skripsi oleh: k 4407028 fakultas keguruan dan ilmu ... · peranan pers dalam kongres pemuda ii...

96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928 SKRIPSI Oleh: LAMBANG TRIARSOTOMO K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Upload: lytuong

Post on 08-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928

SKRIPSI

Oleh:

LAMBANG TRIARSOTOMO

K 4407028

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928

Oleh:

LAMBANG TRIARSOTOMO

K 44007028

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Selasa

Page 5: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Lambang Triarsotomo. K 4407028. PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, November 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan: (1) Munculnya Pers di Indonesa, (2) Peranan pers Kongres Pemuda II tahun 1928, (3) Peranan pers dalam Kongres Pemuda II tahun 1928.

Penelitian ini menggunakan metode historis. Sumber data yang digunakan adalah surat kabar, buku-buku, dan sumber lain yang berhubungan dengan skripsi ini. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis historis, yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dalam mengolah suatu data sejarah. Prosedur penelitian dengan melalui empat tahap kegiatan yaitu: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Pers di Indonesia mengalami perkembangan pesat pada awal abad ke-20. Hal ini dikarenakan adanya perubahan peraturan pemerintah Hindia Belanda yang pada awalnya bersifat preventif menjadi represif sehingga bermunculan pers dengan bahasa daerah, melayu, maupun Tionghoa. (2) Pers di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan yaitu a) Pers Kolonial merupakan pers yang diadakan oleh orang-orang Belanda maupun Indo-Belanda. Pers Belanda lebih berpihak pada pemerintah kolonial. b) Pers Tionghoa merupakan pers yang diadakan oleh orang Tionghoa maupun peranakan Tionghoa. Salah satunya yaitu Sin Po yang menggunakan bahasa Melayu. Untuk mengobarkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia, Sin Po sering menurunkan tulisan terjemahan tentang pergerakan kemerdakaan yang terjadi di India, Philipina, Maroko dan tempat-tempat lain. c) Pribumi, merupakan pers yang diadakan oleh penduduk suatu daerah (Indonesia). Pers pribumi dipandang dapat menyampaikan semua yang dibutuhkan organisasi, sehingga penggarapan kesadaran dapat terlaksana secara lebih efektif, contoh: penanaman jiwa nasionalisme yang dilakukan majalah Indonesia Merdeka dan Indonesia Raya. (3) Peran pers dalam Kongres Pemuda II ada 4, yaitu: pertama, pusat informasi yaitu pers memberikan mengumumkan hasil rapat kepada seluruh pemuda dan mengundang seluruh pemuda untuk ikut serta dalam Kongres Pemuda II serta menjadi pusat informasi yang utama. Kedua, mempengaruhi opini yaitu pers aktif berjuang dan mempelopori perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan menanamkan jiwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Ketiga, membantu pelaksanaan Kongres Pemuda II melalui wakil-wakilnya. Ada dua orang yang memang mewakili pers dan berperan aktif dalam Kongres Pemuda II yaitu W.R. Supratman (Sin Po) serta S.M. Kartosoewirjo merupakan wakil Hoofdbestuur P.S.I. dan pers Fadjar Asia. Keempat, Menyebarluaskan isi Kongres Pemuda II.

Page 6: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Lambang Triarsotomo. K 4407028. ROLE OF PRESS IN YOUTH CONGRESS II IN 1928. Thesis, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, November 2011.

The purpose of this study was to describe: (1) The emergence of the Press

in Indonesia over, (2) Role of the Youth Congress press II in 1928, (3) The role of the press in the Youth Congress II in 1928.

This study uses the historical method. Source data used are newspapers, books, and other resources related to this thesis. Data collection techniques using literature study. Techniques of data analysis using the techniques of historical analysis, ie analysis that prioritizes sharpness in processing a data history. Research procedures to go through four stages of activities, namely: heuristics, criticism, interpretation, and historiography.

Based on these results we can conclude: (1) The press in Indonesia experienced rapid development in the early 20th century. This is because of changes in government regulations the Dutch East Indies in the first preventive become repressive so that the emerging press in the local language, Malay, and Chinese. (2) The press in Indonesia is divided into three groups, namely a) The Colonial Press releases are held by people of Indo-Dutch and Dutch. Press the Dutch colonial government favored. b) Press the Chinese press is held by the Chinese and Peranakan Chinese. One of them is Sin Po using the Malay language. To rekindle the spirit of Indonesian nationalism, Sin Po often writing down the translation of This independence movement that occurred in India, Filipinos, Morocco and other places. c) Native, the press is held by residents of a region (Indonesia). Releases can be viewed indigenous convey all the necessary organization, so that the cultivation of awareness can be accomplished more effectively, for example: planting spirit of nationalism that carried magazines and Indonesia Raya Indonesia Merdeka. (3) The role of the press in the Youth Congress II there are four, namely: first, the information center that gives the press conference announcing the results to all youth and invite all youth to participate in the Youth Congress II and became the main information center. Secondly, influence the opinion of the press is actively fighting and spearheaded the struggle for independence for the Indonesian people by instilling spirit of national unity of Indonesia. Third, help the implementation of the Youth Congress II through its representatives. There are two people who are representing the press and actively participate in the Youth Congress II on the WR Supratman (Sin Po) and S.M. Kartosoewirjo representatives Hoofdbestuur P.S.I. and press Fadjar Asia. Fourth, disseminate the contents of the Youth Congress II.

Page 7: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Pers adalah instrumen paling baik dalam pencerahan dan meningkatkan

kualitas manusia sebagai makhluk rasional, moral, dan sosial.

(Thomas Jefferson)

Pena memang tidak setajam pisau dan sekeras besi, namun dapat

meruntuhkan kekuasaan yang besar.

(Lambang)

Satu batang lidi memang mudah dipatahkan tapi segenggam lidi akan

sulit untuk dipatahkan

(NN)

Page 8: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta.

2. Kedua kakakku tersayang.

3. Kedua keponakan yang aku

sayang.

4. Seluruh keluarga besarku.

5. Teman-teman Pendidikan

Sejarah angkatan 2007.

6. Almamater.

Page 9: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk

memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan

Hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini telah hilang berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak

akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui

atas permohonan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah yang telah memberikan pengarahan dan

ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Dra. Sri Wahyuning., M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Djono., M.Pd selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas amal baik kepada semua pihak yang telah

membantu di dalam menyelesaikan skripsi ini dengan mendapatkan pahala yang

setimpal.

Penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan

skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca

dan perkembangan Ilmu Pengetahuan pada umumnya.

Surakarta, November 2011

Penulis

Page 10: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

ABSTRAK ... ….. ......................................................................................... v

ABSTRACT . ............................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ................................................................................. vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................. ix

DAFTAR ISI.............. .................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………. . xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Perumusan Masalah .............................................................. 6

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori .......................................................................... 8

1. Kolonialisme .................................................................. 8

2. Pers ................................................................................. 15

3. Nasionalisme .................................................................. 25

B. Kerangka Berfikir................................................................. . 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 32

B. Metode Penelitian.................................................................. 33

C. Sumber Data ......................................................................... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 36

E. Teknik Analisis Data ............................................................. 37

F. Prosedur Penelitian................................................................ 38

BAB IV HASIL PENELITIAN

Page 11: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

A. Sejarah Munculnya Pers di Indonesia ................................... 42

B. Peran Pers Sebelum Peristiwa Kongres Pemuda II tahun 1928 47

1. Pers Kolonial/Belanda ..................................................... 48

2. Pers Cina/Tionghoa ....................................................... 52

3. Pers Pribumi................................ ................................... 56

C. Peranan Pers Dalam Kongres Pemuda II tahun 1928 ........... 64

1. Pusat Informasi ............................................................. 64

2. Mempengaruhi Opini ..................................................... 72

3. Membantu pelaksanaan Kongres Pemuda II melalui

Wakil-wakilnya ............................................................. 64

a) S.M Kartosuwirjo ...................................................... 71

b) W. R. Supratman ....................................................... 73

4. Menyebarluaskan Isi Kongres Pemuda II ....................... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................... 80

B. Implikasi ................................................................................ 82

1. Teoritis......................................................................... ... 82

2. Praktis ........................... ................................................. 82

3. Metodologis …………. ........................................... ....... 83

C. Saran ...................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 85

LAMPIRAN ...... ......................................................................................... 90

Page 12: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Kongres Perkoempoelan Pemoeda-pemoeda Indonesia.

Majalah Fadjar Asia. 30 Oktober 1928. ............................ 91

Lampiran II. Kongres Perkoempoelan Pemoeda-pemoeda Indonesia.

Majalah Fadjar Asia. 31 Oktober 1928. ............................ 93

Lampiran III. Kongres Perkoempoelan Pemoeda-pemoeda Indonesia.

Majalah Fadjar Asia. 2 November 1928 ........................... 94

Lampiran IV. Kongres Perkoempoelan Pemoeda-pemoeda Indonesia.

Majalah Fadjar Asia. 3 dan 5 November 1928 .................. 95

Lampiran V. Kerapatan Pemoeda-pemoeda Indonesia. Majalah

Persatoean Indonesia... ...................................................... 96

Lampiran VI. Pers dan Pergerakan. Majalah Fikiran Rakyat tahun

1933.... ............................................................................... 99

Lampiran VII. Oktober 1928. Kerapatan (Congres) Pemoeda-Pemoeda

Indonesia di Weltevreden. Majalah Persatoean

Indonesia.... ....................................................................... 101

Lampiran VIII. Poetoesan Congres Pemoeda-pemoeda Indonesia.

Majalah Persatoean Indonesia 12 November 1928.... ....... 103

Lampiran IX. Makloemat Kerapatan (Congres) Pemoeda-Pemoeda

Indonesia di Weltevreden. Majalah Persatoean

Indonesia.... ....................................................................... 106

Lampiran X. Indonesia. Sin Po edisi November 1928 .......................... 107

Lampiran XI. Foto Soegondo Djojopoespito ........................................... 108

Lampiran XII. Foto Moh. Yamin .............................................................. 109

Lampiran XIII. Foto W.R. Supratman ........................................................ 110

Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ...................................................... 111

Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ................. 112

Page 13: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam berbagai segi kehidupan, komunikasi sangat penting artinya bagi

manusia. Hal ini berkaitan dengan manusia sebagai makhluk sosial yang tidak

bisa hidup tanpa berhubungan dengan orang lain. Komunikasi pada awalnya

berbentuk sederhana yaitu sebatas menggunakan panca indra. Namun, seiring

dengan kemajuan jaman dengan ditemukannya tulisan, maka manusia mulai

menggunakan tulisan sebagai sarana komunikasi. Kemudian muncul pers yang

berfungsi sebagai sarana publikasi umum.

Pers sangat memegang arti penting dalam setiap masa. Sejarah pers

dimulai dengan ditemukannya alat pers atau alat cetak. Oleh karena alat cetak,

mesin cetak atau pers/ presse itu memungkinkan adanya surat kabar, maka lama

kelamaan sebutan pers menjadi nama yang mudah atau ringkas dan umum untuk

sebutan persurat kabaran (Samsudjin Probohardjono. 1985: 5-6).

Alat cetak sudah ada di Timur jauh pada akhir abad ke-8, disana sudah ada

cetakan diatas kertas yang terbuat dari bilah-bilah kayu sampai ratusan ribu

banyaknya. Pada abad itu kaisar wanita Jepang Shotoku, memerintahkan agar

membuat sejuta lembar kertas sembah Hyang Budhis dicetak. Pada abad ke-

sebelas di Cina telah ditemukan alat cetak yang dapat digerakkan, alat ini dapat

mencetak sangat cepat, sampai ratusan atau ribuan lembar (Samsudjin

Probohardjono. 1985: 10-11).

Di Eropa tahun 1484 alat cetak sudah ditemukan. Laurens Jan’szoon

Coster dari negeri Belanda telah menemukan alat cetak, di Belgia Johann

Guttenberg juga menemukan alat cetak. Akan tetapi, perkembangan pers dengan

di cetak berkembang sangat lamban. Alat cetak hanya digunakan untuk mencetak

nada musik, ayat-ayat kitab suci dan sebagainya. Baru pada tahun 1609, Johan

Corulus di Strasburg negara Jerman menerbitkan surat kabar bernama “Relation

1

Page 14: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Aller Furnemen und Gedenkwurdigen Historien enz.” (Samsudjin Probohardjono.

1985: 12-13)

Sejak abad ke-17 dunia pers di Eropa memang sudah mulai dirintis.

Sekalipun masih sangat sederhana, baik penampilan maupun mutu

pemberitaannya. Surat kabar dan majalah merupakan suatu kebutuhan bagi

masyarakat di masa itu. Bahkan, para pengusaha meramalkan bahwa dunia pers di

masa mendatang merupakan lahan bisnis yang menjanjikan. Oleh karena itu, tidak

heran apabila para pengusaha persuratkabaran serta para kuli tinta asal Belanda

sejak masa awal pemerintahan VOC, sudah berani membuka usaha dalam bidang

penerbitan di Batavia. Kendati demikian, tujuan mereka bukan cuma sekadar

untuk memperoleh keuntungan uang. Namun, mereka telah menyadari bahwa

media massa di samping sebagai alat penyampai berita kepada para pembacanya

dan menambah pengetahuan, juga punya peran penting dalam menyuarakan isi

hati pemerintah, kelompok tertentu, dan rakyat pada umumnya( Haryadi Suadi,

2006). Walaupun demikian pers dianggap sebagai ancaman bagi Pemerintah

Hindia Belanda sebab dianggap mengganggu usaha pemerintah maupun tidak

sesuai dengan pemerintah Hindia Belanda. Sehingga terjadi pemberedelan-

pemberedelan maupun peringatan terhadap surat kabar yang dianggap

membahayakan (Abdurrachman Surjomihardjo. 2002: 192-193).

Di Surakarta pada tanggal 29 maret 1855, Harteveldt dan Co menerbitkan

surat kabar mingguan umum diberi nama Bromartani. Bromartani memakai

bahasa dan aksara Jawa, sehingga mengangkat R. Ng. Ronggowarsito sebagai

pimpinan redaksi (Samsudjin Probohardjono. 1985: 32-35). Pada suatu saat ada

sebuah artikel yang dimuat di Bramartani. Isinya menyerang pemerintah Belanda.

Tentu saja Hendrik Mac Gillavry, Residen Surakarta waktu itu sangat marah.

Penanggung jawab surat kabar tersebut Jones Portier dipanggil dan mendapat

peringatan dari tuan Residen. Namun, dasar orang Belanda yang bersifat licik.

Tanggung jawab yang seharusnya ada dipundaknya dilempar ke R.Ng.

Ronggowarsito. Hal ini karena segala artikel bahasa Jawa selalu melalui

penelitian dari Redaksi yang ahli sastra jawa yaitu R.Ng. Ronggowarsito.

Page 15: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Kemudian R.Ng. Ronggowarsitomengundurkan diri (atau dipaksa mundur?).

(Anjar Ari. 1989: 64)

Sampai akhir abad ke-19, surat kabar yang terbit di Batavia sebagian besar

memakai bahasa Belanda dan pembacanya adalah masyarakat yang mengerti

bahasa Belanda. Karena surat kabar di masa itu diatur oleh pihak Binnenland

Bestuur (penguasa dalam negeri), kabar beritanya boleh dikatakan kurang menarik

dan “kering”. Yang diberitakan cuma hal-hal yang biasa dan ringan, dari aktivitas

pemerintah yang monoton, kehidupan para raja, dan sultan di Jawa, sampai berita

ekonomi dan kriminal. Namun awal abad 20, tepatnya di tahun 1903, koran mulai

menghangat. Masalahnya soal politik dan perbedaan paham antara pemerintah dan

masyarakat mulai diberitakan. Parada Harahap, tokoh pers terkemuka, dalam

bukunya “Kedudukan Pers Dalam Masjarakat” (1951) menulis, bahwa zaman

menghangatnya koran ini, akibat dari adanya dicentralisatie wetgeving (aturan

yang dipusatkan). Akibatnya beberapa kota besar di kawasan Hindia Belanda

menjadi kota yang berpemerintahan otonom sehingga ada para petinggi

pemerintah, yang dijamin oleh hak onschenbaarheid (tidak bisa dituntut), berani

mengkritik dan mengoreksi kebijakan atasannya (Haryadi Suadi, 2006).

Kritik biasanya dilontarkan pada sidang-sidang umum yang

diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau daerah. Kritik dan koreksi ini

kemudian dimuat di berbagai surat kabar dalam ruangan Verslaag (Laporan) agar

diketahui masyarakat. Berita-berita Verslaag ini tentu saja menjadi sasaran bagi

para wartawan. Berita itu kemudian telah didramatisasi sedemikian rupa sehingga

jadilah suatu berita sensasi yang menggegerkan. Namun, cara membumbui berita

Verslaag semacam ini, lama-kelamaan menjadi hal biasa. Bahkan, cara-cara

demikian akhirnya disukai oleh para pengelolanya karena bisa mendatangkan

keuntungan dan berita sensasi memang disukai pembacanya (Haryadi Suadi,

2006).

Para petinggi pemerintah yang kena kritik juga tidak merasa jatuh

martabatnya. Bahkan, ada yang mengubah sikapnya dan membuat kebijaksanaan

baru yang menguntungkan penduduk. Keberanian menyatakan saran dan kritik ini

akhirnya menular ke masyarakat. Tidak sedikit koran yang menyajikan ruangan

Page 16: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

surat pembaca yang menampung “curhat” tentang berbagai hal dari para

pembacanya.

Dunia pers semakin menghangat ketika terbitnya “Medan Prijaji” pada

tahun 1907 dan sejak 1910 sebagai harian. Medan Priyayi adalah surat kabar

pertama yang dikelola kaum pribumi dan dianggap sebagai pelopor pers Nasional.

Munculnya surat kabar ini bisa dikatakan merupakan masa permulaan bangsa kita

terjun dalam dunia pers yang berbau politik. Pemerintah Belanda menyebutnya

Inheemsche Pers (Pers Bumiputra). Pemimpin redaksinya yakni R. M.

Tirtoadisuryo yang dijuluki Nestor Jurnalistik ini menyadari bahwa surat kabar

adalah alat penting untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Dia boleh dikata

merupakan bangsa kita yang memelopori kebebasan. (Haryadi Suadi, 2006)

Saruhum dalam buku Sejarah dan Perkembangan Pers di Indonesia (1977:

23) berpendapat: “Tumbuhnya perusahaan-perusahaan suratkabar Nasional,

sebenarnya sebagian besar adalah sejalan dengan tumbuhnya kebangkitan

nasional Indonesia, yaitu sesudah tahun 1908”

Pada umumnya surat kabar Indonesia muncul sebagai terompet dari

partai-partai politik yang turut muncul setelah tanggal 20 Mei 1908. Di antaranya

adalah harian “Sedio Tomo” di Jogjakarta yang sebenarnya merupakan lanjutan

dari harian “Budi Utomo” dalam tiga edisi, bahasa Jawa, Indonesia dan Belanda,

didirikan dalam bulan Juni 1920. Pers dan partai politik merupakan bagian yang

tidan dapat dipisahkan. Sehingga wartawan merupakan patriot yang ikut berperan

aktif dan bekerja sama dengan perintis pergerakan yang menentang penjajahan.

Bahkan wartawan menyandang dua peran pada masa pergerakan nasional, yaitu

sebagai pekerja di bidang pers yang melaksanakan tugas-tugas pemberitaan dan

penerangan guna membangkitkan kesadaran nasional, dan juga sebagai pelaku

politik yang melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan membangun

perlawanan terhadap penjajahan. (Tribuana Said, 1980: 15)

Pers Indonesia berkembang membawa suatu misi nasionalisme bangsa

yang memang sangat penting dalam persatuan bangsa. Dalam hal ini,

Perhimpunan Indonesia dengan majalah “Indonesia Merdeka” memiliki peran

penting dalam penyebarluasan Nasionalisme. Perhimpunan Indonesia dapat

Page 17: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

berperan aktif dalam pergerakan nasional di luar negeri dan dapat memberikan

inspirasi serta dorongan moral kepada pergerakan nasional di dalam negeri.

Misalnya dalam “Gedenkboek 1908-1923 Indonesische vereeniging” yang terbit

tahun 1924 untuk memperingati berdirinya perhimpunan Mahasiswa Indonesia di

Belanda ke-15, terdapat artikel yang ditulis Moh. Hatta yang berjudul ”Indonesia

di tengah-tengah Revolusi Asia” yang berisikan sejarah gerakan kemerdekaan di

India dan proses pembaharuan pandangan hidup di Turki dibawah pengaruh dan

kepemimpinan Mustafa Kamal (Sudiyo,2004: 95-102).

Pengaruh pers sangat besar dalam berbagai bidang, salah satunya pada

Kongres Pemuda II tahun 1928. Kongres Pemuda II merupakan tonggak awal

terbentuknya Indonesia dan menghasilkan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda

merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 bangsa Indonesia

dilahirkan (Sudiyo, 2003:3-6). Rasa nasionalisme telah merasuk kedalam jiwa

peserta Kongres Pemuda II. Frans Magnis (1998: 150) dalam buku berjudul

Mencari Makna Kebangsaan menyatakan: “yang mempersatukan bangsa

Indonesia bukanlah suatu yang alami, melainkan tekad untuk bersama. Tekad itu

tumbuh dalam sejarah Pengalaman bersama yang sebagian merupakan sejarah

penderitaan dan penindasan yang melahirkan pengalaman perjuangan bersama

demi kemerdekaan.”

Pers Nasional berusaha merangkai semua kejadian dalam bentuk tulisan

yang disertai dengan Ide Nasionalis. Dengan adanya pers yang membawa

semangat nasionalisme yang mempengaruhi para pemuda sehingga membawa

perubahan bangsa, maka timbul ketertarikan penulis untuk mengkaji dan

mempelajari pers beserta Kongres Pemuda II menuju ke arah persatuan bangsa

Indonesia, dan kemudian mengambil judul “PERANAN PERS DALAM

KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928”.

Page 18: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan

yang akan dibahas dalam penelitian ini dibagi dalam tiga pokok bahasan, yaitu:

1. Bagaimana sejarah munculnya pers di Indonesia?

2. Bagaimana peran Pers sebelum peristiwa Kongres Pemuda II tahun

1928?

3. Bagaimanakah peran pers dalam Kongres Pemuda II tahun 1928?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan

ini adalah :

1. Mengetahui sejarah munculnya pers di Indonesia.

2. Mengetahui peran Pers sebelum peristiwa Kongres Pemuda II tahun

1928.

3. Mengetahui peran pers dalam Kongres Pemuda II tahun 1928.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini meskipun sederhana, diharapkan dapat memberikan

manfaat, baik secara pribadi maupun bagi masyarakat pada umumnya. Manfaat

yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

a) Menambah wawasan pemikiran dan pengetahuan bagi peneliti.

b) Memberikan pengetahuan lebih luas Ilmu Pengetahuan Sosial dan

Sejarah Indonesia baru bagi peneliti dan pembaca terutama mengenai

pers dan peranannya dalam upaya pemersatuan pemuda indonesia

dalam suatu ikrar yang dinamakan Sumpah Pemuda.

Page 19: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2. Manfaat Praktis

a) Dapat menarik minat peneliti lain untuk ikut serta berpartisipasi dalam

mengkaji perkembangan pers dan pengaruhnya di Indonesia untuk

mengetahui mana yang benar dan yang belum terjangkau dalam

penelitian ini.

b) Dapat menambah koleksi penelitian di perpustakaan khususnya,

mengenai Peranan Pers dalam Kongres Pemuda II tahun 1928.

c) Untuk memenuhi salah satu syarat guna meraih gelar sarjana

pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan Jurusan

IPS Program Studi Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 20: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Kolonialisme

a. Pengertian Kolonialisme.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat kaya akan hasil

bumi. Mulai dari hasil perkebunan, pertanian dan kekayaan barang tambang yang

melimpah. Ketika masih berbentuk kerajaan, Indonesia merupakan pusat rempah-

rempah yang banyak dicari oleh negara di Eropa. Sehingga dengan adanya

Penjelajahan samudra, Indonesia menjadi sasaran bagi pedagang Eropa.

Bangsa Indonesia pernah mengalami masa penjajahan selama tiga

setengah abad dijajah Belanda dan tiga setengah tahun dijajah oleh Jepang.

Penjajahan serta penindasan mengakibatkan kemunduran disegala bidang, baik

dibidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Tanah jajahan

merupakan obyek eksploitasi untuk diambil keuntungan sebesar-besarnya bagi

penjajah. Berbagai cara telah ditempuh untuk mengusir kaum penjajah sejak awal,

tetapi tidak juga membawa hasil yang menggembirakan. Salah satu sebabnya

karena bangsa Indonesia belum memiliki rasa persatuan dan kesatuan. Hal itulah

yang terlihat sebelum tahun 1928.

Dalam pembukaan UUD 1945 alinea satu menyatakan bahwa

“penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri

kemanusiaan dan peri keadilan”. Dari kalimat tersebut membuktikan bahwa

bangsa Indonesia tidak menginginkan adanya kolonialisme atau penjajahan.

Selain itu juga dapat dipastikan bahwa bangsa-bangsa di dunia juga tidak

menginginkan adanya kolonialisme, sebab tidak ada satupun bangsa yang ingin di

kuasai oleh bangsa yang lain.

Secara etimologi, kata “kolonialisme” berasal dari kata “koloni” yang

artinya daerah jajahan tempat menempatkan penduduk atau kelompok orang yang

8

Page 21: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

bermukim di daerah bam yang merupakan daerah asing, jauh dari tanah air, yang

tetap merpertahankan ikatan dengan tanah air atau tanah asal. Dalam Ensiklopedia

Politik (1983: 75), kolonialisme di ambil dari nama seorang petani Romawi yang

pergi jauh untuk mencari tanah yang belum di kerjakan.

Menurut Suhartoyo Hardjosatoto (1985: 77), ”kolonialisme merupakan

nafsu untuk menguasai dan sistem penguasaan wilayah bangsa atau negara lain”.

Hal tersebut dapat diartikan sebagai nafsu untuk menguasai daerah atau bangsa

lain beserta perangkat sistem yang digunakan untuk mengatur wilayah yang

dikuasai. Sadangkan menurut Suharsa dan Ana Retnoningsih (2005: 258)

kolonialisme berarti penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain

dengan maksud untuk memperluas negara asal.

Jika kolonialis mempunyai koloni-koloni di daerah lain dan berusaha

untuk menyatukan menjadi satu sistem penguasaan, maka hal itu disebut dengan

imperialisme. Sedangkan imperialisme itu sendiri berarti poiitik eksploitasi

bangsa lain untuk kepentingan imperialis. Jadi dapat di katakan bahwa

kolonialisme identik dengan imperialisme.

Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa dalam masyarakat

kolonial terdapat dua kekuatan yang berlawanan kepentingannya, yaitu bangsa

sebagai penjajah dan bangsa yang terjajah, yang pada akhirnya menimbulkan

konflik dalam berbagai aspek kehidupan. Munculnya kemiskinan, masalah

kesehatan, dan kebodohan yang diakibatkan adanya ekploitasi dalam bebagai

bidang kehidupan di daerah koloni (Indonesia) semakin memperkuat konflik yang

ada. Sehingga kondisi tersebut menimbulkan reaksi rakyat jajahan untuk berusaha

mempertahan dan melepaskan diri dari belenggu kesengsaraan. Hal itulah yang

membuat pemerintah kolonial berusaha mempengaruhi pemikiran para bangsawan

maupun pejabat Belanda melalui dibentuknya pers kolonial/Belanda. Karena

banyaknya pers yang kemudian bermunculan maka di keluarkannya peraturan-

peraturan supaya dapat mengendalikan pers yang beredar dalam masyarakat.

Selain itu, pers memberikan informasi secara sehingga apabila ada perlawanan

maka pemerintah pusat dapat segera meredam berbagai pemberontakan yang

terjadi di daerah.

Page 22: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

b. Ciri-ciri kolonialisme.

Dalam kolonialisme terdapat dua bagian penting, yakni bangsa terjajah

dan bangsa penjajah. Ciri-ciri dari bangsa penjajah sangat dipengaruhi oleh faktor

obyektif negerinya, seperti perbedaan mengenai kekayaan alam, kemajuan

teknologi, dan sistem produksi barang. Penggolongan bangsa penjajah menurut

Subartoyo Hardjosatoto (1985: 83-85) dibedakan manjadi empat, yaitu:

1) Penjajah yang kaya dan royal, artinya kaya akan bahan tambang dan

industrinya maju sehingga tidak menghisap kekayaan alam bangsa

terjajah, bahkan taraf hidup dan pendidikan pribumi dimajukan dan kelak

akan dijadikan partner,

2) Penjajah yang semi kaya, artinya penjajah ini tidak banyak memiliki

bahan tambang, tetapi industrinya maju sehingga memerlukan pemasaran

hasil industri.

3) Penjajah miskin, artinya penjajah ini industrinya telah maju tapi tidak

memiliki bahan baku dan bahan bakar bagi industrinya, sehingga

mendatangkan dari daerah jajahannya dengan pertimbangan ekonomi

upah buruh pribumi dibuat rendah. Contohnya adalah penjajahan Belanda

atas Indonesia.

4) Penjajah sangat miskin, artinya penjajah ini miskin bahan tambang dan

tanahnya tidak subur. Biasanya penjajah ini menekan dan menghisap

semua yang ada dari negara jajahannya. Sebagai contoh adalah

penjajahan Portugis atas Timor Timur.

Ciri-ciri pokok imperialisme Belanda di Indonesia maupun di negara-

negara yang dijajah yaitu:

1) Membeda-bedakan warna kulit (Color Line) yang berakibat terciptanya

sistem kasta dimana orang kulit putih menduduki tingkatan tertingi.

2) Perbaikan sosial-ekonomi bangsa penjajah (Belanda). Sebagai efek dari

sistem eksploitasi yang diterapkan oleh setiap penjajahan. Apalagi

belanda yang merupakan negara miskin sebelum dapat menduduki

Hindia Belanda (Indonesia), sebab semua kebutuhan negara Belanda

Page 23: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

berhasil terpenuhi bahkan surplus.

3) Jarak sosial yang jauh antara bangsa penjajah dengan bangsa terjajah

karena setiap posisi penting diduduki oleh orang kalangan atas dan

adanya mobilitas sosial tertutup yang diterapkan di Indonesia.

Setiap kali penjajahan dilakukan, akan menimbulkan reaksi dari bangsa

yang terjajah seperti yang terjadi di Indonesia. Namun semuanya sia-sia karena

sifat kedaerahan yang masih kental. Hal ini mulai berubah dengan adanya

perubahan kebijakan pemerintah Belanda. Perubahan kebijaksanaan ini tidak lepas

dari kemenangan golongan liberalis dalam persidangan di Parlemen Belanda.

Perubahan kebijakan yang dimaksud adalah Politik Etis.

Politik Etis terdiri dari Imigrasi, Irigasi, dan Edukasi. Namun dari ke

tiganya yang bermanfaat bagi rakyat hanya bidang Edukasi. Walaupun pemerintah

Kolonial Belanda sudah sangat hati-hati menyelenggarakan sekolah di Hindia

Belanda, namun melalui pendidikan barat ini dapat berubah pemikiran rakyat

Indonesia. (Sudiyo. 2003: 17)

Pendidikan merupakan corong pusat semua Informasi dan pemikiran-

pemikiran yang lebih rapi dalam menyusun usaha menuju kemerdekaan.

Sehingga memunculkan organisasi melalui lembaga pendidikan. Melalui STOVIA

(School tot Opleiding van Inlandsche Arsen) para tokoh pergerakan Nasional

Muncul. Sebagai direktur yaitu dr. H.F. Roll, yang memberikan kemudahan-

kemudahan terhadap para pelajar untuk memproses lahirnya pergerakan nasional

pertama di Indonesia.( Sudiyo. 2003: 20-21) Selain itu juga muncul tokoh pers

yang sangat flamboyan yaitu Tirto Adhi Suryo. Tirto Adhi Suryo dengan

kemampuan jurnalistik yang mengesankan dan membuat resah Belanda sehingga

berulang-ulang di panggil dan kemudian diasingkan. (Metro File, 2011)

Akibat dari kolonialisme Belanda yang dilakukan di Indonesia, banyak

daerah kehilangan kebebasan politik, perekonomian, serta kebudayaannya.

Sehingga kaum pergerakan nasional melihat bahwa pers merupakan bagian

penting dalam menyebarkan cita-cita, pemikiran maupun nasionalisme yang

memiliki tujuan untuk membebaskan diri dari kolonialisme pemerintah Hindia

Belanda. Selain itu kebijakan pemerintah Hindia Belanda yaitu sistem kelas

Page 24: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

berdasarkan warna kulit berakibat munculnya perlawanan dari peranakan Belanda

dan peranakan Tionghoa sebab merasa tidak adanya keadilan dalam daerah

kolonial yang ikut berperan dalam perkembangan pers di Indonesia.

c. Keterkaitan Kolonialisme dengan Imperialisme.

Kata imperialisme berasal dari kata “imperium” yang berarti perintah,

kemudian berubah arti menjadi hak memerintah atau kekuasaan memerintah,

kemudian berubah lagi menjadi daerah dimana kekuasaan itu di lakukan.

Imperialisme dapat di bedakan menjadi dua yakni imperialisme kuno dan

imperialisme modern. Imperialisme kuno adalah ambisi untuk mencari tanah

jajahan dengan tujuan utama mennguasai perdagangan yang mempunyai ciri

utamanya yaim Gold, Gospel dan Glory (kekayaan, penyebaran agama dan

kejayaan). Sedangkan imperialisme modern adalah perluasan daerah jajahan

sebagai tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, dan bahkan

untuk mendapatkan tenaga kerja buruh yang murah.

Menurut Sukarno (1983: 14) imperialisme adalah suatu nafsu, suatu

sistem menguasai atau mempengarahi ekonomi bangsa lain. Sedangkan menurut

Suhartoto Harjosatoto (1985: 11) Imperialisme adalah nafsu untuk menguasai satu

sistem wilayah bangsa lain. Adapun tujuan di berlakukannya Imperialisme

menumt Soermarsono Mestoko (1985: 33) adalah:

1). Perjuangan untuk memperoleh daerah strategis, basis militer, serta

urat nadi lalu lintas.

2). Keinginan untuk membangun imperium ekonomi demi kesejahteraan

bangsa yang mendominasi.

3). Keinginan untuk mendapatkan daerah baru untuk menanamkatt

modalsurplus yang terdapat pada negara yang mendominasi.

4). Usaha untuk mencari sumber bahan mentah bagi keperluan bangsa

yang mendominasi.

5). Untuk mencari pasaran dan bagi pemasaran barang-barang bangsa

yang mendominasi.

6). Keinginan imtuk memperoleh prestasi yang datang sebagai akibat dari

Page 25: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

timbulnya imperium baru.

Dari berbagai penjelasan di atas, terlihat keterkaitan kolonialisme dengan

imperialisme yaitu sama-sama untuk menguasai dan mempengaruhi bangsa lain

dalam segala bidang kehidupan. Pokok imperialisme adalah eksploitasi terhadap

bangsa lain untuk kepentingan kaum Imperialis (Mother Country). Karena itu,

pada hakekatnya tidak ada perbedaan antara kolonialisme dengan imperialisme.

Belanda selalu berusaha mempengaruhi Indonesia melalui berbagai cara,

mulai dari politik adu domba (devide at impera), pers dan lain sebagainya. Pers

dipakai karena pers memiliki fungsi untuk mempengaruhi. Selain itu ada berbagai

pengusaha Belanda yang menganggap pers akan membawa keuntungan yang

besar. Samsudjin Probohardjono dalam buku Sejarah Pers dan Wartawan di

Surakarta mengutip buku “Drie en dertig jaren op java” yang berisi atas perintah

Jan Pieterszoon Coen dan mendapat persetujuan dari Gubernur Jenderal Laurens

Reaal, di Jakarta telah diterbitkan semacam surat kabar yang ditulis dengan tangan

pada tahun 1615, dengan nama “Memories der Nouvelles”.

d. Bentuk-bentuk Kolonialisme

Supaya memperlancar kolonialisme, dibentuklah VOC (Verenigde Oost

Indische Compagnie) agar seluruh proses kolonialisme terutama pengerukan

sumber daya alam dapat terpusat dan memperoleh pendapatan yang lebih banyak.

Hal ini terlihat dari alasan pendirian VOC yaitu untuk mendapatkan monopoli

serta menghindarkan persaingan diantara orang-orang Belanda sendiri. Usaha

yang dilakukan yaitu menggunakan politik adu domba (devide et impera) dan

VOC menuntut dari bupati-bupati untuk menyerahkan hasil-hasil tanah, pekerja

rodi dan waktu perang meminta bantuan rakyat (Mulyoto, 1989: 1-3).

Pada tahun 1800 VOC bangkrut sehingga Pemerintah Belanda

mengambil alih peranan VOC dan sistem kolonialisme berubah menjadi

konservatif. Gubernur Jendral Daendels sebagai pemimpin tertinggi Hindia

Belanda mengesampingkan para Bupati dan membuat sistem administrasi yang

kuat serta bersentral pada Napoleon (Mulyoto, 1989: 8-10).

Tahun 1811 pemerintahan Belanda beralih pada Inggris. Raffles ditunjuk

Page 26: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

sebagai pemegang kekuasaan, Raffles ingin menciptakan sistem ekonomi Jawa

yang bebas, sehingga petani dapat menentukan tanaman dagang yang hendak

ditanam di luar negara. Tiga azas yang dipakai Raffles yaitu: Pertama, segala

bentuk penyerahan wajib maupun kerja rodi dihapuskan. Kedua, peranan Bupati

sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai penggantinya Bupati dijadikan

bagian yang integral dari pemerintah. Ketiga, pemerintah kolonial adalah pemilik

tanah, maka petani dianggap sebagai penyewa tanah milik pemerintah. Semua

azas ini dipengaruhi kebijakan Inggris di India sehingga tidak dapat berjalan

sesuai dengan kemauan Raffles (Sartono kartodirdjo. 1975: 57-65).

Pemerintahan Inggris hanya berlangsung lima tahun dan berakhir tahun

1816. Belanda membuat sistem baru yaitu Tanam Paksa (Cultuurstelsel). Sistem

Tanam Paksa pada hakekatnya berarti pemulihan sistem ekploitasi berupa

penyerahan wajib yang pernah dilaksanakan VOC. (Sartono kartodirdjo. 1975:

88-89). Kemenangan Golongan liberal di parlemen Belanda membawa perubahan

besar di tanah jajahan. Pemerintah membuka tanah di Indonesia untuk disewakan

bagi orang-orang Eropa sehinga perkebunan berkembang pesat di Indonesia.

Sehingga pemilik tanah bekerja kepada pemodal asing sehingga terjadi penjajahan

massal. Sistem liberal ini bertujuan untuk meningkatkan ekspor sehingga dapat

meningkatkan pendapatan pemerintah kolonial (Mulyoto, 1989: 19-21). Namun

hal itu membawa pengaruh besar bagi bangsa Indonesia sebab adanya

peningkatan prasarana dan politik Etis. Politik Etis terdiri dari imigrasi, irigasi,

dan edukasi. Namun dari ke tiganya yang bermanfaat bagi rakyat hanya bidang

edukasi. (Sudiyo. 2003: 17)

e. Pengaruh Kolonialisme

Penjajahan serta penindasan mengakibatkan kemunduran di segala bidang,

baik di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Tanah jajahan

merupakan obyek eksploitasi untuk diambil keuntungan sebesar-besarnya bagi

penjajah, sehingga pada masyarakat kolonial terdapat dua kekuatan yang

berlawanan kepentingannya, yaitu bangsa sebagai penjajah dan bangsa yang

terjajah, yang pada akhirnya menimbulkan pemberontakan dari kaum terjajah

Page 27: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

untuk memperoleh kemerdekaan. Belanda yang merupakan penjajah menerapkan

berbagai kebijakan yang diterapkan dalam berbagai bidang untuk mendukung

kolonialisme maupun imperialisme yang terjadi di Indonesia. Salah satunya

membentuk pers sebagai sarana komunikasi, baik antar pejabat maupun antara

pusat dengan daerah. Kebijakan pemerintah lain, terutama politik etis membuat

berkembangnya pendidikan untuk pribumi, sehingga muncul organisasi

pergerakan nasional (Sudiyo. 2003: 24-25).

Pada abad ke-20 berkembang pergerakan nasional dan pers pribumi

sebagai kembar siam, kedua bidang kegiatan bangsa indonesia yang hidup

berdampingan(http://top73.blogspot.com. Diunduh 27 Februari 2011 pukul

14.00). Sehingga gerakan rakyat yang tampil dalam bentuk-bentuk seperti surat

kabar dan jurnal, rapat dan pertemuan, serikat buruh dan pemogokan, organisasi

dan partai, novel, nyanyian dan teater, serta pemberontakan, merupakan fenomena

kebangkitan bumiputera. (Takashi Shiraishi, 1997: 57).

2. Pers

a. Pengertian Pers.

Istilah pers berasal dari bahasa Belanda dan dalam bahasa Inggris berarti

“Press”. Secara harfiah pers berarti cetak, dan secara makna berarti penyiaran

secara tercetak atau publikasi secara di cetak (Effendy, 1994: 97). Pers adalah

lembaga sosial yang merupakan subsistem pemerintahan di negara dimana pers

beroperasi bersama-sama dengan subsistem lainnya. pers yaitu suatu lembaga

sosial dan wahana komunikasi massa yang menjalankan kegiatan jurnalistik

meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan

menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data

grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media

elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Pers dalam pengertian sempitnya dapat diartikan sebagai media massa

cetak seperti surat kabar, majalah tabloid, dan sebagainya. Dalam pengertian

luasnya pers berarti suatu lembaga/media massa cetak maupun elektronik (radio

siaran, televisi, internet dan lain-lain) sebagai media yangg menyiarkan karya

Page 28: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

jurnalistik. Pers dalam menjalankan fungsinya merupakan bagian dari subsistem

dari sistem pemerintahan yang melakukan fungsi kontrol sosial terhadap

pemerintah dalam membuat dan menetapkan suatu kebijakan. (F. Rachmadi 1990:

9-10). Sedangkan menurut Onong U Efendi, Pers yaitu penyiaran penyiaran,

pikiran, gagasan atau berita-berita dengan kata-kata tertulis.

Dari berbagai pengertian pers di atas sehingga pers pada masa kolonial

merupakan suatu lembaga dan wahana komunikasi massa yang menjalankan

kegiatan jurnalistik dan disampaikan menggunakan media cetak (surat kabar dan

majalah) yang melakukan fungsi kontrol sosial terhadap pemerintah.

b. Peran Dan Fungsi Pers.

Pers mempunyai peran penting sebagai alat perubahan sosial dan

pembaharuan masyarakat. Akap tetapi, perannya lebih menunjuk pada peran yang

"membangun", untuk memberi informal, mendidik, dan menggerakkan

masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan. Selain itu, pers juga berperan

dalam penyampaian kebijaksanaan. Di samping itu masyarakat juga dapat

menggunakan pers sebagai penyalur aspirasi dan pendapat serta kritik atau kontrol

sosial.

Peran pers selain melakukan pemberitaan yang sesuai dengan fakta, juga

berperan dalam pembentukan pendapat umum. Bahkan dapat berperan aktif dalam

meningkatkan kesadaran politik rakyat. Berkaitan dengan perannya, sebagai agen

perubahan sosial memiliki beberapa tugas yang dapat dilakukan untuk menunjang

pembangunan sebagai salah satu tempat terjadinya pembaharuan dan perubahan

sosial. Menurut F. Rachmadi (1990: 17), tugas pers adalah:

1). Pers dapat memperluas pandangan. Melalui pers, orang dapat

mengetahui kejadian-kejadian yang dialami negara lain.

2). Pers dapat memusatkah perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang

ditulisnya, Dalam masyarakat modem, gambaran kita tentang

lingkungan yang jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya.

Masyarakat mulai menggantungkan pengetahuan pada pers dan media

massa lainnya.

Page 29: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3). Pers mampu menumbuhkan aspirasi. Dengan penguasaan media,

suatu masyarakat dapat mengubah kehidupan mereka dengan cara

meniru apa yang telah disampaikan oleh media tersebut.

4). Pers mampu menciptakan suasana membangun. Melalui pers dan

media massa dapat disebar luaskan informasi kepada masyarakat. Pers

dapat memperluas cakrawala pemikiran serta membangun simpati.

Peranan pers di atas memperlihatkan apa yang dapat dilakukan oleh pers

dan media massa sebagai agen perubahan sosial dan pembaharuan masyarakat.

Selain hal tersebut di atas, tentu saja masih banyak lagi peranan yang dapat

dilakukan oleh pers.

Pers juga mempunyai fungsi yang penting dalam komunikasi massa.

Fungsi pers pada hakekatnya bersifat relatif dan bertalian dangan keperluan yang

beraneka ragam di dalam masyarakat dan negara yang berbeda-beda. Pers tidak

lepas dari struktur masyarakat, oleh karena itu struktur sosial dan poiitik sifatnya

menentukan bagi corak, sepak terjang, serta tujuan yang hendak dicapai pers.

Sebagai salah satu media komunikasi, pers turut ambil bagian dalam proses

perubahan masyarakat dan pers dapat memberikan sumbangannya yang cukup

besar sebagai alat perubahan sosial dalam usaha pembangunan bangsa.

Secara umum, pers berfungsi sebagai alat penyebaran gagasan, cita-cita,

serta pikiran manusia. Menurut pendapat Wilbur Schram yang dikutip oleh F.

Rachmadi (1970: 20) mengatakan bahwa surat kabar merupakan buku harian

tercetak bagi manusia, dan merupakan sumber informasi terperinci serta

interpretasi tentang masalah-masalah umum. Dari pemyataan tersebut, terlihat

bahwa pentingnya surat kabar itu terletak pada aspek edukasi yang dibawakannya.

Onong U Efendi (1986: 207), mengemukakan tentang empat fungsi pers.

Ke empat fungsi pers tersebut adalah:.

1). Fungsi menyiarkan informasi

Menyiarkan merupakan fungsi pers yang pertama dan utama. Khalayak

yang membeli surat kabar memerlukan informasi mengenai peristiwa-

peristiwa yang terjadi, gagasan dan pikiran orang lain, serta apa yang

dikatakan orang lain. Informasi pers ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni

Page 30: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

apa yang diinginkan untuk diketahui oleh masyarakat dan aktualisasi dari

realistas kehidupan masyarakat. Sehingga timbul ketertarikan dari pembaca

yang berakibat pada fungsi pers yang lainnya.

2). Fungsi mendidik.

Fungsi mendidik adalah pers yang memuat tulisan-tulisan yang

mengandung pengetahuan (education), sehingga khalayak pembaca

bertambah ilmu pengetahuannya. Fungsi mendidik secara implisit terdapat

pada tajuk rencana, cerita bersambung atau berita bergambar. Kadang tulisan

orang terpandang yang berfungsi mendidik masyarakat, memasyarakatkan

kebijakan politik maupun sosial. Pendidikan politik dari surat kabar ini

amatlah berhara sebab dapat membuat orang-oran Indonesia lebih mengerti

akan keadaan bangsanya .

3). Fungsi menghibur.

Merupakan fungsi surat kabar untuk mengimbangi berita-berita berat (hard

news) dan artikel-artikel berbobot. Maksud pemuatan isi surat kabar yang

bersifat hiburan ini semata-mata untuk melemaskan pikiran pembaca setelah

di hidangi berita dan artikel berat. Pada fungsi hiburan, pers Indonesia saat itu

belumlah sampai pada tahap ini. Pers saat itu lebih berfungsi menunjang

pergerakan nasional ketimbang sebagai sarana hiburan.

4). Fungsi mempengaruhi.

Fungsi mempengaruhi pada pers menyebabkan pers memegang peranan

penting dalam kehidupan masyarakat. Pers dapat mempengaruhi masyarakat

melalui berita-beritanya, yang menyebabkan pers harus berhati-hati dalam

menyampaikan berita agar tidak menimbulkan kekacauan dalam masyarakat.

Fungsi mempengaruhi dari pers ini secara implisit terdapat pada tajuk rencana

dan artikel.

Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat (2005: 27-29) lebih

memperjelas fungsi pers yang berdasarkan teori bertanggung jawab menjadi

delapan, yaitu:

Page 31: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

1. Fungsi informatif

Yaitu memberikan informasi, atau berita, kepada khalayak ramai

dengan cara yang teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap

berguna dan penting bagi orang banyak, kemudian menuliskannya

dalam kata-kata.

2. Fungsi kontrol

Pers yang bertanggung jawab adalah masuk ke balik panggung

kejadian untuk menyelidiki pekerjaan pemerintah atau perusahaan.

3. Fungsi interpretatif dan direktif

Yaitu memberikan interpretasi dan bimbingan kepada masyarakat.

Pers harus menceritakan kepada masyarakat tentang arti suatu

kejadian. Kadang pers juga menganjurkan tindakan yang seharusnya

diambil oleh masyarakat.

4. Fungsi menghibur

Para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan

menarik. Mereka menceritakan kisah yang lucu untuk diketahui

meskipun kisah itu tidak terlalu penting.

5. Fungsi regeneratif

Yaitu menceritakan bagaimana suatu itu dilakukan dimasa lampau,

bagaimana dunia ini dijalankan sekarang, bagaimana sesuatu itu

dijalankan sekarang, bagaimana sesuatu diselesaikan, dan apa yang

dianggap oleh dunia itu benar atau salah.

6. Fungsi pengawalan hak-hak warga negara

Yaitu mengawal dan mengamankan hak-hak pribadi. Dalam

beberapa hal rakyat hendaknya diberi kesempatan untuk menulis

dalam media untuk melancarkan kritiknya terhadap segala sesuatu

yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat.

7. Fungsi ekonomi

Yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Iklan menjadi

penghasilan tambahan untuk meningkatkan pendapatan selain dari

penjualan surat kabar.

Page 32: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

8. Fungsi swadaya

Yaitu pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuanya

sendiri sendiri agar dapat membebaskan dirinya dari pengaruh serta

tekanan dalam bidang keuangan.

Pers yang muncul di Indonesia berkembang dari berbagai golongan dan

kepentingan, sehingga mempengaruhi pada fungsi pers. Dari berbagai fungsi

diatas dapat disimpulkan bahwa pers masa sebelum tahun 1928 berfungsi:

1. Fungsi Informasi

Pers menyampaikan informasi yang tersaji dalam berita kepada

khalayak umum. Informasi yang dimaksud berupa peristiwa-

peristiwa yang terjadi, gagasan dan pikiran orang lain, serta apa yang

dikatakan orang lain. Informasi pers ini berupa aktualisasi dari

realitas kehidupan masyarakat.

2. Fungsi Mempengaruhi.

Pers dapat mempengaruhi masyarakat melalui berita-beritanya, yang

menyebabkan pers harus berhati-hati dalam menyampaikan berita

agar tidak menimbulkan kekacauan dalam masyarakat. Selain itu,

pemikiran-pemikiran dari penulis dimasukkan untuk mengerucutkan

pendapat masyarakat dalam suatu peristiwa.

3. Fungsi Ekonomi

Yaitu melayani sistem ekonomi melalui iklan. Dapat dilihat dari

koran kolonial yaitu Vendu Nieuws(berita lelang) dan pers tionghoa

yaitu Perniagaan.

4. Fungsi Swadaya

Pers mempunyai kewajiban untuk memupuk kemampuanya sendiri

agar dapat membebaskan dirinya dari pengaruh serta tekanan dalam

bidang keuangan. Hal ini dilakukan melalui iklan dan penjualan surat

kabar dan majalah.

Page 33: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

5. Fungsi Mendidik

Pers yang memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan

(education), sehingga pembaca bertambah ilmu pengetahuannya.

Namun disini pers mempengaruhi berbagai aspek serta menjadi ajang perdebatan

sebab pers kolonial (pada umumnya) dan pers nasional mempunyai pengaruh

yang berbeda dalam masyarakat. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa pers masa

kolonial masih dipengaruhi oleh pemerintah Hindia Belanda. Sehingga Gandhi

(1985: 77) menyebutkan bahwa pers nasional berperan seirama dan sejalan

dengan perjuangan rakyat sehingga menyebutkan fungsi pers di zaman pergerakan

sebagai oponen (lawan) penjajah.

c. Bentuk Pers

Dalam sejarah perkembangannya, beberapa tokoh seperti Fres S. Siebert,

Theodore Peterson dan Wilbur Schramm telah merumuskan empat teori pers.

Dalam bukunya yang berjudul “Four Theories of the Press” dimuat tentang

empat teori pers, yang meliputi: authoritarian press (pers otoritarian), libertarian

press, soviet communist (press atau pers komunis soviet), dan social responsibility

press atau pers tanggung jawab social.

a) Pers Otoritarian (Authoritrian Press)

Pers Otoritarian identik dengan situasi dimana kebenaran dianggap sebagai

milik para pemegang kekuasaan. Tidak perduli apakah kebijkan sang penguasa

tersebut menindas rakyat atau sebagainya, karena kekuasaan adalah segalanya.

Masa ini muncul pada masa iklim otoritarian di akhir Renaisans Eropa, beberapa

waktu setelah ditemukannya mesin cetak. Dalam kondisi masyarakat seperti itu,

kebenaran adalah suatu hal yang dianggap bukanlah hasil dari masa rakyat,

melainkan dari sekelompok kecil para pemegang tangguk kekuasaan.

Pers Otoritarian meletakkan kebenaran lebih dekat dengan pusat

kekuasaan. Penguasa dalam menjalankan kekuasaannya menggunakan pers

sebagai alat untuk memberi informasi kepada rakyat tentang kebijakan-kebijakan

penguasa yang harus didukung. Hanya dengan ijin khusus penguasa pers boleh

dimiliki oleh swasta, dan ijin ini dapat dicabut kapan saja tergantung dari

Page 34: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

bagaimana pers tersebut menjalankan fungsinya, apakah mendukung atau malah

membelot dari kebijakan pemerintah. Kegiatan penerbitan lembaga pers pada

masa ini haruslah mengacu pada kontrak persetujuan antara pemegang kekuasaan

dengan penerbit. Isi perjanjianpun selalu menyamping pada kepentingan

penguasa, dimana pertama memberikan sebuah hak monopoli kepada penerbit dan

yang terakhir memberikan dukungan terhadap kebijakan penguasa.

Para pemegang kekuasaan mempunyai hak untuk membuat dan merubah

kebijaksanaan yang telah disepakati sebelumnya. Penguasa pun memiliki hak

untuk menyensor isi pemberitaan yang akan diterbitkan. Hal ini jelas kontras

dengan fungsi pers sebagai pengawas pelaksanaan kebijakan pemerintahan dan

juga dalam menyampaikan kebenaran objektif kepada masyarakat. Informasi yang

diterbitkan adalah kontaminasi dari kepentingan para pemegang kekuasaan.

Secara umum, pers masa Otoritarian memiliki ciri antara lain sebagai

berikut:

1. Kebenaran adalah milik pemegang kekuasaan.

2. Pers diatur oleh penguasa sehingga pers kehilangan fungsinya sebagai

media kontrol terhadap pemerintahan.

3. Isi pemberitaan harus mendukung kebijakan pemerintah dan tidak boleh

membelot dari kepentingan penguasa.

4. Penguasa memiliki kewenangan untuk menyensor isi pemberitaan

sebelum dicetak.

b) Pers Liberitarian

Dalam Libertarian, pers bukanlah lagi instrument pemerintah yang

dijadikan alat penopang kekuasaan melainkan berperan sebagai kontrol

pemerintahan. Pers pada masa ini berperan sebagai sebuah alat untuk menyajikan

bukti dan argumen-argumen yang akan menjadi landasan bagi orang banyak untuk

mengawasi pemerintahan dan menentukan sikap terhadap kebijaksanaannya.

Pers Libertarian lahir pada saat tumbuhnya demokrasi politik dan paham

kebebasan yang berkembang pada abad ke-17. Hal ini muncul sebagai akibat

revolusi industri dan digunakannya sistem ekonomi laissez-faire.

Page 35: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

c) Pers Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)

Pers tanggung jawab sosial berkembang sebagai akibat kesadaran pada

abad ke-20, dengan berbagai macam perkembangan media massa (khususnya

media elektronik), menuntut kepada media massa untuk memiliki suatu tanggung

jawab sosial yang baru. Teori tanggung jawab sosial punya asumsi utama: bahwa

kebebasan pers mutlak, banyak mendorong terjadinya dekadensi moral. Oleh

karena itu, teori ini memandang perlu adanya pers dan sistem jurnalistik yang

menggunakan dasar moral dan etika.

Pers mengerti tanggung jawabnya dan menjadikan landasan kebijaksanaan

operasional mereka, maka sistem libertarian akan dapat memuaskan kebutuhan

masyarakat. Jika pers tidak mau menerima tanggung jawabnya, maka harus ada

badan lain dalam masyarakat yang menjalankan fungsi komunikasi massa. Pada

dasarnya fungsi pers dibawah teori tanggung jawab sosial sama dengan fungsi

pers dalam teori Libertarian. Digambarkan ada enam tugas pers :

1. Melayani sistem politik dengan menyediakan informasi, diskusi dan

perdebatan tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

2. Memberi penerangan kepada masyarakat, sedemikian rupa sehingga

masyarakat dapat mengatur dirinya sendiri.

3. Menjadi penjaga hak-hak perorangan dengan bertindak sebagai anjing

penjaga yang mengawasi pemerintah.

4. Melayani system ekonomi dengan mempertemukan pembeli dan penjual

barang atau jasa melalui medium periklanan,

5. Menyediakan hiburan

6. Mengusahakan sendiri biaya financial, sehingga bebas dari tekanan-

tekanan orang yang punya kepentingan

d) Pers Totalitarian (Soviet Komunis)

Tugas pokok pers dalam system pers komunis adalah menyokong,

menyukseskan, dan menjaga kontinuitas system social Soviet atau pemerintah

partai. Dan fungsi pers komunis itu sendiri adalah memberi bimbingan secara

cermat kepada masyarakat agar terbebas dari pengaruh-pengaruh luar yang dapat

menjauhkan masyarakat dari cita-cita partai.

Page 36: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Antara teori totalitarian dengan teori otoritarian sama-sama menggunakan

kata kebebasan untuk masyarakat. Namun kebebasan masyarakat bagi otoritarian

adalah kepentingan bisnis, sedangkan bagi totalitarian berarti kepentingan partai.

Teori pers yang tepat dalam skripsi ini yaitu mengenai teori pers

otoritarian karena pers pada waktu itu dibatasi oleh pemerintah Hindia Belanda.

Sehingga pers yang berkembang dikuasai oleh penguasa. Dan bagi yang

membangkang dapat dihukum. Seperti banyak kasus yang terjadi. Mulai dari Tirto

Adisuryo, tiga serangkai (Douwes Dekker, Suwardi, dan Cipto Mangun Kusumo),

Soekarno, dan Moh. Hatta. Banyak lagi orang yang ditahan karena tulisannya

yang dianggap mengancam kedudukan Belanda. Selain itu ada juga pembredelan

terhadap pers yang dianggap membahayakan kedudukan Pemerintah kolonial.

d. Keadaan Pers Di Indonesia.

Pada masa penjajahan Belanda di Indonesia, Belanda melakukan tekanan

terhadap pers Indonesia sehingga tidak jarang kaum pers Indonesia mengalami

tekanan secara fisik maupun larangan untuk menerbitkan surat kabamya. Dengan

kata lain bahwa pers pada masa kolonialisme Belanda adalah pers yang selalu

berjuang untuk rnencapai kemerdekaan Indonesia dan kemerdekaan pers dari

tekanan penjajah (Kurniawan Junaidhie, 1991: 210).

Pers juga memegang peranan penting dalam melawan ketidak adilan

pemerintah kolonial Belanda dalam segala bidang. Perlawanan tersebut di

wujudkan berupa tulisan-tulisan yang menyerang dan mengkritik pemerintah

kolonial. Selain itu, pers juga bisa mempengaruhi pendapat orang banyak,

sehingga pers dapat menghimpun kekuatan massa (1933. Majalah Fikiran

Rakyat).

Pers juga dianggap sebagai pembantu bagi kaum pergerakan karena bisa

menyebarkan atau mempropagandakan cita-cita dan kemauan kepada rakyat.

Dengan suarat kabar dapat pula menyampaikan buah pikiran dan kemauan

disemua pelosok dan sudut negeri, disegala tempat yang jauh sehingga pers

sangatlah penting bagi kaum pergerakan (1933. Majalah Fikiran Rakyat).

Page 37: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Ditinjau dari sistem, pers merupakan sistem terbuka yang probablilistik.

Terbuka artinya bahwa pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan tetapi dilain

pihak pers juga mempengaruhi lingkungan probablilitas berarti hasilnya tidak

dapat diduga secara pasti (Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat,

2005: 26). Hal ini karena pers pada masa Kolonial masih berbentuk koran maupun

majalah yang merupakan kumpulan berita dari berbagai aspek kehidupan di

Hindia Belanda maupun yang berkembang diluar Hindia Belanda. Selain itu pers

telah merubah cara berfikir masyarakat yang pada awal mula bersifat kedaerahan

menjadi Nasionalis.

Berdasarkan keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa pers

memegang peranan penting dalam perjuangan rakyat Indonesia melawan

ketidakadilan pemerintah kolonial Belanda dalam segala bidang termasuk pers.

Perlawanan tersebut di wujudkan berupa tulisan-tulisan yang menyerang dan

mengkritik kepada pemerintah kolonial. Pers nasional mempunyai fungsi-fungsi

penting dalam menginformasikan, mendidik, dan mempengaruhi masyarakat

secara langsung maupun tidak langsung akan membawa pemikiran-pemikiran

kritis kepada masyarakat. Sehingga muncul pemikiran nasionalisme kepada

masyarakat.

3. Nasionalisme

a. Pengertian Nasionalisme.

Gelombang globalisasi semakin lama mengikis paham nasionalisme

dewasa ini. Inilah yang sering kita dengan belakangan ini, sehingga perlunya

semangat kebangsaan untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air, sebab rasa cinta

tanah air ini penting bagi suatu negara. Hal ini karena dengan adanya rasa cinta

tanah air akan memajukan suatu negara dan terwujud persatuan. Rasa cinta tanah

air ini juga sering dikaitkan dengan nasionalisme. Di Indonesia nasionalisme

muncul pada abad ke-20, dimana pada saat itu bangsa sedang berjuang melawan

Kolonialisme Belanda dan menuntut kemerdekaan.

Menurut Hans Kohn (2007: 16), bahwa nasionalisme merupakan

rumusan pemikiran yang menghendaki loyalitas tertinggi individu dicurahkan

Page 38: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kepada negara bangsa. Dalam kamus poiitik yang dikutip oleh Suhartoyo

Hardjosatoto (1985 : 42) makna natie dan nasionalisme yaitu:

Natie : batja : naatsi : nasion. Yang dinamakan nation adalah masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah. Kesatuan bahasa adalah salah satu sifat dari suatu nasion, begitu juga kesatuan daerah. Selanjutnya sifat-sifat lain dari suatu nasion adalah: kesatuan hidup ekonomis (economis leaven), hubungan ekonomis, kesatuan keadaan jiwa, yang terlukis dalam kesatuan kebudayaan. Nasionalisme adalah kesadaran diri yang mengikat dan diwujudakan oleh kecintaannya yang melimpah pada negeri dan bangsa sendiri dan kadang-kadang disertai akibat pengecilan arti dan sifat bangsa-bangsa lain. Nasionalisme di Indonesia timbulnya sudah tahun 1905 dengan menangnya Jepang atas Rusia dan timbulnya pergerakan Budi Utomo pada tahun 1908.

Meriam Budiharjo (1984: 44) yang berpendapat bahwa nasionalisme

merupakan suatu perasaan subyektif pada sekelompok manusia bahwa mereka

satu bangsa dan bahwa cita-cita serta aspirasi mereka bersama hanya dapat

tercapai jika mereka bergabung dalam satu negara atau nation.

Berdasarkan beberapa definisi nasionalisme diatas, maka dapat

dinyatakan bahwa nasionalisme muncul karena adanya reaksi terhadap

kolonialisme dan imperialisme. Nasionalisme merupakan keinginan untuk bersatu

dalam satu pendirian yang dimiliki sejumlah inividu yang terbentuk dalam kurun

waktu yang tertentu menuju tercapainya cita-cita.

b. Sebab-sebab Nasionalisme.

Nasionalisme diberbagai negara muncul karena adanya persamaan nasib,

sejarah, dan tempat. Semua ada karena terbukanya pengetahuan orang-orang yang

sadar adanya kesalahan dalam pemerintahan maupun kehidupan sosial, ekonomi,

dan budaya. Hal ini senada dari kutipan buku Nasionalisme Menjelang abat XXI

yang dikarang E.J. Hobsbawm (1992: 117) yaitu;

“Sekali perkembangan Eropa telah mencapai tingkat tertentu, komunitas rakyat yang linguistik dan kultural, setelah secara diam-diam menjadi matang diseluruh negeri, muncul dari dunia eksistensi sebagai rakyat yang pasif (Passiver volksheit). Mereka menjadi sadar akan dirinya sebagai sesuatu kekuatan dengan suatu takdir historis. Mereka menuntut penendalian terhadap negara sebagai instrumen kekuatan yang paling tinggi yang bisa diperoleh, dan menuntut penentuan sendiri politik mereka. Hari lahir gagasan politik mengenai bangsa dan tahun kelahiran kesadaran baru ini adalah 1789, tahun Revolusi Perancis.”

Page 39: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Menurut Hertz dalam F. Isjwara (1982: 127), rnenyebutkan ada empat

cita-cita yang terkandung dalam nasionalisme, yaitu:

1) Perjuangan mewujudkan cita-cita nasional yang meliputi persatuan

dalam bidang politik, ekonomi, sosial, keagamaan, kebudayaan dan

persekutuan serta adanya, solidaritas.

2). Perjuangan untuk mewujudkan kebebasan nasional yang meliputi

kebebasan dari penguasaan asing atau campur tangan dunia, dan

kebebasan dari kekuatan intern yang tidak bersifat nasional atau yang

hendak mengesampingkan bangsa dan negara.

3). Perjuangan mewujudkan kemandirian, pembedaan, individualitas,

keaslian, dan keistimewaan.

4). Perjuangan untuk mewujudkan pembedaan diantara bangsa-bangsa yang

meliputi perjuangan untuk memperoleh kehormatan, kewibawaan,

gengsi, dan pengaruh.

Mengenai timbulnya nasionalisme di Indonesia mempunyai ikatan yang

sangat erat dengan kolonialisme Belanda. Nasionalisme Indonesia pada tingkat-

tingkat pertama juga dikenal sebagai nasionalisme sempit, yang bersifat lokal atau

kedaerahan. Nama-nama seperti Sarekat Ambon, Roekoen Minahasa, Pasoendan,

Sarekat Soematera menunjukkan sifat kedaerahan dan kesukuan (Sartono

Kartodirjo, 1992: 239).

Roeslan Abdulgani (1957: 29), mengatakan bahwa: Nasionalisme

Indonesia lahir sebagai reaksi terhadap kolonial Eropa karena kolonial itu

mengandung dimensi-dimensi eksploitasi politik, ekonomi; dan penetrasi

kebudayaan. Maka nasionalisme Indonesia mempunyai tiga dimensi yang

mengandung arti ingin menumbangkan dominasi politik kolonial untuk

membangun negara nasional yang demokratis yang menghentikan eksploitasi

ekonomi untuk membangun suatu masyarakat yang berkeadilan sosial dan

mcnghentikan penetrasi kultural untuk menghidupkan kembali kepribadiannya.

Muncullah persatuan dengan dibentuknya berbagai jiwa nasionalisme

melalui gerakan politik. Menurut Stephen van Evera, nasionalisme sebagai

gerakan politik memiliki 2 ciri yaitu:

Page 40: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

1) Anggota gerakan nasionalisme itu memberikan loyalitas mereka kepada

komunitas etnik atau nasional; loyalitas ini mengalahkan loyalitas yang

diberikan pada pengelompokan lain, misalnya berdasarkan keluarga dan

ideologi politik.

2) Komunitas etnik atau nasionalisme tersebut menginginkan negara

merdeka milik mereka.

Nasionalisme Indonesia dimulai sejak berdirinya Boedi Oetomo pada

tahun 1908. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi untuk bergerak secara

nasional adalah:

1) Adanya tekanan dan penderitaan yang terus menerus, sehingga rakyat

Indonesia harus bangkit melawan penjajah.

2) Adanya rasa senasib sepenanggungan yang hidup dalam cengkraman

penjajah, sehingga timbul semangat bersatu membentuk negara.

3) Adanya rasa kesadaran nasional dan harga diri karena kehendak

memiliki tanah air dan hak menentukan nasib sendiri (Depdikbud,

1997: 14).

Berkaitan dengan perjuangan pers di Indonesia , timbulnya nasionalisme

dalam bidang pers khususnya, terutama sekali dimulai sejak timbulnya organisasi

pergerakan nasional, Seperti kita ketahui bahwa masing-masing organisasi

pergerakan nasional pada masa itu kebanyakan memiliki penerbitan surat kabar

sendiri yang digunakan sebagai sarana mengobarkan semangat perjuangan dalam

membebaskan bangsa dari kolonialisme Belanda. Sebagai contoh, Budi Utomo

dengan Darmo Kondo, dijelaskan oleh Samsudjin Probohardjono (1985: 49-50)

dalam buku berjudul sejarah pers dan wartawan di Surakarta bahwa “Sejak

lahirnya ‘Budi Utomo’ surat-surat kabar dan majalah Nasional yang terbit di

Surakarta dan juga di seluruh Indonesia pada umumnya, setapak-demi setapak

sudah berani memuat tulisan-tulisanyang mengandung maksud politik menuju

kebebasan dan kemerdekaan.”

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pers Indonesia

turut memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi perjuangan rnencapai

kemerdekaan. Selain itu juga bcrjuang dalam bidang pers sendiri, yaitu untuk

Page 41: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

rnencapai kebebasan pers agar terbebas dari tekanan-tekanan yang di berikan oleh

kolonial Belanda kepada pers Pribumi. Dan sebagai langkah besar menuju proses

Nasionalisme yang luas yaitu Kongres Pemuda II tahun 1928 yang menjadi

tonggak awal persatuan nasional, bukan lagi bersifat kedaerahan.

B. Kerangka Berpikir

Penjelasan: Para pejabat kompeni Belanda memerintah dengan otoriter dan

mempertahankan sistem kasta, sebagai ciri masyarakat kolonial, dalam mengatur kehidupan dan penghidupan di Hindia Belanda. Suatu media massa, yang dapat membuka kemungkinan untuk mengeluarkan pendapat umum terhadap kebijaksanaan pemerintah, tidak mendapat izin untuk terbit (Abdurrachman Surjomihardjo.2002: 25). Baru pada tahun 1744, dibawah pemerintahan Gubernur Jendral Van Inhoff yang berpandangan bebas, telah berkenan memberikan ijin atau “octrooi” kepada Jan Erdman Jordens, pedagang merangkap sekretaris kantor

Kolonialisme

Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda

Fungsi Pers

Pergerakan Nasional

Pers di Indonesia

Fungsi Informasi

Fungsi Mendidik

Kongres Pemuda II Tahun 1928

Nasionalisme

Fungsi menghibur

Fungsi Mempengaruhi

Page 42: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

sekretariat Jendral pada waktu itu, untuk menerbitkan suratkabar, untuk tiga tahun lamanya. Dengan Octrooi tersebut di Jakarta terbitlah surat kabar “Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen”. Nomor pertama terbit pada tanggal 7 Agustus 1744. Bataviasche Nouvelles hanya bertahan dua tahun dengan penerbitan terakhir pada tanggal 20 Juni 1746 (Samsudjin Probohardjono, 1985).

Para pengusaha di masa itu telah meramalkan bahwa dunia pers di masa

mendatang merupakan lahan bisnis yang menjanjikan. Oleh karena itu, tidak

heran apabila para pengusaha persuratkabaran serta para kuli tinta asal Belanda

berani membuka pers(Haryadi Suadi, 2006). Namun karena peraturan yang

bersifat preventif sehingga pers pada abad ke-18 dan 19 kurang berkembang.

Pers kolonial berkembang pesat pada abad-20 dan tampak sekali tempat

terbit serta penyebaranya terbatas pada kota-kota besar, yang penting bagi

administrasi ataupun sebagai pusat perdagangan perusahaan-perusahaan Belanda.

Awal abad ke-20 beberapa pers Belanda mewakili orientasi politik tertentu,

namun bercorak mempertahankan hubungan kolonial di Indonesia.

Setelah munculnya pers kolonial kemudian pada akhir abad ke-19

muncullah pers Tionghoa yang pada awalnya bekerja dalam surat kabar yang

diselenggarakan oleh Indo-Belanda. Pelopor pers Tionghoa yang terkenal adalah

Lie Kim Hok. Munculnya pers Tionghoa dipengaruhi nasionalisme di daratan

Tionghoa kemudian menjalar ke daerah Asia Tenggara, nasionalisme yang

berkembang yaitu nasionalisme kultural. Hal ini dipengaruhi oleh adanya sikap

diskriminasi terhadap orang Tionghoa sehingga banyak yang menggantungkan

kepada Negara Cina. Namun timbulnya kesamaan nasib orang Tionghoa dengan

pribumi menyebabkan Nasionalisme di kalangan Tionghoa (terutama peranakan).

Pers pribumi pertama kali muncul karena faktor ekonomi. Pertama kali

dipelopori oleh Medan Prijaji pada tahun 1907-1910 dengan pimpinan redaksi

R.M. Tirtoadisuryo. Sesuai dengan namanya, Medan Prijaji merupakan suara

golongan Priayi, lingkungan pembaca yang ingin dicapai ialah “Anak Hindia”.

Pers Pribumi berkembang sejalan dengan berkembangnya pergerakan nasional.

Munculnya kemiskinan, masalah kesehatan, dan kebodohan yang diakibatkan

adanya ekploitasi dalam bebagai bidang kehidupan di daerah koloni (Indonesia)

semakin memperkuat konflik yang ada, hal ini dimuat dalam pers kolonial

Page 43: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

(Locomotief), pers Tionghoa (Sin Po) dan pers pribumi. Sehingga kondisi tersebut

menimbulkan reaksi rakyat jajahan untuk berusaha mempertahan dan melepaskan

diri dari belenggu kesengsaraan. Hal itulah yang mendorong dan memperkuat

tumbuhnya pergerakan nasional dan Nasionalisme di Indonesia untuk

mewujudkan kemerdekaan bangsa lepas dari belenggu penjajahan. Sedangkan

pers digunakan sebagai sarana yang ampuh untuk memobilisir kekuatan-kekuatan

bangsa kita untuk mengenyahkan penjajah.

Fungsi pers dari Onong U Efendi yang digunakan oleh penulis yaitu:

1. Fungsi informasi

2. Fungsi mempengaruhi.

3. Fungsi menghibur

4. Fungsi Mendidik

Pers pribumi berfungsi sebagai alat agar tercapainya tujuan organisasi.

Namun ada beberapa organisasi yang sudah memasukkan ideologi nasionalis. Pers

yang paling banyak membuat propaganda persatuan yaitu Indonesia Merdeka

yang dibuat oleh Perhimpunan Indonesia (Drs Sudiyo. 2003). Tahun 1925

Indische Vereeniging berubah menjadi Perhimpunan Indonesia dengan tujuannya

Indonesia merdeka serta merubah nama majalah yang diterbitkan menjadi

“Indonesia Merdeka”.

Majalah “Indonesia Merdeka” membuat Soegondo Djojopuspito

terinspirasi terhadap persatuan Indonesia. Yang kemudian memimpin Kongres

Pemuda Indonesia Kedua dan menghasilkan Sumpah Pemuda, dengan motto: Satu

Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa: Indonesia. Kemudian kalangan pers sendiri

ikut berperan aktif dalam Kongres Pemuda II, diantaranya yaitu WR. Soepratman.

Page 44: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian yang berjudul “Peranan Pers dalam Kongres Pemuda II

Tahun 1928”, penulis melaksanakan penelitian dengan teknik pengumpulan data

melalui studi pustaka. Adapun perpustakaan yang digunakan untuk melaksanakan

penelitian ini, antara lain:

a. Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan P. IPS FKIP

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

c. Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

d. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

e. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta.

f. Perpustakaan Daerah Surakarta.

g. Perpustakaan Monumen Pers Surakarta.

h. Library Centre Yogyakarta.

i. Perpustakaan Daerah Yogyakarta.

j. Perpustakaan Propinsi Yogyakarta

k. Perpustakaan Universitas Gajah Mada.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk penelitian ini adalah sejak pengajuan judul

skripsi yaitu bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011. Adapun

kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu penelitian tersebut adalah

mengumpulkan sumber, melakukan kritik untuk menyelidiki keabsahan sumber,

32

Page 45: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta-fakta yang diperoleh dan

terakhir menyusun laporan hasil penelitian.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang berusaha merekonstruksikan

mengenai “Peranan Pers Dalam Kongres Pemuda II Tahun 1928”. Mengingat

peristiwa yang menjadi pokok penelitian adalah peristiwa masa lampau, maka

metode yang digunakan adalah metode sejarah atau metode historis.

Nawawi (1995: 78-79) mengemukakan bahwa metode penelitian sejarah

adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu atau

peninggalan-peninggalan baik untuk memahami kejadian atau suatu keadaan yang

berlangsung pada masa lalu dan terlepas dari keadaan masa sekarang. Gilbert J.

Garraghan yang dikutip Abdurrahman (1999: 43) mengemukakan bahwa metode

penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk

mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis,

dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis. Louis

Gottschalk yang dikutip Abdurrahman (1999: 44) menjelaskan metode sejarah

sebagai proses menguji dan menganalisis kesaksian sejarah guna menemukan data

yang otentik dan dapat dipercaya, serta usaha sintesis atas data semacam itu

menjadi kisah sejarah yang dapat dipercaya.

Menurut Syamsuddin dan Ismaun (1996: 61), yang dimaksud metode

sejarah adalah proses menguji dan mengkaji kebenaran rekaman dan

peninggalanpeninggalan masa lampau dengan menganalisis secara kritis bukti-

bukti dan data-data yang ada sehingga menjadi penyajian dan cerita sejarah yang

dapat dipercaya.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode

penelitian sejarah adalah kegiatan pemecahan masalah dengan mengumpulkan

sumber-sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji untuk

memahami kejadian pada masa lalu kemudian menguji dan menganalisa secara

kritis dan mengajukan sintesis dari hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis dari

Page 46: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

sumber sejarah tersebut untuk dijadikan suatu cerita sejarah yang obyektif,

menarik dan dapat dipercaya.

C. Sumber Data

Sumber data sering disebut juga data sejarah. Menurut Kuntowijoyo

(1995: 94) perkataan ”data” merupakan bentuk jamak dari kata tunggal datum

(bahasa latin) yang berarti pemberitaan. Menurut Dudung Abdurrachman (1999:

30) data sejarah merupakan bahan sejarah yang memerlukan pengolahan,

penyeleksian, dan pengkategorian. Menurut Helius Syamsuddin dan Ismaun

(1996: 61) sumber sejarah ialah bahan-bahan yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan informasi tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Sumber sejarah dapat berupa lisan, tertulis ataupun benda-benda sejarah.

Sumber sejarah dapat dibedakan menjadi sumber primer dan sumber sekunder.

Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan

langsung oleh saksi mata. Dikatakan sebagai sumber sekunder karena tidak

disampaikan langsung oleh saksi mata dan bentuknya dapat berupa buku-buku,

artikel, koran, majalah (Dudung Abdurrahman, 1999: 56). Louis Gottschalk

(1975: 17) berpendapat bahwa penelitian historis tergantung kepada dua macam

data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari sumber primer,

yaitu peneliti secara langsung melakukan observasi atau penyaksian yang

dituliskan pada waktu peristiwa terjadi. Data sekunder diperoleh dari sumber

sekunder, yaitu penulis melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau

lebih lepas dari aslinya. Diantara kedua sumber tersebut, sumber primer

dipandang memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama dan diberi prioritas

dalam pengumpulan data.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data

primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer tersebut diantara lain: lagu

Indonesia Raya karya W. R. Soepratman, Bunga Rampai Soempah Pemoeda 50th,

Laporan Kongres Pemuda Pertama, “Vlugsschriften van het Comite Boemi

Poetra/Soerat-soerat Edaran dari Comite Boemi Poetra”. 1913, majalah Soeloeh

Page 47: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Ra’jat Indonesia 1930, Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia dalam

Soeloeh Ra’jat Indonesia November 1928, dan majalah Persatoean Indonesia

tahun 1928.

Sumber data sekunder yang digunakan seperti buku karangan Sudiyo

dengan judul “Perhimpunan Indonesia”, Taufik Abdullah dengan judul

“Nasionalisme dan Sejarah”, Buku Panduan Museum Sumpah Pemuda, buku

karangan M.C. Ricklefs “Sejarah Indonesia Modern 1200-2004”, Sudiyo tahun

2003. dengan judul “Arus Perjuangan Pemuda dari Masa ke Masa”, Soebagijo

I.N. dengan judul “Sejarah Pers Indonesia”, Abdurrachman Surjomihardjo dengan

judul “Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia”, buku berjudul

“Pers Jawa Timur dari Masa ke Masa”, Tribuana Said dengan judul “Sejarah Pers

Nasional dan Pembangunan Pers Pancasila”, Samsudjin Probohardjono dengan

judul “Sejarah Pers dan Wartawan di Surakarta”, Sri Sutjiatiningsih dengan judul

“Soegondo Djoyopuspito: Hasil Karya dan Pengabdian”, Wawan Tunggul Alam

dengan judul “Mutiara kata Bung Karno”, Arbi sanit dengan judul “Sistem politik

Indonesia: kestabilan, peta kekuatan politik dan pembangunan”, Soekarno dengan

judul “Indonesia Menggugat”, Sartono Kartodirdjo dengan judul “Pengantar

Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme sampai

Nasionalisme”, Cahyo Budi Utomo dengan judul “Dinamika Pergerakan

Kebangsaan Indonesia dari Kebangkitan hingga Kemerdekaan”, S. Silalahi

dengan judul “Dasar-dasar Indonesia Merdeka”, Sumono Mustoffa dengan judul

“Kebebasan Pers Fungsional sebagai Salah Satu Sarana Perjuangan Kemerdekaan

di Indonesia”, Momon Abdul Rahman dengan judul “Wage Rudolf Supratman:

Sang Pencipta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya”, Sartono Kartodirdjo dengan

judul “Sejarah Nasional Indonesia V”. I. Taufik dengan judul “Sejarah dan

Perkembangan Pers di Indonesia”, dan “Surat Kabar Indonesia Pada Tiga Zaman”

serta majalah Pers Indonesia bulan Juli 1975 dan Januari 1978.

Berdasarkan uraian di atas, pengumpulan data dalam penelitian ini

digunakan teknik kepustakaan atau studi pustaka, yaitu melakukan pengumpulan

data tertulis dengan menggali data dari buku-buku, majalah dan bentuk pustaka

Page 48: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

lainnya. Sumber-sumber ini diperoleh melalui kunjungan pustaka, analisis dan

lain-lain.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian historis, pengumpulan data dinamakan heuristik.Teknik

pengumpulan data dalam penelitian historis merupakan salah satu langkah yang

penting. Berdasarkan data yang digunakan dalam penelitian ini, maka dalam

pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka. Menurut Koenjaraningrat

(1986: 36), bahwa keuntungan dari studi pustaka ada empat hal, yaitu: (1)

memperdalam kerangka teoritis yang digunakan sebagai landasan pemikiran, (2)

memperdalam pengetahuan akan masalah yang diteliti, (3) mempertajam konsep

yang digunakan sehingga memperdalam dalam perumusan, (4) menghindari

terjadinya pengulangan suatu penelitian.

Menurut Florence M.A. Hilbish, mengemukakan bahwa catatan-catatan

dalam pengumpulan data ada tiga bentuk, yaitu: (1) quation (kutipan langsung),

(2) citation atau indirect quation (kutipan tidak langsung), (3) summary

(ringkasan) dan comment (komentar)

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data melalui studi pustaka yang

dilakukan terhadap arsip, buku, majalah, surat kabar yang terbit pada masa itu

atau yang terbit kemudian. Bahan ini dapat digunakan untuk menjelaskan

peristiwa yang diteliti. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dilaksanakan sebagai berikut:

1) Mengumpulkan sumber primer dan sekunder yang berupa buku-buku

literatur dengan tema Peranan Pers dalam Pongres Pemuda II tahun

1928 yang tersimpan di beberapa perpustakaan diantaranya adalah

Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas

Page 49: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Maret Surakarta, Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret

Surakarta, Perpustakaan Daerah Surakarta, Perpustakaan Monumen

Pers Surakarta, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, Perpustakaan

Universitas Gajah Mada.

2) Membaca, mencatat, meminjam dan memfotokopi buku-buku literatur

karangan sejarawan yang dianggap penting dan relevan dengan tema

penelitian yang tersimpan di perpustakaan berdasarkan periodisasi

waktu atau secara kronologis.

3) Mengumpulkan data yang telah diperoleh dari perpustakaan untuk

digunakan dalam menyusun karya ilmiah.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipergunakan adalah teknik

analisis historis. Menurut Kuntowijoyo yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman

(1999: 64), interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut dengan analisis

sejarah. Analisis sendiri berarti menguraikan, dan secara terminologis berbeda

dengan sintesis yang berarti menyatukan. Analisis dan sintesis, dipandang sebagai

metode-metode utama dalam interpretasi. Menurut Helius Syamsuddin (1996: 89)

teknik analisis data historis adalah analisis data sejarah yang menggunakan kritik

sumber sebagai metode untuk menilai sumber-sumber yang digunakan dalam

penulisan sejarah.

Menurut Berkhofer yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (1999: 64),

analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh

dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta

itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Menurut Sartono Kartodirdjo

(1992: 2) analisis sejarah ialah menyediakan suatu kerangka pemikiran atau

kerangka referensi yang mencakup berbagai konsep dan teori yang akan dipakai

dalam membuat analisis itu. Data yang telah diperoleh diinterpretasikan, dianalisis

isinya dan analisis data harus berpijak pada kerangka teori yang dipakai sehingga

menghasilkan fakta-fakta yang relevan dengan penelitian.

Page 50: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Heuristik Kritik Sumber

Interpretasi Historiografi

Fakta Sejarah

Analisis data merupakan langkah yang penting dimulai dari melakukan

kegiatan mengumpulkan data kemudian melakukan kritik ekstern dan intern untuk

mencari otensitas dan kredibilitas sumber yang didapatkan. Dari langkah ini dapat

diketahui sumber yang benar-benar dibutuhkan dan relevan dengan materi

penelitian. Selain itu, membandingkan data dari sumber sejarah tersebut dengan

bantuan seperangkat kerangka teori dan metode penelitian sejarah, kemudian

menjadi fakta sejarah. Agar memiliki makna yang jelas dan dapat dipahami, fakta

tersebut ditafsirkan dengan cara merangkaikan fakta menjadi karya yang

menyeluruh dan masuk akal.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah penelitian awal yaitu

persiapan pembuatan proposal sampai pada penulisan hasil penelitian. Adapun

prosedur penelitian ini adalah melalui empat tahap yang merupakan proses

metode sejarah. Empat langkah itu terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi, dan

historiografi. Adapun prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Keterangan:

1. Heuristik

Menurut Dudung Abdurrahman (1999: 55) heuristik berasal dari kata

Yunani, Heuriskein yang artinya memperoleh. Menurut Helius Syamsuddin

(1996: 99) heuristik adalah pengumpulan sumber-sumber sejarah. Heuristik

Page 51: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data dan peninggalan masa lampau

baik berupa bahan-bahan tertulis dan tercetak.

Pada tahap ini, penulis berusaha mengumpulkan sumber atau data-data

yang relevan dengan permasalahan yang akan dikaji. Dalam hal ini penulis

melakukan pengumpulan data dan sumber dibeberapa perpustakaan seperti

Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra

dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Fakultas

Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,

Perpustakaan Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Perpustakaan Monumen Pers

Surakarta, Perpustakaan Daerah Surakarta, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, dan

Perpustakaan Universitas Gajah Mada. Sumber - sumber sejarah dalam penelitian

ini adalah berupa Arsip-Arsip dan Dokumen.

2. Kritik

Kritik yaitu kegiatan untuk menyelidiki apakah sumber-sumber sejarah itu

sejati atau otentik dan dapat dipercaya atau tidak. Pada tahap ini kritik sumber

dilakukan dengan dua cara yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Menurut Dudung

Abdurrahman (1999: 58) kritik ekstern yaitu menguji suatu keabsahan tentang

keaslian sumber (otentisitas) sedangkan kritik intern menguji keabsahan tentang

kesahihan sumber (kredibilitas).

Kritik ekstern dilakukan pada sumber tertulis dengan menyeleksi segi-

segi fisik dari sumber yang ditemukan dilihat dari jenis kertasnya, gaya

penulisannya, bahasa yang digunakan, tahun pembuatan, siapa yang membuat,

dan dimana buku, arsip atau surat kabar tersebut dibuat. Usaha yang dilakukan

didalam kritik ekstern lain yaitu dengan penyeleksian sumber-sumber pustaka

berdasarkan cerita, seperti profesionalisme pengarang, ketebalan buku, tahun

penerbitan, dan penerbit, misalnya pada sumber primer dari “Poetoesan Congres

Pemoeda-Pemoeda Indonesia” dalam Soeloeh Ra’jat Indonesia November 1928

dan majalah Persatoean Indonesia. Kedua majalah tersebut diterbitkan pada tahun

1928 dan penulisan dengan gaya bahasa lama, misalnya kata “pemoeda” dibaca

Page 52: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

“pemuda”. Penulis majalah Persatoean Indonesia yaitu Kartosuwiryo yang ikut

serta dalam Kongres Pemuda II.

Kritik intern dilakukan dengan membandingkan antara isi sumber yang

satu dengan isi sumber yang lain sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya

dan dapat memberikan sumber yang dibutuhkan. Hal tersebut dilaksanakan agar

dapat mengetahui bagaimana isi sumber sejarah dan relevansinya dengan masalah

yang dikaji. Kritik intern sumber data tertulis dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengidentifikasi gaya, tata bahasa, dan ide yang digunakan penulis,

sumber data, dan permasalahannya kemudian dibandingkan dengan sumber data

lainnya. Kritik ini bertujuan untuk menguji apakah isi, fakta dan cerita dari suatu

sumber sejarah dapat dipercaya dan dapat memberikan informasi yang diperlukan.

Misalnya dengan membaca buku karangan Sri Sutjiatiningsih dengan judul

“Soegondo Djoyopuspito: Hasil Karya dan Pengabdian”, Buku Panduan Museum

Sumpah Pemuda serta buku karangan Sudiyo yang berjudul “Perhimpunan

Indonesia”. Dari ketiga buku tersebut banyak didukung data primer serta

potongan surat kabar yang sangat berhubungan dengan pers serta membandingkan

berbagai sumber sejenis agar didapat sumber yang relevan dan fakta.

Kebenaran isi dari sumber tersebut dapat dilihat dari isi pernyataan dan

berita yang ditulis dari sumber yang satu dengan sumber yang lain. Kritik intern

dalam penelitian ini dilaksanakan dengan studi komparatif berbagai sumber.

Langkah ini ditempuh untuk menyoroti pengarang atau pembuat sumber, yang

memberikan informasi mengenai masa lampau yang ingin diketahui, dan harus

ada kepastian bahwa kesaksiannya dapat dipercaya. Kerja kritik adalah

membandingkan isi sumber. Hasil dari kritik sumber ialah fakta yang merupakan

unsur-unsur bagi penyusunan atau rekonstruksi sejarah.

3. Interpretasi

Dalam penelitian ini, interpretasi dilakukan dengan cara menghubungkan

atau mengaitkan sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah lain, sehingga

dapat diketahui hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa masa lampau yang

menjadi obyek penelitian. Kemudian sumber tersebut ditafsirkan, diberi makna

Page 53: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dan ditemukan arti yang sebenarnya sehingga dapat dipahami makna tersebut

sesuai dengan pemikiran yang logis berdasarkan obyek penelitian yang dikaji.

Dengan demikian dari kegiatan kritik sumber dan interpretasi tersebut dihasilkan

fakta sejarah atau sintesis sejarah. Langkah interpretasi data dalam penelitian ini

menyangkut kegiatan menyeleksi dan membuat periodisasi sejarah.

Langkah – langkah operasional dalam interpretasi penelitian ini adalah :

1. Membaca buku – buku, majalah, surat kabar yang berisi tentang

peristiwa yang berkaitan dengan penelitian. Membandingkan dengan

sumber lain sehingga penulis dapat memilih fakta – fakta yang relevan

dan menyingkirkan fakta – fakta yang tidak relevan.

2. Langkah selanjutnya, penulis menghubungkan fakta yang satu dengan

fakta yang lain sehingga dapat diketahui hubungan sebab – akibat

antara peristiwa satu dengan yang lain.

3. Yang terakhir penulis melakukan penafsiran semua hasil data yang

telah dibuat untuk di hubungkan antara data yang satu dengan yang

lain. Sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh

kemudian menjadi suatu fakta sejarah.

Untuk merekonstruksikan peristiwa sejarah berdasar hasil interpretasi dari

data – data sejarah yang ada, juga diperlukan eksplanasi. Eksplanasi dalam ilmu

sejarah adalah menjelaskan atau menerangkan data sejarah yang ada sehingga

didapat hubungan antara data yang satu dengan yang lain.

4. Historiografi

Historiografi merupakan kegiatan menyusun fakta sejarah menjadi suatu

kisah sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya. Langkah-langkah

yang dilakukan yaitu dengan menulis jejak-jejak sejarah yang telah dikumpulkan

kemudian dianalisa dan ditafsirkan. Dalam hal ini imajinasi penulis sangat

diperlukan untuk merangkai fakta satu dengan yang lain sehingga menjadi suatu

kisah sejarah yang menarik dan juga diperlukan kemahiran dalam memilih dan

merangkai kalimat serta penggunaan bahasa yang baik dan benar. Peneliti juga

tidak lupa memperlihatkan unsur keindahan bahasa sehingga didapatkan cerita

Page 54: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

sejarah yang diharapkan mampu menarik minat pembaca. Dari langkah-langkah

tersebut dapat tersusun sebuah hasil karya penelitian yang berwujud skripsi

dengan judul “Peranan Pers dalam Kongres Pemuda II tahun 1928”.

Kegiatan historiografi dalam penelitian ini dilakukan dengan memaparkan

hasil interpretasi penulis terhadap sumber-sumber sejarah yang telah dikumpulkan

pada tahap heuristik dan telah diverifikasi pada tahap kritik. Dalam penulisan

penelitian ini penulis berusaha memaparkan hasil penelitian yang obyektif

berdasarkan data-data sumber sejarah yang telah melalui tahap heuristik, kritik,

interpretasi, sehingga apa yang dituliskan merupakan data yang dapat

dipertanggungjawabkan validitasnya sesuai dengan permasalahan yang dikaji.

Dalam penelitian ini tempo atau waktu masalah yang dikaji adalah masa lalu,

maka dalam kegiatan historiografinya penelitian ini lebih berdasarkan sumber

fakta sejarah masa lalu. Fakta-fakta diungkap dan dirangkaikan oleh penulis

menjadi gambaran atau sejarah mengenai bagaimana pers dapat berperan penting

dalam terjadinya kongres pemuda II tahun 1928.

Page 55: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Pers di Indonesia

Kolonialisme yang terjadi di Indonesia kebanyakan membawa pengaruh

buruk bagi rakyat maupun persatuan. Namun segala sesuatu pasti ada sisi positif

dan negatif. Tidak mungkin sepenuhnya hanya negatif atau keburukan saja.

Kolonialisme juga memiliki segi positif. Dengan adanya politik etis yang berisi

imigrasi, irigasi dan pendidikan membawa pengaruh positif, terutama pendidikan.

pendidikan mendorong munculnya semangat nasionalisme dari rakyat Indonesia

karena pemikiran mengenai perjuangan kemerdekaan negara lain dapat dilihat

melalui membaca buku (Sudiyo, 2003: 1-15 ). Selain itu, teknologi yang dibawa

bangsa Barat ke Indonesia membawa perubahan besar. Antara lain, dengan

dibawanya mesin cetak dari negeri Belanda pada tahun 1717. Walaupun secara

keseluruhan baru ada dua buah percetakan di Indonesia, namun dengan adanya

percetakan dapat membuka jalan menuju perkembangan pers di Indonesia. Pada

mulanya percetakan itu hanya digunakan untuk keperluan Kompeni (Soebagijo

I.N. 1977 : 7).

C.W. Wormser di dalam catatannya “Drie en dertig jaren op java”

diterbitkan oleh Ten Have, Amsterdam, negeri Belanda pada tahun 1944,

menerangkan bahwa Indonesia lebih dulu menerbitkan surat kabar dari pada di

negeri Belanda. Atas perintah Jan Pieterszoon Coen dan mendapat persetujuan

dari Gubernur Jenderal Laurens Reaal, di Jakarta telah diterbitkan semacam surat

kabar yang ditulis dengan tangan pada tahun 1615, dengan nama “Memories der

Nouvelles”. Surat kabar ini diberikan kepada orang yang berkepentingan, agar

dapat mengetahui peringatan-peringatan, kejadian-kejadian, peraturan yang

penting-penting yang berlaku dan terjadi dikalangan orang Belanda (Samsudjin

Probohardjono, 1985: 15). Sedangkan di negeri Belanda muncul surat kabar tahun

1619 yang berisikan proses tuntutan hukuman mati Johan V.Olden Barnevelt.

(Tim Departemen Penerangan, 1978: 23)

43

Page 56: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Penerbitan surat kabar cetak di Indonesia baru muncul tahun 1744,

dibawah pemerintahan Gubernur Jendral Van Inhoff yang berpandangan bebas,

telah berkenan memberikan ijin atau “octrooi” kepada Jan Erdman Jordens,

pedagang merangkap sekretaris kantor sekretariat Jendral pada waktu itu, untuk

menerbitkan suratkabar, dengan jangka waktu selama tiga tahun. Dengan Octrooi

tersebut di Jakarta terbitlah surat kabar “Bataviase Nouvelles en Politique

Raisonnementen”. Nomor pertama terbit pada tanggal 7 Agustus 1744. Akan

tetapi “zeventien” atau “Dewan Tujuhbelas” yang merupakan pengurus kompeni

Belanda mendapat berita tentang akibat dari penerbitan itu, lalu memutuskan pada

tanggal 20 November 1745, memerintahkan melarang terbitnya surat kabar

tersebut. Bunyi keputusan tersebut antara lain adalah seperti berikut: “dewijl van

het drukken en uitgaven van de couranten te batavia . . . al nadelig gevolgen hier

te lande heeft bespeurd, zoo zal U E D aanstonds na de ontvangst dezer het

drukken en uitgeven van de couranten verbieden”. Perintah tersebut terpaksa

dipatuhi dan dijalankan, meskipun ada ijin penerbitan selama tiga tahun.

Penerbitan terakhir Bataviase Nouvelles” pada tanggal 20 Juni 1746 (Samsudjin

Probohardjono, 1985:14-15).

Selain surat kabar pemerintah, ada pula surat kabar swasta yang terbit di

Surabaya pada bulan Maret 1836, diberi nama Surabayasche Advertentieblad,

yang hanya berisi berita-berita iklan. Pada tahun 1853 berganti haluan dan

berganti nama menjadi Surabayasche Nieuws en Advertentieblad. Sesuai dengan

namanya disamping isi berita-berita iklan, surat kabar ini juga mementingkan

berita-berita umum, meskipun masih sangat terbatas dan ada dibawah pengawasan

yang ketat (Samsudjin Probohardjono, 1985: 17). Kemudian ditahun 1845 di

Semarang terbit Semarangsch Advertentieblad, akan tetapi hanya bertahan satu

tahun (Soebagijo I.N. 1977: 9).

Kesadaran orang-orang Tionghoa akan pentingnya pendidikan mendorong

mereka untuk berusaha mendirikan sekolah-sekolah bagi kalangan etnis

Tionghoa, sehingga muncul kelompok intelektual peranakan Tionghoa di

Indonesia. Kelompok intelektual peranakan Tionghoa baik secara langsung

maupun tidak, menumbuhkan dampak munculnya minat orang-orang Tionghoa

Page 57: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

membaca surat-surat kabar yang di terbitkan orang-orang Belanda. Dari besarnya

minat pembaca dari kalangan etnis Tionghoa maka bermunculan penerbitan surat

kabar dari kelompok peranakan Tionghoa (Soebagijo I.N. 1977: 13). Surat kabar

peranakan Tionghoa muncul bersamaan dengan bangkitnya nasionalisme

Tionghoa. Hal ini dikarenakan situasi Kolonialisme yang menimbulkan

diskriminasi antara orang Belanda dengan orang Tionghoa, misalnya adanya

aturan Passenstelsel dan Wijkenstelsel.

Etnis Tionghoa melalui aturan Passenstelsel dan Wijkenstelsel itu ternyata

menciptakan konsentrasi kegiatan ekonomi orang Tionghoa di perkotaan. Ketika

perekonomian dunia beralih ke sektor industri, orang-orang Tionghoa paling siap

berusaha dengan spesialisasi usaha makanan-minuman, jamu, peralatan rumah

tangga, bahan bangunan, pemintalan, batik, kretek dan transportasi

(http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa-Indonesia. diunduh 30 Januari 2011).

Karena kebutuhan untuk menjual barang dagangan maka dibutuhkannya iklan.

Pers Tionghoa muncul dua macam pers yaitu: pers yang mementingkan ekonomi

sehingga berisikan banyak iklan dan pers yang berhaluan nasionalisme yang

berisikan kejadian penting di negeri Tiongkok serta kejadian di Hindia Belanda.

Perkembangan surat-surat kabar di Indonesia dipengaruhi oleh pers

Belanda dan penerbitan-penerbitan yang dimiliki orang Belanda serta Tionghoa.

Tirtoadisuryo adalah pengusaha Indonesia pertama yang bergerak dibidang

penerbitan dan percetakan. Dia membuat surat kabar dengan nama “Medan

Priyayi” (Sartono Kartodirdjo, 1975: 301). Medan Priyayi terbit pada tahun 1907

di Betawi dengan filialnya di Bandung. Melalui Medan Priyayi, Tirtoadisuryo

berhasil menggunakan Surat kabar sebagai alat pembentuk pendapat umum.

Sebagai haluan surat kabar Medan Priyayi tercantum tebal dibawah judul yaitu

“Organ boeat sebagi bangsa yang terperintah di HO (Hindia Olanda atau Hindia

Belanda). Tempat akan memboeka swaranya anak-Hindia” (Abdurrachman. 2002:

82).

Menurut Soedarjo Tjokrosisworo, batu dasar jurnalistik modern telah

diletakkan oleh Tirtoadisuryo. Tirtoadisuryo yang memulai pembaharuan dalam

mengolah isi surat kabar. Surat kabar Medan Priyayi memuat karangan, berita,

Page 58: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

pengumuman, pemberitaan, iklan dan lain-lain. Tirtoadisuryo dianggap sebagai

wartawan Indonesia yang pertama-tama menggunakan surat kabar sebagai alat

untuk membentuk pendapat umum. (Sartono Kartodirdjo, 1975: 301)

Budi Utomo yang lahir di Jakarta tahun 1908, sangat memperhatikan

pentingnya surat kabar sebagai penyambung suara organisasi. Walaupun surat

kabar yang terbit bercorak lunak seperti sikap Budi Utomo; namun redakturnya

selalu menulis dan memberitakan hal-hal yang penting bagi kemajuan dan

kesejahteraan. Langkah yang demikian akhirnya diikuti berbagai organisasi

pergerakn nasional lainnya, di antaranya Sarekat Islam, Indische Partij, Partai

Komunis indonesia dan organisasi lain(Samsudjin Probohardjono, 1985:27).

Perjuangan pers di Indonesia tidaklah semudah yang dilihat. Dalam buku

Pers Jawa Timur dari Masa ke Masa (Achmad Djais, 1994 : 7) dijelaskan karena

penerbitan pers semakin bertambah, tahun 1856 pemerintah Hindia belanda

mengeluarkan Reglement op de Drukwerken in Nederlandesch Indie yang lazim

disebut Drukpers Reglement atau UU tentang percetakan dan Pers. UU itu berisi

“Semua karya cetak sebelum diterbitkan, satu eksemplar harus dikirimkan dulu

kepada Kepala Pemerintahan setempat, pejabat justisi dan algemeene Secretarie.

Pengiriman ini harus dilakukan oleh pihak pencetakan dan penerbitan untuk

mendapatkan persetujuan dari Kepala Pemerintahan setempat, pejabat justisi dan

algemeene Secretarie. Kalau ketentuan ini tidak dipatuhi, karya cetak tersebut

disita. Tindakan ini bisa disertai dengan penyegelan percetakan atau tempat

penyimpanan barang-barang percetakan tersebut”. Peraturan ini bersifat

pengawasan preventif. Aturan ini pada 1906 diperbaiki menjadi bersifat represif,

yang menuntut setiap penerbit mengirim karya cetak ke pemerintah sebelum

dicetak. Sejak diberlakunya ketentuan liberalisasi, khususnya keputusan penguasa

kolonial untuk menghapus Pra-sensor mulai tahun 1906, wartawan Indonesia

memperoleh peluang untuk menerbitkan surat kabar sendiri (Tribuana Said. 1988:

24-25).

Pers pada awalnya merupakan bentukan dari pemerintah Hindia Belanda

yang sangat dipengaruhi oleh kolonialisme dan terbatas dari kalangan tertentu.

Namun dengan berkembangnya berbagai pengetahuan serta beberapa faktor

Page 59: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

menyebabkan pers dapat dinikmati oleh hampir semua golongan. Pers merupakan

sarana komunikasi yang efektif pada waktu itu, sehingga pers menjadi jalan bagi

semua pihak untuk mencapai keinginannya.

B. Peran Pers Sebelum Kongres Pemuda II tahun 1928

Pers pada perkembangannya telah membuat revolusi komunikasi, antara

lain mengubah pola komunikasi tradisional yang terutama oral (lisan) sifatnya

menjadi tertulis sehingga menjadi lebih mantap dalam arti bahwa tidak berubah-

ubah dan menjadi sumber terjaga keasliannya apabila dibaca lagi nanti. Yang

lebih penting pers menciptakan sistem komunikasi terbuka, dimana informasi

dapat diperoleh semua orang dari golongan sosial mana pun.

Saluran pers lebih bersifat satu arah (pers bersifat aktif sedangkan

pembaca bersifat pasif atau hanya menerima berita yang dibacanya), namun pers

mempunyai potensi membangkitkan kesadaran kolektif, antara lain yang berkaitan

dengan kepentingan umum. Salah satu contoh adalah tulisan Suwardi

Suryoningrat dalam “Gagasan Kaoem Hindia Tentang Permainan Pesta

Kemerdikaan Bangsa Belanda di Djadjahannja” yaitu “Jika saya seorang Belanda

saya tidak akan merayakan hari ulang tahun pembebasan tanah air di tengah-

tengah rakyat yang sedang terjajah...”. Dengan adanya tulisan ini para pribumi

sadar bahwa Belanda telah menginjak-injak harga diri mereka, maka timbul

kesamaan nasib dari kalangan pribumi. Hal ini juga terjadi pada golongan

Tionghoa maupun Indo-Belanda yang juga tertekan. (Sudiyo. 2004: 35-36)

Selain berita-berita dalam negeri, berita-berita mengenai luar negeri secara

tidak langsung menambah kesadaran politik pembacanya. Misalnya

dipaparkannya sistem politik dan kejadian-kejadian besar di berbagai Negeri,

antara lain kemenangan Jepang atas Rusia (1905), gerakan Turki Muda di bawah

Kemal Ataturk (1908) dan Revolusi Cina dibawah Sun Yat Sen (1911). Hal ini

membangkitkan kecenderungan untuk membandingkan situasi politik luar negeri

dengan di dalam negeri, sehingga timbul pemikiran-pemikiran dan pandangan

kritis tentang terhadap lingkungan politik. Di sini fungsi pers sangat membantu

tumbuhnya masa kritikal dalam masyarakat, kesadaran kolektif, dan solidaritas

Page 60: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

umum. Oleh karena itu tidak mengherankan bila kemudian berbagai aliran dan

gerakan mempunyai pers sendiri yang berperan sebagai juru bicara (Sartono

Kartodirdjo, 1999: 112-114).

Sejarah perkembangan pers di Indonesia tidak lepas dari sejarah politik

Indonesia. Pada masa pergerakan sampai masa kemerdekaan, pers di Indonesia

terbagi menjadi tiga golongan yaitu pers kolonial/ Belanda, pers Cina/ Tionghoa,

dan pers nasional/ pribumi.

a. Pers Kolonial/ Belanda

Pada awalnya pers Belanda melakukan cetak karena dorongan untuk

mencari keuntungan (komersiil) dan berisi berita-berita tentang Indonesia dan

berita-berita Eropa. Pers Belanda memiliki tempat terbit dan penyebaran terbatas

pada kota-kota besar, yang penting bagi administrasi ataupun sebagai pusat

perdagangan perusahaan-perusahaan Belanda. Dapat dilihat dari tabel mengenai

persebaran surat kabar Belanda di Indonesia dibawah ini:

Tempat Nama surat kabar Tahun terbit

Batavia 1. Bataviase Nouvelles

2. Vendunieuws menjelma menjadi

Bataviasche Courant

3. Javasche Courant

4. Bataviasche Advertentieblad

5. Nederlandsche Indishe Handelsblad

6. Java Bode

7. Biang Lala dan Bintang Barat

8. Hindia Nederland dan Bintang Djohar

1744

1811

1828

1857

1829

1853

1867

1869

Surabaya 1. Soerabaia Courant: surat kabar swasta

pertama.

2. Oostpost dan Soerabaiasch Nieuws

Advertentieblad.

3. Soerabaia Nieuwsbode

4. Soerat Kabar bahasa Melajoe

1937

1853

1861

1856

Page 61: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

5. Bintang Timor 1862

Semarang 1. Semarangsch Advertentieblad

2. De Locomotief

3. Semarangsch Courant

4. Slompret Melajoe

1845

1863

1846

1860

Solo Bromartani 1855

Table 1.1 pers Belanda (M. Gani, 1978: 34-35 ).

Surat kabar Nieuws van den Dag voor Nederlandsche-Indie terbit di

Jakarta dengan redaksinya Karel Wijbrand, yang dalam kedudukannya terkenal

karena kritik-kritiknya kepada pemerintah Belanda. Tampaknya Karel Wijbrand

seorang radikal, tetapi sebenarnya dia seorang pendukung Kolonial

(Abdurrachman. 2002: 31-32). Selain Nieuws van den Dag voor Nederlandsche-

Indie muncul pula Java Bode yang merupakan surat kabar resmi, dan selalu

membela kebijaksanaan pemerintah. Untuk itu, Java Bode mendapat berita-berita

pemerintah secara khusus. Meski Java Bode merupakan surat kabar resmi, namun

pada tahun 1864 dan 1873 tetap terkena delik pers (Tribuana Said, 1988: 16). Isi

Java Bode adalah lembaran-lembaran penerangan bagi apa saja yang terjadi di

kalangan pemerintah, seperti pengangkatan dan pemindahan pegawai, rencana-

rencana peraturan pemerintah dan lain-lain. Oleh karena itu, pemimpin

redaksinya, C.A. Kruseman menjadi sasaran kecaman Wijbrands, sebagai upaya

mempertahankan surat kabarnya (Abdurrachman. 2002: 32-33).

Surat kabar yang dapat dikatakan netral dan melihat berbagai aspek

kehidupan pribumi yaitu Bataviaasch Nieuwsblad. Bataviaasch Nieuwsblad

dipimpin oleh F.K.H. Zaalberg, seorang Indo-Belanda yang menanjak dengan

kekuatannya sendiri, dari pembantu korektor sampai menjadi pimpinan redaksi.

Hal ini karena Zaalberg yang merupakan Indo-Belanda sangat pandai menulis dan

terutama mencerminkan perasaan kaum Indo-Belanda yang sedang menderita

kemelaratan serta kehilangan banyak kesempatan, terutama sejak mengalir banyak

Belanda Totok di Indonesia(Hindia Belanda). Pada tahun 1907, Bataviaasch

Nieuwsblad mempunyai redaktur yang handal yaitu E.F.E. Douwes Dekker.

Douwes Dekker dan Zaalberg menyimpulkan penyebab kemelaratan kaum Indo-

Page 62: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Belanda adalah tata susunan eksploitasi modal kolonial. (Abdurrachman. 2002:

33-34). Pada tahun 1909 Douwes Dekker telah menilai mengenai pers di

Indonesia yaitu pers berbahasa Melayu lebih penting daripada pers Belanda.

Karena pers itu langsung dapat menarik minat pembaca-pembaca pribumi. Hal ini

membuat surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad mempunyai watak dan keyakinan

keras untuk tidak menjadi alat Kolonial seperti Nieuws van den Dag voor

Nederlandsche-Indie dan Java Bode. (Sartono Kartodirdjo, 1975: 296)

Di Surabaya terbit Soerabaia Courant pada tahun 1837. Surat kabar ini

bertahan lama dan setelah 26 tahun, Soerabaia Courant yang pada awalnya

mingguan berubah menjadi surat kabar harian. Isinya terutama berita dan

advertensi. Tajuk rencana menguraikan soal setempat, pertanian dan perdagangan.

Kutipan berita dari surat kabar negeri Belanda, Singapura, India dan Cina (M.

Gani, 1978: 35). Selain Soerabaia Courant terbit Het Soerabajaasch

Handelsblad, yang didukung oleh kaum pengusaha pabrik gula Belanda di Jawa

Timur. Dengan pimpinan redaksinya van Geuns, disebut sebagai orang liberalis

dari aliran kuno. Van Geuns percaya bahwa satu-satunya kemajuan dan

kemakmuran Hindia Belanda tergantung dari perkembangan perkebunan-

perkebunan barat yang mengadakan ekspor. Soerabajaasch Handelblad

merupakan reaksioner terhadap pertumbuhan pergerakan nasional (Achmad Djais,

1994: 6-7).

Pada pertengahan abad ke-19 banyak muncul surat kabar yang

menggunakan bahasa daerah maupun melayu. Pada tahun 1855 di Surakarta terbit

surat kabar pertama dalam bahasa Jawa dengan nama Bromartani. Surat kabar

pertama yang menggunakan bahasa melayu adalah “Surat Kabar Bahasa

Melajoe”, terbit di Surabaya pada tahn 1856. Dengan adanya surat kabar itu,

mendorong munculnya surat kabar lainnya, diantaranya: Soerat Chabar Betawie

(1858), Selompret Melajoe (Semarang, 1860), Bintang Timor (Surabaya, 1862),

Djoeroe Martani (Surakarta, 1864), dan lain-lain (Tribuana Said, 1988). Bintang

Timor dicetak oleh Gebr. Gimberg dan Co, Bintang Timor dipimpin oleh TCE

Bouquet. Walaupun dipimpin oleh orang Belanda, surat kabar Bintang Timor

berani menurunkan suara rakyat bumi putra. Pada edisi 3, seorang yang

Page 63: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

menggunakan nama samaran Banteng Tanah Merah menulis kritik terhadap

pemerintah karena kenaikan pajak dan keadaan rakyat miskin semakin melarat

(Achmad Djais, 1994: 10-11).

Pada tahun 1845 di Semarang terbit Semarangsch Advertentieblad, akan

tetapi hanya berumur satu tahun. Kemudian muncul De Locomotief pada tahun

1863 dengan penerbit Firma De Groot Kolff dan Co. Dalam waktu tujuh tahun,

surat kabar ini menjadi dagblad (harian). Douwes Dekker (Multatuli) pernah

mengirimkan tulisannya ke De Locomotif. De Locomotif menerbitkan surat kabar

dengan lampiran-lampiran berbahasa Jawa, Tionghoa, dan melayu. Surat kabar ini

bertahan lama dengan mengalami tiga zaman (kolonialisme Belanda, Jepang dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia) (Samsudjin Probohardjono, 1985: 18-19).

Surat kabar ini berperan dalam mengumumkan berdirinya Budi Utomo dan

mengenai persiapan-persiapan kongres pertama Budi Utomo. Di dalam De

Locomotif memuat surat edaran mengenai Budi Utomo sehingga dapat dikatakan

bahwa De Locomotief merupakan surat kabar yang penting pada saat itu (Sartono

Kartodirdjo, 1975: 307).

Di luar Jawa juga muncul beberapa surat kabar, diantaranya Medan dan

sekitarnya mempunyai korannya sendiri, Mula-mula terbit Deli Courant yang

dianggap sebagai pembawa suara kaum direksi. Kemudian muncul Sumatera Post

yang dianggap lebih demokratis dan lebih mementingkan masyarakat Belanda

sendiri. Juga golongan Katholik, mempunyai surat kabar De Koerier, sedangkan

golongan Indo-Belanda dengan surat kabar Onze Courant. Kaum Protestan yang

tergabung dalam Christelijke Staatkundig Partij memiliki mingguan De Banier,

Golongan Belanda yang tergabung dalam Vaderlandse Dub organnya bernama

Nederlandsch Indie. Sedangkan Baars dan Sneevliet, pembawa faham komunis ke

Indonesia, tahun 1920-an mempunyai Het Vrije Woord (www.stikosa-aws.ac.id,

diunduh 30 januari 2011 pukul 14.00 ).

Dalam “Fikiran Rakjat” 1930 artikel yang berjudul “Pers dan Pergerakan”

mengupas pers kolonial sebagai berikut:

“Pers Kolonial berpihak pada Eropa dan memberikan hasutan-hasutan pada petinggi suatu daerah maupun masyarakat yang membacanya. Pers Kolonial sering kali memberikan berita yang tidak sesuai dengan kebenaran, sehingga

Page 64: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

berakibat bagi pembaca yang hanya membaca pers kolonial akan terhasut dan menganggap semua berita tersebut benar. Selain itu, kaum pergerakan selalu diserang dengan kritik-kritik yang merugikan, pers Kolonial menyatakan itu merupakan kritik yang sehat dan merupakan bagian dari kebebasan berpendapat. Sehingga pers disini digunakan untuk mempengaruhi para penguasa dan kritik-kritik yang dikeluarkan menjadi senjata pemerintah Kolonial untuk menekan pergerakan nasional.”

Surat kabar Belanda yang tumbuh pada akhir abad ke-19 hingga awal abad

ke-20 baik langsung atau tidak, menjadi sarana pendidikan dan latihan bagi orang-

orang Indonesia ikut serta di dalam kegiatan pers. Orang yang terjun dalam pers

Belanda tersebut mempunyai peran yang sangat penting dalam pergerakan

nasional maupun dalam pers pribumi. Mereka ini antara lain: Wahidin

Soedirohoesodo, Abdul Muis, Abdul Rivai, Ki Hajar dewantara, RM

Tirtoadisuryo, Marco Kartodikromo dan RM Bintarti.(Tribuana Said. 1988: 16-

17)

b. Pers Cina/ Tionghoa

Pers lokal baru bangkit awal 1900-an setelah kolonial Belanda

mengizinkan kaum Tionghoa mengelola media cetak. Tionghoa di Batavia, sejak

akhir abad ke-19 dan jelang abad ke-20 banyak memiliki percetakan. Ketika

Tionghoa mulai menerbitkan surat kabar, orang-orang bumiputra juga mulai

belajar mengelola koran. (http://indocina.wordpress.com. Diunduh 30 Januari

2011. 14.00).

Pers milik Tionghoa peranakan muncul setelah timbulnya gerakan Pan-

China di Jawa akibat pengaruh propaganda nasionalisme Dr Sun Yat Sen di China

daratan. Pers milik Tionghoa peranakan memakai bahasa Melayu. Sebab, mereka

sudah banyak yang tak paham lagi dengan bahasa asli Tiongkok. Kebiasaan

mereka juga sudah berbeda karena banyak yang menyerap dan terserap dalam

budaya local pribumi (Abdurrachman. 2002: 44).

Pada awal mula berdirinya pers Tionghoa masih menggunakan redaktur

dari orang Indo-Belanda, karena dianggap orang peranakan Belanda lebih

mengerti dan sudah banyak mengelola tulisan dalam pers. Surat kabar Tionghoa

pertama di Pulau Jawa adalah Li Po yang terbit di Sukabumi (Soebagijo I.N.

Page 65: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

1977: 13). Isi Li Po banyak memuat karangan bahkan ajaran filsuf Tiongkok kuno

yaitu ajaran Konghucu dan berkaitan dengan berdirinya Tiong Hoa Hwee Koan

(THHK) di Jakarta pada tahun 1900. Li Po tidak mengalami perkembangan.

Selama enam tahun (1901-1907) terus berbentuk kecil dan dan terbit seminggu

sekali. Isinya tidak ada kemajuan dan tidak terbaca berita sebagaimana terdapat

pada surat kabar lain (Abdurrachman.2002: 56). Tak lama kemudian muncul

sejumlah surat kabar lainnya, seperti Pewarta Soerabaia (Surabaya-1902), Warna

Warta (Semarang, 1902), Kabar Perniagaan (Jakarta, 1903), Djawa Tengah

(Semarang, 1909), dan Sin Po (Jakarta, 1910). (Soebagijo I.N. 1977: 13)

Pewarta Soerabaia memiliki pemimpin redaksi yang bernama HWR

Kommer, mantan kontrolir Belanda. R.M. Bintarti pernah menjadi penanggung

jawab redaksi di Pewarta Soerabaia. Setelah tujuh tahun terbit, surat kabar ini

mengalami masalah krisis manajemen sehingga terus berganti-ganti

kepengurusan. Walaupun demikian, surat kabar ini dapat terus terbit sampai

kedatangan Jepang. Selain surat kabar Pewarta Soerabaia, muncul Warna Warta di

Semarang (Achmad Djais, 1994: 12-13 ). Warna Warta merupakan surat kabar

yang cukup berani menyerang pemerintah Hindia Belanda. Hal tersebut membuat

pimpinan redaksi yaitu J.P.H. Pangemanan sering dipanggil ke pengadilan karena

tulisannya (Sartono Kartodirdjo, 1975: 297-298).

Pada awalnya Kabar Perniagaan terbit berupa mingguan, baru setelah 1

Maret 1904 Kabar Perniagaan menjadi harian. Redaksinya terdiri dari seorang

Indonesia dan seorang Tionghoa yang bernama F.D.J. Pangemanan dan Gow

Peng Liang (Sartono Kartodirdjo, 1975: 297). Kabar Perniagaan pada tanggal 1

Maret 1904 yang pada awalnya berisi perniagaan dan Advertentie, kemudian

mewartakan segala karangan yang berfaidah, kabar perang, kabar kawat dan

lainnya(Abdurrachman. 2002: 56-57). Kabar Perniagaan merupakan salah satu

surat kabar yang terpenting sebab pembacanya tersebar di seluruh Jawa dan

menyuarakan cita-cita gerakan Cina modern (Sartono Kartodirdjo, 1975: 297).

Surat kabar Sin Po adalah majalah Tionghoa yang menggunakan bahasa

Melayu. Diterbitkan pertamakali di Jakarta pada bulan Oktober 1910. Dua tahun

berselang Sin Po berubah menjadi surat kabar harian. Surat kabar Sin Po memuat

Page 66: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

berita luar negeri, ulasan berita, ruangan pajak, dan tajuk rencana. Menurut Abdul

Wakhid, meskipun surat kabar Sin Po berhaluan ke nasionalisme Tiongkok, bukan

berarti mereka mengabaikan perjuangan nasional Indonesia. Apalagi, kelompok

Sin Po juga menolak kewarganegaraan Belanda. Mereka tetap menjalin hubungan

dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional Indonesia. (http://indocina.wordpress.

com. Diunduh 30 Januari 2011. 14.00). Hubungan antara tokoh pergerakan

dengan Sin Po diungkapkan oleh Yan Goan yang merupakan anggota redaksi Sin

Po pada tahun 1921. Yan Goan menyadari bahwa warga Tionghoa dan warga

Indonesia sama mengalami perlakuan tidak adil dan diskriminasi akibat

penindasan kolonial Belanda. Dalam kapasitasnya sebagai anggota redaksi, Sin Po

edisi bahasa Melayu sangat bersimpati terhadap penderitaan dan perjuangan

rakyat Indonesia. Pada waktu itu anggota redaksi Sin Po banyak menerima

karangan para pemimpin nasional Indonesia yang mencerminkan ketidakpuasan

mereka terhadap pemerintah Kolonial Belanda (http://dennysakrie63.Wordpress.

com.Diunduh 30 Januari 2011. 14.00).

Untuk mengobarkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia, Sin Po

sering menurunkan tulian terjemahan tentang pergerakan kemerdakaan yang

terjadi di India, Philipina, Maroko dan tempat-tempat lain. Akhirnya pembaca Sin

Po yang warga Indonesia, akrab dengan nama-nama seperti Gandhi, Nehru dan

Janna. Sin Po juga merupakan koran yang mendukung aspirasi para pemimpin

pergerakan Indonesia dengan menyebarluaskan istilah ‘Indonesia” untuk

mengganti istilah “Hindia Belanda”, dan istilah “orang Indonesia” untuk

mengganti “Inlander” yang dikonstruksi kolonial Belanda. Hal ini didukung

pendapat Houw bahwa “Sin Po adalah koran pertama yang tidak menggunakan

kata inlander untuk menyebut orang Indonesia dan menggantinya dengan sebutan

orang Indonesia.” Saat itu Belanda membagi masyarakat menjadi tiga kelas orang

Eropa yang di dalamnya termasuk orang Jepang dan Thailand, orang Tionghoa

dan orang Timur Asia lainnya, dan inlander untuk pribumi

(http://dennysakrie63.wordpress.com. Diunduh 30 Januari 2011. 14.00). Kata

inlander ini juga di tolak digunakan oleh Perhimpunan Indonesia.

Page 67: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Pemberitaan Sin Po tidak mengabaikan peristiwa-peristiwa penting di

Indonesia hingga bisa memberikan kesadaran dan inspirasi bagi perjuangan.

Dalam beberepa periode, Sin Po banyak memakai wartawan bumiputra dan

banyak memuat berita pergerakan. WR Supratman juga tercatat sebagai wartawan

Sin Po. Melalui Sin Po juga lagu Indonesia Raya gubahan WR Supratman

menjadi lagu kebangsaan Indonesia pertama kali dipublikasikan tahun 1925.

Sementara Ir Soekarno juga dikenal dekat dengan Sin Po

(http://indocina.wordpress.com. Diunduh 30 januari 2011. 14.00).

The Young Republican terbit 15 oktober 1918, dengan redaktur Oeij

Tjiong Yan, Tjoa Jan Hie, Tjiook Soe Tjioe dan Oeij Kiem Koei. Direktur

perusahaannya Ong Ing Hwei. Mutu cetakannya cukup bagus dan berisik lebih

banyak artikel mengenai pergerakan kaum muda Tionghoa (J.M. Kiveron, 1934:

17). Dengan semakin banyaknya artikel maupun berita dari luar mengenai

pergerakan pemuda, secara langsung maupun tidak langsung akan memunculkan

pemikiran-pemikiran dari golongan muda untuk melakukan tindakan yang sama.

Sebuah berita dapat menguatkan pemikiran yang ada untuk segera dilakukan.

Pers Tionghoa dapat bertahan lebih lama jika dibandingkan dengan pers

pribumi/nasional karena adanya permodalan dan dukungan dari pengusaha-

pengusaha Tionghoa. Dalam sebuah surat kabar dapat terus berkembang dan

menjadi besar karena jumlah pembaca yang besar dan banyaknya iklan yang

dimuat. Selain itu pers Tionghoa merupakan pers netral yang berarti tidak

membenarkan suatu tindakan dari kaum kolonial maupun pribumi. Semua berita

yang dihadirkan sebagian besar merupakan kejadian di Tiongkok. Walaupun

kadang adanya suatu kritik, namun kritik yang diambil merupakan bagian dari

refleksi keadaan di sekitar. Sehingga jarang terkena pembredelan pers.

Java Herald, pada penerbitan pertama tak kurang 50 iklan yang

dimuatnya. Sin Jit Po, bertahan dari tahun 1924 sampai tahun 1942 dan berisi

tulisan mengenai tiongkok dan masyarakat yang cukup menonjol yang diimbangi

tulisan luar negeri(60%), Sin Po yang terbit 1910 sampai 1960, dan lain-lain.

Walau ada yang juga bertahan tidak lama, namun pers Tionghoa merupakan pers

Page 68: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

yang dapat bertahan dari masa kolonial Belanda, Jepang dan masa kemerdekaan

(J.M. Kiveron, 1934: 21-22).

Menurut Nio Joe Lan, fungsi pers bukan sekadar memberikan informasi

dan penyuluhan, tapi juga memberikan pendidikan masyarakat. Dari segi

penyajian, bahasa yang dipakai pers Tionghoa peranakan adalah bahasa Melayu,

sehingga secara tak langsung juga memasyarakatkan bahasa Melayu yang ketika

itu sedang dikampanyekan sebagai bahasa persatuan di Indonesia melalui Sumpah

Pemuda. Pers sebagai media informasi dan pendidikan perjaungan ini, paling

tidak juga ikut andil dalam menumbuhkan kesadaran kolektif masyarakat

Indonesia (http://indocina.wordpress.com. Diunduh 30 januari 2011. 14.00).

Dalam buku 45 tahun sumpah pemuda, Abdurrachman Surjomihardjo

menyatakan “Di Indonesia sendiri perkembangan pers berbahasa melayu dinilai

sangat penting peranannya, karena pers itu dapat langsung mencapai pembaca

penduduk bumi putra, golongan penduduk yang terbanyak jumlahnya disamping

golongan Belanda dan Tionghoa.”(1974: 293) Pers yang berbahasa Melayu,

dalam perjuangan bangsa Indonesia, amat penting karena dapat menarik pembaca

dari kelompok Bumi Putra. Keberadaan pers yang berbahasa Melayu merupakan

ancaman bagi pers Belanda. Oleh karena itu, dalam usaha untuk menarik

pembaca, pemerintah Belanda juga menerbitkan pers berbahasa Melayu. Pers

mampu memberikan sumbangan terhadap timbulnya kesadaran bangsa Indonesia.

c. Pers Pribumi

Salah satu hal mendasar yang dialami oleh para pejuang, khususnya pada

masa pergerakan nasional adalah bagaimana mengkomunikasikan perjuangan

pada pihak lain. Kurangnya komunikasi ini dapat memberikan dampak negatif

dalam sebuah perjuangan. Komunikasi sangat bermanfaat dalam upaya

mengkoordinasikan perjuangan. Salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk

mengkomunikasikan perjuangan itu adalah melalui pers. Ketajaman “pena” pers

itu dapat memberikan motivasi pada para pejuang, sebab bagaimanapun sebuah

terbitan pasti memiliki “warna” dan nuansa yang subjektif. Secara umum, pers

harus mampu memperjuangkan objektivitas, menjadi alat pendidikan, alat

Page 69: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

penyalur aspirasi, sebagai lembaga pengawasan dan juga sebagai upaya untuk

penggalangan opini umum (http://www.crayonpedia.org. Diunduh 2 Juni 2011

pukul 15.00).

Pergerakan nasional dan pers pribumi dapat diibaratkan sebagai kembar

siam, kedua bidang kegiatan bangsa indonesia yang hidup berdampingan. Apabila

pergerakan nasional dapat dipandang sebagai proses mobilisasi rakyat untuk

berpartisipasi dalam mewujudkan cita-cita nasional, hal ini berarti fungsi pokok

pergerakan nasional ialah mensosialisaskan politik dikalangan masyarakat. Media

massa dipandang dapat menyampaikan semua yang dibutuhkan organisasi,

sehingga penggarapan kesadaran dapat terlaksana secara lebih efektif.

Berbagai orgaisasi yang muncul awal abad ke-20 membawa perubahan

yang sangat besar bagi perkembangan pers. Dalam tahun-tahun 1913 keatas atau

setelah perang dunia pertama, perkembangan pers Pribumi memang sangat hebat

dan pesat. Bersama-sama dan bergandengan gerakan kebangsaan, baik yang

berdasarkan agama maupun yang berazaskan kebangsaan semata, pers nasional

merupakan gambaran serta cermin yang nyata dari kehidupan kebangsaan;

sekaligus pers menjadi penyebar semangat nasionalisme. Ada kerjasama yang

timbal balik antara kedua pihak itu, yang menguntungkan kedua belah pihak (Pers

Indonesia. 1978: 18-19). Hal ini dapat dilihat dari data hubungan organisasi

pergerakan nasional, yaitu:

NAMA ORGANISASI KOTA NAMA PERS TAHUN

BUDI UTOMO SURAKARTA

YOGYAKARTA

DARMO KONDO

BOEDI OETOMO

1903

1920

SAREKAT DAGANG ISLAM

SURAKARTA

SEMARANG

SARO TAMA

SINAR DJAWA

1914

1914

SAREKAT ISLAM SURABAYA

BANDUNG

SURAKARTA

MALANG

OETOESAN HINDIA

SIMPAJ

SAROTOMO

SRI SOERAPATI

1916

1916

1916

1910

Page 70: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

SERANG

PALEMBANG

YOGYAKARTA

MALANG

GARUT

MIMBAR

TERAJOE

TJABALAKA

SOEARA KITA

BALATENTARA ISLAM

1919

1919

1920

1921

1924

INDISCHE PARTIJ BANDUNG

SEMARANG

DE EXPRES

HINDIA PUTRA

1912

1920

JONG JAVA JAKARTA

SURAKARTA

JONG JAVA

SISWO GOEPITO

1920

1924

Table. 1.2

Budi Utomo merupakan suatu organisasi pergerakan nasional yang

pertama didirikan tanggal 20 Mei 1908 dengan bentuk modern. Tujuan awal

Boedi Oetomo adalah mencapai kemakmuran yang harmonis untuk nusa dan

bangsa jawa dan madura (de harmonische ontwikkeling van land en vol van Java

en Madura). Untuk mencapai tujuannya dirumuskan beberapa usaha, yaitu:

memajukan pengajaran, pertanian, peternakan, perdagangan, industri, dan

menghidupkan kembali kebudayaan. Namun disini nasionalisme yang diangkat

oleh Budi Utomo hanya terbatas pada wilayah Jawa dan Madura (Cahyo Budi

Utomo. 1995: 49-51). Dalam perkembangannya, Budi Utomo didominasi oleh

golongan ningrat atau aristokrat dan jaringan sosial yang terbentuk menjadi

terbatas pada subkultur regional serta subkultur priyayi. Hal ini menimbulkan

reaksi dari golongan lain, sehingga muncullah organisasi-organisasi sejenis yang

semuanya merupakan manifestasi dari identitas golongan masing-masing, baik

identitas subkultural etnis maupun subkultural kelas atau golongan sosialnya.

Misalnya: Jong Sumatra, Jong Ambon, Jong minahasa, Sarekat Islam, Paguyuban

Pasundan dan lain-lain (Sartono Kartodirdjo. 1990: 104-105).

Pada tahun 1911, H. Samanhudi mendirikan Serikat Dagang Islam (SDI)

di Solo sebagai usaha koperasi untuk memajukan perdagangan pribumi sekaligus

sebagai reaksi terhadap pedagang-pedagang Tionghoa yang memonopoli bahan-

Page 71: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

bahan batik (S. Silalahi. 2001: 2). SDI sendiri merupakan gagasan dari R. M. Tirto

Adisuryo (pimpinan majalah Medan Priyayi), didirikan tahun 1905 di Jakarta dan

1911 di Bogor. Setelah itu Tirto Adisuryo berkeliling keseluruh pulau Jawa,

terutama ke kota-kota besar. Akhirnya sampai di Solo dan membuka cabang

bersama H. Samanhudi dengan semboyan “kebebasan ekonomi”, rakyat

tujuannya, Islam jiwanya. Hal itu untuk kekuatan dan persatuan (Cahyo Budi

Utomo. 1995:56).

Pada tahun 1912 SDI berubah menjadi Sarekat Islam (SI) karena gerakan

itu tidak lagi membatasi diri hanya dalam bidang perdagangan, melainkan

mencakup bidang lainnya. Pada awalnya Sarekat Islam merupakan gerakan reaktif

terhadap situasi kolonial, maka gerakan itu melangkah kearah rekonstruksi

kehidupan bangsa, untuk selanjutnya menentukan identitas dan akhirnya beralih

ke perjuangan politik untuk menentukan nasib sendiri. Tambah pula di dalam

gerakan itu agama Islam berfungsi sebagai ideologi sehingga gerakan itu lebih

merupakan revivalisme, yaitu kehidupan kemali kepercayaan dengan jiwa atau

semangat yang berkobar-kobar (Sartono Kartodirdjo. 1990: 107-108).

Sarekat Islam, dengan organnya Oetoesan Hindia langsung diasuh oleh

Haji Oemar Said Tjokroaminoto dinilai sangat radikal, terutama tulisan-tulisan

dari pembantu-pembantunya seperti Haji Agus Salim, Abdoel Moeis,

Soerjopranoto, Samsi dan lain-lain, dianggap sangat berpengaruh kepada

komunitasnya. Bahkan penerbitan di luar Jawa sering pula mengambil tulisan dari

Oetoesan Hindia. Sayang sekali, karena sebagian pembaca Oetoesan Hindia

kurang rajin membayar uang langganan, maka akhirnya surat kabar tadi terpaksa

menghentikan penerbitannya (1923). Oetoesan Hindia bukan satu-satunya organ

Sarekat Islam. Misalnya: di Saroetomo wartawan muda Mas Marco (Soemarko

Kartodikromo) sering menulis artikel-artikel yang menyebabkan dia sering

berurusan dengan pengadilan (www.stikosa-aws.ac.id. diunduh 30 januari 2011

pukul 14.00). Namun disini SI terpecah karena disusupi paham komunis.

Selain SI muncul juga Indische Partij yang didirikan oleh 3 orang tokoh

yaitu Ernest Douwes Dekker, Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi

Soerjaningrat pada tahun 1912. Indische Partij memiliki tujuan Indie merdeka,

Page 72: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

dasarnya adalah nasional Indische. Dengan semboyan Indie untuk Indier,

organisasi ini berusaha membangunkan rasa cinta tanah air dari semua Indier dan

berusaha untuk mewujudkan kerja sama yang erat untuk kemajuan tanah air dan

menyiapkan kemerdekaan (Cahyo Budi Utomo. 1995: 70-71). Indische Partij,

juga mempunyai penerbitannya sendiri, namun yang terkenal ialah De Expres.

Pendiri sekaligus penulis dalam De Expres yaitu Ernest Douwes Dekker, Tjipto

Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat banyak mengemukakan kritik

tajam terhadap pemerintah Hindia Belanda (www.stikosa-aws.ac.id. Diunduh 30

januari 2011 pukul 14.00). Oleh karena itu, pihak pemerintah dengan cepat

menangkap para pendiri Indische Partij dan dibuang ke negeri Belanda. Tulisan

yang dianggap membahayakan terhadap pemerintah dan mengganggu keamanan

dan ketertiban adalah tulisan R.M. Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara).

Didalam buku yang ditulis Sudiyo dengan judul Perhimpunan Indonesia (2004 :

36) mengutip Tulisan Suwardi Suryoningrat yaitu “Jika saya seorang Belanda

saya tidak akan merayakan hari ulang tahun pembebasan tanah air di tengah-

tengah rakyat yang sedang terjajah...”

Dengan datangnya ketiga tokoh Indische Partij yang dibuang ke negeri

Belanda mempunyai pengaruh kuat terhadap pemikiran para pelajar Indonesia di

negeri Belanda (Indische Vereniging). Pemikiran untuk bergerak dalam bidang

politik di kalangan Indische Vereniging diperkuat lagi oleh kedatangan suatu

Panitia Ketahanan Hindia Belanda (Comite Indie Weerbaar) yang terdiri dari

R.Ng. Dwidjosewoyo, Abdul Muis, dan Kolonel Rhemrev. Panitia ini

mengusulkan kepada pihak pemerintah Belanda untuk memperkuat ketahanan

Hindia Belanda di Waktu menghadapi perang. Namun ditolak, sehingga hal ini

menimbulkan pemikiran para pelajar bahwa Belanda tidak memiliki niat untuk

memberikan kesempatan orang Indonesia untuk berfikir secara luas, tetapi hanya

untuk diperintah dan diatur (Sudiyo. 2004: 36-37).

Indische Vereniging berdiri tahun 1908 yang bergerak pada sosiokultural,

namun secara bertahap terjadi perubahan pergerakan dari Indische Vereniging.

Indische Vereeniging lalu mendirikan majalah Hindia Poetra dan melalui majalah

tersebut para mahasiswa dapat menulis gagasan, ide-ide politik untuk dibaca

Page 73: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

kaum pergerakan di tanah air. Tahun 1922 dibawah kepemimpinan dr. Soetomo,

Indische Vereniging diubah namanya menjadi Indonesische Vereeniging dengan

tujuan dan gerakan yang sudah bersifat politis. Dalam perkembangan selanjutnya,

saat diketuai oleh Dr. Sukiman nama Indonesische Vereeniging diubah namanya

menjadi “Perhimpunan Indonesia” dan nama majalahnya diubah namanya

menjadi “Indonesia Merdeka”. Perubahan nama tersebut dilakukan pada tahun

1925. Sedangkan tujuan Perhimpunan Indonesia dalam anggaran dasarnya

dipertegas menjadi Kemerdekaan Indonesia. Untuk menunjukan identitas

nasional, setiap anggota Perhimpunan Indonesia diharuskan memakai Kopiah

(Peci) nasional. (Sudiyo, 2004: 45).

Majalah Indonesia Merdeka secara sembunyi-sembunyi dikirim ke

Indonesia. Majalah ini dapat sampai pada para tokoh pergerakan nasional karena

jasa dari para pegawai pos bangsa Indonesia yang bertugas menyortir surat dan

kiriman dari negeri Belanda. Karena para pegawai pos tersebut banyak menaruh

simpati kepada pergerakan pemuda/pelajar Indonesia dan kaum pergerakan

nasional. Apabila ada majalah Indonesia Merdeka atau surat-surat lain yang

dianggap rahasia, maka dengan cepat para pegawai pos mengambil dengan diam-

diam dimasukan ke dalam bajunya untuk diserahkan kepada pemuda/pelajar dan

tokoh-tokoh pergerakan nasional di Indonesia (Sudiyo. 2004: 54).

Pada tahun 1925, Soegondo Djojopoespito menumpang di rumah pegawai

pos di gang Rijksman jalan Segara. Dari seorang Klerk yang bekerja mensortir

surat-surat, Soegondo mendapatkan majalah Indonesia Merdeka. Dengan

membaca majalah tersebut hati Soegondo semakin terbuka dan semakin tahu apa

arti persatuan. Indonesia Merdeka ternyata sangat mempengaruhi Soegondo

terutama ketertarikan terhadap pergerakan bangsanya. Oleh karena itu, dia sering

datang kerumah Haji Agus Salim untuk berdiskusi dan belajar politik. Di samping

itu dia juga berdiskusi dengan kawan-kawannya dan Soegondo meneruskan

majalah Indonesia Merdeka kepada teman-temannya (Sri Sutjiatiningsih. 1999:

21-23).

Ali Sastroamidjojo yang turut aktif mengisi majalah Indonesia Merdeka

juga mendapat tugas untuk menyebar luaskan majalah itu ke Indonesia, terutama

Page 74: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

edisi dalam bahasa Indonesia yang terbit dalam beberapa waktu. Dia memasukkan

secara sembunyi-sembunyi dengan cara meyobek halaman-halaman majalah

Indonesia Merdeka dan ditempelkan di halaman majalah-majalah Belanda seperti:

Haagsche Post, De Groene Amsterdammer, dan lain sebagainya, karena majalah-

majalah Belanda tersebut masuk ke Indonesia tanpa adanya kontrol oleh polisi

kolonial Belanda (Sudiyo. 2004: 64 - 121).

Di Indonesia sendiri suratkabar berkembang pada tahun 1920-an. Tercatat

ada 400 penerbit dalam berbagai corak dan tersebar diseluruh Indonesia pada awal

tahyn 1920. Diantaranya: kota Bandung terbit Sora Mardika (1920) dan

Sipatahoenan (1923), Samarinda terbit Perasaan kita (1928), Pontianak terbit

Warta Borneo, dan lain-lain. Pers Indonesia sudah berani memuat mengenai

persatuan dan rasa nasionalisme walaupun masih secara tersirat. Hal ini terutama

ketika ada peraturan yang merugikan maupun bentuk-bentuk penindasan

pemerintah kolonial. Hal ini terpengaruh dari besarnya langganan majalah

Indonesia Merdeka di Hindia Belanda yang mencapai 280 orang, dengan

perincian; Aceh (3), Sumatra Utara (18), Sumatra Barat (37), Riau (1), Bengkulu

(2), Sumatra Selatan (3), Jakarta/Batavia (45), Jawa Barat (29), Jawa Tengah (68),

Jawa Timur (21), Kalimantan (7) dan Sulawesi (2) (Abdurrachman. 2002: 82).

Yang terpenting majalah tersebut sampai pada anggota-anggota PPPI

(Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) yang mengambil inisiatif untuk

mengadakan Kongres Pemuda II (Sudiyo. 2004: 54).

Dalam tulisan Hamka dengan karya Mukhtar Luthfi dan ilyas Ya Cub

(Seruan Azhar dan pilihan Timur) dalam buku Bunga Rampai Sumpah Pemuda 50

tahun (1978: 106-107): Pada Tahun 1926, dua tahun sebelum Sumpah Pemuda,

dari kalangan mahasiswa Islam Indonesia di Kairo, mesir, mengeluarkan sebuah

surat kabar Bernama “Seruan Azhar” yang mengemudikan majalah itu adalah

Mukhtar Luthfi dan Ilyas Ya’qub. Dan harus diingat pula bahwa yang menjadi

tata Usaha ialah H. Taufiqurrahman Kafrawi, seorang pemuda berasal dari Jawa

Timur. Simpulan dari Isi majalah Seruan Azhar ialah membangkitkan semangat di

Tanah Airnya sendiri agar berjuang untuk kemerdekaan. Yang dimaksud dengan

Tanah Air yaitu Indonesia dan Semenanjung (Malaysia). Umur Mukhtar Luthfi

Page 75: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

dan Ilyas Ya’qub di waktu itu barulah sekitar 25 dan 28 tahun. Gerakan

kemerdekaan di Mesir telah memberikan Inspirasi kepada kedua pemuda itu buat

menyampaikan cita-cita kemerdekaan dalam Tanah airnya sendiri (Indonesia).

Dan oleh karena Sumpah pemuda belum ada, mereka meyakinkan bahwa

Indonesia ialah Tanah Air kita. Namun Kita sendiri adalah bangsa Melayu

Minangkabau, dan tulisan yang menonjol pada waktu itu ialah huruf Jawi atau

huruf Melayu yang di Jawa biasa disebut Huruf Pegon (Hamka, 1978: 107).

Dalam Fikiran Rakjat 1930 artikel yang berjudul Pers dan Pergerakan

mengupas pers pribumi sebagai berikut:

“Pada tiap perjuangan kemerdekaan serta meninggikan derajat bangsa dan tanah air, untuk memperbaiki nasibnya adalah pers yang menjadi pembantu terbesar. Dalam sebuah negara yang tidak merdeka, surat kabar menjadi pembantu atau senjata dari kaum pergerakan, karena bisa menyebarkan atau mempropagandakan cita-cita dan kemauan dari kaum pergerakan nasional kepada rakyat. Dengan surat kabar dapat mengeluarkan buah pikiran dan kemauannya, bisa menentukan apa yang dikehendakinya dan menyampaikan segala isi hati keberbagai pelosok serta sudut negeri.”

Surat kabar yang berkembang pada awal abad ke-20 membawa aliran-

aliran menurut golongan maupun organisasi yang dibawanya. Ada lairan

nasionalis, agamis dan sosialis. Sehingga secara langsung akan membawa

pengaruh pada isi surat kabar mengarah pada aliran-aliran organisasi. Menurut

Jakob Oetomo dalam buku berjudul “Perspektif Pers Indonesia” (1987: 151-152),

ada beberapa hal yang menonjol, yaitu:

1. Pers mempunyai komitmen kuat pada idealism, baik yang nasional

maupun yang aliran.

2. Pers Indonesia pertama-tama berfungsi sebagai sarana perjuangan,

maka; aspek komersial dari pers Indonesia kurang diperhatikan,

bahkan uumnya lemah.

3. Pluralism aliran politik yang dominan menjadi satu penghambat

tumbuhnya Koran independen yang bersirkulasi luas.

Page 76: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

C. Peranan Pers dalam Kongres Pemuda II tahun 1928

Dengan melihat dari berbagai sudut fungsinya, maka peran pers dalam

Kongres Pemuda II dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pusat Informasi

Pada tahun 1926 banyak kaum nasionalis maupun pergerakan nasional

yang ditangkap oleh polisi kolonial Belanda secara membabi buta akibat

kegagalan pemberontakan PKI (Sudiyo. 2004: 125). Hal ini berakibat sulit

berkembangnya organisasi pergerakan nasional di Indonesia. Adanya kevacuum-

an pergerakan nasional membuat para pemuda berani tampil mengisi kekosongan

tersebut (Sudiyo. 2003: 5). Pers yang melihat perkembangan organisasi

kepemudaan menganggap pentingnya meliput berbagai kegiatan organisasi

kepemudaan (Momon Abdul Rahman. 2007: 18).

Pers melihat gedung Kramat 106 sebagai pusat kegiatan diskusi bagi para

pelajar. Hal ini karena gedung Kramat 106 selain menjadi tempat tinggal, juga

menjadi tempat pertemuan-pertemuan yang berbau politik. Pada mulanya gedung

Kramat 106 merupakan tempat bagi organisasi Jong Java, namun pada

perkembangannya, banyak dipakai oleh golongan mahasiswa nasional lain dan

organisasi kepanduan. Golongan mahasiswa nasional ini terdiri dari berbagai suku

dan berbagai macam perguruan tinggi, dengan adanya diskusi dan pertemuan-

pertemuan sehingga mulai pudarlah sifat kedaerahan dari para pemuda (Mardanas

Safwan. 1996: 22-23). Seringnya terjadi pertemuan dari berbagai golongan

mahasiswa maka pada permulaan tahun 1928 gedung Kramat 106 merupakan

tempat pertemuan pemuda nasional (Sudiyo. 2004: 134).

Berbagai kegiatan yang dilakukan para pemuda tidak lepas dari sorotan

surat kabar. W.R. Soepratman yang juga tertarik dalam aktivitas pergerakan

nasional mengikuti berbagai pertemuan pemuda terutama di gedung Kenari dan

Gedung Kramat 106. Pertemuan yang diadakan oleh para pemuda merupakan

awal terbentuknya gagasan Kongres Pemuda II yang diikuti oleh berbagai

organisasi kepemudaan. Kegiatan pergerakan ini merupakan kegiatan utama yang

diliput W.R. Soepratman untuk surat kabar Sin Po (Momon Abdul Rahman. 2007:

18).

Page 77: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Banyak surat kabar yang meliput kegiatan para pemuda, terutama dalam

persiapan Kongres Pemuda II. PPPI yang menjadi penggagas Kongres pemuda II

menganggap penting peran surat kabar. Majalah “Indonesia Raya” dijadikan alat

bagi PPPI untuk menyebarkan paham persatuan dan menjadi pusat informasi bagi

para pemuda (Sudiyo. 2004: 121). Hal ini terutama dalam persiapan Kongres

Pemuda II, Soegondo yang menjadi ketua kongres sekaligus menjadi ketua PPPI

pasti menjadi pusat informasi yang utama dan akurat bagi majalah Indonesia

Raya. Persiapan yang dilakukan PPPI yaitu persiapan-persiapan secara tehnis dan

persiapan-persiapan secara ideologis yang dilakukan sebelum Kongres Pemuda II

(Tim Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah. 1974: 60).

Persiapan tehnis yang dilakukan meliputi membuat susunan acara dan

kepanitiaan. PPPI mengumumkan susunan acara kongres ke dalam surat kabar

Persatuan Indonesia (Pengurus Kongres, 1928), sebagai berikut:

Rapat pertama

(27 Oktober 1928, malam minggu. 7.30- 11.30 di gedung K. Jongelengen

Bond, Waterlooplein).

1. Membuka kerapatan oleh Tn. Soegondo.

2. Menerima salam dan menyukai kerapatan.

3. Dari hal persatuan dan kebangsaan Indonesia, oleh Muh Yamin.

Rapat kedua

(28 Oktober 1928, hari minggu. 8-12 Oost Java Bioscop, Koningsplein

Noord). Membicarakan perkara pendidikan oleh:

Mej. Poernamawoelan

t.S. Mangoensarkoro

t. Djokosarwono

t. Kjai Adjar Dewantoro

Rapat ketiga

(28 Oktober 1928, malam Senen 5.30-7.30 di gedung Indonesia Clubhuis

Kramat 106)

1. Arak-arakan Pandu (Padvinderij)

2. Dari hal pergerakan Pandu oleh T. Ramelan

Page 78: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

3. Pergerakan Pem. Indonesia dan pergerakan pemuda di tanah

luaran oleh t.W. Soenarjo.

4. Mengambil kepoetoesan.

5. Menoetoep kerapatan

Ajakan untuk menghadiri rapat yang akan diadakan pada tanggal 27 dan 28

oktober 1928 di cetak dengan tebal dan memberikan tekanan untuk mengikuti

kongres. Dengan adanya maklumat ini kami (Pengurus) berharap supaya semua

orang dapat membantu kerapatan ini, karena kami yang bertandatangan dibawah

ini percaya kerapatan akan membawa kebaikan dan banyak manfaat bagi tanah air

kita dan bangsa Indonesia.

Pengurus:

Ketua : Soegondo Djojopuspito (PPPI)

Wakit Ketua : R.M. Djoko Marsaid (Jong Java)

Sekretaris : Muhammad Yamin (Jong Sumatranen Bond)

Bendahara : Amir Sjarifuddin (Jong Bataks Bond)

Pembantu I : Djohan Mohammad Tjaja (Jong Islamieten Bond)

Pembantu II : R. Katja Soengkana (Pemuda Indonesia)

Pembantu III : R. C. L. Senduk (Jong Celebes)

Pembantu IV : Johannes Leimena (Jong Ambon)

Pembantu V : Rochjani Soe’oed (Pemuda Kaum Betawi)

Susunan acara dan panitia di atas disertai dengan ajakan yang mengarah

pada undangan secara terbuka (menyeluruh). Dengan adanya undangan yang

menyeluruh sehingga terbukalah Kongres Pemuda II untuk umum. Hal ini dapat

dilihat dari banyaknya peserta Kongres Pemuda II, baik dari wakil pemuda

maupun golongan tua. Dari golongan tua yang hadir diantaranya dari PNI, PSI,

Budi Utomo, Pasundan, Kaum Betawi, Timorsch Verbond dan lain-lain (Persatuan

Indonesia. 1928). Golongan tua banyak membantu, baik pada persiapan, jalannya

kongres, maupun penyebaran hasil kongres. Pers dapat dikatakan berhasil

menyebarluaskan informasi mengenai acara Kongres Pemuda II.

Surat kabar merupakan hal penting yang dapat menjadi sumber informasi

dan bertanya bagi masyarakat sehingga acara kongres menjadi jelas. Berbagai

Page 79: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

persiapan Ideologis yang dilakukan PPPI juga dilakukan melalui surat kabar. Hal

ini memiliki tujuan untuk mempersatukan seluruh organisasi kedalam pemikiran

nasionalisme. Pertemuan-pertemuan serta perbincangan antar pengurus organisasi

yang sering dilakukan di berbagai gedung pertemuan terutama Gedung Kramat

106 mendapatkan sorotan dari kalangan pers. Dengan adanya informasi tentang

persiapan Kongres Pemuda II memudahkan tercapainya tujuan kongres yaitu:

1. Membentuk satu wadah organisasi kepemudaan, yang bersifat nasional

dengan berasaskan persatuan Indonesia.

2. Menghilangkan segala perbedaan, yang menjadi hambatan terbentuknya

persatuan Indonesia. (Sudiyo. 2003: 78)

b. Mempengaruhi Opini

Pers dapat memusatkah perhatian khalayak dengan pesan-pesan yang

ditulisnya. Dalam masyarakat modern, gambaran kita tentang lingkungan yang

jauh diperoleh dari pers dan media massa lainnya. Berbagai tulisan mengenai

keadaan pribumi yang menderita karena penjajahan menimbulkan pemikiran-

pemikiran kaum intelektual maupun kalangan pemuda. Selain itu, ideology yang

berada dibelakang pers sangat berpengaruh dalam isi surat kabar.

Pada awalnya pers mempengaruhi penggunaan bahasa melayu sebagai

bahasa yang sering digunakan dibandingkan bahasa Belanda. Hal ini sangat

penting dalam mempengaruhi pemikiran pemuda, terutama dalam kongres

Pemuda II, sebab pada awal mulanya ada beberapa pertentangan antar pemuda.

Ada tiga pilihan dalam Kongres Pemuda I yaitu bahasa Jawa, bahasa Belanda, dan

bahasa Melayu. Terdapat banyak penyanggahan terutama bahasa Belanda karena

dianggap sebagai bahasa Kolonial. Bahasa Jawa juga banyak mendapat protes

sebab memiliki tingkatan-tingkatan dan jarang digunakan oleh masyarakat di luar

Jawa. Bahasa Melayu juga jarang digunakan, namun dengan berkembangnya pers

berbahasa Melayu maka bahasa Melayu digunakan sebagai inti Bahasa Indonesia

dengan berbagai penyesuaian. Di antaranya menambahkan kosa kata dari bahasa

Jawa maupun bahasa Belanda. Selain itu juga memberikan imbuan dan merubah

susunan katanya (Sartono Kartodirdjo, 1975: 288).

Page 80: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Sejak tahun 1925 pemuda yang memiliki pemikiran maju dan mengambil

sikap perjuangan non-koperasi mulai dihimpun oleh tokoh muda, yaitu Ir.

Soekarno. Nama organisasi pemuda pelajar pimpinan Soekarno bernama

Algemeene Studie Club. Organisasi ini pada awalnya memang tidak bergerak pada

bidang politik, namun Ir. Soekarno memasukkan ide-ide tentang Nasionalisme

kepada para pelajar. Banyak buku mengenai wawasan kebangsaan yang

diperkenalkan, antara lain buku karya H.O.S Cokroaminoto tentang Islam dan

Sosialisme, buku Renan yang berjudul “Qu’est ce cu’une Nation” (Apa bangsa

itu?). (Sartono Kartodirdjo, 1975: 214). Soekarno sendiri aktif dalam menulis

artikel-artikel kebangsaan, diantaranya pada tahun 1926 di Suluh Indonesia Muda

yang berjudul “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme”. Soekarno menulis suatu

artikel mengenai perlunya persatuan antara semua golongan untuk

memperjuangkan Indonesia Merdeka sebagai lawan dari pemerintah Hindia

Belanda. Dengan persatuan ketiga pergerakan rakyat yang bersifat Nasionalistis,

Islamistis dan Marxistis akan membawa kita kearah Indonesia Merdeka. (Moh.

Sidky Daeng Materu, 1985: 31-32)

Dua organisasi kepemudaan yang memiliki inisiatif menyelenggaraan

Kongres Pemuda II yaitu PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia) dan

Pemuda Indonesia. PPPI merupakan gabungan dari organisasi pemuda

kedaerahan, namun menjelang terselenggaranya Kongres Pemuda II sifat

kedaerahan mulai dilepaskan, sehingga memperlancar jalannya sidang.

Sebenarnya PPPI dan Pemuda Indonesia memiliki hubungan dengan organisasi

lain yang lebih dekat dan mempengaruhi arah pemikiran kedua organisasi

kepemudaan ini. PPPI mengarah pada Perhimpunan Indonesia, sedangkan

Pemuda Indonesia lebih dekat dengan Partai Nasional Indonesia (PNI) ( Sudiyo,

2003: 80).

Perhimpunan Indonesia aktif berjuang dan mempelopori perjuangan

kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia dengan berjiwa persatuan dan

kesatuan bangsa Indonesia. Kegiatan pergerakan Perhimpunan Indonesia yaitu

Nasional-demokratis, non-kooperasi dan meninggalkan sikap kerjasama dengan

kaum penjajah. Melalui majalah “Indonesia Merdeka” Perhimpunan Indonesia

Page 81: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

menyebarkan tujuannya yaitu kemerdekaan Indonesia. Isi majalah Indonesia

Merdeka yang revolusioner anti Belanda mendapat larang dari pemerintah Hindia

Belanda, namun secara illegal (diselundupkan) masuk ke Indonesia (Sudiyo,

2004: 64-121). Majalah yang membawa pesanan cita-cita dan teori-teori

Perhimpunan Indonesia (PI) ini berpengaruhi terhadap pikiran-pikiran dan

gagasan-gagasan politik pemuda-pemuda yang bergabung dalam Perhimpunan

Pelajar-Pelajar Indonesia (Tim Museum Sumpah Pemuda, 1974: 257). Karena

PPPI sering mendapatkan kiriman majalah Indonesia Merdeka. Dengan demikian,

apa yang dilakukan Perhimpunan Indonesia diluar negeri dapat diketahui semua

oleh PPPI (Sudiyo, 2003: 80).

Pemuda Indonesia yang lebih dekat dengan Partai Nasional Indonesia

(PNI) daripada PPPI sehingga berpengaruh pada pemikiran mengenai persatuan

dan kesatuan dari PNI. PNI sendiri secara langsung terpengaruh terhadap

pemikiran Perhimpunan Indonesia, sebab ada lima dari delapan orang yang

merupakan pengambil inisiatif untuk mendirikan PNI. Selain itu asas PNI secara

tegas, yaitu:

1. Menolong diri sendiri (self-help)

2. Non-cooperatie

3. Marheinisme. (Moh. Sidky Daeng Materu, 1985: 32)

PPPI melalui majalah Indonesia Raya yang di pimpin redaksi Abu Hanifah

berusaha menyebarkan pemikiran persatuan yang diperoleh melalui majalah

Indonesia Merdeka. Majalah Indonesia Merdeka berisikan artikel-artikel dan

statement-statement tentang perjuangan Perhimpunan Indonesia di Belanda. PPPI

menunjukkan persatuan dan kesatuan sehingga sifat-sifat kedaerahan mulai

dilepaskan. Berbagai majalah yang beredar di Indonesia mulai banyak yang

menyinggung mengenai persatuan walau hanya tersirat ( Sudiyo. 2004 : 120-123).

Jong Sumatra juga terpengaruh majalah Indonesia Merdeka, hal ini

disebabkan Moh. Hatta yang menjadi bagian dari Jong Sumatra juga menjadi

bagian dari Perhimpunan Indonesia. Moh Hatta merupakan ketua Perhimpunan

Indonesia pada tahun 1926 – 1930 dan pernah menjadi bendahara Perhimpunan

Indonesia. Hal ini berpengaruh pada pemikiran Jong Sumatra yang juga diikuti

Page 82: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Moh. Hatta dan Jong Sumatra berperan dalam Kongres Pemuda II yaitu dengan

mengirimkan wakilnya untuk menjadi bagian dalam pengurus kongres (Moh.

Yamin) (Sudiyo, 2004: 42-70).

Pengaruh persatuan dan perjuangan bangsa juga dirasakan oleh W.R.

Supratman. W.R. Supratman adalah penggubah lagu Indonesia Raya yang

diperdengarkan dalam Kongres Pemuda II merupakan seorang komponis dan

wartawan. Ketika bekerja di Firma Hukum (Makasar) Mr. Schulten, Supratman

sering mendapat bacaan dari berbagai Koran yang sebagian dari Koran tersebut

dikelola oleh kalangan pergerakan. Dia juga mendengarkan ceramah dari

Sneevliet yang membuatnya menjadi nasionalis yang pantang mundur (Momon

Abdul Rahman. 2007: 12-13).

Pada saat bekerja sebagai wartawan, banyak sekali tulisan yang dibaca

oleh Supratman, diantaranya berita luar negeri, yaitu “republik Cina harus

menjadi negara yang merdeka dalam arti yang seluas-luasnya. Bukan hanya

merdeka dalam nama, sedangkan dalam kenyataan tidak mempuyai wewenang

untuk mengatur keadaan dalam negeri sendiri” (Soebagijo I.N, 1985: 29).

Sedangkan berita dari dalam negeri, pada majalah Timboel yang terbit di

Soloyang berisi “Manakah komponis Indonesia membangkitkan semangat

rakyat?”. Membaca tulisan itu W.R. Soepratman tergerak, tulisan itu seakan

ditujukan kepada dirinya (Momon Abdul Rahman. 2007: 34). Melalui Koran yang

dibaca, Supratman sedikit demi sedikit mulai mengenal pergolakan dunia dan

tentang pergerakan kebangsaan ( Soebagijo I.N, 1985: 29).

Berbagai surat kabar maupun majalah yang diterbitkan oleh orang

Belanda, Tionghoa dan pribumi membawa pengaruh yang sangat besar dalam

mengerucutkan pemikiran-pemikiran kearah nasionalisme. Selain itu dapat

mengobarkan semangat dari individu maupun organisasi yang berperan serta

dalam Kongres Pemuda II. Pers yang membawa ideologi organisasi akan

berpengaruh pada konsep pemikiran individu yang membaca. PPPI menyebarkan

ideologi nasionalis supaya adanya kesamaan tujuan dalam organisasi kepemudaan

maupun nasional yaitu Indonesia Merdeka.

Page 83: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

c. Membantu Pelaksanaan Kongres Pemuda II Melalui Wakil-wakilnya

Di dalam Kongres Pemuda II tahun 1928 banyak kalangan pers (wartawan

atau penulis pers) yang menjadi perwakilan organisasi pemuda, tetapi yang sering

disebutkan yaitu Saerun (Keng Po) dan W.R Supratman (Sin Po) karena mereka

secara resmi mewakili kalangan pers. Banyaknya kalangan pers yang datang

dikarenakan pergerakan nasional berkembang bersamaan dengan pers. Apabila

kita kaji mengenai pers dan pergerakan nasional memang sesuatu yang tak bisa

dipisahkan. Hampir semua ketua pergerakan nasional merupakan wartawan atau

penulis dalam setiap surat kabar maupun majalah yang dikeluarkan oleh

organisasi yang dipimpinnya, antara lain De Expres yaitu Ernest Douwes Dekker,

Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Indische Partij), Moh

Hatta (Perhimpunan Indonesia) menulis di majalah Indonesia Merdeka, Oetoesan

Hindia yaitu Haji Oemar Said Tjokroaminoto (SI), Moh Yamin dengan majalah

Jong Sumatra dan lain sebagainya. Ada banyak yang hadir namun kurang

berperan dalam pelaksanaan kongres, antara lain, Saerurn yang hanya

memberikan sambutan yang berisi harapan supaya persatuan dapat kekal dan

hidup dihati setiap orang Indonesia. Namun disini hanya ada dua orang yang

memang mewakili pers dan berperan aktif dalam Kongres Pemuda II yaitu W.R.

Supratman (Sin Po) dan S.M. Kartosoewirjo merupakan wakil Hoofdbestuur

P.S.I. dan pers Fadjar Asia (Fadjar Asia,1928).

a) S.M Kartosuwirjo.

Pada hari pertama, setelah pidato Yamin selesai, hadirin dipersilahkan

untuk memberikan tanggapan. S.M. Kartosoewirjo mengeluarkan tanggapan

mengenai kedudukan bahasa asing sebagai bahasa pergaulan internasional,

Kartosoewirjo sampai pada kesimpulan bahwa bahasa Indonesia harus menjadi

penghubung dalam persatuan Pemuda. Pergerakan nasional harus diserahkan

kepada perkumpulan yang berdasarkan nasional (Tim Museum Sumpah Pemuda.

2005: 22).

Dalam tanggapan Kartosuwiryo dapat diambil kesimpulan bahwa adanya

suatu harapan supaya bahasa Indonesia dapat menjadi suatu bahasa nasional yang

dapat digunakan oleh semua orang dalam organisasi pemuda pada khususnya dan

Page 84: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

seluruh orang Indonesia pada umumnya. Sehingga tidak ada suatu penghalang

yang terjadi antara suku maupun daerah untuk menjaga persatuan. Hal ini

mungkin mengarah pada kesulitan yang dialami pada kongres Pemuda I, dimana

bahasa menjadi salah satu penghambat adanya keputusan yang bulat mengenai

persatuan. Selain itu adanya pergerakan nasional harus berdasarkan nasional dan

tidak lagi mengarah pada sifat-sifat kedaerahan. (Tim Museum Sumpah Pemuda.

2005: 15).

Pada rapat kedua dimulai dengan pembicara Mej. Poernomowoelan yang

berbicara tentang pendidikan (Museum Sumpah Pemuda. 2005: 24). Pidato

Poernomowoelan banyak menekankan tentang pendidikan Indonesia yang masih

harus diperbaiki dan mempunyai sistem sendiri. Pidato Poernomowoelan tersebut

masih menggunakan bahasa Belanda, dan diterjemahkan oleh Moh. Yamin ke

dalam bahasa nasional (Sudiyo. 2004: 152). Setelah pidato selesai, Soegondo

menanyakan kalau ada yang mau berpendapat. Ada lima pendapat yaitu dari: inoe,

Sigit, Emma Poeradiredja, Antapermana dan karosuwirjo. Kartosuwirjo meminta

ijin untuk menanggapi. Namun sebelumnya Kartosuwirjo menanyakan kepada

pemimpin kongres, “apakah dia harus berbicara atas nama wakil Hoofdbestuur

P.S.I. atau atas nama sendiri?”. Pemimpin kongres tidak keberatan kalau

menggunakan namanya sendiri. Kartosuwirjo mula-mula menerangkan bahwa

beberapa pembicara masih mencari-cari dan meraba-raba. Apakah disini tidak ada

atau belum ada peraturan pendidikan yang tetap? Dengan terus terang

Kartosuwiryo berkata” yang dimaksudnya adalah pendidikan secara Islam. Baik

secara rohani maupun dalam perihal jasmani (Fadjar Asia. 3 November 1928).

Kartosuwirjo sebenarnya ingin menyimpulkan berbagai pendapat dari

Sigit dan menyanggah pendapat Antapermana Sigit menyarankan adanya lima hal

pendidikan melalui aturan kebangsaan, yaitu Interaksi, banyak membaca,

organisasi Pemuda, sekolah berastrama dan keharmonisan kekeluargaan. Serta

kesalahan pendidikan Indonesia adalah adanya anggapan bahwa derajat

perempuan dibawah laki-laki. Sedangkan Antapermana berbicara tentang kawin

paksa, kawin dibawah umur dan poligami. (Tim Museum Sumpah Pemuda. 2005:

15). Dari pendapat Sigit dan Antapermana, maka Kartosuwirjo menjelaskan

Page 85: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

bahwa kesemuanya terdapat pada pendidikan Islam yang memang sudah ada pada

waktu itu. Pendidikan yang menggunakan sistem pondok dan ada aturan-aturan

yang mengatur mengenai perkawinan. Sehingga mematahkan pendapat kedua

orang tersebut.

Pada rapat ketiga, Kartosuwirjo juga mengecam tindakan PID(Polietike

Inlichtigen Dienst) yang berusaha menghentikan rapat karena dianggap

membahayakan. PID merupakan polisi atau penegak hukum yang dibentuk

Belanda untuk mengawasi segala bentuk usaha menggangu ketertiban umum atau

hendak merobohkan maupun menghancurkan kekuasaan yang sah, baik yang ada

di negeri Belanda maupun yang ada di Hindia Belanda, secara langsung ataupun

tidak langsung. Hampir hadir di setiap rapat yang diadakan oleh pergerakan

nasional(Sudiyo. 2003: 64). Dengan penjelasan dan tanggapan dari peserta

maupun ketua rapat maka rapat dapat dilanjutkan.

b) W. R. Supratman

Setelah pidato pada rapat ketiga selesai, rapat ditunda untuk istirahat. W.R

Supratman datang pada Soegondo dengan permintaan “apakah bila rapat sudah

dibuka kembali dia dapat memperdengarkan karangannya, yang dinamakan

“Indonesia Raya?”. Syair lagu sebelumnya telah diedarkannya dibeberapa

kalangan, antara lain para pandu yang telah berusaha mempelajari bersama kata-

katanya (Achmad Hamami, 1973: 195). Karena dalam syair Indonesia Raya

terdapat banyak kata “Indonesia” dan Soegondo menyatakan bahwa Soepratman

boleh memperdengarkan lagunya tetapi jangan menyanyikan Syairnya (Tim

Yayasan Gedung-Gedung Bersejarah, 1974: 68).

Sebelum putusan kongres dibacakan Soegondo meminta perhatian para

hadirin tentang lagu yang akan diperdengarkan Soepratman. Soepratman segera

memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan biolanya. Dr. Raden Soeharto

dalam karya Panca Dasa Warsa Sumpah Pemuda di buku Bunga Rampai

Soempah Pemoeda 50th (1978: 134) mengatakan:

“Kenang-kenangan dari Indonesische Club (IC) yang mengesankan bagi saya diantaranya ialah ketika menjelang maghrib tanggal 20 Oktober 1928

Page 86: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

nyelonong di IC seorang yang kurus, berpakaian sangat sederhana, mengepit Biola yang sudah agak butut, langsung saja ke emper belakang dan dengan semangat mendengarkan lagu yang sama berulang-ulang kali dan kadang-kadang menyanyikan dengan suara yang agak parau dan baru kemudian saya mengetahui bahwa orang itu adalah W.R. Soepratman dan lagu yang berulang-ulang diperdengarkan adalah Indonesia Raya. Saya menyaksikan betapa hebat lagu itu disambut oleh Kongres, dan Soepratman dengan senyum-senyum dan mata berkaca-kaca menerima ucapan selamat dan pelukan para hadirin. Petugas-petugas PID (Politieke Inlichtingen Dienst) yang juga hadir dan biasanya sangat mengganggu rapat-rapat pemuda dengan tegoran-tegorannya, tampak diam, mungkin karena tidak dapat menangkap dengan cepat maknanya, mungkin juga karena ikut terharu.”

Hanya dengan irama biola dan tanpa dinyanyikan syairnya, namun sebagian besar

orang yang berada pada kongres sebenarnya sudah mengetahui syair lagu

Indonesia Raya sebelumnya. Demikian lagu ”Indonesia Raya” diperdengarkan

dalam Kongres Pemuda II tanggal 28 oktober 1928.

d. Menyebarluaskan Isi Kongres Pemuda II

Saerun yang merupakan wartawan dari Keng Po bertugas dalam mencatat

hasil dari Kongres Pemuda II. Hal ini terbukti melalui banyaknya berita yang

berisi pidato dari Soegondo Djoyopuspito yang diterbitkan 29 Oktober 1928

halaman 2. Dengan isi pokok mengenai perjalanan sejarah bangsa Indonesia, sejak

Budi Utomo dan diuraikan kilas balik sejarah keberhasilan Belanda menguasai

Indonesia. Kunci pokok keberhasilan Belanda yaitu:

1. Politik divide et impera, pada masa itu bangsa Indonesia dapat

dipecah-pecah, diadu domba satu sama lain. Sehingga mudah

ditundukkan.

2. Menanamkn rasa perhambatan atau rasa derajat rendah kepada

Indonesia.

3. Membuat bumi putera tetap bodoh. Jadi politik dan taktik Belanda

yang buruk inilah yang harus dihadapi dan dikalahkan oleh pemuda-

pemuda serta bangsa Indonesia.

Banyak dari pers yang mengutip pidato dari Kongres Pemuda II, antara

lain majalah Persatuan Indonesia dan Fadjar Asia juga. Dalam majalah Persatuan

Indonesia seluruh jalannnya kongres di jelaskan secara rinci namun ada juga

Page 87: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

penggambaran jalannya kongres yang mengarah pada makna yang tersirat dan arti

penting Kongres Pemuda II. Persatuan Indonesia berisi penjelasan bahwa Kongres

Pemuda II berbeda dengan Kongres Pemuda I, perbedaannya yaitu:

1. Kongres Tabrani (Kongres pemuda I) ialah didirikan atas nama suatu

komite yang tidak berhubungan sama sekali dengan perhimpunan-

perhimpunan pemuda, sedangkan kerapatan yang belakangan

(Kongres Pemuda II) terdiri dari wakil-wakil perhimpunan-

perhimpunan pemuda.

2. Kongres yang pertama hanya bermaksud untuk menyiarkan

(propaganda) perasaan persatuan Indonesia, sedangkan kerapatan

yang kedua bermaksud untuk penguatan perasaan persatuan dan

kebangsaan, yang dimasa ini telah hidup di dalam hati tiap-tiap

pemuda Indonesia.

Perselisihan antara PID (Politieke Inlichtingen Dienst) yang terjadi dalam

Kongres Pemuda II tidak luput dari pemberitaan. PID melarang penggunaan kata

Merdeka dan hamper saja menggagalkan acara kongres pemuda II. Selain itu

berbagai perkataan yang berbau politik dilarang oleh PID sebab pemuda dilarang

untuk berbicara masalah politik, apabila mengandung politik maka anak yang

berumur dibawah 18 tahun tidak boleh mengikuti acara kongres. Mr Sartono

menjelaskan masalah politik yang telah mempelajari ilmu hukum baik Indonesia

maupun Belanda kepada PID (Persatuan Indonesia. 1928).

Surat kabar Fadjar Asia lebih lengkap dan lima hari mengupas isi kongres,

mulai dari tanggal 30 Oktober, 31 Oktober, 2 November sampai tanggal 3

November dan 5 November 1928. Pada tanggal 30 Oktober berisikan sambutan

dari Mr. Sartono(PNI dan PPPKI), Abdulrahman (Budi Utomo), Mr. Sunaryo

(PAPI dan INPO), Inoe (PNI), Dr. Amir (DI), Saerun (Keng Po dan pers

Indonesia lainnya), SM kartosuwiryo (Hoofdbestuur PSI dan pers Fadjar Asia),

Sigit (IC), Muhidin (Pasundan), dan Manonutu (Perserikatan Minahasa).

Pada tanggal 31 Oktober berisi pidato dari Moh. Yamin. Moh. Yamin

berbicara mengenai sejarah Indonesia mulai dari kerajaan Majapahit sampai

dengan kejadian sekarang. Kemudian menghubungkan dengan persatuan dan

Page 88: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

kebangsaan. Selain itu Moh. Yamin juga membicarakan mengenai pentingnya

bahasa Indonesia (yang dulu disebut bahasa Melayu) yang dalam kalangan

pribumi dianggap remeh. Padahal bahasa merupakn sesuatu yang sangat penting.

Setelah pidato selesai beberapa orang menanggapi pidato Moh. Yamin (Fadjar

Asia. 1928).

Pada tanggal 2 November berisikan jalannya kongres pada hari kedua yang

bertempat di gedung Oost Java Bioscop, Koningsplein Noord dan menyebutkan

kalangan pers yang hadir yaitu Fadjar Asia, Bintang Timoer, Keng Po, Het Licht,

Sin Po, dan lain-lain. Pada tanggal 3 November dan 5 November 1928 berisi

jalannya kongres pada hari ke 3 (Fadjar Asia. 1928)..

Kongres ditutup dengan terlebih dulu di umumkan hasil perumusan

berdasarkan pokok-pokok pikiran yang berkembang dalam kongres. Soegondo

dengan suara dengan suara keras membaca usul resolusi yang intinya (Persatoean

Indonesia. 1928).:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang

satu, tanah Indonesia.

Kedoea: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu,

bangsa Indonesia.

Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan,

bahasa Indonesia.

Sebelum disahkan oleh kongres, ketua rapat mempersilahkan Yamin untuk

memberikan penjelasan. Setelah penjelasan dari Moh Yamin maka disahkan

resolusi itu sebagai keputusan kongres. Selanjutnya keputusan tentang kesatuan

tanah air, bangsa, dan bahasa itu dilambangkan pula dengan:

1. Lambang Warna, yang berupa pengibaran bendera Merah Putih.

2. Lambang Suara, dengan melagukan lagu Indonesia Raya.

3. Lambang Lukisan, berupa lencana Garuda Terbang (Sri Sutjiatiningsih.

1999: 31).

Resolusi Kongres Pemuda II tersebut berbeda dengan apa yang sering di

perdengarkan sekarang, yaitu pada resolusi ketiga yang pada awalnya “Kami putra

dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia” berubah

Page 89: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

menjadi Kami putra dan putri Indonesia mengaku bahasa satu, bahasa Indonesia.

Walau hanya berbeda beberapa kata, namun efek yang ditimbulkan sangat besar,

yaitu mulai lunturnya bahasa daerah. Padahal yang dimaksudkan pada Kongres

Pemuda II bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan masih menjaga bahasa

daerah sebagai bahasa asli. Sehingga persatuan tetap terbentuk melalui bahasa

persatuan yang sama.

Pemberitaan–pemberitaan yang luas dan banyak tidak lepas dari kesadaran

Soegondo (Ketua Kongres Pemuda II) bahwa pers merupakan sarana terbaik

dalam menyebarkan hasil kongres maupun jalannya Kongres Pemuda II. Sehingga

Soegondo memberikan segala bahan pembicaraan serta keputusan yang diambil

oleh panitia kepada Soepratman. Kemudian Soepratman mengolahnya menjadi

berita untuk seterusnya disiarkan dalam surat kabar. Dalam kenyataannya pers

memang tidak sedikit membantu menyebarluaskan keputusan-keputusan yang

diambil dalam kongres (Soebagio I.N. 1985: 46-47).

Suatu yang mengesankan bahwa ada pengharapan yang ditulis pada akhir

putusan Kongres Pemuda II yang tertulis: “Supaya putusan dalam Kongres

Pemuda II disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan dimuka rapat

perkumpulan-perkumpulan kita” (S.M. Kartosuwirdjo: 1928). Jadi dalam tiap

rapat adanya proses memupuk rasa persatuan. Persatuan merupakan suatu hal

yang paling penting dalam sebuah negara baik yang merdeka maupun yang belum

merdeka.

Berita mengenai Sumpah pemuda tidak hanya diterima oleh orang yang

berada di Indonesia. Moh Hatta yang sedang berada di Belanda menyatakan:

“Kami baca dalam surat kabar Belanda, bahwa di Jakarta telah terjadi sumpah Pemuda yang mengaku mereka dari satu bangsa, bangsa Indonesia, dari satu tanah air, tanah air Indonesia, mempunyai satu bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Dalam surat kabar Belanda tentu tidak sesuai benar teks ucapan itu. Baru kira-kira sebulan sesudah itu bunyi teksnya tepat kami baca dalam surat-surat kabar Indonesia.”(Sudiyo. 2004: 130)

Lagu “Indonesia Raya” gubahan W.R. Supratman juga dimuat dalam surat

kabar Sin Po pada bulan November. Pada surat kabar Sin Po pada bulan

November 1928 jelas terlihat nama lagu Indonesia Raya pada awalnya berjudul

Page 90: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Indonesia dengan lirik:

INDONESIA Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku, Disanalah aku berdiri, Menjaga pandu ibuku, Indonesia kebangsaanku, kebangsaan tanah air ku, marilah kita berseru, Indonesia bersatu, Hiduplah tanahku, Hiduplah negeriku, Bangsaku, jiwaku semuanya, Bangunlah rakyatnya, Bangunlah badannya, Untuk Indonesia raya, Indones, Indones, mulia, mulia, Tanahku negeriku yang ku cinta, Indones, Indones, mulia, mulia, Hiduplah Indonesia raya. (yang ke 2 dalam Sin Po, 1928)

Dalam lagu Indonesia Raya terjadi beberapa perubahan beberapa kali sampai

terciptalah bentuk yang sempurna untuk dijadikan lagu kebangsaan.

Lagu Indonesia Raya yang dicetak dalam surat kabar Sin Po semakin

bertambah luas penyebarannya. Melihat perhatian yang besar, maka Sin Po

sengaja mencetaknya banyak-banyak. Orang-orang berebut membelinya, sehingga

dalam waktu singkat lagu Indonesia Raya habis terjual. Pembelinya bukan hanya

orang Batavia, tetapi juga dari daerah lain. Juga dari luar Jawa pesanan pun

berdatangan (Soebagijo I.N, 1985: 57).

Peran pers terutama pers Nasional dan pers peranakan Tionghoa yang

secara terus menerus memberikan pengaruh dan pendidikan mengenai

nasionalisme dalam setiap terbitan. Selain itu, ikut sertanya dalam kongres

pemuda membuktikan peran penting pers dalam Kongres Pemuda II. Dalam

kenyataannya pers memang tidak sedikit membantu menyebarluaskan keputusan-

keputusan yang diambil dalam kongres (Soebagio I.N. 1985: 46-47).

Page 91: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Puncak kesadaran mengenai persatuan dan kesatuan yaitu Kongres

Pemuda di Jakarta tahun 1928 yang mencetuskan ikrar satu tanah air, satu bangsa,

dan satu bahasa persatuan yang tebih dikenal dengan sebutan “Sumpah Pemuda”

(Tribuana Said. 1988: 24). Dengan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 itu, ide

kesukuan dan ide kepulauan itu hilang lenyap laksana embun kena sinar matahari

(Wawan Tunggul Alam. 2001: 109). Sumpah itu mencerminkan tekad persatuan

kebangsaan bukan hanya kaum muda namun juga kaum tua (G. Moedjanto. 1989:

57).

Page 92: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis kemukakan diatas, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Penerbitan suratkabar cetak di Indonesia baru muncul tahun 1744, dibawah

pemerintahan Gubernur Jendral Van Inhoff yang berpandangan bebas, telah

berkenan memberikan ijin atau “octrooi” kepada Jan Erdman Jordens, untuk

menerbitkan suratkabar. Dengan Octrooi tersebut di Jakarta terbitlah surat

kabar “Bataviase Nouvelles en Politique Raisonnementen”. Pers tionghoa

muncul akhir abad ke 19, yang didahului lahirlah kalangan intelektual

peranakan Tionghoa di Indonesia. Rasa nasionalisme Tionghoa yang timbul

akibat kolonialisme. Sejak lahirnya Budi Utomo di Jakarta tahun 1908,

organisasi ini memperhatikan pentingnya penerbitan dan surat kabar sebagai

penyambung suara organisasi. Perjuangan pers di Indonesia tidaklah

semudah yang dilihat, tahun 1856 pemerintah Hindia belanda mengeluarkan

Reglement op de Drukwerken in Nederlandesch Indie yang lazim disebut

Drukpers Reglement atau UU tentang percetakan dan Pers. Aturan ini pada

1906 diperbaiki menjadi bersifat represif, yang menuntut setiap penerbit

mengirim karya cetak ke pemerintah sebelum dicetak. Sejak diberlakunya

ketentuan liberalisasi, khususnya keputusan penguasa kolonial untuk

menghapus Pra-sensor mulai tahun 1906, wartawan Indonesia memperoleh

peluang untuk menerbitkan surat kabar sendiri.

2. Pers di Indonesia terbagi menjadi tiga golongan yaitu Pers Kolonial/

Belanda, Pers Cina/ Tionghoa, dan Pers Nasional/ Pribumi. 1) Pers Kolonial,

menutup mata bagi keadaan dalam masyarakat Indonesia, bahkan untuk

mengetahui apa yang terdapat dalam pers Indonesia saja dirasa tidak perlu,

kecuali Bataviaash Nieuwsblad dan Locomotief. Surat kabar Nieuws van den

Dag voor Nederlandsche-Indie di Jakarta dengan redaksinya Karel

Wijbrand, yang dalam kedudukannya terkenal karena kritik-kritiknya

Page 93: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

kepada pemerintah Belanda. Nieuws van den Dag voor Nederlandsche-Indie

muncul pula Java Bode yang merupakan surat kabar resmi, dan selalu

membela kebijaksanaan pemerintah. Bataviaasch Nieuwsblad, memiliki

pimpinan redaksi bernama F.K.H. Zaalberg, seorang Indo-Belanda yang

dapat menanjak dengan kekuatannya sendiri dari pembantu korektor sampai

menjadi pimpinan redaksi. Bataviaasch Nieuwsblad berbeda dengan Nieuws

van den Dag voor Nederlandsche-Indie dan Java Bode. Surat kabar

Bataviaasch Nieuwsblad mempunyai watak dan keyakinan keras untuk tidak

menjadi alat Kolonial seperti Nieuws van den Dag voor Nederlandsche-

Indie dan Java Bode. Pers Cina/ Tionghoa, pers Tionghoa dikenal juga

sebagai pers Melayu di Indonesia. Sin Po adalah majalah Tionghoa yang

menggunakan bahasa Melayu. Untuk mengobarkan semangat nasionalisme

rakyat Indonesia, Sin Po sering menurunkan tulisan terjemahan tentang

pergerakan kemerdakaan yang terjadi di India, Philipina, Maroko dan

tempat-tempat lain. Pers Pribumi, Pergerakan nasional dan pers pribumi

dapat diibaratkan sebagai kembar siam, kedua bidang kegiatan bangsa

indonesia yang hidup berdampingan. Apabila pergerakan nasional dapat

dipandang sebagai proses mobilisasi rakyat untuk berpartisipasi dalam

mewujudkan cita-cita nasional, hal ini berarti fungsi pokok pergerakan

nasional ialah mensosialisaskan politik dikalangan masyarakat. Media massa

dipandang dapat menyampaikan semua yang dibutuhkan organisasi,

sehingga penggarapan kesadaran dapat terlaksana secara lebih efektif.

3. Dengan melihat dari berbagai sudut fungsinya, maka peran pers dalam

Kongres Pemuda II ada 4, yaitu: Pusat informasi, Kongres Pemuda II

mengumumkan hasil rapat kepada seluruh pemuda untuk ikut serta dalam

Kongres Pemuda II dan menjadi pusat informasi yang utama. Dengan

adanya undangan yang menyeluruh sehingga terbukalah Kongres Pemuda II

untuk umum. Mempengaruhi opini, Perhimpunan Indonesia aktif berjuang

dan mempelopori perjuangan kemerdekaan untuk seluruh rakyat Indonesia

dengan berjiwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Membantu

pelaksanaan Kongres Pemuda II melalui wakil-wakilnya, ada dua orang

Page 94: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

yang memang mewakili pers dan berperan aktif dalam Kongres Pemuda II

yaitu W.R. Supratman (Sin Po) dan S.M. Kartosoewirjo merupakan wakil

Hoofdbestuur P.S.I. dan pers Fadjar Asia. Menyebarluaskan isi Kongres

Pemuda II, dengan peran pers terutama Pers Nasional dan Pers peranakan

Tionghoa yang secara terus menerus memberikan pengaruh dan pendidikan

mengenai nasionalisme dalam setiap terbitan. Selain itu, ikut sertanya dalam

kongres. Hal ini membuktikan peran penting pers dalam Kongres Pemuda II.

B. Implikasi

1. Teoritis

Secara teoritis pers memiliki peran sebagai alat pembaharu sosial dan

pembaharu masyarakat, serta memiliki fungsi informasi, mempengaruhi,

mendidik, swadaya, dan ekonomi. Namun dalam Kongres Pemuda II fungsipers

yang paling menonjol yaitu fungsi informasi dan mempengaruhi. Hal ini dapat

terlihat dari pers sebagai pusat informasi, mempengaruhi opini dan

menyebarluaskan hasil kongres. Selain berhubungan dengan fungsi pers,Kongres

Pemuda II juga berhubungan dengan masing-masing individu atau bagian dari

pers yang membantu jalannya kongres. Seorang wartawan tidak hanya

melakukan tugas jurnalistik namun juga melakukan tugas individu sebagai bagian

dari bangsa Indonesia. Rasa nasionalisme yang besar membuatnya menjalankan

tugas jurnalistik dan membantu jalannya Kongres Pemuda II.

2. Praktis

Perkembangan pers di Indonesia turut memberian sumbangan yang besar

bagi perjuangan mencapai kemerdekaan. Selain itu pers memperjuangkan

kebebasannya agar terbebas dari tekanan-tekanan yang diberikan oleh pemerintah

kolonial Belanda. Pers juga menjadi jalan menuju nasionalisme yang luas yaitu

dalam Kongres Pemuda II yang dapat dikatakan sebagai tonggak awal

perkembangan persatuan nasional. Hal ini dapat menjadi contoh bagi masyarakat

Indonesia bahwa persatuan nasional tidak mudah dicapai dan melalui proses yang

Page 95: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

panjang. Selain itu, pers memiliki peranan besar terhadap pengetahuan,

pendidikan dan memberikan informaasi penting bagi masyarakat.

3. Metodologis

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode

historis. Pemilihan metode ini berdasarkan pada kegiatan pemecahan masalah

dengan mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan

permasalahan yang akan dikaji, untuk memahami kejadian pada masa lalu.

Kemudian menguji dan menganalisa secara kritis dan mengajukan sintesis dari

hasil yang dicapai dalam bentuk tertulis. Dari sumber sejarah tersebut dijadikan

suatu rangkaian cerita sejarah yang objektif, menarik, dan dapat dipercaya.

Pengumpulan data dilakukan melalui teknik studi pustaka dengan mengadakan

riset di perpustakaan terhadap sumber-sumber seperti arsip atau dokumen, buku,

dan majalah.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah dalam pencarian sumber-sumber

koran atau dokumen tertulis. Sumber surat kabar, majalah serta buku-buku yang

memuat tentang peran pers tahun 1900-1928 sangat jarang dan banyak yang

hilang. Oleh karena itu sumber primer, sekunder dan tersier yang ditemukan tidak

bisa secara lengkap dan menyeluruh.

C. Saran

1. Bagi Pemerintah

Pemerintah harus berperan serta untuk menjaga dan menumbuhkan jiwa

nasionalisme di dalam dirinya maupun didalam masyarakat seperti yang

dilakukan oleh pers pribumi, terutama menanamkannya pada penerus bangsa

melalui bidang pendidikan. Para pejabat harus meneladani sikap para wartawan

yang membawa nama surat kabar dan menjadi bagian dari sebuah bangsa. Pejabat

selain menjadi bagian dari partai (kelompok) harus bisa juga menjadi bagian dari

Negara yang menjunjung tinggi jiwa nasionalisme sehingga seluruh lembaga

yang ada pada pemerintah dapat berjalan dengan baik seperti apa yang

diharapkan para pendahulu kita.

Page 96: SKRIPSI Oleh: K 4407028 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU ... · PERANAN PERS DALAM KONGRES PEMUDA II TAHUN 1928. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

2. Bagi Pendidik

Bagi para guru sejarah, penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan kesejarahan mengenai peranan pers dalam Kongres Pemuda II tahun

1928. Selain itu, dalam perkembangan pendidikan sejarah belum banyak materi

yang membahas mengenai peranan pers dalam Kongres Pemuda II tahun 1928,

kebanyakan yang di tuangkan hanya organisasi nasional dan Kongres Pemuda II,

namun tidak menampilkan pers sebagai alat pergerakan nasional. Materi dari

hasil penelitian ini juga dapat disisipkan pada materi IPS maupun pelajaran

sejarah pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar kelas 5 serta Sekolah Menengah

Pertama kelas VIII semester genap pada kompetensi dasar Pergerakan Nasional

Indonesia.

3. Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa sejarah, hendaknya penelitian ini dapat dijadikan referensi

untuk menambah pemahaman mengenai Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia,

terutama mengenai peranan pers dalam Kongres Pemuda II tahun 1928. Hal ini

dikarenakan kurangnya materi yang diajarkan dalam perkuliahan terutama yang

membahas mengenai pers. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan para

mahasiswa akan meneliti mengenai pers untuk lebih memperdalam materi yang

terdapat didalamnya. Pers sangat berperan dalam munculnya semangat

nasionalisme dan persatuan di Indonesia. Pers juga menjadi bagian penting dalam

berbagai bidang. Terutama mendukung perjuangan pergerakan Nasional

indonesia. Dengan adanya penelitian ini dapat diambil pelajarannya bahwa

sebuah perjuangan yang keras pasti akan menghasilkan sesuatu yang berharga.