skripsi etwa

27
Latar Belakang Masalah Industri merupakan sebuah proses pengolahan bahan baku atau bahan mentah mentah menjadi barang jadi atau produk siap pakai. Perkembangan teknologi dan sumber daya manusia menjadi faktor utama yang menentukan kualitas produksi suatu produk dalam industri. Dengan kualitas produk yang baik maka akan meningkatkan penjualan yang secara tidak langsung berhubungan dengan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga mendorong struktur ekonomi. Krisis perekonomian global yang masih berlangsung hingga saat ini telah mengakibatkan perlambatan ekspor dan merupakan salah satu faktor yang mendorong perlambatan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2013. Perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2013 mengalami perlambatan meskipun cenderung stabil yaitu tumbuh sebesar 6,0% (yoy). Tingkat pertumbuhan ini merupakan yang terendah sejak tahun 2010. Dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,0% itu, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi menyumbang

Upload: bryan-fenji

Post on 19-Jan-2016

35 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PER PBV BG GG

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI ETWA

Latar Belakang Masalah

Industri merupakan sebuah proses pengolahan bahan baku atau bahan

mentah mentah menjadi barang jadi atau produk siap pakai. Perkembangan

teknologi dan sumber daya manusia menjadi faktor utama yang menentukan

kualitas produksi suatu produk dalam industri. Dengan kualitas produk yang baik

maka akan meningkatkan penjualan yang secara tidak langsung berhubungan

dengan peningkatan pendapatan masyarakat sehingga mendorong struktur

ekonomi. Krisis perekonomian global yang masih berlangsung hingga saat ini

telah mengakibatkan perlambatan ekspor dan merupakan salah satu faktor yang

mendorong perlambatan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2013.

Perekonomian Indonesia pada triwulan I tahun 2013 mengalami perlambatan

meskipun cenderung stabil yaitu tumbuh sebesar 6,0% (yoy). Tingkat

pertumbuhan ini merupakan yang terendah sejak tahun 2010.

Dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,0% itu, Sektor

Pengangkutan dan Komunikasi menyumbang pertumbuhan sebesar 1,11%. Lalu

diikuti oleh Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan yang menyumbang

sebesar 0,93%, dan Sektor Kontruksi menyumbang sebesar 0,80%. Sedangkan

kontribusi sektor-sektor lainnya di bawah 0,80%.

Industri kimia merupakan kontributor penting dalam penciptaan nilai

tambah untuk industri besar dan sedang. kontribusi industri kimia terhadap

kelompok industri besar dan sedang (IBS) sebesar 13,4 persen dari total nilai

tambah IBS. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah

Kementerian Perindustrian, pertumbuhan cabang industri non-migas hingga tahun

Page 2: SKRIPSI ETWA

2012 yang paling tinggi adalah industri pupuk, kimia, dan barang dari karet

sebesar 10,25 persen.

Adapun untuk industri semen dan barang galian bukan logam mengalami

pertumbuhan sebesar 7,85%, industri minuman dan tembakau sebesar 7,74%,

industri alat angkut, mesin dan peralatannya senesar 6,94%, industri logam dasar

besi dan baja sebesar 6,45%, dan tekstil, barang kulit dan alas kaki sebesar 4,19%.

Pertumbuhan industri tersebut didukung oleh tingginya tingkat konsumsi

masyarakat, dan tingginya investasi ke sektor industri membuat kinerja pihaknya

terbantu sepanjang 2012. Tidak hanya dari penanaman modal asing yang

mencapai US$ 8,6 miliar per September, investasi dari dalam negeri meningkat

40% mencapai Rp 38,1 triliun.

Realisasi Investasi PMDN berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah

Pertambangan (Rp 6,0 triliun); Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi (Rp 6,0

triliun); Industri Makanan (Rp 4,0 triliun); Industri Logam Dasar, Barang Logam,

Mesin dan Elektronik (Rp 1,8 triliun); dan Listrik, Gas dan Air (Rp 1,7 triliun).

Realisasi Investasi PMA berdasarkan sektor usaha (5 besar) adalah

Pertambangan (US$ 1,4 miliar); Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi

(US$ 1,2 miliar);  Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik

(US$ 1,0 miliar); Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya (US$ 0,9

miliar); dan Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan (US$ 0,6 miliar).

Ketika pasar global mengalami perlambatan pertumbuhan pada tahun

2012, pasar kimia Asia justru meningkat sebesar 52 persen dari 32,8 persen pada

tahun 2013. Pertumbuhan pasar kimia di Asia yang menggiurkan membuka

Page 3: SKRIPSI ETWA

kesempatan bagi para pemain industri kimia global, terutama bagi perusahaan-

perusahaan yang memiliki eksistensi di Asia. Salah satu negara yang menarik bagi

perusahaan-perusahaan itu adalah Indonesia. Oleh karena itu, perusahaan-

perusahaan yang bergerak dalam industri kimia membutuhkan dana yang besar

untuk dapat menghasilkan produk yang berkualitas yang dapat memenuhi

kebutuhan konsumen. Dana besar yang digunakan sebagai modal dapat diperoleh

dengan melakukan utang ke bank dan menjadi perusahaan go public dengan cara

menerbitkan saham dan menjualnya kepada para investor di pasar modal. Investor

yang berminat untuk memiliki saham perusahaan industri kimia dapat

membelinya di Bursa Efek Indonesia sesuai dengan harga yang telah ditetapkan.

Sebelum melakukan pembelian saham, investor harus melakukan analisa

penilaian atau valuasi terhadap perusahaan tersebut untuk menentukan apakah

harga saham yang ditawarkan dalam kondisi wajar (fairvalue), mahal (overvalue),

atau murah (undervalue) sehingga dapat menjadikan informasi kepada investor

untuk mengambil sebuah keputusan dalam berinvestasi. Terdapat tiga cara untuk

dapat menganalisa harga wajar saham suatu perusahaan yaitu dengan metode

fundamental dengan pendekatan PER (Price Earning Ratio) dan PBV (Price to

Book Value), metode Benjamin Graham, dan metode Gordon Growth.

Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran paling dasar dalam

analisis saham secara fundamental. Secara mudahnya, PER adalah ‘perbandingan

antara harga saham dengan laba bersih perusahaan’, dimana harga saham

sebuah emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten

tersebut dalam setahun. Karena yang menjadi fokus perhitungannya adalah laba

bersih yang telah dihasilkan perusahaan, maka dengan mengetahui PER sebuah

Page 4: SKRIPSI ETWA

emiten, kita bisa mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau

tidak secara real dan bukannya secara future alias perkiraan. PBV ini pada

dasarnya sama saja dengan PER. Perbedaannya, kalau PER berfokus pada laba

bersih yang dihasilkan perusahaan, PBV fokusnya pada nilai ekuitas perusahaan.

PBV sesuai artinya bermakna ‘harga saham dibandingkan nilai ekuitas per

saham’. Cara menghitungnya adalah dengan membagi harga saham dengan Book

Value-nya (BV), dimana BV dihasilkan dari ekuitas dibagi rata-rata jumlah saham

yang beredar. Konsep penggunaannya pun sama dengan PER: semakin tinggi nilai

PBV, maka semakin mahal harga sahamnya.

Benjamin Graham membagi kriteria pemilihan ini untuk dua tipe investor

yaitu defensif dan agresif. Sebenarnya kedua kriteria ini hampir mirip dengan

perbedaan dua-tiga kriteria serta beda batasan nilai saja. Tujuan kategorisasi ini

untuk mengurangi risiko dari kedua tipe investor yang berbeda. Kita bisa

menyesuaikan kriteria tersebut sesuai dengan risiko dan peluang yang ingin kita

hadapi, asal tidak melanggar batas-batas konsep keamanan investasi. Pendekatan

Umum kriteria pemilihan saham dari Graham: Prospek jangka panjang, Kualitas

dan tingkah laku manajemen yang baik, dan Kualitas keuangan dan struktur

modal.

Salah satu pendekatan dalam menentukan harga wajar saham adalah

dengan mengunakan model Gordon Growth (Gordon Growth Model). Model ini

pertama kali dikembangkan oleh Gordon seorang pakar dibidang keuangan

perusahaan.  Model penilaian saham ini menyatakan bahwa nilai wajar suatu

saham adalah nilai sekarang dari penjumlahan arus kas yang diharapkan diterima

pemegang saham pada masa datang. Arus kas tersebut didiskontokan dengan

Page 5: SKRIPSI ETWA

menggunakan tingkat biaya modal (cost of capital) yang mencerminkan adanya

tingkat pnegambalian saham yang bersangkutan. Mengingat arus kas yang

diterima oleh pemegang saham dalam bentuk deviden maka nilai wajar saham

menunjukkan nilai sekarang dari seluruh deviden yang akan dibayar perusahaan

tersebut pada masa datang.

PT Eterindo Wahanatama Tbk adalah salah satu

perusahaan petrokimia dan perkebunan kelapa sawit yang telah go public untuk

memperoleh dananya. Perusahaan ini memiliki luas konsesi 113.000ha di

Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur. Penulis tertarik untuk menjadikan

perusahaan ini sebagai subjek penelitian mengenai penilaian harga wajar saham

dengan menggunakan metode fundamental, Benjamin Graham, dan Gordon

Growth. Adapun periode yang akan penulis teliti adalah tahun 2011 hingga 2013.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah-masalah dalam penelitian

ini  dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Perusahaan industri kimia membutuhkan dana yang besar untuk dapat

menghasilkan produk yang berkualitas.

2. Modal yang besar dapat diperoleh dengan melakukan utang ke bank.

3. Modal yang besar dapat diperoleh dengan menjadi perusahaan go publik

dengan menerbitkan saham yang dapat dijual kepada para investor.

4. Investor harus melakukan analisa penilaian terhadap perusahaan untuk

menentukan kondisi harga saham.

Page 6: SKRIPSI ETWA

5. Analisa penilaian harga wajar saham melalui metode fundamental dengan

pendekatan PER (Price Earning Ratio) dan PBV (Price to Book Value).

6. Analisa penilaian harga wajar saham melalui metode Benjamin Graham.

7. Analisa penilaian harga wajar saham melalui metode Gordon Growth.

Pembatasan Masalah

Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan, dalam skripsi

ini penulis membatasinya pada ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Periode yang akan penulis teliti adalah tahun 2011 hingga tahun 2013

2. Analisa penilaian yang digunakan adalah PER, PBV, Benjamin Graham,

dan Gordon Growth

Rumusan Permasalahan

Jadi pada batasan masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut,

yaitu “Bagaimana menganalisa penilaian harga wajar saham melalui metode

fundamental dengan pendekatan PER (Price Earning Ratio) dan PBV (Price to

Book Value), metode Benjamin Graham, dan metode Gordon Growth?” dari

masalah tersebut dilakukan penelitian pada periode tahun 2011 – 2013.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk menganalisa penilaian harga wajar saham melalui

metode fundamental dengan pendekatan PER (Price Earning Ratio) dan PBV

Page 7: SKRIPSI ETWA

(Price to Book Value), metode Benjamin Graham, dan metode Gordon

Growth.

2. Kegunaan Penelitian

Manfaat teoritis, penelitian ini dapat digunakan sebagai ilmu dalam

Manajemen keuangan untuk melakukan analisa penilaian terhadap harga

saham di pasar. Selain itu penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan

referensi kepada penelitian berikutnya.

Manfaat praktis, penelitian ini dapat digunakan oleh investor untuk melakukan

analisa penilaian terhadap harga saham sebelum melakukan keputusan dalam

investasi.

Teori Investasi

Pengertian Investasi adalah suatu bentuk pengeluaran modal bertujuan

melakukan pembelian (asset) fisik seperti pabrik, mesin, peralatan, dan

persediaan, yaitu investasi fisik atau riil. Dalam pengertian yang lain, Investasi

merupakan komitmen atas dana atau sumber daya lainnya yang ada pada saat ini,

dengan tujuan akan mendatangkan keuntungan di masa datang. Bagi investor yang

lebih pintar dan lebih berani menanggung resiko, aktivitas investasi yang mereka

lakukan juga bisa mencakup investasi pada aset-aset finansial lainnya yang lebih

kompleks seperti warrants, option, dan futures maupun ekuitas internasional.

Kesejahteraan moneter bisa ditunjukkan oleh penjumlahan pendapatan yang

dimiliki saat ini dan nilai saat ini (present value) pendapatan di masa datang.

(Tandelilin 2010, pp2-3).

Page 8: SKRIPSI ETWA

Semua investor harus menilai harga intrinsiknya dan biasanya harga

saham selalu menuju ke harga intrinsik. Bila harga lebih kecil dari harga

intrinsiknya, maka harga saham tersebut akan mengalami kenaikan ke harga

intrinsiknya karena semua investor akan membelinya. Sebaliknya, investor akan

menjual saham bila harga saham tersebut lebih tinggi dari harga intrinsiknya.

Dengan menjual saham tersebut maka harga tersebut turun menuju harga

intrinsiknya.(Manurung 2008, pp103-104)

Pasar Modal

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana

dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk

memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,

seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli

sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti

dari pasar modal secara fisik. Untuk kasus di Indonesia terdapat satu bursa efek,

yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ)

dan Bursa Efek Surabaya (BES) bergabung dan berubah nama menjadi Bursa

Efek Indonesia (BEI). (Tandelilin 2010, p26)

Pasar modal adalah sarana kegiatan yang berkaitan dengan penawaran

umum atau perdagangan efek dari perusahaan yang akan go public. Selain itu,

pasar modal juga merupakan sarana bagi investor dan pihak ketiga yang

membutuhkan dana besar untuk melakukan jual-beli atau perdagangan instrumen

Page 9: SKRIPSI ETWA

pasar modal, seperti obligasi dan saham. Jadi, pada hakikatnya pasar modal adalah

sarana atau media bagi investor yang akan menanamkan dananya dalam berbagai

instrumen yang diterbitkan oleh perusahaan publik. Apakah instrumen tersebut

berbentuk saham, surat utang, atau jenis lainnya. (Rahardjo 2006, p30)

Instrumen Pasar Modal

Instrumen-instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar modal

seperti saham, obligasi, warant, right, obligasi konvertibel, dan berbagai produk

turunan (derivatif) seperti opsi (options). (Iman 2008, p27)

Pasar Primer dikenal dengan pasar perdana adalah pasar pada saat proses

Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana. Pada pasar ini

dilakukan penjualan saham umum suatu perusahaan pada investor umum.

Perusahaan hanya akan menerbitkan saham-saham pertama atau dapat juga

menawarkan saham kedua. Perusahaan akan menunjukkan investment banking

atau bankir investasi untuk menjamin penawaran tersebut dan untuk pembuatan

prospektus, yaitu keterangan tertulis dan terperinci mengenai kegiatan baru

perusahaan atau organisasi yang disebarluaskan kepada umum atau disampaikan

kepada kelompok tertentu. Pada pasar perdana ini juga dilakukan interaksi

perdagangan antara Pemerintah RI selaku penerbit SUN (Surat Utang Negara)

dengan para investor. Pasar Sekunder melakukan kegiatan bisnis yang berlaku

layaknya broker, divestasi sekunder, penempatan, dan penawaran sekunder yang

disebut brokerage. Perdagangan SUN dapat dilakukan antar-institusi melalui

sarana Over The Counter (OTC) dan Indonesian Government Securities Trading

System (IGTS). (Utami 2010, p49)

Page 10: SKRIPSI ETWA

Saham

Saham adalah surat berharga (efek) yang berbentuk serifikat guna

menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Semakin banyak saham yang

dimiliki oleh seseorang di suatu perusahaan, berarti jumlah uang yang diberikan

ke perusahaan itu juga semakin besar, demikian juga penguasaan orang tersebut

dalam perusahaan itu semakin tinggi.(Situmorang et al. 2010, p1)

Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Saham

menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari

perusahaan itu. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham, maka ia

pun menjadi pemilik atau pemegang saham perusahaan.(Widoatmodjo 2008, p39)

Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan

seseorang atau badan terhadap suatu perusahaan.(Thian Hin 2008, p15)

Saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan. Dengan

membeli saham perusahaan, berarti anda menginvestasikan modal atau dana yang

nantinya akan digunakan oleh pihak manajemen untuk membiayai kegiatan

operasional perusahaan.(Porman Tambunan 2008, p1)

Page 11: SKRIPSI ETWA

Penilaian Harga Wajar Saham

Jasa Perusahaan Penilai yang melalui pengukuran dan metode yang

disepakati dan objektif untuk menentukan nilai wajar atas aset-aset berwujud

perusahaan. Dengan mengetahui nilai wajar, maka para pelaku di pasar modal

dapat memproyeksikan berapa harga atau nilai perusahaan yang wajar yang

tercermin pada nilai saham yang wajar untuk dibeli. (Fakhruddin 2008, p27)

PER

P/E (Price / Earning) Ratio

P/E Ratio atau Price Earning Ratio adalah perbandingan harga sebuah

saham dengan laba bersih untuk setiap lembar saham (Earning/Share) perusahaan

itu.

P/E Ratio = Harga Saham / Laba Bersih Per Lembar Saham (Earning/Share)

P/E Ratio merupakan suatu ukuran murah atau mahalnya harga sebuah saham,

jika dibandingkan dengan harga saham lainnya untuk suatu industri yang serupa.

Murah atau mahalnya sebuah saham tidak dapat dibandingkan hanya dengan

melihat harga sahamnya secara langsung.(Sihombing 2008, p 87)

Price to earning ratio (PER, P/E) adalah rasio yang diperoleh dengan

menggunakan angka harga saham dibagi dengan penghasilan per saham yang

sama. Rasio ini menjadi pedoman investasi dalam efek di Indonesia. P/E

dipopulerkan oleh mendiang Benjamin Graham, Father of Value Investing, Bapak

Page 12: SKRIPSI ETWA

Investasi, mentor Warren Buffet (pemain saham jagoan), orang terkaya di dunia.

Graham mengajarkan P/E sebagai salah satu cara tercepat dan termudah untuk

menentukan suatu saham diperdagangkan untuk tujuan investasi atau hanya untuk

spekulasi. P/E adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih suatu

perusahaan. Itu berarti sebelum bisa menghitung P/E, investor harus lebih dulu

mengetahui laba bersih per saham (earning per share, EPS). Cara menghitung EPS

adalah membagi laba bersih suatu perusahaan dengan jumlah saham yang beredar.

(Ismanthono 2010, p228)

Banyak pimpinan perusahaan tak mengerti sepenuhnya soal perbandingan

antara harga saham dan laba bersih per saham. Hal itu penting diketahui untuk

membuat proyeksi yang akurat sehingga pada akhirnya bisnis yang mereka

jalankan mampu mencetak laba yang memuaskan. Kita semua tahu, jika laba

bersih perusahaan meningkat maka seyogyanya harga saham juga naik.

Perbandingan antara harga saham di bursa dan laba bersih per sahamnya, dikenal

sebagai price earnings ratio atau price earnings multiple, sering disingkat dengan

PER.(Darmadji 2006, p 134)

Rasio PER banyak digunakan oleh para analis pasar modal untuk melihat

kinerja suatu emiten sebagaimana yang diharapkan oleh investor. Dengan

demikian PER juga merupakan harapan dari investor.(Rangkuti 2006, p157)

Rasio ini diperoleh dari harga pasar saham biasa dibagi dengan laba per

saham (Earning per Share) sehingga semakin tinggi rasio ini akan

mengindikasikan bahwa kinerja perusahaan juga semakin membaik. Akan tetapi

sebaliknya, jika PER terlalu tinggi juga dapat mengindikasikan bahwa harga

Page 13: SKRIPSI ETWA

saham yang ditawarkan sudah sangat tinggi atau tidak rasional. Namun diperlukan

keberhati-hatian dalam menganalisis PER karena analisis tersebut dapat

menyesatkan. Harga saham yang ada di bursa dapat dimanipulasi sedemikian rupa

sehingga walaupun EPS-nya turun, penurunan itu tidak diikuti oleh penurunan

harga saham.(Sugiono 2009, pp83-84)

PBV

Price to Book Value (PBV) adalah perbandingan nilai pasar suatu saham

dengan nilai buku perusahaan penerbit saham tersebut. Cara menghitungnya:

harga saham terakhir dibagi dengan nilai buku per saham yang diperoleh dari

laporan keuangan terakhir suatu perusahaan.( Ismanthono 2010, p228)

Rasio ini menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku

saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini berarti pasar makin percaya akan

prospek perusahaan tersebut. Sebagai suatu perusahaan yang memiliki manajemen

yang baik, diharapkan PBV dari perusahaan tersebut setidaknya adalah satu atau

dengan kata lain di atas dari nilai bukunya. Jika PBV perusahaan di bawah satu,

kita dapat menilai bahwa harga saham tersebut adalah di bawah nilai buku (under

value). Jika angka PBV di bawah 1, dapat dipastikan bahwa harga pasar saham

tersebut lebih rendah daripada nilai bukunya.(Sugiono 2009, p84)

Price to Book Value (PBV) merupakan suatu nilai yang dapat digunakan

untuk membandingkan apakah sebuah saham lebih mahal atau lebih murah

dibandingkan dengan saham lainnya. Untuk membandingkannya, kedua

Page 14: SKRIPSI ETWA

perushaan harus dari satu kelompok usaha yang memiliki sifat bisnis yang sama.

(Sihombing 2008, p95-96)

Benjamin Graham

Gordon Growth

Sebuah model untuk menentukan nilai intrinsik saham dengan basis

pertumbuhan dividen pada tingkat tetap pada masa mendatang. Menggunakan

dividen per saham yang dibayar satu tahun dan asumsi bahwa dividen tumbuh

pada tingkat tetap dalam perpetuitas, model ini menghasilkan nilai saat ini atas

dividen pada masa mendatang. Perhitungannya menggunakan rumus:

D = Perkiraan dividen per saham setahun dari sekarang

k = Target keuntungan dari ekuitas investor

G = Tingkat pertumbuhan dividen perpetuitas

Karena secara sederhana mengasumsikan adanya pertumbuhan pada tingkat

konstan, model ini membuatnya hanya bisa digunakan untuk perusahaan yang

sudah mapan dengan tingkat pertumbuhan yang cenderung moderat.(Guinan

2010, pp144-145)

Model pertumbuhan Gordon bermanfaat untuk mencari nilai saham,

dengan beberapa asumsi berikut (Mishkin 2008, pp203-204):

Page 15: SKRIPSI ETWA

1. Dividen dianggap mempunyai pertumbuhan dengan laju yang konstan

selamanya. Sebenarnya, selama dividen diharapkan tumbuh dengan laju yang

konstan untuk periode berikutnya, model seharusnya memberikan hasil yang

masuk akal. Ini karena kesalahan mengenai lamanya arus kas menjadi kecil ketika

didiskontokan ke periode sekarang.

2. Laju pertumbuhan diasumsikan lebih rendah dari imbal hasil atau ekuitas yang

disyaratkan ke. Myron Gordon, dalam pengembangan modelnya, menunjukkan

bahwa hal tersebut menjadi asumsi yang masuk akal. Dalam teori, jika laju

pertumbuhan lebih cepat daripada tingkat imbal hasil yang diminta pemegang

saham perusahaan, dalam jangka panjang perusahaan akan tumbuh besar yang

sebenarnya hal itu sangat tidak mungkin.

Penelitian Terdahulu

Paradigma Penelitian

Page 16: SKRIPSI ETWA

Gambaran Umum Subjek dan Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganalisa

harga wajar saham dengan metode Price Earning Ratio, metode Price to Book

Value, Metode Benjamin Graham, dan metode Gordon Growth. Penelitian ini

dilakukan terhadap PT Eterindo Wahanatama Tbk pada tahun 2011 sampai

dengan tahun 2013. PT Eterindo Wahanatama dipilih sebagai subjek penelitian

karena perusahaan tersebut memiliki jenis usaha yang akan terus mengalami

perkembangan sehingga diyakini akan menarik perhatian para investor untuk

menanamkan dananya untuk membeli saham PT Eterindo Wahanatama Tbk

sehingga diperlukan sebuah penilaian terhadap harga saham PT Eterindo

Wahanatama Tbk untuk mendapatkan harga yang wajar.

Metode Pengumpulan Data

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kuantitatif dengan menyajikan data yang akan diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian, serta hasil

yang telah diperoleh digunakan untuk membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum. (Purwoto 2007, p1)

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan mengumpulkan data yang diperlukan dengan menggunakan data sekunder

Page 17: SKRIPSI ETWA

berupa laporan keuangan PT Eterindo Wahanatama Tbk per 31 Desember selama

periode tahun 2011-2013.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari seluruh sumber data yang akan diteliti.

(Sulistyo 2006, p182). Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah

perusahaan publik yang berada dalam sektor industri dasar dan kimia, sub sektor

kimia yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2011-2013.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

(Sugiyono 2011, p118). Yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah PT

Eterindo Wahanatama Tbk karena telah listing di Bursa Efek Indonesia dan

mempublikasikan laporan keuangan per 31 Desember selama periode tahun 2011-

2013.

Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

kuantitatif yang berupa angka dan kemudian dianalisis dengan melakukan

perhitungan-perhitungan sesuai dengan rumus yang terdapat di dalam teori.

Hipotesa Penelitian