skripsi - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfkekerasan dalam rumah...

113
PEMIKIRAN DAN IMPLEMENTASI AKTIVIS GENDER TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) SKRIPSI Diajukan Kepada : Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S. HI) Oleh Ramada Putra R.D. NIM 04210028 FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG 2008

Upload: doankhue

Post on 01-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

PEMIKIRAN DAN IMPLEMENTASI AKTIVIS GENDER

TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

(Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada :

Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam (S. HI)

Oleh

Ramada Putra R.D.

NIM 04210028

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MALANG

2008

Page 2: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

MOTTO

�� ������������� ���� ��� ������ ����� ��

�� ����� � ��� ��� ���� ��������� ������ ������ � ������� � � ������� ���������������� �� �� ���� ���� ���� �� ���� ����� �� �����

�� ������ ������ ���� ����� ��� ������ �� ���� ���! ����� ������� �� ���"#$%���

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu

isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda

bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Ar-Ruum (30): 21)

Page 3: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, puji syukur selalu terpanjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan segala rahmat

dan karunia –Nya. Shalawat serta salam tak lupa dihaturkan ke junjungan Nabi besar

Sayyidul Anbiya Muhammad SAW yang telah memperjuangkan agama yang haq.

Kupersembahankan karya tulis ini untuk :

Bapak tercinta (Rahmat Mahroji) dan Ibu tercinta (Istianah)

yang dengan cinta, kasih-sayang dan do’a beliau berdua

saya selalu optimis untuk meraih kesuksesan dalam hidup ini.

Ustadz-ustadzku yang telah memberikan ilmunya kepadaku dengan penuh kesabaran

dan ketelatenan.

Bulek dan paklikku (Isyaroh dan Soedarmadji), Adek-adekku (Angga, Ajeng, Wulan,

Bimo, mas Haris), dan keluargaku

yang telah mewarnai kehidupanku dengan penuh keceriaan.

Sahabat-sahabatku tercinta

yang telah membuat hidupku lebih bermakna dan dinamis.

Tak lupa buat “Adinda”seorang terkasih yang Allah ciptakan untuk menjadi pendampingku

kelak atas cinta, kasih sayang, dukungan dan kesabarannya kuharapkan mampu

membahagiakan dan selalu mendampingiku ke jalan yang diridhoi oleh –Nya. Amien ya

Robbal’alamien....

Terima kasih atas perjuangan dan pengorbanan “jenengan” semua...

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang dapat meraih

kesuksesan dan kebahagiaan dunia-akhirat.

Amien....

Page 4: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Demi Allah,

Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,

penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:

PEMIKIRAN DAN IMPLEMENTASI AKTIVIS GENDER TERHADAP

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

(Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang)

benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau

memindah data milik orang lain. Jika dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini ada

kesamaan, baik isi, logika maupun datanya, secara keseluruhan atau sebagian, maka

skripsi dan gelar sarjana yang diperoleh karenanya secara otomatis batal demi

hukum.

Malang, 30 Oktober 2008

Penulis,

Ramada Putra

NIM. 04210028

Page 5: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

HALAMAN PERSETUJUAN

PEMIKIRAN DAN IMPLEMENTASI AKTIVIS GENDER TERHADAP

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

(Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang)

SKRIPSI

Oleh:

Ramada Putra R.D.

NIM: 04210028

Telah disetujui oleh

Dosen Pembimbing:

Drs. M. Fauzan Zenrif, M.Ag

NIP : 150 303 047

Mengetahui,

Dekan Fakultas Syari’ah

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag

NIP. 150 216 425

Page 6: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudara Ramada Putra R.D, NIM 04210028,

mahasiswa Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, setelah

membaca, mengamati kembali berbagai data yang ada di dalamya, dan mengoreksi,

maka skripsi yang bersangkutan dengan judul:

PEMIKIRAN DAN IMPLEMENTASI AKTIVIS GENDER TERHADAP

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

(Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang)

telah dianggap memenuhi syarat-syarat ilmiah untuk disetujui dan diajukan pada

majelis dewan penguji.

Malang, 30 Oktober 2008

Pembimbing,

Drs. M. Fauzan Zenrif, M.Ag

NIP : 150 303 047

Page 7: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

PENGESAHAN SKRIPSI

Dewan penguji skripsi saudara Ramada Putra R.D., NIM 04210028, mahasiswa

Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Malang angkatan tahun 2004, dengan

judul:

PEMIKIRAN DAN IMPLEMENTASI AKTIVIS GENDER TERHADAP

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

(Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang)

telah dinyatakan LULUS dengan nilai B+

Dewan Penguji Tanda Tangan

1 Penguji Utama

: Drs. Fadil Sj, M.Ag.

NIP. 150 252 758

( )

2 Ketua Penguji

: Mujaid Kumkelo, M.H.

NIP. 150 300 366

( )

3 Sekertaris/pembimbing

: Drs. Fauzan Zenrif, M.Ag.

NIP. 150 303 047

( )

Malang, 30 Oktober 2008

Dekan,

Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag

NIP. 150 216 425

Page 8: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.,

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat ilahi robbi,

Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam kita

haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan kita

tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang

mendapatkan syafa’at beliau di hari akhir kelak. Amien...

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat jasa-jasa, motivasi

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh ta’dhim, dari lubuk

hati yang paling dalam penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN)

Malang.

2. Drs. H. Dahlan Tamrin, M.Ag. (Dekan Fakultas Syari’ah), Dra. Hj. Tutik

Hamidah, M.Ag. (Pembantu Dekan I), Drs. Fadil SJ., M.Ag. (Pembantu Dekan

II). Dan Dra. Hj. Mufidah, M.Ag. (Pembantu Dekan III).

3. Drs. Fadil SJ., M.Ag., selaku dosen wali penulis selama kuliah di Fakultas

Syari’ah UIN Malang.

Page 9: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

4. Drs. M. Fauzan Zenrif, M.Ag., selaku pembimbing penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Atas bimbingan, arahan, saran, motivasi dan kesabarannya,

penulis sampaikan Jazakumullah Ahsanal Jaza’.

5. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah UIN Malang, yang telah mendidik,

membimbing, mengajarkan dan mencurahkan ilmu-ilmunya kepada penulis.

Semoga Allah melipatgandakan amal kebaikan mereka.

6. Bapak dan Ibu tersayang (Rahmat Mahroji dan Istianah), Bulek dan Paklik

(Isyaroh dan Soedarmadji) yang telah mencurahkan cinta dan kasih-sayang

teriring do’a dan motivasinya, sehingga penulis selalu optimis dalam menggapai

kesuksesan hidup di dunia ini.

7. Segenap pengurus Pusat Studi Gender yang telah memberikan kemudahan

informasi dan bantuan demi terselesainya penulisan skripsi ini.

8. Seluruh Bagian Administrasi Fakultas Syari’ah UIN Malang, Mas Abu, Mas

Nordin, Mas Arif yang telah memberikan informasi dan bantuan yang berkaitan

dengan akademik.

9. Adik-adikku tersayang (Angga, Ajeng, Wulan, Bimo, Aura dan Mas Haris), yang

telah membantu penulis dalam memperoleh data-data yang penulis butuhkan

selama penulisan skripsi ini. Syukron atas saran, do’a dan motivasinya!

10. Teman-teman Fakultas Syari’ah UIN Malang angkatan 2004, yang telah

mewarnai perjalanan hidupku selama kuliah.

Page 10: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

11. Sahabat-sahabat karibku yaitu: Sukron, Anas, Hasanudin, As’ad, Conan, Ngalim,

Oblek, Ali dan Rahmat. Terima kasih atas kebersamaan kita yang indah, semoga

persaudaraan kita tidak terputus selamanya!

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu karena keterbatasan ruang

yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Terakhir, penulis juga sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif dari para pembaca yang budiman sangat

kami harapkan demi perbaikan dan kebaikan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah yang berbentuk skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna

bagi kita semua, terutama bagi diri penulis sendiri. Amin ya Mujibassailin...

Malang, 30 Oktober 2008

Penulis

Page 11: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

ABSTRAK

Putra, Ramada, 04210028, 2008, Pemikiran dan Implementasi Aktivis Gender

Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Skripsi, Jurusan Al-Ahwal As-

Syakhsiyah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri (UIN) Negeri Malang.

Dosen Pembimbing: Drs. M. Fauzan Zenrif, M.Ag.

Kata Kunci: Pemikiran, Implementasi, Aktivis Gender dan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga.

Realitas sosial menunjukkan, bahwa kekerasan dalam rumah tangga telah

mencapai taraf yang memperhatinkan. Berbagai media massa (cetak dan elektronik)

banyak memuat berita tentang kekerasan suami terhadap istrinya atau sebaliknya

yang sangat bervariasi, dan juga ada kekerasan orang tua terhadap anak. Pada

umumnya perempuan dan anak menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga

tersebut. Dalam upaya ini banyak lembaga-lembaga sosial dan beberapa organisasi

lainnya yang ikut memberikan bantuan kepada korban yang mayoritas adalah

perempuan dan anak-anak, seperti halnya yang telah dilakukan oleh para aktivis

gender di Pusat Studi Gender (PSG) UIN Malang.

Sebagaimana maraknya permasalahan kekerasan dalam rumah tangga yang

terjadi dimasyarakat membuat peneliti tertarik untuk mengkajinya lebih dalam

melalui penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji pemikiran

para aktifis gender tentang kekerasan dalam rumah tangga dan menjelaskan

aktualisasi pemikiran para aktifis gender tentang kekerasan dalam rumah tangga

dalam upaya menyadarkan masyarakat terhadap permasalahan hukum KDRT. Dalam

mengkaji penelitian ini peneliti menggunakan paradigma fenomenologi dan

pendekatan kualitatif serta menggunakan observasi, wawancara dan dokumenasi

dalam mengumpulkan data. Untuk menganalisanya peneliti menggunakan analisa

deskripsi supaya pembaca mengetahui apa yang terjadi dalam program, seperti apa

menurut sudut pandang peserta yang ada dalam program, dan kejadian tertentu

seperti apa atau kegiatan yang ada dalam program para aktivis gender dalam

meminimalisir kasus kekersan dalam rumah tangga.

Adapun hasil penelitian ini yaitu pendapat para aktivis gender terhadap

kekerasan dalam rumah tangga dapat diidentifikasi bahwa dalam memandang

kekerasan itu dapat dilihat dari berbagai segi yaitu jenis kekerasan, tindakan atau

perbuatan, kondisi yang ditimbulkan, ketidakseimbangan peran, tindakan dan adanya

kekuatan (power) dan perilaku-sifat didalam rumah tangga.

Dalam upaya menyadarkan masyarakat terhadap permasalahan hukum kekerasan

dalam rumah tangga para aktivis gender telah melakukan beberapa hal untuk

meminimalisir kasus KDRT diantaranya sosialisasi kepada masyarakat, advokasi dan

pendampingan korban KDRT, rehabilitasi dan pemberdayaan perekonomian.

Page 12: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

HALAMAN MOTTO ............................................................................... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. v

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... vi

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................ viii

ABSTRAK ................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ............................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

E. Definisi Operasional ......................................................................... 8

F. Sistematika Penelitian ....................................................................... 8

BAB II KONSEP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN

TEORI HUKUM

A. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 12

B. Kekerasan Dalam Rumah Tangga..................................................... 16

1. Pengertian Kekerasan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.... 16

Page 13: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

2. Bentuk-bentuk Kekerasan ........................................................... 18

3. Faktor Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga................... 20

4. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga ................................ 22

C. Pembentukan Hukum........................................................................ 24

D. Penegakan Hukum ............................................................................ 25

E. Kultur Hukum ................................................................................... 27

F. Teori Pemikiran Hukum.................................................................... 28

1. Teori-teori Yunani dan Romawi ................................................. 28

2. Teori Ajaran Hukum Fungsional ................................................ 31

3. Teori Sistem ................................................................................ 32

4. Teori Hukum Alam ..................................................................... 33

5. Teori Hukum Murni .................................................................... 34

6. Teori Aliran Hukum Positive (Positivisme)................................ 35

7. Teori Realisme Hukum ............................................................... 38

8. Teori Idealisme Hukum............................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian............................................................................... 42

1. Sejarah Berdirinya Pusat Studi Gender....................................... 42

2. Visi dan Misi Pusat Studi Gender ............................................... 44

3. Asas dan Landasan Pusat Studi Gender ...................................... 44

4. Tujuan Pusat Studi Gender.......................................................... 44

B. Paradigma Penelitian......................................................................... 45

C. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 46

D. Sumber Data...................................................................................... 47

Page 14: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

E. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 48

F. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 51

BAB IV PEMIKIRAN DAN IMPLEMENTASI KEKERASAN DALAM

RUMAH TANGGA

A. Pemikiran Para Aktivis Gender Tentang KDRT............................. 54

1. Konsep Kekerasan Dalam Rumah Tangga .................................. 54

a. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga........................ 54

b. Macam-macam Kekerasan Dalam Rumah Tangga................ 63

c. Bentuk-bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga................. 65

d. Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga....... 68

2. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga ................................. 73

3. Pandangan Hukum Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga .. 76

B. Aktualisasi Pemikiran Aktivis Gender Terhadap Permasalahan

Hukum KDRT.................................................................................. 86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 93

B. Saran-saran .................................................................................................. 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Page 15: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini fenomena kekerasan dalam rumah tangga tidak semakin reda, bahkan

secara kuantitatif mengalami peningkatan signifikan dan disertai pula dengan

meningkatnya intensitas dan kualitas kekerasan terhadap perempuan dan anak

dimasyarakat dengan ditemukannya kasus kekerasan pada balita berupa kekerasan

fisik dan psikis hingga seksual. Pelaku kekerasan tersebut justru dilakukan orang-

orang terdekat yang seharusnya menjadi pelindung mereka1. Kendatipun upaya

perlindungan hukum relative telah dilakukakan oleh pemerintah dan kelompok

masyarakat yaitu dengan diterbitkannya UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

Kompilasi Hukum Islam2, Undang-undang HAM No 39 Tahun 1999 tentang Hak

1http://www.malangkab.go.id/kabmalang/berita/kanjuruhan.cfm?kd=348 (diakses pada 23 Juli 2008) 2Rika Saraswati, Perempuan dan Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Bandung: PT Citra

Aditya Bakti, 2006), 33-34.

Page 16: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Asasi Manusia, yang menegaskan bahwa berbagai bentuk kekerasan seksual juga

merupakan bagian dari kejahatan kemanusiaan3 dan Undang-undang No. 23 Tahun

2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (P KDRT), yang

mengatur tentang jaminan yang diberikan oleh Negara untuk mencegah terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), menindak pelaku kekerasan dalam rumah

tangga dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga.4 Fakta kekerasan

terhadap keluarga terjadi pada semua tingkat sosial ekonomi, pendidikan dan status

sosial lainnya.

Berkaitan dengan maraknya kekerasan terhadap perempuan yang terjadi dalam

rumah tangga dengan berbagai bentuk kekerasannya, korban kekerasan kebanyakan

berkelamin perempuan dan berimbas pada anak-anak. KDRT kerap terjadi di

masyarakat perkotaan maupun pedesaan, seiring dengan munculnya isu tentang

kesetaraan gender membuat hubungan antara kaum laki-laki dan perempuan terdapat

kerenggangan yang bisa mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga..

Pada tahun 2004 pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 23 Tahun 2004

tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, namun undang-undang ini

masih belum bisa meminimalisir kasus KDRT. Seperti halnya jumlah kasus KDRT

di Malang yang berhasil dicatat oleh Women Crisis Center sejak tahun 2005

mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 lalu, tercatat ada 8 kasus yang ditangani

oleh WCC, kemudian di sepanjang tahun 2006, kasus KDRT mengalami peningkatan

menjadi 30 kasus. Menurut ketua WCC kota Malang Maimunah S.Ag. Peningkatan

jumlah itu, kemungkinan besar dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat untuk

3Mufidah Cholidah Dkk, Haruskah Perempuan dan Anak Dikorbankan (Malang: Pilar Media, 2006),

vii 4La Jamaa, Hadidjah, Hukum Islam dan Undang-undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(Surabaya: PT Bina Ilmu, 2008),194

Page 17: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

melaporkan terjadinya KDRT meningkat. Sedangkan kenyataan dilapangan sendiri,

jumlah terjadinya kasus ini lebih banyak lagi.5

Lain halnya kasus KDRT pada tahun 2007 yang ditangani oleh Dian Mutiara

yang di ketuai oleh Sri Wahyuningsih S.H. MPd. kasus kekerasan dalam rumah

tangga di sebabkan berbagai masalah diantaranya sebagai berikut6:

NO hgfhgfhgfh JENIS KDRT JUMLAH KASUS

1 Psikis/ psikologi dan fisik 36

2 Trafficking 2

3 Anak dalam kandungan tidak diakui 3

4 Suami selingkuh 9

5 Suami kawin lagi 6

6 Penelantaran rumah tangga 12

7 Perebutan anak 6

8 Kekerasan oleh lembaga/instansi 4

9 Perkosaan oleh ayah kandung 1

10 Diancam untuk menggugurkan kandungan 1

Jumlah 80

Secara umum tindak kekerasan dalam rumah tangga sering pula berkaitan

dengan instabilitas di rumah dan di masyarakat. Hal ini tampak dari tiga kategori

sebagai berikut. Pertama, kondisi kemiskinan akan mengakibatkan dilakukannya

kekerasan, untuk menyalurkan dan agresi diarahkan kepada mereka yang lemah.

Kedua, dalam masyarakat penuh instabilitas, budaya kekerasan akan berkembang.

Ketiga, dalam masyarakat bergolak karena perang, kekerasan merupakan bagian dari

senjata yang digunakan untuk perang.7

Ada juga penyebab sering terjadinya kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia

yaitu sedikitnya ada tiga alasan antara lain:

5http://www.suryaonline.co.id. (diakses pada 9 Mei 2003) 6http://www.suryaonline.co.id. (diakses pada 10 Mei 2003) 7Rika Saraswati, Op. Cit., 18.

Page 18: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

1. Kekerasan dalam rumah tangga sejauh ini tidak dikenal sebagai kejahatan dalam

masyarakat meskipun terjadi di sejumlah tempat.

2. Kebanyakan korban tidak bisa bicara secara tebuka mengenai kasus yang di

alaminya dalam keluarga.

3. Kekeliruan dalam memahami mitos dengan fakta kekerasan dalam rumah tangga

di masyarakat8.

Selain itu juga ada dua hal yang bisa disebut sebagai akar permasalahan yaitu: Power

Relation dan kultur masyarakat. Power relation yang tidak seimbang di sektor

ekonomi dapat menjadi penyebab terbesar dari kasus kekerasan dalam rumah tangga

saat ini.9

Dengan demikian Undang-undang yang telah dikeluarkan belum efektif di

masyarakat dengan melihat kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga yang masih

kerap terjadi sehingga membutuhkan penyelesaian. Dalam upaya ini banyak

lembaga-lembaga sosial dan beberapa organisasi lainnya yang ikut memberikan

bantuan kepada korban yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak, seperti

halnya yang telah dilakukan oleh aktivis gender di Pusat Studi Gender (PSG) UIN

Malang.

Lembaga ini sebagai bagian integral dalam perguruan tinggi yang mengacu pada

Tri Dharma Perguruan Tinggi mencakup pendidikan, penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat berusaha membangun masyarakat yang berkesetaraan dan

berkeadilan gender.

8 Laporan Workshop P KDRT (Batu, 22-23 agustus 2006), 1 9Endah Triwijayati “Perempuan Mapan Pria Kasar” Jawa Pos (10 April 2008), 38, dimana dalam

artikel ini disebutkan bahwa menurut N. K. Endah Triwijati, dosen Fakultas Psikologi Universitas

Surabaya (Ubaya), power relation adalah munculnya penguasaan sebelah pihak akibat timpangnya

kekuatan individu.

Page 19: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Pusat Studi Gender juga mempunyai program-program yang dapat menunjang

keilmuan di perguruan tinggi yaitu Pengkajian Arus Utama, Pengembangan

Penelitian, Penerbitan, PSDM dan Penguatan jaringan civil society berspektif gender

dan dialog di Radio dan di Televisi. Sejak tahun 2003, Pusat Studi Gender ikut

menangani beberapa korban KDRT, khususnya daerah Malang dan melakukan

sosalisasi kepada masyarakat yang terkait dengan bidangnya yaitu kesetaraan gender.

Lembaga Pusat Studi Gender diharapkan turut serta dalam usaha membangun

masyarakat yang berkesadaran gender tersebut. Namun lembaga ini juga turut

mensosialisasikan Undang-undang yang terkait dengan kekerasan dalam rumah

tangga yaitu UU No. 23 Tahun 2004 yang mayoritas korbannya adalah perempuan

dan anak-anak.

Pusat studi gender telah melakukan kegiatan-kegiatan yang terkait dengan

sosialisasi tentang permasalahan kekerasan dalam rumah tangga yaitu diantaranya

mengadakan workshop tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga,

menerbitkan buku dan jurnal, siaran radio dan pelatihan.

Dengan melihat begitu banyaknya fenomena kekerasan dalam rumah tangga

seperti yang telah digambarkan di atas, yang dari hari ke hari menunjukkan

peningkatan, sekalipun beberapa undang-undang yang telah dikeluarkan oleh

pemerintah, maka peneliti ingin meneliti dan mengungkap pandangan para aktivis

gender yang ternaungi oleh PSG UIN Malang terhadap kekerasan dalam rumah

tangga tersebut yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Sebagai sebuah

lembaga yang bergerak dibidang kesetaraan gender pastinya mereka memiliki

pandangan tersendiri terhadap KDRT tersebut. Pandangan mereka inilah yang ingin

peneliti ungkap dalam penelitian ini.

Page 20: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Disamping itu, karena mereka sebagai sebuah lembaga yang bergerak di bidang

kesetaraan gender pastinya mereka juga memiliki kegiatan-kegiatan atau aktivitas-

aktivitas yang mereka lakukan untuk menanggapi KDRT tersebut. Hal yang menarik

dalam penelitian ini ialah pertama, PSG adalah sebuah lembaga yang ternaungi

dalam Universitas Islam Negeri dengan landasan teologis nilai-nilai universal Al-

Qur'an dan As-Sunnah, maka akan sangat menarik mengetahui pandangan para

aktivis gender terhadap kekerasan dalam rumah tangga dan aktivitas mereka dalam

mengurangi atau bahkan menghilangkan KDRT karena Islam sendiri mengajarkan

keharmonisan dalam rumah tangga. Allah berfirman dalam surat Ar-Rumm ayat 21

sebagai berikut

�� ����� � ��� ��� ���� ��������� ������ ������ � ������� � � ������� ���������������� �� �� ���� ���������� ���� ����� �� �� ���

�� ������ ������ ���� ����� ��� ������ �� ���� ���! ����� ������� �� ���"#$%���

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum

yang berfikir.10

Kedua, KDRT merupakan fenomena yang sering terjadi di masyarakat maka

mengetahui aktualisasi pemikiran para aktivis gender dalam mengatasi KDRT adalah

sebuah usaha yang banyak mengandung manfaat. Oleh karena itulah penelitian ini

diberi judul: Pemikiran dan Implementasi Aktivis Gender Terhadap Kekerasan

Dalam Rumah Tangga. (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang).

10QS. Ar-Rumm (30):21.

Page 21: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemikiran para aktifis gender tentang kekerasan dalam rumah

tangga?

2. Bagaimana aktualisasi pemikiran para aktifis gender tentang KDRT dalam upaya

menyadarkan masyarakat terhadap permasalahan hukum KDRT?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengkaji pemikiran para aktifis gender tentang kekerasan dalam rumah tangga.

2. Menjelaskan aktualisasi pemikiran para aktifis gender tentang kekerasan dalam

rumah tangga dalam upaya menyadarkan masyarakat terhadap permasalahan

hukum KDRT.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan

mengenai perspektif aktifis gender tentang kekerasan dalam rumah tangga, dan

implementasinya dalam bentuk kegiatan-kegiatan dalam rangka meningkatkan

kesadaran hukum masyarakat terhadap kekerasan dalam rumah tangga.

Secara praktis hasil penelitian ini akan menggambarkan berbagai metode dalam

menyelesaikan persoalan kekerasan dalam rumah tangga sebagai kontribusi kegiatan

para aktifis gender dalam menghadapi persoalan kekerasan dalam rumah tangga.

Page 22: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

E. Definisi Operasional

Pemikiran adalah 1. kegiatan untuk mempergunakan daya pertimbangan, konsepsi

atau inferensi. 2. kegiatan atau proses pertimbangan yang sungguh-sungguh. 3.

kegiatan atau proses untuk memperoleh pengertian baru melalui sesuatu yang telah

diketahui.11

Dalam penelitian ini peneliti akan mengkaji pemikiran para aktivis

gender terhadap kekerasan dalam rumah tangga.

Aktivis adalah orang yang aktif (menjadi anggota) suatu organisasi; pendorong suatu

kegiatan.12

Gender berarti jenis kelamin. Dalam Webster New World Dictionary yang di kutip

oleh Nasaruddin Umar, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-

laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku.13

Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang

terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara

fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaraan rumah tangga termasuk ancaman

untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara

melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.14

F. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan ini akan mengantar pembaca untuk memahami

isi penelitian ini dengan mudah. Hal ini dilakukan untuk menjaga satu prinsip

penting yang harus dipegang dalam penelitian ilmiah yaitu prinsip koherensi dalam

11Komaruddin, Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), 179. 12M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), 17. 13Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an (Jakarta: Paramadina, 2001),

33. 14LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 95, Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Pasal 1.

Page 23: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

penyajian penelitian. Koherensi ialah tersusunnya uraian atau pandangan sehingga

bagian-bagiannya berkaitan satu dengan yang lain.15

Dalam pengertian yang lain

koherensi juga dapat bermakna hubungan logis antara bagian karangan atau antara

kalimat dalam satu paragraf.16

Peneliti membagi penelitian ini menjadi lima bab yaitu: bab I menjelaskan

tentang latar belakang masalah dengan menguraikan alasan-alasan mengapa

penelitian ini dilakukan beserta dengan tujuan dan manfaat penelitian. Alasan

logisnya adalah untuk mendapatkan hasil penelitian yang benar-benar objektif ilmiah

alasan-alasan dibalik penulisan sebuah penelitian ilmiah harus dicantumkan agar para

pembaca dapat mengikuti runtutan penyajian hasil penelitian dengan mudah.

Dalam bab II peneliti menguraikan penelitian terdahulu untuk dijadikan sebagai

pembanding permasalahan yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya, kemudian

peneliti memaparkan kajian teori tentang kekerasan dalam rumah tangga dan teori

pemikiran hukum sebagai pokok bahasan. Pada bab selanjutnya menjelaskan tentang

metode (cara) penelitian yang digunakan oleh peneliti dan lokasi yang menjadi objek

penelitian. Argumentasinya ialah sebelum penyajian data dilakukan metode

penelitian harus ditetapkan terlebih dahulu agar data yang hendak disajikan benar-

benar absah dan dapat dipercaya sehingga data yang dikumpulkan dan disajikan oleh

peneliti murni ilmiah tanpa kepentingan apaun yang dapat merusak keilmiahan

sebuah penelitian.

Bab IV ini memaparkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dan

selanjutnya dianalisis sesuai dengan metode yang diambil. Kemudian pada bab V

15Komaruddin., Op. Cit., 579. 16Ibid.

Page 24: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

menjelaskan kesimpulan dan saran yang merupakan bagian akhir pembahasan yang

dikemukakan dan dianjurkan. Akan lebih jelasnya digambarkan sebagai berikut:

BAB I : Dalam bab pendahuluan ini berisi mengenai latar belakang masalah yang

diangkat oleh peneliti. Dalam latar belakang ini menggambarkan sebagian bahasan

yang terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di masyarakat dan

berserta juga tujuan dan manfaat penelitian sebagai pengantar untuk memahami

alasan meneliti masalah ini dan sistematika pembahasan yang didalamnya membahas

rincian dari perbab yang akan dibahas oleh peneliti.

BAB II : Pada bab kedua ini membahas tentang penelitian terdahulu dan kajian teori

yang terkait dengan teori-teori pemikiran hukum, dan kekekerasan dalam rumah

tangga. Adapun kegunaan bab ini agar dapat memudahkan peneliti dalam

menganalisa permasalahan yang diteliti.

BAB III : Pada bab ini berisi tentang metode penelitian yang didalamnya terdapat

lokasi penelitian sebagai objek yang diteliti yaitu Pusat Studi Gender. Kemudian

paradigma penelitian yang terkait dengan cakupan yang umum yaitu fenomenologis,

kemudian pendekatan dan jenis penelitian yang diteliti oleh peneliti yaitu penelitian

kualitatif dan jenisnya penelitian lapangan (field research), selanjutnya sumber data

yang di dalamnya terdapat sumber data primer dan sumber data skunder, kemudian

metode pengumpulan data yang menggunakan metode wawancara, observasi dan

dokumentasi selanjutnya metode pengolahan data yang menjelaskan didalamnya cara

pengolahan data dari editing, classifying, verifying, analyzing dan concluding.

BAB IV : Dalam bab empat ini merupakan hasil penelitian yang diteliti, yaitu yang

berisi paparan data yang terkait dengan pemikiran para aktifis gender terhadap

Page 25: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

kekerasan dalam rumah tangga dan implementasinya kepada masyarakat. Dan

dilanjutkan dengan analisis data yang telah diperoleh.

BAB V : Pada bab ini adalah penutup yang mana berisi tentang kesimpulan dan

saran-saran yang bertujuan untuk menyimpulkan secara umum mengenai penelitian

yang diteliti oleh peneliti dan juga sekaligus menjawab rumusan masalah yang

terdapat dalam penelitian ini.

Page 26: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

BAB II

KONSEP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN TEORI HUKUM

A. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini peneliti akan memaparkan penelitian terdahulu yang setema

dengan peneliti yaitu:

Penelitian yang telah diteliti oleh Azizah dengan judul “Pemahaman Isteri

Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang Dilakukan Suami (Studi di Kel.

Arjosari Blimbing Kota Malang)” dalam skripsi ini menjelaskan tentang pemahaman

istri, bentuk-bentuk kekerasan dan dampak psikologis serta sosiologis korban

kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suami di Kelurahan Arjosari

Kecamatan Blimbing Kotamadya Malang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

Pertama, untuk menjelaskan pemahaman istri korban kekerasan dalam rumah tangga

yang dilakukan oleh suami di Kelurahan Arjosari Kecamatan Blimbing Kotamadya

Malang. Kedua, untuk memahami bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga

Page 27: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

yang dilakukan oleh suami di Kelurahan Arjosari Kecamatan Blimbing Kotamadya

Malang. Ketiga, unuk memahami dampak psikologis dan sosiologis yang di alami

oleh istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh

suami di Kelurahan Arjosari Kecamatan Blimbing Kotamadya Malang. Dalam

metode penelitian ini memakai jenis penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati. Dalam pengumpulan datanya menggunakan

wawancara, dengan pihak yang berperkara yaitu istri korban kekerasan dalam rumah

tangga yang dilakukan oleh suami, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik

analisa data menggunakan metode analisis deskriptif yaitu peneliti tidak bermaksud

untuk menghubungkan variabel yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil

dari penelitian ini bahwa pemahaman korban tentang kekerasan dalam rumah tangga

masih berupa kekerasan fisik dan dampak dari kekerasan tersebut adalah antara lain:

adanya ketidakbahagiaan, merasa cemas, dikhianati/dibohongi, gangguan emosi, dan

merasa malu atas gunjingan para tetangga dan takut dicap sebagai janda.17

Penelitian berikutnya yang pernah diteliti oleh Shofa Qonita dengan judul

“Perlindungan Terhadap Istri Sebagai Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Perspektif Hukum Islam Dan UU No 23 Tahun 2004.”18

Pada penelitian ini

difokuskan pada perlindungan terhadap korban KDRT dalam hal ini, yang di lakukan

oleh suami terhadap istrinya dalam perspektif hukum Islam dan Undang-undang No.

23 Tahun 2004. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui

17Azizah, “Pemahaman Isteri Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang Dilakukan Suami”,

Tahun 2007 18Shofa Qonita, “Perlindungan Terhadap Istri Sebagai Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Perspektif Hukum Islam Dan UU No 23 Tahun 2004.”, Tahun 2005.

Page 28: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

tentang kekerasan terhadap istri dalam perspektif hukum Islam dan UU No. 23

Tahun 2004. Kedua, untuk mengetahui perlindungan terhadap korban kekerasan

dalam rumah tangga perseptif hukum Islam dan UU No. 23 Tahun 2004. Ketiga,

untuk mengetahui adakah persamaan dan perbedaan antara perlindungan dalam

perspektif hukum Islam dan UU No. 23 Tahun 2004. Dalam metode penelitian ini

peneliti menggunakan jenis yuridis normatif atau penelitian kepustakaan yang mana

bahan pustaka merupakan data yang dalam penelitian di golongkan sebagai data

sekunder. Sumber data yang di gunakan yaitu bahan pustaka yang berisikan

pengetahuan ilmiah yang baru, meliputi buku-buku dan perundang-undangan yang

dijadikan penelitian yaitu kitab-kitab hukum Islam dan UU No. 23 Tahun 2004.

Dalam menganalisis data peneliti menggunakan metode deskriptif komparatif dan

metode content analysis, yang mana metode deskriptif komparatif membandingkan

persamaan dan perbedaan dengan mengambil bentuk studi komparatif. Sedangkan

metode content analysis digunakan untuk menarik kesimpulan dari beberapa

pendapat para pakar tentang permasalahan yang berkaitan dengan perlindungan

terhadap istri sebagai korban KDRT. Hasil dari penelitian tersebut adalah kekerasan

yang terjadi dalam masyarakat juga karena pemahaman yang salah terhadap suatu

ayat atau pun hadits misalnya dalam surat Al-Nisa’ ayat 34, term Wadzrubuuhunna

sering dijadikan legitimasi untuk melakukan kekerasan terhadap istri. Masih dalam

ayat yang sama lafadz qawwamun, yang berarti suami berkewajiban mengayomi,

memberi perhatian, dan melakukan pergaulan yang baik terhadap istri atau pada

sebagian masyarakat justru dimaknai sebagai kekuasaan untuk melakukan

kesewenang-wenangan terhadap istri. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Shofa Qonita, yaitu bahwa upaya untuk menanggulangi masalah perlindungan

Page 29: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

kekerasan dalam rumah tangga perspektif hukum Islam dan Undang-undang No. 23

Tahun 2004 dilihat dari jenis hukumnya.

Nora Hidayatin dengan judul “Respon Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Malang

Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif Gender”.19

Pada penelitian ini

membahas persepsi dan sikap mahasiswa Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri

Malang terhadap kekerasan dalam rumah tangga dalam hal ini kekerasan yang

dilakukan suami kepada istri, adapun tujuan dari penelitian ini pertama, untuk

mengetahui persepsi mahasiswa Fakultas Syari'ah Universitas Islam Negeri Malang

terhadap KDRT. Kedua, Untuk mengetahui sikap mahasiswa Fakultas Syari'ah

Universitas Islam Negeri Malang terhadap KDRT. Dalam metode penelitian ini

menggunakan kuantitatif dan kualitatif dengan mengambil sampel dari mahasiswa

semester sembilan, adapun pengumpulan datanya dengan kuesioner dan wawancara

dan teknik analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif dan kuantitatif, untuk

kualitatif data dengan mendeskripsikan data, interpretasi data dan kalimat untuk

mendapatkan kesimpulan. Sedangkan kuantitatif data menggunakan bentuk

prosentase. Hasil dari penelitian yang didapatkan adalah mahasiswa dan mahasiswi

fakultas syari’ah memiliki pemahaman yang positif terhadap kekerasan dalam rumah

tangga, secara keseluruhan 100%. Dari mahasiswa mengetahui 76% melalui media

massa, 8% dari teman, 4% melihat sendiri. Sedangkan mahasiswi 4% lewat teman,

68% dari media massa, 12% dari dosen, 4% melihat sendiri, 8% dari keluarga dan

4% dari tetangga.

19Nora Hidayatin,“Respon Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Malang Terhadap Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Perspektif Gender”, Tahun 2005

Page 30: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Secara keseluruhan mereka mengetahui tentang persoalan kekerasan dalam

rumah tangga karena saat ini persoalan kekerasan dalam rumah tangga telah menjadi

persoalan publik. Sedangkan bentuk-bentuk kekerasan yang paling banyak diketahui

oleh mereka adalah kekerasan fisik. Pada umumnya, mahasiswa merespon positif

dengan ditetapkannya Undang-undang No. 23 Tahun 2004 karena hal itu merupakan

langkah tepat untuk meminimalisir kekerasan dalam rumah tangga. Karena adanya

Undang-undang No. 23 Tahun 2004 diharapkan akan menciptakan hubungan

keluarga yang harmonis. Jadi secara mendalam persoalan yang lebih dominan antara

keduanya dalam merespon KDRT adalah mereka menganggap bahwa persoalan

KDRT tidak hanya menjadi tanggungjawab dari kelompok, jenis kelamin tertentu

misalnya perempuan, akan tetapi KDRT adalah menjadi tanggungjawab bersama.

Dari ketiga penelitian di atas membahas tentang kekerasan dalam rumah tangga

tetapi fokus dari penelitiannya bermacam-macam seperti halnya paparan diatas.

Sedangkan pada penelitian ini akan mengupas mengenai pemikiran para aktifis

gender terhadap kekerasan dalam rumah tangga dan aktualisasi pemikiran para

aktifis gender dalam upaya menyadarkan masyarakat tentang permasalahan hukum

kekerasan dalam rumah tangga.

B. Konsep Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1. Pengertian Kekerasan dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Kekerasan dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti: a. Perihal yang bersifat,

berciri keras. b. Perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan

Page 31: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

cidera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang

lain. c. Paksaan.20

Definisi kekerasan secara terminologi sangat beragam. Pada umumnya, tindak

kekerasan dan penggunaannya dikaitkan dengan tindakan bermotivasi individual,

walaupun banyak tindak kekerasan dilakukan oleh individu atas nama orang lain.

Secara yuridis, melakukan kekerasan adalah membuat orang menjadi pingsan atau

tidak berdaya lagi (lemah). Melakukan kekerasan itu sendiri diartikan sebagai

mempergunakan tenaga atas kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak sah, misalnya

memukul dengan tangan atau dengan senjata, menendang dan sebagainya. Potensi

kekerasan merupakan daya yang tersimpan secara latent, sedangkan tendensi

kekerasan adalah aktualisasinya yang terwujud dalam tingkah laku tertentu. Pada

umumnya tindakan agresif dapat digambarkan sebagai pelampiasan dorongan naluri

untuk berhasil menyakiti atau mencederai pihak lain yang dijadikan sasarannya.

Keberhasilan dari tindakan itu dengan sendirinya berakibat meredanya daya

dorongan itu. Dari sini muncul satu teori kekerasan yaitu teori agresif-frustrasi

(frustration-aggression theory) yang menerangkan adanya pertautan langsung antara

derajat frustrasi tertentu yang dialami seseorang timbulnya kecenderungan

bertingkah laku agresif.21

Ada juga pengertian kekerasan lainnya yaitu suatu tindakan

yang dilakukan oleh seseorang yang berposisi kuat (merasa kuat) kepada seseorang

yang berposisi lemah (dipandang lemah/dilemahkan), yang dengan sarana

20Rika Saraswati., Op.Cit. 18. 21La Jamaa dan Hadidjah, Hukum Islam dan Undang-undang Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(Surabaya: PT Bina Ilmu, 2008), 53-54.

Page 32: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

kekuatannya, baik secara fisik maupun non-fisik dengan sengaja dilakukan untuk

menimbulkan penderitaan kepada objek kekerasan.22

Setelah memahami kekerasan secara umum di atas, selanjutnya akan membahas

tentang kekerasan dalam rumah tangga. Menurut Undang-undang No. 23 Tahun

2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, pasal 1 menyebutkan

bahwa pengertian kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap

seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau

penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau penelantaraan rumah tangga

termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan

kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.23

2. Bentuk-bentuk Kekerasan

Dari pemetaan yang dilakukan oleh Komnas Perempuan diketahui, bahwa

pengalaman kekerasan perempuan di Indonesia sangat pasif penyebarannya dan

mengambil bentuk yang beragam. Bentuk kekerasan tersebut dapat diidentifikasi

bukan hanya kekerasan fisik, tetapi bisa berbentuk sangat halus dan tidak kasat mata

seperti kecaman, kata-kata yang meremehkan dan sebagainya.

Keberadaan beberapa bentuk kekerasan dalam rumah tangga secara yuridis telah

ditetapkan dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004 dalam pasal 5 disebutkan,

bahwa: “setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap

orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara: a. kekerasan fisik; b. kekerasan

psikis; c. kekerasan seksual; atau d. penelantaran rumah tangga”.24

Berdasarkan

22Mufidah Cholidah Dkk, Haruskah Perempuan dan Anak Dikorbankan (Malang: Pilar Media, 2006),

2. 23LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 95, Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Pasal 5. 24La Jamaa dan Hadidjah, Op.Cit., 69-70.

Page 33: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

pasal 5 Undang-undang No. 23 Tahun 2004 bahwa bentuk-bentuk kekerasan dalam

rumah tangga mencakup sebagai berikut:

a. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik adalah setiap perbuatan yang menyebabkan rasa sakit, cedera,

luka atau cacat pada tubuh seseorang, dan atau menyebabkan kematian. Bentuk-

bentuk perbuatan yang tergolong kekerasan fisik tersebut mencakup pukulan dengan

menggunakan anggota tubuh, pukulan dengan tangan kosong, ditinju, pukulan

dengan menggunakan benda atau alat dan sebagainya.25

b. Kekerasan psikis

Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya

percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya, dan atau

penderitaan psikis pada seseorang.26

Kekerasan psikologis diantaranya berupa kata-

kata kotor dan menyakitkan, marah-marah tidak jelas alasannya, pergi berhari-hari

dari rumah tanpa pamit dan tidak mengacuhkan (cuek) yang di tujukan kepada

korban. Kekerasan psikis yang berlangsung secara terus-menerus dapat menimbulkan

seorang istri merasa tidak dihargai, karena haknya untuk mendapatkan perlakuan

yang baik dari suaminya tidak terpenuhi bahkan jika dibiarkan menyebabkan

terancam putusnya tali perkawinan.

c. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual adalah tiap-tiap perbuatan yang mencakup pelecehan seksual,

memaksa istri, baik secara fisik untuk melakukan hubungan seksual dan atau

melakukan hubungan seksual tanpa persetujuan adan di asaat si istri tidak

25 Fathul Djannah, Kekerasan Terhadap Istri (Yogyakarta: LkiS, 2007), 14. 26LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 95, Tentang

Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Pasal 5.

Page 34: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

menghendaki, melakukan hubungan seksual dengan cara-cara yang tidak wajar atau

tidak disukai istri, maupun menjauhkan atau tidak memenuhi kebutuhan seksual

istri.27

d. Penelantaran rumah tangga (kekerasan ekonomi)

Penelantaran rumah tangga (kekerasan ekonomi) di jelaskan lebih lanjut dalam

pasal 9, Undang-undang tentang kekerasan dalam rumah tangga bahwa:

1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya,

padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau

perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada

orang-orang tersebut.

2) Penelantaran sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang yang

mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi atau melarang

untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di

bawah kendali orang tersebut.28

Esensi dari Penelantaran rumah tangga (kekerasan

ekonomi) ini adalah tindakan-tindakan dimana akses korban secara ekonomi di

halangi dengan cara tidak boleh bekerja tetapi ditelantarkan, kekayaan korban

dimanfaatkan tanpa seizin korban, atau korban diekploitasi untuk mendapatkan

keuntungan materi. Dalam kekerasan ini, ekonomi digunakan sebagai sarana untuk

mengendalikan korban.

3. Faktor Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Didalam rumah tangga, ketegangan maupun konflik merupakan hal biasa.

Perselisihan pendapat, perdebatan, pertengkaran, saling mengejek atau hal yang

27Fathul Djannah, Op. Cit., 15. 28La Jamaa dan Hadidjah, Op.Cit., 81.

Page 35: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

umum terjadi. Akan tetapi, semua itu pada era globalisasi dapat menjadi bagian dari

bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang secara spesifik mengacu pada pengertian

kekerasan terhadap perempuan yang ada dalam Deklarasi Penghapusan Kekerasan

Terhadap Perempuan. Kekerasan dalam rumah tangga bisa menimpa siapa saja,

termasuk ibu, bapak, istri, suami, anak ataupun pembantu rumah tangga. Tetapi

kebanyakan korban kekerasan dalam rumah tangga adalah istri. Secara sederhana

faktor-faktor yang menimbulkan tindak kekerasan terhadap istri dapat dirumuskan

menjadi dua faktor yaitu:

1. Faktor Eksternal

Penyebab eksternal timbulnya kekerasan dalam rumah tangga berkaitan dengan

hubungan kekuasaan suami-istri dan diskriminasi jender di kalangan masyarakat.

Kekuasaan dalam perkawinan diekspresikan dalam dua area. Kelompok pertama,

dalam hal pengambilan keputusan dan kontrol atau pengaruh. Kelompok kedua, yang

ada di belakang layar, seperti halnya ketegangan, konflik dan penganiayaan. Lebih

lanjut dapat di katakan bahwa kekuasaan suami dalam perkawinan terjadi karena

unsur-unsur kultural dimana terdapat norma-norma di dalam kebudayaan tertentu

yang memberi pengaruh yang menguntungkan suami. Pembedaan peran dan posisi

antara suami dan istri di dalam keluarga dan masyarakat di turunkan secara kultural

dalam masyarakat pada setiap generasi, bahkan terkadang sampai di yakini sebagai

ideology. Kekuasaan suami yang tinggi terhadap istri juga dipengaruhi oleh

penguasaan suami dalam sistem keuangan, oleh karena itu suami menghabiskan

waktu di sektor yang menghasilkan uang sementara istri mengurusi rumah tangga

dan mengasuh anak, hal itu membuat masyarakat memandang pekerjaan suami lebih

bernilai.

Page 36: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

2. Faktor Internal

Factor internal timbulnya kekerasan dalam rumah tangga adalah kondisis psikis

dan kepribadian suami sebagai pelaku tindak kekerasan. Dari dua faktor ini dapat

disimpulkan secara keseluruhan terdapat sedikitnya enam faktor yang menyebabkan

terjadinya kekerasan suami terhadap istri yaitu:

a. Fakta bahwa laki-laki dan perempuan tidak di posisikan setara dalam masyrakat.

b. Masyarakat masih memebesarkan anak lelaki dengan didikan yang bertumpukan

pada kekuatan fisik, yaitu untuk menumbuhkan keyakinan bahwa mereka harus

kuat dan berani serta tidak toleran.

c. Budaya yang mengkondisikan perempuan atau istri tergantung kepada laki-laki

atau suami, khususnya secara ekonomi.

d. Persepsi tentang kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga yang dianggap harus

ditutup-tutupi karena termasuk wilayah privat suami-istri dan bukan sebagai

persoalan sosial.

e. Pemahaman yang keliru terhadap ajaran agama tentang penghormatan pada

posisi suami, dan tentang ajaran kepatuhan istri kepada suami.

f. Kondisi kepribadian dan psikologis suami yang tidak stabil dan tidak benar.29

4. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Kekerasan suami terhadap istri pada umumnya memiliki akibat yang

berkepanjangan dan sering terjadi secara berulang-ulang karena istri berusaha

memendam perasaannya untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga. Pada

umumnya istri tidak suka dengan status janda cerai karena memiliki dampak sosial

yang tidak menyenangkan karenanya lebih banyak yang tetap bertahan dalam ikatan

29Fathul Djannah, Op. Cit., 16-21.

Page 37: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

perkawinan, walaupun hidup dalam kekerasan. Adanya persoalan batin antara

penderitaan dengan keinginan untuk mempertahankan rumah tangga itu

menyebabkan timbulnya perasaan rendah diri dan tidak percaya diri, selalu

menyalahkan diri sendiri, mengalami gangguan terfilitas (kesuburan) serta gangguan

siklus haid karena jiwanya tertekan.

Dampak kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga dapat di kategorikan

menjadi 4 macam:

a. Dampak fisik

Dampak fisiknya yaitu: luka-luka, memar, lecet, gigi rompal, patah tulang,

cidera, gangguan fungsional keluahan fisik cacat permanen, dan mati.

b. Dampak psikis

Dampak psikisnya yaitu: sering menangis, sering melamun, tidak bisa bekerja,

gangguan makan, gangguan tidur, mudah lelah, tidak bersemangat, takut/trauma,

mudah marah, resah dan gelisah, bingung, malu,melakukan usaha bunuh diri dan

depresi.

c. Dampak seksual

Dampak seksualnya yaitu: kerusakan organ repruduksi, pendarahan

kemungkinan keguguran dua kali lebih tinggi bagi yang hamil, penyakit menular

seksual, ASI terhenti akibat tekanan jiwa, trauma hubungan seksual, virgiditas,

menopause dini dan penyakit menular seksual (HIV/AIDS).

d. Dampak ekonomi

Dampak ekonominya yaitu: kehilangan penghasilan dan sumber penghasilan,

kehilangan tempat tinggal, harus menanggung biaya medis untuk luka fisik akibat

Page 38: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

kekerasan, kehilangan waktu produktif karena tak mampu bekerja akibat

kekerasan dan harus menanggung nafkah keluarga dalam kasus penelantaran.30

Penderitaan akibat penganiayaan dalam rumah tangga tidak terbatas kepada istri

saja, tetapi menimpa anak-anak juga. Anak-anak bisa mengalami penganiayaan

secara langsung atau merasakan penderitaan akibat menyaksikan penganiayaan yang

dialami oleh ibunya. Menyaksikan kekerasan merupakan pengalaman yang sangat

traumatis bagi anak-anak. Mereka sering kali terpaku, ketakutan dan tidak mampu

berbuat sesuatu ketika ayah dan ibunya bertengkar. Akibat kekerasan tidak sama

pada semua anak, diantara ciri-ciri anak yang menyaksikan atau mengalami

kekerasan dalam rumah tangga sebagai berikut: sering gugup, suka menyendiri,

cemas, sering ngompol, gelisah gagap, sering menderita gangguan perut, sakit kepala

dan asma, kejam pada binatang dan sering memukul teman.31

C. Pembentukan Hukum

Titik berat perkembangan hukum tidak terletak perundang-undangan juga tidak

dalam keputusan pengadilan maupun dalam ilmu pengetahuan di bidang hukum,

tetapi dalam masyarakat itu sendiri.32

Logika, sejarah, adapt-istiadat, kegunaan dan

patokan-patokan perilaku yang benar atau yang diterima merupakan kekuatan-

kekuatan yang baik sendiri maupun bersama membentuk perkembangan hukum.

Salah satu dari kepentingan-kepentingan social yang paling fundamental ialah bahwa

hukum harus sama dan tidak memihak. Dalam perbuatannya tidak ada sesuatu yang

30Mufidah Cholidah Dkk, Op. Cit., 24-26. 31Farha Ciciek, Jangan Ada Lagi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2005), 45-47. 32Friedmann, diterjemahkan oleh Muhammad Arifin, Teori dan Filsafat Hukum (Jakarta: PT Raja

Grafindi Persada, 1994), 104.

Page 39: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

penuh prasangka atau kebaikan atau bahkan tingkah semaunya atau ketidaktentuan.

Oleh karena itu, yang terpenting ialah mengikuti apa yang dapat dijadikan teladan.

Kepentingan social yang dilayani oleh simetri atau kepastian harus diseimbangkan

dengan kepentingan social yang dilayani oleh kepatutan dan kejujuran atau unsure-

unsur lain dari kesejahteraan social. Semua ini adalah perkembangan-perkembangan

hukum yang dekat hubungannya dengan faktor-faktor social, politik dan ekonomi.33

D. Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan suatu persoalan yang dihadapi oleh setiap

masyarakat. Perkataan penegakan hukum mempunyai konotasi menegakkan,

melaksanakan ketentuan di dalam masyarakat, sehingga dalam konteks yang lebih

luas penegakan merupakan suatu proses berlangsungnya perwujudan konsep-konsep

yang abstrak menjadi kenyataan. Proses penegakan hukum dalam kenyataannya

memuncak pada pelaksanaannya oleh para pejabat penegak hukum itu sendiri.

Menurut Soerjono Soekanto penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan

hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam kaedah-kaedah yang mantap dan

mengejawantahkan dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir,

untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.34

Dalam proses penegakan hukum, ada faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Faktor tersebut cukup mempunyai arti sehingga dampak positif dan negatifnya

terletak pada isi faktor tersebut. Menurut Soerjono Soekanto bahwa faktor-faktor

tersebut ada lima, yaitu:

33Ibid., 146-147. 34Ishaq, Dasar-dasar Ilmu Hukum (Jakarta: Sinar grafika, 2008), 244.

Page 40: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

1. Hukumnya sendiri, yang di dalam tulisan ini akan dibatasi pada undang-undang

saja.

2. Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan

hukum.

3. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum.

4. Masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5. Kebudayaan, yakni hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa

manusia di dalam pergaulan hidup.

Jika kelima faktor tersebut dijadikan barometer di dalam penegakan hukum oleh

polisi untuk melihat faktor prnghambat dan pendorong di dalam pelaksanaan

tugasnya.

Dalam berfungsinya hukum, mentalitas dan kepribadian petugas penegak hukum

memainkan peranan penting. Oleh karena itu, salah satukunci keberhasilan

penegakan hukum adalah mentalitan dan kepribadian penegak hukum. Seperti yang

diungkapkan oleh J.E. Sahetapy bahwa dalam rangka penegakan hukum dan

implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah

suatu kebijakan. Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan.

Dalam kerangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegakan hukum keadilan

dan kebenaran harus dinyatakan, harus terasa dan terlihat atau harus diaktualisasikan.

Di dalam konteks di atas yang menyangkut kepribadian dan mentalitas penegak

hukum, bahwa selama ini ada kecenderungan yang kuat di kalangan masyarakat

Page 41: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

untuk mengartikan hukum sebagai petugas atau penegak hukum, artinya hukum

identik dengan tingkah lakunyata petugas atau penegak hukum.35

E. Kultur Hukum

Pembicaraan mengenai hukum sebagai institusi sosial ternyata melibatkan pula

peranan dari orang-orang yang tersangkut di dalamnya, khususnya sebagai rakyat

biasa yang menjadi sasaran pengadministrasian hukum. Keikutsertaan orang-orang

inimisalnya terlihat pada hubungan antara bekerjanya sub sistem budaya dalam

masyrakat dengan institusi hukumnya. Di situ dikatakan, bahwa agar hukum itu bisa

bekerja sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai sarana pengintegrasi, maka maka

rakyat pun harus tergerak untuk menyerahkan sengketanya kepada pengadilan.

Kultur hukum merupakan salah satu unsure dari sistem hukum yang

membicarakan hal-hal yang sebagaimana dikemukakan dia atas. Ia melihat, bahwa

hukum itu tidak layak hanya dibicarakan dari segi struktur dan substansinya saja,

melainkan juga dari segi kulturnya. Menurut Friedmann, di samping struktur dan

substansi tersebut masih ada satu unsur lagi yang penting dalam sistem hukum yaitu

unsure tuntutan atau permintaan. Oleh karena mengalami kesulitan dalam mencari

istilah yang tepat untuk unsur tersebut Friedmann memilih istilah kultur hukum.

Tuntutan tersebut datangnya dari rakyat atau para pemakai jasa hukum seperti dua

orang tetangga bersengketa karena sesuatu hal yang mengenai suatu kepentingan.

Sebagai kelanjutannya mereka memilih untu diselesaikan di pengadilan. Orang

secara sadar dating kepada hukum (pengadilan) tentunya disebabkan oleh penilaian

yang positif mengenai institusi tersebut.

35Ibid., 247.

Page 42: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Kultur hukum ini layak untuk dimasukkan ke dalam pembicaraan mengenai

hukum. Oleh karena ia mengandung potensi untuk dipakai sebagai sumber informasi

guna menjelaskan sistem hukum.36

F. Teori Pemikiran Hukum

Seluruh pemikiran sistematik teori hukum pada satu sisi berkaitan dengan

filsafat dan sisi lain dengan teori politik. Dua aspek ini akan mempermudah

pemahaman tentang perkembangan pemikiran hukum. Beberapa pemikir hukum

pada awalnya adalah filsuf dan menjadi ahli hukum demi melengkapi sistem filsafat

mereka. Beberapa pemikir lainnya pada awalnya merupakan ahli politik dan menjadi

ahli hukum karena mereka merasa perlu mengutarakan pemikiran politik mereka

dalam bentuk hukum.

Teori dalam dunia ilmu hukum sangat penting keberadaannya, karena teori

merupakan konsep yang akan menjawab suatu permasalahan. Teori menurut para

ahli mengganggap sebagai sarana yang memberikan rangkuman bagaimana

memahami suatu masalah dalam setiap bidang ilmu pengetahuan hukum. Menurut

Sarlito Wirawan Sarwono, teori adalah serangkaian hipotesis atau proposisi yang

saling berhubungan tentang suatu gejala (fenomena) atau sejumlah gejala.37

Adapun macam-macam teori hukum adalah sebagai berikut:

1. Teori-teori Yunani dan Romawi

Pada zaman Yunani Kuno dipandang sebagai sumber pemikiran tentang hukum

dan filsafat, karena pada zaman ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan

36Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), 153-155. 37Ishaq., Op. Cit., 192.

Page 43: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

ide atau pendapatnya. Bangsa Yunani pada masa ini tidak lagi mempercayai

metologi-metologi, juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada

sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja), tetapi menumbuhkan sikap an

inquiring attitude, yakni sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis. Dengan

sikap inilah, bangsa Yunani terampil sebagai ahli hukum dan ahli pikir terkenal. Oleh

karena itu, pemikiran hukum sekarang ini sebenarnya telah mendapatkan perumusan

pada masa Yunani Kuno.38

Dibandingkan dengan Yunani, maka Romawi tidak banyak memberikan

pemikiran pada teori ini. Bangsa yang disebut belakangan itu lebih banyak

menyumbangkan pemikirannya di bidang konsep-konsep serta teknik-teknik yang

berhubungan dengan hukum positif. Ada hal yang menyebabkan pemikiran falsafati

tentang hukum itu begitu subur di Yunani yaitu terdapat kecenderungan-

kecenderungan untuk berpikir spekulatif serta persepsi intelektualnya untuk

menyadari adanya tragedi kehidupan manusia serta konflik-konflik dalam kehidupan

dunia ini, seperti terlihat pada karya-karya filsafat dan kesusteraannya, memberikan

saham yang besar kearah pemikiran tentang hukum yang bersifat teoritis.39

Plato hidup pada tahun 427 sebelum masehi, dilahirkan di kota Athena (Yunani)

murid Socrates. Plato yang sendirinya adalah seorang filsuf, ia mengembangkan

teorinya sendiri mengenai keadilan. Menurut Plato keadilan adalah apabila seseorang

itu menjalankan pekerjaannya dalam hidup ini sesuai dengan kemampuan yang ada

padanya. Dengan demikian, Plato hendak mengatakan, bahwa masyarakat yang adil

adalah yang anggotanya bisa menjalankan secara demikian. Mengurusi pekerjaannya

38Ibid., 195. 39Satjipto Rahardjo, Op. Cit., 256.

Page 44: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

sendiri dan tidak mencampuri urusan orang lain. Dalam The Republic Plato

menyerahkan penyelesaian itu kepada para hakim. Ia tidak menghendaki agar dalam

menyelesaikan masalah itu para hakim di ikat oleh peraturan-peraturan yang pasti

yang terdapat dalam hukum positif. Namun menjelang akhir hidupnya, Plato tidak

lagi menerima konsep Negara yang diperintah oleh kekuasaan serta orang-orang

yang bebas, melainkan keadilan harus dijalankan atas dasar norma-norma tertulis dan

para penguasa haruslah menjadi hamba yang tidak membeda-bedakan orang.40

Aristoteles (384-322 SM) adalah murid Plato, buku yang ditulisnya di antaranya

Etica berisi ajaran tentang keadilan dan buku Politica yang berisikan mengenai

Negara. Plato peletak dasar ajaran idealisme, sedangkan Aristoteles mengembangkan

ajaran realisme (kenyataan), yang menyatakan bahwa hakikat semua benda harus di

cari di dalam benda itu sendiri. Dalam pikiran Aristoteles, bahwa hukum harus di

bagi dalam dua kelompok yaitu:

a. Hukum alam atau kodrat yang mencerminkan aturan alam. Hukum alam itu

merupakan suatu hukum yang selalu berlaku dan tidak pernah berubah karena

kaitannya dengan aturan alam.

b. Hukum positif yang di buat oleh manusia, pembentukan hukum ini selalu harus

dibimbing oleh suatu rasa keadilan dengan prinsip equality (kesamaan) yang

kemudian melahirkan keadilan distributive dan keadilan korektif

Keadilan distributif mengacu kepada pembagian barang dan jasa kepada setiap

orang sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat dan perlakuan yang sama

terhadap kesederajatan dihadapan hukum. Keadilan korektif pada dasarnya

merupakan ukuran teknis dari prinsip-prinsip yang mengatur penerapan hukum.

40Ibid., 257.

Page 45: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Dalam mengatur hubungan hukum harus ditentukan suatu standar yang umum untuk

memperbaiki setiap tindakan, tanpa memperhatikan pelakunya, dan tujuan dari

perilaku dan objek tersebut harus diukur melalui ukuran objektif.41

Hukum Romawi mengalami perkembangan pada kekaisaran Roma Timur atau

Byzantium, lalu di warisi kepada generasi selanjutnya dalam bentuk suatu kodek

hukum. Pada tahun 522-534 M seluruh perundangan kekaisaran Romawi di

kumpulkan dalam suatu kodek atas perintah Kaisar Yustinianus. Kodek itu di

namakan Codec Iuris Romani atau Codec Iustinianus atau Corpus Iuris Civilis

(CIC). Kemudian kodek ini diresepsi dalam hukum Negara-negara Eropa pada abad

ke- 15 dan 16. Melalui jalan ini hukum Romawi kuno menjadi sumber utama dari

hukum perdata modern.42

2. Teori Ajaran Hukum Fungsional

Ajaran hukum fungsional dari guru besar Rotterdam, J. ter Heide, beberapa

tahun lalu telah menarik banyak perhatian di Belanda. Ajaran ini berintikan

pandangan bahwa berfungsinya hukum dapat dipahami sebagai pengartikulasian

suatu hubungan yang ajeg diantara sejumlah variabel. Ter Heide menyatakan

hubungan tersebut dalam rumus (formula) “B=fPE”, yang berarti perilaku para yuris,

hakim, pembentuk undang-undang, warga masyarakat (B) berada dalam suatu

hubungan yang ajeg (f) terhadap di satu pihak berbagai kaidah hukum (P) dan di

pihak lain lingkungan-lingkungan konkret (E). Dengan cara ini diperoleh suatu

pemahaman (in-sight) tentang berfungsinya hukum, dalam arti bahwa ia dipahami

sebagai suatu “data” (keterberian) dalam suatu konteks kemasyarakatan, yang

41Ishaq, Op.Cit., 196-197. 42Ibid., 198.

Page 46: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

didalamnya tidak hanya keadaan-keadaan (lingkungan) faktual, tetapi juga kaidah-

kaidah, harapan-harapan, asas-asas mempunyai arti penting. Ter Heide menunjukkan

bahwa tindakan yuridik (perbuatan hukum) itu tidak hanya menerapkan kaidah-

kaidah, ia menciptakan harapan-harapan, ia mengartikulasikan “makna” yang

terkandung dalam suatu cakrawala pengalaman tertentu.43

3. Teori Sistem

Teori sistem ini dikembangkan oleh yuris-sosiolog Niklas Luhmann dari Jerman

dan di Belanda dipropogandakan oleh guru besar hukum tata Negara dari Utrecht,

yakni M.C. Burkens. Menurut teori sistem ini, hukum harus dipahami dengan latar

belakang masyarakat dalam arti yang seluasnya. Manusia-manusia hidup dalam

berbagai hubungan antara yang satu dengan yang lainnya dan mempunyai harapan-

harapan tentang perilaku masing-masing dan tentang reaksi-reaksi masing-masing

terhadapnya. Menurut pandangan Luhmann, fungsi dari sistem itu adalah mereduksi

kompleksitas ini menjadi struktur-struktur yang kurang lebih jelas kerangka

umumnya. Dengan cara itu kehidupan menjadi tertata dan kepastian di dalam

masyarakat dapat diciptakan. Sistem itu memperlihatkan sejumlah besar bentuk-

bentuk, misalnya politik, ekonomi, ilmu, hukum. Daya jangkau dari hukum adalah

secara umum untuk memungkinkan berfungsinya semua sistem yang lain. Untuk itu

hukum harus mengupayakan bahwa di dalam masyarakat tersedia keputusan-

keputusan (hukum) yang mengikat. Hukum mengambil dari masyarakat pada satu

pihak berbagai keterberian atau data (input) dan mengolahnya menjadi keputusan-

keputusan (output) pada pihak lain. Dalam arti demikian, maka harapan-harapan

43Meuwissen, diterjemahkan B. Arief Sidharta, Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori

Hukum dan Filsafat Hukum (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), 33.

Page 47: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

yang komplek direduksi menjadi aturan-aturan hukum yang dapat diperhitungkan

dan berkerangka umum.44

4. Teori Hukum Alam

Lahirnya hukum alam pada dasarnya merupakan sejarah umat manusia dalam

usahanya untuk menemukan apa yang dinamakan absolute justice (keadilan yang

mutlak) disamping sejarah tentang kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan

tersebut. Aliran hukum alam menyebut “hukum itu langsung bersumber dari Tuhan,

bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral tidak boleh dipisah-

pisahkan”. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles dan Zeno (Pendiri aliran

stoic). Pada prinsipnya bahwa penganut hukum alam memandang hukum dan moral

merupakan pencerminan dan pengaturan secara internal dan eksternal dari kehidupan

manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.

Hukum alam sesungguhnya merupakan suatu konsep yang mencakup banyak

teori didalamnya yang memunculkan dari masa ke masa. Oleh karena itu, tidak

mustahil diantara para ahli hukum terdapat perbedaan pandangan, penilaian dalam

menafsirkan dan mengartikan hukum alam tersebut. Hal ini di antaranya dapat dilihat

sebagai berikut:

a. Soejdono Dirdjosisworo menjelaskan, bahwa hukum alam adalah ekspresi dari

kegiatan manusia yang mencari keadilan sejati yang mutlak.

b. Surojo Wignjodipuro mengatakan, bahwa hukum alam adalah hukum yang

digambarkan berlaku adil, sifatnya kekal, berlaku di mana pun dan pada zaman

apa pun juga.

44Ibid., 33-34.

Page 48: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

c. Aristoteles dalam C.S.T. Kansil mengatakan, bahwa hukum alam adalah hukum

yang oleh orang-orang berpikiran sehat dirasakan sebagai selaras dengan kodrat

alam.

Dalam kiprahnya, aliran hukum alam senantiasa berpedoman bahwa hukum yang

benar adalah hukum yang berasal dari Tuhan, sebagai hukum kodrat yang sesuai

dengan alam kemudian dicurahkan ke dalam jiwa manusia, suatu hukum abadi yang

tidak berubah-ubah. Pada hakikatnya, menurut teori hukum alam pada kaedah yang

sifatnya universal. Ia selalu merindukan adanya hukum yang lebih tinggi dan eksis

dari pada hukum positif. Hukum alam sebagai kaedah yang bersifat universal, abadi

dan berlaku mutlak, ternyata dalam kehidupan modern sekalipun tetap akan eksis

yang terbukti dengan semakin banyaknya orang membicarakan masalah hak asasi

manusia (HAM).45

5. Teori Hukum Murni

Teori ini dikemukakan oleh Hans Kelsen (1881-1973) yang dituangkan dalam

karyanya yang terkenal dengan judul Reine Rechtslehre (ajaran hukum murni),

Algemeine Staatslehre (ajaran umum tentang negara), General theory of Law and

State (teori umum tentang hukum dan negara). Teori hukum murni dari Hans Kelsen

merupakan bentuk pemberontakan terhadap ilmu hukum yang ideologis, yakni yang

hanya mengembangkan hukum sebagai alat pemerintahan dan Negara-negara

totaliter. Teori ini juga dinilai sebagai penjelmaan dan pengembangan dari aliran

positivisme yang menentang ajaran yang bersifat ideologis.46

45Ishaq, Op.Cit., 198-200. 46Ibid., 210.

Page 49: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Dasar-dasar teori Kalsen adalah sebagai berikut:

a. Tujuan teori tentang hukum, seperti juga setiap ilmu, adalah untuk mengurangi

kekalutan dan meningkatkan kesatuan.

b. Teori hukum adalah ilmu, bukan kehendak, keinginan. Ia adalah pengetahuan

tentang hukum yang ada, bukan tentang hukum yang seharusnya ada.

c. Ilmu hukum adalah normative, bukan ilmu alam.

d. Sebagai suatu teori tentang norma-norma, teori hukum tidak berurusan dengan

persoalan efektivitas norma-norma hukum.

e. Suatu teori tentang hukum adalah formal, suatu teori tentang cara pengaturan dari

isi yang berubah-ubah menurut jalan atau pola yang spesifik.

f. Hubungan antara teori hukum dengan suatu sistem hukum positif tertentu adalah

seperti antara hukum yang mungkin dan hukum yang ada.47

Selanjutnya konsep Hans Kelsen dalam bentuk lain adalah konsep Grundnorm,

yaitu dalil yang menganggap bahwa semua hukum bersumber pada satu induk.

Maksudnya, semua peraturan hukum diturunkan dari norma dasar yang berada

dipuncak piramid sehingga semakin ke bawah semakin luas dan beragam keberadaan

peraturan hukum. Norma hukum (groundnorm) bersifat abstrak/mengikat umum,

semakin ke bawah semakin konkret/mengikat orang tertentu yang sebelumnya tidak

dapat dilaksanakan, menjadi dilaksanakan.48

6. Teori Aliran Hukum Positif (Positivisme)

Aliran hukum positif menurut Hans Kelsen seperti yang dikutip oleh Lili Rasyidi

merupakan suatu teori tentang hukum yang senyatanya dan tidak mempersoalkan

47Satjipto Rahardjo, Op.Cit., 273. 48Ishaq, Op.Cit., 211.

Page 50: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

senyatanya itu, yakni apakah hukum positif yang senyatanya itu adil atau tidak adil.

Selain itu, dapat dikatakan bahwa hukum positif yang senyatanya merupakan

kebalikan dari hukum alam. Sebab, aliran ini mengidentikkan hukum dengan

undang-undang. Satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang. Salah seorang

tokoh terkemuka dari aliran positif, yaitu L.A. Hart. Hart mengajukan lima

pengertian dari hukum positif, yaitu sebagai berikut:

a. Anggapan bahwa undang-undang adalah perintah-perintah manusia.

b. Anggapan bahwa tidak perlu ada hubungan antara hukum dengan moral atau

hukum yang ada dan yang seharusnya ada.49

c. Analisa mengenai pengertian hukum (legal concept) adalah penting dan harus

dibedakan:

1) Penyelidikan secara sejarah tentang sebab-musabab hukum atau tentang

sumber hukum.

2) Penyelidikan secara sosiologis mengenai hubungan hukum dengan gejala-

gejala kemasyarakatan lainnya.

3) Penyelidikan hukum yang didasarkan pada kesusilaan, tujuan-tujuan sosial

fungsi hukum dan sebagainya.

d. Sistem hukum adalah suatu sistem logika yang tertutup. Pada sistem tersebut

ketentuan-ketentuan hukum yang benar bisa diperoleh dengan alat-alat logika

dari peraturan-peraturan hukum yang telah ditetapkan sebelumnya, tanpa

memperhatikan pada tujuan-tujuan sosial, politik, ukuran-ukuran moral dan

sebagainya.

49�Zainuddin Ali, Filsafat Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), 54.

Page 51: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

e. Pertimbangan-pertimbangan mengenai kesusilaan tidak dapat dibuat atau

dibuktikan dengan menggunakan argumentasi-argumentasi dan bukti berdasarkan

logika, sebagai misalnya dalam hal keterangan-keterangan tentang fakta-fakta.50

Austin dengan pendapatnya yang menyatakan bahwa hukum merupakan perintah

dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau dari yang memegang

kedaulatan. Selanjutnya Austin menjelaskan bahwa hukum adalah perintah yang

dibebankan untuk mengatur makhluk berpikir, perintah mana dilaksanakan oleh

makhluk berpikir yang memegang dan mempunyai kekuasaan. Austin menganggap

hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap bersifat tertutup.

Hukum secara tegas dipisahkan dari kedilan (dalam arti kesebandingan), dan

hukum tidak didasarkan pada nilai-nilai yang baik atau buruk, namun didasarkan atas

kekuasaan yang lebih tinggi. Kemudian John Austin membagi hukum itu ke dalam

dua bagian, yaitu:

a. Hukum yang dibuat oleh Tuhan.

b. Hukum yang disusun oleh umat manusia. Hukum yang dibuat oleh manusia dapat

dibedakan dalam: Hukum yang sebenarnya dan hukum yang tidak sebenarnya.

Hukum yang sebenarnya yang disebut juga dengan istilah hukum positif, yaitu

hukum yang dibuat oleh penguasa, misalnya undang-undang, peraturan pemerintah,

serta hukum yang dibuat oleh rakyat secara individual yang dapat digunakan untuk

melaksanakan hak-hak yang diberikan kepadanya.

Hukum yang tidak sebenarnya adalah hukum yang tidak memenuhi persyaratan

sebagai hukum. Jenis hukum ini tidak dibuat oleh penguasa atau badan berdaulat

50�Soetiksno, Filsafat Hukum (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2008), 53.

Page 52: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

yang berwenang. Misalnya ketentuan yang dibuat oleh perkumpulan atau badan-

badan tertentu dalam bidang keolahragaan, dan mahasiswa.

Austin berpendapat bahwa hukum yang sebenarnya mengandung didalamnya

empat unsur yaitu perintah, sanksi, kewajiban dan kedaulatan. Unsur perintah ini

berarti ada satu pihak menghendaki agar pihak lain melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu. Kemudian pihak yang diperintah akan mengalami penderitaan

apabila perintah tersebut tidak dijalankan/ditaati dan penderitaan tersebut merupakan

sanksi. Perintah itu merupakan pembedaan kewajiban terhadap yang diperintah, dan

yang terakhir ini hanya dapat terlaksana jika yang memerintah itu adalah pihak yang

berdaulat.51

7. Teori Realisme Hukum

Aliran realisme hukum merupakan salah satu subaliran dari positivisme hukum

yang dipelopori oleh John Chipman, Gray, Oliver Wendel Holmes, Karl Llwellyn,

Jerome Frank, William James dan lain-lain. Roscoe Pound pun dapat digolongkan ke

dalam mazhab ini melalui pendapatnya yang mengungkapkan bahwa hukum itu

merupakan a tool of sosial engineering.

Menurut Llwellyn, realisme hukum bukanlah merupakan aliran di dalam filsafat

hukum, melainkan sebagai suatu gerakan dalam cara berpikir tentang hukum.

Realisme hukum mempunyai ciri-ciri, yakni sebagai berikut:

a. Realisme bukanlah suatu aliran/mazhab. Realisme adalah suatu gerakan dalam

cara berpikir dan cara bekerja tentang hukum.

b. Realisme adalah suatu konsepsi mengenai hukum yang berubah-ubah dan sebagai

alat untuk mencapai tujuan sosial, maka tiap bagiannya harus diselidiki mengenai

51�Ishaq., Op.Cit. 206-207

Page 53: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

tujuan maupun hasilnya. Hal ini berarti bahwa keadaan sosial lebih cepat

mengalami perubahan dari pada hukum.

c. Realisme mendasarkan ajarannya atas pemisahan sementara antara sollen dan

sein untuk keperluan suatu penyelidikan agar penyelidikan itu mempunyai tujuan

maka hendaknya diperhatikan adanya nilai-nilai dan observasi terhadap nilai-

nilai itu haruslah seumum mungkin dan tidak boleh dipengaruhi oleh kehendak

observer dan tujuan kesusilaan.

d. Realisme tidak mendasarkan pada konsep hukum tradisional karena realisme

bermaksud melakukan apa yang dilakukan sebenarnya oleh pengadilan dan

orang-orangnya. Untuk itu dirumuskan definisi dalam peraturan yang merupakan

ramalan umum tentang apa yang akan dikerjakan oleh pengadilan. Berdasarkan

keyakinan ini, realisme menciptakan penggolongan perkara dan keadaan hukum

yang lebih kecil jumlahnya dari jumlah penggolongan yang ada pada masa

lampau.

e. Gerakan realisme menekankan pada perkembangan setiap bagian hukum

haruslah diperhatikan dengan seksama mengenai akibatnya.

Untuk mewujudkan ciri-ciri program realisme hukum tersebut diatas, telah di

gariskan hal-hal berikut:

a. Keterampilan diperlukan bagi seseorang dalam memberikan argumentasinya

yang logis atas putusan-putusan yang telah diambilnya bukan hanya sekedar

argument yang diajukan oleh ahli hukum yang nilainya tidak berkualitas.

b. Mengadakan perbedaan antara peraturan dengan memperlihatkan relativitas

makna peraturan tersebut.

Page 54: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

c. Menggantikan kategori hukum yang bersifat umum dengan hubungan khusus dari

keadaan yang nyata.

Lebih jauh Llwellyn berpendapat bahwa hukum harus diterima sebagai sesuatu

yang terus-menerus berubah, hukum bukan yang sesuatu statis. Tujuan hukum harus

senantiasa dikaitkan dengan tujuan masyarakat dimana hukum itu berada.

Masyarakat merupakan proses yang terus menerus berubah secara

berkesinambungan, oleh karena itu perubahan hukum pun merupakan suatu hal yang

esensial. Demikian pula ternyata bahwa dibutuhkan penekanan pada evaluasi hukum

terhadap dampak dan efek pada masyarakat.52

8. Teori Idealisme

Menurut I. Kant (1724-1804) gejala-gejala etika dan hukum harus dipahami dari

sudut yang sama. Untuk itu Kant mencari aturan-aturan atau asas-asas a priori, yakni

yang tidak bertumpu pada pengalaman, yang dapat menjadi suatu pedoman mengikat

bagi perilaku. Berkenaan dengan itu Kant mengkonstatasi apa yang dinamakan

“faktum der vernunft” (fakta kesadaran akal budi), artinya mengalami dalam diri

sendiri gejala “wajib” (pflicht), suatu “du Sollst” (anda harus), yang mewajibkan

untuk bertindak dengan suatu cara tertentu.

Kaidah kesusilaan atau “Kategoriche Imperatif” ini menurut Kant hanya

mungkin dimengerti, jika bertolak dari kebebasan manusia. Hanya sejauh orang

memiliki kebebasan untuk mematuhi atau justru tidak mematuhi kewajiban ini, maka

gejala kewajiban itu mempunyai makna. Makhluk-makhluk yang dideterminasi

seperti binatang tidak memiliki kewajiban. Menurut Kant kebebasan ini adalah inti

otonomi (kemandirian) manusia.

52�Zainuddin Ali., Op.Cit. 63-64.

Page 55: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Dengan demikian makhluk yang bebas hanya bertindak secara etikal bertanggung

jawab, jika ia melakukannya murni semata-mata timbul dari respek (penghormatan)

terhadap kewajiban, respek terhadap undang-undang yang berlaku. Demikianlah

manusia bertindak secara etikal bertanggung jawab, jika motif dari tindakannya dapat

menjadi landasan untuk suatu kaidah (undang-undang) yang berlaku bagi setiap

orang. Dalam hal itu maka tidak hanya ia yang dapat bertindak karena respek pada

kaidah, tetapi orang lain juga dapat berbuat demikian . apa yang dimaksud Kant asas

universalisasi ini adalah kriteria untuk menentukan bobot etis dari kemauan dan

perbuatan, itu juga berlaku bagi hukum.53

53Meuwissen., Op.Cit, 70-71

Page 56: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Pusat Studi Gender

Kelahiran PSG/W terkait dengan fenomena ketidakadilan gender dan beberapa

cara mendekati atau menafsirkan agama dengan pemahaman yang kurang tepat

sehingga konstruksi sosial dan cara beragama pun kurang mencerminkan nilai-nilai

universalajaran Islam dan diperkuat oleh surat keputusan bersama tiga menteri pada

tahun 1996 antara Menteri UPW Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Agama.

Melalui pertemuan rector se-Indonesia dalam kebijakan perguruan tinggi, tanggal 11-

14 Januari poin 2 dan 3 PSW di perguruan tinggi baik negeri, swasta dan IAIN pada

rapat peningkatan peranan wanita dalam pembangunan dipandang perlu

keberadaannya dalam mensukseskan program pemerintah di bidang pemberdayaan

rektor atau pimpinan perguruan tinggi agar dapat menjelankan fungsinya secara

Page 57: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

optimal, managerial, peningkatan SDM, pengadaan fasilitas dan program kegiatan."

Mengingat hal itu PSG UIN Malang pada awalnya di rintis tahun 1997 dengan nama

Kelompok Program Studi Wanita (KPSW), yang selanjutnya berubah nama menjadi

Pusat Studi Wanita (PSW), yang masa itu berstatus STAIN Malang. PSW secara

structural di bawah naungan LP3M.

Nama PSG yang digunakan saat ini merupakan konsekwnsi perlunya merubah

strategi dari Women In Development (WID) ke Gender And Development (GAD)

yang didasarkan pada pertimbangan:

a. Pendekatan WID cenderung terfokus pada peran seseorang (wanita) dan

mengabaikan hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan. Kecenderungan

ini mengindikasikan kurang adanya singkronisasi antara paradigma yang ada dan

agenda pembangunan. Hal ini tergambar dengan jelas pada amanat GBHN 1993

seperti hal tersebut di atas.

b. Pendekatan GAD yang digunakan oleh PSG pada dasarnya adalah merupakan

proses pemberdayaan yang membutuhkan keterlibatan laki-laki dan perempuan.

Hal ini sesuai dengan dicanangkannya pembangunan itu sendiri yang di pandang

sebagai agenda yang berpusat pada masyarakat. Paradigma ini didukung oleh

sebuah asumsi bahwa, melibatkan laki-laki dalam penguatan kepentingan

perempuan akan menciptakan kompromi dan kerjasama yang lebih baik dan di

sandarkan oleh komitmen kritis melaui hubungan rasional komunikatif.

PSG UIN Malang ke depan diharapkan bisa berperan lebih cepat dalam

mengantisipasi perubahan sosial yang diikuti ragam persoalan ketimpangan gender

seperti kekerasan, kesenjangan pendidikan dan kesejahteraan peran, ketenagakerjaan,

kesehatan, reproduksi dan perlu meningkatkan kinerja dalam pembaharuan dan

Page 58: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

pengembangan gagasan lintas disiplin ilmu, guna memberi respon persoalan

perempuan dan memberi solusi tepat dengan melakukan pelebaran sayap dan

jaringan Internasional.

2. Visi dan Misi Pusat Studi Gender

Visi Pusat Studi Gender Universitas Islam Negeri Malang adalah terwujudnya

pusat studi terunggul (par exellence) dan terdepan dalam mewujudkan kesetaraan

gender berspektif Islam di masyarakat.

Misi Pusat Studi Gender Universitas Islam Negeri Malang yaitu mewujudkan

kesetaraan gender berspektif Islam di masyarakat dan mendorong usaha bersama

untuk mensosialisasikan pemberdayaan perempuan melalui Tri Dharma Perguruan

Tinggi yang meliputi: pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

3. Azas dan Landasan Pusat Studi Gender

a. Teologis: Nilai-nilai universal Al-Qur'an dan As-Sunnah

b. Konstusional: Undang-undang Dasar Tahun 1945 Bab X, pasal 27.

c. Operasional Tap MPR Tahun 1999

d. Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang pengarusutamaan gender dalam program

pembangunan.

4. Tujuan Pusat Studi Gender

Adapun tujuan Pusat Studi Gender Universitas Islam Negeri Malang adalah

sebagai berikut:

a. Menyebarkan ide-ide ke-Islaman kotemporer yang berspktif gender.

b. Mengembangkan kajian keilmuan Islam berperspektif gender.

c. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang persoalan gender berperspektif

Islam.

Page 59: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

d. Melakukan pemberdayaan, pendampingan dan penguatan kapasitas perempuan.

B. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah kerangka berpikir atau model yang di bentuk dalam ilmu

pengetahuan; suatu model atau pola menunjukkan segala kemungkinan fungsi yang

ingin di sajikan.54

Menurut Max Weber yang diteruskan oleh Irwin Deutcher

fenomenologi berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir

maupun tindakan oleh orang-orang itu sendiri.55

Ilmu yang secara khusus membahas tentang suatu fenomena disebut

fenomenologi. Fenomena itu sendiri ide sentral, peristiwa, kejadian, mengenai

serangkaian aksi dan interaksi yang mengacu kepada pengaturan, pemeliharaan, atau

serangkaian tempat-tempat.56

Bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan oleh PSG UIN

Malang dapat ditinjau dari paradigma aksi atau interaksi. Aksi atau interaksi itu

memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu: pertama, aksi dan interaksi tersebut merupakan

suatu proses, suatu perkembangan yang terjadi di alam semesta ini.57

Kedua, aksi dan

interaksi yang di bahas mengacu kepada tujuan tertentu, pencapaian tujuan yang

dilakukan untuk beberapa alasan dalam merespons atau dalam mengatur suatu

fenomena. Karena itu, hal tersebut terjadi karena melalui suatu strategi dan taktik.58

Aplikasi paradigma aksi dan interaksi tersebut dalam penelitian ini adalah untuk

melihat sejauh mana keberhasilan para aktifis gender dan kegiatan-kegiatan yang

mereka lakukan dalam upaya mengurangi atau menghilangkan kekerasan dalam

54Komaruddin, Op. Cit., 173. 55Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Rosda Karya 2004), 155. 56Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik dan Teori

Grounded (Surabaya: Bina Ilmu, 1997), 109. 57Ibid., 114. 58Ibid

Page 60: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

rumah tangga. Aksi KDRT yang terjadi di masyarakat merupakan sebuah fenomena

yang terkait dengan sebab-sebab tertentu yang melatarbelakangi terjadinya aksi

kekerasan dalam rumah tangga untuk mengurangi atau menghilangkan sebab-sebab

tersebut taktik atau strategi yang di gunakan oleh para aktifis gender di ukur sejauh

mana tingkat keberhasilannya. Target yang mereka tetapkan dapatkah dicapai atau

tidak dengan kegiatan-kegiatan yang telah mereka lakukan.

Interaksi dari fenomena aksi kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di

masyarakat menumbuhkan kesadaran dikalangan para aktifis gender untuk

melakukan berbagai macam kegiatan yang mendorong terciptanya sebuah

masyarakat yang terlepas dari permasalahan kekerasan dalam rumah tangga.

C. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan adalah metode atau cara mengadakan penelitian.59

pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu pengamatan,

wawancara, atau penelaahan dokumen.60

Peneliti memilih jenis pendekatan ini

didasari atas beberapa alasan. Pertama, pendekatan kualitatif ini digunakan karena

data-data yang dibutuhkan berupa sebaran-sebaran informasi yang tidak perlu

dikuantifikasikan. Dalam hal ini peneliti bisa mendapatkan data yang akurat

dikarenakan peneliti bertemu atau berhadapan langsung dengan informan. Kedua,

peneliti mendeskripsikan tentang objek yang diteliti secara sistematis dengan

mencatat semua hal yang berkaitan dengan objek yang diteliti.61

59Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002).

23. 60Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif (Bandung: PT. Rosda Karya, 2006.). 9. 61Ibid.

Page 61: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Ketiga, peneliti juga mengemukakan tentang fenomena-fenomena sosial yang

terjadi dengan mengembangkan konsep dan menghimpun fakta sosial yang ada.62

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yang mana

juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif. Ide pentingnya

adalah bahwa peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang

sesuatu fenomenom dalam suatu keadaan alamiah. Peneliti lapangan biasanya

membuat cacatan lapangan secara ekstensif yang kemudian dibuatkan kodenya dan

dianalisis dalam berbagai cara.63

Dalam hal ini, peneliti mengemukakan pendapat

para aktivis gender terhadap kekerasan dalam rumah tangga dan aktualisasinya

dalam menyadarkan masyarakat terhadap permasalahan kekerasan dalam rumah

tangga.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.

Peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data

disebut informan yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan

peneliti. Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama, yaitu

pelaku warga masyarakat melalui penelitian.64

Adapun yang menjadi data primer dari

penelitian ini adalah para aktifis gender sebagai informan. Adapun aktivis yang dapat

digolongkan aktivis gender adalah anggota atau pengurus Pusat Studi Gender dan

62Masri Singaribun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1989), 4. 63Lexy J. Moleong, Op, Cit., 26. 64Bambang Sunggona, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 114.

Page 62: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

aktif menyuarakan hak-hak perempuan atau kesetaraan gender, yaitu Dra. Hj.

Mufidah, M.Ag. Dra. Istiadah, MA, Dr. Umi Sumbulah, M.Ag. Erfaniah Zuhriah,

M.H. Sri Harini, M.Si. Yuliati Hotifah, M.Pd. Ulfa Muhayani. dan M. Mahpur, MSi.

2. Data Skunder

Data skunder adalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak

lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dan subjek penelitiannya data skunder

antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian yang

berwujud laporan dan sebagainya.65

Adapun data skunder dalam penelitian ini

adalah berupa dokumentasi seperti halnya artikel, surat kabar, jurnal tentang

kekerasan dalam rumah tangga dan buku-buku lainnya yang diterbitkan oleh PSG

antara lain Haruskah Perempuan dan Anak dikorbankan?, Jurnal Egalita dan

Workshop tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga.

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam mempermudah menganalisis data, peneliti mengumpulkan data dengan

tiga teknik, yaitu:

1. Observasi

Selain menggunakan metode wawancara, peneliti juga menggunakan metode

observasi sebagai metode pendukung dalam penelitian kualitatif. Observasi atau apa

yang disebut dengan pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap

sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dalam pengamatan ilmiah

ini, dituntut harus dipenuhinya persyaratan-persyaratan tertentu (validitas dan

65Amiruddin, Zaenal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2004), 45.

Page 63: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

realibitas), sehingga hasil pengamatan sesuai dengan kenyataan yang menjadi

sasaran pengamatan.66

Dalam pengertian yang lain, metode observasi adalah suatu

usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan

prosedur yang terstandar, dengan tujuan pokok untuk menemukan gejala-gejala yang

ada di lapangan demi memperkuat data yang ada.67

Pada penelitian ini menggunakan observasi atau pengamatan. Teknik

pengamatan ini memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat

perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Hal ini

artinya bahwa data observasi harus mendalam dan rinci.68

Penggambaran haruslah

faktual, akurat, dan menyeluruh tanpa terkacaukan oleh hal-hal kecil dan sepele tidak

relevan.69

Dalam observasi ini peneliti memulai dari mengamati dan mencari data

terhadap objek penelitian yaitu Pusat Studi Gender sebagai lembaga yang menaungi

kegiatan para aktifis gender dalam penyadaran masyarakat terhadap kekerasan dalam

rumah tangga.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakuakan oleh dua pihak yaitu dua pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

yang diwawancarai yang memberikan jawaban dari pertanyaan itu.70

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara kepada para aktifis gender yang

berada di Pusat Studi Gender, dalam wawancara ini terkait dengan pemikiran para

aktifis gender tentang kekerasan dalam rumah tangga dan aktualisasinya dalam

66Suharsimi Arikunto, Op. Cit. 72-73. 67Ibid., 197. 68Michael Quinn Patton, "How To Use Qualitative Methods In Evaluation", diterjemahkan Budi

Puspo Priyadi, Metode Evaluasi Kualitatif (Cet.I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 10. 69Ibid. 70Lexy J Moleong, Op. Cit., 135.

Page 64: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

menyadarkan masyarakat terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Adapun hal-hal

yang dipertanyakan dalam wawancara ini adalah konsep kekerasan dalam rumah

tangga, dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap kehidupan sosial atau

keluarga, pandangan hukum kekerasan dalam rumah tangga menurut para aktifis

gender, respon para aktivis gender terhadap maraknya kekerasan dalam rumah

tangga dan metode para aktivis gender dalam melaksanakan kegiatan yang terkait

dengan kekerasan dalam rumah tangga.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis seperti

buku, majalah, catatan dan lain-lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian

ini. Data yang diperoleh dari dokumentasi ini merupakan data skunder sebagai

pelengkap data primer. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,

agenda dan sebagainya.71

Dalam penggunaan teknik dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-data

yang diperlukan sebagai pelengkap saja. Seperti halnya karya-karya yang telah

diterbitkan oleh PSG yang berkaitan dengan KDRT sehingga dapat mmperlengkap

data yang diteliti. Seperti halnya buku yang diterbitkan oleh PSG dengan judul

"Haruskah Perempuan dan Anak dikorbankan?", Jurnal Egaliti khususnya volume I

dan VII, dan dokumen workshop tentang penghapusan kekerasan dalam rumah

tangga yang dilaksanakan di Kota Batu tanggal 22-25 Agustus 2006.

71Ibid., 114.

Page 65: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

F. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan maka selanjutnya adalah pengolahan

data. Proses pengolahan data ini di mulai dengan:

1. Proses Editing

Pada proses atau cara ini harus pertama kali dilakukan dengan meneliti kembali

catatan atau informasi yang diperoleh dari data di lapangan untuk mengetahui apakah

catatan atau informasi yang tersebut sudah cukup baik atau belum dan dapat segera

dipersiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Peneliti mengamati kembali data-

data yang telah diperoleh dilapangan melalui wawancara dan observasi dan catatan

dilapangan pada saat penelitian kemudian memilah apakah data yang telah ada sudah

cukup untuk keperluan analisis atau cukup yang berkaitan tentang pandangan para

aktifis gender tentang kekerasan dalam rumah tangga dan juga implementasinya

kepada masyarakat terhadap persoalan kekerasan dalam rumah tangga.

2. Classifying

Setelah di pilah-pilah antara data dengan yang bukan data maka peneliti

memasuki tahap selanjutnya yaitu classifying dalam metode ini peneliti membaca

kembali dan menelaah secara mendalam seluruh data yang diperoleh baik

pengamatan, wawancara maupun dokumentasi. Yang kemudian peneliti membentuk

sebuah hipotesa untuk mempermudah dalam mengolah data dan disamping itu

peneliti juga mengelompokkan data-data yang ada sesuai dengan rumusan masalah

yang ada.

Page 66: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

3. Verifying

Verifikasi adalah langkah dan kegiatan yang dilakukan peneliti untuk

memperoleh data dan informasi dari lapangan. Dalam hal ini peneliti dapat

mengecek dengan menggunakan metode Triangulasi. Triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh untuk

menemukan validitas data hasil penelitian. Dalam pandangan Patton, triangulasi

dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif.72

Dalam Hal ini peneliti berusaha untuk menemukan validitas keabsahan data

dengan teknik triangulasi dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan

data hasil wawancara yang diperoleh dari informan.

4. Analysing

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih

mudah dibaca dan diinterpretasikan.73

Analisis data merupakan proses yang tidak

pernah selesai, proses analisis data itu sebenarnya merupakan pekerjaan untuk

menemukan tema-tema dan merumuskan suatu jawaban permasalahan dalam

penelitian. Dalam pembahasan ini, peneliti menggunakan metode induktif, yaitu

suatu pembahasan dengan jalan menguraikan. Dalam metode ini peneliti membuat

kesimpulan dari data-data yang diperoleh untuk mempermudah membaca dan

memahami data yang sudah dikumpulkan.

72Lexy J. Moleong, Op.Cit., 330. 73Ibid, 5.

Page 67: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

5. Concluding

Concluding adalah merupakan hasil suatu proses.74

Di dalam metode ini

peneliti membuat kesimpulan dari semua data-data yang telah diperoleh dari semua

kegitan penelitian yang sudah dilakukan baik melalui wawancara maupun dokumen.

Proses analisis dan penafsiran menuntut suatu kajian yang terdisiplin, wawasan

kreatif, dan perhatian yang teliti terhadap tujuan evaluasi. Analisis adalah proses

yang membawa bagaimana data yang diatur, mengorganisasikan apa yang ada dalam

sebuah pola, kategori, dan unit deskripsi dasar. Ketika pengumpulan data telah

berakhir dan itu adalah waktunya memulai analisis formal.75

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif akan mencakup sejumlah

besar deskripsi murni tentang program dan pengalaman orang dalam program.

Tujuan dari deskripsi ini adalah membiarkan pembaca mengetahui apa yang terjadi

dalam program, seperti apa menurut sudut pandang peserta yang ada dalam program,

dan kejadian tertentu seperti apa atau kegiatan yang ada dalam program.76

Pada analisa deskriptif ini peneliti berusaha menjawab atau memaparkan

rumusan masalah dan menganalisis data yang ada pada sumber data yaitu primer dan

skunder. Berikutnya peneliti mengkaji ulang dan membandingkan dengan data

sebelumnya sehingga dapat dianalisis secara menyeluruh dan dapat menghasilkan

titik temu pada penelitian ini.

74Ibid., 7. 75Michael Quinn Patton., Op.Cit, 251. 76Ibid., 255.

Page 68: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

BAB IV

PEMIKIRAN DAN IMPLEMENTASI KEKERASAN DALAM RUMAH

TANGGA

A. Pemikiran Para Aktivis Gender Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Dalam hal ini, Peneliti melakukan wawancara semi struktural, yang mula-mula

Peneliti mengajukan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur kemudian satu

persatu diperdalam untuk mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian

jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua variabel dan keterangan yang lengkap

dan mendalam. Berikut ini adalah data-data yang peneliti peroleh ketika melakukan

penelitian, dan data-data yang dapat menjawab rumusan masalah. Adapun pemikiran

para aktivis gender tentang kekerasan dalam rumah tangga adalah sebagai berikut:

1. Konsep Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

a. Pengertian kekerasan dalam rumah tangga.

Dalam penelitian ini ada beberapa pendapat tentang pengertian kekerasan

dalam rumah tangga yang mana antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan

Page 69: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

berdasarkan wawancara kepada para aktivis gender yaitu sebagai berikut: menurut

Ulfa definisi KDRT lebih ditekankan pada jenis kekerasan yang dilakukan oleh

seseorang dalam lingkup rumah tangga, kekerasan tersebut meliputi fisik, psikis,

seksual dan ekonomi. Jika dilihat dari segi sosiologis dan realitas yang terjadi dalam

masyarakat bahwa jenis kekerasan yang terdapat dalam definisi diatas merupakan

realitas yang terjadi di masyarakat. Sehingga jenis kekerasan yang terjadi dalam

masyarakat dapat dijadikan sebagai acuan dalam mendefinisikan KDRT, seperti yang

diungkapkan oleh Ulfa bahwa kekerasan itu dapat dipandang melalui jenis kekerasan

yang terjadi dalam keluarga atau rumah tangga yang mana pelakunya bisa suami,

istri, dan anak, kemudian korbannya juga bisa suami, istri, anak dan pembantu yang

masih dalam lingkungan rumah tangga tersebut.77

Selanjutnya Yuliati memandang bahwa KDRT dapat dilihat dari sisi tindakan

atau perbuatan terhadap seseorang yang menimbulkan cacat baik fisik, seksual,

ekonomi maupun psikis dalam lingkup rumah tangga.78

Dalam hal ini kejadian yang

terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga itu dapat diidentifikasi melalui

tindakan atau perbuatan yang dapat menimbulkan cidera atau efek kekerasan secara

fisik, psikis, seksual dan ekonomi yang bisa dilakukan oleh suami, istri, anak dan

pembantu yang berada dalam suatu keluarga.

Selain itu Istiadah memandang kekerasan dalam rumah tangga itu dari kondisi

yang ditimbulkan oleh orang lain kepada orang yang berbeda yang menimbulkan

rasa tidak enak, tidak nyaman, rasa sakit dan bahkan sampai meninggal.79

Dengan ini

beliau memandang bahwa kekerasan itu bermula pada suatu tindakan yang

77Ulfa Muhayani, Wawancara. (Malang, A. 11 Agustus 2008). 78Yuliati Hotifah, Wawancara. (Malang, C. 14 Agustus 2008). 79Istiadah, Wawancara. (Malang, B. 16 Agustus 2008).

Page 70: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

ditimbulkan oleh seseorang kepada orang lain yang dapat menimbulkan rasa tidak

nyaman, namun Istiadah tidak memberikan batasan terhadap siapa saja pelaku

kekerasan tersebut. Jika dihubungkan dengan pendapat Mufidah dan Umi Sumbulah

besar kemungkinan yang dimaksud oleh Istiadah ialah seseorang yang mendominasi

keluarga secara mutlak atau yang mempunyai kekuatan atau berkuasa secara otoriter.

Sedangkan Erfaniah menyatakan, KDRT adalah sebuah perbuatan suami atau

istri terhadap orang yang berada di rumah tangganya yang menimbulkan efek

kekerasan fisik, psikis, penelantaran keluarga dan seksual.80

Definisi ini lebih

ditekankan pada sisi perbuatan seseorang terhadap orang lain dalam lingkup rumah

tangga. Karena kekerasan dalam rumah tangga telah diatur dalam perundang-

undangan, yang masuk dalam kategori KDRT ini adalah seluruh orang yang

dilingkup keluarga baik suami, istri, anak maupun orang yang berada dalam rumah

tangga. Dari penjelasan Ulfa, Yuliati, Istiadah dan Erfaniah diatas dapat dilihat

bahwa kecederungan berpikir mereka digolongkan dalam Teori Realisme Hukum.

Mereka berpendapat adanya kekerasan dalam rumah tangga adakalanya sering terjadi

karena adanya perbedaan kepentingan sosial yang berada dalam lingkup keluarga,

sering diakibatkan oleh siapa yang harus memimpin keluarga, pembagian kewajiban

suami-istri dan sebagainya yang mengakibatkan pengingkaran akan adanya nilai-

nilai kebaikan yang objektif. Hegerstrom menyatakan bahwa tidak ada apa yang

disebut ”kebaikan” dan ”kejelekan” didunia. Ia mengingkari adanya nilai-nilai

objektif. Semua persoalan tentang keadilan, tujuan hukum, adalah soal penilaian

pribadi dan tidak dapat dijadikan objek pengamatan ilmiah.81

80Erfaniah Zuhriah, Wawancara. (Malang, D. 19 Agustus 2008). 81Ishaq., Op. Cit., 221.

Page 71: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Realisme hukum mempunyai ciri-ciri, yakni sebagai berikut:

1. Realisme adalah suatu konsepsi mengenai hukum yang berubah-ubah dan sebagai

alat untuk mencapai tujuan sosial, maka tiap bagiannya harus diselidiki mengenai

tujuan maupun hasilnya. Hal ini berarti bahwa keadaan sosial lebih cepat

mengalami perubahan daripada hukum.

2. Realisme mendasarkan ajarannya atas pemisahan sementara antara sollen dan

sein untuk keperluan suatu penyelidikan agar penyelidikan itu mempunyai tujuan

maka hendaknya diperhatikan adanya nilai-nilai dan observasi terhadap nilai-

nilai itu harus seumum mungkin dan tidak boleh dipengaruhi oleh kehendak

observer dan tujuan kesusilaan.82

Oleh karena itu, kebaikan dan kejelekan diingkari oleh sistem nilai-nilai luhur yang

seharusnya dipegang oleh setiap orang dalam segenap aktivitasnya, maka adanya

aksi-aksi bentuk kekerasan-kekerasan dalam lingkup terkecil yaitu dalam keluarga

dapat dianggap sebagai hal yang biasa saja wapaupun itu sesungguhnya merupakan

permasahan yang serius.

Pengingkaran akan adanya nilai kebenaran dan kejelekan itu dapat

mengakibatkan hilangnya kontrol moral dari dalam diri setiap anggota keluarga,

sehingga adanya kekerasan dalam rumah tangga dianggap sebagai hal yang lumrah

dan biasa saja. Inilah yang terjadi dalam masyarakat sekarang yang mana nilai-nilai

kebaikan dan kejelekan telah dingkari sebagai hal yang objektif adanya, sehingga

masyarakat menganggap fenomena kekerasan dalam rumah tangga yang

menggunung dianggap sebagai hal yang lumrah atau dimaklumi dalam kehidupan

rumah tangga.

82Zainuddin Ali., Op. Cit., 63.

Page 72: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Lain halnya Sri Harini berpendapat bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah

suatu model ketidakseimbangan peran dalam rumah tangga baik dari suami maupun

istri.83

Disini dapat jelaskan bahwa ketidakseimbangan peran dalam rumah tangga itu

disebabkan beberapa faktor misalnya intervensi dari salah satu pihak yakni istri atau

suami, man power (kekuasaan ditangan laki-laki) dan kewajiban suami-istri yang

tidak seimbang. Pendapat ini dapat digolongkan dalam Teori Idealisme Hukum

karena dalam pendapatnya tidak adanya keseimbangan peran dalam rumah tangga

baik dari laki-laki atau perempuan menyebabkan hilangnya fungsi kontrol, misalnya

kontrol dari pihak istri kepada suami atau sebaliknya dalam hal keuangan dan

pergaulan diluar rumah. Tidak adanya kontrol tersebut menyebabkan hilangnya rasa

tanggung jawab. Padahal menurut Kant, sebagai salah seorang perumus idealisme

hukum bahwa manusia bertindak secara etikal bertanggung jawab, jika motif dari

tindakannya dapat menjadi landasan untuk suatu kaedah (undang-undang) yang

berlaku setiap orang.84

Juga menurut Kant, hukum itu adalah suatu sistem aturan

yang berkaitan dengan perilaku lahiriah dari manusia berkenaan dengan barang-

barang berwujud. Jika seseorang itu berbuat baik, maka juga tindakan-tindakan

yuridikal ini harus memenuhi patokan universalisasi etikal. Jika hal itu terjadi, maka

hukum sesuai dengan tuntutan-tuntutan etikal. Secara yudikal, menurut Kant

sudahlah cukup orang mematuhi hukum, terlepas motifnya (apakah secara etikal

bertangungjawab atau tidak) yang ada pada yang bersangkutan.85

Sedangkan menurut Umi Sumbulah, beliau memandang bahwa KDRT

merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok atau pihak-

83 Sri Harini, Wawancara. (Malang, E. 20 Agustus 2008). 84Meuwissen., Op. Cit., 71 85Ibid.

Page 73: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

pihak yang berkuasa dalam rumah tangga terhadap orang lain yang dianggap lemah

yang berakibat terhalang aksesnya.86

Dengan ini dapat diidentifikasi bahwa Umi

Sumbulah menyatakan kekerasan itu ada karena adanya kekuatan (power) yang bisa

membuat seseorang itu melakukan tindakan merugikan orang lain yang dalam hal ini

masih dalam lingkup rumah tangga dan pelakunya bisa suami atau istri, namun

secara umum perempuan yang menjadi korban karena dianggap lemah.

Berikutnya Mufidah berpendapat kekerasan dalam rumah tangga adalah tindakan

yang tidak menyenangkan yang berbentuk fisik, psikis, seksual dan ekonomi yang

dilakukan oleh anggota keluarga yang kuat atau merasa kuat terhadap anggota

keluarga yang lemah atau dilemahkan.87

Namun KDRT yang berbasis gender ialah

dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya. Pendapat Mufidah dan

Umi sumbulah terdapat persamaan dan perbedaan yakni, persamaannya terletak

pada pelaku yang mempunyai kekuatan baik laki-laki atau perempuan. Dan

perbedaannya yakni Umi Sumbulah menyinggung adanya kekerasan lebih kepada

relasi yang timpang antara seseorang dengan orang lain sedangkan Mufidah lebih

ditekankan pada kekerasan yang berbasis gender. Dari pendapat Umi Sumbulah dan

Mufidah ini dapat digolongkan dalam Teori Positivisme Hukum, karena Umi dan

Mufidah memandang kekerasan dalam rumah tangga merupakan suatu perbuatan

yang dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kekuatan (power) terhadap orang

yang lemah, dan adanya kekuatan membuat seseorang itu dirugikan atas orang lain.

seperti yang diungkapkan oleh Austin bahwa hukum merupakan perintah dari

mereka yang memegang kekuasaan tertinggi, atau dari yang memegang kedaulatan.

86Umi Sumbulah, Wawancara. (Malang, F. 25 Agustus 2008). 87Mufidah Cholidah, Wawancara. (Malang, H. 28 Agustus 2008).

Page 74: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Hukum secara tegas dipisahkan dari keadilan dan hukum tidak didasarkan pada nilai-

nilai yang baik atau buruk, namun didasarkan atas kekuasaan yang lebih tinggi.88

Sehingga orang yang lemah akan selalu berada dibawah kekuasaan orang yang

berkuasa dalam rumah tangga.

Menurut pendapat Mahpur kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu bentuk

perilaku atau sifat yang menyebabkan perlakuan buruk dari anggota keluarga.89

Perilaku atau sifat ini dimiliki oleh seseorang yang berkuasa dalam rumah tangga

yang mana bentuk perilaku ini bermacam-macam mulai dari psikis, fisik, seksual

sampai penelantaran ekonomi. Jika dikatakan bahwa tindakan itu merupakan sifat

yang melekat pada diri manusia maka pendapat Mahpur ini dapat digolongkan dalam

Teori Aliran Hukum Alam zaman Yunani, karena hukum dipandang sebagai suatu

keharusan alamiah (nomos); baik semesta alam maupun hidup manusia. Pendapat

Mahpur yang menyatakan bahwa perlakuan buruk adalah sifat pada pihak yang

melakukan perlakuan buruk karena memiliki kekuatan untuk melakukan perlakuan

buruk tersebut. Dan ini dapat dipandang pada pihak yang bersangkutan. Sebagai

contoh lelaki berkuasa dan memiliki kemampuan politik; budak harus tetap menjadi

budak sebab itulah aturan yang berlaku secara alamiah dan sebagainya.90

Dalam pernyataan Mahpur, bahwa adanya kekerasan dalam rumah tangga

merupakan suatu sifat yang melekat pada orang yang melakukannya. Artinya ia

melihat bahwa fenomena kekerasan tersebut merupakan sebuah sifat bawaan yang

telah melekat pada diri manusia sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, untuk

memahami fenomena kekerasan dalam rumah tangga ini juga harus menggunakan

88Ishaq., Op. Cit., 207-207. 89Mahpur, Wawancara. (Malang, G. 25 Agustus 2008). 90Zainuddin Ali., Op. Cit., 47.

Page 75: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

teori hukum yang juga mengakui adanya bakat-bakat alamiah yang melekat pada diri

manusia. Teori hukum yang menjelaskan hal seperti ini adalah teori aliran hukum

alam yang diantaranya menyatakan:

1. Semua hukum positif merupakan usaha menuju pada hukum yang adil.

2. Hukum alam berusaha membuat suatu metode rasional yang dapat digunakan

untuk menentukan kebenaran yang relatif dari hukum dalam setiap situasi.

3. Metode itu diharapkan menjadi pemandu jika hukum itu gagal dalam ujian dan

membawanya lebih dekat pada tujuannya.

4. Hukum adalah suatu struktur yang sedemikian rupa, kita harus mengabstraksikan

tujuan-tujuannya pada kehidupan sosial yang nyata. Kita harus menemukan

asalnya dan bertanya dapa diri sendiri, apakah yang merupakan hal pokok yang

harus dilakukan untuk memahaminya sebagai suatu sistem tujuan yang harmonis

dan teratur.91

Dari semua pendapat para aktivis gender terhadap kekerasan dalam rumah

tangga dapat diidentifikasi bahwa dalam memandang kekerasan itu dapat dilihat dari

berbagai segi yaitu jenis kekerasan, tindakan atau perbuatan, kondisi yang

ditimbulkan, ketidakseimbangan peran, tindakan dan adanya kekuatan (power) dan

perilaku-sifat didalam rumah tangga.

Tabel I

Pemikiran dan analisis pemikiran Aktivis Gender

No Aktivis

Gender

Pandangan tentang

KDRT

Aliran Argumen

1 Ulfa M. Jenis kekerasan

2 Yuliati Tindakan kekerasan

3 Istiadah Efek kekerasan

Realisme

Hukum

- Adanya

kekerasan

karena

91Ibid., 52.

Page 76: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

4 Erfaniah Perbuatan kekerasan kepentingan

sosial salah

satu pihak.

- Pengingkaran

akan adanya

nilai-nilai

kebaikan yang

objektif.

- Fenomena

KDRT itu

dianggap

lumrah, karena

sebelumnya

nilai-nilai

kebaikan dan

kejelekan itu

diingkari

adanya sebagai

sistem yang

objektif.

5 Sri Harini Suatu model ketidak

seimbangan peran

dalam rumah tangga

baik suami maupun

istri.

Idealisme

Hukum

Manusia

bertindak secara

etikal

bertanggung

jawab. Namun

dalam keadaan

tertentu seperti

pendapat Sri

Harini ini

keadaan ideal

tersebut tidak

dapat tercapai,

maksudnya

manusia bisa

berubah menjadi

tidak etis dan

tidak bertangung

jawab.

6 Umi. S. Kekuasaan di salah

satu pihak

7 Mufidah Orang yang kuat

dalam rumah tangga

Positivisme

Hukum

- Adanya

kekerasan

karena salah

satu pihak

memiliki

kekuatan untuk

merugikan

orang lain.

Page 77: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

- Hukum tidak

didasarkan

pada nilai-nilai

baik atau

buruk, namun

didasarkan atas

kekekuasaan

yang lebih

tinggi.

8 Mahpur Perilaku atau sifat

kekerasan

Aliran Hukum

Alam

Hukum

dipandang

sebagai suatu

keharusan

alamiah (nomos).

Bahwa fenomena

kekerasan

tersebut,

merupakan

sebuah sifat

bawaan yang

melekat sejak ia

dilahirkan dan

sifat tersebut akan

mengalahkan diri

manusia sehingga

ia berbuat

perilaku yang

buruk.

b. Macam-macam kekerasan dalam rumah tangga.

Macam-macam kekerasan dalam rumah tangga perspektif aktivis gender adalah

sebagai berikut: menurut Ulfa macam-macam kekerasan dalam rumah tangga yang

terdapat dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2004 yaitu fisik, psikis, seksual dan

penelantaran ekonomi.92

Seperti halnya yang diungkapkan oleh Yuliati macam-

macam KDRT itu ada 4 (empat) yaitu fisik, psikis, seksual dan penelantaran

92Ulfa Muhayani, Wawancara. (Malang, A. 11 Agustus 2008).

Page 78: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

ekonomi.93

Begitu juga Istiadah memandang macam-macam kekerasan dalam rumah

tangga itu ada 4 yaitu fisik, psikis, seksual dan penelantaran ekonomi.94

Menurut

Erfaniah macam-macam KDRT yaitu fisik, psikis, seksual dan penelantaran

ekonomi.95

Lain halnya menurut Sri Harini jenis kekerasan dalam rumah tangga itu fisik dan

psikis, tetapi selama ini orang menilai kekerasan itu lebih kepada fisik saja

sedangkan kekerasan psikis itu juga termasuk dalam kategori jenis-jenis kekerasan

dalam rumah tangga.96

Menurut pendapat Umi Sumbulah macam-macam kekerasan

secara umum yaitu kekerasan berbasis gender (relasi yang timpang antara laki-laki

dan perempuan), kekerasan berbasis agama misalnya kelompok mayoritas menekan

kelompok minoritas dalam kasus pembubaran ahmadiyah, kekerasan politik

misalnya bagaimana kebijakan politik itu bisa menekan antara penguasa dengan

yang dikuasai dan lain-lain. Tetapi menurut konstruksi masyarakat yang dimaksud

dengan macam-macam KDRT lebih kepada fisik, namun selain itu juga berbentuk

psikis, seksual dan penelantaran ekonomi.97

Lain halnya menurut Mufidah beliau memandang macam-macam KDRT itu dari

berbagai segi yaitu dari aspek hukum maka KDRT adalah melanggar Undang-

undang mulai dari UU sebelum KDRT sampai diterbitkannya UU No. 23 Tahun

2004. kalau dilihat dari hak asasi manusia maka itu adalah pelanggaran HAM karena

tidak memberikan penghargaan hak-hak dasar manusia yang harus dihormati. Kalau

dilihat dari sosial maka KDRT itu membuat relasi dalam keluarga itu menjadi tidak

93Yuliati Hotifah, Wawancara. (Malang, C. 14 Agustus 2008). 94Istiadah, Wawancara. (Malang, B. 16 Agustus 2008). 95Erfaniah Zuhriah, Wawancara. (Malang, D. 19 Agustus 2008). 96Sri Harini, Wawancara. (Malang, E. 20 Agustus 2008). 97Umi Sumbulah, Wawancara. (Malang, F. 25 Agustus 2008).

Page 79: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

sehat secara sosial. Kalau dilihat dari aspek psikologis KDRT adalah menyebabkan

antara pribadi yang satu dengan yang lain merasa tidak nyaman dan terganggu antara

satu dengan yang lain. Tetapi itu semuanya adalah pelanggaran terhadap hukum dan

hak-hak dasar manusia dan jika dilihat dari perspektif Islam ini termasuk

pelanggaran terhadap nilai-nilai dan norma-norma Islam yang ramah pada

siapapun.98

Dan menurut Mahpur kekerasan yang dominant dimasyarakat adalah

kekerasan fisik, namun selain itu juga terdapat kekerasan psikis, kekerasan seksual

dan kekerasan penelantaran ekonomi.99

c. Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga.

Adapun bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga menurut para aktivis

gender adalah sebagai berikut: menurut Ulfa bentuk kekerasan dalam rumah tangga

mencakup pada fisik seperti halnya memukul, mencakar, menampar sampai

membunuh. Psikis, suami pulang tidak menegur istri (bentuknya tidak nampak

terlihat). Seksual; pemerkosaan dan pemaksaan hubungan intim. Penelantaran

ekonomi; tidak diberi nafkah pada hal menurut Undang-undang Perkawinan suami

yang wajib memberi nafkah.100

Sedangkan menurut Yuliati bentuknya adalah Fisik;

mengakibatkan cidera dan memar. Psikis; susah untuk dideteksi, karena korban itu

susah untuk diketahui apakah ia mengalami kekerasan atau tidak. Kadang korban

takut kepada pelaku dia menutupi tetapi efeknya itu sangat panjang sekali. Seksual;

pemerkosaan dan hubungan seksual yang terpaksa. Ekonomi; memberikan batasan

nafkah tanpa kesepakatan kedua belah pihak.101

98Mufidah Cholidah, Wawancara. (Malang, H. 28 Agustus 2008). 99Mahpur, Wawancara. (Malang, G. 25 Agustus 2008). 100Ulfa Muhayani, Wawancara. (Malang, A. 11 Agustus 2008). 101Yuliati Hotifah, Wawancara. (Malang, C. 14 Agustus 2008).

Page 80: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Pendapat diatas sama halnya yang diungkapkan oleh Istiadah bahwa bentuk-

bentuk kekerasan dalam rumah tangga yaitu: Fisik; menyakiti yang menimbulkan

bisa lebam dan cacat. Psikis; menimbulkan rasa tidak nyaman, pengekangan dan

penghinaan. Seksual; pemaksaan sampai penyiksaan. Ekonomi; penelantaran

keluarga.102

Begitu juga menurut Erfaniah bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah

tangga yaitu: Fisik; pemukulan, penganiayaan sampai efek yang jelek yaitu

pembunuhan. Psikis; ucapan-ucapan yang kasar, yang menimbulkan sakit hati bagi

korban dan ucapan-ucapan yang seharusnya tidak diucapkan oleh orang terhadap

suami atau istri atau anak. Seksual; pelecehan seksual dan pemerkosaan. Ekonomi;

penelantaran secara ekonomi atau tidak memberikan nafaqah kepada keluarga.103

Lain halnya menurut Sri Harini beliau memandang bentuk-bentuk kekerasan

hampir sama dengan macam-macam kekerasan sehingga dalam menjaga agar tidak

terjadi kekerasan ini komunikasi harus jalan, karena menyatukan dua pikiran yang

berbeda itu perlu proses dan komunikasi yang lancar tetapi memandang gender.104

Sedangkan Umi Sumbulah berpendapat bahwa bentuk-bentuk kekerasan dalam

rumah tangga ada fisik, psikis, seksual dan penelantaran ekonomi.105

Begitu juga menurut Mufidah bahwa bentuk-bentuk kekerasan ini ditemukan

dalam beberapa kasus oleh para peneliti atau aktivis yang dapat dikategorikan

menjadi 4 (empat) yaitu fisik, psikis, seksual dan ekonomi. Dan dari empat itulah

dimunculkan dalam komitmen internasional untuk penghapusan kekerasan dan juga

dimasukkan dalam Undang-undang P KDRT. Dari empat bentuk itu satu sama yang

lain dalam prakteknya berkaitan. Ketika korban mendapatkan kekerasan fisik pasti

102Istiadah, Wawancara. (Malang, B. 16 Agustus 2008). 103Erfaniah Zuhriah, Wawancara. (Malang, D. 19 Agustus 2008). 104Sri Harini, Wawancara. (Malang, E. 20 Agustus 2008). 105Umi Sumbulah, Wawancara. (Malang, F. 25 Agustus 2008).

Page 81: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

dia juga mendapatkan kekerasan psikis dan begitu juga kekerasan penelantaran

dalam keluarga itu juga akan berkaitan dengan kekerasan psikis dan juga bisa

berkaitan dengan kekerasan fisik. Jadi empat bentuk kekerasan tersebut saling terkait

oleh karena itu dalam beberapa data selalu ada kekerasan yang berlapis.106

Dan yang

terakhir menurut Mahpur bentuk-bentuknya ada 4 (empat) yaitu: Fisik; perlakuan

terhadap orang lain yang menimbulkan luka bisa menampar, memukul sampai

membunuh. Ekonomi; orang yang bertanggung jawab dalam keluarga tidak

memberikan hak ekonomi atas anggota keluarganya. Misalnya suami tidak

memberikan uang belanja terhadap istri, tapi orang yang tidak punya apa-apa terus

tidak memberikan nafkah kepada keluarga itu tidak bisa dikategorikan kekerasan

ekonomi. Psikis; persoalan yang mencakup kata-kata, sikap dan hubungan batin.

Seperti halnya diolok-olok, dicemooh dan dikurung kemudian selalu dilarang

berinteraksi bagi anak-anak.107

Dari berbagai pendapat para aktivis gender diatas terhadap macam-macam dan

bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga terdapat persamaan antara macam-

macam dan bentuk-bentuknya, sehingga dalam menginterpretasikannya saling

berhubungan. Bentuk kekerasan tersebut dapat diidentifikasi bukan hanya kekerasan

fisik, tetapi bisa berbentuk sangat halus dan tidak kasat mata seperti kecaman, kata-

kata yang meremehkan, dan lain sebagainya. Dari pendapat para aktivis gender ini

tentang macam dan bentuk KDRT dapat digolongkan menjadi 4 (empat) yaitu

kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi yang

mana dari empat bentuk itu satu sama yang lain dalam prakteknya berkaitan seperti

106Mufidah Cholidah, Wawancara. (Malang, H. 28 Agustus 2008). 107Mahpur, Wawancara. (Malang, G. 25 Agustus 2008).

Page 82: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

yang ditemukan oleh Mufidah. Keberadaan bentuk kekerasan secara yuridis telah

ditetapkan dalam Undang-undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Dalam pasal 5 disebutkan bahwa:

Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap

orang dalam lingkup rumah tangganya, dengan cara: a. Kekerasan fisik; b.

Kekerasan psikis; c. Kekerasan seksual; d. Penelantaran rumah tangga.

Mengenai karakteristik masing-masing bentuk kekerasan dalam rumah tangga

telah dijelaskan oleh para aktivis gender diatas. Dalam Undang-undang No 23/2004

juga menjelaskan karakteristik bentuk KDRT yang terdapat dalam pasal 6 sampai

dengan pasal 9 yang masing-masing pasal menjelaskan kriteria-kriteria bentuk

kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga.108

d. Faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga

perspektif para aktivis gender adalah sebagai berikut: Ulfa berpendapat, penyebab

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga seperti halnya yang telah dilaporkan

kepada lembaga-lembaga perempuan adalah ekonomi, perselingkuhan dari pihak

istri atau suami kemudian mereka melakukan kekerasan kepada salah satu pihak di

dalam keluarga, faktor pendisiplinan, dalam hal ini korbannya adalah anak yang

dilakukan oleh orang tua dengan alasan mendidik padahal itu adalah kekerasan dan

pemaksaan keyakinan beribadah dalam keluarga. Dari kekerasan-kekerasan itu

faktornya case by case.109

Sedangkan menurut Yuliati faktor penyebabnya adalah sebagai berikut: Budaya

patriarki, interpretasi agama yang salah atau kesalahan dalam memahami perintah-

108La Jamaa dan Hadidjah., Op. Cit., 69-71. 109Ulfa Muhayani, Wawancara. (Malang, A. 11 Agustus 2008).

Page 83: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

perintah agama; misalnya pukulan terhadap istri untuk mendidik dan pukulan anak

untuk mendidik. Faktor ekonomi; misalnya tekanan ekonomi, kebutuhan melonjak

dan pemasukannya kurang itu membuat orang menjadi stress. Faktor trauma;

misalnya kekerasan yang dilakukan oleh anak itu merupakan pengalaman traumatis

yang pernah dialami ketika semasa kecil, dia berada dalam keluarga yang dimana

kedua orang tuanya sering melakukan kekerasan.110

Selanjutnya Istiadah mengungkapkan bahwa penyebab terjadinya kekerasan

dalam rumah tangga itu ada 2 (dua) yaitu: pertama, pola relasi yang tidak seimbang

antara suami-istri yang menyebabkan perbedaan wewenang, merasa salah satu pihak

mempunyai daya paksa yang lebih tinggi dari pada pihak yang lain sehingga dengan

itu orang menggunakan kekuasaannya. Kedua, faktor ekonomi yang mana terjadi

krisis perempuan akan mendapatkan tekanan yang lebih. Misalnya ketika laki-laki di

PHK pelampiasannya pasti kepada orang yang lemah yaitu istri, istri kadang-kadang

melampiaskan kepada anak. Sehingga kekerasan dalam rumah tangga berlapis-lapis

mana kala terjadi krisis ekonomi.111

Menurut Erfaniah yang menjadi penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah

tangga bermacam-macam yaitu sebagai berikut: pertama, bias gender yang muncul

didalam lingkup keluarga, sampai ketidaktahuan seseorang terhadap apa yang harus

dilakukan. Kedua, kesadaran hukum yang kurang juga bisa menjadi faktor terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga. Ketiga, budaya patriarki yang dilegitimasi oleh

konsep agama. Misalnya fadri buhuma ini adalah ayat yang melegitimasi bahwa

memukul itu boleh terhadap perempuan ketika dia balelo. Yang dimaksud oleh

110Yuliati Hotifah, Wawancara. (Malang, C. 14 Agustus 2008). 111Istiadah, Wawancara. (Malang, B. 16 Agustus 2008).

Page 84: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Erfaniah tentang budaya partiarkhi yang di legitimasi oleh agama dan kebolehan

memukul istri terdapat dalam Surat An-Nisa’ ayat 34, yang mana jika istri tidak

mentaati suami atau balelo boleh memukul istri. Peneliti berpendapat bahwa suami

boleh memukul tetapi harus melalui tahapan yaitu pertama menasihati istri, kedua

menghindari tidur dengan istri, ketiga suami baru boleh memukul dengan syarat

tidak boleh sampai melukai istri. Lalu ayat tersebut dijustifikasi atau legitimasi oleh

seseorang pelaku kekerasan untuk melegalkan sebuah proses kekerasan yang itu

perlu reinterpretasi dan pemahaman terhadap ayat-ayat nusyuz, poligami yang lebih

dalam.112

Berikutnya Sri Harini menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya

kekerasan yaitu faktor ekonomi yang dijadikan alasan istri maupun suami melakukan

tindak kekerasan. Misalnya pihak suami mempunyai kedudukan tinggi bertindak

semena-mena dalam kebutuhan sehari-hari dan juga sebaliknya istri terhadap suami.

Kemudian faktor intervensi keluarga juga mempengaruhi baik keluarga dari pihak

suami maupun istri atau intervensi dari pihak lain. Selanjutnya faktor psikologi juga

dapat mempengaruhi pihak istri atau suami melakukan kekerasan, misalnya dari

keluarga broken home, ketertekanan dan sebagainya itu terlampiaskan pada bentuk-

bentuk kekerasan dalam rumah tangga.113

Selain itu menurut Umi Sumbulah penyebab terjadinya kekerasan dalam

keluarga diantaranya yaitu: penafsiran agama yang kurang ramah terhadap

perempuan, yang dimaksud dengan pendapat ini yaitu penafsiran yang membatasi

akses perempuan ke ruang publik misalnya pemimpin perempuan, hakim perempuan

dan nilai kesaksian dua perempuan yang sebanding dengan satu lakilaki. Kemudian

112Erfaniah Zuhriah, Wawancara. (Malang, D. 19 Agustus 2008). 113Sri Harini, Wawancara. (Malang, E. 20 Agustus 2008).

Page 85: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

budaya partriarki, yang dimaksud budaya partriarki adalah bagaimana masyarakat

memposisikan laki-laki dan perempuan. Dan faktor ekonomi, banyak pasangan

suami-istri yang bertengkar dengan alasan ekonomi. Menurut Umi Sumbulah faktor

yang banyak menjadi penyebab terjadinya kekerasan adalah persoalan budaya dalam

arti Man Power (laki-laki berkuasa).114

Selanjutnya Mufidah mengungkapkan bahwa

faktor penyebabnya itu bermacam-macam jika dilihat dari aspek ekonomi bisa jadi

karena faktor ekonomi tidak tahan persoalan-persoalan yang melilit keluarga.

Kemudian kurang mendapat perhatian dari pasangannya atau dia menuntut lebih dari

pasangannya. Selanjutnya jika dikaitkan dengan relasi laki-laki dan perempuan atau

relasi gender maka yang menjadi penyebab utamanya adalah budaya partriarki,

dimana seseorang akan mempertahankan gendernya dia terhadap orang lain atau

pasangannya. Misalnya suami merasa lebih tinggi dari istri atau sebaliknya sehingga

rentan melakukan tindak kekerasan.115

Dan menurut Mahpur penyebabnya antara lain masalah kepribadian, orang yang

punya kepribadian agresif cenderung akan tumbuhnya kekerasan. Kemudian budaya

partriarki, sehingga dalam hubungan partriarki ada salah satu orang mempunyai

otoritas dengan yang lain menjadi subordinat posisinya. Ada juga faktor disharmoni

atau hubungan yang tidak harmonis. Selanjutnya komunikasi, cara orang

membangun komunikasi dalam keluarga itu juga bisa menjadi kekerasan dalam

keluarga. Faktor ekonomi. Dan faktor agama, internalisasi keagamaan yang tidak pas

itu juga bisa menyebabkan kekerasan.116

114Umi Sumbulah, Wawancara. (Malang, F. 25 Agustus 2008). 115Mufidah Cholidah, Wawancara. (Malang, H. 28 Agustus 2008). 116Mahpur, Wawancara. (Malang, G. 25 Agustus 2008).

Page 86: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Berdasarkan pendapat para aktivis gender diatas terhadap penyebab terjadinya

kekerasan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel II

Penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga perspektif Aktivis Gender

No Aktivis Gender Faktor Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga

1 Ulfa M. - Ekonomi

- Perselingkuhan

- Pendisiplinan dengan alasan mendidik.

- Pemaksaan keyakinan beribadah.

2 Yuliati H. - Budaya partriarki

- Interpretasi agama.

- Faktor ekonomi.

- Faktor trauma.

3 Istiadah - Pola relasi yang tidak seimbang antara suami-istri yang

menyebabkan perbedaan wewenang.

- Krisis ekonomi

4 Erfaniah Z. - Bias gender.

- Budaya partriarki.

5 Sri Harini - Sektor ekonomi

- Intervensi keluarga

- Psikologi tramatik

6 Umi S. - Penafisiran agama yang kurang ramah terhadap

perempuan

- Budaya partriarki

- Ekonomi

7 Mufidah Ch. - Ekonomi

- Budaya partriarki

- Menuntut lebih dari pasangannya

8 Mahpur - Masalah kepribadian.

- Budaya partriarki.

- Faktor disharmoni dalam keluarga.

- Faktor ekonomi.

- Internalisasi keagamaan yang berbeda.

- Faktor komunikasi

Dari tabel diatas dapat diklasifikasikan bahwa faktor penyebab terjadinya kekerasan

dalam rumah tangga ada dua faktor yaitu: pertama, faktor internal pelaku baik karena

pembawaan alaminya (karakter pribadinya) maupun karena pengaruh lingkungan

(keluarga, masyarakat dan sekolah), misalnya suami atau istri selingkuh, faktor

Page 87: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

komunikasi yang kurang baik sehingga menimbulkan terjadinya kekerasan,

menuntut lebih dari pasangannya dan lain sebagainya. Kedua, faktor eksternal pelaku

baik melalui paradigma partriaki yang berkembang dlam sistem sosial, pemahaman

agama yang bias maupun internalisasi keagamaan yang beerbeda.

2. Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Dampak dari kekerasan dalam rumah tangga menurut para aktivis gender sebagai

berikut: menurut Ulfa dampak kekerasan dalam keluarga yaitu sebagai berikut:

pertama kehilangan nyawa, banyak suami atau istri yang kehilangan jiwanya

dikarenakan kekerasan dalam rumah tangga. Kedua, psikis termasuk emosi baik si

penderita atau korban maupun pelaku. Kalau korbannya perempuan bisa berimbas

pada anak. Ketiga, ekonomi, jika kasus kekerasan dalam rumah tangga tersebut

dilaporkan kepada polisi maka berdampak pada ekonomi, kerena tidak ada income

dari suami atau istri. Keempat anak, apabila orang tuanya mendapat kekerasan baik

dari pihak istri atau suami maka yang dirugikan adalah anak karena nantinya akan

berimbas pada anak.117

Kemudian Yuliati berpendapat bahwa dampak kekerasan terhadap keluarga bisa

ke anak. Sebenarnya kekerasan dalam rumah tangga itu dampaknya terhadap

pasangan itu cukup besar, tetapi yang paling terkena adalah anaknya. Dampak dalam

kehidupan sosial, keluarga merupakan miniatur sosial ketika individu yang

mengalami kekerasan maka juga akan berimbas ketika ia berada di lingkungan

masyarakatnya. Seperti halnya minder kepada teman-temannya dan lebih agresif.118

Lain halnya yang diungkapkan oleh Istiadah bahwa dampak kekerasan dalam

117Ulfa Muhayani, Wawancara. (Malang, A. 11 Agustus 2008). 118Yuliati Hotifah, Wawancara. (Malang, C. 14 Agustus 2008).

Page 88: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

keluarga yaitu adanya ketidak harmoniasan antara suami istri atau ibu-anak atau

ayah-anak dan lain sebagainya. Jika dalam masyarakat bisa berdampak lebih luas

apalagi bisa menimbulkan split atau perpisahan antara suami-istri yang tidak rela

diperlakukan demikian.119

Kemudian menurut Erfaniah dampak kekerasan itu secara fisik dan psikis

berdampak traumatik terhadap korban yang sulit untuk dilupakan. Dan selanjutnya

dampak yang muncul dimasyarakat ini juga sangat besar sekali. Contohnya istri

melaporkan suaminya telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga dan

masyarakat masih menganggap bahwa suaminya sendiri kok dilaporkan ini adalah

efek yang muncul dari proses law enforcemen di Indonesia masih sebuah proses.

Ketika dalam menangani kasus ini pendamping tidak serta-merta melaporkan ke

polisi, sebagai mediator atau konselor mengupayakan semaksimal mungkin

kekerasan itu berhenti, tetapi jika masih tetap melakukan kekerasan terhadap korban

baru dilaporkan kepada yang berwajib.120

Menurut Sri Harini dampak kekerasan dalam rumah tangga bisa fisik dan psikis,

secara fisik itu jelas akan timbul sakit dan kelihatan. Kemudian secara psikis bisa

menyebabkan goncangan kejiwaan baik bagi korban langsung maupun yang berada

dilingkungan rumah tangga tersebut. Adapun dampak terhadap masyarakat itu juga

tidak baik karena masyarakat menilai bahwa bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah

tangga itu sangat menyimpang sekali.121

Selanjutnya menurut Umi Sumbulah

119Istiadah, Wawancara. (Malang, B. 16 Agustus 2008). 120Erfaniah Zuhriah, Wawancara. (Malang, D. 19 Agustus 2008). 121Sri Harini, Wawancara. (Malang, E. 20 Agustus 2008).

Page 89: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

mengungkapkan bahwa dampak kekerasan dalam rumah tangga itu bisa kepada fisik,

psikis, seksual dan ekonomi.122

Sedangkan Mufidah memandang bahwa dampak kekerasan dalam rumah tangga

itu bermacam-macam seperti halnya dampak terhadap korban atau keluarga yaitu ada

4 (empat) yaitu: fisik; sakit, luka dan cacat. Psikis; sedih, stress, depresi, dan ingin

bunuh diri. Seksual; kerusakan organ seksual dan PMS (penyakit menular seksual)

dsb. Ekonomi; terlantar, jadi miskin dan anak drop out. Selain itu dampaknya juga

dapat dialami oleh anak karena mereka yang tidak terlibat langsung tetapi secara

hegemoni mendapatkan suguhan-suguhan kekerasan didalam keluarga. Secara umum

setiap KDRT terdapat dampak negatifnya, oleh karena itu mata rantainya harus

diputus dan menciptakan generasi-generasi akan datang yang bebas dari

kekerasan..123

lain halnya Mahpur, beliau berpendapat bahwa dampak dari kekerasan

dalam rumah tangga yaitu: konflik, diskriminasi, menyangkut masa depan anak yang

tidak baik dan stigma sosial yang buruk.124

Dengan berbagai pendapat para aktivis gender terhadap dampak kekerasan dalam

rumah tangga ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu pertama, dampak internal

yang mana mencakup beberapa hal diantaranya:

a. Dampak fisik, mencakup rasa sakit, luka atau lebam, cacat sampai kehilangan

nyawa.

b. Dampak psikis, mencakup stres, depresi, trauma bagi anak, terpojokkan, apatis,

minder hingga ingin bunuh diri.

122Umi Sumbulah, Wawancara. (Malang, F. 25 Agustus 2008). 123Mufidah Cholidah, Wawancara. (Malang, H. 28 Agustus 2008). 124Mahpur, Wawancara. (Malang, G. 25 Agustus 2008).

Page 90: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

c. Dampak seksual mencakup kerusakan organ seksual, dan PMS (penyakit

menular seksual).

d. Dampak ekonomi mencakup terlantar dan bagi perempuan yang tidak bekerja

maka dia kehilangan recoveri ekonomi.

Keempat dampak diatas sesuai dengan kategori yang disusun oleh Mufidah dkk yang

mana kekerasan dalam rumah tangga bisa berdampak secara fisik, psikis, seksual dan

ekonomi.125

Selain dampak diatas juga terdapat anggota keluarga yang dirugikan

yaitu anak, karena secara tidak langsung anak akan mendapatkan suguhan-suguhan

tindak kekerasan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya sehingga menimbulkan

traumatik bagi anak. Kedua, dampak eksternal atau dampak terhadap kehidupan

social yang mencakup minder terhadap teman-temannya, lebih agresif dan

masyarakat menilai bahwa bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga itu sangat

menyimpang dari ajaran agama.

3. Pandangan Hukum Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Dalam pandangan hukum ini peneliti membahas tentang pandangan para aktivis

gender terhadap kekerasan dalam rumah tangga yang ditinjau dari sudut pandang

hukum yang berlaku di Indonesia dan penyelesaian hukum bagi korban kekerasan

dalam rumah tangga yaitu sebagai berikut: menurut pandangan Ulfa hukum

kekerasan dalam rumah tangga sudah disupport oleh pemerintah dengan beberapa

perangkat dikepolisian yaitu adanya pengaduan dan penyediaan jasa konsultasi.

Namun menurut Ulfa Ada sedikit masalah disini yaitu tentang delik aduan yang

membutuhkan keberanian korban untuk mengadukan kasus kekerasan tersebut.

Sedangkan dalam penyelesaian hukumnya yang banyak bergerak dalam penanganan

125Mufidah dkk., Op. Cit., 24-25.

Page 91: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

korban kekerasan dalam rumah tangga adalah lembaga-lembaga yang mana itu pun

hanya sampai proses pendampingan. Menurut Ulfa dalam penyelesaian hukum bagi

korban masih ada masalah yaitu: hukum itu sendiri, yang mana delik aduan agak

sulit bagi korban karena butuh keberanian dan ditingkat pengadilan banyak opini

yang dibentuk oleh media bahkan hakim bahwa orang yang mengalami kekerasan

biasanya perempuan yang punya problem bukan laki-laki yang punya problem.126

Selanjutnya menurut Yuliati mengenai pandangan hukum beliau berpendapat

bahwa adanya Undang-undang P KDRT ikut membantu korban dalam

menyelesaikan persoalan kekerasan dalam rumah tangga, tetapi untuk menjerat

pelaku masih kurang membela pada korban. Misalnya kekerasan psikis, meskipun

telah melibatkan psikiater untuk mendeteksi adanya kekerasan psikis itu masih sulit

karena waktunya cukup panjang. Menurut Yuliati aspek psikologis memang sangat

dalam dan perlu untuk dijelaskan lebih dalam lagi. Sedangkan penyelesaian

hukumnya harus lebih memihak kepada korban. Disini dalam penyelidikan tidak

hanya oleh polisi saja tetapi harus ada beberapa elemen atau psikiater untuk

dilibatkan dalam penyelidikan atau pendekatan kepada korban, karena dalam

penyelesaian hukum disini tidak hanya menuntut bukti-bukti yang ada tetapi lebih

melibatkan psikiater untuk mengetahui apakah korban ini dapat goncangan jiwa apa

tidak.127

Menurut Istiadah pandangan hukum tentang kekerasan dalam rumah tangga

secara dejure dengan adanya Undang-undang P KDRT sudah ada langkah maju yang

signifikan, namun juga dipandang secara defakto bahwa bagaimana hukum itu

126Ulfa Muhayani, Wawancara. (Malang, A. 11 Agustus 2008). 127Yuliati Hotifah, Wawancara. (Malang, C. 14 Agustus 2008).

Page 92: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

diterapkan dalam masyarakat. Menurut Istiadah masih ada yang perlu dibenahi yaitu

kultur (budaya) hukum supaya hukum yang berada dimasyarakat dibangun terus-

menerus dan senantiasa ditekankan pada menghormati hak orang lain. Dalam

penyelesaian hukum korban kekerasan Istiadah memandang bahwa persoalan ini

diselesaikan dengan hukum Islam yang mana dalam al-Quran terdapat orang ketiga

sebagai penengah yaitu kedua belah pihak keluarga atau orang yang dipilih untuk

dijadikan sebagai hakim dalam menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Seperti

yang diungkapkan berikut ini:

Konflik dalam keluarga harus diselesaikan secara damai, karena kedamaian

dalam rumah tangga yang akan membawa kita kepada tujuan berumah tangga yaitu

sakinah, mawaddah dan rahmah. Dan konflik dalam rumah tangga tidak boleh

dipublikasikan kepada umum.128

Sedangkan menurut Erfaniah, beliau memandang bahwa dengan adanya Undang-

undang P KDRT membuat pelaku kekerasan merasa jera apabila semua penegak

hukum ikut terlibat dalam penyelidikan mulai dari penyelidikan dikepolisian sampai

kejaksaan dan pengadilan benar-benar menegakkan hukum sesuai dengan peraturan

atau Undang-undang yang berlaku. Menurut beliau sebelum munculnya UU P

KDRT pelaku hanya dijerat dengan Undang-undang pidana yang sangat ringan tetapi

dengan adanya Undang-undang ini maka pelaku akan mendapatkan hukuman yang

sesuai dengan perbuatannya dan yang telah ditentukan dalam Undang-undang P

KDRT ini. Beliau juga mengungkapkan bahwa jika aspek hukumnya konsisten

terhadap perundang-undangan dan ditegakkan dengan serius maka akan

meminimalisasi kasus kekerasan dalam rumah tangga. Dalam proses penyelesaian

hukum korban KDRT Erfaniah berpendapat bahwa selama ini Negara hanya

128Istiadah, Wawancara. (Malang, B. 16 Agustus 2008).

Page 93: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

membuat perangkat piranti hukumnya tetapi tidak difasilitasi dengan apa yang ada

dalam perundang-undangan. Misalnya perlindungan korban kekerasan dalam rumah

tangga, pemulihan trauma-trauma dan lain-lain. Dalam kontek Undang-undang

sudah ditata dengan rapi semuanya tetapi dalam realitasnya tidak ada, karena proses

penegakan itu tidak berhenti sampai diputuskan sebuah proses dalam menangani

kasus KDRT harus sampai pasca persidangan juga perlu dipikirkan.129

Menurut pandangan Sri Harini terhadap pandangan hukum yang berlaku

diIndonesia mengenai kekerasan dalam rumah tangga yaitu secara teori Undang-

undangnya sudah tertata dengan rapi, tetapi realitas dilapangan masih belum

mengenai pada sasarannya. Ini disebabkan oleh sosialisasinya yang kurang

menyeluruh ada kendala-kendala tertentu. Misalkan ada seorang istri, karena tidak

bekerja mengalami kekerasan terus menerus tetapi tidak berani melaporkan kepada

polisi karena dia berpikir jika dilaporkan nanti dicerai terus anak-anak bagaimana?

Nah dia akhirnya menjadi orang dibawah terus. Seharusnya hukum yang meninjau

tentang kekerasan dalam rumah tangga ini sosialisasinya tidak hanya satu pihak

tetapi sosialisasinya itu harus bersama dengan pasangannya (suami-istri). Kemudian

untuk penyelesaian hukumnya masih perlu dikedepankan atau ditampilkan. Kalau

terjadi kekerasan, perlindungan hukumnya itu ada tetapi untuk masuk ke individu

korban ini masih kurang. Misalnya ketika korban mengalami kekerasan maka dia

akan menyembunyikannya karena takut dengan suami.130

Lain halnya menurut Umi Sumbulah bahwa hukumnya sudah ada yaitu Undang-

undang No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

129Erfaniah Zuhriah, Wawancara. (Malang, D. 19 Agustus 2008). 130Sri Harini, Wawancara. (Malang, E. 20 Agustus 2008).

Page 94: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Dalam memandang suatu permasalahan hukum perlu diketahui beberapa hal yaitu

pertama, substansi hukumnya yaitu Undang-undang P KDRT. Kedua, struktur

hukumnya yaitu aparat-aparat hukum yang merespon kekerasan dalam rumah

tangga. Ketiga, budaya hukum. Jadi bagaimana masyarakat memahami Undang-

undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga itu, karena siapa saja boleh

melaporkan jika melihat kasus KDRT. Sedangkan dalam penyelesaian hukumnya

piranti hukumnya sudah ada dan Undang-undangnya juga sudah ada kemudian

dibeberapa kota ada RPK dikepolisian dan itu dikhususkan untuk perempuan korban

kekerasan. Persoalannya disini pertama, adanya RPK kemudian PPT (pusat

pelayanan terpadu) yang digratiskan bagi korban kekerasan belum semua masyarakat

tahu, sehingga jika masyarakat ingin melapor takut membayar pada hal itu

digratiskan. Kedua, Undang-undang P KDRT itu sendiri kurang tersosialisasikan,

jadi penyelesaian hukumnya masih belum dijalankan dengan baik. Implementasi

yang kurang tersebut faktornya bisa pada persoalan masyarakatnya sendiri yang

kurang paham dan juga kurang tersosialisasikannya Undang-undang P KDRT

dengan baik.131

Sedangkan menurut Mufidah terhadap pandangan hukum kekerasan dalam

rumah tangga yang berlaku diIndonesia yaitu: bahwa hukum yang terkait dengan

kekerasan dalam rumah tangga sudah ditata dengan rinci mulai dari hukum itu dibuat

dan dalam kondisi seperti apa itu telah disesuaikan dengan baik. Namun masih

terdapat permasalahan yang harus diselesaikan yaitu jika pelaku kekerasan tersebut

orang yang tidak mampu setelah ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara atau denda

dia tidak bisa bayar, tetapi jika yang melakukan kekerasan tersebut pejabat atau

131Umi Sumbulah, Wawancara. (Malang, F. 25 Agustus 2008).

Page 95: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

orang yang secara ekonomi lebih maka dia akan mudah melakukan kekerasan karena

tinggal membayar denda sudah selesai. Beliau juga berpendapat bahwa hukum itu

bisa jalan untuk masyarakat Indonesia terutama untuk orang tidak mampu, maka

mulai dari kepolisian, jaksa dan hakim semuanya harus punya pandangan satu

persepsi dalam melihat Undang-undang itu tanpa diskriminatif. Oleh karena itu

undang-undang perlu direvisi dan jika itu diimplementasikan maka jangan tebang

pilih. Dalam penyelesaian hukum KDRT Mufidah berpendapat bahwa penyelesaian

hukum selama ini sudah baik tetapi persoalannya masih siapa sesungguhnya yang

melakukan (pelaku) dan itu akan berdampak bagi keluarga korban. Disinilah terdapat

kerancuan tidak sesederhana orang melakukan kekerasan diluar KDRT. Beliau juga

berpendapat bahwa penerapan hukum selama ini semakin baik karena para praktisi

hukum sudah mulai sadar bahwa Undang-undang KDRT itu menjadi salah satu

sumber hukum untuk menyelesaikan perkara KDRT sekalipun masih perlu

direvisi.132

Dan menurut Mahpur mengenai pandangan hukum kekerasan dalam rumah

tangga yang berlaku di Indonesia, beliau berpendapat bahwa secara prosedural sudah

baik tetapi implementasinya masih perlu pengayaan metode dari praktisi hukum

untuk ikut menjadi proses sosialisasi. Beliau juga mengatakan bahwa aspek hukum

KDRT itu sudah bagus artinya responsibilitas Negara untuk bertindak secara teknis

dengan menerbitkan undang-undang KDRT ini merupakan pembinaan terhadap

keadilan gender. Secara hukum cukup progresif tapi implementasinya pada batas-

batas tertentu perlu digali ulang. Dalam penyelesaian hukumnya menurut Mahpur

akhirnya bukan penyelesaian hukum. Karena jarang kasus kekerasan dalam rumah

132Mufidah Cholidah, Wawancara. (Malang, H. 28 Agustus 2008).

Page 96: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

tangga yang terselesaikan jika kasus itu tidak masuk dalam kategori fisik. Sifat

hukum delik aduan jika dicabut berarti sudah selesai kasusnya. Tetapi jika kasusnya

itu berindikasi kasat mata itu bisa diterapkan hukuman KDRT. Namun hukum itu

bisa jadi bomerang misalnya pelaku dijatuhi hukuman atau didenda 15 juta bagi

orang yang punya itu mudah. Secara moral hukum itu bagus untuk mencari proses

keadilan bagi korban KDRT. Tetapi dalam kasus-kasus tertentu tidak bisa maksimal

menghukum orang karena secara prosedural jaminan keadilannya kurang.133

Pendapat para aktivis gender terhadap pandangan hukum KDRT dan

penyelesaian korban KDRT di atas mencerminkan bahwa hukum yang terkait dengan

kekerasan dalam rumah tangga terdapat kelebihan dan kekurangannya seperti yang

diungkapkan oleh para aktivis bahwa secara teori Undang-undang atau hukum

kekerasan dalam rumah tangga telah memberikan kontribusi yang positif terhadap

para korban kekerasan, dengan disediakannya oleh pemerintah beberapa perangkat

dikepolisian yaitu pengaduan (RPK) dan penyediaan jasa konsultasi (PPT). Namun

dalam realitasnya masih kurang efektif karena terdapat beberapa persoalan yang

perlu diselesaikan seperti halnya: tentang delik aduan yang membutuhkan keberanian

korban untuk mengadukan kasus kekerasan tersebut, Undang-undang P KDRT itu

sendiri kurang tersosialisasikan jadi penyelesaian hukumnya masih belum dijalankan

dengan baik, selama ini Negara hanya membuat perangkat piranti hukumnya tetapi

tidak difasilitasi dengan apa yang ada dalam perundang-undangan. Misalnya

perlindungan korban kekerasan dalam rumah tangga, pemulihan trauma-trauma dan

lain-lain.

133Mahpur, Wawancara. (Malang, G. 25 Agustus 2008).

Page 97: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Adanya UU KDRT ini yang dibuat untuk menyelesaikan kasus-kasus kekerasan

yang terjadi di masyarakat. Proses terjadinya undang-undang ini telah mengalami

tahapan yang panjang dan dipengaruhi beberapa faktor yang berkembang sehingga

mempengaruhi terbentuknya undang-undang KDRT. Semua ini adalah

perkembangan-perkembangan hukum yang dekat hubungannya dengan faktor-faktor

sosial, politik dan ekonomi.134

Dengan penjelasan yang diutarakan oleh Friedmann di

atas dapat dianalisa bahwa undang-undang KDRT dan hubungannya dengan

pembentukan hukum di Indonesia serta pandangan hukum para aktivis gender

terhadap KDRT. Jika diperhatikan pendapat friedmann di atas maka setidaknya ada

tiga faktor yang mempengaruhi terbentuknya uu yaitu faktor sosial, faktor politik dan

faktor ekonomi. Faktor sosial yang mempengaruhi terbentuknya UU KDRT adalah

fenomena kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi dalam masyarakat semakin

marak dan interpretasi agama yang salah terhadap wanita dalam rumah tangga atau

keluarga. Faktor politik yang turut serta pula mempengaruhi dalam pembentukan UU

KDRT ialah pada saat UU tersebut dibahas di lembaga legislative banyaknya

politikus wanita yang duduk di kursi legislative mempercepat proses pengesahan UU

tersebut dan ditambah lagi pada saat itu presiden RI adalah Megawati yang notabene

presiden wanita pertama RI. Faktor lain yang tidak boleh diabaikan peranannya

dalam proses terciptanya adalah faktor ekonomi, dengan banyaknya kasus

trackfiking dan eksploitasi seksual dalam keluarga yang mengakibatkan ketidak

harmonisan rumah tangga. Sedang pada saat itu belum ada UU yang mengatur secara

spesifik tentang kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga.

134Friedmann., Op. Cit., 101

Page 98: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Setelah UU P KDRT tersebut terbentuk maka dibutuhkan suatu perangkat

hukum untuk melakukan penegakan hukum. Menurut Soerjono Soekanto yang

dikutip oleh Ishaq bahwa faktor tersebut ada lima yaitu:

a. Hukumnya sendiri, yang didalam tulisan ini akan dibatasi pada undang-undang

saja yaitu UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam

Rumah Tangga.

b. Penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan

hukum. Di Negara Indonesia yang dikategorikan sebagai penegak hukum adalah

kepolisian, namun lembaga yang membentuk suatu hukum adalam lembaga

legislative.

c. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Adapun sarana yang

tersedia untuk menegakkan undang-undang KDRT adalah tersedianya ruang

khusus pengaduan kekerasan (RPK) dan pusat pelayanan terpadu (PPT) yang

digratiskan bagi korban kekerasan.

d. Masyarakat, yakni lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

Sebagian masyarakat yang sadar terhadap maraknya kasus KDRT ikut serta

dalam membantu penegakan UU KDRT seperti halnya sosialisasi, pendampingan

dan advokasi yang dilakukan oleh para aktivis gender.

e. Kebudayaan, yakni hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan para karsa

manusia di dalam pergaulan hidup.135

Budaya masyarakat ini menjadi bagian dari

penegakan hukum KDRT karena masyarakat sebagai pelaku yang senantiasa

menggunakan perbuatan hukum sehari-hari.

135Ishaq., Op.Cit., 245.

Page 99: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, bahwa sebagian masyarakat masih

enggan menggunakan fasilitas penegakan hukum yang khususnya dalam

permasalahan kekerasan dalam rumah tangga. Sebabnya ialah dalam masyarakat kita

kekerasan dalam rumah tangga dianggap sebagai hal yang terkait dengan privasi

seseorang yang tidak pantas diketahui orang lain dan dalam masyarakat sering terjadi

negosiasi atau tawar menawar hukum. Sehingga implementasi dari UU P KDRT

menjadi belum maksimal sebab masyarakat enggan menyerahkan sengketanya

kepada pengadilan.

Eksistensi Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

adalah sebagai alat untuk melaksanakan hukum Islam yang berkaitan dengan anti

kekerasan dalam rumah tangga dalam penegakan hukum ditanah air. Tanpa

perundang-undangan (legislasi), penegakan hukum terhadap tindak kekerasan dalam

rumah tangga sulit dilaksanakan.136

Dengan pernyataan diatas ini hukum merupakan

alat untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi dimasyarakat, namun

permasalahan hukum kekerasan dalam rumah tangga menurut para aktivis gender

masih terdapat berbagai kekurangan yang perlu dibenahi. Seperti yang diungkapkan

oleh Mahpur bahwa secara hukum, perundang-undangan tentang kekerasan dalam

rumah tangga cukup progresif tapi implementasinya pada batas-batas tertentu perlu

digali ulang, contohnya kurangnya fasilitas-fasilitas yang menunjang pemulihan

korban kekerasan dalam rumah tangga.

136La Jamaa dan Hadidjah., Op. Cit., 154.

Page 100: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

B. Aktualisasi Pemikiran Para Aktivis Gender Terhadap Permasalahan

Hukum KDRT.

Dalam upaya menyadarkan masyarakat terhadap permasalahan hukum kekerasan

dalam rumah tangga ini para aktivis gender telah melakukan beberapa hal untuk

meminimalisir kekerasan yang terjadi dalam keluarga. Dari sini peneliti akan

memaparkan metode yang diterapkan oleh para aktivis gender untuk meminimalisir

kasus-kasus kekerasan dalam keluarga. Sri Harini mengatakan bahwa kekerasan

dalam rumah tangga dapat diminimalisir setelah diketahui faktor-faktor penyebab

terjadinya kekerasan sehingga dapat digali dari potensi yang sesuai dengan faktor

penyebabnya.137

Diantaranya persoalan-persoalan kekerasan dalam rumah tangga

bermula dari krisis ekonomi dan budaya partiarki dimana seseorang akan

mempertahankan gendernya terhadap orang lain. Adapun metode-metode yang

diterapkan oleh para aktifis gender sebagai berikut:

Menurut Ulfa ada beberapa metode yang diterapkan dalam kasus kekerasan

dalam rumah tangga ini yaitu: pertama, sosialisasi bisa berbentuk training,

pendidikan. Kedua, ekonomi, jika faktornya ekonomi pemerintah harus menyediakan

lapangan pekerjaan supaya hidup dengan layak dan memadai. Ketiga, pendampingan

korban mulai dari curhat, mencarikan lawyer atau pengacara hingga pendampingan

secara psikis.138

Lain halnya menurut Istiadah metode yang beliau terapkan adalah

sosialisasi tentang berkomitmen dalam keluarga. Karena Undang-undang kekerasan

dalam rumah tangga muncul untuk membuat afirmatif action agar keluarga sakinah

itu ada di Indonesia dan dilindungi oleh negara. Jadi harus dimulai dengan

137Sri Harini, Wawancara. (Malang, E. 20 Agustus 2008). 138Ulfa Muhayani, Wawancara. (Malang, A. 11 Agustus 2008).

Page 101: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

bagaimana sosialisasi komitmen bahwa berkeluarga ini komitmen diantara dua orang

dewasa yang ingin bersatu demi mencapai ketentraman.139

Menurut Yuliati dalam melaksanakan kegiatan yang terkait dengan kekerasan

dalam rumah tangga ada beberapa pendekatan yaitu:

1. Pendekatan Kuratif, sosialisasi kepada masyarakat. Misalnya masuk-masuk ke

pengajian dan PKK.

2. Pendekatan Edukatif, masuk ke dalam pelajaran dari tingkat sekolah dasar

sampai perguruan tinggi.

3. Pendekatan Preventif, ketika korban itu sudah mengalami kekerasan dan ingin

mengutarakan, kita harus siap mewadahi mereka untuk memberikan layanan

psikologis atau konseling kepada korban sekaligus pelaku.

4. Pendekatan Rehabilitatif, korban yang sudah pada fase tertentu (stress atau

depresi) maka pemulihan ini tidak serta merta tetapi harus melalui tahap demi

tahap untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan untuk meningkatkan harga diri

korban. korban harus bisa melawan kekerasan yang di alami oleh korban itu

sudah termasuk terapi.140

Menurut Erfaniah kegiatan yang diterapkan dalam meminimalisir kekerasan

dalam rumah tangga yaitu: pertama, memberikan wacana tentang kekerasan dalam

rumah tangga lewat media (radio dan televisi). Kedua, bekerja sama dengan instansi-

instansi pemerintah untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Ketiga,

pendampingan dalam kasus KDRT dan menerima konsultasi via telepon yang sudah

dilaksanakan oleh Pusat Studi Gender.141

Begitu juga menurut Sri Harini metode

yang diterapkan adalah sosialisasi dengan tokoh agama untuk meminimalisir

terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan pemberdayaan perekonomian

masyarakat supaya menjadi stabil, karena faktor ekonomi sering menjadi penyebab

terjadinya kekerasan.142

139Istiadah, Wawancara. (Malang, B. 16 Agustus 2008). 140Yuliati Hotifah, Wawancara. (Malang, C. 14 Agustus 2008). 141Erfaniah Zuhriah, Wawancara. (Malang, D. 19 Agustus 2008). 142Sri Harini, Wawancara. (Malang, E. 20 Agustus 2008).

Page 102: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Menurut Umi Sumbulah cara menanggulangi atau meminimalisir kasus KDRT

yaitu dengan pendidikan kepada masyarakat melalui pengajian-pengajian. Dan

metode yang diterapkan oleh lembaga PSG melalui kajian-kajian, workshop,

penelitian dan publikasi yang dituangkan dalam jurnal dan buku, dan pengabdian

masyarakat lewat media (radio dan televisi).143

Lain halnya menurut Mahpur untuk

menekan angka kekerasan dalam keluarga terdapat beberapa metode yaitu:

Sosialisasi dan advokasi. Namun secara personal ada beberapa orang yang telah

melakukan melalui konseling dan penyuluhan. Selain itu juga melakukan publikasi

lewat media, tulisan, dan menyusun materi dengan tema keluarga sakinah untuk

menekan angka kekerasan.144

Menurut Mufidah metode yang beliau terapkan ada

tiga yaitu:

1. Pendidikan; pendidikan pencegahan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga

seperti halnya sosialisasi, pelatihan-pelatihan seminar dan pengajian-pengajian

2. Tindakan preventif; misalnya ketika mendapati kasus atau relitas disekitar

lingkungan, kita langsung menegur, tapi untuk KDRT tindakan preventifnya

adalah istri-istri yang rentan itu di beri penguatan. Kalau sudah jelas-jelas korban

kita melakukan tindakan advokasi dalam bentuk mengatasi kesulitan korban.

3. Rehabilitasi; pemulihan aspek fisik, psikis dan menata kembali kehidupannya

kedepan lebih baik. Mufidah juga melakukan rehabiitasi pada korban sampai

korban menikah dengan orang yang dikehendaki, ada juga yang menikah dengan

orang lain yang dia sukai. Selain pendampingan agama dan psikis juga

melakukan pendampingan ekonomi. Model pendampingan itu antara lain bisa

sampai korban mempunyai kepercayaan diri dan harapan hidup yang cerah dan

ekonominya semakin mapan.145

Secara teoritis metode-metode yang mereka gunakan untuk meminimalisir kasus

kekerasan dalam rumah tangga akan dapat mencapai hasil yang maksimal, sebabnya

metode-metode yang mereka gunakan telah menyentuh akar permasalahan yang

selama ini telah diketahui secara luas sebagai penyebab terjadinya kekeasan dalam

143Umi Sumbulah, Wawancara. (Malang, F. 25 Agustus 2008). 144Mahpur, Wawancara. (Malang, G. 25 Agustus 2008). 145Mufidah Cholidah, Wawancara. (Malang, H. 28 Agustus 2008).

Page 103: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

rumah tangga misalnya metode sosialisasi dan rehabilitasi yang telah dilakukan oleh

Mufidah. Dengan metode-metode yang telah dilakukan para aktivis gender ini dapat

dirasakan manfaatnya bahwa metode-metode itu merupakan implementasi dari apa

yang mereka pikirkan dalam menyadarkan masyarakat terhadap permasalahan

hukum kekerasan dalam rumah tangga. Dari aktualisasi pemikiran para aktivis

gender tersebut dapat digolongkan dalam Teori Sistem Hukum, karena hukum harus

dipahami dengan latar belakang masyarakat dalam arti yang seluasnya. Seperti

halnya sosialisasi, edukasi, pendampingan dan tindakan preventif merupakan pola

hubungan antara yang satu dengan yang lainnya dan mempunyai harapan-harapan

tentang perilaku masing-masing dan tentang reaksi masing-masing terhadapnya.

Menurut Luhmann fungsi dari sistem adalah mereduksi kompleksitas (kemajemukan)

ini menjadi struktur-struktur yang kurang menjadi lebih jelas kerangka umumnya

(overzichtelijk).146

Dari kemajemukan tindak kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi

dimasyarakat dapat direduksi oleh kegiatan-kegiatan aktivis gender sehingga struktur

keluarga maupun struktur sosial yang selama ini tidak jelas menjadi semakin jelas

dengan implementasi pemikiran para aktivis gender tersebut. Dengan cara itu

kehidupan menjadi tertata dan kepastian di dalam masyarakat dapat diciptakan.

Sistem itu memperlihatkan sejumlah besar bentuk-bentuk, misalnya politik, ekonomi,

ilmu dan hukum. Daya jangkau dari hukum adalah secara umum untuk

memungkinkan berfungsinya semua sistem. Untuk itu hukum harus mengupayakan

bahwa didalam masyarakat tersedia keputusan-keputusan (hukum) yang mengikat.

Dengan demikian, harapan-harapan yang kompleks direduksi menjadi aturan-aturan

146Meuwissen., Op. Cit., 33.

Page 104: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

hukum yang dapat diperhitungkan dan berkerangka umum.147

Untuk lebih

sederhananya peneliti membuat tabel sebagai berikut:

Tabel III

Implementasi dan analisis teori hukum

No Aktivis

Gender

Metode Aliran Argumen

1 Ulfa M. - Sosialisasi

- Ekonomi,

penyediaan

lapangan

pekerjaan.

- Pendampingan

korban.

2 Yuliati H. - Pendekatan

kuratif.

- Pendekatan

edukatif.

- Pendekatan

preventif.

- Pendekatan

rehabilitatif.

3 Istiadah Sosialisasi keluarga

sakinah karena UU

PKDRT muncul

untuk membuat

afirmatif action agar

keluarga sakinah itu

ada di Indonesia dan

dilindungi oleh

Negara.

4 Erfaniah Z. - Kerja sama

dengan instansi-

instansi untuk

sosialisasi kepada

masyarakat.

- Siaran lewat radio.

- Pendampingan.

- Menerima

konsultasi lewat

via telepon.

5 Sri Harini - Sosialisasi

Teori Sistem

Hukum

- Hukum

dipahami

dengan latar

belakang

masyarakat.

- Fungsi hukum

adalah

mereduksi

kompleksitas

menjadi

struktur-struktur

yang kurang

jelas menjadi

lebih jelas

kerangka

umumnya.

147Ibid., 34.

Page 105: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

- Pemberdayaan

perekonomian.

6 Umi S. - Pendidikan kepada

masyarakat.

- Kajian-kajian.

- Workshop

- Menerbitkan buku

dan jurnal.

- Siaran radio dan

televisi.

7 Mufidah Ch. - Pendidikan

- Tindakan preventif

- Rehabilitasi

8 Mahpur - Sosialisasi

- Advokasi

- Konseling

- Penyuluhan

- Publikasi lewat

media.

- Kerjasama dengan

psikister, ahli

hukum, dan tokoh

agama.

Dari analisa pemikiran dan aktualisasi pemikiran aktivis gender terhadap

kekerasan dalam rumah tangga terdapat perbedaan, jika dilihat dari sisi teori

pemikiran hukum yang telah dipaparkan dan dianalisa diatas. Pemikiran aktivis

gender tentang konsep kekerasan dalam rumah tangga terdapat beberapa golongan

seperti halnya pemikiran Ulfa, Yuliati, Istiadah dan Erfaniah termasuk dalam

golongan teori realisme hukum, kemudian Umi Sumbulah dan Mufidah dapat

digolongkan dalam teori positivisme hukum, pemikiran Sri Harini dapat digolongkan

dalam teori idealisme hukum dan Mahpur digolongkan dalam teori hukum alam.

Sedangkan dalam implementasinya mereka semua dapat digolongkan dalam teori

sistem hukum, karena hukum harus diterima sebagai sesuatu yang terus-menerus

berubah dan hukum bukan yang sesuatu statis. Llwellyn berpendapat bahwa tujuan

Page 106: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

hukum harus senantiasa dikaitkan dengan tujuan masyarakat dimana hukum itu

berada. Masyarakat merupakan proses yang terus menerus berubah secara

berkesinambungan, oleh karena itu perubahan hukum pun merupakan suatu hal yang

esensial.148

Demikian pemikiran dan implementasi aktivis gender terhadap kekerasan

dalam rumah tangga yang senantiasa berubah-ubah sesuai dengan kondisi

masyarakat dalam memahami suatu permasalahan hukum.

148�Zainuddin Ali., Op.Cit. 63-64.

Page 107: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Kekerasan dalam rumah tangga adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

anggota keluarga yang kuat atau merasa kuat terhadap anggota keluarga yang lemah

atau dilemahkan yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada lingkup rumah tangga.

Adapun bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga yaitu kekerasan fisik,

kekerasan, psikis, kekerasan seksual dan kekerasan ekonomi. Kekerasan dalam

rumah tangga dapat disebabkan oleh budaya patriarkhi, interpretasi agama yang

kurang, faktor ekonomi yang lemah, pendisiplinan dengan alas an mendidik, dan

intervensi dalam keluarga.

Para aktivis gender sendiri memiliki tambahan pemikiran dalam melihat

fenomena kekerasan dalam rumah tangga tersebut. Diantaranya Ulfa, Yuliati,

Istiadah dan Erfaniah berpendapat KDRT adalah segala tindakan atau perbuatan

yang dilakukan oleh suami atau istri yang menyebabkan tidak nyaman dalam rumah

Page 108: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

tangga. Setelah melakukan kajian pada bab analisis mereka dapat digolongkan dalam

teori realisme hukum, karena perbuatan atau kekerasan yang terjadi dalam keluarga

tersebut terdapat pengingkaran akan adanya nilai-nilai kebaikan yang objektif.

Sedangkan Sri Harini memandang bahwa KDRT adalah Suatu model ketidak

seimbangan peran dalam rumah tangga baik suami maupun istri. Pendapat ini dapat

digolongkan dalam teori idelisme hukum, karena setiap manusia bertanggung jawab

atas perbuatannya. Lain halnya menurut Umi Sumbulah dan Mufidah KDRT adalah

Suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang berkuasa dalam rumah tangga

terhadap orang lain yang dianggap lemah. Pendapat mereka ini dapat dikategorikan

dalam teori positivisme hukum, karena hukum tidak didasarkan pada nilai-nilai baik

atau buruk, namun didasarkan atas kekekuasaan yang lebih tinggi. Dan menurut

Mahpur KDRT adalah suatu bentuk perilaku atau sifat yang menyebabkan perlakuan

buruk dari anggota keluarga. Pendapat ini dapat dikategorikan dalam teori hukum

alam, karena hukum dipandang sebagai suatu keharusan alamiah (nomos).

Dalam upaya menyadarkan masyarakat terhadap permasalahan hukum kekerasan

dalam rumah tangga para aktivis gender telah melakukan beberapa hal untuk

meminimalisir kasus KDRT diantaranya sosialisasi kepada masyarakat, advokasi dan

pendampingan korban KDRT, rehabilitasi dan pemberdayaan perekonomian. Dalam

aktualisasi pemikiran aktivis gender ini dapat dikategorikan dalam teori sistem,

karena hukum dipahami dengan latar belakang masyarakat dan fungsi hukum adalah

mereduksi kompleksitas menjadi struktur-struktur yang kurang jelas menjadi lebih

jelas kerangka umumnya.

Page 109: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

B. Saran-saran.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka perlu ada beberapa

saran yang dapat berguna bagi semua pihak yaitu;

1. Bagi Pusat Studi Gender

Bagi pusat studi gender diharapkan meningkatkan kajian dan peran terhadap

permasalahan kekerasan dalam rumah tangga yang menurut data semakin

meningkat intensitas kekerasan yang terjadi pada masyarakat sehingga

membutuhkan penyelesaian bagi korban kekerasan.

2. Bagi Aktivis Gender

Diharapkan para aktivis gender meningkatkan metode-metode dalam

menyelesaikan permasalahan kekerasan dalam rumah tangga yang khususnya

mensosialisasikan hukum-hukum tentang kekerasan perempuan, sehingga

masyarakat dapat mengetahui dampak kekerasan dalam rumah tangga dan dapat

memberikan kontribusi bagi korban dan masyarakat pada umumnya.

3. Bagi Fakultas Syariah

Mengingat banyaknya kasus kekerasan dalam rumah tangga dalam

masyarakat kita diharapkan fakultas dapat membuat program penyuluhan dan

pendampingan bagi korban kekerasan dalam rumah tangga.

Page 110: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim, Ar-Rumm (30): 21.

Amiruddin dan Zaenal Asikin (2004) Pengantar Metode Penelitian Hukum Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Ali, Zainuddin (2006) Filsafat Hukum Jakarta: Sinar Grafika.

Al Barry, M. Dahlan (1994) Kamus Ilmiah Populer Surabaya: Arloka

Arikunto, Suharsimi (2002) Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek Jakarta:

Rineka Cipta.

Azizah (2007) “Pemahaman Isteri Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Yang

Dilakukan Suami”. Malang: Fakultas Syari’ah.

Cholidah, Mufidah Dkk (2006) Haruskah Perempuan dan Anak Dikorbankan

Malang: Pilar Media.

Cholidah, Mufidah Wawancara. (Malang, H. 28 Agustus 2008).

Ciciek, Farha (2005) Jangan Ada Lagi Kekerasan Dalam Rumah Tangga Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Djannah, Fathul (2005) Kekerasan Terhadap Istri Yogyakarta: LkiS.

Friedmann (1994) diterjemahkan oleh Muhammad Arifin, Teori dan Filsafat Hukum

Jakarta: PT Raja Grafindi Persada.

Hidayatin, Nora (2005) “Respon Mahasiswa Fakultas Syari’ah UIN Malang

Terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga Perspektif Gender”. Malang.

Fakultas Syari’ah.

Hotifah, Yuliati Wawancara. (Malang, C. 14 Agustus 2008).

Harini, Sri Wawancara. (Malang, E. 20 Agustus 2008).

http://www.suryaonline.co.id. (diakses pada 9 Mei 2003)

http://www.suryaonline.co.id. (diakses pada 10 Mei 2003)

http://www.malangkab.go.id/kabmalang/berita/kanjuruhan.cfm?kd=348 (diakses

pada 23 Juli 2008)

Page 111: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Ishaq (2008) Dasar-dasar Ilmu Hukum Jakarta: Sinar grafika.

Istiadah, Wawancara. (Malang, B. 16 Agustus 2008).

Jawa Pos (10 April 2008)

Komaruddin (2002) Kamus Karya Tulis Ilmiah Jakarta: PT Bumi Aksara.

Laporan Workshop P KDRT (Batu, 22-23 agustus 2006)

La Jamaa dan Hadidjah (2008) Hukum Islam dan Undang-undang Anti Kekerasan

Dalam Rumah Tangga Surabaya: PT Bina Ilmu.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2004 NOMOR 95,

Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Mulyana, Dedy (2004) Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: PT Rosda Karya.

Moleong, Lexy J (2006) Metodologi Penelitian kualitatif Bandung: PT. Rosda

Karya.

Meuwissen (2008) diterjemahkan B. Arief Sidharta, Tentang Pengembanan Hukum,

Ilmu Hukum, Teori Hukum dan Filsafat Hukum Bandung: PT Refika Aditama.

Mahpur, Wawancara. (Malang, G. 25 Agustus 2008).

Muhayani, Ulfa Wawancara. (Malang, A. 11 Agustus 2008).

Qonita, Shofa (2005) “Perlindungan Terhadap Istri Sebagai Korban Kekerasan

Dalam Rumah Tangga Perspektif Hukum Islam Dan UU No 23 Tahun 2004.”

Malang: Fakultas Syari’ah.

Patton, Michael Quinn (2006) "How To Use Qualitative Methods In Evaluation",

diterjemahkan Budi Puspo Priyadi, Metode Evaluasi Kualitatif (Cet.I;

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahardjo, Satjipto (2000) Ilmu Hukum Bandung: Citra Aditya Bakti.

Saraswati, Rika (2006) Perempuan dan Penyelesaian Kekerasan Dalam Rumah

Tangga Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Sidharta, B. Arief (2008) Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum,

Teori Hukum dan Filsafat Hukum Bandung: PT Refika Aditama.

Strauss, Anselm dan Juliet Corbin (1997) Dasar-dasar Penelitian Kualitatif:

Prosedur, Teknik dan Teori Grounded Surabaya: Bina Ilmu.

Page 112: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

Singaribun, Masri dan Sofian Efendi (1989) Metode Penelitian Survai Jakarta:

Pustaka LP3ES.

Sumbulah, Umi Wawancara. (Malang, F. 25 Agustus 2008).

Umar, Nasaruddin (2001) Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an Jakarta:

Paramadina.

Sunggona, Bambang (2003) Metode Penelitian Hukum Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Soetikno (2008) Filsafat Hukum Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Zuhriah, Erfaniah Wawancara. (Malang, D. 19 Agustus 2008).

Page 113: SKRIPSI - etheses.uin-malang.ac.idetheses.uin-malang.ac.id/4325/1/04210028.pdfKEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi di Pusat Studi Gender UIN Malang) benar-benar merupakan karya ilmiah

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I: Bukti konsultasi.

Lampiran II: Surat bimbingan skripsi.

Lampiran III: Surat penelitian kepada Pusat Studi Gender UIN Malang.

Lampiran IV: Surat keterangan penelitian dari Pusat Studi Gender.

Lampiran V: Dokumentasi kegiatan