skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

79
i PENGARUH LARANGAN RIBA DAN ETIKA BISNIS TERHADAP IMPLEMENTASI DEPOSITO MUDHARABAH DALAM PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DANA BANK SULSELBAR SYARIAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE,sy) Pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar ABDULLAH HADI 10 525 00074 10 FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2016M / 1437H

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

i

PENGARUH LARANGAN RIBA DAN ETIKA BISNIS TERHADAP IMPLEMENTASI DEPOSITO MUDHARABAH DALAM

PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DANA BANK SULSELBAR SYARIAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE,sy) Pada Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

ABDULLAH HADI

10 525 00074 10

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2016M / 1437H

Page 2: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Page 3: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Page 4: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Page 5: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT atas segala rahmat, nikmat,

hidayat dan taufik-Nya yang di berikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan baik. Meskipun masih dalam bentuk yang sangat sederhana. Salam dan shalawat

senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, sahabatnya serta orang–orang

yang senantiasa mengikuti ajaran–ajarannya sampai akhir zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tak luput dari adanya kekeliruan dan

kekurangannya, baik dari sistematika penyusunannya maupun pembahasannya sehinnga

terwujudnya masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, demi kesempurnaannya skripsi

ini yang berjudul Pengaruh Larangan Riba dan Etika Bisnis Terhadap Implementasi Deposito

Mudharabah Dalam Peningkatan Penghimpunan Dana Bank Sulselbar Syari’ah. Maka

penulis dengan penuh rasa rendah dan ketulusan hati menerima segala bantuan moril dari

semua pihak yang memberikan tanggapan positif dan saran–daran serta kritikan–kritikan

yang sifatnya membangun dan membina dengan harapan skripsi ini dapat lebih bermanfaat

bagi para pembacanya terutama pada diri pribadi demi pengembangan dan kemajuan ilmu

pengetahuan.

Terwjudnya skripsi ini tak terlepas dari keterlibatan berbagai pihak yang telah

menyempatkan diri dan meluangkan waktunya di sertai dengan keikhalasan dan ketulusan

hati dalam memotivasi ,membimbing dan mengarahkan penulis sehingga hal–hala yang

berupa kendala dan penghalang pada tahap proses pembuatan dan penyusunan serta

pembahasannya dapat di antisi pasi dan di lalui dengan baik.

Page 6: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

iv

Maka dari itu, melalui lembaran kata pengantar ini merupakan tempat dan peluang yang

baik bagi penulis untuk menyampaikan penghargaan yang setingi– tingginya serta ucapan

terima kasih yang tulus dan ikhalas kepada semua pihak yang telah membantu, kepada yang

terhormat :

1. Terkhususnya dan teristimewa ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis

persembahkan kepada kedua orang tua tercinta yang telah bersusah paya penuh

ketabahan, kesabaran dan belaian kasi – sayang dalam mengasuh, mendidik dan

membesarkan penulis, sehingga saat ini berkat Do’a, jasa dan perngorbanan jualah

hingga akhirnya penulis dapat penyelesaian studi di Universitas Muhammadiyah

Makassar.

2. Bapak Dr. H. IrwanAkib., M.Pd, selaku rector Universitas Muhammadiyah

Makassar.

3. Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakulatas Agama Islam

Universitas Muhammdiyah Makassar

4. Bapak Dr. Syahruddin Yasen, S.Ag.,SE.,MM. Selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan mengarahkan dalam upaya penyusunan skripsi sampai tahap

penyelesaian

5. Bapak Dr. Ir. H. Muchlis Mappangaja,MP selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan mengarahkan dalam upanya penyusunan skripsi sampai tahap

penyelesaian

6. Bapak / ibu dosen beserta para Staf Administarasi Universitas Muhammdiyah

Makassar, khususnya Fakultas Agama Islam yang telah banyak meluangkan ilmunya

kepada kami

7. Ucapan terimakasih yang tak terhingga, penulis persembahkan kepada kakanda

Samuria Firmansyah dan pimpinan Cabang PT. Bank sulselbar Cabang Syari’ah

Page 7: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

v

Makassar serta segenap Staf bank sulselbar Syari’ah, berkat bantuan, motivasi

bimbingan, dorongan, serta Do’a mererka sehingga penulis dapat menyelesaikan studi

8. Seluruh teman – teman di Fakultas Agama Islam khususnya di Jurusan Hukum

Ekonomi Islam serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu

persatu yang telah banyak membantu dan memberikan semangat dalam penyelesaian

skripsi ini. Akhirnya, kepada Allah SWT penulis memohon semua pihak yang telah

memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini senantiasa mendapatkan di sisi-

Nyaamin

Makassar, 15 Rabiul Awal 1437 H 24 Februari 2016 M

Page 8: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

ABSTRAK ........................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

BAB l : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5 D. Manfaat/Kegunaan Penelitian ........................................................................ 5

BAB ll : TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank Syariah ................................................................................ 6 1. Tujuan Bank Syariah ................................................................................ 7 2. Kegiatan Bank Syariah ............................................................................. 7

B. Pengertian Mudharabah ................................................................................. 8 C. Dasar Hukum Mudharabah ............................................................................ 9 D. Pengertian Riba dan Etika Bisnis ................................................................... 10 E. Dasar Hukum Riba dan Etika bisnis .............................................................. 12 F. Kajian Umum Tentang Pembiayaan .............................................................. 15 G. Perjanjian Menurut Hukum Perdata Barat dan Menurut Hukum Islam .................................................................................................. 16 H. Kajian Umum Wanprestasi ............................................................................ 26 I. Konsep Penyelesaian Sengketa ...................................................................... 28 J. Kerangka Proses Berpikir .............................................................................. 31

Page 9: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

viii

K. Kerangka Konseptual Variabel ...................................................................... 32 L. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 33

BAB lll : METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ............................................................................................... 34 B. Tempat Dan Waktu ........................................................................................ 34 C. Variabel Penelitian ......................................................................................... 34 D. Populasi Dan Sampel ..................................................................................... 34 E. Sumber Data ................................................................................................... 35 F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 36 G. Teknik Analisis Data ...................................................................................... 37 H. Out Come Penelitian Yang Diharapkan ......................................................... 41

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Tentang PT. Bank Sulselbar Syari’ah .............................. 42 1. Sejarah PT. Bank Sulselbar Syari’ah ....................................................... 42 2. Visi dan Misi PT. Bank Sulselbar Syari’ah ............................................. 44 3. Produk-Produk Bank SulselbarSyariah .................................................... 45

B. Analisis data ................................................................................................... 48 1. MenilaiOuter Model (Model Pengukuran) .............................................. 49 2. Uji Reliabilitas (Konsisten Internal) ....................................................... 54 3. Uji Model Assessment (Penilain) ............................................................ 55 4. Descriminant Validity ............................................................................. 57

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis 1 Bank Cabang Syariah Makassar Mempengaruhi Larangan

Riba ......................................................................................................... 61 2. Hipotesis 2 Larangan Riba Mempengaruhi Etika Bisnis ........................ 61 3. Hipotesis 3 Bank Sulselbar Cabang Syariah Mempengaruhi

Peningkatan Penghimpunan Dana Bank ................................................. 62

BAB V : PENUTUPAN

A. Kesimpulan .................................................................................................... 63 B. Saran ............................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65

Page 10: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

ix

DAFTAR TABEL

1. 4.1 Corelation (Model Pengukuran) ............................................................ 49

2. 4.2 Composite Reability (Konsisten Internal) ............................................. 53

3. 4.3 Model Assessment (Penilaian) ............................................................... 55

4. 4.4 Cross-Loading (Korelasi Indikator Terhadap Variabel) ........................ 56

DAFTAR GAMBAR

1. 4.1 Variabel Bank dan Indikator .................................................................. 48

2. 4.2 Variabel Larangan Riba dan Indikator ................................................... 50

3. 4.3 Variabel Etika Bisnis dan Indikator ....................................................... 51

4. 4.4 Variabel Peningkatan dan Penghimpunan Dana Bank dan Indikator .... 52

5. 4.5 Kontribusi Variabel Terhadap Larangan Riba ....................................... 58

6. 4.6 Kontribusi Variabel Terhadap Etika Bisnis ........................................... 58

7. 4.7 Kontribusi Variabel Terhadadap Peningkatan Penghimpunan Dana Bank

...................................................................................................................... 59

8. 4.8 Dokumentasi

Page 11: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

vi

ABSTRAK

ABDULLAH HADI. 105 25 00074 10. Pengaruh Larangan Riba dan Etika Bisnis terhadap implementasi Deposito Mudharabah dalam peningkatan penghimpunan dana Bank Sulselbar Syari’ah. Dibimbing oleh SYAHRUDDIN YASEN dan MUCHLIS MAPPANGAJA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Studi Hukum Syari’ah Terhadap

Riba dan Etika Bisnis pada PT. Bank Sulselbar Syari’ah Cabang Makassar. Pengambilan populasi dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja atau

purpusive yaitu kepada masing-masing nasabah. Sementara untuk penentuan sampel dilakukan dengan cara pengambilan 40 sampel. Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Bank Syari’ah (𝝽),Larangan Riba ( ) dan Etika Bisnis ( ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Peningkatan Penghimpunan Dana Bank ( ). Pengembangan bank syari’ah yang terdiri dari kemampuan mengelola larangan riba

dan etika bisnis yang sesuai dengan hukum syari’ah, mampu membangun relasi

jaringan bisnis berdasarkan al-qur’an dan al-hadits yang mengarah terhadap pemanfaatan peningkatan penghimpunan dana bank yang sesuai dengan syari’ah

demi untuk kemaslahatan ummat islam khususnya.

Apabila ditinjau dari aspek legalitas, Kegiatan Bank Syariah ini menurut UU No. 7 Tahun 1992, dan SK Dir BI No 32/34/KEP/DIR 12 Mei 1999 dan fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dijadikan acuan dalam menjalankan praktek larangan riba dan etika bisnis pada PT. Bank Sulselbar Syariah dengan berdasarkan pada prinsip Syariah.

Page 12: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah suatu keyakinan universal yang sederhana, mudah dan logis

untuk dipahami. Hal ini karena selain memiliki postulat iman, islam juga memiliki

postulat ibadah yang berisi interaksi vertikal antara manusia dengan penciptanya

dan interaksi horisontal antar sesama manusia.

Oleh karena itu, syari‟ah yang di bawah oleh rasul terakhir mempunyai

keunikan tersendiri. Saria‟ah ini bukan saja menyeluru atau komprehensif, tetapi

juga universal. Universal di sini memiliki makna bahwa syari‟ah Islam dapat

diterapkan dalam setiap waktu dan tempat sampai hari akhir nanti. Jadi Islam

adalah sebuah cara hidup, yang membimbing seluruh aspek kehidupan manusia.

Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim telah

memberikan ruang yang cukup luas demi kemajuan Islam di antaranya yaitu

dibukanya peluang yang cukup besar bagi pengembangan usaha yang

menggunakan prinsip syari‟ah. Oleh karena itulah umat Islam Indonesia khususnya

dan Bangsa Indonesia pada umumnya memang patut berbahagia, ketika sejak

sekitar awal 1990-an dapat menyaksikan geliat sistem ekonomi alternatif secara

umum, yang kemudian lazim disebut sebagai sistem ekonomi islam atau sistem

Ekonomi syari‟ah, yaitu sistem yang dilandasi oleh nilai-niali yang diajarkan oleh

islam. Dalam sejarah islam, sesungguhnya sistem ini bukanlah sistem yang sama

sekali baru. Kemunculannya pun menimbulkan berbagai pandangan dan sikap.

Page 13: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

2

Ada yang menentangnya, dan ada pula yang malah menerima dengan tangan

terbuka.

Dalam tataran wacana misalnya, istilah ekonomi Islam atau ekonomi

syari‟ah sudah sangat meratah. Berbagai seminar, konferensi, workshop, tentang

ekonomi Islam sangat sering dilakukan dan dihadiri banyak peminat. Baik dari

tingkat lokal, nasional, regional bahkan Dunia. Kalau dulu sulit mencari sumber

bacaan yang membahas persoalan ekonomi dari kaca mata islam. Dalam tataran

praktis, juga terlihat geliat yang sangat menggembirakan ketika bank atau lembaga

keuangan Islam lahir, dan bertambah hari demi hari, pekan demi pekan, bulan

demi bulan. Perkembangan lembaga keuangan Islam ini pun tidak terlepas dari

meningkatnya kesadaran beragama (Islam) oleh masyarakat Indonesia.

Guna mewujudkan sistem perbankan syari‟ah yang sehat dan konsisten

menjalankan prinsip syari‟ah maka upaya penyempurnaan perundang-undangan

dan ketentuan yang sesuai dengan karakteristik usaha bank syari‟ah merupakan

prioritas penting. Perundang-undangan dan ketentuan yang lengkap diperlukan

sebagai fondasi pertumbuhan perbankan syari‟ah nasional.

Meskipun wacana tentang ekonomi islam telah berkembang sangat

cepat namun sampai sekarang wacana-wacana tentang ekonomi islam masih sangat

sering diperbincangkan baik di kalangan ekonomi maupun ahli-ahli hukum. Hal ini

sebenarnya memberikan pengaruh yang sangat positif bagi berkembangnya

ekonomi Islam terutama bank. Melalui pembahasan-pembahasan inilah konsep dan

cara kerja perbankan syari‟ah diperbaiki, dengan harapan nantinya perbankan

syaria‟ah dapat benar-benar berjalan sesuai dengan syari‟ah.

Page 14: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

3

Keberhasilan wacana ekonomi Islam dalam memberikan pengaruh

terhadap perbankan syari‟ah dapat kita lihat dari produk-produk yang

dikembangkan oleh perbankan syari‟ah serta jenis-jenis investasi yang dibiayai.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya yaitu bahwa bentuk krmitraan atau

mudharabah menggunakan prinsip bagi hasil dalam pembagian keuntungannya.

Beberapa kegiatan investasi yang dapat dikembangkan dari perbankan

syari‟ah adalah menumbuhkan kegiatan produksi masal berskala kecil dan

menengah khusunya di sektor agro industri melalui skema pembiayaan lunak

seperti yang dikemukakan Hendy, Widodo. (2005: 55) bahwa adanya bank

syari‟ah diharapkan dapat :

a. Mendukung strategi pengembangan ekonomi regional

b. Memfasilitasi segmen pasar yang belum terjangkau atau tidak berminat

dengan bank konvensional

c. Memfasilitasi distribusi utilitas barang modal untuk kegiatan produksi melalui

skema sewa menyewah.

Dalam praktek perbankan maupun praktek-praktek bisnin, sudah

menjadi kebiasaan bahwasannya dalam memberikan fasilitas kepada para

pengguna jasa atau nasabah, hubungan hukum antara bank dan para nasabah

dituangkan dalam perjanjian tertilis. Pengertian dari perjanjian pembiayaan ini

adalah “suatu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum antara bank dengan

nasabah dalam hal bank bernjanji untuk memberikan fasilitas kepadah nasabah

dan pihak nasabah berwenang untuk mengelola pembiayaan tersebut”.

Page 15: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

4

Mudharabah merupakan salah satu bentuk pembiayaan pada perbankan

syari‟ah yang menerapkan perjanjian pembiayaan ini. Dalam mudharabah bank

berpesan sebagai pelaksana yang mengelolah dana pemberian dari bank, dalam

pembiayaan mudharabah ini nasabah diharuskan mengikuti persyartan-persyaratan

yang ditentukan oleh bank, persyaratan-persyaratan ini dituangkan dalam bentuk

perjanjian tertulis.

Bank syari‟ah Mandiri merupakan salah satu dari sekian banyak bank

syari‟ah yang berkembang di Indonesia. Bank syari‟ah Mandiri (BSM)

merupakan bank milik pemerintah pertamah yang melandaskan Opreasionalnya

pada prinsip syari‟ah. Secara struktural, BSM yang berasal dari Bank Susila Bakti

(BSB), merupakan salah satu anak perusahaan di lingkup Bank Mandiri (ex BDN),

yang kemudian

dikonversikan menjadi bank syari‟ah secara penuh. Bank syari‟ah Mandiri pun

menggunakan model pembiayaan mudharabah.

Dari uraian-uraian yang ada diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: PENGARUH LARANGAN RIBA DAN

ETIKA BISNIS TERHADAP IMPLEMENTASI DEPOSITO MUDHARABAH

DALAM PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DANA BANK SULSELBAR

SYARIAH

Page 16: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, terdapat beberapa

pokok permasalahan yang menurut penulis perlu diungkapkan.

Permasalahan-permasalahan tersebut mengenai:

1. Bagaimana pengaruh variabel Bank terhadap variabel Riba?

2. Bagaimana pengaruh variabel Bank terhadap Variabel Etika Bisnis?

3. Bagaimana pengaruh variabel Bank terhadap variabel Peningkatan

Penghimpunan Dana Bank?

4. Bagaimana pengaruh variabel Larangan Riba terhadap variabel

Peningkatan Penghimpunan Dana Bank?

5. Bagaimana pengaruh variabel Etika Bisnis terhadap variabel Peningkatan

Penghimpunan Dana Bank?

C. Tujuan penelitian

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan agar tercapai suatu usaha atau suatu

kegiatan selesai, maka yang menjadi tujuan adalah sasaran penulis dalam

mengangkat pokok-pokok permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh larangan riba terhadap implementasi

pembiayaan mudharabah

2. Untuk mengetahui pengaruh etika bisnis terhadap implementasi

pembiayaan mudharabah

Page 17: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

6

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dan kegunaan penelitian yaitu dengan adanya

penelitian dan pengkajian secara mendalam mengenai pokok permasalahan seperti

tersebut di atas, disamping menambah wawasan dan cakrawala berfikir penulis dan

pengelaman secara langsung di lapangan melalui penelitian.

Manfaat lain diharapkan menjadi salah satu karya ilmiyah yang turut

serta memberikan sumbangsih pemikiran yang berorientasi pada masa depan yang

lebih baik agar kelak nantinya dapat mengembang tugas sebagai amanah yang

harus dijalankan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.

Page 18: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

7

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bank Syariah

Perbankan Syariah nasional dalam tahun-tahun terakhir ini

menunjukan perkembangan yang relatif cepat, pesatnya pertumbuhan perbankan

syariah ini diimbangi dengan tetap dipertahankannya prinsip kehatia-hatian di

dalam mengelolah usahanya, peranan bank syari‟ah menjadi sangat penting karena

bank syari‟ah mempunyai landasan etika agar kaum muslimin mendasari segenap

aspek kehidupan ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.

Adapun yang dimaksud bank syari‟ah adalah bank yang dalam

aktifitasnya baik penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya

memberikan dan menekankan imbalan atau dasar prinsip syari‟ah yaitu jual beli

dengan bagi hasil. Bank syari‟ah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syari‟ah yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum islam

antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan

usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari‟ah

Dari definisih diatas akhirnya penulis dapat menyimpulkan bahwa bank

syari‟ah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip

syari‟ah dalam aktifitasnya baik penghimpunan dana maupun dalam rangka

penyaluran dananya memberikan dan menekankan imbalan atas dasar prinsip

syari‟ah yaitu jual beli dan bagi hasil

Page 19: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

8

1. Tujuan Bank syari’ah

Adiwarman (2002: 22) dalam bukunya manajemen bank syari‟ah

a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islami

khusunya muamalat yang berhubungan dengan perbankan.

b. Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan

pendapatan melalui kegiatan investasi.

c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka peluang

berusaha yang besar.

d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, yang telah ada pada umumnya

merupakan program utama dari Negara-negara yang sedang berkembang

e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter

f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non syari‟ah

2. Kegiatan Bank syari’ah

Kegiatan bank syari‟ah ini menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang

perbankan , UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU No.7 Tahun

1992, dan SK Dir BI No. 32/34/KEP /DIR 12 Mei 1999 tentang bank berdasarkan

prinsip syari‟ah.

Masjchoen Sofwan dalam Sri Soedewi (2001: 77) bank wajib menerapkan prinsip

syari‟ah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi :

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi : 1)

Giro berdasarkan prinsip wadi‟ah, 2) Tabungan berdasarkan prinsip wadi‟ah

atau mudharabah, 3) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah, 4)

Bentuk lain berdasarkan prinsip wadi‟ah atau mudharabah

b. Melakukan penyaluran dana melalui : 1) Transaksi jual beli berdasarkan prinsip

murabahah dan yang lainnya, 2) Pembiaayaan bagi hasil berdasarkan prinsip

mudharabah, musyarakah dan bagi hasil lainnya,

3) Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip hiwalah rahn, prinsip jual beli, 4)

Membeli surat-surat berharga pemerintah atau BI berdasarkan prinsip syari‟ah.

Page 20: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

9

B. Pengertian Mudharabah

Menurut ulama Fiqhi kerjasama “ mudharabah” (perniagaan) sering

juga disebut dengan “Qaidah”. Dalam Fiqhus Sunnah (2002:85) juga

menyebutkan bahwa:

“mudharabah bisah dinamakan dengan qiradh yang artinya memotong.

Karena pemilik modal memotong sebagian hartanya agar diperdagangkan dengan

memperoleh sebagian keuntungan. Mudharabah menurut pengertian etimologi

(bahasa) ialah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang

Memberikan modal niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan

dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah pihak sesuai

perjanjiannya, sedang kerugian ditanggung pemilik modal”.

Mudharabah ialah akad perjanjian kerjasama antara dua orang dimana

salah satu pihak memberikan harta yang ia miliki kepada pihak lain agar

meniagakannya dengan mendapatkan sebagian keuntungan yang ditentukan seperti

separoh atau sepertiga atau semisalnya dengan syarat-syarat yang ditentukan.

Dari pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa dalam teknis

perbankan, mudharabah adalah akad kerjasama antara bank yang menyediakan

modal dan mudharib (nasabah) yang memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan usaha

yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi

bersama berdasarkan nisbah yang disepakati. Jika terjadi kerugian, akan

ditanggung oleh shohibul mal sesuai proporsi modal yang di-mudharab-kan.

Dalam bahasa hukum, mudharabah berarti suatu kontrak kerjasama,

yang salah satu pihak (pemilik) berhak mendapatkan bagian keuntungan, karena

sebagai pemilik barang (rabbimal) dan mitra lainnya (dharib/pengelola) berhak

memperoleh bagian keuntungan atas pekerjaannya sendiri.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perlu dilakukan kajian dan

telaah yang berkaitan dengan permasalahan tentang implementasi penggunaan

jaminan pada pembiayaan mudharabah di bank syari‟ah bilah terjadi wanprestasi

dimana untuk mengetahui bagaimana penggunanan jaminan tersebut khususnya

Page 21: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

10

dalam klausula perjanjiaan dan apabila terjadi wanprestasi. Karena dalam klausula

yang mengikat para pihak dapat diketahui apakah jaminan tersebut akan

dipergunakan sesuai dengan ketentuan peraturan Bank Indonesia Nomor

7/46/PBI/2005 pasal 6 huruf (O) tentang Akad Penghimpunan Dan Penyaluran

Dana Bagi Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

Syari‟ah dan Fatwa MUI DSN No. 07/DSN-MUI/L=lV/2000 tentang pembiayaan

mudharabah pada angka 7 Bagian Pertama Tentang Ketentuan Pembiayaan.

C. Dasar Hukum Mudharabah

Dasar hukum mudharabah tampak dalam firman Allah dalam Surah al-

Muzzammil: ayat 20 sebagi berikut :

Artinya: “Dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT”. (Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya)

Sedangkan di ayat yang lain Allah SWT berfirman dalam QS. Al-

jum‟ah: ayat 10 sebagaimana berikut:

Terjemahannya:

“Apabilah telah ditunaikan Shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka

bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (Departemen Agama RI, al-Quran dan terjemahannya)”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank syari‟ah

adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari‟ah islam,

Page 22: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

11

maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan

syari‟ah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

Berdasarkan ahli fikih musyarakah adalah suatu usaha tertentu dimana seseorang

dan pihak kedua memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa

keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi 50:50

kontribusi dana atau kesepakatan bersama. Proporsi pembagian bagi hasil / laba

tidak harus sebanding dengan persentase penyertaan modal, karena pada

prinsipnya pernyataan tidak hanya modal tetapi keahlian dan waktu.

Prinsip bagi hasil sebagaimana dimaksud di atas digunakan oleh bank

berdasarkan prinsip bagi hasil dalam menetapkan imbalan yang akan diberikan

kepada masyarakat sehubungan dengan penggunaan atau pemanfaatan dana

imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana kepada

masyarakat dalam keperluan investasi atau modal kerja.

D. Pengertian Riba dan Etika Bisnis

a. Pengertian Riba

Menurut bahasa riba memiliki beberapa pengertian yaitu:

1. Bertambah, karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari

sesuatu yang dihutangkan.

2. Berkembang (berbunga), karena sala satu perbuatan riba adalah

membungakan harta atau uang atau yang lain yang dipinjamkan kepada

orang lain.

Sedang menurut istilah, yang dimaksud riba dalam istilah hukum Islam,

riba berarti tambahan baik berupa tunai, benda maupun jasa yang mengharuskan

pihak pinjam untuk membayar selain jumlah uang yang dipinjamkan kepada pihak

yang meminjamkan pada hari jatuh waktu mengembalikan uang pinjaman itu.

Adapun riba menurut ulama Hanafiyah adalah tambahan pada harta

pengganti dalam pertukaran harta dengan harta.

Page 23: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

12

firman Allah SWT dalam ayat-ayat Al-Qur‟an yang melarang orang mukmin agar

tidak memakan riba dalam surat Al-Baqarah ayat 278:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut), jika kamu orang yang beriman.”(Q.S Al-Baqarah :278)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam meminjam dengan cara membungakan harta atau uang yang dipinjam tersebut secara bathil yang bertentangan dengan prinsip muamalat dalam islam.

b. Pengertian Etika Bisnis Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang

mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga

masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma

dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan

sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Perusahaan

meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan

kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-

kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat

menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan

menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari

dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Menurut Velasques(2002), Etika bisnis merupakan studi yang

dikhususkan mengenai moral yangbenar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada

standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi dan perilaku

bisnis.

Menurut Hill dan Jones(1998), menyatakan bahwa etika bisnis

merupakan suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan benar guna

Page 24: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

13

memberikan pembekalan kepada setiap pemimpinperusahaan ketika

mempertimbangkan untuk mengambil keputusan strategis yang terkaitdengan

masalah moral yang kompleks. Lebih jauh ia mengatakan Sebagian besar dari kita

sudah memiliki rasa yang baik dari apa yang benar dan apa yang salah, kita sudah

tahu bahwa salah satu untuk mengambil tindakan yang menempatkan resiko

kehidupan yang lain.”).

Menurut Steade et al (1984 : 701), dalam bukunya ”Business, Its

Natura and Environment An Introduction” Etika bisnis adalah standar etika

yangberkaitan dengan tujuan dan cara membuat keputusan bisnis.”

E. Dasar Hukum Riba dan Etika Bisnis

a. Dasar hukum riba

Seluruh „ulama sepakat mengenai keharaman riba, baik yang dipungut

sedikit maupun banyak. Seseorang tidak boleh menguasai harta riba; dan harta

itu harus dikembalikan kepada pemiliknya, jika pemiliknya sudah diketahui,

dan ia hanya berhak atas pokok hartanya saja.

Al-Quran dan Sunnah dengan sharih telah menjelaskan keharaman riba dalam

berbagai bentuknya; dan seberapun banyak ia dipungut.

Allah berfirman dalam surah Al Baqarah (2): 275 sebagai berikut:

Page 25: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

14

Artinya:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran

(tekanan) penyakit gila keadaan mereka yang demikian itu, adalah

disebabkan mereka Berkata (berpendapat), “Sesungguhnya jual beli itu

sama dengan riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya

larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka

baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);

dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali

(mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;

mereka kekal di dalamnya”. (Departemen Agama RI, Al-Quran dan

Terjemahannya ).

b. Dasar hukum etika bisnis

Dasar hukum etika bisnis tampak dalam firman Allah dalam Surah Al-

ahzab: ayat 70 sebagai berikut :

Terjemahannya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu

kepada dan katakanlah perkataan yang

benar”.(Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan

Terjemahannya )

Sedangkan di ayat yang lain Allah SWT berfirman dalam surah An-

Nisa: ayat 29 sebagai berikut :

Page 26: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

15

Terjemahannya:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan

harta-harta kalian di antara kalian dengan cara yang batil, kecuali

dengan perdagangan yang kalian saling ridha. Dan janganlah

kalian membunuh diri-diri kalian, sesungguhnya Allah itu Maha

Kasih Sayang kepada kalian”. (Departemen Agama RI, Al-

Qur’an dan Terjemahannya)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bank syari‟ah

adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari‟ah islam,

maksudnya adalah bank yang dalam operasinya mengikuti ketentuan-ketentuan

syari‟ah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam.

Berdasarkan ahli fikih musyarakah adalah suatu usaha tertentu dimana seseorang

dan pihak kedua memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa

keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan porsi 50:50

kontribusi dana atau kesepakatan bersama. Proporsi pembagian bagi hasil / laba

tidak harus sebanding dengan persentase penyertaan modal, karena pada

prinsipnya pernyataan tidak hanya modal tetapi keahlian dan waktu.

Prinsip bagi hasil sebagaimana dimaksud di atas digunakan oleh bank

berdasarkan prinsip bagi hasil dalam menetapkan imbalan yang akan diberikan

kepada masyarakat sehubungan dengan penggunaan atau pemanfaatan dana

Page 27: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

16

imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana kepada

masyarakat dalam keperluan investasi atau modal kerja.

F. Kajian Umum Tentang Pembiayaan Mudharabah

1. Pengertian Pembiayaan Syariah

Kegiatan pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan

oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,

pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang

direncanakan.

Jenis-jenis pembiayaan pada dasarnya dapat dikelompokan menurut beberapa

aspek diantaranya:

a. Pembiayaan menurut tujuan :

Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi : Pembiayaan modal kerja

dan Pembiayaan investasi.

b. Pembiayaan menurut jangka waktu dibedakan menjadi : 1) Pembiayaan jangka

pendek, 2) Pembiayaan jangka menengah, 3) Pembiayaan jangka panjang.

G. Perjanjian Menurut Hukum Perdata Barat dan Menurut Hukum Islam

1. Perjanjian Menurut Hukum Perdata Barat

Pasal 1313 KUH Perdata : “Suatau persetujuan adalah suatu perbuatan

dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang

lain atau lebih.” Para sarjana Hukum Perdata pada umumnya berpendapat bahwa

definisi perjanjian yang terdapat di dalam ke tentuan diatas adalah tidak lengkap

dan tidak pula terlalu luas. Tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya

mengenai perjanjian sepihak saja. Definisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat

mencakup perbuata di dalam lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin, yang

merupakan perjanjian juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur

Page 28: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

17

dalam KUHP Perdata Buku lll Perjanjian yang diantur dalam KUH Perdata Buku

lll kriterianya dapat dinilai materiil dengan kata lain dinilai dengan uang.

a. Syarat-Syarat Untuk Sahnya Perjanjian

Terdapat beberapa hal yang berbeda dalam pasal 1320 KUH Perdat,

untuk sahnya persetujuan-persetujuan diperlukan 4 (empat) syarat seperti dalam

bukunya Racmad Syafa‟at (2006: 91) sebagai berikut:

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kedua syarat yang pertama

dinamakan syarat subyektif. Dengan diperlakukan kata sepakat

mengadakan perjanjian, maka berarti bahwa kedua pihak haruslah

mempunyai kebebasan berkehendak. Para pihak tidak mendapat suatu

tekanan yang mengakibatkan adanya “cacat" bagi perwujudan kehendak

tersebut.

2. Cakap untuk membuat suatu perikatan

Pasal 1329 KUH Perdata : Setiap orang adalah cakap untuk membuat

suatu perikatan-perikatan jika oleh undang-undang tidak dinyatakan

cakap. Pasal 1330 KUH Perdata : Tidak cakap untuk membuat

persetujuan-persetujuan adalah : Orang yang belum dewasa, mereka

yang ditaruh dibawa pengampuhan.

b. Suatu hal tertentu

Suatu perjanjian haruslah mempunyai obyek tertentu sekurang-

kurangnya dapat ditentukan bahwa obyek tertentu itu dapat berupa benda sekarang

ada dan nanti akan ada.

1. Barang itu adalah yang dapat diperdagangkan

2. Barang-barang yang dipergunakan untuk kepentingan umum

3. Dapat ditentukan jenisnya

4. Barang yang akan datang

5. Obyek perjanjian

c. Perjanjian tanpa kausa

Page 29: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

18

Pasal 1335 KUH Perdata : Suatu persetujuan tanpa sebap, atau yang

telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai

kekuatan.

d. Sebab yang halal

Pasal 1336KUH Perdata : Jika tak dinyatakan sesuatu sebab, tapi ada

suatu sebab yang halal, atau pun jika ada suatu sebab lain, daripada yang

dinyatakan, persetujuannya namun demikian adalah sah.

e. Batalnya suatu perjanjian

1. Dapat dibatalkan (tidak ada sepakat, tidak cakap)

2. Batal demi hukum (objek dan sebab)

f. Dilihat dari hapus atau berakhirnya suatu perjanjian

1. Pembebasan utang

2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau

penitipan (konsinyasi)

3. Pembaharuan utang (novasi)

4. Perjumpaan utang (kompensasi)

5. Percampuran utang

6. Musnahnya barang yang terutang

7. Kebatalan atau pembatala

8. Berlakunya suatu syarat batal

9. Lewat waktu (pasal 1381 KUHP

2. Perjanjian menurut hukum islam

Dalam dunia perbankan syariah, akad yang dilakukan memiliki

konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan itu berdasarkan

hukum islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan atau perjanjian

yang telah dilakukan bila hukum itu berdasarkan hukum positif saja, Tetapi tidak

demikian dalam islam. Perjanjian tersebut memiliki pertanggung jawaban hingga

yaumil qiyamah.

Page 30: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

19

Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku

transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad,

sebagaimana dalam hal : Rukun dan syarat. Dengan melihat kenyataan akad pada

umumnya, bahwasannya kita tidak akan lepas dari yang namanya perikatan (akad),

yang dapat memfasilitasi kita dalam memenuhi segala kepentingan. Mengingat

betapa pentingnya akad, setiap peradaban manusia yang pernah muncul pasti

memberi perhatian dan pengaturan terhadapnya. Demikian halnya dengan agama

islam, yang memberikan sejumlah prinsip beserta dasar-dasarnya mengenai

pengaturan perjanjian sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur‟an dan sunnah

Nabi Muhammad SAW. Dasar-dasar inilah kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli

hukum islam dari abad ke abad sehingga terbentuklah suatu istilah yang kini

disebut dengan “perikatan syariah”

a. Pengertian Akad

Istilah perjanjian dalam hukum indonesia disebut “akad” dalam hukum

islam. Kata akad berasal dari al-a’qd, yang berarti mengikat, menyambung atau

menghubungkan (ar-rabt). Perjanjian atau akad secara umum diartikan sebagai

suatu janji setia kepada Allah SWT, atau suatu perjanjian yang dibuat oleh

manusia dengan manusia lainnya dalam pergaulan hidup sehari-hari

b. Rukun dan syarat akad

Untuk dapat terrealisasinya tujuan akad, maka diperlukan unsur

pembentu akad, hanya saja dikalangan fuqaha terdapat perbedaan pandangan

berkenaan dengan unsur pembentuk akad tersebut (rukun dan syarat). Menurut

jumhur fuqaha, rukun akad terdiri atas:

1. Al-aqidani, yakni para pihak yang terlibat langsung dengan akad

2. Mahallul ‘aqd, yakni obyek akad yang disebut juga dengan “sesuatu

yang hendak juga diakadkan”

3. Shighatul ‘aqd, pernyataan kalimat akad yang lazimnya dilaksanakan

melalui pernyataan ijab dan qabul

Page 31: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

20

Sedangkan menurut Fuqaha Hanafiyah mempunyai pandangan yang

berbeda dengan jumhur fuqaha diatas. Bagi mereka, rukun akad adalah unsur-

unsur dari pokok pembentuk akad dan unsur tersebut hanya ada satu yaqin sighat

akad (ijab qabul). Al-aqidani dan mahallul ‘aqd bukan merupakan rukun akad

melainkan lebih tepat sebagai syarat akad. Pendirian seperti ini didasarkan pada

pengertian rukun sebagai sesuatu yang menjadi tegaknya dan adanya, sedangkan

dia bersifat internal (dakhily) dari sesuatu yang ditegakkannya.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka jika dihubungkan dengan

pembahasan rukun akad, dapat dijelaskan bahwa rukun akad adalah kesepakatan

dua kehendak, yakni ijab dan qabul. Seorang pelaku tidak dipandang sebagai

rukun dari perbuatannya karena pelaku bukan merupakan bagian internal dari

perbuatannya. Dengan demikian para pihak dan obyek akad adalah unsur yang

berada diluar akad, tidak merupakan esensi akad, karena dia bukan merupakan

rukun akad.

Adapun syarat menurut pengertian fuqaha dan ahli ushul adalah: “segala

sesuatu yang dikaitkan pada tiadanya sesuatu yang lain, dan syarat itu bersifat

eksternal (kharijy)”. Maksudnya adalah, tiadanya syarat mengharuskan tiadanya

masyrut (sesuatu yang disyaratkan), sedangkan adanya syarat tidak mengharuskan

adanya masyrut. Misalnya, kecakapan pihak yang berakad merupakan syarat yang

berlaku pada setiap akad sehingga tiadanya kecakapan menjadi tidak

berlangsungnya akad.

Masing-masing rukun (unsur) yang membentuk akad diatas,

memerlukan adanya syarat-syarat agar rukun tersebut dapat berfungsi dan dapat

membentuk suatu akad. Tanpa adanya syarat-syarat yang dimaksud, rukun akad

tidak dapat membentuk suatu tujuan dari akad. Dalam hukum islam, syarat-syarat

tersebut dinamakan “syarat-syarat terbentuknya akad (syuruth al-in’iqad)”.

Rukun pertama yaitu: ”para pihak”, Yang harus memenuhi dua syarat

terbentuknya akad, diantaranya adalah: (1) tamyiz, dan (2) berbilang/at-ta’addud.

Page 32: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

21

Rukun kedua yaitu: “pernyataan kehendak”, yang harus memenuhi dua syarat

juga, diantaranya adalah: (1) adanya persesuaian ijab dan qabul, dengan kata lain

tercapainya kata “sepakat”, (2) kesatuan majelis akad.

Rukun ketiga yaitu: “obyek akad”, yang harus memenuhi tiga syarat

terbentuknya akad, diantaranya adalah: (1) obyek akad itu dapat diserahkan, (2)

tertentu atau dapat ditentukan, dan (3) obyek itu dapat ditransaksikan.

Kemudian syarat untuk terbentuknya akad yang keempat adalah “tidak

bertentangan dengan syariat”.

Syarat-syarat yang terkaitdengan rukun tersebut dinamakan dengan “

syarat terbentuknya akad (syuruth al-In’iqad)” yang telah diuraikan diatas.

Adapun syarat-syarat pada umumnya ada delapan macam, yaitu:

1. Tamyiz

2. Berbilang pihak (at-Ta’addud)

3. Persatuan ijab dan qabul (kesepakatan)

4. Kesatuan majelis akad

5. Obyek akad dapat diserahkan

6. Obyek akad tertentu atau dapat ditentukan

7. Obyek akad dapat ditransaksikan (berupa benda bernilai dan

dimiliki/mutaqawwin dan mamluk)

c. Obyek akad

Dalam hukum perjanjian islam obyak akad dimaksudkan sebagai suatu

hal yang dikarenakan akad dibuat dan berlaku akibat-akibat hukum akad. Obyek

akad dapat berupa benda, manfaat benda, jasa atau pekerjaan, atau sesuatu yang

lain yang tidak berkenan dengan syariah. Benda meliputi benda bergerak maupun

benda berbadan dan benda tidak berbadan.

Misalnya akad jual beli rumah obyeknya adalah benda, yaitu berupah

rumah dan ruang harga penjualannya yang juga merupakan benda akad sewa

menyewa obyeknya adalah manfaat barang yang disewa. Imbalannya yang bisa

Page 33: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

22

berupa benda (termasuk uang). Manfaat atau jasa juga merupakan obyek akad.

Jadi dalam akad jual beli rumah, misalnya menurut hukum Islam bukan rumahnya

saja yang merupakan obyek akad, tetapi imbalannya yang berupa uang atau berupa

lainnya juga merupakan obyek akad jual beli.

Para ahli hukum islam mensyaratkan beberapa syarat pada obyek akad,

diantaranya adalah:

1. Obyek akad dapat diserahkan atau dapat dilaksanakan

Obyek akad disyaratkan harus dapat diserahkan apabila obyek tersebut berupa

barang seperti dalam akad jual beli, atau dapat dinikmati maupun dapat diambil

manfaatnya apabila obyek itu berupa manfaat benda seperti dalam sewa menyewa

benda (ijarah al-manafi). Apabila obyek akad merupakan sesuatu perbuatan

seperti mengajar, melukis, mengerjakan suatu pekerjaan, maka pekerjaan itu harus

mungkin dan dapat dilaksanakan.

Dasar ketentuan itu dapat disimpulkan dalam hadits Nabi SAW, yang

berbunyi:

عن حكى بن حزاو قال سأنت اننبي ص.و.فقهت ارسول الل:

وق قا ل لاتبع عو ينو ابتاعو نو ين انس اب ع نس عند جم فسأنن انب أتن انر

س عندك (اننساءى رواه) يان

Artinya:

“Dari Hakim Ibn Hizam (dilaporkan bahwa) ia berkata: aku bertanya

kepada Nabi SAW, kataku: Wahai Rasulullah, seseorang datang

kepadaku minta aku menjual suatu yang tidak ada padaku. Lalu aku

menjual kepadanya, kemudian aku membelinya dipasar untuk aku

serahkan kepadanya. Beliau menjawab: jangan engkau menjual barang

yang tidak ada padamu”. (HR. an-Nasa‟i).

Page 34: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

23

Larangan menjual barang yang tidak ada seseorang dalam hadist diatas

causa legis-nya adalah karena Nabi SAW mempertimbangkan bahwa barang itu

tidak dapat dipastikan apakah akan dapat diserahkan oleh penjual atau tidak. Atas

dasar itu disimpulkan suatu aturan umum mengenai obyek akad, yaitu bahwa

obyek tersebut harus merupakan barang yang dapat dipastikan bisah diserahkan.

2. Obyek akad harus tertentu atau dapat ditentukan

Syarat kedua dari obyek akad adalah: obyek tersebut tertentu dan dapat

ditentukan. Dasar ketentuan ini adalah: Nabi SAW melarang jual beli kerikil.

Dengan jual beli kerikil dimaksudkan jual beli dengan cara melemparkan batu

kerikil pada obyek jual beli. Dimana obyek yang terkena batu kerikil tersebut

itulah jual beli yang terjadi. Hal ini hampir mirip dengan judi dimana seseorang

memasang sejumlah uang, kemudian menggulirkan sebua olah kecil, kemudian

bola tersebut berhenti atau masuk lobang maka itulah obyek yang dia menangkan.

Obyek akad itu tertentu artinya diketahui dengan jelas oleh para pihak

sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sengketa. Apabila obyek tidak jelas

secara mencolok sehingga dapat menimbulkan persengketaan. Maka akadnya tidak

sah.

3. Obyek akad dapat ditransaksikan menurut syara

Suatu obyek dapat ditransaksikan dalam hukum islam apabila

memenuhi kriteria-kriteria berikut:

a. Tujuan obyek tersebut tidak bertentangan dengan transaksi. Dalam

hukum islam ada tiga jenis pemilikan dilihat dari segi pemiliknya,

yaitu: (1) Milik pribadi/individual, (2) Milik negara, misalnya: gedung

atau kendaraan, (3) Milik umum atau masyarakat.

b. Sifat atau hakikat dari obyek itu tidak bertentangan dengan transaksi,

yakni sesuatu tidak dapat ditransaksikan apabila sifat menerima akibat

hukum akad. Untuk dapat ditransaksikan obyek tersebut harus berupa

benda bernilai dalam pandangan syariat islam (mal mutaqawwim)

c. Obyek akad tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

d. Tujuan berlakunya akad

Page 35: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

24

Hukum akad, yakni akibat hukum yang timbul dari akad, dibedakan

menjadi dua macam, yaitu:

1. Hukum pokok akad

2. Hukum tambahan akad

e. Asas-asas perjanjian menurut hukum islam

Asas-asas yang berkaitan dengan perjanjian (akad) dalam hukum islam

adalah sebagai berikut:

1. Asas Ibahah (Mabda’ al-Ibadah)

Asas ibadah adalah asas umum hukum islam dalam bidang muamalat

secara umum. Asas ini dirumuskan dalam adagium “pada asasnya segala sesuatu

itu boleh dilakukan sampai ada dalil yang melarangnya”

2. Asas Kebebasan Berakad (Mabda’ Hurriyah at-Ta’aqud)

Hukum islam mengikuti kebebasan berakad, yaitu suatu prinsip hukum

yang menyatakan bahwa setiap orang dapat membuat jenis akad apapun tanpa

terikat dengan nama-nama yang telah ditentukan undang-undang syariah dan

memasukan klausul apa saja kedalam akad yang dibuatnya itu sesuai

kepentingannya sejauh tidak berakibat makan harta sesama jalan batil.

3. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme menyatakan bahwa untuk terciptanya utuk

terciptanya suatu perjanjian cukup dengan tercapainya kata sepakat antara para

pihak tanpa perlu dipenuhinya formalitas-formalitas tertentu. Dalam hukum islam

pada umumnya perjanjian itu bersifat konsensual. Para ahli hukum menyimpulkan

asas konsensualisme dalam firman Allah dalam QS An-Nisa: ayat 29 sebagai

berikut:

Page 36: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

25

Artinya:

“Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu dengan

jalan bathil, kecuali (jika makan harta sesama itu dilakukan) dengan cara tukar

menukar berdasarkan perizinan timbal balik ( kata sepakat) diantara kamu”.

(Departemen Agama RI, al-Quran dan terjemahannya)

Kutipan ayat diatas menjelaskan bahwa setiap pertukaran secara timbal balik

itu diperbolehkan dan sah selama didasarkan atas kesepakatan antara kedua bela

pihak.

4. Asas Keseimbangan (Mabda’at-Tawazun fi al-Mu’awadhah)

Meskipun secara faktual jarang terjadi keseimbangan antara para pihak

dalam bertransaksi, namun hukum perjanjian islam tetap menekankan perlunya

keseimbangan itu, baik antara keseimbangan antara apa yang diberikan maupun

yang diterima serta dalam memikul resiko.

5. Asas Kemaslahatan (tidak memberatkan)

Asas kemaslahatan dimaksudkan bahwa akad yang dibuat oleh para

pihak bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi mereka dan tidak boleh

menimbulkan kerugian (mudharaf) atau keadaan memberatkan (masyaqqah).

6. Asas Amanah

Asas amanah dimaksudkan masing-masing pihak haruslah beri‟tikad

baik dalam bertransaksi dengan pihak lainnya dan tidak dibenarkan salah satu

pihak mengeksploitasi ketidaktahuan mitranya.

7. Asas Keadilan

Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua hukum.

Dalam hukum islam, keadilan langsung merupakan perintah dalam QS. Al-

Maidah: 8 sebagaimana berikut:

Page 37: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

26

Artinya:

“Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang

kamu kerjakan”. (Departemen Agama RI, al-Quran dan terjemahannya).

Keadilan merupakan sendi setiap perjanjian yang dibuat oleh para

pihak. Sering kali zaman moderen akad ditutup oleh satu pihak dengan pihak lain

tanpa ia memiliki kesepakatan untuk melakukan negoisasi mengenai klausa akad

tersebut.

H. Kajian Umum Wanprestasi

1. Kesalahan

Sesuai yang di katakan Gemala Dewi (2004: 77) Aspek-aspek Hukum

Dalam Perbankan dan peransuransian di pasal 1236 KUHPerdata mengatakan

bahwa:

“Sberhutang adalah wajib untuk memberikan ganti biaya, rugi dan bunga

kepada si berpiutang, apabila ia telah membawa dirinya dalam keadaan tidak

mampu untuk menyerahkan bendanya, atau telah tidak merawat sepatutnya guna

menyelamatkannya”.

Kata-kata dalam pasal 1236 KUH Perdata menunjukan, bahw kewajiban untuk

mengganti biaya, rugi dan bunga baru ada, kalau debitur mempunyai kesalahan

sehingga ia (berada dalam keadannya) tidak mampu lagi memenuhi

Page 38: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

27

penyerahannya atau sehingga benda-benda prestasinya tidak dapat terhindar dari

kerugian; pokonya disana disyaratkan adanya unsur salah (schuld dalam arti luas).

Kesalahan disini adalah kesalahan yang menimbulkan kerugian.

Kita katakan orang yang mempunyai kesalahan dalam peristiwatertentu, kalau ia

sebenarnya dapat menghindarkan terjadinya peristiwa yang Merugikan itu, baik

dengan tidak berbuat yang lain dan timbulnya kerugian itu dapat dipersalahkan

kepadanya. Sudah tentu kesemuanya dengan memperhitungkan keadaan dan

suasana pada saat peristiwa itu terjadi.

2. Kesengajaan

Dalam hal ada kesengajaan, maka timbulnya kerugian memang

dikehendaki; bahwa disini orang melakukan suatu tindakan atau mengambil suatu

sikap yang menimbulkan kerugian, memang diniati dan dikehendaki. Harap

waspada, bahwa tidaklah disyaratkan bahwa debitur bertujuan untuk merugikan

kreditur bagi kreditur jadi sekalipun bukan tujuannya dan ia tahu dan memang

menghendaki tindakan dan timbulnya kerugian, maka disana tetap ada unsur

kesengajaan.

3. Wujud wanprestasi

a. Ingkar Janji

Kalau debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak memenuhi

sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya, maka

dikatakan bahwa debitur wanprestasi : (1) Debitur sama sekali tidak berprestasi, (2)

Debitur keliru berprestasi, (3) Debitur terlambat berprestasi.

b. Pernyataan Lalai

Akibat yang sangat penting dari tidak dipenuhinya perikatan ialah

bahwa kreditur dapat meminta ganti rugi atas ongkos, rugi dan bunga yang

dideritanya. Untuk adanya kewajiban ganti rugi bagi debitur maka undang-undang

menentukan bahwa debitur harus terlebih dahulu dinyatakan dalam keadaan lalai

Page 39: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

28

(ingebrekestelling). Lembaga “pernyataan lalai” ini adalah merupakan upaya

hukum untuk sampai kepada suatu fase, dimana debitur dinyatakan “ingkar janji”

(wanprestasi). Hal ini dapat dibaca dalam pasal 1243 KUH Perdata yang

mengatakan dalam bukunya Renvoi (2005 : 121) bahwa :

“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu

perikatan, barulah mulai diwajibkan kepada apabila debitur setelah

dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya atau jika

sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya dalam tenggang waktu

tertentu telah dilampauinya”

Jadi, maksud “berada dalam keadaan lalai” ialah peringatan atau pernyataan dari

kreditur tentang saat selambat-lambatnya debitur wajib memenuhi prestasi.

Apabila saat ini dilampauinya, maka debitur ingkar janji atau wanprestasi.

4. Akibat Wanprestasi Pada Umumnya

Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya atau tidak memenuhi

kewajibannya sebagaimana mestinya dan tidak dipenuhinya kewajibannya itu

karena ada unsur salah padanya, maka seperti telah dikatakan di depan ada akibat-

akibat hukum yang atas tuntutan dari kreditur bisah menimpa dirinya.

Pertama-tama, sebagai yang disebutkan dalam pasal 1236 KUH Perdata

dan pasal 1243 KUH Perdata dalam hal debitur lalai untuk memenuhi kewajiban

perikatannya, kreditur berhak untuk menuntut penggantian kerugian, yang berupa

ongkos-ongkos, kerugian dan bunga. Akibat hukum seperti ini menimpa debitur

baik dalam perikatan untuk memeberikan sesuatu, untuk melakukan sesuatu

ataupun tidak melakukan sesuatu.

Selanjutnya pasal 1237 KUHPerdata mengatakan, bahwa sejak debitur

lalai, Maka resiko atas objek perikatan menjadi tanggungan debitur. Yang ketiga

adalah,bahwa kalau perjanjian itu berupa perjanjian timbal balik, maka

berdasarkan pasal 1266KUHPerdata sekarang kreditur berhak untuk menuntuk

pembatalan perjanjian, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi. Tetapi

kesemuanya itu tidak mengurangi hak dari kreditur untuk tetap menuntut

pemenuhan.

Page 40: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

29

I. Konsep Penyelesaian Sengketa

1. Pengertian Penyelesaian sengketa

Masyarakat saat ini dihadapkan berbagai pilihan penyelesaian konflik

atau sengketa, sesuai dengan tingkat kepentingan dan pemenuhan kebutuhan

dasarnya dalam memandang konflik atau sengketa itu sendiri. Konflik atau

sengketa dapat diselesaikan melalui mekanisme litigasi, non litigasi maupun

advokasi. Masing-masing mekanismepenyelesaian sengketa tersebut memiliki

persyaratan, karakteristik, dan kekuatan berlakunya yang satu sama lain tidak sama

Mekanisme litigasi dapat dipilih untuk konflik atau sengketa kepastian

hukum dan hak, dimana para pihaknya tidak lagi memiliki itukad baik untuk

berdamai atau memusyawarakan kasusnya. Litigasi juga didayagunakan untuk

kasus-kasus pelanggaran hukum atau kejahatan terhadap kemanusian dan hak asasi

manusia.

Keputusan yang dihasilkan lebih bersifat memaksa . sedangkan

mekanisme notiligasi dipilih apabila terdapat kepentingan para pihak yang harus

dilindungi dihadapan publik, sifatnya perdata dan terdapat keinginan yang kuat

dari masing-masing pihak untuk berdamai dan memusyawarahkan kasusnya.

Keputuskan yang dihasilakn lebih bersifat sukarela. Sedangkan mekanisme

advokasi dapat didayagunakan untuk konflik atau sengketa dimasyarakat yang

tidak sekedar pada masalah perebutan hak dan kepastian hak semata, tetapi lebih

dari itu memiliki imlikasi dan dimensi yang sangat mendalam dan luas bagi

keberlanjutan ekonomi, sosial, budaya, politik, dan keamanan masyarakat,

misalnya konflik atau sengketa perburuhan, pertanahan, lingkungan hidup,

perempuan dab anak korban kekerasan dan perdagangan (trafficking).

2. Alternatif Penyelesaian Sengketa

Page 41: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

30

Satrio J (2003:21-25) dalam bukunya Hukum Jaminan, Hak-hak

Jaminan pribadi penanggungan (Borgtocth) Dan Perikatan Tanggung

Menanggung, memaparkan bahwa,

Alternative Dispute Resolution atau ADR dalam praktek di Indonesia

masih relatif baru, meskipun prinsip-prinsipnya telah lama dijalankan oleh banyak

komunitas adat di Indonesia dalam menyelesaikan sengketanya. Model ini cukup

populer di Amerika Serikat dan Eropa. ADR merupakan istilah asing yang perluh

dicarikan padanannya dalam Bahasa Indonesia. Berbagai istilah dalam Bahasa

Indonesia telah diperkenankan dalam berbagai forum oleh berbagai pihak, seperti

pilihan penyelesaian sengketa(PPS),Mekanisme alternative penyelesaian sengketa

(MAPS), pilihan sengketa di luar peradilan, dan mekanisme penyelesaian

sengketa yang kooperatif. Istilah ADR memberi kesan bahwa pengembangan

mekanisme penyelesaian sengketa secara konsensus hanya dapat dilakukan diluar

pengadilan (out court), sedangkan saat ini dibutuhkan juga dalam pengadilan (

court annexed atau court connected).

Beragamnya istilah ADR dilandasi oleh pertimbangan psikologis untuk

mendapatkan dukungan terhadap penyelesaian melalui ADR dari pihak

pengadilan. ADR seolah-olah mendapat jawaban atas kegagalan pengadilan

memberikan akses keadilan bagi masyarakat, sehingga permasyarakatan istilah ini

mengundang rasa tidak aman dan kecemburuan bagi hakim pengadilan.

Bila kita mengartikan ADR sebagai alternative to adjudication, padanan

istilah MAPS, PPS, mekanisme penyelesaian sengketa secara kooperatif

merupakan tiga istilah untuk pertimbangan sebagai padanan Bahasa Indonesia.

Apabila ADR diartikan sebagai alternative tolitigation, mekanisme arbitrase dapat

dimasukan atau digolongkan dalam kelompok ADR sehingga MAPS dan PPS

merupakan dua padanan istilah yang dapat dipertimbangkan.

Istilah ADR merupakan label atau merk yang dipergunakan untuk

mengelompokan proses negoisasi, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase. Masalah

pilihan istilah adalah suatu hal yang perlu dipikirkan lebih jauh. Untuk menjamin

Page 42: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

31

keberhasilan upaya menyebarluaskan penerapan ADR di Indonesia, diperlukan

istilah yang singkat, mudah mengerti dan tidak menimbulkan kerancuan.

Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa Secara Umum, maka alternatif penyelesaian

sengketa diartikan sebagai lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat

melalui prosedur yang disepakati para pihak yakni penyelesaian diluar pengadilan

dengan cara konsultasi, negoisasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

J. Kerangka Proses Berpikir

Studi Objek

Teori 1. Syafi‟I

Muhammad, Sumitro, Warkum..

2. Kausu, Adiwarman

3. Dewi, Gemala

Emperik 1. Mudharabah 2. Riba dan

Etika Bisnis

Al-Qur’an 1. QS. Al-Baqarah Ayat 275-279 2. QS. Al-Muzzammil Ayat 20

3. QS. Al-Jum‟ah Ayat 10 Hadits Nabi SAW

Page 43: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

32

𝞮 𝞮 𝞮 𝞮 𝞮

𝞮 𝞮

𝞮

𝞮

K. Kerangka Konseptual Operasional Variabel

Rumusan Masalah

Analisis

Kuantitatif

Hipotesis

Kualitatif

Skripsi 1) Manfaat karya ilmiah 2) Kebijakan 3) Motivasi penelitian lanjutan

4) Kesimpulan/saran

𝓾𝟏

Larangan Riba

Al-Qur‟an Ijma Ulama Al-Hadis

Intermediasi Pelayanan Jasa Bagi Hasil

Sosialisasi

Produk Variasi 𝑋1 𝑋2 𝑋3 𝑋4

𝑌1 𝑌2 𝑌3

𝑦8

Page 44: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

33

𝞮

𝞮

𝞮 𝞮 𝞮 𝞮

1

Keterangan :

L. Hipotesis Penelitian

1. Diduga variabel Bank Syariah mempengaruhi variabel Larangan Riba.

2. Diduga variabel Bank Syariah mempengaruhi variabel Etika Bisnis

3. Diduga variabel Bank Syariah mempengaruhi variabel Peningkatan

Penghimpunan Dana Bank

4. Diduga variabel Larangan Riba mempengaruhi variabel Peningkatan

Penghimpunan Dana Bank

Indikator

Variabel

Bank

𝝽

Type equation here.

𝓾𝟐

Etika Bisnis

Amanah Shiddiq Jujur

Keuntungan Jangka Panjang

𝜸

Peningkatan Penghimpunan Dana Bank

Edukasi

Resiko Rendah/Kecil

Ta‟wun 𝑌4 𝑌5 𝑌6 𝑦7

𝑦9

𝑦10

𝑦11

Page 45: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

34

5. Diduga variabel Etika Bisnis mempengaruhi Peningkatan Penghimpunan

Dana Bank

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis pendekatan penelitian

kualitatif yang di kuantitatif, dengan menggunakan metode analisis deskriptif yaitu

peneliti berusaha memberikan gambaran tentang Studi Hukum Syari‟ah terhadap

Page 46: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

35

Larangan Riba dan Eika Bisnis Terhadap Implementasi Deposito Mudharabah

(Studi Kasus PT. Bank Sulselbar Cabang Syari‟ah Makassar).

B. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada Bank Sulswelbar Cabang Syariah Makassar

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh larangan riba dan etika etika bisnis terhadap implementasi deposito

mudharabah

2. Peningkatan penghimpunan dana bank sulselbar syariah

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassar.

2. Sampel

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel 20% yang berdasarkan dari

pendapat Suharsimi Arikunto, apabila populasi lebih dari 100, maka dapat ditarik

sampel antara 10-15% dan 20-25% yang dapat mewakili populasi itu sendiri.

Tabel 1 : Daftar Distribusi Sampel Di Lokasi Penelitian

Page 47: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

36

No Nasabah Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Pegawai 4 5 9

2 Nasabah 16 15 31

Jumlah 20 20 40

E. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini sangat berhubungan

dengan jenis data yang diambil. Data yang dipakai diharapkan sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi sehingga mampu menyelesaikan permasalahan

dalam penelitian.

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian atau

sumber data yang akurat. Data ini didapat dari bank Sulselbar Syari‟ah

Cabang Makassar.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dan melalui studi

kepustakaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dalam hal ini

berupa buku atau studi pustaka. Data ini untuk melengkapi data pokok

yang didapat dari Bank Sulselbar Syari‟ah cabang makassar.

Page 48: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

37

F. Teknik Pengumpulan Data

Upaya yang dilakukan dalam rangka pengumpulan data untuk

melengkapi penulisan ini digunakan pengumpulan data sebagai berikut :

1. Penelitian pustaka library research penelitian ini dilakukan untuk meperoleh

informasi dan landasan teori dari berbagai literatur dan media lainya yang

dipakai sebagai acuan pembahasan

2. Pengamatan (observasi)

Pengamatan (observasi) yaitu, mengamati, melihat, meninjau obyek penelitian

yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Metode pengumpulan data

dengan observasi artinya mengumpulkan data atau penyaringan data dengan

melakukan pengamatan terhadap subyek atau obyek penelitian secara seksama

(cermat dan teliti) dan sistematis.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara dokumentasi yaitu metode yang dipakai

dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa transkip, surat kabar dan

lain-lain.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Kualitas Data

Pengujian kualitas data dari penggunaan instrumen penelitian dapat

dievaluasi melalui uji reliabilitas (pengujian konsistensi internal) dan uji validitas

Page 49: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

38

(validity). Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan

akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Prosedur yang

dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data itu :

a. Uji Reliabilitas (Konsistensi Internal)

Uji konsistensi internal (reliabilitas) ini dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Jadi

instrument yang digunakan untuk mengukur merupakan instrument yang

mempunyai tingkat ketepatan, ketelitian, keakuratan, andal dan dapat dipercaya

(Iqbal, 2002 )

Reliabilitas instrumen akan digunakan pendekatan internal dengan

Cronbach Alpha. (Ghozali,2006) mensyaratkan satu instrumen yang reliabel jika

memiliki koefisien Cronbach Alpha diatas 0,60.

b. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui seberapa baik suatu instrumen

mengukur konsep atau apa yang seharusnya diukur .Validitas adalah suatu ukuran

yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen, yaitu mampu mengukur apa

yang diinginkan atau mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Instrumen ini terdiri dari :

1) Uji Validitas Content (Face validity) atau uji validitas preventif, yaitu

konfirmasi tentang validitas instrumen penelitian kepada beberapa panulis ahli

agar mendapatkan instrumen yang benar-benar dapat mengukur variabel yang

Page 50: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

39

akan diuji, tetapi perlu juga penyesuaian kalimat pertanyaan agar mudah

dipahami oleh responden. Validitas preventif tersebut kemudian digunakan

dalam pilot study untuk mendapatkan instrument yang valid.

2) Uji Validitas Konstruk yaitu pengujian dengan menentukan kualitas instrumen

informasi akuntansi dengan melihat nilai loading factor masing- masing item

pertanyaan. Suatu instrumen penelitian yang valid diisyaratkan memiliki

loading factor lebih dari 0,50 (Ghozali,2006).

2. Metode Analisis Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang terlebih dahulu

diuji reliabilitas dan validitas. Pengujian tersebut untuk mengetahui konsistensi

dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Selanjutnya

hipotesis diuji menggunakan dengan metode alternatif yaitu Partial Least Square

(PLS), software SmartPLS. PLS merupakan metode analisis yang powerfull

karena tidak didasarkan banyak asumsi, tidak mengasumsikan data harus dengan

pengukuran skala tertentu, jumlah sample kecil,tepat untuk penelitian tujuan

prediksi dalam situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah.

Hipotesis satu, dua, dijawab dengan mengestimasi parameter PLS sebagai berikut:

a. Menilai Outer Model dan Measurement Model

Outer Model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator

berhubungan dengan variabel latennya. Blok dengan indikator refleksif ditulis

persamaannya sebagai berikut:

Persamaan Regresi sebagai berikut:

Page 51: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

40

= 𝝽 + = +

= 𝝽 + = +

= 𝝽 + = +

= + = +

= + = +

= + = +

= +

Dimana:

= Bagi Hasil Pada Bank Syari‟ah = Bank Sebagai Lembaga Intermediasi = Pelayanan jasa = Produk Variasi = Al-Qur‟an = Al-Hadis = Ijma Ulama = Jujur = Amanah = Shiddiq = Ta‟wun = Sosialisasi = Edukasi

Model pengukuran atau outer model dengan indikator refleksif

dievaluasi dengan convergent dan discriminant validity dari indikatornya dan

composite reliability untuk blok indikator. Pengambilan keputusan atas

penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan ketentuan sebagai

berikut :

Convergent validity dinilai berdasarkan korelasi antara component

score dengan construct score yang dihitung dengan Partial Least Squares-Path

Modeling (PLS) dengan melihat outer loading masing-masing indikator dan

Page 52: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

41

nilai signifikansinya. Ukuran refleksif dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih

dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Nilai loading yang disarankan adalah di

atas 0,50 (positif) dan T- statistic diatas 1,96 pada signifikansi 5%. Indikator

yang memiliki nilai dibawah ketentuan harus didrop dari model dan kemudian

dilakukan pengujian ulang. Discriminant Validity yang baik diukur dengan

membandingkan akar AVE setiap konstruk harus lebih besar dari pada nilai

korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model (Enny

Susilowati, 2014). Composite reliability blok indikator dievaluasi dengan

melihat composite reliability masing-masing konstruk diatas 0,80 dikatakan

sangat baik atau reliable.

2. Model Struktural atau Inner Model

Inner model menggambarkan hubungan antar variabel laten atau

tersembunyi berdasarkan pada substantive theory. Model persamaannya dapat

ditulis dibawah ini.

= 𝝽 + 𝝽 +

Dimana : (gama) = Variabel laten endogen (dependen)peningkatan penghimpunan dana

bank = Variabel intervensi (independen dan dependen) Larangan Riba. = Variabel laten eksogen (independen) Etika Bisnis

`𝝽 = Variabel intervensi (independen dan dependen) Bank (epsilon) = Kesalahan persamaan antara variabel eksogen terhadap endogen

Inner model ingin melihat hubungan antar konstruk dan nilai signifikan.

Hubungan antar konstruk dapat dilihat dari hasil estimasi koefisien path

parameter model struktural. Model structural dievaluasi dengan menggunakan

R-square untuk konstruk dependen, (Ghozali, 2006).

Page 53: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

42

Hipotesis alternatif (Ha) diterima jika nilai koefisien path parameter

dari hubungan antar variabel laten menunjukkan arah positif dengan nilai T-

statistik diatas 1,96 pada tingkat signifikansi alfa 5%. Sebaliknya, Ho diterima

jika nilai koefisien path parameter dari hubungan antar variabel laten

menunjukkan arah negatif. Perubahan nilai R–square dapat digunakan untuk

menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten

dependen apakah mempunyai pengaruh yang substantif

H. Out Come Penelitian yang diharapkan

Adapun penelitian yang diharapkan pada penelitian yang akan diteliti

pada Bank Sulselbar Syari‟ah Cabang Makassar adalah sebagai berikut:

a. Memberikan kepastian dan keyakinan kepada masyarakatk hususnya orang

muslim tentang riba dan etika bisnis yang sesuai dengan prinsip syari‟ah

b. Menjawab pertanyaan dan hipotesis yang ada dan diduga sebelumnya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

A. Gambaran Umum Tentang PT. Bank Sulselbar Cabang Syari’ah

Makassar

1. Sejarah PT. Bank Sulselbar Cabang Syari’ah Makassar

Page 54: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

43

PT. Bank Sulselbar Syari‟ahdidirikan dengan nama PT. Bank

Pembangunan Sejarah Daerah Sulawesi Selatan Tenggara,berkedudukan di

Makassar, berdasarkan Akte Notaris Raden Kadiman di Jakarta No. 95 tanggal

23 Januari 1961. Setelah mengalami beberapa kali perubahan Anggaran Dasar

dan penambahan modal disetor dan setelah perubahan status dari Perusahaan

Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) lahirlah Perda No,13 tahun 2003

tanggal 20 Agustus tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Bank

Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dari. Perusahaan Daerah (PD) menjadi

Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan, dengan

modal dasar Rp.650 Milyar. Akta pendirian PT berdasarkan Akta Notaris

Mestariani Habie, SH No.19 tanggal 27 Mei tahun 2004 dengan nama PT Bank

Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan (disingkat PT Bank Sul-Sel) telah

memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No.

13 tertanggal 15 Februari 2005. Perubahan status Bank Sul-Sel dari PD

Menjadi PT juga diikuti dengan perubahan logo pada tanggal 22 Desember

2005.

Sejak saat itu dimulailah lembaran baru perjalanan Bank Pembangunan

Daerah Sulawesi Selatan yang menampilkan wajah baru dengan call name

Bank Sul-Sel beserta logo baru berupa imajinatif layar terkembang yang sarat

makna dan dinamis dalam mengiringi setiap langkah Bank Sul-Sel untuk

senantiasa menjadi Bank kebanggaan seluruh masyarakat Sulawesi Selatan dan

Sulawesi Barat.

Page 55: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

44

Bank Sul-Sel memiliki 1 kantor Pusat , 3 Kantor Cabang Utama , 24

Kantor Cabang, 2 Kantor Cabang Pembantu, 3 Kantor Cabang Syari‟ah yaitu :

1. Cabang Syariah Sengkang yang didirikan pada bulan April 2006

2. Cabang Syariah Maros yang didirikan pada tanggal 27 November 2007

3. Cabang Syariah Makassar yang didirikan pada tanggal 30 Desember 2008

4. Office Chanelling Syariah pada PT. Bank Sulsel Cabang Utama Bone,

PT.Bank Sulsel Cabang Bulukumba, dan PT. Bank Sulsel Cabang Palopo,

Didirikan pada awal tahun 2010.

Kantor Kas 27 unit, serta Payment Point/Kas Keliling 6 unit. Dan di

tahun 2011 ini direncanakan untuk menambah beberapa lagi jaringan kantor

yaitu pembukaan Cabang Jakarta. Dan dari 65 kantor termasuk cabang syariah

dengan di dukung oleh 100 orang karyawan yang terdiri dari level pendidikan

S2, S1, Sarjana, SMP, SMA, dan SD yang tersebar di Kantor Pusat dan seluruh

cabang.

Pada tanggal 26 Mei 2011, Bank Sulsel resmi berganti nama menjadi

Bank Sulselbar sehingga Bank SulSel Cab. Syariah Makassar ikut berganti

nama menjadi Bank Sulselbar Cab. Syariah Makassar. Perubahan nama ini

melalui keputusan Kementerian Hukum dan HAM. Persetujuan perubahan

Anggaran Dasar (AD) Bank Sulsel menjadi Sulselbar ditandatangani Dirjen

Administrasi Umum Aidir Amin Daud. Keputusan itu dituangkan dalam surat

bernomor AHU-11765. A.A.01.02 Tahun 2011 tertanggal 8 Maret 2011.

Penerbitan surat keputusan itu dikeluarkan berdasarkan akta notaris yang

Page 56: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

45

disampaikan notaris Rakhmawati Laica Marzuki pada 2 Mei 2009. Dengan

terbitnya SK tersebut, bank milik Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel resmi

menjadi Sulselbar dengan masuknya Pemprov Sulbar sebagai pemilik saham.

2. Visi dan Misi serta Motto Perusahaan

Visi

“Menjadikan bank yang terbaik dikawasan indonesia timur dengan dukungan

manajemen yang profesional serta memberikan nilai tambah kepada pemda dan

masyarakat”.

Misi

a. Penggerak dan pendorong laju pembangunan ekonomi daerah

b. Pemegang kas daerah dan atau melaksanakan penyimpanan uang daerah

c. Salah satu sumber pendapatan asli daerah.

Motto

Dalam rangka mengantisis pasi perkembangan dunia perbankan saat ini dan akan

datang serta persaingan global, bank sulsel syariah memiliki motto “MAJU

BERSAMA MERAIH BERKAH” artinya bank sulsel memiliki tekad untuk

secara terus menerus meningkatkan kinerja dan memiliki kemampuan dalam

melaksanakan tugas yang diamanatkan stakeholder dengan penuh rasa tanggung

jawab dan di dedikasi yang tinggi dalam upaya mencapai keberhasilan bersama-

sama

3. Produk-Produk Bank Sulselbar Syariah

Page 57: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

46

Dalam kesempatan ini penulis hanya menggambarkan sekilas tentang

produk-produk bank sulselbar syariah cabang Makassar

a. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (bai’)

Mekanisme jual beli adalah upaya yang dilakukan untuk transfer of

property dan tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi harga

jual barang. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk-bentuk

pembiayaan sebagai berikut :

1. Pembiayaan Murabahah (dari kata ribbu yang berarti keutungan); bank syariah

sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan

pembayaran dilakukan secara tangguh.

2. Istishna; jual beli seperti akad salam namun pembayarannya dilakukan oleh

bank dalam beberapa kali pembayaran. Ketentuan umum istishna‟ yaitu

spesifikaksi barangan pesanan harus jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu

dan jumlahnya; harga jual yang telah disepakati dicantumkan dalam akad dan

tidak boleh berubah selama berlakunya akad; jika terjadi perubahan kriteria

pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, maka seluruh

biaya tambahan tetap ditanggung nasabah.

3. Salam (jual beli barang belum ada). Pembayaran tunai, barang diserahkan

tangguh. Bank sebagai pembeli, dan nasabah sebagai penjual. Dalam transaksi

ini ada kepastian tentang kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan..

Ketentuan umum dalam bai salam diantaranya pembelian hasil produksi harus

diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis, macam, ukuran, mutu dan

jumlahnya; apabila hasil produksi yang diterima cacat atau atau tidak sesuai

Page 58: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

47

dangan akad, nasabah harus bertanggungjawab; dan mengingat bank tidak

menjadikan barang yang dibeli atau dipesanya sebagai persediaan, maka bank

dimungkinkan melakukan akad salam pada pihak ketiga atau pembeli kedua.

b. Pembiayaan dengan prinsip sewa-beli (Ijarah)

Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi, pada

dasarnya prinsip ijarahsama dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya

terletak pada abjek transaksinya. Jika pada jual beli objek transaksinya adalah

barang, maka pada ijarahobjek trnsaksinya jasa atau manfaat barang.

c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (Syirkah):

Prinsip syirkah dengan basis pola kemitraan untuk produk pembiayaan

dibank syariah di operasionalkan dengan pola musyarakah dan mudharabah.

Untuk lebih jelasnya :

Musyarakah adalah Kerjasama dalam suatu usaha oleh dua pihak dengan

ketentuan umum diantaranya:

a. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan

dikelolah bersama-sama.

b. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan

usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

c. Pemilik modal dipercaya untuk menjalan proyek musyarakah tidak boleh

melakukan tindakan, seperti :

1. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi

2. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin

pemilik modal lainnya.

Page 59: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

48

3. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu

proyek harus diketahui bersama

4. Protek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad.

d. Mudharabah Mutlaqah

Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah mutlaqah adalah bentuk

kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas

dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam

pembahasan fiqih ulama Salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan

if”al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang

memberikan kekuasaan sangat besar.

e. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted

mudharabah atau specific mudharabah adalah kebalikan dari mudarabah

mutlaqah yaitu si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu,

atautempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali

mencerminkankecenderungan umum si shabibul maal dalam memasuki jenis

usaha

f. Jasa Pembiayaan lainnya:

Produk jasa dikembangkan dengan akad al-hiwalah, ar-rahn ,al-qard,

al-wakalah, dan al-kafalah. Akad ini dioperasionalkan dengan pola sebagai

berikut :

1. Al-Hiwalah ( alih utang-piutang),

Page 60: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

49

Transaksi pengalihan utang piutang.Dalam praktek perbankan fasilitas hiwalah

lazimnya digunakan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar

dapat melanjutkan produksinya.

2. Rahn (gadai)

Digunakan untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam

memberikan pembiayaan.Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria,

diantaranya milik nasabah sendiri; jelas ukuran, sifat dan nilainya ditentukan

berdasarkan nilai riil pasar; dan dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan

oleh bank.

3. Al-Qardh (pinjaman kebaikan)

Al-Qardh digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan

berjangka pendek (short time).Produk ini digunakan untuk membantu usaha

kecil dan keperluan sosial. Dana qard yang diberikan kepada nasabah diperoleh

dari dana zakat, infak dan shadaqah.

4. Wakalah.Nasabah memberi kuasa kepada bank syariah untuk mewakili dirinya

melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti jasa transfer.

5. Kafalah (bank garansi) Digunakan untuk menjamin

B. Analisis Data

Model analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis

yang diperoleh dari pengguna Larangan Riba dan Etika Bisnis terhadap Deposito

Mudharabah PT.Bank Sulselbar Syariah Cabang Makassrar dan diolah dengan

menggunakan Partial Least Square-Partial Modeling(PLS-PM).

Page 61: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

50

1. MenilaiOuter Model (Model Pengukuran)

Evaluasi Outer Model mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator

berhubungan dengan variabel latennya. Sebagaimana gambar 4.1 dibawah ini

menunjukkan indicator reflektif

Gambar 4.1

Model pengukuran atau outer model dengan indikator reflektif di evaluasi

dengan Convergent dan decriment validity. Untuk validitas indikator dapat dilihat

dari nilai loading faktor (standardized loading) nilai ini mengambarkan besarnya

korelasi antara tiap indicator akan valid bila memiliki nilai standardized loading

lebih dari 0,5.Berdasarkan loading factor correlation (dimension). Dan untuk

Evaluasi confergent validity meliputi reliability (validitas indikator)

reliabilityvariabel dimulaiAverage Varibel Extrated (AVE).

Tabel 4.1 Correlations (Dimension 1):

Bank

𝝽

Type equation here.

Intermediasi Bagi hasil 𝑋1 𝑋2 Pelayana Prima 𝑋3 Produk Variasi X4

Page 62: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

51

Latent Variabel

Manifest Variables

Standardized

Loading loadings Locations

Commmuna

Lities BANK 1

2 3 4

0,955 -0,787 0,115

-0,550

0,955 -0,787 0,115

-0,550

0,000 0,000 0,000 0,000

0,912 0,620 0,013 0,302

LARANGAN RIBA

1 2 3

-0,934 0,953

-0,177

-0,934 0,953

-0,177

0,000 0,000 0,000

0,871 0,909 0,031

ETIKA BISNIS

1 2 3 4

0,940 0,910 0,143

-0,447

0,940 0,910 0,143

-0,447

0,000 0,000 0,000 0,000

0,883 0,829 0,020 0,200

PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DANA BANK

1 2 3 4

0,911 0,814

-0,427 0,557

0,911 0,814

-0,427 0,557

0,000 0,000 0,000 0,000

0,830 0,662 0,183 0,310

Sumber : data olah dengan menggunakan PLS-PM

Berdasarkan tabel4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai indikator yang memiliki korelasi dengan variabel bank adalah dimana nilai standardized loading untuk indikator

1 = 0,955 > 0,5, 2 = -0,787 > 0,5

3 = 0,115> 0,5 X4 = -0,550> 0,5

Ini menunjukkan indikator Bagi hasil ( 1), intermediasi ( 2) Pelayanan

Prima ( 3) dan Produk Variasi (X4) valid karena nilai kuadrat disetiap standardized

loading.Untuk nilai communalities 1 = 0,912 artinya 95% valid indikator 1

mampu dijelaskan dalam variabelbank ( ) demikian pula 2, 3 dan X4 masing-

masing 0,620% , 0,013% dan 0,302% ini membuktikan dari keempat

Page 63: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

52

indikator( 1 2 3, X4) terlihat bahwa 2 lebih dominan mempengaruhi variabel

(Bank ).

Kemudian untuk melihat nilai indikator yang memiliki korelasi dengan

variabel Larangan Riba adalah Berdasarkan loading factor correlation

(dimension) dimana nilai standardized loading adalah

Gambar 4.2

1 = -0,934> 0,5

2 = 0,953> 0,5

3 = -0,177> 0,5

Ini menunjukkan indikator Al-Qur‟an ( 1), Al-hadits 2 dan Ijma

ulama ( 3)valid nilai kuadrat disetiap standardized loading. Nilai

𝓾𝟏

Larangan Riba

Al-Qur‟an 𝑌1 Al-Hadis 𝑌2 Ijma Ulama 𝑌3

Page 64: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

53

communalities 1 = 0,871 artinya 95% valid indikator 1 mampu dijelaskan

dalam konstan Hukum Syari‟ah , demikian pula 2,dan 3 masing-masing

0,909%, dan 0.031% ini membuktikan dari ketiga indikator ( 1 2 3 ),

terlihat bahwaindikator 1 lebih dominan mempengaruhi Variabel Larangan

Riba ( ).

Kemudian untuk melihat nilai indikator yang memiliki korelasi dengan

variabel Etika Bisnis ,) adalah Berdasarkan loading factor correlation

(dimension) dimana nilai standardized loading diatas maka nilai indikatornya

adalah.

Gambar 4.3

4 = -0,940> 0,5

5= 0,910> 0,5

6 = 0,143> 0,5

Y7 = -0,447> 0,5

Ini menunjukkan indikator 4 , ( 5), ( 6) dan 7 valid karena nilai

kuadrat disetiap standardized loading. Nilai communalities 4 = 0,883 artinya 95%

𝓾𝟐

Etika Bisnis

Amanah Shiddiq Jujur 𝑌5 𝑌6 𝑌4 Ta‟wun 𝑦7

Page 65: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

54

valid indikator 4 mampu dijelaskan dalam variabelk Larangan Riba( ),

demikian pula 5, 6 dan 7 masing-masing 0,829%, 0,020%, dan 0,200% ini

membuktikan dari keempat indikator( 4 5 6 7) terlihat bahwa 7 lebih

dominan mempengaruhi variabelsistem gadai( ),

Kemudian untuk melihat nilai indikator yang memiliki korelasi dengan

variabel Peningkatan Penghimpunan Dana Bank ) adalah Berdasarkan loading

factor correlation (dimension) dimana nilai standardized loading diatas adalah.

Gambar 4.4

8 = 0,830> 0,5

9 = 0,662> 0,5

10 = 0,183> 0,5

Y11 = 0,310> 0,5

Ini menunjukkan indikator jujur ( 8), Amanah ( 9), Shiddiq ( 10) dan

Ta‟wun (Y11) valid karena nilai kuadrat disetiap standardized loading. Nilai

communalities( 8) = 0,830 artinya 95% valid indikator( 8), mampu dijelaskan

Resiko Rendah 𝑦10 𝜸

Peningkatan Peng

Edukasi

Sosialisasi 𝑦8

𝑦9

Keuntungan Jangka Panjang

𝑦11

Page 66: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

55

dalam variabel Peningkatan Penghimpunan Dana Bank ( ).demikian pula

( 9),( 10) dan (Y11) masing-masing 0,662%,0,183% dan 0,310%ini

membuktikan dari keempatindikator ( 8 9 10 11) terlihat

bahwaindikator( 8),lebih dominan mempengaruhi variabelmanfaat ( ).

Untuk mengukur atau menguji nilai loading faktor di indikator dilihat

pengukuran dari hasil Critical Ratio (CR) pengukuran ini dari hasil nilai

standardized loading yang diperoleh dari bostrapping dengan standar

caranya.CR = nilai tStatistikMaka dapat dilihat dari loading factor

CompositReliability.

2. Uji Reliabilitas (Konsisten Internal)

Tabel 4.2 Composite reliability:

Latent Variable

Dimensions

Cronbach‟

Alpha

D.G. rho (PCA)

BANK 3

Page 67: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

56

LARANGAN RIBA 4

ETIKA BISNIS 4

PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DANA BANK

4

Sumber : data olah dengan menggunakan PLS-PM.

Indicator akan valid berdasarkan dari olah data dengan nilai

Crombach‟s Alpha untuk variabel berada diatas 0,70 sedangkan nilai

Composite Reliability adalah (D.G. rho). Masing-masing Bank ( ), Larangan

Riba( 1),Etika Bisnis ( 2), dan Peningkatan Penghimpunan Dana Bank ( ).

3. Uji Model Assessment (Penilain)

Pengujian atau pemeriksaan selanjutnya dengan melihat nilai EVE

(Average Varible Extrated) yaitu menggambarkan besaran varian yang mampu

dijelaskan oleh item-item dibandingkan varian yang disebabkan oleh error

pengukuran.Standarnya adalah, bila nilai EVE (Average Varibel Extrated)

diatas 0.50 maka dapat dikatakan bahwa variabel memilikiConvergent Validity

yang baik berdasarkan loading factor 4.3 pada (Model Assessment). Nilai EVE

untuk variabel.

Tabel 4.3 Model assessment (Dimension 1):

Page 68: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

57

Latent Variable

Type

Mean

Mean Communa

Lities (AVE)

BANK Exogenous 0.000 0,462 LARANGAN RIBA

Endogenous 0.000 0,604

ETIKA BISNIS

Endogenous 0.000 0,483

PENINGKATAN PENGHIMPUNAN DANA BANK

Endogenous 0.000 0,496

Mean 0,505 Sumber : data olah dengan menggunakan PLS-PM

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai AVE (Average

Varibel Extrated) dari masing-masing variabeluntuk Bank ( )0,462 Larangan

Riba( 1)0,604 Etika Bisnis( 2)0,483, dan Peningkatan Penghimpunan Dana

Bank ( ) 0,496,. Semua nilai AVE variabel tersebut lebih besar dari 0.5 maka

sifatnya convergent validity yang baik.

Pemeriksaan berikutnya adalah nilai descriminant validity dari model

pengukuran reflektif ( ) yang dimiliki berdasarkan Cross Loading dan

membandingkan antara nilai AVE dengan kuadrat korelasi antara

variabel.Descriminant validity yang baik akan mampu menjelaskan varian

indikatornya lebih tinggi dibandingkan dengan menjelaskan varian dari

indikator variabel lainya.

4. Descriminant Validity

Page 69: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

58

Discriminant validity dilakukan untuk memastikan bahwa setiap konsep

dari masing-masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Model

mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari setiap

indikator dari sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar

dengan nilai loadinglain terhadap variabel laten lainnya.

Descriminant validity dalam Partial Least Square-Parth Modeling(PLS-

PM)di lihat dari dua out-put, yaitu nilai cross loading dan perbandingan nilai

AVE dengan kuadrat korelasi antar variabel.Cross loading menggambarkan

korelasi antar suatu indikator dengan variabelnya dan dengan variabel lain.

Jika nilai variabel dengan item pengukuran (setiap indikatornya) lebih

tinggi dari korelasi dengan indikator dari korelasi dengan indikator dari

variabel lainya.Maka hal ini menunjukkan variabel laten tersebut mampu

memprediksi indikatornya dengan lebih baik dari pada variabel lainya, sekarang

kita lihat Cross Loading (Monofacturial Manifest Variables) yaituHasil

pengujian discriminant validity diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.4

Cross-Loadings (Monofactorial Manifest Variables)

BANK Larangan

Riba

Etika Bisnis

Peningkatan Penghimpunan

Dana Bank 1 0,955 -0,693 -0,797 -0,561 2 -0,787 0,565 0,605 0,324 3 0,115 0,278 -0,035 0,380 4 -0,550 -0,693 0,326 0,462 1 0,684 -0,934 -0,555 -0,638 2 -0,774 0,953 0,691 0,749

Page 70: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

59

3 0,093 -0,177 -0,074 0,034 1 -0,664 0,625 0,940 0,751 2 -0,796 0,584 0,910 0,713 3 -0,152 0,407 0,143 0,080 4 0,168 0,191 -0,447 -0,342 1 -0,656 0,757 0,796 0,911 2 -0,494 0,433 0,613 0,814 3 0,033 -0,229 -0,421 -0,427 4 -0,429 0,504 0,274 0,557

Sumber : data olah dengan menggunakan PLS-PM

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa nilai indikator yang

memiliki korelasi dengan variabel bank adalah dimana nilai standardized

loading untuk indikator 1 = 0,955, 2 =-0,787, 3 = 0,115, X4 =-0,550. Nilai

masing-masing variabel > 0,5

Dimana nilai loading faktor 2 = 0,787 memiliki korelasi lebih tinggi

Hukum Larangan Riba (-0,693), sedangkan variabel Etika Bisnis (-0,797), dan

variabel Peningkatan Penghimpunan Dana Bank(-0,561). Inimenunjukkan

variabelBank mampu menjelaskan varian yang lebih tinggi dengan variabel

lain.

Gambar 4.5 Kontribusi Varibel Terhadap Larangan Riba

Page 71: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

60

Sumber : data olah dengan menggunakan PLS-PM

Gambar 4.6

Kontribusi Varibel Terhadap Etika Bisnis

Sumber : data olah dengan menggunakan PLS-PM

Dari gambar 4.6diatas memperlihatkan bahwanilai variabel Larangan Riba

adalah 0,778 (77,8%) dan bank adalah 0,155 (15,5%). Ini Menunjukkan adanya

LARANGAN RIBA PENINGKATAN DANA 0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1

0 0.5 1 1.5 2 2.5

Per

form

ance

Importance

IPMA (Latent variable: LARANGAN RIBA)

0.000

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

1 2

Series2

Series1

Page 72: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

61

hubungan antara variabel Etika Bisnis dan bank dalam memberi kontribusi yang baik

terhadapvariabelsistem Peningkatan Penghimpunan Dana

Kemudian untuk melihat kontribusi variabel Peningkatan Penghimpunan Dana

Bank adalah 0,409 (40,9%) Larangan Riba 0,301 (30,1%) dan bank adalah 0,24 (24%)

Ini Menunjukkan adanya hubungan antara variabel Peningkatan Penghimpunan Dana

Bank,Larangan Riba dan bank dalam memberikan kontribusi dengan baik terhadap

variabel Manfaat.Gambar 4.7 dapat dilihat dibawah ini sebagai berikut.

Gambar 4.7 Kontribusi Variabel Terhadap Peningkatan Penghimpuna Dana Bank

Sumber : data olah dengan menggunakan PLS-PM

C. Pembahasan Hasil Penelitian

0.000

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

1 2

Series1

Page 73: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

62

1. Hipotesis 1: Variabel Bank Sulselbar Syariah Makassar Berpengaruh

Terhadap Adanya Variabel Larangan Riba

Hasil pengujian inner Model sebagaimana ditunjukkan dimana pada uji

hubungan antar variabel dapat disimpulkan bahwa bank syari‟ah

mempengaruhi Larangan Riba sebesar 11,972signifikan pada 0,05 (T hitung

lebih besar dari 1,671) dengan nilai.Diterimanya Hipotesis 1( ),

memberikan makna bahwa pengembangan kompetensi bank syari‟ah

yangterdiri dari kemampuan membangun relasi bisnis dengan berlandaskan

pada hukum syari‟ah yang dibangun dengan al-qur‟an, al-hadits, ijma yang

diatur oleh pemerintah dalam menegakkan hukum islam.Kompetensi berupa

kearifan budaya sosial yang dimiliki masyarakat kota Makassar khususnya

ummat islam dapat meningkatkan transaksi yang sesuai dengan syari‟ah

serta memanfaatkan sebagaimana dianjurkan dalam islam.

2. Hipotesis2:Variaberl Bank sulselbar syariah makassar berpengaruh

terhadap variabel etika bisnis

Hasil pengujian innerModel sebagaimana ditunjukkan dalam Loading

factor dimana pada uji hubungan antar variabel menunjukkan variabel Bank

mepengaruhi Etika Bisnis yaitu sebesar 2,086 signifikan pada 0,05 (T hitung

lebih besar dari 1,671). Hal ini berarti mempengaruhi Etika Bisnis,sehingga

hipotesis 2( ), diterimanya memberikan makna bahwa Pada saat bank

syari‟ah dengan orientasi hukum syari‟ah yang kuat, diprediksikan konsep

produk yang dimiliki bank syari‟ah yang sesuai dengan hukum syari‟ah yang

Page 74: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

63

berorientasi kepada kebutuhan Masyarakat Islam khususnya yang selama ini

telah menikmati lembaga keuangan yang enerapkan siste bunga (interest).

3. Hipotesis 3 : Variabel Bank Sulselbar Syariah Makassar Berpengaruh

Terhadap Variabel Peningkatan Penghimpuna Dana Bank

Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa hubungan variabel

bank syari‟ahdengan variabel Peningkatan Penghimpuna Dana menujukkan

nilai koefiisien jalur dengan nilai t sebesar 1,534 signifikan pada 0,05 (T

hitung lebih kecil dari 1,671). Hal ini berarti bahwa Peningkatan

Penghimpunan Dana Bank memiliki hubungan positif tetapi tidak signifikan

terhadap Larangan Riba yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis ke tiga

Dimana bank syari‟ah mendorong huku syari‟ah secara langsung. Hipotesis ke

3 di tolak

Page 75: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

64

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil output PLS dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Bahwa Variabel Bank (𝝽) berpengaruh langsung dan signifikan terhadap

variabel Peningkatan Penghimpunan Dana Bank (data diolah terlampir).

Pengembangan bank syari‟ah yang terdiri dari kemampuan mengelola larangan

riba dan etika bisnis yang sesuai dengan hukum syari‟ah, mampu membangun

relasi jaringan bisnis berdasarkan al-qur‟an dan al-hadits yang mengarah

terhadap pemanfaatan peningkatan penghimpunan dana bank yang sesuai

dengan syari‟ah demi untuk kemaslahatan ummat islam khususnya.

2. Variabel Larangan Riba ( ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap

variabel Peningkatan Penghimpunan Dana Bank ( ) (data diolah terlampir).

Kompetensi yang dimiliki bank syari‟ah di kota Makassar dapat meningkatkan

kualitas dan menjaga transaksi-transaksi yang sesuai dengan syari‟ah serta

bersaing dalam transaksi muamalah yang dianjurkan dalam islam. Kemampuan

mengelola bank syari‟ah, beradaptasi dengan lingkungan dengan baik,

kreatifitas inovasi yang tinggi seperti menciptakan produk-produk yang tidak

banyak dimiliki dan pemanfaatan lembaga lain dan bebas dari unsur-unsur yang

diharamkan.

Page 76: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

65

Variabel Etika Bisnis ( ) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Variabel

Peningkatan Penghimpunan Dana Bank ( ) PT. Bank Sulselbar Syari‟ah Cabang

Makassar.

B. SARAN

Sampai saat ini berdasarkan penelitian belum terdapat masalah dalam sistem

Larangan Riba dan Etika Bisnis terhadap Peningkatan Penghimpunan dana Bank

Sulselbar Syariah. Tentunya sangat diharapkan kepada PT.Bank Sulselbar Syariah

untuk terus menjaga kepercayaan masyarakat dan terus meningkatkan kualitas

layanan sesuai dengan prinsip syariah.

Page 77: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

66

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟an dan Terjemahannya Departemen Agama RI tahun 2007

Adiwarman. 2001. Perbankan Syariah : Peluang, Tantangan dan Strategi

Arikunto, Suharsimi. 2002. Belajar Peneliti (Suatu Pendekatan Praktek) Jakarta:

Rineka Cita.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Belajar Peneliti (Suatu Pendekatan Praktek) Jakarta:

Rineka Cita.

Dewi, Gemala. 2004. Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian

di Indonesia. Jakarta: Kencana Peranada Media Group.

Kausu. 2002. Produk dan Karakteristik Bank Syariah, dalam short Course bank

Syariah, Malang

Muhammad, 2005. Manajemen Pembiayaan Syariah. Yogyakarta: Unit Penerbit

dan Percetakan Akademika Manajemen Perusahaan.

Renvoi. 2005. Jembatan Informasi Rekan Edisi Nomor 7/31 Desember

Th.03/2005.

Satrio, J. 2003. Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Pribadi Penanggungan

(Borgtocht)Dan Perikatan Tanggungan Menanggung. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti.

Satrio, J. 1999. Hukum Perikatan Perikatan Pada Umumnya. Bandung: PT.

Alumni

Sofwan, Masjchoen, Sri Soedewi. 2001. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-

Pokok Hukum Jaminan Dan Jaminan Perorangan.

Yogyakarta: Liberty Offset Yogyakarta.

Page 78: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

67

Sumitro, Warkum. 2002. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga

Terkait (BMI dan Takaful) di Indonesia. Jakarta Raja Grafindo Persada

Syafi‟l Muhammad 2005. Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah.

Yogyakarta: BPFE.

Undang-Undang No 7 Tahun 1995 Tentang Perbangkan

Undang-Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas UU No 7

Widodo, Hendy. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Page 79: SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Staf Bank Bagian Pemasaran Sedang Mengisi Kuesioner