono (2008), kinerja dapat dinilai atau diukur
dengan beberapa indikator yaitu:
a) Efektifitas
Efektifitas yaitu bila tujuan kelompok dapat dicapai dengan kebutuhan
yang direncanakan.
b) Tanggung jawab
Merupakan bagian yang tak terpisahkan atau sebagai akibat kepemilikan
wewenang.
c) Disiplin
Yaitu taat pada hukum dan aturan yang belaku. Disiplin karyawan adalah
ketaatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian
kerja dengan perusahaan dimana dia bekerja.
d) Inisiatif
Berkaitan dengan daya pikir, kreatifitas dalam bentuk suatu ide yang
berkaitan tujuan perusahaan. Sifat inisiatif sebaiknya mendapat
perhatian atau tanggapan perusahaan dan atasan yang baik. Dengan
perkataan lain inisiatif karyawan merupakan daya dorong kemajuan yang
akhirnya akan mempengaruhi kinerja karyawan.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak kriteria
kinerja, maka peneliti menggunakan kriteria kinerja menurut Suyadi
Prawirosentono yang meliputi: efektifitas, tanggung jawab, disiplin dan
inisiatif. Berbagai macam jenis pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan
tentunya membutuhkan kriteria yang jelas, karena masing-masing
pekerjaan tentunya mempunyai standar yang berbedabeda tentang
pencapaian hasilnya.
Seperti telah dijelaskan bahwa yang memegang peranan penting
dalam suatu organisasi tergantung pada kinerja pegawainya. Agar pegawai
dapat bekerja sesuai yang diharapkan, maka dalam diri seorang pegawai
harus ditumbuhkan motivasi bekerja untuk meraih segala sesuatu yang
diinginkan. Apabila semangat kerja menjadi tinggi maka semua pekerjaan
yang dibebankan kepadanya akan lebih cepat dan tepat selesai. Pekerjaan
yang dengan cepat dan tepat selesai adalah merupakan suatu prestasi kerja
yang baik.
2.5.4 Kepuasan Kerja
Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian dari pimpinan
organisasi atau perusahaan dalam mengelola sumber daya manusia adalah
masalah kepuasan kerja karyawan. Karena tanpa merasakan kepuaasn
kerja, karyawan kurang memberikan sumbangan yang optimal bagi
pencapaian tujuan perusahaan. “Kepuasan kerja yang tinggi tidak dapat
dicapai dengan sendirinya, tetapi perlu diupayakan dengan memberikan
perhatian terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan
kerja karyawan” (Martoyo, 2000).
Menurut Handoko (2000) “Kepuasan kerja adalah keadaan
emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para
karyawan memandang pekerjaan mereka”. Kepuasan kerja mencerminkan
perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini nampak dalam sikap positif
karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di
lingkungan kerjanya.
Menurut Wexley dan Yulk dikutip dan diterjemahkan oleh As’ad
(1995) menyatakan kepuasan kerja ialah “Is the way an employee feel about
his or her job”. Ini berarti kepuasan kerja sebagai perasaan seseorang
terhadap pekerjaan.
Menurut Tiffin diambil dari buku As’ad (1995) berpendapat bahwa
“Kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap dari karyawan terhadap
pekerjaannya sendiri, situasi kerja, kerjasama antara pimpinan dengan
sesama karyawan”. Kemudian diambil dari buku As’ad (1995) berpendapat
bahwa “Kepuasan kerja adalah sikap umum yang merupakan hasil dari
beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri
dan hubungan sosial individu di luar kerja”.
Menurut Martoyo (2000) mengemukakan bahwa kepuasan kerja
(job statsfaction) adalah: Keadaan emosional karyawan dimana terjadi
ataupun tidak terjadi titik temu antara lain nilai balas jasa kerja karyawan
dari perusahaan atau organisasi dengan tingkat nilai balas jasa yang
memang diinginkan oleh karyawan ini, baik yang berupa finansial maupun
non finansial.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
adalah suatu perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, dimana ia akan
merasa puas apabila ada kesesuaian antara kemampuan, ketrampilan, dan
harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi.
Kepuasan akan menghasilkan hasil yang semaksimal mungkin
antara interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya. Dengan demikian ia
akan memberikan sumbangan yang optimal untuk mencapai tujuan
perusahaan.
2.5.5 Teori Kepuasan Kerja
Menurut Wexly dan Yulk yang dikutip oleh As’ad (1995), pada
dasarnya teori tentang kepuasan kerja yang lazim dikenal ada tiga macam
yaitu:
1) Teori ketidaksesuaian (Discrepancy theory)
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter. Porter mengukur
kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara apa yang
seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan. Kemudaian Locked
menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung pada discrepancy
antara should be dengaan apa yang menurut perasaannya atau persepsinya
telah diperoleh atau dicapai melalui pekerjaan. Orang akan mersa puas bila
tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas
kenyataannya.
Tambahan waktu libur akan menunjang kepuasan karyawan yang
menikmati waktu luang setelah bekerja, tetapi tidak menunjang kepuasan
kerja seorang karyawan yang lain yang merasa waktu luangnya tidak dapat
dinikmati. Contoh: seorang yang berkepribadian A atau seorang yang
“kecanduan kerja” tidak akan senang jika mendapatkan waktu luang
tambahan. Apabila yang didapat ternyata lebih besar daripada yang
diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi walaupun terdapat
discrepancy. Sebaliknya apabila yang didapat dibawah standar minimum
menjadi negative discrepancy, atau makin besar pada ketidakpuasan
seseoarang terhadap pekerjaan.
2) Teori keadilan (Equite theory)
Teori ini dikembangkan oleh Adams. Teori ini mengatakan bahwa
orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung merasa adanya
keadilan (equite) atau tidak atas suatu situasi. Perasaan equite atau inequity
atas suatu situasi diperoleh orang dengan cara membandingkan dirinya
dengan orang lain. Ada tiga elemen dari equite yaitu: input, out comes dan
comparation person. Yang dimaksud dengan input ialah segala sesuatu yang
berharga yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaan,
misalnya pendidikan, pengalaman kerja dan ketrampilan. Out comes adalah
segala sesuatu yang berharga, yang dirasakan karyawan sebagai “hasil” dari
pekerjaanya seperti: gaji (upah), penghargaan dan simbol status. Sedangkan
yang dimaksud dengan comparison person adalah kepada orang lain dengan
siapa karyawan membandingkan rasio input dengan out comes.
3) Teori dua faktor (Two factor theory)
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Herzberg yang kemudian
diterjemahkan oleh Moh As’ad yang menyatakan bahwa prinsip dari teori
ini ialah kepuasan dan ketidakpuasan kerja dimana keduanya merupakan
dua hal yang berbeda (As’ad, 1995). Artinya, kepuasan dan ketidakpuasan
terhadap pekerjaan itu tidak merupakan suatu variabel yang kontinue.
Herzberg membagi situasi yang mempengaruhi perasaan seseorang
terhadap pekerjaannya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a) Kelompok satisfier atau motivator
Adalah faktor-faktor atau situasi yang dibuktikannya sebagai
sumber kepuasan kerja, yang terdiri dari prestasi, pengakuan, pekerjaan itu
sendiri, tanggung jawab dan kemungkinan untuk berkembang.
b) Kelompok dissatisfier atau hygiene factors
Adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpuasan,
yang terdiri dari prosedur perusahaan, mutu supervisi, upah atau gaji,
hubungan antar pribadi, rekan kerja, hubungan atasan dengan bawahan,
kondisi kerja, jaminan pekerjaan dan status.
2.5.6 Faktor-faktor Kepuasan Kerja
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan karyawan. Menurut
Burn yang dikutip dan diterjemahkan oleh As’ad (1995) tentang faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan adalah sebagai
berikut:
1) Faktor hubungan antar karyawan, meliputi:
a) Hubungan antar manajer dengan karyawan
b) Kondisi kerja
c) Hubungan sosial dengan diantara karyawan
d) Sugesti dari teman sekerja
e) Emosi dan situasi kerja
2) Faktor individual
a) Sikap orang dengan pekerjaannya
b) Umur orang sewaktu bekerja
c) Jenis kelamin
3) Faktor-faktor luar yang berhubungan dengan:
a) Keadaan keluarga karyawan
b) Rekreasi
c) Pendidikan
Menurut Caugemi dan Claypool yang dikutip dan diterjemahkan
oleh As’ad (1995) mengemukakan faktor-faktor kepuasan kerja yaitu:
a) Faktor psikologik
Merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan
yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat
dan ketrampilan.
b) Faktor sosial
Merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial baik
antara sesama karyawan, dengan atasannya maupun karyawan yang
berbeda jenis pekerjaannya.
c) Faktor fisik
Merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan,
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan
ruangan, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan
dan umur.
d) Faktor finansial
Merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta
kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan
sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi dan
sebagainya.
Karyawan dan perusahaan merupakan dua pihak yang saling
membutuhkan dan masing-masing mempunyai tujuan. Untuk
mengusahakan integration (penggabungan) antara tujuan perusahaan dan
tujuan karyawan, perlu diketahui apa yang menjadi kebutuhan masing-
masing pihak. Kebutuhan karyawan diusahakan dapat terpenuhi melalui
pekerjaannya. Apabila seorang karyawan sudah terpenuhi segala
kebutuhannya maka dia akan mencapai kepuasan kerja dan memiliki
komitmen terhadap perusaaan. Tingginya komitmen karyawan dapat
mempengaruhi usaha suatu perusahaan secara postif. Komitmen karyawan
ini diperlukan oleh perusahaan dan merupakan faktor penting bagi
perusahaan dalam rangka mempertahankan kinerja perusahaan.
Menurut Rivai & Mulyadi (2011) menyatakan bahwa “Ada
beberapa faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja seseorang, antara
lain: kedudukan, pangkat atau jabatan, masalah umur, jaminan finansial
dan jaminan sosial, serta mutu pengawasan”.
Dari faktor-faktor diatas, semuanya merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam mencapai kepuasan kerja karyawan. Faktor faktor yang
mempengaruhi kepuasan antara lain: kepuasan karyawan terhadap
pekerjaan, kepuasan karyawan terhadap interaksi sosial sesama karyawan,
kepuasan karyawan terhadap interaksi dengan atasannya, kepuasan
karyawan terhadap jaminan-jaminan yang diberikan dan kepuasan
karyawan terhadap fasilitas-fasilitas yang diberikan. Dengan demikian
karyawan yang merasa puas dalam bekerja senantiasa akan selalu bersikap
positif dan selalu mempunyai kreativitas yang tinggi.
Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting
karena terbukti besar manfaatnya baik bagi kepentingan individu,
perusahaan atau organisasi. Bagi individu, penelitian tentang sebab-sebab
dan sumber-sumber kepuasan kerja memungkinkan timbulnya usaha-usaha
peningkatan kebahagian taraf hidup. Sedangkan bagi perusahaan atau
organisasi, penelitian mengenai kepuasan kerja dilakukan dalam rangka
usaha peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan
sikap dan tingkah laku karayawannya (As’ad, 1995).
Menurut Strauss dan Sayles yang dikutip oleh Wanatika (2009),
menyatakan bahwa kepuasan kerja penting karena:
1) Mereka yang tidak memperoleh kepuasan kerja dalam bekerja tidak akan
mencapai kematangan psikologis.
2) Orang melakukan aktualisasi diri.
3) Mereka yang gagal mencapai kepuasan kerja dalam pekerjaan menjadi
frustasi.
4) Mereka yang menganggur tidak bahagia, orang ingin bekerja bekerja
walaupun tidak perlu.
5) Pekerjaan memegang peranan utama di kehidupan manusia.
6) Kurangnya tantangan dalam pekerjaan yang mengakibatkan kesehatan
mental rendah.
7) Kurangnya kepuasan kerja dalam pekerjaan dan kekompakan kerja yang
menyebabkan semangat kerja menurun.
8) Pola kerja dan waktu luang saling mempengaruhi mereka yang
pekerjaannya kurang kreatif.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja
dalam hal apapun sangat penting. Kecenderungan untuk meningkatkan
kinerja karyawan dalam perusahaan tidak akan dapat tercapai tanpa
adanya kepuasan kerja karyawan. Selain itu karyawan yang tidak mencapai
tingkat kepuasan kerja tidak akan mencapai kematangan psikolois dalam
dirinya. Mereka cenderung bermalas-malasan dalam bekerja. Kalau
karyawan sudah bersikap demikian maka sulit bagi suatu perusahaan untuk
mancapai tujuannya.
2.6 Lingkungan Kerja
Kehidupan manusia tidak bisa terlepas dari lingkungan. Manusia
dalam bekerja juga berada dalam suatu lingkungan yang disebut dengan
lingkungan kerja. Lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.
Menurut Soemadji (2001) “Lingkungan kerja merupakan segala
sesuatu yang ada di sekitar karyawan dan dapat mempengaruhi karyawan
dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan”.
Menurut Siagian (1992) “Lingkungan kerja adalah keadaan fisik
dimana seseorang melakukan tugas kewajibannya sehari-hari termasuk
kondisi ruang yaitu baik dari kantor maupun pabrik”.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan kerja yang kondusif akan dapat memberikan rasa aman dan
memungkinkan para karyawan/pegawai untuk dapat berkerja optimal.
Dimana lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi pegawai. Jika
karyawan/pegawai menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka
karyawan/pegawai tersebut akan betah di tempat kerjanya untuk melakukan
aktivitas sehingga waktu kerja yang dipergunakan secara efektif dan optimis
akan menciptakan prestasi kerja karyawan atau pegawai yang tinggi.
2.6.1 Faktor-faktor Lingkungan Kerja
Menurut Soemadji (2001), beberapa faktor yang mempengaruhi
lingkungan kerja meliputi:
1) Pewarnaan
Warna dapat berpengaruh terhadap jiwa manusia, sebenarnya
bukan warna saja yang diperhatikan tetapi komposisi warna pun harus pula
diperhatikan, hal ini disebabkan karena komposisi warna yang salah dapat
menggangu pemandangan sehingga akan menimbulkan rasa tidak senang
atau kurang mengenakkan bagi yang memandang. Rasa tidak
menyenangkan ini dapat mempengaruhi semangat dan kegairahan kerja
karyawan.
2) Kebersihan
Lingkungan kerja yang bersih dapat mempengaruhi semangat dan
kegairahan kerja. Dalam masyarakat terkenal suatu ungkapan yaitu
"kebersihan adalah pangkal kesehatan" oleh karena itu setiap perubahan
hendaknya harus selalu menjaga kebersihan lingkungan, sebab selain hal ini
mempengaruhi kesehatan, maka dengan lingkungan kerja yang bersih akan
dapat mempengaruhi kejiwaan seseorang. Bagi seseorang yang normal,
lingkungan kerja yang bersih akan menimbulkan rasa senang. Dan rasa
senang ini dapat mempengaruhi karyawan dalam bekerja lebih bergairah.
Namun setiap karyawan harus ikut sertanggung jawab untuk menjaga
kebersihan tempat mereka bekerja.
3) Pertukaran udara
Pertukaran udara yang baik akan menyehatkan badan. Pertukaran
udara yang cukup dalam ruang kerja sangat diperlukan apabila ruang
tersebut penuh dengan karyawan. Pertukaran udara yang cukup ini akan
menyegarkan fisik karyawan, sebaliknya pertukaran udara yang kurang
akan menimbulkan rasa pengap, sehingga mudah menimbulkan kelelahan
bagi karyawan.
4) Penerangan
Penerangan yang cukup tetapi tidak menyilaukan akan membantu
menciptakan semangat dan kegairahan kerja. Penerangan disini bukan
terbatas pada penerangan listrik, tetapi termasuk juga penerangan sinar
matahari. Dalam pelaksanaan tugasnya sering kali karyawan membutuhkan
penerangan yang cukup, apabila pekerjaan yang dilakukan tersebut
menuntut ketelitian. Meskipun demikian harus juga, dalam hal ini sinar
matahari yang masuk hendaknya jangan menimbulkan silau atau udara
pengap. Dan harus diingat bahwa penerangan yang terlalu besar akan
menyebabkan rasa panas, pada karyawan sehingga akan menimbulkan rasa
gelisah. Tetapi sebaliknya bagi penerangan yang kurang, maka karyawan
akan lekas lelah, mengantuk dan kemungkinan pekerjaan banyak keliru.
5) Musik
Musik sangat berpengaruh kepada kejiwaan seseorang, meskipun
demikian, bila musik yang didengarkan tidak menyenangkan, lebih baik
tanpa musik sama sekali. Sebaliknya, bila musik yang diperdengarkan
menyenangkan, akan timbul suasana gembira yang akan mengurangi
kelelahan dalam bekerja. Dalam hal musik, selain dipilihkan yang
menyenangkan, harus juga diperhatikan pengaruhnya terhadap pekerjaan.
6) Keamanan
Jaminan terhadap keamanan akan menimbulkan ketenangan maka
hal ini akan didorong semangat kerja dan kegairahan kerja karyawan.
Keamanan yang dimaksud disini adalah keamanan yang dapat dimasukkan
kedalam lingkungan kerja. Dalam hal ini terutama keamanan milik pribadi
bagi karyawan. Sebenarnya milik pribadi yang paling berharga bukan harta
benda tetapi justru keamanan dirinya sendiri. Untuk keamanan terhadap
keselamatan diri sendiri bagi setiap karyawan adalah hal yang sangat
penting.
7) Kebisingan
Kebisingan dapat menggangu konsentrasi. Siapapun tidak senang
mendengarkan suara yang bising, karena kebisingan merupakan gangguan
terhadap seseorang. Dengan adanya kebisingan itu maka pekerjaan akan
terganggu. Dengan terganggunya konsentrasi kerja ini, maka pekerjaan
yang dilakukan akan banyak kesalahan atau kerusakan. Yang mana sudah
barang tentu akan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, maka
perusahaan hendaknya dapat menghilangkan kebisingan tersebut.
2.7 Pengertian Upah
Istilah upah dapat diartikan sebagai pembayaran atas penyerahan jasa
yang dilakukan oleh karyawan pelaksana (buruh) berdasarkan hari dan jam
kerjanya.
“Upah ialah (1) suatu catatan yang menunjukkan upah atau gaji yang
dibayarkan untuk jasa-jasa karyawan pada suatu periode tertentu, bersama dengan
rincian hak atas jumlah-jumlah tersebut dan pengurangan-pengurangan terkait
terhadap pembayaran kepada karyawan seperti pajak penghasilan karyawan (PPh
Pasal 21), Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK) dan sebagainya. (2) total gaji atau
upah yang diberikan atau dapat dibayarakan kepada karyawan pada suatu periode
tertentu” (Aliminsyah, 2005).
“Upah ialah pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh
karyawan pelaksana (buruh). Umumnya upah dibayarkan berdasarkan hari kerja,
jam kerja atau jumlah satuan produk yang dihasilkan oleh karyawan” (Mulyadi,
2001).
Menurut Soemarso (2005) “Upah ialah imbalan kepada buruh yang
melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar dan lebih mengandalkan kekuatan fisik dan
biasanya jumlahnya ditetapkan secara harian, satuan atau borongan”.Berdasarkan
pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa upah ialah imbalan kepada
para pekerja (buruh) yang dibayarkan secara harian atau mingguan.
Bentuk-bentuk pengupahan ialah disamping upah berupa uang, juga
termasuk komponen tunjangan dan jaminan lainnya. Upah berbentuk uang terdiri
dari upah pokok, upah tunjangan keluarga dan tunjangan jabatan, termasuk
jaminan-jaminan antara lain : jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja, jaminan
pensiun, jaminan tempat tinggal atau perumahan, jaminan konsumsi/makan di
tempat kerja, jaminan pakaian kerja, jaminan kesegaran jasmani dan rohani
(Sulaiman, 2008)
Ketentuan upah minimum masih didasarkan kepada kebutuhan
hidup minimum di setiap propinsi, seharusnya berdasarkan hidup layak
terkebih dahulu, kemudian pertimbangan domisili, SDM kaum buruh, jenis-
jenis usaha dan lamanya waktu bekerja. Kebutuhan upah minimum
sekarang ini belum berdasarkan pertimbangan di atas, karena baru 60%
yang diberikan dari kehidupan layak (Sulaiman, 2008).
Upah bagi pekerja merupakan hak yang harus diperoleh karena
nilai sumbangsihnya dalam proses produksi menciptakan nilai tambah.
Upah harus mencerminkan nilai jabatan yang dipangku seseorang di suatu
perusahaan. Nilai jabatan yang lebih tinggi akan memberikan upah yang
lebih tinggi. Tidak ada kenaikan upah tanpa kenaikan nilai jabatan kecuali
bagi perusahaan yang mampu dapat melakukan penyesuaian atau
pemberian insentif untuk mempertahankan karyawan yang baik (Hasibuan,
2008).
Menurut Swastha dan Sukotjo (2000), apabila perusahaan
memperoleh laba besar maka karyawan harus menerima tambahan upah
dari keuntungan tersebut. Besar kecilnya tingkat upah untuk buruh
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain terdiri dari :
1. Pasar tenaga kerja
2. Tingkat upah yang berlaku didaerah yang bersangkutan
3. Tingkat keahlian yang diperlukan
4. Situasi laba perusahaan
5. Peraturan Pemerintah
Informasi yang diperlukan oleh manajemen dari kegiatan
penggajian dan pengupahan antara lain (Mulyadi, 2001) :
1. Jurnal biaya gaji dan upah yang menjadi beban perusahaan selama periode
akuntansi tesebut.
2. Jumlah biaya gaji dan upah yang menjadi beban setiap pusat
pertanggung jawaban selama periode akuntansi tersebut.
3. Jumlah gaji dan upah yang diterima setiap karyawan selama periode
akuntansi tertentu.
4. Rincian unsur biaya gaji dan upah yang menjadi beban perusahaan dan
setiap pusat pertanggungjawaban selama periode akuntansi tersebut.
Dapat diambil kesimpulan bahwa keinginan seseorang adalah berbeda
tergantung pada tujuan yang dikehendaki, semua orang yang bekerja pada
umumnya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Prestasi kerja karyawan,
baik organisasi besar atau kecil merupakan komponen yang amat penting, hal ini
karena dalam kehidupan organisasional setiap karyawan ia ingin mendapat
perlakuan yang adil dari pimpinan organisasi yang bersangkutan, di samping itu
penilaian prestasi kerja berkaitan langsung dengan jumlah penghasilan yang
diterima oleh seorang karyawan untuk suatu jangka waktu tertentu (Mulyadi,
2001).
2.7.1 Tingkatan Upah dan Gaji Karyawan
Dalam keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 150 Tahun 2001 dan
keputusan Menteri Keuangan tentang PPh pasal 21 tahun 2003, ada
dijelaskan mengenai tingkat upah yang diterima karyawan. Upah yang
diterima karyawan dibagi atas beberapa golongan yaitu:
a. Upah harian lepas
Upah yang diterima bila dalam satu hari kerja jika seorang melakukam
perkerjaan yang telah ditentukan. Orang yang bekerja dengan upah
harian lepas biasanya tidak terikat kerja kepada majikan.
b. Upah pegawai tetap
Upah yang diperoleh seorang berdasarkan jangka waktu yang telah
ditetapkan dengan jumlah yang diterimanya pun bersifat tetap seperti
gaji bulanan.
c. Upah borongan
Upah yang diperoleh seseorang sesuai kesepakatan antara pekerja dengan
penyuruh (penyewa) dan besarnya upah yang diterima juga terhantung
kesepekatan diantara dua belah pihak, jenis perkerjaan yang telah
disepakati ini harus selesai dilakukan tanpa turut campur tangan dari
pihak penyewa.
d. Upah Honorarium
Upah yang diterima jika perkerjaan dilakukan dan sedangkan jumlahnya
tergantung dari kesepakatan pekerja dengan perusahaan perkebunan.
Orang yang menerima upah honorium biasanya tidak terikat kerja
dengan perusahaan perkebunan.
Ada empat (4) prinsip dasar penggajian, yaitu sebagai berikut:
1. Seimbang (penggajian hendaknya berdasarkan berat-ringannya pekerjaan);
2. Layak (gaji harus bersaing /kompetitif dipasar tenaga kerja);
3. Wajar (struktur gaji yang disusun, disesuaikan dengan kemampuan
perusahaan);
4. Memotivasi (sistem penggajian yang ada harus dapat memotivasi untuk
lebih produktif, lebih disiplin,lebih bersemangat, berkinerja maksimal,
Kompensasi imbal jasa : financial dan non financial).
2.7.2 Prosedur pembayaran upah yang baik
Menurut Swastha dan Sukotjo (2000), Prosedur pembayaran upah
yang baik adalah sebagai berikut :
a. Bagian personalia menyampaikan daftarkaryawan dan besarnya upah
berdasarkan hari kerja dan jam kerja kebagian gaji (payroll) yang diotorisasi
serta data-data pengurangan upah kebagian gaji (payroll) pada akhir periode
pertama dan kedua pembayaran upah.
b. Bagian pabrik menyampaikan data waktu kerja untuk diolah dibagian
pencatatan waktu.
c. Mencocokan data dengan jam kerja waktu hadir karyawan oleh bagian
pencatatan waktu sebagai dasar perhitungan upah, kemudian melaporkan
waktu hadir kebagian upah. Bagian ini membuat daftar gaji berdasarkan data
karyawan, besarnya gaji yang diotorisasi, data-data pengurangan gaji, kartu
hadir karyawan dan data waktu kerja.
d. Daftar gaji diserahkan kepada bagian utang (account payable) pusat, guna
pembuat bukti kas keluar yang digunakan sebagai dasar untuk pembayaran
gaji kepada karyawan. Setelah menerima bukti mengenai jumlah gaji yang
harus dibayar, maka berdasarkan bukti tersebut utang membuat sejumlah
voucher yang dibuat rangkap tiga dengan perincian sebagai berikut :
1) Lembar pertama dikirim kebagian pengeluaran uang
2) Lembar kedua dikirim kebagian buku besar
3) Lembar ketiga dijadikan arsip dengan urut nomor
e. Pembuatan cek untuk bagian pengeluaran uang atas voucher dan menyetorkan
ke bank untuk mengisi rekening giro untuk gaji. Rekening ini menggunakan
sistem impest, jika pembayaran yang dilaksanakan secara tunai rekening giro
atau amplop gaji dibagikan kepegawai sesudah mereka menandatangani
daftar gaji.
f. Agar dapat diidentifikasi pegawai yang menerima gaji, sesekali pembayaran
dilakukan oleh auditor .
g. Akibat adanya pencairan cek, maka dalam rekening payroll akan berkurang
sehingga diisi kembali dengan memindahkan rekening umum ke bank dengan
payroll account, yaitu dengan menggunakan data-data pengurangan gaji. Hal
ini menunjukkan bahwa pembayaran gaji dapat dilaksanakan dengan baik
untuk menghindari penyelewengan keuangan yang ada.
2.7.3 Pengertian dan Tujuan Sistem Penggajian
Menurut Amstrong dan Murlis (1994) bahwa sistem penggajian
adalah proses yang menentukan tingkat penggajian staf, memonitornya dan
mengendalikannya. Sampai saat ini belum ada teori atau ilmu yang pasti
member acuan tentang pemberian gaji atau upah. Hal ini disebabkan karena
masalah penggajian menyangkut dua kepentingan yang berbeda antara
pegawai dan perusahaan, dan sifatnya sangat kndisional. Pertentangan ini
harus dihadapi oleh setiap perusahaan, tinggal bagaimana untuk
mempersempit atau memperkecil pertentangan tersebut sehingga tidak
menghambat kegiatan operasional perusahaan.
Beberapa permasalahan yang dihadapi perusahaan antara lain :
1. Sulit menarik atau merekrut pegawai yang bermutu tinggi, karena gagal dalam
negoisasi pemberian gaji.
2. Semangat kerja rendah, timbul kegelisahan diantara pegawai karena system
penggajian yang tidak adail.
3. Imbalan dan perangsang yang tidak memadai sehingga tidak mendorong
motivasi kerja pegawai
4. Biaya penggajian yang meningkat karena tidak efektifnya pengendalian
penggajian
Secara menyeluruh system penggajian adalah untuk mengembangkan
sekumpulan prosedur yang memungkinkan perusahaan untuk menarik, menahan
dan memotivasi pegawai yang berkualitas serta untuk mengendalikan biaya
pembayarannya (mitchel, 1994).
Secara terperinci oleh Sherman dan bahlander (1992) sasaran dari
penggajian adalah: (1) untuk memberikan imbalan kepada pegawai yang
berprestasi. (2) untuk member daya saing dalam pasar tenaga kerja. (3) untuk
mempertahankan pegawai dengan gaji yang layak. (4) untuk member motivasi
kepada pegawai untuk berprestasi. (5) untuk mengendalikan anggaran biaya. (6)
untuk mengikat pegawa2 baru. (7) untuk mengurangi perputaran yang tidak perlu.
2.8 Pendapatan
Secara umum pengertian pendapatan diartikan sebagai pendapatan
baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun pihak
sendiri dari pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan dan dinilai dengan
uang (Rupiah) atas harga yang berlaku pada saat ini (Mulyadi, 2001).
Pendapatan total keluarga dalam penelitian ini adalah jumlah total
pendapatan dari semua anggota keluarga baik yang bersumber dari
pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan yang dinilai denganRupiah
dalam satu tahun.
Pendapatan Karyawan adalah pendapatan yang diperoleh dari gaji
yang diterima perbulan ditambah dengan tunjangan berdasarkan tingkat
golongannya. Gaji terdiri dari gaji pokok ditambah tunjangan tetap
sedangkan tunjangan sosial terdiri dari tunjangan air dan listrik. Selain
tingkat golongan pekerja, yang membedakan pendapatan karyawan adalah
adanya tambahan uang dari insentif atau premi yang diberikan kepada
karyawan karena telah bekerja melampaui target dan waktu yang telah
ditentukan (Ghani,2003).
2.8.1 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Tinggi rendahnya pendapatan masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain (Sukirno, 2000):
1. Jenis pekerjaan atau jabatan
Semakin tinggi jabatan seseorang dalam pekerjaan maka
pendapatannya juga semakin besar.
2. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka mengakibatkan jabatan dalam
pekerjaan semakin tinggi dan pendapatan yang diperoleh juga semakin besar.
3. Masa Kerja
Masa kerja yang lama berpengaruh terhadap pendapatan, dimana masa kerja
semakin lama maka pendapatan semakin besar.
4. Jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga yang banyak mempengaruhi jumlah pendapatan
karena jika setiap anggota keluarga bekerja maka pendapatan yang diperoleh
semakin besar.
Pendapatan total adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari
jumlah barang yang terjual pada saat tingkat harga tertentu. Menghitung
pendapatan total dengan mengalikan harga dengan jumlah barang atau jika
dibuat ke dalam rumus fungsi :
TR (Q) = P (Q) x Q
Dimana :
TR : Pendapatan Total
P : Harga
Q : Jumlah Barang
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Darul Makmur Kabupaten Nagan
Raya sejak bulan Agustus 2013 s/d Oktober 2013. Objek penelitian meliputi
karyawan, sedangkan ruang lingkup penelitian mencakup jam kerja, pengalaman
kerja, pendidikan serta pendapatan karyawan yang bekerja pada PT. Socfindo
Seumanyam Kabupaten Nagan Raya.
3.2 Sumber Data
a. Data primer
Untuk mendapatkan data primer, penulis mengadakan wawancara langsung
pada objek utama, yaitu pada karyawan PT. Socfindo Seumanyam Kecamatan
Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya.
b. Data sekunder
Data sekunder penulis dapatkan dari laporan-laporan yang dikeluarkan oleh
kantor perkebunan kelapa sawit. Data sekunder ini diperlukan untuk
melengkapi data primer dalam pengujian hipotesis.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti memperoleh data dengan berbagai
cara yaitu :
a. Field research (penelitian lapangan), di dalam field research dilakukan dengan
dua cara yaitu :
1. Observasi, adalah kegiatan pengumpulan data secara langsung dengan
mengamati dan meneliti dokumen-dokumen yang ada kaitannya dengan
penulisan skripsi ini.
2. Kuesioner, adalah teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan
yang diajukan kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
b. Library research (Penelitian Pustaka), adalah kegiatan pengumpulan data
secara teoritis yang berhubungan dengan penulisan skripsi dan dilakukan
melalui literatur buku bacaan sebagai landasan teoritis.
Metode kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis data yang telah
terkumpul dan didukung oleh beberapa pendapat para ahli sebagai landasan
teoritis. Sementara metode kuantitatif di gunakan dalam menganalisis data dengan
mengadakan perhitungan matematis secara sederhana dalam rangka mendukung
analisis kualitatif.
3.4 Penentuan Sampel
Secara umum jumlah minimal sampel yang dapat diterima untuk
suatu studi tergantung dari jenis studi yang dilakukan. Untuk studi
deskriptif, sampai 10 persen dari populasi dianggap merupakan jumlah
minimal. Untuk populasi yang lebih kecil, setidaknya 20 persen diperlukan
(Gay and Dhiel, 1996).
Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 795 karyawan, besar
sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 159 karyawan (20
persen). Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi secara
langsung dengan mengamati dan meneliti dokumen-dokumen yang ada
kaitannya dengan penelitian dan dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Karyawan PT. Socfindo Seumanyam
Berdasarkan Bidang Pekerjaan.
Bidang Pekerjaan Populasi Sampel
Transport 60 12
Administrasi 15 3
Processing 130 26
Panen 265 53
Pemeliharaan 325 65
Jumlah 795 159
Sumber : Kantor Besar Perkebunan Seumanyam (2013)
3.5 Model Analisis
Dalam menganalisis apakah jam kerja, pengalaman kerja dan pendidikan
berpengaruh nyata terhadap pendapatan karyawan PT. Socfindo Seumayam
Kabupaten Nagan Raya, maka digunakan perhitungan sebagai berikut :
3.5.1 Regresi Linear Berganda
Analisis ini digunakan sebagai alat analisis pengaruh variable bebas (x1, x2
dan x3) terhadap variabel terikat (Y) yang dihubungkan dengan lebih dari satu
variabel dua atau tiga dan seterusnya variabel bebas, (Hasan Iqbal, 2002) dengan
rumus sbb:
Dimana :
Y = pendapatan (Rp)
X1 = jam kerja (Jam)
X2 = pengalaman kerja (Tahun)
X3 = pendidikan (Tahun)
Y= a + b1X1 +b2X2+ ����
a = intercep atau konstanta
b1, b2dan b3 = koefisien regresi
3.5.2 Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara bersama-sama,(Hasan Iqbal, 2002) dengan rumus sbb:
Dimana:
N=jumlah sampel
K=jumlah sub kelas pada variabel nominal
3.5.3. Uji t
Uji t dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-
masing variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut (Hasan Iqbal, 2002) :
Dimana :
t = Nilai hitung
n = Banyaknya data
r = Jumlah data yang kecil
t = ����
����
�
F=��(���)
(����)(���)
3.6 Definisi Operasional Variabel
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini maka penulis
menggunakan definisi operasional variabel sebagai berikut:
Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik
dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai
dengan perjanjian.
Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang
hari dan/atau malam hari diukur dalam satuan rupiah.
Upah adalah segala sesuatu yang diterima karyawan atau buruh/pekerja
sebagai balas jasa atas kerja yang telah dilakukan diukur dalam satuan rupiah.
Tunjangan adalah yakni pembayaran kepada pekerja yang dilakukan secara
teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran pekerja atau pencapaian prestasi
kerja tertentu diukur dalam satuan rupiah.
Pengalaman kerja adalahmasa kerja merupakan lamanya seorang karyawan
menyumbangkan tenaganya di perusahaan diukur dalam satuan tahun.
Pendidikan adalahproses perkembangan kecakapan seseorang dalam bentuk
sikap dan perilaku yang berlaku dalam masyarakatnya diukur dalam satuan
tahun.
Pendapatan adalah jumlah seluruh penghasilan atau penerimaan yang
diperoleh karyawan selama satu bulan diukur dalam satuan rupiah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sejarah Perusahaan
PT. Socfin Indonesia (disingkat PT. Socfindo) berdiri sejak tahun
1926 dengan nama Socfin Medan SA (Societe Financiere Des Caunthous
Medan Societe Anoyme). Didirikan berdasarkan Akte Notaris William Leo
No. 45 tanggal 7 Desember 1930 yang berkedudukan di Medan yang
mengelola perusahaan perkebunan di provinsi Sumatra Utara dan Aceh.
Pada tahun 1960 pemerintah Republik Indonesia menjalin
hubungan kerjasama dengan investor-investor yang berasal dari belgia yang
bergabung dalam Plantation Nort Sumatra dengan maksud untuk
mendirikan suatu perusahaan patungan yang diberi nama Socfin Medan SA
yang berorientasi pada hasil kerja dari suatu area perkebunan yang
berkedudukan di kota Medan (Sumatra Utara) dengan kawasan yang
mencakup daerah perkebunan khususnya Sumatra Utara dan Aceh.
Berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia No. 6 tahun
1965 dengan instruksi-instruksi yang ada memutuskan bahwa Socfin Medan
SA, Belgia yang dinyatakan sebagai suatu perusahaan perkebunan yang
berada dibawah pengawasan Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan
keputusan yang dikeluarkan Pemerintah Republik Indonesia tahun 1968 di
Jakarta No. E3-/Pers/6/94/KPTS/OP/8/1968 Socfin Medan SA berubah nama
menjadi PT. Socfin Indonesia (PT. Socfindo), yaitu perusahaan patungan
yang berkedudukan dikota Medan dengan mengadakan perbandingan
modal yaitu, (a). Plantation Nort Sumatra, Belgia 60 persen dan (b).
Pemerintah Republik Indonesia 40 persen.
Pada tanggal 31 Desember 2001 sejalan dengan privatisasi beberapa
BUMN oleh pemerintah RI telah terjadi perubahan kepemilikan saham PT.
Socfindo yaitu, (a). Plantation Nort Sumatra, Belgia 90 persen dan (b).
Pemerintah Republik Indonesia 10 persen.
PT. Socfindo berkantor pusat di Jl. KL Yos Sudarso No. 106 Medan.
Wilayah perkebunannya yang berada di provinsi Aceh yang diusahakan PT.
Socfindo disajikan pada tabel 2 :
Tabel 2. Wilayah Perkebunan Provinsi Aceh
Komoditas Provinsi Kecamatan Perkebunan Luas Area
(ha)
Kelapa
Sawit
Aceh Kejuruan
Muda
Sei Liput 3 659.58
Aceh Singkil Lae Butar 4 44o.56
Darul Makmur Seumanyam 4 475.31
Kuala Pesisir Seunagan 4 851.99
Jumlah 17 427.44
Sumber : Departemen Tanaman PT. Socfindo, 2013
Batas-batas wilayah perkebunan PT. Socfindo Seumanyam adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Alue-Wakie
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Simpang Deli dan Gampong
Panton Bayu
3. Sebelah Timur berbatasan dengan PT. Kalista Alam
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Alue-Bilie
4.1.1 Pembukaan Lahan Perkebunan Kelapa Sawit
Dibukanya lahan perkebunan kelapa sawit milik NV. Socfin (saat ini
sudah berubah menjadi PT. Socfindo) pada awal tahun 1920 di daerah
Seumanyam dan Seunagan Kabupaten Nagan Raya, yang pada awalnya
merupakan bagian dari Kabupaten Aceh Barat. Pilihan kebun dilokasi tersebut
dimungkinkan karena keamanan yang sudah terjamin untuk investasi dan kondisi
lahan yang berbentuk dataran dan hutan tegakan dilahan kering yang
memungkinkan pertumbuhan produksi sawit bisa maksimal.
Ketika itu crude oil yang dihasilkan kelapa sawit baru saja
dikembangkan dan teknologi budidaya dan proses kilangnya juga masih sangat
sederhana. Crude sebagai alternatif minyak goreng masih kalah pamor dengan
minyak kelapa dan arealnya, terutama di Hindia Belanda dan Malaka juga masih
terbatas.
Paska kemerdekaan, ketika semua perusahaan perkebunan Belanda
mengalami nasionalisasi menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP), NV
Socfin luput dari nasionalisasi karena merupakan perusahaan milik partikulir
murni dan tidak memiliki keterkaitan saham dengan perusahaan Belanda
manapun. Kebun Seumanyam dan Kebun Seunagan untuk saat ini berada persis di
ruas Jalan Meulaboh-Tapaktuan, mulai dibangun pada pertengahan tahun 1920
usai penaklukan Aceh oleh Belanda.
Sampai dengan tahun 1990-an hutan rawa gambut tripa masih tetap utuh,
Pembangunan ruas jalan Meulaboh-Tapaktuan sepanjang 225 km yang dibangun
pertengahan tahun 1980 tidak membuka kawasan rawa, karena sepanjang 45 km
digeser lebih keatas untuk menghindari kawasan rawa.
4.1.2. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Pelaksanaan pekerjaan di Perkebunan Seumanyam dipimpin oleh
seorang Pengurus yang bertanggung jawab kepada Group Manager.
Pengurus memimpin seluruh kegiatan yang di lakukan di lapangan, pabrik,
dan administrasi. Dalam kegiatan dilapangan dan pabrik Pengurus dibantu
oleh Asisten Kepala (Askep), Asisten Divisi, Tekniker I (Kepala Pabrik), dan
Tekniker II. Dalam bidang adminstrasi Pengurus dibantu oleh seorang
Kepala Tata Usaha (KTU).
Group
Pengurus
Askep Tekniker-I
Asisten Tekniker-II
Mandor I Atas Mandor I
Bawah
Mandor
Kerani
Perawat
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Perkebunan PT. Socfindo Seumanyam
Tugas Pokok (job description) dari Pengurus meliputi : (1) Pengurus
memiliki tugas dan kewajiban untuk menyusun anggaran tahunan yang
meliputi prediksi produksi, rencana kerja, kebutuhan tenaga kerja dan
kebutuhan biaya dengan berpedoman kepada tuntutan Management dan
disesuaikan dengan kebutuhan lapangan dan pabrik; (2) Pengurus
melaksanakan pekerjaan sesuai instruksi Management dan Budget yang
telah disetujui Management dengan mengoptimalkan kerja sama dengan
seluruh Staf, Pegawai, dan karyawan; (3) Pengurus mengontrol produksi,
pengolahan, pemeliharaan lapangan dan pabrik berdasarkan standar mutu
kerja perusahaan.
Asisten Kepala (Askep) memiliki tugas untuk mengkordinir asisten
dalam hal penyebaran tenaga kerja, membantu Pengurus dalam hal
penyusunan anggaran (Budget) tahunan, pengamanan kebun, dan
mengontrol pekerjaan asisten divisi dalam hal produksi, perawatan
tanaman, dan adminstrasi divisi, serta melakukan perbaikan terus-menerus
di kebun. Askep juga bertugas untuk mengambil alih pekerjaan apabila
Pengurud dan Asisten Divisi sedang cuti. Askep dalam kinerjanya
bertanggung jawab kepada Pengurus.
Asisten Divisi memiliki tugas untuk membuat rencana kerja harian,
bulanan, dan laporan bulanan. Asisten divisi juga memiliki tugas untuk
Karyawan
memberikan instruksi kerja kepada mandor-mandor, mantra-mantri dan
krani-krani setiap pagi (antrian pagi), mengawasi pelaksanaan dan disiplin
kerja di lapangan sesuai dengan instruksi dan rencana kerja yang telah
direncanakan, serta mengawasi mutu dan output setiap jenis pekerjaan di
lapangan. Selain itu tugas Asisten Divisi juga menjamin hasil produksi
sampai ke pabrik dan bertanggung jawab terhadap keamanan di divisinya.
Asisten Divisi dibantu oleh mandor I (produksi dan perawatan), kerani
keliling, kerani buah (bunch recorder), kerani transport (opas kantor).
Mandor I produksi membawahi mandor panen dan mandor tunas. Mandor I
perawatan membawahi mandor pupuk, mandor semprot, mandor Bongkar
Tanaman Pengganggu (BTP), dan mandor Kasatri (apabila ada tanaman
belum menghasilkan). Dalam hal administrasi Asisten Divisi dibantu oleh
kerani keliling.
Proses pengolahan di pabrik dipimpin oleh seorang Tekniker-I yang
bertanggung jawab atas seluruh aktivitas di pabrik, seperti
mengendalikan/mengawasi proses pengolahan, dan
mengendalikan/mengawasi pemeliharaan mesin-mesin dan bangunan pabrik.
Dalam kinerjanya Tekniker-I dibantu oleh Tekniker-II yang mempunyai
tugas membantu Tekniker-I dalam mengendalikan/mengawasi proses
pengolahan di pabrik, mengendalikan/mengawasi pemeliharaan mesin-mesin
dan bangunan pabrik, dan mengendalikan adminstrasi produksi, tenaga
kerja, transport, dan gudang. Seorang Tekniker-II dibantu oleh kerani
pabrik, mandor transport, dan operator-operator mesin yang ada di pabrik.
Seorang KTU bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
administrasi keuangan bulanan dan tahunan kebun, membuat laporan
penerimaan dan pengeluaran (cash flow) kebun, dan mengumpulkan data-
data untuk penyusunan anggaran biaya (budget) kebun. Dalam kinerjanya
seorang KTU dibantu oleh beberapa pegawai dan karyawan kantor besar
Perkebunan Seumanyam. Struktur organisasi Perkebunan Seumanyam
dapat dilihat pada lampiran.
Sistem ketenagakerjaan Perkebunan Seumanyam mempunyai
pekerja staf dan non staf. Pekerja staf terdiri dari Pengurus, Asisten Kepala
(Askep), Asisten Divisi, Tekniker-I dan Tekniker-II. Sedangkan pekerja non
staf terdiri dari Karyawan Harian Tetap (KHT), mandor dan pegawai.
Pekerja di Perkebunan Seumanyam memiliki 6 hari kerja setiap
minggunya dengan total jam kerja 40 jam/minggu yang terdiri dari jam
kerja setiap harinya untuk I HK yaitu 7 jam/hari, kecuali hari jum’at yaitu 5
jam/hari. Waktu kerja setiap harinya adalah pukul 06.30-14.00 (dengan
waktu istirahat pukul 09.00-09.30), sedangkan untuk hari jum’at waktu
kerjanya adalah pukul 06.30-12.00 (dengan waktu istirahat pukul 09.00-
09.30).
Sistem pembayaran dan jumlah upah pekerja di Pekerbunan
Seumanyam berbeda-beda pada setiap jabatan pekerja. Pekerja staf
menerima upah pada akhir bulan setiap bulannya, sedangkan untuk pekerja
non staf menerima upah dua kali dalam sebulan, yaitu upahan besar (tanggal
5 tiap bulannya) dan upahan kecil (tanggal 19 tiap bulannya). Selain itu,
pekerja staf maupun non staf mendapatan bonusan pada setiap tahunnya.
Untuk upah yang dibayarkan, upah pekerja staf perkebunan sepenuhnya
ditentukan oleh Payroll Departement PT. Socfindo, sedangkan untuk pekerja
non staf pembayaran upah berbeda-beda tergantung pada tingkat
golongannya. Perbedaan terletak pada jumlah upah dan tunjangan yang
ditetapkan oleh PT. Socfindo. Ketentuan pembayaran upah yang dilakukan
oleh perusahaan adalah :
Mandor/Pegawai: 1) Mendapatkan upah terendah (golonganI/1)
seberapa Rp 1 644 800,00/ buan dan mendapatkan upah tertinggi (golongan
VIII/10) sebesar Rp 2 974 100,00/ bulan ditambah dengan premi apabila
pekerjaan melebihi dari output yang telah ditentukan oleh perusahaan 2)
Mendapatkan tunjangan beras, 3) mendapat fasilitas rumah dan listrik, 4)
Mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dan tunjangan biaya kesehatan
apabila sakit.
Karyawan Harian Tetap: 1) Upah minimal per bulan dihitung
sesuai dengan UMR perusahaan yaitu Rp 1 500 000,00/ bulan ditambah
dengan premi apabila pekerjaan melebihi dari output yang telah ditentukan
oleh perusahaan, 2) Mendapatkan tunjangan beras, 3) Mendapatkan fasilitas
rumah dan listrik, 4) Mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dan fasilitas
biaya kesehatan apabila sakit.
4.1.3 Fasilitas Kebun
Untuk kegiatan operasional, Perkebunan Seumanyam mempunyai Pabrik
Kelapa Sawit (PKS), satu unit kantor pengurus untuk mengelola kegiatan
administrasi yang dilengkapi dengan computer dan sistem Aplikasi Harvest,
kantor divisi pada setiap divisi, gudang pupuk, gudang material, dan gudang
pembantu di setiap divisi.
Untuk meningkatkan produktivitas pekerja dalam bekerja, Perkebunan
Seumanyam menyediakan fasilitas kesehatan (Poliklinik), olahraga (lapangan
sepak bola, voli, tenis, dan bulu tangkis), Masjid, Tempat Penitipan Anak (TPA)
dll.
4.1.4 Masyarakat di Sekitar Perkebunan
Masyarakat desa yang ada di sekitar perusahaan perkebunan membangun
seperti lahan pertanian dan perkebunan kelapa sawit. Proses konversi atau
pembukaan lahan pada umunya terjadi setelah tahun 1980 dan marak setelah
tahun 1990. Konversi yang dilakukan oleh masyarakat dilakukan didalam dan di
areal yang telah menjadi konsesi/HGU (Hak Guna Usaha) menunda proes
penanaman kelapa sawit karena berbagai hal utamanya adalah keterbatasan modal
dan gangguan keamanan. Konversi lahan yang dilakukan oleh masyarakat pada
tahun 1980-an utamanya dipergunakan untuk membuka lahan pertanian (sawah
dan non sawah), setelah tahun 2000, banyak masyarakat yang ikut membuka lahan
untuk dijadikan kebun kelapa sawit milik swadaya.
Perkebunan Kelapa Sawit telah memberikan dampak ekonomi yang
cukup besar terutama dalam hal perubahan mata pencaharian, perubahan
pendapatan, peluang kerja dan usaha serta kemajuan daerah.Dari segi pemilikan
lahan terdapat perubahan, yaitu lahan garapan masyarakat yang berada di areal
HGU perusahaan yang kemudian diganti rugi oleh perusahaan atau lahan garapan
milik masyarakat yang di pindah tangankan diantara masyarakat. Lahan-lahan
garapan milik masyarakat di Kecamatan Darul Makmur banyak yang sudah dijual
kepada masyarakat dari luar seperti Banda Aceh dan sekitarnya.
Perubahan mata pencaharian terjadi karena lahan pertanian masyarakat
dirubah menjadi perkebunan kelapa sawit baik oleh masyarakat sendiri atau oleh
perusahaan. Sebagian besar masyarakat pada awal mulanya bekerja sebagai petani
sawah (non sawah) atau palawija berubah menjadi petani sawit, bekerja
diperusahaan kelapa sawit, menjadi buruh bongkar muat kelapa sawit, sopir
pengangkut buah, serta menjadi pedagang/toke kelapa sawit.
Perubahan mata pencaharian tersebut secara umum juga merubah
pendapatan masyarakat baik dari segi jumlah maupun pola. Pola pendapatan
masyarakat sebagai petani sawah dan palawija yang pada awalnya bersifat
musiman, berubah menjadi pendapatan dua mingguan atau bulanan setelah
masyarakat membudidayakan kelapa sawit.
Pendapatan masyarakat dari berkebun kelapa sawit lebih besar. Hal ini
disebabkan karena untuk membudidayakan kelapa sawit hanya diperlukan satu
kali investasi besar dan seterusnya hanya diperlukan pemupukan dan
pemeliharaan.
Perkebunan kelapa sawit juga berdampak pada peningkatan lapangan
kerja dan kesempatan berusaha. Lapangan kerja yang paling besar berasal dari
perusahaan kelapa sawit yang ada, sedangkan kesmpatan usaha utama timbul dari
penyediaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan kebun sawit milik
masyarakat, perkebunan sawit milik perusahaan dan karyawan yang bekerja
diperusahaan.
4.2 Regresi Linear Berganda
Analisis ini digunakan sebagai alat analisis pengaruh nilai terhadap
variabel terikat yaitu pendapatan karyawan (Y) dengan variabel bebas yaitu
Jam Kerja (X1), Pengalaman Kerja (X2), dan Pendidikan (X3). Adapun
besaran variable bebas (x) dan variable terikat (y) pada analisis regresi
linear berganda dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Analisis Regresi Linear Berganda
Model Unstandardized Coeffients
B Std. Error
Constant 0,925 1,056
X1 0,264 0,029
X2 0,193 0,030
X3 0,067 0,020
Sumber : Data primer diolah, 2013
Berdasarkan tabel 2 dapat dibuat persamaan regresi linear
berganda yaitu sebagai berikut :
Y = 0,925+ 0,264 X1+ 0,193 X2+ 0,067X3
Dari persamaan diatas dapat diketahui adanya pengaruh antara
pendapatan karyawan (y) dengan variabel bebas yaitu Jam Kerja (X1),
pengalaman kerja (X2) dan pendidikan (X3).
1. Konstanta (a)
Jika semua variabel (X1, X2dan X3) memiliki nilai nol (0) maka nilai
pendapatan karyawan (Y) sebesar0,925.
2. Jam Kerja (X1) terhadap pendapatan (Y)
Nilai koefisien untuk variabel X1sebesar 0,264 hal ini berarti bahwa setiap
kenaikan X1satu satuan jam kerja (jam) maka pendapatan (Rp) akan naik
sebesar 0,264dengan asumsi variabel bebas yang lain dari model regresi
linear berganda adalah tetap.
3. Pengalaman Kerja (X2) terhadap pendapatan (Y)
Nilai koefisien untuk variabel X2sebesar 0,193 hal ini berarti bahwa setiap
kenaikan X2satu satuan pengalaman kerja (Tahun) maka pendapatan (Rp)
akan naik sebesar 0,193 dengan asumsi variabel bebas yang lain dari
model regresi linear berganda adalah tetap.
4. Pendidikan (X3) terhadap pendapatan (Y)
Nilai koefisien untuk variabel X3sebesar 0,067 hal ini berarti bahwa setiap
kenaikan X3satu satuan pendidikan maka pendapatan (Rp) akan naik
sebesar 0,067 dengan asumsi variabel bebas yang lain dari model regresi
linear berganda adalah tetap.
4.3Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk menyatakan besar kecilnya
sumbangan variabel X (Jam Kerja, Pengalaman Kerja, dan Pendidikan
terhadap variabel Y (Pendapatan Karyawan).
Tabel4. Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Model R RSquare Adjusted
RSquare Std. Error
Of the Estimate
1 0,787 0,619 0,612 0,780 Sumber : Data diolah, 2013
Tabel diatas dapat menjelaskan variasi dari variabel Independen
(X) mampu menjelaskan sebesar 61,2 % variasi variabel dependen (Y).
Sedangkan 38,8 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini.
4.4Pembuktian Hipotesis
Untuk mengetahui pembuktian hipotesis dalam penelitian ini dapat
dilihat dengan menggunakan pengujian secara bersama-sama yaitu uji F dan
pengujian parsial yaitu uji t. Adapun hasil pengujian sebagai berikut :
4.4.1.Uji F
Uji f dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
secara bersama-sama. Harga f hitung 83,935 sementara harga f tabel untuk
taraf kesalahan 5 % dk pembilang = 3 df = 155 maka diperoleh harga f tabel
2,70 Dengan demikian F hitung > F tabel. Apabila F hitung > F tabel
perhitungan terhadap variabel independen dapat disimpulkan bahwa
variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
pendapatan karyawan.
4.4.2.Uji t
Uji t merupakan uji parsial untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel X terhadap variabel Y yang akan di uji secara satu per satu.
Ketentuan pengujian apabila t hitung lebih besar dari pada t tabel maka
pengujian secara parsial yang ditemukan berpengaruh secara nyata.
Tabel5. Perhitungan Nilai t hitung
Model t hitung t tabel
Jam Kerja (X1) 9,222 1,974
Pengalaman Kerja
(X2)
6,422 1,974
Pendidikan (X3) 3,292 1,974
Sumber : Data diolah, 2013
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua variabel
mempengaruhi pendapatan karyawan PT. Socfindo Seumanyam hanya saja
untuk variabel jam kerja X1memiliki pengaruh lebih besar terhadap
pendapatan karyawan. Hal ini dipengaruhi oleh perbandingan t hitung9,222>t
tabel1,974.
4.5 Implikasi
Berdasarkan penelitian ini, pada masa yang akan datang apabila seorang
manajer berkeinginan meningkatkan pendapatankaryawannya, maka tindakan
yang harus dilakukan adalah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Memperhatikan masa kerja. Denganmemiliki masa kerja yang lama, maka
pengalaman dan keahlian dalam bekerjajuga akan meningkat.
2. Penyesuaian antara pendapatan yang diterima karyawan dengan tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan, pendidikan yang dimiliki, dan kemampuan
daya beli dalam memenuhi kebutuhan hidup selama ini. Karena apabila gaji,
insentif dan tunjangan yang diberikan pada karyawan memadai maka akan
mendorong karyawan lebih semangat dan lebih tenang dalam bekerja
disebabkan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Disamping itu ketepatan
waktu pemberian gaji, insentif dan tunjangan karyawan harus lebih
diperhatikan.
3. Disiplinkerja harus tetap dipertahankan bahkan lebih baik lagi apabila
ditingkatkan.
4. Kesehatan karyawan harus tetap dijaga, dan perusahaan hendaknya lebih
memperhatikan kesehatan karyawan dengan cara memberikan kompensasi
yang layak agar karyawan dapat memenuhi kebutuhan kesehatannya.
5. Motivasi kerja karyawan harus tetap dijaga sebab apabila motivasi sekarang
karyawan tinggi akan mendorong karyawan tersebut untuk lebih giat dan
bersemangat dalam bekerja.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel jam kerja, pengalaman kerja, dan pendidikan mempengaruhi
pendapatan karyawan sebesar 61,2 persen. Sedangkan 38,8 persen dipengaruhi
oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini.
2. Pengaruh jam kerja, pengalaman kerja, dan pendidikan terhadap pendapatan
karyawan PT. Socfindo Seumanyam dapat diketahui dari besaran variable
Regresi Linear Berganda untuk variabel jam kerja X1 (0,264),variabel
pengalaman kerja X2 (0,193), danvariable pendidikan X3 (0,067)berpengaruh
secara nyata terhadap pendapatan karyawan.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disampaikan saran-saran yang
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan antara lain:
1. Guna meningkatkan pendapatan karyawan di masa yang akan datang.
Hendaknya perusahaan perkebunan PT. Socfindo Seumanyam memperhatikan
faktor jam kerja dan pengalaman kerja karyawan. Yaitu dengan meningkatkan
kedisiplinan dan motivasi bagi karyawan, sertamempertahankan karyawan
yangsudah cukup berpengalaman. Selainitu hendaknya perusahaan
dalammerekrut karyawan baru lebih mengutamakanorang yang
sudahberpengalaman di bidang pekerjaannya.
2. Dalam hal pendapatan ada baiknyabila perusahaan meninjau kebijaksanaan
pemberiangaji,insentif dan tunjangan yang layak.guna merangsang
produktivitas kerjakaryawan. Diharapkan denganpendapatan yang lebih baik
kebutuhan para karyawan dapatterpenuhi. termasuk kebutuhankesehatan yang
akan berpengaruhterhadap produktivitas kerjanya.
3. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya peneliti menambah variabel yang
mempengaruhi 38,8 persen lainnya terhadap pendapatan karyawan.
DAFTAR PUSTAKA
Aliminsyah SE. (2005). Kamus Istilah Akuntansi, Bandung: Yrama Widya. Badrun, M. (2006). Keberlanjutan Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit:
Pendekatan Pelaksanaan dan Pendanaannya, Direktoral Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Baridwan, Zaki. (2001). intermedite accounting, edisi kedelapan, Yogyakarta
: BPFE Yogyakarta. Bohle P & Tilley J. (2002). Womans Shift Workers have more Problems.
(Online),(http://proquest.umi.com/pqdweb?did=117325195&sid=6&Fmt=3&clientld63928&RQT=309&Vname=PQD).
Djauzak, Ahmad. (2004). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terhadap
Kepuasan Kerja dan Kinerja Manajemen Perusahaan, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia.
Djumransjah, H.M. (2004). Pengantar Filsafat Pendidikan, Malang :
Bayumedia Publishing. Ehrenberg dan Smith, (2000).Benefit Monitoring and Evaluation,Manila :
Asian Development Bank. Ghani,A. (2003). Sumber Daya Manusia Perkebunan Dalam Perspektif, Ghalia
Indonesia. Jakarta. Gay dan Diehl, (1996) Rancangan Percobaan.
(http://pengambilansampelpopulasi.html) Hasan , Iqbal. (2002). Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian &
Aplikasinya, Ghalia Indonesia. Jakarta. Hasibuan. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta :
Bumi Aksara. Istijanto. (2005). Riset Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Umum. ______.Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 “tentang Ketenagakerjaan “
Indonesia.
.Undang-Undang No. 18 Tahun 2004 “Perkebunan” Indonesia.
Kepmenakertrans no.102/MEN/VI/2004 “mengenai Waktu dan Upah Kerja Lembur”.
Mulyawati, A. (2008). Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman Kerja Terhadap Motivasi Berprestasi Karyawan, PT Hanil Indonesia BoyolaliSurakarta : Universitas Muhamaddiyah Surakarta.
Mulyadi, (2001). Sistem Akuntansi, Edisi Ke-5, Penerbit Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta.
Nasution, M. (2005).“Total Quality Management”, PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
PTPN IV (PERSERO). (2007). Standar Prosedur Operasi (SPO).
Rahmawati, (2004). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.
Sedarmayanti. (2001). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar Maju. Bandung.
Sherman and Bahlander, (1992). People in Organizatian Understandingt Thei Behaviour. Prentice Hall of India Private Limited, New Delhi.
Siagian, (1992). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta.
Simanjuntak, (1998). Filsafat Administrasi. Bumi Aksara: Jakarta
Sukirno, Sadorno. (2000). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Sukriah, (2009). “Pengaruh Pengalaman Kerja,Indepensi, Obyekfitas,
Integritas, dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”. Simposium Nasional Akutansi XII. Palembang.
Susetyo, J. (2008). Pengukuran Kerja, (Online), (http://elista.
akprind.ac.id/upload/ files/2523_WEB-Joko.ppt, diakses 27 Maret 2009.
Soemarso, SR. (2005). Akuntansi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Rineka Citra. Sulaiman, A. (2008). Upah Buruh di Indonesia. Universitas Trisakti. Jakarta. Swastha dan Sukotjo, (2000). Manajemen Personalia, Edisi KE-5, BPFE
Yogyakarta. Syahputra, D. (2007). Rawa Tripa dan Pemahaman Keliru.
http://goo.gl/HvMxJ6 Syukur, (2001). “Metode Penelitan dan Penyajian Data Pendidikan, Semarang
: Medya Wiyata. Winardi, (2004).Pengalaman Kerja Terhadap Motivasi Karyawan, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Hadari, Nawawi. (2006). Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan
Perusahaan dan Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Dina, Nurhayati. (2008). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Perusahaan Kerajinan AKP CRAFT Bantul. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Suyadi, Prawirosentono. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia “Kebijakan Kinerja Karyawan”. Yogyakarta: BPFE.
Alex Soemadji Nitisemito. (2001). Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
A. Dale Timpe, (1999). Seri Ilmu dan Seni Manajemen Bisnis “Kinerja”. Jakarta: Gramedia Asri Media.
Wirawan. (2009). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia “Teori, Aplikasi dan Penelitian”. Jakarta: Salemba Empat.
Randall S. Schuler & Susan E. Jackson, (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia “Menghadapi Abad ke-21”. Jakarta: Erlangga.
Soekidjo Notoatmodjo, (2003). Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Susilo Martoyo, (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:
BPFE.
T. Hani Handoko. (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.
Wexly dan Yulk yang dikutip oleh Moh As’ad, (1995). Psikologi Industri.
Yogyakarta: Liberty.
Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, (2011). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Strauss dan Sayles yang dikutip oleh Nitra Wanatika, (2009). Kepuasan Kerja Karyawan di Mirota Batik Malioboro. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Amstrong, M., dan Murlis, H, (1994). Pedoman Praktis Sistem Penggajian, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Mitchell, Terence. (1994), People in Organization Understanding Their Behaviour, Prentice Hall of India Private Limited , New Delhi.
Lampiran I.
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH JAM KERJA, PENGALAMAN KERJA DAN PENDIDIKAN
TERHADAP PENDAPATAN KARYAWAN PT. SOCFINDO
SEUMANYAM KABUPATEN NAGAN RAYA
Nama : Nova Kasmita
Nim : 09C10404001
Petunjuk pengisian Kuesioner
1. Mohon diberi tanda checklist ( ) pada kolom jawaban Bapak/Ibu anggap
paling sesuai. Pendapat Anda dinyatakan dalam skala 1 s/d 5 yang
memiliki makna :
Sangat Setuju = 5
Setuju = 4
Netral (antara Setuju dan Tidak) = 3
Tidak Setuju = 2
Sangat Tidak Setuju = 1
2. Setiap pertanyaan hanya membutuhkan satu jawaban saja.
3. Mohon memberikan jawaban –jawaban yang sebenarnya karena tidak akan
mempengaruhi pekerjaaan Anda.
4. Setelah mengisi kuesioner mohon Bapak/ibu berikan kepada yang
menyerahkan kuesioner.
5. Terima kasih atas partisipasi Anda.
Identitas Responden
Nama Responden
(bebas isi atau tidak) :
Alamat :
I. Karakteristik Karyawan
1. Usia karyawan saat ini :
2. Jenis kelamin :
( ) Laki-laki ( )Perempuan
3. Pendidikan Terakhir
( ) SD ( ) SMP ( ) SMU
( ) Akademi/Diploma/D3 ( ) Sarjana/SI ( ) Pasca sarjana
4. Pengalaman kerja : a. 1 Tahun c. 2 – 3 Tahun
b. 1 – 2 Tahun d. Diatas 3 Tahun
5. Divisi :
6. Tanggungan : a. 1 – 2 orang c. 4 – 5 orang
b. 3 – 4 orang d. Diatas 5 orang
7. Pendapatan Perbulan :
1. Variabel Jam Kerja (X1)
No Indikator Variabel 1 2 3 4 5
1 Jam kerja mempengaruhi pendapatan
2 Dalam 1 hari bekerja selama 7 jam akan efektif
3 Dengan bekerja lembur akan dapat menjamin
kebutuhan hidup
4 Pergi kerja setiap hari harus sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan perusahaan
5 Bekerja harus sesuai dengan jam kerja yang
telah ditetapkan perusahaan
6 Mangkir akan merugikan karyawan karena
akan mengurangi pendapatan
7 Karyawan yang disiplin dalam bekerja akan
mendapat kenaikan jabatan dan pendapatan
2. Variabel pengalaman kerja (X2)
No Indikator Variabel 1 2 3 4 5
1 Pengalaman kerja penting bagi karyawan
2 Dengan adanya pengalaman kerja akan membantu
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan
3 Dengan adanya pengalaman kerja akan menambah
pendapatan karyawan diluar perusahaan
4 Karyawan yang berpengalaman sangat dibutuhkan
oleh perusahaan
5 Dalam berkerja harus sesuai dengan pengalaman
kerja yang dimiliki
6 Karyawan juga dapat bekerja dengan baik tanpa ada
pengalaman kerja sebelumnya
7 Tanpa ada pengalaman kerja karyawan juga dapat
bekerja di perusahaan
3. Variabel pendidikan (X3)
No Indikator Variabel 1 2 3 4 5
1 Karyawan dengan tingkat pendidikan tinggi
akan menjamin tingkat pendapatan
2 Bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan akan
lebih efektif
3 Tingkat pendidikan akan mempengaruhi
karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan
4 Karyawan dengan tingkat pendidikan tinggi
sangat dibutuhkan oleh perusahaan
5 Dengan tingkat pendidikan tinggi karyawan
memperoleh jabatan dan pendapatan yang baik
6 Dengan tingkat pendidikan yang rendah
karyawan juga dapat memenuhi kebutuhan
hidup
7 Dengan tingkat pendidikan yang rendah
karyawan juga dapat bekerja di perusahaan
8 Karyawan dalam bekerja tidak dibatasi dengan
tingkat pendidikan
Terima kasih atas waktu dan kerjasamayang bapak/ibu berikan semoga sukses selalu!