skripsi hubungan karakteristik ibu dan dukungan …
TRANSCRIPT
i
SKRIPSI
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA
IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAYA PANCUR BATU
TAHUN 2018
FEBY IVANA RINTA MONALISA BATUBARA
P07524414016
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
i
SKRIPSI
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA
IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKARAYA PANCUR BATU
TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV Kebidanan
FEBY IVANA RINTA MONALISA BATUBARA
P07524414016
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN TAHUN 2018
i
ii
iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN, PRODI D-IV KEBIDANAN MEDAN SKRIPSI, 16 JULI 2018
Feby Ivana Rinta Monalisa Batubara Hubungan Karakteristik Ibu Dan Dukungan Sosial Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018 xii + 71 Halaman + 14 tabel + 2 gambar + 14 lampiran
Abstrak
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental. Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2016 menunjukkan, pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Deli Serdang adalah dari 21.996 bayi hanya 10.355 orang (47,1%) yang menyatakan cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Deli Serdang belum mencapai target Nasional yaitu 80%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu dan dukungan sosial dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret sampai dengan Juni 2018 di Puskesmas Sukaraya Pancur Batu. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 79 orang. Teknik penelitian sampling dalam penelitian ini adalah non probability sampling
dengan sampel sebanyak 39 sampel. Data di kumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian dianalisa menggunakan chi square dengan nilai
signifikan p < 0,05. Hasil penelitian tidak ada hubungan usia ibu dengan pemberian ASI
eksklusif dengan nilai (p) = 0,339, ada hubungan bermakna antara pengetahuan dan persepsi dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai (p) = 0,000, tidak
terdapat hubungan dari pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif, dan terdapat hubungan bermakna antara dukungan suami dan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif dengan nilai (p) = 0,000.
Perilaku pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan, persepsi, dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya, diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk senantiasa memberikan informasi bagi masyarakat, khususnya ibu menyusui maupun ibu hamil mengenai pentingnya ASI eksklusif.
Kata Kunci : Ibu Menyusui, Dukungan Sosial, ASI Eksklusif.
Daftar Bacaan : 29 (2000-2017)
iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN MIDWIFERY DEPARTMENT, DIPLOMA IV MIDWIFERY PROGRAM
MEDAN
THESIS, 16 JULY 2018
Feby Ivana Rinta Monalisa Batubara
Relationship of Maternal Characteristics and Social Support to Exclusive Breastfeeding on Breastfeeding Mothers in Working Area on Puskesmas Sukaraya Pancur Batu 2018
xii + 71 pages + 14 tables + 2 pictures + 14 attachments
Abstract
Exclusive breastfeeding in infants age 0-6 months is very important for optimal growth both physically and mentally. According to The Health Profile of North Sumatera in 2016 showed exclusive breastfeeding in Deli Serdang District were, from 21,996 babies only 10,355 people (47.1%) who gave statement enough exclusive breastfeeding in Deli Serdang District. It not reached the national target of 80%. The purpose of this studying is to determine the relationship between maternal characteristics and social support with exclusive breastfeeding in breastfeeding mothers in the work area on Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
This research was carried out during March until June 2018 on Puskesmas Sukaraya Pancur Batu. The research designed using the cross sectional approach. The population in this research amounted to 79 people. The sampling technique used in this research is non probability sampling with a
sample of 39 samples. The datas collected by using questionnaire. The datas were then analyzed using chi square with significant value p <0,05.
The result of this research is there is not correlation between age variable with exclusive breastfeeding with value (p) = 0, 339, there is correlation between knowledge and perception variable with exclusive breastfeeding with value (p) = 0,000, there is no relation and statistical calculation of work variable because all respondents did not work, there is a relationship between the supporting husband and health workers to variable with exclusive breastfeeding with value (p) = 0,000.
Behavior of exclusive breastfeeding is influenced by several factors, such as knowledge, perception, husband support and support of health workers in the work area on Puskesmas Sukaraya, it is expected to health workers to always provide information for the community, especially breastfeeding mothers and pregnant women about the importance of exclusive breastfeeding.
Keywords: Breastfeeding Mothers, Social Support, Exclusive Breastfeeding.
Reading List: 29 (2000-2017)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga penyusunan Proposal ini telah terselesaikan tepat pada
waktunya. Skiripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menempuh ujian akhir Program khusus D-IV 0 Tahun Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Medan Tahun 2018 dengan judul yaitu “Hubungan Karakteristik Ibu
dan Dukungan Sosial Terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tahun 2018”.
Dalam penyusunan skiripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Kaprodi D-IV Kebidanan 0 Tahun
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
4. Eva Mahayani Nasution, SST, M.Kes selaku pembimbing utama yang
telah meluangkan waktu dan kesempatan bagi penulis untuk
berkonsultasi dan bersedia memberikan masukan, kritik, dan saran dalam
menyelesaikan skiripsi ini.
5. Melva Simatupang, SST, M.Kes selaku pembimbing pendamping yang
telah memberikan kritikan serta saran dalam penulisan skiripsi ini.
6. Drs. Mukamto, MPH selaku ketua penguji yang telah memberikan kritikan
dan masukan dalam penulisan skiripsi ini.
7. Kepala Puskesmas Sukaraya Pancur Batu yang telah mengizinkan untuk
melakukan penelitian dan membimbing dalam pembuatan skiripsi ini.
8. Hormat dan sujud syukur ananda kepada kedua orang tua, papa tercinta
Drs. HM. Batubara dan mama tersayang Dra. S. br. Tambunan yang telah
membesarkan, membimbing dan mengasuh penulis dengan penuh cinta
dan kasih sayang yang selalu menjadi sumber inspirasi dan motivasi buat
vi
penulis dan juga telah memberikan dukungan moril dan material sehingga
Skiripsi ini dapat diselesaikan.
9. Terima kasih untuk adik-adik tercinta penulis Hizkia Batubara, Betzy
Batubara dan Hosea Batubara yang sudah memberikan dukungan doa
dan semangat kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
10. Terima kasih untuk sahabat-sahabat penulis Sri Melati Manullang STr.
Keb, dan Novita Yolanda Tambunan STr.Keb yang selalu memberikan
semangat serta dukungan doa dalam penyusunan skripsi.
11. Terima kasih kepada teman sekamar setia penulis Asnita Fera Sianturi
STr, Keb yang senantiasa membantu, memberikan semangat dan selalu
menguatkan penulis selama proses penyusunan skrispsi ini.
12. Rekan satu bimbingan penulis Beby, Prawita, dan Novbel yang selalu
membantu serta memberikan dukungan dan semangat kepada penulis
dalam pembuatan skripsi ini.
13. Terima kasih juga untuk sahabatku terkasih Posmaida Pasaribu, Debora
Sinabariba, dan Cintya Matondang yang telah memberikan semangat dan
penghiburan yang indah selama penyusunan skripsi ini.
14. Rekan-rekan Mahasiswa Program D-IV 0 Tahun Kebidanan Poltekkes
Medan yang telah memberikan dorongan moril terhadap penulis dalam
pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skiripsi ini masih jauh dari sempurna. Baik dari
teknis penulisan maupun bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya skiripsi
ini. Semoga dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembacanya.
Medan, 16 Juli 2018
Feby Ivana Rinta Monalisa Batubara
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... ii ABSTRAK ...................................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................... vii DAFTAR TABEL............................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ......................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1 A. Latar Belakang ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 7 C. Tujuan penelitian ...................................................................... 7
C.1 Tujuan Umum ................................................................... 7 C.2 Tujuan Khusus .................................................................. 7
D. Manfaat Penulisan ................................................................... 8 D.1 Manfaat Teoritis ................................................................. 8 D.2 Manfaat Praktis .................................................................. 8
E. Keaslian Penelitian ................................................................... 9
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ................................................ 14 A. Air Susu Ibu (ASI) .................................................................... 14
A.1 Pengertian Air Susu Ibu ...................................................... 14 A.2 ASI Menurut Stadium Laktasi.............................................. 14 A.3 Kandungan ASI .................................................................. 16 A.4 Manfaat ASI Eksklusif ........................................................ 18
A.5 Pemberian ASI Ditinjau dari Berbagai Aspek ................... 22 A.6 Manajemen Laktasi ........................................................... 23 A.7 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif .............. 26
B. Kerangka Teori ........................................................................ 39 C. Kerangka Konsep ..................................................................... 41 D. Definisi Operasional ................................................................. 40 E. Hipotesis .................................................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 45 A. Jenis Metode ........................................................................... 45 B. Lokasi dan waktu ..................................................................... 45
B.1. Lokasi Penelitian ............................................................... 45 B.2. Waktu Penelitian ............................................................... 46
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 46 C.1. Populasi ........................................................................... 46 C.2. Sampel ............................................................................. 46
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ........................................... 48 D.1 Data Primer ....................................................................... 48
viii
D.2 Data Sekunder ................................................................... 48 E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian ..................................... 48 F. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................ 49 F.1 Uji Validitas .............................................................................. 49
F.2 Uji Realibilitas........................................................................... 49 G. Prosedur Penelitian ......................................................................... 48 H. Pengolahan dan Analisa Data .................................................... 50
H.1 Pengolahan Data ............................................................... 50 H.2 Analisa Data ...................................................................... 51
I. Etika Penelitian........................................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 53 A. Hasil Penelitian ........................................................................... 53
A.1 Analisa Karakteristik Responden ................................................ 53 A.2 Analisa Univariat ......................................................................... 53 A.3 Analisa Bivariat ........................................................................... 56
B. Pembahasan .............................................................................. 62
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 69 A. Simpulan .................................................................................... 69 B. Saran ......................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 71
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perbedaan Hasil Penelitian…………………………………... 11
Tabel 2.1 Defenisi Operasional………………………………………….. 40
Tabel 3.1 Jumlah Sample Di Setiap Desa……………………………… 46
Tabel 4.1 Karakterisrik Responden Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Tahun 2018…………………………………………
53
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Bayi Usia 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif Tahun 2018……………………..
54
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu Bayi Usia 0-12 Bulan Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif Tahun 2018……………………………………..
54
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Ibu Bayi Usia 0-12 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif Tahun 2018……………………..
55
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tenaga Kesehatan Ibu Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif Tahun 2018……………………..
56
Tabel 4.6 Hubungan Antara Usia dan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018……………………………………………...………………
56
Tabel 4.7 Hubungan Antara Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018………………………………………...….....
57
Tabel 4.8 Hubungan Antara Persepsi dan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018…………………..……………………..…………..
58
Tabel 4.9 Hubungan Antara Pekerjaan dan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018………………………….………………………….
59
x
Tabel 4.10 Hubungan Antara Dukungan Suami dan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018…………………….…………………………
59
Tabel 4.11 Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan dan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018….................................
60
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori ............................................................... 38 Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep............................................................ 39
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Survei Tempat Penelitian Skripsi Prodi D-IV Kebidanan Lampiran 2 Surat Balasan UPT Puskesmas Sukaraya Lampiran 3 Formulir Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 4 Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran 5 Kuesioner Penelitian Lampiran 6 Deskripsi Karakteristik Responden Lampiran 7 Deskripsi Data Penelitian
Lampiran 8 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Usia dengan Pemberian ASI Eksklusif
Lampiran 9 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Lampiran 10 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Persepsi dengan Pemberian ASI Eksklusif
Lampiran 11 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Lampiran 12 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif
Lampiran 13 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan
kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya. Angka ini
digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan
kependudukan dan kesehatan. Program kesehatan Indonesia telah difokuskan
untuk menurunkan tingkat kematian dan anak yang cukup tinggi. Angka
Kematian Bayi (Infant Mortality Rate–IMR) adalah jumlah kematian bayi usia
dibawah 1 tahun (0-11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam tahun tertentu
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Bayi (AKB) pada
tahun 2012 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. Dan pada tahun 2015,
berdasarkan Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan
AKB sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI,
2017).
Dalam profil kesehatan Indonesia tahun 2016, salah satu indikator
kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan neonatal. Karena bayi hingga usia
kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan
kesehatan paling tinggi dan berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga
tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan
dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini di antaranya dengan
mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai
standar pada kunjungan bayi baru lahir. Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama
atau KN1 merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48
jam setelah lahir yang meliputi antara lain kunjungan menggunakan pendekatan.
Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi
baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi dan Hepatitis B0 injeksi
bila belum diberikan. Capaian KN1 Indonesia pada tahun 2016 sebesar 91,14%
lebih tinggi dari tahun 2015 yaitu sebesar 83,67%. Namun beberapa provinsi
2
mendapatkan cakupan lebih dari 100% dikarenakan data sasaran BPS
lebih rendah dibandingkan dengan data sasaran riil yang didapatkan. Sehingga
data yang diperoleh berbeda dengan angka kejadian KN1 di Indonesia. Dan
menyebabkan konseling mengenai ASI eksklusif pun tidak maksimal, sehingga
cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia pun masih belum mencapai target.
Menurut WHO (2016), pemberian ASI eksklusif di dunia masih berkisar 39%. Dan
jika dibandingkan dengan target WHO yaitu sebesar 50%, angka tersebut masih
jauh dari target. Sementara capaian ASI eksklusif di Indonesia yang diharapkan
yaitu sebesar 80%. Dari hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2016,
persentase bayi 0-5 bulan yang tidak mendapat ASI eksklusif sebesar 54,0%,
sedangkan bayi yang telah mendapatkan ASI eksklusif sampai usia enam bulan
adalah sebesar 29,5% (Kementerian Kesehatan RI, 2017).
Menurut profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2016, pemberian ASI
eksklusif di Kabupaten Deli Serdang adalah dari 21.996 bayi hanya 10.355 orang
(47,1%) yang diberikan ASI eksklusif. Sedangkan bayi yang tidak diberikan ASI
eksklusif sebanyak 11.641 orang (52,9%). Cakupan pemberian ASI eksklusif di
Kabupaten Deli Serdang tersebut masih belum mencapai target Nasional yaitu
80%. Hal ini menunjukkan pemberian ASI sebagai makanan pertama bayi masih
kurang. Padahal penurunan gizi anak hingga menyebabkan anak bergizi kurang
hingga buruk dan tumbuh pendek (stunting) dapat dicegah sedini mungkin
dengan pemberian ASI eksklusif.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012, Air Susu Ibu
yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.
Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. ASI
mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein
untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga
pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum
berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari
keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein, dan
laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi
dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga
mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu
3
enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan
makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi (Kementerian
Kesehatan RI, 2017).
Dalam UU Nomor 36 tahun 2009 Pasal 128 ayat 1 dan 2, menyatakan
bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan
selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. Selama pemberian air susu
ibu, pihak keluarga, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus
mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas
khusus. Dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United
Nation Childrens Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO)
membuat rekomendasi pada ibu untuk menyusui eksklusif selama 6 bulan
kepada bayinya. Berdasarkan Riskesdas (2013), sesudah umur 6 bulan, bayi
baru dapat diberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) dan ibu tetap
memberikan ASI sampai anak berumur minimal 2 tahun. Pemerintah Indonesia
melalui Kementerian Kesehatan juga merekomendasikan para ibu untuk
menyusui eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya (Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan pemberian ASI
eksklusif, demi mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik pada
tahun 2016-2017 adalah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang
dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup. Kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka GERMAS adalah
peningkatan aktivitas fisik, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat,
penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi, peningkatan
pencegahan dan deteksi dini penyakit, peningkatan kualitas lingkungan; dan
peningkatan edukasi hidup sehat. Beberapa bentuk program GERMAS adalah
keluarga mempunyai akses/menggunakan jamban dan sarana air bersih,
keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), anggota
keluarga tidak ada yang merokok, anggota keluarga rutin memeriksakan
kesehatannya, ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, bayi
mendapatkan imunisasi dasar lengkap dan ASI eksklusif, dan balita
mendapatkan pemantauan tumbuh kembang (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
4
ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari bahaya penyakit
dan infeksi, seperti : diare, infeksi telinga, batuk pilek dan penyakit alergi.
Sehingga angka morbiditas dan mortalitas bayi yang diberi ASI Eksklusif lebih
kecil dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
Perilaku pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh faktor internal dan
ekskternal. Menurut Notoatmodjo (2016), perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku juga dapat
diartikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan
dipelajari. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya prilaku dapat
dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor Intern
meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi motivasi dan sebagainya.
Sedangkan faktor ekstern seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan
dan sebagainya.
Faktor internal (karakteristik) ibu adalah segala sesuatu yang berasal dari
ibu, yang terdiri dari usia, persepsi, pengetahuan, dan perkerjaan ibu. Usia akan
mempengaruhi kemampuan dan kesiapan diri ibu dalam melewati masa
menyusui. Sehingga ibu dengan usia 18 tahun berbeda dalam melewati masa
menyusui dibandingkan dengan ibu yang berusia 40 tahun (Marlitalia, 2017).
Persepsi yang salah mengenai ASI eksklusif dapat mempengaruhi pemberian
ASI eksklusif. Misalnya adalah produksi ASI yang tidak mencukupi. Alasan ini
merupakan alasan utama para ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif. Dalam
hal ini ibu merasa bahwa ASI-nya kurang, dengan berbagai keluhan seperti
payudara mengecil, ASI menjadi lebih encer, bayi lebih sering menangis dan
lebih sering minta disusui (Walyani, 2015). Pengetahuan ibu yang kurang
mengetahui dan memahami tata laksana laktasi yang benar juga akan
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi. Misalnya, pentingnya
memberikan ASI, bagaimana ASI keluar, bagaimana posisi menyusui dan
perlekatan yang baik sehingga ASI dapat keluar dengan optimal (Astutik, 2016).
Faktor ekskternal ibu adalah segala sesuatu yang berasal di luar diri ibu,
seperti dukungan suami dan tenaga kesehatan. Faktor-faktor tersebut sangat
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi. Sehingga jika salah satu
faktor tersebut tidak teraplikasikan dengan baik dan benar pada ibu menyusui,
maka hal tersebut akan mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif
5
pada bayi (Maritalia, 2017). Dukungan suami yang baik kepada ibu akan
membantu keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Dukungan suami akan
membuat ibu merasa tenang sehingga memperlancar produksi ASI. Ayah
membantu ibu agar bisa menyusui dengan nyaman sehingga ASI yang
dihasilkan maksimal (Khasanah, 2013). Dukungan tenaga kesehatan juga
berperan dalam menunjang pemberian ASI eksklusif. Bidan dapat membantu ibu
untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum
terjadi. Misalnya dengan tidak memberikan makanan atau minuman lain kepada
bayi baru lahir selain ASI, kecuali ada indikasi medis yang jelas. Sehingga jika
dukungan suami dan bidan tidak dilaksanakan dengan benar, hal tersebut dapat
menjadi penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi (Heryani,
2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hakim (2013), pemberian ASI
ekslusif di pengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah usia dan
pengetahuan. Ibu yang berumur 30 tahun ke atas yang memberikan ASI
esksklusif sebesar 45,5%, sedangkan ibu yang berusia di bawah 30 tahun hanya
18,3% yang memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan (p<0,05). Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka semakin
banyak ibu yang memberikan ASI eksklusif. Ibu dengan pengetahuan baik yang
memberikan ASI eksklusif sebesar 50,0%, sedangkan ibu yang memiliki
pengetahuan kurang baik yang memberikan ASI eksklusif sebesar 47,8%.
Dalam penelitian Akhmadi (2016), terdapat hubungan antara persepsi
produksi ASI yang kurang pada ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Ini berarti
bahwa ibu yang memiliki persepsi produksi ASI yang kurang cenderung memiliki
cakupan ASI eksklusif yang lebih rendah. Sebaliknya, ibu yang tidak memiliki
persepsi produksi ASI yang kurang cenderung untuk memiliki cakupan ASI
eksklusif yang lebih tinggi. Dan berdasarkan penelitian Ardhita (2012), dari 64 ibu
didapati ibu yang bekerja dan tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 37 ibu
(57,8%) dan ibu yang bekerja dan memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 27
ibu (42,2%).
Penelitian Usman, et al (2015) menyatakan adanya hubungan dukungan
suami, dukungan tenaga kesehatan dalam pemberian ASI Eksklusif. Diperoleh
data bahwa jumlah ibu yang menyatakan dukungan suami baik yaitu 69 ibu
(65.7%), yang memberikan ASI Eksklusif 63 ibu (60.0%) dan yang tidak
6
memberikan 6 ibu (5.7%), sedangkan jumlah ibu yang menyatakan dukungan
keluarga kurang baik sebanyak 36 ibu (34.3%), yang memberikan ASI Eksklusif
27 ibu (25.7%), yang tidak memberikan ASI Eksklusif 9 ibu (8.6%). Sedangkan
hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif yaitu
diperoleh data bahwa jumlah ibu yang menyatakan dukungan tenaga kesehatan
baik yaitu 18 ibu (17.1%), yang memberikan ASI Eksklusif 18 ibu (17.1%) dan
yang tidak memberikan 0 ibu (0%), sedangkan jumlah ibu yang menyatakan
dukungan tenaga kesehatan kurang baik sebanyak 87 ibu (82.9%), yang
memberikan ASI Eksklusif 72 ibu (68.6%), yang tidak memberikan ASI Eksklusif
15 ibu (14.3%).
Berdasarkan data Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tahun 2017, dari
116 orang ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan hanya 56,9% (66 orang) yang
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sedangkan ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif pada bayi sebesar 43,1% (50 orang). Namun,
berdasarkan studi awal peneliti yang dilakukan di desa Sukaraya Kota Pancur
Batu tahun 2018, diperoleh data dari 10 orang ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan
hanya 20% yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sedangkan ibu
yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayi sebesar 70%. Hal tersebut masih
sangat jauh dari target nasional pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu 80%.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian
tentang “Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Sosial Terhadap Pemberian
ASI Ekslusif Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur
Batu Tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut
penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada
hubungan antara karakteristik ibu dan dukungan sosial dengan pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur
Batu?”.
7
C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui “Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Sosial
Terhadap Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu Menyusui Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018”
C.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran usia ibu, pekerjaan ibu dan pemberian
ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tahun 2018.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tahun 2018.
c. Untuk mengetahui gambaran persepsi ibu dalam pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tahun 2018.
d. Untuk mengetahui gambaran dukungan sosial suami dalam
pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tahun 2018.
e. Untuk mengetahui gambaran dukungan sosial tenaga kesehatan
dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tahun 2018.
f. Untuk mengetahui hubungan usia ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tahun 2018.
g. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap pemberian
ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu tahun 2018.
h. Untuk mengetahui hubungan persepsi ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tahun 2018.
i. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tahun 2018.
8
j. Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial suami terhadap
pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tahun 2018.
k. Untuk mengetahui hubungan dukungan sosial tenaga kesehatan
terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat Teoritis
Informasi hasil penelitian ini dapat digunakan menjadi tambahan
informasi dan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
penerapannya bagi masyarakat, khususnya ibu menyusui, dan tenaga kesehatan
dalam memahami hubungan karakteristik ibu dan dukungan sosial dengan
pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di Kota Pancur Batu.
D.2 Manfaat Praktik a. Bagi Puskesmas Sukaraya Pancur Batu
Data atau informasi hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu dalam mengambil kebijakan lebih
lanjut dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Data atau informasi hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan tenaga
kesehatan sebagai masukan untuk menyarankan atau memberikan
penyuluhan kepada masyarakat Pancur Batu Kab. Deli Serdang
mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif.
c. Bagi Masyarakat
Data atau informasi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
masukan atau pengetahuan bagi masyarakat khususnya ibu menyusui
mengenai ASI, agar memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai
usia 6 bulan.
9
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman bagi penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan
skripsi ini.
E. Keaslian Penelitian
1. Ramla Hakim (2012) “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nabire
Kota Kabupaten Nabire” Papua”. Jenis penelitian ini survei dengan
pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sample. Analisa data dengan chi square. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Nabire Kota memiliki tingkat pengetahuan
tentang pemberian ASI eksklusif pada ketegori cukup baik (44,2%).
Sebagian besar (70,2%) ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Nabire Kota tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Sehingga
ada hubungan bermakna antara pengetahuan tentang ASI eksklusif
dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Ada hubungan bermakna
antara umur, pekerjaan ibu, dan paritas dengan perilaku pemberian ASI
eksklusif. Penelitian ini menunjukkan tidak hubungan bermakna antara
pendidikan, serta dukungan petugas kesehatan dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif.
2. Meiyana Dianning Rahmawati (2010) “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui Di Kelurahan Pedalangan
Kecamatan Banyumanik Kota Semarang”. Jenis penelitian ini adalah
penelitian kuanitatif non experimental yaitu explanatory research dengan
pendekatan cross sectional dan metode survey analitik. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sample. Analisa
data dengan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak
35 ibu dari 52 ibu usia <20 - 30 tahun (67%) tidak memberikan ASI
eksklusif dan sebanyak 16 ibu dari 28 ibu usia lebih dari 30 tahun
(57,1%) memberikan ASI eksklusif. Nilai probabilitasnya adalah 5%
(0,05) dan berarti nilai p < 0,05, sehingga nilai tersebut menunjukkan ada
pengaruh yang signifikan antara usia dengan pemberian ASI eksklusif.
10
Sebanyak 41 ibu dari 69 ibu berpendidikan tinggi (59,4%) tidak
memberikan ASI eksklusif dan 5 ibu dari 11 ibu berpendidikan rendah
(45,5%) memberikan ASI eksklusif pada bayinya.. Nilai p dari uji Fisher
adalah 0,754. Nilai probabilitasnya adalah 5% (0,05) dan berarti nilai p >
0,05, sehingga nilai tersebut menunjukkan tidak ada pengaruh yang
signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemberian ASI eksklusif.
Sebanyak 31 ibu dari 42 ibu bekerja (73,8%) tidak memberikan ASI
eksklusif dari sebanyak 22 ibu dari 38 ibu tidak bekerja (57,9%)
memberikan ASI eksklusif. Nilai probabilitasnya adalah 5% (0,05) dan
berarti nilai p <0,05, sehingga nilai tersebut menunjukkan ada pengaruh
yang signifikan antara status pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif.
Uji regresi logistik menunjukkan bahwa faktor paling dominan yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah status pekerjaan dengan
p=0,008 dan OR=4,137 yang menandakan bahwa ibu yang tidak bekerja
berpeluang memberikan ASI ekskusif pada bayinya 4 kali dibanding ibu
yang bekeija. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di kelurahan Pedalangan kecamatan
Banyumanik kota Semarang adalah usia ibu, status pekerjaan, urutan
kelahiran bayi, dukungan petugas kesehatan dan faktor yang paling
dominan adalah status pekerjaan.
11
Tabel 1.1 Perbedaan Hasil Penelitian
Pembeda Meiyana Dianning
Rahmawati Ramla Hakim
Feby Ivana Rinta
Monalisa
Batubara
Judul
Penelitian
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pem-
berian Asi Eksklusif
Pada Ibu Menyusui
Di Kelurahan
Pedalangan Kec.
Banyumanik Kota
Semarang
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi
6-12 Bulan Di
Wilayah Kerja
Puskesmas Nabire
Kota Kabupaten
Nabire
Hubungan
Karakteristik Ibu
dan Dukungan
Sosial Terhadap
Pemberian ASI
Eksklusif pada Ibu
Menyusui di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Pancur Batu
Tahun 2018
Tahun,
Tempat
Penelitian
2010,
Semarang
2012,
Papua
2018,
Pancur Batu
Rancangan
Penelitian Cross Sectional Cross Sectional Cross Sectional
Variabel
Penelitian
Variabel Bebas :
1. Usia Ibu 2. Tingkat pendidikan 3. Status pekerjaan 4. Urutan kelahiran
bayi 5. Tingkat
pengetahuan tentang ASI
6. Dukungan Suami 7. Dukungan Tenaga
Kesehatan 8. Sosial Budaya
Variabel Terikat :
Pemberian ASI Eksklusif
Variabel Bebas :
1. Pengetahuan Ibu
2. Pekerjaan 3. Umur 4. Pendidikan 5. Dukungan
tenaga kesehatan
6. Paritas
Variabel Terikat :
Pemberian ASI Eksklusif
Variabel Bebas :
1. Usia Ibu 2. Persepsi Ibu 3. Tingkat
Pengetahuan Ibu
4. Pekerjaan Ibu 5. Dukungan
Suami 6. Dukungan
Tenaga Kesehatan
Variabel Terikat:
Pemberian ASI Eksklusif
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI (Air Susu Ibu)
A.1 Pengertian ASI
ASI (Air Susu Ibu) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mammae
ibu, dan berguna sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). Menurut Who Health
Organization (WHO), ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan
cairan lain baik susu formula, air putih, air jeruk, atau makanan tambahan lain
sebelum mencapai usia enam bulan (Astutik, 2016). ASI eksklusif atau lebih
tepat pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI
saja, sejak usia 30 menit post natal (setelah lahir) sampai usia 6 bulan, tanpa
tambahan cairan lain seperti: susu formula, sari buah, air putih, madu, air teh,
dan tanpa tambahan makanan padat seperti buah-buahan, biskuit, bubur susu,
bubur nasi dan nasi tim (Walyani, 2015).
A.2 ASI Menurut Stadium Laktasi
Dalam Astutik (2016), ASI menurut stadium laktasi dibagi menjadi 3
stadium, yaitu adalah sebagai berikut.
a. Kolostrum
Merupakan cairan piscous kental dengan warna kekuning-kuningan
dan lebih kuning dibandingkan susu yang matur. Kolostrum juga dikenal
dengan cairan emas yang encer berwarna kuning (dapat pula jernih) dan
lebih menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.
Sedangkan menurut Pollard (2016), kolostrum merupakan suatu cairan
kental berwarna kuning/jingga yang sangat pekat, tetapi terdapat dalam
volume yang kecil pada hari-hari awal. Kolostrum diproduksi sejak kira-
kira minggu ke-16 kehamilan (laktogenesis I) dan siap untuk
menyongsong kelahiran. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan pada
bayi. Kolostrum dapat melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri.
Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai
ketiga atau keempat. Pada awal menyusui, kolostrum yang keluar
mungkin hanya sesendok teh saja. Pada hari pertama pada kondisi
13
normal, produksi kolostrum sekitar 10-100 cc dan terus meningkat setiap
hari sampai sekitar 150-300 ml/24 jam.
Kolostrum mengandung zat antiinfeksi 10-17 kali lebih banyak
dibandingkan ASI matur. Komposisi dari kolostrum dari hari ke hari selalu
berubah-ubah. Rata-rata mengandung protein 8,5%, lemak 2,3%,
karbohidrat 3,5%, curpusculum colostrums, garam mineral (K, Na dan Cl)
0,4%, air 85,1%, leukosit sisa-sisa epitel mati dan vitamin yang larut
dalam lemak.
b. Air Susu Masa Transisi (Peralihan)
ASI peralihan adalah air susu yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI yang matang/matur. Ciri dari air susu pada masa
peralihan adalah sebagai berikut.
1. Disekresi ASI dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi.
Teori lain mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada
minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
2. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan
lemak makin tinggi.
3. Volume ASI juga akan makin meningkat dari hari ke hari
sehingga pada waktu bayi berumur tiga bulan dapat diproduksi
kurang lebih 800 ml/hr.
c. Air Susu Matang (Matur)
Ciri dari air susu matur adalah sebagai berikut.
1. ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya.
Komposisinya relatif konstan. Ada pula yang mengatakan bahwa
komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3 sampai
minggu ke-5.
2. Pada ibu yang sehat, produksi ASI untuk bayi akan tercukupi. Hal ini
dikarenakan ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik
dan cukup untuk bayi sampai usia enam bulan.
3. Cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna
dari garam Ca-caseinant, riboflavin dan karoten yang terdapat di
dalamnya (Astutik, 2016).
14
4. Tidak menggumpal jika dipanaskan.
5. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama
disebut foremilk.
a) Foremilk lebih encer.
b) Foremilk mempunyai kandungan rendah lemak dan tinggi
laktosa, gula, protein, mineral dan air.
6. Selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk.
a) Hindmilk kaya akan lemak dan nutrisi.
b) Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang.
7. Dengan demikian, bayi akan membutuhkan keduanya, baik foremilk
maupun hindmilk.
8. Komposisi foremilk (ASI permulaan) berbeda dengan hindmilk (ASI
paling akhir).
9. Volume ASI matur 300-850 ml/24 jam.
10. Terdapat antimikrobakterial faktor, yaitu :
a) Antibodi terhadap bakteri dan virus.
b) Sel (fagosile, granulosil, makrofag, lomfosil tipe-T).
c) Enzim (lisozim, lactoperoxidese).
d) Protein (laktoferin, B12 Ginding Protein)
e) Faktor resisten terhadap terhadap Staphylococcus.
f) Complement (C3 dan C4).
A.3 Kandungan ASI
Menurut Pollard (2016), ASI berisi banyak unsur atau zat yang memenuhi
kebutuhan individu walaupun terjadi kemajuan teknologi, ASI tidak dapat
digantikan secara akurat oleh susu buatan; ASI sering kali disebut sebagai cairan
kehidupan (“living fluid”). ASI mengandung air, lemak, protein, karbohidrat
elektrolit mineral serta immunoglobulin.
a. Lemak
Sumber kalori utama dalam ASI adalah lemak, yaitu sekitar 50%
kalori ASI berasal dari lemak. Kadar lemak dalam ASI antara 3,5-4,5%.
Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi, tetapi mudah dicerna oleh bayi
karena terdiri dari butiran-butiran trigliserid yang mudah dicerna dan
15
diserap bayi. Kandungan trigliserida dalam lemak ASI sebanyak 98% dari
seluruh lemak susu ibu.
Kadar lemak ASI matur dapat berbeda menurut lama menyusui.
Pada permulaan menyusu (lima menit pertama) disebut foremilk yang
kadar lemak ASI rendah (1-2 g/dl) dan lebih tinggi pada hindmilk, yaitu
ASI yang dihasilkan pada akhir menyusu (15-20 menit). Kadar lemak
hindmilk bisa mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan foremilk.
b. Karbohidrat
Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa yang kadarnya paling
tinggi dibandingkan susu mamalia lain (7%). Laktosa mudah diurai
menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim lactase yang
sudah ada dalam saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa mempunyai
manfaat lain yaitu meningkatkan absorbsi kalsium dan merangsang
pertumbuhan Lactibasillus bifidus.
c. Protein
Protein dalam susu adalah kasein dan whey. Kadar protein sebesar
0,99% dan sebesar 60% di antaranya whey yang lebih mudah dicerna
dibandingkan kasein (protein utama susu sapi). Selain mudah dicerna,
dalam ASI terdapat dua macam asam amino yang tidak terdapat dalam
susu sapi yaitu sistin dan taurin. Sistin diperlukan untuk pertumbuhan
somatik sedangkan taurin untuk pertumbuhan otak.
d. Garam dan Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Kadarnya relatif rendah, tetapi
cukup untuk bayi sampai usia enam bulan. Total mineral selama laktasi
adalah konstan, tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya
tergantung pada diet dan stadium laktasi. Besi dan kalsium paling stabil
karena tidak dipengaruhi oleh diet ibu.
Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium,
kalium, serta natrium dari asam klorida dan fosfat. Dan juga mengandung
bahan pembuat darah, yaitu tembaga, besi dan mangan. Kalsium dan
fosfor merupakan bahan pembentuk tulang yang kadarnya dalam ASI
cukup. Seng diperlukan untuk tumbuh kembang, sistem imunitas, dan
pencegahan penyakit tertentu seperti penyakit yang mengenai kulit serta
saluran pencernaan yang berakibat fatal (Akrodermatittis enteropatika).
16
Bayi yang mendapatkan ASI akan terhindar dari penyakit ini dikarenakan
ASI cukup mengandung seng.
Kadar garam dan mineral yang rendah dalam susu diperlukan oleh
bayi baru lahir karena ginjal belum dapat mengonsentrasikan air kemih
yang baik. Bayi yang mendapat susu sapi atau susu formula yang tidak
dimodifikasi dapat menderita otot kejang (tetani) karena hipokalsemia. Hal
ini dikarenakan kadar kalsium dalam susu sapi lebih rendah dibandingkan
ASI, sedangkan kadar fosfor jauh lebih tinggi sehingga menganggu
penyerapan kalsium dan magnesium.
ASI dan susu sapi mengandung zat besi dalam kadar yang tidak
terlalu tinggi, tetapi zat besi dalam ASI lebih mudah diserap dan lebih
banyak (> 50%).
e. Vitamin
ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi, di antaranya
vitamin D, E, dan K. Vitamin E terdapat pada kolostrum, vitamin K
diperlukan sebagai katalisator dalam proses pembekuan darah dan
terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup, serta mudah diserap. ASI
juga mengandung vitamin D, tetapi bayi prematur atau bayi yang kurang
mendapat sinar matahari dianjurkan pemberian suplementasi vitamin D
(Astutik, 2016).
A.4 Manfaat ASI Eksklusif
Dalam Walyani dan Purwoastuti (2015), ASI ekskusif memiliki banyak
manfaat terutama bagi bayi dan ibu. Manfaat ASI eksklusif bagi bayi dan ibu
adalah sebagai berikut.
A.4.1 Manfaat Bagi Bayi
a. ASI sebagai nutrisi.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi.
ASI adalah makanan yang paling sempurna baik kualitas maupun
kuantitasnya. Melalui penatalaksanaan menyusui yang benar, ASI
sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi
normal sampai usia 6 bulan.
17
b. ASI sebagai kekebalan.
ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Bayi baru lahir secara
alamiah mendapatkan zat kekebalan dari ibunya melalui plasenta, tetapi
kadar zat kekebalan dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat
tersebut akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir, padahal
bayi sampai usia beberapa bulan tubuh belum dapat membentuk sendiri
zat kekebalan secara sempurna. Oleh karena itu, kadar zat kekebalan di
dalam tubuh bayi menjadi rendah. Hal ini akan tertutupi jika bayi
mengkonsumsi ASI. ASI mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari bahaya penyakit dan infeksi, seperti : diare, infeksi
telinga, batuk pilek dan penyakit alergi (Roesli, 2000; Depkes 2001).
Angka morbiditas dan mortalitas bayi yang diberi ASI Eksklusif lebih kecil
dibandingkan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif.
c. ASI meningkatkan kecerdasan bayi.
Bulan-bulan pertama kehidupan bayi sampai dengan usia 2 tahun
adalah priode di mana terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat.
Periode ini tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh kembang anak.
Pertumbuhan otak adalah faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan kecerdasan. Sementara itu pertumbuhan otak sangat
dipengaruhi oleh nutrisi yang diberikan dari segi kualitas dan
kuantitasnya. Nutrisi utama untuk pertumbuhan otak antara lain : Taurin,
Lactosa, DHA, AA, Asam Omega-3, dan Omega-6. Semua nutrisi yang
dibutuhkan tersebut, bisa didapatkan dari ASI.
d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang.
Pada waktu menyusu, bayi berada sangat dekat dalam dekapan
ibunya. Semakin sering bayi berada dalam dekapan ibunya, maka bayi
akan semakin merasakan kasih saying ibunya. Ia juga akan merasa
aman, tentram dan nyaman terutama karena masih dapat mendengar
detak jantung ibunya yang telah dikenalnya sejak dalam kandungan.
Perasaan yang terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk ikatan yang erat antara ibu
dan bayi.
Selain 4 manfaat pokok di atas, ada beberapa manfaat lain pemberian
ASI bagi bayi yaitu ASI mudah dicerna karena mengandung enzim
18
pencernaan sehingga bayi tidak mengalami obstipasi (sembelit), dan ASI
tidak memberatkan fungsi ginjal yang belum sempurna. ASI juga
menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif akan lebih cepat bisa berjalan, membantu pembentukan rahang,
meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara, mencegah
obesitas (kegemukan) pada bayi, dan mencegah anemia akibat
kekurangan zat besi. Selain itu ASI mengurangi risiko terkena penyakit
diabetes, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan
menderita penyakit jantung.
A.4.2 Manfaat Bagi Ibu
a. Mengurangi perdarahan dan anemia setelah melahirkan serta
mempercepat pemulihan rahim ke bentuk semula.
Menyusui bayi segera setelah melahirkan akan meningkatkan kadar
oksitosin di dalam tubuh ibu. Oksitosin berguna untuk proses
konstriksi/penyempitan pembuluh darah di rahim sehingga perdarahan
akan lebih cepat berhenti pada ibu postpartum, sehingga kemungkinan
terjadinya perdarahan dapat berkurang. Hal ini juga dapat mengurangi
terjadinya anemia pada ibu. Selain itu kadar oksitosin yang meningkat
juga mempercepat rahim kembali mendekati ukuran seperti sebelum
hamil.
b. Menjarangkan kehamilan.
Menyusui/memberikan ASI pada bayi merupakan cara kontrasepsi
alamiah yang aman tanpa alat kontrasepsi apapun sampai ibu belum
mendapatkan menstruasi, murah dan cukup efektif, disebut juga dengan
Metode Amenorhoe Laktasi (MAL).
c. Lebih cepat kembali ke berat badan semula.
Menyusui memerlukan energi yang besar. Tubuh ibu akan mengambil
sumber energi dari lemak-lemak yang tertimbun selama hamil terutama di
bagian paha dan lengan atas, sehingga berat badan ibu menyusui akan
lebih cepat kembali ke berat badan semula.
19
d. Mengurangi kemungkinan menderita kanker.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi
kemungkinan terjadinya kanker payudara dan akan mengurangi resiko ibu
terkena penyakit kanker indung telur.
e. Lebih ekonomis dan murah.
ASI adalah jenis makanan yang bermutu tinggi yang murah dan
sederhana yang tidak memerlukan perlengkapan menyusui sehingga
dapat menghemat pengeluaran. Bayi yang diberi ASI eksklusif
mempunyai daya tahan tubuh yang kuat, sehingga bayi akan terhindar
dari berbagai penyakit dan infeksi. Hal tersebut akan menghemat
pengeluaran untuk biaya kesehatan ke dokter atau rumah sakit.
f. Menghemat waktu, portabel dan praktis.
ASI dapat diberikan kapan saja, di mana aja, dan tidak perlu takut
persediaan habis. ASI juga mudah di bawa kemana-mana. Pada saat
berpergian tidak perlu untuk membawa peralatan membuat susu dan alat
listrik untuk memasak atau menghangatkan susu serta tidak perlu takut
basi karena ASI di dalam payudara ibu tidak akan pernah basi.
g. Memberi kepuasaan kepada ibu.
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif pada bayinya akan
merasa puas, bangga dan bahagia yang mendalam.
A.4.3 Manfaat Bagi Keluarga
Dalam Astutik (2016), menjelaskan bahwa ASI juga memiliki manfaat bagi
keluarga dan negara di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Mudah pemberiannya.
Pemberian ASI tidak merepotkan seperti susu formula yang harus
mencuci botol dan mensterilkan karena sudah steril.
b. Menghemat biaya.
Artinya ASI tidak perlu dibeli, karena bisa diproduksi oleh ibu sendiri
sehingga keuangan keluarga tidak banyak berkurang dengan adanya
bayi. Dan juga bayi dengan ASI akan menjadi lebih sehat dan jarang
sakit, sehingga menghemat pengeluaran keluarga dikarenakan tidak perlu
sering membawa ke sarana kesehatan.
20
A.4.4 Manfaat Bagi Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
Seperti yang dijelaskan di atas, ASI mengandung za-zat kekebalan
yang bisa melindungi bayi dari penyakit sehingga resiko kematian dan
kesakitan akan menurun.
b. Mengurangi subsidi untuk ke rumah sakit.
Hal ini menyebabkan karena bayi jarang ke rumah sakit sehingga
menurunkan angka kunjungan ke rumah sakit yang tentunya memerlukan
biaya untuk perawatan.
A.5 Pemberian ASI Ditinjau dari Berbagai Aspek
Menurut Astutik (2016), pemberian ASI ditinjau dari empat aspek. Aspek
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Aspek Biologis
Manusia termasuk jenis mamalia dan secara ilmiah seorang ibu yang
melahirkan akan mengahasilkan ASI. ASI dapat keluar sendiri atau
melalui isapan bayi, serta sangat bergantung pada keadaan emosi ibu.
Kolostrum merupakan salah satu kandungan ASI yang sangat penting
karena mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi.
b. Aspek Psikologis
Menyusui merupakan proses interaksi antara ibu dan bayi yang saling
memengaruhi. Hubungan interaksi ini paling mudah tercipta selama 12
jam pertama dan mulai terjalin sejak beberapa menit setelah melahirkan.
Oleh karena itu, sangat dianjurkan agar bayi disusui sedini mungkin,
misalnya 30 menit setelah melahirkan. Proses menyusui yang berjalan
dengan baik akan memberikan kepuasan dan rasa aman bayi bayi
melalui kehangatan tubuh dan denyut jantung ibu.
c. Aspek Sosio-budaya
Di pedesaan, biasa terlihat bayi disusui ibunya setiap hari. Bahkan,
gadis-gadis sebelum menikah dan melahirkan anak dapat mengamati
serta mempelajari cara-cara menyusui. Dukungan masyarakat di
sekitarnya sangat membantu menyukseskan pemberian ASI sesudah
bayi dilahirkan. Adanya urbanisasi kiranya perlu diantisipasi sehingga
21
kebiasaan menyusui bayi tidak ditinggalkan oleh ibu-ibu muda yang
berada di kota.
d. Aspek Ekonomi
Di negara berkembang, masalah sanitasi dan kebersihan belum
begitu baik. Misalnya, terjadi kematian bayi yang tinggi ada hubungannya
dengan penggunaan susu botol. Meninggalkan ASI dan beralih kepada
susu botol sangat merugikan dari segi ekonomi kerena susu botol juga
harus dibeli.
A.6 Manajemen Laktasi
Menurut Walyani dan Purwoastuti (2015), manajemen laktasi terdiri dari
perawatan payudara, cara menyusui yang benar dan langkah-langkah menyusui
yang benar.
A.6.1 Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat payudara
terutama pada masa nifas (masa menyusui) untuk memperlancar pemgeluaran
ASI. Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan
dan menyusui agar ASI keluar dengan lancar. Perawatan payudara sangat
penting dilakukan selama hamil dan menyusui. Hal ini dikarenakan payudara
merupakan satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi
baru lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin yaitu 1-2 hari setelah bayi
lahir. Perawatan payudara sebaiknya dilakukan dua kali sehari sebelum mandi.
Prinsip perawatan payudara adalah sebagai berikut.
1. Menjaga payudara agar tetap bersih dan kering terutama puting susu.
2. Menggunakan bra/BH yang menopang
3. Apabila terjadi puting susu yang lecet, oleskan kolostrum ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap dapat dilakukan dengan mendahulukan puting susu
yang tidak lecet. Namun jika puting susu termasuk kategori berat,
maka ASI dapat dikeluarkan atau diminumkan dengan sendok.
22
A.6.2. Cara Menyusui yang Benar
Teknik menyusui adalah salah satu cara pemberian ASI yang dilakukan
oleh seorang ibu kepada bayinya, demi mencukupi kebutuhan nutrisi bayi
tersebut. Posisi yang tepat bagi ibu untuk menyusui adalah duduk dengan posisi
yang enak atau santai, memakai kursi atau sandaran punggung dan lengan. Dan
menggunakan bantal untuk menjanggal bayi agar tidak terlalu jauh dari payudara
ibu. Beberapa faktor kunci dalam menyusui dengan benar di antaranya sebagai
berikut.
a. Waktu Menyusui
Waktu menyusui juga merupakan faktor kunci dalam menyusui yang
benar. Pada bayi baru lahir akan menyusu lebih sering, rata-rata 10-12
kali menyusu tiap 24 jam atau bahkan 18 kali. Menyusui on demand
adalah menyusui kapanpun bayi meminta atau dibutuhkan oleh bayi
(akan lebih banyak dari rata-rata menyusu). Menyusui on demand
merupakan cara terbaik untuk menjaga produksi ASI tetap tinggi dan bayi
tetap kenyang. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah bahwa
sebaiknya setiap kali menyusui dengan durasi yang cukup lama dan tidak
terlalu sebentar, sehingga bayi menerima asupan foremilk dan hindmilk
secara seimbang.
Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab
lain (buang air, kepanasan/kedinginan, atau sekedar ingin didekap) atau
ibu sudah merasa perlu menyusui. Bayi yang sehat dapat mengosongkan
satu payudara sekitar 5-7 menit., sedangkan ASI dalam lambung bayi
akan kosong dalam waktu dua jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki
pola yang teratur dalam menyusu dan akan mempunyai pola tertentu
setelah 1-2 minggu kemudian.
b. Perlekatan
Perlekatan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut cara bayi
menahan puting susu dalam mulutnya. Ada dua cara untuk apakah mulut
bayi melekat pada puting susu ibu dengan benar atau tidak yaitu sebagai
berikut.
1. Jika mulut bayi melekat dengan benar, bibir bawah akan terlipat
ke bawah dan dagu akan mendekat ke payudara. Lidah
seharusnya ada di bawah payudara, aerola dan puting menempel
23
pada langit mulut bayi. Posisi ini memungkinkan bayi menghisap
secara efisien.
2. Seluruh puting dan aerola berada dalam mulut bayi. Posisi ini
memungkinkan bayi menekan sinus-sinus di bawah aerola dan
mengeluarkan ASI dan puting. Jika hanya puting yang masuk ke
mulut bayi, maka jumlah ASI yang dikeluarkan akan lebih sedikit
dan bayi harus menghisap lebih keras dan lebih lama untuk
memuaskan rasa laparnya.
Perlakatan yang kurang baik disebabkan karena hal sebagai
berikut.
1. Menggendong bayi dalam posisi yang kurang benar.
2. Pemakaian baju ibu yang berlebihan.
3. Kemungkinan bayi tidak siap menyusu yang bisa
dikarenakan bayi bingung puting atau malas menyusu.
4. Adanya penyakit, baik pada ibu maupun bayi.
5. Tidak cukup privasi pada saat menyusui, misalnya di tempat
umum atau tempat kerja yang tidak disediakan pojok laktasi.
A.6.3 Langkah-langkah Menyusui yang Benar
Terdapat 9 langkah menyusui yang benar, diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Cuci tangan sebelum atau sesudah menyusui dengan sabun dan air
mengalir untuk membersihkan tangan dari kemungkinan adanya
kotoran, serta kuman yang dikhawatirkan bisa menempel pada
payudara atau bayi.
2. Masase payudara dimulai dari korpus menuju aerola sampai teraba
lemas/lunak.
3. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian oleskan pada
puting susu dan aerola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfeksi dan menjaga kelembapan puting susu.
4. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
a. Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk, lebih baik
menggunakan kursi yang rendah agar kaki tidak tergantung dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Macam-macam
24
posisi menyusui yang mudah dilakukan ibu adalah posisi
setengah duduk, berbaring miring, berbaring telentang, duduk di
kursi, duduk di tempat tidur dan posisi berdiri.
b. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh menengadah dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu.
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang
satunya lagi di depan badan ibu.
d. Perut bayi menempel di badan ibu dan kepala menghadap
payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi).
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
5. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di
bawah. Jangan menekan puting susu atau aerolanya saja.
a. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex)
dengan cara menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh
dengan sisi mulut bayi.
b. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting serta aerola
dimasukkan ke mulut bayi. Setelah bayi mulai menghisap,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.
6. Cara melepas isapan bayi yaitu dengan memasukkan jari kelingking
ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke
bawah.
7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pada puting susu dan aerola sekitarnya, biarkan kering dengan
sendirinya.
8. Menyendawakan bayi dengan tujuan mengeluarkan udara dari
lambung bayi supaya bati tidak muntah (gumoh) setelah menyusu,
dengan cara menggendong bayi tegak dengan bersandar pada bahu
ibu kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan. Hal ini dapat
dilakukan juga dengan ditidurkan tengkurap di pangkuan ibu
kemudian punggung bayi ditepuk perlahan-lahan.
25
9. Periksa keadaan payudara, adakah perlukaan atau bendungan.
A.7 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
A.7.1 Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Perilaku pemberian ASI eksklusif adalah bayi termuda dalam keluarga
umur 0-6 bulan terakhir yang mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir
(Notoatmodjo, 2016). Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis
perilaku adalah konsep dari Lawrence Green sebagaimana dijelaskan oleh
Notoatmodjo (2016) bahwa perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu
predisposing, enabling dan reinforcing. Setiap faktor tersebut memiliki pengaruh
yang berbeda terhadap perilaku (Lestari, 2015).
a. Predisposing factors atau faktor predisposisi merupakan faktor yang
memberikan motivasi terhadap perilaku. Faktor predisposisi
diantaranya pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan dan nilai.
Umur, status ekonomi, jenis kelamin dan besarnya keluarga yang
merupakan variabel demografi juga merupakan faktor predisposisi,
namun variabel tersebut diluar pengaruh langsung terhadap program
pendidikan kesehatan.
b. Enabling factors atau faktor pendukung merupakan faktor yang
memungkinkan motivasi atau aspirasi untuk direalisasikan. Faktor ini
termasuk di dalamnya adalah skil personal dan sumber-sumber seperti
halnya dari komunitas. Beberapa sumber-sumber yang termasuk
dalam faktor pendukung ini adalah fasilitas pelayanan kesehatan,
sekolah, klinik dan lain-lain. Akses terhadap sumber tersebut juga
merupakan bagian dari faktor pendukung.
c. Reinforcing factors atau faktor pendorong merupakan faktor yang
memberikan dukungan untuk perilaku yang dilakukan. Dukungan yang
diberikan dapat berupa dukungan positif atau negatif tergantung pada
perilaku setiap orang, beberapa orang bisa lebih mempengaruhi yang
lainnya.
Berdasarkan modifikasi Green dalam WHO, faktor yang mempengaruhi
pilihan ibu dalam pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan ibu, kondisi
kesehatan Ibu dan bayi, dukungan selama kehamilan, persalinan dan setelah
bersalin, dukungan suami, keluarga, teman dan tenaga kesehatan. Sedangkan
26
faktor keluarga, sikap, persepsi, budaya, pekerjaan dan kebijakan internasional
dan nasional serta promosi susu formula menjadi determinan pokok pemberian
ASI eksklusif.
Pemberian ASI eksklusif sangat penting, karena berpengaruh terhadap
perkembangan bayi dan anak balita. Perilaku pemberian ASI eksklusif
dipengaruhi oleh faktor internal dan ekskternal. Perilaku merupakan respon atau
reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku juga dapat
diartikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan yang dapat diamati dan
dipelajari. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya prilaku dapat
dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor Intern
meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi motivasi dan sebagainya.
Sedangkan faktor ekstern seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan
dan sebagainya. Faktor internal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif
adalah karakteristik ibu yang terdiri dari usia, persepsi, pengetahuan, dan
pekerjaan ibu. Sedangkan faktor ekskternal ibu adalah segala sesuatu yang
berasal di luar diri ibu, seperti dukungan suami dan tenaga kesehatan (Maritalia,
2017).
A.7.2 Karakteristik Ibu
Terdapat empat karakteristik ibu yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Usia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, usia atau umur adalah lama
waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Semakin cukup
umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berpikir dan bekerja. Umur ibu sangat menentukan
kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan
dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu berumur
kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal
jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam
membina bayi yang dilahirkan. Ibu yang berusia 18 tahun akan berbeda
27
dalam melewati masa kehamilan, persalinan, nifas dan menyusui
dibandingkan dengan ibu yang sudah berusia 40 tahun (Maritalia, 2017).
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkannya. Persepsi adalah memberikan makna kepada stimulus
(Notoatmodjo, 2016). Dalam Pollard (2016), menemukan bahwa salah
satu alasan ibu yang paling umum ditemukan untuk berhenti menyusui
adalah persepsi ibu bahwa ASI-nya tidak cukup untuk mengenyangkan
bayinya. Persepsi yang salah mengenai ASI eksklusif dapat
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Akibat produksi ASI yang tidak
mencukupi, bayi mengalami ketidakpuasan setelah menyusui, bayi sering
menangis atau rewel, tinja bayi keras dan payudara tidak terasa
membesar. Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untuk tidak
memberikan ASI eksklusif. Namun kenyataannya, ASI tidak akan kurang.
Sehingga timbul keinginan ibu untuk memberikan makanan tambahan
kepada bayinya yaitu susu formula.
Menurut Walyani (2015), ada berbagai keluhan yang dirasakan ibu di
antaranya seperti berikut.
a. Payudara tampak mengecil, lembek atau tidak penuh dan
merembes.
b. ASI tampak berubah kekentalannya, yaitu menjadi lebih encer.
c. Bayi lebih sering menangis dan lebih sering minta disusui,
terutama pada malam hari.
d. Bayi lebih cepat menyusu dibandingkan sebelumnya.
Hal-hal yang dapat menyebabkan masalah atau keluhan-keluhan
tersebut dalam Heryani (2012) antara lain, sebagai berikut.
a. Faktor teknik menyusui, seperti masalah frekuensi, perlekatan,
penggunaan dot/botol, dan tidak mengosongkan payudara.
b. Faktor psikologi, seperti ibu merasa kurang percaya diri atau ibu
sedang stress.
28
c. Faktor fisik, seperti penggunaan kontrasepsi, ibu sedang hamil,
merokok dan kurang gizi.
d. Faktor bayi, seperti bayi sedang sakit, abnormalitas atau kelainan
konginetal.
Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara ibu dan bayinya
sehingga produksi ASI dapat meningkat dan bayi dapat menghisap
dengan efektif. Tenaga kesehatan mempunyai peran untuk melakukan
evaluasi dan pendekatan psikologis kepada ibu.
3. Pengetahuan
Notoatmodjo (2016) mengatakan, pengetahuan adalah hasil
pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek tertentu
melalui indra yang dimilikinya. Pengindraan panca indera manusia yaitu
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu
proses melihat dan mendengar. Selain itu proses pengalaman dan proses
belajar dalam pendidikan formal maupun informal. Menurut Lestari
(2015), pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal
kembali objek yang telah dipelajari melalui panca indera pada suatu
bidang tertentu secara baik.
Secara garis besar, pengetahuan dibagi dalam 6 tingkat di antaranya
sebagi berikut.
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
29
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan sesorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubingan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat
analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau
memisahkan, mengelompokkan, dan membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan sesoranguntuk
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi dari formulasi-formulasi
yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suattu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dalam Lestari (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
adalah sebagai berikut.
1. Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk memberikan pengetahuan
sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.
2. Informasi, seseorang yang akan mendapatkan informasi lebih
banyak akan menambah pengetahuan yang lebih luas.
3. Pengalaman, yakni sesuatu yang pernah dilakukan seseorang untuk
menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat normal.
4. Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang
meliputi sikap dan kepercayaan.
30
5. Sosial ekonomi, yakni kemampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Cara memperoleh pengetahuan dibagi menjadi dua cara, yaitu cara
kuno dan modren. Cara kuno untuk memperolah pengetahuan diantaranya
adalah sebagai berikut.
a. Cara coba salah (Trial and Error), cara ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba.
b. Cara kekuasaan atau otoritas, cara ini dapat bersumber dari
pemimpin pimpinan masyarakat baik formal dan informal, ahli
agama, lembaga pemerintahan dan berbagai prinsip atau orang
yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi, cara ini dapat digunakan sebgai
upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi di masa lalu.
Sedangkan cara modern dalam memperoleh pengetahuan disebut juga
sebagai metode penelitian ilmiah atau sering disebut dengan metodologi
penelitian. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subyek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur. Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dewasa ini
cenderung rendah. Ibu kurang mengetahui dan memahami tata laksana
laktasi yang benar. Misalnya, pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI
keluar, bagaimana posisi menyusui, dan perlekatan yang baik sehingga
bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar secara optimal.
Termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus terpisah dari bayinya
(Astutik, 2016).
31
4. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang
untuk ditekuni dan dilakukan sesuai dengan bidang kemampuannya
sebagai mata pencahariannya. Pekerjaan adalah aktivitas sehari-hari yang
dilakukan ibu di luar pekerjaan rutin rumah tangga yang tujuannya untuk
mencari nafkah dan membantu suami. Di sebagian negara berkembang,
rata-rata wanita bekerja 12-18 jam per hari sedangkan pria 10-12 jam.
Wanita masih perlu dibebani dengan berbagai peran dalam berbagai
keluarga. Yaitu sebagai pemelihara, pendidik, penyuluh kesehatan dan
pencari nafkah. Kaum ibu terpaksa harus bekerja untuk mencari nafkah
bagi keluarganya dan dituntut untuk mampu membagi waktu antara bekerja
dan waktu untuk keluarga. Ibu bekerja harus tetap memberikan ASI-nya.
Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif karena
ASI dapat diperah dan tetap diberikan kepada bayi walaupun ibu tidak
mendampingi bayinya. Menyusui bisa dilakukan sebelum berangkat
bekerja. Jika ibu sudah berada di rumah, maka ibu wajib memberikan hak
anaknya untuk menyusui dengan air susunya sendiri.
Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja adalah sebagai berikut.
1. Siapkan pengasuh bayi (anggota keluarga, baby sitter, atau
pembantu) sebelum ibu mulai kembali bekerja.
2. Berlatih memerah ASI. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk
persediaan/tambahan apabila ibu sedang bekerja.
3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah
dengan cangkir dan sendok.
4. Hindari pemakaian dot/kempeng karena kemungkinan bayi akan
menjadi bingung puting.
5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, sore hari segera
setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.
6. Selama di kantor (di tempat kerja) perah ASI setiap 3-4 jam dan
disempan di lemari es, beri label tanggal dan jam ASI diperah. ASI
yang disimpan dalam pendingin dapat bertahan selama 48 jam.
ASI perah ini akan diberikan besok harinya selama ibu tidak di
rumah. ASI perah terdahulu diberikan lebih dahulu.
32
7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum
diberikan kepada bayi dengan merendamnya dalam air hangat. ASI
yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan lagi ke dalam
lemari es. Oleh karena itu, hangatkan ASI sejumlah yang habis
diminum bayi satu kali.
8. Tetap menjaga pola makan yang bergizi agar kualitas ASI tetap
terjaga dan setelah memerah ASI usahakan untuk makan untuk
memproduksi ASI selanjutnya.
9. Olah raga teratur agar tubuh tetap sehat karena ibu harus
membagi waktu untuk mengurus pekerjaan, serta saat di rumah
mengurus bayi dan keluarganya.
Teknik memerah ASI bagi ibu yang bekerja. Ada dua cara memerah
ASI yaitu sebagai berikut.
1. Manual menggunakan jari dan tangan.
Teknik memerah secara manual yang dapat diterapkan adalah
teknik marmet, yaitu cara memeras ASI secara manual dan
menggutamakan let down reflex (LDR). Tahapan untuk memerah ASI
dengan teknik marmet adalah sebagai berikut.
a. Mencuci tangan dengan sabun dan keringkan dengan
handuk bersih.
b. Gunakan wadah steril yang bermulut lebar untuk
menampung ASI yang sudah dikeluarkan.
c. Duduk dengan nyaman, lingkungan yang hangat, damai
serta membuat rileks.
d. Posisi tubuh sedikit miring kea rah depan.
e. Sebelumnya rangsang let down reflex dengan cara
mengompres payudara dengan air hangat, menarik-narik
putting dengan perlahan atau masase payudara.
f. Letakkan ibu jari dan dua jari lainnya (telunjuk dan jari
tengah) sekitar 1-1,5 cm dari aerola dan tempatkan ibu jari di
atas aerola pada posisi jam 12 dan jari lainnya di posisi jam
6 atau menyerupai huruf “C”. Cara ini dapat mengeluarkan
ASI dengan optimal.
33
g. Dorong ke arah dada. Kemudian gulung menggunakan ibu
jari dan jari lainnya secara bersamaan. Gerakkan ibu jari dan
jari lainnya hingga menekan gudang ASI (terminal milk)
hingga kosong. Jika dilakukan dengan tepat ibu tidak akan
kesakitan saat memerah ASI.
h. Ulangi secara teratur hingga gudang ASI benar-benar
kosong.
2. Menggunakan pompa payudara
Ada beberapa jenis pompa payudara, yaitu pompa manual,
pompa payudara dengan baterai dan pompa elektrik. Pompa
payudara yang paling efektif dan efesien adalah pompa payudara
dengan baterai. Karena pompa ini tidak terlalu melelahkan
dibandingkan dengan pompa tangan sehingga ibu menyusui akan
lebih nyaman menggunakannya.
ASI yang telah diperah dapat disimpan dalam beberapa saat.
Jika ASI disimpan pada udara terbuka, ASI dapat bertahan 6-8 jam.
Jika ASI disimpan dalam lemari es (40°C), maka ASI dapat
bertahan selama 24 jam. Sedangkan jika ASI disimpan di lemari
pendingin/beku dengan penyimpanan yang baik dan benar, ASI
dapat bertahan selama 6 bulan (Astutik, 2016).
A.7.3 Dukungan Sosial
Menurut Farida, et al., (2014), dukungan sosial adalah dukungan yang
diperoleh dari hubungan interpersonal yang mengacu pada kesenangan,
ketenangan, bantuan bermanfaat, yang berupa informasi verbal yang diterima
seseorang dari orang lain atau kelompok lain yang membawa efek perilaku bagi
penerimaannya. Dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis
yang diberikan oleh teman, orang di sekitar lingkungan atau anggota keluarga.
Dukungan sosial juga dapat dilihat dari banyaknya kontak sosial. Orang-orang
yang menerima dukungan sosial memiliki keyakinan bahwa mereka dicintai,
bernilai, dan merupakan bagian dari kelompok yang dapat menolong mereka
ketika membutuhkan bantuan. Dukungan sosial terdiri dari informasi atau
nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan
34
oleh keakraban sosial atau di dapat karena kehadiran mereka dan mempunyai
manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.
Menurut Cohen & Syme (dalam Sari, 2011) mengklasifikasikan dukungan
sosial dalam 4 kategori yaitu, sebagai berikut.
1. Dukungan informasi, yaitu memberikan penjelasan tentang situasi
dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang
dihadapi individu. Dukungan ini, meliputi memberikan nasehat,
petunjuk, masukan atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap.
2. Dukungan emosional, yang meliputi ekspresi empati misalnya
mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya
terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih
sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat si
penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi.
3. Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara
langsung, bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan fasilitas
yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan,
permainan atau bantuan yang lain.
4. Dukungan appraisal atau penilaian, dukungan ini bisa terbentuk
penilian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan
sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan sosial yang
membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan stres.
Dukungan sosial terpenting berasal dari keluarga, karena dukungan
sosial lebih sering didapat dari relasi yang terdekat yaitu keluarga atau sahabat.
Kekuatan dukungan sosial yang berasal dari relasi yang terdekat merupakan
salah satu proses psikologis yang dapat menjaga perilaku sehat dalam diri
seseorang. Dukungan sosial dari lingkungan sekitar ibu, mempunyai peran yang
besar terhadap keberhasilan menyusui. Dukungan sosial yang sangat
berpengaruh berasal dari orang terdekat ibu, orang terdekat tersebut adalah
suami. Dukungan dari tenaga kesehatan selama hamil, bersalin dan setelah
persalinan juga berpengaruh dalam pemberian ASI pada ibu menyusui (Sopiyani,
2014). Terdapat dua dukungan sosial yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif, dintaranya adalah sebagai berikut.
35
1. Dukungan Suami
Dukungan suami merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya dengan baik. Dukungan suami
adalah peran ayah dalam membantu membantu ibu agar bisa menyusui
dengan nyaman sehingga ASI yang dihasilkan maksimal. Akan tetapi,
tidak semua suami akan mendukung pemberian ASI. Misalnya suami
merasa tidak nyaman apabila istrinya menyusui. Pandangan para suami
yang merasa tidak nyaman apabila istrinya menyusui merupakan alasan
utama para ibu memilih memberikan susu formula.
Pada dasarnya, dukungan emosional suami sangat berarti dalam
mengahadapi tekanan ibu dalam menjalani proses menyusui. Dukungan
suami dan keluarganya membuat ia merasa tenang sehingga
memperlancar produksi ASI. Salah satu cara yang dapat membantu suami
untuk mendukung istrinya dalam memberikan ASI adalah breastfeeding
father, yaitu ayah membantu ibu agar bisa menyusui dengan nyaman
sehingga ASI yang dihasilkan maksimal. Bukan ayah yang menyusui,
tetapi ayah yang sangat mendukung keberhasilan menyusui.
Sebenarnya proses menyusui bukan hanya antara ibu dan bayinya,
tetapi ayah juga memiliki peran yang sangat penting dan dituntut
keterlibatannya. Keberhasilan menyusui dan mengasuh anak merupakan
hasil kerja sama antara ibu, bayi dan ayah. Ada banyak hal praktis yang
dapat dilakukan seorang ayah dalam mengasuh bayinya sehari-hari. Di
antaranya adalah membantu ibu mengurus anak-anaknya (termasuk
kakak bayi atau anak-anak yang lain), menggendong bayi, membantu
memandikan bayi, mengganti popok, serta mengajaknya bermain.
Ayah juga diharapkan untuk selalu memberikan support kepada ibu,
membantu pekerjaan rumah tangga, dan menemani ibu bangun malam
untuk menyusui bayi. Dengan demikian, ibu bisa beristirahat yang cukup.
Dengan istirahat yang cukup ibu akan memiliki suasana hati yang senang
dan pikirannya pun akan terasa tenang, yang akhirnya berdampak pada
produksi ASI lebih banyak. Jika ibu merasa didukung, dicintai dan
diperhatikan, maka akan muncul emosi positif yang akan mengingkatkan
produksi hormon oksitosin, sehingga produksi ASI lancar. Produksi ASI
sekitar 80% ditentukan oleh keadaan emosi sang ibu (Khasanah, 2013).
36
2. Dukungan Tenaga Kesehatan
Salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai peran penting dalam
proses menyusui adalah bidan. Bidan mempunyai peranan yang sangat
istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu
ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah
umum yang terjadi selama proses menyusui.
Peranan awal bidan dalam pemberian ASI adalah meyakinkan ibu
bahwa bayi akan memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara
ibunya dan membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui
bayinya sendiri. Dan bentuk dukungan umum dan dukungan kepada ibu
yang dapat diberikan bidan dalam pemberian ASI. Dalam (Astutik, 2015)
menjelaskan bahwa beberapa dukungan umum bidan yang ditunjukkan
kepada masyarakat bahwa bidan mendukung pemberian ASI dengan cara
sebagai berikut.
a. Tidak memperbolehkan ada produk susu formula di klinik.
b. Tidak memperbolehkan ada produk susu formula di klinik.
c. Tidak menyediakan botol susu atau dot.
d. Tidak memasang poster dari susu formula I.
e. Tidak membubuhkan poster pada papan nama bidan.
f. Tidak menganjurkan kepada ibu nifas untuk menggunakan susu
formula.
g. Tidak bekerjasama dengan produsen susu formula dalam
kegiatan apapun.
Sedangkan bentuk dukungan bidan kepada ibu dalam pemberian ASI
adalah sebagai berikut.
1. Biarkan ibu bersama bayinya segera sesudah dilahirkan selama
beberapa jam pertama. Bayi mulai menyusui sendiri segera setelah
lahir disebut insiani menyusui dini (IMD). Hal ini merupakan peristiwa
penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan
ibunya, dengan tujuan dapat memberikan kehangatan dan dapat
membangkitkan hubungan/ikatan antara ibu dan bayi. Keberhasilan
pemberian ASI sedini mungkin, merupakan salah satu faktor awal
penentu ibu memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
37
2. Ajarkan cara merawat payudara yang baik dan benar pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang terjadi selama proses menyusui.
3. Bantulah ibu pada awal pertama kali memberi ASI. Pemberian ASI
tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui. Posisi
menyusui dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya
adalah sebagai berikut.
a) Posisi berbaring miring, posisi ini baik dilakukan saat pertama
kali atau ibu dalam keadaan lelah atau nyeri.
b) Posisi duduk, posisi duduk dimaksudkan untuk memberikan
topangan atau sandaran pada punggu ibu dalam posisi tegak
lurus (90°) terhadap pangkuannya. Posisi ini dapat dilakukan
dengan bersila di atas tempat tidur atau lantau, ataupun duduk
di kursi.
c) Posisi tidur telentang, posisi ini biasanya dilakukan saat inisiasi
menyusui dini. Maka posisi ini juga dapat dilakukan oleh ibu
dalam menyusui bayi sehari-hari. Posisi bayi berada di atas
dada ibu di antara payudara ibu.
4. Bayi harus ditempatkan dekat ibunya, di kamar yang sama dengan
ibunya (rawat gabung/rooming in). Hal ini juga bermanfaat dalam
proses pemberian ASI, karena ibu bersama bayinya dalam ruangan
selama 24 jam penuh. Sehingga ibu dapat memberikan ASI
sesering mungkin, yang dapat merangsang pengeluaran ASI
dengan optimal (Heryani, 2012).
B. Kerangka Teori
Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep
dari Lawrence Green sebagaimana dijelaskan oleh Notoatmodjo (2016) bahwa
perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu predisposing, enabling dan
reinforcing. Setiap faktor tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap
perilaku Berdasarkan informasi dari teori di atas, peneliti menggambarkan
kerangka teori yang menunjukkan hubungan karakteristik ibu dan dukungan
sosial terhadap pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui adalah, seperti
berikut.
38
Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori
Sumber : Green Lawrence dan Marshall W. Kreuter, 1980 dalam Zakiyah (2012)
Faktor Predisposisi
Pengetahuan
Persepsi
Usia
Pendidikan
Demografi
Kesehatan Ibu dan Anak
Pemberian ASI eksklusif
Faktor Pendukung
Ketersediaan Pelayanan
Kesehatan
Promosi Susu Formula
Keterampilan Kesehatan
(Manajemen Laktasi)
Faktor Penguat
Dukungan Suami
Dukungan Keluarga Ibu
Dukungan Mertua
Dukungan Tenaga Kesehatan
Kebijakan Nasional
Kebijakan Internasional
39
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel bebas
(independen). Variable bebas terdiri dari usia, persepsi, pengetahuan, pekerjaan,
dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan. Sedangkan perilaku
pemberian ASI eksklusif ditetapkan sebagai variabel terikat. Hubungan antara
beberapa variable tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini :
Variable Independen Variabel Dependen
Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep
Karakteristik Ibu :
Usia
Pengetahuan
Persepsi
Pekerjaan
Dukungan Sosial :
Dukungan Suami
Dukungan Tenaga
Kesehatan
Pemberian ASI Eksklusif
40
D. Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
1. Pemberian
ASI Eksklusif
Pemberian ASI
saja selama enam
bulan pertama
kehidupan tanpa
memberikan
tambahan
makanan lain
kepada bayi.
Kue-
sioner
1. Tidak, jika bayi
telah diberi
makanan
tambahan sebelum
usia 6 bulan.
2. Ya, jika bayi diberi
ASI saja tanpa
makanan
tambahan selama
6 bulan kecuali
obat dan vitamin.
Nominal
2. Usia Lama waktu
hidup ibu yang
dihitung dalam
tahun atau sejak
ibu dilahirkan
sampai saat
penelitian
berlangsung.
Kue-
sioner
1. < 20 dan > 35
tahun
2. 20 – 35 tahun
Nominal
3. Pengetahuan Hal-hal yang
diketahui atau
yang tidak
diketahui ibu
mengenai
pemberian ASI
dan ASI eksklusif.
Kue-
sioner
Pengetahun ibu
dikategorikan dalam
2 kategori, yaitu :
1. Tidak Baik, jika
skor atau nilai ≤
10.
2. Baik, jika skor
atau nilai > 10.
Nominal
41
No Variabel Definisi Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
4. Persepsi Pengalaman ibu
tentang
pemberian ASI,
dengan
menyimpulkan
dan
menafsirkannya
sendiri
pengalaman atau
informasi
tersebut.
Kuesio
ner
Persepsi ibu
dikelompokkan
menjadi 2 kategori
yaitu persepsi tidak
baik dan baik.
1. Tidak Baik, jika
skor atau nilai ≤ 10.
2. Baik, jika skor
atau nilai > 10.
Nominal
5.
Pekerjaan
Kegiatan yang
dilakukan oleh
responden untuk
men-dapatkan
penghasilan
dalam memenuhi
kebutuhan hidup
keluarga yang
ditekuni
responden saat
penelitian
berlangsung.
Kue-
sioner
1 = Tidak bekerja
2 = Bekerja
Nominal
6. Dukungan
Suami
Peran ayah
dalam membantu
membantu ibu
agar bisa
menyusui dengan
nyaman sehingga
ASI yang
dihasilkan
maksimal.
Kue-
sioner
Dukungan suami
dikelompokkan
dalam 2 kategori
yaitu dukungan tidak
baik dan baik.
1. Tidak Baik, jika
skor atau nilai ≤ 8.
2. Baik, jika skor
atau nilai > 8.
Nominal
42
No Variabel Definisi Alat
Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
7. Dukungan
Tenaga
Kesehatan
Pemberian
bantuan informasi
mengenai
pemberian ASI
eksklusif kepada
ibu menyusui.
Kue-
sioner
Dukungan tenaga
kesehatan di-
kelompokkan dalam
2 kategori yaitu
dukungan tidak baik
dan baik.
1. Tidak Baik, jika
skor atau nilai ≤ 8.
2. Baik, jika skor
atau nilai > 8.
Nominal
43
E. Hipotesis
1. Adanya hubungan antara usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif pada
ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tahun
2018.
2. Adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tahun 2018.
3. Adanya hubungan antara persepsi ibu dengan pemberian ASI eksklusif
pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu
tahun 2018.
4. Adanya hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif
pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu
tahun 2018.
5. Adanya hubungan antara dukungan suami dengan pemberian ASI
eksklusif pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tahun 2018.
6. Adanya hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian
ASI eksklusif pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tahun 2018.
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang jenis dan desain penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis dan cara pengumpulan data,
alat ukur/instrumen dan bahan penelitian, uji validitas dan reliabilitas, prosedur
penelitian, pengolahan dan analisis data, etika penelitian, dan kelemahan
penelitian.
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimen untuk
mengetahui hubungan karakteristik ibu dan dukungan sosial terhadap
pemberian ASI eksklusif pada ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu tahun 2018. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian analitik dengan metode cross sectional. Cross sectional
merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor
resiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan
observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang
sama. Dalam penelitian cross sectional setiap responden hanya
diobservasi satu kali saja dan pengukuran variabel responden dilakukan
pada saat pemeriksaan tersebut, kemudian peneliti tidak melakukan tindak
lanjut (Riyanto, 2017).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
B.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan
pertimbangan bahwa di Puskesmas Sukaraya merupakan salah satu
puskesmas yang memiliki populasi ibu menyusui yang tidak melakukan ASI
eksklusif, sehingga memungkinkan terpenuhinya jumlah minimal sampel
yang diinginkan sesuai kriteria inklusi. Selain itu, lokasi penelitian
terjangkau dan memudahkan akses peneliti dalam menyelesaikan
keperluan administrasi yang dibutuhkan selama proses penelitian.
45
B.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2017 sampai dengan
bulan Juli 2018 terhadap ibu yang menyusui yang memiliki bayi usia 0-6
bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu. Studi
pendahuluan dilakukan pada bulan Desember 2017. Penyusunan bab I
sampai bab III dilakukan dari bulan Desember 2017 sampai Februari 2018.
Ujian proposal dilakukan pada bulan Februari, sedangkan perbaikan
proposal, pengumpulan data dan penelitian dilakukan dari mulai Februari
hingga bulan Mei. Pengolahan data dan hasil penelitian dilakukan pada
bulan Juni. Sidang hasil skripsi dilakukan pada bulan Juli. Perbaikan
penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai bulan Agustus 2018.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
C.1 Populasi
Dalam Riyanto (2017), populasi merupakan seluruh objek atau subjek
seperti manusia, binatang percobaan, data laboratorium dan sebagainya
yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh ibu yang menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
C.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat
mewakili atau representatif populasi. Besar sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus pengukuran besar sampel menurut Slovin yaitu:
N
n = --------------
1 + N (e) 2
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Total Populasi
E = Batas Toleransi Error (0,5)
46
Cara Penyelesaian :
79 n = ------------------- 1 + 79 (0,5) 2
79 n = --------- 20,75
n = 3,807
n = 39 orang.
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Di Setiap Desa
No. Desa Ibu Menyusui
Yang Memiliki Bayi Usia 0-6 Bulan
Perhitungan Sampel
1 2 3
Sukaraya Sei Glugur
Gunung Tinggi
43 orang 30 orang 6 orang
(42:79) x 39 (30:79) x 39 (6:79) x 39
21 orang 15 orang 3 orang
TOTAL 79 orang 39 orang
Jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 39 orang.
Pengambilan sampel menggunakan metode non probability sampling yaitu
purposive sampling dimana subjek dijadikan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Dimana subjek penelitiannya adalah ibu yang menyusui di wilayah
kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu yang memenuhi kriteria inklusi
sebagai berikut.
1. Ibu menyusui yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu.
2. Ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan.
3. Memahami bahasa Indonesia.
4. Sehat jasmani dan rohani.
5. Bersedia diwawancarai.
47
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
D.1 Data Primer
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diambil langsung menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini data primer
adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada
ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Kuesioner digunakan untuk
mengetahui usia, persepsi, pengetahuan, pekerjaan, dukungan suami dan
dukungan tenaga kesehatan.
D.2 Data Sekunder
Dalam Sugiono (2017), data skunder merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data (peneliti). Data skunder
dalam penelitian ini diambil langsung dari Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
Meliputi data ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dan juga dari
sumber lainnya seperti jurnal yang berkaitan dengan judul penelitian.
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
disusun secara tertutup serta berisikan pertanyaan yang harus dijawab
responden. Kuesioner adalah salah satu instrumen dalam penelitian dimana
didalamnya berisi kumpulan pertanyaan (Riyanto, 2017). Kuesioner yang
dibagikan terdiri dari pemberian ASI eksklusif, usia, persepsi, pengetahuan,
perkerjaan, dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan ibu menyusui
yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu.
1. Kuesioner usia dan pekerjaan merupakan identitas ibu.
2. Kuesioner persepsi sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan
jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak sejutu.
3. Kuesioner pengetahuan sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan
jawaban benar dan salah.
4. Kuesioner dukungan suami sebanyak 8 pertanyaan dengan pilihan
jawaban ya dan tidak.
5. Kuesioner dukungan tenaga kesehatan sebanyak 8 pertanyaan
dengan pilihan jawaban ya dan tidak.
48
Sebelum kuesioner dibagikan kepada responden, peneliti menjelaskan
cara pengisian kuesioner terlebih dahulu, kemudian kuesioner dibagikan. Dan
setelah selesai, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
F.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2016). Penelitian ini menggunakan
instrumen penelitian berupa kuesioner (daftar pertanyaan) untuk
mengumpulkan data yang diperlukan. Sebelum mengumpulkan data, uji
validitas yang digunakan dalam kuesioner pengetahuan adalah pengujian
validitas konstruk mengenai aspek-aspek yang akan diukur dengan
berlandaskan teori pemberian ASI eksklusif. Untuk menguji kuesioner
persepsi, dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan digunakan
pengujian validitas ekskternal yaitu diuji dengan cara membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-
fakta empiris yang ada di lapangan. Kemudian uji validitas content (isi) yaitu
dilakukan dengan mengonsulkan kepada dosen ahli sehingga hasil dari
seluruh pertanyaan dinyatakan valid (Riyanto, 2017).
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau
nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur
dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total
variabel menggunakan rumus teknik Pearson Product Moment Correlation
Coeffcient (r) dengan ketentuan jika nilai rhitung > rtabel maka dinyatakan valid
atau sebaliknya.
F.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama
(Notoatmodjo, 2016). Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden
terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke
waktu. Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
49
suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai
dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis
reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r
(α) > r (tabel), maka dinyatakan reliabel (Riyanto, 2017).
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Meminta surat izin dari pengelola program studi D-IV Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Medan sebagai bukti izin melakukan penelitian.
2) Mengajukan surat permohonan untuk melakukan penelitian kepada
Kepala Puskesmas Sukaraya Pancur Batu sebagai tempat penelitian.
3) Memberikan penjelasan kepada Kepala Puskesmas mengenai
penelitian yang akan dilakukan di Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
4) Melakukan pengambilan data ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-
6 bulan kepada Bidan Desa di setiap desa wilayah kerja Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu.
5) Menemui calon responden, memperkenalkan diri dan menanyakan
apakah calon responden untuk dijadikan objek penelitian.
6) Jika responden setuju, peneliti mulai menanyakan karakteristik
responden apakah sesuai dengan karakteristik inklusi.
7) Jika sesuai dengan karakteristik inklusi maka peneliti akan bertanya
kepada responden dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner.
8) Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan dan
analisa data.
H. Pengolahan dan Analisis Data
H.1 Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, data diolah dengan cara manual dengan
langkah-langkah sebagai berikut.
a. Editing (Pengeditan), yaitu memeriksa kelengkapan data-data yang
telah terkumpul. Berdasarkan hasil pengecekan seluruh kuesioner
telah dijawab responden dengan lengkap sehingga tidak dilakukan
pengambilan data ulang.
50
b. Coding (Pengkodean), yaitu proses pemberian kode pada setiap
variabel yang telah dikumpulkan atau mengubah jawaban
responden dengan kode untuk memudahkan dalam pengelolaan
lebih lanjut.
1. Pemberian ASI Eksklusif
a) Tidak : Kode 1
b) Ya : Kode 2
2. Usia
a) < 20 dan > 35 tahun : Kode 1
b) 20 – 35 tahun : Kode 2
3. Pengetahuan
a) Salah : Kode 1
b) Benar : Kode 2
4. Persepsi
a) Sangat Tidak Setuju : Kode 1
b) Tidak Setuju : Kode 2
c) Setuju : Kode 3
d) Sangat Setuju : Kode 4
5. Pekerjaan
a) Tidak Bekerja : Kode 1
b) Bekerja : Kode 2
6. Dukungan Suami
a) Tidak : Kode 1
b) Ya : Kode 2
7. Dukungan Tenaga Kesehatan
a) Tidak : Kode 1
b) Ya : Kode 2
c. Entering (Pemasukan data), yaitu pemasukan data merupakan
proses memasukkan data kedalam program pengolahan data untuk
dilakukan analisis menggunakan program statistik dengan
komputer. Setelah dilakukan pengkodean, peneliti memasukkan
data untuk dilakukan proses pengolahan data.
d. Cleaning (Pembersihan), merupakan pembersihan seluruh data
supaya terhindar dari kesalahan sebelum dilakukan proses analisis
51
data. Peneliti memeriksa kembali seluruh proses mulai dari
pengkodean serta memastikan bahwa data yang diinput tidak
terdapat kesalahan sehingga analisis dapat dilakukan dengan
benar. Proses cleaning dapat dilakukan dengan bantuan program
analisis statistik – komputer.
H.2 Analisis Data
Setelah dilakukan pentabulasian maka dilakukan analisis data dengan
menggunakan program yang disesuaikan dengan langkah - langkah sebagai
berikut:
1. Analisis Data Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan distribusi dan
frekuensi atau besarnya proporsi dari variabel independen dan variabel
dependen sehingga dapat diketahui variabel dari masing-masing
variabel. Tabel distribusi frekuensi ini menggambarkan jumlah dan
presentasi dari variabel yang ada. Variabel yang disajikan meliputi usia,
persepsi, pengetahuan, pekerjaan ibu, dukungan suami dan dukungan
tenaga kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif pada ibu
menyusui.
2. Analisis Data Bivariat
Analisis bivariat adalah statistik yang dapat digunakan untuk
menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel. Analisis data
bivariat ini digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan
karakterisrik ibu dan dukungan sosial mengenai pemberian ASI eksklusif
pada ibu menyusui dengan menggunakan uji statistik Chi square
(α=0,05). Hasil statistik yang uji Chi square (α=0,05) di bandingkan nilai
р pada tingkat signifikan tertentu sesuai dengan derajat kebebasan yang
diperoleh. Apabila nilai р < dari α=0,05 maka ada hubungan atau
perbedaan antara dua variabel tersebut. Apabila nilai р > dari α=0,05
maka tidak ada hubungan atau perbedaan antara dua variabel tersebut.
52
I. Etika Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak yang diteliti (subjek
penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian
tersebut. Etika dalam penelitian akan merujuk pada prinsip etis yang
diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal penelitian sampai dengan
publikasi hasil penelitian (Notoatmodjo, 2016). Penelitian ini adalah penelitian
yang akan menggunakan manusia sebagi responden yang akan diteliti serta
menimbulkan hubungan timbal balik yang lebih intensif antara peneliti dan
orang yang diteliti karena akan terlibat dalam waktu yang relatif lama.
Sebelum melakukan pengambilan data kepada responden maka peneliti
wajib memberikan informasi mengenai penelitian yang dilakukan dan
meminta persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Dalam penelitian ini akan tercipta hak dan kewajiban
yang harus diakui dan dihargai oleh masing-masing pihak. Hak dan
kewajiban responden yaitu hak untuk dihargai privasinya, hak untuk
merahasiakan informasi yang diberikan, hak memperoleh jaminan keamanan
dan keselamatan serta berhak mendapatkan kompensasi yang diiringi
dengan kewajiban responden untuk memberikan informasi yang diperlukan
oleh peneliti selama responden telah mendapatkan lembar penjelasan
sebagai calon subjek penelitian dan menandatangani inform concent.
Sebaliknya peneliti memiliki hak memperoleh informasi yang diperlukan
sejujurnya dan selengkap-lengkapnya dari responden serta berkewajiban
menjaga privasi responden dan menjaga kerahasiaan yang telah
diberitahukan oleh responden.
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
A.1 Analisa Karakteristik Responden
A.1.1 Distribusi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini responden penelitian adalah ibu yang memiliki bayi
berusia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu dengan
karakteristik seperti disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Karakterisrik Responden Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Tahun 2018
Karakterisrik Kategori Jumlah (n) Persentase (%)
Usia 3. < 20 dan > 35 tahun
4. 20 – 35 tahun
6
33
15,4
84,6
Pekerjaan 3 Tidak bekerja
4 Bekerja
39
0
100
0
Pemberian ASI
Eksklusif
3. Ya
4. Tidak
7
32
17,9
82,1
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar ibu yang menjadi responden
penelitian ini berusia 20-35 tahun (84,6%). Seluruh responden tidak memiliki
pekerjaan di luar rumah (100%). Dan sebagian besar ibu tidak memberikan ASI
secara eksklusif kepada bayinya (82,1%).
A.2 Analisis Univariat
Hasil uji univariat untuk variabel independen akan terlihat distribusi
frekuensi dari masing-masing sub variabel yaitu meliputi pengetahuan, persepsi,
dukungan suami dan dukungan tenaga kesehatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat
dari tabel masing-masing variabel.
54
A.2.1 Deskripsi Pengetahuan Ibu Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif
Pengetahuan ibu pada penelitian ini dapat dideskripsikan dengan dua
kategori yaitu kategori baik dan kategori tidak baik. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif Tahun 2018
Kategori Frekuensi Presentase (%)
Baik
Tidak Baik
11
28
28,2
71,8
Total 39 100
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diamati bahwa sebagian besar responden
pada penelitian ini mempunyai pengetahuan tentang ASI eksklusif dalam
kategori tidak baik sebesar (71,8%).
A.2.2 Deskripsi Persepsi Ibu Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif
Deskripsi persepsi ibu pada penelitian ini dapat dilihat dari dua kategori
yaitu kategori baik dan kategori tidak baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
4.3.
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Persepsi Ibu Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif Tahun 2018
Kategori Frekuensi Presentase (%)
Baik
Tidak Baik
11
28
28,2
71,8
Total 39 100
55
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diamati bahwa sebagian besar reponden
pada penelitian ini mempunyai persepsi tentang ASI eksklusif dalam kategori
tidak baik sebesar (71,8%).
A.2.3 Deskripsi Dukungan Suami kepada Ibu Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah
Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif
Variabel dukungan suami kepada ibu pada penelitian ini dapat dideskripsi
dengan dua kategori, yaitu kategori baik dan kategori tidak baik. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Dukungan Suami bagi Ibu Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif
Tahun 2018
Kategori Frekuensi Presentase (%)
Baik
Tidak Baik
14
25
35,9
64,1
Total 39 100
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diamati bahwa sebagian besar reponden
pada penelitian ini memiliki dukungan suami tentang ASI eksklusif dalam kategori
tidak baik sebesar (64,1%).
A.2.4 Deskripsi Dukungan Tenaga Kesehatan kepada Ibu Bayi Usia 0-6
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang
ASI Eksklusif
Deskripsi dukungan tenaga kesehatan kepada ibu pada penelitian ini
dapat dilihat dari dua kategori yaitu kategori baik dan kategori tidak baik. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.
56
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Tenaga Kesehatan bagi Ibu Bayi Usia 0-6
Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tentang ASI Eksklusif Tahun 2018
Kategori Frekuensi Presentase (%)
Baik
Tidak Baik
8
31
20,5
79,5
Total 39 100
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diamati bahwa sebagian besar reponden
pada penelitian ini memiliki dukungan tenaga kesehatan mengenai ASI eksklusif
dalam kategori tidak baik sebesar (79,5%).
A.3 Analisis Bivariat
A.3.1 Hubungan Antara Usia dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu Bayi
0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu
Hasil analisa mengenai hubungan antara usia dengan perilaku pemberian
ASI eksklusif oleh ibu bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hubungan Antara Usia dan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018
Usia
Pemberian ASI Eksklusif
p Ya Tidak Total
N % N % N %
< 20 dan > 35 tahun 20 – 35 tahun
6 7
100 21,2
0 26
0 78,8
6 33
100 100
0,568
7 17,9 32 82,1 39 100
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif
tidak dipengaruhi oleh usia (p > 0,568). Melihat dari hasil penelitian baik usia
produktif maupun tidak produktif, tidak mempengaruhi dalam hal pemberian ASI
eksklusif. Hal ini disebabkan karena kurangnya penyuluhan atau pemberian
informasi oleh tenaga kesehatan setempat mengenai pemberian ASI eksklusif
kepada ibu usia reproduksi sehat.
57
A.3.2 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh
Ibu Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur
Batu
Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan antara pengetahuan
dengan perilaku pemberian ASI eksklusif oleh ibu bayi 0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Hubungan Antara Pengetahuan dan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018
Pengetahuan
Pemberian ASI Eksklusif
p Ya Tidak Total
N % N % N %
Baik Tidak Baik
7 0
63,6 0
4 28
36,4 100
11 28
100 100
0,000
7 17.9 32 82,1 39 100
Pada Tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif
dipengaruhi oleh pengetahuan (p<0,05). Semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu,
maka semakin banyak ibu yang memberikan ASI secara eksklusif. Tabel 4.7
menunjukkan hasil penelitian didapat seluruh responden yang memiliki
pengetahuan tidak baik tidak memberikan ASI secara eksklusif (100%). Hal ini
disebabkan rendahnya pengetahuan, dukungan tenaga kesehatan dan
banyaknya promosi susu formula dan makanan pendamping seperti bubur
kemasan yang sangat gencar dilakukan oleh produsen di masyarakat.
Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan baik, namun tidak
memberikan ASI eksklusif sebesar 36,4%. Walaupun ibu memiliki pengetahuan
yang baik mengenai ASI eksklusif, ibu tetap tidak memberikan ASI. Berdasarkan
hasil penelitian, hal ini dikarenakan rendahnya informasi dan dukungan tenaga
kesehatan setempat mengenai pemberian ASI eksklusif.
Hasil perhitungan di atas memperoleh nilai Exact Fisher test p adalah
0,000 dimana p < 0,05 dengan CI 95% artinya Ho ditolak. Maka hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
pemberian ASI eksklusif.
58
A.3.3 Hubungan Antara Persepsi dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu
Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu
Hubungan antara persepsi dengan perilaku pemberian ASI eksklusif oleh
ibu bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu memiliki
hasil analisa yang dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Hubungan Antara Persepsi dan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018
Persepsi
Pemberian ASI Eksklusif
P Ya Tidak Total
N % N % N %
Baik 7 63,6 4 36,4 11 100 0,000 Tidak Baik 0 0 28 100 28 100
7 17.9 32 82,1 39 100
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif
dipengaruhi oleh persepsi (p<0,05). Semakin baik persepsi ibu, maka semakin
banyak ibu yang memberikan ASI secara eksklusif. Tabel 4.8 menunjukkan hasil
penelitian didapat seluruh responden (100%) yang memiliki persepsi tidak baik
tidak memberikan ASI secara eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian, persepsi
berhubungan dengan pengetahuan ibu. Ibu yang berpengetahuan baik akan
memiliki persepsi yang baik pula mengenai ASI eksklusif. Sehingga hasil
penelitian persepsi sama dengan hasil penelitian pada pengetahuan ibu.
Hasil perhitungan di atas memperoleh nilai Exact Fisher test p adalah
0,000 dimana p < 0,05 dengan CI 95% artinya Ho ditolak. Maka hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi dengan
pemberian ASI eksklusif.
A.3.4 Hubungan Antara Pekerjaan dengan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu
Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu
Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan antara pekerjaan dengan
perilaku pemberian ASI eksklusif oleh ibu bayi 0-6 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu dapat dilihat pada Tabel 4.9.
59
Tabel 4.9 Hubungan Antara Pekerjaan dan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018
Pekerjaan
Pemberian ASI Eksklusif
Ya Tidak Total
N % N % N %
Tidak Bekerja 7 17,9 32 82,1 39 100
Berdasarkan hasil penelitian tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu
dengan pemberian ASI eksklusif. Seluruh responden tidak memiliki pekerjaan di
luar rumah, sehingga variabel Pekerjaan tidak ada penghitungan statistik karena
bersifat konstan. Meskipun ibu tidak bekerja tidak mempengaruhi dalam hal
pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan Tabel 4.9 ibu yang tidak bekerja dan tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu sebesar 82,1%. Seharusnya ibu yang tidak
bekerja berpeluang dua kali lebih banyak dalam memberikan ASI eksklusif,
namun kenyataannya ibu yang tidak bekerja tidak memberikan ASI kepada
bayinya secara eksklusif, dikarenakan pengetahuan dan persepsi ibu yang tidak
baik mengenai ASI eksklusif.
A.3.5 Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif
oleh Ibu Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur
Batu
Hasil analisa mengenai hubungan antara dukungan suami dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif oleh ibu bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Hubungan Antara Dukungan Suami dan Pemberian ASI Eksklusif Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018
Dukungan Suami
Pemberian ASI Eksklusif
P Ya Tidak Total
N % N % N %
Baik Tidak Baik
7 0
50,0 0
7 25
50,0 100
14 25
100 100
0,000
7 17.9 32 82,1 39 100
Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif
dipengaruhi oleh dukungan suami (p<0,05). Semakin baik dukungan suami
kepada ibu, maka semakin banyak ibu yang memberikan ASI secara eksklusif.
60
Tabel 4.10 menunjukkan hasil penelitian didapat responden yang memiliki
dukungan suami tidak baik seluruhnya tidak memberikan ASI secara eksklusif
yaitu sebesar 100%. Berdasarkan hasil penelitian suami juga kurang mengetahui
pentingnya pemberian ASI eksklusif dikarenakan informasi yang sangat minim
didapatkan suami dari petugas kesehatan, sehingga dukungan yang diberikan
suami kepada ibu menyusui mayoritas tidak baik. Sedangkan responden yang
memiliki dukungan suami baik, namun tidak memberikan ASI eksklusif sebesar
50,0%. Walaupun suami mendukung dalam pemberian ASI eksklusif, namun ibu
tetap tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Hal ini disebabkan oleh
pengetahuan dan dukungan tenaga kesehatan yang sangat rendah di wilayah
kerja Puskesmas Sukaraya.
Hasil perhitungan di atas memperoleh nilai Exact Fisher test p adalah
0,000 dimana p < 0,05 dengan CI 95% artinya Ho ditolak. Maka hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan suami
dengan pemberian ASI eksklusif.
A.3.6 Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Pemberian
ASI Eksklusif oleh Ibu Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu
Hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan perilaku pemberian
ASI eksklusif oleh ibu bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu memiliki hasil analisa yang dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan dan Pemberian ASI
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018
Dukungan Tenaga
Kesehatan
Pemberian ASI Eksklusif
P Ya Tidak Total
N % N % N %
Baik Tidak Baik
7 0
87,5 0
1 31
12,5 100
8 31
100 100
0,000
7 17.9 32 82,1 39 100
Pada Tabel 4.11 di atas dapat diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif
dipengaruhi oleh dukungan tenaga kesehatan (p<0,05). Semakin baik dukungan
tenaga kesehatan kepada ibu, maka semakin banyak ibu yang memberikan ASI
secara eksklusif. Tabel 4.11 menunjukkan hasil penelitian didapat responden
yang memiliki dukungan tenaga kesehatan baik yang memberikan ASI secara
61
eksklusif yaitu sebesar 85,5%. Sedangkan responden yang memiliki dukungan
tenaga kesehatan tidak baik seluruhnya tidak memberikan ASI eksklusif sebesar
100%. Hal ini disebabkan karena kurangnya penyuluhan atau pemberian
informasi oleh tenaga kesehatan setempat mengenai pemberian ASI eksklusif
sehingga ibu memiliki pengetahuan dan persepsi yang rendah mengenai
pemberian ASI eksklusif yang berakibat rendahnya tingkat pemberian ASI di
wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
Hasil perhitungan di atas memperoleh nilai Exact Fisher test p adalah
0,000 dimana p < 0,05 dengan CI 95% artinya Ho ditolak. Maka hasil tersebut
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan tenaga
kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif.
B. Pembahasan
Hasil Pengujian Hipotesis
1. Hubungan Antara Usia dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian pada tabel 4.6 menunjukkan tidak ada hubungan bermakna
secara statistik (p>0,05) antara usia dengan perilaku pemberian ASI eksklusif.
Dengan demikian, hipotesis 1 dalam penelitian ini membuktikan tidak ada
hubungan antara usia dengan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang berusia < 35
tahun berjumlah 4 orang dan seluruh ibu tidak memberikan ASI eksklusif (100%).
Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Maritalia
(2017), yaitu semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Umur ibu sangat
menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan,
persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. Ibu berumur
kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani
dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi
yang dilahirkan. Ibu yang berusia 18 tahun akan berbeda dalam melewati masa
kehamilan, persalinan, nifas dan menyusui dibandingkan dengan ibu yang sudah
berusia 40 tahun.
62
2. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif
Hasil penelitian pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki pengetahuan mengenai ASI eksklusif dalam kategori tidak
baik (71,8%). Responden yang termasuk memiliki pengetahuan mengenai ASI
eksklusif pada kategori baik terdapat sekitar 28,2%. Kondisi ini menunjukkan
bahwa masih terdapat ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya yang
belum memiliki pengetahuan baik mengenai ASI eksklusif. Dan pada hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang memiliki bayi usia 0-6
bulan di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tidak memberikan ASI
secara eksklusif (82,1%), sedangkan 17,9% memberikan ASI secara eksklusif.
Hasil ini berbeda dengan data cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu 2017 yang menyatakan bahwa pemberian ASI secara eksklusif
sebesar 56,9% dan yang tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 43,1%. Pada
Tabel 4.8 juga menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik
(p<0,05) antara pengetahuan dengan pemberian ASI ekslusif oleh ibu yang
memiliki bayi usia 0-6 bulan. Di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
Dengan demikian, Hipotesis 2 dalam penelitian ini terbukti bahwa terdapat
adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif
oleh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
Hakim (2012), bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara pengetahuan ibu
tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian Zakiyah (2012) juga
menemukan bahwa pengetahuan ibu yang baik berkaitan dengan praktek
pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa proporsi
responden yang memiliki pengetahuan baik yang memberikan ASI eksklusif
sebesar 63,6%. Jumlah tersebut jelas lebih tinggi dibandingkan responden yang
memiliki pengetahuan tidak baik yang memberikan ASI eksklusif (0%). Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka
semakin banyak ibu yang memberikan ASI eksklusif. Sebaliknya, rendahnya
pengetahuan ibu akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Hal ini seperti
yang dijelaskan Astutik (2016), pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif dewasa ini
cenderung rendah. Ibu kurang mengetahui dan memahami tata laksana laktasi
63
yang benar. Misalnya, pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar,
bagaimana posisi menyusui, dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat
menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar secara optimal. Termasuk cara
memberikan ASI bila ibu harus terpisah dari bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu, pengetahuan yang kurang mengenai pemberian ASI
eksklusif dapat disebabkan oleh rendahnya dukungan tenaga kesehatan,
dukungan suami atau keluarga, serta banyaknya promosi susu formula dan
makanan pendamping seperti bubur kemasan yang sangat gencar dilakukan
oleh produsen di masyarakat setempat. Dan walaupun sebagian responden
memiliki pengetahuan baik, namun tetap tidak memberikan ASI eksklusif sebesar
36,4%. Hal ini dikarenakan rendahnya informasi, persepsi yang salah, serta
dukungan kepada ibu mengenai pemberian ASI eksklusif.
3. Hubungan Antara Persepsi dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden memiliki persepsi mengenai ASI eksklusif dalam kategori tidak baik
(71,8%). Responden yang termasuk memiliki persepsi mengenai ASI eksklusif
pada kategori baik terdapat sekitar 28,2%. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih
terdapat ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya yang belum
memiliki persepsi yang baik mengenai ASI eksklusif. Berdasarkan hasil
penelitian, persepsi berhubungan dengan pengetahuan ibu. Ibu yang
berpengetahuan baik akan memiliki persepsi yang baik pula mengenai ASI
eksklusif. Sehingga hasil penelitian persepsi sama dengan hasil penelitian pada
pengetahuan ibu. Pada Tabel 4.8 menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna secara statistik (p<0,05) antara persepsi dengan pemberian ASI
ekslusif oleh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Di wilayah kerja Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu. Dengan demikian, Hipotesis 3 dalam penelitian ini
terbukti bahwa terdapat adanya hubungan antara persepsi dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif oleh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi responden yang memiliki
persepsi baik yang memberikan ASI eksklusif sebesar 63,6%. Jumlah tersebut
jelas lebih tinggi dibandingkan responden yang memiliki persepsi tidak baik yang
64
memberikan ASI eksklusif (0%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa semakin
baik persepsi ibu mengenai ASI eksklusif, maka semakin banyak ibu yang
memberikan ASI eksklusif. Sebaliknya, banyaknya persepsi ibu yang salah
mengenai ASI eksklusif akan mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Hal ini seperti yang dijelaskan Pollard (2016), bahwa salah satu alasan ibu
yang paling umum ditemukan untuk berhenti menyusui adalah persepsi ibu
bahwa ASI-nya tidak cukup untuk mengenyangkan bayinya. Persepsi yang salah
mengenai ASI eksklusif dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Akibat
produksi ASI yang tidak mencukupi, bayi mengalami ketidakpuasan setelah
menyusui, bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras dan payudara tidak
terasa membesar. Pada hasil penelitian ini persepsi yang salah mengenai
pemberian ASI eksklusif, seperti bayi yang rewel karena ASI ibu kurang,
pemberian air putih untuk membersihkan mulut bayi setelah menyusu, serta
pemberian pisang dan bubur tim yang merupakan kebiasaan turun-temurun
keluarga yang menjadi faktor penyebab ibu tidak memberikan ASI secara
eksklusif kepada bayinya.
4. Hubungan Antara Pekerjaan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 menunjukkan tidak ada
hubungan bermakna secara statistik antara pekerjaan dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif, karena seluruh responden tidak memiliki pekerjaan di
luar rumah. Berdasarkan Tabel 4.9 ibu yang tidak bekerja dan tidak memberikan
ASI eksklusif yaitu sebesar 82,1%. Sedangkan ibu yang tidak bekerja dan
memberikan ASI eksklusif sebesar 17,9%. Dengan demikian, hipotesis 4 dalam
penelitian ini membuktikan tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan
pemberian ASI eksklusif. Meskipun ibu tidak bekerja tidak mempengaruhi dalam
hal pemberian ASI eksklusif. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hakim
(2012) yang adanya hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif yang artinya ibu yang tidak bekerja berpeluang 2 kali
lebih banyak dalam memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja.
65
5. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Perilaku Pemberian ASI
Eksklusif
Pada hasil penelitian di Tabel 4.10 menunjukkan bahwa seluruh responden
memiliki dukungan suami dalam kategori tidak baik tidak memberikan ASI
eksklusif (100%). Responden yang termasuk memiliki dukungan suami kepada
ibu mengenai ASI eksklusif pada kategori baik terdapat sekitar 35,9%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa masih terdapat ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas
Sukaraya yang memiliki dukungan suami yang tidak baik mengenai ASI
eksklusif. Pada Tabel 4.10 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna
secara statistik (p<0,05) antara dukungan suami dengan pemberian ASI ekslusif
oleh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan. Di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu. Dengan demikian, Hipotesis 5 dalam penelitian ini terbukti bahwa
terdapat adanya hubungan antara dukungan suami dengan perilaku pemberian
ASI eksklusif oleh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
Hakim (2012), bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara dukungan suami
yang baik kepada ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian Zakiyah (2012)
juga menemukan bahwa Ibu yang mendapat dukungan suami yang baik
berpeluang 12,98 kali lebih besar memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu
yang memiliki suami tidak baik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
proporsi responden yang memiliki pengetahuan baik yang memberikan ASI
eksklusif sebesar 50,0%. Jumlah tersebut jelas lebih tinggi dibandingkan
responden yang memiliki pengetahuan tidak baik yang memberikan ASI eksklusif
(0%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa semakin baik dukungan suami
kepada ibu, maka semakin banyak ibu yang memberikan ASI eksklusif.
Sebaliknya, rendahnya dukungan suami kepada ibu akan mempengaruhi
pemberian ASI eksklusif.
Hal ini seperti yang dijelaskan Khasanah (2013), suami diharapkan untuk
selalu memberikan support kepada ibu, membantu pekerjaan rumah tangga, dan
menemani ibu bangun malam untuk menyusui bayi. Dengan demikian, ibu bisa
beristirahat yang cukup. Dengan istirahat yang cukup ibu akan memiliki suasana
hati yang senang dan pikirannya pun akan terasa tenang, yang akhirnya
berdampak pada produksi ASI lebih banyak. Jika ibu merasa didukung, dicintai
66
dan diperhatikan, maka akan muncul emosi positif yang akan mengingkatkan
produksi hormon oksitosin, sehingga produksi ASI lancar. Produksi ASI sekitar
80% ditentukan oleh keadaan emosi sang ibu.
Dukungan suami yang kurang mengenai pemberian ASI eksklusif disebabkan
karena rendahnya pengetahuan suami mengenai ASI eksklusif. Hal ini
dikarenakan oleh informasi yang sangat minim yang didapatkan suami dari
petugas kesehatan mengenai ASI eksklsuif, sehingga dukungan yang diberikan
suami kepada ibu menyusui mayoritas tidak baik. Sedangkan responden yang
memiliki dukungan suami baik, namun tetap tidak memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya sebesar 50%. Walaupun suami mendukung dalam pemberian
ASI eksklusif, namun ibu tetap tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang rendah, persepsi yang salah, serta
dukungan tenaga kesehatan yang sangat rendah di wilayah kerja Puskesmas
Sukaraya.
6. Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku
Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian pada Tabel 4.11 menunjukkan bahwa seluruh responden
yang memiliki dukungan tenaga kesehatan dalam kategori tidak baik, tidak
memberikan ASI eksklusif (100%). Responden yang termasuk memiliki
dukungan tenaga kesehatan mengenai ASI eksklusif pada kategori baik terdapat
sekitar 20,5%. Umumnya mereka mendapatkan informasi dari bidan atau dokter
pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Kondisi ini menunjukkan bahwa
sebagian besar ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya tidak pernah
mendapatkan informasi dari petugas kesehatan mengenai ASI eksklusif. Dan
pada Tabel 4.11 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna secara statistik
(p<0,05) antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI ekslusif oleh
ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu. Dengan demikian, Hipotesis 6 dalam penelitian ini terbukti bahwa
terdapat adanya hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan perilaku
pemberian ASI eksklusif oleh ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
Zakiyah (2012), bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan tenaga
67
kesehatan (pemberian informasi mengenai ASI eksklusif oleh tenaga kesehatan)
kepada ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Namun berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan Hakim (2012), bahwa tidak ada hubungan antara
dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan bahwa proporsi responden yang mendapat dukungan yang
baik dari tenaga kesehatan yang memberikan ASI eksklusif sebesar 79,5%.
Jumlah tersebut jelas lebih tinggi dibandingkan responden yang tidak mendapat
dukungan dari tenaga kesehatan yang memberikan ASI eksklusif (0%). Kondisi
tersebut menunjukkan bahwa semakin baik dukungan yang diberikan tenaga
kesehatan kepada ibu, maka semakin banyak ibu yang memberikan ASI
eksklusif. Sebaliknya, rendahnya dukungan tenaga kesehatan kepada ibu akan
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif.
Hal ini seperti yang dijelaskan Astutik (2016), tenaga kesehatan (Bidan)
mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI.
Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan
mencegah masalah-masalah umum yang terjadi selama proses menyusui.
Peranan awal bidan dalam pemberian ASI adalah meyakinkan ibu bahwa bayi
akan memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya dan
membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.
Dan bentuk dukungan umum dan dukungan kepada ibu yang dapat diberikan
bidan dalam pemberian ASI.
Salah satu faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu adalah karena kurangnya dukungan
tenaga kesehatan. Petugas kesehatan setempat sangat jarang melakukan
penyuluhan atau pemberian informasi yang mendalam mengenai pemberian ASI
eksklusif sehingga ibu memiliki pengetahuan dan persepsi yang rendah, serta
dukungan suami yang tidak baik mengenai pemberian ASI eksklusif yang
mengakibatkan rendahnya tingkat pemberian ASI di wilayah kerja Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu.
68
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Sebagian besar ibu menyusui di wilayah Puskesmas Sukaraya Pancur
Batu berusia antara 20-35 tahun (78,8%). Seluruh ibu menyusui di
wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu tidak memiliki pekerjaan
di luar rumah. Sebagian besar ibu menyusui di wilayah Puskesmas
Sukaraya Pancur Batu tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada
bayinya (82,1%).
2. Sebagian besar ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tingkat pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif pada
kategori tidak baik (71,8%).
3. Sebagian besar ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu tingkat persepsi tentang pemberian ASI eksklusif pada
kategori tidak baik (71,8%).
4. Sebagian besar ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu memiliki dukungan suami mengenai ASI eksklusif dalam
kategori tidak baik (64,1%).
5. Sebagian besar ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya
Pancur Batu memiliki dukungan tenaga kesehatan kepada ibu mengenai
ASI eksklusif dalam kategori tidak baik (79,5%).
6. Tidak ada hubungan bermakna antara usia dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
7. Ada hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur
Batu.
8. Ada hubungan bermakna antara persepsi dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
9. Tidak ada hubungan bermakna antara pekerjaan dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
69
10. Ada hubungan bermakna antara dukungan suami dengan pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu.
11. Ada hubungan bermakna antara dukungan tenaga kesehatan dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya Pancur
Batu.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian di atas, maka saran yang dapat
diajukan yaitu, sebagai berikut.
1. Bagi Puskesmas Sukaraya Pancur Batu, untuk memberikan masukan
untuk meningkatkan pelayanan tenaga kesehatan kepada masyarakat
khusunya dalam pemberian informasi mengenai ASI eksklusif.
2. Bagi Petugas Kesehatan, untuk senantiasa memberikan informasi bagi
masyarakat, khususnya ibu menyusui maupun ibu hamil dan keluarga
mengenai pentingnya ASI eksklusif. Pemberian informasi dapat diberikan
melalui penyuluhan kepada seluruh ibu hamil, nifas dan saat menyusui.
Selain itu penyuluhan dapat dilakukan pula melalui media, seperti berupa
leaflet, brosur, dan pemberian buku Kesehatan Ibu dan Anak pada setiap
ibu hamil.
3. Bagi masyarakat khususnya ibu menyusui, untuk berupaya lebih banyak
lagi menggali informasi mengenai ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif
memberikan banyak manfaat bagi bayi maupun ibu menyusui. Dan bagi
suami atau keluarga, untuk berupaya lebih banyak lagi dalam
memberikan dukungan informasi, dukungan emosional, dukungan
material maupun dukungan motivasi kepada ibu mengenai pemberian
ASI eksklusif.
4. Bagi peneliti selanjutnya, jika melakukan penelitian terhadap dukungan
sosial seperti dukungan suami dan tenaga kesehatan dalam pemberian
ASI eksklusif, agar berupaya melakukan penelitian secara langsung
kepada suami dan tenaga kesehatan.
70
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, M. F. 2016. Hubungan Persepsi Produksi ASI Yang Kurang Pada Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Dinoyo Kota Malang Periode Agustus 2016. Thesis. Universitas Brawijaya. Malang.
Ardhita, A. M. 2012. Hubungan Persepsi dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada
Ibu Bekerja Di Kelurahan Wirogunan Kota Yogyakarta. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan „Aisyiyah. Yogyakarta.
Astutik, R. Y. 2016. Payudara Dan Laktasi. Salemba Medika. Jakarta. ________ . 2015. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. TIM. Jakarta.
Depkes RI. 2001. Profil Kesehatan Indonesia 2001 Menuju Indonesia Sehat
2010. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Farida, et al. 2014. Dukungan Sosial Suami Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di
Suku Osing (Husband‟s Social Support in Giving Exclusive Breastfeeding in Osing Tribe). e–Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. (1-7) November 2014.
Hakim, R. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Nabire Kota Tahun 2012. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.
Heryani, R. 2012. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui. TIM. Jakarta.
Khasanah, N. 2013. ASI atau Susu Formula Ya?. FlashBooks. Yogjakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta.
. 2016. Buku Panduan Germas. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Lestari, T. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Nuha Medika. Yogjakarta. Maritalia, D. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Gosyen Publishing.
Yogyakarta. Maryunani, A. 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi dan Manajemen Laktasi. TIM. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2016. Ilmu Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
71
________ . 2016. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun. Tentang Pemberian
ASI Eksklusif. 1 Maret 2012. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5291. Jakarta.
Pollard, M. 2011. Evidence-Based Care Of Breastfeeding Mothers : A Resource
for Midwives and Allied Healthcare Professionals. Terjemahan Wiriawan, E.
E. 2016. ASI Asuhan Berbasis Bukti. Cetakan 1. ECG. Jakarta. Riyanto, A. 2017. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika.
Yogyakarta. Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Trubus Agriwidya. Jakarta. Sari,K. 2011. Teori Dukungan Sosial. https://id.scribd.com/document/261727551/
Teori-Dukungan-Sosial. 16 Januari 2018 (06:03). Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.
Sopiyani, L. 2014. Hubungan antara Dukungan Sosial (Suami) dengan Motivasi
Memberikan ASI Eksklusif pada Ibu-Ibu Di Kabupaten Klaten. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah. Surakarta. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009. Undang-Undang Tentang Kesehatan.
13 Oktober 2009. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144. Jakarta.
Usman, et al. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI
Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi.
Manado. Walyani, E. S. 2015. Perawatan Kehamilan dan Menyusui Anak Pertama Agar
Bayi Lahir dan Tumbuh Sehat. Pustaka Baru Press. Yogjakarta. _________ , dan Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Pustaka Baru Press. Yogyakarta. World Health Statistics. 2016. Monitoring Health For SDGs, Sustainable
Development Goals. World Health Organization. Swiss.
72
LAMPIRAN
73
74
70
71
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
“HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SUKARAYA PANCUR BATU TAHUN 2018.“
Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian, saya
bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan, sebagai bukti saya akan
menanda tangani surat persertujuan penelitian
Medan, April 2018
Hormat saya sebagai responden
(..................................................)
72
73
74
75
76
77
KUESIONER PENELITIAN
Judul : Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Sosial terhadap
Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja
Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018.
Peneliti : Feby Ivana Rinta Monalisa Batubara
Kode Responden :
Kuesioner diisi langsung oleh responden atau dibantu oleh peneliti sebagai
pedoman wawancara dalam mengumpulkan data.
Tuliskan secara singkat atau berikan tanda (√) pada kotak yang sesuai dengan
pilihan anda.
Karakteristik Responden
Isi sesuai keadaan saudari dengan cara mengisi langsung pada setiap jawaban.
1. Nama Ibu :
2. Umur Ibu :
3. Pekerjaan :
4. Alamat :
5. Jumlah Anak :
6. Umur Bayi :
7. Suku :
Pemberian ASI Eksklusif :
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1.
Ibu hanya memberikan ASI saja mulai dari bayi lahir
sampai usia 6 bulan, tanpa tambahan makanan
apapun.
78
Pengetahuan
Beri tanda checklist () pada kolom jawaban yang dipilih. Jawablah pertanyaan
dengan sejujur-jujurnya.
No. Pertanyaan Jawaban
Salah Benar
1.
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa
tambahan cairan lain atau makanan padat sampai
usia 6 bulan.
2.
Bayi harus segera diberikan ASI pertamanya
segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam
setelah lahir
3.
Kolostrum adalah suatu cairan kental berwarna
kuning/jingga yang sangat pekat, dalam volume
yang kecil yang diproduksi pada hari pertama ASI
keluar.
4.
ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan dan
kekebalan tubuh anak dan dapat menurunkan
angka kematian dan kesakitan bayi.
5.
Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dapat
menunda kehamilan, mengurangi perdarahan dan
anemia setelah melahirkan, serta mempercepat
pemulihan rahim ke bentuk semula bagi ibu.
6.
Pada bayi usia 0 – 6 bulan, ASI tidak dapat diganti
dengan makanan lain pengganti ASI (PASI).
7.
Frekuensi yang tepat dalam menyusui adalah
sesering mungkin.
8.
ASI praktis dan tidak memerlukan biaya, serta
dapat mempererat tali kasih sayang antara ibu
dan anak.
79
No. Pertanyaan Jawaban
Salah Benar
9.
Kolostrum, antibodi, protein, air dan mineral,
karbohidrat, lemak merupakan kandungan yang
terdapat dalam ASI.
10. Pemberian ASI ekslusif diberikan dengan kedua
payudara secara bergantian.
80
Persepsi
Petunjuk pengisian:
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
Beri tanda checklist () pada kolom jawaban yang dipilih. Jawablah pertanyaan dengan sejujur-jujurnya.
No. Pertanyaan Jawaban
SS S TS STS
1. Pada saat bayi usia 0 – 6 bulan, saya beri
ASI saja.
2.
Jika ASI saya tidak keluar, maka tidak
masalah jika saya memberikan susu
formula.
3. Saya meneteki tergantung kemauan bayi,
kurang lebih jarak 3 jam.
4.
Jika saya bisa memberikan ASI eksklusif
pada bayi saya, maka saya akan merasa
puas, bangga dan bahagia.
5. Setelah meneteki bayi selalu saya
sendawakan.
6. Memberikan ASI eksklusif menjarangkan
kehamilan.
7. Pada usia bayi 0 – 6 bulan, saya tidak boleh
memberikan air putih pada bayi saya.
8. Saya memberikan ASI eksklusif supaya bayi
saya lebih cerdas.
9. Saya memberikan ASI eksklusif supaya bayi
saya jarang sakit.
10.
Pemberian ASI itu tidak merepotkan seperti
susu formula yang harus mencuci botol dan
mensterilkan karena sudah steril.
81
Dukungan Suami Beri tanda checklist () pada kolom jawaban yang dipilih. Jawablah pertanyaan dengan sejujur-jujurnya.
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1.
Suami memberikan informasi tentang ASI dan
menyusui, misal : pentingnya ASI, cara menyimpan
ASI perah, dll.
2. Suami ikut merawat bayi, misal : membantu
mengganti popok.
3. Suami menyarankan ibu untuk tetap menyusui
secara eksklusif.
4. Suami memberikan kata-kata pujian kepada ibu
setiap kali selesai menyusui.
5. Suami mau membuatkan atau mengambilkan
makanan/minuman untuk ibu selagi ibu menyusui.
6. Suami mau membelikan makanan tambahan,
suplemen atau susu untuk ibu selama menyusui.
7.
Suami memfasilitasi suasana yang tenang dan
nyaman untuk ibu selama menyusui, misal : tidak
berisik atau tidak menggangu.
8. Suami mau mendampingi ibu saat menyusui
walaupun pada tengah malam.
82
Dukungan Tenaga Kesehatan Beri tanda checklist () pada kolom jawaban yang dipilih. Jawablah pertanyaan dengan sejujur-jujurnya.
No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1. Petugas kesehatan memberikan informasi
mengenai ASI eksklusif.
2. Petugas kesehatan menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI pada 1 jam pertama postpartum.
3. Petugas kesehatan menjelaskan manfaat dari
pemberian ASI secara eksklusif.
4.
Petugas kesehatan memberikan penjelasan kepada
ibu untuk tidak memberikan makanan dan minuman
kepada bayi selain ASI.
5. Petugas kesehatan membantu ibu saat memberikan
ASI kepada bayinya.
6. Petugas kesehatan memberitahu ibu agar tidak
memberikan dot atau kempeng kepada bayi.
7. Petugas kesehatan tidak menganjurkan kepada ibu
untuk menggunakan susu formula.
8.
Petugas kesehatan menjelaskan bagaimana teknik
memerah ASI bagi ibu yang ingin menyimpan air
susunya.
83
Lampiran 6 Deskripsi Karakteristik Responden
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid < 20 dan > 35 tahun 6 15.4 15.4 15.4
20 – 35 tahun 33 84.6 84.6 100.0
Total 39 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Bekerja 39 100.0 100.0 100.0
84
Lampiran 7 Deskripsi Data Penelitian
Pemberian ASI Eksklusif
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak 32 82.1 82.1 82.1
Ya 7 17.9 17.9 100.0
Total 39 100.0 100.0
PENGETAHUAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Baik 28 71.8 71.8 71.8
Baik 11 28.2 28.2 100.0
Total 39 100.0 100.0
PERSEPSI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Baik 28 71.8 71.8 71.8
Baik 11 28.2 28.2 100.0
Total 39 100.0 100.0
DUKUNGAN SUAMI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Baik 25 64.1 64.1 64.1
Baik 14 35.9 35.9 100.0
Total 39 100.0 100.0
DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak Baik 31 79.5 79.5 79.5
Baik 8 20.5 20.5 100.0
Total 39 100.0 100.0
85
Lampiran 8 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Usia dengan Pemberian ASI Eksklusif
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Usia * Pemberian ASI
Eksklusif
39 100.0% 0 0.0% 39 100.0%
Usia * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation
Pemberian ASI Eksklusif
Total Tidak Ya
Usia < 20 dan > 35 tahun Count 6 0 6
% within Usia 100.0% 0.0% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
18.8% 0.0% 15.4%
% of Total 15.4% 0.0% 15.4%
20 – 35 tahun Count 26 7 33
% within Usia 78.8% 21.2% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
81.3% 100.0% 84.6%
% of Total 66.7% 17.9% 84.6%
Total Count 32 7 39
% within Usia 82.1% 17.9% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 82.1% 17.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.551a 1 .213
Continuity Correctionb .445 1 .505
Likelihood Ratio 2.602 1 .107
Fisher's Exact Test .568 .278
Linear-by-Linear Association 1.511 1 .219
N of Valid Cases 39
86
Lampiran 9 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Pengetahuan
dengan Pemberian ASI Eksklusif
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENGETAHUAN *
Pemberian ASI Eksklusif
39 100.0% 0 0.0% 39 100.0%
PENGETAHUAN * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation
Pemberian ASI Eksklusif
Total Tidak Ya
PENGETAHUAN Tidak Baik Count 28 0 28
% within PENGETAHUAN 100.0% 0.0% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
87.5% 0.0% 71.8%
% of Total 71.8% 0.0% 71.8%
Baik Count 4 7 11
% within PENGETAHUAN 36.4% 63.6% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
12.5% 100.0% 28.2%
% of Total 10.3% 17.9% 28.2%
Total Count 32 7 39
% within PENGETAHUAN 82.1% 17.9% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 82.1% 17.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
87
Pearson Chi-Square 21.716a 1 .000
Continuity Correctionb 17.610 1 .000
Likelihood Ratio 22.287 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 21.159 1 .000
N of Valid Cases 39
Lampiran 10 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Persepsi dengan
Pemberian ASI Eksklusif
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PERSEPSI * Pemberian ASI
Eksklusif
39 100.0% 0 0.0% 39 100.0%
PERSEPSI * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation
Pemberian ASI Eksklusif
Total Tidak Ya
PERSEPSI Tidak Baik Count 28 0 28
% within PERSEPSI 100.0% 0.0% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
87.5% 0.0% 71.8%
% of Total 71.8% 0.0% 71.8%
Baik Count 4 7 11
88
% within PERSEPSI 36.4% 63.6% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
12.5% 100.0% 28.2%
% of Total 10.3% 17.9% 28.2%
Total Count 32 7 39
% within PERSEPSI 82.1% 17.9% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 82.1% 17.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 21.716a 1 .000
Continuity Correctionb 17.610 1 .000
Likelihood Ratio 22.287 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 21.159 1 .000
N of Valid Cases 39
89
Lampiran 11 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Pekerjaan
dengan Pemberian ASI Eksklusif
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pekerjaan * Pemberian ASI
Eksklusif
39 100.0% 0 0.0% 39 100.0%
Pekerjaan * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation
Pemberian ASI Eksklusif
Total Tidak Ya
Pekerjaan Tidak Bekerja Count 32 7 39
% within Pekerjaan 82.1% 17.9% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 82.1% 17.9% 100.0%
Total Count 32 7 39
% within Pekerjaan 82.1% 17.9% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 82.1% 17.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square .a
N of Valid Cases 39
a. No statistics are computed
because Pekerjaan is a constant.
90
Lampiran 12 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Dukungan Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
DUKUNGANSUAMI *
Pemberian ASI Eksklusif
39 100.0% 0 0.0% 39 100.0%
DUKUNGANSUAMI * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation
Pemberian ASI Eksklusif
Total Tidak Ya
DUKUNGANSUAMI Tidak Baik Count 25 0 25
% within DUKUNGANSUAMI 100.0% 0.0% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
78.1% 0.0% 64.1%
% of Total 64.1% 0.0% 64.1%
Baik Count 7 7 14
% within DUKUNGANSUAMI 50.0% 50.0% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
21.9% 100.0% 35.9%
% of Total 17.9% 17.9% 35.9%
Total Count 32 7 39
% within DUKUNGANSUAMI 82.1% 17.9% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 82.1% 17.9% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 15.234a 1 .000
Continuity Correctionb 12.028 1 .001
Likelihood Ratio 17.300 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 14.844 1 .000
N of Valid Cases 39
91
Lampiran 13 Hasil Uji Chi Square hubungan antara Dukungan
Tenaga Kesehatan dengan Pemberian ASI Eksklusif
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
DUKUNGANNAKES *
Pemberian ASI Eksklusif
39 100.0% 0 0.0% 39 100.0%
DUKUNGANNAKES * Pemberian ASI Eksklusif Crosstabulation
Pemberian ASI Eksklusif
Total Tidak Ya
DUKUNGANNAKES Tidak Baik Count 31 0 31
% within
DUKUNGANNAKES
100.0% 0.0% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
96.9% 0.0% 79.5%
% of Total 79.5% 0.0% 79.5%
Baik Count 1 7 8
% within
DUKUNGANNAKES
12.5% 87.5% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
3.1% 100.0% 20.5%
% of Total 2.6% 17.9% 20.5%
Total Count 32 7 39
% within
DUKUNGANNAKES
82.1% 17.9% 100.0%
% within Pemberian ASI
Eksklusif
100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 82.1% 17.9% 100.0%
92
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 33.059a 1 .000
Continuity Correctionb 27.384 1 .000
Likelihood Ratio 30.680 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 32.211 1 .000
N of Valid Cases 39
93
PERNYATAAN
Hubungan Karakteristik Ibu dan Dukungan Sosial Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Menyusui di Wilayah
Kerja Puskesmas Sukaraya Pancur Batu Tahun 2018
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat yang karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar
pustaka.
Medan, Agustus 2018
Feby Ivana Rinta Monalisa Batubara
NIM : P07524414016
94
Dokumentasi Penelitian
95