skripsi kualitas pelayanan aparatur pemerintah …
TRANSCRIPT
1
SKRIPSI
KUALITAS PELAYANAN APARATUR PEMERINTAH MELALUI
PENERAPAN E-GOVERNMENT DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN
CATATAN SIPIL KABUPATEN BONE
Disusun Oleh :
SRY HANDAYANI
105640 2251 15
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
KUALITAS PELAYANAN APARATUR PEMERINTAH MELALUI
PENERAPAN E-GOVERNMENT DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN
CATATAN SIPIL KABUPATEN BONE
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Pemerintahan
Disusun dan Diajukan Oleh
SRY HANDAYANI
Nomor Stambuk : 105640 2251 15
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
SRY HANDAYANI. Kualitas Pelayanan Aparatur Pemerintah Melalui
Penerapan e-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone (dibimbing oleh Rudi Hardi dan Hamrun).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kualitas Pelayanan Aparatur
Pemerintah melalui penerapan e-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bone. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yakni
suatu bentuk penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran umum
sebagai macam data yang dikumpul dari lapangan secara objektif dengan tipe
fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara terhadap sejumlah informan. Analisis data dengan menggunakan
model analisa interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kualitas Pelayanan
Aparatur Pemerintah melalui penerapan e-Government di Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bone sudah baik dan telah sesuai dengan tujuannya
hal ini dilihat dari indikator (1) Kesederhanaan dan kejelasan prosedur dalam
proses pelayanan publik yang dulunya harus memasuki banyak loket yang
antriannya panjang, sekarang sudah bisa diatasi melalui media internet (2)
Efisiensi dan ketepatan waktu dalam proses pelayanan publik proses pembuata
akta catatan sipil memerlukan waktu yang lama bahkan seringkali harus
menunggu sampai 3-4 hari, Namun setelah adanya e-Government tingkat
penggunaan waktu yang diperlukan hanya 1 hari. (3) Biaya yang sesuai dalam
proses pelayanan publik dapat dilihat dari biaya administrasi yang terbilang murah
dan berkisar antara Rp.10.000-Rp.20.000 dan (4) Keadilan yang merata dalam
proses pelayanan publik dapat dilihat dengan adanya komputerisasi berkas, yang
membuat arsip yang menumpuk menjadi berkurang. Dan tentunya diskriminasi
dalam pembuatan dokumen sudah bisa diatasi. Faktor yang mempengaruhi yaitu
(a) Kebijakan pemerintah/aturan tentang pelaksanaan e-Government yang harus
jelas dan sistematis. (b) Sumber daya manusia yang mampu menunjang
implementasi e-Government. (c) Ketersediaan Sarana dan Prasarana yang
mencukupi seperti hardware dan software. (d) Tingkat pemahaman masyarakat
terhadap informasi dan teknologi seperti kemampuan mempelajari teknologi
modern berbasis computer masih rendah.
Kata Kunci : Kualitas Pelayanan, Aparatur, e-Government
v
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Kualitas Pelayanan Apatur Pemerintah Melalui Penerapan e-
Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone”
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada terhormat kepada Kedua Orang tua tercinta saya,
Ayahanda Salinri dan Ibunda tercinta Sahari dan seluruh keluarga yang telah rela
berkorban tanpa pamrih dalam membesarkan, mendidik serta mendoakan
keberhasilan penulis, yang tiada hentinya memberi dukungan motivasi disertai
segala pengorbanan yang tulus dan ikhlas.
Bapak Rudi Hardi., S.Sos., M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak
Hamrun., S.Ip., M.Si selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik,S.Sos.,M.Si
selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Makassar. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si selaku Wakil Dekan I dan Bapak
Andi Luhur Prianto.,S.Ip., M.Si selaku Wakil Dekan II, Serta Ibu Dr. Nuryanti
Mustari, S.Ip., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Segenap Dosen
vi
vii
dan seluruh jajaran Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan pengetahuan di mulai
dari semester awal hingga semester akhir. Saudara-saudara. Seperjuangan yang
selalu memberikan semangat dan do’a membantu peneliti sehingga semua proses
penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar.
Terima kasih kepada lelaki terhebat Surya Alam.,S.Sos yang selalu
mendukung dan memberi semangat kepada peneliti sehingga bisa menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih juga kepada teman-teman Ramellah Feby Febiola.,S.Ip,
Elsyari.,S.Ip, dan Riska Adelya.,S.Ip, serta teman-teman Big Family E 2015 yang
telah memberi dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima
kasih juga kepada Nurul Hikmah., Amd.RMIK, Husnul Khatimah, Ani Safitri.,
Amd., RMIK, dan Irmayani Said., S.Farm. Serta teman-teman KKP Desa Coppo
yang telah memberi dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
Pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone yang telah
memberikan izin dan bantuan untuk melakukan penelitian. Kakanda dan Adinda
yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih karena selalu
mendukung dan member motivasi dalam proses penyelesaian skripsi. Demi
kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Makassar, 23 Januari 2020
Sry Handayani
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman Pengajuan Skripsi ................................................................................. i
Halaman Persetujuan ........................................................................................... ii
Halaman Penerimaan Tim .................................................................................. iii
Halaman Pernyataan Keasliaan karya Ilmiah .................................................... iv
Abstrak ................................................................................................................ v
Kata Pengantar ................................................................................................... vi
Daftar Isi........................................................................................................... viii
Daftar Tabel ........................................................................................................ x
Daftar Gambar .................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pelayanan ................................................................................... 8
B. Konsep e-Government ........................................................................... 17
C. Konsep Aparatu Pemerintah ................................................................. 25
D. Kerangka Pikir ...................................................................................... 30
E. Fokus Penelitian .................................................................................... 33
F. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 35
B. Jenis dan Tipe Penelitian ....................................................................... 35
C. Sumber Data .......................................................................................... 36
D. Informan Penelitian ............................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 37
F. Teknik Analisis Data ............................................................................. 38
G. Teknik Pengabsaan Data ....................................................................... 39
viii
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 41
1. Kondisi Georafis Kabupaten Bone.................................................. 41
2. Pemerintahan Kabupaten Bone ....................................................... 42
3. Kondisi Kependudukan Kabupaten Bone ...................................... 44
B. Gambaran Umum Disdukcapil Kab. Bone............................................ 51
1. Tugas Pokok Disdukcapil Kab. Bone ............................................. 52
4. Struktur Organisasi Disdukcapil Kab. Bone ................................... 52
5. Data Pegawai Disdukcapil Kab. Bone ............................................ 54
6. Sarana dan Prasarana Disdukcapil Kab. Bone ................................ 55
7. Visi dan Misi Disdukcapil Kab. Bone............................................. 57
C. Hasil Penelitian Kualitas Pelayanan Aparatur Pemerintah Melalui
Penerapan e-Government di Disdukcapil Kab. Bone ............................ 58
1. Kesederhanaan Dan Kejelasan Prosedur ......................................... 62
2. Efiensi Dan Ketepatan Waktu ......................................................... 68
3. Biaya Yang Sesuai .......................................................................... 73
4. Keadilan Yang Merata .................................................................... 76
D. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan ..................... 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 92
B. Saran ...................................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Informan ............................................................................... 39
Tabel 4.1 Penyebaran Jumlah Kecamatan Kabupaten Bone .......................... 43
Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Kabupaten Bone.......................................... 45
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan ........................ 47
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Wajib KTP ........................................................ 48
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Sudah dan Belum Memiliki KK ....................... 50
Tabel 4.6 Jumlah Pegawai Disdukcapil Kab. Bone ....................................... 54
Tabel 4.7 Data Sarana dan Prasarana ............................................................. 55
Tabel 4.8 Kesederhanaan Prosedur Pelayanan............................................... 64
Tabel 4.9 Penggunaan Waktu Dalam Proses Pelayanan Perizinan .............. 71
Tabel 4.10 Jenjang Pendidikan Pegawai Disdukcapil Kab. Bone ................... 88
Tabel 4.11 Data Software dan Hardware Disdukcapil Kab. Bone ................... 89
x
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ................................................................... 35
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat, maka sudah
selayaknya jika sejak dini pemerintah mempersiapkan langkah-langkah antisipatif
dalam rangka menghadapi banyaknya perubahan yang terjadi sebagai akibat dari
perkembangan dan kemajuan tersebut, baik dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi ataupun pengaruh dari arus globalisasi yang sudah melanda bangsa kita.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (information and
comunikation/ICT) di dunia semakin meluas. Hal ini dapat dilihat dari
penggunaan ICT diberbagai bidang, sebab ICT memiliki berbagai kelebihan yang
menguntungkan dibanding dengan menggunakan cara tradisional dalam
melakukan berbagai kegiatan ataupun interaksi.
Instruksi Presiden No 3 tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional
pengembangan e-Government tidak bisa dipungkiri adalah kebijakan strategis
bagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi di pemerintahan. Dalam
lampiran Inpres e-Government, dipaparkan enam strategi yang disusun pemerintah
dalam mencapai tujuan strategis e-Government. Antara lain: Strategi pertama
adalah mengembangkan sistem pelayanan yang handal, terpercaya serta
terjangkau masyarakat luas. Sasarannya antara lain, perluasan dan peningkatan
kualitas jaringan komunikasi keseluruh wilayah negara dengan tarif terjangkau.
Sasaran lain adalah pembentukan portal informasi dan layanan publik yang dapat
mengintegrasikan sistem manajemen dan proses kerja instansi pemerintah.
2
Strategi kedua adalah menata sistem dan proses kerja pemerintah dan
pemerintah daerah otonom secara holistik. Dengan strategi ini, pemerintah ingin
menata sistem manajemen dan prosedur kerja pemerintah agar dapat mengadopsi
kemajuan teknologi informasi secara cepat. Strategi ketiga adalah memanfaatkan
teknologi informasi secara optimal. Sasaran yang ingin dicapai adalah standarisasi
yang berkaitan dengan interoperabilitas pertukaran dan transaksi informasi
antarportal pemerintah. Standardisasi dan prosedur yang berkaitan dengan
manajemen dokumen dan informasi elektronik. Pengembangan aplikasi dasar
seperti e-Billing, e-Procurement, e-Reporting yang dapat dimanfaatkan setiap
situs pemerintah untuk menjamin keamanan transaksi informasi dan pelayanan
publik. Sasaran lain adalah pengembangan jaringan intra pemerintah.
Strategi keempat adalah meningkatkan peran serta dunia usaha dan
mengembangkan industri telekomunikasi dan teknologi informasi. Sasaran yang
ingin dicapai adalah adanya partisipasi dunia usaha dalam mempercepat
pencapaian tujuan strategis e-Government. Itu berarti, pengembangan pelayanan
publik tidak perlu sepenuhnya dilayani oleh pemerintah. Strategi kelima adalah
mengembangkan kapasitas sumber daya manusia, baik pada pemerintah maupun
pemerintah daerah otonom disertai dengan meningkatkan e-Literacy masyarakat.
Strategi keenam adalah melaksanakan pengembangan secara sistematik melalui
tahapan yang realistik dan terukur. Dalam pengembangan e-Government, dapat
dilaksanakan dengan empat tingkatan yaitu, persiapan, pematangan, pemantapan
dan pemanfaatan.
3
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi yang
aktual memasuki era globalisasi diperlukan adanya keterpaduan dan sinergi dari
seluruh penyelenggara negara dalam pembangunan, kemajuan teknologi informasi
berdampak pada perubahan pola kegiatan masyarakat yang berorientasi pada
kemudahan-kemudahan dalam berbagai aktifitas dengan menggunakan sarana
informasi yang lebih modern sebagai dampak dari keinginan dan perubahan
tersebut. Perkembangan teknologi informasi seperti akses internet (cyber) sebagai
sebuah sarana informasi global dimana dunia cyber ini dapat dikatakan sebagai
ensiklopedia dunia yang merupakan pusat dari segala informasi seluruh dunia
yang efisien dan efektif. Pengaksesan internet yang saat ini mudah dilakukan dan
mampu menjangkau seluruh dunia membuat pemanfaatan situs-situs bagi
pemerintahan daerah akan lebih mendunia dimana pemerintah daerah dapat
memaparkan potensi-potensi yang dimiliki oleh daerahnya serta memberikan
pelayanan yang lebih mudah dan efisien kepada masyarakat.
Pelayanan yang lebih efektif dan efisien pada hakekatnya bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi akurat yang disajikan dalam
berbagai bentuk. Manusia dalam menerima informasi senantiasa menggunakan
panca inderanya, maka pelayanan inipun berupaya untuk menyajikan informasi
dalam kombinasi bentuk gambar, grafik, teks, dan suara (multimedia). Oleh
karena itu penggunaan berbagai media sebagai data masukan atau informasi
luaran dari kombinasi alat telekomunikasi dan komputerisasi ini menjadi suatu
keniscayaan. Dalam hal ini, e-Government telah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari pemerintahan di banyak negara, termasuk di Indonesia.
4
Kemajuan-kemajuan baru yang terus dicapai oleh IT telah menjadi pemicu utama
pengembangan e-Government. Muara pengembangan e-Government dimanapun
adalah ditujukan untuk meningkatkan good governance. Meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pekerjaan di lembaga pemerintahan. namun yang lebih penting,
melalui e-Government, pemerintah dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara transparan.
Tetapi berbicara mengenai e-Government bukan berarti hanya menerapkan
sistem pemerintahan secara elektronik saja atau dengan kata lain omatisasi sistem,
melainkan mempunyai pengertian yang lebih mendalam daripada itu. Pertama-
tama yang harus dilihat adalah bagaimana sistem pemerintahan berjalan sebelum
penerapan e-Government, karena untuk menjalankan e-Government diperlukan
suatu sistem informasi yang baik, teratur dan sinergi dari masing-masing lembaga
pemerintahan, sehingga dari kesemuanya itu bisa didapatkan suatu sistem
informasi yang terjalin dengan baik. Karena dengan sistem informasi yang
demikian akan memudahkan pemerintah dalam menjalankan fungisnya ke
masyarakat. Sedangkan untuk mewujudkan sistem informasi yang baik, teratur
dan sinergi antara lembaga pemerintahan, maka sistem informasi dari masing-
masing lembaga pemerintahan harus memenuhi suatu standar sistem informasi,
dimana standar ini meliputi persyaratan minimal untuk faktor-faktor dari sistem
informasi tersebut.
Dalam hal ini, e-Government telah menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari pemerintahan dibanyak Negara, termasuk di Indonesia. Dengan melalui e-
Government, pemerintah dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat secara
5
transparan serta content-nya pun bermacam-macam. Dengan berbagai manfaat
yang diperoleh dalam penerapan e-Government banyak daerah-daerah yang mulai
menggunakan e-Government dalam upaya memerikan pelayanan terbaik bagi
masyarakat. Salah satunya Kabupaten Bone dimana salah satu instansinya yaitu
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaen Bone menggunakan program
SIAK ( Sistem Informasi Administrasi Kependudukan ) yang merupakan salah
satu wujud dari penggunaan e-Government. Secara hukum sistem ini sudah
dikukuhkan dengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan ditambah lagi dengan adanya
Perda Kabupaten Bone No. 3 Tahun 2017 tentang penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan.
SIAK merupakan suatu sistem informasi berbasis web yang disusun
berdasarkan prosedur-prosedur dan memakai standarisasi khusus yang bertujuan
menata sistem administrasi di bidang kependudukan, sehingga tercapai tertib
administrasi dan juga membantu bagi petugas di jajaran pemerintah daerah khusus
Dinas Kependudukan di dalam menyelenggarakan layanan kependudukan SIAK
bisa menjadi solusi dari masalah kependudukan yang ada. Dalam pengaplikasian
pelayanan berbasis online tersebut ternyata belum maksimal, masih banyak
kekurangan yang harus disempurnakan, seperti dalam Pembuatan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bone baik dari segi infrastruktur, SDM maupun akses internet itu
sendiri. Software (web) yang di gunakan Pembuatan Kartu Tanda Penduduk di
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone dalam pembuatan
6
dokumen kependudukan masih memiliki kendala yaitu pada bagian upload foto
dokumen persyaratan masih sulit dengan adanya keterangan ”gambar tidak dapat
termuat”. Dan dalam pelaksanaanya tidak menutup kemungkinan adanya masalah
pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah yang menjadi keluhan
utama di masyarakat. Seperti halnya mengenai keluhan masyarakat antara lain
terjadinya diskriminasi dalam memberikan pelayanan, Sering terjadinya pungli,
dan tidak adanya kepastian. (http://radarbone.fajar.co.id)
Ini disebabkan karena dalam proses pelayanan seringkali tidak sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Padahal standar pelayanan minimal
(SPM) dalam setiap instansi pemerintah pasti ada. Inilah permasalahan dari
implementasi penyelenggara pemerintahan. Selain itu, untuk bagian penduduk
Kabupaten Bone yang berada di jangkuan cukup jauh (di bagian selatan Kab.
Bone) masih sulit dalam mengakses internet untuk membuka web pendaftaran
pembuatan dokumen kependudukan di Pembuatan Kartu Tanda Penduduk di
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.
Hal tersebut membuat masyarakat lebih memilih datang langsung ke
Pembuatan Kartu Tanda Penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone untuk membuatnya secara manual, kebijakan yang seharusnya
dapat mempermudah masyarakat justru membuat masyarakat bingung dan
mengeluarkan banyak waktu untuk mengkonfirmasi langsung ke Pembuatan
Kartu Tanda Penduduk di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bone. Dalam pengertian sistem informasi secara umum, maka unsur-unsur yang
terkandung didalamnya adalah manusia, teknologi, prosedur dan organisasi.
7
Untuk memenuhi konsep sistem informasi yang baik maka dari masing-masing
unsur tersebut harus memiliki standar yang harus dipatuhi dan dijalankan,
sehingga sistem informasi dari satu lembaga pemerintah ke lembaga pemerintah
lainnya dapat terhubung, dan informasi yang dihasilkan dari sistem informasi
tersebut bisa dipergunakan untuk keperluan pemerintah dalam menjalankan
fungsinya baik kedalam maupun keluar.
Dari penggambaran di atas maka penulis merasa bahwa penerapan e-
Government di Indonesia khususnya di Kabupaten Bone sebagai sebuah tinjauan
pengembangan keilmuan yang memiliki sumbangsih tersendiri bagi Ilmu
Pemerintahan. Oleh karena itu maka penulis mencoba mengangkat penelitan yang
berjudul “Kualitas Pelayanan Aparatur Pemerintah Melalui Penerapan e-
Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone”.
B. Rumusan Masalah
Dari apa yang diuraikan di atas maka rumusan masalah yang
dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana kualitas pelayanan Aparatur Pemerintah melalui penerapan e-
Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone ?
2. Faktor apakah yang mempengaruhi kualitas pelayanan Aparatur Pemerintah
melalui penerapan e-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan, sebagai berikut :
8
1. Untuk mengetahui tingkat kualitas pelayanan aparatur pemerintah melalui
penerapan e-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan
Aparatur Pemerintah melalui penerapan e-Government di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone ?
D. Manfaat Penelitian
Adapun Kegunaan atau manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Diharapkan Agar kegiatan penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi
kalangan akademisi dalam melakukan kajian lebih lanjut yang
berhubungan dengan penerapan e-Government dan kontribusinya terhadap
pemerintahan.
2. Diharapkan agar tulisan ini dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca
dan peneliti, khususnya bagi mahasiswa yang sementara menyusun skripsi
yang berkaitan dengan masalah-masalah pelayanan publik.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pelayanan
1. Definisi Pelayanan
Dalam memahami arti pelayanan, tidak terlepas dari masalah kepentingan
umum yang menjadi asal-usul timbulnya pelayanan. Kepentingan umum adalah
berkaitan dengan kepentingan pelayanan kepada umum. Meskipun pada
perkembangan selanjutnva pelayanan jasa juga timbul karena adanya kewajiban
sebagai suatu bentuk dari proses penyelenggaraan suatu organisasi. Dimana setiap
organisasi, baik organisasi pemerintah maupun organisasi swasta tujuan pelayanan
telah ditetapkan bersamaan dengan pembentukan organisasi.
Untuk menjelaskan pengertian pelayanan yang lebih luas, penulis
mengutip pendapat dari Sarlito Wirawaiz (1982: 27) yang mengemukakan bahwa
Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan
serangkaian proses. Sebagai proses pelayanan, berIangsung secara rutin dan
berkesinambungan, meliputi seluruh kehiupan orang dalam masyarakat.
Berdasarkan pengertian tersebut, pelayanan dilaksanakan sekelompok orang guna
memenuhi kepentingan akan sesuatu dari sekelompok orang lainnya dalam suatu
wadah atau organisasi, baik pemerintah maupun swasta. H.A.S Moenir (1992:
l7) memberikan batasan bahwa Pelayanan adalah proses penggunaan akal,
pikiran, panca indra dan anggota badan dan atau tanpa alat bantu yang dilakukan
oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan baik dalam
bentuk barang maupun jasa.
10
S.Pramudji (2003:46) memberikan pengertian pelayanan publik adalah
berbagai kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
barang dan jasa. Defenisi pelayanan publik menurut Kepmenpan No. 63/ KEP/ M.
PAN/7/ 2003 yaitu Segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi
Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di Lingkungan Badan Usaha Milik Negara
atau Badan Usaha Milk Daerah dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apa yang seharusnya
dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah) sebagai pelayanan publik memang
menjadi suatu perdebatan tersendiri, baik dalam tatanan akademis maupun praktisi
peran pemerintah sebagai pelayan publik selalu berkembang atau bergeser. Apa
yang seharusnya dilakukan pemerintah bersifat dinamis dan mengikuti
perkembangan lingkungan internal maupun lingkungan eksternal.
Kebutuhan itupun tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi, politik,
hukum, sosial dan budaya masyarakat. Bahkan lebih jauh lagi, pelayanan publik
ini juga menyangkut peran pemerintah sebagai pengatur melalui kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan termasuk penegakan kebijakan-kebijakan tersebut.
Peran ini memang sesungguhnya esensi dari peran pemerintah sebagai pengelola
kehidupan bermasyarakat. Kebijakan yang menciptakan iklim yang kondusif bagi
investasi merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang baik. Sebagai
perwujudan dari apa yang harus diperhatikan dan dilakukan oleh pelayanan publik
agar mutu pelayanan menjadi baik, maka dalam memberi layanan publik
seharusnya:
11
a. Mengetahui kebutuhan yang dilayani
b. Mendapat pelayanan yang wajar
c. Mendapat perlakuan yang jujur dan terus terang (transparan)
d. Mendapat pelayanan yang sama tanpa pilih kasih.
Peningkatan kualitas pelayanan membutuhkan metode yang tepat agar
masyarakat merasa terpuaskan dengan pelayanan yang diberikan yaitu dengan
melihat apakah pelayanan tersebut sudah efektif atau belum. Efektifitas pelayanan
juga merupakan indikator dalam pelayanan publik itu sendiri. Untuk mengukur
tingkat keefektifan pelayanan tersebut digunakan kriteria sebagai berikut:
a. Tepat, artinya pelayanan yang diberikan tersebut sesuai dengan yang
dibutuhkan masyarakat.
b. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat
dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial,dll.
c. Keseimbangan hak dan kewajiban yaitu : pelayanan yang mempertimbangkan
aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.
Ada berbagai macam defenisi tentang pelayanan seperti dikatakan oleh
Sarlito Wirawan (1982: 27) bahwa Pelayanan pada hakekatnya merupakan
serangkaian kegiatan, oleh karena itu ia merupakan suatu proses sebagai suatu
kegiatan yang berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh
kehidupan orang dalam masyarakat. Berbicara tentang pelayanan birokrasi kepada
masyarakat akan selalu menuju pada usaha pemuasan pelayanan atau pemberian
pelayanan prima. Pelayanan prima dapat tercapai dengan baik dan masyarakat
juga akan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan jika terdapat kepuasan
12
dalam diri masyarakat. Kepuasan yang dirasakan oleh masyarakat akan
menciptakan citra positif bagi penyedia layanan tersebut.
Menurut Daryanto dan Ismanto Setyabudi (2014:111) indikator pelayanan
prima penerapannya mengacu pada sendi-sendi pelayanan prima, meliputi :
a. Kesederhanaan, dalam arti bahwa prosedur/ tata cara pelayanan
diselenggarakan secara mudah dan cepat. Tidak berbelit-belit mudah
dipahami, dan mudah dilaksanakan.
b. Kejelasan dan kepastian, dalam arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai
: (1) Prosedur atau tata cara pelayanan umum. (2) Persyaratan pelayanan
um`um. (3) Unit kerja dan atau pejabat yang berwenang dan bertanggung
jawab dalam memberikan pelayanan umum. (4) Rincian biaya atau tarif
pelayanan umum dan tata cara pelayanannya. (5) Jadwal waktu penyelesaian
pelayanan umum. (6) Hak dan kewajiban dari pemberi maupun penerima
pelayanan umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan atau
kelengkapannya, sebagai alat untuk memastikan pemprosesan pelayanan
umum. (7) Pejabat yang menerima keluhan masyarakat.
c. Keamanan, dalam hal keamanan pelayanan berarti mulai proses sampai hasil
pelayanan harus mengandung unsur kenyamanan dan kepastian hukum. Hasil
produk layanan memenuhi kualitas teknis (aman) dan dilengkapi dengan
jaminan pelayanan secara administratif (pencatatan, dokumentasi, dan
tagihan). Selain itu dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti peralatan
yang di manfaatkan secara optimal. Penataan ruang dan lingkungan kantor
diupayakan rapi, bersih dan memberi rasa aman.
13
d. Keterbukaan dalam arti prosedur/tatacara, persyaratan satuan kerja/pejabat
penanggung jawab pemberi pelayanan umum, waktu penyelesaian dan rincian
biaya dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib
diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh
masyarakat, baik diminta atau tidak diminta. Dalam hal keterbukaan
mencakup upaya publikasi yaitu artinya penyebaran informasi yang dilakukan
melalui media dan bentuk penyuluhan tentang adanya pelayanan yang
dimaksud.
e. Efisiensi, dalam arti: (1) persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada
hal-hal yang berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan
dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk
pelayanan umum yang diberikan, (2) dicegah adanya pengulahan pemenuhan
kelengkapan persyaratan dalam hal proses pelayanannya mempersyaratkan
kelengkapan persyaratan dan satuan kerja/instansi pemerintah lain yang
terkait.
f. Ekonomis, dalam pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara
wajar dengan memperhatikan: (1) Nilai barang dan atau jasa pelayanan umum
dan tidak menuntut biaya yang tinggi diluar kewajaran. (2) Kondisi dan
kemampuan masyarakat untuk membayar secara umum. (3) Ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
g. Keadilan yang merata, berarti bahwa pelayanan harus diupayakan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarkat melalui distribusi yang adil dan
merata, pelayanan tidak membedakan kaya/miskin, laki-laki atau perempuan,
merata dalam memberi subjek pelayanan sera tidak diskriminatif.
14
h. Ketepatan waktu, berarti organisasi harus melayani dengan cepat dan tepat
sesuai dengan aturan yang berlaku. Disamping itu hendaknya petugas tanggap
dan peduli memberikan pelayanan, termasuk disiplin dan kemampuan
melaksanakan tugas. Dari segi etika, keramahan dan sopan santun perlu
diperhatikan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelayanan
Keberhasilan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sangat
tergantung pada pemberian pelayanan tersebut, ini dapat dikaji melalui mutu dan
kualitas layanan tersebut, mutu dan kualitas layanan biasanya dipengaruhi oleb
beberapa faktor. Menurut Moenir (2002:88) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi berjalannya suatu pelayanan publik yakni sebagai berikut :
a. Faktor kesadaran aparat, Faktor kesadaran aparat yang terlihat dalam
pelayanan, keseimbangan yang dialami oleh seseorang dapat berpengaruh
langsung pada tingat kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan,
kesadaran ini pula yang dapat menghasilkan keikhlasan dan kesungguhan
dalam pelaksanaan tugas setiap hari dalam hal bentuk pelayanan kepada
masyarakat.
b. Faktor aturan, Aturan merupakan landasan kerja bagi setiap organisasi baik
yang bersifat publik maupun non publik, aturan sangat berpengaruh pada
tingkat kualitas Iayanan yang diberikan serta merta yang berhubungan
langsung pada mekanisme kerja sehingga menghasilkan output yang dapat
memuaskan pada pengguna jasa Iayanan. Oleh karena itu aturan yang dibuat
harus betul-betul memperhatikan dinamika organisasi yang berkembang di
15
dalam masyarakat, disisi lain tegaknya aturan akan berimplikasi langsung
pada tingkat kedisiplinan para pekerja.
c. Faktor Organisasi, Faktor organisasi harus ditekankan pada penciptaan
mekanisme kerja yang menghasilkan efisiensi dan efektifitas layanan bukan
hanya terletak pada bentuk pelembagaan atau kerja sama dimana mekanisme
ini. menyangkut pada hal sisi prosedur dan metode kerja sebagai suatu tata
laksana agar pelaksanaannya berjalan dengan baik.
d. Faktor Pendapatan, Pemenuhan kebutuhan hidup dalam setiap orang
merupakan suatu motivasi utama bagi setiap orang dimana kebutuhan akan
hidup seseorang setiap hari akan selalu meningkat sesuai dengan kemajuan
zaman, setiap manusia pun akan selalu merasa kurang nyaman, kekurangan
inilah yang menjadi motivasi bagi seseorang pemenuhan atas kekurangannya,
kebutuhan dimulai dan kebutuhan yang paling rendah sampai kebutuhan yang
paling tinggi.
e. Faktor kemampuan dan keterampilan petugas dalam melaksanakan tugas
pelayanan.
f. Faktor sarana pelayanan, Merupakan faktor utama dalam pelaksanaan kinerja
pelayanan, selain faktor tersebut diatas dimana sarana tersebut terdiri dari
sarana kerja dan fasilitas kerja. Sarana kerja adalah semua benda yang
berfungsi secara langsung maupun tidak langsung misalnya mesin ketik,
perlengkapan komunikasi dll, sedangkan layanan dapat berupa fasilitas
ruangan, telepon umum dan alat panggil lainnya. Perlengkapan sarana ini
pulalah yang sangat mendukung terhadap kecepatan dan ketepatan dalam
pemberian pelayanan, sebaliknya sulit mendapatkan layanan yang baik
16
apabila penunjang sarana kelengkapan sangat terbatas pada suatu organisasi
sehingga pihak birokrasi yang memberikan pelayanan terhadap pelayanan
sangat menekankan pada tingkat efisiensi dan efektivitas dalam pelayanan
kepada masyarakat.
3. Bentuk-bentuk Pelayanan Publik
Menurut Moenir (2000: 190) Bentuk pelayanan publik yang dilakukan
oleh organisasi pemenintah maupun swasta pada dasarnya mempunyai tiga bentuk
layanan yang tidak selamanya berdiri sendiri secara murni, melainkan saling
berkobinasi, layanan itu antara lain : layanan lisan, layanan tulisan, dan layanan
dengan perbuatan.
a. Layanan Lisan, Layanan dengan lisan yang diberikan oleh personil yang
bertugas pada bidang layanan informasi/penjelasan kepada pihak yang
memerlukan, layanan ini biasanya berhubungan dengan masyarakat. Adapun
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam layanan lisan ini adalah sebagai
berikut: (1) Pemahaman yang cukup tentang masalah dibidang tugasnya. (2)
Pemberian penjelasan secara terperinci. (3) Bersikap sopan dan ramah
walaupun hanya sekedar ngobrol. (4) Pemanfaatan waktu seefisien mungkin.
b. Layanan Tulisan, Layanan ini merupakan bentuk layanan yang paling penting
efisien yang biasanya dilakukan dalam jarak jauh. Dalam era globalisasi dewa
ini suatu hal yang perlu diperhatikan dalam layanan ini terletak pada
kecepatan dalam pengelolaan masalah dan proses penyelesaiannya. Pada
layanan ini pula terdapat dua golongan yaitu: (1) Layanan yang berupa
petunjuk atau informasi dan yang sejenis ini ditunjukkan kepada orang-orang
17
yang berkepentingan. (2) Layanan tertulis berupa atas permohonan, keluhan,
laporan atau pemberitahuan.
c. Layanan perbuatan. Bentuk layanan yang terakhir ini dilakukan dengan
perbuatan yang dilakukan dengan tingkat keahlian atau keterampilan
seseorang dan muncul persamaan dengan layanan secara lisan yang memiliki
spesifikasi tertentu dimana seseorang tidak hanya membutuhkan penjelasan
tetapi juga memerlukan tindakan yang harus dipegang dalam layanan ini
adalah mutu pelayanan yang diberikan kepada seseorang atau masyarakat.
B. Konsep e-Government
Menurut Indrajit (2002), apabila dilihat dari sejarahnya, konsep e-
Government berkembang karena adanya tiga pemicu utama, yaitu:
1. Era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan telah membuat
isu-isu semacam demokratisasi, hak asasi manusia, hukum, transparansi,
korupsi, civil society, good corporate governance, perdagangan bebas, pasar
Terbuka, dan lain sebagainya menjadi hal-hal utama yang harus diperhatikan
oleh setiap bangsa jika yang bersangkutan tidak ingin disingkirkan dari
pergaulan dunia. Dalam format ini, pemerintah harus mengadakan reposisi
terhadap perannya di dalam sebuah negara, dari yang bersifat internal dan
fokus terhadap kebutuhan dalam negeri, menjadi lebih berorientasi ke
eksternal dan fokus kepada bagaimana memposisikan masyarakat dan
negaranya di dalam sebuah pergaulan global.
2. Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) terjadi
sedemikian pesatnya sehingga data, informasi dan pengetahuan dapat
18
diciptakan dengan teramat sangat cepat dan dapat segera disebarkan ke
seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia dalam hitungan detik.
3. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di dunia tidak terlepas dari
semakin membaiknya kinerja industri swasta dalam melakukan kegiatan
ekonominya. Kedekatan antara masyarakat (sebagai pelanggan) dengan
pelaku ekonomi (pedagang, investor, perusahaan dan lain-lain) telah
membuat terbentuknya sebuah standar pelayanan yang semakin membaik dari
waktu ke waktu.
Ketiga aspek di atas menyebabkan terjadinya tekanan dari masyarakat
yang menginginkan pemerintah memperbaiki kinerjanya secara signifikan dengan
cara memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang ada. Pada dasarnya
e-Government merupakan penggunaan teknologi informasi yang dapat
meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan pihak-pihak yang lain.
Setidaknya terdapat empat klasifikasi hubungan bentuk baru dari penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi ini (Indrajit, 2002; Aprianty, 2016):
1. Government to Citizens (G2C)
Aplikasi e-government dalam tipe G2C ini merupakan aplikasi yang paling
umum, dimana pemerintah membangun dan menerapkan berbagai portofolio
teknologi informasi untuk berinteraksi dengan masyarakat.
2. Government to Business (G2B)
Tipe Government to Business (G2B) adalah bentuk penyediaan pelayanan
informasi bagi kalangan bisnis. Kalangan bisnis semacam perusahaan swasta
membutuhkan data dan informasi dari pemerintah. Selain itu, interaksi antara
19
kalangan bisnis dengan lembaga pemerintahan juga berkaitan dengan hak dan
kewajiban dari kalangan bisnis tersebut sebagai entity yang berorientasi profit.
3. Government to Government (G2G)
Aplikasi Government to Government (G2G) juga diperlukan dalam
berinteraksi antara satu pemerintah dengan pemerintah lainnya untuk
memperlancar kerjasama, baik antar negara atau kerjasama antar entiti-entiti
negara dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan,
proses-proses politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan lain
sebagainya.
4. Government to Employees (G2E)
Tipe aplikasi Government to Employees (G2E) diperuntukkan secara internal
bagi para staf di instansi pemerintahan.
1. Definisi e-Government
Menurut Bank Dunia (Samodra Wibawa 2009:113), e-Government adalah
penggunaan teknologi informasi oleh instansi pemerintah seperti wide area
Networks (WAN) internet, moble competing, yang dapat digunakan untuk
membangun hubungan dengan masyarakat, dunia usaha dan instansi pemerintah
lainnya. Menurut The Worid Bank Group (Falih Suaedi, Bintoro Wardianto
2010:54), e-Government ialah sebagai upaya pemamfaatan informasi dan
teknologi komunikasi untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas, transfaransi
dan akuntabilitas pemerintah dalam memberikan pelayanan publik secara lebih
baik.
20
Kemudian menurut Depkomenfo (Samodra Wibawa 2009:114),
mendefinisikan e-Government adalah pelayanan publik yang diselenggarakan
melalui situs pemerintah dimana domain yang digunakan juga menunjukkan
domain pemerintah Indonesia yakni (go.id) Menurut Clay G. Weslatt (15 Agustus
2007) dalam website, e-Government adalah menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mempromosikan pemerintah yang lebih effisien dan penekanan
biaya yang efektif, kemudian pasilitas layanan terhadap masyarakat umum dan
membuat pemerintah lebih bertanggung jawab kepada masyarakat.
Selanjutnya dalam buku e-Government In Action (2005:5) menguraikan e-
Government adalah suatu usaha menciptakan suasana penyelanggaraan
pemerintah yang sesuai dengan objektif bersama (Shared goals) dari sejumlah
komunitas yang berkepentingan, oleh karena itu visi yang dicanangkan juga harus
mencerminkan visi bersama dari pada stakholeder yang ada misalnya: (a)
Memperbaiki produktifitas dan kinerja operasional pemerintah dalam melayani
masyarakatnya; (b) Mempromosikan pemerintah yang bersih dan transparans; (c)
Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat meluli kinerja pelayanan publik; (d)
Menjamin terciptanya penyelengaaan negara yang demokratis; Karena visi
tersebut berasal “Dari, Oleh dan Untuk” masyarakat atau komunitas dimana e-
Government tersebut diimplementasikan, maka masanya akan sangat bergantung
pada stuasi dan kondisi masyarakat setempat.
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa e-Government adalah upaya
untuk penyelanggaraan pamerintah yang berbasis elektronik dalam rangka
mengingkatkan kualitas pelayanan publik secara efektif dan efesien. Dari
21
pengertian diatas dapat diartikan bahwa e-Government merupakan proses
pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk membantu manjalankan
sistem pemerintah secara efesien. Ada hal utama yang dapat kita tarik dari
pengertian e-Government diatas, yaitu: (a) Penggunaan teknoligi informasi
(internet) sebagai alat baru; (b) Tujuan pemanfaatannya sehingga pemerintah
dapat berjalan secara efektif, efesien dan produktif dalam penggunaan teknologi
internet, seluruh proses atau prosedur yang berbelit-belit dapat dipangkas.
Melalui pengembangan e-Government dilakukan penataan sistem
manajemen serta proses kerja dilingkungan pemerintah dan pemerintah daerah
otonom dengan mengoptimalisasi pemenfaatan teknologi informasi. Pemanfaatan
teknologi informasi tersebut mencakup dua aktifitas yang saling berkaitan, yaitu:
(a) Pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses
kerjasecara elektronik. (b) Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar
pelayanan public dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat
diseluruh wilayah.
Inisiatif e-Government di Indonesia telah diperkenalkan melalui Instruksi
Presiden No. 6/2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi,
Media dan Informatika) yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus
menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good governance dan
mempercepat proses demokrasi. Lebih jauh lagi, e-Government wajib
diperkenalkan untuk tujuan yang berbeda di kantor-kantor pemerintahan.
Administrasi publik adalah salah satu area dimana internet dapat digunakan untuk
22
menyediakan akses bagi semua masyarakat yang berupa pelayanan yang mendasar
dan mensimplifikasi hubungan antar masyarakat dan pemerintah.
Dengan menyediakan pelayanan melalui internet e-Government dapat
dibagi dalam beberapa tingkatan yaitu penyediaan informasi, interaksi satu arah,
interaksi dua arah dan transaksi yang berarti pelayanan elektronik secara penuh.
Interaksi satu arah bisa berupa fasilitas men-download formulir yang dibutuhkan.
Pemrosesan / pengumpulan formulir secara online merupakan contoh interaksi
dua arah. Sedangkan pelayanan elektronik penuh berupa pengambilan keputusan
dan delivery (pembayaran). Akan tetapi perlu digarisbawahi bahwa e-Government
bukan hanya sekedar publikasi situs oleh pemerintah. Pemberian pelayanan
sampai dengan tahap full-electronic delivery service perlu diupayakan.
2. Tujuan dan Manfaat penerapan E-Government
Jadi tujuan e-Government adalah untuk meningkatkan akses warga negara
terhadap jasa-jasa pelayana publik pemerintah, meningkatkan akses masyarakat ke
sumber-sumber informasi yang dimiliki pemerintah, menangani keluhan
masyarakat dan juga persamaan kualitas layanan yang bisa dinikmati oleh seluruh
warga negara. Dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government, dimana
dalam hal ini e-Government diarahkan untuk mencapai 4 (empat) tujuan antara
lain:
a. Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan publik yang
memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat secara luas
23
serta dapat terjangkau di seluruh wilayah pada setiap saat, tanpa dibatasi oleh
waktu dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
b. Pembentukan hubungan interaksi dengan dunia usaha untuk
meningkatkan perkembangan perekonomin nasional dan mempercepat
kemampuan menghadapi perubahan dan persaingan perdagangan
internasional.
c. Pembentukan mekanisme dan saluran komunikasi dengan lembaga-lembaga
negara serta penyediaan fasilitas dialog publik bagi masyarakat agar dapat
berpartisipasi dalam perumusan kebijakan negara.
d. Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang transparan dan efisien
serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga pemerintah dan
pemerintah daerah otonom.
Dengan mempertimbangkan kondisi saat ini, pencapaian tujuan strategis e-
Government perlu dilaksanakan melalui 6 (enam) strategi yang berkaitan erat,
yaitu:
a. Mengembangkan sistem pelayanan yang andal dan terpercaya, serta
terjangkau oleh masyarakat luas.
b. Menata sistem manajemen dan proses kerja pemerintah dan pemerintah
daerah otonom secara holistic.
c. Memanfaatkan teknologi informasi secara optimal.
d. Meningkatkan peran serta dunia usaha dan mengembangkan industri
telekomunikasi dan teknologi informasi.
24
e. Mengembangkan kapasitas SDM baik pada pemerintah maupun pemerintah
otonom, disertai dengan meningktakan e-Literacy masyarakat. Melaksanakan
pengembangan secara sistematik melalui tahapan-tahapan yang realistic dan
terukur.
Pemanfaatan teknologi Informasi pada umumnya ditinjau dari sejumlah
aspek sebagai berikut:
a. Leadership; aspek ini berkaitan dengan prioritas dan inisatif negara di dalam
mengantisipasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.
b. Infrastruktur Jaringan informasi; aspek ini berkaitan dengan kondisi
infrastruktur telekomunikasi serta akses, kualitas, lingkup, dan biaya jasa
akses.
c. Pengelolaan Informasi; aspek ini berkaitan dengan kualitas dan keamanan
pengelolaan informasi, mulai dari pebentukan, pengolahan, penympanan
sampai penyaluran dan distribusinya.
d. Lingkungan Bisnis; aspek ini berkaitan dengan kondisi pasar, sistem
perdagangan, dan regulasi yang membentuk konteks bagi perkembangan
bisnis teknologi informasi, terutama yang mempengaruhi kelancaran aliran
informasi antar pemerintah dengan masyarakat dan dunia usaha, antar badan
usaha, antar badan usaha dengan masyarakat, dan antar masyarakat.
e. Masyarakat dan Sumber Daya Manusia, aspek ini berkaitan dengan difusi
teknologi informasi didalam kegiatan masyarakat baik perorangan maupun
organisasi,serta sejauh mana tekologi informasi disosialisasikan kepada
masyarakat melalui proses pendidikan.
25
C. Konsep Aparatur Pemerintah
Aparatur birokrasi atau pemerintah adalah abdi negara dan abdi
masyarakat. Sebagai aparatur dikaitkan dengan pembangunan nasional maka ia
sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan. Peranan aparat birokrasi sangat
pentng dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Lebih lanjut
dalam penjelasan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang pokok-pokok
kepegawaian dijelaskan bahwa: “Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan
dan pembangunan sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negara, karena
itu dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional yakni mewujudkan
masyarkat madani yang taat hukum, berperadapan, demokratis, makmur, adil dan
bermoral tinggi diperlukan pegawai negeri yang merupakan aparatur Negara yang
bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil
dan merata kepada masyarakat dengan dilandasi kesetiaan dan ketaatan kepada
pancasila dan Undang-undang Dasar 1945”.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa begitu besarnya peran
aparat birokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu tugas
pokok aparatur birokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah pelayanan
publik. Untuk itulah perlu diketahui terlebih dahulu indikator yang dapat
dipergunakan untuk mengukur kinerja aparat pemerintahan itu sendiri. Untuk
mengukur kinerja seorang pegawai negeri ada beberapa tolak ukur yang dapat
dijadikan patokan antara lain: (1) Produktivitas kerjanya,(2) Ketaatan
menjalankan peraturan,dan (3) Kedisiplinan.
Aparat birokrasi yang secara tidak langsung berkaitan dengan system
administrasi dalam sebuah penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat, aparat
26
yang dalam kehidupan sehari-hari lebih diidentikkan dengan aparaturr memiliki
beberapa pengertian diantaranya, dalam kamus bahasa Indonesia yang disusun
oleh W.L.S. Poerwadarmita (2003: 17) mengemukakan bahwa Aparat adalah
orang yang bertugas dalam suatu bagian tertentu dan melakukan pekerjaan yang
tertentu pula dan biasanya berhubungan dengan kegiatan pelayanan sedangkan
dalam sistem administrasi negara aparat yang merupakan penyelenggaraan
administarsi negara adalah sebagai pengevaluasi, penyempurna dari perencanaan
dan sekaligus sebagai peaksana roda pemerintahan dan pembangunan bangsa
Indonesia secara keseluruhan, bagi seluruh perangkat administrasi negara yang
merupakan objek pelaksana.
Pengaturan penyelenggaraan kegiatan aparat memberikan pola pengaturan
yang Iebih berencana yang mencerminkan pencapaian aparatur negara yang bersih
dan berwibawa sehingga tujuan yang paling hakiki dari pemberdayaan aparat
yaitu efisiensi dan efektivitas dapat terwujud secara berkesinambungan, hal itu
pula yang memberikan peluang bagi peningkatan pendapatan negara. Sedangkan
pengertian aparat dalam sistem pemerintahan Indonesia yang penekanannya lebih
pada pelaksana tugas adalah penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
dalam rangka usaha untuk menyandang berbagai fungsi baik sebagai fungsi
perorangan dan fungsi sebagai roda pemerintahan dari sebuah tatanan
keIembagaan yang bertujuan untuk mencapai tujuan nasional.
Pertama perlu diberikan penjelasan terhadap adanya kesalahpahaman
umum bahwa pengertian birokrasi diberikan kepada hal-hal seperti jika seorang
ingin mendapatkan informasi tertentu dikirim dari pejabat satu kepada pejabat
yang lain, tanpa mendapatkan informasi yang diinginkan. Demikian pula
27
keharusan pengisian formulir-formulir dalam enam lembar atau lebih. Sehingga
birokrasi dihubungkan dengan kemacetan-kemacetan administrasi atau tidak
adanya efisiensi. Padahal pengertian birokrasi yang sebenarnya bukan itu.
Birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan
yang harus dilaksanakan oleh banyak orang. Birokrasi adalah tipe dari suatu
organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administratif yang
besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak
orang. Dalam suatu perumusan lain dikemukakan bahwa birokrasi adalah tipe
organisasi yang dipergunakan pemerintahan modern untuk pelaksanaan berbagai
tugas-tugasnya yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem administrasi
dan khususnya oleh aparatur pemerintah (Tjokroamidjoyo, 1988).
Menurut (Blau dan Page, 1956) birokrasi justru untuk melaksanakan
prinsip-prinsip organisasi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi
administratif, biarpun kadangkala dalam pelaksanaannya birokratisasi akibatnya
seringkali malahan kurang adanya efisiensi. Salah seorang pemikir pertama
mengenai konsep birokrasi adalah Max Weber. Menurutnya ciri-ciri utama dari
struktur birokrasi didalam tipe idealnya adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan-kegiatan reguler yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi dibagi dalam cara yang tertentu sebagai tugas-tugas jabatan.
Pembagian kerja yang jelas ini memungkinkan untuk mengerjakan tenaga-
tenaga spesialisasi dalam tiap jabatan, dan membuat mereka bertanggung
jawab untuk pelaksanaan efektif dari tugasnya tersebut.
28
2. Pengorganisasian jabatan-jabatan mengikuti prinsip hirarki, yaitu jabatan
yang lebih rendah berada dibawah pengawasan atau pimpinan dari pada
jabatan yang lebih atas. Setiap pejabat didalam hirarki administratif ini dapat
diminta pertanggungan jawabnya oleh atasannya mengenai keputusan atau
kegiatan pejabat yang dibawah pimpinannya itu.
3. Operasi-operasi atau pelaksanaan kegiatan, dikendalikan oleh suatu sistim
peraturan yang konsisten dan pelaksanaan dari pada peraturan-peraturan ini
terhadap kejadian atau kasus kasus tertentu.
4. Pejabat yang ideal dalam sesuatu birokrasi melaksanakan kewajiban didalam
semangat formil non pribadi. Artinya tanpa perasaan simpati atau tidak
simpati.
5. Penempatan kerja didalam organisasi birokrasi didasarkan pada kualifikasi
teknis dan dilindungi terhadap pemberhentian sewenang-wenang.
6. Pengalaman menunjukkan bahwa tipe birokrasi yang murni dari suatu
organisasi administrasi dilihat dari penglihatan teknis akan dapat memenuhi
efisiensi tingkat tertinggi.
Mekanisme birokrasi yang berkembang sepenuhnya akan lebih efisien dari
pada organisasi yang tidak seperti itu atau yang tidak jelas birokrasinya. Birokrasi
memecahkan masalah oraginsasi yang utama, yaitu memaksimalkan efisiensi
organisasi dan bukan dari masing-masing anggota organisasi tersebut. Untuk
inilah maka diperkembangkan spesialisasi dan pengadaan serta penempatan kerja
pegawai atas dasar kualifikasi teknis. Birokratisasi dapat menjadi kekuatan yang
29
baik untuk pertumbuhan sebagai hasil pelaksanaan kegiatan yang efisien, tetapi
juga dapat menjadi alat yang menghambat perubahan-perubahan.
Dalam hal ini memang birokrasi dapat berkembang kearah salah satu dari
antaranya. Birokrasi dapat menghambat perubahan sosial, jika yang lebih
menonjol adalah apa yang oleh Blau dan Page disebut sebagai sikap ritualis. Sikap
birokrasi disini adalah memperkembangkan standar dan prosedur tata kerja dan
memperinci kewenangan secara detail, kemudian dijadikan sesuatu yang rutin dan
dilaksanakan secara ketat. Tidak ada bagi sesuatu kebijaksanaan administratif
yang mungkin sedikit menyimpang, tetapi memberikan pemecahan masalah.
Melaksanakan kegiatan berdasarkan standar maupun aturannya menjadi tujuan,
dan bukan alat untuk mencapai sesuatu tujuan administratif. Seringkali hal ini
terkait erat dengan disiplin pelaksanaan kerja sesuai dengan wilayah kewenangan
masing-masing. Karena para anggota birokrasi kemudian hanya merupakan
bagian dari mesin yang ketat,
Seringkali juga menumpulkan inisatif dan gagasan baru. Keadaan seperti
ini tidak akan sesuai dengan kebutuhan proses perubahan sosial yang cepat, atau
tidak memberikan dorongan bagi usaha perubahan dimana standar-standar serta
aturan-aturan rutinnya itu sendiri perlu terus menerus disempurnakan. Dilain
pihak birokrasi dapat menjadi alat bagi pembaharuan. Hal ini terlaksana, jika
tujuan-tujuan organisasi memang diarahkan bagi suatu strategi pembaharuan dan
pembangunan. Kecuali itu elite birokrasi bersikap mudah menerima pemikiran-
pemikiran pembaharuan dan pembangunan. Dengan demikian birokrasi adalah
suatu alat untuk dapat merealisir pembangunan sosial ekonomi. Karena
30
bagaimanapun juga, tujuan-tujuan perubahan tersebut didalam masyarakat modern
perlu dilembagakan dalam bentuk birokrasi. Kemudian dengan adanya
perkembangan apa yang disebut teknorasi, maka birokrasi mendapatkan darah
baru dalam bentuk penggunaan teknologi ilmu untuk memanipulir proses
perubahan dan pembangunan yang dilembagakan dalam birokrasi.
D. Kerangka Pikir
Kualitas pelayanan merupakan factor material yang lebih menekankan
pada aktivitas layanan organisasi, hal ini melayani keperluan orang atau
masyarakat yang memiliki kepentingan pada organisasi sesuai yang di tetapkan
organisasi sendiri. Sedangakan e-Government merupakan upaya untuk
menyelenggarakan pelayanan berbasis elektronik dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan public secara efektif dan efisien.
Penelitian mengenai kualitas pelayanan aparatur pemerintah melalui
penerapan e-Government di Disdukcapil Kabupaten Bone untuk mengetahui
bagaimana kualitas pelayanan yang dilakukan oleh Disdukcapil dalam
memberikan pelayanan melalui penerapan e-Government tersebut. Penulis
memfokuskan pada empat indikator kualitas pelayanan publik yang dikutip dari
Keputusan Mentri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003
menjelaskan sendi-sendi pelayanan Prima yaitu Kesederhaan, Kejelasan Prosedur,
keamanan, ketepatan waktu, biaya yang sesuai, efisiensi, ekonomis dan keadilan
yang merata. Kedelapan indikator diatas dapat disederhanakan menjadi 4
indikator yakni Kejelasan prosedur, Ketepatan waktu, Biaya yang sesuai, dan
Keadilan yang merata.
31
Kejelasan prosedur, yaitu persyaratan satuan kerja/pejabat penenggung
jawab pemberi layanan umum, waktu penyelesaian dan rincian biaya dan lain-lain
yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara
terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta atau
tidak diminta. Ketepatan waktu, yaitu organisasi harus melayani dengan cepat dan
tepat sesuai dengan aturan yang berlaku. Disamping itu hendaknya petugas
tanggap dan peduli memberikan pelayanan, termasuk disiplin dan kemampuan
melaksanakan tugas. Biaya yang sesuai, yaitu dalam pengenaan biaya pelayanan
umum harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang dan atau
jasa pelayanan umum dan tidak menuntut biaya yang tinggi diluar kewajaran,
kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar secara umum, ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Keadilan yang merata, yaitu pelayanan harus
diupayakan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat melalui distribusi yang
adil dan merata, pelayanan tidak membedakan kaya/miskin, laki-laki atau
perempuan, merata dalam memberi subjek pelayanan serta tidak diskriminasi.
Keempat indikator diatas menjadi indikator untuk mengukur bagaimana
kualitas pelayanan Aparatur Pemerintah melalui penerapan e-Government seperti
pelayanan e-KTP dan Kartu Keluarga serta faktor-faktor apa saja yang
mendukung kualitas pelayanan. Apabila indikator diatas terlaksana dengan baik,
maka kualitas pelayanan aparatur pemerintah melalui penerapan e-Government di
Disdukcapil Kabupaten Bone akan meningkat.
32
Berikut ini merupakan kerangka pikir dari penelitian tentang kualitas
pelayanan aparatur pemerintah melalui penerapan E-Government di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Bone.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi:
1. Kebijakan Pemerintah
2. Sumber Daya Manusia
3. Sarana dan Prasarana
4. Patisipasi dan
Pemahaman
Masyarakat
Kualitas Pelayanan Aparatur Pemerintah
Melalui Penerapan e-Government Di
Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone
Penerapan E-Government:
KTP dan Kartu Keluarga
Sendi-sendi pelayanan prima
(Daryanto dan Ismanto Setyabudi.
2014:111)
a. Kesederhanaan dan Kejelasan prosedur
b. Efisiensi dan Ketepatan waktu
c. Biaya yang sesuai
d. Keadilan yang merata
Peningkatan Kualitas Pelayanan Aparatur
Pemerintah Melalui Penerapan e-
Government di Dinas Kependudukan Dan
Catatan Sipil Kabupaten Bone.
33
E. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, yang akan menjadi fokus penelitian ialah indikator
kualitas pelayanan publik yaitu (1) Kejelasan prosedur, (2) Ketepatan waktu, (3)
Biaya yang sesuai, (4) Keadilan yang merata. (5) Faktor Pendukung kualitas
pelayanan, (6) Peningkatan Kualitas Pelayanan.
F. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan dari kerangka pikir yang terdapat diatas, maka dapat kita
temukan deskripsi fokus penelitian sebagai berikut:
1. Kejelasan prosedur, yaitu persyaratan satuan kerja/pejabat penenggung jawab
pemberi layanan umum, waktu penyelesaian dan rincian biaya dan lain-lain
yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara
terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta
atau tidak diminta. Dalam hal keterbukaan mencakup upaya publikasi yaitu
artinya penyebaran informasi yang dilakukan melalui median dan bentuk
penyuluhan tentang adanya pelayanan yang dimaksud.
2. Ketepatan waktu, yaitu organisasi harus melayani dengan cepat dan tepat
sesuai dengan aturan yang berlaku. Disamping itu hendaknya petugas tanggap
dan peduli memberikan pelayanan, termasuk disiplin dan kemampuan
melaksanakan tugas. Dari segi etika, keramahan dan sopan santun perlu
diperhatikan.
3. Biaya yang sesuai, yaitu dalam pengenaan biaya pelayanan umum harus
ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan nilai barang dan atau jasa
pelayanan umum dan tidak menuntut biaya yang tinggi diluar kewajaran,
34
kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar secara umum,
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4. Keadilan yang merata, yaitu pelayanan harus diupayakan dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat melalui distribusi yang adil dan merata, pelayanan
tidak membedakan kaya/miskin, laki-laki atau perempuan, merata dalam
memberi subjek pelayanan serta tidak diskriminasi.
5. Faktor pendukung kualitas pelayanan, yaitu hal-hal yang menunjang dalam
peningkatan kualitas pelayanan aparatur pemerintah melalui penerapan e-
Government.
6. Peningkatan Kualitas pelayanan dapat ditinjau dari bagaimana aparatur
pemerintah dalam memberikan pelayanan melalui penerapan e-Government.
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bone. Alasan peneliti mengambil lokasi di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone yaitu mengingat fenomena
yang terjadi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone dalam
Proses Pelayanan masih perlu diarahkan ke arah yang lebih baik secara aktif dan
produktif dalam pemberian kontribusi dalam pembangunan bangsa.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang di butuhkan oleh peneliti untuk melaksanakan penelitian ini
yaitu kurang lebih selama dua bulan terhitung setelah ujian proposal di
laksanakan. Sehingga adapun perkiraan waktu yang di butuhkan dalam penelitian
ini yaitu berkisar mulai bulan November 2019 sampai bulan Januari tahun 2020.
B. Jenis Dan Tipe Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif, dimana penelitian ini
berangkat dari data lapangan dan menggunakan teori yang sudah ada sebagai
pendukung, kemudian hasil yang di dapat dari proses penelitian akan
memunculkan teori dari data tersebut.
36
2. Tipe penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif dimaksudkan untuk memberi
gambaran secara jelas dan mengklarifikasi mengenai masalah-masalah kenyataan
sosial yang diteliti. Adapun masalah yang diteliti adalah kualitas pelayanan
aparatur pemerintah Melalui Penerapan e-Government Di Dinas Kependudukan
Dan Catatan Sipil Di Kabupaten Bone.
3. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Data Primer yaitu data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data.
2. Data Sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpulan data,misalnya studi kepustakaan baik berupa buku,
jurnal, majalah, dan dokumen lainnya.
4. Informan Penelitian
Informan yang diambil dari lingkungan di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bone. Tujuan dipilihnya Informan penelitian adalah
orang yang menurut peneliti paling banyak mengetahui atau terlibat langsung
dalam proses pemberian pelayanan kepada masyarakat. Untuk memilih informan
dalam penelitian, peneliti mendapatkannya dengan menggunakan metode
purposive sampling yang berdasarkan pertimbangan peneliti. Pemilihan informan
yang dipilih secara sengaja untuk memperoleh data informasi penelitian
37
(purposive sampling) yang tujuannya untuk mengambil sampel secara subjektif
dengan anggapan bahwa sampel yang dipilih merupakan keterwakilan
(refresentatif) bagi peneliti, sehingga data yang dikumpulkan akan didapat
langsung pada sumbernya yang dapat dilakukan secara profesional demi
keakuratan penelitian. Adapun yang menjadi sumber informasi dalam penelitian
yakni:
Tabel 3.1
Informan Penelitian
No. Informan Inisial Jabatan
1. Drs. Andi Darmawan AD Kepala Dinas Disdukcapil
Kab. Bone
2. A. Sry Yulita.,SH.,MH SY Kabid Pengelolaan Informasi
Adm. Kependudukan
3. Hj. Sitti Halming.,S.PdI HS Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian
4. Rahmat Alimuddin RA Masyarakat
5. H. Ansar HA Masyarakat
5. Teknik Pengumpulan Data
Menyusun instrumen adalah pekerjaan yang paling penting dalam langkah
penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi untuk
memperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya. Metode atau cara
pengumpulan data yang penyusun gunakan dalam penyusunan skripsi ini yaitu
dengan cara observasi, interview (wawancara), dan dokumentasi.
1. Observasi merupakan suatu aktifitas yang dilakukan untuk mengetahui
kondisi sebenarnya dilapangan dilakukan oleh peneti secara
berkesinambungan sehingga memperoleh fakta sesungguhnya di lapangan.
38
Dalam penelitian ini observasi dilakukan ketika diperlukan pengecekan
langsung terhadap kualitas pelayanan aparatur pemerintah melalui penerapan
e-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
2. Interview (wawancara) merupakan sebuah aktivitas yang dikerjakan oleh
peneliti untuk mendapatkan informasi yang akurat dari informan secara
langsung. Dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam untuk
memperoleh keterangan, yang dilakukan dengan Tanya jawab secara
langsung oleh peneliti dengan sumber, dengan bantuan pedoman agar
mempermudah proses wawancara.
3. Dokumentasi merupakan kegiatan untuk memperoleh data dari narasumber,
data yang diperoleh yaitu melalui rekaman dan dokumen. Dokumen
digunakan untuk memudahkan penulis dalam pengumpulan data-data yang
dibutuhkan. Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas
dan konkret tentang kualitas pelayanan aparatur pemerintah melalui
penerapan e-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone.
6. Teknik Analisis Data
Analisa data ialah langkah selanjutnya untuk mengolah data dari hasil
penelitian menjadi data, dimana data diperoleh, dikerjakan dan dimanfaatkan
sedemikian rupa untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun
hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model analisa interaktif (interactive model of analysis). Dalam model ini terdapat
3 komponen pokok, ketiga komponen tersebut yaitu:
39
1. Reduksi Data merupakan komponen pertama analisi data yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan
mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat dilakukan.
2. Sajian Data merupakan suatu rakitan informasi yang memungkinkan
kesimpulan. Secara singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya
makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan dalam awal pengumpulan data peneliti sudah harus
mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang ia temui dengan mencatat peraturan-
peraturan sebab akibat, dan berbagai proporsi sehingga penarikan kesimpulan
dapat di pertanggung jawaban.
7. Teknik Pengabsahan Data
Pengabsahan data bentuk batasan berkaitan suatu kepastian, bahwa yang
berukur benar-benar merupakan variable yang ingin diukur.keabsahan ini juga
dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang cepat. Salah satu carana
adalah dengan proses Triagulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan suatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding data itu.
1. Trigulasi Sumber
Trigulasi sumber dengan membandingkan cara mengecek ulang derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.
Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membanding
apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi, membandingkan hasil
wawancara dengan dokumen yang ada.
40
2. Trigulasi Teknik
Teknik data untuk memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, maka untuk menguji kredibitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya
data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicetak dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner.
3. Trigulasi Waktu
Trigulasi waktu digunakan untuk validitas data yang berkaitan dengan
pengecekan data berbagai sumber dengan berbagai cara da berbagai waktu
perubahan dari waktu kewaktu. Untuk mendapatkan data yang sah melalui
obsevasi penelitian perlu diadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan
saja.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Kondisi Geografis Kabupaten Bone
Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pesisir
Timur Provinsi Sulawesi Selatan dan berjarak sekitar 174 km dari
kota Makassar. Luas wilayahnya sekitar 4.559 km2 atau 9,78 persen dari luas
Provinsi Sulawesi Selatan. Kabupaten Bone mempunyai garis pantai sepanjang
138 km. Wilayah yang besar ini terbagi menjadi 27 kecamatan dan
372 desa/kelurahan. Ibukota Kabupaten Bone adalah Watampone.
Secara geografis Kabupaten Bone berbatasan dengan wilayah-wilayah
berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Wajo dan Soppeng
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Sinjai dan Gowa
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Maros, Pangkep, Barru.
Secara astronomis Kabupaten Bone terletak pada posisi 4°13’ – 5°6’
Lintang Selatan dan antara 119°42’-120°30’ Bujur Timur. Letaknya yang dekat
dengan garis khatulistiwa menjadikan Kabupaten Bone beriklim tropis.
Sepanjang tahun 2014, kelembaban udara berkisar antara 77–86 persen dengan
suhu udara 24,4°C-27,6°C. Wilayah Kabupaten Bone terbagi menjadi dua tipe
hujan: tipe hujan Monsoon dan tipe hujan lokal. Tipe hujan Monsoon memiliki
curah hujan tertinggi saat bertiup angin monsun Asia yaitu bulan Januari dan
42
Februari. Tipe ini mencakup wilayah Kabupaten Bone bagian barat. Tipe kedua
memiliki kriteria pola hujan terbalik dengan pola monsoon, yaitu curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Mei-Juni. Tipe ini mencakup sebagian besar wilayah
Kabupaten Bone.
Selain kedua wilayah tersebut,terdapat juga wilayah peralihan, yaitu
Kecamatan Bontocani dan Kecamatan Libureng yang sebagian mengikuti wilayah
Barat dan sebagian lagi mengikuti wilayah timur. Jumlah curah hujan bulanan di
Wilayah Bone bervariasi dengan rata-rata tahunan sebesar 201,25 mm. Curah
hujan tertinggi terjadi di bulan Juni yaitu 638 mm dengan banyaknya hari hujan
sebanyak 23 hari. Bagian Timur Kabupaten Bone bertopografi pesisir menjadikan
Bone mempunyai garis pantai sepanjang 138 km dari arah selatan ke
utara. Bagian barat dan selatan terdapat pegunungan dan perbukitan yang celah-
celahnya terdapat aliran sungai. Pada tahun 2014, tercatat 194 sungai mengalir di
Kabupaten Bone dan telah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Sungai yang
terpanjang adalah Sungai Walanae yang berhulu di Kecamatan Bontocani,
mengalir melalui Kabupaten Soppeng hingga Danau Tempe di Kabupaten Wajo,
kemudian mengalir lagi masuk ke Bone hingga bermuara di Teluk Bone. Panjang
sungai tersebut mencapai 60 km khusus di wilayah Kabupaten Bone.
2. Pemerintahan Kabupaten Bone
Sejarah mencatat bahwa bone merupakan salah satu kerajaan besar di
Nusantara pada masa lalu. Kerajaan bone yang dalam catatan sejarah didirikan
oleh ManurungngE Ri Matajang pada tahun 1330, mencapai puncak kejayaannya
pada masa pemerintahan Latenritatta Towappatunru Daeng Serang Datu Mario
43
Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroe ri
Bontoala, pertengahan abad ke-17 (A.Sultan Kasim, 2002). Kabupaten Bone
merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi selatan yang
memiliki luas wilayah sekitar 4.559 km² dan secara administratif pemerintahan
terdiri atas 27 kecamatan, 372 Desa/Kelurahan. Adapun penyebaran jumlah
Kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Penyebaran Jumlah Kecamatan Kabupaten Bone
No. Kecamatan Luas Wilayah Km² Desa
1. Ajangale 139,00 15
2. Amali 119,13 15
3. Awangpone 110,70 19
4. Barebbo 114,20 19
5. Bengo 164,00 9
6. Bontocani 463,35 11
7. Cenrana 143,60 18
8. Cina 147,50 13
9. Dua Bucooe 144,90 23
10. Kahu 189,50 21
11. Kajuara 124,13 21
12. Libureng 344,25 13
13. Lamuru 208,00 9
14. Lappariaja 138,00 21
15. Mare 263,50 19
16. Palakka 115,32 15
17. Pattimpeng 130,47 10
18. Ponre 293,00 9
19. Salomekko 84,91 9
44
20. Sibulue 155,80 21
21. Tanete Riattang 23,79 8
22. Tanete Riattang Timur 48,88 8
23. Tanete Riattang Barat 53,68 8
24. Tellu Limpoe 318,10 11
25. Tellu Siattinge 159,30 19
26. Tonra 200,32 11
27. Ulaweng 161,67 16
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil Kabupaten Bone 2019
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Kabupaten Bone merupakan
salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sulawesi selatan yang memiliki luas
wilayah sekitar 4.559 km² dan secara administratif pemerintahan terdiri atas 27
kecamatan, 372 Desa/Kelurahan. Dan dapat dilihat juga bahwa wilayah terbesar
yang ada di Kabupaten Bone yaitu Kecamatan Bontocani dengan luas wilayah
sebesar 463,35 Km², dan disusul oleh Kecamatan Tellu Limpoe dengan luas
wilayah sebesar 318,10 Km².
3. Kondisi Kependudukan Kabupaten Bone
Kabupaten Bone tergolong sebagai Kabupaten yang tidak terlalu padat. Dengan
luas wilayah Kabupaten Bone yang seluas 4.599 km² , jumlah penduduk yang tercatat di
Disdukcapil Kab. Bone sampai tahun 2019 mencapai 869.301 jiwa atau dengan kepadatan
penduduk sebesar 191 jiwa/ km². Jika dibandingkan dengan tahun 2018 (868.192)
jumlah penduduk pada tahun 2019 mengalami sedikit peningkatan yaitu sebesar
0,13 %. Angka pertambahan penduduk di Kabupaten Bone tergolong masih dalam
batas yang wajar, sebab apabila pertumbuhan penduduk tidak terkendali, maka
45
implikasi dari hal tersebut adalah munculnya berbagai masalah sosial ekonomi,
seperti kemiskinan, pertumbuhan daerah kumuh, kriminalitas dan lain sebagainya.
Karakteristik penduduk menurut umur dan jenis kelamin berguna dalam
membantu menyusun perencanaan pemenuhan kebutuhan dasar bagi penduduk
sesuai dengan kebutuhan kelompok umur masing-masing, baik kebutuhan
sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan lain sebagainya.
Setiap kelompok umur memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Adapun
komposisi penduduk Kabupaten Bone pada tahun 2019 dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.2
Komposisi Penduduk Kabupaten Bone tahun 2019
No. Golongan Jumlah Persentase
1 00 - 04 Tahun 46.801 Jiwa 5,38 %
2 05 - 09 Tahun 71.744 Jiwa 8,27 %
3 10 - 14 Tahun 78.217 Jiwa 9,00 %
4 15 - 44 Tahun 416.858 Jiwa 47,94 %
5 45 - 64 Tahun 180.620 Jiwa 20,77 %
6 >65 Tahun 75.061 Jiwa 8,64 %
Total 869.301 Jiwa 100 %
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil Kabupaten Bone 2019
Penduduk berusia kurang dari 15 tahun cukup besar yaitu hampir
seperempat penduduk Kabupaten Bone (22,65%). Hal ini harus menjadi perhatian
pemerintah karena 5 tahun yang akan dating kelompok ini akan menjadi entry
tenaga kerja baru, yang memerlukan skil dan kualitas SDM yang memadai baik
keterampilan maupun etos kerja dan kepribadian. Umtuk memperoleh hal
tersebut, dibutuhkan asupan gizi yang cukup, pendidikan yang memadai serta
46
pergaulan yang cukup, baik di rumah maupun masyarakat. Sehingga ketika
mereka memasuki pasar kerja, mampu memperoleh peluang kerja yang tersedia.
Di sisi yang lain pemerintah Kabupaten Bone harus mampu pula menciptakan
pasar kerja yang dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak lagi. Jika dicermati
lebih lanjut, ternyata 5,38% penduduk Kabupaten Bone merupakan balita.
Perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk
perempuan di suatu daerah pada waktu tertentu yang disebut dengan ”sex ratio”
adalah merupakan indikator untuk mengetahui komposisi penduduk menurut jenis
kelamin. Komposisi ini sangat besar kaitannya dengan masalah fertilitas, dimana
semakin besar porsi perempuan maka potensi fertilitas semakin tinggi. Rasio jenis
kelamin di Kabupaten Bone pada Tahun 2019 adalah sebesar 95,78 dari 869.301
jiwa penduduk yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat 95-
96 penduduk laki-laki atau jumlah penduduk Perempuan relatif lebih banyak
daripada penduduk Laki-Laki. Sedangkan jika dilihat dari wilayah per kecamatan,
maka Kecamatan Tellu Limpoe memiliki rasio jenis kelamin tertinggi yaitu
105,16 diikuti kecamatan Bontocani sebesar 100,68, sedangkan rasio terendah
90,25 terdapat di Kecamatan Amali.
Dari segi tingkat pendidikan yang merupakan salah satu ukuran untuk
kualitas penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin
baikkualitas SDM diwilayah tersebut. Namun ukuran ini masih harus ditambah
dengan etos kerja dan keterampilan baik hard skill maupun soft skill. Beberapa
pelaku usaha menyatakan bahwa yang dibutuhkan tidak saja keterampilan, tetapi
juga kepribadian, karena keterampilan bisa ditingkatkan melalui pelatihan-
47
pelatihan. Berikut merupakan tabel distribusi penduduk menurut Tingkat
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan jenis kelamin, Kabupaten Bone 2019 :
Tabel. 4.3
Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan tertinggi yang ditamatkan
dan Jenis Kelamin, Kabupaten Bone 2019.
Jenjang
Pendidikan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Jiwa % Jiwa % Jiwa %
Tidak/Belum
Sekolah 88.520 10,18 90.711 10,43 179.231 20,62
Belum Tamat
SD/Sederajat 56.888 6,54 57.891 6,66 114.779 13,20
Tamat SD
Sederajat 151.427 17,42 162.427 18,68 313.84 36,10
SLTP/Sederajat 47.102 5,42 50.382 5,80 97.484 11,21
SLTA/Sederajat 64.867 7,46 57.306 6,59 122.173 14,05
Diploma I/II 1.005 0,12 2.160 0,25 3.165 0,36
Akademi/Diplom
a III/ SARMUD 1.312 0,15 4.077 0,47 5.389
0,62
Diploma
IV/Strata I 13.100 1,51 18.422 2,12 31.522 3,63
Strata II 1.003 0,12 613 0,07 1.616 0,19
Strata III 53 0,01 35 0,00 88 0,01
Jumlah 425.277 48,92 444.024 51,08 869.301 100
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil Kabupaten Bone 2019
Data diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan SD/Sederajat yang
ditamatkan relative cukup tinggi. Lebih dari sepertiga penduduk Kabupaten Bone
(36,10%) tamat SD/Sederajat. Ini menunjukkan bahwa jumlah putus sekolah
48
masih banyak terjadi di Kabupaten Bone. Jika dilihat menurut jenis kelamin,
persentase penduduk yang tamat SLTA untuk penduduk laki-laki lebih tinggi
dibandingkan penduduk perempuan. Permintaan pasar tenaga kerja yang
mensyaratkan minimal pendidikan SLT, menyebabkan penduduk untuk mencapai
jenjang pendidikan tersebut untuk masuk kepasar kerja non pertanian. Sedangkan
persentase penduduk yang tamat SLTP untuk perempuan hamper sama dengan
penduduk laki-laki. Pada jenjang pendidikan dasar proporsi penduduk yang tamat
SD untuk penduduk perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi pendidikan, semakin sedikit perempuan yang berhasil
menamatkan pendidikannya.
Banyaknya jumlah penduduk di Kabupaten Bone akan memengaruhi
jumlah dokumen kependudukan yang dimilki oleh penduduk Kabupaten Bone.
Dalam dokumen kependudukan masih banyak penduduk Kabupaten Bone yang
masih belum memiliki dokumen kependudukan seperti salah satunya KTP dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Wajib KTP dan Jumlah Kepemilikan KTP Kabupaten Bone per
Kecamatan
Kecamatan
Jumlah Penduduk wajib
KTP
Jumlah Penduduk Memiliki
KTP
L P Jumlah L P Jumlah
Ajangale 11.206 12.560 23.766 9.222 10.770 19.992
Amali 8.447 9.782 18.229 7.280 8.655 15.935
Awangpone 12.541 14073 26614 10.602 12.434 23.036
Barebbo 1.0705 11.984 22.689 9.474 10.933 20.407
49
Bengo 11.004 11.644 22.648 9.541 10.415 19.956
Bontocani 6.760 6.775 13.535 5.741 5.830 11.571
Cenrana 10.444 11.329 21.770 8.478 9.464 17.942
Cina 10.364 11.316 21.680 9.173 10.296 19.469
Dua Bucooe 13.256 14.724 27.980 10.769 12.629 23.938
Kahu 15.271 16.763 32.034 13.429 14.980 28.409
Kajuara 13.495 14.254 27.749 11.535 12.652 24.187
Libureng 11.876 12.683 24.559 11.015 11.996 23.011
Lamuru 10.663 11.397 22.060 8.949 9.902 18.851
Lappariaja 11.444 11.930 23.374 9.200 9.963 19.163
Mare 10.204 10.786 20.990 9.431 10.053 19.484
Palakka 9.296 10.383 19.679 7.952 9.254 17.206
Pattimpeng 6.862 7.427 14.289 5.774 6.431 12.205
Ponre 5.644 6.037 11.681 4.846 5.331 10.177
Salomekko 6.133 6.430 12.563 5.339 5.795 11.134
Sibulue 12.745 14.353 27.098 11.007 12.981 23.988
Tanete Riattang 20.764 22.912 43.676 17.612 20.195 37.807
Tanete Riattang T 16.998 17.504 34.502 14.297 15.536 29.833
Tanete Riattang B 19.239 20.707 39.946 15.729 17.427 33.156
Tellu Limpoe 6.542 6.354 12.896 5.045 4.992 10.037
Tellu Siattinge 17.919 19.715 37.634 14.234 16.545 30.879
Tonra 5.148 5.611 10.759 4.895 5.354 10249
Ulaweng 10.660 11.639 22.299 8.890 10.256 19.146
Jumlah 305.63
0
331.06
9
636.69
9
259.45
9
291.16
9
550.62
8
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone 2019
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa Jumlah penduduk yang
memiliki KTP memiliki perbandingan yang cukup signifikan, yaitu sebanyak
550.628 penduduk Kabupaten Bone. Kemudian jumlah penduduk yang wajib
50
memiliki KTP adalah sebanyak 636.696 penduduk, sedangkan yang selebihnya
yang belum memiliki KTP adalah penduduk yang belum berumur 17 Tahun
keatas.
Sedangkan Jumlah penyeberan penduduk Kabupaten Bone yang sudah dan
belum memiliki Kartu Keluarga (KK) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5
Jumlah Penduduk yang sudah dan belum memiliki Kartu keluarga (KK) Tahun
2019
No. Kecamatan Memiliki KK Belum Memiliki KK
1. Ajangale 7.397 1.587
2. Amali 5.864 1.091
3. Awangpone 8.188 1.560
4. Barebbo 7.695 1.216
5. Bengo 7.444 1.402
6. Bontocani 4.932 232
7. Cenrana 6.849 1.527
8. Cina 7.486 1.009
9. Dua Bucooe 8.755 2.159
10. Kahu 11.475 935
11. Kajuara 9.790 825
12. Libureng 8.386 1.397
13. Lamuru 7.798 1.062
14. Lappariaja 7.002 1.764
15. Mare 7.379 998
16. Palakka 6.807 1.009
17. Pattimpeng 4.758 890
18. Ponre 4.076 745
19. Salomekko 4.283 529
51
20. Sibulue 9.126 1.335
21. Tanete Riattang 13.819 3.015
22. Tanete Riattang T 10.935 2.289
23. Tanete Riattang B 12.568 2.704
24. Tellu Limpoe 4.159 532
25. Tellu Siattinge 11.383 2.512
26. Tonra 3.769 430
27. Ulaweng 7.341 1.112
Jumlah 209.463 35.837
Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil Kabupaten Bone 2019
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang
sudah memiliki Kartu Keluarga (KK) sejumlah 209.463 Keluarga sedangkan dan
jumlah penduduk yang belum memiliki Kartu Keluarga adalah sejumlah 35.837
Keluarga. Dengan jumlah Kepemilikan KK terbanyak berada di Kecamatan
Tanete Riattang Barat.
B. Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone adalah
lembaga pemerintahan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil yang
dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Bone Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Bone terletak di Jalan Andi Mappanyukki No.3 Watampone,
Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
52
1. Tugas dan Fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bone
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bone mempunyai
tugas membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah di
bidang administrasi kependudukan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas
pembantuan yang ditugaskan kepada daerah.
Sedangkan fungsi dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bone yaitu untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut maka Dinas
mempunyai Fungsi sebagai berikut ; (1) Menyelenggarakan pengumpulan dan
pengelolaan Data, Penyusunan rencana dan Program Kerja; (2)
Menyelenggarakan Penyiapan Rancangan Perumusan Kebijakan Teknis di bidang
Pelayanan Pendaftaran Kependudukan: (3) Pelaksanaan Pencatatan dan
Pendaftaran pemeriksaan penelitian berkas pencatatan laporan kelahiran,
perkawinan, perceraian, kematian, pengakuan dan pengesahan anak diluar negeri;
(4) Penyediaan data base kependudukan; (5) Pelaksanaan pendaftaran penduduk
dan penerbitan Kartu keluarga, Kartu Tanda Penduduk; (f) Pelaksanaan
pencatatan mutasi dan pemindahan penduduk; (g) Pelaksanaan administrasi
umum, meliputi ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan
peralatan Dinas.
2. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Bupati Bone Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas
53
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, maka struktur Dinas Kependudukan dan
Pencatatan sipil adalah sebagai berikut :
a. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
b. Sekretariat terdiri dari :
1. Sub Bagian Perencanaan.
2. Sub Bagian Keuangan.
3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
c. Bidang pelayanan pendaftaran penduduk terdiri dari :
1. Seksi Identitas Penduduk.
2. Seksi Pindah Datang Penduduk.
3. Seksi Pendataan Penduduk.
d. Bidang pelayanan pencatatan sipil terdiri dari :
1. Seksi Kelahiran.
2. Seksi Perkawinan dan Perceraian.
3. Seksi Perubahan Status Anak, Pewarganegaraan dan Kematian.
e. Bidang pengelolaan informasi administrasi kependudukan terdiri dari :
1. Seksi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan.
2. Seksi Pengolahan dan Penyajian Data Kependudukan
3. Seksi Tata Kelola dan Sumber Daya Manusia Teknologi Informasi dan
Komunikasi
f. Bidang pemanfaatan data dan inovasi pelayanan terdiri dari :
1. Seksi Kerjasama
2. Seksi Pemanfaatan Data dan Dokumen Kependudukan
54
3. Seksi Inovasi Pelayanan
g. UPTD
h. Kelompok jabatan pelaksana dan jabatan fungsional
3. Data Personil / Pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Bone
Dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsinya, Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bone memiliki jumlah pegawai adalah sebanyak 34 (
Tiga Puluh Empat) orang yang berstatus Aparat Sipil Negara (ASN) dengan
kualifikasi sebagai berikut :
Tabel 4.6
Jumlah Pegawai di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
No Uraian Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1.
Juru Muda (1a) - -
Juru Muda Tingkat I (1b) - -
Juru (1c) - -
Juru Tingkat I (1d) - -
2.
Pengatur Muda (IIa) - -
Pengatur Muda Tingkat I (IIb) - -
Pengatur (IIc) 2 4
Pengatur Tingkat I (IId) - -
3.
Penata Muda (IIIa) - 1
Penata Muda Tingkat I (IIIb) 2 3
Penata (IIIc) - 4
Penata Tingkat I (IIId) 5 7
4. Pembina (IVa) 2 1
55
Pembina Tingkat I (IVb) 1 1
Pembina Utama Muda (IVc) 1 -
Pembina Utama Madya (IVd) - -
Pembina Utama (IVe) - -
Jumlah 13 21
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
Berdasarkan pada table diatas dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan
personil/pegawai yang berstatus sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaaten Bone adalah sebanyak 34 orang.
dengan pegawai perempuan yang lebih banyak (21 orang) daripada Pegawai Laki-
Laki (13 orang).
4. Sarana dan Prasarana Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Bone
Sarana dan prasarana yang dimiliki Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Bone, guna menunjang kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsinya dapat dilihat pada sebagai berikut :
Tabel 4.7
Sarana dan Prasarana Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
No. Sarana dan Prasarana
Kondisi
Ket. Cukup
Baik
Kurang
Baik Jumlah
1. Lemari Kayu - 5 5
2. Filling Besi/Metal 10 - 10
3. Papan Nama Instansi 1 - 1
4. Papan Pengumuman 1 - 1
5. Mesin Absensi - 2 2 Rusak
56
6. Kursi Kerja - 31 31
7. Rak TV - 1 1
8. AC - 9 9
9. Kamera Film - 3 3
10. Komputer/PC - 32 32
11. Laptop - 14 14
12. Printer - 24 24
13. Meja Rapat Eselon II 2 - 2
14. Mobil Dinas 3 - 3
15. Mobil Pelayanan 1 - 1
16. Proyektor 1 - 1
17. Layar Proyektor 1 - 1
18. Kursi Tunggu 4 - 4
19. Televisi 4 - 4
20. Sound System 2 - 2
21. Notebook - 12 12
22. Hardisk Eksternal - 1 1
23. Monitor Display 2 - 2
24. Kursi Kerja Pejabat Esl. II 2 - 2
25. Kursi Rapat 49 - 49
26. Pengadaan Scanner 2 - 2
27. Pengadaan Mobile data
Kependudukan
1 - 1
28. Digitzer - 1 1
29. Sepeda Motor 8 - 8
30. Wi-Fi 2 - 2
31. Kursi Rapat Esl. II 22 - 22
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone, 2019
Berdasarkan pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana
yang dimiki oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone bisa
57
dibilang sudah cukup lengkap. Dengan kelengkapan sarana dan prasarana yang
tersedia maka prose pelayanan dapat berjalan dengan baik serta mendukung
penerapan e-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bone.
5. Visi Dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Bone
a. Visi
Visi adalah sesuatu yang akan terjadi dan telah dipikirkan dahulu tentang
apa yang akan dicapai dengan pertimbangan yang dalam dan cara pandang jauh ke
depan kemana suatu organisasi harus diarahkan agar tetap eksis dan inovatif
dalam mengemban fungsi organisasi. Dengan demikian visi mencerminkan apa
yang harus dilakukan oleh suatu organisasi. Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Bone tetap menetapkan visinya, yaitu “PELAYANAN PRIMA”.
Pemilihan visi ini didasarkan pada keinginan Pegawai Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bone untuk menjadikan Dinas ini sebagai Pelayanan
Pemerintah dibidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil dalam mewujudkan
Pemerintah Kabupaten yang baik (Good Governance).
Dengan visi tersebut, diharapkan jajaran Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten Bone dituntut untuk selalu berada didepan dalam
melakukan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Visi harus memenuhui
kriteria yaitu dapat dibayangkan oleh seluruh anggota organisasi, mengandung
nilai yang diinginkan oleh anggota organisasi, berwawasan jangka panjang tetapi
tidak mengabaikan perkembangan zaman, dapat dikomunikasikan dan dimengerti
58
oleh seluruh anggota organisasi. Oleh karena itu, visi yang baik adalah visi yang
mampu menarik komitmen dan menggerakan seluruh anggota, memberikan
makna bagi kehidupan anggota organisasi, membentuk suatu standar keunggulan
dan mejembatani keadaan sekarang dan keadaan masa mendatang.
b. Misi
Misi adalah penjabaran dari visi yang dapat mewujukkan
program/kegiatan yang dilakukan oleh instansi pemerintah agar tujuan umum
organisasi dapat terlaksana dengan baik .Dinas Kependudukan dan Pencatatatan
Sipil Kabupaten Bone memastikan agar visinya sesuai dan selaras dengan
perubahan dari tuntutan zaman, sehingga organisasi akan dapat efektif dan efisien
dalam pencapaian misi. Untuk mewujudkan Visi tersebut Dinas Kependudukan
dan Pencatatatan Sipil Kabupaten Bone menetapkan misi sebagai berikut:
1. Peningkatan kinerja pelayanan
2. Terlaksananya pelayanan kepegawaian dan akta catatan sipil.
3. Penyiapan data base kependudukan.
C. Penerapan e-Government di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) merupakan suatu
sistem informasi berbasis web yang disusun berdasarkan prosedur-prosedur dan
memakai standarisasi khusus yang bertujuan menata sistem administrasi di bidang
kependudukan sehingga tercapai tertib administrasi dan juga membantu bagi
petugas di jajaran pemerintah daerah khususnya Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bone didalam menyelenggarakan layanan Kependudukan dan
59
Catatan Sipil. Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
berpedoman dasar pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan. Di dalam UU ini dijelaskan bahwa adanya
pelayanan kependudukan dengan menggunakan SIAK untuk mengatasi masalah
NIK ganda yang selama ini banyak terjadi di daerah, karena dengan adanya SIAK
program ini telah terintergrasi nasional sehingga NIK hanya 1 (satu).
Selain itu juga masih terdapat peraturan pendukung lainnya seperti
Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan dan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 88 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Informasi Administrasi
Kependudukan. Hal ini yang menjadi dasar dalam pelaksanaan SIAK. Seperti
halnya diungkapkan informan bahwa SIAK merupakan program nasional untuk
menasionalkan NIK (Nomor Induk Kependudukan). Penerapan SIAK adalah
untuk menasionalkan NIK (Nomor Induk Kependudukan), dimana dalam data
penduduk program ini langsung terhubung ke pusat. Sehingga kemungkinan
adanya NIK dobel sedikit dan untuk memberikan pelayanan yang cepat dalam
bidang kependudukan kepada masyarakat.
Program SIAK merupakan kebijakan dari pemerintah yang memanfaatkan
perkembangan dari teknologi informasi. Infrastruktur yang digunakan dalam
penerapan SIAK antara lain, program aplikasi dan database SIAK, perangkat
komputer, jaringan komunikasi data serta beberapa perangkat penunjang seperti
printer, mesin laminating, dan tower pemancar sinyal radio. Dalam penerapan
60
SIAK sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam menentukan
keberhasilan program tersebut.
Disini petugas yang mengoperasikan SIAK dibagi menjadi dua, yaitu
operator dan administrator. Untuk operator, ditempatkan pada setiap bidang.
bidang yang ditempatkan petugas operator adalah Bidang Data dan Dokumen
Kependudukan, Bidang Pendaftaran Penduduk, Bidang Pencatatan Sipil serta
ditambah dengan operator yang ditempatkan di kecamatan tersebar di 20
kecamatan di Kabupaten Bone. Di dalam Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
mempunyai 4 operator SIAK dan 2 administrator sedangkan di tiap-tiap
kecamatan ada 2 operator. Hal tersebut karena menyangkut kerahasiaan dan tugas
yang berbeda dengan operator.Tugas dari seorang operator yaitu menginput dan
mengakses data kependudukan untuk selanjutnya dicetak menjadi dokumen
kependudukan. Sedangkan tugas dari administrator yaitu untuk mengolah
database kependudukan, melakukan perubahan data apabila terjadi kesalahan serta
melakukan pemeliharaan database secara berkala. Dapat disimpulkan bahwa
untuk hak akses, administrator memiliki hak yang lebih tinggi dibandingkan
dengan operator.
D. Kualitas Pelayanan Aparatur Pemerintah Melalui Penerapan e-
Government di Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil Kabupaten
Bone
Secara umum pengertian e-Government adalah sistem manajemen
informasi dan layanan masyarakat berbasis Media Elektronik baik dalam bentuk
61
jearing internet maupun penggunaan media elektonik lain sesuai dengan
kebutuhan pelayanan tersebut. Dengan memanfaatkan media diatas, maka akan
muncul sangat banyak pengembangan modus layanan dari pemerintah kepada
masyarakat. Dalam hal ini, e-Government diartikan sebagai penerapan atau
pengaplikasian penggunaan teknologi informasi oleh instansi-instasi pemerintah
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, utamanya dalam menyediakan
layanan publik yang berbasis media elektronik.
Teknologi Informasi bisa didefenisikan sebagai sebuah sistem informasi
yang terdiri dari perangkat keras (hardware), basis data (database), perangkat
lunak (software), jaringan komputer dan peralatan lain yang terkait. Penggunaan
teknologi informasi oleh institusi pemerintah diyakini akan mendorong
peningkatan kinerja melalui peningkatan produktivitas, perbaikan kualitas
layanan, peningkatan daya saing, dan peningkatan kreativitas dan inovasi serta
perbaikan struktur dan fungsi organisasi. Bukan itu saja, penggunaan teknologi
informasi dalam e-Government diyakini bisa meningkatkan koordinasi antara
institusi-institusi pemerintah.
Penerapan e-Government di Indonesia telah berlangsung cukup lama,
terlebih semenjak dikeluarkannya Instruksi Presiden No 3 tahun 2003 tentang
kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-Government menjadi motivasi
bagi berbagai daerah untuk mengaplikasikannya. Tidak bisa dipungkiri hal
tersebut menjadi angin segar bagi penerapan teknologi komunikasi dan informasi
di pemerintahan. Sejalan dengan itu, arus permintaan masyarakat akan pentingnya
optimalisasi pelayanan publik yang mudah dan murah serta transparan
62
membutuhkan sebuah strategi yang efektif dan efisien dalam pelaksanaannya.
Maka penggunaan teknologi informasi menjadi pilihan yang tak terhindarkan dan
wajib diimplementasikan oleh pemerintah dalam tugasnya.
Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan Kabupaten Bone sebagai
salah satu Kabupaten yang berada di Sulawesi selatan saat ini mengalami tingkat
intensitas pembangunan yang cukup pesat yang pada hakekatnya berupaya
mempersiapkan diri secara sistematis dan berkesinambungan dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Pilihan
tujuan tersebut tentunya dilakukan secara sadar atas dasar skala kebutuhan dan
nilai-nilai yang dimiliki anggota organisasi yang bersangkutan. Disamping
penentuan pilihan cara dan alternative strategi yang rasional guna mencapai tujuan
tersebut juga disesuaikan dengan sumber daya sebelumnya. Jika kita kaitkan
dalam konteks organisasi Negara dan pemerintahan, pemilik organisasi tersebut
adalah masyarakat secara keseluruhan.
Pembangunan kedepan selalu diperlukan tersedianya data dan informasi
tentang kegiatan pembangunan yang telah dilakukan sebelumnya secara matang
dan hasil yang diperoleh dalam kegiatan pembangunan tersebut input data dan
informasi yang diterima. Bila data dan informasi salah, maka otomatis hasil yang
dicapai juga salah. Sebaliknya, jika data dan informasi tersebut valid dan akurat,
maka akan dapat memberikan dukungan terhadap kematangan hasil pembangunan
tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil
Kabupaten Bone mempunyai tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat
mengingat tugas dan tanggung jawab yang di emban sangat berat dan signifikan,
63
menuntut pula pelaksanaan tugas sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan
dan dibutuhkan oleh aparat dalam memberikan pelayanan terhadap
penyelenggaraan pemerintah.
Berdasarkan pada peraturan daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Tahun 2008
tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Dinas-Dinas Kabupaten Bone.
Dalam hal ini tugas dan fungsinya sebagai unsur pelaksana teknis pendukung
pelaksana tugas Bupati melalui Sekretaris Daerah untuk melaksanakan tugas
wajib Pemerintah Daerah. Dalam hal ini diperlukan sebagai bahan penyusunan
pengambilan kebijakan perencanaan penyelenggaraan pemerintah pembangunan
kemasyarakatan dalam bentuk penyusunan struktur penduduk. Dari sedikit
paparan diatas dapat dipahami bahwa proses pelayanan publik pada instansi
tersebut berada pada grafik yang cukup padat berbanding lurus dengan tuntutan
profesionalitas kerja dan kebutuhan pertumbuhan masyarakat maka pengolahan
data akan menjadi semakin rumit maka kebutuhan akan penerapan e-Government
menjadi factor yang cukup memepengaruhi kualitas pelayanan publik. Jika
membicarakan tentang kualitas pelayanan disebuah instansi, sudah barang tentu
kita akan membicarakan tentang tugas pokok dan fungsi dari instansi tetrsebut.
Hal ini agar adanya kejelasan tentang indicator kunci dalam proses pembuatan
sampai evaluasi dari setiap kebijakan yang dihasilkan.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kabupaten Bone
sendiri berdasarkan Perda Kab. Bone Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Kab. Bone sebagai mana yang dijelaskan
dalam bab sebelumnya secara garis besar mempunyai fungsi sebagai pusat
64
pengolahan data kependudukan. Dengan menerapkan e-Government secara
professional diharapkan dapat mengaplikasikan pelayanan publik secara lebih
berkualitas. Pelayanan publik sebagai salah satu fungsi penyelenggaraan
pemerintahan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah. Fungsi pelayanan publik
ini sangat penting bahkan peranannya sangat besar karena menyangkut
kepentingan umum, khususnya kepentingan rakyat secara keseluruhan. Pelayanan
publik yang di laksanakan di kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatatan Sipil
Kabupaten Bone merupakan salah satu tugas dari sekian banyak fungsi dan tugas
yang harus diemban oleh aparat instansi pemerintahan di daerah. Dalam
memberikan pelayanan tersebut, di tuntut adanya keseriusan dan kesungguhan
dalam melayani masyarakat sebagai abdi masyarakat dan abdi negara. Penelitian
ini difokuskan pada pembahasan pelayanan Kartu Keluarga (KK) dan Kartu
Tanda Penduduk (KTP). Pelayanan Publik yang baik dapat dilihat dari beberapa
aspek. Adapun untuk mengukur kualitas pelayanan publik di Dinas
Kependudukan dan Pencatatatan Sipil Kabupaten Bone dengan menerapkan
pelayanan publik berbasis e-Government dapat di dilihat dari aspek sebagai
berikut:
1. Kesederhanaan dan Kejelasan Prosedur
Berbicara tentang pelayanan publik yang berkualitas, salah satu hal yang
tidak dapat dipisahkan dari kondisi tersebut adalah kejelasan dari setiap prosedur
pelayanan yang dijalankan oleh setiap instansi dengan maksud tidak terjadinya
lagi kesimpangsiuran dalam tata cara atau mekanisme operasional sebuah program
maka dipandang perlu untuk merumuskan metode yang efektif dalam merancang
65
prosedur tersebut. Kesederhanaan dan kejelasan prosedur dapat ditopang oleh
lengkapnya data yang dipunyai oleh tiap-tiap unit. Disamping kesederhanaan
dalam prosedur pembayaran, penerapan e-Government juga berdampak pada
kejelasan prosedur pendataan lainnya. Misalnya saja proses pendaftaran Akta
catatan sipil dimana sebelumnya setiap instansi harus membuat sebuah unit yang
bertugas untuk membuat dan menerbitkan blanko ataupun formulir isian dalam
penerapan e-Government.
Unit tersebut bisa saja dihilangkan dengan menerapkan pendaftaran dan
pengisian formulir berbasis internet sehingga masyarakat cukup mendownload file
yang diterbitkan dalam internet tentu saja hal tersebut dapat disederhanakan
kembali dengan metode penginputan data langsung ke “server induk”. Artinya
data kemasyarakatan yang ada di input langsung oleh masyarakat sendiri dan
diolah oleh “operator pusat” sehingga keamanan data dari masyarakat dapat
ditingkatkan.
Sosisialisasi prosedur yang efektif dikarenakan aksesnya mampu
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Jika dilihat dari kualitas sosialisasi,
sosialisasi yang berkualitas harusnya dilaksanakan secara berkesinambungan
diseluruh lapisan masyarakat. Kendala yang sering terjadi dalam proses sosialisasi
prosedur adalah banyaknya waktu, tenaga dan biaya yang terbuang dalam
mencapai asas berkelanjutan tersebut. Dengan memanfaatkan jejaring internet
kendala tersebut dapat diminimalisir disebabkan akses internet yang tidak
mengenal batas waktu, biaya yang relative murah dan hanya perlu satu orang staf
yang bertugas sebagai “operator” untuk mengupdate bahan sosialisasi walaupun
66
dalam metode sosialisasi seperti ini membutuhkan eksistensi masyarakat di dunia
maya yang pada kenyataannya belum terlalu tinggi namun setidaknya dapat
menjadi solusi dari tersedianya akses informasi terhadap kejelasan prosedur
pelayanan publik.
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil melakukan survey internal untuk
melihat bagaimana respon masyarakat terkait Mengenai kesederhanaan dan
kejelasan prosedur pada penerapan e-Government saat sebelum dan setelah
penerapannya dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.8
Kesederhanaan Prosedur Pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone (N=45)
Kondisi
Frekuensi
R Sangant
Rumit
(4)
Rumit
(3)
Mudah
(2)
Sangat
Mudah
(1)
Jumlah
Sebelum
Imple. e-
Gov
3 (12)
(6,67 %)
38 (114)
(84,44%)
4 (8)
(8,89%)
0 (0)
(0%)
45
(134)
(100%)
2,98
Setelah
Imple e-
Gov
0 (0)
(0%)
0 (0)
(0%)
31 (62)
(68,69%)
14 (14)
(31,11%)
45 (76)
(100%) 1,69
Sumber: Survei Internal Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
2019
Pada tabel 4.8 disajikan tentang kesederhanaan dan kejelasan prosedur
pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone pada saat
sebelum dan sesudah adanya impelementasi e-Government. Perolehan data pada
tabel diatas menunjukkan bahwa adanya perbedaan kesederhanaan dan kejelasan
prosedur yang dikeluarkan untuk proses pelayanan, dimana terlihat bahwa pada
saat sebelum adanya implementasi e-Government dalam pemberian pelayanan
67
kepada masyarakat prosedur yang dijalankan tergolong rumit. Hal ini ditunjukkan
dengan rata-rata skor 2,98, sementara pada saat sesudah adanya implementasi e-
Government prosedur yang dijalankan tergolong sangat sederhana.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pengelolaan
Informasi Adm. Kependudukan, terkait bagaimana upaya pihak Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone dalam mensosialisasikan
kesederhanaan dan kejelasan prosedur pelayanan kepada masyarakat, Beliau
mengatakan bahwa :
“Mengenai kesederhanaan dan kejelasan prosedur dalam proses pelayanan,
kami sudah menyampaikannya kepada masyarakat baik itu dalam bentuk
lisan maupun tulisan seperti melalui internet, sosialisasi disetiap desa dan
kecamatan, dan sudah ada juga kami tempel didinding kantor, supaya
masyarakat mudah mengerti”. (Wawancara dengan ASY, Selasa 17
Desember 2019)
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Seksi Pemanfaatan Data
dan Dokumen Kependudukan terkait bagaimana upaya pihak Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone dalam mensosialisasikan
kesederhanaan dan kejelasan prosedur pelayanan kepada masyarakat, beliau
mengatakan bahwa :
“Prosedur pelayanan disini sudah kami sampaikan kepada masyarakat bone
semaksimal mungkin. Dan sampai saat ini, semenjak e-Government proses
pendaftaran Akta catatan sipil yang sebelumnya setiap instansi harus
membuat sebuah unit yang bertugas untuk membuat blanko dan formulir
isian, namun dalam penerapan e-Government pendaftaran dan pengisian
formulir sudah berbasis internet sehingga masyarakat cukup mendownload
file yang diterbitkan dalam internet. Akan Tetapi walaupun pelayanan yang
diberikan berbasis online masyarakat tetap harus datang ke Kantor
Disdukcapil, seperti pembuatan dokumen kependudukan Seperti e-KTP itu
untuk perekaman iris mata dan lain lain. Selain itu, masyarakat harus ke
Kantor Disdukcapil untuk pengambilan dokumen kependudukan dan
68
membawa persyaratan asli ke kantor Disdukcapil Kab. Bone”” (Wawancara
dengan HW, Selasa 17 Desember 2019)
Berdasarkan hasil wawancara dari kedua informan diatas dapat diketahui
bahwa kesederhanaan dan kejelasan prosedur pelayanan di Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bone sudah tersampaikan kepada masyarakat
Kabupaten Bone baik itu secara lisan maupun tulisan, baik itu melalui internet,
sosialisasi disetiap desa dan kecamatan, serta melalui papan informasi atau poster
yang dipajang dipelataran kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone. Akan Tetapi meskipun sistem pelayanan sudah berbasis online,
masyarakat tetap harus datang langsung ke kantor Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil untuk mengurus dokumen-dokumen kependudukannya. Contohnya
pembuatan dokumen kependudukan atau e-KTP masyarakat harus mengikuti
prosedur seperti perekaman iris mata pengambilan foto dan lain lain. Selain itu,
masyarakat harus datang untuk pengambilan dokumen kependudukan dan
membawa persyaratan asli ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone Bone.
Mengenai kesederhanaan dan kejelasan prosedur pelayanan, dalam sebuah
wawancara di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
salah seorang masyarakat juga memberikan tanggapan terkait dengan pertanyaan
bagaimana kualitas pelayanan berbasis e-Government. Berikut kutipan wawancara
dengan beliau:
“Bagusnya pakai metode pembayaran tersebut, uang yang kita bayarkan
sesuai dengan yang tertera karena biasanya juga ada pungutan liar dalam
beberapa pengurusan. Lagipula bagaimana tidak bingung masyarakat karena
69
banyak sekali ruangan yang harus dimasuki kalau mengurus.” (Wawancara
dengan RA, Rabu 18 Desember 2019)
Namun agaknya tidak semua masyarakat berpendapat sama tentang
kualitas pelayanan berbasis e-Government dalam pembahasan diatas seperti yang
di ungkapkan oleh salah seorang masyarakat lainnya terkait dengan pertanyaan
bagaimana kualitas pelayanan berbasis e-Government, beliau mengatakan bahwa :
“Rumit juga model pelayanan seperti itu karena susah untuk orang-orang tua
seperti kami. Tambah pusing di lihat, lebih baik pake cara biasa sepeti yang
sebelumnya. Yang penting sabar saja menunggu. (Wawancara dengan Ha,
Rabu18 Desember 2019)
Dari pembahasan diatas dapat dilihat bahwa kesederhanaan dan kejelasan
prosedur dalam proses pelayanan publik dapat diselesaikan dikarenakan waktu
yang terbuang dalam pendataan dan penyusunan berkas yang lebih mudah.
Masalah penumpukan masyarakat yang harus dilayanipun dapat tertanggulangi
dengan menyederhanakan beberapa prosedur manual dengan mengalihkan ke
metode otomatis disamping itu dengan menerapkan pelayanan berbasis media
elektronik dapat pula menjadi senjata sosialisasi yang cukup mumpuni dalam
mencapai asas berkelanjutan dalam sosialisasi prosedur dikarenakan akses yang
tak mengenal batas waktu, biaya yang relative murah serta tidak membutuhkan
sumber daya yang besar dalam pengoperasiannya.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan Berdasarkan hasil observasi
dilapangan dan dikaitkan dengan Keputusan Menteri Nomor 63 Tahun 2003
mengenai sendi-sendi pelayanan prima yaitu Kesederhanaan dan Kejelasan
Prosedur prosedur/ tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah dan cepat.
Tidak berbelit-belit mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan. Dan juga
70
masyarakat dapat mengetahui adanya kejelasan dan kepastian mengenai Prosedur
Pelayanan. Kesederhanaan dan Kejelasan Prosedur Pelayanan Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone dapat dilihat dari proses
pelayanan publik yang sebelumnya setiap instansi harus membuat sebuah unit
yang bertugas untuk membuat dan menerbitkan blanko ataupun formulir isian,
namun dalam penerapan e-Government pendaftaran dan pengisian formulir Akta
catatan sipil dalam hal ini KTP dan KK sudah berbasis internet sehingga
masyarakat cukup mendownload file yang diterbitkan dalam internet.
Dengan demikian Aparatur Pemerintah di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bone telah menetapkan standar pelayanan yang sesuai
dengan salah satu sendi-sendi pelayanan prima yaitu kesederhanaan dan kejelasan
prosedur. Hal ini juga sesuai dengan tujuan dari e-Government yaitu untuk
meningkatkan akses warga negara terhadap jasa-jasa pelayana publik pemerintah,
meningkatkan akses masyarakat ke sumber-sumber informasi yang dimiliki
pemerintah, menangani keluhan masyarakat dan juga persamaan kualitas layanan
yang bisa dinikmati oleh seluruh warga negara.
2. Efisiensi dan Ketepatan waktu
Kualitas pelayanan publik suatu instansi pemerintah dapat dilihat
dariefisiensi dan ketepatan waktu dalam proses pelayanan tersebut. Kualitas
aparatur tersebut dapat diukur dari bagaimana kinerja aparat dalam mengupayakan
pelayanan publik yang berkualitas. Jadi kualitas aparatur secara langsung ataupun
tidak langsung akan tergambarkan dalam kualitas pelayanan publik secara umum.
Dalam konsep pelayanan publik, dikemukakan bahwa efisiensi dan ketepatan
71
waktu menjadi salah satu syarat terlaksananya pelayanan publik yang berkualitas.
Demikian juga kualitas dari aparatur sebuah instansi. Pelayanan publik dapat
dilihat dari seberapa besar pencapaian sebuah instansi terhadap kualitas pelayanan
publiknya jika kita asumsikan bahwa peningkatan keduanya akan selalu searah
seperti yang telah dikemukakan diatas.
Efisiensi dan ketepatan waktu merupakan penyelesaian tugas pekerjaan
atau pencapaian tingkat output yang didasari pada batas waktu yang ditentukan.
Pengertian tersebut mengandung arti bahwa setiap pelaksana tugas bidang
memiliki tanggung jawab menyelesaikan setiap tugas dengan tepat waktu, tidak
menunda sebagaimana tugas yang dibebankan tanpa harus menunggu pada suatu
kesempatan lain.
Seperti yang diungkapkan Oleh Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bone dalam wawancaranya terkait dengan bagaimana efisiensi
dan ketepatan waktu dalam proses pelayanan berbasis e-Government, beliau
mengatakan bahwa :
”Pemanfaatan media elektronik dalam pelayanan publik memberikan dampak
yang besar bagi pelayanan di kantor kami, sebelumnya banyak keluhan dari
masyarakat tentang waktu yang terbuang waktu mengurus administrasi.
Biasanya masyarakat mengeluh karena lama mengantri, datang jam 8 pagi
urusannya selesai jam 2 Siang. Bahkan bisa saja harus ditunggu sampai dua
atau tiga hari baru selesai, sekarang semua bisa selesai dalam 1 sampai 3 jam
saja” (Wawancara dengan AD, Selasa 17 Desember 2019)
Dalam wawancara selanjutnya dengan Kepala Bidang Pengelolaan
Informasi Adm. Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone terkait masalah efisiensi dan ketepatan waktu juga diungkap
72
sebagai faktor yang manjadi penentu kepuasan masyarakat dalam pelayanan
publik. Beliau mengatakan bahwa :
“Biasanya masyarakat mengeluh kalau pelayanannya berlangsung lama.
Apalagi yang berurusan dengan masalah berkas, arsip yang harus dibongkar
dulu tapi sekarang sudah tidak lagi, berkas disimpan di computer dengan
format Pdf. Jadi mudah untuk ditemukan karena tinggal di search”
(Wawancara dengan SY, Selasa 17 Desember 2019)
Dari petikan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa instansi tersebut
menggunakan media elektornik dalam proses pengolahan administrasi dan
penyimpanan database kependudukan sehingga memudahkan proses penyusunan
arsip dengan demikian masalah waktu tidak efisien dalam proses pelayanan
sebelumnya dapat ditanggulangi secara maksimal.
Efisiensi waktu sebagai dampak dari penerapan e-Government juga
dirasakan oleh banyak masyarakat. Sebagai contoh dalam proses pembuatan KTP
dimana sebelumnya membutuhkan waktu 7 jam bahkan bisa-bisa 2 sampai 3 hari
baru selesai, namun setelah adanya penerapan e-Government bisa di efisiensikan
menjadi 1-3 jam saja atau 1 hari, dikarenakan proses input dan pengolahan data
yang semakin singkat. Hal ini berlaku pula dalam proses pembuatan KK, akta
kematian serta Akta Lainnya. Seperti yang diungkapkan salah seorang masyarakat
di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone terkait dengan
bagaimana efisiensi dan ketepatan waktu dalam proses pelayanan berbasis e-
Government, dalam wawancaranya beliau mengatakan :
”Pengurusan KTP anak saya sebelumnya bisa makan waktu dua sampai tiga
hari hari baru selesai kelar aktanya kalau sekarang bisa selesai satu hari.
minggu lalu juga saya urus KK itu juga hasilnya lumayan cepat, dulu harus
bolak-balik tiap loket yang panjang antriannya” (Wawancara dengan RA,
Rabu 18 Desember 2019)
73
Untuk mengukur sejauhmana penerapan e-Government sebagai penunjang
pelayanan publik yang berkualitas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone mengadakan survey internal. Dalam survey internal guna
mengevaluasi kinerja tahunan tersebut, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone memberikan sedikit gambaran tentang manfaat peneraan e-
Government dalam implementasi pelayanan publik seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.9
Penggunaan Waktu Dalam Proses Pelayanan Perizinan di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone (N=45)
Kondisi
Frekuensi
R Sangant
cepat
(4)
Cepat
(3)
Lambat
(2)
Sangat
lambat
(1)
Jumlah
Sebelum
Imple. e-
Gov
0 (0)
(0%)
0 (0)
(0%)
37 (74)
(82,2%)
8 (8)
(17,8)
45 (82)
(100%) 1,82
Setelah
Implen e-
Gov
5 (20)
(11,11%)
38 (114)
(84,45%)
2 (4)
(4,44%)
0 (0)
(0%)
45
(138)
(100%)
3,07
Sumber: Survei Internal Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
2019
Perolehan data pada tabel 4.5 menunjukkan adanya perbedaan tingkat
penggunaan waktu dalam memberikan pelayanan pada saat sebelum dan sesudah
adanya implementasi e-Government. Penggunaan waktu pada saat sebelum
adanya implementasi e-Government tergolong sangat rendah/sangat buruk hal ini
ditunjukkan dengan rata-rata skor 1,82, hal ini bermakna bahwa waktu yang
dibutuhkan dalam melayani masyarakat lebih banyak, misalkan untuk melayani
masyarakat 1 orang saja memerlukan waktu yang lama sehingga jumlah
74
pelayanan yang mampu diberikan pun jumlahnya menjadi terbatas. Sementara
setelah adanya penerapan e-Government tingkat penggunaan waktu tergolong
tinggi/baik dengan rata-rata skor 3,07, ini berarti dalam pemberian layanan kepada
masyarakat menjadi semakin cepat dan tidak memakan banyak waktu. Lebih
efisiennya waktu yang digunakan dalam proses pelayanan publik di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone tidak terlepas dari rencana
kinerja tahunan dalam pengebangan database kependudukan.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan Berdasarkan hasil observasi
dilapangan dan dikaitkan dengan Keputusan Menteri Nomor 63 Tahun 2003
mengenai sendi-sendi pelayanan prima yaitu Efisiensi dan Ketepatan Waktu
dalam arti: (1) persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang
berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap
memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan umum
yang diberikan, (2) dicegah adanya pengulahan pemenuhan kelengkapan
persyaratan dalam hal proses pelayanannya mempersyaratkan kelengkapan
persyaratan dan satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait. Serta organisasi
harus melayani dengan cepat dan tepat sesuai dengan aturan yang berlaku.
Efisiensi dan Ketepatan Waktu pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bone dapat dilihat proses pelayanan publik yang dulunya untuk
proses pembuatan akta catatan dalam hal ini KTP dan KK memerlukan waktu
yang lama bahkan seringkali harus menunggu sampai 2 sampai 3 hari hari,
Namun setelah adanya penerapan e-Government tingkat penggunaan waktu yang
diperlukan hanya 1 hari atau 1-3 jam saja. Ini berarti dalam pemberian layanan
75
kepada masyarakat menjadi semakin cepat dan tidak memakan banyak waktu.
Lebih efisiennya waktu yang digunakan dalam proses pelayanan public
Dengan demikian Aparatur Pemerintah di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bone telah menetapkan standar pelayanan yang sesuai
dengan salah satu sendi-sendi pelayanan prima yaitu efisiensi dan ketepatan
waktu, dan hal ini juga sesuai dengan salah satu tujuan diterapkannya e-
Government yaitu Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan
publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat
secara luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah pada setiap saat, tanpa
dibatasi oleh waktu dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
3. Biaya Yang Sesuai
Biaya yang dibutuhkan dalam setiap pengurusan data kependudukan
masyarakat mutlak menjadi salah satu indikator utama dalam mengetahui kualitas
pelayanan dan tingkat kepuasan masyarakat. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena
pengeluaran berupa biaya yang dibebankan kepada masyarakat akan menjadi tolak
ukur masyarakat dalam mengetahui keseriusan pemerintah dalam melayani
masyarakatnya. Selain itu jumlah biaya yang dibebankan pemerintah kepada
masyarakat dalam proses pengurusan data-data kependudukan dalam hal ini Kartu
Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) apabila tidak diimbangi dengan
pelayanan yang memuaskan secara langsung akan berdampak pada rendahnya
tingkat kepuasaan dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah khususnya
dinas yang terkait.
76
Dalam lingkup Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
sendiri khususnya dalam proses pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan
Kartu Keluarga (KK) setiap retribusi atau pembayaran yang dibebankan kepada
masyarakat telah diatur dan ditentukan besarannya dalam Perda Kab. Bone No.
20 Tahun 2006 BAB VI Pasal 8. Berikut Dalam peraturan tersebut dengan jelas
disebutkan bahwa biaya pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebesar Rp.
20.000,- perkeping untuk WNI dan Rp. 20.000,- untuk WNA sedangkan Kartu
Keluarga sebesar Rp. 10.000,- perset untuk WNI dan Rp. 10.000,- perset untuk
WNA.
Hal ini juga diperjelas oleh Kabid Pelayanan Pendaftaran Penduduk Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone terkait dengan biaya yang
harus dikeluarkan oleh masyarakat dalam mengurus akta catatan sipil, beliau
mengungkapkan bahwa :
“Biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam setiap pengurusan data
kependudukan telah diatur dalam perda dalam hal ini untuk KTP sebesar Rp.
20.000,- dan KK sebesar Rp. 10.000,- dan hal ini sesuai dengan biaya yang
diberlakukan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone”.
(Wawancara dengan SY, Selasa 17 Desember 2019)
Berdasarkan ketetapan mengenai retribusi tersebut maka peneliti coba
untuk menggambarkan respon dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap biaya
yang harus mereka keluarkan dan apakah selama proses pengurusan di Dinas
Kependudukan ditemukan kasus-kasus penyelewangan dalam hal ini pungutan liar
yang dilakukan oleh pegawai/staf Disdukcapil Kab. Bone.
Berikut adalah Hasil wawancara dengan Masyarakat yang sedang
melakukan proses pengurusan KTP dan KK di kantor Dinas Kependudukan dan
77
Catatan Sipil Kabupaten Bone terkait dengan biaya yang harus dikeluatkan dalam
proses pengurusan akta catatan sipil, beliau mengungkapkan bahwa:
“ Biaya yang ditetapkan untuk pengurusan KTP sudah murah dan terjangkau
oleh masyarakat, hal ini juga sebanding dengan kualitas pelayanan dan waktu
kepengurusan yang lumayan baik dan cepat, tapi alangkah lebih baiknya
kalau tidak ada pungutuan atau gratis apalagi untuk masyarakat miskin atau
ekonomi lemah”. (Wawancara dengan HA, Rabu 18 Desember 2019)
Lebih lanjut, Terkait dengan apakah dalam proses pengurusan akta catatan
sipil ditemukan adanya pungutan liar, Salah seorang masyarakat lainnya
mengatakan:
“ Selama melakukan pengurusan KTP saya tidak pernah dimintai biaya
berlebih dari pegawa/staf dan biaya yang saya keluarkan sesuai dengan biaya
yang tertera di papan informasi yakni sebesar 20.000 dan menurut saya biaya
sebesar itu sudah lumayan murah ”. (Wawancara dengan RA, Rabu 18
Desember 2019)
Dari hasil wawancara diatas maka dapat diketahui bahwa biaya yang
ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Bone dalam Proses pengurusan data
Kependudukan dalam hal ini KTP dan KK sudah tergolong murah (ekonomis) dan
dapat dijangkau oleh warga masyarakat. Selain itu pemerintah Kabupaten Bone
dalam hal ini aparat yang melayani masyarakat di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil tidak melakukan/belum di temukan penyimpangan dalam setiap
proses pelayanan kepada masyarakat dalam hal ini melakukan pungutan liar.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan Berdasarkan hasil observasi
dilapangan dan dikaitkan dengan Keputusan Menteri Nomor 63 Tahun 2003
mengenai sendi-sendi pelayanan prima yaitu Biaya yang sesuai atau Ekonomis,
dalam pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar dengan
78
memperhatikan: (1) Nilai barang dan atau jasa pelayanan umum dan tidak
menuntut biaya yang tinggi diluar kewajaran. (2) Kondisi dan kemampuan
masyarakat untuk membayar secara umum. (3) Ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Biaya yang sesuai dalam proses pelayanan publik di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone dapat dilihat dari biaya yang
ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Bone dalam Proses pengurusan data
Kependudukan dalam hal ini KTP (Rp. 20.000) dan KK (Rp.10.000) sudah
tergolong murah (ekonomis) dan dapat dijangkau oleh warga masyarakat. Selain
itu aparat yang melayani masyarakat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
tidak melakukan/belum ditemukan penyimpangan dalam setiap proses pelayanan
kepada masyarakat.
Dengan demikian Aparatur Pemerintah di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bone telah menetapkan standar pelayanan yang sesuai
dengan salah satu sendi-sendi pelayanan prima yaitu Biaya yang sesuai dan
ekonomis sehingga menjangkau seluruh elemen masyarakat yang ada di
Kabupaten Bone. Hal ini juga sesuai dengan salah satu tujuan dari diterapkannya
e-Governement yaitu Pembentukan jaringan informasi dan transaksi pelayanan
publik yang memiliki kualitas dan lingkup yang dapat memuaskan masyarakat
secara luas serta dapat terjangkau di seluruh wilayah pada setiap saat, tanpa
dibatasi oleh waktu dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
4. Keadilan Yang Merata
Sila ke-5 dalam pancasila menyatakan bahwa keadilan sosial merupakan
landasan dari pembentukan sebuah Negara. Keadilan sosial yang merata dapat
79
dipahami sebagai upaya untuk meberikan perlakuan yang sama berdasarkan hak
dan kewajiban warga Negara oleh karena itu menjadi landasan bagi segenap
kompenen pemerintahan untuk komimen dalam menjaga dasar Negara tersebut
dengan menerapkan keadilan sebagai salah satu asas dalam penyelenggaraan
Negara. Tidak dapat terelakkan lagi bahwa Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bone merupakan bagian dari system pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan dalam ruang lingkup otonomi
daerah mempunyai kewajiban untuk tetap menegakkan asas keadilan social
sebagai landasan dan filosofi pelayanan yang berkualitas. Keadilan yang ada
dalam pelayanan publik yang berkualitas dapat dilihat dari perlakuan yang sama
yang diterima oleh masyarakat dalam praktek pelayanan publik.
Keadilan yang merata, berarti bahwa pelayanan harus diupayakan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarkat melalui distribusi yang adil dan merata,
pelayanan tidak membedakan kaya/miskin, laki-laki atau perempuan, merata
dalam memberi subjek pelayanan sera tidak diskriminatif kemudian akan kembali
menibulkan pertanyaan tentang sejauhmanakah e-Government mampu menjadi
penunjang keadilan yang merata tersebut. Dalam suatu wawancara Kepala Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone terkait dengan bagaimana
keadilan dalam proses pelayanan, beliau mengatakan bahwa :
”Keadilan yang merata merupakan wujud dari pelayanan publik yang
berkualitas dengan mengesampingkan adanya strata dalam masyarakat.
Pejabat maupun masyarakat biasa hendaknya mendapatkan keadilan yang
sama baik dari pelayanan, sosialisasi, kemudahan akses sampai pada besaran
beban biaya yang harus dikeluarkan” (Wawancara dengan AD, Selasa 17
Desember 2019)
80
Dalam e-Government, jarak dan waktu bukanlah menjadi penghalang
dalam mengakses pelayanan yang bermutu terlebih lagi dengan pemanfaatan
media internet sebagai salah satu media dalam pelayanan publik. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa pelayanan administrasi ataupun pencatatan sipil yang dapat
di akses dari jarak jauh dengan menggunakan internet. Contohnya pencatatan
Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk Secara On line dapat menjadi salah
satu solusi akan keterbatasan akses informasi dan pelayanan yang tidak “pilih
kasih”. Pilih kasih yang dimaksudkan disini adalah adanya kesamarataan
pemberian akses tentang prosedur, penjadwalan pelayanan serta keterbukaan
dalam pencatatan administrasi masyarakat dengan mengesampingkan strata social
dalam masyarakat.
Lebih lanjut tentang fungsi dan peran media elektronik sebagai penopang
asas keadilan dapat dilihat dalam pelayanan pembuatan akta catatan sipil. Dalam
mode manual proses pencatatan membutuhkan pengarsipan dan pembuatan
dokumen secara insidentil. Maksudnya, ketika seorang masyarakat hendak
melakukan pencatatan sipil di sebuah instansi maka pendataan dan pengarsipan
baru akan dilaksanakan hal inilah yang terkadang menimbulkan ketidakadilan
dalam proses pelayanan. Adanya prioritas terhadap individu tertentu dari aparatur
pelayanan publik diluar dari strata penjadwalan mengakibatkan banyaknya
keluhan dari masyarakat.
Berikut adalah kutipan wawancara dengan salah satu masyarakat yang
sedang melakukan pengurusan Kartu Keluarga (KK) di Dinas Kependudukan dan
81
Catatan Sipil Kabupaten Bone terkait dengan bagaimana keadilan dalam
pengurusan akta catatan sipil, Beliau mengatakan bahwa :
“Kadang sudah mengantri tapi yang lebih dahulu dibuatkan warga yang
datang dengan baju dinas. Biasa alasannya ada keperluan penting makanya di
dahulukan. (Wawancara dengan RA, Rabu 18 Desember 2019)
Demikian kutipan wawancara dengan salah satu masyarakat yang sedang
mengurus KK dalam mode manual. hal tersebut dikarenakan tidak adanya
formulir ataupun dokumen yang telah dipersiapkan sebelumnya sehingga
aparatrnya harus membuat kembali dokumen yang membuthkan waktu yang
lumayan memakan waktu. Hal tersebut diakui secara tebuka oleh Seksi
Pemanfaatan Data dan Dokumen Kependudukan Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bone terkait dengan bagaiamana keadilan dalam proses
pengurusan akta catatan sipil, beliau mengatakan bahwa :
“Ada prioritas dalam pembuatan dokumen dikarenakan tidak adanya
dokumen yag telah dibuat sebelumnya jadi ketika ada pelayanan maka
dokumen tersebut harus dibuat terebih dahulu. Masyarakat biasa biasanya
menjadi korban dalam kejadian tersebut dikarenkan aparat pelayanannya
lebih mengutamakan keluarga ataupun kenalan dalam pembuatannya
sekalipun melompati antrian pencatatan. Untuk membuat salinan secara
ragkap sebenarnya bisa untuk dilaksanakan akan tetapi membuatuhkan
ruangan tambahan untuk menampung dokumen ataupu formulir isian yang
belum digunakan yang jumlahnya bisa mencapai berdos-dos” (Wawancara
dengan HW, Senin 17 Desember 2019)
Kondisi diatas bukan hanya situasi yang terjadi di Dinas Pencatatan Sipil
saja melainkan di setiap dinas yang ada di Kabupaten Bone Khususnya dan
Indonesia pada umumnya. Dalam kasus diatas dapat ditangkap beberapa masalah
beruntun dimana masing-masing opsi mampu menimbulkan masalah baru. Yang
82
pertama, adanya prioritas dikarenakan mode manual yang banyak memakan
waktu akibat dari pencatatan yang besifat insidentil; yang kedua. Hal tersebut
dapat diminimalisir dengan membuat dokumen terlebih dahulu namun
membutuhkan banyak tempat untuk meletakkann berkas tersebut; dan yang ketiga
diperlukan ruangan yang lebih besar dalam meminimalisir kedua kondisi diatas
namun membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar dalam
mewujudkannya.
Dalam kondisi kondisi diatas, dapat dirasakan secara nyata peran media
elektronik dalam keadilan pelayanan yang merata bagi masyarakat dengan
menerapkan komputerisasi berkas mampu menjadi solusi penggandaan dokumen
pencatatan. Berkas-berkas yang ada dapat di save dalam benuk dokumen virtual
dengan format doc, docx ataupun pdf yang hanya membutuhkan sebuah computer
sebagai tempat penyimpanannya serta mampu digandakan sekejap sehingga
pembuatan dokumen akta catatan sipil menjadi lebih singkat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pengelolaan
Informasi Adm. Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone terkait dengan bagaimana keadilan dalam proses pengurusan
akta catatan sipil, beliau mengatakan bahwa :
“Penggunaan media elektronik sedikit banyak dapat menimbulkan
kemerataan pelayanan bagi masyarakat. Bagi kami para pegawai menghadapi
keluhan masyarakat bukanlah menjadi factor kejenuhan dikarenakan hal
tersebut sudah menjadi tanggung jawab kami. Melainkan melihat kertas-
kertas menumpuk di ruangan menjadi tekanan tersendiri dalam menjalankan
tugas. Dengan adanya komputerisasi berkas, membuat berkurang arsip yang
menumpuk sehingga sedikit banyak mampu mengurangi tekanan dalam
83
pekerjaan. Tekanan pekerjaanlah yang membuat banyak aparat cenderung
tidak mau tau, cuek ataupun setengah hati dalam melaksakan pelayanan”
(Wawancara dengan SY, Selasa 17 Desember 2019)
Demikian petikan wawancara dengan Kepala Bidang Pengelolaan
Informasi Adm. Kependudukan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone mengenai adanya praktek ketidakadilan yang dirasakan dalam
masyarakat Hal-hal tersebut hanyalah sedikit gambaran mengenai praktek e-
Government mampu manjadi salah satu cara mencapai pelayanan yang berkulitas.
Namun kita tak boleh terjebak dalam pemahaman bahwa teknologilah yang
menjadi factor kunci dalam peningkatan kualitas tersebut. Perlu analisis yang
lebih dalam mengenai apa sebenarnya yang menjadi faktor yang berperan dalam
kualitas pelayanan publik dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang lebih
berkualitas.
Kemudian kesimpulan secara keseluruhan Berdasarkan hasil observasi
dilapangan dan dikaitkan dengan Keputusan Menteri Nomor 63 Tahun 2003
mengenai sendi-sendi pelayanan prima yaitu Keadilan yang merata yang berarti
bahwa pelayanan harus diupayakan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarkat
melalui distribusi yang adil dan merata, pelayanan tidak membedakan
kaya/miskin, laki-laki atau perempuan, merata dalam memberi subjek pelayanan
sera tidak diskriminatif. Keadilan yang merata dalam proses pelayanan public di
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone dapat dilihat dengan
adanya komputerisasi berkas, yang membuat arsip yang menumpuk menjadi
berkurang. Dan tentunya diskriminasi dalam pembuatan dokumen sudah bisa
diatasi dan masyaakat bisa merasa diperlakukan secara adil.
84
Dengan demikian Aparatur Pemerintah di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bone telah menetapkan standar pelayanan yang sesuai
dengan salah satu sendi-sendi pelayanan prima yaitu Keadian yang merata
meskipun masih harus lebih ditingkatkan lagi, agar masyarakat merasa aman dan
tenang dalam proses pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone. Hal ini juga sesuai dengan salah satu tujuan dari diterapkannya
e-Governement yaitu Pembentukan sistem manajemen dan proses kerja yang
transparan dan efisien serta memperlancar transaksi dan layanan antar lembaga
pemerintah dan pemerintah daerah otonom.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Berbasis e-
Government
Di dalam mengembangkan dan mengimplementasikan konsep e-
Government, ada sebuah prinsip dari Oracle (sebuah perusaahan software
database) yang baik untuk diterapkan, yaitu : “Think big, start small. Scale fast,
deliver value”. Inti dari perkataan tersebut adalah pemerintah daerah harus
memiliki visi yang jauh dan besar terhadap konsep e-Government yang ingin
diterapkannya. Berdasarkan visi yang besar tersebut maka disusunlah sejumlah
langkah-langkah kecil penerapan dan implementasi aplikasi e-Government di
berbagai bidang yang perlahan namun pasti dikembangkan untuk menuju visi
besar itu. Cepat atau lambatnya penerapan e-Government ini sangat tergantung
dari seberapa peka pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam membaca
perkembangan dunia (trend dan kecenderungan). Di dalam era globalisasi sangat
banyak variabel dan parameter yang berada di luar kontrol sebuah pemerintahan
85
sehingga memaksa pemerintah dan masyarakatnya untuk dapat menerapkan suatu
strategi atau konsep yang tepat dalam menjawab tantangan globalisasi.
1. Kebijakan Pemerintah/Aturan tentang Pelaksanaan e-Government
Kesuksesan pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan terhadap
masyarakat tidak serta merta dapat terjadi tanpa adanya kebijakan yang jelas dan
sistematis. Berkaitan dengan pelaksanaan e-Government dalam lingkup Dinas
Kependudukandan Catatan Sipil di Kabupaten Bone maka hal paling utama yang
perlu dilakukan adalah peninjauan dan analisis terhadap kebijakan yang mengatur
kegiatan tersebut. Dalam hal ini kebijakan yang dimaksud adalah Peraturan
Daerah Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu
Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil. Selanjutnya disebutkan bahwa Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan yang selanjutnya disingkat SIAK, adalah
sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan di tingkat
penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan.
Dari kebijakan diatas dapat diketahui bahwa pelaksanaan e-Government
dapat dilakukan oleh pemerintah untuk menunjang terciptanya kualitas pelayanan
kepada masyarakat dengan memanfaatkan sistem informasi dan teknologi.
Walaupun secera mendetail tidak ditemukan kebijakan yang mengatur tata
pelaksanaan e-Government (Juklak dan Juknis) akan tetapi hal tersebut bukanlah
menjadi hambatan dalam penerapan sistem ini. Harus diakui bahwa tidak
terperincinya kebijakan yang mengatur hal ini bisa aja menimbulkan
permasalahan dalam pelaksanaan e-Government khususnya dalam hal-hal teknis.
86
Sebagai contoh dalam pelaksanaan pembuatan data baik itu dalam lingkup kerja
maupun data tentang kependudukan apabila tidak ada peraturan terperinci
mengenai tata kelola dan pelaksanaan maka dapat menimbulkan error data seperti
tercambur baurnya data.
Namun apabila diamati lebih dalam hal ini bisa dimaklumi melihat
pelaksanaan sistem e-Government di Kabupaten Bone Khususnya di lingkup
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil masih tergolong baru. Kekurangan-
kekurangan seperti ini haruslah menjadi pekerjaan rumah yang harus menapatkan
prioritas utama dari pemerintah daerah dalam rangka peningkatan kulitas
pelayanan aparatur kepada masyarakat.
2. Sumber Daya Manusia
Memperhatikan kondisi yang ada, penerapan e-Government di Indonesia
menghadapi beberapa tantangan khususnya yang dihadapi oleh organisasi
pemerintah. Salah satu diantaranya adalah masalah sumber daya manusia yang
belum memadai. Penerapan e-Government di kantor-kantor publik perlu didukung
oleh pegawai yang mengerti mengenai teknologi. Menghadapi tantangan tersebut
di atas, Pemerintah kiranya perlu melakukan upaya peningkatan kualitas SDM,
perlu diadakannya pelatihan bagi para pegawai pemerintahan mengenai teknologi.
Yang juga diperlukan adalah pegawai yang mau belajar dan mampu menanggapi
perubahan (manage change).
Teknologi informasi berubah secara cepat sehingga kemauan belajar pun
dituntut untuk dimiliki setiap pegawai lembaga publik. Selain itu penerapan e-
Government memerlukan perubahan dalam organisasi dan dukungan keterampilan
87
baru. Peningkatan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia di bidang teknologi
informasi dan komunikasi dapat dilakukan dengan membuka seluas-luasnya akses
informasi serta mendorong kepada semua pihak untuk ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan bidang ini. Memberikan inspirasi pada kalangan bisnis, industri,
akademis dan masyarakat luas untuk berpartisipasi haruslah menjadi ide utama
dalam program e-Government, karena tujuan utama dari program ini adalah untuk
menyediakan pelayanan pemerintah yang lebih bagus, lebih cepat, dan lebih
murah kepada masyarakat.
Teknologi informasi merupakan sebuah bidang yang baru. Pemerintah
umumnya jarang yang memiliki SDM yang handal di bidang teknologi informasi.
SDM yang handal ini biasanya ada di lingkungan bisnis / industri. Kekurangan
SDM ini menjadi salah satu penghambat implementasi dari e-Government. Pada
sejumlah kantor pemerintah daerah, PNS yang mempunyai kemampuan di bidang
teknologi informasi dan komunikasi jumlahnya sangatlah sedikit dan umumnya
tidak berlatar belakang pendidikan sarjana bidang Informatika atau Elektro. Hal
ini mungkin saja terjadi mengingat selama 10-20 tahun yang lalu jarang
pemerintah daerah merekrut pegawai baru dengan latar belakang bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Misalnya saja jika terdapat 473 pemerintah daerah
(provinsi, pemkab/pemkot), jika masing-masing pemda mempunyai sedikitnya 10
perangkat daerah (Badan, Dinas, Kantor), berarti terdapat 4730 kantor yang harus
tersedia sumberdaya manusia yang mempunyai standar kompetensi dibidang
teknologi informasi dan komunikasi. Untuk mampu menjalankan implementasi e-
Government, setiap kantor jika diasumsikan minimal memerlukan 5 orang, berarti
88
diperlukan 23.650 orang untuk dapat mengimplementasikan e-Government di
kantor pemerintah daerah seluruh Indonesia.
Sesuai kondisi diatas maka untuk menunjang palayanan pubik yang
berkualitas maka Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone sudah
seharusnya memiliki beberapa tenaga ahli dalam bidang tersebut berupa keluaran
perguruan tinggi berbasis IT ataupun pegawai yang punya keahlian dalam bidang
tersebut. Jumlah Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bone sampai dengan 20 Desember 2019 sebanyak 34 orang dengan perincian
sebagai berikut :
Tabel 4.10
Jenjang Pendidikan Pegawai Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bone
No. Pendidikan Jumlah
1 Sarjana Strata II 1
2 Sarjana Strata I 17
3 Sarjana Muda 8
4 SLTA/Sederajat 7
5 SLTP/Sederajat 1
Total Keseluruhan 34
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone 2019
Berdasarkan Informasi yang ada di intansi tersebut di antara 34 orang
pegawai tersebut, hanya dua orang staf yang mempunyai kompetensi keilmuan
dalam bidang komputerisasi dan pengolahan jaringan (ICT) sedangkan sisanya
89
merupakan lulusan dari lembaga pendidikan umum sementara ada 15 orang
termasuk dua staf yang telah disebutkan diatas yang mengetahui dasar-dasar
pengoperasian komputer secara mahir serta memahami seluk beluk sistem operasi
digital sementara sisanya mampu mengopersikan dasar-dasar aplikasi yang sesuai
dengan wilayah kerja mereka terkecuali 3 orang staf yang mengaku jika sama
sekali “buta” akan media elektronik tersebut. Menjadi menarik untuk di cermati
dalam situasi saat ini ketika komputerisasi menjadi pijakan dari pelayanan publik
modern namun kurang ditunjang dengan sumber daya manusia yang lebih dalam
penguasaan dan pengoperasian media digital. Khususnya bagi pemerintah
Kabupaten Bone SDM yang punya pengetahuan mengenai ICT masih jarang.
Untuk meminimalisasi kendala ini, pihak Pemda Kabupaten Bone giat melakukan
pelatihan dan bimbingan teknis bagi para abdi negara tersebut khususnya yang
berada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan bahwa kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bone tergolong baik hal ini terlihat dari banyaknya pelatihan-pelatihan
telah mereka ikuti yang dilaksanakan instansi tersebut dalam menunjang
pelaksanaan fungsi dan tugasnya. Kemampuan dan keterampilan pegawai ini juga
berperan dalam mengatasi hambatan yang timbul dalam implementasi e-
Government, misalnya dalam penggunaan penggunaan sistem berbasis komputer
ataupun jaringan. Dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan pegawai yang
memadai maka Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone
diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan lebih cepat.
90
Peningkatan sumberdaya manusia PNS untuk implementasi e-Government
perlu penanganan yang serius dan dilakukan bersama oleh pemerintah, Perguruan
Tinggi, dan pihak swasta. Di dalam pelatihan dan peningkatan sumberdaya
manusia, perlu mengubah pandangan tentang teknologi informasi dan komunikasi
bukan sekadar alat untuk mengelola informasi, melainkan ia memiliki aspek
budaya. Teknologi bukan hanya menuntut penguasaan atas perangkat kerasnya,
melainkan mengubah diri kita berinteraksi dengan masyarakat melalui teknologi
informasi dan komunikasi.
3. Sarana dan Prasarana
Infrastruktur telekomunikasi Indonesia memang masih belum tersebar
secara merata. Di berbagai daerah di Indonesia masih belum tersedia saluran
telepon, atau bahkan aliran listrik. Kalaupun semua fasilitas ada, harganya masih
relatif mahal. Pemerintah juga belum menyiapkan pendanaan (budget) untuk
keperluan ini namun dalam hal ini tergantung dari kesiapan yang dimiliki oleh
tiap daerah. Seperti halnya Kota Besar Lain di Indonesia, yang telah
mempersiapkan infrastruktur guna mendukung penerapan e-Government di
daerahnya baik itu dengan membuatnya sendiri ataupun kerjasama dengan pihak
luar (outsourcing) dengan menyediakan software (perangkat lunak) maupun
hardware (perangkat keras) dan dukungan jaringan lainnya. Infrastruktur yang
belum memadai termasuk kurangnya tempat akses umum merupakan tantangan
yang lain. Ini disebabkan masih sangat sedikit mobilitas masyarakat untuk
mengakses vendor-vendor perangkat keras/lunak dengan technical support yang
tersebar di daerah-daerah.
91
Penyediaan pelayanan melalui e-Government perlu didukung oleh tingkat
penetrasi internet yang tinggi baik dari rumah tangga ataupun stand/kios umum.
Persentasi penggunaan internet di Indonesia sangatlah rendah. Tingkat penetrasi
yang rendah ini juga merupakan suatu kendala. Walaupun dalam situasi
dilapangan menunjukkan pertumbuhan tempat surfing yang cukup pesat Adapun
kondisi infrastruktur di Dinas Kependdukan dan Catatan Sipil Kabupaten bone
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 4.11
Data Software dan Hardware di Dinas Kependdukan dan
Catatan Sipil Kabupaten bone
Software
1. Operating System:
- Windows 10
- Windows 8
- Windows XP
2. Software Pendukung
- MS 2013
- SPSS 12
- PDF Reader
- Adobe Reader
- Macromedia, Dll
Hardware
1. CPU
2. Server
3. Printer
4. UPS
5. Switch Hub
6. Scanner
Sumber : Dinas Kependdukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone 2019
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa spesifikasi Software dan
Hardware yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten bone
telah memenuhi standar dalam proses pemberian pelayanan berbasis elektronik
atau e-Government.
92
4. Tingkat Partisipasi dan Pemahaman Masyarakat terhadap Teknologi
dan Informasi
Selain kualitas Sumber daya manusia yang ada dalam ruang lingkup dinas
terkait serta ketersediaan sarana dan prasarana, salah satu factor yang menjadi
penentu kualitas pelayanan publik dalam era e-Government adalah tingkat
pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam menggunakan teknologi informasi
ataupun waktu dalam mengakses dunia elektronik tersebut. Menjadi program yang
tak berarti walaupun kucuran dana mencapai bermilyar-milyar untuk
mengembangkan pelayanan publik berbasis IT jika ternyata masyarakat sendiri
tidak mempunyai ketertarikan berlebih terhadap media tersebut. Menjadi program
yang tak berarti walaupun kucuran dana mencapai bermilyar-milyar untuk
mengembangkan pelayanan publik berbasis IT jika ternyata masyarakat sendiri
tidak mempunyai ketertarikan berlebih terhadap media tersebut.
Kabupaten Bone sendiri bila dilihat dari tingkat pendidikan maka
persentase penduduk Kabupaten Bone berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum
tamat SD sebesar 33,82 % pada Tahun 2019, yang tamat SD/MI/sederajat sebesar
36,10%, tamat SLTP/MTs/sederajat sebesar 11,21%, tamat SLTA/MA/Sederajat
sebesar 14,05%, Diploma/Sarjana Muda 0,98%, dan perguruan tinggi sebanyak
3,83%. Sedangkan yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 0,01%. Memang
untuk sekedar mempelajari cara mengakses internet dan computer tidaklah
dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat pendidikan namun sedikit banyak hal
tersebut mempengaruhi cepat ataupun pemahaman masyarakat terhadap
93
penggunaan media tersebut sebagai sarana yang cukup memberikan kemudahan
bagi masyarakat.
Dengan persentase 18,86% masyarakat yang mempunyai pendidikan SMA
keatas menjadi peluang baik bagi pengembangan e-Government di Kabupaten
Bone tersebut apalagi mengingat banyaknya tempat mengakses internet yang
tersebar disetiap kelurahan dengan biaya yang dapat di akses oleh selruh lapisan
masyarakat serta computer yang sudah bukan menjadi barang baru lagi mampu
menguatkan posisi e-Government sebagai salah satu tonggak pelayanan publik
yang berkualitas dengan catatan adanya upaya yang lebih intensive dalam
sosialisasi prosedur dan petunjuk serta pelatihan yang nyata di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka
peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas Pelayanan Aparatur Pemerintah melalui penerapan e-Government di
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone memberikan
dampak peningkatan terhadap kualitas pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat
dari 4 indikator sebagai berikut:
a. Kesederhanaan dan Kejelasan Prosedur Pelayanan dapat dilihat dari proses
pelayanan publik yang sebelumnya setiap instansi harus membuat sebuah unit
yang bertugas untuk membuat dan menerbitkan blanko ataupun formulir
isian, namun dalam penerapan e-Government pendaftaran dan pengisian
formulir Akta catatan sipil dalam hal ini KTP dan KK sudah berbasis internet
sehingga masyarakat cukup mendownload file yang diterbitkan dalam
internet.
b. Efisiensi dan Ketepatan Waktu pelayanan dapat dilihat proses pelayanan
publik yang dulunya untuk proses pembuatan akta catatan dalam hal ini KTP
dan KK memerlukan waktu yang lama bahkan seringkali harus menunggu
sampai 2-3 hari, Namun setelah adanya penerapan e-Government tingkat
penggunaan waktu yang diperlukan hanya 1 hari atau 1-3 jam saja. Ini berarti
dalam pemberian layanan kepada masyarakat menjadi semakin cepat dan
95
tidak memakan banyak waktu. Lebih efisiennya waktu yang digunakan dalam
proses pelayanan publik.
c. Biaya yang sesuai dalam proses pelayanan publik dapat dilihat dari biaya
yang ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten Bone dalam Proses pengurusan
data Kependudukan dalam hal ini KTP (Rp. 20.000) dan KK (Rp.10.000)
sudah tergolong murah (ekonomis) dan dapat dijangkau oleh warga
masyarakat. Selain itu aparat yang melayani masyarakat di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil tidak melakukan/belum ditemukan
penyimpangan dalam setiap proses pelayanan kepada masyarakat.
d. Keadilan yang merata dalam proses pelayanan publik dapat dilihat dengan
adanya komputerisasi berkas, yang membuat arsip yang menumpuk menjadi
berkurang. Dan tentunya diskriminasi dalam pembuatan dokumen sudah bisa
diatasi dan masyaakat bisa merasa diperlakukan secara adil.
2. Faktor-faktor Yang mempengaruhi pelaksanaan e-Government pada Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan Pemerintah/Aturan tentang Pelaksanaan e-Government yang
mampu menyukseskan pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan
terhadap masyarakat. Hal ini tidak serta merta dapat terjadi tanpa adanya
kebijakan yang jelas dan sistematis dari pemerintah. Berkaitan dengan
pelaksanaan e-Government dalam lingkup Dinas Kependudukandan Catatan
Sipil di Kabupaten Bone maka hal paling utama yang perlu dilakukan adalah
peninjauan dan analisis terhadap kebijakan yang mengatur kegiatan tersebut.
96
b. Sumber daya manusia mampu menunjang implementasi e-Government, sebab
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki pegawai tergolong baik hal ini
terlihat dari banyaknya pelatihan-pelatihan telah mereka ikuti.
c. Ketersediaan sarana dan prasarana yang mencukupi peningkatan kualitas
pelayanan publik baik sarana dan prasarana internal seperti ketersediaan
hardware dan software serta tersedianya sarana akses internet serta
kemudahan dalam menjangkaunya.
d. Tingkat Partisipasi dan pemahaman masyarakat terhadap informasi dan
teknologi atau masyarakat yang dianggap mampu untuk mengakses internet
serta kemampuan mempelajari teknologi modern berbasis computer masih
rendah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dengan melihat prospek kedepan maka
penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Mengingat teknologi informasi berubah secara cepat maka perlu adanya upaya
untuk mengikuti laju perkembangan tersebut agar kualitas pelayanan tetap
terjaga terutama untuk memastikan agar sumber daya aparatur senantiasa
mempunyai kapasitas yang memadai dalam mengontrol perkembangan
teknologi tersebut.
2. Komitmen untuk mengimplementasikan e-Government di Dinas
Kependudukan dan Catatan Kabupaen Bone lebih diupayakan lagi untuk
mewujudkan pemberian pelayanan sampai dengan pelayanan elektronik secara
97
penuh berupa pengambilan keputusan dan full-electronic delivery service
sehingga tidak hanya terbatas pada tingkatan penyediaan informasi dan
layanan fasilitas mendownload formulir yang dibutuhkan.
3. Demi peningkatan terhadap pemberian informasi kepada masyarakat,
pemerintah maupun swasta hendaknya data-data yang ada di situs Pemkab
Bone senantiasa untuk selalu diperbaharui (Up-date).
4. Sebaiknya dari Pemerintah Kabupaten Bone, khususnya badan Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone lebih intensif dalam
mengadakan kampanye sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal,
mengetahui dan memanfaatkan fasilitas dari sistem informasi yang tersedia
melalui jaringan internet.
98
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H. Zainal, 2002, Sistem Informasi Layanan Publik (Praktek Electronic
Government Di Takalar), PT Yayasan Lagaligo Dotnet, Jakarta.
Bungin, Burhan, 2001, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kualitatif
dan Kuantitatif, Airlangga University Press, Surabaya.
Dwiyanto, Agus. 2006. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Faisal, Sanapiah, 2003, Format-Format Penelitian Sosial, P.T. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Gibson, Ivancevich dan Donnelly, 1996, Organisasi Perilaku, Struktur dan
Proses, Bina Rupa Aksara, Jakarta.
Handayaningrat, Soewarno, 1988, Pengatar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen, CV. Hajimas Agung, Jakarta.
Hendarto, Agung, 2002, Good Governance dan Penguatan Institusi Daerah,
Masyarakat Transparansi Indonesia, AusAID, Jakarta.
Indrajit, Rhicardus Eko, 2002, Electronic Government; StrategiPembangunan dan
Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital,
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Johansyah, Mansyur, 2005, Pelatihan Pemanfaatan dan Penggunaan Teknologi
Informasi Bagi pengembangan Usaha Masyarakat Se-Sulawesi selatan,
Yayasan Indonesiaku, Makassar
Karnay Sudirman, 2006, Makalah Teknologi Informasi Sebagai Alternatif
Tercepat Menuju Good Governance, Fisip Unhas, Makassar
Kountar, Ronny, 1996, Dasar-dasar Sistem Informasi Manajemen, Dinastindo,
Jakarta.
Mastam, 2003, Teknologi Informasi Sebagai Instrument Good Governance,
Puskadik Pers, Makassar.
Moenir,H.A.S, 1995, Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Bumi Aksara,
Jakarta.
Nawawi, H. Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Ndraha, Talidziduhu, 2003, Kybernology 1 (Ilmu Pemerintahan Baru), PT. Asdi
Mahasatya, Jakarta.
Sadjad S. Riza, 2006, Peranan Teknologi Informasi dalam Peningkatan
Transparansi Menuju Good Governance, PPs Unhas, Makassar
Sedarmayanti, 2004, Good Governance (Kepemerintahan Yang baik) Dalam
Kerangka Otonomi Daerah, Mandar Maju, Bandung.
Syafiie, Inu Kencana, 2001, Pengantar Ilmu Pemerintahan (Edisi Revisi), Refika
Aditama, Bandung.
Zoeltom, Andy dan Faizah Rozy, 2004, Electronic Government Menuju Good
Governance, Warta Eko bekerja sama dengan Spora Communications,
Jakarta.
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan Electronic Government
99
Instruksi Presiden No. 6/2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika
(Telekomunikasi, Media dan Informatika)
Kepmenpan No. 63/ KEP/ M. PAN/7/ 2003 Tentang Pelayanan Publik
Keputusan Mentri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003
menjelaskan sendi-sendi pelayanan Prima.
Perda Kab. Bone Nomor 20 Tahun 2006 tentang Retribusi Penggantian Biaya
Cetak KartuTanda Penduduk, Kartu Keluarga, dan Akta Catatan Sipil
100
L
A
M
P
I
R
A
N
101
102
103
104
105
DOKUMENTASI
Foto Wawancara di Disdukcapil Kab. Bone
Foto Wawancara di Disdukcapil Kab. Bone
106
Foto Wawancara di Disdukcapil Kab. Bone
Foto Wawancara di Disdukcapil Kab. Bone
107
Foto Wawancara di Disdukcapil Kab. Bone
108
RIWAYAT HIDUP
Sry Handayani lahir di Kabupaten Bone pada tanggal 23
Maret 1997. Anak bungsu dari pasangan Salinri dan Sahari.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD
Inpres 12/79 Carima pada tahun 2009. Pada tahun itu juga
penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Kahu dan
tamat Pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Kahu dan tamat pada tahun 2015. Selanjutnya pada tahun 2015 penulis
melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Pemerintahan. Pada tahun 2020
ini akan mengantarkan penulis untuk mendapatkan sarjana Strata Satu (S.1)
dengan menyusun karya ilmiah yang berjudul “Kualitas Pelayanan Aparatur
Pemerintah Melalui Penerapan e-Government di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bone”.