skripsi hubungan pengetahuan dan sikap keluarga …

134
SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN Disusun Oleh : NUR ISTIQAMAH DS 18. 01. 121 YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN MAKASSAR 2020

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

1

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN

KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA

YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA

RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DADI

PROVINSI SULAWESI SELATAN

Disusun Oleh :

NUR ISTIQAMAH DS

18. 01. 121

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MAKASSAR

2020

Page 2: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN

KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA

YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA

RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DADI

PROVINSI SULAWESI SELATAN

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

(S.Kep) Pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar

Disusun Oleh :

NUR ISTIQAMAH DS

18. 01. 121

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MAKASSAR

2020

Page 3: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

ii

Page 4: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Nur Istiqamah Ds

Nomor Induk Mahasiswa : 18.01.121

Program Studi : S1 Keperawatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan

tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di

suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pemikiran yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah

ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apa bila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau

keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berupa gelar

kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada

paksaan sama sekali.

Makassar, 28 Januari 2020

Yang membuat pernyataan,

NUR ISTIQAMAH DS

NIM. 18.01.121

Page 5: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

v

ABSTRAK

NURISTIQAMAHDS : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN

KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI

GANGGUAN JIWA DI POLI JIWA RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI

SULAWESI SELATAN

PEMBIMBING : Kens Napolion dan Weni Sia’tang

Gangguan jiwa adalah pola perilaku seseorang yang berkaitan dengan suatu gejala penderitaan

(distress) atau hendaya(impairment) dalam satu atau lebih fungsi penting dari manusia.

Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Survey Analitik dengan pendekatan Cross-

Sectional Study.Dilaksanakan di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan lebih banyak responden pengetahuan baik dengan

kecemasan ringan sebanyak 21 respondendengannilai ρ = 0.005 yang berarti ρ<α = 0.05.

Penelitian ini menunjukkan lebih banyak responden sikap positif dengan kecemasan ringan

sebanyak 22 responden dengan nilai ρ = 0.042 yang berarti ρ <α = 0.05.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.Disarankan untuk

peneliti selanjutnya agar meneliti variabel lain yang belum diteliti dengan sampel yang lebih

banyak.

Kata Kunci : Pengetahuan,Sikap,Kecemasan,gangguan jiwa

Referensi : Buku 24 (2003-2019), 5 Jurnal (2016-2019)

Page 6: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

vi

Page 7: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi Ini

Kupersembahkan untuk Bapak/Ibu

tercinta,

Yang senantiasa memberikan dukungan,

Kasih sayang, dan doanya.

Terimakasih

Page 8: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan pengetahuan dan sikap

keluarga dengan kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa”.Penyusunan skripsi ini merupakan suatu syarat untuk

memperoleh gelar kesarjanaan strata 1 (S1) pada program studi S1 Keperawatan

STIKES Panakkukang Makassar.

Dalam melakukan penyusunan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak

masukan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat berguna dan

bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada

kesempatan ini dengan berbesar hati penulis ingin mengucapkan terima kasih

yang setulus-tulusnya dan sebesar-besarnya terkhusus kepada orangtua saya yaitu

Ayahanda Dempalesang dan Ibunda Sapiah serta saudara saudari saya yaitu Nur

Sakinah Ds, Nur Hidayatullah Ds, dan Nur Hilal Ds yang senantiasa mendoakan,

memberikan nasehat dan dorongan serta telah banyak berkorban agar penulis

dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik, semoga Allah SWT membalasnya

dengan Rahmat, Rahim, Keberkahan yang melimpah dan juga kebahagiaan hidup

dan dunia akhirat

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM.,M.Kes selaku Ketua Yayasan Perawat

Sulawesi Selatan.

Page 9: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

ix

2. Bapak Dr. Ns Makkasau plasay, S.Kep.,M.Kes.,M.EDM selaku Ketua

STIKES Panakkukang yang telaah memberikan izin penelitian untuk

keperluan skripsi.

3. Bapak dr. Arman Bausat, Sp.B.,Sp.OT selaku Direktur Rumah Sakit Khusus

Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan yang telah memberikan izin

penelitian.

4. Ns. Muh Zukri Malik, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

Keperawatan yang telah memberikan izin, bimbingan dan pengarahan

selama penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi.

5. Bapak Kens Napolion, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Kep.J selaku Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Ns. Weni Sia’tang, S.Kep.,M.Kep selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

7. Ibu Hj. Andi Annas, SKM.,MSi selaku Penguji I yang telah berkenan

memberikan pengarahan demi kesempurnaan penelitian ini

8. Bapak Ns. I Kade Wijaya, S.Kep.,M.Kep selaku Penguji II yang telah

berkenan memberikan pengarahan demi kesempurnaan penelitian ini

9. Dosen di Prodi S1 Keperawatan yang telah dengan sabar memberikan

pengarahan yang tiada henti-hentinya dan dorongan baik spiritual maupun

materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Civitas akademika STIKES Panakkukang Makassar.

11. Kepada sahabat – sahabat saya Dian, Uchy, Ulfa, Widy, Icha, Avid, Rosma,

Nunu, Rechan, Cia.

Page 10: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

x

12. Kepada semua teman-teman S1 Keperawatan Konversi 2018.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

memberikan bantuannya.

Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam melakukan

penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu masukan

yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para pembaca akan sangat

membantu. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan pihak-pihak

yang terkait.

Makassar, 28 Januari 2020

Nur Istiqamah Ds

Page 11: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Gangguan Jiwa

1. Defenisi Gangguan Jiwa ................................................................... 8

2. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa .................................................... 8

Page 12: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

xii

3. Klasifikasi Gangguan Jiwa ................................................................ 9

4. Dampak Gangguan Jiwa ................................................................. 14

B. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan ...................................................................... 16

2. Tingkat Pengetahuan ....................................................................... 17

3. Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan ............................................. 19

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .......................... 20

5. Sumber Pengetahuan ....................................................................... 22

6. Pengukuran Pengetahuan ................................................................ 23

C. Tinjauan Tentang Sikap

1. Defenisi Sikap ................................................................................. 23

2. Komponen Pokok Sikap .................................................................. 25

3. Tingkatan Sikap .............................................................................. 25

4. Sikap Keluarga Merawat ................................................................. 27

D. Tinjauan Tentang Keluarga

1. Defenisi Keluarga............................................................................ 28

2. Struktur Keluarga ............................................................................ 29

3. Tipe/Bentuk Keluarga ..................................................................... 29

4. Peranan Keluarga ............................................................................ 30

5. Tugas Keluarga ............................................................................... 30

6. Fungsi Keluarga .............................................................................. 31

7. Koping Keluarga ............................................................................. 33

8. Kemampuan Keluarga Merawat ..................................................... 34

Page 13: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

xiii

9. Cara keluarga Merawat ................................................................... 35

E. Tinjauan Tentang Kecemasan

1. Defenisi Kecemasan ........................................................................ 41

2. Rentan Respon ................................................................................ 41

3. Sumber Kecemasan ......................................................................... 42

4. Tingkat Kecemasan ......................................................................... 43

5. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ......................................... 44

6. Cara Untuk Mengatasi Kecemasan ................................................. 45

7. Skala Kecemasan HARS ................................................................. 45

F. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dalam Merawat Anggota Keluarga

Yang Mengalami Gangguan Jiwa ......................................................... 48

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseptual ............................................................................ 50

B. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 51

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ................................................................................... 52

B. Populasi, Sample Dan Sampling ........................................................... 52

C. Variable Penelitian ................................................................................ 54

D. Defenisi Operasional ............................................................................. 55

E. Tempat Penelitian.................................................................................. 56

F. Waktu Penelitian ................................................................................... 56

G. Instrument Penelitian ............................................................................ 56

H. Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 58

Page 14: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

xiv

I. Tehnik Analisa Data .............................................................................. 58

J. Etika Penelitian ..................................................................................... 59

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 61

B. Pembahasan ........................................................................................... 68

C. Implikasi Keperawatan.......................................................................... 76

D. Keterbatasan Penelitian ......................................................................... 76

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 77

B. Saran ...................................................................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 15: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi ........................................ 24

Gambar 2.2 Rentan Respon Kecemasan ........................................................... 41

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 50

Page 16: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Defenisi Operasional .............................................................................. 56

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden Di Poli Jiwa Rumah

Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan ........................ 62

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Di Poli

Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan ... 62

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pedidikan Responden Di Poli Jiwa

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan ........... 63

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Keluarga Responden Di

Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan ................................................................................................. 64

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Keluarga RespondenDi Poli

Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi ProvinsiSulawesi Selatan .... 64

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kecemasan Keluarga Responden Di

Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus DaerahDadi Provinsi Sulawesi Selatan65

Tabel 5.7 Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Kecemasan Dalam Merawat

Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Poli Jiwa

Rumah Sakit Khusus DaerahDadi Provinsi Sulawesi Selatan ............ 66

Page 17: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

xvii

Tabel 5.8 Hubungan Sikap Keluarga Dengan Kecemasan Dalam Merawat

Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Poli Jiwa

Rumah Sakit Khusus DaerahDadi Provinsi Sulawesi Selatan ............ 67

Page 18: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

xviii

DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN KEPANJANGAN

WHO World Health Organization

RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar

RSKD Rumah Sakit Khusus Daerah

KB Keluarga Berencana

HARS Hamilton Anxiety Rating Scale

Page 19: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 2 Lembar Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 7 Lembar Kuesioner Pengetahuan, Sikap, Kecemasan

Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Meneliti

Lampiran 9 Master Tabel

Lampiran 10 Hasil Uji Statistik

Lampiran 11 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi

Page 20: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan jiwa menurut (UU No.18 tahun 2014) adalah kondisi dimana

seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi

tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi

untuk komunitasnya. Kondisi perkembangan yang tidak sesuai pada individu

disebut gangguan jiwa (Jamila Kasim, 2019).

Gangguan jiwa menurut American psychiatric association (1994)

mendefinisikan gangguan jiwa sebagai sindrom atau pola perilaku yang

penting secara klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan

dengan adanya distress (misalnya gejala nyeri menyakitkan ) atau disabilitas

(ketidakmanpuan pada salah satu bagian atau beberapa fungsi penting) atau

disertai peningkatan resiko secara bermakna untuk mati, sakit, ketidakmanpuan

atau kehilangan kebebasan (Notosoedirdjo, 2007 dalam Prabowo, 2014).

Gangguan jiwa meliputi gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor). Dalam

kehidupan gangguan jiwa dapat mempengaruhi fungsi kehidupan

seseorang.Aktivitas, kehidupan sosial, ritme pekerjaan, serta hubungan dengan

keluarga jadi terganggu karena gejala ansietas, depresi, dan psikosis.Seseorang

dengan gangguan jiwa apapun harus segera mendapatkan pengobatan.

Page 21: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

2

Keterlambatan pengobatan akan semakin merugikan penderita, keluarga dan

masyarakat (Sulistyorini, 2013 dalam Guswati, 2019).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2016 memperkirakan 450

juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan jiwa, sekitar 10% orang

dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan penduduk diperkirakan akan

mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Pada tahun

2016 sekitar 30 juta orang mengalami stress, 60 juta orang terkena bipolar, 21

juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 orang terkena dimensia.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi gangguan

jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7% per 1000 penduduk atau sekitar

400.000 orang, sedangkan pada tahun 2018, prevalansi gangguan jiwa berat

adalah 7%. Jadi disimpulkan bahwa dari data tersebut prevalansi penderita

gangguan jiwa mengalami peningkatan dari 1,7% menjadi 7%.

Di Indonesia gangguan jiwa berat tertinggi di Yogyakarta dan Aceh

(masing-masing 2,7%), posisi kedua di Sulawesi Selatan (2,6%), posisi ketiga

di Jawa Tengah dan Bali (masing-masing 2,3%), posisi keempat di Bangka

Belitung dan Jawa Timur (masing-masing 2,2%). Posisi kelima di NTB (2,1%),

posisi keenam di Sumatra Barat, Bengkulu, Sulawesi Tengah (masing-masing

1,9%) dan gangguan jiwa berat terendah di Kalimanatan Timur (0,7%)

(Rikesdas 2013).(Rikesdas, 2013).Provinsi Sulawesi Selatan berada di urutan

kedua penduduk terbanyak yang mengalami gangguan jiwa dengan 2,6%

penduduknya mengalami gangguan jiwa (Ika Guswani, 2019).

Page 22: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

3

Data profil kesehatan Sulawesi Selatan ditemukan penderita gangguan

jiwa sebanyak 31.381 jiwa dan terbanyak ditemukan di Kota Makassar sekitar

8.856 jiwa. (Dinkes Sul-Sel, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh pada Profil Kesehatan Kota Makassar

diperoleh jumlah penderita gangguan jiwa sebanyak 8.856 jiwa, yang terdiri

dari 3.346 jiwa berjenis kelamin perempuan dan 5.510 jiwa berjenis kelamin

laki-laki (Dinkes Makassar, 2016).Data dari Rekam Medik Rumah Sakit

Khusus Daerah Dadi Makassar bahwa jumlah pasien yang mengalami

gangguan jiwa yang di rawat pada tahun 2015 sebanyak 15.392 orang, pada

tahun 2016 sebanyak 15.160 orang, pada tahun 2017 sebanyak 14.361 orang

dan pada tahun 2018 sebanyak 13.292 orang. Data yang di dapatkan dari Poli

Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Makassar satu bulan terakhir yaitu

sebanyak 45 pasien yang mengalami gangguan jiwa.(RSKD Dadi, 2019).

Pengetahuan keluarga mengenai kesehatan mental merupakan awal usaha

dalam memberikan iklim yang kondusif bagi anggota keluarganya.Keluarga

selain dapat meningkatkan dan mempertahankan kesehatan mental anggota

keluarganya, juga dapat menjadi sumber problem bagi anggota keluarga yang

mengalami ketidakstabilan mental sebagai akibat minimnya pengetahuan

mengenai persoalan kejiwaan keluarganya (Notosoedirdjo & Latipun, 2005

dalam Guswani, 2019).

Selain pengetahuan keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa, sikap yang diberikan keluarga sangat berpengaruh terhadap

proses kesembuhan dan dalam memberikan perawatan kepada anggota

Page 23: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

4

keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Sikap berupa dukungan keluarga

yang bisa diberikan kepada pasien meliputi dukungan emosional yaitu dengan

memberikan kasih sayang dan sikap positif yang diberikan kepada klien,

dukungan informasional yaitu dengan memberikan nasihat dan pengarahan

kepada klien untuk minum obat. Sikap yang baik dan perawatan yang baik oleh

keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gannguan jiwa akan

berdampak baik bagi kehidupan dan kualitas hidup anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa, begitu pula sebaliknya (Simanjuntak, 2016 dalam

Guswani, 2019).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu penyebab gangguan

jiwa adalah keluarga yang pengetahuannya kurang oleh karena itu, keluarga

perlu memberikan dukungan (support) kepada pasien untuk meningkatkan

motivasi dan tanggung jawab untuk melaksanakan perawatan secara

mandiri.Keluarga perlu mempunyai sikap menerima pasien, memberikan

respon positif kepada pasien, menghargai pasien sebagai anggota keluarga dan

menumbuhkan sikap tanggung jawab pada pasien.Dukungan keluarga sangat

penting untuk membantu pasien bersosialisasi kembali, menciptakan kondisi

lingkungan suportif, menghargai pasien secara pribadi dan membantu

pemecahan masalah.Rendahnya peran keluarga juga dipicu oleh kurangnya

dukungan dari keluarga sebagai tenaga penggerak.Dukungan merupakan factor

penting untuk mendorong manusia dalam berperilaku atau bertindak untuk

mencapai suatu tujuan.Untuk itu diharapkan agar keluarga mendukung

keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Page 24: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

5

sehingga dapat mendampingi anggota keluarga untuk mengontrol ke dokter.

(Vevi Suryenti, 2017).

Keluarga sering merasakan kecemasan dalam menghadapi anggota

keluarganya yang menderita gangguan jiwa.Kecemasan yang di rasakan dapat

berupa; adanya perasaan cemas, adanya ketegangan, adanya rasa ketakutan,

adanya gangguan tidur, adanya gangguan kecerdasan, adanya perasaan depresi

dan gejala-gejala tingkat kecemasan lainnya yang diarasakan keluarga dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. (Ika Guswani,

2019).

Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan kecemasan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwadi Poli Jiwa Rumah

Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian ini adalah, “Apakah Ada Hubungan Pengetahuan dan Sikap

Keluarga dengan Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang

Mengalami Gangguan Jiwa di Poli Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi

Sulawesi Selatan ?”.

Page 25: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

6

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran pengetahuan keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit

Khusus DaerahDadiProvinsi Sulawesi Selatan

b. Diketahuinya gambaran sikap keluarga dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa diPoli Jiwa Rumah Sakit

Khusus DaerahDadiProvinsi Sulawesi Selatan

c. Diketahuinya gambaran kecemasan dalam merawat anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa di PoliJiwa Rumah Sakit Khusus

DaerahDadiProvinsi Sulawesi Selatan

d. Diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus DaerahDadiProvinsi Sulawesi

Selatan

Page 26: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

7

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan kecemasan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai metode penelitian,

pengetahuan dan sikap keluarga dengan kecemasan dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan mengembangkan

kemampuan dalam menyusun suatu laporan penelitian.

b. Bagi Keluarga

Menambah wawasan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa.

c. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan dan

gambaran kepada pelayanan kesehatan tentang pengetahuan dan sikap

dalam merawat anggota keluarga gangguan jiwa.

Page 27: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Gangguan Jiwa

1. Defenisi Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah sindrom pola perilaku seseorang yang secara

khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya

(impairment) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia,

yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologic, dan gangguan itu tidak hanya

terletak di dalam hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat

(Yusuf, dkk, 2015).

Gangguan jiwa merupakan deskripsi sindrom dengan variasi

penyebab.Banyak yang belum diketahui dengan pasti dan perjalanan

penyakit tidak selalu bersifat kronis.Pada umumnya serta adanya afek yang

tidak wajar atau tumpul (Yusuf, dkk, 2015).

2. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa

Manusia bereaksi secara keseluruhan – somato-psiko-sosial.Gejala

gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan

menderita tetap sebagai manusia seutuhnya (Maramis, 2010) dalam kutipan

(Yusuf, dkk, 2015).

a. Factor somatic (somatogenik), yakni akibat gangguan pada

neuroanatomi, neurofisiologi dan neurokimia, termasuk tingkat

Page 28: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

9

kematangan dan perkembangan organic serta factor prenatal dan

perinatal.

b. Factor psikologik (psikogenik), yang terkait dengan interaksi ibu dan

anak, peranan ayah, persaingan antarsaudara kandung, hubungan dalam

keluarga, pekerjaan, permintaan maaf.

c. Factor social budaya, yang meliputi factor kestabilan keluarga, pola

mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan dan masalah kelompok

minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan dan kesejahteraan

yang tidak memadai, serta pengaruh rasial dan keagamaan.

3. Klasifikasi Gangguan Jiwa

Secara umum, klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan

Dasar tahun 2013 dibagi menjadi 2 bagian yaitu gangguan jiwa

berat/kelompok psikosa dan gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan

mental emosional yang berupa kecemasan, panic, gangguan alam perasaan

dan sebagainya (Yusuf, dkk, 2015).

Terdapat tujuh masalah keperawatan utama yang paling sering terjadi di

rumah sakit jiwa di Indonesia, yaitu :

a. Perilaku kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan

untuk melukai seseorang seseorang secara fisik maupun

psikologis.Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan

pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasa dapat

Page 29: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

10

terjadi dalam bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan

atau riwayat perilaku kekerasan.

Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan adalah: muka merah dan

tegang; pandangan tajam; mengatupkan rahang dengan kuat;

mengepalkan tangan; jalan mondar-mandir; bicara kasar; suara tinggi,

menjerit atau berteriak; mengancam secara verbal atau fisik; merusa

barang atau benda.

b. Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang

dialami oleh pasien gangguan jiwa.Pasien merasa sensasi berupa suara,

penglihatan, pengcapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus nyata.

Suatu penghayatan yang dialami seperti melalui panca indra tanpa

stimulus ekternal: persepsi palsu.

Jenis-jenis halusinasi yaitu :

1) Halusinasi Pendengaran : Mendengar suara atau kebisingan yang

kurang jelas ataupn yang jelas, dimana terkadang suara-suara

tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang memerintahkan

klien utk melakukan sesuatu.

2) Halusinasi Penglihatan : Stimulus visual dalam bentuk kilatan

cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau

kompleks. Bayangan bisa yang menyenangkan atau menakutkan.

3) Halusinasi Penghidu atau Penciuman : Membau bau-bauan tertentu

seperti bau darah, urin, dan feses, parfum atau bau yang lain. Ini

Page 30: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

11

sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau

dimensia.

4) Halusinasi Pengecapan : Merasa mengecap rasa seperti rasa seperti

darah, urin, feses atau yang lainnya.

5) Halusinasi Perabaan : Merasa mengalami nyeri atau

ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik

yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

6) Halusinasi Cenesthetik : Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah

di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine.

7) Halusinasi Kinestetika : Merasakan pergerakan sementara berdiri

tanpa bergerak.

c. Menarik diri

Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berintekasi dengan

orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,

kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan

orang lain. Tanda dan gejala dari isolasi sosial yang dapat ditemukan

dengan wawancara adalah: pasien menceritakan perasaan kesepian atau

ditolak oleh orang lain; pasien merasa tidak aman dengan orang lain;

pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu; pasien tidak dapat

berkosentrasi dan membuat keputusan; pasien merasa tidak berguna;

pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

Page 31: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

12

d. Waham

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan

secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan

kenyataan.Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pascabencana, baik

kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang

bermakna.Kehilangan menyebabkan stres bagi yang mengalami.Jika stres

ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan waham.

Tanda dan gejala waham berdasarkan jenis waham meliputi:

1) Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran

atau kekuasaan khusus dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak

sesuai kenyataan.

2) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau

kelompok yang berusaha merugikan/ menciderai dirinya dan

diucapkan berulang kali, tapi tidak sesuai kenyataan.

3) Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap suatu agama

secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai

kenyataan.

4) Waham somatik: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian

tubuhnya terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang

kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.

5) Waham nihilistik: indiviu meyakini bahwa dirinya suda tidak ada di

dunia/ meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai

kenyataan .

Page 32: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

13

e. Bunuh diri

Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh

pasien untuk mengakhiri kehidupannya.Berdasarkan besarnya

kemungkinan pasien melakukan bunuh diri, ada tiga macam perilaku

bunuh diri, yaitu isyarat bunuh diri, ancaman bunuh diri, dan percobaan

bunuh diri.Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berperilaku secara tidak

langsung ingin bunuh diri, mis, dengan mengatakan “segala sesuatu akan

lebih baik tanpa saya”.Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki

ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai ancaman dan

percobaan bunuh diri.

f. Deficit perawatan diri

Defisit perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat

adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan

aktivitas perawatan diri menurun. Defisit perawatan diri tampak dari

ketidak mampuan merawat kebersihan diri, makan, berhias diri, dan

eliminasi (buang air besar dan buang air kecil) secara mandiri.

Tanda dan gejala dari defisit perawatan diri yaitu:

1) Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor,

kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor

2) Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-

acakan, pakaian tidak kotor dan tidak rapi, pada pasien laki-laki

tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

Page 33: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

14

3) Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan

ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan

makan tidak pada tempatnya.

4) Ketidakmampuan berkemih/defekasi secara mandiri, ditandai dengan

defekasi/berkemih tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri

dengan baik setelah defekasi/ berkemih.

g. Harga diri rendah

Harga diri rendah dalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri

sendiri dan kemampuan diri sendiri. Tanda dan gejala dari harga diri

rendah adalah: mengkritik diri sendiri; perasaan tidak mampu; pandangan

hidup yang pesimis; penurunan produktivitas; penolakan terhadap

kemampuan diri.

4. Dampak Gangguan Jiwa

Menurut Kurniawan (2016) dari anggota yang menderita gangguan jiwa

bagi keluarga diantaranya keluarga belum terbiasa dengan:

a. Penolakan

Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita

gangguan jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita tersebut

dan meyakini memiliki penyakit berkelanjutan. Selama episode akut

anggota keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi pada mereka

cintai.

Page 34: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

15

b. Stigma

Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua

dalam anggota keluarga mengetahuinya.Keluarga menganggap penderita

tidak dapat berkomunikasi layaknya orang normal lainnya.Menyebabkan

beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk mengundang penderita

dalam kegiatan tertentu.stigma dalam begitu banyak di kehidupan sehari-

hari, tidak mengherankan, semua ini dapat mengakibatkan penarikan dari

aktif berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari.

c. Frustasi, tidak berdaya dan kecemasan

Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan

tingkah laku aneh dan tak terduga.Hal ini membingungkan, menakutkan,

dan melelahkan.Bahkan ketika orang itu stabil pada obat, apatis dan

kurangnya motivasi bisa membuat frustasi.Anggota keluarga memahami

kesulitan yang penderita miliki.Keluarga dapat menjadi marah-marah,

cemas, dan frustasi karena berjuang untuk mendapatkan kembali ke

rutinitas yang sebelumnya penderita lakukan.

d. Kelelahan dan Burn out

Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang

yang dicintai yang memiliki penyakit mental.Mereka mungkin mulai

merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang sakit

yang harus terus-menerus dirawat.Namun seringkali, mereka merasa

terjebak dan lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-hari, terutama jika

hanya ada satu anggota keluarga mungkin merasa benar-benar diluar

Page 35: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

16

kendali.Hal ini bisa terjadi karena orang yang sakit ini tidak memiliki

batas yang ditetapkan di tingkah lakunya.Keluarga dalam hal ini perlu

dijelaskan kembali bahwa dalam merawat penderita tidak boleh merasa

letih, karena dukungan keluarga tidak boleh berhenti untuk selalu men-

support penderita.

e. Duka

Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki

penyakit mental.Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang untuk

berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari kehidupan

sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus-menerus.Keluarga berduka

ketika orang yang dicintai sulit untuk disembuhkan dan melihat penderita

memiliki potensi berkurang secara substansial bukan sebagai yang

memiliki potensi berubah.

B. Tinjauan Tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari rasa keingintahuan yang terjadi melalui

proses sensris, khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Pengetahun merupakan domain yang sangat penting terbentuknya perilaku

terbuka (open behavior). (Jenita Doli. 2017).

Menurut Notoadmodjo dalam kutipan Kholid (2015),pengetahuan

adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek terentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari

Page 36: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

17

mata dan telinga. Pengetahuan juga diperoleh dari pendidikan, pengalaman

diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa maupun

lingkungan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting bagi

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai

dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku setiap hari,

sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi

terhadap tindakan seseorang.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Kholid (2015), tingkat pengetahuan seseorang secara rinci

terdiri dari enam tingkatan, yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasukmengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang

spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima.Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang yang paling

rendah.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahuidan dapat

menginterprestasikan materi secara benar.Orang telah paham terhadap

objek atau materi harus dapat dijelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

Page 37: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

18

c. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Ialah

dapat menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip

siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang telah diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.

Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti

dapat menggunakan dan menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk

menyusun suatu formasi-formasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

Page 38: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

19

3. Cara-Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi

dua menurutKholid (2015) yaitu :

a. Cara tradisional atau nonilmiah

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan,

bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan,

dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, makaakan dicoba

dengan kemungkinan yang lain.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Prinsip dari cara ini adalah orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai aktivitas tanpa terlebih

dulu menguji atau membuktikan kebenaran, baik berdasarkan fakta

empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan

karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa

apa yang dikemukakan adalah benar.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang

diperoleh dalam memecahkan permasalahan pada masa yang lalu.

Page 39: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

20

Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi

dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dari

pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis.

4) Melalui jalan fikiran

Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi. Induksi adalah proses pembuatan kesimpulan itu melalui

pernyataan-pernyataan khusus pada umum. Deduksi adalah proses

pembuatan kesimpulan dari pernyataan umum ke khusus.

b. Cara modern atau ilmiah

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat

ini lebih sistemik, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan

dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat

pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek

penelitiannya.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Lestari

(2015) :

a. Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

b. Informasi, seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan

menambah pengetahuan yang lebih luas.

Page 40: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

21

c. Pengalaman, yakni sesuatu yang pernah di lakukan seseorang akan

menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

d. Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang

meliputi sikap dan kepercayaan.

e. Sosial ekonomi yakni kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Sedangkan factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Maliono dalam kutipan Lestari (2015) adalah :

a. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi tingkat

pengetahuan akan tinggi pula.

b. Kultur (budaya dan agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi yang baru akan di saring sesuai atau

tidaknya dengan budaya apapun agama yang di anut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru

dan akan mudah menyusaikan dengan hal yang baru tersebut.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan

individu, pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih luas,

Page 41: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

22

sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalamannya akan

semakin banyak.

5. Sumber Pengetahuan

Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk

memperoleh pengetahuan. Upaya –upaya serta cara-cara tersebut yang

dipergunakan dalam memperoleh pengetahuan menurut Lestari (2015)

yaitu:

a. Orang yang memiliki otoritas

Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan yaitu

dengan bertanya pada orang yang memiliki otoritas atau yang

dianggapnya lebih tahu. Pada zaman moderen ini, orang yang

ditempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan pengakuan melalui

gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi

mengenai kesaksian otoritas tersebut seperti buku-buku atau publikasi

resmi pengetahuan lainnya.

b. Indra

Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu sumber

internal pengetahuan. Dalam filsafat science modern menyatakan

bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah dan hanyalah pengalaman-

pengalaman konkrit kita terbentuk karena presepsi indra, seperti

persepsi penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan

pencicipan dengan lidah.

Page 42: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

23

c. Akal

Dalam kenyataanya ada pengetahuan tertentu yang biasa dibangun

oleh manusia tanpa harus atau tidak biasa mempersepsinya dengan

indra terlebih dahulu. Pengetahuan dapat diketahui dengan pasti dan

dengan sendirinya karena potensi akal.

d. Intuisi

Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi atau

pemahaman yang langsung tentang pengetahuan yang tidak merupakan

hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung. Intuisi

dapat berarti kesadaran tentang data-data yang langsung dirasakan.

6. Pengukuran pengetahuan

Menurut Lestari (2015) dapat dilakukan dengan wawacara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek

penelitian kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkat domain diatas pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan wawacara atau angket yang berisi pertanyaan

sesuai materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden yang

disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang diukur.

C. Tinjauan Tentang Sikap

1. Defenisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek batasan lain tentang sikap ini dapat

dikutipkan sebagai berikut :

Page 43: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

24

"An individual's social attitude is a syndrome of rest sistency with regard to

social object" (Campbell, 1950).

"Attitude entails an existing predisposition to response cial objecs which in

interaction with situational and other sitional variables, guides and direct

the overt behavior of dividual" (Cardno, 1955).

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap

itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih

dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan

konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan

bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan

bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu

tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu

perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan

reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek (Soekidjo Notoatmofjo, 2012).

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi

Stimulus

Rangsangan Proses Stimulus

Reaksi

Tingkah Laku

(Terbuka)

Sikap (Tertutup)

Page 44: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

25

2. Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai tiga komponen pokok.

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya,

seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya,

akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan

membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena

polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja

sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah

supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu

terhadap objek yang berupa penyakit polio (Soekidjo Notoatmofjo, 2012).

3. Tingkatan Sikap

Menurut Soekidjo Notoatmofjo (2012), ada beberapa tingkatan sikap

antara lain yaitu :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizidapat

dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah.

Page 45: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

26

b. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan dari pekerjaan itu benar atau salah,

adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah indikasi sikap tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak

ibu yang lain ( tetangganya, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi

menimbangkan anaknya ke posyandu atau mendiskusikan tentang gizi

adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif

terhadap gizi anak.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu

mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tentangan dari mertua

atau orang tuanya sendiri.

4. Sikap Keluarga Terhadap Anggota Keluarga Yang Mengalami

Gangguan Jiwa

Page 46: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

27

Ketika gangguan jiwa dipandangan sebagai suatu beban sendiri bagi

keluarga, maka hal itu dapat dibedakan menjadi bersifat obyektif dan

subyektif. Dikatakan obyektif, maksudnya berupa tingkah laku pasien, peran

pasien, bantuan untuk memenuhi kebutuhan pasien, masalah keuangan dan

lain-lain. Sedangkan beban keluarga dikatakan bersifat subyektif,

maksudnya berupa perasaan pasien karena menjadi beban bagi keluarga.

Kategori respon keluarga terhadap anggota keluarga dengan gangguan jiwa

menurut Susana (2007):

a) Berduka (grief)

Berduka adalah respon wajar yang paling umum terjadi

sehubungan dengan adanya proses kehilangan seseorang yang awalnya

dikenal sebelum sakit, untuk kemudian hilangnya harapan pada pasien,

hanya masalahnya, seberapa dalam dan lamanya respon berduka ini

dialami oleh keluarga, seawal mungkin perawat mampu

mengidentifikasinya, sehingga keluarga maupun pasien sendiri dapat

pulih dengan segera.

b) Marah (anger)

Respon berikutnya ketika berduka dialami keluarga, maka akan

berhadapan dengan respon kedua yaitu marah. Respon tersebut

merupakan hal yang wajar namun jangan sampai perilaku tersebut

membawa keluarga kedalam penderitaan yang justru semakin parah

lagi.

c) Merasa tidak berdaya dan takut

Page 47: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

28

Keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

merupakan suatu beban tersendiri. Keluarga berupaya untuk mengobati

atau menyembuhkan pasien skizofrenia. Pada kenyataanya patologis

gangguan jiwa itu sendiri semakin lama diderita justru semakin sulit

kesembuhannya, inilah yang menyebabkan keluarga merasa tidak

berdaya dan takut. Perasaan keluarga demikian, di negara kita juga

didukung oleh rata-rata keadaan ekonomi yang pas-pasan bahkan

kekurangan, sehingga sangat wajar, apabila tidak sedikit mereka yang

terganggu jiwanya menjadi gelandangan atau keluyuran dimana-mana

atau tersangkut oleh razia dinas sosial (Permatasari, 2014)

D. Tinjauan Tentang Keluarga

1. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah persekutuan dua orang atau lebih individu yang terkait

oleh darah, perkawinan atau adopsi yang membentuk satu rumah, saling

berhubungan dalam lingkup peraturan keluarga serta saling menciptakan

dan memelihara budaya (Abi Muslihin, 2012).

Keluarga adalah sekelompok manusia yang terkait dengan emosi, yang

biasanya hidup bersama dalam rumah tangga (Abi Muslihin, 2012).

2. Struktur Keluarga

Menurut Harmoko (2016), struktur keluarga terdiri atas bermacam –

macam, diantaranya adalah :

Page 48: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

29

a. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.

b. Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga saudara

suami.

e. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga

dan beberapa sanak.

3. Tipe/Bentuk Keluarga

Menurut Jhonson dan Leny (2010), ada beberapa tipe – tipe keluarga,

yakni :

a. Keluarga inti, yang terdiri dari suami, istri, dan anak atau anak – anak.

b. Keluarga konjugal yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan

anak – anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah

satu atau dua pihak orang tua.

Page 49: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

30

c. Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan di atas keluarga

aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi,

keluarga kakek, dan keluarga nenek.

4. Peranan Keluarga

Menurut Keliat, dkk (2012), mengemukakan pentingnya peran serta

keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa yang dapa dipandang dari

berbagai segi :

a. Keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan

interpersonal dengan lingkungannya.

b. Keluarga merupakan suatu sistem yang saling bergantung dengan

anggota keluarga yang lain.

c. Pelayanan kesehatan jiwa bukan tempat klien semur hidup tetapi fasilitas

yang hanya membantu klien dan keluarga sementara.

d. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor penyebab

gangguan jiwa adalah keluarga yang pengetahuannya kurang

5. Tugas Keluarga

Menurut Harmoko (2016), ada 8 tugas pokok keluarga yaitu sebagai

berikut :

a. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Berupaya untuk memelihara sumber – sumber daya yang ada dalam

keluarga.

c. Mengatur tugas masing – masing anggota sesuai dengan kedudukannya.

Page 50: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

31

d. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban dan

kehangatan para anggota keluarga.

e. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan.

f. Memelihara ketertiban anggota keluarga.

g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih

luas.

h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

6. Fungsi Keluarga

Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu sisi

keluarga berperan sebagai matriks bagi anggotanya, disisi lain keluarga

harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka selanjutnya akan

dibahas tentang fungsi sebagai berikut (Padila, 2012).

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga.Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial.Keberhasilan fungsi afektif tampak

melalui keluarga yang bahagia.Anggota keluarga mengembangkan

konsep diri yang positif rasa dimiliki dan memiliki rasa berarti serta

merupakan sumber kasih sayang.Reinforcement dan support di pelajari

dan dikembangkan melalui interaksi dalam keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses pekembangan dan peubahan yang dialami

individu yang meghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam

Page 51: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

32

lingkungan sosial (Gegas, 1979 dan Friedman, 1998), sedangkan

Soekanto (2000) mengemukakan bahwa sosialisasi adalah suatu proes

dimana aggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma

masyarakat dimana dia menjadi anggota. Anggota keluarga belajar

disiplin, memiliki nilai/norma, budaya dan perilaku melalui interaksi

dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat.

c. Fungsi reprduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan

meningkatkan sumber daya manusia.Dengan adanya program keluarga

berencana, maka fungsi ini sedikit dapat terkontrol. Namun disisi lain

banyak kelahiran yang tidak diharapkan atau diluar ikatan perkawinan

sehingga lahirnya keluarga baru dengan satu orang tua ( single parent ).

d. Fungsi ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,

pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan.Fungsi

ini sulit dipenui oleh keluarga dibawah garis kemiskinan (Gakin atau pra

kelarga sejahtera).Perawat berkontribusi untuk mencari sumber-sumber

di masyarakat yang dapat digunakan keluarga meningkatkan status

kesehatan mereka.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan. Selain

keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga

Page 52: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

33

menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi

melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah

terjadinya gangguan maupun merawat anggota yang sakit.Keluarga juga

menentukan kapan anggota keluarga yang mengelami gangguan

kesehatan memerlukan bantuan atau pertolongan tenaga

propesional.Kemampuan ini sangat mempengaruhi status kesehatan

individu dan keluarga.

7. Koping Keluarga

Koping keluarga menunjukan pada analisa kelompok keluarga

(analisa interaksi). Koping keluarga didefinisikan sebagain respon positif

yang digunakan keluarga untuk memecahkan masalah (mengendali

stress). Berkembang dan berubah sesuai tuntutan /stressor yang

dialami.sumber koping keluarga bisa internal yaitu dari anggota keluarga

sendiri dan eksternal yaitu dari luar keluarga (Padila, 2012).

Demikian halnya dengan koping keluarga dapat berupa koping

internal berupa kemampuan keluarga yang kohesif dan terintegrasi yang

dicirikan dimana anggota keluarga memiliki tanggung jawab kuat terhadap

keluarga, mampu memodifikasi peran keluarga bila dibutuhkan (fleksibel)

dan pola komunikasi dalam keluarga yang baik, mengandalkan kelompok

keluarga, penggunaan humor, pengungkapan bersama yang semakin

meningkat, mengontrol arti /makna masalah dan pemecahan masalah

bersama. Sedangkan koping eksternal berhubungan dengan penggunaan

Page 53: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

34

sosial support system oleh keluarga dapat berupa mencari informasi,

mencari dukungan social dan mencari dukungan spiritual (Padila, 2012).

Strategi adaptif disfungsional dapat berupa penyangkalan dan

ekploitasi terhadap anggota keluarga seperti kekerasan terhadap keluarga,

kekerasan terhadap pasangan, penyiksaan anak, penyiksaan usia lanjut,

penyiksaan orang tua, proses mengkambing hitamkan dan penggunaan

ancaman. Penyangkalan masalah keluarga dengan menggunakan mitos

keluarga, triangling (pihak ketiga) dan pseudomutualitasi, pisah/hilangnya

anggota keluarga dan otoritarisme (Padila, 2012).

8. Kemampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarganya yang

mengalami Gangguan Jiwa

Dari hasil penelitian Sulastri (2018), diperoleh bahwa kemampuan

merawat pasien gangguan jiwa relative rendah dan kurang memadai.

Pemberian edukasi memberikan informasi pada keluarga tentang cara

perawatan pasien gangguan jiwa. Melalui aktivitas ini terjadi proses

pembelajaran yang dilakukan oleh keluarga dengan menyerap informasi

yang diberikan dan mengaplikasikan langsung pada anggota keluarga.

Pengetahuan yang dimiliki keluarga masih terbatas, pasien perlu

berobat agar tidak kambuh.Sebagian keluarga tidak memperhatikan apakah

obat diminum pasien atau tidak.Keluarga menganggap apabila gejala

berkurang berarti pasien sudah sembuh sehingga tidak perlu diberikan obat

lagi. Keluarga masih belum memahami tentang cara merawat anggota

keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Keluarga juga masih

Page 54: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

35

menganggap apabila pasien tidak membahayakan maka pasien tidak perlu

dikhawatirkan.

Pemahaman sebagian keluarga yang masih belum tepat tentang

perawatan pasien mengakibatkan sikap yang negative terhadap pasien.Sikap

negative keluarga terhadap pasien dapat dilihat dari anggapan bahwa

penyakit yang dialami pasien adalah penyakit yang menetap dan tidak dapat

disembuhkan sehingga keluarga cenderung membiarkan pasien asalkan

tidak mengganggu.Sikap negative keluarga terhadap pasien dapat berakibat

timbulnya perilaku merawat yang tidak tepat.

Keluarga berperan dalam menentukan keberhasilan asuhan keperawatan

pada pasien yang mengalami gangguan jiwa. Keluarga yang mendukung

pasien secara konsisten akan membuat pasien mempertahankan program

pengobatan secara optimal.

9. Cara Keluarga Merawat Anggota Keluarganya Yang Mengalami

Gangguan Jiwa

Keluarga memiliki peranan penting terhadap anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa dalam proses pengobatan dan penyembuhan. Ada

beberapa cara yang mengatasinya, antara lain sebagai berikut :

a. Mempelajari Tentang Penyakit Mental dan Layanan

Bagi keluarga penderita gangguan jiwa bisa memperoleh manfaat

dari pendidikan yang sangat membantu dalam memahami gangguan

jiwa yang seringkali membingungkan. Pendidikan tersebut nantinya

bisa mengajarkan beberapa hal seperti:

Page 55: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

36

1) Ciri ciri depresi berat dan tanda yang bisa menyebabkan masalah

pada individu dan apa saja yang terlihat menakutkan sekaligus

ganjil untuk anggota keluarga lain.

2) Mencari penyebab mengapa seseorang tidak melihat ada sesuatu

yang salah pada diri mereka.

3) Alasan mengapa seseorang penderita gangguan jiwa menolak untuk

mencari bantuan seperti dokter atau pusat kesehatan mental.

4) Keterampilan manajemen diri sendiri yang bisa dipakai seseorang

untuk mengatasi penyakit.

5) Penggunaan tentang obat tertentu dan apa saja efek sampingnya.

b. Melibatkan Penderita Dalam Rencana Perawatan

Keluarga juga harus bisa berkomunikasi dengan penderita supaya

bisa membantunya untuk mencari bantuan.Beberapa langkah alternatif

bisa diambil keluarga yang sesuai dengan perundang undangan saat

penderita tidak setuju atau tidak mau mencari bantuan.

c. Identifikasi Tanda Peringatan dan Gejala Kambuh

Keluarga juga harus bisa belajar tentang bagaimana seharusnya

memberikan umpan balik untuk anggota keluarganya yang

memperlihatkan tanda dan gejala seperti gangguan mood dalam

psikologi dari kemungkinan gangguan jiwa kambuh sekaligus

mengidentifikasi dan meminimalisir hal yang bisa menyebabkan

tekanan terlalu banyak pada penderita sehingga meningkatkan

kemungkinan gangguan jiwa kambuh kembali.

Page 56: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

37

d. Mengelola Obat

Keluarga juga memegang peran penting dalam membantu anggota

keluarga dalam rutinitas pengobatan seperti informasi mengenai cara

untuk memfasilitasi mengkonsumsi obat dengan teratur, belajar

mengenai cara menghadapi efek samping sekaligus membantu

penderita dengan cara bekerja sama dengan dokter untuk mengetahui

efek samping.

e. Bekerja Sama Dengan Anggota Keluarga Lain

Keluarga juga dianjurkan untuk mengetahui rencana darurat

termasuk langkah yang harus dilakukan saat seseorang terkena atau

merasakan serangan dari gangguan jiwa pada manusia modern seperti

dengan cara memberi peningkatan pengobatan, menghubungi dokter

keluarga atau psikiater dan lain sebagainya. Untuk penekanannya harus

dilakukan pada pengembangan rencana aksi yang memungkinkan

situasi nantinya bisa ditangani dengan baik.

Setiap anggota keluarga juga harus membuat rencana yang

meliputi informasi tentang pengobatan terkini, nama dan rincian kontak

para profesional kesehatan dan kejiwaan setempat serta serangkaian

langkah lainnya yang harus diikuti. Masing masing anggota keluarga

nantinya memegang peranan penting untuk merawat seseorang seperti

apakah dibutuhkan perawatan rumah sakit atau masih bisa dirawat

secara mandiri.

f. Membantu Menumbuhkan Hidup Kondusif

Page 57: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

38

Keluarga juga harus bisa menumbuhkan gaya hidup yang kondusif

untuk pemulihan dan juga pemeliharaan kesehatan mental yang terbaik

dan beberapa cara yang bisa dilakukan diantaranya adalah:

1) Memberikan kebebasan

2) Memberikan dukungan sosial pada keluarga

3) Mengikutsertakan dalam latihan, kegiatan sosial, pekerjaan,

sekolah dan kegiatan lainnya.

g. Perawatan Sesudah Rawat Inap

Sesudah anggota keluarga menjalani rawat inap, maka dibutuhkan

cara untuk merawat anggota keluarga tersebut untuk membantu proses

penyembuhan macam macam skizofrenia dan gangguan jiwa lainnya.

Beberapa cara yang bisa dilakukan diantaranya adalah:

1) Membuat rencana dengan terapis atau tim perawat saat penderita

sedang dalam kondisi terbaik dan jika memungkinkan menentukan

apa yang menjadi penyebab dari rawat inap tersebut sekaligus

menyetujui tindakan apabila gejala terjadi kembali.

2) Belajar tentang kambuhnya gejala seperti perubahan pola tidur dan

kebiasaan makan, perubahan suasan hati yang terjadi secara tiba

tiba dan langsung melakukan kunjungan ke psikiater yang bisa

membantu mencegah kekambuhan semakin parah.

3) Saat tidak bisa menghadapi sebuah situasi seperti agresif atau ide

bunuh diri, maka segera hubungi dan berkonsultasi dengan tenaga

profesional atau organisasi kesehatan mental.

Page 58: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

39

h. Pendekatan Dengan Penderita

Anggota keluarga yang dekat dengan seseorang yang sedang sakit

sangat dibutuhkan untuk pemberian perawatan agar kondisi penderita

tidak semakin buruk.Menghadapi seseorang yang mengalami gangguan

jiwa tidak harus dilakukan dengan perasaan sakit hati, marah, frustasi

atau cemas meskipun rasa bersalah memang menjadi perasaan umum

yang sering dialami anggota keluarga penderia gangguan jiwa.

i. Jangan Menghakimi

Terkadang, penderita gangguan jiwa sering mengalami hilang

ingatan, menunjukkan perilaku abnormal atau tidak mampu untuk

berkonsentrasi yang terkadang terlihat menakutkan dan membuat

anggota keluarga lain frustasi.Peran keluarga disini adalah tidak

bersikap keras dan jangan memaksa penderita untuk berjuang dengan

keras. Cukup berikan informasi secara berulang kali namun dengan cara

baik dan tidak menghakimi yang akan lebih membantu penderita

gangguan jiwa dibandingkan dengan penekanan yang diberikan terus

menerus.

j. Terima Persepsi Penderita

Seorang penderita gangguan jiwa seringkali berhalusinasi, melihat,

merasakan atau mendengar hal hal yang tidak bisa dirasakan oleh orang

lain. Hal yang harus dilakukan anggota keluarga adalah menerima

persepsi individu tersebut namun tetap memberikan penjelasan jika

Page 59: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

40

anda tidak merasakan hal yang seperti dialami, dilihat atau dirasakan

orang tersebut.

k. Perlakukan Dengan Rasa Hormat

Memperlakukan anggota keluarga yang sedang mengalami

gangguan jiwa juga harus dilakukan secara bermartabat dan dengan rasa

hormat dalam cara mengatasi stres dan depresi serta masalah gangguan

jiwa seseorang. Konsultasikan dan bicarakan segala sesuatu yang sudah

anda rencanakan kepada penderita untuk mendapatkan perawatan

terbaik.

l. Mencari Dukungan

Pertimbangkan juga untuk bergabung dengan grup atau kelompok

sebab anda juga membutuhkan dukungan dari orang lain yang

mengalami hal serupa dengan yang anda alami yakni memiliki anggota

keluarga dengan gangguan jiwa. Hal ini sangat penting dilakukan agar

lebih menguatkan anggota keluarga lainnya khususnya saat timbul

perasaan ingin menjauh dan mengasingkan diri karena masalah tersebut

sehingga anda tetap bisa memberikan dukungan dan bantuan pada

anggota keluarga yang sedang mengalami gangguan jiwa.

E. Tinjauan Tentang Kecemasan

1. Defenisi Kecemasan

Page 60: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

41

Kecemasan adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal

terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi

individu.Kecemasan sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti,

ragu-ragu, tidak berdaya, gelisah, kekhawatiran, tidak tentram yang sering

disertai keluhan fisik (Imam Zainuri, dkk, 2016).

Kecemasan merupakan keadaan emosi dan pengalaman subjektif

individu.Keduanya adalah energy dan tidak dapat diamati secara langsung

(Gail Wiscarz, 2016).

Kecemasan adalah merupakan respon emosional terhadap penilaian

individu yang subjektif, yang dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak

diketahui secara khusus penyebab-penyebabnya (Ermawati Dalami, dkk,

2014).

2. Rentang Respon

Menurut Imam Zainuri, dkk (2016), rentang kecemasan berfluktuasi

antara respon adaptif antisipasi dan yang pangmaladaptif yaitu :

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.2 Rentang Respon Kecemasan

a. Antisipasi : suatu keadaan yang digambarkan lapangan

persepsi menyatu dengan lingkungan.

b. Cemas Ringan : ketegangan ringan, pengindraan lebih tajam dam

menyiapkan diri untuk bertindak.

Page 61: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

42

c. Cemas sedang : keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan

persepasi menyempit dan tidak mampu memusatkan pada

factor/peristiwa yang penting baginya.

d. Cemas berat : lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada

detail yang kecil, tidak memikirkan yang luas, tidak mampu membuat

kaitan dan tidak mampu menyelesaikan masalah.

e. Panik : Persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak

terkontrol, berfikir tidak teratur, perilaku tidak tepat dan

agitasi/hiperaktif.

3. Sumber Kecemasan

Menurut Imam Zainuri, dkk (2016), sumber-sumber kecemasan yaitu

sebagai berikut :

b. Ancaman internal dan eksternal terhadap ego (S. Freud)

Adanya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar, makan, minum, sexual.

c. Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan harga diri (Sullivan)

1) Tidak menemukan integritas diri

2) Tidak menemukan prestige

3) Tidak memperoleh aktualisasi diri

4) Malu/tidak kesesuaian antara pandangan diri dan lingkungan nyata

4. Tingkat Kecemasan

Page 62: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

43

Menurut Gail W. Struart (2016), tingkat kecemasaan ada beberapa,

diantaranya adalah :

a. Cemas ringan

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa

kehidupan sehari-hari. Selama tahap ini seseorang waspada dan lapang

persepsi meningkat.Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar,

dan menangkap lebih dari sebelumnya.

b. Cemas sedang

Cemas sedang dimana seseorang hanya berfokus pada hal yang

penting saja lapang persepsi menyempit sehingga kurang melihat,

mendengar, dan menangkap.

c. Cemas berat

Cemas berat ditandai dengan penurunan yang signifikan dilapang

persepsi. Cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak

berfikir tentang hal lain.

d. Panik

Panik dikaitkan dengan rasa takut dan terror, sebagian orang yang

mengalami kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan

arahan. Gejala panic adalah peningkatan aktivitas motoric, penurunan

kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Page 63: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

44

Menurut Savitri Ramaiah (2003) , ada beberapa factor yang

mempengaruhi kecemasan, diantaranya yaitu :

a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara

berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini

disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan

pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan

kerja.Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap

lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan

jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,

terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka

waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik

Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat

menyebabkan timbulnya kecemasan.Hal ini terlihat dalam kondisi

seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari

suatu penyakit.Selama ditimpa konsisi-kondisi ini, perubahan-

perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan

timbulnya kecemasan.

6. Cara untuk Mengatasi Kecemasan

Page 64: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

45

Menurut Safaria (2012), ada beberapa carauntuk mengatasi

kecemasan, yaitu sebagai berikut:

a. Pengendalian diri yakni segala sesuatu usaha untuk mengendalikan

berbagai keinginan pribadi yang sudah tidak sesuai lagi dengan

kondisinya.

b. Dukungan, yakni dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat

memberikan kesembuhan terhadap kecemasan.

c. Tindakan fisik, yakni melakukan kegiatan-kegiatan fisik, seperti

olahraga akan sangat baikuntuk menghilangkan kecemasan.

d. Tidur, yakni tidur yang cukup dengan tidur 6-8 jam pada malam hari

dapat mengembalikan kesegaran dan kebugaran.

e. Mendengarkan musik, yakni mendengarkan musik lembut akan dapat

membantu menenangkan pikiran dan perasaan.

f. Konsumsi makanan, yakni keeimbangan dalam mengonsumsi makanan

yang mengandung gizi dan vitamin sangat baik untuk

g. Menjaga kesehatan.

7. Skala Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Dalam penelitian ini untuk menetukan tingkat kecemasan pasien

menggunakan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating scae) merupakan

salah satu alat ukur untuk menilai tingkat kecemasan, yang didasarkan

pada munculnya syimtops pada individu yang mengalami kecemasan.

Menurut skala HARS Nursalam (2013), penilaian kecemasan terdiri

atas 14 item, yaitu:

Page 65: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

46

a. Perasaan cemas: firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Ketegangan: merasa tegang, lesu, mudah terkejut, tidak bisa istirahat

dengan tenang, mudah menangis, gemetar, gelisah.

c. Ketakutan: pada gelap, ditinggal sendiri, pada orang asing, pada

binatang besar, pada keramaian lalu lintas, pada kerumunan banyak

orang.

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun malam hari, tidak

pulas, mimpi buruk, mimpi menakutkan.

e. Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, sulit konsentrasi, sering

bingung.

f. Perasaan depresi: kehilangnya minat, sedih, bangun dini hari

berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah-ubah

sepanjang hari.

g. Gejala somatic (otot-otot): nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi

gemeretak, suara tak stabil.

h. Gejala sensorik: telinga berdengung, penglihatan kabur, muka merah

dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskuler: denyut nadi cepat, berdebar-debar, nyeri dada,

denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung

hilang sekejap.

j. Gejala pernapasan: rasa tertekan didada, perasaan tercekik, merasa

nafas pendek/sesak, sering menarik napas panjang.

Page 66: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

47

k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, mual muntah, berat badan

menurun, konstipasi/sulit buang air besar, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri lambung sebelum/sesudah makan, rasa panas

diperut, perut terasa penuh/kembung.

l. Gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

amenor/menstruasi yang tidak teratur.

m. Gejala vegetatif/autonom: mulut kering, muka kering, mudah

berkeringat, pusing/sakit kepala, bulu roma berdiri.

n. Apakah Ibu/Bapak merasakan: gelisah, tidak tenang, mengerutkan

dahi muka tegang, tonus/ketegangan otot meningkat, napas pendek

dan cepat, muka merah.

Adapun cara penilaiannya adalah setiap item yang diobservasidiberi 5

tingkat skor, yaitu antar 0 (nol) sampai dengan 4, dengan kategori sebagai

berikut:

0 = Tidak ada gejala sama sekali

1 = Ringan satu dari gejala yang ada

2 = Sedang separuh dari gejala yang ada

3 = Berat lebih dari separuh yang ada

4 = Sangat berat semua gejala yang ada

Penentu derajat kecemasan ditentukan dengan cara menjumlahkan

nilai skor dari 14 item diatas dengan hasil sebagai berikut (Nursalam,

2013) :

< 14 : tidak ada kecemasan

Page 67: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

48

14 - 20 : kecemasan ringan

21 - 27 : kecemasan sedang

28 - 41 : kecemasan berat

42 - 56 : kecemasan sangat berat

F. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dalam Merawat Anggota

Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

1. Hubungan Pengetahuan Dengan KecemasanKeluarga Dalam

Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuli Permata Sari (2019),

menunjukkan bahwa tanpa adanya pemahaman yang jernih mengenai

masalah gangguan jiwa yang dihadapi keluarga akan menimbulkan

kecemasan dan hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Broy & Bradley, keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan

didapatkan bahwa kecemasan keluarga akan semakin meningkat tanpa

pengetahuan yang baik mengenai masalah gangguan jiwa yang di hadapi

keluarga.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida

(2006), pengetahuan yang tinggi tentang gangguan jiwa akan membuat

kecemasan keluarga menjadi rendah dalam merawat anggota yang

mengalami gangguan jiwa.

2. Hubungan Sikap Dengan Kecemasan Keluarga Dalam Merawat

Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Page 68: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

49

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuli Permata Sari (2019),

menunjukkan bahwa salah satu faktor pencetus terjadinya kecemasan

adalah ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas,

harga diri dan fungsi sosial terintegrasi pada penderita demikian pula

Sulistiawati, kejadian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas

biasanya terjadi dalam keluarga.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ulfah (2010),

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan

keluarga.Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa tentunya merasakan cemas karena sebagian masyarakat

menganggap itu suatu hal yang buruk, sehingga keluarga merasa malu,

merasa tidak di hargai, tidak lagi diterima oleh masyarakat.

Oleh karena itu, pengetahuan dan sikap sangat diperlukan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, sebab

semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki keluarga maka sikap

yang diberikan keluarga semakin positif sehingga keluarga tidak

merasakan kecemasan dalam merawat anggota keluarganya yang

mengalami gangguan jiwa.

Page 69: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

50

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konseprtual

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antara varibel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka

konsep akan membentuk penelitian menghubungkan hasil penemuan dengan

teori (Nursalam, 2017).

Berdasarkan latar belakang dan teori pada bab sebelumnya, peneliti

menetapkan pemikiran sebagai berikut: hubungan pengetahuan dan sikap

keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa. Maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai

berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Pengetahuan

Sikap

Kecemasan Keluarga Dalam

Merawat Anggota Keluarga

Yang Mengalami Gangguan

Jiwa

Lingkungan

Page 70: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

51

: Pengaruh variabel yang diteliti

: Variable yang tidak diteliti

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis atau hipotesa adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan

antara dua ataulebihvariabel yang diharapkan bisa menjawab suatu pernyataan

dalam penelitian.

Dalam penelitian ini hipotesa yang akan dirancang oleh peneliti adalah:

Ha :“Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap keluarga dengan kecemasan

dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poli

Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan”.

Page 71: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

52

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan

pendekatancross sectional studyyaitu untuk mencari hubungan antara variabel

sebab atau resiko (independent variable) dan akibat atau kasus (dependent

variable) dengan melakukan pengukuran sesaat (Nursalam, 2017).Penelitian

ini dilakukan pada variabel yang berhubungan, yaitu untuk mengetahui

hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan kecemasan dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit

Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Populasi, Sample Dan Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien)

yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi

dalam penelitian ini adalah anggota keluarga pasien yang mengalami

gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi

Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 45 pasien dan memenuhi kriteria yang

telah ditentukan oleh peneliti.

2. Sample

Sampel adalah terdiri atas bagian populasi yang terjangkau yang

dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling dengan

Page 72: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

53

menggunakan rumus Slovin (Nursalam, 2017).

n =N

1 + N (d)²

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Tingkat Signifikansi (p)

Jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah :

n =N

1 + N (d)²

n =45

1 + 45(0.05)²

n =45

1 + 0.1125

n =45

1.1125

n = 40

Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel yang akan diambil dari

populasi adalah 40 orang.

Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eklusi.Kriteria inklusi

adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel.Sedangkan kriteria ekslusi

adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sampel

(Notoatmodjo, 2012).

Page 73: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

54

Kriteria sampel inklusi adalah:

a. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa dan sedang berobat di Poli Jiwa.

b. Anggota keluarga yang mampu membaca dan menulis.

c. Bersedia mengisi kuesioner.

Kriteria sample eksklusi adalah :

a. Keluarga yang sedang tidak berada ditempat dan berpergian saat

dilakukan penelitian.

b. Keluarga yang tidak kooperatif

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara – cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang

benar – benar sesuai dengan kebutuhan subjek peneliti (Nursalam,

2017).Tehnik pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan

tehnik purposive sampling, yaitu tehnik sampling yang dimana

menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih

sample. Kriteria pengambilan sample terbagi menjadi kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi.

C. Variable Penelitian

Menurut Nursalam (2017), variable adalah perilaku atau krakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Jenis variable diklasifikasikan

menjadi:

Page 74: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

55

1. Variable Independen (Bebas)

Variable independen adalah varibel yang memengaruhi atau nilainya

menentukan variable yang lain. Variable independen pada penelitian ini

adalah pengetahuan dan sikap.

2. Variable Dependen (Terikat)

Variable dependen adalah variable yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variable lain. Variable respon akan muncul sebagai akibat

dari menipulasi variable – variable lain. Variable dependent dari penelitian

ini adalah kecemasan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa.

D. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut.Karakteristik yang diamati (ukur)

merupakan kunci definisi operasional.

No Variable Defenisi

Operasional

Cara

Ukur

Skala

Ukur Skor

Independent

1 Pengetahuan

Pengetahuan

keluarga

dalam

merawat

anggota

keluarganya

yang

mengalami

gangguan

jiwa

Kuesioner Nominal Dikatakan baik

jika skornya

≥17

Dan dikatakan

kurang baik jika

skornya <17

2 Sikap

Respon yang

diberikan

keluarga

Kuesioner Ordinal Dikatakan

positif jika

skornya <33

Page 75: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

56

kepada

anggota

keluarganya

yang

mengalami

gangguan

jiwa

dan dikatakan

negatif jika

skornya ≥33

Dependent

1

Kecemasan

keluarga

dalam

merawat

anggota

keluarganya

yang

mengalami

gangguan

jiwa

Suatu respon

yang dialami

oleh keluarga

dalam

merawat

anggota

keluarganya

yang

mengalami

gangguan

jiwa

Kuesioner

dengan

skala

HARS

Ordinal Dikatakancemas

ringan 14-20,

cemas sedang

21-27, cemas

berat 28-41dan

cemas sangat

berat 42-56

Tabel 4.1 Defenisi Operasional

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

Provinsi Sulawesi Selatan.

F. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 11 – 19 Desember 2019.

G. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen data berupa

kuesioner dengan menggunakan pertanyaan dan pernyataan terkait dengan

penelitian, kuesioner yang digunakan yaitu:

1. Kuesioner Pengetahuan

Kuesioner yang digunakan adalah skala gutman. Skala ini bertujuan

untuk mengetahui pengetahuan keluarga dalam merawat anggota

Page 76: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

57

keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Kuesioner ini terdiri dari

15pertanyaan, terbagi atas 2 pilihan jawaban dengan skor tertinggi yaitu 2

dan skor terendah yaitu 1.Dikatakan 2 jika menjawab benar dan dikatakan

1 jika menjawab tidak benar.

Dibuktikan dengan rumus :

(jumlah pertanyaan x skor terendah) + (jumlah pertanyaan x skor tertinggi)

2

(11x1)+ (11x2)

2=

11+22

2 =

33

2= 16,5 / 17

Sehingga dikatakan baik jika skor ≥ 17 dan dikatakan kurang baik

jika skor <17.

2. Kuesioner Sikap

Kuesioner yang digunakan adalah skala likert.Skala ini bertujuan

untuk mengetahui sikap keluarga dalam merawat anggota keluarganya

yang mengalami gangguan jiwa. Kuesioner ini terdiri dari 11 pertanyaan,

terbagi atas 5 pilihan jawaban sangat setuju (1), setuju (2), ragu-ragu (3),

tidak setuju (4), dan sangat tidak setuju (5).

Dibuktikan dengan rumus :

(jumlah pertanyaan x skor terendah) + (jumlah pertanyaan x skor tertinggi)

2

(11x1)+ (11x5)

2=

11+55

2 =

66

2= 33

Sehingga dikatakan positif jika skor < 33 dan dikatakan negatif jika

skor ≥33.

Page 77: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

58

3. Kuesioner Kecemasan

Kuesioner yang digunakan adalah skala HARS.Skala ini digunakan

untuk mengetahui kecemasan keluarga dalam merawat anggota

keluarganya yang mengalami gangguan jiwa. Kuesioner ini terdiri dari 14

pertanyaan, terbagi atas 5 pilihan jawaban yaitu tidak ada (0), ringan (1),

sedang (2) berat (3) dan sangat berat (4). Dimana penentuan derajat

ditentuakan dengan cara menjumlahkan nilai skor dari 14 item yaitu

dikatakan tidak cemas jika skornya <14, cemas ringan 14-20, cemas

sedang 21-27, cemas berat 28-41 dan cemas sangat berat >42.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data penelitian dilakukan dengan pengisian

kuesioner untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

I. Tehnik Analisa Data

1. Analisa Univariat

Pada analisa ini digunakan tabel distribusi frekuensi dari tiap variabel

yang dianggap terikat dengan tujuan penelitian.(Hastono, 2016).Bentuk

analisa univariat tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik

digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi

frekuensi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).

Page 78: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

59

2. Analisa Bivariate

Analisa data ditunjukkan untuk menjawab tujuan penelitian dan

menguji hipotesis penelitian untuk megetahui adanya hubungan variabel

dependen dengan menggunakan uji Fisher’s Exact Test dengan nilai

kemaknaan ( α = 0,05). Setelah uji hipotesa dilakukan dengan taraf

kesalahan (alpha) yang digunakan yaitu 5% atau 0,05 maka penelitian

hipotesa yaitu: apabila p≤α=0,05, maka Ha (Hipotesis penelitian) diterima

yang berarti ada hubungan antara variable bebas dengan variable terikat.

Sedangkan bila p≥α=0,05,maka Ha (hipotesis penelitian) ditolak yang

berarti tidak ada hubungan antara variable terikat (Hastono, 2016).

J. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2018), penelitian apapun khususnya menggunakan

manusia sebagai objek tidak boleh bertentangan dengan etika, oleh karena itu

setiap peneliti menggunakan subjek untuk mendapatkan persetujuan dari

subjek yang diteliti. Peneliti memperhatikan aspek etika responden dengan

menekankan masalah etika yang diteliti:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed Consent merupakan lembar persetujuan antara peneliti dan

responden yang diberikan sebelum penelitian. Tujuan Informed Consed

yaitu responden yang adapat mengerti maksud dan tujuan peneliti. Bila

responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.

Page 79: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

60

2. Tanpa Nama (Anonimiti)

Anonimiti adalah memberikan jaminan dalam penggunaan subjek

peneliti dengan cara tidak memberikan atau tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada

lembaran pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Confidentiality adalah semua informasi yang dikumpulkan dijamin

kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompook data tertentu yang

dilaporkan pada hasil riset.

Page 80: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

61

BAB V

HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah

Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.Jenis penelitian yang digunakan desain

survey analitik dengan pendekatancross sectional study.Jumlah populasi

penderita gangguan jiwa adalah 45 orang, pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dengan jumlah

sebesar 40 orang.Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan kuesioner.Pengumpulan data dilakukan mulai pada tanggal 11

sampai dengan 19 Desember 2019.Data terkumpul selanjutnya di editing,

coding, tabulasi dan dianalisis.Hasil penelitian ini berupa hasil analisis

univariat dari masing-masing variable yang diteliti, analisis bivariat berupa

korelasi antara masing-masing variable dependent dan variable dependent.

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di ruang Poli Jiwa Rumah

Sakit KhususDaerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan maka diperoleh

data terkait karakteristik responden yaitu umur, jenis kelamin dan

pendidikan sebagai berikut:

Page 81: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

62

a. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden

Di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

Provinsi Sulawesi Selatan

Umur (n) (%)

26-35 Tahun 17 42,5

36-45 Tahun 10 25

46-55 Tahun 9 22,5

56-65 Tahun 4 10

Total 40 100 Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan tabel 5.1 diatas diperoleh data dari responden

umur 26-35 tahun memiliki distribusi sebanyak 17 respoden

(42,5%), umur 36-45 tahun memiliki distribusi sebanyak 10

responden (25%), umur 46-55 tahun memiliki distribusi sebanyak 9

responden (22,5%), dan umur 56-65 tahun memiliki distribusi

sebanyak 4 responden (10%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis KelaminResponden

Di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

Provinsi Sulawesi Selatan

Jenis Kelamin (n) (%)

Laki-Laki 17 42,5

Perempuan 23 57,5

Total 40 100 Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan tabel 5.2 diatas diperoleh data dari responden

berjenis kelamin laki-laki memiliki distribusi sebanyak 17 responden

Page 82: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

63

(42,5%) dan perempuan memiliki distribusi sebanyak 23 responden

(57,5%).

c. Distribusi frekuensi berdasarkan pedidikan responden

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pedidikan Responden

Di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

Provinsi Sulawesi Selatan

Pedidikan (n) (%)

Tidak Sekolah 7 17,5

SD 11 27,5

SMP 6 15

SMA 10 25

Perguruan Tinggi 6 15

Total 40 100 Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan tabel 5.3 diatas diperoleh data dari responden yang

tidak sekolah sebanyak 7 responden (17,5%), SD sebanyak 11

responden (27,5%), SMP sebanyak 6 responden (15%), SMA

sebanyak 10 respoden (25%) dan Perguruan Tinggi sebanyak 6

responden (15%).

2. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel yang diteliti.Pada analisa

univariat ini data kategori dapat dijelaskan dengan angka atau nilai

jumlah data persentase setiap kelompok.

Page 83: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

64

a. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan keluarga responden

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Keluarga

Responden Di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah

DadiProvinsi Sulawesi Selatan

Pengetahuan (n) (%)

Baik 28 70

Kurang Baik 12 30

Total 40 100 Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pengetahuan keluarga

responden di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi

Sulawesi Selatan didapatkan data dari 40 responden.Responden yang

pengetahuannya baik sebanyak 28 responden (70%) sedangkan

responden yang pengetahuannya kurang baik sebanyak 12 responden

(30%).

b. Distribusi frekuensi berdasarkan sikap keluarga responden

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sikap Keluarga Responden

Di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi

ProvinsiSulawesi Selatan

Sikap (n) (%)

Positif 32 80

Negatif 8 20

Total 40 100 Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi sikap keluarga responden

di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan didapatkan data dari 40 responden.Responden yang memiliki

Page 84: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

65

sikap positif sebanyak 32 responden (80%) sedangkan responden

yang memiliki sikap negatif sebanyak 8 responden (20%).

c. Distribusi frekuensi berdasarkan kecemasan keluarga responden

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kecemasan Keluarga

RespondenDi Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah

Dadi ProvinsiSulawesi Selatan

Kecemasan (n) (%)

Ringan 24 60

Sedang 16 40

Total 40 100 Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi kecemasan keluarga

responden di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi

Sulawesi Selatan didapatkan data dari 40 responden.Responden yang

mengalami kecemasan ringan sebanyak 24 responden (60%)

sedangkan responden yang mengalami kecemasan sedang sebanyak

16 responden (40%).

3. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independent (Pengetahuan dan Sikap) dan variabel dependent

(Kecemasan Keluarga) dengan uji statistik dengan menggunakan uji

Fisher’s Exact Test dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

Page 85: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

66

a. Hubungan pengetahuan keluarga dengan kecemasan dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tabel 5.7

Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Kecemasan Dalam

Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan

Jiwa Di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah

Dadi Provinsi Sulawesi Selatan

Pengetahuan

Kecemasan Total

p-

value Ringan Sedang n %

n % n %

Baik 21 52,5 7 17,5 28 70

0.005 Kurang Baik 3 7,5 9 22,5 12 30

Total 24 60 16 40 40 100 Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 40 responden

yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 28 responden (70%),

sebagian besar memiliki kecemasan ringan sebanyak 21 responden

(52,5%) dan kecemasan sedang sebanyak 7 responden (17,5%).

Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik

sebanyak 12 responden (30%), sebagian memiliki kecemasan ringan

sebanyak 3 responden (7,5%) dan kecemasan sedang sebanyak 9

responden (22,5%).

Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji

Fisher’s Exact Test dengan nilai ρ value = 0,005 jika dibandingkan

dengan α = 0,05 maka ρ value< α 0,05. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa Ha diterima.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

dalam penelitian ini terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga

dengan kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

Page 86: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

67

mengalami gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah

Provinsi Sulawesi Selatan.

b. Hubungan sikap keluarga dengan kecemasan kecemasan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Tabel 5.8

Hubungan Sikap Keluarga Dengan Kecemasan Dalam

Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan

Jiwa Di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah

Dadi ProvinsiSulawesi Selatan

Sikap

Kecemasan Total

p-

value Ringan Sedang n %

n % n %

Positif 22 55 10 25 32 80

0,042 Negatif 2 5 6 15 8 20

Total 24 60 16 40 40 100 Sumber : Data Primer, Desember 2019

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 40 responden

dengan keluarga yang memiliki sikap positif sebanyak 32 responden

(80%), sebagian besar memiliki kecemasan ringan sebanyak 22

responden (55,5%) dan kecemasan sedang sebanyak 10 responden

(25%). Sedangkan keluarga yang memiliki sikap negatif sebanyak 8

responden (20%), sebagian memiliki kecemasan ringan sebanyak 2

responden (5%) dan kecemasan sedang sebanyak 6 responden

(15%).

Berdasarkan hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji

Fisher’s Exact Test dengan nilai ρ value = 0.042 jika dibandingkan

dengan α = 0.05 maka ρ value< 0,05. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa Ha diterima.Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

Page 87: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

68

dalam penelitian ini terdapat hubungan antara sikap keluarga dengan

kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi

Sulawesi Selatan.

B. Pembahasan

1. Analisa Univariat

a. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40

responden didapatkan 28 responden (70%) memiliki pengetahuan

baik sedangkan 12 responden (30%) memiliki pengetahuan kurang

baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuli Permata Sari (2019), dimana dari 48 responden, 36 responden

(75%) memiliki pengetahuan tinggi sedangkan 12 responden (25%)

memiliki pengetahuan rendah. Menurut Lestari (2015), faktor-faktor

yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan,

informasi, pengalaman, budaya dan sosial ekonomi.

Menurut asumsi peneliti, tingkat pengetahuan sangat dibutuhkan

dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

karena keluarga yang memiliki pengetahuan yang baik lebih terjaga

dibandingkan dengan keluarga yang memiliki pengetahuan yang

kurang baik.

Page 88: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

69

b. Sikap

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40

responden didapatkan 32 responden (80%) memiliki sikap positif

sedangkan 8 responden (20%) memiliki sikap negatif. Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Permata Sari

(2019), dimana dari 48 responden, 26 responden (54,2%) memiliki

sikap positif sedangkan 22 responden (45.8%) memiliki sikap

negatif. . Menurut Azwar (2013), faktor-faktor pembentuk sikap

adalah pengalaman yang kuat, pengaruh orang lain yang dianggap

penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan,

lembaga agama, dan pengaruh faktor emosional.

Menurut asumsi peneliti, sikap positif yang diberikan sangat

berpengaruh terhadap proses kesembuhan dan dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

c. Kecemasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40

responden didapatkan 24 responden (60%) mengalami cemas ringan

sedangkan 16 responden (40%) mengalami cemas sedang. Penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Permata Sari

(2019), dimana dari 48 responden, 33 responden (66,7%) mengalami

cemas ringan sedangkan 16 responden (33,3%) mengalami cemas

sedang. Menurut Savitri (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi

Page 89: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

70

kecemasan adalah lingkungan,emosi yang ditekan, dan sebab-sebab

fisik.

Menurut asumsi peneliti, kecemasan yang dirasakan dapat

berupa adanya ketegangan, ketakutan, gelisah dan gejala-gejala

lainnya.Kecemasan yang dirasakan membuat keluarga lebih berhati-

hati dan waspada dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa.

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Kecemasan Dalam

Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Berdasarkan hasil uji Chi Square, ada 1 cells (25%) yang

mempunyai Expected Count<5 sehingga menggunakan uji

alternative yaitu Fisher’s Exact Test di dapatkan nilai Significancy

nilai ρ = 0.005 < α (0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kecemasan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poli

Jiwa Rumah sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Tingkat pengetahuan keluarga pasien di Poli Jiwa Rumah Sakit

Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan didapatkan bahwa

dari 40 responden yang memiliki pengetahuan baik dan memiliki

kecemasan ringan, mayoritas berpengetahuan baik dikarenakan

kebanyakan responden berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi

sehingga kemampuan serta pemahamannya tergolong baik dan

Page 90: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

71

mudah untuk berfikir dalam mendapatkan informasi. Namun tidak

banyak juga responden dengan pendidikan SD atau bahkan tidak

sekolah memiliki pengetahuan yang baik, itu dikarenakan

pengetahuan tidak hanya didapatkan dari pendidikan formal

melainkan juga didapatkan dari pendidikan non formal seperti

didapatkan dari media elektronik. Menurut Lestari (2015), faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan,

informasi, pengalaman, budaya dan sosial ekonomi.

Berdasarkan penelitian ini juga didapatkan responden yang

memiliki pengetahuan baik dengan kecemasan sedang, hal ini

dikarenakan keluarga mayoritas berusia antara 26 – 35 tahun

sehingga belum mempunyai pengalaman yang cukup banyak,

dimana semakin tua umur seseorang maka akan semakin banyak

pula pengalaman yang didapatkan.Menurut Lestari (2015), faktor-

faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan,

informasi, pengalaman, budaya dan sosial ekonomi.

Berdasarkan penelitian ini juga didapatkan responden yang

memiliki pengetahuan kurang baik dengan kecemasan ringan, hal ini

dikarenakan responden mendapatkan informasi tentang cara merawat

melalui media elektronik. Menurut Lestari (2015), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat pendidikan, informasi,

pengalaman, budaya dan sosial ekonomi.

Page 91: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

72

Berdasarkan penelitian ini juga didapatkan responden yang

memiliki pengetahuan kurang baik dengan kecemasan sedang, hal ini

dikarenakan responden tidak memiliki pendidikan yang tinggi serta

memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan sehingga responden

merasa tidak aman terhadap lingkungannya. Menurut Savitri (2003),

faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah

lingkungan,emosi yang ditekan, dan sebab-sebab fisik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuli Permata Sari (2019), tentang hubungan pengetahuan dan sikap

keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas

Sijunjung. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan

keluarga dengan kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa dengan ρ value = 0.000 dibandingkan

dengan α = 0.01 maka p value< α 0.01 maka Ha diterima. Yang

dimana ada hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan

tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sijunjung.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Jamila Kasim (2019), tentang hubungan pengetahuan dan sikap

keluarga terhadap perawatan anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros dengan

nilai ρ value = 0.151 dibandingkan dengan α = 0.05 maka p value<α

Page 92: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

73

0.05 maka Ha diterima. Yang dimana ada hubungan pengetahuan

dan sikap keluarga terhadap perawatan anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa di Puskesmas Bantimurung Kabupaten

Maros.

Penelitian ini juga sejalan dengan Ida (2006), tentang hubungan

pengetahuan dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa

Provinsi Sumatera Utara, Medan dengan nilai ρ value = 0.008

dibandingkan dengan α = 0.01 maka p value< α 0.01 maka Ha

diterima. Yang dimana ada hubungan pengetahuan dengan tingkat

kecemasan dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara,

Medan.

Menurut asumsi peneliti bahwa ada hubungan antara

pengetahuan keluarga dengan kecemasan dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa.Pengetahuan yang baik

tentang gangguan jiwa akan membuat kecemasan keluarga menjadi

rendah dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa. Hal tersebut dikarenakan keluarga memiliki wawasan dan

pemahaman yang baik tentang gangguan jiwa sehingga membuat

keluarga tidak terlalu merasakan kecemasan dalam merawat anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Page 93: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

74

b. Hubungan Sikap Keluarga Dengan Kecemasan Dalam Merawat

Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Berdasarkan hasil uji Chi Square, ada 2 cells (50%) yang

mempunyai Expected Count<5 sehingga menggunakan uji

alternative yaitu Fisher’s Exact Test di dapatkan nilai Significancy

nilai ρ = 0,042< α (0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara sikap keluarga dengan kecemasan dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poli Jiwa

Rumah sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi Selatan.

Sikap keluarga pasien di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus Daerah

Provinsi Sulawesi Selatan didapatkan bahwa dari 40 responden

dengan keluarga yang memiliki sikap positif dengan kecemasan

ringan, ini dikarenakan responden dalam penelitian ini mayoritas

berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi sehingga kemampuan

serta pemahamannya tergolong baik dan mudah untuk berfikir dalam

mendapatkan informasi. Menurut Azwar (2013), faktor-faktor

pembentuk sikap adalah pengalaman yang kuat, pengaruh orang lain

yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa,

lembaga pendidikan, lembaga agama, dan pengaruh faktor

emosional.

Berdasarkan penelitian ini juga didapatkan responden yang

memiliki sikap positif dengan kecemasan sedang, ini dikarenakan

responden mayoritas berusia antara 26 – 35 tahun sehingga belum

Page 94: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

75

mempunyai pengalaman yang cukup banyak, dimana sikap akan

terbentuk apabila memiliki banyak pengalaman. Menurut Azwar

(2013), faktor-faktor pembentuk sikap adalah pengalaman yang kuat,

pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan,

media massa, lembaga pendidikan, lembaga agama, dan pengaruh

faktor emosional.

Berdasarkan penelitian ini juga didapatkan responden yang

memiliki sikap negatif dengan kecemasan ringan, ini dikarenakan

responden mendapatkan dukungan dari orang sekitar atau

lingkungan. Menurut Savitri (2003), faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan adalah lingkungan,emosi yang ditekan,

dan sebab-sebab fisik.

Berdasarkan penelitian ini juga didapatkan responden yang

memiliki sikap negatif dengan kecemasan sedang, hal ini

dikarenakan responden merasa malu serta tidak menerima akan

adanya salah satu anggota keluarganya yang mengalami gangguan

jiwa.Menurut Savitri (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan adalah lingkungan,emosi yang ditekan, dan sebab-sebab

fisik.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuli Permata Sari (2019), tentang hubungan pengetahuan dan sikap

keluarga dengan tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas

Page 95: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

76

Sijunjung. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap keluarga

dengan kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa dengan ρ value = 0.010 dibandingkan

dengan α = 0.01 maka p value = α 0.01 maka Ha diterima. Yang

dimana ada hubungan pengetahuan dan sikap keluarga dengan

tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Sijunjung

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Jamila Kasim (2019), tentang hubungan pengetahuan dan sikap

keluarga terhadap perawatan anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros dengan

nilai ρ value = 0.012 dibandingkan dengan α = 0.05 maka p value< α

0.05 maka Ha diterima. Yang dimana ada hubungan pengetahuan

dan sikap keluarga terhadap perawatan anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa di Puskesmas Bantimurung Kabupaten

Maros.

Menurut asumsi peneliti ada hubungan keterkaitan antara sikap

keluarga dengan kecemasan yang dirasakan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.Keluarga yang

memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa tentunya

merasakan kecemasan karena bagi sebagian masyarakat yang

memiliki keluarga yang gangguan jiwa merupakan suatu hal yang

buruk, sehingga keluarga merasa malu, merasa tidak dihargai, tidak

Page 96: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

77

lagi diterima oleh masyarakat.Hal tersebut dilihat dari hasil

penelitian yang peneliti lakukan dengan membagikan kuesioner

kepada keluarga dengan hasil lebih dari separuh keluarga yang

dijadikan responden memiliki sikap positif kepada anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa sehingga membuat kecemasan

keluarga rendah.Dari hasil kuesioner yang peneliti berikan kepada

keluarga bahwa tidak ada keluarga yang menjawab mengalami

kecemasan sangat berat dari 14 item pertanyaan yang ada

dikuesioner.Hal tersebut dikarenakan sikap yang baik dan positif

yang diberikan keluarga kepada anggota kelurga yang mengalami

gangguan jiwa membuat keluarga yang merawat tidak terlalu

merasakan kecemasan.

C. Implikasi Keperawatan

Memberikan gambaran bagi perawat untuk memberikan penyuluhan

kepada keluarga atau masyarakat tentang pentingnya pengetahuan yang baik

serta sikap yang positif dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa sehingga mengoptimalkan fungsi perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan keluarga yang mengalami kecemasan dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Page 97: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

78

D. Keterbatasan Penelitian

Saat penelitian ini dilaksanakan peneliti mengalami beberapa

keterbatasan dan hambatan yaitu :

1. Pada saat penelitian ada keluarga pasien yang tidak mau menjadi

responden (tidak kooperatif) sehingga tidak mengambilnya sebagai

sampel dan mencari responden yang ingin mengisi kuesioner.

2. Pada saat penelitian ada responden yang penglihatannya terganggu

sehingga tidak dapat mengisi kuesioner dan dibantu oleh peneliti dalam

pengisian kuesioner.

3. Pada saat penelitian responden ada yang tidak mengerti dengan pengisian

kuesioner sehingga peneliti memberikan penjelasan kepada responden

tentang cara pengisian kuesioner.

Page 98: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

79

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengetahuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus DaerahDadi Provinsi

Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

pengetahuan baik.

2. Sikap keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus DaerahDadi Provinsi

Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

sikap positif.

3. Kecemasan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa di Poli Jiwa Rumah Sakit Khusus DaerahDadi Provinsi

Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

kecemasan ringan.

4. Terdapat hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kecemasan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poli Jiwa

Rumah Sakit Khusus DaerahDadi Provinsi Sulawesi Selatan.

Page 99: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

80

5. Terdapat hubungan antara sikap keluarga dengan kecemasan dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa di Poli Jiwa

Rumah Sakit Khusus DaerahDadi Provinsi Sulawesi Selatan.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan untuk melakukan penyuluhan kepada keluarga atau

masyarakat tentang gangguan jiwa.Dan hasil penelitian ini hendaknya

dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun eveluasi kepada tenaga

kesehatan agar selalu memberikan arahan tentang sikap positif yang harus

diberikan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah buku-buku, referensi dan jurnal tentang

keperawatan jiwa.Hasil ini hendaknya dijadikan sebagai bahan acuan

ataupun pertimbangan didalam memberikan pengetahuan dan wawasan

dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dalam

program pegabdian masyarakat yang dilakukan kepada masyarakat.

3. Bagi Keluarga

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan informasi dalam

merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Page 100: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

81

DAFTAR PUSTAKA

Azizah Lilik, Zainuri Imam & Akbar Amar (2016).Buku Ajar Keperawatan

Kesehatan Jiwa.Yogyakarta : Indonesia Pustaka.

Azwar (2013).Sikap Manusia:Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar.

Doli Jenita (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Press.

Dalami Ermawati, et. al (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah

Psikososial.Jakarta : Trans Info Media.

Harmoko (2016). Asuhan Keperawatan Keluarga. Semarang : Pustaka Pelajar.

Hidayat. A. A. A (2018).Metodeologi Keperawatan Dan Kesehatan I. Jakarta :

Salemba Medika

Jhonson, and Leny (2010). Keperawatan Keluarga. Jakarta : Medical Book

Jamila Kasim (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Terhadap

Perawatan Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di

Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros.Jurnal Ilmiah Kesehatan

Diagnosis Volume 12 Nomor 1 Tahun 2018.Elssn : 2302-2531.

Kementrian Kesehatan RI. (2016). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes).

Kementrian RI. Jakarta

Kholid Ahmad (2015). Promosi Kesehatan Dengan Pendekatan Teori Perilaku,

Media dan Aplikasinya.Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Keliat, et. al (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic

Course).Jakarta : EGC.

Kurniawan, F. (2016).Gambaran Karakteristik Pada Pasien Gangguan Jiwa

Skizofrenia Yang Dirawat Di Instalasi Pelayanan Kesehatan Jiwa Terpadu

RSUD Banyumas tahun 2015. Naskah Publikasi. Purwokerto: Program

Studi Ilmu Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Purwokerto.darihttp://repository.ump.ac.id

Lestari, T(2015). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Muslihin Abi (2012). Keperawatan Keluarga.Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Notoatmojo Soekidjo (2012). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta : Renika Cipta

Page 101: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

82

Nursalam, (2013).Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian

Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam (2017).Metodeologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba

Medika

Padila (2012). Keperawatan Keluarga. Bengkulu : Medical Book.

Pedoman Skripsi Stikes Panakkukang Makassar (2018/2019)

Rekam Medis Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Makassar. (2019)

Safaria, T. & Saputra, N. E., (2012) .Manajemen Emosi, Sebuah Panduan Cerdas

Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta : Bumi

Aksara

Stuart, Laraia (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

Savitri (2003).Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta : Pustaka

Populer Obor.

Simanjuntak, I.T.M., Daulay, W., (2006). Hubungan Pengetahuan Keluarga

Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Anggota Keluarga Yang

Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Propinsi Sumatera Utara,

Medan. Naskah Publikasi. Medan: Program S1 Keperawatan PSIK FK

USU. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2017, dari <http://repository.usu.ac.id

Wiscarz Gail (2016). Prinsip Dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa

Stuart.Singapore : Elsevier.

Ulfah, (2010).Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kecemasan Keluarga

Pada Pasien Halusinasi di Badan Pengelola Rumah Sakit Dadi Makasar.

Naskah Pusblikasi. Makasar: Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

UIN Alauddin Makasar. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2018 dari,

<http://repositori.uinalauddin.ac.id>

Yusuf, Fitryasari Rizky & Nihayati Hanik (2015).Buku Ajar Keperawatan

Kesehatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika.

Yuli Permata Sari (2019).Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan

Tingkat Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami

Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas Sijunjung Kabupaten

Sijunjung.Volume.2 No.1 Edisi 1 Oktober 2019.

Page 102: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

83

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 103: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

84

LAMPIRAN 1

Page 104: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

85

LAMPIRAN 2

Page 105: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

86

LAMPIRAN 3

Page 106: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

87

LAMPIRAN 4

Page 107: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

88

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nur Istiqamah Ds

Nim : 18.01.121

Dengan diatas kepada bapak/ibu untuk menjelaskan tentang tujuan dan

manfaat peneliti yang saya akan laksanakan. Judul penelitian saya adalah

“Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Kecemasan Dalam Merawat

Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Khusus Daerah

Dadi Provinsi Sulawesi Selatan”.

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan

Dan Sikap Keluarga Dengan Kecemasan Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang

Mengalami Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi

Selatan”.

Manfaat penelitian saya adalah untuk memberikan informasi ilmiah

tentang Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Kecemasan Dalam Merawat Anggota

Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa.

Dari penelitian ini bapak/ibu akan melakukan pengisian kuesioner yang terdiri dari 3

kuesioner yaitu :

1) Kuesioner Sikap

2) Kuesioner Pengetahuan

3) Kuesioner Kecemasan

Dalam penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi responden selama

penelitian ini dikarenakan penelitian ini hanya menggunakan observasi.

LAMPIRAN 5

Page 108: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

89

Jika bapak /ibu mengundurkan diri tidak mengurangi hak-hak yang dapat

diperoleh selama perawatan. Dan apabila terjadi hal-hal yang tidak diprediksi

berhubungan dengan intervensi yang saya lakukan bapak atau ibu akan di tangani

oleh dokter/penanggung jawab diruangan ini.

Demikian penjelasan saya, kiranya mendapat respon yang positif dari

bapak/ibu.

Apabila bapak/ibu telah memahami akan tujuan, manfaat serta prosedur penelitian

saya, dan bersedia menjadi responden untuk menandatangani lembar persetujuan

menjadi responden.

Hormat saya

Nur Istiqamah Ds

0813 5656 1646

Page 109: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

90

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah membaca dan mendengarkan penjelasan penelitian ini dengan

judul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga Dengan Kecemasan

Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Poli

Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi Provinsi Sulawesi Selatan.” saya

memahami tujuan dan manfaat penelitian ini. Saya mengerti bahwa peneliti dapat

menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai responden.

Persetujuan ini saya tanda tangani tanpa ada paksaan dari pihak manapun,

dan saya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Makassar, ..............................201

Responden,

(........................................................)

LAMPIRAN 6

Page 110: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

91

No. Responden :……………………

Hari/ Tanggal :……………………

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN

KECEMASAN DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA

YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DIPOLI JIWA

RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DADI

MAKASSAR

I. Data Identitas Responden

Isilah data dibawah ini!

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Pendidikan :

II. Kuesioner Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga

Yang Mengalami Gangguan Jiwa

Petunjuk pengisian:

▪ Beri tanda (√) pada jawaban yang saudara anggap benar

▪ Jawablah pilihan tidak boleh lebih dari satu

NO PERNYATAAN BENAR SALAH

1

Gangguan jiwa merupakan gangguan pada

fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan

pada individu dan atau hambatan dalam

melakukan peran social

2

Kejadian yang menekan, stress dan ketegangan

hidup merupakan penyebab seseorang

mengalami gangguan jiwa

3

Perubahan perilaku pada seseorang merupakan

salah satu ciri dari seseorang mengalami

gangguan jiwa

LAMPIRAN 7

Page 111: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

92

4

Salah satu gejala dari gangguan jiwa adalah

ketika melihat, mendengar atau merasakan

sesuatu yang sebenarnya tidak nyata

5

Muka merah dan tegang, pandangan tajam,

bicara kasar, bukan merupakan tanda dan

gejala gangguan jiwa

6

Keluarga berperan penting sebagai tempat

individu memulai hubungan interpersonal

dengan lingkungannya

7

Keluarga tidak peduli dan mengucilkan

anggota keluarganya yang mengalami

gangguan jiwa

8

Keluarga mendukung pengobatan dan

perawatan anggota keluargamya yang

mengalami gangguan jiwa

9

Keluarga membantu anggota keluarganya yang

mengalami gangguan jiwa dalam meminum

obat secara rutin

10

Keluarga tidak memberikan kebebasan kepada

anggota keluarganya ikut serta dalam kegiatan

social

11 Keluarga mengantar anggota keluarganya

control sesuai yang dianjurkan dokter

Sumber : Erwan Hamdani ,2016 dan Ika Guswati, 2019

III. Kuesioner Sikap Keluarga Dalam Merawat Anggota Keluarga

yang Mengalami Gangguan Jiwa

▪ Beri tanda (√) pada jawaban yang saudara anggap benar

▪ Jawablah pilihan tidak boleh lebih dari satu

Keterangan :

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

RR : Ragu-ragu

Page 112: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

93

No Pernyataan SS

(1)

S

(2)

RR

(3)

TS

(4)

STS

(5)

1 Keluarga menerima anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa

2

Keluarga memberikan perawatan yang

baik kepada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa

3

Keluarga yakin anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa bisa sembuh

jika teratur minum obat

4

Keluarga selalu membawa anggota

keluarga yang mengalami gangguan

jiwa ke pelayanan kesehatan untuk

berobat

5

Keluarga selalu mengingatkan anggota

keluarga yang mengalami gangguan

jiwa untuk selalu konsumsi obat secara

teratur

6

Keluarga tidak melakukan pemasungan

kepada anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa saat

mengamuk

7

Keluarga tidak mengasingkan anggota

keluarga yang mengalami gangguan

jiwa

8

Keluarga tidak malu bahwa seseorang

di keluarganya mengalami gangguan

jiwa dan bukan merupakan suatu aib

yang harus ditutupi

9 Keluarga merawat anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa

10

Anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa bisa melakukan

pekerjaan seperti orang normal

11

Keluarga tidak mempedulikan

pandangan negatif orang lain disekitar

lingkungan rumah

Sumber. Ika Guswati (2019)

Page 113: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

94

IV. Kuesioner Tingkat Kecemasan Keluarga Dalam Merawat Anggota

Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa

Petunjuk pengisian:

▪ Beri tanda (√) pada jawaban yang saudara rasakan

1. Jenis kecemasan

Firasat buruk

Takut akan pikiran sendiri

Mudah tersinggung

2. Ketegangan

Merasa tegang

Lesu

Mudah terkejut

Tidak dapat istirahat dengan nyenyak

Mudah menangis

Gemetar

Gelisah

3. Ketakutan

Pada gelap

Ditinggal sendiri

Pada orang asing

Pada binatang besar

Pada keramaian lalu lintas

Pada kerumunan orang banyak

Page 114: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

95

4. Gangguan tidur

Sukar memulai tidur

Terbangun malam hari

Tidak pulas

Mimpi buruk

Mimpi yang menakutkan

5. Gangguan kecerdasan

Daya ingat buruk

Sukar berkonsentrasi

Sering bingung

6. Perasaan depresi

Kehilangan minat

Sedih

Bangun dini hari

Berkurangnya kesukaan pada hobi

Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7. Gejala somatik (otot-otot)

Nyeri otot

Kaku

Kedutan otot

Gigi gemeretak

Suara tak stabil

8. Gejala sensorik

Telinga berdengung

Penglihatan kabur

Page 115: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

96

Muka merah dan pucat

Merasa lemah

Perasaan ditusuk-tusuk

9. Gejala kardiovaskuler

Denyut nadi cepat

Berdebar-debar

Nyeri dada

Denyut nadi mengeras

Rasa lemah seperti mau pngsan

Detak jantung hilang sekejap

10. Gejala pernapasan

Rasa tertekan didada

Perasaan tercekik

Merasa napas pendek/sesak

Sering menarik napas panjang

11. Gejala gastrointestinal

Sulit menelan

Mual muntah

Berat badan menurun

Konstipasi/sulit buang air besar

Perut melilit

Gangguan pencernaan

Nyeri lambung sebelum/sesudah makan

Rasa panas diperut

Perut terasa penuh/kembung

Page 116: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

97

12. Gejala urogenital

Sering kencing

Tidak dapat menahan kencing

Amenor/mentruasi yang tidak teratur

13. Gejala vegetatif/autonom

Mulut kering

Muka kering

Mudah berkeringat

Pusing/sakit kepala

Bulu roma berdiri

14. Ibu/bapak merasakan

Gelisah

Tidak tenang

Mengerutkan dahi muka tegang

Tonus/ketegangan otot meningkat

Napas pendek dan cepat

Muka merah

Skala HARS menurut (Nursalam, 2013).

Page 117: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

98

LAMPIRAN 8

Page 118: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

99

LAMPIRAN 9

Page 119: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

100

Page 120: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

101

Page 121: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

102

LAMPIRAN 10

Page 122: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

103

Page 123: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

104

Page 124: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

105

Page 125: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

106

Page 126: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

107

Page 127: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

108

LAMPIRAN 11

Page 128: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

109

Page 129: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

110

Page 130: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

111

Page 131: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

112

Page 132: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

113

Page 133: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

114

Page 134: SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA …

115