skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada...

111
ANALISIS KESULITAN KEUANGAN (FINANCIAL DISTRESS) PERUSAHAAN GO PUBLIC PADA BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Oleh: MUHAMMAD RAMLAN 11.010.35.570 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

Upload: muhammad-ramlan

Post on 12-Apr-2017

6.081 views

Category:

Economy & Finance


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

ANALISIS KESULITAN KEUANGAN

(FINANCIAL DISTRESS) PERUSAHAAN GO PUBLIC

PADA BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

MUHAMMAD RAMLAN

11.010.35.570

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2013

Page 2: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Financial distress dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan

untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang dapat

menyebabkan kebangkrutan perusahaan (Darsono dan Ashari, 2005:101).

Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Financial distress berbeda

dengan kondisi insolvency. Perusahaan yang mengalami financial distress

berada di antara status solvent dan insolvent. Financial distress dinyatakan

bahwa perusahaan dalam kondisi cash flow yang sangat minimum sehingga

menyebabkan terjadinya “deadweight losses”, tidak berarti sudah sampai pada

tahap insolvent. Sehingga dapat dikatakan bahwa financial distress berarti

perusahaan dalam kondisi illiquid, tetapi masih solvent. Kejadian insolvency,

dapat dilihat dari nilai assets perusahaan lebih rendah dari hutangnya. Kejadian

ini memberikan konsekuensi bahwa pemberi kredit akan melakukan kontrol

langsung atas kegiatan perusahaan.

Perusahaan yang berada pada negara yang sedang mengalami kesulitan

ekonomi akan lebih cepat mengalami financial distress bahkan kebangkrutan,

karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya perusahaan

mengalami keadaan financial distress. Perusahaan yang berkategori sehatpun

akan mengalami kesulitan dalam pemenuhan dana untuk kegiatan operasional

perusahaan akibat adanya krisis ekonomi tersebut. Namun demikian, keadaan

financial distress suatu perusahaan tentu saja tidak semata-mata disebabkan

oleh faktor ekonomi saja, tetapi bisa juga disebabkan oleh faktor lain yang

sifatnya non ekonomi.

Page 3: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

3

Darsono dan Ashari (2005:104) mendeskripsikan bahwa secara garis

besar penyebab financial distress bisa dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian

internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari

faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor

perekonomian secara makro. Faktor internal yang bisa menyebabkan financial

distress meliputi :

1. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus-

menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat

membayar kewajibannya. Ketidakefisien ini diakibatkan oleh

pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian

manajemen.

2. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah hutang-

piutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan

biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa

menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan

merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga

tidak menghasilkan pendapatan.

3. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.

Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Kecurangan tersebut bisa berbentuk manajemen yang korup ataupun

memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau

investor.

Sedangkan faktor eksternal financial distress bisa berasal dari faktor yang

berhubungan langsung dengan perusahaan seperti pelanggan, supplier, debitur,

Page 4: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

4

kreditur, pesaing maupun dari pemerintah atau dapat pula disebabkan oleh faktor

yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi

perekonomian secara makro ataupun faktor persaingan global. Faktor-faktor

eksternal yang bisa mengakibatkan financial distress adalah:

1. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh

perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi

penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut

perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan

dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan

pelanggan.

2. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi

kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk

mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin

hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan

kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko

kekurangan bahan baku dapat diatasi.

3. Faktor debitur juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitur

tidak melakukan kecurangan atas hutang-piutang. Terlalu banyak

piutang yang diberikan debitur dengan jangka waktu pengembalian

yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang

tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian

yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut,

perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan

keadaan debitur supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap

aktiva perusahaan.

Page 5: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

5

4. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat

fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam

undang-undang no.4 tahun 1998, kreditur bisa memfailitkan

perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus

bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan

baik dengan kreditur.

5. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar

selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan

lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya

persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk

yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi

pelanggan.

6. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi

oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan

negara-negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus

diantisipasi oleh perusahaan.

Dari teori yang dikemukakan diatas maka faktor penyebab financial

distress baik faktor ekonomi internal maupun eksternal adalah faktor yang

mempengaruhi terjadinya suatu kebangkrutan jika pihak manajemen perusahaan

tidak sigap dalam mengatasinya dan membiarkan keadaan tersebut berlarut-

larut.

Lain halnya ketika suatu perusahaan telah mengalami financial distress.

Dalam hal ini sudah seyogianya menjadi kewajiban bagi tiap perusahaan untuk

mengatasi keadaan tersebut, agar tidak menjadi semakin parah akibat efek yang

Page 6: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

6

ditimbulkan. Secara umum berikut beberapa akibat yang ditimbulkan dari

financial distress :

a. Resiko biaya financial distress mempunyai dampak negatif terhadap

nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief)

atas peningkatan level hutang.

b. Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika terjadi

financial distress, hubungannya dengan supplier, pelanggan, pekerja,

dan kreditur menjadi rusak parah.

c. Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-

hati, atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali.

d. Para pelanggan akan mempertimbangkan untuk menjalin kerja sama

dengan pihak lain.

Pada dasarnya berinvestasi saham di pasar modal memiliki resiko yang

cukup besar sehingga para investor sebelum berinvestasi harus mengetahui

dahulu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga saham. Secara detail

dan terperinci banyak literatur-literatur yang membahas tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi harga saham, namun secara luas faktor-faktor tersebut ada

dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor

yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan, antara lain kinerja

perusahaan, pertumbuhan laba dan perkembangan perusahaan. Sedangkan

faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar perusahaan seperti tingkat

suku bunga bank, kebijakan pemerintah, kondisi perekonomian, gejolak politik,

indeks saham regional dan internasional, dan sebagainya.

Faktor internal yang mempengaruhi harga saham dapat dilihat melalui

kinerja suatu perusahaan yang dapat diukur melalui laporan keuangan

Page 7: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

7

perusahaan. Laporan keuangan yang tersedia dapat dianalisis untuk membuat

suatu keputusan.

Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan merupakan

salah satu sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui posisi

keuangan perusahaan, kinerja serta membantu dalam pengambilan keputusan

yang tepat sehingga diperlukan suatu alat analisis yang menghubungkan

beberapa rasio sekaligus untuk menilai kondisi keuangan perusahaan melalui

laporan keuangan perusahaan tersebut. Model yang paling sering digunakan

dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan.

Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat, maka

dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk

penelitian dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yaitu penelitian-

penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk memprediksi

kinerja perusahaan seperti memperkirakan adanya suatu keadaan financial

distress pada suatu perusahaan.

Model untuk menganalisis adanya suatu financial distress sangat perlu

untuk dikembangkan karena dengan mengetahui kondisi financial distress

perusahaan sejak dini diharapkan dapat melakukan tindakan-tindakan yang

bersifat preventif yang bertujuan untuk mengantisipasi perusahaan ke arah

kebangkrutan, selain itu informasi ini dapat pula digunakan oleh para calon

investor sebagai bahan pertimbangan ketika akan menanam saham di suatu

perusahaan tertentu pada pasar modal.

Berikut dipaparkan data pasar modal Bursa Efek Indonesia baik yang

sudah terdaftar, baru terdaftar maupun perusahaan yang delisting dari tahun

2005-2011.

Page 8: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

8

Tabel 1.1.

JUMLAH PERUSAHAAN YANG LISTING DI BEI S.D. DESEMBER 2011

s.d. Tahun Pelaporan

2005 2006 2007 2008 2009 2010 Des 2011

Jumlah Listing Awal 331 336 344 383 396 398 420

Jumlah Terdaftar Baru 8 12 22 19 13 23 25

Jumlah Delisting 3 4 8 6 12 1 5

Jumlah Listing Akhir 336 344 383 396 398 420 440 *sumber idx.co.id

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan pasar modal

mengalami peningkatan yang cukup signifikan, menurut data tersebut telah

tercatat selama tahun 2011 ada sekitar 440 perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Hal ini membuat jumlah investor baik berupa badan maupun

individu (perseorangan) terus bertambah, sehingga transaksi perdagangan

saham dalam bursa efek juga akan meningkat. Dengan bertambahnya investor

baik badan maupun individu akan berdampak pada meningkatnya volume

transaksi (trading volume) dari tahun ke tahun.

Semaraknya aktivitas pasar modal tidak terlepas dengan adanya pemain-

pemain pasar di bursa. Ada beberapa pemain yang meramaikan lantai bursa,

salah satunya adalah Investor. Menurut Sutrisno (2008:307-309) Investor, yakni

instansi atau individu yang melakukan jual beli instrumen pasar modal yang

tujuan pemilik efeknya untuk jangka panjang. Contohnya Yayasan dana pensiun,

perusahaan asuransi, dan perusahaan-perusahaan lainnya. Berikut gambaran

investor secara umum :

Karakteristik : Mempunyai time frame jangka panjang, sehingga perputaran efek

yang dimiliki lambat dan tingkat risiko yang diambil brebdah

demikian pula tingkat keuntungannya.

Page 9: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

9

Strategi : Membeli saham bila dinilai harganya wajar (fair value) dengan

jenis saham yang mempunyai trend meningkat, sehingga dalam

jangka panjang harga saham meningkat dan bila nantinya dijual

akan menapatkan capital gain. Analisis yang digunakan adalah

analisis fundamental, yakni melihat kinerja perusahaan yang

mengeluarkan efek.

Tujuan : Untuk mendapatkan deviden dan capital gain.

Tiap perusahaan yang listing pada pasar modal tentunya memiliki laporan

keuangan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh suatu perusahaan

merupakan salah satu sumber informasi yang dapat digunakan untuk

mengetahui posisi keuangan perusahaan, kinerja serta membantu dalam

pengambilan keputusan yang tepat sehingga diperlukan suatu alat analisis yang

menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk menilai kondisi keuangan

perusahaan melalui laporan keuangan perusahaan tersebut. Model yang paling

sering digunakan dalam melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-

rasio keuangan. Foster (Luciana:183-184) menyatakan empat hal yang

mendorong analisis laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan rasio

keuangan adalah :

1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan besaran antar

perusahaan atau antar waktu.

2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi asumsi alat statistic

yang digunakan.

3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait dengan rasio keuangan.

4. Untuk menguji hubungan empirik antara rasio keuangan dan estimasi

atau prediksi variabel tertentu (seperti financial distress).

Page 10: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

10

Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan bermanfaat, maka

dilakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan. Salah satu bentuk

penelitian dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yaitu penelitian-

penelitian yang berkaitan dengan manfaat laporan keuangan untuk memprediksi

kinerja perusahaan seperti memperkirakan adanya suatu keadaan financial

distress (kesulitan keuangan) pada suatu perusahaan.

Salah satu penelitian mengenai financial distress adalah seperti yang

dilakukan oleh Luciana S. Amalia & Kristijadi pada tahun 2002 dengan judul

penelitian Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial

Distress Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta.

Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan dengan nilai net

operating income negatif dan tidak melakukan pembayaran deviden selama lebih

dari satu tahun. Luciana & Kristijadi mendasarkan kriteria sampel yang

digunakan pada penelitiannya dengan penelitian pendahulu yang dilakukan oleh

Hofer (1980), Whitaker (1999) dan Lau (1987). Dari hasil penelitian tersebut,

disimpulkan bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi

financial distress pada perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.

Dalam penelitian ini penulis memilih kriteria atas kemungkinan terjadinya

financial distress adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki net operating

income negatif dan tidak membayar deviden selama lebih dari satu tahun karena

menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Luciana & Kristijadi perusahaan

akan mengalami financial distress jika :

1. Beberapa tahun mengalami laba bersih (net income) negatif (dalam

penelitian Hofer (1980) dan Whitaker (1999), menggunakan laba

bersih operasi atau net operating income).

Page 11: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

11

2. Selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden

(sesuai dengan penelitian Lau 1987).

Seperti yang telah dijelaskan di atas, Financial distress atau kesulitan

keuangan diartikan sebagai suatu kondisi dimana perusahaan secara keuangan

mengalami kemacetan (penurunan). Dalam hal ini penulis juga mencoba untuk

menghubungkan antara kondisi pada perusahaan berkategori net operating

income negatif dan tidak membayar deviden selama satu tahun lebih dengan

kemungkinan perusahaan tersebut mengalami financial distress.

Namun berbeda dengan yang dilakukan peneliti terdahulu, dalam hal ini,

model alat analisis yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis Altman

atau biasa disebut Z-Score Model Altman, yang menggunakan rasio-rasio

keuangan seperti rasio likuiditas atau liquidity ratios, rasio laverage atau laverage

ratios, rasio aktivitas atau activity ratios, rasio keuntungan atau profitability ratios,

dan rasio pasar.

Dengan mendasarkan kepada rasio-rasio tersebut, Z-Score model Altman

diharapkan mampu digunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan-perusahaan

yang memiliki beberapa kriteria khusus ke dalam kelompok yang mempunyai

kemungkinan tinggi untuk mengalami financial distress atau kelompok

perusahaan yang masuk ke dalam kategori grey zone.

Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti

apakah perusahaan-perusahaan yang memiliki net operating income negatif dan

tidak membayar dividen selama lebih dari satu tahun masuk ke dalam kategori

perusahaan yang sedang mengalami financial distress, dengan menggunakan

Multiple Discriminant Analysis Altman atau biasa disebut Z-Score Model Altman.

Page 12: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

12

Objek yang coba dikaji adalah perusahaan-perusahaan go public pada periode

2009-2011, dan akan dibahas dengan judul penelitian :

“Analisis Kesulitan Keuangan (Financial Distress) Perusahaan Go Public

Pada Bursa Efek Indonesia”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

penulis mencoba mengangkat permasalahan lebih lanjut sebagai berikut:

“Apakah perusahaan yang memperoleh net operating income negatif dan tidak

melakukan pembayaran dividen selama lebih dari satu tahun adalah perusahaan

yang sedang mengalami Financial Distress?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

perusahaan-perusahaan yang memperoleh net operating income negatif dan

tidak melakukan pembayaran dividen selama lebih dari satu tahun dengan

keadaan kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi gejala-gejala yang bisa menyebabkan

financial distress sebuah perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi kepada perusahaan serta para pembaca

atas penelitian yang telah dilakukan.

3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan

penelitian serupa.

Page 13: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Keuangan

2.1.1. Teori Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan meliputi seluruh aktifitas yang menyangkut

penarikan atau pengumpulan, penggunaan dan pengendalian dana yang

dihadapi oleh suatu perusahaan. Dalam penerapannya manajemen keuangan

tidak dapat berdiri sendiri. Manajemen keuangan selalu berkaitan erat dengan

berbagai disiplin ilmu. Pada awalnya pengertian manajemen keuangan hanya

terbatas pada usaha pencarian dana, namun kemudian berkemang pada

pengelolaan seluruh aspek modal.

Van Horne dan Wachowich (1998:5) mengatakan bahwa manajemen

keuangan adalah “Financial management is concerced the acquisition, financing

and management of asset with some overall good in mine”. Berdasarkan

pengertian tersebut yang memiliki arti bahwa “Manajemen keuangan adalah

segala aktifitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan

aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh”.

Agus Sabardi (2000:2) memberikan definisi mengenai manajemen

keuangan sebagai berikut : “Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai

manajemen yang membahas tentang investasi, pembelanjaan dan pengelolaan

aset-aset dengan beberapa tujuan menyeluruh yang direncanakan”.

Sedangkan R. Agus Sartono (2001:8) menyatakan bahwa :

“Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana yang

berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi

secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan

investasi atau pembelanjaan secara efisien.”

Page 14: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

14

Dari beberapa definisi tersebut maka, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

manajemen keuangan selalu meliputi kegiatan perencanaan, penganggaran,

pemeriksaan, pengelolaan, pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana

yang dimiliki oleh suatu organisasi atau perusahaan. Definisi-definisi tersebut

juga telah menjelaskan bahwa manajemen keuangan dapat dikelompokkan

menjadi dua kegiatan utama, yaitu dana yang berasal dari luar perusahaan

(external financing) atau dana yang berasal dari dalam perusahaan (internal

financing) yang disebut juga penarikan modal dari penggunaan modal.

Sutrisno (2008:3) menyatakan bahwa manajemen keuangan atau sering

disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang

berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan

biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana

tersebut secara efisien.

Agar pengelolaan dana berjalan efektif dan mendapatkan keuntungan

(profit), penting kiranya membuat perencanaan keuangan yang meliputi rencana

jangka pendek dan rencana jangka panjang dan korelasinya dengen kekuatan

dan kelemahan yang dimiliki perusahaan.

2.1.2. Tujuan dan fungsi manajemen keuangan.

Dalam buku Manajemen Keuangan, Suad Husnan (2000:7) menyatakan:

“Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk

memaksimumkan nilai perusahaan. Tujuan tersebut dipergunakan karena

dengan memaksimumkan nilai perusahaan maka pemilik perusahaan

akan menjadi lebih makmur (atau menjadi semakin kaya). Sedangkan

nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon

pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.”

Page 15: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

15

Sedangkan fungsi manajemen keuangan menurut Abas Kartadinata

(2000:48-50) dalam bukunya Pengantar Manajemen Keuangan, yaitu :

1. Membuat anggaran arus uang (forecasting cash flow)

Tujuan utamanya adalah untuk penyesuaian arus uang masuk

dengan arus uang keluar. Terutama bila membutuhkan tambahan

dana untuk membuat proyek baru, maka proyeksi arus uang dibuat

sebagai dasar evaluasi proyek tersebut.

2. Mencari dana (rising funds)

Manajer keuangan perlu mengetahui sumber-sumber dana dan

jumlah yang diperlukan/tersedia dari tiap sumber dan jangka waktu

lamanya dana tersebut diperlukan.

3. Mengelola dana arus perusahaan (managing the flow if internal funds)

Arus dana yang tersedia diberbagai tempat (bank) senantiasa diawasi

secara kontinyu, agar tercapai keseimbangan likuiditas sehingga

dapat membatasi pinjaman luar pada tingkat minimum.

4. Mengawasi biaya (cost control)

Pengendalian pengeluaran untuk berbagai biaya dilakukan agar

diperoleh laporan biaya yang akurat dan tepat dalam arti menghindari

kenaikan biaya yang disebabkan pemborosan, pemakaian peralatan

yang tidak efektif dan efisien dan lain sebagainya.

5. Menetapkan harga (pricing)

Untuk memutuskan kebijaksanaan harga yang menguntungkan

perusahaan dan tidak merugikan konsumen, perlu kiranya diketahui

tingkat biaya, fluktuasi dan tingkah laku konsumen pada berbagai

tingkat produksi, dan penjualan serta jumlah laba kotor yang ingin

dicapai.

6. Proyeksi laba rugi masa depan (forecasting future point)

Untuk mengetahui estimasi penjualan di masa yang akan dating,

diperlukan data-data sebagai berikut :

a) Tingkat biaya sekarang.

b) Perubahan-perubahan dalam biaya yang diproyeksikan terjadi

di masa yang akan datang.

c) Penilaian kemampuan dalam mencapai jumlah yang

diinginkan.

d) Kemampuan menjual produk dengan harga yang dikehendaki.

e) Dan sebagainya.

7. Menghitung biaya modal (measuring cost of capital)

Sumber-sumber perolehan akan berbeda dalam biaya penggunaan

(Cost of Capital). Karenanya penting untuk menyusun struktur modal

yang tepat dan menguntungkan (profitable).

Page 16: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

16

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pembelanjaan perusahaan meliputi dua hal yakni kegiatan mendapatkan dana

dan menggunakan dana tersebut seefisien mungkin.

2.1.3. Kebijakan Dividen

Perusahaan akan tumbuh dan berkembang, kemudian pada waktunya

akan memperoleh keuntungan atau laba. Laba ini terdiri dari laba yang ditahan

dan laba yang dibagikan. Pada tahap selanjutnya laba yang ditahan merupakan

salah satu sumber dana yang paling penting untuk pembiayaan pertumbuhan

perusahaan. Makin besar pembiayaan perusahaan yang berasal dari laba yang

ditahan di tambah penyusutan aktiva tetap, maka makin kuat posisi finansial

perusahaan tersebut. Dari seluruh laba yang diperoleh perusahaan sebagian

dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen. Mengenai penentuan

besarnya dividen yang akan dibandingkan itulah yang merupakan kebijakan

dividen dari pimpinan perusahaan.

Kebijakan dividen menurut Martono dan D. Agus Harjito (Kabo:2011) :

Merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan

pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan

keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun

akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan

ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa

yang akan datang.

Sedangkan Kebijakan dividen dalam Werner R.Murhadi (Kabo:2011) :

Kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang dilakukan dengan

pengeluaran biaya yang cukup mahal, karena perusahaan harus

menyediakan dana dalam jumlah besar untuk keperluan pembayaran

dividen. Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang

stabil dan menolak untuk mengurangi pembayaran dividen. Hanya

perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke

depan yang cerah, yang mampu untuk membagikan dividen. Banyak

Page 17: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

17

perusahaan yang selalu mengkomunikasikan bahwa perusahaannya

memiliki prospektif dan menghadapi masalah keuangan sudah tentu akan

kesulitan untuk membayar dividen. Hal ini berdampak pada perusahaan

yang membagikan dividen, memberikan tanda pada pasar bahwa

perusahaan tersebut memiliki prospek kedepan yang cerah dan mampu

untuk mempertahankan tingkat kebijakan dividen yang telah ditetapkan

pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang

cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi.

Sejauh ini pembahasan dividen hanya menyangkut aspek-aspek teoritis

dari kebijakan dividen. Namun, ketika perusahaan menetapkan suatu kebijakan

dan memperhatikan sejumlah hal, pertimbangan-pertimbangan ini harus

dikaitkan kembali ke teori pembayaran dividen dan penilaian perusahaan. Berikut

beberapa pertimbangan manajer dalam pembayaran dividen menurut Martono

dan D. Agus Harjito (Kabo:2011) antara lain:

1. Kebutuhan dana bagi perusahaan

Semakin besar kebutuhan dana perusahaan berarti semakin kecil

kemampuan untuk membayar dividen. Penghasilan perusahaan akan

digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi dananya baru sisanya untuk

pembayaran dividen.

2. Likuiditas perusahaan

Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam

kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus kas keluar, maka

semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan,

semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi

adanya ketidakpastian dan agar mempunyai fleksibilitas keuangan,

kemungkinan perusahaan tidak akan membayar dividen dalam jumlah

yang besar.

3. Kemampuan untuk meminjam

Posisi likuiditas bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan

fleksibilitas dan perlindungan terhadap ketidakpastian. Apabila

perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk mendapatkan

pinjaman, hal ini merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga

kemampuan untuk membayar dividen juga tinggi. Jika perusahaan

memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu

mengkhawatirkan pengaruh dividen kas terhadap likuiditas perusahaan.

Page 18: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

18

4. Pembatasan-pembatasan dalam perjanjian hutang

Ketentuan perlindungan dalam suatu perjanjian hutang sering

mencantumkan pembatasan terhadap pembayaran dividen. Pembatasan

ini digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan

tersebut membayar hutangnya. Biasanya, pembatasan ini dinyatakan

dalam persentase maksimum dari laba kumulatif. Apabila pembatasan ini

dilakukan, maka manajemn perusahaan dapat menyambut baik

pembatasan dividen yang dikenakan para kreditur, karena dengan

demikian manajemen tidak harus mempertanggungjawabkan penahanan

laba kepada para pemegang saham. Manajemen hanya perlu mentaati

pembatasan tersebut.

5. Pengendalian perusahaan

Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat besar, maka

perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang

melalui penjualan sahamnya untuk membiayai kesempatan investasi

yang menguntungkan.

Dividen diumumkan secara priodik oleh dewan direktur. Biasanya tiap

setengah tahun atau tiap satu tahun. Pembayaran dividen menjadi sulit karena

komposisi pemegang saham berubah-ubah. Pengukuran jual-beli saham sangat

cepat berubah-ubah. Karena cepatnya perpindahan pemegang saham maka sulit

untuk dipantau daftar pemegang saham. Dividen mengkin dapat diberikan

kepada pemegang saham baru lima hari kerja setelah pembelian saham

Sedangkan beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam

pembuatan kebijakan dividen menurut Dermawan Sjahrial (Kabo:2011) antara

lain:

1. Posisi likuiditas perusahaan.

Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang

dibayarkan.

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang.

Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka

sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil

3. Rencana perluasan usaha.

Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang

dapat dibayarkan untuk dividen.

Page 19: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

19

4. Pengawasan terhadap perusahaan.

Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber

intern antara lain: laba. Dengan pertimbangan: apabila dibiayai dengan

penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok

pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas

berkurang.

Sutrisno (2008:267) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kebijakan dividen adalah:

1. Posisi Solvabilitas Perusahaan

Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang

menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini

disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk

memperbaiki posisi struktur modalnya.

2. Posisi Likuiditas Perusahaan

Cash devidend merupakan arus kas keluar bagi perusahaan, oleh karena

itu bila perusahaan membayarkan deviden berarti harus bisa

menyediakan uang kas yang cukup banyak dan ini akan menurunkan

tingkat kualitas perusahaan. Bagi perusahaan yang tingkat kualitasnya

kurang baik, biasanya devident payout rationya kecil, sebab sebagian

besar laba digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan

yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan

deviden yang lebih besar.

3. Kebutuhan untuk melunasi hutang

Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang

baik berjangka pendek maupun berjangka panjang. Hutang-hutang ini

harus segera dibayar pada saat jatuh tempo, dan untuk membayar

hutang-hutang tersebut harus disediakan dana. Semakin banyak hutang

yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga

akan mengurangi jumlah deviden yang akan dibayarkan kepada

pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti

dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dana hutang

bisa dengan mencari hutang baru atau meroll-over hutang, danjuga bisa

dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal

ini tentunya akan memperkecil devidend payout ratio.

4. Rencana perluasan

Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya

pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang

dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan,

juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin

besar kebutuhan dana untuk membiayai kebutuhan tersebut. Kebutuhan

dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang,

Page 20: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

20

menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya

juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba

yang ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan

perusahaan semakin kecil devidend payout rationya.

5. Kesempatan investasi

Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi

besarnya deviden yang akan dibagi. Semakin terbuka kesempatan

investasi semakin kecil deviden yang dibayarkan sebab dananya

digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila

kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan

digunakan untuk membayar deviden.

6. Stabilitas pendapatan

Bagi perusahaan yang pendapatannya stabil, deviden yang akan

dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan

perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang

pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk

berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil

harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga.

7. Pengawasan terhadap perusahaan

Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap

perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal

sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan ini tentunya akan

mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan.

Jika dibelanjai dari hutang resikonya cukup besar. Oleh karena itu

perusahaan cenderung tidak membagi devidennya agar pengendalian

tetap berada ditangannya.

Kebijakan dividen stabil menurut Dermawan Sjahrial (Kabo:2011) adalah

jumlah dividen per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif lengkap

selama jangka waktu tertentu meskipun laba per lembar saham per tahunnya

berfluktuatif.

Menurut Dermawan Sjahrial (Kabo:2011) alasan-alasan dilaksanakannya

kebijakan pembayaran dividen stabil adalah:

1. Memberikan penjelasan kepada para investor bahwa perusahaan

mempunyai prospek yang baik di masa-masa mendatang.

2. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima

dari dividen.

3. Pada banyak Negara dalam ketentuan pasar modalnya, hanya

diijinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang

Page 21: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

21

dikeluarkan oleh perusahaan yang menjalankan kebijakan

pembayaran dividen yang stabil.

Dari uraian tersebut, ternyata kebijakan dividen tersebut menimbulkan

dua akibat yang bertentangan, oleh karena itu penentuan besarnya dividen yang

dibagikan kepada pemegang saham menjadi sangat penting dan merupakan

tugas manajer keuangan yang harus mampu menentukan kebijakan yang akan

menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa yang

akan datang agar memaksimumkan harga saham.

Menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland (Kabo:2011) Deviden

dipengaruhi oleh banyak variabel. Contoh, arus kas dan kebutuhan investasi

suatu perusahaan mungkin berubah-ubah dengan cepat sehingga sulit untuk

menentukan jumlah dividen tetap yang tinggi. Di pihak lain, perusahaan mungkin

menginginkan pembayaran dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang

tidak di butuhkan untuk investasi

Hubungan positif antara kebijakan pembayaran deviden dan pergerakan

harga saham telah didokumentasikan oleh beberapa peneliti. Studi klasik yang

dilakukan oleh Linter (1956) dalam Werner R. Murhadi (2008) memperoleh hasil

sebagai berikut :

1) Perusahaan lebih menekankan pembayaran deviden yang stabil, dan

2) Earning merupakan faktor penentu utama dalam kebijakan deviden.

2.2. Analisis Laporan Keuangan

2.2.1. Laporan Keuangan

Pihak yang berkepentingan atas perkembangan suatu perusahaan sangat

perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan dari

suatu perusahaan dapat diketahui dari keputusan laporan keuangan perusahaan

Page 22: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

22

tersebut. Laporan ini diperlukan oleh pihak yang berkepentingan, antara lain

manajer perusahaan, pemilik perusahaan, banker, kreditor, investor, pemerintah

dan lembaga lain.

Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses atau kegiatan

akuntansi suatu kesatuan usaha. Laporan keuangan pada dasarnya adalah akhir

dari proses aktif yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data

keuangan atau aktifitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan

dengan data keuangan tersebut. Laporan ini diperlukan oleh pihak yang

berkepentingan seperti yang telah disebutkan di atas.

Kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat diketahui dari laporan

keuangan. Posisi keuangan memerikan gambaran tentang bagaimana susunan

kekayaan yang dimiliki perusahaan dan bagaimana sumber-sumber keuangan

tersebut didapat. Perubahan posisi keuangan menunjukkan kemajuan

perusahaan, memberikan gambaran apakah perusahaan memperoleh laba

dalam melaksanakan kegiatannya dan apakah perusahaan mengalami

perkembangan yang menunjukkan manajemen telah mengelola perusahaan

dengan baik.

Pengertian laporan keuangan menurut Soemarso (2005:356) bahwa :

“Laporan keuangan adalah media komunikasi yang biasa digunakan perusahaan

untuk pihak luar. Di dalamnya tercantum sebagian besar informasi keuangan

yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan”.

Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut John J. Wild and

Friend (2005;83) yang diterjemahkan oleh Yavini S. Bachtiar dkk, bahwa :

“Laporan keuangan merupakan produk proses pelaporan keuangan yang diatur

Page 23: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

23

oleh standar dan aturan akuntansi, intensif manajer, serta mekanisme

pelaksanaan dan pengawasan perusahaan”.

Berdasarkan pengertian laporan keuangan yang telah dikemukan di atas

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari

proses akuntansi yang mempunyai fungsi sebagai media informasi dan

komunikasi antara pihak intern (perusahaan) dengan pihak ekstern (pihak lain)

yang mempunyai kepentingan dengan data atau laporan dari hasil kegiatan

perusahaan yang disajikan.

Tujuan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan

(2009:5) disebutkan bahwa:

“Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

bagi sebagian besar pemakai dalam pengambilan keputusan.”

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (Saifullah:2011), tujuan laporan

keuangan adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja

dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat

bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan

ekonomi.

2. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan

perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan

evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas

(setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut.

3. Menyediakan informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas

diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi

yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat

memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas serta

untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan

tambahan sumber daya.

4. Menyediakan informasi perubahan posisi keuangan perusahaan

bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan dan operasi

perusahaan selama periode pelaporan.

Page 24: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

24

Laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu

kombinasi antara :

1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)

2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi (accounting

confention and postulate)

3. Pendapat pribadi (personal judgement)

Pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 1 revisi 1998,

komponen keuangan lngkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

Perusahaan dapat juga menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai

lingkungan hidup dan laporan nilai tambah khususnya bagi industry dimana

faktor lingkungan hidup memegang peranan penting.

Sedangkan menurut PSAK No. 1 revisi 2009 yang disahkan pada tanggal

15 Desember 2009 dan mulai efektif berlaku untuk periode tahun buku yang

dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang

lengkap harus meliputi komponen laporan posisi keuangan pada akhir periode,

laporan laba rugi komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas

selama periode, laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan

keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan

lain; dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan

ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau

membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.

Page 25: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

25

Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada

dasarnya laporan keuangan yang utama terdiri dari neraca dan laporan laba rugi,

sedangkan laporan keuangan lainnya hanya merupakan laporan pelengkap yang

sifatnya memberikan penjelasan lebih lanjut.

Pada pembahasan di sini hanya memberikan penjelasan mengenai kedua

pokok penting dalam laporan keuangan, penjelasan dari masing-masing laporan

keuangan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Neraca

Menurut PSAK No.1 tahun 2007 menjelaskan bahwa :

“ Neraca adalah sebuah laporan keuangan yang menyajikan aktiva

lancar, aktiva tidak lancar dan kewajiban jangka pendek dengan

kewajiban jangka panjang kecuali untuk industri tertentu yang diatur

dalam standar akuntansi keuangan khusus. Aktiva lancer disajikan

menurut ukuran likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut jatuh

temponya.”

Jumlah kekayaan disajikan pada sisi aktiva sedangkan jumlah kewajiban

disajikan pada sisi pasiva. Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa pada

dasarnya suatu neraca terdiri dari tiga komponen pokok yaitu aktiva, kewajiban

dan modal.

Suad Husnan (2000:36) mendefinisikan neraca sebagai: “Neraca adalah

laporan keuangan yang melaporkan jumlah keuangan, kewajiban keuangan dan

modal sendiri pada waktu tertentu”. Dalam pengertian, aktiva tidak terbatas pada

benda yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang

belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan

pada penghasilan yang akan datang serta aktiva tidak berwujud lainnya misalnya

goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya.

Page 26: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

26

Pada kebanyakan perusahaan dagang dan jasa, aktiva dibagi dalam dua

kelompok, yaitu aktiva lancer dan aktiva tetap. Aktiva lancer (current asset)

adalah uang tunai dan aktiva lainnya yang dalam jangka waktu satu tahun atau

dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal akan menjadi uang tunai.

Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang digunakan

dalam operasi perusahaan secara permanen (lebih dari satu periode

akuntansi/tahun).

Adapun pasiva dibagi dalam tiga kelompok, yaitu utang lancer, utang

jangka panjang dan modal. Utang lancer (current liabilities) adalah kewajiban

keuangan perusahaan yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun.

Sedangkan utang jangka panjang (long term liabilities) adalah kewajian

keuangan perusahaan yang jangka waktu pembayarannya lebih dari satu tahun.

Modal (equity) merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

perusahaan. Di dalam perusahaan perseorangan yang dimaksud modal

hanyalah modal pribadi, sedangkan dalam perseroan terbatas (PT) yang

termasuk dalam modal adalah modal saham, laba ditahan dan cadangan.

Neraca menjadi penting sebagai salah satu laporan keuangan karena

dapat memberikan informasi-informasi sebagai berikut:

1. Likuiditas besar hasil operasi tahun lalu, yang dapat digunakan sebagai

sumber dana untuk membantu usaha ekspansi perusahaan dan

mengurangi ketergantungan dari sumer ekstern.

2. Memberikan gambaran tentang komposisi aktiva dengan jumlah masing-

masing kategori baik itu aktiva lancer, aktiva tetap maupun aktiva lainnya.

3. Jumlah total hutang relatif terhadap modal sendiri (komposisi relatif total

hutang terhadap modal sendiri), secara umum semakin tinggi jumlah

Page 27: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

27

hutang relatif terhadap modal sendiri maka semakin tinggi resiko

keuangan perusahaan tersebut.

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan suatu laporan sistematis tentang

penghasilan, biaya-biaya, laba rugi yang diperoleh oleh perusahaan selama

periode tertentu.

Menurut Zaki Baridwan (2005:30) laporan laba rugi diartikan :

“Laporan laba rugi adalah suatu bentuk laporan yang menunjukkan

pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk

suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatan dan biaya merupakan

laba yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan.”

Bentuk laba rugi yang umum digunakan adalah sebagai berikut :

1. Bentuk single step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan

menjadi satu kelompok sehingga untuk menghitung laba rugi bersih

hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangi total biaya

terhadap total pendapatan.

2. Bentuk multiple step dalam bentuk ini dilakukan pengelompokkan

yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.

Menurut Arthur J. Keown dalam buku Dasar-Dasar Manajemen Keuangan

(2001:82 ), laporan laba rugi diartikan :

“Laporan laba rugi merupakan ringkasan dari empat jenis kegiatan yaitu:

1. Menjual produk atau jasa, 2. Beban produksi atau untuk mendapatkan

barang/jasa yang dijual, 3. Beban yang timbul dalam memasarkan dan

mendistribusikan produk, 4. Beban keuangan dalam menjalankan bisnis”.

Laporan laba rugi merupakan ringkasan kegiatan perusahaan selama

periode tertentu dan dipandang sebagai laporan akuntansi yang penting. Karena

dengan adanya laporan laba rugi dapat diketahui jumlah keuntungan/kerugian

Page 28: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

28

yang diderita oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Tiga komponen

laporan ini adalah pendapatan, beban, laba dan rugi.

1. Pendapatan (revenue) adalah kenaikan aktiva suatu badan usaha

atau pelunasan hutang atau kombinasi keduanya selama satu periode

yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan

jasa atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan

usaha.

2. Beban (expenses) adalah arus keluar atau penggunaan lain atas

harta atau terjainya kewajiban selama satu periode dari penyerahan

atau produksi barang. Pemberian jasa atau aktivitas lain yang

merupakan operasi pokok atau utama yang berkelanjutan dari

kesatuan tersebut.

3. Laba (gains) adalah kenaikan modal yang berasal dari transaksi

sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha

dan dari suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan atau

investasi oleh pemilik.

4. Rugi (loses) adalah penurunan modal dari transaksi sampingan atau

transaksi yang jarang terjadi dari satu badan usaha selama satu

periode tertentu kecuali yang timul dari biaya atau distibusi pemilik.

Sedangkan laba rugi menurut Eugene F. Brigham (2001:42) diartikan: “Laporan

laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban

perusahaan selama periode akuntansi tertentu, yang umumnya setiap kuartal

atau satu tahun”.

Page 29: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

29

2.2.2. Kinerja Keuangan

Peranan manajer keuangan adalah sangat luas, keterlibatannya meliputi

keseluruhan dari kegiatan perusahaan. Saat ini manajer keuangan juga terlibat di

dalam general manajemen, yang sebenarnya hanya bertugas untuk memperoleh

dana yang diutuhkan dan mengelola posisi kas keuangan. Dengan adanya

pergeseran persaingan yang semakin kuat, pengaruh inflasi, perubahan

teknologi, kepedulian terhadap lingkungan hidup, energi, masalah sosial,

peraturan-peraturan pemerintah serta adanya tuntunan dari sistem perdagangan

bebas, manajer keuangan dituntut pula untuk semakin akurat dalam bertindak

sesuai dengan tujuan atau sasaran perusahaan.

Dalam mengambil keputusan manajemen, maka diperlukan informasi-

informasi tentang keadaan perusahaan. Informasi yang dimaksud adalah kinerja

keuangan perusahaan. Sedangkan kinerja keuangan perusahaan mencerminkan

kemampuan perusahaan dalam mengelola operasional perusahaan. Kinerja yang

baik akan memberikan pengharapan yang baik pula bagi para pengambil

keputusan investasi.

Secara umum pengertian kinerja yaitu sesuai yang ingin dicapai atau

prestasi yang diperlihatkan.

Kusnadi (2002:54) mengartikan kinerja keuangan sebagai :

“Kinerja keuangan adalah setiap gerakan, perbuatan, pelaksanaan,

kegiatan atau tidakan sadar yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan

atau target tertentu, dalam hal ini adalah laba perusahaan. Tanpa adanya

kinerja berarti tidak ada upaya untuk mencapai hasil atau target.”

Kinerja keuangan menjadi indikasi apakah strategi perusahaan,

implementasi dan segala inisiatif perusahaan memperbaiki laba perusahaan.

Tentunya diadakan evaluasi kerja dimana proses-proses dengan para manajer

Page 30: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

30

dari segala tingkatan memperoleh informasi tentang tugas di dalam perusahaan

dan menilai kinerja itu terhadap kriteria yang telah dibuat sebelumnya,

sebagaimana disusun dalam anggaran-anggaran, neraca-neraca dan tujuan-

tujuan. Dari kualitas kinerja inilah nantinya yang akan berpengaruh kepada hasil,

kualitas kinerja berkorelasi positif dengan hasil.

Adapun tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan menurut S.

Munawir (2000:116) adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan suatu perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi, atau

kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban pada saat ditagih.

2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan

untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut

dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka

panjang.

3. Mengetahui tingkat rentabilitas yaitu kemempuan perusahaan untuk

menghasilkan laba pada periode tertentu.

4. Mengetahui stabilitas usaha yaitu kemampuan perusahaan untuk

malakukan usahanya dengan stabil dan mempertimbangkan kemampuan

perusahaan untuk membayar dividen secara teratur.

2.2.3. Analisis Rasio Keuangan

Guna menilai kondisi dan prestasi keuangan suatu perusahaan, analisis

memerlukan adanya suatu ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan

adalah rasio atau indeks dari dua unsur data keuangan.

Menurut Arthur J. Keown (2001:98), “Rasio keuangan merupakan alat

analisis yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan

hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam

suatu laporan keuangan”.

Sutrisno (2008:214) mendefinisikan bahwa: “Analisis rasio keuangan

adalah suatu proses menghubung-hubungkan elemen-elemen yang ada dalam

laporan keuangan.”

Page 31: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

31

Sedangkan Suad Husnan dalam buku Manajemen Keuangan (2000:358)

menyatakan: “ Rasio keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka

akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka yang lain.”

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio

keuangan adalah sebuah proses menganalisis laporan keuangan dengan

menggunakan angka-angka pembanding yang diperoleh dari pembagian angka-

angka lain dalam laporan keuangan.

Adapun tujuan dari analisis laporan keuangan adalah :

1. Digunakan sebagai alat penyaringan awal dalam memilih alternatif

investasi atau merger.

2. Sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di

masa yang akan datang.

3. Sebagai bahan diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen,

operasi atau masalah lainnya.

4. Sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.

Menurut Eugene F. Brigham dan Michael C. Enrhardt (2005:463) pada

umumnya yang menggunakan analisis rasio adalah :

Ratio analisys is used by three main groups : 1. Managers, who employ

ratios to help analyze, control, and thus improve their firms’ operations. 2.

Credit analists, including bank loan officers and bond rating analists, who

analyze ratios to help ascertain a company’s ability to pay its debts, and

3. Stock analysts, who are interested in a company’s efficiency, risk, and

growth prospect.

Sutrisno mengelompokkan rasio keuangan kedalam dua jenis, yaitu :

1. Rasio menurut sumber darimana rasio dibuat, dikelompokkan

menjadi:

a. Rasio-rasio Neraca (Balance Sheet Ratios), merupakan rasio-

rasio yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada

neraca saja. Seperti current ratio, cash ratio, debt to equity dan

lainnya.

Page 32: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

32

b. Rasio-rasio laporan laba rugi (Income Statement Ratio), yaitu rasio

yang menghubungkan elemen-elemen yang ada pada laporan

laba rugi saja, seperti profit margin, operating ratio dan lainnya.

c. Rasio-rasio antar laporan (Inter Statement Ratios), yaitu yang

menghubungkan elemen-elemen yang ada pada dua laporan ,

naraca dan laporan laba rugi, seperti Return on Investment,

Return on Equity, asset turnover dan lainnya.

2. Rasio berdasarkan tujuan penggunaan rasio yang bersangkutan,

dikelompokkan menjadi :

a. Rasio Likuiditas atau Liquidity Ratios, yaitu rasio-rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

membayar hutang-hutang jangka pendeknya.

b. Rasio Laverage atau Laverage Ratios, yaitu rasio-rasio yang

digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan

dibiayai dengan hutang.

c. Rasio Aktivitas atau Activity Ratios, yaitu rasio-rasio yang

digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam

memanfaatkan sumber dananya.

d. Rasio Keuntungan atau Profitability Ratios, merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam

mendapatkan keuntungan.

e. Rasio Penilaian atau Valuation Ratios, merupakan rasio-rasio

untuk mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai

pasar agar melebihi biaya modalnya.

2.2.4. Kesulitan Keuangan (Financial Distress)

a. Pengertian Financial Distress

Kesulitan keuangan atau Financial Distress adalah suatu kondisi dimana

perusahaan sedang terancam akan kebangkrutan. Cameron (Helmi:2008)

menyatakan mengenai suatu perusahaan sakit yakni : “Perusahaan dikatakan

sakit jika perusahaan secara absolut dan substansi mengalami sumber daya

dalam satu periode.” Sekalipun definisi tersebut ringkas, akan tetapi telah

mengandung elemen kritis yang memadai. Kesimpulan dari pernyataan Cameron

tersebut adalah yang mengalami penurunan sumber daya bukan lingkungan

bisnisnya, akan tetapi lebih pada perusahaannya.

Page 33: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

33

Menurut Darsono dan Ashari (2005:101), Financial distress dapat

diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban

keuangannya pada saat jatuh tempo yang dapat menyebabkan kebangkrutan

perusahaan.

Dari pernyataan-pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

financial distress adalah kondisi sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan

apabila perusahaan tidak mengambil tindakan-tindakan yang bersifat preventif

atas masalah-masalah financial distress.

b. Penyebab Financial Distress

Darsono dan Ashari (2005:104) mendeskripsikan bahwa secara garis

besar penyebab financial distress bisa dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian

internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari

faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor

perekonomian secara makro. Faktor internal yang bisa menyebabkan financial

distress meliputi :

4. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus-

menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat

membayar kewajibannya. Ketidakefisien ini diakibatkan oleh

pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian

manajemen.

5. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah hutang-

piutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan mengakibatkan

biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa

Page 34: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

34

menyebabkan kerugian. Piutang yang terlalu besar juga akan

merugikan karena aktiva yang menganggur terlalu banyak sehingga

tidak menghasilkan pendapatan.

6. Adanya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.

Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Kecurangan tersebut bisa berbentuk manajemen yang korup ataupun

memberikan informasi yang salah pada pemegang saham atau

investor.

Sedangkan faktor eksternal financial distress bisa berasal dari faktor yang

berhubungan langsung dengan perusahaan seperti pelanggan, supplier, debitur,

kreditur, pesaing maupun dari pemerintah atau dapat pula disebabkan oleh faktor

yang tidak berhubungan langsung dengan perusahaan meliputi kondisi

perekonomian secara makro ataupun faktor persaingan global. Faktor-faktor

eksternal yang bisa mengakibatkan financial distress adalah:

7. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh

perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi

penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut

perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan

dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan

pelanggan.

8. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi

kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk

mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin

hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan

Page 35: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

35

kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko

kekurangan bahan baku dapat diatasi.

9. Faktor debitur juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitur

tidak melakukan kecurangan atas hutang-piutang. Terlalu banyak

piutang yang diberikan debitur dengan jangka waktu pengembalian

yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang

tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian

yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut,

perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan

keadaan debitur supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap

aktiva perusahaan.

10. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat

fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi dalam

undang-undang no.4 tahun 1998, kreditur bisa memfailitkan

perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus

bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga membina hubungan

baik dengan kreditur.

11. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar

selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan

lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin ketatnya

persaingan menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki produk

yang dihasilkan, memberikan nilai tambah yang lebih baik bagi

pelanggan.

12. Kondisi perekonomian secara global juga harus selalu diantisipasi

oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya perekonomian dengan

Page 36: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

36

negara-negara lain, perkembangan perekonomian global juga harus

diantisipasi oleh perusahaan.

Sementara Gerald I. White (2000:646), memberikan pandangan

mengenai faktor yang mempengaruhi financial distress yaitu :

Some Factors Influencing the Risk of Financial Distress Costs

The susceptibility to financial distress varies from company to company.

Here are some influences:

1. The sensitivity of the company's revenues to the general level of

economic activity. If a company is highly responsive to the ups and

downs in the economy, shareholders and lenders may perceive a

greater risk of liquidation and/or distress and demand a higher return

in compensation for gearing compared with that demanded for a firm

which is less sensitive to economic events.

2. The proportion of fixed to variable costs. A firm which is highly

operationally geared, and which also takes on high borrowing, may

find that equity and debt holders demand a high return for the

increased risk

3. The liquidity and marketability of the firm's assets. Some firms invest

in a type of asset which can be easily sold at a reasonably high and

certain value should they go into liquidation. This is of benefit to the

financial security holders and so they may not demand such a high-

risk premium.

4. The cash-generative ability of the business. Some firms produce a

high regular flow of cash and so can reasonably accept a higher

gearing level than a firm with lumpy and delayed cash inflows.

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa faktor yang mendorong

terjadinya financial distress banyak berasal dari internal perusahaan.

c. Prediksi Financial Distress (Z-Score Altman)

Seperti yang telah diketahui bahwa Z Score Altman adalah model prediksi

untuk financial distress yang paling banyak digunakan. Jhon J. Wild dan K. R.

Subramanyam (2010:288) menjelaskan Z Score sebagai berikut :

“Altman Z Score uses multiple ratios to generate a predictor of financial

distress. Altman Z Score uses a statistical technique to produce a

predictor that is a linear function of several explanatory variabels. This

Page 37: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

37

prediction classifies or predicts the likelihood of bankruptcy or non

bankruptcy. Five financial ratios are included in the Z Score, X1 =Working

Capital / Total Asset, X2 = Retained Earnings / Total Asset, X3 = EBIT /

Total Asset, X4 = Market Value Equity / Book Value Debt, X5 = Sales /

Total Asset. We can view X1, X2, X3, X4, X5 as reflecting 1). Liquidity, 2).

Age of firm and cumulative Profitability, 3). Profitability, 4). Financial

Structure, and 5). Capital turn over rate.”

Dari penjelasan di atas diketahui bahwa analisis Z Score menggunakan lima

rasio keuangan, dan kelima rasio keuangan itu merefleksikan likuiditas, usia

perusahaan dan profitabilitas kumulatif, profitabilitas, struktur keuangan dan

tingkat perputaran modal.

Rumus Z Score Altman yang biasa digunakan salah satunya oleh Gerald

I. White (2006) adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1.

Rumus Z Score Altman

Variations of Altman’s Z Score

For Private Firm

Z’ =

For Service Sector

Z’ =

0,717 x Working Capital/Total Asset

+ 0,847 x Retained Earnings/Total Asset

+ 3,107 x EBIT/Total Asset

+ 0,420 x Book Value Equity/Book Value

Debt

+ 0,998 x Sales/Total Asset

6,56 x Working Capital / Total Asset

+ 3,26 x Retained Earnings / Total Asset

+ 6,72 x EBIT / Total Asset

+ 1,05 x Book Value of Equity / Book

Value of Debt

Z Score Indication Z Score Indication

< 1, 20 Distress area

1,20 – 2,90 Grey area

> 2,90 Safe area

< 1, 10 Distress area

1,10 – 2,60 Grey area

> 2,90 Safe area

Sumber : The Analysis and Use of Financial Statement oleh Gerald I White (2006)

Page 38: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

38

Sementara teori mengenai model Z Score Altman menurut Mamduh M.

Hanafi dan Abdul Halim (2009:274-275) untuk perusahaan yang telah go public

memakai model sebagai berikut :

Zi = 1,2 X1 + 1,4 X2 + 3,3 X3 + 0,6 X4 + 1,0 X5

Dimana :

X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar)/Total Aktiva

X2 = Laba Yang Ditahan/Total Aset

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset

X4 = Nilai pasar saham biasa dan preferen/Nilai buku total hutang

X5 = Penjualan/Total Aset

Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyak perusahaan

yang tiddak go public, dan dengan demikian tidak mempunyai nilai pasar. Untuk

beberapa negara seperti Indonesia, perusahaan semacam itu merupakan bagian

terbesar yang ada. Altman kemudian mengembangkan model alternatif dengan

menggantikan variabel X4 (Nilai pasar saham preferen dan biasa/nilai buku total

hutang). Dengan cara demikian model tersebut bisa dipakai baik untuk

perusahaan yang go public maupun yang tidak go public. Persamaan yang

diperoleh dengan cara semacam itu adalah sebagai berikut :

Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

Dimana :

X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar)/Total Aktiva

X2 = Laba Yang Ditahan/Total Aset

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset

X4 = Nilai buku saham biasa dan preferen/Nilai buku total hutang

X5 = Penjualan/Total Aset

Page 39: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

39

Titik cut-off yang dilaporkan Altman adalah berikut ini :

Dengan Nilai Pasar Dengan Nilai Buku

Safe area (Z >) 2,99 2,90

Distress area (Z <) 1,81 1,20

Grey area 1,81-2,99 1,20-2,90

Sumber: Analisis Laporan Keuangan Mamduh M. Hanafi & Abdul Halim (2009:274-275)

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2009:261), prediksi

financial distress perusahaan menjadi perhatian dari banyak pihak. Pihak-pihak

yang menggunakan model tersebut meliputi:

1. Pemberi Pinjaman (seperti pihak Bank). Informasi financial deistress

bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi

pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor

pinjaman yang ada.

2. Investor. Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu

perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya

kemungkinan financial distress atau tidaknya perusahaan yang

menjual surat berharga tersebut. Investor yang menganut strategi aktif

akan mengembangkan model prediksi financial distress untuk melihat

tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian

mengantisipasi kemungkinan tersebut.

3. Pihak Pemerintah. Pada beberapa sektor usaha, lembagapemerintah

mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha

tersebut (misal sektor perbankan). Juga pemerintah mempunyai

badan-badan usaha (BUMN) yang harus selalu diawasi.lembaga

pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda

Page 40: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

40

kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa

dilakukan lebih awal.

4. Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi

kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan

going concern suatu perusahaan.

5. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka

perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan

pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian penjualan atau

kerugian paksaan akibat ketetapan pengadilan). Sehingga dengan

adanya model prediksi financial distress diharapkan perusahaan

dapat menghindari kebangkrutan dan otomatis juga dapat

menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan.

Sementara beberapa akibat yang ditimbulkan dari financial distress

adalah sebagai berikut:

e. Risiko biaya kesulitan keuangan mempunyai dampak negatif terhadap

nilai perusahaan yang mengoffset nilai pembebasan pajak (tax relief)

atas peningkatan level hutang.

f. Jika pun manajer perusahaan menghindarkan likuidasi ketika terjadi

kesulitan keuangan, hubungannya dengan supplier, pelanggan,

pekerja, dan kreditor menjadi rusak parah.

g. Suplier penyedia barang dan jasa secara kredit mungkin lebih berhati-

hati, atau bahkan menghentikan pasokan sama sekali.

h. Para pelanggan akan mempertimbangkan untuk menjalin kerja sama

dengan pihak lain.

Page 41: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

41

2.2.5. Hubungan Rasio-rasio Keuangan yang dipakai dalam Model Altman Z-

Score dengan Financial Distress.

Menurut Edward I. Altman dalam The jurnal of finance, 1968 (594:596)

variabel-variabel yang berkaitan dalam penelitian ini serta hubungannya dengan

financial distress adalah sebagai berikut :

1. Working Capital / Total Assets (Modal Kerja / Total Aktiva)

Rasio pertama yang digunakan sebagai alat diskriminan adalah

rasio modal kerja terhadap total aktiva, ini sering kali dijumpai dalam studi

kasus permasalahan perusahaan, ini adalah ukuran bersih pada aktiva

lancar perusahaan terhadap modal perusahaan.

Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi

hutang lancar. Karakteristik likuiditas benar benar ditentukan secara jelas

biasanya sebuah perusahaan yang mengalami kerugian operasi yang

terus menerus akan menyusutkan aktiva lancar sehubungan dengan total

aktiva.

Diantara penilaian terhadap rasio likuiditas, rasio ini terbukti paling

berharga. Pemasukan variabel ini sesuai dengan studi Merwin yang

menilai modal kerja bersih pada rasio total aktiva sebagai indikator terbaik

terhadap penghentian terakhir.

2. Retained Earning / Total Assets (Laba yang Ditahan / Total Aktiva)

Adalah ukuran dari profitabilitas kumulatif lewat waktu disebutkan

pada awalnya sebagai satu dari rasio baru. Usia perusahaan dinyatakan

secara implisit dalam rasio ini, sebagai contoh, sebuah perusahaan baru

relatif mungkin akan menunjukan rasio laba ditahan/total aktiva yang

rendah karena tidak adanya waktu untuk menambah laba kumulatifnya.

Oleh karena itu, dapat dibuktikan bahwa perusahaan baru nampak

berbeda dari analisis ini, dan kesempatan/peluang untuk diklasifikasikan

dalam golongan bangkrut relatif lebih tinggi dari yang lainnya, dari pada

perusahaan perusahaan yang lebih tua, jika hal-hal lain diasumsikan tidak

mempengaruhi (cateris paribus). Tapi, ini merupakan keadaan yang

sesungguhnya di dunia nyata. Timbulnya kegagalan lebih tinggi dalam

tahun-tahun awal perusahaan.

3. Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (Laba Sebelum Bunga

dan Pajak / Total Aktiva)

Rasio ini dihitung dangan membagi total aktiva perusahaan

dengan penghasilan sebelum bunga dan potongan pajak dibagi dengan

total aktiva. Pada pokoknya, merupakan ukuran produktivitas dari aktiva

perusahaan yang sesungguhnya terlepas dari pajak atau faktor leverage.

Sejak keberadaan pokok perusahaan didasarkan pada kemampuan

menghasilkan laba dari aktiva aktivanya, rasio ini muncul menjadi yang

Page 42: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

42

paling utama sesuai untuk studi yang berhubungan dengan kegagalan

perusahaan.

Selanjutnya keadaan bangkrut dalam pengertian kebangkrutan

terjadi saat total kewajiban melebihi penilaian wajar perusahaan terhadap

aktiva perusahaan dengan nilai ditentukan oleh kemampuan aktiva

menghasilkan laba.

4. Market Value of Equity / Book Value of Debt (Nilai Buku Saham Biasa

dan Saham Preferen / Nilai Buku Total Utang)

Modal diukur melalui gabungan nilai pasar dan keseluruhan

lembar saham preferen dan biasa. Sementara hutang meliputi hutang

lancar dan hutang jangka panjang. Ukuran tersebut menunjukan

seberapa banyak aktiva perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari

nilai pasar modal ditambah hutang) sebelum kewajiban (hutang) melebihi

aktiva dan perusahaan menjadi bangkrut.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan dengan nilai pasar dari

modalnya sebesar 1.000 dollar dan hutang 500 dollar dapat mengalami

2/3 penurunan nilai aktiva sebelum kebangkrutan, bagaimanapun

perusahaan yang sama dengan modal 250 dollar akan bangkrut jika

penurunannya hanya 1/3 nilainya. Rasio ini menambahkan dimensi nilai

pasar yang tidak ditentukan oleh studi mengenai kebangkrutan lainnya.

Rasio ini juga tampak menjadi penentu kebangkrutan yang lebih efektif

dari pada rasio serupa yang lebih umum digunakan.

5. Sales / Total Asset (Penjualan / Total Aktiva)

Rasio perputaran modal adalah standar rasio keuangan yang

menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva

perusahaan merupakan suatu ukuran dari kemampuan manajemen

dalam menghadapi kondisi yang kompetitif. Rasio akhir ini cukup penting,

walaupun dalam faktanya signifikan dari ukuran rasio ini tidak dapat

ditampakkan semuanya tapi karena relasi yang unik diantara variabel

dalam model ini, rasio penjualan atau total aktiva menjadi rangking kedua

dalam kontribusi keseluruhan ketepatan model diskriminan.

Adapun beberapa penelitian yang memakai Model Altman Z-Score dan

menggunakan rasio-rasio seperti yang telah dijelaskan di atas, mengenai analisis

financial distress yang dilakukan di Indonesia sampai pada tahun 2011 antara

lain :

Page 43: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

43

TABEL 2.2.

MATRIKS PENELITIAN EMPIRIS TERDAHULU 2005-2011

NO TAHUN NAMA

PENELITI

JUDUL

PENELITIAN KESIMPULAN

1 2005 YULIA

PURWANTI

ANALISIS RASIO

KEUANGAN

DALAM

MEMPREDIKSI

KONDISI

KEUANGAN

FINANCIAL

DISTRESS

PERUSAHAAN

MANUFAKTUR

YANG

TERDAFTAR DI

BURSA EFEK

JAKARTA

Metode yang digunakan untuk

membuktikan apakah benar rasio

keuangan (di luar model Altman)

berpengaruh signifikan terhadap

kondisi financial distress adalah regresi

logit.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan

bahwa tidak ada rasio keuangan lain

yang dapat digunakan sebagai alat

untuk memprediksi kondisi financial

distress perusahaan selain rasio –

rasio keuangan yang digunakan dalam

model Altman.

2 2005 APRILIA NUGRAHENI

ANALISIS KETEPATAN PREDIKSI POTENSI KEBANGKRUTAN MELALUI ALTMAN Z-SCORE DAN HUBUNGANNYA DENGAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG LISTING DI BURSA EFEK JAKARTA

Sampel dalam penelitian ini adalah 17 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1999-2003. Dua variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah Altman Z-Score dan harga saham. Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi yang diambil dari laporan keuangan perbankan dan buku-buku yang menunjang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Altman Z-Score dan Korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama lima tahun berturut-turut nilai Z-Score yang dimiliki oleh semua perusahaan perbankan masih dibawah 1,2 sehingga berada di wilayah ketiga yaitu yang diprediksi mengalami kebangkrutan. Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa potensi kebangkrutan Altman Z-Score berhubungan dengan harga saham dengan adanya korelasi sebesar 22,6 % dengan taraf kepercayaaan 95 %. Kesimpulan hasil penelitian ini bahwa Altman Z-Score bisa diterapkan untuk memprediksi potensi kebangkrutan di

Page 44: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

44

Indonesia

3 2008 SINTA KARTIKA WATI

ANALISIS Z-SCORE DALAM MENGUKUR KINERJA KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA TUJUH PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI

BURSA EFEK

JAKARTA

Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan, kinerja serta membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Kesimpulan dari Skripsi ini adalah PT.

Gudang Garam Tbk dan PT. Kimia

Farma Tbk berada pada kondisi sehat,

PT. Kalbe Farma Tbk berada pada

kondisi sehat namun sempat berada

pada kondisi bangkrut dan gray area.

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

berada pada kondisi gray area. PT.

Ultrajaya Milk Tbk berada pada kondisi

gray area dan sempat dikatakan

bangkrut. PT. Indocement Tunggal

Prakarsa Tbk berada pada kondisi

gray area dan sempat dikatakan

bangkrut. PT. Mayora Indah Tbk

mempunyai kondisi keuangan yang

naik turun. Secara metodologi

penggunaan metode Altman Z-Score

dapat mengidentifikasi keadaan suatu

perusahaan.

4 2008 ENDRI

PREDIKSI KEBANGKRUTAN BANK UNTUK MENGHADAPI DAN MENGELOLA PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS: ANALISIS MODEL

ALTMAN‟S Z-

SCORE

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memprediksi kebangkrutan bank dengan menggunakan tiga sampel Islam bank Indonesia. Studi ini berlaku Z-Score Altman Model selama periode 2005-2007 dan hasilnya menunjukkan bahwa semua Bank-bank Islam di sampel diperkirakan akan bangkrut. Penelitian ini membawa implikasi bagi

manajemen bank untuk memperbaiki

keuangan kinerja untuk masa depan

untuk menghindari prediksi peluang

kebangkrutan.

5 2008 ARRY PRATAMA RUDYAWAN DAN I DEWA NYOMAN

OPINI AUDIT GOING CONCERN: KAJIAN BERDASARKAN

Penilaian going concern harus disampaikan oleh auditor dan ditambahkan ke dalam opini audit. Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah ada keraguan

Page 45: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

45

BADERA

MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, DAN

REPUTASI

AUDITOR

substansial tentang kemampuan entitas untuk terus beroperasi untuk jangka waktu yang wajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model prediksi kebangkrutan altman, pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor pada kekhawatiran akan opini audit. Hasilnya menunjukkan bahwa model prediksi kebangkrutan altman mempengaruhi akurasi masalah opini going concern. Namun, pertumbuhan perusahaan, leverage, dan reputasi auditor tidak melakukannya.

6 2008 DIANA ATIM IFLAHA

ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DENGAN METODE Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN.

(Studi Pada

Perusahaan

Restoran, Hotel

dan Pariwisata

yang Listing di

Bursa Efek

Indonesia Periode

2003-2007)

Zscore adalah salah satu instrumen yang digunakan untuk memprediksi pekerjaan keuangan dan posisi keuangan dalam perusahaan masing-masing. Pencapaian terburuk keuangan memicu kebangkrutan. Metode yang digunakan untuk menganjurkan metode Z-Score adalah analisis tren. penelitian yang digunakan perusahaan sembilan restoran, hotel dan pariwisata yang telah menerbitkan laporan keuangan dalam lima tahun terakhir sebagai objek. yang diambil.analisis tren nemukan bahwa salah satu perusahaan mengalami berfluktuasi tren. Jadi semua perusahaan berada dalam posisi trend berfluktuasi.

7 2009 NUNUNG ARIANI

ANALISIS PERBANDINGAN MODEL ALTMAN (Z SCORE) DAN MODEL ZAVGREN (LOGIT) UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN YANG LISTING DI BURSAEFEK INDONESIA (BEI)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan adalah: menghitung financial distress dengan cara membandingkan rasio operating profit/interest expense, menghitung nilai altman (z-score) dan mengklasifikasikan berdasarkan titik cut off, menghitung nilai zavgren (logit) dan mengklasifikasikan berdasarkan rentang interval, membandingkan antara kedua model untuk mengetahui model yang lebih baik dalam memprediksi financial distress.

8 2011 GABRIELLA

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA

Prediksi kebangkrutan menggunakan analisis z-score altman dan melihat bagaimana keadaan perusahaan manufaktur secara individu

Page 46: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

46

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

perusahaan maupun secara keseluruhan dengan melihat laporan keuangan perusahaan pada tahun 2009-2010.

Diolah dari berbagai sumber skripsi dan jurnal

2.3. Pasar Modal

2.3.1. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran

umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek

yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.

Pasar Modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif

investasi lainnya, seperti: menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan

bangunan, dan sebagainya. Pasar Modal bertindak sebagai penghubung. Pasar

Modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan

ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen melalui jangka

panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.

Setiap perusahaan membutuhkan pasar keuangan (financial market)

untuk mendukung sumer dananya. Pasar keuangan terdiri dari pasar uang

(money market) dan pasar modal (capital market). Pasar uang berkaitan dengan

penyediaan dana-dana berjangka panjang.

Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Menteri

Keuangan RI No. 1548/KMK/1990 Tentang Peraturan Pasar Modal adalah :

“Suatu sistem keuangan yang terorganisir, termasuk di dalamnya adalah

bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang jasa keuangan,

serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.”

Page 47: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

47

Sedangkan dalam arti sempit pasar modal adalah “suatu tempat dalam

pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek yang disebut

sebagai bursa efek”.

Pengertian pasar modal menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor 8

Tahun 1995 pasal 1, “Pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan

dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan efek”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan

tempat bertemunya pihak yang mengalami kekurangan modal dengan pihak

yang mengalami kelebihan modal yang saling membutuhkan dan melakukan

berbagai permintaan dan penawaran.

2.3.2. Fungsi Pasar Modal

Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan

lembaga ini mempunyai daya tarik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak

yang memiliki dana, maupun pemerintah. Pemenintah sangat berkepentingan

dalam pembinaan pasar modal, karena dengan membaiknya kondisi pasar modal

bisa mencegah terjadinya capital flight atau pelarian modal ke luar negeri.

Sutrisno dalam bukunya Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan

Aplikasi (2008:301) memaparkan beberapa fungsi strategis dari pasar modal

yaitu :

1. Sebagai Sumber Penghimpunan Dana

Kebuluhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber

pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh

perusahaan adalah pasar modal, selain sistem perbankan yang

selama lni dikenal sebagal media perantara keuangan secara

konvensional. Ada beberapa keterbatasan apabila perusahaan

Page 48: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

48

memanfaatkan bank sebagai sumber dana. Keterbatasan tersebut

adalah jumlah dana yang bisa ditarik dari perbankan terbatas, karena

pada industri perbankan dikenal dengan adanya Legal Lending Limit

atau Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK). Sehingga bila

perusahaan ingin menggalang dana yang jumlahnya relatif besar

akan terhambat dengan aturan perbankan tersebut. Oleh karena itu

perusahaan bisa masuk ke pasar modal untuk menggalang dana

yang besarnya sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada batasan

besarnya dana.

2. Sebagai Sarana Investasi

Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga (saham

atau obligasi) ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah

mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek

yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Sementara, pemilik

dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan

menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat

keuntungan yang relatif kecil. Dengan adanya surat berharga yang

mudah dijualbelikan, maka bagi investor merupakan alternatif

instrument investasi. Investasi di pasar modal leblh fleksibel, sebab

setiap investor bisa dengan mudah memindahkan dananya dan satu

perusahaan ke perusahaan lainnya atau dan satu industri ke industri

lainnya. Oleh karena itu pasar modal sebagai salah satu alternatif

instrumen penempatan dana bagi investor selain di perbankan atau

investasi langsung lainnya.

3. Pemerataan Pendapatan

Pada dasarnya apabila perusahaan tidak melakukan go public,

pemilik perusahaan terbatas pada personal-personal pendiri

perusahaan yang bersangkutan. Dengan go publicnya perusahaan

memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta

memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan

kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan

dan perusahaan berupa bagian keuntungan atau dividen, sehingga

semula hanya dinikmati oleh beberapa orang permilik, akhirnya bisa

dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan

kepada masyarakat.

4. Sebagai Pendorong lnvestasi

Sudah merupakan kewajiban pemerintah untuk memajukan

pembangunan dan perekonomian negaranya. Untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi dan memajukan pembangunan membutuhkan

investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan

investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing.

Untuk mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan

investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah

harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka.

Page 49: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

49

Salah satu iklim investasi yang kondusif adalah likuidnya pasar modal.

Semaki baik pasar modal, semakin banyak perusahaan yang akan

masuk.

2.3.3. Penggolongan Pasar Modal

Penjualan saham yang dilakukan oleh perusahaan yang go public kepada

masyarakat bisa dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan jenis pasar dan

sekuiritas yang akan dijual. Jenis-jenis pasar tersebut adalah :

a. Pasar Perdana

Pasar perdana menurut Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia adalah penawaran efek dari emiten kepada para

pemodal selama masa tertentu sebelum efek-efek tersebut dicatatkan

di bursa. Biasanya dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 6 hari

kerja.

Pada pasar perdana, penjamin emisi dibantu para agen

penjualan untuk menyebarkan prospectus, melayani pemesanan

saham, penjatahan saham dan pengembalian uang pemesanan

apabila pemesan tidak memperoleh jatah saham. Jika masa

penawaran perdana selesai, selanjutnya efek-efek tersebut dapat

diperdagangkan di pasar sekunder.

b. Pasar Sekunder

Pasar sekunder adalah perdaganan efek setelah melewati

masa penawaran pada pasar perdana dalam waktu selambat-

lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut

harus dicatatkan di bursa. Sejak pencatatanini maka perdagangan

efek dilakukan di bursa dimana transaksi dilakukan melalui

perdagangan efek dan pedagang efek yang menjadi anggota bursa.

Page 50: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

50

Tempat terjadinya pasar sekunder terdapat 2 tempat, yaitu :

1. Bursa Reguler

Bursa regular adalah bursa efek resmi, seperti Bursa Efek Jakarta

(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).

2. Bursa Paralel

Bursa parallel atau over the counter adalah suatu sistem

perdagangan efek yang terorganisisr di luar bursa efek resmi,

dengan bentuk pasar sekunder yang diatur dan diselenggarakan

oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE),

diawasi dan diina oleh Bapepam. Disebut over the counter karena

pertemuan antara penjual dan pembeli tidak dilakukan di suatu

tempat tertentu tapi tersebar di antara kantor para broker atau

dealer.

2.3.4. Pelaku Pasar Modal

Semaraknya aktivitas pasar modal tidak terlepas dengan adanya pemain-

pemain pasar di bursa. Menurut Sutrisno (2008:307-309) Ada beberapa pemain

yang meramaikan lantai bursa, yaitu:

1) Investor, yakni instansi atau individu yang melakukan jual beli

instrumen pasar modal yang tujuan pemilik efeknya untuk jangka

panjang. Contohnya Yayasan dana pensiun, perusahaan asuransi,

dan perusahaan-perusahaan lainnya.

2) Spekulator, adalah instansi atau individu yang melakukan jual beli

instrumen investasi pasar modal untuk tujuan jangka pendek.

Biasanya pemain ini di bursa lebih banyak.

Page 51: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

51

3) Acquisitor, merupakan instansi yang tujuan dalam pembelian saham

untuk ikut mengendalikan perusahaan yang mengeluarkan saham.

Biasanya acquisitor ini akan masuk pasar modal bila terjadi penjualan

saham secara besar-besaran melalui tender over, sehingga bisa

membeli dalam porsi yang besar dan bisa ikut dalam manajemen

perusahaan.

Dari ketiga pemain tersebut di atas yang lebih banyak terlibat dalam

transaksi sehari-hari adalah spekulator dan investor. Bila dibandingkan antara

investor dan spekulator, maka perbedaannya bisa dilihat dari :

Table 2.3.

Perbedaan antara Investor dan Spekulator

No Sisi Perbedaan Investor Spekulator

1 Karkteristik Mempunyai time frame jangka

panjang, sehingga perputaran efek

yang dimiliki lambat dan tingkat risiko

yang diambil rendah demikian pula

tingkat keuntungannya.

Mempunyai time frame

berjangka pendek, sehingga

perputaran efek yang dimiliki

cepat. Tingkat risikonya

tinggi namun tingkat

keuntungannya juga tinggi.

2 Strategi Membeli saham bila dinilai harganya

wajar (fair value) dengan jenis

saham yang mempunyai trend

meningkat, sehingga dalam jangka

panjang harga saham meningkat dan

bila nantinya dijual akan menapatkan

capital gain. Analisis yang digunakan

adalah analisis fundamental, yakni

melihat kinerja perusahaan yang

mengeluarkan efek.

Memilih saham yang

harganya bergejolak atau

price movement, dan akan

membeli saham pada saat

harga rendah (under value)

dan menjualnya pada saat

harga tinggi. Sedangkan

analisis investasi yang

digunakan adalah analisis

teknikal.

3 Tujuan Untuk mendapatkan dividen dan

capital gain.

Hanya mengharapkan

keuntungan dari capital gain.

Sumber : Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi oleh Sutrisno (2008:307-309)

Page 52: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

52

2.3.5. Saham

a. Pengertian saham

Menurut Pasal 10 Peraturan Pemerintah No.45 Tahun 1995 “Saham

bursa efek adalah saham atas nama yang mempunyai nilai nominal dan hak

suara yang sama”.

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Dan Peraturan Pasar Modal No.8

Tahun 1995: “Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat

berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak

investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek dan setiap derivatif dari efek”.

Menurut John Downes dan Jordan Elliot Goodman (1994: 213): “Saham

(stock) adalah kepemilikan suatu perseroan yang diwakili oleh saham yang

merupakan klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan”.

Menurut Anatoli Karvof (2004:33): “Saham adalah surat penyertaan atas

kepemilikan dari suatu perusahaan”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Suad Husnan (2000:115) pengertian

saham adalah :

Saham merupakan sekuiritas yang memberikan penghasilan yang tidak

tetap bagi pemiliknya. Pemilik saham akan menerima penghasilan dalam

bentuk dividen dan perubahan harga saham. Jika harga saham

meningkat dari harga beli, maka pemodal dikatakan memperoleh capital

gains, apabila sebaliknya disebut capital loss.

Definisi tentang saham pada dasarnya hampir sama, yaitu

mengemukakan bahwa saham merupakan bukti kepemilikan seseorang pada

suatu perusahaan. Membeli saham berarti membeli perusahaan atau memiliki

hak suara di dalam perusahaan tersebut.

Dalam makalah seminar Training of Stock Exchange (2007), keuntungan,

hak dan resiko pemegang saham adalah sebagai berikut :

Page 53: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

53

Keuntungan dari pemegang saham :

a. Selisih positif harga jual dikurangi harga beli (capital gain)

b. Dividen (tunai atau saham) yang dibagikan kepada pemegang saham

c. Saham bonus (jika ada)

Hak pemegang saham :

a. Dividen

b. Hak suara dalam RUPS

c. Mendapat bagian jika perusahaan dilikuidasi

Resiko pemegang saham :

a. Turunnya harga saham pada saat menjual kembali (capital loss)

b. Bila emiten rugi kemungkinan tidak ada pembagian dividen

c. Bila emiten dinyatakan bangkrut hak klaim pemegang saham adalah

terakhir.

b. Jenis saham

Menurut Sutrisno (2005:4-6) saham-saham dapat dibedakan menurut

tingkatannya dalam perdagangan saham, yaitu :

1. Saham Utilitas.

2. Saham Blue Chip.

Saham yang dikategorikan dalam jenis ini adalah saham-saham dari

perusahaan-perusahaan besar yang sudah sangat mapan, misalnya

perusahaan multinasional seperti IBM, General Electic dan sebagainya di

Indonesia dapat dikatakan antara lain PT. Telkom tbk, PT Astra

Internasional tbk, dan Bank Mandiri. Namun demikian bukan tanpa resiko

menanamkan modal diperusahaan tersebut. Dengan besarnya

perusahaan, maka biasanya deviden yang diterima para pemodal akan

kecil jumlah persahamnya, sehingga bagi pemodal-pemodal kecil tidak

begitu menguntungkan.

3. Saham Establish Growth.

4. Saham Emerging Growth.

5. Saham Penny.

2.3.6. Delisting

a. Pengertian Delisting

Delisting atau penghapusan pencatatan saham adalah adalah kebijakan

yang dilakukan oleh bursa efek untuk mengeluarkan emiten dari bursa, artinya

saham-saham emiten tersebut sudah tidak tercatat lagi di bursa efek. Pada

Page 54: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

54

dasarnya delisting berhubungan dengan fakta yang menunjukkan bahwa

perusahaan tercatat (di bursa efek) sesungguhnya memiliki kondisi ekonomi,

likuiditas, dan kepatuhan terhadap peraturan pasar modal yang lebih buruk dari

kondisi sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa perusahaan yang terkena delisting

adalah perusahaan yang mempunyai masalah serius.

Ada sejumlah indikator yang dijadikan pegangan dalam menilai kondisi

delisting. Misalnya dalam hal laporan perkembangan setiap bulan, indikator yang

perlu diperhatikan mulai dari kepatuhan melakukan kewajiban dalam bentuk

laporan keuangan dan kejadian-kejadian penting perusahaan, frekuensi dan

volume transaksi, jumlah pemegang saham hingga kapitalisasi pasar.

b. Kriteria Delisting

Bursa mengapus pencatatan saham emiten sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Berikut adalah kondisi-kondisi dimana bursa bisa menghapus

pencatatan saham emiten di bursa yaitu :

1. Pernyataan pendaftaran yang telah menjadi efektif dibatalkan atau

dibekukan oleh Bapepam.

2. Perusahaan yang menggabungkan diri dengan perusahaan lain atau

melakukan peleburan perusahaan.

3. Perusahaan dilikuidasi.

4. Diputuskan pailit oleh Penadilan Niaga.

5. Dibekukan izin usaha yang memberikan kontribusi penjualan atau

pendapatan utama.

Page 55: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

55

6. Harga teoritis saham hasil stock split, saham bonus, dan atau saham

dividen, atau penerbitan efek bersifat ekuitas selain saham kurang dari 20

x fraksi.

7. Laporan keuangan emiten memperoleh pendapat adverse pada tahun

buku terakir.

8. Tidak menyampaikan corporate plan dalam jangka waktu yang telah

ditentukan bursa.

9. Mengalami kerugian usaha dan atau mengalami kerugian setelah pajak

selama 4 tahun berturut-turut (setelah tercatat di bursa).

10. Memiliki ekuitas negative selama tiga tahun berturut-turut (setelah tercatat

di bursa).

11. Perdagangan saham dihentikan (suspensi) selama 12 bulan berturut-turut

karena alas an apapun.

12. Tidak terjadi transaksi di pasar reguler selama Sembilan bulan berturut-

turut (tidak termasuk masa suspensi).

13. Harga rata-rata penutupan saham yang terjadi selama 3 bulan berturut-

turut kurang dari Rp 50 (lima puluh rupiah).

14. Rata-rata volume transaksi di pasar reguler selama 12 bulan berturut-

turut kurang dari sepuluh ribu saham perbulan.

15. Jumlah saham yang dimiliki pemegang saham minor (bukan majority

shareholders) kurang dari 5% dari modal disetor dan kurang dari sepuluh

juta saham dalam jangka waktu 6 bulan terakhir berturut-turut.

16. Jumlah pemegang saham yang memiliki minimal satu tahun perdagangan

kurang dari 100 pemegang saham dalam jangka waktu 6 bulan terakhir

berturut-turut.

Page 56: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

56

17. Emiten tidak lagi memenuhi persyaratan umum pencatatan apabila

bidang usahanya baik langsung maupun tidak langsung dilarang oleh

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan emiten yang

bersangkutan memberikan kontribusi pendapatan lebih dari 50% kepada

anak/induk perusahaannya dimana anak/induk perusahaan tersebut juga

merupakan emiten di bursa.

18. Perusahaan yang tercatat sebagai perusahaan pertambangan tidak lagi

mempunyai :

a. Kuasa penambangan atau surat izin penambangan daerah.

b. Jumlah cadangan (deposit) tidak lagi memenuhi persyaratan

ekonomis.

c. Direktur yang memiliki kemampuan teknis yang berpengalaman di

bidang pertambangan sesuai dengan kegiatan usaha perusahaan

selama 6 bulan berturut-turut.

c. Prosedur Delisting

Bila emiten yang mengalami minimal satu kondisi delisting yaitu :

a. Pernyataan pendaftarannya dibatalkan atau dibekukan oleh Bapepam

b. Emiten mengalami merger

c. Akuisisi

d. Emiten dilikuidasi, maka bursa paling lambat pada hari bursa

berikutnya mengumumkan di lantai bursa tentang penghapusan

saham tersebut

Bila emiten mengalami salah satu kondisi yang mengarah delisting di luar

dari empat kondisi di atas, maka prosedur delisting dilakukan sebagai berikut :

Page 57: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

57

a. Bursa memberitahukan mengenai keputusan delisting dan jadwal

pelaksanaannya kepada emiten yang bersangkutan pada hari bursa yang

sama saat dikeluarkannya keputusan tersebut dengan tembusan kepada

Bapepam.

b. Bursa mengumumkan mengenai keputusan delisting tersebut termasuk

jadwal pelaksanaannya. Pengumuman dilakukan paling lambat pada saat

hari bursa berikutnya setelah adanya keputusan delisting tersebut.

c. Saham emiten di atas dapat diperdagangkan di bursa pada pasar

negoisasi selama 20 hari bursa terhitung sejak berakhirnya masa

suspense dan penyelesaian transaksinya tidak dilakukan KPEI.

d. Penghapusan pencatatan saham emiten dari daftar efek yang tercatat di

bursa berlaku efektif pada hari bursa berikutnya setelah berakirnya masa

perdagangan.

e. Paling lambat lima hari bursa sebelum berakhirnya masa perdagangan,

maka bursa menggunakan tanggal efektif delidting saham emiten

tersebut.

d. Dampak Delisting Perusahaan

1. Bagi Investor

Pada kondisi tertentu kebijaksanaan delisting memang bisa

merugikan investor karena beberapa alasan yaitu :

a. Delisting menyebabkan investor kehilangan cara untuk

memperdagangkan sahamnya secara efisien dan transparan.

Page 58: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

58

b. Delisting menyebabkan investor kehilangan informasi tentang

besarnya modal perusahaan, tingkat operasi perusahaan dan

jumlah pemegang sahamnya.

c. Delisting menyebabkan investor kesulitan dalam mendapatkan

market information yang mempengaruhi perkembangan harga

saham.

2. Bagi Kreditur

Delisting menyebabkan kreditur kehilangan informasi tentang

kinerja perusahaan, sehingga akan kesulitan dalam pemberian kredit

kepada perusahaan tersebut.

3. Bagi perusahaan yang di-delist

Dengan tidak tercatatnya perusahaan di bursa efek, akan menyebabkan

perusahaan yang bersangkutan mengalami kesulitan dalam melakukan

restrukturisasi keuangan yang telah dilakukannya.

2.4. Definisi Konsepsional

Untuk dapat mempelajari permasalahan dalam penulisan skripsi ini, maka

penulis akan menjelaskan definisi konsepnya. Berdasarkan uraian dari latar

belakang dan dasar teori, maka penulis memberikan batasan definisi

konsepsional pada penulisan ini sehingga dapat diperoleh arah dan pengertian

yang jelas.

Kesulitan keuangan (Financial Distress) diartikan sebagai suatu kondisi

dimana perusahaan secara keuangan mengalami kemacetan (penurunan).

Dalam hal ini penulis mencoba untuk menghubungkan antara kondisi financial

distress pada perusahaan berkategori net operating income negatif dan dalam

Page 59: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

59

satu tahun lebih tidak melakukan pembayaran dividen dengan kemungkinan

perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Dimana alat analisis yang

digunakan adalah Z Score model Altman modifikasi 1983.

Dalam perkembangannya Z Score Altman sendiri mengalami beberapa

perubahan. Sehingga dari hasil perkembangan itu, menghasilkan beberapa

bentuk perhitungan.

Rasio Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka

pendeknya.

Rasio-rasio yang dipakai dalam Model Altman Z-Score yang hubunganya

terhadap financial distress telah dijelaskan sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. Rasio likuiditas atau Liquidity ratios

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

2. Rasio laverage atau Laverage ratios

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh

aktiva perusahaan diiayai dengan hutang.

3. Rasio aktivitas atau Activity ratios

Rasio-rasio untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam

memanfaatkan sumber dananya.

4. Rasio keuntungan atau Profitability ratios

Adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan

profitabilitas.

Page 60: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

60

Perusahaan adalah organisasi yang terstruktur yang melakukan kegiatan

bisnis meliputi proses manajemen dan produksi yang tujuan utamanya (main

purpose) adalah memperoleh keuntungan (profit).

Bursa Efek Indonesia adalah pihak yang menyelenggarakan dan

menyediakan sistem atau sarana untuk perdagangan efek saham yang

berkedudukan di Jakarta.

Tabel 2.4.

Rumus Z Score Altman

Modifikasi tahun 1983

Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar)/Total Aktiva

X2 = Laba Yang Ditahan/Total Aset

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset

X4 = Nilai buku saham biasa dan preferen/Nilai buku total hutang

X5 = Penjualan/Total Aset

Titik cut-off yang dilaporkan Altman adalah berikut ini :

Dengan Nilai Buku

Distress area (Z <) 1,20

Grey area 1,20-2,90

Safe area (Z >) 2,90

Sumber: Analisis Laporan Keuangan Mamduh M. Hanafi & Abdul Halim (2009:274-275)

Page 61: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

61

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai klasifikasi nilai Z dari model Altman Z-

Score :

a. Distress area disini berarti perusahaan memperoleh nilai Z yang

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan

keuangan dan berpotensi pada kebangkrutan.

b. Grey area berarti perusahaan memperoleh nilai Z yang menunjukkan

bahwa perusahaan tersebut masuk ke dalam zona abu-abu atau berada

pada kondisi keuangan diantara financial distress dan kondisi keuangan

yang aman.

c. Safe area berarti perusahaan memperoleh nilai Z yang menunjukkan

bahwa perusahaan tersebut sedang dalam kondisi keuangan yang aman

atau tidak sedang mengalami financial distress.

Page 62: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

62

2.5. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Manajemen Keuangan :

- Laporan Keuangan

- Kinerja Keuangan

- Financial Distress

- Kebijakan Deviden

Bursa Efek Indonesia :

Pasar Modal di Indonesia

- Laporan Keuangan

- Kinerja Keuangan

Rumusan Masalah

Apakah kondisi pada perusahaan yang memiliki NOI negatif dan tidak

melakukan pembayaran dividen lebih dari satu tahun dapat mengalami

Financial Distress?

Alat Analisis Z Score Model Altman

Z’ = 0,717 (X1) + 0,847 (X2) + 3,107 (X3) + 0,420 (X4) + 0,998 (X5)

Hasil Penelitian

Grey Area

Distress Area

Safe Area

Page 63: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

63

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk memudahkan pengertian tentang maksud dan tujuan penelitian ini

maka penulis merasa perlu untuk memerikan definisi operasional sehubungan

dengan judul penelitian ini tentang analisis financial distress pada perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Financial Distress adalah suatu kondisi kesulitan keuangan yang terjadi

karena ketidakseimbangan hutang terhadap nilai aktiva perusahaan pada suatu

waktu tertentu.

Bursa Efek Indonesia adalah pihak yang menyelenggarakan dan

menyediakan sistem atau sarana untuk perdagangan efek saham yang

berkedudukan di Jakarta.

Perusahaan adalah objek dari penelitian yang dalam hal ini dibatasi yaitu

hanya pada perusahaan yang mengalami Net Operating Income (laba bersih

operasi) negatif dan lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran dividen.

Z Score Altman adalah model prediksi financial distress yang

dikembangkan oleh Edward I Altman yang menggunakan rasio keuangan untuk

menghitungnya, mencakup rasio likuiditas, rasio laverage dan rasio profitabilitas.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar) / Total Aktiva

X2 = Laba Yang Ditahan / Total Aset

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset

X4 = Nilai buku saham biasa dan preferen / Nilai buku total hutang

X5 = Penjualan / Total Aset

Page 64: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

64

Tetapi untuk mempermudah para pembaca, maka penulis mencoba untuk

menyesuaikan istilah-istilah yang di pakai pada laporan keuangan perusahaan-

perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, beserta penjelasannya

sebagai berikut :

X1 = (Current Asset - Current Liability) / Total Asset

1. Selisih antara Current Asset dengan Current Liability

menunjukkan Working Capital (Modal Kerja) perusahaan dalam

periode tertentu.

2. Total Asset adalah jumlah keseluruhan asset yang dimiliki oleh

perusahaan, meliputi Current Asset, dan Non-Current Asset.

X2 = Retained Earning / Total Asset

1. Retained Earning diperoleh dari jumlah Retained Earning pada

neraca.

2. Total Asset adalah jumlah keseluruhan asset yang dimiliki oleh

perusahaan, meliputi Current Asset, dan Non-Current Asset.

X3 = Earning Before Interest and Taxes / Total Assets

1. EBIT diperoleh dari Gross Profit – (Operating Expenses + Other

Income (Expenses)).

2. Total Asset adalah jumlah keseluruhan asset yang dimiliki oleh

perusahaan, meliputi Current Asset, dan Non-Current Asset.

X4 = Book Value of Equity / Book Value to Total Debt

1. Dimana Book Value of Equity diperoleh dari Closing Price (harga

saham setahun) dikali dengan Total Listed Shares (jumlah

lembar saham yang terdaftar) tahun bersangkutan.

Page 65: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

65

2. Book value to total debt adalah jumlah liabilities pada neraca,

atau hasil penjumlahan dari Current Liabilities dan Non-Current

Liabilities.

X5 = Sales / Total Asset

1. Sales adalah net sales hasil operasional dari perusahaan itu,

jika operasional utamanya adalah jasa maka penjualan disini

adalah pendapatan.

2. Total Asset adalah jumlah keseluruhan asset yang dimiliki oleh

perusahaan, meliputi Current Asset, dan Non-Current Asset.

Menurut Edward I. Altman dalam The Journal of Finance, 1968 (594:596)

hubungan antara variabel-variabel yang berkaitan dalam penelitian ini dengan

financial distress adalah sebagai berikut :

6. Working Capital / Total Assets (Modal Kerja / Total Aktiva)

Rasio pertama yang digunakan sebagai alat diskriminan adalah

rasio modal kerja terhadap total aktiva, ini sering kali dijumpai dalam studi

kasus permasalahan perusahaan, ini adalah ukuran bersih pada aktiva

lancar perusahaan terhadap modal perusahaan.

Modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi

hutang lancar. Karakteristik likuiditas benar benar ditentukan secara jelas

biasanya sebuah perusahaan yang mengalami kerugian operasi yang

terus menerus akan menyusutkan aktiva lancar sehubungan dengan total

aktiva.

Diantara penilaian terhadap rasio likuiditas, rasio ini terbukti paling

berharga. Pemasukan variabel ini sesuai dengan studi Merwin yang

menilai modal kerja bersih pada rasio total aktiva sebagai indikator terbaik

terhadap penghentian terakhir.

7. Retained Earning / Total Assets (Laba yang Ditahan / Total Aktiva)

Adalah ukuran dari profitabilitas kumulatif lewat waktu disebutkan

pada awalnya sebagai satu dari rasio baru. Usia perusahaan dinyatakan

secara implisit dalam rasio ini, sebagai contoh, sebuah perusahaan baru

relatif mungkin akan menunjukkan rasio laba ditahan/total aktiva yang

rendah karena tidak adanya waktu untuk menambah laba kumulatifnya.

Oleh karena itu, dapat dibuktikan bahwa perusahaan baru nampak

berbeda dari analisis ini, dan kesempatan/peluang untuk diklasifikasikan

Page 66: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

66

dalam golongan bangkrut relatif lebih tinggi dari yang lainnya, dari pada

perusahaan perusahaan yang lebih tua, jika hal-hal lain diasumsikan tidak

mempengaruhi (cateris paribus). Tapi, ini merupakan keadaan yang

sesungguhnya di dunia nyata. Timbulnya kegagalan lebih tinggi dalam

tahun-tahun awal perusahaan.

8. Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (Laba Sebelum Bunga

dan Pajak / Total Aktiva)

Rasio ini dihitung dangan membagi total aktiva perusahaan

dengan penghasilan sebelum bunga dan potongan pajak dibagi dengan

total aktiva. Pada pokoknya, merupakan ukuran produktivitas dari aktiva

perusahaan yang sesungguhnya terlepas dari pajak atau faktor leverage.

Sejak keberadaan pokok perusahaan didasarkan pada kemampuan

menghasilkan laba dari aktiva aktivanya, rasio ini muncul menjadi yang

paling utama sesuai untuk studi yang berhubungan dengan kegagalan

perusahaan.

Selanjutnya keadaan bangkrut dalam pengertian kebangkrutan

terjadi saat total kewajiban melebihi penilaian wajar perusahaan terhadap

aktiva perusahaan dengan nilai ditentukan oleh kemampuan aktiva

menghasilkan laba.

9. Book Value of Equity / Book Value of Debt (Nilai Buku Saham Biasa dan

Saham Preferen / Nilai Buku Total Utang)

Modal diukur melalui gabungan nilai pasar dan keseluruhan

lembar saham preferen dan biasa. Sementara hutang meliputi hutang

lancar dan hutang jangka panjang. Ukuran tersebut menunjukan

seberapa banyak aktiva perusahaan dapat menurun nilainya (diukur dari

nilai pasar modal ditambah hutang) sebelum kewajiban (hutang) melebihi

aktiva dan perusahaan menjadi bangkrut.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan dengan nilai pasar dari

modalnya sebesar 1.000 dollar dan hutang 500 dollar dapat mengalami

2/3 penurunan nilai aktiva sebelum kebangkrutan, bagaimanapun

perusahaan yang sama dengan modal 250 dollar akan bangkrut jika

penurunannya hanya 1/3 nilainya. Rasio ini menambahkan dimensi nilai

pasar yang tidak ditentukan oleh studi mengenai kebangkrutan lainnya.

Rasio ini juga tampak menjadi penentu kebangkrutan yang lebih efektif

dari pada rasio serupa yang lebih umum digunakan.

10. Sales / Total Asset (Penjualan / Total Aktiva)

Rasio perputaran modal adalah standar rasio keuangan yang

menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva

perusahaan merupakan suatu ukuran dari kemampuan manajemen

dalam menghadapi kondisi yang kompetitif. Rasio akhir ini cukup penting,

walaupun dalam faktanya signifikan dari ukuran rasio ini tidak dapat

ditampakkan semuanya tapi karena relasi yang unik diantara variabel

dalam model ini, rasio penjualan atau total aktiva menjadi rangking kedua

dalam kontribusi keseluruhan ketepatan model diskriminan.

Page 67: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

67

3.2. Unit Analisis, Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit/elemen di mana peneliti

tertarik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sementara sampel adalah bagian tertentu

yang dipilih dari populasi.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan data dengan batasan-

batasan dan tujuan tertentu yang diharapkan dari penelitian ini. Pelaksanaan

pengambilan sampel secara purposive ini yaitu dengan menentukan terlebih

dahulu apa kriteria-kriteria sampel yang akan diambil. Kemudian peneliti

menetapkan berdasarkan pertimbangannya sebagian dari anggota populasi

menjadi sampel penelitian, sehingga teknik pengambilan sampel secara

porposive ini didasarkan pada kelengkapan laporan keuangan yang dibutuhkan

untuk memenuhi rasio-rasio yang dibutuhkan dalam analisis model Altman Z-

Score.

Sampel dalam penelitian ini adalah 20 perusahaan go public dari berbagai

macam industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011 dengan

kriteria, memiliki net operating income negatif dan selama lebih dari satu tahun

tidak melakukan pembayaran deviden.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber

lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Sumber data dalam

penulisan skripsi ini adalah dari berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian

terdahulu, internet dan media lainnya yang mendukung penelitian. Sedangkan

Page 68: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

68

untuk sumber data yang akan diolah dalam analisis penelitian dari buku

Indonesian Capital Market Dictionary (ICMD) tahun 2009 sampai dengan tahun

2011, dan situs web resmi Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.

Beberapa rincian data yang diperlukan dalam penelitian ini, adalah

sebagai berikut:

1. Gambaran umum PT. Bursa Efek Indonesia.

2. Struktur Bursa Efek Indonesia.

3. Neraca perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia untuk tahun 2009 – 2011.

4. Laporan laba-rugi perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia untuk tahun 2009 – 2011.

5. Informasi lain yang diperlukan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

digunakan teknik pengumpulan data, sebagai berikut :

1. Penelitian Lapangan (field work research)

Penelitian lapangan dimaksudkan untuk memperoleh data yang berkaitan

dengan objek penelitian itu sendiri. Adapun teknik yang dilakukan dalam

penelitian lapangan ini adalah wawancara, observasi, serta teknik-teknik

pengumpulan data lainnya.

2. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku

literatur, majalah, buletin, artikel yang berhubungan dengan penelitian yang

dimaksud untuk menambah perbendaharaan teori tentang permasalahan

yang dibahas.

Page 69: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

69

3.5. Alat Analisis

Perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaan swasta yang masih

terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2011, dengan kriteria

perusahaan tersebut mengalami laba operasi bersih atau Net Operating Income

negatif dan lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran dividen. Periode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode 2009-2011.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multiple

Discriminant Model Altman atau biasa disebut Z Score model Altman yang

mengalami penyempurnaan terakhir pada tahun 1983 dengan formula sebagai

berikut :

Tabel 3.1.

Rumus Z Score Altman

Modifikasi tahun 1983

Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar) / Total Aktiva

X2 = Laba Yang Ditahan / Total Aset

X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset

X4 = Nilai buku saham biasa dan preferen / Nilai buku total hutang

X5 = Penjualan / Total Aset

Page 70: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

70

Berdasarkan analisa ini apabila nilai Z dari perusahaan yang diteliti lebih

kecil dari 1,20 maka perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan dan

beresiko tinggi terhadap kebangkrutan, bila nilai Z berada diantara 1,20 sampai

dengan 2,90 dikatakan masih memiliki resiko mengalami kesulitan keuangan

bahkan kebangkrutan, bila di atas nilai 2,90 atau Z > 2,90 maka perusahaan

masuk dalam kategori aman.

Titik cut-off yang dilaporkan Altman adalah berikut ini :

Dengan Nilai Buku

Distress area (Z <) 1,20

Grey area 1,20-2,90

Safe area (Z >) 2,90

Sumber: Analisis Laporan Keuangan Mamduh M. Hanafi & Abdul Halim (2009:274-275)

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai klasifikasi nilai Z dari model Altman Z-

Score :

a. Distress area disini berarti perusahaan memperoleh nilai Z yang

menunjukkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami kesulitan

keuangan dan berpotensi pada kebangkrutan.

b. Grey area berarti perusahaan memperoleh nilai Z yang menunjukkan

bahwa perusahaan tersebut masuk ke dalam zona abu-abu atau berada

pada kondisi keuangan diantara financial distress dan kondisi keuangan

yang aman.

c. Safe area berarti perusahaan memperoleh nilai Z yang menunjukkan

bahwa perusahaan tersebut sedang dalam kondisi keuangan yang aman

atau tidak sedang mengalami financial distress.

Page 71: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

71

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda

dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh

pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada

beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan

kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan

berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan

sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada

tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami

pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan

pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat

dilihat sebagai berikut:

Page 72: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

72

Tabel 4.1. Perkembangan BEI (1912 - 2009)

Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda

1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I

1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup .

1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II

1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif

1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum

10 Agustus

1977

Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM

(Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.

Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong

sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

1977 – 1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24.

Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal

1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan

bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di

Indonesia

1988 – 1990

Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk

asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat

2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang

dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer

Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan

perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar

modal

16 Juni 1989

Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta

yaitu PT Bursa Efek Surabaya

13 Juli 1992

Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini

diperingati sebagai HUT BEJ

22 Mei 1995

Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta

Automated Trading Systems)

10 November

1995

Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-

Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996

1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya

2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal

Indonesia

2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)

2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama

menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)

02 Maret 2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG

Sumber : www.idx.co.id

Page 73: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

73

4.2. Sejarah Singkat Perusahaan

Telah dijelaskan di depan bahwa dalam penelitian ini, perusahaan yang

menjadi objek adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki net operating

income negatif dan tidak melakukan pembayaran deviden selama lebih dari satu

tahun. Dari kriteria tersebut diperoleh 20 perusahaan dari berbagai bidang

industri. Berikut ringkasan dari perusahaan-perusahaan tersebut :

1. PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

Perusahaan yang didirikan pada tahun 1979 ini adalah

perusahaan yang bergerak dalam bisnis Transportation Service.

First issue dilakukan pada tanggal 22 Juni 2005 dengan jumlah

lembar saham sebanyak 500.000.000 lembar. Perusahaan ini

beralamat di Apol Building, Jl. Abdul Muis No. 50, Jakarta 10160

2. PT ATPK Resources Tbk.

Perusahaan yang beralamat di Wisma GKBI 39th Floor, Jl.

Jend. Sudirman No. 28, Jakarta 10210 ini didirikan pada tahun

1988 dan bergerak dalam bisnis Mining and Mining Service. First

issue pada tanggal 17 April 2002 dengan jumlah lembar saham

sebanyak 275.000.000 lembar.

3. PT Argo Pantes Tbk.

Perusahaan yang berkantor pusat di Wisma Argo

Manunggal 2nd Floor, Jl. Jend. Gatot Subroto No. 95, Kav. 22,

Jakarta Selatan 12930 ini bergerak dalam bisnis Textile Mill

Products. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1977 dan sejak

1991 telah terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. First

Page 74: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

74

issue pada tanggal 7 Januari 1991 dengan jumlah lembar saham

sebanyak 15.882.000 lembar.

4. PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk.

Perusahaan yang bergerak dalam bisnis Real Estate and

Property ini didirikan pada tanggal 21 Desember 1981. First issue

pada tanggal 23 Oktober 1995, dengan jumlah lembar saham

sebanyak 40.000.000 lembar.

5. PT Bank Pundi Indonesia Tbk.

Perusahaan yang berkantor pusat di Jl. RS. Fatmawati No.

12, Jakarta Selatan ini berdiri pada tahun 1992 dan mulai tercatat

pada bursa efek pada tahun 2001. First issue pada tanggal 13 Juli

2001 dengan jumlah lembar saham sebanyak 277.500.000

lembar. Perusahaan ini bergerak dalam bisnis Banking.

6. PT Central Proteinaprima Tbk.

Perusahaan yang bergerak dalam bisnis Animal Feed and

Husbandry ini berdiri pada tahun 1980. First issue pada tanggal 28

November 2006 dengan jumlah lembar saham sebanyak

3.000.000.000 lembar. Perusahaan ini berkantor pusat di Wisma

GKBI 19th Floor, Jl. Jend. Sudirman No. 28, Jakarta 10210

7. PT Davomas Abadi Tbk.

Perusahaan yang berdiri pada tahun 1990 ini bergerak

dalam bisnis Food ang Beverages. First issue dilakukan pada

tanggal 22 Desember 1994 dengan jumlah lembar saham

sebanyak 17.250.000 lembar. Perusahaan ini beralamat di Jl.

Pangeran Jayakarta 117 Blok B/35-39, Jakarta 10730.

Page 75: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

75

8. PT Delta Dunia Makmur Tbk

Perusahaan ini didirikan pada tanggal 26 November 1990

sebagai investasi asing dan bernama PT. Daeyu Poleko Indonesia

dan mengubah status investasi menjadi investasi lokal pada 14

Mei 1998. First issue pada tanggal 15 Juni 2001 dengan jumlah

lembar saham sebanyak 72.020.000 lembar. Perusahaan

inibergerak dalam bisnis Mining and Mining Service berkantor di

Cyber II Tower 28th Floor, Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 No. 13,

Jakarta 12950.

9. PT Fortune Mate Indonesia Tbk.

Perusahaan yang berkantor pusat di Gedung Bank Yudha

Bhakti 3rd Floor, Jl. Raya Darmo No. 54-56, Surabaya 60265,

Jawa Timur ini didirikan pada tanggal 24 Juni 1989. First issue

dilakukan pada tanggal 30 Juni 2000 dengan jumlah lembar

saham sebanyak 66.000.000 lembar. Perusahaan ini bergerak

dalam bisnis Real Estate and Property.

10. PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk.

Perusahaan yang didirikan pada tanggal 26 Juni 1991 ini

bergerak dalam bisnis Stone, Clay, Glass and Concrete Products.

First issue dilakukan pada tanggal 4 Juni 1997 dengan jumlah

lembar saham sebanyak 100.000.000 lembar. Perusahaan ini

berkantor pusat di Jl. Pangeran Jayakarta No. 133, Jakarta 10730.

11. PT Indonesia Air Transport Tbk.

Perusahaan ini bergerak dalam bisnis Transportation

Service. Maskapai ini didirikan dan mulai beroperasi pada tahun

Page 76: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

76

1968. First issue dilakukan pada tanggal 13 September 2006

dengan jumlah lembar saham sebanyak 432.000.000 lembar.

Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Marsma Hardadi M.S-South

Apron, Halim Perdanakusuma Airport.

12. PT Onix Capital Tbk.

Perusahaan yang bergerak dalam bisnis Securities ini

berdiri pada tanggal 6 Oktober 1989 dan melakukan first issue

pada tanggal 3 Desember 2007 dengan jumlah lembar saham

sebanyak 273.200.000 lembar. Perusahaan ini berkantor pusat di

Deutsche Bank Building # 15-04, Jl. Imam Bonjol No. 80, Jakarta

10310.

13. PT Nusantara Infrastructure Tbk.

Perusahaan ini dibentuk pada tanggal 1 September 1995

dengan nama PT Sawita Bersama Darma. First issue dilakukan

pada tanggal 18 Juli 2001 dengan jumlah lembar saham sebanyak

60.000.000 lembar. Perusahaan ini bergerak dalam bisnis

Wholesale and Retail Trade dan beralamat di Equity Tower 38th

Floor, Sudirman Central Business District (SCBD), Jl. Jend.

Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190.

14. PT Panasia Filament Inti Tbk.

Perusahaan yang berkantor pusat di Jl. Garuda No.

153/74, Bandung 40184, Jawa Barat ini bergerak dalam bisnis

Textile Mill Products. Berdiri pada tanggal 31 Desember 1987, dan

mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1998. First issue

Page 77: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

77

dilakukan pada tanggal 22 Juli 1997 dengan jumlah lembar saham

sebanyak 50.000.000 lembar.

15. PT Smartfren Telecom Tbk.

Perusahaan ini didirikan pada tanggal 18 Juli 2007 dengan

nama awal PT Mobile-8 Telecom Tbk. First issue dilakukan pada

tanggal 29 November 2006 dengan jumlah lembar saham

sebanyak 3.900.000.000 lembar. Perusahaan ini bergerak dalam

bisnis Telecommunication dan berkantor pusat di Jl. H. Agus Salim

No. 45, Menteng, Jakarta Pusat 10340.

16. PT Panca Wiratama Sakti Tbk.

Perusahaan ini merupakan perusahaan yang bergerak

dalam bisnis Real Estate and Property. Berdiri pada tanggal 1

september 1986, dan melakukan first issue pada tanggal 10 Maret

1994 dengan jumlah lembar saham sebanyak 10.500.000.

Perusahaan ini berkantor pusat di Perkantoran Ciputat Indah

Permai Blok B-6, Jl. Ir. H. Juanda No. 50, Ciputat15419, Banten.

17. PT Rimo Catur Lestari Tbk.

Perusahaan yang berdiri pada tanggal 25 Maret 1987 ini

bergerak dalam bisnis Wholesale and Retail Trade. Melakukan

first issue pada tanggal 10 November 2000 dengan jumlah lembar

saham 100.000.000 lembar. Perusahaan ini berkantor pusat di

Rukan Sentra Niaga Puri Indah, Blok T2 No. 9, Jakarta 11610.

18. PT Siwani Makmur Tbk.

Perusahaan yang berkantor pusat di Jl. Teluk Betung No.

38, Jakarta 10310 ini berdiri pada tahun 1985. First issue pada

Page 78: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

78

tanggal 3 Juni 1994 dengan jumlah lembar saham 5.000.000

lembar. Perusahaan ini bergerak dalam bisnis Plastics and Glass

Products.

19. PT Surya Intrindo Makmur Tbk.

Perusahaan yang bergerak dalam bisnis Real Estate and

Property ini didirikan pada tahun 1990. First issue dilakukan pada

tanggal 28 Maret 2000 dengan jumlah lembar saham sebanyak

60.000.000 lembar. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Raya

Tambak Sawah No. 8, Waru, Sidoarjo, Jawa Timur.

20. PT Zebra Nusantara Tbk.

Perusahaan ini didirikan pada tanggal 8 Januari 1987 dan

bergerak dalam bisnis Transportation Services. First issue

dilakukan pada tanggal 1 Agustus 1991 dengan jumlah lembar

saham sebanyak 850.800 lembar.

4.3. Laporan Keuangan Perusahaan

Ringkasan laporan keuangan dapat dilihat di lampiran di bagian akhir

skripsi ini. Laporan keuangan terdiri dari Neraca dan Laporan Laba Rugi serta

informasi mengenai rasio keuangan perusahaan selama kurun waktu 3 tahun,

yaitu dari tahun 2009 sampai tahun 2011.

Berikut adalah ringkasan mengenai nilai Net Operating Income

perusahaan dari tahun 2009 sampai tahun 2011.

Page 79: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

79

Tabel 4.2

Ringkasan nilai Net Operating Income (dalam jutaan rupiah)

No Perusahaan Net Operating Income

2009 2010 2011

1 PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. (670.605) (1.652.808) (2.098.337)

2 PT ATPK Resources Tbk. (35.681) (25.694) (24.850)

3 PT Argo Pantes Tbk. (75.744) (125.017) (108.482)

4 PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk. (21.808) (5.422) (20.183)

5 PT Bank Pundi Indonesia Tbk. (134.870) (90.161) (117.991)

6 PT Central Proteinaprima Tbk. (217.171) (636.053) (2.038.223)

7 PT Davomas Abadi Tbk. (226.749) (26.486) (122.140)

8 PT Delta Dunia Makmur Tbk. (160.106) (158.672) (352.477)

9 PT Fortune Mate Indonesia Tbk. (9.007) (5.315) (2.729)

10 PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk. (35.593) (39.209) (50.623)

11 PT Indonesia Air Transport Tbk. (34.774) (39.623) (33.546)

12 PT Onix Capital Tbk. (2.286) (1.797) (5.102)

13 PT Nusantara Infrastructure Tbk. (41.791) (37.748) (27.731)

14 PT Panasia Filament Inti Tbk. (13.656) (90.966) (57.362)

15 PT Smartfren Telecom Tbk. (724.396) (1.401.813) (2.400.248)

16 PT Panca Wiratama Sakti Tbk. (13.721) (3.523) (1.785)

17 PT Rimo Catur Lestari Tbk. (28.475) (11.187) (12.756)

18 PT Siwani Makmur Tbk. (10.004) (9.251) (31.953)

19 PT Surya Intrindo Makmur Tbk. (8.755) (18.878) (7.028)

20 PT Zebra Nusantara Tbk. (7.659) (9.424) (9.334)

Sumber : Indonesia Capital Market Directory Tahun 2012

4.4. Analisis Variabel Penelitian

1. Langkah Perhitungan

1) Menghitung X1 (Current Assets - Current Liabilities) / Total Assets

Current Assets - Current Liabilities akan menunjukkan Working capital

perusahaan.

Page 80: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

80

Contoh : Nilai X1 untuk PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

= (Current Assets - Current Liabilities) / Total Assets

= (1.506.487 - 2.517.965) / 6.771.973 = -0,15

Hasil perhitungan untuk perusahaan yang lain dapat dilihat pada tabel

berikutnya.

2) Menghitung X2 (Retained Earning / Total Assets)

Retained earning diperoleh dari jumlah laba ditahan yang terdapat

dalam neraca.

Contoh : Nilai X2 untuk PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

= Retained Earning / Total Assets

= 15.735 / 6.771.973 = 0,002

Hasil perhitungan untuk perusahaan yang lain dapat dilihat pada tabel

berikutnya.

3) Menghitung X3 (Earning Before Interest and Taxes / Total Assets)

EBIT diperoleh dari Gross Profit – (Operating Expenses + Other

Income (Expenses)).

Contoh : Nilai X3 untuk PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

= Earning Before Interest and Taxes / Total Assets

= 627.731 / 6.771.973 = 0,09

Hasil perhitungan untuk perusahaan yang lain dapat dilihat pada tabel

berikutnya.

4) Menghitung X4 (Book Value of Equity / Book Value to Total Debt)

Book Value of Equity diperoleh dari Closing Price (harga saham

setahun) dikali dengan Total Listed Shares (jumlah lembar saham

yang terdaftar) tahun bersangkutan.

Page 81: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

81

Book value to total debt adalah jumlah liabilities pada neraca

Contoh : Nilai X4 untuk PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

= Book Value of Equity / Book Value to Total Debt

= (215 x 7.171,18) / 5.960.343 = 0,26

Hasil perhitungan untuk perusahaan yang lain dapat dilihat pada tabel

berikutnya.

5) Menghitung X5 (Sales / Total Assets)

Nilai sales diperoleh dari nilai penjualan bersih dari tahun n.

Contoh : Nilai X5 untuk PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

= Sales / Total Assets

= 1.717.602 / 6.771.973 = 0,25

Hasil perhitungan untuk perusahaan yang lain dapat dilihat pada tabel

berikutnya.

6) Memasukkan hasil perhitungan ke dalam rumus Z Score.

Contoh : Nilai Z Score untuk PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk.

= 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

= 0,717(-0,15) + 0,847(0,002) + 3,107(0,09) + 0,42(0,26) +

0,998(0,25)

= -0,11 + 0,002 – 0,29 + 0,11 + 0,25

= -0,03

Masing-masing hasil dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 82: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

82

Tabel 4.3. Perhitungan X1 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Perusahaan

(Current Assets - Current Liabilities) / Total Assets

2009 Hasil

X1 2009 2010

Hasil

X1 2010 2011

Hasil

X1 2011

1 PT Arpeni Pratama Ocean

Line Tbk.

(1.506.487 – 2.517.965) :

6.771.973 -0,15

(693.340 – 3.462.647) :

5.505.205 -0,50

(772.242 – 3.021.795) :

4.265.546 -0,53

2 PT ATPK Resources Tbk. (115.989 – 41.311) :

172.325 0,43

(132.416 – 56.539) :

147.158 0,51

(101.253 – 69.298) :

111.660 0,29

3 PT Argo Pantes Tbk. (176.894 – 284.959) :

1.461.056 -0,07

(197.514 – 324.297) :

1.428.234 -0,09

(298.332 – 290.768) :

1.452.871 0,005

4 PT Bhuwanatala Indah

Permai Tbk.

(20.989 – 91.852) :

195.068 -0,36

(20.376 – 94.319) :

191.368 -0,39

(17.628 – 95.134) :

197.343 -0,39

5 PT Bank Pundi Indonesia

Tbk.

(94.374 – 1.308.017) :

1.425.576 -0,85

(343.976 – 1.159.818) :

1.561.622 -0,52

(560.002 – 5.322.511) :

5.993.039 -0,79

6 PT Central Proteinaprima

Tbk.

(3.994.309 – 2.101.798) :

8.702.005 0,22

(3.962.595 - 5.456.023)

: 8.433.444 -0,18

(3.422.950 - 6.095.011)

: 7.062.598 -0,38

7 PT Davomas Abadi Tbk. (730.511 – 6.424) :

2.806.017 0,26

(1.028.828 - 18.709) :

2.857.205 0,35

(1.050.877 - 19.403) :

2.692.276 0,38

8 PT Delta Dunia Makmur

Tbk.

(2.732.188 – 963.758) :

6.563.553 0,27

(2.491.335 - 1.896.141)

: 7.637.438 0,08

(4.367.499 - 2.019.204)

: 10.819.779 0,22

9 PT Fortune Mate Indonesia

Tbk.

(54.901 – 22.580) :

307.232 0,10

(48.502 - 68.953) :

347.820 -0,06

(55.209 - 102.940) :

351.808 -0,13

10 PT Intikeramik Alamasri

Industri Tbk.

(312.494 – 382.246) :

764.903 -0,09

(221.986 - 297.107) :

643.788 -0,12

(138.819 - 245.736) :

548.790 -0,19

11 PT Indonesia Air Transport

Tbk.

(157.377 – 188.752) :

562.170 -0,05

(194.983 - 252.411) :

593.413 -0,1

(155.796 - 132.600) :

598.977 0,04

Page 83: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

83

12 PT Onix Capital Tbk. (10.582 - 0) : 48.368 0,22 (6.036 - 0) : 56.562 0,11 (20.007 - 0) : 83.459 0,24

13 PT Nusantara Infrastructure

Tbk.

(89.727 – 22.883) :

1.451.391 0,05

(556.815 - 37.126) :

1.909.038 0,27

(350.360 - 111.239) :

1.835.150 0,13

14 PT Panasia Filament Inti

Tbk.

(110.633 – 165.831) :

463.842 -0,12

(17.954 - 58.647) :

352.371 -0,11

(49.134 - 90.633) :

296.051 -0,14

15 PT Smartfren Telecom Tbk. (441.063 - 1.269.211) :

4.756.935 -0,17

(446.531 - 3.099.634) :

4.483.610 -0,59

(794.529 - 2.075.185) :

12.296.579 -0,1

16 PT Panca Wiratama Sakti

Tbk.

(90.840 – 574.207) :

274.703 -1,76

(90.741 - 597.898) :

274.339 -1,85

(90.728 - 598.356) :

274.910 -1,85

17 PT Rimo Catur Lestari Tbk. (4.817 – 29.030) : 16.900 -1,43 (5.501 - 40.783) :

17.383 -2,03

(3.421 - 46.490) :

10.483 -4,11

18 PT Siwani Makmur Tbk. (8.338 – 31.781) : 53.430 -0,44 (5.994 - 37.626) :

50.432 -0,63

(5.081 - 14.678) :

47.684 -0,2

19 PT Surya Intrindo Makmur

Tbk. (284 - 65) : 60.038 0,004 (271 - 138) : 42.908 0,003 (2.760 - 661) : 42.729 0,05

20 PT Zebra Nusantara Tbk. (10.093 – 30.116) :

70.587 -0,28

(8.798 - 30.824) :

62.199 -0,35

(9.285 - 33.310) :

56.650 -0,42

Hasil olahan data dari Indonesia Capital Market Directory 2012

Page 84: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

84

Tabel 4.4. Perhitungan X2 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Perusahaan

Retained Earning / Total Assets

2009 Hasil

X2 2009 2010

Hasil

X2 2010 2011

Hasil

X2 2011

1 PT Arpeni Pratama Ocean

Line Tbk. 15.735 : 6.771.973 0,002 (1.637.239) : 5.505.205 -0,3 (3.735.551) : 4.265.546 -0,87

2 PT ATPK Resources Tbk. (144.076) : 172.325 -0,84 (175.808) : 147.158 -1,19 (194.621) : 111.660 -1,74

3 PT Argo Pantes Tbk. (832.602) : 1.461.056 -0,57 (657.420) : 1.428.234 -0,46 (765.902) : 1.452.871 -0,53

4 PT Bhuwanatala Indah

Permai Tbk. (720.459) : 195.068 -3,69 (725.881) : 191.368 -3,79 (746.063) : 197.343 -3,78

5 PT Bank Pundi Indonesia

Tbk. (139.735) : 1.425.576 -0,1 (341.617) : 1.561.622 -0,22 (459.608) : 5.993.039 -0,08

6 PT Central Proteinaprima

Tbk. (923.805) : 8.702.005 -0,11 (1.559.858) : 8.433.444 -0,18 (3.598.081) : 7.062.598 -0,51

7 PT Davomas Abadi Tbk. (175.137) : 2.806.017 -0,06 343.388 : 2.857.205 0,12 221.249 : 2.692.276 0,08

8 PT Delta Dunia Makmur

Tbk. (145.099) : 6.563.553 -0,02 (209.500) : 7.637.438 -0,03 609.818 : 10.819.779 0,06

9 PT Fortune Mate Indonesia

Tbk. 15.617 : 307.232 0,05 9.832 : 347.820 -0,03 (20.168) : 351.808 -0,06

10 PT Intikeramik Alamasri

Industri Tbk. (16.790) : 764.903 -0,02 (56.247) : 643.788 -0,09 (109.863) : 548.790 -0,2

Page 85: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

85

11 PT Indonesia Air Transport

Tbk. (70.499) : 562.170 -0,12 (110.123) : 593.413 -0,18 (143.668) : 598.977 -0,24

12 PT Onix Capital Tbk. (27.111) : 48.368 -0,56 (28.908) : 56.562 -0,51 (34.010) : 83.459 -0,41

13 PT Nusantara Infrastructure

Tbk. 207.173 : 1.451.391 0,14 (87.224) : 1.909.038 -0,04 (114.955) : 1.835.150 -0,06

14 PT Panasia Filament Inti

Tbk. (340.254) : 463.842 -0,73 (431.220) : 352.371 -1,22 (488.581) : 296.051 -1,65

15 PT Smartfren Telecom Tbk. -2596044/4756935 -0,54 -4002022/4483610 -0,89 (4.396.971) : 12.296.579 -0,36

16 PT Panca Wiratama Sakti

Tbk. (417.722) : 274.703 -1,52 (421.245) : 274.339 -1,53 (423.030) : 274.910 -1,54

17 PT Rimo Catur Lestari Tbk. (119.567) : 16.900 -7,07 (130.755) : 17.383 -7,52 (143.511) : 10.483 -13,69

18 PT Siwani Makmur Tbk. (30.146) : 53.430 -0,56 (39.397) : 50.432 -0,78 (71.350) : 47.684 -1,5

19 PT Surya Intrindo Makmur

Tbk. (127.026) : 60.038 -2,11 (145.905) : 42.908 -3,4 (152.932) : 42.729 -3,58

20 PT Zebra Nusantara Tbk. (38.947) : 70.587 -0,55 (48.370) : 62.199 -0,78 (57.704) : 56.650 -1,09

Hasil olahan data dari Indonesia Capital Market Directory 2012

Page 86: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

86

Tabel 4.5. Perhitungan X3 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Perusahaan

Earning Before Interest and Taxes / Total Assets

2009 Hasil

X3 2009 2010

Hasil

X3 2010 2011

Hasil

X3 2011

1 PT Arpeni Pratama Ocean

Line Tbk. (627.731) : 6.771.973 -0,09 (1.596.191) : 5.505.205 -0,29 (2.048.709) : 4.265.546 -0,48

2 PT ATPK Resources Tbk. (30.282) : 172.325 -0,17 (18.251) : 147.158 -0,12 (24.407) : 111.660 -0,22

3 PT Argo Pantes Tbk. (97.883) : 1.461.056 -0,07 58.205 : 1.428.234 0,04 (166.111) : 1.452.871 -0,11

4 PT Bhuwanatala Indah

Permai Tbk. (19.857) : 195.068 -0,1 (3.387) : 191.368 -0,02 (17.974) : 197.343 -0,09

5 PT Bank Pundi Indonesia

Tbk. (112.691) : 1.425.576 -0,08 (112.691) : 1.425.576 -0,11 (171.575) : 5.993.039 -0,03

6 PT Central Proteinaprima

Tbk. (203.779) : 8.702.005 -0,02 (731.385) : 8.433.444 -0,09 (2.234.387) : 7.062.598 -0,32

7 PT Davomas Abadi Tbk. (924.588) : 2.806.017 -0,33 (41.867) : 2.857.205 -0,01 (149.032) : 2.692.276 -0,05

8 PT Delta Dunia Makmur

Tbk. 621971 : 6.563.553 0,09 31.848 : 7.637.438 0,004 (40.284) : 10.819.779 -0,004

9 PT Fortune Mate

Indonesia Tbk. 11.234 : 307.232 0,04 (6.768) : 347.820 -0,02 351 : 351.808 0,001

10 PT Intikeramik Alamasri

Industri Tbk. (32.124) : 764.903 -0,04 (34.457) : 643.788 -0,05 (43.358) : 548.790 -0,08

Page 87: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

87

11 PT Indonesia Air

Transport Tbk. (42.361) : 562.170 -0,07 (46.662) : 593.413 -0,08 (38.497) : 598.977 -0,06

12 PT Onix Capital Tbk. (2.327) : 48.368 -0,05 (1.855) : 56.562 -0,03 (5.141) : 83.459 -0,06

13 PT Nusantara

Infrastructure Tbk. (62.967) : 1.451.391 -0,04 (73.199) : 1.909.038 -0,04 (20.245) : 1.835.150 -0,01

14 PT Panasia Filament Inti

Tbk. (13.656) : 463.842 -0,03 (90.966) : 352.371 -0,26 (57.429) : 296.051 -0,19

15 PT Smartfren Telecom

Tbk. (674.674) : 4.756.935 -0,14 (1.363.764) : 4.483.610 -0,30 (2.649.495) : 12.296.579 -0,21

16 PT Panca Wiratama Sakti

Tbk. (14.038) : 274.703 -0,05 (3.529) : 274.339 -0,01 (2.382) : 274.910 -0,009

17 PT Rimo Catur Lestari

Tbk. (29.596) : 16.900 -1,75 (11.055) : 17.383 -0,63 (13.841) : 10.483 -1,32

18 PT Siwani Makmur Tbk. (13.032) : 53.430 -0,24 (11.951) : 50.432 -0,24 (32.110) : 47.684 -0,67

19 PT Surya Intrindo Makmur

Tbk. (4.654) : 60.038 -0,08 (5.678) : 42.908 -0,13 (6.353) : 42.729 -0,15

20 PT Zebra Nusantara Tbk. (12.112) : 70.587 -0,17 (12.315) : 62.199 -0,2 (9.870) : 56.650 -0,17

Hasil olahan data dari Indonesia Capital Market Directory 2012

Page 88: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

88

Tabel 4.6. Perhitungan X4 (Dalam Jutaan Rupiah, *kecuali Closing Price)

No Perusahaan

Book Value of Equity / Book Value to Total Debt

2009 Hasil

X4 2009 2010

Hasil

X4 2010 2011

Hasil

X4 2011

1 PT Arpeni Pratama Ocean

Line Tbk.

(*215 x 7.171,18) :

5.960.343 0,26

(120 x 7.171,18) :

6.346.550 0,13

(120 x 7.171,18) :

7.089.736 0,12

2 PT ATPK Resources Tbk. (225 x 992,02) :

43.270 5,16

(187 x 992,02) :

60.412 3,07 (166 x 992,02) : 73.017 2,25

3 PT Argo Pantes Tbk. (1.300 x 335,56) :

1.424.333 0,31

(1.300 x 335,56) :

1.216.330 0,36

(1.100 x 335,56) :

1.349.448 0,27

4 PT Bhuwanatala Indah

Permai Tbk.

(50 x 1.638,22) :

95.160 0,86

(50 x 1.638,22) :

96.882 0,84

(50 x 1.638,22) :

123.039 0,66

5 PT Bank Pundi Indonesia

Tbk.

(9166 x 95) :

1.472.270 0,59

(9166 x 165) :

1.305.059 1,16

(9166 x 116) :

5.529.798 0,19

6 PT Central Proteinaprima

Tbk.

(60 x 67.798,82) :

5.481.815 0,74

(53 x 67.798,82) :

5.849.307 0,61

(53 x 67.798,82) :

6.516.684 0,55

7 PT Davomas Abadi Tbk. (50 x 12.403,71) :

2.359.073 0,26

(50 x 12.403,71) :

1.891.736 0,33

(50 x 12.403,71) :

1.848.947 0,33

8 PT Delta Dunia Makmur Tbk. (1.690 x 7.909,28) :

6.370.341 2,1

(1.610 x 7.909,28) :

7.501.452 1,7

(670 x 7.909,28) :

9.864.475 0,54

9 PT Fortune Mate Indonesia

Tbk. (90 x 2.721) : 22.580 10,84 (90 x 2.721) : 68.953 3,55 (103 x 2.721) : 102.940 2,72

10 PT Intikeramik Alamasri

Industri Tbk.

(1.100 x 791,38) :

454.263 1,92

(147 x 791,38) :

303.913 0,38

(142 x 791,38) :

259.914 0,43

11 PT Indonesia Air Transport

Tbk.

(50 x 4.188,75) :

375.630 0,56

(50 x 4.188,75) :

412.447 0,51

(50 x 4.188,75) :

392.305 0,53

Page 89: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

89

12 PT Onix Capital Tbk. (460 x 273,2) : 21.218 5,92 (260 x 273,2) : 31.321 2,27 (325 x 273,2) : 63.208 1,4

13 PT Nusantara Infrastructure

Tbk.

(110 x 13.694,15) :

883.059 1,7

(330 x 13.694,15) :

890.476 5,07

(205 x 13.694,15) :

831.149 3,38

14 PT Panasia Filament Inti

Tbk.

(250 x 1.611,07) :

501.226 0,8

(250 x 1.611,07) :

480.991 0,84

(250 x 1.611,07) :

482.032 0,83

15 PT Smartfren Telecom Tbk. (5932 x 50) :

3.964.402 0,07

(5932 x 50) :

4.603.093 0,06 (5932 x 50) : 9.027.607 0,03

16 PT Panca Wiratama Sakti

Tbk. (54 x 82,5) : 611.114 0,007 (53 x 82,5) : 614.285 0,007 (61 x 82,5) : 616.641 0,008

17 PT Rimo Catur Lestari Tbk. (50 x 340) : 30.378 0,56 (50 x 340) : 42.263 0,4 (50 x 340) : 48.119 0,35

18 PT Siwani Makmur Tbk. (137 x 92,5) : 33.202 0,38 (128 x 92,5) : 39.454 0,3 (128 x 92,5) : 68.659 0,17

19 PT Surya Intrindo Makmur

Tbk. (148 x 1000) : 87.065 1,7 (148 x 1000) : 88.812 1,67 (148 x 1000) : 95.661 1,55

20 PT Zebra Nusantara Tbk. (50 x 655,67) : 32.857 0,998 (50 x 655,67) : 34.022 0,96 (50 x 655,67) : 38.143 0,86

Hasil olahan data dari Indonesia Capital Market Directory 2012

Page 90: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

90

Tabel 4.7. Perhitungan X5 (Dalam Jutaan Rupiah)

No Perusahaan

Sales / Total Assets

2009 Hasil

X5 2009 2010

Hasil

X5 2010 2011

Hasil

X5 2011

1 PT Arpeni Pratama Ocean

Line Tbk. 1.717.602 : 6.771.973 0,25 1.388.775 : 5.505.205 0,25 1.300.701 : 4.265.546 0,3

2 PT ATPK Resources Tbk. 283 : 172.325 0,002 61.168 : 147.158 0,41 135.461 : 111.660 1,21

3 PT Argo Pantes Tbk. 754.957 : 1.461.056 0,52 664.257 : 1.428.234 0,46 848.308 : 1.452.871 0,58

4 PT Bhuwanatala Indah

Permai Tbk. 30.513 : 195.068 0,16 29.953 : 191.368 0,16 25.432 : 197.343 0,13

5 PT Bank Pundi Indonesia

Tbk. 193.560 : 1.425.576 0,13 142.774 : 1.561.622 0,09 593.473 : 5.993.039 0,1

6 PT Central Proteinaprima

Tbk. 6.832.754 : 8.702.005 0,78 6.243.876 : 8.433.444 0,74 7.529.439 : 7.062.598 1,07

7 PT Davomas Abadi Tbk. 406.063 : 2,806.017 0,14 1.610.836 : 2.857.205 0,56 729.449 : 2.692.276 0,27

8 PT Delta Dunia Makmur Tbk. 6.350.639 : 6.563.553 0,97 5.798.902 : 7.637.438 0,76 6.820.719 : 10.819.779 0,63

9 PT Fortune Mate Indonesia

Tbk. 16.959 : 307.232 0,05 11.034 : 347.820 0,03 23.783 : 351.808 0,07

10 PT Intikeramik Alamasri

Industri Tbk. 225.837 : 764.903 0,29 228.717 : 643.788 0,35 210.970 : 548.790 0,38

Page 91: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

91

11 PT Indonesia Air Transport

Tbk. 239.365 : 562.170 0,42 214.645 : 593.413 0,36 221.833 : 598.977 0,37

12 PT Onix Capital Tbk. 2.059 : 48.368 0,04 5.140 : 56.562 0,09 4.067 : 83.459 0,05

13 PT Nusantara Infrastructure

Tbk. 193.099 : 1.451.391 0,13 187.618 : 1.909.038 0,1 232.000 : 1.835.150 0,13

14 PT Panasia Filament Inti

Tbk. 247.056 : 463.842 0,53 27.204 : 352.371 0,08 88.083 : 296.051 0,3

15 PT Smartfren Telecom Tbk. 504.492 : 4.756.935 0,11 376.511 : 4.483.610 0,08 954.331 : 12.296.579 0,08

16 PT Panca Wiratama Sakti

Tbk. 1.785 : 274.703 0,006 453 : 274.339 0,002 0 : 274.910 0

17 PT Rimo Catur Lestari Tbk. 70.545 : 16.900 4,17 13.841 : 17.383 0,8 6.650 : 10.483 0,63

18 PT Siwani Makmur Tbk. 1.715 : 53.430 0,03 2.019 : 50.432 0,04 3.401 : 47.684 0,07

19 PT Surya Intrindo Makmur

Tbk. 4.219 : 60.038 0,07 0 : 42.908 0 4.266,48 : 42.729 0,1

20 PT Zebra Nusantara Tbk. 23.828 : 70.587 0,34 23.176 : 62.199 0,37 19.854 : 56.650 0,35

Hasil olahan data dari Indonesia Capital Market Directory 2012

Page 92: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

92

Tabel 4.8. Perhitungan Z Score Tahun 2009

No Perusahaan Formula Z Score

Z Score 2009 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

1 PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. -0,11 0,002 -0,29 0,11 0,25 -0,03

2 PT ATPK Resources Tbk. 0,31 -0,71 -0,54 2,17 0,002 1,22

3 PT Argo Pantes Tbk. -0,05 -0,48 -0,21 0,13 0,51 -0,1

4 PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk. -0,26 -3,13 -0,32 0,36 0,16 -3,19

5 PT Bank Pundi Indonesia Tbk. -0,61 -0,08 -0,24 0,25 1,13 -0,55

6 PT Central Proteinaprima Tbk. 0,15 -0,09 -0,07 0,31 0,78 1,09

7 PT Davomas Abadi Tbk. 0,18 -0,05 -1,02 0,11 0,14 -0,64

8 PT Delta Dunia Makmur Tbk. 0,19 -0,02 0,29 0,88 0,96 2,31

9 PT Fortune Mate Indonesia Tbk. 0,07 0,04 0,11 4,55 0,05 4,84

10 PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk. -0,06 -0,02 -0,13 0,8 0,29 0,88

11 PT Indonesia Air Transport Tbk. -0,04 -0,11 -0,23 0,23 0,42 0,28

12 PT Onix Capital Tbk. 0,16 -0,47 -0,15 2,49 0,04 2,06

13 PT Nusantara Infrastructure Tbk. 0,03 0,12 -0,13 0,72 0,13 0,87

14 PT Panasia Filament Inti Tbk. -0,08 -0,62 -0,09 0,34 0,53 0,07

15 PT Smartfren Telecom Tbk. -0,12 -0,46 -0,44 0,03 0,10 -0,89

16 PT Panca Wiratama Sakti Tbk. -1,26 -1,29 -0,16 0,003 0,006 -2,7

17 PT Rimo Catur Lestari Tbk. -1,03 -5,99 -5,44 0,23 4,16 -8,06

18 PT Siwani Makmur Tbk. -0,31 -0,48 -0,76 0,16 0,03 -1,36

19 PT Surya Intrindo Makmur Tbk. 0,003 -1,79 -0,24 0,71 0,07 -1,25

20 PT Zebra Nusantara Tbk. -0,2 -0,47 -0,53 0,41 0,34 -0,45

Sumber : Tabel 4.3 – Tabel 4.7 perhitungan X1, X2, X3, X4, X5 (Tahun 2009-2011)

Page 93: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

93

Tabel 4.9. Perhitungan Z Score Tahun 2010

No Perusahaan Formula Z Score

Z Score 2010 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

1 PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. -0,36 -0,25 -0,9 0,06 0,25 -1,2

2 PT ATPK Resources Tbk. 0,37 -1,01 -0,38 1,29 0,41 0,68

3 PT Argo Pantes Tbk. -0,06 -0,39 0,13 0,15 0,46 0,29

4 PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk. -0,28 -3,2 -0,05 0,35 0,16 -3,03

5 PT Bank Pundi Indonesia Tbk. -0,37 -0,18 -0,33 0,49 0,09 -0,31

6 PT Central Proteinaprima Tbk. -0,13 -0,16 -0,27 0,26 0,74 0,44

7 PT Davomas Abadi Tbk. 0,25 0,1 -0,04 0,14 0,56 1,01

8 PT Delta Dunia Makmur Tbk. 0,05 -0,02 0,01 0,71 0,76 1,52

9 PT Fortune Mate Indonesia Tbk. -0,04 -0,02 -0,06 1,49 0,03 1,4

10 PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk. -0,08 -0,07 -0,17 0,16 0,35 0,19

11 PT Indonesia Air Transport Tbk. -0,07 -0,16 -0,24 0,21 0,36 0,1

12 PT Onix Capital Tbk. 0,08 -0,43 -0,10 0,95 0,09 0,58

13 PT Nusantara Infrastructure Tbk. 0,19 -0,04 -0,12 2,13 0,1 2,27

14 PT Panasia Filament Inti Tbk. -0,08 -1,04 -0,8 0,35 0,08 -1,49

15 PT Smartfren Telecom Tbk. -0,42 -0,76 -0,94 0,03 0,08 -2,01

16 PT Panca Wiratama Sakti Tbk. -1,32 -1,3 -0,04 0,003 0,002 -2,66

17 PT Rimo Catur Lestari Tbk. -1,45 -6,37 -1,97 0,17 0,79 -8,84

18 PT Siwani Makmur Tbk. -0,45 -0,66 -0,74 0,13 0,04 -1,68

19 PT Surya Intrindo Makmur Tbk. 0,002 -2,88 -0,41 0,7 0 -2,59

20 PT Zebra Nusantara Tbk. -0,25 -0,66 -0,61 0,4 0,37 -0,75

Sumber : Tabel 4.3 – Tabel 4.7 perhitungan X1, X2, X3, X4, X5 (Tahun 2009-2011)

Page 94: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

94

Tabel 4.10. Perhitungan Z Score Tahun 2011

No Perusahaan Formula Z Score

Z Score 2011 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

1 PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. -0,38 -0,74 -1,49 0,05 0,3 -2,26

2 PT ATPK Resources Tbk. 0,2 -1,48 -0,68 0,95 1,21 0,21

3 PT Argo Pantes Tbk. 0,004 -0,45 -0,35 0,11 0,58 -0,1

4 PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk. -0,28 -3,2 -0,28 0,28 0,13 -3,35

5 PT Bank Pundi Indonesia Tbk. -0,57 -0,06 -0,09 0,08 0,1 -0,54

6 PT Central Proteinaprima Tbk. -0,27 -0,43 -0,98 0,23 1,06 -0,39

7 PT Davomas Abadi Tbk. 0,27 0,07 -0,17 0,14 0,27 0,58

8 PT Delta Dunia Makmur Tbk. 0,15 0,05 0,01 0,22 0,63 1,05

9 PT Fortune Mate Indonesia Tbk. -0,1 -0,05 0,003 1,14 0,07 1,07

10 PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk. -0,14 -0,17 -0,24 0,18 0,38 0,01

11 PT Indonesia Air Transport Tbk. 0,03 -0,2 -0,2 0,22 0,37 0,22

12 PT Onix Capital Tbk. 0,17 -0,34 -0,19 0,59 0,05 0,27

13 PT Nusantara Infrastructure Tbk. 0,09 -0,05 -0,03 1,42 0,13 1,55

14 PT Panasia Filament Inti Tbk. -0,1 -1,4 -0,6 0,35 0,3 -1,45

15 PT Smartfren Telecom Tbk. -0,07 -0,3 -0,67 0,01 0,08 -0,95

16 PT Panca Wiratama Sakti Tbk. -1,32 -1,3 -0,03 0,003 0 -2,65

17 PT Rimo Catur Lestari Tbk. -2,94 -11,59 -4,1 0,15 0,63 -17,86

18 PT Siwani Makmur Tbk. -0,14 -1,27 -2,09 0,07 0,07 -3,36

19 PT Surya Intrindo Makmur Tbk. 0,03 -3,03 -0,46 0,65 0,1 -2,71

20 PT Zebra Nusantara Tbk. -0,3 -0,86 -0,54 0,36 0,35 -0,1

Sumber : Tabel 4.3 – Tabel 4.7 perhitungan X1, X2, X3, X4, X5 (Tahun 2009-2011)

Page 95: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

95

Tabel 4.11. Hasil Z Score

No Perusahaan 2009 2010 2011

Nilai Z Area Nilai Z Area Nilai Z Area

1 PT Arpeni Pratama Ocean Line Tbk. -0,03 Distress -1,2 Distress -2,26 Distress

2 PT ATPK Resources Tbk. 1,22 Grey 0,68 Distress 0,21 Distress

3 PT Argo Pantes Tbk. -0,1 Distress 0,29 Distress -0,1 Distress

4 PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk. -3,19 Distress -3,03 Distress -3,35 Distress

5 PT Bank Pundi Indonesia Tbk. -0,55 Distress -0,31 Distress -0,54 Distress

6 PT Central Proteinaprima Tbk. 1,09 Distress 0,44 Distress -0,39 Distress

7 PT Davomas Abadi Tbk. -0,64 Distress 1,01 Distress 0,58 Distress

8 PT Delta Dunia Makmur Tbk. 2,31 Grey 1,52 Grey 1,05 Distress

9 PT Fortune Mate Indonesia Tbk. 4,84 Safe 1,4 Grey 1,07 Distress

10 PT Intikeramik Alamasri Industri Tbk. 0,88 Distress 0,19 Distress 0,01 Distress

11 PT Indonesia Air Transport Tbk. 0,28 Distress 0,1 Distress 0,22 Distress

12 PT Onix Capital Tbk. 2,06 Grey 0,58 Distress 0,27 Distress

13 PT Nusantara Infrastructure Tbk. 0,87 Distress 2,27 Grey 1,55 Grey

14 PT Panasia Filament Inti Tbk. 0,07 Distress -1,49 Distress -1,45 Distress

15 PT Smartfren Telecom Tbk. -0,89 Distress -2,01 Distress -0,95 Distress

16 PT Panca Wiratama Sakti Tbk. -2,7 Distress -2,66 Distress -2,65 Distress

17 PT Rimo Catur Lestari Tbk. -8,06 Distress -8,84 Distress -17,86 Distress

18 PT Siwani Makmur Tbk. -1,36 Distress -1,68 Distress -3,36 Distress

19 PT Surya Intrindo Makmur Tbk. -1,25 Distress -2,59 Distress -2,71 Distress

20 PT Zebra Nusantara Tbk. -0,45 Distress -0,75 Distress -0,1 Distress

Sumber : Tabel 4.8 – Tabel 4.10 perhitungan Z Score (Tahun 2009-2011)

Page 96: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

96

Tabel 4.12. Klasifikasi Nilai Z Score

Tahun Safe area

Nilai > 2,9

Grey area

Nilai 1,20 – 2,90

Distress area

Nilai <1,20

2009 1 Perusahaan 3 Perusahaan 16 Perusahaan

2010 0 Perusahaan 3 Perusahaan 17 Perusahaan

2011 0 Perusahaan 1 Perusahaan 19 Perusahaan

Sumber : Tabel 4.11. Hasil Z Score

4.5. Pembahasan

Hasil penelitian terhadap kurang lebih 448 perusahaan go public yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada kurun waktu 3 tahun yaitu tahun 2009-

2011 menghasilkan 20 perusahaan dengan nilai net operating income negatif

dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden. Secara

umum nilai operating income perusahaan bervariasi dari tahun ke tahun. Ada

perusahaan yang terus meningkat nilai net operating income negatifnya, namun

adapula perusahaan yang mengalami penurunan nilai net operating income

negatifnya meskipun demikian nilai penurunannya tidak terlalu berpengaruh

signifikan terhadap kondisi perusahaan. Nilai net operating income negatif inilah

yang menjadi acuan untuk melakukan tahap analisis selanjutnya, yaitu

menghitung nilai variabel penelitian yang kemudian dari nilai tersebut akan

dimasukkan ke dalam rumus Z Score untuk mendapatkan indeks Z Score-nya.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada 20 perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011, telah diperoleh nilai Z Score

yang diinginkan. Dari 20 perusahaan terdapat 15 perusahaan yang selalu

mengalami financial distress. Berikut penggolongan ke-15 perusahaan yang

selalu mengalami financial distress selama 3 tahun berturut-turut:

Page 97: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

97

Tabel 4.13. Hasil Z Score (Financial Distress Selama 2009-2011)

No Perusahaan 2009 2010 2011

Nilai Z Area Nilai Z Area Nilai Z Area

1 PT Arpeni Pratama Ocean

Line Tbk. -0,03 Distress -1,2 Distress -2,26 Distress

2 PT Argo Pantes Tbk. -0,1 Distress 0,29 Distress -0,1 Distress

3 PT Bhuwanatala Indah

Permai Tbk. -3,19 Distress -3,03 Distress -3,35 Distress

4 PT Bank Pundi Indonesia

Tbk. -0,55 Distress -0,31 Distress -0,54 Distress

5 PT Central Proteinaprima

Tbk. 1,09 Distress 0,44 Distress -0,39 Distress

6 PT Davomas Abadi Tbk. -0,64 Distress 1,01 Distress 0,58 Distress

7 PT Intikeramik Alamasri

Industri Tbk. 0,88 Distress 0,19 Distress 0,01 Distress

8 PT Indonesia Air Transport

Tbk. 0,28 Distress 0,1 Distress 0,22 Distress

9 PT Panasia Filament Inti

Tbk. 0,07 Distress -1,49 Distress -1,45 Distress

10 PT Smartfren Telecom Tbk. -0,89 Distress -2,01 Distress -0,95 Distress

11 PT Panca Wiratama Sakti

Tbk. -2,7 Distress -2,66 Distress -2,65 Distress

12 PT Rimo Catur Lestari Tbk. -8,06 Distress -8,84 Distress -17,86 Distress

13 PT Siwani Makmur Tbk. -1,36 Distress -1,68 Distress -3,36 Distress

14 PT Surya Intrindo Makmur

Tbk. -1,25 Distress -2,59 Distress -2,71 Distress

15 PT Zebra Nusantara Tbk. -0,45 Distress -0,75 Distress -0,1 Distress

Sumber: Tabel 4.11. Hasil Z Score

Page 98: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

98

Dari hasil tersebut dapat kita lihat ada beberapa perusahaan yang

memiliki nilai Z Score yang bergerak naik dan turun, dan selebihnya bergerak

terus menurun di setiap tahunnya. Namun hal tersebut tidak berpengaruh

signifikan terhadap kategori dari nilai Z Score tersebut.

Perusahaan-perusahaan yang mengalami financial distress pada sample

penelitian ini memiliki komposisi keuangan yang kurang baik. Sebagai contoh

yaitu memiliki nilai current liabilities yang lebih besar dari current asset, sehingga

nilai working capital-nya menjadi negatif, memiliki nilai expenses yang lebih

besar dari penjualan sehingga menyebabkan earning before tax-nya menjadi

negatif. Hal tersebut tentu akan memperkecil nilai Z dari perusahaan-perusahaan

tersebut dan akan membuat perusahaan berada pada kondisi financial distress.

pernyataan di atas menunjukkan bahwa ternyata perusahaan yang

memiliki net operating income negatif dan tidak membayar deviden selama lebih

dari satu tahun akan memiliki nilai Z yang cenderung kecil di setiap tahunnya dan

mengarah pada kondisi financial distress, karena pada kenyatannya ke-20

perusahaan tersebut beresiko mengalami financial distress.

Selain ke-15 perusahaan tersebut, ada beberapa perusahaan yang

menarik untuk dibahas karena pergerakannya yang bervariabel dari tahun ke

tahun, yaitu PT ATPK Resources Tbk, PT Delta Dunia Makmur Tbk, PT Fortune

Mate Indonesia Tbk, PT Onix Capital Tbk, dan PT Nusantara Infrastucture Tbk.

Berikut ini akan ditampilkan tabel pergerakan dari 5 perusahaan tersebut tahun

2009-2011:

Page 99: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

99

Tabel 4.14. Perbandingan Antar Variabel (2009-2011)

No Nama Perusahaan

X1 (Current Assets - Current

Liabilities) / Total Assets

X2 Retained Earning / Total

Assets

X3 Earning Before Interest and

Taxes / Total Assets

X4 Book Value of Equity /

Book Value to Total Debt

X5 Sales / Total Assets

2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011

1 PT ATPK Resources Tbk. 0,43 0,51 0,29 -0,84 -1,19 -1,74 -0,17 -0,12 -0,22 5,16 3,07 2,25 0,002 0,41 1,21

2 PT Delta Dunia Makmur Tbk. 0,27 0,08 0,22 -0,02 -0,03 0,06 0,09 0,004 -0,004 2,1 1,7 0,54 0,97 0,76 0,63

3 PT Fortune Mate Indonesia Tbk. 0,10 -0,06 -0,13 0,05 -0,03 -0,06 0,04 -0,02 0,001 10,84 3,55 2,72 0,05 0,03 0,07

4 PT Onix Capital Tbk. 0,22 0,11 0,24 -0,56 -0,51 -0,41 -0,05 -0,03 -0,06 5,92 2,27 1,4 0,04 0,09 0,05

5 PT Nusantara Infrastructure Tbk. 0,05 0,27 0,13 0,14 -0,04 -0,06 -0,04 -0,04 -0,01 1,7 5,07 3,38 0,13 0,1 0,13

Sumber : Tabel 4.3 – Tabel 4.7 perhitungan X1, X2, X3, X4, X5 (Tahun 2009-2011)

Tabel 4.15. Perbandingan Antar Variabel (2009-2011)

No Nama Perusahaan 0,717 X1 0,847 X2 3,107 X3 0,42 X4 0,998 X5

2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011 2009 2010 2011

1 PT ATPK Resources Tbk. 0,31 0,37 0,2 -0,71 -1,01 -1,48 -0,54 -0,38 -0,68 2,17 1,29 0,95 0,002 0,41 1,21

2 PT Delta Dunia Makmur Tbk. 0,19 0,05 0,15 -0,02 -0,02 0,05 0,29 0,01 0,01 0,88 0,71 0,22 0,96 0,76 0,63

3 PT Fortune Mate Indonesia Tbk. 0,07 -0,04 -0,1 0,04 -0,02 -0,05 0,11 -0,06 0,003 4,55 1,49 1,14 0,05 0,03 0,07

4 PT Onix Capital Tbk. 0,16 0,08 0,17 -0,47 -0,43 -0,34 -0,15 -0,10 -0,19 2,49 0,95 0,59 0,04 0,09 0,05

5 PT Nusantara Infrastructure Tbk. 0,03 0,19 0,09 0,12 -0,04 -0,05 -0,13 -0,12 -0,03 0,72 2,13 1,42 0,13 0,1 0,13

Sumber : Tabel 4.3 – Tabel 4.7 perhitungan X1, X2, X3, X4, X5 (Tahun 2009-2011)

Page 100: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

100

Tabel 4.16. Klasifikasi Nilai Z Score (Perusahaan-Perusahaan di atas)

No Nama Perusahaan

2009 2010 2011

Nilai Z Area Nilai Z Area Nilai Z Area

1 PT ATPK Resources Tbk. 1,22 Grey 0,68 Distress 0,21 Distress

2 PT Delta Dunia Makmur Tbk. 2,31 Grey 1,52 Grey 1,05 Distress

3 PT Fortune Mate Indonesia Tbk. 4,84 Safe 1,4 Grey 1,07 Distress

4 PT Onix Capital Tbk. 2,06 Grey 0,58 Distress 0,27 Distress

5 PT Nusantara Infrastructure Tbk. 0,87 Distress 2,27 Grey 1,55 Grey

Sumber: Tabel 4.11. Hasil Z Score

Page 101: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

Dari beberapa tabel di atas maka dapat kita ketahui bahwa perusahaan

yang memiliki pergerakan paling tidak stabil adalah PT Fortune Mate Indonesia

Tbk. yang jika dihitung nilai Z Score-nya pada tahun 2009 ternyata perusahaan

ini sedang tidak mengalami kesulitan keuangan dan masuk kategori safe area

dengan nilai Z = 4,84 meskipun memiliki net operating income negatif dan

selama lebih dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden. Namun

kondisi ini berubah pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2010, karena pada

tahun tersebut PT Fortune Mate Indonesia Tbk. memiliki nilai Z = 1,4. Hal ini

menunjukkan bahwa keadaan keuangan perusahaan tersebut masuk ke dalam

kondisi grey area, yaitu suatu kondisi yang tidak bisa dipastikan apakah

perusahaan tersebut sedang mengalami financial distress atau tidak.

Perpindahan dari safe area ke grey area pada tahun 2009 ke tahun 2010 ini

dapat kita lihat pada tabel 4.13 yang menunjukkan bahwa seluruh variabel (X1,

X2, X3, X4, dan X5) yang dimiliki oleh PT Fortune Mate Indonesia Tbk. pada

tahun 2010 mengalami penurunan nilai dibandingkan nilai yang dimiliki pada

tahun 2009, sehingga terjadi penurunan nilai Z Score yang signifikan. Dan

ternyata pada tahun berikutnya, yaitu tahun 2011 nilai Z Score dari perusahaan

ini adalah 1,07 dan berkategori distress area. Kondisi financial distress ini terjadi

dikarenakan nilai X4 pada tahun 2009 turun dengan sangat signifikan pada tahun

2010, dan mengalami penurunan nilai lagi pada tahun 2011. Sehingga kenaikan

nilai dari tiap variabel (X1, X2, X3, dan X5) pada tahun 2011 tidak dapat

menaikkan nilai Z dari perusahaan tersebut.

Selain PT Fortune Mate Indonesia Tbk. ada PT Delta Dunia Makmur Tbk.

yang juga mengalami pergerakan yang cukup signifikan, dari nilai Z Score pada

tahun 2009 perusahaan berada pada kondisi grey area dengan nilai Z = 2,31,

Page 102: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

102

dan pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010 perusahaan ini tetap berada pada

kondisi grey area, namun memiliki nilai Z yang bergerak menurun, yaitu Z = 1,52

dikarenakan nilai dari tiap variabel yang dimiliki oleh perusahaan mengalami

penurunan nilai, sehingga nilai Z yang diperoleh pun mengalami penurunan nilai.

Sampai pada tahun 2010 PT Delta Dunia Makmur Tbk. menunjukkan kondisi

yang tidak dapat ditentukan apakah berada pada kondisi kesulitan keuangan

atau tidak, namun pada tahun 2011 nilai Z dari perusahaan tersebut

menunjukkan bahwa perusahaan sedang mengalami financial distress, yaitu Z =

1,05. Hal tersebut terjadi karena penurunan nilai tiap variabel yang terjadi pada

tahun 2010, dan ditambah lagi dengan penurunan nilai X3, X4, dan X5 pada

tahun 2011, sehingga kenaikan nilai X1, dan X2 pada tahun 2011 dari

perusahaan pun tidak dapat mempertahankan perusahaan pada kondisi grey

area.

Dari hasil pergerakan dua perusahaan di atas, menunjukkan

kecenderungan perusahaan yang berada dalam kondisi grey area lebih

mengarah kepada kondisi financial distress, penyebab kondisi keuangan ini

berbeda antara perusahaan satu dengan yang lainnya. Pada PT Fortune Mate

Indonesia Tbk. nilai variabel X1 dan X2 atau Modal Kerja / Total Aktiva (Working

Captal / Total Assets) dan Laba Yang Ditahan / Total Aset (Retained Earning /

Total Assets) yang paling berpengaruh membuat nilai Z Score-nya berada pada

level financial distress. Sedangkan pada PT Delta Dunia Makmur nilai X3 yaitu

Laba Sebelum Bungan dan Pajak / Total Aset (Earning Before Interest and Tax /

Total Assets) yang paling berpengaruh terhadap kondisi financial distress

tersebut.

Page 103: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

103

Namun demikian ada juga perusahaan yang mengalami kenaikan nilai Z

Score meskipun memiliki pergerakan yang belum stabil dan tidak konsisten, yaitu

PT Nusantara Infrastructure Tbk. Pada tahun 2009 perusahaan ini mengalami

kondisi financial distress dengan nilai Z = 0,87, setahun kemudian yaitu tahun

2010 perusahaan mengalami kenaikan nilai Z yaitu 2,27 dan masuk ke dalam

kondisi grey area. perubahan area tersebut dikarenakan kenaikan nilai X4 dari

1,7 menjadi 5,07. Sehingga walaupun ada penurunan nilai dari beberapa variabel

yang tidak begitu berarti, namun variabel lain dari perusahaan tersebut mampu

untuk menaikkan nilai Z dan merubah kondisi dari distress area menjadi grey

area. Tahun berikutnya perusahaan tersebut tetap berada pada kondisi grey

area, namun nilai Z-nya mengalami penurunan nilai, yaitu 1,55. Kesamaan

kondisi pada tahun 2010 dan 2011 tersebut dikarenakan tidak stabilnya

pergerakan naik atau turunnya nilai dari tiap variabel di tahun tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwa PT Nusantara Infrastructure mengalami kenaikan nilai Z

yang tidak stabil, meskipun tidak diketahui apakah perusahaan tersebut

mengalami financial distress atau tidak, dikarenakan sampai pada tahun 2011

perusahaan berada pada kategori grey area.

Selain ketiga perusahaan di atas, ada dua perusahaan lagi yang memiliki

pergerakan yang sama yaitu PT ATPK Resources Tbk. dan PT Onix Capital Tbk.

Kedua perusahaan tersebut mengalami kondisi grey area pada tahun 2009, dan

mengalami distress area pada tahun 2010 dan 2011, sehingga kedua

perusahaan tesebut juga mengalami financial distress pada dua tahun terakhir.

Kondisi ini dikarenakan nilai dari X2, dan X3 yang begitu kecil dan nilai dari X4

yang baik pada tahun 2009 mengalami penurunan nilai pada tahun-tahun

berikutnya.

Page 104: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

104

Secara umum hasil analisis kelima variabel yang digunakan berpengaruh

signifikan terhadap kondisi keuangan perusahaan. Variabel X1 yang

membandingkan antara working capital terhadap total assets menunjukkan nilai

X1 yang negatif berarti bahwa perusahaan harus menanggung current liabilities

yang lebih besar dari current assets yang dimiliki perusahaan. Variabel X2 yang

membandingkan nilai retained earning terhadap total assets, jika menunjukkan

retained earning yang negatif, maka kondisi ini menyebabkan nilai X2 sebagian

besar juga menjadi negatif. Pada variabel X3 membandingkan nilai EBIT

terhadap total assets jika menunjukkan nilai EBIT yang negatif yang artinya

bahwa perusahaan mengalami kerugian, sehingga hasil X3 sebagian besar

perusahaan akan negatif pula. Untuk nilai X4 dan X5 tidak jauh berbeda dengan

nilai variabel lainnya yaitu beberapa perusahaan menunjukkan nilai negatif.

Penjelasan tersebut selaras dengan teori yang dipaparkan oleh Edward I.

Altman dalam The Journal of Finance, 1968 (594:596) yang menjelaskan

mengenai pentingnya tiap variabel (X1, X2, X3, X4, dan X5) dan diharapkan

mampu untuk memenuhi standar indeks Z serta hubungannya dengan financial

distress adalah sebagai berikut:

11. Working Capital / Total Assets (Modal Kerja / Total Aktiva)

Rasio pertama yang digunakan sebagai alat diskriminan adalah rasio

modal kerja terhadap total aktiva, ini adalah ukuran bersih pada aktiva

lancar perusahaan terhadap modal perusahaan. Modal kerja bersih

adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Karakteristik

likuiditas benar benar ditentukan secara jelas. Biasanya sebuah

perusahaan yang mengalami kerugian operasi yang terus menerus akan

menyusutkan aktiva lancar sehubungan dengan total aktiva. Diantara

penilaian terhadap rasio likuiditas, rasio ini terbukti paling berharga.

12. Retained Earning / Total Assets (Laba yang Ditahan / Total Aktiva)

Adalah ukuran dari profitabilitas kumulatif lewat waktu disebutkan pada

awalnya sebagai satu dari rasio baru. Usia perusahaan dinyatakan secara

implisit dalam rasio ini, sebagai contoh, sebuah perusahaan baru relatif

mungkin akan menunjukkan rasio laba ditahan/total aktiva yang rendah

Page 105: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

105

karena tidak adanya waktu untuk menambah laba kumulatifnya. Oleh

karena itu, dapat dibuktikan bahwa perusahaan baru nampak berbeda

dari analisis ini, dan kesempatan/peluang untuk diklasifikasikan dalam

golongan bangkrut relatif lebih tinggi dari yang lainnya, dari pada

perusahaan perusahaan yang lebih tua, jika hal-hal lain diasumsikan tidak

mempengaruhi (cateris paribus). Tapi, ini merupakan keadaan yang

sesungguhnya di dunia nyata. Timbulnya kegagalan lebih tinggi dalam

tahun-tahun awal perusahaan.

13. Earning Before Interest and Taxes / Total Assets (Laba Sebelum Bunga

dan Pajak / Total Aktiva)

Pada pokoknya, merupakan ukuran produktivitas dari aktiva perusahaan

yang sesungguhnya terlepas dari pajak atau faktor leverage. Sejak

keberadaan pokok perusahaan didasarkan pada kemampuan

menghasilkan laba dari aktiva aktivanya, rasio ini muncul menjadi yang

paling utama sesuai untuk studi yang berhubungan dengan kegagalan

perusahaan. Selanjutnya keadaan bangkrut dalam pengertian

kebangkrutan terjadi saat total kewajiban melebihi penilaian wajar

perusahaan terhadap aktiva perusahaan dengan nilai ditentukan oleh

kemampuan aktiva menghasilkan laba.

14. Book Value of Equity / Book Value of Debt (Nilai Buku Saham Biasa dan

Saham Preferen / Nilai Buku Total Utang)

Ukuran tersebut menunjukan seberapa banyak aktiva perusahaan dapat

menurun nilainya (diukur dari nilai pasar modal ditambah hutang)

sebelum kewajiban (hutang) melebihi aktiva dan perusahaan menjadi

bangkrut.

15. Sales / Total Asset (Penjualan / Total Aktiva)

Rasio perputaran modal adalah standar rasio keuangan yang

menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva

perusahaan yang merupakan suatu ukuran dari kemampuan manajemen

dalam menghadapi kondisi yang kompetitif. Rasio akhir ini cukup penting,

walaupun dalam faktanya signifikan dari ukuran rasio ini tidak dapat

ditampakkan semuanya tapi karena relasi yang unik diantara variabel

dalam model ini, rasio penjualan atau total aktiva menjadi rangking kedua

dalam kontribusi keseluruhan ketepatan model diskriminan.

Menurut analisis yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai-nilai variabel

yang sebagian besar negatif dan menyebabkan sebanyak 16 perusahaan pada

tahun 2009 berada dalam kondisi financial distress, 3 perusahaan dalam kondisi

grey area dan 1 perusahaan dalam kondisi safe area. Pada tahun 2010

perusahaan yang mengalami financial distress bertambah menjadi 17

Page 106: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

106

perusahaan, 3 perusahaan dalam kondisi grey area dan tidak ada perusahaan

yang masuk kategori safe area. Dan pada tahun 2011, sebanyak 19 perusahaan

mengalami financial distress, 1 perusahaan dalam kondisi grey area dan tidak

ada perusahaan berkategori safe area.

Dari penjelasan di atas yaitu 20 perusahaan yang menjadi objek

penelitian dengan kriteria yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya selama

tahun 2009 sampai 2011, ternyata sekitar 80-90% dari perusahaan-perusahaan

tersebut mengalami kondisi financial distress, yang berarti bahwa perusahaan

yang memiliki net operating income negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak

melakukan pembayaran deviden cenderung akan mengalami financial distress.

Page 107: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

107

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap 20 perusahaan aneka

industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dapat disimpulkan bahwa

perusahaan yang memperoleh net operating income negatif dan lebih dari satu

tahun tidak melakukan pembayaran deviden cenderung mengalami financial

distress. Ada beberapa penjelasan mengenai kesimpulan ini diantaranya adalah

sebagai berikut :

1. Perusahaan yang memperoleh net operating income negatif dan lebih

dari satu tahun tidak melakukan pembayaran deviden ternyata

cenderung mengalami financial distress (kesulitan keuangan).

2. Telah didapatkan nilai-nilai variabel yang sebagian besar negatif dan

menyebabkan sebanyak 16 perusahaan pada tahun 2009 berada

dalam kondisi financial distress, 3 perusahaan dalam kondisi grey

area dan 1 perusahaan dalam kondisi safe area. Pada tahun 2010

perusahaan yang mengalami financial distress bertambah menjadi 17

perusahaan, 3 perusahaan dalam kondisi grey area dan tidak ada

perusahaan yang masuk kategori safe area. Dan pada tahun 2011,

sebanyak 19 perusahaan mengalami financial distress, 1 perusahaan

dalam kondisi grey area dan tidak ada perusahaan berkategori safe

area.

Page 108: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

108

5.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan yang telah disajikan

sebelumnya, saran-saran yang bisa penulis berikan diantaranya :

1. Dikhususkan untuk ke-15 perusahaan yang selalu mengalami

financial distress selama 3 tahun berturut-turut disarankan untuk

memiliki pengendalian keuangan yang lebih baik. Lemahnya

pengawasan keuangan pada perusahaan-perusahaan diatas dapat

diartikan bahwa manajemen tidak memiliki kemampuan untuk deteksi

dini tentang kondisi keuangannya. Karena sebagian perusahaan yang

mengalami financial distress pada sample penelitian ini memiliki

komposisi keuangan yang kurang baik. Sebagai contoh yaitu memiliki

nilai current liabilities yang lebih besar dari current asset, sehingga

nilai working capital-nya menjadi negatif, memiliki nilai expenses yang

lebih besar dari penjualan sehingga menyebabkan earning before tax-

nya menjadi negatif.

2. Pada 5 Perusahaan yang memiliki kategori Z Score yang bervariabel

disarankan untuk perusahaan dalam kategori grey area mampu

melakukan tindakan antisipasi aktif sebelum perusahaan tersebut

benar-benar mengalami financial distress. Hal ini penting mengingat

keberlangsungan perusahaan dalam bisnis akan sangat ditentukan

oleh alternatif yang akan dipilih perusahaan dalam melakukan

antisipasi tersebut.

Page 109: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

109

DAFTAR PUSTAKA

Altman Edward I., 1968, The Journal of Finance, Vol. 23, No. 4, pp. 589-609

American Finance Association.

Baridwan, Zaki, 2005, Intermediate Accounting, BPFE, Jakarta.

Brigham, Eguene F. and Michael C. Enhardt, 2005, Financial Management

Theory and Practice, Eleventh Edition, International Student Edition,

Thomson South-Western, Ohio

Darsono, dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan,

Andi, Yogyakarta

Downes, John dan Jordan Elliot Goodman, 2001, Kamus Istilah Keuangan dan

Investasi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hanafi, Mamduh M. & Abdul Halim. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Edisi

Keempat. UPP STIM YKPN

Helmi, Syafrizal. 2008. Menjaga Perusahaan Agar Tetap Bugar.

http://shelmi.wordpress.com/2008/03/18/menjaga-perusahaan-agar-tetap-

bugar/, diakses tanggal 30 Mei 2013

Husnan, Suad, 2000, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan

Jangka Panjang)

Indonesia Stock Exchange, 2007, Indonesian Capital Market Directory

Indonesia Stock Exchange, 2011, Statistik Perusahaan. http://www.idx.co.id/,

diakses tanggal 25 Mei 2013

Indonesia Stock Exchange, 2013, Sejarah Bursa Efek Indonesia (1912 - 2009)

http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/sejarah.aspx, diakses pada

tanggal 19 Juni 2013

Page 110: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

110

Kabo. 2011. Manajemen Keuangan. http://ekonomi.kabo.biz/2011/05/kebijakan-

dividen.html, diakses tanggal 30 Mei 2013

Kartadinata, Abas, 2001, Pengantar Manajemen Keuangan, Cetakan Ketiga,

Rineka Cipta, Jakarta

Keown, Arthur J, 2001, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, Penerjemah:

Chaerul D. Djakman, Salemba Empat Jakarta

Kusnadi, 2002, Masalah Kerjasama, Konflik dan Kinerja (Kontemporer Islam),

Taroda Malang

Muhammad, Suwarsono, 2006, Strategi Penyehatan Perusahaan (Edisi Revisi),

UPP STIM YKPN, Yogyakarta

Munawir, S, 2000, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Liberty,

Yogyakarta

IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia). 1998, 2007, 2009. PSAK (Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan) No 1, Salemba Empat, Jakarta

Sabardi, Agus, 2000, Manajemen Keuangan, cetakan ketiga, edisi pertama, UPP

AMP YKPN, Yogyakarta

Saifullah. 2011. Analisis Laporan Keuangan.

http://accountarona.blogspot.com/2011/05/analisis-laporan-

keuangan.html, diakses tanggal 30 Mei 2013

Sartono, R. Agus, 2001, Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi, Edisi

Keempat, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta

Soemarso S. R. 2005, Akuntansi Suatu Pengantar. Buku I. Edisi Revisi. Jakarta:

Penerbit Salemba Empat

Luciana & Kristijadi, 2003, Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi

Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek

Jakarta, JAAI Volume 7 no. 2, STIE PERBANAS, Surabaya

Page 111: Skripsi muhammad ramlan analisis kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan go public pada bursa efek indonesia

111

Stevenson R.A 1997, Fundamental of Finance I Edition International Student, Mc

Grow Hill International Book Company

Subramanyam, K. R. dan John J Wild, 2010, Analisis Laporan Keuangan

(Financial Statement Analysis), Buku 1, Edisi 10, Salemba Empat, Mc

Graw Hill Company, New York

2010, Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement

Analysis), Buku 2, Edisi 10, Salemba Empat, Mc Graw Hill Company,

New York

Sutrisno, 2005, Manajemen Keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi), Ekonisia,

Yogyakarta

, 2008, Manajemen Keuangan (Teori, Konsep dan Aplikasi), Edisi

Keenam, Ekonisia, Yogyakarta

Van Horne, Charles C., 1998, Financial Management and Policy, Eight Edition,

Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs, New Jersey

White, Gerald I, 2006, The Analysis and Use of Financial Statement, Pearson

International Edition, New York

Weston, J Fred and Thomas E. Copeland, 2001, Manajemen Keuangan,

Terjemahan Dodo Suharto, Jilid Pertama, Edisi Kedelapan, Cetakan

Pertama, Erlangga, Jakarta

Wild. John J. 2005 and K. R Subramanyam, Financial Statement Analysis,

International Edition, McGraw Hill Company, New York

2007, Financial Statement Analysis, Ninth Edition,

International Edition, McGraw Hill Company, New York