skripsi jadi

Download SKRIPSI JADI

If you can't read please download the document

Upload: sinta-rosanti

Post on 25-Jun-2015

886 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan minat siswa pada pelajaran sastra saat ini masih dianggap belum mencapai tujuan yang diharapkan. Keluhan tersebut berkenaan dengan rendahnya minat dan apresiasi sastra. Hal ini menjadi salah satu tugas guru sastra untuk mengembangkan minat siswa terhadap apresiasi sastra. Berkaitan dengan tugas guru sastra, Rusyana (1984:334) menjelaskan bahwa di dalam menunaikan tugasnya, guru sastra pada dasarnya dituntut untuk melakukan kritik sastra, dalam artian harus menilai karya sastra yang dibacanya, dalam rangka memilih karya mana yang dapat dijadikan bahan pembelajaran dan mana yang tidak. Pendapat di atas, menyatakan bahwa pembelajaran sastra di sekolah sangat penting dan perlu diupayakan oleh guru secara sungguh-sungguh. Oleh karena itu, guru harus memiliki strategi mengajar yang handal dan kreatif. Kita meyakini bahwa usaha membantu siswa menuju ke tindak apresiasi sastra dalam arti menghayati atau menikmati karya sastra tidak cukup hanya pada kegiatan pemahaman isi yang digambarkan melalui rentetan kata pada teks saja, melainkan pemahaman dengan apresiasi. Pengajaran sastra hanya dapat berlangsung dengan baik apabila berlandaskan hasil sastra untuk dihayati. Penghayatan itu semakin mendalam apabila disertai dengan pemahaman terhadapnya, oleh karena itu pengetahuan tentang sastra, lebih-lebih ilmu sastra, berguna untuk memperdalam dan memperluas penghayatan terhadap sastra. Akan tetapi dinyatakan pula bahwa pengajaran sastra menjadi pengajaran pengetahuan

sastra tanpa pengalaman sastra menjadi pengajaran itu verbalitas saja (Hidayati, 2003 : 82) Puisi sebagai bentuk karya sastra, menggunakan bahasa sebagai media pemaparannya. Namun komunikasi yang dilakukan di dalam puisi tidak dilakukan secara langsung, selain menyampaikan hal-hal yang bersifat imajinatif, puisi juga menyampaikan ekspresi pikiran dan perasaan penyair. Salah satu kegiatan dalam mengapresiasi karya sastra yaitu dengan mengidentifikasi cirri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi yang terdiri dari mantra, peribahasa, pantun, syair, gurindam, dan talibun. Salah satu bahan pembelajaran di dalam KTSP (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan) pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu puisi. Standar kompetensi yang terdapat dalam bahan pembelajaran ini yaitu mampu memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung, dengan kompetensi dasar mengidentifikasi unsur-unsur bentuk puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. Materi yang termuat di dalam KTSP hanya berupa konsep yang harus dikembangkan. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengembangkan unsur bentuk puisi yang terdapat dalam kompetensi dasar berdasarkan sastra Melayu Klasik dalam rangka bentuk puisi. Di dalam praktiknya, seorang siswa dalam mempelajari sastra Melayu Klasik harus mampu mengidentifikasi ciri dari sastra Melayu Klasik itu sendiri, salah satunya berdasarkan ragam bentuk puisi. Berdasarkan bentuknya, kesusastraan Melayu Klasik terdiri atas bentuk puisi dan prosa. Yang termasuk ke dalam bentuk puisi adalah mantra, peribahasa,

pantun, syair, dan gurindam. Yang termasuk ke dalam bentuk prosa banyak jenisnya, salah satunya adalah hikayat (Djamaris, 1990:21). Alisyahbana di dalam Zulfahnur dkk. (1998 : 4.11) menjelaskan bahwa bentuk puisi lama merupakan pancaran kehidupan masyarakat lama karena melalui bentuk-bentuk puisi, drama, yang dapat dikaitkan dalam kehidupan, adat istiadat, kebiasaan masyarakat lama. Selanjutnya Alisyahbana di dalam Zulfahnur dkk. (1998 : 4.11) menjelaskan bahwa dalam kehidupan masyarakat yang padu tentu ada tali yang mengikat. Tali itu adalah adat istiadat yang telah turun temurun dari nenek moyang, yang dipegang dan dipertahankan oleh orang tua-tua, kepala kelompok, kepala suku, bahkan oleh semua anggota masyarakat. Tentunya, dalam proses pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi dibutuhkan suatu cara atau metode tertentu yang dapat merangsang keaktifan dan kemampuan berpikir siswa dalam memecahkan masalah. Rusyana (1984 : 96) berpendapat bahwa metode yang bagus dapat tidak berguna dalam tangan guru yang tidak mengetahui bagaimana menggunakannya. Oleh karena itu, seorang guru harus memperhitungkan metode yang tepat dalam pembelajaran yang akan disampaikannya. Metode pembelajaran banyak ragamnya, salah satu diantaranya adalah metoda jigsaw. Melalui metode ini siswa dituntut aktif dalam belajar, sedangkan guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian, berdasarkan pernyataan di atas, metode jigsaw cocok digunakan untuk melatih kemampuan mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik

dalam ragam bentuk puisi, karena metode kemampuan berpikir siswa untuk

jigsaw dapat mengembangkan suatu masalah secara

memecahkan

berkelompok (Nurhadi, 2004 : 117) Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mencoba mengadakan penelitian dengan judul Pembelajaran Mengidentifikasi Ciri Sastra Melayu Klasik dalam Ragam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Metode Jigsaw pada Siswa Kelas X SMAN 5 Garut.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah 1. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: a. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengidentifikasi ciri sastra Melayu klasik ragam bentuk puisi sebelum pembelajaran dengan metode jigsaw dilaksanakan? b. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengidentifikasi ciri sastra Melayu klasik ragam bentuk puisi setelah pembelajaran dengan metode jigsaw dilaksanakan? c. Apakah metode jigsaw dalam pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra Melayu klasik ragam bentuk puisi efektif digunakan?

2. Pembatasan Masalah Untuk membatasi ruang lingkup suatu penelitian, perlu adanya pembatasan masalah yang diteliti. Mengingat keterbatasan penulis, maka

sangat penting adanya pembatasan masalah. Adapun yang menjadi batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut ini: a. pembelajaran difokuskan untuk mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi yang meliputi mantra, peribahasa, pantun, syair, gurindam, dan talibun b. sastra Melayu Klasik yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah mengidentifikasi ciri ragam bentuk puisi lama c. metode yang digunakan adalah metode jigsaw

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi ciri sastra Melayu klasik ragam bentuk puisi sebelum pembelajaran dengan metode jigsaw dilaksanakan? b. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi ciri sastra Melayu klasik ragam bentuk puisi setelah pembelajaran dengan metode jigsaw dilaksanakan? c. Untuk mengetahui metode jigsaw dalam pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra Melayu klasik ragam bentuk puisi efektif digunakan?

2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini: a. bagi penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan, pengalaman, dan keterampilan khususnya mengenai pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi melalui metode jigsaw b. bagi guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan tentang ketepatan pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi dengan menggunakan metode jigsaw c. bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilannya di dalam

mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi dengan menggunakan metode jigsaw

D. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar Anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang

kebenarannya diterima oleh penyelidik, maka dalam melakukan penelitian ini penulis berpegang pada beberapa anggapan dasar sebagai berikut ini: a. Dengan menggunakan metode jigsaw siswa diharapkan siswa mampu mengidentifikasi ciri sastra Melayu klasik dalam

ragam bentuk puisi. b. mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi merupakan salah satu bahan pembelajaran yang terdapat dalam Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) 2006. 2. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang diteliti yang perlu diuji lebih lanjut melalui penelitian yang bersangkutan. Berdasarkan pernyataan tersebut penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut ini: a. Metode jigsaw efektif digunakan dalam pembelajaran

mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi pada SMAN 5 Garut Kelas X.

E. Populasi dan Sampel Mengutip pendapat Thedore R. Anderson (gaos, 1985:5), bahwa populasi sebagai totalitas objek penelitian yang datanya dikumpulkan baik berupa orang, objek atau kejasian tertentu yang menjadi pusat perhatian peneliti kesimpulan akan diterapkan kepadanya. Adapun data populasi, penulis diambil untuk diketahui peneliti berdasarkan data administrasi mengenai latar belakang siswa yang terdapat di sekolah. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Mengingat jumlah populasi besar, penelitian akan menggunakan sampel, karena menurut (Arikunto

2006:134) untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diteliti semua sehingga penelitiannya disebut sebagai penelitian populasi. Selanjutnya, jika subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, sesuai dengan kemampuan peneliti. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwasanya populasi merupakan jumlah keseluruhan objek yang akan diteliti. Selanjutnya jika subjeknya sebesar 10% sampai 15% atau 20% sampai 25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari: b. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. c. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data. d. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya besar, hasilnya akan baik. Dengan mengacu pada pendapat tersebut maka penulis mengambil 35% dari 126 siswa sehingga sampel penelitian ini adalah 35% x 126 = 44,1 maka dibulatkan menjadi 44 siswa. Karena populasinya berasal dari 3 kelas siswa kelas X SMAN 5 Garut. Maka teknik pencariannya dilakukan secara acak dengan mengambil dari siswa dan siswi. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 SISWA KELAS X SMAN 5 GARUT YANG DIJADIKAN POPULASIKelas Xa Banyaknya Populasi Siswa 18 Siswi 23 41 15 Jumlah Jumlah Sample

Xb Xc Jumlah

22 20 60

18 25 66

40 45 126

15 14 44

Sumber : Data Statistik SMAN 5 Garut Tahun Ajaran 2009-2010 F. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan salah satu metode untuk penelitian, yaitu metode eksperimen. Tetapi, metode eksperimen yang penulis gunakan bukan metode eksperimen murni atau suguhan (true experimental research), melainkan metode penelitian eksperimen semu (quasi

experimental research). Metode quasi eksperimen digunakan untuk melihat hasil pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi melalui metode jigsaw. 2. Teknik Penelitian Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penelitian sebagai berikut ini: a. Teknik Tes Teknik ini digunakan untuk mengetahui berhasil tidaknya pengajaran yang dilakukan penulis. Di samping itu untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pelajaran b. Observasi Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sintesis dari fenomena fenomena yang diselidiki (Yaya Suryana & Tedi supriatna,

2007:188). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan siswa, para guru, lingkungan sekolah dan lain-lain.

c. Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Suharsimi Arikunto,

2006:155). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, berupa wawancara langsung untuk menghimpun data guru (staf pengajar). Tujuannya adalah untuk memperoleh data tentang kondisi objektif lokasi SMAN 5 Garut, letak geografisnya, keadaan para Guru, Siswa, dan keadaan sarana proses belajar mengajar. G. Definisi Operasional Definisi operasional dimaksudkan untuk menyamakan persepsi terhadap istilah yang digunakan dalam judul Pembelajaran Mengidentifikasi Ciri Sastra Melayu Klasik Dalam Ragam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Metode Jigsaw pada Siswa Kelas X SMAN 5 Garut. Secara operasional istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian adalah sebagai berikut ini: 1. Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap mata pelajaran 2. Mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik adalah kegiatan menentukan atau menetapkan ciri dari sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi yang terdiri

dari mantra, peribahasa, pantun, syair, dan gurindam 3. Metode jigsaw adalah model pembelajaran yang menekankan siswa belajar bersama dalam suatu kelompok tertentu untuk memecahkan suatu persoalan atau kegiatan menemukan 4. Ragam bentuk puisi adalah jenis-jenis puisi, dalam hal ini yaitu puisi lama yang belum dipengaruhi oleh puisi Barat seperti mantra, peribahasa, pantun, syair, gurindam, dan talibun Dari definisi-definisi operasional di atas, penulis menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi yang terdiri dari mantra, peribahasa, pantun, syair, dan gurindam dengan menggunakan metode jigsaw adalah proses belajar yang dibangun untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa dengan cara memecahkan suatu persoalan secara bersama dalam suatu kelompok tertentu sehingga terjadi penguasaan yang baik terhadap bahan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Kedudukan Pembelajaran Sastra Melayu Klasik dalam (KTSP) 1. Perumusan Standar Kompetensi Supranata (2004 : 32) menyatakan bahwa standar kompetensi merupakan batasan dan arahan kemampuan yang harus dimulai dan dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Standar kompetensi dalam kurikulum 2006 yang menunjukkan keterkaitan dengan proses pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi adalah standar kompetensi mengenai keterampilan mendengarkan, yaitu aspek sastra mata pelajaran membaca. Standar kompetensi dengan kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting sebagai tolak ukur dalam pencapaian hasil belajar siswa. Adapun standar kompetensi yang tercantum dalam kurikulum 2006 adalah memahami sastra Melayu Klasik. 2. Perumusan Kompetensi Dasar Dari kurikulum 2006, kompetensi dasar merupakan uraian yang memadai atas kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi lisan atau tulis sesuai dengan kaidah bahasa dan sastra Indonesia. Kompetensi dasar ini dicapai melalui proses kemahiran yang dilatih dan dialami, serta memahami tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran tertentu. Kompetensi dasar yang berkaitan dengan pembelajaran mengidentifikasi ciri

sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi adalah mengidentifikasi karakteristik dan struktur intrinsic sastra Melayu Klasik (Tim Depdiknas, 2006 : 265). 3. Tujuan Pembelajaran Pembelajaran bahasa Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya kesastraan manusia Indonesia. Depdiknas (2006: 260) menjelaskan bahwa Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan membantu peserta didik mengenali dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya Selain itu, Rusyana (1984: 313) berpendapat bahwa pengajaran sastra di sekolah, dapat digunakan untuk ikut serta dalam usaha untuk mencapai tujuan apresiasi. Tujuan pengajaran sastra adalah untuk menjauharikan si terdidik agar ia dapat menghayati nilai-nilai luhur, agar ia siap melihat dan mengenal nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik. Dalam usaha mencapai tujuan apresiasi terhadap nilai-nilai di atas, sastra tidaklah berdiri sendiri, sebab cakupan apresiasi sangat luas, meliputi segala aspek kehidupan manusia, khususnya yang mengandung nilai yang lebih tinggi, seperti kesenian, budi pekerti, dan agama. Sesuai dengan apa yang dikemukakan di atas, tujuan pengajaran sastra adalah

untuk mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung dalam sastra, yaitu pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra, dan kegairahan kepadanya, serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat dari semua itu. Untuk memperoleh kenikmatan yang dalam, tentulah juga perlu pemahaman terhadap sastra, oleh karena itu juga pengajaran sastra bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang sastra. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional. Juga untuk memudahkan guru dalam menyajikan pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal sebagaimana yang telah dicetuskan oleh UNESCO (Susilo, 2006:11). KTSP merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri, dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2006: 261) tujuan umum pembelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: 1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; 2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa kesatuan; 3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; 4. menggunakan bahasa Indonesia untuk

meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; 5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; 6. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia. 4. Alokasi Waktu Alokasi waktu bidang studi Bahasa Indonesia di SMA berdasarkan kurikulum 2006 menggunakan sistem semester, seperti pada mata pelajaran lain, tidak ada pengatur yang tepat dan tegas sesuai dengan waktu yang disediakan, karena untuk bahan pembelajaran ini dapat diatur dengan keluasan dan kedalaman materinya. Dalam pelaksanaannya, penggunaan waktu untuk mengajarkan setiap tema tergantung pada guru yang mengajarkan dengan penggunaan waktu tersebut. Waktu yang digunakan penulis untuk menyampaikan pembelajaran sebanyak 4 jam pelajaran (4 45 menit) atau 2 pertemuan.

B. Sastra Melayu Klasik 1. Pengertian Sastra Melayu Klasik Hamzah (1996: 1) mengungkapkan bahwa sastra Melayu Klasik terdiri dari tiga tahap zaman, yaitu zaman klasik, zaman pertengahan, dan zaman baru. Zaman klasik dan pertengahan membuahkan hikayat dan pantun, sementara zaman baru melahirkan roman dan sanjak. Hikayat dan pantun banyak mengisahkan kaum bangsawan dan istana, sedangkan roman dan sanjak

menceritakan suka duka orang banyak. Ada beberapa pengertian tentang sastra Melayu Klasik, di antaranya seperti di bawah ini. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997: 882) menjelaskan bahwa sastra Melayu Klasik adalah sastra yang berkembang sebelum pertemuan dengan kebudayaan Barat dari belum mendapat pengaruh dari kebudayaan Barat. Selain itu, Kosasih (2003: 225) berpendapat bahwa sastra Melayu Klasik adalah karya sastra yang tercipta dan berkembang sebelum masuknya unsurunsur modernisme ke dalam sastra itu. Dalam ukuran waktu, sastra Melayu Klasik dibatasi sebagai sastra yang berkembang sebelum tahun 1920-an, yakni rentang waktu sebelum lahirnya sastra Angkatan Balai Pustaka. Sedangkan menurut Sugiarto (2007: 9) menjelaskan bahwa sastra Melayu Klasik adalah semua hasil sastra berbahasa Melayu yang berkembang dan tersebar di daerah yang menggunakan bahasa Melayu sampai abad ke-18, seperti Indonesia, Filipina bagian selatan, Malaysia, Brunei, Thailand, Singapura, sampai Srilanka. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa sastra Melayu Klasik adalah sastra yang berkembang sebelum masuknya kebudayaan Barat/modernisme ke dalam sastra itu yaitu tepatnya sampai abad ke-18.

2. Ciri-Ciri Sastra Melayu Klasik

Karya sastra Melayu Klasik adalah jenis sastra yang berkembang pada masa masyarakat Melayu Tradisional. Secara umum, bentuk karya sastra Melayu Klasik memiliki ciri-ciri seperti yang diungkapkan Kosasih (2006: 225) sebagai berikut. 1. Nama penciptanya tidak diketahui (anonim). Karena itu, karya sastra Melayu Klasik merupakan milik masyarakat itu sendiri. 2. Sastra Melayu Klasik umumnya bersifat pralogis, memiliki logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. 3. Sastra Melayu Klasik berkembang secara statis dan mempunyai rumus yang baku. Dalam bentuk prosa misalnya, selalu menggunakan kata-kata klise, sahibul hikayat, menurut empunya cerita, konon, dan sejenisnya. Di samping itu, sastra Melayu Klasik dipenuhi pula dengan berbagai ungkapan, peribahasa, dan aneka jenis majas. 4. Yang dikisahkan berupa kehidupan istana, raja-raja, dewadewa, para pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya. 5. Sastra Melayu Klasik disampaikan secara lisan, dari mulut ke mulut. Karenanya, tidak mengherankan apabila cerita klasik memiliki banyak versi. Setiap orang yang menyampaikan cerita itu dengan berbagai penambahan dan perubahan di sanasini sesuai dengan pemahaman orang yang bersangkutan terhadap cerita itu. Suhendar dan Supinah (1993: 77) menjelaskan bahwa sastra Melayu Klasik merupakan awal sastra Indonesia. Sastra Melayu Klasik bersifat istana sentris, bentuk karangannya terikat kepada bentuk yang ada terutama puisi, perkembangannya statis, dan pengarangnya anonim. Sementara itu, Pradopo (1998: 3.15) menjelaskan bahwa karya sastra Melayu Klasik terikat oleh aturan-aturan yang sifatnya konvensional. Hal itu antara lain dapat kita lihat pada puisi. Puisi-puisi klasik, seperti mantra, peribahasa, pantun, syair, gurindam, talibun, terikat oleh aturan suku kata, aturan bunyi, dan jumlah baris. Demikian pula pada karya-karya prosanya.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai ciri-ciri sastra Melayu Klasik di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa sastra Melayu Klasik merupakan jenis sastra yang berkembang pada masyarakat Melayu tradisional yang tidak diketahui nama penciptanya, bersifat pralogis, dan bersifat istana sentris yang bentuknya masih terikat oleh aturan-aturan konfensional. 3. Ragam Bentuk Puisi Lama (Melayu Klasik) Pradopo (1998: 2.1 1) berpendapat bahwa puisi lama adalah sebagian puisi lama yang dipancarkan oleh masyarakat lama. Apa yang dipancarkan itu sesuai dengan jiwa dan adat kebiasaan lama. Mantra, peribahasa, pantun, syair, gurindam, dan lain-lain adalah alat untuk memancarkan pikiran, gagasan, dan adat kebiasaan masyarakat lama tersebut. Semuanya itu merupakan isi atau muatan puisi lama. Berdasarkan bentuknya, Djamaris (1990: 21) berpendapat bahwa

kesusastraan Melayu Klasik terdiri atas bentuk puisi dan bentuk prosa. Yang termasuk ke dalam bentuk puisi adalah mantra, peribahasa, pantun, syair, gurindam, dan lain-lain. Yang termasuk ke dalam bentuk prosa banyak jenisnya, salah satunya adalah hikayat. Sementara itu, Alisyahbana (2004: 5) menjelaskan bahwa bentuk puisi lama merupakan pancaran kehidupan masyarakat lama karena melalui bentuk-bentuk puisi, drama dapat dilihat kehidupan, adat istiadat, kebiasaan masyarakat lama. Selanjutnya Alisyahbana (2004: 6) menjelaskan: Dalam kehidupan masyarakat yang padu itu tentu ada tali yang mengikat. Tali itu adalah adat istiadat yang telah turun temurun dari nenek moyang, yang dipegang dan dipertahankan oleh orang tua-tua, kepala kelompok,

kepala suku, bahkan oleh semua anggota masyarakat. Kata adat merupakan kata yang luas maknanya ia menyangkut unsur agama, seni, hukum, ekonomi, dan lain-!ain. Adat mengatur seluruh kehidupan masyarakat. Perkataan tidak tahu adat dan melanggar adat sangat ditakuti masyarakat karena akibatnya mereka dapat dikucilkan, bahkan dikeluarkan dari negeri mereka. Kata adat bukan sekedar peraturan, kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun, tetapi suatu pusaka suci yang dilindungi dan dikuasai arwah nenek moyang, tenaga-tenaga gaib dan sakti yang menguasai kehidupan alam. Kehidupan masyarakat yang seperti itu terlihat seperti puisi-puisi yang dihasilkan Bentuk-bentuk tersebut adalah: mantra, peribahasa, pantun, syair, dan gurindam. Berdasarkan bentuknya, puisi lama terdiri atas hal-hal berikut. a. Mantra Waluyo (1987: 5) berpendapat bahwa mantra terdapat di dalam kesusastraan daerah di seluruh Indonesia. Mantra berhubungan dengan sikap religius manusia. Untuk memohon sesuatu dari Tuhan diperlukan kata-kata pilihan yang berkekuatan gaib, yang oleh penciptanya dipandang mempermudah kontak dengan Tuhan. Dengan demikian, apa yang diminta (dimohon) oleh pengucap mantra itu dapat dipenuhi oleh Tuhan. Sedangkan Kosasih (2003: 228) mengatakan bahwa mantra adalah puisi yang diresapi oleh kepercayaan akan dunia gaib. Hal senada diungkapkan pula oleh Zulfahnur (1998: 4.12) yang menjelaskan bahwa mantra adalah gubahan bahasa yang diresapi oleh kepercayaan kepada dunia gaib dan sakti. Ketelitian d:.n hati-hati memilih kata dalam mantra sangat diperlukan karena kalau salah pilihan kaca, mantra akan berbalik kepada dirinya atau keluarganya, bahkan

kaumnya. Pemilihan kata dan pemakaian irama merupakan kekuatan gaib bagi mantra. Tujuan utama menyusun mantra adalah untuk mencapai kekuatan gaib atau tenaga gaib. Mantra timbul dari suatu imajinasi dalam alam kepercayaan animisme. Mereka percaya kepada roh-roh halus seperti hantu, jin, setan, serta benda-benda keramat dan sakti. Roh-roh halus itu ada yang jahat sehingga mengganggu kehidupan masyarakat, dan ada pula yang baik sehingga membantu usaha manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada waktu berburu, menangkap ikan, memanen padi, dan sebagainya. Karena itu kalau akan melakukan suatu kegiatan mereka membacakan mantra untuk menolak bala atau tnt.uk mendatangkan pertolongan (bantuan). Karena itu pula, ada mantra berdasarkan isi kegiatan yang akan dilakukan. Ada mantra memasuki hutan rimba, mantra menyadap nira, mantra menangkap ikan, mantra minta hujan, dan sebagainya. Dengan mantra-mantranya, pawanglah yang mampu berhubungan dengan yang gaib. Demikian juga jika akan memasuki hutan rimba, mereka menggunakan mantra untuk memindahkan binatang yang terdapat di hutan tersebut, melunakkan binatang-binatang buas, liar dan berbahaya sehingga mereka dengan mudah memasukinya. Berikut adalah contoh Mantra memasuki hutan rimba. Hai, si Gempar Alam Gegap gempita Jarum besi akan romaku Jarum tembaga akan romaku Ular tembaga akan romaku Ular bisa akan janggutku

Buaya akan tongkat mulutku Harimau menderam di pengeriku Gajah mendering bunyi suaraku Sua;aku seperti bunyi halilintar Bibir terkatup, gigi terkunci Jikalau bergerak bumi dan langit. Bergeraklah hati engkau Hendak marah atau hendak Membiasakan aku. Wilkision (Zulfahnur, 1998: 4.11) Di dalam mantra, terasa kekuatan irama dan keteraturan bunyi yang menimbulkan efek kesungguhan dan intensitas penyampai/pembaca mantra. Berikut mantra untuk menguasai hantu-hantu, jin yang tinggal di hutan atau di tempat-tempat lain yang dianggap kedudukan mereka. Assalamu'alaikum, anak cucu hantu pemburu Yang diam di rimba sekampung Yang duduk di ceruh banir Yang bersandar di pinang burung Yang berteduh di bawah tukas Yang berbulukan daun resam Yang bertilamkan daun lirik Yang berbuai di medan jelawai tali buaya semambu tunggal kurnia Tengku Sultan Berumbingan yang diam di Pagaruyung rumah bertiang terus jelatang rumah berbendul bayang-bayang bertaburkan batang purut-purut yang berbulu roma sungsang yang menaruh jala lalat yang bergendang kulit utama Janganlah engkau mungkir setia padaku! Matilah engkau ditimpa daulat empat penjuru alam! Mati ditimpa malaikat yang empat puluh empat! Mali ditimpa tiang Ka'bah. Mati disula Besi Kawi Mati dipanah Halilintar Mati disambar kilat senja Mati ditimpa Quran tiga puluh juz Mati ditimpa kalimah

Hooykaas (Zulfahnur, 1998:4.14) Karena sifat sakralnya, mantra sering kali tidak boleh diucapkan oleh sembarang orang. Hanya pawang yang berhak dan dianggap pantas mengucapkan mantra itu. Pengucapannya pun harus disertai dengan upacara ritual, misalnya asap dupa, duduk bersila, gerak tengah, ekspresi wajah, dan sebagainya. Hanya dengan dan di dalam suasana seperti itulah mantra tersebut berkekuatan gaib ada pula mantra yang harus diucapkan secara keras dan ada juga yang hanya berbisik-bisik. Pawang jualah yang mengerti bagaimana mendatangkan kekuatan gaib melalui mantra itu (Waluyo, 1987: 6). Dari uraian di atas, nyatalah bahwa sebuah mantra mempunyai kekuatan bukan hanya dari struktur kata-katanya, namun terlebih dari struktur batinnya. b. Peribahasa Zulfahnur (1998: 4.15) mengatakan bahwa peribahasa adalah salah satu bentuk puisi asli Indonesia yang masih digunakan sampai sekarang. Tiap bangsa mengenal peribahasa, di Inggris bernama proverb, Bahasa Belanda dikenal speech woord atau dalam bahasa Arab dikenal matsal. Sementara Kosasih (2003: 229) menjelaskan bahwa peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu. Sedangkan menurut Zulfahnur (1998: 4.15) peribahasa merupakan mutiara bahasa, bunga bahasa yang mengandung makna yang luas dan dalam. Sarana yang digunakan dalam peribahasa adalah sesuatu yang berada dalam lingkungan kehidupan masyarakat. Masyarakat lama hidup dengan alam. Karena itu, alam merupakan sarana dalam menyampaikan ide-ide, gagasan, nasihat, maupun sindiran-sindiran terhadap seseorang yang gaya hidupnya tidak sesuai dengan suasana masyarakat.

Untuk mengatakan orang yang banyak bicara, tetapi tidak ada isinya atau orang yang suka membual, dikatakan: Tong kosong nyaring bunyinya . Berdasarkan isinya, peribahasa dapat diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis seperti yang diungkapkan Zulfahnur (1998: 4.17) berikut: a. nasihat Isinya berupa masukan-masukan positif atau saran. Diharapkan dengan peribahasa itu orang yang dinasihati itu dapat berintrospeksi, mengubah tingkah lakunya dengan merasa tidak tersinggung. Contoh : Nasihat kepada orang yang bersengketa untuk segera berdamai Kalah jadi abu, menang jadi arang. Artinya, bahwa baik yang kalah maupun yang menang akan tetap mendapat kesusahan. Karena itu, lebih baik berdamai saja. b. sindiran Sindiran pun tujuannya adalah untuk mengingatkan, untuk menyadarkan seseorang agar tidak melukai hatinya. Bedanya, bahwa dalam nasihat itu diungkapkan secara jelas, yakni dengan bagaimana seterusnya, sedangkan sindiran tidak. Contoh : Sindiran kepada orang yang tidak punya pendirian, dikatakan bagai air di daun talas. c. pujian Peribahasa tidak selalu berupa kritikan ataupun nasihat, tetapi ada juga yang berupa pujian. Pernyataan memuji dengan peribahasa dipandang lebih halus, enak didengar, dan diplomatis daripada dinyatakan secara langsung yang akan malah terkesan gombal atau cari muka. Contoh: Pujian kepada gadis yang rupawan, dikatakan Cantik bagai bidadari turun dari kayangan atau Secantik bulan purnama. c. Pantun Sugiarto (2006: 11) menjelaskan bahwa pantun adalah salah satu bentuk puisi lama Indonesia yang memperlihatkan bentuk yang khusus. Ikatan pantun terjadi dari empat baris yang bersajak ab, ab. Tiap-tiap baris terdiri atas empat kata. Isi pantun terdapat pada baris ketiga dan keempat. Sedangkan pada baris kesatu dan kedua merupakan sampiran atau pengantar ke arah isi.

Pantun merupakan bentuk puisi lama Indonesia yang memperlihatkan ciri yang khas, yang hanya ada pada bangsa Indonesia. Berdasarkan isinya, Zulfahnur (1998: 4.17) mengatakan bahwa pantun itu bermacam-macam, yaitu: a. Pantun Teka-teki Burung nuri burung dara Taman besisir taman kayangan Cobalah cari wahai saudara Makin diisi makin ringan b. Pantun Jenaka (Pantun Riang) Pohon manggis di tepi rawa Tempat kakek tidur beradu Sedang nangis nenek tertawa Melihat kakek bermain gundu c. Pantun Anak Dagang Orang Padang mandi di gurun Mandi berlimau bunga lada Hari petang matahari turun Dagang berlinang air mala d. Pantun Muda Kalau tuan pergi ke Tanjung Kirim sahaya sehelai baju Kalau tuan menjadi burung Sahaya menjadi ranting kayu e. Pantun Tua (pantun adat dalam berpidato) Jika digantung tidak tergontang Akan disukat tiga sukat Jika direntang akan panjang Baik dipintal supaya singkat f. Pantun Nasihat Kalau ada di kembang baru Bunga kenanga dikupas jangan Kalau ada sahabat baru Sahabat lama dibuang jangan

d. Syair Usman (Zulfahnur, 1998: 4.18) menjelaskan bahwa syair termasuk puisi lama yang berasal dari bahasa Arab. Syair dari kata syaara = menembang = bertembang, bersyair atau mengarang syair. Syair dalam puisi Indonesia Lama, terdiri atas bait-bait yang saling berhubungan isinya. Tiap bait terdiri atas 4 baris yang mempunyai syarat persamaan bunyi pada baris (larik). Selanjutnya Sugiarto (2006: 29) mengatakan bahwa syair merupakan puisi yang berasal dari kesusastraan Arab. Menurut sejarahnya, syair sudah ada dalam kesusastraan Arab sebelum turunnya agama Islam. Syair pada zaman Islam sangat kental dengan muatan religi dan keimanan terhadap keesaan Allah swt. Biasanya syair-syair itu dinyanyikan karena sebuah kisah (cerita), dan berbeda dari pantun yang satu bait serta merupakan satu kesatuan isi. Contoh syair: (dari permulaan syair Marhumah yang Soleh karangan Tulis Sutan Sati dalam Zulfahnur, 1998: 4.19). Dengarkan wahai biaperi Suatu cerita zaman bahari Masyhur sudah kian kemari Di Turkistan keliling negeri Tidak jauh di tepi kota Sebuah kampung kelihatan nyata Disinari bulan semua rata Di sinilah awal pokok cerita Sebuah rumah sedang besarnya Bagus dan kukuh binatangnya Pekarangan luas dengan tamannya Berhiaskan bunga sangat indah

Mardi Soleh nama diberi Di sana tinggal suami istri Taat kepada Chaibulbahri Berbuat ibadat setiap hari e. Gurindam Zulfahnur (1998: 4.19) menjelaskan bahwa gurindam adalah bentuk puisi yang terdiri atas dua baris, baris yang pertama berupa syarat dan yang kedua berupa jawab. Bentuk gurindam ini digunakan pertama kali oleh Raja Ali Haji seorang pujangga Melayu yang hidup pada abad ke-19 yang dinamakan Gurindam Dua Belas. Contoh salah satu gurindam dua belas: Gurindam pasal pertama Barang siapa tidak memegang agama Sekali-sekali tidakkan boleh dibilang nama Barang siapa mengenal yang empat la itulah orang yang makrifat Barang siapa mengenal Allah Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah Barang siapa mengenal dunia Takutlah ia barang yang terperdaya Barang siapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudarat Kurang pikir, kurang siasat Tinta dirimu kalah tersesat Pikir dahulu sebelum berkata Supaya terlelah selang sengketa Kalau mulut tajam dan kasar Boleh ditimpa bahaya besar Jika ilmu tiada sempurna Tiada berapa dia berguna

C. Metode Jigsaw 1. Pengertian Metode Jigsaw Arison (Saputra, 2001: 4) mengungkapkan bahwa metode jigsaw merupakan model pembelajaran yang pada mulanya diperkenalkan di sekolah-sekolah di mana ada ketegangan realis antara siswa keturunan Eropa, Afrika, dan Hispanik. Siswa-siswa ini diajari untuk bisa menghilangkan rasa individualisme dan dapat berinterasi secara positif dengan latar belakang yang berbeda dalam kegiatan akademis. Berikut adalah pendapat para ahli tentang pengertian metode jigsaw. Nurhadi (2004: 117) menjelaskan bahwa metode jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atau penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Lebih lanjut oleh Arends (Yusuf, 1997: 5) menjelaskan bahwa metode jigsaw adalah suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi, baik dari sisi individu maupun sosialnya. Menurut Erman (2003: 12) metode jigsaw adalah belajar secara bersama dalam suatu kelompok tertentu untuk memecahkan suatu persoalan atau kegiatan menemukan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang dapat mengembangkan potensi dari sisi individu atau sosialnya untuk memecahkan suatu persoalan.

2. Langkah-langkah Metode Jigsaw Arends (Yusuf, 1997: 6) menjelaskan bahwa metode jigsaw merupakan pembelajaran koperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil. Kelompok terdiri dari 4-5 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok lain. Di dalam pembelajaran metode jigsaw, pada mulanya siswa bergabung dalam kelompok-kelompok kecil. Arison (Saputra, 2003: 4) menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat atau lima orang saja. Adapun cara atau langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw seperti yang diungkapkan Arends (Saputra, 1997: 7) adalah sebagai berikut. 1. Guru mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan anggota 4-5 orang. 2. Setiap kelompok mempelajari materi yang sama. Materi ini terdiri dari beberapa bagian dan setiap anggota kelompok mempelajari bagian yang berbeda. 3. Siswa yang mempelajari bagian materi yang sama bergabung dan berusaha memecahkan masalah bersama-sama. Penggabungan anggota dari kelompok-kelompok lain dinamakan kelompok ahli. 4. setiap siswa dari kelompok ahli telah mendapatkan pemecahan masalah, mereka kembali ke kelompok asal kemudian bertanggung jawab untuk menularkan pemahamannya kepada anggota kelompok tersebut supaya memiliki pemahaman yang sama tentang bagian materi yang berbeda. 5. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan

beberapa soal secara individu.

3. Manfaat Metode Jigsaw Lazarowitz et al. (Saputra, 2003: 8) berpendapat bahwa di dalam pembelajaran metode jigsaw tentu ada manfaat yang dapat diambil, salah satunya yaitu dapat mengembangkan keterampilan sosial dan afektif siswa. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw, siswa akan mendengar satu sama lain dan belajar menghargai orang lain. Setiap siswa memberikan kontribusinya masing-masing sesuai dengan sub unit materi yang dikuasainya. Selain itu, metode jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi baik dari sisi individu maupun kelompok. Metode jigsaw di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Metode jigsaw juga di desain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Kunci tipe metode jigsaw ini adalah interpendensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan tugas dengan baik.

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw a. Kelebihan Metode Jigsaw Menurut Arisen (Saputra,2003: 4) menjelaskan bahwa pembelajaran

metode jigsaw memiliki beberapa kelebihan, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok; 2. mendorong rasa tanggung jawab pada tiap-tiap kelompok; 3. mendorong sikap untuk berpartisipasi dalam setiap aktivitas ketika belajar bersama; 4. menumbuhkankeberanian untuk menyampaikan dan menghargai pendapat orang lain; 5. menghormati perbedaan individu 6. melatih kedisiplinan waktu dalam menyelesaikan tugas. Pembelajaran metode jigsaw sesuai dengan fitrah siswa yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab yang sama, dan pembagian tugas serta rasa senasib.

b. Kekurangan Metode jigsaw Erman (2003: 13) mengatakan bahwa dalam menerapkan pembelajaran metode jigsaw tentu kita menemukan kekurangan antara lain waktu yang dibutuhkan lebih banyak karena pada metode jigsaw terdapat pembagian kelompok, diskusi, dan presentasi sehingga memerlukan jam pelajaran yang banyak. Munculnya dominasi siswa yang pandai dalam aktivitas kerja kelompok, menjadikan siswa yang kurang, memiliki peranan yang minim dalam aktivitas kelompok. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operasional Definisi operasional dimaksudkan untuk menyamakan persepsi terhadap istilah yang digunakan dalam judul Pembelajaran Mengidentifikasi Ciri Sastra Melayu Klasik Dalam Ragam Bentuk Puisi dengan Menggunakan Metode Jigsaw pada Siswa Kelas X SMAN 5 Garut. Secara operasional istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian adalah sebagai berikut ini: 1. Pembelajaran adalah proses belajar yang dibangun oleh guru untuk

mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap mata pelajaran 2. Mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik adalah kegiatan menentukan atau menetapkan ciri dari sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi yang terdiri dari mantra, peribahasa, pantun, syair, dan gurindam 3. Metode jigsaw adalah model pembelajaran yang menekankan siswa belajar bersama dalam suatu kelompok tertentu untuk memecahkan suatu persoalan atau kegiatan menemukan 4. Ragam bentuk puisi adalah jenis-jenis puisi, dalam hal ini yaitu puisi lama yang belum dipengaruhi oleh puisi Barat seperti mantra, peribahasa, pantun, syair, gurindam, dan talibun Dari definisi-definisi operasional di atas, penulis menyimpulkan bahwa penerapan pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi yang terdiri dari mantra, peribahasa, pantun, syair, dan gurindam dengan

menggunakan metode jigsaw adalah proses belajar yang dibangun untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa dengan cara memecahkan suatu persoalan secara bersama dalam suatu kelompok tertentu sehingga terjadi penguasaan yang baik terhadap bahan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

B. Metode dan Teknik Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan salah satu metode untuk penelitian, yaitu metode eksperimen. Tetapi, metode eksperimen yang penulis gunakan bukan metode eksperimen murni atau suguhan (true experimental research), melainkan metode penelitian eksperimen semu (quasi

experimental research). Metode penelitian merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam sebuah penelitian. Untuk melakukan penelitian diperlukan metode yang sesuai dengan objek yang diteliti, sehingga proses penelitian dapat berjalan lancer dan berhasil sesuai dengan harapan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi eksperimen. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretest posttest. Penelitian ini adalah desain antara penelitian awal siswa sebelum metode jigsaw digunakan. Desain penelitiannya adalah : E = T1 x T2 (arikunto, 2002 :79)

Keterangan E T1 T2 X : Kelompok eksperimen : Pretes : Postes : Treatment (Teknik Penggunaan Metode Jigsaw) Desain ini digunakan untuk melihat perbedaan pencapaian antara kemampuan awal dengan kemampuan akhir setelah pemberian

perlakuan dalam penelitian ini yaitu penggunakan metode jigsaw Adapun prosedurnya yaitu : 1. Kenakan pretes T1 untuk mengukur mean siswa dalam mengidentifikasi ciri sastra melayu klasik sebelum subjek diajarkan dengan memakai metode jigsaw. 2. Kenakan subjek perlakuan pembelajaran dengan penggunaan metode jigsaw untuk waktu tertentu. 3. Berikan postes T2 untuk mengukur kemampuan akhir siswa dalam mengidentifikasi ciri sastra melayu klasik setelah subjek dikenakan variabel eksperimental X. 4. Bandingkan T1 dan T2 untuk menentukan seberapa besar perbedaan yang timbul, jika sekiranya ada, itu disebabkan akibat dari digunakannya variabel

eksperimental X. 5. Ujilah perbedaan itu dengan t test apakah signifikan untuk tingkat kepercayaan tertentu. 2. Teknik Penelitian Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik penelitian sebagai berikut ini: 1. Teknik Tes Teknik ini digunakan untuk mengetahui berhasil tidaknya pengajaran yang dilakukan penulis. Di samping itu untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pelajaran 2. Observasi Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sintesis dari fenomena fenomena yang diselidiki (Yaya Suryana & Tedi supriatna, 2007:188). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan siswa, para guru, lingkungan sekolah dan lain-lain. 3. Wawancara Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Suharsimi Arikunto,

2006:155). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini, berupa wawancara langsung untuk menghimpun data guru (staf pengajar). Tujuannya adalah untuk memperoleh data tentang kondisi objektif lokasi SMAN 5 Garut, letak geografisnya, keadaan para Guru, Siswa, dan

keadaan sarana proses belajar mengajar.

C. Prosedur penelitian Prosedur penelitian dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap persiapan a. Mengurus surat izin penelitian b. Memberikan tembusan pada instansi terkait c. Mengadakan khususnya observasi guru bidang ke studi sekolah bahasa

Indonesia untuk memperoleh informasi mengenai proses belajar mengajar d. Menentukan waktu penelitian 2. Tahap pelaksanaan Seluruh persiapan dilaksanakan, selanjutnya pelaksanaan penelitian yang dilakukan yaitu seperti berikut ini: a. Tahap penyusunan instrumen penelitian 1. Membuat pembelajaran silabus 2. Mempersiapkan instrument dan penilaian kemampuan berbicara b. Tahap pengumpulan data rencana atau

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa, tes dilakukan dua kali, yaitu tes awal dan tes akhir. Tes awal diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi ciri sastra melayu klasik dalam ragam bentuk puisi sebelum menggunakan metode jigsaw. Sementara tes akhir diberikan untuk mengetahui dampak pemberian metode jigsaw.

D. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini penulis mengambil 35% dari 126 siswa sehingga sampel penelitian ini adalah 35% x 126 = 44,1 maka dibulatkan menjadi 44 siswa. Karena populasinya berasal dari 3 kelas siswa kelas X SMAN 5 Garut. Maka teknik pencariannya dilakukan secara acak dengan mengambil dari siswa dan siswi. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel SISWA KELAS X SMAN 5 GARUT YANG DIJADIKAN POPULASI Kelas Banyaknya Populasi Jumlah Jumlah Sample 15 15 14 44

Siswa Siswi Xa 18 23 41 Xb 22 18 40 Xc 20 25 45 Jumlah 60 66 126 Sumber : Data Statistik SMAN 5 Garut Tahun Ajaran 2009-2010

E. Instrument Penelitian 1. Silabus pembelajaran SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas / Semester Standar Kompetensi No Kompetensi Dasar : SMAN 5 Garut : Bahasa dan Sastra Indonesia :X/2 : Membaca dan Memahami Sastra Melayu Klasik Materi Pokok dan Indikator Uraian Materi Pokok Karya sastra melayu klasik Ciri-ciri sastra melayu klasik Pengertian puisi lama Ragam bentuk puisi lama dan contohnya Cara mengidentifikasi jenis puisi lama Penilaian Bentuk Instrumen Tes tertulis Alokasi Waktu Sumber/ Bahan/ Alat

1

Mengidentifikasi karakteristik dan struktur unsur instrinsik sastra melayu klasik

Jenis Tagihan Tes Siswa 1. Penilaia mampu n mengidentifi proses kasi ciri (prestes sastra ) melayu klasik dalam 2. Penilaia n ragam produk bentuk puisi (postes) Siswa mampu menentukan unsur sastra melayu

Contoh Instrumen Pilihan 4 jam Alisyahbana, S. ganda pelajaran T. (1996). Puisi Lama. Jakarta: Dian Rakyat Hamzah, A. (1996). Sastra Melayu Lama dan Rajarajanya. Jakarta: Dian Rakyat Kosasih, E.

klasik dalam ragam bentuk puisi (mantra, peribahasa, pantun, syair, dan gurindam)

(2003). Ketatabahasaa n dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya Pradopo, R.D. (1998). Puisi. Jakarta: Depdikbud Sugiarto, E. (2007). Mengenal Pantun dan Puisi Lama. Yogyakarta: Pustaka Widyatama Zulfahnur. (1998). Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta: Depdikbud

F. Teknik pengolahan data Teknik pengolahan data yang penulis lakukan pada penelitian ini adalah teknik pengolahan data kuantitatif. Teknik kuantitatif penulis maksudkan untuk membandingkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi ciri sastra melayu klasik dalam ragam bentuk puisi antara sebelum dan sesudah metode jigsaw digunakan. Pengolahan data penulis lakukan mulai dari penginventarisasian data yang masuk, kemudian data tersebut diseleksi. Data-data tersebut berupa hasil kemampuan siswa dalam mengidentifikasi ciri sastra melayu klasik dalam ragam bentuk puisi. Rumus statistik yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mencari mean (rata-rata) pretes dan postes MX = X n MY = Y n

2. Mencari mean perbedaan pretes dan postes Md = d n 3. Mencari t hitung Md t hitung = ( Arikunto, 2006 : 196 ) ( Subara dan Sudrajat, 2005 : 153 )

4. Mencari derajat kebebasan (db)

5. Menguji signi pikasi koefisien t

t table = t

(db)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran Kelas/Program Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Melayu klasik : Bahasa Indonesia : X / Inti :2 : Memahami sastra Melayu klasik : Mengidentifikasi karakteristik dan struktur unsur Intrinsik sastra Melayu klasik : 1.Mengidentifikasi karakteristik karya sastra 2. Menentukan struktur (unsur) karya sastra klasik 3. Menuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu klasik dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraph I. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu: 1. Mengidentifikasi karakteristik karya sastra Melayu klasik 2. Menentukan struktur (unsur) karya sastra Melayu klasik 3. Menuliskan secara ringkas isi karya sastra Melayu klasik dengan bahasa sendiri ke dalam beberapa paragraf Melayu

II. Materi pembelajaran Karya satra Melayu klasik Ciri-ciri karya sastra Melayu klasik Karya sastra melayu klasik adalah jenis sastra yang berkembang pada masa masyarakat melayu tradisional. Secara umum, bentuk karya sastra melayu klasik memiliki ciri-ciri seperti yang diungkapkan Kosasih (2006 : 225) sebagai berikut.

1. Nama penciptanya tidak diketahui (anonim). Karena itu, karya sastra melayu klasik merupakan milik masyarakat itu sendiri 2. Sastra melayu klasik umumnya bersifat pralogis, memiliki logika tersendiri yang tidak sesuai dengan logika umum 3. Sastra melayu klasik berkembang secara statis dan mempunyai rumus yang baku. Dalam bentuk prosa misalnya, selalu menggunakan kata-kata klise, sahibul hikayat, menurut empunya cerita, konon, dan sejenisnya. Di samping itu, sastra melayu klasik dipenuhi pula dengan berbagai uangkapan, peribahasa, dan aneka jenis majas 4. Yang dikisahkan berupa kehidupan istana, raja-raja, dewa-dewa, para pahlawan, atau tokoh-tokoh mulia lainnya 5. Sastra melayu klasik disampaikans secara lisan, dari mulut ke mulut. Karenanya, tidak mengherankan apabila cerita klasik memiliki banyak versi. Setiap orang yang menyampaikan cerita itu dengan berbagai penambahan dan perubahan di sana-sini sesuai dengan pemahaman orang yang bersangkutan terhadap cerita itu

Unsur-unsur karya sastra Melayu klasik (Mantra, peribahasa, pantun, syair, gurindam)

1. Mantra Waluyo (1987 : 5) berpendapat, bahwa mantra terdapat di dalam kesusastraan daerah di seluruh Indonesia. Mantra berhubungan dengan sikap religious manusia. Untuk memohon sesuatu dari Tuhan diperlukan kata-kata pilihan yang berkekuatan gaib, yang oleh penciptanya dipandang mempermudah kontak dengan Tuhan. Dengan demikian, apa yang diminta (dimohon) oleh pengucap mantra itu dapat dipenuhi oleh Tuhan. Sementara itu Kosasih (2003:228) mengatakan, bahwa mantra adalah puisi yang dirasapi oleh kepercayaan akan dunia gaib. Hal senada diungkapkan pula oleh Zulfahnur (1998:4.12) yang menjelaskan, bahwa mantra adalah gubahan bahasa yang diresapi oleh kepercayaan kepada dunia gaib dan sakti. Ketelitian dan hati-hati memilih kata dalam mantra sangat diperlukan karena

kalau salah pilihan kata, mantra akan berbalik kepada dirinya atau keluarganya, bahkan kaumnya. Pemilihan kata dan pemakaian irama merupakan kekuatan gaib bagi mantra. Tujuan utama menyusun mantra adalah untuk mencapai kekuatan gaib atau tenaga gaib. Mantra timbul dari suatu imajinasi dalam alam kepercayaan animism. Mereka percaya kepada roh-roh halus seperti hantu, jin, setan, serta benda-benda keramat dan sakti. Roh-roh halus itu ada yang jahat sehingga mengganggu kehidupan masyarakat, dan ada pula yang baik sehingga membantu usaha manusia dalam kehidupan masyarakat, dan ada pula yang baik sehingga membantu usaha manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada waktu berburu, menangkap ikan, memanen padi, dan sebagainya. Karena itu kalau akan melakukan suatu kegiatan mereka membacakan mantra untuk menolak bala atau untuk mendatangkan pertolongan (bantuan). Dengan mantra-mantranya, pawanglah yang mampu berhubungan dengan yang gaib. Demikian juga jika akan memasuki hutan rimba, mereka menggunakan mantra untuk memindahkan binatang yang terdapat di hutan tersebut, melunakan binatang-binatang buas, liar dan berbahaya, sehingga mereka dengan mudah memasukinya. Berikut adalah contoh mantra memasuki hutan rimba Hai, si Gempar Alam Gegap gempita Jarum besi akan romaku Jarum tembaga akan romaku Ular bisa akan janggutku Buaya akan tingkat mulutku Harimau menderam di pengeriku Gajah meandering bunyi suaraku

Suaraku seperti bunyi halilintar Bibir terkatup, gigi terkunci Jikalau bergerak bumi dan langit Bergeraklah hati engkau Hendak marah atau hendak Membiasakan aku Wilkision (Zulfahnur, 1998 : 4.11) Di dalam mantra, terasa kekuatan irama dan keteraturan bunyi yang menimbulkan efek kesungguhan dan intensitas penyampai/pembaca mantra. Karena sifat sakralnya, mantra seringkali tidak boleh diucapkan oleh sembarang orang. Hanya pawang yang berhak dan dianggap pantas mengucapkan mantra itu. Pengucapannya pun harus disertai dengan upacara ritual, misalnya asap dupa, duduk bersila, gerak tengah, ekspresi wajah, dan sebagainya. Hanya dengan dan di dalam suasana seperti itulah mantra tersebut berkekuatan gaib, ada pula mantra yang harus diucapkan secara keras dan ada juga yang hanya berbisik-bisik. Pawang jualah yang mengerti bagaimana mendatangkan kekuatan gaib melaui mantra itu (Waluyo, 1987 : 6) Dari uraian di atas, nyatalah bahwa sebuah mantra mempunyai kekuatan bukan hanya dari struktur kata-katanya, namun terlebih dari struktur batinnya.

2. Peribahasa Zulfahnur (1998 : 4.15) mengatakan, bahwa peribahasa adalah salah satu bentuk puisi asli Indonesia yang masih digunakan sampai sekarang. Tiap bangsa mengenal peribahasa, di Inggris bernama proverb, bahasa Belanda dikenal speech word atau dalam bahasa Arab dikenal matsal Sementara Kosasih (2003 : 229) menjelaskan, bahwa peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan maksud tertentu. Sedangkan menurut Zulfahnur (1998 : 4.15), peribahasa merupakan mutiara

bahasa, bunga baha yang mengandung makna yang luas dan dalam. Sarana yang digunakan dalam peribahasa adalah sesuatu yang berada dalam lingkungan kehidupan masyarakat. Masyarakat lama hidup dengan alam. Karena itu, alam merupakan sarana dalam menyampaikan ide-ide, gagasan, nasehat, maupun sindiran-sindiran terhadap seseorang yang gaya hidupnya tidak sesuai dengan suasana masyarakat. Untuk mengatakan orang yang banyak bicara, tetapi tidak ada isinya atau orang yang suka membual, dikatakan: Tong kosong nyaring bunyinya. Berdasarkan isinya, peribahasa dapat diklasifikasikan ke dalam jenis-jenis seperti yang diungkapkan Zulfahnur (1998 : 4.17) berikut: a. Nasihat Isinya berupa masukan-masukan positif atau saran. Diharapkan dengan peribahasa itu orang yang dinasehati itu dapat berintrospeksi, mengubah tingkah lakunya dengan merasa tidak tersinggung Contoh : Nasihat kepada orang yang bersengketa untuk segera berdamai Kalah jadi abu, menang jadi orang, artinya, bahwa baik yang kalah maupun yang menang akan tetap mendapat kesusahan. Karena itu, lebih baik berdamai saja. b. Sindiran Sindiran pun tujuannya adalah untuk mengingatkan, untuk menyadarkan seseorang agar tidak melukai hatinya. Bedanya, bahwa dalam nasihat itu diungkapkan secara jelas, yakni dengan bagaimana seterusnya, sedangkan sindiran tidak. Contoh : Sindiran kepada orang yang tidak punya pendirian, dikatakan Bagai air di daunt alas c. Pujian Peribahasa tidak selalu berupa kritikan ataupun nasihat, tetapi ada juga yang berupa pujian. Pernyataan memuji dengan peribahasa dipandang lebih halus, enak didengar, dan diplomatis daripada dinyatakan secara langsung yang akan malah terkesan gombal atau cari muka. Contoh : Pujian kepada gadis yang rupawan, dikatakan Cantik bagai bidadari turun dari kayangan atau Secantik bulan purnama 3. Pantun

Sugiarto (2006 : 11) menjelaskan, bahwa pantun adalah salah satu bentuk puisi lama Indonesia yang memperlihatkan bentuk yang khusus. Ikatan pantun terjadi dari empat baria yang bersajak ab, ab. Tiap-tiap baris terdiri atas empat kata. Isi pantun terdapat pada baris ketiga dan keempat. Sedangkan pada baris kesatu dan kedua merupakan sampiran atau pengantar kea rah isi. Pantun merupakan bentuk puisi lama Indonesia yang memperlihatkan ciri yang khas, yang hanya ada pada bangsa Indonesia. Berdasarkan isinya, Zulfahnur (1998 : 4.17) mengatakan, bahwa pantun itu bermacam-macam, yaitu: a. Pantun Teka-teki Burung nuri burung dara Taman besisir taman kayangan Cobalah cari wahai saudara Makin diisi makin ringan b. Pantun jenaka (pantun riang) Pohon manggis di tepi rawa Tempat kakek tidur beradu Sedang nangis nenek tertawa Melihat kakek bermain gundu c. Pantun anak dagang Orang padang mandi di gurun Mandi berlimau bunga lada Hari petang matahari turun Dagang berlinang air mata d. Pantun muda Kalau tuan pergi ke Tanjung Kirim sahaya sehai baju Kalau tuang menjadi burung Sahaya menjadi ranting kayu e. Pantuan tua (pantun adat dalam berpidato) Jika digantung tidak tergontang Akan disukat tiga sukat Jika direntang akan panjang Baik dipintal supaya singkat

f. Pantun nasihat Kalau ada di kembang baru Bunga kenanga dikupas jangan Kalau ada sahabat baru Sahabat lama dibuang jangan 4. Syair Usman (Zulfahnur, 1998 : 4.18) menjelaskan, bahwa syair termasuk puisi lama yang berasal dari bahasa Arab, Syair dari kata syaara =menembang= bertembang, bersyair atau mengarang syair. Syair dalam puisi Indonesia lama, terdiri atas bait-bait yang saling berhubungan isinya. Tiap baik terdiri atas 4 baris yang mempunyai syarat persamaan bunyi pada baris (larik). Selanjutnya Sugiarto (2006 : 29) mengatakan, bahwa syair merupakan puisi yang berasal dari kesusastraan Arab. Menurut sejarahnya, syair sudah ada dalam kesusastraan Arab sebelum turunnya agama Islam. Syair pada zaman Islam sangat kental dengan muatan religi dan keimanan terhadap keesaan Allah SWT. Contoh syair: (dari permulaan syair Marhumah yang Soleh karangan Tulis Sutan Sati dalam Zulfanur, 1998 : 4.19) Dengarkan wahai biaperi Suatu cerita zaman bahari Masyhur sudah kian kemari Di Turkistan keliling negeri Tidak jauh di tepi kota Sebuah kampung kelihatan nyata Disinari bulan semua rata Disinilah awal pokok cerita Sebuah rumah sedang bersarnya Bagus dan kukuh binatangnya Pekarangan luas dengan tamannya Berhiaskan bunga sangat indah Mardi Soleh nama diberi

Disana tinggal suami isteri Taat kepada Chaibulbahari Berbuat ibadat setiap hari

5. Gurindam Zulfahnur (1998 : 4.19) menjelaskan, bahwa gurindam adalah bentuk puisi yang terdiri atas dua baris, baris yang pertama berupa syarat dan yang kedua berupa jawab. Bentuk gurindam ini digunakan pertama kali oleh Raja Ali Haji seorang punjangga Melayu yang hidup pada abad ke-19 yang dinamakang Gurindam Dua Belas Contoh salah satu gurindam dua belas: Gurindam pasal pertama Barang siapa tidak memegang agama Sekali-sekali tidakkan boleh dibilang nama Barang siapa mengenal yang empat Ia itulah orang yang makrifat Barang siapa mengenal Allah Suruh dan tegahnya tiada ia menyalah Barang siapa mengenal dunia Takutlah ia barang yang terpedaya Barang siapa mengenal akhirat Tahulah ia dunia mudarat Kurang piker, kurang siasat Tinta dirimu kalah tersesat Piker dahulu sebelum berkata Supaya terlelah selang sengketa Kalau mulut tajan dan kasar Boleh ditimpa bahaya besar Jika ilmu tiada sempurna

Tiada berapa dia berguna III. Alokasi Waktu 2 x 45 menit

IV. Metode Pembelajaran Pendekatan dan Metode Pendekatan Metode V. : Komunikatif, Keterampilan proses : Jigsaw

Langkah-langkah Pembelajaran Pendahuluan Mengkondisikan kelas (absensi, kebersihan) Menyampaikan tujuan pembelajaran 1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang heterogen (berbeda karakteristik dan jenis kelamin) dengan anggota 4-5 orang 2. Setiap kelompok mempelajari materi tentang ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi yang sama. Materi ini terdiri dari beberapa bagian yang mencakup pemahaman tentang puisi lama (mantra, peribahasa, pantun, syair dan gurindam), dan setiap anggota kelompok mempelajari bagian yang berbeda dari jenis-jenis puisi lama tersebut 3. Siswa yang mempelajari bagian materi yang sama dari jenisjenis puisi lama bergabung dan berusaha memecahkan masalah bersama-sama. Penggabungan anggota dari kelompok-kelompok lain dinamakan kelompok ahli 4. Setelah siswa dari kelompok ahli (penggabungan dari siswa yang mempelajari materi yang sama mengenai jenis-jenis puisi lama) telah mendapatkan pemecahan masalah, mereka kembali ke kelompok asal kemudian bertanggung jawab untuk menularkan pemahamannya kepada anggota kelompok asal supaya memiliki pemahaman yang sama tentang materi yang berbeda Penutup Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa Penugasan

Kegiatan Inti

VI. Penilaian Jenis tagihan Bentuk tes

: tes/non tes : Pilihan Ganda

Soal-soal: 1. Puisi lama merupakan pancaran masyarakat lama. Penyataan tersebut sama maknanya dengan . A. Masyarakat lama penghasil puisi lama B. Masyarakat lama suka berpuisi C. Kehidupan masyarakat lama bergotong royong D. Kehidupan masyarakat lama identik dengan puisi

2. Pada umumnya, puisi lama menceritakan tentang .. A. Kehidupan istana dan raja B. Kehidupan di pedesaan C. Peperangan D. Percintaan 3. Mantra adalah salah satu bentuk puisi lama yang mula-mula ada pada kehidupan masyarakat lama. Mantra berfungsi sebagai alat untuk A. Menyenangkan hati masyarakat B. Menghubungkan antar anggota masyarakat C. Menghubungkan masayrakat dengan yang gaib D. Menghubungkan antara yang gaib 4. Kekuatan mantra terletak pada A. gaya pemantra B. pilihan kata pemantra C. pengulangan kata pemantra D. kekuatan batin pemantra 5. Untuk berhubungan dengan yang gaib, tidak semua orang dapat melakukannya, kecuali pawang. Dalam hal ini, pawing berperan dalam ketiga hal berikut, kecuali . A. Penghubung antar masyarakat B. Penghubung masyarakat dengan yang gaib C. Penghubung masyarakat dengan alam semesta D. Penghubung masyarakat dengan kekuatan alam 6. Untuk memperlihatkan sifat, watak orang yang pandai, bijaksana, dinyatakan dengan peribahasa . A. Dimana bumi dipihak disitu langit dijunjung B. Tong kosong nyaring bunyinya C. Menepuk air di dulang terpercik muka sendiri

D. Bagai ilmu padi, makin berisi makin menunduk 7. Si Pola ingin dikagumi teman-temannya. Untuk itu, ia tidak segan-segan berbelanja lebih dari kemampuannya. Dalam waktu singkat habislah uang belanja bulanannya, bahkan bertumpulah utang-utangnya. Peribahasa yang sesuai dengan ilustrasi di atas adalah A. Seperti api dalam sekam B. Besar pasak dari pada tiang C. Bunga gugur putik pun gugur D. Tak ada gading yang tak retak

8. Peribahasa yang bermakna kewaspadaan adalah . A. Air tenang menghanyutkan B. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga C. Mati semut karena gula D. Berjalan perliharakan kaki, berkata peliharakan lidah 9. Perhatikan salah satu ciri ragam bentuk puisi lama di bawah ini 1. Terdiri atas 4 baris 2. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata 3. Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya disebut isi pantun 4. Mementingkan rima akhir dengan pola/abab Ciri-ciri di atas merupakan ciri puisi lama dalam ragam bentuk . A. Syair B. Gurindam C. Pantun D. Mantra 10. Perhatikan petikan pantun di bawah ini Kalau ada di kembang baru Bunga kenanga dikupas jangan Kalau ada sahabat baru Sahabat lama dibuangan jangan Berdasarkan isinya, pantun di atas termasuk pada pantun A. Pantun teka-teki B. Pantun jenaka C. Pantun anak dagang D. Pantun nasihat 11. Syair merupakan puisi lama yang berasal dari .. A. India B. Arab

C. Malaysia D. Singapura 12. Puisi lama yang terdiri dari 2 baris dan berisi nasihat kebenaran adalah A. Pantun B. Gurindam C. Syair D. Mantra 13. Perbedaan pantun dengan syair terletak pada . A. Jumlah baitnya B. Isinya C. Arahannya D. A, B, dan C semuanya benar 14. Dibawah ini merupakan ciri-ciri dari syair, kecuali A. Baris pertama merupakan syarat, baris kedua berisi akibat dari yang disebutkan pada bari pertama B. Terdiri atas empat baris C. Tiap baris terdiri atas 8-10 suku kata D. Tidak memiliki sampiran dan isi, semuanya merupakan isi 15. Kalau mulut tajam dan kasar Boleh ditimpa bahaya besar Gurindam tersebut berisi nasihat kepada manusia agar . A. Bermulut manis B. Bermulut kasar C. Pendiam D. Banyak bicara Kunci Jawaban: 1. D 11. B 2. A 12. B 3. C 13. D 4. C 14. A 5. A 15. A 6. D 7. B 8. D 9. C 10. D Kriteria Penilaian Rumus :

Tingkat

penguasaan

010009000003ae2600000000cd10000000001610000026060f002220574d464301 000000000001002553000000000200000000200000000b0000002b00000100000 06c0000000000000000000000080100001e00000000000000000000003f180000d 202000020454d4600000100002b00000c00000001000000000000000000000000 000000560500000003000040010000b300000000000000000000000000000000e 2040038bb0200460000002c00000020000000454d462b014001001c0000001000 00000210c0db01000000600000006000000046000000cc070000c0070000454d4 62b224004000c000000000000001e4009000c00000000000000244001000c0000 00000000003040020010000000040000000000803f214007000c0000000000000 008400005180700000c0700000210c0db01000000000000000000000000000000 000000000100000089504e470d0a1a0a0000000d49484452000001090000001f08 020000007bf2af01000000017352474200aece1ce9000000097048597300000ec40 0000ec401952b0e1b0000069449444154785eed5c3d72e33a0ca6df49bc9326450e 914c1a7bb6cd0de226b3ad3d7b864cdc665e63f5af70eb899b1dfb1029d264ec9bf8 81047f0089942899f2da09d5ac221220f011200190dec1e17010f9c90864042a08fc 9331c9086404bc0874f18ded6c80cf6c9b08d57d314eca2f91585e36a8fdb8d8f739 c829787f19457a030b62aaf6cf662ac468b16b4f18a600968d1ce5b0f289ea38dda4 148ff28a11b5afb193f2fd328a2445c532ebb26f88fde7bb183ddc0f133aac647973d 5c0f1f605bd23a2e3e1f0729b503cca2a4ad49ec64ecaf6cb28921415c7ac9b6f7cac 9d7d623ce4620cd8aacd1fae49074d2a0aa3ef5690fdc77afa9358b3e904815b518c 4df0266713b68deb3a1faa840a155625899dc02552bf0c0245d581258dad3cfdc95 09ac01f8762a369e37274636ba9c6c5b6987923c0a022c246cd38954d5ac4487889

Arti tingkat penguasaan 90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik 70% - 79% = cukup < 70% = kurang VII. Sumber, Alat, Media Pembelajaran A. Sumber Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas X SMA Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia Kompeten Berbahasa Indonesia

B. Alat Papan tulis Spidol, Penghapus

C. Media Pembelajaran Teks cerita Melayu klasik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Yang dimaksud dengan data dalam penelitian adalah objek yang diteliti. Adapun data dalam penelitian ini adalah kemampuan penulis melaksanakan pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi dengan menggunakan metode jigsaw pada siswa SMA kelas X, kemampuan siswa kelas X.1 mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi, dan ketepatan metode jigsaw untuk mengidetifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi pada SMA kelas X tahun pelajaran 2009/2010. 1. Data Penilaian Guru Bahasa Indonesia Terhadap Perencanaan Dan Pelaksanaan Pembelajaran Berikut penulis sajikan data hasil penilaian guru bidang studi Bahasa Indonesia terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan penulis dalam penelitian ini. Tabel 1 HASIL PENILAIAN GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP PERENCANAAN PENGAJARAN PENULIS DI KELAS X.1 PADA SMAN 5 GARUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW Aspek yang Dinilai Bahasa 1. Ejaan 2. Ketepatan dan kesesuaian bahasa Angka Kategori Nilai Nilai 3,90 3,80 A A Keterangan Baik sekali Baik sekali

Komponen 1. Kesesuaian standar kompetensi dengan kompetensi dasar 2. Kesesuaian kompetensi dasar dengan materi pokok 3. Kesesuaian kompetensi dasar dengan indicator 4. Kesesuaian pengalaman belajar dengan indikator 5. Kespesifikan pengalaman belajar 6. Kesesuaian penilaian dengan indikator 7. Kesesuaian alokasi waktu dengan materi pembelajaran 8. Buku sumber yang digunakan Jumlah Rata-rata

4,00 3,80 3,70 3,80 3,80 3,70 3,80 4,00 38,3 3,83

A A A A A A A A -

Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali

Dalam data hasil pelaksanaan pembelajaran terdapat 10 aspek penilaian yang berkaitan dengan penampilan penulis dalam melaksanakan penelitian ini. Berikut data hasil pelaksanaan pembelajaran yang penulis tampilkan dalam bentuk tabel.

Tabel 2 HASIL PENILAIAN GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP PELAKSANAAN PENGAJARAN PENULIS DI KELAS X.1 PADA SMAN 5 GARUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW Angka Kategori Nilai Nilai 4,00 3,80 3,80 3,70 A A A A

Aspek yang Dinilai Kegiatan Belajar Mengajar 1. Kesesuaian bahasa 2. Kejelasan suara 3. Kemampuan menerangkan 4. Kemampuan memberi contoh dan ilustrasi

Keterangan Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali

5. Dorongan kearah aktivitas siswa dalam memahami materi 6. Penggunaan media/alat peraga 7. Pengelolaan kelas 8. Tekni mengajar Bahan Pembelajaran 1. Penguasaan bahan pengajaran atau materi 2. Ketepatan waktu Penampilan 1. Kemudahan berhubungan dengan siswa 2. Stabilitas emosi 3. Pemahaman terhadap siswa 4. Kerapihan berpakaian Pelaksanaan Tes Awal dan Tes Akhir 1. Konsekwensi terhadap penetapan waktu 2. Keterlibatan pelaksanaan tes Jumlah Rata-rata

3,80 3,80 3,80 4,00

A A A A

Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali

4,00 4,00 4,00 4,00 3,80 3,80 4,00 3,80 62,1 3,90

A A A A A A A A A

Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali Baik sekali

Adapun kriteria penilaian di atas memedomani asumsi sebagai berikut Tabel 3 KRITERIA PENILAIAN Skor 3,50 4,00 2,50 3,49 1,50 2,49 0,01 0,49 Kategori Nilai A B C D Cukup Kurang (Zulfahnur, 1998: 1.18) Keterangan Baik sekali Baik

2. Data Hasil Pelaksanaan Evaluasi

Pada bagian ini, penulis akan menyajikan data hasil belajar siswa SMAN 5 Garut yang diperoleh melalui kegiatan evaluasi. Data hasil evaluasi ini merupakan hal yang terpenting dalam penelitian yang penulis laksanakan. Data inilah yang memberikan gambaran berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar yang penulis laksanakan. Di bawah ini adalah data hasil pelaksanaan evaluasi yang penulis laksanakan dalam penelitian ini. Tabel 4 HASIL PELAKSANAAN PRETES PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI CIRI SASTRA MELAYU KLASIK DALAM RAGAM BENTUK PUISI SISWA SMAN 5 GARUT

No

Nama 1 2 3 4

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Adin Abdullah Asep Tsabit R Ardi R.A Basonden Jawa Dondy Ira Raihan Iyan Sopian M. Jihad A Najmudin A.M. Nia Niati Saepul Fathoni Yana Suryana Dadan S. Dhea Teguh G Hari U Ihsan Syarif H Mery H Novita S.D Nurul R.A

5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 0 5 0 0 0

5 5 5 5 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 0 0 5 5 5 5 5 0 0 5 0 0 0 5 5 5

5 0 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 0 0

Item Soal 1 5 6 7 8 9 0 Kelas X.1 5 5 5 0 5 5 5 0 5 0 0 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 0 5 0 5 0 5 5 0 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 0 5 5 0 5 5 5 0 5 0 5 0 5 0 0 5 5 0 Kelas X.2 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 0 5 5 5 5 0 5 5 0 5 5 0 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 5 0 5 5

1 1 5 0 5 5 5 5 0 5 0 0 5 5 5 0 0 5 0 0 0

1 2 5 5 5 0 5 5 0 5 5 5 0 0 5 5 0 0 5 5 0

1 3 0 0 0 5 5 0 5 0 5 5 5 0 5 0 5 5 0 5 5

1 4 5 5 5 0 0 0 0 5 5 5 5 0 0 5 0 0 0 5 0

1 5 0 0 0 5 5 5 5 0 0 5 0 0 5 5 5 0 0 5 5

Jumlah 47 74 74 60 67 53 47 67 67 47 60 80 47 74 74 60 67 53 47

20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44

Wina Ningsih Yusup W Ahmad Satibi Ahmadi Triyadi Azis Ambar N Irpan Ismail Iwan K Jajang Hidayat Jujun Junaedi Sirojudin Tati Rohmah Widiyarti Ahmad S. Alpian S. Gelar G Munfahiriyah Pebi Abdul J. Rina Firgina Rismawati A Siti Fatimah Solihin H. Teguh M Wafa Fauziah Wifa Maulani Zujun A

5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 Kelas X.3 0 5 0 0 5 5 5 0 0 5 5 5 0 5 5 0 0 5 5 5 5 0 5 0 5 0 5 0 5 5 5 0 0 5 0 5 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 5 5 0 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 0 Kelas X.4 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 0 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 0 5 0 5 5 5 0 5 5 5 0 0 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 Jumlah Rata-rata di atas, diketahui nilai

5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5 0 5 0 5 5 0 5

5 5 5 5 5 5 5 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 0 5

0 0 5 5 5 0 0 0 5 0 0 5 0 5 0 0 5 0 5 0 0 5 5 5 5

5 5 0 5 5 5 5 0 5 5 5 5 5 0 0 5 5 0 5 5 5 0 5 0 0

0 5 5 0 5 5 0 5 0 5 0 0 5 0 5 5 5 5 0 0 5 0 5 5 5

0 5 0 5 0 5 5 5 5 0 0 5 0 0 5 0 5 5 5 0 5 0 5 0 5

5 0 5 0 5 5 0 5 5 5 5 0 0 0 5 5 5 5 5 5 5 5 0 5 5

67 67 47 74 74 60 67 53 47 67 67 47 47 74 74 60 67 53 47 67 67 55 50 50 65 2455 61,4

Dari

tabel

tertinggi

pretes

pembelajaran

mengidentifikasi ciri sastra melayu klasik dalam ragam bentuk puisi dengan menggunakan metode jigsaw yaitu 80, nilai terendah 40 dan rata-ratanya adalah 61.4. Siswa yang mendapatkan nilai 80 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapatkan nilai 74 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapatkan nilai 73 sebanyak 3 orang, siswa yang mendapatkan nilai 70 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapatkan nilai 67 sebanyak 10 orang, siswa yang mendapatkan nilai 60 sebanyak 11 orang, sisw yang mendapatkan nilai 53 sebanyak 3 orang, siswa yang mendapatkan nilai 47 sebanyak

7 orang, dan siswa yang mendapatkan nilai 40 sebanyak 1 orang. Berdasarkan tabel di atas, kemudian penulis akan urutkan data dari nilai postes tersebut dari nilai tertinggi sampai nilai terendah. Adapun urutan nilai tertinggi sampai nilai terendah terdapat dalam tabel berikut ini.

Tabel 5 HASIL PELAKSANAAN POSTES PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI CIRI SASTRA MELAYU KLASIK DALAM RAGAM BENTUK PUISI SISWA SMAN 5 GARUT No Nama 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Adin Abdullah Asep Tsabit R Ardi R.A Basonden Jawa Dondy Ira Raihan Iyan Sopian M. Jihad A Najmudin A.M. Nia Niati Saepul Fathoni Yana Suryana Dadan S. Dhea Teguh G Hari U Ihsan Syarif H Mery H Novita S.D Nurul R.A Wina Ningsih 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 3 5 5 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 4 5 4 5 3 4 5 4 5 5 5 3 4 5 3 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 5 3 3 5 5 4 2 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 3 5 4 3 5 5 5 Item Soal 1 5 6 7 8 9 0 Kelas X.1 3 1 3 2 4 2 2 4 2 4 4 1 5 4 5 5 5 4 3 5 5 4 2 2 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 2 3 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 4 5 3 5 5 5 5 Kelas X.2 4 5 4 5 5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 5 4 3 4 5 4 4 3 3 2 3 4 5 4 2 4 3 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 3 5 4 5 4 3

1 1 1 5 5 2 5 3 5 2 3 5 5 5 5 4 2 3 2 5 5 3

1 2 3 3 5 2 4 4 4 5 4 5 5 4 4 2 2 4 4 4 5 5

1 3 2 3 5 2 5 4 5 2 4 5 5 4 4 4 3 2 2 5 5 5

1 4 3 3 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 2 4 4 4 4

1 5 2 3 5 3 5 4 5 4 4 5 5 5 3 4 5 2 4 4 4 3

Jumlah 80 93 93 80 80 73 73 80 87 87 73 100 80 93 93 80 80 73 73 80

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44

Yusup W Ahmad Satibi Ahmadi Triyadi Azis Ambar N Irpan Ismail Iwan K Jajang Hidayat Jujun Junaedi Sirojudin Tati Rohmah Widiyarti Ahmad S. Alpian S. Gelar G Munfahiriyah Pebi Abdul J. Rina Firgina Rismawati A Siti Fatimah Solihin H. Teguh M Wafa Fauziah Wifa Maulani Zujun A

5 5 5 5 5 5 5 5 Kelas X.3 5 5 4 5 4 4 3 4 5 5 3 4 5 3 4 3 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 Kelas X.4 5 5 5 4 5 3 5 4 5 5 4 5 4 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 3 5 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 5 3 4 4 4 5 3 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 3 5 5 5 5 3 5 5 3 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 3 3 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 Jumlah Rata-rata di atas, diketahui nilai

5 3 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 3 4

5 4 2 4 3 4 4 3 5 4 5 5 5 5 3 3 3 4 5 5 4 5 2 5

5 3 2 5 4 3 4 3 4 3 3 3 4 5 3 3 3 3 3 3 5 3 3 5

5 5 5 4 5 4 5 3 5 5 4 4 3 5 5 3 4 3 3 5 4 4 2 4

5 2 2 3 2 3 3 5 4 3 3 3 5 5 5 3 3 4 4 4 3 5 3 3

5 4 5 4 3 4 3 4 5 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 5

5 4 4 2 4 4 4 3 5 3 4 2 3 5 5 4 4 4 3 5 3 5 5 3

87 80 93 93 80 80 73 73 80 87 87 80 93 93 80 80 73 73 80 87 78 70 80 75 3245 81,12

Dari

tabel

tertinggi

postes

pembelajaran

mengidentifikasi ciri sastra melayu klasik dalam ragam bentuk puisi dengan menggunakan metode jigsaw yaitu 100 , nilai terendah 67 dan ratanya adalah 81,2. Siswa yang mendapatkan nilai 100 sebanyak 5 orang, siswa yang mendapatkan nilai 93 sebanyak 3 orang, siswa yang mendapatkan nilai 87 sebanyak 5 orang, siswa yang mendapatkan nilai 80 sebanyak 12 orang, siswa yang mendapatkan nilai 73 sebanyak 11 orang, siswa yang mendapatkan nilai 67 sebanyak 4 orangStandar Ketuntasan Belajar Mengajar yang diterapkan di SMAN 5 Garut yaitu sebesar 6,1. Berdasarkan SKBM tersebut, maka siswa yang dinyatakan lulus dalam postes sebanyak 44 orang

dari jumlah peserta tes 44 orang. Karena nilai terendah yang diperoleh siswa dalam postes adalah 67.

B. Analisis Data Data persiapan dan pelaksanaan pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra melayu klasik dalam ragam bentuk puisi dengan menggunakan metode jigsaw dinilai oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah tempat penulis mengadakan penelitian. Hal tersebut dilakukan guna memperoleh data yang benar-benar rinci dan sistematis, Dengan demikian diharapkan penelitian yang penulis lakukan berjalan dengan baik dan terarah. 1. Analisis Data Hasil Penilaian Guru Bahasa Indonesia terhadap Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Penilaian yang diberikan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia kepada penulis, bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan penulis dalam proses belajar mengajar. Untuk itu penulis menggunakan nilai kuantitatif (angka) dengan kriteria penilaian sebagai berikut: 3,50 4,00 = Baik sekali 2,50 3,49 = Baik 1,50 2,49 = Cukup 0,01 0,49 = Kurang (Zulfahnur, 1998: 1.18)

Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2 di atas, nilai rata-rata perencanaan 3,83 dan nilai rata-rata pelaksanaan 3,90. Untuk mengetahui nilai rata-rata tersebut penulis menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: NR = Nilai rata-rata Jumlah = Jumlah BP = Butir Penilaian (Prasetyo & Jannah, 2005: 17) Berikut perhitungannya:

Sesuai dengan kategori nilai, maka dapat disimpulkan, penulis memperoleh nilai dengan kategori baik sekali (A) dengan nilai rata-rata 3,83 untuk perencanaan pengajaran dan untuk pelaksanaan pembelajaran penulis memperoleh nilai dengan kategori baik sekali (A) dengan nilai rata-rata 3,90 pada proses belajar mengajar mengidentifikasi ciri sastra Melayu Klasik dalam ragam bentuk puisi dengan menggunakan metode jigsaw pada siswa kelas X.1 SMAN 5 Garut. 2. Analisis Hasil Evaluasi Pada bagian ini penulis akan menyajikan pembahasan hasil belajar siswa kelas X.1 SMAN 5 Garut yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi. Dalam melaksanakan evaluasi, penulis membaginya ke dalam dua bagian. Bagian yang pertama adalah tes awal (pretes), dan pada bagian yang kedua adalah tes akhir (postes) yang dilaksanakan setelah siswa melaksanakan pembelajaran tentang mengidentifikasi ciri sastra melayu klasik dalam ragam bentuk puisi. Sebagai gambaran secara garis besar, nilai yang diperoleh siswa kelas S.1

SMAN 5 Garut adalah sebagai berikut: 1. Nilai pretes tertinggi sebesar 80, nilai pretes terendah sebesar 40, dan nilai rata-rata pretes adalah 61,4; 2. Nilai postes tertinggi sebesar 100, nilai postes terendah sebesar 64, dan nilai rata-rata untuk postes adalah sebesar 81,12 Di bawah ini adalah tabel urutan nilai tertinggi dan terendah pretes dan postes a. Uji Normalitas Nilai Pretes

1. Menghitung Chi Kuadrat (x2) dengan rumus:

2. Mencari derajat kebebasan (dk) dengan rumus: Dk=K-3 Dk=6-3 Dk=3 3. Menentukan Chi Kuadrat

(010009000003800500000000aa0300000000aa03000026060f004a07574d46430100 00000000010047570000000001000000280700000000000028070000010000006c00 00000000000000000000230000001100000000000000000000004a030000a3010000 20454d4600000100280700000c000000010000000000000000000000000000005605 00000003000040010000b300000000000000000000000000000000e2040038bb0200 460000002c00000020000000454d462b014001001c000000100000000210c0db0100

00006000000060000000460000004c02000040020000454d462b224004000c000000 000000001e4009000c00000000000000244001000c00000000000000304002001000 0000040000000000803f214007000c0000000000000008400005980100008c0100000 210c0db01000000000000000000000000000000000000000100000089504e470d0a1 a0a0000000d4948445200000024000000120802000000bc41eb7f0000000173524742 00aece1ce9000000097048597300000ec400000ec401952b0e1b00000112494441544 84bcd55410e8230102cbe84a3cf30f152e2d527f884f20acfc40bfcc0ab0917539ee18df ea4eeb6d422d2b28d86d81b309d999d6e974c6bcdd65a9bb58450e76fc4ba3233ab68d 48fea87339b5d7dcd9d02e75cc8102ee53d8b818d20affb14c21836e9cc5cae26dcb2c3 ca8757f66171912b9302b9304f97b0cbd67e21246062b4bb07b4d96a7942310e6afe20 df08c2f62146d554eca2a568af77a59ae27600f479178b443d5a34b7cd1d28df1fc16e7 baa16d2743e88e600eef31cd540daeebb11e1cb1d1e22fd48762e4c274672160125884 901dd81786c1229e60bb47c81d6219965d3e67374d3184613e53559fc752715a6a313 843c394875c1bf8c4c180612a5be17b3f780323ec0ec1389ea6ed831e0866b00000000 49454e44ae4260820000000840010824000000180000000210c0db01000000030000 000000000000000000000000001b4000004000000034000000010000000200000000 0000bf000000bf000010420000904103000000000080b3000080b3ffff0f42000080b3 000080b3ffff8f412100000008000000620000000c00000001000000150000000c0000 0004000000150000000c000000040000005100000078030000000000000000000023 00000011000000000000000000000000000000000000002400000012000000500000 00a0000000f000000088020000000000002000cc00240000001200000028000000240 000001200000001000800000000000000000000000000000000001e0000000000000 000000000ffffff000074bf0048000000ffdf9c00489cdf0074484800ffffbf009cdfff0000

004800df9c4800bfffff0000007400ffbf7400bf7400007400000074bfff009c480000ffff df00dfffff009c749c00bfffdf0048007400dfdf9c0074489c0000489c009c4874009cdfd f00480048007474bf0001010101010101010101010101010101010101010102001112 01010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101010108 09111201010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101 010105000a01010101010101010101020f071319000d010101010101080900000000 0304010108090f07010101010101010101010b1a1b1c041d0701010101010105000d0 10503040101131903040101010101010101010101080911120101010101010101131 9030401010101011319000d010101010101010101010101050e01010101010101010 10113190304010101011319000d01010101010101010101011319030401010101010 1010101010b0c0f07010101131903040101010101010101011314151617180701010 8090a010101010110001112010108090f0701010101010101010101080911120b0c0e 0108090a010101010108090f07010105000a010101010101010101010101010101010 1010108090a010b0c0f0705000f070110001112010101010101010101010101010101 0101010108090a01010b0c0000000d0102000e010101010101010101010101010101 01010101010108090a01010101010101010101010101010101010101010101010101 01010101010101050000030607010101010101010101010101010101010101010101 01010101010101010101020003040101010101010101010101010101010101010101 01010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101 01010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101 01010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101 0101010101010101014c000000640000000000000000000000230000001100000000 0000000000000024000000120000002900aa0000000000000000000000803f0000000

0000000000000803f000000000000000000000000000000000000000000000000000 0000000000000220000000c000000ffffffff460000001c00000010000000454d462b02 4000000c000000000000000e00000014000000000000001000000014000000040000 0003010800050000000b0200000000050000000c0212002400030000001e00040000 00070104000400000007010400a1010000410b2000cc001200240000000000120024 00000000002800000024000000120000000100080000000000000000000000000000 0000001e0000000000000000000000ffffff000074bf0048000000ffdf9c00489cdf0074 484800ffffbf009cdfff0000004800df9c4800bfffff0000007400ffbf7400bf7400007400 000074bfff009c480000ffffdf00dfffff009c749c00bfffdf0048007400dfdf9c0074489c0 000489c009c4874009cdfdf00480048007474bf000101010101010101010101010101 01010101010101020011120101010101010101010101010101010101010101010101 01010101010101010101080911120101010101010101010101010101010101010101 0101010101010101010101010105000a01010101010101010101020f071319000d01 01010101010809000000000304010108090f07010101010101010101010b1a1b1c041 d0701010101010105000d01050304010113190304010101010101010101010108091 11201010101010101011319030401010101011319000d01010101010101010101010 1050e0101010101010101010113190304010101011319000d0101010101010101010 10113190304010101010101010101010b0c0f0701010113190304010101010101010 10113141516171807010108090a010101010110001112010108090f0701010101010 101010101080911120b0c0e0108090a010101010108090f07010105000a0101010101 010101010101010101010101010108090a010b0c0f0705000f0701100011120101010 101010101010101010101010101010108090a01010b0c0000000d0102000e0101010 1010101010101010101010101010101010108090a010101010101010101010101010

10101010101010101010101010101010101010500000306070101010101010101010 10101010101010101010101010101010101010101010200030401010101010101010 10101010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101010 10101010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101010 10101010101010101010101010101010101010101010101010101010101010101010 101010101010101010101010101010101010101010c00000040092900aa000000000 000001200240000000000040000002701ffff030000000000tabel, signifikasi 5% dengan rumus: dengan taraf

4. Menginterprestasikan hasil pengujian normalitas Dengan melihat hasil perhitungan di atas, x2hitung 4,71, hasil x2tabel =7,82 pada taraf signifikansi 5%. Maka dapat diketahui bahwa untuk menguji normalitas distribusi frekuensi ditentukan kriteria jika chi kuadrat (x2tabel) > (x2hitung), maka variabel tersebut berdistribusi normal. Ternyata hasil perhitungan diperoleh bahwa (x2tabel)=7,82 > (x2hitung) = 4,71. Maka nilai pretes dalam pembelajaran mengidentifikasi ciri sastra melayu klasik dalam ragam bentuk puisi berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Nilai Postes 1. Menghitung Kuadrat rumus: (x2) Chi dengan

2. Mencari

derajat

kebebasan (dk) dengan rumus: Dk=K-3 Dk=6-3 Dk=3 3. Menentukan Chi Kuadrat

(010009000003800500000000aa0300000000aa03000026060f004a07574 d4643010000000000010047570000000001000000280700000000000028 070000010000006c0000000000000000000000230000001100000000000 000000000004a030000a301000020454d4600000100280700000c000000 01000000000000000000000000000000560500000003000040010000b30 0000000000000000000000000000000e2040038bb0200460000002c0000 0020000000454d462b014001001c000000100000000210c0db010000006 000000060000000460000004c02000040020000454d462b224004000c00 0000000000001e4009000c00000000000000244001000c0000000000000 03040020010000000040000000000803f214007000c0000000000000008 400005980100008c0100000210c0db01000000000000000000000000000 000000000000100000089504e470d0a1a0a0000000d4948445200000024 000000120802000000bc41eb7f000000017352474200aece1ce900000009

7048597300000ec400000ec401952b0e1b0000011249444154484bcd554 10e8230102cbe84a3cf30f152e2d527f884f20acfc40bfcc0ab0917539ee18 dfea4eeb6d422d2b28d86d81b309d999d6e974c6bcdd65a9bb58450e76fc 4ba3233ab68d48fea87339b5d7dcd9d02e75cc8102ee53d8b818d20affb14 c21836e9cc5cae26dcb2c3ca8757f66171912b9302b9304f97b0cbd67e212 46062b4bb07b4d96a7942310e6afe20df08c2f62146d554eca2a568af77a5 9ae27600f479178b443d5a34b7cd1d28df1fc16e7baa16d2743e88e600eef 31cd540daeebb11e1cb1d1e22fd48762e4c274672160125884901dd81786 c1229e60bb47c81d6219965d3e67374d3184613e53559fc752715a6a3138 43c394875c1bf8c4c180612a5be17b3f780323ec0ec1389ea6ed831e0866b 0000000049454e44ae4260820000000840010824000000180000000210c 0db01000000030000000000000000000000000000001b40000040000000 340000000100000002000000000000bf000000bf0000104200009041030 00000000080b3000080b3ffff0f42000080b3000080b3ffff8f41210000000 80000