skripsi karakterisasi sifat fisiko kimia minyak pada · berdasarkan hasil analisis sifat fisiko...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
KARAKTERISASI SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK PADA PRODUK KACANG SALUT SELAMA PENGGORENGAN
Oleh :
TRI APRILIA DEWANTI
F24104118
2009
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
KARAKTERISASI SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK PADA PRODUK KACANG SALUT SELAMA PENGGORENGAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
TRI APRILIA DEWANTI
F24104118
2009
DEPARTEMEN ILMU DAN TEGNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
KARAKTERISASI FISIKO KIMIA MINYAK PRODUK KACANG SALUT SELAMA PENGGORENGAN
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
TRI APRILIA DEWANTI
F24104118
Dilahirkan pada 18 April 1986
Di Jakarta
Tanggal lulus:
Menyetujui,
Bogor,
Iwan Surjawan, Ph.D
Dr. Ir. Nuri Andarwulan, MSi.
Pembimbing Lapang Pembimbing Akademik
Mengetahui,
Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.
Ketua Departemen ITP
Tri Aprilia Dewanti. F24104118. Karakterisasi Sifat Fisiko Kimia Minyak Pada Produk Kacang Salut Selama Penggorengan. Di bawah bimbingan Nuri Andarwulan dan Iwan Surjawan
RINGKASAN
Proses penggorengan deep fat frying merupakan metode menggoreng dengan produk pangan yang terendam seutuhnya dalam minyak goreng sebagai media penghantar panas. Minyak dipanaskan terus-menerus pada suhu relatif tinggi (160-180oC). Tingginya pemakaian minyak goreng menyebabkan industri umumnya menggunakan minyak goreng berulang kali yang bertujuan mengurangi biaya operasional. Hal ini akan menyebabkan penurunan sifat fisiko kimia minyak goreng pada penggorengan awal hingga akhir sehingga mempengaruhi perbedaan kualitas pada produk hasil goreng.
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu pengamatan proses penggorengan kacang salut skala industri. Pengamatan dilakukan di bagian produksi salah satu industri pangan lokal. Pengamatan dilakukan untuk menentukan sampel yang akan digunakan pada tahap analisis sifat fisiko kimia minyak dalam produk kacang salut. Tahap kedua yaitu analisis sifat fisiko kimia minyak dalam produk kacang salut hasil proses penggorengan berulang dari tahap pertama.
Proses penggorengan pada produksi kacang salut di PT GPPJ adalah sistem continuous frying. Continuous fryer yang digunakan memiliki jenis multizone yang terdiri dari dua tahapan penggorengan yang terpisah (stage). Papatan yang telah disortasi dipanaskan di stage 1 pada suhu 130 – 132oC selama 4 menit untuk mengembangkan papatan. Selanjutnya papatan dipanaskan di stage 2 pada suhu 154 – 157oC selama 16 menit untuk mematangkan papatan menjadi produk kacang salut. Produk kacang salut yang dihasilkan kemudian didinginkan selama 3 menit dengan exhauster. Produk kacang salut kemudian didiamkan pada suhu ruang selama 16 jam kemudian dikemas.
Siklus minyak goreng pada continuous fryer yaitu minyak ditampung dalam tandon kemudian masuk di awal stage. Aliran minyak dalam stage terjadi karena adanya sistem pompa. Minyak kemudian keluar dari akhir stage menuju filter. Minyak yang telah difilter kemudian dipanaskan di heat exchanger kemudian masuk kembali ke awal stage.
Industri melakukan regenerasi minyak dengan menambahkan minyak secara periodik setiap jam. Penambahan minyak bertujuan menyamakan volume minyak di fryer akibat penyerapan oleh produk kacang salut dan memperlambat kerusakan minyak. Parameter indeks kualitas minyak yang digunakan oleh perusahaan adalah nilai asam lemak bebas sebesar 0.25%. Proses recovery minyak bekas pakai juga dilakukan untuk menekan biaya produksi.
Berdasarkan hasil analisis sifat fisiko kimia minyak dalam produk kacang salut, diperoleh data kadar air coating kacang salut selama penggorengan berkisar antara 3.98 – 5.43% dengan nilai rata-rata 4.66% dan standar deviasi 0.38%. Kadar lemak berdasarkan berat basah berkisar antara 14.23 – 22.31% dengan nilai rata-rata 18.07% dan standar deviasi 1.79% sedangkan kadar lemak berdasarkan berat kering berkisar antara 14.82 – 23.31% dengan nilai rata-rata
18.95% dan standar deviasi 1.88%. Nilai kerenyahan coating kacang salut menggunakan texture analyzer berkisar antara 23.50-45.50 dengan nilai rata-rata 35.80 dan standar deviasi 4.59. Nilai kadar air, kadar lemak, dan tekstur yang tidak konstan disebabkan faktor yang menyebabkan keragaman tiap butir dari kacang salut. Nilai asam lemak bebas minyak dalam coating kacang salut berdasar asam lemak oleat berkisar antara 0.10 – 0.19% dengan nilai rata-rata 0.14% dan standar deviasi 0.02%. Nilai asam lemak bebas minyak dalam coating kacang salut berdasar asam lemak palmitat berkisar antara 0.09 – 0.15% dengan nilai rata-rata 0.12% dan standar deviasi 0.01%. Bilangan peroksida minyak dalam coating kacang salut berkisar antara 4.75 – 10.30 (meq O2/kg sampel) dengan nilai rata-rata 7.20 (meq O2 / kg sampel) dan standar deviasi 1.73. Nilai TBA minyak dalam coating kacang salut berkisar antara 0.44 – 1.62 (mg malonaldehida/kg minyak) dengan nilai rata-rata 0.84 dan standar deviasi 0.42. Nilai Total Polar Material minyak dalam coating kacang salut berkisar antara 4.25 – 9.25% dengan nilai rata-rata 6.45% dan standar deviasi 1.26%. Nilai indeks bias minyak dalam coating kacang salut berkisar antara 1.4636 – 1.4661 dengan nilai rata-rata 1.4649 dan standar deviasi 0.0006. Absorbansi warna minyak dalam coating kacang salut berkisar antara 0.0370 – 0.0684 dengan nilai rata-rata 0.0508 dan standar deviasi 0.0078. Nilai asam lemak bebas, TBA, Total Polar Material, indeks bias, dan warna dari analisis sifat fisiko kimia berfluktuasi selama proses penggorengan. Hal ini terjadi karena pada penelitian digunakan continuous fryer yang disertai continuous filter system dan proses topping secara periodik menggunakan minyak segar.
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 18 April 1986. Penulis adalah
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan FX Sugianto dan Andriana
Andriastuti (Alm). Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun 1990-1992
di TK Pondok si Boncel, Jakarta. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1992-1998
di SD Budi Mulia Desa Putra, Jakarta. Pendidikan SLTP ditempuh pada tahun
1998-2001 di SLTP Tarakanita I, Jakarta. Selepas SLTP, penulis melanjutkan
pendidikannya di SMU Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan hingga tahun 2004.
Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan terdaftar di Departemen Ilmu
dan Teknologi Pangan, fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti
organisasi, yaitu menjadi staf divisi kesekretariatan (tahun 2005-2006) dan staf
divisi kaderisasi (tahun 2006-2007) Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi
Pangan, staf divisi kesekretariatan KEMAKI (Keluarga Mahasiswa Katolik IPB),
dan anggota Persekutuan Fakultas FATETA. Kegiatan kepanitiaan juga pernah
diikuti penulis antara lain Natal CIVA 2005, BAUR 2006, dan NSPC (National
Student Paper Competition).
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana, penulis melakukan
kegiatan magang penelitian di PT GPPJ. Hasil magang penelitian tersebut
disusun dalam bentuk skripsi dengan judul “Karakterisasi Fisiko Kimia Minyak
Dalam Produk Kacang Salut Selama Penggorengan” di bawah bimbingan Dr. Ir.
Nuri Andarwulan M.Si dan Iwan Surjawan Ph.D.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis
sampaikan kepada sejumlah pihak yang telah mendukung dan membantu
penyelesaian skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
memberi dukungan, motivasi, perhatian, bekal hidup, dan pengarahan bagi
penulis selama penulis menyelesaikan tugas akhir.
2. Elvira Syamsir, STP, M.Si dan Iwan Surjawan, Ph.D atas kesediaannya
menjadi dosen penguji dan masukan yang berarti demi perbaikan skripsi
ini.
3. Ir. B. Elizabeth Silalahi atas kesediaan memberikan kesempatan penulis
melaksanakan magang penelitian di PT GPPJ.
4. Wati, STP selaku pembimbing lapang yang telah banyak meluangkan
waktu dan mencurahkan perhatian selama penulis melaksanakan magang.
5. Bapak FX. Sugianto, Ibu Andriana A. (Alm), Angela Ika Y.
Mariendrasari, dan Antonius Danol D. yang telah memberi begitu banyak
dukungan baik secara moril maupun materiil. Terimakasih atas semua
kesabaran dan doa sehingga penulis tetap bersemangat dan dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Keluarga Mola (Pakde Sujudi, Bude Mamiek, dan Mbak ninik) atas
kesediaan memberikan dukungan dan suasana kekeluargaan kepada
penulis selama penulis menyelesaikan tugas akhir.
7. Astrida Renata dan Hardianzah Rahmat sebagai teman satu bimbingan.
Terimakasih atas kebersamaan, kerjasama, masukan, dan bantuan selama
penulis melakukan penelitian.
8. Ibu Nurul, Mas Kristian, Mbak Indri, Mas Adji, Mas Anto, dan semua
pihak yang telah membantu, meluangkan waktu, dan memberi masukan
selama penulis melaksanakan observasi lapang.
iii
9. Ibu Ratih, Mbak Tri, Mba Susan, Mas Willy, Mbak Anita, Azizah, dan
Asof atas bantuan dan kebersamaannya selama penulis melaksanakan
penelitian di laboratorium PT GPPJ.
10. Terimakasih untuk teman-teman di PT GPPJ atas bantuan selama penulis
melaksanakan magang : Mbak Cecil, Mbak Lia, Mbak Melisa, Mbak Nita,
Kiki, Valen, Herlina, dan Haris.
11. Teknisi laboratorium ITP (Pak Taufik, Pak Sobirin, Bu Rubiah, Pak Rojak,
dan Abah) atas bantuan dan saran yang telah diberikan.
12. Terimakasih untuk teman-teman satu lab (Ecy, Ririn, Rizka, Sisi, Chabib,
Mas Ayusta, dan Mas Rai); teman-teman magang (Dini, Mayland, Yuke,
Iqbal, Andri, Indra, Gina, Vera); dan teman-teman puri fikriyah atas
kebersamaannya.
13. Netha, Tenni, Dini, Wulan, golongan D4, dan teman-teman ITP angkatan
41 atas kebersamaan, kerjasama yang luar biasa, dan kenangan yang
berkesan selama penulis menjadi mahasiswa di IPB.
14. Sekar Nur Wulandari dan S. Indra Christian atas semangat, dukungan, dan
motivasi yang diberikan kepada penulis selama pelaksanaan tugas akhir.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan banyak terimakasih atas semmua dukungan yang telah
diberikan selama penulis menyelesaikan studi di IPB.
Bogor, Januari 2009
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
RIWAYAT HIDUP............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... viii
I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
B. TUJUAN PENELITIAN............................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 3
A. MINYAK DAN LEMAK ........................................................................... 3
B. PRODUK GORENG................................................................................... 4
C. SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK SELAMA PENGGORENGAN.......... 7
D. IDENTIFIKASI KUALITAS FISIKO KIMIA MINYAK DALAM PRODUK GORENG................................................................................... 11
E. SISTEM PROSES GORENG ..................................................................... 13
III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................................... 15
A. BAHAN DAN ALAT ................................................................................. 15
B. METODE PENELITIAN............................................................................ 15
1. Karakteristik Proses Penggorengan Kacang Salut Skala Industri ....... 15
2. Analisis Fisiko Kimia Minyak Produk Kacang Salut ......................... 17
C. METODE ANALISIS................................................................................. 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................... 28
A. KARAKTERISTIK PROSES PENGGORENGAN KACANG SALUT SKALA INDUSTRI.................................................................................... 28
B. SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK DALAM PRODUK KACANG SALUT SELAMA PENGGORENGAN .................................................... 36
B. REKOMENDASI PENENTUAN SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK UNTUK KUALITAS PRODUK KACANG SALUT ............................... 51
V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................... 54
A. KESIMPULAN........................................................................................... 54
B. SARAN ....................................................................................................... 55
v
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 57
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Minyak yang terserap pada produk deep fried ....................................... 6
Tabel 2. Pembentukan polimer triasilgliserol (mg/100 mg minyak) pada penggorengan berulang ....................................................................... 11
Tabel 3. Data berat papatan yang digoreng dan kacang salut yang dihasilkan dari proses penggorengan selama pengamatan .................. 35
Tabel 4. Data perhitungan berat coating dari produk kacang salut ................... 35
Tabel 5. Hasil analisis sifat fisiko kimia minyak pada produk kacang salut selama penggorengan ................................................................... 52
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Reaksi-reaksi yang terjadi selama proses deep fat frying ................. 5
Gambar 2. Reaksi hidrolisis yang terjadi pada minyak goreng ........................... 8
Gambar 3. Pembentukan polimer asiklik pada asam oleat selama proses pemanasan ....................................................................................... 10
Gambar 4. Hancuran coating kacang salut ....................................................... 17
Gambar 5. Skema persiapan sampel analisis sifat fisiko kimia minyak dalam produk kacang salut............................................................... 18
Gambar 6. Pengukuran kacang salut menggunakan TA.Xtplus Texture Analyzer dengan probe 5 Blade Kramer Shear Cell························25
Gambar 7. Grafik analisis tekstur kacang salut menggunakan Texture Anayzer TA.Xtplus........................................................................... 26
Gambar 8. Grafik hubungan nilai asam lemak bebas minyak goreng (% asam palmitat) sebelum dan sesudah topping selama proses penggorengan .................................................................................. 31
Gambar 9. Grafik perubahan kadar air selama proses penggorengan (%bb) ............................................................................................. 36
Gambar 10. Kadar lemak coating kacang salut selama penggorengan (%bk) ............................................................................................. 38
Gambar 11. Kadar lemak coating kacang salut selama penggorengan (%bb) .............................................................................................. 39
Gambar 12. Grafik hubungan profil tekstur kerenyahan kacang salut selama penggorengan .................................................................... 40
Gambar 13. Grafik hubungan asam lemak bebas dalam coating kacang salut selama penggorengan (g asam oleat / 100g minyak)............... 42
Gambar 14. Grafik hubungan asam lemak bebas dalam coating kacang salut selama penggorengan (g asam palmitat / 100g minyak) ......... 43
Gambar 15. Grafik hubungan bilangan peroksida dalam coating kacang salut selama penggorengan (meq O2 / kg sampel) ........................... 44
Gambar 16. Reaksi 2-thiobarbituric acid (TBA) dan malonaldehida ................. 46
Gambar 17. Grafik hubungan nilai TBA dalam coating kacang salut selama penggorengan (mg malonaldehida / kg minyak).................. 46
Gambar 18. Grafik hubungan nilai TPM dalam coating kacang salut selama penggorengan (%) ................................................................ 48
Gambar 19. Grafik hubungan nilai indeks bias dalam coating kacang salut selama penggorengan .............................................................. 49
viii
Gambar 20.
Grafik hubungan warna minyak dalam coating kacang salut selama penggorengan ....................................................................... 51
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Gambar continuous fryer yang digunakan pada penelitian ........... 55
Lampiran 2. Data pengamatan regenerasi minyak, nilai asam lemak bebas minyak goreng, dan suhu selama proses penggorengan................................................................................. 56
Lampiran 3. Perubahan nilai ALB (%) sebelum dan sesudah topping selama penggorengan ............................................................................... 64
Lampiran 4. Data kadar air produk kacang salut selama penggorengan ........... 65
Lampiran 5. Data kadar lemak produk kacang salut selama penggorengan................................................................................. 67
Lampiran 6. Setting pengukuran tektur produk kacang salut dengan Texture Analyzer ........................................................................... 71
Lampiran 7. Data hasil pengukuran tekstur produk kacang salut menggunakan Texture Analyzer..................................................... 72
Lampiran 8. Data korelasi antara kadar air (% bb) dengan profil tekstur kacang salut menggunakan Texture Analyzer................................ 75
Lampiran 9. Gambar korelasi antara kadar air (% bb) dengan profil tekstur kacang salut menggunakan Texture Analyzer.................... 76
Lampiran 10. Data kurva standar asam lemak bebas (g asam oleat/100 g sampel) .......................................................................................... 77
Lampiran 11. Data kurva standar asam lemak bebas (g asam palmitat/100 g sampel)................................................................... 77
Lampiran 12. Data nilai asam lemak bebas minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan (g asam oleat/100 g sampel) .............. 78
Lampiran 13. Data nilai asam lemak bebas minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan (g asam palmitat/100 g sampel)........................................................................................... 81
Lampiran 14. Data kurva standar bilangan peroksida ......................................... 84
Lampiran 15. Data bilangan peroksida minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan (meq O2 / kg sampel) ......................... 85
Lampiran 16. Data nilai thiobarbituric acid produk kacang salut selama penggorengan (mg malonaldehida / kg sampel) ............................ 87
Lampiran 17. Data nilai Total Polar Material dalam minyak produk kacang salut selama penggorengan................................................ 89
Lampiran 18. Data indeks bias dalam minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan .................................................................... 91
Lampiran 19. Data warna dalam minyak produk kacang salut selama penggoreng..................................................................................... 93
1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Produk kacang dan olahannya saat ini banyak beredar di pasaran.
Produk olahan dari kacang tanah seperti kacang asin, kacang bawang, dan
kacang telur bukan barang asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Sebagian
besar masyarakat menjadikan produk olahan kacang tanah sebagai makanan
ringan ketika bersantai dengan keluarga atau ketika menonton televisi
(Warisno, 2006). Salah satu produk olahan kacang tanah yaitu kacang salut.
Produk ini terbuat dari kacang tanah yang dilapisi oleh campuran tepung
dengan ketebalan tertentu kemudian diproses melalui proses penggorengan
deep fat frying menggunakan sistem continuous frying.
Proses deep fat frying merupakan salah satu cara menggoreng yang telah
lama dilakukan. Produk pangan pada deep fat frying terendam seutuhnya
dalam minyak goreng yang merupakan media penghantar panas. Proses deep
fat frying sistem continuous frying memungkinkan penggunaan minyak
goreng yang berulang pada proses penggorengan produk pangan.
Minyak yang digunakan untuk menggoreng akan dipanaskan terus-
menerus pada suhu relatif tinggi. Minyak tersebut akan mengalami perubahan
kimia yang umum terjadi diantaranya reaksi oksidasi, polimerisasi, hidrolisis,
dan menghasilkan komponen volatil dan nonvolatil. Sebagian besar komponen
volatil akan terevaporasi dan sebagian lagi akan melalui reaksi kimia dan
terserap pada produk pangan yang digoreng (Choe dan Min, 2007).
Produk pangan hasil penggorengan akan menyerap minyak selama
proses penggorengan dan pendinginan. Sebanyak 4 – 30% bobot akhir produk
pangan goreng merupakan minyak yang terserap selama proses penggorengan
(Lawson, 1995). Minyak yang terserap pada produk kacang salut dapat
menurunkan kualitas produk pangan. Proses deep fat frying dengan sistem
continuous frying menyebabkan kualitas minyak goreng menurun pada
penggorengan awal hingga akhir. Hal ini juga akan menyebabkan perbedaan
kualitas pada produk hasil goreng kacang salut selama penggorengan
2
B. TUJUAN
Tujuan penelitian mempelajari karakteristik proses penggorengan kacang
salut dan perubahan sifat fisiko kimia minyak dalam produk kacang salut
selama proses penggorengan.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. MINYAK DAN LEMAK
Protein, karbohidrat, dan lemak bersama dengan air merupakan
konstituen utama dalam bahan pangan. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak. Karbohidrat dan lemak
merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh manusia. Lemak yang
dioksidasi sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3 kalori per gram lemak,
sedangkan protein dan karbohidrat menghasilkan 4,1 dan 4,2 kalori per
gramnya. Minyak dan lemak dalam bahan pangan secara umum
dikelompokkan dalam dua golongan, yaitu (1) lemak yang siap dikonsumsi
langsung, seperti mentega, margarin, dan (2) lemak yang dimasak bersama
bahan pangan atau dijadikan sebagai media penghantar panas dalam memasak
bahan pangan misalnya minyak goreng, shortening, dan lemak babi (Ketaren,
1986).
Menurut Akoh dan Min (2002), pengklasifikasian lipida dapat
didasarkan pada properti fisiknya (minyak jika berwujud cair dan lemak jika
berwujud padat pada suhu kamar), polaritasnya (lipida polar dan lipida netral),
esensialnya pada manusia (asam lemak esensial dan asam lemak non esensial),
atau strukturnya (lipida sederhana dan lipida kompleks). Minyak dan lemak
termasuk salah satu anggota lipida netral (Ketaren, 1986).
Minyak dan lemak merupakan campuran dari gliserida-gliserida dengan
susunan asam-asam lemak yang tidak sama. Minyak dan lemak terdiri dari
gliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak.
Gliserol (propane-1,2,3-triol) merupakan satu-satunya alkohol dimana asam
lemak teresterifikasi menjadi trigliserida. Gliserol terdiri dari tiga gugus
hidroksil yang simetris dan merupakan komponen dasar yang penting dari
struktur trigliserida (Bockisch, 1998).
Asam lemak penyusun trigliserida merupakan gugus asam karboksilat,
alifatik, jenuh, atau tak jenuh. Asam oleat diidentifikasikan sebagai komponen
penting penyusun trigliserida minyak dan lemak (Bockisch, 1998).
Trigliserida nabati dan hewani, panjang rantai penyusun asam lemak terdiri
4
dari 4 hingga 26 atom karbon, sedangkan pada lilin (waxes) lebih dari 38 atom
karbon.
Trigliserida dari suatu minyak mengandung sekitar 94-96% asam lemak
sehingga sifat fisiko kimia minyak atau lemak tergantung dari sifat asam
lemaknya. Trigliserida dapat berwujud padat atau cair tergantung dari
komposisi asam lemak penyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berwujud
cair karena mengandung sejumlah asam lemak tak jenuh, yaitu asam oleat,
linoleat, atau linolenat dengan titik cair yang rendah. Lemak hewani umumnya
berwujud padat pada suhu kamar karena mengandung sejumlah asam lemak
jenuh, seperti asam palmitat dan stearat yang mempunyai titik cair lebih tinggi
(Ketaren, 1986).
B. PRODUK GORENG
Proses menggoreng merupakan salah satu metode pengolahan bahan
pangan yang telah banyak dilakukan. Menurut Lawson (1995), salah satu
metode menggoreng yaitu deep fat frying. Metode deep fat frying merupakan
metode proses memasak dengan bahan pangan yang terendam di dalam
medium minyak sebagai penghantar panas. Proses deep fat frying berlangsung
pada suhu tinggi (antara 160 – 180oC).
Transfer panas berlangsung secara langsung dari minyak panas ke bahan
pangan dingin. Aplikasi panas secara langsung dari minyak ke bahan pangan
akan menyebabkan proses menggoreng berlangsung secara cepat (Lawson,
1995). Menurut Blumenthal (1996), proses penggorengan deep fat frying
memiliki keuntungan seperti bahan pangan goreng lebih mudah diterima
secara organoleptik karena menghasilkan rasa yang enak, memiliki permukaan
yang renyah, warna yang disukai, dan mouthfeel yang diinginkan karena
adanya minyak yang terserap.
Selama proses deep fat frying minyak dipanaskan dan dibiarkan kontak
dengan udara. Skema reaksi yang terjadi selama proses deep fat frying dapat
dilihat pada Gambar 1.
5
Uap, komponen volatil
absorpsi aerasi
uap
oksigen bahan pangan
oksidasi hidrolisis
pelarutan asam lemak bebas
hidroperoksida digliserida diena terkonjugasi komponen warna monogliserida
lemak makanan gliserol
pemecahan dehidrasi radikal bebas
keton dimer alkohol trimer aldehid epoksida
alkohol hidrokarbon
asam hidrokarbon
polimerisasi dimer komponen siklik
Gambar 1. Reaksi-reaksi yang terjadi selama proses deep fat frying (Hui, 1996).
Proses penggorengan memungkinkan bahan pangan menyerap sejumlah
minyak selama proses penggorengan. Menurut Pokorny (1999), penyerapan
minyak oleh produk goreng dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
suhu dan waktu yang berbanding lurus dengan peningkatan jumlah minyak
yang diserap oleh produk goreng, air yang terkandung dalam bahan pangan
yang akan tergantikan oleh minyak selama proses penggorengan, dan kualitas
6
minyak yang digunakan. Jenis bahan pangan yang digoreng pun akan
mempengaruhi penyerapan minyak. Produk goreng yang berasal dari bahan
pangan nabati dan mengandung pati akan menyerap minyak lebih banyak dari
pada bahan pangan hewani.
Tabel 1. Minyak yang terserap pada produk deep fried (Pokorny, 1999) Produk pangan goreng Kandungan minyak (%)
Kentang (french fries dan keripik) 15 – 36 Serealia (doughnut) 18 – 30 Sayuran (dengan atau tanpa batter) 35 – 75 Jamur (dengan batter) 65 – 80 Daging sapi, babi 10 – 25 Ayam (tepung dan batter) 10 – 30 Ikan (tepung) 20 – 42 Sosis 38 – 70
Kualitas minyak goreng akan mempengaruhi tingkat penyerapan minyak
dalam produk pangan. Tegangan permukaan antara minyak goreng dan bahan
pangan tinggi saat minyak yang digunakan merupakan fresh oil. Selama
penggorengan berulang, polaritas minyak meningkat akibat proses pemanasan
sehingga tegangan permukaan antara minyak goreng dan bahan pangan yang
digoreng menurun. Penyerapan minyak akan meningkat dengan semakin
banyak penggorengan berulang (Pinthus dan Saguy, 1994).
Menurut Blumenthal (1996), proses goreng merupakan fenomena
transfer panas yang terjadi secara simultan, yaitu transfer panas, transfer
massa air, dan transfer massa minyak. Ketiga proses transfer tersebut akan
menentukan kualitas akhir produk goreng yang dicirikan dengan perubahan
aroma, warna produk menjadi kecoklatan, dan tekstur renyah. Selama proses
goreng berlangsung terjadi transfer air dari bahan pangan dengan minyak.
Minyak yang masuk akan menempati pori-pori yang ditinggalkan oleh air,
proses difusi ini akan berlangsung terus sampai akhir penggorengan bahkan
pada waktu pendinginan setelah penggorengan. Pori-pori yang terbentuk
disebabkan perbedaan tekanan ketika produk tercelup ke dalam minyak panas.
Air yang terdapat dalam bahan akan keluar dengan cepat dalam bentuk uap air
7
sehingga terbentuklah pori dalam produk. Semakin banyak pori yang terdapat
pada produk dikatakan produk semakin renyah (Mellema, 2003).
C. SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK SELAMA PENGGORENGAN
Reaksi penting pada minyak dan lemak adalah reaksi hidrolisis, oksidasi,
polimerisasi, dan pembentukan warna (Lawson, 1995). Perubahan sifat kimia
yang terjadi menyebabkan kenaikan kandungan asam lemak bebas hasil reaksi
hidrolisis, penurunan asam lemak tak jenuh, dan kenaikan bilangan peroksida
yang berhubungan dengan kerusakan minyak. Menurut Choe dan Min (2007),
selama proses pemanasan reaksi hidrolisis, oksidasi, polimerisasi akan
menyebabkan minyak berasap, berbusa, dan meninggalkan warna coklat serta
flavor yang tidak disukai.
Perubahan sifat fisik minyak yang terjadi selama pemanasan
menyebabkan kenaikan indeks bias, viskositas, warna, dan penurunan titik
asap. Viskositas yang meningkat selama pemanasan disebabkan peningkatan
komponen hasil degradasi minyak. Komponen nonvolatil yang memiliki berat
molekul tinggi hasil reaksi polimerisasi meningkatkan viskositas minyak
selama proses penggorengan. Indeks bias merupakan perbandingan
perbandingan kecepatan cahaya di udara dengan kecepatan cahaya di dalam
medium tertentu. Indeks bias pada minyak meningkat dengan semakin
panjang rantai karbon, jumlah ikatan rangkap, dan meningkatnya kekentalan
hasil reaksi polimerisasi (Wan, 2000). Warna minyak yang terbentuk selama
proses penggorengan merupakan hasil degradasi warna alami minyak atau
komponen bahan pangan yang digoreng (Akoh dan Min, 2002).
Reaksi hidrolisis dapat terjadi pada proses penggor engan suhu tinggi.
Bahan pangan yang digoreng akan menghasilkan air dan uap air. Air dan uap
air akan menghidrolisis trigliserida pada suhu tinggi sehingga menghasilkan
monogliserida, digliserida, gliserol, dan asam lemak bebas. Reaksi ini akan
mengakibatkan ketengikan hidrolisa yang menghasilkan flavor dan bau tengik
pada minyak tersebut. Gliserida akan terevaporasi sebagian pada suhu 150 oC.
Peningkatan asam lemak bebas dan produk asam lemak yang memiliki bobot
8
molekul rendah hasil oksidasi lemak dapat mem icu reaksi hidrolisis dengan
adanya uap selama proses penggorengan (Warner, 2002).
Jumlah asam lemak bebas semakin meningkat dengan lama waktu proses
penggorengan. Asam lemak yang terkandung dalam minyak goreng digunakan
sebagai salah satu indikasi kualitas minyak goreng. Reaksi hidrolisis lebih
mudah terjadi pada minyak yang mengandung komponen asam lemak rantai
pendek dan tak jenuh dari pada asam lemak rantai panjang dan jenuh karena
asam lemak rantai pendek dan tak jenuh bersifat lebih larut dalam air.
Penambahan minyak baru pada proses penggorengan akan memperlambat
terjadinya reaksi hidrolisis. Asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak
goreng maksimum sebesar 0.05 – 0.08% (Choe dan Min, 2007).
Gambar 2. Reaksi hidrolisis yang terjadi pada minyak goreng
Menurut Lawson (1995), laju hidrolisis trigliserida meningkat oleh
beberapa faktor : jumlah air yang dibebaskan pada minyak selama proses
pemanasan, suhu minyak saat pemanasan, regenerasi minyak yang digunakan
dengan fresh oil, perlakuan pemanasan dan pendinginan minyak goreng
selama digunakan.
Proses oksidasi disebabkan keberadaan oksigen yang bereaksi dengan
minyak atau lemak. Reaksi oksidasi minyak dan lemak berjalan relatif lambat
pada suhu ruang, namun pada suhu tinggi (suhu goreng) reaksi oksidasi
berjalan sangat cepat (Choe dan Min, 2007). Menurut Lawson (1995),
9
beberapa faktor yang mempengaruhi jalannya kecepatan laju oksidasi selain
suhu yaitu : laju minyak atau lemak terserap dalam bahan pangan dan
penambahan fresh oil, luas permukaan minyak yang terpapar oleh oksigen,
keberadaan logam seperti tembaga yang bersifat prooksidan, dan kualitas
minyak untuk menggoreng.
Proses autooksidasi dan ketengikan pada bahan pangan terjadi melalui
mekanisme pembentukan radikal bebas yang terdiri dari proses inisiasi,
propagasi, dan terminasi (Shahidi dan Naczk, 1995). Tahap inisiasi diawali
dengan terbentuknya radikal asam lemak, yaitu suatu senyawa turunan asam
lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat hilangnya satu atom
hidrogen (reaksi 1). Tahap selanjutnya yaitu tahap propagasi, dimana radikal
asam lemak bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi (reaksi 2).
Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan
hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3)
Inisiasi :
RH R* + H* (1)
Propagasi :
R* + O2 ROO* (2)
ROO* + RH ROOH + R* (3)
Hidroperoksida yang terbentuk tidak stabil dan akan terdegradasi lebih
lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida
dan keton yang bertanggungjawab atas flavor makanan berlemak. Tahap
selanjutnya merupakan tahap terminasi dimana radikal bebas membentuk
kompleks satu sama lain menghasilkan produk non-radikal (reaksi 4).
Terminasi :
ROO* + ROO* non-radikal (4)
R* + ROO* non-radikal
R* + R* non-radikal
Pemanasan berlebih pada minyak selama proses penggorengan akan
menghasilkan komponen volatil dan nonvolatil. Komponen volatil yang
terbentuk diantaranya peroksida, mono-, dan digliserida tidak terlalu
bertanggungjawab atas terbentuknya polimer selama proses pemanasan
10
(Lawson, 1995). Reaksi polimerisasi yang terjadi pada minyak dalam proses
penggorengan menghasilkan komponen polar nonvolatil dimer dan polimer.
Dimer dan polimer hasil reaksi polimerisasi memiliki berat molekul tinggi
antara 692 – 1600. Polimer dapat terbentuk dari radikal bebas atau trigliserida.
Penggorengan berulang dan suhu yang tinggi dapat meningkatkan komponen
polimer (Akoh dan Min, 2002).
Gambar 3. Pembentukan polimer asiklik pada asam oleat selama proses pemanasan (Choe dan Min, 2007).
Minyak yang telah mengalami polimerisasi ditandai dengan peningkatan
viskositas dan penurunan bilangan iod. Hasil polimerisasi akan mempengaruhi
kulitas minyak goreng menghasilkan warna coklat pada minyak dan terbentuk
bahan berupa gum yang mengendap dan bau serta rasa yang tidak enak.
Menurut Choe dan Min, (2007) proses polimerisasi yang menghasilkan dimer
dan polimer pada penggorengan deep fat merupakan reaksi radikal. Alil
radikal terbentuk pada gugus metilen carbon
ikatan ganda. Dimer terbentuk
dari reaksi alil radikal melalui ikatan C-C.
11
Tabel 2. Pembentukan polimer triasilgliserol (mg/100 mg minyak) pada
penggorengan berulang (Choe dan Min, 2007). Pengulangan Penggorengan Komponen hasil
penggorengan 0 20 30 50 75 Polimer triasilgliserol 0.10 1.65 2.50 3.15 3.44 Dimer triasilgliserol 0.75 6.25 7.09 7.37 7.51
D. IDENTIFIKASI KUALITAS FISIKO KIMIA MINYAK DALAM
PRODUK GORENG
Menurut Lawson (1995), pada saat minyak dipanaskan akan terjadi
perubahan sifat fisiko kimia dari minyak. Penentuan stabilitas miyak dan
lemak dapat ditentukan baik secara fisik dan kimia. Produk degradasi dari
pemanasan minyak terdiri dari komponen volatil dan nonvolatil. Perubahan ini
akan berpengaruh terhadap kualitas produk yang dihasilkan.
Menurut Warner (2002), produk degradasi minyak berupa komponen
nonvolatil yang memiliki bobot molekul tinggi merupakan indikator nyata
kerusakan minyak karena komponen nonvolatil akan terakumulasi dan bersifat
tetap selama pemanasan. Metode untuk mengukur komponen nonvolatil hasil
kerusakan minyak diantaranya analisis asam lemak bebas, bilangan iod, non-
urea adduct-forming ester, total komponen polar, viskositas, indeks bias, dan
warna. Akumulasi dan pembentukan komponen nonvolatil bertanggung jawab
atas perubahan sifat fisik yang terjadi pada minyak goreng.
Menurut Blumethal (1996), kadar asam lemak bebas merupakan
penentuan dari jumlah rantai asam lemak hasil hidrolisis ikatan trigliserida
yang belum didegradasi menjadi komponen tak tertitrasi atau mungkin
dibentuk melalui proses oksidasi. Penentuan kadar asam lemak bebas pada
minyak goreng metode titrasi asam basa menggunakan NaOH sebagai titran.
Jumlah asam lemak di dalam minyak dinyatakan dalam persen. Kadar asam
lemak bebas merupakan karakteristik umum yang dapat digunakan sebagai
kontrol kulitas minyak. Pada awal proses penggorengan, asam lemak bebas
dihasilkan dari proses oksidasi, namun pada tahap selanjutnya asam lemak
bebas dihasilkan dari proses hidrolisis karena keberadaan air (Krishnamurthy
dan Vernon, 1996). Asam lemak bebas akan mengkatalisis hidrolisis minyak
yang digunakan pada proses penggorengan. Akumulasi asam lemak bebas
12
yang berada dalam jumlah yang signifikan membentuk asap yang berlebihan
dan menurunkan kualitas dari makanan hasil goreng.
Komponen polar merupakan semua senyawa non-trigliserida dan
partikel-partikel dalam minyak. Minyak segar umumnya mengandung 2-4%
komponen non-trigliserida. Komponen polar dapat digunakan untuk
menghitung degradasi total dari minyak pada proses goreng. Jumlah
komponen polar (Total Polar Material) dinyatakan dengan satuan %. Total
komponen polar pada minyak goreng harus kurang dari 24% (Stier, 2003).
Menurut Warner (2002), penelitian Arroyo et al. (1992), menyatakan terdapat
korelasi linear antara penggorengan berulang dan jumlah produk hasil
degradasi minyak termasuk total komponen polar, triasilgliserol polimer, dan
triasilgliserol dimer. Penelitian Dobarganes et al. (1993), menyatakan bahwa
tidak ada perbedaan nyata antara kandungan total komponen polar atau
distribusi komponen polar pada minyak yang digunakan untuk menggoreng
dengan minyak hasil ekstraksi produk goreng.
Warna merupakan salah satu indikator yang dapat dipakai dalam
penentuan kualitas minyak. Setiap jenis minyak memiliki warna spesifik
tergantung dari jumlah dan jenis pigmen alami yang terkandung dalam minyak
tersebut, seperti klorofil dalam minyak kedelai atau gossypol dan flavonoid
pada cottonseed oil. Proses refining dapat meninggalkan residu gum
phospolipid (lecitin) yang akan memberikan warna gelap pada minyak selama
proses deodorasi. Minyak nabati akan semakin gelap dengan semakin lamanya
masa simpan atau meningkatnya suhu. Proses yang mempengaruhi perubahan
warna minyak juga adalah proses penggorengan. Minyak akan semakin
berwarna gelap karena reaksi polimerisasi dan interaksi minyak dengan
komponen dalam bahan pangan selama proses penggorengan (Wan, 2000).
Salah satu perubahan sekunder dari stabilitas oksidasi lipid adalah
malonaldehid yang diukur dengan metode bilangan Thiobarbituric Acid
(TBA). Uji TBA didasarkan atas terbentuknya pigmen berwarna merah
sebagai hasil dari reaksi kondensasi antara dua molekul TBA dengan satu
molekul malonaldehid. Senyawa malonaldehid secara teoritis dihasilkan dari
pembentukan di-peroksida pada gugus pentadiena yang disusul dengan
13
pemutusan rantai molekul atau dengan cara oksidasi lebih lanjut 2-enol yang
dihasilkan dari penguraian monohidroperoksida (Kochar, 1993).
Bilangan TBA merupakan metode pengukuran stabilitas oksidatif lemak
dan minyak yang umum digunakan karena sifatnya yang sederhana (sampel
tidak perlu diekstrak terlebih dahulu), tidak memerlukan waktu yang lama,
dan cukup akurat. Namun metode ini memiliki kekurangan, yaitu
malonaldehid dapat bereaksi dengan protein sehingga malonaldehid yang
bereaksi dengan TBA dapat berkurang sehingga terjadi kesalahan negatif
(Nawar, 1985).
Menurut Rossell (1983), peroksida merupakan salah satu hasil degradasi
minyak yang bersifat volatil. Bilangan peroksida merupakan metode yang
paling luas dalam menentukan stabilitas kualitas minyak yang dinyatakan
dalam meq O2/kg minyak atau lemak. Produk oksidasi primer dari minyak
adalah hidroperoksida. Penentuan peroksida dalam minyak dapat ditentukan
dengan menghitung jumlah iodin yang dibebaskan oleh reaksi peroksida
dengan KI. Minyak goreng baru dikatakan memiliki kualitas baik jika
memiliki nilai peroksida kurang dari 1 meq O2/kg sampel minyak.
E. SISTEM PROSES GORENG
Menurut Moreira (2001), proses yang digunakan untuk menggoreng
produk pangan dibagi menjadi dua kategori : (1) sistem batch dan (2) sistem
continuous.
Proses goreng sistem batch merupakan proses penggorengan deep fat
fring yang terdiri dari wadah yang berisi produk goreng dan minyak sebagai
media penghantar panas. Batch fryer terdiri dari keranjang wadah produk
pangan yang digoreng, wadah minyak yang dipanaskan, dan tombol kontrol
suhu dan waktu goreng. Minyak dipanaskan secara langsung oleh energi
listrik, gas, atau bahan bakar. Badan batch fryer terbuat dari stainless steel.
Produk yang akan digoreng ditempatkan dalam sebuah keranjang kemudian
dicelupkan dalam minyak panas selama proses goreng berlangsung. Batch
fryer saat ini telah dilengkapi dengan lifting system yang akan mencelupkan
dan mengangkat produk goreng secara otomatis pada waktu yang telah
14
ditentukan. Suhu goreng dari penggorengan sistem batch tergantung pada
produk yang akan digoreng dan kebutuhan kualitas produk pangan. Batch
fryer bersifat statis dan memiliki kapasitas kecil dibandingkan sistem
continuous. Batch fryer kapasitas kecil memiliki kapasitas minyak 8 – 11 liter
sedangkan batch fryer kapasitas standar memiliki kapasitas 17 – 28 liter.
Output produk goreng dari batch fryer berkisar antara 12 – 35 kg/jam.
Penggorengan sistem batch biasa digunakan oleh restauran dan catering.
Proses goreng sistem continuous merupakan proses goreng deep fat fring
dimana produk digoreng dalam jumlah besar pada belt conveyor. Continuous
fryer terdiri dari lima bagian utama : wadah minyak sebagai media penghantar
panas, unit pemanas dengan sistem kontrol, conveying system sebagai
transport produk goreng selama berada dalam penggorengan, fat system
dengan pompa dan sistem filter, dan exhaust system untuk mengeluarkan uap
panas dari proses penggorengan produk pangan.
Sistem kontrol pada continuous fryer dilakukan secara manual,
umumnya meliputi : pengaturan suhu goreng dan kecepatan belt conveyor.
Menurut Moreira (2001), output dari proses goreng sistem continuous berkisar
antara 250 – 25.000 kg/jam untuk produk kentang goreng, 100 – 2.000 kg/jam
untuk produk tortilla chips, dan 100 – 2.500 kg/jam untuk produk kripik
kentang. Penggorengan sistem continuous biasa digunakan pada industri
pangan.
15
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. BAHAN DAN ALAT
1. Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah heksana,
aquades, HCL, antifoaming agent, pereaksi TBA, kloroform, metanol,
NaCl, etanol 96%, standar asam oleat, standar asam palmitat, benzena,
cupric asetat, gas N2, piridin, asam asetat glasial, xylenol orange,
FeSO4.7H2O, BaCl2.2H2O, FeCl3, H2O2, dan kertas saring.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, cawan
alumunium, desikator, Texture Analyzer TA.XTplus, TPM meter Testo
265, spektrofotometer uv-vis, Abbe Refraktometer, neraca analitik, gegep,
mortar, alat Soxhlet, sentrifuse, destilator, penangas air, pH meter, vortex,
magnetik stirer, mikropipet, balb, magnetik stirer, vortex, penangas air,
tabung sentrifuse, dan alat-alat gelas.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu mempelajari
karakteritik proses penggorengan kacang salut skala industri dan analisis sifat
fisiko kimia minyak dalam coating produk kacang salut selama proses
penggorengan. Analisis sifat fisiko kimia minyak dalam coating produk
kacang salut dilakukan satu ulangan selama 42 jam masa proses produksi.
1. Karakteristik Proses Penggorengan Kacang Salut Skala Industri
Mempelajari karakteristik proses penggorengan kacang salut
dilakukan dengan pengamatan langsung pada proses produksi kacang salut
di salah satu industri pangan lokal. Tujuan awal pengamatan proses
produksi adalah memperoleh informasi mengenai karakteristik proses
penggorengan kacang salut. Sedangkan tujuan akhir tahap ini adalah
16
menentukan sampel yang akan digunakan untuk analisis pada tahap
selanjutnya.
Pengamatan proses produksi dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai proses penggorengan kacang salut yang meliputi:
1. Karakteristik proses penggorengan yang dipakai; meliputi: sistem
penggorengan dan kapasitas minyak yang digunakan dalam proses
penggorengan. Data diperoleh dengan pengamatan dan wawancara
kepada pihak bagian produksi.
2. Suhu dan kecepatan belt conveyor pada proses penggorengan kacang
salut. Data diperoleh dengan pembacaan display suhu pada fryer.
3. Periode regenerasi minyak, jenis, dan jumlah minyak goreng awal
dan yang ditambahkan pada saat regenerasi minyak (topping). Data
diperoleh dengan pengamatan secara langsung.
4. Manajemen minyak yang diterapkan oleh industri. Data diperoleh
dengan pengamatan dan wawancara kepada pihak bagian Quality
Control.
5. Berat papatan yang digoreng, kacang salut yang dihasilkan setelah
penggorengan, dan perhitungan berat coating dari produk kacang
salut. Sampel yang akan digunakan dalam analisis sifat fisiko kimia
minyak produk kacang salut hanya pada bagian coating produk
kacang salut. Data diperoleh dengan menimbang sejumlah sampel
kacang salut kemudian dipisahkan bagian kacang dan coating.
Coating kacang salut yang telah dipisahkan dari kacang kemudian
ditimbang. Perhitungan dilakukan duplo dalam dua ulangan.
Perhitungan jumlah coating yang digunakan sebagai sampel analisis
sifat fisiko kimia minyak dari produk kacang salut yaitu:
Berat coating / produk kacang salut (%) = A (gram) x 100 %
B (gram)
Keterangan:
A = Berat coating kacang salut (gram)
B = Berat produk kacang salut (gram)
17
2. Analisis Sifat Fisiko Kimia Minyak Produk Kacang Salut
a. Persiapan sampel
Analisis sifat fisiko kimia minyak produk kacang salut
dilakukan hanya pada coating kacang salut. Sampel kacang salut
diperoleh dari bagian produksi kacang salut dalam kemasan
metalized. Sampel produk kacang salut yang akan dianalisis kadar
air, kadar lemak, dan ekstraksi minyak produk kacang salut disimpan
pada suhu ruang selama kurang dari 8 minggu hingga sampel
dianalisis. Sampel produk kacang salut yang akan dianalisis bilangan
TBA dan tekstur disimpan pada refrigerator selama 10 minggu
hingga analisis dilakukan.
Persiapan sampel diawali dengan pemisahan kacang dan
coating dari produk kacang salut. Coating kacang salut yang telah
dipisahkan dari kacangnya kemudian dihancurkan menggunakan
blender kering. Hancuran coating kacang salut tidak memungkinkan
untuk diayak. Hancuran coating kacang salut dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4. Hancuran coating kacang salut
Sampel coating kacang salut kemudian siap digunakan untuk
analisis kadar air, analisis kadar lemak, analisis bilangan TBA, dan
ekstraksi minyak. Minyak yang dihasilkan dari ekstraksi minyak
coating kacang salut kemudian disimpan dalam botol gelap pada
refrigerator (7-10oC) kemudian siap digunakan untuk analisis sifat
18
fisiko dan kimia minyak produk kacang salut. Persiapan sampel
untuk analisis sifat fisiko kimia minyak produk kacang salut
dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan IPB.
kacang salut
kacang coating
ekstrak minyak
Gambar 5. Skema persiapan sampel analisis sifat fisiko kimia minyak produk kacang salut.
b. Ekstraksi minyak produk kacang salut (Folch et al., 1957)
Sampel sebanyak 3 gram ditimbang dan ditambahkan
kloroform – metanol (2:1) hingga volume larutan mencapai 20 kali
volume awal (1 g sampel diasumsikan sama dengan 1 ml sampel).
Larutan kemudian dihomogenisasikan selama 1 jam. Larutan
kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman no.1.
Larutan kemudian ditambahkan larutan garam NaCl 0.29 M dan
dihomogenisasikan kembali dan disentrifuse 3000 rpm selama 5
menit. Setelah terbentuk dua lapisan (lapis atas dan bawah), lapisan
atas dibuang. Larutan kemudian dievaporasi menggunakan rotavapor
pada suhu 40oC dan dipekatkan menggunakan gas N2.
c. Analisis sifat fisiko kimia minyak produk kacang salut
Analisis karakteristik produk kacang salut meliputi: kadar air
(metode oven, AOAC Cd 925.40, 1999), kadar lemak (metode
Soxhlet, AOAC Cd 963.15, 1999), dan analisis tekstur (TA.XTplus
TEXTURE ANALYZER). Analisis sifat fisiko kimia minyak dalam
produk kacang salut selama proses penggorengan yaitu: sifat fisika;
meliputi: analisis warna (Gwo et al., 1985), dan indeks bias (AOAC,
Cd 921.08, 1999), sifat kimia; meliputi: kadar asam lemak bebas
19
(metode spektrofotometri, Lowry dan Tinsley, 1976), bilangan
peroksida (metode spektrofotometri, Shantha dan decker, 1994),
bilangan TBA (Rossell, 1983), Total Polar Material TPM 265
Testometer, 2006).
C. METODE ANALISIS
1. Kadar Air Metode Oven (AOAC, Cd 925.40, 1999)
Cawan alumunium dikeringkan dalam oven pada suhu 1000C
selama 15 menit lalu dinginkan dalam desikator selama 10 menit. Cawan
yang kering tersebut ditimbang dengan neraca analitik (A gram). Sampel
ditimbang sebanyak kurang lebih 5 gram (X gram) menggunakan neraca
analitik kemudian sampel dimasukkan dalam cawan yang telah
dikeringkan. Sampel dan cawan kemudian dikeringkan dalam oven pada
suhu (95-1000C) selama kurang lebih 6 jam. Selanjutnya didinginkan
dalam desikator kemudian ditimbang (Y gram) dan dikeringkan kembali
dalam oven 15-30 menit sampai diperoleh berat sampel kering yang
konstan. Kadar air dihitung dengan rumus :
Kadar air (bb) = X – ( Y – A ) x 100%
X
Keterangan :
bb : Berat basah
X : berat sampel coating kacang salut (gram)
Y : berat sampel coating kacang salut + cawan setelah dikeringkan
(gram)
A : berat cawan kering (gram)
2. Kadar Lemak Metode Soxhlet (AOAC, Cd 963.15, 1999)
Sebanyak 5 gram coating kacang salut dihancurkan kemudian
ditimbang langsung dalam kertas saring dan ditutup dengan kapas bebas
20
lemak. Heksana dituangkan ke dalam labu lemak yang sudah dioven dan
ditimbang berat awalnya. Sampel dalam kertas saring dimasukkan dalam
tabung Soxhlet dan diberi pemberat. Kemudian alat dirangkai. Refluks
dilakukan selama 5-6 jam. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi
dan sisa pelarut diangkat kemudian dipanaskan dalam oven pada suhu
105oC sampai pelarut menguap semua. Labu yang berisi lemak
didinginkan dalam desikator kemudian ditimbang. Perhitungan kadar
lemak adalah sebagai berikut :
Kadar lemak (%) = X – Y x 100%
W
Keterangan :
X = bobot labu lemak hasil ekstraksi dan labu lemak (gram).
Y = bobot labu lemak kosong (gram)
W = bobot sampel coating kacang salut (gram)
3. Kadar Asam Lemak Bebas Metode Spektrofotometri (Lowry dan
Tinsley, 1976)
Pembuatan kurva standar dilakukan menggunakan standar asam
oleat dan asam palmitat. Reagen yang akan ditambahkan dibuat dari 5 %
cupric asetat (w/v) kemudian ditambahkan piridin hingga pH mencapai
6.0-6.2. Standar asam oleat dimasukkan dalam tabung ulir bertutup
sebanyak (2.0-14µmol). Sebanyak 5 ml benzena ditambahkan ke dalam
tabung ulir yang telah berisi standar asam oleat kemudian divortex.
Tambahkan 1 ml reagen cupric asetat-piridin kemudian vortex selama 2
menit. Larutan kemudian didiamkan selama 10-20 detik hingga
terbentuk lapisan 2 fase. Lapisan atas yang terbentuk kemudian diambil
sebanyak 5 ml dan diukur pada panjang gelombang 715 nm dengan
blanko tanpa penambahan standar. Kurva standar asam lemak bebas
dibuat antara µmol asam oleat dan absorbansi. Penentuan kadar asam
lemak bebas pada sampel dilakukan seperti cara diatas dengan
mengganti standar asam lemak dengan sampel.
21
4. Bilangan Peroksida (Shantha dan Decker, 1994)
Penetapan bilangan peroksida dimulai dengan membuat kurva
standar. Sebanyak 50 L xylenol orange 10 mM dimasukkan dalam
tabung reaksi bertutup kemudian ditambahkan 9.9 ml kloroform :
methanol (7:3) dan divorteks selama 2-4 detik. Larutan yang telah
homogen kemudian ditambahkan 0-2 ml besi (III) klorida dan divorteks
selama 2-4 detik. Larutan didiamkan selama 5 menit kemudian diukur
absorbansinya pada = 560 nm.
Pengukuran sampel dilakukan dengan menimbang dan mencatat
sebanyak 0.1-0.3 gram sampel minyak kemudian dimasukkan dalam
tabung reaksi bertutup. Sampel kemudian ditambahkan 9.9 ml kloroform
: methanol (7:3) dan divorteks selama 2-4 detik. Larutan sampel
kemudian ditambahkan 50 L besi (II) klorida kemudian divorteks
selama 2-4 detik. Setelah itu larutan ditambahkan 50 L xylenol orange
10 mM dan divorteks selama 2-4 detik. Larutan sampel didiamkan
selama 5 menit kemudian pengukuran absorbansi dilakukan pada
=
560 nm.
Blanko pengukuran absorbansi menggunakan kloroform : methanol
(7:3). Blanko perhitungan dibuat dengan memasukkan 50 L xylenol
orange 10 mM dalam tabung reaksi bertutup kemudian ditambahkan 9.9
ml kloroform : methanol (7:3) dan divorteks selama 2-4 detik. Larutan
kemudian ditambahkan 50 L besi (II) klorida kemudian divorteks
selama 2-4 detik. Larutan blanko didiamkan selama 5 menit kemudian
pengukuran absorbansi dilakukan pada = 560 nm.
Larutan besi (II) klorida dibuat dengan cara menimbang 0.5 gram
FeSO4.7H2O dan dilarutkan dengan aquades hingga volume 50 ml.
Sebanyak 0.4 gram BaCl2.2H2O dilarutkan dengan aquades hingga
volume mencapai 50 ml. Larutan BaCl2 kemudian ditambahkan perlahan
ke dalam larutan FeSO4 dengan pengadukan konstan. Larutan kemudian
ditambahkan 2 ml HCl 10 M dan disaring menggunakan kertas whatman
no.1 kemudian larutan disimpan ditempat gelap.
22
Besi (III) klorida dibuat dengan cara menimbang 0.5 gram FeCl3
dan dilarutkan dengan HCl 10 M hingga volume 10 ml. Larutan
kemudian ditambahkan 1-2 ml H2O2 dan didihkan sambil diaduk dengan
konstan selama 5 menit dan didinginkan. Larutan kemudian
ditambahkan aquades hingga volume mencapai 500 ml. Sebanyak 1 ml
aliquot dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambahkan
kloroform : methanol (7:3) hingga volume mencapai 100 ml. Larutan
kemudian disimpan dalam botol gelap.
Perhitungan bilangan peroksida sampel yaitu :
PV (meq O2/kg sampel) = [(As – Ab) x mi] / (W x 55.84 x 2)
Keterangan :
As : Absorbansi contoh
Ab : Absorbansi blanko perhitungan
mi : 1 / kemiringan kurva standar
W : Berat sampel (gram)
55.84: Ar besi ( g/ mol)
5. Bilangan TBA (Rossell, 1983)
Penetapan bilangan TBA dilakukan dengan menimbang sampel
sebanyak 10 gram dengan teliti, dimasukkan ke dalam blender,
ditambahkan 50 ml akuades, dan dihancurkan selama 2 menit. Sampel
dipindahkan secara kuantitatif ke dalam labu distilasi sambil dicuci
dengan 47.5 ml aquades dan ditambahkan 2.5 ml HCl 4M. Kemudian
ditambahkan batu didih dan pencegah buih (anti foaming agent)
secukupnya dan dipasangkan labu distilasi pada alat distilasi. Distilasi
dijalankan dengan pemanasan sehingga diperoleh 50 ml destilat selama
10 menit pemanasan. Distilat diaduk merata kemudian dipipet 5 ml ke
dalam tabung reaksi bertutup. Distilat kemudian ditambahkan 5 ml
pereaksi TBA (0.2883% (w/v) larutan TBA dalam 90% asam asetat
glasial) kemudian ditutup dan dicampur merata. Campuran distilat dan
23
pereaksi TBA kemudian dipanaskan selama 35 menit dalam air
mendidih. Blanko juga dibuat dengan menggunakan 5 ml aquades dan 5
ml pereaksi TBA seperti pada penetapan sampel.
Setelah 35 menit pemanasan, tabung reaksi didinginkan dengan air
pendingin selama 10 menit kemudian diukur absorbansinya pada ?
538
nm dengan larutan blanko sebagai titik nol. Bilangan TBA dihitung dan
dinyatakan dalam mg malonaldehid / kg sampel.
Perhitungan bilangan TBA adalah sebagai berikut :
Bilangan TBA (mg malonaldehida / kg sampel) = 7.8 x D
Keterangan :
D = nilai absorbansi sampel – nilai absorbansi blanko
6. Total Polar Material (Stier, 2003)
Pengukuran TPM dilakukan menggunakan alat TPM meter Testo
265. Alat ini bekerja mengukur konstanta dielektrik minyak
dihubungkan dengan kadar TPM. Sensor TPM-meter dihubungkan
dengan kertas tissue. Alat dinyalakan dengan menekan tombol on/off.
Setelah itu alat dicelupkan ke dalam minyak yang akan diukur nilai
TPM-nya. Nilai TPM dan suhu dibaca pada layar display adalah nilai
pada saat TPM dan suhu tetap.
7. Indeks Bias (AOAC, Cd 921.08 1999)
Indeks bias didefinisikan sebagai perbandingan kecepatan cahaya
di udara dengan kecepatan cahaya di dalam medium tertentu. Pengujian
indeks bias dilakukan menggunakan alat Refraktor Abbe. Refraktometer
Abbe dibuka penutup cahayanya agar cahaya dapat masuk. Kemudian
pengunci dan penutup indeks bias dibuka. Kaca refraktometer
dibersihkan menggunakan tisu yang dibasahi dengan akuades.
Selanjutnya dibersihkan dengan tisu yang telah diberi sedikit alkohol
75%. Setelah dibersihkan, refraktometer dinormalkan menggunakan
24
akuades (blanko). Sebanyak tiga tetes akuades dipipet ke atas kaca
refraktometer kemudian ditutup dan dikunci. Bagian lensa refraktometer
yang terlihat, bagian gelap dan bagian terang dipisahkan sehingga benar-
benar terpisah dengan jelas di tengah lingkaran menggunakan pemutar
kasar. Kemudian garis tengah tersebut ditepatkan pada tanda “x”
menggunakan pemutar halus. Terdapat dua skala yang terlihat di bagian
bawah lensa, bagian atas merupakan nilai obrix sedangkan bagian bawah
merupakan nilai indeks bias. Skala indeks bias yang terbaca harus
menujukkan nilai 0.0000 sebelum digunakan untuk menganalisis sampel.
Sebelum menganalisis sampel, kaca refraktometer dibersihkan
kembali. Setelah kering, sampel minyak diteteskan sebayak 3-4 tetes
menggunakan pipet tetes ke lensa kemudian ditutup dan dikunci. Setelah
itu, pembacaan indeks bias minyak goreng dilakukan seperti pada
blanko.
8. Warna (Gwo et al., 1985)
Warna minyak diukur menggunakan spektrofotometer uv-vis.
Sampel minyak sebanyak 0.1 gram ditimbang kemudian dimasukkan
dalam tabung sentrifuse 10 ml dan ditambah dengan heksan hingga
mencapai volume 10 ml. Campuran heksan dan sampel minyak
dihomogenisasikan hingga larut sempurna menggunakan vortex.
Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 363 nm.
9. Analisis Tekstur (Rosenthal, 1999)
Parameter yang diukur adalah nilai kerenyahan dari coating kacang
salut. Analisis tekstur kacang salut dilakukan menggunakan Texture
Analyzer TA.Xtplus. Probe yang digunakan dalam pengukuran kacang
salut adalah 5 Blade Kramer Shear Cell. Probe ini digunakan karena
produk yang akan diukur memiliki tekstur yang tidak beraturan dan tidak
memungkinkan untuk menganalisis tekstur kacang salut secara satuan.
25
Gambar 6. Pengukuran kacang salut menggunakan Texture Analyzer TA.Xtplus dengan probe 5 Blade Kramer Shear Cell.
Prinsip pengukuran tekstur produk kacang salut dengan Texture
Analyzer ialah force/deformation yaitu mengukur besarnya gaya yang
dibutuhkan untuk menekan sampel pada jarak yang telah ditentukan.
Penentuan setting terhadap Texture Analyzer dilakukan sebelum
pengukuran tekstur kacang salut. Setting pengukuran tektur kacang salut
dengan Texture Analyzer dapat dilihat pada Lampiran 7. Test mode pada
pengukuran tekstur kacang salut yait menggunakan measure force in
compression. Test mode bertujuan menentukan tipe pengujian yang akan
dilakukan. Test mode dengan tipe measure force in compression berarti
jarak (distance) yang ditempuh oleh probe sudah ditentukan terlebih
dahulu.
Texture Analyzer selalu dikalibrasi sebelum digunakan untuk
mengukur sampel, yaitu dengan menepatkan probe pada permukaan
sampel kemudian dikalibrasi. Option yang digunakan pada pengukuran
tektur kacang salut ialah return to start. Pada tipe ini probe akan
bergerak sekali pada kecepatan yang telah ditentukan. Parameter yang
ditentukan pada pengukuran tekstur kacang salut yaitu pre-test speed,
test speed, post-test speed, dan distance. Pre-test speed 1.0 mm/s yaitu
kecepatan pada saat probe mulai bergerak hingga trigger point tercapai.
Test speed 2.0 mm/s yaitu kecepatan probe saat mulai menyentuh
26
sampel hingga jarak penekanan yang telah ditentukan tercapai
(distance). Post-test speed 10.0 mm/s yaitu kecepatan saat probe telah
selesai menekan sampel. Distance 20.0 mm yaitu jarak yang akan
ditempuh probe hingga sampel ketika probe terjadi penekanan.
Trigger yaitu menentukan metode yang digunakan untuk memulai
pengujian, dimana titik awal pengujian ialah ketika probe mulai bergerak
pada kecepatan test speed dan dimulainya analisis data. Trigger type
menunjukkan titik permulaan data terbaca. Trigger force adalah
sejumlah gaya yang diberikan oleh Texture Analyzer untuk memulai
analisis.
Data yang dihasilkan dari pengukuran menggunakan texture
analizer yaitu berupa grafik, kemudian dari grafik tersebut ditentukan
dua anchor. Setelah dua anchor ditentukan akan diperoleh data-data
tentang nilai kerenyahan yaitu count peaks + dari dua anchor. Contoh
grafik yang dihasilkan dan penentuan dua anchor dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Grafik analisis tekstur kacang salut menggunakan Texture Analizer TA.Xtplus.
27
Pengukuran tekstur pada sampel dilakukan dengan menempatkan
sebanyak 45 gram kacang salut pada wadah kemudian program
berdasarkan setting dijalankan.
28
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
I. KARAKTERISTIK PROSES PENGGORENGAN KACANG SALUT
SKALA INDUSTRI
Pengamatan proses produksi kacang salut skala industri dilaksanakan
di salah satu industri pangan lokal. Pengamatan dilakukan terhadap tempat
penyimpanan minyak goreng baru, ruang proses recovery minyak goreng
bekas pakai, dan ruang produksi; meliputi : ruang penyimpanan bahan baku,
ruang pembuatan kanji, ruang pemolenan papatan kacang salut, ruang proses
penggorengan, ruang agieng, dan ruang pengemasan. Pengamatan proses
produksi bertujuan menentukan sampling yang akan digunakan pada tahap
analisis sifat fisiko kimia minyak dalam produk kacang salut. Pengambilan
sampel yang digunakan pada tahap analisis sifat fisiko kimia minyak dalam
produk kacang salut difokuskan pada produk kacang salut lokal. Proses
produksi kacang salut lokal dilakukan selama 3 shift dan 6 hari kerja.
Pengambilan sampel dilakukan selama 6 shift jam kerja.
i. Karakteristik Proses Penggorengan Kacang Salut
Sistem penggorengan produksi kacang salut yaitu continuous
frying. Sistem ini digunakan untuk meminimalkan penggunaan minyak
goreng dan dapat menghasilkan jumlah produk yang lebih banyak.
Gambar continuous frying dapat dilihat pada Lampiran 1. Perangkat
continuous fryer secara umum terdiri dari wadah pemanas untuk
memanaskan minyak dan bahan pangan yang digoreng, conveying system
sebagai transportasi bahan pangan, sistem filterisasi minyak, unit pemanas
dan exhauster.
Continuous fryer yang digunakan memiliki jenis multizone yang
terdiri dari dua tahapan penggorengan yang terpisah. Tahapan
penggorengan dipisahkan oleh wadah pemanas yang berbeda (stage).
Wadah pemanas terbagi menjadi dua bagian, yaitu stage 1 dan stage 2
dengan suhu dan kecepatan conveyor berbeda. Wadah pemanas stage 1
29
memiliki kapasitas minyak sebesar 2.5 ton sedangkan stage 2 memiliki
kapasitas minyak sebesar 2 ton namun memiliki dimensi besar yang sama.
Conveying system terdiri dari belt conveyor berfungsi sebagai alat
transportasi bahan pangan yang digoreng. Kecepatan belt conveyor dan
suhu pemanasan pada kedua stage berbeda bergantung pada jenis kacang
tanah yang digunakan saat proses produksi. Proses penggorengan sistem
continuous memiliki dua siklus, yaitu siklus minyak dan siklus bahan
pangan yang digoreng.
a. Siklus bahan pangan yang digoreng
Papatan yang telah melalui proses pemolenan kemudian masuk
bagian sortasi. Papatan yang telah melalui bagian sortasi kemudian
masuk ke dalam wadah pemanas stage 1 menggunakan system
conveying. Pemanasan papatan pada stage 1 menggunakan suhu 130 –
132oC dan kecepatan belt conveyor 68 – 70 Hz. Pemanasan papatan
pada stage 1 berlangsung selama 3 – 5 menit dan berfungsi untuk
mengembangkan papatan. Papatan kemudian masuk ke dalam stage 2
menggunakan suhu 154 – 157oC dan kecepatan belt conveyor 58 - 60
Hz. Pemanasan papatan pada stage 2 berlangsung selama 15 – 17
menit dan berfungsi untuk mematangkan papatan sehingga
menghasilkan produk kacang salut.
Produk kacang salut yang telah matang kemudian masuk pada
bagian cooling dengan sistem exhauster selama 2 – 5 menit yang
berfungsi juga sebagai penirisan minyak. Produk kacang salut yang
telah ditiriskan kemudian disortasi. Produk kacang salut hasil sortasi
kemudian ditempatkan dalam palet dan didiamkan selama 15 – 18 jam
sebelum dikemas.
b. Siklus minyak goreng
Minyak goreng yang ditampung dalam tandon minyak masuk
ke dalam wadah pemanas setiap stage melalui sistem pipa. Minyak
masuk dari awal stage dan mengalir ke akhir stage. Aliran minyak
dalam setiap stage terjadi karena arus dari sistem pompa. Minyak
30
ditarik keluar dari akhir stage menggunakan pompa menuju bagian
filter minyak. Filterisasi minyak bertujuan menyaring remahan kacang
salut dan kotoran pada minyak. Minyak yang telah difiltrasi
dipanaskan menggunakan heat exchanger kemudian masuk kembali ke
awal stage.
2. Suhu Dan Kecepatan Belt Conveyor Pada Proses Penggorengan
Kacang Salut
Suhu dan kecepatan belt conveyor yang digunakan masing-masing
stage pada proses penggorengan kacang salut bergantung pada jenis
kacang tanah saat proses produksi berlangsung. Perusahaan telah memiliki
standar suhu pemanasan dan kecepatan belt conveyor masing-masing stage
sesuai jenis kacang tanah yang digunakan pada saat proses produksi. Jenis
kacang tanah yang digunakan saat pengamatan yaitu kacang tanah yang
memiliki diameter panjang 5mm. Suhu setting stage 1 yaitu 130 – 132oC
dan stage 2 yaitu 155 – 157oC. Kecepatan belt conveyor stage 1 yaitu 68 –
70 Hz dan stage 2 yaitu 58 – 60Hz. Terdapat dua termocouple di setiap
stage untuk pembacaan suhu actual. Hasil pengamatan suhu setting dan
actual stage 2 dapat dilihat pada Lampiran 2. Suhu actual pemanasan akan
menurun saat penambahan minyak dilakukan. Setting suhu dilakukan
secara manual oleh operator.
3. Periode Regenerasi Minyak, Jenis, Jumlah Minyak Goreng Awal, dan
Jumlah Minyak Goreng Ditambahkan Saat Topping.
a. Periode regenerasi minyak
Proses penggorengan bahan pangan akan menyebabkan minyak
yang digunakan sebagai media penghantar panas berkurang jika
dipanaskan terus menerus. Minyak yang berkurang dapat disebabkan
oleh penyerapan minyak oleh bahan pangan yang digoreng. Regenerasi
minyak diperlukan untuk menyamakan level minyak goreng pada fryer
sehingga dilakukan penambahan minyak (topping) secara teratur.
31
Topping minyak goreng yang dilakukan oleh perusahaan
berdasarkan pada dua hal, yaitu penyerapan minyak oleh kacang salut
dan menjaga agar nilai asam lemak bebas minyak goreng tidak
melebihi standar yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar 0.25 %.
Topping minyak goreng pada stage 1 hanya disebabkan oleh
penyerapan minyak oleh bahan pangan. Minyak goreng yang
ditambahkan pada stage 1 dilakukan setiap jam sebesar 150 – 200kg.
Topping minyak goreng pada stage 1 berasal dari minyak hasil
recovery jika nilai asam lemak bebas pada stage 2 lebih dari 0.20%.
Topping minyak goreng pada stage 2 disebabkan oleh
penyerapan minyak oleh bahan pangan dan menjaga nilai asam lemak
bebas tidak melebihi 0.25%. Laju kerusakan minyak pada stage 2 lebih
cepat dibandingkan stage 1 karena suhu pemanasan stage 2 lebih
tinggi. Minyak goreng yang ditambahkan pada stage 2 dilakukan
setiap jam sebesar 150 – 200kg untuk menyamakan level minyak
karena penyerapan minyak oleh kacang salut. Jika nilai asam lemak
bebas telah melebihi 0.25% maka minyak dalam fryer akan ditarik
sebesar 100 – 300kg menuju proses recovery dan minyak yang
ditambahkan pada fryer akan lebih banyak, yaitu sebesar 400 kg.
Pengamatan terhadap nilai asam lemak bebas selama proses
produksi kacang salut dapat dilihat pada Gambar 8.
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Interval Waktu (Jam ke-)
Asa
m L
emak
Beb
as (
%)
ALB sebelum topping
ALB sesudah topping
Gambar 8. Grafik hubungan nilai asam lemak bebas minyak goreng (% asam palmitat) sebelum dan sesudah topping selama proses penggorengan.
32
Nilai asam lemak bebas minyak goreng sesudah proses topping
secara umum lebih rendah dibandingkan dengan nilai asam lemak
bebas minyak goreng sebelum topping. Proses topping yang
diaplikasikan industri terbukti dapat menahan kerusakan minyak
goreng. Secara umum nilai asam lemak bebas sesudah topping lebih
rendah dibanding nilai asam lemak bebas sebelum topping. Namun
nilai asam lemak bebas tetap menunjukkan kecenderungan nilai yang
meningkat dengan semakin lamanya penggorengan. Penambahan 150
kg minyak segar setiap jam dalam minyak 2.5 ton menurunkan nilai
asam lemak bebas rata-rata sebesar 0.007%. Penurunan asam lemak
bebas memberikan nilai yang sangat kecil. Persamaan regresi untuk
nilai asam lemak bebas minyak sebelum topping yaitu y = 0.0029x +
0.0963 dengan koefisien korelasi sebesar 0.92 sedangkan persamaan
regresi untuk nilai asam lemak bebas minyak sesudah topping yaitu y
= 0.0025x + 0.0947 dengan koefisien korelasi sebesar 0.88. Kedua
persamaan memberikan koefisien korelasi yang tinggi. Nilai asam
lemak bebas semakin meningkat dan akan mencapai nilai 0.25% yaitu
pada jam ke-62 walaupun dilakukan topping minyak segar setiap jam.
Hal ini menunjukkan proses topping tidak terlalu efektif menurunkan
nilai asam lemak bebas selama proses produksi kacang salut.
Regenerasi minyak pada kedua stage dilakukan setiap jam.
Proses penambahan minyak saat topping disertai dengan penarikan
sejumlah minyak dari fryer dan dilakukan secara bertahap untuk
menjaga suhu minyak dalam fryer tidak terlalu turun sehingga dapat
menyebabkan penyerapan minyak berlebih pada produk kacang salut
yang dihasilkan. Minyak yang ditarik kemudian akan dimasukkan
kembali dalam fryer.
Bagian QC melakukan pengecekan nilai asam lemak bebas pada
minyak di kedua stage secara periodik setiap jam. Hasil nilai asam
lemak bebas dari bagian QC kemudian diterima oleh bagian produksi.
Bagian produksi akan menentukan jumlah minyak yang ditambahkan
pada kedua stage. Jika nilai asam lemak bebas hasil cek periodik
33
kurang dari 0.20% maka penambahan minyak hanya sebesar 150 – 200
kg yang bertujuan menyamakan level minyak.
b. Jenis minyak yang digunakan pada proses produksi kacang salut
Minyak yang dipakai pada proses produksi kacang salut jenis
lokal berasal dari supplier tanpa penambahan antioksidan. Perusahaan
juga melakukan proses recovery pada minyak yang ditarik dari fryer
karena memiliki nilai asam lemak bebas lebih dari 0.25%. Minyak
awal yang digunakan pada produksi kacang salut lokal merupakan
minyak campuran yang terdiri dari minyak baru dan minyak recovery
dengan perbandingan 50 : 50. Minyak yang digunakan saat topping
dalam proses penggorengan kacang salut lokal menggunakan minyak
recovery selama persediaan akan minyak recovery saat proses produksi
tersedia. Namun karena minyak recovery saat pengamatan dan
pengambilan sampel tidak tersedia, maka minyak awal dan minyak
yang digunakan pada proses topping menggunakan 100% minyak
baru.
c. Jumlah minyak awal dan topping yang digunakan pada proses
produksi kacang salut
Minyak awal yang digunakan pada proses produksi kacang salut
lokal yaitu sebesar 2.5 ton pada stage 1 dan 2 ton pada stage 2. Jumlah
minyak yang ditambahkan setiap jam saat pengamatan yaitu sebesar
150 kg pada stage 2. Nilai asam lemak bebas minyak goreng antara
0.065 – 0.221% selama pengamatan berlangsung maka penambahan
minyak goreng dilakukan hanya untuk menyamakan level minyak
akibat penyerapan minyak oleh kacang salut.
4. Manajemen Minyak Goreng dan Proses Recovery yang Diterapkan
Oleh Industri
a. Manajemen minyak goreng
Manajemen minyak goreng yang diterapkan oleh perusahaan
meliputi penyediaan minyak goreng, penyimpanan, dan penanganan
34
minyak goreng selama penyimpanan. Penyediaan minyak goreng
dilakukan setiap hari yang berasal dari beberapa supplier. Minyak
goreng disimpan pada tank yang terbuat dari stainlessteel.
Penempatan minyak goreng pada tank sesuai jenis dari masing-masing
supplier. Bagian QC melakukan pengecekan nilai asam lemak bebas
secara periodik setiap minggu selama minyak goreng disimpan. Waktu
yang dibutuhkan dari minyak goreng datang, disimpan, hingga minyak
dipakai pada proses produksi tidak lebih dari 2 minggu. Perusahaan
memiliki kebijakan dan berbagai pertimbangan mengenai penggunaan
jenis minyak goreng yang disesuaikan dengan produk yang akan
dihasilkan.
b. Proses recovery minyak goreng
Tingginya kebutuhan industri akan minyak goreng dalam proses
produksi dan usaha untuk menekan biaya produksi menyebabkan
industri menerapkan proses recovery minyak goreng bekas pakai.
Proses recovery minyak dilakukan jika minyak goreng pada fryer
memiliki nilai asam lemak bebas lebih dari 0.25%. Minyak diakhir
periode proses produksi (akhir minggu) dari seluruh fryer juga
dilakukan proses recovery.
Tahapan recovery meliputi penampungan minyak goreng yang
ditarik dari fryer ke dalam tank, pencampuran bleaching agent disertai
pemanasan pada suhu 100oC dan agitasi selama 16-20 menit,
penyaringan menggunakan filter berukuran 2 mikron, dan
penampungan kembali minyak hasil recovery. Hasil minyak recovery
umumnya memiliki kadar asam lemak bebas antara 0.07-0.08 %.
5. Berat papatan yang digoreng, kacang salut yang dihasilkan, dan
perhitungan berat coating
Papatan kacang salut yang dihasilkan dari proses pemolenan
kemudian disortasi. Sortir papatan menggunakan ayakan berukuran empat
mesh. Papatan kembali melalui proses pemolenan jika ukuran papatan
tidak memenuhi standar. Data berat papatan yang digoreng dan kacang
35
salut yang dihasilkan dari proses penggorengan dapat dilihat pada Tabel 3.
Perhitungan berat coating dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 3. Data berat papatan yang digoreng dan kacang salut yang dihasilkan dari proses penggorengan selama pengamatan.
Waktu produksi Papatan Produk kacang salut
(jam) (kg) (kg) 3 5572.52 4193.00 8 13306.20 10430.00 8 10542.00 10213.00 8 13766.10 10584.00 8 13332.68 10507.00 8 14155.66 11228.00
Rata-rata produk kacang salut (kg/jam) 1329.19
Tabel 4. Data perhitungan berat coating dari produk kacang salut. Berat kacang salut Berat coating % coating
Ulangan (gram) (gram) dari kacang salut
100.1194 71.9658 71.88 1
100.1297 72.3437 72.55 100.1985 72.9144 72.77
2 100.1185 72.5258 72.44
Rata-rata % coating dari kacang salut 72.41
6. Pengambilan sampel yang digunakan untuk analisis sifat fisiko kimia
minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan
Sampel yang digunakan untuk analisis sifat fisiko kimia minyak dalam
produk kacang salut ditentukan berdasarkan periode regenerasi minyak
selama proses penggorengan. Berdasarkan pengamatan proses produksi
produk kacang salut, regenerasi minyak dilakukan secara periodik setiap
jam. Maka pengambilan sampel juga dilakukan setiap jam selama 6 shift
jam kerja. Waktu pengambilan sampel produk kacang salut disesuaikan
dengan pengambilan sampel minyak goreng yang akan digunakan juga
untuk kebutuhan analisis sifat fisiko kimia minyak goreng oleh bagian
quality control. Pengambilan sampel minyak goreng ditetapkan 10 menit
setelah topping dilakukan dengan pertimbangan minyak topping dan
minyak yang berada dalam wadah pemanas telah tercampur. Pengambilan
36
sampel produk kacang salut ditetapkan 20 menit setelah pengambilan
sampel minyak goreng dilakukan dengan pertimbangan kacang salut yang
diambil merupakan kacang salut hasil penggorengan sampel minyak yang
diambil untuk analisis.
B. SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK DALAM PRODUK KACANG
SALUT SELAMA PENGGORENGAN
Minyak memiliki sifat fisik dan kimia yang dapat digunakan sebagai
parameter untuk mengetahui terjadinya kerusakan akibat proses
penggorengan. Sifat fisik dan kimia minyak dapat berubah akibat pemanasan
yang dilakukan terus menerus pada suhu tinggi dan adanya kontak dengan
udara disertai pengulangan penggorengan. Metode penggorengan yang
dilakukan pada proses penggorengan kacang salut adalah metode deep fat
frying, dimana seluruh bagian papatan kacang salut terendam seutuhnya
selama proses penggorengan. Jenis fryer yang dipakai oleh perusahaan yaitu
continuous fryer yang dilengkapi dengan continuous filter system untuk
menjaga kualitas minyak goreng tidak cepat rusak.
1. Produk Kacang Salut
a. Kadar air produk kacang salut
Kadar air produk kacang salut selama penggorengan dapat dilihat
pada Gambar 9.
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Interval (Jam ke -)
Kad
ar A
ir (%
)
Rata-rata kadar air = 4.66%
SD = ± 0.38
Gambar 9. Grafik perubahan kadar air selama proses penggorengan (%bb)
37
Kadar air pada coating kacang salut selama penggorengan
berkisar antara 3.98 – 5.43%. Rata-rata kadar air coating kacang salut
sebesar 4.66% (bb) dengan standar deviasi sebesar ± 0.38%. Standar
deviasi memiliki nilai kurang dari 10% nilai rata-rata yang
menunjukkan kualitas produk masih dapat ditoleransi. Nilai kadar air
coating kacang salut selama proses penggorengan berfluktuatif di
setiap interval proses produksi kacang salut. Terdapat beberapa nilai
kadar air produk kacang salut yang besarnya di atas dan dibawah nilai
standar deviasi yang menunjukkan adanya penyebab tak wajar yang
mempengaruhi jalannya proses. Hal ini disebabkan pembuatan kacang
salut masih diproduksi secara manual sehingga banyak faktor yang
mempengaruhi keragaman setiap butir produk kacang salut. Proses
pemolenan kacang salut yang tidak sempurna, ukuran kacang tanah
yang tidak seragam sehingga dapat mempengaruhi ketebalan dari
coating papatan kacang salut.
Air yang berada di permukaan bahan akan cepat menguap karena
adanya kontak langsung dengan minyak goreng yang memiliki suhu di
atas titik didih air. Air yang menguap kemudian tergantikan dengan
minyak (Guillaumin, 1988). Menurut Mellema (2003), penyerapan
minyak dalam bahan pangan selama proses goreng dipengaruhi juga
oleh air yang terkandung pada permukaan bahan pangan. Air pada
permukaan bahan pangan akan mudah terevaporasi dan tergantikan
oleh minyak. Namun air yang berada dalam pori bahan pangan tidak
akan mudah menguap dan tergantikan oleh minyak. Minyak tidak akan
terpenetrasi jika pori-pori bahan pangan dipenuhi air. Sebagian kecil
air yang tersisa dalam bahan akan tetap berada dalam bahan pangan
sebagai kadar air produk akhir.
b. Kadar lemak produk kacang salut
Menurut Orthoefer et al. (1996), penyerapan minyak oleh bahan
pangan goreng diantaranya dipengaruhi oleh kualitas minyak, suhu dan
waktu goreng, bentuk dan komposisi produk goreng, perlakuan
sebelum penggorengan, dan coating. Menurut Dana dan Saguy (2006),
38
mekanisme penyerapan minyak terdiri dari pergantian minyak-air pada
bahan pangan selama proses goreng, efek masa pendinginan setelah
proses goreng, dan surface-active agents. Penyerapan minyak pada
produk pangan goreng juga menyebabkan terserapnya produk
degradasi minyak seperti komponen polar, polimer, asam lemak bebas,
dan trigliserida.
Evaporasi air dari dalam bahan pangan akan menyebabkan reaksi
hidrolisis sehingga terputusnya ikatan ester dari trigliserida.
Pemanasan suhu tinggi pada proses penggorengan akan mempercepat
reaksi hidrolisis sehingga menghasilkan gliserol, asam lemak, mono-,
dan digliserida. Produk degradasi dari minyak goreng yang terbentuk
dari pada suhu tinggi akan mengurangi tegangan permukaan antara
minyak dan bahan pangan goreng. Sehingga akan menyebabkan
meningkatnya penyerapan minyak dalam produk pangan seiring
lamanya pemanasan minyak.
Penyerapan minyak pada coating kacang salut dapat dilihat pada
Gambar 10 dan Gambar 11.
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45Interval (Jam ke -)
Kad
ar L
emak
(% B
K)
rata-rata kadar lemak = 18.95%
SD = ±1.88%
Gambar 10. Kadar lemak coating kacang salut selama penggorengan (%bk)
39
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Interval (Jam ke -)
Kad
ar L
emak
(%
BB
)rata-rata kadar lemak = 18.07%
SD = ±1.79%
Gambar 11. Kadar lemak coating kacang salut selama penggorengan (%bb)
Nilai kadar lemak coating kacang salut selama penggorengan
berdasarkan berat kering berkisar antara 14.82 – 23.31% dengan nilai
rata-rata 18.95% dan standar deviasi sebesar ± 1.88%. Nilai kadar
lemak coating kacang salut selama penggorengan berdasarkan berat
basah berkisar antara 14.23 – 22.31% dengan nilai rata-rata 18.07%
dan standar deviasi sebesar ± 1.79%. Standar deviasi berdasarkan berat
basah memiliki nilai kurang dari 10% nilai rata-rata yang menunjukkan
kualitas produk masih dapat ditoleransi. Nilai-nilai kadar lemak
produk kacang salut yang masih berada pada batas antara standar
deviasi menunjukkan proses atau produk masih berada dalam kontrol.
Beberapa nilai kadar lemak produk kacang salut pada interval waktu
ke-29 hingga ke-42 besarnya di atas nilai standar deviasi yang
menunjukkan adanya penyebab tak wajar yang mempengaruhi kualitas
produk. Perlu adanya perbaikan pada proses produksi kacang salut
sehingga proses tetap berjalan dalam kontrol. Hal ini dapat
dikarenakan papatan kacang salut yang beragam sehingga
mempengaruhi jumlah penyerapan minyak pada coating kacang salut.
Kadar lemak pada coating kacang salut diasumsikan sebagai
minyak yang terserap oleh produk selama proses penggorengan karena
bahan baku pembuatan kacang salut tidak mengandung minyak. Nilai
40
kadar lemak pada produk yang semakin besar maka semakin banyak
jumlah minyak goreng yang terserap saat proses penggorengan.
c. Tekstur produk kacang salut
Data yang dihasilkan dari pengukuran menggunakan Texture
Analyzer berupa grafik yang akan ditentukan dua anchor sehingga
secara otomatis menghasilkan data-data tentang kerenyahan
diantaranya yaitu count peaks +F 1:2. Nilai kerenyahan dari kacang
salut selama penggorengan dapat dilihat pada Gambar 12.
0,005,00
10,0015,0020,0025,0030,0035,0040,0045,0050,00
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Interval Waktu (Jam ke -)
Ker
enya
han
Rata-rata = 35.80
SD = ± 4.59
Gambar 12. Grafik hubungan profil tekstur kerenyahan kacang salut selama penggorengan.
Hasil analisis tekstur dengan Texture Analyzer menunjukkan nilai
kerenyahan kacang salut selama penggorengan berkisar antara 23.50 –
45.50 dengan nilai rata-rata 35.80 dan standar deviasi ± 4.59. Standar
deviasi nilai kerenyahan produk kacang salut memiliki nilai lebih dari
10% nilai rata-rata yang menunjukkan tingkat kualitas produk tidak
dapat ditoleransi.
Semakin tinggi nilai count peaks +F 1:2 menunjukkan semakin
tinggi nilai kerenyahan dan semakin renyah produk pangan tersebut.
Semakin tinggi nilai kerenyahan semakin banyak jumlah puncak
terbaca dalam grafik yang menunjukkan semakin banyak rongga udara
yang terdapat pada produk kacang salut.
41
Nilai kerenyahan produk kacang salut selama penggorengan
membentuk grafik yang berfluktuatif. Pada beberapa interval waktu
nilai kerenyahan besarnya dibawah standar deviasi. Hal ini
menandakan adanya penyebab yang mempengaruhi jalannya proses
diantaranya dikarenakan keragaman papatan kacang salut disetiap butir
menyebabkan bentuk, ketebalan, kadar air coating yang berbeda yang
mempengaruhi kerenyahan produk kacang salut. Perlu adanya
perbaikan pada proses produksi kacang salut sehingga proses tetap
berjalan dalam kontrol.
Saat melalui proses penggorengan, pori yang terbentuk pada
setiap butir produk kacang salut beragam sehingga menghasilkan
kerenyahan yang beragam. Berdasarkan uji korelasi, nilai kerenyahan
produk kacang salut memiliki korelasi yang nyata dengan kadar air
pada coating kacang salut dengan koefisien korelasi sebesar r = -0.72
dan dengan persamaan y = 76.4815 – 8.7233x. Perhitungan dapat
dilihat pada Lampiran 9. Hal ini menunjukkan produk kacang salut
semakin renyah dengan semakin rendahnya kadar air yang terkandung
dalam coating kacang salut.
2. Karakteristik Kimia Minyak dalam Produk Kacang Salut
a. Nilai asam lemak bebas
Adanya air yang terdapat dalam minyak atau yang berasal dari
bahan pangan yang digoreng dan terevaporasi selama proses
penggorengan dapat menyebabkan terjadinya proses hidrolisis
trigliserida minyak menghasilkan sejumlah asam lemak bebas dan
gliserol. Pemanasan minyak secara terus-menerus pada suhu tinggi
juga menyebabkan terjadinya peningkatan asam lemak yang ada di
dalam minyak goreng. Asam lemak bebas hingga saat ini masih
dipakai sebagai indeks kualitas minyak pada industri pangan karena
nilainya yang linier dengan lamanya pemanasan (Pantzaris, 1999).
Namun Lawson (1995) menyatakan nilai asam lemak bebas pada
minyak tidak berkorelasi dengan kualitas produk hasil goreng minyak
tersebut karena nilai asam lemak bebas semakin meningkat dengan
42
semakin banyak uap air yang dilepaskan dari bahan pangan goreng ke
minyak.
Menurut Ketaren (1986), asam lemak bebas yang terkandung
dalam minyak dapat bereaksi dengan produk-produk hasil oksidasi
membentuk senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Asam lemak
bebas rantai panjang akan mempengaruhi produk hasil goreng karena
akan meninggalkan rasa berlemak pada lidah, sedangkan asam lemak
bebas dengan atom karbon kurang dari 12 akan mempengaruhi bau
dari minyak dan mempengaruhi produk hasil goreng.
Asam lemak bebas pada minyak yang dihasilkan dari proses
goreng dapat masuk ke produk pangan saat penyerapan minyak selama
proses goreng. Nilai asam lemak bebas dalam coating kacang salut
selama penggorengan dapat dilihat pada Gambar 13 dan Gambar 14.
0,000,020,040,060,080,100,120,140,160,180,20
0 5 10 15 20 25 30 35 40Interval (Jam ke -)
% A
LB
(g a
s.ol
eat/1
00 g
sam
pel)
Rata-rata FFA = 0.14%
SD = ± 0.02%
Gambar 13. Grafik hubungan asam lemak bebas dalam coating kacang salut selama penggorengan (g asam lemak / 100g minyak).
Gambar 13 menunjukkan nilai asam lemak bebas yang
terkandung dalam coating kacang salut berdasarkan asam lemak oleat
berkisar antara 0.10 – 0.19% dengan nilai rata-rata 0.14 % dan standar
deviasi ± 0.02 %.
43
0.00
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
0.12
0.14
0.16
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Interval waktu (Jam ke-)
% F
FA
(g a
s. p
alm
itat/1
00 g
m
inya
k)
Rata-rata FFA = 0.12%
SD = ± 0.01%
Gambar 14. Grafik hubungan asam lemak bebas dalam coating kacang salut selama penggorengan (g asam palmitat / 100g minyak).
Gambar 14 menunjukkan nilai asam lemak bebas terkandung
dalam coating kacang salut berdasar asam lemak palmitat berkisar
antara 0.09 – 0.15% dengan nilai rata-rata 0.12 % dan standar deviasi ±
0.01 %. Nilai standar deviasi berdasar asam lemak oleat memberikan
nilai lebih dari 10% nilai rata-rata yang menunjukkan kualitas produk
sudah tidak dapat ditoleransi sedangkan nilai standar deviasi berdasar
asam lemak palmitat memberikan nilai kurang dari 10% nilai rata-rata
yang menunjukkan kualitas produk masih dapat ditoleransi. Nilai asam
lemak bebas selama proses penggorengan menunjukkan nilai yang
berfluktuatif yang menandakan adanya penyebab yang mempengaruhi
nilai asam lemak bebas minyak pada produk kacang salut. Agar
kualitas produk berada dalam kontrol maka perlu ditemukan penyebab
dan diadakan perbaikan pada proses produksi.
Nilai asam lemak bebas yang terkandung dalam coating kacang
salut dapat disebabkan reaksi hidrolisis minyak karena adanya air dan
uap air karena pemanasan produk pangan selama proses penggorengan.
Minyak kemudian terserap dalam produk pangan selama proses goreng
dan pendinginan. Negara-negara di Eropa telah menetapkan standar
nilai asam lemak bebas pada minyak goreng bekas pakai yaitu sebesar
2.0 – 2.5% berdasarkan asam lemak oleat (Banks dan Lusas, 2001).
Nilai asam lemak bebas yang terkandung dalam produk kacang salut
44
masih dibawah ambang nilai maksimal yang telah ditetapkan. Menurut
Blumenthal (1996), optimasi proses goreng agar dapat menjaga
kualitas produk pangan dan minyak goreng yaitu dengan penambahan
minyak segar atau pergantian seluruh minyak secara periodik.
b. Bilangan Peroksida
Bilangan peroksida menunjukkan suatu reaksi oksidasi yang
terjadi pada minyak karena pemanasan dan adanya kontak minyak
dengan oksigen. Bilangan peroksida dapat digunakan sebagai petunjuk
adanya kerusakan oksidatif pada minyak atau lemak. Peroksida
merupakan produk pertama dari reaksi autooksidasi. Oksidasi pada
lemak dan minyak dapat menyebabkan kerusakan minyak berupa
ketengikan sehingga menurunkan tingkat penerimaan konsumen.
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Interval Waktu (Jam ke -)
Per
oksi
da (m
eq O
2/kg
sa
mpe
l)
Rata-rata=7.20SD = ± 1.73
Gambar 15. Grafik hubungan bilangan peroksida minyak dalam coating kacang salut selama penggorengan (meq O2/ kg sampel).
Gambar 15 menunjukkan bilangan peroksida dalam produk
kacang salut selama penggorengan berkisar antara 4.75 – 10.30 (meq
O2/kg sampel) dengan nilai rata-rata 7.20 (meq O2/kg sampel) dan
standar deviasi ± 1.73. Nilai standar deviasi memberikan nilai lebih
dari 10% nilai rata-rata yang menunjukkan kualitas produk sudah tidak
dapat ditoleransi. Pada Gambar 15, terlihat bahwa bilangan peroksida
dalam coating kacang salut berfluktuasi selama proses penggorengan.
45
Bilangan peroksida pada interval ke-30 hingga ke-42 berada diatas
standar deviasi yang menunjukkan adanya penyebab tak wajar yang
mempengaruhi kualitas produk. Perlu adanya perbaikan pada proses
produksi kacang salut sehingga produk tetap berada dalam kontrol.
Grafik 15 juga menunjukkan produk sampling di hari ke-2
memiliki nilai peroksida lebih tinggi dibandingkan produk sampling di
hari pertama. Hal ini menunjukkan semakin lamanya pemanasan
potensi ketengikan semakin tinggi. Menurut Blumenthal (1996),
peroksida akan terurai pada suhu penggorengan namun akan mulai
terbentuk lagi selama pendinginan. Peroksida bukan indikator yang
baik untuk menentukan kerusakan minyak goreng tetapi berguna untuk
menentukan kualitas dari produk pangan goreng. Minyak diekstrak
dari produk goreng kemudian minyak hasil ekstrak diukur bilangan
peroksidanya. Nilai bilangan peroksida lebih dari 2 meq/kg sampel
merupakan indikator tingginya potensi ketengikan pada produk goreng
sehingga dapat menghasilkan masa simpan yang rendah.
c. Nilai TBA (Thiobarbituric Acid)
Salah satu perubahan sekunder dari stabilitas oksidasi lipid
adalah malonaldehida yang diukur dengan metode bilangan
Thiobarbituric Acid (TBA). Nilai TBA umum digunakan sebagai
indikator proses oksidasi minyak. Analisis TBA juga dilakukan untuk
menunjukkan tingkat oksidasi pada beragam produk pangan (Kochar,
1990). Malonaldehid direaksikan dengan pereaksi TBA
(Thiobarbituric Acid) sehingga membentuk produk kondensasi
menghasilkan kompleks malonaldehid-TBA berwarna merah muda.
Kompleks ini dapat diukur menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 538 nm. Hasil dari analisis disebut nilai TBA dan
dinyatakan dalam mg malonaldehida per kg sampel atau µmol
malonaldehid per gram sampel. Terdapat berbagai metode analisis
TBA. Metode destilasi merupakan metode yang umum dilakukan
46
karena analisis dapat dilakukan secara langsung tanpa harus
mengekstraksi sampel (Rossell, 1983).
Gambar 16. Reaksi 2-thiobarbituric acid (TBA) dan malonaldehida
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Interval Waktu (Jam Ke-)
Mal
onal
dehi
d (m
g/kg
sam
pel)
rata-rata = 0.84 (mg/kg sampel)
SD = ± 0.42
Gambar 17. Grafik hubungan nilai TBA dalam coating kacang salut selama penggorengan (mg malonaldehida / kg minyak)
Gambar 17 menunjukkan nilai TBA dalam produk kacang salut
selama penggorengan berkisar antara 0.44 – 1.62 (mg malonaldehida /
kg minyak) dengan nilai rata-rata 0.84 (mg malonaldehida / kg
minyak) dan standar deviasi ± 0.42. Nilai standar deviasi memberikan
nilai lebih dari 10% nilai rata-rata yang menunjukkan kualitas produk
sudah tidapat ditoleransi. Pada Gambar 17, terlihat bahwa nilai TBA
dalam coating kacang salut berfluktuasi selama proses penggorengan.
Nilai TBA pada interval ke-13 hingga ke-16 berada diatas standar
deviasi. Perlu adanya perbaikan pada proses produksi kacang salut
sehingga produk tetap berada dalam kontrol.
Berbagai substansi dapat bereaksi dengan reagen TBA dan
berkontribusi dalam penyerapan yang mengakibatkan overestimasi
intensitas kompleks warna. Reagen TBA dapat bereaksi tidah hanya
47
dengan malonaldehida hasil reaksi oksidasi namun dengan berbagai
aldehid dan materi teroksidasi lainnya mengakibatkan terbentuknya
kromogen berwarna merah (aldehid-TBA adduct) sehingga
menghasilkan nilai TBA yang salah (terlalu tinggi) pada beberapa
kasus (Rossel, 1983).
d. Total Polar Materials
Komponen polar dalam minyak dapat terbentuk karena hidrolisis
minyak selama penggorengan. Selain itu degradasi lebih lanjut dari
senyawa peroksida juga dapat menghasilkan komponen polar terutama
alkohol, aldehida, asam karboksilat, dan keton (Ketaren, 1986).
Penentuan total polar material menggunakan alat Testometer 265.
Alat ini termasuk ke dalam golongan rapid test yang telah banyak
dikembangkan saat ini. Testometer 265 menggunakan prinsip
pengukuran capacitive yaitu pengukuran konstanta dielektrik (Stier,
2003).
Komponen polar merupakan indikator kualitas produk pangan
yang baik pada banyak operasi. Pokorny (1999), menyatakan
peningkatan komponen polar menyebabkan penurunan kualitas produk
pangan. Selain menggambarkan kualitas, analisis komponen polar juga
berhubungan dengan keamanan produk pangan yang dihasilkan.
Berbagai penelitian tentang hubungan nilai komponen polar pada
minyak dengan keamanan produk pangan telah dilakukan. Sejumlah
besar komponen polar diberikan pada hewan percobaan di dalam
pakannya dalam jangka waktu yang lama. Komponen polar tersebut
diekstrak dari minyak goreng bekas pakai. Hasilnya hewan percobaan
tersebut menunjukkan pertumbuhan yang lambat, pembesaran hati dan
ginjal, dan kerusakan sistem enzim. Hal ini menyebabkan
dikeluarkannya regulasi di USA dan konferensi internasional di
German tentang komponen polar atau TPM sebesar 24%. Komponen
polar minyak goreng pada beberapa negara di Eropa berkisar antara 4.2
48
– 27.3 % pada continuous fryer dan 3.1 – 61.4 % pada penggorengan
sistem batch (Saguy dan Dana, 2003).
Berbagai penelitian juga menyebutkan ditemukannya senyawa
akrilamid pada produk pangan yang tinggi akan pati kemudian melalui
proses penggorengan pada suhu diatas 120oC atau pemanggangan
(Anonim, 2009). Senyawa akrilamid akan mengakibatkan resiko
penyakit kanker sehingga WHO menetapkan asupan harian akrilamid
yaitu 0.5mg/kg berat badan. Konsentrasi akrilamid akan meningkat
jika pada minyak yang digunakan untuk menggoreng mengandung
sejumlah besar komponen polar, silikon, atau digliserida (Tareke et.
al., 2002). Perubahan nilai TPM selama proses penggorengan dapat
dilihat pada Gambar 18.
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Interval Waktu (Jam ke -)
TP
M (
%)
Rata-rata = 6.45%
SD = ± 1.26
Gambar 18. Grafik hubungan nilai TPM dalam coating kacang salut selama penggorengan (%).
Gambar 18 menunjukkan nilai TPM dalam coating kacang salut
selama penggorengan berkisar antara 4.25 – 9.25 % dengan nilai rata-
rata 6.45 % dan standar deviasi ± 1.26 %. Standar deviasi memberikan
nilai lebih dari 10% nilai rata-rata yang menunjukkan tingkat kualitas
sudah tidak dapat ditoleransi. Nilai rata-rata TPM pada coating kacang
salut selama penggorengan sebesar 6.45 % dan nilai maksimal sebesar
9.25 % masih dibawah ambang batas maksimal konsentrasi yang telah
ditentukan. Pada interval waktu ke-4 hingga ke-13 nilai TPM berada
49
diatas nilai standar deviasi. Hal ini menunjukkan adanya penyebab tak
wajar yang mempengaruhi kualitas produk. Perlu diadakan perbaikan
sehingga produk tetap berada dalam kontrol.
3. Karakteristik Fisika Minyak Dalam Produk Kacang Salut
a. Indeks bias
Menurut Wan (2000), indeks bias mengukur tingkat kemurnian
suatu sampel cair. Dengan meningkatnya polimer dan senyawa-
senyawa lain di dalam minyak goreng mengakibatkan meningkatnya
indeks bias minyak goreng selama proses penggorengan. Indeks bias
ditentukan dengan perhitungan kecepatan cahaya pada keadaan hampa
udara dibagi dengan kecepatan cahaya pada media yang dianalisis atau
perbandingan antara sinus sudut cahaya vakum dengan sinus sudut
bias media. Penentuan indeks bias pada penelitian ini dilakukan
menggunakan alat refraktor Abbe. Perubahan indeks bias selama
proses penggorengan dapat dilihat pada Gambar 19.
1.4630
1.4635
1.4640
1.4645
1.4650
1.4655
1.4660
1.4665
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Interval waktu (Jam ke-)
Inde
ks B
ias
Rata-rata = 1.4649
SD = ± 0.0006
Gambar 19. Grafik hubungan nilai indeks bias dalam coating kacang salut selama penggorengan
Gambar 19 menunjukkan nilai indeks bias minyak dalam coating
kacang salut selama penggorengan berkisar antara 1.4636 – 1.4661
dengan nilai rata-rata 1.4649 dan standar deviasi ± 0.0006. Nilai
standar deviasi memberikan nilai kurang dari 10% nilai rata-rata yang
50
menunjukkan kualitas produk masih dapat ditoleransi. Menurut
Pantzaris (1999), indeks bias pada RBDPO pada suhu 40oC adalah
1.4590. Nilai indeks bias minyak dalam coating kacang salut semakin
meningkat dengan lamanya pemanasan dan memiliki nilai rata-rata
diatas nilai indeks bias pada RBDPO. Indeks bias minyak pada interval
ke-37 hingga ke-42 berada diatas standar deviasi yang menunjukkan
adanya penyebab tak wajar yang mempengaruhi kualitas produk. Perlu
adanya perbaikan pada proses produksi kacang salut sehingga kualitas
produk tetap berada dalam kontrol.
b. Warna
Pengujian minyak dapat dilakukan dengan Lovibond dan
sspektrofotometer. Penentuan warna minyak menggunakan Lovibond
bersifat subyektif sedangkan dengan spektrofotometer bersifat
obyektif. Penentuan perubahan warna minyak yang terjadi selama
proses penggorengan menggunakan spektrofotometer dapat diketahui
dengan mengukur absorbansi minyak. Pengukuran menggunakan
spektrofotometer dilakukan pada penelitian ini karena bersifat obyektif
dan lebih mudah.
Selama proses pemanasan, minyak menjadi lebih gelap karena
adanya reaksi polimerisasi dan interaksi antara minyak dan komponen
dari bahan pangan (Wan, 2000). Perubahan warna pada minyak selama
penggorengan dapat disebabkan oleh adanya degradasi karotenoida
oleh panas, terserapnya karotenoida ke dalam produk yang digoreng,
dan terbentuknya komponen dimer, trimer, dan polimer. Selama proses
penggorengan minyak terserap ke dalam produk goreng. Sedangkan
bahan baku kacang salut terdiri dari bahan-bahan yang tidak memiliki
komponen warna yang dapat mempengaruhi hasil analisis warna
sehingga warna merupakan salah satu parameter kualitas minyak
dalam produk kacang salut. Perubahan warna pada minyak produk
kacang salut selama penggorengan dapat dilihat pada Gambar 20.
51
0.0000
0.0100
0.0200
0.0300
0.0400
0.0500
0.0600
0.0700
0.0800
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Interval waktu (Jam ke-)
Abs
orba
nsi (
l=36
3nm
)
Rata-rata = 0.0508
SD = ± 0.0078
Gambar 20. Grafik hubungan warna minyak dalam coating kacang salut selama penggorengan
Gambar 20 menunjukkan perubahan warna minyak dalam
coating kacang salut selama penggorengan. Absorbansi minyak dalam
coating produk kacang salut berkisar antara 0.0370 – 0.0684 dengan
rata-rata absorbansi minyak sebesar 0.0508 dan standar deviasi ±
0.0078. Nilai standar deviasi memberikan nilai lebih dari 10% nilai
rata-rata yang menunjukkan kualitas produk sudah tidak dapat
ditoleransi. Warna minyak pada interval ke-16 hingga ke-28 berada
diatas standar deviasi yang menunjukkan adanya penyebab tak wajar
yang mempengaruhi kualitas produk. Perlu adanya perbaikan pada
proses produksi kacang salut sehingga kualitas produk tetap berada
dalam kontrol.
Absorbansi yang tinggi berarti warna minyak semakin gelap dan
menunjukkan semakin banyak produk hasil degradasi. Absorbansi
warna minyak dalam coating yang tidak menunjukkan hubungan linear
dengan lamanya pemanasan dapat terjadi karena penambahan minyak
segar secara periodik sehingga dapat menahan kerusakan minyak.
C. REKOMENDASI PENENTUAN SIFAT FISIKO KIMIA MINYAK
UNTUK KUALITAS PRODUK KACANG SALUT
Sifat fisiko kimia minyak dapat digunakan sebagai parameter
penentuan kualitas minyak. Proses goreng pada kacang salut menyebabkan
52
minyak terserap dalam produk sehingga minyak tersebut juga dapat
menentukan kualitas dari produk kacang salut tersebut. Hingga saat ini
parameter yang digunakan perusahaan dalam menentukan kualitas minyak
produk kacang salut hanya dari nilai asam lemak bebas pada minyak yang
digunakan dalam proses produksi kacang salut. Walaupun proses topping yang
dilakukan terbukti dapat menahan laju kenaikan nilai asam lemak bebas
namun nilai asam lemak bebas cenderung mengalami kenaikan. Nilai asam
lemak bebas pada minyak yang digunakan untuk proses produksi akan
melebihi standar yang telah ditetapkan yaitu 0.25% sebelum periode proses
produksi berakhir. Hasil analisis sifat fisiko kimia minyak pada produk kacang
salut selama penggorengan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil analisis sifat fisiko kimia minyak pada produk kacang salut selama penggorengan
Sifat fisiko kimia
Satuan Hasil Rata-rata Median
SD
(g as.oleat /100 g minyak)
0.10 - 0.19 0.14 0.14 0.02
FFA (g as.palmitat
/100 g minyak) 0.09 - 0.15 0.12 0.12 0.01
PV (meq O2
/kg minyak) 4.75 - 10.30 7.2 6.78 1.73
TBA (mg malonaldehida
/kg minyak) 0.44 - 1.62 0.84 0.82 0.42
TPM % 4.25 - 9.24 6.45 6.25 1.26
Warna Absorbansi 0.0370 - 0.0684 0.0508
0.0499 0.0078
Indeks bias
- 1.4636 - 1.4661 1.4649
1.4649 0.0006
Sifat fisiko kimia minyak pada produk kacang salut juga dapat
digunakan untuk menentukan kualitas produk kacang salut. Hasil analisis sifat
fisiko kimia minyak pada produk kacang salut menunjukkan kecenderungan
yang berbeda. Bilangan peroksida minyak pada produk kacang salut
menunjukkan kecenderungan semakin meningkat dengan semakin lamanya
53
pemanasan. Nilai bilangan peroksida memberikan nilai antara 4.75 – 10.30
meq O2/kg sampel. Menurut Blumenthal (1996), minyak hasil ekstrak produk
goreng berpotesi terjadinya ketengikan jika memiliki nilai bilangan peroksida
lebih dari 2 meq O2/kg sampel. Hal ini menunjukkan dengan semakin lamanya
pemanasan dan produk kacang salut hasil penggorengan periode akhir
semakin berpotensi terjadinya ketengikan. Nilai indeks bias minyak pada
produk kacang salut juga menunjukkan kecenderungan meningkat. Hasil
analisis menunjukkan nilai indeks bias pada minyak produk kacang salut
antara 1.4636 – 1.4661. Indeks bias minyak murni yaitu 1.4590 (Pantzaris,
1999). Hal ini dapat terjadi karena telah terbentuknya polimer akibat
pemanasan minyak selama proses penggorengan sehingga menyebabkan
kemurnian minyak turun. Minyak pada produk yang dihasilkan dari proses
penggorengan periode akhir akan memiliki kemurnian minyak yang semakin
rendah sehingga kualitas produk yang dihasilkan pada penggorengan periode
akhir juga memiliki kualitas produk lebih rendah dibanding kualitas produk
penggorengan periode awal.
54
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Proses penggorengan produksi kacang salut menggunakan sistem
continuous frying. Continuous fryer yang digunakan memiliki jenis
multizone yang terdiri dari dua tahapan penggorengan yang terpisah (stage).
Industri juga melakukan regenerasi minyak dengan menambahkan minyak
secara periodik (topping) yaitu setiap jam. Penambahan minyak bertujuan
menyamakan level minyak akibat penyerapan oleh produk kacang salut dan
memperlambat kerusakan minyak. Berdasarkan nilai asam lemak bebas pada
minyak selama proses goreng, proses topping terbukti dapat menekan laju
kerusakan minyak. Parameter yang digunakan oleh perusahaan untuk indeks
kualitas minyak yaitu nilai asam lemak bebas sebesar 0.25%. Proses
recovery minyak bekas pakai juga dilakukan untuk menekan biaya produksi.
Berdasarkan hasil analisis sifat fisiko kimia minyak dalam produk
kacang salut, diperoleh data kadar air coating kacang salut selama
penggorengan yaitu sebesar 3.98 – 5.43% dengan nilai rata-rata 4.66% dan
standar deviasi 0.38%. Kadar lemak berdasarkan berat basah yaitu 14.23 –
22.31% dengan nilai rata-rata 18.07% dan standar deviasi 1.79% sedangkan
kadar lemak berdasarkan berat kering yaitu 14.82 – 23.31% dengan nilai
rata-rata 18.95% dan standar deviasi 1.88%. Nilai kerenyahan menggunakan
texture analyzer yaitu sebesar 23.50-45.50 dengan nilai rata-rata 35.80 dan
standar deviasi 4.59. Nilai kadar air, kadar lemak, dan tekstur yang tidak
konstan disebabkan faktor yang menyebabkan keragaman tiap butir dari
kacang salut. Nilai asam lemak bebas minyak dalam coating kacang salut
berdasar asam lemak oleat yaitu sebesar 0.10 – 0.19% dengan nilai rata-rata
0.14% dan standar deviasi 0.02%. Nilai asam lemak bebas minyak dalam
coating kacang salut berdasar asam lemak palmitat yaitu 0.09 – 0.15%
dengan nilai rata-rata 0.12% dan standar deviasi 0.01%. Nilai bilangan
peroksida yaitu sebesar 4.75 - 10.30 (meq O2/kg sampel) dengan nilai rata-
rata 7.2 dan standar deviasi 1.73. Nilai TBA yaitu sebesar 0.44 – 1.62 (mg
malonaldehida / kg minyak) dengan nilai rata-rata 0.84 dan standar deviasi
55
0.42. Nilai Total Polar Material yaitu sebesar 4.25 – 9.25% dengan nilai
rata-rata 6.45% dan standar deviasi 1.26%. Nilai indeks bias yaitu sebesar
1.4636 – 1.4661 dengan nilai rata-rata 1.4649 dan standar deviasi 0.0006.
Absorbansi warna minyak yaitu 0.0370 – 0.0684 dengan nilai rata-rata
0.0508 dan standar deviasi 0.0078. Nilai asam lemak bebas, TBA, Total
Polar Material, indeks bias, dan warna dari analisis sifat fisiko kimia
berfluktuasi selama proses penggorengan.
Sifat fisiko kimia minyak dalam produk kacang salut dapat digunakan
untuk menentukkan kualitas produk kacang salut. Bilangan peroksida
merupakan salah satu sifat kimia yang dapat menunjukkan indeks kualitas
pada minyak produk kacang salut. Hasil analisis menunjukkan nilai bilangan
peroksida cenderung meningkat dengan lamanya pemanasan. Nilai yang
diberikan lebih dari 2 meq O2/kg sampel sehingga menunjukkan potensi
yang tinggi terjadinya ketengikan pada produk. Indeks bias minyak produk
kacang salut merupakan salah satu sifat fisika yang dapat menunjukkan
kualitas minyak. Nilai indeks bias minyak produk kacang salut memberikan
nilai yang cenderung meningkat dengan semakin lamanya pemanasan. Hal
ini terjadi karena reaksi polimerisasi selama minyak dipanaskan dan terserap
dalam produk kacang salut.
B. SARAN
1) Analisis sifat fisiko kimia minyak produk kacang salut disesuaikan dengan
proses produksi yang diterapkan di lapangan, yaitu kacang salut yang
menggunaan minyak recovery dalam proses topping.
2) Pengambilan sampel diharapkan dapat mewakili waktu proses produksi
yang sebenarnya maka periode sampling dapat diperpanjang dengan
interval sampling yang diperluas.
3) Uji organoleptik menggunakan panelis terlatih dapat dilakukan untuk
mengkorelasikan nilai-nilai objektif dari analisis sifat fisiko kimia minyak
produk kacang salut dengan nilai subjektif. Hal ini bertujuan mengetahui
penerimaan konsumen terhadap kualitas produk kacang salut hasil
penggorengan berulang.
56
4) Penambahan sejumlah minyak segar setiap jam dapat menghambat laju
kenaikan nilai asam lemak bebas pada minyak goreng namun nilai asam
lemak bebas akan semakin meningkat dan dapat mencapai batas standar
yang ditentukan oleh perusahaan yaitu 0.25%. Untuk meningkatkan mutu
produk kacang salut hendaknya diterapkan optimasi penggunaan dan
topping minyak yang digunakan pada proses produksi kacang salut
sehingga dapat menghasilkan kualitas produk yang baik.
5) Kualitas produk kacang salut tidak hanya ditentukan dari nilai asam lemak
bebas minyak yang digunakan dalam proses produksi tapi dapat digunakan
nilai sifat fisiko kimia minyak pada produk kacang salut seperti bilangan
peroksida dan indeks bias.
55
DAFTAR PUSTAKA
Akoh, C.C., dan D.B. Min. 2002. Food Lipids 2nd edition. Marcel Dekker, Inc. New York.
Anonim. 2009. Acrylamide. http://en.wikipedia.org. [22 Januari 2009].
AOAC. 1999. Official Methods of Analysis on The Association of Official Agricultural Chemist. Association of Official Analytical Chemistry, Washington DC.
Banks, D.E. dan E.W. Lusas. Oils and Industrial Frying. Di dalam
: Lusas, R. W. dan L.W. Rooney (eds). Snack Foods Processing. CRS Press, New York.
Blumethal, M.M. 1996. Frying Technology. Di dalam
: Hui, Y.H. (ed). Bailey’s Industrial Oil and Fat Technology; Edible Oil and Fat Product and Application Technology (4th ed). Wiley Interscience Publication, New York.
Bockisch, M. 1998. Fats and Oils Handbook. AOCS Press, Illnois.
Choe, E. dan D.B. Min. 2007. Chemistry of Deep Fat Frying Oils. J. Food Sci. 72: 77-86.
Dana, D. dan I.S. Saguy. 2006. Review : Mechanism of Oil Uptake During Deep Fat Frying and The Surfactans Effect Theory and Myth. Advances in Colloid and Interface Science. 128-130: 267-272.
Folch, J., M. Lees, dan G.S. Stanley. 1957. A Simple Method For The Isolation and Purification of Total Lipides From Animal Tissues. The Journal of Biological Chemistry.
Guillaumin, R. 1988. Kinetics Of Fat Penetration in Food. Di dalam : Varella, G (ed). Frying of Food : Pronciples and Changes. Ellis Horwood. England.
Gwo, Y.Y., G.J. Flick JR., dan H.P. Dupuy. 1985. Effect of Ascorbyl Palmitate on the Quality of Frying Fats for Deep Frying Operations. JAOCS 62:1666-1671.
Hui, Y.H. 1996. Oils and Fats in Snack Food. Edible Oil and Fat Products: Products and Application Technology (5th ed). Wiley Interscience Publication, New York.
Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.
Kochar, S.P. 1993. Oxidative pathways to the formation of off flavors. Blackie Academic and Profesional, London.
Krisnamurthy, R.G. dan C.W. Vernon. 1996. Salad oil and oil based dressings. Di Dalam
: Hui, Y.H. (ed). Bailey’s Industrial Oil and Fat Technology; Edible Oil
56
and Fat Product and Application Technology (4th ed). Wiley Interscience Publication, New York.
Lawson, H. 1995. Food Oils and Fats : Technology, Utilization, and Nutrition. Chapman and Hall, New York.
Lowry, R.R. dan I.J. Tinsley. 1976. Rapid Colorimetric Determination of Free Fatty Acids. JAOCS 53(7):470-472.
Mellema, M. 2003. Mechanism and Reduction of Fat Uptake in Deep Fat Fried Food. Food Sci. 14 : 364-373.
Moreira, R.G. 2001. Deep Fat Frying of Foods. Di dalam
: Irudayaraj (ed). Food Processing Operations Modelling. Marcel Dekker Inc, New York.
Nawar, W.W. 1985. Lipids. Di dalam: Principle of food science. Fennema, O.R. (ed). Marcel Dekker Inc, New York.
Ortoefer, F.T., G. Susan, dan L. Keshun. 1996. Dynamics of Frying. Di dalam
: Perkins E.G. dan D.E. Michael (ed). Deep Frying : Chemistry, Nutrition, and Practical Applications. AOCS Press. Illnois.
Pantzaris, T.P. 1999. Palm Oil in Frying. Di dalam
: Boskou, D. dan I. Elmadfa (eds). Frying of Food. Technomic Publishing Co Inc, Lancaster.
Pinthus, E.J. dan I.S. Saguy. 1994. Initial Interfacial Tension and Oil Uptake by Deep Fat Fried Food. J. Food Sci. 59: 804-807
Pokorny, J. 1999. Changes of Nutrients at Frying Temperatures. Di dalam: Boskou, D. dan I. Elmadfa (ed). Frying of Food. Technomic Publishing Co Inc, Lancaster.
Rossell, J.B. 1983. Measurement of rancidity. Di dalam
: Allen, J.C. dan R.J. Hamilton (eds). Rancidity in Foods. Applied Science Publisher, London.
Saguy, I.S. dan D. Dana. 2003. Integrated Approach to Deep Fat Frying : Engineering, Nutrition, Health, and Consumer Aspects. J. Food Eng. 56 : 143 – 152.
Sahidi, F dan M. Naczk. 1995. Food Phenolics. Technomic pub. Co. Inc, Lancaster.
Shantha, N.C. dan E.A. Decker. 1994. Rapid, Sensitive, Iron-Based Spectrophotometric Methods or Determination of Peroxide Values o Food Lipids. JAOAC. 77(2):421-424.
Stier, R.F. 2003. Finding Functionality in Fat and Oil. http://www.preparedfood. com [1 Maret 2008].
57
Tareke E, P. Rydberg, P. Karlsson, S. Eriksson, dan M. Tornqvist. 2002. Analysis of
acrylamide, a carcinogen formed in heated foodstuffs. J Agric Food Chem.
50(17):4998-5006
Wan, P.J. 2000. Properties of Fats and Oils. Di dalam: O’Brien, R.D., W.E. Farr, dan P.J. Wan (eds). Introduction to Fats and Oils Technology 2nd ed. AOCS Press, Illnois.
Warisno. 2006. Membuat Aneka Olahan Kacang Tanah. http://www.tokobuku. com/category27/product4685/product_info.html [7 Februari 2008].
Warner, K. 2002. Chemistry of Frying Oils. Di dalam: C.C. Akoh dan D.B. Min (ed). Food Lipids 2nd edition. Marcel Dekker, Inc. New York.
58
LAMPIRAN
59
Lampiran 1. Gambar continuous fryer yang digunakan pada penelitian
Sortasi
60
Lampiran 2. Data pengamatan regenerasi minyak, nilai asam lemak bebas minyak
goreng, dan suhu selama proses penggorengan
Jumlah Pengamatan Waktu proses Minyak Suhu (°C) Proses Pemakaian minyak
Tanggal jam (kg) FFA
Aktual Setting
Awal Minyak baru 20 mei 2008 (shift 1) 10.30 0.061
Minyak setelah pemanasan 11.10 0.065 153/147 154/150
Topping Minyak sebelum topping 12.25 0.069 153/146 153/149
Minyak frying ditarik 12.30 150 153/146 153/149
12.38 150 0.084 147/141 153/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 12.50 0.076 154/147 153/149
Topping Minyak sebelum topping 13.25 0.084 154/147 153/149
Minyak frying ditarik 13.30 150 154/147 153/149
13.33 150 0.084 152/145 153/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 13.35 0.084 153/147 153/149
Topping Minyak sebelum topping 14.25 0.095 153/146 153/149
Minyak frying ditarik 14.30 150 153/146 153/149
14.35 150 0.08 150/148 153/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 14.45 0.088 153/146 153/149
Topping Minyak sebelum topping 20 mei 2008 (shift 2) 15.25 0.095 154/146 153/149
Minyak frying ditarik 15.30 150 154/146 153/149
15.35 150 0.06 150/144 153/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 15.45 0.111 154/148 154/150
Topping Minyak sebelum topping 16.25 0.099 154/147 154/150
Minyak frying ditarik 16.30 150 154/148 154/150
16.34 150 0.08 152/146 154/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 16.45 0.092 154/147 154/150
Topping Minyak sebelum topping 17.25 0.103 154/147 154/150
Minyak frying ditarik 17.30 150 154/148 154/150
Minyak topping 17.35 150 0.064 152/145 154/150
61
Lampiran 2. Data pengamatan regenerasi minyak, nilai asam lemak bebas minyak
goreng, dan suhu selama proses penggorengan (lanjutan)
Jumlah Pengamatan Waktu proses Minyak Suhu (°C) Proses Pemakaian minyak
Tanggal jam (kg) FFA
Aktual
Setting
Minyak setelah topping 17.45 0.088 154/148 154/150
Topping Minyak sebelum topping 18.25 0.099 154/149 154/150
Minyak frying ditarik 18.30 150 153/145 154/150
18.35 150 0.072 153/146 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 18.45 0.107 154/149 154/149
Topping Minyak sebelum topping 19.25 0.114 153/149 154/149
Minyak frying ditarik 19.30 150 154/148 154/149
19.33 150 0.061 152/145 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 19.44 0.118 154/148 154/149
Topping Minyak sebelum topping 20.25 0.114 154/148 154/149
Minyak frying ditarik 20.30 150 154/149 154/149
20.33 150 0.084 153/145 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 20.45 0.122 154/149 154/149
Topping Minyak sebelum topping 21.25 0.114 154/149 154/149
Minyak frying ditarik 21.30 150 154/149 154/149
21.34 150 0.061 153/147 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 21.45 0.118 154/148 154/149
Topping Minyak sebelum topping 22.25 0.141 154/149 154/149
Minyak frying ditarik 22.30 150 154/149 154/149
22.33 150 0.072 153/146 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 22.45 0.137 154/149 154/149
Topping Minyak sebelum topping 20 mei 2008 (shift 3) 23.25 0.149 154/149 154/149
Minyak frying ditarik 23.35 150 153/147 154/149
23.38 150 0.08 151/144 154/149
Minyak topping
62
Lampiran 2. Data pengamatan regenerasi minyak, nilai asam lemak bebas minyak
goreng, dan suhu selama proses penggorengan (lanjutan)
Jumlah Pengamatan Waktu proses Minyak Suhu (°C) Proses Pemakaian minyak
Tanggal jam (kg) FFA
Aktual Setting
Minyak setelah topping 23.43 0.145 154/147 154/149
Topping Minyak sebelum topping 00.25 0.16 154/147 154/149
Minyak frying ditarik 00.36 150 154/147 154/149
00.39 150 0.08 152/146 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 00.42 0.137 154/147 154/149
Topping Minyak sebelum topping 01.25 0.149 154/147 154/149
Minyak frying ditarik 01.37 150 154/148 154/149
01.46 150 0.045 152/142 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 01.48 0.111 154/147 154/149
Topping Minyak sebelum topping 02.25 0.141 154/147 154/149
Minyak frying ditarik 02.32 150 154/147 154/149
02.34 150 0.072 151/145 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 02.37 0.137 154/147 154/149
Topping Minyak sebelum topping 03.25 0.145 154/148 154/149
Minyak frying ditarik 03.37 150 154/148 154/149
03.39 150 0.084 151/145 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 03.42 0.122 154/147 154/149
Topping Minyak sebelum topping 04.25 0.137 155/148 154/149
Minyak frying ditarik 04.35 150 154/148 154/149
04.37 150 0.068 151/146 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 04.41 0.133 154/148 154/149
Topping Minyak sebelum topping 05.25 0.145 154/148 154/149
Minyak frying ditarik 05.35 150 154/147 154/149
05.38 150 0.064 150/144 154/149
Minyak topping
63
Lampiran 2. Data pengamatan regenerasi minyak, nilai asam lemak bebas minyak
goreng, dan suhu selama proses penggorengan (lanjutan)
Jumlah Pengamatan Waktu proses Minyak Suhu (°C) Proses Pemakaian minyak
Tanggal jam (kg) FFA
Aktual Setting
Minyak setelah topping 05.44 0.141 154/148 154/149
Topping Minyak sebelum topping 06.25 0.145 154/147 154/149
Minyak frying ditarik 06.30 150 154/147 154/149
06.32 150 0.061 152/146 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 06.35 0.141 154/148 154/149
Topping Minyak sebelum topping 21 mei 2008 (shift 1) 07.25 0.156 153/147 153/149
Minyak frying ditarik 07.30 150 153/147 153/149
07.33 150 0.084 150/144 153/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 07.35 0.153 153/147 153/149
Topping Minyak sebelum topping 08.26 0.164 153/146 153/149
Minyak frying ditarik 08.30 150 153/146 153/149
08.38 150 0.084 152/144 153/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 08.48 0.16 152/146 153/149
Topping Minyak sebelum topping 09.25 0.16 153/146 153/149
Minyak frying ditarik 09.33 150 153/146 153/149
09.36 150 0.076 150/144 153/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 09.37 0.172 155/147 154/149
Topping Minyak sebelum topping 10.25 0.176 154/148 154/149
Minyak frying ditarik 10.28 150 154/147 154/149
10.29 150 0.069 150/144 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 10.40 0.168 154/148 154/149
Topping Minyak sebelum topping 11.25 0.179 154/148 154/149
Minyak frying ditarik 11.31 150 154/148 154/149
11.40 150 0.076 153/146 154/149
Minyak topping
64
Lampiran 2. Data pengamatan regenerasi minyak, nilai asam lemak bebas minyak
goreng, dan suhu selama proses penggorengan (lanjutan)
Jumlah Pengamatan Waktu proses Minyak Suhu (°C) Proses Pemakaian minyak
Tanggal jam (kg) FFA
Aktual Setting
Minyak setelah topping 11.51 0.175 154/148 154/149
Topping Minyak sebelum topping 12.25 0.183 154/148 154/149
Minyak frying ditarik 12.30 150 154/148 154/149
12.38 150 0.076 150/144 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 12.48 0.179 154/148 154/149
Topping Minyak sebelum topping 13.27 0.179 153/147 153/148
Minyak frying ditarik 13.30 150 153/147 153/148
13.35 150 0.076 148/146 153/148
Minyak topping
Minyak setelah topping 13.45 0.191 153/147 153/148
Topping Minyak sebelum topping 14.25 0.194 153/146 153/148
Minyak frying ditarik 14.30 150 153/146 153/148
14.33 150 0.111 148/146 153/148
Minyak topping
Minyak setelah topping 14.43 0.194 153/147 153/148
Topping Minyak sebelum topping 21 mei 2008 (shift 2) 15.25 0.217 153/147 153/148
Minyak frying ditarik 15.30 150 153/147 153/148
15.34 150 0.061 151/146 154/148
Minyak topping
Minyak setelah topping 15.49 0.172 153/147 153/148
Topping Minyak sebelum topping 16.25 0.175 153/148 153/148
Minyak frying ditarik 16.30 150
16.32 150 0.065 152/147 153/148
Minyak topping
Minyak setelah topping 16.46 0.164 153/148 153/148
Topping Minyak sebelum topping 17.25 0.183 154/148 154/148
Minyak frying ditarik 17.30 150 154/148
17.32 150 0.088 152/147 154/148
Minyak topping
65
Lampiran 2. Data pengamatan regenerasi minyak, nilai asam lemak bebas minyak
goreng, dan suhu selama proses penggorengan (lanjutan)
Jumlah Pengamatan Waktu proses Minyak Suhu (°C) Proses Pemakaian minyak
Tanggal jam (kg) FFA
Aktual Setting
Minyak setelah topping 21 mei 2008 (shift 2) 17.45 0.156 154/149 154/148
Topping Minyak sebelum topping 18.25 0.168 154/149
Minyak frying ditarik 18.30 150 154/149
18.33 150 0.057 153/147 154/149
Minyak topping
Minyak setelah topping 18.45 0.172 154/149 154/149
Topping Minyak sebelum topping 19.25 0.175 154/148 155/150
Minyak frying ditarik 19.30 150 155/150 155/150
19.32 150 0.061 153/147 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 19.44 0.175 154/149 155/150
Topping Minyak sebelum topping 20.25 0.221 155/150 155/150
Minyak frying ditarik 20.30 150 155/150
20.33 150 0.084 153/148 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 20.44 0.21 155/150 155/150
Topping Minyak sebelum topping 21.25 0.194 155/149 155/150
Minyak frying ditarik 21.30 150 155/150 155/150
21.33 150 0.099 153/148 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 21.44 0.191 155/150 155/150
Topping Minyak sebelum topping 22.25 0.191 155/150 155/150
Minyak frying ditarik 22.30 100 155/149 155/150
22.33 150 0.072 153/148 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 22.45 0.187 155/150 155/150
Topping Minyak sebelum topping 21 mei 2008 (shift 3) 23.25 0.206 155/150 155/150
Minyak frying ditarik 23.36 150 155/149 155/150
Minyak topping 23.38 150 0.084 153/147 155/150
66
Lampiran 2. Data pengamatan regenerasi minyak, nilai asam lemak bebas minyak
goreng, dan suhu selama proses penggorengan (lanjutan)
Jumlah Pengamatan Waktu proses Minyak Suhu (°C) Proses Pemakaian minyak
Tanggal jam (kg) FFA
Aktual Setting
Minyak setelah topping 21 mei 2008 (shift 3) 23.48 0.198 155/150 155/150
Topping Minyak sebelum topping 00.25 0.187 155/150 155/150
Minyak frying ditarik 00.37 150 155/150 155/150
00.39 150 0.064 151/146 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 00.47 0.175 155/150 155/150
Topping Minyak sebelum topping 01.25 0.179 155/150
Minyak frying ditarik 01.37 150 155/150
01.39 150 0.064 151/146 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 01.45 0.175 155/149 155/150
Topping Minyak sebelum topping 02.25 0.183 155/150
Minyak frying ditarik 02.27 150 155/150 155/150
02.30 150 0.064 150/146 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 02.38 0.179 155/150 155/150
Topping Minyak sebelum topping 03.25 0.194 155/150
Minyak frying ditarik 03.35 150 155/150
03.37 150 0.057 151/146 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 03.44 0.164 155/149 155/150
Topping Minyak sebelum topping 04.25 0.194 155/150
Minyak frying ditarik 04.35 150 155/150 155/150
04.37 150 0.049 151/145 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 04.45 0.156 155/149 155/150
Topping Minyak sebelum topping 05.25 0.217 155/149 155/150
Minyak frying ditarik 05.36 150 155/150 155/150
05.38 150 0.08 151/146 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 05.46 0.194 155/149 155/150
67
Lampiran 2. Data pengamatan regenerasi minyak, nilai asam lemak bebas minyak
goreng, dan suhu selama proses penggorengan (lanjutan)
Jumlah Pengamatan Waktu proses Minyak Suhu (°C) Proses Pemakaian minyak
Tanggal jam (kg) FFA
Aktual Setting
Topping Minyak sebelum topping 21 mei 2008 (shift 3) 06.25 0.191 155/149 155/150
Minyak frying ditarik 06.35 150 155/150 155/150
06.37 150 0.65 151/146 155/150
Minyak topping
Minyak setelah topping 06.42 0.187 155/149 155/150
68
Lampiran 3. Perubahan nilai ALB (%) sebelum dan sesudah topping selama
penggorengan
Asam Lemak Bebas (%) Perubahan nilai Interval Waktu sebelum topping sesudah topping ALB (%)
1 0.069 0.076 -0.007 2 0.084 0.084 0.000 3 0.095 0.088 0.007 4 0.095 0.111 -0.016 5 0.099 0.092 0.007 6 0.103 0.088 0.015 7 0.099 0.107 -0.008 8 0.114 0.118 -0.004 9 0.114 0.122 -0.008 10 0.114 0.118 -0.004 11 0.141 0.137 0.004 12 0.149 0.145 0.004 13 0.160 0.137 0.023 14 0.149 0.111 0.038 15 0.141 0.137 0.004 16 0.145 0.122 0.023 17 0.137 0.133 0.004 18 0.145 0.141 0.004 19 0.145 0.141 0.004 20 0.156 0.153 0.003 21 0.164 0.160 0.004 22 0.160 0.172 -0.012 23 0.176 0.168 0.008 24 0.179 0.175 0.004 25 0.183 0.179 0.004 26 0.179 0.191 -0.012 27 0.194 0.194 0.000 28 0.217 0.172 0.045 29 0.175 0.164 0.011 30 0.183 0.156 0.027 31 0.168 0.172 -0.004 32 0.175 0.175 0.000 33 0.221 0.210 0.011 34 0.194 0.191 0.003 35 0.191 0.187 0.004 36 0.206 0.198 0.008 37 0.187 0.175 0.012 38 0.179 0.175 0.004 39 0.183 0.179 0.004 40 0.194 0.164 0.030 41 0.194 0.156 0.038 42 0.217 0.194 0.023 Rata-rata perubahan ALB (%) selama penggorengan 0.007
69
Lampiran 4. Data kadar air produk kacang salut selama penggorengan
Sampel W cawan
W sampel
W cawan
No
Tanggal / Shift
Jam
(gram) (gram) + sampel kering
KA (%BB)
Rata-rata
SD
3.4413 2.0047 5.3448 5.05 1 20 Mei 2008 (1) 12.50
3.4038 2.0061 5.3101 4.97 5.01 0.05
3.4420 2.0037 5.3590 4.33 2 21 Mei 2008 (1) 13.35
3.0842 2.0051 5.0026 4.32 4.33 0.00
2.5751 2.0078 4.4883 4.71 3 20 Mei 2008 (2) 14.45
2.6153 2.0091 4.5294 4.73 4.72 0.01
3.2308 2.0041 5.1298 5.24 4 20 Mei 2008 (2) 15.45
3.0151 2.0056 4.9162 5.21 5.23 0.02
2.6232 2.0056 4.5342 4.72 5 20 Mei 2008 (2) 16.45
2.6469 2.0047 4.5560 4.77 4.74 0.04
3.1831 2.0049 5.0861 5.08 6 20 Mei 2008 (2) 17.45
3.4680 2.0057 5.3725 5.05 5.06 0.03
3.4295 2.0085 5.3405 4.85 7 20 Mei 2008 (2) 18.45
3.0954 2.0058 5.0048 4.81 4.83 0.03
3.1397 2.0030 5.0454 4.86 8 20 Mei 2008 (2) 19.44
3.1457 2.0089 5.0562 4.90 4.88 0.03
3.0879 2.0077 5.0103 4.25 9 20 Mei 2008 (2) 20.45
3.1498 2.0061 5.0711 4.23 4.24 0.02
2.5901 2.0023 4.4969 4.77 10 20 Mei 2008 (2) 21.45
2.6057 2.0009 4.5100 4.83 4.80 0.04
3.1010 2.0059 5.0242 4.12 11 20 Mei 2008 (3) 22.45
3.4393 2.0089 5.3668 4.05 4.09 0.05
2.6737 2.0055 4.5841 4.74 12 21 Mei 2008 (3) 23.43
2.6514 2.0083 4.5644 4.75 4.74 0.00
2.6578 2.0069 4.5718 4.63 13 21 Mei 2008 (3) 00.42
2.6307 2.0031 4.5393 4.72 4.67 0.06
2.7121 2.0035 4.6297 4.29 14 21 Mei 2008 (3) 01.48
2.6946 2.0069 4.6170 4.21 4.25 0.05
3.4518 2.0059 5.3536 5.19 15 21 Mei 2008 (3) 02.37
3.1609 2.0049 5.0611 5.22 5.21 0.02
3.1679 2.0040 5.0867 4.25 16 21 Mei 2008 (3) 03.42
3.1630 2.0044 5.0809 4.32 4.28 0.05
3.2746 2.0088 5.1831 4.99 17 21 Mei 2008 (3) 04.41
3.1723 2.0045 5.0778 4.94 4.97 0.04
3.1895 2.0075 5.0882 5.42 18 21 Mei 2008 (3) 05.44
3.1148 2.0039 5.0095 5.45 5.43 0.02
2.7647 2.0050 4.6688 5.03 19 21 Mei 2008 (1) 06.35
2.7236 2.0036 4.6278 4.96 5.00 0.05
3.2007 2.0043 5.0988 5.30 20 21 Mei 2008 (1) 07.35
2.7628 2.0078 4.6632 5.35 5.32 0.04
2.7151 2.0059 4.6216 4.96 21 21 Mei 2008 (1) 08.48
3.1615 2.0056 5.0681 4.94 4.95 0.01
70
Lampiran 4. Data kadar air produk kacang salut selama penggorengan (lanjutan)
Sampel W cawan
W sampel
W cawan
No
Tanggal / Shift
Jam
(gram) (gram) + sampel kering
KA (%BB)
Rata-rata
SD
2.6972 2.0036 4.6064 4.71 22 21 Mei 2008 (1) 09.37
2.7379 2.0051 4.6474 4.77 4.74 0.04
3.1937 2.0089 5.1078 4.72 23 21 Mei 2008 (1) 10.40
3.4783 2.0050 5.3895 4.68 4.70 0.03
3.3922 2.0064 5.2949 5.17 24 21 Mei 2008 (1) 11.51
2.6671 2.0023 4.5671 5.11 5.14 0.04
3.1338 2.0022 5.0535 4.12 25 21 Mei 2008 (1) 12.48
3.0907 2.0037 5.0128 4.07 4.10 0.03
3.1691 2.0061 5.0911 4.19 26 21 Mei 2008 (1) 13.45
2.7434 2.0097 4.6679 4.24 4.22 0.03
3.1665 2.0016 5.0742 4.69 27 21 Mei 2008 (2) 14.43
3.1723 2.0038 5.0831 4.64 4.67 0.04
2.6440 2.0005 4.5649 3.98 28 21 Mei 2008 (2) 15.49
2.6896 2.0044 4.6142 3.98 3.98 0.00
2.6405 2.0032 4.5569 4.33 29 21 Mei 2008 (2) 16.46
2.6620 2.0082 4.5821 4.39 4.36 0.04
3.4372 2.0047 5.3498 4.59 30 21 Mei 2008 (2) 17.45
3.3066 2.0068 5.2200 4.65 4.62 0.04
3.3757 2.0024 5.2869 4.55 31 21 Mei 2008 (2) 18.45
3.3116 2.0032 5.2238 4.54 4.55 0.01
3.3295 2.0028 5.2458 4.32 32 21 Mei 2008 (2) 19.44
3.3471 2.0095 5.2701 4.30 4.31 0.01
3.1001 2.0063 5.0175 4.43 33 21 Mei 2008 (2) 20.44
3.3294 2.0058 5.2448 4.51 4.47 0.05
3.1936 2.0073 5.1060 4.73 34 21 Mei 2008 (2) 21.44
3.2957 2.0038 5.2066 4.64 4.68 0.06
3.3787 2.0058 5.2937 4.53 35 21 Mei 2008 (3) 22.45
3.3062 2.0057 5.2212 4.52 4.52 0.00
3.3411 2.0012 5.2609 4.07 36 22 Mei 2008 (3) 23.48
3.2809 2.0034 5.2040 4.01 4.04 0.04
3.1360 2.0059 5.0552 4.32 37 22 Mei 2008 (3) 00.47
2.7009 2.0030 4.6166 4.36 4.34 0.03
2.6752 2.0093 4.6017 4.12 38 22 Mei 2008 (3) 01.45
2.6348 2.0050 4.5562 4.17 4.15 0.03
3.3211 2.0075 5.2332 4.75 39 22 Mei 2008 (3) 02.38
3.1224 2.0088 5.0372 4.68 4.72 0.05
3.4057 2.0094 5.3112 5.17 40 22 Mei 2008 (3) 03.44
3.3396 2.0084 5.2460 5.08 5.12 0.07
3.3497 2.0089 5.2572 5.05 41 22 Mei 2008 (3) 04.45
3.2854 2.0064 5.1919 4.98 5.01 0.05
3.0775 2.0085 4.9910 4.73 42 22 Mei 2008 (3) 05.46
3.3457 2.0023 5.2547 4.66 4.69 0.05
71
Lampiran 5. Data kadar lemak produk kacang salut selama penggorengan
Sampel Dry Basis Wet Basis
No
Tanggal /
Shift Jam
W Sampel (dry)
W Labu kosong
W Labu + Minyak Kadar Lemak
(%) Rata-rata
SD Kadar Lemak (%)
Rata-rata
SD
1 20 Mei 2008 (1) 12.50 2.0067 59.8594 60.1956 16.75 15.91
2.0088 60.8963 61.2364 16.93 16.84 0.12
16.09 16.00 0.13
2 20 Mei 2008 (1) 13.35 2.0054 58.8896 59.2402 17.48 16.73
2.0072 57.1173 57.4694 17.54 17.51 0.04
16.78 16.75 0.04
3 20 Mei 2008 (1) 14.45 2.0064 58.9136 59.3035 19.43 18.52
2.0046 57.1165 57.5066 19.46 19.45 0.02
18.54 18.53 0.02
4 20 Mei 2008 (2) 15.45 2.0070 58.8902 59.2440 17.63 16.70
2.0054 59.1311 59.4818 17.49 17.56 0.10
16.58 16.64 0.09
5 20 Mei 2008 (2) 16.45 2.0052 59.8547 60.2048 17.46 16.64
2.0059 56.8952 57.2419 17.28 17.37 0.12
16.46 16.55 0.12
6 20 Mei 2008 (2) 17.45 2.0057 57.1163 57.5091 19.58 18.59
2.0043 59.1640 59.5537 19.44 19.51 0.10
18.46 18.53 0.09
7 20 Mei 2008 (2) 18.45 2.0038 57.1336 57.5204 19.30 18.37
2.0051 60.8923 61.2752 19.10 19.20 0.15
18.18 18.27 0.13
8 20 Mei 2008 (2) 19.44 2.0062 59.8751 60.2489 18.63 17.73
2.0058 60.9124 61.2849 18.57 18.60 0.04
17.66 17.69 0.05
9 20 Mei 2008 (2) 20.45 2.0027 59.1864 59.5718 19.24 18.43
2.0043 59.8767 60.2608 19.16 19.20 0.06
18.35 18.39 0.05
10 20 Mei 2008 (2) 21.45 2.0015 60.9113 61.3087 19.86 18.91
2.0050 59.8625 60.2573 19.69 19.77 0.12
18.74 18.82 0.12
11 20 Mei 2008 (3) 22.45 2.0010 59.1606 59.4796 15.94 15.28
2.0016 60.9009 61.2228 16.08 16.01 0.10
15.43 15.36 0.10
12 21 Mei 2008 (3) 23.43 2.0035 59.1603 59.5237 18.14 17.28
2.0043 57.1110 57.4732 18.07 18.10 0.05
17.21 17.25 0.05
72
Lampiran 5. Data kadar lemak produk kacang salut selama penggorengan (lanjutan)
Sampel Dry Basis Wet Basis
No
Tanggal /Shift Jam
W Sampel (dry)
W Labu kosong
W Labu + Minyak Kadar Lemak
(%) Rata-rata SD Kadar Lemak
(%) Rata-rata SD
13 21 Mei 2008 (3) 00.42 2.0052 59.8577 60.2464 19.38 18.49
2.0047 57.1219 57.5095 19.33 19.36 0.04
18.42 18.45 0.05
14 21 Mei 2008 (3) 01.48 2.0076 59.1392 59.5507 20.50 19.62
2.0066 57.0990 57.5071 20.34 20.42 0.11
19.48 19.55 0.10
15 21 Mei 2008 (3) 02.37 2.0015 59.1564 59.5635 20.34 19.28
2.0038 60.8978 61.3034 20.24 20.29 0.07
19.18 19.23 0.07
16 21 Mei 2008 (3) 03.42 2.0036 59.8573 60.1754 15.88 15.20
2.0071 59.1622 59.4759 15.63 15.75 0.17
14.96 15.08 0.17
17 21 Mei 2008 (3) 04.41 2.0043 59.8498 60.2224 18.59 17.66
2.0018 60.8965 61.2714 18.73 18.66 0.10
17.80 17.73 0.10
18 21 Mei 2008 (3) 05.44 2.0021 57.1184 57.5173 19.92 18.84
2.0031 56.8938 57.2947 20.01 19.97 0.06
18.92 18.88 0.06
19 21 Mei 2008 (3) 06.35 2.0038 59.1731 59.5180 17.21 16.35
2.0054 56.8991 57.2468 17.34 17.28 0.09
16.48 16.41 0.09
20 21 Mei 2008 (1) 07.35 2.0069 57.1196 57.4923 18.57 17.59
2.0078 59.8673 60.2406 18.59 18.58 0.02
17.60 17.59 0.01
21 21 Mei 2008 (1) 08.48 2.0045 60.9012 61.2925 19.52 18.55
2.0071 59.1687 59.5581 19.40 19.46 0.08
18.44 18.50 0.08
22 21 Mei 2008 (1) 09.37 2.0029 59.8565 60.2102 17.66 16.83
2.0059 57.1198 57.4769 17.80 17.73 0.10
16.95 16.89 0.09
23 21 Mei 2008 (1) 10.40 2.0035 56.8974 57.2544 17.82 16.98
2.0038 59.1731 59.5334 17.98 17.90 0.11
17.14 17.06 0.11
24 21 Mei 2008 (1) 11.51 2.0075 56.8983 57.2820 19.11 18.13
2.0023 59.8624 60.2443 19.07 19.09 0.03
18.10 18.11 0.02
73
Lampiran 5. Data kadar lemak produk kacang salut selama penggorengan (lanjutan)
Sampel Dry Basis Wet Basis
No Tanggal / Shift Jam W Sampel
(dry) W Labu kosong
W Labu + Minyak Kadar Lemak
(%) Rata-rata SD Kadar Lemak
(%) Rata-rata SD
25 21 Mei 2008 (1) 12.48 2.0033 60.9036 61.2939 19.48 18.68
2.0087 57.0903 57.4843 19.61 19.55 0.09
18.82 18.75 0.10
26 21 Mei 2008 (1) 13.45 2.0012 59.1134 59.4728 17.96 17.21
2.0049 56.8953 57.2578 18.08 18.02 0.08
17.31 17.26 0.08
27 21 Mei 2008 (2) 14.43 2.0008 60.9084 61.2396 16.55 15.78
2.0030 57.0981 57.4273 16.44 16.49 0.08
15.67 15.72 0.07
28 21 Mei 2008 (2) 15.49 2.0043 59.1221 59.4207 14.90 14.31
2.0057 59.8325 60.1283 14.75 14.82 0.11
14.16 14.23 0.10
29 21 Mei 2008 (2) 16.46 2.0069 57.0961 57.5368 21.96 21.01
2.0065 59.1216 59.5598 21.84 21.90 0.09
20.88 20.94 0.09
30 21 Mei 2008 (2) 17.45 2.0097 60.8915 61.3143 21.04 20.07
2.0030 56.8956 57.3194 21.16 21.10 0.08
20.18 20.12 0.07
31 21 Mei 2008 (2) 18.45 2.0049 59.8325 60.2724 21.94 20.94
2.0012 59.8342 60.2753 22.04 21.99 0.07
21.04 20.99 0.07
32 21 Mei 2008 (2) 19.44 2.0026 60.8997 61.3651 23.24 22.24
2.0042 56.9090 57.3776 23.38 23.31 0.10
22.37 22.31 0.10
33 21 Mei 2008 (2) 20.44 2.0072 57.0958 57.4835 19.32 18.46
2.0050 59.1358 59.5225 19.29 19.30 0.02
18.42 18.44 0.03
34 21 Mei 2008 (2) 21.44 2.0025 59.1166 59.5349 20.89 19.90
2.0092 57.0889 57.5081 20.86 20.88 0.02
19.90 19.90 0.00
35 21 Mei 2008 (3) 22.45 2.0030 60.8838 61.2716 19.36 18.48
2.0050 56.8879 57.2792 19.52 19.44 0.11
18.63 18.56 0.11
36 22 Mei 2008 (3) 23.48 2.0057 59.8280 60.2354 20.31 19.49
2.0060 59.1108 59.5210 20.45 20.38 0.10
19.63 19.56 0.10
37 22 Mei 2008 (3) 00.47 2.0081 57.0891 57.4277 16.86 16.13
2.0063 56.8918 57.2331 17.01 16.94 0.11
16.27 16.20 0.10
38 22 Mei 2008 (3) 01.45 2.0036 60.8804 61.2236 17.13 16.42
2.0047 59.8287 60.1693 16.99 17.06 0.10
16.28 16.35 0.10
74
Lampiran 5. Data kadar lemak produk kacang salut selama penggorengan (lanjutan)
Sampel Dry Basis Wet Basis
No
Tanggal /
Shift Jam
W Sampel (dry)
W Labu kosong
W Labu + Minyak Kadar Lemak
(%) Rata-rata
SD Kadar Lemak (%)
Rata-rata
SD
39 22 Mei 2008 (3) 02.38 2.0066 59.1097 59.5614 22.51 21.44
2.0033 59.8272 60.2817 22.69 22.60 0.13
21.63 21.53 0.13
40 22 Mei 2008 (3) 03.44 2.0055 57.0866 57.4389 17.57 16.66
2.0060 60.8761 61.2314 17.71 17.64 0.10
16.81 16.74 0.11
41 22 Mei 2008 (3) 04.45 2.0066 60.8757 61.2659 19.45 18.46
2.0032 59.8280 60.2145 19.29 19.37 0.11
18.33 18.40 0.09
42 22 Mei 2008 (3) 05.46 2.0020 57.0863 57.5234 21.83 20.80
2.0027 59.1111 59.5427 21.55 21.69 0.20
20.55 20.67 0.18
75
Lampiran 6. Setting pengukuran tektur produk kacang salut dengan Texture
Analyzer
Test mode Measure force in compression Option Return to start
Pre-test speed 1.0 mm/s Test speed 2.0 mm/s Post-test speed 10.0 mm/s
Parameter
Distance 20 mm Type Button
Trigger Force 5 gram Force Grams
Unit Distance Millimeters
76
Lampiran 7. Data hasil pengukuran tekstur produk kacang salut menggunakan TA.xtplus Texture Analyzer
Area F-T 1:2
Gradient F-T 1:2
Mean F 1:2
Ratio 1:2
Time Difference 1:2
Travel 1:2
Sampel Chrispness
kg.sec kg/sec kg % sec mm No
Tanggal Jam Count Peaks+ F 1:2
Area F-T 1:2
Gradient F-T 1:2
Mean F 1:2
Ratio 1:2
Time Difference 1:2
Travel 1:2
Count Peaks
- F 1:2
39.0 102.015 8.284 24.582 1041.790 4.150 8.273 39.000 1 20 Mei 2008 (1) 12.50
37.0 90.359 8.315 20.653 997.400 4.375 8.739 37.000 36.0 79.458 6.521 21.680 304.883 3.665 7.303 35.000
2 21 Mei 2008 (1) 13.35 32.0 79.677 5.190 21.191 345.752 3.760 7.493 32.000 31.0 94.525 7.631 21.931 584.181 4.310 8.567 30.000
3 20 Mei 2008 (2) 14.45 31.0 51.702 2.310 15.958 165.087 3.240 6.426 30.000 28.0 65.862 3.643 22.829 168.982 2.885 5.716 27.000
4 20 Mei 2008 (2) 15.45 29.0 77.387 3.601 25.414 158.260 3.045 6.037 28.000 33.0 102.977 4.412 23.893 449.012 4.310 8.735 32.000
5 20 Mei 2008 (2) 16.45 38.0 80.483 5.752 20.505 1256.572 3.925 7.965 38.000 35.0 58.285 3.921 21.118 209.346 2.760 5.509 36.000
6 20 Mei 2008 (2) 17.45 34.0 46.717 0.708 15.094 113.274 3.095 6.227 33.000 37.0 43.964 2.704 14.205 209.689 3.095 6.179 38.000
7 20 Mei 2008 (2) 18.45 38.0 94.630 6.376 26.286 298.822 3.600 7.155 37.000 37.0 43.669 5.759 15.136 360.511 2.885 5.725 37.000
8 20 Mei 2008 (2) 19.44 33.0 31.887 1.707 11.745 143.275 2.715 5.419 32.000 44.0 53.672 1.159 14.525 136.592 3.695 7.345 43.000
9 20 Mei 2008 (2) 20.45 46.0 41.111 3.788 11.831 424.093 3.475 6.939 45.000 40.0 74.823 5.486 17.462 691.414 4.285 8.607 39.000
10 20 Mei 2008 (2) 21.45 40.0 45.616 4.467 13.865 491.501 3.290 6.569 40.000 39.0 82.137 5.625 23.603 307.558 3.480 6.949 39.000
11 20 Mei 2008 (3) 22.45 38.0 91.029 5.824 24.050 251.749 3.785 7.523 38.000 33.0 72.875 7.724 22.184 388.710 3.285 6.559 32.000
12 21 Mei 2008 (3) 23.43 33.0 84.939 6.206 26.216 227.375 3.240 6.433 32.000 34.0 81.008 4.644 22.073 234.843 3.670 7.293 34.000
13 21 Mei 2008 (3) 00.42 32.0 45.121 3.930 11.629 1484.899 3.880 7.749 32.000 36.0 53.731 5.594 14.386 1296.662 3.735 7.459 35.000
14 21 Mei 2008 (3) 01.48 37.0 104.144 6.683 24.562 471.243 4.240 8.435 37.000
77
Lampiran 7. Data hasil pengukuran tekstur produk kacang salut menggunakan TA.xtplus Texture Analyzer (lanjutan)
Area F-T 1:2
Gradient F-T 1:2
Mean F 1:2
Ratio 1:2
Time Difference 1:2
Travel 1:2
Sampel Chrispness
kg.sec kg/sec kg % sec mm No
Tanggal Jam Count Peaks+ F 1:2
Area F-T 1:2
Gradient F-T 1:2
Mean F 1:2
Ratio 1:2
Time Difference 1:2
Travel 1:2
Count Peaks
- F 1:2
26.0 102.561 4.941 32.559 175.400 3.150 6.242 25.000 15 21 Mei 2008 (3) 02.37
21.0 98.865 5.289 42.250 141.654 2.340 4.669 21.000 43.0 73.198 4.480 17.617 396.465 4.155 8.252 42.000
16 21 Mei 2008 (3) 03.42 28.0 98.241 5.706 32.638 177.087 3.010 6.009 29.000 35.0 86.885 2.588 24.931 145.370 3.485 6.953 36.000
17 21 Mei 2008 (3) 04.41 34.0 62.956 1.283 19.797 129.550 3.180 6.397 34.000 36.0 86.133 8.853 24.127 596.788 3.570 7.177 36.000
18 21 Mei 2008 (3) 05.44 32.0 115.469 3.672 29.798 187.821 3.875 7.985 31.000 39.0 62.696 5.269 17.990 381.693 3.485 6.959 38.000
19 21 Mei 2008 (1) 06.35 38.0 86.275 3.101 23.735 164.494 3.635 7.259 37.000 28.0 55.509 8.689 25.061 225.879 2.215 4.420 29.000
20 21 Mei 2008 (1) 07.35 28.0 38.943 4.209 16.362 178.637 2.380 4.727 28.000 29.0 89.410 2.290 29.704 139.628 3.010 6.009 29.000
21 21 Mei 2008 (1) 08.48 40.0 65.848 2.872 19.396 166.025 3.395 6.779 39.000 38.0 80.168 3.769 21.785 228.948 3.680 7.303 38.000
22 21 Mei 2008 (1) 09.37 39.0 55.992 3.610 16.277 446.663 3.440 6.823 38.000 39.0 108.506 2.671 28.743 146.102 3.775 7.517 39.000
23 21 Mei 2008 (1) 10.40 39.0 76.390 4.966 19.971 339.293 3.825 7.765 38.000 27.0 45.065 6.180 18.394 259.943 2.450 4.889 27.000
24 21 Mei 2008 (1) 11.51 27.0 40.325 2.455 16.767 170.901 2.405 4.800 26.000 38.0 72.390 2.152 20.192 161.648 3.585 7.159 38.000
25 21 Mei 2008 (1) 12.48 37.0 99.418 5.758 25.823 297.382 3.850 7.689 37.000 34.0 40.583 3.775 16.201 193.603 2.505 4.999 34.000
26 21 Mei 2008 (1) 13.45 43.0 71.349 4.997 18.201 388.795 3.920 7.807 42.000 36.0 68.319 7.284 22.548 318.514 3.030 6.003 35.000
27 21 Mei 2008 (2) 14.43 36.0 104.638 5.586 26.659 262.789 3.925 7.839 37.000
78
Lampiran 7. Data hasil pengukuran tekstur produk kacang salut menggunakan TA.xtplus Texture Analyzer (lanjutan)
Area F-T 1:2 Gradient F-T 1:2 Mean F 1:2 Ratio 1:2 Time Difference 1:2 Travel 1:2 Sampel Chrispness kg.sec kg/sec kg % sec mm
No
Tanggal Jam Count Peaks+ F 1:2 Area F-T 1:2 Gradient F-T 1:2 Mean F 1:2 Ratio 1:2 Time Difference 1:2 Travel 1:2
Count Peaks
- F 1:2
45.0 74.844 3.055 19.093 244.985 3.920 7.829 44.000 28 21 Mei 2008 (2) 15.49
46.0 86.096 5.259 19.457 308.121 4.425 8.793 46.000 37.0 55.671 3.417 20.734 150.072 2.685 5.359 36.000
29 21 Mei 2008 (2) 16.46 41.0 57.281 2.601 15.867 184.180 3.610 7.209 41.000 34.0 70.838 1.423 25.925 117.301 2.733 5.464 33.000
30 21 Mei 2008 (2) 17.45 37.0 55.468 3.240 17.668 190.249 3.140 6.279 37.000 35.0 45.017 3.398 13.379 437.402 3.365 6.729 36.000
31 21 Mei 2008 (2) 18.45 39.0 87.787 6.339 21.128 601.258 4.155 8.304 38.000 39.0 61.183 4.163 17.829 246.038 3.433 6.818 38.000
32 21 Mei 2008 (2) 19.44 39.0 59.949 3.408 18.319 244.610 3.273 6.515 39.000 39.0 59.431 4.273 15.397 490.617 3.860 7.709 40.000
33 21 Mei 2008 (2) 20.44 38.0 83.834 4.320 24.803 231.292 3.380 6.700 37.000 38.0 96.472 0.445 23.079 118.564 4.180 8.755 37.000
34 21 Mei 2008 (2) 21.44 37.0 77.512 2.379 19.824 204.869 3.910 7.803 37.000 39.0 86.093 3.801 21.713 219.226 3.965 7.914 38.000
35 21 Mei 2008 (3) 22.45 37.0 90.895 2.774 25.284 165.107 3.595 7.179 37.000 43.0 111.251 4.654 22.362 645.314 4.100 9.934 42.000
36 22 Mei 2008 (3) 23.48 43.0 125.910 3.962 26.424 411.587 4.765 9.513 44.000 38.0 94.196 5.168 26.609 209.785 3.540 7.020 37.000
37 22 Mei 2008 (3) 00.47 36.0 108.449 3.632 26.811 210.383 4.045 8.079 36.000 42.0 77.536 5.155 20.377 321.297 3.805 7.594 41.000
38 22 Mei 2008 (3) 01.45 41.0 84.617 5.431 21.641 338.685 3.910 7.809 40.000 35.0 102.164 2.547 27.724 150.520 3.685 7.359 36.000
39 22 Mei 2008 (3) 02.38 34.0 75.321 7.233 18.416 971.800 4.090 8.122 34.000 27.0 71.983 6.320 21.682 226.950 3.320 6.629 28.000
40 22 Mei 2008 (3) 03.44 28.0 61.062 5.406 20.491 211.936 2.980 5.949 28.000 30.0 71.152 4.841 21.726 262.505 3.275 6.539 30.000
41 22 Mei 2008 (3) 04.45 31.0 89.571 9.383 26.461 440.402 3.385 6.759 31.000 36.0 67.907 4.642 19.541 279.976 3.475 6.939 35.000
42 22 Mei 2008 (3) 05.46 33.0 39.331 -0.614 15.012 85.752 2.620 5.475 33.000
79
Lampiran 8. Data korelasi antara kadar air (% bb) dengan profil tekstur kacang
salut menggunakan Texture Analyzer
Rata-rata Rata-rata Sampling
Kadar air No Tanggal Jam (% bb)
Chrispness
1 20 Mei 2008 12.50 5.01 38.00 2 20 Mei 2008 13.35 4.33 34.00 3 20 Mei 2008 14.45 4.72 31.00 4 20 Mei 2008 15.45 5.23 28.50 5 20 Mei 2008 16.45 4.74 35.50 6 20 Mei 2008 17.45 5.06 34.50 7 20 Mei 2008 18.45 4.83 37.50 8 20 Mei 2008 19.44 4.88 35.00 9 20 Mei 2008 20.45 4.24 45.00 10 20 Mei 2008 21.45 4.80 40.00 11 20 Mei 2008 22.45 4.09 38.50 12 20 Mei 2008 23.43 4.74 33.00 13 20 Mei 2008 00.42 4.67 33.00 14 20 Mei 2008 01.48 4.25 36.50 15 20 Mei 2008 02.37 5.21 23.50 16 20 Mei 2008 03.42 4.28 35.50 17 20 Mei 2008 04.41 4.97 34.50 18 20 Mei 2008 05.44 5.43 34.00 19 20 Mei 2008 06.35 5.00 38.50 20 20 Mei 2008 07.35 5.32 28.00 21 20 Mei 2008 08.48 4.95 34.50 22 21 Mei 2008 09.37 4.74 38.50 23 21 Mei 2008 10.40 4.70 39.00 24 21 Mei 2008 11.51 5.14 27.00 25 21 Mei 2008 12.48 4.10 37.50 26 21 Mei 2008 13.45 4.22 38.50 27 21 Mei 2008 14.43 4.67 36.00 28 21 Mei 2008 15.49 3.98 45.50 29 21 Mei 2008 16.46 4.36 39.00 30 21 Mei 2008 17.45 4.62 35.50 31 21 Mei 2008 18.45 4.55 37.00 32 21 Mei 2008 19.44 4.31 39.00 33 21 Mei 2008 20.44 4.47 38.50 34 21 Mei 2008 21.44 4.68 37.50 35 21 Mei 2008 22.45 4.52 38.00 36 21 Mei 2008 23.48 4.04 43.00 37 21 Mei 2008 00.47 4.34 37.00 38 21 Mei 2008 01.45 4.15 41.50 39 21 Mei 2008 02.38 4.72 34.50 40 21 Mei 2008 03.44 5.12 27.50 41 21 Mei 2008 04.45 5.01 30.50 42 21 Mei 2008 05.46 4.69 34.50
80
Lampiran 9. Gambar korelasi antara kadar air (% bb) dengan profil tekstur
kacang salut menggunakan Texture Analyzer
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
3.98 4.18 4.38 4.58 4.78 4.98 5.18 5.38
Kadar air (%bb)
Ch
risp
nes
s
r = - 0.72
Y=76.4815 – 8.7233x
55
y = 0.0241x + 0.0658
R2 = 0.9967
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
1.2000
1.4000
0 10 20 30 40 50 60
Asam Oleat (mmol)A
bsor
bans
i
0.0000
0.5000
1.0000
1.5000
2.0000
0 10 20 30 40 50 60
Asam Pamitat (mmol)
Ab
sorb
ansi
Lampiran 10. Data kurva standar asam lemak bebas (gram asam oleat/100
gram sampel)
[as.oleat]
( mol)
Absorbansi
2 0.0800 5 0.1800
10 0.3210 15 0.4530 20 0.5660 25 0.6880 30 0.7490 35 0.9320 40 1.0350 45 1.1390 50 1.2650
Lampiran 11. Data kurva standar asam lemak bebas (gram asam palmitat/100 gram sampel)
[as.palmitat]
( mol) Absorbansi
2 0.1086 5 0.2467
10 0.4323 15 0.6876 20 0.7621 25 0.9525 30 1.0916 35 1.2826 40 1.3784 45 1.5608 50 1.6255
y = 0.0378x + 0.0542
R2 = 0.9770
77
Lampiran 12. Data nilai asam lemak bebas minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan (g asam oleat/100 g sampel)
Sampling [as.oleat] W as. oleat % FFA
No Tanggal Jam W sampel Absorbansi
(mmol) (gram) (sbg as.oleat) Rata2 SD Absorbansi
1 20 Mei 2008 12.50 0.2017 0.0918 1.08 0.0003 0.1511 0.0918
0.2232 0.0925 1.11 0.0003 0.1402 0.1456 0.01
0.0925 2 20 Mei 2008 13.35 0.2318 0.0984 1.35 0.0004 0.1648 0.0984
0.2315 0.1009 1.46 0.0004 0.1777 0.1713 0.01
0.1009 3 20 Mei 2008 14.45 0.2219 0.0944 1.19 0.0003 0.1511 0.0944
0.2611 0.1028 1.54 0.0004 0.1661 0.1586 0.01
0.1028 4 20 Mei 2008 15.45 0.2725 0.1005 1.44 0.0004 0.1493 0.1005
0.2576 0.1017 1.49 0.0004 0.1633 0.1563 0.01
0.1017 5 20 Mei 2008 16.45 0.4283 0.1070 1.71 0.0005 0.1127 0.1070
0.4035 0.1098 1.83 0.0005 0.1278 0.1203 0.01
0.1098 6 20 Mei 2008 17.45 0.2267 0.0912 1.05 0.0003 0.1313 0.0912
0.2212 0.0888 0.95 0.0003 0.1219 0.1266 0.01
0.0888 7 20 Mei 2008 18.45 0.2312 0.0884 0.94 0.0003 0.1146 0.0884
0.2447 0.0985 1.36 0.0004 0.1566 0.1356 0.03
0.0985 8 20 Mei 2008 19.44 0.2378 0.0863 0.85 0.0002 0.1010 0.0863
0.2400 0.0945 1.19 0.0003 0.1402 0.1206 0.03
0.0945 9 20 Mei 2008 20.45 0.2736 0.1087 1.78 0.0005 0.1838 0.1087
0.2318 0.1032 1.55 0.0004 0.1891 0.1864 0.00
0.1032 10 20 Mei 2008 21.45 0.2268 0.0927 1.12 0.0003 0.1390 0.0927
0.2307 0.0876 0.90 0.0003 0.1108 0.1249 0.02
0.0876 11 20 Mei 2008 22.45 0.2136 0.0970 1.29 0.0004 0.1712 0.0970
0.2286 0.1015 1.48 0.0004 0.1830 0.1771 0.01
0.1015 12 21 Mei 2008 23.43 0.2244 0.0957 1.24 0.0004 0.1562 0.0957
0.2184 0.0928 1.12 0.0003 0.1449 0.1505 0.01
0.0928 13 21 Mei 2008 00.42 0.2170 0.0929 1.12 0.0003 0.1464 0.0929
0.2201 0.0963 1.27 0.0004 0.1624 0.1544 0.01
0.0963 14 21 Mei 2008 01.48 0.2020 0.0838 0.75 0.0002 0.1044 0.0838
0.2299 0.0887 0.95 0.0003 0.1167 0.1106 0.01
0.0887
78
Lampiran 12. Data nilai asam lemak bebas minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan (g asam oleat/100 g sampel) (lanjutan)
Sampling [as.oleat] W as. oleat % FFA No Tanggal Jam
W sampel Absorbansi (mmol) (gram) (sbg as.oleat)
Rata2 SD
15 21 Mei 2008 02.37 0.2161 0.1028 1.54 0.0004 0.2007
0.2252 0.1000 1.42 0.0004 0.1780 0.1893 0.02
16 21 Mei 2008 03.42 0.2160 0.0895 0.98 0.0003 0.1286
0.2374 0.0858 0.83 0.0002 0.0987 0.1137 0.02
17 21 Mei 2008 04.41 0.2070 0.0871 0.88 0.0002 0.1206
0.2292 0.0819 0.67 0.0002 0.0823 0.1015 0.03
18 21 Mei 2008 05.44 0.2095 0.0934 1.15 0.0003 0.1544
0.2160 0.0944 1.19 0.0003 0.1552 0.1548 0.00
19 21 Mei 2008 06.35 0.2064 0.0919 1.08 0.0003 0.1482
0.2192 0.0946 1.20 0.0003 0.1540 0.1511 0.00
20 21 Mei 2008 07.35 0.2020 0.0974 1.31 0.0004 0.1834
0.2220 0.0931 1.13 0.0003 0.1441 0.1637 0.03
21 21 Mei 2008 08.48 0.2099 0.0938 1.16 0.0003 0.1564
0.2131 0.0904 1.02 0.0003 0.1353 0.1458 0.01
22 21 Mei 2008 09.37 0.2075 0.0905 1.02 0.0003 0.1395
0.2118 0.0885 0.94 0.0003 0.1256 0.1326 0.01
23 21 Mei 2008 10.40 0.2278 0.0911 1.05 0.0003 0.1302
0.2708 0.0954 1.23 0.0003 0.1281 0.1291 0.00
24 21 Mei 2008 11.51 0.2497 0.0981 1.34 0.0004 0.1516
0.2208 0.0923 1.10 0.0003 0.1407 0.1461 0.01
25 21 Mei 2008 12.48 0.2046 0.0850 0.80 0.0002 0.1100
0.2049 0.0873 0.89 0.0003 0.1230 0.1165 0.01
26 21 Mei 2008 13.45 0.2048 0.0873 0.89 0.0003 0.1230
0.2027 0.0852 0.80 0.0002 0.1122 0.1176 0.01
27 21 Mei 2008 14.43 0.2057 0.0951 1.22 0.0003 0.1670
0.2150 0.0904 1.02 0.0003 0.1341 0.1505 0.02
28 21 Mei 2008 15.49 0.2037 0.0853 0.81 0.0002 0.1122
0.2085 0.0870 0.88 0.0002 0.1192 0.1157 0.00
79
Lampiran 12. Data nilai asam lemak bebas minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan (g asam oleat/100 g sampel) (lanjutan)
Sampling [as.oleat] W as. oleat % FFA No Tanggal Jam
W sampel Absorbansi (mmol) (gram) (sbg as.oleat)
Rata2 SD
29 21 Mei 2008 16.46 0.2006 0.0825 0.69 0.0002 0.0976
0.2304 0.0967 1.28 0.0004 0.1572 0.1274 0.04
30 21 Mei 2008 17.45 0.2465 0.0934 1.15 0.0003 0.1312
0.2301 0.1002 1.43 0.0004 0.1752 0.1532 0.03
31 21 Mei 2008 18.45 0.2078 0.0894 0.98 0.0003 0.1331
0.2157 0.0835 0.73 0.0002 0.0962 0.1146 0.03
32 21 Mei 2008 19.44 0.2573 0.0885 0.94 0.0003 0.1034
0.2274 0.0924 1.10 0.0003 0.1371 0.1203 0.02
33 21 Mei 2008 20.44 0.2023 0.0867 0.87 0.0002 0.1211
0.2095 0.0902 1.01 0.0003 0.1365 0.1288 0.01
34 21 Mei 2008 21.44 0.2194 0.0873 0.89 0.0003 0.1149
0.2232 0.0911 1.05 0.0003 0.1329 0.1239 0.01
35 21 Mei 2008 22.45 0.2091 0.0942 1.18 0.0003 0.1592
0.2171 0.0894 0.98 0.0003 0.1274 0.1433 0.02
36 22 Mei 2008 23.48 0.2104 0.0925 1.11 0.0003 0.1487
0.2198 0.0874 0.90 0.0003 0.1152 0.1320 0.02
37 22 Mei 2008 00.47 0.2098 0.0924 1.10 0.0003 0.1486
0.2136 0.0945 1.19 0.0003 0.1575 0.1530 0.01
38 22 Mei 2008 01.45 0.2098 0.0823 0.68 0.0002 0.0922
0.2102 0.0887 0.95 0.0003 0.1277 0.1099 0.03
39 22 Mei 2008 02.38 0.2073 0.0925 1.11 0.0003 0.1510
0.2112 0.0966 1.28 0.0004 0.1709 0.1609 0.01
40 22 Mei 2008 03.44 0.2124 0.0975 1.32 0.0004 0.1749
0.2151 0.0945 1.19 0.0003 0.1564 0.1657 0.01
41 22 Mei 2008 04.45 0.2087 0.0929 1.12 0.0003 0.1522
0.2140 0.0982 1.34 0.0004 0.1775 0.1648 0.02
42 22 Mei 2008 05.46 0.2008 0.0902 1.01 0.0003 0.1424
0.2176 0.0934 1.15 0.0003 0.1487 0.1455 0.00
80
Lampiran 13. Data nilai asam lemak bebas minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan (g asam palmitat/100 g sampel)
Sampling [as.palmitat] W as. Palmitat % FFA No Tanggal Jam
W sampel Absorbansi (mmol) (gram) (sbg as.palmitat)
Rata2 SD
1 20 Mei 2008 12.50 0.2017 0.0918 0.99 0.0003 0.1265
0.2232 0.0925 1.01 0.0003 0.1164 0.1214 0.01
2 20 Mei 2008 13.35 0.2318 0.0984 1.17 0.0003 0.1294
0.2315 0.1009 1.24 0.0003 0.1368 0.1331 0.01
3 20 Mei 2008 14.45 0.2219 0.0944 1.06 0.0003 0.1229
0.2611 0.1028 1.29 0.0003 0.1263 0.1246 0.00
4 20 Mei 2008 15.45 0.2725 0.1005 1.22 0.0003 0.1153
0.2576 0.1017 1.26 0.0003 0.1251 0.1202 0.01
5 20 Mei 2008 16.45 0.4283 0.1070 1.40 0.0004 0.0836
0.4035 0.1098 1.47 0.0004 0.0935 0.0886 0.01
6 20 Mei 2008 17.45 0.2267 0.0912 0.98 0.0003 0.1107
0.2212 0.0888 0.92 0.0002 0.1061 0.1084 0.00
7 20 Mei 2008 18.45 0.2312 0.0884 0.90 0.0002 0.1003
0.2447 0.0985 1.17 0.0003 0.1228 0.1116 0.02
8 20 Mei 2008 19.44 0.2378 0.0863 0.85 0.0002 0.0916
0.2400 0.0945 1.07 0.0003 0.1139 0.1027 0.02
9 20 Mei 2008 20.45 0.2736 0.1087 1.44 0.0004 0.1351
0.2318 0.1032 1.30 0.0003 0.1434 0.1393 0.01
10 20 Mei 2008 21.45 0.2268 0.0927 1.02 0.0003 0.1152
0.2307 0.0876 0.88 0.0002 0.0982 0.1067 0.01
11 20 Mei 2008 22.45 0.2136 0.0970 1.13 0.0003 0.1359
0.2286 0.1015 1.25 0.0003 0.1404 0.1381 0.00
12 21 Mei 2008 23.43 0.2244 0.0957 1.10 0.0003 0.1255
0.2184 0.0928 1.02 0.0003 0.1199 0.1227 0.00
13 21 Mei 2008 00.42 0.2170 0.0929 1.02 0.0003 0.1210
0.2201 0.0963 1.11 0.0003 0.1298 0.1254 0.01
14 21 Mei 2008 01.48 0.2020 0.0838 0.78 0.0002 0.0994
0.2299 0.0887 0.91 0.0002 0.1018 0.1006 0.00
81
Lampiran 13. Data nilai asam lemak bebas minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan (g asam palmitat/100 g sampel) (lanjutan)
Sampling [as.palmitat] W as. Palmitat % FFA No Tanggal Jam
W sampel Absorbansi (mmol) (gram) (sbg as.palmitat)
Rata2 SD
15 21 Mei 2008 02.37 0.2161 0.1028 1.29 0.0003 0.1526 0.1453 0.01
0.2252 0.1000 1.21 0.0003 0.1380
16 21 Mei 2008 03.42 0.2160 0.0895 0.93 0.0002 0.1109 0.1006 0.01
0.2374 0.0858 0.84 0.0002 0.0903
17 21 Mei 2008 04.41 0.2070 0.0871 0.87 0.0002 0.1078 0.0949 0.02
0.2292 0.0819 0.73 0.0002 0.0820
18 21 Mei 2008 05.44 0.2095 0.0934 1.04 0.0003 0.1269 0.1266 0.00
0.2160 0.0944 1.06 0.0003 0.1263
19 21 Mei 2008 06.35 0.2064 0.0919 1.00 0.0003 0.1239 0.1245 0.00
0.2192 0.0946 1.07 0.0003 0.1250
20 21 Mei 2008 07.35 0.2020 0.0974 1.14 0.0003 0.1451 0.1320 0.02
0.2220 0.0931 1.03 0.0003 0.1189
21 21 Mei 2008 08.48 0.2099 0.0938 1.05 0.0003 0.1280 0.1216 0.01
0.2131 0.0904 0.96 0.0002 0.1152
22 21 Mei 2008 09.37 0.2075 0.0905 0.96 0.0002 0.1187 0.1143 0.01
0.2118 0.0885 0.91 0.0002 0.1099
23 21 Mei 2008 10.40 0.2278 0.0911 0.98 0.0003 0.1099 0.1065 0.00
0.2708 0.0954 1.09 0.0003 0.1032
24 21 Mei 2008 11.51 0.2497 0.0981 1.16 0.0003 0.1193 0.1182 0.00
0.2208 0.0923 1.01 0.0003 0.1171
25 21 Mei 2008 12.48 0.2046 0.0850 0.81 0.0002 0.1021 0.1059 0.01
0.2049 0.0873 0.88 0.0002 0.1096
26 21 Mei 2008 13.45 0.2048 0.0873 0.88 0.0002 0.1096 0.1067 0.00
0.2027 0.0852 0.82 0.0002 0.1037
27 21 Mei 2008 14.43 0.2057 0.0951 1.08 0.0003 0.1349 0.1246 0.01
0.2150 0.0904 0.96 0.0002 0.1142
28 21 Mei 2008 15.49 0.2037 0.0853 0.82 0.0002 0.1036 0.1051 0.00
0.2085 0.0870 0.87 0.0002 0.1067
82
Lampiran 13. Data nilai asam lemak bebas minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan (g asam palmitat/100 g sampel) (lanjutan)
Sampling [as.palmitat] W as. Palmitat % FFA No Tanggal Jam
W sampel Absorbansi (mmol) (gram) (sbg as.palmitat)
Rata2 SD
29 21 Mei 2008 16.46 0.2006 0.0825 0.75 0.0002 0.0957 0.1104 0.02
0.2304 0.0967 1.12 0.0003 0.1251
30 21 Mei 2008 17.45 0.2465 0.0934 1.04 0.0003 0.1079 0.1217 0.02
0.2301 0.1002 1.22 0.0003 0.1356
31 21 Mei 2008 18.45 0.2078 0.0894 0.93 0.0002 0.1149 0.1035 0.02
0.2157 0.0835 0.78 0.0002 0.0921
32 21 Mei 2008 19.44 0.2573 0.0885 0.91 0.0002 0.0904 0.1022 0.02
0.2274 0.0924 1.01 0.0003 0.1140
33 21 Mei 2008 20.44 0.2023 0.0867 0.86 0.0002 0.1090 0.1128 0.01
0.2095 0.0902 0.95 0.0002 0.1166
34 21 Mei 2008 21.44 0.2194 0.0873 0.88 0.0002 0.1023 0.1072 0.01
0.2232 0.0911 0.98 0.0003 0.1122
35 21 Mei 2008 22.45 0.2091 0.0942 1.06 0.0003 0.1298 0.1199 0.01
0.2171 0.0894 0.93 0.0002 0.1100
36 22 Mei 2008 23.48 0.2104 0.0925 1.01 0.0003 0.1235 0.1130 0.01
0.2198 0.0874 0.88 0.0002 0.1025
37 22 Mei 2008 00.47 0.2098 0.0924 1.01 0.0003 0.1235 0.1258 0.00
0.2136 0.0945 1.07 0.0003 0.1280
38 22 Mei 2008 01.45 0.2098 0.0823 0.74 0.0002 0.0909 0.1011 0.01
0.2102 0.0887 0.91 0.0002 0.1113
39 22 Mei 2008 02.38 0.2073 0.0925 1.01 0.0003 0.1253 0.1308 0.01
0.2112 0.0966 1.12 0.0003 0.1362
40 22 Mei 2008 03.44 0.2124 0.0975 1.15 0.0003 0.1383 0.1327 0.01
0.2151 0.0945 1.07 0.0003 0.1271
41 22 Mei 2008 04.45 0.2087 0.0929 1.02 0.0003 0.1258 0.1326 0.01
0.2140 0.0982 1.16 0.0003 0.1395
42 22 Mei 2008 05.46 0.2008 0.0902 0.95 0.0002 0.1216 0.1219 0.00
0.2176 0.0934 1.04 0.0003 0.1222
83
Lampiran 14. Data kurva standar bilangan peroksida
y = 0,0078x + 0,0302
R2 = 0,9664
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
0,14
0,16
0,18
0 5 10 15 20
g Fe(III)
Ab
sorb
ansi
µg Fe (III)
Absorbansi
2 0.0364 4 0.0616 6 0.0799 8 0.1023
10 0.1094 12 0.1338 14 0.1350 16 0.1480
84
Lampiran 15. Data bilangan peroksida minyak dalam produk kacang salut selama penggorengan (meq O2/ kg sampel)
Sampling W sampel
Absorbansi Absorbansi PV
No Tanggal Jam (gram) sampel blanko (meq O2 / kg
sampel) Rata2 SD
1 20 Mei 2008 12.50 0.0819 1.2230 0.8376 5.3945
0.0823 1.1877 0.8376 4.8765
5.1355 0.37
2 20 Mei 2008 13.35 0.0756 1.2000 0.8376 5.4952
0.0820 1.2418 0.8376 5.6507 5.5730 0.11
3 20 Mei 2008 14.45 0.0969 1.2474 0.8376 4.8481
0.0986 1.2383 0.8376 4.6587 4.7534 0.13
4 20 Mei 2008 15.45 0.0797 1.2676 0.8376 6.1849
0.0873 1.2329 0.8376 5.1908 5.6878 0.70
5 20 Mei 2008 16.45 0.0828 1.3057 0.8376 6.4808
0.0960 1.2589 0.8376 5.0308 5.7558 1.03
6 20 Mei 2008 17.45 0.0823 1.2887 0.8376 6.2834
0.0905 1.2598 0.8376 5.3480 5.8157 0.66
7 20 Mei 2008 18.45 0.0814 1.2291 0.8376 5.5135
0.0876 1.2329 0.8376 5.1730 5.3432 0.24
8 20 Mei 2008 19.44 0.0825 1.2373 0.8376 5.5539
0.0901 1.2815 0.8376 5.6478 5.6009 0.07
9 20 Mei 2008 20.45 0.0809 1.2917 0.8376 6.4346
0.0899 1.2008 0.8376 4.6313 5.5330 1.28
10 20 Mei 2008 21.45 0.0984 1.2908 0.8376 5.2798
0.0846 1.3167 0.8376 6.4920 5.8859 0.86
11 20 Mei 2008 22.45 0.0837 1.2410 0.8376 5.5250
0.0980 1.2502 0.8376 4.8264 5.1757 0.49
12 21 Mei 2008 23.43 0.0830 1.2607 0.8376 5.8437
0.0895 1.2136 0.8376 4.8160 5.3298 0.73
13 21 Mei 2008 00.42 0.0820 1.2776 0.8376 6.1512
0.0921 1.2329 0.8376 4.9202 5.5357 0.87
14 21 Mei 2008 01.48 0.0833 1.2765 0.8376 6.0400
0.0831 1.1805 0.8376 4.7303 5.3852 0.93
15 21 Mei 2008 02.37 0.0813 1.1942 0.7092 6.8387
0.0824 1.1559 0.7092 6.2145 6.5266 0.44
16 21 Mei 2008 03.42 0.0952 1.2161 0.7092 6.1039
0.0973 1.2796 0.7092 6.7203 6.4121 0.44
17 21 Mei 2008 04.41 0.0807 1.2203 0.7092 7.2603
0.0860 1.2059 0.7092 6.6209 6.9406 0.45
18 21 Mei 2008 05.44 0.0834 1.1805 0.7092 6.4782
0.0922 1.1475 0.7092 5.4495 5.9638 0.73
19 21 Mei 2008 06.35 0.0836 1.2446 0.7092 7.3416
0.0872 1.1984 0.7092 6.4312 6.8864 0.64
20 21 Mei 2008 07.35 0.0839 1.2075 0.7092 6.8085
0.0890 1.2291 0.7092 6.6965 6.7525 0.08
21 21 Mei 2008 08.48 0.0859 1.2446 0.7092 7.1450
0.0911 1.2203 0.7092 6.4314 6.7882 0.50
85
Lampiran 15. Data bilangan peroksida minyak dalam produk kacang salut selama
penggorengan (meq O2/ kg sampel) (lanjutan)
21 21 Mei 2008 08.48 0.0859 1.2446 0.7092 7.1450
0.0911 1.2203 0.7092 6.4314
6.7882 0.50
22 21 Mei 2008 09.37 0.0843 1.2373 0.7092 7.1814
0.0873 1.2188 0.7092 6.6917
6.9365 0.35
23 21 Mei 2008 10.40 0.0838 1.2188 0.7092 6.9712
0.0840 1.1453 0.7092 5.9515 6.4613 0.72
24 21 Mei 2008 11.51 0.0832 1.1992 0.7092 6.7514
0.0912 1.1351 0.7092 5.3534 6.0524 0.99
25 21 Mei 2008 12.48 0.0825 1.1656 0.7092 6.3418
0.0840 1.2363 0.7092 7.1934 6.7676 0.60
26 21 Mei 2008 13.45 0.0825 1.2456 0.7092 7.4534
0.0880 1.2438 0.7092 6.9641 7.2088 0.35
27 21 Mei 2008 14.43 0.0818 1.2257 0.7092 7.2383
0.0961 1.2410 0.7092 6.3437 6.7910 0.63
28 21 Mei 2008 15.49 0.0804 1.2034 0.7092 7.0464
0.0840 1.2247 0.7092 7.0351 7.0407 0.01
29 21 Mei 2008 16.46 0.0746 1.2560 0.6317 9.5934
0.0737 1.3395 0.6317 11.0094 10.3014 1.00
30 21 Mei 2008 17.45 0.0786 1.2512 0.6317 9.0352
0.0764 1.2291 0.6317 8.9638 8.9995 0.05
31 21 Mei 2008 18.45 0.0814 1.2589 0.6317 8.8329
0.0781 1.2212 0.6317 8.6527 8.7428 0.13
32 21 Mei 2008 19.44 0.0781 1.3406 0.6317 10.4053
0.0825 1.2866 0.6317 9.1000 9.7526 0.92
33 21 Mei 2008 20.44 0.0819 1.3110 0.6317 9.5082
0.0824 1.3312 0.6317 9.7315 9.6198 0.16
34 21 Mei 2008 21.44 0.0793 1.3210 0.6317 9.9645
0.0856 1.2418 0.6317 8.1705 9.0675 1.27
35 21 Mei 2008 22.45 0.0782 1.2474 0.6317 9.0257
0.0855 1.2887 0.6317 8.8088 8.9173 0.15
36 22 Mei 2008 23.48 0.0793 1.3429 0.6317 10.2811
0.0789 1.3267 0.6317 10.0978 10.1894 0.13
37 22 Mei 2008 00.47 0.0772 1.3312 0.6317 10.3870
0.0846 1.3123 0.6317 9.2223 9.8047 0.82
38 22 Mei 2008 01.45 0.0823 1.2950 0.6317 9.2391
0.0830 1.2877 0.6317 9.0604 9.1497 0.13
39 22 Mei 2008 02.38 0.0813 1.3441 0.6317 10.0451
0.0862 1.3477 0.6317 9.5219 9.7835 0.37
40 22 Mei 2008 03.44 0.0826 1.2512 0.6317 8.5977
0.0893 1.3524 0.6317 9.2517 8.9247 0.46
41 22 Mei 2008 04.45 0.0786 1.3101 0.6317 9.8943
0.0831 1.3584 0.6317 10.0248 9.9595 0.09
42 22 Mei 2008 05.46 0.0771 1.2145 0.6317 8.6653
0.0855 1.3198 0.6317 9.2258 8.9456 0.40
86
Lampiran 16. Data nilai thiobarbituric acid minyak produk kacang salut selama
penggorengan (mg malonaldehida / kg sampel)
Sampling Malonaldehid Rata-rata No
Tanggal Jam
W sample (gram) Absorbansi
(mg/kg sampel) Malonaldehid SD
1 20 Mei 2008 13.10
10.0034 0.0940 0.73 0.75 0.02
10.0077 0.0978 0.76
2 20 Mei 2008 14.05
10.0049 0.0701 0.55 0.58 0.05
10.0023 0.0797 0.62
3 20 Mei 2008 15.05
10.0083 0.0933 0.73 0.71 0.02
10.0048 0.0888 0.69 4 20 Mei 2008 16.05
10.0044 0.0736 0.57 0.57 0.00
10.0037 0.0732 0.57 5 20 Mei 2008 17.05
10.0055 0.0806 0.63 0.69 0.08
10.0060 0.0953 0.74 6 20 Mei 2008 18.05
10.0091 0.1128 0.88 0.93 0.07
10.0078 0.1257 0.98 7 20 Mei 2008 19.05
10.0073 0.1285 1.00 1.03 0.05
10.0073 0.1367 1.07 8 20 Mei 2008 20.05
10.0067 0.1377 1.07 1.04 0.05
10.0008 0.1293 1.01 9 20 Mei 2008 21.05
10.0058 0.1064 0.83 1.08 0.35
10.0032 0.1698 1.32 10
20 Mei 2008 22.05
10.0081 0.1370 1.07 0.92 0.21
10.0053 0.0984 0.77 11
20 Mei 2008 23.05
10.0031 0.1283 1.00 0.85 0.21
10.0040 0.0895 0.70 12
21 Mei 2008 00.05
10.0051 0.0853 0.67 0.78 0.16
10.0089 0.1146 0.89 13
21 Mei 2008 01.05
10.0096 0.1604 1.25 1.29 0.06
10.0042 0.1709 1.33 14
21 Mei 2008 02.05
10.0002 0.1733 1.35 1.31 0.06
10.0003 0.1616 1.26 15
21 Mei 2008 03.05
10.0021 0.1062 0.83 0.92 0.12
10.0033 0.1288 1.00 16
21 Mei 2008 04.05
10.0059 0.2351 1.83 1.62 0.30
10.0095 0.1812 1.41 17
21 Mei 2008 05.05
10.0073 0.0856 0.67 1.02 0.50
10.0044 0.1764 1.38 18
21 Mei 2008 06.05
10.0059 0.1077 0.84 0.81 0.04
10.0043 0.1006 0.78 19
21 Mei 2008 07.05
10.0012 0.0789 0.62 0.68 0.09
10.0054 0.0948 0.74 20
21 Mei 2008 07.55
10.0065 0.0698 0.54 0.77 0.32
10.0032 0.1278 1.00 21
21 Mei 2008 09.08
10.0031 0.1180 0.92 0.72 0.29
10.0021 0.0657 0.51 22
21 Mei 2008 09.57
10.0044 0.0817 0.64 0.83 0.27
10.0036 0.1307 1.02 23
21 Mei 2008 11.00
10.0074 0.0889 0.69 0.79 0.13
10.0055 0.1129 0.88
87
Lampiran 16. Data nilai thiobarbituric acid produk kacang salut selama penggorengan (mg
malonaldehida / kg sampel) (lanjutan)
Sampling Malonaldehid Rata-rata No Tanggal Jam
W sampel
(gram)
Absorbansi
(mg/kg sampel) Malonaldehid
SD
24 21 Mei 2008
12.11 10.0060 0.1260 0.98 0.88 0.14
10.0025 0.1003 0.78
25 21 Mei 2008
13.08 10.0074 0.1620 1.26 0.99 0.39
10.0051 0.0911 0.71 26 21 Mei 2008
14.05 10.0051 0.1029 0.80 0.77 0.05
10.0055 0.0938 0.73 27 21 Mei 2008
15.03 10.0047 0.1198 0.93 0.88 0.08
10.0023 0.1055 0.82 28 21 Mei 2008
16.09 10.0043 0.1127 0.88 0.91 0.05
10.0055 0.1215 0.95 29 21 Mei 2008
17.06 10.0043 0.1127 0.88 0.91 0.05
10.0055 0.1215 0.95 30 21 Mei 2008
18.05 10.0043 0.1028 0.80 1.04 0.34
10.0049 0.1637 1.28 31 21 Mei 2008
19.05 10.0018 0.1063 0.83 0.73 0.14
10.0070 0.0808 0.63 32 21 Mei 2008
20.04 10.0065 0.0848 0.66 0.59 0.10
10.0074 0.0675 0.53 33 21 Mei 2008
21.04 10.0038 0.1185 0.92 0.87 0.08
10.0025 0.1044 0.81 34 21 Mei 2008
22.04 10.0015 0.0530 0.41 0.44 0.04
10.0075 0.0594 0.46 35 21 Mei 2008
23.05 10.0030 0.0568 0.44 0.49 0.07
10.0066 0.0690 0.54 36 22 Mei 2008
00.08 10.0064 0.0754 0.59 0.56 0.04
10.0024 0.0686 0.54 37 22 Mei 2008
01.07 10.0037 0.0830 0.65 0.93 0.41
10.0048 0.1566 1.22 38 22 Mei 2008
02.05 10.0058 0.0986 0.77 0.72 0.06
10.0073 0.0870 0.68 39 22 Mei 2008
02.58 10.0041 0.0653 0.51 0.53 0.02
10.0050 0.0698 0.54 40 22 Mei 2008
04.04 10.0058 0.0967 0.75 0.90 0.21
10.0068 0.1353 1.06 41 22 Mei 2008
05.05 10.0039 0.0734 0.57 0.64 0.10
10.0070 0.0917 0.72
42 22 Mei 2008
06.06 10.0058 0.0874 0.68 0.55 0.18
10.0006 0.0540 0.42
88
Lampiran 17. Data nilai total polar material dalam minyak produk kacang salut selama
penggorengan
Sampling TPM No Tanggal Jam (%)
Rata2 SD
1 20 Mei 2008 12.50 6.5 6.50 0.00
6.5
2 20 Mei 2008 13.35 6.5 6.75 0.35
7.0
3 20 Mei 2008 14.45 7.0 7.00 0.00
7.0
4 20 Mei 2008 15.45 8.5 8.50 0.00
8.5
5 20 Mei 2008 16.45 8.0 7.75 0.35
7.5
6 20 Mei 2008 17.45 7.5 7.75 0.35
8.0
7 20 Mei 2008 18.45 7.5 7.50 0.00
7.5
8 20 Mei 2008 19.44 8.5 8.25 0.35
8.0
9 20 Mei 2008 20.45 8.5 8.75 0.35
9.0
10 20 Mei 2008 21.45 8.5 8.25 0.35
8.0
11 20 Mei 2008 22.45 8.5 8.75 0.35
9.0
12 21 Mei 2008 23.43 9.0 9.25 0.35
9.5
13 21 Mei 2008 00.42 8.5 8.25 0.35
8.0
14 21 Mei 2008 01.48 6.0 6.00 0.00
6.0
15 21 Mei 2008 02.37 5.5 5.25 0.35
5.0
16 21 Mei 2008 03.42 7.0 6.75 0.35
6.5
17 21 Mei 2008 04.41 5.5 5.75 0.35
6.0
18 21 Mei 2008 05.44 5.5 5.75 0.35
6.0
19 21 Mei 2008 06.35 6.5 6.25 0.35
6.0
20 21 Mei 2008 07.35 6.0 5.75 0.35
5.5
21 21 Mei 2008 08.48 5.0 5.00 0.00
5.0
22 21 Mei 2008 09.37 5.0 5.00 0.00
5.0
23 21 Mei 2008 10.40 5.5 5.25 0.35
5.0
89
Lampiran 17. Data nilai total polar material dalam minyak produk kacang salut selama
penggorengan (lanjutan)
Sampling TPM No Tanggal Jam (%)
Rata2 SD
24 21 Mei 2008 11.51 5.5 5.50 0.00
5.5
25 21 Mei 2008 12.48 6.0 6.00 0.00
6.0
26 21 Mei 2008 13.45 5.5 5.50 0.00
5.5
27 21 Mei 2008 14.43 6.0 6.25 0.35
6.5
28 21 Mei 2008 15.49 5.5 6.00 0.71
6.5
29 21 Mei 2008 16.46 5.5 6.00 0.71
6.5
30 21 Mei 2008 17.45 6.0 6.25 0.35
6.5
31 21 Mei 2008 18.45 6.0 6.50 0.71
7.0
32 21 Mei 2008 19.44 6.5 6.25 0.35
6.0
33 21 Mei 2008 20.44 7.0 7.25 0.35
7.5
34 21 Mei 2008 21.44 6.5 6.00 0.71
5.5
35 21 Mei 2008 22.45 6.5 6.25 0.35
6.0
36 22 Mei 2008 23.48 5.0 5.00 0.00
5.0
37 22 Mei 2008 00.47 4.5 5.00 0.71
5.5
38 22 Mei 2008 01.45 7.5 7.25 0.35
7.0
39 22 Mei 2008 02.38 6.5 6.25 0.35
6.0
40 22 Mei 2008 03.44 4.5 4.50 0.00
4.5
41 22 Mei 2008 04.45 4.0 4.25 0.35
4.5
42 22 Mei 2008 05.46 4.5 5.00 0.71
5.5
90
Lampiran 18. Data indeks bias dalam minyak dalam produk kacang salut selama
penggorengan
Sampling No Tanggal Jam
Indeks Bias Rata2 SD
1 20 Mei 2008 12.50 1.4635 1.4636 0.0001
1.4636
2 20 Mei 2008 13.35 1.4638 1.4638 0.0001
1.4637
3 20 Mei 2008 14.45 1.4639 1.4639 0.0001
1.4639
4 20 Mei 2008 15.45 1.4640 1.4640 0.0001
1.4639
5 20 Mei 2008 16.45 1.4640 1.4640 0.0000
1.4640
6 20 Mei 2008 17.45 1.4640 1.4641 0.0001
1.4641
7 20 Mei 2008 18.45 1.4641 1.4641 0.0000
1.4641
8 20 Mei 2008 19.44 1.4642 1.4642 0.0001
1.4641
9 20 Mei 2008 20.45 1.4642 1.4643 0.0001
1.4644
10 20 Mei 2008 21.45 1.4643 1.4644 0.0001
1.4644
11 20 Mei 2008 22.45 1.4645 1.4645 0.0001
1.4644
12 21 Mei 2008 23.43 1.4645 1.4645 0.0000
1.4645
13 21 Mei 2008 00.42 1.4645 1.4646 0.0001
1.4646
14 21 Mei 2008 01.48 1.4646 1.4646 0.0000
1.4646
15 21 Mei 2008 02.37 1.4648 1.4648 0.0000
1.4648
16 21 Mei 2008 03.42 1.4650 1.4650 0.0000
1.4650
17 21 Mei 2008 04.41 1.4651 1.4651 0.0000
1.4651
18 21 Mei 2008 05.44 1.4648 1.4648 0.0000
1.4648
19 21 Mei 2008 06.35 1.4648 1.4649 0.0001
1.4649
20 21 Mei 2008 07.35 1.4650 1.4650 0.0000
1.4650
21 21 Mei 2008 08.48 1.4653 1.4654 0.0001
1.4654
22 21 Mei 2008 09.37 1.4655 1.4655 0.0000
1.4655
91
Lampiran 18. Data indeks bias dalam minyak produk kacang salut selama penggorengan
(lanjutan)
Sampling No Tanggal Jam
Indeks Bias Rata2 SD
23 21 Mei 2008 10.40 1.4646
1.4646
1.4646 0.0000
24 21 Mei 2008 11.51 1.4648
1.4648 1.4648 0.0000
25 21 Mei 2008 12.48 1.4649
1.4648 1.4649 0.0001
26 21 Mei 2008 13.45 1.4645
1.4646 1.4646 0.0001
27 21 Mei 2008 14.43 1.4647
1.4646 1.4647 0.0001
28 21 Mei 2008 15.49 1.4648
1.4649 1.4649 0.0001
29 21 Mei 2008 16.46 1.4649
1.4650 1.4650 0.0001
30 21 Mei 2008 17.45 1.4650
1.4651 1.4651 0.0001
31 21 Mei 2008 18.45 1.4652
1.4653 1.4653 0.0001
32 21 Mei 2008 19.44 1.4653
1.4654 1.4654 0.0001
33 21 Mei 2008 20.44 1.4653
1.4654 1.4654 0.0001
34 21 Mei 2008 21.44 1.4655
1.4655 1.4655 0.0000
35 21 Mei 2008 22.45 1.4656
1.4655 1.4656 0.0001
36 22 Mei 2008 23.48 1.4655
1.4656 1.4656 0.0001
37 22 Mei 2008 00.47 1.4657
1.4658 1.4658 0.0001
38 22 Mei 2008 01.45 1.4660
1.4660 1.4660 0.0000
39 22 Mei 2008 02.38 1.4659
1.4659 1.4659 0.0000
40 22 Mei 2008 03.44 1.4661
1.4659 1.4660 0.0001
41 22 Mei 2008 04.45 1.4662
1.4660 1.4661 0.0001
42 22 Mei 2008 05.46 1.4660
1.4660 1.4660 0.0000
92
Lampiran 19. Data warna dalam minyak produk kacang salut selama penggoreng
Sampling No Tanggal Jam
Absorbansi Rata2 SD
0.0367 1 20 Mei 2008 (1) 12.50
0.0372 0.0370 0.00
0.0369 2 21 Mei 2008 (1) 13.35
0.0397 0.0383 0.00
0.0397 3 20 Mei 2008 (2) 14.45
0.0401 0.0399 0.00
0.0425 4 20 Mei 2008 (2) 15.45
0.0414 0.0420 0.00
0.0387 5 20 Mei 2008 (2) 16.45
0.0417 0.0402 0.00
0.0475 6 20 Mei 2008 (2) 17.45
0.0344 0.0410 0.01
0.0409 7 20 Mei 2008 (2) 18.45
0.0418 0.0414 0.00
0.0479 8 20 Mei 2008 (2) 19.44
0.0500 0.0490 0.00
0.0490 9 20 Mei 2008 (2) 20.45
0.0500 0.0495 0.00
0.0500 10 20 Mei 2008 (2) 21.45
0.0504 0.0502 0.00
0.0499 11 20 Mei 2008 (3) 22.45
0.0443 0.0471 0.00
0.0465 12 21 Mei 2008 (3) 23.43
0.0467 0.0466 0.00
0.0527 13 21 Mei 2008 (3) 00.42
0.0533 0.0530 0.00
0.0467 14 21 Mei 2008 (3) 01.48
0.0473 0.0470 0.00
0.0537 15 21 Mei 2008 (3) 02.37
0.0543 0.0540 0.00
0.0608 16 21 Mei 2008 (3) 03.42
0.0615 0.0612 0.00
0.0524 17 21 Mei 2008 (3) 04.41
0.0535 0.0530 0.00
0.0602 18 21 Mei 2008 (3) 05.44
0.0609 0.0606 0.00
0.0631 19 21 Mei 2008 (1) 06.35
0.0638 0.0635 0.00
0.0518 20 21 Mei 2008 (1) 07.35
0.0521 0.0520 0.00
0.0634 21 21 Mei 2008 (1) 08.48
0.0640 0.0637 0.00
0.0593 22 21 Mei 2008 (1) 09.37
0.0604 0.0599 0.00
0.0515 23 21 Mei 2008 (1) 10.40
0.0524 0.0520 0.00
93
Lampiran 19. Data warna dalam minyak produk kacang salut selama penggoreng (lanjutan)
Sampling No Tanggal Jam
Absorbansi Rata2 SD
0.0591 24 21 Mei 2008 (1) 11.51
0.0603 0.0597 0.00
0.0567 25 21 Mei 2008 (1) 12.48
0.0575 0.0571 0.00
0.0623 26 21 Mei 2008 (1) 13.45
0.0628 0.0626 0.00
0.0678 27 21 Mei 2008 (2) 14.43
0.0690 0.0684 0.00
0.0609 28 21 Mei 2008 (2) 15.49
0.0618 0.0614 0.00
0.0504 29 21 Mei 2008 (2) 16.46
0.0514 0.0509 0.00
0.0514 30 21 Mei 2008 (2) 17.45
0.0518 0.0516 0.00
0.0513 31 21 Mei 2008 (2) 18.45
0.0457 0.0485 0.00
0.0479 32 21 Mei 2008 (2) 19.44
0.0481 0.0480 0.00
0.0541 33 21 Mei 2008 (2) 20.44
0.0547 0.0544 0.00
0.0481 34 21 Mei 2008 (2) 21.44
0.0487 0.0484 0.00
0.0449 35 21 Mei 2008 (3) 22.45
0.0452 0.0451 0.00
0.0466 36 22 Mei 2008 (3) 23.48
0.0469 0.0468 0.00
0.0430 37 22 Mei 2008 (3) 00.47
0.0435 0.0433 0.00
0.0526 38 22 Mei 2008 (3) 01.45
0.0531 0.0529 0.00
0.0435 39 22 Mei 2008 (3) 02.38
0.0437 0.0436 0.00
0.0473 40 22 Mei 2008 (3) 03.44
0.0481 0.0477 0.00
0.0436 41 22 Mei 2008 (3) 04.45
0.0444 0.0440 0.00
0.0564 42 22 Mei 2008 (3) 05.46
0.0564 0.0564 0.00
1
Lampiran 20. Hasil analisis sifat fisiko kimia minyak produk kacang salut
selama penggorengan Sifat fisiko kimia
Satuan Hasil Rata-rata Median SD
(g as.oleat /100 g minyak)
0.10 - 0.19 0.14 0.14 0.02
FFA (g as.palmitat
/100 g minyak) 0.09 - 0.15 0.12 0.12 0.01
PV (meq O2
/kg minyak) 4.75 - 10.30 7.2 6.78 1.73
TBA (mg malonaldehida
/kg minyak) 0.44 - 1.62 0.84 0.82 0.42
TPM % 4.25 - 9.24 6.45 6.25 1.26
Warna Absorbansi 0.0370 - 0.0684 0.0508 0.0499 0.0078
Indeks bias
- 1.4636 - 1.4661 1.4649 1.4649 0.0006